mitisisme pdf

Upload: fidelis-harefa

Post on 15-Jul-2015

268 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

MISTISISME

Mistisisme merupakan salah satu terminologi yang sering diungkapkan dalam kaitannya dengan spritualitas Katolik. Tetapi arti kata ini sering kali menjadi rancu, oleh sebab itu maka perlu dicari kaitan yang jelas antara mistisisme dengan doa, kontemplasi, kesatuan serta lebih lagi dengan pandangan fundamental kekristenan. PERBEDAAN PEMAHAMAN ISTILAH Penguraian tentang mistisisme dengan menggunakan bahasa Inggris baru pertama kali dimulai pada tahun 1899 oleh Dean William Inge, dalam karyanya yang berjudul Christian MysticismBapton Lectures. Pada bagian tambahan beliau menambahkan sedikitnya ada 26 definisi dari mistisisme dan teologi mistik. Dari semua definisi tersebut kiranya dapat disoroti atas dua bagian. Kedua bagian tersebut digambarkan oleh Hans Urs von Balthasar dan Louis Bauyer dalam pendekatannya atas mistik Santa Theresia dari Liseux . Von Baltasar dalam bukunya Thers of Liseux (New York: Sheed and Word, 1954) menyatakan bahwa baik hidup dan pengalaman santa ini tidak dapat dirujukkan dengan apa yang pada awalnya dikenal sebagai mistisisme, atau dengan kata lain kehidupan yang dijalaninya berada di luar fenomena mistik. Hal ini juga didukung oleh Bouyer yang mengatakan bahwa fenomena dari Santa Theresa berbeda dengan fenomena mistik. Menurutnya hidup mistik yang asli tidaklah terdiri dari pengalaman ekstasi dan visiun belaka, tetapi lebih dari itu pengalaman mistik terdapat pada kehendak bebas dan dalam iman yang sejati melalui daya cinta akan salib dan dengan cinta yang lebih lagi akan cinta pada Tuhan yang tersalib (Mysterion, p. 322). Dalam Oxford English Dictionary, kata mistiksisme pertama kali ditemukan pada tahun 1736, yakni dalam tulisan H. Conventrys Philemon: Betapa banyak tempat untuk latihan rohani yang merupakan hiburan mistik dan ekstasi dari kaum serapik daripada arti dan kebiasaan latihan duniawi dan keutamaan!. Di sini disadari bahwa kata mistik disejajarkan dengan ektase dan dibedakan dari kata kotor, duniawi dan dangkal. Dari sini mistik diartikan dalam kaitannya dengan pemikiran sebagai bentuk kesadaran yang ditransendir pengalaman biasa menjadi persatuan dengan yang Absolut, Yang Absolut ini dimengerti baik secara kristen maupun tidak. Kesadaran inilah yang membuat von Balthasar menyatakan bahwa Santa Theresia bukan mistikus. Tentunya hal ini tidakwww.harefa.com

secara jelas menerangkan arti mistiksisme dalam kekristenan. Pandangan dalam Kitab Suci dan Bapabapa Gereja akan lebih menjelaskan hal ini. Kitab Suci dan Bapa Gereja Kata sifat mistik (Mystikos dalam Yunani), tidak terdapat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, namun pengertiannya dalam tulisan Kristen tidak dapat dimengerti dengan benar jika terlepas dari pengertian misteri di dalam Perjanjian Baru (Mysterion dalam Yunani). Kedua kata ini (mistik dan misteri) berhubungan dengan kata kerja myein (menutup, mis, menutup bibir atau mulut), dan demikian membawa pengertian tentang apa yang tersembunyi atau dirahasiakan. Beberapa sarjana mempunyai pendapat bahwa agama misteri Yunani Kuno berada di balik misteri yang dimengerti dalam Perjanjian Baru, tetapi analisis-analisia yang serius dari Bouyer dan yang lain telah menunjukkan bahwa di dalam agama misteri Yunani kuno tersebut terlihat ada rahasia yang hanya merupakan tindakan ritual, yang tidak ditunjukkan oleh Paulus dan pengarang Perjanjian Baru lainnya. Sebagaimana yang diperlihatkan Raymond Brown dalam publikasi awalnya, ini merupakan latar belakang Semitik dari Mysterion yang diuraikan dengan baik penggunaannya dalam Perjanjian Baru. Leluhur Israel memandang Allah sebagai yang kekal di atas seluruh cakrawala dari langit dengan dewan penasehat surga, yang dijelaskan sebagai anak Allah (Ayub 1:6), dewan suci (Mzm 89: 8), majelis Tuhan (Mzm 82:1), seluruh bala surga (1 Raj 22:19). Majelis Tuhan ini analog dengan lembaga di dalam pemerintahan manusia, yang dapat melaksanakan berbagai hal dengan keputusan akhir yang ditentukan oleh Yahwe. Keputusan tersebut tersembunyi di dalam diri manusia tetapi akan diberitahukan kepada pribadi tertentu, yaitu nabi. Tentu saja, bagi Yeremia, perbedaan di antara nabi benar dan palsu tergantung kepada apakah mereka berada di dalam majelis Tuhan, untuk melihatnya dan mendengar kata-katanya (Yer 23:18). Kondisi ini dapat ditujukan kepada manusia, seperti terlihat dalam kitab Daniel, di mana nabi memperkenalkan interpretasi mimpi raja Babilonia dengan katakata seperti yang termuat dalam (Dan 2:28). Beberapa abad sebelum atau selama munculnya kekristenan, sudah muncul pemahaman terhadap pemakaian istilah misteri dalam Perjanjian Baru. Hal ini terungkap di dalam perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya, seperti termuat di dalam Mat 11: 25-27. Misteri yang dirujuk di sini adalah rencana atau karya penyelamatan Allah, yang sekarang dinyatakan dalam pengajaran umat Allah. Teks yang sama, juga ditemukan di dalam surat-surat Paulus. Kepada jemaat di Korintus, Paulus menuliskan bahwa ia dan rasul-nya telah dinyatakan sebagai pelayan Kristus dan gembala dari misteri Allah (1 Kor 4:1), karena mereka menyampaikan kebijakan Allah, misteri, hal yangwww.harefa.com

tersembunyi yang telah ditentukan Allah sebelum usia untuk kemuliaan kita (1 Kor 4:1). Unsur utama di dalam misteri ini adalah keinginan Allah untuk menyelamatkan manusia, kafir dan juga orang Yahudi. Di Dalam Efesus, hal ini disebut misteri Kristus ( Ef 3:4), sementara di dalam Kolose tercatat hubungan pribadi dengan Kristus yang telah terbentuk ketika misteri yang tersembunyi dari masa lampau dan generasi lampau dikatakan bahwa Kristus ada di dalam kamu, harapan untuk kemuliaan (Kol 1: 26,27). Mysterion adalah istilah fundamental yang sama dari Origenes, yang telah memberikan kepada penulis kristen pertama yang disebut teolog besar pertama. Usahanya ini, dimuat di dalam risalatnya On First Priciple, dalam komentarnya terhadap buku Alkitab atau di dalam sejumlah homili yang mengarah kepada tahun-tahun terakhir dari kehidupan dan lebih konprehensif serta lebih baik untuk dapat masuk ke dalam Kristus. Demikian juga upaya untuk memahami pengertian mistik dari teks yang dimaksud. Pemakaian istilah Mistik juga dapat ditemukan di dalam Alexandria sahabat Origenes, generasi pendahulu, Clemens. Bagi keduanya, mistik tidaklah menjadi pengalaman luar biasa seseorang tetapi merupakan interpretasi teks Kitab Suci yang mengarah kepada apa yang disebut oleh rasul Paulus Misteri Allah. Origenes menandai bahwa sungguh tidak tepat dan tidak konsisten bagi orang kristen untuk memperlihakan reverensi yang lebih besar terhadap model Ekaristi. Penilainnya itu tentu saja bahwa Kristus memperlihatkan bentuk kebenaran. Dalam kedua kasus ini dihadirkan mistik yang tersembunyi, yang memastikannya hanya dengan mata iman. Origenes ini bermaksud memperkenalkan cara yang ada dalam pengertian mistik yang digunakan dalam tulisan kekristenan, yaitu dengan mengacu pada Ekaristi dan sakramen-sakramen lain. Di sini hanya dipaparkan sebagian kecil yang menjadi contoh: St. Nilus menulis bahwa Ekaristi akan dapat dimengerti bukan sebagai roti biasa tetapi sebagai roti mistik. Eusebius mengatakan baptis sebagai pembaharuan mistik dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus dan Konstitusi Apostolik (Apostolic Constitutian) menyebutkan Ekaristi merupakan kurban mistik dari (Kristus) yaitu tubuh dan darah. Kata mistik seringkali disamakan dengan kata vision (penampakan/penglihatan) dan ekstase. Akan tetapi bagi penulis jemaat perdana, hal itu bukan merupakan sebuah pengalaman mistik. Pengalaman ini hanya menunjuk adanya suatu pertemuan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Origenes merasakan pengalaman mistik ketika Kristus hadir dalam KS. Sementara St. Nilus, melihat kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi, roti dan anggur, lebih merupakan pegalaman mistik baginya. Bapa Gereja barat lain, melihat pengalaman mistik merupakan pengalaman yang sangat personal, mendalam.www.harefa.com

Satu contoh yang dikemukakan Origenes adalah homilinya dalam Kidung Agung. Di sana dihadirkan sebuah pengalaman mistik dengan gambaran seorang pengantin pria yang mencari mempelainya. Dia sudah sedemikian dekat, namun tiba-tiba tidak ditemukan saat saya mencarinya. Lalu saya merasakan kedatangannya dan sewaktu-waktu dia akan datang kembali dan ketika kelihatan, saya akan memegangnya dalam tanganku, sekali lagi dia pergi dari saya dan hilang dan saya mulai lagi mencarinya kembali. Akhirnya dapat dikatakan bahwa pengalaman personal itu bagai orang yang dibakar dengan cinta ilahi akan sabda Allah. Figur lain dari era patristik ialah Gregorius dari Nyssa yang menulis tentang tanda abadi untuk mengerti mistik Kristus. Hal yang paling terkemuka dari tulisan Gregorius adalah tentang hidup Musa. Musa masuk dalam kegelapan di gunung Sinai dan untuk berjumpa dengan Allah dalam kegelapan.Gregorius menyimpulkan bahwa rasa yang hendak dimunculkan lebih dalam dari teks ini adalah bahwa kebenaran pengetahuan akan sesuatu yang kita lihat dalam perjalanan menuju pada Allah terdiri dari hal-hal yang abstrak karena pengetahuan akan yang transenden dipisahkan dari segala bagian yang tidak menyatu yang disebut dengan kegelapan. Pengalaman mistik juga dapat dilakukan dan dirasakan dalam kegiatan kita sehari-hari terutama dengan merenungkan sabda Tuhan. Orang yang membaca sabda Tuhan lalu merungkannya, secara perlahan-lahan masuk dalam kontemplasi hingga akhirnya merasakan persatuan dengan Tuhan. Cinta akan Kristus juga berperan penting bagi mereka yang menanggung suatu siksaan/penderitaan dalam penganiyaan, di mana pada waktu mendekati akhir hidupnya mereka mencari misteri Kristus. Origines memberikan kepada kita contoh yang jelas dari mistik kristen dalam sejarah permulaan Gereja. Beberapa mistikus penting lainnya dari di antaranya Ambrosius yang menyoroti tentang spiritualitas interpretasi dari KS dan sakramen. Agustinus sebagai bapa Gereja barat yang terbesar tentang eksatase dan visiun sebagai pengalaman personal. Di dalam tulisannya yang terkenal yaitu Confessiones (pengakuan) Agustinus mempertimbangkan lamanya ekstase, apakah hal itu berarti seseorang akan seperti Paulus melakukannya sampai ke tingkat ketiga dari surga; dan apa yang mungkin menjadi perbedaan antara corporeal, spiritual, dan intelektual. Pengertian mistisisme dalam abad pertengahan dan modern Pemahaman Abad Pertengahan Pada dasarnya mistisme itu merupakan pengalaman batin yang mendalam dalam relasinya yang intim dengan yang transenden (absolut). Pemahaman Bernardus menjadi dasar pada pemahaman modern, pemahamannya tentang mistik yaitu ketetapan hati nurani untuk selalu melebihiwww.harefa.com

pengalaman biasa melalui kesatuannya dengan realitas transenden Allah. Teologi mistik mendefinisikan mistisisme sebagai pengalaman eksperimental akan Allah melalui pelukan cinta kasih-Nya. Mistisisme adalah hidup dengan Tuhan melalui sarana-sarana tertentu, seperti: hosti kudus, perayaan ekaristi, ibadah bersama, penyembahan sakramen Mahakudus, dan beberapa kegiatan lain, baik itu bersifat devosi, liturgi atau sakramental. Mistisisme itu adalah kehadiran Tuhan, di mana mereka Tuhan mempunyai pengalaman bahwa Tuhan itu hadir memenuhi keberadaan realitas yang terdalam sebagai manusia atau persatuan dan perjumpaan dengan yang absolut. Dan hal ini dikembangkan lagi oleh pribadi-pribadi tertentu seperti: Fransiskus Assisi yang mengalami kedekatan dengan yang absolut melalui alam semesta (mistikus alam), Kitab Kidung Agung yang menggambarkan suatu mistik sponsal atau mistik perkawinan, Teresia Avilla yang membuat suatu kriterium suatu tingkatan perjalanan menuju Allah, dan masih banyak yang lain. Dari penjelasan di atas bahwa mistisisme itu menekankan aspek interior atau tanda batin Tetapi secara keseluruhan pemahaman tentang mistisisme itu adalah pencapaian kesadaran yang sejati akan Tuhan sebagaimana kesadaran akan diri kita sendiri, dengan meninggalkan ke-diri-an kita dan membatasi diri kita dan memasuki suatu keberadaan yang baru, menemukan motivasi terdalam diri dan cinta yang membuat kita bisa melihat diri kita dan segala sesuatunya di dalam terang yang baru. Proses ini dinamakan dengan proses penerangan kontemplatif, dan bisa disebut perasaan akan Allah atau suatu momen persatuan mistik. Semuanya ini bisa disejajarkan dengan kesadaran akan kehadiran Kristus di dalam diri manusia, kesadaran bahwa kita diciptakan di dalam Dia, ditebus oleh Dia, dirubah oleh Dia dan dimuliakan di dalam dan dengan Dia. Pemahaman Modern Menurut kebanyakan ahli, pemahaman modern tentang mistisisme itu bukanlah hal yang melulu sifatnya mistik tetapi semacam hidup. Karl Rahner menekankan mistisisme sehari-hari yang mengandaikan adanya pengetahuan dan pengalaman yang terbuka kepada yang tak terbatas. Mistisisme itu adalah suatu pengalaman real akan Tuhan saja ketika kita mengalami kesadaran total akan kehadiran Tuhan. Tetapi hal yang paling penting dalam pemahaman mistisisme ini adalah bahwa yakin secara penuh bahwa Kristus itu hidup di dalam diri kita, dan secara khusus melaksanakan keyakinan itu dalam hidup sehari-hari. Jadi mistisisme harian adalah menemukan Allah dalam segala sesuatu. MISTISISME DALAM TRADISI-TRADISI AGAMA-AGAMA LAIN Pada bagian sebelumnya sempat disinggung bahwa titik tolak pemahaman orang kristen mengenal hal-hal mistik adalah pencarian kehadiran Kristus yang tersembunyi dalam Kitab Suciwww.harefa.com

dan pengalaman kesatuan dengan Kristus. Maka apakah ada kesejajaran mistisisme kristen dengan mistisisme agama-agama lain. Untuk menjawab hal ini, kita harus memfoskuskan perhatian kita pada agama Yudaisme dan Islam. Sebagaimana mistisisme kristen yang berdasar pada Kitab Suci maka untuk Yahudi dan Islam juga bersumber pada Taurat dan Quran. Menurut Girsom Scholem seorang ahli mistisisme abad XX, menyatakan bahwa semua mistik Yahudi memberikan interpretasi mistik pada Taurat. Bagai mereka Taurat adalah organisme hidup yang dijiwai oleh sebuah hidup rahasia yang mengalir dan berdetak di bawah lapisan makna harafiah. Teks-teks Taurat Yahudi yang memiliki interpretasi seperti itu terdapat dalam buku Zohar (abad XIII). Buku itu memberikan sebuah komentar mistik mengenai Taurat: Tuhan tersembunyi dalam Taurat dan diwahyukan dalam Taurat sebab melalui teks orang bisa masuk pada tekstur hidup ilahi. Dalam buku Zohar sendiri dikatakan bahwa Taurat itu seperti seorang gadis cantik yang menyatakan dirinya tidak kepada siapapun kecuali kepada kekasihnya, di mana hal ini terjadi secara bertahap bahwa ketika kekasihnya mulai terbiasa dengan gadis itu, maka ia akan memberitahukan semua rahasia-rahasia tersembunyi dirinya, semua jalan-jalan tersembunyi; sejak hari pertama dirahasiakan. Hal yang sama diungkapkan oleh Origenes yang memahami bahwa Kitab Suci menyatakan rahasia-rahasianya, misteri-misterinya, hanya pada seseorang yang telah terluka oleh cinta dan terbakar oleh cinta yang tulus ini bagi sabda Tuhan. Menurut pandangan Islam, Louis Massignon dan Annemarie Schimmel menunjukkan bahwa mistisisme Islam dibangun dari meditasi atas Quran dan meniru tindakan-tindakan Muhammad, yang adalah utusan Allah. Meditasi pada Quran yang terus-menerus membimbing kepada sebuah pengalaman mistik yang disebut Sufi yaitu menemukan misteri-misteri di balik setiap Kitab Suci dengan tidak henti-hentinya; mereka hidup di dalamnya dan bila membacanya berarti berjumpa face to face dengan Sang Pencipta sendiri. Mistik Kristen tidak hanya menggali kehadiran Kristus dalam Kitab Suci tetapi juga di dalam sakramen-sakramen. Begitu juga dengan dalam Islam bahwa para sufi tidak hanya menemukan pengalaman mistik dalam Quran tetapi juga menemukan pengalaman mistik itu dalam suatu pengalaman hidup sehari-hari. Seorang sufi yang bernama Dhun-Nun yang hidup di Mesir pada abad IX, memberi ekspresi yang dalam tulisannya sebagai berikut: O Tuhan, saya tak pernah mendengarkan suara-suara binatang buas atau desau pohon-pohon, ceburan air atau nyanyian burung-burung, hembusan angin dan gemuruh guntur tetapi saya merasakan semuanya itu sebagai suatu kesatuan dengan diri-Mu dan suatu bukti bahwa Engkaulah sumber segala kekuatan, pengetahuan, dan kebenaran.

www.harefa.com

Kesamaan-kesamaan asal-usul dan bentuk ekspresi mistik Kristen Yahudi dan Islam tentu bukan saja bersifat aksidental atau kebetulan saja, tetapi ini merupakan bukti bahwa dunia kita sudah menjadi sebuah ruangan global. Tantangan dialog intereligius menjadi mungkin untuk diusahakan. Pihak yang satu bisa memberikan pengertian kepada pihak yang lain dalam suatu hidup persekutuan. Sikap saling mengerti dapat dicapai apabila kedua belah pihak mempunyai pengalaman yang mendalam. Dengan adanya sikap seperti ini maka mistisisme dari tradisi agama-agama akan lebih menemukan keunikannya sendiri dan menjadi modal bagi mereka untuk mengerti pengalaman mistik dalam tradisi-tradisi lain. Dengan kata lain bahwa mistisisme dalam tradisi-tradisi agama punya kemiripan dalam asal-usul, bentuk-bentuk dan ekspresi-ekspresinya. Tradisi Yahudi bersumber dari Taurat. Tradisi Kristen bersumber pada Alkitab, sedangkan tradisi Islam bersumber pada Quran. Selain dalam kitab suci mereka masing-masing, mereka juga mempunyai kekhasan dalam tradisi mereka masing-masing. Orang-orang Kristen mengalami kehadiran Kristus tidak hanya dalam Alkitab tetapi juga dalam sakramen-sakramen serta alam semesta. Sedangkan Islam juga merasakan kehadiran yang ilahi dalam perjumpaannya dengan alam semesta. Kesamaan atau kemiripan yang lain bahwa tradisi-tradisi agama-agama mendorong para mistikus untuk bersatu dengan yang ilahi. Pengalaman berjumpa face to face adalah pengalaman hidup para mistikus.

www.harefa.com

MISTISISME

Mistisisme merupakan salah satu terminologi yang sering diungkapkan dalam kaitannya dengan spritualitas Katolik. Tetapi arti kata ini sering kali menjadi rancu, oleh sebab itu maka perlu dicari kaitan yang jelas antara mistisisme dengan doa, kontemplasi, kesatuan serta lebih lagi dengan pandangan fundamental kekristenan. PERBEDAAN PEMAHAMAN ISTILAH Penguraian tentang mistisisme dengan menggunakan bahasa Inggris baru pertama kali dimulai pada tahun 1899 oleh Dean William Inge, dalam karyanya yang berjudul Christian MysticismBapton Lectures. Pada bagian tambahan beliau menambahkan sedikitnya ada 26 definisi dari mistisisme dan teologi mistik. Dari semua definisi tersebut kiranya dapat disoroti atas dua bagian. Kedua bagian tersebut digambarkan oleh Hans Urs von Balthasar dan Louis Bauyer dalam pendekatannya atas mistik Santa Theresia dari Liseux . Von Baltasar dalam bukunya Thers of Liseux (New York: Sheed and Word, 1954) menyatakan bahwa baik hidup dan pengalaman santa ini tidak dapat dirujukkan dengan apa yang pada awalnya dikenal sebagai mistisisme, atau dengan kata lain kehidupan yang dijalaninya berada di luar fenomena mistik. Hal ini juga didukung oleh Bouyer yang mengatakan bahwa fenomena dari Santa Theresa berbeda dengan fenomena mistik. Menurutnya hidup mistik yang asli tidaklah terdiri dari pengalaman ekstasi dan visiun belaka, tetapi lebih dari itu pengalaman mistik terdapat pada kehendak bebas dan dalam iman yang sejati melalui daya cinta akan salib dan dengan cinta yang lebih lagi akan cinta pada Tuhan yang tersalib (Mysterion, p. 322). Dalam Oxford English Dictionary, kata mistiksisme pertama kali ditemukan pada tahun 1736, yakni dalam tulisan H. Conventrys Philemon: Betapa banyak tempat untuk latihan rohani yang merupakan hiburan mistik dan ekstasi dari kaum serapik daripada arti dan kebiasaan latihan duniawi dan keutamaan!. Di sini disadari bahwa kata mistik disejajarkan dengan ektase dan dibedakan dari kata kotor, duniawi dan dangkal. Dari sini mistik diartikan dalam kaitannya dengan pemikiran sebagai bentuk kesadaran yang ditransendir pengalaman biasa menjadi persatuan dengan yang Absolut, Yang Absolut ini dimengerti baik secara kristen maupun tidak. Kesadaran inilah yang membuat von Balthasar menyatakan bahwa Santa Theresia bukan mistikus. Tentunya hal ini tidakwww.harefa.com

secara jelas menerangkan arti mistiksisme dalam kekristenan. Pandangan dalam Kitab Suci dan Bapabapa Gereja akan lebih menjelaskan hal ini. Kitab Suci dan Bapa Gereja Kata sifat mistik (Mystikos dalam Yunani), tidak terdapat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, namun pengertiannya dalam tulisan Kristen tidak dapat dimengerti dengan benar jika terlepas dari pengertian misteri di dalam Perjanjian Baru (Mysterion dalam Yunani). Kedua kata ini (mistik dan misteri) berhubungan dengan kata kerja myein (menutup, mis, menutup bibir atau mulut), dan demikian membawa pengertian tentang apa yang tersembunyi atau dirahasiakan. Beberapa sarjana mempunyai pendapat bahwa agama misteri Yunani Kuno berada di balik misteri yang dimengerti dalam Perjanjian Baru, tetapi analisis-analisia yang serius dari Bouyer dan yang lain telah menunjukkan bahwa di dalam agama misteri Yunani kuno tersebut terlihat ada rahasia yang hanya merupakan tindakan ritual, yang tidak ditunjukkan oleh Paulus dan pengarang Perjanjian Baru lainnya. Sebagaimana yang diperlihatkan Raymond Brown dalam publikasi awalnya, ini merupakan latar belakang Semitik dari Mysterion yang diuraikan dengan baik penggunaannya dalam Perjanjian Baru. Leluhur Israel memandang Allah sebagai yang kekal di atas seluruh cakrawala dari langit dengan dewan penasehat surga, yang dijelaskan sebagai anak Allah (Ayub 1:6), dewan suci (Mzm 89: 8), majelis Tuhan (Mzm 82:1), seluruh bala surga (1 Raj 22:19). Majelis Tuhan ini analog dengan lembaga di dalam pemerintahan manusia, yang dapat melaksanakan berbagai hal dengan keputusan akhir yang ditentukan oleh Yahwe. Keputusan tersebut tersembunyi di dalam diri manusia tetapi akan diberitahukan kepada pribadi tertentu, yaitu nabi. Tentu saja, bagi Yeremia, perbedaan di antara nabi benar dan palsu tergantung kepada apakah mereka berada di dalam majelis Tuhan, untuk melihatnya dan mendengar kata-katanya (Yer 23:18). Kondisi ini dapat ditujukan kepada manusia, seperti terlihat dalam kitab Daniel, di mana nabi memperkenalkan interpretasi mimpi raja Babilonia dengan katakata seperti yang termuat dalam (Dan 2:28). Beberapa abad sebelum atau selama munculnya kekristenan, sudah muncul pemahaman terhadap pemakaian istilah misteri dalam Perjanjian Baru. Hal ini terungkap di dalam perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya, seperti termuat di dalam Mat 11: 25-27. Misteri yang dirujuk di sini adalah rencana atau karya penyelamatan Allah, yang sekarang dinyatakan dalam pengajaran umat Allah. Teks yang sama, juga ditemukan di dalam surat-surat Paulus. Kepada jemaat di Korintus, Paulus menuliskan bahwa ia dan rasul-nya telah dinyatakan sebagai pelayan Kristus dan gembala dari misteri Allah (1 Kor 4:1), karena mereka menyampaikan kebijakan Allah, misteri, hal yangwww.harefa.com

tersembunyi yang telah ditentukan Allah sebelum usia untuk kemuliaan kita (1 Kor 4:1). Unsur utama di dalam misteri ini adalah keinginan Allah untuk menyelamatkan manusia, kafir dan juga orang Yahudi. Di Dalam Efesus, hal ini disebut misteri Kristus ( Ef 3:4), sementara di dalam Kolose tercatat hubungan pribadi dengan Kristus yang telah terbentuk ketika misteri yang tersembunyi dari masa lampau dan generasi lampau dikatakan bahwa Kristus ada di dalam kamu, harapan untuk kemuliaan (Kol 1: 26,27). Mysterion adalah istilah fundamental yang sama dari Origenes, yang telah memberikan kepada penulis kristen pertama yang disebut teolog besar pertama. Usahanya ini, dimuat di dalam risalatnya On First Priciple, dalam komentarnya terhadap buku Alkitab atau di dalam sejumlah homili yang mengarah kepada tahun-tahun terakhir dari kehidupan dan lebih konprehensif serta lebih baik untuk dapat masuk ke dalam Kristus. Demikian juga upaya untuk memahami pengertian mistik dari teks yang dimaksud. Pemakaian istilah Mistik juga dapat ditemukan di dalam Alexandria sahabat Origenes, generasi pendahulu, Clemens. Bagi keduanya, mistik tidaklah menjadi pengalaman luar biasa seseorang tetapi merupakan interpretasi teks Kitab Suci yang mengarah kepada apa yang disebut oleh rasul Paulus Misteri Allah. Origenes menandai bahwa sungguh tidak tepat dan tidak konsisten bagi orang kristen untuk memperlihakan reverensi yang lebih besar terhadap model Ekaristi. Penilainnya itu tentu saja bahwa Kristus memperlihatkan bentuk kebenaran. Dalam kedua kasus ini dihadirkan mistik yang tersembunyi, yang memastikannya hanya dengan mata iman. Origenes ini bermaksud memperkenalkan cara yang ada dalam pengertian mistik yang digunakan dalam tulisan kekristenan, yaitu dengan mengacu pada Ekaristi dan sakramen-sakramen lain. Di sini hanya dipaparkan sebagian kecil yang menjadi contoh: St. Nilus menulis bahwa Ekaristi akan dapat dimengerti bukan sebagai roti biasa tetapi sebagai roti mistik. Eusebius mengatakan baptis sebagai pembaharuan mistik dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus dan Konstitusi Apostolik (Apostolic Constitutian) menyebutkan Ekaristi merupakan kurban mistik dari (Kristus) yaitu tubuh dan darah. Kata mistik seringkali disamakan dengan kata vision (penampakan/penglihatan) dan ekstase. Akan tetapi bagi penulis jemaat perdana, hal itu bukan merupakan sebuah pengalaman mistik. Pengalaman ini hanya menunjuk adanya suatu pertemuan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Origenes merasakan pengalaman mistik ketika Kristus hadir dalam KS. Sementara St. Nilus, melihat kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi, roti dan anggur, lebih merupakan pegalaman mistik baginya. Bapa Gereja barat lain, melihat pengalaman mistik merupakan pengalaman yang sangat personal, mendalam.www.harefa.com

Satu contoh yang dikemukakan Origenes adalah homilinya dalam Kidung Agung. Di sana dihadirkan sebuah pengalaman mistik dengan gambaran seorang pengantin pria yang mencari mempelainya. Dia sudah sedemikian dekat, namun tiba-tiba tidak ditemukan saat saya mencarinya. Lalu saya merasakan kedatangannya dan sewaktu-waktu dia akan datang kembali dan ketika kelihatan, saya akan memegangnya dalam tanganku, sekali lagi dia pergi dari saya dan hilang dan saya mulai lagi mencarinya kembali. Akhirnya dapat dikatakan bahwa pengalaman personal itu bagai orang yang dibakar dengan cinta ilahi akan sabda Allah. Figur lain dari era patristik ialah Gregorius dari Nyssa yang menulis tentang tanda abadi untuk mengerti mistik Kristus. Hal yang paling terkemuka dari tulisan Gregorius adalah tentang hidup Musa. Musa masuk dalam kegelapan di gunung Sinai dan untuk berjumpa dengan Allah dalam kegelapan.Gregorius menyimpulkan bahwa rasa yang hendak dimunculkan lebih dalam dari teks ini adalah bahwa kebenaran pengetahuan akan sesuatu yang kita lihat dalam perjalanan menuju pada Allah terdiri dari hal-hal yang abstrak karena pengetahuan akan yang transenden dipisahkan dari segala bagian yang tidak menyatu yang disebut dengan kegelapan. Pengalaman mistik juga dapat dilakukan dan dirasakan dalam kegiatan kita sehari-hari terutama dengan merenungkan sabda Tuhan. Orang yang membaca sabda Tuhan lalu merungkannya, secara perlahan-lahan masuk dalam kontemplasi hingga akhirnya merasakan persatuan dengan Tuhan. Cinta akan Kristus juga berperan penting bagi mereka yang menanggung suatu siksaan/penderitaan dalam penganiyaan, di mana pada waktu mendekati akhir hidupnya mereka mencari misteri Kristus. Origines memberikan kepada kita contoh yang jelas dari mistik kristen dalam sejarah permulaan Gereja. Beberapa mistikus penting lainnya dari di antaranya Ambrosius yang menyoroti tentang spiritualitas interpretasi dari KS dan sakramen. Agustinus sebagai bapa Gereja barat yang terbesar tentang eksatase dan visiun sebagai pengalaman personal. Di dalam tulisannya yang terkenal yaitu Confessiones (pengakuan) Agustinus mempertimbangkan lamanya ekstase, apakah hal itu berarti seseorang akan seperti Paulus melakukannya sampai ke tingkat ketiga dari surga; dan apa yang mungkin menjadi perbedaan antara corporeal, spiritual, dan intelektual. Pengertian mistisisme dalam abad pertengahan dan modern Pemahaman Abad Pertengahan Pada dasarnya mistisme itu merupakan pengalaman batin yang mendalam dalam relasinya yang intim dengan yang transenden (absolut). Pemahaman Bernardus menjadi dasar pada pemahaman modern, pemahamannya tentang mistik yaitu ketetapan hati nurani untuk selalu melebihiwww.harefa.com

pengalaman biasa melalui kesatuannya dengan realitas transenden Allah. Teologi mistik mendefinisikan mistisisme sebagai pengalaman eksperimental akan Allah melalui pelukan cinta kasih-Nya. Mistisisme adalah hidup dengan Tuhan melalui sarana-sarana tertentu, seperti: hosti kudus, perayaan ekaristi, ibadah bersama, penyembahan sakramen Mahakudus, dan beberapa kegiatan lain, baik itu bersifat devosi, liturgi atau sakramental. Mistisisme itu adalah kehadiran Tuhan, di mana mereka Tuhan mempunyai pengalaman bahwa Tuhan itu hadir memenuhi keberadaan realitas yang terdalam sebagai manusia atau persatuan dan perjumpaan dengan yang absolut. Dan hal ini dikembangkan lagi oleh pribadi-pribadi tertentu seperti: Fransiskus Assisi yang mengalami kedekatan dengan yang absolut melalui alam semesta (mistikus alam), Kitab Kidung Agung yang menggambarkan suatu mistik sponsal atau mistik perkawinan, Teresia Avilla yang membuat suatu kriterium suatu tingkatan perjalanan menuju Allah, dan masih banyak yang lain. Dari penjelasan di atas bahwa mistisisme itu menekankan aspek interior atau tanda batin Tetapi secara keseluruhan pemahaman tentang mistisisme itu adalah pencapaian kesadaran yang sejati akan Tuhan sebagaimana kesadaran akan diri kita sendiri, dengan meninggalkan ke-diri-an kita dan membatasi diri kita dan memasuki suatu keberadaan yang baru, menemukan motivasi terdalam diri dan cinta yang membuat kita bisa melihat diri kita dan segala sesuatunya di dalam terang yang baru. Proses ini dinamakan dengan proses penerangan kontemplatif, dan bisa disebut perasaan akan Allah atau suatu momen persatuan mistik. Semuanya ini bisa disejajarkan dengan kesadaran akan kehadiran Kristus di dalam diri manusia, kesadaran bahwa kita diciptakan di dalam Dia, ditebus oleh Dia, dirubah oleh Dia dan dimuliakan di dalam dan dengan Dia. Pemahaman Modern Menurut kebanyakan ahli, pemahaman modern tentang mistisisme itu bukanlah hal yang melulu sifatnya mistik tetapi semacam hidup. Karl Rahner menekankan mistisisme sehari-hari yang mengandaikan adanya pengetahuan dan pengalaman yang terbuka kepada yang tak terbatas. Mistisisme itu adalah suatu pengalaman real akan Tuhan saja ketika kita mengalami kesadaran total akan kehadiran Tuhan. Tetapi hal yang paling penting dalam pemahaman mistisisme ini adalah bahwa yakin secara penuh bahwa Kristus itu hidup di dalam diri kita, dan secara khusus melaksanakan keyakinan itu dalam hidup sehari-hari. Jadi mistisisme harian adalah menemukan Allah dalam segala sesuatu. MISTISISME DALAM TRADISI-TRADISI AGAMA-AGAMA LAIN Pada bagian sebelumnya sempat disinggung bahwa titik tolak pemahaman orang kristen mengenal hal-hal mistik adalah pencarian kehadiran Kristus yang tersembunyi dalam Kitab Suciwww.harefa.com

dan pengalaman kesatuan dengan Kristus. Maka apakah ada kesejajaran mistisisme kristen dengan mistisisme agama-agama lain. Untuk menjawab hal ini, kita harus memfoskuskan perhatian kita pada agama Yudaisme dan Islam. Sebagaimana mistisisme kristen yang berdasar pada Kitab Suci maka untuk Yahudi dan Islam juga bersumber pada Taurat dan Quran. Menurut Girsom Scholem seorang ahli mistisisme abad XX, menyatakan bahwa semua mistik Yahudi memberikan interpretasi mistik pada Taurat. Bagai mereka Taurat adalah organisme hidup yang dijiwai oleh sebuah hidup rahasia yang mengalir dan berdetak di bawah lapisan makna harafiah. Teks-teks Taurat Yahudi yang memiliki interpretasi seperti itu terdapat dalam buku Zohar (abad XIII). Buku itu memberikan sebuah komentar mistik mengenai Taurat: Tuhan tersembunyi dalam Taurat dan diwahyukan dalam Taurat sebab melalui teks orang bisa masuk pada tekstur hidup ilahi. Dalam buku Zohar sendiri dikatakan bahwa Taurat itu seperti seorang gadis cantik yang menyatakan dirinya tidak kepada siapapun kecuali kepada kekasihnya, di mana hal ini terjadi secara bertahap bahwa ketika kekasihnya mulai terbiasa dengan gadis itu, maka ia akan memberitahukan semua rahasia-rahasia tersembunyi dirinya, semua jalan-jalan tersembunyi; sejak hari pertama dirahasiakan. Hal yang sama diungkapkan oleh Origenes yang memahami bahwa Kitab Suci menyatakan rahasia-rahasianya, misteri-misterinya, hanya pada seseorang yang telah terluka oleh cinta dan terbakar oleh cinta yang tulus ini bagi sabda Tuhan. Menurut pandangan Islam, Louis Massignon dan Annemarie Schimmel menunjukkan bahwa mistisisme Islam dibangun dari meditasi atas Quran dan meniru tindakan-tindakan Muhammad, yang adalah utusan Allah. Meditasi pada Quran yang terus-menerus membimbing kepada sebuah pengalaman mistik yang disebut Sufi yaitu menemukan misteri-misteri di balik setiap Kitab Suci dengan tidak henti-hentinya; mereka hidup di dalamnya dan bila membacanya berarti berjumpa face to face dengan Sang Pencipta sendiri. Mistik Kristen tidak hanya menggali kehadiran Kristus dalam Kitab Suci tetapi juga di dalam sakramen-sakramen. Begitu juga dengan dalam Islam bahwa para sufi tidak hanya menemukan pengalaman mistik dalam Quran tetapi juga menemukan pengalaman mistik itu dalam suatu pengalaman hidup sehari-hari. Seorang sufi yang bernama Dhun-Nun yang hidup di Mesir pada abad IX, memberi ekspresi yang dalam tulisannya sebagai berikut: O Tuhan, saya tak pernah mendengarkan suara-suara binatang buas atau desau pohon-pohon, ceburan air atau nyanyian burung-burung, hembusan angin dan gemuruh guntur tetapi saya merasakan semuanya itu sebagai suatu kesatuan dengan diri-Mu dan suatu bukti bahwa Engkaulah sumber segala kekuatan, pengetahuan, dan kebenaran.

www.harefa.com

Kesamaan-kesamaan asal-usul dan bentuk ekspresi mistik Kristen Yahudi dan Islam tentu bukan saja bersifat aksidental atau kebetulan saja, tetapi ini merupakan bukti bahwa dunia kita sudah menjadi sebuah ruangan global. Tantangan dialog intereligius menjadi mungkin untuk diusahakan. Pihak yang satu bisa memberikan pengertian kepada pihak yang lain dalam suatu hidup persekutuan. Sikap saling mengerti dapat dicapai apabila kedua belah pihak mempunyai pengalaman yang mendalam. Dengan adanya sikap seperti ini maka mistisisme dari tradisi agama-agama akan lebih menemukan keunikannya sendiri dan menjadi modal bagi mereka untuk mengerti pengalaman mistik dalam tradisi-tradisi lain. Dengan kata lain bahwa mistisisme dalam tradisi-tradisi agama punya kemiripan dalam asal-usul, bentuk-bentuk dan ekspresi-ekspresinya. Tradisi Yahudi bersumber dari Taurat. Tradisi Kristen bersumber pada Alkitab, sedangkan tradisi Islam bersumber pada Quran. Selain dalam kitab suci mereka masing-masing, mereka juga mempunyai kekhasan dalam tradisi mereka masing-masing. Orang-orang Kristen mengalami kehadiran Kristus tidak hanya dalam Alkitab tetapi juga dalam sakramen-sakramen serta alam semesta. Sedangkan Islam juga merasakan kehadiran yang ilahi dalam perjumpaannya dengan alam semesta. Kesamaan atau kemiripan yang lain bahwa tradisi-tradisi agama-agama mendorong para mistikus untuk bersatu dengan yang ilahi. Pengalaman berjumpa face to face adalah pengalaman hidup para mistikus.

www.harefa.com