mengintip sejarah ibadah thawaf dan haji
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Mengintip Sejarah Ibadah Thawaf Dan Haji
1/3
MENGINTIP SEJARAH IBADAH THAWAF DAN HAJI
by Arya LeonhartDisadur sesuai tulisan pada
http://www.kabarmakkah.com/2014/10/mengintip-sejarah-ibadah-thowaf-dan-haji.html
Jauh sebelum manusia diciptakan, di sebuah alam yang tak terjangkau oleh manusia, Allah SWT
berfirman kepada para Malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.” Lalu Malaikat menjawab, “Ya Allah, Khalifah selain kami (para malaikat) hanya akan
berbuat kerusakan di bumi, membuat pertumpahan darah, saling perang, saling dengki, dan saling
membenci; sedangkan kami para malaikat-Mu senantiasa bertasbih memuji-Mu, menyucikan-Mu,
menaati dan tidak mengingkari-Mu.” Kemudian Allah SWT berfirman, “Wahai malaikat,
sesungguhnya Aku lebih mengetahui yang tidak kamu ketahui.”
Mendengar firman Allah tersebut, para Malaikat langsung bersujud. Mereka takut akan murka
Allah. Para Malaikat bersujud sambil menangis dan memohon ampun dari murka Allah. Kemudian
mereka thawaf , mengelilingi arsy dalam rentang waktu yang cukup lama. Allah SWT, Yang Maha
Pengasih dan Penyayang, melihat hal tersebut, lalu menurunkan Rahmat. Diciptakannya sebuah
tempat yang disebut Baitul Ma’mur tepat berada di bawah Arsy . “Wahai para malaikat-Ku,
berthawaflah kalian di rumah ini dan tinggalkan arsy.” Para malaikat pun berthawaf mengelilingi
baitul makmur.
Dalam satu hari satu malam ada tujuh puluh ribu malaikat yang berthawaf, kemudian Allah
mengutus malaikat-malaikat ke bumi seraya berfirman kepada mereka, “Bangunlah untuk-Ku
sebuah rumah di bumi seperti ini (Baitul Ma’mur).”
Setelah itu, Allah SWT memerintahkan malaikat yang ada di bumi dan juga makhluk lainnya untuk
thawaf di rumah tersebut sebagaimana penghuni langit thawaf di Baitul Ma’mur. Demikianlah
Allah SWT menciptakan Baitul Ma’mur sebagai tempat bertobat para penghuni langit, dan Ka’bah
di bumi sebagai tempat bertobat para penghuni bumi.
Begitupula Nabi Adam. Pelanggaran yang dilakukan di Surga bersama isterinya, Hawa, membuat
keduanya harus hidup terpisah di Bumi. Setelah sekian lama tinggal di bumi dan senantiasa
berharap rahmat dan ampunan dari Allah SWT, pada suatu hari Nabi Adam mendapat perintah
dari Allah untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah.
Nabi Adam berangkat dari tempat tinggalnya, berjalan ke arah barat melalui Syam, hingga
sampailah ke Makkah dan melaksanakan thawaf bersama para malaikat yang sudah terlebih
dahulu berada disana. Para malaikat ini sudah sejak lama melaksanakan perintah thawaf
mengelilingi Ka’bah sebelum kedatangan Nabi Adam sebagai manusia pertama yang menunaikan
Haji.
-
8/19/2019 Mengintip Sejarah Ibadah Thawaf Dan Haji
2/3
Ketika Nabi Adam berthawaf di Baitullah dan sampai ke Multazam, Malaikat Jibril berkata
kepadanya, “Wahai Nabi Allah, akuilah semua dosamu di tempat ini kepada Tuhanmu!”
Nabi Adam berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya setiap makhluk yang beramal shalih
mendapat ganjaran. Sungguh aku telah beramal, apa ganjaranku?”
Allah SWT mewahyukan kepadanya,”Aku ampuni engkau atas dosa-dosamu.”
Nabi Adam berkata, “Wahai Tuhanku, juga untuk anak-cucu keturunanku?”
Allah mewahyukan kepadanya, “Wahai Adam, siapa saja di antara keturunanmu yang datang ke
tempat ini mengakui dosa-dosanya, bertobat sebagaimana engkau bertobat, dan memohon
ampun, niscaya Aku ampuni.” Ketika Nabi Adam bertolak dari Mina, para Malaikat menemuinya
dan berkata, “Wahai Adam, hajimu telah mabrur. Sesungguhnya kami telah menunaikan haji di
Baitullah sebelum engkau selama dua ratus tahun lamanya.”
Setelah melaksanakan thawaf, Nabi Adam melaksanakan perintah untuk pergi ke suatu tempat di
padang pasir. Di sana Nabi Adam bertemu dengan Sitti Hawa setelah berpisah selama kurang lebih
300 tahun. Tempat pertemuan mereka di padang Arafah ini kemudian dinamakan Jabal Rahmah
yang berarti “bukit kasih sayang”, sedangkan kata Arafah berarti “tahu” atau “kenal”. Secara
keseluruhan pertistiwa itu berarti “pertemuan atau perkenalan kembali (disebuah bukit di padang
pasir) setelah sekian lama terpisah” sebagai Rahmat dari Allah SWT kepada Nabi Adam dan Hawa.
Setelah selesai melaksanakan ibadah haji, Nabi Adam bertaubat meminta ampun kepada Allah
SWT, dan taubatnya diterima sehingga dia telah bersih dari dosa dan kesalahan atas perbuatan
yang pernah dilakukannya karena terbujuk oleh bisikan iblis pada masa lalu.
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya.Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Surat Al-Baqarah ayat 37).
Dalam konteks haji, ada istilah Mabrur. Haji mabrur tidak berhubungan dan tidak akan dihubung-
hubungkan dengan satupun atau lebih perbuatan maksiat atau perbuatan dosa. Mabrur adalah
peningkatan atau perluasan dalam kebaikan.
Adapula yang berpendapat bahwa Haji Mabrur adalah haji yang diterima. Allah memerintahkan
Nabi Ibrahim untuk menunaikan haji bersama puteranya Ismail. Berangkatlah mereka berdua
menunggang unta. Tidak ada yang menyertai mereka kecuali Malaikat Jibril. Ketika mereka sampai
di Tanah Haram, Jibril berkata, “Wahai Ibrahim, turunlah dan mandilah sebelum kalian memasuki
Tanah Haram,” Merekapun turun dan mandi. Lalu Jibril memperlihatkan bagaimana cara
mempersiapkan ihram. Mereka melakukan apa yang dicontohkan. Jibril memerintahkan untuk
bertalbiyah dengan mengucapkan kalimat talbiyah sebagaimana yang diucapkan oleh para rasul
sebelumnya.
-
8/19/2019 Mengintip Sejarah Ibadah Thawaf Dan Haji
3/3
Kemudian Jibril membawa mereka ke Bukit Shafa. Mereka turun, sementara Jibril berdiri di antara
mereka berdua, seraya menghadap Baitullah. Jibril bertakbir, mereka pun bertakbir, Jibril bertahlil,
mereka pun bertahlil, Jibril bertahmid lalu memuji Allah dan mereka berdua pun melakukan apa
yang dilakukan oleh Jibril.
Setelah selesai Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk kembali ke negeri Syam, danmeninggalkan Nabi Ismail di Tanah Haram sendirian. Tiada orang lain kecuali ibunya, Sitti Hajar.
Setelah Ibrahim kembali. Allah memerintahkan untuk menyeru manusia agar berhaji dan
memerintahkannya membangun Ka’bah. Bangsa Arab pun berangkat menunaikan haji, dan waktu
itu bangunan Ka’bah masih berupa bongkahan-bongkahan batu.
Ketika manusia mulai berdatangan, Nabi Ismail mengumpulkan batu dan menaruhnya di tengah-
tengah Ka’bah. Ketika Allah mengizinkannya membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim datang dan
berkata, “Wahai anakku. Allah memerintahkan kita untuk membangun Ka’bah.” Mereka lalu
membongkar batu-batu itu. Ternyata ada sebuah batu yang berwarna merah. Allah mewahyukan
kepada Nabi Ibrahim, “Letakkan bangunan Ka’bah di atas batu itu!” Allah SWT kemudian
mengutus 4 malaikat untuk membantu Nabi Ibrahim, para Malaikat mengumpulkan batu-batu,
sementara Nabi Ibrahim dan Puteranya menata batu-batu yang sudah terkumpul.
Nabi yang lain juga berhaji. Nabi Nuh misalnya, melakukan ibadah haji saat berada di atas perahu.
Beliau diperintahan untuk thawaf di Baitullah ketika bumi ditenggelamkan, kemudian mendatangi
Mina dalam hari-hari perjalanannya, lalu kembali dan berthawaf di Baitullah.
Rasulullah SAW berhaji pada empat hari terakhir bulan Dzulqaidah hingga ketika sampai di sebuah
pohon, Beliau shalat. Setelah itu beliau meneruskan perjalanan sampai Baida’. Dari sana Beliau
berniat ihram dan mengucapkan talbiyah serta membawa seratus ekor unta. Para sahabat pun
juga berniat ihram. Saat itu mereka belum mengetahui bahwa itu adalah Haji tamattu’.
Ketika sampai di Makkah, Beliau melakukan thawaf di Baitullah dan orang-orang pun ikut
berthawaf bersamanya. Kemudian beliau shalat dua rakaat di Maqam Ibrahim serta mengusap
dan mencium Hajar Aswad. Nabi lalu berjalan menuju Shafa, dan memulai sa’i dari sana. Beliau
bolak balik antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.