model terapi supportif

33
MAKALAH TUGAS MENTAL HEALTH NURSING MODEL TERAPI SUPORTIF DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 EKA PERMATA YUNI 135070209111036 NOVI SUSANTI 1350702091110 RAHMAN 135070209111077 SARDI MUHAMMAD 1350702091110 CICILIA ENDAH P. 1350702091110 PRIMA ADI S. 135070209111083 ROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM B

Upload: abdu-rahman

Post on 21-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hsdjfgjhaegfjah

TRANSCRIPT

MAKALAH TUGAS MENTAL HEALTH NURSINGMODEL TERAPI SUPORTIF

DISUSUN OLEH :KELOMPOK 5EKA PERMATA YUNI135070209111036

NOVI SUSANTI 1350702091110

RAHMAN135070209111077

SARDI MUHAMMAD1350702091110

CICILIA ENDAH P.1350702091110

PRIMA ADI S.135070209111083

ROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM BF A K U L T A S K E D O K T E R A NUNIVERSITAS BRAWIJAYA2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai psikoterapi suportif sebagai salah satu pemenuhan tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa..Dalam makalah ini, penulis memberikan informasi tentang psikoterapi suportif, Makalah yang penulis susun ini diharapkan dapat berguna bagi semua orang dan dapat dimengerti sehingga pengetahuan masyarakat bertambah tentang psikoterapi suporti. Makalah ini masih jauh dari sempurna karena pengalaman penulis di bidang ini masih kurang, oleh sebab itu kritik, saran, dan masukan-masukan lain dari teman sejawat dan para dosen serta para pembaca umum senantiasa penulis harapkan.

Malang, 22 November 2014

Penulis

BAB 1PENDAHULUANPsikoterapi merupakan metode pengobatan terhadap gangguan emosional dengan cara merubah pola berpikir dan pola perasaan agar terjadi keseimbangan di dalam diri individu tersebut dengan model ilmu keperawatann. Psikoterapi dapat juga didefenisikan dengan metode pengobatan terhadap gangguan kesulitan yang bersifat emosional dengan cara psikologi. Dalam psikoterapi sangat diperlukan hubungan yang baik antara pasien dan perawatPsikoterapi dapat diklasifikasikan menurut prosesnya yaitu psikoterapi suportif, reedukatif, dan rekonstruktif. Bila berdasarkan lamanya ada psikoterapi jangka pendek dan jangka panjang. Bila dilihat dari jumlah pasiennya, maka ada psikoterapi individual dan psikoterapi kelompok.Pada pasien neurosa depresi, terapis menggunakan teknik menenangkan pasien, menanamkan pikiran pada pasien (sugesti), dan membuat pasien mengeluarkan semua masalahnya tanpa berupaya untuk mengubah kepribadian pasien. Dengan memberi sugesti, seseorang terapis dapat membangun berbagai kondisi emosional positif berkenaan dengan masalah yang dihadapi oleh pasien. Terapis sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukkan empati terhadap keadaan atau masalah pasien.

BAB 2Tinjauan Pustaka1.1DefinisiPsikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertunbuhan kepribadian secara positif.Menurut Rockland (1993) dan Basford (2006) terapi supportif (relationship oriented psychotherapy) merupakan jenis psikoterapi individual yang lazim, dilakukan dan terdapat dalam orientasi yang berpusat pada penyampaian pemahaman. Terapi supportif bersifat menunjukkan sikap bersama dengan dan selalu ada untuk klien. Terapis dalam metode terapi ini terdiri atas psikiater, psikologi klinis, pekerja social dan perawat.Terapi supportif suatu bentuk terapi alternative yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan utnuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan kea rah keseimbangan, yang terutama dilakukan adalah menekan atau mengontrol gejala-gejala yang terjadi dan untuk menstabilkan pasien ke dalam suasana yang aman dan terlindungi untuk melawan ataupun menghadapi tekanan yang mungkin saja berat, baik yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya.Terapi supportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) menawarkan kepada pasien oleh seseorang tokoh yang berkuasa selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara. Pendekatan ini juga memiliki tujuan utnuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu.1.2KlasifikasiCara-cara psikoterapi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu psikoterapi suportif dan psikoterapi genetik-dinamik.1.2.1Psikoterapi Suportif (atau supresif, atau non-spesifik)Psikoterapi suportif adalah suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Untuk mengembalikan keadaan jiwa yang rapuh ataupun mengalami gangguan ke arah keseimbangan, yang terutama dilakukan adalah menekan ataupun mengontrol gejala-gejala yang terjadi dan untuk menstabilkan pasien ke dalam suasana yang aman dan terlindungi untuk melawan ataupun menghadapi tekanan yang mungkin saja berat naik yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya.Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) menawarkan dukungan kepada pasien oleh seorang tokoh yang berkuasa selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara. Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau konbinasi, termasuk : kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah pemuasan kebutuhan tergantungan mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai contohnya, hobi) istirahat dan penghiburan yang adekuat menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin perawatan di rumah sakit jika diindikasikan medikasi untuk menghilangkan gejala bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima, terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini dapat dipilih jika penilaian diagnostik menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahap didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling menjanjikan untuk perbaikan.Tujuan psikoterapi jenis ini ialah:a. Menguatkan daya tahan mental yang ada, dengan kata lainmembuat seseorang itu bahagia dan sejahtera.b. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang barudan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang tahu dan mengerti tentang dirinya.c. Mengembalikan keseimbangan adaptif (dapatmenyesuaikan diri).d. Menaikkan fungsi psikologi dan sosial.e. Menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyakmungkin.f. Menyadari realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima.g. Mencegah terjadinya relaps..h. Bertujuan agar penyesuaian baik.i. Mencegah ketergantungan pada dokter.j. Memindahkan dukunganAspek Pendekatan dalam Terapi supportifMenurut Peterson dan Zderad (1976) terdapat tiga aspek-aspek pendekatan dalam terapi supportif1. KongruenMerupakan kemampuan untuk menyampaikan kepada klien bahwa perawat memiliki perhatian tulus dan menghargai klien sebagai seorang manusia dalam menjalankan perannya.2. Penghargaan positif yang tidak terkondisiMerupakan penyampaian kepada klien bahwa perawat menghargai dan menilai klien sebagai seorang manusia tanpa membedakan siapa dan apa pekerjaan atau jabatannya.3. EmpatiMerupakan upaya secara tulus untuk memahami bagaimana perasaan klien dan mengetahui kemampuan untuk menyampaikan pemahaman kepada klien.Indikasi Terapi Supportif1. Klien yangh sedang mengalami stress emosional, takut, merasa sendiri atau saat klien menghadapi ancaman kesakitan, trauma, dan bahkan kematian.2. Klien yang gagal mengatasi stress yang sedang dihadapinya tanpa mempedulikan apakah kegagalan tersebut didasari oleh kondisi psikiatri klien.3. Klien dengan gangguan psikiatri yang berat (seperti skizofreni dan gangguan afektif berat)4. Klien dengan defisit ego.Secara garis besar terapi supportif diindikasikan terhadap:a. Seseorang yang dalam keadaan kritis dan kacau serta tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah, yang menghasilkan kecemasan berat dan kebingungan (contoh, orang yang mengalami kesedihan yang berat, kesakitan, perceraian, atau kehilangan pekerjaan ataupun mereka yang pernah menjadi korban kejahatan, penganiayaan, bencana alam, ataupun kecelakaan).b. Pasien dengan penyakit yang berat dan kronik disertai dengan kerapuhan ataupun kelemahan fungsi ego ( contoh, mereka dengan psikosis yang laten, gangguan impuls, gangguan kepribadian berat).c. Pasien dengan defisit kognitif dan gejala-gejala fisik yang membuat mereka menjadi lemah dan tidak cocok dilakukan pendekatan insight-oriented (contoh, pasien psikosomatik).d. Pasien dengan toleransi kecemasan yang rendah dan kesulitan mengendalikan frustasi.e. Pasien dengan kelemahan psikologi yang sesuai dengan fungsi kognitifnya.f. Mereka yang kesulitan menbedakan kenyataan luar dengan dari dalam dirinya.g. Pasien yang mengalami gangguan berat dalam hubungan interpersonal.h. Mereka yang mengalami kelemahan dan mengontrol impuls dan akhirnya mereka melakukan tindakan yang buruki. Pasien dengan intelegensia yang kurang dan kapasitas yang lemah terhadap pengamatan dirinya sendiri.j. Pasien yang memiliki keterbatasan yang berat untuk mengadakan hubungan terapeutik dengan terapis.Syarat Pemberian Terapi Supportif :1. Pasien dengan taraf pendidikan yang tidak begitu tinggi2. Gangguan bersifat sedang3. Kepribadian premorbid pasien yang kuat disertai dengan adanya pemulihan diri.Komponen Terapi Supportif antara lain ialah sebagai berikut :a. Ventilasi atau (Psiko) katarsisTerapis membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.Sikap terapis yaitu menjadi pendengar yang baik dan penuh pengertian. Topic pembicaraan yaitu permasalahan yang menjadi stress utama.b. Persuasi atau bujukan (persuasion)Terapi supportif yang dilakukan dengan menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi. Terapis berusaha membangun, mengubah, dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskannya dari impuls yang mengganggu secara masuk akal dan sesuai hati nurani. Impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat mengganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang. Berusaha meyakinkan pasien dengan alas an yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.c. SugestiSugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas professional serta menunjukkan empati. Pasien bahwa dokter sehingga kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena pasien menganggap pengobatan itu dating dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti dengan reduksi. Anak-anak dan orang dewasa dengan intelegensia yang sedikit kurang serta pasien yang kepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan memak-maksa pasien dan jangan memberi kesan bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan mengganggu harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan organic sebagai penyebab gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.d. Penjamin kembali (reassurance)Penajmin kembali dilakukan melalui komentar yang ahlus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara adekuat (cukup memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien.Sikap terapis, meyakinkan secara tegas dengan menunjukkan hasil-hasil yang telah dicapai pasien.e. BimbinganBimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dsb.Sikap terapis, menyampaikan nasehat dengan penuh wibawa dan pengertian.f. PenyuluhanPenyuluhan atau konseling ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri labih baik, agar ia dapat mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi.Sikap terapis, menyampaikan secara halus dan penuh kearifan.g. Terapi kerjaTerapi kerja yaitu berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terampil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari nafkah kelak.h. Hipno-terapiPasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada dalam kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan dalam terapi untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dari dinamika pasien menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk asosiasi baru. Beberapa pasien dapat menginduksi regresi usia, selama mana mereka mengalami kembali peristiwa yang terjadi pada kehidupan yang lebih awal. Apakah pasien mengalami peristiwa seakan-akan kontroversial, tetapi material yang diungkapkan dapat digunakan untuk terapi lebih lanjut. Pasien dalam keadaan trance mungkin menggambarkan suatu peristiwa dengan intensitas yang mirip dengan peristiwa yang terjadi dan merasakan peringanan sebagai hasilnya.i. NarkoterapiNarkoterapi secara intravena disuntikan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek (umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengan tidur pasien diwawancarai, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul sewaktu narkoterapi dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali.j. Psikoterapi kelompokPsikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang di bombing oleh ahli terapi yang terlatih utnuk membantu satu sama lainnya dalam menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai maneuver tehnik dan gagasan teoritis, pembimbing mengguanakan interaksi anggota kelompok utnuk membuat perubahan tersebut.Psikoterapi kelompok meliputi spectrum terapi teoritik dalam psikiatri supportif, terstruktur, terbatas waktu, (sebagai contoh, kelompok dengan orang psikotik yang kronis), kognitif prilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasiern dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan prilaku pasien terhadap berbagai orang mendapatkan berbagai intervensi.k. Terapi prilakuTerapi prilaku, berusaha untuk menghilangkan masalah prilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi prilaku belajar pasien.Tujuan Terapi Supportif1. Mengevaluasi situasi kehidupan saat ini.2. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan klien3. Membantu klien melakukan perubahan realistis mengenai hal apa saja yang memungkinkan untuk dapat berfungsi lebih baik.4. Mendukung tes realitas5. Memberi dukungan ego6. Mempertahankan atau menegakkan kembali tingkat fungsional.Frekuensi dan Lama Terapi SupportifKlien dianjurkan untuk melakukan terapi sekali atau lebih dalam seminggu untuk beberapa minggu atau bulan (bahkan mencapai tahunan). Termasuk juga intervensi krisis yang singkat (1-3 pertemuan)Tehnik Terapi SupportifTehnik terapi supportif yang digunakan didalam terapi supportif adalah sebagai berikut :1. Memperkuat pertahanan psikologis2. Membantu klien mengidentifikasi, mengekspresikan emosinya, dan membantu untuk pertukaran masalah atau berbagai emosi.3. Menenangkan, memberi sugesti, mengeluarkan semua masalah, abreaction, dan manipulasi lingkungan.4. Perawat bersikap aktif, menunjukkan minat, empati, hangat, pengertian dan optimistis (mendengarkan klien, mengerti hal-hal yang menjadi perhatian klien dan menolong klien untuk menentukaan arah)5. Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan membantu mengoreksi.6. Membantu memecahkan masalah eksternal (misalnya masalah pekerjaan dan rumah tangga)7. Melatih klien mengenali tanda-tanda ketidakmampuan mengompensasi di masa depan8. Menemui klien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali perminggu) secara teratur, tetapi pertemuan ini harus diterminasi pada saat tujuan tercapai.9. Mengenali bahwa beberapa klien depresi dapat memprovokasi kemarahan perawat (melalui kemarahan, tuntutan yang tidak masuk akal)10. Pemberian medikasi.

BAB 3Tinjauan Kasus3.1 Riwayat KasusKlien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, adik klien seorang perempuanyangmerupakansaudaratiriklien.Sejakklien berusia lima tahun, ibu dan ayah kandung klien memutuskan untuk bercerai. Menurut klien, ayahnya seorang yang berperawakan besar, jahat dan suka marah-marahsehingga apabila klien melihat ayahnya, klien akan menangis dan berusaha untuk tidak mendekati ayahnya. Perpisahan yang dialami kedua orangtuanya membuat klien membutuhkan tempat berlindung yang dapat memenuhi kebutuhan klien, hal tersebut di dapatkan pada paman klien yang merupakan adik dari ibu klien. Paman klien yang belum menikah mencurahkan kasih sayangnya kepada klien, pamannya sering membelikan barang-barang yang diinginkan klien sehingga membuat klien merasa mendapatkan figur ayah yang belum didapatkannya padaayah kandung klien. Di samping klien mendapatkan kasih sayang yang utuh dari pamannya, klien juga mendapatkan kasih sayang dari ibu klien yang juga selalu menuruti keinginan klien, klien yang saat itu menjadi anak tunggal merasa tidak tersaingi oleh orang lain untuk mendapatkan perhatian dari paman dan ibunya tersebut. Hal tersebut berlangsung hingga empat tahun sebelumibu klien memutuskan menikah lagi dengan seorang pria yang menurut ibu klien dapat menjaga dan melindungi klien beserta ibunya.Setelah ibunya bercerai dan pamannya menikah, klien mulai malas untuk belajar dan pergi ke sekolah. Selain itu, teman- teman sekolah klien mulai meninggalkanklien karena klien tidak seperti dulu lagi yang memiliki banyak uang jajan untuk mentraktir teman-temannya tersebut. Klien yang merasa kehilangan pamannya sebagai figur pelindung juga merasakan kehilangan teman-teman sepermainannya. Rasa kehilangan pada paman dan teman-temannya membuatklien banyak menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan dirumah, tidak pergi ke sekolah, nonton televisi dan berdiam diri di kamar.Pada usia sepuluh tahun yang saat itu klien sedangg duduk di bangku 5 SD, klien mendapatkan seorang adik dari hasilpernikahan ibu dengan ayah tiri klien. Dengan adanya kehadiran seorang adik perempuan, ibu dan ayah tirinya cenderung membiarkan klien karena beranggapan klien telah dewasa dan dapat mengurus kebutuhannya sendiri. Selain itu, dalam pernikahan ibu klienterdapat berbagai permasalahan sehingga ayah tiri klien memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi dengan wanita lain. Beban tanggung jawab ibu klien semakin bertambah dengan adanya adik klien yang masih kecil dan belum genap berusia satu tahun. Halini membuat ibu klien mulai mengalami perekonomian yang mengkhawatirkan bahkan untuk mencukup kebutuhan sehari- hari seperti sandang dan pangan ibu klien mengalami kesulitan. Serta paman klien memutuskan untuk menikahi seorang gadis yang juga berasal dari daerah yang samamemilih menempati rumah yang berbeda dan mulai fokus menafkahi keluarga barunya. Klien yang memiliki hubungan yang dekat dengan pamannya, merasa ditinggalkan, sedih, merasa kehilangan dan sakit hati.Ketika klien duduk di kelas 3 SMP, klien yang sering tidak masuk sekolah dan tidak ikut ujian karena klien merasa pusing, mudah lelah dan tidak bersemangat membuat klien tidak lulus ujian. Keadaanya ini diperparah dengan anggapan klien bahwa pamannyalebih memberikan perhatian kepada adik tirinya yang masih kecil.Ketika klien berumur kira-kira enam belas tahun, ibu klien merasa bahwa klien telah dapat mandiri dan tidak bergantung lagi secara finansial pada ibunya. ibu klien yang telah memasuki umur empat puluh tahun mulai merasa capek dan sakit-sakitan untuk membiayai klien dan adik tirinya. Klien di minta ibunya untuk mencari pekerjaan agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Akan tetapi klien yang telah terbiasa mendapatkan kebutuhan baik primer maupun sekunder merasa tidak nyaman dan menginginkan pekerjaan yang dapat membuatnya kaya raya dan banyak memiliki teman-teman. Selama klien tidak memiliki pekerjaan, klien sering diejek teman-temannya bahwa klien adalah seorang anak yang miskin dan tidak memiliki uang, teman-temannya tidak mau mengajak klien jika ada kegiatan kumpul-kumpul atau acara dangdutan. Hal ini semakin membuat klien sedih dan sering membayangkan apabila klien memiliki uang banyak akan membuat klien dapat diterima baik oleh teman- temannya.Klien merasa kecewa dan sakit hati tetapi lebih memilih untuk menyimpan perasaannya tersebut tanpa memberitahukan keluarganya sejak itu klien cenderung mengurung diri di dalam kamar, marah-marah pada ibunya, mudah tersinggung dan mengancam akan membunuh ibunya. Selain itu klien jugasering mendengar suara-suara baik suara perempuan maupun suara laki-laki yang mengatakan jelek, goblok, miskin. Suara-suara tersebut sangat mengganggu klien setiap saat kecuali klien sedang tidur. Klien merasa heran karena suara-suara tersebut tidak memiliki wujud seperti manusia. Hal ini membuat klien marah dan mencari-carisumber suara-suara tersebut. Selain itu klien juga sering merasa bahwa ada seseorangyang akan memberikannya penyakit pada mulutnya jika ia sedang tertidur, ia sering mendengar suara tersebut akan mencelakai dirinya, kejadian ini menambah kekhawatiran dan kegelisahan klien. Akhirnya pada tahun2006 klien dimasukkan ke RSJ karena klien mengancam ibunya dengan menggunakan senjata tajam dan merusak alat-alat rumah tangga.Saat ini kondisi klien telah berada di RSJ sejak tanggal 22 Agustus 2011. Selama perawatan di RSJ, klien merasa bahwa ia masih sering mendengar suara-suara yang akan mencelakainya, akan tetapi klien masih dapat membiarkan dan mencoba mengalihkan perhatiannya pada kegiatan yang lain agar ia tidak dapat mengontrol emosinya. Menurut penuturan aparat desa yang membawa kliendi RSJ, ketika berada di rumah klien sering berlaku agresif pada lingkungan sekitarnya, mondar-mandir, bicara dan tertawa sendiri. Hal ini dilakukan karena klien merasa sangat diganggu dengan suara-suara yang tidak memiliki wujud tersebut.IntervensiIntervensi yang diberikan ada 2 macam yaitu1) terapi suportif dengan pendekatan katarsis emosional (ventilasi psikologis) yang bertujuan untuk mengeluarkan perasaan-perasaan yang direprespada masa lalu yang menjadi sumber masalah yaitu kekecewaan kepada teman. Kerentanan yang terjadi pada diri klien,secara psikologis karena klien mempunyai sifat yang introvert, cenderung menarik diri dari lingkungan, dan mudah frustasi sehingga memilih mekanisme pertahanan ego terhadap masalah dengan cara represi ketika di bawah tekanan yang berlebihan. Dengan katarsisini, maka klien bisa mengeluarkan perasaan- perasaan yang dia pendam selama ini. 2) psikoedukasi kepada keluarga yang bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman mengenai permasalahan yang dialami klien kepada pihak keluarga dan meminta keluarga agar dapat selalu memberikan dukungan dan pendampingan kepada klien.Dalam prosedur pelaksanaan intervensi ini dilakukan 6 sesi. Sesi 1 yaitu Memberitahukan kepada klien hasilassessment yang telah dilakukan serta tujuan yang akan dicapai sehingga klien dapatlebih terbuka dan percaya kepada terapis dan membuat kesepakatan antara klien dan terapis mengenai intervensi yang akan diberikanSesi 2 yaitu memberikan tugas kepada klien untuk membuat catatan yang terkait dengan kelebihan dan kelemahannyaserta keinginan dan halangannya hal ini dimaksudkan agar klien dapat menjelaskan kecemasan atau permasalahan yang dialaminya saat ini maupun dulu lebih mendalamSesi 3 yaitu klien diminta untuk menceritakan suara-suara yang menganggunya serta pada situasi/kondisi kapan klien mendengar suara-suara tersebut. Dari pembicaraan klien mengenai situasi/ kondisi munculnya suara dapat membuat klien menceritakan pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialami klien. Kemudain terapis memberitahukan bahwa suara-suara yang didengar klien berasal dari pemikiran klien ketika klien menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Suara- suara yang mengganggu klien tidak akan menyakiti klien jika klien mampu mengontrol pemikirannya tentang suatu yang dicemaskan klien pada kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.Sesi 4 yaitu Terapis meminta klien untuk menuliskan nama-nama anggota keluarga di mana klien merasa nyamanjika ia dapat menceritakan sedikit masalah yang dihadapinya. Serta alasan mengapa klien lebih mempercayai anggota keluarga tersebut. Serta klien diminta menuliskananggota keluarga yang paling tidak klien sukai untuk menceritakan masalahnya beserta alasan. Kemudian terapis memberitahukan kepada klien bahwa jika klien lebih dapat mengungkapkan masalahnya pada orangyang dipercayai hal ini dapat mengurangi beban yang ada diri klien sehingga klien dapat bersosialisasi kembali dengan keluarganya.Sesi 5 yaitu pada sesi ini, klien berkunjung ke rumah klien Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi-kondisi yang memungkinkanklienrelaps(kambuh)sehingga keluarga dapat waspada, serta diagnosis dan pengobatannyaSesi 6 yaitu terapis dan klien secara bersama mengevaluasi hasil intervensi secara keseluruhan dan mengambil kesimpulandari proses intervensi yang telah dijalani serta memberikan dukungan kepada klien agar klien tetap berusaha untuk mengontrol pemikirian negatifnya.

DAFTAR PUSTAKA

Setyoadi, Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika.Kaplan, Harold I, dkk. 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Jakarta :Binapura Aksara Publisher.Muslim. Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas. PPDGJ III. Jakarta : PT. Nuh Jaya.Tomb. David. A. 2004. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC Triharim, PL. Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2013,Volume 1 (1),46-51

Ingram, dkk. 1995. Catatan Kuliah Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC