menteriperhubungan republik indonesia -...

13
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIKINDONESIA PERATURANKESELAMATANPENERBANGANSIPILBAGIAN39 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS PART 39) TENTANG PERINTAHKELAIKUDARAAN (AIRWORTHINESS DIRECTIVE) a. bahwa di dalam Pasal 37 ayat (3) huruf d Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan telah diatur ketentuan mengenai instruksi/perintah kelaikudaraan (ain.uorthiness directive) yang wajib dimiliki pesawat udara sebagai syarat penerbitan sertifikat kelaikudaraan standar lanjutan; menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian Aviation Safety Regulations Part 39) Tentang Kelaikudaraan (Ain.uorthiness Directive); tentang 39 (Civil Perintah 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 ten tang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; /

Upload: buiduong

Post on 04-Jul-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

MENTERIPERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERIPERHUBUNGANREPUBLIKINDONESIA

PERATURANKESELAMATANPENERBANGANSIPIL BAGIAN39(CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS PART 39) TENTANGPERINTAHKELAIKUDARAAN(AIRWORTHINESS DIRECTIVE)

a. bahwa di dalam Pasal 37 ayat (3) huruf d Undang-UndangNomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan telah diaturketentuan mengenai instruksi/perintah kelaikudaraan(ain.uorthiness directive) yang wajib dimiliki pesawat udarasebagai syarat penerbitan sertifikat kelaikudaraan standarlanjutan;

menetapkan Peraturan Menteri PerhubunganPeraturan Keselamatan Penerbangan Sipil BagianAviation Safety Regulations Part 39) TentangKelaikudaraan (Ain.uorthiness Directive);

tentang39 (CivilPerintah

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 ten tang Penerbangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4956);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentangKeamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075);

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negara RepublikIndonesia sebagaimana telah diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;

/

Page 2: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

v

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara SertaSusunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon 1Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;

5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 90 Tahun 1993tentang Prosedur Standar Kelaikan Udara, Bahan BakarTerbuang, Gas Buang, Kebisingan dan Marka Pesawat Udara;

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungansebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan MenteriPerhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013;

PERATURANMENTERI PERHUBUNGANTENTANGPERATURANKESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 39 (CWILA VIATION SAFETY REGULATIONS PART 39) TENTANGPERINTAHKELAIKUDARAAN(AIRWORTHINESS DIRECTIVE).

(1) Memberlakukan Peraturan Keselamatan Penerbangan SipilBagian 39 (Civil Aviation Safety Regulations Part 39) TentangPerin tah Kelaikudaraan (Ainvorthiness Directive).

(2) Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 39 (CivilAviation Safety Regulations Part 39) Tentang PerintahKelaikudaraan (Ainvorthiness Directive) sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) tercantum dalam LampiranPeraturan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkandari Peraturan ini.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Peraturan KeselamatanPenerbangan Sipil Bagian 39 (Civil Aviation Safety RegulationsPart 39) Tentang Perintah Kelaikudaraan (Ainvorthiness Directive)sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diatur dengan PeraturanDirektur Jenderal Perhubungan Udara.

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan MenteriPerhubungan Nomor KM 2 Tahun 2006 tentang PeraturanKeselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulations)Part 39 Revision 1 Perintah Kelaikan Udara (AinvorthinessDirective) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 3: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

Direktur Jenderal Perhubungan Udara melakukan pengawasanterhadap pe1aksanaan Peraturan ini.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri Perhubungan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 29 September 2014

MENTERIPERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA,

Diundangkan di Jakartapada tanggal1 Oktober 2014

MENTERI HUKUM DAN HAKASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

DR. UMA ARIS, SH, MM, MHPembina Utama Muda (IVIe)NIP. 19630220 198903 1 001

Page 4: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

Lampiran Peraturan Menteri PerhubunganRepublik IndonesiaNomor PM 50 TAHUN 2014Tanggal 29 SEPTEMBER 2014

REPUBLIK INDONESIAKEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Page 5: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

BAGIAN39PERINTAHKELAIKUDARAAN

39.139.339.539.739.939.1139.1339.1439.15

39.1739.1939.2139.23

39.2539.27

TujuanDefinisiPenerbi tan perin tah kelaikudaraanPemenuhan terhadap perintah kelaikudaraanReservedTindakan yang diminta oleh perintah kelaikudaraanReservedVariasi terhadap persyaratan pemenuhanPengajuan perintah kelaikudaraan untukproduk yang telah diubahReservedReservedReservedPenerbangan ferry menuju fasilitas perbaikanuntuk pemenuhan perintah kelaikudaraanPersyaratan penerbitan izin terbang khususKonflik an tara perin tah kelaikudaraandan dokumen pelayananCatatan Pemenuhan

Page 6: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

Peraturan bagian ini memberikan kerangka kerja yang sah untuk sistemPerintah Kelaikudaraan di lingkungan Direktorat Jenderal PerhubunganUdara (Ditjen Hubud).

a. Perintah kelaikudaraan Ditjen Hubud adalah aturan yang berlaku secarahukum untuk produk berikut pesawat udara, mesin pesawat udara,baling-baling, dan peralatan.

b. Kondisi yang tidak aman akan terjadi ketika:(1). Ditemukan bukti selama proses evaluasi terhadap kegagalan,

malfungsi, kerusakan, kesulitan pelayanan atau analisis ataupengujian lebih lanjut, yang menunjukkan bahwa desain tidaksesuai dengan persyaratan kelaikudaraan yang berlaku danketidaksesuaian ini mengurangi tingkat keselamatan dari produktersebut.

(2). Ditemukan bukti selama proses evaluasi terhadap kegagalan,malfungsi, kerusakan, kesulitan pelayanan atau analisis ataupengujian lebih lanjut, yang menunjukkan bahwa desain yang telahsesuai dengan persyaratan kelaikudaraan namun menunjukkankarakteristik yang mengurangi tingkat keselamatan yangdiharuskan dari produk tersebut.

Ditjen Hubud menerbitkan perintah kelaikudaraan untuk sebuah produkketika Ditjen Hubud menemukan kondisi tidak aman terjadi pada sebuahproduk dan kondisi yang sama terjadi atau muncul pada produk laindengan desain tipe yang sama Ditjen Hubud dapat menerbitkan perintahkelaikudaraan berdasarkan:

a. Perintah kelaikudaraan yang diterbitkan oleh Ditjen Hubud untuksebuah produk dimana Indonesia sebagai Negara Perancang.

b. Perintah kelaikudaraan yang diterbitkan oleh otoritas kelaikudaraanasing sebagai Negara Perancang untuk produk yang sedang dioperasikandengan pendaftaran Indonesia, akan diadopsi tanpa investigasi teknislebih lanjut. Namun, Ditjen Hubud dapat menambahkan informasitambahan dengan melakukan komunikasi dengan Negara Perancangatau Negara Perakitan mengenai informasi kelaikudaraan berkelanjutankarena pengoperasian loka!' Waktu pemenuhan persyaratan dapatdipertimbangkan kembali, dengan memperhatikan kepentingan loka!'

Page 7: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

c. Ketika kondisi tidak aman terjadi dan Negara Perancang belummengeluarkan informasi perbaikan wajib, perintah kelaikudaraan akanditerbitkan untuk memperbaiki kondisi tidak aman tersebut. Setiaptindakan wajib dilakukan untuk mencapai posisi yang sama denganNegara Perancang.

39.7 Kesesuaian dengan perintah kelaikudaraanTidak ada seorang pun boleh mengoperasikan produk yang mendapatperin tah kelaikudaraan.

Tindakan yang diminta oleh perintah kelaikudaraan wajib:a. Menjelaskan inspeksi yang harus dilakukan;b. Menjelaskan ketentuan dan batasan yang harus dipenuhi:c. Memecahkan masalah kondisi tidak aman.

Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan ataupenyesuaian terhadap waktu pemenuhan seperti diminta dalam perintahkelaikudaraan, yang dapat disetujui oleh Ditjen Hubud, menyediakan:

Pemohon menyediakan bukti yang dapat diterima kepada Ditjen Hubuduntuk memastikan tingkat keselamatan setara dengan apa yang dimintaperintah kelaikudaraan.

a. Perintah kelaikudaraan diterapkan untuk setiap produk yang disebutdalam produk kelaikudaraan, bahkan jika produk tersebut telah diubahdengan memodifikasi, atau memperbaiki pada bagian yang disebutkandalam perin tah kelaikudaraan.

b. Persetujuan Ditjen Hubud untuk metode pemenuhan alternatifdiperlukan jika perubahan pada produk mempengaruhi kemampuanuntuk melakukan tindakan yang diminta dalam perintah kelaikudaraan.Walaupun dapat dilihat bahwa perubahan telah menghapus kondisiyang tidak aman, permohonan harus menyertakan tindakan khususyang diajukan untuk kondisi tidak aman ..

Page 8: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

39.23 Penerbangan Ferry menuju fasilitas perbaikan untuk pemenuhan perintahke1aikudaraan.

Ditjen Hubud dapat mengeluarkan izin terbang khusus untuk penerbanganferry menuju fasilitas perbaikan keeuali jika perintah kelaikudaraanmenyatakan sebaliknya. Untuk memastikan keselamatan penerbangan,Ditjen Hubud dapat menambahkan persyaratan khusus untuk pesawatudara menuju tempat dimana perbaikan atau modifikasi dilakukan. DitjenHubud juga dapat menolak untuk menerbitkan untuk menolak izin terbangkhusus untuk kasus tertentu jika Ditjen Hubud memutuskan bahwapesawat udara tersebut tidak dapat terbang dengan aman.

Permohonan untuk izin terbang khusus sesuai dengan CASR Bagian 21subbagian 21.197 dan 21.199.

Pada beberapa kasus, perintah kelaikudaraan digabungkan dengan referensidokumen pelayanan pabrikan. Pada kasus ini, dokumen pelayanan menjadibagian dari perintah kelaikudaraan. Pada beberapa kasus lain, petunjukpada dokumen pelayanan dapat dimodifikasi dengan perintahkelaikudaraan. Jika terjadi konflik an tara dokumen pelayanan dan perintahkelaikudaraan, persyaratan pada perintah kelaikudaraan wajib diikuti.

Pemenuhan terhadap perintah kelaikudaraan wajib dicatat pada bukueatatan pesawat udara, mesin pesawat udara atau baling-baling. Bukueatatan wajib mengaeu pada perintah kelaikudaraan sesuai urutan angkadan tanggal pemenuhan.

MENTERIPERHUBUNGANREPUBLIKINDONESIA,

DR. UMARARIS, SH, MM, MHPembina Utama Muda (IVIe)NIP. 19630220 198903 1 001

Page 9: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

Lampiran Peraturan Menteri PerhubunganRepublik IndonesiaNomor PM 50 TAHUN 2014Tanggal : 29 SEPTEMBER 2014

CIVIL AVIATION SAFETY REGULATION(C.A.S.R)

REPUBLIC OF INDONESIAMINISTRY OF TRANSPORTATION

Page 10: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

PART 39AIRWORTHINESS DIRECTIVES

TABLE OF CONTENTS

39.139.339.539.739.939.1139.1339.1439.15

39.1739.1939.2139.23

39.2539.27

Purpose of this regulationDefinitionIssuance of airworthiness directivesCompliance with airworthiness directivesReservedActions required by airworthiness directivesReservedVariation to the compliance requirementsAirworthiness directive application for a productthat has been changedReservedReservedReservedFerry flight to a repair facility concerningcompliance of airworthiness directivesIssuance requirement of special flight permitConflicts between the airworthiness directiveand the service documentCompliance Records

Page 11: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

PART 39AIRWORTHINESSDIRECTIVES

The regulations in this part provide a legal framework for DGCAsystemof Airworthiness Directives.

a. DGCA airworthiness directives are legally enforceable rules thatapply to the following products: aircraft, aircraft engines, propellers,and appliances.

b. An unsafe condition will exist when:(1). Evidence is found during the evaluation of failures,

malfunctions, defects, service difficulties or further analysis ortest, that the design does not comply with the applicableairworthiness requirements and this non compliance reducesthe safety level required for that product,

(2). Evidence is found during the evaluation of failures,malfunctions, defects, service difficulties or further analysis ortest that the design although complying with the airworthinessrequirements exhibits characteristics that reduce the safetylevel required for that product.

DGCA issues an airworthiness directive addressing a product when wefind that an unsafe condition exists in the product and the condition islikely to exist or develop in other products of the same type design.DGCAmay issue an airworthiness directive based on:

a. Airworthiness directive issued by DGCA on a product whereRepublic of Indonesia as the State of Design.

b. Airworthiness directives issued by foreign airworthiness authoritiesas the State of Design on a product being operated underIndonesian registration, will be adopted without further technicalinvestigation. However DGCA may add additional information bycommunicating with the State of Design or the State of Manufactureregarding continuing airworthiness information due to localoperation. The compliance time may be reconsidered, taking intoaccount domestic concerns.

Page 12: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

c. When an unsafe condition exists and the State of Design has notissued mandatory corrective information, an airworthiness directivewill be issued to correct that unsafe condition. Every effort shall bemade to reach a common position with the State of Design.

39.7 Compliance with airworthiness directivesNo person may operate a product to which an airworthiness directiveapplies

39.11 Actions required by airworthiness directives.Actions required by airworthiness directives shall:a. Specify inspections to be carried out;b. Specify conditions and limitations must comply with;c. Resolve an unsafe condition.

An alternate method of compliance with the requirements of anairworthiness directive or adjustments to the compliance times specifiedin an airworthiness directive, may be approved by the DGCA,provided:

The applicant provides the DGCA with acceptable substantiation toensure a level of safety equivalent to that provided by the airworthinessdirective.

a. An Airworthiness directive applies to each product identified in theairworthiness directive, even if an individual product has beenchanged by modifying, altering, or repairing it in the area addressedby the airworthiness directive.

b. DGCAapproval of an alternative method of compliance is required ifa change of product affect the ability to accomplish the actionsrequired by airworthiness directive. Unless it can be shown that thechange has eliminated the unsafe condition, the request shouldinclude the specific actions proposed to address the unsafecondition.

Page 13: MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA - JDIHjdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2014/pm_50_tahun_2014.pdf · Metode alternatif pemenuhan persyaratan perintah kelaikudaraan atau

39.23 Ferry flight to a repair facility concerning compliance of airworthinessdirective

DGCAmay issue a special flight permit for ferry flight to a repair facilityunless the airworthiness directive states otherwise. To ensure aviationsafety, DGCA may add special requirements for operating the aircraft toa place where the repairs or modifications can be accomplished. DGCAmay also decline to issue a special flight permit in particular cases ifDGCAdetermine that the aircraft cannot be moved safely.

Application for a DGCA special flight permit in accordance with CASRPart 21 sees. 21.197 and 21.199.

In some cases an airworthiness directive incorporates by reference amanufacturer's service document. In these cases, the service documentbecomes part of the airworthiness directive. In some cases thedirections in the service document may be modified by theairworthiness directive. If there is a conflict between the servicedocument and the airworthiness directive, the requirements of theairworthiness directive shall be followed.

Compliance with an airworthiness directive shall be recorded inappropriate aircraft, aircraft engine, or propeller log books. The logentry shall refer to the airworthiness directive by number and date ofcompliance.

MENTERIPERHUBUNGANREPUBLIKINDONESIA,

DR. UM ARIS, SH, MM, MHPembina Utama Muda (IVIe)NIP. 19630220 198903 1 001