metode dan kesulitan belajar matematika di …
TRANSCRIPT
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
13
METODE DAN KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DI
SEKOLAH DASAR
Sulasmi
STIT Al-HikmahTebingTinggi, Jln. Gatot Subroto Km 3 No. 3 Kota Tebing Tinggi Sumatera Utara
Telp. ( 0621 )21428
E-mail : [email protected]
Abstrak. Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki peranan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Matematika memberikan kontribusi yang sangat besar, mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks, mulai dari yang abstrak sampai yang konkrit untuk pemecahan
masalah dalam segala bidang.Namun sampai sekarang masih banyak orang beranggapan matematika
adalah pelajaran yang sulit. Untuk mengatasi kesulitan tersebut perlu adanya perbaikan pendekatan,
metode dalam pembelajaran matematika di sekolah terutama pada peserta didik Sekolah Dasar (SD).
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu metode permainan, jarimatika dan sempoa.
Kata kunci: metode belajar, kesulitan belajar matematika,sekolah dasar
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang telah diberikan
mulai dari sekolah dasar hingga
menengah atas. Matematika mendasari
perkembangan teknologi modern, dan
memiliki peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu. Pada jenjang
SD/ MI matematika memiliki
beberapa ruang lingkup meliputi
bilangan, pengukuran, geometri, dan
pengolalan data. Matematika adalah
salah satu pelajaran yang penting di
sekolah dasar. Mata pelajaran
Matematika telah diperkenalkan sejak
peserta didik menginjak kelas I Sekolah
Dasar (SD).
Secara harfiah kata
“matematika” berasal dari kata mathema
dalam bahasa Yunani diartikan sebagai
“sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”
dan mathematikos yang diartikan
sebagai “suka belajar”. Menurut Johnson
dan Rising (dalam Runtukahu dan
Kandou, 2014) dikatakan tentang
definisi matematika, yaitu :
1. Matematika adalah pengetahuan
terstruktur, dimana sifat dan teori
dibuat secara deduktif berdasarkan
unsur-unsur yang didefinisikan atau
tidak didefinisikan dan berdasarkan
aksioma, sifat, atau teori yang telah
dibuktikan kebenaranya.
2. Matematika adalah bahasa simbol
tentang berbagai gagasan dengan
menggunakan istilah-istilah yang
didefinisIkan secara cermat, jelas,
dan akurat.
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
14
3. Matematika adalah seni, dimana
keindahannya terdapat dalam
keterurutan dan keharmonisan.
Matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang diajarkan
di sekolah- sekolah dengan frekuensi
jam pelajaran yang lebih banyak
dibandingkan dengan mata pelajaran
yang lainnya. Menurut Nahdi (2015: 14)
Pendidikan matematika memiliki posisi
yang strategis dalam mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Melalui kemampuan matematika
diharapkan dapat terbentuk generasi
muda Indonesia yang memiliki sifat-
sifat mampu berpikir logis, mampu
berpikir rasional, cermat, jujur, efisien
dan efektif.
Namun demikian banyak
yang menganggap bahwa pelajaran
Matematika adalah pelajaran yang
paling sulit, menakutkan, menjenuhkan
dan tidak menyenangkan.
Agar suatu kurikulum
matematika dapat tersusun menjadi
suatu satuan yang utuh, maka
diperlukan cara bagaimana seorang
pendidik menyampaikan struktur-
struktur dan konsep-konsep matematika
kepada peserta didik sedemikian rupa
hingga mereka ikut aktif berpartisipasi
di dalam proses belajarnya, yang
diperoleh baik pengalaman praktis
maupun pengetahuan teori. Pengalaman
praktis dan pengetahuan teori ini saling
memberikan stimulasi. Pendidik
mengajar sedemikian hingga peserta
didiknya dapat belajar. Karena itu
seorang pendidik mengerjakan banyak
hal yang berhubungan dengan fasilitas
belajar. Dengan menekankan betapa
pentingnya apa yang dipelajari peserta
didik, pendidik mengharapkan
timbulnya kemauan untuk belajar.
Adapun metode atau aktivitas
pendidik dalam merencanakan suatu
strategi untuk mencapai tujuan umum
seperti penguasaan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan ketrampilan,
mengajar peserta didik bagaimana
menyelesaikan masalah dan
menumbuhkan sikap menyukai
matematika merupakan kedua bentuk
kegiatan yang berpusat kepada
penalaran dan peserta didik. Di dalam
merencanakan suatu suatu program
pengetahuan, ketrampilan dan sikap,
pendidik matematika harus
memperhatikan tidak hanya hakekat
matematika tetapi juga psikologi.
Hakekat matematika dan psikologi ini
akan membantu pendidik menentukan
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
15
pengorganisasian topik–topik
matematika dan pengalaman belajar,
bagaimana cara penyampaiannya,
bagaimana memberikan motivasi dan
pengulangan-pengulangan agar lebih
mantap kepada peserta didik.
Kesulitan belajar matematika
secara khusus masuk dalam definisi
kesulitan belajar, akan tetapi tidak
semua kesulitan belajar menyangkut
kesukaran dalam belajar konsep-konsep
bilangan. Pada kenyataanya ada anak
berkesulitan belajar dalam membaca,
tetapi memiliki keterampilan
matematika. Tidak semua anak
berkesulitan belajar matematika
memperlihatkan karakteristik yang
sama. Heward & Orlansky dalam
Runtukahu & Kandou (2014:49)
menyatakan banyak gejala kesulitan
belajar berhubungan dengan kesulitan
belajar matematika, antara lain (1)
masalah hubungan spasial atau ruang,
(2) masalah dengan simbol-simbol, dan
(3) masalah bahasa. Ketiga keterampilan
ini sangat dibutuhkan dalam belajar
matematika.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskripsi
kualitatif. Menurut Sugiyono (2013:
15), metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat
postpositifsime, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang
alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci,dan data
dilakukan secara purposive, teknik
pengumpulan data dilakukan dengan
tri-angulasi (gabungan) analisis data
kualitatif,dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan pada makna daripada
generalisasi.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Matematika SD
Metode merupakan salah satu
strategi atau cara yang digunakan
oleh pendidik dalam proses
pembelajaran yang hendak dicapai,
semakin tepat metode yang
digunakan oleh seorang pendidik
maka pembelajaran akan semakin
baik. Metode berasal dari kata
methodos dalam bahasa Yunani yang
berarti cara atau jalan.
Sudjana (2005 : 76)
berpendapat bahwa metode merupakan
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
16
perencanaan secara menyeluruh untuk
menyajikan materi pembelajaran
bahasa secara teratur, tidak ada satu
bagian yang bertentangan, dan
semuanya berdasarkan pada suatu
pendekatan tertentu. Pendekatan
bersifat aksiomatis yaitu pendekatan
yang sudah jelas kebenarannya,
sedangkan metode bersifat prosedural
yaitu pendekatan dengan menerapkan
langkah-langkah.
Metode bersifat prosedural
maksudnya penerapan dalam
pembelajaran dikerjakan melalui
langkah-langkah yang teratur dan
secara bertahap yang dimulai dari
penyusunan perencanaan pengajaran,
penyajian pengajaran, proses belajar
mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Menurut Sangidu (2004 : 14)
metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memulai pelaksanaan
suatu kegiatan penilaian guna
mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Salamun (dalam
Sudrajat, 2009 : 7) menyatakan bahwa
metode pembelajaran ialah sebuah
cara- cara yang berbeda untuk
mencapai hasil pembelajaran yang
berbeda dibawah kondisi yang berbeda.
Hal itu berarti pemilihan metode
pembelajaran harus disesuaikan dengan
kondisi pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang ingin dicapai.
Secara umum metode di artikan
sebagai cara melakukan sesuatu. Secara
khusus metode pembelajaran dapat di
artikan sebagai cara atau pola yang
khas dalam memanfaatkan berbagai
prinsip dasar pendidikan serta berbagai
teknik dan sumber daya terkait lainnya
agar terjadi proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.
Pembelajaran matematika
sekolah adalah pembelajaran yang
mengacu pada ketiga fungsi mata
pelajaran matematika, yaitu sebagai
alat, pola pikir, dan ilmu atau
pengetahuan. Dua hal penting yang
merupakan bagian dari tujuan
pembelajaran matematika di SD
menurut Suherman (2001: 60) adalah
pembentukan sifat dengan berpikir
kritis dan kreatif. Dengan
berlandaskan kepada prinsip
pembelajaran matematika yang tidak
sekedar learning to know, melainkan
juga harus meliputi learning to do,
learning to be, hingga learning to live
together, maka pembelajaran
matematika harus bersandarkan pada
pemikiran bahwa peserta didik harus
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
17
belajar dan semestinya dilakukan
secara komperhensif dan terpadu.
Metode mengajar matematika
adalah suatu cara atau teknik yang
disusun secara sistematik dan logic
ditinjau dari segi hakikat matematika
dan segi psikologinya. Penyelesaian
masalah dalam matematika selalu
menggunkan metode deduktif.
Penalarannya adalah logic-deduktif
yang pada dasarnya mengandung
kalimat “jika……, maka…………”.
Suatu kebenaran matematika
dikembangkan berdasarkan alas an
logic. Model terbaik untuk berfikir
matematika yaitu memanfatkan logika
simbolik.
Berdasarkan pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan sebuah
perencanaan yang utuh dan bersistem
dalam menyajikan materi pelajaran.
Metode pembelajaran dilakukan
secara teratur dan bertahap dengan
cara yang berbeda-beda untuk
mencapai tujuan tertentu dibawah
kondisi yang berbeda.
Syarat-syarat penggunaan metode
adalah sebagai berikut:
1. Metode mengajar yang
digunakan harus dapat
membangkitkan motif, minat,
atau gairah belajar.
2. Metode belajar yang digunakan
harus dapat menjamin
perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
3. Dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mewujudkan
hasil karya.
4. Dapat meransang keinginan
siswa untuk belajar lebih
lanjut, melakukan eksplorasi
dan inovasi.
5. Dapat mendidik siswa dalam
teknik belajar sendiri dan
cara memperoleh pengetahuan
melalui usaha pribadi.
6. Dapat mentiadakan
penyajianyang bersifat
verbalisme dan menggantinya
dengan pengalaman atau situasi
yang nyata dan bertujuan.
7. Dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai dan
sikap-sikap utama yang
diharapkan dalam kebiasaan
cara bekerja yang baik dalam
kehidupan sehari- hari.
B. Macam-Macam Metode
Pembelajaran Matematika SD
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
18
a. Metode Permainan Matematika
Metode permainan dalam
pembelajaran matematika adalah
metode belajar dengan melakukan
kegiatan yang menggembirakan yang
dapat menunjang tercapainya tujuan
instruksional matematika yang
menyangkut aspek kognitif,
psikomotorik, atau efektif.
Permainan yang mengandung nilai
matematika dapat meningkatkan
keterampilan, penanaman konsep,
pemahaman dan pemantapannya;
meningkatkan kemampuan
menemukan, memecahkan masalah,
dan lain-lain.
Metode permainan sama dengan
metode-metode lain yang
memerlukan perumusan tujuan
instruksional yang jelas, penilaian
topik atau subtopik, perincian
kegiatan belajar mengajar, dan lain-
lain. Selanjutnya hindari permainan
yang bersifat teka-teki atau yang
tidak ada nilai matematikanya.
Ruseffendi (2006,h.312) permainan
matematika adalah kegiatan yang
menyenangkan (menggembirakan)
yang dapat menunjang tercapainya
tujuan intruksional dalam pengajaran
matematika baik aspek kognitif,
afektif maupun psikomotor.
Morisson (2012, h. 69) berpendapat
permainan adalah metode yang
memberikan kesempatan praktik
dan berpikir, pengalaman belajar,
mendorong kemampuan alami anak,
perkembangan fisik,
mengembangkan makna sosial,
memecahkan masalah dan
bekerjasama, kepercayaan diri, dan
mendorong perkembangan kognitif.
Metode permainan dalam
matematika terinspirasi dari teori
belajar menurut Dienes, dimana
kecerdasan adalah mengetahui dan
melibatkan penggunaan operasi
mental yang berkembang sebagai
akibat dari tindakan mental dan fisik
di lingkungan sekitar. Keterlibatan
aktif mengembangkan kecerdasan
lewat pengalaman atau praktik
langsung menurut Somakin (2008, h.
4) menjadi dasar bagi kemampuan
otak untuk berpikir dan belajar serta
pengembangannya diorientasikan
pada peserta didiksedemikian rupa
sehingga sistem yang
dikembangkannya itu menarik bagi
peserta didikyang mempelajarinya.
Dienes (dalam Somakin, 2008. h. 8)
berpendapat bahwa pada dasarnya
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
19
matematika dapat dianggap sebagai
studi tentang struktur, memisah-
misahkan hubungan-hubungan di
antara struktur-struktur dan
mengkategorikan hubungan-
hubungan di antara struktur-struktur.
Dienes membagi belajar dengan
metode permainan menjadi 6 tahap,
yaitu :
1. Bermain Bebas (Free Play).
Dalam setiap tahap belajar, tahap
yang paling awal dari
pengembangan konsep bermula
dari permainan bebas. Permainan
bebas merupakan tahap belajar
konsep yang aktivitasnya tidak
berstruktur dan tidak diarahkan.
Anak didik diberi kebebasan
untuk mengatur benda. Selama
permainan pengetahuan anak
akan muncul dan berkembang.
2. Permainan (Games).
Dalam permainan yang disertai
aturan peserta didik sudah mulai
meneliti pola- pola dan
keteraturan yang terdapat dalam
konsep tertentu. Keteraturan ini
mungkin terdapat dalam konsep
tertentu tapi tidak terdapat dalam
konsep yang lainnya. Makin
banyak bentuk berlainan yang
diberikan dalam konsep tertentu,
akan semakin jelas konsep yang
dipahami siswa, karena
memperoleh konsep yang logis
dan matematis.
3. Penelaahan Sifat Bersama
(Searching for communalities),
dalam mencari kesamaan sifat
peserta didikmulai diarahkan
dalam kegiatan menemukan
sifat- sifat kesamaan dalam
permainan yang sedang diikuti.
4. Representasi (Representation)
Representasi adalah tahap
pengambilan sifat dari beberapa
situasi yang sejenis. Representasi
yang diperoleh ini bersifat
abstrak, yang mengarah pada
pengertian struktur matematika
yang sifatnya abstrak.
5. Penyimbolan (Symbolization)
Simbolisasi termasuk tahap
belajar konsep yang
membutuhkan kemampuan
merumuskan representasi dari
setiap konsep-konsep dengan
menggunakan simbol matematika
atau melalui perumusan verbal.
6. Pemformalan (Formalization)
Formalisasi merupakan tahap
belajar konsep yang terakhir.
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
20
Dalam tahap ini siswa-peserta
didikdituntut untuk
menpendidiktkan sifat-sifat
konsep dan kemudian
merumuskan sifat-sifat baru
konsep tersebut.
Kelebihan metode permainan
1. Melatih anak untuk
mendramatisasikan sesuatu serta
melatih keberanian.
2. Metode ini akan menarik perhatian
anak sehingga suasana kelas menjadi
hidup.
3. Anak dapat menghayati suatu
peristiwa sehingga mudah
mengambil kesimpulan berdasarkan
penghayatan sendiri.
4. Anak dilatih untuk menyusun
pikirannya dengan teratur.
Kelemahan metode permainan
1. Tidak semua topik dapat disajikan
melalui permainan.
2. Memerlukanbanyak waktu
3. Penentuan kalah menangdan bayar-
membayar dapat berakibat negatif.
Mungkin juga terjadi pertengkaran.
4. Mengganggu ketenangan belajar di
kelas-kelas lain.
b. Metode Jarimatika
Septi Peni Wulandari (2008: 2
) Jarimatika adalah cara berhitung
(operasi kali-bagi-tambah-kurang)
dengan menggunakan jari-jari
tangan. Jarimatika adalah sebuah
cara sederhana dan menyenangkan
mengajarkan berhitung dasar kepada
anak- anak menurut kaidah. Sedangkan
menurut Dwi Sunar Prasetyono, dkk
(2009: 19) “Jarimatika adalah suatu
cara menghitung Matematika dengan
menggunakan alat bantu jari”.Dari
kedua pengertian di atas dapat
dirumuskan bahwa jarimatika
adalah suatu cara berhitung (operasi
kali-bagi- tambah-kurang) dengan
menggunakan alat bantu jari-jari tangan.
Jarimatika adalah sebuah cara
sederhana dan menyenangkan
mengajarkan berhitung dasar kepada
anak-anak menurut kaidah. Dimulai
dengan memahamkan secara benar
terlebih dahulu tentang konsep bilangan,
lambang bilangan, dan operasi hitung
dasar, kemudian mengajarkan cara
berhitung dengan jari-jari tangan.
Metode ini sangat mudah diterima anak.
Mempelajarinya pun sangat
mengasyikkan, karena jarimatika tidak
membebani memori otak dan “alat”nya
selalu tersedia bahkan saat ujian karena
alatnya adalah jari tangan kita sendiri.
Sebuah cara sederhana dan
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
21
menyenangkan mengajarkan berhitung
dasar kepada anak-anak menurut kaidah-
kaidah berikut (a) dimulai dengan
memahami konsep bilangan, lambang
bilangan dan operasi hitung dasar, (b)
barulah kemudian mengajarkan cara
berhitung dengan jari-jari tangan, (c)
prosesnya diawali, dilakukan dan
diakhiri dengan gembira.
Contoh: 7 x 8
Langkah 1 = Tekuk jari 6 dan 7 pada tangan sebelah kiri (lihat gambar)
Langkah 2 = Tekuk jari 6, 7, dan 8 pada tangan sebelah kanan (lihat gambar)
Langkah 3 = Hitung jumlah jari yang ditekuk dan rubah menjadi angka puluhan
Langkah 4 = Jari yang tidak di tekuk pada tangan sebelah kiri sebanyak 3 jari dan pada
jari yang sebelah kanan sebanyak 2 jari kemudian kalikan keduanya ( 3 x 2 = 6 ).
Langkah 5 = Jumlahkan hasil antara jari yang ditekuk (50) dengan hasil perkalian
jari yang tidak ditekuk (2 x 3 = 6), sehingga 50 + 6 = 56. Jadi 7 x 8 = 56.
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
22
Kelebihan Metode Jarimatika
1. Jarimatika memberikan visualisasi
proses berhitung. Hal ini akan
membuat anak mudah
melakukannya.
2. Dapat melatih menyeimbangkan
otak kiri dan otak kanan
3. Gerakan jari-jari tangan akan
menarik minat anak. Mungkin
mereka menganggapnya lucu. Yang
jelas, mereka akan melakukannya
dengan gembira.
4. Jarimatika relatif tidak memberatkan
memori otak saat digunakan.
5. Alatnya tidak perlu dibeli, tidak
akan pernah ketinggalan, atau
terlupa dimana menyimpannya.
6. Dan juga tidak bisa disita saat ujian
Kelemahan Jarimatika
1. Karena jumlah jari tangan terbatas
maka operasi matematika yang
bisa di selesaikan juga terbatas.
2. Kalau kurang latihan agak
lambat menghitung dibandingkan
sempoa. (http://sendang
ayu.blogspot.com/2012/09.jarima
tika.html)
c. Metode Sempoa (Mental
Aritmetika)
Media sempoa menurut Edu
(2003: 1) dapat dikenali sebagai alat
hitung yang terdiri dari manik-manik
yang terbagi menjadi bagian atas dan
manik bagian bawah. Sempoa ada yang
menyebutnya soroban dan abacus.
Bentuk dari sempoa berupa kotak segi
empat yang dibagi menjadi dua bagian,
atas dan bawah dengan manik-manik
yang bernilai lima pada bagian atas, dan
manik-manik bernilai satu pada
bagian bawah. Setiap deret sempoa
dalam satuan tiang memiliki nilai
satuan dan semakin ke kiri adalah
puluhan, ratusan, ribuan, dan
seterusnya. Sempoa dapat untuk
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
23
memudahkan perhitungan tambah, kali,
bagi, dan kurang.
Mental Aritmatika diajarkan
dengan menggunakan alat hitung kuno
yang disebut sempoa. Sempoa yang
digunakan merupakan alat bantu
penghitung manual yang telah
diperbarui sesuai dengan kaidah-kaidah
Aritmatik sehingga mudah dicerna dan
ditransformasikan ke dalam mental
seseorang. Program Pendidikan
Mental Aritmatika Sempoa hanya
melibatkan hitungan Penambahan, ( + ),
Pengurangan ( – ), Perkalian ( x ) dan
Pembagian ( : ).
Cara ini dapat mengembangkan
mental/jiwa anak-anak melalui
Aritmatika Mental. Anak-anak pada
awalnya menggunakan alat bantu
Sempoa setelah melewati masa yang
khusus nantinya akan dapat menghitung
bilangan/angka tanpa alat bantu apapun.
Tujuan Mental Aritmatika adalah:
a) merangsang potensi otak
sehingga berkembang dan
mencapai fungsi yang
maksimal,
b) melatih daya imajinasi dan
kreativitas,
c) melatih daya logika dan
sistematika berpikir,
d) melatih daya konsentrasi dan
daya ingat,
e) meningkatkan kecepatan,
ketepatan dan ketelitian dalam
berpikir,
f) memupuk rasa percaya diri dan
sikap mental positif,
g) membina minat pada pelajaran
matematika
Contoh : 12 + 32
Soal di atas dapat dikerjakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Posisikan sempoa pada posisi 0, yaitu seperti tertera pada gambar berikut
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
24
2. Setelah sempoa dengan bilangan pertama yaitu 12, sempoa akan
tampak seperti gambar berikut :
3. Tambahkan bilangan kedua yaitu 32, caranya pada posisi puluhan
geserlah ke atas 3 manik-manik dan pada posisi satuan geserlah ke
atas 2 buah manik-manik. Sehingga sempoa akan tampak seperti
berikut :
Jadi hasilnya 44
C. Kesulitan Belajar Matematika
1. Pembelajaran Matematika di
SD
Menurut Johnson dan
Myklebust (dalam Abdurrahman,
2003:252), matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan- hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berpikir.Bidang studi
matematika yang diajarkan di SD
mencakup tiga cabang, yaitu
aritmatika, aljabar, dan geometri.
Cockroft (dalam
Abdurrahman, 2003:253)
mengemukakan bahwa matematika
perlu diajarkan kepada peserta didik
karena:
a) selalu digunakan dalam
segala segi kehidupan;
b) semua bidang studi
memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai;
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
25
c) merupakan sarana
komunikasi yang kuat,
singkat, dan jelas;
d) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam
berbagai cara;
e) meningkatkan kemampuan
berpikir logis, ketelitian, dan
kesadaran keruangan (spatial
sense); dan
f) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan
masalah yang menantang.
Berbagai alasan perlunya
sekolah mengajarkan matematika
kepada peserta didik pada
hakikatnya dapat disimpulkan karena
masalah kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika di sekolah
dasar memerlukan kemampuan
pendidik dalam memahami karakteristik
peserta didiksekolah dasar. Seperti
yang dikemukakan oleh Suwangsih dan
Tiurlina (2006: 25) bahwa
pembelajaran matematika di sekolah
dasar mempunyai beberapa karakteristik,
yaitu :
a) pembelajaran matematika
menggunakan metode spiral,
b) pembelajaran matematika
bertahap,
c) pembelajaran matematika
menggunakan metode induktif,
d) pembelajaran matematika
menganut kebenaran
konsistensi,
e) pembelajaran matematika
hendaknya bermakna.
2. Kesulitan Peserta didikSD
dalam Matematika.
Menurut Dumont (dalam Van
Steenbrugge, 2010) kesulitan belajar
dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu: ketidakmampuan belajar yang
terletak dalam perkembangan kognitif
anak sendiri dan kesulitan belajar yang
disebabkan oleh faktor di luar anak atau
masalah lain pada anak.
Menurut Lerner (dalam
Pierangelo dan Giulani, 2006), setiap
peserta didik dengan kesulitan
matematika adalah unik; tidak semua
anak menunjukkan kekurangan atau
kesulitan yang sama. Menurut Wood
(dalam Untari, 2014) bahwa beberapa
karakteristik kesulitan peserta
didikdalam belajar matematika adalah
sebagai berikut:
a) kesulitan membedakan angka,
simbol-simbol, serta bangun
ruang,
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
26
b) tidak sanggup mengingat
dalil-dalil matematika,
c) menulis angka tidak terbaca
atau dalam ukuran kecil,
d) tidak memahami simbol-
simbol matematika,
e) lemahnya kemampuan
berpikir abstrak,
f) lemahnya kemampuan
metakognisi (lemahnya
kemampuan mengidentifikasi
serta memanfaatkan algoritma
dalam memecahkan soal-soal
matematika).
Sedangkan menurut Radatz
(dalam Untari, 2014) kesalahan yang
sering dilakukan peserta didikadalah
kesalahan dalam penggunaan bahasa
matematika dengan bahasa sehari-hari,
kemampuan dalam keruangan
(spatial sense), kemampuan dalam
penguasaan prasyarat, kesalahan
dalam penguasaan teori, dan
kesalahan dalam penerapan aturan yang
relevan.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kesulitan
Belajar Matematika SD
Ada banyak faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar
matematika anak, yang secara umum
berupa faktor dari dalam diri anak
sendiri dan faktor dari luar diri anak.
Hamalik (dalam Paridjo, 2008)
berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar
matematika adalah sebagai berikut :
3.1. Faktor-faktor yang
bersumber dari diri
sendiri
Faktor yang bersumber dari
diri sendiri jugam disebut sebagai
faktor intern. Sebab-sebab yang
tergolong dalam faktor ini adalah
sebagai berikut:
1. tidak mempunyai tujuan
belajar yang jelas
2. kurangnya minat terhadap
bahan pelajaran
3. kesehatan yang sering terganggu
4. kecakapan mengikuti pelajaran
5. kebiasaan belajar
6. kurangnya penguasaan bahas
3.2. Faktor-faktor yang
bersumber dari lingkungan
sekolah
Kesulitan belajar tidak saja
berasal dari diri anak akan tetapi juga
dari sekolah tempat anak mendapatkan
pendidikan formal.
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
27
3.3. Faktor-faktor yang
bersumber dari keluarga
Faktor dari lingkungan yang
paling dekat adalah keluarga, karena
sebagian besar waktu anak adalah di
rumah. Maka, keluarga sangat
mempengaruhi kemajuan studi anak,
bahkan dapat dikatakan menjadi faktor
dominan untuk sukses di sekolah.
3.4. Faktor yang bersumber dari
masyarakat
Masyarakat pada umumnya
tidak akan menghalangi kemajuan
belajar pada anak-anaknya, bahkan
sebaliknya mereka membutuhkan
anak-anak yang berpendidikan untuk
kemajuan lingkungan masyarakat.
Semakin tinggi tingkat pendidikan
setiap warga akan semakin tinggi
tingkat kemajuan dan kesejahteraan
masyarakatnya.
Sudjono(Paridjo,
2008)mengklasifikasi kesulitan belajar
matematika yang difokuskan pada
penyebabnya, dibedakan atas faktor
dasar umum dan faktor dasar
khusus.
a. Faktor Dasar Umum
Faktor dasar umum adalah
faktor yang secara umum menjadi
penyebab kesulitan belajar siswa, faktor-
faktor itu terdiri dari;
1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis dapat berupa anak
yang mengalami permasalahan
pada fisik seperti pendengaran
yang lemah akan kesulitan dalam
mengikuti penjelasan pendidik atau
temannya, penglihatan yang
kurang akan sulit melihat tulisan di
papan tulis atau ketika pendidik
menjelaskan di depan.
2. Faktor Intelektual
Peserta didik yang mengalami
kekurangan dalam daya abstraksi,
generalisasi, an kemampuan
penalaran deduktif maupun induktif
serta kemampuan numeriknya akan
mengalami kesulitan dalam belajar
matematika karena kemampuan-
kemampuan tersebut merupakan
kemampuan dasar yang menentukan
keberhasilan dalam belajar
matematika.
3. Faktor Pedagogik
4. Faktor Sarana dan Cara Belajar
Siswa
Kesulitan belajar matematika juga
dapat disebabkan oleh keterbatasan
sarana belajar seperti literatur, alat-
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
28
alat bantu visualisasi, dan ruang
tempat belajar.
5. Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah yang nyaman,
indah dan sejuk akan membuat
peserta didik menjadi bergairah
untuk belajar
b. Faktor Dasar Khusus
Faktor-faktor yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Kesulitan Menggunakan Konsep
Dalam hal ini peserta didiktelah
memperoleh pembelajaran
mengenai konsep, tetapi belum
menguasai dengan baik karena
mungkin lupa sebagian atau
seluruhnya. Mungkin juga
penguasaan peserta didikatas
suatu konsep masih kurang jelas
atau kurang cermat sehingga ia
kesulitan dalam
menggunakannya.
2. Kurangnya Keterampilan
Operasi Aritmetika
Kesulitan peserta didikyang
disebabkan oleh kurangnya
keterampilan operasional
aritmetika merupakan kesulitan
yang disebabkan oleh
kekurangmampuan dalam
mengoperasikan secara tepat
kuantitas-kuantitas yang terdapat
dalam soal. Operasi yang
dimaksud meliputi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan
pembagian bilangan bulat,
pecahan maupun desimal.
3. Kesulitan Menyelesaikan Soal
Cerita
Soal cerita adalah soal yang
disusun sedemikian rupa
sehingga membentuk suatu
cerita yang dapat dimengerti
dan ditangkap secara matematis.
Berdasarkan hal di atas,
banyak faktor yang menyebabkan
peserta didikmengalami kesulitan
dalam belajar matematika yang
berakibat prestasi belajar matematika
peserta didikbbelum mencapai hasil yang
diharapkan.
Menurut Lestari dan Triyono
(2012), kesulitan peserta didikdalam
memahami konsep nilai tempat adalah
dalam memahami simbol matematika,
belum lancar berhitung dan belum
lancar dalam bahasa dan membaca.
Nurmawati, dkk. (2000) menambahkan
bahwa peserta didiksering salah dalam
menuliskan lambang bilangan dan nama
bilangan, kekeliruan terjadi ketika
peserta didik menentukan nilai tempat
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
29
dan nilai angka, dan kesalahan
menuliskan lambang bilangan
berdasarkan nilai tempat. Kesalahan ini
terjadi karena dimungkinkan peserta
didik mengalami kesulitan dalam
memahami konsep nilai tempat. Konsep
nilai tempat memerlukan pemahaman
dalam integrasi dari konsep
pengelompokan sepuluh dengan
pengetahuan prosedural mengenai
bagaimana suatu himpunan dicatat
dalam skema nilai tempat, bagaimana
bilangan ditulis dan bagaimana bilangan
tersebut diucapkan (Van de Walle,
2008).
Ada anak berkesulitan belajar
memiliki keterampilan verbal,
mendengar, dan mungkin sangat
terampil dalam membaca(Garnett,
Lerner dalam Runtukahu & Kandou,
2014:52 ). Di lain pihak, ada anak
berkesulitan belajar dalam bahasa dan
membaca. Oleh karena mereka
mengalami kesulitan dalam bahasa,
mereka bingung jika dihadapkan
dengan istilah-istilah matematika,
seperti tambah, kurang, meminjam
dan nilai tempat terlebih dengan soal-
sola cerita. Sumber kesulitan belajar
adalah kurang memahami struktur
bahasa soal cerita. Jika demikian,
mereka tidak dapat membaca soal-soal
cerita dan dengan sendirinya tidak akan
mampu melaksanakan langkah-langkah
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
soal-soal.
4. Pengaruh Kesulitan
BelajarMatematika Terhadap
Perilaku Anak di Sekolah
Sesuatu hal yang tidak baik
maka pasti akan menghasilkan hal yang
tidak baik, begitu juga terhadap anak-
anak yang mengalami kesulitan
belajar. Anak dengan kondisi
kesulitan belajar matematika juga
memiliki perilaku-perilaku yang
terkadang menyimpang di sekolah.
Perilaku menyimpang ini bukanlah
sebuah hal yang jahat tetapi dapat
berupa kurang bahkan hilangnya rasa
percaya diri akan kemampuan dirinya,
menjadi anak yang pemalas, bahkan
bisa menjadi sasaran bullying teman-
teman sekolahnya.
Peserta didik yang menunjukkan
kesulitan dalam belajar matematika juga
menunjukkan bukti kekurangan atau
kesulitan dalam hal sosial seperti
kekurangan dalam keterampilan
menolong diri sendiri seperti pemalu
atau tidak percaya diri dan sulit dalam
bekerja kelompok serta sulit dalam
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
30
bersosialisasi (Rourke dalam Little,
2009). Adanya gangguan emosional,
rasa tak tenang, khawatir, mudah
tersinggung, sikap agresif, gangguan
dalam proses berpikir, semuanya
menjadikan kegiatan belajar terganggu
(Paridjo, 2008).
Peserta didik dengan kesulitan
belajar juga menunjukan sikap yang
kurang wajar seperti acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta dan
sebagainya. Peserta didik menunjukan
tingkah laku yang kurang wajar
seperti membolos, datang terlambat,
tidak mengerjakan tugas rumah,
mengganggu di dalam kelas atau di
luar kelas, tidak mau mencatat
pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan
belajar mengajar, mengasingkan diri,
tidak mau bekerja sama dan sebagainya.
Dan secara emosi peserta didik
menunjukkan gejala emosional yang
kurang wajar seperti pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, kurang
gembira dalam menghadapi nilai rendah
tidak menunjukan perasaan sedih dan
menyesal dan sebagainya (Fauzi, 2012).
KESIMPULAN
Dalam suatu pembelajaran
matematika, diperlukan suatu metode
yang sesuai dengan materi yang akan
dibahas. Dari pembahasan diatas
dapat diambil beberapa kesimpulan
yaitu :
a. Penggunaan metode yang tepat
akan mempermudah peserta
didikdalam menguasai suatu
materi sehingga tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai.
b. Peranan pendidik dalam
memilih, menguasai dan
menggunakan metode mengajar
sangat besar pengaruhnya untuk
menghindari kebosanan peserta
didik dalam mempelajari
matematika.
c. Penggunakan metode
pemecahan masalah, penemuan
dan metode diskusi membuat
peserta didik lebih aktif dalam
belajar.
Kesulitan belajar matematika
merupakan gangguan yang dimiliki
anak terkait dengan faktor internal
dan eksternal pada anak yang
menyebabkan kesulitan otak dalam
mengikuti proses pembelajaran secara
normal dalam hal menerima,
memproses, dan menganalisis
informasi yang didapat selama
pembelajaran matematika. Terdapat
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
31
beberapa faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar matematika anak,
yaitu faktor dari diri sendiri anak,
lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
Selain faktor dari siri sendiri,
faktor dari aktivitas pembelajaran di
kelas menjadi pertimbangan yang harus
dicarikan solusi penyelesaiannya.
Pembelajaran yang tidak tepat,
efisien dan efektif dari pendidik akan
membuat anak kesulitan belajar menjadi
lebih sulit. Pendidik harus
mempertimbangkan sulitnya
matematika bagi anak-anak dan
mengetahui latar belakang kemampuan
anak agar mampu merancang
pembelajaran matematika yang baik dan
tepat bagi anak. Pendidik harus mampu
memberikan pelayanan dan bimbingan
yang lebih bagi anak berkesulitan
belajar matematika di kelas. Solusi
yang dapat diberikan pendidik adalah
dengan melaksanakan pembelajaran
remedial bagi anak berkesulitan belajar
matematika.
SARAN
Dalam rangka mempermudah
penguasaan materi oleh para siswa,
pendidik diharapkan dapat
menggunakan metode yang tepat dalam
pengajaran matematika, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Untuk
menghindari kebosanan peserta
didikdalam mempelajari matematika,
pendidik diharapkan dapat memilih,
menguasai dan menggunakan metode
pengajaran yang tepat terhadap suatu
materi. Pendidik diharapkan
menggunakan metode pemecahan
masalah, penemuan dan metode diskusi
dalam pengajaran matematika, sehingga
membuat peserta didik lebih aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. ( 2003).
Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002).
Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Endang Supartini. ( 2001).
Diagnostik Kesulitan Belajar
dan Pengajaran Remidial.
Yogyakarta: FIP UNY.
Fauzi, Danang Tri. ( 2012). Faktor-
faktor Kesulitan Belajar
Matematika Kelas IV MI
Yappi Mulusan Paliyan
Gunung Kidul.
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
32
Hamalik, Oemar. (2008). Metode
Belajar dan Kesulitan Belajar.
Bandung: PT Tarsido
Heruman.(2007). Model Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lestari & Triyono. Deskripsi
Kesulitan Belajar Pada
Operasi Penjumlahan dengan
Teknik Menyimpan Peserta
didik Kelas I SDN 3 Panjer
Kecamatan Kebumen Tahun
Pelajaran 2011/2012. Jurnal
FKIP Pendidikan Universitas
Sebelas Maret.Vol.1 hal 163-
169 April 2012
Nyimas Aisyah, dkk. ( 2007).
Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD. Jakarta:
Dirjen Dikti Departemen
Pendidikan Nasional
Paridjo. (2008). Sebuah Solusi
Mengatasi Kesulitan Belajar
Matematika. Diakses: 15
November 2015.
Online:http://www.pustaka.ut.ac
.id/dev25/pdfprosiding2/Solusi
%20Mengatasi%20Kesulitan%2
0Belajar.pdf.
Purwanto, Drs. (2003). Strategi
Pembelajaran Matematika.
Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Putra, Winkanda Santria. (2013). 99
Permainan Edukatif. Jogjakarta:
Kata Hati.
Randi. (2009). Cara-cara Terbaik
Mengajarkan Matematika.
Jakarta: Indeks.
Runtukahu, Tombokan dan Kandou,
Selpius. (2014). Pembelajaran
Matematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Septi Peni Wulandari. (2008).
Jarimatika Perkalian dan
Pembagian. Tangerang: PT
Kawan Pustaka.
Simanjuntak,dkk. (1993). Metode
Mengajar Matematika. Jakarta:
Rineka Cipta Stone
Van de Walle, J. (2008). Matematika
Sekolah Dasar dan Menengah:
Pengembangan Pembelajaran,
Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.