model triprakoro untuk nilai kerjasama

36
IMPLEMENTASI MODEL TRIPRAKORO UNTUK PEMBELAJARAN NILAI DAN KARAKTER KERJASAMA DI SDN KEPANJEN LOR 02 BLITAR Oleh: Sa’dun Akbar & Kiftiani ABSTRAK Sa’dun Akbar dan Kiftiani, 2011. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan (1) implementasi Model Pembelajaran Triprakoro untuk Pembelajaran Nilai dan Karakter Kerjasama dan (2) dampak implementasi nya. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian deskriptif— kualitatif dengan latar penelitian siswa SD kelas 4 SDN Kepanjen Lor Blitar. Data dikumpulkan dengan teknik VCT, observasi, dan dokumentasi. Hasilnya adalah bahwa Implementasi Model Triprakoro untuk pembelajaran nilai dan karakter kerjasama ini, berdampak (direct effect) para siswa dapat menemukan konsep kerjasama, membangun sendiri pengetahuannya tentang: akibat kalau tidak ada kerjasama, pengetahuan tentang akibat kalau ada kerjasama, merasakan bekerja tanpa kerjasama dan bekerja dengan kerjasama, terampil melakukan kerjasama, dan menghargai pentingnya kerjasama. Adapun dampak penyerta (nurturant effect) nya adalah para siswa

Upload: rizanudin-spd

Post on 09-Aug-2015

84 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

IMPLEMENTASI MODEL TRIPRAKORO UNTUK PEMBELAJARAN

NILAI DAN KARAKTER KERJASAMA DI SDN KEPANJEN LOR 02 BLITAR

Oleh: Sa’dun Akbar & Kiftiani

ABSTRAKSa’dun Akbar dan Kiftiani, 2011. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan (1) implementasi Model Pembelajaran Triprakoro untuk Pembelajaran Nilai dan Karakter Kerjasama dan (2) dampak implementasi nya. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian deskriptif—kualitatif dengan latar penelitian siswa SD kelas 4 SDN Kepanjen Lor Blitar. Data dikumpulkan dengan teknik VCT, observasi, dan dokumentasi. Hasilnya adalah bahwa Implementasi Model Triprakoro untuk pembelajaran nilai dan karakter kerjasama ini, berdampak (direct effect) para siswa dapat menemukan konsep kerjasama, membangun sendiri pengetahuannya tentang: akibat kalau tidak ada kerjasama, pengetahuan tentang akibat kalau ada kerjasama, merasakan bekerja tanpa kerjasama dan bekerja dengan kerjasama, terampil melakukan kerjasama, dan menghargai pentingnya kerjasama. Adapun dampak penyerta (nurturant effect) nya adalah para siswa menjadi sangat aktif dalam proses pembelajaran, kreatifitas berpikir siswa berkembang terutama ketika mereka berfikir solutif untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi ketika tanpa ada kerjasama, dan para siswa merasa senang. Disarankan bahwa Model ini hendaknya digunakan oleh guru-guru SD dalam pembelajaran nilai dan karakter kerjasama.

-------------------------- Kata kunci: Model Pembelajaran Triprakoro; Nilai dan Karakter Kerjasama.

Page 2: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Masalah penelitian ini adalah bahwa di satu sisi pemerintah melalui

Kementrian Pendidikan Nasional sedang menggulirkan program Strategis

Nasional yakni Revitalisasi Pendidikan Karakter di berbagai tingkatan sekolah;

di sisi lain belum begitu banyak model-model pembelajaran yang bisa

dimanfaatkan guru-guru untuk keperluan pembelajaran di berbagai sekolah.

Tiga tahun terakhir ini peneliti sedang melakukan peneletian strategis

nasional, berupaya untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang

secara empiric sesuai dengan tuntutan teoretik pembelajaran nilai dan

karakter, dapat diterapkan, dan berdampak positif dalam pembangunan

karakter.

Diantara model sudah berhasil dikembangkan adalah Model

Triprakoro untuk Pembelajaran Nilai dan Karakter Kerjasama untuk Sekolah

Dasar (SD). Untuk memperoleh Model yang sangat baik diperlukan ujicoba

model di berbagai latar penelitian. Istilah Triprakoro ini atas adalah istilah

yang diciptakan oleh peneliti sendiri dengan konsultasi dengan seorang ahli

bahasa jawa saudara A Rafik. Model pembelajaran ini disebut Model

Triprakoro karena berbasis pada gagasan Ki Hadjar Dewantoro (1937) yang

kemudian dikompilasi oleh Taman Siswa dalam sebuah Buku dengan Judul

Pendidikan (1962), bahwa Karakter itu mempunyai tiga unsur (tiga hal) yakni

Ngerti, Ngroso, dan Nglakoni. Jika peneliti modelkan menjadi sbb:

Page 3: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Gambar 01: Model Triprakoro

Gagasan Ki Hadjar Dewantoro di atas dimuat dalam sebuah majalah (1937),

dan tahun (1962) gagasan Ki Hadjar Dewantoro itu dikompilasi oleh Yayasan

Taman Siswa Yogyakarta dan diterbitkan dalam sebuah buku yang berjudul

“Buku I: Pendidikan” hanyalah merupakan sebuah gagasan dan belum

dikembangkan dalam sebuah model pembelajaran (belum ada langkah-

langkah pembelajarannya secara jelas).

Pada tahun 2002/2003 peneliti (Sa’dun Akbar, bersama Margono, dan

M. Noorsyam) pernah mengembangkan dan mengimplementasikan model ini

melalui penelitian tindakan kelas dalam rangka mendukung implementasi

kurikulum berbasis kompetensi melalui Proyek SEQIP. Model ini terus

peneliti kembangkan melalui penelitian mandiri secara multi tahun. Melalui

rangkaian riset (2003) dan Riset Strategis Nasional Multi Tahun yang peneliti

lakukan pada tahun 2009 dan 2010 peneliti berhasil mengembangkan

Ngerti

NglakoniNgroso

Ka-rak-ter

Page 4: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

gagasan Ki Hadjar Dewantoro tersebut dalam sebuah model pembelajaran

dengan langkah-langkah pembelajaran yang sangat jelas. Model dimaksud

diberi nama Model Triprakoro untuk Pembelajaran Nilai dan Karakter

Kerjasama. Artikel ini merupakan bagian dari penelitian Strategis Nasional

dengan judul Pengembangan Model-Model Pembelajaran Nilai-nilai

Kehidupan di Sekolah Dasar.

Disamping berbasis para prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantoro

yang melibatkan Ngerti, Ngroso, dan Nglakoni model yang dikembangkan

dan diimplementasikan ini adalah berbasis pada prinsip internalisasi nilai

yang dikembangkan oleh Bohlin (2001). Model Bohlin dimaksud digambarkan

sebagai berikut:

Bohlin menyatakan bahwa proses internalisasi akan terjadi secara

efektif jika dalam proses pembelajaran terjadi proses-proses: understanding,

action, dan reflection.

Understanding

ActionReflection

Page 5: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Berbasis pada gagasan Ki Hadjar Dewantoro (1937) dan Bohlin (2001)

diatas peneliti merancang dan mengembangkan model pembelajaran yang

peneliti beri nama Model Triprakoro untuk Pembelajaran Nilai dan Karakter

Kerjasama, dengan syntax (langkah-langkah) sebagai berikut:

(1). Klarifikasi Nilai

(2). Pelibatan Siswa dalam pengalaman belajar dalam situasi yang

berlawanan dengan nilai yang diinternalisasikan (dalam hal ini

nilai dan karakter kerjasama).

(3). Refleksi

(4). Berpikir solutif.

(5). Pelibatan siswa dalam pengalaman belajar dalam situasi yang

sesuai dengan nilai dan karakter yang diinternalisasikan (dalam

konteks ini adalah nilai dan karakter kerjasama).

(6). Refleksi.

(7). Penguatan dan Pesan-pesan Moral (dalam konteks ini adalah

kerjasama).

Langkah-langkah pembelajaran pada Model Triprakoro untuk

pembelajaran nilai dan karakter kerjasama tersebut, dalam sekali

pengalaman belajar dapat mengembangkan dimensi-dimensi: Ngerti,

Ngroso, dan Nglakoni yang dalam proses pembelajarannya juga mampu

Page 6: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

mengembangkan understanding, action, dan reflection. Model pembelajaran

Triprakoro tersebut diyakini efektif untuk pendidikan nilai dan karakter.

Model Triprakoro inilah yang diimplementasikan untuk pembelajaran nilai

dan karakter kerjasama di SDN Kepanjen Lor 02 Blitar.

METODEPenelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif.

Peneliti berupaya mendeskripsikan proses dan dampak (effect) implementasi

Model Triprakoro untuk Pembelajaran Nilai Kerjasama, dengan latar

penelitian di Kelas 4 SDN Kepanjen Lor 02 Blitar. Data dikumpulkan melalui

teknik VCT untuk mengungkap data tentang sikap dan keyakinan kerjasama

siswa, VCT dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran di lakukan,

teknik observasi dilakukan ketika implementasi model, dokumentasi, dan

refleksi. Peneliti menggunakan instrument penelitian berupa angket untuk

VCT dan catatan lapangan pada saat proses implementasi model. Data

dianalisis secara deskriptif kualitatif.

HASILDeskripsi Implementasi Model Triprakoro di SDN Kepanjen Lor 02 Blitar. Nama Model

Model Pembelajaran ini diberi nama Model Triprakoro untuk

Pembelajaran Nilai dan Karakter Kerjasama. Diberi nama Triprakoro karena

dalam langkah-langkah pembelajarannya melibatkan seluruh unsure

karakter yakni Ngerti, Ngroso, dan Nglakoni.

Page 7: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Tujuan Pembelajaran

Implementasi model pembelajaran ini bertujuan untuk mencapai

tujuan pembelajaran: (1) melalui mengangkat meja sendirian siswa dapat

meraskan akibat tidak ada kerjasama; (2) melalui refleksi siswa mampu

mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat tidak ada

kerjasama; (3) melalui kerjasama—mengangkat meja secara bersama-sama

siswa mampu merasakan akibat adanya kerjasama; (4) melalui refleksi atas

pengalaman bekerjasama siswa mampu menidentifikasi manfaat kerjasama;

dan (5) melalui seluruh proses pembelajaran di atas dan penguatan nilai-nilai

moral kerjasama siswa menghargai pentingnya kerjasama.

Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber dan media pembelajaran ini adalah lingkungan terdekat siswa

yakni kelas mereka yang didalamnya terdapat separangkat meja belajar dan

para siswa yang dapat dikelola sebagai sumber belajar. Pengalaman

belajarnya adalah praktik mengangkat meja yang ada di dalam ruang kelas

siswa secara individual dan secara kerjasama. Melalui pengalaman belajar

tersebut dan proses refleksi maka substansi materi bisa dibangun siswa

sendiri melalui pengalaman belajarnya.

Sistem Pendukung

Pembelajaran ini diperlukan seorang guru yang dapat berperan

sebagai fasilitator yang mampu mengarahkan dan memandu proses belajar

Page 8: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

dalam seluruh rangkaian pengalaman belajar siswa. Siswa diberi keleluasaan

untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman

belajarnya melalui praktik mengangkat meja sendiri, mengangkat meja

secara bergotong royong, refleksi. Guru mampu memberi penguatan dan

pesan-pesan moral berdasarkan pengalaman belajar, curahan perasaan, dan

pendapat yang dibangun sendiri oleh siswa dan sesuai juga dengan tujuan

pembelajaran.

Langkah-langkah (Syntax)

Pertama, Klarifikasi Nilai

Klarifikasi nilai ini dilakukan dengan cara siswa mengisi pretest (VCT) yang

telah disiapkan. Pretes (VCT) ini dilakukan untuk mengungkap keadaan nilai dan

sikap kerjasama siswa. Gambar 01 dibawah ini adalah potret siswa ketika mereka

sedang melakukan klarifikasi nilai dan sikap kerjasama. Kegiatan ini dilakukan pada

hari Senin tanggal 12 September 2011 selama 3 jam pelajaran. Pembelajaran

dilaksanakan di dalam kelas dengan jumlah siswa 39 anak. Karakteristik anak pada

kelas ini secara umum adalah suka berbicara keras, sehingga dengan jumlah sekian

banyak tersebut guru juga harus bisa mengimbangi suara anak. Siswa mengerjakan

tes dengan menggunakan instrument VCT yang telah disediakan. Tes ini berupaya

mengungkap keyakinan nilai kerjasama yang dirasakan pada diri setiap anak.

Page 9: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Gambar 01: Siswa Mengisi Instrumen Klarifikasi Nilai dan Sikap Kerjasama

Siswa mengisi instrumen klarifikasi nilai dan sikap kerjasama dengan sung-

guh-sungguh. Mereka mengisi instrumen klarifikasi nilai dan sikap kerjasama ini

sesuai keadaan dan pengalaman masing-masing. Pada kegiatan ini siswa diminta

untuk mengerjakan atau mengisi instrumen dengan jujur sesuai dengan keadaan

masing-masing.

Kedua, pelibatan siswa pada situasi yang berlawanan dengan nilai dan

Karakter yang diajarkan.

Nilai dan karakter yang sedang diajarkan ini adalah nilai dan karakter

Kerjasama. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa adalah siswa dilibatkan dalam

pengalaman belajar yang berlawanan dengan nilai kerjasama (atau bekerja tanpa

ada kerjasama) dalam hal ini siswa diminta untuk mengangkat meja sendiri-sendiri

tanpa dibantu orang lain.

Guru menginformasikan pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa,

yaitu mengangkat meja sendiri. Perlu diketahui bahwa meja di kelas ini adalah 1

meja untuk 2 siswa. Guru meminta siswa yang duduk di sebelah kiri tetap duduk,

Page 10: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

dan siswa yang duduk di sebelah kanan kanan berdiri. Siswa yang berdiri bertugas

untuk mengangkat meja sendiri. Setelah itu bergantian dengan siswa yang duduk si

sebelah kiri berdiri dan mengangkat meja. Mendengar perintah ini secara spontan

mereka tampak protes, sebagaimana tergambar berikut ini;

I Made : “Hah...? Mana kuat, Bu?”Anisa : “Nggak kuat, Bu!”Salwa : “Mana bisa, Bu?”Shofi : “Masak mengangkat sendiri, Bu?”Guru : “Iya...!”Enggar : “Nggak sanggup, Bu!” Roni : “Kuat, Bu!”Caesar : “Saya kuat, Bu!”Faidh : “Saya juga kuat, Bu!”Guru : “Kalau begitu, kita coba ya!

Mereka tampak bingung, bahkan ada yang hanya diam saja. Guru memberi

motivasi tentang tugas siswa selanjutnya. Siswa akhirnya memahami tujuan

pembelajaran hari ini. Siswa mulai mengangkat mejanya yang dilakukan sendiri-

sendiri. Terlihat ada yang keberatan dan mejanya tidak bergerak. Ada yang hanya

digeser-geser karena tidak kuat mengangkat. Ada yang meringis keberatan. Ada juga

yang hanya mendorong-dorong meja karena berat. Ada yang hanya mengangkat

meja sebelah saja, sehingga tidak bisa berpindah-pindah tempat.

Gambar 02 dibawah ini adalah suasana pada saat siswa sedang mengangkat

meja sendirian (tanpa ada kerjasama).

Page 11: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Gambar 02. Siswa sedang Mengangkat Meja Sendirian (tanpa ada kerjasama)

Ketiga, Refleksi atas Pengalaman terlibat dalam Situasi yang Berlawanan dengan Nilai dan Kaeakter yang Dibelajarkan.

Setelah siswa memperoleh pengalaman mengangkat meja sendiri-sendiri

(tanpa kerjasama), kagiatan selanjutnya adalah refleksi, yaitu curah pengalaman dan

perasaan mereka mengangkat meja tanpa ada kerjasama, serta akibat mengangkat

meja tanpa ada kerjasama (mengangkat meja sendiri-sendiri).

Para siswa tampak sangat antusias pada saat dilakukan refleksi atas

pengalaman dan perasaannya pada saat mengangkat meja sendirian (tanpa ada

kerjasama). Foto berikut ini adalah suasana refleksi, dimana para siswa tampak

berebut mengacungkan jari untuk berbicara—mencurahkan pengalaman dan

perasaannya mereka ketika mengangkat meja sendirian.

Page 12: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Gambar 03: Suasana pada saat refleksi. (Siswa tampak sangat aktif).

Diantara gambaran bagaimana proses interaksi saat refleksi berlangsung, tampak pada paparan sebagai berikut:

Guru : Bagaimana perasaan kalian setelah melakukan kegiatan tadi anak-anak?

Salwa : Susah, Bu. Berat sekali.Safira : Tanganku sakit, berat sekali sih!I Madelia : Aku tidak kuat, Bu. BeratWahyuning : Sulit, Bu.Roni : Saya senang, Bu. Karena kuat mengangkat kok.Aprilia : Terasa berat, Bu.Ni Putu Ika : Tegang, Bu. Berat.Alif Madda : Sulit dipindah, Bu.Syahrozi : Sangat berat, tangan saya sampai sakit.Safira : Mejanya tidak bisa bergeser, Bu.

Sebagian besar anak-anak merasa keberatan dan kesulitan dalam mengang-kat meja sendiri-sendiri.

Keempat, Berfikir Solutif (Berpikir Pemecahan Masalah)

Berdasarkan hasil refleksi atas pengalaman mengangkat meja sendirian di

atas, yang disimpulkan bahwa dengan mengangkat meja sendirian ternyata para

siswa banyak merasakan kesulitan; selanjutnya guru member tantangan kepada

siswa untuk berpikir memecahkan masalah dengan panduan pertanyaan

Page 13: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

“Bagaimana cara yang dapat dilakukan agar para siswa dapat memindah meja

dengan tanpa mengalami kesulitan. Diantara, gambaran proses interaksi dalam

berpikir solutif di atas adalah sebagai berikut:

Selanjutnya guru menanyakan solusi untuk mengatasi kesulitan dalam

mengangkat meja sendiri-sendiri. Hasil pendapat siswa sebagai berikut.

Faidht : Diangkat berdua Bu, agar nggak berat.Alma Thoriq : Kerjasama, Bu.Andre : Dikerjakan bersama-sama, Bu.Faisal : Diangkat bersama, Bu.Yoshiki : Minta tolong kepada teman.Silvia : Seharusnya bersama-sama.Aprilia : Diangkat dua orang atau lebihAnnisa : Enakan diangkat bersama.Alif Madda : Biar ringan bekerja sama saja.Syahrozi : Sangat berat, tangan saya sampai sakit.

Kelima, Pelibatan Siswa pada Pengalaman Belajar dalam Situasi yang Sesuai dengan Nilai dan Karakter yang diinternalisasikan.

Berdasarkan hasil berpikir solutif di atas, solusinya adalah meja akan

diangkat oleh para siswa secara bersama-sama (gotong royong). Kegiatan

selanjutnya para siswa mengangkat meja secara bersama-sama (berdua). Ekspresi

siswa dalam kegiatan ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 14: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Gambar 04: Siswa Tampak Senang Mengangkat Meja Berdua

Tampak juga beberapa siswa mengangkat meja secara bergotong royong dengan banyak siswa.

Gambar 05. Siswa mengangkat meja rame-rame

Degan mengangkat meja secara bersama-sama, mereka tampak senang,

lebih semangat, menjadikan suasana semakin ceria. Saat mengangkat meja ada yang

berdua, bertiga, berempat, bahkan ada yang mengangkat rame-rame.

Page 15: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Keenam, Refleksi

Setelah para siswa mengangkat meja bersama-sama, siswa mengungkapkan

pendapat dan perasaan serta akibat adanya kerjasama secara reflektif. Adapun

suasana refleksi diantaranya tampak pada foto berikut ini—dimana sebagian besar

siswa tampak mengacungkan jarinya untuk mengungkapkan pengalaman, perasaan,

dan pendapatnya, mereka sangat aktif.

Gambar 06: Siswa saat tahap Refleksi

Proses dan hasil refleksi atas pengalaman belajar siswa dalam suasana

yang sesuai dengan nilai dan karakter yang diinternalisasikan (nilai dan karakter

kerjasama), tampak pada diantara rekaman refleksi-interaktif sebagai berikut:

Guru : Bagaimana perasaan kalian setelah melaksanakan kegiatan mengangkat meja bersama teman?

Roni : Enak, Bu. Lebih ringan!Saniza : Lebih ringan.Alfan : Asyik, Bu. Senang sekali. Karena tidak berat sama

sekali.Roni : Saya senang, karena bisa mengangkat meja tnggi-

tinggi.Faidt : Lebih mudah dan ringan sekali.

Aprilia : Rasanya ringan

Page 16: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Ni Putu Ika : Tanganku tidak sakit lagi.Riska : Mudah diangkat kalau bersama-sama.Ahmad Isa : Pekerjaan mudah, bisa mengangkat lebih jauh lagi.Syahrozi : Asyik sekali, Bu. Bisa rame-rame dan tidak berat

Ketujuh, Umpan Balik dan Pesan-Pesan Moral

Setelah dilakukan refleksi melalui curah pengalaman, perasaan, dan

pendapat tentang kegiatan mengangkat meja secara bersama-sama (ada

kerjasama), iswa dan guru mengadakan umpan balik, kesimpulan, dan pesan moral.

Adapun dialog interaktifnya diantaranya dapat digambarkan sebagai berikut.

Guru : Setelah kita melaksanakan mengangkat meja tadi, kesulitan apa yang kamu rasakan saat mengangkat meja sendirian?

FaidhAnnisa

::

CapekSusah, berat sih, Bu.

ImadeImela

::

Sulit dan berat, Bu.Tangan saya sampai sakit, Bu.

Guru : Apa yang kamu rasakan setelah mengangkat meja bersama-sama?

RoziSyahroni

::

Lebih mudah, Bu.Asyik, Bu. Bisa rame-rame.

AnnisaFaisal

::

Lebih mudah meindahkannya, Bu.Senang, tidak capek

Guru : Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan kamu tadi anak-anak?

Imade Lia : Kita harus kerjasama, biar pekerjaan ringan.Safira : Dengan kerjasama pekerjaan akan lebih mudahSyahrozi : Dengan kerjasama hati akan senang Bu.Caesar : Lebih asyik, Bu. Bisa cepat selesai.Cuiskia : Kerjasama dapat menjalin persaudaraan, Bu.Aprilia : Seru dan menyenangkan sekali.Guru : Bagaimana apakah kerjasama itu penting?Alif Madda : Penting sekali, Bu.Sah Adilah : Ya penting. Tanpa kerjasama pekerjaan akan sulitSaniza : Penting. Karena pekerjaan jadi lebih mudah.Imade Lia : Sangat penting. Pekerjaan kita jadi lebih ringan.

Page 17: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Mila : Lebih cepat selesai.Guru : Kerjasama itu apa sebenarnya?Imela : Gotong royong, Bu.Alif : Mengerjakan pekerjaan bersama-sama.Faidh : Tolong menolongGuru : Pekerjaan apa yang perlu dilakukan dengan bekerja

sama?Imade : Piket kelas, Bu.Isti : Kerja bakti di kampung, BuImela : Membersihkan rumah, Bu.Syahroni : Sepak bola, Bu. Harus kerjasama biar menang

Efek Pembelajaran

Implementasi Model Triprakoro untuk pembelajaran nilai dan

karakter kerjasama ini, dampak langsungnya (direct effect) adalah para siswa

dapat menemukan konsep kerjasama, membangun sendiri pengetahuannya

tentang: akibat kalau tidak ada kerjasama, pengetahuan tentang akibat kalau

ada kerjasama, merasakan bekerja tanpa kerjasama dan bekerja dengan

kerjasama, terampil melakukan kerjasama, dan menghargai pentingnya

kerjasama. Adapun dampak yang penyerta (nurturant effect) nya adalah

para siswa menjadi sangat aktif dalam proses pembelajaran, kreatifitas

berpikir siswa berkembang terutama ketika mereka berfikir solutif untuk

memecahkan masalah yang mereka hadapi ketika tanpa ada kerjasama, dan

para siswa merasa senang.

Page 18: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari unsur-unsur yang terdapat

pada model yang dipaparkan di atas, pertama, dilihat dari rumusan tujuan

pembelajaran, perumusan tujuan pembelajaran mengarahkan peserta didik pada

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tujuan pembelajaran yang mengarahkan pada

kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat memicu terjadinya pembelajaran yang

mengaktifkan, menjadikan siswa kreatif, dan mampu mengkonstruksi pengetahuan

sendiri (Akbar, 2011a, DBE-2 2009). Pengetahuan yang dapat dikonstruksi siswa

diantaranya adalah siswa mampu memahami arti pentingnya kerjasama;

menjelaskan akibat kalau tidak ada kerjasama atau jika orang-orang tidak

mau bekerjasama; memecahkan masalah akibat tidak adanya kerjasama;

berpengalaman bekerjasama; dan menghargai pentingnya kerjasama.

Dalam proses pembelajaran guru tidak perlu mentransfer pengetahuan

tersebut karena melalui model yang dikembangkan ini siswa mampu

membangun pengetahuan sendiri. Oleh karena itu model ini sangat efektif

mampu mencapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan.

Dilihat dari syntax (langkah-langkah) yang mencerminkan

pengalaman belajar siswa dalam model pembelajaran yang dikembangkan

yakni: pertama, klarifikasi nilai kerjasama; kedua, pelibatan peserta didik

dalam situasi yang berlawanan dengan nilai kerjasama; ketiga, refleksi atas

pengalaman belajar dalam situasi berlawanan dengan nilai kerjasama;

Page 19: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

keempat, berpikir pemecahan masalah yang dirasakan dan dialami peserta

didik dari pengalaman belajar dalam situasi yang berlawanan dengan nilai

kerjasama; kelima, mempraktikkan hasil berpikir pemecahan masalah

dengan cara pelibatan siswa dalam pengalaman belajar dalam situasi yang

sesuai dengan nilai kerjasama; keenam, refleksi atas pengalaman belajar

dalam situasi yang sesuai dengan nilai kepatuhan; dan penguatan dengan

pesan-pesan moral dari seluruh pengalaman belajar dan dari guru. Langkah-

langkah tersebut mencerminkan model Active Learning dan memenuhi

prinsip PAKEM sehingga memungkinkan terjadinya proses-proses Explorasi,

Elaborasi, dan Konfirmasi sebagaimana tuntutan Panduan Implementasi

Standard Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang disusun

oleh Timnas KTSP Departemen Pendidikan Nasional, 2009). Proses eksplorasi

terjadi dalam berbagai pengalaman belajar mereka juga pada saat melakukan

refleksi. Proses elaborasi terjadi ketika peserta didik melakukan refleksi dan

diskusi. Proses konfirmasi terjadi disamping saat refleksi juga penyimpulan

dan penguatan yang dilakukan oleh guru di akhir sesi pembelajaran.

Dilihat dari sumber dan media pembelajaran, model pembelajaran ini

menggunakan situasi kehidupan riil yang dikemas dalam mengangkat meja

belajar siswa masing-masing, sangat cocok bagi anak-anak SD yang

kemampuan berpikirnya cenderung berada pada kemampuan berpikir

kongkrit. Penggunaan situasi riil juga sesuai dengan tuntutan pembelajaran

Page 20: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

terpadu (Akbar, 2011-a). Dengan penyesuaian sumber dan pengalaman

belajar dengan tingkat berpikir peserta didik menjadikan belajar siswa

menjadi mudah sehingga tujuan pembelajaran yang ditargetkan menjadi

mudah dapat dicapai oleh peserta didik.

Model pembelajaran ini, dilihat dalam implementasi langkah-lngkah

pembelajarannya yang di dalamnya sekaligus mencerminkan pengalaman

belajar siswa, juga mampu mengembangkan (memunculkan berbagai

kecakapan hidup) yakni kecapan personal (tampak dari tumbuhnya

kesadaran diri untuk bekerjasama), kecakapan social (peserta didik tampak

berkomunikasi dan bekerjasama dalam proses refleksi dan berpikir

pemecahan masalah, kerjasama juga tampak pada saat mereka bergotong

royong mengangkat meja belajar bersama teman sekelasnya, dan kecakapan

akademik (penguasaan teori—peserta didik dapat menemukan beberapa

teori, diantaranya ditemukan bahwa “dengan bekerjasama pekerjaan akan

ringan, mudah dikerjakan”) yang mereka temukan melalui pengalaman

belajarnya—praktik mengangkat meja belajar.

Dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran Nilai dan Karakter, model

pembelajaran ini mampu mengembangkan aspek pengetahuan, perasaan,

dan pengalaman melakukan. Hal ini disamping sesuai dengan prinsip

pendidikan adab (Ki Hadjar Dewantoro, 1962) yang menyatakan bahwa

pendidikan watak (adab) perlu mengembangkan kemampuan-kemampuan

Page 21: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Ngerti, Ngroso, dan Nglakoni, prinsip pendidikan nilai dan karakter yang

perlu menyeimbangkan pengembangan unsure-unsur karakter Moral

Knowing, Moral Feeling, dan Moral Action (Thomas Lickona, 1992), dan

prinsip pendidikan akhlaq yang didengung-dengungkan Abdullah Gimnastiar

(Akbar, 2000) yang memendang perlunya menyeimbangkan keseimbangan

fikir-dzikir-ikhtiar. Dengan demikian berarti pengembangan model

pembelajaran ini dibangun berdasarkan paradigma (kalau tidak boleh disebut

grand theory) yang sangat sesuai dan kuat. Karena dilandasi grand theory

yang sangat kuat, maka sangatlah wajar kalau Model Pembelajaran ini sangat

valid dan efektif.

Dilihat dari prinsip-prinsip terjadinya proses internalisasi nilai, model

ini memenuhi prinsip understanding, Ation, dan Reflection karena

pengalaman belajar yang tercermin dalam langkah-langkah pembelajaran

dalam model ini memenuhi prinsip-prinsip terjadinya internalisasi

sebagaimana dikemukakan oleh (Bohlin, 2001). Implementasi model

pembelajaran ini benar-benar dapat menginternalisasikan nilai kerjasama,

yang dibuktikan dengan pasca pembelajaran peserta didik mampu

menghargai pentingnya bekerjasama.

Hasil-hasil penelitian Akbar (2002) tentang Pengembangan Model-

model Pembelajaran PPKn SD, dan Akbar (2003) tentang pengembangan

model-model pembelajaran Pkn Terpadu, dan Akbar (2006, 2007, dan 2008)

Page 22: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

tentang Pengembangan Model Pembelajaran Tematik, yang pada model-

model yang dikembangkan mementingkan pengembangan aspek-aspek

pengetahuan (knowing, understanding), perasaan (feeling), dan pelakonan

(action) semua menghasilkan model-model pembelajaran yang sangat valid

dan efektif.

Jika dilihat dari direct effect dan nurturant effect sebagaimana

diuraikan pada bagian Efek Pembelajaran di atas, maka Model Triprakoro

yang diimplementasikan di SDN Kepanjen Lor 02 Blitar adalah sangat efektif.

Model ini sangat efektif karena model ini dibangun dengan teori dan prinsip-

prinsip pendidikan karakter secara kuat.

Prinsip Triprakoro (Ngerti, Ngroso, dan Nglakoni) yang dijadikan

pondasi dalam model ini sesuai dengan pendekatan komprehensif

pendidikan nilai dan karakter yang dikemukakan oleh Thomas Lickona (1992)

yang menyatakan bahwa karakter itu pada dasarnya adalah value in action

sehingga dalam praktik pembelajaran hendaknya melibatkan unsure-nsur

karakter yang mencakup moral knowing, moral feeling, dan moral action.

Prinsip tersebut juga sesuai dengan prinsip pendidikan akhlaq yang

dikembangkan oleh Abdullah Gymnastiar (Akbar, 2000) bahwa untuk

menjadikan akhlaq mulia (akhlaqul karimah) perlu pengembangan aspek-

aspek fikir, dzikir (perasaan-ingat tuhan), dan ikhtiar (amal perbuatan) yang

Page 23: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

memang sudah terbukti secara empiric—sehingga pesantren Daarut-Tauhid

Bandung milik Abdullah Gymnastiar sangat dikenal sebagai bengkel akhlaq.

Dengan sumber dan media pembelajaran yang memanfaatkan situasi

kehidupan riil (dalam konteks ini adalah latar kelas 4 SDN Kepanjen Lor 02

Blitar) dipandang sangat sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis

siswa-siswa SD yang berada pada tahapan kemampuan berpikir kongkrit

hasil-hasil penelitian Akbar (2006, 2007, dan 2008) tentang pembelajaran

tematik yang memanfaatkan situasi riil sebagai sumber dan media

pembelajaran adalah sangat efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran

yang ditargetkan.

KESIMPULAN

Implementasi Model Pembelajaran Triprakoro untuk Pembelajaran

Nilai dan Karakter Kerjasama dilakukan dengan langkah-langkah: (1)

klarifikasi nilai kerjasama; (2) pelibatan siswa dalam situasi yang berlawanan

dengan nilai dan karakter kerjasama—para siswa mengangkat meja sendiri-

sendiri; (3) refleksi; (4) berpikir solutif; (5) pelibatan siswa dalam situasi

pembelajaran yang sesuai dengan nilai kerjasama—siswa mengangkat meja

belajar secara gotong royong; (5) refleksi; dan (6) penguatan dan pesan-

pesan moral.

Page 24: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Implementasi Model Triprakoro untuk pembelajaran nilai dan

karakter kerjasama ini, berdampak (direct effect) para siswa dapat

menemukan konsep kerjasama, membangun sendiri pengetahuannya

tentang: akibat kalau tidak ada kerjasama, pengetahuan tentang akibat kalau

ada kerjasama, merasakan bekerja tanpa kerjasama dan bekerja dengan

kerjasama, terampil melakukan kerjasama, dan menghargai pentingnya

kerjasama. Adapun dampak penyerta (nurturant effect) nya adalah para

siswa menjadi sangat aktif dalam proses pembelajaran, kreatifitas berpikir

siswa berkembang terutama ketika mereka berfikir solutif untuk

memecahkan masalah yang mereka hadapi ketika tanpa ada kerjasama, dan

para siswa merasa senang.

Disarankan bahwa Model ini hendaknya digunakan oleh guru-guru SD

dalam pembelajaran nilai dan karakter kerjasama.

DAFTAR RUJUKAN

Akbar, Sa’dun, 2000. Prinsip-prinsip dan Vektor-vektor Percepatan Proses

Internalisasi Nilai Kewirausahaan: Studi pada pendidikan Visi

Daaruttauhid Bandung, Disertasi, Bandung: Program Pascasarjana

UPI>

Akbar, Sa’dun, Margono dan Noorsyam, 2002. Kajian Kurikulum dan Model-

model Pembelajaran PPKn SD, Penelitian Kompetisi Berskala

Nasional, Proyek SEQIP, Jakarta: Direktorat TK/SD.

Page 25: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Akbar, Sa’dun, Margono dan Noorsyam, 2002. Kajian Kurikulum dan Model-

model Pembelajaran PPKn SD, Penelitian Kompetisi Berskala

Nasional, Proyek SEQIP, Jakarta: Direktorat TK/SD.

Akbar, Sa’dun, I Wayan Sutama, Pujianto, 2008. Pengembangan Model-

Model Pembelajaran Tematik untuk Kelas 1 dan Kelas 2 SD, Laporan

Penelitian Hibah Bersaing Tahun-3, Ujicoba Model dalam Skala Luas,

Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Malang: Lemlit Universitas

Negeri Malang.

Akbar, Sa’dun, 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Nilai dan Karakter

berbasis Nilai-Nilai Kehidupan di SD, Laporan Penelitian Hibah

Strategis Nasional Tahun-1 dengan Fokus: Identifikasi Masalah-

masalah Pembelajaran Nilai dan Karakter di SD Jawa Timur.

Akbar, Sa’dun, 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Nilai dan Karakter

berbasis Nilai-Nilai Kehidupan di SD, Laporan Penelitian Hibah

Strategis Nasional Tahun-2 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam

Skala Terbatas di Malang.

Akbar, Sa’dun, 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Nilai dan Karakter

berbasis Nilai-Nilai Kehidupan di SD, Laporan Penelitian Hibah

Strategis Nasional Tahun-3 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam

Skala luas di Malang.

Akbar, Sa’dun, 2011-a. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial, Yogyakarta: Cipta Media, Yogyakarta.

Akbar, Sa’dun, 2011-c. Pengembangan Model Pembelajaran Nilai dan

Karakter berbasis Nilai-Nilai Kehidupan di SD, Laporan Penelitian

Hibah Strategis Nasional Tahun-3 dengan Fokus: Ujicoba Model

dalam Skala luas di Jawa Timur.

Akbar, 2011b, Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar, Naskah

Pidato Pengukuhan Guru Besar, Universitas Negeri Malang.

Page 26: Model Triprakoro Untuk Nilai Kerjasama

Bohlin, Karen E, Deborah Farmer, Kevin Ryan, 2011. Building Character in

Schools Resource Guide, Sanfrancisco: John Willey & Son.

Borg, Walter & Meredith Damien Gall, 1978. Educational Risearch, New York:

Longman.

DBE-2, 2009. Pembelajaran Aktif di Sekolah dan Kunjungan Sekolah, Bahan

Pelatihan Active Learning, Jakarta: USAID.

Dewantoro, Ki Hadjar, 1962. Bagian I: Pendidikan, Yogyakarta: Majlis Luhur

Taman Siswa.

Joice, Bruce, 1986. Models of Theaching, New Jersey: Prentice

Licckona, Thomas, 1992. Educating for Character, New York: Bantam Books.

Timnas Implementasi KTSP, 2009. Panduan Implementasi KTSP, Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

----------------------

Sa’dun Akbar, adalah Guru Besar Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasar

pada Jurusan Kependidikan SD dan Prasekolah (KSDP) Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Malang.