mentalitas penghambat pembangunan
TRANSCRIPT
MENTALITAS PENGHAMBAT PEMBANGUN
AN• Sumber : Materi kuliah SSBI
ORIENTASI NILAI YG SESUAI DGN PEMBANGUNAN
Menurut KOENTJARANINGRAT, apabila bangsa Indonesia ingin maju seperti bangsa-bangsa lain, maka mereka harus memiliki orientasi nilai yang:
• Berorientasi ke masa depan• Berhasrat untuk mengeksplorasi alam dan lingkungan• Menilai tinggi hasil karya manusia• Menilai tinggi usaha orang yang dapat mencapai
hasil, sebisa mungkin atas usahanya sendiri, percaya diri, berdisiplin diri, dan berani bertanggung jawab sendiri
BAGAIMANA MENTALITAS BANGSA INDONESIA?
Menurut KOENTJARANINGRAT, orang desa memiliki mentalitas petani, sementara orang kota memiliki mentalitas pegawai dan priyayi.
• MENTALITAS PETANI: hakikat hidup dan karya petani adalah bekerja keras agar dapat makan; persepsi tentang waktu terbatas terkait dengan tahap-tahap aktivitas pertanian, orientasi hidup mereka ditentukan oleh masa kini; petani kita biasanya tidak merasa tunduk pada alam, namun juga tidak merasa mampu menguasainya sehingga hidup harus selaras dengan alam; dalam hubungan antarmanusia, mereka menghargai prinsip sama rata sama rasa ( shared poverty) dan menjunjung tinggi konformitas.
LANJUTAN…
• MENTALITAS PRIYAYI: menghubungkan karya dengan “amal” yakni kebahagiaan dalam hidup (kedudukan, kekuasaan, kemakmuran); persepsi waktu ditentukan oleh masa lampau (pusaka, silsilah, upacara, dsb); merasa dirinya bagian kecil dari alam raya menggantungkan diri pada nasib; amat berorientasi pada atasan (yang lebih tua, lebih senior, lebih tinggi pangkatnya) mematikan inisiatif, disiplin, dan tanggung jawab pribadi
MENTALITAS INDONESIA PASCA-REVOLUSI
Menurut KOENTJARANINGRAT, kolonisasi yang panjang dan revolusi tidak hanya melahirkan kehancuran ekonomi, namun juga kemunduran di bidang sosial budaya. Kehidupan yang penuh keraguan, tanpa orientasi yang tegas telah melahirkan mentalitas:
• Meremehkan mutu• Suka menerabas• Tidak percaya diri• Tidak berdisiplin murni• Tidak bertanggung jawab
MENTALITAS INDONESIA• SUPARMAN secara kontroversial menyatakan bahwa
mayarakat kita terhinggapi mentalitas RM JIPUN RM JIBUDRAL, yang berarti rendah diri, malas, jiwa punakawan, jiwa budak, dan bebal.
• MOCHTAR LUBIS juga mengemukakan pendapat bahwa ciri-ciri manusia Indonesia adalah “hipokrit” atau “numatik”, segan dan enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, percaya tahayul, watak yang lemah, boros, dan tidak suka bekerja keras.
LANJUTAN…
• Dengan meminjam konsep BOEKE tentang dualisme ekonomi yang membagi masyakat menjadi dua lapisan elit dan lapisan bawah, HERMAN SOEWARDI berpendapat bahwa ternyata lapisan atas cenderung memiliki mentalitas suka menerabas (ibarat kuda lepas kandang), sedangkan lapisan bawah bagaikan mobil kurang tenaga
LANJUTAN…• BOEKE menggambarkan budaya ekonomi masyarakat
Indonesia yang cenderung statis karena sistem keagamaan atau kebudayaannya yang cenderung bersifat SOFT CULTURE. Budaya ekonomi pribumi sebagaimana yang digambarkan oleh BOEKE sangat sulit untuk ditrasformasikan menjadi budaya ekonomi yang rasional dan dinamis sebagaimana yang dimiliki oleh bangsa Barat (Belanda). Sifat statis masyarakat pribumi yang cenderung membuat mereka menjadi miskin inilah yang akan menjadi penghambat proses transformasi.
LANJUTAN…
• Ahli lain yang berhasil menggambarkan kultur ekonomi bangsa Indonesia adalah CLIFFORD GEERTZ dalam konsepnya tentang involusi pertanian. Dia menggambarkan bahwa kultur ekonomi pribumi memang statis, disebabkan oleh Belanda dengan sistem tanam paksa. Meskipun dengan penjelasan berbeda, baik BOEKE maupun GEERTZ tetap memandang masyarakat Indonesia memilki sifat yang statis, yaitu soft culture.
LANJUTAN…
• JAMES C. SCOTT menggabarkan kultur ekonomi masyarakat kita dengan konsep moral ekonomi subsisten yang memiliki ciri-ciri cenderung menghindari risiko (risk averse), menjauhi garis bahaya (danger zone), dan mendahulukan selamat (safety first). Moral ekonomi subsisten ini merupakan faktor kultural yang dapat menjadi rintangan terjadinya transformasi.