menteriperhubungan republik indonesia

12
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURANMENTERIPERHUBUNGANREPUBLIKINDONESIA NOMOR: PM38 TAHUN2014 TENTANG PERUBAHANKEDUAATASPERATURANMENTERIPERHUBUNGANNOMOR PM57 TAHUN2011 TENTANGPERATURANKESELAMATANPENERBANGAN SIPILBAGIAN171 (CWILAVIATION SAFETYREGULATION PART 171) TENTANGPENYELENGGARAPELAYANANTELEKOMUNIKASIPENERBANGAN (AERONAUTICAL TELECOMMUNICATION SERVICEPROVIDERS) Menimbang :a. bahwa dengan adanya amandemen ketentuan International Civil Aviation Organization' (IeAO) annex 10 tentang Aeronautical Telecomunication perlu dilakukan penyesuaian terhadap Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety Regulation Part 171); b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety Regulation Part 171) Tentang Penyelenggara Pelayanan Telekomunikasi Penerbangan (Aeronautical Telecommunication Service Providers); Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13Tahun 2014;

Upload: buihanh

Post on 04-Jan-2017

244 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA

PERATURANMENTERI PERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA

NOMOR: PM 38 TAHUN2014

TENTANG

PERUBAHANKEDUAATASPERATURANMENTERI PERHUBUNGANNOMORPM 57 TAHUN2011 TENTANGPERATURANKESELAMATANPENERBANGAN

SIPIL BAGIAN 171 (CWIL AVIATION SAFETYREGULATION PART 171)TENTANGPENYELENGGARAPELAYANANTELEKOMUNIKASIPENERBANGAN

(AERONAUTICAL TELECOMMUNICATION SERVICEPROVIDERS)

Menimbang : a. bahwa dengan adanya amandemen ketentuan InternationalCivil Aviation Organization' (IeAO) annex 10 tentangAeronautical Telecomunication perlu dilakukan penyesuaianterhadap Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian171 (Civil Aviation Safety Regulation Part 171);

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, perlu menetapkan Perubahan Kedua AtasPeraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2011tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian171 (Civil Aviation Safety Regulation Part 171) TentangPenyelenggara Pelayanan Telekomunikasi Penerbangan(Aeronautical Telecommunication Service Providers);

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4956);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2011 tentangKeamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146);

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan Organisasi Kementerian Negara sebagaimanadiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun2014;

Page 2: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara sertaSusunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Ese10n IKementerian Negara sebagaimana te1ah diubah denganPeraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;

5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 21 Tahun 2009tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian173 (Civil Aviation Safety Regulation Part 173) ten tangPerancangan Prosedur Penerbangan Instrument (InstrumentFlight Procedure Design);

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 2009tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian175 (Civil Aviation Safety Regulation Part 175) tentangPe1ayanan Informasi Aeronautika (Aeronautical InformationServices);

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentangBandar Udara, sebagaimana telah diubah dengan PeraturanMenteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2011;

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010tentang Organisasi dan Tata Kementerian Perhubungansebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan MenteriPerhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013;

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2013Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri PerhubunganNomor PM 57 Tahun 2011 Tentang Peraturan KeselamatanPenerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation SafetyRegulation Part 171) Tentang Penyelenggara Pe1ayananTe1ekomunikasi Penerbangan (AeronauticalTelecommunication Service Provider);

Menetapkan : PERATURANMENTERIPERHUBUNGANTENTANGPERUBAHANKEDUAATAS PERATURANMENTERI PERHUBUNGANNOMORPM 57 TAHUN 2011 TENTANG PERATURANKESELAMATANPENERBANGANSIPIL BAGIAN 171 (CWIL AVIATION SAFETYREGULATION PART 171) TENTANG PENYELENGGARAPELAYANAN TELEKOMUNlKASI PENERBANGAN(AERONAUTICAL TELECOMMUNICATIONSERVICEPROVIDERS).

Beberapa ketentuan dalam lampiran Peraturan MenteriPerhubungan Nomor PM 57 Tahun 2011 tentang PeraturanKeselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation SafetyRegulation Part 171) Tentang Penyelenggara PelayananTelekomunikasi Penerbangan (Aeronautical TelecommunicationService Providers) diubah sebagai berikut:

Page 3: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

1. Ketentuan Sub Bagian 171.005 huruf a diubah sehinggaberbunyi sebagai berikut:

a. Sub Bagian ini memuat:

1. Standar penye1enggaraan pelayanan telekomunikasipenerbangan yang sesuai dengan standar ICAOdanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Ketentuan penyelenggaraan pe1ayanantelekomunikasi penerbangan berbasis di darat dansatelit;

3. Persyaratan penerbitan sertifikat fasilitaste1ekomunikasi penerbangan sebagai bagian daripenyelenggara pe1ayanan; dan

4. Ketentuan administrasi untuk pengurusan sebagaipenye1enggara pelayanan telekomunikasipenerbangan berbasis di darat dan satelit.

2. Ketentuan Sub Bagian 171.010 huruf b ditambahkan katapengertian pe1ayanan terganggu, sehingga berbunyi sebagaiberikut:

b. Bagian ini menjelaskan tentang pengertian pelayananterganggu:

1. Pelayanan telekomunikasi penerbangan yangdisediakan dengan menggunakan satu atau lebihfasilitas pada satu atau beberapa lokasi, dimanasetiap fasilitas terdiri dari:

a) satu unit peralatan; ataub) beberapa peralatan yang terinterkoneksi padasuatu lokasi tertentu.

2. Pe1ayanan terganggu jika:

a) selama jam operasi, fasilitas tidak beroperasikarena terjadi kegagalan atau dihentikan; atau

b) selama jam operasi fasilitas beroperasimenyimpang dari spesifikasi teknis.

3. Ketentuan Sub Bagian 171.012 huruf d angka 7 dihapus,sehingga Sub Bagian 171.012 huruf d berbunyi sebagaiberikut:

d. berdasarkan ruang lingkup pelayanan komunikasipenerbangan pada huruf b di atas, jenis-jenis pe1ayanankomunikasi penerbangan sebagai berikut:

1. Pe1ayanan aeronautika siaran adalah suatupe1ayanan aeronautika siaran yang ditujukan untukmemberikan informasi navigasi penerbangan.

2. Pelayanan aeronautika tetap adalah pelayanankomunikasi antar stasiun radio tetap penerbanganbertujuan untuk menye1enggarakan pelayanantelekomunikasi penerbangan yang aman,berkesinambungan, efisien dan ekonomis.

Page 4: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

3. Pelayanan Aeronautical Fixed TelecommunicationNetwork, adalah sistem jaringan tetap penerbanganyang disediakan sebagai bagian pelayanan tetappenerbangan, untuk keperluan pertukaran pesandan/ atau data digital antar stasiun tetappenerbangan yang memiliki karakteristik komunikasiyang sarna atau sesuai.

4. Pelayanan Aeronautical Telecommunication Network,adalah jaringan internal yang membuat sub jaringandarat, udara-darat, dan data avionik untukberhubungan dengan mengadopsi antarmukaprotokol dan pelayanan umum berdasarkan modelreferensi dari Open Systems Interconnect (OS1)International Organisation for Standardization (ISO).

5. Pelayanan aeronautika bergerak adalah pelayananbergerak antara stasiun penerbangan di darat danstasiun udara, dimana stasiun survival craft dapatberpartisipasi, stasiun emergency position-indicatingradio beacon juga dapat berpartisipasi dalampelayanan ini dalam frekuensi darurat. Pelayanan initidak termasuk stasiun darat yang disediakan selainuntuk keperluan lalu lintas penerbangan.

6. Pelayanan komunikasi lainnya yang memproses ataumenampilkan data pemandu lalu lintas udara untukdigunakan oleh penyelenggara lalu lintaspenerbangan berdasarkan CASR172.

4. Di antara Sub Bagian 171.012 dan Sub Bagian 171.015,disisipkan 1 (satu) Sub Bagian, yakni Sub Bagian 171.013sehingga berbunyi sebagai berikut :

171.013 Kinerja Fasilitas Telekomunikasi Penerbangandan Spesifikasi Teknis.

a. Standar kinerja fasilitas telekomunikasipenerbangan harus sesuai denganpersyaratan sebagai berikut:

1) Persyaratan Kinerja FasilitasTelekomunikasi Penerbangan berbasis diDarat

Continuitas

Pelayanan Ketersediaan MTBF Akurasi Integrity (changeover(Availability) (Integritas) dan standby

power)

Pelayanan >1000aeronautika >0.99 jam Tidak diatur Tidak ada 15 detiksiaran

Pelayananaeronautika >10000 Direct, rapid,bergerak >0.9999 jam Tidak diatur continuous, static Immediate(komunikasi freeA/G)

Page 5: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Radar Data >1000 TidakDisplay >0.999 jam TBA ditentukan ImmediateuntukATCPelayanan >1000 Tidakaeronau tika >0.99 jam Tidak diatur ditentukan ImmediateTetao

ICAOdoc

A-SMGCS >0.99 >1000 9830 ICAO doc 9830 Immediatejam chapter chapter 3.6.23.6.1

ICAOdoc9684 ICAO doc 9684

>1000 chapter 2.2 chapter 2.2RADAR >0.99 jam ICAODoc ICAO Doc 8071 Immediate

8071 VolIII Vol III ChapterChapter 3.3 3.3 & tabel3-1& tabel3-1

>1000 ICAOAnnex ICAO Annex 10ILS >0.999 10 Vall Ch Vol 1 Tabel C2 Immediate

jam 3 bagian 3.1 lampiran C

ICAOAnnex

DME >0.99 >1000 10 Vall Ch Tidak Immediatejam 3 bagian ditentukan3.5.3.1.3

ICAOAnnex

VOR >0.99 >1000 10 Vall Ch Tiliak Immediatejam 3 bagian ditentukan3.7.3.4

>1000 ICAO Annex 10NDB >0.99 Tidak diatur Vol 1 Ch3 Immediatejam section 3.4.8.1

Typical Accuracy Accuracy Time- Availabioperation horizontal vertical 95% Integrity To- Continuity lity95% Allert

En-Route 3.7 KIn N/A 1-1 x 10-7/h 5 min 1-lxlO-4/h 0.99 to(2.0 NM) to 1-lxlO-8/h 0.99999

En-Route 0.74 kIn N/A 1-1 x 1O-7/h 158 1-lxlO-4/h 0.99 toTenninal (0.4 NM) to 1-lx10-8/h 0.99999Initial 220m N/A -1 x 10-7/h 108 1-lx10-4/h 0.99 toapproach (720 ft) to 1-lx10-8/h 0.99999Intennediateapproach,Non-precisisionApproach(NPA),DepatureApproach 16.0m 20m 1-2 x 10-7 108 1-8x 10-6 0.99 toOperation (52 ft) (66 ft) In any per 158 0.99999with Vertical approachGuidance(APV-I)Approach 16.0m 8.0m 1-2 x 10-7 68 1-8x 10-6 0.99 toOperation (52 ft) (26 ft) In any per 158 0.99999with vertical approachguidance(APV-Il)Category I 16.0m 6.0m to 4.0m 1-2 x 10-7 68 1-8x 10-6 0.99 toPrecision (52 ft) (20 ft to 13 f) In any per 158 0.99999Approach (Note 6) approach(Note 7)

Page 6: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Kategori I (Tier 1) Kategori 2 (Tier 2) Kategori 3 (Tier 3)Parameter 8eparasi 5nm sepadan Situational awareness Position ReportingPeIayanan dengan Radars 8ama dengan AD8-C with Enhanced

Flight OperationAircraft 1 detik < Rate < 5 1 detik < Rate < 20 1 detik < Rate < 60Updates Detik sesuai dengan detik sesuai dengan detik sesuai dengan

persyaratan operasional persyaratan operasional persyaratan operasionalLatensi 95%: < 2 detik dari 95%: < 15 detik dari 95%: < 60 detik dariNetwork ground-station output ground-station output ground-station output

Reliabilitas 1 2 autonomous ground 1 unduplicated ground- 1 unduplicatedstations station ground-stationtermasuk termasuk antenna termasuk antennaantenna, each providingdata, no common point of

Reliabilitas 2 - Setiap ground-station Setiap ground-station' Setiap ground-stationMTBF termasuk antenna termasuk antenna harus termasuk antenna harus

harus mencapai mencapai mencapai MTBFMTBF >10,000 jam >10,000 jam

Reliabilitas - Completely duplicated, Unduplicated, MTBF > Unduplicated, MTBFInfrastruktur no 400 jam > 200 jamkomunikasi common point of failure

Reliabilitas - Total Service MTBF > Total Service MTBF > Total Service MTBFTotaIADS-B 50,000jam 400jam >200jamService

Availabilitas - Total Service Availability Total Service Availability Total ServiceTotaIADS-B > 0.999 > 0.95 Availability> 0.90Service

Integrity - Site monitor, termasuk Site monitor, termasuk Site monitor,Ground Station GPSRAIM, monitored by GPSRAIM, dimonitor termasuk GPS

RCMS oleh RCMS RAIM, dimonitor olehRCMS

Integritas - All systems up to ATM All systems up to ATM All systems up toPemrosesan dan system, errors < 1 x 10E- 10E-6 ATM system, errorskomunikasi data 6 < 1 x 10E-6

Page 7: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

4) Persyaratan Kinerja ADS-CPDLC(Automatic Dependent SurvaillanceControl Pilot Data Link Communication)

8tandar KriteriaNO Kriteria Parameter Ketentuan Keterangan

1 Waktu Uplink Maksimum 2 Uplink adalah waktu ..penglnmanPengiriman Menit yang dihitung sejak pesan terkirim

Pengiriman Toleransi Keseluruhan pesan yang dikirimPesan kegagalan Uplink dalam waktu 1 (satu) hari

Message 5% perhari

2 Waktu Downlink Maksimum 1 Downlink adalah waktu penerimaanPenerimaan menit yang dihitung sejak pesan dikirim

sampai dengan diterima

Penerimaan Toleransi Keseluruhan pesan yang diterimaPesan kegagalan untuk dalam waktu 1 (satu) hari

one way time 1men it adalah 5%per hari

3 Total Data Toleransi kegagalan total data Total data yang dikirim adalahyang dikirim yang dikirim maksimum < 1% per keseluruhan data yang dikirim dalam

hari waktu 1 (satu) hari.lndikator kegagalan data yangdikirim ditentukan berdasarkankriteria sebagai berikut:1. Reason code diterima berartipesan tersebut tidak terkirim kepenerima (pesawat udara);

2. Tidak ada respon dari penerimadalam waktu 900 detik.

4 Ketersediaan 99,9% Ketersediaan adalah kemampuan(availability) layanan jaringan data link dalam

melaksanakan fungsinya pada waktutertentu. Apabila tidak memenuhistandar ketersediaan maka harusdinyatakan dengan nilai MTTR(MeanTime To Repaif), dimana rumusperhitungan nilai MTTRyaitu:Availability = MTBF x100/(MTBF+MTTR)

5 Kehandalan TBD Kehandalan adalah kemampuan(reliability) sistem atau aplikasi data link dalam

untuk melakukan fungsi dalaminterval waktu tertentu, dapatdinyatakan dalam nilai MTBF (MeanTime Before Failure), dengan rumusperhitungan availability sebagaimanapada kriteria ketesediaan.

6 lntegritas 10-6 per jam Integritas adalah kemungkinan dari(integrity) kegaga1an yang tidak terdeteksi

dalam periode waktu tertentu.

b. Tata cara pemenuhan standar kinerja fasilitaste1ekomunikasi penerbangan pada huruf adiatur dalam peraturan Direktur Jenderal.

Page 8: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

5. Ketentuan Sub Bagian 171.015 Fasilitas Te1ekomunikasiPenerbangan diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Ke1ompok fasilitas telekomunikasi penerbangandiklasifikasikan menurut kerumitan sistemnyaterdiri dari:

a) Very High Frequency Air GroundCommunication (AFIS, ADC, APP, ACCdan ER).

b) Voice Switching CommunicationSystem.

c) Controller Pilot Data LinkCommunication.

d) Automatic Message Switching Centre.e) Very High Frequency Digital Link.f) Aeronautical Telecommunication

Network System.g) Automatic Message Handling System.h) ATS Interfacility Data Communication.i) Integrated Remote Control and

Monitoring System.

a) Very High Frequency Direction FindingStation/ Doppler Direction Finder /Instaneous Direction Finder.

b) Aerodrome Terminal InformationSystem.

c) High Frequency Air GroundCommunication (RDARA/MWARA).

d) Very Small Apperture Terminal.e) Radio Link.f) Recorder.

a) High Frequency - Single Side Band.b) Teleprinter.c) Direct Speech.

b. Kelompok alat bantu navigasi penerbangan,meliputi:

a) Very High Frequency OmnidirectionalRange.

Page 9: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

b) Distance Measuring Equipment.c) Instrument Landing System.d) Microwave Landing System.e) Global Navigation Satelite System

(GNSS).f) Ground Based Augmentation System.g) Satelite Based Augmentation System.h) Aircraft Based Augmentation System.

2. Kategori B(reserved)

3. Kategori CNon Directional Beacon/Locator

c. Kelompok fasilitas pengamatan penerbangan,meliputi:

1) Primary Surveillance Radar.2) Secondary Surveillance Radar.3) Monopulse Secondary Surveillance

Radar.4) Multilateration System.5) Automatic Dependent Surveillance

Broadcast (ADSB).6) Automatic Dependent SurveillanceContract (ADSC).

7) Surface Movement Radar (SMR).8) Precision Approach Radar System.9) ATC Automation (RDPS,FDPS).10)Advance Surface Movement Guidance &

Control System (ASMGCS).11) CBT dan ATC Simulator.

b) Kategori B(reserved)

c) Kategori C(reserved)

d. Penunjang Fasilitas Penerbangan:Kategori C adalah fasilitas lain pendukungpelayanan lalu lintas udara berdasarkanCASR172.

6. Ketentuan Sub Bagian 171.020 huruf d angka 2 diubahsehingga berbunyi sebagai berikut:

d. jika pemohon pelayanan telekomunikasi penerbangantidak dapat memenuhi standar yang ditetapkan(differencies) dalam:

Page 10: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

1. Annex 10 dan 11 KonvensiChicago; dan2. peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Di antara Sub Bagian 171.040 dan Sub Bagian 171.050disisipkan satu sub bagian yakni Sub Bagian 171.041sehingga berbunyi sebagai berikut:

171.041 Pemasangan, Pengoperasian dan, PemeliharaanFasilitas

a. Dalam pemasangan, pengoperasian danpemeliharaan fasilitas telekomunikasipenerbangan, penyelenggara pelayanan harusmemenuhi ketentuan perundang- undanganyang berlaku.

b. Penyelenggara pelayanan harus melaporkankondisi atau status kelaikan fasilitastelekomunikasi penerbangan kepada unitpelayanan lalu lintas penerbangan secaraberkala sesuai yang diatur pada peraturanperundang-undangan.

8. Ketentuan Sub Bagian 171.100 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut :

1. Memuat setiap standar pelayanan dan fasilitasyang berhubungan dengan rancangan,pemasangan, pengujian, pengoperasian ataupemeliharaan dari penyelenggara pelayanan.

Standar adalah standar-standar pelayananatau fasilitas yang ditetapkan sesuai dengan:

a. dokumen ICAOAnnex 10;b. peraturan perundang-undangan yangberlaku di bidang navigasi penerbangan;dan

c. standar-standar lain yang termuat dalammanualoperasi.

3. Melampirkan dokumen terkait dengan prosesvalidasi fasilitas, sekurang-kurangnya:

a. ljin Stasiun Radio (ISR) di darat untukfasilitas yang menggunakan frekuensiradio.

Page 11: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

b. Hasil flight commlslOning untuk fasilitaste1ekomunikasi penerbangan yang diaturdalam peraturan perundang-undangan.

c. Hasil Site Acceptance Test (SAT).

9. Ketentuan Sub Bagian 171.105 diubah, sehingga berbunyisebagai berikut :

1. Spesifikasipelayanandan

2. Nilai atauditerapkanmemenuhi171.013.

fungsi masing-masingtelekomunikasi penerbangan;

karakteristik kinerja yanguntuk pe1ayanan harusketentuan pada sub bagian

b. Nilai-Nilai yang disebutkan dalam huruf aangka 2 harus diperoleh atau diukur darisalah satu atau kedua hal berikut:

1. Bentuk (konfigurasi) setiap pelayanan, dan2. Kinerja setiap pelayanan.

c. Manual Operasi juga harus menjelaskanmetode yang digunakan untuk menghitungsetiap nilai.

d. Untuk pelayanan radio navigasi penerbangan,nilai integritas dan karakteristik harusdipenuhi untuk masing-masing fasilitas alatbantu navigasi dan pengamatan penerbangansesuai fungsinya.

10.Di an tara Sub Bagian 171.110 dan Sub Bagian 171.115disisipkan satu Sub Bagian, yakni Sub Bagian 171.112sehingga berbunyi sebagai berikut :

1. Spesifikasi teknis fasilitaspenerbangan diatur lebihPeraturan Direktur Jenderal.

telekomunikasilanjut dalam

2. Fasilitas telekomunikasi penerbangan yangdipasang harus mendapat persetujuanpedoman teknis.

3. Persetujuan pedoman teknis sebagaimanadimaksud pada angka 2 diatur lebih lanjutPeraturan Direktur Jenderal.

Page 12: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Menteri Perhubungan ini denganpenempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia

Ditetapkan di JakartaPada tanggal12 September 2014

MENTERIPERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA,

ttd

Diundangkan di JakartaPada tanggal16 September 2014

MENTERIHUKUMDANHAKASASIMANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

DR. UMA ARIS, SH, MM, MHPembina Utama Muda (IVIe)NIP. 19630220 198903 1 001