kesulitan belajar matematika dalam memahami …
TRANSCRIPT
KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DALAM MEMAHAMI SOAL
HOTS MATERI BANGUN RUANG PADA HASIL BELAJAR SISWA
KELAS V MIN 2 PONOROGO TAHUN AJARAN 2020/2021
SKRIPSI
OLEH
ZULFAH NUR KHOIRIYAH
NIM. 210617140
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2021
ABSTRAK
Khoiriyah, Zulfah Nur. 2021. Kesulitan Belajar Matematika dalam Memahami Soal Hots Materi
Bangun Ruang Siswa Kelas V Min 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2020/2021. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing, Sofwan Hadi, M. Si..
Kata Kunci: Kesulitan Belajar, HOTS, Pemecahan Masalah Matematika
HOTS (Higher Order Thinking Skill) atau kemampuan berpikir menguji siswa pada tingkat
yang lebih tinggi, dalam artian tidak hanya menguji pada aspek ingatan ataupun hapalan saja,
namun menguji sampai pada aspek analisi, sintesis, dan evaliasi. Soal HOTS dibuat untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga permasalahan yang disajikan pada soal
bersifat kontekstual dan memerlukan beberapa langkah untuk menyelesaikannya. Guru
Matematika kelas V MIN 2 Ponorogo telah membuat soal HOTS kategori C4 untuk dikerjakan
siswa. Sebelum siswa mengerjakan soal tersebut, guru menyampikan pembelajaran matematika
dengan detail dan berulang-ulang. Guru juga memberikan contoh penyelesaian soal HOTS dengan
harapan siswa dapat megerjakan soal dengan benar setelah pembelajaran berlangsung. Setelah
siswa mengerjakan soal HOTS yang diberikan oleh guru masih terdapat siswa yang belum mampu
memahami soal tersebut sehingga ia belum mampu menyelesaikan soal tersebut. Melalui hal
tersebut terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan saat memahami soal HOTS yang disampaikan
oleh guru.
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk (1)
mendeskripsikan hasil belajar matematika dalam memahami soal HOTS pada materi bangun ruang
yang dialami siswa kelas V MIN 2 Ponorogo, (2) mendeskripsikan kesulitan belajar matematika
dalam memahami soal HOTS pada materi bangun ruang yang dialami siswa kelas V MIN 2
Ponorogo ditinjau dari hasil belajar, dan (3) mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung
proses pembalajaran materi bangun ruang yang dialami siswa kelas V MIN 2 Ponorogo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus, dimana peneliti
menyelidiki secara cermat peristiwa kesulitan belajar yang terjadi pada siswa. Peneliti
mengumpulkan data dengan teknik pengumpulan data tes, observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Peneliti melakukan penelitian di kelas V MIN 2 Ponorogo. Data yang dikumpulkan
peneliti diperoleh dari siswa kelas V MIN 2 Ponorogo, guru matematika kelas V MIN 2 Ponorogo,
dan stakeholder MIN 2 Ponorogo. Peneliti akan melakukan analisis data menggunakan cara yang
dikemukakan oleh Miles & Huberman yaitu dengan data reduction (reduksi data), data display
(penyajian data), dan conclusion drawing/ verificotion (penarikan kesimpulan dan verifikasi).
Hasil belajar subjek penelitian dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: subjek
berkemampuan tinggi, subjek berkemampuan sedang, dan subjek berkemampuan tinggi. Subjek
berkemampuan tinggi ada 23,8% dari seluruh subjek. Subjek berkemampuan sedang ada 40,5%
dari seluruh subjek. Subjek berkemampuan rendah ada 35,7% dari seluruh subjek. Subjek
berkemampuan rendah dalam memahami soal HOTS kategori C4 dan C5 mengalami kesulitan
pada setiap tahap pemecahan. Akan tetapi, pada tahap eksplorasi pada soal HOTS kategori C5 ia
mampu menyajikan masalah kedalam bentuk lain yang mudah dipahami dengan imajinasinya
sendiri. Subjek berkemampuan sedang secara umum dalam memahami soal HOTS kategori C4
dan C5 mengalami kesulitan pada tahap membaca yaitu saat menulikan kata kunci. Subjek ini juga
mengalami kesulitan pada tahap menyusun strategi dan memecahkan pada soal HOTS kategori
C5. Subjek berkemampuan tinggi dalam memahami soal HOTS kategori C4 dan C5 tidak
mengalami kesulitan. Akan tetapi, ia mengalami hambatan dalam memecahkan masalah pada soal
HOTS kategori C4 pada tahap pemecahan masalah. Ia mengalami kebingungan saat mengubah
satuan. Faktor yang mendukung dan menghambat proses pembelajaran matematika berupa faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya minat belajar dan perhatian siswa
terhadap pelajaran. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar meliputi
pendampingan belajar dan waktu belajar siswa.
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
PENGESAHAN
iii
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
perilaku. Misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan sebagainya. Belajar
akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya.1 Para orang tua
menyekolahkan anak-anaknya dengan harapan mampu mengalami perubahan-perubahan
tersebut. Maka, sudah menjadi tugas guru untuk menerima tanggung jawab tersebut dengan
membimbing siswa dalam proses belajarnya.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa di sekolah.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan masalah sehari-
hari, serta memberikan dukungan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.2
Oleh karena itu matematika selalu ada dalam setiap jenjang pendidikan. Belajar matematika
harus dipandang sebagai suatu proses untuk mengkontruksikan konsep-konsep matematika
dan strategi penyelesaian suatu masalah. Tujuan akhir dari pembelajaran matematika di
tingkat sekolah dasar yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan konsep matematika
dalam kehidupan sehari-hari.3
Pembelajaran matematika merupakan salah satu pembelajaran yang memfokuskan pada
pemecahan masalah kontekstual dan kompleks.4 Pembelajaran matematika di MIN 2 Ponorogo
oleh bapak Nur Cholis, S. Pd. I. dikelas V dilaksanakan dengan menanamkan pemahaman dan
1 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 21-22. 2 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016),
185. 3 Sugiyanti, “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Menghitung Luas Bangun Datar
Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD Negeri Ngabeyan 01 Semester 1 Tahun Pelajaran
2017/2018”, Jurnal Pendidikan Empirisme, Vol. 6, No. 10, thn. 2019, 103. 4 Jenner Simartama Dkk, Pembelajaran STEM Berbasis HOTS (Medan: Yayasan Kita Penerbit, 2020), 30.
1
2
konsep matematika sebelum guru memberikan rumus terkait materi yang disampaikan. Guru
juga selalu memberikan contoh soal baik itu soal LOTS maupun soal HOTS beserta cara
penyelesaiannya. Saat pembelajar guru juga memberikan soal diluar contoh soal kepada siswa
untuk dikerjakan, kemudian guru juga memandu siswa agar dapat mengerjakan soal tersebut
dengan benar.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diajak berpikir tingkat tinggi. Pemberian
soal HOTS pada pembelajaran matematika dapat membantu siswa untuk lebih terampil dalam
menguasai konsep-konsep pada matematika. HOTS (Higher Order Thinking Skill) merupakan
kemampuan berpikir yang mengujikan pada tingkat yang lebih tinggi, dalam artian tidak hanya
menguji pada aspek ingatan ataupun hapalan saja, namun menguji sampai pada aspek analisi,
sintesis, dan evaliasi.5 Melalui pemberian soal HOTS siswa diharapkan memiliki kemampuan
berpikir kritis, diantaranya: menyadari jika ada kritis yang saling terkait, mampu mengajukan
dan menjawab pertanyaan kritis pada saat yang tepat, dan tertarik untuk menggunakan
pertanyaan kritis secara aktif.6
Soal HOTS diberikan dengan harapan siswa dapat mencapai tiga tingkatan teratas dalam
ranah kognitif yang meliputi menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Sangat
penting ditanamkan sejak dini kepada siswa untuk berpikir tingkat tinggi di era modern seperti
sekarang ini. Soal HOTS disajikan dengan mengaitakan antara materi yang sedang dipelajari
dan situasi sekitar siswa sebagai stimulus agar memudahkan siswa mengaitkan antara keduanya
dalam sebuah soal. Guru dalam memilih stimulus untuk dikaitkan dengan materi harus lebih
kreatif. Semakin kreatif dan menarik stimulus yang dipilih oleh guru maka semakin kreatif pula
siswa yang mampu menyelesaikannya.
5 Maharani Yuniar, Cece Rakhmat, dan Asep Saepulrohman, “Analisis HOTS (Higher Order Thinking Skill)
pada Soal Objektif Tes pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas V SD Negeri 7 Ciamis”, Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (2015), 191. 6 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thingking Skills) (Tangerang: Tira
Smart, 2019), 94.
3
Pada saat Real Teaching yang telah dilakukan, peneliti menemukan hal menarik untuk
diteliti. Peneliti melihat guru yang menyampaikan materi dan memberikan contoh soal
matematika pada siswa. Siswa memperhatikan guru tersebut. Ketika guru bertanya tentang
pemahaman siswa, siswa menjawab sudah paham. Akan tetapi ketika siswa diminta untuk
menyelesaikan sendiri soal tersebut masih ada soal yang belum terjawab dengan benar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa masih ada siswa belum bisa atau kurang memahami isi soal
HOTS tersebut.yang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2020 dengan
Bapak Nur Cholis, S. Pd. I. selaku guru mata pelajaran Matematika di kelas V MIN 2 Ponorogo,
diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika telah disampaikan secara detail, beliau
selalu memberikan contoh soal dalam pembelajarannya. Beliau juga menanyakan secara
berulang-ulang untuk mengetahui pemahaman siswa, meski demikian masih ada beberapa anak
yang belum bisa memahami soal sehingga ia kesulitan menemukan penyelesaiannya. Anak
beranggapan bahwa mata pelajaran Matematika itu sulit.
HOTS (Higher Order Thinking Skill) atau kemampuan berpikir menguji siswa pada
tingkat yang lebih tinggi, dalam artian tidak hanya menguji pada aspek ingatan ataupun hapalan
saja, namun menguji sampai pada aspek analisi, sintesis, dan evaliasi. Soal HOTS dibuat untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga permasalahan yang disajikan pada soal
bersifat kontekstual dan memerlukan beberapa langkah untuk menyelesaikannya. Guru
Matematika kelas V MIN 2 Ponorogo telah membuat soal HOTS kategori C4 untuk dikerjakan
siswa. Sebelum siswa mengerjakan soal tersebut, guru menyampikan pembelajaran matematika
dengan detail dan berulang-ulang. Guru juga memberikan contoh penyelesaian soal HOTS
dengan harapan siswa dapat megerjakan soal dengan benar setelah pembelajaran berlangsung.
Setelah siswa mengerjakan soal HOTS yang diberikan oleh guru masih terdapat siswa yang
belum mampu memahami soal tersebut sehingga ia belum mampu menyelesaikan soal tersebut.
4
Melalui hal tersebut terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan saat memahami soal HOTS yang
disampaikan oleh guru.
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak
sesuai dengan kriteria standar yang telah ditentukan.7 Mata pelajaran matematika sering
dikeluhkan oleh siswa. Siswa sering mengeluh kesulitan dalam menyelesaikan soal
matematika. Kesulitan belajar menjadi hal yang wajar dalam suatu pembelajaran, termasuk
dalam pembelajaran matematika terutama dalam memahami soal HOTS. Kesulitan belajar
menjadi suatu hambatan dalam tercapainya tingkatan teratas ranah kognitif, menghambat
proses pembelajaran, dan mempengaruhi hasil belajar. Maka, sebagai seorang guru sangat
penting untuk mengenali kesulitan belajar tersebut, sebagai tolak ukur dalam membuat rencana
pembelajaran selanjutnya yang lebih bermakna pada siswa. Berdasarkan keterangan yang
diperoleh dari Bapak Nur Cholis, S. Pd. I. ketika proses belajar matematika berlangsung ada
siswa yang secara terang-terangan menyampaikan kesulitannya dan ada juga siswa mengalami
kesulitan belajar tapi ia tidak merasakannya atau bahkan enggan untuk menyampaikan
kesulitannya saat mengerjakan soal.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk menemukan kesulitan-kesulitan belajar
yang dialami dalam memahami soal HOTS pada materi bangun ruang beserta faktor
penyebabnya. Sehingga, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Kesulitan Belajar
Matematika dalam Memahami Soal HOTS Materi Bangun Ruang Siswa Kelas V MIN 2
Ponorogo Tahun Ajaran 2020-2021”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, agar penelitian menjadi jelas dan
terarah peneliti akan memfokuskan penelitiannya pada hasil belajar, kesulitan belajar, dan
faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa dalam memahami soal HOTS yang ada
7 Afi Parnawi, Psikologi Belajar (Sleman: CV Budi Utama, 2019), 98.
5
pada materi bangun ruang ditinjau dari segi hasil belajar siswa kelas V MIN 2 Ponorogo tahun
ajaran 2020-2021.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan larat belakang dan fokus penelitian yang telah disampaikan, peneliti mengambil
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana hasil belajar matematika dalam memahami soal HOTS pada materi bangun ruang
siswa kelas V MIN 2 Ponorogo tahun ajaran 2020-2021?
2. Bagaimana kesulitan belajar matematika dalam memahami soal HOTS pada materi bangun
ruang siswa kelas V MIN 2 Ponorogo tahun ajaran 2020-2021?
3. Apa faktor penghambat dan pendukung proses pembalajaran matematika materi bangun
ruang yang dialami siswa kelas V MIN 2 Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan hasil belajar matematika dalam memahami soal HOTS pada materi bangun
ruang yang dialami siswa kelas V MIN 2 Ponorogo.
2. Mendeskripsikan kesulitan belajar matematika dalam memahami soal HOTS pada materi
bangun ruang yang dialami siswa kelas V MIN 2 Ponorogo.
3. Mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung proses pembalajaran matematika
materi bangun ruang yang dialami siswa kelas V MIN 2 Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan tersebut penelitian “Analisis Kesulitan Belajar Matematika dalam
Memahami Soal HOTS pada Materi Bangun Ruang Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo Tahun
Ajaran 2020-2021” dapat memberikan beberapa manfaat.
6
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai kesulitan belajar
yang dihadapi siswa beserta faktor penyebabnya dalam memahami soal HOTS terutama
pada materi bangun ruang.
b. Penelitian ini dapat dijadikan predikisi kesulitan belajar matematika yang dihadapi siswa
beserta faktornya dalam memahami soal HOTS terutama pada materi bangun ruang,
sehingga pembaca dapat membuat pencegah dan penanganan yang tepat jika kesulitan
belajar tersebut muncul saat pembelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
1) Hasil penelitin dapat menjawab rumusan masalah yang ada.
2) Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang kesulitan belajar
matematika dalam memahami soal HOTS terutama pada materi bangun ruang.
b. Bagi guru
Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada guru tetang kesulitan belajar
matematika dalam memahami soal HOTS terutama pada materi bangun ruang, sehingga
dapat dijadikan acuan guru untuk merancang pembelajaran yang lebih baik.
c. Bagi siswa
Hasil penelitian dapat mewakili ungkapan kesulitan belajar matematika dalam memahami
soal HOTS terutama pada materi bangun ruang yang dialami siswa, sehingga siswa
mendapat penanganan yang tepat dari permasalahan yang dialaminya.
d. Bagi sekolah
Hasil penelitian dapat memberikan sedikit informasi kepada sekolah, sehingga dapat
merancang proses pembelajaran yang lebih baik.
7
F. Sistematika Pembahasan
Sitematika pembahasan ini memuat gambaran penulisan laporan hasil penelitian. Peneliti
akan menyusun laporan hasil penelitian menjadi enam bab. Pada bab 1 (pendahuluan) memuat
gambaran umum penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pada bab ini memuat latar belakang
penelitian, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, serta sistematika pembahasan itu sendiri.
Bab 2 berisi kajian teori dan telaah penelitian terdahulu yang menjadi landasan dalam
melakukan penelitian tentang kesulitan belajar matematika dalam memahami soal HOTS pada
materi bangun ruang di kelas V. Kajian teori memuat teori tentang kesulitan belajar, soal HOTS,
dan bangun ruang. Telaah penelitian terdahulu memuat kesimpulan hasil penelitian terdahulu
serta perbedaan dan persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Bab 3 membahas tentang metode peneliti dalam melangsungkan penelitian. Bab ini
memuat pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber
data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan
tahapan-tahapan penelitian.
Bab 4 membahas tentang deskripsi data yang ditemukan di lokasi penelitian baik yang
bersifat umum maupun khusus. Deskripsi data umum berisi data temuan tentang madrasah MIN
2 Ponorogo, sedangkan deskripsi data khusu berisi data temuan tentang kesulitan belajar
matematika dalam memahami soal HOTS pada materi bangun ruang siswa kelas 5 di madrasah
tersebut.
Bab 5 berisi analisis data yang telah terkumpul pada bab 4 untuk diambil kesimpulan
guna menjawab rumusan masalah yang ada. Dan terakhir pada bab 6 akan disampaikan
kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dan saran dari peneliti.
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Lucky Saraswati yang berjudul “Analisis
Kesulitan Belajar Matematika pada Materi Lingkaran bagi Siswa Kelas VI di MI Ma’arif
Polorejo”. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa kesulitan dialami siswa dalam
melakukan operasi perkalian pada bilangan desimal, operasi pembagian bilangan bulat dengan
bilangan pecahan, dan kesulitan dalam mengingat rumus yang akan digunakan. Kesulitan
tersebut mengakibatkan jawaban yang diperoleh siswa tidak sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh soal. Adapun faktor yang menyebabkan kesulitan belajar tersebut, berupa faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi integritas, minat, dan motivasi pada siswa.
Sedangkan faktor eksternalnya meliputi kurangnya perhatian dari orang tua.8
Penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaannya keduanya sama-sama menganalisis kesulitan belajar siswa dan sama-sama
menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaannya penelitian ini peneliti menganalisis
kesulitan siswa pada materi iingkaran bagi siswa kelas VI di MI Ma’arif Polorejo sedangkan
penelitian yang akan dilakukan ini menganalisis kesulitan belajar siswa pada materi bangun
ruang di kelas V MIN 2 Ponorogo yang ditinjau dari segi hasil belajar.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Septyan Dwi Handayani dengan judul “Analisis
Kesulitan Belajar Siswa dalam Mamahami Soal Cerita pada Materi Bilangan Pecahan Ditinjau
dari Segi Prestasi Siswa Kelas V MIN 6 Ponorogo”. Hasil dari penelitian tersebut berisi bahwa
siswa dengan prestasi rendah mengalami kesulitan dalam menggunakan konsep, malakukan
operasi pada bilangan, dan memahami soal cerita. Siswa dengan prestasi sedang sudah mampu
memahami maksud soal meskipun belum maksimal. Mereka sudah cukup dalam penggunaan
8 Lucky Saraswati, “Analisis Kesulitan Belajar Matematika pada Materi Lingkaran bagi Siswa Kelas VI di
Mi Ma’arif Polorejo”, Skripsi IAIN Ponorogo, 2020. 230-233.
8
9
konsep dan memecahkan soal cerita. Sedangkan siswa dengan prestasi yang tinggi sudah dapat
memahami soal dan menentukan tahap-tahap untuk menyelesaikan soal tersebut. Faktor yang
menghambat kemampuan anak tersebut ialah faktor waktu, siswa membutuhkan waktu yang
cukup lama untu dapat memahami soal dan pemecahannya. Faktor yang dapat menunjang
kemampuan anak tersebut berupa penggunaan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan
alat peraga yang tepat agar siswa lebih fokus belajar. Selain itu faktor yang dapat
mempengaruhi kognitif anak berupa minat, gizi, pengetahuan dasar, orang tua, dan
masyarakat.9
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Persamaannya keduanya sama-sama menganalisis kesulitan belajar dan sama-sama
menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaannya tipe soal yang dipilih pada penelitian
ini tipe soal cerita sedangkan penelitian yang akan dilakukan tipe soal yang dipilih adalah tipe
soal HOTS. Penelitian ini menganalisis kesulitan belajar pada materi bilangan pecahan ditinjau
dari segi prestasi siswa kelas V MIN 6 Ponorogo, sedangkan penelitian yang akan dilakukan
menganalisis kesulitan belajar pada materi bangun ruang siswa kelas V MIN 2 Ponorogo. selain
itu, penelitian ini menganalisis kesulitan belajar ditinjau dari segi prestasi belajar dimana siswa
dibagi menjadi 3 kategori yaitu siswa dengan prestasi rendah, seswa dengan prestasi sedang,
dan siswa dengan prestasi tinggi. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan menganalisis
kesulitan belajar ditinjau dari segi hasil belajar siswa dimana siswa dikategorikan menjadi 2
yaitu siswa yang memiliki hasil belajar kurang dari sama dengan KKM dan siswa yang
memiliki hasil belajar lebih dari KKM.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Adelina Ria Pratiwi dengan judul “Analisis
Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada
Materi Pecahan di Kelas V SDIT Nurul Izzah Kediri”. Hasil penelitian tersebut berisi bahwa
9 Septyan Dwi Handayani, “Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam memahami Soal Cerita pada Materi
Bilangan Pecahan Ditinjau dari Segi Prestasi Siswa Kelas V MIN 6 Ponorogo”. Skripsi IAIN Ponorogo. 2020, 78.
10
dalam menyelesaikan sola tipe HOTS terjadi beberapa kesalahan. Kesalahan tersebut meliputi
kesalahan dalam membaca, kesalahan dalam menulis informasi diketahui dan ditanya,
kesalahan dalam menentukan metode operasi hitung, kesalahan dalam menghitung, dan
kesalahan dalam menulis hasil akhir yang sesuai dengan yang ditanyakan. Faktor yang
mempengaruhi kesalahan tersebut terdapat pada diri siswa sendiri dan dari luar. Faktor dari diri
siswa meliputi siswa terburu-buru, lupa, tidak terbiasa, tidak teliti, rendahnya minat,
kemampuan dan konsentrasi siswa dalam menyelesaikan soal. Faktor dari luar meliputi kondisi
kelas yang kurang kondusif, kurangnya motifasi pada siswa, dan kesalahan penanaman konsep
awal pada siswa.10
Penelitian ini juga memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Persamaannya keduanya memilih tipe soal HOTS untuk di analisis dan sama-sama
menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaannya penelitian ini menganalisis kesalahan
siswa sedangkan penelitian yang akan dilakukan menganalisis kesulitan belajar siswa. Materi
yang akan dianalisis juga berbeda, penelitian ini memilih materi pokok pecahan kelas V SDIT
Nurul Izzah Kediri sedangkan penelitian yangakan dilakukan memilih materi pokok bangun
ruang kelas V MIN 2 Ponorogo.
B. Kajian Teori
1. Kesulitan Belajar
a. Pengertian
Kesulitan belajar suatu yang wajar terjadi pada siswa ketika ia mendapat materi
yang bersifat baru bagi dirinya. Kesulitan belajar biasa di alami siswa saat proses
penyampaian materi pembelajaran maupun saat mengerjakan soal. Menurut Afi Parnawi
10 Adelina Ria Pratiwi, “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Tipe Higher Order Thinking
Skill (HOTS) pada Materi Pecahan Kelas V SDIT Nurul Izzah Kediri”. Skripsi Universitas Maulana Malik Ibrahim
Malang. 2020. 169-171.
11
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar
disebabkan adanya ancaman, hambatan atau gangguan dalam belajar.11
Ety Mukhlesi Yeni mengambil kesimpulan dalam jurnalnya bahwa gangguan yang
dialami anak terkait dengan faktor internal dan eksternal pada anak yang menyebabkan
kesulitan otak dalam mengikuti proses pembelajaran secara normal dalam hal menerima,
memproses, dan menganalisis informasi yang didapat selama pembelajaran.12 Sedangkan
Rahayu Sri Waskitoningtyas mengambil kesimpulan bahwa kesulitan belajar merupakan
ketidakmampuan siswa dalam menguasai fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan.13
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan.
Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan dimana siswa tidak dapat menerima materi
yang disampaikan oleh guru atau mengerjakan soal secara tuntas yang disebabkan oleh
faktor internal maupun eksternal. Secara garis besar kesulitan belajar diklasifikasikan
kedalam 2 kelompok, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
dan kesulitan belajar akademi. Kesulitan belajar matematika termasuk kesulitan belajar
akademik. Kesulitan belajar dapat dikenali melalui beberapa karakteristik kesulitan
belajar yang muncul saat proses pembelajar dan proses mengerjakan soal.
b. Karakteristik kesulitan belajar
Kesulitan belajar bisa dikenali dengan memperhatikan karakteristik atau gejalanya.
Berikut beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar.14
1) Menunjukkan prestasi rendah yang dicapai oleh kelompok kelas.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan
keras tetapi nilainya selalu rendah.
11 Afi Parnawi, Psikologi Belajar..., 22. 12 Ety Mukhlesi Yeni, “Kesulitan Belajar Matematika di Sekolah Dasar” JUPENDES, Vol. 2 No. 2 (2015),
3. 13 Rahayu Sri Waskitoningtyas, “Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kota
Balikpapan pada Materi Satuan Waktu Tahun Ajaran 2015/2016” Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol. 5 No. 1
(2016), 26. 14 Eka Khairani Hasibuan, “Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Bangun
Ruang Sisi Datar di SMP Negeri 12 Bandung” AXIOM: Vol. 7, No. 1 (2018), 22.
12
3) lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-
kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti: acuh tak acuh, berpura-pura, dusta,
dan lain-lain.
5) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.
6) Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka
seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka
mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
7) Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar
mata pelajaran. Tetapi dilain waktu pretasi belajarnya menurun drastis.
Menurut Lenner dalam buku Ravael Lisinus dan Pastiria Sembiring ada
karakteristik anak berkesulitan belajar matematika. Berikut karakteristik anak
berkesulitan belajar matematika.15
1) Gangguan hubungan keruangan. Contohnya anak tidak mampu merasakan arak antara
angka-angka pada garis bilangan atau penggaris, dan mungkin tidak tau bahwa angka
3 lebih dekat dengan ke angka 4 daripada ke angka 6.
2) Abnormalitas persepsi visual. Adanya abnormalitan visual dapat menimbulkan
kesulitan dalam belajar matematika, terutama dalam memahami berbagai simbol.
3) Asosiasi visual-motorik. Hal ini terjadi jika anak hanya sekedar menghafal bilangan
tanpa memahami maknanya.
4) Perseverasi. Ada anak yang perhatiannya melakat pada suatu objek saja dalam jangka
waktu yang relatif lama.
15 Rafael Lisinus dan Pastiria Sembiring, Sebuah Perspektif Bimbingan dan Konseling Pembinaan Anak
Berkebutuhan Khusus (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020), 140-142.
13
5) Kesulitan mengenal dan mengalami simbol. Anak sering mengalami kesulitan dalam
mengenal dan mengguanakan simbol-simbol matematika seperti +, -, =, ≤, ≥.
6) Gangguan penghayatan tubuh. Anak merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-
bagian dari tubuhnya sendiri.
7) Kesulitan dalam bahasa dan membaca. Soal matematika yang berbentuk cerita
menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang
mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam
memecahkannya.
8) Perfomance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ
c. Faktor penyebab kesulitan belajar
Kesulitan belajar pada siswa disebabkan oleh bebrapa faktor. Menurut Widdiharto
dalam buku Husamah, faktor itu dapat berasal dari dalam diri siswa sendiri maupun dari
luar diri siswa. Dari dalam diri siswa dapat disebabkan oleh faktor biologis maupun
psikologis. Dari luar diri siswa, kesulitan belajar dapat bersumber dari keluarga, keadaan
lingkungan dan masyarakat secara umum.16
Menurut syah, faktor intern kesulitan belajar peserta didik meliputi gangguan atau
ketidak mampuan Psikofisika peserta didik. Berikut penjelasannya.17
1) Bersifat kognitif yaitu antara lain rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi
peserta didik.
2) Bersifat efektif yaitu meliputi labilnya emosi, minat, dan sikap peseta didik.
3) Bersifat psikomotorik yaitu terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran.
Menurut Syah, faktor ekstern peserta didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sepeti yang tidak mendukung aktifitas belajar peserta didik. Faktor ini dibagi menjadi 3
macam.
16 Husamah dkk, Belajar dan Pembelajaran (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2018), 253. 17 Ibid, 95-96.
14
1) Lingkungan sekolahan, contohnya kondisi dan letak gedung sekolahan yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat belajar yang berkualitas rendah.
2) Lingkungan keluarga, contohnya ketidak harmonisan hubungan antara ayah dn ibu,
rendahnya kehidupan ekonomi dalam keluarga.
3) Lingkungan masyarakat, contohnya wilayah kumuh, dan teman sepermainan.
Eka Khairani Hasibuan dalam jurnalnya juga menyebutkan bahwa faktor penyebab
kesulitan belajar digolongkan menjadi dua golongan. Dua golongan tersebut ialah faktor
internal dan faktor eksternal. Berikut penjelasannya.18
1) Faktor internal disebabkan oleh suatu hal yang bersifat fisik dan bersifat rohani.
a) Sebab yang bersifat fisik
(1). Karena sakit
Seorang yang sakit akan menalami kelemahan pada fisiknya, sehingga saraf
sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui
indranya tidak dapat diteruskan ke otak.
(2). Karena kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, saraf otak tidak
mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola
menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
(3). Karena cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor; dan cacat tubuh
yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan atau kakinya. Bagi
golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB.
18 Eka Khairani Hasibuan, “Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Bangun
Ruang Sisi Datar di SMP Negeri 12 Bandung”..., 23-27.
15
Bagi golongan yang ringan, masih dapat mengikuti pendidikan umum, asal
guru memperhatikan menempuh placement yang cepat.
b) Sebab yang bersifat rohani
(1)Inteligensi
Anak yang normal dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka yang
memiliki IQ 110-140 digolongkan cerdas, 140 ke atas digolongkan jenius,
mereka yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental. Anak inilah
yang banyak mengalami kesulitan belajar. Karena itu guru atau pembimbing
harus meneliti IQ anak dengan bantuan seorang psikologi agar dapat melayani
murid-muridnya.
(2) Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap
individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik
mungkin dibidang lain ia ketinggalan. Seseorang yang berbakat teknik mungkin
dibidang olah raga lemah. Jadi seseorang akan akan mudah mempelajari yang
sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari bahan yang lain
dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak senang.
(3) Minat
Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul
kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan
bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan,
bahkan banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun
tak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.
(4) Motivasi
Motivasi berfungsi mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan
baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya
16
semakin besar kesuksesan belajarnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya
lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada
pelajaran, suka menganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran, akibatnya
banyak mengalami kesulitan belajar. Olh karena itu, basar kecilnya motivasi
siswa dalam belajar sangat berpengaruh dalam kesuksesan belajar.
(5) Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelektual, tetapi menyangkut segi
kesehatan mental dan emosional. Individu dalam hidupnya selalu mempunyai
kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan. Apabila kebutuhan itu tidak
terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional dan bentuk-bentuk mal
adjusment. Keadaan ini akan menimbulkan kesulitan belajar sebab dirasakan
tidak mendatangkan kebahagiaan.
2) Faktor eksternal
a) Faktor keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga
sebagai faktor penyebab kesulitan belajar.
(1) Faktor orang tua
Faktor ini meliputi cara orang tua mendidik anaknya dan hubungan orang
tua dengan anak. Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan
anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan anak-
anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajar. Orang tua yang bersifat
kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini
akan berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang dirumah, ia pegi mencari
teman sebayanya, hingga lupa belajar. Pada umumnya orang tua tidak
memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak tidak menyukai belajar,
bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar.
17
Begitu pula hubungan orang tua dan anak juga menentukan kemajuan
belajar anak. Yang dimaksud disini adalah kasih sayang, perhatian, atau bahkan
kebencian. Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity.
Kasih sayang dari orang tua dapat berupa, apakah orang tua sering meluangkan
waktunya untuk omong-omong bergurau dengan anak-anaknya dan biasakan
orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak-anaknya, seorang
anak akan mengalami kesulitan belajar karena faktor-faktor tersebut.
(2) Suasana rumah atau keluarga
Suasana rumah atau keluarga yang sangat ramai atau gaduh, selalu tegang, selalu
banyak masalah diantara anggota keluarga antara ayah dan ibu selalu ada
masalah atau membisu, menyebabkan anak tidak tahan dirumah, sehingga tidak
mustahil kalau prestasi belajar anak menurun. Untuk itu hendaknya suasana
rumah dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal
di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan balajar anak.
(3) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi yang kurang atau miskin akan menimbulkan kurangnya alat-
alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua, dan tidak
mempunyai tempat belajar yang baik. Keadaan seperti ini menghambat
kemajuan anak. Demikian juga keadaan ekonomi yang berlebihan akan menjadi
segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga mereka
terlalu dimanja oleh orang tua. Orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar
dengan bersusah payah. Keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan
belajar.
18
b) Faktor sekolah
(1)Guru
Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila guru tidak kualified,
baik dalam mengambil metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang
dipegang. Hal ini bisa saja terjadi, karena mata pelajaran yang dipegangnya
kurang sesuai. Sehingga kurang mengusai, lebih-lebih kurang persiapan,
sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-
muridnya. Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat
dan sikap guru yang kurang disenangi oleh murid-muridnya. Seperti: kasar,
kurang mahir dalam menerangkan, menjengkelkan, guru menuntut standar
pelajaran diatas kemampuan anak, guru tidak mempunyai kecakapan
mendiagnosis kesulitan belajar, metode yang digunakan guru tidak sesuai
dengan materi dan kurang menarik.
(2) Alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak
baik. Timbulnya alat-alat itu akan menimbulkan perubahan metode mengajar
guru, segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak, memenuhi tuntutan
dari bermacam-macam tipe anak. Tiadanya alat-alat tersebut, guru cenderung
menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi anak,
sehingga akan timbul kesulitan belajar.
(3) Kondisi gedung
Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti: a) Ruangan harus berjendela,
ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi
ruangan, b) Dinding harus bersih, putih, dan tidak terlihat kotor, c) Lantai tidak
becek, licin atau kotor, d)Keadaan gedung jauh dari keramaian.
19
(4) Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik, misalnya: a) Bahan-bahannya terlalu tinggi,b)
Pembagian bahan tidak seimbang (kelas 1 banyak pelajaran, sedangkan kelas-
kelas di atasnya sedikit pelajaran), c) Adanya pendataan materi. Hal ini akan
membawa kesulitan belajar bagi murid-murid. Sebaliknya kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan anak, akan membawa kesuksesan dalam belajar.
(5) Waktu sekolah dan disiplin waktu kurang
Apabila sekolah masuk sore, siang, atau malam, maka kondisi anak tidak lagi
dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Sebab energi sudah
berkurang, di samping udara yang relatif panas di siang hari, juga dapat
mempercepat proses kelelahan. Karena itu waktu yang baik untuk belajar adalah
pagi hari. Di samping itu pelaksanaan disiplin kurang, misalnya murid-murid
liar, sering terlambat datang, tugas yang diberikan tidak dikerjakan,
kewajibannya dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih gurunya
kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam belajar.
2. HOTS
a. Pengertian
Pelaksanaan pembelajaran di abad 21 ini, ranah kognitif dibagi menjadi 6 tingkatan
meliputi: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Keenem tingkatan tersebut dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu LOTS (Lower
Order Thinking Skill) dan HOTS (Higher Order Thinking Skill). guru diharapkan untuk
menerapkan sistem HOTS baik dalam menyampaikan materi pembelajaran maupun soal.
Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah penerapan pikiran yang dikembangkan untuk
memenuhi tantangan yang baru di abad 21.
20
Gambar 2.1 Tingkatan Taksonomi Bloom
Berdasarkan gambar 2.1, tingkatan kemampuan yang masuk kedalam kategori
HOTS adalah kemampuan analisis, evaluasi, dan mencipta. Kemampuan-kemampuan
yang ada pada Taksonomi Bloom dan termasuk katergori HOTS merupakan kemampuan
yang dapat mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah, menyimpulkan,
memperkirakan, memprediksi, menggeneralisasi, berpikir kritis, berpikir sistematis, dan
berpikir kreatif.19 HOTS atau kemampuan berpikir tingkat tinggi juga dikelompokkan
menjadi empat kategori, yaitu membuat keputusan, pemecahan masalah, berpikir kritis,
dan berpikir kreatip.20
Hal tersebut juga disampaikan oleh Iskandar dalam buku Julia, Isrok’atun, dan
Indra Safari bahwa HOTS dalam mengolah Informasi yang deperoleh dengan melibatkan
proses berpikir kreatif dan kritis dalam ranah kognitif (analisis, evaluasi, dan mencipta),
serta dalam menghadapi suatu situasi atau masalah tertentu yang membutuhkan suatu
penyelesaian.21 Dhina Cahya Rohim juga menyimpulakan bahwa HOTS atau
keterampilan berpikir tingkat tingg adalah proses berpikir yang mendalam tentang
19 Jenner Simartama Dkk, Pembelajaran STEM Berbasis HOTS..., 27. 20 Maharani Yuniar, Cece Rakhmat, dan Asep Saepulrohman, “Analisis HOTS (Higher Order Thinking Skill)
pada Soal Objektif Tes pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas V SD Negeri 7 Ciamis”..., 192. 21 Julia, Isrok’atun, dan Indra Safari, Prosiding Seminar Nasional “Membangun Generasi Emas 2045 yang
Berkarakter dan Melek IT” dan Pelatihan “Berpikir Suprarasional” (Sumedang: UPI Sumedang Press, 2018), 363.
21
pengolahan Informasi dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang bersifat
kompleks dan melibatkan keterampilan menganalisis, mengevaliasi, dan mencipta.22
Dari beberapa pendapat diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa HOTS
merupakan sebutan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam mengambil keputusan,
memecahkan masalah, berpikir kritis, dan berpikir kreatip dengan mengolah informasi
yang ada melalui kegiatan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. HOTS tidak hanya
ada pada kegiatan pembelajaran saja, akan tetapi HOTS juga diterapkan pada soal latihan
siswa. Soal HOTS memiliki karakteristik tersendiri yang dapat membedakan dengan soal
tidak HOTS.
b. Karakteristik soal HOTS
Gambar 2.2 Bagan Karakteristik Soal HOTS
1) Mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dimunculkan melalui kegiatan
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Soal HOTS dalam penyelesaiannya
22 Dhina Cahya Rohim, “Strategi Penyusunan Soal HOTS pada Pembelajaran Matematika SD” Jurnal Riset
dan Konseptual vol.4 no. 4 (2019), 438.
Mengukur
kemampuan berpikir
kritis siswa
Karakteristik
soal HOTS
Menggunakan
bentuk soal
beragam
Berbasis
permasalahan
kontekstual
22
memerlukan kegiatan-kegiatan tersebut. Soal-soal HOTS merupakan instrumen
pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi,
yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekedar mengingat (recall), menyatakan
kembali (restate), atau merujuk tampa melakukan pengolahan (recite).23
Ketrampilan yang perlu diolah oleh siswa dalam menyelesaikan soal HOTS ini
meliputi: kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar, kemampuan
menyusun strategi untuk menyelesaikan permasalahan, dan menemukan strategi
penyelesaian yang baru dari sebelum-sebelumnya.24 Meskipun demikian, soal-soal
yang berbasis HOTS tidak berarti yang lebih sulit dari pada soal LOTS. Contohnya
menentukan rumus volume pada bangun ruang yang tidak umum bentuknya memuliki
tingkat kesukatan yang tinggi, namun pada proses menyelesaikan masalah tersebut
tidak menggunakan penyelesaian yang bersifat HOTS.
2) Berbasis permasalahan kontekstual (nyata)
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus
merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Stimulus disajikan dalam berbentuk
suatu permasalah, gambar, foto, dan lain-lain. Dalam konteks HOTS, stimulus yang
disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Kreatifitas seorang guru sangat
mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal
HOTS. Oleh karena itu guru diharapkan dapat mengembangkan sola-soal HOTS
secara kreatip sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah masing-masing.25
23 Julia, Isrok’atun, dan Indra Safari, Prosiding Seminar Nasional “Membangun Generasi Emas 2045 yang
Berkarakter dan Melek IT” dan Pelatihan “Berpikir Suprarasional”.., 365. 24 Mu’alifah Yuni Rahmawati, “Implementasi Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Penyusunan Soal
Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMP Negeri 3 Tuban” Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang (2019), 29. 25 Julia, Isrok’atun, dan Indra Safari, Prosiding Seminar Nasional “Membangun Generasi Emas 2045 yang
Berkarakter dan Melek IT” dan Pelatihan “Berpikir Suprarasional”..., 366.
23
Penilaian kontekstual menentukan kemampuan siswa untuk menghubungkan,
menginterpretasikan, menerapkan, dan mengintegrasikan.26 Soal HOTS dibuat
berbentuk masalah kontekstual dengan harapan siswa dapat menerapkan apa yang
telah ia pelajari di kelas pada kehidupan nyatanya. Sehingga siswa tidak hanya dapat
menyelesaikan masalah di dalam kelas, tetapi juga dapat menyelesaikan masalah di
kehidupan nyatanya. Berikut ini lima karakteristik asesmen kontekstual, yang
disingkat REACT.
a) Relating, asesmen terkait langsung dengan pengalaman kehidupan nyata.
b) Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration),
penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
c) Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-
masalah nyata.
d) Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan untuk mampu
mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e) Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan untuk mentransformasi konsep-
konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.27
3) Menggunakan bentuk soal beragam
Teknik penulisan soal HOTS secara umum hampir sama dengan teknik
penulisan soal-soal biasa tetapi karena siswa diuji pada proses analisis, evaluasi, dan
sintesis maka pada soal harus ada komponen yang dapat dianalisis, dievaluasi, dan
disintesis. Penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian dapat melatih peserta didik
26 Mu’alifah Yuni Rahmawati, “Implementasi Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Penyusunan Soal
Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMP Negeri 3 Tuban”..., 30. 27 Zainal Fanani, “Strategi Prengembangan Higher Order Thinkking Skill dalam Kurikulum 2013” Journal
Of Islamic Religious Education Vol. 2 No. 1 (2018), 64-65.
24
untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi
abad ke-21.28
Soal HOTS dapat dikembangkan dalam bentuk pilihan ganda, isian singkat, atau
uraian.29 Soal pilihan ganda memuat soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri
dari kunci jawaban dan jawaban pengecoh. Untuk menjawab soal pilihan ganda
HOTS, siswa perlu menganalisis, mengevaluasi, dan mensintesis soal tersebut agar
dapat menemukan jawaban yang tepat dan tidak terkecoh oleh jawaban pengecoh.
Soal isian singkat hanya memerlukan jawaban yang singkat berupa kata, frasa,
angka, maupun simbol. Soal uraian dalam penyelesaiannya siswa perlu menyampaikan
uraian yang telah ia pelajari. Sehingga, jawaban dari soal uraian lebih panjang dari soal
jawaban singkat. Pada soal uraian matematika siswa perlu menulis langkah-langkah
penyelesaian soal tersebut, tidak hanya menulis jawaban akhir soal. Sama halnya
dengan soal pilihan ganda, soal isian singkat dan soal uraian HOTS juga harus
mendorong siswa untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta dalam proses
menyelesaikan soal tersebut.
c. Indikator HOTS
1) Menganalisis
a) Menganalisis informasi yang masik dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya.
b) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yang rumit.
c) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan.
28 Julia, Isrok’atun, dan Indra Safari, Prosiding Seminar Nasional..., 366-367. 29 Mu’alifah Yuni Rahmawati, “Implementasi Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Penyusunan Soal
Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMP Negeri 3 Tuban”..., 32.
25
2) Mengevaluasi
a) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai
efektifitas atau manfaatnya.
b) Membuat hipotesis, mengkritik, dan melakukan pengujian.
c) Menerima atau menolak sesuatu pernyataan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
3) Mengkreasi
a) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu.
b) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah.
c) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru yang
belum pernah ada sebelumnya.30
Berikut ini tabel yang menunjukkan kategori jenis perilaku, kemampuan internal, dan
kata kerja operasional yang termasuk kategori HOTS.
Tabel 2.1 Pengkategorian HOTS
Ranah Kategori jenis
perilaku
Kemampuan
internal
Kata kerja
operasional
Pengetahuan Analisis (C4) Mengenali masalah,
memberikan ...
misalnya: fakta-
fakta, Menganalisis...
misalnya: struktur,
bagian, hubungan.
Mendiferensiasikan
Mengorganisasikan
Mengatribusikan
Mendiagnosis
Memerinci
Menelaah
Mendeteksi
Mengaitkan
Memecahkan
Menguraikan
Memisahkan
Menyeleksi
Memilih
Membandingkan
30 Eka Fitriani, “Pengembangan Instrument Assessment HOTS (High Order Thinking Skill) pada Mata
Pelajaran IPS Terintegrasi Nilai-Nilai Pembangunan Karakter Kelas V Sd/Mi di Bandar Lampung” Skripsi Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung (2019), 26-27.
26
Mempertentangkan
Menguraikan
Membagi.
Evaluasi (C5) Menilai berdasarkan Mengecek
norma internal... Mengkritik
misalnya: hasil Membuktikan
karya, mutu Mempertahankan
karangan, dll. Memvalidasi
Mendukung
Memproyeksikan
Membandingkan
Menyimpulkan
Mengkritik
Menilai
Mengevaluasi
Memberi saran
Memberi argumentasi
Menafsirkan
Merekomendari
Menciptakan Menghasilkan... Membangun
atau misalnya: klasifikasi, Merencanakan
mengkreasikan karangan, teori. Memproduksi
(C6) Menyusun... Mengkombinasikan
misalnya: laporan, Merancang
rencana, skema, Merekonstruksi
program, proposal. Membuat
Menciptakan
Mengabstraksi
Mengkategorikan
Mengkombinasikan
Mengarang
Merancang
Menciptakan
Mendisain
Menyusun kembali
merangkaikan
d. Langkah-langkah penyusunan soal HOTS
Penyusunan soal HOTS memerlukan penguasaan materi ajar, keterampil dalam
menulis soal (kontruksi soal), dan kreatifitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai
27
dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.31 Berikut ini langkah-
langkah dalam menyusun soal HOTS.
1) Menganalisis Kompetensi Dasar (KD) yang dapat dibuat soal HOTS
Kompetensi Dasar merupakan rumusan kompetensi yang hendak dicapai dalam
suatu pembelajaran yang tertulis dalam kurikulum. Pendidikan harus melakukan
analisis KD terlebih dahulu sebelum membuat HOTS untuk memastikan bahwa
Indikator yang dibuat oleh guru dapat dijadikan sebagai bukti tercapainya KD
tersebut.32 Indikator yang dibuat berdasarkan KD tersebut yang kelak dijadikan tolak
ukur dalam pembuatan RPP dan pembuatan soal untuk mengetahui hasil belajar.
2) Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi soal disusun agar dapat membantu guru dalam menulis butir soal.33
Kritria kisi-kisi yang baik diantaranya mencerminkan isi kurikulum, memiliki
komponen isi yang yang jelas dan mudah dipahami, serta dapat menuliskan butir soal
dari setiap indikator yang telah dibuat.34
3) Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus
merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang
disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari
isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan,
pendidikan, dan infrastruktur. Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-
permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat,
31 Nurdinah Hanifah, “Pengembangan Instrumen Penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS) di Sekolah
Dasar” Converence Series Jurnal Vol. 1 No. 1 (2019), 5. 32 Dhina Cahya Rohim, “Strategi Penyusunan Soal Berbasis HOTS pada Pembelajaran Matematika SD”
Jurnal Riset dan Konseptual Vol. 4 No. 4 (2019), 441. 33 Wayan Widana, Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) (Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
2017), 17. 34 Dhina Cahya Rohim, “Strategi Penyusunan Soal Berbasis HOTS pada Pembelajaran Matematika SD” ...,
442.
28
kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu.
Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang
digunakan dalam penulisan soal HOTS.35
4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Naskah soal dapat ditulis dalam bentuk pilihan ganda atau uraian sesuai dengan
kebutuhan guru dimana penulisan harus disesuaikan dengan aturan penulisan soal
HOTS. Jumlah butir dan bentuk soal disesuaikan dengan kisi-kisi yang sudah disusun.
Aturan menyusun soal HOTS ini secara umum sama dengan menyusun soal – soal
pada umunya, yang membedakan adalah aspek materi serta penggunaan kata kerja
operasional yang harus disesuaikan dengan kata kerja pada level kognitif C4, C5, dan
C6.36
5) Membuat pedoman penskoran (rubrik penilaian) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman
penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.
Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda
kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.37 Pembuatan pedoman penskoran
dan kunci jawabah dapat memudahkan guru dalam mengevaluasi dan menilai hasil
belajar.
e. Penerapan soal HOTS dalam soal Matematika
1) Kategori C4-menganalisis
Kategori menganalisi meliputi menguraikan suatu permasalahan atau obyek keunsur-
unsur penyusunnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur
penyusun tersebut dengan struktur besarnya. Kategori ini juga termasuk menganalisis
35 Nurdinah Hanifah, “Pengembangan Instrumen Penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS) di Sekolah
Dasar”, 6. 36 Dhina Cahya Rohim, “Strategi Penyusunan Soal Berbasis HOTS pada Pembelajaran Matematika SD” ...,
443. 37 Wayan Widana, Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)..., 17.
29
bagian-bagian terkait satu sama lain. Kategori ini meliputi proses kognitif
membedakan, pengorganisasian, dan atributing. Pengorganisasian meliputi
menemukan koherensi, integrasi, menguraikan atau penataan.
2) Kategori C5-mengevaluasi
Mengevaluasi didevinisikan membuat suatu pertimbangan atau penilaian berdasarkan
kriteria dan standar yang ada. Kriteria yang sering dipakai adalah kualitas, efektifitas,
efisiensi, dan konsistensi. Standar mengevaluasi dapat berbentuk kuantitas.
Mengevaliasu termasuk juga proses kognitif memeriksa dan mengkritisi.
3) Kategori C6-mengkreasikan
Mengkreasi atau mencipta yaitu menempatkan elemen bersama-sama untuk
membentuk satu kesatuan yang utuh atau fungsional; yaitu, reorganisasi unsur ke
dalam pola atau struktur yang baru. Termasuk dalam mencipta yaitu
menghipotesiskan, merencanakan, dan menghasilkan. Proses kreatif dapat dibedakan
menjadi 3 fase yaitu: representasi masalah, perencanaan solusi, dan pelaksanaan
solusi.
f. Pemecahan Masalah Matematika
Desi Indrawati dkk dalam jurnalnya telah mengambil kesimpulan dari beberapa
tokoh bahwa pemecahan masalah merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan keluar
dari suatu kesulitan dan mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera.38
Sedangkan menurut Shohimin dalam jurnal Kadek Hengki Primayana menyampaikan
bahwa problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan
pada keterampilan mepecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan.
Problem Solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi keterampilan untuk
mencari informasi, menganalisis situasi, dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan
38 Desi Indrawati, “peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan Problem
Based Learning untuk siswa kelas V SD” Jurnal Satya Widya vol. 30 no. 1 (2014), 20.
30
untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat menganbil suatu tindakan keputusan untuk
mencapai sasaran.39 Sedangkan Polya dalan tesis Syaharuddin menjelaskan bahwa
pemecahan masalah adalah menemukan makna yang dicari sampai akhirnya dapat
dipahami dengan jelas. Memecahkan masalah berarti menemukan suatu cara
menyelesaikan masalah, mencari jalan keluar dari kesulitan, menemukan cara disekitar
rintangan, mencapai tujuan yang diinginkan, dengan alat yang sesuai.40
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemecahan
masalah adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah melalui
beberapa langkah sampai masalah tersebut tidak lagi menjadi masalah. Polya dalam buku
Zahra Chairani mengemukakan bahwa terdapat empat langkah dalam model pemecahan
masalah yaitu:41
1) Memahami masalah (understanding the problem), yaitu kemampuan memahami
prinsip dari permasalahan misalnya hal apa yang belum diketahui, data, dan kondisi.
Untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
(what are the unknow?), data apa saja yang tersedia (what are the data?), apa syarat-
syaratnya, apakah data tersebut memnuhi kondisi? (what is the condition), apakah
kondisi tersebut cukup untuk mendapatkan yang belum diketahui?, atau belum cukup,
apakah tidak kontradiksi? Gambarkan, perkenalkan notasi yang dapat dimanfaatkan.
2) Memikirkan rencana (devising plan), meliputi berbagai usaha untuk menemukan
hubungan masalah dengan masalah lainnya atau hubungan antara data dengan hal yang
tidak diketahuinya, dan sebagainya. Perencanaan meliputi rencana untuk melakukan
39 Kadek Hengki Primayana, “Menciptakan Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah dengan Berorientasi
Pembentukan Karakter untuk Mencapai Tujuan Higher Order Thinkking Skill (HOTS) pada Anak Sekolah Dasar”
Purwadita: Jurnal Agama dan Budaya vol. 3 no. 2 (2019), 87. 40 Syaharuddin, “ Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dalam Hubungannya dengan
Pemahaman Konsep Dintinjau dari Gaya belajar Siswa Kelas VIII SMPN 4 Binamu Kabupaten Jeneponto” Tesis
Universitas Negeri Makassar (2016), 27. 41 Zahra Chairani, Metakognisi Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika (Penerbit Deepublish
(Yogyakarta: Grup Penerbit CV BUDI Utama), 2016), 66-68.
31
perhitungan, tencana ide yang mungkin dimanfaatkan, mengaitkan materi yang sudah
diketahui dengan masalah yang dihadapi.
3) Melaksanakan rencana (carrying out the plan), termasuk mempresentasikan setiap
langkah proses pemecahan, apakah langkah yang dilakukan sesuai dengan rencana,
sudah benar atau masih meragukan? Meyakinkan diri sendiri kebenaran dari setiap
langkah yang dilakukan. Perbaikan apabila masih ada kesalahan dengan
memperhatikan data dan apa yang harus diperoleh.
4) Melihat kembali (looking back), melipui pengjian terhadap proses pemecahan masalah
yang telah dilakukan. Dimulai dari langkah-langkah pemecahan, kelengkapannya, dan
kebenarannya. Kemungkinan dapat ditemukan suatu pemecahan yang baru dan lebih
baik.
Krulik dan Rudnick menjelaskan lebih rinci langkah-kangkah yang disampaikan
oleh Polya yang terdiri dari lima langkah pemecahan masalah dengan rincian sebagai
berikut, yaitu: (1) read and thinking (membaca dan berpikir), (2) explore and plan
(eksplorasi dan merencanakan), (3) select a strategy (memilih strategi), (4) fild and
answer (mencari jawaban), (5) reflect and entend (refleksi dan mengembangkan). Pada
dasarnya langkah-langkah yang disampaikan Polya dan Krulik & Rudnick sama-sama
menjelaskan tentang langkah-langkah berpikir dan upaya untuk memecahkan suatu
masalah matematika namun terdapat perbedaan langkah-langkah pemecahan masalah
matematika yaitu pada Krulik & Rudnick terdapat langkah memilih strategi yang tepat
dalam pemecahan masalah matematika untuk menemukan solusi atau jawaban dari
masalah matematika tersebut.42 Menurut Krulik & Rudnick dalam buku Erna Yayuk dkk
42 Dessy Noor Ariani dan Hamdan Husein Batubara, “Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik dengan
Strategi Heuristik Krulik dan Rudnick terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah
Dasar” MUALLIMUNA Jurnal Madraah Ibtidaiyah vol. 2 no. 2 (2017), 44-45.
32
ada lima tahap yang dapat dilakukan dalam memecahkan masalah. Berikut
penjelasannya.43
1) Membaca (read), aktifitas yang dilakukan siswa pada tahap ini adalah mencatat kata
kunci, bertanya kepada siswa lain apa yang sedang ditanyakan pada masalah, atau
menyatakan kembali masalah kedalam bahasa yang lebih mudah dipahami. Siswa
menentukan yang diketahui dan yang ditanyakan serta menyatakan kembali masalah
tersebut.
2) Mengeksplorasi (explore), proses ini meliputi pencarian pola untuk menentukan
konsep atau prinsip dari masalah. Pada tahap ini siswa mengidentifikasi masalah yang
diberikan, menyajikan masalah kedalam cara yang mudah dipahami. Pertanyaan yang
digunakan pada tahap ini adalah, “seperti apa masalah tersebut?”. Siswa
mengorganisasikan informasi, mencari informasi yang bisa diperlukan. Pada tahap ini
biasanya dilakukan kegiatan menggambar atau membuat tabel.
3) Memilih suatu strategi (select a strategy), pada tahap ini, siswa menarik kesimpulan
atau membuat hipotesis mengenai bagaimana cara menyelesaikan masalah yang
ditemui berdasarkan apa yang sudah diperoleh pada dua tahap pertama. Langkah ini
meliputi kegiatan: menemukan atau membuat pola, bekerja mundur, coba dan
kerjakan, simulasi atau eksperimen, penyederhanaan atau ekspansi, membuat daftar
berurutan, deduksi logis, dan membagi atau mengkategorikan permasalahan menjadi
masalah sederhana.
4) Menyelesaikan masalah (solve the problem), pada tahap ini semua keterampilan
matematika seperti menghitung dilakukan untuk menemukan suatu jawaban. Langkah
ini meliputi kegiatan: memprediksi, menggunakan kemampuan berhitung,
43 Erna Yayuk, Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan (Malang: Univeristas Muhammadiyah
Malang, 2018), 88-89.
33
menggunakan kemampuan aljabar, menggunakan kemampuan geometri, dan
menggunakan kalkulator jika diperlukan.
5) Meninjau kembali dan mendiskusikan (review and extend), pada tahap ini, siswa
mengecek kembali jawaban dan melihat variasi dari cara memecahkan masalah.
Langkah ini meliputi kegiatan: memeriksa kembali jawaban, menentukan solusi
alternatif, mengembangkan jawaban pada situasi lain, mengembangkan jawaban
(generalisasi atau konseptualisasi), mendiskusikan jawaban, dan menciptakan variasi
masalah dari masalah asal.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian
Menurut Anastasia Nandhita Asriningtyas dkk, Hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh siswa dari usaha yang telah dilakukannya dalam rangka menambah informasi,
pengetahuan maupun pengalaman. Melalui hasil belajar yang diperoleh, siswa dapat
mengukur sejauh mana kemampuan yang telah dimilikinya dan dapat menentukan hal-
hal apa saja yang harus dilakukan kedepannya agar siswa dapat memperoleh hasil belajar
yang lebih maksimal.44 Sedangkan menurut Muh. Yusuf Mappease, hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki baik bersifat pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun
keterampilan (psikomotorik) yang semuanya ini diperoleh melalui proses belajar
mengajar.
Menurut Firosalia Kristin, Hasil belajar merupakan puncak dari keberhasilan
belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat
meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku).45
Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
44 Anastasia Nandhita Asriningtyas dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD” JKPM Vol. 5 No. 1
(2018), 26. 45 Firosalia Kristin, “Analisis Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa SD” Jurnal Pendidikan Perkhasa Vol. 2 No. 1 (2016), 92.
34
hasil dari proses perubahan yang berupa perubahan sikap (afektif), pengetahuan
(kognitif), dan keterampilan (psikomotorik).
Siswa dikatakan telah memenuhi ketuntasan belajar bila dari hasil belajar yang
dicapai masing-masing individual dan pada hasil belajar siswa memenuhi kriteria.
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan.46 Untuk memperoleh hasil yang sesuai
dengan KKM, maka guru maupun peserta didik harus melakukan kegiatan pembelajaran
dengan baik. Keberhasilan peserta didik dalam memperoleh hasil sesuai dengan KKM
adalah salah satu harapan dari semua guru. Tercapainya KKM ataupun berhasilnya proses
pembelajaran tergantung pada peran serta dan partisipasi peserta didik di dalam proses
pembelajaran dan juga peran serta guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.47
b. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Bettencourt dalam jurnal Firosalia Kristin bahwa Hasil belajar
dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar
seseorang tergantung pada apa yang telah diketahuinya; misal konsep-konsep, tujuan, dan
motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.48
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi 2,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor Intern ialah faktor yang berasal dari dalam
diri siswa. Faktor ekstern ialah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Contoh dari faktor
intern yaitu: faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis
(intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan), dan faktor
kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani).
46 Afifah Miftah Rahmawati dan Riza Yonisa Kurniawan, “Analisis Hasil Pengembangan Media Kokami
(Kotak Dan Kartu Misterius) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis, Aktivitas Belajar Dan Ketuntasan
Belajar SMP-SMA” Jurnal Universitas Negeri Surabaya vol. 5 No. 3 (2017), 3. 47 Wahyu Bagja Sulfemi, “Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantu Audio Visual dalam
Meningkatkan Minat, Motivasi dan Hasil Belajar IPS” Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia Vol. 4
No. 1, 14. 48 Firosalia Kristin, “Analisis Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa SD” ..., 92.
35
Faktor ekstern ialah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ekstern meliputi:
faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan),
faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). 49
4. Materi Bangun Ruang Siswa Kelas V
a. Pengertian dan Unsur bangun ruang
Bangun ruang adalah bangun yang dibatasi oleh beberapa sisi yang berupa bidang.50
Bangun ruang adalah suatu bangun tiga dimensi yang memiliki volume atau isi.51 Materi
bangun ruang kelas V semester 2 tahun ajaran 2020/2021 membahas tentang volume dan
jaring-jaring bangun ruang. Bangun ruangnya meliputi balok, kubus, limas segiempat,
prisma segitiga, limas segitiga, tabung, dan kerucut. Bangun ruang memiliki beberapa
unsur. Unsur bangun ruang yang dipelajari di kelas ini diantaranya: sisi, rusuk, dan titik
sudut.52
Tabel 2.2 unsur-unsur bangun ruang.
Nama
bangun
ruang
Jumlah
sisi
Jumlah
rusuk
Titik
sudut
Diagonal
bidang
Diagonal
ruang
Balok 6 12 8 6 4
Kubus 6 12 8 6 4
Limas
segiempat 5 8 5 2 2
Prisma
segitiga 6 9 6 6 6
49 Hendra Dani Saputra Faisal Izmet, dan Andrizal, “Pengaruh Motivasi terhadap Hasil Belajar siswa SMK”
Jurnal Inovasi Vokasional dan Teknologi Vol.18 No. 1 (2018), 26. 50 Mujiyati, Buku Pintar Matematika (Yogyakarta: Istana Media, 2015), 235. 51 Nur Laila Indah Sari, Asiknya Belajar Bangun Ruang Sisi Datar (Pulogadung: PT Balai Pustaka, 2012),
1. 52 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senang Belajar Matematika SD/MI kelas V (Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018), 132-139.
36
Limas
segitiga 4 6 4 - -
Tabung 3 2 - - -
Kerucut 6 1 2 - -
b. Volume bangun ruang
Pada pembelajaran matematika HOTS siswa akan diajak menemukan rumus
volume bangun ruang. Siswa akan dengan mudah menemukan rumus tersebut dengan
mengikuti arahan yang diberikan guru. Melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa tidak
hanya menghafal rumus volume saja. Jika seorang anak cenderung menghafal rumus akan
lebih cepat lupa. Berbeda halnya jika anak diajak menemukan rumus tersebut. Siswa akan
lebih lama mengingat rumus dan tidak kesulitan dalam menerapkan rumus.
Misalnya untuk menemukan rumus bangun kubus dan balok bisa menggunakan
pendekatan kubus satuan. Sebelum siswa mulai menghitung guru memberikan apersepsi
tentang apa itu volume bangun ruang. Siswa diminta untuk menghitung banyak kubus
satuan yang ada pada kubus atau balok dengan ukuran tertentu. Melalui bimbingan guru
siswa diajak untuk menemukan rumus volume. Demikian pula bangun ruang yang
lainnya, untuk menemukan rumus bisa menggunakan pendekatan bangun ruang yang
sudah ada. Berikut beberapa rumus bangun ruang yang perlu ditemukan oleh siswa.53
Tabel 2.3 rumus volume bangun ruang
Nama Bangun Ruang Rumus Volume
Balok v = s x s x s = s3
Kubus v = p x l x t
Limas segiempat v = 1
x L alas x tlimas 3
1 = x p x l x tlimas
3
Prisma segitiga v = L alas x tprisma
= 1
x a x tsegitiga x tprisma 2
Limas segitiga v = 1
x L alas x tlimas 3
1 1 = x x a x tsegitiga x tlimas
3 2 1
= x a x tsegitiga x tlimas 6
53 Ibid, 193.
37
Tabung v = L alas x ttabung
= π x r2 x ttabung
Kerucut v = 1
x L alas x tlimas 3
1 = x π x r2 x tlimas
3
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Peneliti akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk memperoleh jawaban
dari rumusan masalah. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.54 Melalui pendekatan ini peneliti akan
mendeskripsikan suatu fenomena yang akan dituangkan dalam bentuk narasi. Peneliti memilih
pendekatan ini karena masalah yang ditemukan dilapangan tidak dapat dipecahkan dengan
menggunakan analisis statistik, melainkan dengan melakukan observasi dan wawancara secara
langsung di lapangan.
Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalan studi kasus. Studi kasus yaitu
salah satu jenis penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu
program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu dalam kondisi yang alamiah.55
Peneliti akan menyelidikan secara mendalam tetang suatu keadaan yaitu kesuitan belajar
matematika dan faktor penyebabnya. Melalui penelitian ini peneliti akan mengungkapkan suatu
keadaan yang terjadi dan mencari penyebab kadaan tersebut terjadi.
B. Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar belakang alamiah dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti sebagai instrumen kunci.56 Di
kehadiran awal peneliti di madrasah, peneliti akan hadir dengan membawa surat izin penelitian
dari kampus dan meminta izin secara langsung kepada kapala madrasah untuk malakukan
54 Rukin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia, 2019), 6. 55 Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas, Dan Studi Kasus
(Sukabumi: Jejak, 2017), 51. 56 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: Jejak, 2018), 8.
38
39
penelitian di madrasahnya. Selama proses penelitian peneliti akan hadir sebagai instrumen
penelitian di madrasahnya. Selama proses penelitian peneliti akan hadir sebagai instrumen
penelitian dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap permasalahan
yang telah disampaikan dilatar belakang.
Selama proses observasi, peneliti secara terus terang menyatakan bahwa dirinya akan atau
sedang melakukan penelitian kepada sumber data. Hal ini diharapkan peneliti akan mendapat
data tentang aktifitas yang dilakukan sumber data secara menyeluruh.
Peneliti juga bertindak sebagai pewawancara pada saat melakukan wawancara untuk
memperoleh data dari narsumber. Beberapa pertanyaan akan diajukan kepada narasumber
dengan harapan memperoleh keterangan dan penjelasan yang sebenar-benarnya. Dalam
penelitian ini peneliti juga akan melakukan dokumentasi terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh sumber data dan hasil belajar yang menunjukkan kesulitan belajar yang dialami
siswa.
C. Lokasi Penelitian
Peneliti akan melakukan penelitian ini di MIN 2 Ponorogo yang beralamatkan desa
Lengkong Kecamatan Sukorejo Kabupatan Ponorogo. Peneliti memilih lokasi ini karena
dilokasi ini peneliti menemukan masalah yang akan diteliti saat ini. Sehingga peneliti dapat
melakukan pengamatan secara langsung untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah.
MIN 2 Ponorogo juga dikenal memiliki sistem pembelajaran yang baik di daerah tersebut.
Banyak orang tua yang memilih untuk mendaftarkan anaknya ke madrasah tersebut meskipun
tempat tinggalnya di luar desa Lengkong. Hal tersebut terjadi karena secara tidak langsung
madrasah telah melakukan sosialisasi melalui siswa alumni madrasah tersebut.
40
D. Data dan Sumber Data
Data pada penelitian ini akan diperoleh melalui kegiatan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Data yang diperoleh berupa apa yang diucapkan dan dilakukan dalam bentuk
kata-kata dan tindakan sumber data yang di narasikan oleh peneliti yang bersifat subjektif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa yang dieroleh dalam bentuk hasil observasi (tindakan sumber
data), hasil wawancara (kata-kata narasumbeh), dan hasil dokumentasi. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data-data tersebut adalah peneliti itu sendiri.
Sumber data dipilih langsung oleh peneliti dengan pertimbangan sumber data tersebut
dapat memberikan data yang diperlukan secara langsung. Berikut sumber data sementara yang
ditetapkan oleh peneliti.
1. Siswa
Siswa sebagai sumber data utama dalam penelitian ini. Siswa akan memberikan data-data
yang dapat menjawab semua rumusan masalah dari peneliti. Peneliti akan melakukan
observasi dan wawancara kepada siswa untuk menggali data tersebut. Siswa yang dipilih
untuk diwawancarai adalah siswa kelas V MIN 2 Ponorogo yang mengalami kesulitan
belajar berdasarkan hasil observasi/tes.
2. Guru
Peneliti memilih guru sebagai sumber data karena guru secara langsung ikut berkecimpung
dalam kegiatan belajar siswa di kelas. Selain itu guru juga menguasai dan memahami semua
tindakan yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar, sehingga guru dapat memberikan
keterangan mengenai kesulitan belajar yang dialami siswa. Guru yang dipilih peneliti untuk
diwawancarai adalah guru yang menyampaikan mata pelajaran matematika di kelas V MIN
2 Ponorogo.
41
E. Teknis Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan pada kondisi alamiah. Peneliti akan melakukan
penelitian melalui tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk memperoleh data dari
sumber data. Berikut penjelasannya.
1. Tes
Tes adalah salah satu jenis instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru. Tes berfungsi sebagai alat
pengukuran terhadap siswa dan alat pengukuran keberhasilan proses belajar mengajar di kelas.57
Peneliti mengumpulan data berupa hasil belajar dengan menggunakan tes. Tes diberikan
dengan meminta siswa untuk mengerjakan soal yang telah disediakan. Soal yang diberikan
berupa soal essay bangun ruang yang dibuat sesuai dengan Konpetensi Dasar dan Indikator
yang sedang di pelajari. Soal dibuat dengan memperhatikan karakteristik soal HOTS. Hasil
dari tes yang telah dilaksanakan akan diperiksa dan dianalisis. Untuk mempermudah dalam
mereduksi data hasil tes, peneliti menggunakan model pemecahan masalah menurut Krulik
dan Rudnick yang terdiri dari 5 langkah penyelesaian masalah. Berikut indikator kesulitan
belajar yang ada pada langkah penyelesaian masalah berdasarkan Krulik dan Rudnick.
Tabel 3.1 indikator kesulitan belajar pada teori tahapan pemecahan masalah Krulikh &
Rudnick
No. Langkah penyelesaian
masalah (Krulik dan
Rudnick)
Indikator kesulitan belajar
1. Membaca Siswa tidak dapat menentukan apa yang diketahui dan
ditanya berdasarkan soal HOTS bangun ruang.
2. Mengeksplorasi Siswa tidak dapat memilih informasi yang diperlukan
dalam menyelesaikan masalah yang ada pada soal
HOTS bangun ruang.
3. Memilih suatu strategi Siswa tidak dapat memilih strategi yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah yang ada pada soal HOTS
bangun ruang.
57 Eka Fitriani, “Pengembangan Instrument Assessment HOTS (High Order Thinking Skill) pada Mata
Pelajaran IPS Terintegrasi Nilai-Nilai Pembangunan Karakter Kelas V Sd/Mi di Bandar Lampung”..... ,6.
42
4. Menyelesaikan
masalah
Siswa tidak dapat menyelesaikan masalah pada soal
HOTS bangun ruang dengan menggunakan
kemampuan berhitungnya secara sistematis.
5. Meninjau kembali dan
mendiskusikan
Siswa tidak memeriksa kembali jawaban pemecahan
masalah sebelum dikumpulkan.
2. Observasi
Observasi biasa diartikan sebagai kegiatan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada sumber data. Sumber data dari kegiatan
observasi ini adalah siswa dan guru. Observasi dilakukan terhadap siswa selama proses
mengerjakan soal matematika. Observasi akan dilakukan ketika siswa dan guru sedang
melakukan kegiatan belajar. Peneliti akan mengamati hasil tes untuk mengetahui apa saja
kesulitan yang dialami siswa dalam memahami soal HOTS matematika dan mengamati
kondisi siswa yang bisa menjadi faktor penyebab kesulitan belajar tersebut.
3. Wawancara
Wawancara biasa diartikan sebagai kegiatan tanya jawab antara pewawancara dengan
narasumber dengan maksud tertentu. Peneliti akan melakukan wawancara terhadap guru,
siswa, dan orang tua diluar jam pelajaran. Wawancara akan dilakukan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar berdasarkan hasil tes. Wawancara terhadap siswa dilakukan
setelah mereduksi hasil tes yang kerjakan siswa, untuk memperjelas letak kesulitan siswa
saat mengerjakan soal sekaligus mencari faktor penyebabnya. Wawancara terhadap guru dan
orang tua dilakukan secara tidak terstruktur yaitu tanpa ada pedoman wawancara secara
khusus, peneliti hanya akan menanyakan garis besar dari faktor penyebab kesulitan belajar
tersebut.
4. Dokumentasi
Dokumentasi biasa diartikan sebagai kegiatan mengumpulkan dokumen baik berupa
foto atau paper hasil dari suatu kegiatan. Peneliti melakukan dokumentasi terhadap kegiatan
43
observasi dan wawancara. Dokumentasi kemungkinan akan berbentuk hasil siswa
mengerjakan soal yang dibagian guru dan beberapa foto kegiatan belajar siswa dikelas.
F. Teknis Analisis Data
Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara berlangsung peneliti juga
melakukan analisis data. Jika jawaban dari narasumber belum memuaskan, peneliti akan
mengajukan pertanyaan lagi sampai data yeng diperoleh dianggap kredibel. Peneliti akan
melakukan analisis data menggunakan cara yang dikemukakan oleh Miles & Huberman yaitu
dengan data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/
verificotion (penarikan kesimpulan dan verifikasi). Berikut penjelasannya.
1. Data reduction (reduksi data)
Semakin lama peneliti berada di lapangan penelitian, semakin banyak pula data yang
diperoleh peneliti. Maka peneliti perlu malakukan reduksi terhadap data yang telah
terkumpul. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.58 Peneliti akan melakukan beberapa kali
reduksi data. Pertama, reduksi akan dilakukan setelah melakukan observasi. Reduksi data
kali ini dilakukan dengan merangkum garis besar yang dilakukan siswa selama kegiatan
belajar yang berlangsung. Reduksi data juga dilakukan dengan mengoreksi hasil tes soal
matematika tipe HOTS siswa dan menggaris bawahi letak kesulitan yang dialami siswa.
Kedua, reduksi data dilakukan saat dan setelah melakukan wawancara. Reduksi data
saat wawancara diperlukan untuk mengetahui apakan data yang diberikan oleh narasumber
sudah cukup atau belum, apabila data yang diperoleh masih belum cukup, maka peneliti akan
memberikan pertanyaan tambahan lagi. Reduksi data seletah wawancara dilakukan untuk
merangkum keseluruhan data yang diperoleh selama wawancara, baik dari siswa, guru,
58 Ibid, 247.
44
maupun orang tua. Ketiga, reduksi data setelah kegiatan dokumentasi. Ini akan dilakukan
untuk memilih-milih hasil dokumentasi yang sesuai dengan apa yang menjadi fokus
penelitian.
2. Data display (menyajikan data)
Dalam hal ini Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono menyatakan “the most
frequent from of display data for qualitative research data in the pasthas been narrative
text” yang peling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat narative.59 Peneliti akan menyajikan hasil reduksi data dari
kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi kedalam bentuk narasi. Penyajian data
akan dilakukan secara sistematis agar data dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.
Data yang disajikan akan berisi tentang kesulitan belajar yang dialami siswa dalam
memahami soal HOTS dalam Matematika, beserta faktor penyebabnya yang disusun secara
sistematis.
3. Conclusion drawing/verificotion (penarikan kesimpulan dan verifikasi)
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah menyajikan data secara keseluruhan. Hasil
dari kesimpulan yang diambil oleh peneliti diharapkan mampu menjawab semua rumusan
masalah dari penelitian yang dilakukan yaitu berupa kesimpulan kesulitan belajar
memahami soal HOTS matematika dan faktor penyebabnya. Peneliti juga melakukan
verifikasi dengan menunjukkan data-data yang dapat mendukung kesimpulan yang diambil
oleh peneliti.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk membuktikan kredibilitas data yang telah
diperoleh. Peneliti akan melakukan pengecekan keabsahan data dengan meningkatkan
ketekunan dan triangulasi.
59 Ibid, 249.
45
Meningkatkan ketekunan berarti berarti malakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan.60 Peneliti meningkatkan ketekunan dengan membaca kembali hasil
penelitian yang telah diperoleh dan memriksa kembali hasil dokumentasi yang terkait dengan
temuan yang diperoleh.
Pengecekan keabsahan data juga dilakukan menggunakan triangulasi yaitu triangulasi
teknik dan triangulasi sumber. Triagulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.61 Peneliti
akan memadukan dan mengecek hasil dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jika
terdapat perbedaan data peneliti akan langsung menghubungi sumber data. Triangulasi sumber
untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.62 Peneliti akan memadukan hasil penelitian dari beberapa sumber
data untuk menghasilkan kesimpulan kredibel.
H. Tahapan-Tahapan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap pra lapangan, tahapan pekerjaan
lapangan, dan tahap analisis data. Berikut penjelasanannya.
1. Tahap pra lapangan, yang akan dilakukan sebelum peneliti mamasuki lokasi penelitian. Pada
tahap ini peneliti akan menyusun rancangan penelitian (proposal), memilih lokasi penelitian,
mengurus perizinan penelitian, menjajaki keadaan lokasi penelitian, memilih sumber data
yang tepat, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan, yang akan dilakukan saat memasuki lokasi penelitian. Penelitia
akan mamahami latar penelitian dan mempersiapkan diri, memasuki lokasi penelitian, dan
berbaur dilokasi penelitian sekaligus mengumpulkan data.
3. Tahap analisis data, dilakukan setelah mengumpulkan data dari lokasi penelitian.
60 Ibid, 272. 61 Ibid, 274. 62 Ibid, 274.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data Umum
1. Latar Belakang Madrasah
MIN 2 Ponorogo sebelum dinegerikan bermula dari MI Swasta yaitu MI PSM
Lengkong. MI PSM Lengkong berdiri pada tanggal 1 Januari 1957 di Desa Lengkng.
Berdirinya MI PSM Lengkong dprakarsai oleh ide Bapak H.Suroto. Ide tersebut
disampaikan kepada Mbah Siti Jamrosiyam, dan olehnya disampaikan kepada Mbah
H.Abdullah. Ide tersebut disampaikan kepada masyarat dan dirapatkan dengan masyarakat
terutama masyarakat Dukuh Sambi dan Dukuh Kidul Kali.
Dalam rapat tersebut disepakati didirikan sekolah formal yaitu MI PSM Lengkong.
Sejak saat itu anak –anak yang tidak bekerja sebagai pangon (bekerja memelihara
ternakmilikorang lain) masuk sekolah di pagi hari, sedangkan anak-anak yang bekerja
sebagai pangon masuk sekolah di malam hari.
Para tokoh yang perlu diteladani dalam perjuangn membesarkan PSM di Lengkong
diwaktu itu diantarnya Mbah Lurah Mukibbat dan istrinya Mbah Jamrosiyam dan Bapak
Abdullah dan beberapa tokoh lainnya. Mereka para perintis MI PSM Lengkong. Mereka
memiliki niat yang suci dan perjuangan yang hebat untuk kemajuan generasi mendatang.
Beliau-beliau ini berjuang samapi harta bendanya digunakan untuk perjuangan. Guru-guru
putra yang rumahnyajauh dengan madrasah disediakan temapt di rumah H.
Abdullah,sedangkan guru putri yang jauh ditempatkan di rumah mbah Jamrosiam.Semua
kebutuhan makannya dicukupi oleh H. Abdullahdan Mbah Jamrosiyam. Demikian
perkembangan MI PSM ini sampai pada tahun 1967 dinegerikan, tepatnya pada tanggal 29
46
47
Juli 1967 oleh pemerintah (Departemen Agama). Penegerian MI ini dilakukan secara
kolektif diterimakan kePSM pusat di Takeran Magetan.63
2. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi Madrasah
“Terwujudnya lulusan madrasah yang beriman dan bertaqwa, berprestasi, kreatif dan
berbudaya lingkungan”
b. Misi Madrasah
1) Menciptakan lingkungan madrasah sebagai miniature masyarakat islam dan pusat
pengendalian serta pengembangan ilmu agama.
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
yang mengarah pada pengembangan bakat dan minat siswa dalam berbagai bidang.
3) Meningkatkan pencapaian prestasi berbagai bidang dengan optimalisasi sarana
prasarana, metode dan media pembelajaran yang mengacu pada lingkungan hidup.
4) Menciptakan hubungan kerja sama yang harmonis berdasarkan konsep manajemen
partisipatif antara semua warga madrasah.
5) Menanamkan sikap santun, berbudi pekerti luhur dan berbudaya, budaya hidupsehat,
cinta kebersihan, cinta kelestarian lingkungan dengan dilandasi keimanan dan
ketaqwaan terhadap Allah SWT.
6) Melaksanakan budaya hidup bersih dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan.
7) Menanamkan hidup hemat (air dan listrik) dalam upaya melestarikan lingkungan.
8) Membiasakan perilaku santun dalam upaya mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan.
c. Tujuan Madrasah
Dengan berpedoman pada visi dan misi yang telah dirumuskan serta kondisi madrasah,
tujuan madrasah yang ingin dicapai pada tahun 2020/2021 adalah sebagai berikut :
63 Profil Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Ponorogo Tahun 2020 (Lengkong, Sukorejo, Ponorogo), 3-5.
48
1) Mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan
melalui kegiatan baca tulis Al-Qur’an, hafalan surat-surat pendek dala Al-Qur’an,
shalat berjamaah, pengajian agama.
2) Terlaksananya proses belajar mengajar dan bimbingan secara aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan dengan pendekatan saintifik untuk mencapai KI 1 (Sikap
spiritual), KI 2 (Sikap social), KI 3 (Pengetahuan), dan KI 4 (Keterampilan)
padakelas 1 s/d VI.
3) Meraih prestasi akademik maupun non akademik minimal di tingkat kecamatan.
4) Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
5) Menjadikan madrasah yang diminati masyarakat sehingga animo siswa baru
meningkat disbanding tahun sebelumnya.
6) Mengembangkan KTSP dan Kurikulum 2013 dengan dilengkapi Silabus tiap mata
pelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa dan Sistem
Penilaian yang mengacu pada lingkungan hidup.
7) Menanamkan kreatifitas kepada seluruh warga madrasah.
8) Meningkatkan kepedulian dan kesadaran warga madrasah terhadap keamanan,
kenyamanan, kebersihan dan keindahan dari tahun sebelumnya.
9) Meningkatkan kesadaran dan kecintaan warga madrasah terhadap lingkungan.
10) Mengembangkan program-program pengembangan diri beserta jadwal
pelaksananaannya.
11) Mengikutsertakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalampelatihan
peningkatan profesionalitas melalui kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG),
PTK,Lomba-lomba, Seminar, Workshop, Kursus Mandiri, dan kegiatan lain yang
menunjang profesionalisme.
49
12) Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran (ruang media,
perpustakaan, media pembelajaran Matematika, IPA dan IPS, dan Laboratorium
Keterampilan) serta sarana penunjang berupa tempat ibadah, kebun sekolah, tempat
parker, kantin sekolah, lapangan olahraga dan WC sekolah dengan mengedepankan
skala prioritas yang mengacu pada tata hidup sehat.
13) Mengoptimalkan pelayanan administrasi dan managemen madrasah.
14) Meningkatkan dalam pengembangan model pembelajaran lingkungan hidup
terintegrasipada semua mata pelajaran.
15) Meningkatkan dalam penggalian dan pengembangan materi dan persoalan
lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar.
16) Meningkatkan pelaksanaan budaya hidup dalam mencegah pencemaran lingkungan.
17) Meningkatkan penanaman hidup hemat dalam upaya pelestarian lingkungan.
18) Meningkatkan pembiasaan perilaku santun dalam upaya mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan.64
3. Profil Singkat Madrasah
a. Nama Lembaga : MIN 2 Ponorogo
b. Alamat / desa : Lengkong
Kecamatan : Sukorejo
Kabupaten : Ponorogo
Propinsi : Jawa Timur
Kode Pos 64361
No.Telepon : 082337704782 / 081359659427 / 085336208508
c. Nama Yayasan : -
d. Status Sekolah : Negeri
e. Status Lembaga MI : MI Negeri
64 Profil Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Ponorogo Tahun 2020 (Lengkong, Sukorejo, Ponorogo), 5-7.
50
f. No SK Kelembagaan : -
g. NSM 111135020007
h. NPSN 60714330
i. Tahun didirikan/beroperasi 1967
j. Status Tanah : Milik Sendiri
k. Luas Tanah : 1986 M2
l. Nama Kepala Sekolah : Lia Anitasari, S. Pd.
m. Status akreditasi : A
n. No dan SK akreditasi : 159/BAN-S/M.35/SK/XII/201865
B. Tahapan-Tahapan Penelitian
1. Tahap pra lapangan
Tahap pra lapangan dilaksanakan dengan merancang kegiatan penelitian yang akan
dilakukan serta mempersiapkan instrumen penelitian. Peneliti merancang kegiatan
penelitian melalui pengerjakan skripsi bab 1 sampai dengan bab 3, konsultasi, dan
bimbingan dengan dosen pembimbing peneliti, yaitu Bapak Sofwan Hadi, M. Pd.. Peneliti
mendapatkan banyak masukan dan arahan dari beliau. Pada saat pengerjaan skripsi bab 1
sampai dengan bab 3 beliau menyarankan untuk menambahi kajian teori yang sudah ada.
Setelah menyelesaikannya, penelitian membuat instrumen penelitian untuk mempermudah
peneliti dalam mengumpulkan data saat dilapangan. Instrumen penelitian yang dibuat berupa
soal tes HOTS matematika materi bangun ruang dan instrumen wawancara. Peneliti terlebih
dahulu membuat instrumen soal sebelum membuat iinstrumen wawancara.
Setelah selesai membuat instrumen soal, peneliti melakukan uji validasi. Uji validasi
instrumen instrumen soal yang pertama oleh Dosen Ahli, yaitu Ibu Hestu Wilujeng,. Uji
validasi ini dilakukan secara online melalui Whatsapp. Peneliti menghubungi beliau pada
65 Profil Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Ponorogo Tahun 2020 (Lengkong, Sukorejo, Ponorogo), 8-9.
51
hari Kamis, 28 Januari 2021 pada pukul 14.34 untuk meminta izin validasi. Setelah
mendapat izin, uji validasi dilaksanakan pada saat itu juga dan dilanjutkan pada hari Selasa,
2 Februari 2021 pukul 05.29 sampai pukul 09.10. Berikut hasil dari validasi kepada dosen
Ahli. Hasil dari uji validasi terdapat beberapa revisi pada bagian indikator soal yang
didalamnya belum disampaikan soal nomer 1 , 2, dan 3 termasuk indikator HOTS yang
mana. Revisi juga dilakukan pada beberapa kalimat atau susunan kata pada soal yang masih
ambigu. Setelah divalidasi oleh dosen ahli, instrumen soal direvisi oleh peneliti kemudian
diuji validasikan kepada guru matematika kelas V MIN 2 ponorogo.
Validasi instrumen penelitian yang kedua oleh guru matematika kelas V MIN 2
ponorogo, yaitu Bapak Nur Cholis, S. Pd. I. Uji validasi dilaksanakan secara offline dengan
menemui beluai di Madrasah. Sebelum melaksanakan uji validasi, peneliti datang ke
madrasah pada hari Jum’at, 5 Februri 2021 untuk menemui beliau akan tetapi beliau pada
saat itu sedang work from home sesuai dengan aturan pemerintah, sehingga peneliti
mengajukan perminta izin validasi secara online melalui Whatsapp pada hari Sabtu, 6
Februari 2021 pukul 07.09. Pada pukul 08.26 beliau memberikan izinnya. Uji validasi
dilaksanakan pada hari Senin, 8 Februari 2021 secara offline di MIN 2 Ponorogo. Hasil dari
uji validasi tersebut terdapat revisi soal pada pemilihan bangun ruang, beliau menyarankan
untuk menggunakan bangun ruang kubus dan balok saja, karena pada kelas V materi yang
disampaikan hanya bangun ruang kubus dan balok. Berikut tabel hasil validasi dari kedua
validator.
Tabel 4.1 Hasil Validasi.
Instrumen Validator 1 Validator 2
Soal tes Ketiga soal memiliki ciri yang sama
dalam mengerjakan, gunakan soal
yang lebih bervariasi supaya siswa
tidak mengetahui pola
menjawabnya. Ketiga soal belum
terlihat sesuai dengan indikator
HOTS yang apa karena pada kisi kisi
Sebagian besar soal sudah sesuai
dengan kompetensi yang ditentukan
madrasah. Pada soal nomer 1 dan 2
pemilihan bangun datar yang
digunakan belum sesuai dengan
kemampuan siswa kelas V. Bangun
kubus dan balok lebih disarankan
52
soal tidak ada indikator HOTS.
Bahasa yang digunakan oleh peneliti
masih perlu diperbaiki karena masih
sedikit ambigu dalam mencerna
kalimatnya.
untuk digunakan pada soal tes
tersebut.
Hasil dari validasi tersebut akan digunakan untuk melakukan revisi soal agar layak
digunakan untuk penelitian. Kegiatan revisi soal dimulai dari revisi yang diberikan oleh
validator 1, setelah itu di serahkan kepada validator 2. Kemudian soal direvisi lagi
berdasarkan saran dari validator 2.
Peneliti juga membuat instrumen wawancara, instrumen ini akan digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan wawancara. Instrumen wawancara dibuatan dengan mengacu
pada tahapan pemecahan masalah matematika menurut Kruliks dan Rusdick untuk
mengetahui kesulitan belajar siswa serta faktor kesulitan belajar. Wawancara dilakukan
untuk menganalisis hasil tes yang telah diberikan kepada siswa. Setelah membuat instrumen
soal tes dan instrumen wawancara, peneliti memasuki tahap pekerjaan lapangan dengan
melakukan penelitian di madrasah.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap ini, peneliti memasuki madrasah untuk mulai melakukan penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan membagikan soal kepada siswa dan melakukan wawancara.
Soal yang telah divalidasi oleh dosen ahli dan guru Matematika dibagikan kepada siswa
kelas V MIN 2 Ponorogo yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas V Hanafi dan kelas V Maliki.
Peneliti memilih kedua kelas tersebut karena kedua kelas tersebut memiliki guru Matematika
yang sama yaitu Bapak Nur Cholis, S. Pd. I. Pembagian soal kepada siswa dilakukan pada
hari Sabtu, 13 Februari 2021 kepada siswa kelas V. Siswa mengambil soal ke Madrasah
untuk dikerjakan di rumah masing-masing. Siswa mengembalikan soal ke Madrasah pada
hari Selasa, 16 Februari 2021.
Wawancara terhadap siswa berlangsung pada hari selasa, 23 Februari 2021.
Wawancara dilaksanakan dengan mendatangkan siswa yang terpilih ke Madrasah untuk
53
diwawancarai. Secara bergantian peneliti mewawancarai siswa tersebut. Wawancara
diberikan agar peneliti dapat mengetahui letak kesulitan belajar siswa dan faktor yang
mempengaruhinya.
Wawancara terhadap guru berlangsung pada hari Kamis, 25 Februari 2021 di MIN 2
Ponorogo. Guru yang diwawancarai oleh peneliti ialah Bapak Nur Cholis, S. Pd. I. selaku
guru matematika kelas V MIN 2 Ponorogo. Setelah terkumpul data dari beberapa sumber,
peneliti akan mulai menganalisis data.
3. Tahap analisis data
Setelah diperoleh data dari beberapa sumber, peneliti memasuki tahap analisis data.
Tahap ini dimulai dari mereduksi data yang sudah ada. Peneliti mereduksi data dengan
memilih data-data yang penting sesuai fokus penelitian dan merangkumnya. Langkah
selanjutnya peneliti menyajikan data dengan mulai mengerjakan laporan skripsi bab IV dan
menyusun lampiran. Langkah terakhir dari analisis data ialah penarikan kesimpulan yang
dilakukan dengan mengerjakan laporan skripsi bab V dan bab VI.
C. Deskripsi Data Khusus
Hasil belajar merupakan hal yang diperlihatkan oleh siswa yang merupakan bentuk hasil
dari aktivitas belajarnya. Melalui hasil belajar ini dapat diketahui sejauh mana kemampuan
yang dimiliki siswa dalam memahami suatu masalah. Proses pemecahan masalah matematika
pada siswa juga dapat diketahui melalui hasil belajar ini. Pembahasan kali ini akan disampaikan
hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah matematika. Siswa telah dikelompokkan
menjadi 3 kelompok berdasarkan kemampuannya dalam memecahkan masalah matematika,
yaitu kelompok rendah, kelompok sedang, dan kelompok tinggi. Dari masing-masing kelompok
akan diambil satu subjek, sehingga akan ada tiga subjek siswa yang akan diwawancarai.
54
Tabel 4.2 Subjek Penelitian.
Nama subjek Kriteria Keterangan
Subjek 1 Siswa yang memasuki kelompok rendah ialah siswa
yang kurang mampu dalam memecahkan masalah.
Siswa tidak menuliskan langkah-langkah pemecahan
masalah matematika.
Siswa kelas V
MIN 2 Ponorogo
dari kelompok
rendah.
Subjek 2 Siswa yang memasuki kelompok sedang ialah siswa
yang memiliki kemampuan sedang dalam
memecahkan masalah. Siswa yang masuk dalam
kelompok ini, pada lembar jawabnya tertuliskan
jawaban akhir beserta cara pemecahan masalahnya
yang belum lengkap.
Siswa kelas V
MIN 2 Ponorogo
dari kelompok
sedang.
Subjek 3 Siswa yang memasuki kelompok tinggi ialah siswa
yang mampu memecahkan masalah. Siswa yang
masuk dalam kelompok ini, pada lembar jawabnya
tertuliskan jawaban akhir beserta cara pemecahan
masalahnya yang lengkap.
Siswa kelas V
MIN 2 Ponorogo
dari kelompok
tinggi.
Berdasarkan kriteria yang terdapat pada Tabel 4.2 diperoleh data hasil belajar. Hasil tes
yang diperoleh setelah pengembalian jawaban ke Madrasah terdapat 20 siswa yang
mengumpulkan jawaban dan 6 siswa yang tidak mengumpulkan jawaban dari kelas Hanafi.
Serta, 22 siswa yang mengumpulkan jawaban dan 3 siswa yang tidak mengumpulkan jawaban
dari kelas Maliki. Total seluruh jawaban siswa yang terkumpul dari kedua kelas tersebut ada
42. Berikut pembagian kategori dari 42 siswa tersebut.
Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Matematika
Kategori Interval nilai Frekuensi Persentase
Tinggi 89 – 100 10 siswa 23,8 %
Sedang 76 – 88 17 siswa 40,5%
Rendah ≤ 75 15 siswa 35,7%
Total = 42 siswa
Melalui ketiga pengkategorian tersebut akan diambil 1 siswa pada masing-masing
kategori untuk diwawancarai berdasarkan hasil tesnya. Siswa dengan kemampuan pemecahan
masalah tinggi yang terpilih untuk diwawancarai adalah Fadila Nur Laily dari kelas V Hanafi.
Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang yang terpilih untuk diwawancarai
55
adalah Aqeela Ifra Hilwana dari kelas V Maliki. Serta, siswa dengan kemampuan pemecahan
masalah rendah yang terpilih untuk diwawancarai adalah dan Muhammad Geofani Putra
Fadhilah dari kelas V Hanafi. Hasil belajar masing-masing Subjek akan dijabarkan berdasarkan
tahapan pemecahan masalah menurut Kruliks dan Rusdick. Berikut adalah data hasil belajar
dari masing-masing.
1. Kemampuan Subjek 1 dari Kelompok Rendah
Subjek 1 tidak menuliskan langkah-langkah pemecahan masalah matematika. Subjek
1 memiliki kemungkinan belum bisa memahami soal tes yang diberikan oleh peneliti. Subjek
1 terlihat mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah pada soal. Berikut data-data
yang diperoleh dari siswa kelompok rendah.
Pada soal pertama, Subjek 1 diminta untuk menggambar kolam renang beserta
ukurannya yang bentuk balok dengan tinggi kolam yang belum diketahui serta mengevaluasi
“Apakah Imam akan tenggelam ketika ia masuk kedalam kolam tersebut?”. Sedangkan yang
diketahui pada soal hanya panjang kolam, lebar kolam, dan tinggi badan Imam. Sehingga
untuk menjawab pertanya tersebut Subjek 1 harus terlebih dahulu mencari tinggi air pada
kolam renang. Setelah mengetahui tinggi air siswa membandingkan tinggi air dengan tinggi
badan Imam.
a) Data kemampuan subjek 1 soal nomor 1
Gambar 4.1 Lembar Jawab Nomer 1 Subjek 1
56
Bedasarkan gambar 4.1, Subjek 1 dalam lembar tesnya tidak menuliskan apa yang
diketahui, ditanya, dan langkah pemecahan masalahnya. Berikut akan disampaikan hasil
belajar Subjek 1 yang telah direduksi berdasarkan tahapan pemecahan masalah menurut
Krulik dan Rusdick.
1) Membaca
Langkah pertama dalam memecahkan masalah matematika disini adalah
memahami soal dengan membaca. Melalui langkah membaca siswa diharapkan
mampu menuliskan ada yang diketahui dan ditanyakan soal. Berdasarkan Gambar 4.1,
Subjek 1 tidak menuliskan variabel yang diketahui dan ditanyakan didalamnya sebagai
hasil dari siswa membaca.66 Ketika ditanya mengenai variabel yang diketahui dan
ditanya, Subjek 1 kebinggungan menjawabnya. Subjek 1 membaca kembali soal
nomer 1. Subjek 1 hanya membacakan soal tanpa menyebutkan kembali variabel yang
diketahui dan ditanya dari soal.67 Hal ini menunjukkan bahwa Subjek 1 belum
memahami sepenuhnya apa yang ia baca pada soal.
2) Mengeksplorasi
Langkah kedua dalam memecahkan masalah matematika adalah
mengeksplorasikan nilai-nilai yang ada pada soal pada variabel yang diketahui pada
soal serta mengetahui hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan.
Menggambar merupakan salah satu cara untuk mengeksplorasikan pemahaman siswa.
Berdasarkan Gambar 4.1, Subjek 1 menggambar kolam renang dilihat dari sudut
pandang atas, sehingga kedalaman kolam renang tidak terlihat. Penulisan ukuran
kolam renang juga belum sesuai dengan soal.68 Saat wawancara, Subjek 1 memberikan
keterangan terkait bentuk dari kolam renang tersebut dengan ragu-ragu. Subjek 1 tidak
66 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 67 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 68 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
57
memahami soal, sehingga ia memilih membacakan kembali soal tersebut. Selain itu
Subjek 1 juga memberikan keterangan bahwa ia belum bisa membedakan bangun
ruang kubus dan balok. Subjek 1 masil mengalami kesulitan memberikan contoh
benda-banda yang bentuknya menyerupai bangun ruang kubus dan balok.69 Guru
matematika kelas V juga memberikan keterangan bahwa setiap siswa memiliki daya
imajinasi dalam berpikir yang berbeda-beda. Jadi kadang ketika diberi sebuah bacaan
soal dalam bentuk sebuah kubus atau balok, siswa harus dapat membayangkan
bentuknya seperti apa, kemudian siswa akan dapat menentukan dimana letak
ukurannya. Siswa sering mengalami kesulitan dalam membayangkannya.70
3) Menyusun strategi
Langkah ketiga dari pemecahan masalah matematika ialah langkah menyusun
strategi bagaimana cara menyelesaikan masalah yang ditemui berdasarkan apa yang
sudah diperoleh pada dua tahap pertama. Berdasarkan Gambar 4.1, Subjek 1 tidak
dituliskan susunan strategi yang ia gunakan untuk memecahkan masalah.71 Padahal
untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan beberapa langkah. Mulai dari
menentukan rumus yang tepat untuk menghitung tinggi kolam, kemudian
membandingkan tinggi kolam dengan tinggi Imam. Pada saat wawancara Subjek 1
memberikan keterangan bahwa selian ia belum bisa membedakan bentuk bangun
kubus dan balok, ternyata ia juga belum memahami rumus volume bangun ruang
tersebut.72
69 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 70 Nur Cholis, Guru Matematika Kelas V MIN 2 Ponorog, Wawancara 02/W4/26-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 71 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 72 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
58
4) Memecahkan masalah
Langkah keempat dari pemecahan masalah ialah langkah memecahkan masalah.
Pada langkah ini agar dapat memecahkan masalah matematika siswa harus
menggunakan keterampilan berhitungnya. Berdasarkan Gambar 4.1, Subjek 1 tidak
menulis operasi hitung untuk menemukan jawaban akhir soal.73 Pada saat wawancara
Subjek 1 ditanya bagaimana cara ia menghitungnya. Subjek 1 menjawab bahwa ia
menghitungnya bersama teman-temannya menggunakan kalkulator yang ada di HP.74
Jawaban akhir yang dituliskan Subjek 1 pada poin b sudah benar, tetapi belum jelas
dari mana asalnya jawaban tersebut, karena ia tidak menuliskan strategi pemecahan
masalah dan operasi hitungnya.
5) Meninjau kembali
Langkah terakhir dari pemecahan masalah ini ialah langkah meninjau kembali.
Pada langkah ini siswa memeriksa kembali jawabannya. Berdasarkan Gambar 4.1,
jawaban poin a yang disajikan oleh Subjek 1 belum sesuai dengan kunci jawaban.
Sedangkan jawaban poin b Subjek 1 sudah sesuai dengan kunci jawaban.75 Ia pun
dimintai keterangan saat wawancara apakah ia memeriksa kembali jawaban sebelum
dikumpulkan dan bagaimana ia cara ia memeriksa kembali jawabannya. Kemudian ia
memberikan keterangan bahwa ia telah meneliti jawaban tersebut sebelum
mengumpulkan jawabannya. Subjek 1 meneliti jawaban bersama teman-temannya.76
b) Data kemampuan Subjek 1 pada soal nomor 2
Pada soal yang kedua, siswa diminta menganalisis keuntungan yang diperoleh dari
menjual kue wajik. Diketahui pada soal tersebut banyak adonan kue, modal membuat
kue, harga jual kue per biji, serta bentuk dan ukuran kue. Siswa harus mencari volume
73 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 74 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 75 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 76 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
59
kue per biji, jumlah kue yang dibuat dari adonan yang tersedia, harga jual kue, dan yang
terakhir mencari keuntungan dari berjualan kue.
Gambar 4.2 Gambar Kue Wajik
Gambar 4.3 Lembar Jawab Nomer 2 Subjek 1
1) Membaca
Berdasarkan Gambar 4.3, Subjek 1 tidak menulis yang diketahui dan ditanyakan
oleh soal seperti yang diajarkan oleh guru matematika.77 Hal ini menunjukkan bahwa
ada kemungkinan Subjek 1 ini mengalami kesulitan memahami soal saat membaca.
Saat wawancara ia diminta untuk menyebutkan variabel yang diketahui dan
ditanyakan oleh soal. Subjek 1 menjawab dengan membaca soal, tanpa menyebutkan
77 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
60
variabel-variabelnya.78 Hal ini menunjukkan bahwa ia belum dapat memahami soal
sutelah membaca.
2) Mengeksplorasi
Langkah kedua dalam memecahkan masalah matematika adalah
mengeksplorasikan nilai-nilai yang ada pada soal serta mengetahui hubungan antara
yang diketahui dengan yang ditanyakan. Siswa mengeksplorasikan pemahamannya
dengan menyajikan masalah yang ada kedalam bentuk yang mudah dipahami
menggunakan bahasanya sendiri. Berdasarkan Gambar 4.3, Subjek 1 tidak menulis
yang diketahui dan ditanyakan oleh soal, ia juga tidak menuliskan yang ia pahami
menggunakan bahasanya sendiri.79 Saat dimintai keterangan tentang hal tersebut
Subjek 1 hanya membacakan kembali soal yang ada, ia tidak menyampaikan
pemahamannya menggunakan bahasanya sendiri.80
Menggambar juga merupakan salah satu cara siswa untuk mengeksplorasikan
pemahamannya. Akan tetapi pada nomer 2 ini Subjek 1 tidak diminta untuk
menggambar. Subjek 1 diminta secara tidak langsung untuk mengamati gambar untuk
menentukan nama bangun ruang untuk menyusun strategi. Saat ditanya nama bangun
ruang dari Gambar 4.2, Subjek 1 menjawab “balok”, padahal kue wajik yang ada di
Gambar 4.2 berbentuk kubus.81 Sehingga dapat diketahui bahwa Subjek 1 masih
kebinggungan membedakan kedua bangun tersebut. Selain itu, peneliti hanya
menyebutkan satu ukuran sisi bangun ruang pada soal. Ketika Subjek 1 sudah benar-
benar bisa membedakan antara bangun ruang kubus dan balok maka ia tidak akan salah
dalam menjawab pertanyaan tersebut.
78 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 79 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 80 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 81 Ibid.
61
3) Menyusun strategi
Berdasarkan Gambar 4.3, Subjek 1 tidak menulis strategi yang ia gunakan untuk
memecahkan masalah soal.82 Padahal untuk memecahkan masalah yang diberikan
diperlukan beberapa langkah. Mulai dari mengenali bangun ruang, menentukan rumus
volume bangun ruang, menentukan jumlah kue yang akan dijual, menentukan uang
yang diperoleh dari menjual kue, dan yang terakhir menentukan keuntungan yang
diperoleh dari menjual kue. Pada saat wawancara Subjek 1 diminta untuk
menyampaikan rumus volume bangun ruang kubus, ternyata ia belum mengetahui
rumus volume bangun ruang tersebut. Ia terlihat kebinggungan menjawab pertanyaan
tersebut. Kemudian Subjek 1 ditanya lagi dari mana ia mendapat jawaban akhirnya. Ia
menjawab dengan jujur bahwa ia mengerjakan soal ini bersama dengan teman-
temannya.83 Selain itu pada langkah sebelumnya Subjek 1 mengalami kesulitan dalam
memahami soal. Sehingga ada kemungkinan, ia juga mengalami kesulitan dalam
menyusun strategi.
4) Memecahkan masalah
Pada langkah ini agar dapat memecahkan masalah matematika siswa harus
menggunakan keterampilan operasi hitungnya untuk menemukan. Siswa
diperbolehkan menggunakan kalkulator jika diperlukan. Berdasarkan Gambar 4.3
Subjek 1 tidak menuliskan operasi hitung untuk menemukan jawaban.84 Pada saat
wawancara diperoleh keterangan bahwa ia menghitung bersama teman-temannya yang
lainnya menggunakan kalkulator yang ada di HP.85 Sama seperti soal sebelumnya, ia
terlihat tidak menggunakan keterampilan operasi hitungnya untuk menemukan
82 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 83 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 84 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 85 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
62
jawaban akhir dari soal ini. Subjek 1 terlihat mengalami kesulitan dalam melakukan
operasi hitung. Jawaban akhir yang diperolehnya belum sesuai dengan kunci jawaban.
5) Meninjau kembali
Bedasarkan Gambar 4.3 Subjek 1 menulis jawaban akhir dari masalah yang ada
pada soal. Jawaban yang ditulis oleh Subjek 1 belum sesuai dengan kunci jawaban.86
Subjek 1 dimintai keterangan saat wawancara apakah ia meneliti terlebih dahulu
jawabannya sebelum dikumpulkan dan apakah ia yakin dengan jawaban tersebut.
Subjek 1 memberikan keterangan bahwa ia telah meneliti jawaban tersebut sebelum
mengumpulkan jawaban. Ia meneliti jawabannya menggunakan kalkulator bersama
teman-temannya dan ia yakin dengan jawabannya.87
c) Data kemampuan Subjek 1 pada soal nomor 3
Pada soal yang ketiga siswa diminta untuk mencari “Berapa kali truk menganggut
tanah?” dan mengevaluasi “Apakah uang yang ada dapat digunakan untuk membeli
seluruh tanah yang diperlukan?”. Diketahui pada soal tersebut ukuran bak truk, ukuran
kolam, harga satu truk tanah, dan uang yang dimiliki Pak Ahmad untuk membeli tanah.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut siswa harus mencari volume dari bak truk dan
kolam, menentukan berapa kali truk menganggut tanah, menentukan jumlah uang yang
dibutuhkan Pak Ahmad untuk membeli tanah, dan yang terakhir mengevaluasi apakah
uang yang dimiliki Pak Ahmad cukup untuk membelu seluruh tanah.
86 observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 87 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
63
Gambar 4.4 Lembar Jawab Nomer 3 Subjek 1
a) Membaca
Berdasarkan Gambar 4.4, Subjek 1 tidak menuliskan yang diketahui dan
ditanyakan sama seperti pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.3.88 Hal ini menunjukkan
bahwa ada kemungkinan ia mengalami kesulitan dalam memahami soal saat membaca.
Subjek 1 kembali dimintai keterangan mengenai variabel yang diketahui dan ditanya.
Ia terlihat binggung dan mencari-cari jawaban dari pertanyaan peneliti.89 Menurut guru
matematika kelas V secara umum, para siswa agak kesulitan dalam memahami pesan
yang ada di dalam soal itu sehingga ketika menentukan variabel-variabel yang harus
ditulis kemudian mamahami tagihan soal itu kadang masih mengalami kebinggungan.
Jadi beberapa kali beliau menemui dilapangan ketika siswa diberikan soal matematika
yang sifatnya secara langsung contohnya perkalian, akar kuadrat atau yang lainnya
yang dituliskan secara langsung siswa bisa menjawab. Tetapi ketika dimasukkan
kedalam sebuah soal cerita atau uraian penyelesaian masalah itu siswa sering
mengalami kendala dalam memahami unsur-unsur yang ada dalam soal itu, sehingga
kadang itu kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.90
88 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 89 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 90 Nur Cholis, Guru Matematika Kelas V MIN 2 Ponorog, Wawancara 02/W4/26-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian.
64
b) Mengeksplorasi
Langkah kedua dalam memecahkan masalah matematika adalah
mengeksplorasikan nilai-nilai yang ada pada soal. Menyajikan masalah kedalam
bentuk yang mudah dipahami menggunakan bahasanya sendiri merupakan salah satu
cara yang bisa dilakukan oleh siswa untuk mengeksplorasikan pemahamannya. Sama
seperti di lembar jawab sebelumnya, selain tidak menuliskan diketahui dan ditanya
sesuai yang diajarkan oleh guru matematika. Berdasarkan Gambar 4.4, Subjek 1 juga
tidak menuliskan kembali yang ia pahami dari soal menggunakan bahasanya sendiri.91
Setelah diminta untuk menceritakan permasalahan yang ada pada soal, ia hanya
membacakan kembali soal tersebut dan tidak menyampaikan kembali yang ia pahami
menggukanan bahasanya sendiri.92
c) Menyusun strategi
Berdasarkan Gambar 4.4, Subjek 1 juga tidak menuliskan susunan strategi yang
ia gunakan untuk memecahkan masalah pada soal sama seperti pada Gambar 4.1 dan
Gambar 4.3.93 Padahal untuk memecahkan masalah yang diberikan diperlukan
beberapa langkah. Mulai dari menentukan rumus bangun ruang yang digunakan,
mencari volume kolam dan bak truk, menentukan berapa kali truk mengangkut tanah,
dan yang terakhir memberikan evaluasi apakah uang yang dimiliki cukup untuk
membeli tanah. Pada saat wawancara keterangan yang diberikan Subjek 1 sama
dengan keterangan yang diberikan saat ditanya mengenai Gambar 4.1 dan Gambar 4.3.
Ia masih terlihat kebinggungan menentukan rumus bangun ruang tersebut dan
menyususun strategi, ia mengerjakan soal tersebut bersama teman-temannya.94 Guru
matematika kelas V MIN 2 Ponorogo menyampaikan bahwa penyelesaian masalah
91 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 92 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 93 observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 94 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
65
terkait volume siswa harus betul-betul menguasai rumus luas dahulu, ketika materi
rumus luas pembelajarannya kurang maksimal bisa jadi siswa masih punya
tanggungan untuk pemahaman hal tersebut. Guru juga belum menemukan istilah yang
sesuai yang dapat mempermudah siswa dalam menghafalkan rumus tersebut.95 Sama
halnya dengan soal-soal sebelumnya, mulai dari langkah awal membaca soal ia sudah
mengalami kesulitan, sehingga Subjek 1 juga mengalami kesulitan pada langkah ini.
Subjek 1 akan lebih mudah dalam menyusun strategi pemecahan masalah jika ia telah
memahami apa yang diketahui dan ditanyakan oleh soal.
d) Memecahkan masalah
Pada langkah ini agar dapat memecahkan masalah matematika siswa harus
menggunakan keterampilan operasi hitungnya. Siswa diperbolehkan menggunakan
kalkulator jika diperlukan. Berdasarkan Gambar 4.4, Subjek 1 tidak menuliskan
operasi hitung yang ia lakukan untuk menemukan jawaban, sama seperti soal-soal
sebelumnya.96 Pada saat wawancara diperoleh keterangan yang sama seperti
jawabannya mengenati Gambar 4.1 dan Gambar 4.3, bahwa ia menghitung bersama
teman-temannya menggunakan kalkulator yang ada di HP.97 Disini terlihat bahwa
subjek mengalami kesulitan dalam melakukan operasi hitung. Berdasarkan Gambar
4.4 jawaban poin a dan poin b yang diperoleh Subjek 1 belum sesuai kunci jawaban
dan belum jelas dari mana asal jawaban tersebut.
e) Meninjau kembali
Berdasarkan Gambar 4.4 kedua jawaban akhir yang diperoleh Subjek 1 belum
sesuai dengan kunci jawaban.98 Subjek 1 memberikan keterangan yang sama saat
wawancara. Ia telah meneliti jawaban tersebut sebelum mengumpulkan jawabannya
95 Nur Cholis, Guru Matematika Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W4/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 96 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 97 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 98 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
66
menggunakan kalkulator bersama temannya. Oleh karena itu, ia bisa yakin dengan
jawaban yang ia tulis.99 Guru matematika juga memberikan keterangan mengenai
jawaban akhir dari siswa ini, bahwa kesalahan pada akhir jawabannya itu, memang
karena ketidak mampuan siswa dari awal. Mulai dari memahami tagihan dari soalnya
ataupun cara penyelesaiannya yang memang belum paham itu mengakibatkan jawaban
siswa salah.100
Berdasarkan Gambar 4.1, Gambar 4.3, dan Gambar 4.4 Subjek 1 tidak menulis yang
diketahui dan ditanyakan pada seluruh lembar jawab soal. Ia juga tidak menulis langkang
penyelesaian masalah. Ia hanya menuliskan jawaban akhir dari soal. sehingga belum jelas
dari mana dapatnya jawaban akhir tersebut. Jawaban akhir yang ia tulis juga belum sesuai
dengan kunci jawaban.101 Berdasarkan hasil wawancara, pada dasarnya Subjek 1 senang
dengan pelajaran matematika, karena ia merasa kadang matematika itu mudah dikerjakan
dan kadang matematika itu sulit dikerjakan. Saat merasa matematika itu sulit dikerjakan
Subjek 1 mengalami kesulitan belajar sehingga ia tidak senang dengan pelajaran ini.102
Subjek 1 tidak sungguh-sungguh senang dengan pelajaran ini, sehingga ia kurang berbakat
dalam pelajaran ini dan mengakibatkan ia mengalami kesulitan belajar. Subjek 1 terlihat
kurang berminat dengan pelajaran ini, karena bakat dan kecakapannya dalam bidang ini
masih kurang.
Pembelajaran pada tahun ini berlangsung secara daring (dalam jaringan), guru
membuat video untuk menyampaikan pembelajaran. Tetapi Subjek 1 tidak menonton video
tersebut, sehingga ia kurang memahami materi ini. Ia juga jarang membaca buku pelajaran
yang dibagikan oleh pihak sekolah.103 Oleh karena itu motivasi Subjek 1 masih kurang dan
99 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 100 Nur Cholis, Guru Matematika Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W4/26-2/2021, Lampiran
Laporan Hasil Penelitian. 101 Observasi 01/O1/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 102 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 103 Ibid.
67
mengakibatkan kesulitan belajar. Guru juga memberikan keterangan bahwa terkadang anak
itu masih sulit untuk memahami materi meskipun sudah diajar dengan durasi normal, apa
lagi saat ini pembelajaran dilakukan secara daring, video pembelajaran hanya dibuat dengan
durasi sekitar 10 menit.104
Saat mengerjakan soal ini Subjek 1 tidak didampingi oleh orang tua atau anggota
keluarga yang lainnya, ia mengerjakan soal bersama dengan teman-teman sebayanya.105 Hal
tersebut mengakibatkan kurangnya perhatian dari keluarga dalam bidang ini, sehingga siswa
mengalami kesulitan belajar matematika.
2. Kemampuan Subjek 2 dari Kelompok Sedang
Subjek 2 pada lembar jawabnya tertuliskan jawaban akhir beserta cara pemecahan
masalahnya yang belum lengkap. Ia memiliki kemungkinan sudah bisa memahami soal tes
yang diberikan oleh peneliti dan juga memiliki kemungkinan sebaliknya yaitu belum bisa
memahami soal tes yang diberikan oleh peneliti. Subjek 2 terlihat mengalami beberapa
kesulitan dalam memecahkan masalah pada soal. Berikut akan disampaikan hasil belajar
Subjek 2 dari kelompok sedang yang telah direduksi berdasarkan tahapan pemecahan
masalah menurut Krulik dan Rusdick.
a) Data kemampuan Subjek 2 pada soal nomor 1
104 Nur Cholis, Guru Matematika Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W4/23-2/2021, Lampiran
Laporan Hasil Penelitian. 105 Muhammad Geofani Putra Fadhilah, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W1/23-2/2021,
Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
68
Gambar 4.5 Lembar Jawab Nomer 1 Subjek 2
1) Membaca
Berdasarkan Gambar 4.5, Subjek 2 tidak menuliskan variabel yang diketahui dan
ditanyakan oleh soal.106 Subjek 2 memberikan keterangan bahwa ia dapat memahami
soal tetapi kebingungan dalam menuliskan variabel dan nilai dari variabel yang
diketahui dan ditanyakan pada soal. Ketika diwawancarai secara mendalam tentang
variabel diketahui dan ditanya pada soal, Subjek 2 dapat menjawabnya dengan
menggunakan bahasanya sendiri.107 Hal ini menunjukkan bahwa dengan membaca
soal Subjek 2 sudah mampu memahami masalah akan tetapi masih kesulitan dalam
menuangkannya dalam tulisan.
2) Mengeksplorasi
Menggambar merupakan salah satu cara untuk mengeksplorasikan pemahaman
siswa. Berdasarkan Gambar 4.5, Subjek 2 menggambar kolam renang dari sudut
pandang bangun balok sehingga letak kedalaman kolam renang dapat terlihat.
Penulisan ukuran kolam renang pada Gambar 4.5 juga sudah sesuai dengan yang
diinginkan soal.108 Saat wawancara Subjek 2 memberikan keterangan bahwa ia yakin
106 Observasi 01/O2/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 107 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, Wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 108 Observasi 01/O2/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian.
69
dengan gambar yang ia buat. Ia yakin bahwa gambar kolam renang yang ia buat sudah
berbentuk balok seperti yang diminta oleh soal. Setelah diwawancarai secara
mendalam, Subjek 2 sudah dapat membedakan antara bangun ruang kubus dan balok,
ia sudah dapat menyebutkan contoh bangun ruang yang ada disekitarnya dan rumus
volume kedua bangun ruang tersebut.109
3) Menyusun strategi
Berdasarkan Gambar 4.5, Subjek 2 tidak dituliskan susunan strategi yang ia
gunakan untuk memecahkan masalah pada soal.110 Pada saat wawancara Subjek 2
memberikan keterangan bahwa ia menggunakan oret-oretan untuk menemukan
jawaban akhir dari soal. Subjek 2 sudah dapat menentukan rumus volume bangun
ruang, akan tetapi ia mangalami kesulitan dalam menentukan rumus tinggi bangun
ruang melalui rumus volume balok tersebut. Ia juga dibantu kakak-kakak pondok
untuk menyusun strategi memecahkan masalah.111
4) Memecahkan masalah
Berdasarkan Gambar 4.5, Subjek 2 tidak menulis operasi hitung untuk
menemukan jawaban. Akan tetapi, jawaban akhir yang ditulis oleh siswa sudah sesuai
dengan kunci jawaban. Pada Gambar 4.5 jawaban poin a sudah benar tetapi Subjek 2
tidak menuliskan darimana asal kedalaman kolam renang tersebut. Sedangkan pada
Gambar 4.5 jawaban poin b sudah benar, ia juga menyertakan alasan kenapa Imam
tidak tenggelam ketika memasuki kolam renang.112 Pada saat wawancara Subjek 2
ditanya terkait operasi hitung yang ia gunakan untuk memperoleh jawaban ini. Subjek
2 menyampaikan bahwa ia mencari jawaban dibantu oleh kakak-kakak pondok dalam
menentukan operasinya, tetapi ia sendiri yang mengoperasikan untuk menemukan
109 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 110 Observasi 01/O2/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 111 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 112 observasi 01/O2/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian.
70
jawaban akhir. Subjek 2 membuat oret-oretan untuk menghitung tanpa menggunakan
kalkulator, oleh karena itu ia tidak menuliskan operasi hitung pada lembar
jawabnya.113
5) Meninjau kembali
Berdasarkan Gambar 4.5 jawaban akhir yang ditulis Subjek 2 sudah sesuai
dengan kunci jawaban akan tetapi belum dilengkapi dengan cara penyelesaiannya.114
Subjek 2 dimintai keterangan saat wawancara apakah ia memeriksa kembali jawaban
sebelum dikumpulkan serta berapa kali ia memeriksa jawaban tersebut. Kemudian ia
memberikan keterangan bahwa ia telah meneliti jawaban tetapi hanya sekali.115
b) Data kemampuan Subjek 2 pada soal nomor 2
Gambar 4.6 Lembar Jawab Nomer 2 Subjek 2
1) Membaca
Melalui kegiatan membaca siswa diharapkan mampu memahami soal.
berdasarkan Gambar 4.6, Subjek 2 tidak menuliskan apa yang diketahui dan
113 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 114 Observasi 01/O2/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 115 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian.
71
ditanyakan oleh soal seperti yang diajarkan oleh guru matematika.116 Hal ini
menunjukkan bahwa ada kemungkinan Subjek 2 ini mengalami kesulitan pada saat
membaca dalam memahami soal. Saat wawancara Subjek 2 diminta untuk
menyebutkan variabel diketahui dan ditanyakan oleh soal. Ia dapat menyebutkannya
dengan benar.117 Melalui hal tersebut dapat diketahui bahwa, Subjek 2 sudah dapat
memahami soal hanya saja ia tidak menulis pemahamannya tersebut.
2) Mengeksplorasi
Menyajikan masalah kedalam bentuk yang mudah dipahami menggunakan
bahasanya sendiri merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan oleh siswa untuk
mengeksplorasikan pemahamannya. Selain tidak menulis apa yang diketahui dan
ditanyakan oleh soal, pada Gambar 4.6 Subjek 2 juga tidak menuliskan apa yang ia
pahami menggunakan bahasanya sendiri.118 Tetapi saat dimintai keterangan tentang
hal tersebut siswa dapat menyampaikan pemahamannya menggunakan bahasanya
sendiri.119
Siswa juga dapat mengeksplor pemahamannya dengan menggambar. Pada soal
nomer 2 ini, siswa diminta secara tidak langsung untuk mengamati Gambar 4.2 agar
dapat menentukan strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah. Saat
ditanya nama bangun ruang dari Gambar 4.2, siswa menjawab “kubus”. 120 Jawaban
yang diberikan Subjek 2 sudah tepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa ia sudah dapat
membedakan kedua bangun tersebut. Subjek 2 tidak mengalami kesulitan dalam
mengeksplor pemahamannya, hanya saja ia tidak menuliskan eksplorasinya pada
lembar jawaban.
116 Observasi 01/O2/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 117 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 118 Observasi 01/O2/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 119 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 120 Ibid.
72
3) Menyusun strategi
Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa secara tidak langsung telah
menuliskan susunan strategi yang ia gunakan untuk memecahkan masalah. Ia
menyusun strategi dengan runtut. Akan tetapi tidak terlalu detail.121 Pada Gambar 4.6
terlihat strategi yang digunakan oleh Subjek 2, mulai dari mengubah satuan,
menentukan volume kue, menentukan jumlah kue, menentukan hasil dari penjualan
kue, dan menentukan keuntungan dari penjualan kue. Subjek 2 tidak menuliskan
rumus apa yang ia gunakan. Ia juga tidak menuliskan bagaimana cara mengubah
satuan liter menjadi cm3, ia hanya menuliskan “8 liter = 8000”. Pada saat wawancara
Subjek 2 diminta untuk menyampaikan rumus volume bangun ruang kubus, ia pun
dapat menjawabnya dengan benar. Kemudian Subjek 2 ditanya lagi dari mana ia
mendapat “8 liter = 8000”, ia menjawab “dapatnya dari 1 liter = 1000 cm3.122
4) Memecahkan masalah
Berdasarkan Gambar 4.6, Subjek 2 menuliskan operasi hitung untuk
menemukan jawaban.123 Operasi hitung yang ditulis Subjek 2 terlihat disingat untuk
mempercepat penulisan. Pada saat wawancara diperoleh keterangan bahwa ia
menghitung sendiri menggunakan oret-oretan.124 Meskipun dalam menyusun strategi
ia dibantu oleh kakak pondok, ia tetap berusaha untuk menghitung sendiri. Hasil dari
operasi hitung Subjek 2 juga sudah benar. Berbeda dengan soal sebelumnya, ia terlihat
menggunakan keterampilan operasi hitungnya untuk menemukan jawaban akhir dari
soal ini. Disini Subjek 2 tidak terlihat mengalami kesulitan dalam melakukan operasi
hitung.
121 Observasi 01/O2/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 122 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 123 Observasi 01/O2/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 124 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian.
73
5) Meninjau kembali
Berdasarkan Gambar 4.6 jawaban akhir yang dituliskan Subjek 2 sudah sesuai
dengan kunci jawaban.125 Subjek 2 pun dimintai keterangan saat wawancara apakah ia
meneliti terlebih dahulu jawabannya sebelum dikumpulkan dan apakah ia yakin
dengan jawaban tersebut. Ia pun memberikan keterangan bahwa ia telah meneliti
sebanyak satu kali jawaban tersebut bersamaan dengan nomer sebelumnya .126 Hal ini
menunjukkan bahwa Subjek 2 masih belum meneliti dengan benar seluruh
jawabannya. Meskipun jawaban akhir yang ia tuliskan sudah benar, namun masih ada
kekurangan saat menuliskan “8 liter = 8000” siswa belum menuliskan satuan cm3 pada
bilangan 8000.
c) Data kemampuan Subjek 2 pada soal nomor 3
Gambar 4.7 Lembar Jawab Nomer 3 Subjek 2
1) Membaca
Berdasarkan Gambar 4.7, Subjek 2 juga tidak menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan oleh soal sama seperti yang terdapat pada Gambar 4.5 dan Gambar
125 Observasi 01/O1/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 126 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian.
74
4.6.127 Disini ada kemungkinan siswa dengan sengaja tidak menuliskannya sama
seperti pada soal-soal sebelumnya karena Subjek 2 merasa binggung. Subjek 2 kembali
dimintai keterangan mengenai hal tersebut. Ia dapat menyebutkan variabel yang
diketahui dan ditanya pada soal setelah membacanya satu kali. Ia dapat
menyebutkannya menggunakan bahasanya sendiri.128 Hal ini menunjukkah bahwa
Subjek 2 sudah dapat memahami soal hanya saja ia tidak menuliskannya pada lembar
jawab karena merasa kebinggungan, dengan kata lain Subjek 2 mengalami kesulitan
dalam menuliskan variabel yang diketahui dan yang ditanyakan oleh soal.
2) Mengeksplorasi
Menyajikan masalah kedalam bentuk yang mudah dipahami menggunakan
bahasanya sendiri merupakan salah satu cara siswa mengeksplorasikan
pemahamannya. Sama seperti di lembar jawab sebelumnya, Subjek 2 tidak menuliskan
diketahui dan ditanya sesuai yang diajarkan oleh guru matematika. ia juga tidak
menuliskan kembali apa yang ia pahami dari soal menggunakan bahasanya sendiri.129
Setelah diminta untuk menceritakan permasalahan yang ada pada soal, ia dapat
menceritakannya meskipun hanya singkat.130
3) Menyusun strategi
Berdasarkan gambar 4.7, Subjek 2 terlihat bahwa ia telah menyusun strategi
untuk memecahkan masalah.131 Langkah-langkahnya dalam menyelesaikan masalah
dapat dipahami dengan mudah karena tersusun dengan rapi. Siswa juga menuliskan
rumus volume bangun ruang dengan tepat, menentukan berapa kali truk mengangkut
tanah, menetukan jumlah uang yang diperlukan Pak Ahmad, dan mengevaluasi apakah
127 Observasi 01/O2/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 128 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 129 Observasi 01/O2/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 130 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 131 Observasi 01/O2/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
75
uang yang dimiliki Pak Ahmad dapat membeli seluruh tanah yang diperlukan. Subjek
2 kembali dimintai keterangan tentang susunan strategi yang ia tulis, ia menyusun
strategi ini bersama dengan kakak pondok. Meskipun demikian ia tidak hanya
mengandalkan kakak pondok, ia juga ikut menyusun strategi dan menentukan rumus
yang akan digunakan.132
4) Memecahkan masalah
Berdasarkan Gambar 4.7, Subjek 2 menuliskan operasi hitung dengan lengkap
dan detail. Operasi hitung perkalian dan pembagian digunakan dengan tepat.133 Pada
saat wawancara diperoleh keterangan yang sama dengan soal-soal sebelumnya, bahwa
ia menghitung menggunakan oret-oretan tanpa menggunakan kalkulator dalam
mengoperasikannya.134 Disini juga terlihat bahwa Subjek 2 tidak mengalami kesulitan
operasi hitung pada langkah memecahkan masalah ini.
5) Meninjau kembali
Berdasarkan Gambar 4.7 kedua jawaban akhir Subjek 2 dari poin a dan poin b
sudah sesuai dengan kunci jawaban.135 Subjek 2 memberikan keterangan yang sama
saat wawancara, bahwa ia telah meneliti jawaban tersebut sebelum mengumpulkan
jawabannya sebanyak satu kali bersamaan dengan nomer-nomer sebelumnya.136 Pada
nomor ini Subjek 2 telah meneliti dengan benar seluruh jawabannya. Karena jawaban
akhir yang ia tuliskan sudah benar dan tertulis jelas darimana asal jawaban tersebut
meskipun ia tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal.
Berdasarkan Gambar 3.5, Gambar 3.6, dan Gambar 3.7 Subjek 2 tidak menulis yang
diketahui dan ditanyakan oleh soal. Subjek 2 hanya menuliskan jawaban akhir pada nomer
132 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 133 Observasi 01/O2/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 134 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 135 Observasi 01/O2/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 136 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian.
76
1. Sedangkan pada nomer 2 dan nomer 3, Subjek 2 menyertakan langkah penyelesaian
masalah.137 Subjek 2 tidak menulis yang diketahui dan ditanya karena ia merasa
kebinggungan. Berdasarkan hasil wawancara, pada dasarnya Subjek 2 tidak begitu menyukai
pelajaran matematika. Akan tetapi karena ia rajin membaca buku dan mengerjakan tugas
dari guru, ia mampu memecahkan masalah matematika meskipun belum maksimal, dengan
kata lain siswa masih mengalami kebingungan dalam mengerjakan soal.138 Ia merasa kalau
jawaban dari soal matematika itu beranak. Hal tersebut yang mengakibatkan Subjek 2 tidak
begitu menyukai pelajaran ini, sehingga Subjek 2 kurang berbakat dan berminat dalam
pelajaran ini, sehingga mengakibatkan ia mengalami kebinggungan atau kesulitan belajar
matematika.
Pada saat pembelajaran daring Subjek 2 tidak menonton video yang dibagikan oleh
guru. Ia hanya mengerjakan tugas-tugas yang dibagikan oleh guru. Kemampuan yang
dimiliki Subjek 2 dalam materi ini, ia peroleh dari membaca buku pelajaran yang dibagikan
oleh pihak madrasah.139 Subjek 2 ini mampu memotivasi dirinya sendiri, sehingga kesulitan
belajar yang ia alami tidak terlalu banyak. Subjek 2 hanya mengalami kebinggungan saat
menuliskan jawaban tetapi ia masih dapat menyelesaikannya.
Subjek 2 ini tinggal di pondok, ia tidak mendapat pemdampingan secara langsung dari
orang tua dan keluarga. Akan tetapi ia tetap memperoleh pendampingan dari orang yang
lebih berpengalaman saat mengerjakan soal.140 Guru mengetahui bahwa sesekali orang tua
dari Subjek 2 menjenguknya di pondok.141.
137 Observasi 01/O2/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 138 Aqeela Ifra Hilwana, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W2/23-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 139 Ibid. 140 Ibid. 141 Nur Cholis, Guru Matematika Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W4/23-2/2021, Lampiran
Laporan Hasil Penelitian.
77
3. Kemampuan Subjek 3 dari Kelompok Tinggi
Siswa yang memasuki kelompok tinggi ialah siswa yang memiliki kemampuan tinggi
dalam memecahkan masalah. Subjek 3 yang masuk dalam kelompok ini, pada lembar
jawabnya tertuliskan jawaban akhir beserta cara pemecahan masalahnya yang lengkap. Ia
memiliki kemungkinan sudah bisa memahami soal tes yang diberikan oleh peneliti. Berikut
akan disampaikan hasil belajar Subjek 3 dari kelompok tinggi yang telah direduksi
berdasarkan tahapan pemecahan masalah menurut Krulik dan Rusdick.
a) Data kemampuan Subjek 3 pada soal nomor 1
1) Membaca
Gambar 4.8 Lembar Jawab Nomer 1 Subjek 3 Bagian Diketahui Dan Ditanya
Berdasarkan Gambar 4.8, Subjek 3 dapat menuliskan variabel yang diketahui
dan ditanyakan oleh soal.142 Saat diwawancarai Subjek 3 memberikan keterangan
bahwa ia paham dengan yang telah ia tulis sesuai Gambar 4.8. Ia dapat menyebutkan
variabel yang diketahui dan ditanya pada soal sesuai dengan yang ia tuliskan dilembar
jawabnya.143 Hal ini menunjukkan bahwa siswa ketiga ini tidak mengalami kesulitan
dalam memahami soal setelah membacanya.
142 Observasi 01/O3/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 143 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian.
78
2) Mengeksplorasi
Gambar 4.9 Lembar Jawab Nomer 1 Subjek 3 Bagian Jawaban Poin a
Menggambar merupakan salah satu cara untuk mengeksplorasikan pemahaman
siswa. Berdasarkan Gambar 4.9 menggambar kolam renang dilihat dari sudut pandang
bangun balok, sehingga letak kedalaman kolam renang dapat terlihat. Gambar balok
pada Gambar 4.9 yang dibuat oleh Subjek 3 masih kurang rapi. Ukuran yang dituliskan
pada gambar sudah sesuai dengan soal.144
Saat diwawancarai Subjek 3 terlihat yakin dengan jawaban yang ia berikan. Ia
yakin bahwa gambar kolam renang yang ia buat sudah berbentuk balok seperti yang
diminta oleh soal. Setelah diwawancarai secara mendalam tentang pemahaman Subjek
3, ternyata ia sudah dapat membedakan antara bangun kubus dan balok. Ia dapat
menyebutkan contoh dari kedua bangun tersebut yang ada dikehidupan sehari-harinya.
Ia juga dapat menyebutkan rumus volume kedua bangun ruang tersebut.145
Berdasarkan Gambar 4.8, Gambar 4.9, dan keterangan yang diberikan Subjek 3 saat
wawancara dapat disimpulkan bahwa Subjek 3 ini tidak mengalami kesulitan dalam
mengeksplor pemahamannya melalui gambar.
144 Observasi 01/O3/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 145 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian.
79
3) Menyusun strategi
Gambar 4.10 Lembar Jawab Nomer 1 Subjek 3 Bagian Jawaban Poin b
Berdasarkan Gambar 4.10, Subjek 3 menuliskan susunan strategi yang ia
gunakan untuk memecahkan masalah pada soal. Strategi yang disusun siswa sudah
tepat dan mudah dipahami oleh pembaca.146 Rumus volume bangun ruang juga ia
tuliskan pada lembar jawabnya. Pada saat wawancara Subjek 3 memberikan
keterangan bahwa ia dibantu oleh kakaknya dirumah untuk menyusun strategi tersebut.
Meskipun dibantu oleh kakaknya, siswa tetep ikut mengerjakan soal tersebut.
Kakaknya hanya membantu pada saat meneliti kembali jawaban.147
4) Memecahkan masalah
Berdasarkan Gambar 4.10, Subjek 3 telah menulis operasi hitung untuk
menemukan jawaban dengan jelas dan benar. Subjek 3 menuliskan operasi hitung yang
ia gunakan untuk menemukan tinggi kolam dan menyertakan alasan yang logis kenapa
Imam tidak tenggelam ketika memasuki kolam renang.148 Pada saat wawancara Subjek
3 ditanya bagaimana cara ia menghitung untuk memperoleh jawaban ini. Untuk
mempermudahnya dalam menghitung ia tidak hanya menggunakan oret-oretan, tetapi
ia juga menggunakan kalkulator.149
146 Observasi 01/O3/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 147 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 148 observasi 01/O3/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 149 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian.
80
5) Meninjau kembali
Berdasarkan Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 jawaban akhir yang ditulis Subjek 3
sudah sesuai dengan kunci jawaban. Pada Gambar 4.9 Subjek 3 tidak menuliskan
berapa ukuran kedalaman kolam, karena didalam soal belum diketahui ukuran
kedalamaannya. Pada Gambar 4.10 Subjek 3 menuliskan operasi hitung yang ia
gunakan untuk menemukan tinggi kolam dan menyertakan alasan yang logis kenapa
Imam tidak tenggelam ketika memasuki kolam renang.150 Subjek 3 dimintai
keterangan saat wawancara apakah ia memeriksa kembali jawaban sebelum
dikumpulkan serta bagaimana ia memeriksa jawaban tersebut. Kemudian ia
memberikan keterangan bahwa ia telah meneliti jawaban. Saat meneliti jawaban ia
dibantu oleh kakaknya dirumah.151
a) Data kemampuan Subjek 3 pada soal nomor 2
1) Membaca
Gambar 4.11 Lembar Jawab Nomer 2 Subjek 3 Bagian Diketahui dan Ditanya
Melalui kegiatan membaca siswa diharapkan mampu memahami soal.
berdasarkan Gambar 4.11, Subjek 3 menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
oleh soal seperti yang diajarkan oleh guru matematika.152 Ia menuliskannya dengan
detail pemahamannya dari soal. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan Subjek
3 sudah mampu memahami soal dan tidak mengalami kesulitan pada saat membaca.
150 observasi 01/O3/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 151 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 152 Observasi 01/O3/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian.
81
Saat wawancara siswa diminta untuk menyebutkan kembali variabel diketahui dan
ditanyakan oleh soal. Ia dapat menyebutkannya dengan benar.153
2) Mengeksplorasi
Menyajikan masalah kedalam bentuk yang mudah dipahami menggunakan
bahasanya sendiri merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan oleh siswa untuk
mengeksplorasikan pemahamannya. Berdasarkan Gambar 4.11, Subjek 3 telah
menuliskan apa yang ia pahami pada lembar jawab sesuai format yang diajarkan oleh
guru matematika.154 Saat diwawancarai peneliti meminta Subjek 3 untuk
menyampaikan menggunakan bahasanya sendiri. Siswa dapat menceritakan kembali
seperti apa masalah yang ada pada soal tersebut.155
Menggambar juga merupakan salah satu cara untuk mengeksplorasikan
pemahaman siswa. Subjek 3 diminta secara tidak langsung untuk mengamati Gambar
4.2 pada soal nomer 2 agar dapat menentukan strategi yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah. Saat ditanya nama bangun ruang dari Gambar 4.2, Subjek 3
menjawab “kubus”. 156 Jawaban yang diberikan Subjek 3 sudah tepat. Subjek 3 terlihat
tidak mengalami kesulitan mengeksplorasikan pemahamannya pada soal.
3) Menyusun strategi
Gambar 4.12 Lembar Jawab Nomer 2 Subjek 3 Bagian Jawab
153 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 154 Observasi 01/O3/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 155 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 156 Ibid.
82
Berdasarkan Gambar 4.12, Subjek 3 telah menuliskan susunan strategi yang ia
gunakan untuk memecahkan masalah. Ia menyusun strategi dengan runtut mulai dari
menentukan volume kue per biji sampai dengan mencari keuntungan dari menjual kue.
Subjek 3 menulisnya dengan detail. Berdasarkan Gambar 4.12 terlihat mengalami
kesulitan dalam menyusun strategi untuk mengubah satuan dari liter menjadi cm3. Ia
mengubah satuan liter ke m3 terlebih dahulu kemudian baru dirubah menjadi cm3.
Padahal ada cara yang lebih mudah untuk mengubah satuan liter ke cm3, didalam soal
juga sudah diberi keterangan.157 Peneliti menanyakan kepada Subjek 3 letak kesulitan
yang ia alami ketika menyelesaikan soal nomer 2. Subjek 3 mengakui bahwa ia
mengalami kebinggungan pada soal nomer 2 dalam mengubah satuan volume dari liter
ke cm3.158
4) Memecahkan masalah
Berdasarkan Gambar 4.12 Subjek 3 menuliskan operasi hitung yang dilakukan
siswa untuk menemukan jawaban dengan detail.159 Meskipun ia mengalami kesulitan
dalam operasi hitung saat mengubah satuan liter menjadi cm3 akan tetapi ia dapat
menangani masalah tersebut. Ia pun juga menuliskan dengan detail caranya mengubah
satuan tersebut dengan caranya sendiri. Untuk mempermudahnya dalam menghitung
ia tidak hanya menggunakan oret-oretan, tetapi ia juga menggunakan kalkulator.160
5) Meninjau kembali
Berdasarkan Gambar 2.12 jawaban akhir Subjek 3 sudah sesuai dengan kunci
jawaban.161 Subjek 3 dimintai keterangan saat wawancara apakah ia meneliti terlebih
dahulu jawabannya sebelum dikumpulkan dan bagaimana ia meneliti jawabannya
157 Observasi 01/O3/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 158 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 159 Observasi 01/O3/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian. 160 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 161 Observasi 01/O3/18-2/2021, lampiran laporan hasil penelitian.
83
tersebut. Ia memberikan keterangan bahwa ia telah meneliti jawabannya sebelum
dikumpulkan. Ia dibantu kakaknya saat meneliti jawaban tersebut.162 Berdasarkan
Gambar 4.12 dan keterangan yang diberikan Subjek 3, dapat disimpulkan bahwa
Subjek 3 benar-benar meneliti jawabannya sebelum dikumpulkan karena pada lembar
jawab siswa juga tidak ditemukan kesalahan siswa dalam mengerjakan.
b) Data kemampuan Subjek 3 pada soal nomor 3
1) Membaca
Gambar 4.13 Lembar Jawab Nomer 3 Subjek 3 Bagian Diketahui dan Ditanya
Berdasarkan Gambar 4.13, Subjek 3 menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan oleh soal sama seperti Gambar 4.8 dan Gambar 4.11. Subjek 3 menulis
yang diketahui pada soal mulai dari ukuran bak truk, ukuran kolam, harga tanah per
truk, dan uang Pak Ahmad. Ia juga menulis yang ditanya pada soal yaitu berapa kali
truk mengangkut tanah dan apakah uang Pak Ahmad dapat membeli seluruh tanah
untuk menutup tanah. Ia menuliskannya dengan detail.163 Subjek 3 kemungkinan tidak
mengalami kesulitan dalam menulisnya. Subjek 3 ini kembali dimintai keterangan
mengenai hal tersebut. Saat wawancara Subjek 3 kembali memberikan keterangan
bahwa ia benar-benar paham dengan apa yang telah ia tuliskan di lembar jawaban. Ia
162 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 163 Observasi 01/O3/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
84
dapat menyebutkan variabel yang diketahui, nilai dari variabel tersebut, serta yang
ditanya pada soal sesuai dengan yang ia tuliskan dilembar jawabnya.164 Hal ini
menunjukkah bahwa Subjek 3 sudah dapat memahami soal dan menulisnya pada
lembar jawab, dengan kata lain siswa tidak mengalami kesulitan dalam membaca soal
karena ia dapat menuliskan variabel yang diketahui dan yang ditanya.
2) Mengeksplorasi
Menyajikan masalah kedalam bentuk yang mudah dipahami menggunakan
bahasanya sendiri merupakan salah satu cara mengeksplorasikan pemahaman siswa.
Berdasarkan Gambar 4.13, Subjek 3 menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
oleh soal sama seperti Gambar 4.8 dan Gambar 4.11. Subjek 3 menulisnya dengan
detail.165 Sama seperti soal-soal sebelumnya, saat diminta untuk menyebutkan dan
menceritakan kembali yang diketahui dan yang ditanya pada soal, siswa dapat
menyebutkannya setelah membacanya kembali.166 Hal ini menunjukkan bahwa Subjek
3 benar-benar sudah dapat memahami soal dan tidak mengalami kesulitan saat
mengeksplorasikan masalah yang ada pada soal.
3) Menyusun strategi
Gambar 4.14 Lembar Jawab Nomer 3 Subjek 3 Bagian Jawab
164 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 165 Observasi 01/O3/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 166 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian.
85
Berdasarkan Gambar 4.14, Subjek 3 telah menyusun strategi untuk memecahkan
masalah.167 Langkah-langkahnya dalam menyelesaikan masalah dapat dipahami
dengan mudah karena tersusun dengan rapi. Subjek 3 juga menuliskan rumus volume
bangun ruang dengan tepat, strategi menentukan berapa kali truk mengangkut tanah,
strategi menetukan jumlah uang yang diperlukan Pak Ahmad dan strategi untuk
mengevaluasi apakah uang yang dimiliki Pak Ahmad dapat membeli seluruh tanah
yang diperlukan. Saat menyusun langkah-langkah pemecahan masalah, Subjek 3
dibantu oleh kakaknya dirumah. Akan tetapi, ia tetep ikut mengerjakan soal tersebut.
Setelah diwawancarai secara mendalam tentang pemahamannya, ternyata Subjek 3 ini
sudah dapat membedakan antara bangun kubus dan balok. Ia dapat menyebutkan
contoh kedua bangun tersebut yang ada dikehidupan sehari-harinya. Ia juga dapat
menyebutkan rumus volume kedua bangun ruang tersebut. Kakaknya hanya
membentu pada saat meneliti kembali jawaban.168 Berdasarkan Gambar 4.14 dan hasil
wawancara, dapat diketahui bahwa Subjek 3 tidak mengalami kesulitan dalam
menyusun strategi. Ia dapat menyusun sendiri strategi tersebut dan ia juga mendapat
pengawasan dari kakaknya yang lebih berpengalaman.
4) Memecahkan masalah
Berdasarkan Gambar 4.14, Subjek 3 menulis operasi hitung dengan lengkap dan
detail. Operasi hitung yang ditulis Subjek 3 sudah benar sehingga jawaban akhir yang
diperoleh siswa sudah sesuai dengan kunci jawaban. Penggunaan operasi hitung
perkalian dan pembagian digunakan dengan tepat. Selain itu ia juga memberikan
alasan saat menjawab soal evaluasi. Ada sedikit coretan Gambar 4.14, peneliti mengira
itu hanya sebuah kesalahan Subjek 3 dalam menulis, karena siswa menuliskan
167 Observasi 01/O3/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 168 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian.
86
jawabannya dengan pulpen sehingga ia tidak dapat menghapusnya.169 Saat wawancara
ia memberikan keterangan bahwa itu hanya salah penulisan yaitu kurangnya tanda
perkalian.170 Berdasarkan Gambar 4.14 dan hasil wawancara diketahui bahwa Subjek
3 tidak mengalami kesulitan operasi hitung meskipun pada nomer sebelumnya ia
mengalami kesulitan dalam mengubah satuan.
5) Meninjau kembali
Berdasarkan Gambar 3.14 kedua jawaban akhir yang ditulis Subjek 3 sudah
sesuai dengan kunci jawaban.171 Subjek 3 memberi keterangan yang sama saat
wawancara. Bahwa ia telah meneliti jawaban tersebut sebelum mengumpulkan
jawabannya bersamaan kakaknya yang ada dirumah.172 Guru matematika memberikan
keterangan bahwa presentase siswa yang memiliki kemampuan seperti Subjek 3
mamang sedikit dalam satu kelas. Siswa yang dapat menulis jawaban akhir dengan
benar biasanya sudah bisa dari awal mulai dari memahami soal sampai menemukan
jawabannya. Siswa yang memiliki kemampuan seperti Subjek 3 biasanya meneliti
terlebih dahulu jawabannya sebelum dikumpulkan untuk meminimalisir kesalahan.173
Berdasarkan Gambar 3.14 dan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa Subjek 3 telah
meneliti dengan benar seluruh jawabannya. Karena jawaban akhir yang ia tuliskan
sudah benar dan tertulis jelas asal jawaban tersebut sesuai dengan pemahamnya.
Berdasarkan Gambar 4.8, Gambar 4.9, Gambar 4.10, Gambar 4.11, Gambar 4.12,
Gambar 2.13, dan Gambar 4.14, Subjek 3 menulis secara lengkap jawaban soal mulai dari
yang diketahui, ditanya, dan penyelesaian soal.174 Berdasarkan hasil wawancara, Subjek 3
169 Observasi 01/O3/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 170 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 171 Observasi 01/O3/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 172 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 173 Nur Cholis, Guru Matematika Kelas V MIN 2 Ponorog, Wawancara 02/W4/26-2/2021, Lampiran Laporan
Hasil Penelitian. 174 Observasi 01/O3/18-2/2021, Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
87
menyukai pelajaran matematika karena dia merasa senang dengan materi bangun ruang
ini.175 Ia merasa pelajaran ini sesuai dengan bidangnya. Subjek 3 memiliki bakat dan minat
dalam pelajaran ini sehingga mengakibatkan Subjek 3 berkurangnya kesulitan belajar
matematika.
Pembelajaran pada tahun ini berlangsung secara daring (dalam jaringan), guru
membuat video untuk menyampaikan pembelajaran. Subjek 3 aktif dalam mengikuti
pembelajaran daring ini, mulai dari menonton video pembelajaran sampai mengerjakan
tugas-tugas dari guru matematika. Ia juga membaca buku pelajaran yang dibagikan oleh
pihak sekolah.176 Pada saat wawancara, guru juga memberikan keterangan bahwa
kemampuan siswa juga dipengaruhi oleh kedekatan siswa dengan guru yang ada di
madrasah. Ketika siswa memiliki kedekatan dengan guru, biasanya ada feedback dari guru.
Subjek 3 memiliki kedekatan dengan guru.177 Besarnya motivasi yang dimiliki Subjek 3
dapat mengurangi kesulitan belajarnya.
Berdasarkan hasil wawancara, Subjek 3 mengerjakan soal ini pada waktu luang dihari
minggu dan senin setelah pengambilan soal pada hari sabtu. Pada saat mengerjakan soal ia
tidak ditemani oleh orang tuanya, karena orang tuanya sedang bekerja, ia hanya ditemani
oleh kakaknya saat mengerjakan soal.178 melalui hal tersebut dapat dilihat bahwa meskipun
siswa tidak mendapat perhatian dari orang tua, akan tetapi ia mendapat perhatian dari
anggota kelurga yang lain. Hal tersebut dapat mengurangi kesulitan siswa dalam belajar.
175 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian. 176 Ibid. 177 Nur Cholis, Guru Matematika Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran
Laporan Hasil Penelitian. 178 Fadila Nur Laily, Siswa Kelas V MIN 2 Ponorogo, wawancara 02/W3/23-2/2021, Lampiran Laporan Hasil
Penelitian.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Kesulitan Belajar Matematika dalam Memahami Soal HOTS pada Setiap
Tahapan Pemecahan Masalah Matematika Kruliks dan Rudnick
Peneliti telah memperoleh data kesulitan belajar dari lokasi penelitian. Data yang
diperoleh peneliti telah direduksi berdasarkan teori tahapan pemecahan masalah matematika
menurut Kruliks dan Rudnick. Kesulitan belajar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1 kesulitan belajar subjek penelitian
Tahapan pemecahan masalah matematika Soal nomor
1 (C5) 2(C4) 3(C5)
Subjek 1
Membaca √ √ √
Mengeksplorasi √ √ √
Memilih strategi √ √ √
Menyelesaikan masalah √ √ √
Meninjau kembali √ √ √
Subjek 2
Membaca √ √ √
Mengeksplorasi × × ×
Memilih strategi √ × ×
Menyelesaikan masalah √ × ×
Meninjau kembali × × ×
Subjek 3
Membaca × × ×
Mengeksplorasi × × ×
Memilih strategi × × ×
Menyelesaikan masalah × √ ×
Meninjau kembali × × ×
Keterangan : √ = Subjek mengalami kesulitan belajar
× = Subjek tidak mengalami kesulitan belajar
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa setiap subjek mengalami kesulitan belajar
pada tahapan pemecahan masalah yang berbeda-beda. Ketiga subjek tersebut memiliki
kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga kesulitan belajar matematika yang mereka alami
88
89
juga berbeda-beda. Tingkat kesulitan yang dialami setiap subjek juga berbeda-beda. Berikut
akan paparkan hasil analisis peneliti terhadap kesulitan belajar masing-masing subjek pada
setiap tahapan pemecahan masalah matematika menurut Kruliks dan Rudnick.
1. Kesulitan menulis kata kunci
Melalui kegiatan membaca siswa diharapkan mampu mengenali masalah yang ada.
Hal yang dilakukan siswa pada tahap membaca ialah mencatat kata kunci, menentukan yang
diketahui dan yang ditanyakan serta menyatakan kembali masalah tersebut. Setiap subjek
mengalami kesulitan yang berbeda-beda pada tahap ini. Pada tahap membaca siswa
berkemampuan rendah mengalami kesulitan belajar. Ia mengalami kesulitan dalam mencatat
kata kunci berupa variabel-variabel yang ada pada soal. Ia juga mengalami kesulitan dalam
menentukan yang diketahui dan yang ditanyakan serta menyatakan kembali masalah tersebut
secara lisan maupun tertulis. Ia belum memahami soal yang ia baca. Siswa berkemampuan
sedang juga mengalami kesulitan dalam mencatat kata kunci berupa variabel-variabel yang
ada pada soal. Ia tidak mengalami kesulitan dalam menentukan yang diketahui dan yang
ditanyakan. Ia sudah dapat memahami soal yang ia baca. Ia hanya mengalami kesulitan
dalam menyatakan kembali masalah dalam bentuk tulisan. Siswa berkemampuan tinggi
tidak mengalami kesulitan belajar. ia dapat mencatat kata kunci berupa variabel-variabel
yang ada pada soal. ia dapat menentukan yang diketahui dan yang ditanyakan serta
menyatakan kembali masalah tersebut secara lisan maupun tertulis. Siswa berkemampuan
tinggi sudah dapat memahami soal yang ia baca. Berdasarkan ketiga kelompok kemampuan
siswa tersebut, secara umum pada tahap membaca siswa mengalami kesulitan menulis kata
kunci berupa variabel-variabel yang diketahui dan ditanya pada soal.
2. Kesulitan mengidentifikasi dan mengorganisasikan informasi pada soal
Pada tahap ini siswa mengidentifikasi masalah yang diberikan, menyajikan masalah
kedalam cara yang mudah dipahami. Siswa juga mengorganisasikan informasi yang ia
peroleh serta mencari informasi yang diperlukan dan yang tidak diperlukan untuk
90
menyelesaikan masalah. Siswa berkemampuan rendah mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi masalah pada soal. Sehingga ia tidak mampu menyajikan masalah tersebut
kedalam bentuk lain yang mudah dipahami. Ia juga mengalami kesulitan mengorganisasikan
informasi yang ia peroleh serta mencari informasi yang diperlukan dan yang tidak diperlukan
untuk menyelesaikan masalah. Akan tetapi ia tetap berusaha menyajikan sebagian masalah
yang dapat ia tangkap. Berbeda dengan siswa berkemampuan sedang dan siswa
berkemampuan tinggi, mereka sudah dapat mengidentifikasi masalah yang diberikan pada
soal. Mereka tidak mengalami kesulitan dalam menyajikan masalah kedalam bentuk lain
yang lebih mudah dipahami. Mereka juga dapat mengorganisasikan informasi yang ia
peroleh serta mencari informasi yang diperlukan dan yang tidak diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Berdasarkan ketiga kelompok kemampuan siswa tersebut, siswa
pada tahap ini siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah dan menyajikan
kembali masalah dalam bentuk lain, serta mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan
informasi yang ada pada soal.
3. Kesulitan menentukan pola strategi memecahkan masalah
Pada tahap ini siswa menarik kesimpulan atau membuat hopitesis mengenai
bagaimana cara menyelesaikan masalah yang diperoleh pada dua tahap sebelumnya. Siswa
menemukan atau membuat pola berupa susunan strategi untuk memecahkan masalah. Siswa
berkemampuan rendah mengalami kesulitan pada dua tahap sebelumnya. Ia belum dapat
memahami masalah yang ada pada soal. Oleh karena itu, ia juga mengalami kesulitan dalam
menemukan dan membuat pola berupa susunan strategi untuk memecahkan masalah. Siswa
berkemampuan sedang mengalami kesulitan mencatat kata kunci berupa variabel-variabel
yang ada pada soal, akan tetapi ia sudah dapat memahami soal. Pada tahap ini ia dapat
menemukan dan membuat pola berupa susunan strategi untuk memecahkan masalah. Ia
kembali mengalami kesulitan dalam mencatat susunan strategi yang ia gunakan pada salah
satu soal. Siswa berkemampuan tinggi dapat menemukan dan membuat pola berupa susunan
91
strategi untuk memecahkan masalah, tanpa mengalami kesulitan saat menyusun strategi.
Berdasarkan ketiga kelompok kemampuan tersebut, pada tahap ini siswa mengalami
kesulitan dalam menemukan dan menentukan pola strategi untuk memecahkan masalah.
Munculnya kesulitan ini salah satunya dipengaruhi oleh dua tahap sebelumnya. Jika pada
tahap sebelumnya siswa mengalami kesulitan dalam memahami masalah, mengidentifikasi
masalah, menyajikan masalah, atau mengorganisasikan informasi, maka siswa pada tahap
ini juga akan mengalami kesulitan saat menentukan pola strategi memecahkan masalah.
4. Kesulitan memprediksi jawaban
Pada tahap ini siswa menggunakan semua keterampilan matematika seperti
menghitung dilakukan untuk menemukan suatu jawaban. Kegiatan yang dilakukan siswa
pada tahap ini ialah memprediksi, menggunakan kemampuan berhitung, dan menggunakan
kalkulator jika diperlukan. Siswa berkemampuan rendah mengalami kesulitan pada tahap
ini. Ia tidak memprediksi terlebih dahulu jawaban yang diinginkan soal. Ia juga tidak
menggunakan kemampuan berhitungnya untuk menyelesaikan masalah. Ia hanya
menggunakan kalkulator untuk menyelesaikan masalah. Jawaban akhir yang diperoleh siswa
ini juga belum sesuai karena ia menggunakan kalkulator tanpa mengetahui operasi
hitungnya. Siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan tinggi dapat
memprediksi terlebih dahulu jawaban yang diinginkan soal. Saat menuliskan jawaban akhir
dari soal, mereka menyertakan alasannya. Mereka menggunakan kemampuan berhitung
untuk menyelesaikan masalah.
Saat mereka menggunakan kemampuan berhitung, mereka mengalami kesulitan.
Kesulitan yang mereka alami berbeda-beda. Siswa berkemampuan sedang mengalami
kesulitan dalam menuliskan operasi hitung pada salah satu soal. Sedangkan siswa
berkemampuan tinggi mengalami kesulitan melakukan operasi hitung untuk mengubah
satuan. Mereka dapat mengatasi kesulitan belajar tersebut. Siswa berkemampuan sedang
tidak menggunakan kalkulator dalam operasi hitungnya, ia hanya menggunakan kertas oret-
92
oretan. Siswa berkemampuan tinggi tidak hanya menggunakan kertas oret-oretan, akan
tetapi ia juga menggunakan kalkulator untuk memudahkan dalam operasi hitung.
Berdasakan ketiga kelompok kemampuan tersebut, kesulitan belajar yang dialami siswa
pada tahap ini ialah kesulitan memprediksi jawaban yang diinginkan oleh soal dan kesulitan
melakukan operasi hitung untuk menemukan jawaban.
5. Kesulitan mendiskusikan jawaban akhir
Pada tahap ini, siswa mengecek kembali jawaban dan melihat variasi dari cara
memecahkan masalah. Kegiatan yang dilakukan siswa pada tahap ini ialah siswa memeriksa
kembali jawaban dan mendiskusikan jawabannya tersebut. Siswa berkemampuan rendah
memeriksa kembali jawaban sebelum dikumpulkan. Ia juga mendiskusikan jawabannya
dengan teman sebayanya. Pada tahap ini ia mengalami kesulitan belajar. Ia tidak dapat
membedakan jawaban yang benar dan yang salah, karena ia hanya mendiskusikannya
dengan teman sebayanya yang memiliki kemampuan sama dengannya. Siswa
berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan tinggi tidak mengalami kesulitan belajar
pada tahap ini. Mereka memeriksa kembali jawaban sebelum dikumpulkan. Mereka juga
telah mendiskusikan jawabannya dengan orang yang lebih berpengalaman atau orang yang
memiliki kemampuan lebih dari mereka. Sehingga mereka dapat mengetahui dan
membedakan jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Berdasarkan ketiga kelompok
kemampuan tersebut, pada tahap ini kesulitan dialami saat siswa mendiskusikan jawaban
akhir. Siswa yang mendiskusikan jawabannya dengan orang yang tepat akan dapat
mendiskusikan jawaban dengan benar.
Soal HOTS yang dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian ialah soal HOTS
kategori C4 (menganalisis) dan C5 (mengevaluasi). Ketiga subjek tersebut memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan soal HOTS tersebut. Sehingga kesulitan
belajar matematika yang mereka alami juga berbeda-beda. Tingkat kesulitan yang dialami
setiap subjek juga berbeda-beda. Kesulitan yang dialami oleh subjek berkemampuan rendah
93
belum tentu sama dengan kesulitan yang di alami oleg subjek berkemampuan sedang atau pun
tinggi, demikian juga sebaliknya. Berikut kesulitan yang dialami setiap subjek dalam
memahami soal HOTS.
1. Kesulitan belajar soal HOTS kategori C4 (menganalisis)
Soal HOTS kategori C4 pada soal tes terdapat pada soal nomor 2. Berdasarkan
pemaparan data khusus yang terdapat pada bab IV. Setiap subjek penelitian mengalami
kesulitan belajar yang berbeda-beda pada setiap tahap pemecahan masalah. Pada penelitian
ini subjek dengan kemampuan rendah mengalami kesulitan pada setiap tahap pemecahan
masalah. Ia mengalami kesulitan pada tahap membaca, tahap eksplorasi, tahap menyusun
strategi, tahap memecahkan masalah, dan tahap meninjau kembali saat menganalisis soal.
Kesulitan yang dialami meliputi kesulitan menuliskan kata kunci, kesulitan mengidentifikasi
dan mengorganisasikan informasi, menyusun stategi pemecahan masalah, memprediksi
jawaban, dan mendiskusikan jawaban. Berbeda dengan subjek dengan kemampuan sedang,
ia mengalami kesulitan pada tahap membaca yaitu dalam menulis kata kunci. Ia tidak
mengalami kesulitan pada tahap yang lainnya. Sedangkan subjek dengan kemampuan tinggi,
ia tidak mengalami kesulitan pada tahap membaca. Ia mengamali kesulitan pada tahap
menyelesaikan masalah yaitu pada saat mengubah satuan. Pada tahap yang lainnya ia tidak
mengalami kesulitan. Strategi yang ia gunakan untuk memecahkan masalah tesusun rapi,
sehingga mudah dipahami.
2. Kesulitan belajar matematika soal HOTS kategori C5 (mengevaluasi)
Soal HOTS kategori C5 pada soal tes terdapat pada soal nomor 1 dan nomor 3. Setiap
subjek mengalami kesulitan yang berbeda pada soal kategori C5 (mengevaluasi) ini. Subjek
dengan kemampuan rendah ia mengalami kesulitan pada setiap tahap pemecahan masalah.
Akan tetapi pada tahap mengeksplorasi ia dapat menggambar secara real meskipun belum
sesuai dengan yang diinginkan soal. Siswa ini memiliki daya imajinasi yang kuat dalam
menggambar. Jadi meskipun ia mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah, tetapi ia
94
mampu berimajinasi dalam menggambar. Berbeda dengan subjek berkemampuan sedang, ia
mengalami kesulitan pada tahap membaca yaitu pada saat menuliskan kata kunci yang ada
pada soal. Pada soal nomor 1 ia mengalami kesulitan dalam menyusun strategi yaitu pada
saat menentukan rumus yang akan digunakan. Gambar yang ia buat pada tahap
mengeksplorasi sudah sesuai dengan yang diinginkan soal dan digambar dengan rapi.
Sedangkan subjek dengan kemampuan tinggi, ia tidak mengalami kesulitan dalam
memecahkan masalah. Jawaban pada lembar jawabnya tersusun dengan rapi. Hanya saja
pada tahap mengeksplorasi gambar yang ia buat kurang rapi tetapi sudah sesuai dengan yang
diinginkan soal.
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pembelajaran Matematika
Kesulitan belajar matematika pada siswa dipengaruhi beberapa faktor. Kesulitan belajar
tersebut dapat mengakibatkan siswa mengalami hambatan dalam memecahkan masalah
matematika. Untuk mencari faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam memecahkan
masalah matematika, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa kelas V dan guru
matematika kelas V MIN 2 Ponorogo. Berikut akan disampaikan faktor internal dan faktor
eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar pada siswa kelas V MIN 2 Ponorogo.
1. Faktor internal
a. Minat belajar siswa
Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan menimbul
kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai bakat dan
kecakapannya, bahkan banyak menimbulkan problema pada dirinya karena pelajaran
yang ia pelajari tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya akan timbul kesulitan.
Siswa berkemampuan rendah merasa senang dengan pelajaran matematika, karena
ia merasa kadang matematika itu mudah dikerjakannya dan kadang matematika itu sulit
95
dikerjakan. Siswa ini merasa materi bangun ruang tidak mudah dipelajari. Ia belum bisa
membedakan bangun kubus dan balok.
Siswa berkemampuan sedang tidak begitu menyukai pelajaran matematika. Akan
tetapi karena ia rajin membaca buku, sehingga ia mampu mengerjakan soal meskipun
belum maksimal. Tidak adanya minat tersebut menimbulkan kesulitan belajar.
Siswa berkemampuan tinggi menyukai pelajaran matematika alasanya dia merasa
senang dengan materi bangun ruang ini. Adanya minat siswa terhadap materi ini dapat
mengurangi kesulitan belajarnya. Pelajaran yang ia pelajari yang akan berproses dalam
otaknya, sehingga kesulitan belajar dapat berkurang bahkan bisa sampai hilang.
b. Perhatian siswa terhadap pelajaran
Motivasi berfungsi mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan
baik tidaknya dalam mencapai tujuan. Siswa yang motivasinya lemah, tampak acuh tak
acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka menganggu kelas,
sering meninggalkan kelas, sering meninggalkan pelajaran, akibatnya banyak mengalami
kesulitan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan
sehingga semakin besar motivasinya semakin besar kesuksesan belajarnya.
Pembelajaran pada tahun ini berlangsung secara daring (dalam jaringan), guru
membuat video untuk menyampaikan pembelajaran. Siswa berkemampuan rendah tidak
menonton video tersebut. Ia tidak mengikuti pembelajaran daring tersebut. Sehingga ia
masih banyak yang tidak paham pada materi ini. Ia pun juga tidak membaca buku
pelajaran yang dibagikan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu motivasi yang dimiliki
siswa berkemampuan rendah termasuk lemah dan mengakibatkan kesulitan belajar. Siswa
berkemampuan sedang juga tidak melihat video pembelajaran yang dibagikan oleh guru
karena ia tinggal di pondok. Meskipun ia tidak mengikuti pembelajaran daring, akan
tetapi ia membaca buku pelajaran dari madrasah. Siswa berkemampuan sedang mampu
memotivasi dirinya sendiri, sehingga kesulitan belajar yang dialaminya tidak terlalu
96
banyak. Ia hanya mengalami kebinggungan saat menuliskan jawaban tetapi ia masih
dapat menyelesaikannya. Berbeda dengan siswa dari dua kelompok sebelumnya, siswa
berkemampuan tinggi aktif dalam mengikuti pembelajaran daring, mulai dari menonton
video pembelajaran sampai mengerjakan tugas-tugas dari guru matematika. Ia juga
membaca buku pelajaran yang dibagikan oleh pihak sekolah. Besarnya motivasi yang
dimiliki siswa berkemampuan tinggi dapat mengurangi kesulitan belajar padanya.
2. Faktor eksternal
a. Pendampingan belajar
Pendampingan belajar siswa saat belajar sangat penting. Siswa berkemampuan
rendah mengerjakan soal tes bersama dengan teman sebayanya, siswa berkemampuan
sedang mengerjakan soal didampingi oleh kerabatnya, dan siswa berkemampuan tinggi
mengerjakan soal didampingi oleh anggota keluarganya yang juga merupakan guru les.
Selain itu pendampingan belajar oleh guru juga berkurang, karena pada pembelajaran kali
ini berlangsung secara daring (dalam jaringan).
b. Waktu belajar siswa
Berkurangnya waktu belajar siswa dapat menimbulkan kesulitan belajar. Durasi waktu
belajar siswa dengan guru dikelas pada pembelajaran ini berkurang karena pembelajaran
berlangsung secara daring. Guru membuat membuat video pembelajaran yang dengan durasi
yang terbatas. Sehingga penyampaian materi tidak sampai sedetail saat pembelajaran secara
langsung. Selain itu jika video pembelajaran dibuat dengan durasi yang lama dikhawatirkan
akan menimbulkan efek bosan pada siswa, karena hanya menonton video saja atau bisa
dikatakan tidak ada interaksi secara langsung saat pembelajaran.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan pada bab V hasil belajar subjek penelitian
dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: subjek berkemampuan tinggi, subjek berkemampuan
sedang, dan subjek berkemampuan tinggi. Subjek berkemampuan tinggi ada 23,8% dari seluruh
subjek. Subjek berkemampuan sedang ada 40,5% dari seluruh subjek. Subjek berkemampuan
rendah ada 35,7% dari seluruh subjek.
Kesulitan belajar yang dialami setiap subjek juga berbeda-beda. Kesulitan belajar
matematika tidak sepenuhnya dialami oleh subjek berkemampuan rendah maupun sedang.
Akan tetapi, subjek berkemampuan tinggi juga mengalami kesulitan tersebut. Kesulitan yang
dialami oleh subjek berkemampuan tinggi belum tentu dialami oleh subjek berkemampuan
rendah maupun sedang, begitu pula sebaliknya. Subjek berkemampuan rendah dalam
memahami soal HOTS kategori C4 dan C5 mengalami kesulitan pada setiap tahap pemecahan.
Akan tetapi, pada tahap eksplorasi pada soal HOTS kategori C5 ia mampu menyajikan masalah
kedalam bentuk lain yang mudah dipahami dengan imajinasinya sendiri. Subjek berkemampuan
sedang secara umum dalam memahami soal HOTS kategori C4 dan C5 mengalami kesulitan
pada tahap membaca yaitu saat menulikan kata kunci. Subjek ini juga mengalami kesulitan pada
tahap menyusun strategi dan memecahkan pada soal HOTS kategori C5. Subjek berkemampuan
tinggi dalam memahami soal HOTS kategori C4 dan C5 tidak mengalami kesulitan. Akan
tetapi, ia mengalami hambatan dalam memecahkan masalah pada soal HOTS kategori C4 pada
tahap pemecahan masalah. Ia mengalami kebingungan saat mengubah satuan.
Kesulitan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi hal ini
berupa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi minat belajar dan perhatian
97
98
siswa terhadap pelajaran. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar
meliputi pendampingan belajar dan waktu belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang berjudul “Kesulitan
Belajar”, peneliti berharap dapat memberikan manfaat kepada pihak pembaca. Berikut
beberapa saran dari peneliti untuk pihak terkait.
1. Orang tua atau keluarga dapat memberikan perhatian yang lebih kepada putra/putrinya
terutama saat pendampingan belajar. Seorang anak membutuhkan pendampingan belajar
untuk mengantisipasi kesulitan belajar seperti yang telah disebutkan dalam kesimpulan.
Orang tua juga dapat menumbuhkan minat, bakat, dan motivasi pada siswa untuk lebih rajin
belajar guna mengurangi kesulitan belajar.
2. Guru dapat menemukan upaya yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar yang telah di
sebutkan dalam kesimpulan setelah membaca laporan hasil penelitian ini. Guru juga dapat
mengurangi faktor-faktor yang dapat memunculkan kesulitan belajar tersebut. Bersama
dengan orang tua atau wali murid, guru dapat menumbuhkan minat, bakat, dan motivasi pada
siswa untuk lebih rajin belajar guna mengurangi kesulitan belajar.
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian terkait hal yang sama dengan
penelitian ini dengan metode penelitian yang lebih mendalam. Penelitian kali ini
dilaksanakan pada masa pandemi Covid-19 sehingga pembelajaran siswa berlangsung
secara daring. Sehingga ada kemungkinan siswa mengalami kesulitan belajar yang berbeda
saat pembelajaran berlangsung secara luring. Selain itu pada penelitian ini soal tes yang
digunakan hanya soal HOTS kategori C4 dan C5. Peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan soal tes HOTS kategori C6 agar
diperoleh hasil penelitian yang lebih maksimal mengenai soal HOTS dari penelitian ini.
99
DAFTAR PUSTAKA
Anggito, Albi dan Setiawan, Johan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: Jejak.
2018.
Ariani, Dessy Noor dan Batubara, Hamdan Husein. “Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik
dengan Strategi Heuristik Krulik dan Rudnick terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar” MUALLIMUNA Jurnal Madraah Ibtidaiyah vol. 2 no.
2. 2017.
Asriningtyas, Anastasia Nandhita dkk. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas 4 SD” JKPM Vol. 5 No. 1. 2018.
Chairani, Zahra. Metakognisi Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish (Grup Penerbit CV BUDI Utama). 2016.
Fanani, Zainal. “Strategi Prengembangan Higher Order Thinkking Skill dalam Kurikulum
2013” Journal Of Islamic Religious Education Vol. 2 No. 1. 2018.
Fitrah, Muh. dan Luthfiyah. Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas,
dan Studi Kasus. Sukabumi: Jejak. 2017.
Fitriani, Eka. “Pengembangan Instrument Assessment HOTS (High Order Thinking Skill)
pada Mata Pelajaran IPS Terintegrasi Nilai-Nilai Pembangunan Karakter Kelas V
Sd/Mi di Bandar Lampung” Skripsi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
2019.
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
Handayani, Septyan Dwi. “Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam memahami Soal Cerita
pada Materi Bilangan Pecahan Ditinjau dari Segi Prestasi Siswa Kelas V MIN 6
Ponorogo”. Skripsi IAIN Ponorogo. 2020.
Hanifah, Nurdinah. “Pengembangan Instrumen Penilaian Higher Order Thinking Skill
(HOTS) di Sekolah Dasar” Converence Series Jurnal Vol. 1 No. 1. 2019.
Hasibuan, Eka Khairani. “Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa pada Pokok
Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar di SMP Negeri 12 Bandung” AXIOM. Vol. 7. No.
1. 2018.
Husamah dkk. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press. 2018.
Indrawati, Desi. “peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan
Problem Based Learning untuk siswa kelas V SD” Jurnal Satya Widya vol. 30 no. 1. 2014.
100
Julia, Isrok’atun, dan Safari, Indra. Prosiding Seminar Nasional “Membangun Generasi
Emas 2045 yang Berkarakter dan Melek IT dan Pelatihan Berpikir Suprarasional”.
Sumedang: UPI Sumedang Press. 2018.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Senang Belajar Matematika SD/MI kelas V.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018.
Kristin, Firosalia. “Analisis Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa SD” Jurnal Pendidikan Perkhasa Vol. 2 No. 1. 2016.
Lisinus, Rafael dan Sembiring, Pastiria. Sebuah Perspektif Bimbingan dan Konseling
Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus. Medan: Yayasan Kita Menulis 2020.
Mujiyati Buku Pintar Matematika. Yogyakarta: Istana Media. 2015.
Parnawi, Afi. Psikologi Belajar. Sleman: CV Budi Utama. 2019.
Pratiwi, Adelina Ria. “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Tipe Higher
Order Thinking Skill (HOTS) pada Materi Pecahan Kelas V SDIT Nurul Izzah
Kediri”. Skripsi Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang. 2020.
Primayana, Kadek Hengki. “Menciptakan Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah dengan
Berorientasi Pembentukan Karakter untuk Mencapai Tujuan Higher Order Thinkking Skill
(HOTS) pada Anak Sekolah Dasar” Purwadita: Jurnal Agama dan Budaya vol. 3 no. 2. 2019.
Rahmawati, Afifah Miftah. dan Kurniawan, Riza Yonisa. “Analisis Hasil Pengembangan
Media Kokami (Kotak Dan Kartu Misterius) Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis, Aktivitas Belajar Dan Ketuntasan Belajar SMP-SMA” Jurnal
Universitas Negeri Surabaya vol. 5 No. 3. 2017.
Rahmawati, Mu’alifah Yuni “Implementasi Guru Pendidikan Agama Islam terhadap
Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMP Negeri 3 Tuban”
Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2019.
Rohim, Dhina Cahya “Strategi Penyusunan Soal HOTS pada Pembelajaran Matematika
SD” Jurnal Riset dan Konseptual. vol.4. no. 4. 2019.
Rukin. Metodologi Penelitian Kualitatif. Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.
2019.
Sani, Ridwan Abdullah. Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thingking Skills).
Tangerang: Tira Smart. 2019.
Sulfemi, Wahyu Bagja. “Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantu Audio
Visual dalam Meningkatkan Minat, Motivasi dan Hasil Belajar IPS” Jurnal
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia Vol. 4 No. 1.
101
Saputra, Hendra Dani. Izmet, Faisal. dan Andrizal, “Pengaruh Motivasi terhadap Hasil
Belajar siswa SMK” Jurnal Inovasi Vokasional dan Teknologi Vol.18 No. 1. 2018.
Saraswati, Lucky. “Analisis Kesulitan Belajar Matematika pada Materi Lingkaran bagi
Siswa Kelas VI di Mi Ma’arif Polorejo”. Skripsi IAIN Ponorogo. 2020.
Sari, Nur Laila Indah. Asiknya Belajar Bangun Ruang Sisi Datar. Pulogadung: PT Balai
Pustaka. 2012.
Simartama, Jenner Dkk. Pembelajaran STEM Berbasis HOTS. Medan: Yayasan Kita
Penerbit. 2020.
Sugiyanti. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Menghitung Luas
Bangun Datar Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Ngabeyan 01 Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018” Jurnal Pendidikan Empirisme.
Vol. 6. No. 10. 2019.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. April
2016.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia
Group. 2016.
Syaharuddin. “ Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dalam Hubungannya
dengan Pemahaman Konsep Dintinjau dari Gaya belajar Siswa Kelas VIII SMPN 4 Binamu
Kabupaten Jeneponto” Tesis Universitas Negeri Makassar. 2016.
Waskitoningtyas, Rahayu Sri “Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Kota Balikpapan pada Materi Satuan Waktu Tahun Ajaran 2015/2016”
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Vol. 5. No. 1. 2016.
Widana, Wayan. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS). Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2017.
Yayuk, Erna. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Malang: Univeristas
Muhammadiyah Malang. 2018.
Yeni, Ety Mukhlesi. “Kesulitan Belajar Matematika di Sekolah Dasar” JUPENDES. Vol. 2.
No. 2. 2015.
Yuniar, Maharani. Rakhmat, Cece. dan Saepulrohman, Asep. “Analisis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) pada Soal Objektif Tes pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) Kelas V SD Negeri 7 Ciamis”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. 2015.