mikrobiologi 4
DESCRIPTION
FKFHFJHTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan morfologi dari
masing-masing sel mikroba.
1.2 Dasar Teori
Christian Gram, seorang ahli bakteri Denmark pada tahun 1884
secara kebetulan menemukan prosedur pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram
merupakan salah satu prosedur yang amat penting dan paling banyak
digunakan dalam klasifikasi mikrobia. Berdasarkan metode ini, mikrobia
dapat dibedakan secara umum menjadi dua kelompok besar yaitu:
1. Organisme yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu kristal
iodium sampai pada akhir prosedur (sel-sel tampak biru gelap atau
ungu) disebut Gram positif.
2. Organisme yang kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu
pembilasan dengan alkohol, namun kemudian terwarnai oleh pewarna
tandingan safranin sehingga sel tampak merah muda, disebut Gram
negatif (Hadioetomo, 1993).
Pengecatan atau pewarnaan bakteri merupakan cara untuk
mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi. Hal
tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu
mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Bentuk dan struktur bakteri dapat diamati dengan dua cara yaitu :
1. Dengan mengamati pergerakan sel-sel hidup tanpa pewarnaan.
2. Dengan mengamati sel-sel yang mati dengan pewarnaan.
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah
satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion
bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan
bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakteri akan memberikan warna
berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri
(Sutedo, 1991).
Teknik untuk menentukan ukuran, bentuk dan struktur sel-sel
mikroba tersedia bermacam-macam. Salah satu cara yang umumnya
digunakan untuk menumbuhkan (membiakkan) mikroorganisme yaitu
dengan teknik pewarnaan untuk mewarnai mikroorganisme. Teknik
pewarnaan diferensial yang paling penting dan paling luas digunakan untuk
bakteri adalah pewarnaan Gram. Proses ini olesan bakteri yang terfiksasi
dikenai larutan ungu kristal, larutan iodium, alkohol (bahan pemucat) dan
safranin atau beberapa pewarna tandingan lain yang sesuai. Bakteri yang
diwarnai dengan metode Gram dibagi menjadi dua kelompok yaitu bakteri
Gram positif yang mempertahankan warna ungu kristal dan tampak ungu
tua, sedangkan bakteri lain yaitu bakteri Gram negatif yang kehilangan
warna ungu kristal ketika dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi
pewarna merah safranin tampak berwarna merah (Gaman, 1994).
Beberapa spesies bakteri disebut Gram positif setelah pewarnaan,
tetapi ada juga yang disebut Gram negatif karena dalam proses pewarnaan
itu belum komplit. Salah satu dari warna spesies Gram negatif akan menjadi
Gram positif tetapi dapat dibedakan dengan mudah perbedaan warna
diantara keduanya. Keuntungan dari teknik pewarnaan untuk memudahkan
melihat bakteri dengan mikroskop (memungkinkan perbesaran dalam
pengamatan), memperjelas bentuk dan ukuran bakteri, memungkinkan
pengamatan salah satu bagian dari sel bakteri misalkan spora, kapsul atau
flagela, serta menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada
bakteri dengan zat warna (Sutedo, 1991).
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara
5-20 mikron. Biasanya berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri. Sel
khamir dapat berbentuk lonjong, batang atau bulat. Khamir tidak bergerak
karena tidak mempunyai struktur tambahan di bagian luar selnya seperti
flagella. Zat warna yang cocok untuk pewarnaan khamir adalah larutan
methylen blue. Pada pengecatan sederhana dengan pemberian methylen blue
0,1 %, sel khamir dapat dibedakan antara sel mati dan yang hidup. Sel yang
mati akan berwarna biru, sedangkan yang hidup akan berwarna transparan.
Hal ini disebabkan karena sifat membran sel yang selektif semipermeabel
(Buckle, 1987).
Fungi mempunyai tubuh vegetatif berupa talus yang mengandung
filamen dengan diameter sekitar 5m yang mempunyai cabang dan
penyebaran diatas permukaan medium nutrien. Filamen/hifa mengandung
dinding sel dan sitoplasma yang mencakup didalamnya. Hifa bisa tanpa
sekat sel yang disebut fungi tingkat rendah sedangkan hifa yang bersekat
disebut fungi tingkat tinggi. Kumpulan dari beberapa hifa dalam fungi
disebut miselium (Schlegel, 1993).
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 19 Maret 2012, pukul
10.00-12.10 WITA, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.
2.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah botol semprot, mikroskop, pipet
steril, jarum inokulasi/ose, lampu spritus dan kertas label.
Bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol, spritus, biakan bakteri
(Eschericia coli, Staphylococcus aureus dan Bacillus sp.), dan cat Gram.
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Pengecatan Gram Sel Bakteri
1. Disiapkan mikroskop, dibersihkan gelas benda dan gelas penutup.
2. Dinyalakan bunsen, dipanaskan jarum ose sampai panas memijar.
3. Dibiarkan jarum ose beberapa saat hingga sedikit dingin.
4. Diambil biakan bakteri (Eschericia coli, Staphylococcus aureus dan
Bacillus sp.) dengan jarum ose sesedikit mungkin.
5. Diratakan setipis mungkin di bagian tengah gelas benda dan dikering
anginkan.
6. Ditetesi cat Gram A (kristal violet) sampai menutup seluruh suspensi
bakteri. Dibiarkan 1 menit dan dicuci dengan botol semprot serta
dikering anginkan.
7. Ditetesi cat Gram B (lugol iodine) dan dibiarkan selama 1 menit. Dicuci
dengan botol semprot dan dikering anginkan.
8. Ditetesi dengan cat Gram C (aseton alkohol), dibiarkan selama 30 detik
dan dicuci dengan botol semprot serta dikering anginkan.
9. Ditetesi dengan cat Gram D (safranin) dan dibiarkan selama 1 menit,
dicuci dengan botol semprot dan dikering anginkan.
10.Ditutup dengan gelas penutup dan diamati dengan mikroskop serta difoto
penampakan sel bakteri.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilaksanakan, yaitu
sebagai berikut :
No
.
Gambar Keterangan
1.
d
Gambar 1. Pengecatan Gram Sel Bakteri (E. coli)
a) Spesies : Eschericia coli
b) Gram negatif (-) berwarna
merah
c) Perbesaran : 100 X
d) Berbentuk : Bacil / batang
2.
d
Gambar 2. Pengecatan Gram Sel Bakteri (Staphylococcus aureus)
a) Spesies : S. aureus
b) Gram positif (+) berwarna
ungu
c) Perbesaran : 400 X
d) Berbentuk : Coccus / bulat
3.
d
a) Spesies : Bacillus sp.
b) Gram positif (+) berwarna
ungu
c) Perbesaran : 100 X
Gambar 3. Pengecatan Gram Sel Bakteri (Bacillus sp.)
d) Berbentuk : Bacil / batang
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang perbedaan morfologi dari
masing-masing sel-sel mikroba. Cara yang sering digunakan untuk
mengamati atau mempelajari perbedaan morfologi dari masing-masing sel
mikroba adalah dengan pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram merupakan
salah satu prosedur yang amat penting dan paling banyak digunakan dalam
klasifikasi bakteri.
Fungsi pewarnaan Gram adalah untuk memudahkan melihat bakteri
dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, melihat struktur
luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola,
meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya serta mengetahui
sifat fisiologisnya, yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri. Dinding sel
bakteri dapat bersifat positif atau negatif tergantung dari cat yang terserap
oleh dindingnya, jika yang terserap adalah cat utama (kristal violet) maka
disebut bakteri Gram positif dan jika yang terserap adalah cat penutup
(safranin) maka disebut bakteri Gram negatif.
Secara umum bakteri Gram positif memberikan reaksi berbeda dari
bakteri Gram negatif dengan senyawa-senyawa kimia. Pewarnaan Gram
dilakukan untuk membedakan antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif. Pada saat pemberian warna terjadi perbedaan antara keduanya yaitu
pada bakteri Gram positif berwarna ungu, sedangkan pada bakteri Gram
negatif berwarna merah. Adanya perbedaan warna antara bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif disebabkan oleh perbedaan dinding sel
bakteri. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang lebih tebal, dinding
sel ini menyusut oleh pelakuan alkohol karena terjadinya dehidrasi
(kehilangan air). Hal ini menyebabkan pori-pori dinding sel menutup
sehingga dapat menahan kompleks warna ungu. Sel-sel Gram negatif
mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding selnya dan lipid
ini larut dalam alkohol dan aseton sehingga tidak dapat menahan kompleks
warna ungu.
Perbedaan warna ini disebabkan dinding sel bakteri Gram positif
berbeda dengan dinding sel bakteri Gram negatif, kompleks zat pewarna
iodium rupanya terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma
organisme Gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel
organisme Gram negatif dengan pencucian alkohol memungkinkan
kompleks zat pewarna iodium dapat disingkirkan dari sel. Dinding sel
organisme Gram positif cukup tebal (20-80 nm) dan terdiri atas 60-100%
peptidoglikan. Dinding sel bakteri Gram negatif mempunyai susunan kimia
yang lebih rumit dan lebih sedikit peptidoglikan 10-20%. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan variasi dalam pewarnaan Gram yaitu perubahan
keasaman, penyimpangan cara pewarnaan, komposisi medium, umur bakteri
dan perlakuan khusus yang dilakukan (Volk & Wheeler, 1993).
Pengamatan morfologi bakteri dilakukan dengan pengecatan Gram
pada biakan bakteri. Bakteri jenis Eschericia coli merupakan bakteri Gram
negatif berwarna merah yang tidak dapat menahan cat utama (kristal violet)
setelah dicuci dengan alkohol dan dapat diwarnai dengan cat Gram D
(safranin) yang memberikan warna merah, bentuknya basil/batang diamati
di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 X. Bakteri jenis Staphylococcus
aureus merupakan bakteri Gram positif berwarna ungu ditandai dengan
terserapnya cat Gram A (kristal violet) yang memberikan warna ungu,
bentuknya coccus/bulat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400
X. Bakteri jenis Bacillus sp. merupakan bakteri Gram positif berwarna ungu
ditandai dengan terserapnya cat Gram A (kristal violet) yang memberikan
warna ungu, bentuknya basil/batang diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 100 X.
Pewarnaan Gram untuk bakteri menggunakan larutan kristal violet,
lugol iodine, aseton alkohol dan safranin. Cat Gram A (kristal violet)
merupakan cat utama dalam pewarnaan Gram berfungsi untuk memberikan
warna ungu pada bakteri. Cat Gram B berfungsi untuk mempertahankan
warna ungu agar semakin jelas dan lebih baik. Cat Gram C berfungsi untuk
membilas cat pewarna kristal violet. Pemberian cat Gram C merupakan
langkah yang sangat penting karena pada langkah inilah bakteri dapat
ditunjukkan sebagai bakteri Gram positif atau bakteri Gram negatif. Bakteri
Gram positif akan mempertahankan kompleks kristal ungu iodium, sehingga
tetap berwarna ungu. Sedangkan bakteri Gram negatif warnanya hilang
setelah dicuci dengan alkohol. Cat Gram D merupakan cat penutup
berfungsi untuk memberikan warna merah. Bakteri Gram positif karena
telah jenuh mengikat cat Gram A maka bakteri tidak mampu untuk
mengikat cat Gram D. Sedangkan bakteri Gram negatif yang telah
kehilangan warnanya maka bakteri akan mengikat warna cat Gram D
sehingga bakteri akan berwarna merah.
.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pewarnaan Gram berguna meningkatkan kontras mikroorganisme dengan
sekitarnya sehingga mudah diamati dan mengetahui sifat fisiologisnya.
2. Pewarnaan Gram untuk bakteri menggunakan larutan kristal violet, lugol
iodine, aseton alkohol dan safranin.
3. Eschericia coli merupakan bakteri Gram negatif berwarna merah
berbentuk basil/batang. Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram
positif berwarna ungu berbentuk coccus/bulat. Bacillus sp. merupakan
bakteri Gram positif berwarna ungu berbentuk basil/batang.
4.2 Saran
Sebaiknya praktikan benar-benar memiliki keterampilan dalam
penanganan peralatan dan kecermatan dalam pengamatan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta..
Gaman, P.M. dan Shernington, K. B. 1994. Ilmu Pangan dan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM. Jakarta.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Schlegel, Hans G.1993. General Microbiology. Cambridge University Press. Australia.
Sutedo, M.M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Volk dan Wheeker. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.