midterm report of penyempurnaan dan penyepakatan rencana terpadu dan program invetasi infrastruktur...

505

Click here to load reader

Upload: tiar-pandapotan-purba

Post on 28-Oct-2015

385 views

Category:

Documents


188 download

DESCRIPTION

Pekerjaan ini didasarkan atas beberapa persoalan dibidang perencanaan infrastruktur pembangunan, diantaranya belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur. Diharapkan melalui pekerjaan ini RPIIJM beserta pedoman yang ada dapat menjadi alat untuk melakukan monitoring dan pendampingan implementasi program-program yang akan disepakati melalui consensus 4 (empat) kementerian/lembaga dan provinsi terkait.Buku Laporan Antara ini berisi 4 (empat) bab, terdiri atas bab 1 (satu) pendahuluan, bab 2 (dua) metodologi dan pendekatan, bab 3 (tiga) hasil penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tahun 2012, bab 4 (empat) kajian pembiayaan infrastruktur dan bab 5 (lima) penutup. Kata kunci pada pekerjaan ini adalah verifikasi, penyempurnaan, penyepakatan, infrastruktur dan pembiayaan. Proses verifikasi dalam rangka penyempurnaan draf RPIIJM BBK dan DT yang telah dikerjakan pada tahun 2012 dijelaskan secara mendetail melalui matrik-matrik tahapan pengerjaan sesuai draf pedoman dari pemberi kerja. Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Indonesia dewasa ini masih mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur. Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, maka telah disusun Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) untuk Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba ini dapat digunakan sebagai acuan bagi semua stakeholders yang terkait dalam pembangunan infrastruktur di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik kementerian/lembaga terkait infrastruktur, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) ini pada dasarnya merupakan amanat dari PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan penataan Ruang Pasal 96 ayat (3) mengenai penyusunan sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan di pusat maupun di daerah secara terpadu.Terkait telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tersebut, maka pelu penyempurnaan dan penyepakatan RPI2JM ini dari semua stakeholder terkait. Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum, mengusulkan inisiatif untuk melakukan kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba

TRANSCRIPT

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat serta anugerahNya tim konsultan dapat menyelesaikan buku laporan antara pekerjaan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Invetasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun dan Kawasan Danau Toba.

Pekerjaan ini didasarkan atas beberapa persoalan dibidang perencanaan infrastruktur pembangunan, diantaranya belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur. Diharapkan melalui pekerjaan ini RPIIJM beserta pedoman yang ada dapat menjadi alat untuk melakukan monitoring dan pendampingan implementasi program-program yang akan disepakati melalui consensus 4 (empat) kementerian/lembaga dan provinsi terkait.

Buku Laporan Antara ini berisi 4 (empat) bab, terdiri atas bab 1 (satu) pendahuluan, bab 2 (dua) metodologi dan pendekatan, bab 3 (tiga) hasil penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tahun 2012, bab 4 (empat) kajian pembiayaan infrastruktur dan bab 5 (lima) penutup. Kata kunci pada pekerjaan ini adalah verifikasi, penyempurnaan, penyepakatan, infrastruktur dan pembiayaan. Proses verifikasi dalam rangka penyempurnaan draf RPIIJM BBK dan DT yang telah dikerjakan pada tahun 2012 dijelaskan secara mendetail melalui matrik-matrik tahapan pengerjaan sesuai draf pedoman dari pemberi kerja.

Laporan ini perlu mendapat kesepakatan melalui proses konfirmasi antara pelaksana pekerjaan dengan supervisi pekerjaan dalan hal ini adalah satuan kerja pengembangan wilayah nasional, agar segera mendapatkan gambaran beban pekerjaan, alur pekerjaan dan distribusi keahlian yang tepat.

Semoga bermanfaat, Salam

Tim Konsultan

DAFTAR ISI1BAB I PENDAHULUAN

11.1 Latar Belakang

11.2 Maksud

11.3 Tujuan

11.4 Sasaran

11.5 Lokasi Pekerjaan

11.5 Ruang Lingkup Pekerjaan

11.5 Keluaran

1BAB II PENDEKATAN DAN METODOLOGI

12.1 Umum

22.2. Pendekatan

22.2.1. Prinsip Penyusunan RPI2-JM

22.2.2. Proses Penyusunan RPI2-JM

82.2.3. Mekanisme Penyusunan RPIIJM

92.2.4. Pendekatan Spasial Keruangan Kawasan BBK dan Kawasan DANTOB

222.2.5. Pendekatan Kebijakan Program Pembangunan Infrastruktur

472.3. Metodologi Pelaksanaan Kerja

472.3.1. Metodologi Pekerjaan

1BAB 3 HASIL PENYEMPURNAAN

13.1 Matriks 1 Arahan Spasial Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

393.2 Matriks 2 Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur Di KSN Batam Bintan Karimun

673.3 Matriks 3 Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur Di KSN Batam Bintan Karimun

933.4 Matriks 1 Arahan Spasial Kawasan Strategis Nasional Danau Toba

1553.5 Matriks 2 Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur Di KSN Danau Toba

1723.6 Matriks 3 Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur Di Ksn Danau Toba

1BAB 4 KAJIAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

1BAB 5 PENUTUP

DAFTAR TABEL1Tabel 3. 1 Matriks 1. Arahan Spasial Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

39Tabel 3. 2 Matriks 2. Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur Di KSN Batam Bintan Karimun

67Tabel 3. 3 Matrik 3 Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur Di KSN Batam Bintan Karimun

93Tabel 3. 4 Matriks 1. Arahan Spasial Kawasan Strategis Nasional Danau Toba (A)

123Tabel 3. 5 Matriks 1. Arahan Spasial Kawasan Strategis Nasional Danau Toba (B)

155Tabel 3. 6 Matriks 2 Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur Di KSN Danau Toba

172Tabel 3. 7 Matriks 3 Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur Di Ksn Danau Toba

DAFTAR GAMBAR2Gambar 1. 1 Peta Kawasan Strategis Batam Bintan Karimun

3Gambar 1. 2 Peta Kawasan Strategis Nasional Danau Toba

3Gambar 2. 1 Proses Penyusunan RPI2-JM

4Gambar 2. 2 Penyusunan Arahan Spasial Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK

4Gambar 2. 3 Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur

5Gambar 2. 4 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur

6Gambar 2. 5 Penyusunan Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur

7Gambar 2. 6 Penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan

7Gambar 2. 7 Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan

8Gambar 2. 8 Mekanisme dan Tata Cara Penyusunan RPI2-JM

14Gambar 2. 9 Peta Rencana Struktur Pulau Sumatera

15Gambar 2. 10 Peta Rencana Pola Ruang Sumatera

22Gambar 2. 11 Rencana Struktur Ruang Kawasan BBK

34Gambar 2. 12 Kegiatan Ekonomi Utama

48Gambar 2. 13 Metodologi Pekerjaan

49Gambar 2. 14 Metodologi Verifikasi Substansi Draf RPIIJM

50Gambar 2. 15 Diagram Metode Superimpose

TOC \h \z \c "Gambar 3."

35Gambar 3. 1 Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

36Gambar 3. 2 Peta Arahan Spasial Tujuan 2 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

37Gambar 3. 3 Peta Arahan Spasial Tujuan 3 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

38Gambar 3. 4 Peta Arahan Spasial Tujuan 4 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun

58Gambar 3. 5 Peta Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur Jaringan Jalan KSN BBK

59Gambar 3. 6 Program Prioritas Infrastruktur Keciptakaryaan/Perkotaan Perdesaan

60Gambar 3. 7 Peta Program Prioritas Infrastruktur Sumber Daya Air KSN BBK

61Gambar 3. 8 Peta Program Prioritas Infrastruktur KeBandarudaraan KSN BBK

62Gambar 3. 10 Peta Program Prioritas Kepelabuhanan KSN BBK

63Gambar 3. 11 Peta Program Prioritas Infrastruktur Energi Listrik KSN BBK

64Gambar 3. 12 Peta Program Prioritas Infrastruktur ASDP KSN BBK

65Gambar 3. 13 Peta Program Prioritas Infrastruktur Jaringan Pipa Minyak dan Gas KSN BBK

66Gambar 3. 14 Peta Program Prioritas Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi KSN BBK

89Gambar 3. 15 Peta Rencana Terpadu Mewujudkan Tujuan 1 RTR KSN BBK

90Gambar 3. 16 Peta Rencana Terpadu Mewujudkan Tujuan 2 RTR KSN BBK

91Gambar 3. 17 Peta Rencana Terpadu Mewujudkan Tujuan 3 RTR KSN BBK

92Gambar 3. 18 Peta Rencana Terpadu Mewujudkan Tujuan 4 RTR KSN BBK

153Gambar 3. 19 Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Danau Toba

154Gambar 3. 20 Peta Arahan Spasial Tujuan 2 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Danau Toba

167Gambar 3. 21 Program Prioritas Infrastruktur Jalan, ASDP dan Kebandarudaraan KSN Danau Toba

168Gambar 3. 22 Peta Program Infrastruktur Perkotaan Perdesaan/Keciptakaryaan KSN Danau Toba

169Gambar 3. 23 Peta Program Prioritas Infrastruktur Sumber Daya Air KSN Danau Toba

170Gambar 3. 24 Peta Program Prioritas Infrastruktur Listrik dan Energi KSN Danau Toba

171Gambar 3. 25 Peta Program Prioritas Infrastruktur Telekomunikasi KSN Danau Toba

228Gambar 3. 26 Peta Rencana Terpadu Mewujudkan Tujuan 1 RTR KSN Danau Toba

229Gambar 3. 27 Peta Rencana Terpadu Mewujudkan Tujuan 2 RTR KSN Danau Toba

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Indonesia dewasa ini masih mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur.

Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, maka telah disusun Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) untuk Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba ini dapat digunakan sebagai acuan bagi semua stakeholders yang terkait dalam pembangunan infrastruktur di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik kementerian/lembaga terkait infrastruktur, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) ini pada dasarnya merupakan amanat dari PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan penataan Ruang Pasal 96 ayat (3) mengenai penyusunan sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan di pusat maupun di daerah secara terpadu.

Terkait telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tersebut, maka pelu penyempurnaan dan penyepakatan RPI2JM ini dari semua stakeholder terkait. Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum, mengusulkan inisiatif untuk melakukan kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba

1.2 Maksud

Maksud dari kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba adalah untuk memperoleh konsensus bersama (dokumen kesepakatan formal) semua stakeholder dalam program pembangunan infrastruktur

1.3 Tujuan

Tujuan dari kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba ini adalah terwujudnya kesepakatan bersama dan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM yang mengikat di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik dalam pembangunan infrastruktur yang komprehensif dan terintegrasi maupun dalam penganggaran publik tahunan di semua tingkatan.

1.4 Sasaran

Tersedianya dokumen RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah disempurnakan dan telah disepakati secara formal dari semua stakeholder terkait pembangunan infrastruktur.

1.5 Lokasi Pekerjaan

Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh pihak ke-tiga ini dilaksanakan di Jakarta dengan lingkup wilayah studi meliputi 2 (dua) provinsi dalam lingkup Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Riau.

1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan

a) Penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tahun 2012, meliputi: verifikasi substansi dari masing-masing tahapan penyusunan RPI2JM dengan muatan Perpres Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan RPerpres Kawasan Danau Toba, Dokumen rencana pembangunan sektoral dan/atau provinsi terkait, sinkronisasi program pembangunan, alternatif sumber pembiayaan dan inisiasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba.

b) Konsultasi Publik (atau FGD) draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba bersama Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Provinsi.

c) Koordinasi antara Kementerian/Lembaga terkait dan pemerintah daerah dalam bentuk forum diskusi untuk mendapatkan kesepakatan RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba.

d) Melakukan seminar RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba.

e) Membangun mekanisme (pendampingan) inisiasi implementasi RPI2JM dengan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Swasta

1.5 Keluaran

a) Dokumen Rencana Terpadu Pengembangan Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah disempurnakan

b) Lembar kesepakatan pemerintah provinsi dan Kementerian/Lembaga terkait RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba

c) Leaflet RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba; dan

d) Rekaman prosiding seminar

Gambar 1. 1 Peta Kawasan Strategis Batam Bintan Karimun

Gambar 1. 2 Peta Kawasan Strategis Nasional Danau Toba

BAB II PENDEKATAN DAN METODOLOGI2.1 Umum

Sejauh ini seiring dengan penerapan demokratisasi di Indonesia, pembangunan infrastruktur mengacu pada 3 (tiga) dokumen perencanaan yang menjadi mainstream perencanaan pembangunan, yaitu:

a) Dokumen Perencanaan Pembangunan yang dikenal melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), yang menurunkan Rencana Pembangunan Sektoral yang terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Strategis (sektoral).

b) Dokumen Perencanaan Keruangan yang dikenal melalui Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang berjenjang dan komplementer, mulai dari yang mengatur sistem nasional (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional/RTRWN), sistem provinsi (Rencana Tata Ruang WilayahProvinsi/RTRW Provinsi), sistem kabupaten (Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten/RTRW Kabupaten), maupun sistem kota (Rencana Tata Ruang Wilayah/RTRW Kota).

c) Dokumen Perencanaan Penganggaran yang dikenal melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Dalam penerapannya, ketiga dokumen perencanaan tersebut harus saling terpadu, baik dalam hal substansi rencana maupun operasionalisasinya. Hal ini yang mendasari pola pikir Penyiapan Pedoman Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (lihat Gambar 1).

Kedudukan RPI2-JM berada dalam integrasi kebijakan spasial dan kebijakan sektoral, yang ada di setiap daerah sebagai Rencana Pembangunan Infrastruktur (Infrastructure Development Plan) di masing-masing daerah baik pada skala provinsi maupun kabupaten/kota. Kebijakan spasial dalam RPI2-JM mengacu pada RTRW Nasional dan rencana rincinya (RTR Pulau, RTR Kawasan Strategis Nasional), RTRW Propinsi dan rencana rincinya (RTR Kawasan Strategis Provinsi), serta RTRW Kabupaten/Kota beserta rencana rincinya (RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota). Sedangkan kebijakan sektoral/program dalam RPI2-JM mengacu pada RPJP, RPJM dan Renstra K/L, baik pada skala nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.

Dalam pelaksanaannya nanti RPI2-JM yang merupakan perencanaan investasi jangka menengah lima tahunan ini, merupakan bahan/ dokumen acuan bagi daerah (melalui Gubernur) dalam pelaksanaan Musrenbang. RPI2-JM yang disusun tersebut dapat berupa:

a) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala provinsi;

b) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kawasan strategis nasional;

c) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kawasan strategis provinsi;

d) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kabupaten/kota; dan

e) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kawasan strategis kabupaten/kota.

Selanjutnya, RPI2-JM ini akan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan (RKP) dan Rencana Kerja (Renja), baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.

Istilah dan definisi:a. RPI2-JM (Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah) adalah rencana dan program pembangunan infrastruktur tahunan dalam periode tiga hingga lima tahun, yang mensinkronkan kegiatan pembangunan infrastruktur, baik yang dilaksanakan dan dibiayai pemerintah, pemerintah daerah, maupun oleh masyarakat/dunia usaha. Penyusunan RPI2-JMharus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terkait dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah.

b. Rencana Terpadu adalah upaya mengintegrasikan arahan spasial pengembangan wilayah dengan program prioritas pembangunan infrastruktur.

c. Sinkronisasi Program adalah upaya menyerasikan (fungsi, lokasi, waktu, dan anggaran) program pembangunan infrastruktur sesuai tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah, melalui berbagai forum koordinasi.

d. Program Tahunan RPI2-JM adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun dan merupakan bagian dari RPI2-JM.

e. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

f. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan system jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirearkis memiliki hubungan fungsional.

g. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

h. Penataan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

i. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

j. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkanstruktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tataruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program besertapembiayaannya.

k. Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang merupakan pelaksanaanpembangunan sektoral dan pengembangan wilayah, baik yangdilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah maupunoleh masyarakat, yangharus mengacu pada rencana tata ruang.

l. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

m. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

n. Kawasan Strategis Nasionaladalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

o. Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Provinsi terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial masyarakat, budaya, dan/atau lingkungan.

p. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten/Kota terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial masyarakat, budaya, dan/atau lingkungan.

q. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) adalah dokumen perencanaan untuk period 20 (dua puluh) tahun.

r. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional adalah penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

s. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah adalah penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

2.2. Pendekatan

2.2.1. Prinsip Penyusunan RPI2-JM

Prinsip dalam penyusunan RPI2-JM yaitu sebagai berikut.

a. Kewilayahan

Prinsip kewilayahan merupakan pendekatan yang tidak sektoral tetapi objeknya adalah entitas wilayah/kawasan strategis yang akan didorong dan mendorong terciptanya stuktur ruang yang efektif dan efisien.

b. Keterpaduan;

Prinsip keterpaduan merupakan pendekatan dalam integrasi dalam perencanaan dan sinkronisasi dalam pemrograman pembangunan yang saling terkait untuk mengisi kekurangan dan kebutuhan masing-masing.

c. Keberlanjutan;

Prinsip keberlanjutan merupakan pendekatan dalam pemrograman investasi infrastruktur jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dengan memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

d. Koordinasi;

Prinsip koordinasi merupakan pendekatan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun Masyarakat/Dunia Usaha, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

e. Optimalisasi Sumberdaya;

Prinsip optimalisasi sumberdaya merupakan pendekatan dalam pemanfaatan sumberdaya yang sesuai dengan kewenangan dan kapasitas pendanaan untuk tujuan pengembangan kawasan/wilayah melalui pembangunan infrastruktur.2.2.2. Proses Penyusunan RPI2-JM

Proses penyusunan RPI2-JM terdiri atas 6 (enam) tahap/langkah langkah utama yaitu sebagai berikut. 1. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah

Pada tahap ini dilakukan analisis arahan spasial yang merupakan hasil integrasi dari berbagai dokumen kebijakan spasial, yang menghasilkan arahan spasial pengembangan wilayah lima tahun ke depan, baik kawasan yang perlu di dorong maupun yang perlu dikendalikan pengembangannya, beserta rencana sistem jaringan infrastruktur pendukungnya.

2. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur

Pada tahap ini dilakukan analisis program infrastruktur yang merupakan hasil integrasi berbagai dokumen sistem perencanaan pembangunan yang menghasilkan prioritas program infrastruktur.

3. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur

Pada tahap ini dilakukan integrasi kedua hasil analisis tersebut di atas yang menghasilkan program pembangunan infrastruktur prioritas yang berbasis pada sasaran spasial.

4. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur

Pada tahap ini dilakukan penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek: fungsi, lokasi, waktu, dan ketersediaan anggaran sesuai sasaran pengembangan wilayahnya. Sinkronisasi program tersebut berupa sinkronisasi antarsektor pemerintah, antarsektor pusat dengan daerah, antara Pemerintah dengan pemda, antarpemda, dan antara pemerintah dengan masyarakat/dunia usaha. Sinkronisasi program ini menghasilkan program/kegiatan pembangunan infrastruktur yang dirinci berdasarkan kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana.

5. Penyusunan Sumber Pembiayaan Pembangunan

Pada tahap ini dilakukan analisis identifikasi bentuk atau wujud sumber pembiayaan pelaksanaan RPI2-JM yang menghasilkan sumber-sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur.

6. Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan.

Pada tahap ini dilakukan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM ke dalam penganggaran (publik) dan pembiayaan kerjasama (dengan swasta), serta pengawasan dan pengendalian pelaksanaannya.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dan uraian berikut ini. Gambar 2. 1 Proses Penyusunan RPI2-JM

Sumber: Pedoman RPI2JM

2.2.2.1. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah (Kotak 1)

Arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan upaya mengintegrasikan berbagai dokumen kebijakan spasial dalam ruang Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 1. Output: Integrasi arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dalam jangka menengah. 2. Input: dokumen kebijakan spasial.a. RTRWN;b. RTR Pulau Sumatera (Raperpres Edisi Terakhir/Draf terakhir);c. Perpres Nomor 87 Tahun 2011 Tentang RTR Kawasan Batam-Bintan-Karimun (BBK). d. Raperpres (edisi terakhir) Tentang RTR Kawasan Danau Toba. e. RTRW Provinsi: Sumatera Utara dan Kepulauan Riau. f. RTRW Kabupaten/Kota dalam lingkup Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.g. RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan operasionalisasi dari Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK, sehingga RTR yang telah disepakati dapat terwujud secara optimal.

3. Proses: Berdasarkan dokumen kebijakan spasial (Input), disusun integrasi Arahan Spasial Pengembangan Wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dengan menggunakan metode: Penyusunan Matriks dan superimpose (tumpang tindih peta), dengan langkah yang akan diuraikan dibawah ini (setelah uraian poin 5).4. Batasan: Penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK ini memiliki batasan yang harus diperhatikan, yaitu skala peta yang berbeda, dimana RTRWN memiliki skala peta 1:000.000, RTR Pulau memiliki skala peta 1:500.000, RTRW Provinsi memiliki skala peta 1:250.000, RTRW Kabupaten memiliki skala 1:50.000, RTRW Kota memiliki skala 1:25.000, RTR Kawasan Danau Toba dan RTR Kawasan BBK memiliki skala 1:50.000 (RTR KSN). Selain itu tidak semua infrastruktur memiliki hierarki dari nasional hingga kabupaten/kota, seperti infrastruktur sumber daya air, infrastruktur energi dan ketenagalistrikan, serta infrastruktur telekomunikasi. Dengan penyamaan skala peta, maka dapat dilakukan tumpang tindih peta.5. Prasyarat: Penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah ini memiliki prasyarat dimana dokumen yang diacu sebagai Input memiliki kekuatan hukum (dokumen legal). Selain itu, dalam penyusunan superimpose peta, perlu konsistensi kedalaman/skala peta. Mengingat RPI2-JM yang disusun yaitu RTR KSN, maka skala peta yang digunakan yaitu 1:50.000.Tahap penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 2. 2 Penyusunan Arahan Spasial Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK

2.2.2.2. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Kotak 2)

Program prioritas pembangunan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan upaya inventarisasi dan sintesis terhadap fokus program pembangunan infrastruktur prioritas, serta target tingkat pelayanan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

1) Output: Sintesis prioritas program pembangunan infrastruktur yang sinergis dari tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. 2) Input: Program pembangunan infrastruktur yang mengacu pada dokumen sistem perencanaan pembangunan yang berlaku, yaitu: RPJP/RPJM Nasional, Renstra Kementerian/Lembaga, MP3EI, RPJP/RPJM Provinsi, RPJP/RPJM Kabupaten/Kota, serta Renstra SKPD. 3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan inventarisasi dan integrasi/penggabungan fokus program prioritas pembangunan infrastruktur dan target pelayanannya di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 4) Batasan: Programprioritaspembangunaninfrastrukturinimemilikibeberapabatasan yang perludiperhatikan, antara lain yaitu:a. karakter infrastruktur unik/spesifik masing-masing infrastruktur;

b. tingkat pelayanan Infrastruktur terbatas dengan ukuran per 1000 jiwa dan km2; dan

c. adanya time-lag antara waktu pembangunan dengan waktu merasakan manfaatnya.

5) Prasyarat: Program prioritas pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat dimana dokumen yang diacu sebagai Input memiliki kekuatan hukum (dokumen legal). Selain itu, masing-masing infrastruktur memiliki hierarki yang berbeda, baik itu dalam mendukung fungsi nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota.

Tahap penyusunan program prioritas pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 2. 3 Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur

2.2.2.3. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Kotak 3)

Rencana terpadu pembangunan infrastruktur Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan upaya mengintegrasikan arahan spasial pengembangan wilayah (hasil tahap I) dengan program prioritas pembangunan infrastruktur (hasil tahap II) di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 1. Output: Rencana terpadu pembangunan infrastruktur jangka menengahdengan skenario tahunan, berbasis kewilayahan di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 2. Input: Arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK jangka menengah (Output dari tahap 1) dan Program prioritas pembangunan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBKjangka menengah (Output dari tahap 2).

3. Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan: Integrasi antara arahan spasial dengan program prioritas pembangunan infrastruktur antarsektor di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. Selanjutnya perlu dilakukan konfirmasi dan pembahasan/forum/rapat koordinasi antarsektor di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dan Pemerintah Daerah, untuk menyepakati rencana terpadu pembangunan infrastruktur.

4. Batasan: Program dan pengembangan infrastruktur belum sepenuhnya berbasis spasial.

5. Prasyarat: Penyusunan rencana terpadu pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat adanya kesesuaian periode waktu antara Rencana Tata Ruang Wilayah di wilayah provinsi, kabupaten/kota, dan kawasan strategis nasional Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK sebagai acuan spasial, dengan RPJP/RPJM Nasional, Renstra K/L, MP3EI, RPJP/RPJM Daerah Provinsi, RPJP/RPJM Daerah Kabupaten/Kota, Renstra SKPD sebagai acuan program prioritas pembangunan infrastruktur.

Tahap penyusunan rencana terpadu pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 2. 4 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur

2.2.2.4. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 4)

Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur merupakan upaya penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu. 1) Output: Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, maupun waktu pelaksanaan. Program/kegiatan tahunan tersebut yang dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana kerjasama.

2) Input: Rencana terpadu (program/kegiatan terpadu) pembangunan infrastruktur jangka menengah dengan skenario tahunan, berbasis kewilayahan di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. (Output dari tahap 3). 3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.a. Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur disusun melalui upaya penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur ditinjau dari aspek: (1) fungsi; (2) lokasi; dan (3) waktu pelaksanaan, sesuai tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah.

b. Penyusunan matriks sinkronisasi fungsi, lokasi dan waktu antarkegiatan/ program infrastruktur prioritas.c. Sinkronisasi antarsektor Pemerintah, antarsektor Pusat dengan Daerah, antara Pemerintah, Pemda, dan masyarakat/dunia usaha, melalui berbagai forum dan rapat kordinasi.Pembahasan/forum/rapat kordinasi antarsektor di Pusat, dan antarsektor di Daerah, untuk menyepakati rencana program investasi pembangunan infrastruktur.

d. Alat yang digunakan untuk membangun kesepakatan (Concensus Building) tersebut yaitu Focus Group Discussion (FGD/Diskusi Kelompok Terarah). Sebelum melakukan FGD, dilakukan kegiatan-kegiatan integrasi, sinkronisasi, dan konfirmasi/koordinasi dengan sektor baik di Pusat maupun di Daerah. Aspek-aspek penting dalam pelaksanaan FGD yaitu: stakeholders yang akan dilibatkan, lokasi FGD, dan Pelaksanaan FGD. 4) Batasan: Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur ini memiliki beberapa batasan, antara lain: terkait kemampuan keuangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, serta adanya aspirasi eksternal yang tidak terantisipasi.

5) Prasyarat: Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat harus mengacu pada beberapa aspek sinkronisasi yaitu: fungsi, lokasi, dan waktu, serta keseragaman tingkat kedetailan program infrastruktur.

Tahap penyusunan sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.Gambar 2. 5 Penyusunan Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur

2.2.2.5. Penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan (Kotak 5)

Pembiayaan penganggaran pembangunan merupakan upaya mengidentifikasi bentuk atau wujud pembiayaan penganggaran RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 1) Output: alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program investasi pembangunan infrastruktur, yang bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv) masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan.

2) Input:

a. Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaan (Output dari tahap IV).

b. Ketentuan Perpres No. 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Jenis Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan pihak swasta/badan usaha mencakup:

1. infrastruktur transportasi, meliputi pelabuhan laut, sungai atau danau, bandar udara, jaringan rel dan stasiun kereta api;

2. infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol;

3. infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;

4. infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum;

5. infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat pembuangan;

6. infrastruktur telekomunikasi, meliputi jaringan telekomunikasi;

7. infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, transmisi atau distribusi tenaga listrik; dan

8. infrastruktur minyak dan gas bumi meliputi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi, atau distribusi minyak dan gas bumi.

c. Ketentuan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang atau peraturan perundang-undangan tentang APBN/APBD.

3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.a. Identifikasi ketersediaan/kemampuan anggaran Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

b. Melakukan analisis demand dan supply pembiayaan pembangunan infrastruktur dengan melihat kemungkinan kemitraan dengan badan usaha dan masyarakat termasuk pendayagunaan sumber daya luar negeri.

c. Penyusunan matriks (tabel) pembiayaan program investasi pembangunan infrastruktur.4) Batasan: Penyusunan sumber pembiayaan penganggaran ini memiliki beberapa batasan, yaitu: (i) kelayakan pembiayaan sangat dinamis dalam fungsi waktu; dan (ii) tidak semua pembangunan infrastruktur diminati pihak swasta.

5) Prasyarat: Penyusunan sumber pembiayaan penganggaran ini memiliki prasyarat, yaitu: (i) tersedia sumber pembiayaan publik yang pasti, (ii) tersedianya sumber pembiayaan asing yang bisa diakses, dan (iii) tersedianya sumber pembiayaan swasta yang siap membiayai pembangunan infrastruktur.

Tahap penyusunan sumber pembiayaan penganggaran pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 2. 6 Penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan

2.2.2.6. Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan (Kotak 6)

Inisiasi pelaksanaan pembangunan merupakan upaya inisiasi pelaksanaan RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK ke dalam penganggaran publik tahunan, yaitu Kementerian/Lembaga, SKPD, atau pembiayaan kerjasama (dengan swasta).

1) Output: Prioritas pembangunan infrastruktur yang masuk dalam sistem penganggaran Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Pemerintah/Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah/Dokumen Anggaran Satuan Kerja pada Tahun Anggaran ke-n+1), serta rencana kerja bersama (dengan swasta) dalam dokumen formal dan mengikat.

2) Input:

a. Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaannya. Program tahunan tersebut dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana/pelaksana kerjasama (Output dari tahap V).

b. Alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program prioritas pembangunan infrastruktur, yang bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv) masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan ((Output dari tahap V).

3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.a. Pendampingan dalam sistem penganggaran pemerintah dan pembiayaan dengan swasta.b. Monitoring dan evaluasi terhadap konsistensi pelaksanaan program prioritas pembangunan infrastruktur berupa alokasi terhadap program/kegiatan (K/L) dengan komitmen terhadap RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. c. Pemberian tanda non-RPI2-JM terhadap program/kegiatan yang tidak sesuai antara dokumen RPI2-JM yang disusun dengan yang di dalam dokumen usulan anggaran, yang menunjukkan bahwa program tersebut belum direkomendasikan bersama (forum MUSRENBANG).

4) Batasan: Pelaksanaan pembangunan ini memiliki beberapa batasan yang perlu diperhatikan, yaitu: (i) keserasian waktu proses penganggaran dengan waktu pembahasan program bersama; dan (ii) asumsi konsistensi pelaksanaan RPI2-JM masuk dalam RKP/DIPA atau DASK TA n+1, dan/atau masuk dokumen Rencana Kerja.

5) Prasyarat: Pelaksanaan pembangunan ini memiliki prasyarat, yaitu bahwa dokumen pendukung (backup) lengkap, terutama kesepakatan antarpihak, dan komitmen bersama dengan swasta.

Tahap penyusunan Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan dapat dilihat pada Gambar berikut. Gambar 2. 7 Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan

2.2.3. Mekanisme Penyusunan RPIIJM

RPI2-JM untuk pembangunan infrastruktur merupakan program perencanaan yang disusun dan dilaksanakan pada tataran atau strata provinsi, kabupaten/kota, dan kawasan strategis. Dalam mendukung daerah untuk melaksanakan penyusunan RPI2-JM, Bappeda sebagai Leader atau Focal Point penyusunan RPI2-JM. Sedangkan Satgas RPI2-JM dalam ruang kabupaten/kota dibentuk oleh Bupati/Walikota yang terdiri atas dinas/instansi/lembaga terkait dengan pembangunan infrastruktur di daerah, dengan Bappenas/Bappeda sebagai Leader atau Focal Point penyusunan RPI2-JM untuk nasional dan daerah, dengan didukung seluruh kementerian dan lembaga atau dinas/satuan kerja pemerintah daerah terkait dengan pembangunan infrastruktur di pusat maupun di daerah.

Selain unsur daerah, unsur instansi pusat (kementerian dan lembaga), juga perlu diikutsertakan dalam penyusunannya, baik itu dalam tahap penyusunan rencana terpadu, sinkronisasi program, penyepakatan program, identifikasi sumber pembiayaan pembangunan, maupun dalam inisiasi pelaksanaan pembangunan. Tim pusat (kementerian/lembaga) beranggotakan instansi yang terkait dengan pengalokasian dana pembangunan infrastruktur, seperti Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Kementerian Dalam Negeri.

Pada penyusunan RPI2-JM yang merupakan dokumen daerah, setiap rencana dalam RPI2-JM tidak semua bisa langsung dilaksanakan sendiri, terutama dalam mengoptimalisasikan sumberdaya dalam pelaksanaan pembangunan, untuk itu diperlukan kesepakatan bersama antara pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat.

Untuk penyusunan RPI2-JM Provinsi, Tim Provinsi harus melakukan koordinasi dengan Tim Pusat, terutama dalam tahap penyusunan rencana terpadu, sinkronisasi program, penyepakatan program, identifikasi sumber pembiayaan pembangunan, serta dalam inisiasi pelaksanaan pembangunan. Sedangkan untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota, Tim Kabupaten/Kota harus berkoordinasi dengan Tim Provinsi dan Tim Pusat, terutama dalam tahap penyusunan rencana terpadu, sinkronisasi program, penyepakatan program, identifikasi sumber pembiayaan pembangunan, maupun dalam pelaksanaan pembangunan.

Dalam hal ini, peran Gubernur menjadi penting dimana Gubernur sebagai kepala daerah berperan sebagai koordinator pembangunan infrastruktur di daerah, baik di provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk selanjutnya, dokumen RPI2-JM ini akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan musrenbang.Dengan demikian, untuk menguatkan aspek legalitas, dokumen RPI2-JM yang telah disusun pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, sebagai dokumen daerah, harus disahkan oleh Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi, sekaligus koordinator pembangunan infrastruktur di daerah. Mekanisme dan Tata Cara Penyusunan RPI2-JM Untuk Pembangunan Infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 2. 8 Mekanisme dan Tata Cara Penyusunan RPI2-JM

Keterangan

Mekanisme RPI2-JM Kawasan Strategis Nasional;1) Melakukan inventarisasi kebijakan spasial dan kebijakan pembangunan infrastruktur mulai tingkat Nasional, kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta dilanjutkan analisis/kajian/ sintesa untuk mendapatkan arahan spasial dan prioritas program, dikordinasi oleh Kem. PPN/Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum cq. Ditjen Penataan Ruang.

2) Merumuskan rencana terpadu, dilaksanakan dan disepakati bersama oleh tim pusat kementerian dan lembaga terkait bidang infrastruktur serta dikordinasikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum cq. Ditjen Penataan Ruang

3) Melakukan sinkronisasi program investasi infrastruktur, dilakukan dan disepakati bersama oleh tim pusat kementerian dan lembaga terkait bidnag infrastruktur serta dikoordinasikan oleh Kem. PPN/Bappenas.

4) Melakukan identifikasi alternative sumber pembiayaan terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur, dikordinasikan oleh Kem PPN/Bappenas dengan Kem Keuangan, bersama kementerian dan lembaga yang terkait bidang infrastruktur

5) Pengesahan RPI2-JM dengan penandatanganan dokumen oleh Menteri PPN/Ketua Bappenas, dan para Menteri yang bertanggung-jawab di bidang infrastruktur terkait.

6) Inisiasi pelaksanaan pembangunan infrastruktur berupa monitoring dan evaluasi terhadap perwujudan dalam program anggaran kementerian dan lembaga terkait bidang infrastruktur, dilakukan oleh Kem. PPN/Bappenas.2.2.4. Pendekatan Spasial Keruangan Kawasan BBK dan Kawasan DANTOB2.2.4.1. Arahan Rencana Tata Ruang Nasional Terkait Kawasan BBK Dan DANTOBKawasan Strategis Nasional adalah adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional meliputi:

a. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;

b. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;

c. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;

d. D.pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

e. Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;

f. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dan

g. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.

Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 lampiran X, Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional.

Kawasan Danau Toba (Provinsi Sumatera Utara) ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional dengan sudut kepentingan lingkungan hidup dengan fokus untuk rehabilitasi/revitalisasi kawasan. Adapun strategi untuk sudut kepentingan lingkungan hidup yaitu:

a) Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;

b) Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

c) Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

d) Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;e) mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan

f) merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

Kawasan Batam, Bintan, Karimun (Provinsi Kepulauan Riau) ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional dengan sudut kepentingan ekonomi dengan fokus untuk pengembangan/peningkatan kualitas kawasan. Adapun strategi kawasan strategis nasional dengna sudut kepentingan ekonomi nasional meliputi:

a) Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

b) Menciptakan iklim investasi yang kondusif;

c) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;

d) Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

e) Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

f) Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

2.2.4.2. Arahan Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera

B.1 Peran dan Fungsi RTR Pulau Sumatera

Peran RTR Pulau Sumatera meliputi:

(1) Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berperan sebagai perangkat operasional dari RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau Sumatera

(2) Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera tidak dapat digunakan sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang

Adapun fungsi Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera sebagai pedoman untuk:

a) penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sumatera;

b) perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, dan kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Pulau Sumatera;

c) pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera;

d) penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sumatera; dan

e) penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sumatera.

B.1.1 Tujuan Penataan Ruang Pulau Sumatera

Penataan ruang Pulau Sumatera bertujuan untuk mewujudkan:

a. Pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan serta pertambangan yang berkelanjutan;

b. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional;

c. kemandirian energi dan lumbung energi untuk ketenagalistrikan;

d. Pusat industri yang berdaya saing;

e. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya, dan ilmu pengetahuan serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exibition /MICE);f. kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan paling sedikit 40 (empat puluh) persen dari Luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;

g. kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah;

h. Kawasan perkotaan yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;

i. Pusat pertumbuhan baru di pesisir Barat dan wilayah pesisisr Timur Pulau Sumatera

j. Jaringan Transportasi antar moda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan

k. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup.

B.1.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sumatera

Kebijakan dan strategi penataan ruang Pulau Sumatera seperti diuraikan dibawah ini:

(1) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan secara seimbang di Bagian Barat dan Bagian Timur Pulau Sumatera dilakukan melalui:

a. pengembangan pusat pertumbuhan berbasis agrobisnis perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau;

b. pengembangan pusat pertumbuhan kelautan dan sentra produksi perikanan darat; dan

c. pengembangan pusat pertumbuhan berbasis pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi.

(1).1 Strategi pengembangan pusat pertumbuhan berbasis agrobisnis perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau meliputi:

a. mengembangkan kawasan agrobisnis perkebunan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan

b. mengembangkan industri pengolahan yang ramah lingkungan.

(1).2 Strategi pengembangan pusat pertumbuhan kelautan dan perikanan darat meliputi:

a. mengembangkan keterkaitan antara kota-kota pusat pertumbuhan minapolitan dengan kota-kota PKN, PKW, dan PKSN;

b. mengembangkan kawasan peruntukan perikanan laut dengan memperhatikan potensi lestarinya; dan

c. mengembangkan pusat industri pengolahan dan/atau pemasaran hasil kelautan dan perikanan darat yang ramah lingkungan.

(1).3 Strategi pengembangan pusat pertumbuhan berbasis pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi meliputi:

a. mengembangkan kawasan pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi dengan memelihara kelestarian sumber daya alam dan meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan; dan

b. mengembangkan pusat industri pengolahan hasil kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan.

(2) Kebijakan untuk menciptakan kemandirian energi dan lumbung energi dilakukan melalui:

a. pengembangan energi berbasis sumber daya alam dan energi baru terbarukan; danb. pengembangan sistem transmisi interkoneksi.(2).1. Strategi pengembangan energi berbasis sumber daya alam dan energi baru terbarukan dilakukan dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga air, panas bumi, matahari, dan angin dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung; dan

(2).2. Strategi pengembangan sistem transmisi interkoneksi meliputi:

c. mengembangkan interkoneksi seluruh Pulau Sumatera; dand. mengembangkan interkoneksi antarpulau Sumatera dengan Jawa.

(3) Kebijakan untuk menciptakan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional dilakukan melalui:

e. pelestarian kawasan pertanian pangan sawah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi; dan

f. penetapan dan pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan.

(3).1. Strategi pelestarian kawasan pertanian pangan sawah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi meliputi: a. mempertahankan luasan kawasan pertanian pangan beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi;

b. memelihara prasarana sumber daya air; dan

c. mengendalikan alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah beririgasi menjadi non sawah.(3).2. Strategi penetapan dan pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi:

a. menetapkan dan mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan kriteria, persyaratan, dan tata cara penetapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. mengembangkan kawasan pertanian pangan sesuai kesesuaian lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan; dan

c. mengelola sungai, waduk, dan jaringan irigasi dalam rangka konservasi air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

(4) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan pariwisata berdaya saing internasional di wilayah Bagian Barat dan Bagian Timur Sumatera dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya, alam, dan meeting-incentive-convention-exhibition.(4).1. Strategi pengembangan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya, alam, dan meeting-incentive-convention-exhibition meliputi:

a. mengembangkan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya;

b. mengembangkan kawasan pariwisata berbasis potensi alam wisata unggulan; dan

c. mengembangkan pusat pariwisata berbasis meeting-incentive-convention-exhibition.

(5) Kebijakan untuk mewujudkan pusat industri pengolahan berbasis daya saing global dilakukan melalui:

g. pengembangan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi; dan

h. pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan utama.

(5).1 Strategi pengembangan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi meliputi:

a. mengembangkan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi yang ramah lingkungan; dan

b. mengembangkan klaster-klaster industri kreatif berbasis keunikan budaya dan alam.

(5).2 Strategi pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan utama dilakukan dengan mengembangkan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan utama di Pulau Sumatera mulai dari Sabang sampai Bakauheni menuju Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun sebagai koridor ekonomi Sumatera Bagian Timur.(6) Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan paling sedikit 40 (empat puluh) persen dilakukan melalui penataan, pelaksanaan restorasi, serta pengendalian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung.

(6).1 Strategi penataan, pelaksanaan restorasi, serta pengendalian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung meliputi:

a. mempertahankan fungsi kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung, serta merestorasi kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung yang telah terdegradasi;

b. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan dan budi daya non hutan yang dekat dengan kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung; c. menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat yang berada di kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung; dan

d. mendorong peran masyarakat untuk mendapatkan manfaat jasa lingkungan sebagai upaya pelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung.

(7) Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah dilakukan melalui:

a. pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati hutan tropis basah; dan

b. pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi.

(7).1 Strategi pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati hutan tropis basah a meliputi:

a. melestarikan kawasan konservasi keanekaragaman hayati hutan tropis basah; dan

b. mengembangkan pusat penelitian keanekaragaman hayati hutan tropis basah.

(7).2Strategi pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi meliputi:

a. menetapkan koridor ekosistem antar kawasan suaka alam dan pelestarian alam;

b. mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya yang dilintasi koridor ekosistem;

c. melarang keberadaan dan pengembangan kawasan permukiman yang dilintasi koridor ekosistem; dan

d. mengembangkan infrastruktur hijau yang dilintasi koridor ekosistem.

(8) Kebijakan untuk melaksanakan pengendalian perkembangan kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, dan kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf h dilakukan melalui:

a. pengendalian perkembangan kawasan terbangun di kawasan metropolitan dan perkotaan besar; dan

b. pengendalian kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.

(8).1Strategi pengendalian perkembangan kawasan terbangun kawasan metropolitan dan perkotaan besar meliputi:

a. mengendalikan perkembangan kawasan terbangun kawasan metropolitan dan perkotaan besar yang kompak, vertikal, hemat energi dan sumberdaya, serta memanfaatkan teknologi lingkungan; dan

b. mengendalikan perkembangan kawasan metropolitan dan perkotaan besar yang berdekatan dengan kawasan lindung.

(8).2Strategi pengendalian kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana meliputi:

a. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah pesisir Barat dan pesisir Selatan Pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya yang rawan bencana tsunami dan gempa bumi;

b. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah tengah Pulau Sumatera yang rawan tanah longsor, gempa bumi, dan rawan letusan gunung berapi;

c. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan terutama di wilayah Timur Pulau Sumatera yang rawan banjir;

d. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah pesisir Pulau Sumatera yang rawan gelombang pasang;

e. mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan dengan fasilitas jalur evakuasi bencana; dan

f. menetapkan standar bangunan dan jalur evakuasi yang disesuaikan dengan jenis dan potensi ancaman bencana.

(9) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan di pesisir Timur dan pesisir Barat Pulau Sumatera sebagai pusat pertumbuhan baru dilakukan melalui pengembangan kawasan perkotaan berbasis sumber daya alam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

(9).1Strategi pengembangan kawasan perkotaan berbasis sumber daya alam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi:

a. mengembangkan kota-kota pusat pertumbuhan agropolitan, minapolitan, dan pertambangan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah;

b. mengembangkan keterkaitan antara PKL dengan kota-kota PKN dan PKW; dan

c. mengintegrasikan PKN dan PKW dengan pusat pertumbuhan global.

(10) Kebijakan untuk mewujudkan akses pelayanan infrastruktur antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi dengan memperhatikan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana dilakukan melalui:

a. pengembangan dan pemantapan akses infrastruktur transportasi antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi; dan

b. pengembangan dan peningkatan infrastruktur energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana perkotaan di wilayah yang terisolasi.

(10).1Strategi pengembangan dan pemantapan akses infrastruktur transportasi antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi meliputi:

a. mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan;

b. mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta angkutan sungai dan penyeberangan yang menghubungkan pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut; dan

c. mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat, laut, dan/atau udara dari dan ke wilayah yang terisolasi.

(10).2Strategi pengembangan dan peningkatan infrastruktur energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana perkotaan di wilayah yang terisolasi meliputi:

a. mengembangkan infrastruktur energi, telekomunikasi, dan sumber daya air sesuai karakteristik dan potensi wilayah; dan

b. meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana perkotaan.

(11) Kebijakan untuk mempercepat pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan (security) negara, kesejahteraan masyarakat (prosperity), dan kelestarian lingkungan hidup (sustainability) meliputi:

a. percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai kawasan pertahanan dan keamanan negara dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup; dan

b. penegasan dan pertahanan eksistensi pulau-pulau kecil terluar sebagai Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.

(11).1Strategi percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai kawasan pertahanan dan keamanan negara dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup meliputi:

a. mengembangkan dan meningkatkan fungsi pertahanan dan keamanan negara di kawasan perbatasan negara;

b. mengembangkan dan mempertahankan kawasan konservasi pada kawasan perbatasan negara;

c. meningkatkan pelayanan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan negara;

d. mengembangkan kawasan pengembangan ekonomi yang berdaya saing;

e. mengembangkan kawasan budi daya berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan; dan

f. mengembangkan PKSN sebagai pusat pengembangan kawasan perbatasan dan pintu gerbang negara.

(11).2Strategi penegasan dan pemertahanan eksistensi pulau-pulau kecil terluar sebagai Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia meliputi:

a. mengembangkan area titik referensi dasar laut sebagai garis batas delimitasi perbatasan negara;

b. membangun dan memelihara mercu suar sebagai penanda dan navigasi pelayaran;

c. mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan yang dapat meningkatkan akses ke pulau-pulau kecil terluar;

d. menyediakan kebutuhan air baku untuk pulau-pulau kecil terluar;

e. mendorong pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mencukupi kebutuhan di pulau yang bersangkutan; dan

f. mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi.

Gambar 2. 9 Peta Rencana Struktur Pulau SumateraGambar 2. 10 Peta Rencana Pola Ruang Sumatera

2.2.4.3. Identifikasi Arahan Spasial

Identifikasi awal penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah dalam penyusunan RPI2-JM Wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun yang akan dikemukakan dibawah ini yaitu Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun-Bali, Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang dan Indikasi Program Utama Jangka Menengah I dan II yang bersumber dari Peraturan Presiden No 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Rancangan Peraturan Presiden Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba. Dari Identifikasi Awal tersebut akan dapat dikenali mengenai peran dan fungsi wilayah, kawasan/wilayah yang perlu didorong pengembangannya, serta kawasan/wilayah yang perlu dikendalikan perkembangannya. Materi yang dibahas diarahkan pada Rencana dan Program di Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun, sesuai dengan lingkup pekerjaan ini.2.2.4.3.1. RTR Kawasan Danau Toba

Danau Toba juga merupakan salah satu KSN yang terdapat di dalam RTRWN dengan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yaitu merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air, yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara karena rawan bencana vulkanik. Selain itu, Kawasan Danau Toba juga memiliki kepentingan sosial dan budaya, karena merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional dan merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan. Secara administratif Kawasan Danau Toba berada di Provinsi Sumatera Utara dan secara geografis terletak di antara koordinat 210300 Lintang Utara dan 9824 Bujur Timur. Kawasan Danau Toba merupakan kawasan yang berada di sekitar Danau Toba dengan deliniasi batas kawasan didasarkan atas Delineasi Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) yang memiliki luas sekitar 369.854 Ha. Kawasan ini meliputi tujuh kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Arahan yang terdapat di dalam Raperpres ini antara lain menjadikan Kawasan Danau Toba menjadi tujuan wisata internasional dan nasional, terjaganya ekosistem danau Toba secara berkelanjutan, menjadikan Danau Toba sebagai sumber air kehidupan Aek Natio yang berkelanjutan bagi masyarakat, pelestarian Suku Batak dan Kampung Adat Masyarakat Suku Batak, keterkaitan antar wilayah yang semakin intentif dengan terjalinnya kerjasama antar wilayah yang saling menguntungkan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan swasembada pangan yang berkelanjutan.

2.2.4.3.2. Tujuan RTR Kawasan Danau Toba

Adapun tujuan penyelenggaraan penataan ruang di kawasan Danau Toba ini meliputi:

1. Terwujudnya Kawasan Danau Toba sebagai daerah tujuan wisata internasional dan nasional;

2. Terwujudnya Danau Toba sebagai sumber air kehidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat;

3. Terwujudnya ekosistem danau yang berkelanjutan;

4. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan swasembada pangan yang berkeanjutan;

5. Terwujudnya kelestarian kampung masyarakat adat dan budaya suku bangsa Batak; serta

6. Terwujudnya kerjasama antar wilayah yang saling menguntungkan.2.2.4.3.3. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang RTR Kawasan Danau Toba

1. Kebijakan untuk perwujudan Danau Toba dapat berfungsi sebagai sumber air kehidupan (Aek Natio) yang berkelanjutan bagi masyarakat dilakukan melalui:

a. Pemertahanan kestabilan kuantitas air Danau Toba; danb. Pemulihan kualitas air Danau Toba sebagai sumber air kehidupan.1.1. Strategi untuk Pemertahanan kestabilan kuantitas air Danau Toba dilakukan melalui:

a. mempertahankan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang bervegetasi hutan pada Daerah Tangkapan Air dan cekungan air tanah;b. merehabilitasi kawasan lindung dan kawasan budidaya hutan yang terdegradasi;

c. mengendalikan perkembangan kawasan budidaya non hutan pada kawasan dengan kelerengan terjal dan rawan erosi; dan

d. Mengendalikan pengembangan kawasan sekitar danau untuk mengurangi laju sedimentasi melalui pengembangan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di kawasan sekitar danau yang dapat mengurangi laju sedimentasi.

1.2. Strategi untuk Pemulihan kualitas air Danau Toba sebagai sumber air kehidupan dilakukan melalui:

a. mengendalikan kegiatan budidaya pertanian lahan basah dan lahan kering yang dapat merusak kualitas air danau dengan menerapkan pertanian yang ramah lingkungan;b. mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya perikanan/keramba jaring apung dengan menerapkan budidaya perikanan yang ramah lingkungan;c. Mengendalikan pengembangan kegiatan budidaya perikanan pada lingkungan perairan yang telah tercemar berat dan berdekatan dengan kawasan wisata tirta;d. mengendalikan kegiatan budidaya peternakan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;e. mengembangkan instalasi pengolahan air limbah domestik pada kawasan permukiman dan kawasan pariwisata;f. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan tanah diatom yang berfungsi sebagai filter kejernihan air Danau Toba; dang. mengembangkan kawasan untuk pemrosesan akhir sampah secara terpadu dengan system sanitary landfill.

2. Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan pariwisata dengan daya tarik keindahan panorama Danau dilakukan melalui:

a. Pengembangan potensi dan daya tarik wisata dan fasilitas wisata;b. Pengembangan prasarana dan sarana umum pendukung kegiatan pariwisata; danc. Pengembangan aksesibilitas untuk sistem jaringan transportasi guna mendukung pergerakan wisatawan.2.1 Strategi untuk Pengembangan potensi dan daya tarik wisata dan fasilitas wisata meliputi:

a. mengembangkan kawasan wisata dengan daya tarik seni dan budaya berupa tarian, upacara adat, kerajian tangan, ukiran serta tenun tradisional ulos batak yang ramah lingkungan

b. melestarikan kawasan yang memiliki keanekaragaman cagar budaya antara lain berupa kawasan kampung masyarakat adat serta mengembangkan fungsi dan daya tarik wisata; dan

c. mengembangkan dan merevitalisasi fungsi kawasan wisata rohani;

d. mengembangkan daya tarik wisata panorama danau serta merehabilitas fungsi kawasan wisata panorama danau;

e. mengembangkan fasilitas pendukung kawasan wisata panorama danau berupa fasilitas penyelenggaraan MICE dan cable car dengan tetap memperhatikan jenis dan karakter bencana;

f. menetapkan dan mengembangkan pengelolaan situs geologi sebagai warisan sejarah Super Volcano Toba berupa pengembangan pusat informasi/etalase geopark;

g. mengendalikan kawasan sekitar situs geologi dari kegiatan budidaya yang berpotensi mengancam kerusakan situs;

h. mengembangkan dan merevitalisasi kawasan wisata tirta yang didukung oleh sarana dan prasarana; dan

i. mengembangkan fasilitas pendukung kegiatan wisata bagi wisatawan domestik dan internasional berupa restoran, akomodasi, serta pusat jasa dan informasi.

2.2 Strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana umum pendukung kegiatan pariwisatameliputi:

a. mengembangkan instalasi sistem jaringan air minum dan distribusi air minum sesuai baku mutu air minum;

b. memantapkan dan mengembangkan system jaringan telekomunikasi berbasis jaringan terrestrial dan/atau jaringan satelit;

c. memantapkan dan mengembangkan prasana dan sarana energi listrik berbasis energi terbarukan tenaga air, angin, dan panas bumi untuk mendukung interkoneksi di kawasan Danau Toba;

d. mengembangkan prasarana dan sarana pendukung sistem pengeolahan limbah padat dan cair; dan

e. mengembangkan fasilitas umum berupa fasilitas keamanan, perbankan, dan rumah ibadah.

2.3 Strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana umum pendukung kegiatan pariwisatameliputi:

a. Mengembangkan dan memantapkan jaringan jalan lingkar dalam Pulau Samosir dan jaringan jalan Ring Road Danau Toba di Sisi Pulau Sumatera yang mendukung kegiatan pariwisata danau dengan tetap memperhatikan jenis dan karakteristik bencana

b. mempercepat perwujudan pengembangan jaringan jalan bebas hambatan yang mendukung kegiatan wisata;

c. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi Pelabuhan Danau yang mendukung kegiatan wisata didukung Angkutan Danau modern yang ramah lingkungan;

d. mendorong pengembangan dan peningkatan fungsi bandara silangit yang terintegrasi dengan destinasi wisata di Pulau Sumatera; dan

e. Mengembangkan jaringan jalan untuk mendukung pintu masuk menuju kawasan Danau Toba dari Medan, Tanjung Balai, Pekanbaru, Padang, dan Aceh.

3. Kebijakan untuk mewujudkan kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan yang menjamin ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi wilayah, serta mendukung kegiatan pariwisata dilakukan melalui:

a. Pemertahanan dan pengembangan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan yang ramah lingkungan;

b. Pengembangan kawasan budidaya perikanan yang ramah lingkungan;

c. Pengembangan kawasan budidaya pertanian hortikultura unggulan dan kawasan budidaya perkebunan; dan

d. Pengembangan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan perikanan.

3.1 Strategi untuk pemertahanan dan pengembangan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan yang ramah lingkungan meliputi:

a. mempertahankan luasan kawasan pertanian tanaman pangan beririgasi dan non irigasi;

b. Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan yang ramah lingkungan;

c. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian terasering pada lahan dengan kemiringan terjal;

d. mengendalikan alih fungsi pertanian pangan.

3.2 Strategi untuk mengelola kawasan budidaya perikanan yang ramah lingkungan meliputi:

a. mengelola kawasan budidaya perikanan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;

b. Menetapkan kawasan budidaya perikanan pada lingkungan perairan yang memiliki kualitas air tidak tercemar berat;

c. mengembangkan prasarana dan sarana pendukung budidaya perikanan dengan menerapkan konsep minapolitan

3.3 Strategi untuk Pengembangan kawasan budidaya pertanian hortikultura unggulan dan kawasan budidaya perkebunan meliputi:

a. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian hortikultura unggulan menurut kesesuaian lahan yang didukung industri pengolahan;

b. mengembangkan kawasan perkebunan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang didukung industri pengolahan; dan

c. mengembangkan kawasan peruntukan perkebunan pada kawasan yang kurang produktif berdasarkan kesesuaian lahan serta kelayakan lahan.

3.4 Strategi untuk Pengembangan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan perikanan meliputi:

a. mengembangkan dan memelihara jaringan irigasi teknis;

b. mengembangkan pusat penelitian tanaman pangan, hortikultura unggulan, perkebunan, dan perikanan;

c. mengembangkan pusat distribusi hasil kegiatan pertanian, tanaman hortikultura, perkebunan, serta perikanan;4. Kebijakan untuk mewujudkan pelestarian ekosistem Danau Toba secara berkelanjutan dilakukan melalui:

a. pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna endemik;

b. pengembangan pengelolaan kawasan sempadan danau dalam rangka untuk konservasi danau; dan

c. pelestarian kawasan konservasi guna kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

4.1 Strategi untuk pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna endemik meliputi:

a. meningkatkan fungsi kawasan berupa pusat arboretum sebagai tempat populasi flora endemik antara lain Anggrek Toba, Andaliman, dan Kantung Semar untuk menjamin kelestarian;

b. meningkatkan fungsi kawasan tempat populasi fauna endemik antara lain Ikan Batak untuk menjamin kelestarian serta sesuai ekosistem.

4.2 Strategi untuk pengembangan pengelolaan kawasan sempadan danau dalam rangka untuk konservasi danau meliputi:

a. Mengendalikan kawasan permukiman pada kawasan sempadan danau untuk perlindungan ekosistem perairan danau; dan

b. Mengembangkan green belt / sabuk hijau berupa tanaman keras pada kawasan sempadan danau.

4.3 Strategi untuk pelestarian kawasan konservasi guna kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya meliputi:

a. menetapkan pengaturan aturan zonasi pada kawasan bernilai konservasi tinggi; dan

b. melestarikan dan merehabilitasi antara lain cagar alam dan taman wisata alam yang telah terdegradasi.

5. Kebijakan untuk kelestarian kampung sebagai identitas keberadaan masyarakat adat dilakukan melalui:

a. pelestarian kawasan kampung masyarakat adat batak yang bernilai budaya tinggi; dan

b. peningkatan Fasilitas umum pendukung kepentingan kelestarian kampung masyarakat adat.

5.1 Strategi untuk pelestarian kawasan kampung masyarakat adat batak yang bernilai budaya tinggi meliputi:

a. mempertahankan keberadaan kawasan kampung adat dengan tetap mempertahankan kearifan lokal;

b. mengendalikan perkembangan kawasan kampung adat pada kawasan hutan lindung dan/atau pada sempadan danau serta mendorong pengelolaan kawasan konservasi dan hutan lindung untuk memperoleh manfaat jasa lingkungan; dan

c. mengembangkan fasilitas umum seperti kantor pemerintah, rumah sakit, pasar, dan sekolah dengan mengutamakan pelestarian langgam arsitektur adat batak.

5.2 Strategi untuk Peningkatan Fasilitas umum pendukung kepentingan kelestarian kampung masyarakat adat meliputi:

a. mengembangkan dan meningkatkan fasilitas kesehatan dengan dukungan tenaga medis;

b. mengembangkan dan meningkatkan fasilitas pendidikan dengan dukungan tenaga pengajar; dan

c. mengembangkan dan meningkatkan fasilitas sanitasi dan kebersihan;

d. mengembangkan pusat pendidikan untuk mendukung kegiatan pariwisata dan kesehatan.

6. Kebijakan untuk kerja sama yang handal dalam pengelolaan sistem jaringan transportasi, lingkungan hidup, serta pemanfaatan ruang guna mendukung keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan kawasan dilakukan melalui:

a. pengembangan dan Pemantapan perwujudan sistem jaringan transportasi yang terpadu dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah;b. pemantapan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah; danc. pemantapan pengembangan kegiatan budidaya guna mendukung keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan kawasan dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah.

6.1 Strategi untuk Pengembangan dan Pemantapan perwujudan sistem jaringan transportasi yang terpadu dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah meliputi:

a. memantapkan jaringan jalan lingkar luar Danau Toba guna meningkatkan keterkaitan dan mendorong ekonomi antarwilayah;

b. mengembangkan jaringan transportasi danau untuk mendukung keterkaitan antarwilayah;

c. mengembangkan jaringan lalu lintas dan sistem angkutan jalan antarwilayah untuk mendukung pergerakan orang dan barang; dan

d. mengembangkan jaringan transportasi udara untuk mendukung keterkaitan antarwilayah.

6.2 Strategi untuk Pemantapan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah dilakukan melalui:

a. merehabilitasi kawasan berfungsi lindung mulai dari wilayah hulu hingga hilir daerah aliran sungai dengan mengarusutamakan kerjasama antarwilayah;

b. mengendalikan pengelolaan wilayah perairan Danau Toba guna menanggulangi pencemaran perairan danau dan sedimentasi dengan mengarusutamakan kerjasama antarwilayah; dan

c. mengendalikan pengelolaan DAS guna mencegah terjadinya pencemaran perairan dengan mengarusutamakan kerjasama antarwilayah.

6.3 Strategi untuk pemantapan pengembangan kegiatan budidaya guna mendukung keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan kawasan dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah meliputi:

a. memantapkan kawasan peruntukan pariwisata sebagai satu kesatuan tujuan wisata melalui kerjasama antarkabupaten; dan

b. mengembangkan pintu-pintu masuk menuju kawasan wisata Danau Toba melalui kerjasama antarkabupaten

2.2.4.3.4. Kawasan Batam-Bintan-Karimun

Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun yang selanjutnya disebut Kawasan BBK adalah satu kesatuan kawasan yang terdiri atas sebagian wilayah Kota Batam, sebagian wilayah Kabupaten Bintan, sebagian wilayah Kota Tanjungpinang, sebagian wilayah Kabupaten Karimun, dan sebagian wilayah perairan di Selat Jodoh, Selat Malaka, dan Selat Singapura.

Rencana Tata Ruang Kawasan BBK berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan BBK. Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, BIntan, Karimun berfungsi sebagai pedoman untuk:

a. penyusunan rencana pembangunan di Kawasan BBK;

b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan BBK;

c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan BBK;

d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan BBK;e. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan BBK;

f. pengelolaan Kawasan BBK; dan

g. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan BBK dengan kawasan sekitarnya.

Kawasan Batam, Bintan, Karimun mencakup 26 (dua puluh enam) kecamatan yang terdiri atas:

a) sebagian wilayah Kota Batam yang mencakup 12 (dua belas) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Batu Aji, sebagian Kecamatan Sekupang, sebagian Kecamatan Batu Ampar, sebagian Kecamatan Bengkong, sebagian Kecamatan Batam Kota, sebagian Kecamatan Lubuk Baja, sebagian Kecamatan Nongsa, sebagian Kecamatan Sei Beduk, sebagian Kecamatan Sagulung, sebagian Kecamatan Bulang, sebagian Kecamatan Galang, dan sebagian Kecamatan Belakang Padang.b) sebagian wilayah Kabupaten Bintan yang mencakup 7 (tujuh) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Seri Kuala Lobam, sebagian Kecamatan Bintan Utara, sebagian Kecamatan Teluk Sebong, sebagian Kecamatan Teluk Bintan, sebagian Kecamatan Toapaya, sebagian Kecamatan Gunung Kijang, dan sebagian Kecamatan Bintan Timur;

c) sebagian wilayah Kota Tanjungpinang yang mencakup 4 (empat) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Bukit Bestari, sebagian Kecamatan Tanjungpinang Barat, seluruh Kecamatan Tanjungpinang Timur, dan sebagian Kecamatan Tanjungpinang Kota; dan d) sebagian wilayah Kabupaten Karimun yang mencakup 3 (tiga) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Meral, sebagian Kecamatan Tebing, dan sebagian Kecamatan Karimun.e) Selain wilayah daratan, Kawasan Batam Bintan Karimun juga meliputi juga meliputi sebagian wilayah perairan di Selat Jodoh, Selat Malaka, dan Selat Singapura sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.4.3.5. Tujuan RTR Kawasan Batam, Bintan, Karimun

a) Kawasan BBK yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

b) penyelenggaraan fungsi-fungsi perekonomian yang bersifat khusus dan berdaya saing pada Kawasan BBK sebagai KPBPB dalam mendukung perwujudan koridor ekonomi Pulau Sumatera;

c) pemantapan dan peningkatan fungsi pertahanan dan keamanan negara pada Kawasan BBK sebagai kawasan perbatasan negara; dan

d) peningkatan fungsi pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup sebagai satu kesatuan ekosistem kepulauan.2.2.4.3.6. Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Batam, Bintan, Karimun

Kebijakan penataan ruang kawasan Batam, Bintan, Karimun meliputi;

A. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya;

B. peningkatan pelayanan pusat kegiatan Kawasan BBK yang merata dan berhierarki;

C. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh kawasan;

D. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan berdaya saing dalam perekonomian internasional untuk mendukung perwujudan koridor ekonomi Pulau Sumatera;

E. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara;

F. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan

G. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

2.2.4.3.7. Strategi Penataan Ruang Kawasan Batam, Bintan, Karimun

A. Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budidaya terdiri atas:

a) menetapkan kawasan budi daya dan memanfaatkan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pengembangan wilayah;

b) mengembangkan kegiatan ekonomi unggulan yang meliputi perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan perikanan beserta prasarananya secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian Kawasan BBK dan kawasan sekitarnya;

c) mengembangkan kegiatan terkait dalam aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;

d) mengembangkan pulau-pulau kecil beserta perairannya dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan skala ekonomi Kawasan BBK; dan

e) mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di wilayah perairan Indonesia

B. Strategi peningkatan pelayanan pusat kegiatan Kawasan BBK yang merata dan berhierarki terdiri atas:

a) meningkatkan keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan KPBPB dengan pusatpusat kegiatan di negara tetangga, antarpusat-pusat kegiatan di dalam KPBPB, dan keterkaitannya dengan pusat kegiatan di kawasan sekitarnya;

b) mempertahankan fungsi pusat-pusat kegiatan yang sudah ada secara optimal;

c) mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang berkembang tidak sesuai dengan fungsi dan panduan rancang perkotaan; dan

d) mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru di Kawasan BBK.

C. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh kawasan terdiri atas:a) meningkatkan dan memantapkan kualitas jaringan prasarana transportasi darat, laut, dan udara;

b) mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara, serta keterpaduan intramoda dan antarmoda;

c) meningkatkan kualitas jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tidak terbarukan;

d) mengoptimalkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik, minyak, dan gas bumi;

e) mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi dan mewujudkan keterpaduan jaringan telekomunikasi antarnegara;

f) meningkatkan kualitas jaringan prasarana sumber daya air, mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air, mempercepat konservasi sumber air, dan meningkatkan pengendalian daya rusak air; dan

g) meningkatkan kualitas penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang meliputi air minum, air limbah, drainase, persampahan, RTH dan ruang terbuka non hijau, jalur sepeda dan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, serta jalur dan ruang evakuasi bencana

D. Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan berdaya saing dalam perekonomian internasional untuk mendukung perwujudan koridor ekonomi Pulau Sumatera terdiri atas:

a) mengembangkan pusat-pusat kegiatan ekonomi dalam kerangka kerja sama ekonomi sub regional segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura (Indonesia-Malaysia-Singapore Growth-Triangle);

b) menciptakan iklim investasi yang kondusif pada bidang perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan perikanan;

c) mengelola pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung kawasan serta memulihkan kembali fungsi kawasan bagi kegiatan-kegiatan yang izin pemanfaatannya telah berakhir.d) meningkatkan promosi peluang investasi yang menciptakan banyak lapangan kerja; dan

e) meningkatkan pelayanan penunjang kegiatan ekonomi dalam rangka mendukung perwujudan koridor ekonomi Pulau Sumatera

E. Strategi peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara terdiri atas:

a. menetapkan kawasan pertahanan dan keamanan negara;

b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara; dan

c. mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan pertahanan dan keamanan negara dengan kawasan budi daya terbangun di sekitarnya.

F. Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan atas:

a) menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing kawasan budi daya sesuai dengan karakteristiknya;

b) membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;

c) mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak di kawasan perkotaan;

d. membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan tangkapan air dan pulau-pulau kecil untuk mempertahankan ketersediaan sumber air;

e. meningkatkan kualitas dan akuntabilitas sistem perizinan;

f. memberikan insentif bagi kegiatan yang dapat memberikan manfaat besar bagi pengembangan fungsi kawasan dan disinsentif bagi kegiatan yang dapat mengakibatkan kerugian atau gangguan bagi fungsi kawasan; dan

g. melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi dan peruntukan kawasan.

G. Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:

a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;

b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Pulau Bintan, Pulau Karimun, dan Pulau Karimun Anak untuk menjaga keberlanjutan ekosistemnya;

c) mewujudkan RTH termasuk kawasan yang berfungsi lindung dalam kawasan perkotaan dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan di wilayah Kota Batam dan Kota Tanjungpinang;

d) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;

e) mengembangkan kerja sama antarnegara dan antarorganisasi internasional dalam meningkatkan fungsi lindung di laut;

f) mewajibkan Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam rangka penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup di Kawasan BBK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; g. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan

g) hidup terutama kawasan tangka