menurunkan kadar tumor necrosis factor alpha

126
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di era globalisasi saat ini tidak hanya membawa dampak positif di bidang informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup, terutama pola makan. Pemilihan terhadap makanan tinggi kalori dan cepat saji ini dikarenakan karena makanan tersebut sangat mudah didapat dan waktu penyajiannya yang cepat sehingga membantu disela kegiatan rutin yang padat. Konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan tanpa diimbangi dengan olah raga yang teratur akan dapat mengakibatkan asupan kalori yang tinggi sehingga dapat mengakibatkkan kegemukan atau obesitas. Perubahan pola makan juga merupakan salah satu faktor yang dapat memicu meningkatnya kejadian penyakit kardiovaskular akibat perubahan profil lipid Telah diketahui bahwa kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko munculnya kondisi patologi seperti penyakit pembuluh darah dan jantung serta penyakit yang berkaitan dengan kegemukan. Penyakit-penyakit pembuluh darah dan jantung merupakan salah satu penyebab kematian yang utama di dunia. Penyakit jantung koroner merupakan manifestasi utama dari aterosklerosis, di mana proses ini dapat terjadi sejak usia muda akibat pola makan tinggi lemak, sehingga terjadi penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah koroner (Anonim, 2007). Penyumbatan disebabkan menumpuknya endapan lemak di sepanjang dinding arteri. Timbunan lemak ini semakin lama akan semakin banyak

Upload: phungminh

Post on 31-Dec-2016

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan di era globalisasi saat ini tidak hanya membawa dampak positif di

bidang informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup, terutama

pola makan. Pemilihan terhadap makanan tinggi kalori dan cepat saji ini dikarenakan

karena makanan tersebut sangat mudah didapat dan waktu penyajiannya yang cepat

sehingga membantu disela kegiatan rutin yang padat. Konsumsi makanan cepat saji

yang berlebihan tanpa diimbangi dengan olah raga yang teratur akan dapat

mengakibatkan asupan kalori yang tinggi sehingga dapat mengakibatkkan

kegemukan atau obesitas. Perubahan pola makan juga merupakan salah satu faktor

yang dapat memicu meningkatnya kejadian penyakit kardiovaskular akibat

perubahan profil lipid

Telah diketahui bahwa kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu

faktor risiko munculnya kondisi patologi seperti penyakit pembuluh darah dan

jantung serta penyakit yang berkaitan dengan kegemukan. Penyakit-penyakit

pembuluh darah dan jantung merupakan salah satu penyebab kematian yang utama di

dunia. Penyakit jantung koroner merupakan manifestasi utama dari aterosklerosis, di

mana proses ini dapat terjadi sejak usia muda akibat pola makan tinggi lemak,

sehingga terjadi penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah koroner

(Anonim, 2007). Penyumbatan disebabkan menumpuknya endapan lemak di

sepanjang dinding arteri. Timbunan lemak ini semakin lama akan semakin banyak

Page 2: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

2

dan akan dapat mempengaruhi aliran darah dan oksigen ke jantung. Penyempitan dan

sumbatan pada pembuluh darah ini disebabkan plak aterosklerosis. Adanya gejala

dari tingginya kolesterol pada keadaan dislipidemia tidak dapat dirasakan oleh

penderita, namun dapat diketahui dengan tes kolesterol darah yang rutin dilakukan.

Diet tinggi kolesterol dapat menginduksi dislipidemia di samping juga dipicu akibat

dari faktor genetik (Anonim, 2009) .

Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang terjadi dan

ditandai dengan adanya peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.

Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,

kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL.

Dislipidemia juga sering dikatakan sebagai hiperlipidemia yang bisa disebabkan oleh

pola hidup di mana konsumsi makanan lemak jenuh yang berlebihan dan kurangnya

aktivitas fisik, sehingga terjadi peningkatan lipid serum sebagai salah satu faktor

risiko terjadinya aterosklerosis (Wahjuni, 2011). Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa inflamasi memiliki peran yang penting pada kejadian penyakit jantung

koroner (PJK) dan beberapa manifestasi aterosklerosis lainnya. Dominasi sel-sel

imun akan mengawali pembentukan lesi aterosklerosis, lalu efektor molekul sel ini

mempercepat progresivitas lesi dan akhirnya aktivasi inflamasi akan menyebabkan

sindroma koroner akut (Hansson, 2005).

Terjadinya respon inflamasi disebabkan oleh adanya reaksi imun pada tingkat

seluler di mana akan dapat meningkatkan sitokin pro inflamasi antara lain TNF- α

dan IL-6 . Adanya radikal bebas yang meningkat juga dapat mengakibatkan

terjadinya perusakan sel-sel normal. Inflamasi dapat terjadi oleh beberapa faktor

Page 3: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

3

antara lain: infeksi, alergi dan faktor gaya hidup seperti merokok serta banyak

mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang berlebih, kurang olah

raga, kurang istirahat dan paparan ultra violet dari sinar matahari (Ahmed, 2001).

Fenomena inflamasi juga meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatkan

permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan jaringan radang. Proses

inflamasi diperlukan sebagai mekanisme suatu pertahanan tubuh terhadap antigen ,

penyembuhan dari luka yang memerlukan komponen untuk peningkatan perbaikan

jaringan. Selama berlangsungnya respon inflamasi banyak mediator kimiawi yang

dilepaskan secara lokal antara lain : histamin, leukotrin, dan prostaglandin. Respon

inflamasi ini apabila terus berlanjut akan menstimulasi migrasi dan proliferasi miosit

yang saling bercampur dengan area inflamasi dan membentuk lesi intermedia.

Apabila inflamasi ini tidak mereda, maka arteri akan mengalami penebalan dan

pelebaran dinding arteri secara bertahap hingga lumen arteri tidak dapat berdilatasi

kembali (Hansson, 2005).

Kolesterol adalah salah satu komponen lemak dan merupakan salah satu zat gizi

yang sangat dibutuhkan oleh tubuh di samping zat gizi lain seperti karbohidrat,

protein, vitamin, dan mineral. Kolesterol dalam tubuh berada dalam bentuk bebas dan

asam lemak di mana kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh melalui proses sintesis

kolesterol dalam hati 70% dan sisanya 30% berasal dari makanan yang dikonsumsi

sehari-hari (Murray, 2009). Sintesis kolesterol dalam tubuh dimulai dari perpindahan

asetil KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya di peroksisom. Terdapat tahapan

dalam sintesis kolesterol yaitu: konversi asetil KoA menjadi 3 hidroksi-3 metilglutaril-

KoA (HMG KoA), konversi HMG KoA menjadi mevalonat, konversi mevalonat

Page 4: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

4

menjadi suatu molekul isoprene yaitu isopentil pirofosfat bersamaan dengan hilangnya

CO2, konversi IPP menjadi squalene, dan konversi squalene menjadi kolesterol

(Koolman, 2005).

Diet tinggi kolesterol dapat menyebabkan meningkatnya TNF-α dan IL-6 pada

pasien-pasien obesitas. Bastard et al.(2006) mengatakan pada penderita obesitas

terjadi infiltrasi makrofag pada jaringan adiposit putih, yang mana merupakan

sumber utama produksi sitokin proinflamasi. Penelitian terdahulu menunjukkan

hubungan antara kadar lipid serum yang tinggi dengan angka kejadian penyakit

aterosklerosis pemicu penyakit jantung koroner (Twickler et al., 2003). Beberapa

penelitian juga menunjukkan adanya inflamasi kronis pada dinding aorta karena

penumpukan lemak yang terjadi akibat oksidasi kolesterol LDL sehingga dapat

menyebabkan plak rusak dan berakhir pada terbentuknya thrombosis (Golberg,

2008). Keadaan hiperkolesterolemia dapat memicu kejadian aterosklerosis yang

merupakan kelainan akibat multifaktorial ternyata berhubungan dengan sitokin pro

inflamasi, IF-γ (Interferron-γ), IL -1β (interleukin-1β), IL-6 (Interleukin-6) dan TNF-

α, namun tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap peningkatan IL -1β

(Ahmed, 2001).

Tumor necrosis factor-alpha (TNF- α) adalah merupakan salah satu sitokin pro

inflamasi yang poten. Sitokin diketahui memegang peranan patogenik dalam

penyakit inflamasi kronik. TNF- α diproduksi berlebih di jaringan adiposit pada

model tikus obesitas dan memegang peranan yang penting dalam proses

pembentukan aterosklerosis. TNF- α dapat digunakan sebagai target untuk

pencegahan aterosklerosis (Bastard et al., 2006). Selain menggunakan TNF- α

Page 5: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

5

sebagai salah satu target, pencegahan penyakit kardiovaskular (PJK) juga dapat

dilakukan dengan cara menghambat kerja enzyme HMG Co A, yaitu dengan obat-

obatan golongan statin (HMG Co A reductase inhibitor) serta pemberian obat-obatan

yang berfungsi memperbaiki pofil lipid, sehingga diharapkan dapat menurunkan

kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.

Bunga kenanga (Cananga odorata) merupakan salah satu tanaman yang bisa

digunakan sebagai obat tradisional. Dari sekian banyak tanaman yang berkhasiat

sebagai penurun kolesterol, bunga kenanga diketahui mengandung saponin,

flavonoid dan minyak atsiri (Katrin,1995).

Kandungan saponin yang terdapat pada bunga kenanga secara khusus digunakan

untuk menurunkan aktivitas kolesterol serum, yaitu dengan mengurangi sirkulasi

enterohepatik asam empedu melalui penghambatan reaksi oksidasi kolesterol LDL.

Adanya hambatan reaksi oksidasl LDL akan dapat menurunkan kadar kolesterol

dalam darah (Adeneye dan Olaguniu, 2009).

3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon pada bunga kenanga mampu menurunkan ROS

intraseluler dengan berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian Ikatan

tersebut akan dapat menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan

berkurang, akibatnya akan menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL.

Hambatan tersebut akan dapat menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan

oksidasi LDL akan menghambat aktivasi NF-kB, sehingga terjadi penurunan kadar

TNF-α dalam sirkulasi. NF-kB merupakan faktor transkripsi sel yang dapat

mengontrol ekspresi beberapa gen termasuk TNF-α dan IL-1 (Sargowo, 2010).

Page 6: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

6

Flavonoid juga berperan sebagai senyawa yang dapat mereduksi trigliserida

(TGA) dan meningkatkan HDL. Flavonoid juga dikatakan mampu menaikkan

densitas dari reseptor LDL di liver dan mengikat apolipoprotein B (Baum et al.,

1998). Selain itu, menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004) dan

Ogawa et al. (2005) dikatakan bahwa flavonoid bekerja menurunkan kadar kolesterol

dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril

koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase) (Sekhon, 2012).

Flavonoid menurut Sabir (2003), juga diduga memiliki peran sebagai anti

inflamasi, di mana mekanisme dalam menghambat terjadinya inflamasi dengan cara:

menghambat fase proliferasi serta fase eksudasi dari proses inflamasi yang terjadi

dan menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzyme lisosom dari sel

netrofil dan sel endoteil dengan cara memblok jalur siklooksigenasi, jalur

lipoksigenisasi dan fosfolipase. Terjadinya hambatan pelepasan asam arakidonat

pada sel radang menyebabkan berkurangnya substrat arakidonat bagi jalur

siklooksigenasi dan jalur lipooksigenasi sehingga akan menekan jumlah

prostaglandin, dan tromboksan.

Masih terbatasnya penelitian serta minimnya informasi mengenai khasiat bunga

kenanga, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pemberian ekstrak

etanol bunga kenanga menurunkan kadar tumor necrosis factor alpha (TNF- α) dan

memperbaiki profil lipid pada tikus putih yang dislipidemia.

Page 7: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

7

1.2 . Rumusan Masalah

Berlatar belakang dari hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar

Tumor Necrosis Factor – α tikus putih jantan yang dislipidemia?

2. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar

kolesterol total tikus putih jantan yang dislipidemia?

3. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia?

4. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar

kolesterol Low Density Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia?

5. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar

Trigliserida tikus putih jantan yang dislipidemia?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Umum :

Untuk mengetahui khasiat ekstrak bunga kenanga (Cananga odorata) dalam

mengurangi risiko terjadinya atherosklerosis melalui penurunan kadar TNF-α

dan perbaikan terhadap profil lipid .

Page 8: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

8

1.3.2 Khusus:

1. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat

menurunkan kadar Tumor Necrosis Factor – α pada tikus putih jantan

dislipidemia.

2. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan

kadar kolesterol total pada tikus putih jantan dislipidemia.

3. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat meningkatkan

kadar High Density Lipoprotein pada tikus putih jantan dislipidemia.

4. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan

kadar Low Density Lipoprotein pada tikus putih jantan dislipidemia.

5. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan

kadar trigliserida tikus putih jantan dislipidemia.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Penelitian ini merupakan upaya penggalian informasi ilmiah, peningkatan

nilai serta pemanfaatan tanaman tradisional asli Indonesia yaitu bunga

kenanga sebagai suatu pengobatan alternatif untuk anti inflamasi dan

perbaikan terhadap profil lipid.

1.4.2 Manfaat Praktis

Setelah melalui uji klinis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat bahwa bunga kenanga dapat digunakan

sebagai terapi untuk mencegah atherosklerosis.

Page 9: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lipid

Lipid merupakan zat yang sangat diperlukan oleh tubuh kita karena merupakan

senyawa yang memiliki peranan penting dalam struktur dan fungsi sel. Lipid juga

berfungsi sebagai sumber cadangan energi dan sebagai bahan penyekat dalam

jaringan subkutan dan di sekitar organ-organ tertentu. Lipid mempunyai sifat yang

hidrofobik sehingga dalam sirkulasi di tubuh diperlukan sistem transpor yang dapat

memungkinkan lipid larut dalam plasma. Kompleks yang terbentuk disebut

lipoprotein. Lipoprotein plasma itu sendiri terdiri dari : HDL, LDL, VLDL, dan

kilomikron, di mana fungsi dan komposisi masing-masing dalam sirkulasi berbeda.

Lipid plasma yang utama terdiri atas kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam

lemak bebas (Muray, 2009). Beberapa jenis lipid penting yang dibutuhkan tubuh

adalah sebagai berikut:

2.1.1 Trigliserid / TG

Trigliserida adalah suatu ester gliserol di mana terbentuk dari 3 asam lemak

dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka

dinamakan monogliserida. Seperti halnya kolesterol dalam tubuh, trigliserida juga

merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah. Lemak dalam tubuh disimpan

dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzym lipase dalam sel

lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas lalu

melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Lichteinstein dan Jones, 2001).

Page 10: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

10

2.1.2 Kolesterol

Kolesterol adalah salah satu komponen lemak dan merupakan salah satu zat

gizi yang dibutuhkan oleh tubuh di samping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein,

vitamin, dan mineral. Kolesterol merupakan alkohol steroid yang strukturnya

memiliki inti siklopentanoperhidrofenanten. Dalam tubuh kolesterol terdapat dalam

bentuk bebas (tidak teresterifikasi) dan dalam bentuk kolesterol ester (teresterifikasi).

Sekitar 60-75% kolesterol di angkut oleh LDL dan sekitar 15-25% diangkut oleh

HDL. Kolesterol dalam tubuh dihasilkan dari dalam tubuh melalui proses sintesis

kolesterol dan dapat berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Kolesterol

juga sangat diperlukan tubuh dalam berbagai proses metabolisme tubuh (Murray,

2009) seperti dalam pembuat hormon-hormon sex dan kortikosteroid atau hormon

yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot, serta

sistem imun dari tubuh; sebagai bahan pembentuk dinding sel; Sebagai bahan

pembentuk vitamin D dan sebagai bahan untuk membuat asam empedu untuk

mengemulsikan lemak.

Kolesterol juga merupakan produk hasil metabolisme hewan dan produk

olahannya seperti kuning telur, daging, hati, otak, mentega, keju, susu dan hanya

terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak terdapat pada sel-sel tumbuhan

(Murray, 2009) . Kolesterol yang terdapat dalam tubuh hampir sekitar delapan puluh

persen dihasilkan oleh tubuh sendiri melalui sintesis kolesterol dan sisanya dua puluh

persen diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dari luar tubuh.

Page 11: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

11

2.1.2.1 Biosintesis kolesterol

Prekursor yang digunakan oleh hati untuk mensintesis kolesterol adalah asetil

Koenzim- A (asetil KoA) yang merupakan hasil metabolisme karbohidrat, protein,

atau lemak. Biosintesis kolesterol terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama

melibatkan perubahan asetil koA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril- KoA (HMG-

KoA) yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, kenudian dilanjutkan sintesis

HMG- KoA menjadi mevalonat yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA reduktase.

Tahapan berikutnya adalah Mevalonat akan diubah menjadi molekul dasar isopren

yaitu isopentenyl pyrophosphat (IPP), bersamaan dengan hilangnya CO2. Tahapan

ketiga adalah terjadinya proses polimerisasi enam molekul isoprenoid untuk

membentuk molekul skualena. Tahap paling akhir adalah proses terbentuknya inti

sterol dari skualena, yang kemudian akan diubah menjadi kolesterol (Koolman,

2005).

Laju sintesis kolesterol oleh tubuh ditentukan oleh laju pembentukan

mevalonat oleh HMG-KoA reduktase. Kerja enzim ini dapat dihambat oleh

kolesterol dari hasil sintesis tubuh dan hasil degradasi LDL. Selain itu kerja HMG-

KoA reduktase juga dapat dihambat oleh beberapa obat penurun kolesterol golongan

statin (Koolman, 2005).

Page 12: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

12

Biointesis kolesterol dalam tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Biosintesis kolesterol

( Koolman, 2005)

Page 13: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

13

2.1.3 Fosfolipid

Komplek lipid ini berasal dari asam fosfotidal. Dalam plasma fosfolipid yang

utama adalah sfingomielin, fosfatidil kolin atau lesitin, fosfatidil etanolamin dan

fosfatidil serin. Berbagai konsentrasi fosfolipid terdapat dalam berbagai fraksi

lipoprotein yang terbanyak, terdapat dalam HDL sekitar 30% dan pada LDL sekitar

20-25% (Anonim, 2007).

2.1.4 Asam lemak tak teresterifiksi (NEFA/ Non Esterified Fatty Acid)

NEFA merupakan bagian kecil asam lemak plasma yang tak teresterifikasi

oleh gliserol sehingga sering disebut juga sebagai asam emak bebas (FFA/Free Fatty

Acid) dan dalam tubuh diangkut dalam kompleks albumin.

Menurut Lichtenstein dan Jones (2001), fungsi lemak dijabarkan sebagai berikut :

1. Sebagai bantalan lemak, di mana lemak disimpan pada jaringan adiposit.

2. Sebagai penyusun struktur membran sel Lipid berperan sebagai barrier

untuk sel dan mengatur material-material.

3. Sebagai Kelenjar Endokrin.

2.2 Lipoprotein

Lemak mempunyai sifat yang tidak larut dalam air, sehingga dapat diartikan

juga bahwa lemak juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut

ke dalam sistem peredaran darah maka lemak akan berikatan dengan protein spesifik

yang nantinya akan membentuk sutu kompleks makromolekul yang larut dalam air.

Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein spesifik

Page 14: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

14

tersebut disebut lipoprotein, di mana lipoprotein itu sendiri berasal dari kata lipo

yang artinya lemak, dan protein (Kumpula, 2011).

Fungsi dari lipopoprotein adalah mengangkut lipid di dalam plasma ke

jaringan-jaringan yang membutuhkan sebagai sumber energi dan komponen

membran sel. Lipoprotein dapat dibedakan menjadi kilomikron, VLDL (very low

density lpoprotein), HDL (High density Lipoprotein), LDL (Low density

lipoprotein), di mana setiap jenisnya memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta

dibuang dengan cara yang berbeda pula ( Rader dan Hopp, 2005 ).

2.2.1 Kilomikron

Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini 80% komponennya terdiri dari

trigliserid yang berasal dari makanan dan kurang dari 5% kolesterol ester.

Kilomikron mengangkut lemak menuju ke Hati, dibentuk di usus halus dengan

komposisi asam lemak yang berasal dari trigliserida. Saat berada pada sistem

peredaran darah, kilomikron akan berinteraksi dengan lipoprotein liase yang terdapat

pada permukaan endotel kapiler, jaringan dan otot. Akibat dari interaksi tesebut

trigliserida dapat dilepas dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke Hepar untuk

dilakukan metabolisme. Kilomikron akan membawa trigliserida dari jaringan

makanan ke jaringan otot dan lemak, dan membawa kolesterol makanan ke Hati.

Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari kolesterol bebas, fosfolipid, Apo B48,

Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron terdiri dari

trigliserida dan kolesterol ( Metchinson dan Ball, 2005).

Page 15: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

15

2.2.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL )

Lipoprotein densitas sangat rendah merupakan trigliserida edogen, yang

terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15 persen kolesterol. Lipoprotein

ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi sebagai tranpor lemak

dari hepar ke jaringan. VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah

menjadi VLDL remnant (Mahley et al., 2003), sedangan VLDL remnant tersebut

dapat ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor untuk kemudian dihidrolisis

kembali oleh hepatik lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan Hobbs,

2005).

2.2.3 Low Density Lipoprotein (LDL)

Adalah merupakan lipoprotein yang merupakan alat transport kolesterol yang

utama dan pengangkut terbesar pada manusia, mengangkut sekitar 80 persen dari

kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL. Fungsi dari LDL yaitu membawa

kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain-

lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Partikel LDL mengandung

trigliserida sebanyak kurang lebih 10 persen dan kolesterol 50 persen. LDL adalah

metabolit VLDL, fungsinya membawa kolesterol ke jaringan perifer dengan tujuan

untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid. Kadar LDL plasma tergantung

dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh,

kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL (Rader dan Hobbs, 2005).

Apabila kita makan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh atau

bahan makanan yang banyak mengandung kolesterol, maka kadar LDL darah kita

akan tinggi. Kelebihan LDL akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam

Page 16: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

16

pembuluh darah (intima) sehingga berisiko terjadi penumpukan atau pengedapan

kolesterol LDL tersebut yang pada akhirnya diikuti dengan terjadinya aterosklerosis.

LDL mengalami katabolisme melalui jalur reseptor dan jalur non reseptor. Jalur

katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen. Bila

katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer berkurng, maka kadar kolesterol

plasmanya meningkat.

2.2.4 High Density Lipoprotein (HDL)

High Density Lipoprotein merupakan lipoprotein densitas tiggi yang memiliki

fungsi utama yaitu membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati sehingga dapat

dimetabolisme lalu dibuang ke dalam empedu sebagai asam empedu. Hal ini

bertujuan untuk mengurangi penimbunan yang ditimbulkan oleh kolesterol di perifer.

Komponen dari HDL ini meliputi 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen

trigliserida, dan 50 persen protein. HDL penting untuk bersihan trigliserida dan

kolesterol, dan untuk transpor serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma.

Kadar HDL menurun pada keadaan obesitas , perokok, penderita diabetes yang tidak

terkontrol dan pada pemakaian kombinasi estrogen dan progestin.

Menurut Metchinson dan Ball (2005 ), fungsi HDL antara lain :

1. Sebagai sumber bahan pembentukan protasiklin yang bersifat antitrombosis.

2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan kilomikron

remnan

Page 17: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

17

3. Mengangut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih

kemudian setelah berinteraksi dengan enzim LCAT (lecitihin Cholesterol Acyl

Tranferase) akan segera melepaskan kolesterol ke VLDL-remnan dan hepar

yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu.

4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL.

2.3 Dislipidemia

Dislipidemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat kelainan metabolisme lipid

yang ditandai oleh kelainan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol LDL,

penurunan kadar kolesterol HDL, serta kenaikan kadar trigliserida

(Adam et al., 2004).

Dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit yang dihubungkan dengan penyakit

kardiovaskuler (Grundy, 2006) dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Dislipidemia Primer

Kelainan genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid

darah

2. Dislipidemia sekunder

Dislipidemia yang disebabkan karena adanya suatu penyakit tertentu atau

keadaan tertentu seperti : hiperkolesterolemia yang disebabkan oleh :

hipotiroidisme, syndrom nefrotik, kehamilan dan anoreksia nervosa ;

Hipertrigliseridemia yang disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol

yang berlebih, gagal ginjal kronik, dan kehamilan; serta Dislipidemia yang dapat

Page 18: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

18

diakibatkan karena penyakit hipotiroidisme, syndrom nefrotik, gagal ginjal

kronik, dan penyakit hati.

Dislipidemia juga sering dikatakan sebagai hiperlipidemi, yang merupakan

peristiwa peningkatan lipid serum dan merupakan faktor risiko dari penyakit jantung

(kardiovaskular). Hal ini disebabkan pada dislipidemia juga terdapat perilaku

kolesterol yang sangat berperan pada kejadian ateroskleroris, yang membedakan

antara dislipidemia dan hiperkolesterolemia adalah dimana hiperkolesterolemia

didefinisikan sebagai peningkatan kolesterol serum melebihi 200mg/dl setelah 9-12

jam puasa, sebaliknya pada dislipidemia disamping kriteria untuk

hiperkolesterolemia juga terjadi peningkatan kolesterol LDL-serum lebih dari 160

mg.dl, Trigiserida serum sebesar 150mg/dl, atau kolesterol HDL-serum kurang dari

40 mg/dl untuk laki-laki dan kurang dari 50mg/dl untuk perempuan. Diet kolesterol

tinggi dapat menginduksi dislipidemia dan dapat dipicu akibat faktor genetik

(Kriesberg dan Oberman, 2003).

Terjadi hubungan yang linier antara kadar kolesterol dengan resko penyakit

jantung koroner, sehingga dislipidemia sebenarnya tidak bisa didefiniskan, tetapi

kontrol dan uji kadar kolesterol maupun trigliserida secara rutin akan memberikan

manfaat agar diketahui apakah akan terjadi risiko aterosklerosis maupun penyakit

jantung Koroner (Kreisberg dan Oberman, 2003).

2.4 Atherogenesis

Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding

pembuluh darah. Kolesterol yang paling sering melekat di dinding tersebut adalah

Page 19: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

19

LDL, di mana LDL dapat mudah melekat karena mengalami reaksi oksidasi. Reaksi

oksidasi yang terjadi pada LDL ini akan memacu terbentuknya zat yang dapat

melekatkan dan menarik monosit menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam

intima. LDL teroksidasi juga menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang

telah masuk ke dalam pembuluh darah sebelah dalam (intima ) menjadi makrofag.

Sementara itu LDL-teroksidasi mengalami reaksi oksidasi tahap kedua menjadi LDL

yang teroksidasi sempurna di mana reaksi ini akan mengubah makrofag menjadi sel

busa (foam cell). Sel busa ini akan saling berikatan membentuk suatu gumpalan yang

makin lama makin membesar sehingga berubah menjadi benjolan yang

mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah akan mengakibatkan saluran

pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar (Metchinson

dan Ball, 2005).

Plak Kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah

pecah. Pecahan dari plak tersebut dapat menimbulkan luka sehingga nantinya dapat

mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah

mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini

mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan

Aterosklerosis (Metchinson dan Ball, 2005). Aterosklerosis ditandai dengan adanya

aterom pada bagian intima arteri yang berisi kolesterol, zat lipoid dan lipofag.

Komplikasi terpenting dari aterosklerosis adalah penyakit jantung koroner ,

gangguan pembuluh darah serebral dan gangguan pembuluh darah serebral dan

gangguan pembuluh darah perifer. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu

penyebab kematian utama di Indonesia, faktor risiko yang merupakan predisposisi

Page 20: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

20

untuk timbulnya penyakit koroner adalah hiperlipidemi, hipertensi, kebiasaan

merokok, diabetes melitus, kurang gerak, keturunan dan stress (Anonim, 2007)

Berikut adalah klasifikasi kadar kolesterol pada manusia yang dikutip dari ATP III

(Adult Treatment Panel III) yang ditetapkan oleh National Cholesterol Education

Program, National Institutes of Health, Lung and Blood Institutes, (Anonim, 2002).

Tabel 2.1 Klasifikasi HDL Kolesterol menurut ATP III, 2002

ATP III Classification of HDL Cholesterol

Serum HDL Cholesterol (mg/dL) Klasifikasi < 40 mg/dL Low HDL cholesterol ≥ 60 mg/dL High HDL cholesterol

Tabel 2.2 Klasifikasi Total kolesterol dan LDL kolesterol menurut ATP III, 2002:

ATP III Classification of Total Cholesterol and LDL Cholesterol Total Cholesterol (mg/dL) LDL Cholesterol (mg/dL)

< 200 Desirable < 100 Optimal 200 – 239 Borderline High 100 – 129 Near

optimal/above optimal

≥ 240 High 130 – 159 Borderline high 160 – 189 High ≥ 190 Very High

Tabel 2.3

Klasifikasi serum trigliserda menurut ATP III, 2002

ATP III Classification of Serum Triglycerides Triglyceride Category ATP II Levels ATP III Levels

Normal triglycerides < 200 mg/dL < 150 mg/dL Borderline-high triglycerides

200-399 mg/dL 150-199 mg/dL

High triglycerides 400-1000 mg/dL 200-499 mg/dL Very high triglycerides > 1000 mg/dL ≥ 500 mg/dL

Page 21: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

21

2.5 Metabolisme Lipid

Hasil pencernaan dari lipid berupa asam lemak, gliserol, serta masih ada yang

berupa monogliserida. Karena sifatnya yang larut dalam air, maka gliserol akan

masuk sirkulasi vena porta menuju hati. Asam lemak dan monogliserida karena

tidak larut dalam air maka diangkut oleh miselus dan dilepaskan ke dalam sel epitel

usus, di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi

trigliserida dan berkumpul membentuk kilomikron, di mana selanjutnya kilomikron

ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga

bersatu dengan sirkulasi darah (Gordon, 2003).

Kilomikron kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa

untuk segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Asam-asam lemak dan

gliserol dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida melalui proses esterifikasi.

Trigliserida akan dipecah sewaktu-waktu menjadi asam lemak dan gliserol apabila

kita membutuhkan energi dari lipid untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk

selanjutnya dioksidasi menjadi energi melalui proses lipolisis (Gordon, 2003).

2.6 Inflamasi

Inflamasi pada umumnya merupakan respon terhadap jejas pada jaringan

hidup yang memiliki vaskularisasi. Respon radang ini diikuti oleh proses penting

yaitu reaksi pada endotel. Endotel itu sendiri merupakan bagian yang terpenting

pembuluh darah yang berperan dalam proses aterosklerosis . Endotel menjadi target

utama dari kerusakan mekanis dan kimia karena faktor dislipidemia . Fase inflamasi

terjadi dengan ditandai oleh banyaknya sel radang seperti leukosit polimorfonuklear.

Page 22: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

22

Setelah tanda-tanda radang mereda terjadi fase proliferasi yang ditandai dengan

epitelisasi, angiogenesis dan proliferasi fibroblas. Fibroblas kemudian akan

mensintesis kolagen dan kolagen yang berlebihan akan diabsorbsi pada fase maturasi

(Kumar et al., 2005).

Inflamasi merupakan suatu proses kompleks yang dimulai dari jaringan, di

mana kerusakan jaringan ini diakibatkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen.

Faktor endogen yang dimaksud adalah misalnya disebabkan karena adanya nekrosis

jaringan, dan faktor eksogen misalnya kontak dengan antigen atau infeksi (Hansson,

2005).

Kolesterol LDL terutama yang teroksidasi sangat potensial merusak endotel

dan HDL sebagai komponen protektif yang sangat berperan dalam mekanisme

aterosklerosis pada dislipidemia. Inflamasi bertujuan menyekat serta mengisolasi

jejas, menghancurkan mikroorganisme yang menginvasi tubuh serta menghilangkan

aktivitas toksinnya, dan mempersiapkan jaringan bagi

kesembuhan serta perbaikan. Inflamasi dapat pula berbahaya, respon ini dapat

menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang bisa membuat kematian atau kerusakan

organ yang persisten serta progresif akibat inflamasi kronik dan fibrosis yang terjadi

kemudian misalnya arthritis, aterosklerosis meskipun pada dasarnya respon bersifat

protektif (Chapman dan Kontush, 2006).

Pengaturan inflamasi dicirikan oleh peran antara efek proinflamasi dan

antiinflamasi yang dimediatori oleh sejumlah sitokin. Sitokin merupakan protein-

protein kecil sebagai mediator dan pengatur imunitas, inflamasi dan hematopoesis.

Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang

Page 23: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

23

kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk

aktivitasnya berupa ekspresi gen. Respon-respon terhadap sitokin di antaranya

meningkatkan atau menurunkan ekspresi protein-protein membran, proliferasi, dan

sekresi molekul-molekul efektor. Sitokin merupakan messenger kimiawi dan

termasuk di antaranya adalah tumor necrosis factors, interleukin, interferon,

chemokin, dan faktor pertumbuhan. Hartanto (2009), menggolongkan sitokin

menjadi :

1. Sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α, IL-1, interferon-α (IFN-α), IL-12, IL-

18 dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF).

2. Sitokin anti-inflamasi seperti IL-4, IL-10, IL-13, IFN-α dan transformin

growth factor-β (TGF-β)

2.6.1 Tumor Necrosis Factor

Tumor necrosis factor (TNF) dihasilkan oleh sel makrofag dan sel lain

dengan berbagai aktivitas biologi pada sel sasaran baik yang termasuk sistem imun

maupun yang bukan termasuk sistem imun (Sargowo, 2010). Terdapat 2 bentuk

TNF, yaitu TNF-α dan TNF-β. TNF-α diproduksi oleh berbagai jenis sel termasuk

makrofag, sel T, sel B, Natural killer (NK), astrosit dan Kupfer, sedangkan TNF-β

disekresi oleh sel T dan sel T teraktivasi (Misitahari, 2011). Dahulu TNF-α dikenal

dengan berbagai nama, yaitu cachetin, sitotoksin makrofag, necrosin atau faktor

sitotoksik. TNF-α bersifat sitotoksin bagi banyak jenis sel tumor dan terbukti

merupakan modulator respon imun kuat yang memperantarai induksi molekul adhesi,

sitokin lain dan aktivasi netrofil. Sekresi TNF-α yang berlebih dapat merusak sel

Page 24: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

24

endotel, mengurangi aliran darah regional, menyebabkan oklusi pembuluh darah, dan

meningkatkan permeabilitas endothelium (Anom, 2011). Efek utama TNF-α lain

yang sangat merugikan apabila masuk ke dalam sirkulasi darah adalah dapat

mendepresi sel otot jantung dan menyebabkan trombosis intravascular (Zaini, 2003).

TNF-α merupakan sitokin proinflamasi yang memiliki peran fundamental dalam

pertahanan imun dan dapat dipakai sebagai indikator bahwa sel mengalami stres

oksidatif, apoptosis atau nekrosis (Abbas dan Licthman, 2003).

TNF merupakan salah satu mediator yang berperan penting pada proses

hiperkolesterolemia pemicu atherosklerosis (Abbas dan Licthma, 2003). TNF- α

ditemukan meningkat dan berperan penting pada kondisi inflamasi akut dan kronis

misalnya seperti : infeksi, rematoid, sepsis, trauma, arthtritis, dan dislipidemia.

Penelitian terhadap agen-agen yang dapat menghambat TNF-alfa memperlihatkan

bahwa hambatan tersebut dapat memperbaiki profil lipid pada pasien dengan

penyakit inflamasi kronis (Popa, 2007). Selain dapat mencegah perubahan

aterogenik pada dinding vaskuler, hambatan terhadap TNF- α juga mampu

mempengaruhi metabolisme trigliserida dan kolesterol secara langsung.

2.7 Hubungan Dislipidemia dengan Inflamasi

Inflamasi merupakan respon terhadap jejas pada jaringan hidup yang

memiliki vaskularisasi. Respon ini dapat timbul karena jaringan nekrotik dinding

vaskuler dan respon sel radang. Respon radang yang terjadi diikuti oleh proses

endotel, di mana endotel adalah bagian terpenting pembuluh darah yang berperan

Page 25: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

25

dalam proses aterosklerosis. Endotel menjadi target utama dari kerusakan mekanis

dan kimia akibat faktor dislipidemia (Robbin , 2002).

Dislipidemia mempunyai peranan penting pada terjadinya kerusakan sel-sel

endotel terutama diakibatkan oleh LDL yang teroksidasi, di mana LDL teroksidasi

sangat potensial merusak endotel. Endotel menjadi lebih permeabel terhadap

lipoprotein, sehingga LDL penetrasi ke dinding vascular dan menuju tunika intima,

di mana disini terjadi oksidasi LDL. Oksidasi LDL kemudian merangsang ekspresi

dari Vascular Cell Adhesion Molecule – 1 (VCAM-1) dan Monocyte Chemotactic

Protein-1 ( MCP-1) yang akan menarik monosit ke dinding arteri dan monosit

berdifferensiasi menjadi makrofag sebagai respon atas diproduksinya agen lokal

monocyte colony stimulating factor (MCSF ) . Hal ini menghambat mobilitas

makrofag sehingga terjadi immobilisasi pada subendotel. Tahap berikutnya adalah

pembentukan sel busa di mana Foam cell atau sel busa terjadi karena LDL

teroksidasi diambil oleh makrofag melalui reseptor LDL scavenger sehingga

makrofag penuh dengan lemak (Chapman dan Kontush, 2006).

Dalam ateroma yang sedang berkembang, sel-sel busa mulai mengekskresi

sitokin proinflamasi. Yang akan mempertahankan stimulasi kemotaktik untuk

perlekatan leukosit peningkatan ekspresi reseptor Scavenger dan memicu replikasi

makrofag. Foam cell akan memproduksi reactive oxygen spesies ( ROS ), sekresi

sitokin – sitokin baik TNF-α maupun IL-1 yang akan meningkatkan terjadinya

aterosklerosis. Sitokin – sitokin pro inflamasi berperan dalam aterogenesis dan

pecahnya plaque. Peningkatan kadar TNF-α dan IL-1 akan meningkatkan ekspresi

Page 26: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

26

molekul – molekul adhesi dan perekrutan monosit dalam perkembangan lesi

aterosklerosis (Hartanto, 2009).

Kolesterol HDL memiliki peran terhadap penghambatan proses aterosklerosis

melalui beberapa jalan yaitu : menghambat adesi sel pada endotel, memfasilitasi

relaksasi pembuluh darah, menurunkan agregasi platelet dan sistem koagulasi,

mempertahankan integritas endotel serta mempertahankan proses fibrinolisis

(Marten, 2001).

2.8 Tanaman kenanga (Cananga odorata)

Gambar 2.2 Bunga kenanga (Cananga odorata)

http://flickriver.com/photos/lopaka/550682132/

Page 27: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

27

Kenanga ( Cananga odorata ) adalah tumbuhan berbatang besar yang memiliki

diameter 0,1-0,7 meter dengan usia mencapai puluhan tahun. Tumbuhan kenanga

mempunyai batang yang getas (mudah patah) pada waktu mudanya. Tinggi pohon ini

dapat mencapai ± 10 meter. Daun tunggal, tersebar, bulat telur, ujung runcing,

pangkal rata, panjang 10-23 cm, lebar 3-14 cm, pertulangan menyirip, bertangkai

1-5 cm (Moelyono et al., 2007).

Susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu-garpu , kelopak bunga

berbentuk corong, hijau, dengan benang sri yang banyak, kepala putik bulat, daun

mahkota enam, lanset , warna bunga muda adalah hijau, setelah tua menjadi kuning.

Bunga kenanga akan muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon

dengan susunan bunga yang spesifik. Sebuah bunga kenanga terdiri dari 6 lembar

daun dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi 3 lembar daun berwarna

hijau. Bunga kenanga beraroma harum dan sangat khas. Bunga kenanga di Bali

sering dipelihara untuk dipetik bunganya dan dipergunakan keperluan pembuatan

sarana upacara adat seperti canang , banten dan lain-lain. Kenanga tumbuh di daerah

dataran rendah mulai ketinggian 25-1.000 meter di atas permukaan laut

(Moelyono et al., 2007).

2.8.1 Klasifikasi Tanaman Kenanga

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Page 28: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

28

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Cananga

Spesies : Cananga odorata (Lamk.) Hook. (Moelyono et al., 2007)

2.8.2 Nama daerah

Aceh : Kenanga

Jawa Tengah : Kenanga

Madura : Kananga

Bali : Sandat

Sulawesi Utara : Lalingiran

2.8.3 Kandungan kimia bunga kenanga

Senyawa yang ditemukan dalam bunga kenanga antara lain saponin,

Flavonoida, serta komponen minyak atsiri di mana mengandung senyawa polifenol

β - kariofilen, α-terpineol, linalool, methyl benzoate, benzil salysilat, terpineol,

myristicin, dan benzil benzoat (Sacchetti et al., 2006). Flavonoid yang terkandung

pada bunga kenanga bersifat lipofilik sehingga dapat merusak membran dari

mikroba, selain itu flavonoid juga dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi

limfosit, di mana proliferasi ini akan dapat mempengaruhi sel CD4+ selanjutnya akan

menyebabkan aktivasi dari sel Th1. Aktivasi Th1 akan mempengaruhi molekul IFNγ

untuk aktivasi makrofag, sehingga makrofag akan mengalami peningkatan

metabolik, motilitas dan aktivitas fagositosis secara cepat dan lebih efisien dalam

Page 29: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

29

membunuh bakteri atau mikroorganisme pathogen ( Farizal, 2012).

Pemeriksaan pcndahuluan komponen kimia kulit batang kenanga

memperlihatkan adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,

steroid dan triterpcnoid. Dalam abu ditcmukan adanya kalium, kalsium, natrium dan

magnesium (Katrin et al., 1995). Hasil pemeriksaan spekrum ultraviolet senyawa

dari ekstrak etanol 95 % sebelum hidrolisis menunjukkan 4’, 5, 7 trihidroksi flavon,

hasil spektrum ultraviolet senyawa dari ekstrak etanol 95 % sesudah hidrolisis

menunjukkan adanya 3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon (Pandji dan Soediro, 1985).

Minyak atsiri pada bunga kenanga dikenal dengan nama minyak kenanga yang

mempunyai khasiat dan bau yang khas. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa

ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya

kandungan linalool, geraniol, dan eugenol. Penelitian lain mengenai bunga kenanga

yaitu bagaimana bunga kenanga digunakan sebagai anti mikroba (Indrakumar et al.,

2012).

2.8.4 Bunga kenanga dan Profil Lipid

Diet tinggi lemak dan kelebihan triasilgliserol (TAG) di jaringan adiposit

akan menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga akan menyebabkan

peningkatan kadar asam lemak sehingga terjadi Hipertrigliseridemia,

Hiperkolesterolemia (peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar) dan

menyebabkan terjadinya resistensi insulin dengan merangsang serin fosforilase dari

reseptor insulin substrat-1 (IRS-1) sehingga menggagalkan pengenalan insulin.

Terjadinya resistensi insulin pada jaringan adiposit tersebut akan menurunkan

Page 30: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

30

aktivitas enzym lipoprotein lipase sehingga clearence VLDL akan menurun,

sehingga mengakibatkan kadar VLDL dalam darah akan meningkat (Kersshaw dan

Flier, 2004).

Resistensi insulin dapat juga menyebabkan peningkatan hidrolisis trigliserida

sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke

hati yang kemudan merangsang sekresi VLDL sehingga terjadi hipertrigliserida, di

mana hipertrigliserida akan meningkatkan aktivitas dari kolesterol ester tranfer

protein (CETP). CETP akan menukarkan trgliserida dari VLDL, ditukarkan dengan

kolesterol yang terdapat pada HDL dan LDL, sehingga yang terdapat di VLDL

banyak mengandung kolesterol dan yang berada di HDL dan LDL banyak

mengandung trigliserida (TGrL). Apo A-1 bebas ini akan segera dibersihkan dari

plasma , melalui ginjal sehingga akan mengurangi kemampuan HDL untuk reverse

kolesterol transport, hal ini mengakibatkan kadar HDL dalam darah akan menurun

(Kersshaw dan Flier, 2004).

Senyawa fitokimia yang terkandung dalam bunga kenanga antara lain :

flavonoid, saponin, polifenol, dan minyak atsiri seperti linalool, eugenol, Penurunan

kadar kolesterol serum dengan pemberian ekstrak bunga kenanga diduga karena

mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai anti oksidan yang mempunyai efek

terhadap perbaikan lipid serum, modifikasi LDL teroksidasi, dan kecepatan

metabolisme basal. Sebagai antioksidan, flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL

di dalam tubuh (Radhika et al., 2011 ). Selain mereduksi LDL, flavonoid juga

menaikkan densitas dari reseptor LDL di liver dan mengikat apolipoprotein B

Page 31: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

31

(Baum et al., 1998). Flavonoid juga berperan sebagai senyawa yang dapat mereduksi

trigliserida (TGA) dan meningkatkan HDL.

Selain itu, menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004) dan

Ogawa et al. (2005) dalam flavonoid bekerja menurunkan kadar kolesterol dari

dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A

reduktase (HMG Co-A reduktase) (Sekhon, 2012).

Kenanga (Cananga odorata) juga mengandung Saponin yang berfungsi

mengikat kolesterol dengan asam empedu sehingga dapat menurunkan kadar

kolesterol. Kandungan serat dalam bunga kenanga juga dapat bermanfaat untuk

menghambat absorbsi kolesterol di usus sehingga berpotensi menurunkan kadar

kolesterol (Michael , 2000 ).

2.8.4.1 Bunga kenanga dan TNF- α

Bunga kenanga memiliki kandungan fitokimia yang diduga dapat

memperbaiki profil lipid dan penurunan kadar TNF – α yang meningkat akibat

dislipidema . Bunga kenanga diketahui mengandung zat aktif flavonoid (3, 4’, 5, 7

tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak atsiri. Flavonoid yang terkandung pada

bunga kenanga memiliki efek sebagai anti oksidan kuat dan mampu menurunkan

ROS intraseluler. Flavonoid akan berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian

Ikatan tersebut akan dapat menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan

berkurang, akibatnya akan menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL.

Hambatan tersebut akan dapat menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan

oksidasi LDL akan menghambat aktivasi NF- kB, sehingga terjadi penurunan kadar

Page 32: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

32

TNF-α dalam sirkulasi. NF-kB merupakan oksidan stress yang sensitif pada faktor

transkripsi sel, yang mengontrol ekspresi beberapa gen termasuk TNF-α dan IL-1

(Sargowo et al., 2010).

Ekstrak bunga kenanga dianggap dapat menurunkan kadar TNF-α didalam

sirkulasi. Diet tinggi kolesterol dapat menyebabkan terjadinya penumpukan

kolesterol di dinding endotel yang dapat menyebabkan kerusakan endotel, terjadi

keradangan pada endotel , terbentuk foam sel, atheroma dan aterosklerosis, sehingga

pemberian ekstrak bunga kenanga dapat dipergunakan sebagai alternatif anti

keradangan dan mencegah terjadinya aterosklerosis (Sargowo et al., 2010).

2.8.5 Oksidan

Radikal bebas merupakan suatu molekul di mana elektron yang terletak pada

lapisan terluar tidak memiliki pasangan elektron. Adanya molekul elektron tanpa

pasangan ini membuat elektron tersebut menjadi sangat reaktif. Sangat reaktif juga

dikarenakan memiliki spesifisitas yang rendah, akibatnya mampu bereaksi dengan

molekul-molekul yang ada disekitarnya termasuk protein, karbohidrat, lipid dan

DNA. Reaktif juga berarti bahwa untuk bertahan mereka harus mengambil satu

elektron dari molekul lain, ini dilakukan agar molekul menjadi stabil. Radikal bebas

menyerang molekul stabil dengan mengambil elektron dari molekul tersebut,

sedangkan molekul yang diambil satu elektronnya akan berubah menjadi radikal

bebas baru, dan akan mengambil elektron lainnya, begitu seterusnya sampai terjadi

kerusakan pada sel. Molekul yang terambil elektronnya akan dapat mewarisi sifat

reaktifnya, oleh karena itu dapat menimbulkan reaksi rantai yang tidak terputus,

Page 33: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

33

kecuali oleh penetralisir radikal bebas yang disebut antioksidan (Starkov dan

Wallace, 2006).

2.8.6 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau

lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam

(Suhartono et al., 2002). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda,

memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan

adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal

bebas dalam oksidasi lipid . Lipid peroksidasi merupakan salah satu faktor yang

cukup berperan dalam kerusaan selama dalam penyimpanan dan pengolahan

makanan (Hernani et al., 2005).

2.8.6.1 Klasifikasi Antioksidan Utama

Antioksidan dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu antioksidan non-

enzimatik dan antioksidan enzimati. Klasifikasi antioksidan menurut Fouad adalah :

Page 34: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

34

Tabel 2.4 Klasifikasi Antioksidan Utama

2.8.6.2 Antioksidan Non Enzimatik

2.8.6.2.1 Vitamin E (alfa tokoferol)

Vitamin E merupakan antioksidan yang memiliki sifat larut dalam lemak dan

terdapat di dalam sel. Di alam, terdapat beberapa substansi yang memiliki aktivitas

vitamin E, yaitu kelompok tokoferol (d-beta, d-gamma d- alfa dan d-delta-tokoferol)

dan kelompok tokotrienol (d- beta, d-gamma, d-alfa dan d-delta-tokotrienol). Alfa

tokoferol merupakan bentuk yang paling penting karena merupakan 90 % dari

tokoferol yang berasal dari hewan dengan aktivitas biologik yang paling besar di

mana bentuk d- lebih aktif dari bentuk l- Vitamin E merupakan nutrisi esensial yang

berfungsi sebagai antioksidan di dalam tubuh manusia. Disebut esensial karena tubuh

Enzim Antioksidan Peranan Ciri-ciri Superokside dismutase Mengubah O2 menjadi H2O2 Mengandung (SOD): mitokondrial, mangan (MnSOD) sitoplasmik, ekstraseluler Mengandung tembaga dan seng (CuZnSOD) Mengandung Tembaga (CuSOD)

Katalase Mengubah H2O2 menjadi H2O Hemoprotein Tetramer

Glutathione peroksidase Mengubah H2O2 dan lipid Selenoprotein (GPx) peroksida terutama berada di sitosol dan mitokondria menggunakan GSH.

Vitamin Alpha tokoferol memutus peroksidase lipid vitamin yang larut Scavange lipid peroksidase dalam lemak O2

-, dan .OH

Beta karoten Scavange O2-, bereaksi vitamin yang larut

Langsung dengan peroksil dalam lemak

Asam askorbat Scavange secara langsung vitamin yang larut OH, O2

-, dalam air Menetralkan oksidan dari stimulasi neutrophil, Berperan dalam regenerasi Vit. E

Page 35: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

35

tidak dapat membuat sendiri, sehingga harus disediakan dari makanan Sebagai anti

oksidan vitamin E mencegah oksidasi bagian sel yang penting atau mencegah

terbentuknya hasil oksidasi yang toksik, misalnya pada peroksidasi asam lemak tidak

jenuh (Sulist et al.,1995).

2.8.6.2.2 Beta karoten

Beta karoten dikatakan memiliki fungsi sebagai scavenger (pemungut)

radikal bebas di mana beta karoten melindungi membran lipid dari reaksi

peroksidasi, dan sekaligus menghentikan reaksi rantai dari radikal bebas (Sumarno et

al.,2009). Beta karoten dapat menangkap O2 karena adanya ikatan rangkap pada

rantai karbonnya. Beta karoten juga dikatakan bereaksi dengan senyawa radikal

peroksil. dengan membentuk radikal karoten peroksil dan kemudian membentuk

karoten peroksida dengan mekanisme: Β-Carotene* + ROO* → inactive products.

Dikatakan sebagai antioksidan karena beta karoten memiliki kemampuan untuk

bereaksi dengan radikal bebas, namun kemampuan beta karoten bereaksi dengan

radikal bebas terbatas karena karotenoid sendiri dapat mengalami oksidasi (Sulist et

al.,1995).

2.8.6.2.3 Vitamin C ( Asam Askorbat)

Vitamin C atau yang sering disebut dengan asam askorbat adalah vitamin yang

larut dalam air. Vitamin C dikatakan memiliki Fungsi sebagai antioksidan karena

kemampuannya sebagai agen pereduksi) radikal bebas. Pemberian satu elektron yang

berasal dari asam askorbat akan membentuk radikal semi-dehidroaskorbat. Askorbat

Page 36: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

36

bereaksi dengan O2- dan OH untuk membentuk dehidroaskorbat (Sulist et al.,1995).

2.9 Anti oksidan Enzimatis

2.9.1 Superoksid dismutase (SOD)

Superoksid dismutase merupakan enzim intraseluler yang terdapat dalam tiga

bentuk yaitu, Mn-SOD terdapat di dalam mitokondria, Cu-Zn SOD terdapat di

dalam sitoplasma dan Cu-SOD yang terdapat di ekstraseluler. Superoksid dismutase

akan bereaksi dengan radikal bebas untuk membentuk H2O2. Enzim katalase dan

glutathione peroksidase mereduksi H2O2 menjadi H2O. Masing-masing enzim

tersebut bekerja dengan sistem umpan balik, di mana sistem umpan balik ini akan

menyebabkan keadaan SOD, katalase, glutathione peroksidase, superoksid dan H2O2

menjadi seimbang . Peningkatan superoksid akan menyebabkan terjadinya hambatan

glutathione peroksidase dan katalase, sedangkan peningkatan H2O2 akan dapat

menurunkan aktivitas CuZn-SOD. Sementara katalase dan glutathione peroksidase

dengan mereduksi H2O2 akan menghemat SOD.

Pada transpor elektron terjadi reduksi tak sempurna oksigen sehingga

menghasilkan O2-•. Pada mitokondria O2-• akan dieliminasi oleh enzim MnSOD

menjadi H2O2. Selanjutnya H2O2 akan dinetralisir oleh sistem antioksidan lain,

yaitu katalase dan GPx. Pada mitokondria substrat lain yang mampu membersihkan

radikal ini adalah sitokrom yang menetralisir O2-• menjadi air (Starkov dan Wallace,

2006).

Page 37: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

37

2.9.2 Enzim Katalase

Merupakan protein yang terdapat pada semua sel aerob pada jaringan tubuh. Katalase

terkonsentrasi utama pada hati dan eritrosit, sedangkan pada otak, otot rangka,

jantung hanya mengandung katalase dalam jumlah sedikit. Katalase dan glutathione

peroksidase bekerja dengan cara mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan

oksigen (Starkov dan Wallace, 2006).

2.9.3 Enzim Glutathione peroksidase

Glutathione peroksidase merupakan enzim yang berfungsi mengkatabolisme

hidroperoksidase. Glutathione peroksidase terdiri dari 4 jenis enzim yaitu cellular

glutathioneperoksidase (GPx-1), gastrointestinal glutathione peroksidase (GPx-2),

ekstra selular glutathione peroksidase (GPx-3) dan phospholipid hydroperoxide

(GPx-4). Glutathione berperan penting dalam melindungi organisme dari kerusakan

oksidatif dan mengandung selenium (Se) pada sisi aktifnya. Kerja enzim ini

mengubah molekul hidrogen peroksida (yang dihasilkan SOD dalam sitosol dan

mitokondria) dan berbagai hidro serta lipid peroksida menjadi air. Glutation

peroksidase dikatakan sebagai enzim antioksidan bekerja sebagai peredam

(quenching) radikal bebas (Sen et al., 2010).

Page 38: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

38

BAB 3

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir

Dari kajian pustaka telah dijelaskan bahwa dislipidemia dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi

sintesis kolesterol, sedangkan faktor eksternal meliputi merokok, konsumsi alkohol

yang berlebihan, serta gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Dislipidemia

ditandai oleh kelainan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama

adalah kenaikan kadar kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol

LDL, penurunan kadar kolesterol HDL, serta kenaikan kadar trigliserida.

Dislipidemia mempunyai peranan penting pada terjadinya kerusakan sel-sel endotel

terutama diakibatkan oleh LDL yang teroksidasi. Pada penelitian sebelumnya

didapatkan bahwa terjadi peningkatan aktivasi NF-kB pada tikus yang diberi diet

tinggi kolesterol. NF-kB merupakan oksidan stress yang sensitif pada faktor

transkripsi sel yang mengontrol ekspresi beberapa sitokin termasuk TNF-α. Aktivasi

NF-kB menyebabkan peningkatan berbagai macam gen yang memediasi respon

imun, salah satunya TNF- α.

Bunga kenanga memiliki kandungan fitokimia yang diduga dapat

memperbaiki profil lipid dan penurunan kadar TNF – α yang meningkat akibat

dislipidema . Bunga kenanga diketahui mengandung zat aktif flavonoid (3, 4’, 5, 7

tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak atsiri. Flavonoid yang terkandung pada

bunga kenanga memiliki efek sebagai anti oksidan kuat dan mampu menurunkan

Page 39: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

39

ROS intraseluler. Flavonoid akan berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian

Ikatan tersebut akan dapat menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan

berkurang, akibatnya akan menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL.

Hambatan tersebut akan dapat menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan

oksidasi LDL akan menghambat aktivasi NF- kB, sehingga terjadi penurunan kadar

TNF-α dalam sirkulasi.

Penurunan kadar kolesterol serum dengan pemberian ekstrak bunga kenanga

diduga karena mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai anti oksidan. Sebagai

antioksidan, flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL di dalam tubuh. Selain

mereduksi LDL, flavonoid juga menaikkan densitas dari reseptor LDL di liver dan

mengikat apolipoprotein B. Flavonoid juga berperan sebagai senyawa yang dapat

mereduksi trigliserida (TGA) dan meningkatkan HDL. Selain itu, menurut studi yang

dilakukan sebelumnya dikatakan bahwa flavonoid bekerja dengan menurunkan kadar

kolesterol dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-

metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase). Saponin pada bunga

kenanga memiliki efek menurunkan aktivitas kolesterol serum, yaitu dengan

mengurangi sirkulasi enterohepatik asam empedu.

Dislipidemia dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kolesterol di

dinding endotel yang bisa menyebabkan kerusakan pada endotel, terjadi keradangan

pada endotel ,terbentuk foam sel, atheroma , aterosklerosis dan dapat berujung pada

kematian. Sehingga pemberian ekstrak bunga kenanga dapat dipergunakan sebagai

anti inflamasi dan memperbaiki profil lipid sehingga dapat mencegah risiko

terjadinya ateroskler

Page 40: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

40

3.2 Konsep penelitian

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar TNF - α pada tikus putih

yang dislipidemia.

2. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar kolesterol total pada

tikus putih yang dislipidemia.

3. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat meningkatkan kadar HDL pada tikus putih

yang dislipidemia.

4. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar LDL pada tikus

putih yang dislipidemia.

5. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus

putih yang dislipidemia.

TIKUS DISLIPIDEMIA

Ekstrak Bunga Kenanga

1. Kadar TNF-α 2. Kadar HDL 3. Kadar LDL 4. Kadar Trigliserida 5. Kadar Total kolesterol

Faktor Eksternal

- Pola makan - Suhu - Kelembaban - Lingkungan

Faktor Internal

- Sinstesis kolesterol

TIKUS DISLIPIDEMIA

Page 41: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

41

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Pretest- postest Control Group

Design (Pocock, 2008). Rancangan ini memiliki skema sebagai berikut:

Bagan 4.1 Rancangan Penelitian

P : Populasi.

S : Sampel.

O1 : Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi

Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P1.

O3 : Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi

Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P2.

O5 : Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi

Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P3.

O7 : Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi

Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P4.

P S

01 02

03 04

05 06

07 08

P1

P2

P3

P4

Page 42: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

42

O2 : Observasi posttest kelompok kontrol dengan diet tinggi lemak tinggi

kolesterol dan plasebo (akuades) selama 30 hari.

O4 : Observasi posttest dengan ekstrak etanol bunga kenanga 10%

dan diet tinggi lemak tinggi kolesterol selama 30 hari.

O6 : Observasi posttest dengan ekstrak etanol bunga kenanga 20%

dan diet tinggi lemak tinggi kolesterol selama 30 hari.

O8 : Observasi posttest dengan ekstrak etanol bunga kenanga 30%

dan diet tinggi lemak tinggi kolesterol selama 30 hari

P1 : Kelompok kontrol dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan

placebo (akuades) selama 30 hari.

P2 : Perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan ekstrak etanol

Bunga kenanga 10% selama 30 hari.

P3 : Perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan ekstrak etanol

Bunga kenanga 20% selama 30 hari.

P4 : Perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan ekstrak etanol

Bunga kenanga 30% selama 30 hari

4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi dan

Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Page 43: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

43

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Agustus dengan

perincian sebagai berikut :

1. Tujuh hari untuk adaptasi

2. Tiga puluh hari diberikan makanan tinggi kolesterol lalu diukur kadar kolesterol

total ( kadar > 200 mg/dl digunakan sebagai sampel pada penelitian).

3. Tiga puluh hari berikutnya untuk pemberian makanan tinggi kolesterol +

placebo dan ekstrak bunga kenanga.

4. Pada hari ke – 68 dilakukan pemeriksaan posttest profil lipid, dan posttest kadar

TNF- α.

5. Analisis data dan penyusunan laporan

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan dislipidemia dengan galur wistar berumur

antara 3-4 bulan dengan berat 150 – 200 gram.

4.3.2 Kriteria Subjek

4.3.2.1 Kriteria inklusi subjek penelitian

1. Tikus putih jantan dislipidemia

2. Galur wistar

3. Umur 3 – 4 bulan

4. Berat tikus 150 – 200 gram

Page 44: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

44

4.3.2.2 Kriteria drop out subjek penelitian

1. Tikus mati / sakit saat penelitian

4.4 Penentuan Besar Sampel dan cara Pengambilan Sampel

4.4.1 Penentuan Besar sampel minimal

Perhitungan besar sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer

(Hanafiah, 2004) :

Rumus Frederer:

Keterangan :

n = jumlah sampel pada tiap kelompok perlakuan

t = jumlah kelompok perlakuan

t = 4

( n -1 ) ( t – 1 ) ≥ 15

( n -1 ) ( 4 – 1 ) ≥ 15

n ≥ 6

jumlah minimal sampel = 6 per kelompok

Keterangan :

n : jumlah ulangan (replikasi)

r : jumlah perlakuan

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 6 per kelompok. Untuk

menghindari drop out pada sampel ditambahkan 10 % sehingga jumlah sampel

menjadi 6,6 dan dibulatkan menjadi 7 ekor per kelompok. Jadi jumlah sampel

seluruhnya adalah 28 ekor.

( n -1 ) ( t – 1 ) ≥ 15

Page 45: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

45

4.4.2 Cara Pengambilan Sampel

Diambil dua puluh delapan ekor tikus putih jantan yang berumur 3 – 4 bulan,

kemudian dikelompokkan menjadi 4 kelompok.

1. Kelompok perlakuan 1: kelompok kontrol dengan pemberian placebo

2. Kelompok perlakuan 2 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol

bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar10%.

3. Kelompok perlakuan 3 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol

bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 20%.

4. Kelompok perlakuan 4 : kelompok dengan pemberian konsentrasi

ekstrak etanol bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 30%.

4.5 Variabel penelitian

4.5.1 Klasifikasi variabel

a. Variabel bebas : Ekstrak bunga kenanga.

b. Variabel tergantung : Kadar kolesterol total, LDL,HDL,

Trigliserida darah tikus, kadar TNF – α.

c. Variabel kendali : Jenis kelamin, makanan, temperature ruangan.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

1. Ekstrak bunga kenanga adalah ekstrak ethanol bunga kenanga yang dibuat

dengan menggunakan pelarut ethanol 96%, dengan proses ekstraksi dalam suhu

kamar, dengan konsentrasi ekstrak 10%, 20%, 30% dan diberikan sebanyak 2 ml

setiap harinya.

Page 46: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

46

2. Bunga kenanga yang digunakan adalah bunga kenanga bali dengan nama daerah

sandat, bunga muda berwarna hijau dan menguning saat tua serta menimbulkan

aroma yang harum, bunga kenanga didapatkan dari daerah Kodya Denpasar dan

Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia.

3. Diet tinggi lemak tinggi kolesterol adalah bahan makanan yang distandardisasi

untuk memenuhi syarat tinggi lemak tinggi kolesterol dengan komposisi:

kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%,

makanan standar sampai 100% (Litbangkes, 1991).

4. Kadar kolesterol total adalah kadar kolesterol darah tikus yang diukur dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp)

dalam mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari ke-52 (posttest).

Kadar normal kolesterol total tikus adalah 10 – 54 mg/dL.

5. Dislipidemia adalah kelainan dari metabolisme lipoprotein, yaitu overproduksi

ataupun defisiensi dari lipoprotein tertentu. Dislipidemia dapat bermanifestasi

dengan peningkatan konsentrasi total kolesterol, low density lipoprotein (LDL)

dan trigliserida, serta penurunan high density lipoprotein (HDL) dalam darah.

Tikus dikatakan dislipidemia bila terjadi kenaikan kadar kolestreol total serum >

200 mg/dl (Hardini et al., 2007).

6. TNF-α adalah TNF-α plasma.

TNF-α diukur dengan menggunakan teknik quantitative sandwich enzyme

immune assay (ELISA). Kadar TNF- α normal pada tikus adalah 0,122

(Sargowo et al., 2010).

Page 47: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

47

7. Kadar LDL adalah kadar Low Density Lipoprotein yang diukur dengan

menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam

mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari ke-52 (posttest).

Kadar normal LDL tikus adalah 17 – 22 mg/dL.

8. Kadar trigliserida adalah kadar trigliserida darah tikus yang diukur dengan

menggunakan metode GOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam

mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari 52 (posttest). Kadar

normal trigliserida tikus adalah 26 – 145 mg/dL.

9. Kadar HDL adalah kadar High Density Lipoprotein darah tikus yang diukur dengan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam

mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari ke-52 (posttest).

10. Jenis tikus dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan, galur wistar

dislipidemia, umur 4 bulan dengan berat badan 150-200 gram.

4.6 Bahan Penelitian

1. Ekstrak etanol bunga kenanga.

2. Aquadest.

3. Makanan tinggi kolesterol ( untuk membuat tikus dislipidemia).

4. Sonde.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Tahap persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan adalah sebagai berikut

Page 48: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

48

4.7.1.1 Penyiapan bahan menjadi simplisia

Tahap penyiapan bahan segar menjadi simplisia adalah sebagai berikut :

1. Bunga kenanga yang sudah menguning diambil pada waktu pagi hari.

2. Bahan kemudian dicuci bersih dengan air mengalir/penyemprotan.

3. Setelah bersih bunga kemudian dikeringkan pada oven dengan suhu 50-60°C atau

panas matahari dengan ditutup kain hitam (kadar air <10%).

4. Simplisia siap digunakan .

4.7.1.2 Penyiapan ekstrak dari simplisia

Tahap penyiapan ektrak dari simplisia bunga kenanga adalah sebagai berikut :

1. Simplisia dihaluskan terlebih dahulu menjadi serbuk yang halus, kemudian

ditimbang beratnya.

2. Sebanyak 200 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah,

kemudian dituangi dengan cairan penyari (etanol) ± 500 ml, ditutup rapat

dan dibiarkan selama 3 hari dan terlindung dari cahaya, sambil diaduk

berulang ulang.

3. Sesudah 3 hari kemudian disaring, maserat ditenpatkan pada cawan

porselain, sedangkan ampas ditambah cairan penyari lagi secukupnya

biarkan 1 hari sambil diaduk sesekali.

4. Semua filtrat digabung dan diuapkan menggunakan rotary evaporator

kemudian bobot akhir ditimbang.

Page 49: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

49

4.7.1.3 Penyiapan hewan coba

1. Tiga puluh dua ekor tikus putih jantan yang berumur 3-4 bulan diadaptasikan

selama 7 hari.

2. Semua tikus diberikan makanan tinggi kolesterol selama 30 hari untuk

mendapatkan tikus yang dislipidemia ( kadar kolesterol total > 200mg/dl).

3. Dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total pada semua tikus.

4. Tikus dengan kadar kolesterol total > 200mg/dl, akan dipilih untuk sampel

penelitian.

4.7.2 Tahap pelaksanaan penelitian

1. Dua puluh delapan ekor tikus putih jantan dislipidemia yang sudah terpilih

kemudian dibagi secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan.

a) Kelompok perlakuan 1 : kelompok tanpa pemberian ekstrak etanol bunga

kenanga , hanya diberi makanan tinggi kolesterol dan placebo selama 30

hari.

b) Kelompok perlakuan 2 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol

bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar10% selama 30 hari.

c) Kelompok perlakuan 3 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol

bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 20% selama 30 hari..

d) Kelompok perlakuan 4 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol

bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 30% selama 30 hari.

Page 50: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

50

2. Lakukan Pretest dengan memeriksa kadar TNF-α, total kolesterol, kadar HDL,

LDL dan trigliserida . Darah tikus diambil melalui Medial Canthus Sinus

Orbitalis.

3. Posttest dengan memeriksa kadar TNF-α menggunakan teknik quantitative

sandwich enzyme immune assay (ELISA), kadar HDL, LDL serta total kolesterol

di periksa dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim

GmBp) dalam mg/dL dan trigliserida menggunakan CHOP – PAP (Bochringer-

Mennheim GmBp) dalam mg/dL . Darah tikus diambil melalui Medial Canthus

Sinus Orbitalis.

4. Setelah penelitian selesai tikus dibiarkan hidup dan untuk mengembalikan

keadaan dislipidemia akibat pemberian diet tinggi kolesterol, maka pemberian

makanan tinggi kolesterol dihentikan dan diganti dengan diet standar. Apabila

memungkinkan, tikus tersebut dapat dipergunakan pada penelitian lain.

Page 51: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

51

4.8 Alur Penelitian

Kelompok III Diberikan makanan tinggi

kolesterol + larutan uji 20% selama 30 hari

32 Tikus Jantan Putih

Tikus diadaptasikan selama 7 hari

Pemerikasaan kolesterol total

Pemberian makan tinggi kolesterol selama 30 hari

Dibagi menjadi 4 kelompok secara acak

Kelompok I: Kontrol

diberikan makanan tinggi kolesterol selama 30 hari

Kelompok II Diberikan makanan tinggi

kolesterol + larutan uji 10% selama 30 hari

Post test Pemerikasaan profil lipid : Total

kolesterol, HDL, LDL, Trigliserida, dan Kadar TNF-α

Analisis Data & pelaporan

Kelompok IV Diberikan makanan tinggi

kolesterol + larutan uji 30% selama 30 hari

28 Tikus jantan putih dislipidemia ( kolesterol total > 200 mg/dl)

Page 52: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

52

4.9 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah –langkah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mencari rerata, dan SD terhadap variabel

TNF – α, HDL, LDL, Trigliserida, dan Total kolesterol.

2. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data normal atau

tidak. Uji dengan nilai kemaknaan (p) > 0,05 menunjukkan bahwa data

yang diuji mempunyai sebaran data yang normal.

Sampel < 30 digunakan uji Saphiro Wilk, karena untuk sampel kecil uji

Shapiro-Wilk lebih sensitif terhadap kenormalan suatu data.

3. Uji Homogenitas

Uji varians (Levene’s test of varians) digunakan untuk mengetahui

varian dua buah atau lebih kelompok data sama.

Uji varians menghasilkan nilai p > 0,05, maka varians dari data

yang diuji adalah sama (homogen).

4. Uji Komparasi

a. Data yang diperoleh merupakan distribusi normal dan homogen

kemudian dilakukan uji parametric yaitu : Anava test dengan α = 0,05.

b. Untuk Pre dan post dilakukan uji komparasi masing-masing kelompok.

Data berdistribusi normal kemudian dilakuakan uji parametrik yaitu

dengan uji t-paired.

Page 53: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Subjek Penelitan

Pada penelitian ini digunakan sebanyak 28 ekor tikus putih (Rattus

Novergicus) jantan dislipidemia sebagai sampel, yang terbagi dalam 4 (empat)

kelompok yaitu kelompok kontrol (P1), kelompok ekstrak etanol bunga kenanga

10% (P2), kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20% (P3), dan kelompok ekstrak

etanol bunga kenanga 30% (P4) masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor tikus.

Dalam pembahasan ini diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data,

uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.2 Uji normalitas Data

Data kolesterol total, LDL, HDL dan Trigliserida sebelum perlakuan (pretest)

dan sesudah perlakuan (posttest) pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya

dengan menggunakan uji Shapiro-wilk. Hasil uji menunjukkan data berdistribusi

normal (p>0,05), Uji normalitas data disajikan pada lampiran.

5.3 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data kadar kolesterol total, HDL, LDL, Trigliserida dan TNF – α antar

kelompok, baik sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) diuji

homogenitasnya dengan Levene’s Test. Hasilnya menunjukkan data homogen dengan

p > 0,05, disajikan pada tabel 5.1 dibawah ini:

Page 54: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

54

Tabel 5.1 Uji Homogenitas Data antar Kelompok Pretest dan Posttest

Kelompok Perlakuan F p Keterangan

Kolesterol total (pretest) 1,043 0,322 Homogen HDL (pretest) 0,530 0,718 Homogen LDL (pretest) 2,740 0,186 Homogen Trigliserida (pretest) 2,270 0,401 Homogen TNF- α (pretest) 1,500 0,167 Homogen Kolesterol total (posttest) 1990,9 0,336 Homogen HDL (posttest) 184,76 0,231 Homogen LDL (posttest) 227,34 0,287 Homogen Trigliserida (posttest) 488,42 0,364 Homogen TNF- α (posttest) 62,834 0,333 Homogen

5.4 Uji komparabilitas

5.4.1 Uji Komparabilitas Kelompok Kontrol (P1)

Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total,

HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum

diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol bunga kenanga (pretest) dan setelah

diberikan perlakuan (posttest).

Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.2 dan 5.3

Tabel 5.2 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan

(Pretest) Kelompok Nilai rerata SB

n F

Kolesterol Total 208,43 mg/dl 4,467 7 1,043 HDL 24,00 mg/dl 3,162 7 0,530 LDL 105,57 mg/dl 3,207 7 2,740 Trigliserida 204,43 mg/dl 4,721 7 2,270 TNF - α 0,206 pg/ml 0,109 7 1,500

Page 55: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

55

Tabel 5.3 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sesudah diberikan perlakuan

(Posttest) Kelompok Nilai rerata SB n F

Kolesterol Total 204,86 mg/dl 3,338 7 1990,9 HDL 23,57 mg/dl 1,813 7 184,76 LDL 105,29 mg/dl 3,861 7 227,34 Trigliserida 206,14 mg/dl 7,105 7 488,42 TNF - α 0,2036 pg/ml 0,173 7 62,834

5.4.2 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Kontrol (P1)

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL,

dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan

placebo (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan uji dengan Paired-Samples T

Test dan disajikan pada table 5.4 dibawah ini:

Tabel 5.4

Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum Diberikan Perlakuan (Pretest) dan Setelah Diberikan Perlakuan (Posttest)

Pada Kelompok Kontrol (P1) Kelompok SB p t Rerata Pair 1 Kol pre-

4,467 0,054 2,391

208,43 mg/dl

Kol pos 3,338 204,86 mg/dl Pair 2 HDL pre- 3,162 0,573 0,596 24,00 mg/dl HDL pos 1,813 23,57 mg/dl Pair 3 LDL pre- 3,207 0,805 0,258 105,57 mg/dl LDL pos 3,861 105,29 mg/dl Pair 4 TG pre- 4,721 0,510 0,701 204,43 mg/dl TG pos 7,105 206,14 mg/dl Pair 5 TNF pre- 0,109 0,764 0,315 0,206 pg/ml TNF pos 0,173 0,204 pg/ml

Pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum perlakuan

adalah 0,206 ± 0,109 pg/ml, rerata TNF – α setelah perlakuan 0,204 ± 0,173 pg/ml

Page 56: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

56

dengan p = 0,764 (p > 0,05), kolesterol total pretest 208,43 ± 4,467 mg/dl, kolesterol

total setelah perlakuan 204,86 ± 3,338 mg/dl dengan p = 0,054 (p > 0,05), rerata

HDL sebelum perlakuan 24,00 ± 3,162 mg/dl, rerata HDL setelah perlakuan 23,57

± 1,813 mg/dl dengan p = 0,573 (p > 0,05), rerata LDL sebelum perlakuan 105,57 ±

3,207 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 105,29 ± 3,861 mg/dl dengan p = 0,805 (p

> 0,05), dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 204,43 ± 4,721 mg/dl, rerata

Trigliserida posttest 206,14 ± 7,105 mg/dl dengan p = 0,510 (p > 0,05). Hal ini

berarti bahwa pemberian perlakuan (placebo) tidak memiliki perbedaan bermakna

dibandingkan dengan kelompok sebelum perlakuan (p > 0,05).

Grafik 5.1 Komparasi Pre dan Post TNF- α Kelompok Kontrol (P1)

Grafik 5.2 Komparasi Pre dan Post profil lipid Kelompok Kontrol (P1)

0.206   0.204  

0  0.05  0.1  0.15  0.2  0.25  

TNF  PRE   TNF  POST  

Kadar  (pg/ml)  

Kelompok  Kontrol  (P1)  

TNF  PRE  

TNF  POST  

208.43  

24  

105.57  

204.43  204.86  

23.57  

105.29  

206.14  

0  

50  

100  

150  

200  

250  

KOL.TOTAL   HDL   LDL   TG  

Kadar  (m

g/dl)  

KELOMPOK  KONTROL  (P1)  

PRE  

POST  

Page 57: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

57

Grafik 5.2 menggambarkan bahwa pemberian placebo (posttest) menurunkan

kadar TNF- α sebesar 0,97% analisis statistik menunjukkan p = 0,764 (p > 0,05),

penuruanan kadar kolesterol sebesar 1,71%, analisis statistik menunjukkan p =

0,054 (p > 0,05), pemberian placebo terhadap HDL menyebabkan penurunan kadar

sebesar 1,79%, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,573 (p > 0,05),

pemberian placebo terhadap LDL menyebabkan penurunan kadar sebesar 0,27 %,

analisis secara statistik menunjukkan p = 0,805 (p > 0,05), pemberian placebo

terhadap TG menyebabkan peningkatan kadar sebesar 0,83 %, analisis secara

statistik menunjukkan p = 0,510 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa pada kelompok

kontrol (P1) pemberian plasebo tidak berpengaruh terhadap peningkatan atau

penurunan kadar TNF-α, kolesterol total, HDL, LDL, dan Trigliserida dengan p >

0,05 (tidak berbeda bermakna).

5.5 Uji Komparabilitas Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2)

Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total,

HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum

diberikan perlakuan (pretest) dibandingkan dengan setelah diberikan perlakuan

berupa ekstrak etanol bunga kenanga 10%. Hasil analisis disajikan pada Tabel :

Tabel 5.5 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan

(Pretest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 211,71 mg/dl 7,158 7 1,043 HDL 22,29 mg/dl 2,563 7 0,530 LDL 109,57 mg/dl 15,296 7 2,740 Trigliserida 210,43 mg/dl 9,016 7 2,270 TNF - α 0,19 pg/ml 0,021 7 1,500

Page 58: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

58

Tabel 5.6 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG setelah diberikan perlakuan

(Posttest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 144,86 mg/dl 4,220 7 1990,9 HDL 32,57 mg/dl 0,976 7 184,76 LDL 92,86 mg/dl 1,676 7 227,34 Trigliserida 127, 29 mg/dl 9,464 7 488,42 TNF - α 0,14 pg/ml 0,012 7 62,834

5.5.1 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2)

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL,

dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan

Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan

uji dengan Paired-Samples T Test dan disajikan pada Tabel:

Tabel 5.7 Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum

Diberikan Perlakuan dan Setelah Diberikan Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga10% (P2)

Kelompok SB p t Rerata Pair 1 Kol pre- 7,158

0,000 24,496 211,71 mg/dl

Kol pos 4,220 144,86 mg/dl Pair 2 HDL pre- 2,563

0,000 12,728 22,29 mg/dl

HDL pos 0,976 32,57 mg/dl Pair 3 LDL pre- 15,296

0,025 2,955 109,57 mg/dl

LDL pos 1,676 92,86 mg/dl Pair 4 TG pre- 9,016

0,000 13,674 210,43 mg/dl

TG pos 9,464 127, 29 mg/dl Pair 5 TNF pre- 0,021

0,001 5,639 0,19 pg/ml

TNF pos 0,012 0,14 pg/ml

Page 59: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

59

Pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum perlakuan

adalah 0,190 ± 0,021 pg/ml rerata TNF – α setelah perlakuan 0,14 ± 0,012 pg/ml

dengan p = 0,001 (p < 0,05), kolesterol total pretest 211,71 ± 7,158 mg/dl, kolesterol

total setelah perlakuan 144,86 ± 4,220 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata

HDL sebelum perlakuan 22,29 ± 2,563 mg/dl, rerata HDL setelah perlakuan 32,57

± 0,976 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata LDL sebelum perlakuan 109,57 ±

15,296 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 92,86 ± 1,676 mg/dl dengan p =

0,025 (p < 0,05), dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 210,43 ± 9,016 mg/dl,

rerata Trigliserida setelah perlakuan 127, 29 ± 9,464 mg/dl dengan p = 0,000 (p <

0,05). Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga 10 %

dapat menurunkan kadar TNF-α, Kolesterol Total, , LDL, dan TG dan

meningkatkan kadar HDL secara bermakna (p < 0,05) .

Grafik 5.3 Komparasi Pre dan Post TNF Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2),

0.19  

0.14  

0  

0.05  

0.1  

0.15  

0.2  

0.25  

TNF  PRE   TNF  POST  

Kadar  (pg/ml)  

Kelompok Perlakuan 2 (P2)

TNF  PRE  

TNF  POST  

Page 60: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

60

Grafik 5.4 Komparasi Pre dan Post Profil Lipid Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% dan makanan tinggi kolesterol (P2),

Grafik 5.4 menggambarkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga

10% menurunkan kadar TNF sebesar 26,31 %, analisis statistik menunjukkan p =

0,001 (p < 0,05), penurunan kadar kolesterol sebesar 31,57%, analisis statistik

menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian pemberian Ekstrak Etanol Bunga

Kenanga 10% menyebabkan kenaikan kadar HDL sebesar 46,12%, analisis secara

statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga

Kenanga 10% menyebabkan penurunan kadar LDL sebesar 12,04 %, analisis secara

statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga

Kenanga 10% menyebabkan penurunan kadar TG sebesar 39,50%, analisis secara

statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pada kelompok

P2 pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% berpengaruh terhadap penurunan

kadar TNF - α, kolesterol total, Trigliserida, dan LDL,serta peningkatan kadar HDL

dengan p < 0,05 (berbeda bermakna).

211.71  

22.29  

105.57  

210.43  

144.86  

32.57  

92.86  127.29  

0  

50  

100  

150  

200  

250  

KOL.TOTAL   HDL   LDL   TG  

Kadar  (m

g/dl)  

Kelompok Perlakuan 2 (P2)

PRE  

POST  

Page 61: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

61

5.6 Uji Komparabilitas Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3)

Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total,

HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum

diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol

bunga kenanga 20%. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.8 dan 5.9 :

Tabel 5.8 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan

(Pretest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 211,57 mg/dl 7,300 7 1,043 HDL 22,71 mg/dl 2,059 7 0,530 LDL 116,14 mg/dl 9,026 7 2,740 Trigliserida 211,71 mg/dl 5,936 7 2,270 TNF - α 0,1969 pg/dl 0,0186 7 1,500

Tabel 5.9 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG setelah diberikan perlakuan

(Posttest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3)

Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 112,57 mg/dl 2,637 7 1990,9 HDL 36,14 mg/dl 1,215 7 184,76 LDL 80,71 mg/dl 2,289 7 227,34 Trigliserida 93,00 mg/dl 4,967 7 488,42 TNF - α 0,1329 pg/ml 0,0135 7 62,834

5.6.1 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3)

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL,

dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan

Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan

uji dengan Paired-Samples T Test dan disajikan pada Tabel 5.10:

Page 62: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

62

Tabel 5.10 Tabel Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum

Diberikan Perlakuan dan Setelah Diberikan Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3)

Kelompok SB p t Rerata Pair 1 Kol pre- 7,300

0,000 35,1076 211,57 mg/dl

Kol pos 2,637 112,57 mg/dl Pair 2 HDL pre- 2,059

0,000 18,676 22,71 mg/dl

HDL pos 1,215 36,14 mg/dl Pair 3 LDL pre- 9,026

0,000 10,949 116,14 mg/dl

LDL pos 2,289 80,71 mg/dl Pair 4 TG pre- 5,936

0,000 35,359 211,71 mg/dl

TG pos 4,967 93,00 mg/dl Pair 5 TNF pre- 0,0186

0,000 11,760 0,1969 pg/ml

TNF pos 0,0135 0,1329 pg/ml

Pada Tabel 5.10 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum

perlakuan adalah 0,1969 ± 0,0186 pg/ml rerata TNF – α setelah perlakuan 0,1329 ±

0,0135 pg/ml dengan p = 0,000 (p < 0,05), kolesterol total pretest 211,57 ± 7,300

mg/dl, kolesterol total setelah perlakuan 112,57 ± 2,637 mg/dl dengan p = 0,000 (p <

0,05), rerata HDL sebelum perlakuan 22,71 ± 2,059 mg/dl, rerata HDL setelah

perlakuan 36,14 ± 1,215 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata LDL sebelum

perlakuan 116,14 ± 9,026 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 80,71 ± 2,289 mg/dl

dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 211,71 ± 5,936 mg/dl, rerata Trigliserida

setelah perlakuan 93,00 ± 4,967 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05).

Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga

20% dapat menurunkan kadar TNF-α, Kolesterol Total, LDL, dan TG dan

meningkatkan kadar HDL secara bermakna (p < 0,05) .

Page 63: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

63

Grafik 5.5 Komparasi Pre dan Post TNF Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% dan makanan tinggi kolesterol (P3),

Grafik 5.6 Komparasi Pre dan Post Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% dan makanan tinggi kolesterol (P3),

Grafik 5.6 menggambarkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga

20% menurunkan kadar TNF - α sebesar 32,50% dengan analisis statistik

menunjukkan p=0,000, penurunan kadar kolesterol sebesar 46,79%, analisis statistik

menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian pemberian Ekstrak Etanol Bunga

Kenanga 20% menyebabkan kenaikan kadar HDL sebesar 59,14%, analisis secara

statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga

Kenanga 20% menyebabkan penurunan kadar LDL sebesar 30,50 %, analisis

0.1969  

0.1329  

0  0.05  0.1  0.15  0.2  0.25  

TNF  PRE   TNF  POST  

Kadar  (pg/ml)  

Kelompok Perlakuan 3 (P3)

TNF  PRE  

TNF  POST  

211.57  

22.71  

116.14  

211.71  

112.57  

36.14  

80.71   93  

0  

50  

100  

150  

200  

250  

KOL.TOTAL   HDL   LDL   TG  

Kadar  (m

g/dl)  

Kelompok  Perlakuan  3  (P3)  

PRE  

POST  

Page 64: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

64

statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga

Kenanga 20% menyebabkan penurunan kadar TG sebesar 56,07 %, analisis secara

statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pada kelompok

P3 pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% berpengaruh terhadap penurunan

kadar TNF - α, kolesterol total, Trigliserida, dan LDL, serta peningkatan kadar HDL

dengan p < 0,05 (berbeda bermakna).

5.7 Uji Komparabilitas Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)

Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total,

HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum

diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol

bunga kenanga 20%. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.11 dan 5.12 :

Tabel 5.11 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan

(Pretest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 216,00 mg/dl 11,619 7 1,043 HDL 22,86 mg/dl 2,734 7 0,530 LDL 118,86 mg/dl 7,058 7 2,740 Trigliserida 205,29 mg/dl 4,990 7 2,270 TNF - α 0,208 pg/ml 0,006 7 1,500

Tabel 5.12 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG setelah diberikan perlakuan

(Posttest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)

Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 82,71 mg/dl 1,604 7 1,043 HDL 41,57 mg/dl 1,718 7 0,530 LDL 71,86 mg/dl 1,773 7 2,740 Trigliserida 77,14 mg/dl 4,947 7 2,270 TNF - α 0,111 pg/ml 0,0082 7 1,500

Page 65: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

65

5.7.1 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL,

dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan

Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan

uji dengan Paired-Samples T Test dan disajikan pada Tabel 5.13:

Tabel 5.13 Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum

Diberikan Perlakuan dan Setelah Diberikan Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)

Kelompok SB p t Rerata Pair 1 Kol pre- 11,619

0,000 30,102 216,00 mg/dl

Kol pos 1,604 82,71 mg/dl Pair 2 HDL pre- 2,734

0,000 20,376 22,86 mg/dl

HDL pos 1,718 41,57 mg/dl Pair 3 LDL pre- 7,058

0,000 16,235 118,86 mg/dl

LDL pos 1,773 71,86 mg/dl Pair 4 TG pre- 4,990

0,000 72,049 205,29 mg/dl

TG pos 4,947 77,14 mg/dl Pair 5 TNF pre- 0,006

0,000 38,570 0,208 pg/ml

TNF pos 0,0082 0,111 pg/ml

Pada Tabel 5.13 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum

perlakuan adalah 0,208 ± 0,006 pg/ml rerata TNF – α setelah perlakuan 0,111 ±

0,0082 pg/ml dengan p = 0,000 (p < 0,05), kolesterol total pretest 216 ± 11,619

mg/dl, kolesterol total setelah perlakuan 82,71 ± 1,604 mg/dl dengan p = 0,000 (p <

0,05), rerata HDL sebelum perlakuan 22,86 ± 2,734 mg/dl, rerata HDL setelah

perlakuan 41,57 ± 1,718 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata LDL sebelum

perlakuan 118,86 ± 7,058 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 71,86 ± 1,773 mg/dl

dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 205,29 ± 4,990 mg/dl, rerata Trigliserida

setelah perlakuan 77,14 ± 4,947 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti

Page 66: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

66

bahwa pemberian perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga 30% dapat menurunkan

kadar TNF-α, Kolesterol Total, LDL, dan TG dan meningkatkan kadar HDL secara

bermakna (p < 0,05 )

Grafik 5.7 Komparasi Pre dan Post TNF Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% dan makanan tinggi kolesterol (P4)

Grafik 5.8 Komparasi Pre dan Post Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% dan makanan tinggi kolesterol (P4),

Grafik 5.7 dan 5.8 menggambarkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga

Kenanga 30% menurunkan kadar TNF sebesar 46,64%, analilis statistik dengan

p = 0,000 (p < 0,05), penurunana kadar kolesterol sebesar 61,7%, analisis statistik

menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian pemberian Ekstrak Etanol Bunga

0  

0.05  

0.1  

0.15  

0.2  

0.25  

TNF  PRE   TNF  POST  

Axis  Title  

Kelompok  Perlakuan  4  (P4)  

TNF  PRE  

TNF  POST  

216  

22.86  

118.86  

205.29  

82.71  41.57  

71.86   77.14  

0  

50  

100  

150  

200  

250  

KOL.TOTAL   HDL   LDL   TG  

Kadar  (m

g/dl)  

Kelompok Perlakuan 4 (P4)

PRE  

POST  

Page 67: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

67

Kenanga 30% menyebabkan kenaikan kadar HDL sebesar 81,85%, analisis secara

statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga

Kenanga 30% menyebabkan penurunan kadar LDL sebesar 39,50 %, analisis

secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol

Bunga Kenanga 30% menyebabkan penurunan kadar TG sebesar 62,42 %, analisis

secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pada

kelompok P3 pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% berpengaruh terhadap

penurunan kadar TNF, kolesterol total, Trigliserida, dan LDL, serta peningkatan

kadar HDL dengan p < 0,05 (berbeda bermakna.

5.8 Analisis Efek perlakuan antar kelompok

Analisis efek perlakuan antar kelompok diuji berdasarkan rerata kadar TNF-α ,

kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol

dan diberikan perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga. Hasil Analisis kemaknaan

diuji dengan One Way Anova dan disajikan pada tabel 5.14

Tabel 5.14 Analisis efek perlakuan antar kelompok diuji berdasarkan rerata kadar TNF-α , kolesterol total, HDL, LDL, dan TG

sesudah diberikan perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga Rerata post SB F p

TNF – α P1 0,204 0,173

62,834

0,000 TNF – α P2 0,140 0,012 0,000 TNF – α P3 0,133 0,013 0,000 TNF – α P4 0,111 0,008 0,000 Kol. Total P1 204,86 3,338

1990,994

0,000 Kol. Total P2 144,86 4,220 0,000 Kol. Total P3 112,57 2,637 0,000 Kol. Total P4 82,71 1,604 0,000

Page 68: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

68

HDL P1 23,57 1,813

184,764

0,000 HDL P2 32,57 0,976 0,000 HDL P3 36,14 1,215 0,000 HDL P4 41,57 1,718 0,000 LDL P1 105,29 3,861

227,349

0,000 LDL P2 92,86 1,676 0,000 LDL P3 80,71 2,289 0,000 LDL P4 71,86 1,773 0,000 TG P1 206,14 7,105

488,422

0,000 TG P2 127,29 9,464 0,000 TG P3 93,00 4,967 0,000 TG P4 77,14 4,947 0,000

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF-α kelompok kontrol adalah

0,204±0,173, rerata TNF-α kelompok P2 adalah 0,140±0,012, rerata TNF-α kelompok P3

adalah 0,133±0,013, rerata TNF-α kelompok P4 adalah 0,111±0,008 Analisis kemaknaan

dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 62,834 dan nilai p adalah

0,000. Rerata kadar kolesterol total kelompok kontrol adalah 204,86±3,338, rerata

kolesterol total kelompok P2 adalah 144,86±4,220, rerata kolesterol total kelompok P3

adalah 112,57±2,637, rerata kolesterol total kelompok P4 adalah 82,71±1,604 Analisis

kemaknaan dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 1990,994 dan

nilai p adalah 0,000. Rerata kadar HDL kelompok kontrol adalah 23,57±1,813, rerata HDL

kelompok P2 adalah 32,57±0,976, rerata HDL kelompok P3 adalah 36,14±1,215, rerata

HDL kelompok P4 adalah 41,57±1,718Analisis kemaknaan dengan uji one way anova

menunjukkan bahwa Nilai F adalah 184,764 dan nilai p adalah 0,000. Rerata kadar LDL

kelompok kontrol adalah 105,29±3,861, rerata LDL kelompok P2 adalah 92,86±1,676,

rerata LDL kelompok P3 adalah 80,71±2,289, rerata LDL kelompok P4 adalah

71,86±1,773 Analisis kemaknaan dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F

adalah 227,349 dan nilai p adalah 0,000. Rerata kadar TG kelompok kontrol adalah

Page 69: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

69

206,14±7,105, rerata TG kelompok P2 adalah 127,29±9,464, rerata TG kelompok P3

adalah 93,00±4,967, rerata TG kelompok P4 adalah 77,14±4,947, Analisis kemaknaan

dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 488,422 dan nilai p adalah

0,000.

Hal ini berarti bahwa rerata kadar TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG pada

masing-masing kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol bunga

kenanga berbeda secara bermakna.

5.9 Uji beda nyata terkecil (Least Significant Difference – Test)

Untuk mengetahui beda nyata terkecil antar kelompok maka perlu dilakukan uji

lanjut dengan Least Significant Difference – Test (LSD) berikut:

Tabel 5.15 Uji beda nyata terkecil antar kelompok

KOL. TOTAL

Beda Rerata p Interpretasi Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% 60,00 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% 92,28 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% 122,14 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% 32,28 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% 62,14 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% 29,85 0,000 Berbeda bermakna

HDL

Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% 9,00 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% 12,571 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% 18,00 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% 3,571 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% 9,00 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% 5,429 0,000 Berbeda bermakna

LDL

Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% 12,429 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% 24,517 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% 33,429 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% 12,143 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% 21,00 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% 8,857 0,000 Berbeda bermakna

Page 70: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

70

TG

Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% 78,857 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% 113,343 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% 129 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% 34,286 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% 50,143 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% 15,857 0,000 Berbeda bermakna

TNF

Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% 0,063 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% 0,070 0,000 Berbeda bermakna Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% 0,077 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% 0,0072 0,314 Tidak Berbeda

bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% 0,209 0,000 Berbeda bermakna Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% 0,021 0,005 Berbeda bermakna

Hasil uji lanjutan di atas menunjukkan bahwa :

1. Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok kontrol berbeda bermakna

dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10%.

2. Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok kontrol berbeda bermakna

dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20% .

3. Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok kontrol berbeda bermakna

dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 30%.

4. Rerata Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10%

berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20%.

5. Rerata TNF-α, kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10% tidak berbeda bermakna

dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20%.

6. Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok ekstrak etanol bunga kenanga

10% berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 30% .

7. Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok ekstrak etanol bunga kenanga

20% berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 30%.

Page 71: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

71

BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

6.1 Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan hewan yaitu tikus putih (Rattus novergicus) jantan

sebagai subjek. Tikus putih banyak digunakan untuk penelitian karena relatif mudah

untuk didapat dan dipelihara serta merupakan hewan yang cocok digunakan untuk

berbagai penelitian. Jenis kelamin tikus dalam penelitian perlu dipertimbangkan

dengan maksud untuk menghindari adanya pengaruh hormonal hewan coba terhadap

penelitian, misalnya hormon estrogen yang berpengaruh terhadap aktivitas reseptor

LDL yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah (Malole dan Pramono, 1989).

Tikus putih (Rattus novergicus) yang digunakan pada penelitian ini merupakan

tikus putih dengan galur wistar yang dislipidemia, jenis kelamin jantan, dengan umur

empat bulan dan berat 150 – 200 gram. Jumlah tikus yang digunakan sebagai sampel

sebanyak 28 ekor, dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok P1 (Kontrol),

Kelompok P2 (ekstrak etanol bunga kenanga 10%), Kelompok P3 (ekstrak etanol

bunga kenanga 20%), dan Kelompok P4 (ekstrak etanol bunga kenanga 30%).

Penelitian dilakukan selama sembilan minggu, satu minggu untuk adaptasi hewan

coba, empat minggu untuk pemberian diet tinggi kolesterol, dan empat minggu

berikutnya untuk pemberian diet tinggi kolesterol ditambah ekstrak etanol bunga

kenanga.

Page 72: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

72

6.2 Bunga Kenanga (Cananga odorata)

Bunga kenanga banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan parfum

karena aroma khas yang dimilikinya. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa

ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya

kandungan linalool, geraniol, dan eugenol (Moelyono, 2007). Penelitian lain

mengenai bunga kenanga yaitu bagaimana bunga kenanga digunakan sebagai anti

mikroba (Indrakumar et al., 2012).

Senyawa yang ditemukan dalam bunga kenanga antara lain saponin,

Flavonoid, serta komponen minyak atsiri di mana mengandung senyawa polifenol β-

kariofilen, α-terpineol, linalool, methyl benzoate, benzil salysilat, terpineol,

myristicin, dan benzil benzoat (Sacchetti et al., 2006). Flavonoid yang terkandung

pada bunga menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004), dan Ogawa et

al. (2005), dapat bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam darah dengan

menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-

A reduktase) (Sekhon, 2012).

6.3 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap TNF-α

Rerata TNF-α pretest pada kelompok P1 adalah 0,206 ± 0,109 pg/ml dan rerata TNF-

α setelah perlakuan 0,204 ± 0,173 pg/ml dengan p adalah 0,764 (p > 0,05).

Page 73: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

73

Rerata TNF-α pretest pada kelompok P1 adalah 0,19 ± 0,021 pg/ml dan rerata TNF-

α setelah perlakuan 0,14 ± 0,012 pg/ml dengan p : 0,001 (p < 0,05). Rerata TNF-α

pretest pada kelompok P3 adalah 0,197 ± 0,0186 pg/ml dan rerata TNF-α setelah

perlakuan 0,1329 ± 0,0135 pg/ml dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata TNF-α pretest

pada kelompok P4 adalah 0,208 ± 0,006 pg/ml dan rerata TNF-α setelah perlakuan

0,111 ± 0,0082 pg/ml dengan p adalah 0,000 (p < 0,05).

Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian ekstrak etanol bunga

kenanga 10%, 20%, dan 30%, rerata kadar TNF-α menunjukkan hasil yang berbeda

dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa

pemberian ekstrak etanol bunga kenanga 30% (P4) dapat menurunkan kadar TNF-α.

Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk

mengetahui beda nyata terkecil rerata TNF - α antar kelompok sesudah diberikan

perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4

memperlihatkan bahwa rerata TNF - α kelompok P2, P3, P4 lebih rendah dari

kelompok P1(berbeda bermakna). Namun pada perbandingan kelompok P2 dan P3

menunjukkan hasil yang tidak berbeda (p>0,05).

Diet tinggi lemak dan kelebihan triasilgliserol (TAG) di jaringan adiposit

akan merangsang pelepasan sitokin pro Inflamasi seperti TNF – α (Tumor Necrosis

Factor – alpha). TNF – α merupakan sitokin yang diproduksi oleh jaringan lemak

dan adiposit. TNF-α ditemukan meningkat pada kondisi inflamasi akut dan kronis,

seperti trauma, sepsis, infeksi, arthritis rematoid, dan dislipidemia. TNF-α

memegang peranan penting pada proses ini, dan kemungkinan menjadi target

potensial untuk terapi.

Page 74: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

74

Penelitian pada agen-agen yang dapat menghambat TNF-α menunjukkan

bahwa hambatan tersebut mampu memperbaiki profil lipid pada pasien dengan

penyakit inflamasi kronis (Popa et al., 2007). TNF – α yang meningkat dapat

menyebabkan penekanan pada oksidasi lemak pada hepar, sehingga asam lemak

bebas dalam hepar meningkat. Peningkatan asam lemak pada hepar ini akan

menyebabkan hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar

sehingga terjadi hiperkolesterolemia.

Bunga kenanga memiliki kandungan fitokimia yang diduga dapat

memperbaiki profil lipid dan penurunan kadar TNF – α yang meningkat akibat

dislipidemia. Kaempferol (3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak

atsiri yang terkandung pada bunga kenanga memiliki efek anti oksidan kuat dan

sebagai anti inflamasi mampu menurunkan ROS intraseluler. Flavonoid akan

berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian Ikatan tersebut akan dapat

menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan berkurang, akibatnya akan

menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL. Hambatan tersebut akan dapat

menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan oksidasi LDL akan menghambat

aktivasi NF- kB, sehingga terjadi penurunan kadar TNF-α dalam sirkulasi. NF-kB

merupakan faktor transkripsi sel yang dapat mengontrol ekspresi beberapa gen

termasuk TNF-α dan IL-1 (Sargowo et al., 2010).

Minyak atsiri yang terkandung pada bunga kenanga (α – Pinene, β

Terpineol, 4-terpineol, Eugenol, limonene, linalyl acetate, β-trans-caryophyllen, 1,8

-cineole, p-cymene, thymol dan eugenol predominated), menurut studi sebelumnya

dikatakan mampu berefek sebagai anti inflamasi dengan menghambat pembentukan

Page 75: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

75

leukotrin (Wei et al.,2010). Penelitian ini menunjukkan Ektrak etanol bunga kenanga

dapat memperbaiki keadaan inflamasi akibat dislipidemia. Dengan demikian, Ektrak

etanol bunga kenanga berpotensi untuk mencegah penyakit yang berhubungan

dengan keadaan-keadaan tersebut. Namun penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan

untuk membuktikan efektivitas yang sesungguhnya.

6.4 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap Profil Lipid

6.4.1. Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap Kolesterol Total

Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P1 adalah 208,43 ± 4,467

mg/dl dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 204,86 ± 3,338 mg/dl dengan p

adalah 0,054 (p > 0,05). Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P2 adalah

211,71 ± 7,158 mg/dl dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 144,86 ± 4,220

mg/dl dengan p adalah 0,000 (p < 0,05).

Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P3 adalah 211,57 ± 7,300 mg/dl

dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 112,57 ± 2,637 mg/dl dengan p adalah

0,000 (p < 0,05). Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P4 adalah 216 ±

11,619 mg/dl dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 82,71 ± 1,604 mg/dl

dengan p adalah 0,000 (p < 0,05).

Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar

kolesterol total menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum

diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak

dapat menurunkan kadar kolesterol total.

Page 76: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

76

Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% menunjukkan

hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga

dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan

30% dapat menurunkan kadar kolesterol total.

Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk

mengetahui beda nyata terkecil rerata kolesterol total antar kelompok sesudah

diberikan perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan

P4 memperlihatkan bahwa rerata kolesterol total kelompok P2, P3, P4 lebih rendah

dari kelompok P1(berbeda bermakna).

Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat terjadi karena gangguan

metabolisme, adanya kelainan genetik, stress emosional, serta kurangnya olah raga

atau aktivitas fisik. Diet tinggi kolesterol dapat mengakibatkan kadar kolesterol

darah dan kolesterol LDL akan meningkat. Kolesterol dalam darah yang berlebihan

akan dapat membentuk plak yang kemudian akan menyebabkan penyempitan lumen

pembuluh darah dan menurunkan tingkat elastisitas pembuluh darah tersebut

sehingga dapat menyumbat oksigan dan nutisi ke seluruh jaringan tubuh (Murni,

2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga kenanga

mengandung flavonoid (3,4’,5,7 tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak atsiri

(Moelyono et al., 2007). Menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004)

dan Ogawa et al. (2005) flavonoid bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam

darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A

reduktase (HMG Co-A reduktase) (Sekhon, 2012). Flavonoid juga dapat

Page 77: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

77

menurunkan penyerapan kolesterol dan asam empedu serta meningkatkan aktivitas

reseptor kolesterol LDL (Dwisusilo, 2008).

Hedges dan Lister (2007) membuktikan bahwa saponin dapat menurunkan

kadar kolesterol hewan coba dengan menghambat penyerapan asam empedu oleh

usus sehingga asam empedu segera diekskresikan bersama feses. Keadaan ini

mengakibatkan hati akan mengambil kolesterol dalam darah untuk dikonversikan

menjadi asam empedu sehingga kolesterol darah berkurang.

Penurunan kadar kolesterol total diketahui mampu mengurangi terjadinya

risiko penyakit kardiovaskular (Suharjo, 2008). Menurut Anwar (2004), kadar

kolesterol total adalah merupakan tolok ukur secara klinis dalam menentukan

penyakit kardiovaskular. Senyawa yang berperan dalam menurunkan kadar

kolesterol total pada penelitian ini adalah saponin dan flavonoid. Berfungsinya

sistem kardiovaskular yang baik berarti kualitas hidup yang baik juga akan bisa

dipertahankan sehingga derajat hidup menjadi lebih panjang.

6.4.1.2 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap HDL (High Density

Lipoprotein)

Rerata HDL pretest pada kelompok P1 adalah 24,00 ± 3,162 mg/dl dan rerata

HDL setelah perlakuan 23,57 ± 1,813 mg/dl dengan p : 0,573 (p > 0,05). Rerata

HDL pretest pada kelompok P2 adalah 22,29 ± 2,563 mg/dl dan rerata HDL setelah

perlakuan 32,57 ± 0,976 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata HDL pretest

pada kelompok P3 adalah 22,71 ± 2,059 mg/dl dan rerata HDL setelah perlakuan

36,14 ± 1,215 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05).

Page 78: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

78

Rerata HDL pretest pada kelompok P4 adalah 22,86 ± 2,734 mg/dl dan rerata

HDL setelah perlakuan 41,57 ± 1,718 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05).

Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk

mengetahui beda nyata terkecil rerata HDL antar kelompok sesudah diberikan

perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4

memperlihatkan bahwa rerata HDL kelompok P2, P3, P4 lebih tinggi dari kelompok

P1(berbeda bermakna).

Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar HDL

menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan ,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak dapat menurunkan /

meningkatkan kadar HDL. Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%,

dan 30% menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum

diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol

Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% dapat meningkatkan kadar HDL.

Fungsi kolesterol HDL adalah mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan

ekstrahepatik dan sel pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan

enzyme Lecithin Cholesterol Acyl Transferase melepaskan kolesterol ke VLDL-

remnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu. Kadar HDL

darah yang rendah akan berpengaruh pada rasio kolesterol dan HDL, yang dapat

digunakan untuk memprediksi risiko penyakit Kardiovaskular. Semakin tinggi angka

rasio total kolesterol dan HDL akan semakin tinggi pula risiko kejadian penyakit

Kardiovaskular. Oleh karena itu kadar tinggi HDL dihubungkan dengan penurunan

insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis (Bahri, 2004).

Page 79: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

79

6.4.1.3 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap LDL (Low Density

Lipoprotein)

Rerata LDL pretest pada kelompok P1 adalah 105,57 ± 3,207 mg/dl dan rerata

LDL setelah perlakuan 105,29 ± 3,861 mg/dl dengan p : 0,805 (p > 0,05). Rerata

LDL pretest pada kelompok P2 adalah 109,57 ± 15,296 mg/dl dan rerata LDL

setelah perlakuan 92,86 ± 1,676 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata LDL

pretest pada kelompok P3 adalah 116,14 ± 9,026 mg/dl dan rerata LDL setelah

perlakuan 80,71 ± 2,289 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata LDL pretest pada

kelompok P4 adalah 118,86 ± 7,058 mg/dl dan rerata LDL setelah perlakuan 71,86 ±

1,773 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05).

Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk

mengetahui beda nyata terkecil rerata LDL antar kelompok sesudah diberikan

perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4

memperlihatkan bahwa rerata LDL kelompok P2, P3, P4 lebih rendah dari

kelompok P1(berbeda bermakna).

Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar LDL

menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan ,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak dapat menurunkan /

meningkatkan kadar LDL. Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%,

dan 30% menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum

diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol

Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% dapat menurunkan kadar LDL.

Page 80: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

80

Tingginya kadar kolesterol LDL meningkatkan risiko terjadinya penyakit

jantung dan pembuluh darah karena keterlibatannya yang dominan dalam proses

terjadinya penyakit. Flavonoid diketahui dapat meningkatkan aktivitas reseptor LDL

(dwisusilo, 2008). Penurunan kadar kolesterol LDL ini kemungkinan akibat dari

penurunan kadar kolesterol total, mengingat kolesterol LDL merupakan lipoprotein

berdensitas rendah yang mengandung kolesterol dan ester kolesterol dalam

konsentrasi tinggi.. Oleh karena itu jika kadar kolesterol total darah menurun maka

kadar kolesterol LDL juga akan menurun (Mark dan Smith, 2000).

6.4.1.4 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap TG (Trigliserida)

Rerata TG pretest pada kelompok P1 adalah 204,43± 4,721 mg/dl dan rerata TG

setelah perlakuan 206,14 ± 7,105 mg/dl dengan p : 0,510 (p > 0,05). Rerata TG

pretest pada kelompok P2 adalah 210,43 ± 9,016 mg/dl dan rerata TG setelah

perlakuan 127,29 ± 9,464 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata TG pretest pada

kelompok P3 adalah 211,71 ± 5,936 mg/dl dan rerata TG setelah perlakuan 93,00 ±

4,967 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata TG pretest pada kelompok P4 adalah

205,29 ± 4,990 mg/dl dan rerata TG setelah perlakuan 77,14 ± 4,947 mg/dl dengan

p = 0,000 (p < 0,05).

Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk

mengetahui beda nyata terkecil rerata TG antar kelompok sesudah diberikan

perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4

memperlihatkan bahwa rerata TG kelompok P2, P3, P4 lebih rendah dari kelompok

P1(berbeda bermakna).

Page 81: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

81

Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar TG

menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan ,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak dapat menurunkan /

meningkatkan kadar TG. Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan

30% menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum diberikan

perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga

Kenanga 10%, 20%, dan 30% dapat menurunkan kadar TG.

Dahulu Kadar Trigliserida yang tinggi dalam serum kurang diperhitungkan

namun saat ini menjadi faktor penting pada penyakit Kardiovaskular. Peningkatan

kadar Trigliserida ternyata berhubungan dengan penurunan kadar LDL. Yoshino et

al. (2002) mengatakan bahwa pada kasus hiperkolesterolemia, makin tinggi kadar

TG serum, semakin tinggi pula insiden terhadap Penyakit Kardiovaskular. Senyawa

yang mungkin berperan terhadap penurunan kadar Trigliserida adalah flavonoid.

Casaschi et al. (2004) dan Ogawa et al. (2005) melaporkan bahwa penghambatan

terhadap kerja asetil Ko.A menyebabkan tidak terbentuknya asam lemak rantai

panjang yang akan berubah menjadi trigliserida.

Page 82: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

82

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

1. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Tumor Necrosis

Factor Alpha (TNF – α) tikus putih jantan yang dislipidemia.

2. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar kolesterol total

tikus putih jantan yang dislipidemia.

3. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia.

4. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Low Density

Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia

5. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Trigliserida

tikus putih jantan yang dislipidemia

4.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai mekanisme kerja ekstrak

etanol bunga kenanga dalam menurunkan kadar TNF-α dan memperbaiki

profil lipid tikus putih jantan yang dislipidemia.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan variasi dosis yang lebih banyak,

sehingga dapat diketahui efek terbaik yang dapat dihasilkan dari

pemberian ekstrak etanol bunga kenanga terhadap TNF- α dan profil

lipid.

Page 83: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

83

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Licthman, A.H. 2003. Immunity to tumours. In : Cellular and

Molecular Immunology. WB Saunders Co, ed. 5th edition. Philadelphia. p.391-

410.

Adam, J.M., Soegondo, S., Soemiardji, G., Adriansyah, H., 2004. Petunjuk Praktis

Penatalaksanaan Dislipidemia. Jakarta: PB. PERKENI, 2004: 1-14, 20-26.

Adeneye, A.A., Olaguniu, J.A. 2009. Preliminary hypoglycemic and hypolipidemic

activies of the aqueous seed extract of Carica papaya Linn.in Wistar rats.

Jurnal Biology and Medicine Volume 1(1): 1 -10.

Ahmed, E. 2001. “Immune mechanisms in atherosclerosis”. (dissertation).

Konferensrummet, Centrum for Molekylär Medicin, Karolinska Sjukhuset.

Available from : http://diss.kib.ki.se/2001/91-628-4612-4/. (Accessed: 2013,

April 01).

Anonim. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner

Fokus Syndrom Koroner Akut. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi dan

Komunitas Klinik.

Anonim. 2009. Health: Hypercholesterolemia College of Medicine. Milton State

Hershey Medical Center. Penn State: America.

Anonim. 2002. Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol

in Adults (Adult Treatment Panel III). National Cholesterol Education Program

National Heart, Lung, and Blood Institute National Institutes of Health NIH.

Publication No. 02-5215.

Anom, 2011. Peningkatan TNF- α merupakan faktor risiko terjadinya preeklamsia.

Denpasar: Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.

Anwar, T.B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.

[cited 2013 sep.6].Available from: http:// library. usu.ac.id /download/ gizi.

bahri 3. Pdf.

Page 84: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

84

Bahri, A. Dislipidemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU

Repositor. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2004.Available

from: http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf.

Bastard., Maachi, M., Lagathu, C., Kim, M.J., Caron, M., Vidal, H., Capeau, J.,

Feve, B. 2006. Recent advances in the relationship between obesity,

inflammation, and insulin resistance. Eur. Cytokine Netw., Vol. 17 No 1, March

2006, 4-12.

Baum, J.A., Teng, H., Erdman, J.W., Weigel, R.M., Klein, B.P., Persky, V.W.,

Freels, S., Surya, P., Bakhit, R.M., Ramos, E., Shay, N.F., Potter, S.M. 1998.

Long term intake of soy protein improves blood lipid profile and increases

mononuclear cell lowdensity lipoprotein receptor messenger RNA

inhypercholesterolemic postmenopausalwomen. AmJ ClinNut, 58 (1998) 545.

Casaschi, A., Maiyoh, G. K., Rubio, B. K., Li, R.W., Adeli, K., and Theriault, A. G.

2004. The chalcone xanthohumol inhibits triglyceride and apolipoprotein B

secretion in HepG2 cells. Journal of Nutr. 134: 1340-1346.

Chapman, M.J., Kontush, A. 2006. Functionally defective high-density lipoprotein: a

new therapeutic target at the crossroads of dyslipidemia, inflammation, and

atherosclerosis. Available from :

URL:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16968945. (Accessed: 2013, April

01).

Dwisusilo. 2008. Manfaat Isoflavon. Available from:

http://www.dwisusilo.web.id/2008/05/manfaat-isoflavon-yang-terkandung-

dalam.html. (Accessed: 2013, April 01)

Farizal, J., 2012. “Pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi bidara upas (Merremia

mammosa) terhadap peroliferasi limfosit dan produksi ROI makrofag” (tesis).

Semarang: Universitas Diponegoro.

Fouad, T., Antioxidants, Classification of major antioxidants nature and chemistry.

(Accessed: 2013, Maret 27). Available from: URL:

www.doctorslounge.com/primary/articles/antioxidants/antioxidants4.htm.

Golberg, A. C. 2008. Dyslipidemia : Lipid Disorder. The Merck Manuals Medical

Library. Available from

Page 85: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

85

http://www.merkmanuals.com/profesional/sec13/ch170/ch170b.html.

(Accessed: 2013, April 03).

Gordon, P.M. 2003. Hiperlipidemia and dislipidemia. In Ehrman JK.

Clinical exercise Physiology. Campaign : Human Kinetics. 2003.

Grundy, S.M . 2006. Nutrition in the Management of Disorder of Serum lipid

and lipoprotein. In Modern Nutrition in Health and desease. 10th Ed.

Baltimore: Lippincot William and Wilkins. p. 1076 – 1094.

Hanafiah, K.A. 2004. Rancangan Percobaan: teori dan aplikasi. Ed. Rev.,

Cet 9.Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. Halaman 9.

Hansson, G.K., 2005. Inflammation, Atherosclerosis, and Coronary Artery Disease.

The new england journal of medicine, 352:1685-95. Available from :

URL:http:/www.nejm.org. (Accessed: 2013, Maret 27).

Hardini, D., Yuwanta, T., Supadmo, dan Zuprizal. 2007. Pengaruh Telur Beromega-

3 dan 6 Hasil Olahan terhadap Profil Lipid Darah Tikus Rattus norvegicus L.

Normal dan Hiperkolesterolemia. Media Peternakan; 30(1): 26-34.

Hartanto, 2009. Peranan sitokin dan metabolisme lipid dalam stroke. Berkala

neurosains; 10(2): 63-67.

Hedges dan Lister, 2007. The Nutritional Attributes of Allium Species. Zcrop and

Food Research Confidential Report.

Hernani, Raharjo, M., (2005). Tanaman berkhasiat Antioksidan. Penebar Swadaya:

Jakarta.

Indrakumar, Selvi, V., Gomathi, R., Karpagam, S., 2012. Evaluation of antimicrobial

activity of cananga odorata (LAM.) Hook.F & Thomson leaf extract : An in

vitro study. Dept of Botany: Queen Mary’s College India.

Katrin, 1995. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang Cananga Odorata (LMK)

Hook.F &Thoms. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa perguruan tinggi di

Indonesia Ed 7, Pusat Penelitian dan pengembangan kesehatan. Depkes RI: Jakarta.

Kersshaw, E.E., Flier, J.S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal

of Clinical Endocrinology & Metabolism 89, p 2548-56.

Koolman, J. 2005. Color Atlas Of Biochemistry. 2nd Ed. P 172. Thieme Stuttgart:

New York.

Page 86: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

86

Kriesberg, R.A., Oberman A. 2003. Medical Management of Hyperlipidemia

Dyslipidemia. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 88(6):

2445–61.

Kumpula, L. 2011 . “Computational models and methods for lipoprotein research”

Dept. of Biomedical Engineering and Computational Science, Doctoral

(dissertation). Available from : http://lib.tkk.fi/Diss. (Accessed: 2013, April

01).

Kumar, V., Abbas, A.K., & Fausto, N., Robin and Contran. 2005. Pathologic Basis

of Disease. Philadelphia: Elsevier Sounders Inc.

Lichteinstein, A.H., Jones, P.J.H., 2001. Lipid absorption and transport .

In Present Knowledge in Nutrition. 8th ed. p. 93-103/ISLI Press:

Washington DC.

Litbangkes. 1991. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian

Klinik Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alain

Phyto Medica. P. 42

Mahley, R.W., Weisgraber, K.H., Farese., R.V. 2003. Disorder of Lipid

Metabolism. In william text book Of Endocrinologyg. 10th Ed. Philadelphia:

Saunders. p. 1642-1680.

Malole dan Pramono, 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan dilaboratorium

Bogor : Institut Pertanian Bogor. h. 104-12.

Mark dan Smith, 2000. Metabolisme Kolesterol dan Lipoprotein darah. Dalam:

Biokimia Kedokteran Dasar. Sebuah Pendekatan Klinis, Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. h.518-30.

Murni, W. 2008. Cegah Atherosklerosis secara alami. Cermin Dunia Kedokteran.

Vol. 35 No.6: h.351

Martens, A. 2001. Oxidized LDL and HDL : Antagonis in Atherotrombosis.

The Faseb Journal.,15 : 2073-2084.

Metchinson, M.J., Ball, R.Y., 2005. Macrophages and atherogenesis.

Lancet 2 : 1460150.

Page 87: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

87

Misitahari, I.M. 2011. “Pemberian growth hormone menurunkan kadar tumor

Necrosis Factor Alpha pada Tikus Jantan yang Dislipidemia” (tesis). Denpasar:

Universitas Udayana.

Michael,W. D., Saponin. 2000. Acssesed 2011 Des 24. Available from:

http://mikro.magnet.ffu.edu/fitochemical/8page/saponin.htm. (Accessed: 2012,

Desember 24).

Moelyono, M.W., Yasmiwar, S., Marina, T., 2007. Analisis minyak atsiri bunga

kenanga (cananga odorata Hook.F & TH). Jurnal Farmaka Vol 5 No. 1, April

2007.

Muray, R.K. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry. USA: Mac Graw Hill

Company 28: 101.

Ogawa, H., Ohno, M. and Baba, K. 2005. Hypotensive and lipid regulatory actions

of 4-­‐hydroxyderricin, a chalcone from Angelica keiskei, in stroke-­‐prone

spontaneously hypertensive rats. Clin. Exp. Pharmacol. Physiol. p.32: 19-23.

available from : http://bahan -alam.fa.itb.ac.id

Pandji, C., Soediro, I., Moesdarsono. 1985. Pemeriksaan Kandungan Kimia Bunga

Kenanga (Cananga odorata Hook, Anonaceae). Available from : URL

http://bahan-alam.fa.itb.ac.id.

Pocock, S. 2008. Clinical Trials: A Practical Approach. Chichester: John Wiley &

Sons. p. 128 – 129.

Popa, C., Netea, M.G., Van Riel, P.L.C.M., Van Der Meer, J.W.M., Stalenhoef,

A.F.H. 2007. The Role of TNF-α in Chronic Inflammatory Conditions,

Intermediary Metabolism and Cardiovascular Risk. Journal of Lipid Research.

Vol 48.p 751-759.

Rader, D.J., Hobbs, H.H. 2005. In Harrison’s Principles of Internal Medicine.

16th Ed. New York: McGraw-Hill.

Radhika, S., K.H. Smila., R., Muthezhilan. 2011. Antidiabetic and Hypolipidemic

Activity of Punica granatum Linn on Alloxan Induced Rats. World Journal of

Medical Sciences 6 (4): 178-182.

Robbins, S. 2002. Dasar patologi penyakit. Penerbit buku : kedokteran sumber

agung podomoro.

Page 88: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

88

Sabir, A. 2003. Identifikasi golongan flavonoid dalam propolis Trigona sp dari

kabupaten Bulukuma Sulawesi Selatan yang digunakan pada perawatan kaping

pulpa langsung. Dental Journal Edisi khusus temu ilmiah nasional III 6-9

Agustus.

Sacchetti, G., Silvia, M., Mariavittoria, M., Scaglianti, M., Manfredini, S., Matteo,

R., Renato, B. 2006. Comparative evaluation of 11 essential oils of different

origin as functional antioxidants, antiradicals and antimicrobials in foods.

Dipartimento delle Risorse Naturali e Culturali, Lab. Biologia farmaceutica &

Biotrasformazioni, Universita` degli Studi di Ferrara, C.so Porta Mare 2, I-

44100 Ferrara. Italy.

Sargowo, D., Senorita, A., Widodo, A., 2010. Peranan ekstrak kulit manggis dalam

penurunan kadar TNF-α dan IL-1 Pada dyslipidemia. Malang:

Universitas Brawijaya

Sekhon, S. 2012. Antioxidant, Anti- inflammatory and Hypolipidemic Properties of

Apple Flavonols. Nova Scotia Agricultural College Truro; Nova Scotia.

Sen, S., Chakraborty, R., Sridhar, C., Reddy, Y.S.R., dan Biplab, D., 2010. Free

Radicals, Antioxidants, Diseases and Phytomedicines : Current Status and

future prospect. International Journal of Pharmaceutical Sciences Rivew and

Research. 3(1): 021.

Starkov, A.S. dan Wallace, K.B. 2006. Ying and Yang of Mitochondrial ROS. In:

Singh, K.K., editor. Oxidative Stress, Disease and Cancer. Singapura:

Mainland Press, p. 1-43.

Suharjo, J.B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius. h.47

Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. 2002. Oxygen toxicity by radiation and effect of

glutamic piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C

treatmen, Diajukan pada Internatinal seminar on Environmental Chemistry and

Toxicology, Yogyakarta.

Sulist, G., Rianto, Fras D.S., Purwantyastuti. 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4.

Gaya Baru: Jakarta.

Page 89: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

89

Twickler, TB., Cramer M. J. M., Dallinga-Thie, G. M., Chapman, M.J.,

Erkelens, D.W., dan Koppeschaar, H.P.F. 2003. Adult-Onset Growth Hormone

Deficiency: Relation of Postprandial Dyslipidemia to Premature Atherosclerosis.

The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 88(6):2479 – 88.

Wahjuni, S., 2011. Pemberian Minyak Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) sebagai

anti dislipidemia melalui penigkatan HDL pada Tikus Wistar. Jurnal Kimia 5

(2), JULI 2011 : 156-162.

Wei, A., Shibamoto, T. Antioxidant/lipoxygenase inhibitory activities and chemical

compositions of selected essential oils. J. Agr. Food Chem. 2010, 58, 7218-7225.

Zaini, A. 2003. Kadar TNF Alfa dalam sirkulasi darah sebagai prediktor perjalanan

klinis penderita SKA. Jakarta : Universitas Indonesia.

Page 90: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

90

Lampiran 1 Keterangan Kelaikan Etik (ethical Clearence)

Page 91: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

91

Lampiran 2

Pengelompokan hewan coba

Tikus putih (Rattus novergicus)

Page 92: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

92

Pengambilan darah melalui Medial Canthus Sinus Orbitalis

Proses pemindahan sampel ke plate

Page 93: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

93

Pembacaan Menggunakan Elisa Reader

Pencucian plate Sigma Aldrich TNF-α Kitt

Page 94: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

94

Lampiran 3

Persentase penurunan / peningkatan pre dan post pemberian perlakuan

Pre

Post Penurunan/peningkatan

(%)

P1

TNF - α 0,206 pg/ml 0,204 pg/ml 0,97

Kolesterol Total 208,43 mg/dl 204,86 mg/dl 1,71

HDL 24 mg/dl 23,57 mg/dl 1,79

LDL 105,57 mg/dl 105,29 mg/dl 0,2

TG 204,43 mg/dl 206,14 mg/dl 0,8

P2

TNF - α 0,19 pg/ml 0,14 pg/ml 26,31

Kolesterol Total 211,71 mg/dl 144,86 mg/dl 31,57

HDL 22,29 mg/dl 32,57 mg/dl 46,12

LDL 109,57 mg/dl 92,86 mg/dl 15,25

TG 210,13 mg/dl 127,29 mg/dl 39,42

P3

TNF - α 0,196 pg/ml 0,132 pg/ml 32,65

Kolesterol Total 211,57 mg/dl 112,57 mg/dl 46,80

HDL 22,71 mg/dl 36,14 mg/dl 59,14

LDL 116,14 mg/dl 80,71 mg/dl 30,50

TG 211,71 mg/dl 93 mg/dl 56,07

P4

TNF - α 0,208 pg/ml 0,111 pg/ml 46,65

Kolesterol Total 216 mg/dl 82,71 mg/dl 61,71

HDL 22,86 mg/dl 41,57 mg/dl 81,85

LDL 118,86 mg/dl 71,86 mg/dl 39,54

TG 205,29 mg/dl 77,14 mg/dl 62,42

Page 95: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

95

Lampiran 4

Uji TNF – α Immuno Assay

Pemeriksaan TNF – α menggunakan tehnik Quantitative sandwich enzyme

immunoassay (ELISA). Antibodi monoclonal spesifik TNF – α telah di coated

dalam mikroplate. Sampel dan standar kemudian di pipet ke dalam well , dan

keberadaan TNF – α akan dipasangkan (sandwich) oleh immobilized antibody t

dalam well. Setelah dilakukan pencucian untuk menghilangkan substansi –substansi

yang tidak terikat, kemudian ditambahkan enzyme-linked polyclonal antibody yang

spesifik terhadap TNF – α . Kemudian setelah dilakukan pencucian kembali untuk

menghilangkan reagen antibody enzyme yang tidak berikatan, selanjutnya subtrat

ditambah kedalam well. Kemudian akan terbentuk warna yang sebanding dengan

jumlah TNF – α yang akan terikat. Pembentukan warna dihentikan dan kemudian

intensitas warna diukur.

Prosedur Pemeriksaan

Catatan : semua reagen harus diencerkan segera sebelum digunakan.

1. Letakkan semua reagen pada temperatur ruangan (18-25 °C) sebelum

digunakan.

2. Tambahkan 100 µl setiap standard dan sampel ke dalam well, kemudian

lakukan inkubasi selama 2,5 jam pada suhu ruangan.

3. Keluarkan dari alat shacking kemudian cuci sebanyak 4 kali dengan larutan

pencuci . Cuci setiap 1 kali cuci menggunakan pencuci buffer (300 µl)

Page 96: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

96

dengan alat pencuci otomatis. Setelah dicuci , keluarkan dari alat kemudian

keringkan dengan kertas pengering khusus.

4. Tambahkan 100 µl antibody biotinylated pada masing-masing well

5. Inkubasi kembali selama 1 jam pada temperature ruangan.

6. Keluarkan plate dari alat inkubasi, kemudian keringkan dengan

menggunakan alat kertas pengering khusus.

7. Tambahkan 100 µl larutan streptavidin pada masing-masing well, dan

inkubasi selama 45 menit pada temperature ruangan.

8. Keluarkan dari alat kemudian lakukan kembali proses pencucian selama 4

kali, kemudian keringkan dengan kertas pengering.

9. Tambahkan 100 µl one step substrat reagent pada masing-masing well, lalu

lanjutkan dengan melakukan inkubasi selama 30 menit pada temperatur

ruangan.

10. Tambahkan stop solution pada masing-masing well kemudian hasil dibaca

pada panjang gelombang 450 nm.

Page 97: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

97

Lampiran 5

Protokol Penelitian

PROSEDUR PENELITIAN

I. Tahap persiapan sebelum penelitian

Tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan adalah sebagai

berikut.

II. Penyiapan bahan menjadi simplisia

Tahap penyiapan bahan segar menjadi simplisia adalah sebagai berikut :

1. Bunga kenanga yang sudah menguning diambil pada waktu pagi hari.

2. Bahan kemudian dicuci bersih dengan air mengalir/penyemprotan.

3. Setelah bersih bunga kemudian dikeringkan pada oven dengan suhu 50-60°C atau

panas matahari dengan ditutup kain hitam (kadar air <10%).

4. Simplisia siap digunakan .

III. Penyiapan ekstrak dari simplisia

Tahap penyiapan ektrak dari simplisia bunga kenanga adalah sebagai berikut :

1. Simplisia dihaluskan terlebih dahulu menjadi serbuk yang halus, kemudian

ditimbang beratnya.

2. Sebanyak 200 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah, kemudian

dituangi dengan cairan penyari (etanol) ± 500 ml, ditutup rapat dan dibiarkan

selama 3 hari dan terlindung dari cahaya, sambil diaduk berulang ulang.

3. Sesudah 3 hari kemudian disaring, maserat ditenpatkan pada cawan porselain,

sedangkan ampas ditambah cairan penyari lagi secukupnya biarkan 1 hari sambil

diaduk sesekali.

4. Semua filtrat digabung dan diuapkan menggunakan rotary evaporator kemudian

bobot akhir ditimbang.

Page 98: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

98

IV. Penyiapan hewan coba

4.1 Penggunaan tikus di laboratorium

Penggunaan tikus yang digunakan untuk penelitian telah diketahui sifat-sifatnya

dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang sehat dan cocok untuk

berbagai peneilitian. Terdapat beberapa galur atau varietas tikus yang memiliki

kekhususan tertentu antara lain galur Sprague-dawley dan galur wistar. Galur

Sprague dawley memiliki ciri berwarna albino putih berkepala kecil dan ekornya

lebih panjang daripada badannya, sedangkan galur wistar ditandai dengan kepala

besar dan ekor lebih pendek.

Tikus (Rattus Norvegicus) galur wistar lebih besar dari famili tikus umumnya

dimana tikus ini dapat mencapai 40 cm diukur dari hidung sampai ujung ekor dan

berat 140-500 gram. Tikus betina biasanya memiliki ukuran lebih kecil dari tikus

jantan dan memiliki kematangan seksual pada umur 4 bulan dan dapat hidup selama

4 tahun.

4.2 Pemantauan keselamatan tikus di laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus di laboratorium antara lain:

a. Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali

seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan gigitan

dan

hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah menyerap air pada

umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi,

b. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan

fisiologi

tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari),

c. Untuk tikus dengan berat badan 150 – 200 gram, ukuran kandang yang ideal

adalah

40cm x 35cm x 20cm maximal berisikan 2 tikus.

d. Tikus harus diperlakukan dengan kasih saying

Page 99: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

99

4.3 Pemilihan hewan coba untuk penelitian

1. Dipilih dua puluh delapan ekor tikus putih jantan yang berumur 3-4 bulan dengan

bobot antara 150 – 200 gram

2. Tikus di adaptasikan selama tujuh hari pada kandang yang sudah disiapkan.

Kandang dengan ukuran 40cm X 35cm X 15cm, dan masing- masing kandang

berisikan 2 ekor tikus, agar tikus lebih merasa nyaman.

3. Kandang yang sudah disiapkan diberikan alas sekam atau serutan kayu agar

tikus

penelitian semakin merasa nyaman.

4. Selama adaptasi tetap diberikan makanan standard berupa : Pakan standart yang

terdiri dari pakan ayam / Pars 459 (dengan kandungan air, protein, lemak, serat,

abu, Ca, Phospor, antibiotika, coccidiostat) dan minuman air aqua pada tempat

yang sudah tersedia.

5. Sehabis masa adaptasi kemudian tikus siap untuk dilakukan perlakuan.

V. Tahap pelaksanaan penelitian

Penelitian dilakukan pada jam kerja yaitu pukul 8.00 wita hingga pukul 16.00 Wita.

Tahap kegiatan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Masing-masing tikus pada tiap kelompok ditimbang berat badannya kemudian

dicatat.

2. Tikus diberikan makanan tinggi kolesterol selama 30 hari untuk membuat tikus

menjadi dislipidemia, kemudian timbang berat badan tikus. Komposisi makan

tinggi kolesterol adalah : kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%,

minyak goreng 1%, makanan standar sampai 100% (Litbangkes, 1991). Pakan

standart / Pars 459 (mengandung air, protein,

lemak, serat, abu, Ca, Phospor, antibiotika, coccidiostat) .

Pada hari ke 30 lakukan pretest dengan memeriksa kadar TNF-α dan kadar

HDL, LDL, total kolesterol dan trigliserida . Darah tikus diambil melalui Medial

Chontus sinus orbitalis.

Page 100: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

100

3. Pengambilan darah dilakukan melalui Medial Canthus Sinus Orbitalis untuk

mendapatkan volume darah yang lebih banyak, namun sebelum tikus diambil

darahnya terlebih dahulu tikus di bius dengan menggunakan ketamine 0,05%

sebanyak 1 ml secara intramuskuler.

Volume pengambilan darah, pada umumnya dilakukan sekitar 10% dari total

volume darah dalam tubuh tikus dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau

sekitar 1% dengan interval 24 jam. Darah yang diambil tidak boleh terlalu besar

volumenya supaya tidak terjadi syok hipovolemik, tetapi juga tidak boleh

sedikit-sedikit tapi sering karena bisa menimbulkan anemia. Untuk mengatasi

hal tersebut dapat diberikan cairan pengganti atau cairan exsanguinis. Misalnya :

cairan fisiologis NaCl 0,9% / glukosa 5%. Jumlah darah maksimal yang boleh

diambil : 10% total volume darah /2-4 minggu, atau1% total volume darah / 24

jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari bobot badan. Diperkirakan

pemberian darah tambahan (exsanguination) sekitar setengah dari total volume

darah. Contohnya: Bobot 300g, total volume darah 22,5 ml, maksimum

pengambilan darah 2,25 ml maka pemberian exsanguination 11,25 ml.

4. Setelah pengambilan darah, tikus dimasukkan lagi ke kandangnya.

5. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok.

a) Kelompok perlakuan 1 : kelompok tanpa pemberian ekstrak etanol bunga

kenanga

b) hanya diberi makanan tinggi kolesterol dan placebo selama 30 hari.

c) Kelompok perlakuan 2 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol

bunga

d) kenanga dengan konsentrasi sebesar10% dan makanan tinggi kolesterol

secara peroral selama 30 hari.

e) Kelompok perlakuan 3 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol

bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 20 dan makanan tinggi

kolesterol secara peroral selama 30 hari.

f) Kelompok perlakuan 4 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol

bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 30% dan makanan tinggi

kolesterol secara peroral selama 30 hari.

Page 101: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

101

6. Posttest dengan memeriksa kadar TNF-α menggunakan teknik quantitative

sandwich enzyme immune assay (ELISA), kadar HDL, LDL serta total kolesterol

di periksa dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim

GmBp) dalam mg/dL dan trigliserida menggunakan CHOP – PAP (Bochringer-

Mennheim GmBp) dalam mg/dL .

VI. Tahap akhir penelitian

Setelah penelitian selesai tikus dibiarkan hidup dan untuk mengembalikan keadaan

dislipidemia akibat pemberian diet tinggi kolesterol, maka pemberian makanan tinggi

kolesterol dihentikan dan diganti dengan diet standar. Apabila memungkinkan, tikus

tersebut dapat dipergunakan pada penelitian lain.

Page 102: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

102

Lampiran 6 Analisis Statistik

Uji Normalitas Sebelum Perlakuan (pretest)

Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida

Kelompok Kontrol (P1) Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7

Kelompok Nilai p Keterangan

Kolesterol Total 208,43 0,935 Normal HDL 24,00 0,394 Normal LDL 105,57 0,459 Normal Trigliserida 204,43 0,420 Normal TNF - α 0,206 0,264 Normal

Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2)

Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7

Kelompok Nilai p Keterangan

Kolesterol Total 211,71 0,768 Normal HDL 22,29 0,185 Normal LDL 109,57 0,160 Normal Trigliserida 210,43 0,420 Normal TNF - α 0,190 0,912 Normal

Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida

Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7

Kelompok Nilai p Keterangan

Kolesterol Total 211,57 0,118 Normal HDL 22,71 0,263 Normal LDL 116,14 0,592 Normal Trigliserida 211,71 0,479 Normal TNF - α 0,197 0,212 Normal

Page 103: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

103

Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)

Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7

Kelompok Nilai p Keterangan

Kolesterol Total 216 0,589 Normal HDL 22,86 0,305 Normal LDL 118,86 0,644 Normal Trigliserida 205,29 0,671 Normal TNF - α 0,208 0,586 Normal

Hasil Uji Normalitas Setelah Perlakuan (posttest)

Tabel 5.5 Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida

Kelompok Kontrol (P1) Setelah Perlakuan (Posttest) dengan n = 7

Kelompok Nilai p Keterangan

Kolesterol Total 204,86 0,555 Normal HDL 23,57 0,647 Normal LDL 105,29 0,193 Normal Trigliserida TNF - α

206,14 0,204

0,363 0,119

Normal Normal

Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida

Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) (Posttest) dengan n = 7

Kelompok Nilai p Keterangan

Kolesterol Total 144,86 0,924 Normal HDL 32,57 0,609 Normal LDL 92,86 0,739 Normal Trigliserida TNF - α

127,29 0,140

0,287 0,511

Normal Normal

Page 104: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

104

Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3)

(Posttest) dengan n = 7

Kelompok Nilai p Keterangan

Kolesterol Total 112,57 0,744 Normal HDL 36,14 0,147 Normal LDL 80,71 0,461 Normal Trigliserida TNF - α

93,00 0,133

0,343 0,183

Normal Normal

Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4)

(Posttest) dengan n = 7

Kelompok Nilai p Keterangan

Kolesterol Total 82,71 0,877 Normal HDL 41,57 0,958 Normal LDL 71,86 0,471 Normal Trigliserida TNF - α

77,14 0,111

0,819 0,281

Normal Normal

Page 105: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

105

Uji Normalitas Kelompok Pretest

Descriptives

klp Statistic Std. Error

kol.pre kntrl Mean 208.43 1.688

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 204.30 Upper Bound 212.56

5% Trimmed Mean 208.42 Median 208.00 Variance 19.952 Std. Deviation 4.467 Minimum 202 Maximum 215 Range 13 Interquartile Range 8 Skewness .185 .794

Kurtosis -.533 1.587

10 persen Mean 211.71 2.705

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 205.09 Upper Bound 218.33

5% Trimmed Mean 211.79 Median 211.00 Variance 51.238 Std. Deviation 7.158 Minimum 201 Maximum 221 Range 20 Interquartile Range 14 Skewness -.032 .794

Kurtosis -.707 1.587

20 persen Mean 211.57 2.759

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 204.82 Upper Bound 218.32

Page 106: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

106

5% Trimmed Mean 211.75 Median 213.00 Variance 53.286 Std. Deviation 7.300 Minimum 201 Maximum 219 Range 18 Interquartile Range 15 Skewness -.795 .794

Kurtosis -1.181 1.587

30 persen Mean 216.00 4.392

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 205.25 Upper Bound 226.75

5% Trimmed Mean 215.72 Median 215.00 Variance 135.000 Std. Deviation 11.619 Minimum 202 Maximum 235 Range 33 Interquartile Range 22 Skewness .394 .794

Kurtosis -.180 1.587 hdl.pre kntrl Mean 24.00 1.195

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 21.08 Upper Bound 26.92

5% Trimmed Mean 24.00 Median 23.00 Variance 10.000 Std. Deviation 3.162 Minimum 20 Maximum 28 Range 8 Interquartile Range 7 Skewness .266 .794 Kurtosis -1.424 1.587

Page 107: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

107

10 persen Mean 22.29 .969 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 19.91 Upper Bound 24.66

5% Trimmed Mean 22.15 Median 21.00 Variance 6.571 Std. Deviation 2.563 Minimum 20 Maximum 27 Range 7 Interquartile Range 4 Skewness 1.136 .794 Kurtosis .683 1.587

20 persen Mean 22.71 .778 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 20.81 Upper Bound 24.62

5% Trimmed Mean 22.74 Median 23.00 Variance 4.238 Std. Deviation 2.059 Minimum 20 Maximum 25 Range 5 Interquartile Range 4 Skewness -.108 .794 Kurtosis -2.051 1.587

30 persen Mean 22.86 1.033 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 20.33 Upper Bound 25.39

5% Trimmed Mean 22.73 Median 23.00 Variance 7.476 Std. Deviation 2.734 Minimum 20 Maximum 28 Range 8 Interquartile Range 4

Page 108: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

108

Skewness 1.030 .794 Kurtosis 1.572 1.587

ldl.pre kntrl Mean 105.57 1.212 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 102.61 Upper Bound 108.54

5% Trimmed Mean 105.52 Median 105.00 Variance 10.286 Std. Deviation 3.207 Minimum 102 Maximum 110 Range 8 Interquartile Range 7 Skewness .247 .794 Kurtosis -1.613 1.587

10 persen Mean 109.57 5.781 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 95.43 Upper Bound 123.72

5% Trimmed Mean 108.69 Median 107.00 Variance 233.952 Std. Deviation 15.296 Minimum 94 Maximum 141 Range 47 Interquartile Range 15 Skewness 1.672 .794 Kurtosis 3.578 1.587

20 persen Mean 116.14 3.412 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 107.79 Upper Bound 124.49

5% Trimmed Mean 116.27 Median 115.00 Variance 81.476 Std. Deviation 9.026 Minimum 103 Maximum 127

Page 109: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

109

Range 24 Interquartile Range 17 Skewness -.304 .794 Kurtosis -1.410 1.587

30 persen Mean 118.86 2.668 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 112.33 Upper Bound 125.38

5% Trimmed Mean 118.90 Median 117.00 Variance 49.810 Std. Deviation 7.058 Minimum 109 Maximum 128 Range 19 Interquartile Range 13 Skewness -.107 .794 Kurtosis -1.490 1.587

tg.pre kntrl Mean 204.43 1.784 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 200.06 Upper Bound 208.79

5% Trimmed Mean 204.48 Median 206.00 Variance 22.286 Std. Deviation 4.721 Minimum 198 Maximum 210 Range 12 Interquartile Range 9 Skewness -.229 .794 Kurtosis -1.941 1.587

10 persen Mean 210.43 3.408 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 202.09 Upper Bound 218.77

5% Trimmed Mean 210.03 Median 210.00 Variance 81.286 Std. Deviation 9.016

Page 110: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

110

Minimum 201 Maximum 227 Range 26 Interquartile Range 12 Skewness 1.003 .794 Kurtosis .854 1.587

20 persen Mean 211.71 2.244 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 206.22 Upper Bound 217.20

5% Trimmed Mean 211.79 Median 212.00 Variance 35.238 Std. Deviation 5.936 Minimum 201 Maximum 221 Range 20 Interquartile Range 4 Skewness -.469 .794 Kurtosis 2.361 1.587

30 persen Mean 205.29 1.886 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 200.67 Upper Bound 209.90

5% Trimmed Mean 205.43 Median 207.00 Variance 24.905 Std. Deviation 4.990 Minimum 197 Maximum 211 Range 14 Interquartile Range 9 Skewness -.654 .794 Kurtosis -.411 1.587

tnf.pre kntrl Mean .2059 .00412 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .1958 Upper Bound .2159

5% Trimmed Mean .2055 Median .2030

Page 111: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

111

Variance .000 Std. Deviation .01090 Minimum .20 Maximum .22 Range .03 Interquartile Range .02 Skewness .538 .794 Kurtosis -1.336 1.587

10 persen Mean .1933 .00781 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .1742 Upper Bound .2124

5% Trimmed Mean .1932 Median .1950 Variance .000 Std. Deviation .02067 Minimum .16 Maximum .22 Range .06 Interquartile Range .04 Skewness .159 .794 Kurtosis -1.029 1.587

20 persen Mean .1969 .00704 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .1796 Upper Bound .2141

5% Trimmed Mean .1965 Median .1970 Variance .000 Std. Deviation .01861 Minimum .17 Maximum .23 Range .06 Interquartile Range .01 Skewness .775 .794 Kurtosis 2.880 1.587

30 persen Mean .2080 .00227 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .2025 Upper Bound .2135

Page 112: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

112

5% Trimmed Mean .2082 Median .2100 Variance .000 Std. Deviation .00600 Minimum .20 Maximum .22 Range .02 Interquartile Range .01 Skewness -1.031 .794 Kurtosis .956 1.587

Tests of Normality

klp

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kol.pre kntrl .163 7 .200* .976 7 .935

10 persen .162 7 .200* .954 7 .768

20 persen .238 7 .200* .848 7 .118

30 persen .180 7 .200* .934 7 .589

hdl.pre kntrl .196 7 .200* .910 7 .394 10 persen .263 7 .152 .870 7 .185 20 persen .226 7 .200* .888 7 .263 30 persen .195 7 .200* .896 7 .305

ldl.pre kntrl .153 7 .200* .919 7 .459 10 persen .268 7 .137 .843 7 .106 20 persen .205 7 .200* .935 7 .592 30 persen .195 7 .200* .941 7 .644

tg.pre kntrl .202 7 .200* .913 7 .420 10 persen .191 7 .200* .913 7 .420 20 persen .244 7 .200* .921 7 .479 30 persen .206 7 .200* .944 7 .671

tnf.pre kntrl .220 7 .200* .888 7 .264 10 persen .136 7 .200* .972 7 .912 20 persen .311 7 .039 .877 7 .212 30 persen .202 7 .200* .934 7 .586

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 113: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

113

Analisis Uji Normalitas Kelompok Posttest

Descriptives

klp Statistic Std. Error

kol.pos kntrl Mean 204.86 1.262

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 201.77 Upper Bound 207.94

5% Trimmed Mean 204.73 Median 204.00 Variance 11.143 Std. Deviation 3.338 Minimum 201 Maximum 211 Range 10 Interquartile Range 5 Skewness 1.002 .794

Kurtosis 1.117 1.587

10 persen Mean 144.86 1.595

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 140.95 Upper Bound 148.76

5% Trimmed Mean 144.79 Median 145.00 Variance 17.810 Std. Deviation 4.220 Minimum 139 Maximum 152 Range 13 Interquartile Range 6 Skewness .363 .794

Kurtosis .522 1.587

20 persen Mean 112.57 .997

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 110.13 Upper Bound 115.01

5% Trimmed Mean 112.58 Median 113.00 Variance 6.952

Page 114: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

114

Std. Deviation 2.637 Minimum 109 Maximum 116 Range 7 Interquartile Range 5 Skewness -.112 .794

Kurtosis -1.638 1.587

30 persen Mean 82.71 .606

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 81.23 Upper Bound 84.20

5% Trimmed Mean 82.74 Median 83.00 Variance 2.571 Std. Deviation 1.604 Minimum 80 Maximum 85 Range 5 Interquartile Range 2 Skewness -.374 .794

Kurtosis .588 1.587 hdl.pos kntrl Mean 23.57 .685

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 21.90 Upper Bound 25.25

5% Trimmed Mean 23.58 Median 23.00 Variance 3.286 Std. Deviation 1.813 Minimum 21 Maximum 26 Range 5 Interquartile Range 3 Skewness -.043 .794 Kurtosis -1.374 1.587

10 persen Mean 32.57 .369 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 31.67 Upper Bound 33.47

Page 115: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

115

5% Trimmed Mean 32.58 Median 33.00 Variance .952 Std. Deviation .976 Minimum 31 Maximum 34 Range 3 Interquartile Range 1 Skewness -.277 .794 Kurtosis .042 1.587

20 persen Mean 36.14 .459 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 35.02 Upper Bound 37.27

5% Trimmed Mean 36.10 Median 36.00 Variance 1.476 Std. Deviation 1.215 Minimum 35 Maximum 38 Range 3 Interquartile Range 2 Skewness .414 .794 Kurtosis -1.525 1.587

30 persen Mean 41.57 .649 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 39.98 Upper Bound 43.16

5% Trimmed Mean 41.58 Median 42.00 Variance 2.952 Std. Deviation 1.718 Minimum 39 Maximum 44 Range 5 Interquartile Range 3 Skewness -.169 .794 Kurtosis -.638 1.587

ldl.pos kntrl Mean 105.29 1.459

Page 116: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

116

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 101.72 Upper Bound 108.86

5% Trimmed Mean 105.10 Median 104.00 Variance 14.905 Std. Deviation 3.861 Minimum 101 Maximum 113 Range 12 Interquartile Range 4 Skewness 1.497 .794 Kurtosis 2.835 1.587

10 persen Mean 92.86 .634 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 91.31 Upper Bound 94.41

5% Trimmed Mean 92.90 Median 93.00 Variance 2.810 Std. Deviation 1.676 Minimum 90 Maximum 95 Range 5 Interquartile Range 2 Skewness -.582 .794 Kurtosis .052 1.587

20 persen Mean 80.71 .865 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 78.60 Upper Bound 82.83

5% Trimmed Mean 80.68 Median 80.00 Variance 5.238 Std. Deviation 2.289 Minimum 78 Maximum 84 Range 6 Interquartile Range 4 Skewness .372 .794

Page 117: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

117

Kurtosis -1.686 1.587 30 persen Mean 71.86 .670

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 70.22 Upper Bound 73.50

5% Trimmed Mean 71.79 Median 72.00 Variance 3.143 Std. Deviation 1.773 Minimum 70 Maximum 75 Range 5 Interquartile Range 3 Skewness .800 .794 Kurtosis .440 1.587

tg.pos kntrl Mean 206.14 2.685 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 199.57 Upper Bound 212.71

5% Trimmed Mean 205.83 Median 204.00 Variance 50.476 Std. Deviation 7.105 Minimum 198 Maximum 220 Range 22 Interquartile Range 8 Skewness 1.294 .794 Kurtosis 2.307 1.587

10 persen Mean 127.29 3.577 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 118.53 Upper Bound 136.04

5% Trimmed Mean 127.26 Median 125.00 Variance 89.571 Std. Deviation 9.464 Minimum 115 Maximum 140 Range 25

Page 118: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

118

Interquartile Range 19 Skewness .528 .794 Kurtosis -.923 1.587

20 persen Mean 93.00 1.877 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 88.41 Upper Bound 97.59

5% Trimmed Mean 93.17 Median 95.00 Variance 24.667 Std. Deviation 4.967 Minimum 85 Maximum 98 Range 13 Interquartile Range 10 Skewness -.709 .794 Kurtosis -.795 1.587

30 persen Mean 77.14 1.870 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 72.57 Upper Bound 81.72

5% Trimmed Mean 77.05 Median 76.00 Variance 24.476 Std. Deviation 4.947 Minimum 71 Maximum 85 Range 14 Interquartile Range 9 Skewness .551 .794 Kurtosis -.641 1.587

tnf.pos kntrl Mean .2036 .00655 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .1876 Upper Bound .2196

5% Trimmed Mean .2039 Median .2100 Variance .000 Std. Deviation .01732 Minimum .18

Page 119: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

119

Maximum .22 Range .04 Interquartile Range .04 Skewness -.701 .794 Kurtosis -1.306 1.587

10 persen Mean .1401 .00465 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .1288 Upper Bound .1515

5% Trimmed Mean .1407 Median .1420 Variance .000 Std. Deviation .01231 Minimum .12 Maximum .15 Range .04 Interquartile Range .02 Skewness -.861 .794 Kurtosis .667 1.587

20 persen Mean .1329 .00512 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .1203 Upper Bound .1454

5% Trimmed Mean .1323 Median .1290 Variance .000 Std. Deviation .01356 Minimum .12 Maximum .16 Range .04 Interquartile Range .02 Skewness 1.236 .794 Kurtosis 1.081 1.587

30 persen Mean .1111 .00311 95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .1035 Upper Bound .1188

5% Trimmed Mean .1109 Median .1080 Variance .000

Page 120: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

120

Std. Deviation .00823 Minimum .10 Maximum .12 Range .02 Interquartile Range .02 Skewness .627 .794 Kurtosis -1.353 1.587

Tests of Normality

klp

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kol.pos kntrl .197 7 .200* .930 7 .555

10 persen .163 7 .200* .974 7 .924

20 persen .153 7 .200* .952 7 .744

30 persen .185 7 .200* .967 7 .877

hdl.pos kntrl .213 7 .200* .941 7 .647

10 persen .241 7 .200* .937 7 .609

20 persen .255 7 .187 .859 7 .147

30 persen .170 7 .200* .980 7 .958

ldl.pos kntrl .244 7 .200* .872 7 .193

10 persen .181 7 .200* .951 7 .739

20 persen .202 7 .200* .919 7 .461

30 persen .182 7 .200* .920 7 .471

tg.pos kntrl .201 7 .200* .905 7 .363

10 persen .226 7 .200* .892 7 .287

20 persen .228 7 .200* .902 7 .343

30 persen .163 7 .200* .960 7 .819

tnf.pos kntrl .216 7 .200* .849 7 .119

10 persen .148 7 .200* .925 7 .511

20 persen .326 7 .023 .869 7 .183

30 persen .220 7 .200* .891 7 .281

Page 121: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

121

Tests of Normality

klp

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kol.pos kntrl .197 7 .200* .930 7 .555

10 persen .163 7 .200* .974 7 .924

20 persen .153 7 .200* .952 7 .744

30 persen .185 7 .200* .967 7 .877

hdl.pos kntrl .213 7 .200* .941 7 .647

10 persen .241 7 .200* .937 7 .609

20 persen .255 7 .187 .859 7 .147

30 persen .170 7 .200* .980 7 .958

ldl.pos kntrl .244 7 .200* .872 7 .193

10 persen .181 7 .200* .951 7 .739

20 persen .202 7 .200* .919 7 .461

30 persen .182 7 .200* .920 7 .471

tg.pos kntrl .201 7 .200* .905 7 .363

10 persen .226 7 .200* .892 7 .287

20 persen .228 7 .200* .902 7 .343

30 persen .163 7 .200* .960 7 .819

tnf.pos kntrl .216 7 .200* .849 7 .119

10 persen .148 7 .200* .925 7 .511

20 persen .326 7 .023 .869 7 .183

30 persen .220 7 .200* .891 7 .281

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 122: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

122

Analisis antar kelompok ( Uji One way Anova) ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

kol.pre Between Groups 203.000 3 67.667 1.043 .391

Within Groups 1556.857 24 64.869 Total 1759.857 27

hdl.pre Between Groups 11.250 3 3.750 .530 .666 Within Groups 169.714 24 7.071 Total 180.964 27

ldl.pre Between Groups 771.821 3 257.274 2.740 .065 Within Groups 2253.143 24 93.881 Total 3024.964 27

tg.pre Between Groups 278.679 3 92.893 2.270 .106 Within Groups 982.286 24 40.929 Total 1260.964 27

tnf.pre Between Groups .001 3 .000 1.500 .240 Within Groups .006 24 .000 Total .007 27

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

kol.pos Between Groups 57454.393 3 19151.464 1990.994 .000

Within Groups 230.857 24 9.619 Total 57685.250 27

hdl.pos Between Groups 1200.964 3 400.321 184.764 .000 Within Groups 52.000 24 2.167 Total 1252.964 27

ldl.pos Between Groups 4449.536 3 1483.179 227.349 .000 Within Groups 156.571 24 6.524 Total 4606.107 27

tg.pos Between Groups 69303.536 3 23101.179 488.422 .000 Within Groups 1135.143 24 47.298 Total 70438.679 27

tnf.pos Between Groups .033 3 .011 62.834 .000 Within Groups .004 24 .000 Total .037 27

Page 123: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

123

Uji Komparasi Pre-Post

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 tnf.pre .2010 28 .01565 .00296

tnf.pos .1469 28 .03719 .00703

Pair 2 kol.pre 211.93 28 8.073 1.526

kol.pos 136.25 28 46.222 8.735

Pair 3 hdl.pre 22.96 28 2.589 .489

hdl.pos 33.46 28 6.812 1.287

Pair 4 ldl.pre 112.54 28 10.585 2.000

ldl.pos 87.68 28 13.061 2.468

Pair 5 tg.pre 207.96 28 6.834 1.291

tg.pos 125.89 28 51.077 9.653

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Lower Upper

Pair 1 tnf.pre - tnf.pos

.05407 .03836 .00725 .03920 .06895 7.458 27 .000

Pair 2 kol.pre - kol.pos 75.679 49.270 9.311 56.574 94.783 8.128 27 .000

Pair 3 hdl.pre - hdl.pos

-10.500 7.391 1.397 -13.366 -7.634 -7.517 27 .000

Pair 4 ldl.pre - ldl.pos

24.857 20.268 3.830 16.998 32.716 6.490 27 .000

Pair 5 tg.pre - tg.pos 82.071 52.991 10.014 61.524 102.619 8.195 27 .000

Page 124: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

124

Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

tnf.pre 1.837 3 24 .167

tnf.pos 1.194 3 24 .333

kol.pre 1.226 3 24 .322

kol.pos 1.186 3 24 .336

hdl.pre .453 3 24 .718

hdl.pos 1.537 3 24 .231

ldl.pre 1.737 3 24 .186

ldl.pos 1.334 3 24 .287

tg.pre 1.020 3 24 .401

tg.pos 1.112 3 24 .364

Uji Beda Nyata Terkecil (LSD)

Multiple Comparisons

LSD

Dependent

Variable (I) klp (J) klp

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

tnf.pos kntrl 10 persen .06343* .00709 .000 .0488 .0781

20 persen .07071* .00709 .000 .0561 .0853

30 persen .09243* .00709 .000 .0778 .1071

10 persen kntrl -.06343* .00709 .000 -.0781 -.0488

20 persen .00729 .00709 .314 -.0073 .0219

30 persen .02900* .00709 .000 .0144 .0436

20 persen kntrl -.07071* .00709 .000 -.0853 -.0561

10 persen -.00729 .00709 .314 -.0219 .0073

30 persen .02171* .00709 .005 .0071 .0363

Page 125: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

125

30 persen kntrl -.09243* .00709 .000 -.1071 -.0778

10 persen -.02900* .00709 .000 -.0436 -.0144

20 persen -.02171* .00709 .005 -.0363 -.0071

kol.pos kntrl 10 persen 60.000* 1.658 .000 56.58 63.42

20 persen 92.286* 1.658 .000 88.86 95.71

30 persen 122.143* 1.658 .000 118.72 125.56

10 persen kntrl -60.000* 1.658 .000 -63.42 -56.58

20 persen 32.286* 1.658 .000 28.86 35.71

30 persen 62.143* 1.658 .000 58.72 65.56

20 persen kntrl -92.286* 1.658 .000 -95.71 -88.86

10 persen -32.286* 1.658 .000 -35.71 -28.86

30 persen 29.857* 1.658 .000 26.44 33.28

30 persen kntrl -122.143* 1.658 .000 -125.56 -118.72

10 persen -62.143* 1.658 .000 -65.56 -58.72

20 persen -29.857* 1.658 .000 -33.28 -26.44

hdl.pos kntrl 10 persen -9.000* .787 .000 -10.62 -7.38

20 persen -12.571* .787 .000 -14.20 -10.95

30 persen -18.000* .787 .000 -19.62 -16.38

10 persen kntrl 9.000* .787 .000 7.38 10.62

20 persen -3.571* .787 .000 -5.20 -1.95

30 persen -9.000* .787 .000 -10.62 -7.38

20 persen kntrl 12.571* .787 .000 10.95 14.20

10 persen 3.571* .787 .000 1.95 5.20

30 persen -5.429* .787 .000 -7.05 -3.80

30 persen kntrl 18.000* .787 .000 16.38 19.62

10 persen 9.000* .787 .000 7.38 10.62

20 persen 5.429* .787 .000 3.80 7.05

ldl.pos kntrl 10 persen 12.429* 1.365 .000 9.61 15.25

20 persen 24.571* 1.365 .000 21.75 27.39

30 persen 33.429* 1.365 .000 30.61 36.25

Page 126: MENURUNKAN KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA

126

10 persen kntrl -12.429* 1.365 .000 -15.25 -9.61

20 persen 12.143* 1.365 .000 9.33 14.96

30 persen 21.000* 1.365 .000 18.18 23.82

20 persen kntrl -24.571* 1.365 .000 -27.39 -21.75

10 persen -12.143* 1.365 .000 -14.96 -9.33

30 persen 8.857* 1.365 .000 6.04 11.67

30 persen kntrl -33.429* 1.365 .000 -36.25 -30.61

10 persen -21.000* 1.365 .000 -23.82 -18.18

20 persen -8.857* 1.365 .000 -11.67 -6.04

tg.pos kntrl 10 persen 78.857* 3.676 .000 71.27 86.44

20 persen 113.143* 3.676 .000 105.56 120.73

30 persen 129.000* 3.676 .000 121.41 136.59

10 persen kntrl -78.857* 3.676 .000 -86.44 -71.27

20 persen 34.286* 3.676 .000 26.70 41.87

30 persen 50.143* 3.676 .000 42.56 57.73

20 persen kntrl -113.143* 3.676 .000 -120.73 -105.56

10 persen -34.286* 3.676 .000 -41.87 -26.70

30 persen 15.857* 3.676 .000 8.27 23.44

30 persen kntrl -129.000* 3.676 .000 -136.59 -121.41

10 persen -50.143* 3.676 .000 -57.73 -42.56

20 persen -15.857* 3.676 .000 -23.44 -8.27

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.