metodologi berpikir sukarno

Upload: arimbilaraswati

Post on 15-Jul-2015

560 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Didiek Poernomo Metodologi Berpikir Sukarno November 2010

Kupersembahkan kepada yang tercinta : Resti Wedyowati Aryo Baskoro Jati Arimbi Laraswati

Desain Cover Didiek Poernomo Hendiq Desain Lay Out Mohammad Zaim A. Mulhanie

Penerbit : Perkumpulan Renaissance Indonesia Perkumpulan Renaissance Indonesia, Perenesia, himpunan orang-orang yang mendambakan bangkitnya kejayaan Indonesia. Dalam mencapai tujuannya Perenesia melakukan kegiatan berbasis intelegensia. Perhimpunan berdiri sejak 2006 atas prakarsa Ridwan Saidi, Eddi Elison, Didiek Poernomo, Husni Ibrahim, dan A Ridwan Dalimunthe. Keterangan Sampul Depan Gambar sketsa generasi penerus perjuangan Sukarno dalam mengabdi kepada sesama manusia sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Ejaan Soekarno menjadi Sukarno dimaksudkan untuk memudahkan pembacaan bagi generasi sekarang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

Alamat Jl Merak IV/31 Blok N3 Bintaro Jaya Sektor I Jakarta 12330

Tel. 021-7356108, 021-7363454

Kata Pengantar

Alam semesta dan isinya bergerak dinamis dengan keteraturaannya, dari elektron suatu atom sampai planet pada tatasurya semuanya melakukan gerakan yang teratur. Peristiwa pergerakan berdasarkan waktu melahirkan sejarah, catatan sejarah atau pengalaman merupakan sumber empiris untuk menentukan suatu teori. Berdasarkan teori dengan mempertimbangkan berbagai parameter, kita dapat memperkirakanatau mendekati peristiwa yang akan terjadi baik secara kwantitatif maupun kwalitatif Perjuangan untuk ke suatu tujuan harus mengunakan teori, karena efektifitas lebih tinggi dan arah perjuangan terfokus, sehingga waktu dan energi yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan menjadi lebih kecil dibandingkan tanpa menggunakan teori. Metoda dan analisa akan mempermudah pemecahan atau menanggapi suatu masalah, karena dapat menjelaskan mengapa peristiwa atau suatu hal bisa terjadi serta bagaimana menyikapinya. Ilmu pengetahuan merupakan produk rasional dan intelektual manusia untuk menjelaskan gejala atau perilaku alam, salah satu hasil pengembangannya adalah teknologi yang berguna untuk membantu manusia dalam menjalankan kehidupannya. Fenomena alam jumlahnya tidak berhingga, hingga saat ini ilmu pengetahuan sudah mampu menjelaskan secara rasional beberapa hal yang sebelumnya dianggap sesuatu yang gaib, penemuan radio menjelaskan ada suara orang tanpa terlihat wujudnya, kemudian berkembang teknologi televisi bisa berinteraksi dengan orang pada saat yang sama lengkap dengan gambarnya walaupun berjarak ribuan kilometer. Ilmu astronomi menjelaskan terjadinya Planet-planet atau Bumi merupakan pembekuan dan pemampatan permukaan gumpalan gas berkecepatan tinggi di alam semesta, bukan terjadi karena ciptaan Tuhan, dan lain-lain. Ungkapan Sukarno : Dan djangan dikira bahwa manusia Sukarno ini jang weruh sadurunging winarah. Djangan dikira Sukarno memiliki ilmu gaib jang begini-begitu! Tidak! Manakah aku meramalkan hal ini atau hal itu, ramalanku itu aku dasarkan kepada pemahamanku atas hukum-hukum objektif sedjarah masjarakat. Dalam peristiwa sehari-hari misalnya kita akan menempuh jarak 50 km dapat dipastikan akan ditempuh dalam waktu 1 (satu) jam apabila kita bergerak dengan kecepatan rata-rata 50 km perjam, untuk dapat mencapai kecepatan rata-rata 50 km perjam kita harus mengetahui hal apa saja yang menyebabkan perubahan kecepatan serta pada waktu jam berapa kondisi jalan tidak padat dan sebagainya (catatan empiris atau historis). Perubahan sosiologi masyarakat juga mengikuti aturan-aturan (hukum-hukum) tertentu sehingga menjadikan sejarah masyarakat. Ketajaman dan ketepatan seseorang dalam memahami hukum-hukum alam merupakan rahmat dari Tuhan, oleh karena itu setiap manusia hendaknya memahami Ke-Tuhanan Yang Maha Esa dalam menjalankan kehidupan. Masih banyak fenomena alam yang belum diijinkan olehNya dapat dipahami oleh akal manusia, sebaliknya juga jangan mengaib-gaibkan fenomena alam kalau belum faham benar dan belum mampu menjelaskan secara rasional, karena kita sekarang hidup di jaman rasional, sehingga akan mengurangi kesalahpaman dan pertentangan. Kita manusia sebagai makhluk Tuhan mempunyai kewajiban menjaga keselarasan, keharmonisan antar manusia dan alam. Buku ini saya tulis dengan maksud untuk memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa Sukarno berjuang untuk membawa masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berlandaskan intelektualitas dan pengabdian beliau. Kalau ada pro dan kontra terhadap cara

perjuangannya merupakan suatu hal yang wajar karena kondisi sosial, kepentingan dan intelektualitas masyarakat Indonesia bahkan dunia sangat beragam, tetapi kita harus menegakkan nilai-nilai universal perjuangan pengabdian kepada kemanusiaan khususnya perjuangan Sukarno karena cepat atau lambat sejarah akan meluruskannya. Nilai-nilai perjuangan dan pengabdian Sukarno kepada kemanusiaan bisa menjadi referensi generasi yang akan datang dalam menjalankan kehidupannya menuju suatu keadaan yang lebih baik dari hari ini. Bahwa sejarah di segala jaman dan tempat selalu mencatat, ada segelincir orang yang memaksakan keinginannya tanpa memperdulikan faktor kemanusiaan, dan pada saatnya diimbangi oleh munculnya segelintir orang yang perduli terhadap kemanusiaan. Sejarah peradaban mengingatkan kita bahwa peradaban diawali oleh ide-ide seseorang yang kemudian diikuti oleh banyak orang. Atas petunjuk, tuntunan, dan restuNya buku ini dapat selesai dengan segala kekurangannya, dengan lapang dada saya akan menerima segala kritik, koreksi, dan saran terkait dengan materi buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam memecahkan permasalahan-permasalahan kehidupan di masyarakat.

Jakarta, Februari 2011

Didiek Poernomo

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENDAHULUAN MARXISMESejarah Logika Dialektika Historis Materialisme

PENGETRAPAN METODOLOGI BERPIKIR SUKARNOPeriode sebelum 17 Agustus 1945 Periode sesudah 17 Agustus 1945 1965 Periode di masa kini dan akan datang

PENDAHULUAN

Di dalam menjalankan aktivitas kehidupan apalagi perjuangan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat adil dan makmur seharusnya menggunakan metoda berpikir atau teori. Teori dapat mengarahkan proses perjuangan ketingkat pendekatan dan keberhasilan yang lebih tinggi. Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia Bung Karno mengunakan Marhaenisme sebagai asas atau landasan perjuangan menuju Indonesia merdeka. Sekarang Indonesia telah merdeka dan berumur lebih dari 65 tahun tetapi kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara masih sangat memprihatinkan, bahkan menjauh dari cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Hubungan antara pemimpin dan rakyat tidak ada keterikatan dan keterkaitannya, masing-masing berjalan sesuai dengan kepentingannya. Nuansa dominasi kapitalisme dan liberalisme sangat dominan, rakyat menjadi terasing dari tanah airnya sementara sebagian kecil warganegara menikmati keduniawian secara berlebihan. Menarik sejarah peradaban manusia kebelakang, situasi sosial di Indonesia saat ini kurang lebih hampir sama dengan situasi di Eropa pertengahan abad XVIII dan abad XIX. Perbedaannya kaum intelektual di Eropa pada saat itu berjuang untuk menjaga keseimbangan sosial masyarakatnya, sedangkan di Indonesia kaum intelektualnya larut dalam eforia kaptalistik dan liberalistik. Situasi ini dijelaskan oleh pemikir sosiologi George Ritzer dan Douglas J.Goodman 1 : 1. Kapitalisme cenderung menabur bibit kehancuran dirinya sendiri 2. Dunia sosial ditentukan oleh prinsip hubungan timbal balik dalam memberi dan menerima 3. Manusia menciptakan dunia sosial yang pada hakekatnya justru memperbudak mereka sendiri 4. Masyarakat adalah sebuah juggernaut yang senantiasa berpeluang mengamuk 5. Sementara tampak bahwa dunia Barat telah mengalami proses liberalisasi, dalam kenyataannya dunia Barat semakin opresif (menindas) 6. Dunia yang memasuki era post modern didefinisikan berdasarkan ketidakautentikannya, kepalsuannya, dan simulasi realitasnya Dunia sedang didominasi kaum liberalisme dan kapitalisme terindikasi dengan adanya globalisasi di segala bidang, karena sifat keserakahan hidupnya ditempuh dengan ketegangan dan emosional, hilangnya rasa kesetiakawanan (solideritas) dan tepo seliro, keberhasilan diperoleh dari kepalsuan dalam bentuk pencitraan (tebar pesona). Rekrutmen pemimpin disamakan dengan menjual kecap yang semuanya nomer satu dan uang adalah Tuhan mereka. Pembangunan infra-struktur untuk kelompok kapitalis tampak meningkat, sebaliknya kaum rakyat kecil di jaman sekarang bukannya terangkat naik kehidupannya dengan kemajuan industri, kemajuan teknologi, pengerukan kekayaan alam, tetapi bahkan senantiasa makin jatuh merosot di bawah garis kemiskinan. Mereka menjadi orang melarat dan kemelaratan berkembang lebih cepat daripada penduduk dan kekayaan. Nilai dan Jiwa Proklamasi terkubur dengan kehidupan liberal individu yang tidak sesuai dengan karakter bangsa dan alam Indonesia, ideologi Pancasila1

George Ritzer - Douglas J.Goodman, Teori Sosiologi Modern, Edisi ke 6, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007 cetakan ke 4, hal. 4.

dituduh penyebab keterpurukan, Undang-Undang Dasar 1945 diamandemen tanpa prosedur yang benar karena dianggap tidak aspiratif, multitafsir, dan menimbulkan kekuasaan absolut. Padahal UUD 1945 merupakan bentuk implementasi Pembukaan UUD 1945 lengkap dengan 5 (lima) sila Pancasila. Di Era Orde Baru, Suharto sebagai tokoh sentral yang disejajarkan dengan diktator, tapi sebenarnya yang ikut serta membuat penderitaan rakyat banyak adalah kaum borjuis baru disekeliling kekuasaan Suharto yang muncul setelah lemahnya kekuasaan Sukarno dan sekaligus melengserkan Suharto di kemudian hari. Di era Reformasi tidak ada pemimpin kuat, kaum borjuis dadakan (instant) muncul mengatur hampir semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Potret kemiskinan dan kemelaratan makin meningkat, tidak bisa diterima akal sehat karunia Tuhan berupa kekayaan alam dikuras untuk kenikmatannya, sementara rakyat kebanyakan dipaksa membeli hasil bumi Tanah Air dengan harga mahal, terkadang melewati batas ukuran kemampuan masyarakat dengan alasan hantu subsidi untuk menopang anggaran negara, analoginya sama dengan saya diminta membeli mangga dari pohon yang tumbuh di halaman rumah saya dengan harga sama dengan membeli di penjual buah, rakyat menjadi terasing (alienasi) dari negeri sendiri. Situasi ini menurut saya akan menimbulkan fasisme yang didukung kaum liberal borjuis seperti pendapat Leon Trotsky tentang terbentuknya fasisme Italia : Melalui agen fasis, kapitalisme menggerakkan massa borjuis kecil yang irasional dan kelompok-kelompok lumpen proletariat yang rendah dan terdemoralisasi seluruh manusia yang telah digiring ke dalam kesengsaraan dan kemarahan oleh kapitalisme. Dari fasisme, kaum borjuis menuntut sebuah pekerjaan yang menyeluruh; setelah selesai menggunakan perang sipil, kaum borjuis menuntut kedamaian untuk periode bertahuntahun. Dan agen fasis, dengan menggunakan borjuis kecil sebagai alat penghancur, dengan menabrak semua halangan yang ada di jalannya, melakukan tugasnya dengan baik. Setelah fasisme menang, kapital finansial segera dan langsung memusatkan di tangannya semua organ dan institusi kekuasaan, eksekutif administratif, dan pendidikan negara; seluruh aparatus negara bersama dengan tentara, pemerintahan daerah, universitas-universitas, sekolah-sekolah, pers, serikat buruh, dan koperasi Di halaman lain : Di dalam era kebangkitan, pertumbuhan, dan mekarnya kapitalisme, biasanya kaum borjuis kecil secara patuh berada dalam kontrol kapitalis, walaupun kadang-kadang terjadi ledakan-ledakan ketidakpuasan yang singkat2 Situasi Internasional ke depan akan terjadi perubahan sangat cepat dan bisa tidak menentu, tentu akan mempengaruhi situasi dalam negeri, oleh karena itu diperlukan pemikiran langkah-langkah antisipasi yang terjadi di masa depan. Akibat buruk siklus perubahan sosial politik dunia diharapkan tidak menghancurkan eksistensi Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tahun 1929 terjadi krisis akibat Wall Street jatuh merupakan salah sau penyebab Perang Dunia II dan tahun 2008 kembali Wall Street jatuh, pada saat ini Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang mengalami resesi, sedangkan negara-negara di Timur Tengah seperti Tunisia, Mesir, Libya, Maroko, Yaman, Arab Saudi dan lainnya pada saat ini mengalami perubahan politik yang sangat luar biasa sebagai akibat terjadinya benturan kelompok-kelompok politik dalam negerinya, dan bukan tidak mungkin akan melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hal ini2

Leon Trotsky: Fascism: What It is and How to Fight It, , 1944. Diterjemahkan oleh Dewey Setiawan. Diedit oleh Ted Sprague (Oktober 2007)

tidak terlepas dari persaingan kelompok ekonomi Barat dengan kelompok ekonomi Cina & India, untuk itu bangsa Indonesia perlu landasan perjuangan agar mampu menyelami perkembangan dunia dan menjalankan pembukaan UUD 1945. Mengambil ungkapan Sukarno : Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, perjuanganmu lebih susah karena melawan bangsamu sendiri3 Perkiraan dan nasehat Sukarno ternyata terbukti kebenarannya, sekaligus mengguggah kembali untuk mendalami, mengkritisi dan memperbaiki ajaran Sukarno sesuai kondisi sekarang dan di masa yang akan datang. Apa itu metodologi berpikir Sukarno? Perlu kita telusuri sejarah dan substansi materi di dalamnya, untuk itu di bawah ini petikan penjelasan Bung Karno mengenai Marhaenisme : Kalau ada orang mau mengatakan : Inilah marhaenisme tulen jang dipahami oleh Bung Karno, saja mendjawab : Nanti dulu. Kalau dihubungkan dengan nama Bung karno, saja minta supaja marhaenismenja itu seperti marhaenismenya Bung Karno. Djangan kok sekedar isme-isme lantas dikatakan inilah marhaenisme tulen. Nanti dulu, tanja dulu sama Bung Karno. Sebab, katakanlah jang mentjiptakan marhaenisme Bung Karno; dus tanja dulu apa jang dimaksud oleh Bung Karno dengan marhaenismenya. Kalau tidak tjotjok dengan marhaenisme Bung Karno itu, kasih nama lain; djangan dikatakan marhaenisme. Nah, di Bogor tatkala didatangi rombongan itu saja berkata : Marhaenisme adalah marxisme jang diselenggarakan, ditjotjokan, dilaksanakan di Indonesia. Marhaenisme ini bahasa asingnja is het in Indonesie toegepate marxist4 Sebelum melangkah lebih jauh memahami metodologi berpikir Sukarno haruslah memahami marxisme dan situasi kondisi Indonesia. Marxisme itu adalah satu denkmethode, satu tjara pemikiran. Tjara pemikiran untuk mengerti perkembangan bagaimana perdjoangan harus didjalankan, agar supaja bisa tertjapai masjarakat jang adil Marxisme adalah histories materialisme. Materialisme itu matjam-matjam, ada jang anti Tuhan, tetapi bukan histories materialisme Nah, histories materialisme itu apa? Itu adalah satu tjara pengertian, bahwa sedjarah itu telah membuktikan, bahwa alam-alam pikiran jang berdjalan di dalam masjarakat itu adalah terbawa oleh bentuk daripada economie verhoudingen, productie-wijze di dalam masjarakat. Itu adalah histories materialisme, djadi bukan wijsgerig materialisme. Bukan bewustzjin, kesadaran manusia, alam pikiran manusia itu jang menentukan tjorak segala materiil masjarakat itu, tjara produksi, tjara mentjari makan dll, akan tetapi sebaliknja tjara produksi, tjara ekonomi, tjara mentjari makan dll. Dari masjarakat itulah jang menentukan bagaimana tjorak alam pikiran, kesadaran manusia. Ini adalah marxisme.5 Penjelasan Sukarno di atas cukup untuk menelusuri dasar-dasar pemikirannya dalam menentukan kebijakkannya ketika memimpin revolusi Indonesia. Yang diambil dari pemikiran Karl Marx oleh Bung Karno adalah teori Dialektika Materialis sebagai metodologi berpikir, bukan pemikiran mengenai ekonomi Karl Marx atau pemikiran komunisme sebagai cara mengakhiri kapitalisme seperti dituangkan dalam Manifesto Komunis. Pada bab selanjutnya saya mencoba34

Kompas 21 Agustus 2009 hal.1 artikel Fokus : Nasionalisme Paripurna di Tapal Batas. Departemen Penerangan R.I. Tjamkan Pantja Sila! Pantja Sila Dasar Falsafah Negara, Djakarta 1964, hal. 149-150

5

Departemen Penerangan R.I. Tjamkan Pantja Sila!. hal. 151-152.

untuk menelusuri bahan-bahan yang dijadikan rujukan ajaran marhaenisme, dan mudah-mudahan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan tidak memperkeruh pemahaman marhaenisme ajaran Sukarno dan memahami metodologi berpikir Sukarno. Maxisme dan Marhaenisme adalah produk ilmu pengetahuan (scientific), hal-hal yang dibahas mengenai masalah riil (yang nyata bukan abstrak) berkaitan dengan perkembangan masyarakat. Sebagai ilustrasi : Ilmu otomotif : Mobil dapat bergerak karena ada pembakaran bahan bakar di ruang bakar mesin yang menggerakkan piston dan memutar roda, bukan mobil bergerak karena dorongan oleh makhluk halus. Ilmu kedokteran : Salah satu penyebab manusia bisa hidup karena adanya sirkulasi darah yang mengalir di dalam tubuh manusia dan jantung berfungsi sebagai pompa, atau semua organ tubuh berfungi baik, bukan berpendapat bahwa orang bisa hidup karena punya nyawa. Ilmu astronomi : Planet-planet, termasuk bumi dibentuk dari gas bertemperatur tinggi dan berputar dengan kecepatan tinggi, karena waktu, gas tersebut membeku dan padat, tetapi dalam agama dijelaskan sebagai ciptaan Tuhan. Ilmu biologi : Manusia terlahir melalui proses pembuahan sel telur oleh sperma. Ilmu telekomusikasi : Telepon selular atau telivisi dapat mengirimkan suara dan gambar karena gelombang elektromagnetik (masyarakat menyebut sinyal), mungkin ini penjelasan ilmiah yang dulu dikenal sebagai ilmu telepati. Dan sebagainya. Penjelasan di atas dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai kedudukan dan fungsi ilmu pengetahuan dalam kehidupan. Dalam ilmu pengetahuan, proses yang terjadi di alam semesta tidak dikaitkan dengan Tuhan. Sehingga dapat terhindar dari pertentangan-pertentangan yang tidak bermanfaat. Dan untuk memudahkan pembahasan saya tidak menggunakan kata Marhaenisme untuk menyebut metodologi berpikir Sukarno, karena Marhaenisme ajaran Sukarno lebih tepat digunakan pada periode sebelum proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pada periode berikutnya metodologi berpikirnya sama tetapi variable atau parameter yang digunakan pada Marhaenisme sudah berubah karena perubahan bentuk penjajahan (neoimperalisme), sosiologi rakyat Indonesia, kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi dan lain sebagainya.

MARXISME3.1 Logika Dialektika Klasik Awal dari metoda berfikir atau biasa disebut logika formal adalah sebuah ilmu-pengetahuan tentang bagaimana proses berfikir. Sejarah logika formal diajarkan oleh pemikir-pemikir Yunani kuno, seperti Aristoteles, mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengkritik dan mensistimasikan hasil-hasil positif dari berbagai pemikiran dan membangun sebuah sistim berfikir. Euklides melakukan hal yang sama untuk dasar-dasar geoemetri; Archimides untuk dasar-dasar mekanika; Ptolomeus dari Alexandria kemudian menemukan astronomi dan geografi, dan Galen untuk anatomi.6 Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berbuah Revolusi Industri yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku sosial politik di Eropa pada abad 18-19 berakibat jatuhnya sistem monarki, dan surutnya pengaruh agama yang cenderung abstrak atau masalah akhirat digantikan oleh inteleginsia dengan meninggalkan spekulasi dan imajinasi tetapi lebih berpegang kepada obyektivitas berdasarkan realitas/kenyataan, pengalaman, pengamatan peristiwa yang lebih eksak, seperti pemikiran sosiologi klasik yang dipelopori oleh Claude Henri Saint-Simon (1760-1825), Auguste Comte (1798-1857 )7 Logika Aristoteles mempengaruhi cara berfikir umat manusia selama dua ribu tahun, sebelum munculnya logika dialektika. Dialektika muncul sebagai cara fikir terbaru dari filsuf-filsuf besar dalam revolusi teori Politik di Eropa Barat pada abad ke-XVIII dan abad ke-XIX. Hegel, seorang tokoh dari sekolah filsafat idealis Jerman, adalah seorang guru besar yang pertama kali mentransformasikan ilmu logika, seperti di sebutkan oleh Marx: bentuk-bentuk umum gerakan dialektika yang memiliki cara yang komprehensif dan sadar sepenuhnya. Hegel mendirikan satu rangkaian ketentuan-ketentuan: perubahan kuantitas menjadi kualitas, perkembangan melalui kontradiksi, konflik mengenai isi dan bentuk, interupsi dari kontinuitas, perubahan posibilitas menjadi hal yang tak dapat dihindarkan adanya, yang lebih dikenal dengan cara berpikir tiga tahap : tesis, antitesis, dan sintesa. Karl Marx dan Ludwig Feuerbach adalah pengikut Hegel di bidang ilmu Logika, tergabung dalam Hegelian Muda. Dalam ilmu logika, mereka yang kemudian melakukan revolusi pada pemikiran Hegeliandengan mengabaikan elemen mistik dalam dialektikanya, dan menggantikan dialektika idealistik dengan sebuah landasan material yang konsisten. Feuerbach memperbaiki pemikiran Hegel dengan menghilangkan sama sekali faktor idealisme (metafisika/mistik) menjadi ke material, kemudian pemikiran Feuerbach dikembangkan oleh Karl Marx dari yang bersifat pemikiran kepada praktek dalam kehidupan. Hukum gerak mekanik Newton diinspirasi dari gerak massa, dari logika buah apel jatuh hingga berkembang menjadi analisa gerak peredaran sistim tata surya. Semua ilmu-pengetahuan lahir dan merupakan bagian dari hukum identitas. Hukum identititas mengarahkan hingga bisa mengenali keragaman, perubahan permanen, kesamaan, pemisahan dan penampakan yang6

George Novack, An Introduction to The Logic of Marxism, bahan kuliah Terjemahan Indonesia : Jurnal KIRI, Volume 3, Oktober 2000, Penerbit Neuron. Versi Online : Indomarxist.Net, November 2002; Marxists Internet Archive, Desember 2002 7 Giddens Anthony, Daniel Bell, Michel Forse, dll, Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya, Kreasi Wacana2005

berbeda, dalam bentuk matematika disebut variabel penentu. Hukum alam bersifat universal yang digunakan sebagai landasan logika dialektika yang dikenal dengan hukum Kekekalan Energi atau Kekekalan Momentum atau hukum kesimbangan atau Kebenaran Universal untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan. Hukum ini menjelaskan bahwa jumlah energi sebelum dan sesudah terjadi dalam suatu peristiwa alam adalah tetap sama atau resultan momentum suatu kejadian adalah nol awal = akhir (Jumlah energi sebelum peristiwa = Jumlah energi setelah peristiwa) Untuk benda bergerak dan bertumburan : Momentumawal = Momentumakhir (Jumlah momentum sebelum peristiwa = Jumlah momentum setelah peristiwa) Mawal Vawal = Makhir Vakhir Dimana : M = massa benda V = kecepatan benda Dengan memasukkan identitas dalam kontradiksi dan melalui suatu dialektika semua material akan mengalami perubahan kualitas atau kuantitas, tergantung dari kondisi objektif yang diamati. Dialektika adalah cara berpikir yang menekankan pada proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi, sehingga menjadikan lebih dinamis. Pada awalnya hukum ini diterjemahkan sebagai hukum sebab akibat tanpa memperdulikan prosesnya, kemudian Hegel memperbaiki dengan dialektika prosesnya sebatas pemikiran (gagasan atau ide adalah primer) dan berlandaskan metafisika, kemudian Feuerbach mengkritik (menyempurnakan) dengan pemikiran dialektika material objek benda (sekunder) tanpa mempertimbangkan aspek metafisika (religi), Karl Mark menyempurnakan bahwa yang terpenting bukanlah pemikiran atau gagasan sejarah material saja, tetapi lebih kepada prakteknya, terutama pada kehidupan ekonominya. Praktek atau empiris akan memberikan informasi kepada teori untuk dianalisa dan mengembangkan teori tersebut, sehingga dinamika pemikiran terus menerus bergulir sesuai dengan perjalanan sejarah.

Penyempurnaan Marx terhadap pemikiran Feuerbach mengenai diabaikannya faktor teologis individu manusia terkait dengan fakta, 7. Oleh karenanya, Feuerbach tidak melihat bahwa "sentimen keagamaan" itu sendiri adalah hasil sosial, dan, bahwa perorangan yang abstrak yang dianalisanya nyatanya termasuk bentuk khusus dari masyarakat. 8. Kehidupan sosial pada hakekatnya adalah praktis. Segala keghaiban yang secara menyesatkan membawa teori kepada mistik menemukan pemecahannya yang rasionil dalam praktek manusia dan dalam pemahaman praktek itu8 pemahaman religi tidak memberikan produk nyata (materi) dalam sejarah manusia, tetapi alam bawah sadar atau pemikiran ( bisa jadi karena pemahaman religi/spiritualnya) individu manusia8

Tesis Tentang Feuerbach Ditulis oleh Marx dalam musim semi 1845. Mula-mula diterbitkan oleh Engels dalam 1888 sebagai Lampiran pada edisi yang tersendiri dari karyanya Ludwig Feuerbach. Dicetak menurut naskah edisi tersendiri pada tahun 1888 dan diperiksa dengan manuskrip Karl Marx.

dapat mempengaruhi perilaku manusia tersebut, yang kadang kala tindakannya di luar rasional, seperti tindakan memaafkan, dendam, bunuh diri dan sebagainya. Pemikiran manusia selalu berubah dan berkembang mengikuti perkembangan umat manusia, oleh karena itu hukum berpikir berubah sesuai dengan perubahan yang ada di dalam masyarakat. Logika formal merupakan sejarah produksi intelektual sedangkan kapitalisme merupakan salah satu produk sejarah sosial masyarakat. Teori material dialektika terinspirasi dari penemuan-penemuan teori dan hasil empirik ilmu pengetahuan alam, seperti matematika (kalkulus), ilmu fisika, ilmu kimia, biologi, kedokteran, dan lain-lain. Perubahan-perubahan kualitas dan kuantitas mengikuti hukum alam sesuai dengan sejarah dan batasan-batasannya. Perubahan kualitatif hanya dapat terjadi apabila ada penambahan kualitatif atau pengurangan kuantitatif dari materi atau gerak (energy), hukum alam yang berlaku untuk benda-benda mati juga berlaku untuk benda-benda hidup tetapi beroperasi dengan kondisikondisi yang lebih kompleks.9 Berpikir secara esensial merupakan produksi intelektual, dan keterbatasan peralatan berpikir akan menghasilkan cara yang sama. Pada saat kita mentok dengan logika formal maka kita harus menggunakan logika lainnya, yakni logika dialektik, atau mengkombinasikan logika formal dengan logika dialektik untuk mendapatkan kebenaran. Itu lah yang disebut dialektika. Sama seperti peralatan-peralatan di pabrik yang harus dikombinasikan agar bisa mengoperasikan pabrik tersebut. Jadi, kalau kita menginginkan hasil yang paling tepat dalam produksi intelektual kita, maka kita harus mengembangkan ide-ide dialektika itu sendiri10 Pengambaran sederhana hukum identitas dan logita dialektika dalam masyarakat seperti berikut ini11 : saya adalah seorang bernama Poernomo (identitas pribadi) dengan karakter atau kualitas tertentu (kepribadian), apabila mengalami penambahan kuantitif dengan identitas yang lain yang yaitu sesorang bernama Resti (istri) melalui proses perkawinan akan menghasilkan perubahan kuantitas menjadi 4 orang termasuk 2 (dua) orang anak sekaligus mengalami perubahan kualitas yaitu rumah tangga Poernomo-Resti dengan 2 (dua ) orang anak. Peranan gabungan seorang Poernomo dan Resti akan berubah dalam masyarakat setelah menjalani proses perkawinan bukan hanya karena perubahan jumlah orang (kuantitas) tetapi juga kualitasnya yaitu peranan keluarga Poernomo dalam masyarakat, walaupun identitas kepribadian masing-masing tidak berubah. Hukum ini juga berlaku pada perkembangan komunitas manusia dalam jumlah yang lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat. Analogi ini dalam ilmu fisika kimia menggambarkan reaksi sederhana, pembakaran hidrogen :

2 H2 + O2

2 H2O

Pemikiran dialektika Karl Marx sangat dipengaruhi oleh pemikiran Hegel dan Feuerbach, pemikiran dialektika idealisme diperoleh dari Hegel sedangkan diaklektika materialisme diperoleh dari Feuerbach. Berbagai pendapat tentang dialektika Marxisme, antara lain :9 10

Friederich Engels, Dialektika Alam, Edisi Indonesia, Hasta Mitra 2005George Novack, An Introduction to The Logic of Marxism, bahan kuliah Terjemahan Indonesia : Jurnal KIRI, Volume 3, Oktober 2000, Penerbit Neuron. Versi Online : Indomarxist.Net, November 2002; Marxists Internet Archive, Desember 2002.

11

Penggunaan nama keluarga penulis dimaksudkan untuk memudahkan penulis dalam memberikan ilustrasi dan untuk menghindari kemungkinan negatif dalam pemakaian nama.

1. Lenin : Preposisi fundamental dialektika Marxisme: semua batasan dalam alam dan masyarakat adalah konvensional dan bergerak, artinya: tak ada satu fenomena pun yang, ketika berada di bawah kondisi-kondisi tertentu, tidak berubah menjadi bertentangan, 2. Leon Trotsky berkata bahwa : Kesadaran tumbuh dari ketidak sadaran, psikologi dari luar psikologi, dunia organik dari non-organik, sistim tata surya dari nebula. Pikiran dialektis menganalisa semua hal dan fenomena dalam perubahannya yang terus berlangsung, sambil menetapkan dalam kondisi-kondisi material dari perubahanperubahan tersebut yang batas kritis. 3. William Blake : Tanpa perbedaan tidak ada kemajuan dan Anda tidak pernah bisa mengetahui apa yang disebut cukup sampai anda mengetahui apa yang disebut lebih dari cukup itu. Sangatlah tepat kalau Bung Karno memilih Marxisme sebagai metodologi berpikir untuk perjuangan karena sesuai dan mengikuti perkembangan peradaban manusia modern, mulai dari titik awal perubahan revolusioner di abad ke-19, yang direpresentasikan oleh filsafat klasik Jerman mengenai materialisme, ekonomi politik Inggris mengenai sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme Perancis. Dengan memahami dialektika Marxisme kita dapat mempelajari pengaruh timbal balik terus menerus dari berbagai kekuatan-kekuatan sosial. 3.4 Historis Materialisme Marx mengemukakan sejarah perkembangan masyarakat (evolusi manusia) menunjukan bahwa : 1. Kesadaran atau alam pikiran masyarakat, fakta-fakta nyata (riil) proses hidupnya, seperti moralitas, seni, ilmu, hukum, dan politik dibentuk oleh cara produksi, cara ekonomi atau pekerjaannya. Dalam jangka panjang kondisi atau faktor-faktor ekonomi selalu menjadi faktor yang menentukan kondisi sosial masyarakat. 2. Perkembangan dasar ekonomi masyarakat diatur oleh hukum pokok yaitu pengalaman (empirik), daya cipta dan kebutuhan masyarakat yang selalu meningkat sesuai dengan berjalannya waktu. Peningkatan kebutuhan masyarakat menyebabkan perkembangan kekuatan produktif terus menerus tidak akan pernah berhenti, seperti kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi, hukum, dan ketrampilan. Evolusi manusia terjadi karena terjadinya pertentangan terus menerus antara kekuatan produksi dengan kondisi produksi, proses evolusi mencapai titik akhir setelah sosialisme tercapai. Kata meterialisme yang digunakan untuk menjelaskan bahwa yang dibicarakan masalah riil, yang nyata bukan angan-angan atau abstrak. Sedangkan kata historis untuk menjelaskan kebenaran proses perubahan sesuai dengan perjalanan waktu. Sebagai ilustrasi : Materi dimisalkan seorang bernama A, yang melakukan perpindahan lokasi untuk bekerja dari rumah ke kantor. Proses perjalanan perpindahan A tersebut menuju kantornya dapat dilakukan dengan berbagai cara (bisa jalan kaki atau berkendaraan) dan hal-hal yang dilakukan dan terjadi selama dalam perjalanan sampai di kantor tersebut dapat direkam, adalah historis (sejarah). Setiap tingkat perkembangan produksi merupakan hasil perkembangan sejarah dan hasil pencapaian generasi manusia sebelumnya. Dalam teori histori materialisme Marx, manusia diletakkan sebagai subyek kolektif sejarah.

Kekuatan-kekuatan produksi menurut Marx antara lain teknologi, ilmu pengetahuan dan ketrampilan manusia. Hal ini terbukti dengan penemuan-penemuan oleh ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi merubah peradaban manusia berlangsung secara revolusioner, sebagai contoh kekuasaan feodal digantikan dengan kekuasaan borjuis kapitalis di pertengahan Abad XVIII & XIX. Masyarakat berubah melalui tingkatan yang ditandai dengan berbagai bentuk kepemilikan. Pemilikan masyarakat kuno di jaman Romawi misalnya didasarkan pada peranan budak, pemilikan feodal (tanah) didasarkan atas pemerasan hamba, dan pemilikan kapitalis atas dasar eksploitasi kaum proletariat pekerja upahan (buruh) yang tidak mempunyai apa-apa. Menurut Karl Marx tingkatan terakhir dari perkembangan manusia adalah sosialis (komunis) setelah perkembangan kapitalis mencapai titik klimaknya dan kemiskinan di titik terbawah. Perubahan perkembangan manusia berbentuk spiral dan setiap perubahan tingkatan melalui proses revolusi (titik temu garis spiral dengan kotak tingkatan peradaban) atau terjadi perubahan cepat dan mendasar. Lihat gambar Perkembangan Historis Materialisme. Pertanyaannya apakah proses perubahan itu sudah terjadi atau belum saat ini?. Jawabannya sudah dan dalam perkembangan menuju keseimbangan/stabil. Ibarat reaksi kimia penambahan kuantitatif teori Marx menggeser kapitalisme menuju perubahan kualitatif ke arah stabilitas yaitu sosialisme.

Perkembangan Historis MaterialismeSosialisme / Komunisme

Kapitalisme

Feodalisme

Perbudakan Masya rakat kuno

Perubahan revolusioner system produksi yang menyempit

Hubungan produksi secara historis

Perkembangan taat asas kekuatan-kekuatan produktif Sumber : Thomas Meyer, Sosialisme Demokratis dalam 36 Thesis, Perwakilan Friederich-Ebert-Stiftung, Jakarta. 1988

Bung karno mengatakan bahwa tingkat atau fase industrialisasi (kapilatisme) tidak harus dilampaui kalau masyarakat Indonesia menggunakan demokrasi terpimpin, mungkin maksudnya bangsa Indonesia harus belajar untuk tidak mengulang bentuk penindasan berikutnya setelah penjajahan, tetapi sejarah membuktikan lain, Bung Karno dihujat ramai-ramai sampai wafatnya oleh sebagian bangsanya sendiri, demokrasi terpimpin menjadi bersifat semu, kapitalisme menguasai ekonomi Indonesia. Di jaman kepemimpinan presiden Suharto mengalami penindasan politik, dan penindasan ekonomi dalam skala belum tinggi, tetapi di era Reformasi eskalasi penindasan ekonomi meningkat tajam mengakibatkan keterasingan rakyat terhadap negara, negara bangsa milik elit politik dan rakyat dimanfaatkan sebatas sebagai formalitas. Ekonomi Politik Klasik Dalam Marxisme masalah ekonomi merupakan masalah yang penting karena menentukan perkembangan manusia, Marx belajar dari perkembangan ekonomi di Inggris, negeri kapitalis yang paling maju saat itu. Marx mengembangkan pemikiran ekonomi Adam Smith dan David Ricardo, yang meletakkan dasar-dasar dari teori nilai kerja. Selisih biaya produksi dan hasil produksi disebut surplus (laba) diambil oleh kapitalis karena mampu membeli alat produksi yang diperlukan sedangkan pekerja hanya menerima upah saja. Di dalam masyarakat kapitalis bahwa nilai dari setiap komoditi ditentukan oleh kuantitas waktu kerja yang diharuskan secara sosial, yang digunakan untuk memproduksi komoditi itu. Menurut teori Adam Smith, pertumbuhan adalah proses akumulatif di mana setiap langkah dari perluasan pasar menyediakan basis untuk pertumbuhan selanjutnya, proses perkembangan ekonomi yang terus menerus tersebut digunakan Marx untuk dasar analisanya tentang kapitalisme. Sedangkan Ricardo berpendapat bahwa nilai sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja, digunakan oleh Marx sebagai analisa terhadap kaum proletar (buruh). Pendapat Lenin mengenai hubungan modal (kapital) dengan pekerja : Jika para ahli ekonomi borjuis melihat hubungan antar-benda (pertukaran antarkomoditi), Marx memperhatikan hubungan antar-manusia. Pertukaran komoditi mencerminkan hubungan-hubungan di antara para produser individual yang terjalin melalui pasar. Uang memperlihatkan bahwa hubungan itu menjadi semakin erat, yang tanpa terpisahkan menyatukan seluruh kehidupan ekonomi dari para produser. Modal (kapital) memperlihatkan suatu perkembangan lanjutan dari hubungan ini: tenaga kerja manusia menjadi suatu komoditi. Para pekerja upahan menjual tenaga kerjanya kepada para pemilik tanah, pemilik pabrik dan alat-alat kerja. Seorang pekerja menggunakan sebagian waktu kerjanya untuk menutup biaya hidupnya dan keluarganya (mendapat upah), sebagian lain waktu kerjanya digunakan tanpa mendapat upah, semata-mata hanya mendatangkan nilai lebih untuk para pemilik modal. Nilai lebih merupakan sumber keuntungan, sumber kemakmuran bagi kelas pemilik modal......... Modal, yang sebenarnya terbentuk dari hasil kerja para pekerja, justru menghantam para pekerja, memporakporandakan para pemilik modal kecil dan menciptakan barisan pengangguran.12

12

V.I. Lenin (1913), Tiga Sumber dan Tiga Komponen Marxisme ,Collected Works, Volume 19, pp. 23-28.

Dikutip dari : Situs Indo-Marxist Situs Kaum Marxist Indonesia,

Watak kapitalisme yang menguntungkan kaum kapitalis secara berlebihan (serakah) dan perilaku penindasan kepada kaum proletar menimbulkan ketidakadilan dan keterasingan (alienasi) kaum prorelatar. Berdasarkan kondisi obyektif pertengahan abad XIX tersebut dan berlandaskan teori dialektika histotis materialisme, untuk menghapus penindasan Karl Marx dan F. Engels mencetuskan Manifesto Komunis yang revolusioner (1848). Hal ini cocok untuk jamannya, untuk kondisi saat ini sudah tidak tepat lagi karena kapitalisme klasik mengalami pergeseran, tetapi nilai-nilai universal yang terkandung dalam teori Marx masih bisa kita gunakan untuk memecahkan permasalahan masyarakat dari bentuk-bentuk penindasan dan kekerasan. Revolusi Beberapa definisi dan pemahaman tentang revolusi, antara lain :13 1. Pemberontakan radikal kondisi sosial tanpa penentuan yang pasti mengenai apakah ini harus dicapai dengan cara damai ataukah kekerasan 2. Pemberontakan radikal yang komprehensif terhadap kondisi sosial dalam jangka pendek. 3. Perubahan konstitusi politik dengan kekerasan, berlawanan dengan perkembangannya sesuai dengan hukum 4. Penghapusan dengan kekerasan tatanan sosial lama dan dengan bersamaan dengan itu penegakan demokrasi dan perombakan kondisi sosial dalam jangka pendek dan secara meluas Definisi Revolusi menurut Sukarno adalah simfoni pembongkaran (destruktif) dan sekaligus pembangunan (konstruktif) untuk mengubah tatanan masyarakat lama yang sedang sakit menjadi tatanan masyarakat baru yang lebih baik. Untuk dapat menjalankan revolusi harus memahami teori revolusi, karena tanpa teori revolusioner tidak mungkin ada gerakan revolusioner. Revolusi hanya tercipta melalui massa aksi yang radikal revolusioner berasaskan non-kooperasi dan asas perlawanan anti-tesis nasionalisme imperalisme dengan berpedoman pada hukum revolusi. Revolusi harus mengikuti hukum-hukum revolusi : Syarat revolusi : Romantika, dinamika, dialektika Tujuan revolusi : menuju Masyarakat Adil dan Makmur Hukum-hukum revolusi menurut Sukarno, sebagai berikut :14 1. Revolusi mesti punya siapa kawan dan punya lawan, dan kekuatan-kekuatan revolusi serta harus tahu siapa kawan dan lawan; maka harus ditarik garis pemisah- pemisah jang terang dan harus diambil sikap yang tepat terhadap kawan dan terhadap lawan 2. Revolusi jang benar-benar Revolusi bukanlah, bukan revolusi istana atau revolusi pemimpin melainkan Revolusi Rakyat oleh sebab itu, maka revolusi tidak boleh main atas sadja, tetapi harus didjalankan dari atas dan dari bawah

13

Thomas Meyer, Sosialisme Demokratis dalam 36 Tesis, Perwakilan Friedrich-EbertStiftung,cetakan I, Jakarta, 1988, hal. 40. 14 Ir. H. Soekarno, Dari Proklamasi sampai Takari, Tahun Vivere Pericoloso 1964, Terbitan Berisi Pidato Proklamasi Diucapkan oleh P.J.M Presiden Republik Indonesia pada tiap tanggal 17 Agustus sejak tahun 1945 sampai 1965, B.P. Prapantja-Djakarta, 1965 hal. 616

3. Revolusi adalah simfoninja destruktif dan konstruktif, simfoninja pendjebolan dan pembangunan, karena destruksi sadja atau pendjebolan sadja tanpa konstruksi atau pembangunan adalah sama dengan anarchi, dan sebaliknja; konstruksi atau pembangunan sadja tanpa pendjebolan berarti kompromi atau reformisme 4. Revolusi selalu punja tahap-tahapannja, dalam hal revolusi kita : tahap nasional demokratis dan tahap sosialis, tahap jang pertama meretas djalan buat jang kedua, tahap jang pertama harus dirampungkan dulu, tetapi sesudah rampung harus ditingkatkan kepada tahap jang kedua;--inilah jang dinamakan dialektika revolusi 5. Revolusi harus punja konsepsi dan program yang djelas dan tepat, seperti dalam Manipol.......... 6. Revolusi harus punya sokoguru jang tepat dan punja pimpinan jang tepat, jang berpandangan djauh ke muka, jang konsekwen, jang sanggup melaksanakan tugastugas revolusi sampai pada achirnja, revolusi djuga harus punja kader-kadernja dan tinggi semangatnja. Pemahaman revolusi oleh Sukarno berbeda dengan 4 (empat) definisi tersebut di atas, karena hukum revolusi menurut Sukarno mempunyai tahapan dan melalui proses dialektika serta tidak ada bentuk-bentuk kekerasan (anarki). Revolusi tidak dilakukan dalam waktu jangka pendek oleh satu tokoh pemimpinnya, tetapi usaha merubah tatanan masyarakat menuju yang lebih baik secara bertahap dan secara berkesinambungan antar generasi (memerlukan kader-kader penerus). Bukan berarti revolusi menurut Sukarno adalah evolusi yang dipercepat karena evolusi tanpa perencanaan yang matang (berjalan alamiah) dan tanpa tujuan yang jelas tetapi hanya sebatas prediksi.

PENGETRAPAN METODOLOGI BERPIKIR SUKARNO

4.1 Periode sebelum 17 Agustus 1945Sukarno (Koesno Sosro Karno) lahir di Lawang Seketeng, Surabaya, pada tanggal 6 Juni 1901, ayah orang Jawa Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibu Ida Ayu Nyoman Rai keturunan ninggrat Bali. Di masa kecilnya sampai remaja sangat dekat dengan kehidupan masyarakat bawah dan menengah, tidak terlepas dari adat istiadatnya (Jawa & Bali) serta kondisi sosial lingkungannya. Menjelang dewasa, ketika duduk di bangku HBS tinggal di rumah tokoh pergerakan Sarekat Islam H.O.S Tjokroaminoto, lingkungan perjuangan kemerdekaan memberikan landasan jiwa nasionalisme. Di THS Bandung, Bung Karno selain mengenal adat istiadat Sunda, beliau banyak bergaul dengan orang-orang pergerakan anti penjajahan (faham sosialis), baik dari Bumiputera maupun orang asing, sehingga mempunyai referensi dan informasi situasi dunia pada saat itu. Oleh karena itu, walaupun mempelajari Marxisme dan pengetahuan barat lainnya, pandangan politiknya tidak serta merta menjadi seorang komunis apalagi berfaham liberalisme, tetapi lebih mempertahankan nilai-nilai Nusantara yang dikemas di dalam nuansa modern. Bahkan pandangan politik sektarianpun ditinggalkan walaupun harus berseberangan dengan mertuanya H.O.S Tjokroaminoto. Ideologi Sukarno adalah Pancasila (sosialisme religius), yang dapat ditelusuri pada penjelasan-penjelasan, kuliah-kuliah Bung Karno tentang Pancasila, dan saya tulis dalam buku Pancasila dan Sumber-Sumber Peradaban Yang Digali Marhaenisme dicetuskan di Bandung, nama Marhaen diambil dari nama seorang petani kecil yang hanya mempunyai alat produksi di daerah Cigalereng, Bandung Selatan. Seperti ungkapan Bung Karno pada bab pendahuluan buku ini mengenai apa itu Marhaenisme?, yaitu Marxisme yang dicocokkan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Demikian juga pemikiran Marx tidak lepas dari situasi dan kondisi yang dialami olehnya, pada saat itu sedang gandrunggandrungnya ilmuwan menemukan fenomena-fenomena alam yang digali melalui ilmu pengetahuan, dan perubahan situasi sosial politik akibat dominasi kaum kapitalis borjuis. Gerakan-gerakan pembebasan dari bentuk-bentuk penindasan atau penjajahan bermunculan menggunakan teori dari pemikiran revolusioner Karl Marx, tentu ada alasannya mengapa ajaran Marxisme digunakan sebagai cara berpikir gerakan pembebasan dari penindasan atau penjajahan, antara lain : a. Metodologi Dialektika Material Marx digunakan untuk memberikan keseimbangan kehidupan manusia, antara penindas (kapitalisme/imperialisme) dan yang tertindas (proletar/marhaen) secara revolusioner, sehingga tidak ada lagi bentuk-bentuk penindasan manusia oleh manusia (exploitation delhomme par lhomme) b. Teori Marx tidak hanya terbatas pada pemikiran ide-ide saja tetapi lebih kepada dinamika dan fakta-fakta sejarah material c. Materialisme ialah masyarakat manusia, atau umat manusia yang bermasyarakat. Pendapat ini merupakan landasan ide massa aksi (macht vorming) Situasi sosial politik pertengahan abad XVIII dan XIX mengalami ketidakteraturan akibat revolusi industri dan politik di Eropa, menyebabkan kegelisahan ilmuwan, terutama timbulnya kapitalisme bourjuis dan penindasan terhadap kaum buruh (proletar). Feodalisme yang didukung gereja (agama) mengalami menurunan pengaruh, dan posisinya diganti oleh kaum bourjuis revolusioner berwatak kapitalis yang pada awalnya rasional meninggalkan keagamaan (gereja),

tetapi pada saat berhadapan dengan kaum proletar mereka merangkul gereja untuk melawannya. Oleh karena itu perjuangan kaum proletar pada awalnya meninggalkan agama sebagai taktik menuju pembebasan dari penindasan oleh kaum kapitalis bourjuis. Pada kenyataannya keagamaan digunakan untuk kepentingan politik dan secara ideologi keagamaan lebih dekat dengan kapitalisme. Ketika dunia kuno ada di penghujung hidupnya, kepercayaan kuno digantikan Kristianitas. Ketika ide-ide Kristen menyerah pada ide-ide pikiran rasionil pada abad ke-18, kaum feodal menghadapi perang kematiannya dengan borjuis revolusioner. Ide-ide kebebasan beragama dan kebebasan kesadaran hanya memberikan ungkapan bagi kekuasaan persaingan bebas yang berada dalam wilayah pengetahuan. "Tak diragukan lagi," ide-ide religius, moral, filsafati, dan yuridis telah dimodifikasi dalam perkembangan sejarah. Tetapi agama, moralitas, filsafat, ilmu politik dan hukum, tetap survive dalam perubahan ini. "Kecuali itu, ada kebenaran-kebenaran abadi, semacam Kemerdekaan, Keadilan, dsb., yang lazim berlaku untuk segala keadaan masyarakat. Tetapi Komunisme menghapuskan kebenaran-kebenaran abadi, ia menghapuskan semua agama, dan semua moral, dan bukannya menyusun semuanya itu atas dasar yang baru; karenanya ia bertindak bertentangan dengan segala pengalaman sejarah yang lampau." 15 Pemikiran Marxisme menekankan kondisi obyektif material (masyarakat) tidak melepaskan kenyataan bahwa manusia mempunyai bakat alam yang bernama religi, sejarah perkembangan religi umat manusia juga mengalami dinamika sehingga digunakan oleh manusia tertentu untuk membelenggu kebebasan manusia lain selama ribuan tahun. Oleh karena itu setelah perjuangan Marxian berhasil melepaskan penindasan dari kapitalisme, faktor religi harus ditempatkan kembali sesuai dengan peranannya, dan Lenin melaksanakan hal tersebut. Hal ini terbukti masih banyak tempat-tempat ibadah berfungsi dengan baik di era Uni Soviet. Agama harus dinyatakan sebagai urusan pribadi. Dalam kata-kata inilah kaum sosialis biasa menyatakan sikapnya terhadap agama. Tetapi makna dari kata-kata ini harus dijelaskan secara akurat untuk mencegah adanya kesalahpahaman apapun. Kita minta agar agama dipahami sebagai sebuah persoalan pribadi, sepanjang seperti yang diperhatikan oleh negara. Namun sama sekali bukan berarti kita bisa memikirkan agama sepanjang seperti yang diperhatikan oleh Partai. Sudah seharusnya agama tidak menjadi perhatian negara, dan masyarakat religius seharusnya tidak berhubungan dengan otoritas pemerintahan. Setiap orang sudah seharusnya bebas mutlak menentukan agama apa yang dianutnya, atau bahkan tanpa agama sekalipun, yaitu, menjadi seorang atheis, dimana bagi kaum sosialis, sebagai sebuah aturan. Diskriminasi diantara para warga sehubungan dengan keyakinan agamanya sama sekali tidak dapat ditolerir. Bahkan untuk sekedar penyebutan agama seseorang di dalam dokumen resmi tanpa ragu lagi mesti dibatasi..... ....... Dimanapun kaum borjuis reaksioner hanya memperhatikan dirinya sendiri, dan sekarang sudah mulai memperhatikan dirinya di Rusia, dengan menggerakkan perselisihan agama karenanya dalam rangka membelokkan perhatian massa dari problem-problem ekonomi dan politik yang demikian penting dan fundamental, pada saat ini diselesaikan alam praktek oleh semua proletariat Rusia yang bersatu dalam perjuangan revolusioner.16.1516

Marx dan Engels, Manifesto Komunis (1848), Yayasan Bintang Merah, hal. 26V.I. Lenin Sosialisme dan Agama, 1905 V.I. Lenin, Collected Works, Edisi Bahasa Inggris yang ke-4, Progress Publishers, Moscow, 1972, Cetakan ke-3, halaman 83-87 Penerjemah: Anonim (1997). Diedit oleh Anonim (Desember 1998)

Pemahaman religi seseorang akan menciptakan apresiasi orang (individu) tersebut dalam bentuk tindakan yang mempengaruhi alam sekitarnya, jadi religi menciptakan peradaban yang dimulai dari individu, sebagai contoh : di jaman Mesir kuno Ikhnaton (Firaun Amenhotep IV) mengajarkan pemahaman religinya yaitu faham Aton kepada rakyat Mesir dan mampu merubah kepercayaan bangsa Mesir dari menyembah dewa-dewa menjadi berTuhan Aton. Oleh karena itu sesama makhluk hidup, binatang tidak mengalami evolusi peradaban, sedangkan manusia mengalami evolusi peradaban sepanjang sejarah kehidupannya. Ambil contoh untuk kasus 2 individu yang terkait dengan pembahasan dalam buku ini yaitu Karl Marx dan Sukarno, bahwa dorongan religi dari dalam dirinya menciptakan tindakan bukan oleh karena keinginan ekonominya : Karl Marx, anak seorang Rabbi Yahudi (terakhir pindah ke Protestan) melahirkan paham komunisme yang dalam teorinya mengesampingkan dogma-dogma agama, sementara Marx berjuang menghapus penindasan kaum kapitalis terhadap kaum proletar, dengan konsekuensi mengalami pembuangan dan merelakan dirinya dalam keadaan miskin sampai akhir hayatnya, hanya karena prinsip dan keyakinannya. Marx selalu mengatakan : Ilmu tidak boleh menjadi kesukaan diri sendiri. Mereka yang beruntung mampu mencurahkan dirinya kepada pengabdian ilmu, harus yang pertamatama menempatkan pengetahuan mereka untuk mengabdi umat manusia. Bekerjalah untuk manusia.17 Bung Karno, tokoh kemerdekaan Indonesia bahkan Asia Afrika, yang merelakan dirinya diasingkan dan dipenjara bertahun-tahun hanya karena mempertahankan prinsip hidupnya untuk menghapus penjajahan dari bumi Indonesia. Ungkapan Bung Karno kepada Solichin Salam dalam buku Bung Karno Putera Fajar :18 Saya adalah manusia biasa. Saya dus tidak sempurna. Sebagai manusia biasa saya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Hanya kebahagiaanku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada bangsa. Itulah declaration of life-ku. Jiwa pengabdian inilah yang menjadi falsafah hidupku, dan menghikmati serta menjadi bekal hidup dalam seluruh gerak hidupku. Tanpa jiwa pengabdian ini saya bukan apa-apa. Akan tetapi dengan jiwa pengabdian ini saya merasa hidupku bahagia dan bermanfaat. Penjelasan saya di atas dimaksudkan untuk memberikan perkiraan gambaran nuansa batin tokohtokoh tersebut, terlepas dari kita suka atau tidak suka terhadap pemikiran atau tindakannya tetapi fakta menunjukkan mereka mampu mengukir sejarah, menurut keyakinan saya mereka menjalankannya karena tuntunan Tuhan, tetapi sekarang tugas mereka sudah paripurna setelah wafat, namun ilmunya masih berbuah. Ajaran pejuangan untuk merubah tatanan sosial tidak perlu menggunakan bentuk-bentuk kekerasan melainkan dengan pemikiran yang jauh dari anarkis dan peperangan. Massa aksi bukan berarti anarkis tetapi lebih kepada membangkitkan kesadaran (bewust) secara kolektif. Pelajaran dari revolusi politik Perancis dilakukan oleh kaum borjuis penuh dengan berlumuran darah kaum feodal, tentunya ini bukan jalan revolusi yang sesuai pemikiran Sukarno. Awal abad XX ajaran Marxisme mencapai puncaknya, sehingga memberikan inspirasi pembebasan dari penindasan tidak hanya di Eropa tetapi juga wilayah wilayah jajahan atau

17 18

Njoto, Marxisme Ilmu dan Amalnya, TePLOK PRESS, Jakarta, 2003, cetakan kedua Solichin Salam, Bung Karno Putera Fajar, Gunung Agung, Jakarta, 1987, cetakan ke lima

koloni bangsa-bangsa Eropa seperti di Rusia (Lenin), China (Mao Tse Tung), Indonesia (Sukarno), dan Amerika Latin ( Fidel Castro & Che Geuvara). Kaum borjuis kecil bersikap sama terhadap rakyat tanah jajahan (daerah-daerah kolonial) . Sungguhpun mereka tahu betul bahwa --hasil-hasil bumi--, kenyamanan penghidupan, standar penghidupan yang lebih tinggi, hak-hak istimewa yang mereka kecap - sebagian besar dihasilkan dari penghisapan atas rakyat-rakyat tanah jajahan. Dengan dinginnya mereka membiarkan begitu saja pengambilalihan daerah-daerah koloni mereka juga tidak mempedulikan kekerasan, penindasan, maupun kemorosaotan penghidupan yang menimpa rakyat tanah jajahan. Sekali lagi mereka memilih bungkam terhadap proses perbudakan yang berlangsugn bersamaan dengan kebijaksanaan dan praktek-praktek kolonial maupun imprealis. Sama sekali tak terlintas dalam mereka, perihal keharusan untuk memblejeti praktek-praktek tersebut di atas ; dalam rangka mendidik kaum buruh. Dengan membangkitkan keadaran klasnya, dan membangun ikatan solidaritas/persaudaraan antar klas buruh dari negeri-negeri yang paling terinjak-injak. Namun kesatuan dan kebulatan tekad yang di pertunjukan oleh kaum sosialis dari berbagai negeri untuk mencegah meletusnya perang ; di kacaukan oleh seruan-seruan untuk segera melakukan mobilisasi (wajib militer). Seruan-seruan wajib militer dengan dalih menyelematkan "tanah air tercinta" ternyata di sambut oleh mayoritas massa. Sedemikian rupa sehingga begitu memukul solidaritas sosial Internasional.19 Cara berpikir diaklektika material sebenarnya sudah ada dari sejak adanya kehidupan manusia, leluhur bangsa Indonesia sudah menggunakan dialektika material jauh sebelum Aristoteles. Hegel, Feuerbach, dan Karl Marx, hal ini dapat kita pelajari pada nilai filosofi huruf Jawa Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga, yaitu dialektika kehidupan khususnya mengenai kepentingan Dora dengan Sembada terkait dengan status sebilah keris milik Ajisaka, dan pergulatan lahiriah masalah kehidupan dalam berbagai episode cerita wayang. Dalam suatu dialog, setiap pertanyaan kepada Kyai Semar mengenai suatu rencana, tidak pernah dijawab setuju atau tidak/dilarang, tetapi Kyai Semar selalu memberikan nasehat berisikan tentang konsekuensi setiap langkah yang akan diambil, di sini menunjukkan bahwa proses dialektika digunakan untuk mengambil suatu keputusan terakhir. Seperti uraian dalam buku saya Pancasila dan Sumber-Sumber Peradaban Yang Digali menjelaskan bahwa religi Nusantara memisahkan secara tegas mengenai Sangkan Paraning Dumadi (hubungan vertikal bersifat pribadi) dan Manunggaling Kawula Gusti (hubungan horisontal), persoalan individu dengan penciptanya tidak digambarkan (dimaterikan) tetapi diyakini bahwa asal usul kehidupan (sumber kehidupan) itu ada, dan hidup di dunia diartikan sebagai bentuk pengabdian kepada sumber kehidupan. ---- Orang Jawa menyikapi hidupnya sesuai dengan ungkapan Oleh golek ilmu gaib, nanging ojo ninggalake ilmu sarak, amarga kuwi utamaning hurip (boleh mencari ilmu spiritual/religi, tetapi jangan meninggalkan ilmu duniawi, karena ilmu duniawi merupakan pokok dari kehidupan). Hal ini merupakan salah satu refleksi dari teologi Manunggaling Kawula Gusti, oleh karena itu ajaran moral Jawa lebih menekankan kepada budi pekerti daripada ritual, sehingga menyentuh secara langsung hubungan antar sesama manusia berlandaskan religi, biasa digunakan istilah : pengabdian kepada Tuhan.---- Oleh karena ajaran religi Nusantara tidak berbentuk kitab suci tetapi berupa ajaran lisan bersifat perlambang (pasemon) seperti dalam episode cerita wayang dan pitutur, tidak hanya menerangkan hukum sebab akibat tetapi proses dialektikanya juga digambarkan. Contoh nasehat berbentuk legenda : Joko Tingkir (Mas Karebet) dengan Banteng ketaton yang mengamuk di alun-alun Demak, banteng mengamuk karena19

George Novack SEJARAH INTERNASIONAL PERTAMA DAN INTERNASIONAL KEDUA, Terjemahan Indonesia : oleh Abdul Syukri, Agustus 1999. Versi Online : http://come.to/indomarxist, Nov 2002

telinganya disumpal oleh Joko Tingkir dan tidak ada yang berhasil menjinakkannya, melalui sayembara Joko Tingkir mampu menaklukkannya, dengan histori dialektika legenda ini memberikan nasehat bahwa seseorang dengan mudah dapat menyelesaikan suatu persoalan patut dicurigai bahwa orang itulah penyebabnya. Suatu kontradiksi (tesis dan antitesis) akan menjadi bermanfaat (sintesa) kalau di dalam kontradiksi itu dilakukan proses dialektika dan romantika. Sebagai contoh : Kutub positif dan negatif aliran listrik dipertemukan secara langsung akan menimbulkan percikan listrik dan merusak kedua sumbernya atau kutubnya, tetapi apabila dipertemukan melalui elemen lampu listrik akan timbul pijar lampu yang bermanfaat sebagai sumber penerangan, bila dilewatkan melalui kumparan kawat tembaga akan menimbulkan medan magnet untuk menggerakkan motor listrik. Manusia perempuan dan laki-laki bila dipertemukan dengan nuansa dialektika dan romantika akan memberikan keselarasan dan kebahagian sebuah keluarga, dan sebagainya.

Kondisi obyektif tersebut di atas merupakan hukum alam (hukum Tuhan), mengetrapkan yang terlalu ekstrim dari salah satu indentitas kontradiksi memberikan hasil yang tidak baik, seperti Marxisme yang diterapkan oleh Lenin (Marxisme - Leninisme) yang dikenal dengan Diktaktur Proletariat menimbulkan penindasan dalam bentuk yang lainnya. Oleh karena itu, untuk menghilangkan ketegangan sosial, Sukarno mengoreksi dengan ideologi Pancasila yang terinspirasi dari tatanan dan hubungan masyarakat di Nusantara yang heterogen dalam segala hal, tetapi dapat melangsungkan kehidupan dengan selaras. Teori Dialektika Historis Materialis Karl Marx menginspirasi dan membangkitkan Sukarno untuk menggali sumber-sumber kekuatan yang dapat mendukung perjuangan menuju Indonesia Merdeka dan Adil Makmur, sehingga pada konggres Partindo tahun 1933, Bung Karno mencetuskan asas perjuangan Marhaenisme lengkap dengan definisi dan parameterparameternya, yang dikenal dengan 9 (sembilan tesis Marhaenisme) :20 1. Marhaenisme, jaitu sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi21 2. Marhaen, jaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia jang melarat dan kaum melarat Indonesia yang lain-lain 3. Partindo memakai perkataan Marhaen dan tidak proletar, oleh karena perkataan proletar itu sudah termaktub di dalam perkataan Marhaen, dan oleh karena perkataan proletar itu bisa juga diartikan bahwa kaum tani dan lain-lain kaum jang melarat tidak termaktub di dalamnja 4. Karena Partindo berkejakinan, bahwa di dalam perdjoangan, kaum melarat Indonesia lain-lain itu jang harus menjadi elemen-elemennja (bagian-bagiannja), maka Partindo memakai perkataan Marhaen itu20

Ir. Sukarno, Di Bawah Bendera Revolusi, penerbit : Dibawah Bendera Revolusi, 1964. hal. 253 21 Dalam hal pandangan tentang sosialisme Sukarno dipengaruhi atau sama dengan pemikiran Karl Kautsky (1918) : Bagi kami, sosialisme tanpa demokrasi adalah mustahil. Yang kami maksud dengan sosialisme modern bukanlah semata-mata organisasi sosial produksi melainkan organisasi demokratis masyarakat.......Tak ada sosialisme tanpa demokrasi. Dikutip dari : Thomas Meyer, Sosialisme Demokratis dalam 36 Tesis, Perwakilan Friedrich-EbertStiftung,cetakan I, Jakarta, 1988, hal. 65

5. Di dalam perdjoangan Marhaen itu maka Partindo berkejakinan, bahwa kaum proletar mengambil bagian jang besar sekali 6. Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susuan masjarakat dan susunan negeri jang di dalam segala hal hanja menjelamatkan Marhaen 7. Marhaenisme adalah pula cara perdjoangan untuk mencapai susunan masjarakat dan susunan negeri jang demikian itu, jang oleh karenanja harus satu cara perdjoangan yang revolusioner 8. Djadi Marhaenisme adalah cara perdjoangan dan azas jang menghendaki hilangnja tiaptiap kapitalisme dan imperialisme 9. Marhaenis adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia jang mendjalankan Marhaenisme. Untuk menyakinkan bahwa asas perjuangan Marhaenisme adalah Marxisme yang dicocokkan dengan kondisi Indonesia, Bung Karno menyatakan sebagai berikut : Namun, -- ada satu kalimat jang sangat sekali perlu diterangkan lebih luas, karena memang sangat penting sekali. Kalimat itu ialah kalimat kelima. Ia berbunji : Di dalam perdjoangan Marhaen itu, maka Partindo berkenjakinan, bahwa kaum proletar mengambil bagian jang besar sekali. Satu kalimat ini sahadja sudahlah membuktikan, bahwa tjara-perdjoangan jang dimaksud ialah tjara-perdjoangan jang tidak ngalamun, tjara perdjoangan jang rasionil, tjara perdjoangan jang rasionil, tjara perdjoangan jang menurut kenjataan,--tjara perdjoangan jang modern.22 Kalau Marxisme adalah asas perjuangan untuk membebaskan kaum proletar (buruh) dari penindasan kapitalisme, sedangkan Marhaenisme berjuang membebaskan kaum Marhaen dari Imperialisme & kolonialisme Belanda, kapitalisme, dan feodalisme di Indonesia. Dan djangan dikira bahwa manusia Sukarno ini jang weruh sadurunging winarah. Djangan dikira Sukarno memiliki ilmu gaib jang begini-begitu! Tidak! Manakah aku meramalkan hal ini atau hal itu, ramalanku itu aku dasarkan kepada pemahamanku atas hukum-hukum objektif sedjarah masjarakat. Kalaupun ada ilmu gaib jang kumiliki itu adalah karena aku kenal Amanat Penderitaan Rakjat, karena aku kenal situasi, dan karena aku kenal ilmu jang kompetent jaitu Marxisme.23 Ungkapan Sukarno di atas mempertegas bahwa dengan mengusai teori Maxisme dan mengetahui faktor-faktor dalam permasalahan masyarakat, kita akan mampu memprediksi dan mengarahkan ke mana arah dan tujuan dari perubahan tersebut. Masyarakat di Hindia Belanda sebelum Proklamasi Kemerdekaan 1945 terdiri dari orang Eropah, Bumiputera, dan orang Timur Asing. Bumiputera adalah penduduk asli kepulauan Nusantara. Pada jaman penjajahan, Bumiputera yang paling rendah tingkat sosial ekonominya, di luar kaum feodal, khususnya petani, nelayan, buruh, pengrajin, dan orang melarat lainnya. Industri yang tumbuh adalah industri terkait dengan pertanian dan perkebunan. Pada kenyataannya perjuangan menuju Indonesia merdeka yang berinisiatif dan menjadi motor perjuangan adalah kaum Marhaenis dan golongan menengah (priyayi menengah & rendah), kaum22 23

Ir. Sukarno, Di Bawah Bendera Revolusi jilid I. Hal. 254 Ir. H. Soekarno, Dari Proklamasi sampai Takari, Tahun Vivere Pericoloso 1964, Terbitan Berisi Pidato Proklamasi Diucapkan oleh P.J.M Presiden Republik Indonesia pada tiap tanggal 17 Agustus sejak tahun 1945 sampai 1965, B.P. Prapantja-Djakarta, 1965, hal. 613

Marhaen hanya bersifat mendukung dan pasif, berbeda dengan di Eropa, kaum proletar mendominasi gerakan-gerakan perlawanan terhadap penindasan oleh kapitalis. Hal ini mungkin karena beberapa faktor antara lain : 1. 2. 3. 4. Marhaen merupakan bagian dari masyarakat agraris paternalistik Tingkat pendidikan kaum Marhaen sangat rendah (pada saat itu mayoritas buta huruf) Watak penghambaan karena feodalisme masih kuat Suburnya tanah tempat tinggal Marhaen sehingga tidak perlu berjuang keras untuk bisa hidup, mudah mendapatkan bahan makanan. Untuk bertahan hidup cukup dengan menanam singkong, sayuran, dan memetik buah di pekarangan rumah tinggalnya. 5. Lunturnya nilai-nilai adat sehingga menganggap tidak perlu ada perjuangan mempertahankan nilai-nilai adat.

Kekuatan massa aksi yang tidak cukup untuk menekan pemerintah Hindia Belanda walaupun di negeri Belanda sendiri dalam keadaan lemah karena krisis dan resesi ekonomi serta menuju konflik fisik (Perang Dunia I & Perang Dunia II), pejuang kemerdekaan tidak mampu melepaskan diri dari cengkeraman Belanda, bahkan tokoh-tokoh pejuang banyak yang ditangkap dan dibuang (diasingkan)24. Keberhasilan massa aksi yang dilakukan pendiri bangsa adalah menyadarkan seluruh lapisan masyarakat Hindia Belanda bahwa kemerdekaan dalam bingkai negara bangsa itu penting untuk memperbaiki kesejahteraan dan kemakmuran. Kondisi obyektif di atas membuat Bung Karno merubah taktik, pada saat Jepang masuk Hindia Belanda, beliau memilih bekerjasama dengan Jepang, mungkin menganggap bahwa hanya Jepang yang mampu mengusir Belanda dari Bumi Nusantara secara permanen, di samping alasan solidaritas bangsa Asia, dan terbukti taktik Bung Karno benar, Jepang tidak mencurigai aktivitas perjuangan menuju kemerdekaan sampai terbentuknya Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Untuk menghadapi sekutu, Jepang melakukan pendidikan militer kepada rakyat Indonesia, sehingga bangsa Indonesia mempunyai kemampuan militer modern. Faktor keterbatasan kaum Marhaen dan perbedaan pandangan di antara pejuang kemerdekaan turut menjadi permasalahan lain dalam perjalanan menuju Indonesia Merdeka. Dalam Perang Pasifik, Jepang mengalami kekalahan dan terjadi kekosongan kekuasaan di Hindia Belanda maka kesempatan itu dipergunakan oleh Pejuang Kemerdekaan Sukarno-Hatta untuk memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

4.2 Periode sesudah 17 Agustus 1945 1965Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan dalam suasana kekosongan kekuasaan imperialis, membuat perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan sangat penuh dengan dinamika. Sekutu sebagai pemenang perang berusaha untuk menguasai wilayah koloninya kembali, dinamika politik memerlukan ketahanan dalam segala bidang dalam keadaan ekonomi serba kekurangan, infrastruktur negara bangsa belum lengkap, kecuali semangat atau spirit menjadi bangsa yang merdeka. Perjuangan tidak hanya dalam lapangan politik diplomasi tetapi juga perjuangan fisik : Pemboman kota Surabaya dalam peristiwa 10 November 1945 oleh Sekutu, Agresi Militer Belanda I (1947), dan Agresi Militer Belanda II (1948). Pendidikan

24

Yang saya maksudkan dengan massa aksi kaum buruh (proletar) seperti yang terjadi di Eropa disertai aksi-aksi fisik seperti pemogokan dan lain sebagainya, di Hindia Belanda kalau ada massa aksi sifatnya seporadis dan belum terorganisir secara nasional seperti di Eropa.

militer modern oleh Jepang kepada sebagian bangsa Indonesia turut menyumbangkan kemampuan militer bangsa Indonesia dalam menghadapi agresi militer Belanda. Substansi materi sembilan (9) tesis Marhaenisme dalam konggres Partindo 1933, sebagian terakomodasi dalam ideologi bangsa Indonesia Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 terutama butir 1, 6, 7, dan 8, dan kaum Marhaen lebur menjadi rakyat Indonesia. Tahap perjuangan berikutnya adalah membawa bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur. Tesis pada periode ini adalah mempertahankan kemerdekaan dan menyejahterakan rakyat Indonesia. Teks Pancasila yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 : Ke-Tuhanan Yang Maha Esa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Kalau kita menggunakan pemikiran Karl Marx dialektika materialis, prediksi Marx dan F.Engels bahwa titik akhir setelah masyarakat kapitalis mengalami kehancuran akan menjadi masyarakat sosialisme (komunisme), tetapi perkembangan sejarah manusia di abad XXI menunjukkan bahwa pendapat Sukarno yang benar, untuk menghilangkan ketegangan hubungan masyarakat disarankan menggunakan pola masyarakat Pancasila, seperti yang diusulkan pada sidang Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1960 dengan landasan Pancasila membentuk Dunia Yang Baru (To Built The Wolrd A New) yang adil, tidak ada ketegangan (istilah Sukarno : jegaljegalan), bergotong-royong dan bebas dari penjajahan. Mengapa? Watak kapitalisme yang buruk adalah pembawaan dari watak ego manusia yang cenderung serakah, dan watak sosialisme karena manusia hidup saling ketergantungan, kedua watak tersebut merupakan pembawaan dari alam tidak mugkin dihilangkan salah satu. Dalam masyarakat Pancasila kontradiksi kapitalisme (industrialisme atau modernisme) dengan sosialisme dijaga keselarasannya di dalam bingkai demokrasi terpimpin. Tahapan-tahapan revolusi yang oleh Sukarno disebut sebagai Jalannya Revolusi Kita (DJAREK), sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Mempertahankan Kemerdekaan Pengakuan Kedaulatan Indonesia Wilayah Sabang Merauke Social Economy Investment Kerjasama Internasional 1. 2. 3. 4.

4.2.1 Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1950) Seperti dijelaskan di atas bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dilakukan pada saat terjadi kekosongan kekuasaan penjajah. Jepang yang mengalami kekalahan dan menyerah kepada Sekutu pada Perang Dunia II dapat dipastikan tidak akan mempermasalahkan Proklamasi tersebut, Belanda sebagai bagian dari Sekutu berkeinginan untuk kembali menguasai wilayah Hindia Belanda, terbukti dengan Peristiwa Surabaya 1945, Agresi Militer I & II, dan Belanda menyatakan pengakuan kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Mempertahankan kemerdekaan harus memperhatikan faktor luar negeri dan dalam negeri baik yang mendukung maupun yang tidak mendukung kemerdekaan. Faktor luar negeri, negara-negara sosialis pada

umumnya mendukung Indonesia, faktor dalam negeri lebih kompleks, paling tidak ada kelompok yang ingin berkuasa dan kelompok yang ingin menjadi boneka Belanda. Situasi di atas mengharuskan menerima keinginan menjadi negara Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai bagian dinamika revolusi Indonesia. Diplomasi dengan negara-negara sahabat dijalankan terus-menerus, sedangkan dengan pihak Belanda melalui perundingan-perundingan, misalnya perjanjian Linggarjati (November 1946) secara de facto Republik Indonesia mendapat pengakuan dari Belanda karena di dalam perundingan itu Indonesia dan Belanda duduk sebagai negara pada tingkat yang sama, dipilihnya Sutan Sjahrir sebagai ketua delegasi Indonesia mempunyai alasan tersendiri walaupun terjadi pro dan kontra dilaksanakannya perundingan dan perjanjian Linggarjati.

Tempat pembicaraan empat mata Sukarno dengan Lord Killearn 10 November 1946 di Linggarjati sebagai saksi bisu

Perjanjian Renville (Desember 1947-Januari 1948), ketua delegasi Indonesia adalah Amir Syarifuddin Harahap, Perjanjian Roem-Van Roijen (April Mei 1949), ketua delegasi Indonesia adalah Mohammad Roem, Konferensi Meja Bundar (Agustus 1949 Desember 1949), ketua delegasi Indonesia adalah Drs. Mohammad Hatta. Dinamika diplomasi dengan pihak Belanda, didorong melalui diplomasi dengan negara sahabat, dan dengan kombinasi unjuk kekuatan militer serta dukungan rakyat, pada 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Pengakuan tersebut memperlemah moral tokoh-tokoh penganut negara boneka Belanda dalam Republik Indonesia Serikat, sebagian besar dari mereka sepakat kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga gangguan asing secara terbuka tidak terjadi lagi. Periode ini disebut Periode Physical Revolution (1945-1950). 4.2.2 Mengembalikan Demokrasi Proklamasi (1950-1955)

Usaha imperialis untuk kembali menjajah tidak berhenti setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, upaya selanjutnya memanfaatkan lawan politik Sukarno (yang mempunyai hubungan dengan imperialis) untuk mengganggu dari dalam, beberapa pemberontakan anti pemerintah yang didukung imperialis antara lain DI/TII, PRRI-Permesta, RMS, dan lain-lainnya. Situasi ini dapat terjadi karena didukung oleh konstitusi UUDS 50 yang bersifat liberal, oleh karena itu segera dipersiapkan pemilu untuk memilih anggota DPR dan anggota Konstituante untuk menyusun konstitusi baru. Pada tahun 1955 pemerintah Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilu I sehingga dapat menempatkan orang-orang revolusioner ke dalam lembaga demokrasi DPR dan Konstituante untuk mempersiapkan tahapan berikutnya. Keberhasilan Pemilu tahun 1955 sangatlah penting, bangsa Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang demokratis. Langkah ini sebenarnya mengandung resiko yang cukup besar, seandainya Pemilu gagal masih bisa diulang, tetapi apabila unsur-unsur personal anggota DPR dan Konstituante tidak bisa dikendalikan membuat konstitusi baru yang menyimpang dari jalur revolusi Indonesia, maka jalannya revolusi menjadi lebih panjang lagi atau bahkan cita-cita proklamasi menjadi kandas, oleh karena itu periode ini disebut periode survival. Pemilu merupakan sarana antara, untuk meletakkan konstitusi yang sesuai dengan kondisi Indonesia agar tidak mudah disusupi oleh kepentingan-kepentingan yang merugikan bangsa Indonesia, seperti pada kelemahan sistem demokrasi parlementer sosial demokrat di mana partai politik sebagai tulang punggungnya dan penopang kaum borjuis kapitalis. Periode ini disebut Periode Survival. (1950-1955) 4.2.3 Konsolidasi Wilayah & Pembangunan (1955-1965) Implementasi dialektika material dan Amanat Penderitaan Rakyat dalam usaha mencapai cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945 melalui tahapan selanjutnya, adalah melakukan social construction, yaitu human skill investment, material investment (pembangunan infra struktur), mental investment, dan mengutuhkan wilayah NKRI (membebaskan Irian Barat dari kolonialis Belanda). Untuk merealisasikan social construction memerlukan sistem negara yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, yaitu Undang Undang Dasar yang sesuai. Keberhasilan Pemilu untuk menentukan anggota DPR dan Dewan Konstituante merupakan modal politik untuk melangkah kepada tahapan berikutnya. Dengan memanfaatkan kekuatan politik yang ada dan kegagalan Majelis Konstituante menyusun konstitusi baru, pemerintah mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945. Pada 5 Juli 1959 Presiden Sukarno mengumumkan Dekrit Presiden kembali kepada Undang-Undang Dasar 194525 Kembalinya Konstitusi Proklamasi -.Tahun 1959 merupakan tahun penemuan kembali Revolusi ( Rediscovery of our Revolution). Periode ini disebut Periode Investment (1955- ...........) Dengan berlakunya kembali UUD 1945 sebagai konstitusi negara (hukum dasar), perangkat keras (NKRI) dan perangkat lunak (UUD1945) revolusi Indonesia telah menjadi satu kesatuan, sebagai landasan untuk mewujudkan cita-cita membentuk masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan mental-rohani dalam rangka "nation building" dan "character building" serta pembangunan materiil dan tata-perekonomian melalui pelaksanaan Rencana-Rencana Pembangunan Semesta terus-menerus, maka dibentuklah Dewan Perancang Nasional (Depernas) yang bertugas menyusun Blue Print Pembangunan Indonesia jangka25

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan tindakan penyelamatan negara bukan karena kekuasaan, disebut Sauvetage Detat, sedangkan Coup Detat adalah tindakan mengambilalihan kekuasaan. Pembubaran Partai Politik PSI dan Masyumi dikarenakan mereka terlibat dalam kegiatan PRRI-PERMESTA, berakibat kekosongan kursinya di DPR, untuk itu perlu dilakukan RETOOL, bukan pembubaran DPR.

pendek, jangka menengah, dan jangka panjang menuju masyarakat adil dan makmur. Dewan Perancang Nasional merupakan cikal bakal Badan Perencanaan Pembangunan Nasional disingkat Bappenas. Menurut Sukarno menjalankan revolusi Indonesia hendaknya menggunakan landasan Manipol/USDEK : Manifesto politik / Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (Manipol/USDEK). Sukarno adalah seorang pemimpin dan arsitek negara bangsa Indonesia, tahapan-tahapan membangun dan menuju masyarakat adil dan makmur dikonsep dengan baik, dialektika dan dinamika proses menuju cita-citanya dijalankan dengan tekun, dan terkadang langkahnya tidak dimengerti oleh orang lain bahkan dikritik sebagai ide yang tidak realistik (angan-angan) tetapi pada akhirnya terbukti pendapatnya benar. Kata revolusi didengar oleh orang lain sebagai suatu tindakan yang penuh dengan kekerasan, tetapi revolusi di mata Sukarno adalah perjuangan yang penuh dialektika dan dinamika sesuai keadaan nyata (objective) bahwa perjalanan suatu kehidupan terjadi tidak linier begitu saja tetapi penuh fluktuasi (gelombang) dan kontradiksi, dalam bahasa sehari-hari disebut penuh liku-liku kehidupan. Pembebasan Irian Barat merupakan salah satu bagian dari tahapan revolusi Indonesia karena berdasarkan Konferensi Meja Bundar penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda tidak termasuk Irian Bagian Barat yang masih menjadi koloni Belanda. Usaha melalui perundingan dan diplomasi tidak membuahkan hasil, menjelang dan awal tahun 1960-an situasi internasional sedang memuncaknya perang dingin antara Blok Barat (kapitalis) dan Blok Timur (komunis). Kondisi sosial politik dalam negeri menunjukkan kekuatan kaum komunis makin meningkat (mensosialisasikan kekuatan politik NASAKOM), kedua situasi tersebut di atas digunakan oleh Bung karno sebagai kekuatan diplomasi dan penekanan secara militer. Dengan kekuatan diplomasi dan militer tersebut, pada tanggal 15 Agustus 1962 diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda di Markas Besar PBB di New York, dari hasil perundingan, selanjutnya pada tanggal 1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan pemerintahan Papua Barat kepada Indonesia. Pembangunan infrastruktur pada periode ini (1960-1965), dimulai dengan membangun berbagai fasilitas fisik yang dianggap proyek mercu suar pada saat itu, tetapi Bung Karno berpikir jauh ke depan, untuk menjadi negara bangsa besar memerlukan kebanggaan nasional dan penggambaran (image) Indonesia modern di mata dunia. Infrastruktur itu antara lain : Tugu Monas, Hotel Indonesia, Tugu Selamat Datang, Krakatau Steel, Gedung Toserba Sarinah, Jembatan Semanggi, Stadion Senayan, Gedung Conefo (sekarang gedung DPR-MPR RI), Patung Dirgantara, Patung Pak Tani, Jembatan Ampera (Palembang), jalan raya By Pass CawangTanjung Priok, Pabrik Semen Gresik, dan lain-lainnya. Mungkin terinspirasi dari Restorasi Meiji, sejak pertengahan tahun 1950-an, pemerintah mengirimkan anak-anak muda untuk menempuh pendidikan di segala disiplin ilmu ke luar negeri baik ke Eropa Barat & Amerika Serikat maupun ke Eropa Timur & Uni Soviet, yang sebagian tidak pulang ke tanah air dengan satu alasan tidak mudah mendapatkan warganegara Indonesia kembali, penulis pernah ketemu di Eropa dalam keadaan sudah sepuh dan tanpa warganegara (stateless) khususnya yang belajar di negara Blok Timur. Tenaga-tenaga terdidik tersebut dipersiapkan sebagai generasi penerus, untuk mengelola kekayaan alam serta membangun Indonesia menjadi negara modern yang adil dan makmur. Hal ini merupakan social construction khususnya human skill investment untuk mendukung tercapainya Berdikari di Bidang Ekonomi.

Tahapan revolusi Indonesia di bidang demokrasi, pada periode ini tatanegara dilaksanakan dengan 2 (dua) konstitusi yaitu UUD Sementara 1950 (1950-1959) dan UUD 1945 (1959-1965). Sistem demokrasi berdasarkan UUD Sementara 1950 adalah multi partai berwatak liberal, kondisi obyektif ini berlangsung sampai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 diberlakukannya UUD 1945 yang bersifat Sauvetage Detat, sehingga tidak ada perubahan kekuasaan secara drastis. Kita mengetahui sistem demokrasi berdasarkan UUD 1945 (Sila ke IV Pancasila, Demokrasi Terpimpin dengan Musyawarah Mufakat), menurut Prof. Mr. Notonagoro :26 Negara Indonesia adalah mono-dualis (atas dasar dwitunggal sifat individu dan makhluk sosial daripada manusia), tidak individulis(atomistis) dan tidak organis(absolutis)........Maka sekarang ternjata, bahwa dalam hal susunannja pemerintahan, Negara Indonesia mempunjai djuga sistem demokrasi, jang sendiri, tegastegas djuga berlainan dengan sistem demokrasi jang manapun. Sifatnja mono-dualis dalam arti keseimbangan atau saling batas membatasi antara alat-alat perlengkapan Negara, Berdasarkan sejarah, partai politik merupakan instrument demokrasi parlementer (faham sosial demokrat) berwatak liberal, secara bertahap untuk mengurangi peranan partai politik yang rawan ditunggangi kepentingan kapitalis, dibentuk Front Nasional dan Sekretaris Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) yang dipersiapkan untuk mengganti peran partai politik sebagai instrumen demokrasi. Keberadaan Front Nasional banyak tidak dipahami orang, dianggap sebagai alat kekuasaan Sukarno. Demikian juga pembentukan Sekber Golkar tahun 1964, tidaklah mungkin berdiri tanpa restu Sukarno di jaman itu. Kedua kekuatan sosial tersebut dipersiapkan untuk mengisi unsur fungsional dan golongan di lembaga MPR tanpa melalui proses pemilu untuk mengimbangi kemungkinan dampak buruk demokrasi kepartaian, sesuai sila ke IV Pancasila : Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, Demokrasi Terpimpin.Tahapan revolusi tersebut dimaksudkan menuju tercapainya Berdaulat Dalam Bidang Politik. Hubungan Internasional Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang terbentuk setelah Perang Dunia ke II yang berfungsi menangani masalah-masalah dunia, berdasarkan komposisi anggota tetap Dewan Keamanan bisa diperkirakan bahwa PBB tidak akan memberikan stabilitas dunia. Untuk mengatisipasi terjadinya konflik di tingkat internasional, Sukarno menggalang negara-negara baru merdeka untuk bersatu diawali dengan Konferensi Asia Afrika yang pertama (KAA I) diadakan di kota Bandung pada tanggal 19 april 1955 dan dihadiri oleh 29 negara kawasan Asia dan Afrika. Gerakan ini memberikan inspirasi bangsa-bangsa terjajah khususnya di wilayah Asia Afrika bangkit berjuang mencapai kemerdekaan. Selanjutnya gerakan negara-negara tersebut menjadi Gerakan Negara-Negara Non Block ( Non Alignment Movement), direncanakan Gerakan Non Blok diperluas menjadi Conference of The New Emerging Forces (Conefo) yang dijadwalkan tahun 1966 dan disiapkan gedung MPR/DPR sekarang sebagai tempat konferensi (Konferensi tidak terlaksana akibat peristiwa berdarah 1965).

26

Prof. Mr. Drs. Notonagoro : Kutipan Dari Hasil Pembahasan Ilmiah Mengenai Susuanan Pemerintahan Negara Republik Indonesia, dipersembahkan bagi Negara dan Bangsa oleh Pengurus Senat dan Senat Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, 17 Juni 1960. Dikutip dari : Pedoman untuk melaksanaan Amanat Penderitaan Rakyat, djilid II, tjetakan III, Permata Surabaya, 1961.

Bung Karno mengritik PBB yang hanya menguntungkan imperialisme dan merugikan negara-negara berkembang, pada sidang Majelis Umum PBB tanggal 30 September tahun 1960 yang terkenal dengan sebutan To Built The World A New.27 Pada 1 Januari 1965 Indonesia keluar dari PBB. Di akhir abad XX dan awal abad XXI terjadi ketidakadilan yang dialami negara-negara sedang berkembang (dunia ke III) dan PBB sebagai kendaraan negara-negara besar untuk melakukan ketidakadilan, memberikan bukti bahwa pendapat Sukarno benar, bahkan instabilitas internasional di masa depan sangat mengawatirkan akibat konflik di antara sesama kelompok kapitalis dunia yang mempunyai senjata pemusnah massal (senjata nuklir). Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jasmerah) Kita sering mendengar bahwa pengalaman adalah guru terbaik, dari pengalaman bisa menentukan aktivitas berikutnya dengan harapan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Pengalaman tidak terbatas pada batas waktu tertentu dan bersifat individu, untuk jangka waktu yang lebih lama dan tidak terbatas pada individu, pengalaman itu disebut sejarah. Dari memahami sejarah menumbuhkan jiwa kearifan, memandang segala sesuatu tidak sebatas hitam putih. Keteraturan alam semesta ditunjukan dengan peristiwa siklus terhadap waktu, berulangnya suatu bentuk peristiwa seperti terjadinya siklus siang dan malam, tetapi bersamaan dengan siklus tersebut terjadi proses evolusi yang terhadap waktu berbentuk spiral. Kemajuan teknologi dari penemuan roda sebagai alat bantu memindahkan benda sampai teknologi yang dicapai di abad modern merupakan evolusi terhadap waktu, kwalitas dan kwantitas meningkat tetapi melebar bersinggungan dengan kehendak peradaban, sama seperti perkembangan historis materialisme Karl Marx. Pada saat menulis buku ini, kasus keistimewaan Yogyakarta sedang diperdebatkan dan saya berpendapat pemerintah saat ini tidak memahami sejarah dan perjuangan. Perjuangan membebaskan diri dari penjajah secara kesinambungan antar generasi telah dilakukan sejak Pangeran Mangkubumi (Hamengku Buwono I) berhasil mendapatkan teritorial sendiri di Yogyakarta sesuai perjanjian Giyanti 13 Februari 1755, generasi penerusnya menjalankan perjuangan secara terus menerus untuk melepaskan diri dari penjajahan antara lain : Sultan Hamengku Buwono II tahun 1792 melawan pemerintahan Inggris dan Belanda karena beliau terus berusaha menghindari campur tangan asing dalam pemerintahannya, berakhir dengan pembuangan beliau ke Pinang. Terhentinya perjuangan Pangeran Diponegoro berakibat puluhan bangsawan pengikutnya berjuang melalui penyamaran menjadi rakyat biasa, mereka menjual harta bendanya pada orang asing terutama penduduk keturunan Cina.28 Tokoh-tokoh perjuangan modern dr. Wahidin Sudirohusodo dan Ki Hajar Dewantara merupakan generasi penerus Hamengku Buwono I, jadi peranan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat seperti yang dilakukan27

Dalam sidang Majelis Umum PBB tanggal 30 September 1960, Sukarno mengusulkan agar Republik Rakyat Tiongkok diterima sebagai anggota PBB, mendorong terhampusnya imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa Asia & Afrika, menghilangkan perlombaan senjata (Perang Dingin Blok Amerika vs Blok Uni Soviet) yang mampu menghancurkan umat manusia, masalah pembebasan Irian Barat, mengusulkan prinsip-prinsip Pancasila dimasukkan dalam Piagam PBB, menyampaikan resolusi agar Presiden Amerika Serikat dan Ketua Dewan Menteri Uni Soviet Sosialis mengadakan perundingan memecahkan ketegangan di antara mereka. 28 Aryo Baskoro Jati, Kedudukandan dan Hubungan Keraton dengan Pemerintah Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta, draft skripsi strata S1 Universitas Gajahmada, 2010

Hamengku Buwono IX dalam mendukung terbentuknya negara merdeka Republik Indonesia bukanlah bersifat sesaat tetapi merupakan kelanjutan perjalanan perjuangan para pendahulu Keraton Yogyakarta menuju kemerdekaan dari penjajah. Pola perjuangan melalui tahapan dan berkesinambungan juga diterapkan oleh Sukarno setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang dikenal dengan Djalannya Revolusi Kita (Djarek) seperti pada uraian sebelumnya. Pada pidato Presiden Sukarno pada 17 Agustus 1966 berjudul Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, presiden Sukarno memperkirakan peristiwa berdarah Gestok 1965 akan mengembalikan pendulum perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia balik ke titik 20 tahun ke belakang dari tahun 1965 (berarti kembali ke jaman Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945). Dalam pidato tersebut beliau mengapresiasi Jenderal Suharto, tentu ada alasan yang mendasar pernyataan orang sekaliber Sukarno, hal ini perlu pendalaman untuk mencari sejarah yang sebenarnya. Perkiraan Sukarno benar, pemerintahan Suharto tidak mampu membendung paham liberalisme/kapitalisme, bahkan di era reformasi kemunduran makin dalam. Kenyataan hal ini menjadi tampak lebih jelas setelah rejim reformasi memerintah Indonesia, secara sosial politik mundur ke jaman penjajahan, nilai-nilai Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak menjadi pedoman dalam menjalankan pemerintahan. UUD 1945 di amandemen dan dilupakannya falsafah Pancasila sebagai bukti kemunduran dalam berbangsa dan bernegara seperti yang dicitacitakan pendiri bangsa. Di era Reformasi kondisi kemakmuran dan keadilan makin menjauh dari cita-cita, pengambilan (eksploitasi) kekayaan alam oleh sekelompok elite bekerjasama dengan asing tidak memberikan dampak lebih baik kepada kemakmuran rakyat Indonesia, keadilan hanya untuk kelompok elite, bahkan ada yang mengatakan era reformasi adalah jaman menuju kehancuran negara Republik Indonesia. Mengulang sistem demokrasi liberal yang sudah pernah diterapkan pada tahun 1950 sampai dengan 1959, yang ada instabilitas/ketidaktentraman sosial politik dan ekonomi, mudah disusupi kepentingan asing. Rejim Reformasi mengulangi sejarah tersebut terbukti berdampak dengan makin sulitnya kehidupan rakyat untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, harga bahan pokok merangkak naik terus menjauh dari kemampuan daya beli masyarakat walaupun kekayaan alam telah dieksploitasi besar-besaran, seperti minyak bumi, batu bara, hutan, dan hasil tambang lainnya tidak dapat dinikmati rakyat dengan alasan seperti yang saya jelaskan sebelumnya yaitu biaya subsidi.

Diagram Revolusi Indonesia Menuju Masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur Di Era Sukarno

PENJAJAHAN Belanda & Jepang

REPUBLIK INDONESIA Periode Physical Revolution (1945-1950) Linggarjati

Renville

Roem - Roijen

KMB

Periode Survival (1950-1955) Pemilu 1955

Periode Investment (1955-.....) Dekrit Presiden 5 Juli 1959

MANIPOL/USDEK

Depernas/Bapenas

Trisakti

4.3 Periode sesudah 1965 1998

Pada kurun waktu pemerintahan Orde Baru 1965 sampai dengan tahun 1998, ajaran Marxisme dan Marhaenisme dilarang diajarkan, bahkan buku-buku yang bertendensi ke ajaran tersebut tidak boleh beredar. Selama 33 tahun bangsa Indonesia (kecuali sebagian diajarkan sebagai bahan perkuliahan di perguruan tinggi) tidak mempelajari teori atau cara berpikir untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang timbul dalam masyarakat. Di jaman ini terjadi kontradiksi dalam pelaksanaan ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila dikatakan mempunyai kesaktian dan diartikan lain dari jati diri Pancasila itu sendiri, kita mengetahui membicarakan Pancasila tidak terlepas dari membicarakan Sukarno. Perhatikan cuplikan pidato Presiden Sukarno tanggal 17 Agustus 1961 berjudul RESOPIM :29 Djangan mempergunakan Pantja Sila untuk memecah belah Nasakom, mempertentangkan kaum nasionalis dengan kaum agama, kaum agama dengan kaum komunis, kaum nasionalis dengan kaum komunis. Siapa yang main-main dengan Pantja Sila untuk maksud-maksud pengadu-dombaan itu,--ia adalah orang jang sama sekali tak mengerti Pantja Sila, atau orang jang durhaka kepada Pantja Sila, atau orang jang .........kepalanja sinting !...........Sekarang ada orang-orang jang mau menseminarkan Proklamasi. Lho, Proklamasi kok mau diseminarkan ! Apalagi jang mau dikutak kutik mengenai Proklamasi? Pada saat pidato di atas diucapkan, kondisi objektif sebagian besar kekuatan sosial politik di masyarakat Indonesia terdiri dari unsur Nasionalis, Agama, dan Komunis, hal ini harus difahami. Di jaman Orde Baru dalam doktrinnya memegang Pancasila tetapi memberangus substansinya, kalau tidak sefaham dengan pemikiran kaum komunis itu tidak dilarang tetapi menghancurkan kehidupan (bahkan membunuh) manusianya bukanlah tindakan yang bijaksana dan dibenarkan. Indoktrinasi yang salah selama 33 tahun menimb