minoritas muslim singapura revisi
TRANSCRIPT
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 1/13
Minoritas Muslim Singapura
(Makalah dibuat pada mata kuliah Sejarah Perdaban Islam Asia Tenggara I Semester VI )
Revisi
Disusun Oleh :
IMAM AGUNG FIRDAUS
108022000005
TAUFAN PRASETYO
10802200008
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
SEJARAH PERADABAN ISLAM
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 2/13
A. Pendahuluan
Singapura merupakan satu dari sepuluh negara ASEAN, terletak di ujung
semenanjung melayu berbatasan langsung dengan territorial dua Negara yaitu Malaysia
dan Indonesia. Singapura merupakan neagara yang terdiri dari enam puluh tiga Pulau,
setidaknya terdapat lima pulau besar yang terdapat di Singapura, dan Pulau Ujung atau
Daratan Singapura merupakan pulau yang menjadi pusat Pemerintahan.
Keberadaan Singapura yang merupakan Negara yang berada di tengah-tengah
segitiga emas pelayaran internasional menjadikan negara ini menjadi Negara yang paling
sibuk pelabuhannya di dunia. Hal ini tidak dapat dipungkiri dari sejarah panjang
mengenai keberdaan Sriwijaya sebagai penguasa wilayah Selat Malaka hingga masa
Kesultanan Malaka yang jatuh ketangan Portugis pada 1511 M.
Keberadaan Singapura sebagai Negara tidak terlepas dari perjalanan panjang
keberadaan Kesultanan Islam Johor yang menyebut Pulau tersebut sebagai Pulau
Temasek hingga awal abad ke-19.
Dengan adanya Kesultanan tersebut jelasnya telah berdampak banyak mengenai
kehadiran Islam sebagai identitas warga masyarakat di Singapura. Namun demikian
kehadiran Islam sebagai agama sejak berabad silam tidak menjadikan wilayah ini sebagai
mayoritas dari penduduknya beragama Islam.
Hal ini menurut amat menarik bagi Penulis untuk di ketahui Lebih mendalam
karena keberdaan Singapura sebagai Negara yang penduduk Pribuminya amat minim
dengan kata lain Singapura, Minoritas Melayu di Tanah Melayu. Sebagai suatu kajian
kesejarahan mengenai Minoritas Muslim di Asia Tenggara.
B. Pembatasan Masalah
Agar mudah dipahami dan menghindari melebarnya pembahasan, sesuai dengan
judul yang penulis dapatkan yaitu “MINORITAS MUSLIM DI SINGAPURA” penulis
membatasi masalah, pembatasan dirumuskan dalam dua pernyataan secara garis besar:
1. Bagaimana Sejarah Singapura?
2. Kapan Awal Islam hadir di Singapura?
3. Bagaimana kehidupan Minoritas Muslim di Singapura?
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 3/13
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah dalam penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
“Dengan mengetaahui sejarah Singapura dapat mengetahui awal kedatangan
Islam dan bagaimana kehidupan minoritasnya”.
D. Sejarah Singkat Singapura
Singapura merupakan Negara yang lahir seteah perang dunia kedua, ia merupakan
Negara yang memiliki sejarah panjang. Islam masuk ke Singapura tidak dapat dipisahkan
dari proses masuknya Islam ke Asia Tenggara secara umum, karena secara geografis
Singapura hanyalah salah satu pulau kecil yang terdapat di tanah Semenanjung Melayu. 1
Pada era nya Singapura adalah sebuah pulau yang terletak diujung Semananjung
Tanah Melayu, yang awalnya bernama "Pulau Ujung" (Pu-Lo-Chung), "Salahit"atau
Selat,dan berikutnya Temasek", "Tumasik"(Jawa),"Tam-ma-sik"(China). Istilah Singapura
sediri muncul pada tahun 1299 ketika Pangeran Sang Nila Utama singgah di pulau ini dan
menemukan seekor binatang seperti Singa, sehingga pulau itu disebut Lion City (Kota
Singa). Versi lain mengatakan bahwa pada abad ke-14 pulau ini menjadi tempat
singgahnya para pedagang Majapahit sehingga Singapura bararti “kota” (Pura) “singgah”
(Singgah).2
Dengan memperhatikan sejumlah teori di atas, mengenai Islamisasi di Singapura
diperkirakan tidak berbeda dengan proses Islamisasi yang terjadi di daerah lain. Islam
yang berkembang di Singapura adalah sama dengan Islam yang berkembang, terutama di
Malaka, yang dalam hal ini bermazhab Syafi’i. Menganut teori mazhab, kemungkinan
Islam yang berkembang di Singapura adalah berasal dari Pantai Coromandel dan
Malabar, atau dari Hadramawt.
Tetapi melihat kedudukan para pedagang Hadramaut yang dominan di Singapura,
1 Dr. Munzir Hitami, Sejarah Islam Asia Tenggara , (Pekanbaru: Alaf Riau, 2006),hlm. 32.
2 Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam (Perspekftif Eno-Linguistik dan Geo-Politik), (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2009)hal. 376
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 4/13
maka dimungkinan juga pada gelombang kedua, pada awal abad ke-19, Islam yang
berkembang di Singapura adalah berasal dari Hadramaut. Sedang mengenai pembawanya,
karena Singapura lebih dikenal setelah dibuka oleh Raffles dan menjadi pelabuhan
perdagangan sejak 1819, maka yang berperan di sini adalah para pedagang. Sedang kapan
masuknya Islam, data yang bisa dipegangi adalah bahwa sebelum para pedagang
Hadramaut masuk ke Singapura, yaitu pada tahun 1824, telah dibangun satu masjid yang
diperkirakan dibuat tahun 1820. Dan Masjid itu merupakan masjid tertua di Singapura.
Sedang pada kurun sebelumnya, antara abad 14 sampai 18, banyak dihuni oleh para
perompak dan bajak laut.
Sejak abad 12 sampai abad 16 proses Islamisasi di Nusantara mengalami proses
akselerasi. Hal ini sangat kelihatan dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam, baik di
Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Nusantara belahan Timur .3 Bersamaan dengan itu
proses Islamisasi juga telah menguat di Semenanjung Malaya dengan masuk Islamnya
Prameswara yang kemudian beralih nama menjadi Megat Iskandar Syah. Sampai abad 15
ini, sekalipun Malaka, sebagai tetangga Singapura, telah menjadi pusat penting kekuatan
politik Islam, belum nampak pengaruhnya di Singapura. Bahkan Singapura tetap tidak
terusik sampai kemudian Stamford Raffles menetapkan Singapura sebagai pilihan untuk
menjadi pos perdagangan Inggris di belahan Timur. Suatu persetujuan ditanda-tangani
dengan penguasa Johor, Teungku Hussein, yang membawahi wilayah Singapura dan
Inggris menguasai pulau itu pada tanggal 30 Januari 1819.
Pada waktu Singapura beralih menjadi kekuasaan Inggris, Singapura merupakan
tempat yang sangat jarang penduduknya, berawa-rawa dan tidak sehat. Pada tahun 1819,
Singapura dihuni oleh orang Melayu 100 orang dan Cina 50 orang. Penduduknya hanya
berjumlah 150 orang. Pada lima tahun kemudian, tahun 1824, Singapura telah menjadi
kota besar dengan penduduk lebih dari 10.000 orang. Pada tahun itu juga terjadi
kesepakatan antara Belanda dan Inggris untuk menyelesaikan sengketa mengenai daerah-
daerah kekuasaan ke dua belah pihak. Belanda mengakui Malaya dan Singapura sebagai
kekuasaan Inggris dan Inggris mengakui Hindia Belanda (Indonesia) sebagai kekuasaan
3 Graff, H.J. De dan G.TH. Pigeud. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. Terj. PustakaUtama Grafiti. Jakarta: Grafiti Pers, 1989.
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 5/13
Belanda. Singapura tumbuh menjadi kota perdagangan yang pesat dan jumlah
penduduknya pun berkembang cepat, dan pedagang Cina merupakan bagian terbesar
penduduknya. Jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Asia Tenggara yang juga
kebanjiran orang-orang Cina, Singapura menunjukkan suatu keistimewaan.
Sejak tahun 1819, ketika Stamford Raffles menemukan dan menguasainya,
Singapura menjadi koloni Inggris sampai tahun 1959. Pada tahun itu Singapura diberikan
kepercayaan untuk membuat pemerintahan sendiri. Tetapi pada tahun 1963, Singapura
menjadi negara bagian dari Federasi Malaysia. Dan kemudian pada tahun 965, Singapura
terpisah dari Malaysia dan menjadi negara merdeka dengan nama Republik Singapura.4
E. Perkembangan Islam Di Singapura
Sebagai Negara yang berdiri setelah perang dunia II singapura merpakan negara
paling Maju di kawasan Asia Tenggara. Singapura memiliki Ekonomi atau Prekonomian
Pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di sekitar perdagangan Interpot
Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, Singapura adalah satu dari Macan Asia .
Ekonominya sangat bergantung pada ekspor dan pengolahan barang impor, khususnya di
bidang manufaktur yang mewakili 26% PDB Singapura tahun 2005 dan meliputi sektor
elektronik, pengolahan minyak Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan ilmu biomedis.
Tahun 2006, Singapura memproduksi sekitar 10% keluaran Wafer-wafer dunia.
Singapura memiliki salah satu dari pelabuhan tersibuk di Dunia dan merupakan pusat
pertukaran mata uang asing terbesar keempat di dunia setelah London, New York dan
Tokyo. Bank Dunia menempatkan Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia. 5
Namun demikian ditengah kemajuan Singapura sebagai sebuah negara yang
menjadi sentral perdaganagan Asia Tenggara dan memiliki perjalanan panjang mengenai
perjumpaan dengan Islam. Singapura merupakan neagara yang memiliki penduduk
Muslim yang Minoritas. Dengan jumlah penduduk sekitar 4,99 Juta jiwa hanya sekitar
14.9 % saja yang memeluk agama Islam. Dan menjadi agama kedua terbesar setelah
Buddha 42,9% di ikuti oleh Ateis 14.8 %, Kristen 14.6%, Taouisme 8% dan Hinddu 4%
serta agamalinnya 0.6%.6
4 Esposito, John L. The Oxford Encyclopedi of modern Islamic world. New York:Oxford University Press, 1995. Hlm.65
5 file:///http.wikipedia-Singapura.htm6file:///http.wikipedia-Singapura.htm file:///http.wikipedia-Singapura.html
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 6/13
Hal ini jika di urut melalui sejarahnya, keberadaan Islam di Singapura tak lepas
dari keberdaan Etnis Melayu yang mendiami pulau tersebut. Ditambah dengan golongan
lain yang dikatagorikan sebagai Migran Muslim. Mereka inilah, terutama migran-Arab,
sebagai penyandang dana utama dalam pembangunan masjid-masjid, lembaga-lembaga
pendidikan dan organisasi-organisasi Islam.7 Sejak pertengahan abad ke-19, ketika
Belanda melakukan tindakan represif dan pembatasan atas calon haji Indonesia,
Singapura menjadi alternatif mereka sebagai tempat pemberangkatan. Broker-broker
perjalan ibadah haji ini adalah kalangan migran-Arab.
Berbeda dengan Muslim imigran, masyarakat Melayu merupakan mayoritas.
Mengikuti pembagian Sharon Siddique, mungkin karena mayoritas migran yang berasal
dari dalam wilayah (Jawa, Sumatera, Riau dan Sulawesi), cenderung membawa isteri dan
anak mereka. Dengan demikian rasio-seks (khususnya pada komponen mayoritas yang
berbahasa Melayu) lebih seimbang dibanding komunitas- komunitas lain. Kenyataan
yang demikian berakibat pada kelambatan terjadinya asimilasi kemelayuan. Kelompok
migran biasanya mendiami kampung-kampung yang ditata berdasarkan tempat asal. Dan
ini berakibat pada menguatnya bahasa-bahasa etnis dan adat istiadat. Dengan demikian,
karena heteroginitas penduduk Muslim Singapura, orang bukan mendapatkan “suatu”
komunitas Muslim, namum sejumlah komunitas Muslim. Hal ini diperkuat dari dalam
dengan pelestarian batas-batas linguistik, tempat tinggal yang berorientasi tempat asal,
spesialisasi pekerjaan, status ekonomi dan berbagai tingkat pendidikan (Taufik
Abdullah,1989:391)
Bersamaan dengan itu, gejala yang terjadi pada migran luar wilayah (Arab dan
India) memiliki kecenderungan terbalik. Migrasi yang mereka lakukan hampir secara
eksklusif hanya dilakukan oleh kaum pria. Dengan mengawini wanita Muslim Melayu,
berarti mereka membangun keluarga-keluarga baru di Singapura.
Hal ini selanjutnya memberikan definisi komunitas baru Arab dan Muslim India
yang, melalui garis patrilineal memberi identitas pada diri mereka sendiri, namun
menurut garis matrilineal adalah keturunan pribumi. Proses ini melahirkan suatu
komunitas Arab-Melayu dan Jawi Peranakan yang mulai mengidentifikasi diri dengan
bahasa Melayu dan dengan adat istiadat serta kebiasaan local.8
7 Lapidus, Ira M. A History of Islamic Societies. Cambridge: Cambridge UniversityPress, 1991. Hlm. 761
8 Abdullah, Taufik dan Sharon Siddique (ed.). Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Terj. Rochman Achwan. Jakarta: LP3ES, 1988.hlm. 390
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 7/13
Seperti disebutkan di atas, Keturunan Arab adalah para pedagang, pengusaha dan
tuan tanah. Meskipun dari sudut jumlah tidak besar, namun kekayaan dan status tinggi
memasukkan mereka dalam elit sosial komunitas Muslim. Begitu juga dengan Jawi-
Peranakan, mereka menikmati status tinggi dalam komunitas yang lebih luas.
Namun juga penting ditekankan, komunitas Jawi Peranakan mementingkan
pendidikan, tidak hanya dalam bahasa Melayu tetapi juga Inggris. Seperti juga disebutkan
di atas, sejak pertengahan abad ke-19, golongan Jawi Peranakan secara aktif terlibat
dalam penerbitan, jurnalisme dan mempromosikan bahasa Melayu.
Dibandingkan dengan dua saudaranya (Arab dan Jawi Peranakan) kebanyakan
orang Melayu hidup dengan standar ekonomi yang lebih rendah. Kalau distratakan secara
sosial dan ekonomi, dan barangkali politik, strata pertama dan kedua adalah migran Arab
dan Jawi Peranakan (migran India), dan strata ketiga adalah orang Melayu. Terlebih jikadibandingkan dengan penduduk Singapura lainnya (Cina).
Begitu juga di bidang pendidikan. Di bawah sistem pendidikan yang pesat di
Singapura, pada tahun 1980, hanya sekitar 679 orang Melayu yang merupakan lulusan
pendidikan tinggi. Penekanan pada kebijakan sekolah dwi-bahasa oleh pemerintah
Singapura dan terutama penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa wajib di sekolah-
sekolah, telah menurunkan kualitas sekolah-sekolah dasar Melayu.
Seiring dengan membanjirnya arus urbanisasi ke Singapura dan tidak memadainya
kebutuhan akan papan dalam dua dekade terakhir, pemerintah telah membangun rumah-
rumah rakyat, yang mewajibkan penduduknya, termasuk orang Melayu, untuk tinggal di
perumahan-perumahan. Mereka pun segera pindah dari kampung tradisional yang terdiri
dari satu etnis saja ke sebuah tempat tinggal modern yang terdiri dari campuran berbagai
etnik. Keadaan yang demikian memberikan pengaruh terhadap kehidupan orang-orang
Melayu, dan tampaknya masih kesulitan untuk beradaptasi.
Memperhatikan adanya persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kepentingan
pelaksanaan ajaran di kalangan komunitas umat Islam, pemerintah Inggris perlumelakukan campur tangan. Pada tahun 1887 suatu kelompok yang terdiri dari 143 warga
Muslim Singapura mengirim sebuah petisi kepada Gubernur yang meminta diangkatnya
seorang kadhi sebagai pejabat untuk mengurusi masalah perkawinan. Pada tiga tahun
kemudian, tahun 1880, pemerintah Inggris menetapkan Ordonansi Perkawinan Umat
Islam (Mahomedan Marriage Ordinance). Wewenang legal lembaga ini hanya semata
pada soal-soal perkawinan dan perceraian. Adanya atau ditetapkannya ordonansi ini
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 8/13
berarti adanya pengakuan resmi dari pemerintah kolonial Inggris akan perdata Muslim.9
Pada pertengahan abad ke-19, ketika pemerintah Hindia-Belanda membatasi dan
melakukan represi terhadap calon jemaah haji, banyak di antara mereka yang
menggunakan Singapura sebagai pilihannya. Karena perlunya pengaturan bagi perjalananhaji, pada tahun 1905 Dewan Legislatif mengeluarkan sebuah ordonansi sebagai landasan
pengaturan dan pengawasan agen perantara perjalanan haji. Danmengharuskan para agen
perjalanan haji untuk memiliki surat izin.10
Sejak awal abad ke-20, warga Muslim, khususnya keturunan Arab dan India,
mulai dilibatkan dalam berbagai dewan pekerja Inggris. Karena banyaknya keluhan yang
berkaitan dengan tindakan salah urus di dalam badan-badan keagamaan, maka pada tahun
1905 ditetapkan Mahomedan and Hindu Endowment Board (Dewan Penyokong Bagi
Pemeluk Islam dan Hindu), yang dimaksudkan untuk mengatur masalah wakaf. Dewanini berjalan sampai tahun 1941 dan diaktifkan kembali tahun 1946. Setelah tahun 1948
diangkat dua orang dari wakil komunitas Muslim. Pada tahun 1952 Dewan ini diubah
namanya menjadi Muslim and Hindu Endowment Board. Dan berlangsung sampai
pembubarannya pada tahun 1968. Tonggak
berikutnya pada tahun 1951 dibentuk Mohamedan Advisory Board (Dewan
Penasehat 20 Urusan Muslim), yang dimaksudkan sebagai badan yang memberikan
nasehat-nasehat kepada pemerintah mengenai persoalan-persoalan komunitas Muslim
izin (Taufik Abdullah,1989:397-8).
Setelah Singapura merdeka, tahun 1965, lembaga-lembaga Muslim bentukan
kolonial Inggris diadaptasikan dengan kondisi Singapura merdeka. Di antara lembaga-
lembaga baru itu adalah AMLA (The Administration of Muslim Law Act). Lembaga ini
dimasukkan ke parlemen pada tanggal 13 Desember 1965, dan menjadi undang-undang
pada tanggal 25 Agustus 1966. Akta ini memberikan ruang yang fleksibel bagi Dewan
Agama Islam, Pengadilan Agama dan Pencatat Perkawinan Islam dalam menetapkan
hukum Syari’at.
Pada tahun 1966 AMLA menyerukan pembentukan MUIS (Majlis Ugama Islam
Singapura-Islamic Religious Council of Singapore) sebagai suatu badan hukum untuk
menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal berkaitan dengan agama Islam di
Singapura. Pelantikan pertama anggota MUIS dilakukan pada tahun 1968. Bersama
9 Ibid. Hlm.39510 ibid. Hlm. 396
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 9/13
dengan Peradilan Syariah dan Pencatat Perkawinan, MUIS merupakan pusat pengaturan
kehidupan komunitas Muslim di Singapura. Semua lembaga ini secaraadministratif
berada di bawah Kementerian Pembangunan Masyarakat (the Ministryof Community
Development). Tugas MUIS disini sama seperti MUI di Indonesia, tugas mereka
mengatur kegiatan Islam di Singapura seperti mengeluarkan sertifikasi halal untuk makan
yang menurut ketentuan Islam baik untuk di konsumsi. Melakukan perhitungan waktu
shalat di Singapura, menjadi penyelengara pernikahan secara Islam.
Banyak masjid yang dibangun oleh komunitas ini. Di Singapura, dengan jumlah
penduduk Muslim tidak lebih dari setengah juta jamaah, terdapat 69 buah masjid. Masjid-
masjid itu didirikan oleh etnis Melayu, para sayid keturunan Arab yang berimigran dari
Hadramaut pada abad ke-19, dan warga keturunan Melayu dan Bugis dari Indonesia.
Masjid-masjid di sini berada di bawah Lembaga Masjid, yang pengurusnya dilantik olehg
MUIS (Majelis Ugama Islam Singapura), semacam MUI di Indonesia. Banyak peraturan
yang dikeluarkan pemerintah setempat terhadap masjid-masjid ini. Seperti masalah
pengeras suara, terutama pada saat shalat subuh. Bahkan juga pada saat shalat wajib
lainnya. Jangan harap Anda bisa mendengar suara azan seperti di Indonesia. Di
Singapura, waktu shalat shubuh sekitar pukul 05.30 (perbedaan waktu Singapura dengan
WIB satu jam). Aturan lainnya, jangan coba-coba berbicara politik di masjid. Apalagi
sampai mencela atau mengkritik kebijakan pemerintah Singapura. Konon, pernah seorang
mubaligh Indonesia sampai diperingatkan ketika dalam tablighnya menyinggung masalah
politik. Selain itu, juga dilarang mencela dan menyentuh masalah adat istiadat dan agamalain. Menurut Syed Isa bin Muhammad bin Semit, pimpinan MUIS, peraturan ini
ditujukan untuk menjaga keharmonisan agama di Singapura. Seperti yang dikemukakan
Muhammad Rauf, pimpinan Masjid Al-Falah yang kakeknya berasal dari Banjarmasin,
pemerintah Singapura kini ingin membaurkan masyarakatnya agar mereka dapat hidup
berdampingan. Dengan menyatukan keturunan Melayu, Cina, dan India tinggal bersama
dalam flat-flat. Tidak lagi diperkampungan khusus seperti beberapa tahun lalu. Di tempat
yang dulu merupakan daerah nelayan di Singapura yang terletak di dekat pelabuhan,
terdapat Masjid Muhammad Salleh, yang berkapasitas sekitar 300 jamaah. Seperti
masjid-masjid lainnya di Singapura, beberapa ruangannya diberi AC dan ada ruang
khusus untuk wanita di bagian atas. Haji Muhammad Salleh membangun masjid ini pada
1902. Warga kelahiran Betawi ini, bersebelahan dengan masjid membangun sebuah kubah
yang dijadikan makam, Habib Nuh bin Muhammad Alhabsji. Habib yang wafat 1866
dalam usia hampir satu abad, merupakan generasi pertama dari warga keturunan
Hadramaut yang berdakwah di Singapura. Banyak umat yang berziarah. Tak hanya umat
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 10/13
Islam di Singapura, tapi juga warga India yang beragama Hindu. Ada masjid di Orchad
Road, Orchad Road yang memanjang sekitar dua km merupakan pusat perbelanjaan
paling terkemuka di Singapura. Berbelok kearah kiri hanya sekitar 100 meter dari Orchad
Road, terletak Masjid Al-Falah. Masjid ini secara resmi dibuka oleh Dr Ahmad Mattar,
menteri lingkungan dan masalah Islam Singapura pada 25 Januari 1987. Memasuki
masjid ini, tempat masuk pria dan wanita dipisah. Seperti juga masjid-masjid lainnya di
Singapura, kebersihannya sangat terjaga, termasuk tempat wudhu dan toilet. Jamaah yang
shalat di masjid ini bukan hanya para pegawai pertokoan dan perkantoran yang Beragama
Islam, tapi juga para wisatawan mancanegara, termasuk wisatawan dari Timur Tengah.
''Kalau
Jumat yang shalat sampai di kiri kanan masjid, yang jumlahnya lebih dari 1000
jamaah,'' kata H Mohamad Syukur, salah seorang pengurusnya. Masjid Ba'alawie,
merupakan salah satu masjid yang dibangun oleh keluarga Alatas di Kampung Arab, yang
penduduknya banyak warga Melayu. Masjid yang dibangun 1952 ini, dapat menampung
sekitar 400 jamaah. Dan pada hari shalat Jumat, jamaah membludak hingga jalanan. Tiap
Kamis malam di sini ada pengajian, yang banyak peminatnya. Masjid Sultan masjid tertua
Berdekatan Masjid Ba'alawie, terdapat Masjid Sultan, di Muscat Street. Inilah masjid
tertua tapi juga terbesar di Singapura, yang dapat menampung lebih lima ribu jamaah.
Seperti masjid-masjid di Singapura lainnya, tiap masjid dilengkapi dengan berbagai
fasiliitas seperti ruang kerja, komputer, serta penyejuk ruangan di tiap ruangan dan
tempat-tempat sidang. Masjid Sultan yang dibangun tidak lama setelah Rafflesmendirikan Singapura, merupakan simbol persatuan umat Islam di Singapura. Sepintas
masjid yang dilengkapi dengan auditorium ini, dengan kapasitas kursi 425 buah, seperti
bangunan bersejarah Taj Mahal di Agra, India. Berlantai dua, Masjid Sultan juga
dilengkapi ruang resepsi untuk umat Islam di sini. Di samping untuk pertemuan dengan
kapasitas kursi untuk 200 orang. Sebuah masjid tua lainnya yang dibangun oleh Syed
Omar Bin Ali Aljuneid, seorang pedagang Arab dari Palembang adalah Masjid Omar
Kampung Malaka. Masjid ini dibangun 1820 dan merupakan masjid pertama di
Singapura. Kampung Malaka yang terletak di sebelah selatan Sungai Singapura, di disain
oleh Raffles dalam tahun 1822 untuk kelompok Melayu, Arab, Jawi Peranakan dan
Indonesia. Keluarga Aljunied juga menyokong pembangunan sekolah, rumah sakit, dan
mesjid, maupun jadi sponsor kegiatan-kegiatan dakwah. Untuk itu nama mereka
diabadikan di Kampung Malaka, yakni Aljunied Road dan Syed Alwi Road. Yang
belakangan ini adalah cucu Syed Omar. Di pusat perbelanjaan 'Little India', Masjid
Angullia, yang dapat menampung 400 jamaah. Sesuai namanya masjid ini dibangunm
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 11/13
keluarga Angullia, seorang Muslim yang berasal dari Bombay (Mumbay) pada 1890.
Sementara Masjid Hajjah Fatimah, yang bersuamikan keturunan bangsawan dari Sulawesi
dibangun di Kampung Jawa pada 1845-1846. Untuk Singapura dengan penduduk Muslim
minoritas, puluhan masjid yang tidak pernah sunyi dari kegiatan dakwah adalah satu hal
yang pantas dibanggakan.
Partisipasi Islam Singapura.
Sebagai masyarakat minoritas, warga Islam di Singapura merasakan bahwa
mereka harus bersatu. Mereka tidak segan-segan menyumbang untuk kegiatan masjid.
Perbaikan dan rehabilitasi masjid, dipikul bersama-sama oleh jamaah. ''Mereka dengan
sukarela dan ikhlas memberikan sumbangan,'' kata H Mohamad Syukur, salah seorang
pengurus Masjid Al-Falah. Ketika saya mengunjungi Singapura, kegiatan Maulid Nabi
SAW dilangsungkan di banyak tempat. Perayaan Maulid biasanya diakhiri dengan
hidangan nasi briani dan nasi lemak. Untuk hari-hari besar Islam, mereka biasanya
mendatangkan dai dari Indonesia, antara lain Abdullah Gymnastiar (A'a Gym).
Setidaknya ada lima buah madrasah besar di Singapura. Yang terbesar adalah
Madrasah Al Junied, Al Sagoff, dan Al-Irsyad. Madrasah Al Juneid yang terletak di
Victoria Street didirikan 1927 dan Madrasah Al Sagoff di Jalan Sultan telah berdiri sejak
1912. Banyak lulusan madrasah ini yang meneruskan pendidikannya ke Universitas Al-
Azhar di Kairo. Madrasah ini di bagi menjadi beberapa yaitu; 1. Madrasah harian-
Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, 2. Madrasah Al-Juneid, 3. Madrasah Wak Tanjong Al-
Islamiah. Madrasah Mingguan; 1. Madrasah Abdul Aleem Siddique, 2. Masjid Al-Ansar.
Madrash ini di bangun untuk memenuhi kegiatan belajar masyarakat musim, karena di
sekolah formal biasa tidak ada mata pelajaran agama Islam.
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 12/13
F. Kesimpulan
Minoritas muslim singapura merupakan bagian dari muslim Asia Tenggara,
kehadiran islam di singapura tak terlepas dari perjalan panjang kesutanan islam di
semenanjung malaya.
Perbedaaan etnis di Singapura mendukung perpisahan Singapura dengan
Federasi Malaysia, yang menyebabkan Muslim Singapura menjadi Minoritas Ditengah
komunitas Masyrakat Singapura yang di dominasi etnis China.
Kehidupan muslim sebagai minoritas tidak mengkerdilkan keinginaan untuk
maju, kejayaan masa lalu mendorong umat muslim Singapura untuk bersatu, persatuan
minoritas Muslim Singapura inilah yang menjadikan muslim Singapura tetap eksis di
tengah peradaban Singapura yang amat maju.
5/16/2018 Minoritas Muslim Singapura Revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/minoritas-muslim-singapura-revisi 13/13
Daftar Pustaka
Graff, H.J. De dan G.TH. Pigeud. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. Terj. Pustaka Utama
Grafiti. Jakarta: Grafiti Pers, 1989.
Tohir, Ajid , Studi Kawasan Dunia Islam (Perspekftif Eno-Linguistik dan Geo-Politik),
(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2009
Hitami,Munzir, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2006).
Esposito, John L. The Oxford Encyclopedi of modern Islamic world. New York: Oxford
University Press, 1995.
Lapidus, Ira M. A History of Islamic Societies. Cambridge: Cambridge University Press,
1991
Abdullah, Taufik dan Sharon Siddique (ed.). Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia
Tenggara. Terj. Rochman Achwan. Jakarta: LP3ES, 1988.
Wikipedia, Singapura