alpha selulosa

85
PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN) Oleh INDRA HARIMURTI SARTONO PRABOWO A34104063 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: cindy-carnella

Post on 13-Aug-2015

197 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: alpha selulosa

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO

LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN)

Oleh INDRA HARIMURTI SARTONO PRABOWO

A34104063

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 2: alpha selulosa

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis . Jacq) di PT. ERAMITRA AGRO

LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI

(DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

INDRA HARIMURTI SARTONO PRABOWO

A 34104063

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 3: alpha selulosa

RINGKASAN

INDRA HARIMURTI SARTONO PRABOWO. Pengelolaan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Eramitra Agro Lestari, Bakrie Sumatera Plantation, Jambi (Dengan Aspek Khusus Pemanenan). Dibawah bimbingan PURWONO. Kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 14 Februari 2008 dan berakhir pada tanggal 7 Juni 2008 di PT Eramitra Agro Lestari, Bakrie Sumatera Plantation, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan pengetahuan yang telah diterima selama perkuliahan dengan penerapan langsung di lapangan, menambah pengalaman serta meningkatkan kemampuan, baik teknis maupun manajerial dan meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses kerja yang nyata. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah melakukan pengamatan, mengimplementasi serta melatih berpikir sistematis dalam mencari alternatif pemecahan masalah yang mungkin ditemukan dalam kegiatan pemanenan dan memberi masukan kepada pihak kebun untuk mengatasi masalah yang terjadi pada kebun yang berkaitan dengan kegiatan panen. Dalam pelaksanaan kegiatan magang, mahasiswa melakukan beberapa kegiatan yang terdiri dari aspek teknis, aspek khusus dan aspek manajerial. Aspek teknis kegiatan magang yang dilakukan meliputi: kegiatan pemeliharaan dan pemanenan. Dalam kegiatan pemanenan terdapat aspek khusus yang diamati yang meliputi: kegiatan sensus buah, kriteria matang panen dan mutu buah serta perhitungan angka kerapatan panen (AKP). Aspek manajerial yang dilaksanakan mahasiswa meliputi: satu bulan pertama menjadi KHL (karyawan harian lepas), satu bulan menjadi pendamping mandor, dan dua bulan menjadi pendamping asisten. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapang dan wawancara langsung dengan tenaga kerja. Data sekunder diperoleh dari kebun yang meliputi: lokasi kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja di lapangan, serta organisasi dan manajemen kebun. Kebun EMAL memiliki keadaan topografi datar sampai bergelombang. Jenis tanah yang mendominasi adalah tanah mineral Padsolik Merah Kuning. Keadaan iklim di kebun EMAL termasuk kategori iklim sangat basah (tipe A) menurut Scmidth dan Ferguson. Kebun EMAL tergolong dalam kelas kesesuaian lahan S2 (agak sesuai). Produksi dan produktivitas kelapa sawit per tahun tanam di kebun EMAL dalam lima tahun terakhir (2003 – 2007) mengalami peningkatan. Keadaan jalan rusak akibat curah hujan yang tinggi dan kurangnya fasilitas bekerja mengakibatkan kegiatan pemanenan, pemeliharaan dan transportasi panen menjadi terhambat dan tidak maksimal. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan jalan secara menyeluruh dan kelengkapan fasilitas bekerja. Kegiatan pemeliharaan di kebun EMAL secara umum sudah berjalan baik dan lancar. Keadaan topografi yang cukup curam dan beberapa tajuk tanaman terlampau tinggi di beberapa areal mengakibatkan kegiatan pemeliharaan menjadi terhambat.

Page 4: alpha selulosa

Secara umum jumlah tenaga pemanen divisi III sudah mencukupi. Tetapi masih banyak dijumpai kualitas hasil panen yang rendah yang ditunjukkan dengan masih cukup banyaknya jumlah buah kurang matang terpanen dan tandan bergagang panjang. Banyaknya pemanen memotong buah kurang matang disebabkan para pemanen ingin mengejar basis dan premi panen. Kondisi ini disebabkan angka kerapatan panen divisi III rendah. Diperlukan pengurangan basis panen agar para pemanen tidak memotong buah mentah dan kurang matang. Basis panen dapat ditentukan berdasarkan angka kerapatan panen kebun. Jumlah tandan bergagang panjang yang dipanen di divisi III masih cukup banyak. Hal ini disebabkan pengawasan panen yang kurang teliti sehingga diperlukan pengawasan panen yang lebih ketat.

Page 5: alpha selulosa

Judul : PENGELOLAAN PEMANENAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO

LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION,

PEMATANG KULIM, JAMBI (DENGAN ASPEK

KHUSUS PEMANENAN)

Nama Mahasiswa : Indra Harimurti Sartono Prabowo

Nomor Pokok : A 34104063

Program Studi : Agronomi

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

NIP. 131 124 018

Ir. Purwono, MS

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

NIP : 131 124 019

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr.

Page 6: alpha selulosa

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 22 maret 1986.

Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara dari Bapak Haryadi dan Ibu

Sri wahyuningsih.

Tahun 1998 penulis menyelesaikan bangku pendidikan Sekolah Dasar

selama 6 tahun di SD. Letjen S. Prapto, Panca Arga, Magelang. Pada tahun 2001

lulus dari SLTPN 7 Magelang. Tahun 2004 penulis lulus dari SMA 1 Magelang.

Tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor

melalui jalur SPMB pada Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya

Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah

bergabung dalam OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Magelang Institut

Pertanian Bogor.

Page 7: alpha selulosa

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengelolaan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di PT.

Eramitra Agro Lestari, Bakrie Sumatera Plantation (Dengan Aspek Khusus

Pemanenan)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis

selesaikan. Dan secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

• Ayahanda Haryadi dan Ibunda Sri Wahyuningsih tercinta, beserta adik –

adik tersayang yang selalu memberikan kasih sayang tak terbatas

sepanjang masa kepada penulis.

• Ir. Purwono, MS. selaku dosen pembimbingan yang telah memberikan

saran, bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi.

• Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M Agr. selaku dosen pembimbing akademik

penulis

• Bapak Sugiyanto, Ibu Nunuk, Nur Fajri Rahmawati beserta adik – adik

tersayang di Magelang, terima kasih atas kasih sayang dan motivasi hidup

yang diberikan kepada penulis.

• Rekan - rekan satu perjuangan selama di Bogor dan Jambi, Agronomer’s

41, anak - anak kostan Arjuna dan kostan Kumbang terima kasih atas

kebersamaan dan kekompakan kita selama 4 tahun ini.

Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah

membantu penulis selama menjalani masa perkuliahan di IPB dan magang di

Jambi. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang

berharga bagi kita semua baik saat ini maupun di saat yang akan datang. Amin.

Bogor, Januari 2009

Penulis

Page 8: alpha selulosa

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................... i

DAFTAR TABEL .................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Tujuan ....................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4

2.1. Botani Kelapa Sawit .................................................................. 4

2.2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit .................................................... 5

2.3. Pemeliharan Tanaman Kelapa Sawit ......................................... 5

2.4. Pemanenan Kelapa Sawit .......................................................... 5

BAB III. METODOLOGI. ..................................................................... 8

3.1. Waktu dan Tempat .................................................................... 8

3.2. Metode Pelaksanaan .................................................................. 8

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI KEBUN ..................................... 15

4.1. Lokasi Kebun ............................................................................ 15

4.2. Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim ......................................... 15

4.3. Areal Konsesi danTata Guna Lahan ........................................... 15

4.4. Keadaan Tanaman, Produksi dan Produktivitas Kebun .............. 16

4.5. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .................................. 17

BAB V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .............................. 20

5.1. Aspek Teknis ..................................................................................... 20

5.1.1. Kegiatan Pemeliharaan .................................................................... 20

5.1.1.1. Pengendalian Gulma Tanaman Menghasilkan ...................... 20

5.1.1.2. Pengendalian Ulat Api ......................................................... 26

5.1.1.3. Pemupukan ......................................................................... 31

5.1.1.4. Perawatan Jalan ................................................................... 35

5.1.2. Pemanenan ...................................................................................... 36

5.1.2.1. Persiapan Panen ................................................................... 36

Page 9: alpha selulosa

5.1.2.2. Pelaksanaan Panen ............................................................... 45

5.1.2.3. Basis dan Premi Panen ......................................................... 47

5.1.2.4. Pengawasan dan Denda Panen ............................................. 50

5.1.2.5. Organisasi Panen ................................................................. 51

5.1.2.6. Administrasi Panen .............................................................. 52

5.1.2.7. Transportasi Panen .............................................................. 53

5.1.3. Pengolahan Kelapa Sawit ................................................................ 54

5.2. Aspek Manajerial ............................................................................... 56

5.2.1. Pendamping Mandor............................................................... 57

5.2.2. Pendamping Asisten ............................................................... 61

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 62

7.1. Kesimpulan ............................................................................... 62

7.2. Saran ......................................................................................... 63

BAB VII. DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 65

LAMPIRAN ............................................................................................ 66

Page 10: alpha selulosa

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Tingkat Kematangan Tandan Kelapa Sawit ................................... 6

2. Tata Guna Lahan PT. EMAL 2008 ................................................ 16

3. Produksi TBS PT. EMAL per Tahun Tanam ................................. 17

4. Produktivitas TBS PT. EMAL per Tahun Tanam ........................... 17

5. Jumlah Karyawan PT. EMAL Bulan April 2008 ............................ 19

6. Kategori Tingkat Serangan Ulat Api di PT. EMAL........................ 27

7. Basis Tugas dan Premi Pemupukan Berdasarkan Dosis ................. 34

8. Pengamatan Sensus Buah Blok J Tahun Tanam 1994 .................... 37

9. Perbandingan Luas Perhitungan dengan Luas Aktual Kapel Panen ............................................................................................ 38

10. Peralatan Panen di Kebun EMAL .................................................. 41

11. Pengamatan Kriteria Matang Panen Berdasarkan Fraksi Panen ............................................................................................ 42

12. Jumlah Buah Bergagang Panjang................................................... 43

13. Pengamatan Angka Kerapatan Panen............................................. 44

14. Rekapitulasi Angka Kerapatan Panen ............................................ 44

15. Basis dan Premi Over Basis Panen Tahun 2008 ............................. 48

Lampiran

1. Jurnal Harian Sebagai KHL ........................................................... 67

2. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor .................. 68

3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten ................... 69

4. Kelas Kesesuaian Lahan PT. EMAL .............................................. 70

5. Data Curah Hujan PT Eramitra Agro Lestari pada 10 Tahun Terakhir ........................................................................................ 71

6. Nota Angkut Buah (NAB) ............................................................. 72

Page 11: alpha selulosa

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Pengamatan Sensus Buah ................................................................. 10

2. Pengamatan Angka Kerapatan Panen ............................................... 12

3. Kegiatan Pembabadan ...................................................................... 21

4. Kegiatan Menyemprot Gawangan .................................................... 24

5. Kegiatan Menyemprot Piringan ....................................................... 25

6. Ulat Api Sethosea asigna ................................................................. 26

7. Gejala Serangan Ulat Api................................................................. 27

8. Penyemprotan Ulat Api dengan Knapsack ....................................... 28

9. Injeksi Batang ................................................................................. 29

10. a. Jamur Cordyceps .......................................................................... 31

b. Bunga Turnera subulata .............................................................. 31

11. Kegiatan Pemupukan ...................................................................... 32

12. Kegiatan Panen TBS ........................................................................ 46

13. Muat TBS Menggunakan Truk Buah................................................ 53

Lampiran

1. Peta Kebun Eramitra Agro Lestari ................................................... 73

2. Struktur Organisasi PT Eramitra Agro Lestari .................................. 74

Page 12: alpha selulosa

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elais Guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan devisa negara

melalui minyak sawit dan minyak inti sawit. Dengan berkurangnya peranan

minyak dan gas bumi dalam menghasilkan devisa dan pendapatan negara maka

peranan komoditas di sub sektor perkebunan sangat dirasakan pentingnya. Kelapa

sawit merupakan pilihan yang tepat untuk dikembangkan sebagai sumber devisa

negara. Kelapa sawit banyak diminati oleh para investor karena mempunyai

prospek yang cukup tinggi (Fauzi et al. 2002).

Indonesia pada tahun 2007 merupakan produsen kelapa sawit terbesar di

dunia dengan produksi sebesar 17.00 juta ton dan tahun 2008 diperkirakan

Indonesia akan tetap menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan

estimasi produksi sebesar 18.60 juta ton. Saat ini sebanyak 85% lebih pasar dunia

kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia (Pahan, 2006).

Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia tahun 2004 sebesar 12 juta ton

yaitu 39,1 % dari total produksi dunia, sedangkan ekspor CPO sebesar 35,1 %

dengan volume 8,6 juta ton. Begitu juga dengan luas areal pertanaman kelapa

sawit yang mengalami peningkatan selama periode 2000-2005. Pada tahun 2000

luas areal sebesar 4 158 077 ha meningkat menjadi 5 597 158 ha pada tahun 2005.

Tahun 2006 terjadi kenaikan yang signifikan pada peningkatan produksi minyak

sawit menjadi 17,75 juta ton, ekspor CPO sebesar 39,18 % dengan volume 12,1

juta ton, dan luas areal pertanaman kelapa sawit menjadi 6 074 926 ha (Direktorat

Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2006).

Kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat sebagai akibat

pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik bruto. Jumlah

penduduk di negara-negara kawasan Timur-Jauh sekitar 3.2 milyar atau 50% dari

penduduk dunia. Di daerah inilah, tingkat pertumbuhan ekonomi pada saat ini

hingga tahun 2010 merupakan yang paling tinggi. Selain itu, konsumsi minyak

per kapita penduduk di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara juga masih jauh

Page 13: alpha selulosa

di bawah rata-rata penggunaan minyak nabati dan lemak per kapita per tahun

penduduk dunia (Pahan, 2006).

Panen merupakan salah satu kegiatan yang paling penting pada pengelolaan

tanaman kelapa sawit menghasilkan disamping transportasi. Selain bahan tanam

yang baik dan pemeliharaan tanaman, panen juga salah satu faktor yang paling

penting dalam menampung produksi, keberhasilan panen akan menunjang

pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Sebab potensi produksi yang

tinggi juga tidak ada artinya jika eksploitasi hasil tidak dilakukan secara optimal.

Produksi minyak CPO di suatu kebun dapat menunjukkan tingkat hasil

yang dicapai sudah maksimal atau belum. Hasil yang maksimal hanya dapat

dicapai jika kehilangan (losses) minimal. Sumber-sumber kerugian produksi di

lapangan ialah panen buah mentah, buah matang tertinggal di pokok (tidak

dipanen), brondolan tidak dikutip, serta buah di TPH tidak terangkut ke PKS.

Mengutip hasil panen, transportasi dan pengolahan merupakan suatu rangkaian

mata rantai yang harus dilaksanakan secara terpadu karena kepentingannya yang

saling mempengaruhi.

Dalam industri perkebunan kelapa sawit pengelolaan panen merupakan

salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas (asam lemak bebas atau

FFA) dan kuantitas (ekstraksi) produktivitas kebun. Sistem panen bertujuan untuk

memperoleh rendemen minyak yang tinggi serta mutu minyak yang baik. Tujuan

tersebut dapat tercapai apabila ketentuan panen yang telah ditetapkan oleh

perusahaan dapat dijalankan dengan baik oleh seluruh anggota kebun dan untuk

mengawasi jalannya ketentuan tersebut maka diperlukan suatu pengelolaan panen

yang baik.

Pengelolaan panen yang baik adalah manajemen yang dapat menciptakan

keharmonisan di antara kegiatan panen, pengangkutan tandan buah segar (TBS)

dan brondolan, dan pengolahan hasil kelapa sawit. Apabila di antara ketiga

kegiatan tersebut telah tercipta suatu hubungan kerja yang erat maka akan

menciptakan suatu hasil kualitas dan kuantitas yang baik dari hasil kebun

perusahaan tersebut.

Page 14: alpha selulosa

1.2. Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan pengetahuan yang

telah diterima selama perkuliahan dengan penerapan langsung di lapangan,

menambah pengalaman serta meningkatkan kemampuan, baik teknis maupun

manajerial dan meningkatkan keterampilan dalam memahami proses kerja yang

nyata. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah melakukan pengamatan,

mengimplementasi serta melatih berpikir sistematis dalam mencari alternatif

pemecahan masalah yang mungkin ditemukan dalam kegiatan pemanenan dan

memberi masukan kepada pihak kebun untuk mengatasi masalah yang terjadi

pada kebun yang berkaitan dengan kegiatan panen.

Page 15: alpha selulosa

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Kelapa Sawit

Menurut Semangun dan Mangoensokardjo (2003), upaya klasifikasi

kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu (abad ke-16) dan

dilanjutkan ke abad-abad selanjutnya. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan

dan teknologi diperoleh data dan informasi baru untuk para ahli dalam melakukan

perubahan, penyesuaian dan pembetulan. Taksonomi kelapa sawit yang umum

sekarang adalah sebagai berikut :

Divisi : Tracheophyta

Subdivisi : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Subkelas : Monocotyledoneae

Ordo : Arecales

Famili : Palmae (Arecaceae)

Subfamili : Cocoidae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang mempunyai fungsi sebagai

penyerap unsur hara dan respirasi tanaman serta sebagai penyangga berdirinya

tanaman. Tanaman kelapa sawit dewasa memiliki 8 000 – 10 000 akar primer

yang panjangnya 15 – 20 meter dari dasar batang dengan diameter 4 – 10 mm.

Sebagian besar tumbuh mendatar sekitar 20 – 60 cm di bawah permukaan tanah.

Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium dan tidak bercabang. Batang

kelapa sawit berfungsi sebagai penyangga tajuk dan sebagai jalan pengangkutan

air dan hara (zat makanan) dari akar ke seluruh bagian tanaman dan jalan

pengangkutan hasil asimilasi dari daun ke seluruh bagian tanaman serta sebagai

tempat menyimpan bahan makanan atau zat-zat cadangan makanan. Pertumbuhan

batang kelapa sawit tidak terbatas selama masa hidupnya, tetapi menurut

pertimbangan ekonomisnya hanya sampai berumur 25 tahun atau mencapai

ketinggian 10 – 11 m (Lubis et al. , 1989).

Page 16: alpha selulosa

2.2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah curah hujan, suhu udara,

kelembaban udara, dan radiasi matahari. Curah hujan yang tinggi menurunkan

radiasi matahari karena cuaca banyak berawan. Tanaman kelapa sawit akan

tumbuh baik pada ketinggian 0 – 400 m dpl. Kelapa sawit menghendaki iklim

dengan curah hujan antara 2 000 – 2 500 mm per tahun, dengan jumlah bulan

kering dalam satu tahun 1 – 2 bulan. Suhu udara rata-rata 22 – 33o

Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di

wilayah tropika. Sebagian besar dari lahan-lahan yang dipakai untuk usaha tani

kelapa sawit termasuk jenis-jenis tanah Organosol, Regosol, Andosol, Aluvial,

Latosol, Podsolik Merah Kuning, dan Podsolik Coklat. Tanah yang baik untuk

pertumbuhan kelapa sawit adalah tanah yang memiliki pH netral, lapisan tanah

dalam (tebal solum 80 cm), tekstur ringan, perkembangan struktur baik dan

memiliki kandungan unsur hara yang tinggi (Lubis et al. , 1989).

C. Kelembapan

udara 50 – 90 % dengan kelembapan udara optimal 80 %.

2.3. Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang

sangat penting dan sangat menentukan produksi kelapa sawit. Pemeliharaan

tersebut juga ditujukan terhadap media tumbuh (tanah) agar tidak terjadi

kerusakan atau kemiskinan unsur hara. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit

meliputi beberapa aspek, yaitu penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah,

pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama penyakit, penunasan,

kastrasi dan penyerbukan buatan.

2.4. Pemanenan Kelapa Sawit

Sasaran atau tujuan panen kelapa sawit adalah mendapatkan minyak dan

inti sebanyak-banyaknya. Panen adalah suatu kegiatan memotong tandan buah

matang panen serta mengumpulkan brondolannya, kemudian mengangkut tandan

buah serta brondolan ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Kriteria matang panen

ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging buah dan

kandungan asam lemak bebas (ALB) serendah mungkin. Untuk memperoleh mutu

panen yang baik perlu diperhatikan derajat kematangan buah, hal ini dapat

Page 17: alpha selulosa

berpengaruh terhadap rendemen minyak dan kandungan ALB (Lubis et al. ,

1989). Tingkat kematangan tandan yaitu persentase buah luar yang memberondol

dengan kiteria dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Kematangan Tandan Kelapa Sawit

Fraksi Kriteria kematangan Derajat kematangan 00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah 0 Satu brondolan sampai 12.5 % dari buah luar Mentah 1 12.5 – 25 % buah luar membrondol Kurang matang 2 25 – 50 % buah luar membrondol Matang I 3 50 – 75 % buah luar membrondol Matang II 4 75 – 100 % buah luar membrondol Lewat matang I 5 Buah dalam ikut memberondol Lewat matang II

Sumber : Lubis (1992)

Kerapatan panen adalah perkiraan jumlah pohon yang dapat dipanen dari

seluruh pohon yang ada dalam blok, dihitung secara acak dari sejumlah pohon

tertentu dalam blok tersebut. Kerapatan panen tersebut akan digunakan untuk

meramalkan produksi, kebutuhan pemanen, kebutuhan angkutan dan pengolahan

TBS pada esok harinya (Yahya, 1990).

Rotasi panen adalah lamanya waktu antara satu panen dengan panen

berikutnya dalam satu kapel panen tertentu. Kapel adalah luasan areal yang

dipanen dalam sekali panen oleh beberapa pemanen. Setiap afdeling biasanya

dibagi menjadi beberapa kapel panen yang jumlahnya sesuai dengan jumlah hari

panen dalam satu rotasi panen.

Sistem panen terdiri dari dua, yaitu ancak tetap dan ancak giring. Ancak

tetap adalah setiap pemanen diberi ancak panen yang sama dengan luasan tertentu

dan harus selesai pada hari itu. Ancak giring adalah setiap pemanen diberikan

ancak per baris tanaman dan digiring bersama-sama (Koedadiri et al. , 2005).

Tenaga panen jumlahnya harus disiapkan agar pemanenan dapat

diselesaikan dalam satu hari. Apabila panen tidak sesuai, buah yang telah matang

akan lewat matang pada rotasi berikutnya. Jumlah pemanen yang dibutuhkan

dapat ditentukan dari kapsitas panen. Kapasitas panen tergantung pada kerapatan

panen dan keadaan lahan (topoprafi) tempat pemanen. Untuk menghitung

kebutuhan tenaga kerja pemanen buah dapat menggunakan rumus:

Page 18: alpha selulosa

Kebutuhan tenaga pemanen = 𝐀𝐀 𝐱𝐱 𝐁𝐁 𝐱𝐱 𝐂𝐂 𝐱𝐱 𝐃𝐃𝐄𝐄

Keterangan :

A = Luas ancak (kappel) yang akan dipanen (ha)

B = Kerapatan panen

C = Rata-rata berat buah

D = Populasi tanaman/ha

E = Kapasitas panen/HK

Pengangkutan tandan buah segar (TBS) adalah kegiatan pengangkutan dari

tempat pengumpulan hasil (TPH) di lapangan ke pabrik. Tandan buah segar yang

dipanen harus diangkut dan sampai ke pabrik kelapa sawit pada hari itu juga

maksimum 12 jam setelah panen. Hal ini bertujuan agar minyak yang dihasilkan

dari buah tersebut mempunyai mutu yang baik. Untuk tercapainya tujuan ini harus

didukung dengan sarana jalan yang baik dan sarana angkutan yang cukup,

sehingga kemungkinan buah menginap di kebun tidak terjadi. Kebutuhan alat

angkut ini tergantung dari jumlah alat angkut, kapasitas alat angkutnya dan jarak

tempuh dari lapangan sampai ke pabrik. Karena bila buah yang telah dipanen

sampai menginap pada hari itu juga, maka akan terjadi perubahan mutu minyak

yaitu meningkatnya asam lemak bebas (Tim Penyusun Vademecum, 1993).

Pemberian premi panen bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil panen

dan meningkatkan pendapatan karyawan sesuai dengan jumlah dan mutu yang

diperoleh. Premi panen diberikan kepada pemanen yang memperoleh panenan

melebihi target.

Pemeriksaan hasil panen dilakukan di lapangan dan di TPH. Pemeriksaan

di lapangan meliputi: pemeriksaan tandan matang tidak panen, tandan dipanen

tidak terkumpul, brondolan tertinggal di piringan pohon/ jalan pikul, dan buah

tertinggal di pelepah. Pemeriksaan di TPH meliputi: pemeriksaan tandan mentah,

cangkem kodok (huruf V), susunan tandan dan kebersihan brondolan.

Page 19: alpha selulosa

BAB III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan. Praktik dimulai dari

tanggal 14 Februari 2008 sampai dengan 7 Juni 2008 di kebun Eramitra

Agrolestari (EMAL), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Pematang Kulim,

Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi.

3.2. Metode Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan kegiatan magang, beberapa kegiatan yang

dilaksanakan antara lain: aspek teknis, aspek manajerial dan aspek khusus.

3.2.1. Aspek teknis kegiatan magang

Aspek teknis kegiatan magang yang dilakukan meliputi:

3.2.1.1. Pemeliharaan

a) Pengendalian gulma tanaman menghasilkan

Kegiatan pengendalian gulma tanaman menghasilkan meliputi

pengendalian gulma secara manual dan secara kimia. Dalam kegiatan ini

mempelajari dan mempraktikkan cara pengendalian gulma secara manual dan

kimia, mempelajari macam – macam jenis gulma yang dikendalikan, peralatan

yang digunakan, dosis herbisida yang digunakan dalam pengendalian secara

kimia, cara kerja, jumlah tenaga kerja yang digunakan tiap kegiatan, norma

kerja yang digunakan dan kendala yang dihadapi di lapangan.

b) Pengendalian ulat api

Kegiatan pengendalian ulat api mempelajari jenis ulat api yang menyerang

di kebun EMAL dan cara penanggulangannya, mempelajari alat dan bahan

yang digunakan, cara kerja tiap kegiatan pembrantasan ulat api, jumlah tenaga

kerja yang digunakan, norma kerja yang digunakan, dan kendala yang dihadapi

di lapangan.

Page 20: alpha selulosa

c) Pemupukan

Dalam kegiatan pemupukan mempelajari jenis pupuk yang digunakan,

waktu dan rotasi pemupukan, mekanisme kegiatan pemupukan, dosis tiap jenis

pupuk, norma kerja pemupukan, serta perhitungan premi pupuk.

d) Perawatan jalan

Kegiatan perawatan jalan mempelajari dan melaksanakan secara langsung

kegiatan perawatan jalan dan norma kerja yang digunakan.

3.2.1.2. Pemanenan

Dalam kegiatan pemanenan beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:

persiapan panen, pelaksanaan panen, perhitungan basis dan premi panen,

pengawasan dan denda panen, organisasi panen, administrasi panen, serta

transportasi panen.

a) Persiapan panen

Pada kegiatan persiapan panen mempelajari dan melaksanakan kegiatan

sensus buah, rotasi dan kapel panen, sistem hanca panen, persiapan teknis

lapang, peralatan panen, kriteria matang panen, mutu buah, angka kerapatan

panen (AKP) serta perhitungan tenaga kerja pemanen. Dalam persiapan panen

terdapat aspek khusus yaitu kegiatan sensus buah, kriteria matang panen, mutu

buah dan perhitungan angka kerapatan panen (AKP).

Tempat : Divisi III blok J

Pengamatan sensus buah

Tahun tanam : 1994

Luas areal : 59.84 ha

SPH : 125 pokok/ ha

Total pokok : 7480

BJR : 16.4 kg

Dalam 1 baris tanaman terdapat 29 – 32 pokok sawit

Cara pelaksanaan sensus buah adalah:

• Baris pertama yang dimasuki adalah baris nomor 3 (titik sensus) dari arah

selatan – utara

Page 21: alpha selulosa

Baris 18

• Menentukan jumlah pohon sampelnya antar barisan jaraknya 5 baris dan

dalam baris berselang 5 pohon

• Tiap baris tanaman rata – rata terdapat 6 – 7 pohon sampel (pohon sensus)

yang diamati

• Pengamatan jumlan tandan dalam pohon sampel dimulai dengan

menghitung buah antesis sampai dengan buah mentah (fraksi 0) yang

diperkirakan siap dipanen 1 – 6 bulan berikutnya

• Pengamatan jumlah tandan dilakukan pada tiap pohon sampel dan setelah

selesai menghitung tandan dari pohon sensus, penulis memberi tanda pada

pohon yang telah disensus menggunakan cat putih

o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o

U X o o o o X o o o o o X o o o o X o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o

S o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o

Gambar 1. Pengamatan Sensus Buah Keterangan:

: Gawangan mati

: Pasar pikul

X : Pohon sampel

• 1 blok besar : 240 baris

No. baris contoh : 3,8,13,18,...,238

No. pohon sampel : 5,10,15,20,25,30

Baris 3

Baris 8

Baris 13

Page 22: alpha selulosa

• Cara perhitungan estimasi produksi adalah:

Jumlah tandan dari pokok sampelPokok sampel × Jumlah total pokok × BJR

Pengambilan sampel buah

Kriteria matang panen (berdasarkan fraksi panen)

Tempat : Divisi III

Grup : A dan B

1 grup : Diambil masing – masing 3 pemanen

1 pemanen : Diambil 2 TPH

Total pemanen : 6 pemanen

Total TPH : 12 TPH (TPH no. 2 dan 3)

No. Pemanen : No. 1, 2, 3 (grup A)

No. 19, 20, 21 (grup B)

Cara pelaksanaan : Pencatatan kriteria tandan matang panen dilakukan

dengan menghitung semua buah setelah selesai dipanen dan dikumpulkan

dalam TPH

Tempat : Divisi III

Mutu buah (berdasarkan buah bergagang panjang)

Total TPH : 10 TPH

Cara pelaksanaan : Pengambilan TPH dilakukan acak pada tiap pemanen.

Pengamatan dilakukan setelah para pemanen memanen buah di pohon dan

meletakkannya di TPH. Standar maksimal panjang gagang TBS yang

dipanen di kebun EMAL adalah 3 cm.

Tempat : Divisi III blok K – 23 dan blok L – 25

Perhitungan angka kerapatan panen (AKP)

Tahun tanam : 1994

Luas areal : 17.67 ha (blok K – 23)

: 15.57 ha (blok L – 25)

SPH : 121 pokok/ ha

: 134 pokok/ ha

Page 23: alpha selulosa

Total pokok : 2138 (blok K – 23)

: 2086 (blok L – 25)

Cara pelaksanaan pengamatan AKP:

• Pengamatan dilakukan dengan mengambil pohon sampel dalam satu baris

tanaman dari arah selatan ke utara, tiap baris tanaman terdapat 28 – 32

pohon

• Tiap pohon dalam 1 baris tanaman dijadikan sebagai pohon sampel dan

pengamatan pohon sampel dimulai dari baris ke – 5

• Jarak antar baris yang diamati adalah 10 baris

• Dalam pohon sampel diamati jumlah tandan yang matang dan siap dipanen

o X o o o o X o o o o o o o o o o o o X o o o o X o o

U o o o o o o o o o o X o o o o X o o o o o o o o o o o o X o o o o X o o o o o o o o o o o

S o X o o o o X o o o o o o o o o o o o X o o o o X o o o o o o o o o o o o X o o o o X o o

Gambar 2. Pengamatan Angka Kerapatan Panen

Keterangan:

: Gawangan mati X : Pohon sampel

: Pasar pikul

• Jumlah baris

Blok K - 23 : 71 baris

Blok L - 25 : 62 baris

• No. baris contoh : 5,15,25,35,45,55,65

No. pohon contoh : 1,2,3,4,5,...,30

% 100sampelpokok Jumlah

tanamanbaris tiapdalam matangdan Jumlah tanAKP ×=

Baris 15

Baris 5

Page 24: alpha selulosa

b) Pelaksanaan panen

Dalam pelaksanaan panen mempelajari langkah – langkah kerja pemanen

dalam memanen buah serta beberapa hal penting yang harus diperhatikan

pada saat kegiatan panen berlangsung.

c) Perhitungan basis dan premi panen

Mempelajari dan mengetahui cara perhitungan basis dan premi panen yang

diberikan kepada pemanen.

d) Pengawasan dan denda panen

Mempelajari dan mengetahui jenis denda yang berlaku di kebun EMAL

beserta besaran nilai denda yang diberikan kepada pemanen.

e) Struktur organisasi

Mempelajari struktur organisasi panen yang digunakan di kebun EMAL.

f) Administrasi panen

Mempelajari kegiatan administrasi dalam kegiatan panen di kebun EMAL,

mempelajari cara - cara pencatatan nota angkut buah, produksi buah,

laporan harian mandor panen, produksi TBS per hari dan per blok, serta

macam - macam pencatatan administrasi panen di kantor estate.

g) Transportasi panen

Dalam kegiatan transportasi panen mempelajari sistem transportasi dalam

kegiatan panen di kebun EMAL yang meliputi: macam - macam alat

transportasi yang digunakan dalam pengangkutan buah, kapasitas masing -

masing alat angkut transportasi panen, serta kendala yang dihadapi dalam

kegiatan transportasi panen.

3.2.1.3. Pengolahan kelapa sawit

Mahasiswa mempelajari fungsi masing – masing stasiun pengolahan

kelapa sawit yang meliputi: stasiun penerimaan buah, stasiun perebusan

(sterilizer), stasiun pemipilan, stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan

(presser), stasiun pemurnian (clarifier), stasiun pemisahan biji dan kernel, stasiun

pembangkit tenaga, dan stasiun pengolahan limbah (effluent treatment).

Mahasiswa berada di pabrik kelapa sawit kebun EMAL selama 2 hari.

Page 25: alpha selulosa

3.2.2. Aspek manajerial kegiatan magang

Kegiatan aspek manajerial yang diikuti adalah:

a) Satu bulan pertama menjadi KHL (karyawan harian lepas)

Selama menjadi KHL kegiatan yang dilakukan antara lain: kegiatan

pemeliharaan (pengendalian gulma tanaman menghasilkan, pengendalian ulat

api, pemupukan, dan perawatan jalan) dan kegiatan pemanenan (persiapan

panen, pelaksanaan panen, perhitungan basis dan premi panen, pengawasan

dan denda panen, organisasi panen, administrasi panen, serta transportasi

panen).

b) Satu bulan menjadi pendamping mandor

Selama menjadi pendamping mandor, kegiatan yang dilaksanakan adalah

mengabsen dan mengawasi pekerjaan karyawan.

c) Dua bulan menjadi pendamping asisten

Selama menjadi pendamping asisten, kegiatan yang dilaksanakan adalah

mengontrol tiap jenis pekerjaan dan mempelajari administrasi kebun.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data

primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan

lapang dan wawancara langsung dengan tenaga kerja. Data sekunder diperoleh

dari kebun yang meliputi: lokasi kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan

tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja di lapangan, serta

organisasi dan manajemen kebun.

Page 26: alpha selulosa

BAB. IV KONDISI UMUM LOKASI KEBUN

4.1. Lokasi Kebun

Secara administratif PT. Eramitra Agro Lestari, Bakrie Sumatera

Plantation terletak di Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

Jarak dari kota Jambi ke lokasi kebun sekitar 150 Km atau 4 jam perjalanan

melalui darat. Jarak dari Kabupaten Sarolangun ke lokasi kebun sekitar 41 Km

atau 1 jam perjalanan melalui darat.

Secara geografis, lokasi kebun EMAL sebelah utara berbatasan dengan

Desa Pauh, sebelah selatan berbatasan dengan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan

kebun karet masyarakat, sebelah barat berbatasan dengan Desa Lubuk Kepayang,

dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Gurun Tuo dan Desa Gurun Mudo.

4.2. Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim

Kondisi lahan Kebun EMAL memiliki topografi datar sampai

bergelombang dengan kemiringan lahan 0 – 30 % dengan ketinggian tempat

mencapai 50 – 100 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan hasil survey tinjau

di kebun jenis tanah yang mendominasi kebun EMAL adalah tanah mineral

Padsolik Merah Kuning. Adapun hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan terhadap

sifat fisik dan kimia tanah maka kebun EMAL tergolong dalam kelas kesesuaian

lahan S2 (agak sesuai). Data hasil evaluasi kesesuaian lahan PT. EMAL terlampir

pada Tabel Lampiran 4.

Menurut Scmidth dan Ferguson, keadaan iklim di kebun EMAL termasuk

tipe A ( Q = 10 %) yaitu kategori iklim sangat basah. Rata – rata curah hujan per

tahun dalam 10 tahun terakhir adalah 2 892 mm, rata – rata hari hujan 123 hari/

tahun dengan rata-rata bulan kering 1 bulan/ tahun dan rata-rata bulan basah 10

bulan per tahun. Data curah hujan dalam 10 tahun terakhir (tahun 1998 – 2008)

dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5.

4.3. Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Menurut SK/ HGU, luas lahan yang diizinkan untuk PT. EMAL adalah 10

617 ha. Luas total areal tanaman menghasilkan kebun EMAL adalah 3989.77 ha

yang terdiri dari 6 divisi. Divisi I seluas 484.94 ha, Divisi II seluas 665.12 ha,

Page 27: alpha selulosa

Divisi III seluas 702.91 ha, Divisi IV seluas 699.06 ha, Divisi V seluas 883.33 ha,

dan Divisi VI seluas 590.08 ha seperti yang terlihat pada Gambar Lampiran 1.

Sebelum akhir tahun 2007 kebun EMAL terbagi menjadi 8 divisi, tetapi pada

akhir tahun 2007 dirubah menjadi 6 divisi. Data tata guna lahan kebun EMAL

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tata Guna Lahan PT. EMAL 2008

No. Kategori Luas (ha) 1 Tanaman menghasilkan

TM 94 1 283.74 TM 95 1 447.88 TM 96 259.21 TM 97 564.87 TM 98 232.29 TM 99 191.13 Sisipan 2000 10.65 Total TM 3 989.77

2 TBM 2007 22.50 3 Land clearing 2008 36.91 4 Total areal dapat ditanam ( 1+2+3) 4 049.18 5 6

Total areal tidak ditanam Hutan muda/ tanah kosong

346.99 49.16

7 Areal cadangan 4 420.00 8 Total areal diusahakan ( 4+5 ) 4 396.17 Total SK/ HGU 10 617.00

Sumber: Kantor Estate EMAL 2007

4.4. Keadaan Tanaman, Produksi dan Produktivitas Kebun

Berdasarkan sumber bibitnya, jenis tanaman kelapa sawit yang diusahakan

di PT EMAL adalah varietas Tenera dan Dura. Bibit ini berasal dari PT Socfindo

dan Marihat. Tata tanam yang digunakan adalah tata tanam segitiga sama sisi

dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m.

Produksi dan produktivitas kelapa sawit per tahun tanam di kebun EMAL

dalam lima tahun terakhir (2003 – 2007) mengalami peningkatan. Umumnya

produksi akan tinggi jika pemeliharaan kebun terjaga dengan baik dan keadaan

iklim mendukung tanaman untuk berproduksi. Perkembangan produksi dan

Page 28: alpha selulosa

produktivitas kelapa sawit PT. EMAL per tahun tanam dalam lima tahun terakhir

disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Produksi TBS PT. EMAL per Tahun Tanam

Tahun tanam Luas (ha) Produksi aktual (ton TBS) 2003 2004 2005 2006 2007

1994 1284 18994 20651 22112 25610 28424 1995 1448 23075 24530 26212 29740 30235 1996 259 3070 3274 3789 4035 4429 1997 550 5321 6099 8965 11118 11661 1998 230 1884 2397 4033 4505 4766 1999 55 145 165 325 853 795 Total 3826 52489 57116 65446 75861 80310

Sumber: Kantor Estate EMAL 2007

Tabel 4. Produktivitas TBS PT. EMAL per Tahun Tanam

Tahun Tanam Produktivitas aktual (ton TBS/ ha/ tahun) 2003 2004 2005 2006 2007

1994 14,8 16,1 17,2 19,9 22,1 1995 15,9 16,9 18,1 20,5 20,9 1996 11,8 12,6 14,7 15,6 17,1 1997 9,7 11,1 16,3 20,2 21,2 1998 8,2 10,4 17,5 19,6 20,7 1999 2,6 3,0 5,9 15,5 14,4 Total 13,7 14,9 17,1 19,8 21

Sumber: Kantor Estate EMAL 2007

4.5. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT. Eramitra Agro Lestari merupakan salah satu unit perkebunan yang

dikelola oleh Bakrie Sumatera Plantation. Di tingkat kebun, kekuasaan tertinggi

dipegang oleh seorang GM (General Manager) yang membawahi seorang EM

(Estate Manager) yang bertanggung jawab langsung kepada AM. Dalam

melaksanakan tugasnya, EM dibantu olek 6 orang asisten divisi, 1 orang asisten

gudang, 1 orang asisten traksi dan bengkel, serta satu orang clief clerk (asisten

kantor estate).

Estate manager bertugas mengelola, mengorganisir dan mengendalikan

seluruh unit kegiatan kebun yang bertujuan untuk mencapai target produksi kebun

Page 29: alpha selulosa

dengan efisien. EM bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional dan

administrasi kebun.

Asisten divisi bertanggung jawab langsung terhadap EM atas masing –

masing divisi yang dikelolanya dengan tujuan agar tercapai target produksi

masing – masing divisi yang dikelola dengan biaya serendah – rendahnya. Asisten

divisi bertugas dan bertanggung jawab terhadap kebun dengan melaksanakan

kegiatan operasional dan administrasi divisi secara tertib, pembinaan sumber daya

manusia yang dipimpin dalam divisi, dan pengendalian biaya yang telah

ditetapkan perusahaan. Dalam melaksanakan tugasnya, asisten divisi dibantu oleh

seoran mandor I sebagai orang kepercayaannya. Mandor I dibantu oleh mandor

panen, mandor pupuk, mandor semprot, mandor babad, kerani cek dan kerani

transport. Dalam kegiatan administrasi asisten divisi dibantu oleh seorang kerani

divisi.

Asisten gudang bertanggung jawab terhadap pengadaan dan distribusi

bahan – bahan di gudang yang dikirim dari kantor Jambi. Asisten gudang dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang kepala gudang dan beberapa

pembantu gudang dalam melaksanakan pengawasan dan menghitung segala

macam bahan yang masuk ke gudang (solar, spare part, herbisida, insektisisda,

obat – obatan, dan lain – lain). Dalam kegiatan administrasi gudang asisten

gudang dibantu oleh seorang kerani gudang.

Asisten traksi dan bengkel bertugas mengatur semua yang berhubungan

dengan transportasi di kebun EMAL. Baik transportasi untuk tenaga kerja (staf/

non staf) maupun untuk transportasi yang berhubungan dengan pengangkutan

buah dan produksi. Dalam kegiatan operasional transportasi lapangan, asisten

traksi dan bengkel dibantu oleh seorang kepala traksi yang bertugas untuk

mengatur kelancaran transportasi di kebun. Dalam kegiatan administrasi, asisten

traksi dan bengkel dibantu oleh seorang kerani traksi dan bengkel dalam membuat

laporan administrasi traksi dan bengkel.

Asisten kantor estate (clief clerk) bertugas merekap data kebun baik

harian, bulanan, maupun tahunan. Dalam melaksanakan tugasnya, clief clerk

dibantu oleh seorang kerani produksi untuk bagian produksi dan panen, seorang

kerani upah ( payroll) untuk bagian premi dan gaji karyawan, serta kerani umun

Page 30: alpha selulosa

untuk bagian perawatan dan umum. Data dari masing – masing kerani tersebut

direkap oleh clief clerk.

Karyawan di kebun EMAL terdiri dari 3 golongan, yaitu HIP (Hubungan

Industri Pancasila), SKU (Serikat Kerja Umum), dan KHL (Karyawan Harian

Lepas). Karyawan HIP merupakan karyawan bulanan yang dingkat berdasarkan

prestasi, bila tidak masuk kerja tidak dianggap mangkir dan tidak dipotong gaji.

Karyawan SKU adalah karyawan bulanan yang diangkat berdasarkan lamanya

bekerja, bila tidak masuk kerja dianggap mangkir dan mendapat potongan kerja.

KHL adalah karyawan terikat oleh perusahaan yang hanya mendapatkan upah bila

mereka bekerja dan jika tidak bekerja tidak akan mendapatkan upah.

Tabel 5. Jumlah Karyawan PT. EMAL Bulan April 2008

Jabatan Jumlah (orang) - Staff

Estate Manajer Asisten Divisi Asisten Infrastruktur KaPAM

- Non Staff HIP SKU KHL

1 6 1 1

80 282 476

Total 847 Sumber: Kantor HRD EMAL 2007

Sistem pengupahan di kebun EMAL didasarkan pada golongan. Besarnya

pengupahan HIP dan SKU diatur oleh kantor pusat yang besarnya Rp.24 350,00

per hari. Pengupahan untuk KHL diatur berdasarkan UMR (upah minimum

regional) yang berlaku yaitu sebesar Rp.28 960,00 per hari. Perbedaan lain adalah

HIP dan SKU mendapatkan jatah beras per bulan untuk kebutuhan sendiri dan

keluarga sedangkan KHL tidak mendapatkan jatah beras. PT. EMAL juga

menyediakan fasilitas kesejahteraan bagi karyawannya seperti rumah, pelayanan

kesehatan di klinik kebun, alat transportasi untuk anak sekolah berupa truk dan

mini bus. Struktur organisasi PT. EMAL dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2.

Page 31: alpha selulosa

BAB V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

5.1. Aspek Teknis

5.1.1. Kegiatan pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang diikuti di kebun EMAL diantaranya:

pengendalian gulma tanaman menghasilkan, pengendalian ulat api, pemupukan

dan perawatan jalan.

5.1.1.1. Pengendalian gulma tanaman menghasilkan

Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi

yang tidak diinginkan manusia. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit

dilakukan pada gawangan hidup (pasar pikul) dan piringan. Tetapi tidak semua

gulma harus diberantas. Contoh gulma yang tidak diberantas adalah pakis

nephrolepis biserata. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi penguapan berlebihan

sehingga mendorong timbulnya erosi yang sangat merugikan. Selain itu agar

musuh alami hama pemakan daun dapat hidup dan berkembang di pakis tersebut.

Ada beberapa jenis gulma yang perlu diperhatikan antara lain: ilalang di

piringan dan gawangan, rumput - rumputan di piringan serta anak kayu di

gawangan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif, pembrantasan gulma

dapat dilakukan dengan kombinasi manual dan kimiawi dengan rotasi yang telah

ditentukan.

a) Pengendalian gulma secara manual

Pembabadan (slashing)

Pembabadan merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan

menggunakan parang babad. Kegiatan tersebut dilakukan di gawangan dan

piringan. Jenis gulma yang dominan di gawangan dan pasar pikul antara lain:

Melastoma malabathricum, Clidemia hirta, Axonopus compressus, Gleicheina

linearis (pakis kawat), Nephrolepis biserata (pakis harupat), dan anak sawit

(pentosan).

Kegiatan pembabadan ada 2 macam di PT. EMAL yaitu babad selektif dan

babad rendahan. Babad selektif dilakukan untuk gulma-gulma tertentu saja,

contohnya yaitu anak kayu dan pakis-pakisan. Babad rendahan diperuntukan

Page 32: alpha selulosa

semua jenis gulma pada daerah-daerah rendahan, baik di gawangan maupun

piringan.

Cara kerja pembabadan adalah dengan membabad habis semua gulma

yang tumbuh yang tumbuh pada gawangan dan piringan dengan menggunakan

parang babad. Pembabadan dilakukan setiap orang untuk tiap jalan pikul lalu

pindah ke jalan pikul selanjutnya sampai norma kerja tercapai. Tenaga kerja yang

digunakan dalam kegiatan pembabadan adalah KHL (Karyawan Harian Lepas).

Gambar 3. Kegiatan Pembabadan

Kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pembabadan adalah

keadaan topografi yang cukup curam, sehingga pekerjaan menjadi sulit dan

membutuhkan waktu yang cukup lama. Norma kerja dalam kegiatan pembabadan

adalah 0.6 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 0.6 ha/ HK dan prestasi kerja

mahasiswa adalah 0.5 ha/ HK. Rotasi pembabadan pada tanaman menghasilkan di

PT. EMAL adalah 2 kali dalam 1 tahun.

Rempes jalan

Kegiatan rempes jalan adalah kegiatan mengendalikan gulma di tepi jalan

utama (poros). Kegiatan ini sekaligus bertujuan agar daerah di pinggir jalan utama

lebih rapi dan enak dilihat. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah parang

babad. Kegiatan rempes jalan hanya dilakukan pada tanaman menghasilkan.

Teknik dalam melakukan kegiatan rempes jalan adalah dengan membabad gulma-

gulma yang terdapat di pinggir jalan utama, lalu masuk 1 baris tanaman sampai

tembus jalan utama dan diteruskan ke blok selanjutnya. Norma kerja dalam

Page 33: alpha selulosa

kegiatan ini adalah 5 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 5 ha/ HK dan prestasi

kerja mahasiswa adalah 3 ha/ HK. Jenis gulma-gulma yang dibabad antara lain

Gleicheina linearis (pakis kawat), Clidemia hirta, Cynodon dactylon, Melastoma

malabraticum, dan Cyperus rotundus. Rotasi dalam kegiatan rempes jalan adalah

2 kali setahun.

Dongkel anak kayu (DAK)

Dongkel anak kayu merupakan kegiatan mendongkel anak kayu secara

selektif di sekitar gawangan dan piringan. Jenis gulma yang didongkel antara lain:

Melastoma malabathricum, Clidemia hirta, Lantana camara, Chromolaena

odorata, dan anak sawit (pentosan). Dongkel anak kayu dilakukan dengan cara

mendongkel dan membongkar gulma anak kayu sampai ujung akar dengan

menggunakan cangkul kecil, dengan lebar 14 cm. Pekerja mendongkel semua

gulma yang dijumpai di pasar pikul dan piringan lalu membuangnya di gawangan

mati. Pekerja berjalan sampai ke jalan tengah lalu pindah ke pasar pikul

sebelahnya, demikian seterusnya sampai norma kerja tercapai.

Kendala yang dijumpai dalam kegiatan DAK adalah keadaan topografi

yang cukup curam dan kerapatan gulma yang terlalu rapat, sehingga waktu

pekerjaan menjadi lama dan norma kerja sering tidak tercapai. Norma kerja DAK

adalah 0.5 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 0.5 ha/ HK dan prestasi kerja

mahasiswa 0.25 ha/ HK. Rotasi kegiatan DAK adalah 2 kali dalam setahun untuk

tanaman menghasilkan.

b) Pengendalian gulma secara kimia

Pengendalian gulma secara kimia di kebun EMAL dilakukan dengan

menggunakan herbisida yang mengandung sejumlah bahan aktif metilmetsulfuron

(Ally), paraquat (Gramoxone), fluroxypyr (Starane) dan Isopropilamina glifosat

(SMART). Bahan aktif metilmetsulfuron, Isopropilamina glifosat, dan fluroxypyr

mengandung racun sistemik sedangkan bahan aktif paraquat mengandung racun

kontak. Pengendalian gulma yang dilakukan di PT. EMAL antara lain:

penyemprotan gawangan, penyemprotan piringan, dan penyemprotan sporadis.

Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat semprot punggung knapsack

sprayer tipe Solo berkapasitas 15 liter. Nozzle yang digunakan memiliki kategori

VLV (very low volume) dengan volume semprot 50 - 200 liter/ ha blanket.

Page 34: alpha selulosa

Dalam pelaksanaan kegiatan penyemprotan ada pembagian tenaga kerja.

Tenaga kerja dibagi menjadi tenaga penyemprot larutan herbisida dan tenaga

pelangsir air. Dalam 1 orang tenaga pelangsir air mendampingi 2 orang tenaga

penyemprot. Tenaga pelangsir air bertugas untuk mencari sumber air yang

digunakan untuk mencampur larutan herbisida yang akan digunakan. Tenaga

penyemprot bertugas untuk menyemprot larutan herbisida yang telah diencerkan

dengan air ke gulma – gulma yang akan dikendalikan.

Dalam kegiatan penyemprotan di PT. EMAL tidak dibenarkan dilakukan

semprot total. Hal ini dikarenakan dapat merusak keseimbangan ekosistem

lingkungan. Salah satu contohnya adalah matinya musuh – musuh alami hama

pemakan daun. Permasalahan yang ditemukan di lapangan antara lain: keadaan

topografi yang cukup curam, jauhnya sumber air sehingga mempersulit tenaga

pelangsir air dalam mendapatkan air, dan kurangnya fasilitas keamanan dalam

melakukan kegiatan penyemprotan seperti tidak adanya masker pelindung wajah.

Kendala lain yang ditemukan adalah stok herbisida di gudang terbatas sehingga

rotasi penyemprotan menjadi terlambat dan keadaan cuaca yang tidak menentu.

Apabila hujan, maka semua kegiatan penyemprotan dihentikan dan akan dialihkan

ke pengendalian gulma secara manual.

Tenaga kerja yang dipakai dalam kegiatan penyemprotan adalah KHL

(Karyawan Harian Lepas). Sistem pengupahan dalam kegiatan penyemprotan

adalah sistem HK, dimana setiap KHL mendapatkan UMR (Upah Minimum

Ragional) sebesar Rp 28 960/ hari. Selain itu para KHL juga mendapatkan

tambahan premi sebesar Rp 1 000/ hari.

Penyemprotan gawangan

Kegiatan penyemprotan gawangan merupakan kegiatan pengendalian

gulma secara kimia yang dilakukan di sekitar gawangan hidup maupun gawangan

mati. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut menggunakan campuran herbisida

untuk mengendalikan gulma. Contohnya adalah Gramoxone dicampur Ally

dengan perbandingan 10 liter Gramoxone dan 500 gram Ally dengan dosis

campuran 250 cc/ ha dan volume semprot 30 liter/ ha yang diperuntukkan gulma

berdaun lebar, anak kayu dan pakisan. Dalam tiap areal dosisnya dapat berbeda,

Page 35: alpha selulosa

hal ini dikarenakan kerapatan gulma dan keadaan topografinya yang berbeda tiap

areal.

Gambar 4. Kegiatan Menyemprot Gawangan

Mekanisme kerja dalam penyemprotan gawangan adalah dengan

memasuki jalur tanaman pada pasar pikul sampai di pasar tengah dan dilakukan

penyemprotan diantara 2 baris tanaman dengan ketinggian semprot 30 – 40 cm

diatas permukaan gulma. Setelah itu pindah ke pasar pikul sebelahnya sampai

norma kerja tercapai. Gulma yang dominan pada kegiatan penyemprotan

gawangan adalah anak kayu dan berdaun lebar.

Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah kegiatan panen dan

pemupukan. Para pemanen dapat melangsir TBS ke TPH dengan mudah, karena

jalan di pasar pikul bersih. Selain itu untuk mempermudah para penabur pupuk

dalam kegiatan pemupukan. Norma kerja kegiatan semprot pasar pikul adalah 1.6

ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 1.6 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa

adalah 1 ha/ HK. Rotasi kegiatan ini adalah 2 kali dalam setahun.

Penyemprotan piringan (circle spraying)

Kegiatan penyemprotan piringan merupakan kegiatan pengendalian gulma

tanaman menghasilkan di sekitar piringan kelapa sawit dengan menggunakan

herbisida. Contoh herbisida yang digunakan adalah Smart dengan dosis 250 cc/ ha

dan volume semprot 30 liter/ ha. Herbisida tersebut bersifat sistemik.

Page 36: alpha selulosa

Gambar 5. Kegiatan Menyemprot Piringan

Mekanisme kegiatan penyemprotan pasar pikul adalah dengan

menyemprot gulma yang terdapat dalam piringan pokok sawit yang terdapat

diantara pasar pikul. Setelah piringan yang terdapat diantara satu pasar pikul

selesai disemprot, kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya sampai norma

kerjanya tercapai. Gulma yang dominan dalam piringan ini adalah anak kayu dan

gulma berdaun lebar. Kegiatan penyemprotan pasar pikul dilaksanakan setelah

kegiatan pembabadan selesai dikerjakan, sehingga hasil yang dikerjakan dapat

lebih optimal. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah kegiatan panen

dan pemupukan. Dalam kegiatan panen dapat mempermudah pembrondol dalam

mengutip brondolan dan dalam kegiatan pemupukan mempermudah penabur

pupuk dalam memupuk. Norma kerja kegiatan ini adalah 1.6 ha/ HK. Prestasi

kerja pekerja adalah 1.6 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa 1 ha/ HK. Rotasi

kegiatan penyemprotan piringan yaitu 2 kali dalam setahun.

Penyemprotan sporadis

Kegiatan penyemprotan sporadis merupakan kegiatan pengendalian ilalang

yang sporadis (terpencar – pencar) dengan cara penyemprotan menggunakan

herbisida. Herbisida yang digunakan dalam mengendalikan gulma tersebut adalah

Smart murni berbahan aktif Isopropilamina glifosat dengan dosis 150 cc/ ha dan

volume semprot 30 liter/ ha.

Mekanisme kegiatan ini adalah pekerja memasuki satu pasar pikul dengan

menyemprot semua ilalang di suatu blok yang gulmanya dominan ilalang. Setelah

Page 37: alpha selulosa

itu pindah ke pasar pikul di sebelahnya sampai norma kerja tercapai. Norma kerja

kegiatan penyemprotan sporadis adalah 5 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 5

ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa adalah 4 ha/ HK. Rotasi kegiatan ini adalah

1 kali dalam setahun.

5.1.1.2. Pengendalian ulat api

Ulat api dapat menimbulkan kerugian yang sangat signifikan bagi kebun

dalam memproduksi buah. Kerugian ini disebabkan karena ulat api tersebut

memakan daun dan dapat mengganggu proses fotosintesis sehingga proses

pembentukan buah menjadi terhambat. Berbagai jenis macam ulat api antara lain

Darna trima, Ploneta diducta, Setora nitens, dan Sethosea asigna. Jenis ulat api

paling dominan yang menyerang tanaman di PT. EMAL terutama divisi II dan III

adalah jenis Sethosea asigna.

Gambar 6. Ulat Api Sethosea asigna

Gejala serangan ulat api mudah dilihat yaitu dengan melihat daun pada

pelepah yang bolong-bolong akibat dimakan ulat api. Dan bila terjadi serangan

berat maka pelepah tinggal lidinya saja. Ulat api sering hidup berkoloni

(berkelompok) dalam satu pelepah seperti yang terlihat pada Gambar 7.

Page 38: alpha selulosa

Gambar 7. Gejala Serangan Ulat Api

Di PT. EMAL, tingkat serangan ulat api dapat digolongkan menjadi tiga

kategori seperti yang terlihat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Kategori Tingkat Serangan Ulat Api di PT. EMAL

Tingkat serangan

Rata-rata jumlah ulat per pelepah

Setora nitens, Thosea asigna

Thosea bisura, Ploneta diducta

Darna trima

TBM TM TBM TM TBM TM Ringan

Sedang Berat

< 1

1 – 4 ≥ 5

< 1

1 – 4 ≥ 5

< 7

7 – 9 ≥ 10

< 15

15 – 19 ≥ 20

< 15

15 – 24 ≥ 25

< 35

35 – 49 ≥ 50

Sumber : Kantor Divisi III 2007

Tindakan pengendalian yang dilakukan di PT. EMAL antara lain

penyemprotan dengan knapsack, penyemprotan dengan mist blower, injeksi

batang, fogging dengan swingfog, penanaman bunga Turnera subulata dan

pengembangan jamur cordyceps. Insektisida yang dipakai berbahan aktif

deltametrin (Decis).

Page 39: alpha selulosa

a) Penyemprotan dengan knapsack

Penyemprotan ulat api dengan metode ini dilakukan jika tanaman kelapa

sawit masih dalam ketinggian maksimal 6 meter. Jika lebih tinggi, maka

pengendalian kurang optimal. Insektisida yang digunakan adalah Decis dengan

konsentrasi 1 cc/ liter dan volume semprot 30 liter/ ha. Alat yang digunakan

adalah knapsack dengan kapasitas 15 Liter dan dimodifikasi pada selang dengan

penambahan selang sepanjang 7-8 meter. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat

pada Gambar 8.

Gambar 8. Penyemprotan Ulat Api dengan Knapsack

Mekanisme kegiatan ini adalah para pekerja memasuki daerah pasar pikul

diantara 2 baris tanaman lalu menyemprotkan larutan Decis ke setiap pokok sawit

sampai ke pasar tengah, lalu pindah ke pasar pikul sebelahnya sampai norma kerja

tercapai. Norma kerja kegiatan ini adalah 4 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah

4 ha/ HK. Mahasiswa tidak melakukan penyemprotan karena alat yang digunakan

sangat terbatas. Alat knapsack tersebut dioperasikan oleh 2 orang yaitu sebagai

penyemprot dan sebagai pelangsir air.

b) Penyemprotan dengan mist blower

Mist blower adalah sejenis alat CDA akan tetapi berprinsip pada hembusan

yang kuat untuk menyemprotkan cairan yang ada pada tabung yang berkapasitas

15 Liter. Konsentrasi Decis yang digunakan adalah 1 cc/ liter dan volume semprot

30 liter/ ha. Mahasiswa tidak melakukan kegiatan penyemprotan karena alat yang

Page 40: alpha selulosa

tersedia sangat terbatas. Norma kerja kegiatan ini adalah 1 ha/ HK. Prestasi kerja

pekerja adalah 1 ha/ HK. Alat ini dioperasikan oleh 1 orang pekerja. Mekanisme

kerja ini sama dengan mekanisme penyemprotan dengan knapsack.

Mist blower memiliki kelebihan dibandingkan knapsack yaitu semakin

mudah dalam pemakaian alat dan hemat dalam penggunaan tenaga kerja. Kendala

yang ditemui di lapangan adalah tajuk tanaman terlalu tinggi karena sudah tahun

tanam 94 sehingga pelepah tertinggi tidak terkena obat. Selain itu kurang adanya

fasilitas pengaman dalam melakukan kegiatan ini.

c) Injeksi batang (trunk injection)

Pemberantasan ulat api dengan cara ini dapat dilakukan pada blok – blok

setelah hasil sensus menunjukkan adanya serangan yang tidak merata (spot). Alat

dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain: suntikan bekas, bor

beserta mata bornya, kapak, dodos, ember, sarung tangan plastik, Decis dengan

dosis 10 cc/ pokok dan tanah liat yang telah dibentuk bulat. Pelaksanaan kegiatan

tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Injeksi Batang

Mekanisme kerja kegiatan ini adalah dengan mengebor batang sampai

kedalaman sekitar 20 cm dan disuntikkan Decis dengan dosis 10 cc/ pokok,

kemudian ditutup rapat dengan tanah liat. Hasil pengendalian dari kegiatan ini

dapat terlihat setelah 3 – 5 jam pada cuaca panas dan 5 – 6 jam pada cuaca cerah.

Page 41: alpha selulosa

Norma kerja kegiatan ini adalah 4 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 4 ha/ HK

dan prestasi kerja mahasiswa 3 ha/ HK.

Kelebihan dalam penggunaan metode ini adalah pengendalian dapat

dilakukan dengan tepat sasaran. Akan tetapi kelemahan kegiatan ini adalah biaya

yang dikeluarkan terlalu tinggi sehingga kurang efisien.

d) Fogging dengan swing fog

Metode fogging adalah jalan alternatif terakhir yang dapat digunakan

apabila semua cara yang digunakan dalam pengendalian ulat api tidak

menunjukkan hasil yang optimal. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan

ini antara lain: swingfog, senter, masker, Decis dengan dosis 200 cc/ ha (volume

semprot 15 liter/ ha) dan bensin 2 liter. Bensin sebanyak 2 liter digunakan untuk

menjalankan alat tersebut untuk setiap satu tabung berkapasitas 15 liter. Kegiatan

ini dilakukan pada malam hari karena pada malam hari udara mengembun,

sehingga hembusan angin mengalir ke atas dan dapat membawa asap dari larutan

Decis. Norma kerja untuk kegiatan ini adalah 2.5 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja

adalah 2.5 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa adalah 2.5 ha/ HK.

Kelebihan alat ini adalah efektif untuk serangan pada areal yang sangat

luas dan sudah menyebar. Kelemahan penggunaan alat ini adalah serangan tidak

tepat sasaran (selektif) karena dapat membunuh organisme lain yang hidup di

suatu tanaman sawit, contohnya adalah musuh alami hama pemakan daun.

Kendala yang dijumpai dalam kegiatan ini adalah apabila hujan, maka kegiatan

dihentikan. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari sehingga kerja menjadi tidak

optimal dan diperlukan pengawasan yang lebih ketat.

e) Penanaman bunga Turnera subulata dan pengembangan jamur

Cordyceps

Penanaman bunga Turnera subulata dilakukan pada areal terbuka di

daerah kelapa sawit yang bermanfaat sebagai inang atau tempat berkembangnya

musuh alami ulat api seperti serangga Sycanus sp. Tanaman tersebut ditanam pada

tepi main road dan collection road. Bunga Tunera sp. merupakan tanaman yang

sesuai terhadap berbagai jenis tanah. Norma kerja kegiatan ini adalah 100

tanaman/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 100 tanaman/ HK dan prestasi kerja

mahasiswa adalah 50 tanaman/ HK.

Page 42: alpha selulosa

Jamur cordyceps merupakan parasit bagi kokon ulat api. Cara

pengembangan jamur ini adalah dengan mencari kokon yang terserang cordyceps,

biasanya ditemukan di tempat – tempat lembab. Kokon yang terserang jamur

diblender (dilumatkan) lalu disemprotkan ke pokok yang terserang ulat api di

bagian akar. Penanaman Turnera subulata dan pengembangan jamur cordyceps

merupakan pengendalian ulat api secara biologis.

Gambar 10a. Jamur Cordyceps Gambar 10b. Bunga Turnera subulata

5.1.1.3. Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang

mempengaruhi pertumbuhan, hasil, dan kualitas produk yang dihasilkan tanaman.

Pemupukan bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga

tanaman akan tumbuh dengan baik dan akan mampu berpotensi secara maksimal.

Dengan pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman.

Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman, dapat diketahui melalui

gejala – gejala yang tampak pada tanaman. Pemberian pupuk pada tanaman harus

memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian pupuk,

diantaranya daya serap akar tanaman, cara pemberian dan penempatan pupuk,

waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk. Pupuk yang digunakan di PT.

EMAL antara lain: Urea, Rockphospat (RP), MOP, Kieserit, dan HGFB (Borate)

yang merupakan jenis pupuk tunggal.

Di PT. EMAL wewenang pelaksanaan pemupukan merupakan tanggung

jawab masing – masing divisi. Rencana kerja pemupukan dibuat oleh asisten

kebun. Hasil rencana kerja tersebut selanjutnya ditujukan kepada estate manager,

area manager, lalu HBU (Head Bussines Unit) untuk disetujui. Setelah disetujui

maka akan dibuat oleh asisten estate atau chief clerk dan diberikan kepada divisi

Page 43: alpha selulosa

masing – masing untuk dilaksanakan. Rencana kerja yang dibuat meliputi tahun

tanam, luas areal, blok yang akan dipupuk, jumlah total tanaman, jumlah tanaman/

ha, jenis pupuk, jumlah pupuk, dosis per pupuk, serta waktu pemupukan.

Pemupukan di PT. EMAL dilaksanakan dalam 2 semester. Semester

pertama pada bulan Februari – Juni, semester kedua dilaksanakan pada bulan

Agustus - Desember. Rekomendasi pupuk (dosis) yang dibuat berdasarkan Leaf

Sampling Unit (LSU) yang dibuat setiap tahun dan dikirim ke Malaysia untuk

mengetahui hasilnya. Realisasi pemupukan semester kedua (Agustus – Desember)

tahun 2007 belum dilaksanakan oleh pemilik kebun sebelumnya karena sedang

terjadi perubahan kepemilikan kebun kepada Bakrie Sumatera Plantation grup.

Gambar 11. Kegiatan Pemupukan

Mekanisme kegiatan pemupukan yang dilakukan di PT. EMAL antara

lain sebagai berikut: (1) pupuk diambil ke gudang dengan menggunakan truk buah

sesuai dengan BPPB (Bon Permintaan dan Pengeluaran Barang) yang dibuat. (2)

pengeceran pupuk di tiap jalan – jalan koleksi masing – masing blok yang akan

dipupuk. (3) penabur bersama pelangsir pupuk membuka pupuk dan langsung

memasuki pasar pikul sampai ke pasar tengah untuk menabur pupuk sesuai dosis.

(4) penaburan pupuk dilakukan melingkar di sekeliling pohon dengan jarak 1.5 m

dari pohon seperti yang tampak pada Gambar 11. (5) karung bekas pupuk

dikumpulkan dan dibuat tumpukan karung masing - masing 10 buah untuk

memudahkan penghitungan kesesuaian jumlah pupuk.

Page 44: alpha selulosa

Pelaksanaan dan pengawasan pemupukan sangat penting untuk

diperhatikan, karena biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan paling besar

dibandingkan dengan biaya kegiatan pemeliharaan yang lain. Biaya pemupukan

hampir mencangkup 60 % dari total biaya pemeliharaan secara keseluruhan.

Pelaksanaan pemupukan dilakukan secara efektif agar produksi menjadi lebih

optimal. Pada saat pelaksaan pemupukan, mandor pupuk dan asisten bertanggung

jawab penuh dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu di saat kegiataan pemupukan

asisten wajib mengawasi secara langsung kegiatan tersebut sampai kegiatan

pemupukan selesai dilaksanakan. Untuk mengontrol dan mengawasi kerja

karyawan, asisten dan mandor pupuk melakukan pengecekan yang dilakukan dari

pasar pikul sampai ke pasar tengah. Kendala yang dihadapi di lapangan adalah

terkadang banyak dijumpai para pekerja yang tidak bekerja sesuai aturan kerja

dengan menabur pupuk sembarangan agar cepat selesai, keadaan topografi yang

cukup curam dan bergelombang, serta banyaknya parit sehingga menyebabkan

kegiatan pemupukan menjadi lama dan kurang efektif.

Realisasi pemupukan akan dilaporkan dan digambarkan dalam bentuk peta

blok pemupukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui blok mana yang sudah

terpupuk dan digunakan untuk perencanaan pemupukan untuk program

selanjutnya. Rotasi kerja pemupukan untuk semua jenis pupuk adalah 2 kali dalam

setahun. Realisasi pemupukan dibuat berdasarkan rencana program kerja

pemupukan yang telah dibuat sebelumnya.

Jenis dan dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman,

jenis tanah, dan waktu pemberiannya. Untuk tanaman tahun tanam 1994 pupuk

Urea sebagai sumber unsur nitrogen dosisnya adalah 1.8 kg/ pokok, pupuk

Rockphospat sebagai sumber unsur fosfor 2.5 kg/ pokok, pupuk MOP sebagai

sumber unsur kalium 2.5 kg/ pokok, pupuk Kieserit sebagai sumber unsur

magnesium 2 kg/ pokok, dan pupuk HGFB sebagai sumber unsur Boron 0.11 kg/

pokok.

Norma kerja untuk kegiatan pemupukan sudah diatur oleh perusahaan

berdasarkan dosis pupuk. Oleh sebab itu perhitungan premi pupuk didasarkan atas

dosis dan basis yang telah ditentukan. Tabel basis tugas dan premi dapat dilihat

dalam Tabel 7.

Page 45: alpha selulosa

Tabel 7. Basis Tugas dan Premi Pemupukan Berdasarkan Dosis

Dosis Basis Premi Over Basic (kg/ pokok) (ha/ HK) (Rp/ ha)

0.1 3.33 5 250 0.6 1.25 13 900

1.5 - 2 0.80 21 500 2 – 3.99 0.7 40 000

4 0.6 49 500 Sumber: Kantor Estate 2007

Contoh perhitungan premi pupuk penabur dan pelangsir pemupukan:

Pemupukan Urea 10 ton dilaksanakan di divisi IV blok 95 E dengan

jumlah tanaman/ ha (SPH) adalah 123. Jumlah pemuat 7 orang dan operator truk

buah 1 orang. Jumlah penabur pupuk 10 orang dan pelangsir 5 orang. Dosis

pupuknya 1.8 ha/ HK, basis kerjanya 0.8 ha/ HK dan premi over basic yang

digunakan adalah Rp. 21 500,00 /ha.

Luasan yang akan dipupuk = Jumlah pupuk

SPH : dosis pupuk

= 10 000 kg

123 pokok/ ha : 1.8 kg/ pokok

= 45.17 ha

Luasan areal yang dipupuk untuk 23 orang (penabur, pelangsir, pemuat,

dan operator)

= jumlah HK x basis pupuk

= 23 HK x 0.8 ha/ HK

= 18.4 ha

Luasan areal yang dipupuk untuk 15 orang (penabur dan pelangsir)

= total luasan yang dipupuk – luas areal yang

dipupuk untuk 23 orang

= 45.17 ha – 18.4 ha

= 26.77 ha

Page 46: alpha selulosa

Premi pupuk untuk penabur dan pelangsir (15 orang)

= luas yang dipupuk untuk 15 orang x premi over basic

= 26.77 ha x Rp. 21 500,00

= Rp. 575 555,00

Premi pupuk/ orang

= Rp 575 555,00

15 orang

= Rp. 38 370,00/ orang

5.1.1.4. Perawatan jalan

Jalan di perkebunan kelapa sawit sangat dibutuhkan sejak dari pembukaan

lahan sampai tanaman menghasilkan. Pemeliharaan jalan merupakan hal penting

yang perlu diperhatikan karena kebutuhannya semakin meningkat. Jalan pada

perkebunan kelapa sawit sebaiknya dalam keadaan baik sepanjang tahun sehingga

kondisi jalan tidak menjadi penghambat dalam pengangkutan tandan buah segar

(TBS), pupuk, peralatan, dan lain – lain. Pada tanaman menghasilkan kegiatan

perawatan jalan merupakan kegiatan pemeliharaan. Sistem jaringan jalan di kebun

merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang dan menjamin kelancaran

pengangkutan terutama bahan – bahan keperluan pemeliharaan tanaman,

pengumpulan/ pengangkutan hasil panen serta pengontrolan. Masih banyak

dijumpai keadaan jalan di kebun EMAL yang rusak terutama jalan utama, jalan

koleksi dan jalan bantu. Hal ini disebabkan intensitas hujan yang cukup tinggi

yang dapat menyebabkan banjir. Untuk itu diperlukan kegiatan perbaikan dan

pengerasan jalan secara intensif.

Pengerasan jalan di PT. EMAL dilakukan dengan menggunakan batu

maupun pasir batu (sirtu). Pada lahan gambut, perbaikan jalan ditambahkan tanah

mineral dahulu sebelum ditumpuk sirtu. Kegiatan rawat jalan di PT. EMAL lebih

diutamakan pada jalan utama (main road) dan jalan koleksi (collection road). Hal

ini disebabkan untuk mempermudah akses transportasi kegiatan pemanenan dan

pemeliharaan. Perawatan jalan dapat dilakukan secara mekanis maupun manual.

Perbaikan jalan secara mekanis menggunakan alat berat seperti grader,

backholeder dan bomag. Secara manual dengan menggunakan cangkul. Norma

Page 47: alpha selulosa

kerja untuk kegiatan ini adalah 100 m/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 100 m/

HK dan prestasi kerja mahasiswa adalah 10 m/ HK.

5.1.2. Pemanenan

Kegiatan pemanenan yang dilaksanakan di PT. EMAL meliputi: persiapan

panen, pelaksanaan panen, perhitungan basis dan premi panen, pengawasan dan

denda panen, organisasi panen, administrasi panen, serta transportasi panen.

5.1.2.1. Persiapan panen

Persiapan panen yang akurat akan mempelancar pelaksanaan panen.

Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan

biaya panen seminimal mungkin. Kegiatan persiapan panen di kebun EMAL

meliputi: kegiatan sensus buah, rotasi dan kapel panen, sistem hanca panen,

persiapan teknis lapang, peralatan panen, kriteria matang panen dan mutu buah

serta angka kerapatan panen (AKP) dan perhitungan tenaga kerja pemanen. Dalam

persiapan panen terdapat aspek khusus yang diamati mahasiswa yaitu kegiatan

sensus buah, kriteria matang panen dan mutu buah serta perhitungan angka

kerapatan panen.

a) Sensus buah

Kegiatan sensus buah merupakan kegiatan mendata tanaman kelapa sawit

dengan cara menghitung buah yang akan matang panen dalam jangka waktu 1 – 6

bulan kedepan sebagai dasar penghitungan produksi buah satu semester ke depan.

Kegiatan sensus buah digunakan sebagai penyusunan estimasi produksi yang

tersusun dalam rencana anggaran biaya.

Dalam kegiatan sensus buah mahasiswa tidak melaksanakan bersamaan

dengan kegiatan sensus buah kebun EMAL. Hal ini disebabkan kegiatan sensus

buah kebun dilakukan pada bulan Desember 2007 – Januari 2008 untuk semester I

dan semester II dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2008. Mahasiswa

melaksanakan kegiatan sensus buah bulan Maret 2008.

Page 48: alpha selulosa

Tabel 8. Pengamatan Sensus Buah Blok J Tahun Tanam 1994

Variabel Nilai

Luas (ha) 59.84

Jumlah pokok 7 480

Pengamatan

• Jumlah pokok

• Jumlah tandan

315

1 234

BJR (Kg) 16.4

Estimasi (Kg) 480 562.69

Sumber: Pengamatan Data Lapangan 2008

Dari Tabel 8 dapat dilihat estimasi produksi di divisi III blok J tahun

tanam 1994 untuk 6 bulan ke depan adalah 480 562.69 kg. Hasil perhitungan

perolehan estimasi produksi tersebut didapat dari membagi jumlah tandan dari

pokok sampel dengan jumlah pohon sampel yang didapat dikalikan jumlah total

pohon di blok tersebut dan dikalikan BJR (bobot janjang rata – rata). Estimasi ini

tidak sesuai dengan estimasi kebun yang mencapai 510 338 kg. Selisih

perhitungan mahasiswa dengan kebun mencapai 29 775.31 kg (5.83 %). Selisih

perhitungan dapat disebabkan kurang telitinya mahasiswa dalam menghitung buah

dalam pohon sampel yang diamati sehingga perhitungan estimasi produksi

berbeda.

b) Rotasi dan kapel panen

Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan

panen berikutnya dalam satu kapel panen yang sama. Kapel panen adalah luasan

areal panen yang dibagi menjadi beberapa bagian. Rotasi panen ditentukan

berdasarkan kerapatan panen dan umur tanaman dalam satu pohon. Rotasi panen

yang digunakan di PT. EMAL divisi III adalah 7/ 8. Artinya terdapat 7 kapel

panen dan dipanen lagi pada kapel yang sama setelah 8 hari. Pada saat kondisi

buah sedikit yang disebabkan karena sedang mengalami musim trek (jarang buah)

rotasi panen dapat mencapai < 9 hari. Disaat buah banyak rotasi panen dapat

mencapai > 12 hari yang disebabkan banyaknya buah tertinggal (buah restan) di

lapangan. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas buah.

Page 49: alpha selulosa

Apabila rotasi panen semakin panjang (lama), maka kerapatan panen

semakin meningkat, tetapi kualitas panen cenderung menurun. Rotasi yang terlalu

cepat dapat mengakibatkan pemanen memotong buah mentah (untuk mengejar

basis borong) yang dikarenakan kerapatan panen telah menurun. Luasan areal

panen di divisi III dibagi menjadi 7 kapel panen. Dasar perhitungan pembagian

luas rata – rata per kapel panen adalah sebagai berikut:

• Luasan total tanaman menghasilkan divisi III: 702.91 Ha

• Luas rata – rata per kapel panen : 702.91/ 7 = 100.42 Ha

Pada kenyataannya luas kapel panen tidak selalu sama dengan perhitungan

di atas. Luasan kapel panen tiap hari biasanya berbeda dari kenyataannya.

Perbandingan luas perhitungan kapel panen dengan luas aktual kapel panen divisi

III dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan Luas Perhitungan dengan Luas Aktual Kapel Panen

Kapel Luas perhitungan (Ha) Luas aktual (Ha) 1 100.42 93.72 2 100.42 119.26 3 100.42 97.12 4 100.42 90.94 5 100.42 96.51 6 100.42 107.68 7 100.42 129.14

Rata - rata 100.42 104.91 Sumber: Kantor Estate 2007

Dari Tabel 9 dapat dilihat luas perhitungan dan luas aktual kapel panen di

divisi III berbeda. Hal ini dapat disebabkan adanya beberapa faktor yang

menyebabkan pembagian kapel panen menjadi berbeda. Faktor tersebut antara

lain:

1. Curah hujan tinggi

Curah hujan yang tinggi menyebabkan keadaan jalan becek dan rusak.

Jalan utama (main road), jalan koleksi (collection road), dan jalan bantu

sulit untuk dilewati alat – alat transportasi panen seperti traktor buah dan

truk buah dalam mengangkut buah. Hal ini mengakibatkan kapel panen

menjadi berubah karena kegiatan pemanenan akan dialihkan ke blok lain

yang memiliki keadaan jalan yang tidak becek (kering) dan rusak.

Page 50: alpha selulosa

2. Keadaan topografi

Keadaan topografi di divisi III relatif bergelombang sehingga sulit untuk

dilewati alat – alat transportasi panen dalam mengangkut buah ke loading

ramp dan pabrik. Hal ini mengakibatkan perubahan kapel panen karena

kegiatan panen dialihkan sementara ke blok lain yang masih dapat dilewati

alat – alat transportasi panen.

3. Buah tertinggal di lapangan (buah restan)

Buah restan adalah buah yang tidak terangkut ke pabrik dan masih

tertinggal di lapangan terutama di piringan dan TPH (tempat pengumpulan

hasil). Semakin banyak buah restan maka pembagian kapel panen menjadi

berubah. Kegiatan pemanenan akan dialihkan ke blok lain yang tidak

memiliki buah restan di lapangan.

c) Sistem hanca panen

Sistem ancak (hanca) panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan

ketersediaan tenaga. Panen yang paling ideal adalah dengan cara membagi areal

dalam suatu luasan tertentu, sehingga kegiatan panen dapat dilaksanakan secara

efektif selama 5 – 7 hari dalam seminggu. Hanca panen adalah luasan areal panen

yang harus dipanen pada hari itu juga oleh pemanen. Rata – rata luasan hanca

panen di PT. EMAL mencapai 2.5 – 3 ha/ pemanen.

Di kebun EMAL sistem ancak yang digunakan adalah sistem hanca giring

tetap. Pada sistem hanca giring tetap, pemanen diberi hanca dengan luasan

tertentu oleh mandor panen dan apabila hanca telah selesai dikerjakan, maka

pemanen berpindah ke hanca berikutnya dengan digiring oleh mandornya sesuai

dengan nomor hanca. Kelebihan ancak giring tetap antara lain jumlah tenaga kerja

dapat diatur sesuai kebutuhan, persaingan yang sehat antara mandor, mandor aktif

melaksanakan pengawasan dan senantiasa terbiasa untuk berfikir. Kelemahan

sistem ini antara lain: sulit untuk menggantikan pemanen yang tidak masuk, hanca

tidak seragam sehingga sering ada pemanen yang ketinggalan dan pemanen sering

meninggalkan hancanya karena tertinggal dengan pemanen lain.

Page 51: alpha selulosa

d) Persiapan teknis lapang

Persiapan teknis lapang di kebun EMAL meliputi kegiatan pemeliharaan

TPH (tempat pengumpulan hasil) dan kegiatan pemeliharaan titi panen. Kegiatan

pemeliharaan TPH merupakan salah satu hal penting dalam persiapan teknis

lapangan yang harus diperhatikan. Di kebun EMAL, ratio pasar pikul dengan

ketersediaan TPH adalah 2 : 1 dimana pengertiannya adalah setiap dua pasar pikul

terdapat satu TPH. Kegiatan pemeliharaan TPH dilakukan dengan kegiatan

pembabadan gulma di TPH hingga bersih. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah

mempermudah pemanen mengumpulkan buah di TPH dan mempermudah

kegiatan muat buah dengan alat transportasi panen.

Pemeliharaan titi panen bertujuan untuk mempermudah pekerja dalam

melaksanakan kegiatan panen dan pemeliharaan. Pembuatan titi panen disebabkan

banyaknya parit atau sungai kecil yang terdapat di lapangan. Titi panen yang

digunakan di kebun EMAL adalah berbentuk balok kayu dan beton. Untuk titi

panen balok kayu ukuran yang digunakan adalah lebar 30 cm dan panjang 2 – 3

meter. Sedangkan untuk titi panen beton memiliki lebar 50 cm dan panjang 2 – 3

meter. Berdasarkan pengamatan penulis titi panen beton lebih disukai oleh para

pekerja karena kuat, tahan lama, tidak mudah terbawa air ketika banjir dan tidak

licin dilewati ketika musim hujan. Pemasangan titi panen di kebun EMAL

dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia. Di kebun EMAL, ratio

pasar pikul dengan ketersediaan titi panen adalah 3 : 1 yang artinya setiap tiga

pasar pikul terdapat satu titi panen. Titi panen yang digunakan di kebun EMAL

sebagian besar terbuat dari balok kayu. Tapi pada kenyataannya ketersediaan titi

panen di beberapa divisi kebun EMAL masih kurang mencukupi. Hal ini

disebabkan banyak titi panen yang rusak akibat banjir dan belum dilaksanakan

pergantian titi panen yang baru.

e) Peralatan panen

Alat – alat kerja yang digunakan untuk kegiatan pemanenan berbeda

berdasarkan tinggi tanaman, kondisi areal, dan umur tanaman. Alat dan

perlengkapan harus tersedia pada saat kegiatan panen. Pada kebun EMAL alat –

alat yang digunakan adalah alat memotong TBS (dodos besar, pisau egrek, dan

kampak), alat untuk bongkar muat TBS (gancu dan tojok) dan alat mengangkut

Page 52: alpha selulosa

TBS dan brondolan ke TPH (angkong dan karung goni bekas pupuk). Alat dan

perlengkapan panen di kebun di kebun EMAL dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Peralatan Panen di Kebun EMAL

No. Nama alat Penggunaan Spesifikasi

1 Dodos Memotong tandan bergagang panjang

Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm

2 Egrek Memotong buah umur > 9 tahun

Berat 0.5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135

3 Angkong Tempat buah dan brondolan untuk diangkut ke TPH

4 Karung goni Tempat untuk mengumpulan brondolan

5 Tali nilon Pengikat pisau egrek 0.55 mm dipilin 3, 1 kg memiliki panjang 43 m, dan untuk 5 egrek

6 Batu asah Penagasah dodos dan pisau egrek

7 Allumunium pole Gagang pisau egrek

8 Gancu Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transport

Besi beton 3/ 8 “ dan panjang sesuai dengan kebiasaan setempat

9 Tojok Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transport

Disesuaikan dengan kebiasaan setempat

Sumber: Kantor Estate 2007

Kebun EMAL menggunakan egrek untuk memanen tanaman dan

memotong pelepah. Hal ini disebabkan tanaman sawit di kebun EMAL sudah

cukup tinggi yaitu sekitar 7 – 12 meter dengan umur tanaman 8 – 14 tahun.

Dodos dan kampak biasa digunakan untuk memotong pelepah bergagang panjang.

Secara umum ketersediaan peralatan panen di kebun EMAL mencukupi. Kondisi

peralatan panen juga baik. Apabila terjadi kerusakan peralatan panen, maka para

pemanen dapat menggantinya di gudang. Peralatan – peralatan panen tersebut

merupakan inventaris perusahaan yang dipinjamkan kepada pemanen.

Page 53: alpha selulosa

f) Kriteria matang panen dan mutu buah

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen

agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada

saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free

fatty acid (ALB atau FFA) minimal (Fauzi et al. 2002). Standar kriteria matang

panen yang digunakan di kebun EMAL adalah fraksi 2 dan fraksi 3, yaitu 25 %

sampai 75 % buah luar membrondol dan berwarna merah mengkilat sampai

orange.

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa persentase buah matang (fraksi 2 dan 3)

yang dipanen kebun EMAL rendah (38.24 %) dan persentase buah kurang matang

terpanen cukup tinggi (44.21 %). Kondisi ini disebabkan para pemanen tidak

menaati standar kriteria matang panen perusahaan dengan memanen buah mentah

dan kurang matang. Para pemanen cenderung memotong buah kurang matang

untuk mencapai basis dan mendapatkan premi panen yang lebih besar karena

jumlah buah matang di divisi III sedikit. Sehubungan dengan hal ini, maka

manajer akan menginstruksikan dengan keras pelarangan panen buah mentah dan

kurang matang karena akan menghasilkan kandungan minyak CPO dengan

rendemen yang rendah.

Tabel 11. Pengamatan Kriteria Matang Panen Berdasarkan Fraksi Panen

Fraksi Mandor A Mandor B Total % (tandan sampel) (tandan sampel) sampel

Mentah 00 7 - 7 0.9 0 60 45 105 13.65 Kurang matang 1 195 145 340 44.21 Matang 2 156 120 276 35.90 3 2 16 18 2.34 Lewat matang 4 20 3 23 3 5 - - - - Total 440 329 769 100

Sumber: Pengamatan Data Lapangan 2008

Page 54: alpha selulosa

Untuk mencegah para pemanen memanen buah mentah dan kurang matang

maka dapat dilakukan dengan pengurangan basis panen. Basis panen yang

digunakan di divisi III yaitu 1 000 kg/ hari dengan rata – rata 60 janjang/ hari

(BJR = 16 kg/ janjang). Pengurangan basis panen dapat mencapai 200 kg/ hari

sehingga basis panen yang digunakan adalah 800 kg/ hari dengan rata – rata 50

janjang/ hari. Pengurangan basis panen akan mengurangi jumlah buah yang harus

dipanen per hari dengan syarat hasil panen baik dan sesuai dengan standar kriteria

matang panen perusahaan. Dengan begitu para pemanen mendapatkan premi

panen karena basis panen sudah dikurangi asalkan mereka tidak memanen buah

mentah dan kurang matang. Apabila mereka masih memanen buah mentah dan

kurang matang, maka mereka tidak akan mendapatkan premi panen dan akan

memperoleh potongan denda panen. Penentuan basis panen sebaiknya didasarkan

pada perhitungan angka kerapatan panen kebun.

Mutu buah ditentukan berdasarkan buah bergagang panjang. Standar

maksimal panjang gagang TBS yang dipanen di kebun EMAL adalah 3 cm.

Apabila panjang gagang TBS terlalu panjang (lebih dari 3 cm), maka akan

mempengaruhi kualitas minyak CPO yang dihasilkan dalam proses pengolahan di

pabrik. Tandan bergagang panjang tersebut banyak mengandung air yang akan

bercampur dengan minyak CPO sehingga kualitas minyak CPO yang dihasilkan

rendah.

Tabel 12. Jumlah Buah Bergagang Panjang

Panjang

gagang

No. TPH Total

janjang

% I II III IV V VI VII VIII IX X

≤ 3 cm 11 10 11 12 13 14 9 10 13 10 113 76.87

> 3 cm 4 4 3 4 2 1 4 6 2 4 34 23.13

Total 15 14 14 16 15 15 13 16 15 14 147 100

Sumber: Pengamatan Data Lapangan 2008

Persentase standar perusahaan untuk buah bergagang panjang adalah 0 %

yang artinya tidak diperbolehkan adanya buah yang panjang gagangnya lebih dari

3 cm. Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa TBS bergagang panjang di divisi III

masih cukup banyak (23.13 %). Hal ini disebabkan kurang telitinya pemanen

Page 55: alpha selulosa

dalam memotong gagang, sehingga mereka sering tidak tahu bahwa gagang yang

telah mereka potong pada tandan masih cukup panjang. Untuk itu pengawasan

panen perlu diperketat dan diberlakukan sistem denda agar tidak ditemukan lagi

buah bergagang panjang di tiap TPH (tempat pengumpulan hasil).

g) Angka kerapatan panen (AKP)

Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat

kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal baik itu pada sistem blok

maupun pada sistem grup. Tujuannya adalah untuk mendapatkan minimal satu

pohon yang dapat dipanen buahnya.

Tabel 13. Pengamatan Angka Kerapatan Panen

Baris sampel Blok K - 23 Blok L - 25

A B A B 5 4 29 5 32

15 3 27 2 30 25 4 31 3 32 35 3 29 4 29 45 5 32 4 29 55 3 28 4 31 65 4 30 5 32

Total 26 206 27 215 Sumber: Pengamatan Data Lapangan 2008

A = Jumlah tandan matang

B = Jumlah pokok sampel

Tabel 14. Rekapitulasi Angka Kerapatan Panen

Blok Total pokok Pokok sampel

Tandan matang di pokok sampel

Kerapatan Panen (%)

K - 23 2138 206 26 12.62 L - 25 2086 215 27 12.56

Sumber: Pengamatan Data Lapangan 2008

Pada Tabel 13 dan Tabel 14 dapat dilihat bahwa angka kerapatan panen

(AKP) di dua blok tersebut berkisar antara 12 % - 13 % yang artinya setiap

delapan pohon hanya ada satu pohon yang dapat dipanen buahnya. Lubis (1992)

menyatakan bahwa kisaran nilai angka kerapatan panen 0 % - 14 % menunjukkan

produksi rendah, nilai AKP 15 % - 20 % menunjukkan produksi sedang dan nilai

Page 56: alpha selulosa

AKP 25 % - 100 % menunjukkan produksi tinggi. Berdasarkan pernyataan

tersebut maka produksi buah divisi III blok K – 23 dan L – 25 divisi III rendah.

h) Tenaga kerja pemanen

Tenaga kerja pemanen adalah faktor penting yang diperlukan dalam

kegiatan pemanenan. Perencanaan dan pengorganisasian tenaga pemanen penting

dilakukan dalam menjamin TBS yang akan dipanen pada hari yang telah

direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Kebutuhan tenaga pemanen dapat

diketahui berdasarkan luas areal panen yang akan dipanen. Di kebun EMAL,

standar hanca panen setiap pemanen sebesar 3 ha dengan jumlah tenaga pemanen

30 orang tiap divisi. Dasar perhitungan tenaga kerja pemanen di divisi III adalah:

TK pemanen = Luas rata – rata kapel panen divisi III/ standar luasan pemanen

= 100.42 ha : 3 ha/ orang

= 33 orang

Dari perhitungan tenaga kerja pemanen diatas dapat diketahui bahwa

jumlah tenaga kerja pemanen di divisi III sebanyak 33 orang. Jumlah ini hampir

sesuai dengan standar jumlah tenaga pemanen perusahaan yaitu 30 orang sehingga

dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga pemanen divisi III sudah mencukupi.

5.1.2.2. Pelaksanaan panen

Pada prinsipnya kegiatan panen adalah memotong tandan matang panen

serta mengumpulkan brondolannya untuk diangkut ke TPH lalu ke pabrik yang

kemudian diolah menjadi minyak sawit berkualitas baik dengan rendemen yang

tinggi dan kandungan asam lemak bebas (ALB) serendah – rendahnya.

Dalam pelaksanaan pemanenan di PT. EMAL, langkah – langkah kerja

pemanen setelah pembagian hanca panen antara lain sebagai berikut:

Pemanen berjalan di daerah pasar pikul sambil mengamati dan memeriksa

buah masak dengan cara mengelilingi pohon. Panen buah dengan cara

memotong tandan buah menurut kriteria matang panen. setelah itu potong

tangkai buah serapat mungkin (maksimal 3 cm).

Pemanen memotong pelepah sampai menyisakan 2 pelepah di bawah

tandan paling bawah (sangga dua).

Page 57: alpha selulosa

Semua brondolan dibersihkan dari ketiak pelepah dengan mencungkil

menggunakan egrek.

Pelepah yang terpotong disusun di gawangan mati, tidak boleh dibuang di

pasar pikul.

Tandan buah dan brondolan dikeluarkan dari piringan ke TPH

menggunakan angkong. Brondolan harus bersih dari segala macam

sampah dan kotoran.

Tandan buah di TPH disusun dengan teratur dengan susunan 5 – 10 baris

gagang di sebelah atas supaya mudah dalam perhitungan. Selain itu

nomor potong pemanen dituliskan pada gagang tandan buah.

Brondolan yang terkutip dan sudah bersih diletakkan disebelah susunan

tandan buah di TPH.

Gambar 12. Kegiatan Panen TBS

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada saat panen adalah:

• Pemanen harus teratur dalam memeriksa secara teliti setiap pokok untuk

melihat tandan matang sesuai dengan kriteria matang panen.

• Hindari tandan matang tertinggal di pokok.

• Hindari panen buah mentah.

• Tidak ada buah matang yang tertinggal di piringan dan gawangan.

• Tandan buah harus bersih.

Page 58: alpha selulosa

• Tangkai buah harus pendek (maksimal 3 cm) dan berbentuk “cangkem

kodok” (berbentuk “V”).

• Tidak ada potongan buah yang tertinggal di pokok dan hindari pelepah

sengkleh.

Dalam pelaksanaan pemanenan masih ditemui beberapa hal penting

mengenai kesalahan pemanen diantaranya banyak pemanen yang memanen buah

mentah. Hal ini dilakukan demi mendapatkan basis dan premi panen sehingga

mengakibatkan banyak buah mentah yang terpanen di TPH (tempat pengumpulan

hasil). Para pemanen kadang – kadang meninggalkan TBS di piringan tanpa

memindahkannya di TPH karena jaraknya terlalu jauh dan keadaan topografi yang

cukup curam. Untuk mengatasi masalah tersebut maka pengawasan panen dan

sistem denda harus diperketat.

Pelaksanaan panen dilakukan setelah pembagian hanca panen yang

dilakukan oleh mandor panen. Biasanya pembagian hanca panen dilakukan

setelah mandor panen melakukan kegiatan apel pagi pada pukul 06.00 WIB.

Panen dilakukan pada pukul 07.00 WIB – 14.00 WIB. Tetapi seringkali pemanen

sudah selesai pada pukul 12.00 WIB yang dikarenakan mereka sudah

mendapatkan basis panen.

5.1.2.3. Basis dan premi panen

Basis yang diterapkan di kebun EMAL adalah basis borong. Basis borong

adalah jumlah tonase (kg) yang harus didapatkan oleh pemanen dalam satu hari.

Berdasarkan umur dan produksi tanaman maka basis panen per tahun tanam dapat

berbeda. Apabila pemanen mendapatkan basis, maka mereka akan mendapatkan

premi basis panen sebesar Rp 6 500,00. Apabila pemanen tidak mendapatkan

basis, maka mereka hanya mendapatkan upah standar yang diperoleh yaitu Rp. 28

960,00 untuk KHL dan Rp. 24 350,00 untuk karyawan tetap dan bulanan.

Besarnya basis borong pemanen di divisi III tahun tanam 1994 adalah 1 000 kg

dengan penjabaran: 750 kg bobot tandan yang diperoleh pemanen dibayar Rp. 28

960,00 untuk KHL dan Rp. 24 350,00 untuk KHT, sedangkan sisanya yaitu 250

kg bobot tandan dibayar Rp. 6 500,00 yang merupakan premi basis panen.

Page 59: alpha selulosa

Premi panen adalah penghargaan berupa uang yang diberikan kepada

pemanen atas kelebihan prestasi kerjanya, yaitu jumlah tonase (kg) yang diperoleh

melebihi basis borong yang telah ditetapkan dengan mutu buah yang sesuai

dengan ketentuan panen. Pemberian premi panen bertujuan untuk memotivasi

pemanen untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas hasil panen. Besarnya premi

basis panen (1 000 kg) divisi III adalah Rp. 6 500,00. Apabila pemanen

mendapatkan bobot janjang lebih 200 kg pertama dari basis panen, maka akan

dibayar Rp. 28/ kg, kelebihan 200 kg kedua dibayar Rp. 33/ kg dan kelebihan 200

kg ketiga dibayar Rp. 35/ kg. Pemanen juga akan memperoleh premi brondolan

sebesar Rp. 125,00 per kg. Ketentuan basis dan premi panen di kebun EMAL

dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Basis dan Premi Over Basis Panen Tahun 2008

No. TT Basis panen (kg)

Over basic I

(kg)

Over basic II

(kg)

Over basic

III (kg)

Cost/ Kg

(Rp)

Incentive I (Rp)

Incentive II (Rp)

Incentive III (Rp)

1 1994 1000 1001-

1200

1201-

1400

>1400 22 28 33 35

2 1995 1000 1001-

1200

1201-

1400

>1400 22 28 33 35

3 1996 1000 1001-

1200

1201-

1400

>1400 22 28 33 35

4 1997 1000 1001-

1200

1201-

1400

>1400 22 28 33 35

5 1998 900 901-

1100

1101-

1300

>1300 24 32 38 40

6 1999 900 901-

1100

1101-

1300

>1300 24 32 38 40

Sumber: Kantor Estate 2007

Premi juga diberikan kepada mandor panen, mandor I, dan kerani cek

(kerani buah). Untuk mandor panen premi yang diperoleh adalah 10 % dari total

rata – rata premi pemanen dalam tiap mandorannya (grup). Premi mandor I adalah

5 % dari total rata – rata premi pemanen dalam divisinya. Premi kerani cek adalah

3.75 % dari total rata – rata premi pemanen dalam divisinya.

Page 60: alpha selulosa

Contoh perhitungan premi panen:

• Seorang pemanen memanen buah di divisi III tahun tanam 1994 sebanyak

1 603 janjang dalam 21 hari

• BJR di divisi tersebut adalah 16.58 kg/ janjang

Hasil/ bulan (kg) = BJR x jumlah janjang

= 16.58 kg/ janjang x 1 603 janjang

= 26 577.74 kg

Berat basis/ bulan (kg) = Total hari kerja x berat basis/ hari

= 21 hari x 1 000 kg/ hari

= 21 000 kg

Kelebihan basis (kg) = Tonase 1 bulan – berat basis/ bulan

= 26 577.74 kg – 21 000 kg

= 5 577.74 kg

Basic incentive I (kg) = Total hari kerja x over basic I/ hari

= 21 hari x 200 kg/ hari

= 4 200 kg

Basic incentive II (kg) = Kelebihan basis – berat incentive I (kg)

= 5 577.74 kg – 4 200 kg

= 1 377.74 kg

Premi Basis/ bulan (Rp) = Total hari kerja x premi basis/ hari

= 21 hari x Rp 6 500,00/ hari

= Rp 136 500,00

Premi incentive I (Rp) = Basic incentive I (kg) x premi over basic I

= 4 200 kg x Rp. 28,00/ kg

= Rp 117 600,00

Premi incentive II (Rp) = Basic incentive II (kg) x premi over basic II

= 1 377.74 kg x Rp. 33,00/ kg

= Rp 45 465.42,00

Page 61: alpha selulosa

Total premi kotor/ bulan = Premi basis/ bulan + Incentive I (Rp) +

Incentive II (Rp)

= Rp 136 500,00 + Rp 117 600,00 + Rp 45

465.42

= Rp 299 565.42,00

Premi bersih/ bulan = Premi kotor/ bulan – denda (potongan)

= Rp 299 565.42 – 0

= Rp 299 565.42,00

5.1.2.4. Pengawasan dan denda

Pengawasan panen secara rutin perlu dilakukan, karena dengan

pengawasan yang baik maka akan diperoleh kualitas panen yang baik.

Pengawasan yang dilakukan di kebun EMAL dimulai dari AM (Area Manager),

EM (Estate Manager), asisten divisi, mandor I, dan mandor panen. Asisten,

mandor I, dan mandor panen wajib melakukan pemeriksaan hanca panen setiap

hari. EM (Estate Manager) melakukan pemeriksaan di semua divisi dalam satu

kebun, khususnya di divisi yang banyak buah restan (buah tinggal di lapangan).

AM (Area Manager) melakukan pemeriksaan dalam 2 kebun (kebun EMAL dan

kebun JAW) dan memperoleh informasi dari masing – masing EM.

Pemeriksaan dilakukan pada saat kegiatan panen dilaksanakan.

Pemeriksaan yang dilakukan di kebun EMAL meliputi pemeriksaan di lapangan

dan pemeriksaan di TPH. Pemeriksaan di lapangan meliputi: tandan matang tidak

terpanen, pelepah sengkleh, TBS tertinggal di piringan, brondolan tidak terkutip

dan penyusunan pelepah di gawangan tidak teratur. Untuk pemeriksaan di TPH

meliputi gagang buah, buah mentah terpanen dan adanya buah lewat matang.

Denda adalah potongan terhadap buah yang diperoleh pemanen karena

melanggar tata tertib panen Denda panen yang berlaku di PT EMAL antara lain:

• Pelepah sengkleh didenda Rp. 1 000,00/ pelepah

• Tandan matang tidak terpanen didenda Rp. 1 000,00/ janjang

• Buah mentah terpanen didenda Rp. 1 000,00/ janjang

• Tandan tertinggal di piringan didenda 1000,00/ janjang

• Gagang panjang didenda Rp. 1000,00/ janjang

Page 62: alpha selulosa

Tujuan diberikan denda adalah agar pemanen dapat melaksanakan

ketentuan panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sistem denda belum

berjalan di semua divisi yang mengakibatkan banyak ditemukan kesalahan dalam

kegiatan pemanenan di beberapa divisi.

5.1.2.5. Organisasi panen

Kegiatan panen yang baik harus terorganisasi dengan baik juga. Hal ini

agar kegiatan panen dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai target

produksi yang diinginkan. Organisasi yang baik akan mendukung tujuan

perusahaan yaitu mendapatkan produksi setinggi – tingginya dengan kandungan

ALB (asam lemak bebas ) yang rendah. Divisi III kebun EMAL terdapat 2 grup

(kemandoran) panen, yaitu grup A dan grup B. Masing – masing grup terdapat

seorang mandor panen. Grup A terdiri dari 15 pemanen dan seorang mandor

panen. Grup B terdiri dari 15 pemanen dan seorang mandor panen. Setiap grup A

dan grup B terdapat 2 orang kerani cek (kerani buah) dan 1 orang kerani transport.

Selain itu di divisi III terdapat pemuat buah yang berjumlah 6 orang. Pemanen

tersebut harus bertanggung jawab terhadap hanca masing – masing. Mandor panen

bertanggung jawab terhadap mandor I agar buah yang dipanen sesuai dengan

kriteria panen. Mandor I bertanggung jawab terhadap buah yang dihasilkan serta

buah restan di lapangan kepada asisten.

Sebagian pemanen di divisi III adalah KHL (karyawan harian lepas) yang

berjumlah 16 orang dan KHT (karyawan harian tetap) berjumlah 14 orang. Tetapi

saat ini sedang diusahakan untuk semua pemanen di kebun EMAL menjadi KHT.

Untuk mandor panen grup A berstatus HIP (hubungan industri pancasila) dan

mandor panen grup B statusnya KHT. Kerani cek dan kerani transport berstatus

KHT semua.

Status KHL berbeda dengan KHT dan HIP. KHL tidak mendapatkan jatah

beras per bulan dan UMR (upah minimum regional) yang diterima per hari adalah

Rp. 28 960,00. KHT dan HIP mendapatkan jatah beras per bulan yang besarnya

sama dan UMR yang diperoleh per hari adalah Rp. 24 350,00. Perbedaan antara

status KHT dan HIP adalah apabila KHT tidak masuk kerja mendapat potongan

gaji dan dianggap mangkir. Apabila HIP tidak masuk kerja, maka tidak mendapat

Page 63: alpha selulosa

potongan gaji dan tidak dianggap mangkir tetapi diberi surat peringatan yang

terdiri dari beberapa tahap.

5.1.2.6. Administrasi panen

Administrasi panen dilakukan oleh mandor panen, kerani transport, kerani

cek (kerani buah), kerani estate, dan payroll. Pencatatan yang rapi dan teratur

serta kelengkapan data akan memudahkan evaluasi kerja panen dan pemeriksaan

sewaktu – waktu bila diperlukan. Administrasi panen yang dilakukan antara lain:

a) Nota angkut buah.

Berisi nama divisi, tanggal panen, nama sopir, nomor polisi, jumlah TBS

per blok dan jumlah timbangan pabrik. Buku tersebut diisi oleh kerani

transport.

b) Buku produksi buah

Berisi catatan total TBS yang diangkut yang terdiri dari jumlah TBS dan

brondolan yang diperoleh pemanen. Buku tersebut diisi oleh mandor

panen dan krani cek.

c) Buku laporan harian mandor panen

Berisi daftar hadir pemanen, jumlah TBS yang diperoleh tiap blok,

pemakaian HK dan luas yang akan dipanen. Buku tersebut diisi oleh

mandor panen dan dilaporkan ke kerani divisi di kantor divisi tiap pagi

sebagai dasar untuk mengisi buku premi pemanen yang dilakukan oleh

payroll.

d) Buku produksi TBS per hari dan per blok.

Berisi catatan jumlah TBS yang diperoleh dan jumlah yang diangkut tiap

hari per blok setiap hari. Buku tersebut diisi oleh mandor panen dan krani

transport.

e) Pencatatan di kantor estate

Berisi rekap laporan produksi harian divisi, monitoring produksi panen,

rotasi panen, dan interval panen yang dilakukan oleh kerani estate.

Sedangkan untuk daftar upah dan premi panen diisi oleh payroll.

Page 64: alpha selulosa

5.1.2.7. Transportasi panen

Pengangkutan TBS ke pabrik harus segera dilakukan untuk diolah.

Maksikmal 8 – 12 jam setelah panen harus segera diolah. Hal ini bertujuan agar

buah tidak mengalami kerusakan dan menghindari kandungan asam lemak bebas

(ALB) menjadi tinggi. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu

mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan.

Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari

tempat pengumpulan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit (PKS). Alat transport

yang digunakan di kebun EMAL dalam mengangkut buah tergantung dari kondisi

topografi (areal) dan alat yang tersedia. Jika kondisi lahan baik dapat

menggunakan truk (Dutro). Apabila kondisi lahan tidak dapat dilalui truk, maka

dapat digunakan traktor (Jhon deer). Buah yang diangkut oleh traktor terlebih

dahulu dikumpulkan ke loading ramp sebelum diangkut ke pabrik oleh truk.

Apabila kondisi lahan baik, maka pengangkutan buah ke pabrik dapat dilakukan

langsung oleh truk. Kapasitas angkut satu truk untuk satu trip adalah 6 – 8 ton,

sedangkan traktor memiliki kapasitas angkut 4 – 5 ton untuk satu trip.

Gambar 13. Muat TBS Menggunakan Truk

Secara umum sarana pengangkutan yang terdapat di kebun EMAL sudah

cukup baik. Tetapi seringkali ditemukan pengangkutan buah dari lapangan ke

loading ramp maupun ke pabrik mengalami hambatan. Hal ini dikarenakan jalan –

jalan yang dilalui traktor dan truk mengalami kerusakan. Untuk mengatasi hal

Page 65: alpha selulosa

tersebut maka truk dan traktor yang terperosok dapat ditarik oleh grader dan

setelah itu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan jalan secara berkala. Alat berat

yang biasanya digunakan dalam perbaikan jalan adalah grader, backholeder dan

bomag. Kendala lain yang sering ditemukan dalam transportasi panen adalah

adanya kerusakan pada alat transport panen, seperti pada truk, traktor dan grader

yang disebabkan banyaknya jalan yang rusak. Upaya dalam perbaikan alat – alat

transport juga lama yang menyebabkan buah restan di tiap divisi menjadi

meningkat. Hal ini disebabkan karena lamanya order barang spare part untuk alat

transport yang rusak. Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan pemakaian alat –

alat transportasi seperti traktor dan grader secara bergantian dalam tiap divisi.

5.1.3. Pengolahan kelapa sawit

Pabrik kelapa sawit adalah tempat untuk menampung dan mengolah

tandan buah segar yang telah dipanen dari kebun menjadi minyak kelapa sawit

(Crude Palm Oil) dan inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil). Minyak dan inti yang

dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau CPO

dan inti (PKO) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya.

Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan PKO harus melalui beberapa stasiun

pengolahan yang terdapat di pabrik kelapa sawit. Kapasitas pabrik kelapa sawit di

kebun EMAL adalah 60 ton per jam.

5.1.3.1. Stasiun penerimaan buah

Sebelum diolah dalam pabrik, tandan buah segar yang berasal dari kebun

pertama kali ditimbang di jembatan timbang (weight bridge) dan selanjutnya

ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp). Penimbangan

dilakukan dua kali untuk setiap truk yang mengangkut TBS masuk ke pabrik yaitu

pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar (berat truk). Dari

selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang

masuk ke pabrik. Kapasitas jembatan timbang di PKS adalah 30 – 40 ton. Loading

ramp adalah tempat penampungan TBS sementara dari kebun setelah melewati

jembatan timbang. Selain itu loading ramp merupakan tempat sortasi TBS yang

masuk dari kebun sehingga dapat diketahui buah mentah, buah busuk dan buah

bergagang panjang.

Page 66: alpha selulosa

5.1.3.2. Stasiun perebusan (sterilizer)

TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus dalam

sterilizer atau dalam ketel rebus. Sterilizer yang digunakan adalah bejana tekan

horizontal yang menampung 3 lori per unit. Tiap lori berkapasitas 15 ton TBS.

Tujuan proses perebusan antara lain: menghentikan perkembangan asam lemak

bebas (ALB), memudahkan pemipilan, penyempurnaan dalam pengolahan dan

proses pengolahan inti sawit. Waktu yang diperlukan dalam perebusan adalah 90

menit.

5.1.3.3. Stasiun pemipilan

Stasiun pemipilan berfungsi untuk melepaskan brondolan dari tandannya

dengan menggunakan alat pemipil atau mesin perontok buah yang dinamakan

thresher. Tandan kosong hasil perontokan dapat digunakan sebagai pembuatan

pupuk abu janjang.

5.1.3.4. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipil kemudian diangkut ke

bagian pengadukan/ pencacahan (digester). Untuk memudahkan penghancuran

daging buah dan pelepasan biji, selama proses digester diberi uap. Tujuan utama

dari proses digesting adalah mempersiapkan daging buah untuk pengempaan

(pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah

dengan kerugian yang sekecil – kecilnya.

5.1.3.5. Stasiun pemurnian (clarifier)

Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan untuk

melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran – kotoran, seperti padatan

(solid), lumpur (sludge), dan air. Minyak sawit yang keluar dari tempat

pengepresan masih berupa minyak kasar karena masih mengandung kotoran

berupa partikel – partikel dari tempurung, serabut, dan air. Tujuan dari pemurnian

minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan

dapat dipasarkan dengan harga yang layak.

5.1.3.6. Stasiun pemiahan biji dan kernel

Proses pemisahan biji – serabut dari ampas pengempaan bertujuan untuk

memperoleh biji sebersih mungkin. Hasil pemisahan terbagi menjadi dua yaitu

Page 67: alpha selulosa

fibre dan kernel. Fibre adalah fraksi ringan dan biji pecah sedangkan kernel

adalah fraksi berat. Selain itu pada stasiun ini ampas yang keluar dari pengepresan

akan diolah lagi hingga menghasilkan kernel (inti) yang siap dijual.

5.1.3.7. Stasiun pembangkit tenaga

Sebagai sebuah unit produksi, PKS membutuhkan sumber energi untuk

menggerakkan mesin-mesin dan peralatan lain yang membutuhkan tenaga dalam

jumlah yang besar. Kebutuhan energi di PKS dipasok dari dua sumber, yaitu ketel

uap (boiler) yang menghasilkan tenaga uap dan diesel genset. Tenaga uap yang

dihasilkan oleh boiler pertama – tama dikonversikan menjadi energi listrik

melalui turbin. Kemudian uap yang keluar dari turbin ditampung dalam sebuah

bejana tekan dan dimanfaatkan untuk proses perebusan dan keperluan proses

pengolahan. Diesel genset merupakan sumber tenaga pembantu yang digunakan

pada saat PKS akan memulai operasi atau pada saat PKS tidak beroperasi.

5.1.3.8. Stasiun pengolahan limbah (Effluent Treatment)

Air limbah pada pabrik kelapa sawit banyak mengandung bahan organik

dan anorganik, sehingga jika dibuang langsung akan menyebabkan pencemaran di

sungai. Ada tiga jenis proses pengolahan limbah yaitu proses mekanis, proses

biologis, dan kimia. Dari ketiga proses tersebut harus memperhatikan parameter

yang menentukan tinggi rendahnya kualitas air limbah di antaranya: Biological

Oxigen Demand (BOD), Chemical Oxigen Demand (COD), pH (alkalinitas),

Total Solid, Lemak (grease), Suspended Solid, dan suhu (temperatur). Dari

ketujuh parameter tersebut dapat di uji kelayakan terhadap limbah pabrik, apakah

telah layak digunakan dan tidak membahayakan lingkungan (pencemaran).

5.2. Aspek Manajerial

Manajemen kebun tingkat karyawan di kebun EMAL terdiri dari dua, yaitu

manajemen tingkat staf dan manajemen tingkat non staf. Manajemen karyawan

tingkat non staf meliputi karyawan yang bertugas membantu jalannya kegiatan,

baik di lapangan maupun administrasi kantor. Manajemen tingkat non staf terdiri

dari mandor I, mandor, kerani produksi (kerani estate) yang dibantu oleh kerani

divisi, kerani buah (kerani cek), dan kerani transport. Manajemen karyawan

tingkat staf dilaksanakan oleh estate manager yang dibantu oleh asisten kebun

Page 68: alpha selulosa

(asisten divisi) untuk tugas operasional lapangan. Untuk tugas administrasi dan

keuangan, estate manager dibantu oleh asisten estate (kepala administrasi). Dan

untuk keamanan estate manager dibantu oleh koordinator keamanan.

5.2.1. Pendamping mandor

Mandor bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilaksanakan

anggotanya, di bawah pengawasan mandor I dan asisten divisi. Mandor I sebagai

tangan kanan atau orang kepercayaan asisten divisi bertugas memberikan

pembinaan sekaligus pengawasan terhadap semua jenis pekerjaan teknis di

lapangan agar pekerjaan tersebut tercapai dengan tepat dan cepat. Hubungan

antara mandor I dengan mandor adalah garis instruksi, sedangkan dengan kerani

produksi (kerani estate) adalah garis koordinasi. Kegiatan yang dilakukan

mahasiswa sebagai pendamping mandor adalah mengetahui tahapan setiap jenis

pekerjaan, mengabsen tenaga kerja yang digunakan, mengawasi pekerja,

mengawasi penggunaan bahan serta mengisi laporan harian mandor. Hal – hal

yang perlu dicatat dalam laporan mandor antara lain: jumlah tenaga kerja dan

bahan yang digunakan, prestasi yang diperoleh pekerja dan luas areal yang

dikerjakan. Dalam pendamping mandor, mahasiswa bertugas sebagai pendamping

mandor semprot, mandor babad, mandor pupuk, mandor panen, kerani cek, kerani

transport dan krani divisi.

5.2.1.1. Mandor semprot

Sebagai mandor semprot, penulis bertanggung jawab terhadap pekerja dan

bahan yang digunakan. Dalam permintaan bahan yaitu herbisida, sehari sebelum

kegiatan penyemprotan kantor divisi terlebih dahulu mengeluarkan bon

permintaan dan pengeluaran barang (BPPB) yang dibuat oleh kerani divisi dan

mandor semprot. Bon tersebut selanjutnya diperiksa oleh asisten divisi agar

disetujui, kemudian diajukan ke estate manager. Setelah diperiksa oleh estate

manager dan ditandatangani, bon tersebut diberikan kepada kepala gudang untuk

diperiksa. Setelah lengkap, maka mandor semprot dapat mengambil herbisida di

gudang sesuai dengan yang tercantum dalam BPPB.

Tugas mandor semprot di lapangan antara lain: mengabsen tenaga kerja,

menentukan areal yang disemprot, mengawasi kegiatan penyemprotan,

mengawasi penggunaan herbisida di lapangan serta mengisi buku harian mandor.

Page 69: alpha selulosa

Mandor semprot perlu memperhatikan penggunaan herbisida dan letak sumber air.

Pengawasan penggunaan herbisida sangat penting dilakukan karena kebutuhan

herbisisda sudah ditentukan. Apabila terjadi kekurangan maka pengendalian

gulma menjadi kurang efektif. Letak sumber air sangat berpengaruh pada

kecepatan kerja. Apabila letak sumber air jauh, maka kegiatan penyemprotan

menjadi lama dan terhambat. Selama menjadi pendamping mandor, mahasiswa

mengawasi kegiatan penyemprotan gawangan dan piringan. Jumlah karyawan

yang diawasi oleh mahasiswa adalah 12 orang, yang terdiri dari 3 orang pelangsir

air dan 9 orang sebagai penyemprot dengan luasan 19.20 Ha. Semua tenaga kerja

yang dipakai adalah KHL (karyawan harian lepas).

5.2.1.2. Mandor babad

Mandor babad bertugas menentukan areal yang dibabad, mengawasi

kegiatan babad, dan mengisi buku harian mandor. Kegiatan pembabadan yang

dilakukan antara lain: babad selektif, babad rendahan, rempes jalan dan rawat

jalan. Dalam kegiatan pembabadan perlu mengetahui areal atau lahan yang

banyak terdapat gulma anak kayu yang sudah tumbuh besar, sehingga kegiatan

pembabadan dapat didahulukan pada areal tersebut. Jumlah tenaga kerja yang

diawasi mahasiswa selama menjadi pendamping mandor babad berjumlah 8 orang

yang semuanya berstatus KHL dengan luasan 4.8 Ha.

5.2.1.3. Mandor pupuk

Rencana program pemupukan dibuat oleh asisten divisi yang diajukan oleh

manajer kebun. Rencana kerja yang dibuat mencangkup luas areal dan blok, tahun

tanam, jumlah pokok, SPH (stand per hektar), jenis pupuk, dosis per jenis pupuk,

serta waktu pemupukan. Kerani divisi dan mandor pupuk membuat bon

permintaan dan pengeluaran barang yang telah direncanakan oleh asisten divisi

untuk satu kali aplikasi. Bon tersebut diberikan kepada asisten estate (chief clerk)

agar diperiksa dan ditandatangani oleh estate manager. Setelah bon tersebut

mendapat tanda tangan asisten divisi dan estate manager, maka bon tersebut akan

dibawa ke gudang oleh mandor pupuk untuk diperiksa kepala gudang dan

selanjutnya dapat digunakan untuk mengambil pupuk yang jenis dan jumlahnya

sesuai dengan yang tecantum dalam BPPB yang telah dibuat oleh mandor pupuk.

Pengangkutan pupuk menggunakan traktor dan selanjutnya langsung diecer ke

Page 70: alpha selulosa

lapangan. Dalam pengangkutan pupuk ke traktor, kepala gudang dan bawahannya

secara langsung mengawasi kegiatan pemindahan pupuk tersebut. Hal bertujuan

agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan perhitungan jumlah pupuk yang akan

dipakai. Jumlah karyawan yang diawasi mahasiswa adalah 12 orang, yang terdiri

dari 8 orang penabur dan 4 orang pelangsir dengan luas areal yang dipupuk adalah

23.53 Ha. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dengan jumlah 50 ton.

5.2.1.4. Mandor panen

Panen berkaitan langsung dengan produksi. Kegiatan pengawasan panen

merupakan kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan untuk melihat

kemajuan usaha yang telah tercapai, sehingga dapat mengetahui sumber

pemasukan uang yang dapat digunakan sebagai biaya seluruh kegiatan operasional

kebun. Pengawasan dilaksanakan dari tingkat mandor sampai asisten divisi yang

bersifat kontrol setiap hari, baik kuantitas maupun kualitas panen.

Tugas dan tanggung jawab mandor panen antara lain: membagi hanca

panen tiap – tiap pemanen dan memastikan hanca tersebut selesai, mencatat

seluruh hasil panen dan lokasi panen setiap hari dan berkoordinasi dengan dengan

kerani cek, membuat data rotasi panen setiap hari untuk memastikan agar rotasi

dapat normal, bertanggung jawab secara langsung atas kuantitas dan kualitas hasil

panen yang dihasilkan dalam hancanya kepada mandor I dan asisten divisi, serta

memonitor absensi karyawan. Mahasiswa menjadi pendamping mandor panen di

divisi III kemandoran (grup B) dengan jumlah tenaga panen 15 orang.

5.2.1.5. Kerani buah (kerani cek)

Kerani cek bertugas mencatat dan memeriksa hasil panen yang diperoleh

masing – masing pemanen di tiap – tiap TPH (tempat pengumpulan hasil). Hasil

panen yang diperiksa berdasarkan kriteria matang dan mutu panen. Pencatatan

jumlah TBS dan brondolan yang diperoleh masing – masing pemanen dilakukan

dalam tiap – tiap blok. Pencatatan ditulis di dalam buku produksi buah. Hasil

pencatatan kerani cek harus sesuai yang diperoleh mandor panen. Hasil pencatatan

buah selanjutnya dilaporkan ke kantor divisi untuk dicatat dan direkap oleh kerani

divisi dalam buku produksi TBS, untuk selanjutnya dikirim ke kantor estate.

Penulis menjadi pendamping kerani cek di divisi III grup B. Mahasiswa

Page 71: alpha selulosa

melakukan pengecekan di tiap – tiap TPH masing – masing pemanen yang

berjumlah 15 orang.

5.2.1.6. Kerani transport

Kerani transport bertugas menghitung jumlah buah yang diangkut ke

pabrik serta memastikan buah telah sampai ke pabrik dari lapangan. Selain itu

kerani transport bertugas membuat nota angkut buah (NAB), menghitung

kebutuhan truk, melaporkan buah restan, mengabsen tenaga kerja pemuat dan

menginformasikan kondisi jalan yang dapat dilalui truk dan traktor agar buah

dapat terangkut. Informasi tentang kondisi jalan sangat penting dimiliki oleh

seorang kerani transport. Hal ini dikarenakan untuk mencegah meningkatnya buah

restan di lapangan. Dalam pengangkutan buah di lapangan, kerani transport

berkoordinasi dengan kepala traksi. Koordinasi dengan kepala traksi sangat

penting karena dari kantor traksi masing - masing divisi dapat meminjam alat –

alat berat seperti grader, boomag dan backholeder. Grader dan alat – alat berat

tersebut digunakan untuk menarik truk dan traktor yang terperosok di lapangan

pada saat mengangkut buah karena jalan yang dilalui rusak dan berbukit serta

dapat digunakan sebagai sarana perbaikan jalan. Penggunaan grader dan alat –

alat berat di kebun EMAL dilakukan bergilir di tiap divisi karena ketersediaannya

terbatas.

Pencatatan kerani transport dalam NAB, langsung dikirim ke kantor

estate, untuk selanjutnya diberikan oleh kerani produksi. Oleh kerani produksi

akan dicatat dalam laporan produksi harian. Sebelumnya hasil pencatatan yang

diperoleh kerani transport dicocokkan terlebih dahulu dari catatan dari kantor

divisi yang dibuat oleh kerani divisi. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi

penyimpangan perhitungan jumlah buah yang diperoleh serta agar dapat

mengetahui besarnya buah restan di lapangan. Hasil pencatatan kerani produksi

selanjutnya dikirim ke pabrik untuk direkap ulang.

Tugas mahasiswa saat menjadi pendamping kerani transport adalah

mencari jalan yang dapat dilalui oleh truk dan traktor, mencari lokasi buah restan,

dan mengisi nota angkut buah untuk surat pengantar ke pabrik.

Page 72: alpha selulosa

5.2.1.7. Kerani divisi

Kerani divisi merupakan manajemen tingkat divisi dalam suatu divisi.

Kerani divisi bertanggung jawab masalah administrasi secara keseluruhan dalam

divisinya. Tugas dari kerani divisi antara lain: membuat rencana permintaan dana

operasional (RPDO) bersama asisten divisi, membuat BPPB, mencatat seluruh

kegiatan harian perawatan dan produksi, membuat laporan rencana dan realisasi

pekerjaan, mengisi daftar hadir karyawan, membuat dan merekap data produksi

harian panen divisi, serta bertanggung jawab terhadap kerani produksi (estate),

mandor I dan asisten divisi.

5.2.2. Pendamping asisten

Tugas dan tanggung jawab asisten divisi adalah mengelola seluruh

kegiatan divisi secara efektif dan efisien untuk mencapai target produksi dengan

biaya seminimal mungkin. Asisten juga bertugas melaksanakan administrasi divisi

dengan tertib, pembinaan sumber daya manusia di divisi, kontrol biaya yang telah

disetujui estate manager dan area manager (AM), berwenang dalam pemberian

persetujuan buku mandor, serta bertanggung jawab terhadap estate manager

secara langsung. Asisten divisi dibantu oleh seorang kerani divisi dalam

pembuatan RPDO (rencana permintaan dana operasional). RPDO digunakan

sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan pemanenan setiap divisi.

Asisten kebun bertanggung jawab penuh terhadap lingkungan kebun selama 24

jam, yang meliputi semua pekerjaan di divisi maupun dalam lingkungan

kemasyarakatan.

Selama menjadi pendamping asisten, mahasiswa melakukan pengawasan

terhadap semua kegiatan di divisi III baik pekerja maupun mandor. Mahasiswa

ikut mengontrol semua pekerjaan bersama dengan asisten divisi ke setiap blok

yang sedang melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini asisten melihat kualitas

pekerjaan tersebut agar sesuai dengan pedoman kerja. Dalam kegiatan

pemupukan, asisten akan menyediakan waktu yang lebih lama dalam

pengontrolan agar pekerjaan tersebut dilakukan dengan baik dan benar.

Page 73: alpha selulosa

BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan magang di PT. Eramitra Agro Lestari, Bakrie

Sumatera Plantation secara umum memberikan manfaat yang cukup banyak bagi

mahasiswa. Selama menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor,

dan pendamping asisten mahasiswa terlibat interaksi langsung dengan staf dan

karyawan kebun dari berbagai tingkatan. Hal tersebut secara langsung dan tidak

langsung, dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa secara

teknis lapangan dan manajerial.

Dalam pelaksanaan kegiatan magang, beberapa kegiatan yang dilaksanakan

antara lain: kegiatan aspek teknis, aspek khusus, dan aspek manajerial. Kegiatan

magang dilaksanakan sesuai aturan dan standar perusahaan. Aspek teknis kegiatan

magang yang dilakukan mahasiswa terdiri dari kegiatan pemeliharaan (pengendalian

gulma tanaman menghasilkan, pengendalian ulat api, pemupukan serta perawatan

jalan) dan pemanenan (persiapan panen, pelaksanaan panen, basis dan premi panen,

pengawasan dan denda panen, organisasi panen, administrasi panen serta transportasi

panen).

Keadaan infrastruktur di PT. EMAL memiliki beberapa permasalahan.

Keadaan jalan yang rusak disebabkan curah hujan yang tinggi mengakibatkan

kegiatan transportasi, khususnya transportasi panen menjadi terhambat. Selain itu

fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pemanenan, pemeliharaan, keamanan

kerja dan transportasi panen dirasa sangat kurang sehingga kegiatan tersebut

menjadi kurang optimal.

Kegiatan pemeliharaan di kebun EMAL secara umum berjalan baik dan

lancar. Segala jenis pekerjaan pemeliharaan sudah dilaksanakan dengan baik

sesuai dengan standar dan norma yang berlaku di perusahaan. Permasalahan yang

dijumpai yaitu keadaan topografi yang cukup curam di beberapa areal dan

keadaan tajuk tanaman terlampau tinggi yang mengakibatkan kegiatan

pemeliharaan menjadi terhambat.

Dalam kegiatan pemanenan dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja

panen divisi III kebun EMAL sudah mencukupi yaitu 33 orang. Di lapangan

masih banyak dijumpai kualitas hasil panen yang rendah yang ditunjukkan dengan

Page 74: alpha selulosa

masih banyaknya jumlah buah kurang matang terpanen (44.21 %) dan cukup

banyaknya buah bergagang panjang di tiap TPH (23.13 %). Banyaknya buah

kurang matang terpanen disebabkan para pemanen ingin mengejar basis panen

dan memperoleh premi panen. Para pemanen melakukan hal ini (panen buah

kurang matang) karena angka kerapatan panen di divisi III rendah (12 % - 13 %).

Masih cukup banyaknya buah bergagang panjang di tiap TPH disebabkan

pengawasan panen yang kurang teliti.

6.2. Saran

Selama pelaksanaan kegiatan magang di kebun EMAL, ditemukan

beberapa masalah yang berkaitan dengan kegiatan infrastruktur, pemeliharaan dan

pemanenan. Oleh sebab itu beberapa saran yang dapat digunakan oleh kebun

adalah:

a) Perbaikan dan rawat jalan secara menyeluruh

Perbaikan dan rawat jalan sangat perlu dilakukan karena dapat

memperlancar pengangkutan buah ke pabrik sehingga buah dapat langsung

diolah dan dapat mencegah timbulnya buah tertinggal di lapangan (buah restan)

terutama di TPH. Dilakukan perawatan secara intensif pada jalan utama (main

road), jalan koleksi (collection road), dan jalan bantu karena sangat

berhubungan dengan akses panen.

b) Fasilitas kegiatan pemanenan, fasilitas kegiatan pemeliharaan, fasilitas

keamanan kerja dan fasilitas transportasi panen harus sangat diperhatikan

Kelengkapan berbagai fasilitas bertujuan agar kegiatan transportasi panen,

pemeliharaan dan kegiatan pemanenan berjalan secara lancar dan maksimal.

c) Pengurangan basis panen dan penetapan basis panen berdasarkan angka

kerapatan panen

Hal ini bertujuan mencegah para pemanen memanen buah mentah dan

kurang matang. Dengan pengurangan basis panen maka jumlah janjang yang

dipanen pemanen tiap hari berkurang dengan syarat kualitas hasil panen baik

dan sesuai dengan standar kriteria matang panen perusahaan yaitu fraksi 2 dan

fraksi 3. Basis panen yang digunakan dapat ditentukan berdasarkan perhitungan

angka kerapatan panen kebun karena produksi buah di divisi III rendah.

Page 75: alpha selulosa

d) Pengawasan panen diperketat

Hal ini bertujuan mempertahankan kualitas dan kuantitas buah. Tugas ini

terutama dikhususkan pada mandor panen dan kerani transport. Tugas mandor

panen lebih ditingkatkan lagi dalam pengawasan mutu panen, sedangkan kerani

transport lebih teliti lagi dalam mencari lokasi yang paling banyak terdapat

buah restan (buah tertinggal di lapangan).

Page 76: alpha selulosa

BAB VII. DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan Indonesia 2001-2005. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. 57 Hal.

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal.

Koedadiri, A. D., E. S. Sutarta, W. Darmosarkoro, P. Purba, L. Fadli dan S. Rahutomo. Tanpa Tahun. Panen, hal 8.1 – 8.8 Dalam

L. Buana, D. Siahaan dan S. Adiputra, (Eds). Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Sumatera Utara.

Lubis, A. U., A. Djamin, S. Wahyuni dan I. R. Harahap. 1989. Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Sumatera Utara.

409 hal.

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 Hal.

Mangoensoekarjo,S. dan H. Semangun. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 Hal.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar swadaya. Jakarta. 411 Hal.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 153 Hal.

PT.Pekebunan X. 2002. Vademicum Budidaya Kelapa Sawit Dan Karet. Bandar Lampung. 232 hal.

Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.

Tim Penyusun Vademecum. 1993. Vademecum Kelapa Sawit. PT. Perkebunan X. Bandar Lampung. 442 hal.

Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.

Page 77: alpha selulosa

LAMPIRAN

Page 78: alpha selulosa

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian sebagai KHL

Tanggal Tempat Kegiatan Norma kerja (ha/ HK)

Prestasi kerja (ha/ HK) keterangan Pekerja Penulis

14 Feb 2008 Berangkat dari Bogor 15 Feb 2008 Orientasi lapangan 16 Feb 2008 Blok 95 E (div IV) Semprot pasar pikul dan piringan 1.6 1.6 1 1 hk = 7 jam kerja 18 Feb 2008 Blok 95 B,E (div IV) Rempes jalan 5 5 3 19 Feb 2008 Blok 94 D (div II) Pemupukan RP 0.8 0.8 20 Feb 2008 Blok 96 B (div II) Pembuatan TPH 30 TPH 30 TPH 20 TPH 21 Feb 2008 Blok 98 B (div I) Babad rendahan 0.6 0.6 0.3 22 Feb 2008 Blok 94 G (div III) Transportasi panen - - - 23 Feb 2008 Blok 95 C (div IV) Pemupukan RP 0.8 0.8 - 25 Feb 2008 Blok 96 A (div I) Pemupukan RP 0.8 0.8 - 26 Feb 2008 Blok 95 K (div V) Pemanenan 60 janjang 80 janjang 10 janjang 27 Feb 2008 Blok 94 M (div III) Pemanenan 60 janjang 100 janjang 12 janjang 28 Feb 2008 Blok 94 H (div III) Pemupukan RP 0.8 0.8 - 29 Feb 2008 Blok 94 H ( div III) Sensus ulat api 2 2 2 1 Mar 2008 Blok 94 B (div II) Pemanenan 60 janjang 100 janjang 7 janjang 3 Mar 2008 Blok 97 M (div IV) Kutip brondolan 13 ember 13 ember 4 ember 4 Mar 2008 TBM (div IV) Spot lalang dan anak kayu 5 5 2 5 Mar 2008 Blok 94 G (div III) Transportasi panen - - - 6 Mar 2008 Blok 94 H (div III) Sensus ulat api 2 2 2 8 Mar 2008 Blok 94 I (div III) Pemupukan urea 0.7 0.7 -

10 Mar 2008 Blok 94 L (div III) Rawat jalan 100 m 100 m 20 m 11 Mar 2008 Divisi III Pengamatan lapang 12 Mar 2008 Blok 94 H (div III) Sprying ulat api 5 5 2 13 Mar 2008 Blok 95 D (div IV) Pemupukan RP 0.8 0.8 - 14 Mar 2008 Dusun Baru, Kebun JAW Pengambilan bibit sisipan 15 Mar 2008 Blok 94 H (div III) Spraying ulat api 5 5 2 17 Mar 2008 Divisi III Pengamatan lapang

Page 79: alpha selulosa

Tabel Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor

Tanggal Uraian kegiatan Prestasi kerja

Keterangan Jumlah pekerja diawasi (orang)

Luas areal diawasi (ha)

18 Mar 2008 Pengamatan lapang Divisi III 19 Mar 2008 Transportasi panen 4 - 1 hk = 7 jam kerja 20 Mar 2008 Rawat jalan 3 15 22 Mar 2008 Babad selektif 2 1.5 24 Mar 2008 Pemanenan 13 32.5 24 Mar 2008 Sortasi dan grading PKS 25 Mar 2008 Pengamatan lapang Divisi III 26 Mar 2008 Pengamatan lapang Divisi III 27 Mar 2008 Pengamatan lapang Divisi III 28 Mar 2008 Pemupukan RP 10 45.24 29 Mar 2008 Pengendalian ulat api dengan injeksi 4 1.5 31 Mar 2008 Pengendalian ulat api dengan injeksi 6 1.5 1 Apr 2008 Semprot gawangan dan pasar pikul 9 9.6 2 Apr 2008 Pemupukan RP 15 45.17

3 Aprl 2008 Transportasi panen 4 - 4 Apr 2008 Transportasi panen 4 - 5 Apr 2008 Transportasi panen 6 -

5 Aprl 2008 Sortasi dan grading PKS 7 April 2008 Transportasi panen 6 -

8 Apr – 1 Mei 2008 Administrasi Kantor estate

Page 80: alpha selulosa

Tabel Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Tanggal Uraian kegiatan Prestasi kerja Keterangan

Jumlah mandor yang diawasi (orang)

Lama kegiatan (jam)

2 Mei 2008 Transportasi panen 1 4 2 Mei 2008 Rawat jalan 1 3 3 Mei 2008 Pemanenan 1 7 5 Mei 2008 Pemupukan MOP 2 5 6 Mei 2008 Spraying ulat api 1 5 7 Mei 2008 Pemupukan urea 1 5 7 Mei 2008 Transportasi panen 1 2 8 Mei 2008 Dongkel anak kayu 1 7 9 Mei 2008 Cek dan spraying ulat api 1 7 9 Mei 2008 Supervisi dosen Mes tamu 10 mei 2008 Pemupukan urea 2 5 12 Mei 2008 Kunjungan ke pembibitan Kebun JAW 13 Mei 2008 Pemupukan MOP 2 5 14 Mei 2008 Pemupukan MOP 2 5

15 – 16 Mei 2008 Kunjungan ke pabrik PKS 17 Mei 2008 Pemupukan MOP 2 5 19 Mei 2008 Pemupukan MOP 2 5 20 Mei 2008 Pemupukan MOP 2 5 21 Mei 2008 Administrasi Traksi dan Bengkel

22 – 23 mei 2008 Administrasi Gudang 24 Mei 2008 Transportasi panen 1 7 26 Mei 2008 Pemanenan 1 7 27 Mei 2008 Transportasi panen 1 7 28 Mei 2008 Pemanenan 1 7

29 – 31 Mei 2008 Transportasi panen 1 7 1 – 5 Juni 2008 Pengamatan lapangan Divisi III 6 – 7 Juni 2008 Melengkapi data Kantor estate

Page 81: alpha selulosa

Tabel Lampiran 4. Kelas Kesesuaian Lahan PT. EMAL

Keadaan Tanah PT. EMAL Baik

(Kelas I)

Sedang

(Kelas II)

Kurang Baik

(Kelas III)

Tidak Baik

(Kelas IV)

Tinggi tempat (m

dpl) 50 – 100 0 – 400 0 – 400 0 – 400 0 – 400

Topografi Datar,

bergelombang Datar

Datar,

bergelombang Berbukit Curam

Lereng (%) 0 – 30 0 – 15 16 – 25 25 – 36 > 36

Tekstur liat berpasir Lempung, liat Liat berpasir Pasir, lempung, liat Pasir

Erosi Sedikit Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedikit

Drainase Agak baik Baik Baik Agak baik Agak baik

Banjir Sedikit Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedikit

Pengaruh pasang

surut Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedikit

Sumber: Vademecum Kelapa Sawit, 1993

Page 82: alpha selulosa

Tabel Lampiran 5. Data Curah Hujan PT Era Mitra Agro Lestari pada 10 Tahun Terakhir

Sumber : Kantor estate 2007 Keterangan: HH : Hari Hujan (hari) Rata – rata bulan kering/ tahun = 1 bulan CH : Curah Hujan (milimeter) Rata – rata bulan basah/ tahun = 10 bulan

BB : Bulan Basah (CH > 100 mm)

BL : Bulan Lembab ( CH 60 mm – 100 mm) Q = rata – rata bulan keringrata – rata bulan basah

x 100 %

BK : Bulan Kering (CH < 60 mm) = 1/ 10 x 100 % = 10 %

NO BULAN

T A H U N 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

H.H C.H. H.H C.H. H.H C.H. H.H C.H. H.H C.H. H.H C.H. H.H C.H. H.H C.H. H.H C.H. H.H C.H. 1 Januari 18 465 13 257 8 124 10 230 17 502 12 344 28 372 11 181 14 330 11 390 2 Februari 10 204 14 280 11 191 6 135 9 270 13 435 21 142 11 489 16 179 8 103 3 Maret 10 248 11 169 7 89 9 365 18 298 12 257 28 354 14 388 9 133 7 152 4 April 8 100 8 50 8 281 13 185 16 189 11 388 26 239 10 286 15 427 11 210 5 May 8 240 12 173 4 120 9 260 10 354 7 187 15 71 6 237 1 6 7 325 6 Juni 10 345 5 246 2 25 8 214 8 187 3 25 7 28 7 115 6 41 6 255 7 Juli 9 272 4 86 4 62 4 78 12 149 5 209 18 123 9 266 4 92 6 257 8 Agustus 9 317 5 162 13 130 8 126 3 155 14 480 5 164 12 335 3 46 5 100 9 September 7 288 7 25 10 168 5 64 5 84 7 200 12 412 7 251 5 76 5 130

10 Oktober 14 356 12 91 9 168 17 651 3 43 8 180 8 204 14 402 2 1 4 109 11 November 7 356 18 109 10 127 19 686 18 592 17 355 10 484 13 504 8 293 13 328 12 Desember 9 768 16 167 12 211 19 643 11 231 15 362 16 516 16 319 3 207 15 265

TOTAL 119 3,957 125 1,815 98 1,695 127 3,636 130 3,053 124 3,421 194 3,109 130 3,773 86 1,832 98 2,623 BB 12 8 9 10 10 11 10 12 6 12 BL - 2 2 2 1 - 1 - 2 - BK - 2 1 - 1 1 1 - 4 -

Page 83: alpha selulosa

Tabel Lampiran 6. Nota Angkut Buah (NAB)

NO. NAB TRUKEST / DIV NO. POLISITGL SUPIR

TANDAN BJR KG KG BJR

NOTA ANGKUT BUAH ( NAB )

DIANGKUT DITIMBANGBLOK KET

Page 84: alpha selulosa

Gambar Lampiran 1. Peta Kebun Eramitra Agro Lestari

Sumber: Kantor Estate

Page 85: alpha selulosa

74

Gambar Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Eramitra Agro Lestari

Pelegalan

Kanitpam

EM EMAL

Proses II

Kepala HRD

Kepala Akuntan

Manajer PKS

Proses I

Perawatan

Pengontrol

Kualitas

Asisten Divisi I - VI

Satpam/Security

Pers & Administrasi

Akuntan

Asisten Infrastruktur

Bangunan Kebun

Karyawan

Petugas Kesehatan/Perawat

Asisten Gudang

Asisten Bengkel &

Traksi

Area Manager