mineral komoditas energi - kementerian ppn/bappenas · pdf filetembaga, nikel, timah, ......

18
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Mei 2017 Komoditas Logam dan Mineral Komoditas Pangan dan Pertanian Komoditas Energi

Upload: lebao

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

• Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik • Mei 2017

Komoditas Logam dan

Mineral

Komoditas Pangan dan Pertanian

Komoditas Energi

2

Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam

Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi

Komoditas Pangan dan Pertanian Kakao, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kertas

DAFTAR ISI

3

PENGANTAR

• Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga tahun ke depan masih cukup menjanjikan yang didukung oleh faktor fundamental perekonomian yang kuat. Dalam laporan East Asia-Pacific Outlook April 2017, Bank Dunia memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi hingga 2019 akan terus bergerak naik. Pada 2017, produk domestik bruto (PDB) Indonesia diprediksi tumbuh 5,2% atau naik dari tahun lalu sebesar 5,0%. Adapun untuk 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi mencapai 5,3%. Proyeksi tersebut terbilang lebih pesimistis dibanding proyeksi Pemerintah Indonesia yakni 5,6%. Sementara itu untuk 2019, PDB Tanah Air diprediksi kembali naik sebesar 5,4%.

• Bank Dunia menambahkan, prospek ekonomi Indonesia yang bergerak positif antara lain didukung oleh sentimen pemulihan ekonomi global, naiknya harga komoditas, meningkatnya aktivitas ekspor dan kencangnya arus investasi ke dalam negeri. World Bank mempertahankan proyeksi peningkatan yang kuat terhadap harga komoditas industri, terutama sektor energi dan logam, pada 2017 akibat pengetatan pasokan serta pertumbuhan permintaan. Dalam laporan Commodity Markets Outlook April 2017 yang dirilis Rabu (26/4/2017), World Bank mempertahankan prediksi rerata harga minyak mentah pada tahun ini melonjak 28,5% (yoy) menjadi US$55 per barel dari 2016 senilai US$42,8 per barel. Adapun pada 2018, harga meneruskan peningkatan menjadi US$60 per barel. Proyeksi tersebut mengasumsikan adanya realisasi pembatasan produksi minyak dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan negara produsen minyak lainnya sepanjang semester I/2017.

• Harga komoditas energi yang mencakup minyak mentah, gas alam, dan batu bara diprediksi memanas 26% yoy pada 2017 dan 8% yoy pada 2018. Harga gas alam bakal tumbuh 15% pada tahun ini, sedangkan batu bara meningkat 6%. World Bank juga menaikkan proyeksi pertumbuhan harga logam menjadi 16% yoy pada 2017, dibandingkan laporan medio Januari 2017 yang menyebutkan kenaikan 11% yoy. Hal ini dipicu oleh langkah pengetatan pasokan, serta permintaan yang kuat dari China dan sejumlah negara maju lainnya. Selain itu, adanya kendala pasokan dari sejumlah tambang di Indonesia, Cile, dan Peru. Sementara itu, harga komoditas pertanian secara keseluruhan diperkirakan meningkat 4% yoy pada 2017. Namun, harga tanaman kebun untuk minuman seperti kopi, kakao, dan teh diprediksi menurun lebih dari 6%*.

4

Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl) April 2017

Harga minyak mentah melonjak di bulan April yang dodorong setidaknya oleh tiga faktor, salah satunya oleh sentimen geopolitik setelah Amerika Serikat meluncurkan puluhan rudal jelajah ke pangkalan udara di Suriah. Lokasinya yang terletak di Timur Tengah beserta aliansi sejumlah produsen teratas minyak sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap meluasnya konflik yang dapat menganggu pengiriman minyak mentah. Meskipun kenaikan harga dianggap sebagai aksi spekulatif. Pasalnya, kejadian tersebut belum memengaruhi sisi fundamental pasar.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr

2016 2017

Crude oil, average 40,8 45,9 47,7 44,1 44,9 45,0 49,3 45,3 52,6 53,6 54,4 50,9 52,2

Crude oil, Brent 42,3 47,1 48,5 45,1 46,1 46,2 49,7 46,4 54,1 54,9 55,5 52,0 53,0

Crude oil, Dubai 39,0 44,0 45,8 42,6 43,7 43,7 48,3 43,8 51,8 53,4 54,2 51,2 52,5

Crude oil, WTI 41,0 46,7 48,8 44,7 44,8 45,2 49,9 45,6 52,0 52,5 53,4 49,6 51,1

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl) April 2017

5

Pergerakan harga minyak mentah pada bulan April berakhir dengan rebound tajam ke kisaran level tertingginya dalam satu bulan yang ditopang oleh penghentian produksi yang tak terencana di Laut Utara serta ekspektasi penurunan pada jumlah persediaan produk dan minyak mentah AS. Di Laut Utara, produksi minyak mentah dari ladang minyak Buzzard di Inggris sebesar 180.000 barel per hari (bph) untuk sementara dihentikan saat dilakukan perbaikan pada terminal pengolahan onshore. Di sisi lain, berdasarkan data American Petroleum Institute, jumlah stok minyak mentah AS turun 1,8 juta barel, lebih besar dari perkiraan para analis dengan penurunan sebesar 435.000 barel.

Sentimen positif terhadap harga minyak mentah juga terdorong oleh faktor geopolitik, setelah Amerika Serikat (AS) meluncurkan puluhan rudal jelajah ke pangkalan udara di Suriah. Serangan rudal jelajah AS telah menyebabkan lonjakan pada harga minyak mentah karena lokasinya yang terletak di Timur Tengah sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang meluasnya konflik yang dapat menganggu pengiriman minyak mentah dan membuat pasar mengabaikan penambahan produksi minyak AS. Meskipun faktor ini dianggap sebagai aksi spekulatif. Pasalnya, kejadian tersebut belum memengaruhi sisi fundamental pasar.

Faktor lain pendorong penguatan harga minyak merupakan akibat dari laporan bahwa Arab Saudi, pemimpin de-facto organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi (OPEC), telah menyatakan keinginannya untuk memperpanjang pemangkasan produksi terkoordinasi hingga melampaui paruh pertama tahun ini. Pembicaraan mengenai perpanjangan masa pemangkasan minyak ini dijadwalkan akan dibahas dalam pertemuan anggota OPEC pada 25 Mei 2017 mendatang di Wina (bisnis.com April 19/ 2017).

Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl) April 2017

6

Perkembangan Harga Batu bara dan Gas Alam ($/mt) April 2017

Bencana alam yang melanda Australia jadi pendongkrak utama laju harga batubara di bulan April 2017 ini. Badai topan yang menyerang Australia menyebabkan terjadinya kerusakan di sekitar 1.000 km dan menganggu jalur kereta api. Sehingga distribusi batubara di Australia pun terganggu. Disamping itu, naiknya harga batubara saat ini adalah positifnya pergerakan harga minyak.

Harga gas alam mengalami peningkatan dalam jangka pendek seiring dengan proyeksi bertumbuhnya permintaan dari Amerika Serikat. Namun, untuk jangka panjang pasar masih harus berhati-hati dengan faktor fundamental.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr

2016 2017

Coal, Australian ($/mt) 50,8 51,2 53,4 63,1 67,4 72,9 93,2 100,0 86,6 84,1 80,6 80,6 84,6

Natural gas, US ($/mmbtu) (RHS) 1,9 1,9 2,6 2,8 2,8 3,0 2,9 2,5 3,6 3,3 2,8 2,9 3,1

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

Perkembangan Harga Batu Bara dan Gas Alam April 2017

7

Batu Bara

Bencana alam yang melanda Australia jadi pendongkrak utama laju harga batubara di bulan April ini. Badai topan yang menyerang Australia menyebabkan terjadinya kerusakan di sekitar 1.000 km dan menganggu jalur kereta api. Sehingga distribusi batubara di Australia pun terganggu. Salah satu yang terkena dampak terbesar adalah Queensland yang tercatat mengantongi 50% dari total produksi batubara Australia. Dengan adanya gangguan ini maka ada sekitar 15-20 juta ton pasokan batubara ke Asia yang tertahan dan tidak bisa didistribusikan dari Australia.

Dukungan lainnya bagi harga batubara saat ini adalah positifnya pergerakan harga minyak dan kebijakan China dalam mengendalikan harga batu bara. Sejauh ini China terus berupaya mengendalikan harga batubara sehingga tidak menguat atau melemah secara signifikan. China telah berhasil mengendalikan pasokan dengan melakukan pengaturan angka produksi. Aturan dari pembatasan produksi batubara ini cukup mudah, dengan menetapkan target rata-rata harga batubara. Jika harga di bawah rata-rata, maka produsen diwajibkan mengurangi produksi. Sebaliknya jika harga sudah terlampau tinggi, para produsen diizinkan kembali meningkatkan angka produksi.

Pembatasan produksi China tahun lalu membuat harga menguat hingga 97% selama 2016. Menjelang akhir tahun, China kembali melonggarkan aturan dan mengizinkan produsen menaikkan angka produksi. Ditambah dengan tekanan penguatan dollar AS, batubara akhirnya menyentuh level US$ 75,15 per metrik ton pada 9 Januari lalu atau level terendah sejak Desember 2016. Sementara dari permintaan masih cukup stabil. Ada peluang harga membaik jika China, AS, Eropa hingga Asia mengurangi pasokan dan ekspor, baik dengan alasan prioritas konsumsi domestik, efisiensi atau isu lingkungan (Kontan.co.id, 05 April 2017).

8

Gas Alam

• Harga gas alam mengalami peningkatan dalam jangka pendek seiring dengan proyeksi bertumbuhnya permintaan dari Amerika Serikat. Suhu udara yang lebih dingin dan lemahnya posisi USD jadi katalis yang mendukung terbangnya harga gas alam. Meski demikian, untuk jangka panjang pasar masih harus berhati-hati dengan faktor fundamental. Dilaporkan Energy Information Administration (EIA) stok gas alam mingguan AS naik dari 2 miliar kaki kubik menjadi 10 miliar kaki kubik. Tentunya ini menegaskan bahwa permintaan yang terdapat di pasar global masih mengering dan bisa semakin menyudutkan langkah gas alam ke depannya. Rencana AS untuk kembali mengembangkan tiga shale gas alamnya juga berpotensi menambah pasokan gas alam secara global. Ketiga rangkaian shale terbaru ini beraktivitas penuh maka akan terjadi kenaikan produksi dari sebelumnya 23 miliar kaki kubik per hari di 2016 menjadi 35 miliar kaki kubik per hari.

• Dari dalam negeri, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut Indonesia merupakan negara yang unik karena bisa menjadi pengekspor maupun pengimpor liquified natural gas (LNG). Berdasarkan data SKK Migas, produksi LNG tahun ini ditargetkan sebesar 278 kargo dengan 163 kargo di antaranya berasal dari Kilang LNG Bontang dan sisanya, 155 kargo dari Kilang LNG Tangguh, Papua. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, impor gas alam cair masih menjadi pilihan. Pemerintah perlu mengamankan pasokan untuk dalam negeri. Pasalnya, diprediksi kebutuhan gas dalam negeri akan meningkat dan mulai kekurangan pasokan pada 2019.

• Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2016, untuk alokasi 2017 masih terdapat 63 kargo yang belum terserap. Kargo yang belum terserap pun masih ada untuk alokasi 2018 yakni sebanyak 60 kargo. Keadaan berbalik mulai 2019. Diperkirakan pada 2019 Indonesia kekurangan pasokan LNG sebanyak 27 kargo. Angka ini terus naik dan mencapai 90 kargo di 2024 dan 101 kargo di 2025. Menurutnya, melalui penandatanganan pengiriman LNG dari ExxonMobil kepada PT Pertamina (Persero), pemerintah mengamankan kebutuhan LNG dengan pasokan 1 juta ton per tahun selama 20 tahun yang dimulai pada 2025 (finansial.bisnis.com April 21/ 2017).

9

Komoditas Pangan dan Pertanian

Minyak Kelapa Sawit (CPO) Kakao Karet

Bubur Kertas Kopi Kedelai Udang

10

Perkembangan Harga Komoditas Pangan dan Pertanian: Kakao, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kayu

Harga komoditas pangan dan pertanian bulan April terpantau mengalami pelemahan. Hampir disemua komoditas bergerak menurun. Hanya harga komoditas udang dan bubur kertas terpantau bergerak mendatar.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Apr Mei Juni Juli Agustus Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr

2016 2017

Cocoa ($/kg) 3,08 3,10 3,13 3,05 3,04 2,89 2,71 2,50 2,30 2,20 2,03 2,06 1,97

Coffee, robusta ($/kg) 1,77 1,85 1,89 2,00 2,02 2,13 2,28 2,29 2,25 2,39 2,35 2,35 2,29

Rubber, SGP/MYS ($/kg) 1,72 1,67 1,58 1,59 1,55 1,57 1,66 1,87 2,23 2,56 2,71 2,35 2,21

Shirmps, Mexican ($/kg) 11,02 10,69 10,69 10,69 10,69 10,69 12,79 12,35 12,35 12,13 12,13 12,13 12,13

Palm oil ($/mt) (RHS) 722 706 683 652 736 756 716 751 788 809 779 736 685

Soybean ($/mt) (RHS) 393 422 457 432 414 405 404 412 421 425 428 405 389

Woodpulp ($/mt) (RHS) 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

Perkembangan Harga Kokoa, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kayu April 2017

11

Komoditas Kakao & Kopi

Turunnya harga dan produksi kakao dalam beberapa tahun terakhir semakin mengkhawatirkan eksistensi komoditas ini ke depan. Harga

kakao melanjutkan tren penurunan seiring dengan proyeksi bertambahnya suplai dari Pantai Gading sebagai produsen utama di pasar

dunia. Menurut survei Bloomberg, di Pantai Gading bagian barat daya dan tengah, hujan besar dan sempat menyebabkan banjir. Situasi

saat ini sudah kembali normal dan pasokan akan bertambah.

Sementara itu, perusahaan riset Hightower Report dalam publikasinya menyampaikan, harga kakao kemungkinan mengalami peningkatan

dalam waktu dekat. Dalam jangka pendek harga akan berada di atas support US$1.891 dan level resistance US$1.961. Aktivitas

pengolahan biji cokelat di Asia pada kuartal I/2017 bertumbuh 10% year on year (yoy). Perkiraan peningkatan berkisar antara 2%-22%.

Volume pengolahan meningkat menjadi 163.802 ton dari kuartal I/2016 sejumlah 148.911 ton. Namun, angka tersebut menurun

dibandingkan 188.493 ton pada kuartal IV/2016 (bisnis.com, April 19/ 2017).

Harga biji kopi Indonesia memperpanjang penurunannya di tengah musim panen. Di sisi lain, rival perdagangan Vietnam justru tengah

menipis pasokannya. Mengutip Reuters, Kamis (6/4) pedagang di Sumatera, daerah penanaman kopi utama Indonesia, biji kopi robusta

grade 4, 80 (DEF) turun US$ 30- US$ 40 per ton untuk kontrak Mei di bursa ICE London. Penurunan ini lebih dalam dari pekan lalu US$ 25

karena meningkatnya pasokan seiring panen. Sementara itu, pasar kopi di Vietnam, melambat awal pekan ini. Pasar Vietnam ditutup

pada hari Kamis. Pasar cukup tenang – hany beberapa pembeli, beberapa penjual. Harga lokal yang dikutip oleh petani, Rabu (5/4)

berkisar antara 46,500-47,400 dong (US$ 2.05- US$ 2,09) per kg di provinsi Daklak, petani kopi utama negara itu. Atau turun dari pekan

lalu 47,300-48,000 dong karena turunnya harga global (Kontan.co.id, 06 April 2017).

12

Minyak Kelapa Sawit & Karet

Harga minyak kelapa sawit (CPO) mengalami tekanan akibat prospek perlambatan permintaan. Namun, harga diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi jelang bulan Ramadan. Saat ini, ada kecenderungan negara importir utama seperti India menunda waktu pembelian untuk mendapatkan harga yang lebih rendah. Pembeli menunggu pemulihan produksi akibat cuaca, sehingga bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Selain itu, harga sedang tertekan oleh proyeksi menurunnya impor dari Uni Eropa terkait masalah kampanye lingkungan. Padahal berdasarkan data Bank Dunia, pasar Benua Biru merupakan konsumen terbesar ketiga di dunia.

Harga CPO bakal mendapatkan sentimen positif dari proyeksi meningkatnya permintaan dari India dan negara-negara di Timur Tengah menjelang Ramadan. Kendati bulan puasa baru dilaksanakan pada pekan terakhir Mei 2017, investor sudah melakukan antisipasi awal. Biasanya sebelum ada perubahan dari sisi fundamental, aksi spekulasi dimulai terlebih dahulu, sehingga harga bergerak duluan. Faktor inilah yang membuat harga CPO cenderung menurun pada kuartal I/2017. Investor sudah cenderung melakukan aksi jual karena mengantisipasi pemulihan produksi di Indonesia dan Malaysia. Pasalnya, pelaku pasar menilai hambatan cuaca dari El Nino dan La Nina terhadap sisi suplai relatif berkurang (bisnis.com, 14 April 2017).

Petani karet kembali menelan pil pihit pasca turunnya harga karet. Penurunan harga karet saat ini cukup menekan ekonomi petani karet karena saat ini sebagian perkebunan karet tengah memasuki musim gugur daun sampai bulan Juni yang akan datang. Pelemahan harga karet dipengaruhi oleh kekhawatiran investor atas pengetatan kebijakan di China. Kenaikan jumlah stok di China menimbulkan kekhawatiran bahwa permintaan karet dari pengguna akhir dapat menurun. Selain itu, menguatnya nilai tukar yen Jepang juga menekan harga karet. Penguatan nilai tukar yen Jepang terhadap dolar AS membuat harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang ini menjadi relatif lebih mahal bagi para pembeli luar negeri. Dampaknya, permintaan akan komoditas ini berpotensi berkurang. Turut menekan karet adalah, penjualan otomotif China untuk kuartal pertama dilaporkan turun akibat faktor pemboikotan produk Korea dan pengenaan pajak (bisnis.com, April 12/ 2017).

13

Komoditas Udang, Kedelai & Bubur Kertas

Pengusaha dalam negeri mempersiapkan diri untuk menghadapi aturan baru ekspor ikan (seafood) ke Amerika Serikat (AS). Kontribusi ekspor yang besar ke AS membuat pengusaha mau tidak mau harus menyesuaikan diri. Selama ini ekspor ikan ke AS memang mendominasi. Dari total nilai ekspor perikanan Indonesia sekitar US$ 4 miliar, 40% atau sekitar US$ 1,6 miliar menuju negeri Paman Sam ini. Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan menerapkan program pengawasan impor seafood atau System Import Monitoring Program (SIMP) mulai 1 Januari 2018, yang isinya melarang impor produk seafood dari hasil penangkapan ikan secara ilegal, tidak memenuhi aspek keamanan pangan global dan melanggar prinsip keberlanjutan (kontan.co.id, 12/04/2017 ). Meskipun tidak begitu populer untuk dikonsumsi di dalam negeri, namun budidaya edamame cukup marak di Indonesia. Sebagian besar produksi kedelai Jepang ini memang untuk pasar ekspor. Indonesia yang terus mengimpor kedelai dengan volume besar, seharusnya dapat mulai melirik edamame yang mengandung protein tinggi. Pengembangan edamame, sekaligus menunjang program ketahanan pangan nasional. Penjualan edamame beku mulai dilakukan pada 2018. Saat ini area tanam edamame seluas 250 ha berlokasi di Jember dan bermitra dengan petani lokal. Indonesia mendapat pesaing dari Thailand dan Vietnam yang baru saja menjajal budidaya edamame dan Jepang sebagai negara penyerap utama komoditas ini. Industri pulp dan kertas Indonesia diproyeksi tumbuh sebesar 3%-4% per tahun, sehingga ekspor diprediksi akan meningkat. Hal ini membuat peluang Indonesia untuk menduduki peringkat ke-5 di dunia menjadi sangat besar. Produk kertas Indonesia dari tahun ke tahun meningkat namun harganya akhir-akhir ini menurun, sehingga devisa yang masuk sedikit menurun. Industri pulp dan kertas Indonesia memberikan kontribusi terhadap devisa negara sekitar USD5,3 miliar pada 2015. Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk produksi kertas serta peringkat ke-10 di dunia untuk produksi pulp pada 2015. Dari sisi permintaan pasar kertas dan pulp dunia masih meningkat 2% dan diproyeksikan pertumbuhannya pada kisaran 3%-4% per tahun. Peluang industri pulp dan kertas untuk menduduki peringkat ke-5 juga didukung adanya keunggulan kompetitif, yaitu letak geografis Indonesia, potensi luas izin hutan tanaman industri (HTI) dan kecepatan tumbuh pohon sebagai sumber bahan baku terbarukan. (sindonews.com/30/01/17).

15

Perkembangan Harga Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi

Sepanjang kuartal satu 2017 performa harga logam industri terbilang stagnan. Kenaikan yang didulang tembaga dan nikel pun terhitung tipis. Meski demikian, analis optimistis, hingga akhir kuartal kedua 2017 nanti, harga logam industri masih berpeluang mendulang kenaikan.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr

2016 2017

Copper ($/mt) 4872,7 4694,5 4632,5 4864,9 4751,7 4722,2 4725,8 5450,9 5660,4 5754,6 5940,9 5824,6 5683,9

Nickel ($/mt) 8878,9 8660,4 8905,9 10262,9 10365,9 10175,8 10250,9 11128,9 10972,3 9971,5 10643,3 10204,7 9609,3

Tin ($/mt) 17032,7 16707,0 16961,5 17826,2 18405,4 19499,5 20060,5 21126,1 21204,4 20691,8 19446,5 19875,2 19910,3

Zinc ($/mt) 1855,4 1869,0 2022,6 2183,3 2277,3 2288,3 2304,4 2566,2 2664,8 2714,8 2845,6 2776,9 2614,9

Iron ore, cfr spot ($/dmtu) (RHS) 61 55 52 57 61 58 59 73 80 80 89 88 70

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0,0

5000,0

10000,0

15000,0

20000,0

25000,0

Perkembangan Harga Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi April 2017

16

Komoditas Tembaga & Seng

• Pergerakan harga tembaga mulai menemui hambatan setelah tambang di Chili dan Papua mulai beroperasi. Kekhawatiran naiknya angka

pasokan membebani laju harga dalam jangka pendek. Pasokan tembaga pada awal tahun masih mencatat peningkatan. Selama bulan

Maret, stok tembaga global naik 167.000 ton menjadi 750.000 ton. Dalam jangka pendek, pergerakan harga tembaga rentan menemui

rintangan. Sebelumnya, harga tembaga sempat didukung oleh aksi mogok pekerja tambang di Chili. Tetapi pemogokan pekerja sudah

selesai dan membuka kemungkinan produksi tembaga tambang Chili kembali naik.

Pergerakan harga tembaga juga akan terhambat oleh naiknya pasokan dari Indonesia. Tambang tembaga Grasberg, Papua milik Freeport

McMoran's telah kembali beroperasi setelah berhenti selama 38 hari. Di sisi lain, tembaga bisa mengandalkan dukungan dari program

infrastruktur pemerintah Amerika Serikat (AS) serta kenaikan permintaan dari China. Untuk jangka pendek, tren kenaikan harga tembaga

belum cukup kuat. Tetapi apabila program infrastruktur AS lancar dan permintaan China terus meningkat, maka akan menjadi katalis positif

bagi pergerakan jangka panjang. Harga tembaga hingga akhir semester pertama tahun ini masih mampu menanjak ke kisaran US$ 6.000 -

US$ 6.500 per metrik ton (Kontan.co.id, Kamis, 30 Maret 2017).

Harga komoditas seng pada bulan April mengalami koreksi. Sentimen utama yang memengaruhi harga ialah aktivitas pernambangan di

China sebagai produsen sekaligus konsumen terbesar di dunia. Pengetatan masih mungkin dilakukan karena fokus memperbaiki harga dan

perlindungan lingkungan. Sementara di Korea Selatan, sebagai pengolah seng terbesar kedua di dunia, tingkat produksi dikurangi akibat

pengetatan pasokan bijih konsentrat. Kondisi defisit pasar akan mendorong harga mencapai puncaknya pada kuartal II/2017 di level

US$3.050 per ton dan pada kuartal IV/2017, rerata harga diperkirakan senilai US$2.800 per ton. Volume pasokan diperkirakan kembali

normal pada 2018, sehingga harga menjauhi tren bullish. Tahun depan, pasar berbalik mengalami surplus sekitar 70.000 ton. Perhitungan

ini didapat dari volume produksi olahan sebesar 14,3 juta ton dan konsumsi sejumlah 14,23 juta ton (bisnis.com, Rabu (22/3/2017).

17

Komoditas Logam Nikel, Timah dan Bijih Besi

Harga nikel diperkirakan sulit melampaui US$10.000 per ton pada kuartal II/2017 seiring dengan bertumbuhnya suplai dari Filipina dan Indonesia yang

kembali membuka keran ekspor bijih. Relaksasi ekspor di kedua negara membuat harga tertekan dalam jangka pendek. Selain itu, sentimen dari sisi suplai

yang bertambah belum didukung pertumbuhan permintaan dari sektor industri. Indonesia menerbitkan Permen ESDM No.6/2017 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Pemberian Rekomendasi Pelaksanaan Penjualan Mineral ke Luar Negeri Hasil Pengolahan dan Permurnian. Dalam beleid baru itu, tercantum

peraturan yang memuat salah satunya jenis dan jumlah mineral logam yang telah memenuhi batasan minimum pengolahan/nikel dengan kadar <1,7%.

Kementerian ESDM juga merekomendasikan ekspor mineral bijih nikel sebesar 3,7 juta ton untuk jangka waktu 1 tahun. Pada saat yang sama, Filipina juga

melakukan relaksasi ekspor dengan membuka izin pengapalan kepada 8 tambang yang diperkirakan mencapai 5 juta ton (bisnis.com, 04/04/17).

Harga timah di bulan April mengalami kenaikan tipis. Pergerakan timah memang berbeda dari komoditas logam industri lainnya. Catatan buruk harga timah

datang setelah PT Timah Tbk yang berencana untuk meningkatkan ekspornya sepanjang tahun 2017 ini menjadi 30.000 ton dari tahun sebelumnya yang

hanya 24.000 ton. Sampai Januari 2017 ekspor timah Indonesia naik 180% menjadi 6.964 ton dibanding periode yang sama tahun 2016. Ditambah lagi

memasuki bulan Maret 2017 stok timah di LME naik menjadi 5.415 ton. Kekhawatiran ini datang bersamaan dengan ketidakpastian akan pencabutan pajak

ekspor China sehingga ada peluang terjadi kelebihan pasokan. Sampai saat ini memang China tidak memberikan kepastian mengenai pencabutan pajak

ekspor yang sudah berlaku sejak 2008 silam. Apabila benar akan dicabut maka ekspor akan semakin membanjiri pasar global (Kontan.co.id, Senin, 03 April

2017).

Harga bijih besi di bulan April melanjutkan penurunan seiring dengan proyeksi suprlus pasokan global dan perlambatan permintaan bahan baku baja dari China. Tahun lalu, harga bijh besi melonjak 84,18% year on year (yoy) menjadi 652 yuan (US$93,95) per ton karena dukungan stimulus pemeirntah China terhadap produksi baja yang menaikkan sisi konsumsi. China menyerap sepertiga suplai bijih besi global dan memasok sekitar 50% baja di dunia, sehingga kinerjanya sangat berpengaruh terhadap pasar komoditas tersebut. Dalam laporannya, Citigroup Inc., menyampaikan pasar bijih besi mengalami periode bearish akibat kekhawatiran jumlah pasokan yang tidak seimbang dengan permintaan. Surplus bijih besi global pada 2016 diperkirakan mencapai 70 juta ton dan berpeluang bertambah menjadi 90 juta ton pada tahun ini. Berlebihnya suplai berasal dari sejumlah negara produsen utama seperti Brasil, Australia, China, dan India. Oleh karena itu, tren harga diperkirakan terus merosot sampai akhir tahun ayam api (bisnis.com, 19/04/2017).

Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Mei 2017