model sentra pengembangan agribisnis · web viewjalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan...

46
MODEL SPAKU PISANG SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) PISANG DI KECAMATAN PAKIS - WAJAK DAN SEKITARNYA Diabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno MS Bahan kajian dalam MK. Metode Penrencanaan Wilayah PM-PSLP PPSUB 2011 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Keaneka-ragaman jenis pisang yang ada di wilayah Kabupaten Malang dan sekitarnya ternyata mempunyai makna ganda bagi upaya- upaya pengembangannya. Pada satu sisi, kekayaan plasma nutfah ini menjadi asset yang sangat penting dalam program pemuliaan tanaman untuk mendapatkan jenis- jenis pisang sesuai dengan kebutuhan pasar. Sedangkan pada sisi lain, keanekaan jenis ini menjadi salah satu kendala serius bagi upaya pengembangannya. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar jenis pisang yang ditanam petani mempunyai produktivitas dan kualitas buah yang relatif masih rendah. Keadaan seperti ini telah mengakibatkan rendahnya nilai ekonomis buah pisang dan terbatasnya jangkauan pemasaran produk-produk buahnya. Pada giliran selanjutnya keadaan seperti ini akan berdampak terhadap rendahnya insentif bagi masyarakat atau suasta untuk mena namkan investasi nya dalam agribisnis pisang. Masalah lain yang juga dihadapi dalam pengembangan komoditi buah-buahan pisang ini adalah masih lemahnya keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri, terutama di pedesaan. Sehingga sebagian terbesar komoditi pisang dipa sarkan sebagai

Upload: lethuy

Post on 02-May-2018

229 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

MODEL SPAKU PISANG SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS

UNGGULAN (SPAKU) PISANG DI KECAMATAN PAKIS - WAJAK DAN

SEKITARNYA

Diabstraksikan olehProf Dr Ir Soemarno MS

Bahan kajian dalam MK. Metode Penrencanaan WilayahPM-PSLP PPSUB 2011

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakangKeaneka-ragaman jenis pisang yang ada di wilayah Kabupaten Malang dan

sekitarnya ternyata mempunyai makna ganda bagi upaya-upaya pengembangannya. Pada satu sisi, kekayaan plasma nutfah ini menjadi asset yang sangat penting dalam program pemuliaan tanaman untuk mendapatkan jenis- jenis pisang sesuai dengan kebutuhan pasar. Sedangkan pada sisi lain, keanekaan jenis ini menjadi salah satu kendala serius bagi upaya pengembangannya. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar jenis pisang yang ditanam petani mempunyai produktivitas dan kualitas buah yang relatif masih rendah. Keadaan seperti ini telah mengakibatkan rendahnya nilai ekonomis buah pisang dan terbatasnya jangkauan pemasaran produk-produk buahnya. Pada giliran selanjutnya keadaan seperti ini akan berdampak terhadap rendahnya insentif bagi masyarakat atau suasta untuk mena namkan investasi nya dalam agribisnis pisang.

Masalah lain yang juga dihadapi dalam pengembangan komoditi buah-buahan pisang ini adalah masih lemahnya keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri, terutama di pedesaan. Sehingga sebagian terbesar komoditi pisang dipa sarkan sebagai produk primer. Untuk lebih memperkuat keter kaitan antar sektor tersebut diperlukan kerjasama inter-sektoral yang lebih aktif dalam mengembangkan komoditi pisang, penyediaan IPTEK budidaya dan agroindustri pisang yang mampu menyediakan alternatif produk sekunder dan tersier dari komoditi pisang di pedesaan, dan kebijakan pemerintah yang lebih terarah.

Kesemua permasalahan tersebut di atas dapat terangkum dalam bidang kajian agribisnis yang mencoba menelaah kegiatan-kegiatan produksi komoditi pisang, mulai dari pengadaan bibit, teknologi budidaya, teknologi pascapanen dan pengolahan hasil, sampai pemasaran produk-produknya. Dengan demikian untuk waktu-waktu mendatang upaya pengembangan agribisnis ini masih tetap merupakan salah satu kunci utama dalam pengem bangan komoditi pisang .

Di wilayah Kabupaten Malang dan sekitarnya persoalan di atas menjadi semakin penting karena beberapa alasan pokok , yaitu (i) pangsa relatif produksi pisang dari

Page 2: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

Malang di pasar regional cukup besar, (ii) usahatani pisang terdapat di hampir seluruh wilayah kabupaten Malang, (iii) berbagai jenis pisang yang ada ternyata mempunyai produktivitas dan kualitas buah yang rendah, (iv) teknologi budidaya yang dipraktekkan oleh petani pisang masih relatif sederhana, dan (v) teknologi pasca panen dan pengolahan buah belum banyak dikenal masyarakat sehingga jangkauan pemasaran dari produk buah pisang masih terbatas.

Lebih dari 25 macam kultivar pisang dapat ditemukan di wilayah LESMAS. Beberapa jenis pisang yang dominan di daerah sentra produksi adalah Ambon, Sobo, Susu, Agung, Rojonongko, Rojomolo, Candi, Ijo, Emas, Kavendish dan Pisang Raja. Sebagian besar jenis pisang ini termasuk ke dalam Golongan I, yaitu pisang yang dimakan buahnya setelah matang, yaitu sebagai konsumsi buah segar. Pisang Ambon dan Susu termasuk Go-longan I yang mempunyai banyak kelebihan agronomis dan nilai gizi sebagai buah segar; sedangkan pisang Sobo merupakan jenis serbaguna. Kompo-sisi gizi pulp buah pisang segar ini adalah 70% air, 27% karbohidrat, 0.5% serat kasar, 1.2% protein kasar, 0.3% lemak, 0.9% abu, dan vitamin serta mineral.

Produktivitas usahatani pisang tersebut sangat beragam, upaya pengembangan pisang jenis unggul yang berkualitas buah baik terbentur kepada kesulitan penyediaan bibit yang baik pada tingkat petani; sedangkan upaya perluasan jangkauan pemasaran buah terbentur kepada kualitas buah yang sangat beragam, daya tahan buah matang segar yang sangat rendah dan terbatasnya upaya-upaya pengawetan dan pengolahan buah di tingkat petani.

1.2. Arti Penting Komoditi PisangPisang merupakan salah satu bahan pangan penting di daerah tropika basah.

Buah yang masih berwarna hijau mengandung 40% karbohidrat dan 6% protein, vitamin dan mineral. Satu ton buah pisang masak hijau mengandung sekitar 545 kg daging buah segaratau 218 kg daging buah kering, setara dengan 364 800 kalori. Hasil pengujian oleh Direktorat Gizi (1979) menunjukkan bahwa daging buah pisang mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi dan vitamin A, B, C, dan air. Setiap 100 g daging buah pisang masak menghasilkan kalori sebesar 68-127 kcal. Ditinjau dari segi enerji dan gizi, tanaman pisang dapat menggantikan kedudukan ubikayu. Komposisi kimia tepung pisang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia beberapa tepung dalam 100 g bahan .

Jenis Tepung

Pro tein

Le mak

K.H Ca P Fe Vit.A Vit.B Vit.C Kalori

(g) (g) (g) . mg (SI) mg mg Kcal1. Pisang 1.64 0.70 87.7 4 92 2 126 0.03 2 313 2. Beras 6.80 0.70 78.9 6 140 0.8 0.12 1 360 3. Jagung 8.70 4.50 72.3 9 380 4.6 350 0.27 - 361 4. Terigu 8.90 1.30 77.3 16 106 1.2 0.12 - 366 5. Gaplek 1.50 0.70 81.3 80 60 1.9 0.04 - 338 6. Bonggol pisang (kering)

3.40 66.2 60 150 2.0 0.04 4 245

Sumber: Direktorat Gizi, Dept. Kesehatan RI (1979).

1

Page 3: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

Ditinjau dari nilai gizinya, daging buah (pulp) pisang mengandung air sebesar 70 %, karbohidrat 27 %, serat kasar 0,5 %, protein 1,2 %, lemak 0,3 %, abu 0,9 % dan vitamin serta mineral sebesar 0,1 %. Pada pisang yang masih hijau tetapi sudah cukup tua mempunyai kandungan karbohidrat sebesar 21 - 25 persen.

1.3. Syarat Tumbuh Tanaman PisangTanaman pisang banyak tumbuh di daerah tropika, termasuk monokotiledon

perennial yang siklus berbuahnya tahunan. Sistem perakaran tanaman ini sebagian besar berada di lapisan tanah permukaan dan akar-akarnya hanya sedikit bercabang . Pisang merupakan tanaman dataran rendah di daerah tropik yang beriklim basah (lembab) dengan cuah hujan merata sepanjang tahun. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi oleh radiasi matahari dan status air tanah. Adanya stagnasi pertumbuhan sebagai akibat stress air tanah dapat mengakibatkan penurunan produksi buah. Jumlah tandan dan ukuran panjang buah sangat ditentukan oleh pertumbuhan daun dan tinggi tanaman.

Respon tanaman pisang terhadap penambahan air ternyata sangat besar. Dengan mempertahankan jumlah air tersedia dalam tanah lempung liat sebesar 60, 80, dan 90% (dengan irigasi) ternyata hasil buah dapat ditingkatkan menjadi 141%, 159% dan 195% daripada tanaman tanpa irigasi. Perlakuan yang paling efektif ialah penambahan air 7.7 mm setiap 3-5 hari selama periode kering.

1.4. Sistem Usahatani Pisang di Jawa TimurUsahatani pisang di Indonesia sebagian besar dilakukan petani dalam skala

kecil-kecilan pada lahan tegalan, pekarangan atau kebun campuran. Khusus di daerah lahan kering di bagian hulu Daerah Aliran Sungai, tanaman ini memegang peranan ganda yang penting. Ditinjau dari aspek ekonomi keluarga, usahatani tanaman ini mampu menyediakan sejumlah pendapatan secara kontinyu sepanjang tahun, dan ditinjau dari aspek konservasi tanah ternyata pisang juga mempunyai kemampuan cukup baik untuk melindungi tanah (PLKK, 1988). Di Jawa Timur, salah satu sentra produksi pisang adalah Banyuwangi dan Malang dengan beberapa kultivar pisang yang lazim ditanam petani disajikan dalam Tabel 3 dan sifat pengusahaannya disajikan Tabel 4..

Tabel 3. Kultivar pisang yang ditanam petani di Kabupaten Malang

Kultivar Persentase petaniAmbon 96.87Raja Nangka 87.50Sobo 78.12Susu 56.25Mas 65.63Raja 15.63Berlin 59.37Kayu 34.37Lain-lain 15.63Sumber: Simon, dkk., 1994.

2

Page 4: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

Tabel 4. Sifat pengusahaan tanaman pisang di Malang

Uraian Persentase petani di sentra produksi pisang: Ambon Lokal1. Tempat penanaman pisang: a. Tegalan 37.23 67.12 b. Pekarangan 31.25 27.34 c. Kebun 24.24 5.54 d. Sawah 6.24 0.002. Ditanam sebagai tanaman: a. Tanaman utama 18.75 22.43 b. Tanaman sela 81.25 77.57

Sumber: Simon dkk., 1994

Tanaman pisang ternyata cukup bagus dilibatkan dalam sistem usahatani konservasi di lahan kering. Di lokasi DAS Jratunseluna, tanaman pisang dapat dipanen pada umur sekitar 13-15 bulan sejak tanam. Produktivitas pisang yang dipanen umur 16 bulan pada dua macam pola tanam adalah seperti Tabel 5.

Tabel 5 . Pola tanam dan produksi buah

Polatanam Jumlah tunas/ Jumlah ta- Jumlah sisir/tandan rumpun naman prod. Rataan Kisaran B 4.71 43.55% 6.71 4 - 8 C 3.67 10.72% 4.30 4 - 5

Polatanam B : teras bangku+tanm pangan+tanm tahunan+rumput jarak tanam pisang 3.5 m x 7 mPolatanam C : Teras gulud + tnm pangan + tanm tahunan + rumput + pohon legum + pisang (3.5 m x 14 m)

Karakteristik dan produksi buah pisang sangat ditentukan oleh pertumbuhan tanaman, dan jumlah buah dipengaruhi oleh ukuran tandan dan jumlah sisir. Pemotongan bunga jantan (jantung) sejauh 25 cm dari sisir terakhir dapat meningkatkan berat tandan buah dan mempercepat waktu masak. Karakteristik pisang Susu dan Raja Teman disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 . Varietas dan produktivitas buah

Varietas Jml Jumlah buah pada sisir ke: buah

/tandan 1 2 3 4 5 6 7 8

Susu 72 11 12 12 10 12 15 15 4Raja Teman

60 12 12 11 10 10 8 9 -

Sumber: Nuhardiyati, 1988.

3

Page 5: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

Usahatani pisang yang sekarang dilakukan oleh penduduk umumnya masih tergolong "low input", sehingga secara ekonomis memberikan keuntungan petani. Tabel 7, 8 dan 9 menyajikan analisis finansial usahatani pisang rakyat.

Tabel 7. Biaya sarana produksi dalam usahatani pisang di Malang (Rp/tahun)

Sarana Produksi Pisang Kultivar: Ambon Raja Nangka Sobo Susu1. Pupuk: Urea 38.016 8.015 6.623 2.364 TSP 13.335 2.811 2.323 829 KCl 10.943 2.307 1.906 680 Rabuk 127.978 26.981 22.294 7.9582. Bibit 9.233 1.946 1.608 5743. Liptonik 508 107 88 324. Tenagakerja 216.055 45.550 37.638 13.4355. Transportasi 24.270 8.089 7.741 2.258Jumlah 440.336 95.807 80.222 28.130

Sumber: Simon dkk., 1994

Tabel 8. Penerimaan usahatani pisang di Wilayah Kab Malang

Kultivar Jumlah Hasil Jumlah Harga Nilai pohon tandan sisir/ (Rp/ (Rp) tandan tandan) Ambon 206 202 8 4688 975.258 Raja Nangka 64 102 6 1884 116.143Sobo 46 101 7 1780 117.140Susu 15 30 7 2569 76.556 Mas 18 36 5 1458 49.583 Raja 10 29 6 2550 73.200 Berlin 14 26 6 1467 25.908 Kayu 14 29 7 1500 26.464 Usuk Madura 14 26 8 3708 8.158 Sumber: Simon dkk., 1994.

Tabel 9. Pendapatan usahatani pisang selama setahun (Rp)

Kultivar Penerimaan Biaya Pendapatana. Ambon 975.258 563.258 412.000b. Raja Nangka 116.143 129.996 -13.853c. Sobo 117.140 105.777 11.363d. Susu 76.556 36.915 39.641e. Mas 49.583 49.583f. Raja 73.200 73.200g. Berlin 25.908 25.908h. Kayu 26.454 8.158

4

Page 6: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

i. Usuk Madura 8.158 38.400Sumber: Simon, dkk., 1994.

Analisis kelayakan ekonomis usahatani pisang secara monokultur menunjukkan prospek yang sangat menguntungkan, terutama Kultivar Ambon dan Sobo (Tabel 10).

Tabel 10. Kelayakan usahatani pisang dengan sistem monokultur untuk lahan satu hektar

Kultivar NPV B/C IRRAmbon 2.306.667 1.928 41.326Susu 221.149 0.934 12.311Sobo 338.084 1.136 15.431Raja Nangka 818.615 0.890 12.15Tanaman Pangan 515.245 1.460

Sumber: Simon dkk. (1994).

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa pisang adalah tanaman yang telah lazim di jawa Timur. Oleh karean itu pisang dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara sederhana dapat berkembang biak dengan baik. Dengan demikian untuk meningkatkan populasi, dan produksi buah pisang, akan dilaksanakan Sentra Pengembangan Agibisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) Pisang.

2. KONSEPSI SPAKU PISANG

2.1. Konsepsi

Pengembangan komoditas pisang dapat dilaukan dengan sistem usahatani berkelompok dan terpusat pada sentra unggulan pisang dengan kegiatan peningkatan produksi secara terpadu, berskala ekonomi, berkelanjutan dengan kemandirian dan beroreantasi agribisnis.

2.2. Arah PengembanganSPAKU- Pisang diarahkan dalam mengembangkan sentra-sentra produksi dan

pembibitan yang berorientasi Agribisnis/ Agroindustri.

2.3. Dasar Penentuan Lokasi.Penentuan lokasi komoditas pisang ini dengan persyaratan sebagai berikut:

(1) Bahwa SPAKU pisang merupakan kegiatan ekonomi produktif.(2) Mempunyai sumberdaya wilayah yang relatif siap dimanfaatkan dan potensinya

memadai.(3) Adanya participatif dari masyarakat yang telah familier dengan komoditas unggulan

dan teknologinya telah dikuasai.

5

Page 7: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

(4) Memberikan hasil dengan nilai tambah yang memadai. (5) Merupakan komoditas yang laku dijual di pasar regional dan apabila mungkin

diekspor.

2.4. Tujuan dan Sasaran.Berdasarkan konsepsi tersebut di atas, maka tujuan dan sasaran dari sentra

pengembangan agribisnis komoditi unggulan pisang ini adalah sebagai berikut:

(1) Tujuana. Meningkatkan populasi tanaman, produksi primer (buah pisang) dan hasil sampingan,

serta produk-produk ikutannya, secara lokal dan regional, bahkan kalau memungkinkan secara nasional.

b. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (dan pengelola SPAKU) melalui peningkatan skala usaha kecil menuju ke arah komersial dengan pendekatan Agribisnis.

c. Menciptakan sentra-sentra pembibitan dan pusat pelayanan inovasi teknologi serta informasi pasar.

d. Menciptakan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) yang dijiwai oleh semangat kemitraan dan koperatif

e. Mendorong berkembangnya koperasi pedesaan dengan kegiatan produktifnya agribisnis komoditas pisang dan mampu bermitra-usaha dengan pihak luar/suasta yang terkait.

(2) Sasarana. Sasaran KualitatifSasaran dari SPAKU pisang ini adalah berkembangnya kelompok- kelompok

petani pisang yang dibina menuju usaha kelompok agribisnis yang mandiri dan kemudian berkembang ke arah terbentuknya koperasi agribisnis/agroindustri berbasis pisang.

b. Sasaran KuantitatifSasaran kuantitatif SPAKU pisang ini adalah:

(a) Membangun Pusat Pembibitan dan Pelayanan Informasi Teknologi (PPPIT) yang meliputi, pembangunan pos petugas pengendali 2 unit, kebun koleksi satu unit, kebun pembibitan dua unit, rumah kaca 5 unit, yang dilengkapi dengan genset, instalasi air dan listrik, alat pengolahan tanah dan alsintan, dan beberapa perlengkapan kebun; serta ruang data dan pengolahan informasi agro-teknologi, dan ruang pertemuan komunikasi agribisnis.

(b) Pengadaan bibit pisang unggul dengan jumlah tertentu, misalnya sebanyak 500 batang untuk setiap kultivar unggul yang akan dikoleksi.

(c) Selanjutnya bibit pisang tersebut dikembangkan di PPPIT dengan menggunakan metode perbanyakan vegetatif secara berkesinambungan di lokasi kebun bibit, dan bibit yang dihasilkan disebarkan kepada petani.

(d) Sasaran petani anggota KUBA pisang ditetapkan secara bertahap, misalnya setiap tahapan 200 RTP, masing-masing memiliki lahan tegalan 0.25-1.0 ha, menerima bibit pisang 25-100 batang terdiri dari beberapa macam kultivar unggul.

(e). Sasaran areal pembangunan SPAKU pisang adalah 1000 ha kebun inti dan 500 ha kebun dampak milik rakyat.

6

Page 8: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

2.5. Tahapan Kemandirian SPAKU Pisang

Dalam rangka pembinaan terhadap kelompok tani (KUBA) pisang sehingga dapat mencapai kemandirian, maka bantuan fisik dan keuangan dari pemerintah diharapkan dapat berakhir pada akhir tahun ke-3 atau ke-4. Selanjutnya pemerintah hanya akan membina secara fungsional (melalui FORKA Pisang) agar KUBA tersebut mencapai kemandirian bahkan dapat dikembangkan kearah terbentuknya koperasi agribisnis /agroindustri berbasis komoditas pisang, yang selanjutnya mampu melakukan kemitraan dengan mitra-usaha Swasta setempat.

3. OPERASIONALISASI PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PISANG

3.1. Pola Penyebaran

Penyebaran komoditas pisang dapat dilaksanakan melalui dua pola, yaitu :(1) Gerakan pembangunan rumah dan tanaman (Gerbang Rutan) yaitu penyebaran dan

pengembangan tanaman pisang dengan sistem pemeliharaan dimana lokasi pemeliharaan berada dalam lokasi/lahan pemukiman penduduk (lahan pekarangan).

(2) Gerakan pembangunan wilayah pertanaman (Gerbang Wiltan) yaitu penyebaran dan pengembangan tanaman dimana lokasi pemeliharaannya terpisah dengan pemukiman penduduk yang tergabung dalam suatu hamparan.

3.2. Penyebaran Bibit PisangPenyebaran pisang dapat ditempuh melalui dua tahap, yaitu :

(1) Operasional Penyebaran Bibit Tanaman

a. Tahap produksi bibit dengan induk kultivar terpilih pada kebun koleksi dan kebun bibit melalui pembangunan PPPIT. Adapun fungsi PPPIT ini adalah :(a) Aklimatisasi atau penyesuaian kondisi dan lingkungan dalam upaya memperkecil

tingkat kematian tanaman sebelum disebarkan kepada anggota KUBA Pisang.(b) Pembesaran bibit sampai umur tertentu untuk disebarkan ke petani annggota KUBA

Pisang.(c) Pelayanan informasi (teknologi dan pasar) dan percontohan bagi masyarakat dan

sekaligus sebagai tempat latihan kerja.(d) Melaksanakan penyebaran bibit tanaman ke petani yang akan menerima paket

Agribisnis.(e) Membina petani anggota KUBA Pisang menjadi spesialis-spesialis produksi bibit

pisang dan produksi buah konsumsi.(f) Meningkatkan pendapatan wilayah non pajak melalui penjualan hasil produksi

pisang.

b. Tahap Penyebaran dan Pembinaan

7

Page 9: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

Tahap penyebaran dan pembinaan, yaitu penyebaran tanaman kepada petani yang bergabung dalam kelompok KUBA Pisang. Petani anggota KUBA ini dibina sehingga mampu menumbuhkan sentra produksi dan pembibitan pisang kultivar unggul. Apabila telah tercipta sentra-sentra pembibitan di pedesaan, maka peranan PPPIT akan dapat dialihkan kepada pelayanan informasi teknologi dan informasi pasar.

(2) Komponen Komoditas PisangUntuk meningkatkan produksi hasil tanaman melalui sentra pengembangan

agribisnis komoditi unggulan tanaman ini dipersyaratakan tersedianya beberapa komponen penting.

a. PPPITPusat pelayanan ini merupakan tempat pusat pembibitan, pembesaran dan

perbanyakan bibit, serta informasi teknologi dan pasar hasil produksi, maka diperlukan sarana antara lain :(a) Kebun Induk Koleksi Kultivar Unggul(b) Kebun bibit dan pembibitan(c) Rumah kaca permanen dengan instalasi air bersih dan listrik(d) Ruang / gudang peralatan dan Saprodi(e) Perlengkapan khusus(f) Tanaman Induk: beberapa macam kultivar(g) Alsintan, termasuk hand tractor(h) Instalasi air bersih dan listrik(i) Ruang data dan pengolahan informasi yang dilengkapi dengan fasilitas komunikasi

yang memadai.

b. Intensifikasi Teknologi/SAPRODIUpaya perbaikan produktivitas tanaman dilakukan dengan memberikan saprodi

sesuai dengan rekomendasi teknis sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman .

c. Program Inovasi Teknologi Budidaya TanamanUpaya menekan gangguan hama dan penyakit tanaman pisang dilakukan dengan

cara pemantauan epidemiologi, pelayanan diagnosa penyakit secara teratur dan terpadu.

d. Distribusi dan redistribusiUntuk mempercepat terwujudnya sentra pengembangan agribisnis komoditi

unggulan pisang, maka upaya penyebaran tanaman maupun redistribusinya akan dilaksanakan secara berke-sinambungan.

e. DiversifikasiGuna meningkatkan produktifitas lahan di lokasi sentra pengembangan agribisnis

komoditi pisang, harus dilakukan intensifikasi sistem pengelolaan usahatani tanaman dengan melibatkan tanaman penunjang sepertti kayu Sengon (sebagai tanaman pagar dan naungan) dan tanaman sela jagung atau kacang-kacangan sewaktu tanaman pisang masih muda. Melalui deversifikasi yang intensif ini diharapkan dapat diperoleh peningkatan produktifitas maupun skala pemilikan.

f. Pelatihan SDM

8

Page 10: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

Guna meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan petugas lapangan maupun petani anggota KUBA Pisang, harus dilakukan pelatihan pelatihan, baik yang menyangkut teknologi budidaya, manajemen usaha, maupun manajemen pemasaran hasil.

g. Pembinaan kelompok KUBA PisangUntuk meningkatkan transformasi teknologi kepada petani, pembinaan anggota

KUBA harus dilaukan decara kontinyu dan intensif. Pembentukan kelompok KUBA dan recruitmen anggota harus melibatkan tokoh masyarakat setempat dan memperhatikan ikatan-ikatan sosial-tradisional yang telah ada.

(3). Sistem Distribusi Tanaman Pisang

a. Distribusi bibit/tanaman pisangDistribusi bibit tanaman dapat dilakukan dengan dua sistim, yaitu :

(a) Penyebaran melalui KUBA untuk selanjutnya kelompok ini menyebarkan kepada kelompok lain yang terdiri dari 25-30 RTP.

(b) Penyebaran langsung ke petani yang bergabung dalam KUBA.

b. Paket Agribisnis dan AgroteknologiSetiap petani menerima satu paket, komponen paket tersebut terdiri dari bibit

pisang siap tanam sebanyak 25 - 100 batang sesuai dengan luas lahan yang dimilikinya (Populasi yang disarankan 100 rumpun setiap hektar) dan pupuk sesuai dengan anjuran. Selama 4 (empat) bulan pertama dapat subsidi makanan tanaman dari proyek. Disamping itu petani mendapat bantuan paket intensifikasi tanaman sela jagung atau kacang-kacangan dan mendapatkan latihan terlebih dahulu sebelum menerima paket, penyuluhan dan pembinaan serta bantuan alat olah tanah.

(1). Tanaman Utama: Pisang (Musa paradisiaca L.)

a. Syarat Tumbuh Tanaman:Ketinggian tempat optimum < 1000 m dpl dengan tipe iklim Schmidt & Ferguson: B

dan C dengan curah hujan tahunan 1400-2000 mm.

b. Bibit tanaman Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan tunas anakan, anakan muda, anakan sedang, anakan dewasa, bonggol, dan belahan bonggol (bit). Belahan bonggol merupakan cara perbanyakan yang baik, diambil dari tanaman dewasa umur 7-8 bulan.

Cara perbanyakan dengan bit: Bit dicelup dengan air hangat 50oC selama 20 menit atau dicelup dalam larutan Dimethoate/Diazinon 30 ml, Maneb/Mancozeb 48 g dan Tiner Stocker 1,4 ml dalam 20 liter air untuk setiap 60 bit.

Kultivar yang dikembangkan adalah Ambon Jepang, Ambon lumut, Ambon ijo, Susu, Mas, Raja Bulu, Badak, Kepok, Agung, Candi, Raja Nangka.

c. PenanamanLubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm dengan jarak tanam 2x2 m,

3x3 m, atau 4x4 m; saat tanam bibit sebaiknya pada awal musim hujan; bibit yang berasal dari bit ditumbuhkan miring dengan mata di bagian atas sedalam 10 cm. Tumpangsari dengan tanaman lain dapat dilakukan dengan baik.

9

Page 11: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

d. Pemeliharaan tanaman(1). Pemupukan ZA 250-350 g, TSP 100-150 g, dan KCl 100-200 g setiap tanaman

diberikan 1/2 - 1 bulan setelah tanam dan setiap 3-4 bulan sekali. (2). Mulsa diberikan setelah penanaman bibit(3). Tanah dibersihkan dan digemburkan, daun tua dan kering dibuang, dan anakan

diperjarang.

e. Pemangkasan dan pembatasan jumlah anakanDalam satu rumpun hanya satu batang pisang berbuah/dewasa dan dua-tiga

anakan yang umurnya berbeda. Daun-daun tua dipangkas; dan apabila ditanam tumpangsari maka ditinggalkan 5-6 helai daun setiap batang dengan pemangkasan seminggu sekali. Pada saat berbunga, jantung bunga disemprot dengan insektisida kontak atau lafutan sabun seminggu dua kali; jantung dipotong apabila sudah 20 cm dari buah terakhir. Buah terakhir yang rusak karena hama dibuang bersamaan dengan pemotongan jantung.

f. Hama dan Penyakit(1). Ulat perusak buah, dapat dikendalikan dengan Azodrin 2 ml/liter air yang

disemprotkan pada sore hari atau diinjeksikan ke dalam jantung pisang sebelum mekar.

(2). Penggerek batang pisang, dapat dikendalikan dengan Azodrin atau Guzadrin, atau sanitasi lingkungan.

(3). Ulat penggulung daun, dapat dikendalikan dengan Diazinon 2- 3 ml/liter air.(4). Penyakit layu Panaman, dikendalikan dengan jalan membinasakan tanaman yang

sakit, menanam kultivar yang tahan dan bibit yang sehat.(5). Penyakit layu darah, dikendalikan dengan membi nasakan tanaman sakit, tanah

bekas bongkaran diberi kapur tohor.(6). Penyakit bercak daun, dapat dikendalikan dengan Man-kozeb.(7). Penyakit virus "bunchy top" dikendalikan dengan menggunakan bibit yang sehat,

memberantas vektornya dengan Demitoat 2-3 ml per liter air.

g. Panen dan Pasca Panen(1). Panen dilakukan setelah 12-14 bulan dari tanaman yang berasal dari bibit bit, atau

3-4 bulan setelah pembungaan tergantung kultivarnya.(2). Tanda-tanda buah pisnag siap dipanen: warna lebih jernih, bekas putik kering dan

gugur.(3). Untuk pemasaran lokal buah pisang dipanen setelah 1-2 buah mulai masak;

sedangkan untuk pemasaran yang jauh (ekspor) dilakukan pemisahan sisir dari tandan, sisir pisang tersebut dicuci dan disemprot dengan Benomyl 1-2 ml/liter air.

2. Tanaman Sela: Ubikayu

(a). Varietas tanaman: Adira I, Adira II, Adira IV, Valenca, Gading, Muara, Faroka, atau Unggul lokal.

(b). Kriteria stek yang baik: Panjang stek 20-25 cm; berasal dari sekitar tengah batang; kulit stek tidak terkelupas, terutama pada bagian bakal tunas; bagian gabus masih berair dan berdiameter 1/2 diameter batang.

10

Page 12: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

(c). Penyiapan lahan: tanah dibajak hingga gembur, dibuat bedengan atau guludan yang sekaligus berfungsi sebagai saluran drainase

(d). Tanam bibit: Waktu tanam yang baik adalah awal musim hujan, stek ditanam dengan jarak tanam monokultur: 100 x 100 cm hingga 100x 80 cm; sedangkan jarak tanam tumpangsari 300 x 60 cm hingga 200 x 75 cm. Pada tanah yang kurus jarak tanam semakin rapat. Stek ditanam tegak lurus dengan kedalaman stek 5 cm untuk tanah berat dan 10 cm untuk tanah berpasir. Penyulaman dapat dilakukan 3-4 minggu setelah tanam.

(e). Pembuangan tunas: dilakukan pada saat tanaman masih muda (1-1.5 bulan) atau saat penyiangan I dan tunas disisakan 2 saja.

(f). Pemupukan: Dosis 200-300 kg Urea + 100 kg TSP + 150 kg KCl/ha. Pupuk diberikan dua kali, yaitu 1/3 urea + 100 kg TSP + 50 kg KCl; dan 2/3 dosis urea + 100 kg KCl pada umur 3 bulan.

(g). Pengendalian hama dan penyakit: Tungau merah disemprot dengan larutan belerang 2.5%; uret diberantas dengan Furadan 3G sebanyak 15 kg/ha pada saat tanam. Bercak daun dan busuk batang dapat dicegah dengan menanam varietas tahan bibit, bebas dari bakteri.

(3). Tanaman Sela: Jagung

(a). Varietas : Arjuno, Abimanyu, Bromo, Sadewa, KAlinga Rama dan Hibrida.(b). Penyiapan Lahan: Tanah diolah hingga gembur(c). Tanam bibit: ditugal sebanyak dua biji/lubang, sebelumnya benih diberi

pengobatan dengan ridhomil (lima gram ridomil/kg benih). Jarak tanam berpedoman pada umur kultivar, serta pola tanam yang diterapkan. Untuk tanaman jagung monokultur:Kultivar umur dalam: 100 x 40 cm atau 75 x 50 cmKultivar umur tengah: 75 x 40 cm Kultivar Umur genjah: 50 x 20 cm.

(d). Pemupukan: Tanah vulkanik muda : 200 kg Urea + 100 kg ZA + 100 kg TSP/ha.Tanah berkapur: 300 kg urea+200 kg TSP/ha, untuk tanah yang defisien kalium dapat ditambahkan 100 kg KCl/ha.Pupuk diberikan dua kali: 1/3 dosis pupuk Urea dan seluruh TSp, ZA, KCl diberikan saat tanam; 2/3 dosis urea diberikan pada umru satu bulan.

(e). Penyiangan: dilakukan dua kali pada umur 15 hari dan ke dua pada umur empat minggu disertai dengan pembum-bunan. Sebaiknya penyiangan dilakukan sebelum pemu pukan. Penggunaan herbisida pratumbuh, Atrazine, Meta lokhlor, Bentiokarp pada daerah-daerah yang sukar tenagakerja.

(f). Pengendalian hama dan penyakit: Lalat bibit dikendalikan dengan Furadan 3G sebanyak 5 kg/ha pada saat tanam.Penggerek batang disemprot dengan Monokrothopos pada umur 3-4 minggu setelah tanam.Ulat daun, disemprot dengan Thiodan, Dursban atau Basudin.Penyakit bulai, dikendalikan dengan sedd treatment dengan Ridomil.Penyakit karat dan hawar daun dikendalikan dengan fungisida Triadometon.

(4). Tanaman Sela: Kacangtanah

11

Page 13: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

(a). Varietas: Gajah, Macan, Banteng, Kidang, Tapir, Pelanduk, Kelinci, atau Unggul Lokal.

(b). Penyiapan lahan: Tanah diolah sampai gembur dan dibuat bedengan selebar 3-4 meter.

(c). Penanaman: Benih ditugal dengan jarak 40 x 15 cm, 1-2 biji setiap lubang. Pada alahan yang kurus jarak tanamnya dapat 40 x 10 cm.

(d). Pemupukan: 45 kg Urea + 90 TSP + 90 kg KCl/ha, diberikan pada saat tanam, disebar merata atau larikan.

(e). Penyiangan: dilakukan dua kali, yaitu 3 dan 6 minggu setelah tanam. Penggunaan herbisida Lasso, Dowpon, Roundup ( 1 liter/ha) pada daerah yang sukar tenagakerja.

(f). Pengendalian hama dan penyakit:Wereng kacangtanah, penggerek daun, ulat jengkal dan ulat grayak dapat disemprot dengan insektisida: Thiodan, Dursban, Azodrin, Tamaron, atau Basudin.Penyakit bercak daun dan karat daun dapat dikendalikan dengan semprotan fungisida: Benlate, Dithane M45; Baycor; Delsene MX 200; atau Daconil pada saat tanaman mulai terserang.

(5). Tanaman Sela: Kacang hijau

(a). Varietas: No. 129, Betet, Merak, Walet, Gelatik, Parkit, dan Merpati.(b). Penyiapan lahan: Tanah berat harus diolah hingga gembur; tanah tegalan bekas

tanaman jagung, kedelai atau gogo perlu pengolahan minimal.(c). Penanaman benih: Ditugal dengan jarak tanam 40 x 15 cm dan diisi dua benih

setiap lubang tanam (d). Pemupukan: Pada tanah yang kurus diberi pupuk 45 kg Urea, 45-90 kg TSP, 50 kg KCl/ha. pupuk diberikan pada saat tanam, disebar merata atau larikan di samping lubang tanam.

(e). Penyiangan: dilakukan dua kali yaitu pada umur 2 dan empat minggu setelah tanam dengan tangan atau cangkul. Herbisida pratumbuh yang dapat digunakan adalah Lasso, Roundup, dan Goal pada daerah yang mahal tenagakerja.

(f). Pengendalian hama dan penyakit:Lalat bibit dapat dikendalikan dengan Azodrin pada umur tujuh hari setelah tanam.Ulat daun dan penggerek polong, dapat dikendalikan dengan menyemprot Thiodan, Dursban, Decis, dan Basudin.Penyakit busuk batang, puru dan embun tepung dapat disemprot dengan Benlate, Dithane M.45, Baycor, Belsene MX 200.

(6). Tanaman Pagar: Alpokad (Persea americana)(a). Syarat tumbuh tanaman:

Tanaman ini dapat dibudidayakan di zone vulkanis dan batuan kapur rendah hingga tinggi, dengan tipe iklim (Schmidt dan Ferguson) A, B, dan C.

(b). Bibit TanamanPerbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan grafting, bibit siap tanam pada umur 4-5 bulan dari grafting. Kultivar yang disarankan adalah Ijo panjang, Ijo bundar untuk konsumsi dalam negeri; sedangkan Fuerte dan Dickenson untuk pasar ekspor.

(c). Penanaman bibitLubang tanam dibuat 60x60x60 cm dengan jarak tanam 6 m - 8 m (6x6 m, 7x7 m, 8x8 m), tanah lapisan atas (30 cm) dipisahkan. Untuk setiap lubang tanam diberi

12

Page 14: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

rabuk kandang sebanyak 60-80 kg dicampur dengan tanah lapisan atas dan TSp 25-30 g. Waktu pemberian 1-2 minggu sebelum tanam.Bibit grafting dikeluarkan dari polybag dengan jalan menyayat polybag dan kemudian ditarik ke atas tanpa merubah posisi tanaman.

(d). Pemeliharaan tanamanMulsa diberikan pada musim kemarau hingga tanaman berumur dua tahun. Penyiangan dan penggemburan tanah dilakukan setiap saat.

Program pemupukan adalah sbb:

Umur tanam-

ZA TSP KCl Rabuk kandang

Pemberian

an g/tanman kg/tanaman0.5 100-350 300-

1500150-300 60-80 Awal dan akhir musim hujan

5 500-1000 450-1500

500-1500

60-80 dan dua bulan sebelum ber-bunga dan setelah panen raya.

Sumber:SP2UK-P2LK Jatim, 1991.

(e). Pengendalian gangguan hama dan penyakit1. Ulat kenari dan kutu daun, dikendalikan dengan Hostation atau Thiodan 2-4

ml/liter air2. Tripa, dapat dikendalikan dengan Sevin 2-4 ml/liter air3. Penyakit kudis (Lodospring sp), dapat dikendalikan dengan Cobax atau Antracol,

Coper Sandox 2-4 g/liter air.4. Bercak hitam (Colletotrichum sp.), dapat dikendalikan dengan Coper Sandoz

atau Cobax 2-4 g/liter air.5. Busuk leher akar (Phidopthora cinnmonmi), dapat dikendalikan dengan sanitasi,

memperbaiki sistem drainase, mengoles batang dengan Coper sandoz.

(f). Panen dan pascapanenAlpokad yang ditanam dari bibit grafting akan berproduksi umur 2-3 tahun, panen biasanya Desember-Maret dan Mei-Juni. Buah dapat dipetik kalau tangkai dan pangkal buah kelihatan agak mengering, kalau buah dikocok kedengaran bijinya lepas. Buah yang tua akan matang setelah 3-6 hari dari saat dipetik.

(7). Tanaman Pagar: Petai

(a). Syarat tumbuh tanamanTanaman ini dapat diusahakan pada berbagai jenis tanah dan mempunyai

toleransi yang besar terhadap iklim , mulai dari iklim kering hingga iklim basah. Umumnya berproduksi baik kalau diusa- hakan pada ketinggian 500-1000 m dpl, meskipun tumbuh baik pada dataran rendah dan dataran tinggi hingga 1500 m dpl.

(b). Bibit tanamanBibit yang baik adalah hasil sambungan dan okulasi dengan menggunakan batang

bawah petai atau kedaung, sedangkan batang atasnya adalah Petai Kedaung atau Petai Kacang.

13

Page 15: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

(c). Penanaman bibitLubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm.

Tanah lapisan atas dipisahkan dengan tanah lapisan bawah, kemudian dibiarkan selama dua minggu. Kemudian tanah galian ini dikembalikan seperti semula setelah tanah lapisan atas dicampur dengan rabuk kandang. Jarak tanam 7 x 7 m hingga 8 x 8 m, waktu tanam bibit pada awal musim hujan.

(d). Pemeliharaan tanamanRabuk kandang sebanyak 40-60 kg/lubang tanam dicampur dengan tanah lapisan

atas 1-2 minggu sebelum tanam bibit. Pada musim kemarau diberi mulsa jerami atau dedaunan kering. Pemangkasan cabang dan ranting yang kurang baik atau mati. Pemupukan dilakukan dengan program sbb:

Umur tanaman

ZA TSP KCl Rabuk Waktu aplikasi

g/tanaman blek/tnm1 bulan 50 25 25 - awal musim hujan6 bulan 100 50 20 2 awal musim hujan1-3 tahun 300-500 100-250 100-250 2-3 awal musim hujan3-5 tahun 500-1000 250-500 250-500 2-3 -"->5 tahun 1000-2000 500-1000 500-1000 3-4 -"-

Sumber: SP2UK-P2LK Jatim, 1991.

(e). Pengendalian hama dan penyakit tanamanUmumnya ditemukan serangga yang menusuk buah dan kemudian diikuti

serangan jamur pada bekas tusukan tersebut. Pengendalian serangga ini dapat dilakukan dengan insektisida sistemik seperti Azodrin dan Guzadrin dengan cara infus atau batang utama petai dibor hingga empulurnya dengan kemiringan 45o, kemudian insektisida sebanyak 10-20 ml dimasukkan ke dalam lubang bor dan ditutup dengan lilin. Hal ini dilakukan pada saat menjelang tanaman berbunga atau saat tanaman bebrunga.

(8). Tanaman Pagar: Kapuk Randu (Ceiba petandra)

(a). Bibit tanamanBibit yang baik adalah hasil okulasi batang bawah Togo B dan batang atas SS22.

Umur bibit 6-12 bulan berupa stum, pemangkasan pucuk dilakukan sebulan sebelum bibit akan dipindahkan ke lapangan.

(b). Penanaman bibitLubang tanam digali dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm, diberi pupuk sebanyak dua

kaleng minyak tanah dicampur dengan tanah lapisan atas hasil galian. Pengembalian tanah galian ini 20 hari sebelum tanam, tanpa dipadatkan; jarak tanam 9 x 9 m. Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan dengan mata tunas di sebelah timur. Pada saat menanam bibit, leher akar berada 5 cm di atas permukaan tanah.

(c). Pemeliharaan tanamanPemasangan angkar supaya bibit tidak roboh oleh angin dan hujan, diberi mulsa,

pengendalian gulma dan pembumbunan, penyiraman bila perlu, pewiwilan dengan

14

Page 16: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

mensisakan satu tunas tumbuh baik. Pemupukan pada awal dan akhir musim hujan dengan dosis 0.25-0.5 kg/pohon campuran urea dan TSP dengan perbandingan 1:1, diberikan hingga tanaman umur dua tahun.

(9). Tanaman Sela: Lombok (Capsicum annum)

(a). Syarat tumbuh:Tanaman lombok dapat tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m

dpl. Tanaman ini menghendaki iklim kering, akan tetapi dapat ditanam pada musim hujan di lahan tegalan dan tidak becek; membutuhkan cahaya matahari yang cukup, sehingga sebaiknya ditanam tanpa naungan. Lombok menghendaki tanah yang subur, gembur dengan drainase yang baik dan pH tanah antara 5-6.

(b). Bibit tanamanBibit lombok yang dibutuhkan sebanyak 250-500 g benih per hektar. Benih

disemaikan dengan luas 0.5 x 2 meter setiap 3 gram benih (1 sendok teh). Bibit yang telah berumur 30-35 hari atau tanaman muda telah berduan 3-4 helai siap untuk dipindah dan ditanam di kebun.

(c). Penanaman bibitTanah diolah hingga strukturnya gembur dan tidak menahan air, yaitu dengan

cangkul sedalam 30 cm sebanyak dua kali atau lebih. Selang waktu pengolahan tanah pertama dengan penanaman adalah 7- 14 hari. Kemudian dibuat lubang tanam dengan cangkul sedalam 15 cm, panjang 20-25 cm, lebar 20-25 cm, jarak antar lubang tanam 60 x 80 cm. Setiap lubang diisi rabuk kandang sebanyak 0.5-1 kg yang dicampur dengan tanah, kemudian disiram dengan air sekitar satu liter.

Pada setiap lubang tanam ditanam bibit 2-3 batang, 2-3 minggu setelah tanam dilakukan penjarangan dan disisakan satu tanaman yang paling sehat/baik, sedangkan tanaman lainnya dicabut.

(d). Pemeliharaan tanaman:Pupuk yang diberikan adalah rabuk kandang 0.5 kg sebagai pupuk dasar, Urea 4

g, TSP 4 g dan KCl 2 g setiap tanaman yang diberikan pada umur satu bulan. Pemupukan berikutnya dilakukan dua minggu kemudian dengan jumlah dan cara seperti pada pemupukan yang pertama. Penyiangan dilakukan 2-3 kali tergantung keadaan rumput, dimulai sejak 20 hari setelah tanam. Kegiatan penyiangan dapat juga dilakukan sekaligus dengan penggemburan tanah lapisan atas dan pembumbunan.

(e). Pengendalian hama dan penyakitUlat dapat dikendalikan dengan Dursban 20 EC, Bayrusil 25 EC dan Hostation 40

EC dengan dosis 2 ml per liter air. Trips dapat dikendalikan dengan Phosvel 300 EC, Bayrusil dan Lebaycid dengan dosis 2 ml per liter air. Lalat buah menyerang buah, dapat dikendalikan dengan pergiliran tanaman atau dikendalikan dengan Diazinon 10 EC, Decis dengan dosis 0.15 ml per liter air. Busuk daun, dapat dikendalikan dengan Dithane M-45 2 g/l air. Antraknose yang disebabkan oleh Gloesponia sp. dapat dikendalikan dengan Dithane M-45 atau Antracol 70 WP dengan dosis 2 g/l air. Penyakit layu, dapat dikendalikan dengan rotasi tanaman . Penyakit virus dapat dikendalikan dengan memberantas vektornya.

15

Page 17: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

(f). Panen dan pascapanenPemungutan hasil pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 bulan;

pemetikan dilakukan setelah buah 60% berwarna merah.

c. Pola Pengembalian/PerguliranPetani penerima paket berkewajiban mengembalikan 25-100 bibit pisang siap

tanam dan 5-20 tandan buah pisang. Jangka waktu pengembalian dua tahun terhitung setelah penerimaan paket yang dilakukan melalui penandatanganan surat perjanjian.

d. Mekanisme PengembalianProduksi buah pisang dalam tahun pertama diperkirakan sebanyak populasi

tanaman (25-100 tandan) dan sebagian disetor ke PPPIT dengan dikoordinir oleh ketua kelompok.

3.3. Lokasi SPAKU Pisang

Lokasi sentra pengembangan agribisnis komoditas unggulan pisang ini adalah wilayah Kecamatan Pakis dan Wajak dan sekitarnya.

3.4. Petani/Petani dan KUBAPetani peserta proyek ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan

kabupaten malang /Instansi terkait dengan mengakomodasikan saran/masukan-masukan dari tokoh masyarakat setempat.

(1) Syarat-syarat petani peserta :a. Bertempat tinggal tetap di lokasi proyek disertai surat keterangan domisili Kepala

Desa.b. Diutamakan belum mendapat /menjadi peserta proyek sejenis.c. Bersedia menjadi anggota kelompok KUBA. Pisangd. Mempunyai pengalaman dan ketrampilan memelihara tanaman pisang dan

sannggup melakukan usahatani secara serius.e. Sanggup menyediakan lahan, tenagakerja dan memelihara tanaman dengan baik.f. Bersedia mengikuti petunjuk, bimbingan dan latihan dari Dinas dan instansi terkait.g. Mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati II

Kabupaten Malang untuk menjadi peserta proyek/penggaduh tanaman dan menjadi anggota KUBA Pisang.

h. Bersedia menandatangani Surat Perjanjian Kerja dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Malang.

(2) Adapun tugas dan syarat anggota KUBA pisang sebagai berikut a. Petani peserta proyek dikelompokkan dalam kelompok usaga bersama agribisnis

(KUBA) yang terdiri dari 25 -30 RTP.b. Setiap KUBA Pisang membentuk pengurus yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan

Bendahara.c. Pengurus berkewajiban ikut membina dan mengaktifkan anggota kelompok serta

mengkoordinasikan kegiatan pengem bangan usahatani pisang dari anggotanya.d. Pengurus berkewajiban menyampaikan laporan perkem bangan tanaman dari

anggotanya kepada petugas setempat.

16

Page 18: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

e. Setiap anggota kelompok wajib mencatat perkembangan kebunnya pada kartu pertanaman dan data keadaan tanaman melalui kartu tanaman.

(3) Petani yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan oleh Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Malang.

3.5. Forum Komunikasi Agribisnis (FORKA) PisangForum ini berfungsi untuk memantau dan mengendalikan perkembangan SPAKU

Pisang sehingga mampu mencapai hasil yang diinginkan. Forum ini beranggotakan para ketua KUBA Pisang, perwakilan instansi pemerintah yang terkait, suasta dan tokoh masyarakat.

4. RANCANGAN KEGIATAN

Untuk mewujudkan Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) Pisang di wilayah Kabupaten Malang, maka berbagai kegiatan dalam seluruh subsistem-subsistem agribisnis termasuk subsistem penunjangnya perlu direncanakan. Perwujudan Kabupaten Malang sebagai sentra pengembangan agribisnis komoditas pisang akan memerlukan waktu sekitar 5 sampai dengan 10 tahun, dimana 5 tahun adalah kebutuhan waktu untuk pembangunan kebun (penanaman) dan 10 tahun adalah kebutuhan waktu untuk pembinaan KUBA mandiri.

Berikut ini diuraikan kegiatan-kegiatan yang ditargetkan untuk dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 5 tahun. Rancangan kegiatan ini difokuskan pada pengembangan 1000 Ha kebun pisang monokultur sebagai inti dan sekitar 500 ha pisang pekarangan sebagai daerah dampak dari SPAKU pisang.

Rancangan kegiatan ini memberikan gambaran kegiatan-kegiatan pokok yang akan dapat ditangani sejak penanaman sampai dengan pemeliharaan tahun ke 2 karena tanaman pisang baru dapat di panen pada tahun ke 2.

4.1. Pengadaan dan Penyaluran Agroinput

4.1.1. Pengadaan dan Penyaluran Bibit PisangSesuai target yang ditetapkan, dalam kurun waktu lima tahun akan dikembangkan

1000 ha tanaman pisang, pada tiga kecamatan terpilih. Untuk itu dibutuhkan bibit pisang Jenis Unggul sebanyak minimal 250.000 bibit ditambah 5 - 10 % perkiraan kebutuhan cadangan bibit untuk sulaman tanaman yang mati.

Pengadaan bibit untuk kebutuhan pengembangan sentra pisang tersebut diharapkan dapat dipenuhi dari penangkar-penangkar setempat.

Selain bibit pisang juga diperlukan pengadaan bibit tanaman sela jagung, kedelai, kacangtanah, kacang hijau , cabai/lombok; serta bibit tanaman pagar seperti sengon, kapok randu, melinjo, petai, pisang, alpokad, atau lainnya.

4.1.2. Pengadaan dan Penyaluran Saprodi

a. PupukSesuai dengan agroekosistem dan kondisi lahan pada lokasi sentra agribisnis

pisang, maka rencana pengadaan pupuk yang dibutuhkan untuk tanaman pisang mulai tanam sampai dengan pemeliharaan tanaman menjelang panen adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.1.

17

Page 19: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

Pengadaan pupuk ini diusulkan disalurkan melalui/oleh KUD. Selain itu juga diperlukan pengadaan pupuk untuk menunjang program intensifikasi usahatani tanaman sela, sesuai dengan paket agroteknologi yang disarankan.

Tabel 4.1. Perkiraan Pengadaan Pupuk Sentra Agribisnis Pisang Kabupaten Malang

Jenis Kebutuhan, kg/ha PengadaanPupuk Pena- Pemeliharaan untuk naman Th.I Th.II Th.III Th.IV 1000 Ha Urea

62.5 125

125

250 250 812500

ZA 62.5 125 125 250 250 812500TSP 62.5 125 125 125 200 637500KCl 62.5 125 125 125 200 637500

b. PestisidaBeberapa hama dan penyakit yang umumnya menye rang tanaman pisang

adalah ulat, penggerek batang dan buah, lalat buah dan penyakit. Untuk mencegah dan memberantas hama penyakit yang mungkin dapat menyerang tanaman pisang, maka dalam kurun waktu berlangsungnya pembangunan sentra (1000 ha) diperlukan pengadaan pestisida sebesar 125.000 liter dengan rincian sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Pengadaan Pestisida Sentra Agribisnis Pisang Kabupaten Malang

Jenis Kebutuhan, kg/ha Penga-daan

Saat Pemeliharaan untuk tanam P1 P2 P3 P4 1000 haBasudin 0.0 5.0 5.0 5.0 10.0 25000Azodrin 0.0 5.0 5.0 5.0 10.0 25000Metil Cugero 0.0 5.0 5.0 5.0 10.0 25000Benlate/ Dithare M-45 0.0 10.0 10.0 15.0 15.0 50000

Jumlah kebutuhan pengadaan agroinput (pupuk dan pestisida) untuk tanaman pisang s/d tanaman berproduksi optimal (tahun ke 3) dapat dilihat pada paket budidaya tanaman.

c. Pengadaan benih tanaman selaSebagaimana telah dibahas, bahwa sebagai penghasilan tambahan bagi petani

sebelum pisang berproduksi, maka akan dibudidayakan tanaman kedelai, kacangtanah, kacang hijau, cabai, ubikayu atau jagung sebagai tanaman sela. Dengan memperhitungkan pergiliran tanaman, maka kebutuhan benih jagung dan kedelai untuk

18

Page 20: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

tanaman sela pada areal seluas 1000 ha dapat dihitung berdasarkan paket usahatani yang disarankan. Pengadaan benih tanaman sela ini dapat disalurkan melalui KUD setempat.

4.2. Pengadaan Sarana, Prasarana dan Alsintan

Alsintan yang dibutuhkan pada saat tanaman diproduksi sampai dengan panen adalah alat pengolah tanah dan penyiangan. Perkiraan kebutuhan pengadaan alsintan untuk pengembangan SPAKU pisang di Kabupaten Malang adalah satu unit per rumahtangga petani pisang.

Sarana yang sangat diperlukan dalam pengembangan komoditas pisang ini yaitu pengairan yang diupayakan melalui pembuatan sumur galian atau embung sebanyak 2 unit/ha kebun.

Prasarana utama yang perlu dibangun adalah jalan kebun sepanjang 100 m/ha kebun dalam waktu 5 tahun.

4.3. Pemantapan Kelembagaan

Kelembagaan yang harus ada di lokasi SPAKU meliputi kelembagaan petani, kelembagaan ekonomi dan kelembagaan aparatur.

4.3.1. Kelembagaan Pengelola SPAKU Pisanga. Setiap petani menjadi anggota KUBA Pisang.b. Setiap KUBA Pisang tani beranggotakan 20-30 petani.c. Setiap petani menguasai sekitar 1 ha lahan untuk pisang.d. Setiap 10-15 KUBA Pisang dibina oleh 1 PPL profesional.e. Setiap PPL mengelola 1 ha kebun inti yang berfungsi sebagai kebun produksi, pusat

informasi teknologi budidaya pisang, yang dilengkapi dengan SAUNG (gubuk tempat pertemuan kelompok tani).

f. Setiap petani juga menjadi anggota Koperasi Petani Pisang/ KUD.g. Setiap KUD menjadi mitra sumber dana yang terdiri dari BRI, BPD, BUMN, BUMS.

Dalam rangka menyusun model pembinaan KUBA Pisang digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

(A) Kondisi Pada Saat Ini

1. Sosial Ekonomia. Rataan pendapatan per kapita per tahun para pemilik pisang (petani lahan kering) di

wilayah Malang masih harus ditingkatkan untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik

b. Fluktuasi pendapatan bersifat musiman dan sangat ter-gantung pada dinamika pa-sar/harga pisang di pasaran serta fluktuasi pasar/harga saprodi, terutama pupuk dan pestisida;

c. Rataan anggota keluarga 4 - 5 orang, dengan 2 - 3 orang anak.

2. Teknologi Pemeliharaan Tanaman Pisang (Produksi)

19

Page 21: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

a. Jumlah dan kualitas pohon sangat beragam dan kualitasnya umumnya rendah b. Populasi pohon pisang 5 - 10 pohon c. Luas pekarangan 500-1000 m persegi untuk menanam tanaman pisang dan ditanami

dengan aneka tanaman tahunan lainnyad. Sasaran produksi : buah pisang ;e. Tenaga kerja keluarga: suami-istri, dan anak-anak .

3. Kelembagaan Produksi Primer: Petani lahan kering a. Hubungan antara anggota kelompok tani yang ada sekarang bersifat tradisional b. Usaha pemeliharaan tanaman dengan sistem kebun campuran kurang intensif;c. Setiap kelompok tani beranggotakan 20-30 RTP dan dipimpin oleh seorang ketua dan

seorang sekretaris dan seorang bendahara; namun demikian aktivitas kelompok ini masih sederhana

d. Kelompok tani yang ada sekarang belum membentuk Koperasi formal yang beranggotakan semua RTP (Rumah Tangga Petani)

(B) Permasalahan dan Peluang Pengembangan1. Keterbatasan penguasaan informasi, modal dan teknologi mengakibatkan operasi

pemeliharaan tanaman sangat terbatas dan hasil buah pisangnya juga masih relatif rendah. Peluang inovasi teknologi dapat dilakukan melalui pembinaan kelompok tani (KUBA=Kelompok Usaha Bersama Agribisnis) secara intensif sehingga mempunyai akses yang lebih besar terhadap kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh pemerintah atau investor swasta.

2. Fluktuasi harga buah pisang pada tingkat petani masih cukup besar dan "bargaining power" dalam mekanisme pasar relatif sangat lemah , karena informasi pasar yang dikuasai sangat terbatas dan daerah pemasarannya sangat terbatas. Informasi pasar yang memadai diharapkan dapat memperbaiki situasi ini. Rintisan kemitraan dengan kelembagaan suasta yang bergerak dalam bidang pemasaran buah pisang diharapkan dapat membantu petani memasarkan hasil buahnya. Dalam kaitan ini perlu adanya lembaga pengumpul (pengepul) di desa sebagai "perwakilan" dari perusahaan suasta tersebut yang berperan sebagai pedagang desa. Lembaga pengepul inilah yang berhubungan langsung dengan KUBA.

3. Salah satu kendala serius yang masih dihadapi para petani ialah dalam pengadaan saprodi, terutama bibit pisang yang unggul, sedangkan pupuk dan pestisida telah dapat tersedia secara lokal dengan harga yang layak. Jalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta kios-kios/toko pertanian yang merupakan perwakilan dari produsen saprodi, seperti pupuk daun, hormon /zat trumbuh dan pestisida.

4. Khusus dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan KUBA Pisang diperlukan suatu "Forum Komunikasi Agribisnis Pisang (FORKA Pisang)" yang beranggotakan wakil-wakil dan dinas/instansi terkait, koperasi/KUD, Suasta, ketua-ketua KUBA dan tokoh masyarakat. Fungsi dan tugas FORKA ini adalah membahas segenap permasalahan pengembangan KUBA pisang dan mencari alternatif penanganannya.

(C). Hopotesis Disain Agro-TeknologiUsaha pemeliharaan pisang dengan sistem KUBA disarankan dengan perbaikan

paket agrtoteknologi alternatif sebagai berikut :

20

Page 22: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

1. Sistem perkebunan pisang permanen dengan pemeliharaan tanaman secara intensif 2. Menggunakan bibit pisang jenis unggul, misalnya Cavendish3. Kebun monokultur lebih disarankan apabila memungkinkan. 4. Pengawasan kesehatan dan kesuburan tanaman dilakukan dengan menerapkan

praktek budidaya tanaman secara intensif.5. Recording buku harian individu tanaman pisang dan pengawasan periode

pembungaan dan pembuahan kalau memungkinkan.6. Menerapkan teknologi penanaganan pasca panen buah untuk menyeragamkan

pematangan buah atau menangguhkan proses pematangan melalui manipulasi teknologi kemasan.

(D). Kelayakan Disain Kebun Pisang

1. Kelayakan Teknis Kebun monokultur digunakan secara khusus untuk memproduksi buah-buah

pisang yang kualitasnya bagus dan seragam; sedangkan pengelolaan kebun dapat mengikuti rekomendasi yang ada. Tanaman selama selama lima tahun pertama adalah kedelai atau jagung yang dikelola secara intensif.

2. Kelayakan EkonomiSekala ekonomi minimum bagi rumah tangga petani adalah 0.5-1.0 ha dengan

jumlah pohon produktif 100-200 pohon.Peningkatan produksi dan pendapatan usahatani pisang mulai tahun ke 2

diharapkan telah cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara memadai (telah melampaui batas ambang kemiskinan); Fluktuasi pendapatan dan produksi hampir merata dari tahun ke tahun tahun. Penyerapan tenaga kerja memungkinkan mempekerjakan tenagakerja luar keluarga ; Secara ekonomi layak;

Beberapa faktor penunjang kelayakan ekonomi tersebut adalah :a. Menambah sasaran produksi, yaitu grading buah-buah pisang untuk pasar lokal,

regional dan kota-kota besar.b. Meningkatkan hasil buah pisang secara bertahap setiap tahun hingga sasaran akhir

tahun ke V dengan sekala usaha 100-200 pohon produktif setiap rumahtangga yang memiliki lahan kering 0.5 -1.0 ha.

c. Mengurangi fluktuasi produksi dan pendapatan dengan jalan disiplin usaha dan pemantauan/pemeliharaan tanaman produktif secara intensif.

d. Menciptakan adanya pola usaha bersama (KUBA) secara berkelompok dengan pangsa yang relatif sama.

3. Kelayakan SosialUsaha pemeliharaan pisang secara berkelompok telah lazim dilakukan dengan

kerjasama yang serasi; dengan demikian proyek SPAKU Pisang ini tidak akan menimbulkan konflik sosial dan mengganggu sistem kelompok yang telah serasi.

(E). Rekayasa Kelembagaan

21

Page 23: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

1. Petani yang terikat pinjaman dengan pedagang/pelepas uang harus melunasi untuk melepaskan ikatan tersebut;

2. Respon terhadap inovasi teknologi masih harus ditingkatkan, karena keterbatasan akses individu petani terhadap sumber informasi inovasi, peluang- peluang bisnis dan informasi pasar yang ada;

3. Respon terhadap KUD umumnya rendah dan terkesan bahwa peran KUD dalam membantu pemasaran hasil buah serta penyediaan modal belum banyak dirasakan oleh masyarakat petani ;

4. Respon terhadap perkreditan formal rendah, hal ini disebabkan pengalaman sebelumnya dimana penyaluran kredit kurang aspiratif, terlalu birokratif, bunga tinggi dan tidak sesuai dengan kebutuhan petani .

Berdasarkan atas beberapa kendala tersebut, maka strategi rekayasa kelembagaan yang perlu disarankan adalah sebagai berikut :1. Menciptakan usaha berkelompok dari RTPLK yang memungkinkan berkongsi dengan

pangsa yang relatif seimbang dalam bentuk KUBA; 2. Meningkatkan peran serta PTL, PPL, dan tokoh masyarakat dalam pembinaan KUBA

pisang; 3. Mengurangi secara bertahap ketergantungan petani pada pedagang/ lembaga

pemasaran sehingga meningkatkan posisi tawar-menawar dalam pemasaran hasil ;4. KUBA-KUBA pisang perlu membentuk koperasi petani pisang (Unit Usaha Otonom

Agribisnis dari KUD) yang berfungsi sebagai jembatan penghubung antara kelompoktani pisang dengan dunia luar, baik dunia bisnis, birokrasi dan perbankan, maupun sumber inovasi teknologi

5. Memperkenalkan kredit yang ditempuh dengan sistem bagi hasil, serta mengatur sistem bagi hasil yang lebih seimbang dengan melibatkan lembaga antara , yaitu Koperasi petani pisang atau KUD.

(F). Justifikasi KelembagaanIkatan antara sesama petani dan antara petani dalam lembaga tradisional yang

ada, serta antara petani dengan tokoh masyarakat sangat kuat. Pada sisi lain keterbatasan penguasaan modal dan informasi teknologi dirasakaan sebagai kendala pokok bagi pengembangan agribisnis pisang. Oleh karena itu usaha yang sekarang dilakukan masih terkesan tradisional dengan sekala usaha yang relatif rendah.

Sistem kredit bagi hasil dengan lembaga antara KUBA dan Koperasi Petani Pisang (Unit usaha otonom KUD) dimaksudkan untuk mengurangi keterbatasan modal usaha melalui penggunaan fasilitas KKPA. Dengan demikian perbankan formal, seperti Bank Jatim, sebagai penyedia fasilitas kredit diharapkan mampu menjalin kerjasama kemitraan dengan para petani .

22

Page 24: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

(G). Rancangan Sistem SPAKU Pisang

1. Organisasi Produsen Primer

FORKA Investor PISANG Pemerintah (Mis. Bank Jatim)

Konsultasi/investasi/Perkreditan

kredit dengan Suasta/ ( PTL dan PPL) sistem perwakilan Tokoh bagi hasil Pedagang buah Masyarakat Produsen Saprodi

kerjasama

Pemasaran Penyuluhan Modal hasil buahDIKLAT usaha & SAPRODI

KOPERASI PETANI PISANG

KUBA PISANG 25-30 RTPLK

2. Struktur Sistem Pembinaan

23

Page 25: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

FORKA PISANG

BPTP

PPL Pusattokoh masyarakat Penangkaran

bibit

Koperasi Suasta Petani Pisang

KUBA pisang KUBA pisang .............. 25-30 RTPLK 25-30 RTPLK .........

3. Pranata

Tugas dan tanggung masing-masing komponen organisasi yang diusulkan tersebut diuraikan sebagai berikut :

a. Investor Pemerintah:- Menyediakan fasilitas kredit bagi hasil dalam bentuk paket agribisnis pisang intensif

untuk KUBA melalui koperasi petani pisang;- Menjalin kerjasama kemitraan dalam permodalan dengan koperasi petani dengan

jalan menyediakan kemudahan-kemudahan birokrasi dan administrasi;- Menjalin kerjasama konsultatif dengan Koperasi petani pisang, khususnya dalam

pelatihan manajemen permodalan bagi usaha agribisnis pisang.

b. Suasta: Pedagang buah/Produsen Saprodi :

24

Page 26: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

- Diharapkan bersedia sebagai mitra kerja Koperasi Petani Pisang atau KUBA pisang, dengan jalan menunjuk perwa kilannya di desa ;

- Menjalin kerjasama kemitraan dengan jalan menyediakan informasi-informasi pasar dan transfer teknologi inovatif .

c. Petugas Penyuluhan/Teknis Lapangan (PPL/PTL) :- Bertanggung jawab terhadap pelatihan dan penyuluhan untuk lebih meningkatkan

akses petani kecil terhadap peluang-peluang ekonomi yang ada dan penguasaan teknologi;

- Menjalin kerjasama konsultatif dan kemitraan dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat setempat dalam pelaksanaan transfer teknologi dan pembinaan pengelolaan usaha

d. Koperasi Petani Pisang (Unit Usaha Otonom KUD)- Mengawasi, mengkoordinasikan dan membina pelaksanaan sistem usaha agribisnis

yang dilakukan oleh KUBA pisang ; - Membantu KUBA dalam operasionalisasi kegiatan pembinaan agribisnis pisang ;

- Membina mekanisme kerja pengembalian kredit sehingga dapat memenuhi aspirasi petani dan sumber kredit ;

- Menjalin kerjasama kemitraan dengan suasta pedagang telur dan produsen/pedagang SAPRODI ;

- Membina dan mengembangkan mekanisme tabungan sukarela dari para petani.

e. Petani Pisang- Melaksanakan usaha agribisnis pisang melalui KUBA- Menjalin kerjasama kemitraan dengan instansi/ investor melalui mekanisme

"kerjasama yang saling menguntungkan";- Mengikuti pelatihan teknologi sebelum/selama operasio nalisasi kegiatan;- Memasarkan hasil produksinya kepada lembaga pemasaran yang bermitra dengan

KUBA- Pengelolaan pemilikan alat produksi (jika kredit telah lunas), tetap berusaha secara

kongsi di bawah pengawasan dan pembinaan KUBA dan Koperasi;- Menjalin kerjasama dengan Koperasi Petani Pisang melalui program tabungan bebas

sebagai dana untuk perawatan alat-alat produksi.

(H). Strategi Implementasi

1. Aspek Kelembagaan a. Pengaturan adanya usaha agribisnis pisang secara berkelompok (KUBA) dilakukan

dengan sistem kredit bagi hasil ;b. Sarana alat produksi dan SAPRODI menjadi milik RTPLK yang berkelompok menjadi

KUBA c. Pembagian hasil diatur sedemikian rupa, sehingga saling menguntungkan semua

pihak secara proporsionald. Pada tahap awal, pemilihan kelompok sasaran perlu diarahkan pada pribadi-pribadi

yang memiliki status sosial hampir sama/merata dan respon terhadap mekanisme pembinaan ;

25

Page 27: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

e. Perlu dijalin kerjasama kemitraan yang harmunis antara instansi pemerintah, investor suasta, pedagang/ pengolah/ produsen SAPRODI, Koperasi dan tokoh masyarakat desa melalui forum komunikasi agribisnis (FORKA). Kunci keber hasilan pembinaan sangat tergantung pada peran serta semua pihat terkait, termasuk petani.

2. Operasionalisasi TeknisRekapitulasi pengaturan teknis yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan

kredit bagi hasil adalah sebagai berikut :a. Jumlah Jumlah tanaman produktif yang dipelihara minimum 125 pohon setiap

RTPLK ; b. Jumlah RTPLK dalam usaha kelompok ± 25-30 RTPLK;c. Ketentuan bagi hasil dalam pengembalian kredit dan perguliran berdasarkan asas

saling menguntungkan;d. Nilai kredit/modal yang diinvestasikan disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Operasionalisasi Pengorganisasian.

Pengorganisasian yang perlu diakukan untuk menunjang program ini adalah :

No.

Tahapan kegiatan Pelaksana

1 Pengaturan kerjasama investor dengan Petani Investor dan Di nas/Instansi 2. Penentuan pedagang sebagai komponen pembina- FORKA an 3. Pengaturan kerjasama antar kelembagaan FORKA yang terkait 4. Pelatihan PPL tentang teknologi yang akan Dinas/BLPP diintroduksikan. BPTP 5. Penentuan/seleksi RTPLK untuk usaha kelom- Instansi/Tokoh pok dalam KUBA Pisang masyarakat/Desa 6. Pelatihan Petani PPL/FORKA/

BPTP 7. Operasionalisasi kegiatan usaha agribisnis secara berkelompok/berkongsi : a. Pemeliharaan Tanaman RTPLK b. Pembeli hasil produksi pisang Pedagang/Pengepul c. Pengatur dan pengawasan bagi hasil Ketua KUBA d. Pengawasan harga Koperasi e. Pembelian Saprodi Koperasi; RTP f. Penanggung jawab bagi hasil Koperasi, KUBA g. Penambahan modal usaha Koperasi, KUBA 8. Pengaturan usaha bersama petani setelah Koperasi+KUBA kredit lunas

(I). Enforcement dan PemantauanDalam rangka untuk mengamankan dan membantu kelancaran kredit bagi hasil

untuk petani kecil tersebut perlu dikembangkan pola insentif dan penalti yang melibatkan Koperasi, KUBA, aparat pemerintahan desa, dan kelembagaan lain yang terkait. Dalam hubungan ini pendekatan persuasif sangat diperlukan.

26

Page 28: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

5. PELAKSANAAN KEGIATAN MENURUT TAHUN ANGGARAN

Anggaran Sentra Pengembangan Agribisnis Unggulan Komoditi Pisang pada T.A tertentu dapat dimasukkan dalam DIP dengan besaran tertentu.

5.1. Pelaksanaan dan Penggunaan Dana

A. Peralatan/perlengkapan dan Alsintan

Beberapa peralatan Komponen PPPIT adalah:

a. Rumah kaca dan Kebun Koleksi/BibitBiaya yang tersedia dipergunakan untuk pembangunan rumah kaca sebanyak 2-3

unit dengan disain baku yang bisa memuat 500-1000 bibit setiap unit , ini digunakan pada waktu bibit masih muda sebelum dipindahkan ke lapangan.

b. Pengadaan Wadah/perlengkapan PembibitanBiaya yang tersedia digunakan untuk membeli pot atau polibag yang akan

digunakan untuk memelihara bibit.

c. Peralatan kebun bibit dan kebun koleksiBiaya yang tersedia dengan besaran tertentu dapat dipergunakan untuk pembelian

peralatan kebun yang dibutuhkan antara lain adalah : alat olah tanah, sprayer, alat pemupukan dan lain-lain. Peralatan kebun ini sebanyak beberapa unit untuk kebutuhan PPPIT.

d. Perlengkapan Pos TerpaduBiaya pengadaan perlengkapan pos terpadu dipergunakan untuk membeli

peralatan yang membantu petugas dalam melaksanakan administrasi antara lain : meja kerja, kursi, meja dan kursi tamu, lemari arsip, papan tulis dll disesuaikan dengan kebutuhan pos terpadu.

e. Pengadaan hand tractorBiaya pengadaan alat ini disesuaikan dengan harga berlaku, kegunaannya dipakai

sebagai percontohasn dan peragaan untuk mengolah tanah kebun pisang di PPPIT.

f. Perlengkapan PetugasBiaya perlengkapan petugas disesuaikan dengan jumlah eptugas dan satuan

harga yang berlaku, dipergunakan untuk membeli perlengkapan petugas yang terdiri antara lain : sepatu lapangan, jas hujan, senter, topi, baju lapangan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan petugas lapangan.

g. Kelengkapan epenunjang, yaitu:

(1) Pengadaan kendaraan roda 2

27

Page 29: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

Kendaraan roda 2 untuk petugas lapangan digunakan dalam rangka pembinaan sentra pegnembangan agribisnis komoditas unggulan pisang di lapangan dan di PPPIT.

(2). Fasilitas ruang data dan informasiPengadaan fasilitas komputer dan tilpun serta per-lengkapan penunjangnya

diperuntukkan untuk kelan caran administrasi dan pembuatan laporan serta pe-nyampaian informasi dalam rangka kegiatan sentra pengembangan agribisnis komoditi pisang.

(3) Perlengkapan Ruang Pertemuan AgribisnisBiaya pengadaan perlengkapan-perlengkapan ruang perte muan agribisnis

dipergunakan untuk membeli peralatan antara lain : meja kerja, kursi, meja dan kursi tamu, lemari arsip, papan tulis dll disesuaikan dengan kebutuhan ruang pertemuan.

B. Gedung dan Bangunan

Komponen PPPIT :(1) Pembangunan pos petugas 1 unit.

Pembangunan pos petugas yang dimaksud adalah bangunan untuk pos penjagaan dan rumah penjaga/kantor. Dana yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan, misalnya seluas bangunan 50 M2.

(2) Ruang / gudang.Gudang makanan digunakan untuk menyimpan makanan tanaman pisang maupun perlengkapan lainnya.

(3) Instalasi air dan listrikDana ini digunakan untuk memasang instalasi air dan listrik, yang kegunaannya untuk memenuhi kebutuhan fasilitas air dan listrik di PPPIT.

(4) Pemagaran kebunBiaya pemagaran bangunan PPPIT disesuaikan dengan luas areal dan disain teknis pagar. Pemagaran bangunan kandang di PPPIT dapat menggunakan bahan pagar bisa dari kawat berduri, tiang besi, sehingga dapat melindungi/sebagai pengaman bangunan kandang, atau menggunakan disain pagar hidup.

(5) Kebun bibit /kebun koleksi pisangBiaya pembuatan kebun pisang ini dengan luas tertentu disesuaikan dengan disain teknis. Kebun ini digunakan untuk pemeliharaan bibit, pemeliharaan tanaman koleksi, dan pohon produksi sebagai percontohan.

(6) Rumah kaca untuk Penampungan Bibit Biaya pembuatan rumah kaca disesuaikan dengan disain teknis. Rumah kaca ini digunakan untuk pembesaran bibit sementara waktu sampai berumur tertentu baru disebar ke patani, dengan lantai dari semen atau tanah yang dipadatkan.

C. Agroinput

(1) Komponen PPPIT

28

Page 30: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

a. Pengadaan Bibit PisangPengadaan bibit pisang sebanyak 500-1000 bibit yang terdiri dari 50-100 bibit

setiap kultivar unggul. Pengadaan pisang dengan umur minimal 6 bulan. Dalam pengadaan tanaman ini diusahakan memilih bibit yang produktif dengan memper hatikan karakteristik visualnya. Jenis pisang yang diadakan adalah jenis unggul dimana sumber bibit dapat berasal dari Kabupaten setempat atau dari sumber bibit yang bisa dipertanggung jawabkan.

b. SaprodiBiaya saprodi untuk pembelian pupuk, pestisida rabuk kandang/kompos, benih

palawija dan bibit sengon. Pupuk dan pestisida digunakan untuk memelihara tanaman di PPPIT (kebun koleksi dan kebun bibit) , dan diberikan kepada petani untuk membesarkan pisang selama setahun bulan dan memelihara tanaman sela.

(2). Program Perlindungan Tanaman

(a). PeralatanBiaya untuk peralatan ini dpaat digunakan untuk pembelian sprayer beberapa unit

dan kelengkapannya , dan lain-lain peralatan gudang disesuaikan dengan kebutuhan.(b). Obat-obatan, PestisidaObat-obatan tersebut digunakan pada pengobatan/ pence gahan gangguan hama

dan penyakit pisang di PPPIT maupun pada petani anggota KUBA Pisang.

5.2. Pembinaan Sumberdaya Manusia

(1) Gaji Upah

a. Tunjangan Tim Pembina ProfesionalBiaya tunjangan tim pembina profesional diberikan kepada Tim berupa imbalan jasa per bulan. Mekanisme penunjukan dan penetapan Tim Pembina Profesional akan diatur lebih lanjut melalui kebijaksanaan Pemerintah daerah.

b. Tunjangan/Ops tim Teknis Komoditas UnggulanBiaya tunjangan tim teknis komoditas unggulan diberikan kepada Tim berupa imbalan jasa per bulan. Mekanisme penunjuan dan penetapan Tim Pembina Profesional akan diatur lebih lanjut melalui kebijaksanaan Pemerintah daerah.

c. Petugas LapanganDana yang disediakan diberikan kepada petugas lapangan (PPL/Petugas Kecamatan) sebagai imbal jasa dalam rangka pembinaan petani pisang di lapangan.

(2). Perjalanan

a. Pelatihan Petugas di Pusat/Instruktur (PPL) dalam rangka pelatihan. Latihan petugas lapangan yang menangani dan membina petani pisang. Dana yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan.

b. Konsultasi Pemandu Lapangan/penyuluh ke sumber teknologi. Konsultasi pemandu lapangan/penyuluh ke sumber teknologi digunakan oleh PPS/PPL atau petugas komoditi unggulan ke sumber teknologi.

29

Page 31: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

c. Operasional tim teknisBiaya yang disediakan dapat dipergunakan dalam rangka bimbingan ke PPPIT, lokasi Proyek, Petani dan Kelompok Petani .

d. Bimbingan dari Propinsi.Bimbingan propinsi yang dimaksud adalah bimbingan dari Dinas Petani an Dati I, dan Kanwil Deptan ke Kabupaten, lokasi Proyek, Petani dan Kelompok Petani .

e. Bimbingan/monitoring petugas Kabupaten/ Bimbingan Petugas Daerah. Bimbingan Kabupaten/ Petugas Daerah dilakukan oleh Dinas Petani an Dati II, Bagian proyek ke lokasi Proyek, Petani dan Kelompok Petani . Dana ini digunakan dalam rangka pembinaan pertanaman dan kelompok tanam yang menyangkut tehnis maupun administratif. Pembinaan dimaksud dalam hal pemeliharaan tanaman , pemupukan tanaman , pengetahuan penyakit, pemanfaatan hasil produksi dan lain-lain.

f. Operasional/ Bimbingan Tim Pembina ProfesionalDana ini dipergunakan untuk Tim pembina profesional dalam rangka bimbingan ke lokasi PPPIT maupun ke petani penggaduh pisang.

g. Bimbingan (Monitoring) Pusat/ Narasumber PusatBiaya yang disediakan dapat dipergunakan untuk bimbingan maupun pembinaan dari Pusat dalam rangka kelancaran pelaksanaan kegiatan sentra pengembangan agribisnis komoditi unggulan pisang.

h. Konsultasi ke PusatKegiatan konsultasi ini dimaksud untuk membahas permasalahan-permasalahan tehnis serta perencanaan selanjutnya di pusat, untuk kegiatan ini dilaksanakan apabila ada surat pemanggulan dari pusat.

i. Bimbingan, Monitoring dan EvaluasiBimbingan, Monitoring dan Evaluasi yang dimaksud adalah bimbingan dari Dinas Petani an Dati I, Kanwil Deptan, Bagian Proyek dan Dinas Petani an Dati II, ke lokasi Proyek, Petani dan Kelompok Petani .

(3) Lain-lain

a. Diklat / Pelatihan Manajemen AgribisnisDiklat /pelatihan agribisnis yang dimaksud adalah pendidikan pelatihan petani nelayan untuk melatih petani pisang. Materi pelatihan petani terdiri dari : (a) Pengetahuan tentang budidaya pemeliharaan tanaman; (b) Pengetahuan tentang pascapanen dan pemasaran; (c) Pengetahuan tentang penanganan penyakit/hama tanaman; (d) Pengetahuan pemanfaatan hasil produksi tanaman :Agroindustri; (e) Analisa kelayakan usaha agribisnis komoditas Pisang; (f) Dan lain-lain yang masih diperlukan. Instruktur pelatihan petani berasal dari Dinas Propinsi Dati I, Dinas Dati II dan instansi terkait yang berada di daerah. Silabus pelatihan petani dirancang sesuai kebutuhan.

b. Pertemuan, supervisi, penyusunan rencana FORKA Biaya yang disediakan dapat dipergunakan untuk supervisi dan penyusunan rencana kegiatan FORKA untuk mengetahui kegiatan yang sedang berjalan dan menyusun rencana tahun anggaran berikutnya.

c. Seleksi petani anggota KUBACalon anggota KUBA yang ingin mendapatkan tanaman diwajibkan mengajukan surat permohonan ke Kepala Dinas Pertanian Dati II. Dinas membentuk tim seleksi petani, yang bertugas melakukan seleksi petani calon anggota KUBA Pisang.

30

Page 32: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

Berdasarkan laporan dari tim seleksi petani, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati II, menetapkan calon anggota KUBA Pisang.

d. Seleksi lokasiLokasi penyebaran pisang ditentukan lebih dahulu dan lokasi ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I atas usul Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati II.

e. Ops. Pembantu Petugas/ Pembinaan PetugasBiaya operasional pebantu petugas diberikan kepada pembantu petugas yakni (Ketua Kelompok/ PPL/ Petugas Kecamatan /Tenaga Lepas) di PPPIT sebagai imbalan jasa.Tenaga pembantu petugas adalah tenaga yang ditunjuk oleh Dinas Petani an Dati II, untuk mem-bantu petugas.

f. Eksploitasi kendaraan roda duaDana yang disediakan dapat digunakan untuk perbaikan atau service, penggantian onderdil, pembelian bahan bakar dan lain-lain untuk kendaraan roda 2 sentra pengembangan agribisnis komoditas unggulan pisang.

g. Rekening listrikBiaya ini digunakan untuk pembayaran rekening listrik di lokasi PPPIT.

h. Eksploitasi Hand TractorBiaya eksploitasi ini digunakan untuk perbaikan atau service, penggantian onderdil, dan lain-lain.

i. Eksploitasi SprayerBiaya eksploitasi digunakan untuk perbaikan atau service, penggantian onderdil, dan lain-lain.

k. Operasional Perlindungan Tanaman dan penyebaran. Biaya pada operasional perlindungan tanaman dan penyebaran bibit dapat digunakan dalam rangka operasional perlindungan tanaman pisang di PPPIT, petani dan biaya operasional penyebaran tanaman ke petani. Penyebaran tanaman dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan bibit pisang yang dibesarkan di PPPIT.

l. Bantuan kebun dan peralatanDana yang disediakan untuk bantuan perlengkapan kebun pisang untuk 200 RTP yang diberikan kepada petani, dalam bentuk bibit sengon sebagai tanaman pagar/pelindung, cangkul dan alat olah tanah lainnya dan perlengkapan lainnya sesuai dengan kebutuhan di daerah.

m. Kartu rekordingBiaya yang disediakan dapat dipergunakan untuk pencetakan/perbanyakan kartu petani, Berita Acara Penerimaan Ternak, Surat Perjanjian Kredit dan lain-lain.

n. Perawatan Kebun koleksi/bibit/rumahkacaBiaya operasional ini digunakan untuk perawatan fasilitas yang ada di PPPIT.

o. Pelatihan PetugasBiaya pelatihan petugas dapat dipergunakan untuk pelatihan petugas apabila diperlukan.

6. PENGORGANISASIAN

Kegiatan Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditi Unggulan Pisang merupakan salah satu upaya terobosan baru dari Pemerintah, sehingga penanganannya diperlukan secara terpadu dari berbagai instansi terkait. Agar program tersebut dapat terlaksana

31

Page 33: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

sesuai dengan target dan sasaran yang diinginkan, maka dipandang perlu untuk dibentuk suatu Tim Pelaksanaan Koordinasi Tingkat Daerah, yaitu FORKA Pisang.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini terlibat berbagai unsur baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi sejak perencanaan/persiapan, pelaksanaan dan pengawasan.

7. PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Pengawasan dan Pengendalian Sentra Pengembangan Agribisnis Pengembangan Pisang ini dilaksanakan dengan 2 cara, yaitu :

1. Pengawasan insidentil.Pengawasan dan pengendalian insidentil, dilaksanakan dengan

supervisi/kunjungan ke lapangan. Hal ini dapat dilakukan oleh :(1) Pemerintah Daerah(2) Kantor Departemen Lingkup Pertanian Dati II Malang.(3) Tim Pembina Profesional dan Tim Teknis Komoditi Unggulan.(4). FORKA Pisang.

2. PelaporanPengawasan dan pengendalian berkala yang dilaksanakan dengan penyampaian

laporan. Sedangkan arus penyampaian pelaporan dilaksanakan sebagai berikut :(1) Petugas Pertanian Kecamatan menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Dati II Malang setiap bulan.(2) Kepala Dinas Pertanian Dati II menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Dati I Jawa Timur dan Bupati kepala Daerah Malang setiap bulan.

(3) Kepala Dinas Pertanian Dati I menyampaikan laporan kepada Gubernur.

8. P E N U T U P

8.1. Mekanisme PendanaanUntuk tercapainya sasaran kegiatan pengembangan Agribisnis pisang, maka

setiap tahun pada penyelenggaraan Rakor bangtan/Rakorbang Tk. II, perlu dibahas rancangan kebutuhan biaya pelaksanaan pembangunan sentra agribisnis pisang setiap tahunnya. Hal ini diperlukan untuk pengalokasian dana dari masing- masing sumberdana yang seperti telah diusulkan pada bab-bab terdahulu.

8.2. Manfaat yang DiharapkanPembangunan "SPAKU" Pisang di Kabupaten Malang ini jika berhasil akan

memberikan dampak langsung berupa peningkatan pendapatan dan kualitas hidup ± 1000-2000 rumah tangga petani peserta yang akan dibina, dimana pada umumnya kualitas hidup rata- rata para petani tersebut masih berada di sekitar ambang kemiskinan.

32

Page 34: MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS · Web viewJalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta

33