model busana pengajian bagi ibu-ibu di komplek …
TRANSCRIPT
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
58
MODEL BUSANA PENGAJIAN BAGI IBU-IBU DI KOMPLEK MUTIARA
CEMERLANG KAJHU ACEH BESAR
Resminten, Mukhirah, FikriahNoer.
Program Studi Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Darussalam, Banda Aceh, Indonesia
Email: [email protected]
Busana pengajian identik dengan busana yang muslimah, pada saat ini busana muslimah tidak
hanya di pakai untuk keperluan mengaji atau acara-acara keagamaan saja, busana muslimah
dapat digunakan pada berbagai kesempatan. Dalam pengamatan awal bedasarkan lokasi yang
di pilih penelitian Berjudul “Model Busana Pengajian Bagi Ibu-Ibu di Komplek Mutiara
Cemerlang kajhu Aceh Besar”, dilaksanakan dengan tujuan mengetahui penggunaan busana
untuk kesempatan pengajian dikalangan ibu-ibu di Komplek Mutiara Cemerlang kajhu Aceh
Besar, mengetahui model, bahan, warna dan corak yang digunakan serta mengetahuai faktor-
faktor yang mempengaruhi ibu-ibu di Komplek Mutiara Cemerlang Kajhu Aceh Besar dalam
memilih busana untuk kesempatan pengajian. Metode yang di gunakan yaitu metode desriptif
kuantitatif dengan sample sebanyak 40 dengan tektik total sampling. Pengumpulan data
menggunakan angket, pengolahan data menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam pemilihan model busana pengajian pada umumnya (100%)
responden memilih gamis sebagai busana yang digunakan karena model tersebut sudah sesuai
dengan syariat Islam. Selanjutnya dalam penggunaan pelengkap busana pada umumnya
(92,5%) memilih syar’i sebagai kerudung dan pada umumnya (82,5%) memilih tas jinjing
sebagai pelengkap busana pengajian. Selain itu dalam pemilihan bahan, warna, dan corak
busana pada umumnya (90%) responden memilih bahan katun sebagai bahan yang digunakan
saat pengajian dikarnakan bahan tersebut nyaman digunakan, dalam pemilihan warna pada
umumnya (90%) responden memlih warna yang lembut dan polos sebagai motif busana
pengajian, responden kurang dari setengah memilih model kembang A tanpa potongan sebagai
desain busana pengajian. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu-ibu di Komplek Mutiara
Cemerlang kajhu Aceh Besar dalam memilih busana untuk kesempatan pengajian setengah
(50%) diri sendiri, internet, dan trend sebagai sumber pengetahuan dalam memilih model
busana dan kadang-kadang orang sekitar juga menanyakan dan mempertanyakan gaya busana
hanya sedikit pengaruh positif yang didapatkan. Disimpulkan bahwa pada umumnya ibu-ibu
dalam pemilihan busana pengajian sudah baik dan sesuai dengan syariat Islam yang berlaku di
dunia khususnya di Aceh.
Kata Kunci: Model, BusanaPengajian.
ABSTRACT
Clothing is identical to the clothing moslem, at this time moslem clothing is not only in use for
the purposes of recitationor religious event only, moslem clothes can be used on various
occasions. In the initial observation based on the location of the selected study titled “Religious
Fashion Model For Mothers In Complex Mutiara Cemerlang Kajhu Aceh Besar”. carried out
with the aim of knowing the use of clothing for the opportunity relegious among mothers in the
Complex Mutiara Cemerlang kajhu Aceh Besar, know the model, materials, colors and patterns
used and knowing factors that affect mothers in the Complex Mutiara Cemerlang Kajhu Aceh
Besar in choosing clothing for the opportunity relegious. The method used is descriptive
quantitative method with 40 samples with total sampling technique. Data collection using
questionnaires, data processing using the percentage formula. The results showed that in the
selection of fashion model religious in general (100%) of respondents chose gamis as a fashion
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
59
that is used because the model is in accordance with Islamic Shari'a. Furthermore, in the use of
complementary clothing in general (92.5%) chose syar'i as a veil and in general (82.5%) choose
a carrying case as a complementary fashion religious. Also in the selection of materials, colors,
and fashion patterns in general (90%) of respondents chose cotton as a material used during
religious because materials are comfortable to use, in the choice of color in general (90%) of
respondents choose soft and plain color as the pattern of clothing religious, respondents less
than half chose the model A flower without cuts as a fashion design religious. Factors affecting
mothers in the Complex Mutiara Cemerlang Kajhu Aceh Besar in choosing clothing for the
occasion of studying half (50%) self, internet, and trend as a source of knowledge in choosing
a fashion model and sometimes people around also ask and question fashion style has little
positive effect. It was concluded that in general, the mothers in the selection of religious
clothing have been good and in accordance with the Islamic Shariah prevailing in the world,
especially in Aceh.
Keywords : Model, Religious clothing
PENDAHULUAN
Aceh adalah sebuah provinsi di
Indonesia yang terletak di ujung pulau
sumatera dan merupakan provinsi paling
barat di Indonesia dan ibu kotanya adalah
Banda Aceh. Aceh dianggap sebagai tempat
dimulainya penyebaran Islam di Indonesia
dan memainkan peran penting dalam
penyebaran Islam di Asia Tenggara. Jika
dibandingkan dengan provinsi lainnya
persentase penduduk muslimnya adalah
yang tertinggi di Indonesia dan mereka
hidup sesuai syariat Islam. Seperti yang di
kemukakan Al yasa (2003):
Setelah syariat Islam diberlakukan di
Aceh pada tanggal 15 Maret 2002
bertepatan dengan 1 Muharram 1423
hijriah, ketentuan berbusana muslim dan
muslimah wajib dilaksanakan oleh setiap
umat islam. Sesuai dengan
Qanun Syariat islam di dalam BAB V
Penyelenggara Syiar Islam Pasal 13:
1. Setiap orang Islam wajib berbusana
islami.
2. Pimpinaninstansi pemerintah, lembaga
pendidikan, badan usaha dan atau
institusi masyarakat wajib
membudayakan busana islami
dilingkungannya. Mau tidak mau
masyarakat harus menerima dan
akhirnya menjadi suatu kebiasaan.’’
Manusia sangat membutuhkan
pakaian (sandang) untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok dasar sehari-hari
disamping kebutuhan akan tempat tinggal
(papan) dan makanan (pangan). Pakaian
dapat memberikan keindahan, proteksi dari
penyakit, kenyamanan, dan lain sebagainya.
Dalam kehidupannya manusia
membutuhkan busana untuk berbagai
kesempatan antara lain: busana rumah,
busana kerja,busana pesta, busana santai
dan busana berkabung yang tidak termasuk
kedalam lima penggolongan busana diatas
adalah busana yang dipakai dalam
kesempatan lainnya misalnya busana
kesekolah, pertemuan rutin suatu kegiatan,
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
60
berbelanja kepasar, arisan, pengajian
mendengarkan ceramah agama dan
sebagainya. Maka yang harus diperhatikan
dalam berbusana ialah busana yang
sederhana tidak berlebihan dan praktis,
sehingga tidak mengganggu gerakan tubuh
ataupun pekerjaan.
Bagi seorang wanita pakaian bukan
hanya sekedar pelindung tubuh dan penutup
aurat saja, pakaian merupakan perwujudan
dari karakter diri masing-masing si
pemakainya. Bagi seorang wanita tampil
cantik adalah suatu kewajiban dan mereka
akan berusaha untuk tampil dengan busana
yang paling cocok dengan diri mereka
dimanapun mereka berada. Salah satunya
seperti busana pengajian yang di gunakan
pada saat pengajian yang harus diperhatikan
dari desain, bahan, model, motif/corak dan
juga warna. Busana pengajian identik
dengan busana yang muslimah, pada saat
ini busana muslimah tidak hanya di pakai
untuk keperluan mengaji atau acara-acara
keagamaan saja. Secara bahasa menurut
W.J.S Poerwadarminta: Busana ialah
pakaian yang indah-indah, perhiasan.
Sementara makna Muslimah menurutnIbn
Manzhur: adalah perempuan yang
menyelamatkan dirinya atau orang lain dari
bahaya. Maka busana muslimah dapat
diartikan sebagai pakaian untuk perempuan
Islam yang berfungsi menutupi aurat
sebagaimana yang di tetapkan oleh ajaran
Islam. Busana muslimah bisa di pakai untuk
berbagai macam kesempatan namun
pemakaian busana untuk pengajian perlu
banyak hal yang harus diperhatikan,
sehingga tidak salah dalam penempatan
busana.
Menurut pengamatan awal penulis,
dewasa ini ibu-ibu pengajian dalam
berbusana justru lebih sering
mengutamakan trend dan model, sehingga
pemakaiannya justru salah dan terkesan
berlebih-lebihan, termasuk dalam
penggunaan assesoris maupun mellineris.
Sebagai contoh dari segi pemilihan
bahan, para ibu-ibu pengajian memilih
bahan yang tidak menyerap air dengan baik
dan menggunakan bahan seperti renda,
dapat kita ketahui bahwa bahan renda
tersebut digunakan untuk penbuatan busana
kesempatan pesta jika digunakan untuk
kesempatan mengaji maka sangatlah
bertentangan.
Dari pengamatan awal peneliti pada
Januari 2016 di Komplek Mutiara
Cemerlang Kajhu Aceh Besar adanya ibu-
ibu pengajian yang menggunakan model
busana yang tidak sesuai dengan
kesempatan mengaji, busana yang
digunakan kelihatan mewah dengan bahan
yang mengkilap dan ada pula yang
menggunakan hiasan payet pada bagian
kerudung atau busana sehingga tidak cocok
di gunakan pada saat pengajian selain itu
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
61
terdapat pula ibu-ibu yang menggunakan
celana ketat saat pengajian itu berlangsung
sehingga membentuk betis bahkan
membentuk lekuk tubuhnya, penggunaan
kerudung yang pendek tentunya akan
terlihat bagian dada sehingga busana
tersebut tidak memenuhi syarat dan kriteria
busana yang muslimah. Pada pemilihan
warna dan motif, banyak ibu-ibu pengajian
menggunakan warna yang terang/mencolok
seperti warna cerah, warna kontras, dan
warna-warna yang tidak sesuai dan
pemilihan corak/motif yang di gunakan
tidak sesuai dengan bentuk tubuh.
Cara berbusana mencerminkan
kepribadian seseorang, meskipun
berbusana itu sama pentingnya bagi pria
dan wanita, akan tetapi biasanya
diutamakan busana wanita baik dari segi
artistik maupun segi komersial. Karena
berbusana tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan masyarakat,tata krama
berpakaian menjadi sesuatu yang patut
diketahui sehingga tidak menyalahkan
aturan syariat Islam yang berlaku di Aceh.
Hal ini tentu saja menjadi tantangan
tersendiri bagi kaum wanita, faktor-faktor
yang memepengaruhi gaya berbusana
terutama di tengah-tengah kepungan
budaya modern yang sangat
mengesampingkanmasalah syariat agama.
Banyak yang beranggapan bahwa
urusan busana atau berpakaian adalah
urusan “privacy” setiap orang, merupakan
bagian dari hak asasi manusia yang tidak
boleh orang lain atau kelompok lain ikut
mengatur urusan tersebut. Namun
demikian, apapun alasan yang
dikemukakan oleh orang-orang tentang
ajaran Islam bagi kitabahwa gaya modern
masa kini tidaklah harus membuka aurat.
Berbusana yang baik akan menjauhkan kita
dari kejahatan dan fitnah dari sekitar
lingkungan tempat tinggal kita, dengan
demikian maka bagi orang-orang yang
beriman busana adalah sesuatu yang sangat
penting untuk diperhatikan terutama bagi
kalangan wanita. Berdasarkan latar
belakang yang di uraikan diatas penulis
tertarik mengadakan penelitian dengan
judul Model Busana Pengajian Bagi Ibu-Ibu
di Komplek Mutiara Cemerlang Kajhu
Aceh Besar, dengan tujuan
1. Mengetahui penggunaan busana
untuk kesempatan pengajian di
kalangan ibu-ibu di komplek
mutiara cemerlang Kajhu Aceh
Besar.
2. Untuk mengetahui model, bahan,
warna dan corak yang di gunakan
untuk busana pengajian ibu-ibu di
Komplek Mutiara Cemerlang kajhu
Aceh Besar.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi ibu-ibu di
komplek mutiara cemerlang dalam
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
62
memilih busanan untuk kesempatan
pengajian.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis deskriptif. Metode penelitian
deskriptif yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisa
fenomena-fenomena, peristiwa, aktifitas
sosial secara alamiah, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, proses yang sedang
berlangsung, akibat/efek yang
terjadi/tentang kecenderungan yang sedang
berlangsung.
Penelitian Kuantitatif yaitu suatu
proses penelitian untuk menemukan dan
menggunakan data berupa angka sebagai
alat untuk menemukan keterangan
mengenai apa yang ingin diketahui.
Arikunto (2006:12): penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang banyak dituntut
menggunakan angka, memulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui Model Busana Pengajian
bagi Ibu-ibu di Komplek Mutiara
Cemerlang Kajhu Aceh Besar.
POPULASI DAN SAMPEL
PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2013:215):
Populasi di artikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang di terapkan oleh peneliti untuk
di pelajari dan di tarik kesimpulannya.
Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah ibu ibu pengajian di
komplek Mutiara Cemerlang Kajhu Aceh
Besar yang berjumlahkan 40 orang.
Menurut Sugiyono (2013:215)
sampel adalah: sebagian dari populasi itu.
Sampel merupakan populasi yang dijadikan
sebagai objek penelitian. Adapun yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
keseluruhan populasi yaitu ibu-ibu yang
melaksanakan pengajian yang
berjumlahkan 40 orang dan yang aktif
didalam kegiatan pengajian. Menurut
Arikunto (2010:92), apabila jumlah subjek
yang kurang dari 100 orang lebih baik
diambil semua, hal ini juga akan membantu
menguatkan peneliti dalam menemukan
kebenaran data. Jika jumlah subjeknya
besar dapat diambil antara 10%-15% atau
lebih.
Penelitian ini menggunakan seluruh
populasi sebagai sampel (total sampling).
Sebagaimana yang dikemukakan oleh
sugiyono (2014:85) samplingadalah teknik
pengumpulan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel.
Dengan demikian yang dipilih menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu
yang mengikuti pengajian di Komplek
Mutiara Cemerlang Kajhu Aceh Besar.
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
63
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk memperoleh data yang
berkaiatan dengan penelitian ini, ada
beberapa teknik/cara metode yang
dilakukan oleh penulis sesuai dengan jenis
penelitian kuantitatif. Selanjutnya dalam
pengumpulan data ini penulis
menggunakan teknik pengumpulan data
Observasi (Pengamatan)Sebagai metode
ilmiah observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan. Observasi dilakukan untuk
mengamati secara langsung model,warna,
bahandan corak busana pengajian bagi ibu-
ibu di Komplek Mutiara Cemerlang Kajhu
Aceh Besar. Menurut Sugiyono (2013:145):
Observasi adalah suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis,
dua di antara yang terpenting adalah proses-
proses pengamatan dan ingatan.
Selanjutnya menggunakan Angket
(Quesioner). Angket (Quesioner), yaitu
pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis
dengan jawaban pilihan ganda, responden
tinggal memilih jawaban yang paling benar
menurut apa yang diketahui dan
dialaminya.
Angket yang digunakan peneliti
ialah kuesioner (angket) tertutup yang
alternatif jawabannya telah disediakan oleh
peneliti sesuai dengan pertanyaan.
Kuesioner (angket) yang disebarkan kepada
responden secara langsung dengan cara
mendatangi langsung, dengan adanya
kontak langsung antara peneliti dengan
responden akan menciptakan kondisi yang
sangat baik sehingga responden akan
memberikan data yang objektif dan cepat.
ANALISIS DATA
Menurut Bungin (2011:181):
pengolahan data statistik pada dasarnya
adalah proses pemberian kode (identitas)
terhadap data penelitian melalui angka-
angka. Pengolahan data yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis kuatitatif (statistik sederhana)
yaitu:
1. Menghitung jumlah frekuensi (F) dari
setiap jawaban yang disediakan pada
angket.
2. Menghitung presentase (%) dari setiap
alternatif jawaban dengan rumus
sebagai berikut:
P= 𝑓𝑥
𝑁× 100%
Ket:
P = Presentase
Fx = Frekwensi Individu
N = Responden
100% = Bilangan tetap
Menurut Hadi (2001:25): hasil
perhitungan presentase inilah akan
dijadikan kesimpulan dengan bepedoman
pada penafsiran sebagai berikut:
80%-100% = Pada umumnya
60%-79% = Sebagian besar
51%-59% = Lebih dari setengah
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
64
50% = Setengah
40%-49% = Kurang dari setengah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data pada
penelitian ini dapat diketahui mengenai
model busana pengajian bagi ibu ibu di
Komplek Mutiara Cemerlang Kajhu Aceh
Besar. Penggunaan busana yang baik dan
semestinya dapat digunakan haruslah sesuai
dengan kesempatan, maka dalam
pembahasan ini akan dibahas hal-hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian dan hasil
penelitian yang telah penulis lakukan dan
akan dijelaskan dalam beberapa masalah
antara lain: Mengetahui penggunaan
busana untuk kesempatan pengajian
dikalangan ibu-ibu di Komplek Mutiara
Cemerlang Kajhu Aceh Besar.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, dengan perkembangan jaman
pada saat ini banyak sekali model-model
busana yang di ciptakan sehingga kita
bingung untuk menentukan model yang
bagaimana yang akan kita gunakan saat
pengajian itu diadakan.Hasil penelitian
menggambarkan pada umumnya (100%)
responden yang menggunakan model
busana gamis pada kesempatan pengajian
di Komplek Mutiara Cemerlang Kajhu
Aceh Besar saat pengajian berlangsung,
hampir tidak ada satu respondenpun yang
menggunakan model busana lain untuk
digunakan saat kesempatan pengajian.
Model busana atau fashion adalah
kombinasi atau perpaduan dari gaya atau
style dengan desain, sedangkan mode
adalah sarana yang ideal karena mode
tersebut memungkinkan seseorang
menampilkan dirinya di kelompok sosial
tertentu.
Model akan dapat dikatakan mode
apabila suatu model tersebut sedang
mengalami perhatian masyarakat sebagai
suatu yang sedang disenanginya dan
digandrungi. Syarat utama dari busana ini
ialah sederhana, tidak berlebihan, praktis,
dan nyaman, sehingga tidak mengganggu
gerakan tubuh ataupun kegiatan yang
lainnya.Menurut M.Nashiruddinal
(20017:2) kriteria busana muslimah ialah:
Menutupi Seluruh badan selain bagian yang
dikecualikan, tidak berbentuk perhiasan,
harus tebal dan tidak transparan, tidak ketat,
tidak boleh diberi wewangian atau parfum,
tidak menyerupai pakain laki-laki, tidak
mnyerupai pakaian wanita kafir, tidak
berbentuk pakaian untuk mencari ketenaran
atau popularitas (syuhrah).
Penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa pada hakikatnya mengenakan
pakaian adalah untuk menghilangkan
fitnah, dimana hal tersebut tidak akan dapat
terwujud kecuali pakaian yang kita kenakan
haruslah bersifat longgar dan tidak sempit.
Telah kita lihat pada perubahan zaman pada
kalangan wanita pada saat ini, meskipun
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
65
mereka berpakaian dengan pakaian yang
dapat menutupi warna kulitnya, namun
tetap saja mengenakan pakaian yang dapat
menggambarkan bentuk tubuhnya, keadaan
inilah yang dapat mendatangkan fitnah
besar dikalangan umat manusia. Oleh
karena itu gunakanlah busana yang
berbahan tebal dan tidak tipis sehingga
tidak menggambar lekuk tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya (90%)
responden memilih bahan tebal dan
menutup aurat sebagai model busana
pengajian yang sesuai dengan syariat Islam
yang dapat menutup seluruh anggota
badannya dengan sempurna dan pada
umumnya (82,5%) responden juga sudah
menggunakan bahan tersebut untuk
digunakan dalam busana pengajian.
Sementara untuk pelengkap busana
pengajian pada umumnya (92,5%)
responden menggunakan kerudung syar’i
dan pada umumnya (82,5%) responden
menggunakan tas jinjing sebagai pelengkap
busana pengajian.
Untuk mengetahui bahan, warna, dan
corak yang di gunakan untuk busana
pengajian ibu-ibu di Komplek Mutiara
Cemerlang Kajhu Aceh Besar.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa, pada umumnya
(95%) responden mengguanakan bahan
katun sebagai bahan yang sesuai untuk
busana pengajian, dan pada umumnya
(92,5%) responden berpendapat bahwa
bahan katun tersebut nyaman untuk
digunakan pada saat pengajian. Hasil
penelitian tersebut selaras dengan pendapat
Poespo (2005:56) bahwa:
Kain katun adalah bahan yang paling
ekonomis dari segala bahan alami, sehingga
kebanyakan tipe kain katun pada
kenyataannya 100% memiliki serat katun
salah satunya yaitu dari serat kapas. Kain
katun mempunyai karakteristik sebagai
bahan yang selalu berubah-ubah atau tidak
tetap, sehingga sifat dan penampilannya
pun susah diketahui, tetapi kain katun
tenunan mempunyai sifat sebagai bahan
yang kaku, bertekstur kusam dan kuat.
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa kain katun adalah
bahan yang tebuat dari serat kapas sehingga
dapat menyerap cairan dengan cepat dan
sangat baik untuk digunakan untuk bahan
busana pengajian. Kain katun juga dapat
memberi rasa sejuk bagi sipemakai dan
dapat menjadi penghantar panas yang baik.
Ada berbagai jenis katun yang
diproduksi dan beredar dipasaran,
kebanyakan jenis katun memiliki karakter
yang berbeda. Katun biasa mempunyai
beberapa ciri diantaranya motifnya
bermacam-macam baik itu polos, garis-
garis, kotak, polkadot, atau bunga-
bunga.Kain katun jepang sekilas sama
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
66
seperti kain katun biasa, akan tetapi jika
diperhatikan ada beberapa ciri khusus, yaitu
mempunyai daya serap keringat yang baik.
Katun silk/india/zada yaitu: bahan yang
tipis dan tebal. Ciri-ciri kain katun ini
adalah permukaan kain lebih mengkilap,
daya serap keringat paling rendah. Selain
itu ada juga katun minyak sama seperti
katun lainnya, tetapi permukaanya terkesan
sedikit berminyak kilapnya berbeda dengan
katun silk. Ciri kain katun minyak ini ialah
mempunyai sedikit serap keringat;
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa, pada umumnya
(90%) responden berpendapat warna yang
sesuai digunakan untuk kesempatan
pengajian adalah warna yang lembut, warna
lembut ialah warna yang memiliki nilai
kesederhanaan.
Memilih warna yang cocok untuk
busana sendiri haruslah sangat berhati-hati
dikarnakan warna yang cocok untuk orang
lain belum tentu cocok untuk diri sendiri,
mengenai dikeseharian responden dalam
memadu padankan busana yang digunakan
lebih dari setengah (55%) responden
memilih tidak tentu untuk memadu
padankan busana yang akan digunakan,
sementara lebih dari setengah (57,5%)
responden menggunakan motif polos untuk
digunakan pada saat pengajian, motif polos
bersifat netral sehingga dapat di gunakan
dalam kesempatan apapun namun lebih
cocok digunakan pada saat pengajian
sehingga tidak menjadi pusat perhatian
anggota pengajian yang lain.
Suhersono(2004) berpendapat bahwa:
Motif adalah desain yang dibuat dari
bagian-bagian bentuk, berbagai macam
garis atau elemen-elemen, yang terkadang
begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk
alam,benda,dengan gaya dan ciri khas
tetsendiri.
Dari pendapat tersebut dapat kita
simpulkan bahwa dengan adanya motif
maka suatu busana yang akan diciptakan
dapat menghasilkan karya yang indah
namun pada pemilihan motif haruslah
disesuaikan dengan kesempatan dan model
busana yang akan di gunakan. Karena
bagaimanapun mode akan berubah dari
masa kemasa dan apabila mode baru
muncul, maka mode yang sebelumnya
dianggap ketinggalan dan lambat laun akan
di tinggalkan, mode dapat berulang kembali
setelah beberapa tahun. Mode baru bertitik
tolak pada mode sebelumnya dan tampil
kembali dengan variasi baru.
Dari penjelasan diatas dapat kita
simpulkan bahwa beriringnya waktu dan
kemajuan zaman model itu akan berubah-
ubah dan pada saatnya model tersebut akan
beralih ke model yang lain, karena model
itu bahagian dari mode. Sedangkan kurang
dari setengah (47,5%) responden memilih
model kembang A tanpa potongan untuk
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
67
desain busana yang digunakan pada saat
pengajian. Model kembang A tanpa
potongan ini ialah pakaian terusan dari
bagian atas tubuh sampai mata kaki yang
berbentuk lurus, panjang dan longgar untuk
menutupi badan. Untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi ibu-ibu di
Komplek Mutiara Cemerlang Kajhu Aceh
Besar dalam memilih busana untuk
kesempatan pengajian. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa setengah
(50%) responden mendapatkan
pengetahuan dalam memilih model busana
dari diri sendiri, internet dan juga trend.
Hasil penelitian tersebut selaras dengan
pendapat Sudarma (2011:2) internet adalah:
Suatu cara menjelajah dan memahami lebih
jauh lagi cara penggunaan media
elektronik. Jaringan komputer terbesar yang
ada didunia pada saat ini, internet adalah
istilah yang diberikan untuk memberi nama
jaringan komputer tersebut.
Seiring perkembangan zaman pada
tehnologi digital saat ini sehingga dapat
dengan mudah bertukar informasi dan
dengan mudah masyarakat untuk
mengakses model-model busana yang
diinginkan, dan responden pun dapat
dengan mudah mendapatkan pengetahuan
dalam penggunaan busanadalam
kesempatan apa saja. Sementara itu
penerapan dalam kehidupan sehari hari
sebagian besar (75%) responden terispirasi
dari diri sendiri dalam penggunaan busana
pengajian tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar (65%)
responden kadang-kadang orang sekitar
atau teman-teman pernah memperhatikan
dan mempertanyakan gaya busana yang
digunakan sehingga kurang dari setengah
(40%) responden hanya sedikit pengaruh
positif yang didapatkan dari orang sekitar
untuk memperhatikan gaya busana yang
digunakan, sementara itu sebagian besar
(62,5%) responden termotivasi dari
dorongan spiritual dalam memilih busana
pengajian tersebut.
Dari hasil penelitian di atas selaras
dengan pendapat Supriyono (2006): Cara
menumbuhkan motivasi spiritual dalam
pandangan islam ialah: bertanya dan belajar
kepada ahlinya serta berharap dan
ditunjukkan jalan oleh Allah SWT. Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
didalam kehidupan sehari-hari penggunaan
busana tidak terlepas dari ajaran Islam,
apapun yang digunakan harus tetap
berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist
serta harus diingat perintah berbusana
muslimah bukanlah perintah dari
pemerintah daerah melainkan ini adalah
perintah Tuhan Pencipta alam yang
membuat keputusan itu.
Bagi seorang wanita muslimah, setiap
perintah Allah SWT harus diterima dengan
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
68
senang hati, karena perintah menggunakan
busana muslimah bagi wanita adalah sarana
untuk melindungi marwah diri demi
memperoleh identitas baik, bukan terbuka,
dan dapat dilihat oleh orang lain apalagi
yang bukan muhrimnya sehingga menjadi
tontonan gratis bagi kaum laki-laki, dalam
berbusana muslimah juga tidak ada harga
tawar menawar baik wanita cantik atau
jelek, kaya atau miskin, semua sama harus
menggunakannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, penggunaan busana untuk
kesempatan pengajian dikalangan ibu-ibu
di Komplek Mutiara Cemerlang Kajhu
Aceh Besar pada umumnya (100%)
responden menggunakan model busana
gamis sebagai busana yang di gunakan pada
saat pengajian, dan pada umumnya (90%)
bahan tebal dan menutup aurat adalah bahan
yang digunakan untuk busana kesempatan
pengajian dan pada umumnnya (82,5%)
responden juga sudah menggunakan bahan
tersebut untuk digunakan dalam busana
pengajian, dan pada umumnya (92,5%)
responden menggunakan syar’i sebagai
pelengkap busana serta pada umumnya
(82,5%) responden menggunakan tas
jinjing sebagai pelengkap yang digunakan
pada saat pengajian.
Untuk pemilihan bahan, warna, dan
corak yang digunakan untuk busana
pengajian ibu-ibu di Komplek Mutiara
Cemerlang Kajhu Aceh Besar pada
umumnya (95%) reponden berpendapat
bahwa bahan katun sebagai bahan dasar
busana pengajian dan pada umumnya
(92,5%) responden berpendapat bahwa
bahan katun tersebut nyaman untuk
digunakan pada saat pengajian, serta pada
umumnya (90%) responden berpendapat
bahwa warna yang sesuai untuk kesempatan
pengajian ialah warna yang lembut dan
lebih dari setengah (55%) responden dalam
memadu padankan busana memilih tidak
tentu, sementara lebih dari setengah
(57,5%) responden mengguanakan motif
polos untuk digunakan pada saat pengajian,
sedangkan kurang dari setengah (47,5%)
responden memilih model kembang A
tanpa potongan sebagai desain busana
untuk kesempatan pengajian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
ibu-ibu di Komplek Mutiara Cemerlang
Kajhu Aceh Besar menunjukkan bahwa
setengah (50%) responden mendapatkan
pengetahuan dalam memilih model busana
dari diri sendiri, internet, dan trend,
sementara dalam penerapan di kehidupan
sehari-hari sebagian besar (75%)
responden terinspirasi dari diri sendiri,
kadang-kadang sebagian besar (65%)
responden orang sekitar atau teman-teman
memperhatikan dan mempertanyakan gaya
busana yang digunakan, sehingga kurang
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
69
dari setengah (40%) responden hanya
sedikit pengaruh positif yang didapatkan
dari orang sekitar dan sebagian besar
(62,5%) responden termotivasi dari
dorongan spiritual dalam memilih busana
pengajian tersebut.
SARAN
Busana muslimah adalah busana yang
sesuai dengan ajaran Islam, dan
penggunaannya tersebut mencerminkan
seseorang yang muslimah yang taat atas
ajaran agam dalam tata cara berbusana.
Busana muslimah bukan sekedar simbol,
melainkan dengan mngenakannya berarti
seorang wanita tersebut telah berusaha
melaksanakan segala perintah Allah dan
meninggalkan segala larangan-Nya, maka
dari itu hendaklah wanita tersebut
menggunakan busana yang sesuai syariat
Islam yaitu busana yang menutupi seluruh
auratnya,tidak tipis, tidak ketat, dan tidak
menyerupai busana laki-laki.
Adapun hal yang paling penting
didalam penggunaan busana pengajian
yaitu dalam pemilihan bahan, warna,
motif/corak serta desain, pilihlah bahan
yang tebal, warna yang tidak mencolok
sehingga tidak menarik perhatian orang saat
pengajian itu berlangsung, pemilihan
motif/corak dan desain jangan memilih
motif/corak yang berlebihan sehingga
memberi kesan yang mewah, pilihlah
motif/corak dan desain yang simpel
sehingga memberi kesan sederhana.
Faktor teknologi dan komunikasi
menjadi hal penting dalam kajian yang
dianggap berpengaruh pada pola
perkembangan fashion. Media massa baik
cetak maupun elektronik selalu menyajikan
informasi seputar dunia fashion, melalui
kedua media ini trend fashion seakan
diterapkan kepada masyarakat dan seolah-
olah trend fashion yang harus diikuti.
Terlepas dari itu meskipun banyaknya
informasi yang ditawarkan oleh media
massa, kita harus tetap berprinsip bahwa
busana muslimah ialah busana yang
memenuhi syarat dan kriteria sesuai dengan
syariat Islam meskipun terdapat banyak
perubahan di model dan desainnya.
DAFTAR PUSTAKA
ALYASA. 2003. Sekilas Syariat Islam di
Aceh Dinas Syariat Islam Provinsi
NAD
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu pendekatan
praktek. Jakarta : Rineka Cipta
…… 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2011. Metodelogi
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Hadi, Satresna. 2001. Metode Research
untuk Penulisan paper Skripsi,
Thesis dan Disertasi Jilid Tiga.
Yogyakarta: Andi
Hery. Suhersono. 2004. Desain Bordir
Motif Flora dan Dekoratif.
Gramedia Pustaka Utama
Poespo, Goet. 2005. Pemilihan Bahan
Tekstil. Yogyakarta. Kanisius
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 58-70
70
Sugiyono, Anas. 2013. Pengantaran
Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
……… 2014. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-
Albani.2017. Jurnal. Kriteria
Busana Muslimah. Jakarta Pustaka
hanif