mobilitas
TRANSCRIPT
![Page 1: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/1.jpg)
MOBILITAS
6.1 Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk adalah keterbukaan penduduk untuk pindah dari satu
lapangan hidup ke lapangan hidup yang lain atau keterbukaan penduduk untuk
menerima hal-hal yang baru. Dengan kata lain mobilitas penduduk adalah
gerakan penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode tertentu.
Perpindahan penduduk (migrasi atau mobilitas) merupakan salah satu dari tiga
komponen utama pertumbuhan penduduk yang dapat menambah atau
mengurangi jumlah penduduk. Komponen ini bersama dengan kelahiran dan
kematian mempengaruhi dinamika penduduk di suatu wilayah seperti jumlah,
komposisi, dan distribusi keruangan
Mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara
keseluruhan. Mobilitas telah menjadi penyebab dan penerima dampak dari
perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial suatu daerah. Oleh sebab itu, tidak
terlalu tepat untuk hanya menilai semata-mata aspek positif maupun negatif dari
mobilitas penduduk terhadap pembangunan yang ada, tanpa memperhitungkan
pengaruh kebalikannya. Tidak akan terjadi proses pembangunan tanpa adanya
mobilitas penduduk. Tetapi juga tidak akan terjadi pengarahan penyebaran
penduduk yang berarti tanpa adanya kegiatan pembangunan itu sendiri.
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
Mobilitas penduduk horizontal
Yaitu gerak penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lainnya dalam suatu
periode tertentu. Misalnya mata pencaharian penduduk di pedesaan
umumnya bertani. Jumlah penduduk di pedesaan terus bertambah
mengakibatkan lahan pertanian di pedesaan semakin sempit karena
adanya pembagian tanah secara terus menerus. Keadaan ini membuat
hidup terasa semakin sulit. Akibatnya mereka pergi mencari mata
pencaharian yang lebih baik di kota seperti menjadi buruh pabrik,
pengrajin, atau pedagang. Perpindahan penduduk seperti ini disebut
mobilitas horizontal.
![Page 2: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/2.jpg)
Mobilitas penduduk vertikal
Yaitu perubahan sikap penduduk dalam mengubah kebiasaan atau
pekerjaannya dari tradisional menjadi modern. Mobilitas penduduk
vertikal sering juga disebut dengan perubahan status atau mobilitas
sosial.
(Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun
penurunan status dan peran anggotanya. Misalnya, seorang pensiunan
pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi
seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang. Contoh lain, seorang
anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia
melakukan investasi di suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya.
namun, ia gagal dan jatuh miskin. Proses keberhasilan ataupun
kegagalan setiap orang dalam melakukan gerak sosial seperti inilah yang
disebut mobilitas sosial (Wikipedia, 2009)
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan
dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata
yang satu ke strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan
Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur
sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam
kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas
sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi
lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan
yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi,
meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa
mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih
tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang
akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup
dalam kelas sosial tertutup.
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena
lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada
masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata
lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang
![Page 3: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/3.jpg)
menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta,
bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia
tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke
kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian.
Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan
demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang
lebih tinggi.
Beberapa jenis mobilitas sosial
a. Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek
sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya
yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti
kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini
mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal
karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status
sosialnya.
b. Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek
sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang
tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat
dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan
mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).
c. Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau
lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan
seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup,
baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada
perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status
sosial suatu generasi ke generasi lainnya.
Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan
pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya
![Page 4: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/4.jpg)
menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi
mobilitas vertikal antargenerasi.
d. Mobilitas intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang terjadi di dalam satu
kelompok generasi yang sama.
Contoh: Pak Darjo adalah seorang buruh. Ia memiliki anak yang
bernama Endra yang menjadi tukang becak. Kemudian istrinya
melahirkan anak ke-2 yang diberi nama Ricky yang awalnya menjadi
tukang becak juga. tetapi Ricky lebih beruntung sehingga ia bisa
mengubah statusnya menjadi seorang pengusaha sementara Endra tetap
menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan
adiknya di sebut Mobilitas Antargenerasi
Mobilitas Geografis
Perpindahan (mobilitas) secara geografis ditandai dengan perpindahan
penduduk secara fisik dari suatu daerah dan menetap ke daerah lain,
misalnya melakukan transmigrasi dan urbanisasi.
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari pulau/daerah yang padat
ke daerah yang jarang. Adapun urbanisasi adalah perpindahan penduduk
dari desa ke kota.
Mobilitas gegrafis dibagi menjadi 2 kelompok yaitu mobilitas geografis
rendah dan kelompok mobilitas geografis tinggi. Kelompok mobilitas
geografis rendah adalah Jawa, Sunda, Madura, Bali, Melayu Pesisir dan
Aceh. Kelompok mobilitas geografis tinggi adalah Minangkabau, Batak,
Manado, Banjar, dan Bugis.
Dalam mobilitas, yang sering diperhatikan adalah batas wilayah terjadinya
mobilitas.
Batas wilayah umumnya dipergunakan batas administrasi, misalnya:
propinsi, kabupaten, kecamatan dan lainnya. Naim (1979) dalam
penelitiannya, suku Minangkabau menggunakan batas budaya Minang
sebagai batas wilayah. Hingga kini belum ada kesepakatan antara para ahli
dalam menentukan batas wilayah dan waktu tersebut. Sebagai Contoh, BPS
melakukan sensus penduduk di Indonesia menggunakan batas provinsi dan
![Page 5: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/5.jpg)
waktu 6 bulan atau lebih. Sehingga orang disebut migran apabila orang
tersebut pindah ke provinsi yang lain dan menetap di sana selama enam
bulan atau lebih atau sudah ada niat untuk tinggal di sana.
Sebagai contoh lain, Mantra (1978) dalam penelitiannya menggunakan
Desa Dukuh di Bantul sebagai batas wilayah dengan batas waktu 6 jam.
Mengingat skala penelitian ini bervariasi antara peneliti yang satu dengan
yang lainnya, maka ada baiknya tidak ada batasa baku untuk batas wilayah
dan waktu untuk penelitian mobilitas penduduk. Sudah tetntu bahwa makin
sempit batasan ruang dan waktu yang dipergunakan, makin banyak terjadi
gerak penduduk di wilayah tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan berikut
Mobilitas Penduduk
Permanen Non Permanen
Komutasi Sirkulasi
Jika dilihat dari niatan untuk menetap di daerah tujuan, mobilitas
penduduk dapat dibagi menjadi 2 yaitu permanen (migrasi) dan non
permanen. Migrasi adalah gerak penduduk dari wilayah satu ke wilayah
lainnya dengan niatan menetap sedangkan non permanen tidak ada niatan
untuk menetap.
Mobilitas penduduk non permanen dapat dibagi menjadi 2 lagi yaitu
ulang alik atau disebut juga komuter dan menginap atau mendok (disebut
juga sirkulasi) di daerah tujuan. Mobilitas penduduk ulang alik biasanya
diukur dalam waktu kurang dari 6 jam. Sedangkan menginap/ mondok
diukur adlam hari tetapi kurang dari 6 bulan. Lebih jelasnya dituangkan
dalam tabel ini
![Page 6: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/6.jpg)
Tabel 36. Batasan Ruang dan Waktu Dalam penelitian Mobilitas Penduduk
Yang Dilaksanaka Oleh Ida Bagus Mantra Tahun 1975 di Dukuh Piring dan
Kadirojo Dengan Batasan Wilayah Dukuh (Dususn)
Bentuk Mobilitas Batas Wilayah Batas Waktu
1. Ulang alik (Commuting) Dukuh (dusun) Enam jam atau lebih dan
kembali pada hari yang sama
2. Menginap/mondok di
daerah tujuan
Dukuh (dusun) Lebih dari satu hari tetapi
kurang dari 6 bulan
3. Permanen/menetap di
daerah tujuan
Dukuh (dusun) Enam bulan atau lebih
menginap di daerah tujuan
Sumber : Mantra 1978
Tabel berikut menjelaskan jenis migrasi berdasarkan waktu dan frekuensi.
Permanen Eksternal
- Sukarela
- Terpaksa
(Misalnya Pengungsi)
Antarnegara
(internasional)
Internal
- Urbanisasi
- Transmigrasi
- Regional
Migrasi dalam negeri
Mobilitas dari desa ke
kota
Mobilitas dari Jawa ke
Sumatera, Sulawesi,
Kalimantan atau Papua
Mobilitas dari Jawa
Timur ke Jawa Barat
Semi Permanen Dalam periode tahunan Tenaga aKerja Indonesia
yang bekerja di luar
negeri
Musiman Dalam periode mingguan
atau bulanan
Wisatawan, Mahasiswa,
perantau, petani/buruh
tani
![Page 7: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/7.jpg)
Harian Komuter/ ulang alik Penduduk Bogor,
Tanggerang, Bekasi,
Depok yang bekerja di
Jakarta
b. Mobilitas penduduk Non Permanen (Sirkuler)
Mobilitas penduduk sirkuler adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju
ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Di Indonesia
mobilitas penduduk sirkuler diartikan gerak penduduk dari provinsi lainnya
dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan. Data mobilitas penduduk sirkuler
biasanya sulit didapat karena biasanya penduduk tidak memberitahukan
kepergiannya maupun kedatangannya di daerah tujuan. Menurut Ananta (1995),
revolusi mobilitas telah terjadi di Indonesia, ini dipengaruhi oleh tersedianya pra
sarana transport, komunikasi yang memadai dan modern. Dengan membaiknya
prasarana transportasi dan komunikasi maka frekuensi ,mobilitas non permanen
meningkat dan frekuensi mobilitas permanen menurun.
Secara umum, migran non permanen mempergunakan waktunga sebaik-baiknya
mungkin untuk bekerja dan mendapatkan upah yang banyak. Dan nanti kalua
upahnya sudah terkumpul banyak akan dikirim ke daerah asalnya. Sehingga
biasanya para kontraktor mempekerjakan migran non permanen daripada
pekerja lokal yang banyak ada liburnya.
c. Determinan dan Perilaku Mobilitas penduduk.
Beberapa teori mengenai alasan mengapa seseorang melakukan mobilitas, di
antaranya teori “ Kebutuhan dan Stress “. Kebutuhan manusia di antaranya :
kebutuhan ekonomi, sosial, politik, dan psikologi. Apabila itu tidak terpenuhi
maka akan menjadi stress. Tinggi rendahnya stress berbanding terbalik dengan
proporsi pemenuhan kebutuhan. Stress yang masih dalam batas toleransi, orang
tersebut tidak akan pindah, sedangkan stress yang melewati batas toleransi orang
tersebut akan pindah menuju tempat di mana kebutuhannya bisa terpenuhi.
Proses mobilitas terjadi apabila :
![Page 8: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/8.jpg)
- Seseorang mengalami tekanan (stress) baik ekonomi, sosial maupun
psikologi.
- Terjadinya perbedaan nilai kefaedahan wilayah antar tempat yang satu
dengan tempat yang lainnya.
Everett S. Lee (1976) dalam tulisannya berjudul A Theory of Migration
mengatakan migrasi berkembang sesuai dengan tingkat keanekaragaman daerah
di wilayah tersebut. Menurut Lee proses migrasi dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu
- Faktor individu
- Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
- Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan
- Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan.
Menurut Norris (1972) diagram Lee perlu ditambah 3 komponen yaitu
migrasi kembali, kesempatan antara, dan migrasi paksaan. Menurut Norris,
faktor terpenting adalah daeras asal. Karena daerah asal tempat mereka
dilahirkan, jadi mereka tahu betul keadaan lingkungan di daerah asalnya,
walaupun mereka sudah berdoisili di daerah lain tetapi mereka tetap
menganggap daerah asal rumah utama. Itu terlihat dari pengiriman uang, barang,
ide-ide pembangunan ke daerah asal baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dala diagram Norris, wilayah di antara asal dan daerah tujuan dapat
merupakan wilayah kesempatan antara (intervening opportunities). Sebagai
contoh kabupaten Sidoarjo yang terletak di antara Kota Pasuruan dengan kota
besar Surabaya. Surabaya yang kekurangan lahan perkembangan industrinya
tersebut sampai meluas ke Sidoarjo. Sehingga di sidoarjo terjadi perubahan tata
ruang, areal pertanian menjadi kawasan incdudtri, pemukiman, dan prasarana
kota.
Menurut Mobugunje (1970) ada informasi yang mengalir dari kota/daerah
tujuan ke daerah asal. Informasi positif mengakibatkan :
- Stimulus untuk pindah semakin kuat
- Prasarana sosial yang mengontrol mengalirnya warga desa ke luar semakin
longgar.
- Arah pergerakan penduduk tertuju ke kota-kota atau daerah tertentu.
Mobugunje (1970) menyatakan bahwa migran terdahulu sangat besar
membantu migran baru. Mereka ditampung di suatu tempat, kebutuhan makan
![Page 9: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/9.jpg)
dicukupi dan pekerjaan pun dicarikan sesuai dengan kemempuannya. Hal ini
menyebabkan lapangan pekerjaan di kota didominasi oleh migran dari daerah
tertentu.
Mitchel (1961) mengatakan ada beberapa kekuatan yang menyebabkan
orang0orang terikat pada daerah asal (kekuatan sentripetal) dan meninggalkan
daerah asalnya (kekuatan sentripugal).
Kekuatan sentripetal meliputi
- Terikat tanah warisan
- Menunggu orang tua yang sudah lanjut usia
- Kegotongroyongan yang baik
- Daerah asal merupakan tempat kelahiran nenek moyang mereka
Kekuatan sentripugal meliputi
- Terbatasnya pasaran kerja
- Terbatasnya fasilitas pendidikan
Lee (1966), Todaro (1979), dan Titus (1982) berpendapat bahwa motivasi
seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motiv tersebut berkembang
karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Mobilitas ke perkotaan
mempunyai dua harapan yaitu memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang
lebih tinggi dari pedesaan.
Menurut Wikipedia, hal-hal berikut mempengaruhi terjadinya urbanisasi
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng
5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia
6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan
berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
1. Lahan pertanian yang semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
![Page 10: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/10.jpg)
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
6.2 Sumber Data Mobilitas Penduduk dan Analisis
Pada umumnya ada 3 sumber data mobilitas penduduk yaitu : Sensus
penduduk, Survei penduduk, dan Registrasi. Di antara ketiga sumber data
tersebut data yang didapat dari sensus penduduk yang paling lengkap, hanya
kelemahannya data yang didapat dari sensus penduduk hanya meliputi mobilitas
penduduk yang bersifat permanen saja.
Ada beberapa masalah dalam menginterpretasi volume migrasi penduduk
dari hasil sensus penduduk terutama dengan menggunakan provinsi sebagai
batas wilayah. Provinsi-provinsi di Indonesia, bentuk, struktur dan luasnya
berbeda, misalnya DKI jakarta 660 km2 dengan Papua 421.981 km2. Sehingga
seseorang yang bergerak 2k km dari pusat kota DKI Jakarta sudah melewati
batas DKI Jakarta, sedangkan di Papua seseorang bergerak kurang lebih 600 km
baru melintasi batas provinsi. Jadi orang yang migrasi lebih banyak terjadi di
DKI Jakarta dibanding Papua kerena jaraknya dekat. Menurut Ravenstein
(1989) makin jauh suatu daerah makin sedikit migran yang menuju daerah
tersebut (hukum distance-decay)
Migran dapat dibedakan menjadi empat yaitu :
Migran semasa hidup (lifetime migrant)
Migran semasa hidup adalah seseorang yang dicacah di suatu provinsi yang
bukan tempat kelahirannya, pencacahan hanya dilakukan di tempat ia lahir..
Kelemahannya, migrasi ini tidak dapat diketahui kapan migran itu datang ke
provinsi tujuan.
Migran total (migrant total)
Migrasi total dapat mengurangi sedikit kesalahan yang terjadi pada analisis
migrasi semasa hidup. Jumlah migrasi total (MTT) lebih banyak dari jumlah
Migrasi Masuk Semasa Hidup (MMS).
Migran kembali (return migrant)
![Page 11: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/11.jpg)
Selisih dari Jumlah migrasi total (MTT) dan jumlah Migrasi Masuk Semasa
Hidup (MMS) akan didapat migran kembali (MK).
MK= MMT – MMS
Migran risen (recent migrant)
Walaupun analisis migran total dapat dipergunakan untuk menghitung
migran kembali, tetapi data yang adatidak menginformasikan kapan proses
mobilitas itu terjadi, untuk mengatasi kelemalah tersebut dibuat analisis
migran risen.
Migran risen masuk ke suatu provinsi adalah mereka yang masuk ke
provinsi bersangkutan pada periode 5 tahun yang lalu. Misalnya sensus
penduduk 1990, migran risen adalah mereka yang masuk ke suatu provinsi
pada periode tahun 1985-1990. Untuk mengetahui jumlah migran risen yang
masukke suatu provinsi maka pada responden ditanyakan tempat tinggal 5
tahun yang lalu. Kalu dijawab di provinsi yang lain maka orang tersebut
datang pada provinsi sekarang pada periode 5 tahun yang lalu. Jadi yang
bersangkutan berstatus mmigran risen. Sebaliknya ada seseorang yang
menjawab 5 tahun yang lalu ia sudah berada di provinsi sekarang, orang
tersebut bukan migran risen.
6.3 Ukuran Tingkat Migrasi dan Estimasi Migrasi
a. Ukuran Tingkat Migrasi
- In Migration Rate (IMR)
Adalah banyaknya migrasi masuk pada suatu wilayah tertentu dan tahun
tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
Di mana
IMR = Tingkat Migrasi Masuk
I = Jumlah migran masuk pada tahun tertentu
P = Penduduk pertengahan tahun
K = Bilangan konstanta = 1000
- Out Migration Rate (OMR)
![Page 12: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/12.jpg)
Adalah banyaknya migrasi keluar pada suatu wilayah tertentu dan tahun
tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
Di mana
OMR = Tingkat Migrasi Keluar
I = Jumlah migran keluar pada wilayah dan tahun tertentu
P = Penduduk pertengahan tahun
K = Bilangan konstanta = 1000
- Net Migration Rate (NMR)
Adalah banyaknya migrasi netto pada suatu wilayah tertentu dan tahun
tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
Di mana
NMR = Tingkat Migrasi Netto
I = Jumlah migran masuk - keluar pada wilayah dan tahun tertentu
P = Penduduk pertengahan tahun
K = Bilangan konstanta = 1000
b. Estimasi Angka Migrasi Menurut Umur (ASNMR)
- Estimasi Angka Migrasi Menurut Umur (ASNMR) Untuk Data Sensus
Penduduk 1990 dan SUPAS 1995 Provinsi Bali, Perempuan (Desa+Kota)
Tabel 37 Estimasi Angka Migrasi Menurut Umur (ASNMR) Untuk Data
Sensus Penduduk 1990 dan SUPAS 1995 Provinsi Bali, Perempuan
(Desa+Kota)
Umur
Σ
Pnddk
1990(Xi)
Σ pnddk
1995 (Yi)
LM 21,18
SR
Expected
1995ASFR
Σ
Kelahiran
Σ
MigranASNMR
0-4 121431 123236 0,99379 25420 96965 0,79
![Page 13: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/13.jpg)
5-9 140831 113924 0,99732 120677 -6753 -0,05
10-14 148160 143604 0,99666 140453 3151 0,02
15-19 156941 137367 0,99498 147666 0,044 6701 -10299 -0,07
20-24 135534 144911 0,99344 156154 0,130 18960 -11243 -0,08
25-29 132936 137337 0,99207 134645 0,115 15388 2692 0,02
30-34 112023 120173 0,99014 131882 0,077 9390 -11709 -0,10
35-39 89901 109024 0,98690 110918 0,026 2611 -1894 -0,02
40-44 77564 91060 0,98139 88023 0,008 665 2337 0,03
45-49 66158 81933 0,92781 76220 0,002 142 5813 0,08
50-54 53120 58197 0,95925 61382 -3185 -0,06
55-59 39456 48542 0,93757 50955 -2413 -0,05
60-64 40178 47406 0,90076 36993 10413 0,24
65-59 27731 36575 0,83905 36191 384 0,01
70-74 23713 25119 0,73936 23268 1851 0,08
75+ 26716 27883 0,61071 17332 10351 0,38
TOTAL 1392393 1446291 1333560 53855 -10505 1,21
Keterangan :
Σ Penduduk Expected (Xn-1 x an-1)
Σ Kelahiran
Keterangan :
Xi = Jumlah penduduk tahun1990 menurut umur ke- i
Yi = Jumlah penduduk tahun1995 menurut umur ke- i
ai = Survival Ratio ke- i
Bi = Σ kelahiran kelompok umur i
![Page 14: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/14.jpg)
Σ Migran
→
→ Kecuali (0-4) =
= Σ Penduduk Actual – Σ Penduduk Expected
Untuk
i = 2 → Y2 – (X1 x a1) = 113924 – 120667 = -6753
i = 3 → Y3 – (X2 x a2) = 143604 – 140453 = 3151
i = 16 → Y16 – (X15 x a15) = 27883 – 17532 = 10351
ASNMR =
=
![Page 15: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/15.jpg)
- Estimasi Angka Migrasi Menurut Umur (ASNMR) Untuk Data Sensus
Penduduk 1990 dan SUPAS 1995 Provinsi Bali, Perempuan (Desa+Kota)
Tabel 37 Estimasi Angka Migrasi Menurut Umur (ASNMR) Untuk Data
Sensus Penduduk 1990 dan SUPAS 1995 Provinsi Bali, Laki-laki (Desa+Kota)
UmurΣ Pnddk
1990(Xi)
Σ pnddk
1995 (Yi)LM 21,18 SR
Expected
1995Σ Migran ASNMR
0-4 130419 128465 0,99163 28435 100881 0,78
5-9 148863 127961 0,,99619 129327 -1366 -0,01
10-14 155634 149404 0,99495 148296 1108 0,01
15-19 161801 152662 0,99218 154848 -2186 -0,01
20-24 133806 135553 0,99071 160535 -24982 -0,10
25-29 117542 127099 0,99003 132563 -5464 -0,04
30-34 106902 115401 0,98799 116370 -969 -0,01
35-39 93159 105780 0,98367 105618 1162 0,01
40-44 71351 93349 0,97558 91368 1711 0,02
45-49 63379 71444 0,96223 69608 1836 0,03
50-54 53887 67611 0,94125 60985 6626 0,11
55-59 36017 52171 0,90955 50721 1450 0,03
60-64 40411 41759 0,86294 32759 9000 0,22
65-59 23937 30900 0,79406 34872 -3972 -0,14
70-74 22646 22702 0,68986 19007 3695 0,16
75+ 25179 26097 0,55827 15623 10474 0,41
TOTAL 1384933 1449358 1322770 1,37
Keterangan :
Σ Penduduk Expected (Xn-1 x an-1)
Σ Kelahiran
Keterangan :
![Page 16: MOBILITAS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082321/5571fac84979599169931b1a/html5/thumbnails/16.jpg)
Xi = Jumlah penduduk tahun1990 menurut umur ke- i
Yi = Jumlah penduduk tahun1995 menurut umur ke- i
ai = Survival Ratio ke- i
Σ Migran
→
→ Kecuali (0-4) =
= Σ Penduduk Actual – Σ Penduduk Expected
Untuk
i = 2 → Y2 – (X1 x a1) = 127961 – 129327 = -1336
i = 3 → Y3 – (X2 x a2) = 149404 – 148296 = 1108
i = 16 → Y16 – (X15 x a15) = 26097 – 15263 = 10474
ASNMR =
=
c. Analisi Hasil
Angka migrasi Menurut Umur (ASNMR) untuk perempuan (Desa+Kota)
Provinsi Bali menunjukkan bahwa ASNMR terbesar adalah pada umur (0-
4). Hal ini disebabkan karena pada usia ini mengalami perpindahan karena
mengikuti orangtuanya (dibawa oleh orang tuanya) dan ASNMR secara
keseluruhan adalah 1,21 berarti secara keseluruhan perempuan Bali
berpindah rata-rata sekali (1x) dalam hidupnya. Demikian pula untuk laki-
laki, bedanya ASNMR secara keseluruhan untuk laki-laki adalah 1,37 (1kali)
dalam hidupnya dan bernilai positisf.