metafora kon septu al pada perumpamaan … dan...war, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf...

52
B M PADA P K BAHASA N PR U METAFO PERUMP KAJIAN P A INGGR NI NYOMA ROGRAM UNIVERSI DE ORA KON PAMAAN PENERJ RIS-BAH AN TRI SUK PASCAS ITAS UDA ENPASAR 2015 NSEPTU N INJIL JEMAHA HASA IN KARSIH ARJANA AYANA R UAL L LUKAS AN NDONESI A S: IA

Upload: ngoanh

Post on 28-Aug-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

B

MPADA P

KBAHASA

N

PRU

METAFOPERUMP

KAJIAN PA INGGR

NI NYOMA

ROGRAM UNIVERSI

DE

ORA KONPAMAANPENERJ

RIS-BAH  

 

AN TRI SUK

PASCASITAS UDA

ENPASAR2015

NSEPTUN INJILJEMAHA

HASA IN

KARSIH

ARJANAAYANA

R

UAL L LUKASAN

NDONESI

A

S:

IA

Page 2: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

B

MPADA P

KBAHASA

N

PRPR

U

METAFOPERUMP

KAJIAN PA INGGR

NI NYOMANIM

PROGROGRAM

ROGRAM UNIVERSI

DE

ORA KONPAMAANPENERJ

RIS-BAH 

 

 

 

 

 

 

 

 

AN TRI SUKM 129017100

GRAM DOM STUDI L

PASCASITAS UDA

ENPASAR 2015 

NSEPTUN INJILJEMAHA

HASA IN

KARSIH 08

OKTOR LINGUISTARJANAAYANA

R

UAL L LUKASAN

NDONESI

TIK A

S:

IA

Page 3: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

ii 

 

METAFORA KONSEPTUAL PADA PERUMPAMAAN INJIL LUKAS:

KAJIAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRIS-BAHASA INDONESIA

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor pada Program Doktor, Program Studi Linguistik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI NYOMAN TRI SUKARSIH NIM 1290171008

PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 4: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

iii 

 

Lembar Pengesahan

DISERTASI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 17 SEPTEMBER 2015

Promotor,

Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A. NIP 19530107 198103 1002

Kopromotor I,

Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A.,Ph.D. NIP 19561024 198303 1 002

Kopromotor II,

Prof. Dr. Aron Meko Mbete. NIP 19470723 197903 1002

Mengetahui

Ketua Program Doktor (S3) Linguistik Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. Aron Meko Mbete NIP 19470723 197903 1002

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K). NIP 195902151985102001

Page 5: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

iv 

 

Disertasi ini telah diuji pada Ujian Tertutup Tanggal 17 September 2015

Panitia Penguji Disertasi Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No. : 3698/UN.14.4/HK/ 2015

Tanggal 28 Agustus 2015

Ketua : Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A.

Anggota :

Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A. (Promotor)

Prof. Drs. Ketut Artawa, Ph.D. (Kopromotor I)

Prof. Dr. Aron Meko Mbete (Kopromotor II)

Prof. Drs. Made Suastra, Ph.D.

Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A.

Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum.

Prof. Dr. Ni Nyoman Padma Dewi, M.A.

Page 6: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

 

Pernyataan Bebas Plagiat Nama : Ni Nyoman Tri Sukarsih

NIM : 1290171008

Program Studi : Program Doktor, Program Studi Linguistik

Judul Disertasi : Metafora Konseptual pada Perumpamaan Injil Lukas: Kajian

Penerjemahan Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah/disertasi ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Desember 2015

Yang Membuat Pernyataan,

Ni Nyoman Tri Sukarsih

Page 7: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

vi 

 

Konvensi Penulisan Pemetaan Konseptual

Dalam teori metafora konseptual, Lakoff dan Johnson (1980) dan Lakoff

(1993) menuliskan PK dengan huruf kapital, misalnya ARGUMENT IS

WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya

konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

para peneliti metafora yang mengadopsi teori konseptual (Knowles dan

Moon, 2006). Oleh karena konvensi itulah, peneliti juga menerapkan

penulisan PK dengan huruf kapital.

Page 8: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

x  

ABSTRAK

METAFORA KONSEPTUAL PADA PERUMPAMAAN INJIL LUKAS:

KAJIAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRIS-BAHASA INDONESIA

Penelitian ini bertujuan mengkaji aplikasi penerjemahan metafora konseptual

dalam teks perumpamaan Injil Lukas dan strategi penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan metafora konseptual dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

Kajian dilakukan dengan menggunakan empat pendekatan, yaitu pendekatan kognitif, pendekatan berbasis korpus, model komparatif, dan strategi penerjemahan. Metode kualitatif berupa analisis teks digunakan untuk menganalisis terjemahan sebagai sebuah produk yang didasarkan pada sebuah korpus paralel yang berasal dari Alkitab Terjemahan Baru versi Lembaga Alkitab Indonesia tahun 2008 berbahasa Inggris (sub-korpusteks sumber) dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia (sub-korpus teks target). Identifikasi penggunaan ungkapan metaforis dalam kedua sub-korpus itu dilakukan dengan reduksi data, yakni data berupa teks perumpamaan dalam Injil Lukas yang telah terkumpul diseleksi, disederhanakan, dan diabstraksikan, dilanjutkan dengan sajian data,yaitu suatu rakitan organisasi informasi dan deskripsi yang berupa interpretasi teks dengan menggunakan pemetaan konseptual dan dianalisis dengan teori penerjemahan metafora, langkah selanjutnya diambil simpulan dari analisis tersebut.

Temuan baru dalam penelitian ini yaitu: rekonstruksi pemetaan konseptual dilakukan terhadap metafora konseptual orientasional, ontologis dan struktural. Temuan analisis memperlihatkan kurang paralelnya pengategorian metafora konseptual yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson. Ranah sumber sering memetakan gagasan melebihi gagasan yang ada dalam ranah target. Temuan lainnya, yaitu terdapat 20 jenis metafora yang setelah dipetakan secara konseptual ditemukan18 jenis pemetaan konseptual yang meliputi ketiga kategori metafora konseptual, yakni tiga jenis metafora orientasional, lima jenis metafora ontologis, dan sepuluh jenis metafora struktural. Kemunculannya menunjukkan kecenderungan penulis teks sumber menggunakan metafora struktural untuk menjelaskan berbagai konsep, prinsip-prinsip kebenaran Kristiani dalam teks bidang religi dalam realitas kehidupan. Untuk mengatasi masalah penerjemahan metafora konseptual, penerjemah menerapkan tiga metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa target berdasarkan sejumlah prosedur penerjemahan metafora konseptual dan teknik penerjemahan yang digunakan, yaitu metode komunikatif, metode penerjemahan adaptasi, dan metode penerjemahan idiomatik. Dapat disimpulkan bahwa penerjemah mengadopsi ideologi domestikasi ketika menerjemahkan metafora konseptual dalam teks perumpamaan Injil Lukas dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

Page 9: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xi  

Relevansi temuan penelitian ini dengan temuan penelitian terkait adalah penerjemahan teks perumpamaan Injil Lukas (sebagai salah satu bentuk teks khusus yang memiliki fungsi informatif) juga cenderung lebih mengutamakan ciri, bentuk, dan makna teks target sebagai wujud dari ketiga metode penerjemahan serta ideologi domestikasi yang dianut. Simpulan dalam penelitian ini turut memperkuat temuan penelitian sebelumnya tentang teori metafora konseptual yang lebih dikenal dengan pendekatan kognitif serta strategi penerjemahan yang meliputi ideologi penerjemahan, metode penerjemahan, prosedur penerjemahan metafora, dan teknik penerjemahan.

Kata kunci: metafora konseptual, strategi penerjemahan, ideologi penerjemahan

Page 10: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xii  

ABSTRACT

CONCEPTUAL METAPHOR IN THE PARABLES ON THE GOSPEL OF LUKE: A TRANSLATION STUDY

OF ENGLISH - INDONESIAN

This study aims at exploring the application of conceptual metaphors in the parable texts found in the Gospel of Luke and various strategies applied in the translation of conceptual metaphors from English into Bahasa Indonesia.

The research utilizes four approaches: cognitive approach, corpus-based approach, comparative models, and translation strategies. Qualitative methodin the form of text analysis is used to analyze the translation product based on a parallel corpus derived from the English version of the New Living Translation Bible published in 2008 by Lembaga Alkitab Indonesia (text source sub-corpus) and its translation into Bahasa Indonesia (target textsub-corpus). Metaphorical expressions in both sub-corpus were identified using data reduction technique in the form of parable texts found in the Gospel of Luke, which were collected, selected, simplified and abstracted. Subsequently, data is presented in one organized unit of information, described in the form of text interpretation by means of conceptual mapping, analyzed with translation theories on translating metaphors, before ultimately conclusions can be inferred from this analysis.

New findings emerged from this study, namely reconstruct the theory of conceptual metaphor coined conducted for orientational, ontological, and structural conceptual metaphors. Based on the conceptual mapping (CM), the novelty of this analysis shows the lack of parallel between the categorization of conceptual metaphor stated by Lakoff and Johnson. Source domain that can be applied in several target domains, as well as the target domain can be applied in several source domains. Other findings, there are twenty types of metaphor conceptually mapped, were discovered encompassing all three categories of conceptual metaphor, i.e., orientational metaphor, ontological metaphors, and structural metaphor. The occurrence of all three types of conceptual metaphor indicates the tendency of the author of source text (ST)to use structural metaphors to explicate various concepts,the principles of in Christianity in religious text within the realities of life. Secondly, to overcome the problems of translating conceptual metaphors, the translators applied three methods closely oriented towards target language (TL) based on a number of conceptual metaphors translation procedures. Translation techniques employed include the communicative translation method, the adaptation translation method, and the idiomatic translation method. It can be established that the translators adopted domestication ideology when translating conceptual metaphors in the parable texts found in the Gospel of Luke from English into Bahasa Indonesia.

Page 11: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xiii  

The relevance of the current findings with the findings of related studies has to do with the translation of parable texts from the Gospel of Luke as a form of special text with informative function but also with strong preference towards the characteristics, the form and the meaning of the source text within the target text, as a manifestation of the three translation methods applied and domestication ideologies adopted. The conclusion of the current study also reinforces the findings of previous studies on conceptual metaphor theory known as the cognitive approach, as well as translation strategies that include translation ideology, translation methods, metaphor translation procedures and translation techniques. Keywords: conceptual metaphor, translation strategies, translation ideology

Page 12: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xliv  

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM …………………………………………………………………………… i PRASYARAT GELAR ………………………………………………………………………. ii LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………………….. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ………………………………………………………… iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………………………………………………………… v KONVENSI PENULISAN PEMETAAN KONSEPTUAL ………………………………... vi UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………………………………. vii ABSTRAK …………………………………………………………………………………….. x ABSTRACT …………………………………………………………………………………… xii RINGKASAN …………………………………………………………………………………. xiv DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….. xIiv DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………………. xIivii DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………..

xIviii xIix

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………………………… I DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………………. Ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………............... 1 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………….............. 16 1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………………............... 17 1.3.1 Tujuan Umum ………………………………………………………………..................... 17 1.3.2 Tujuan Khusus ……………………………………………………………………............ 18 1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………………………............. 18 1.4.1 Manfaat Teoretis …………………………………………………………………............. 19 1.4.2 Manfaat Praktis …………………………………………………………………............... 19 1.5 Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………………………............. 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka ……………………………………………………………………............... 21 2.2 Konsep ……………………………………………………………………………............... 27 2.3 Landasan Teori …………………………………………………………………….............. 30 2.3.1 Teori Semantik ………………………………………………………………….............. 31 2.3.2 Teori Metafora Konseptual ……………………………………………………............... 33 2.3.2.1 Kategori metafora konseptual ………………………………………………….............. 41 2.3.2.2 Komponen metafora konseptual ……………………………………………….............. 51 2.3.3 Teori Penerjemahan ……………………………………………………............................ 55 2.3.3.1 Strategi penerjemahan ………………………………………………………….............. 56 2.3.3.2 Prosedur penerjemahan metafora ……………………………………………................. 63 2.3.3.3 Metode penerjemahan ………………………………………………………….............. 68

Page 13: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xlv  

2.3.3.4 Ideologi penerjemahan ………………………………………………………................. 71 2.4 Model Konseptual ………………………………………………………………….............. 75 2.5 Model Penelitian …………………………………………………………………................ 76

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Landasan Filosofis ………………………………………………………………................. 80 3.2 Metode Penelitian ……………………………………………………………….................. 81 3.3 Jenis dan Disain Penelitian ………………………………………………………................ 83 3.4 Jenis dan Sumber Data ……………………………………………………………............... 83 3.5 Instrumen Penelitian …………………………………………………………….................. 86 3.6 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………………................. 86 3.6.1 Metode Observasi ………………………………………………………………............... 87 3.6.2 Metode Wawancara ………………………………………………………........................ 90 3.6.3 Metode Dokumentasi ………………………………………………………….................. 90 3.6.4 Validasi Data ……………………………………………………………………............... 90 3.7 Analisis Data …………………………………………………………………….................. 91 3.8 Penyajian Hasil Analisis Data ……………………………………………………................ 92 BAB IV METAFORA KONSEPTUAL DALAM PERUMPAMAAN INJIL LUKAS 4.1 Pengantar …………………………………………………………………………............... 93 4.2 Kategori Metafora Konseptual dalam Perumpamaan Injil Lukas ………………................. 93 4.2.1 Metafora Orientasional …………………………………………………………............... 94 4.2.2 Metafora Ontologis ……………………………………………………………................. 105 4.2.3 Metafora Struktural ……………………………………………………………................. 4.3 Perumpamaan dalam Injil ………………………………………………………………….

118 151

4.4 Penutup ……………………………………………………………………………..............

160

BAB V PENERJEMAHAN METAFORA KONSEPTUAL PERUMPAMAAN INJIL LUKAS 5.1 Pengantar ………………………………………………………………………................... 163 5.2 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Konseptual ………………………............... 164 5.3 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Orientasional …………………................... 165 5.3.1 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Buah …………………………................. 166 5.3.2 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Garam ………………………................... 170 5.3.3 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Status Sosial …………………................. 173

5.3.4 Ringkasan Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Konseptual Orientasional……………………………………………………………………...............

178

5.4 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Ontologis ………………………................. 179 5.4.1 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Pohon …………………………............... 180 5.4.2 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Kain ………………………….................. 185 5.4.3 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Anggur ……………………….................. 188 5.4.4 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Domba ……………………….................. 191 5.4.5 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Mata ………………………….................. 194 5.4.6 Ringkasan Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Konseptual Ontologis ............. 197

Page 14: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xlvi  

5.5 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Struktural ………………………................ 198 5.5.1 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Bangunan …………………….................. 199 5.5.2 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Benih …………………………................ 202 5.5.3 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Tumbuhan ……………………................ 206 5.5.4 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Pelita …………………………................ 210 5.5.5 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Doa ………………………....................... 212 5.5.6 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Pelita …………………………............... 216 5.5.7 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Jamuan Makan ………………................. 220 5.5.8 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Kasih Sayang …………………............... 224 5.5.9 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Kasih …………………………................. 231 5.5.10 Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Garam ……………………….................. 237 5.5.11 Ringkasan Prosedur dan Teknik Penerjemahan Metafora Konseptual Struktural …....... 240 5.6 Metode Penerjemahan Metafora Konseptual dalam Perumpamaan Injil Lukas …................ 242 5.7 Penutup ………………………………………………………………………….................. 246

BAB VI IDEOLOGI PENERJEMAHAN METAFORA KONSEPTUAL PERUMPAMAAN

INJIL LUKAS 6.1 Pengantar ………………………………………………………………………................... 2496.2 Ideologi Penerjemahan ………………………………………………………….................. 250 6.3 Ideologi Penerjemahan Metafora Konseptual dalam Perumpamaan Injil Lukas 251 6.3.1 Ideologi Domestikasi Penerjemahan Metafora Konseptual dalam Perumpamaan Injil

Lukas…………………………………………………......................................................... 252

6.3.2 Ideologi Foreignisasi Penerjemahan Metafora Konseptual dalam Perumpamaan Injil Lukas …………………………………………………......................

263

6.4 Penutup ………………………………………………………………………….................. 264

BAB VII TEMUAN BARU PENELITIAN 7.1 Pengantar ……………………………………………………………………….................. 266 7.2 Temuan Teoretis ………………………………………………………………................... 266 7.3 Temuan Empiris ……………………………………………………………….................... 275 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan …………………………………………………………………………................ 281 8.2 Saran ……………………………………………………………………………….............. 286

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………. 288 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS …………………………………………………… 296 LAMPIRAN …………………………………………………………………………………... 299

Page 15: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xlvii  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Metafora Konseptual dan Tujuan ………………………………………………. 37 Tabel 2.2 Koherensi Metaforis ……………………………………………………………. 48 Tabel 3.1 Perumpamaan Dua Macam Dasar ………………………………………………. 88 Tabel 4.1 Metafora Orientasional …………………………………………………………. 94 Tabel 4.2 Metafora Ontologis ……………………………………………………………… 105 Tabel 4.3 Metafora Struktural ……………………………………………………………… 119 Tabel 4.4 Arah Benih dalam Perumpamaan Seorang Penabur ……………………………. 122 Tabel 4.5 Interpretasi Perumpamaan Seorang Penabur ……………………………………. 128 Tabel 5.1 Daftar Metafora Konseptual dalam Perumpamaan Injil Lukas ………………….. 164 Tabel 5.2 Metafora Buah …………………………………………………………………… 166 Tabel 5.3 Metafora Garam …………………………………………………………………. 170 Tabel 5.4 Metafora Status Sosial …………………………………………………………… 173 Tabel 5.5 Metafora Pohon …………………………………………………………………. 180 Tabel 5.6 Metafora Kain ……………………………………………………………………. 185 Tabel 5.7 Metafora Anggur …………………………………………………………………. 189 Tabel 5.8 Metafora Domba …………………………………………………………………. 192 Tabel 5.9 Metafora Mata ……………………………………………………………………. 195 Tabel 5.10 Metafora Bangunan ………………………………………………………………. 199 Tabel 5.11 Metafora Benih ………………………………………………………………….. 203 Tabel 5.12 Metafora Tumbuhan ……………………………………………………………... 207 Tabel 5.13 Metafora Pelita …………………………………………………………………… 211 Tabel 5.14 Metafora Doa …………………………………………………………………….. 213 Tabel 5.15 Metafora Pelita …………………………………………………………………… 217 Tabel 5.16 Metafora Jamuan Makan ………………………………………………………… 220 Tabel 5.17 Metafora Kasih Sayang …………………………………………………………... 225 Tabel 5.18 Metafora Kasih …………………………………………………………………... 231 Tabel 5.19 Metafora Garam …………………………………………………………………. 238 Tabel 5.20 Penggunaan Teknik Penerjemahan ………………………………………………. 244 Tabel 6.1 Penerapan Teknik Transposisi (Pergeseran Struktur) sebagai Ideologi Domestikasi …... 255 Tabel 6.2 Penerapan Teknik Transposisi (Pergeseran Struktur) sebagai Ideologi Domestikasi …… 256 Tabel 6.3 Penerapan Teknik Transposisi (Pergeseran Unit) sebagai Ideologi Domestikasi ………. 257 Tabel 6.4 Penerapan Teknik Transposisi (Manasuka) sebagai Ideologi Domestikasi …………….. 257 Tabel 6.5 Penerapan Teknik Amplifikasi Linguistik sebagai Ideologi Domestikasi ………………. 258 Tabel 6.6 Penerapan Teknik Berorientasi pada BT sebagai Ideologi Domestikasi ……………….. 260 Tabel 6.7 Penerapan Teknik Harfiah sebagai Ideologi Foreignisasi ………………………. 263

Page 16: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xlviii  

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Model Konseptual …………………………………………………………………….. 76 2.2 Model Penelitian ……………………………………………………………………… 77 5.1 Model Strategi Penerjemahan Metafora Konseptual dalam Perumpamaan Injil Lukas 248

Page 17: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xlix  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Korespondensi antara Konsep theory dan building (Lakoff dan Johnson, 1980) …….. 36 2.2 Relasi Objek, Makna, dan Citra (Newmark, 1988) …………………………………… 39 2.3 Diagram V (Newmark, 1988:45) ……………………………………………………... 68

Page 18: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

l  

DAFTAR SINGKATAN

BS : Bahasa Sumber

BT : Bahasa Target

FIL : Filemon

KOL : Kolose

KIS : Kisah Para Rasul

LAI : Lembaga Alkitab Indonesia

LUK : Lukas

MAT : Matius

MAR : Markus

PB : Perjanjian Baru

PK : Pemetaan Konseptual

PL : Perjanjian Lama

RSa : Ranah Sasaran

RSu : Ranah Sumber

TB : Terjemahan Baru

TIM : Timotius

TSa : Teks Sasaran

TSu : Teks Sumber

YOH : Yohanes

Page 19: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

li  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Pengategorian Metafora Konseptual dalam Perumpamaan Injil Lukas ………... 299 2. Strategi Penerjemahan Metafora Konseptual dalam Perumpamaan Injil Lukas ……. 310 3. Data Informan ………………………………………………………………………….. 3154. Instrumen Penelitian ……………………………………………………………………. 316

Page 20: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

vii  

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kehadapan Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan anugerah-Nya saja disertasi yang berjudu l“Metafora Konseptual pada Perumpamaan Injil Lukas: Kajian Penerjemahan Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia”ini dapat terselesaikan dengan baik. Atas rahmat-Nya pula dihadirkan-Nya sejumlah hamba-hamba-Nya yang dengan tulus dan sabar telah membantu dan membimbing penulis selama proses perkuliahan sampai perancangan dan penulisan disertasi ini. Untuk itu, perkenankan penulis pada kesempatan yang baik ini menyampaikan penghargaan, dan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD, selaku Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K), selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Asiten Direktur I Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A dan Asisten Direktur II Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D. Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas bantuan dan informasi yang diberikan, dan kepada seluruh staf Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Prof. Dr. Aron Meko Mbete beserta bapak Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum., selaku ketua dan sekretaris Program Doktor Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana, dan bapak Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A., selaku Pembimbing Akademik penulis, yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan, baik secara formal maupun informal.

Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A, selaku promotor yang dengan terus-menerus meyakinkan penulis bahwa kesulitan akan terlewati melalui kerja keras. Beliau juga telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk memahami teks dengan teori yang relevan bagi penulis yang berkutat pada tataran linguistik terjemahan. Berbagai ide cemerlang yang beliau paparkan memperkaya pengetahuan dan menguatkan konsep belajar sepanjang hayat.

Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D. dan bapak Prof. Dr. Aron Meko Mbete, selaku Kopromotor, yang selalu penulis sibukkan dengan kegundahan, perubahan persepsi, penataan gagasan, masalah penulisan dan hal-hal lainnya. Banyak masukan dan ide cemerlang yang penulis terima dalam proses bimbingan, sekaligus menyadarkan kekeliruan persepsi penulis selama ini. Penulis mengakui bahwa kesabaran dan ketulusan beliau membimbing patut dijadikan teladan.

Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A., Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D., Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A., Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum., dan Prof. Dr. Ni Nyoman Padma Dewi, M.A., sebagai penguji, yang dengan setia membaca dan

Page 21: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

viii  

mengkritisi penelitian ini sejak tahap proposal. Penulis menyadari masukan dan saran yang diberikan member kontribusi positif bagi kesempurnaan disertasi ini.

Seluruh staf pengajar pada Program Doktor Linguistik Universitas Udayana: Prof. Dr. Aron Meko Mbete, Prof. Dr. I Gusti Made Sutjaya, M.A., Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U., Prof. Dr. N.L. Sutjiati Beratha, M.A., Prof. Drs. Ketut Artawa, Ph.D., Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A., Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D., Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A., Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum.,Prof. Dr. I Ketut Riana, S.U., Prof. Dr.I WayanPastika. M.S., Prof. Dr. Nyoman Suparwa, M.Hum., Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S., Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum., Prof. Dewa Komang Tantra, M.Sc., Ph.D, Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum., dan Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum., yang telah banyak memberikan pembelajaran berharga baik secara formal maupun secara informal.

Dr. Frans I Made Brata, M.Hum., atas bimbingan dan arahan serta diskusi panjang yang sering terjalin mampu memberikan wawasan, persepsi, dan penguatan tersendiri bagi kepercayaan diri penulis.

Seluruh staf administrasi bapak I Nyoman Sadra, S.S., Ida Bagus Suanda, I.G.A. Putu Supadmini, Komang Tiani, S.E., I Ketut Ebuh, S.Sos dan para pustakawan di Perpustakaan Linguistik atas bantuan mereka yang tulus memudahkan penyelesaian studi penulis.

Para informan kunci, Pdt. I Made Subiakta, S.Th., Pdt. I Nyoman Nasiun, S.Th, Pdt. I Nyoman Suanda, M.Min, Komang Tri Sutrisna Agustia, S.S., M.Hum, Ni Luh Kurniasih, S.P., yang dengan sukarela ambil bagian dalam proses penelitian yang penulis lakukan.

Teman-teman seperjuangan karyasiswa program Doktor Linguistik yang masih berjuang menyelesaikan disertasi Ni Made Diana Erfiani, S.S., M.Hum, Ni Ketut Dewi Yulianti, S.S., M.Hum., Putu Chrisma Dewi, S.S, M.Hum, Agus Darma Yoga Pratama, S.S., M.Hum, Yohanes Kristianto, S.Pd., M.Hum, Dra. A.A. Kade Sri Yudari, M.Si, Dra. Ni Made Suwari Antari, M.Hum, Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S., M.Si, Dra. Ida Ayu Iran Adhiti, M.Si, Iswanto, S.Th, M.Hum, Drs. Gregorius Sudaryono, M.Hum, Robert Marseng, M.Hum, Dra. Yemi Septiyarti, M.Hum, Barth B. Kainakaimu.

Suami I Made Sudarsana Adi, B.A., dan dua pemudi tercinta kebanggaan ibu Ni Putu Lindawati, S.S., Ni Made Rai Purwa Sani. Pengorbanan dan dukungan tiada henti pada akhirnya mengantarkan ke babak baru. Rasa hormat dan terimakasih juga ditujukan kepada almarhum ayah, ibu serta mertua dan seluruh anggota keluarga yang telah mendukung penulis.

Page 22: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

ix  

Dr. dr. Made Nyandra Sp. KJ., M. Repro, FIAS, selaku Rektor Universitas DhyanaPura, Dr. IGusti Bagus Rai Utama, S.E., M.Agr, M.A, I Made Darmayasa, S.E., M.M, selaku Wakil Rektor Universitas DhyanaPura, Gusti Ngurah Joko Adinegara, S.E., M.A selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Humaniora, Dra. Adri Supriyati, selaku ketua LPPM Universitas Dhyana Pura, I Made Elia Cahaya, SH.,S.Pd., M.Pd., I Putu Pranatha Sentosa, S.E., M.Pd., Putu Chris Susanto, B.A., MBA., M.Ed yang telah banyak membantu.

Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U, Pdt. Anwar Tjen, Ph.D (ketua penerjemah Alkitab LAI) atas pemberian buku-buku yang begitu banyak secara cuma-cuma, kiranya kemurahan tersebut memberikan sumbangsih bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Yayasan Dhyana Pura, khususnya bapak Pdt. Dr. Wayan Mastra, atas kesempatan dan bantuan finansial yang diberikan sehingga penulis dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, tanpa bantuan tersebut cita-cita studi lanjut akan tetap menjadi mimpi yang menggenangi asa.

Penulis menyadari bahwa disertasi ini merupakan karya maksimal yang sudah dilakukan yang tentu saja memerlukan pendalaman dan penyempurnaan lebih lanjut. Olehkarenaitu, segala kekurangan dalam penelitian ini merupakan keterbatasan penulis semata. Kiranya disertasi ini bermanfaat bagi pembaca atau peneliti berikutnya. Semoga Tuhan Yang Mahakasih senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian disertasi ini.

Denpasar, Desember 2015

Penulis

Page 23: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xiv  

RINGKASAN

METAFORA KONSEPTUAL PADA PERUMPAMAAN INJIL LUKAS:

KAJIAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRIS-BAHASA INDONESIA

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Fenomena yang dikaji dalam penelitian ini adalah tentang metafora

konseptual dalam perumpamaan Injil Lukas berbahasa Inggris diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia.Terkait dengan hal ini, metafora yang dimaksudkan di sini

adalah metafora yang lingkupnya tidak sebatas hanya menyangkut bahasa, tetapi juga

menyangkut nalar dan tindakan (Malmkjaer, 2010: 62-64).

Di samping sebagai sebuah proses, penerjemahan dalam kajian terjemahan

dapat dilihat sebagai sebuah produk (Hatim dan Mason, 1990:3-4). Sebagai sebuah

produk, penerjemahan dapat dilihat sebagai sebuah hasil atau sebuah karya terjemahan

dari kegiatan menerjemahkan teks dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT).

Lebih jauh lagi penelitian ini mengkaji produk terjemahan perumpamaan dalam Injil

Lukas dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesiadan aspek yang dikaji adalah

karya terjemahan (aspek objektif) dan efek yang ditimbulkannya pada pembaca

sasaran (aspek afektif). Oleh karena itu, penerjemah sangat memegang peranan

penting dalam penerjemahan. Dalam melakukan perannya, penerjemah sering

diperhadapkan dengan berbagai masalah dan kesulitan termasuk di dalamnya

menerjemahkan ungkapan metaforis sebagai unit terjemahan dan strategi

penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah.

Pemilihan objek penelitian yang mendasari kajian tentang manifestasi

metafora konseptual dalam teks perumpamaan yang terdapat dalam Injil Lukas dalam

disertasi ini adalah pertama, teks perumpamaan yang terdapat dalam Injil

menggambarkan aspek dan realitas kehidupan manusia pada zaman Yesus yang

Page 24: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xv  

masih sangat relevan dengan kehidupan masa kini. Teks perumpamaan seperti

dipaparkan di atas adalah inti dari ajaran Kristus (merupakan prinsip-prinsip

kebenaran Kristiani) yang sangat kental dengan muatan budaya dan tentu saja dalam

kegiatan pembacaan teks memerlukan interpretasi. Perumpamaan sebagai sebuah teks

terdiri atas sistem sigifikansi dan interpretasi harus dilakukan terhadap tanda atau

realitas kehidupan yang terjadi. Kedua, walaupun sudah ada yang mengkaji Injil

Lukas, belum ada satu pun penelitian mengenai kajian penerjemahan metafora untuk

teks perumpamaan yang menggunakan teori metafora konseptual/kognitif yang

melihat metafora sebagai sebuah fenomena yang melibatkan pikiran dan tindakan

manusia, di samping sebagai sebuah fenomena yang menggunakan bahasa secara

figuratif. Kebanyakan penelitian penerjemahan metafora di Indonesia khususnya

mempersoalkan penerjemahan teks fiksi (Suryawinata, 1982, Hoed, 1992). Ketiga,

penggunaan Injil Lukas yang sangat intensif dan mentradisi dalam peribadatan, baik

komunitas Yahudi maupun Kristiani, hingga sekarang ini sudah sepatutnya dikaji

lebih mendalam berkaitan dengan peran penerjemahan, yang di dalamnya terjadi

penafsiran makna secara terus-menerus.

Perwujudan metafora dapat ditelusuri melalui bahasa atau ungkapan metaforis

(metaphorical expressions) yang digunakan untuk berkomunikasi yang didasarkan

pada sistem konseptual yang sama, setidaknya dalam satu sistem bahasa yang sama.

Beberapa pakar kebudayaan berpendapat bahwa metafora melalui pemetaan

konseptual bersifat universal (Newmark, 1988; Schäffner, 2004; K�vecses, 2005),

dan dapat ditemukan dalam semua bahasa dan budaya. Namun, setiap budaya

memiliki pemetaan konseptual yang spesifik (Lakoff, 1992:40, 1993:245). Misalnya,

konsep Kerajaan Surga (Lukas 13:18) dalam bahasa Inggris diungkapkan melalui

pemetaan konseptual (selanjutnya disingkat PK): KINGDOM OF GOD IS A MUSTARD

SEED, seperti pada kalimat Kingdom of God is like a mustard seed. Konsep yang

sama dalam bahasa Indonesia juga dinyatakan dalam bentuk ungkapan metaforis

dengan ranah sumber (selanjutnya disingkat RSu) yang sama, yaitu “Kerajaan Allah”

Page 25: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xvi  

seperti pada kalimat Kerajaan Allah seumpama biji sesawi. Perbedaan PK dalam

(BS) dengan PK dalam (BT) terletak pada bentuk ungkapan metaforis yang digunakan

untuk mengungkapkan konsep yang sama (K�vecses, 2002).

Melalui PK, ide atau argumen yang disampaikan sesungguhnya mengikuti pola

tertentu. Oleh karena itu, PK bersifat sistemik (Lakoff dan Johnson, 1980:7). Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa ada konvensi yang disepakati oleh anggota

masyarakat tertentu tentang konsep yang lazim dan yang tidak lazim digunakan

dalam berargumentasi secara tertulis. Misalnya, konsep tentang Firman Allah atau

Kerajaan Allah lazim disampaikan secara tertulis dalam teks perumpamaan yang

terdapat dalam Injil Lukas, seperti yang terdapat dalam Injil Lukas 8:11, yaitu Now

the parable is this: The seed is the word of God, dan dalamLukas 13:21, yaitu

Kingdom of God is like a leaven. Melalui kata RSu seed dan kingdom of God masing-

masing dapat diformulasikan PK: THE WORD OF GOD IS A SEED, THE KINGDOM OF

GOD IS LIKE A LEAVEN.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan alasan yang melatarbelakangi penelitian ini, masalah dapat

dirumuskan sebagai berikut.

(1) Kategori metafora konseptual apa sajakah yang terdapat pada

perumpamaan Injil Lukas?

(2) Prosedur, teknik dan metode penerjemahan apa sajakah yang diterapkan

oleh penerjemah dalam menerjemahkan metafora konseptual bahasa

Inggris ke dalam bahasa Indonesia pada perumpamaan Injil Lukas?

(3) Ideologi penerjemahan apakah yang dianut oleh penerjemah dalam

menerjemahkan metafora konseptual dari bahasa Inggris ke dalam bahasa

Indonesia pada perumpamaan Injil Lukas?

Page 26: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xvii  

1.3 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi metafora konseptual dan

mengategorikan jenis-jenis metafora konseptual yang terdapat dalam perumpamaan

Injil Lukas. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendiskripsikan dan

menganalisis prosedur, teknik, dan metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan

yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan metafora konseptual dalam

perumpamaan Injil Lukas dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam

mengembangkan model kajian pemetaan konseptual metafora serta interpretasinya,

memperkaya teori penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia,

khususnya yang menyangkut prosedur, teknik, metode, dan ideologi penerjemahan

metafora konseptual. Kontribusi lainnya ialah memperkuat argumen bahwa sistem

kepercayaan dan sistem nilai (ideologi) yang dianut oleh penerjemah dan pembaca

sasaran akan berpengaruh terhadap metode dan ideologi penerjemahan yang

dipergunakan dan hasil terjemahan yang berkualitas.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan kelebihan

dan keterbatasan terjemahan metafora konseptual dalam Injil Lukas, yang nantinya

bermanfaat dalam memperbaiki terjemahan Injil, menyediakan data dan informasi

tentang metafora konseptual bahasa Inggris yang terdapat dalam Injil Lukas dan

terjemahannya dalam bahasa Indonesia, yang dapat dijadikan pijakan dalam meneliti

terjemahan Injil, memberikan masukan kepada penerjemah tentang pemetaan

konseptual yang perlu dipertimbangkan dalam penerjemahan Injil, memacu peneliti-

peneliti lainnya untuk mengkaji kekhasan dan karakteristik bahasa Injil dan

terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Page 27: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xviii  

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan jangkauan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini,

ruang lingkup penelitian dibatasi pada: pertama, mengategorikan metafora konseptual

menggunakan pemetaan konseptual, yaitu relasi antara RSu dan RSa yang meliputi

kategori metafora orientasional, metafora ontologis, dan metafora struktural pada

perumpamaan Injil Lukas; kedua, mendiskripsikan dan menganalisis penerapan

prosedur, teknik, dan metode penerjemahan metafora konseptual dari bahasa Inggris

ke bahasa Indonesia pada perumpamaan Injil Lukas; dan ketiga, penelitian ini juga

dibatasi pada ideologi penerjemahan yang dianut oleh penerjemah dalam

menerjemahkan metafora konseptual dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia pada

perumpamaan Injil Lukas.

2. Kajian Pustaka, Konsep, Landasan Teori, dan Model Penelitian

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian ini menggunakan beberapa hasil penelitian dan artikel yang

diangkat sebagai kajian pustaka dalam kategori: (a) penelitian terjemahan metafora

teks fiksi, teks bidang ekonomi (Hasan, 2000; Karnedi, 2010), (b) penelitian dengan

teori terkait (Hartono, 2011), dan (c) penelitian terkait dengan permasalahan

(Munazar, 2012; Harmelik, 2012).

2.2 Konsep

Penelitian terjemahan metafora konseptual dalam perumpamaan Injil Lukas

ini menggunakan beberapa konsep, yaitu konsep metafora konseptual, konsep strategi

penerjemahan, konsep metode penerjemahan, dan konsep ideologi penerjemahan.

1) Metafora Konseptual

Metafora konseptual merupakan cara memahami satu ranah pengalaman

(RSa) melalui ranah pengalaman lain yang lebih mudah dipahami atau yang sudah

dikenal (RSu). Berdasarkan konsep ini dapat dikatakan bahwa cara seseorang

Page 28: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xix  

berpikir, mengalami sesuatu, dan melakukan sesuatu dalam kesehariannya pada

dasarnya merupakan aplikasi dari metafora itu sendiri.

2) Strategi Penerjemahan

Konsep strategi dalam penelitian ini identik dengan konsep metode yang

digunakan oleh Vinay dan Darbelnet (dalam Venuti (ed.), 2000:84-93), prosedur oleh

Newmark (1988:68-93), dan penyesuaian (adjustment) oleh Nida (1964) dan Larson

(1998), serta teknik oleh Molina dan Albir (2002), yakni suatu cara mencapai

kesepadanan antara TSu dan TSa.

3) Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan menurut Newmark (1988) dan Machali (2000)

berlaku untuk keseluruhan teks, sedangkan prosedur berlaku untuk kalimat dan

satuan-satuan bahasa yang lebih kecil (seperti klausa, frasa, kata). Oleh karena itu,

Baker (1991:17) menilai pilihan padanan selalu tergantung tidak hanya pada sistem

bahasa atau sistem yang sedang ditangani oleh seorang penerjemah, tetapi juga pada

bagaimana cara, baik penulis teks sumber maupun penerjemah, memanipulasi sistem

bahasa yang bersangkutan.

4) Ideologi Penerjemahan

Secara etimologis ideologi berasal dari kata ideo berarti gagasan-gagasan dan

logos berarti ilmu. Thompson (2003) dan Storey (2004) menyatakan bahwa ideologi

menunjuk pada kasadaran atau keyakinan atau pendirian tentang pemikiran atau

pandangan tertentu. Demikian pula, dalam penerjemahan ada dua ideologi. Pertama,

ideologi domestikasi yang menyatakan bahwa terjemahan yang baik adalah

terjemahan yang mengacu pada bahasa sasaran. Kedua, ideologi foreignisasi yang

menyatakan bahwa terjemahan yang baik adalah terjemahan yang mengacu pada

bahasa sumber, atau dengan kata lain, teks terjemahan yang baik adalah teks

terjemahan yang masih mempertahankan bentuk-bentuk bahasa sumber termasuk

unsur-unsur kulturalnya.

Page 29: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xx  

2.3 Landasan Teori

Beberapa teori yang digunakan untuk menjawab dan memecahkan

permasalahan dalam penelitian ini adalah teori semantik dari Palmer ( 2001), teori

metafora konseptual oleh Lakoff dan Johnson (1980, 1993, 2003), K�vecses (2005,

2006); teori penerjemahan dari Newmark (1988), Larson (1998), Vinay & Darbelnet

(1958, 2000), Molina dan Albir (2002), teori ideologi penerjemahan dari Venuti

(1995), Tymoczko (2003), Hoed (2003), Munday (2007, 2008). Teori semantik dari

Palmer (2001) dan teori metafora konseptual yang dikemukakan oleh Lakoff dan

Johnson (1980) dan didukung oleh teori metafora konseptual yang dikembangkan oleh

K�vecses (2005, 2006) dipergunakan untuk mengkaji aplikasi metafora teks

perumpamaan dalam Injil Lukas dan untuk menganalisis permasalahan nomor satu

dari penelitian ini. Menurut Lakoff (1993), metafora konseptual bisa juga disebut

conceptual theory of metaphor/conceptual metaphor theory/a cognitive theory of

metaphor/the contemporary of metaphor. Esensi metafora adalah bagaimana pembaca

memahami dan mengalami (berdasarkan pengalaman) satu hal (konsep) melalui

konsep yang lain, seperti dinyatakan pada kutipan berikut: “the essence of metaphor is

understanding and experiencing one kind of thing in terms of another” (Lakoff dan

Johnson, 1980:5). Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa metafora merupakan

satu cara bagaimana pembaca memahami satu ranah pengalaman (RSa) melalui ranah

pengalaman yang lain yang lebih mudah dipahami atau yang sudah dikenal (RSu).

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa metafora merupakan relasi antar domain

dalam sistem konseptual manusia (Lakoff, 1993:203).

Teori penerjemahan khususnya yang dikembangkan oleh Newmark dan

ditopang oleh teori penerjemahan lain yang dikembangkan oleh Nida (1964), Vinay

dan Darbelnet (1958/2000), Catford (1965), Bassnett-McGuire (1980), Baker (1995),

Larson (1998) dipergunakan untuk menganalisis permasalahan nomor dua dan teori

penerjemahan yang dikemukakan oleh Tymoczko (2003) dan Hoed (2003)

dipergunakan untuk mengkaji permasalahan nomor tiga dari penelitian ini. Teori

Page 30: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxi  

penerjemahan metafora yang dikembangkan oleh Newmark (1988) ditopang oleh

teori terjemahan metafora yang dikembangkan oleh Larson (1998) yang

dipergunakan untuk menganalisis permasalahan nomor dua dan tiga dalam penelitian

ini mencakup (1) prosedur penerjemahan metafora; (2) teknik penerjemahan

metafora; (3) metode penerjemahan, dan (4) ideologi penerjemahan.

2.4 Model Penelitain

Model penelitian digambarkan seperti di bawah ini.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menerapkan metode kualitatif berupa analisis teks (textual

analysis), analisis komparatif yang didasarkan pada model komparatif difokuskan

Penerjemahan Metafora Konseptual dalam Perumpamaan Injil Lukas

Metafora Konseptual Penerjemahan Ideologi

Kategori Pemetaan Konseptual Koherensi Korespondensi Analogi Karakteristik

Prosedur Teknik Metode

Domestikasi Foreignisasi

Teori Semantik

Teori Metafora

Teori Penerjemahan

Teori Ideologi

TEMUAN

Page 31: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxii  

pada jenis metafora dari ketiga kategori metafora konseptual (orientasional,

ontologis, dan struktural) dalam teks perumpamaan Injil Lukas diterjemahkan dari

bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian kualitatif didukung oleh

pendekatan kognitif (yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson, 1980) merupakan

salah satu pendekatan dalam linguistik kognitif, terutama ranah semantik leksikal

yang membicarakan metafora konseptual. Peneliti juga menerapkan metode

penelitian berbasis korpus, yakni daftar kata kunci yang merupakan data awal diambil

dari baris konkordansi dan contoh penggunaan ungkapan metaforis dalam berbagai

konteks dalam bentuk kalimat dan paragraf, diidentifikasi, kemudian dilakukan

interpretasi. Signifikansi diperoleh dengan membandingkan subkorpus TSu sebagai

subkorpus yang sedang diteliti yang terdapat dalam Injil Lukas (yang menjadi data

utama) dibandingkan dengan subkorpus yang ada dalam Injil Matius dan Markus

(sebagai korpus pembanding).

4. Hasil Pembahasan

Kategori metafora konseptual diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (1) metafora

orientasional; (2) metafora ontologis; dan (3) metafora struktural.Setelah

dikategorikan, dilakukan pemetaan konseptual, dilanjutkan dengan analisis strategi

penerjemahan yang diterapkan penerjemah yang meliputi, prosedur, teknik, metode

dan ideologi penerjemahan.

(1) Pemetaan Konseptual Metafora Orientasional

Metafora orientasional merupakan salah satu kategori metafora konseptual yang

mengacu pada konsep spasial/ruang yang menjelaskan wilayah pengetahuan abstrak

dengan aspek pengalaman manusia yang membumi terhadap ruang yang nyata.

Misalnya, UP-DOWN, IN-OUT, FRONT-BACK, ON-OFF, DEEP-SHALLOW, CENTRAL-

PERIPHERAL (Lakoff dan Johnson, 1980:14). Metafora pada data di bawah ini

termasuk jenis metafora orientasional status sosial karena melalui verba stand sebagai

Page 32: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxiii  

RSu yang merupakan ungkapan metaforis dapat diinterpretasikan melalui PK seperti

berikut.

(1) a. The Pharisee stood and prayed thus with himself, “God, I thank You that I amnot like other men-extortioners, unjust, adulterers, or even as this tax collector. I fast twice a week; I give tithes of all that I possess”. (Lukas 18:11-12)

b. And the tax collector, standing afar off, would not so much as raise his eyes to heaven, but beat his breast, saying, “God be merciful to me a sinner!” (Lukas 18:13)

Pada data (1a), verba stood yang merupakan bentuk kedua dari verba stand

sebagai RSu dari segi bentuk adalah verba informatif. Verba tersebut merupakan

entitas abstrak dari perspektif linguistik kognitif yang membentuk sebagian sistem

simbol dari Kekristenan, yakni exalt sebagai RSa, merupakan konsep metafisika

yang digunakan untuk mendefinisikan exalt (Neville, 2001). Konsep stand yang

dikonseptualisasikan menjadi exalt sebagai RSa dapat dipetakan melalui PK:EXALT IS

DOWN. Dapat dikatakan bahwa, verba stand yang sesungguhnya mengandung makna

harfiah menengadah, secara metafora konseptual, dianalogikan sebagai exalt

(meninggikan diri sendiri).

Koherensi metaforis pada ranah sumber dari metafora itu diambil dari

kehidupan sehari-hari sebagai sistem simbol yang merupakan realitas kehidupan,

yaitu kaum Farisi adalah kelompok orang Yahudi yang mempertahankan dan

memegang kuat pengajaran tradisi pada waktu itu. Namun, di samping tendensi

kerohanian yang kuat, mereka menjadi arogan dan menekankan formalitas yang

berlebihan sampai mengabaikan ketentuan hukum moral yang lebih penting (Hillyer,

1999:299-300). Hal inilah yang menunjuk pada perumpamaan yang terdapat dalam

Lukas 18:11-13.

Pemetaan konseptual EXALT IS DOWN dapat berdasarkan kesamaan ciri yang

dimiliki oleh EXALT, yakni berdasarkan kesamaan ciri yang dimiliki oleh orang Farisi

yang meninggikan diri sendiri (EXALT) sebagai ranah sasaran. Korespondensi

konseptual yang ditunjukkan karena hubungan kesamaan ciri antara ranah mental

Page 33: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxiv  

sumber dan target dapat dijelaskan melalui ungkapan stood yang secara harfiah

bermakna menengadah dianalogikan dengan exalt menjadi metafora. Dengan

ungkapan stood dapat diinferensikan bahwa pewarta mengonseptualisasikan stood

memiliki ciri yang mirip dengan exalt (memuji diri sendiri), yaitu melalui ungkapan

“aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan

pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai”. Ungkapan-ungkapan tersebut

sangat jelas merupakan ungkapan yang memuji diri-sendiri dan merendahkan orang

lain (pemungut cukai).

Pada data (1.b), frasa adverbial standing afar off sebagai RSu, yang dari segi

bentuk adalah frasa verba,merupakan entitas abstrak dari perspektif linguistik kognitif

menghasilkan RSa humble (merendahkan diri sendiri). Makna yang tercipta dari

entitas abstrak yang membentuk sebagian sistem simbol dari Kekristenan humble

sebagai RSa merupakan konsep metafisika yang digunakan untuk mendefinisikan

humble (Neville, 2001). Konsep standing afar off yangdikonseptualisasikan menjadi

humble sebagai RSa dapat dipetakan melalui PK: HUMBLE IS UP. Dengan kata lain,

dapat dikatakan bahwa frasa adverbial standing afar off yang sebenarnya

mengandung makna harfiah ‘berdiri jauh-jauh’, secara metafora konseptual

dianalogikan sebagai humble (merendahkan diri sendiri).

Koherensi metaforis pada ranah sumber dari metafora tersebut diambil dari

kehidupan sehari-hari sebagai sistem simbol yang merupakan realitas kehidupan,

yaitu pemungut cukai (orang Yahudi), pengumpul cukai atau bea demi kepentingan

penjajah Romawi karena pada waktu itu Israel dijajah bangsa Romawi atau dapat

dikatakan orang Yahudi yang bekerja untuk penjajah. Tugas mereka mencakup

pengumpulan persepuluhan dan bermacam-macam pajak langsung. Mereka sejak

awal cenderung memeras dan menyelewengkan pajak dan orang yang penuh dosa

(bdk. pengakuan yang tersirat dari Zakheus,Lukas 19:8) (Hillyer, 1999:285-286). Hal

inilah yang menunjuk pada perumpamaan yang terdapat dalam Lukas 18:11-13.

Page 34: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxv  

Pemetaan konseptual HUMBLE IS UP dapat dilihat bahwa frasa verba standing

afar off sebagai RSu yang bersifat abstrak digambarkan, dianalogikan dengan

merendahkan diri sendiri (HUMBLE) sehingga berdasarkan kesamaan ciri yang

dimiliki oleh HUMBLE, dimiliki oleh pemungut cukai yang merendahkan diri sendiri

(UP) sebagai ranah sasaran. Kesamaan ciri atau karakteristik yang terdapat dalam

kedua komponen makna tersebut menjadi dasar metafora, yakni pemungut cukai yang

jauh berdiri di belakang yang bermakna merendahkan diri akan ditinggikan.

Korespondensi konseptual yang ditunjukkan karena hubungan kesamaan ciri

antara ranah mental sumber dan target dapat dijelaskan melalui ungkapan standing

afar off yang secara harfiah bermakna berdiri jauh-jauh disandingkan dengan humble

menjadi metafora. Dengan ungkapan standing afar off dapat diinferensikan bahwa

pewarta mengonseptualisasikan standing afar off memiliki kesamaan ciri dengan

humble (merendahkan diri sendiri), dan dalam teks tersebut sangat jelas terlihat aspek

merendahkan diri sendiri, yaitu melalui ungkapan “bahkan ia tidak berani

menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah

aku orang berdosa ini”. Ungkapan-ungkapan tersebut sangat jelas merupakan

ungkapan yang merendahkan diri sendiri.

(2) Pemetaan Konseptual Metafora Ontologis

Metafora ontologis lebih mewakili upaya untuk menjelaskan konsep dan

pengetahuan yang abstrak dalam kehidupan manusia, seperti kejadian-kejadian,

aktivitas, emosi dan gagasan yang diwujudkan dalam kata-kata dan kalimat yang

mengarah pada objek dan substansi fisik yang jelas dan nyata secara fisik. Metafora

ontologis mengonseptualisasikan pikiran, pengalaman, dan proses atau hal yang

abstrak lainnya ke sesuatu yang memiliki sifat fisik.

Metafora pada data (2) termasuk metafora ontologis kain karena a garment

‘kain’ sebagai RSu yang merupakan ungkapan metaforis. Kajian difokuskan pada

interpretasi makna dan signifikansi dari cerita (perumpamaan) tersebut.

Page 35: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxvi  

(2) No one puts a piece from a new garment on an old one; otherwise the new makesa tear, and also the piece that was taken out of the new does not match the old. (Lukas 5:36)

Nomina a garment sebagai RSu dalam kalimat tersebutmerupakan kontainer

abstrak dari perspektif linguistik kognitif terbukti dari adanya adverbia onpada frasa

an old one yang secara metafora konseptual melalui entitas konkret dapat lebih

mudah dipahami. Dengan kata lain, kontainer/wadah tersebut melalui PK dapat

dipetakan sehingga menjadi sebuah RSa yang ideal. Pemetaan metafora konseptual a

garment adalah tenet sebagai RSa.

Makna yang tercipta dari kontainer/wadah abstrak yang membentuk

sebagian sistem simbol dari Kekristenan adalah tenet sebagai RSa merupakan konsep

metafisika yang digunakan untuk mendefinisikan tenet tersebut (Neville, 2001).

Konsep a garment yang dikonseptualisasikan sebagai a tenet RSa dapat dipetakan

melalui PK: TENET IS GARMENT. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa garment

yang sebenarnya merupakan kain, secara metafora konseptual dianalogikan sebagai

tenet (ajaran). Koherensi metaforis pada ranah sumber dari metafora itu diambil dari

bahasa sehari-hari sebagai sistem simbol yang merupakan realitas kehidupan.

Metafora TENET IS GARMENT dapat dipahami bagaimana kain (GARMENT) sebagai

RSu yang bersifat abstrak dibandingkan dengan ajaran (TENET) supaya dipahami

maksud yang terkandung dalam metafora tersebut.

Eksistensi dari garment dapat dikonstruksikan secara esensial dengan dua cara.

Pertama, sebagai pemikiran dan tindakan. Kedua, hal tersebut memiliki sense sebagai

proses dan bahkan peristiwa atau hasil dari sebuah proses. Sebagai proses ‘tidak ada

seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru dan menambalkannya

pada baju yang lama, karena itu menambal lubang pada kain lama dengan memakai

kain baru justru akan merusak dan mengoyakkan kain yang ditambal itu’ (Lukas

5:37). Dari proses ini terlihat bahwa terjadi analogi antara garment sebagai RSu dan

tenet sebagai RSa atau analogi antara “kain” dan “ajaran.” Dalam konteks ini biasanya

Page 36: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxvii  

orang sulit menerima ajaran baru apabila mereka sudah meyakini ajaran lama sebagai

paham yang menurut mereka benar.

(3) Pemetaan Konseptual Metafora Struktural

Metafora struktural adalah jenis metafora yang keseluruhan konsep mentalnya

yang kompleks distrukturisasikan dalam sekumpulan/seperangkat istilah dan konsep

yang lebih konkret. Metafora struktural juga didasarkan pada dua ranah, yakni ranah

sumber dan ranah sasaran berdasarkan korelasi sistematis dari pengalaman sehari-

hari. Lakoff dan Johnson (2003:5) menegaskan bahwa metafora konseptual

struktural bersifat dinamis karena memanifestasikan apa yang sedang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan penggunanya selalu berubah sesuai dengan pikiran,

perasaan, dan pengalaman berbeda pada setiap budaya. Jenis metafora ini biasanya

menggunakan ekspresi linguistik individual yang beragam.

Dilihat dari bentuknya ungkapan metaforis lamps burning pada data (3)

merupakan frasa verba yang termasuk metafora struktural pelita. Interpretasi makna

dan signifikansi data (3) dari cerita (perumpamaan), yakni “iman yang

hidup/waspada” sebagai simbol dijelaskan dengan Pemetaan Konseptual (PK).

(3) Let yourwaist be girded and yourlamps burning. (Lukas 12:35)

Frasa verba lamps burning pada data (3) sebagai Rsu merupakan entitas

abstrak dari perspektif linguistik kognitif yang secara metafora konseptual melalui

entitas konkret serta melalui PK dapat dipetakan sehingga menjadi sebuah RSa yang

ideal. Pemetaan metafora konseptual lamps burning adalah “waspada/ iman yang

hidup” sebagai RSa. Konsep lamps burning yang dikonseptualisasikan menjadi faith

of life sebagai RSa dapat dipetakan melalui PK: FAITH OF LIFE IS WAKEFUL. Dengan

kata lain, dapat dikatakan bahwa lamps burning yang sesungguhnya adalah “pelita

yang terus menyala”, secara metafora konseptual dianalogikan sebagai faith of life

(iman yang hidup). Klausa waist be girded sebagai RSu juga merupakan entitas

abstrak dari perspektif linguistik kognitif yang dapat dipetakan sebagai be ready to

serve sehingga menghasilkan makna sebagai RSa. Koherensi metaforis yang terdapat

Page 37: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxviii  

dalam Lukas 12:35 diambil dari kehidupan sehari-hari, yakni orang Yahudi termasuk

para hamba, pada zaman dahulu biasa memakai pakaian panjang sampai menutupi

tumit kaki. Oleh karena itu, ketika seorang hamba bekerja atau melayani tuannya,

ujung pakaiannya diikatkan pada ikat pinggang agar ujung pakaian tersebut tidak

menghalangi saat bekerja (Reilling, Swellengrebel, 2005: 432). Dari koherensi ini

muncullah ayat yang berbunyi “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu

tetap menyala” (Lukas 12:35). Demikian pula, pelita pada zaman dahulu di Palestina,

terbuat dari tanah liat dengan bahan bakar minyak zaitun yang dipakai untuk

penerangan. Pemetaan konseptual FAITH OF LIFE IS WAKEFUL dapat dipahami

bagaimana “pelita yang terus menyala” sebagai RSu yang bersifat abstrak

digambarkan, karena dibandingkan dengan “iman yang hidup” berdasarkan

kesamaan ciri yang dimiliki antara “pelita yang terus menyala’ dan ciri yang dimiliki

oleh “iman yang hidup” sebagai RSa. Kesamaan ciri atau karakteristik yang terdapat

dalam kedua komponen makna tersebut menjadi dasar metafora yakni “pelita yang

terus menyala” yang diacu dalam perumpamaan itu karena minyak di dalam pelita

mengalir melalui sumbu, agar pelita itu menyala, sumbu itulah yang dibakar

(Throntveit, 2012: 223-224). Demikian pula halnya dengan ungkapan “pinggang

yang tetap berikat” yang bermakna selalu siap melayani/bekerja. Analoginya adalah

perilaku yang selalu siap melayani merupakan cermin dari iman yang hidup.

(3) Prosedur dan Teknik Terjemahan Metafora Konseptual

Analisis yang dilakukan terhadap strategi penerjemahan metafora wadah

(container metaphor/containment metaphor) sebagai salah satu subkategori metafora

ontologis, yaitu metafora yang digunakan untuk mengungkapkan konsep-konsep

abstrak, misalnya ide, emosi, kegiatan sebagai sesuatu yang konkret, seperti objek,

benda cair (substance), wadah penampungan (container), atau orang. Pada data

berikut terdapat konsep abstrak ide yang dikonkretkan menjadi objek.

PK: A MAN IS LAMB

(4) Go your way; behold I send you as lambs among wolves.(Lukas 10:3) (BS)

Page 38: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxix  

Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala. (Lukas 10:3) (BT)

Dari perspektif prosedur penerjemahan metafora, metafora dalam TSu

diterjemahkan menjadi bentuk metafora dalam TSa yangmengacu pada penerjemahan

ungkapan metaforis sebagai realisasi PK: A MAN IS LAMB karena “domba”

dianalogikan dengan “manusia”, di mana domba dalam konteks ini berfungsi sebagai

objek.

Dalam menerjemahkan TSu yang di dalamnya terdapat metafora domba,

penerjemah menggunakan sebuah prosedur penerjemahan dan duateknik

penerjemahan. Dari aspek prosedur penerjemahan metafora, metafora dalam TSu

diterjemahkan menjadi bentuk metafora dalam TSa dengan RSu (citra) yang sama,

yaitu lamb, sebagai RSu diinterpretasikan menjadi man sebagai RSa.

Demikian pula, metafora pada data (4) di atas merupakan bentuk gramatikal

yang mewakili dua proposisi dalam struktur semantis yang mengkodekan proposisi

keadaan. Konsep inti proposisi tersebut merupakan keadaan yang direpresentasikan

oleh nomina lambs. Sebuah proposisi terdiri atas sebuah topik, dan sebuah citra

(tentang topik). Dari kalimat tersebut terdapat adanya topik--- domba; citra---

pengikut Tuhan; titik kemiripan---manusia yang diutus ke tengah-tengah dunia; dan

makna nonfiguratif --- pengikut Tuhan yang diutus ke tengah-tengah dunia yang

penuh dengan bahaya.Dua teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah

dalam menerjemahkan data tersebut di atas, yaitu pertama, lambsamongwolves

menjadi domba di antara serigala, penerjemah menerapkan teknik penerjemahan

shift atau transposisi, yang tekniknya mengindikasikan perubahan dalam tata bahasa

dari BS ke BT. Penerjemah menerapkan teknik transposisi dengan meniadakan

pemarkah “s” atau pemarkah ”s” sebagai penanda nomina jamak dalam BS tidak

diterjemahkan, yang nampak pada penerjemahan lambs menjadi domba dan

penerjemahan wolves menjadi serigala, walaupun proses transfer tidak mengubah

makna dalam pesan teks tersebut. Dengan menerjemahkan terminologi lambs among

Page 39: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxx  

wolves (BS) menjadi domba di antara serigala (BT), penerjemah mengungkapkan

terminologi tersebut secara alamiah dan menyesuaikannya dengan struktur bahasa

penerima. Penerjemah menerapkan teknik transposisi dengan tidak menerjemahkan

pemarkah “s” yang merupakan pemarkah nomina jamak dalam BS. Dapat dikatakan

bahwa penerjemah berorientasi pada BT, yang dalam kelaziman BT pemarkah

tersebut tidak selalu harus diterjemahkan, yang bertujuan agar hasil terjemahan

berterima di kalangan pembaca bahasa target. Kedua, penerjemah menerapkan teknik

penerjemahan modulasi, yakni pergeseran sudut pandang untuk menerjemahkan send

menjadi mengutus. Verba mengutus dalam bahasa Yunani adalah apostello. Apostello

bermakna memberi sebuah perintah untuk dilakukan. Kata ini juga merujuk pada

sebuah kegiatan yang sedang dan yang akan dilakukan. Kata apostello merupakan

kala present indicative active. Present berarti kegiatan yang sedang dan terus-

menerus berlangsung, sedangkan indicative merujuk pada sebuah keterangan/bukti

tentang apa yang akan terjadi. Active berarti merujuk pada sebuah aktivitas yang

sedang dilakukan. Dalam hal ini TB sangat akurat menerjemahkan verba send

menjadi mengutus. Tampaknya, penerjemah lebih merujuk pada bahasa asli (Yunani

Koine) dalam menerjemahkan verba ini sehingga pesan teks sampai ke pembaca

sasaran sesuai dengan yang diamanatkan oleh bahasa sumber.

(5) Metode Terjemahan Metafora Konseptual

Metode penerjemahan yang dipilih oleh penerjemah dalam menerjemahkan

teks perumpamaan Injil Lukas adalah komunikatif dan adaptasi karena teks ini

termasuk kategori teks khusus, yakni jenis teks informatif (informative text), yang

lebih mengutamakan ketepatan makna, pesan, intensi yang terdapat dalam Tsu. Teks

perumpamaan juga termasuk kategori teks imperatif (vocative text) yang berfungsi

untuk memengaruhi pembaca untuk melakukan sesuatu, dan teks ekspresif

(expressive text) yang berorientasi pada ungkapan perasaan penulis teks.Selain

metode penerjemahan harfiah dan setia serta semantik melalui penerapan teknik

harfiah, teknik transposisi, teknik penambahan unsur leksikal (amplifikasi linguistik),

Page 40: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxxi  

serta teknik transferensi yang lebih berorientasi pada BS, penerjemah juga

menerapkan metode penerjemahan komunikatif, yaitu sebuah strategi penerjemahan

yang berorientasi pada BT, meskipun penggunaannya lebih sedikit apabila

dibandingkan dengan metode penerjemahan harfiah dan transposisi. Hal tersebut

dapat dibuktikan dengan penerapan teknik harfiah, teknik transposisi, dan teknik

penambahan unsur leksikal. Berdasarkan penerapan teknik penerjemahan metafora

dalam TSu ke dalam TSa ditemukan beberapa teknik penerjemahan

Fenomena penerjemahan lain adalah penerjemah juga menerapkan satu

teknik deskriptif ekuivalen disamping modulasi, adaptasi, harfiah, penambahan unsur

leksikal sebagai strategi penerjemahan metafora dari TSu ke TSa. Hal ini

mengindikasikan bahwa penerjemah juga mengutamakan faktor keterbacaan bagi

pembaca sasaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa transposisi sebagai salah satu

teknik penerjemahan yang berorientasi pada BT cukup efektif dalam penerjemahan

teks perumpamaan dalam Injil Lukas. Fenomena penerapan strategi penerjemahan

yang cukup menarik meskipun kemunculannya tidak signifikan, yaitu teknik

penerjemahan kompensasi yang diterapkan penerjemah. Pada penerapan teknik

penerjemahan kompensasi penerjemah memperkenalkan unsur-unsur pesan lekaslah

dan tergeraklah hatinya kemungkinan sebagai pengaruh stilistika dalam teks TSa.

Fenomena tersebut dapat dipahami dengan dua alasan, yaitu: pertama, penerjemah

mungkin menyadari kehadiran metafora konseptual dalam TSu yang memiliki dimensi

kultural; dan kedua, konstruksi kalimat TSu yang agak rumit sehingga ada unsur

leksikal tertentu dalam sebuah konstruksi frasa, klausa atau bahkan kalimat yang

mendapat perhatian lebih dari penerjemah.

Penerapan prosedur penerjemahan dan metode penerjemahan

berdasarkan kemunculan penggunaannya sangat relevan dengan genre bahasa religi

sebagai salah satu bentuk atau jenis teks yang memiliki fungsi informatif atau

pewartaan, yaitu memberi pewartaan tentang prinsip-prinsip kebenaran Kristiani yang

Page 41: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxxii  

mengacu pada realitas kehidupan pada zaman dahulu yang masih sangat relevan

dengan realitas kehidupan masa kini.

(6) Ideologi Penerjemahan

Penerapan prosedur penerjemahan metafora konseptual memiliki

kecenderungan berorientasi pada BT, dan kecenderungan yang sama juga terlihat pada

penerapan sejumlah teknik penerjemahan TSa yang berorientasi pada BT.Penerapan

prosedur penerjemahan metafora konseptual yang berorientasi pada BT dalam TSa

tampaknya menggunakan beberapa teknik penerjemahan yang lebih mengutamakan

BT. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerjemah lebih memilih ideologi

domestikasi daripada ideologi foreignisasi ketika menerjemahkan teks perumpamaan

pada Injil Lukas dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

6. Temuan Baru Penelitian

Temuan baru yang dihasilkan dalam penelitian Penerjemahan Metafora

Konseptual dalam Perumpamaan Injil Lukas ini merupakan novelty yang dibagi

menjadi dua, yaitu temuan teoretis dan temuan empiris.

6.1 Temuan Teoretis

Temuan teoretis mengacu pada teori-teori yang diaplikasikan dalam penelitian

disertasi adalah: (1) teori metafora konseptual yang berkaitan dengan relasi dan

korespondensi RSu dan RSa; (2) teori semantik yang berkaitan dengan makna tanda

verbal dan memori semantik; (3) teori terjemahan yang berkaitan dengan prosedur,

teknik, metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam

menerjemahkan perumpamaan dalam Injil Lukas; dan (4) ideologi berkaitan dengan

teori penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan

perumpamaan dalam Injil Lukas.

Peneliti mencoba merekonstruksi teori metafora konseptual yang

dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson (1980) dan yang dikembangkan oleh

K�vecses (2006) melalui beberapa PK. Rekonstruksi tersebut dibuat baik untuk

Page 42: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxxiii  

metafora konseptual orientasional, metafora konseptual ontologis, maupun matafora

konseptual struktural. Rekonstruksi teori yang terdapat pada metafora orientasional

dirancang melalui PK: DIE IS DOWN, yang berfungsi untuk menganalogikan kematian

sebagai sesuatu yang turun secara vertikal. Demikian pula, PK: EXALT IS DOWN yang

merupakan analogi meninggikan diri sendiri sebagai sesuatu yang turun secara

vertikal. Sementara itu, PK: HUMBLE IS UP menganalogikan seseorang yang

merendahkan diri sendiri sebagai sesuatu yang naik secara vertikal. Rekonstruksi

terhadap kategori metafora ontologis juga dilakukan terhadap PK: A MAN IS THE TREE

yang berfungsi untuk menganalogikan pohon dengan manusia. PK: TENET IS

GARMENT merupakan penggunaan ungkapan metaforis untuk menganalogikan kain

dengan ajaran. Hal yang sama juga terjadi pada PK: TENET IS WINEyang

menganalogikan anggur dengan ajaran. PK: LAMB IS MAN merupakan analogi domba

dengan manusia. PK: THE LIGHT IS EYE digunakan untuk menganalogikan mata

dengan terang. Peneliti juga merekonstruksi kategori metafora stuktural, yakni

metafora yang menjelaskan struktur sebuah konsep dengan cara membandingkannya

dengan struktur konsep yang lain pada beberapa PK, seperti PK: FAITH IS A

FOUNDATION merupakan analogi konsep iman dengan dasar bangunan. PK: THE

WORD OF GOD IS A SEED mengonseptualisasikan analogi benih dengan firman

Tuhan.PK: THE WORD OF GOD IS A PLANT merupakan analogi firman Tuhan dengan

tumbuhan. PK: LIFE IN FAITH IS LIGHT secara konseptual merupakan analogi hidup

dalam iman dengan terang.PK: FAITH BASIS IS KEEP PRAYING, secara konseptual

merupakan analogi berdoa tanpa jemu dengan dasar iman. PK: FAITH OF LIFE IS

WAKEFUL adalah analogi pelita yang terus menyala dengan iman yang hidup. PK:

KINGDOM OF GOD IS GREAT BANQUET jamuan makan besar merupakan struktur

konsep yang dinalogikan dengan Kerajaan Allah. PK: GOD IS LOVE, merupakan konsep

Tuhan yang dianalogikan dengan kasih, PK: FAITH IS SALT secara konseptual merupakan

analogi garam dengan iman.

Page 43: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxxiv  

Berdasarkan pada pemetaan konseptual (PK), temuan baru analisis

memperlihatkan kurang paralelnya pengategorian metafora konseptual yang

dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson (1980). Misalnya jenis metafora orientasional

dapat dikategorikan ke dalam jenis metafora struktural, dan metafora ontologis

ternyata juga dapat dikategorikan ke dalam jenis metafora struktural. Demikian pula,

ungkapan metaforis yang sama dapat dipetakan dengan PK yang berbeda. Sebaliknya,

satu PK diungkapkan dengan lebih dari satu ungkapan metaforis seperti,PK: THE

WORD OF GOD IS A PLANT, FAITH BASIS IS KEEP PRAYING, FAITH OF LIFE IS

WAKEFUL, KINGDOM OF GOD IS GREAT BANQUET, AFFECTION IS WARMTH,

danGOD IS LOVE.

Sementara itu, menurut pandangan K�vecses (2006), kaitan antara ranah

sumber dan ranah target merupakan hubungan yang berlaku antara ranah sumber

yang dapat diberlakukan pada beberapa ranah target, demikian pula satu ranah target

mungkin dapat diberlakukan pada beberapa ranah sumber. Hubungan yang berlaku

antara ranah sumber yang dapat diberlakukan pada beberapa ranah target disebut

ruang lingkup sumber. Misalnya, ranah sumber bangunan selain sesuai diterapkan

untuk teori, melalui PK: THEORIES ARE BUILDING sesuai juga untuk kehidupan

iman, dalam hal ini, PK: FAITH IS A FOUNDATION.

Demikian pula, ranah sumber tumbuhan, selain sesuai diterapkan untuk

ekonomi, melalui PK: ECONOMY IS A PLANT, seperti pada frasa economic growth,

sesuai pula untuk ranah sumber firman Tuhan yang diungkapkan melalui PK: THE

WORD OF GOD IS A PLANT. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang

menggunakan memori semantiknya dengan mengasosiasikan ciri atau karakteristik

entitas yang satu dengan entitas lainnya.

Di samping itu, K�vecses (2006) mengatakan bahwa entailment

potensial merupakan pemetaan tambahan. RSu sering memetakan gagasan melebihi

gagasan yang ada dalam ranah target.Pemetaan tambahan seperti itu disebut

entailment atau inferensi. Entailment potensial terdapat pada PK: FAITH IS SALT yang

termasuk kategori metafora stuktural melalui PK: BAD IS DOWN yang termasuk dalam

Page 44: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxxv  

kategori metafora orientasional. Aspek konsep SALT dan aspek konsep DOWN

(salthas lost its flavor) berada, baik pada ranah sumber maupun pada ranah target.

Dari analisis analogi karakteristik ditemukan korespondensi antara komponen

RSa dan RSu. Kesamaan ciri atau karakteristik yang terdapat dalam kedua komponen

tersebut menjadi dasar metafora. Berdasarkan korespondensi konseptual ranah mental

target dan RSu, secara garis besar, ada kecenderungan yang ditunjukkan oleh

kemiripan atau kesamaan ciri antara ranah mental target dengan RSu. Namun,

pemilihan suatu ranah sumber tertentu untuk suatu ranah target dilakukan karena

didasarkan pada pengalaman yang dirasakan tubuh ketika mengalami kondisi yang

dirasakan, misalnya PK: AFFECTION IS WARMTH (data melalui ungkapan fell on his

neck yang bermakna merangkul, dan ungkapan lays it on his shoulders yang

bermakna meletakkannya di atas bahunya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

korespondensi dapat ditunjukkan melalui hubungan kasih sayang dengan kehangatan.

Relasi ontologis antara RSa dan RSu relevan dalam penerjemahan, khususnya

konsep keterjemahan metafora. Keterjemahan tidak lagi berkaitan dengan ungkapan

metaforis yang terdapat dalam teks sumber (TSu), tetapi berkaitan erat dengan sistem

konseptual dalam budaya sumber dan budaya target, karena perbedaan PK dalam BS

dengan PK dalam BT terletak pada bentuk ungkapan metaforis yang digunakan untuk

mengungkapkan konsep yang sama. Hal ini sejalan dan turut memperkuat teori

metafora konseptual (K�vecses, 2002). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

pendekatan kognitif terhadap metafora memiliki implikasi terhadap teori dan praktik

penerjemahan.

Demikian pula, penelitian ini membuktikan bahwa analisis ungkapan

metaforis pada tataran kalimat atau paragraf menjadi komponen yang sangat penting

karena ungkapan metaforis tersebut sekaligus menjadi unit analisis dalam analisis

penerjemahan. PK diperlukan pada tahap analisis TSu, terutama pada tahap

pengategorian berbagai jenis metafora konseptual dalam TSu. Ketika analisis masuk

pada tahap berikutnya, yakni analisis terjemahan yang melibatkan TSu dan TSa untuk

Page 45: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxxvi  

mengkaji penerapan strategi penerjemahan, data ungkapan metaforis dalam TSu dan

terjemahannya dalam TSa menjadi fokus analisis.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa dalam beberapa hal penerjemah lebih

mengutamakan makna dan ciri TSu tetap dapat dipertahankan dalam TSa berdasarkan

sejumlah teknik penerjemahan yang diterapkan yang menunjukkan ideologi yang

diterapkan oleh penerjemah dalam tataran mikroteks turut memperkuat teori yang

dikemukakan oleh (Vinay Darbelnet, 1958; Newmark, 1988; Baker, 1992; Molina &

Albir, 2005). Hal tersebut dapat dilihat dalam penerapan teknik penerjemahan yang

berorientasi pada BT yang masuk dalam kategori direct translation yang dalam

penelitian ini tampak pada penerapan teknik penerjemahan harfiah dan transferensi.

Di samping itu, penerjemah juga memiliki kecenderungan ciri TSa dalam teks

penerjemahan perumpamaan Injil Lukas yang cukup menonjol berdasarkan

penerapan teknik penerjemahan yang berorientsi pada BT yang dalam hal ini masuk

dalam ketagori oblique translation yang terdapat pada penerapan teknik

penerjemahan transposisi, amplifikasi linguistik, modulasi, adaptasi, analisis

komponensial, idiomatis, pemadanan fungsional, deskriptif ekuivalen, dan

kompensasi.

Apabila dilihat dari penerapan prosedur penerjemahan metafora konseptual,

penerjemah memiliki kecenderungan menerjemahkan metafora menjadi bentuk

metafora dengan citra yang sama. Namun, ada metafora diterjemahkan menjadi

bentuk non metafora dengan citra yang sama, dan ada pula metafora diterjemahkan

menjadi bentuk non metafora dengan citra yang berbeda. Temuan penelitin

berdasarkan analisis metode penerjemahan menunjukkan bahwa penerjemah

cenderung menerapkan metode penerjemahan komunikatif, adaptasi, dan idiomatis

sebagai strategi penerjemahan yang berorientasi ke BT.

Penerapan metode penerjemahan komunikatif mencerminkan ideologi

penerjemahan yang dianut oleh penerjemah dalam menerjemahkan metafora

konseptual dalam perumpamaan Injil Lukas. Secara umum dapat dikatakan bahwa

Page 46: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxxvii  

teknik penerjemahan, metode dan ideologi penerjemahan secara kolektif

mencerminkan strategi penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah ketika

mengatasi masalah penerjemahan metafora konseptual dalam teks bidang religi dari

bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia yang dalam konteks ini peneliti melibatkan

interpretasi makna lintas budaya, yaitu budaya sumber dan budaya target.

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat kecenderungan penerapan teknik

penerjemahan yang berorientasi pada BT, yaitu penerapan teknik transposisi,

amplifikasi linguistik, modulasi, adaptasi, analisis komponensial, idiomatis,

pemadanan fungsional, deskriptif ekuivalen, dan kompensasi.Penerapan teknik-teknik

penerjemahan tersebut mengindikasikan bahwa penerjemah menganut ideologi

domestikasi. Dalam penerjemahan, penerapan teknik-teknik tersebut juga didorong

oleh faktor perbedaan sistem bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, di samping

perbedaan faktor budaya dan preferensi penerjemah. Bagaimanapun di dalam

perumpamaan, gaya bercerita pewarta juga cukup menonjol sehingga penerjemah

menerapkan teknik transposisi yang bersifat manasuka yang bertujuan untuk

memberikan penekanan topik pembicara dan untuk menunjukkan preferensi stilistik

penerjemah.

6.2 Temuan Empiris

Temuan empiris adalah temuan-temuan yang berhasil diperoleh oleh peneliti

berdasarkan data konkret di lapangan. Temuan empiris diperoleh melalui proses

observasi mendalam serta analisis kritis terhadap fenomena kebahasaan. Ada beberapa

temuan menarik yang berhasil ditemukan dalam penelitian ini yang merupakan novelty

dari disertasi ini. Temuan-temuan empiris tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.

Secara keseluruhan, berdasarkan kategori metafora konseptual, ditemukan 18

PK yang termasuk ke dalam ketiga jenis metafora konseptual, yaitu metafora

konseptual orientasional, metafora konseptual ontologis, dan metafora konseptual

struktural. Berdasarkan deskripsi dan analisis kategori metafora konseptual

orientasional, terdapat tiga metafora yang dimanifestasikan oleh empat ungkapan

Page 47: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxxviii  

metaforis. Sementara itu, terdapat lima metafora ontologis yang dimanifestasikan oleh

lima ugkapan metaforis. Demikian pula, terdapat sepuluh metafora struktural terdiri

atas metafora struktural bangunan termanifestasikan dalam 18 ungkapan metaforis.

Analisis berdasarkan PK, menunjukkan bahwa dari tiga jenis metafora

orientasional terdapat dalam empat ungkapan metaforis. Ungkapan metaforis tersebut

adalah cut yang dianalogikan dengan die; lost its flavor dianalogikan dengan bad;

stood dianalogikan dengan exalt; standing afar off dianalogikan dengan humble. Lima

jenis metafora ontologis terdapat dalam enam ungkapan metaforis, yaitu tree

dianalogikan dengan man; garment dianalogikan dengan tenet; wine juga dianalogikan

dengan tenet; lambs dianalogikan dengan man; the eye dianalogika dengan light.

Sembilan jenis metafora struktural yang dimanifestasikan oleh 18 ungkapan metaforis,

yaitu faith dianalogikan dengan foundation; the seed dianalogikan dengan the Word of

God; the Word of God dianalogikan dengan a plant; life in faith dianalogikan dengan

light; keep praying dianalogikan dengan faith basis; faith of life dianalogikan dengan

wakeful; kingdom of God dianalogikan dengan great banquet; affection dianalogika

dengan warmth, God dianalogikan dengan love; dan faith dianalogikan dengan salt.

Berdasarkan kecenderungan penerapan teknik penerjemahan metafora

konseptual dari TSu ke TSa, ditemukan beberapa teknik penerjemahan yang

berorientasi pada BT, yaitu 30 teknik transposisi, sepuluh teknik amplifikasi linguistik

(penambahan unsur leksikal), lima teknik modulasi, tiga teknik analisis komponen,

dua teknik kompensasi, satu teknik adaptasi, satu teknik idiomatis, satu teknik

pemadanan fungsional, dan satu teknik deskriptif ekuivalen. Sementara itu, teknik-

teknik penerjemahan metafora yang berorientasi pada BS terdapat 12 penerapan teknik

harfiah, dan satu teknik transferensi.

Penerapan teknik transposisi sebagai akibat faktor perbedaan sistem bahasa

yang bersifat wajib, yaitu dengan mengubah kategori gramatikal BS dengan kategori

gramatikal BT, ditemukan melalui pergeseran struktur. Terdapat enam frasa nominal

bahasa Inggris yang menganut hukum MD diterjemahkan ke dalam frasa nominal

Page 48: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xxxix  

bahasa Indonesia yang menganut hukum DM. Sementara itu, terdapat dua pergeseran

struktur yang bersifat wajib, yaitu dengan mengubah konstuksi pasif ke aktif. Hal

tersebut dilakukan supaya teks terjemahan berterima di kalangan pembaca sasaran.

Demikian pula, terdapat dua pergeseran unit yang merupakan penerapan teknik

penerjemahan transposisi yang bertujuan untuk menghindari distorsi makna. Di

samping itu, terdapat satu pergeseran kategori yang bersifat manasuka yang

diterapkan oleh penerjemah untuk memberikan penekanan topik pembicara.

Penerapan teknik transposisi lainnya, yaitu terdapat sembilan pergeseran kategori dari

pemarkah tunggal dalam bahasa Inggris yang tidak diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia, dan sepuluh kategori nomina yang pemarkah jamak diterjemahkan ke

dalam nomina yang pemarkah tunggal, karena kelaziman yang terjadi pada BT.

Berdasarkan prosedur penerjemahan metafora konseptual, dari data yang

dikaji dalam penelitian ini ada 20 metafora, yang di dalamnya terdapat 18

metaforaditerjemahkan menjadi bentuk metafora dengan citra yang sama, satu

metafora diterjemahkan menjadi bentuk non-metafora dengan citra yang sama, dan

satu metafora diterjemahkan dengan bentuk non-metafora dengan citra yang berbeda.

Secara umum ideologi yang dianut oleh penerjemah adalah ideologi

domestikasi. Hal ini terlihat dari teknik penerjemahan, metode penerjemahan yang

secara kolektif mencerminkan ideologi penerjemahan yang dianut oleh penerjemah

ketika menerjemahkan metafora konseptual dalam teks bidang religi, dalam hal ini,

perumpamaan Injil Lukas dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

7. Simpulan dan Saran

Penelitian ini difokuskan untuk menemukan jawaban atas persoalan

terjemahan metafora konseptual dalam perumpamaan Injl Lukas sehingga berhasil

ditemukan jawaban atas permasalahan yang diajukan dan dinyatakan sebagai

simpulan penelitian. Permasalahan kategori metafora konseptual yang terdapat dalam

perumpamaan Injil Lukas, strategi penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah,

Page 49: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xl  

dan ideologi yang dianut oleh penerjemah dapat dideskripsikan secara maksimal

melalui proses triangulasi data yang berpedoman pada penjaringan korpus paralel,

model komparatif, sintesis teori dan konfirmasi partisipasi informan kunci yang

mengetahui interpretsi metafora dalam perumpaman.

7.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari analisis yang sudah dilakukan dipaparkan

berdasarkan permasalahan yang dikaji, sebagai berikut.

(1) Pemetaan konseptual terhadap kategori metafora konseptual terkait dengan

permasalahan nomor satu dari penelitian ini memiliki peran dan fungsi yang

sangat penting dalam teks bidang religi, khususnya dalam teks perumpamaan

Injil Lukas. Memahami makna ungkapan metaforis melalui perspektif kognitif

yang dilakukan dalam penelitian ini turut memperkuat teori metafora, dalam hal

ini dapat memberi pencerahan terhadap bagaimana metafora dalam berbagai

jenis teks dapat dikaji. Penelitian ini menekankan empat fungsi metafora

konseptual dalam perumpamaan Injil Lukas (TSu) dan terjemahannya dalam

bahasa Inggris (TSa), yaitu (1) fungsi kognitif yang bertujuan untuk

memudahkan pemahaman substansi perumpamaan dalam teks religi; (2) fungsi

retoris kebahasaan untuk tujuan pedagogis, yaitu sebagai sebuah terobosan baru

dalam metodologi penerjemahan yang dapat digunakan oleh pengajar ketika

mengajarkan praktisi (penerjemah) dalam konteks penerjemahan teks metafora

konseptual bahasa Inggris (BS) ke bahasa Indonesia (BT) sehingga terkait erat

dengan konsep keterjemahan, yaitu sejauh mana metafora konseptual dapat

diterjemahkan ke BT dan sejauh mana metafora konseptual tidak dapat

diterjemahkan ke BT (Shuttleworth dan Cowie, 1977). (3) fungsi kultural yang

bertujuan untuk memudahkan komunikasi antara pembaca dalam budaya sumber

dan pembaca bahasa target melalui aplikasi metafora konseptual dalam teks

perumpamaan Injil Lukas; dan (4) fungsi pragmatis-kontekstual yang bertujuan

agar terjemahan metafora konseptual dalam perumpamaan Injil Lukas secara

Page 50: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xli  

kontekstual dapat dipahami oleh pembaca target sesuai dengan konteksnya.

Metafora konseptual tidak berdiri sendiri dalam sebuah konteks, dalam teks

bidang religi, metafora konseptual muncul bersama komponen TSu yang lain,

karena konstruksi bahasa yang menyertai metafora konseptual dalam sebuah

paragraf TSu juga mempersulit upaya penerjemahan. Oleh karena itu,

penerjemah menerapkan sejumlah alternatif teknik penerjemahan, seperti halnya

penerapan prosedur dan metode penerjemahan metafora konseptual di atas.

(2) Prosedur penerjemahan terkait dengan permasalahan nomor dua dari penelitian

ini yang sering diterapkan oleh penerjemah adalah prosedur metafora dalam TSu

yang diterjemahkan menjadi bentuk metafora dalam TSa dengan RSu (citra) yang

sama. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa RSu (citra) dalam TSa sama

dengan RSu (citra) dalam TSu sehingga lebih bernuansa BS. Fakta empiris ini

semakin menguatkan strategi penerjemahan, khususnya prosedur penerjemahan

yang diusulkan oleh Larson (1984), Newmark (1988), termasuk faktor

keterjemahan turut mempermudah penerjemahan metafora konseptual. Strategi

penerjemahan yang mencakup teknik, prosedur, metode dan ideologi

mencerminkan wujud nyata dari upaya yang dilakukan oleh penerjemah untuk

menerjemahkan metafora konseptual dalam TSu dari tataran makroteks sampai

pada tataran mikroteks. Penelitian ini menguatkan berbagai alternatif prosedur

penerjemahan metafora yang diusulkan oleh beberapa pakar metafora, seperti

Broeck (1981), Larson (1984), Newmark (1988), walaupun terdapat banyak

kesamaan di antara prosedur tersebut. Disertasi ini mensitesiskan prosedur

penerjemahan dengan teori metafora konseptual Lakoff (1993) yang lebih

mengedepankan pemetaan konseptual (conceptual mapping), yakni relasi

ontologis antara RSa dengan RSu yang dalam pendekatan terdahulu lebih dikenal

dengan istilah citra (image). Salah satu kecenderungan yang muncul dari hasil

penelitian ini adalah bahwa metode penerjemahan harfiah versi Newmark dan

teknik penerjemahan harfiah dari sisi penggunaan istilah diperlakukan secara

Page 51: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xlii  

berbeda. Secara hierarkis, metode penerjemahan harfiah mengacu pada salah

satu prinsip yang dianut oleh penerjemah, sedangkan teknik penerjemahan

harfiah lebih bersifat teknis yang beroperasi pada tataran kata atau frasa.

(3) Aspek lain yang menarik dalam aplikasi prosedur penerjemahan metafora

berdasarkan temuan dalam penelitian ini adalah bahwa penerjemah memiliki

kecenderungan berorientasi pada BT. Kecendrungan ini dapat dipahami karena

ideologi juga “berbicara” pada tataran teknik dan metode penerjemahan metafora

konseptual. Kecenderungan penerapan ideologi oleh penerjemah turut

memperkuat teori strategi penerjemahan, khususnya ideologi dalam

penerjemahan (Mason, 1992; Venuti, 1995; Van Dijk, 1998; Fawcett & Munday,

2009) tentang sikap penerjemah terhadap kedua kutub ideologi tersebut.

7.2 Saran

Saran atau rekomendasi yang dapat disampaikan adalah:

(1) Peneliti menganggap bahwa konsep PK akan terus relevan ketika penelitian

bertujuan untuk membandingkan perbedaan PK antara BS dengan BT yang

melibatkan korpus monolingual BS dan korpus monolingual BT. Korpus yang

mengacu pada comparable corpora yang terdiri atas satu korpus dalam sebuah

bahasa (misalnya, bahasa Indonesia) dan satu korpus terjemahan dari bahasa

asing. Oleh karena itu, penelitian yang menggunakan konsep PK yang

melibatkan comparable corpora direkomendasikan untuk penelitian

selanjutnya.

(2) Peneliti merekomendasikan rekonstruksi terhadap teori metafora konseptual

sangat mungkin terus dilakukan, karena kemunculan PK sangat dipengaruhi

oleh konteks yang melatari ungkapan metaforis dalam realitas kehidupan.

(3) Peneliti merekomendasikan penelitian lanjutan, yaitu koherensi metaforis

dalam TSa vs TSu dan gaya bahasa penerjemah (translator style). Identifikasi

kemunculan ungkapan metaforis dalam TSu membuktikan bahwa beberapa

jenis metafora atau PK sering muncul secara simultan dalam sebuah paragraf.

Page 52: METAFORA KON SEPTU AL PADA PERUMPAMAAN … dan...WAR, termasuk penulisan sebuah konsep dengan huruf besar, misalnya konsep WAR, UP-DOWN, JOURNEY. Konvensi itu juga diterapkan oleh

xliii  

Sebuah pertanyaan akan muncul bagaimanakah tingkat koherensi dalam TSu

dapat dipertahankan atau tidak dapat dipertahankan dalam TSa.

(4) Peneliti juga merekomendasikan penelitian lanjutan, yakni inferensi terhadap

metafora, mengingat kemunculan inferensi atau entailmentbanyak terdapat

dalam penelitian ini. Pertanyaan akan muncul apakah inferensi tersebut akan

berdampak terhadap produk terjemahan.