metode student facilitator and explaining (sfae)
DESCRIPTION
Metode Pembelajaran PTKTRANSCRIPT
-
a. Definisi metode pembelajaran Student Facilitator And Explaining
Perasaan bersahabat merupakan ciri-ciri dan sifat interaksi remaja dalam kelompok
sebayanya. Mereka sadar bahwa dirinya dituntut untuk dapat menyesuaikan dirinya
dengan teman lain dalam kelompok, meskipun beberapa saat tertentu mereka kurang dapat
memenuhi tuntutan kelompok tersebut.
Teman sejawat merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan pada masa-
masa remaja. Diantara para remaja terdapat jalinan perasaan yang sangat kuat. Pada
kelompok teman sejawat itu umtuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip
hidup bersama dan bekerjasama. Dalam jalinan yang kuat itu terbentuk norma, nilai-nilai
dan simbol-simbol tersendiri yang lain dibandingkan apa yang ada di rumah mereka
masing-masing. Terkadang pertentangan nilai dan norma yang sering terjadi antara norma
dan nilai kelompok pada satu pihak dengan nilai dan norma keluarga pada lain pihak,
sering kali timbul pada masa remaja. Dalam hal ini penyesuaian diri dihadapi oleh remaja.
Remaja berusaha untuk tidak melanggar peraturan rumah tangga, sementara ia
juga merasa takut dikucilkan teman sebaya sekelompok mereka. Sejalan dengan hal itu
Monks, Knoers dan Rahayu Haditono (1998:183 ) mengatakan :
Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah hingga akhir
sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari
keluarga, ia makin mendekatkan diri pada orang-orang lain disamping aggota keluarga.
Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-
pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua. Ia bergaul dengan teman-teman, ia
mempunyai guru-guru yang mempunyai pengaruh yang sangat besar.
-
Penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sejawat, umumnya terjadi dalam
kelompok yang heterogen, minat, sikap dan sifat, usia dan jenis kelamin yang berbeda.
Dalam kelompok besar semacan itu, remaja menyesuaikan diri dengan cara lebih banyak
mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompoknya. Tetapi yang
sesungguhnya terjadi adalah karena remaja itu sendiri merasa takut atau menghindari
keterkucilan dari kelompok. Dengan kata lain bahwa dalam hal-hal yang tidak membuat
remaja yang bersangkutan terlalu dirugikan, remaja cenderung mengikuti kemauan
kelompok. Akan tetapi bila pertentangan yang terjadi menyangkut hal prinsip bagi
seorang remaja, maka seorang remaja akan menyesuaikan dalam bentuk lain.
Teman sejawat biasanya berpengaruh terhadap sikap remaja pada sikap dan
perilaku remaja tergantung pada sikap dan aktivitas yang ada di dalam kelompok serta
kebutuhan individu. Jika unsur prestasi atau hasil belajar yang lebih diutamakan oleh
kelompok umumnya anggota kelompok menunjukan prestasi atau hasil belajarnya. Jika
yang menjadi pilihan kekerasan dan kenakalan maka pilihan itu segera diterjemahkan ke
dalamsikap dan perilaku individu.
Kelompok teman sebaya baik yang terjadi di masyarakat maupun di sekolah terdiri
kelompok-kelompok sosial yang beranggotakan beberapa orang.
Dalam kelompok ini sering terjadi tukar-menukar pengalaman, berbagai
pengalaman, kerja sama, tolong-menolong, tenggang masa dalam kelompok sebaya adalah
tinggi. Karakteristik teman sejawat cenderung saling tolong-menolong, tenggang rasa.
Apabila tolong-menolong tersebut dalam hal yang positif maka tentu terjadi pergaulan
yang baik. Contohnya antar teman sejawat tersebut membuat kelompok belajar, maka
prestasi mereka akan naik di bidang akademik di sekolahnya. Tetapi apabila tolong-
-
menolong tersebut dalam hal yang negatif, maka dapat dipastikan terjadi pergaulan yang
jelek yang dapat merembet kearah kenakalan remaja.
Sikap remaja akan cenderung berubah bila mereka masuk ke suatu kelompok yang
baru. Sikap dan perilakunya disesuaikan dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok
yang baru walaupun tidak seluruhnya sikap dan perilakunya berubah. Teman sejawat
cukup berperan dalam pembentukan sikap dan perilaku yang kurang baik. Hal ini bisa
terjadi karena remaja suka melakukan peniruan yaitu bahwa anak adalah peniru sikap-
sikap yang mereka tangkap sebagaimana mereka mempelajarinya.
Metode Student Facilitator And Explaining merupakan suatu metode dimana siswa
mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya. Sedangkan menurut Agus
(2009:129) metode Student Facilitator And Explaining mempunyai arti metode yang
menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan
kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa. Perbedaan metode Student Facilitator And
Explaining dengan metode diskusi terletak pada cara pertukaran pikiran antar siswa.
Dimana dalam metode Student Facilitator And Explaining siswa dapat menerangkan
dengan bagan atau peta konsep.
Metode pembelajaran Student Facilitator and Explaning merupakan salah satu
metode Pembelajaran lebih aktif karena kegiatan pembelajarannya berpusat pada siswa.
Menurut (Suprijono, 2009: 1) PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang
dikembangkan dengan cara membantu peserta didik untuk membangun keterkaitan antara
informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dikuasai peserta
didik. Selanjutnya, peserta didik diajarkan cara mempelajari konsep dan konsep tersebut
-
dapat dipergunakan di luar kelas. Peserta didik diperkenankan bekerjasama secara
kooperatif.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode
Student Facilitator And Explaining menjadikan siswa sebagai fasilitator dan di ajak
berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam
dan lebih menarik serta menimbulkan rasa percaya diri pada siswa.
b. Tujuan Pembelajaran
Metode Teman Sejawat atau Student Facilitator And Explaining ini merupakan
salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Student Facilitator and Explaning termasuk dalam kategori metode Pembelajaran
Aktif. Kata Aktif dalam pembelajaran Aktif berarti pembelajaran harus menumbuhkan
suasana yang memotivasi peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Belajar adalah proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang
pengetahuan (Suprijono, 2009: 3). Lebih jauh Suprijono mengemukakan bahwa
pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi
peserta didik. Metode pembelajaran aktif memiliki banyak jenis seperti group resume,
team quiz, modeling the way, student facilitator and explaining, dan lain sebagainya.
-
Metode ini memanfaatkan kemampuan siswa yang unggul dalam hal ini memiliki
pemahaman yang lebih baik dibandingkan teman yang lainnya untuk dapat menjelaskan
materi pada temannya. Dengan kata lain siswa merupakan fasilitator pembelajaran bagi
siswa yang lain.
Sehingga dapat disimpulkan tujuan pembelajaran dengan Model Student
Facilitator and Explaining antara lain :
1) Para siswa dapat menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya
dan untuk mendengarkan satu sama lain. Sehingga pemahaman materi pembelajaran
lebih dipahami hal ini dapat terlihat banyaknya siswa yang akan mengangkat tangan
untuk menjawab pertanyaan dengan pasangannya.
2) Guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir dan berkonsentrasi
mendengarkan jawaban siswa, disamping dapat dengan seksama mengamati reaksi
siswa, dan mengajukan pertanyaan yang lebih detil.
c. Langkah-langkah Pembelajaran:
Diawali oleh guru memberikan pemahaman awal dan penguasaan bahan guna
memberikan cakrawala berfikir tentang penghayatan dan penguasaan imajinasi bagaimana
cara memerankan seorang tokoh sesuai teks yang sudah disediakan. Dengan demikian,
komunikasi verbal yang ingin disampaikan kepada siswa untuk meningkatkan
kemampuan berbicara dapat terealisasi dengan baik.
Begitu pentingnya pengetahuan awal yang harus diberikan kepada siswa untuk
dapat menggabungkan antara pengetahuan yang sebelumnya di miliki siswa dengan
-
pengetahuan baru yang akan diterimanya. Hal ini dapat memperkaya memori siswa yang
disimpannya. Mohammad Nur (2005 ; 10 )
Guru memberikan penjelasan tetang hal-hal yang harus diperhatikan dalam
bermain peran ini utamanya pada aspek penjiwaan atau ekspresi, vocal, gaya, kerja sama
dalam melakukan peran. Guru memberikan keleluasaan berfikir bagi siswa untuk
mengadakan pengamatan dan penilaian terhadap kelompok yang tampil. Dalam hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan diskusi dengan kelompoknya.
Dengan hasil pengamatan dan penilaian tersebut diharapkan siswa dapat
mengungkapkan ide dan gagasannya untuk meningkatkan kemampuan berbicara tentang
hal-hal yang ada dalam materi pembelajaran yang telah dibacanya.
Menurut Agus Suprijono (2009:128) langkah-langkah yang digunakan dalam
proses pembelajaran menggunakan metode Teman Sejawat atau Student Facilitator And
Explaining adalah sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi
3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya
melalui bagan atau peta konsep
4) Guru menyimpukan ide atau pendapat dari siswa
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
6) Penutup.
d. Kelebihan dan Kekurangan :
Adapun kelebihan metode Student Facilitator and Explaning yaitu:
-
1) Dapat meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Karena siswa dituntut
menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang
diberikan oleh guru di awal pertemuan. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu
memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikan pada pertemuan
selanjutnya.
2) Dapat memperbaiki kehadiran, karena tugas yang diberikan oleh guru pada setiap
pertemuan melibatkan siswa secara aktif. Oleh sebab itu, bagi siswa yang sekali tidak
hadir akan dalam pertemuan ditekan untuk hadir pada pertemuan berikutnya terkait
dengan tugas yang telah ia terima sebelumnya.
3) Dapat memotivasi siswa untuk selalu meningkatkan volume belajarnya.
4) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar dalam kelas.
Dari kelebihan model Student Facilitator and Explaining dapat disimpulkan bahwa
pada tahap akhir guru hanya sebagai fasilitator serta daya serap pembelajaran yang
diterima siswa lebih banyak dan cepat, dibandingkan dengan metode lain, karena pada
metode yang lain siswa yang aktif dalam kelas hanya siswa tertentu atau pada siswa yang
rajin saja, sedangkan siswa yang lain hanyalah pendengar pada materi yang
disampaikan guru.
Sedangkan Kelemahan metode Student Facilitator and Explaning
1) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktifitas.
2) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas.
3) Peralihan dari secara klasikal ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran.
Oleh karena itu, guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat
meminimalkan waktu tang tersedia.
-
Selain itu terdapat beberapa hambatan-hambatan yang mungkin terjadi antara lain :
Hambatan yang ditemukan selama proses pembelajaran Student Facilitator and
Explaining antara lain :
1) Pada Siswa.
Siswa yang pasif dapat mengganggu teman-temannya, atau siswa yang
seharusnya menyelesaikan soal dengan cara berdiskusi bersama kelompoknya kadang
dimanfaatkan untuk berbicara diluar materi pelajaran.
Siswa yang kurang aktif sering menggantungkan kepada teman yang aktif.
Kelas yang jumlah siswanya banyak dapat berpengaruh pada saat pelaksanaan
pembelajaran.
Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada pembentukan kelompok. Hal ini
memperlambat pada proses pelaksanaan. Karena setelah pasangan yang lain selesai
pada tahap akhir.
2) Pada Guru
a) Kesulitan mengatur waktu yang sesuai dengan perencanaan, disaat ada siswa yang
mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum selesai. Oleh karena itu,
diperlukan guru untuk sering mendatangi masing-masing kelompok untuk
mengecek kesiapannya.
b) Guru memberikan point pada siswa yang sering bertanya, atau memberikan
sanggahan saat proses berlangsung.
-
DAFTAR PUSTAKA:
Monks, Knoers dan Rahayu Haditomo, (1998), Psikologi Perkembangan. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press
Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan Data Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Jawa Timur : Depdiknas