menurut kecamatan di kota bandung tahun...

320
Produk Domestik Regional Bruto PDRB Menurut Kecamatan Di Kota Bandung Tahun 2011-2012 Kerjasama : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung Dengan Badan Pusat Statistik Kota Bandung Katalog BPS : 9205.3273

Upload: ngoque

Post on 14-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Produk Domestik Regional Bruto

PDRBMenurut Kecamatan

Di Kota Bandung

Tahun 2011-2012

Kerjasama :Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kota BandungDengan

Badan Pusat Statistik Kota Bandung

Katalog BPS : 9205.3273

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

MENURUT KECAMATAN

DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2011 2012

ISSN : 0854.9304

No. Publikasi : 3273.1203

Katalog BPS : 9205.3273

Jumlah halaman :

Ukuran buku : 25,7 cm x 18,2 cm

Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Bandung

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Tim Penyusun

Penyunting : Ir. Hj. Sri Daty

Dra. Sri Sundari

Penulis : Isti Larasati Widiastuty, SST, MP

Pengolah data/

Penyiapan Draft : Dra. Sri Sundari Devi Irmayanti F, SST

Isti Larasati Widiastuty, SST, MP Hj. Euis Yeni

Mamur Kusnadi Raifa Mukti, S.Si

Dang Haris Lilis Siti Fatimah, SP

Helmawati Riska Triyuniarta, ST Ade Setyadi, S.I.Kom

Etsa Indra Irawan, S.Si Ruhyana

Kafila Tidari Anggraeni, AMd Sri Rahayuningsih, AMd

Ahmad Syamsul Bahri, AMd Ahmad Luthfi Chairi, S.Si

Risky Hadi Pebriyandi, AMd Ahmad Ramdani

Didin Sarifudin Winwin Witriani, AMd

Dudi Ahmadi Riana Safaat, S.Si

Ali Juanda Rudi Hermawan

Solihin Ugi Nujuprono, AMd

Riya Supriyatin, S.Si Asep Saepudin

Ainan Dhinan Suhartoyo

Jonrial Nasution Jauhari, S.Si

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 i

KATA PENGANTAR

Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

merupakan publikasi lanjutan dari publikasi tahun-tahun sebelumnya.

Publikasi ini disusun atas kerjasama Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung dengan Badan

Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung.

Publikasi memuat gambaran tentang kondisi makro hasil

pembangunan ekonomi di Kota Bandung Tahun 2011 2012 yang

dirinci menurut sektor ekonomi untuk setiap kecamatan. Gambaran

pembangunan ekonomi Kota Bandung yang disajikan dalam publikasi

ini antara lain adalah : laju pertumbuhan ekonomi, struktur

perekonomian, serta pendapatan per kapita masyarakat.

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam

penerbitan publikasi ini disampaikan terima kasih. Semoga buku ini

bermanfaat bagi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan

dan bisa menjadi pijakan yang kuat untuk pengambilan keputusan

yang akan datang. Kritik dan saran sangat kami hargai guna perbaikan

dimasa yang akan datang.

Bandung, Oktober 2013BPS Kota Bandung

Kepala,

Ir. Hj. Sri Daty

NIP. 19591107 198503 2 002

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................... i

Daftar Isi ............... ii

BAB I. PENDAHULUAN ......... 1

1.1 Latar Belakang ................ 1

1.2 Tujuan.. ............ 2

1.3 Jenis dan Sumber Data ............ 2

BAB II. METODOLOGI ............... 4

2.1 Konsep dan Definisi ................................ 4

2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional ............ 9

2.3 Cara Penyajian .................. 10

2.4 Metode Penghitungan................. 12

BAB III URAIAN SEKTORAL........... 18

3.1 Sektor Pertanian............. 18

3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian.. ........... 21

3.3 Sektor Industri Pengolahan ............ 23

3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih.......... 24

3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi ........ 26

3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran .......... 26

3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi...... 28

3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan ................31

3.9. Sektor Jasa-Jasa .............. 33

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 iii

BAB IV STRUKTUR EKONOMI SEKTORAL ..................... 37

4.1. Peranan PDRB Antar Kecamatan 37

Sektor Pertanian ................................................... 41

Sektor Industri Pengolahan .................................. 43

Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih......................... 45

Sektor Konstruksi .................................................. 46

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ............ 47

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ................. 49

Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan ............................................................50

Sektor Jasa-jasa ..................................................... 51

BAB V STRUKTUR EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

REGIONAL ...........................................................................53

5.1 Struktur Ekonomi Antar Kecamatan ...................... 53

Kecamatan Bandung Kulon .................................. 54

Kecamatan Babakan Ciparay ................................ 55

Kecamatan Bojongloa Kaler .................................. 56

Kecamatan Bojongloa Kidul .................................. 57

Kecamatan Astana Anyar ...................................... 58

Kecamatan Regol .................................................... 59

Kecamatan Lengkong ............................................. 60

Kecamatan Bandung Kidul ..................................... 61

Kecamatan Buah Batu ............................................. 62

Kecamatan Rancasari .............................................. 63

Kecamatan Gedebage .............................................. 64

Kecamatan Cibiru ................................................... 65

Kecamatan Panyileukan ......................................... 66

Kecamatan Ujung Berung ....................................... 67

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 iv

Kecamatan Cinambo .............................................. 68

Kecamatan Arcamanik ........................................... 69

Kecamatan Antapani ............................................... 70

Kecamatan Mandalajati ......................................... 71

Kecamatan Kiaracondong ...................................... 72

Kecamatan Batununggal ......................................... 73

Kecamatan Sumur Bandung ................................... 74

Kecamatan Andir .................................................... 75

Kecamatan Cicendo ............................................... 76

Kecamatan Bandung Wetan .................................... 77

Kecamatan Cibeunying Kidul ................................. 78

Kecamatan Cibeunying Kaler ................................. 79

Kecamatan Coblong ................................................ 80

Kecamatan Sukajadi ............................................... 81

Kecamatan Sukasari ............................................... 82

Kecamatan Cidadap ................................................ 83

5.2 Peranan Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kecamatan 84

Peranan Sektor Pertanian ....................................... 85

Peranan Sektor Industri Pengolahan ...................... 87

Peranan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih .......... 90

Peranan Sektor Konstruksi .................................... 92

Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 93

Peranan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 96

Peranan Sektor Keuangan, Persewaan, dan JasaPerusahaan .............................................................

97

Peranan Sektor Jasa-jasa ....................................... 99

5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan ................. 101

5.4 PDRB Per Kapita Kecamatan ................................... 105

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 v

BAB VI PERBANDINGAN KINERJA PEREKONOMIANKECAMATAN DENGAN KOTA BANDUNG ....................

108

6.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi ......................................... 109

6.2 PDRB Per Kapita ........................................................... 111

6.3 Perbandingan Laju Pertumbuhan dan PDRB

Per Kapita ....................................................................114

DAFTAR PUSTAKA .......................... 117

LAMPIRAN .................... 118

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembangunan ekonomi Indonesia tidak lepas dari

proses pembangunan yang terjadi pada wilayah terkecil di dalamnya.

Pembangunan wilayah memerlukan suatu perencanaan agar kebijakan

ekonomi wilayah mempertimbangkan aspek wilayah dengan

mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan sehingga kesejahteraan

yang optimal dan berkelanjutan dapat tercapai. Demikian hal nya

dengan pembangunan Kota Bandung, sangat tergantung pada proses

pembangunan di wilayah kecamatan.

Memantau perkembangan kondisi makro perekonomian

menurut level kecamatan dapat memberikan manfaat dalam

melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan

pada level kecamatan maupun kota. Ketersediaan data dan indikator

perekonomian makro secara berkala menurut level Kecamatan perlu

tersedia dalam kurun waktu yang relatif cepat. Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Menurut Kecamatan merupakan salah satu

indikator perekonomian yang biasa digunakan untuk memantau

perkembangan kondisi perekonomian suatu wilayah. Penyusunan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Menurut

Kecamatan Tahun 2011 - 2012 kiranya dapat dijadikan salah satu

bahan/kerangka acuan dalam penetapan kebijakan ekonomi makro,

baik moneter maupun sektor riil, sehingga proses pelaksanaan

pembangunan ekonomi di Kota Bandung masa mendatang akan lebih

tepat sasaran.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 2

1.2 Maksud dan Tujuan

Secara garis besar maksud penyusunan publikasi ini adalah

untuk mengetahui gambaran perkembangan pembangunan di Kota

Bandung, khususnya dalam bidang perekonomian menurut

Kecamatan. Adapun secara rinci tujuan tersebut adalah :

1. Menyediakan data ekonomi makro bagi perencanaan dan evaluasi

pembangunan di Kota Bandung tahun 2011 2012 menurut

kecamatan.

2. Mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian,

perkembangan ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat Kota

Bandung tahun 2012 menurut kecamatan.

1.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penyusunan publikasi ini

adalah : data produksi, data harga dan data biaya antara atau rasio

biaya antara dari seluruh sektor ekonomi, yang meliputi :

Sektor Pertanian,

Sektor Pertambangan dan Penggalian,

Sektor Industri Pengolahan,

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih,

Sektor Konstruksi,

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,

Sektor Angkutan dan Komunikasi,

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 3

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,

dan Sektor Jasa-Jasa,

serta data jumlah penduduk pertengahan tahun yang dirinci menurut

Kecamatan di Kota Bandung.

Data di atas bersumber dari data sekunder dari instansi terkait,

survei khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, yaitu Survei

Khusus Pendapatan Regional (SKPR) 2013, Data Basis Kecamatan

2013, Survei Hotel Tahunan, Survei Industri Besar Sedang, Survei

Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2011 - 2012 dan Sensus

Ekonomi (SE) Tahun 2006.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 4

BAB II METODOLOGI

2.1 Konsep dan Definisi

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau yang lebih

dikenal dengan istilah Pendapatan Regional (Regional Income)

merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah

dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik

Regional Bruto dapat diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu:

a. Pendekatan Produksi (Production Approach), PDRB

adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu

wilayah/regional pada suatu waktu tertentu, biasanya setahun.

PDRB = NTB

PDRB = (Output Biaya Antara)

PDRB = ((Produksi x Harga) Biaya Antara)

b. Pendekatan pendapatan (Income Approach), PDRB

adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor

produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu

wilayah/regional pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas

jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 5

tanah, bunga modal dan keuntungan (surplus usaha) yang

kesemuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak

tak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik

Regional Bruto, termasuk pula penyusutan barang modal

tetap dan pajak tak langsung neto, Jumlah seluruh komponen

pendapatan tersebut disebut nilai tambah bruto dan Produk

Domestik Regional Bruto diperoleh dari penjumlahan nilai

tambah bruto seluruh sektor lapangan usaha.

PDRB = Upah Gaji + Surplus Usaha +

Pajak tak langsung netto + Penyusutan

c. Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach),

PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi

rumah tangga termasuk lembaga non profit yang melayani

rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal

tetap domestik bruto, perubahan stok (inventori) dan ekspor

neto di suatu wilayah. Ekspor neto di sini adalah ekspor

dikurangi impor.

PDRB = Konsumsi Rumah Tangga + Konsumsi

Pemerintah + PMTB + Perubahan

Inventori (Stok) + Ekspor - Impor

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 6

Dari ketiga pendekatan di atas dapat disimpulkan bahwa

jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan pada suatu

wilayah, sama dengan jumlah pendapatan faktor produksinya dan

harus sama pula dengan jumlah pengeluaran untuk berbagai

keperluan. PDRB di atas selanjutnya disebut sebagai PDRB atas dasar

harga pasar karena masih mencakup pajak tak langsung neto.

2.1.2 PDRB atas dasar harga berlaku

PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan baik

pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai

tambah.

2.1.3 PDRB atas dasar harga konstan

PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu atau

tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun

komponen nilai tambah.

2.1.4 Indeks Harga Implisit PDRB

Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB

atas dasar harga konstan.

2.1.5 Angka Laju Pertumbuhan PDRB

Besarnya persentase kenaikkan PDRB pada tahun berjalan

terhadap PDRB pada tahun sebelumnya. Adapun Laju Pertumbuhan

Ekonomi adalah laju PDRB atas dasar harga konstan.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 7

LPE =

PDRB adhk t PDRB adhk t-1

x 100

PDRB adhk t-1

2.1.6 PDRB per Kapita

PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.

PDRB per

Kapita=

PDRB

Penduduk pertengahan

tahun

2.1.7 Pendapatan Regional

PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk

wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor

produksi yang mengalir keluar.

2.1.8 Pendapatan per Kapita

Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi pendapatan

regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam

kenyataannya penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 8

oleh penduduk Kota Bandung sulit dilakukan karena masih belum

tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar daerah. Oleh

karena itu sampai saat ini penyajian data pendapatan masih

menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan

demikian angka PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan

kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau

balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses

produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan

product originated.

2.1.9 Produk Regional Bruto

Merupakan PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik

penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa

faktor produksi yang mengalir ke luar.

2.1.10 Produk Regional Neto

Merupakan produk regional bruto dikurangi dengan

penyusutan barang modal tetap yang digunakan selama setahun. Jika

dikurangi lagi dengan pajak tak langsung neto akan diperoleh produk

regional neto atas dasar biaya faktor produksi.

2.1.11 Pajak tak langsung neto

Adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi pemerintah. Pajak

tak langsung bersifat menaikkan harga jual, sedangkan subsidi

sebaliknya.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 9

Selanjutnya produk regional neto atas dasar biaya faktor

disebut Pendapatan Regional inilah yang seharusnya merupakan

pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk Kota

Bandung. Akan tetapi sampai saat ini penghitungan pendapatan yang

benar-benar diterima penduduk Kota Bandung belum dapat

dilakukan. Hal ini disebabkan masih belum tersedianya data arus

pendapatan yang mengalir antar Kabupaten/Kota. Dalam pengertian

ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan dari faktor produksi yang

berada di luar Kota Bandung milik penduduk Kota Bandung harus

dihitung sebagai pendapatan Kota Bandung. Demikian juga

sebaliknya dengan pendapatan dari faktor produksi milik penduduk

luar Kota Bandung harus dikeluarkan.

Berkaitan dengan hal di atas penghitungan yang dapat

disajikan hanyalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka

PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan

daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa

faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di

daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan gambaran

"Production Originated".

2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional

PDRB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk

memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya :

1. PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukkan

kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu

wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan

sumber daya ekonomi yang besar.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 10

2. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang

memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah.

3. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk

menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan

maupun sektoral dari tahun ke tahun.

4. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor

menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan

peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor

ekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukkan

basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut.

5. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai

PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.

6. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk

mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.

2.3 Cara Penyajian PDRB

PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku

dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan

menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga

konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang

dihitung dengan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu

(tahun dasar), dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai

tahun dasar.

a. Penyajian atas dasar harga berlaku, PDRB dinilai atas dasar

harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 11

produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai

tambah dan komponen pengeluaran PDRB.

b. Penyajian atas dasar harga konstan 2000, PDRB dinilai

seluruhnya dengan harga pada tahun dasar. Karena setiap tahun

dinilai dengan harga yang sama, maka perkembangan PDRB dari

tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil

dan bukan disebabkan kenaikan harga.

Dari dua penyajian PDRB ini diperoleh beberapa indikator

ekonomi makro yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik

birokrasi pemerintah, peneliti maupun masyarakat dunia usaha.

Indikator tersebut antara lain Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE),

Struktur Perekonomian dan Pendapatan (PDRB) Perkapita.

Nilai PDRB Kota Bandung dalam publikasi ini disajikan

menurut sektor lapangan usaha. Pembagian sektor tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas, dan Air bersih

5. Bangunan/Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

9. Jasa-jasa

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 12

2.4 Metode Penghitungan PDRB

2.4.1 Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku

Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode yaitu

metode langsung dan metode tak langsung (alokasi). Dalam metode

langsung dikenal ada tiga macam pendekatan penghitungan yaitu

pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan

pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut akan memberikan hasil

yang sama. Dalam metode tak langsung nilai tambah di suatu

wilayah diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah suatu

kegiatan ekonomi nasional ke dalam masing-masing kegiatan

ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator

yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi

tersebut.

2.4.2 Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan

PDRB selain dihitung atas dasar harga berlaku, juga dihitung

dengan harga konstan. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan

PDRB secara riil, bukan karena adanya kenaikan harga. Ada empat

cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga

konstan, yaitu :

a. Revaluasi

b. Ekstrapolasi

c. Deflasi

d. Deflasi berganda

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 13

a. Revaluasi

Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan

biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada dasar 2000.

Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga

konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga

konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara.

Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap

biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input

yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat

memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara

atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara

output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio

tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.

b. Ekstrapolasi

Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan

2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun

dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai

ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi

yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi

seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap

cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.

Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan

output atas dasar harga konstan kemudian dengan menggunakan

rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan

nilai tambah atas dasar harga konstan.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 14

c. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh

dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku

masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang

digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga

konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya.

Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam

keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru

diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan

dengan indeks harga tersebut.

d. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan

biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara

output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang

digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar

harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau

indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya,

sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari

komponen input terbesar.

Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya

antara, di samping karena komponennya terlalu banyak juga karena

indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam

penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak

dipakai. Penghitungan komponen penggunaan produk domestik

regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 15

menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia

maka digunakan cara deflasi dan ekstrapolasi.

2.5 Penyajian Angka Indeks

Untuk mempermudah dalam menganalisisnya, PDRB

disamping disajikan dalam bentuk angka absolut, disajikan juga dalam

bentuk angka indeks. Secara rinci angka indeks tersebut adalah

sebagai berikut :

2.5.1. Indeks Perkembangan

Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan

pendapatan/perekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan

dengan tahun dasar. Indeks tersebut di rumuskan sebagai berikut :

IP =

PDRB it

x 100 %

PDRB i0

dimana :

IP = Indeks Perkembangan

i = Sektor 1,2,...,9

t = Tahun t

0 = Tahun dasar

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 16

2.5.2. Indeks Berantai

Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat

pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Indeks berantai ini diperoleh dengan cara membagi nilai

pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya

dikalikan 100. indeks berantai dirumuskan sebagai berikut :

IB =

PDRB it

x 100 %

PDRB i(t-1)

di mana :

IB = Indeks Berantai

i = Sektor 1,2,,9

t = Tahun t

t-1 = Tahun sebelumnya

2.5.3. Indeks Implisit

Indeks ini merupakan indikator tingkat perkembangan harga

dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks

Implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga

berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian

dikalikan 100.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 17

Indeks Implisit dapat dirumuskan sebagai berikut :

IH =

PDRB atas dasar harga berlaku it

x 100

PDRB atas dasar harga konstan it

di mana :

IH = Indeks Implisit

i = Sektor 1,2,,9

t = Tahun t

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

18

BAB III URAIAN SEKTORAL

Uraian sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup ruang

lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara

perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku

maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber data yang

digunakannya.

3.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan

3.1.1. Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti

padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang

tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan

dan hasil-hasil produksi ikutannya. Termasuk pula

disini hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan

secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek dan

sagu. Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas

Pertanian, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga

yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.

NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan

produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi

dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi biaya antara.

Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap

output yang merupakan hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR)

yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan

2000 dihitung dengan cara revaluasi.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

19

3.1.2. Tanaman Perkebunan

Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang

diusahakan oleh rakyat seperti karet, kelapa, kopi, kapok teh, tebu,

tembakau, cengkeh, kemiri, kina, lada, pala,

panili, serat karung, tembakau serta tanaman

perkebunan lainnya, termasuk produk ikutannya

dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti

gula merah, minyak kelapa, tembakau olahan

dan teh olahan. Data produksi diperoleh dari

Dinas Perkebunan sedangkan data harga berupa harga perdagangan besar

dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.

Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dihitung

dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap

jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya

dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio

biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar

harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. Data produksi diperoleh

dari Dinas Perkebunan dan data harga dikumpulkan oleh Badan Pusat

Statistik. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan

dinyatakan tidak ada.

3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya

Sub sektor ini mencakup produksi

ternak besar, ternak kecil, unggas maupun

hasil-hasil ternak seperti susu segar dan

telur. Yang dimaksud dengan Produksi

Peternakkan adalah banyaknya ternak yang

lahir dan penambahan berat ternak.

Produksi peternakkan di hitung berdasarkan perkiraan dengan

menggunakan rumus:

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

20

Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak dan keluar

masuk ternak diperoleh dari Dinas Pertanian, sedangkan data harga

diperoleh dari Badan Pusat Statistik.

Nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara

pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak dengan

masing-masing harganya, kemudian dikurangi dengan biaya antara. Biaya

antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output

yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung

dengan cara revaluasi.

3.1.4. Kehutanan.

Sub sektor ini mencakup komoditi kayu pertukangan, kayu bakar,

arang, bambu, rotan dan lain-lain. Data produksi dan harga diperoleh dari

Perum Perhutani atau Kantor Wilayah Kehutanan Propinsi Regional Barat.

Nilai tambah bruto atas dasar harga

dihitung dengan cara Pendekatan Produksi

yaitu mengalikan terlebih dahulu jenis

produksi kehutanan dengan masing-masing

harganya, kemudian dikurangi biaya antara.

Biaya antara dperoleh dengan menggunakan

ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR.

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.

Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan

tidak ada.

Produksi = Jumlah pemotongan + (populasi akhir tahun - awal tahun)+ (ternak keluar - ternak yang masuk)

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

21

3.1.5. Perikanan

Subsektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan darat,

serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan).

NTB atas dasar harga berlaku

dihitung dengan cara output dikurangi

biaya antara. Nilai output perikanan

diperoleh dari Dinas Pertanian sedangkan

biaya antara diperoleh dari hasil perkalian

rasio biaya antara terhadap outputnya.

Besarnya rasio biaya diperoleh dari Survei

Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara

Revaluasi.

3.2. Sektor Pertambangan Dan Penggalian

Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 sub sektor yaitu Minyak dan Gas

Bumi (Migas), Pertambangan tanpa migas dan Penggalian. Sektor ini

mencakup kegiatan-kegiatan penggalian, pemboran dan pengambilan segala

macam pemanfaatan misalnya benda non biologis, barang-barang tambang,

mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik yang berupa benda

padat, benda cair misalnya minyak mentah, maupun benda gas misalnya gas

bumi.

3.3.1. Pertambangan

Sub sektor ini mencakup komoditi

minyak mentah, gas bumi, batu bara, biji emas

dan perak. Data produksi dan harga diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS).

NTB atas dasar harga berlaku diperoleh

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

22

dengan cara Pendekatan Produksi, yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap

jenis produksi dengan harganya, kemudian dikurangi biaya antara yang

diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh BPS.

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.

Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan

tidak ada.

3.2.2. Penggalian.

Subsektor ini mencakup

penggalian dan pengambilan segala jenis

barang galian seperti batu-batuan, pasir,

batu dan lain-lain yang pada umumnya

berada pada permukaan bumi. Komoditi

yang dicakup adalah batu gunung, batu

kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir bahan

bangunan, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya.

Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Dinas Pertambangan Propinsi Regional Barat dan Pusat Pengembangan

Teknologi dan Mineral (PPTM), sedangkan biaya antara diperoleh dari

perkalian ratio biaya antara dengan outputnya. Besarnya rasio biaya antara

diperoleh dari hasil Survei Penggalian yang dilakukan Badan Pusat

Statistik bekerjasama dengan PPTM.

NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan

produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. NTB atas dasar harga

konstan 2000 dihitung dengan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks

Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk Barang-barang Galian. Untuk Kota

Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

23

3.3. Sektor Industri Pengolahan

3.3.1. Industri Minyak dan Gas (Migas)

Sub sektor ini mencakup kegiatan pengolahan, pengilangan minyak

bumi dan gas alam cair misalnya premium, minyak tanah, minyak diesel,

avtur, avigas dan sebagainya.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan

Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output

dan biaya antara diperoleh dari BPS melalui survei.

NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode

Deflasi dengan deflatornya IHPB Hasil Pengilangan Minyak Bumi. Untuk

Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.

3.3.2. Sektor Industri Tanpa Migas.

Berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) 1997

kegiatan industri mencakup sembilan kegiatan golongan pokok, yaitu :

1. Industri makanan, minuman dan tembakau

2. Industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki

3. Industri kayu

4. Industri kertas dan percetakan

5. Industri kimia dan barang-barang dari kimia

6. Industri barang galian bukan logam

7. Industri logam dasar

8. Industri barang dari logam

9. Industri pengolahan lainnya

Badan Pusat Statistik mengelompokkan kegiatan industri yang sudah

terklasifikasi berdasarkan KBLI berdasarkan jumlah tenaga kerja.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

24

Berdasarkan jumlah tenaga kerja, kegiatan industri pengolahan meliputi

kegiatan industri besar dan sedang, industri kecil, dan industri rumah-

tangga. Industri Besar mencakup kegiatan industri dengan tenaga kerja 100

orang dan lebih, Industri Sedang mencakup kegiatan industri yang

mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang. Industri Kecil dan Rumah tangga

mencakup kegiatan industri kecil yang mempunyai tenaga kerja 5 -19 orang

dan industri rumahtangga yang mempunyai tenaga kerja 1- 4 orang.

NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang di

hitung menggunakan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya

antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Survei Tahunan Industri

Besar dan Sedang yang setiap tahun dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.

Sedangkan untuk industri kecil dan rumah tangga dilakukan estimasi

berdasarkan indikator jumlah tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga

kerja, hasil suatu Survei Industri Kecil dan Rumah Tangga yang dilakukan

BPS.

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang-barang Industri.

3.4. Sektor Listrik, Gas, Dan Air Bersih

3.4.1. Listrik

Subsektor listrik ini mencakup kegiatan

pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik yang

diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara

(PLN) dan non PLN. NTB atas dasar harga berlaku

dihitung dengan menggunakan metode

Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya

antara. Nilai output diperoleh dari perkalian produksi listrik PLN dan Non

PLN dengan tarif listrik yang datanya diperoleh dari PLN dan Survei Listrik

Non PLN, sedangkan biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

25

dikalikan nilai outputnya. Ratio ini didapat dari survei yang diselenggarakan

oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan

menggunakan metode Ekstrapolasi dan ektrapolatornya Indeks Produksi

Listrik.

3.4.2. Gas Kota

Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan Gas kota yang

biasanya diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan Pendekatan

Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara

diperoleh dari Survei Gas yang dilakukan setiap tahun oleh Badan Pusat

Statistik.NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Produksi Gas. Untuk

Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.

3.4.3. Air Bersih

Subsektor ini mencakup kegiatan proses

pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya

untuk menghasilkan air minum serta pendistribusian

dan penyalurannya baik yang dilakukan oleh

Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan PAM.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung

dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai

output dan biaya antara diperoleh dari Survei Air Minum yang setiap tahun

dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode

Ekstrapolasi dengan ekstrpolatornya Indeks Produksi Air Minum.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

26

3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi

Sektor ini mencakup segala kegiatan

pembangunan fisik (kontruksi), baik berupa

gedung, jalan, jembatan dan kontruksi

lainnya yang dilakukan oleh perusahaan

maupun yang dilakukan oleh perorangan.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan

Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output

dan biaya antara di peroleh dari Survei Perusahaan Konstruksi AKI dan Non

AKI ditambah dengan kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh perorangan.

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode

Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang Bangunan.

3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran

3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran.

Perdagangan besar ini meliputi

kegiatan pengumpulan dan penjualan

kembali barang baru maupun bekas oleh

pedagang dari produsen atau importir ke

pedagang besar lainnya atau pedagang

eceran. Perdagangan eceran mencakup

kegiatan pedagang yang umumnya melayani

konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang

baru atau barang bekas.

NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000

dihitung dengan menggunakan Metode arus barang (Commodity Flow) yaitu

output dihitung berdasarkan besarnya margin perdagangan yang timbul

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

27

akibat perdagangan barang-barang dari sektor Pertanian, Pertambangan dan

Penggalian, Industri serta barang dari impor dikurangi biaya antara.

3.6.2. Hotel

Subsektor ini mencakup kegiatan

penyediaan akomodasi yang menggunakan

sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat

penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini

adalah hotel-hotel berbintang maupun tidak

berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang

digunakan untuk menginap untuk menginap seperti losmen dan hotel.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian

jumlah kamar yang terjual dengan rata-rata tarif per kamar. Biaya antara

diperoleh dari perkalian ratio biaya antara hasil SKPR dengan nilai outputnya.

NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan

menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah

Kamar yang Terjual.

3.6.3. Restoran

Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha

penyediaan makanan dan minuman jadi yang

pada umumnya dikonsumsi di tempat

penjualan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk

dalam sub sektor ini seperti rumah makan,

warung nasi, warung kopi, katering dan kantin.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara

mengalikan pengeluaran makanan dan minuman per kapita selama setahun

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

28

denga jumlah penduduk pertengahan tahun. Biaya antara diperoleh dari

perkalian ratio biaya antara yang diperoleh dari SKPR dengan nilai outputnya.

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode

Deflasi dengan deflatornya IHK Makanan Jadi.

3.7. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi

3.7.1. Angkutan Rel

Sub sektor ini mencakup pengangkutan barang

dan penumpang dengan menggunakan alat angkut

kereta api, yang sepenuhnya dikelola oleh PT. KAI.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan

Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya

antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Laporan Keuangan PT.

KAI. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Penumpang dan

Barang.

3.7.2. Angkutan Jalan Raya

Sub sektor ini mencakup kegiatan

pengangkutan barang dan penumpang dengan

menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya

baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk

disini kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan

(rental car), baik dengan atau tanpa pengemudi.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara

jumlah kendaraan umum dikalikan rata-rata output per kendaraan. Biaya

antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

29

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode

Revaluasi.

3.7.3. Angkutan Laut

Subsektor ini mencakup kegiatan

pengangkutan penumpang dan barang dengan

menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam

dan ke luar daerah domestik oleh Perusahaan

angkutan Laut.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurang biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh

dari SKPR.

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan

Barang. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan

dinyatakan tidak ada.

3.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan

Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan

penumpang dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik bermotor

maupun tidak bermotor, serta kegiatan penyebrangan dengan alat angkut

kapal ferri.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dari biaya antara

diperoleh dari SKPR.

Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar

harga konstan 2000 dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan

Barang. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan

dinyatakan tidak ada.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

30

3.7.5. Angkutan Udara

Sub sektor ini mencakup kegiatan

pengangkutan penumpang dan barang dengan

menggunakan pesawat udara yang diusahakan

oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi

di daerah tersebut.

NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan Produksi,

yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara

diperoleh dari SKPR.

Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar

harga konstan 2000 dengan menggunakan ekstrapolatornya Indeks Jumlah

Penumpang dan Barang.

3.7.6. Jasa penunjang angkutan

Sub sektor ini mencakup kegiatan yang

bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan

pengangkutan yaitu jasa pelabuhan udara, laut,

darat (terminal dan parkir), sungai, bongkar

muat laut dan darat, keagenan penumpang,

ekspedisi laut, jalan tol, jasa parkir dan lain-lain.

NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan Produksi,

yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara

diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen

(IHK).

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

31

3.7.7. Komunikasi

Subsektor ini meliputi kegiatan jasa Pos

& Giro meliputi kegiatan pemberian jasa kepada

pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel,

paket, jasa giro dan jasa tabungan.

Telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam

hal pengiriman berita melalui telegram, telepon, dan telek. Jasa penunjang

komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil (pager)

dan telepon seluler (ponsel).

NTB atas dasar harga berlaku dihitung

dengan Pendekatan Produksi yaitu output

dikurangi biaya antara. Nilai output dari kegiatan

pos dan giro, dan telekomunikasi diperoleh dari

Laporan Keuangan Perum Pos dan Giro, dan PT.

Telkom Wilayah Regional Barat. Sedangkan penunjang komunikasi diperoleh

dari survei seperti wartel dan alokasi (seperti radio panggil, telepon selular).

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya jumlah surat yang dikirim

untuk kegiatan pos dan giro, jumlah pulsa untuk kegiatan telekomunikasi.

3.8. Sektor Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan

3.8.1. Bank

Sub sektor ini mencakup kegiatan

bank sentral dan bank komersial yang

memberikan jasa keuangan pada pihak lain

seperti: menerima simpanan terutama dalam

bentuk giro dan deposito, memberikan

kredit/pinjaman baik kredit jangka

pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

32

surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat

hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga,

dan sebagainya.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh

dari Laporan Bank Indonesia. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung

dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Umum.

3.8.2. Lembaga Keuangan Lainnya

Sub sektor ini mencakup kegiatan Asuransi,

Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam,

dan Lembaga Pembiayaan. Dalam sub sektor ini juga

mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal, dan jasa

penunjang lainnya misalnya pialang, penjamin emisi

dan sebagainya.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung

dengan Pendekatan Produksi, yaitu output

dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya

antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga

konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen (IHK).

3.8.3. Sewa Bangunan

Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha

persewaan bangunan dan tanah, baik yang

menyangkut bangunan tempat tinggal maupun

bukan tempat tinggal seperti perkantoran,

pertokoan, apartemen, gelanggang olah raga, serta

usaha persewaan tanah persil.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

33

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian

antara pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita untuk sewa rumah,

kontrak rumah, sewa beli rumah dinas perkiraan sewa rumah, pajak dan

pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. NTB atas

dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi

dengan deflatornya IHK Perumahan.

3.8.4. Jasa Perusahaan

Sub sektor ini mencakup kegiatan pemberian

jasa hukum (Advokat dan Notaris), jasa akuntansi

dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian

data, jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa

periklanan dan riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian

jumlah perusahaan dengan rata-rata output per perusahaan hasil SKPR. Biaya

antara diperoleh dengan cara mengalikan ratio biaya antara dengan nilai

outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

menggunakan metode Revaluasi.

3.9. Sektor Jasa-Jasa

3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum.

Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa yang

dilaksanakan oleh pemerintah untuk kepentingan

rumah tangga serta masyarakat umum. Sebagai

contoh, jasa pemerintahan umum, pertahanan dan

keamanan dan sebagainya.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

34

3.9.2. Jasa Swasta

Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swasta,

misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa

perorangan dan rumah tangga.

3.9.3.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan

Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa

pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang

merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan

pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadat dan

sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah

maupun swasta.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung

dengan Pendekatan Produksi yaitu output

dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari

hasil perkaliaan jumlah indikator produksi

misalnya jumlah murid, jumlah tempat tidur

rumah sakit, jumlah dokter jumlah panti asuhan

dan sebagainya dengan rata-rata output per masing-masing indikator dari

hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara

dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

menggunakan metode Revaluasi.

3.9.3.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi

Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa

bioskop, kebun binatang, taman hiburan, pub, bar,

karaoke, diskotik, kolam renang dan kegiatan

hiburan lainnya.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

35

dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai

output diperoleh dari hasil perkalian jumlah pengunjung/ penonton dengan

rata-rata tarif per pengunjung/penonton hasil survei SKPR. Biaya antara

diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas

dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.

3.9.3.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga

Sub sektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani

perorangan dan rumah tangga misalnya salon, jasa reparasi, pembatu rumah

tangga, tukang cukur, tukang jahit, semir sepatu dan sejenisnya.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung

dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi

biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil

perkalian jumlah masing-masing jenis kegiatan

usaha jasa perorangan dan rumah tangga dengan

rata-rata output per masing-masing jenis kegiatan tersebut. Biaya antara

diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas

dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

37

BAB IV STRUKTUR EKONOMI SEKTORAL

Perekonomian Kota Bandung terbentuk dari berbagai aktivitas ekonomi

di masing-masing Kecamatan dan pada masing-masing sektor ekonomi. Untuk

mengamati dan menganalisa ekonomi suatu daerah, kegiatan ekonomi

dikelompokkan ke dalam sembilan sektor/lapangan usaha. Pengelompokan

tersebut mengambarkan keadaan sektor-sektor ekonomi yang menentukan dan

berpengaruh di setiap kecamatan. Dengan disajikannnya data PDRB menurut

sektor secara berkala dapat dilihat posisi dan kondisi perekonomian suatu

daerah dari waktu ke waktu.

Pada bagian ini akan diuraikan gambaran mengenai bagaimana

peranan sektor-sektor ekonomi di kecamatan dalam membentuk nilai tambah

bruto (NTB) sektoral Kota Bandung. Yang pada akhirnya dari masing-masing

NTB sektor ini akan terbentuk PDRB Kota Bandung.

4.1 Peranan PDRB Antar Kecamatan

PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul

akibat adanya aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. Data PDRB tersebut

menggambarkan kemampuan region mengelola sumber daya alam yang

dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh karena itu besaran PDRB yang

dihasilkan oleh masing-masing kecamatan sangat tergantung pada potensi

sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan

dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB

bervariasi antar daerah.

Tabel 4.1 berikut ini menunjukkan nilai PDRB kecamatan tahun 2011

dan 2012 atas dasar harga berlaku.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

38

Tabel 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kecamatan

Tahun 2011-2012 (Milyar Rupiah)

Kecamatan 2011*) 2012**)

[1] (2) (3)

010 Bandung Kulon 4.987 5.659

020 Babakan Ciparay 6.236 7.127

030 Bojongloa Kaler 3.279 3.800

040 Bojongloa Kidul 2.743 3.142

050 Astana Anyar 2.926 3.384

060 Regol 4.680 5.456

070 Lengkong 3.623 4.251

080 Bandung Kidul 1.559 1.818

090 Buah Batu 2.480 2.893

100 Rancasari 925 1.072

101 Gedebage 972 1.122

110 Cibiru 1.683 1.944

111 Panyileukan 2.006 2.299

120 Ujung Berung 1.480 1.732

121 Cinambo 2.177 2.470

130 Arcamanik 1.709 1.962

141 Antapani 1.063 1.236

142 Mandalajati 557 650

150 Kiaracondong 5.245 6.093

160 Batununggal 5.347 6.155

170 Sumur Bandung 7.368 8.678

180 Andir 5.311 6.204

190 Cicendo 7.618 8.982

200 Bandung Wetan 3.128 3.706

210 Cibeunying Kidul 2.593 3.002

220 Cibeunying Kaler 1.781 2.056

230 Coblong 5.766 6.735

240 Sukajadi 3.030 3.561

250 Sukasari 2.132 2.510

260 Cidadap 1.210 1.426

Kota Bandung 95.613 111.122

Sumber : BPS Kota Bandung

*) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

39

Kecamatan yang memiliki nilai PDRB atas dasar harga berlaku tertinggi

pada tahun 2011 maupun tahun 2012 adalah Kecamatan Cicendo. Pada tahun

2011 PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Cicendo mencapai 7,62 trilyun

rupiah dan meningkat menjadi 8,98 trilyun rupiah pada tahun 2012. Pada

peringkat kedua adalah Kecamatan Sumur Bandung yang mempunyai nilai

PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 8,68 trilyun rupiah pada tahun 2012.

Kemudian di peringkat ketiga adalah Kecamatan Babakan Ciparay. Pada tahun

2012 Kecamatan Babakan Ciparay menyumbang PDRB Kota Bandung sebesar

7,13 trilyun rupiah atau sebesar 6,41 persen dari total PDRB Kota Bandung.

Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki nilai

PDRB relatif lebih rendah dibadningkan dengan kecamatan lainnya adalah

Kecamatan Mandalajati dan Kecamatan Rancasari. Kedua kecamatan ini

sebagian besar wilayahnya adalah komplek (daerah) perumahan/permukiman.

PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Mandalajati pada tahun 2012

sebesar 649,86 milyar rupiah. Adapun Kecamatan Rancasari memiliki nilai

PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 sebesar 1.072,27 milyar rupiah.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

40

Tabel 4.2 Perubahan Peringkat PDRB Serta PeranannyaAtas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 dan 2012

No KecamatanPeranan2011 (%)

No KecamatanPeranan2012 (%)

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1 190 Cicendo 7,97 1 190 Cicendo 8,08

2 170 Sumur Bandung 7,71 2 170 Sumur Bandung 7,81

3 020 Babakan Ciparay 6,52 3 020 Babakan Ciparay 6,41

4 230 Coblong 6,03 4 230 Coblong 6,06

5 160 Batununggal 5,59 5 180 Andir 5,58

6 180 Andir 5,56 6 160 Batununggal 5,54

7 150 Kiaracondong 5,49 7 150 Kiaracondong 5,48

8 010 Bandung Kulon 5,22 8 010 Bandung Kulon 5,09

9 060 Regol 4,89 9 060 Regol 4,91

10 070 Lengkong 3,79 10 070 Lengkong 3,83

11 030 Bojongloa Kaler 3,43 11 030 Bojongloa Kaler 3,42

12 200 Bandung Wetan 3,27 12 200 Bandung Wetan 3,34

13 240 Sukajadi 3,17 13 240 Sukajadi 3,20

14 050 Astana Anyar 3,06 14 050 Astana Anyar 3,05

15 040 Bojongloa Kidul 2,87 15 040 Bojongloa Kidul 2,83

16 210 Cibeunying Kidul 2,71 16 210 Cibeunying Kidul 2,70

17 090 Buah Batu 2,59 17 090 Buah Batu 2,60

18 121 Cinambo 2,28 18 250 Sukasari 2,26

19 250 Sukasari 2,23 19 121 Cinambo 2,22

20 111 Panyileukan 2,10 20 111 Panyileukan 2,07

21 220 Cibeunying Kaler 1,86 21 220 Cibeunying Kaler 1,85

22 130 Arcamanik 1,79 22 130 Arcamanik 1,77

23 110 Cibiru 1,76 23 110 Cibiru 1,75

24 080 Bandung Kidul 1,63 24 080 Bandung Kidul 1,64

25 120 Ujung Berung 1,55 25 120 Ujung Berung 1,56

26 260 Cidadap 1,27 26 260 Cidadap 1,28

27 141 Antapani 1,11 27 141 Antapani 1,11

28 101 Gedebage 1,02 28 101 Gedebage 1,01

29 100 Rancasari 0,97 29 100 Rancasari 0,96

30 142 Mandalajati 0,58 30 142 Mandalajati 0,58

Sumber : BPS Kota Bandung

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

41

Tabel 4.2 menunjukkan peranan dari masing-masing kecamatan dalam

menyumbang PDRB Kota Bandung tahun 2011 dan tahun 2012. Berdasarkan

tabel ini terlihat bahwa tidak terjadi banyak perubahan peringkat dari tahun

2011 ke tahun 2012. Peringkat pertama baik tahun 2011 maupun tahun 2012

adalah Kecamatan Cicendo, dengan sumbangan PDRB sebesar 8,08 pada tahun

2012. Kemudian peringkat kedua dan ketiga adalah Kecamatan Sumur Bandung

dengan sumbangan PDRB sebesar 7,81 persen dan Kecamatan Babakan Ciparay

yang menyumbang 6,41 persen terhadap PDRB Kota Bandung. Peringkat

keempat adalah Kecamatan Coblong yang menyumbang sebesar 6,06 persen

terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2012. Pergeseran peringkat terjadi pada

peringkat lima dan enam, di mana pada tahun 2011 Kecamatan Batununggal

berada pada peringkat lima dengan kontribusi sebesar 5,59 persen terhadap

total PDRB Kota Bandung dan Kecamatan Andir menyumbang sebesar 5,56

persen berada pada peringkat enam. Pada tahun 2012 terjadi pertukaran

peringkat, yaitu Kecamatan Andir menjadi peringkat lima dengan sumbangan

sebesar 5,58 persen dan Kecamatan Batununggal menjadi peringkat enam

dengan sumbangan sebesar 5,54 persen terhadap total PDRB Kota Bandung

tahun 2012. Perubahan atau pergeseran peringkat peranan kecamatan dalam

berkontribusi terhadap PDRB Kota Bandung ini tidak lepas dari peranan

masing-masing sektor ekonomi di kecamatan.

4.2 Struktur Ekonomi Sektoral

Sektor Pertanian

Pada tahun 2012 nilai tambah bruto (NTB) sektor pertanian mencapai

229,01 milyar rupiah atau berperan sebesar 0,21 persen terhadap

perekonomian Kota Bandung secara umum. Kecamatan yang memberikan

kontribusi terbesar dalam penciptaan NTB sektor pertanian adalah Kecamatan

Cibiru. Pada tahun 2012 Kecamatan Cibiru memberikan sumbangan sebesar

29,90 persen terhadap total NTB sektor pertanian Kota Bandung.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

42

Kecamatan Cibiru memberikan kontribusi paling besar dikarenakan

memiliki potensi sektor pertanian paling besar di Kota Bandung. Selain masih

memiliki lahan sawah yang cukup luas, Kecamatan Cibiru juga memiliki potensi

peternakan terbesar di Kota Bandung. Selain Kecamatan Cibiru, Kecamatan

Cicendo juga memiliki potensi peternakan yang cukup besar, di mana lokasi

pemotongan sapi (RPH) terbesar di Kota Bandung berada di Kecamatan

Cicendo. Kecamatan Cicendo berkontribusi sebesar 8,60 persen terhadap

pembentukan NTB sektor pertanian Kota Bandung.

Kecamatan lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar bagi

sektor pertanian di Kota Bandung adalah Kecamatan Buah Batu, di mana selain

masih memiliki lahan sawah, kecamatan ini juga memiliki potensi peternakan

yang cukup besar. Pada tahun 2012 Kecamatan Buah Batu memberikan

kontribusi sebesar 7,62 persen terhadap NTB sektor pertanian Kota Bandung.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

43

Kecamatan Astana Anyar memberikan kontribusi sebesar 7,46 persen

terhadap pembentukan NTB sektor pertanian. Kecamatan Astana Anyar

memiliki potensi yang cukup besar dalam sub sektor perikanan, yaitu ikan hias.

Kemudian Kecamatan Gedebage meberikan kontribusi sebesar 7,33 persen

terhadap NTB sektor pertanian Kota Bandung. Kecamatan Gedebage

merupakan salah satu kecamatan yang masih memiliki lahan sawah paling luas

di Kota Bandung, walaupun semakin hari keberadaannya semakin berkurang

akibat alih fungsi lahan menjadi komplek perumahan maupun sarana lainnya

seperti Stadion Utama Sepakbola Bandung Lautan Api. Selain Kecamatan

Gedebage, Kecamatan Panyileukan juga merupakan kecamatan di wilayah

timur Kota Bandung yang masih memiliki lahan sawah yang cukup luas dan

keberadaannya banyak beralih fungsi menjadi komplek perumahan beberapa

tahun terakhir. Kecamatan Panyileukan memberikan kontribusi sebesar 5,95

persen terhadap pembentukan NTB sektor pertanian tahun 2012.

Kecamatan Babakan Ciparay sebagai salah satu kecamatan di wilayah

barat Kota Bandung yang merupakan sentra industri, ternyata memberikan

kontribusi cukup besar dalam pembentukan NTB sektor pertanian Kota

Bandung. Kecamatan Babakan Ciparay berkontribusi sebesar 6,67 persen, di

mana kecamatan ini memiliki potensi peternakan sapi yang cukup besar di Kota

Bandung.

Sektor Industri Pengolahan

Industri pengolahan merupakan sektor ekonomi yang memberikan

kontribusi kedua terbesar dalam perekonomian Kota Bandung. Pada tahun

2012 kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Kota Bandung

mencapai 22,55 persen atau senilai 25,06 trilyun rupiah. Nilai tambah bruto

(NTB) sebesar ini dapat dicapai dengan kontribusi masing-masing kecamatan

dalam pembentukan NTB sektor industri pengolahan Kota Bandung.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

44

Kontribusi terbesar adalah dari sektor industri pengolahan di

Kecamatan Babakan Ciparay yang mencapai 12,62 persen terhadap NTB sektor

industri pengolahan Kota Bandung. Kecamatan Babakan Ciparay memiliki

potensi indsutri besar yang cukup banyak di Kota Bandung. Perusahaan

industri tekstil maupun non tekstil besar (dilihat dari jumlah tenaga kerja)

banyak terdapat di Kecamatan Babakan Ciparay, termasuk industri makanan

diantaranya tahu, banyak terdapat di kecamatan ini.

Kontribusi terbesar kedua adalah Kecamatan Kiaracondong yang

mencapai 10,87 persen. Kecamatan Kiaracondong memiliki potensi industri

yang cukup besar di Kota Bandung seperti industri bubut (Kecamatan

Kiaracondong merupakan sentra industri bubut di Kota Bandung), industri

pakaian jadi, dan yang paling menunjang industri di Kecamatan Kiaracondong

adalah keberadaan perusahaan industri senjata terbesar di Indonesia, yaitu PT

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

45

PINDAD. Keberadaan PT PINDAD di Kecamatan Kiaracondong memberikan

andil besar dalam penciptaan NTB sektor industri pengolahan di Kecamatan

Kiaracondong dan Kota Bandung.

Potensi lainnya yang dimiliki Kota Bandung adalah PT Dirgantara

Indonesia, produsen pesawat terbang di Indonesia. PT Dirgantara Indonesia

terdapat di Kecamatan Cicendo dan keberadaannya memberikan kontribusi

dalam penciptaan NTB sektor industri pengolahan di Kecamatan Cicendo.

Kecamatan Cicendo banyak memiliki perusahaan industri berskala besar yang

memberikan kontribusi besar dalam penciptaan NTB. Pada tahun 2012

Kecamatan Cicendo memberikan kontribusi sebesar 10,44 persen terhadap

penciptaan NTB sektor industri pengolahan Kota Bandung.

Kecamatan yang juga memberikan kontribusi sektor industri

pengolahan lebih dari sepuluh persen adalah Kecamatan Bandung Kulon.

Kecamatan Bandung Kulon memberikan kontribusi sebesar 10,38 persen dalam

penciptaan NTB sektor industri pengolahan Kota Bandung. Kecamatan ini

memiliki potensi industri makanan (sentra tahu cibuntu), industri tekstil, dan

industri pengolahan lainnya (industri boneka) yang cukup besar.

Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Kontribusi masing-masing kecamatan dalam pembentukan nilai

tambah bruto sektor listrik, gas, dan air bersih di Kota Bandung relatif tidak

jauh berbeda. Sektor listrik, gas, dan air bersih memberikan kontribusi sebesar

2,35 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung. Kecamatan-

kecamatan yang memiliki jumlah perusahaan industri dan perdagangan serta

jumlah rumah tangga yang besar, cenderung persentase NTB sektor listrik, gas,

dan air bersih nya relatif besar karena jumlah listrik yang disalurkan juga besar.

Demikian halnya dengan sub sektor air bersih PDAM. Adapun kecamatan yang

memiliki potensi air bersih non PDAM adalah Kecamatan Bojongloa Kaler dan

Kecamatan Ujung Berung.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

46

Kecamatan yang memberikan kontribusi paling besar adalah

Kecamatan Babakan Ciparay, yaitu sebesar 7,52 persen. Kemudian Kecamatan

Sumur Bandung memberikan kontribusi sebesar 7,08 persen terhadap total

NTB sektor listrik, gas, dan air bersih Kota Bandung.

Sektor Konstruksi

Sektor konstruksi memberikan kontribusi sebesar 4,86 persen terhadap

pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2012. Nilai tambah bruto sektor

konstruksi atas dasar harga berlaku tahun 2012 mencapai 5,40 trilyun rupiah.

Nilai tambah yang terbentuk ini ditopang oleh peranan sektor konstruksi di

masing-masing kecamatan di Kota Bandung. Peranan yang cukup besar

diberikan oleh Kecamatan Sukasari, Kecamatan Bantununggal, Kecamatan

Lengkong, Kecamatan Buah Batu, Kecamatan Cibeunying Kaler, dan

Kecamatan Sumur Bandung.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

47

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor ekonomi

yang memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian Kota Bandung.

Pada tahun 2012 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 41,67 persen

terhadap total pembentukan PDRB Kota Bandung, atau senilai 46,30 trilyun

rupiah. Jika dirinci menurut sub sektor, maka sub sektor perdagangan

memberikan kontribusi terbesar.

Kecamatan yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan

NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung adalah Kecamatan

Andir, Kecamatan Regol, Kecamatan Babakan Ciparay, dan Kecamatan Sumur

Bandung. Keempat kecamatan ini pada tahun 2012 memberikan kontribusi

lebih dari lima persen terhadap pembentukan NTB sektor perdagangan, hotel,

dan restoran Kota Bandung.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

48

Pada tahun 2012 sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kecamatan

Andir memberikan kontribusi sebesar 8,70 terhadap pembentukan NTB sektor

perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung. Kecamatan Andir banyak

memiliki potensi perdagangan, terutama pasar tradisional. Salah satu pasar di

Kecamatan Andir yang selalu ramai oleh pembeli baik dari dalam kota maupun

luar kota adalah Pasar Baru Bandung.

Kecamatan Regol juga memberikan kontribusi cukup besar dalam NTB

sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung, yaitu sebesar 7,98

persen. Selanjutnya Kecamatan Babakan Ciparay memberikan kontribusi

sebesar 6,65 persen dan Kecamatan Sumur Bandung sebesar 5,71 persen

terhadap total NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung.

Adapun kecamatan-kecamatan lainnya memberikan kontribusi di bawah lima

persen terhadap pembentukan NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran

Kota Bandung.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

49

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar

12,47 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2012. Terdapat dua

kecamatan yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan NTB sektor

pengangkutan dan komunikasi, yaitu Kecamatan Cicendo dan Kecamatan

Coblong. Kecamatan Cicendo memiliki potensi angkutan rel dan angkutan

udara. Kegiatan angkutan udara di Kota Bandung terdapat di Kecamatan

Cicendo, yaitu Bandar Udara Husen Sastranegara. Adapun Kecamatan Coblong

memiliki potensi kegiatan komunikasi, dimana kantor pusat PT Telekomunikasi

Indonesia berada di wilayah Kecamatan Coblong.

Kecamatan Cicendo memberikan kontribusi sebesar 23,23 persen dan

Kecamatan Coblong sebesar 19,55 persen terhadap pembentukan NTB sektor

pengangkutan dan komunikasi tahun 2012. Adapun sisanya kecamatan-

kecamatan lain di Kota Bandung memberikan kontribusi di bawah enam

persen.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

50

Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memberikan

kontribusi sebesar 6,64 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2012.

Terdapat dua kecamatan yang memberikan kontribusi besar dalam

pembentukan NTB sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu

Kecamatan Sumur Bandung dan Kecamatan Lengkong, di mana pada tahun

2012 kontribusi masing-masing kecamatan ini lebih dari sepuluh persen.

Kecamatan Sumur Bandung memberikan kontribusi sebesar 16,30

persen dan Kecamatan Lengkong berkontribusi sebesar 11,75 persen terhadap

total NTB sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Kota Bandung.

Adapun Kecamatan lainnya yang juga berkontribusi cukup besar adalah

Kecamatan Cicendo (7,68 %), Kecamatan Coblong (7,10 %), Kecamatan Regol

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

51

(6,97 %) dan Kecamatan Bandung Wetan (5,57 %). Adapun kecamatan lainnya

memberikan kontribusi di bawah lima persen.

Sektor Jasa-jasa

Pada tahun 2012 sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 9,25

persen terhadap total PDRB Kota Bandung. Sebagian besar ditopang oleh sub

sektor jasa pemerintahan umum. Jasa pemerintahan umum memberikan

kontribusi sebesar 74,57 persen terhadap total NTB sektor jasa-jasa atau

sebesar 6,90 persen terhadap total PDRB Kota Bandung.

Kecamatan yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan

NTB sektor jasa-jasa adalah Kecamatan Sumur Bandung. Kecamatan Sumur

Bandung memberikan kontribusi sebesar 33,16 persen pada tahun 2012.

Kecamatan Sumur Bandung merupakan kecamatan di mana terdapat pusat

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

52

pemerintahan Kota Bandung berada, di samping kantor dinas/instansi

pemerintah provinsi maupun pusat yang banyak terdapat di kecamatan ini.

Kecamatan yang juga berkontribusi besar adalah Kecamatan

batununggal, yaitu mencapai 10,36 persen. Selanjutnya Kecamatan Coblong

sebesar 7,87 persen dan Kecamatan Bandung Wetan sebesar 6,60 persen.

Adapun kecamatan lainnya di Kota Bandung memberikan kontribusi di bawah

lima persen.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

53

BAB V STRUKTUR EKONOMI DANPERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL

Gambaran pembangunan ekonomi suatu wilayah terbentuk atas kondisi

perekonomian wilayah yang lebih kecil di bawahnya, dalam level kota maka

stuktur perekonomian kota terbentuk atas struktur ekonomi dari masing-

masing kecamatan di wilayahnya. Kondisi pembangunan ekonomi kecamatan

dapat dilihat melalui stuktur perekonomiannya. Perbedaan pola struktur

ekonomi suatu kecamatan dengan kecamatan lainnya antara lain disebabkan

oleh perbedaan sumber-sumber alam dan faktor produksi yang tersedia.

Perekonomian di setiap kecamatan terbentuk dari berbagai macam

aktivitas/kegiatan ekonomi yang timbul di daerah/regional tersebut. Untuk

mengamati dan menganalisa ekonomi suatu daerah, kegiatan ekonomi

dikelompokkan ke dalam sembilan sektor/lapangan usaha. Pengelompokan

tersebut mengambarkan keadaan sektor-sektor ekonomi yang menentukan dan

berpengaruh di setiap kecamatan. Dengan disajikannnya data PDRB menurut

sektor secara berkala dapat dilihat posisi dan kondisi perekonomian suatu

daerah dari waktu ke waktu.

5.1 Struktur Ekonomi Antar Kecamatan

PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul

akibat adanya aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. Data PDRB tersebut

menggambarkan kemampuan region mengelola sumber daya alam yang

dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh karena itu besaran PDRB yang

dihasilkan oleh masing-masing kecamatan sangat tergantung pada potensi

sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan

dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB

bervariasi antar daerah.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

54

Kecamatan Bandung Kulon

Kecamatan Bandung Kulon pada tahun 2012 memiliki nilai PDRB atas

dasar harga berlaku sebesar 5,66 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB

Kecamatan Bandung Kulon ditopang oleh sektor industri pengolahan dan

sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor industri pengolahan

menyumbang sebesar 45,96 persen terhadap PDRB Kecamatan Bandung Kulon,

sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang sebesar 34,54

persen.

Peranan cukup besar juga ditunjukkan oleh sektor pengangkutan dan

komunikasi yang mencapai 8,85 persen. Sisanya merupakan peranan dari

sektorsektor lainnya dalam menopang pembentukan PDRB Kecamatan

Bandung Kulon.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

55

Kecamatan Babakan Ciparay

Kecamatan Babakan Ciparay merupakan peringkat ketiga dalam urutan

peringkat peranan PDRB kecamatan dalam pembentukan PDRB Kota Bandung

tahun 2012. Pada tahun 2012 Kecamatan Babakan Ciparay menyumbang PDRB

Kota Bandung sebesar 7,13 trilyun rupiah atau sebesar 6,41 persen dari total

PDRB Kota Bandung. Sebagian besar PDRB Kecamatan Babakan Ciparay

ditopang oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan

restoran. Pada tahun 2102 sektor industri pengolahan menyumbang sebesar

44,39 persen terhadap PDRB Kecamatan Babakan Ciparay. Sektor

perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang sebesar 43,17 persen terhadap

total pembentukan PDRB Kecamatan Babakan Ciparay.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

56

Kecamatan Bojongloa Kaler

Kecamatan Bojongloa Kaler pada tahun 2012 memiliki PDRB sebesar

3,80 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB Kecamatan Bojongloa Kaler ditopang

oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pada tahun 2012 sektor

perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi sebesar 46,59 persen terhadap

pembentukan PDRB Kecamatan Bojongloa Kaler.

Sektor industri pengolahan mempunyai kontribusi sebesar 24,76 persen

terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Bojongloa Kaler. Sektor

pengangkutan dan komunikasi berkontribusi sebesar 15,04 persen dan sisanya

adalah kontribusi dari sektor ekonomi lainnya.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

57

Kecamatan Bojongloa Kidul

Kecamatan Bojongloa Kidul pada tahun 2012 mencapai PDRB sebesar

3,14 trilyun rupiah, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang

mencapai 2,74 trilyun rupiah. Sebagian besar perekonomian Kecamatan

Bojongloa Kidul ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor

perdagangan, hotel, dan restoran mempunyai peranan sebear 82,82 persen

terhadap PDRB Kecamatan Bojongloa Kidul.

Sektor industri pengolahan mempunyai peranan sebesar 26,15 persen.

Kecamatan Bojongloa Kidul merupakan salah satu sentra industri sepatu di

Kota Bandung, dengan adanya sentra industri sepatu Cibaduyut. Kemudian

sektor pengangkutan dan komunikasi berperan sebesar 12,08 persen terhadap

pembentukan PDRB Kecamatan Bojongloa Kidul, dan sisanya merupakan

peranan dari sektor ekonomi lainnya.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

58

Kecamatan Astana Anyar

Pada tahun 2012 Kecamatan Astana Anyar mempunyai nilai PDRB atas

dasar harga berlaku sebesar 3,38 trilyun rupiah. Sebagian besar struktur

perekonomian Kecamatan Astana Anyar adalah sektor perdagangan, hotel, dan

restoran. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi

sebesar 62,43 persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Astana Anyar.

Peranan yang cukup besar juga berasal dari sektor industri pengolahan.

Pada tahun 2012, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar

15,55 persen terhadap PDRB Kecamatan Astana Anyar. Sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan memberikan kontribusi sebesar 6,22 persen,

serta sektor jasa-jasa berkontribusi sebesar 5,07 persen. Adapun sektor

ekonomi lainnya memberikan kontribusi kurang dari lima persen terhadap

PDRB Kecamatan Astana Anyar.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

59

Kecamatan Regol

Kecamatan Regol pada tahun 2012 mempunyai nilai PDRB atas dasar

harga berlaku sebesar 5,46 trilyun rupiah, mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya yang hanya mencapai 4,68 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB

Kecamatan Regol ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor

perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2012 memberikan peranan

sebesar 67,69 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kecamatan Regol

memiliki potensi sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang cukup besar,

khususnya pada sub sektor perdagangan.

Adapun sektor ekonomi di Kecamatan Regol lainnya memberikan

peranan kurang dari sepuluh persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan

Regol. Sektor industri pengolahan berperan sebesar 9,27 persen dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan berperan sebesar 9,43 persen

terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Regol.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

60

Kecamatan Lengkong

PDRB Kecamatan Lengkong pada tahun 2012 mencapai 4,25 trilyun

rupiah. Sebanyak 42,27 persen ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan

restoran. Kecamatan Lengkong mempunyai potensi sektor pedagangan, hotel,

dan restoran yang cukup besar. Keberadaan sarana wisata dan hiburan Trans

Studio Mall di Kota Bandung dan Kota Bandung sebagai tujuan wisata, menjadi

daya tarik untuk tumbuhnya usaha perhotelan di Kecamatan Lengkong. Jumlah

usaha hotel, seperti wisma dan guesthouse terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya di Kecamatan Lengkong.

Kecamatan Lengkong juga memiliki potensi sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan, di mana sektor ini berperan sebesar 20,41

persen. Adapun peranan sektor lainnya di bawah sepuluh persen terhadap

PDRB Kecamatan Lengkong tahun 2012.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

61

Kecamatan Bandung Kidul

Kecamatan Bandung Kidul pada tahun 2012 mempunyai nilai PDRB

atas dasar harga berlaku sebesar 1,82 trilyun rupiah. Sebesar 41,70 persen

PDRB Kecamatan Bandung Kidul ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan

restoran. Sebanyak 21,33 persen merupakan peranan dari sektor industri

pengolahan dan sebanyak 14,50 persen merupakan peranan dari sektor

keuangan, persewaan dan jsa perusahaan dalam membentuk PDRB Kecamatan

Bandung Kidul.

Sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi,

sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa memberikan

kontribusi di bawah sepuluh persen dalam pembentukan PDRB Kecamatan

Bandung Kidul.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

62

Kecamatan Buah Batu

Pada tahun 2012 PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Buah Batu

mencapai 2,89 trilyun rupiah. Sebanyak 47,17 persen PDRB Kecamatan Buah

Batu ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kemudian

sebanyak 13,73 persen merupakan peranan dari sektor pengangkutan dan

komunikasi. Sektor industri pengolahan memberikan peranan sebesar 13,67

persen dalam pembentukan PDRB Kecamatan Buah Batu.

Sektor konstruksi memberikan peranan sebesar 10,39 persen terhadap

PDRB Kecamatan Buah Batu. Kemudian sektor jasa-jasa berkontribusi sebesar

7,58 persen. Adapun sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai peranan kurang dari

lima persen.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

63

Kecamatan Rancasari

Pada tahun 2012 Kecamatan Rancasari mempunyai nilai PDRB atas

dasar harga berlaku sebesar 1,07 trilyun rupiah. PDRB Kecamatan Rancasari

sebanyak 40,28 persen berasal dari peranan sektor perdagangan, hotel, dan

restoran. Kemudian sebanyak 24,52 persen merupakan peranan dari sektor

industri pengolahan. Sektor konstruksi memberikan peranan sebesar 13,69

persen terhadap PDRB Kecamatan Rancasari.

Sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa

persuahaan, serta sektor jasa-jasa memberikan peranan kurang dari sepuluh

persen dalam pembentukan PDRB Kecamatan Rancasari tahun 2012.

Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012

64

Kecamatan Gedebage

PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Gedebage tahun 2012

mencapai 1,12 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB Kecamatan Gedebage

ditopang oleh peranan sektor industri pengolahan, yaitu mencapai 45,60

persen. Walaupun Kecamatan Gedebage memiliki potensi sektor pertanian yang

cukup besar namun dalam pembentukan PDRB kecamatan, peranan