modalitas.docx
DESCRIPTION
kgTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Indera Pengecapan
Cita rasa merujuk pada stimulasi bintil pengecap, reseptor yang ada pada
lidah. Ketika kita membicarakan tentang cita rasa makanan, umumnya yang kita
maksud adalah rasa makanan. Indra lain dalam konteks terpisah, tetapi akson
pengecapan dan penciuman bersatu pada sebuah sel di sebuah area yang disebut
korteks endopiriform. Adanya penggabungan tersebut yang memungkinkan
pengecapan dan penciuman menyatukan pengaruhnya dalam hal pemilihan
makanan. Reseptor cita rasa bukanlah neuron sejati, tetapi merupakan sel-sel kulit
yang termodifikasi. Sama seperti neuron, reseptor cita rasa memiliki membran
yang dapat tereksitasi dan melepaskan neurotransmitter untuk mengeksitasi
neuron. Neuron tersebutlah yang akan mengantarkan informasi ke otak. Seperti
layaknya sel kulit, reseptor cita rasa secara bertahap terkikis dan tergantikan, tiap
reseptor bertahan selama 10 hingga 14 hari. Reseptor cita rasa mamalia berada di
dalam bintil pengecap yang terletak di papilla (papillae), suatu struktur yang ada
di permukaan lidah. Tiap papilla mengandung nol hingga 10 atau bahkan lebih
bintil pengecap dan dalam tiap bintil pengecap terdapat sekitar 50 sel reseptor.
Pada manusia dewasa, sebagian besar bintil pengecap terletak pada sepanjang sisi
luar tepian lidah, pada bagian tengah hanya terdapat sedikit bintil pengecap atau
tidak sama sekali.
Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat
manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan-kebutuhan
jaringan, selain itu, dapat juga berfungsi untuk menghindarkan tubuh dari
substansi beracun. Beberapa faktor dapat mempengaruhi rasa, antara lain :
1. Sistem Indera seperti penglihatan, pembau, dan pendengar
2. Makanan : tekstur makanan, suhu, kandungan bahan-bahan,
kandungan air, dan udara dalam makanan.
1
Menurut penelitian, terdapat sel pengecap yang berespon paling baik
terhadap rangsang pahit sedangkan yang lain terhadap asin, manis, atau asam.
Sebagian berespon terhadap lebih dari satu modalitas dan sebagian terhadap
keempatnya. MSG sebenarnya bukan merupakan rasa yang dapat muncul sendiri,
MSG merupakan kombinasi dari beberapa rasa, sehingga diduga ada pengecap
rasa tambahan yaitu umami. Modalitas rasa ini mengindrai rasa glutamat dan
glutamat monosodium yang basah terdapat pada masakan asia varian reseptor
glutamat metatropik.
Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun
indera pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur
makanan seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan
keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf
nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah
bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan
keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan
substansi nutrisi tertentu. Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel
yang termodifikasi, beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya
disebut sel pengecap. Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan
mitosis dari sel disekitarnya, sehingga beberapa diantaranya adalah sel muda dan
lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan
segera terurai dan larut. Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia
oleh resepor khusus di ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat di
permukaan lidah dan palatum molle. Sel pengecap tetap mengalami perubahan
pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung pada pengaruh
saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi
pada pengecap.
Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh reseptor
kimia (chemoreseptor). Kemoreseptor kita terhadap lingkungan luar adalah
berupa tunas pengecap yang terdapat pada lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan,
zat itu harus larut dalam kelembapan mulut sehingga dapat menstimulasi kuncup
rasa atau tunas pengecap. Kuncup rasa kebanyakan terdapat pada permukaan
lidah. Ada juga beberapa yang ditemukan pada langit-langit lunak di belakang
2
mulut dan lengkung langit-langit. Kemoreseptor ini dapat dibedakan menjadi
empat macam sensasi utama, yaitu rasa manis, rasa asam, rasa asin dan rasa pahit.
Dengan menggunakan larutan sukrosa, asam hidrokalat, NaCl dan kinina sulfat
encer, seorang dapat mengetahui keempat rasa sensasi utama tersebut yang
masing-masing ada di daerah khusus pada lidah. Akan tetapi, memetakan
percobaan semacam ini pun menunjukkan adanya daerah rasa yang sangat
tumpang tindih dan sangat bervariasi pada setiap orang. Daerah sensasi rasa manis
terletak di bagian depan, rasa asin di bagian tepi, rasa asam di bagian kedua sisi
lidah dan rasa pahit di bagian tengah belakang lidah. Pada lidah terdapat tiga papil
pengecap, yaitu:
a) Papil bentuk benang, merupakan papil peraba dan tersebar di seluruh
permukaan lidah
b) Papil seperti huruf V, tersusun dalam lengkungan yang dilingkari oleh suatu
saluran pada daerah dekat pangkal lidah
c) Papil berbentuk palu, terdapat pada daerah tepi-tepi lidah.
Walaupun sejak dulu kita mengetahui bahwa manusia memiliki paling
tidak empat jenis rasa, beberapa bukti memperlihatkan adanya reseptor rasa
kelima, yaitu rasa cita rasa glutamat seperti yang ditemukan pada monosodium
glutamate (MSG). Para peneliti bahkan telah menemukan bahwa sebuah cita rasa
reseptor otak untuk neurotransmitter glutamate. Cita rasa glutamate menyerupai
cita rasa kaldu ayam tanpa garam. Bahasa Inggris tidak memiliki kata yang tepat
untuk mewakili rasa tersebut, tetapi bahasa Jepang meilikinya. Oleh sebab itu,
peneliti berbahsa Inggris telah mengdaptasi sebuah kata dalam bahasa Jepang,
yaitu umami. Para peneliti telah menemukan cita rasa lemak sebagai cita rasa yang
keenam Selain fakta bahwa tiap-tiap zat kimia mengeksitasi reseptor yang
berbeda, zat-zat kimia tersebut juga menghasilkan ritme yang berbeda pula.
Mekanisme kerja reseptor cita rasa asin sangatlah sederhana. Reseptor
mendeteksi adanya natrium dan struktur reseptor tersebut hanya mebuka kanal-
kanal ion natrium supaya dapat melintasi membran. Semakin tinggi konsentrasi
natrium pada lidah, maka semakin besar juga respon yang dihasilkan oleh
reseptor. Zati kimia seperti amilorida dapat menghalangi ion sodium yang akan
melintasi membran, sehingga mengurangi intensitas rasa asin. Cara kerja asam
3
sedikit berbeda. Ketika asam berkaitan dengan reseptor, maka asam akan menutup
kanal ion ion kalium sehingga mencegah keluarnya ion kalium dari neuron.
Hasilnya adalah peningkatan muatan positif di dalam neuron yang menyebabkan
depolarisasi membran. Secara kimiawi cita rasa manis, pahit dan umami memiliki
kemiripan. Apabila ada sebuah molekul yang berikatan dengan salah satu reseptor
cita rasa tersebut, maka hal tersebut akan mengaktivasi protein G yang
melepaskan penyampai pesan dalam neuron.
Sensasi di Rongga Mulut
Sel reseptor pengecap adalah kemoreseptor yang berespon terhadap bahan-
bahan dalam cairan mulut yang membasahi reseptor-reseptor tersebut. Reseptor
pengecap (sekunder) dikumpulkan bersama pada tasted bud, terutama pada lidah
dan palatum. Bahan- bahan ini bekerja pada mikrovili yang ada di pori-pori
pengecap untuk mencetuskan potensial generator di sel reseptor yang
menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.
Reseptor dingin definitif telah didefinisikan, ia adalah ujung saraf yang
bermielin kecil jenis A delta yang ujungnya menonjol ke dalam permukaan dasar
sel basal epidermis. Dipihak lain reseptor hangat definitif belum ditemukan.
Mungkin reseptor ini merupakan satu jenis dari ujung saraf bebas.
Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior
lidah berjalan dengan cabang korda timpani, nervous facialis, dan serat-serat saraf
dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui saraf glosoparingeus.
Nukleus traktus solitarius untuk dapat menyatu ke dalam medula oblongata harus
bergabung dengan kedua sarafnya. Di sana mereka bersinaps dengan neuron-
neuron ordo kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan bertemu dengan
lemnikus medialis, berakhir di nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada
talamus bersama serat untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan
dari sini ke daerah proyeksi pengecapan di kortek serebrum di kaki girus pasca
sentralis. Pengecapan tidak memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi
digambarkan di bagian girus pasca sentralis yang melayani sensasi kulita dan
wajah.
4
Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan, dan
kesepuluh menuju batang otak, tempat mereka berakhir di dalam traktus solitarius.
Isyarat mula-mula ke talamus dan kemudian ke area operkulum –insulaparietal
korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir lateral girus post sentralis dalam
fisura Sylvii yang erat berhubungan dengan atau malahan bertindihan dengan
daerah lidah area somatik 1.
Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papil pengecap dasar
pada berbagai spesies dan dalam suatu spesies tertentu antar individu. Pengecapan
memperlihatkan after -reaction dan fenomena kontras yang serupa dalam
beberapa hal dalam after- image dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan
kimia, tetapi sebagian lain mungkin benar-benar merupakan fenomena sentral.
Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang
ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung jawab
terhadap terjadinya sensasi ”sangat dingin” (freezing cold) dan sensasi ”panas
yang menyengat” (burning hot) .
1.2 Alat dan Bahan
a. Suntikan/ syringe
b. Alkohol 70 %
c. Kapas
d. Garam
e. Kina
f. Cuka
g. Gula
h. MSG
i. Merica bubuk
j. Chlor Ethyl
k. Guttap percha
l. Manik/ kancing berbagai bentuk dan ukuran
m. Kaca mulut
n. Sonde KG
5
o. Pinset
p. Cawan petri
q. Cotton roll dan cotton pellets
r. Air dengan beberapa suhu
s. Sapu tangan besar
t. Jangka
u. Sonde besar
v. Spatel lidah
w. Lap putih
6
BAB II
DATA HASIL PERCOBAAN
2.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area
Wajah
No Bentuk spesimenPersepsi Orang
coba
Ukuran
(mm)Waktu
1 Kotak Kotak/ 5 mm 6 mm 2,5 detik
2 Segitiga Segitiga/ 10 mm 11 mm 3 detik
3 Bulat Bulat/ 7,5 mm 10 mm 2,5 detik
4 Oval Oval/ 10 mm 13 mm 9,2 detik
2.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah
No Bagian
Jarak 1
mm
Jarak 2
mm
Jarak 3
mm
Jarak 4
mm
1 Anterior Lidah 2 titik
2
Samping ka - ki
Lidah 1 titik 1 titik 1 titik 2 titik
3 Posterior Lidah 1 titik 1 titik 2 titik
4 Palatum 1 titik 1 titk 2 titik
5 Mukosa pipi 1 titik 1 titik 2 titik
6 Gusi 2 titik
7 Dahi 1 titik 1 titik 1 titik 2 titik
8 Hidung 1 titik 2 titik
9 Cuping Telinga 1 titik 1 titik 1 titik 2 titik
10 Bibir atas 2 titik
11 Bibir bawah 2 titik
12 Leher 1 titik 1 titik 1 titik 2 titik
7
13 Pipi Kiri-Kanan 1 titik 1 titik 1 titik 2 titik
14 Dagu 1 titik 2 titik
2.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah
Lokasi Air es Air 80o C
Anterior lidah + +
Samping ki – ka lidah - -
Posterior lidah + -
Palatum + +
Mukosa pipi + +
Gusi + -
Dahi - -
Hidung + +
Cuping telinga + +
Bibir atas + +
Bibir bawah + -
Leher + +
Pipi kiri dan kanan + +
Dagu + +
2.4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah
8
Lokas
iGaram Air Gula Cuka Kina Umami
1 + + + - +
2 + - + + +
3 + - + + +
4 + - + + +
5 - - + - +
6 - + + - +
7 - + + - +
8 - + + - +
2.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
2.5.1 Rangsangan Tekanan
Lokasi Kedalaman Area paling sensitf
1 2 mm Ujung ldah
2 4 mm Tepi lidah kanan
3 4 mm Tepi lidah kiri
4 3 mm Dorsal lidah
5 7 mm Lidah depan kanan
6 6 mm Lidah depan kiri
7 3 mm Lidah tengah kanan
8 3 mm Lidah tengah kiri
2.5.2 Rangsangan Panas
9
Lokasi 70o 80o 90o Waktu-nyeri (detik)
1 - - + (-)(-)(1)
2 + + + (2)(2)(1)
3 - + + (-)(2)(2,6)
4 - + + (-)(4)(1,9)
5 + + + (3)(2,4)(2)
6 + - + (3)(-)(2,3)
7 - + + (-)(2,4)(1,8)
8 + + + (1)(2)(5)
2.5.3 Rangsangan Dingin
Lokasi 0o 5o 10o Waktu-nyeri (detik)
1 + + + (2)(4)(5)
2 + + + (2)(5)(6)
3 + + + (3)(5)(7)
4 + + + (2)(4)(5)
5 + + + (3)(4)(7)
6 + + + (3)(4)(6)
7 + + + (5)(7)(8)
8 + + + (4)(5)(8)
Urutan tingkat sensitivitas :
1. ujung lidah
2. dorsal lidah
10
3. lateral kanan
4. lidah depan kiri
5. lidah depan kanan
6. lateral kiri
7. tengah kiri
8. tengah kanan
2.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi
A. Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin
Lokasi Respon
Labial 1/3 incisa incisive Dingin
Mesio bukal cusp molar Tidak terasa
B. Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas
Lokasi Air Panas Suhu Kamar Guttap Burnisher
Labial 1/3
incisa incisengilu - ngilu ngilu
Mesio bukal
cusp molar- - - -
C. Test Vitalitas Gigi dengan Tekan
Lokasi Respon
Labial 1/3 incisa incisive Terasa ditekan
Mesio buka; cusp molar Terasa nyeri
D. Test Perkusi Gigi dan Palpasi
11
Lokasi Respon
Labial 1/3 incisa incisive Terasa ngilu
Mesio bukal cusp molar Tidak terasa ngilu
PERTANYAAN
1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap
pengenalan bentuk benda?
2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitiv mengenali jarak
antara dua titik? Jelaskan mengapa?
3. Bagian lidah yang lebih sensitive terhadap suhu adalah, jelaskan mengapa!
4. Bagian lidah yang lebih sensitive terhadap nyeri adalah, jelaskan
mengapa!
5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?
6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit,
asam, dan umami?
7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?
8. Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?
JAWABAN PERTANYAAN:
1. Bagian mulut yang lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk benda
adalah bagian ujung lidah. Hal ini dikarenakan pada bagian ujung lidah
banyak terdapat tonjolan papilla fungiformis yang dipermukaannya
banyak terdapat taste bud (reseptor perasa). Semakin banyak taste bud
maka daerah tersebut semakin sensitive. Dan bagian wajah yang lebih
sensitiv adalah bibir dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir.
Hal ini juga dapat dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih
sensitive pada rangsangan tekan.
2. Bagian mulut yang paling sensitive terhadap jarak antara dua titik adalah
ujung lidah, sedangkan pada daerah wajah yang paling sensitive adalah
bibir. Banyaknya papilla fungiformis pada ujung lidah menyebabkan lidah
12
sensitive terhadap jarak antara dua titik. Karena papilla fungiformis
banyak mengandung taste bud. Sedangkan pada bibir, sensitive
dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir. Hal ini juga dapat
dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih sensitive pada rangsangan
tekan. Rangsangan tekan memunculkan sensasi akibat perubahan bentuk
jaringan. Pada bibir dan ujung lidah memiliki tekstur yang lebih tebal atau
dalam sehingga bisa menangkap rangsangan tekanan lebih sensitive.
Selain itu juga jarak persyarafan ke kulit yang tipis.
3. Bagian lidah yang paling sensitive terhadap suhu adalah ujung lidah.
Dikarenakan pada bagian ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis
yang banyak mengandung taste bud. Taste bud inilah yang menghantarkan
rangsangan, sehingga makin banyak taste bud makin sensitive bagian lidah
tersebut. Selain itu juga jarak persyarafan ke kulit yang tipis dibandingkan
bagian yang lain.
4. Bagian lidah yang sensitive terhadap nyeri adalah ujung lidah. Nyeri
dihantarkan oleh reseptor yang terdapat pada taste bud. Pada bagian ujung
lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang pada bagian ujungnya
banyak terdapat taste bud sehingga lebih sensitive.
5. Hasil percobaan sesuai dengan teori, dimana pengenalan bentuk benda,
pengenalan jarak antara dua titik, rangsangan suhu dan nyeri lebih
sensitive pada bagian ujung lidah
6. Bagian lidah anterior lebih sensitive terhadap rangsang rasa asin, manis
dan umami. Bagian lidah lateral lebih sensitive terhadap rangsangan asam.
Bagian lidah posterior lebih sensitive terhadap rasa pahit.
7. Tes vitalitas gigi diperlukan untuk menentukan kadaan jaringan pulpa.
Sensitivitas atau nyeri yang dirasakan merupakan suatu petunjuk vitalitas
pulpa. Bila diketahui pulpa masih vital (gigi vital) maka biasanya gigi
masih dapat dipertahankan. Tes vitalitas pulpa juga berguna untuk
keperluan perawatan endodontik.
8. Test palpasi dan perkusi dilakukan untuk mengetahui ataupun
mengevaluasi status periodonsium sekitar suatu gigi.
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area
Wajah
Percobaan ini dilakukan oleh satu orang coba dengan empat variasi
bentuk spesimen. Pada saat melakukan percobaan ini, orang coba tidak
diperkenankan mengetahui bentuk manik yang akan dicobakan. Untuk
itu, mata orang coba harus ditutup. Setelah mata orang coba ditutup
ambil salah satu manik dan masukkan ke dalam mulut di atas lidah orang
coba menggunakan pinset, letakkan perlahan dan jangan menyentuh
lidah. Kemudian orang coba diminta untuk menyebutkan bentuk dan
ukuran benda yang telah dimasukkan ke dalam mulut. Kecepatan
mengenali beberapa bentuk benda ini tergantung pada seberapa luas
permukaan benda tersebut yang bersentuhan pada permukaan lidah.
Semakin besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan
permukaan lidah maka semakin cepat pula benda tersebut mudah
dikenali. Hal ini dikarenakan semakin besar luas permukaan benda
tersebut maka rangsangan yang diberi pada lidah akan semakin kuat dan
reseptor yang terangsan akan semakin banyak sehingga intrepetasi dari
SSP juga semakin cepat.
Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan
bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang
mengirim sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi
pengumpulan sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan
bentuk benda. Pengenalan bentuk benda di lidah ini karena adanya
14
resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor
raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi
3.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah
Pada saat melakukan percobaan ini, orang coba tidak
diperkenankan mengetahui apa yang akan di cobakan. Untuk itu, mata
orang coba harus ditutup. Orang coba pada percobaan ini berbeda dengan
orang coba pada percobaan sebelumnya. Orang coba ditutup matanya,
kemudian ambil jangka ukur dengan jarak 1 mm, diletakkan pada lidah
bagian ujung depan, samping kiri dan kanan, dorsal / atas, ½ antero
posterior, dan posterior lidah. Jangka ukur tersebut diletakkan diatas
lidah orang coba secara perlahan-lahan. Kemudian orang coba disuruh
menyebutkan titik yang dapat dirasakan.
Pada hasil percoban yang didapatkan, pada orang coba didapatkan
bahwa daerah yang paling sensitif adalah bagian bibir atas, bibir bawah,
gusi dan anterior lidah. Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung
pada reseptor dari rangsangan tekan ini. Rangsangan tekan tekan
umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih
dalam. Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil ujung saraf
bebas.
3.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah
Pada saat melakukan percobaan ini, orang coba tidak
diperkenankan mengetahui apa yang akan di cobakan. Untuk itu, mata
orang coba harus ditutup. Orang coba pada percobaan ini berbeda dengan
orang coba pada percobaan sebelumnya. Orang coba, sediakan air es dan
80oC diletakkan pada bagian-bagian yang telah ditentukan. Kemudian
orang coba disuruh menjelaskan apakah mampu mengenali suhu air yang
diberikan.
Pada bagian anterior lidah, posterior lidah, palatum, mukosa pipi,
gusi, hidung, cuping telinga, bibir atas, bibir bawah, leher, pipi kanan kiri
da dagu dapat mengenali suhu dingin. Sedangkan pada anterior lidah,
palatum, mukosa pipi, hidung, cuping telinga, bibir atas, leher, pipi kanan
kiri dan dagu dapat mengenali suhu panas.
15
Kemampuan seseorang untuk dapat menentukan perbedaan gradasi
sensasi suhu didapat dengan perangsangan relatif terhadap bemacam-
macam tipe ujung saraf. Secara khusus hendaknya diperhatikan bahwa
respon yang dikeluarkan sesuai dengan tingkat tingginya suhu. Dari
percobaan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tubuh berespon
lebih sensitif terhadap dingin dari pada panas. Hal ini dikarenakan jumlah
reseptor dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kali reseptor hangat, dan
pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 15 sampai 25 titik
dingin per sentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas.
Sedangkan jumlah titik hangatnya lebih sedikit.
3.4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah
Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan terhadap persepsi
rasa manis, asam, asin, pahit, dan umami pada bebearap bagian lidah,
yaitu ujung lidah, lateral lidah, dan pangkal lidah. Bahan yang diujikan
adalah air garam, air gula, cuka, kina, dan monosodium glutamate
(MSG).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa manis lebih dominan
dirasakan pada bagian ujung lidah dan ½ dorsal anterior lidah. Dan pada
persepsi rasa asin, semua bagian lidah dapat merasakan rasa asin. Rasa
asin lebih dominan dirasakan pada daerah ujung, samping kanan dan kiri.
Sedang bagian yang tidak berespon sedikit terhadap rasa asin adalah
bagian ½ dorsal lidah. Pada persepsi rasa pahit, lebih dominan pada
bagian ½ dorsal posterior lidah. Pada persepsi rasa asam semua bagian
lidah dapat merasakan rasa asam, tetapi rasa asam ini lebih dominan pada
lidah bagian samping. Sedangkan pada persepsi rasa umami semua
bagian lidah juga dapat merasakannya dan lebih dominan pada lidah
bagian anterior. Berdasarkan teori dapat diketahui bahwa rasa tertentu
dapat dirasakan dibeberapa bagian lidah.
3.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
3.5.1 Rangsangan Tekanan
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya
rasa nyeri pada jaringan rongga mulut dan area wajah. Sonde
16
besar ditekan pada bagian beberapa daerah lidah. Kemudian
sonde ditekan sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian
dilakukan pengukuran seberapa dalam sonde dapat menekan
beberapa jaringan rongga mulut dan area wajah sampai
menimbulkan rasa sakit. Didapatkan bahwa daerah-daerah
tersebut mempunyai kedalaman yang berbeda sampai dapat
merasakan nyeri. Seperti pada ujung lidah sudah terasa nyeri
pada kedalaman 2 mm sedangkan pada lidah bagian samping
pada kedalaman hingga 4 mm.pada dorsal lidah dan bagian
tengah lidah kedalamannya 3 mm.pada lidah bagian depan
kedalamannya sekitar 6-7 mm. Perbedaan ini disebabkan oleh
tingkat lapisan epitel yang ada padanya. Timbulnya rasa nyeri
ini akibat rangsangan mekanis reseptor berupa tekanan. Sensasi
tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih
dalam.
3.5.2 Rangsangan Panas
Hasil percobaan dilakukan dengan mengamati lama waktu
timbulnya nyeri pada 8 bagian lidah yang telah dibagi. Untuk
merangsang timbulnya respon nyeri dilakuan dengan
rangsangan termis yaitu dengan menguunakan rangsangan
panas. Rangsangan panas tersebut didapatkan dengan cara
merendam sonde besar pada air yang telah dipanaskan dengan
suhu 70o, 80o, dan 90o. Setelah itu, sonde tersebut diletakkan
pada beberapa bagian lidah, jaringan rongga mulut, dan juga
area wajah seperti yang telah diinstruksikan pada buku petunjuk
praktikum.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan perbedaan
sensitivitas pada masing-masing bagian. Urutan sensitivitas dari
yang terbesar ke terkecil adalah lidah bagian ujung lidah, dorsal
lidah, lateral kanan, lidah depan kiri, lidah depan kanan, lateral
kiri, tengah kiri, dan tengah kanan.
17
Selain mengamati daerah yang paling sensitif terhadap
rangsangan, didapatkan pula hasil bahwa semakin tinggi suhu
dari rangsangan, maka respon nyeri akan semakin cepat timbul.
Hal ini disebabkan karena suhu tinggi dapat mempercepat kerja
syaraf untuk menyampaikan rangsangan menuju sistem saraf
pusat.
3.5.3 Rangsangan Dingin
Pemeriksaan rangsang dingin yang dilakukan pada suhu 0,
5, 10 derajat Celcius diperoleh hasil dengan urutan yang paling
sensitive adalah lidah bagian ujung lidah, dorsal lidah, lateral
kanan, lidah depan kiri, lidah depan kanan, lateral kiri, tengah
kiri, dan tengah kanan. Pada Percobaan ini semakin dingin
suhunya maka reseptor semakin cepat dalam menerima
rangsang. Pada percobaan tersebut dapat diketahui pada
beberapa bagian lidah tidak sama dalam tingkat kecepatan
menerima rangsang dingin. Hal ini disebabkan oleh perbedaaan
reseptor kecap pada beberapa daerah di lidah sehingga terdapat
perbedaan dalam menerima rangsang dingin.
3.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi
3.6.1 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin
Tes vitalitas dengan suhu ini dilakukan pada gigi incisive
pertama kanan rahang bawah dan gigi molar pertama kanan
rahang bawah. Test pada gigi incisive pertama kanan rahang
bawah dilakukan pada permukaan labial 1/3 incical. Sedangkan
pada gigi molar pertama dilakukan pada permukaan mesio bukal
cups. Dilakukan pada bagian ini karena bagian ini mendekati
tanduk pulpa dimana inervasi saraf pulpa lebih banyak sehingga
rangsangan akan diterima lebih cepat. Suhu dingin diperoleh
dengan cotton pellet yang diberi chlor-ethyl Hasil menunjukkan
bahwa gigi insisiv subjek dalam status vital. Sedangkan pada
gigi molar pertama bawah setelah diberi Chlor-ethyl tidak
menimbulkan ngilu dan terasa dingin. Hal ini menunjukkan
18
bahwa rangsangan dari Chlor-ethyl berhenti sehingga tidak
terjadi ngilu dan merupakan pertanda bahwa gigi masih vital.
Tetapi keduanya masih bisa merasakan dingin.
3.6.2 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas
Pada test vitalitas dengan suhu panas ini, dilakukan dua
kali perlakuan, yaitu menggunakan air dengan suhu kamar dan
menggunakan air panas. Dari percobaan dilakukan dengan cara
menyemprotkan air panas pada seluruh permukaan gigi insisiv
yang ditest kemudian didapatkan hasil bahwa orang coba merasa
hangat, dan dari percobaan yang dilakukan dengan
menyemprotkan air dengan suhu kamar orang coba merasakan
lebih dingin dari air sebelumnya. Hal ini memperlihatkan dari
gigi tersebut masih bisa menghantarkan sensasi panas meski
tidak terlalu sensitiv. Dan ketika di test menggunakan guttap
terasa nyeri adanya rasa nyeri ini disebabkan karena ekspansi isi
pulpa. Sedangkan ketika dilakukan pada mesio bukal cusp mular
rahang bawah, orang coba tidak merasakan apapun meski di test
menggunakan air panas, air suhu kamar dan guttap. Hal ini
memperlihatkan dari gigi tersebut tidak bisa menghantarkan
sensasi panas.
Gigi insisivus lebih sensitive terhadap rangsangan suhu
panas daripada gigi molar. Hal ini disebabkan lapisan enamel
dari gigi insisive lebih tipis daripada lapisan enamel dari gigi
molar, sehingga rangsangan lebih mudah masuk ke tubuli
dentin, dan kemudian dilanjutkan ke pulpa, yang merupakan
tempat persarafan gigi berada. Sedangkan untuk rangsangan
termis ditanggapi oleh reseptor ruffini. Tetapi sama – sama
dapat merasakan panas
3.6.3 Test Vitalitas Gigi dengan Tekan
19
Test tekan ini digunakan untuk mengetahui keradangan
jaringan periodontal. Test tekan dilakukan dengan menekankan
handel kaca mulut pada gigi yang ditest yaitu gigi insisive
pertama kanan rahang bawah dan gigi molar kanan rahang
bawah. Test tekan ini dilakukan 3 kali. Dari percobaan yang
dilakukan didapatkan orang coba merasakana adanya tekanan
pada gigi. Pada gigi insisiv pertama rahang bawah tidak terasa
sakit namun pada gigi molar rahang bawah terasa sakit. Hal ini
menunjukkan dimungkinkan adanya keradangan jaringan
periodontal pada gigi molar pertama rahang bawah.Pada
percobaan kali ini, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
vitalitas gigi dengan rangsangan tekan, pada percobaan kali ini,
kelompok kami menggunakan orang coba dengan jenis kelamin
perempuan, dan didapatkan hasil pada gigi insisive pertama
setelah ditekan dengan kaca mulut gigi orang coba terasa agak
ngilu, sedangkan pada gigi molar bawah kanan, saat ditekan
dengan kaca mulut, gigi orang coba tidak terasa ngilu. Dari data
percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa gigi insisive
pertama lebih sensitive terhadap rangsangan tekan dibandingkan
dengan gigi molar pertama bawah kanan. Tetapi sama – sama
merasakan adanya tekanan.
3.6.4 Test Perkusi Gigi dan Palpasi
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit
periradikuler positif yang jelas menandakan adanya inflamasi
periodontium. Perkusi merupakan indikator paling baik yang dapat
menunjukkan dengan tepat adanya penyakit periapeks. Seperti
halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi
telah meluas kearah periapeks. Respon positif pada palpasi
menandakan adanya inflamasi periradikuler .
Pada percobaan ini test perkusi dan palpasi dilakukan
pada gigi insisive pertama rahang bawah dengan mengetuk-
ngetukkan handel kaca mulut pada gigi yang ditest. Dari percobaan
20
yang dilakukan didapatkan bahwa gigi insisive pertama rahang
bawah merasa ada ketukan tetapi tidak terasa ngilu. Pada gigi
molar pertama rahang bawah terasa ketukan dan tidak terjadi ngilu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada praktikum midalitas rasa dilakukan beberapa percobaan seperti
pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut dan area wajah, two point
discrimination di rongga mulut dan area wajah, pengenalan suhu di rongga mulut
dan area wajah, persepsi rasa pada beberapa bagian lidah, rasa nyeripada jaringan
rongga mulut dan area wajah serta pemeriksaan vitalitas gigi. Kecepatan
mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda dan banyaknya
reseptor yang terangsang. Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada
reseptor dari rangsangan tekan ini (reseptor taktil ujung saraf bebas). Persepsi rasa
terdapat pada beberapa bagian lidah. Rasa asin terletak pada bagian ujung lidah,
rasa manis terlatak pada ujung lidah, rasa asam terletak pada dua pertiga bagian
samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian posterior lidah dan palatum mole,
umami terletak pada bagian ujung lidah. Timbulnya rasa nyeri merupakan akibat
rangsangan mekanis reseptor berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh
perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. Test vitalitas gigi digunakan untuk
mengetahui derajat vitalitas gigi. Test perkusi, tekan dan palpasi dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya keradangan pada jaringan periodontal.
21
DAFTAR PUSTAKA
Bence, Richard.1990. Endodontik Klinik. Jakarta : UI Press.
Brossman, Louis.1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta: EGC
Ganong, W. F., 2003, Fisiologi Kedokteran, penerbit Buku Kedokteran
EGC:Jakarta
Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta
Suhartini .2015. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blok Stomatognasi II Edisi
II. Jember: Universitas Jember.
22