metode jarimatika utk motivasi bbb

130
PENERAPAN METODE JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA (PERKALIAN) DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PALIMANAN BARAT KABUPATEN CIREBON SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon Oleh : U K H A N A NIM. 07480052 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2011

Upload: chrystysimangunsong

Post on 05-Nov-2015

80 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

bbbbbbbbbb

TRANSCRIPT

  • PENERAPAN METODE JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

    (PERKALIAN) DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1PALIMANAN BARAT KABUPATEN CIREBON

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

    pada Jurusan PGMI Fakultas TarbiyahIAIN Syekh Nurjati Cirebon

    Oleh :

    U K H A N ANIM. 07480052

    KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SYEKH NURJATI CIREBON2011

  • ABSTRAK

    UKHANA : Penerapan Metode Jarimatika untuk Meningkatkan MotivasiSiswa pada Mata Pelajaran Matematika (Perkalian) di KelasIII SDN I Palimanan Barat Kabupaten Cirebon.

    Proses belajar mengajar harus menggunakan metode yang tepat supayamencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Metode Jarimatika adalah suatucara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari. Melaluimetode Jarimatika, interaktif dapat meningkatkan Motivasi belajar siswa. Denganasumsi bahwa, semakin tepat dalam pemilihan metode semakin meningkatMotivasi belajar siswa. Jika faktor penerapan metode Jarimatika belum maksimaltentu ada faktor lain yang mempengaruhinya.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang motivasi siswa pada matapelajaran matematika (perkalian) sebelum di terapkannya metode jarimatika,untuk mengkaji tentang motivasi siswa pada mata pelajaran matematika(perkalian) setelah diterapkannya metode jarimatika, untuk mengkaji metodeJarimatika pada peningkatan motivasi siswa terhadap matematika perkalian.

    Metode Jarimatika mengandung tahap pengajuan pertanyaan ataupermasalahan, tahap pemusatan pada keterkaitan antara disiplin, tahappenyelidikan otentik, tahap kerjasama, tahap produksi karya dan peragaan.Melihat tahapan dalam metode pembelajaran Jarimatika yang mengupayakanperan aktif dalam proses pembelajaran diharapkan dapat memotivasi siswakhususnya dalam berhitung Jarimatika.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatandeskriptif kualintatif yang bercorak PTK (Penelitian Tindakan Kelas) denganrancangan yang digunakan model Kart Leiwin yang mengatakan bahwa dalamsuatu siklus terdiri atas empat langkah yaitu : 1. Perencanaan, 2. Aksi dantindakan, 3. Observasi, 4. Refleksi. Data yang dibutuhkan berupa data teoritis danempirik. Data teoritis diambil dari sejumlah literatur yang berhubungan denganmasalah penelitian, dan data empirik diambil dari instrumen penelitian. Instrumenyang digunakan dalam penelitian ini berupa : wawancara, observasi dan hasil tes.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat padasetiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada setiap siklusnyayaitu siklus I siswa hanya memperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 58. Siklus IImengalami peningkatan menjadi 75 dan siklus III mengalamai peningkatan lagimenjadi 80. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajarandengan menerapkan metode Jarimatika dapat meningkatkan motivasi belajarsiswa kelas III di SDN I Palimanan Barat Kabupaten Cirebon.

  • PERSETUJUAN

    PENERAPAN METODE JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

    (PERKALIAN) DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI IPALIMANAN BARAT KABUPATEN CIREBON

    Oleh :

    U K H A N ANIM. 07480052

    Menyetujui,

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Toheri, S.Si, M.Pd Drs. H. Tamsik Udin, M.PdNIP. 197307162000031002 NIP.196302071992031002

  • PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul PENERAPAN METODE JARIMATIKA

    UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA MATA

    PELAJARAN MATEMATIKA (PERKALIAN) DI KELAS III SEKOLAH

    DASAR NEGERI I PALIMANAN BARAT KABUPATEN CIREBON oleh

    UKHANA, NIM 07480052. Telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas

    Tarbiyah IAIN SYEKH NURJATI Cirebon pada tanggal 26 Januari 2011.

    Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana Pendidikan Islam, pada Fakultas Tarbiyah Jurusan S1 PGMI Institut

    Agama Islam Negeri Cirebon.

    Cirebon, 26 Januari 2011

    Sidang Munaqosah

    Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

    Drs. Aceng Jaelani, M.Ag Drs. H. Tamsik Udin, M.PdNIP. 19650930 199402 1 001 NIP. 196302 199203 1 002

    Anggota :Penguji I, Penguji II,

    Djohar Maknun, M.Si Drs. Mahdi, M.Ag .NIP. 196501004 20003 1 003 NIP. 19670825 199303 1 004

  • NOTA DINAS

    Kepada Yth :Dekan Fakultas TarbiyahIAIN Cirebondi

    Cirebon

    Assalaamualaikum, Wr. Wb.

    Setelah melakukan bimbingan, arahan, telaahan dan koreksi terhadap

    penulisan skripsi dari :

    Nama : UKHANA

    NIM : 07480052

    Judul : PENERAPAN METODE JARIMATIKA UNTUK

    MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA MATA

    PELAJARAN MATEMATIKA (PERKALIAN) DI KELAS

    III SEKOLAH DASAR NEGERI I PALIMANAN BARAT

    KABUPATEN CIREBON

    Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

    Fakultas Tarbiyah IAIN SYEKH NURJATI Cirebon untuk dimunaqosahkan.

    Wassalaamualaikum, Wr. Wb.

    Cirebon, Oktober 2010

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Toheri, S.Si, M.Pd Drs. H. Tamsik Udin, M.PdNIP. 197307162000031002 NIP.196302071992031002

  • PERNYATAAN OTENSITAS SKRIPSI

    Bismillaahirrahmaanirrohiim.

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Penerapan

    Metode Jarimatika untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata

    Pelajaran Matematika (Perkalian) di Kelas III Sekolah Dasar Negeri I

    Palimanan Barat Kabupaten Cirebon, ini seluruh isinya adalah benar-benar

    karya saya sendiri , dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

    cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat

    keilmuan.

    Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apapun yang

    dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan berlaku, apabila dikemudian hari

    ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau ada klaim terhadap

    keaslian karya saya ini.

    Cirebon, Agustus 2010Yang Membuat Pernyataan,

    U K H A N ANIM. 07480052

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah

    memberikan rahmat, taufik serta hidayahnya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam saya ucapkan kepada

    Nabi Muhammad SAW, juga salam sejahtera semoga terlimpah curahkan kepada

    keluarga beliau, sahabat-sahabatnya dan umatnya hingga kiamat kelak.

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dorongan,

    bimbingan dan bantuan dari semua pihak, baik berupa moril maupun materil.

    Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Prof. DR. H. Maksum, MA Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

    2. Ibu DR. Septi Gumiandari, M.Ag Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh

    Nurjati Cirebon

    3. Bapak Drs. Aceng Jaelani, M.Ag, Ketua Jurusan Tarbiyah PGMI IAIN Syekh

    Nurjati Cirebon.

    4. Bapak Toheri, S.Si, M.Pd, Pembimbing I.

    5. Bapak Drs. H. Tamsik Udin, M.pd, Pembimbing II.

    6. Ibu Inah Nurhayati S.Pd, Kepala SD Negeri I Palimanan Barat Kabupaten

    Cirebon.

    7. Ibu Wiwit Sugiarti S.Pd.,Wali Kelas III SD Negeri I Palimanan Barat

    Kabupaten Cirebon.

    8. Suami tercinta yang turut membantu mengetik skripsi ini.

    9. Semua pihak yang turut membantu proses penyelesaian skripsi ini.

    i

  • Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kekurangan dan

    kekhilafan pada penulisan skripsi ini. Dengan demikian penulis sangat terbuka

    menerima kritik maupun saran untuk menyempurnakan skripsi ini.Semoga pihak-

    pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala

    yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amiin.

    Cirebon, Oktober 2010

    U K H A N A

    ii

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR i

    DAFTAR ISI.. iii

    DAFTAR TABEL. v

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. LatarBelakang Masalah. 1

    B. Rumusan Masalah

    1. Identifikasi Masalah.. 5

    2. Pembatasan Masalah. 6

    3. Pertanyaan Penelitian 6

    C. Tujuan penelitian.. 7

    D. Manfaat Penelitian 7

    E. Kerangka Pemikiran.. 8

    F. Langkah-langkah Penelitian.. 11

    G. Hipotesis 18

    BAB II. KAJIAN TEORI

    A. Hakikat Matematika.. 19

    B. Operasi Hitung Perkalian.. 22

    C. Motivasi Belajar.... 33

    iii

  • BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian 37

    B. Subjek Penelitian.. 37

    C. Metode dan Desain Penelitian. 39

    D. Tekhnik Pengumpulan Data. 43

    E. Analisis Data........................................ 44

    F. Validasi Data 45

    G. Prosedur Penelitian.. 46

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

    A. Gambaran Setting 51

    B. Uraian Penelitian Secara Umum 54

    C. Penjelasan Persiklus.. 57

    D. Proses Menganalisis Data 68

    E. Pembahasan. 86

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan 88

    B. Saran 89

    DAFTAR PUSTAKA 90

    LAMPIRAN 92

    iv

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1.1 Skema Alur Kerangka Pemikiran 10

    3.1 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas Persiklus. 37

    3.2 Daftar Jumlah Siswa SDN 1 Palimanan Barat. 38

    3.3 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data. 44

    4.1 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus I......................... 52

    4.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus II...................... 53

    4.3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus III...................... 53

    4.4 Rencana Kegiatan dalam Setiap Siklus...................................... 67

    4.5 Data Hasil Observasi Awal Aktivitas Guru dan Siswa........... 69

    4.6 Gambaran Umum Motivasi Siswa dalam Pembelajaran............. 70

    4.7 Nilai Hasil Pratest 70

    4.8 Data Hasil Observasi Siklus I Aktivitas Guru dan Siswa.. 73

    4.9 Wawancara Guru dengan Siswa Siklus I 74

    4.10 Rekapitulasi Nilai Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I. 75

    4.11 Data Hasil Observasi Siklus II Aktivitas Guru dan Siswa. 77

    4.12 Wawancara Guru dengan Siswa Siklus II.. 78

    4.13 Rekapitulasi Nilai Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II... 79

    4.14 Data Hasil Observasi Siklus III Aktivitas Guru dan Siswa...... 81

    v

  • Tabel Halaman

    4.15 Wawancara Guru dengan Siswa Siklus III 82

    4.16 Rekapitulasi Nilai Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus III. 83

    4.17 Perolehan Nilai Keseluruhan Siklus I, Siklus II dan Siklus III 84

    4.14 Grafik Pembelajaran Matematika 85

    vi

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Cirebon, tanggal 30 Juni 1986.

    Saya adalah anak ke tiga (3) dari pasangan Bapak

    Turyaman dan Ibu Samina. Penulis menyelesaikan

    pendidikan menengah di Cirebon pada tahun 2005.

    Kemudian pada tahun 2005 melanjutkan studi

    Diploma 2 (D-2) di jurusan PGMI Sekolah Tinggi

    Agama Islam (STAI) Cirebon. Setelah

    merampungkan studi Diploma 2 (D-2) penulis

    melanjutkan studi di jurusan PGMI Fakultas

    Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh

    Nurjati Cirebon.

    Saya menyelesaikan program sarjana Strara satu (S-1) pada jurusan PGMI

    Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon

    tahun akademik 2009/2010 dengan judul skripsi Penerapan Metode Jarimatika

    untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika

    (Perkalian) di Kelas III Sekolah Dasar Negeri I Palimanan Barat Kabupaten

    Cirebon.

    Cirebon, Oktober 2010

    U K H A N A

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Menurut Dewi Rahmawati (2007:11) pendidikan merupakan upaya sadar

    dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

    menghayati dalam mengamalkan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

    latihan, serta penggunaan pengalaman sedangkan menurut UU No. 20 Tahun

    2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa :

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

    Proses pendidikan secara formal adalah mengajar, sedangkan inti proses

    pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu mengajar tidak dapat

    dipisahkan dari belajar. Sehingga dalam peristilahan kependidikan dikenal

    dengan proses pembelajaran. Menganalisis proses pembelajaran pada intinya

    tertumpu pada suatu persoalan, yaitu bagaimana guru memberi kemungkinan

    bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif serta dapat mencapai hasil

    sesuai tujuan.

    Menurut Aqib Zainal (2006:10) guru yang profesional adalah guru yang

    memiliki kemampuan di bawah ini :

    1. Merencanakan program pembelajaran.2. Melaksanakan dan memimpin kegiatan pembelajaran.3. Menilai kemajuan kegiatan pembelajaran.

    1

  • 24. Menafsirkan dan memanfaatkan hasil penilaian kemajuan pembelajarandan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan pelaksanaankegiatan pembelajaran.

    Pendekatan dalam pembelajaran pada dasarnya adalah melakukan proses

    pembelajaran yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami

    untuk memperoleh pemahaman.(Sanjaya Wina,2008:127

    Menurut Abu Ahmadi (2005:52) metode mengajar adalah suatu

    pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di pergunakan oleh seorang

    guru atau instruktur. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula

    pencapaian tujuan. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik

    belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif.

    Menurut Dwi Sunar Prasetyo, dkk (2008:27) metode jarimatika adalah

    suatu cara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari. Jari

    tangan adalah hal yang pertama kali digunakan oleh manusia untuk

    menyatakan suatu jumlah suatu benda atau barang yang dimilikinya. Manusia

    zaman dulu menggunakan jari tangan untuk melakukan perhitungan. Ketika

    peradaban belum maju seperti sekarang, penghitungan masih dilakukan secara

    sederhana, tetapi seiring dengan semakin bertambahnya pengetahuan dan

    bertambahnya jumlah bilangan, yaitu ketika jumlah semakin banyak dan tidak

    mungkin lagi dihitung dengan jari sepuluh, dengan adanya metode jarimatika

    jari-jari kita akan mempunyai suatu fungsi. Dalam perkalian bilangan dimulai

    dari jari kelingking sebagai bilangan terkecil dan ibu jari sebagai bilangan

    terbesar.

  • 3Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar selama ini masih secara

    klasikal. Guru hanya menyampaikan pelajaran dan siswa hanya menerima

    pelajaran. Sehingga siswa kurang aktif dalam proses pemebelajaran yang

    berimbas pada rendahnya kemampuan siswa terhadap mata pelajaran

    matematika khususnya keterampilan siswa dalam operasi hitung perkalian.

    Menurut Piaget (dalam Suwangsih,Tiurlina 2006 : 21), anak usia SD tahap

    berpikirnya masih pada tahap operasi konkret. Dengan demikian mereka

    dapat lebih cepat memahami pelajaran apabila dibantu dengan benda-benda

    konkret.

    Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika

    diperlukan pendekatan yang tepat. Sesuai dengan pembelajaran di Sekolah

    Dasr yang menganut pola PAKEM ( Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan

    Menyenangkan ) yang artinya guru dapat menyajikan pembelajaran dengan

    atraktif dan menarik dengan hasil terukur sesuai dengan hasil yang diharapkan

    (Ambarjaya Beni,2008:51).

    Sekolah Dasar Negeri I Palimanan Barat merupakan salah satu sekolah

    yang terletak di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan hasil wawancara peneliti

    terhadap 6 guru wali kelas mulai kelas I sampai dengan kelas VI pada tanggal

    15 Februari 2010 diperoleh informasi bahwa pada proses pembelajaran

    matematika banyak ditemui permasalahan. Salah satu masalah yang sering

    dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi siswa belajar matematika adalah

    rendahnya kemampuan siswa dalam operasi hitung perkalian sehingga

    menyulitkan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan

  • 4guru. Selain kemampuan siswa dalam operasi hitung perkalian yang rendah,

    guru juga dihadapkan dalam pemilihan pendekatan yang tepat dalam proses

    pembelajaran. Selama ini dalam proses pembelajaran guru lebih sering

    menggunakan metode ceramah. Metode ceramah hanya memungkinkan

    pembelajaran berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih

    mendominasi pembelajaran sehingga cenderung mengakibatkan kejenuhan.

    Hal ini mengakibatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran tidak

    berkembang, cenderung pasif sehingga pemahaman mereka tidak maksimal

    dan mempengaruhi kemampuan mereka terhadap materi pembelajaran.

    Pendekatan guru dalam proses pembelajaran masih bersifat klasikal yang

    cenderung menganggap kemampuan siswa dalam belajar matematika adalah

    sama. Sebenarnya tingkat kemampuan siswa tingkat Sekolah Dasar adalah

    heterogen. Perlakuan terhadap siswa tidak dapat disamakan karena terdapat

    siswa yang cepat belajar dan lambat dalam belajar.

    Berdasarkan metode permasalahan di atas, peneliti memandang perlu

    melakukan penaggulangan masalah tersebut dengan dilaksanakannya

    Penelitian Pengembangan Kelas (PPK) mata pelajaran matematika dengan

    menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai alat yang bertujuan

    memperbaiki proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan

    pembelajaran kooperatif guna meningkatkan motivasi siswa sebagai salah satu

    alternatif pemecahan masalah. Menurut Ibrahim dkk (2000) pada

    pembelajaran kooperatif siswa ditempatkan dalam tim belajar yang

    beranggotakan lima orang. Komposisi kelompok harus heterogen dilihat dari

  • 5jenis kelamin, suku, agama dan kemampuannya. Tujuan pembelajaran

    kooperatif yaitu membangkitkan kerjasama diantara anggota kelompok

    melalui diskusi. Untuk melihat sejauh mana efek dari pendekatan kooperatif

    terhadap peningkatan motivasi siswa belajar matematika, maka peneliti ingin

    berkolaborasi dengan guru untuk melaksanakan suatu penelitian tindakan

    kelas dengan judul Penerapan Metode Jarimatika Untuk Meningkatkan

    Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika (Perkalian) di

    SDN I Palimanan Barat Kabupaten Cirebon.

    B. Rumusan Masalah

    1. Identifikasi Masalah

    a. Wilayah kajian ini adalah penelitian pengembangan kelas mata

    pelajaran matematika.

    b. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

    penelitian tindakan kelas.

    c. Jenis Masalah

    Jenis masalah dalam penelitian ini adalah metode Jarimatika untuk

    meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran matematika

    (perkalian).

  • 62. Pembatasan Masalah

    Untuk menghindari memperluasnya pembahasan, penulis merasa perlu

    untuk memberikan batasan terhadap masalah tersebut. Batasan masalah

    dalam penelitian ini adalah :

    a. Penelitian ini dibatasi kepada aktifitas siswa dalam proses

    pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Jarimatika yang

    dilaksanakan di kelas III SDN I Palimanan Barat Kabupaten Cirebon

    Tahun Ajaran 2009 - 2010.

    b. Perkembangan motivasi siswa pada mata pelajaran matematika

    (perkalian) dengan menggunakan pendekatan Jarimatika.

    3. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis merumuskan

    pertanyaan penelitian sebagai berikut :

    a. Bagaimana motivasi siswa pada mata pelajaran matematika (perkalian)

    sebelum diterapkannya metode jarimatika?

    b. Bagaimana motivasi siswa pada mata pelajaran matematika (perkalian)

    setelah diterapkannya metode jarimatika?

    c. Bagaimana metode jarimatika pada peningkatan motivasi siswa

    terhadap matematika (perkalian)?

  • 7C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka

    penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

    a. Untuk mengkaji motivasi siswa pada mata pelajaran matematika

    (perkalian) sebelum diterapkannya metode jarimatika

    b. Untuk mengkaji motivasi siswa pada mata pelajaran matematika

    (perkalian) setelah diterapkannya metode jarimatika.

    c. Untuk mengkaji metode Jarimatika pada peningkatan motivasi siswa

    terhadap matematika (perkalian).

    D. Manfaat Penelitian

    a. Bagi siswa

    1. Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

    2. Dapat meningkatkan pemahaman cara berhitung.

    3. Dapat meningkatkan keberanian siswa, sehingga menimbulkan rasa

    percaya diri.

    b. Bagi guru

    1. Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

    2. Dapat meningkatkan keterampilan guru dalam memilih dan

    menggunakan metode dan proses pembelajaran.

    3. Dapat meningkatkan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan

    metode pada proses pembelajaran.

  • 84. Dapat meningkatkan dan lebih memahami karakter dan kemampuan

    siswa.

    5. Dapat meningkatkan minat untuk melakukan penelitian.

    c. Bagi sekolah

    Siswa adalah subjek sekaligus objek dalam proses belajar mengajar.

    Mereka adalah komponen masyarakat dalam hidup di tengah-tengah

    masyarakat. Baik buruknya suatu lembaga akan menilai output siswanya.

    Jumlah siswa yang banyak tidak menjadi mutu jaminan pendidikan

    yang baik. Sekolah yang baik tentunya bukan hanya mementingkan

    kuantitas peserta didik tetapi juga kualitas menjadi target utama.

    Dengan adanya motivasi siswa menggunakan metode jarimatika

    diharapkan akan meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik bagi

    sekolah tersebut.

    E. Kerangka Pemikiran

    Pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar memiliki

    karakteristik tertentu sesuai dengan perkembangan kognitif mereka yaitu

    belum mampu berfikir abstrak yang berarti pembelajaran matematika di

    sekolah dasar harus dapat sekongkrit mungkin sehingga mudah dipahami

    siswa. Pembelajaran sebaiknya meliputi meraba, membentuk, memanipulasi,

    mengalami dan merasakan.

    Pada usia sekolah dasar daya ingat anak akan mencapai intensitas

    terbesar atau terbaik. Menurut Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005 : 94),

  • 9kuatnya daya ingat seseorang dapat mencapi maksimal pada saat mereka

    berusia antara 8 -12 tahun. Pada saat ini daya menghafal atau daya memorisasi

    (upaya memasukkan pengetahuan dalam tingkat seseorang) dapat memuat

    sejumlah materi hafalan sebanyak mungkin.

    Proses belajar juga menghendaki perubahan perilaku dalam diri individu

    siswa sehingga diperlukan proses pengajaran yang benar-benar terprogram

    dan tersusun untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Metode

    jarimatika mengandung tahap pengajuan pertanyaan atau permasalahan, tahap

    pemusatan pada keterkaitan antara disiplin, tahap penyelidikan otentik, tahap

    kerjasama dan tahap produksi karya dan peragaan. Metode pembelajaran

    seperti ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam

    pemecahan masalah, melatih siswa untuk berperan sebagai orang dewasa dan

    melatih siswa untuk menjadi orang yang mampu belajar secara mandiri (Yaya

    S, 2004:4)

    Dengan melihat tahapan dalam metode pembelajaran jarimatika yang

    mengupayakan peran aktif dari siswa dalam proses pembelajaran diharapkan

    dapat memotivasi siswa khususnya dalam berhitung jarimatika dalam bidang

    studi Matematika. Pembelajaran di sekolah dasar selama ini adalah sistem

    klasikal sehingga menghasilkan siswa yang cepat dalam belajar dan lambat

    dalam belajar. Siswa yang cepat dalam belajar akan merasa bosan dan siswa

    yang lambat akan merasa bingung. Oleh sebab itu pembelajaran dengan

    pendekatan Jarimatika merupakan akternatif pengajaran yang diharapkan

    dapat mengatasi permasalahan tersebut.

  • 10

    Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Jarimatika akan

    memunculkan kerjasama antar siswa dari semua tingkatan untuk bekerja sama

    dalam rangka mencapai tujuan, saling membantu untuk belajar, dan mencapai

    tujuan dalam belajar. Dengan demikian pembelajaran matematika terutama

    pada perkalian melalui pendekatan Jarimatika sangatlah penting dan

    menunjang keberhasilan belajar siswa. Belajar yang baik adalah belajar yang

    dilakukan dengan menyenangkan dan bermakna sehingga pengalaman tersebut

    akan terus diingat siswa sepanjang hayat.

    ALUR KERANGKA PEMIKIRAN

    Gbr 1.1 Skema Alur Kerangka Pemikiran

    F. Langkah-langkah Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem model

    penelitian tindakan kelas berbentuk siklus mengacu pada model Kemmis

    Realitas siswa :1.Rendahnya kemampuan

    siswa terhadap perkalian2.Rendahnya motivasi

    belajar siswa3.Nilai mata pelajaran

    matematika rendah

    1. Kemampuan siswaterhadap perkalianmeningkat.

    2.Motivasi belajar siswameningkat.

    3. Nilai mata pelajaranmatematika meningkat.

    Metode Jarimatika

  • 11

    Mc. Taggart. Pelaksanaan siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali

    tindakan tetapi berlangsung secara berulang dan berkelanjutan sampai

    tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai. Bentuk kegiatan yang

    dilaksanakan pada setiap siklus merupakan manivestasi dari penerapan

    pendekatan kooperatif pada pembelajaran matematika dengan karakteristik

    pendekatan tersebut.

    Menurut model Kemmis Mc. Taggart, pada setiap siklus terdiri dari

    empat kegiatan pokok, yang meliputi perencanaan (plan), pelaksanaan

    (act), pengawasan (observasi), dan refleksi (reflect). Demikian pula pada

    kegiatan siklus berikutnya dilakukan berdasarkan tahapan yang sama,

    tetapi ada modifikasi untuk tahap perencanaan disesuaikan dengan hasil

    refleksi yang dilakukan pada siklus sebelumnya. Jadi, pada siklus

    berikutnya yang dilakukan adalah perbaikan perencanaan, pelaksanaan,

    pengawasan, dan refleksi. Kegiatan terus berlangsung sampai pada siklus

    kedua, selama kegiatan penelitian berlangsung penulis berkolaborasi

    dengan teman sejawat sebagai observer.

    Revisi rancangan ditentukan berdasarkan hasil temuan pada

    pelaksanaan tindakan sebelumnya. Pelaksanaan revisi mengacu pada

    tujuan peneliti yang telah ditetapkan berupa upaya penyempurnaan

    pelaksanaan tindakan atau wujud tindakan alternatif yang relevan dengan

    ketercapaian tujuan dan pelaksanaannya ditetapkan bersama. Adapun

    langkah-langkah dari model tersebut diatas adalah sebagai berikut:

  • 12

    a. Perencanaan (Planning)

    1) Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaraan

    matematika oleh guru kelas, lalu ditemukan permasalahan yang

    timbul selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil

    diskusi tersebut, maka dirancang dan dilaksanakan tindakan

    perbaikan berupa sebuah RPP yang telah direvisi.

    2) Membuat lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan

    aktifitas siswa, membuat pedoman wawancara untuk guru dan

    siswa, dengan tujuan mengetahui segala hal yang terjadi selama

    proses pembelajaran berlangsung.

    3) Membuat alat evaluasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana

    motivasi yang dialami siswa tentang materi yang dipelajari.

    b. Pelaksanaan Tindakan

    Pelaksanaan dilakukan sesuai rencana pembelajaran dengan

    menggunakan kesiapan peneliti dalam memahami tujuan

    pembelajaran. Pada siklus pertama, peneliti melakukan kegiatan dalam

    proses pembelajaran.

    c. Observasi

    Selama pelaksanaan tindakan, peneliti mengamati setiap

    perubahan yang terjadi melalui lembar observasi yang meliputi

    kemampuan kognitif, efektife, dan psikomotorik siswa. Dari

    pengamatan tersebut diharapkan peneliti akan memperoleh berbagai

    data mengenai adanya kesesuaian antara proses pembelajaran dengan

  • 13

    pelaksanaannya, dan mengukur kemampuan siswa dalam bentuk hasil

    belajar yang berupa tugas mandiri maupun melalui lembar kerja siswa.

    d. Refleksi

    Refleksi dilakukan oleh peneliti atau guru berdasarkan temuan-

    temuan hasil observasi teman sejawat dan hasil belajar yang diperoleh

    siswa.

    2. Rencana Penelitian

    a. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian adalah di SDN 1 Palimanan Barat Kecamatan

    Gempol Kabupaten Cirebon. SD tersebut memiliki prestasi yang

    belum optimal sehingga dilakukan pembaharuan dalam proses

    pembelajaran.

    b. Populasi

    Populasi adalah hal yang menjadi sumber pengambilan sampel atau

    suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan

    masalah penelitian (Purwadaminta, 2007:889). Populasi dari penelitian

    ini adalah siswa SDN 1 Palimanan Barat Kecamatan Gempol

    Kabupaten Cirebon.

    c. Sampel

    Sampel adalah bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan

    yang lebih besar (Purwadaminta, 2007:991). Sampel yang akan diteliti

    merupakan bagian dari populasi penelitian, yaitu siswa kelas III SDN 1

    Palimanan Barat Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon.

  • 14

    3. Instrumen Penelitian

    a. Instrumen Pengumpulan Data

    1. Tes

    Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian, bisa berbentuksuatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan olehpeserta didik sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkahlaku atau prestasi peserta didik tersebut yang dapat dibandingkandengan nilai yang dicapai oleh peserta didik lain atau denganstandar yang ditetapkan. (Tabrani Rusyan, 1996 : 13)

    Teknik tes adalah pelaksanaan penilaian dengan menyajikan

    serangkaian pertanyaan, yang harus dijawab dengan benar oleh

    testee. Pelaksanaan teknik tes dapat dilakukan melalui tes tertulis

    (written test), tes lisan (oral tes), dan tes tindakan (permormance

    test). Alat penilaian teknik tes meliputi tes obyektif dan tes

    subyektif.

    Tes yang digunakan peneliti adalah tes formatif, dilakukan pada

    akhir pembelajaran untuk tiap siklus. Tes ini dilakukan untuk

    mengetahui hasil belajar siswa. Tes formatif yaitu tes yang

    dilakukan pada akhir satuan pelajaran dan bertujuan untuk

    memperoleh umpan balik dari upaya pengajaran yang telah

    dilakukan guru.

    2. Non Tes

    Dewa Ketut Sukardi (A. Tabrani Rusyan, 1996:49) mengemukakanbahwa untuk menilai aspek-aspek tingkah laku, lebih sesuaidipergunakan jenis non tes sebagai alat evaluasi. Alat evaluasi jenisini adalah: (1) observasi; (2) catatan anekdot; (3) daftar cek; (4)skala penilaian; (5) catatan kumulatif; (6) isi kartu pribadi; (7)kuisioner atau angket; (8) interview atau wawancara; (9) sosiometri

  • 15

    Instrumen pengumpulan data non tes yang peneliti gunakan dalam

    penelitian yaitu berupa lembar kerja observasi, angket, dan

    pedoman wawancara.

    a) Pedoman Observasi (pengamatan), observasi dilakukan untuk

    memperoleh gambaran langsung mengenai proses

    pembelajaran dalam tiap siklus, yang berkaitan dengan

    aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Pedoman

    observasi siswa dibuat untuk melihat aktivitas siswa mengikuti

    pembelajaran dalam tiap siklus.

    b) Angket, angkat ini digunakan untuk memperoleh data tentang

    pendapat siswa mengenai pembelajaran dengan kontekstual.

    c) Wawancara menggunakan pedoman wawancara, untuk

    mengetahui gambaran pelaksanaan proses pembelajaran

    menerapkan pendekatan kontekstual.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    a. Data Tes

    Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti

    kegiatan pembelajaran, digunakan rumus (dalam Sapriya dkk, 2006 :

    300):

    Persentase kemampuan =idealSkor

    siswadiperolehyangSkorx 100%

    Arti presentase kemampuan.

    90% - 100% = Baik sekali

  • 16

    80% - 89% = Baik

    70% - 79% = Cukup

    < 69% = Kurang

    b. Data Non Tes

    1) Observasi

    Observasi dianalisis dengan cara mengelompokan data hasil

    observasi selama kegiatan pembelajaran sehingga diperoleh

    kesimpulan yang selanjutnya diinterpretasikan secara deskriptif.

    2) Wawancara

    Hasil wawancara dianalisis dan dilakukan penelusuran terhadap

    hal-hal yang tidak terjaring di dalam angket kemudian

    diinterpretasikan secara deskriptif.

    5. Validasi Data

    Pada penelitian ini Validasi Data berpedoman pada pendapat

    Hopkins (dalam Wiriatmaja, 2005: 168-171), yaitu :

    a. Member Chek, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

    data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dengan cara

    mengkonfirmasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir

    tindakan.

    b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti

    dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti

    secara kolaboratif.

  • 17

    c. Audi Trail, yaitu pengecek kebenaran prosedur dan metode

    pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan pembimbing

    d. Expert Opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap kebenaran temuan

    peneliti kepada pakar profesional. Dalam hal ini peneliti

    mengkonsultasikan temuan kepada pembimbing.

    Validasi data yang akan digunakan peneliti yaitu dengan Audi Trail,

    caranya dengan mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan

    data melalui diskusi dengan pembimbing.

    G. Hipotesis

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan dapat ditarik

    hipotesis tindakan sebagai berikut:

    Terdapat peningkatan terhadap Penerapan Metode Jarimatika untuk

    meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran matematika (perkalian) di

    SDN I Palimanan Barat Kabupaten Cirebon.

  • 18

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    1. Pengertian PTK

    Penelitian tindakan telah mulai berkembang sejak perang dunia

    kedua. Oleh sebab itu, terdapat banyak pengertian tentang PTK. Istilah

    PTK dideferensiasi dari pengertian-pengertian berikut.

    Kemmis(I Wayan Santyasa dalam judul bukunya PTK di kelas SD,2007): Action research as a form of self-refelctive inquiryundertaken by participants in a social (including educational)situation n order to improve the rationality and justice of (a) their onsocial or educational practice, (b) ther understanding of thesepractice, and (c) the situation in which practices are carried out.Mc Neiff (dalam I Wayan Santyasa, 2007): action research is a termwhich refer to a practical way of looking at your own work to sheckthat is you would like it to be. Because action research is done byyou, the practitioner, it is often reffered to as practitioner basedresearch; and because it involves you thinking about and reflectingon your work, it can also be called a form of self-reflective ractice.

    Berdasarkan penjelasan Kemmis dan McNeiff tersebut, dapat

    dicermati pengertian PTK lebih rinci dan lengkap, bahwa PTK adalah

    suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya

    dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial.

    Sedangkan Carr dan Kemmis menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk

    refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala

    sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki

    rasionalitas dan kebenaran. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut,

    18

  • 19

    PTK dilaksanakan dalam proses berdaur (cyclical) yang terdiri dari empat

    tahapan, planning, action, observation/evaluation, dan reflection.

    Menurut John Elliot dan Wijaya Kusuma (2009:20) bahwa PTK

    adalah tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas

    tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya mencakup; telaah, diagnosis,

    perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh yang menciptakan

    hubungan antara evaluasi diri dengan perkembangan profesional.

    2. Pentingnya PTK

    Dalam menjalankan tugasnya, secara ideal guru merupakan agen

    pembaharan. Sebagai agen pembaharuan, guru diharapkan selalu

    melakukan langkah-langkah inovatif berdasarkan hasil evaluasi dan

    refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya. Langkah inovatif

    sebagai bentuk perubahan paradigma guru tersebut dapat dilihat dari

    pemahaman dan penerapan guru tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

    PTK sangat mendukung program peningkatan kualitas pembelajaran di

    sekolah yang muaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini,

    karena dalam proses pembelajaran, guru adalah praktisi dan teoretisi yang

    sangat menentukan. Peningkatan kualitas pembelajaran, merupakan

    tuntutan logis dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

    (Ipteks) yang semakin pesat. Perkembangan Ipteks mengisyaratkan

    penyesaian dan peningkatan proses pembelajaran secara

    berkesinambungan, sehingga berdampak positif terhadap peningkatan

    kualitas lulusan dan keberadaan sekolah tempat guru itu mengajar.

  • 20

    Berdasarkan penjelasan tersebut, peningkatan kompetensi guru merupakan

    tanggung jawab moral bagi para guru di sekolah. Peningkatan kompetensi

    guru mencakup empat jenis, yaitu (1) kometensi pedagogi, (2) kompetensi

    profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian.

    Berdasarkan UURI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional, PPRI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan, dan UURI Nomr 41 Tahun 2005 tentang Gru dan dosen,

    peningkatn kompetensi guru menjadi isu strategis dalam rangka

    peningkatan mutu pendidikan (Depdiknas, 2007:135). Bahkan menurut

    PPRI Nomor 19 Tahun 2005 tersebut pada pasal 31 ditegaskan, bahwa

    selain kualifikasi, guru sebagai tenaga pendidik juga dituntut untuk

    memilki sertifikat kompetensi sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian

    yang diajarkannya. Upaya peningkatan keempat kompetensi merupakan

    upaya peningkatan profesionalisme guru. Peningkatan profesionalisme

    dapat dicapai oleh guru dengan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas

    (PTK) secara berkesinambungan.

    Praktik pembelajaran melalui PTK dapat menigkatkan

    profesionalisme guru (Ahmar, 2005; Jones & Sonng, 2005; Kirkey, 2005;

    McIntosh, 2005; McNeiff, 1992). Hal ini karena PTK dapat membantu (1)

    pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah

    pembelajaran mencakup kualtas isi, efisiensi, dan efektivitas

    pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa, (2) peningkatan kemauan

    pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian,

  • 21

    sosial, dan profesional guru (Prendergast, 2002). Lewin (dalam

    Pendergast, 2002:2) secara tegas menyatakan, bahwa penelitian tindakan

    kelas merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran

    berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi

    dengan guru lain. Sementara itu Calhoun dan Glanz (dalam Prendergast,

    2002:2) menyataan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu

    metode untuk memberdayakan guru yang mampu mendukung kinerja

    kreatif sekolah. Di samping itu, Prendergast (2002:3) juga menyatakan,

    bahwa penelitian tindakan kelas merupakan wahana bagi guru untuk

    melakukan refleksi dan tindakan secara sistematis dalam pengajarannya

    untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Cole dan Knowles

    (Prendergast, 2002:3-4) menyatakan bahwa, penelitian tindakan kelas

    dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolabrasi, refleksi, dan

    bertanya satu dnegan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program

    dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan

    hubngan-hubungan personal.

    Pernyataan Knowles tersebut juga didukung oleh Noffke

    (Prendergast, 2002:5), bahwa penelitian tindakan kelas dapat mendorong

    para guru melakukan refleksi terhadap praktik pembelajarannya untuk

    membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan hubungan-

    hubungan personal dan sosial antar guru. Whitehead (1993) menyatakan,

    bahwa penelitian tindakan kelas dapat memfasilitasi guru untuk

  • 22

    mengembangkan pemahaman tentang pedagogi dalam rangka

    memperbaiki pembelajarannya.

    Penjelasan-penjelasan teoretis tersebut mengidentifikasi, bahwa

    pemahaman dan penerapan PTK akan membantu guru untuk

    mengambangkan keempat kompetensi yang dipersyaratkan oleh UURI

    Nomor 14 Tahun 2005. PTK akan memfasilitasi guru untuk meningkatkan

    kompetensi-kompetensi profesional, pedagogi, kepribadian, dan sosial.

    Agar PTK tidak lepas dari tujuan perbaikan diri sendiri, maka sebelum

    seorang Guru atau para Guru memulai merancang dan melaksanakan PTK,

    perlu memperhatikan hal-hal berikut:

    1. PTK adalah alat untuk memperbaiki atau menyempurnakan mutu

    pelaksanaan tugas sehari-hari (mengajar yang mendidik), oleh karena

    itu hendaknya sedapat mungkin memilih metode atau model

    pembelajaran yang sesuai serta secara praktis tidak mengganggu atau

    menghambat komitmen tugasnya sehari-hari.

    2. Teknik pengumpulan data jangan sampai banyak menyita waktu,

    sehingga tugas utama Guru tidak terbengkelai.

    3. Metodologi penelitian hendaknya memberi kesempatan kepada Guru

    untuk merumuskan hiotesisi yang kuat, dan menentukan strategi yang

    cocok dengan suasana dan keadaan kelas tempatnya mengajar.

    4. Masalah yang diangkat hendaknya merpakan masalah yang dirasakan

    dan diangkat dari wiayah tugasnya sendiri serta benar-benar

  • 23

    merupakan masalah yang dapat dipecahkan melalui PTK oleh Guru itu

    sendiri.

    5. Sejauh mungkin, PTK dikembangkan ke arah meliputi ruang lingkup

    sekolah. Dalam hal ini, seluruh staf sekolah diharapkan berpartisipasi

    dan berkontribusi, sehingga pada gilirannya Guru-guru lain ikut

    merasakan pentingnya peneliian tersebut. Jika kepedulian seluruh staf

    berkembang, maka seluruh staf itu dapat bekerja sama untuk

    menentukan maslaah-masalah sekolah yang layak dan harus diteliti

    melalui PTK.

    3. Model-Model PTK

    Pada prinsipnya, peneraan PTK atau CAR (Classroom Action

    Research) dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang terdapat di dalam

    kelas (Wijaya Kusumah, 2009:19). Sebagai salah satu penelitian yang

    bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terdaat di dalam kelas,

    menyebabkan terjadinya beberaa model atau desain yang dapat diterapkan.

    Desai-desain tersebut diantaranya:

    1. Model Kurt Lewin

    2. Model Kemmis McTaggart

    3. Model Dave Ebbut

    4. Model John Elliot

    5. Model Hopkins

    6. Model McKernan, dan masih banyak yang lainnya.

  • 24

    B. Hakikat Matematika

    1. Sejarah Matematika

    Menurut Hamdani Saeful, dkk (2008:5) kata matematika berasal

    dari kata mathema dalam bahasa Yunani diartikan sebagai sains, ilmu

    pengetahuan, atau belajar juga mathematikos yang diartikan sebagai

    suka belajar. Ilmu matematika telah banyak dikenal orang pada masa pra

    sejarah. Banyak ditemukan berbagai tulisan matematika di berbagai

    wilayah yang merupakan sisa peninggalan zaman prasejarah, di antaranya:

    Matematika Babilonia tahun 1900 SM, ditemtukan oleh Plimpton; Matematika Moskow di Mesir tahun 1850 SM; Matematika Rhind di Mesir tahun 1650 SM; Sulbha sutra / matematika India tahun 800 SM.

    Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir. Oleh karena

    itu logika merupakan dasar untuk terbentuknya matematika. Logik adalah

    bayi matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa logika.

    Pada awal perkembangan matematika di Indonesia setelah

    penjajahan Belanda dan Jepang, digunakan istilah Ilmu Pasti untuk

    matematika. Dalam penyelenggaraan di sekolah digunakan berbagai istilah

    cabang matematika seperti :

    Ilmu Ukur, Aljabar, Trigonometri, Goniometri, Stereometri, Ilmu Ukur Lukis.

    Sejarah matematika termasuk bagian dari matematika. Sejarah matematika

    tidak saja ada karena keberadaannya merupakan suatu keniscayaan, tetapi

  • 25

    ia juga penting karena dapat memberi pengaruh kepada perkembangan

    matematika dan pembelajaran matematika.

    Matematika yang diciptakan oleh manusia terdahulu, memberi

    ilham bagi paradigma pembelajaran yang bersifat konstruktivistik sebagai

    bentuk implikasi sejarah matematika dalam pembelajaran. Siswa-siswi

    diperbolehkan menggunakan usahanya sendiri dalam menyelesaikan

    masalah matematika. Bahkan, siswa dan siswi diberi kebebasan dalam

    menggunakan bahasa dan lambangnya sendiri. Paradigma semacam ini

    menjadi suatu kecenderungan dalam pembelajaran matematika realistik

    atau konstruktivis. Perkembangan matematika dalam diri individu

    (ontogeny) mungkin saja mengikuti cara yang sama dengan perkembangan

    matematika itu sendiri (phylogeny).

    Menurut Hamdani Saeful, dkk (2008:6) sejarah matematika meliputi

    beberapa dimensi berbeda, yaitu :

    Sebagai materi pembelajaran kuliah, Sebagai konteks materi pembelajaran, Sebagai sumber strategi pembelajaran.

    Di samping itu menurut Hamdani Saeful, dkk (2008:6), dalam

    penggunannya sejarah matematika mempunyai beberapa manfaat, di

    antaranya:

    Understanding, yaitu bahwa dengan mengikuti jalan perkembangansuatu konsep matematika bahwa siswa-siswi akan lebih memahamikonsep tersebut;

    Enthusiasm, yaitu penggunaan sejarah matematika dapatmeningkatkan motivasi, kesenangan dan kepercayaan diri dalambelajar matematika;

  • 26

    Skill, yaitu dengan menelaah suatu tema dalam sejarah matematika,siswa-siswi diajak untuk belajar keterampilan meneliti, selainketerampilan matematika.

    2. Pengertian Matematika

    Menurut Hamdani Saeful, dkk (2008:7) beberapa definisi atau

    pengertian tentang matematika, antara lain:

    Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak danterorganisasi secara sistematik.

    Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan

    berhubungan dengan bilangan. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

    masalah tentang ruang dan bentuk. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

    Menurut Ruseffendi (1991:70) matematika adalah ilmu atau

    pengetahuan yang termasuk ke dalam atau mungkin yang paling padat dan

    tidak mendua arti. Karena itu istilah, simbul, notasi, dan semacamnya yang

    pada berhitung/matematika lama membingungkan, tidak jelas, keliru, atau

    mendua arti dalam pengajaran matematika modern itu dipertegas.

    Menurut Suhendra (2007:153) matematika merupakan bahan kajian

    yang memiliki objek yang abstrak dan dibangun melalui proses penalaran

    yang bersifat deduktif, yaitu kebenaran yang didapatkan sebagai akibat

    logis dari kebenaran sebelumnya. Dengan kata lain, suatu kebenaran harus

    senantiasa didasari, dibangun, dan didukung oleh kebenaran-kebenaran

    sebelumnya yang telah disepakati. Di samping itu, di dalam matematika,

    keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya sangat kuat,

    akurat, dan jelas.

  • 27

    Menurut Bell (1978:27), secara umum matematika dapat dibagi ke

    dalam 4 (empat) cabang utama, yaitu aritmatika, aljabar, analisis, dan

    geometri. Keempat cabang utama matematika tersebut tidak dapat berdiri

    sendiri tanpa keterlibatan cabang-cabang yang lainnya. Pada saat kita

    membahasa suatu materi, misalnya materi dalam perkalian, kita mau tidak

    mau memerlukan kaidah dan prinsip-prinsip aljabar, bahkan tidak jarang

    kita menggunakan analisis untuk membahas berbagai permasalahan di

    dalamnya.

    3. Operasi Hitung Perkalian

    Menurut Dwi Sunar Prasetyo, dkk (2008:5) berhitung atau

    mengerjakan soal hitungan bagi sebagian besar anak-anak adalah suatu hal

    yang bisa membuat mereka jengkel. Karena disamping mereka tidak tahu

    caranya, kebanyakan mereka juga takut salah, dan ini terus berlanjut

    sehingga anak menjadi dewasa.

    Berkenaan dengan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan

    motivasi dan minat anak adalah metode permainan. Metode permainan

    merupakan metode pembelajaran dimana siswa dirangsang dalam berpikir

    dengan bermain untuk menanamkan konsep-konsep matematika.

    Menurut Dwi Sunar Prasetyo, dkk (2008:9-11), bagi anak usia SD,

    melakukan pekerjaan menghitung merupakan hal yang paling tidak

    disukai. Ini dapat dimengerti karena tingkat pemahaman anak dalam

    berpikir secara abstrak masih sangat terbatas sekali, dan anak kecil sering

  • 28

    merasa kesulitan dan membayangkan suatu operasi hitungan yang

    sederhana sekalipun. Kebanyakan mereka ini karena takut salah dalam

    memberi jawaban yang tepat. Mengajari anak keterampilan berhitung

    bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, dan harus melalui proses yang

    panjang serta melelahkan, disampaing kesabaran dan ketekunan orang tua

    menjadi faktor penentu.

    Metode pengajaran seorang guru dalam mengajari anak kecil

    berhitung sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai

    keterampilan berhitung ini secara instan. Misalnya, dengan memaksa

    siswa untuk terus belajar berhitung meski pikiran siswa tidak fokus pada

    apa yang diajarkan guru. Dan, guru kebanyakan anak tersulut emosinya

    bila si siswa tidak juga mengerti atau sering kalah dalam melakukan

    operasi berhitung ini.

    Mengajari siswa berhitung tidak bisa dilakukan dengan cara

    memaksa atau dengan memberi hukuman bila si siswa tidak mampu

    menjawab, tetapi hal yang paling utama yang harus dilakukan seorang

    guru adalah menumbuhkan serta memberi semangat kepada si anak agar

    mau belajar berhitung dengan perasaan senang dan gembira. Dengan kata

    lain, belajar berhitung ini dapat dilakukan dengan cara sambil bermain,

    misalnya dengan gerak dan lagu, atau dengan memfungsikan jari-jamari

    sebagai alat bantu dalam menghitung.

    Pada abad 17, William Oughtred (1574-1660) dalam bukunya yang

    berjudul Clavis Mathematic mengenalkan symbol x untuk perkalian.

  • 29

    Pengunaan simbol ini ditentang oleh ilmuwan asal Jerman Gottfried

    Wilhelm Leibniez (1646-1746) karena dikhawatirkan menyerupai huruf x.

    oleh karena itu Leibniez menciptakn simbol perkalian yang menyerupai

    U terbalik. Sekarang simbol ini digunakan sebagai simbol operasi irisan

    pada himpunan. Selain simbol Leibniez juga memperkenalkan simbol

    titik () untuk perkalian. (dalam from Zero to Hero, 2006:18)

    Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Apabila kita tambahkan

    suatu bilangan ke bilangan itu juga, berarti kita kita telah mengalikan

    bilangan itu dengan 2. Apabila kita tambahkan bilangan itu sekali lagi

    berarti kita telah mengalikan bilangan itu dengan 3, dan seterusnya.

    Contoh : 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 5 x 2 = 10 (Rickieno,2007 : 14)

    Ada tiga (3) aturan dalam perkalian, yaitu :

    1. Komutatif atau pertukaran, yaitu untuk setiap bilangan bulat a dan b

    berlaku rumus : a x b = b x a

    2. Asosiatif atau pengelompokan, yaitu untuk tiap bilangan bulat a, b, dan

    c berlaku rumus : a x (b x c) + (a x b) x c

    3. Distributif atau penyebaran, yaitu untuk tiap bilangan bulat a, b, c, dan c

    berlaku rumus : a x (b + c) = (a x b) + (a + c)

    C. Teknik Penghitungan Jarimatika

    1. Sejarah Jarimatika

    Sejarah berawal dari kepedulian seorang ibu terhadap materi

    pendidikan anak-anaknya.. Banyak metode dipelajari, tetapi semuanya

  • 30

    memakai alat bantu dan kadang membebani memori otaknya. Setelah itu

    dia mulai tertarik dengan jari sebagai alat bantu yang tidak perlu dibeli,

    dibawa kemana-mana dan ternyata juga mudah dan menyenangkan. Anak-

    anak menguasai metode ini dengan menyenangkan dan menguasai

    keterampilan berhitung. Akhirnya penelitian dari hari ke hari untuk

    mengotak-atik jari hingga ke perkalian dan pembagian, serta mencari

    uniknya berhitung dengan keajaiban jari lalu dinamakan Jarimatika.

    Penggunaan metode dibandingkan dengan metode lain, metode

    Jarimatika lebih menekankan penguasaan konsep terlebih dahulu baru

    kecara cepatnya, sehingga anak - anak menguasai ilmu secara matang.

    Keistimewaaan metode Jarimatika :

    Memberikan visualisasi proses berhitung Menggembirakan anak saat digunakan Tidak memberatkan memori anak Alatnya gratis, selalu terbawa dan tidak dapat disita Pengaruh daya pikir dan psikologis

    2. Pengertian Jarimatika

    Jarimatika adalah cara berhitung (operasi Kali-Bagi-Tambah-

    Kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah sebuah

    cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada

    anak-anak menurut kaidah : Dimulai dengan memahamkan secara benar

    terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi

    hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari

    tangan.Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira. (Septi

    Peni Wulandani, 2007: 2).

  • 31

    3. Latar Belakang Penggunaan Teknik Jarimatika

    Menurut Jean Piaget,siswa SD umumnya berada pada tahap pra

    operasi dan operasi konkret (usia 6/7 tahun-12 tahun). Sehingga

    pembelajaran di SD seharusnya dibuat konkret melalui peragaan, praktik,

    maupun permainan.Perkembangan belajar matematika anak melalui empat

    tahap, yaitu : konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak.(Sri

    Subarinah, 2006:23). Menurut Bruner (dalam Pitajeng,2006:29) belajar

    matematika meliputi belajar konsep-konsep dan struktur matematika yang

    terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara

    konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Pembelajaran

    matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai

    dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah

    kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai

    konsep matematika. Dalam proses belajar, anak sebaiknya diberi

    kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang

    secara khusus dan dapat diotak atik oleh siswa dalam memahami suatu

    konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya anak akan melihat

    langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam

    benda yang diperhatikannya. Proses internalisasi akan terjadi secara

    sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar secara optimal) jika

    pengetahuan yang dipelajari itu dalam 3 model yaitu :

    1. Model Tahap EnaktifDalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

    secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.

  • 32

    2. Model Tahap IkonikDalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada

    pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaiangambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan denganmental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.

    3. Model Tahap Simbolis

    Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasisimbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Menurut Skemp,belajar matematika melalui dua tahap, yaitu tahap konkret dan tahapabstrak. Pada tahap konkret, anak memanipulasi objek-objek konkretuntuk dapat memhami ide-ide abstrak. Guru hendaknya memberi kegiatanagar anak dapat menyusun struktur matematika sejelas mungkin sebelummereka dapat menggunakan pengetahuan awalnya sebagai dasar belajarpada tahap berikutnya. (Pitajeng, 2006:36).

    Sering kita jumpai peserta didik kita tidak suka matematika, susah

    memahami angka / bilangan dan enggan belajar berhitung, kita pun pernah

    mengalami hal yang sama, padahal kita juga tahu bahwa berhitung dan

    matematika merupakan hal yang penting untuk dikuasai. Maka

    permasalahan yang seringkali muncul adalah : ketidak-sabaran (pada diri

    anak dan orangtua) dan proses memaksa terpaksa (yang sangat tidak

    menyenangkan kedua belah pihak).

    Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hal-hal

    abstrak yang berupa fakta, konsep, prinsip. Peserta didik SD sedang

    mengalami tahap berpikir pra operasional dan operasional konkret. Untuk

    itu perlu adanya kemampuan khusus guru untuk menjembatani antara

    dunia anak yang bersifat konkret dengan karakteristik matematika yang

    abstrak. Pembelajaran akan efektif jika dilakukan dalam suasana

    menyenangkan. Guru harus senantiasa mengupayakan situasi dan kondisi

    yang tidak membosankan apalagi menakutkan bagi peserta didik. Salah

  • 33

    satu upaya yang dapat ditempuh guru adalah dengan menerapkan trik-trik

    berhitung yang mempermudah dan menyenangkan bagi peserta didik

    untuk melakukannya. Salah satu trik berhitung yang menjadi tren saat ini

    adalah teknik jarimatika. Jarimatika memperkenalkan kepada anak bahwa

    matematika (khususnya berhitung) itu menyenangkan. Didalam proses

    yang penuh kegembiraan itu anak dibimbing untuk bisa dan terampil

    berhitung dengan benar. Jarimatika memberikan salah satu solusi dari

    permasalahan-permasalahan tersebut,karena jarimatika memenuhi kaidah-

    kaidah pembelajaran matematika yang membuat peserta didik merasakan

    bahwa pembelajaran sangat menyenangkan dan menantang.

    4. Keunggulan Teknik Jarimatika

    Berhitung dengan teknik jarimatika mudah dipelajari dan

    menyenangkan bagi peserta didik. Mudah dipelajari karena jarimatika

    mampu menjembatani antara tahap perkembangan kognitif peserta didik

    yang konkret dengan materi berhitung yang bersifat abstrak. Jarimatika

    memberikan visualisasi proses berhitung, peserta didik belajar dengan

    memanipulasi hal-hal konkret tersebut untuk memepelajari materi

    matematika yang bersifat abstrak dan deduktif.Ilmu ini mudah dipelajari

    segala usia, minimal anak usia 3 tahun.

    Menyenangkan karena peserta didik merasakan seolah mereka

    bermain sambil belajar dan merasa tertantang dengan teknik jarimatika

    Tidak membebani memori otak peserta didik. Teknik berhitung jarimatika

    mampu menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, hal itu dapat

  • 34

    ditunjukkan pada waktu berhitung mereka akan mengotak-atik jari-jari

    tangan kanan dan kirinya secara seimbang.

    5. Kelemahan Teknik Jarimatika

    1. Karena jumlah jari tangan terbatas maka operasi matematika yang

    bisa diselesaikan juga terbatas.

    2. Lebih lambat menghitung dibandingkan sempoa.

    Dalam teknik perhitungan jari tangan masing-masing jari mewakili 1

    bilangan, misalnya jari kelingking terbuka dan jari lainnya tertutup

    mewakili bilangan angka 6, dua jari kelingking dan jari manis terbuka dan

    jari lain tertutup mewakili bilangan angka 7, tiga jari kelingking, jari

    manis dan jari tengah terbuka dan jari lain tertutup mewakili bilangan

    angka 8, empat jari kelingking, jari manis, jari tengah dan jari telunjuk

    terbuka dan jari lain tertutup mewakili bilangan angka 9, demikian

    seterusnya.

    Contohnya adalah peragaan berikut :

  • 35

    Manusia zaman dulu menggunakan jari tangan untuk melakukan

    perhitungan. Ketika peradaban belum maju seperti sekarang, penghitungan

    masih dilakukan secara sederhana, tetapi seiring dengan semakin

    bertambahnya pengetahuan dan bertambahnya jumlah bilangan, yaitu

    ketika jumlah semakin banyak dan tidak mungkin lagi dihitung dengan jari

    sepuluh, dengan adanya metode jarimatika jari-jari kita akan mempunyai

    suatu fungsi. Dalam perkalian bilangan dimulai dari jari kelingking

    sebagai bilangan terkecil dan ibu jari sebagai bilangan terbesar.

    6. Pembelajaran Matematika Perkalian

    Pembelajaran matematika perkalian dengan menggunakan

    pembelajaran jarimatika dapat membuat pembelajaran lebih bermakna

    bagi siswa dan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika

    perkalian. Berikut ini akan dipaparkan tahap-tahap pembelajaran konsep

    matematika perkalian dengan menggunakan pembelajaran berhitung

    jarimatika.

    Fase Tingkah Laku GuruFase-1

    Menyampaikan tujuandan memotivasi siswa

    Guru menyampaikan semua tujuanpelajaran yang ingin dicapai pada pelajarantersebut dan memotivasi belajar.

    Fase-2Menyajikan informasi

    Guru menyajikan informasi kepada siswadengan jalan demonstrasi atau lewat soal

    Fase-3Mengorganisasikan siswa

    kedalam kelompok

    Guru menjelaskan kepada siswa bagaimanacaranya membentuk kelompok belajar danmembantu setiap kelompok agar melakukantransisi secara efisien.

    Fase-4Membimbing kelompok

    bekerja dan belajarGuru membimbing kelompok-kelompokbelajar pada saat mengerjakan tugas mereka

  • 36

    Fase-5Evaluasi

    Guru mengevaluasi hasil belajar tentangmateri yang telah dipelajari atau masing-masing kelompom mempresentasikan hasilkerjanya.

    Fase-6Memberikanpenghargaan

    Guru mencari cara-cara untuk menghargaibaik upaya maupun hasil belajar individudan kelompok.

    1. Tahap pendahuluan

    Tahap pendahuluan merupakan tahap awal dari proses

    pembelajaran. Pada tahap ini guru merancang dan mempersiapkan hal-

    hal yang dibutuhkan atau diperlukan selama proses pembelajaran

    berlangsung. Guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP), lembar penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS),

    merancang pembagian kelompok, memilih media yang akan digunakan

    dan dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika

    perkalian.

    2. Tahap pelaksanaan

    Tahap pelaksanaan merupakan bagian inti dari pembelajaran.

    Adapun kegiatan inti pembelajaran konsep matematika perkalian

    dengan menggunakan pembelajaran berhitung jarimatika sebagai

    berikut :

    a. Membentuk kelompok berhitung jarimatika yaitu menentukan

    anggota kelompok dengan mengusahakan agar kemampuan siswa

    dalam kelompok relatif heterogen antara kelompok yang lainnya.

    Bila memungkinkan kelompok berhitung jarimatika perlu

  • 37

    memperhatikan rasi, agama, jenis kelamin dan latar belakang

    sosial.

    b. Menentukan skor awal, yaitu nilai ulangan sebelumnya, skor awal

    dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih

    lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing

    individu dapat dijadikan skor awal.

    c. Setiap kelompok mempunyai tugas yang berbeda, semakin banyak

    perbedaan setiap kelompok diharapkan kekayaan pengetahuan

    siswa semakin banyak.

    d. Pengaturan tempat duduk, hal ini dilakukan untuk menunjang

    keberhasilan pembelajaran.

    e. Presentasi setiap kelompok untuk mempertanggungjawabkan hasil

    kerja itu benar atau tidak menurut pandangan orang lain. Dengan

    presentasi siswa saling mendapat tanggapan.

    3. Tahapan evaluasi

    Evaluasi digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman

    siswa dalam pembelajaran. Evaluasi dapat bersumber dari penilaian

    pelaksanan yang telah dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran

    yang dilakukan. Dalam pembelajaran pemahaman konsep matematika

    perkalian ini dapat terlihat dari hasil fre tes dan pos tes yang dilakukan

    oleh guru untuk mengetahui sejauh mana peningkatan motivasi siswa

    dalam belajar.

  • 38

    Adapun untuk mengetahui aktifitas selama proses pembeljaran

    berlangsung, guru menggunakan lembar pengamatan yang telah

    disiapkan sebelumnya.

    D. Motivasi Belajar

    1. Hakikat Motivasi Belajar

    Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri

    seseorang untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran, menambah

    keterampilan, dan pengalaman. Motivasi juga dapat mendorong dan

    mengasah minat belajar untuk tercapainya suatu tujuan. Siswa akan

    bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi untuk mencari prestasi,

    memecahkan masalah, dan mendapatkan pengakuan dari orang lain.

    Menurut Hamalik (2002:20) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi

    motivasi, yaitu :

    a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan

    langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

    b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

    c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang

    harus dikerjakan guna mencapai tujuan.

    Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi

    merupakan faktor yang penting untuk mencapai keberhasilan suatu

    pembelajaran.

  • 39

    Menurut Uno (2008:23) hakikat motivasi belajar adalah dorongan

    internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk

    mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa

    indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai perananan

    besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi

    belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan

    keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

    (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan

    dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya

    lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang

    siswa dapat belajar dengan baik.

    2. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

    Menurut Uno (2008:27) ada beberapa peranan penting dari motivasi

    dalam belajar dan pembelajaran antara lain dalam :

    a. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar

    Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang

    anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan

    pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang

    pernah dilaluinya.

    b. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar

    Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya

    dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu,

  • 40

    jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati

    manfaatnya bagi anak.

    c. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar

    Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan

    berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan

    memperoleh hasil yang baik.

    Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa peranan

    motivasi dalam belajar dan pembelajaran merupakan faktor yang

    sangat penting untuk penguatan belajar dan berpengaruh terhadap

    ketahanan dan ketekunan belajar.

    3. Teknik-teknik Motivasi dalam Pembelajaran

    Menurut Uno (2008:34) beberapa teknik motivasi yang dapat

    dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut.

    a. Pernyataan penghargaan secara verbal.

    b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.

    c. Menimbulkan rasa ingin tahu.

    d. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa.

    e. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar.

    f. Menggunakan simulasi dan permainan.

    g. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahiran-

    nya di depan umum.

    h. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.

    i. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa.

  • 41

    Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa teknik-teknik

    motivasi dalam pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting

    untuk meningkatkan motif belajar siswa.

  • 42

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian

    1. Lokasi penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Palimanan Barat Kecamatan Gempol

    Kabupaten Cirebon.

    2. Waktu penelitian

    Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan terhitung dari bulan Februari

    sampai dengan April 2010.

    Tabel 3.1

    Waktu Pelaksanaan Tindakan Kelas

    No Hari / Tanggal Persiklus

    1.2.3.

    Selasa, 16 Februari 2010Rabu, 24 Februari 2010Rabu, 31 Maret 2010

    Siklus ISiklus IISiklus III

    B. Subjek Penelitian

    Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 1 Palimanan Barat

    Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon, yang menjadi fokus subjek penelitian

    ini adalah siswa kelas III tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 45 orang,

    terdiri dari 22 orang siswa perempuan dan 23 orang siswa laki-laki.

    Adapun karakteristik SDN 1 Palimanan Barat dijelaskan lebih lanjut sebagai

    berikut :

    42

  • 43

    SDN 1 Palimanan Barat mempunyai 8 lokal bangunan, yaitu 6 (enam)

    lokal bangunan untuk kelas 1 sampai kelas 6 dan 1 rungan kepala sekolah

    beserta guru-guru dan 1 bangunan untuk serba-serbi seperti mushola, WC,

    dapur, tempat komputer, olahraga, dan ruang tamu. Siswa di sekolah ini

    kebanyakan berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi

    menengah ke bawah mata pencaharian sebagian besar orang tua siswa adalah

    sebagai buruh tani.

    Pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa adalah 252 orang yang

    tersebar di dalam 6 tingkatan. Adapun jumlah siswa tiap kelas dapat dilihat

    dalam tabel berikut ini.

    Tabel 3.2Keadaan siswa SDN 1 Palimanan Barat Kec. Gempol Kab. Cirebon

    Tahun Pelajaran 2009/2010Jenis

    KelaminKelas JumlahI II III IV V VI

    Laki-laki 23 25 23 13 12 25 121Perempuan 24 27 22 20 20 18 131

    Jumlah 47 52 45 33 32 43 252

    Banyaknya guru yang bertugas di SDN 1 Palimanan Barat Kecamatan

    Gempol Kabupaten Cirebon adalah 13 orang yang terdiri dari 4 orang laki-laki

    dan 9 orang guru perempuan. Dari 13 orang guru, 1 orang kepala sekolah, 6

    orang guru kelas, 1 guru agama, 1 orang guru olah raga, 1 orang guru mata

    pelajaran Bahasa Inggris, 1 orang guru mata pelajaran Bahasa Cirebon, 1

    orang guru mata pelajaran matematika, dan 1 orang penjaga sekolah.

  • 44

    C. Metode dan Desain Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Metode penelitian menggunakan metode penelitian kelas (classroom

    action research) (Kemmiis dan McTaggart, 2007: )

    Alur Penelitian Tiga Kali Tindakan

    Siklus I

    Siklus II

    Siklus III

    Praobservasi

    Observasi IAnalisis Data IRefleksi I

    Tindakan IRencana Tindakan I

    Belumterselesaikan

    Rencana Tindakan II Tindakan II

    Refleksi II Analisis Data II Observasi II

    Simpulan I

    Simpulan II

    Belumterselesaikan

    Rencana Tindakan III Tindakan III

    Refleksi III Analisis Data III Observasi III

    Simpulan akhir

  • 45

    Menurut Kemmis (Gunawan, 2008:6) penelitian tindakan kelas

    adalah :

    Sebuah bentuk inkuri reflektif yang dilakukan secara kemitraan

    mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk

    meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau

    pendidikan mereka; b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan

    praktek pendidikan; dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya

    kegiatan praktek ini.

    Sedangkan menurut Hopkins (Gunawan, 2008:6) penelitian tindakan

    kelas adalah :

    Penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan

    tindakan subtansif, suatu tindakan yang dilakukan dalm disiplin inkuiri,

    atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat

    dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

    Selanjutnya menurut Ebbut (Gunawan, 2008:7) mengemukakan

    bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematis dari upaya

    perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan

    melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi

    mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

  • 46

    Karakteristik khusus penelitian tindakan kelas:

    a. Sasaran PTK adalah masalah aktual dalam kegiatan pembelajaran di

    kelas tertentu berkenaan dengn interaksi guru, siswa, materi, fasilitas,

    dan lingkungan belajar.

    b. Inkonsistem dengan penelitian standar, karena tidak bisa

    digeneralisasikan (lebih bersifat pada studi kasus).

    c. PTK bersifat siklus, artinya perencanaan pengajaran dan pelaksanaan

    pembelajaran dapat ditindaklanjuti dengan pengamatan dan upaya

    memperbaikinya.

    d. Fokus penelitian adalah pada metode dan bukan pada produk (hasil

    belajar) seperti penerapan metodologi kontemporer, peningkatan

    aktivitas siswa, perbaikan kualitas dan kuantitas interaksi, penciptaan

    suasana belajar yang kondusif, peningkatan motivasi dan peningkatan

    kemampuan penalaran.

    e. Pelaksanaan PTK bersifat kolaboratif, merupakan kerja bersama

    dengan teman sejawat, guru atau pihak lain yang mempunyai

    kepentingan yang sama.

    Berdasarkan definisi-definisi, penelitian tindakan kelas diatas, maka

    dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan:

    1). Bentuk kajian yang sistematis reflektif, 2). Dilakukan oleh pelaku

    tindakan, yaitu guru, dan 3). Dilakukan untuk memperbaiki kondisi

    pembelajaran.

  • 47

    Sedangkan tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah

    untuk meningkatkan 1). Kualitas praktek pembelajaran di sekolah;

    2). Relevansi pendidikan; 3). Mutu hasil pendidikan; 4). Efesiensi

    pengelolaan pendidikan.

    2. Pelaksanaan Penelitian

    Desain penelitian kelas yang digunakan peneliti mengacu pada

    desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis dan MC. Taggart,

    yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan yang

    mengikuti tahap perencananaan (plan), pelaksanaan (action), observasi

    (observer) dan refleksi (reflect).

    a. Perencanaan Tindakan (Plan)

    Dalam membuat perencanaan penelitian, peneliti merencanakan

    dan menyusunnya berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan

    hendak dipecahkan serta hipotesis yang diajukan. Adapun perencanaan

    yang dibuat peneliti untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran

    matematika perkalian adalah dengan menerapkan suatu pendekatan.

    Penerapan pembelajaran jarimatika sengaja dipilih untuk memperbaiki

    kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika

    perkalian, sehingga hasil pemahaman siswa tentang matematika

    perkalian dapat meningkat.

    b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

    Pelaksanaan tindakan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti

    dan mitra peneliti pada saat proses pembelajaran di kelas. Pada

  • 48

    pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai

    dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat

    sebelumnya.

    c. Observasi

    Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran

    berlangsung, yaitu mengenai kinerja guru dan aktivitas siswa, untuk

    memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

    dengan menggunakan daftar observasi on-task dan off-task.

    d. Refleksi (Reflect)

    Setiap informasi yang didapatkan dari hasil pelaksanaan dan

    observasi tindakan dikaji, didiskusikan dan dimaknai bersama antara

    peneliti dan observer untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang

    terjadi sebagai akibat adanya tindakan yang dilakukan.

    3. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 1 Palimanan Barat

    Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Menurut Abdullah Ali (2007 : 61), mengatakan data adalah informasi yang

    sudah diorganisasikan sedemikian rupa , berdasarkan fakta di lapangan atau

    bahan-bahan literatur yang diperoleh dari perpustakaan. Sedangkan teknik

    pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh

    peneliti untuk mengumpulkaan data. Instrumen pengumpulan data adalah alat

  • 49

    bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

    mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah

    olehnya.

    Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah :

    a. Pengamatan (Observasi)

    b. Ujian atau tes (test), melalui Lembar Kerja Siswa (LKS)

    c. Wawancara

    Tabel 3.3 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

    NO Jenis Metode Jenis Instrumen

    1. Pengamatan a. Daftar cocok (checklist).b. Lembar pengamatan sikap siswa persiklus.c. Lembar pengamatan kemampuan siswa

    persiklus

    2. Ujian/Tes a. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

    b. Kisi-kisi soal.

    c. Analisis soal.

    d. Daftar nilai LKS yang dikerjakan setiap

    siklus.

    3. Wawancara a. Lembar Checklist

    b. Tabel

    E. Analisis Data

    Dalam penelitian ini data yang dianalisis yaitu data kuantitatif. Untuk

    menganalisi data kuantitatif dilakukan dengan penghitungan-penghitungan

  • 50

    persentase. Data yang dianalisis adalah data yang dikumpulkan melalui

    instrumen penelitian. Adapun analisis penelitian data dilakukan dengan

    melaluiu prosedur penelitian yang diwujudkan dalam langkah-langkah

    penelitian yaitu :

    1. Perencanaan

    2. Pelaksanaan tindakan

    3. Observasi dan evaluasi, dan

    4. Refleksi

    Adapun analisis data kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan data

    dengan makna terhadap isi pada setiap tatap muka dengan siswa. Analisis

    penilaiannya menggunakan rumus : 100%xn

    fP

    Keterangan : P : Penelitian, f : frekuensi, n : jumlah responden

    METODOLOGI PENELITIAN

    Tujuan khusus tujuan dengan rumusan masalah

    Metode menjelaskan metode

    Pendekatan menjelaskan pendekatan

    Instumen validasi

    Analisis

    Prosedur penelitian langkah-langkah penelitian

    F. Validasi Data

    Agar data yang diperoleh benar-benar valid, maka dalam penelitian ini

    peneliti melakukan beberapa tindakan dengan merujuk pada pendapat Hopkins

  • 51

    dalam Wiriatmaja, yaitu member check, triangulasi, audit trail dan expert

    opinion (2005: 168-170).

    1. Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

    informasi yang diperoleh selama observasi dan wawancara dengan cara

    mengkonfirmasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir

    tindakan.

    2. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh dengan

    membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara

    kolaboratif.

    3. Audit trail, yaitu mengecek kebenaran dan metode pengumpulan data

    dengan cara mendiskusikannya dengan pembimbing.

    4. Expert opinion, yaitu pengecekan terakhir terhdap kebenaran temuan

    peneliti kepada pakar profesional. Dalam hal ini peneliti

    mengkonsultasikan temuan kepada pembimbing.

    Yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah member check,

    triangulasi, dan audit trail.

    G. Prosedur Penelitian

    Penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses pengkajian melalui

    proses sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran penelitian tindakan

    kelas sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif, parusipatif,

    kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan

    sistem, metode kerja, proses isi kompetensi dan situasi.

  • 52

    Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan,

    tindakan (planning) penerapan tindakan (action) dan mengobservasi dan

    mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation) dan

    melakukan refleksi (reflecting) dan seterusnya.

    1. Tahapan Perencanaan Tindakan

    Tahapan perencanaan tindakan yang dilakukan peneliti sebagai berikut:

    a. Perencanaan pembelajaran

    1. Membuat RPP sesuai dengan materi pembelajaran.

    2. Mempersiapkan media pembelajaran.

    3. Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif.

    b. Perencanaan penelitian

    1. Mempersiapkan instrumen penelitian.

    2. Membuat lembar observasi.

    2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan

    Tahapan berikutnya dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan

    tindakan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan.

    Adapun pelaksanaan tindakan itu meliputi tahapan sebagai berikut:

    a. Guru membagi siswa dalam 9 kelompok.

    b. Guru menyampaikan cara pembelajaran pada pertemuan hari ini, yaitu

    diskusi kelompok dan selanjutnya hasil diskusi disajikan di depan

    kelas.

    c. Guru membagikan bahan ajar kepada setiap anggota.

    d. Siswa membaca materi bahan ajar secara individu.

  • 53

    e. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan bahan agar yang

    diberikan guru, sementara guru mengamati kegiatan siswa dalam satu

    kelompok ke kelompok yang lain. Dalam hal ini guru hanya berperan

    sebagai pengarah saja untuk membantu siswa menyelesaikan soal pada

    bahan ajar.

    f. Masing-masing siswa mengerjakan soal latihan dengan ketentuan

    masing-masing siswa yang mengalami kesulitan pada tingkat ini

    disarankan untuk meminta bantuan dalam kelompok mereka sebelum

    kepada guru.

    g. Setelah beberapa menit diadakan, cek dalam kelompok masing-masing

    dengan saling memeriksa jawaban. Hal ini dilakukan untuk

    mengetahui sejauh mana siswa telah menyelesaikan latihannya dan

    dimana letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan pertanyaannya.

    Pertanyaan soal-soal latihan pada bahan ajar pada tahap ini siswa yang

    tertinggal dibantu oleh temannya.

    h. Setiap kelompok melaporkan hasil kegiatan dalam diskusi kelas, dan

    kelompok lain memberikan tanggapan kritik ataupun saran.

    i. Secara individu siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui

    pemahaman anak tentang materi yang dipelajari dalam diskusi

    kelompok dan diskusi kelas.

    3. Tahapan Observasi

    Pada tahap observsi peneliti bersama observer melakukan

    pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama

  • 54

    pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan

    dengan menggunkan format observasi atau penelitian yang telah disusun.

    Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif (hasil tes, nilai tugas, dll)

    atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, mutu diskusi

    yang dilakukan dan lain-lain.

    Data yang dikumpulkan dicek untuk mengetahui keabsahannya.

    Untuk tujuan ini digunakan berbagai teknik, seperti membandingkan data

    yang diperoleh dengan data lain atau kriteria tertentu yang telah baku.

    4. Tahapan Analisis dan Refleksi

    Tahapan selanjutnya adalah tahapan analisis dan refleksi, yaitu

    kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

    Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

    deskripsi presentase. Data yang dianalisis dijadikan pedoman perbaikan

    siklus berikutnya. Data yang diperoleh dari pengamatan pelaksanaan

    pembelajaran dengan pendekatan kooperatif untuk meningkatkan

    pemahaman siswa dilakukan dengan menggunakan tes formatif dalam

    setiap siklus.

    Refleksi adalah menganalisis kualitas pembelajaran menggunakan

    format pengamatan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang belum dan

    telah terjadi, sehingga peneliti menyadari kekurangannya. Hasil observasi

    hasil tes belajar dan hasil pengamatan dikaji untuk mencari kelemahan dan

    diguanakan sebagai perbaikan untuk merumuskan langkah selanjutnya.

    Tindakan refleksi tidak hanya dilakukan siswa dan lingkungan di dalam

  • 55

    kelas. Salah satu kegiatan penting dari kegiatan refleksi adalah

    menganalisis kualitas pembelajaran menggunakan format pengamatan

    sebagai upaya untuk mengkaji tindakan selanjutnya.

  • 56

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

    A. Gambaran Setting

    Pada bagian ini akan dikemukakan temuan penelitian yang dilakukan

    terhadap siswa dari mulai siklus pertama sampai siklus terakhir dengan

    disertai gambaran ketercapaian target di setiap siklusnya.

    Seperti telah disampaikan di awal, subyek penelitian tindakan pada

    penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III SD Negeri 1 Palimanan Barat

    Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran 2009/2010 dengan

    jumlah siswa 45 anak yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 22 siswa

    perempuan.

    Penelitian ini yang bertindak selaku guru adalah peneliti sendiri dan

    untuk memperoleh hasil yang akurat dan transparan, peneliti dibantu dan

    diawasi oleh Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru pengajar SD Negeri 1

    Palimanan Barat Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon.

    Sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas, yaitu meningkatkan dan

    memperbaiki atau mengembangkan proses pembelajaran yang dilaksanakan di

    kelas, penelitian ini sebelumnya diawali dengan tahap penelitian pendahuluan

    yang berupa wawancara dan pemberian tes awal (pretest) sebanyak satu kali

    tes kepada seluruh siswa kelas III SD Negeri 1 Palimanan Barat Kecamatan

    Gempol Kabupaten Cirebon.

    56

  • 57

    Adapun wawancara yang dilakukan sebelum pemberian tes awal ini

    guna mengetahui apakah siswa menyukai pelajaran Matematika serta

    alasannya dan materi Matematika yang menurut siswa paling sulit dengan

    dibantu teman sejawat untuk melakukan pengematan terhadap guru yang

    sedang mengajar hingga pada pemberian tes awal.

    Berdasarkan hasil analisis dokumentasi pekerjaan siswa dari soal pretest

    yang diberikan, dapat dikemukakan penyebab kurang mampunya siswa dalam

    memahami materi Matematika adalah karena siswa belum menguasai

    perkalian, namun guru mencoba alternatif lain yaitu dengan penggunaan

    metode jarimatika. Ketika metode digunakan dalam pembelajaran siswa

    sangat antusias sekali dalam mengikuti pembelajaran, awalnya memang siswa

    terkesan agak bingung dalam memahami materi, namun dengan penggunaan

    metode dalam penjelasan materi perkalian akhirnya siswa pun secara perlahan

    dapat memahami materi dan menguasai perkalian khususnya perkalian terhdap

    materi yang sedang diajarkan.Gambaran aktivitas siswa sebelum adanya

    tindakan penelitian (siklus I) adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus I

    Aktivitas Siswa Frekuensi Persentase

    Pasif 13 28,8 %

    Ribut 12 26,6 %

    Ngantuk 5 11,1 %

    Aktif 15 33,3 %

    TOTAL 45 100 %

  • 58

    Gambaran aktivitas siswa setelah adanya tindakan penelitian (siklus II)

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus II

    Aktivitas Siswa Frekuensi Persentase

    Pasif 12 26,6 %

    Ribut 8 17,7 %

    Ngantuk - 0 %

    Aktif 25 55,5 %

    TOTAL 45 100 %

    Pada siklus III terjadi kemajuan dalam aktivitas siswa selama mengikuti

    proses pembelajaran di kelas. Kemajuan dalam aktivitas siswa dapat dilihat

    pada table di bawah ini :

    Tabel 4.3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran di Siklus III

    Aktivitas Siswa Frekuensi Persentase

    Pasif 8 17,7 %

    Ribut 5 11,1 %

    Ngantuk - 0 %

    Aktif 32 68,1 %

    TOTAL 45 100 %

  • 59

    B. Uraian Penelitian Secara Umum

    Penelitian tindakan kelas ini, kegiatan diawali dengan mengadakan

    observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas, menganalisa keadaan situasi

    belajar, dan respon siswa terhadap pembelajaran yang disajikan oleh guru

    kelas. Pada kegiatan perencanaan (rancangan) tindakan, akan difokuskan pada

    pembelajaran di kelas III.

    Setiap kali tindakan yang dilakukan disertai kegiatan refleksi. Refleksi

    dilakukan berdasarkan hasil observasi atas penerapan tindakan yang diberikan

    guru kepada siswa. Sedangkan pelaksanaan observasi yang dilakukan sendiri

    dan dibantu oleh teman sejawat dan hasilnya akan didiskusikan bersama untuk

    menentukan jenis dan bentuk tindakan selanjutnya yang akan dilaksanaka