menurunkan kadar tumor necrosis factor alpha
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan di era globalisasi saat ini tidak hanya membawa dampak positif di
bidang informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup, terutama
pola makan. Pemilihan terhadap makanan tinggi kalori dan cepat saji ini dikarenakan
karena makanan tersebut sangat mudah didapat dan waktu penyajiannya yang cepat
sehingga membantu disela kegiatan rutin yang padat. Konsumsi makanan cepat saji
yang berlebihan tanpa diimbangi dengan olah raga yang teratur akan dapat
mengakibatkan asupan kalori yang tinggi sehingga dapat mengakibatkkan
kegemukan atau obesitas. Perubahan pola makan juga merupakan salah satu faktor
yang dapat memicu meningkatnya kejadian penyakit kardiovaskular akibat
perubahan profil lipid
Telah diketahui bahwa kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu
faktor risiko munculnya kondisi patologi seperti penyakit pembuluh darah dan
jantung serta penyakit yang berkaitan dengan kegemukan. Penyakit-penyakit
pembuluh darah dan jantung merupakan salah satu penyebab kematian yang utama di
dunia. Penyakit jantung koroner merupakan manifestasi utama dari aterosklerosis, di
mana proses ini dapat terjadi sejak usia muda akibat pola makan tinggi lemak,
sehingga terjadi penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah koroner
(Anonim, 2007). Penyumbatan disebabkan menumpuknya endapan lemak di
sepanjang dinding arteri. Timbunan lemak ini semakin lama akan semakin banyak
2
dan akan dapat mempengaruhi aliran darah dan oksigen ke jantung. Penyempitan dan
sumbatan pada pembuluh darah ini disebabkan plak aterosklerosis. Adanya gejala
dari tingginya kolesterol pada keadaan dislipidemia tidak dapat dirasakan oleh
penderita, namun dapat diketahui dengan tes kolesterol darah yang rutin dilakukan.
Diet tinggi kolesterol dapat menginduksi dislipidemia di samping juga dipicu akibat
dari faktor genetik (Anonim, 2009) .
Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang terjadi dan
ditandai dengan adanya peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL.
Dislipidemia juga sering dikatakan sebagai hiperlipidemia yang bisa disebabkan oleh
pola hidup di mana konsumsi makanan lemak jenuh yang berlebihan dan kurangnya
aktivitas fisik, sehingga terjadi peningkatan lipid serum sebagai salah satu faktor
risiko terjadinya aterosklerosis (Wahjuni, 2011). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa inflamasi memiliki peran yang penting pada kejadian penyakit jantung
koroner (PJK) dan beberapa manifestasi aterosklerosis lainnya. Dominasi sel-sel
imun akan mengawali pembentukan lesi aterosklerosis, lalu efektor molekul sel ini
mempercepat progresivitas lesi dan akhirnya aktivasi inflamasi akan menyebabkan
sindroma koroner akut (Hansson, 2005).
Terjadinya respon inflamasi disebabkan oleh adanya reaksi imun pada tingkat
seluler di mana akan dapat meningkatkan sitokin pro inflamasi antara lain TNF- α
dan IL-6 . Adanya radikal bebas yang meningkat juga dapat mengakibatkan
terjadinya perusakan sel-sel normal. Inflamasi dapat terjadi oleh beberapa faktor
3
antara lain: infeksi, alergi dan faktor gaya hidup seperti merokok serta banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang berlebih, kurang olah
raga, kurang istirahat dan paparan ultra violet dari sinar matahari (Ahmed, 2001).
Fenomena inflamasi juga meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatkan
permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan jaringan radang. Proses
inflamasi diperlukan sebagai mekanisme suatu pertahanan tubuh terhadap antigen ,
penyembuhan dari luka yang memerlukan komponen untuk peningkatan perbaikan
jaringan. Selama berlangsungnya respon inflamasi banyak mediator kimiawi yang
dilepaskan secara lokal antara lain : histamin, leukotrin, dan prostaglandin. Respon
inflamasi ini apabila terus berlanjut akan menstimulasi migrasi dan proliferasi miosit
yang saling bercampur dengan area inflamasi dan membentuk lesi intermedia.
Apabila inflamasi ini tidak mereda, maka arteri akan mengalami penebalan dan
pelebaran dinding arteri secara bertahap hingga lumen arteri tidak dapat berdilatasi
kembali (Hansson, 2005).
Kolesterol adalah salah satu komponen lemak dan merupakan salah satu zat gizi
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh di samping zat gizi lain seperti karbohidrat,
protein, vitamin, dan mineral. Kolesterol dalam tubuh berada dalam bentuk bebas dan
asam lemak di mana kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh melalui proses sintesis
kolesterol dalam hati 70% dan sisanya 30% berasal dari makanan yang dikonsumsi
sehari-hari (Murray, 2009). Sintesis kolesterol dalam tubuh dimulai dari perpindahan
asetil KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya di peroksisom. Terdapat tahapan
dalam sintesis kolesterol yaitu: konversi asetil KoA menjadi 3 hidroksi-3 metilglutaril-
KoA (HMG KoA), konversi HMG KoA menjadi mevalonat, konversi mevalonat
4
menjadi suatu molekul isoprene yaitu isopentil pirofosfat bersamaan dengan hilangnya
CO2, konversi IPP menjadi squalene, dan konversi squalene menjadi kolesterol
(Koolman, 2005).
Diet tinggi kolesterol dapat menyebabkan meningkatnya TNF-α dan IL-6 pada
pasien-pasien obesitas. Bastard et al.(2006) mengatakan pada penderita obesitas
terjadi infiltrasi makrofag pada jaringan adiposit putih, yang mana merupakan
sumber utama produksi sitokin proinflamasi. Penelitian terdahulu menunjukkan
hubungan antara kadar lipid serum yang tinggi dengan angka kejadian penyakit
aterosklerosis pemicu penyakit jantung koroner (Twickler et al., 2003). Beberapa
penelitian juga menunjukkan adanya inflamasi kronis pada dinding aorta karena
penumpukan lemak yang terjadi akibat oksidasi kolesterol LDL sehingga dapat
menyebabkan plak rusak dan berakhir pada terbentuknya thrombosis (Golberg,
2008). Keadaan hiperkolesterolemia dapat memicu kejadian aterosklerosis yang
merupakan kelainan akibat multifaktorial ternyata berhubungan dengan sitokin pro
inflamasi, IF-γ (Interferron-γ), IL -1β (interleukin-1β), IL-6 (Interleukin-6) dan TNF-
α, namun tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap peningkatan IL -1β
(Ahmed, 2001).
Tumor necrosis factor-alpha (TNF- α) adalah merupakan salah satu sitokin pro
inflamasi yang poten. Sitokin diketahui memegang peranan patogenik dalam
penyakit inflamasi kronik. TNF- α diproduksi berlebih di jaringan adiposit pada
model tikus obesitas dan memegang peranan yang penting dalam proses
pembentukan aterosklerosis. TNF- α dapat digunakan sebagai target untuk
pencegahan aterosklerosis (Bastard et al., 2006). Selain menggunakan TNF- α
5
sebagai salah satu target, pencegahan penyakit kardiovaskular (PJK) juga dapat
dilakukan dengan cara menghambat kerja enzyme HMG Co A, yaitu dengan obat-
obatan golongan statin (HMG Co A reductase inhibitor) serta pemberian obat-obatan
yang berfungsi memperbaiki pofil lipid, sehingga diharapkan dapat menurunkan
kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.
Bunga kenanga (Cananga odorata) merupakan salah satu tanaman yang bisa
digunakan sebagai obat tradisional. Dari sekian banyak tanaman yang berkhasiat
sebagai penurun kolesterol, bunga kenanga diketahui mengandung saponin,
flavonoid dan minyak atsiri (Katrin,1995).
Kandungan saponin yang terdapat pada bunga kenanga secara khusus digunakan
untuk menurunkan aktivitas kolesterol serum, yaitu dengan mengurangi sirkulasi
enterohepatik asam empedu melalui penghambatan reaksi oksidasi kolesterol LDL.
Adanya hambatan reaksi oksidasl LDL akan dapat menurunkan kadar kolesterol
dalam darah (Adeneye dan Olaguniu, 2009).
3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon pada bunga kenanga mampu menurunkan ROS
intraseluler dengan berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian Ikatan
tersebut akan dapat menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan
berkurang, akibatnya akan menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL.
Hambatan tersebut akan dapat menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan
oksidasi LDL akan menghambat aktivasi NF-kB, sehingga terjadi penurunan kadar
TNF-α dalam sirkulasi. NF-kB merupakan faktor transkripsi sel yang dapat
mengontrol ekspresi beberapa gen termasuk TNF-α dan IL-1 (Sargowo, 2010).
6
Flavonoid juga berperan sebagai senyawa yang dapat mereduksi trigliserida
(TGA) dan meningkatkan HDL. Flavonoid juga dikatakan mampu menaikkan
densitas dari reseptor LDL di liver dan mengikat apolipoprotein B (Baum et al.,
1998). Selain itu, menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004) dan
Ogawa et al. (2005) dikatakan bahwa flavonoid bekerja menurunkan kadar kolesterol
dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril
koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase) (Sekhon, 2012).
Flavonoid menurut Sabir (2003), juga diduga memiliki peran sebagai anti
inflamasi, di mana mekanisme dalam menghambat terjadinya inflamasi dengan cara:
menghambat fase proliferasi serta fase eksudasi dari proses inflamasi yang terjadi
dan menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzyme lisosom dari sel
netrofil dan sel endoteil dengan cara memblok jalur siklooksigenasi, jalur
lipoksigenisasi dan fosfolipase. Terjadinya hambatan pelepasan asam arakidonat
pada sel radang menyebabkan berkurangnya substrat arakidonat bagi jalur
siklooksigenasi dan jalur lipooksigenasi sehingga akan menekan jumlah
prostaglandin, dan tromboksan.
Masih terbatasnya penelitian serta minimnya informasi mengenai khasiat bunga
kenanga, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pemberian ekstrak
etanol bunga kenanga menurunkan kadar tumor necrosis factor alpha (TNF- α) dan
memperbaiki profil lipid pada tikus putih yang dislipidemia.
7
1.2 . Rumusan Masalah
Berlatar belakang dari hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar
Tumor Necrosis Factor – α tikus putih jantan yang dislipidemia?
2. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar
kolesterol total tikus putih jantan yang dislipidemia?
3. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia?
4. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar
kolesterol Low Density Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia?
5. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar
Trigliserida tikus putih jantan yang dislipidemia?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Umum :
Untuk mengetahui khasiat ekstrak bunga kenanga (Cananga odorata) dalam
mengurangi risiko terjadinya atherosklerosis melalui penurunan kadar TNF-α
dan perbaikan terhadap profil lipid .
8
1.3.2 Khusus:
1. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat
menurunkan kadar Tumor Necrosis Factor – α pada tikus putih jantan
dislipidemia.
2. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan
kadar kolesterol total pada tikus putih jantan dislipidemia.
3. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein pada tikus putih jantan dislipidemia.
4. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan
kadar Low Density Lipoprotein pada tikus putih jantan dislipidemia.
5. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan
kadar trigliserida tikus putih jantan dislipidemia.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Penelitian ini merupakan upaya penggalian informasi ilmiah, peningkatan
nilai serta pemanfaatan tanaman tradisional asli Indonesia yaitu bunga
kenanga sebagai suatu pengobatan alternatif untuk anti inflamasi dan
perbaikan terhadap profil lipid.
1.4.2 Manfaat Praktis
Setelah melalui uji klinis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat bahwa bunga kenanga dapat digunakan
sebagai terapi untuk mencegah atherosklerosis.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Lipid
Lipid merupakan zat yang sangat diperlukan oleh tubuh kita karena merupakan
senyawa yang memiliki peranan penting dalam struktur dan fungsi sel. Lipid juga
berfungsi sebagai sumber cadangan energi dan sebagai bahan penyekat dalam
jaringan subkutan dan di sekitar organ-organ tertentu. Lipid mempunyai sifat yang
hidrofobik sehingga dalam sirkulasi di tubuh diperlukan sistem transpor yang dapat
memungkinkan lipid larut dalam plasma. Kompleks yang terbentuk disebut
lipoprotein. Lipoprotein plasma itu sendiri terdiri dari : HDL, LDL, VLDL, dan
kilomikron, di mana fungsi dan komposisi masing-masing dalam sirkulasi berbeda.
Lipid plasma yang utama terdiri atas kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam
lemak bebas (Muray, 2009). Beberapa jenis lipid penting yang dibutuhkan tubuh
adalah sebagai berikut:
2.1.1 Trigliserid / TG
Trigliserida adalah suatu ester gliserol di mana terbentuk dari 3 asam lemak
dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka
dinamakan monogliserida. Seperti halnya kolesterol dalam tubuh, trigliserida juga
merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah. Lemak dalam tubuh disimpan
dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzym lipase dalam sel
lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas lalu
melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Lichteinstein dan Jones, 2001).
10
2.1.2 Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu komponen lemak dan merupakan salah satu zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh di samping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein,
vitamin, dan mineral. Kolesterol merupakan alkohol steroid yang strukturnya
memiliki inti siklopentanoperhidrofenanten. Dalam tubuh kolesterol terdapat dalam
bentuk bebas (tidak teresterifikasi) dan dalam bentuk kolesterol ester (teresterifikasi).
Sekitar 60-75% kolesterol di angkut oleh LDL dan sekitar 15-25% diangkut oleh
HDL. Kolesterol dalam tubuh dihasilkan dari dalam tubuh melalui proses sintesis
kolesterol dan dapat berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Kolesterol
juga sangat diperlukan tubuh dalam berbagai proses metabolisme tubuh (Murray,
2009) seperti dalam pembuat hormon-hormon sex dan kortikosteroid atau hormon
yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot, serta
sistem imun dari tubuh; sebagai bahan pembentuk dinding sel; Sebagai bahan
pembentuk vitamin D dan sebagai bahan untuk membuat asam empedu untuk
mengemulsikan lemak.
Kolesterol juga merupakan produk hasil metabolisme hewan dan produk
olahannya seperti kuning telur, daging, hati, otak, mentega, keju, susu dan hanya
terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak terdapat pada sel-sel tumbuhan
(Murray, 2009) . Kolesterol yang terdapat dalam tubuh hampir sekitar delapan puluh
persen dihasilkan oleh tubuh sendiri melalui sintesis kolesterol dan sisanya dua puluh
persen diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dari luar tubuh.
11
2.1.2.1 Biosintesis kolesterol
Prekursor yang digunakan oleh hati untuk mensintesis kolesterol adalah asetil
Koenzim- A (asetil KoA) yang merupakan hasil metabolisme karbohidrat, protein,
atau lemak. Biosintesis kolesterol terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama
melibatkan perubahan asetil koA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril- KoA (HMG-
KoA) yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, kenudian dilanjutkan sintesis
HMG- KoA menjadi mevalonat yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA reduktase.
Tahapan berikutnya adalah Mevalonat akan diubah menjadi molekul dasar isopren
yaitu isopentenyl pyrophosphat (IPP), bersamaan dengan hilangnya CO2. Tahapan
ketiga adalah terjadinya proses polimerisasi enam molekul isoprenoid untuk
membentuk molekul skualena. Tahap paling akhir adalah proses terbentuknya inti
sterol dari skualena, yang kemudian akan diubah menjadi kolesterol (Koolman,
2005).
Laju sintesis kolesterol oleh tubuh ditentukan oleh laju pembentukan
mevalonat oleh HMG-KoA reduktase. Kerja enzim ini dapat dihambat oleh
kolesterol dari hasil sintesis tubuh dan hasil degradasi LDL. Selain itu kerja HMG-
KoA reduktase juga dapat dihambat oleh beberapa obat penurun kolesterol golongan
statin (Koolman, 2005).
12
Biointesis kolesterol dalam tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Biosintesis kolesterol
( Koolman, 2005)
13
2.1.3 Fosfolipid
Komplek lipid ini berasal dari asam fosfotidal. Dalam plasma fosfolipid yang
utama adalah sfingomielin, fosfatidil kolin atau lesitin, fosfatidil etanolamin dan
fosfatidil serin. Berbagai konsentrasi fosfolipid terdapat dalam berbagai fraksi
lipoprotein yang terbanyak, terdapat dalam HDL sekitar 30% dan pada LDL sekitar
20-25% (Anonim, 2007).
2.1.4 Asam lemak tak teresterifiksi (NEFA/ Non Esterified Fatty Acid)
NEFA merupakan bagian kecil asam lemak plasma yang tak teresterifikasi
oleh gliserol sehingga sering disebut juga sebagai asam emak bebas (FFA/Free Fatty
Acid) dan dalam tubuh diangkut dalam kompleks albumin.
Menurut Lichtenstein dan Jones (2001), fungsi lemak dijabarkan sebagai berikut :
1. Sebagai bantalan lemak, di mana lemak disimpan pada jaringan adiposit.
2. Sebagai penyusun struktur membran sel Lipid berperan sebagai barrier
untuk sel dan mengatur material-material.
3. Sebagai Kelenjar Endokrin.
2.2 Lipoprotein
Lemak mempunyai sifat yang tidak larut dalam air, sehingga dapat diartikan
juga bahwa lemak juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut
ke dalam sistem peredaran darah maka lemak akan berikatan dengan protein spesifik
yang nantinya akan membentuk sutu kompleks makromolekul yang larut dalam air.
Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein spesifik
14
tersebut disebut lipoprotein, di mana lipoprotein itu sendiri berasal dari kata lipo
yang artinya lemak, dan protein (Kumpula, 2011).
Fungsi dari lipopoprotein adalah mengangkut lipid di dalam plasma ke
jaringan-jaringan yang membutuhkan sebagai sumber energi dan komponen
membran sel. Lipoprotein dapat dibedakan menjadi kilomikron, VLDL (very low
density lpoprotein), HDL (High density Lipoprotein), LDL (Low density
lipoprotein), di mana setiap jenisnya memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta
dibuang dengan cara yang berbeda pula ( Rader dan Hopp, 2005 ).
2.2.1 Kilomikron
Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini 80% komponennya terdiri dari
trigliserid yang berasal dari makanan dan kurang dari 5% kolesterol ester.
Kilomikron mengangkut lemak menuju ke Hati, dibentuk di usus halus dengan
komposisi asam lemak yang berasal dari trigliserida. Saat berada pada sistem
peredaran darah, kilomikron akan berinteraksi dengan lipoprotein liase yang terdapat
pada permukaan endotel kapiler, jaringan dan otot. Akibat dari interaksi tesebut
trigliserida dapat dilepas dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke Hepar untuk
dilakukan metabolisme. Kilomikron akan membawa trigliserida dari jaringan
makanan ke jaringan otot dan lemak, dan membawa kolesterol makanan ke Hati.
Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari kolesterol bebas, fosfolipid, Apo B48,
Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron terdiri dari
trigliserida dan kolesterol ( Metchinson dan Ball, 2005).
15
2.2.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL )
Lipoprotein densitas sangat rendah merupakan trigliserida edogen, yang
terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15 persen kolesterol. Lipoprotein
ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi sebagai tranpor lemak
dari hepar ke jaringan. VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah
menjadi VLDL remnant (Mahley et al., 2003), sedangan VLDL remnant tersebut
dapat ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor untuk kemudian dihidrolisis
kembali oleh hepatik lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan Hobbs,
2005).
2.2.3 Low Density Lipoprotein (LDL)
Adalah merupakan lipoprotein yang merupakan alat transport kolesterol yang
utama dan pengangkut terbesar pada manusia, mengangkut sekitar 80 persen dari
kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL. Fungsi dari LDL yaitu membawa
kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain-
lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Partikel LDL mengandung
trigliserida sebanyak kurang lebih 10 persen dan kolesterol 50 persen. LDL adalah
metabolit VLDL, fungsinya membawa kolesterol ke jaringan perifer dengan tujuan
untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid. Kadar LDL plasma tergantung
dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh,
kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL (Rader dan Hobbs, 2005).
Apabila kita makan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh atau
bahan makanan yang banyak mengandung kolesterol, maka kadar LDL darah kita
akan tinggi. Kelebihan LDL akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam
16
pembuluh darah (intima) sehingga berisiko terjadi penumpukan atau pengedapan
kolesterol LDL tersebut yang pada akhirnya diikuti dengan terjadinya aterosklerosis.
LDL mengalami katabolisme melalui jalur reseptor dan jalur non reseptor. Jalur
katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen. Bila
katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer berkurng, maka kadar kolesterol
plasmanya meningkat.
2.2.4 High Density Lipoprotein (HDL)
High Density Lipoprotein merupakan lipoprotein densitas tiggi yang memiliki
fungsi utama yaitu membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati sehingga dapat
dimetabolisme lalu dibuang ke dalam empedu sebagai asam empedu. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi penimbunan yang ditimbulkan oleh kolesterol di perifer.
Komponen dari HDL ini meliputi 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen
trigliserida, dan 50 persen protein. HDL penting untuk bersihan trigliserida dan
kolesterol, dan untuk transpor serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma.
Kadar HDL menurun pada keadaan obesitas , perokok, penderita diabetes yang tidak
terkontrol dan pada pemakaian kombinasi estrogen dan progestin.
Menurut Metchinson dan Ball (2005 ), fungsi HDL antara lain :
1. Sebagai sumber bahan pembentukan protasiklin yang bersifat antitrombosis.
2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan kilomikron
remnan
17
3. Mengangut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih
kemudian setelah berinteraksi dengan enzim LCAT (lecitihin Cholesterol Acyl
Tranferase) akan segera melepaskan kolesterol ke VLDL-remnan dan hepar
yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu.
4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL.
2.3 Dislipidemia
Dislipidemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat kelainan metabolisme lipid
yang ditandai oleh kelainan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol LDL,
penurunan kadar kolesterol HDL, serta kenaikan kadar trigliserida
(Adam et al., 2004).
Dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit yang dihubungkan dengan penyakit
kardiovaskuler (Grundy, 2006) dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Dislipidemia Primer
Kelainan genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid
darah
2. Dislipidemia sekunder
Dislipidemia yang disebabkan karena adanya suatu penyakit tertentu atau
keadaan tertentu seperti : hiperkolesterolemia yang disebabkan oleh :
hipotiroidisme, syndrom nefrotik, kehamilan dan anoreksia nervosa ;
Hipertrigliseridemia yang disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol
yang berlebih, gagal ginjal kronik, dan kehamilan; serta Dislipidemia yang dapat
18
diakibatkan karena penyakit hipotiroidisme, syndrom nefrotik, gagal ginjal
kronik, dan penyakit hati.
Dislipidemia juga sering dikatakan sebagai hiperlipidemi, yang merupakan
peristiwa peningkatan lipid serum dan merupakan faktor risiko dari penyakit jantung
(kardiovaskular). Hal ini disebabkan pada dislipidemia juga terdapat perilaku
kolesterol yang sangat berperan pada kejadian ateroskleroris, yang membedakan
antara dislipidemia dan hiperkolesterolemia adalah dimana hiperkolesterolemia
didefinisikan sebagai peningkatan kolesterol serum melebihi 200mg/dl setelah 9-12
jam puasa, sebaliknya pada dislipidemia disamping kriteria untuk
hiperkolesterolemia juga terjadi peningkatan kolesterol LDL-serum lebih dari 160
mg.dl, Trigiserida serum sebesar 150mg/dl, atau kolesterol HDL-serum kurang dari
40 mg/dl untuk laki-laki dan kurang dari 50mg/dl untuk perempuan. Diet kolesterol
tinggi dapat menginduksi dislipidemia dan dapat dipicu akibat faktor genetik
(Kriesberg dan Oberman, 2003).
Terjadi hubungan yang linier antara kadar kolesterol dengan resko penyakit
jantung koroner, sehingga dislipidemia sebenarnya tidak bisa didefiniskan, tetapi
kontrol dan uji kadar kolesterol maupun trigliserida secara rutin akan memberikan
manfaat agar diketahui apakah akan terjadi risiko aterosklerosis maupun penyakit
jantung Koroner (Kreisberg dan Oberman, 2003).
2.4 Atherogenesis
Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding
pembuluh darah. Kolesterol yang paling sering melekat di dinding tersebut adalah
19
LDL, di mana LDL dapat mudah melekat karena mengalami reaksi oksidasi. Reaksi
oksidasi yang terjadi pada LDL ini akan memacu terbentuknya zat yang dapat
melekatkan dan menarik monosit menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam
intima. LDL teroksidasi juga menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang
telah masuk ke dalam pembuluh darah sebelah dalam (intima ) menjadi makrofag.
Sementara itu LDL-teroksidasi mengalami reaksi oksidasi tahap kedua menjadi LDL
yang teroksidasi sempurna di mana reaksi ini akan mengubah makrofag menjadi sel
busa (foam cell). Sel busa ini akan saling berikatan membentuk suatu gumpalan yang
makin lama makin membesar sehingga berubah menjadi benjolan yang
mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah akan mengakibatkan saluran
pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar (Metchinson
dan Ball, 2005).
Plak Kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah
pecah. Pecahan dari plak tersebut dapat menimbulkan luka sehingga nantinya dapat
mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah
mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini
mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan
Aterosklerosis (Metchinson dan Ball, 2005). Aterosklerosis ditandai dengan adanya
aterom pada bagian intima arteri yang berisi kolesterol, zat lipoid dan lipofag.
Komplikasi terpenting dari aterosklerosis adalah penyakit jantung koroner ,
gangguan pembuluh darah serebral dan gangguan pembuluh darah serebral dan
gangguan pembuluh darah perifer. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu
penyebab kematian utama di Indonesia, faktor risiko yang merupakan predisposisi
20
untuk timbulnya penyakit koroner adalah hiperlipidemi, hipertensi, kebiasaan
merokok, diabetes melitus, kurang gerak, keturunan dan stress (Anonim, 2007)
Berikut adalah klasifikasi kadar kolesterol pada manusia yang dikutip dari ATP III
(Adult Treatment Panel III) yang ditetapkan oleh National Cholesterol Education
Program, National Institutes of Health, Lung and Blood Institutes, (Anonim, 2002).
Tabel 2.1 Klasifikasi HDL Kolesterol menurut ATP III, 2002
ATP III Classification of HDL Cholesterol
Serum HDL Cholesterol (mg/dL) Klasifikasi < 40 mg/dL Low HDL cholesterol ≥ 60 mg/dL High HDL cholesterol
Tabel 2.2 Klasifikasi Total kolesterol dan LDL kolesterol menurut ATP III, 2002:
ATP III Classification of Total Cholesterol and LDL Cholesterol Total Cholesterol (mg/dL) LDL Cholesterol (mg/dL)
< 200 Desirable < 100 Optimal 200 – 239 Borderline High 100 – 129 Near
optimal/above optimal
≥ 240 High 130 – 159 Borderline high 160 – 189 High ≥ 190 Very High
Tabel 2.3
Klasifikasi serum trigliserda menurut ATP III, 2002
ATP III Classification of Serum Triglycerides Triglyceride Category ATP II Levels ATP III Levels
Normal triglycerides < 200 mg/dL < 150 mg/dL Borderline-high triglycerides
200-399 mg/dL 150-199 mg/dL
High triglycerides 400-1000 mg/dL 200-499 mg/dL Very high triglycerides > 1000 mg/dL ≥ 500 mg/dL
21
2.5 Metabolisme Lipid
Hasil pencernaan dari lipid berupa asam lemak, gliserol, serta masih ada yang
berupa monogliserida. Karena sifatnya yang larut dalam air, maka gliserol akan
masuk sirkulasi vena porta menuju hati. Asam lemak dan monogliserida karena
tidak larut dalam air maka diangkut oleh miselus dan dilepaskan ke dalam sel epitel
usus, di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi
trigliserida dan berkumpul membentuk kilomikron, di mana selanjutnya kilomikron
ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga
bersatu dengan sirkulasi darah (Gordon, 2003).
Kilomikron kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa
untuk segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Asam-asam lemak dan
gliserol dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida melalui proses esterifikasi.
Trigliserida akan dipecah sewaktu-waktu menjadi asam lemak dan gliserol apabila
kita membutuhkan energi dari lipid untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk
selanjutnya dioksidasi menjadi energi melalui proses lipolisis (Gordon, 2003).
2.6 Inflamasi
Inflamasi pada umumnya merupakan respon terhadap jejas pada jaringan
hidup yang memiliki vaskularisasi. Respon radang ini diikuti oleh proses penting
yaitu reaksi pada endotel. Endotel itu sendiri merupakan bagian yang terpenting
pembuluh darah yang berperan dalam proses aterosklerosis . Endotel menjadi target
utama dari kerusakan mekanis dan kimia karena faktor dislipidemia . Fase inflamasi
terjadi dengan ditandai oleh banyaknya sel radang seperti leukosit polimorfonuklear.
22
Setelah tanda-tanda radang mereda terjadi fase proliferasi yang ditandai dengan
epitelisasi, angiogenesis dan proliferasi fibroblas. Fibroblas kemudian akan
mensintesis kolagen dan kolagen yang berlebihan akan diabsorbsi pada fase maturasi
(Kumar et al., 2005).
Inflamasi merupakan suatu proses kompleks yang dimulai dari jaringan, di
mana kerusakan jaringan ini diakibatkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen yang dimaksud adalah misalnya disebabkan karena adanya nekrosis
jaringan, dan faktor eksogen misalnya kontak dengan antigen atau infeksi (Hansson,
2005).
Kolesterol LDL terutama yang teroksidasi sangat potensial merusak endotel
dan HDL sebagai komponen protektif yang sangat berperan dalam mekanisme
aterosklerosis pada dislipidemia. Inflamasi bertujuan menyekat serta mengisolasi
jejas, menghancurkan mikroorganisme yang menginvasi tubuh serta menghilangkan
aktivitas toksinnya, dan mempersiapkan jaringan bagi
kesembuhan serta perbaikan. Inflamasi dapat pula berbahaya, respon ini dapat
menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang bisa membuat kematian atau kerusakan
organ yang persisten serta progresif akibat inflamasi kronik dan fibrosis yang terjadi
kemudian misalnya arthritis, aterosklerosis meskipun pada dasarnya respon bersifat
protektif (Chapman dan Kontush, 2006).
Pengaturan inflamasi dicirikan oleh peran antara efek proinflamasi dan
antiinflamasi yang dimediatori oleh sejumlah sitokin. Sitokin merupakan protein-
protein kecil sebagai mediator dan pengatur imunitas, inflamasi dan hematopoesis.
Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang
23
kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk
aktivitasnya berupa ekspresi gen. Respon-respon terhadap sitokin di antaranya
meningkatkan atau menurunkan ekspresi protein-protein membran, proliferasi, dan
sekresi molekul-molekul efektor. Sitokin merupakan messenger kimiawi dan
termasuk di antaranya adalah tumor necrosis factors, interleukin, interferon,
chemokin, dan faktor pertumbuhan. Hartanto (2009), menggolongkan sitokin
menjadi :
1. Sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α, IL-1, interferon-α (IFN-α), IL-12, IL-
18 dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF).
2. Sitokin anti-inflamasi seperti IL-4, IL-10, IL-13, IFN-α dan transformin
growth factor-β (TGF-β)
2.6.1 Tumor Necrosis Factor
Tumor necrosis factor (TNF) dihasilkan oleh sel makrofag dan sel lain
dengan berbagai aktivitas biologi pada sel sasaran baik yang termasuk sistem imun
maupun yang bukan termasuk sistem imun (Sargowo, 2010). Terdapat 2 bentuk
TNF, yaitu TNF-α dan TNF-β. TNF-α diproduksi oleh berbagai jenis sel termasuk
makrofag, sel T, sel B, Natural killer (NK), astrosit dan Kupfer, sedangkan TNF-β
disekresi oleh sel T dan sel T teraktivasi (Misitahari, 2011). Dahulu TNF-α dikenal
dengan berbagai nama, yaitu cachetin, sitotoksin makrofag, necrosin atau faktor
sitotoksik. TNF-α bersifat sitotoksin bagi banyak jenis sel tumor dan terbukti
merupakan modulator respon imun kuat yang memperantarai induksi molekul adhesi,
sitokin lain dan aktivasi netrofil. Sekresi TNF-α yang berlebih dapat merusak sel
24
endotel, mengurangi aliran darah regional, menyebabkan oklusi pembuluh darah, dan
meningkatkan permeabilitas endothelium (Anom, 2011). Efek utama TNF-α lain
yang sangat merugikan apabila masuk ke dalam sirkulasi darah adalah dapat
mendepresi sel otot jantung dan menyebabkan trombosis intravascular (Zaini, 2003).
TNF-α merupakan sitokin proinflamasi yang memiliki peran fundamental dalam
pertahanan imun dan dapat dipakai sebagai indikator bahwa sel mengalami stres
oksidatif, apoptosis atau nekrosis (Abbas dan Licthman, 2003).
TNF merupakan salah satu mediator yang berperan penting pada proses
hiperkolesterolemia pemicu atherosklerosis (Abbas dan Licthma, 2003). TNF- α
ditemukan meningkat dan berperan penting pada kondisi inflamasi akut dan kronis
misalnya seperti : infeksi, rematoid, sepsis, trauma, arthtritis, dan dislipidemia.
Penelitian terhadap agen-agen yang dapat menghambat TNF-alfa memperlihatkan
bahwa hambatan tersebut dapat memperbaiki profil lipid pada pasien dengan
penyakit inflamasi kronis (Popa, 2007). Selain dapat mencegah perubahan
aterogenik pada dinding vaskuler, hambatan terhadap TNF- α juga mampu
mempengaruhi metabolisme trigliserida dan kolesterol secara langsung.
2.7 Hubungan Dislipidemia dengan Inflamasi
Inflamasi merupakan respon terhadap jejas pada jaringan hidup yang
memiliki vaskularisasi. Respon ini dapat timbul karena jaringan nekrotik dinding
vaskuler dan respon sel radang. Respon radang yang terjadi diikuti oleh proses
endotel, di mana endotel adalah bagian terpenting pembuluh darah yang berperan
25
dalam proses aterosklerosis. Endotel menjadi target utama dari kerusakan mekanis
dan kimia akibat faktor dislipidemia (Robbin , 2002).
Dislipidemia mempunyai peranan penting pada terjadinya kerusakan sel-sel
endotel terutama diakibatkan oleh LDL yang teroksidasi, di mana LDL teroksidasi
sangat potensial merusak endotel. Endotel menjadi lebih permeabel terhadap
lipoprotein, sehingga LDL penetrasi ke dinding vascular dan menuju tunika intima,
di mana disini terjadi oksidasi LDL. Oksidasi LDL kemudian merangsang ekspresi
dari Vascular Cell Adhesion Molecule – 1 (VCAM-1) dan Monocyte Chemotactic
Protein-1 ( MCP-1) yang akan menarik monosit ke dinding arteri dan monosit
berdifferensiasi menjadi makrofag sebagai respon atas diproduksinya agen lokal
monocyte colony stimulating factor (MCSF ) . Hal ini menghambat mobilitas
makrofag sehingga terjadi immobilisasi pada subendotel. Tahap berikutnya adalah
pembentukan sel busa di mana Foam cell atau sel busa terjadi karena LDL
teroksidasi diambil oleh makrofag melalui reseptor LDL scavenger sehingga
makrofag penuh dengan lemak (Chapman dan Kontush, 2006).
Dalam ateroma yang sedang berkembang, sel-sel busa mulai mengekskresi
sitokin proinflamasi. Yang akan mempertahankan stimulasi kemotaktik untuk
perlekatan leukosit peningkatan ekspresi reseptor Scavenger dan memicu replikasi
makrofag. Foam cell akan memproduksi reactive oxygen spesies ( ROS ), sekresi
sitokin – sitokin baik TNF-α maupun IL-1 yang akan meningkatkan terjadinya
aterosklerosis. Sitokin – sitokin pro inflamasi berperan dalam aterogenesis dan
pecahnya plaque. Peningkatan kadar TNF-α dan IL-1 akan meningkatkan ekspresi
26
molekul – molekul adhesi dan perekrutan monosit dalam perkembangan lesi
aterosklerosis (Hartanto, 2009).
Kolesterol HDL memiliki peran terhadap penghambatan proses aterosklerosis
melalui beberapa jalan yaitu : menghambat adesi sel pada endotel, memfasilitasi
relaksasi pembuluh darah, menurunkan agregasi platelet dan sistem koagulasi,
mempertahankan integritas endotel serta mempertahankan proses fibrinolisis
(Marten, 2001).
2.8 Tanaman kenanga (Cananga odorata)
Gambar 2.2 Bunga kenanga (Cananga odorata)
http://flickriver.com/photos/lopaka/550682132/
27
Kenanga ( Cananga odorata ) adalah tumbuhan berbatang besar yang memiliki
diameter 0,1-0,7 meter dengan usia mencapai puluhan tahun. Tumbuhan kenanga
mempunyai batang yang getas (mudah patah) pada waktu mudanya. Tinggi pohon ini
dapat mencapai ± 10 meter. Daun tunggal, tersebar, bulat telur, ujung runcing,
pangkal rata, panjang 10-23 cm, lebar 3-14 cm, pertulangan menyirip, bertangkai
1-5 cm (Moelyono et al., 2007).
Susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu-garpu , kelopak bunga
berbentuk corong, hijau, dengan benang sri yang banyak, kepala putik bulat, daun
mahkota enam, lanset , warna bunga muda adalah hijau, setelah tua menjadi kuning.
Bunga kenanga akan muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon
dengan susunan bunga yang spesifik. Sebuah bunga kenanga terdiri dari 6 lembar
daun dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi 3 lembar daun berwarna
hijau. Bunga kenanga beraroma harum dan sangat khas. Bunga kenanga di Bali
sering dipelihara untuk dipetik bunganya dan dipergunakan keperluan pembuatan
sarana upacara adat seperti canang , banten dan lain-lain. Kenanga tumbuh di daerah
dataran rendah mulai ketinggian 25-1.000 meter di atas permukaan laut
(Moelyono et al., 2007).
2.8.1 Klasifikasi Tanaman Kenanga
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
28
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Cananga
Spesies : Cananga odorata (Lamk.) Hook. (Moelyono et al., 2007)
2.8.2 Nama daerah
Aceh : Kenanga
Jawa Tengah : Kenanga
Madura : Kananga
Bali : Sandat
Sulawesi Utara : Lalingiran
2.8.3 Kandungan kimia bunga kenanga
Senyawa yang ditemukan dalam bunga kenanga antara lain saponin,
Flavonoida, serta komponen minyak atsiri di mana mengandung senyawa polifenol
β - kariofilen, α-terpineol, linalool, methyl benzoate, benzil salysilat, terpineol,
myristicin, dan benzil benzoat (Sacchetti et al., 2006). Flavonoid yang terkandung
pada bunga kenanga bersifat lipofilik sehingga dapat merusak membran dari
mikroba, selain itu flavonoid juga dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi
limfosit, di mana proliferasi ini akan dapat mempengaruhi sel CD4+ selanjutnya akan
menyebabkan aktivasi dari sel Th1. Aktivasi Th1 akan mempengaruhi molekul IFNγ
untuk aktivasi makrofag, sehingga makrofag akan mengalami peningkatan
metabolik, motilitas dan aktivitas fagositosis secara cepat dan lebih efisien dalam
29
membunuh bakteri atau mikroorganisme pathogen ( Farizal, 2012).
Pemeriksaan pcndahuluan komponen kimia kulit batang kenanga
memperlihatkan adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,
steroid dan triterpcnoid. Dalam abu ditcmukan adanya kalium, kalsium, natrium dan
magnesium (Katrin et al., 1995). Hasil pemeriksaan spekrum ultraviolet senyawa
dari ekstrak etanol 95 % sebelum hidrolisis menunjukkan 4’, 5, 7 trihidroksi flavon,
hasil spektrum ultraviolet senyawa dari ekstrak etanol 95 % sesudah hidrolisis
menunjukkan adanya 3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon (Pandji dan Soediro, 1985).
Minyak atsiri pada bunga kenanga dikenal dengan nama minyak kenanga yang
mempunyai khasiat dan bau yang khas. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa
ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya
kandungan linalool, geraniol, dan eugenol. Penelitian lain mengenai bunga kenanga
yaitu bagaimana bunga kenanga digunakan sebagai anti mikroba (Indrakumar et al.,
2012).
2.8.4 Bunga kenanga dan Profil Lipid
Diet tinggi lemak dan kelebihan triasilgliserol (TAG) di jaringan adiposit
akan menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga akan menyebabkan
peningkatan kadar asam lemak sehingga terjadi Hipertrigliseridemia,
Hiperkolesterolemia (peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar) dan
menyebabkan terjadinya resistensi insulin dengan merangsang serin fosforilase dari
reseptor insulin substrat-1 (IRS-1) sehingga menggagalkan pengenalan insulin.
Terjadinya resistensi insulin pada jaringan adiposit tersebut akan menurunkan
30
aktivitas enzym lipoprotein lipase sehingga clearence VLDL akan menurun,
sehingga mengakibatkan kadar VLDL dalam darah akan meningkat (Kersshaw dan
Flier, 2004).
Resistensi insulin dapat juga menyebabkan peningkatan hidrolisis trigliserida
sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke
hati yang kemudan merangsang sekresi VLDL sehingga terjadi hipertrigliserida, di
mana hipertrigliserida akan meningkatkan aktivitas dari kolesterol ester tranfer
protein (CETP). CETP akan menukarkan trgliserida dari VLDL, ditukarkan dengan
kolesterol yang terdapat pada HDL dan LDL, sehingga yang terdapat di VLDL
banyak mengandung kolesterol dan yang berada di HDL dan LDL banyak
mengandung trigliserida (TGrL). Apo A-1 bebas ini akan segera dibersihkan dari
plasma , melalui ginjal sehingga akan mengurangi kemampuan HDL untuk reverse
kolesterol transport, hal ini mengakibatkan kadar HDL dalam darah akan menurun
(Kersshaw dan Flier, 2004).
Senyawa fitokimia yang terkandung dalam bunga kenanga antara lain :
flavonoid, saponin, polifenol, dan minyak atsiri seperti linalool, eugenol, Penurunan
kadar kolesterol serum dengan pemberian ekstrak bunga kenanga diduga karena
mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai anti oksidan yang mempunyai efek
terhadap perbaikan lipid serum, modifikasi LDL teroksidasi, dan kecepatan
metabolisme basal. Sebagai antioksidan, flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL
di dalam tubuh (Radhika et al., 2011 ). Selain mereduksi LDL, flavonoid juga
menaikkan densitas dari reseptor LDL di liver dan mengikat apolipoprotein B
31
(Baum et al., 1998). Flavonoid juga berperan sebagai senyawa yang dapat mereduksi
trigliserida (TGA) dan meningkatkan HDL.
Selain itu, menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004) dan
Ogawa et al. (2005) dalam flavonoid bekerja menurunkan kadar kolesterol dari
dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A
reduktase (HMG Co-A reduktase) (Sekhon, 2012).
Kenanga (Cananga odorata) juga mengandung Saponin yang berfungsi
mengikat kolesterol dengan asam empedu sehingga dapat menurunkan kadar
kolesterol. Kandungan serat dalam bunga kenanga juga dapat bermanfaat untuk
menghambat absorbsi kolesterol di usus sehingga berpotensi menurunkan kadar
kolesterol (Michael , 2000 ).
2.8.4.1 Bunga kenanga dan TNF- α
Bunga kenanga memiliki kandungan fitokimia yang diduga dapat
memperbaiki profil lipid dan penurunan kadar TNF – α yang meningkat akibat
dislipidema . Bunga kenanga diketahui mengandung zat aktif flavonoid (3, 4’, 5, 7
tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak atsiri. Flavonoid yang terkandung pada
bunga kenanga memiliki efek sebagai anti oksidan kuat dan mampu menurunkan
ROS intraseluler. Flavonoid akan berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian
Ikatan tersebut akan dapat menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan
berkurang, akibatnya akan menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL.
Hambatan tersebut akan dapat menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan
oksidasi LDL akan menghambat aktivasi NF- kB, sehingga terjadi penurunan kadar
32
TNF-α dalam sirkulasi. NF-kB merupakan oksidan stress yang sensitif pada faktor
transkripsi sel, yang mengontrol ekspresi beberapa gen termasuk TNF-α dan IL-1
(Sargowo et al., 2010).
Ekstrak bunga kenanga dianggap dapat menurunkan kadar TNF-α didalam
sirkulasi. Diet tinggi kolesterol dapat menyebabkan terjadinya penumpukan
kolesterol di dinding endotel yang dapat menyebabkan kerusakan endotel, terjadi
keradangan pada endotel , terbentuk foam sel, atheroma dan aterosklerosis, sehingga
pemberian ekstrak bunga kenanga dapat dipergunakan sebagai alternatif anti
keradangan dan mencegah terjadinya aterosklerosis (Sargowo et al., 2010).
2.8.5 Oksidan
Radikal bebas merupakan suatu molekul di mana elektron yang terletak pada
lapisan terluar tidak memiliki pasangan elektron. Adanya molekul elektron tanpa
pasangan ini membuat elektron tersebut menjadi sangat reaktif. Sangat reaktif juga
dikarenakan memiliki spesifisitas yang rendah, akibatnya mampu bereaksi dengan
molekul-molekul yang ada disekitarnya termasuk protein, karbohidrat, lipid dan
DNA. Reaktif juga berarti bahwa untuk bertahan mereka harus mengambil satu
elektron dari molekul lain, ini dilakukan agar molekul menjadi stabil. Radikal bebas
menyerang molekul stabil dengan mengambil elektron dari molekul tersebut,
sedangkan molekul yang diambil satu elektronnya akan berubah menjadi radikal
bebas baru, dan akan mengambil elektron lainnya, begitu seterusnya sampai terjadi
kerusakan pada sel. Molekul yang terambil elektronnya akan dapat mewarisi sifat
reaktifnya, oleh karena itu dapat menimbulkan reaksi rantai yang tidak terputus,
33
kecuali oleh penetralisir radikal bebas yang disebut antioksidan (Starkov dan
Wallace, 2006).
2.8.6 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau
lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam
(Suhartono et al., 2002). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda,
memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan
adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal
bebas dalam oksidasi lipid . Lipid peroksidasi merupakan salah satu faktor yang
cukup berperan dalam kerusaan selama dalam penyimpanan dan pengolahan
makanan (Hernani et al., 2005).
2.8.6.1 Klasifikasi Antioksidan Utama
Antioksidan dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu antioksidan non-
enzimatik dan antioksidan enzimati. Klasifikasi antioksidan menurut Fouad adalah :
34
Tabel 2.4 Klasifikasi Antioksidan Utama
2.8.6.2 Antioksidan Non Enzimatik
2.8.6.2.1 Vitamin E (alfa tokoferol)
Vitamin E merupakan antioksidan yang memiliki sifat larut dalam lemak dan
terdapat di dalam sel. Di alam, terdapat beberapa substansi yang memiliki aktivitas
vitamin E, yaitu kelompok tokoferol (d-beta, d-gamma d- alfa dan d-delta-tokoferol)
dan kelompok tokotrienol (d- beta, d-gamma, d-alfa dan d-delta-tokotrienol). Alfa
tokoferol merupakan bentuk yang paling penting karena merupakan 90 % dari
tokoferol yang berasal dari hewan dengan aktivitas biologik yang paling besar di
mana bentuk d- lebih aktif dari bentuk l- Vitamin E merupakan nutrisi esensial yang
berfungsi sebagai antioksidan di dalam tubuh manusia. Disebut esensial karena tubuh
Enzim Antioksidan Peranan Ciri-ciri Superokside dismutase Mengubah O2 menjadi H2O2 Mengandung (SOD): mitokondrial, mangan (MnSOD) sitoplasmik, ekstraseluler Mengandung tembaga dan seng (CuZnSOD) Mengandung Tembaga (CuSOD)
Katalase Mengubah H2O2 menjadi H2O Hemoprotein Tetramer
Glutathione peroksidase Mengubah H2O2 dan lipid Selenoprotein (GPx) peroksida terutama berada di sitosol dan mitokondria menggunakan GSH.
Vitamin Alpha tokoferol memutus peroksidase lipid vitamin yang larut Scavange lipid peroksidase dalam lemak O2
-, dan .OH
Beta karoten Scavange O2-, bereaksi vitamin yang larut
Langsung dengan peroksil dalam lemak
Asam askorbat Scavange secara langsung vitamin yang larut OH, O2
-, dalam air Menetralkan oksidan dari stimulasi neutrophil, Berperan dalam regenerasi Vit. E
35
tidak dapat membuat sendiri, sehingga harus disediakan dari makanan Sebagai anti
oksidan vitamin E mencegah oksidasi bagian sel yang penting atau mencegah
terbentuknya hasil oksidasi yang toksik, misalnya pada peroksidasi asam lemak tidak
jenuh (Sulist et al.,1995).
2.8.6.2.2 Beta karoten
Beta karoten dikatakan memiliki fungsi sebagai scavenger (pemungut)
radikal bebas di mana beta karoten melindungi membran lipid dari reaksi
peroksidasi, dan sekaligus menghentikan reaksi rantai dari radikal bebas (Sumarno et
al.,2009). Beta karoten dapat menangkap O2 karena adanya ikatan rangkap pada
rantai karbonnya. Beta karoten juga dikatakan bereaksi dengan senyawa radikal
peroksil. dengan membentuk radikal karoten peroksil dan kemudian membentuk
karoten peroksida dengan mekanisme: Β-Carotene* + ROO* → inactive products.
Dikatakan sebagai antioksidan karena beta karoten memiliki kemampuan untuk
bereaksi dengan radikal bebas, namun kemampuan beta karoten bereaksi dengan
radikal bebas terbatas karena karotenoid sendiri dapat mengalami oksidasi (Sulist et
al.,1995).
2.8.6.2.3 Vitamin C ( Asam Askorbat)
Vitamin C atau yang sering disebut dengan asam askorbat adalah vitamin yang
larut dalam air. Vitamin C dikatakan memiliki Fungsi sebagai antioksidan karena
kemampuannya sebagai agen pereduksi) radikal bebas. Pemberian satu elektron yang
berasal dari asam askorbat akan membentuk radikal semi-dehidroaskorbat. Askorbat
36
bereaksi dengan O2- dan OH untuk membentuk dehidroaskorbat (Sulist et al.,1995).
2.9 Anti oksidan Enzimatis
2.9.1 Superoksid dismutase (SOD)
Superoksid dismutase merupakan enzim intraseluler yang terdapat dalam tiga
bentuk yaitu, Mn-SOD terdapat di dalam mitokondria, Cu-Zn SOD terdapat di
dalam sitoplasma dan Cu-SOD yang terdapat di ekstraseluler. Superoksid dismutase
akan bereaksi dengan radikal bebas untuk membentuk H2O2. Enzim katalase dan
glutathione peroksidase mereduksi H2O2 menjadi H2O. Masing-masing enzim
tersebut bekerja dengan sistem umpan balik, di mana sistem umpan balik ini akan
menyebabkan keadaan SOD, katalase, glutathione peroksidase, superoksid dan H2O2
menjadi seimbang . Peningkatan superoksid akan menyebabkan terjadinya hambatan
glutathione peroksidase dan katalase, sedangkan peningkatan H2O2 akan dapat
menurunkan aktivitas CuZn-SOD. Sementara katalase dan glutathione peroksidase
dengan mereduksi H2O2 akan menghemat SOD.
Pada transpor elektron terjadi reduksi tak sempurna oksigen sehingga
menghasilkan O2-•. Pada mitokondria O2-• akan dieliminasi oleh enzim MnSOD
menjadi H2O2. Selanjutnya H2O2 akan dinetralisir oleh sistem antioksidan lain,
yaitu katalase dan GPx. Pada mitokondria substrat lain yang mampu membersihkan
radikal ini adalah sitokrom yang menetralisir O2-• menjadi air (Starkov dan Wallace,
2006).
37
2.9.2 Enzim Katalase
Merupakan protein yang terdapat pada semua sel aerob pada jaringan tubuh. Katalase
terkonsentrasi utama pada hati dan eritrosit, sedangkan pada otak, otot rangka,
jantung hanya mengandung katalase dalam jumlah sedikit. Katalase dan glutathione
peroksidase bekerja dengan cara mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen (Starkov dan Wallace, 2006).
2.9.3 Enzim Glutathione peroksidase
Glutathione peroksidase merupakan enzim yang berfungsi mengkatabolisme
hidroperoksidase. Glutathione peroksidase terdiri dari 4 jenis enzim yaitu cellular
glutathioneperoksidase (GPx-1), gastrointestinal glutathione peroksidase (GPx-2),
ekstra selular glutathione peroksidase (GPx-3) dan phospholipid hydroperoxide
(GPx-4). Glutathione berperan penting dalam melindungi organisme dari kerusakan
oksidatif dan mengandung selenium (Se) pada sisi aktifnya. Kerja enzim ini
mengubah molekul hidrogen peroksida (yang dihasilkan SOD dalam sitosol dan
mitokondria) dan berbagai hidro serta lipid peroksida menjadi air. Glutation
peroksidase dikatakan sebagai enzim antioksidan bekerja sebagai peredam
(quenching) radikal bebas (Sen et al., 2010).
38
BAB 3
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Berpikir
Dari kajian pustaka telah dijelaskan bahwa dislipidemia dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
sintesis kolesterol, sedangkan faktor eksternal meliputi merokok, konsumsi alkohol
yang berlebihan, serta gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Dislipidemia
ditandai oleh kelainan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama
adalah kenaikan kadar kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol
LDL, penurunan kadar kolesterol HDL, serta kenaikan kadar trigliserida.
Dislipidemia mempunyai peranan penting pada terjadinya kerusakan sel-sel endotel
terutama diakibatkan oleh LDL yang teroksidasi. Pada penelitian sebelumnya
didapatkan bahwa terjadi peningkatan aktivasi NF-kB pada tikus yang diberi diet
tinggi kolesterol. NF-kB merupakan oksidan stress yang sensitif pada faktor
transkripsi sel yang mengontrol ekspresi beberapa sitokin termasuk TNF-α. Aktivasi
NF-kB menyebabkan peningkatan berbagai macam gen yang memediasi respon
imun, salah satunya TNF- α.
Bunga kenanga memiliki kandungan fitokimia yang diduga dapat
memperbaiki profil lipid dan penurunan kadar TNF – α yang meningkat akibat
dislipidema . Bunga kenanga diketahui mengandung zat aktif flavonoid (3, 4’, 5, 7
tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak atsiri. Flavonoid yang terkandung pada
bunga kenanga memiliki efek sebagai anti oksidan kuat dan mampu menurunkan
39
ROS intraseluler. Flavonoid akan berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian
Ikatan tersebut akan dapat menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan
berkurang, akibatnya akan menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL.
Hambatan tersebut akan dapat menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan
oksidasi LDL akan menghambat aktivasi NF- kB, sehingga terjadi penurunan kadar
TNF-α dalam sirkulasi.
Penurunan kadar kolesterol serum dengan pemberian ekstrak bunga kenanga
diduga karena mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai anti oksidan. Sebagai
antioksidan, flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL di dalam tubuh. Selain
mereduksi LDL, flavonoid juga menaikkan densitas dari reseptor LDL di liver dan
mengikat apolipoprotein B. Flavonoid juga berperan sebagai senyawa yang dapat
mereduksi trigliserida (TGA) dan meningkatkan HDL. Selain itu, menurut studi yang
dilakukan sebelumnya dikatakan bahwa flavonoid bekerja dengan menurunkan kadar
kolesterol dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-
metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase). Saponin pada bunga
kenanga memiliki efek menurunkan aktivitas kolesterol serum, yaitu dengan
mengurangi sirkulasi enterohepatik asam empedu.
Dislipidemia dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kolesterol di
dinding endotel yang bisa menyebabkan kerusakan pada endotel, terjadi keradangan
pada endotel ,terbentuk foam sel, atheroma , aterosklerosis dan dapat berujung pada
kematian. Sehingga pemberian ekstrak bunga kenanga dapat dipergunakan sebagai
anti inflamasi dan memperbaiki profil lipid sehingga dapat mencegah risiko
terjadinya ateroskler
40
3.2 Konsep penelitian
3.3 Hipotesis Penelitian
1. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar TNF - α pada tikus putih
yang dislipidemia.
2. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar kolesterol total pada
tikus putih yang dislipidemia.
3. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat meningkatkan kadar HDL pada tikus putih
yang dislipidemia.
4. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar LDL pada tikus
putih yang dislipidemia.
5. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus
putih yang dislipidemia.
TIKUS DISLIPIDEMIA
Ekstrak Bunga Kenanga
1. Kadar TNF-α 2. Kadar HDL 3. Kadar LDL 4. Kadar Trigliserida 5. Kadar Total kolesterol
Faktor Eksternal
- Pola makan - Suhu - Kelembaban - Lingkungan
Faktor Internal
- Sinstesis kolesterol
TIKUS DISLIPIDEMIA
41
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Pretest- postest Control Group
Design (Pocock, 2008). Rancangan ini memiliki skema sebagai berikut:
Bagan 4.1 Rancangan Penelitian
P : Populasi.
S : Sampel.
O1 : Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi
Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P1.
O3 : Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi
Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P2.
O5 : Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi
Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P3.
O7 : Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi
Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P4.
P S
01 02
03 04
05 06
07 08
P1
P2
P3
P4
42
O2 : Observasi posttest kelompok kontrol dengan diet tinggi lemak tinggi
kolesterol dan plasebo (akuades) selama 30 hari.
O4 : Observasi posttest dengan ekstrak etanol bunga kenanga 10%
dan diet tinggi lemak tinggi kolesterol selama 30 hari.
O6 : Observasi posttest dengan ekstrak etanol bunga kenanga 20%
dan diet tinggi lemak tinggi kolesterol selama 30 hari.
O8 : Observasi posttest dengan ekstrak etanol bunga kenanga 30%
dan diet tinggi lemak tinggi kolesterol selama 30 hari
P1 : Kelompok kontrol dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan
placebo (akuades) selama 30 hari.
P2 : Perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan ekstrak etanol
Bunga kenanga 10% selama 30 hari.
P3 : Perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan ekstrak etanol
Bunga kenanga 20% selama 30 hari.
P4 : Perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan ekstrak etanol
Bunga kenanga 30% selama 30 hari
4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi dan
Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
43
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Agustus dengan
perincian sebagai berikut :
1. Tujuh hari untuk adaptasi
2. Tiga puluh hari diberikan makanan tinggi kolesterol lalu diukur kadar kolesterol
total ( kadar > 200 mg/dl digunakan sebagai sampel pada penelitian).
3. Tiga puluh hari berikutnya untuk pemberian makanan tinggi kolesterol +
placebo dan ekstrak bunga kenanga.
4. Pada hari ke – 68 dilakukan pemeriksaan posttest profil lipid, dan posttest kadar
TNF- α.
5. Analisis data dan penyusunan laporan
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan dislipidemia dengan galur wistar berumur
antara 3-4 bulan dengan berat 150 – 200 gram.
4.3.2 Kriteria Subjek
4.3.2.1 Kriteria inklusi subjek penelitian
1. Tikus putih jantan dislipidemia
2. Galur wistar
3. Umur 3 – 4 bulan
4. Berat tikus 150 – 200 gram
44
4.3.2.2 Kriteria drop out subjek penelitian
1. Tikus mati / sakit saat penelitian
4.4 Penentuan Besar Sampel dan cara Pengambilan Sampel
4.4.1 Penentuan Besar sampel minimal
Perhitungan besar sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer
(Hanafiah, 2004) :
Rumus Frederer:
Keterangan :
n = jumlah sampel pada tiap kelompok perlakuan
t = jumlah kelompok perlakuan
t = 4
( n -1 ) ( t – 1 ) ≥ 15
( n -1 ) ( 4 – 1 ) ≥ 15
n ≥ 6
jumlah minimal sampel = 6 per kelompok
Keterangan :
n : jumlah ulangan (replikasi)
r : jumlah perlakuan
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 6 per kelompok. Untuk
menghindari drop out pada sampel ditambahkan 10 % sehingga jumlah sampel
menjadi 6,6 dan dibulatkan menjadi 7 ekor per kelompok. Jadi jumlah sampel
seluruhnya adalah 28 ekor.
( n -1 ) ( t – 1 ) ≥ 15
45
4.4.2 Cara Pengambilan Sampel
Diambil dua puluh delapan ekor tikus putih jantan yang berumur 3 – 4 bulan,
kemudian dikelompokkan menjadi 4 kelompok.
1. Kelompok perlakuan 1: kelompok kontrol dengan pemberian placebo
2. Kelompok perlakuan 2 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol
bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar10%.
3. Kelompok perlakuan 3 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol
bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 20%.
4. Kelompok perlakuan 4 : kelompok dengan pemberian konsentrasi
ekstrak etanol bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 30%.
4.5 Variabel penelitian
4.5.1 Klasifikasi variabel
a. Variabel bebas : Ekstrak bunga kenanga.
b. Variabel tergantung : Kadar kolesterol total, LDL,HDL,
Trigliserida darah tikus, kadar TNF – α.
c. Variabel kendali : Jenis kelamin, makanan, temperature ruangan.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
1. Ekstrak bunga kenanga adalah ekstrak ethanol bunga kenanga yang dibuat
dengan menggunakan pelarut ethanol 96%, dengan proses ekstraksi dalam suhu
kamar, dengan konsentrasi ekstrak 10%, 20%, 30% dan diberikan sebanyak 2 ml
setiap harinya.
46
2. Bunga kenanga yang digunakan adalah bunga kenanga bali dengan nama daerah
sandat, bunga muda berwarna hijau dan menguning saat tua serta menimbulkan
aroma yang harum, bunga kenanga didapatkan dari daerah Kodya Denpasar dan
Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia.
3. Diet tinggi lemak tinggi kolesterol adalah bahan makanan yang distandardisasi
untuk memenuhi syarat tinggi lemak tinggi kolesterol dengan komposisi:
kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%,
makanan standar sampai 100% (Litbangkes, 1991).
4. Kadar kolesterol total adalah kadar kolesterol darah tikus yang diukur dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp)
dalam mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari ke-52 (posttest).
Kadar normal kolesterol total tikus adalah 10 – 54 mg/dL.
5. Dislipidemia adalah kelainan dari metabolisme lipoprotein, yaitu overproduksi
ataupun defisiensi dari lipoprotein tertentu. Dislipidemia dapat bermanifestasi
dengan peningkatan konsentrasi total kolesterol, low density lipoprotein (LDL)
dan trigliserida, serta penurunan high density lipoprotein (HDL) dalam darah.
Tikus dikatakan dislipidemia bila terjadi kenaikan kadar kolestreol total serum >
200 mg/dl (Hardini et al., 2007).
6. TNF-α adalah TNF-α plasma.
TNF-α diukur dengan menggunakan teknik quantitative sandwich enzyme
immune assay (ELISA). Kadar TNF- α normal pada tikus adalah 0,122
(Sargowo et al., 2010).
47
7. Kadar LDL adalah kadar Low Density Lipoprotein yang diukur dengan
menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam
mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari ke-52 (posttest).
Kadar normal LDL tikus adalah 17 – 22 mg/dL.
8. Kadar trigliserida adalah kadar trigliserida darah tikus yang diukur dengan
menggunakan metode GOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam
mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari 52 (posttest). Kadar
normal trigliserida tikus adalah 26 – 145 mg/dL.
9. Kadar HDL adalah kadar High Density Lipoprotein darah tikus yang diukur dengan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam
mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari ke-52 (posttest).
10. Jenis tikus dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan, galur wistar
dislipidemia, umur 4 bulan dengan berat badan 150-200 gram.
4.6 Bahan Penelitian
1. Ekstrak etanol bunga kenanga.
2. Aquadest.
3. Makanan tinggi kolesterol ( untuk membuat tikus dislipidemia).
4. Sonde.
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Tahap persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan adalah sebagai berikut
48
4.7.1.1 Penyiapan bahan menjadi simplisia
Tahap penyiapan bahan segar menjadi simplisia adalah sebagai berikut :
1. Bunga kenanga yang sudah menguning diambil pada waktu pagi hari.
2. Bahan kemudian dicuci bersih dengan air mengalir/penyemprotan.
3. Setelah bersih bunga kemudian dikeringkan pada oven dengan suhu 50-60°C atau
panas matahari dengan ditutup kain hitam (kadar air <10%).
4. Simplisia siap digunakan .
4.7.1.2 Penyiapan ekstrak dari simplisia
Tahap penyiapan ektrak dari simplisia bunga kenanga adalah sebagai berikut :
1. Simplisia dihaluskan terlebih dahulu menjadi serbuk yang halus, kemudian
ditimbang beratnya.
2. Sebanyak 200 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah,
kemudian dituangi dengan cairan penyari (etanol) ± 500 ml, ditutup rapat
dan dibiarkan selama 3 hari dan terlindung dari cahaya, sambil diaduk
berulang ulang.
3. Sesudah 3 hari kemudian disaring, maserat ditenpatkan pada cawan
porselain, sedangkan ampas ditambah cairan penyari lagi secukupnya
biarkan 1 hari sambil diaduk sesekali.
4. Semua filtrat digabung dan diuapkan menggunakan rotary evaporator
kemudian bobot akhir ditimbang.
49
4.7.1.3 Penyiapan hewan coba
1. Tiga puluh dua ekor tikus putih jantan yang berumur 3-4 bulan diadaptasikan
selama 7 hari.
2. Semua tikus diberikan makanan tinggi kolesterol selama 30 hari untuk
mendapatkan tikus yang dislipidemia ( kadar kolesterol total > 200mg/dl).
3. Dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total pada semua tikus.
4. Tikus dengan kadar kolesterol total > 200mg/dl, akan dipilih untuk sampel
penelitian.
4.7.2 Tahap pelaksanaan penelitian
1. Dua puluh delapan ekor tikus putih jantan dislipidemia yang sudah terpilih
kemudian dibagi secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan.
a) Kelompok perlakuan 1 : kelompok tanpa pemberian ekstrak etanol bunga
kenanga , hanya diberi makanan tinggi kolesterol dan placebo selama 30
hari.
b) Kelompok perlakuan 2 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol
bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar10% selama 30 hari.
c) Kelompok perlakuan 3 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol
bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 20% selama 30 hari..
d) Kelompok perlakuan 4 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol
bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 30% selama 30 hari.
50
2. Lakukan Pretest dengan memeriksa kadar TNF-α, total kolesterol, kadar HDL,
LDL dan trigliserida . Darah tikus diambil melalui Medial Canthus Sinus
Orbitalis.
3. Posttest dengan memeriksa kadar TNF-α menggunakan teknik quantitative
sandwich enzyme immune assay (ELISA), kadar HDL, LDL serta total kolesterol
di periksa dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim
GmBp) dalam mg/dL dan trigliserida menggunakan CHOP – PAP (Bochringer-
Mennheim GmBp) dalam mg/dL . Darah tikus diambil melalui Medial Canthus
Sinus Orbitalis.
4. Setelah penelitian selesai tikus dibiarkan hidup dan untuk mengembalikan
keadaan dislipidemia akibat pemberian diet tinggi kolesterol, maka pemberian
makanan tinggi kolesterol dihentikan dan diganti dengan diet standar. Apabila
memungkinkan, tikus tersebut dapat dipergunakan pada penelitian lain.
51
4.8 Alur Penelitian
Kelompok III Diberikan makanan tinggi
kolesterol + larutan uji 20% selama 30 hari
32 Tikus Jantan Putih
Tikus diadaptasikan selama 7 hari
Pemerikasaan kolesterol total
Pemberian makan tinggi kolesterol selama 30 hari
Dibagi menjadi 4 kelompok secara acak
Kelompok I: Kontrol
diberikan makanan tinggi kolesterol selama 30 hari
Kelompok II Diberikan makanan tinggi
kolesterol + larutan uji 10% selama 30 hari
Post test Pemerikasaan profil lipid : Total
kolesterol, HDL, LDL, Trigliserida, dan Kadar TNF-α
Analisis Data & pelaporan
Kelompok IV Diberikan makanan tinggi
kolesterol + larutan uji 30% selama 30 hari
28 Tikus jantan putih dislipidemia ( kolesterol total > 200 mg/dl)
52
4.9 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah –langkah sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk mencari rerata, dan SD terhadap variabel
TNF – α, HDL, LDL, Trigliserida, dan Total kolesterol.
2. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data normal atau
tidak. Uji dengan nilai kemaknaan (p) > 0,05 menunjukkan bahwa data
yang diuji mempunyai sebaran data yang normal.
Sampel < 30 digunakan uji Saphiro Wilk, karena untuk sampel kecil uji
Shapiro-Wilk lebih sensitif terhadap kenormalan suatu data.
3. Uji Homogenitas
Uji varians (Levene’s test of varians) digunakan untuk mengetahui
varian dua buah atau lebih kelompok data sama.
Uji varians menghasilkan nilai p > 0,05, maka varians dari data
yang diuji adalah sama (homogen).
4. Uji Komparasi
a. Data yang diperoleh merupakan distribusi normal dan homogen
kemudian dilakukan uji parametric yaitu : Anava test dengan α = 0,05.
b. Untuk Pre dan post dilakukan uji komparasi masing-masing kelompok.
Data berdistribusi normal kemudian dilakuakan uji parametrik yaitu
dengan uji t-paired.
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Subjek Penelitan
Pada penelitian ini digunakan sebanyak 28 ekor tikus putih (Rattus
Novergicus) jantan dislipidemia sebagai sampel, yang terbagi dalam 4 (empat)
kelompok yaitu kelompok kontrol (P1), kelompok ekstrak etanol bunga kenanga
10% (P2), kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20% (P3), dan kelompok ekstrak
etanol bunga kenanga 30% (P4) masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor tikus.
Dalam pembahasan ini diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data,
uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.2 Uji normalitas Data
Data kolesterol total, LDL, HDL dan Trigliserida sebelum perlakuan (pretest)
dan sesudah perlakuan (posttest) pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya
dengan menggunakan uji Shapiro-wilk. Hasil uji menunjukkan data berdistribusi
normal (p>0,05), Uji normalitas data disajikan pada lampiran.
5.3 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data kadar kolesterol total, HDL, LDL, Trigliserida dan TNF – α antar
kelompok, baik sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) diuji
homogenitasnya dengan Levene’s Test. Hasilnya menunjukkan data homogen dengan
p > 0,05, disajikan pada tabel 5.1 dibawah ini:
54
Tabel 5.1 Uji Homogenitas Data antar Kelompok Pretest dan Posttest
Kelompok Perlakuan F p Keterangan
Kolesterol total (pretest) 1,043 0,322 Homogen HDL (pretest) 0,530 0,718 Homogen LDL (pretest) 2,740 0,186 Homogen Trigliserida (pretest) 2,270 0,401 Homogen TNF- α (pretest) 1,500 0,167 Homogen Kolesterol total (posttest) 1990,9 0,336 Homogen HDL (posttest) 184,76 0,231 Homogen LDL (posttest) 227,34 0,287 Homogen Trigliserida (posttest) 488,42 0,364 Homogen TNF- α (posttest) 62,834 0,333 Homogen
5.4 Uji komparabilitas
5.4.1 Uji Komparabilitas Kelompok Kontrol (P1)
Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total,
HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum
diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol bunga kenanga (pretest) dan setelah
diberikan perlakuan (posttest).
Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.2 dan 5.3
Tabel 5.2 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan
(Pretest) Kelompok Nilai rerata SB
n F
Kolesterol Total 208,43 mg/dl 4,467 7 1,043 HDL 24,00 mg/dl 3,162 7 0,530 LDL 105,57 mg/dl 3,207 7 2,740 Trigliserida 204,43 mg/dl 4,721 7 2,270 TNF - α 0,206 pg/ml 0,109 7 1,500
55
Tabel 5.3 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sesudah diberikan perlakuan
(Posttest) Kelompok Nilai rerata SB n F
Kolesterol Total 204,86 mg/dl 3,338 7 1990,9 HDL 23,57 mg/dl 1,813 7 184,76 LDL 105,29 mg/dl 3,861 7 227,34 Trigliserida 206,14 mg/dl 7,105 7 488,42 TNF - α 0,2036 pg/ml 0,173 7 62,834
5.4.2 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Kontrol (P1)
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL,
dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan
placebo (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan uji dengan Paired-Samples T
Test dan disajikan pada table 5.4 dibawah ini:
Tabel 5.4
Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum Diberikan Perlakuan (Pretest) dan Setelah Diberikan Perlakuan (Posttest)
Pada Kelompok Kontrol (P1) Kelompok SB p t Rerata Pair 1 Kol pre-
4,467 0,054 2,391
208,43 mg/dl
Kol pos 3,338 204,86 mg/dl Pair 2 HDL pre- 3,162 0,573 0,596 24,00 mg/dl HDL pos 1,813 23,57 mg/dl Pair 3 LDL pre- 3,207 0,805 0,258 105,57 mg/dl LDL pos 3,861 105,29 mg/dl Pair 4 TG pre- 4,721 0,510 0,701 204,43 mg/dl TG pos 7,105 206,14 mg/dl Pair 5 TNF pre- 0,109 0,764 0,315 0,206 pg/ml TNF pos 0,173 0,204 pg/ml
Pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum perlakuan
adalah 0,206 ± 0,109 pg/ml, rerata TNF – α setelah perlakuan 0,204 ± 0,173 pg/ml
56
dengan p = 0,764 (p > 0,05), kolesterol total pretest 208,43 ± 4,467 mg/dl, kolesterol
total setelah perlakuan 204,86 ± 3,338 mg/dl dengan p = 0,054 (p > 0,05), rerata
HDL sebelum perlakuan 24,00 ± 3,162 mg/dl, rerata HDL setelah perlakuan 23,57
± 1,813 mg/dl dengan p = 0,573 (p > 0,05), rerata LDL sebelum perlakuan 105,57 ±
3,207 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 105,29 ± 3,861 mg/dl dengan p = 0,805 (p
> 0,05), dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 204,43 ± 4,721 mg/dl, rerata
Trigliserida posttest 206,14 ± 7,105 mg/dl dengan p = 0,510 (p > 0,05). Hal ini
berarti bahwa pemberian perlakuan (placebo) tidak memiliki perbedaan bermakna
dibandingkan dengan kelompok sebelum perlakuan (p > 0,05).
Grafik 5.1 Komparasi Pre dan Post TNF- α Kelompok Kontrol (P1)
Grafik 5.2 Komparasi Pre dan Post profil lipid Kelompok Kontrol (P1)
0.206 0.204
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
TNF PRE TNF POST
Kadar (pg/ml)
Kelompok Kontrol (P1)
TNF PRE
TNF POST
208.43
24
105.57
204.43 204.86
23.57
105.29
206.14
0
50
100
150
200
250
KOL.TOTAL HDL LDL TG
Kadar (m
g/dl)
KELOMPOK KONTROL (P1)
PRE
POST
57
Grafik 5.2 menggambarkan bahwa pemberian placebo (posttest) menurunkan
kadar TNF- α sebesar 0,97% analisis statistik menunjukkan p = 0,764 (p > 0,05),
penuruanan kadar kolesterol sebesar 1,71%, analisis statistik menunjukkan p =
0,054 (p > 0,05), pemberian placebo terhadap HDL menyebabkan penurunan kadar
sebesar 1,79%, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,573 (p > 0,05),
pemberian placebo terhadap LDL menyebabkan penurunan kadar sebesar 0,27 %,
analisis secara statistik menunjukkan p = 0,805 (p > 0,05), pemberian placebo
terhadap TG menyebabkan peningkatan kadar sebesar 0,83 %, analisis secara
statistik menunjukkan p = 0,510 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa pada kelompok
kontrol (P1) pemberian plasebo tidak berpengaruh terhadap peningkatan atau
penurunan kadar TNF-α, kolesterol total, HDL, LDL, dan Trigliserida dengan p >
0,05 (tidak berbeda bermakna).
5.5 Uji Komparabilitas Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2)
Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total,
HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum
diberikan perlakuan (pretest) dibandingkan dengan setelah diberikan perlakuan
berupa ekstrak etanol bunga kenanga 10%. Hasil analisis disajikan pada Tabel :
Tabel 5.5 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan
(Pretest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 211,71 mg/dl 7,158 7 1,043 HDL 22,29 mg/dl 2,563 7 0,530 LDL 109,57 mg/dl 15,296 7 2,740 Trigliserida 210,43 mg/dl 9,016 7 2,270 TNF - α 0,19 pg/ml 0,021 7 1,500
58
Tabel 5.6 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG setelah diberikan perlakuan
(Posttest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 144,86 mg/dl 4,220 7 1990,9 HDL 32,57 mg/dl 0,976 7 184,76 LDL 92,86 mg/dl 1,676 7 227,34 Trigliserida 127, 29 mg/dl 9,464 7 488,42 TNF - α 0,14 pg/ml 0,012 7 62,834
5.5.1 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2)
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL,
dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan
Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan
uji dengan Paired-Samples T Test dan disajikan pada Tabel:
Tabel 5.7 Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum
Diberikan Perlakuan dan Setelah Diberikan Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga10% (P2)
Kelompok SB p t Rerata Pair 1 Kol pre- 7,158
0,000 24,496 211,71 mg/dl
Kol pos 4,220 144,86 mg/dl Pair 2 HDL pre- 2,563
0,000 12,728 22,29 mg/dl
HDL pos 0,976 32,57 mg/dl Pair 3 LDL pre- 15,296
0,025 2,955 109,57 mg/dl
LDL pos 1,676 92,86 mg/dl Pair 4 TG pre- 9,016
0,000 13,674 210,43 mg/dl
TG pos 9,464 127, 29 mg/dl Pair 5 TNF pre- 0,021
0,001 5,639 0,19 pg/ml
TNF pos 0,012 0,14 pg/ml
59
Pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum perlakuan
adalah 0,190 ± 0,021 pg/ml rerata TNF – α setelah perlakuan 0,14 ± 0,012 pg/ml
dengan p = 0,001 (p < 0,05), kolesterol total pretest 211,71 ± 7,158 mg/dl, kolesterol
total setelah perlakuan 144,86 ± 4,220 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata
HDL sebelum perlakuan 22,29 ± 2,563 mg/dl, rerata HDL setelah perlakuan 32,57
± 0,976 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata LDL sebelum perlakuan 109,57 ±
15,296 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 92,86 ± 1,676 mg/dl dengan p =
0,025 (p < 0,05), dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 210,43 ± 9,016 mg/dl,
rerata Trigliserida setelah perlakuan 127, 29 ± 9,464 mg/dl dengan p = 0,000 (p <
0,05). Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga 10 %
dapat menurunkan kadar TNF-α, Kolesterol Total, , LDL, dan TG dan
meningkatkan kadar HDL secara bermakna (p < 0,05) .
Grafik 5.3 Komparasi Pre dan Post TNF Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2),
0.19
0.14
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
TNF PRE TNF POST
Kadar (pg/ml)
Kelompok Perlakuan 2 (P2)
TNF PRE
TNF POST
60
Grafik 5.4 Komparasi Pre dan Post Profil Lipid Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% dan makanan tinggi kolesterol (P2),
Grafik 5.4 menggambarkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga
10% menurunkan kadar TNF sebesar 26,31 %, analisis statistik menunjukkan p =
0,001 (p < 0,05), penurunan kadar kolesterol sebesar 31,57%, analisis statistik
menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian pemberian Ekstrak Etanol Bunga
Kenanga 10% menyebabkan kenaikan kadar HDL sebesar 46,12%, analisis secara
statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga
Kenanga 10% menyebabkan penurunan kadar LDL sebesar 12,04 %, analisis secara
statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga
Kenanga 10% menyebabkan penurunan kadar TG sebesar 39,50%, analisis secara
statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pada kelompok
P2 pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% berpengaruh terhadap penurunan
kadar TNF - α, kolesterol total, Trigliserida, dan LDL,serta peningkatan kadar HDL
dengan p < 0,05 (berbeda bermakna).
211.71
22.29
105.57
210.43
144.86
32.57
92.86 127.29
0
50
100
150
200
250
KOL.TOTAL HDL LDL TG
Kadar (m
g/dl)
Kelompok Perlakuan 2 (P2)
PRE
POST
61
5.6 Uji Komparabilitas Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3)
Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total,
HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum
diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol
bunga kenanga 20%. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.8 dan 5.9 :
Tabel 5.8 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan
(Pretest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 211,57 mg/dl 7,300 7 1,043 HDL 22,71 mg/dl 2,059 7 0,530 LDL 116,14 mg/dl 9,026 7 2,740 Trigliserida 211,71 mg/dl 5,936 7 2,270 TNF - α 0,1969 pg/dl 0,0186 7 1,500
Tabel 5.9 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG setelah diberikan perlakuan
(Posttest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3)
Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 112,57 mg/dl 2,637 7 1990,9 HDL 36,14 mg/dl 1,215 7 184,76 LDL 80,71 mg/dl 2,289 7 227,34 Trigliserida 93,00 mg/dl 4,967 7 488,42 TNF - α 0,1329 pg/ml 0,0135 7 62,834
5.6.1 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3)
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL,
dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan
Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan
uji dengan Paired-Samples T Test dan disajikan pada Tabel 5.10:
62
Tabel 5.10 Tabel Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum
Diberikan Perlakuan dan Setelah Diberikan Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3)
Kelompok SB p t Rerata Pair 1 Kol pre- 7,300
0,000 35,1076 211,57 mg/dl
Kol pos 2,637 112,57 mg/dl Pair 2 HDL pre- 2,059
0,000 18,676 22,71 mg/dl
HDL pos 1,215 36,14 mg/dl Pair 3 LDL pre- 9,026
0,000 10,949 116,14 mg/dl
LDL pos 2,289 80,71 mg/dl Pair 4 TG pre- 5,936
0,000 35,359 211,71 mg/dl
TG pos 4,967 93,00 mg/dl Pair 5 TNF pre- 0,0186
0,000 11,760 0,1969 pg/ml
TNF pos 0,0135 0,1329 pg/ml
Pada Tabel 5.10 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum
perlakuan adalah 0,1969 ± 0,0186 pg/ml rerata TNF – α setelah perlakuan 0,1329 ±
0,0135 pg/ml dengan p = 0,000 (p < 0,05), kolesterol total pretest 211,57 ± 7,300
mg/dl, kolesterol total setelah perlakuan 112,57 ± 2,637 mg/dl dengan p = 0,000 (p <
0,05), rerata HDL sebelum perlakuan 22,71 ± 2,059 mg/dl, rerata HDL setelah
perlakuan 36,14 ± 1,215 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata LDL sebelum
perlakuan 116,14 ± 9,026 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 80,71 ± 2,289 mg/dl
dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 211,71 ± 5,936 mg/dl, rerata Trigliserida
setelah perlakuan 93,00 ± 4,967 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05).
Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga
20% dapat menurunkan kadar TNF-α, Kolesterol Total, LDL, dan TG dan
meningkatkan kadar HDL secara bermakna (p < 0,05) .
63
Grafik 5.5 Komparasi Pre dan Post TNF Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% dan makanan tinggi kolesterol (P3),
Grafik 5.6 Komparasi Pre dan Post Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% dan makanan tinggi kolesterol (P3),
Grafik 5.6 menggambarkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga
20% menurunkan kadar TNF - α sebesar 32,50% dengan analisis statistik
menunjukkan p=0,000, penurunan kadar kolesterol sebesar 46,79%, analisis statistik
menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian pemberian Ekstrak Etanol Bunga
Kenanga 20% menyebabkan kenaikan kadar HDL sebesar 59,14%, analisis secara
statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga
Kenanga 20% menyebabkan penurunan kadar LDL sebesar 30,50 %, analisis
0.1969
0.1329
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
TNF PRE TNF POST
Kadar (pg/ml)
Kelompok Perlakuan 3 (P3)
TNF PRE
TNF POST
211.57
22.71
116.14
211.71
112.57
36.14
80.71 93
0
50
100
150
200
250
KOL.TOTAL HDL LDL TG
Kadar (m
g/dl)
Kelompok Perlakuan 3 (P3)
PRE
POST
64
statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga
Kenanga 20% menyebabkan penurunan kadar TG sebesar 56,07 %, analisis secara
statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pada kelompok
P3 pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% berpengaruh terhadap penurunan
kadar TNF - α, kolesterol total, Trigliserida, dan LDL, serta peningkatan kadar HDL
dengan p < 0,05 (berbeda bermakna).
5.7 Uji Komparabilitas Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)
Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total,
HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum
diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol
bunga kenanga 20%. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.11 dan 5.12 :
Tabel 5.11 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan
(Pretest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 216,00 mg/dl 11,619 7 1,043 HDL 22,86 mg/dl 2,734 7 0,530 LDL 118,86 mg/dl 7,058 7 2,740 Trigliserida 205,29 mg/dl 4,990 7 2,270 TNF - α 0,208 pg/ml 0,006 7 1,500
Tabel 5.12 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG setelah diberikan perlakuan
(Posttest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)
Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 82,71 mg/dl 1,604 7 1,043 HDL 41,57 mg/dl 1,718 7 0,530 LDL 71,86 mg/dl 1,773 7 2,740 Trigliserida 77,14 mg/dl 4,947 7 2,270 TNF - α 0,111 pg/ml 0,0082 7 1,500
65
5.7.1 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL,
dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan
Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan
uji dengan Paired-Samples T Test dan disajikan pada Tabel 5.13:
Tabel 5.13 Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum
Diberikan Perlakuan dan Setelah Diberikan Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)
Kelompok SB p t Rerata Pair 1 Kol pre- 11,619
0,000 30,102 216,00 mg/dl
Kol pos 1,604 82,71 mg/dl Pair 2 HDL pre- 2,734
0,000 20,376 22,86 mg/dl
HDL pos 1,718 41,57 mg/dl Pair 3 LDL pre- 7,058
0,000 16,235 118,86 mg/dl
LDL pos 1,773 71,86 mg/dl Pair 4 TG pre- 4,990
0,000 72,049 205,29 mg/dl
TG pos 4,947 77,14 mg/dl Pair 5 TNF pre- 0,006
0,000 38,570 0,208 pg/ml
TNF pos 0,0082 0,111 pg/ml
Pada Tabel 5.13 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum
perlakuan adalah 0,208 ± 0,006 pg/ml rerata TNF – α setelah perlakuan 0,111 ±
0,0082 pg/ml dengan p = 0,000 (p < 0,05), kolesterol total pretest 216 ± 11,619
mg/dl, kolesterol total setelah perlakuan 82,71 ± 1,604 mg/dl dengan p = 0,000 (p <
0,05), rerata HDL sebelum perlakuan 22,86 ± 2,734 mg/dl, rerata HDL setelah
perlakuan 41,57 ± 1,718 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata LDL sebelum
perlakuan 118,86 ± 7,058 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 71,86 ± 1,773 mg/dl
dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 205,29 ± 4,990 mg/dl, rerata Trigliserida
setelah perlakuan 77,14 ± 4,947 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti
66
bahwa pemberian perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga 30% dapat menurunkan
kadar TNF-α, Kolesterol Total, LDL, dan TG dan meningkatkan kadar HDL secara
bermakna (p < 0,05 )
Grafik 5.7 Komparasi Pre dan Post TNF Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% dan makanan tinggi kolesterol (P4)
Grafik 5.8 Komparasi Pre dan Post Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% dan makanan tinggi kolesterol (P4),
Grafik 5.7 dan 5.8 menggambarkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga
Kenanga 30% menurunkan kadar TNF sebesar 46,64%, analilis statistik dengan
p = 0,000 (p < 0,05), penurunana kadar kolesterol sebesar 61,7%, analisis statistik
menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian pemberian Ekstrak Etanol Bunga
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
TNF PRE TNF POST
Axis Title
Kelompok Perlakuan 4 (P4)
TNF PRE
TNF POST
216
22.86
118.86
205.29
82.71 41.57
71.86 77.14
0
50
100
150
200
250
KOL.TOTAL HDL LDL TG
Kadar (m
g/dl)
Kelompok Perlakuan 4 (P4)
PRE
POST
67
Kenanga 30% menyebabkan kenaikan kadar HDL sebesar 81,85%, analisis secara
statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga
Kenanga 30% menyebabkan penurunan kadar LDL sebesar 39,50 %, analisis
secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol
Bunga Kenanga 30% menyebabkan penurunan kadar TG sebesar 62,42 %, analisis
secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pada
kelompok P3 pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% berpengaruh terhadap
penurunan kadar TNF, kolesterol total, Trigliserida, dan LDL, serta peningkatan
kadar HDL dengan p < 0,05 (berbeda bermakna.
5.8 Analisis Efek perlakuan antar kelompok
Analisis efek perlakuan antar kelompok diuji berdasarkan rerata kadar TNF-α ,
kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol
dan diberikan perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga. Hasil Analisis kemaknaan
diuji dengan One Way Anova dan disajikan pada tabel 5.14
Tabel 5.14 Analisis efek perlakuan antar kelompok diuji berdasarkan rerata kadar TNF-α , kolesterol total, HDL, LDL, dan TG
sesudah diberikan perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga Rerata post SB F p
TNF – α P1 0,204 0,173
62,834
0,000 TNF – α P2 0,140 0,012 0,000 TNF – α P3 0,133 0,013 0,000 TNF – α P4 0,111 0,008 0,000 Kol. Total P1 204,86 3,338
1990,994
0,000 Kol. Total P2 144,86 4,220 0,000 Kol. Total P3 112,57 2,637 0,000 Kol. Total P4 82,71 1,604 0,000
68
HDL P1 23,57 1,813
184,764
0,000 HDL P2 32,57 0,976 0,000 HDL P3 36,14 1,215 0,000 HDL P4 41,57 1,718 0,000 LDL P1 105,29 3,861
227,349
0,000 LDL P2 92,86 1,676 0,000 LDL P3 80,71 2,289 0,000 LDL P4 71,86 1,773 0,000 TG P1 206,14 7,105
488,422
0,000 TG P2 127,29 9,464 0,000 TG P3 93,00 4,967 0,000 TG P4 77,14 4,947 0,000
Tabel 5.14 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF-α kelompok kontrol adalah
0,204±0,173, rerata TNF-α kelompok P2 adalah 0,140±0,012, rerata TNF-α kelompok P3
adalah 0,133±0,013, rerata TNF-α kelompok P4 adalah 0,111±0,008 Analisis kemaknaan
dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 62,834 dan nilai p adalah
0,000. Rerata kadar kolesterol total kelompok kontrol adalah 204,86±3,338, rerata
kolesterol total kelompok P2 adalah 144,86±4,220, rerata kolesterol total kelompok P3
adalah 112,57±2,637, rerata kolesterol total kelompok P4 adalah 82,71±1,604 Analisis
kemaknaan dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 1990,994 dan
nilai p adalah 0,000. Rerata kadar HDL kelompok kontrol adalah 23,57±1,813, rerata HDL
kelompok P2 adalah 32,57±0,976, rerata HDL kelompok P3 adalah 36,14±1,215, rerata
HDL kelompok P4 adalah 41,57±1,718Analisis kemaknaan dengan uji one way anova
menunjukkan bahwa Nilai F adalah 184,764 dan nilai p adalah 0,000. Rerata kadar LDL
kelompok kontrol adalah 105,29±3,861, rerata LDL kelompok P2 adalah 92,86±1,676,
rerata LDL kelompok P3 adalah 80,71±2,289, rerata LDL kelompok P4 adalah
71,86±1,773 Analisis kemaknaan dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F
adalah 227,349 dan nilai p adalah 0,000. Rerata kadar TG kelompok kontrol adalah
69
206,14±7,105, rerata TG kelompok P2 adalah 127,29±9,464, rerata TG kelompok P3
adalah 93,00±4,967, rerata TG kelompok P4 adalah 77,14±4,947, Analisis kemaknaan
dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 488,422 dan nilai p adalah
0,000.
Hal ini berarti bahwa rerata kadar TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG pada
masing-masing kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol bunga
kenanga berbeda secara bermakna.
5.9 Uji beda nyata terkecil (Least Significant Difference – Test)
Untuk mengetahui beda nyata terkecil antar kelompok maka perlu dilakukan uji
lanjut dengan Least Significant Difference – Test (LSD) berikut:
Tabel 5.15 Uji beda nyata terkecil antar kelompok
KOL. TOTAL
Beda Rerata p Interpretasi Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% 60,00 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% 92,28 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% 122,14 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% 32,28 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% 62,14 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% 29,85 0,000 Berbeda bermakna
HDL
Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% 9,00 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% 12,571 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% 18,00 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% 3,571 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% 9,00 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% 5,429 0,000 Berbeda bermakna
LDL
Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% 12,429 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% 24,517 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% 33,429 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% 12,143 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% 21,00 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% 8,857 0,000 Berbeda bermakna
70
TG
Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% 78,857 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% 113,343 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% 129 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% 34,286 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% 50,143 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% 15,857 0,000 Berbeda bermakna
TNF
Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% 0,063 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% 0,070 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% 0,077 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% 0,0072 0,314 Tidak Berbeda
bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% 0,209 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% 0,021 0,005 Berbeda bermakna
Hasil uji lanjutan di atas menunjukkan bahwa :
1. Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok kontrol berbeda bermakna
dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10%.
2. Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok kontrol berbeda bermakna
dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20% .
3. Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok kontrol berbeda bermakna
dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 30%.
4. Rerata Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10%
berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20%.
5. Rerata TNF-α, kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10% tidak berbeda bermakna
dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20%.
6. Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok ekstrak etanol bunga kenanga
10% berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 30% .
7. Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok ekstrak etanol bunga kenanga
20% berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 30%.
71
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1 Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan hewan yaitu tikus putih (Rattus novergicus) jantan
sebagai subjek. Tikus putih banyak digunakan untuk penelitian karena relatif mudah
untuk didapat dan dipelihara serta merupakan hewan yang cocok digunakan untuk
berbagai penelitian. Jenis kelamin tikus dalam penelitian perlu dipertimbangkan
dengan maksud untuk menghindari adanya pengaruh hormonal hewan coba terhadap
penelitian, misalnya hormon estrogen yang berpengaruh terhadap aktivitas reseptor
LDL yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah (Malole dan Pramono, 1989).
Tikus putih (Rattus novergicus) yang digunakan pada penelitian ini merupakan
tikus putih dengan galur wistar yang dislipidemia, jenis kelamin jantan, dengan umur
empat bulan dan berat 150 – 200 gram. Jumlah tikus yang digunakan sebagai sampel
sebanyak 28 ekor, dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok P1 (Kontrol),
Kelompok P2 (ekstrak etanol bunga kenanga 10%), Kelompok P3 (ekstrak etanol
bunga kenanga 20%), dan Kelompok P4 (ekstrak etanol bunga kenanga 30%).
Penelitian dilakukan selama sembilan minggu, satu minggu untuk adaptasi hewan
coba, empat minggu untuk pemberian diet tinggi kolesterol, dan empat minggu
berikutnya untuk pemberian diet tinggi kolesterol ditambah ekstrak etanol bunga
kenanga.
72
6.2 Bunga Kenanga (Cananga odorata)
Bunga kenanga banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan parfum
karena aroma khas yang dimilikinya. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa
ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya
kandungan linalool, geraniol, dan eugenol (Moelyono, 2007). Penelitian lain
mengenai bunga kenanga yaitu bagaimana bunga kenanga digunakan sebagai anti
mikroba (Indrakumar et al., 2012).
Senyawa yang ditemukan dalam bunga kenanga antara lain saponin,
Flavonoid, serta komponen minyak atsiri di mana mengandung senyawa polifenol β-
kariofilen, α-terpineol, linalool, methyl benzoate, benzil salysilat, terpineol,
myristicin, dan benzil benzoat (Sacchetti et al., 2006). Flavonoid yang terkandung
pada bunga menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004), dan Ogawa et
al. (2005), dapat bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam darah dengan
menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-
A reduktase) (Sekhon, 2012).
6.3 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap TNF-α
Rerata TNF-α pretest pada kelompok P1 adalah 0,206 ± 0,109 pg/ml dan rerata TNF-
α setelah perlakuan 0,204 ± 0,173 pg/ml dengan p adalah 0,764 (p > 0,05).
73
Rerata TNF-α pretest pada kelompok P1 adalah 0,19 ± 0,021 pg/ml dan rerata TNF-
α setelah perlakuan 0,14 ± 0,012 pg/ml dengan p : 0,001 (p < 0,05). Rerata TNF-α
pretest pada kelompok P3 adalah 0,197 ± 0,0186 pg/ml dan rerata TNF-α setelah
perlakuan 0,1329 ± 0,0135 pg/ml dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata TNF-α pretest
pada kelompok P4 adalah 0,208 ± 0,006 pg/ml dan rerata TNF-α setelah perlakuan
0,111 ± 0,0082 pg/ml dengan p adalah 0,000 (p < 0,05).
Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian ekstrak etanol bunga
kenanga 10%, 20%, dan 30%, rerata kadar TNF-α menunjukkan hasil yang berbeda
dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak etanol bunga kenanga 30% (P4) dapat menurunkan kadar TNF-α.
Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk
mengetahui beda nyata terkecil rerata TNF - α antar kelompok sesudah diberikan
perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4
memperlihatkan bahwa rerata TNF - α kelompok P2, P3, P4 lebih rendah dari
kelompok P1(berbeda bermakna). Namun pada perbandingan kelompok P2 dan P3
menunjukkan hasil yang tidak berbeda (p>0,05).
Diet tinggi lemak dan kelebihan triasilgliserol (TAG) di jaringan adiposit
akan merangsang pelepasan sitokin pro Inflamasi seperti TNF – α (Tumor Necrosis
Factor – alpha). TNF – α merupakan sitokin yang diproduksi oleh jaringan lemak
dan adiposit. TNF-α ditemukan meningkat pada kondisi inflamasi akut dan kronis,
seperti trauma, sepsis, infeksi, arthritis rematoid, dan dislipidemia. TNF-α
memegang peranan penting pada proses ini, dan kemungkinan menjadi target
potensial untuk terapi.
74
Penelitian pada agen-agen yang dapat menghambat TNF-α menunjukkan
bahwa hambatan tersebut mampu memperbaiki profil lipid pada pasien dengan
penyakit inflamasi kronis (Popa et al., 2007). TNF – α yang meningkat dapat
menyebabkan penekanan pada oksidasi lemak pada hepar, sehingga asam lemak
bebas dalam hepar meningkat. Peningkatan asam lemak pada hepar ini akan
menyebabkan hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar
sehingga terjadi hiperkolesterolemia.
Bunga kenanga memiliki kandungan fitokimia yang diduga dapat
memperbaiki profil lipid dan penurunan kadar TNF – α yang meningkat akibat
dislipidemia. Kaempferol (3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak
atsiri yang terkandung pada bunga kenanga memiliki efek anti oksidan kuat dan
sebagai anti inflamasi mampu menurunkan ROS intraseluler. Flavonoid akan
berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian Ikatan tersebut akan dapat
menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan berkurang, akibatnya akan
menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL. Hambatan tersebut akan dapat
menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan oksidasi LDL akan menghambat
aktivasi NF- kB, sehingga terjadi penurunan kadar TNF-α dalam sirkulasi. NF-kB
merupakan faktor transkripsi sel yang dapat mengontrol ekspresi beberapa gen
termasuk TNF-α dan IL-1 (Sargowo et al., 2010).
Minyak atsiri yang terkandung pada bunga kenanga (α – Pinene, β
Terpineol, 4-terpineol, Eugenol, limonene, linalyl acetate, β-trans-caryophyllen, 1,8
-cineole, p-cymene, thymol dan eugenol predominated), menurut studi sebelumnya
dikatakan mampu berefek sebagai anti inflamasi dengan menghambat pembentukan
75
leukotrin (Wei et al.,2010). Penelitian ini menunjukkan Ektrak etanol bunga kenanga
dapat memperbaiki keadaan inflamasi akibat dislipidemia. Dengan demikian, Ektrak
etanol bunga kenanga berpotensi untuk mencegah penyakit yang berhubungan
dengan keadaan-keadaan tersebut. Namun penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan
untuk membuktikan efektivitas yang sesungguhnya.
6.4 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap Profil Lipid
6.4.1. Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap Kolesterol Total
Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P1 adalah 208,43 ± 4,467
mg/dl dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 204,86 ± 3,338 mg/dl dengan p
adalah 0,054 (p > 0,05). Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P2 adalah
211,71 ± 7,158 mg/dl dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 144,86 ± 4,220
mg/dl dengan p adalah 0,000 (p < 0,05).
Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P3 adalah 211,57 ± 7,300 mg/dl
dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 112,57 ± 2,637 mg/dl dengan p adalah
0,000 (p < 0,05). Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P4 adalah 216 ±
11,619 mg/dl dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 82,71 ± 1,604 mg/dl
dengan p adalah 0,000 (p < 0,05).
Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar
kolesterol total menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum
diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak
dapat menurunkan kadar kolesterol total.
76
Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% menunjukkan
hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan
30% dapat menurunkan kadar kolesterol total.
Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk
mengetahui beda nyata terkecil rerata kolesterol total antar kelompok sesudah
diberikan perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan
P4 memperlihatkan bahwa rerata kolesterol total kelompok P2, P3, P4 lebih rendah
dari kelompok P1(berbeda bermakna).
Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat terjadi karena gangguan
metabolisme, adanya kelainan genetik, stress emosional, serta kurangnya olah raga
atau aktivitas fisik. Diet tinggi kolesterol dapat mengakibatkan kadar kolesterol
darah dan kolesterol LDL akan meningkat. Kolesterol dalam darah yang berlebihan
akan dapat membentuk plak yang kemudian akan menyebabkan penyempitan lumen
pembuluh darah dan menurunkan tingkat elastisitas pembuluh darah tersebut
sehingga dapat menyumbat oksigan dan nutisi ke seluruh jaringan tubuh (Murni,
2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga kenanga
mengandung flavonoid (3,4’,5,7 tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak atsiri
(Moelyono et al., 2007). Menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004)
dan Ogawa et al. (2005) flavonoid bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam
darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A
reduktase (HMG Co-A reduktase) (Sekhon, 2012). Flavonoid juga dapat
77
menurunkan penyerapan kolesterol dan asam empedu serta meningkatkan aktivitas
reseptor kolesterol LDL (Dwisusilo, 2008).
Hedges dan Lister (2007) membuktikan bahwa saponin dapat menurunkan
kadar kolesterol hewan coba dengan menghambat penyerapan asam empedu oleh
usus sehingga asam empedu segera diekskresikan bersama feses. Keadaan ini
mengakibatkan hati akan mengambil kolesterol dalam darah untuk dikonversikan
menjadi asam empedu sehingga kolesterol darah berkurang.
Penurunan kadar kolesterol total diketahui mampu mengurangi terjadinya
risiko penyakit kardiovaskular (Suharjo, 2008). Menurut Anwar (2004), kadar
kolesterol total adalah merupakan tolok ukur secara klinis dalam menentukan
penyakit kardiovaskular. Senyawa yang berperan dalam menurunkan kadar
kolesterol total pada penelitian ini adalah saponin dan flavonoid. Berfungsinya
sistem kardiovaskular yang baik berarti kualitas hidup yang baik juga akan bisa
dipertahankan sehingga derajat hidup menjadi lebih panjang.
6.4.1.2 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap HDL (High Density
Lipoprotein)
Rerata HDL pretest pada kelompok P1 adalah 24,00 ± 3,162 mg/dl dan rerata
HDL setelah perlakuan 23,57 ± 1,813 mg/dl dengan p : 0,573 (p > 0,05). Rerata
HDL pretest pada kelompok P2 adalah 22,29 ± 2,563 mg/dl dan rerata HDL setelah
perlakuan 32,57 ± 0,976 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata HDL pretest
pada kelompok P3 adalah 22,71 ± 2,059 mg/dl dan rerata HDL setelah perlakuan
36,14 ± 1,215 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05).
78
Rerata HDL pretest pada kelompok P4 adalah 22,86 ± 2,734 mg/dl dan rerata
HDL setelah perlakuan 41,57 ± 1,718 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05).
Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk
mengetahui beda nyata terkecil rerata HDL antar kelompok sesudah diberikan
perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4
memperlihatkan bahwa rerata HDL kelompok P2, P3, P4 lebih tinggi dari kelompok
P1(berbeda bermakna).
Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar HDL
menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan ,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak dapat menurunkan /
meningkatkan kadar HDL. Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%,
dan 30% menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum
diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol
Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% dapat meningkatkan kadar HDL.
Fungsi kolesterol HDL adalah mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan
ekstrahepatik dan sel pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan
enzyme Lecithin Cholesterol Acyl Transferase melepaskan kolesterol ke VLDL-
remnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu. Kadar HDL
darah yang rendah akan berpengaruh pada rasio kolesterol dan HDL, yang dapat
digunakan untuk memprediksi risiko penyakit Kardiovaskular. Semakin tinggi angka
rasio total kolesterol dan HDL akan semakin tinggi pula risiko kejadian penyakit
Kardiovaskular. Oleh karena itu kadar tinggi HDL dihubungkan dengan penurunan
insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis (Bahri, 2004).
79
6.4.1.3 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap LDL (Low Density
Lipoprotein)
Rerata LDL pretest pada kelompok P1 adalah 105,57 ± 3,207 mg/dl dan rerata
LDL setelah perlakuan 105,29 ± 3,861 mg/dl dengan p : 0,805 (p > 0,05). Rerata
LDL pretest pada kelompok P2 adalah 109,57 ± 15,296 mg/dl dan rerata LDL
setelah perlakuan 92,86 ± 1,676 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata LDL
pretest pada kelompok P3 adalah 116,14 ± 9,026 mg/dl dan rerata LDL setelah
perlakuan 80,71 ± 2,289 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata LDL pretest pada
kelompok P4 adalah 118,86 ± 7,058 mg/dl dan rerata LDL setelah perlakuan 71,86 ±
1,773 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05).
Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk
mengetahui beda nyata terkecil rerata LDL antar kelompok sesudah diberikan
perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4
memperlihatkan bahwa rerata LDL kelompok P2, P3, P4 lebih rendah dari
kelompok P1(berbeda bermakna).
Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar LDL
menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan ,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak dapat menurunkan /
meningkatkan kadar LDL. Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%,
dan 30% menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum
diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol
Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% dapat menurunkan kadar LDL.
80
Tingginya kadar kolesterol LDL meningkatkan risiko terjadinya penyakit
jantung dan pembuluh darah karena keterlibatannya yang dominan dalam proses
terjadinya penyakit. Flavonoid diketahui dapat meningkatkan aktivitas reseptor LDL
(dwisusilo, 2008). Penurunan kadar kolesterol LDL ini kemungkinan akibat dari
penurunan kadar kolesterol total, mengingat kolesterol LDL merupakan lipoprotein
berdensitas rendah yang mengandung kolesterol dan ester kolesterol dalam
konsentrasi tinggi.. Oleh karena itu jika kadar kolesterol total darah menurun maka
kadar kolesterol LDL juga akan menurun (Mark dan Smith, 2000).
6.4.1.4 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap TG (Trigliserida)
Rerata TG pretest pada kelompok P1 adalah 204,43± 4,721 mg/dl dan rerata TG
setelah perlakuan 206,14 ± 7,105 mg/dl dengan p : 0,510 (p > 0,05). Rerata TG
pretest pada kelompok P2 adalah 210,43 ± 9,016 mg/dl dan rerata TG setelah
perlakuan 127,29 ± 9,464 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata TG pretest pada
kelompok P3 adalah 211,71 ± 5,936 mg/dl dan rerata TG setelah perlakuan 93,00 ±
4,967 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata TG pretest pada kelompok P4 adalah
205,29 ± 4,990 mg/dl dan rerata TG setelah perlakuan 77,14 ± 4,947 mg/dl dengan
p = 0,000 (p < 0,05).
Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk
mengetahui beda nyata terkecil rerata TG antar kelompok sesudah diberikan
perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4
memperlihatkan bahwa rerata TG kelompok P2, P3, P4 lebih rendah dari kelompok
P1(berbeda bermakna).
81
Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar TG
menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan ,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak dapat menurunkan /
meningkatkan kadar TG. Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan
30% menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum diberikan
perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga
Kenanga 10%, 20%, dan 30% dapat menurunkan kadar TG.
Dahulu Kadar Trigliserida yang tinggi dalam serum kurang diperhitungkan
namun saat ini menjadi faktor penting pada penyakit Kardiovaskular. Peningkatan
kadar Trigliserida ternyata berhubungan dengan penurunan kadar LDL. Yoshino et
al. (2002) mengatakan bahwa pada kasus hiperkolesterolemia, makin tinggi kadar
TG serum, semakin tinggi pula insiden terhadap Penyakit Kardiovaskular. Senyawa
yang mungkin berperan terhadap penurunan kadar Trigliserida adalah flavonoid.
Casaschi et al. (2004) dan Ogawa et al. (2005) melaporkan bahwa penghambatan
terhadap kerja asetil Ko.A menyebabkan tidak terbentuknya asam lemak rantai
panjang yang akan berubah menjadi trigliserida.
82
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
1. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Tumor Necrosis
Factor Alpha (TNF – α) tikus putih jantan yang dislipidemia.
2. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar kolesterol total
tikus putih jantan yang dislipidemia.
3. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia.
4. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Low Density
Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia
5. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Trigliserida
tikus putih jantan yang dislipidemia
4.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai mekanisme kerja ekstrak
etanol bunga kenanga dalam menurunkan kadar TNF-α dan memperbaiki
profil lipid tikus putih jantan yang dislipidemia.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan variasi dosis yang lebih banyak,
sehingga dapat diketahui efek terbaik yang dapat dihasilkan dari
pemberian ekstrak etanol bunga kenanga terhadap TNF- α dan profil
lipid.
83
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Licthman, A.H. 2003. Immunity to tumours. In : Cellular and
Molecular Immunology. WB Saunders Co, ed. 5th edition. Philadelphia. p.391-
410.
Adam, J.M., Soegondo, S., Soemiardji, G., Adriansyah, H., 2004. Petunjuk Praktis
Penatalaksanaan Dislipidemia. Jakarta: PB. PERKENI, 2004: 1-14, 20-26.
Adeneye, A.A., Olaguniu, J.A. 2009. Preliminary hypoglycemic and hypolipidemic
activies of the aqueous seed extract of Carica papaya Linn.in Wistar rats.
Jurnal Biology and Medicine Volume 1(1): 1 -10.
Ahmed, E. 2001. “Immune mechanisms in atherosclerosis”. (dissertation).
Konferensrummet, Centrum for Molekylär Medicin, Karolinska Sjukhuset.
Available from : http://diss.kib.ki.se/2001/91-628-4612-4/. (Accessed: 2013,
April 01).
Anonim. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner
Fokus Syndrom Koroner Akut. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi dan
Komunitas Klinik.
Anonim. 2009. Health: Hypercholesterolemia College of Medicine. Milton State
Hershey Medical Center. Penn State: America.
Anonim. 2002. Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol
in Adults (Adult Treatment Panel III). National Cholesterol Education Program
National Heart, Lung, and Blood Institute National Institutes of Health NIH.
Publication No. 02-5215.
Anom, 2011. Peningkatan TNF- α merupakan faktor risiko terjadinya preeklamsia.
Denpasar: Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.
Anwar, T.B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.
[cited 2013 sep.6].Available from: http:// library. usu.ac.id /download/ gizi.
bahri 3. Pdf.
84
Bahri, A. Dislipidemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU
Repositor. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2004.Available
from: http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf.
Bastard., Maachi, M., Lagathu, C., Kim, M.J., Caron, M., Vidal, H., Capeau, J.,
Feve, B. 2006. Recent advances in the relationship between obesity,
inflammation, and insulin resistance. Eur. Cytokine Netw., Vol. 17 No 1, March
2006, 4-12.
Baum, J.A., Teng, H., Erdman, J.W., Weigel, R.M., Klein, B.P., Persky, V.W.,
Freels, S., Surya, P., Bakhit, R.M., Ramos, E., Shay, N.F., Potter, S.M. 1998.
Long term intake of soy protein improves blood lipid profile and increases
mononuclear cell lowdensity lipoprotein receptor messenger RNA
inhypercholesterolemic postmenopausalwomen. AmJ ClinNut, 58 (1998) 545.
Casaschi, A., Maiyoh, G. K., Rubio, B. K., Li, R.W., Adeli, K., and Theriault, A. G.
2004. The chalcone xanthohumol inhibits triglyceride and apolipoprotein B
secretion in HepG2 cells. Journal of Nutr. 134: 1340-1346.
Chapman, M.J., Kontush, A. 2006. Functionally defective high-density lipoprotein: a
new therapeutic target at the crossroads of dyslipidemia, inflammation, and
atherosclerosis. Available from :
URL:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16968945. (Accessed: 2013, April
01).
Dwisusilo. 2008. Manfaat Isoflavon. Available from:
http://www.dwisusilo.web.id/2008/05/manfaat-isoflavon-yang-terkandung-
dalam.html. (Accessed: 2013, April 01)
Farizal, J., 2012. “Pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi bidara upas (Merremia
mammosa) terhadap peroliferasi limfosit dan produksi ROI makrofag” (tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Fouad, T., Antioxidants, Classification of major antioxidants nature and chemistry.
(Accessed: 2013, Maret 27). Available from: URL:
www.doctorslounge.com/primary/articles/antioxidants/antioxidants4.htm.
Golberg, A. C. 2008. Dyslipidemia : Lipid Disorder. The Merck Manuals Medical
Library. Available from
85
http://www.merkmanuals.com/profesional/sec13/ch170/ch170b.html.
(Accessed: 2013, April 03).
Gordon, P.M. 2003. Hiperlipidemia and dislipidemia. In Ehrman JK.
Clinical exercise Physiology. Campaign : Human Kinetics. 2003.
Grundy, S.M . 2006. Nutrition in the Management of Disorder of Serum lipid
and lipoprotein. In Modern Nutrition in Health and desease. 10th Ed.
Baltimore: Lippincot William and Wilkins. p. 1076 – 1094.
Hanafiah, K.A. 2004. Rancangan Percobaan: teori dan aplikasi. Ed. Rev.,
Cet 9.Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. Halaman 9.
Hansson, G.K., 2005. Inflammation, Atherosclerosis, and Coronary Artery Disease.
The new england journal of medicine, 352:1685-95. Available from :
URL:http:/www.nejm.org. (Accessed: 2013, Maret 27).
Hardini, D., Yuwanta, T., Supadmo, dan Zuprizal. 2007. Pengaruh Telur Beromega-
3 dan 6 Hasil Olahan terhadap Profil Lipid Darah Tikus Rattus norvegicus L.
Normal dan Hiperkolesterolemia. Media Peternakan; 30(1): 26-34.
Hartanto, 2009. Peranan sitokin dan metabolisme lipid dalam stroke. Berkala
neurosains; 10(2): 63-67.
Hedges dan Lister, 2007. The Nutritional Attributes of Allium Species. Zcrop and
Food Research Confidential Report.
Hernani, Raharjo, M., (2005). Tanaman berkhasiat Antioksidan. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Indrakumar, Selvi, V., Gomathi, R., Karpagam, S., 2012. Evaluation of antimicrobial
activity of cananga odorata (LAM.) Hook.F & Thomson leaf extract : An in
vitro study. Dept of Botany: Queen Mary’s College India.
Katrin, 1995. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang Cananga Odorata (LMK)
Hook.F &Thoms. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa perguruan tinggi di
Indonesia Ed 7, Pusat Penelitian dan pengembangan kesehatan. Depkes RI: Jakarta.
Kersshaw, E.E., Flier, J.S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal
of Clinical Endocrinology & Metabolism 89, p 2548-56.
Koolman, J. 2005. Color Atlas Of Biochemistry. 2nd Ed. P 172. Thieme Stuttgart:
New York.
86
Kriesberg, R.A., Oberman A. 2003. Medical Management of Hyperlipidemia
Dyslipidemia. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 88(6):
2445–61.
Kumpula, L. 2011 . “Computational models and methods for lipoprotein research”
Dept. of Biomedical Engineering and Computational Science, Doctoral
(dissertation). Available from : http://lib.tkk.fi/Diss. (Accessed: 2013, April
01).
Kumar, V., Abbas, A.K., & Fausto, N., Robin and Contran. 2005. Pathologic Basis
of Disease. Philadelphia: Elsevier Sounders Inc.
Lichteinstein, A.H., Jones, P.J.H., 2001. Lipid absorption and transport .
In Present Knowledge in Nutrition. 8th ed. p. 93-103/ISLI Press:
Washington DC.
Litbangkes. 1991. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian
Klinik Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alain
Phyto Medica. P. 42
Mahley, R.W., Weisgraber, K.H., Farese., R.V. 2003. Disorder of Lipid
Metabolism. In william text book Of Endocrinologyg. 10th Ed. Philadelphia:
Saunders. p. 1642-1680.
Malole dan Pramono, 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan dilaboratorium
Bogor : Institut Pertanian Bogor. h. 104-12.
Mark dan Smith, 2000. Metabolisme Kolesterol dan Lipoprotein darah. Dalam:
Biokimia Kedokteran Dasar. Sebuah Pendekatan Klinis, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. h.518-30.
Murni, W. 2008. Cegah Atherosklerosis secara alami. Cermin Dunia Kedokteran.
Vol. 35 No.6: h.351
Martens, A. 2001. Oxidized LDL and HDL : Antagonis in Atherotrombosis.
The Faseb Journal.,15 : 2073-2084.
Metchinson, M.J., Ball, R.Y., 2005. Macrophages and atherogenesis.
Lancet 2 : 1460150.
87
Misitahari, I.M. 2011. “Pemberian growth hormone menurunkan kadar tumor
Necrosis Factor Alpha pada Tikus Jantan yang Dislipidemia” (tesis). Denpasar:
Universitas Udayana.
Michael,W. D., Saponin. 2000. Acssesed 2011 Des 24. Available from:
http://mikro.magnet.ffu.edu/fitochemical/8page/saponin.htm. (Accessed: 2012,
Desember 24).
Moelyono, M.W., Yasmiwar, S., Marina, T., 2007. Analisis minyak atsiri bunga
kenanga (cananga odorata Hook.F & TH). Jurnal Farmaka Vol 5 No. 1, April
2007.
Muray, R.K. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry. USA: Mac Graw Hill
Company 28: 101.
Ogawa, H., Ohno, M. and Baba, K. 2005. Hypotensive and lipid regulatory actions
of 4-‐hydroxyderricin, a chalcone from Angelica keiskei, in stroke-‐prone
spontaneously hypertensive rats. Clin. Exp. Pharmacol. Physiol. p.32: 19-23.
available from : http://bahan -alam.fa.itb.ac.id
Pandji, C., Soediro, I., Moesdarsono. 1985. Pemeriksaan Kandungan Kimia Bunga
Kenanga (Cananga odorata Hook, Anonaceae). Available from : URL
http://bahan-alam.fa.itb.ac.id.
Pocock, S. 2008. Clinical Trials: A Practical Approach. Chichester: John Wiley &
Sons. p. 128 – 129.
Popa, C., Netea, M.G., Van Riel, P.L.C.M., Van Der Meer, J.W.M., Stalenhoef,
A.F.H. 2007. The Role of TNF-α in Chronic Inflammatory Conditions,
Intermediary Metabolism and Cardiovascular Risk. Journal of Lipid Research.
Vol 48.p 751-759.
Rader, D.J., Hobbs, H.H. 2005. In Harrison’s Principles of Internal Medicine.
16th Ed. New York: McGraw-Hill.
Radhika, S., K.H. Smila., R., Muthezhilan. 2011. Antidiabetic and Hypolipidemic
Activity of Punica granatum Linn on Alloxan Induced Rats. World Journal of
Medical Sciences 6 (4): 178-182.
Robbins, S. 2002. Dasar patologi penyakit. Penerbit buku : kedokteran sumber
agung podomoro.
88
Sabir, A. 2003. Identifikasi golongan flavonoid dalam propolis Trigona sp dari
kabupaten Bulukuma Sulawesi Selatan yang digunakan pada perawatan kaping
pulpa langsung. Dental Journal Edisi khusus temu ilmiah nasional III 6-9
Agustus.
Sacchetti, G., Silvia, M., Mariavittoria, M., Scaglianti, M., Manfredini, S., Matteo,
R., Renato, B. 2006. Comparative evaluation of 11 essential oils of different
origin as functional antioxidants, antiradicals and antimicrobials in foods.
Dipartimento delle Risorse Naturali e Culturali, Lab. Biologia farmaceutica &
Biotrasformazioni, Universita` degli Studi di Ferrara, C.so Porta Mare 2, I-
44100 Ferrara. Italy.
Sargowo, D., Senorita, A., Widodo, A., 2010. Peranan ekstrak kulit manggis dalam
penurunan kadar TNF-α dan IL-1 Pada dyslipidemia. Malang:
Universitas Brawijaya
Sekhon, S. 2012. Antioxidant, Anti- inflammatory and Hypolipidemic Properties of
Apple Flavonols. Nova Scotia Agricultural College Truro; Nova Scotia.
Sen, S., Chakraborty, R., Sridhar, C., Reddy, Y.S.R., dan Biplab, D., 2010. Free
Radicals, Antioxidants, Diseases and Phytomedicines : Current Status and
future prospect. International Journal of Pharmaceutical Sciences Rivew and
Research. 3(1): 021.
Starkov, A.S. dan Wallace, K.B. 2006. Ying and Yang of Mitochondrial ROS. In:
Singh, K.K., editor. Oxidative Stress, Disease and Cancer. Singapura:
Mainland Press, p. 1-43.
Suharjo, J.B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius. h.47
Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. 2002. Oxygen toxicity by radiation and effect of
glutamic piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C
treatmen, Diajukan pada Internatinal seminar on Environmental Chemistry and
Toxicology, Yogyakarta.
Sulist, G., Rianto, Fras D.S., Purwantyastuti. 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4.
Gaya Baru: Jakarta.
89
Twickler, TB., Cramer M. J. M., Dallinga-Thie, G. M., Chapman, M.J.,
Erkelens, D.W., dan Koppeschaar, H.P.F. 2003. Adult-Onset Growth Hormone
Deficiency: Relation of Postprandial Dyslipidemia to Premature Atherosclerosis.
The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 88(6):2479 – 88.
Wahjuni, S., 2011. Pemberian Minyak Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) sebagai
anti dislipidemia melalui penigkatan HDL pada Tikus Wistar. Jurnal Kimia 5
(2), JULI 2011 : 156-162.
Wei, A., Shibamoto, T. Antioxidant/lipoxygenase inhibitory activities and chemical
compositions of selected essential oils. J. Agr. Food Chem. 2010, 58, 7218-7225.
Zaini, A. 2003. Kadar TNF Alfa dalam sirkulasi darah sebagai prediktor perjalanan
klinis penderita SKA. Jakarta : Universitas Indonesia.
90
Lampiran 1 Keterangan Kelaikan Etik (ethical Clearence)
91
Lampiran 2
Pengelompokan hewan coba
Tikus putih (Rattus novergicus)
92
Pengambilan darah melalui Medial Canthus Sinus Orbitalis
Proses pemindahan sampel ke plate
93
Pembacaan Menggunakan Elisa Reader
Pencucian plate Sigma Aldrich TNF-α Kitt
94
Lampiran 3
Persentase penurunan / peningkatan pre dan post pemberian perlakuan
Pre
Post Penurunan/peningkatan
(%)
P1
TNF - α 0,206 pg/ml 0,204 pg/ml 0,97
Kolesterol Total 208,43 mg/dl 204,86 mg/dl 1,71
HDL 24 mg/dl 23,57 mg/dl 1,79
LDL 105,57 mg/dl 105,29 mg/dl 0,2
TG 204,43 mg/dl 206,14 mg/dl 0,8
P2
TNF - α 0,19 pg/ml 0,14 pg/ml 26,31
Kolesterol Total 211,71 mg/dl 144,86 mg/dl 31,57
HDL 22,29 mg/dl 32,57 mg/dl 46,12
LDL 109,57 mg/dl 92,86 mg/dl 15,25
TG 210,13 mg/dl 127,29 mg/dl 39,42
P3
TNF - α 0,196 pg/ml 0,132 pg/ml 32,65
Kolesterol Total 211,57 mg/dl 112,57 mg/dl 46,80
HDL 22,71 mg/dl 36,14 mg/dl 59,14
LDL 116,14 mg/dl 80,71 mg/dl 30,50
TG 211,71 mg/dl 93 mg/dl 56,07
P4
TNF - α 0,208 pg/ml 0,111 pg/ml 46,65
Kolesterol Total 216 mg/dl 82,71 mg/dl 61,71
HDL 22,86 mg/dl 41,57 mg/dl 81,85
LDL 118,86 mg/dl 71,86 mg/dl 39,54
TG 205,29 mg/dl 77,14 mg/dl 62,42
95
Lampiran 4
Uji TNF – α Immuno Assay
Pemeriksaan TNF – α menggunakan tehnik Quantitative sandwich enzyme
immunoassay (ELISA). Antibodi monoclonal spesifik TNF – α telah di coated
dalam mikroplate. Sampel dan standar kemudian di pipet ke dalam well , dan
keberadaan TNF – α akan dipasangkan (sandwich) oleh immobilized antibody t
dalam well. Setelah dilakukan pencucian untuk menghilangkan substansi –substansi
yang tidak terikat, kemudian ditambahkan enzyme-linked polyclonal antibody yang
spesifik terhadap TNF – α . Kemudian setelah dilakukan pencucian kembali untuk
menghilangkan reagen antibody enzyme yang tidak berikatan, selanjutnya subtrat
ditambah kedalam well. Kemudian akan terbentuk warna yang sebanding dengan
jumlah TNF – α yang akan terikat. Pembentukan warna dihentikan dan kemudian
intensitas warna diukur.
Prosedur Pemeriksaan
Catatan : semua reagen harus diencerkan segera sebelum digunakan.
1. Letakkan semua reagen pada temperatur ruangan (18-25 °C) sebelum
digunakan.
2. Tambahkan 100 µl setiap standard dan sampel ke dalam well, kemudian
lakukan inkubasi selama 2,5 jam pada suhu ruangan.
3. Keluarkan dari alat shacking kemudian cuci sebanyak 4 kali dengan larutan
pencuci . Cuci setiap 1 kali cuci menggunakan pencuci buffer (300 µl)
96
dengan alat pencuci otomatis. Setelah dicuci , keluarkan dari alat kemudian
keringkan dengan kertas pengering khusus.
4. Tambahkan 100 µl antibody biotinylated pada masing-masing well
5. Inkubasi kembali selama 1 jam pada temperature ruangan.
6. Keluarkan plate dari alat inkubasi, kemudian keringkan dengan
menggunakan alat kertas pengering khusus.
7. Tambahkan 100 µl larutan streptavidin pada masing-masing well, dan
inkubasi selama 45 menit pada temperature ruangan.
8. Keluarkan dari alat kemudian lakukan kembali proses pencucian selama 4
kali, kemudian keringkan dengan kertas pengering.
9. Tambahkan 100 µl one step substrat reagent pada masing-masing well, lalu
lanjutkan dengan melakukan inkubasi selama 30 menit pada temperatur
ruangan.
10. Tambahkan stop solution pada masing-masing well kemudian hasil dibaca
pada panjang gelombang 450 nm.
97
Lampiran 5
Protokol Penelitian
PROSEDUR PENELITIAN
I. Tahap persiapan sebelum penelitian
Tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
II. Penyiapan bahan menjadi simplisia
Tahap penyiapan bahan segar menjadi simplisia adalah sebagai berikut :
1. Bunga kenanga yang sudah menguning diambil pada waktu pagi hari.
2. Bahan kemudian dicuci bersih dengan air mengalir/penyemprotan.
3. Setelah bersih bunga kemudian dikeringkan pada oven dengan suhu 50-60°C atau
panas matahari dengan ditutup kain hitam (kadar air <10%).
4. Simplisia siap digunakan .
III. Penyiapan ekstrak dari simplisia
Tahap penyiapan ektrak dari simplisia bunga kenanga adalah sebagai berikut :
1. Simplisia dihaluskan terlebih dahulu menjadi serbuk yang halus, kemudian
ditimbang beratnya.
2. Sebanyak 200 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah, kemudian
dituangi dengan cairan penyari (etanol) ± 500 ml, ditutup rapat dan dibiarkan
selama 3 hari dan terlindung dari cahaya, sambil diaduk berulang ulang.
3. Sesudah 3 hari kemudian disaring, maserat ditenpatkan pada cawan porselain,
sedangkan ampas ditambah cairan penyari lagi secukupnya biarkan 1 hari sambil
diaduk sesekali.
4. Semua filtrat digabung dan diuapkan menggunakan rotary evaporator kemudian
bobot akhir ditimbang.
98
IV. Penyiapan hewan coba
4.1 Penggunaan tikus di laboratorium
Penggunaan tikus yang digunakan untuk penelitian telah diketahui sifat-sifatnya
dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang sehat dan cocok untuk
berbagai peneilitian. Terdapat beberapa galur atau varietas tikus yang memiliki
kekhususan tertentu antara lain galur Sprague-dawley dan galur wistar. Galur
Sprague dawley memiliki ciri berwarna albino putih berkepala kecil dan ekornya
lebih panjang daripada badannya, sedangkan galur wistar ditandai dengan kepala
besar dan ekor lebih pendek.
Tikus (Rattus Norvegicus) galur wistar lebih besar dari famili tikus umumnya
dimana tikus ini dapat mencapai 40 cm diukur dari hidung sampai ujung ekor dan
berat 140-500 gram. Tikus betina biasanya memiliki ukuran lebih kecil dari tikus
jantan dan memiliki kematangan seksual pada umur 4 bulan dan dapat hidup selama
4 tahun.
4.2 Pemantauan keselamatan tikus di laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus di laboratorium antara lain:
a. Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali
seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan gigitan
dan
hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah menyerap air pada
umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi,
b. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan
fisiologi
tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari),
c. Untuk tikus dengan berat badan 150 – 200 gram, ukuran kandang yang ideal
adalah
40cm x 35cm x 20cm maximal berisikan 2 tikus.
d. Tikus harus diperlakukan dengan kasih saying
99
4.3 Pemilihan hewan coba untuk penelitian
1. Dipilih dua puluh delapan ekor tikus putih jantan yang berumur 3-4 bulan dengan
bobot antara 150 – 200 gram
2. Tikus di adaptasikan selama tujuh hari pada kandang yang sudah disiapkan.
Kandang dengan ukuran 40cm X 35cm X 15cm, dan masing- masing kandang
berisikan 2 ekor tikus, agar tikus lebih merasa nyaman.
3. Kandang yang sudah disiapkan diberikan alas sekam atau serutan kayu agar
tikus
penelitian semakin merasa nyaman.
4. Selama adaptasi tetap diberikan makanan standard berupa : Pakan standart yang
terdiri dari pakan ayam / Pars 459 (dengan kandungan air, protein, lemak, serat,
abu, Ca, Phospor, antibiotika, coccidiostat) dan minuman air aqua pada tempat
yang sudah tersedia.
5. Sehabis masa adaptasi kemudian tikus siap untuk dilakukan perlakuan.
V. Tahap pelaksanaan penelitian
Penelitian dilakukan pada jam kerja yaitu pukul 8.00 wita hingga pukul 16.00 Wita.
Tahap kegiatan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Masing-masing tikus pada tiap kelompok ditimbang berat badannya kemudian
dicatat.
2. Tikus diberikan makanan tinggi kolesterol selama 30 hari untuk membuat tikus
menjadi dislipidemia, kemudian timbang berat badan tikus. Komposisi makan
tinggi kolesterol adalah : kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%,
minyak goreng 1%, makanan standar sampai 100% (Litbangkes, 1991). Pakan
standart / Pars 459 (mengandung air, protein,
lemak, serat, abu, Ca, Phospor, antibiotika, coccidiostat) .
Pada hari ke 30 lakukan pretest dengan memeriksa kadar TNF-α dan kadar
HDL, LDL, total kolesterol dan trigliserida . Darah tikus diambil melalui Medial
Chontus sinus orbitalis.
100
3. Pengambilan darah dilakukan melalui Medial Canthus Sinus Orbitalis untuk
mendapatkan volume darah yang lebih banyak, namun sebelum tikus diambil
darahnya terlebih dahulu tikus di bius dengan menggunakan ketamine 0,05%
sebanyak 1 ml secara intramuskuler.
Volume pengambilan darah, pada umumnya dilakukan sekitar 10% dari total
volume darah dalam tubuh tikus dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau
sekitar 1% dengan interval 24 jam. Darah yang diambil tidak boleh terlalu besar
volumenya supaya tidak terjadi syok hipovolemik, tetapi juga tidak boleh
sedikit-sedikit tapi sering karena bisa menimbulkan anemia. Untuk mengatasi
hal tersebut dapat diberikan cairan pengganti atau cairan exsanguinis. Misalnya :
cairan fisiologis NaCl 0,9% / glukosa 5%. Jumlah darah maksimal yang boleh
diambil : 10% total volume darah /2-4 minggu, atau1% total volume darah / 24
jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari bobot badan. Diperkirakan
pemberian darah tambahan (exsanguination) sekitar setengah dari total volume
darah. Contohnya: Bobot 300g, total volume darah 22,5 ml, maksimum
pengambilan darah 2,25 ml maka pemberian exsanguination 11,25 ml.
4. Setelah pengambilan darah, tikus dimasukkan lagi ke kandangnya.
5. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok.
a) Kelompok perlakuan 1 : kelompok tanpa pemberian ekstrak etanol bunga
kenanga
b) hanya diberi makanan tinggi kolesterol dan placebo selama 30 hari.
c) Kelompok perlakuan 2 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol
bunga
d) kenanga dengan konsentrasi sebesar10% dan makanan tinggi kolesterol
secara peroral selama 30 hari.
e) Kelompok perlakuan 3 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol
bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 20 dan makanan tinggi
kolesterol secara peroral selama 30 hari.
f) Kelompok perlakuan 4 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol
bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 30% dan makanan tinggi
kolesterol secara peroral selama 30 hari.
101
6. Posttest dengan memeriksa kadar TNF-α menggunakan teknik quantitative
sandwich enzyme immune assay (ELISA), kadar HDL, LDL serta total kolesterol
di periksa dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim
GmBp) dalam mg/dL dan trigliserida menggunakan CHOP – PAP (Bochringer-
Mennheim GmBp) dalam mg/dL .
VI. Tahap akhir penelitian
Setelah penelitian selesai tikus dibiarkan hidup dan untuk mengembalikan keadaan
dislipidemia akibat pemberian diet tinggi kolesterol, maka pemberian makanan tinggi
kolesterol dihentikan dan diganti dengan diet standar. Apabila memungkinkan, tikus
tersebut dapat dipergunakan pada penelitian lain.
102
Lampiran 6 Analisis Statistik
Uji Normalitas Sebelum Perlakuan (pretest)
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida
Kelompok Kontrol (P1) Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7
Kelompok Nilai p Keterangan
Kolesterol Total 208,43 0,935 Normal HDL 24,00 0,394 Normal LDL 105,57 0,459 Normal Trigliserida 204,43 0,420 Normal TNF - α 0,206 0,264 Normal
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2)
Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7
Kelompok Nilai p Keterangan
Kolesterol Total 211,71 0,768 Normal HDL 22,29 0,185 Normal LDL 109,57 0,160 Normal Trigliserida 210,43 0,420 Normal TNF - α 0,190 0,912 Normal
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida
Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7
Kelompok Nilai p Keterangan
Kolesterol Total 211,57 0,118 Normal HDL 22,71 0,263 Normal LDL 116,14 0,592 Normal Trigliserida 211,71 0,479 Normal TNF - α 0,197 0,212 Normal
103
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)
Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7
Kelompok Nilai p Keterangan
Kolesterol Total 216 0,589 Normal HDL 22,86 0,305 Normal LDL 118,86 0,644 Normal Trigliserida 205,29 0,671 Normal TNF - α 0,208 0,586 Normal
Hasil Uji Normalitas Setelah Perlakuan (posttest)
Tabel 5.5 Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida
Kelompok Kontrol (P1) Setelah Perlakuan (Posttest) dengan n = 7
Kelompok Nilai p Keterangan
Kolesterol Total 204,86 0,555 Normal HDL 23,57 0,647 Normal LDL 105,29 0,193 Normal Trigliserida TNF - α
206,14 0,204
0,363 0,119
Normal Normal
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida
Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) (Posttest) dengan n = 7
Kelompok Nilai p Keterangan
Kolesterol Total 144,86 0,924 Normal HDL 32,57 0,609 Normal LDL 92,86 0,739 Normal Trigliserida TNF - α
127,29 0,140
0,287 0,511
Normal Normal
104
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3)
(Posttest) dengan n = 7
Kelompok Nilai p Keterangan
Kolesterol Total 112,57 0,744 Normal HDL 36,14 0,147 Normal LDL 80,71 0,461 Normal Trigliserida TNF - α
93,00 0,133
0,343 0,183
Normal Normal
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)
(Posttest) dengan n = 7
Kelompok Nilai p Keterangan
Kolesterol Total 82,71 0,877 Normal HDL 41,57 0,958 Normal LDL 71,86 0,471 Normal Trigliserida TNF - α
77,14 0,111
0,819 0,281
Normal Normal
105
Uji Normalitas Kelompok Pretest
Descriptives
klp Statistic Std. Error
kol.pre kntrl Mean 208.43 1.688
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 204.30 Upper Bound 212.56
5% Trimmed Mean 208.42 Median 208.00 Variance 19.952 Std. Deviation 4.467 Minimum 202 Maximum 215 Range 13 Interquartile Range 8 Skewness .185 .794
Kurtosis -.533 1.587
10 persen Mean 211.71 2.705
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 205.09 Upper Bound 218.33
5% Trimmed Mean 211.79 Median 211.00 Variance 51.238 Std. Deviation 7.158 Minimum 201 Maximum 221 Range 20 Interquartile Range 14 Skewness -.032 .794
Kurtosis -.707 1.587
20 persen Mean 211.57 2.759
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 204.82 Upper Bound 218.32
106
5% Trimmed Mean 211.75 Median 213.00 Variance 53.286 Std. Deviation 7.300 Minimum 201 Maximum 219 Range 18 Interquartile Range 15 Skewness -.795 .794
Kurtosis -1.181 1.587
30 persen Mean 216.00 4.392
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 205.25 Upper Bound 226.75
5% Trimmed Mean 215.72 Median 215.00 Variance 135.000 Std. Deviation 11.619 Minimum 202 Maximum 235 Range 33 Interquartile Range 22 Skewness .394 .794
Kurtosis -.180 1.587 hdl.pre kntrl Mean 24.00 1.195
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 21.08 Upper Bound 26.92
5% Trimmed Mean 24.00 Median 23.00 Variance 10.000 Std. Deviation 3.162 Minimum 20 Maximum 28 Range 8 Interquartile Range 7 Skewness .266 .794 Kurtosis -1.424 1.587
107
10 persen Mean 22.29 .969 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 19.91 Upper Bound 24.66
5% Trimmed Mean 22.15 Median 21.00 Variance 6.571 Std. Deviation 2.563 Minimum 20 Maximum 27 Range 7 Interquartile Range 4 Skewness 1.136 .794 Kurtosis .683 1.587
20 persen Mean 22.71 .778 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 20.81 Upper Bound 24.62
5% Trimmed Mean 22.74 Median 23.00 Variance 4.238 Std. Deviation 2.059 Minimum 20 Maximum 25 Range 5 Interquartile Range 4 Skewness -.108 .794 Kurtosis -2.051 1.587
30 persen Mean 22.86 1.033 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 20.33 Upper Bound 25.39
5% Trimmed Mean 22.73 Median 23.00 Variance 7.476 Std. Deviation 2.734 Minimum 20 Maximum 28 Range 8 Interquartile Range 4
108
Skewness 1.030 .794 Kurtosis 1.572 1.587
ldl.pre kntrl Mean 105.57 1.212 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 102.61 Upper Bound 108.54
5% Trimmed Mean 105.52 Median 105.00 Variance 10.286 Std. Deviation 3.207 Minimum 102 Maximum 110 Range 8 Interquartile Range 7 Skewness .247 .794 Kurtosis -1.613 1.587
10 persen Mean 109.57 5.781 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 95.43 Upper Bound 123.72
5% Trimmed Mean 108.69 Median 107.00 Variance 233.952 Std. Deviation 15.296 Minimum 94 Maximum 141 Range 47 Interquartile Range 15 Skewness 1.672 .794 Kurtosis 3.578 1.587
20 persen Mean 116.14 3.412 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 107.79 Upper Bound 124.49
5% Trimmed Mean 116.27 Median 115.00 Variance 81.476 Std. Deviation 9.026 Minimum 103 Maximum 127
109
Range 24 Interquartile Range 17 Skewness -.304 .794 Kurtosis -1.410 1.587
30 persen Mean 118.86 2.668 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 112.33 Upper Bound 125.38
5% Trimmed Mean 118.90 Median 117.00 Variance 49.810 Std. Deviation 7.058 Minimum 109 Maximum 128 Range 19 Interquartile Range 13 Skewness -.107 .794 Kurtosis -1.490 1.587
tg.pre kntrl Mean 204.43 1.784 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 200.06 Upper Bound 208.79
5% Trimmed Mean 204.48 Median 206.00 Variance 22.286 Std. Deviation 4.721 Minimum 198 Maximum 210 Range 12 Interquartile Range 9 Skewness -.229 .794 Kurtosis -1.941 1.587
10 persen Mean 210.43 3.408 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 202.09 Upper Bound 218.77
5% Trimmed Mean 210.03 Median 210.00 Variance 81.286 Std. Deviation 9.016
110
Minimum 201 Maximum 227 Range 26 Interquartile Range 12 Skewness 1.003 .794 Kurtosis .854 1.587
20 persen Mean 211.71 2.244 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 206.22 Upper Bound 217.20
5% Trimmed Mean 211.79 Median 212.00 Variance 35.238 Std. Deviation 5.936 Minimum 201 Maximum 221 Range 20 Interquartile Range 4 Skewness -.469 .794 Kurtosis 2.361 1.587
30 persen Mean 205.29 1.886 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 200.67 Upper Bound 209.90
5% Trimmed Mean 205.43 Median 207.00 Variance 24.905 Std. Deviation 4.990 Minimum 197 Maximum 211 Range 14 Interquartile Range 9 Skewness -.654 .794 Kurtosis -.411 1.587
tnf.pre kntrl Mean .2059 .00412 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .1958 Upper Bound .2159
5% Trimmed Mean .2055 Median .2030
111
Variance .000 Std. Deviation .01090 Minimum .20 Maximum .22 Range .03 Interquartile Range .02 Skewness .538 .794 Kurtosis -1.336 1.587
10 persen Mean .1933 .00781 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .1742 Upper Bound .2124
5% Trimmed Mean .1932 Median .1950 Variance .000 Std. Deviation .02067 Minimum .16 Maximum .22 Range .06 Interquartile Range .04 Skewness .159 .794 Kurtosis -1.029 1.587
20 persen Mean .1969 .00704 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .1796 Upper Bound .2141
5% Trimmed Mean .1965 Median .1970 Variance .000 Std. Deviation .01861 Minimum .17 Maximum .23 Range .06 Interquartile Range .01 Skewness .775 .794 Kurtosis 2.880 1.587
30 persen Mean .2080 .00227 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .2025 Upper Bound .2135
112
5% Trimmed Mean .2082 Median .2100 Variance .000 Std. Deviation .00600 Minimum .20 Maximum .22 Range .02 Interquartile Range .01 Skewness -1.031 .794 Kurtosis .956 1.587
Tests of Normality
klp
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kol.pre kntrl .163 7 .200* .976 7 .935
10 persen .162 7 .200* .954 7 .768
20 persen .238 7 .200* .848 7 .118
30 persen .180 7 .200* .934 7 .589
hdl.pre kntrl .196 7 .200* .910 7 .394 10 persen .263 7 .152 .870 7 .185 20 persen .226 7 .200* .888 7 .263 30 persen .195 7 .200* .896 7 .305
ldl.pre kntrl .153 7 .200* .919 7 .459 10 persen .268 7 .137 .843 7 .106 20 persen .205 7 .200* .935 7 .592 30 persen .195 7 .200* .941 7 .644
tg.pre kntrl .202 7 .200* .913 7 .420 10 persen .191 7 .200* .913 7 .420 20 persen .244 7 .200* .921 7 .479 30 persen .206 7 .200* .944 7 .671
tnf.pre kntrl .220 7 .200* .888 7 .264 10 persen .136 7 .200* .972 7 .912 20 persen .311 7 .039 .877 7 .212 30 persen .202 7 .200* .934 7 .586
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
113
Analisis Uji Normalitas Kelompok Posttest
Descriptives
klp Statistic Std. Error
kol.pos kntrl Mean 204.86 1.262
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 201.77 Upper Bound 207.94
5% Trimmed Mean 204.73 Median 204.00 Variance 11.143 Std. Deviation 3.338 Minimum 201 Maximum 211 Range 10 Interquartile Range 5 Skewness 1.002 .794
Kurtosis 1.117 1.587
10 persen Mean 144.86 1.595
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 140.95 Upper Bound 148.76
5% Trimmed Mean 144.79 Median 145.00 Variance 17.810 Std. Deviation 4.220 Minimum 139 Maximum 152 Range 13 Interquartile Range 6 Skewness .363 .794
Kurtosis .522 1.587
20 persen Mean 112.57 .997
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 110.13 Upper Bound 115.01
5% Trimmed Mean 112.58 Median 113.00 Variance 6.952
114
Std. Deviation 2.637 Minimum 109 Maximum 116 Range 7 Interquartile Range 5 Skewness -.112 .794
Kurtosis -1.638 1.587
30 persen Mean 82.71 .606
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 81.23 Upper Bound 84.20
5% Trimmed Mean 82.74 Median 83.00 Variance 2.571 Std. Deviation 1.604 Minimum 80 Maximum 85 Range 5 Interquartile Range 2 Skewness -.374 .794
Kurtosis .588 1.587 hdl.pos kntrl Mean 23.57 .685
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 21.90 Upper Bound 25.25
5% Trimmed Mean 23.58 Median 23.00 Variance 3.286 Std. Deviation 1.813 Minimum 21 Maximum 26 Range 5 Interquartile Range 3 Skewness -.043 .794 Kurtosis -1.374 1.587
10 persen Mean 32.57 .369 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 31.67 Upper Bound 33.47
115
5% Trimmed Mean 32.58 Median 33.00 Variance .952 Std. Deviation .976 Minimum 31 Maximum 34 Range 3 Interquartile Range 1 Skewness -.277 .794 Kurtosis .042 1.587
20 persen Mean 36.14 .459 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 35.02 Upper Bound 37.27
5% Trimmed Mean 36.10 Median 36.00 Variance 1.476 Std. Deviation 1.215 Minimum 35 Maximum 38 Range 3 Interquartile Range 2 Skewness .414 .794 Kurtosis -1.525 1.587
30 persen Mean 41.57 .649 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 39.98 Upper Bound 43.16
5% Trimmed Mean 41.58 Median 42.00 Variance 2.952 Std. Deviation 1.718 Minimum 39 Maximum 44 Range 5 Interquartile Range 3 Skewness -.169 .794 Kurtosis -.638 1.587
ldl.pos kntrl Mean 105.29 1.459
116
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 101.72 Upper Bound 108.86
5% Trimmed Mean 105.10 Median 104.00 Variance 14.905 Std. Deviation 3.861 Minimum 101 Maximum 113 Range 12 Interquartile Range 4 Skewness 1.497 .794 Kurtosis 2.835 1.587
10 persen Mean 92.86 .634 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 91.31 Upper Bound 94.41
5% Trimmed Mean 92.90 Median 93.00 Variance 2.810 Std. Deviation 1.676 Minimum 90 Maximum 95 Range 5 Interquartile Range 2 Skewness -.582 .794 Kurtosis .052 1.587
20 persen Mean 80.71 .865 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 78.60 Upper Bound 82.83
5% Trimmed Mean 80.68 Median 80.00 Variance 5.238 Std. Deviation 2.289 Minimum 78 Maximum 84 Range 6 Interquartile Range 4 Skewness .372 .794
117
Kurtosis -1.686 1.587 30 persen Mean 71.86 .670
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 70.22 Upper Bound 73.50
5% Trimmed Mean 71.79 Median 72.00 Variance 3.143 Std. Deviation 1.773 Minimum 70 Maximum 75 Range 5 Interquartile Range 3 Skewness .800 .794 Kurtosis .440 1.587
tg.pos kntrl Mean 206.14 2.685 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 199.57 Upper Bound 212.71
5% Trimmed Mean 205.83 Median 204.00 Variance 50.476 Std. Deviation 7.105 Minimum 198 Maximum 220 Range 22 Interquartile Range 8 Skewness 1.294 .794 Kurtosis 2.307 1.587
10 persen Mean 127.29 3.577 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 118.53 Upper Bound 136.04
5% Trimmed Mean 127.26 Median 125.00 Variance 89.571 Std. Deviation 9.464 Minimum 115 Maximum 140 Range 25
118
Interquartile Range 19 Skewness .528 .794 Kurtosis -.923 1.587
20 persen Mean 93.00 1.877 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 88.41 Upper Bound 97.59
5% Trimmed Mean 93.17 Median 95.00 Variance 24.667 Std. Deviation 4.967 Minimum 85 Maximum 98 Range 13 Interquartile Range 10 Skewness -.709 .794 Kurtosis -.795 1.587
30 persen Mean 77.14 1.870 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 72.57 Upper Bound 81.72
5% Trimmed Mean 77.05 Median 76.00 Variance 24.476 Std. Deviation 4.947 Minimum 71 Maximum 85 Range 14 Interquartile Range 9 Skewness .551 .794 Kurtosis -.641 1.587
tnf.pos kntrl Mean .2036 .00655 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .1876 Upper Bound .2196
5% Trimmed Mean .2039 Median .2100 Variance .000 Std. Deviation .01732 Minimum .18
119
Maximum .22 Range .04 Interquartile Range .04 Skewness -.701 .794 Kurtosis -1.306 1.587
10 persen Mean .1401 .00465 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .1288 Upper Bound .1515
5% Trimmed Mean .1407 Median .1420 Variance .000 Std. Deviation .01231 Minimum .12 Maximum .15 Range .04 Interquartile Range .02 Skewness -.861 .794 Kurtosis .667 1.587
20 persen Mean .1329 .00512 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .1203 Upper Bound .1454
5% Trimmed Mean .1323 Median .1290 Variance .000 Std. Deviation .01356 Minimum .12 Maximum .16 Range .04 Interquartile Range .02 Skewness 1.236 .794 Kurtosis 1.081 1.587
30 persen Mean .1111 .00311 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .1035 Upper Bound .1188
5% Trimmed Mean .1109 Median .1080 Variance .000
120
Std. Deviation .00823 Minimum .10 Maximum .12 Range .02 Interquartile Range .02 Skewness .627 .794 Kurtosis -1.353 1.587
Tests of Normality
klp
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kol.pos kntrl .197 7 .200* .930 7 .555
10 persen .163 7 .200* .974 7 .924
20 persen .153 7 .200* .952 7 .744
30 persen .185 7 .200* .967 7 .877
hdl.pos kntrl .213 7 .200* .941 7 .647
10 persen .241 7 .200* .937 7 .609
20 persen .255 7 .187 .859 7 .147
30 persen .170 7 .200* .980 7 .958
ldl.pos kntrl .244 7 .200* .872 7 .193
10 persen .181 7 .200* .951 7 .739
20 persen .202 7 .200* .919 7 .461
30 persen .182 7 .200* .920 7 .471
tg.pos kntrl .201 7 .200* .905 7 .363
10 persen .226 7 .200* .892 7 .287
20 persen .228 7 .200* .902 7 .343
30 persen .163 7 .200* .960 7 .819
tnf.pos kntrl .216 7 .200* .849 7 .119
10 persen .148 7 .200* .925 7 .511
20 persen .326 7 .023 .869 7 .183
30 persen .220 7 .200* .891 7 .281
121
Tests of Normality
klp
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kol.pos kntrl .197 7 .200* .930 7 .555
10 persen .163 7 .200* .974 7 .924
20 persen .153 7 .200* .952 7 .744
30 persen .185 7 .200* .967 7 .877
hdl.pos kntrl .213 7 .200* .941 7 .647
10 persen .241 7 .200* .937 7 .609
20 persen .255 7 .187 .859 7 .147
30 persen .170 7 .200* .980 7 .958
ldl.pos kntrl .244 7 .200* .872 7 .193
10 persen .181 7 .200* .951 7 .739
20 persen .202 7 .200* .919 7 .461
30 persen .182 7 .200* .920 7 .471
tg.pos kntrl .201 7 .200* .905 7 .363
10 persen .226 7 .200* .892 7 .287
20 persen .228 7 .200* .902 7 .343
30 persen .163 7 .200* .960 7 .819
tnf.pos kntrl .216 7 .200* .849 7 .119
10 persen .148 7 .200* .925 7 .511
20 persen .326 7 .023 .869 7 .183
30 persen .220 7 .200* .891 7 .281
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
122
Analisis antar kelompok ( Uji One way Anova) ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
kol.pre Between Groups 203.000 3 67.667 1.043 .391
Within Groups 1556.857 24 64.869 Total 1759.857 27
hdl.pre Between Groups 11.250 3 3.750 .530 .666 Within Groups 169.714 24 7.071 Total 180.964 27
ldl.pre Between Groups 771.821 3 257.274 2.740 .065 Within Groups 2253.143 24 93.881 Total 3024.964 27
tg.pre Between Groups 278.679 3 92.893 2.270 .106 Within Groups 982.286 24 40.929 Total 1260.964 27
tnf.pre Between Groups .001 3 .000 1.500 .240 Within Groups .006 24 .000 Total .007 27
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
kol.pos Between Groups 57454.393 3 19151.464 1990.994 .000
Within Groups 230.857 24 9.619 Total 57685.250 27
hdl.pos Between Groups 1200.964 3 400.321 184.764 .000 Within Groups 52.000 24 2.167 Total 1252.964 27
ldl.pos Between Groups 4449.536 3 1483.179 227.349 .000 Within Groups 156.571 24 6.524 Total 4606.107 27
tg.pos Between Groups 69303.536 3 23101.179 488.422 .000 Within Groups 1135.143 24 47.298 Total 70438.679 27
tnf.pos Between Groups .033 3 .011 62.834 .000 Within Groups .004 24 .000 Total .037 27
123
Uji Komparasi Pre-Post
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 tnf.pre .2010 28 .01565 .00296
tnf.pos .1469 28 .03719 .00703
Pair 2 kol.pre 211.93 28 8.073 1.526
kol.pos 136.25 28 46.222 8.735
Pair 3 hdl.pre 22.96 28 2.589 .489
hdl.pos 33.46 28 6.812 1.287
Pair 4 ldl.pre 112.54 28 10.585 2.000
ldl.pos 87.68 28 13.061 2.468
Pair 5 tg.pre 207.96 28 6.834 1.291
tg.pos 125.89 28 51.077 9.653
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Lower Upper
Pair 1 tnf.pre - tnf.pos
.05407 .03836 .00725 .03920 .06895 7.458 27 .000
Pair 2 kol.pre - kol.pos 75.679 49.270 9.311 56.574 94.783 8.128 27 .000
Pair 3 hdl.pre - hdl.pos
-10.500 7.391 1.397 -13.366 -7.634 -7.517 27 .000
Pair 4 ldl.pre - ldl.pos
24.857 20.268 3.830 16.998 32.716 6.490 27 .000
Pair 5 tg.pre - tg.pos 82.071 52.991 10.014 61.524 102.619 8.195 27 .000
124
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
tnf.pre 1.837 3 24 .167
tnf.pos 1.194 3 24 .333
kol.pre 1.226 3 24 .322
kol.pos 1.186 3 24 .336
hdl.pre .453 3 24 .718
hdl.pos 1.537 3 24 .231
ldl.pre 1.737 3 24 .186
ldl.pos 1.334 3 24 .287
tg.pre 1.020 3 24 .401
tg.pos 1.112 3 24 .364
Uji Beda Nyata Terkecil (LSD)
Multiple Comparisons
LSD
Dependent
Variable (I) klp (J) klp
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
tnf.pos kntrl 10 persen .06343* .00709 .000 .0488 .0781
20 persen .07071* .00709 .000 .0561 .0853
30 persen .09243* .00709 .000 .0778 .1071
10 persen kntrl -.06343* .00709 .000 -.0781 -.0488
20 persen .00729 .00709 .314 -.0073 .0219
30 persen .02900* .00709 .000 .0144 .0436
20 persen kntrl -.07071* .00709 .000 -.0853 -.0561
10 persen -.00729 .00709 .314 -.0219 .0073
30 persen .02171* .00709 .005 .0071 .0363
125
30 persen kntrl -.09243* .00709 .000 -.1071 -.0778
10 persen -.02900* .00709 .000 -.0436 -.0144
20 persen -.02171* .00709 .005 -.0363 -.0071
kol.pos kntrl 10 persen 60.000* 1.658 .000 56.58 63.42
20 persen 92.286* 1.658 .000 88.86 95.71
30 persen 122.143* 1.658 .000 118.72 125.56
10 persen kntrl -60.000* 1.658 .000 -63.42 -56.58
20 persen 32.286* 1.658 .000 28.86 35.71
30 persen 62.143* 1.658 .000 58.72 65.56
20 persen kntrl -92.286* 1.658 .000 -95.71 -88.86
10 persen -32.286* 1.658 .000 -35.71 -28.86
30 persen 29.857* 1.658 .000 26.44 33.28
30 persen kntrl -122.143* 1.658 .000 -125.56 -118.72
10 persen -62.143* 1.658 .000 -65.56 -58.72
20 persen -29.857* 1.658 .000 -33.28 -26.44
hdl.pos kntrl 10 persen -9.000* .787 .000 -10.62 -7.38
20 persen -12.571* .787 .000 -14.20 -10.95
30 persen -18.000* .787 .000 -19.62 -16.38
10 persen kntrl 9.000* .787 .000 7.38 10.62
20 persen -3.571* .787 .000 -5.20 -1.95
30 persen -9.000* .787 .000 -10.62 -7.38
20 persen kntrl 12.571* .787 .000 10.95 14.20
10 persen 3.571* .787 .000 1.95 5.20
30 persen -5.429* .787 .000 -7.05 -3.80
30 persen kntrl 18.000* .787 .000 16.38 19.62
10 persen 9.000* .787 .000 7.38 10.62
20 persen 5.429* .787 .000 3.80 7.05
ldl.pos kntrl 10 persen 12.429* 1.365 .000 9.61 15.25
20 persen 24.571* 1.365 .000 21.75 27.39
30 persen 33.429* 1.365 .000 30.61 36.25
126
10 persen kntrl -12.429* 1.365 .000 -15.25 -9.61
20 persen 12.143* 1.365 .000 9.33 14.96
30 persen 21.000* 1.365 .000 18.18 23.82
20 persen kntrl -24.571* 1.365 .000 -27.39 -21.75
10 persen -12.143* 1.365 .000 -14.96 -9.33
30 persen 8.857* 1.365 .000 6.04 11.67
30 persen kntrl -33.429* 1.365 .000 -36.25 -30.61
10 persen -21.000* 1.365 .000 -23.82 -18.18
20 persen -8.857* 1.365 .000 -11.67 -6.04
tg.pos kntrl 10 persen 78.857* 3.676 .000 71.27 86.44
20 persen 113.143* 3.676 .000 105.56 120.73
30 persen 129.000* 3.676 .000 121.41 136.59
10 persen kntrl -78.857* 3.676 .000 -86.44 -71.27
20 persen 34.286* 3.676 .000 26.70 41.87
30 persen 50.143* 3.676 .000 42.56 57.73
20 persen kntrl -113.143* 3.676 .000 -120.73 -105.56
10 persen -34.286* 3.676 .000 -41.87 -26.70
30 persen 15.857* 3.676 .000 8.27 23.44
30 persen kntrl -129.000* 3.676 .000 -136.59 -121.41
10 persen -50.143* 3.676 .000 -57.73 -42.56
20 persen -15.857* 3.676 .000 -23.44 -8.27
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.