bab iii metodologi penelitianthesis.binus.ac.id/doc/bab3/desmi a m 3.pdf · 2012-05-04 · 40 bab...

26
40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Upload: ledan

Post on 17-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir

Secara sistematis gambaran umum dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Page 2: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

41

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan asosiatif. Menurut

Nazir (2003, p. 54) penelitian asosiatif yaitu metode untuk mencari korelasi atau

hubungan kausal( menanyakan apakah ada hubungan atau pengaruh terhadap

variabel independent mempengaruhi variabel dependent).

Tabel 3. 1. Rancangan penelitian

Tujuan

Penelitian

Jenis

Penelitian

Metode

Penelitian

Unit Analysis Time horizon

T-1 Asosiatif Survey Pegawai Pusat

Kemenag RI

Cross

Sectional

T-2 Asosiatif Survey Pegawai Pusat

Kemenag RI

Cross

Sectional

T-3 Asosiatif Survey Pegawai Pusat

Kemenag RI

Cross

Sectional

T-4 Asosiatif Survey Pegawai Pusat

Kemenag RI

Cross

Sectional

T-5 Asosiatif Survey Pegawai Pusat

Kemenag RI

Cross

Sectional

Keterangan:

(T-1) Untuk mengetahui dan pengaruh budaya organisasi (X) mempengaruhi

keberhasilan pengembangan e-Government (Y).

(T-2) Untuk mengetahui pengaruh orang sebagai dimensi Budaya Organisasi

mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government (Y).

Page 3: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

42

(T-3) Untuk mengetahui pengaruh struktur sebagai dimensi Budaya Organisasi

mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government (Y).

(T-4) Untuk mengetahui pengaruh teknologi sebagai dimensi Budaya Organisasi

mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government (Y).

(T-5) Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sebagai dimensi Budaya

Organisasi mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government (Y).

Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel X : Budaya Organisasi

2. Variabel X1 : Orang

3. Variabel X2 : Struktur

4. Variabel X3 : Teknologi

5. Variabel X4 : Lingkungan

6. Variabel Y : Keberhasilan Pengembangan e-Government

7. Variabel Y1 : Perbaikan Kualitas Pelayanan

8. Variabel Y2 : Meningkatkan Transparansi Kontrol dan Akuntabilitas

9. Variabel Y3 : Mengurangi Biaya Administrasi, Relasi, dan Interaksi

10. Variabel Y4 : Memberikan Peluang Mendapatkan Sumber Pendapatan

Baru

11. Variabel Y5 : Menciptakan Suatu Lingkungan yang Dapat Secara Tepat

dan Cepat Menjawab Berbagai Permasalahan

12. Variabel Y6 : Memberdayakan Masyarakat Sebagai Mitra Pemerintah

Page 4: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

43

3.3. Perilaku Organisasi

Definisi Konseptual:

Menurut Cushway dan Lodge (2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai

organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara pegawai

berprilaku. Menurut Haris dan Moran (1991) faktor utama dari budaya organisasi

adalah Perilaku yang berkembang dalam organisasi. Menurut Keith Davis & John

W. Newstroom (1985:152), perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan

pengetahuan tentang bagaimana orang bertindak di dalam organisasi. Unsur

pokok dalam perilaku organisasi adalah orang, struktur, teknologi, dan

lingkungantempat organisasi beroperasi.

Definisi Operasional:

Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungan

atau pengaruh antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Menurut

Jogiyanto (2004) definisi operasional adalah hasil dari pengoperasionalan konsep

(operationalizing the concept) ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi

yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan dalam konsep.

Pengukuran perilaku organisasi dilihat dari alat ukur yang disusun berdasarkan

dimensi-dimensi perilaku organisasi dari Keith Davis & John W. Newstroom

(1985:152), yaitu Orang (yaitu makhluk hidup yang berjiwa, berpikiran, dan

berperasaan yang menciptakan organisasi untuk mencapai tujuan mereka.

Organisasi dibentuk untuk melayani manusia, dan bukan sebaliknya orang hidup

Page 5: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

44

untuk melayani organisasi), Struktur (struktur menentukan hubungan resmi orang-

orang dalam organisasi. Orang-orang ini harus dihubungkan dengan cara tertentu

yang terstruktur agar pekerjaan mereka efektif), Teknologi (teknologi

menyediakan sumber daya yang digunakan orang-orang untuk bekerja dan sumber

daya itu mempengaruhi tugas yang mereka lakukan), Lingkungan (Lingkungan

luar mempengaruhi sikap orang-orang, mempengaruhi kondisi kerja, dan

menimbulkan persingan untuk memperoleh sumber daya dan kekuasaan).

3.4.1. Keberhasilan Pengembangan e-Government

Definisi Konseptual:

Pemerintah federal Amerika Serikat mendefinisikan e-Government secara ringkas,

padat dan jelas, e-Government mengacu kepada penyampaian informasi dan

pelayanan online pemerintahan melalui internet atau biasanya disebut World Wide

Web.

Definisi Operasional:

Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungan

atau pengaruh antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Menurut

Jogiyanto (2004) definisi operasional adalah hasil dari pengoperasionalan konsep

(operationalizing the concept) ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi

yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan dalam konsep.

Dua negara besar yang terdepan dalam mengimplementasikan konsep e-

Government, yaitu Amerika dan Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair (dalam

Page 6: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

45

indrajit. 2002), secara terperinci menggambarkan manfaat yang diperoleh dengan

diterapkannya konsep e-Government bagi suatu negara adalah:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya

(masyarakat, kalangan bisnis dan industri) terutama dalam hal kinerja

efektifitas dan efisiensi diberbagai bidang kehidupan bernegara.

2. Meningkatkan transparansi kontrol dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate

Governance.

3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi dan interaksi

yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan

aktifitas sehari-hari.

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber

pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang

berkepentingan.

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara tepat

dan cepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan

berbagai perubahan global dan trend yang ada.

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra

pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara

merata dan demokratis. ( Indrajit, 2004:5)

Pengukuran manfaat e-Government didasarkan pada keberhasilan pengembangan

e-Government, keberhasilan dapat dicapai bila pemanfaatan dari e-Government

dapat dirasakan oleh organisasi yang dalam hal ini dari e-Government.

Page 7: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

46

3.4. Metode Analisis Data

3.4.1. Struktural Equation Modeling (SEM)

Menurut Bagozzi dan Fornel (dalam Gozali, 2005) Struktural Equation Modeling

(SEM) adalah generasi kedua teknik analisis multivariate yang memungkinkan

peneliti untuk menguji hubungan atau pengaruh antara variabel yang kompleks

baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh

mengenai keseluruhan model. Hair, Black, Anderson, Tatham (1998)

mendefinisikan SEM sebagai suatu teknik multivariate yang mengkombinasikan

aspek regresi berganda dan analisis faktor, untuk mengetimasikan serangkaian

hubungan yang bersifat simultan.

Sedang menurut Solimun (2002), SEM adalah teknik analisis terintegrasi antara

analisis faktor konfirmatori, analisis path, dan model struktural. Tidak seperti

analisis multivariate biasa (regresi berganda, analisis faktor), menurut Bollen

(dalam Gozali, 2005) SEM dapat menguji secara bersama-sama:

1. Model struktural

Hubungan antara konstruk (variabel laten/unobserved/variabel yang tidak

dapat diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indicator atau

proksi untuk mengukurnya) independen dan dependen.

2. Model measurement

Hubungan (nilai loading) antara indicator dengan konstruk (variabel

laten).

Page 8: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

47

Digabungkannya pengujian model struktural dan pengukuran tersebut

mengunkinkan peneliti untuk :

1. Menguji kesalahan pengukuran (measurement error) sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari SEM.

2. Melakukan analisis faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis.

Langkah–langkah yang harus dilakukan dalam proses SEM adalah sebagai berikut

(Gozali, 2005):

1. Konseptualisasi model

Tahap ini berhubungan dengan pengembangan hipotesis (berdasarkan

teori) sebagai dasar dalam menghubungkan variabel laten dengan variabel

laten lainnya, dan juga dengan indicator-indikatornya.

2. Penyusunan diagram alur (path diagram)

Penyusunan diagram alur ini akan memudahkan kita dalam

memvisualisasi hipotesis yang telah kita ajukan dalam konseptualisasi

model di atas.

3. Spesifikasi model

Tahap ini merupakan tahap penggambaran sifat dan jumlah parameter

yang diestimasi; analisis data tidak dapat dilakukan sampai tahap ini

selesai.

Page 9: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

48

4. Identifikasi model

Pada tahap identifikasi model, informasi yang diperoleh dari data diuji

untuk menentukan apakah cukup untuk mengestimasi parameter dalam

model.

5. Estimasi parameter

Pada tahap ini, estimasi parameter untuk suatu model diperoleh dari data

karena program LISREL maupun AMOS berusahan untuk menghasilkan

matriks kovarians berdasarkan model yang sesui dengan kovarians matriks

sesungguhnya. Uji signifikansi dilakukan dengan menentukan apakah

parameter yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari dari nol.

6. Penilaian model fit

Suatu model dikatakan fit apabila kovarians motriks model adalah sama

dengan kovarians matriks data. Model fit dapat dinilai berdasarkan dengan

menguji berbagai index fit yang diperoleh dari LISREL (RMSEA, RMR,

GFI, CFI, TLI, NFI, dll).

7. Modifikasi model

Setelah dilakukan penilaian model fit, model penelitian diuji untuk

menentukan apakah modifikasi model diperlukan karena tidak fitnya hasil

yang diperoleh pada penilaian model fit.

8. Validasi silang model

Validasi silang model adalah menguji fit tidaknya model terhadap suatu

data baru (validasi sub-sampel yang diperoleh melalui prosedur

pemecahan sampel).

Page 10: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

49

Banyak sekali software yang menawarkan SEM. Salah satu yang beredar di

pasaran LISREL, AMOS, EQS, ROMANO, SEPATH, dan LISCOMP.

LISREL (Linear Struktural Relationship) merupakan satu-satunya program SEM

yang paling banyak digunakan dan dipublikasikan pada berbagai jurnal ilmiah

pada berbagai disiplim ilmu ( Austin dan Calderon dalam Gozali, 2005).

3.6 Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diajukan adalah “Budaya organisasi mempengaruhi

keberhasilan pengembangan e-Government pada Kementerian Agama RI Pusat,

Jakarta. ” Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini akan dituangkan ke dalam

bentuk hipotesis statistik berikut:

1. Untuk X terhadap Y

Ho : Budaya organisasi tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-

Governmen.t

H1 : Budaya organisasi mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-

Government.

2. Untuk X1 terhadap Y

Ho : Dimensi Orang tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-

Government.

H1 : Dimensi Orang mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-

Government.

Page 11: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

50

3. Untuk X2 terhadap Y

Ho : Dimensi Struktur tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-

Government.

H1 : Dimensi Struktur mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-

Government.

4. Untuk X3 terhadap Y

Ho : Dimensi Teknologi tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan

e-Government.

H1 : Dimensi Teknologi mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-

Government.

5. Untuk X4 terhadap Y

Ho : Dimensi Lingkungan tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan

e-Government.

H1 : Dimensi Lingkungan mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-

Government.

3. 7 Populasi dan Sampel

Adapun karakteristik subjek penelitian sebagai berikut :

1. Pegawai Kementerian Agama RI Pusat.

2. Pegawai tetap (berstatus Pegawai Negeri Sipil), hal ini bertujuan agar para

pegawai telah mengenal lingkungan kerjanya, dapat merasakan dan

Page 12: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

51

menghayati pekerjannya maupun segala sesuatu yang terdapat di

lingkungannya.

Jumlah pegawai pada Kementerian Agama RI Pusat adalah 3485 dengan jumlah

sebaran sebagai berikut :

Tabel 3. 2. Jumlah Sebaran Pegawai Kementerian Agama RI Pusat RI

No Unit Eselon 1 Jumlah

1 Sekretariat Jenderal 557

2 Dirjen Pendis 614

3 Dirjen Bimas Islam 474

4 Dirjen Bimas Kristen 353

5 Dirjen Bimas Katolik 322

6 Dirjen Bimas Hindu 224

7 Dirjen Bimas Budha 210

8 Inspektorat Jenderal 300

9 Badan Litbang dan Diklat 183

10 Dirjen Haji dan Umrah 248

Jumlah 3485

3. 7. 1 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah simple random

sampling. Simple random sampling adalah teknik dimana memilih secara acak

sebagian dari sub populasi yang dijadikan sebagai responden, mempunyai peluang

yang sama untuk terpilih sebagai sampel. (Sugiarto, 2003)

Page 13: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

52

Dalam menentukan besarnya sampel untuk suatu penelitian tidak ada aturan yang

berlaku umum, namun ada empat faktor yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Derajat keseragaman populasi.

2. Presisi yang dikehendaki.

3. Rencana analisis.

4. Tenaga, biaya, dan waktu.

3. 7. 2 Jumlah Sampel

Ukuran sampel dalam penelitian ini didaptkan dengan menggunakan rumus yang

diungkapkan Slovin (dalam Fathurrahman, 2008 : 75) untuk mendapatkan jumlah

sampel minimal. Adapun rumusnya sebagai berikut :

n = N

1 + Ne²

Bagan 3. 2. Rumus Sampling

Keterangan : n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = nilai presisi yang diharapkan atau ditentukan peneliti

Populasi dari penelitian ini, yaitu pegawai Biro PINMAS yang sesuai dengan

karakteristik sampel berjumlah 30. Dari populasi pegawai Biro PINMAS yang

berjumlah 3485, dengan nilai presisi 0,1 didapatkan sampel minimal 98 orang.

Menurut Ghozali (2005) merekomendasikan bahwa ukuran sample 100 sampai

dengan 200 harus digunakan untuk metode SEM bila lebih dari 400 responden

LISREL akan sangat sensitif. Dengan demikian peneliti mengambil sampel

Page 14: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

53

sejumlah 160 orang dan dianggap dapat mewakili populasi. Sebaran sampel

responden sebagai berikut:

Tabel 3. 3. sebaran sample responden Kementerian Agama RI Pusat

No Unit Eselon 1 Jumlah

1 Sekretariat Jenderal 33

2 Dirjen Pendis 40

3 Dirjen Bimas Islam 18

4 Dirjen Bimas Kristen 8

5 Dirjen Bimas Katolik 10

6 Dirjen Bimas Hindu 5

7 Dirjen Bimas Budha 6

8 Inspektorat Jenderal 15

9 Badan Litbang dan Diklat 11

10 Dirjen Haji dan Umrah 14

Jumlah 160

Page 15: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

54

3. 7. 3. Uji signifikansi

Hasil rs yang didapat kemudian diuji signifikansinya dengan menggunakan rumus:

212

ss r

nrt−−

=

Kriteria uji yang digunakan yaitu :

Tolak H0 jika thit > ttabel. Dengan taraf kepercayaan 95% untuk penelitian ini nilai

ttabel = 1. 96 didapatkan dari tabel ttabel .

Selain itu, untuk mendapatkan gambaran tentang dimensi pada masing-masing

variabel digunakan analisis deskriptif untuk setiap variabelnya

3. 8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian survey adalah

wawancara, kuesioner, dan observasi (Soeratno, 1995).

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu komunikasi dari seseorang untuk

mendapatkan informasi yang diinginakannya. Wawancara akan memakan

waktu yang cukup lama dan biaya yang sangat besar apabila digunakan

untuk sampel yang cukup besar. Selain itu tidak mudah u8ntuk menemui

para responden. Tetapi dengan wawancara, dapat diperoleh informasi yang

lebih lengkap.

Page 16: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

55

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan satu set

pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden dan responden me-

record jawaban yang diberikan pada kuesioner tersebut. Kuesioner

merupakan mekanisme pengumpulan data yang efisien ketika peneliti

mengetahui secara pasti kebutuhan apa yang diharapkan dan bagaimana

mengukur variabel yang diteliti.

Menurut arikunto (1998), keuntungan penggunaan kuesiner adalah sebagai

berikut:

• Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

• Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

• Dapat dijawab oleh reponden menurut kecepatannya masing-

masing, dan menurut waktu senggang responden.

• Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas jujur dan tidak

malu-malu dalam menjawab.

• Dapat dibuat terstandar, sehingga bagi semua responden dapat

diber pertanyaan yang benar-benar sama.

Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam memenuhi

kebutuhan penulisan dan penyusunan penelitian ini, maka peneliti menggunakan

teknik:

1. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang disebarkan di

Kementerian Agama RI RI. Terdapat dua buah kuesioner yang akan

Page 17: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

56

disebarkan, yaitu Budaya organisasi dan kuesioner

Keberhasilanpengembangane-Government.

2. Selain kuesioner, data yang kami dapatkan diperoleh dengan mempelajari

literature dan ketentuan peraturan pemerintah yang berlaku serta terkait

dengan pembuatan penelitian ini. Literatur yang berupa peraturan terkait

yang bisa didapatkan di situs resmi Kementerian Informasi dan

Komunikasi, dll.

3. 9 Alat Ukur Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua buah alat ukur, yaitu alat ukur mengenai perilaku

organisasi dan alat ukur mengenai keberhasilan pengembangan e-Government.

Sebelum dilakukan penelitian dan pengambilan data melalui pengukuran, maka

peneliti melakukan pembuatan alat ukur.

3. 9. 1 Alat Ukur Perilaku Organisasi

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh

peneliti. Sebagaimana pendapat Sugiyono (1999) bahwa, peneliti-peneliti dalam

bidang sosial instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri

termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Untuk mengukur perilaku

organisasi digunakan kuesioner mengenai perilaku organisasi. Rancangan ini

dikonstruksikan berdasarkan dimensi-dimensi perilaku organisasi (Keith & Davis,

1985 : 152) di antaranya adalah orang, struktur, teknologi, dan lingkungan.

Page 18: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

57

Kuesioner ini terdiri dari 15 item.

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Organisasi

Dimensi Indikator No. Item Orang Penempatan pegawai belum sesuai latar

belakang pendidikan dan keterampilan yang dimiliki

1, 2

SDM bidang teknologi informasi mendapatkan kesejahteraan dan kepastian karir

3, 4

Seluruh pegawai sudah mendapatkan pendidikan atau pelatihan teknologi tentang komputer

5, 6

Struktur Sosialisasi E-Government didukung kultur berbagi (sharring) informasi dan komunikasi antar pegawai, pimpinan dan unit lain.

7

Kementerian Agama RI harus memiliki unit khusus yang professional dan berkomitment mengelola Teknologi Informasi dan Komunikasi

8, 9

Teknologi Kementerian Agama RI telah memiliki Renstra (Rencana dan Strategi) E-Government

10

Kementerian Agama RI perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam penggunaan infrastruktur E-Government

11

Kementerian Agama RI membutuhkan anggaran khusus untuk pengembangan e-Government

12

Lingkungan Lingkungan luar mempengaruhi kondisi kerja Kementrian Agama

13, 14, 15

Alat ukur perilaku organisasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode skala penilaian Likert yang mencantumkan kategori pilihan. Skor yang

diberikan merupakan nilai-nilai dengan skala ordinal, karena di setiap pilihan

menunjukkan intensitas yang berbeda sehingga dapat dibedakan peringkatnya.

Kuesioner ini terdiri dari 15 item. Masing-masing item menyediakan enam pilihan

jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cenderung Setuju (CS), Cenderung

Tidak Setuju (CS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Responden

Page 19: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

58

diminta untuk memilih salah satu diantara enam kemungkinan jawaban yang

didasarkan pada kesesuaian pernyataan dengan keadaan diri responden. Kriteria

penilaian yang digunakan untuk masing-masing item dalam kuesioner ini

digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Kriteria penilaian kuesioner perilaku kerja

Item Positif Skor

Sangat Setuju 6 Setuju 5 Cenderung Setuju 4 Cenderung Tidak Setuju 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1

Penilaian responden terhadap perilaku organisasi merupakan jumlah total yang

diperoleh dari jawaban responden terhadap tiap item. Semakin tinggi skor yang

diperoleh responden semakin baik perilaku organisasi yang diperlihatkan.

3. 9. 2 Alat Ukur Keberhasilan Pengembangan E-Government

Untuk mengukur keberhasilan pengembangan e-Government digunakan kuesioner

mengenai pengembangan e-Government. Rancangan ini dikonstruksikan

berdasarkan unsur-unsur keberhasilan pengembangan e-Government di antaranya

adalah perbaikan kualitas pelayanan, meningkatkan transparansi kontrol dan

akuntabilitas, mengurangi biaya administrasi, relasi dan interaksi, memberikan

peluangmendapatkan sumber-sumber pendapatan baru, memberdayakan

masyarakat sebagai mitra pemerintah. Kuesioner ini terdiri dari 17 item.

Page 20: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

59

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Kuesioner Keberhasilan Pengembangan E-Government

Dimensi Indikator No. ItemPerbaikan kualitas pelayanan

Kecepatan pemberian informasi 1

Kejelasan prosedur dan proses 2

Pengurangan beban kerja 3

Koneksi antar unit kerja yang menangani pelayanan publik 4

Telah memberikan sosialiasi tentang penggunaan Sistem Informasi kepada masyarakat 5

Meningkatkan transparansi kontrol dan akuntabilitas

Terdapat infrastruktur untuk memberikan informasi kepada publik 6

Keamanan sistem informasi 7

Perancangan dan penetapan anggaran ditetapkan bersama DPR 8 Website sebagai media komunikasi dan informasi yang efektif 9

Mengurangi biaya administrasi, relasi dan interaksi

Penerapan e-Government belum mengurangi biaya administrasi 10 Penerapan e-Government belum mengurangi biaya relasi 11 Penerapan e-Government belum mengurangi biaya interaksi 12

Memberikan peluangmendapatkan sumber-sumber pendapatan baru

Pendaftaran online 13

Menciptakan suatu lingkungan yang dapat secara tepat dan cepat menjawab berbagai permasalahan

Fasilitas pemberian kritik dan saran dalam website 14

Fasilitas pemberian informasi 24 jam 15 Memberdayakan masyarakat sebagai mitra pemerintah

Dapat melihat respon dari masyarakat tentang kebijkaan yang diambil 16

Mengadakan poling tentang opsi kebijakan yang akan diambil 17

Page 21: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

60

Alat ukur keberhasilan pengembangan e-Government yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan metode skala penilaian Likert yang mencantumkan

kategori pilihan. Skor yang diberikan merupakan nilai-nilai dengan skala ordinal,

karena di setiap pilihan menunjukkan intensitas yang berbeda sehingga dapat

dibedakan peringkatnya. Kuesioner ini terdiri dari 17 item. Masing-masing item

menyediakan enam pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cenderung

Setuju (CS), Cenderung Tidak Setuju (CS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak

Setuju (STS). Responden diminta untuk memilih salah satu diantara enam

kemungkinan jawaban yang didasarkan pada kesesuaian pernyataan dengan

keadaan diri responden. Kriteria penilaian yang digunakan untuk masing-masing

item dalam kuesioner ini digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3. 4 Kriteria penilaian kuesioner keberhasilan pengembangan e-

Government

Item Positif Skor

Sangat Setuju 6 Setuju 5 Cenderung Setuju 4 Cenderung Tidak Setuju 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1

Penilaian responden terhadap keberhasilan e-Government merupakan jumlah total

yang diperoleh dari jawaban responden terhadap tiap item. Semakin tinggi skor

yang diperoleh responden semakin tinggi manfaat yang dirasakan dengan adanya

e-Government.

Page 22: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

61

3. 9. 3. Metode Analisis Data

Model dan teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

regresi linear berganda. Untuk keabsahan hasil analisis regresi berganda terlebih

dahulu dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data, dan uji

asumsi klasik. Model analisa regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1+e

Di mana:

Y = Keberhasilan Implementasi E-Government

b1 = Budaya Organisasi

e = Error

3. 9 Validitas dan Reabilitas

Instrument yang dipakai dalam penelitian ilmiah adalah angket atau kuesioner.

Sebuah angket atau kuesioner bisa disusun dengan pertanyaan yang bersifat

terbuka maupun tertutup. Salah satu yang sering dipakai dalam penyusunan

angket atau kuesioner adalah skala jenis interval.

Tujuan dari analisa validitas dan realibilitas adalah untuk menguji butir-butir

pertanyaan yang ada dalam kuesioner telah valid ( sahih ) dan reliable (andal).

Jika butir-butir telah valid dan reliable, berarti butir-butir tersebut telah bisa untuk

mengukur faktor-faktor. Langkah selanjutnya adalah menguji apakah faktor-faktor

telah valid untuk mengukur hubungan yang ada. Analisis dimulai dengan menguji

validitas lebih dahulu, baru diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir

Page 23: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

62

ditemukan tidak valid, maka harus dibuang dan butir-butir yang sudah valid baru

secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.

3. 9. 1 Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut benar-benar

mengukur hal yang hendak diukur, guna mengetahui ketepatan dan kecermatan

tes dalam menjalankan tugas pengukurannya (Friedenberg, 1995). Cara yang

dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah dengan variabel internal, yaitu

menguji apakah terdapat kesesuaian antara bagian instrumen secara keseluruhan.

Untuk mengukurnya menggunakan analisis butir. Pengukuran pada analisis butir

yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian dikorelasikan dengan

menggunakan Rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh

Pearson dalam Arikunto, (2002: 146) sebagai berikut:

dengan pengertian

r :korelasi

rxy : koefisien korelasi antara x dan y rxy

N : Jumlah Subyek

X : Skor item

Y : Skor total

∑X : Jumlah skor items

∑Y : Jumlah skor total

Page 24: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

63

∑X2 : Jumlah kuadrat skor item

∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total

( Suharsimi Arikunto, 2002 : 146 )

Dalam uji validitas ini, jika korelasi Pearson positif dan besarnya

lebih dari o, 3, maka item yang bersangkutan dinyatakan valid, jika

nilainya kurang dari 0, 3 maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak

valid dan dikeluarkan dari kuesioner atau digantikan dengan pernyataan

perbaikan.

Tabel 3. 6 Hasil Uji Coba Validitas Perilaku Organisasi

item pertanyaan

koef. Validitas r kritis keterangan

X11 0. 4449 0. 3 valid X12 0. 4650 0. 3 valid X13 0. 5703 0. 3 valid X14 0. 4806 0. 3 valid X15 0. 5297 0. 3 valid X16 0. 4315 0. 3 valid X21 0. 4787 0. 3 valid X22 0. 4622 0. 3 valid X23 0. 4776 0. 3 valid X31 0. 4601 0. 3 valid X32 0. 4637 0. 3 valid X33 0. 4530 0. 3 valid X41 0. 6320 0. 3 valid X42 0. 6264 0. 3 valid X43 0. 5417 0. 3 valid

Tabel 3. 6 Hasil Uji Coba Validitas E-Government

item pertanyaan

koef. Validitas r kritis keterangan

Y11 0. 5208 0. 3 valid Y12 0. 5374 0. 3 valid Y13 0. 4282 0. 3 valid

Page 25: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

64

Y14 0. 4451 0. 3 valid Y15 0. 4562 0. 3 valid Y21 0. 4181 0. 3 valid Y22 0. 4191 0. 3 valid Y23 0. 4731 0. 3 valid Y24 0. 4603 0. 3 valid Y31 0. 4478 0. 3 valid Y32 0. 4599 0. 3 valid Y33 0. 4420 0. 3 valid Y41 0. 4588 0. 3 valid Y51 0. 4563 0. 3 valid Y52 0. 4597 0. 3 valid Y61 0. 4980 0. 3 valid Y62 0. 4755 0. 3 valid

3. 9. 2 Uji Reliabilitas

Uji coba reliabilitas dilakukan untuk melihat keterandalan, stabilitas atau

kemantapan, keterpercayaan (dependability), dan prediktabilitas serta akurasi alat

ukur (Kerlinger, 1990). Uji ini dilakukan dengan menggunakan metode Alpha

Cronbach dengan bantuan program SPSS 17. 0 for windows. Perhitungan

reabilitas alat ukur dengan cara memilih menu analyzescale reablitiy analysis,

kemudian memasukan data jawaban subjek uji coba untuk semua item sehingga

dapt diperoleh koefisien reliabilas alpha croncach. Koefisien alpha cronbach ini

dihasilkan dari korelasi jumlah total per item dengan jumlah total nilai yang

diperoleh sampel.

Reliabilitas alat ukur ditunjukkan dengan besarnya koefisien korelasi α,

dengan rumus:

Page 26: BAB III METODOLOGI PENELITIANthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/Desmi A M 3.pdf · 2012-05-04 · 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum

65

Bagan 3. 4 Rumus Alpha Cronbach

Keterangan :

k = jumlah item

Kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu alat ukur reliabel atau tidak

adalah pedoman Brown & Thomson (dalam Manggala, 2006), sebagai berikut:

α> 0 , 7 : dapat diandalkan

α< 0, 7 : kurang dapat diandalkan

r Kategori

Variabel Budaya Organisasi 0, 7786 Dapat diandalkan

Variabel Keberhasilan pengembangan e-Gov 0, 7965 Dapat diandalkan