menggali nilai-nilai kekatolikan dalam dokumen …

176
MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN GEREJA SEBAGAI ACUAN DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER KRISTIANI DI SMP MARIA IMMACULATA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: Verena Miranti NIM: 141124035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN

GEREJA SEBAGAI ACUAN DALAM MENGEMBANGKAN

PENDIDIKAN KARAKTER KRISTIANI

DI SMP MARIA IMMACULATA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Verena Miranti

NIM: 141124035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, kepada

yang terkasih kedua orang tuaku, Bapak Joseph Chalazanctius Agus Prajarto (+)

dan Ibu Dorothea Wahyuningih, kepada Saudara-saudariku tercinta Joseph

Samodra Yoga Indragiri, Laurentia Astriana, Benediktus Dicki Kristian, Olga Ayu

Dewantari, dan Andreas Aji Brata, yang setia memberi doa, dukungan dan

motivasi kepada penulis, serta teman-teman yang selalu membantu dan

mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

v

MOTTO

“Non Scholae Sed Vitae Discimus”

(Seneca)

“Tuhan bersama mahasiswa nekat!”

(Ajik, Nawa, Winaz, Dimaz, Eras, Santi – 2014)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN

DALAM DOKUMEN GEREJA SEBAGAI ACUAN DALAM

MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER KRISTIANI DI SMP

MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA. Judul ini dipilih berdasarkan

keingintahuan penulis akan sejauh mana pendidikan karakter dengan iklim

kristiani dilaksanakan di sekolah berdasarkan nilai-nilai Kekatolikan yang

terdapat dalam Dokumen Gereja. Hal ini sangat perlu diketahui agar para

penyelenggara pendidikan memiliki pijakan untuk mengembangkan pendidikan

karakter kristiani di SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana penerapan pendidikan

karakter bercorak kristiani berdasarkan nilai-nilai Kekatolikan dalam Dokumen

Gereja. Menanggapi hal tersebut, penulis menggunakan studi pustaka guna

membantu para guru memperdalam makna pendidikan kristiani dan nilai-nilai

Kekatolikan dalam Gereja. Di samping itu, penulis juga melakukan penelitian

berupa wawancara terhadap para guru guna memperoleh gambaran sejauh mana

pemahaman guru mengenai pendidikan kristiani, serta bagaimana nilai-nilai

Kekatolikan diimplementasikan dalam pendidikan karakter kristiani. Hasil

penelitian mengungkapkan bahwa para guru ternyata telah melaksanakan

pendidikan karakter yang bercorak kristiani meskipun masih kurangnya

pengetahuan mengenai pendidikan kristiani. Namun dari hasil penelitian tersebut,

penulis juga menemukan bahwa kesadaran guru untuk terlibat dalam pelaksanaan

pendidikan karakter masih belum begitu terlihat.

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian tersebut, penulis mengusulkan

kegiatan lokakarya dengan tema membangun sikap tanggung jawab sebagai

konsekuensi dalam mendampingi anak memperkembangkan karakter kristiani.

Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi proses saling belajar dan saling

memberdayakan satu sama lain (empowerment). Guru diharapkan dapat

membangun suatu konsekuensi sikap untuk secara bersama-sama terlibat aktif

dalam proses pendidikan karakter di sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

ix

ABSTRACT

This undergraduate thesis is entitled Exploring Catholic’s Values of

Ecclesiastical Resources for Developing Christian Character Education at SMP

Maria Immaculata Yogyakarta. This title was chosen based on the curiosity of

the author will be the extent to which climate with Christian character education

implemented in school based on the values contained in the Ecclesiastical

Resources. It is very important to note that the education providers have the

footing to develop Christian character education in Christian character education

in SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

The question of the staple in this undergaduate thesis is how the

implementation of the Christian era that character education based on the values

of the Ecclesiastical Resources. In addition, the authors also conducted research

in the form of the interview against the teachers in order to obtain an overview of

the extent to which teachers understanding of Christian education, as well as

about how Catholicism values implemented in character education Christian.

Research results revealed that the teachers turned out to have executed the style

of Christian character education despite still lack knowledge of the Christian

education. But based on the results of the research, the authors also found that

awareness of teachers to be involved in the implementation of character

education are still not so it appears.

As a follow-up to the results of the study, the authors propose workshop

with the theme of building an attitude of responsibility as a consequence in

assisting children to develop Christian character. This activity is expected to

occur through the process of mutual learning and empower one another

(empowerment). Teachers are expected to build a consequence attitude to jointly

engage actively in the process of character education in schools.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

kasih dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM

DOKUMEN GEREJA SEBAGAI ACUAN DALAM MENGEMBANGKAN

PENDIDIKAN KARAKTER KRISTIANI DI SMP MARIA IMMACULATA

YOGYAKARTA

Skripsi ini ditulis sebagai bentuk perhatian penulis terhadap perkembangan

pendidikan karakter di sekolah. Penulis melihat bahwa kondisi kehidupan

masyarakat saat ini sedang dipenuhi konflik sosial, agama, suku, dan budaya,

sehingga pendidikan karakter sungguh diperlukan bagi perkembangan anak. Hal

ini mendorong sekolah-sekolah khususnya sekolah Katolik dalam

mengembangkan pendidikan karakter kristiani. Oleh karena itu, penulisan skripsi

ini dimaksudkan sebagai sumbangan pemikiran bagi SMP Maria Immaculata

untuk lebih memahami konsep pendidikan kristiani serta nilai-nilai Kekatolikan

yang ada dalam Dokumen Gereja supaya dapat mengembangkan pendidikan

karakter kristiani di SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada kesempatan ini penulis dengan sepenuh hati mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

xi

1. Dr. B.Agus Rukiyanto S. J, selaku Ketua Program Studi PAK, yang telah

memberikan izin bagi penulis untuk mengerjakan tugas akhir ini mulai dari

awal penyusunan hingga selesai.

2. Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama sekaligus

dosen pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian, memberikan

semangat, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh

kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis

dapat semakin termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal

hingga akhir penulisan skripsi ini.

3. YH. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum selaku dosen penguji II yang penuh

kesabaran dan perhatian memberikan dukungan dan motivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini

4. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji III yang telah bersedia

meluangkan waktu dan bersedia menjadi dosen penguji pada

pertanggungjawaban skripsi ini.

5. Segenap dosen dan staf karyawan Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan dukungan dan

bantuan dalam studi maupun penulisan skripsi ini.

6. F. Dodi Darmawan, S.Kom., Wakil Kepala Sekolah SMP Maria Immaculata

Yogyakarta Yogyakarta yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian

terhadap para katekis di paroki ini.

7. Marini Br Sitepu, S.Pd., selaku guru agama SMP Maria Immaculata yang telah

membantu penulis mendapatkan informasi dan data sekolah guna penulisan

skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………....... ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. iv

MOTTO…………………………………………………………………….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………………………………...

vii

ABSTRAK………………………………………………………………….. viii

ABSTRACT…………………………………………………………………. ix

KATA PENGANTAR……………………………………………………… x

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. xiii

DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………… xix

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang ………………………….....……………………. 1

B. Rumusan Masalah……………………….………………………. 6

C. Tujuan Penulisan………………….……………………………... 6

D. Manfaat Penulisan………………….……………………………. 7

E. Metode Penulisan……………...…..…………………………….. 7

F. Sistematika Penulisan………………………….………………… 8

BAB II NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN

GEREJA DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN KARAKTER.... 10

A. Nilai-nilai Kristiani Menurut Dokumen Gereja……..………… 10

1. Nilai-nilai Kekatolikan dalam Deklarasi Gravissimum

Educationis…….....………….……………………………… 10

2. Nilai-nilai Kekatolikan Menurut Dokumen Sekolah Katolik.. 12

3. Dimensi Religius Pendidikan Di Sekolah Katolik: Pedoman

Untuk Refleksi dan Pembaruan...…....…..……...…………. 16

B. Pendidikan Nilai……………………………...………………… 17

C. Kajian Hubungan Nilai dan Karakter…………………………... 18

D. Nilai-nilai yang Termuat dalam Pendidikan Karakter…………. 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

xiv

1. Religius……………………………………………………… 20

2. Jujur……………………………………………………...….. 20

3. Toleransi……………………………………………...……... 21

4. Disiplin…………………………………………...…….……. 21

5.Kerja Keras…………………………………………....……… 21

6. Kreatif……………………………………………....……….. 21

7. Mandiri…………………………………………….……….... 21

8. Demokratis…………………………………………………... 21

9. Rasa Ingin Tahu……………………………………………... 21

10. Semangat Kebangsaan……………………………………… 21

11. Cinta Tanah Air…………………………………………….. 22

12. Menghargai Prestasi………………………………………... 22

13. Bersahabat/komunikasi…………………………………...... 22

14. Cinta Damai………………………………………………… 22

15. Gemar Membaca………………...…………………………. 22

16. Peduli Sosial…………………………...…………………… 22

17. Peduli Lingkungan…………………………...…………….. 22

18. Tanggung Jawab……………………………………………. 23

E. Pendidikan Karakter………………………………...………….. 23

1. Pengertian Karakter………………………………………….. 23

2. Pengertian Pendidikan Karakter……………………………... 23

3. Tujuan Pendidikan Karakter…………………………………. 25

4. Fungsi Pendidikan Karakter…………………………………. 25

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pendidikan Karakter……. 26

a. Orangtua………………………………………………….. 26

b. Teman atau kelompok………………………………….... 26

c. Masyarakat dan lingkungan…………………………….... 27

d. Media…………………………………………………...... 27

e. Sekolah………………………………………………….... 27

f. Agama…………………………………………………...... 27

F. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah……………....… 28

1. Sekolah sebagai tempat pengembangan Pendidikan Karkater. 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

xv

2. Pendidikan karakter terintegrasi dalam Kurikulum………..... 29

3. Model penyampaian pendidikan karakter…………………… 29

4. Pendidikan Karakter di sekolah yang holistik………………. 30

5. Melatih nilai karakter secara holistic di sekolah…………….. 31

6. Pendidikan karakter kristiani...………………………………. 32

a. Pengajaran…………………………………...................... 33

b. Keteladanan………………………………........................ 34

c. Pengalaman praksis/kesaksian……………………............. 34

d. Refleksi………………………………............................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 36

A. Jenis Penelitian……………......………………...……………… 36

B. Tujuan Penelitain…………………………..……...……………. 37

C. Waktu dan Tempat Penelitian………………………...………... 38

D. Responden Penelitian…………………………………...……… 38

E. Pertanyaan Penelitian……………………………………..……. 39

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data……………………... 40

G. Teknik Keabsahan Data……………………………………..…. 43

H. Teknik Analisis Data…………………………………………... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 46

A Hasil Penelitian…………………………………………............ 46

1. Profil Sekolah………………………………………........... 46

2. Profil Responden……………………………..................... 52

3. Hasil Wawancara………………………………………...... 53

B. Pembahasan…………………..............……………………….. 75

C. Kesimpulan Penelitian……..………………….....……………. 89

D. Usulan Program…………...…………………………………… 91

1. Latar Belakang……………....…...…………………………. 91

2. Tujuan Program…………………...………………………… 92

3. Usulan Kegiatan Lokakarya……………………..………….. 92

a. Tema Umum…………....………………………………… 92

b. Tujuan Lokakarya…………...……………………………. 93

c. Peserta…………………………………………………….. 93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

xvi

d. Tempat dan Waktu…………………………...…………... 93

e. Bentuk dan Metode……………………………………….. 93

f. Sarana……………………………………………………... 93

g. Matriks Kegiatan Lokakarya ………..…………………… 94

h. Detail Kegiatan…………………………………………… 98

BAB V PENUTUP....................................................................................... 115

A. Simpulan………………....…………………………………….. 115

B. Saran……………………....……………………………………. 118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

xvii

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian (1)

Lampiran 2 : Sejarah dan Visi Misi SMP Maria Immaculata (2)

Lampiran 3 : Program Kurikulum dan Pengembangan (5)

Lampiran 4 : Transkrip Hasil Wawancara (17)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

xviii

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Kitab Suci

Kis : Kisah Para Rasul

Mat : Matius

Yoh : Yohanes

Ef : Efesus

Singkatan Dokumen Resmi Gereja

GE : Gravissimum Educationis

Singkatan Lain

UU : Undang-undang

SMP : Sekolah Menengah Pertama

OSF : Kongregasi Suster-suster Santo Fransiskus

MULO : Meer Uitgebreid Lager Onderwijs

FIC : Fratrum Immaculatae Conceptionis

MGMP : Musyawarah Guru Mata Pelajaran

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

OSIS : Oragnisasi Siswa Intra Sekolah

TaTib : tata tertib

LCD : liquid crystal display

Bdk : bandingkan

Lih : lihat

hal : halaman

Mat : Matius

Ef : Efesus

Yoh : Yohanes

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang memiliki dampak

yang cukup besar bagi kehidupan manusia dan perkembangan masyarakat. Hal ini

semakin diperkuat dengan dikukuhkannya hak atas pendidikan di dalam Deklarasi

PBB tentang Hak-hak Asasi Manusia pada 10 Desember 1948 sebagai salah satu

hak asasi manusia. Namun, pada kenyataannya, masih sangat banyak anak yang

masih belum mendapatkan pendidikan yang memadai. Di sini, Gereja juga ikut

mengambil peran untuk ikut mengembangkan dan memperluas pendidikan,

sebagai salah satu wujud upaya Gereja memajukan kesejahteraan hidup manusia

secara menyeluruh.

Dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristen dikatakan :

“Dalam menunaikan tugasnya dibidang pendidikan, Gereja memang

memperhatikan segala upaya yang mendukung, tetapi terutama

mengusahakan upaya-upaya yang khas baginya. Di antaranya, yang utama

ialah pendidikan kateketis, yang menyinari dan meneguhkan iman,

menyediakan santapan bagi hidup menurut semangat Kristus, mengantar

pada partisipasi yang sadar dan aktif dalam misteri liturgi, dan

menggairahkan kegiatan merasul” (GE 4)

Pendidikan Kristen merupakan salah satu wujud dari pengembangan misi

pewartaan dan kerasulan Gereja. Maka, pendidikan tidak hanya terpusat pada

mata pelajaran yang diberikan, tetapi juga nilai-nilai apa saja yang perlu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

2

ditanamkan di dalamnya. Siswa diajak untuk peka terhadap nilai-nilai yang ada

guna mempersiapkan diri untuk hidup bermasyarakat. Pendidikan Kristen dijiwai

oleh semangat Kristus sendiri di dalamnya. Maka pendidikan mengusahakan

perwujudan Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Gereja memandang

perlunya siswa untuk memiliki kepekaan dan keprihatinan akan apa yang tengah

dihadapi oleh masyarakat. Nantinya siswa diharapkan dapat membangun rasa

empati dalam dirinya.

Pendidikan tentu saja tidak dapat dipisahkan dari situasi pluralisme

kultural yang ada di tengah masyarakat. Kemajemukan masyarakat memperkaya

kebudayaan yang ada, tetapi juga tak jarang menimbulkan konflik. Maka di sini

dibutuhkan pembentukan watak supaya anak tidak mudah tersulut berbagai hal

yang kiranya dapat memicu konflik. Gereja melihat perlunya pendidikan iman

dalam menghadapi kondisi tersebut. Anak yang dibekali dengan iman dan nilai-

nilai agama yang baik akan menggemakan nilai-nilai yang baik pula di tengah

masyarakat. Hal ini juga mendorong Gereja untuk membangun suatu komunitas

yang sungguh memancarkan hidup Kristiani dan berjiwa rasul. Semangat ini pula

yang mendorong adanya pendidikan yang sungguh didasari oleh nilai-nilai

Kristiani dan Kristus yang menjadi pokoknya.

Dalam perumpamaan tentang pokok anggur, dapat diambil suatu makna

yakni bagaimana pokok anggur yang baik dapat mengasilkan buah yang

melimpah ruah (bdk. Yoh 15:1-8). Kesatuan dengan Kristus sebagai pusat dari

seluruh hidup manusia membawa dampak bagi ranting-ranting pohon yang

nantinya menjadi tempat buah-buah tersebut akan tumbuh. Di sini pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

3

karakter mendapatkan tempat yang cukup penting di dalam penanaman nilai-nilai

Kristiani dalam diri siswa. Pendidikan karakter juga perlu mewujudkan hal

tersebut melalui lingkungan yang sungguh menghidupi nilai Kekatolikan dalam

kehidupan dan proses pembelajaran, dan nantinya akan menghasilkan buah berupa

karakter dan juga perilaku yang berbudi luhur di dalam hidup bermasyarakat.

Karakter merupakan nilai dan sikap yang dimiliki oleh seseorang yang

memengaruhi cara bertindak dan berpikir. Karakter juga sering dinilai sebagai

watak yang sudah tertanam dalam diri seseorang yang diturunkan dari keluarga.

Karakter yang ada dalam diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti lingkungan keluarga, kelompok teman, masyarakat, dan juga media yang

ada. Seseorang yang hidup dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik

dapat membentuk karakter yang baik dalam dirinya, begitu juga sebaliknya. Maka

karakter dipandang sebagai suatu watak bawaan yang masih dapat berubah dan

berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya suatu

bentuk pendidikan karakter.

Pendidikan sendiri bertujuan untuk mengubah sesuatu yang tidak baik

menjadi baik, dan mengembangkan hal-hal positif yang sudah ada pada dirinya.

Maka di sini pendidikan mengajak untuk mengalami dan memperoleh suatu

pengalaman yang membawa perubahan yang nantinya membuahkan sikap-sikap

tertentu. Melihat hal ini, maka pendidikan dan pembentukan karakter merupakan

suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan karakter membawa seseorang

pada perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga dapat membentuk karakter yang

kuat dalam diri seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

4

Pendidikan karakter pertama kali diberikan oleh keluarga. Maka keluarga

perlu secara sadar memperhatikan nilai-nilai apa saja yang dapat membantu anak

agar memiliki karakter yang kuat dan positif. Keluarga juga menjadi pendamping

langsung seseorang dalam penanaman nilai-nilai moral yang berlaku di dalam

masyarakat. Masyarakat merupakan bagian yang juga penting di dalam

pendidikan karakter seseorang. Iklim masyarakat yang diisi dengan nilai-nilai

toleransi dan kepedulian akan membantu seseorang untuk menjadi peribadi yang

demikian. Dari pengalaman hidup bermasyarakat itulah seseorang diajak untuk

melihat nilai-nilai yang ada di tengah masyarakat, yang nantinya akan

menimbulkan buah pemikiran berupa perasaan dan tindakan yang mencerminkan

nilai-nilai yang ia peroleh.

Pada usia anak dan remaja, seseorang juga akan mengalami pembentukan

karakter yang dipengaruhi oleh kelompok pertemanan. Di sini anak lebih suka

berada di luar rumah dan bergabung dengan kawan sebayanya. Dalam mendidik

dan mendampingi anak yang tengah mencari jati diri, tentunya keluarga

membutuhkan peran sekolah sebagai suatu tempat anak memperkembangkan

karakternya. Pendidikan karakter di sekolah dapat diwujudkan melalui program

kurikulum pengembangan dan visi-misi sekolah yang sungguh didasarkan oleh

nilai tertentu. Selain itu pembentukan iklim dan suasana sekolah yang sesuai

dengan kurikulum dan visi yang telah dirumuskan oleh sekolah. Tentu saja hal ini

sungguh dipengaruhi oleh peran pendidik yang secara langsung mengalami

perjumpaan dengan siswa. Komunikasi interpersonal yang dibangun antara

pendidik dan siswa membantu penanaman nilai dalam diri siswa menjadi tepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

5

sasaran. Pendidik yang berkompeten juga membantu siswa menanamkan nilai

bukan hanya dari komunikasi interpersonal saja, tetapi juga di dalam mata

pelajaran yang ada, serta keteladanan yang diberikan oleh pendidik.

Pengembangan pendidikan karakter ini juga mendapat perhatian khusus

dari Keuskupan Agung Semarang dalam Surat Gembala Hari Pendidikan Nasional

2018 yang berbicara tentang “Pendidikan Persaudaraan Pengembangan Karakter

Kristiani”. Ini merupakan seruan sekaligus ajakan bagi umat Katolik untuk

mengusahakan suatu bentuk pendidikan Katolik yang dapat membantu siswa

sekaligus sekolah di dalam pengembangan karakter kristiani. Tentu saja hal ini

juga erat kaitannya dengan para penyelenggara proses tersebut yakni sekolah,

orangtua, dan masyarakat sekitar. Gereja sungguh meyakini bahwa nilai-nilai

Kristiani yang selalu dihidupi seperti kasih persaudaraan, toleransi, dan bela rasa

berperan penting di dalam pembentukan karakter siswa. Pendidikan yang

diselenggarakan dalam suasana kasih inilah yang nantinya perlu terus

diperbaharui sebagai bentuk pengembangan karakter di sekolah.

Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mendeskripsikan nilai-nilai

Kristiani yang terdapat dalam Dokumen Gereja sebagai suatu acuan dalam

pelaksanaan Pendidikan Karakter Kristiani, serta memaparkan praksis

pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Hal ini

diharapkan dapat menghasilkan suatu program yang dapat membantu sekolah

didalam upaya Pendidikan Karakter Kristiani khususnya di SMP Maria

Immaculata Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi

beberapa masalah, diantaranya adalah:

1. Dokumen Gereja apa saja yang memuat konsep Pendidikan Kristiani?

2. Apa saja nilai-nilai Kekatolikan yang ada di dalam Dokumen Gereja yang

relevan dalam pendidikan Karaker?

3. Bagaimana proses pelaksanaan Pendidikan Karakter secara umum di SMP

Maria Immaculata?

4. Bagaimana implementasi nilai-nilai Kekatolikan di dalam Pendidikan

Karakter Kristiani tersebut diterapkan di SMP Maria Immaculata?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan pada fokus penelitian di atas, tujuan dilakukan penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Menelaah Dokumen-dokumen Gereja yang memuat konsep Pendidikan

Kristiani.

2. Menggali nilai-nilai Kekatolikan yang terdapat di dalam Dokumen Gereja.

3. Menggambarkan proses pelaksanaan Pendidikan Karakter secara umum di

SMP Maria Immaculata.

4. Menguraikan implementasi nilai-nilai Kekatolikan melalui Pendidikan

Karakter Kristiani di SMP Maria Immaculata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

7

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Memberi kontribusi secara ilmiah mengenai gagasan dan implementasi

nilai-nilai yang terdapat dalam dokumen Gereja melalui pengembangan

Pendidikan Karakter Kristiani.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bisa menghasilkan beberapa pedoman bagi para pendidik

untuk mengembangkan pengembangan pendidikan karakter supaya dijiwai oleh

nilai-nilai Kekatolikan seperti yang ada dalam dokumen Gereja.

E. Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode deskripsi interpretatif untuk mengemukakan

pandangan para ahli, kemudian menjelaskan dan memaknainya. Permasalahan

pertama didalami dengan studi pustaka. Sedangkan permasalahan kedua didalami

dengan penelitian kualitatif. Untuk mengetahui implementasi temuan nilai-nilai

Kekatolikan dalam dokumen Gereja sebagai acuan pengembangan Pendidikan

Karakter Kristiani, penulis melakukan pengamatan dan melakukan wawancara

pada tenaga pendidik di sekolah. Data-data yang dihasilkan akan dianalisis guna

mengetahui pelaksanaan Pendidikan Karakter Kristiani di SMP Maria Immaculata

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

8

F. Sistematika Penulisan

Judul Skripsi ini adalah “MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN

DALAM DOKUMEN GEREJA SEBAGAI ACUAN DALAM

MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER KRISTIANI DI SMP

MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA”. Dengan judul tersebut penulis

hendak menggali nilai-nilai Kekatolikan di dalam dokumen Gereja sebagai acuan

guna memperkembangkan suatu model Pendidikan Karakter Kristiani di sekolah.

Untuk mencapai tujuan tersebut penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang

isinya sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

Bab II merupakan Kajian Pustaka yang berisi tentang konsep pendidikan

pendidikan Kristiani dan nilai-nilai Kekatolikan yang terkandung dalam

Dokumen-dokumen Gereja, pengertian pendidikan karakter secara umum, dan

pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.

Bab III merupakan Metodologi Penelitian yang berisi gambaran tentang

metode penelitian yang akan dilakukan mencakup: latar belakang penelitian, jenis

penelitian, teknik pengumpulan data, tempat dan waktu penelitian, dan responden

penelitian.

Bab IV merupakan Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi tentang

hasil penelitian berupa hasil wawancara yang telah dilakukan tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

9

implementasi nilai-nilai Kekatolikan dalam Pendidikan Karakter Kristiani di SMP

Maria Immaculata Yogyakarta.

Bab V merupakan Penutup yang berisi simpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

10

BAB II

NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN GEREJA DALAM

PRAKSIS PENDIDIKAN KARAKTER

A. Nilai-nilai Kristiani Menurut Dokumen Gereja

1. Nilai-nilai Kekatolikan dalam Deklarasi Gravissimum Educationis

Dalam Deklarasi Gravissimum Educationis, Gereja memberikan perhatian

yang sangat besar kepada pendidikan. Pendidikan juga merupakan bagian tak

terpisahkan dari tugas Gereja untuk mewartakan penyelamatan Allah Bapa kepada

semua manusia dan memulihkannya di dalam Kristus, seperti yang

diperintahkannya kepada para murid-Nya (bdk. Mat 28:19-20). Perhatian Gereja

tersebut ditunjukkan dalam Deklarasi Pendidikan Kristen yang merupakan salah

satu hasil Konsili Vatikan II.

Pendidikan yang benar mengikhtiarkan pembinaan pribadi manusia untuk

tujuan akhirnya dan serentak untuk kepentingan masyarakat. Manusia adalah

anggota masyarakat dan setelah dewasa berperan serta dalam tugas-tugas

masyarakat (GE 1). Dalam hal ini Gereja hendak mengatakan bahwa pendidikan

hendaknya mampu mendorong siswa untuk menghayati nilai-nilai moral dengan

hati nurani yang tepat agar mampu menyesuaikan diri dengan peran sosialnya.

Dengan kata lain, tujuan dari pendidikan itu sendiri mampu membawa siswa

menjadi pribadi yang utuh. Tidak hanya kematangan pribadi secara utuh saja,

tetapi juga semakin mampu mendalami misteri penyelamatan Kristus dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

11

menyadari anugerah iman yang telah diperoleh. Dengan demikian mereka maju

menjadi manusia sempurna menuju kepenuhan usia Kristus (bdk. Ef 4:13).

Dalam tugasnya menunaikan pendidikan, Gereja mengupayakan suatu

proses pembelajaran yang membantu anak supaya mencapai keutuhan pribadi dan

rohani melalui sekolah.

Sekolah membina bakat-bakat intelektual dengan perawatan yang tekun,

mengembangkan kemampuan menilai dengan tepat, mengantar kepada

warisan budaya yang diperoleh angkatan-angkatan terdahulu,

mengembangkan kepekaan terhadap nilai-nilai, mempersiapkan kehidupan

profesi, memupuk antara murid-murid dengan bakat dan dari lapisan yang

berbeda-beda, pergaulan yang akrab, yang melahirkan kesediaan yang

saling memahami. Selanjutnya sekolah menjadi semacam pusat, dengan

berbagai kegiatan dan perkembangan yang harus didukung bersama oleh

keluarga-keluarga, para guru, serba ragam serikat yang menunjukkan

kehidupan kebudayaan, kewargaan dan keagamaan, dan oleh Negara serta

seluruh masyarakat manusia (GE 5).

Kehadiran Gereja di bidang pendidikan nampak terutama melalui sekolah-

sekolah Katolik. Untuk itu sekolah Katolik perlu (GE 7-8):

a. Menciptakan lingkungan paguyuban sekolah yang dijiwai semangat

kebebasan dan cinta kasih Injili.

b. Mengembangkan pribadi siswa untuk bertumbuh menurut ciptaan baru

berdasarkan permandian.

c. Mengajak siswa untuk perlahan-lahan mendalami pengetahuan yang

dimilikinya dalam terang iman.

d. Membangun suatu jalinan cinta kasih dengan murid, dan diresapi semangat

kerasulan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

12

e. Mendorong kegiatan pribadi para murid dengan terus memberikan nasihat,

membangun sikap bersahabat, dan program-program khusus

pengembangan pribadi.

f. Memberikan pengabdian kepada masyarakat.

2. Nilai-nilai Kekatolikan Menurut Dokumen Sekolah Katolik

Dalam dokumen Sekolah Katolik, Gereja melihat dunia pendidikan selalu

berhadapan dengan suatu kondisi pluralisme budaya. Fenomena multikulturalisme

dan masyarakat yang semakin multi-etnis dan multi-agama pada saat yang sama

membawa pengaruh yang cukup besar pada pendidikan. Melihat keadaan tersebut,

Gereja meyakini perlu adanya suatu perkembangan pendidikan Kristiani. Hal ini

mengakibatkan cakupan pendidikan tidak lagi hanya terpusat pada hal-hal yang

bersifat akademik, tetapi juga telah merambah aspek kehidupan sosial masyarakat

siswa. Melihat keadaan ini, sekolah-sekolah khususnya Sekolah Katolik perlu

menilik kembali perihal proses dan juga tujuan pendidikan yang telah terlaksana.

Oleh karena itu, Kongregasi untuk Pendidikan Katolik, pada perayaan

ulang tahun ke dua puluh dari Dokumen tentang Sekolah Katolik, mengusulkan

untuk memusatkan perhatian pada sifat dan karakteristik khas dari sekolah yang

akan menampilkan dirinya sebagai Katolik, antara lain:

a. Dijiwai oleh semangat mengajar Kristus sendiri. Hal ini ditunjukkan

melalui identitas gerejawi dan budayanya; misi pendidikannya sebagai

karya cinta; layanannya kepada masyarakat; sifat-sifat yang harus menjadi

ciri komunitas pendidik (art.4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

13

b. Didasari oleh misi penginjilan. Selain itu, sekolah Katolik terus berbagi

tanggung jawab untuk pengembangan aspek sosial dan budaya dari

berbagai komunitas dan masyarakat di mana ia berasal, berpartisipasi

dalam kegembiraan dan harapan mereka, penderitaan dan kesulitan

mereka, upaya mereka untuk mencapai yang asli kemajuan manusia dan

anggota komunitas (art.7).

c. Sekolah Katolik merupakan tempat di mana pembentukan individu secara

menyeluruh terjadi, melalui pertemuan hidup dan warisan budaya. Maka,

sekolah perlu mengupas pengalaman-pengalaman dan kebenaran yang

dimiliki anak (art.26-27).

d. Yesus Kristus menjadi pusat dari seluruh proses pendidikan. Hal ini

nampak melalui munculnya prinsip-prinsip Injil sebagai norma pendidikan

(art.34).

e. Membentuk keutamaan-keutamaan khusus yang memungkinkan

penghayatan hidup baru dalam Kristus dan membantu memainkan peranan

dengan setia dalam membangun Kerajaan Allah (art.36).

f. Menolong murid memahami, menghargai, dan menyatukan nilai-nilai yang

diperoleh guna membantu pembentukan sikap hidup yang baru (art.42).

g. Menciptakan suasana komunitas sekolah yang dijiwai oleh semangat

kebebasan dan cinta Kasih Injili (art.55).

h. Peka akan kondisi masyarakat yang tengah dihadapi, dan ikut serta dalam

upaya perwujudan keadilan dalam masyarakat (art.58).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

14

Sejalan dengan Dokumen Sekolah Katolik, dalam dokumen The Holy

See’s Teaching on Catholic Schools, Gereja menyadari bahwa Sekolah Katolik

mengemban tugas penting dalam mewujudkan misi Gereja untuk

memperkenalkan Kristus kepada dunia dan untuk menyampaikan Terang Kristus

kepada semua orang, juga perlu untuk menjadi semakin menyadari dan

memahami identitasnya. Oleh karena itu, Tahta Suci menjabarkan beberapa ciri-

ciri khas sekolah Katolik, antara lain:

a. Diinspirasikan oleh visi adikodrati

Gereja menganggap bahwa pendidikan adalah suatu proses yang

membentuk pribadi seorang anak secara keseluruhan dan mengarahkan pada

pembentukan pribadi yang dijiwai oleh semangat Kristus sendiri. Visi Kristiani ini

harus dimiliki oleh seluruh komunitas sekolah, agar nilai-nilai Injil dapat

diterapkan sebagai norma-norma pendidikan di sekolah.

Pendidikan di sekolah-sekolah Katolik perlu mengajak siswa untuk

memilih dengan kesadaran dan kehendak yang bebas, untuk hidup sesuai dengan

tuntunan ajaran imannya. Dalam suasana yang membangun iman ini, anak-anak

dapat dibantu untuk menemukan panggilan hidupnya.

b. Didirikan atas dasar antropologi Kristiani

Pendidikan dan segala prosesnya tentu saja perlu mencakup aspek lahiriah

maupun rohaniah. Di sini pendidikan karakter mendapat tempat yang cukup

penting di dalam proses pengembangan kepribadian siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

15

c. Dihidupi oleh kesatuan persekutuan dan komunitas

Penekanan akan aspek komunitas di sekolah Katolik mengambil dasar dari

kodrat sosial dan pribadi manusia dan kenyataan Gereja sebagai rumah dan

sekolah bagi persatuan. Bahwa sekolah Katolik adalah komunitas pendidikan

adalah salah satu dari perkembangan-perkembangan yang memperkaya bagi

sekolah di masa sekarang ini. Maka di sini, Sekolah Katolik sebagai suatu

komunitas iman untuk mewujudkan nilai-nilai Kristiani. Selain itu Sekolah

Katolik harus dibangun dengan atmosfir kekeluargaan.

Tentu saja adanya sekolah tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran

orangtua sebagai tempat pertama proses pendidikan tersebut berlangsung. Sekolah

Katolik harus melibatkan para orangtua dalam proses pendidikan. Kerjasama ini

tidak saja untuk urusan masalah akademis anak-anak, dan turut memantau

perkembangan mereka, namun juga untuk merencanakan dan mengevaluasi ke-

efektifan misi sekolah tersebut. Kerjasama tersebut dilakukan melalui dialog.

d. Diresapi oleh pandangan Katolik di seluruh kurikulumnya

Pendidikan iman Katolik harus menjiwai keseluruhan kurikulum dan

bukan hanya dibahas pada saat pelajaran agama atau kegiatan pastoral di sekolah.

Gereja menganjurkan pendidikan yang menyeluruh, yang menanggapi semua

kebutuhan pribadi manusia. Untuk itulah Gereja mendirikan sekolah-sekolah

Katolik, sebab di sanalah tempat istimewa untuk membentuk keseluruhan

manusia, baik itu dimensi intelektualnya, psikologis, moral maupun religius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

16

e. Didukung oleh kesaksian Injil

Dalam hal ini tentu saja memandang keteladanan sebagai suatu pokok

penting di dalam pembentukan karakter. Keteladanan akan iman yang

dipancarkan oleh para guru membantu siswa untuk semakin memperdalam iman

akan Kristus. Tentu saja semua harus dijalankan dengan sukacita yang terpancar

di dalam segala sikap dan perilaku.

3. Dimensi Religius Pendidikan Di Sekolah Katolik: Pedoman Untuk

Refleksi dan Pembaruan

Sekolah Katolik mengusahakan cita-cita budaya dan perkembangan kaum

muda secara alamiah sama seperti sekolah lain. Karena itu, Konsili menyatakan

bahwa yang membedakan sekolah Katolik dari sekolah lain adalah dimensi

religiusnya yang nampak dalam (a) suasana pendidikan, (b) perkembangan pribadi

masing-masing siswa, (c) hubungan yang terjalin antara kebudayaan dan Injil,

dan, (d) penerangan segala pengetahuan oleh cahaya iman. Konkretnya, hal ini

diwujudkan melalui:

a. Menentukan identitas sekolah: khususnya nilai-nilai Injili yang menjadi

inspirasi harus disebut secara eksplisit;

b. Memberikan uraian yang tepat mengenai sasaran pedagogis, edukatif, dan

kultural sekolah di mana pengajaran agama dipadukan dengan keseluruhan

pendidikan para siswa;

c. Menyajikan isi pelajaran, bersama dengan nilai-nilai yang akan

disampaikan lewat pelajaran;

d. Gereja, masyarakat, keluarga, dan sekolah menjadi suatu komunitas yang

bersama-sama membangun kepekaan terhadap kondisi sesama sehingga

dapat menghidupi afeksi, ketaatan, rasa terima kasih, kelemahlembutan,

kebaikan hati, siap menolong; melayani, dan teladan baik;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

17

e. Melibatkan partisipasi aktif dari siswa baik dalam proses belajar mengajar

maupun kehidupan sehari-hari di sekolah, sehingga siswa dapat

menumbuhkan rasa tanggung jawab, berani, menghargai, loyal, cinta pada

sesama, jujur, dan toleran;

f. Adanya relasi dan interaksi antara guru dan siswa yang memungkinkan

adanya pendampingan secara personal, sehingga siswa merasa dicintai dan

merasakan suasana kekeluargaan;

g. Adanya hubungan vertikal yang diwujudkan melalui hidup doa serta

berbagai peribadatan yang dilaksanakan di sekolah.

B. Pendidikan Nilai

Menurut Dr. Yvon Ambroise, SJ dalam Kaswardi (1993:20), mengartikan

nilai sebagai suatu realitas abstrak. Nilai yang dirasakan dalam diri masing-

masing individu merupakan daya pendorong atau prinsip yang menjadi pedoman

dalam hidup. Sementara Dr. M. Sastrapratedja, SJ dalam Kaswardi (1993:3)

mengemukakan pendidikan nilai ialah penanaman dan pengembangan nilai-nilai

dalam diri seseorang. Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan ilmu,

keterampilan, teknologi, tetapi juga kepribadian dan moral.

Dalam bukunya, Tillman (2004:xiii) melihat bahwa saat ini dunia tengah

menghadapi peningkatan berbagai permasalahan sosial, serta kurangnya sikap

menghargai baik sesama maupun lingkungan sekitarnya. Peran keluarga memang

sungguh penting khususnya mendampingi siswa dalam menghadapi persoalan

sosial yang ada melalui penanaman nilai-nilai. Namun hal itu dirasa belum cukup,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

18

sehingga perlu dukungan dari pihak lain yakni masyarakat sekitar dan juga

sekolah.

Di sini, sekolah mengambil peran untuk memotivasi dan mengajak siswa

untuk memikirkan diri sendiri, sesama, dan nilai-nilai yang mereka jumpai. Siswa

diajak untuk mengekspresikan diri mereka, sehingga dapat berdinamika melalui

berbagai kegiatan dengan harapan akan memperkaya pengalaman mereka.

Pengalaman yang ada di dalam diri siswa tersebut kemudian digali melalui dialog

maupun refleksi, sehingga menjadi nilai-nilai baru yang akan dibawa dalam hidup

bermasyarakat.

Nilai-nilai yang diambil oleh seseorang haruslah dipilih secara bebas. Nilai

yang dipilih secara bebas akan diinternalisasi, dipelihara dan menjadi pegangan

hidup seseorang. Di samping itu, nilai juga harus dipilih dari berbagai alternatif

yang ada dan sudah dipertimbangkan sebab-akibatnya (Kaswardi, 1993:4-6).

Seseorang cenderung bertindak sesuai dengan nilai yang dianut olehnya,

sehingga memberikan arah hidup bagi orang tersebut. Dengan kata lain, nilai yang

ia miliki merupakan kaidah hidup yang selalu meresapi dan mempengaruhi

kehidupan seseorang. Oleh karena itu, nilai yang ada dalam diri seseorang

haruslah dipelihara dan membantu dirinya memperkembangkan karakter diri

mereka (Kaswardi, 1993:6-8).

C. Kajian Hubungan Nilai dan Karakter

Lickona (2014:71-72) melihat bahwa setiap individu sudah memiliki nilai

yang ditanamkan dari lingkup keluarga masing-masing. Nilai-nilai yang sudah ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

19

dalam diri individu tersebut tidak bisa serta merta langsung digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Lickona melihat bahwa dalam menghadapi situasi tertentu,

seseorang perlu mengkaji ulang nilai-nilai yang ia miliki sebelum menerapkan

dalam berbagai situasi. Kajian nilai-nilai tersebut akan membentuk perilaku

seseorang, serta membantu memilah sikap mana yang baik serta yang harus

ditinggalkan.

Lickona (2014:72) juga mengatakan bahwa karakter merupakan suatu

pemrosesan nilai-nilai yang sudah ada. Aristoteles mendefinisikan karakter

sebagai hidup dengan tingkah laku yang benar, khususnya dalam hal interaksi

dengan orang lain. Karakter sendiri terdiri atas nilai-nilai yang berfungsi dalam

praktek, sehingga seseorang dapat membuat nilai menjadi budi pekerti, serta hati

nurani yang dapat digunakan untuk menghadapi persoalan moral dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan demikian, karakter terbentuk dari tiga macam aspek, antara

lain, pengetahuan akan nilai yang dimiliki, proses penyadaran kembali akan sikap

yang dimiliki, serta pembentukan perilaku baru sesuai dengan nilai-nilai yang ada

dalam masyarakat.

D. Nilai-nilai yang Termuat dalam Pendidikan Karakter

Lickona (2014:55-56) melihat terdapat dua macam nilai, yakni nilai moral

dan nilai non-moral. Nilai moral memuat hal-hal yang harus kita lakukan sebagai

suatu kewajiban. Dengan kata lain, kita harus mengikuti nilai-nilai tersebut

meskipun tidak ingin melakukannya. Yang termasuk nilai moral misalnya

kejujuran, tanggung jawab, keadilan, dan masih banyak lagi. Sedangkan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

20

dimaksud dengan nilai non-moral adalah hal-hal yang ingin kita lakukan sesuai

dengan kehendak masing-masing individu, meskipun tidak ada kewajiban untuk

melaksanakannya. Misalnya, mendengarkan musik, membaca novel, dan lain-lain.

Lickona (2014:61-64) mengerucutkan nilai-nilai yang perlu diberikan di

sekolah dalam dua nilai moral dasar, yakni sikap hormat dan tanggung jawab.

Kedua nilai ini sangat penting untuk membangun pribadi individu itu sendiri

supaya dapat membangun relasi interpersonal dengan masyarakat luas. Sikap

hormat menunjukkan penghormatan terhadap seseorang atau sesuatu. Sikap

hormat inilah yang membantu seseorang untuk menghormati dirinya sendiri, dan

menghormati hak-hak masing-masing individu. Sedangkan tanggung jawab

merupakan perpanjangan dari sikap hormat. Jika seseorang menghormati orang

lain, maka seseorang menghargainya, sehingga ada rasa tanggung jawa untuk

mewujudnyatakan kesejahteraan bersama.

Dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003, depdikbud merumuskan

paling sedikit adanya 18 nilai karakter yang dianggap penting untuk ditanamkan

kepada anak didik di seluruh Indonesia, antara lain:

1. Religius

Religius diartikan sebagai perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, hidup rukun dengan penganut agama lain, serta

toleran dalam pelaksanaan ibadah agama lain.

2. Jujur

Jujur berarti upaya seseorang supaya perkataan, pikiran, dan perbuatannya

dapat dipercaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

21

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai adanya perbedaan budaya, suku, ras,

agama, golongan, serta tindakan yang berbeda dengan dirinya.

4. Disiplin

Perilaku patuh dan tertib terhadap berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukan upaya untuk menyelesaikan tugas dengan

sebaik-baiknya.

6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasikan cara atau hasil baru

berdasarkan sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku tidak mudah bergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan berbagai tugas.

8. Demokratis

Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang melihat bahwa semua memilii

hak dan kewajiban yang sama dengan dirinya.

9. Rasa Ingin Tahu

Upaya untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam apa yang dilihat,

diketahui, dan didalami.

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menjunjung tinggi

kepentingan bangga dan Negara di atas kepentingan golongan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

22

11. Cinta Tanah Air

Cara berpikir dan bersikap yang mencerminkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaannya terhadap hal-hal yang dimiliki oleh bangsa dan Negara

dari berbagai aspek.

12. Menghargai Prestasi

Upaya untuk melakukan atau membuat sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, serta menghargai keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komunikasi

Tindakan yang mencerminkan rasa senang bergaul, berbicara, bekerja

sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menunjukkan rasa aman bagi orang

lain.

15. Gemar Membaca

Kesediaan memberi waktu khusus untuk membaca berbagai bacaan yang

dapat memperkaya diri.

16. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang diwujudkan melalui pemberian bantuan kepada

masyarakat yang membutuhkan.

17. Peduli Lingkungan

Upaya mencintai lingkungan sekitar dengan mencegah kerusakan serta

berupaya memperbaiki kerusakan yang ada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

23

18. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksankan tugas dan kewajibannya

dengan sungguh-sungguh.

E. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani ‘karasso’ berarti cetak biru, format

dasar, sidik, seperti sidik jari (Doni Koesoema, 2007:90). Karakter juga dapat

dilihat sebagai sikap yang sudah ada pada anak didik dan yang harus

dikembangkan ke depan. Ki Hajar Dewantara mengartikan karakter sebagai

paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda

yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Ki Hajar

Dewantara juga melihat karakter sebagai perkembangan dasar yang telah terkena

pengaruh pengajaran (Paul Suparno 2015:28). Karakter dapat diartikan juga

sebagai nilai-nilai dan sikap hidup yang positif, yang dimiliki seseorang sehingga

memengaruhi tingkah laku, cara berpikir dan bertindak orang itu, dan akhirnya

menjadi tabiat hidupnya.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses

pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan latihan. Pendidikan karakter berarti pendidikan yang bertujuan membantu

agar siswa-siswi mengalami, memperoleh, dan memiliki karakter kuat yang

diinginkan. Pendidikan karakter dilakukan dengan keyakinan bahwa karakter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

24

seseorang itu dapat dikembangkan dan dapat diubah. Driyarkara menjelaskan

bahwa tugas pendidikan adalah mengembangkan karakter yang sudah baik dan

membantu menghilangkan karakter yang tidak baik dalam diri anak didik. Dengan

kata lain, manusia tidak hanya berhenti dengan mengikuti bakat yang sudah ada,

tetapi harus berani mengembangkan diri menjadi lebih baik. (Paul Suparno,

2015:30).

Pendidikan berarti usaha membantu siswa untuk menjadi berkarakter atau

karakternya berkembang semakin maju. Kekhasan pendidikan karakter adalah

bahwa bantuan untuk mengembangkan karakter siswa direncanakan secara

sistematis. Metode yang digunakan juga harus disesuaikan dengan model

pendekatan pendidikan yang berpusat pada individu anak didik.

Lickona dalam Paul Suparno (2015:40-42) melihat adanya 3 unsur di

dalam pendidikan karakter. Yang pertama, pengertian moral yang berarti

kesadaran moral, pengertian akan nilai, kemampuan untuk mengambil gagasan

orang lain, rasionalitas moral, pengambilan keputusan berdasarkan nilai moral,

dan pengertian mendalam tentang dirinya sendiri. Yang kedua, afeksi yang

meliputi suara hati, harga diri seseorang, sikap empati terhadap orang lain,

perasaan mencintai kebaikan, kontrol diri dan rendah hati. Yang ketiga, aksi atau

tindakan. Tindakan moral adalah kompetensi yang dimiliki untuk

mengaplikasikan keputusan dan perasaan moral melalui tindakan konkret. Ketiga

unsur ini saling bersinergi untuk membentuk suatu habitus atau kebiasaan baik

yang nantinya akan memperkembangkan karakter anak didik dan mengikis

karakter yang tidak baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

25

3. Tujuan pendidikan karakter

Pada UU No. 20 Th 2003 Tentang Sisdiknas disebutkan bahwa tujuan

nasional pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka, pendidikan harus mampu

untuk membentuk manusia yang memiliki ciri seperti tercantum dalam tujuan

pendidikan di atas.

Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional pendidikan tersebut, langkah

yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan karakter. Menurut Kebijakan

Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, tujuan dari

pendidikan karakter itu sendiri adalah :

Membina dan mengembangkan karakter warga Negara sehingga mampu

mewujudkan masyarakat yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,

berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia,

berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:4)

4. Fungsi pendidikan karakter

Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Fungsi Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

26

Mengacu pada fungsi pendidikan nasional tersebut, dalam Kebijakan

Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 (2010:4), pemerintah

mengungkapkan tiga fungsi pendidikan karakter yakni :

1) Membentuk dan mengembangkan potensi manusia agar berpikiran baik,

berhati baik, dan berperilaku baik.

2) Memperbaiki perilaku yang kurang baik dan memperkuat perilaku baik

yang sudah ada.

3) Memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang

tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang

bermartabat.

5. Faktor-faktor yang memengaruhi pendidikan karakter

Paul Suparno (2015:65-75) mengatakan bahwa pendidikan karakter tentu

tidak dapat berjalan atas kehendak diri sendiri. Perlu adanya bantuan dari orang

lain dalam rangka pembentukan karakter tersebut. Figur yang berperan di dalam

perkembangan karakter antara lain:

a. Orangtua

Orangtua adalah pendidik karakter utama pada anak-anak. Sejak lahir anak

belajar karakter tertentu dari kedua orangtua mereka. Suasana keluarga

yang dibangun juga sungguh memengaruhi perkembangan karakter anak.

b. Teman atau kelompok

Sikap dan karakter anak, khususnya remaja, dipengaruhi oleh lingkungan

pertemanan yang ada. Secara psikologis, anak-anak tengah berada pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

27

transisi untuk meninggalkan orangtuanya dan mulai bergabung dengan

teman sebayanya.

c. Masyarakat atau lingkungan

Keadaan, situasi, dan karakter masayarakat tempat anak tinggal juga

memengaruhi perkembangan karakter anak. Lingkungan masyarakat yang

positif akan membantu anak untuk mengalami perkembangan karakter ke

arah yang lebih baik. Iklim yang dibangun di tengah masyarakat dapat

membantu anak merasakan pengaruh positif yang dapat membantu

perkembangannya.

d. Media

Kehidupan anak zaman sekarang sungguh tidak dapat dilepaskan dari

peran media baik itu media cetak maupun media sosial. Apabila anak

memanfaatkan media dengan baik dan positif, maka anak akan

memperoleh informasi yang dapat memperkaya pengetahuan dan

menjauhkan dari nilai-nilai yang tidak baik.

e. Sekolah

Sekolah merupakan tempat di mana perkembangan karakter juga

berlangsung. Di dalam sekolah, keteladanan dan pendampingan dari guru

sungguh memengaruhi di dalam proses perkembangan karakter siswa.

f. Agama

Agama yang dianut oleh anak juga memengaruhi pola pikir dan perilaku

anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

28

Praksis pendidikan karakter saat ini semakin diperkuat dengan adanya

Peraturan Presiden no. 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter.

Penguatan pendidikan karakter sendiri merupakan suatu bentuk gerakan

pendidikan guna memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah

hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan melibatkan satuan pendidik,

keluarga, serta masyarakat. Penguatan pendidikan karakter sendiri bertujuan

membekali peserta didik guna menghadapi perubahan dimasa depan,

menyelenggarakan pendidikan karakter baik melalui pendidikan formal, informal,

serta berbagai kurikulum pengembangan, serta memperkuat peranan pendidik,

keluarga dan masyarakat dalam upaya pendidikan karakter.

F. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah

1. Sekolah sebagai tempat pengembangan Pendidikan Karakter

Paul Suparno (2015:88-89) menyatakan pendidikan karakter memang bisa

dilaksanakan oleh siapa saja dan di mana saja. Tetapi pendidikan karakter dapat

dilaksanakan lebih mudah dan lancar ketika berada di sekolah. Jangkauan yang

luas di sekolah mempermudah pendidikan karakter untuk menjadi tepat sasaran.

Tidak semua keluarga dapat memberikan pendidikan karakter bagi anak dengan

maksimal, maka di sini sekolah dipandang mampu dalam mendampingi seluruh

siswa untuk berkembang menjadi lebih baik.

Sekolah juga mendapat tempat yang sangat penting di dalam pendidikan

karakter, karena di sanalah terdapat pendidik yang berkompeten dalam menangani

persoalan ini. Pendidik inilah yang nanti berhadapan langsung dengan siswa di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

29

dalam upaya pengembangan karakter anak sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Di samping itu, pendidik juga memiliki berbagai model pendekatan yang mampu

menunjang pendidikan karakter.

2. Pendidikan karakter terintegrasi dalam Kurikulum

Di sini pendidikan karakter tidak dilihat sebagai suatu fokus seperti suatu

mata pelajaran. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan melalui kurikulum yang

digunakan misalnya dengan membuat blok tema pendidikan karakter yang hendak

diraih. Tema tersebut kemudian digunakan oleh guru di dalam mengajar (Doni

Koesoema, 2016:17).

Di samping dengan cara formal seperti di atas, pendidikan karakter juga

dapat diberikan dengan pendekatan kurikulum informal. Penanaman nilai tidak

secara eksplisit dilakukan dalam proses pengajaran, tetapi terjadi ketika terjalin

komunikasi informal antara guru dan siswa. Pendidikan karakter terutama ingin

menanamkan nilai-nilai hidup. Dalam bukunya, Doni Koesoema

(2016:19)menjelaskan:

Kurikulum tersembunyi berasumsi bahwa anak belajar sesuatu dari apa

yang dia lihat dan mereka praktikkan di lingkungan sekolah, bukan belajar

dari ungkapan formal tertulis melalui visi dan misi sekolah. Nilai-nilai

yang dipelajari siswa di sekolah seringkali terjadi bukan karena ada

program. Nilai dan perilaku itu dipelajari secara informal dan tertanam

melalui pergaulan dan komunikasi langsung dalam kehidupan sehari-hari.

3. Model Penyampaian Pendidikan Karakter

Paul Suparno (2015:98-102) melihat nilai karakter dapat disampaikan

dengan berbagai cara. Cara yang biasa digunakan adalah dengan ceramah. Nilai-

nilai yang hendak dihidupi diberikan secara langsung oleh pendidik kepada siswa

secara verbal. Ada model lain yang juga dapat diterapkan yakni konsientisasi. Di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

30

sini siswa diajak menggali nilai-nilai yang ia peroleh dari berbagai temuan

maupun permasalahan mereka dalam kehidupan sehari-sehari, dan pendidik

sebatas sebagai fasilitator.

Model lain yang kini diterapkan hampir dibanyak sekolah adalah refleksi.

Di sini siswa diajak untuk melihat kembali berbagai pengalaman yang dialami

baik di sekolah maupun di tengah masyarakat, kemudian merefleksikan nilai-nilai

yang ia peroleh dalam proses yang telah ia jalani. Dan model terakhir yang

sungguh menggemakan nilai karakter adalah melalui keteladanan. Keteladanan

berarti nilai karakter tersebut tidak diutarakan secara langsung, tetapi sungguh di

dalami dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan dapat

menjadi contoh dari pendidik untuk diikuti oleh siswa.

4. Pendidikan karakter di sekolah yang holistic

Paul Suparno (2015:93-98) melihat pendekatan pendidikan karakter

sekarang lebih benyak dilakukan secara holistik dibanyak sekolah. Pendidikan

karakter sungguh diperkembangkan melalui program, kegiatan kokurikuler

maupun ekstrakurikuler, dan sungguh melibatkan seluruh anggota sekolah dalam

pelaksanaanya. Pendidikan karakter yang tereduksi dalam mata pelajaran

mengajak siswa untuk mewujudkan nilai-nilai seperti kebenaran dan kejujuran

dalam keseluruhan prosesnya.

Pendidikan karakter juga dilaksanakan lewat seluruh kegiatan sekolah.

Kegiatan tersebut bisa bersifat kokurikuler, misalnya studi banding dan penelitian,

maupun ekstrakurikuler misalnya live in dan kegiatan sosial masyarakat. Di

samping berbagai bentuk implementasi pendidikan karakter di sekolah, perlu juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

31

diperhatikan suasana sekolah tersebut. Maka suasana dan aturan yang berlaku di

sekolah sungguh perlu dijiwai oleh nilai-nilai yang hendak ditekankan. Melihat

hal itu tentu saja semua pendidik maupun staff sekolah harus sungguh terlibat

dalam segala proses pelaksanaannya. Meskipun dilaksanakan dalam cakupan

sekolah, namun orangtua juga perlu dilibatkan dalam proses pendidikan karakter

ini. Perlu adanya jembatan berupa komunikasi antara orangtua dengan guru.

Bukan hanya untuk penyampaian nilai siswa, tetapi juga komunikasi yang intens

dalam upaya perkembangan karakter yang diberikan di sekolah dengan harapan

bisa terus dilanjutkan ketika siswa berada di rumah. Pendidikan karakter melalui

penanaman nilai akan sungguh menggema apabila tidak hanya disampaikan secara

verbal, tetapi sungguh dijiwai di dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah.

5. Melatih nilai karakter secara holistik di sekolah

Paul Suparno (2015:104-116) mengatakan bahwa pendidikan karakter

sangat erat kaitannya dengan penanaman nilai serta pengembangan moral siswa

supaya menjadi lebih baik lagi. Maka dalam pendidikan karakter di sekolah, perlu

adanya beberapa nilai yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah Nilai

Ketuhanan. Di sini sekolah mengajak siswa untuk memperkembangakan diri

sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam agama yang dianut. Misalnya

dalam Sekolah Katolik, dibangun iklim yang sungguh didasari oleh spititualitas

Kristiani baik dari visi-misi sekolah, kurikulum yang digunakan, suasana yang

dibangun, hingga kegiatan sekolah diharapkan mengarahkan siswa semakin

mengalami kedewasaan iman. Hal ini dimaksudkan agar siswa semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

32

menghargai dan mencintai dirinya sebagai makhluk ciptaan-Nya, serta

menghargai berbagai makhluk yang ada di bumi.

Yang kedua adalah nilai toleransi. Sekolah merupakan suatu tempat di

mana orang dengan berbagai budaya dan latar belakang bertemu. Maka sekolah

perlu mengajak siswanya untuk menghargai dan menerima berbagai perbedaan

yang ada. Dan secara tidak langsung siswa juga belajar arti keadilan. Berikutnya

adalah daya juang. Siswa dilatih khususnya di dalam berbagai mata pelajaran

untuk berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan dengan jujur. Hal ini juga

dalam rangka membentuk siswa menjadi disiplin dan taat pada hukum.

6. Pendidikan Karakter Kristiani

Doni Koesoema (2007:34-36) melihat pendidikan karakter kristiani

sebagai sesuatu yang bisa dilihat dari sisi manusiawi semata, melainkan jiwa

pendidikan itu sebagai pendidikan religius. Hal ini berarti pendidikan tidak hanya

membuat seseorang menjadi pintar, tetapi juga sekaligus beriman. Pendidikan

karakter kristiani juga memiliki kekhasan yakni pendidikan mengarahkan

seseorang pada sintesis dari rasionalitas dan kehendak bebas yang terbentuk

dalam keutamaan kristiani.

Pada makalah “Pendidikan Karakter Orang Muda Katolik di Zaman Now”,

Yoseph Kristianto (2018) mengatakan;

Melalui pendidikan atau pembinaan iman akan terjadi proses pendidikan

karakter menuju terbentuknya karakter orang Kristiani yang memiliki

kematangan/kedewasaan dalam iman. Kemajuan dan perkembangan hidup

beriman menuju pada kesempurnaannya terungkap dalam sikap beriman,

yang berkembang secara harmonis dalam ketiga komponennya, yakni:

pengetahuan, afeksi dan tindakan. Sikap beriman dapat diartikan sebagai

sikap yang didasarkan pada kesadaran dan penghayatan hubungan antara

manusia dengan Allah dalam ikatan cinta kasih. Kemudian dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

33

kehidupan sosial kemasyarakatan, sikap beriman ini lebih dikenal sebagai

sikap Kristiani, yakni sikap yang didasarkan pada ajaran dan pola hidup

Yesus Kristus. Sikap yang demikianlah akan membentuk karakter seorang

Kristiani, di mana cinta kasih menjadi dasar dan semangat dalam

kehidupannya, serta menjadi indikator utama yang membentuk karakter

sebagai murid Yesus.

Dalam hal pemilihan Doni Koesoema (2007:212-217) berpendapat

pendidikan karakter lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai, maka

bentuk dan metodologinya harus sinkron dengan upaya pembangunan karakter

kaum muda. Dalam pelaksanaannya pendidikan karakter, khusunya di sekolah

maupun dalam lingkup Jemaat bisa mengambil bentuk secara khusus, seperti:

pengajaran, seminar, ceramah, penyuluhan, retret, lokakarya, sharing/kesaksian,

weekend, live in, aksi sosial dsb. Bentuk pendidikan karakter yang dipilih akan

menentukan metode atau pendekatan yang harus diterapkan dalam proses

pembangunan karakter tersebut. Adapun unsur-unsur yang perlu diperhatikan

a. Pengajaran

Dengan unsur pengajaran hendak menekankan pentingnya pengetahuan

atau wawasan yang memuat nilai-nilai kebenaran iman. Secara umum dapat

diasumsikan bahwa untuk dapat bertindak secara baik, adil dan bernilai, orang

pertama-tama perlu mengetahui dengan jernih apa itu kebaikan, keadilan dan

nilai. Sebuah tindakan dikatakan sebagai tindakan yang berkarakter jika seseorang

melakukannya dengan bebas, sadar dan dengan pengetahuan yang cukup tentang

apa yang dilakukannya. Gagasan tentang nilai-nilai yang hendak dikembangkan

oleh lembaga pendidikan maupun lembaga keagamaan dapat diprogramkan dalam

suatu kurikulum pengembangan atau program pembinaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

34

b. Keteladanan

Keteladanan adalah suatu yang penting dalam proses pendidikan karakter.

Unsur inilah yang menjadi tuntutan mutlak pula bagi para orangtua, pendidik,

pemuka agama, dan pendamping kaum muda dalam pendidikan karakter sebagai

pihak yang sangat strategis dalam proses pendidikan karakter. Konsekuensinya,

suatu model peran yang berkarakter hendaknya hidup dalam setiap pribadi, yakni:

orangtua, guru, pemuka agama, maupun pendamping kaum muda. Dengan cara

demikian kaum muda dapat menemukan peneguhan dan afirmasi dalam perilaku

tokoh-tokoh strategis tersebut.

c. Pengalaman Praksis/kesaksian

Pembentukan karakter merupakan suatu proses yang di dalamnya

menuntut keterlibatan bahkan pembiasaan. Maka unsur pengalaman praksis

menjadi penting dalam suatu proses pendidikan karakter. Dalam proses tersebut

kaum muda dapat dilibatkan secara langsung dalam dinamika hidup konkret di

tengah masyarakat. Pengalaman praksis dapat ditempuh melalui kegiatan dalam

skala mikro, seperti: dinamika kelompok, latihan kepribadian, retret, lokakarya,

outbond; maupun dalam skala makro seperti: live in, keterlibatan sosial, karya

bakti masyarakat, dsb. Melalui pengalaman pengalaman tersebut diharapkan

terjadi proses internalisasi nilai dalam diri kaum muda menuju terbentuknya

karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

35

d. Refleksi

Secara organisatoris, berbagai kegiatan dalam rangka proses pendidikan

karakter yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi dan direfleksikan kembali

secara kritis dan berkesinambungan. Dengan evaluasi dimaksudkan untuk melihat

kembali kegiatan tersebut, baik dari segi proses maupun isinya. Berdasarkan hasil

evaluasi tersebut kemudian dilanjutkan langkah refleksi, yakni mengkritisi

kembali pengalaman praksis yang telah diperoleh. Secara personal, kegiatan

introspeksi, refleksi, dan internalisasi nilai-nilai penting untuk dilakukan oleh

setiap pribadi. Evaluasi diri atas ucapan, sikap dan tindakan merupakan langkah

untuk menyadari sejauhmana hidup kita sesuai dengan norma moral dan berkenan

bagi Tuhan (introspeksi). Selanjutnya dibutuhkan sikap tobat atas ketidaklayakan

hidup kita di hadapan Tuhan. Dengan refleksi, hendak mengajak kita menelaah

dan memaknai pengalaman konkret dalam terang iman, sehingga ditemukan nilai-

nilai yang diyakini dan dapat meneguhkan sikap hidup selanjutnya. Akhirnya,

nilai-nilai tersebut terus-menerus perlu dihayati dan diinternalisasikan melalui

pembiasaan, sehingga menjadi miliknya (keutamaan diri) dan akan membentuk

karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan sebagai bentuk usaha untuk memperoleh

pengetahuan yang mendalam mengenai Penerapan Nilai-nilai Kekatolikan dalam

dokumen Gereja sebagai Acuan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kristiani di

SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Pada bagian ini penulis akan menjelaskan

jenis penelitian, tempat dan waktu, responden penelitian, teknik dan instrumen

pengumpulan data, teknik keabsahan data, objektivitas data, dan teknik analisis

data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Denzin dan Lincoln (dalam Moleong 2012:5) menyatakan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah guna menafsirkan

fenomena yang terjadi, dan dilakukan dengan cara melibatkan berbagai metode

yang ada. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya digunakan adalah

wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Sementara Moleong

(2012:6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan secara holistik dideskripsikan

dalam bentuk kata-kata dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini lebih menekankan makna dari pada generalisasi, dengan peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

37

sebagai instrumen kunci. Dengan penelitian kualitatif, penulis mengumpulkan

data kemudian menguraikannya secara deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah

kata-kata, gambar, dan bukan angka. Semua data yang ditemukan dan

dikumpulkan memiliki kemungkinan untuk menjadi kunci terhadap apa yang

sudah diteliti (Moleong, 2012:11). Penelitian deskriptif biasanya mempunyai dua

tujuan yakni untuk mengetahui perkembangan fisik tertentu dan mendeskripsikan

secara terperinci fenomena sosial tertentu.

Penulis menggunakan metode fenomenologis untuk menggali Penerapan

Nilai-nilai Kekatolikan dalam Dokumen Gereja sebagai Acuan Pelaksanaan

Pendidikan Karakter Kristiani di SMP Maria Immaculata. Fenomenologi

diartikan seagai pengalaman subjektif tentang kesadaran dari perspektif pokok

seseorang (Moleong 2012:14). Penelitian ini mencoba menjelaskan makna konsep

atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada

beberapa individu. Penelitian ini mengkaji pengalaman seseorang dalam berbagai

peristiwa atau situasi yang dialami.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Menggali nilai-nilai Kekatolikan yang ada di SMP Maria Immaculata.

2. Mengetahui bentuk program penunjang pendidikan karakter di SMP Maria

Immaculata.

3. Menggambarkan implementasi nilai-nilai Kekatolikan dalam upaya

pengempangan Pendidikan Karakter Kristiani di SMP Maria Immaculata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

38

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu satu bulan, yakni pada

pertengahan bulan Oktober sampai dengan pertengahan bulan November 2018.

Penetapan penilitian dibuat berdasarkan pertimbangan penulis bahwa informan

dapat menjadi orang kunci yang dapat menjadi representasi dari seluruh warga

SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Di samping itu hasil yang diperoleh

didasarkan pada data yang memiliki validitas.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Maria Immaculata Yogyakarta karena

sekolah ini merupakan sekolah Katolik yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani

serta siswa-siswi yang heterogen. Hal ini menjadi alasan mendasar penulis

memilih sekolah terseut menjadi lokasi penelitian.

D. Responden Penelitian

Penelitian kualitatif senantiasa berhubungan dengan subyeknya, dan

memerlukan kualitas pribadi terutama pada waktu proses wawancara terjadi

(Moleong, 2012:172). Informan ditentukan dengan teknik snowball sampling.

Informan dipilih dan ditentukan berdasarkan informasi sebelumnya tanpa

menentukan jumlah secara pasti dengan menggali informasi terkait topik

penelitian yang diperlukan. Pencarian informan akan dihentikan setelah informasi

penelitian dianggap sudah memadai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

39

Responden dalam penelitian ini adalah guru BK, guru agama,

penanggungjawab kesiswaan, dan wali kelas yang berkaitan langsung dengan

praksis pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Mereka dipilih sebagai

responden karena dinilai menguasai permasalahan, memiliki data, dan tersedia

memberikan informasi yang akurat dan terpercaya.

E. Pertanyaan Penelitian

Untuk menjawab permasalahan penelitian ini, maka penulis menentukan

beberapa pertanyaan berikut:

1. Menyangkut Dokumen Gereja

a. Dokumen apa saja yang memuat konsep Pendidikan Kristiani?

b. Apa saja nilai-nilai Kekatolikan yang ada dalam Dokumen Gereja yang

relevan bagi pendidikan Karakter?

c. Nilai-nilai Kekatolikan apa saja yang terdapat pada Dokumen Gereja yang

melandasi proses pendidikan di SMP Maria Immaculata?

2. Visi Misi Sekolah

a. Bagaimana nilai-nilai Kekatolikan yang dihidupi di sekolah menjadi dasar

dalam seluruh proses pendidikan?

b. Bagaimana nilai-nilai Kekatolikan yang terdapat dalam Dokumen Gereja

maupun yang dihidupi di sekolah berperanan bagi perkembangan

Pendidikan Karakter Kristiani?

c. Bagaimana implementasi nilai-nilai Kekatolikan di dalam Pendidikan

Karakter Kristiani tersebut diterapkan di SMP Maria Immaculata?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

40

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, jenis metode yang digunakan penulis adalah

wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam adalah proses

menggali informasi secara mendalam, terbuka, bebas dengan masalah, dan fokus

penelitian diarahkan pada pusat penelitian (Moleong, 2012:186). Teknik ini

digunakan supaya penulis dapat memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan

secara mendalam dari narasumber. Maka, dalam metode ini penulis membuat

daftar pertanyaan yang diharapkan dapat membantu penulis mencapai hasil

wawancara yang diinginkan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam pengambilan data di lapangan, penulis menggunakan pedoman

wawancara, alat rekaman dan alat dokumentasi untuk mempermudah proses

pengambilan dan pengumpulan data.

a. Pedoman Wawancara

Penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan pedoman

wawancara sebagai intrumen dalam proses pengumpulan data, dan menekankan

pada wawancara terhadap responden untuk mengetahui penerapan nilai-nilai

Kekatolikan dalam pendidikan Karakter di sekolah. Berikut pedoman wawancara

yang digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

41

Pedoman Wawancara

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

Wawancara ke :

1. Menyangkut Dokumen Gereja

a. Nilai-nilai Kekatolikan

1) Dokumen apa saja yang memuat konsep Pendidikan Kristiani?

2) Apa saja nilai-nilai Kekatolikan yang ada dalam Dokumen Gereja yang

relevan bagi pendidikan karakter?

3) Nilai-nilai Kekatolikan apa saja yang terdapat pada Dokumen Gereja yang

melandasi proses pendidikan di SMP Maria Immaculata?

b. Pendidikan Kristiani

1) Bagaimana pendidikan Kristiani diwujudkan di sekolah?

2) Apa saja komponen yang mencakup pendidikan Kristiani di sekolah?

2. Visi Misi Sekolah

1) Bagaimana nilai-nilai Kekatolikan yang terdapat dalam Dokumen Gereja

maupun yang dihidupi di sekolah berperanan bagi perkembangan

Pendidikan Karakter Kristiani?

2) Apa saja program yang ada di sekolah dalam kaitannya dengan upaya

pendidikan karakter?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

42

3) Bagaimana implementasi nilai-nilai Kekatolikan di dalam Pendidikan

Karakter Kristiani tersebut diterapkan di SMP Maria Immaculata?

3. Praksis Penerapan Pendidikan Karakter

1) Bagaimana proses pendidikan Karakter anda terapkan dalam proses belajar

mengajar?

2) Nilai-nilai apa saja yang bisa diterapkan dalam kaitannya dengan

Pendidikan Karakter Kristiani?

b. Pedoman Observasi

Observasi yang dilakukan meliputi pelaksanaan Pendidikan Karakter

Kristiani di sekolah meliputi nilai-nilai Kekatolikan yang diangkat dan program

penunjang perkembangan pendidikan karakter tersebut. Berikut pedoman

observasi yang digunakan.

Pedoman Observasi

Nama program/kegiatan :

Hari, tanggal observasi :

Aspek yang diteliti

1. Nilai-nilai Kekatolikan yang diterapkan di sekolah.

2. Program pendukung pendidikan karakter di sekolah.

3. Implementasi Nilai-nilai Kekatolikan dalam Pendidikan Karakter

Kristiani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

43

G. Teknik Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan

berdasarkan sejumlah kriteria tertentu. Uji keabsahan data meliputi uji credibility

(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas),

dan confirmanility (obyektivitas). Pada penelitian ini digunakan uji krediilitas

dengan triangulasi (Sugiyono, 2014:366).

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keasahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data tersebut sebagai sebuah pembanding (Moleong,

2012:330). Denzin (dalam Moleong 2012:330) membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyidik, dan teori. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode.

Pada triangulasi dengan metode, Patton (dalam Moleong 2012:330)

melihat adanya dua strategi, yaitu (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan

hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dengan

triangulasi, peneliti dapat mengkaji ulang temuannya dengan cara memandingkan

sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan

cara: (a) mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan; (b) mengeceknya

dengan berbagai sumber data dan (c) memanfaatkan berbagai metode agar

pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

44

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

berbagai data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain. Sehingga mudah dipahami dan dapat diinformasikan pada orang lain.

Hal ini dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting

dan yang akan dipelajari, kemudian dibuat kesimpulan (Sugiyono, 2014:334).

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai dilakukan analisis terhadap jawaban responden.

Aktivitas dalam analisis data antara lain:

1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

Dengan demikian data yang telah direduksi membantu peneliti untuk memperoleh

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya (Sugiyono, 2014:338).

2. Penyajian Data

Penelitian kualitatif erat kaitannya dengan penyajian data berupa teks yang

bersifat naratif dan memaparkan data, maka akan mempermudah peneliti untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2014:341).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

45

3. Verifikasi

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014:345) menyebutkan bahwa

langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan masih dapat

berubah bila tidak ada bukti-bukti kuat yang mendukung pengumpulan data.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis memaparkan hasil penelitian dengan metode

wawancara. Penelitian ini melibatkan beberapa responden yakni guru BK, guru

agama, penanggungjawab kesiswaan, dan wali kelas yang mengajar di SMP Maria

Immaculata Yogyakarta. Hasil penelitian ini merupakan rangkuman atas jawaban

responden tentang praksis pelaksanaan pendidikan karakter kristiani di SMP

Maria Immaculata Yogyakarta. Penelitian ini dibagi ke dalam tiga bagian yakni

pengetahuan mengenai Dokumen Gereja yang meliputi nilai-nilai Kekatolikan dan

pendidikan kristiani, Visi-Misi Sekolah, serta praktek pelaksanaan pendidikan

karakter.

1. Profil Sekolah

a. Sejarah Singkat

Sejarah singkat SMP Maria Immaculata diuraikan berdasarkan pada

manuskrip yang memuat sejarah visi-misi sekolah. SMP Maria Immaculata

Marsudirini merupakan sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Marsudirini

berpusat dijalan Ronggowarsito 8 Semarang. Sejarah SMP Maria Immaculata

diawali ketika Yayasan Kanisius pasca perang kemerdekaan membentuk MULO

Katolik (SMP), para Bruder FIC diminta menangani murid laki-laki, sedang murid

putri diserahkan kepada para Suster OSF.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

47

Peristiwa ini seiring dengan keluarnya Kebijakan Pemerintah Republik

Indonesia pada tahun 1952, tentang pengelolaan sekolah-sekolah swasta.

Sekolah-sekolah swasta harus dikelola oleh Yayasan. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah tersebut, Keuskupan Agung Semarang mendirikan Yayasan Kanisius

yang menaungi semua sekolah Katolik, termasuk sekolah-sekolah Katolik milik

Suster-suster OSF. Dalam perkembangan waktu tarekat-tarekat mendirikan

Yayasan sendiri dan melepaskan diri dari Yayasan Kanisius.

Pada tanggal 5 Juli 1954 para Suster OSF mendirikan Yayasan

Marsudirini yang menaungi sekolah-sekolah OSF, termasuk di dalamnya SMP

Maria Immaculata Marsudirni Yogyakarta. Saat awal berdiri SMP Maria

Immaculata Marsudirini Yogyakarta hanya menerima murid putri saja, dengan

jumlah 4 lokal paralel.

Status SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta mengalami

perubahan serta perkembangan kejenjang yang lebih baik sesuai dengan kebijakan

pemerintah, dari berstatus Bersubsidi pada tanggal

15 Februari 1950, menjadi status Disamakan pada tanggal 12 Mei 1986.

Usaha memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan murid putra

diijinkan oleh pihak sekolah untuk itu pada tahun 1993 SMP Maria Immaculata

Marsudirini menerima siswa putra. Dalam perkembangannya semakin banyak

warga masyarakat yang mempercayakan pendidikan putra-putrinya ke SMP Maria

Immaculata Marsudirini Yogyakarta, sehingga pada tahun 1993 SMP Maria

Immaculata Marsudirini Yogyakarta menambah lokal menjadi 6 paralel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

48

Tanggal 25 Februari 2005 telah mendapatkan hasil akreditasi yang

pertama dengan mendapat nilai A, tanggal 22 November 2008 dalam akreditasi

kedua mendapatkan nilai A, tanggal 15 Agustus 2011 berdasarkan Keputusan

Kepala Dinas Pendidikan dan, Pemuda dan Olah Raga nomor 798 tahun 2011

mendapatkan Penetapan Sekolah Standar Nasional Mandiri. Tahun 2013 SMP

Maria Immaculata Marsudirni Yogyakarta melaksanakan proses akreditasi lagi

dan hasil dari akreditasi yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional

Sekolah pada tanggal 21 Desember 2013 mendapatkan nilai A.

SMP Maria Immaculata Marsudirini dari tahun ke tahun terus berbenah

diri agar lebih dapat berkompetisi dengan sekolah lain, terlebih SMP Maria

Immaculata Marsudirini Yogyakarta berlokasi di tengah kota pendidikan yang

memiliki nilai kompetisi tinggi.

b. Visi, Misi dan Tujuan

Visi : SMP Maria Immaculata Marsudirini mengembangkan pribadi yang

cerdas, beriman pada Tuhan, mencintai sesama dan alam ciptaanNya.

Misi :

1) Menjadikan peserta didik yang cerdas, intelektual, berkarakter dan

berbudaya.

2) Membantu peserta didik menggali dan mengembangkan minat, bakat dan

kreatifitas.

3) Membantu peserta didik mampu menguasai dan menggunakan teknologi

secara tepat di era globalisasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

49

4) Meningkatkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan sosial dan

lingkungan ciptaan-Nya.

Tujuan :

1) Menjadikan peserta didik yang cerdas, intelektual, berkarakter dan

berbudaya.

a) Terlaksananya tugas pokok dan fungsi peranan masing-masing setiap

warga dan komponen sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, dan

peserta didik).

b) Terlaksananya tata tertib dan segala ketentuan yang mengatur operasional

sekolah berstandar nasional pendidikan.

c) Memiliki jiwa cinta tanah air yang diinternalisasikan lewat menyanyikan

lagu kebangsaan Indonesia Raya dan hormat bendera pada awal pelajaran

dan Pramuka.

d) Meningkatkan mutu guru dengan MGMP, Workshop dan seminar.

e) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga

budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

f) Melaksanakan pendampingan dan pelatihan secara efektif dalam

pembelajaran, sehingga nilai ujian dan daya saing yang tinggi untuk

masuk jenjang pendidikan lebih tinggi.

g) mengembangkan pembelajaran dengan moving class.

h) mengembangkan pembelajaran berbasis kemarsudirinian.

i) menjadikan komunitas sekolah memiliki nilai-nilai kehidupan berdasarkan

spiritualitas kemarsudirinian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

50

2) Membantu peserta didik menggali dan mengembangkan minat, bakat dan

kreatifitas.

a) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya,

sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal dan melaksanakan

pendisiplinan terhadap semua komponen sekolah untuk mewujudkan

disiplin diri yang mantap, kepatuhan tata tertib, bekerja dan belajar.

b) Menyediakan sarana dan prasarana untuk menyelenggarakan proses

belajar mengajar, pembinaan olah raga serta kegiatan ekstrakurikuler.

c) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap

siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

d) Menjadikan sekolah meraih prestasi dalam berbagai kompetisi baik

akademik maupun non akademik.

3) Membantu peserta didik mampu menguasai dan menggunakan teknologi

secara tepat di era globalisasi.

a) Mengembangkan media pembelajaran berbasis TIK.

b) Memfasilitasi peserta didik untuk menguasai dan menggunakan teknologi

secara tepat.

4) Meningkatkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan sosial dan

lingkungan ciptaan-Nya.

a) Menyelenggarakan kegiatan yang menumbuhkan kepedulian bagi

sesamanya dengan mengumpulkan sembako, menyisihkan uang jajan

untuk aksi sosial / membantu teman/saudara yang membutuhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

51

b) Memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup disekitarnya.

c) menjadi sekolah bersih, sehat, dan berwawasan lingkungan sehingga

kondusif untuk bekerja dan belajar.

Motto : Muda, Disiplin, Kreatif dan Berbudaya

c. Kurikulum Pengembangan

Pengembangan pendidikan karakter bangsa, ekonomi kreatif dan jiwa

kewirausahaan yang dilakukan di SMP Maria Immaculata Marsudirini

Yogyakarta diintegerasikan melalui:

1) Kurikulum Sekolah

Penerapan pendidikan karakter, ekonomi kreatif, dan jiwa

kewirausahaan diintegrasikan ke dalam kurikulum SMP Maria Immaculata

Marsudirini Yogyakarta.

2) RPP dan Silabus

SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta mengembangkan

RPP dan Silabus tersendiri dengan mengintegrasi pendidikan karakter

bangsa untuk semua mata pelajaran wajib dan muatan lokal.

3) Program Tamanisasi Sekolah

Program ini merupakan salah satu indikator dalam pendidikan

karakter bangsa berkaitan dengan peduli lingkungan dan kekhasan

pelajaran kemarsudirinian yang menjadi ciri khas sekolah Marsudirini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

52

4) Program Field Trip

Program ini adalah program yang mengintegrasikan pendidikan

ekonomi kreatif dan jiwa kewirausahaan. Program ini merupakan kegiatan

untuk menambah wawasan tentang dunia usaha dalam bidang pertanian

mulai dari penanaman hingga pemasaran

5) Kemarsudirinian

Program ini adalah program yang mengintegrasikan spiritualitas

yang dibawa Fransiskus Assisi dan Magdalena Daemen yakni cinta pada

lingkungan dan ciptaan-Nya dalam bentuk suatu pendampingan.

6) Lokakarya

Program ini adalah program pengembangan sikap yang disesuaikan

dengan tingkatan kelas sesuai kebutuhan mereka guna mengembangkan

karakter anak dengan mengangkat tema-tema yang berdasarkan

keprihatinan remaja dan masyarakat saat ini.

2. Profil Responden

Responden 1 –dengan inisial SMS, adalah seorang Guru Bimbingan Konseling di

SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

Responden 2 –dengan inisial HW, adalah seorang Guru Bimbingan Konseling di

SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

Responden 3 –dengan inisial EDLK, adalah seorang Guru Pendidikan

Kewarganegaraan sekaligus Pembina OSIS di SMP Maria Immaculata

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

53

Responden 4 –dengan inisial AES, adalah seorang Guru Pendidikan

Kewarganegaraan sekaligus Pembina Ta-Tib di SMP Maria Immaculata

Yogyakarta.

Responden 5 –dengan inisial FK, adalah seorang Guru Matematika sekalgus Wali

Kelas 8C di SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

Responden 6 –dengan inisial GBK, adalah seorang Guru Pendiidkan Agama

Katolik di SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

3. Hasil Wawancara

Pada bagian ini penulis menyajikan jawaban atau tanggapan responden

tentang : (1) nilai-nilai Kekatolikan dan Pendidikan Kristiani menurut Dokumen

Gereja, (2) Visi-Misi yang menjadi landasan pelaksanaan pendidikan di SMP

Maria Immaculata dan (3) praktek pelakanaan pendidikan karakter yang

diterapkan oleh masing-masing guru di kelas sesuai dengan mata pelajaran

maupun kegiatan yang diampu.

Untuk mendapat tanggapan atas hal-hal tersebut, penulis menyiapkan

beberapa pertanyaan kunci yang mudah dijawab oleh responden. Penulis

menemukan adanya variasi jawaban yang beragam dari masing-masing responden

dalam memahami nilai-nilai Kekatolikan dalam Pendidikan Karakter Kristiani,

serta penerapannya baik dalam lingkup sekolah maupun kelas. Untuk menguji

kebenaran tanggapan responden, dilakukan proses triangulasi sumber dengan cara

mewawancarai pihak lain yang dinilai dapat mengonfirmasi pernyatan responden

secara valid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

54

Praktek pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sangat bergantung

pada nilai-nilai apa aja yang menjadi landasan proses pendidikan, serta bagaimana

nilai-nilai itu terlaksana dalam lingkup pendidikan Kristiani. Menurut penulis,

mengetahui dan praksis pelaksanaan adalah kedua hal yang berbeda secara

substansial, namun tidak bisa dipisahkan. Terkadang orang hanya mengenal

konsep nilai yang dihidupi tanpa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu juga sebaliknya, praksis kegiatan yang dilaksanakan belum tentu sesuai

dengan nilai-nilai yang dihidupi. Dalam penelitian ini, penulis ingin mencari tahu

seberapa besar pengetahuan responden tentang nilai-nilai Kekatolikan dalam

dokumen Gereja, serta bagaimana nilai tersebut diterapkan dalam visi-misi

sekolah, program, dan praktek masing-masing guru di kelas dalam rangka

pendidikan karakter kristiani.

a. Menyangkut Dokumen Gereja

Untuk mendapatkan tanggapan yang komprehensif tentang pengetahuan

mengenai Dokumen Gereja, penulis membaginya menjadi dua bagian yang

berhubungan dengan: (1) Nilai-nilai Kekatolikan dengan pertanyaan kunci; (a)

dokumen yang memuat konsep pendidikan Kristiani;(b) nilai-nilai Kekatolikan

yang relevan bagi pendidikan karakter dalam dokumen Gereja; dan (c) nilai-nilai

Kekatolikan yang melandasi proses pendidikam di SMP Maria Immaculata; (2)

Pendidikan Kristiani meliputi: (a)pelaksanaan pendidikan kristiani di sekolah, dan

(b) komponen Pendidikan Kristiani di sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

55

(1) Nilai-nilai Kekatolikan

Penulis bertanya kepada semua responden tentang apa yang mereka

ketahui tentang Dokumen Gereja.

(a) Dokumen yang Memuat Konsep Pendidikan Kristiani

Responden 1 dengan singkat mengatakan :

Wah, itu saya kurang tau mbak, guru agama yang paham [Wawancara R1, 12

November 2018].

Responden 2 dengan yakin namun terlihat seperti berpikir keras mengatakan:

Ya yang saya tahu Kitab Suci yang kita mengajarkan untuk selalu peduli pada

sesama dan mengajarkan cinta kasih [Wawancara R2, 12 November 2018].

Responden 3 dengan singkat mengatakan :

Kalau soal itu saya tidak memiliki kapasitas mbak, yang ngerti guru agama

[Wawancara R3, 13 November 2018].

Responden 4 kurang yakin menjawab dengan mengatakan:

Saya kurang tahu mengenai hal tersebut [Wawancara R4, 14 November 2018].

Responden 5 dengan singkat mengatakan :

Saya kurang tahu ya mbak [Wawancara R5, 14 November 2018].

Responden 6 dengan yakin menjawab dengan mengatakan:

Yang jelas dalam Dokumen Konsili Vatikan II ada GE, selebihnya ada pada Surat

Gembala [Wawancara R6, 14 November 2018].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

56

Semua data yang dijabarkan di atas adalah valid. Semua data wawancara

divalidasi ulang dengan meminta responden melihat kembali hasil transkripnya,

sehingga kutipan di atas benar dan kredibel.

Penulis melakukan wawancara dengan orang lain sebagai Informan 1 yang

mengenal responden. Informan 1 mengatakan bahwa meskipun seluruh responden

merupakan guru beragama Katolik, tidak semua dari mereka mengetahui perihal

dokumen Gereja. Pada jawaban R1, R2, R3, dan R5 dapat dilihat bahwa

responden belum mengetahui adanya dokumen gereja yang memiliki fokus pada

pendidikan kristiani. Namun, pada R4 sudah ada gambaran mengenai dokumen

Gereja meskipun belum sepenuhnya benar, dan R6 sudah mengetahui adanya

dokumen Gereja yang memuat Pendidikan Kristiani meskipun tidak dapat

menyebutkan secara terperinci. [Wawancara I1, 14 November 2018]

(b) Nilai-nilai dalam Dokumen Gereja yang Relevan Bagi Pendidikan

Karakter

Penulis memberikan gambaran isi dokumen Gereja kepada semua

responden sebagai gambaran bagi responden untuk melihat nilai-nilai Kekatolikan

yang relevan bagi pendidikan karakter. Secara keseluruhan responden memberi

jawaban yang berbeda-beda. Berikut tanggapan masing-masing responden.

Responden 1 dengan yakin mengatakan:

Kalau menurut saya pribadi, yang pertama sikap saling menghormati

mbak. Soalnya anak jaman sekarang tuh jangankan menghormati orang

lain, lha wong sama gurunya aja susah mbak. Selain itu menurut saya

sopan santun ya mbak, karena budaya individualisme yang ada sekarang

ini bikin anak tidak bisa membedakan mana perilaku yang sopan mana

yang kurang baik, terutama di depan orang yang lebih tua. Kemudian yang

terakhir cinta kasih. Anak sekarang tuh mood-moodan mbak, mau nolong

ya kalau yang ditolong itu temen deketnya, atau sahabatnya sendiri. Kalau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

57

suruh bantu temen yang gak deket susahnya minta ampun mbak, padahal

ya menolong itu bentuk mengasihi sesama. Contoh

sederhananya,meminjamkan alat tulis pada teman yang membutuhkan

kalau bukan temannya ya tidak mau memberi [Wawancara R1, 12

November 2018].

Responden 2 dengan yakin namun terlihat seperti berpikir keras mengatakan:

Sekolah ini kan memiliki spiritualitas yang diambil dari Fransiskus Assisi

dan Magdalena Daemen, ya yang jelas kita mengajarkan nilai mencintai

alam ciptaan dan sesama. Hal ini dapat diwujudkan misalnya dengan

memberi salam. Di sekolah ini mbak, kalau pagi itu ada guru sama

beberapa siswa istilahnya piket di depan untuk menyambut guru dan

teman-teman yang datang dengan memberikan salam. Terus ada juga

Jumat kasih, anak diajak menyisihkan uang jajannya untuk berbagai

kepada teman yang membutuhkan, entah sakit, atau malah ndak mampu

bayar SPP, dan lain sebagainya. Dan yang terakhir anak diajak percaya

pada Penyelenggaraan Ilahi mbak, jadi tiap pagi anak diajak refleksi

setelah doa untuk melihat apa yang akan saya lakukan hari ini, terus juga

memberi motivasi bagi anak yang mau menghadap lomba dan ujian

[Wawancara R2, 12 November 2018].

Responden 3 memberi jawaban yang berbeda dengan mengatakan :

Kalau urusan hubungan dengan yang di atas mungkin itu nanti urusan guru

agama ya mbak. Tapi bagi saya, nilai yang relevan itu ya yang berguna

bagi kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan mengajak anak untuk mau

menaati norma dan peraturan yang ada. Dari hal yang sederhana saja,

menggunakan seragam sesuai dengan ketentuan, sampai yang ada di luar

sekolah seperti mau membuang sampah pada tempatnya. Yang lain itu

misalnya ya cinta kasih mbak. Nah, cinta kasih ini diwujudkan melalui

sikap positif sebagai warga Negara, misalnya melalui bakti sosial, peduli

alam sekitar, dan lain-lain. Yang terakhir, yang jarang dijumpai di sekolah

lain yakni kekeluargaan di mana anak merasa dicintai, dihargai,

diperhatikan [Wawancara R3, 13 November 2018].

Responden 4 sangat yakin dan singkat menjawab dengan mengatakan:

Jelas mbak, toleransi itu yang utama, apalagi kondisi bangsa saat ini

sungguh sedang krisis. Di samping itu, kondisi siswa di sini kan juga

beragam mbak, meskipun sekolah Katolik. Lalu di sekolah ini ada

kemarsudirinian, salah satu nilai yang hendak diangkat adalah

persaudaraan, di mana semua adalah sama. Persaudaraan ini juga ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

58

kaitannya dengan kerja sama. Kalau kita menyadari siapa sesama kita,

maka kita mau bekerjasama dengan siapapun. Soalnya banyak kejadian

anak itu gak mau kerja sama kalau bukan sama temen deketnya. Dan yang

terakhir kedisiplinan mbak sebagai ciri khas yang sudah melekat pada

sekolah Katolik [Wawancara R4, 14 November 2018].

Responden 5 dengan tenang dan yakin menjabarkan dengan mengatakan:

Ada dua yakni sikap sosial dan sikap spiritual. Sikap spiritual dulu ya

mbak. Namanya anak sekolah kan kadang masih belum dong bagaimana

saya haru bersikap. Sederhana saja melalui doa pagi. Anak ki masih sering

ketawa-ketawa, tengok kanan kiri, guyon sama temennya, padahal posisi

sedang berdoa. Nah, di sini kita mengajak anak untuk tahu apa yang

sedang kita lakukan, dan bagaimana saya herus bersikap. Kemudian anak

dibiasakan untuk membuat refleksi. Yang kedua adalah sikap sosial. Untuk

hidup sehari-hari, anak itu harus diajarkan rasa tanggungjawab, baik dalam

tugas, kegiatan, atau apapun, karena usia anak SMP itu masih labih dan

suka sakarepe dewe. Kemudian nilai persaudaraan yang dibangun melalui

kerja sama dan komunikasi. Ini penting sekali karena anak jaman sekarang

itu seringnya nge-judge dulu tanpa tahu kebenarannya [Wawancara R5, 14

November 2018].

Responden 6 dengan yakin menjawab dengan mengatakan:

Saya pribadi selalu menginginkan anak-anak saya dapat merayakan

kebebasan iman mereka masing-masing. Seringkali anak terlalu ditekan,

diancam, dan menghadapi banyak aturan. Padahal anak muda butuh

kebebasan supaya mereka mampu menjadi diri mereka seutuhnya,

terutama kaitannya dengan iman akan Allah. disaat anak diberikan

kebebaan itu, maka mereka akan berproses dan berkembang sehingga

perlahan-lahan dia tahu apa yang baik dilakukan dan apa yang buruk bagi

dirinya [Wawancara R6, 14 November 2018].

Kebenaran data yang diperoleh telah diuji validitasnya dengan

mempersilahkan reponden untuk memeriksa kembali jawaban yang diberikan

selama proses wawancara, sehingga jawaban yang diberikan sungguh benar dan

terpercaya.

Berdasarkan wawancara kepada orang yang mengenal reponden, Informan

1 mengatakan berdasarkan pengalamnnya mengajar bersama responden, semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

59

responden memiliki preferensi yang berbeda dalam memberikan jawaban.

Biasanya hal ini dipengaruhi juga oleh mata pelajaran dan kegiatan yang ada di

bawah naungan guru yang bersangkutan. Misalnya R1 dan R2 memiliki jawaban

yang hampir mirip dan saling melengkapi. Sedangkan R3 dan R6 memiliki

jawaban yang sama sekali berbeda namun masih sesuai dengan konteks. Begitu

pula dengan R4 dan R5, memiliki jawaban yang hampir sama.[Wawancara I1, 14

November 2018]

(c) Nilai-nilai Kekatolikan yang melandasi proses pendidikan di SMP Maria

Immaculata

Penulis bertanya kepada responden tentang nilai-nilai Kekatolikan apa saja

yang melandasi pendidikan di sekolah ini. Secara keseluruhan responden memberi

jawaban yang sama. Berikut tanggapan masing-masing responden.

Responden 1 dengan singkat mengatakan :

Ada dua aspek mbak, yang pertama mencintai lingkungan yang

diwujudkan melalui kemarsudirinian dan merawat tanaman. Yang kedua

persaudaraan, baik dengan teman sekelas maupun dengan seluruh warga

sekolah [Wawancara R1, 12 November 2018].

Responden 2 memberikan jawaban yang serupa dengan mengatakan :

Ya dari Fransiskus Asisi dan Magdalena Daemen itu mbak, diajak

mencintai lingkungan dan sesama yang terwujud dalam kemarsudirinian.

Konkretnya ya dengan merawat tanaman, cinta sesama, memberi salam,

dan lain-lain [Wawancara R2, 12 November 2018].

Responden 3 dengan singkat mengatakan :

Ya kemarsudirinian mbak, cinta alam ciptaan dan sesama [Wawancara R3, 13

November 2018].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

60

Responden 4 dengan singkat mengatakan :

Yang jelas karena sekolah ada di bawah Yayasan Marsudirini, maka kita

mengambil nilai kemarsudiriniaan yakni kesederhanaan, cinta lingkungan, dan

sesama [Wawancara R4, 14 November 2018].

Responden 5 dengan yakin dan jelas menjawab dengan mengatakan :

Ada dua hal yang ingin dikembangkan di sini yaitu menjadi pribadi yang

sederhana dengan memperlakukan semua siswa dengan cara yang sama

supaya tidak ada kecemburuan sosial dan siswa dapat bersikp rendah hati.

Kemudian mencintai alam ciptaan dan sesama yang terangkum juga di

dalam kemarsudirinian [Wawancara R5, 14 November 2018].

Responden 6 memberikan jawaban yang jelas dengan mengatakan :

Spiritualitas sekolah ini adalah semangat yang dibawa oleh Fransiskus

Asisi dan Magdalena Daemen. Pertama-tama yang saya tangkap adalah

semangat pertobatan. Di sini kita diajak untuk menyadari bagaimana kita

di masa lampau, lalu ada yang namanya evaluasi diri sehingga kita bisa

menuju pada suatu suasana pertobatan menjadi diri yang baru. Kemudian

kesederhanaan. Kesederhanaan tercermin bukan hanya melalui penampilan

tapi juga sikap serta tutur kata yang santun sehingga menghargai orang

lain. Kemudain syukur atas apa yang dimiliki, diperoleh, dan diberikan

oleh Allah. Dan yang terakhir persaudaraan, di mana kita semua adalah

satu, saudara, dan kita semua sama [Wawancara R6, 14 November 2018].

Kebenaran data yang diperoleh telah diuji validitasnya dengan

mempersilahkan reponden untuk memeriksa kembali jawaban yang diberikan

selama proses wawancara, sehingga jawaban yang diberikan sungguh benar dan

terpercaya.

Berdasarkan wawancara kepada orang yang mengenal reponden, Informan

1 mengatakan berdasarkan pengalamnnya mengajar bersama responden, semua

responden memiliki jawaban yang sama karena memang seluruh warga sekolah

yang ada menjiwai kemarsudirinian yang merupakan spiritualitas yang diangkat

oleh yayasan dengan Franiskus Asisi dan Magdalenda Damond sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

61

pelindungnya. Maka jawaban R1. R2, R3. R4, R5, dan R6 selalu mengarah pada

semangat cinta pada alam ciptaan dan sesama.[Wawancara I1, 14 November

2018].

(2) Pendidikan Kristiani

Penulis mengajukan pertanyaan pada responden untuk mengetahui

bagaimana Pendidikan Kristiani berlangsung di sekolah.

(a) Praksis Pendidikan Kristiani di sekolah

Penulis bertanya kepada semua responden tentang apa yang mereka

ketahui tentang praksis Pendidikan Kristiani di sekolah. Secara keseluruhan

responden memberikan jawaban yang relative sama. Berikut tanggapan masing-

maing responden.

Responden 1 dengan singkat mengatakan :

Pendidikan Kristiani diwujudkan ya melalui visi-misi sekolah, hal-hal

yang mencerminkan iman Katolik seperti ibadat dan misa bulanan, dan

simbol-simbol Katolik seperti salib, gambar, dan nilai-nilai sebagai

pengingat [Wawancara R1, 12 November 2018].

Responden 2 memberikan jawaban yang berbeda dengan mengatakan :

Pendidikan Kristiani ya mbak? Contoh konkretnya sih dengan adanya tiga

S itu mbak, kemudian kebiasaan doa pagi dari sentral dilanjutkan dengan

refleksi, kemudian ya melalui keteladanan guru mbak, guru nyontoni anak

muride piye kudu bersikap, nyandang, ngomong [Wawancara R2, 12

November 2018].

Responden 3 dengan singkat mengatakan :

Ya yang jelas keliatan banget ya refleksi itu mbak. Kan ndak semua sekolah ada

kebiasan tersebut [Wawancara R3, 13 November 2018].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

62

Responden 4 dengan singkat mengatakan :

Yang jelas berkaitan dengan kerohanian ya. Misalnya dengan misa bulanan,

ibadat, BKSN, refleksi yang sekiranya bisa mengembangkan sikap spiritual anak

[Wawancara R4, 14 November 2018].

Responden 5 dengan yakin dan jelas menjawab dengan mengatakan :

Yang jelas pendidikan kristiani itu menyangkut dua hal, kerohanian serta

sikap. Kerohanian itu diwujudkan dengan doa, refleksi, misa bulanan,

ibadat, dan itu tidak hanya berlaku di sekolah, tapi juga di luar sekolah.

Mial ada murid yang celelekan waktu misa, sepulang Gereja kita temui

lalu tegur supaya tidak mengulangi hal yang sama. Yang kedua ya sikap

melalui perwalian, pembiasaan, aksos, dan bawa tanaman [Wawancara R5,

14 November 2018].

Responden 6 memberikan jawaban yang jelas dengan mengatakan :

Yang jelas melalui peribadatan yang rutin diadakan oleh sekolah misalnya

melalui kegiatan BKSN, ibadat, aksos, misa bulanan. Tapi di samping itu,

pelayanana ke luar sekolah juga penting misalnya dengan mengikuti misa

ketika ada keluarga murid atau guru yang meninggal, kunjungan orang

sakit, serta dialog yang terbuka antara saya sebagai guru dengan orangtua

maupun guru dari sekolah lanjutan di mana alumni sekolah ini

melanjutkan jenjang pendidikannya [Wawancara R6, 14 November 2018].

Kebenaran data yang diperoleh telah diuji validitasnya dengan

mempersilahkan reponden untuk memeriksa kembali jawaban yang diberikan

selama proses wawancara, sehingga jawaban yang diberikan sungguh benar dan

terpercaya.

Berdasarkan wawancara kepada orang yang mengenal reponden, Informan

1 mengatakan berdasarkan pengalamnnya mengajar bersama responden, semua

responden memiliki jawaban yang sama karena memang bagi sebagian besar guru,

pendidikan kristiani sungguh nampak dan terpancar melalui kegiatan-kegiatan

kerohanian. Maka jawaban R1. R2, R3. R4, R5, dan R6 selalu mengarah pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

63

kegiatan kerohanian yang ada I sekolah, mekipun pada R5 dan R6 ada tambahan

seperti kehidupan di masyarakat atau di luar sekolah. [Wawancara I1, 14

November 2018]

(b) Komponen Pendidikan Kristiani

Pada bagian ini penulis ingin mengetahui komponen yang mencakup

pendidikan kristiani. Secara keseluruhan responden memiliki jawaban yang

relative sama dan singkat. Berikut tanggapan masing-masing responden.

Responden 1 dengan singkat mengatakan :

Kalo menurut saya sih ya seputar kerohanian itu mbak, seperti jawaban

sebelumnya [Wawancara R1, 12 November 2018].

Responden 2 memberikan jawaban yang serupa dengan mengatakan :

Ya kalo menurut saya kerohanian itu sama bagaimana menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari [Wawancara R2, 12 November 2018].

Responden 3 dengan singkat mengatakan :

Yang terpenting ya bagaimana anak bisa mengkomunikasikan iman dengan yang

di atas kemudian mereka menerapkan perintah-Nya dalam hidup masyarakat

[Wawancara R3, 13 November 2018].

Responden 4 dengan singkat mengatakan :

Kalau menurut saya di samping anak memiliki sikap spiritual yang baik, anak

juga sungguh memiliki jiwa kemarsudirinian dalam diri [Wawancara R4, 14

November 2018].

Responden 5 dengan singkat mengatakan :

Dua hal tadi mbak yang saya rasa dominan, hidup rohani dan sikap terhadap

sesama [Wawancara R5, 14 November 2018].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

64

Responden 6 dengan singkat mengatakan :

Seperti yang telah saya sampaikan, yang jelas hidup rohani anak, yakni

iman mereka dengan yang di atas, juga bagaimana mereka menerapkannya

dalam hidup bersama sebagai suatu wujud persaudaraan sesuai dengan apa

yang menjadi spiritualitas sekolah ini [Wawancara R6, 14 November

2018].

Kebenaran data yang diperoleh telah diuji validitasnya dengan

mempersilahkan reponden untuk memeriksa kembali jawaban yang diberikan

selama proses wawancara, sehingga jawaban yang diberikan sungguh benar dan

terpercaya.

Berdasarkan wawancara kepada orang yang mengenal reponden, Informan

1 mengatakan berdasarkan pengalamnnya mengajar bersama responden, semua

responden memiliki jawaban yang sama karena memang pendidikan kristiani

memiliki komponen utama iman anak dan hubungan dengan sesama. Maka

jawaban R1. R2, R3. R4, R5, dan R6 selalu mengarah pada hal

tersebut[Wawancara I1, 14 November 2018]

b. Visi-misi Sekolah

Pada bagian ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai-nilai

Kekatolikan yang ada mengambil peran dalam proses pendidikan di sekolah

khususnya dalam pendidikan Karakter Kristiani. Untuk itu, penulis merumuskan

pertanyaan kunci:(1) peran nilai Kekatolikan dalam pendidikan karakter;(2)

program pengembangan pendidikan karakter; (3) peran nilai dalam pendidikan

karakter kristiani;(4) implementasi nilai Kekatolikan dalam pendidikan karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

65

(1) Peran nilai Kekatolikan dalam pendidikan karakter

Penulis bertanya kepada semua responden tentang peran nilai-nilai

Kekatolikan tersebut bagi pendidikan karakter Kristiani. Secara keselurahn

responden memberikan jawaban yang berbeda-beda. Berikut tanggapan masing-

masing responden.

Responden 1 dengan singkat mengatakan :

Peran nilai dalam pendidikan karakter kristiani sih jelas untuk membantu

anak memiliki sikap iman dan sosial yang baik [Wawancara R1, 12

November 2018].

Responden 2 dengan yakin namun terlihat seperti berpikir keras mengatakan:

Sebenarnya sederhana mbak, tapi sulit dalam pelaksanaanya, maksudnya

begini, nilai-nilai yang sudah dimiliki anak itu dikembangkan supaya dapat

membentuk sikap yang baru melalui proses yang panjang [Wawancara R2,

12 November 2018].

Responden 3 dengan singkat mengatakan :

Sangat memiliki peran ya mbak, terutama dalam membentuk sikap hidup

sehari—hari yang sesuai dengan iman kepercayaan masing-masing

[Wawancara R3, 13 November 2018].

Responden 4 kurang yakin menjawab dengan mengatakan:

Sebenarnya nilai-nilai Kekatolikan jelas memiliki peran khususnya dalam

membentuk sikap iman anak. Tapi pada kenyataannya tidak hanya sampai

pada sikap iman, tetapi juga hidup sosial anak yang bersangkutan

[Wawancara R4, 14 November 2018].

Responden 5 dengan singkat mengatakan :

Tentu saja memiliki peran dalam membangun kedewasaan iman anak yang

masih mengalami masa transisi, juga sikap hidup mereka sehari-hari

[Wawancara R5, 14 November 2018].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

66

Responden 6 dengan singkat mengatakan:

Kalau ditanya memiliki peran tentu saja karena nilai merupakan dasar dari

pembentukkan sikap. Tapi untuk efektifnya saya masih belum yakin anak

sungguh dapat menerima nilai tersebut sebagai acuan untuk mengambil

sikap [Wawancara R6, 14 November 2018].

Semua data yang dijabarkan di atas adalah valid. Semua data wawancara

divalidasi ulang dengan meminta responden melihat kembali hasil transkripnya,

sehingga kutipan di atas benar dan kredibel.

Penulis melakukan wawancara dengan orang lain sebagai Informan 1 yang

mengenal responden. Informan 1 mengatakan bahwa meskipun seluruh responden

mengaalami perjumpaan yang sama dengan anak, tentu memiliki pandangan yang

berbeda mengenai peran nilai terhadap pendidikan karakter kristiani. Misalnya

pada R2 dan R6 yang merasa perannya jelas namun masih terlihat samar dalam

praksis pelaksanaannya. Sedangkan yang lain merasa sudah cukup berperan

khususnya dalam lingkup kerohanian dan sosial [Wawancara I1, 14 November

2018].

(2) Program pengembangan pendidikan karakter

Penulis bertanya kepada semua responden program sekolah yang berkaitan

dengan pendidikan karakter kristiani. Secara keseluruhan responden memberikan

jawaban yang sama. Berikut tanggapan masing-masing responden.

Responden 1 dengan cukup jelas mengatakan :

Kalau program untuk mengembangkan karakter anak itu ada semacam

program pendampingan sesuai dengan kebutuhan yang mendesak bagi

siswa, misalnya seksualitas, penggunaan gadget dan media sosial, serta

narkotika. Di samping itu terdapat juga tatib yang menata kedisiplinan

siswa melalui sistem poin, serta peduli kepada lingkungan dan sesama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

67

melalui kegiatan aksos dan buang sampah pada tempatnya [Wawancara

R1, 12 November 2018].

Responden 2 menyebutkan hal yang sama seperti responden 1 dengan

mengatakan:

Untuk program baru saja ada program pendampingan bagi anak sesuai

dengan tingkatan kelas mereka yang materinya seksualitas, penggunaan

media sosial, dan narkotika kemudian ditutup dengan lokakarya.

Kemudian ada juga retret, lokakarya, kemah, pramuka, dan pembiasaan

dari BK seminggu sekali [Wawancara R2, 12 November 2018].

Responden 3 dengan singkat mengatakan :

Kalau untuk program yang umum sih lokakarya, retret, aksos, kemudian

pengembangan kepribadian seperti penggunaan medsos [Wawancara R3, 13

November 2018].

Responden 4 mengatakan:

Kalau program pertama ada pembiasaan dari BK, retret, seksualitas, dan

juga ada tatib. Tatib ini merupakan petunjuk bagi siswa mengenai

peraturan sekolah yangnantinya akan diberlakukan sistem poin bagi yang

melanggar. [Wawancara R4, 14 November 2018].

Responden 5 dengan singkat mengatakan :

Kalau saya sebagai wali kelas itu ada perwalian guna memberi semangat

bagi siswa yang akan mengikuti lomba maupun akan menghadapi ulangan.

Kemudian ada retret, lokakarya, pengembangan kepribadian melalui

seksualitas, pendampingan penggunaan narkotika, dan pembiasaan dari

BK [Wawancara R5, 14 November 2018].

Responden 6 dengan yakin menjawab dengan mengatakan:

Untuk program yang mampu membantu perkembangan karakter kristiani

anak itu ada banyak. Ada kemarsudirinian, retret, lokakarya, refleksi, aksi

sosial, program pendampingan seperti yang dilaksanakan akhir bulan lalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

68

itu ada sekualitas, narkotika, medsos [Wawancara R6, 14 November

2018].

Semua data yang dijabarkan di atas adalah valid. Semua data wawancara

divalidasi ulang dengan meminta responden melihat kembali hasil transkripnya,

sehingga kutipan di atas benar dan kredibel.

Penulis melakukan wawancara dengan orang lain sebagai Informan 1 yang

mengenal responden. Informan 1 mengatakan bahwa memang ada beberapa

program yang dirancang oleh sekolah khusus untuk mengembangkan sikap siswa.

Oleh karena itu seluruh responden memiliki jawaban yang hampir seluruhnya

sama dan hanya sebagian yang berbeda seperti R4 yang melihat adanya tatib

sebagai komponen pengembangan sikap. Kemudian R6 melihat kemarudirian

sebagai bagian pendidikan karakter kristiani. [Wawancara I1, 14 November 2018]

(3) Implementasi nilai Kekatolikan dalam pendidikan karakter

Penulis ingin mengetahui bagaimana implementasi nilai-nilai Kekatolikan

dalam pendidikan karakter kristiani. Secara keseluruhan responden memberi

jawaban yang berbeda-beda. Berikut tanggapan masing-masing responden.

Responden 1 dengan singkat mengatakan:

Kalau penerapannya ya melalui program-program tadi mbak, selain itu

melalui keteladanan dari kita sebagai guru untuk nyontoni murid

[Wawancara R1, 12 November 2018].

Responden 2 dengan yakin namun terlihat seperti berpikir keras mengatakan:

Penerapannya yang jelas ya melalui program sekolah, kemudian visi-misi

sekolah, lalu juga melalui berbagai kegiatan khususnya kerohanian yang

membantu anak untuk mengembangkan sikap mereka [Wawancara R2, 12

November 2018].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

69

Responden 3 memberi jawaban yang berbeda dengan mengatakan :

Bagaimana nilai tersebut diimplementasikan menurut saya ya melalui

prakis kehidupan sehari-hari baik di dalam sekolah maupun di luar

sekolah. Jadi sebagai bagian dari warga sekolah, kita mencerminkan nilai

tersebut melalui apa yang kita lakukan untuk alam juga sesama

[Wawancara R3, 13 November 2018].

Responden 4 sangat yakin dan singkat menjawab dengan mengatakan:

Penerapan nilai untuk pendidikan karakter yang jelas terangkum dalam

visi-misi dan tujuan sekolah serta kemarsudirinian yang membuat kita

memiliki arah dan pegangan alam bertindak dan mengambil sikap yang

baik [Wawancara R4, 14 November 2018].

Responden 5 dengan tenang dan yakin menjabarkan dengan mengatakan:

Implementasinya ya yang paling dasar lewat tujuan sekolah,

kemarsudirinian, kemudian yang jelas melalui visi-misi yang diangkat oleh

sekolah. Misalnya bagiamana nilai-nilai kemarsudirinian itu menjadi acuan

bagi sekolah untuk mengajak anak mnjadi pibadi yang mau mencintai

alam sekitar, berkembang dalam iptek, kemudian memiliki sikap iman, dan

lain sebagainya [Wawancara R5, 14 November 2018].

Responden 6 dengan yakin menjawab dengan mengatakan:

Penerapan yang paling kentara adalah dalam kemarsudirinain di mana

anak diajak untuk menghayati spiritualitas ini dengan harapan akan

menjadi acuan bagi kehidupannya kelak. Kemudian melalui visi-misi

ataupun tujuan yang dirumuskan oleh sekolah juga dapat membantu agar

anak memiliki arahan yang jelas akan nilai-nilai yang dapat membantu

mereka menjadi pribadi yang memiliki iman yang bebas dan

bertanggungjawab [Wawancara R6, 14 November 2018].

Kebenaran data yang diperoleh telah diuji validitasnya dengan

mempersilahkan reponden untuk memeriksa kembali jawaban yang diberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

70

selama proses wawancara, sehingga jawaban yang diberikan sungguh benar dan

terpercaya.

Berdasarkan wawancara kepada orang yang mengenal reponden, Informan

1 mengatakan berdasarkan pengalamnnya mengajar bersama responden, semua

responden memiliki pandangan yang berbeda akan pnerapan nilai tersebut dalam

rangka pendidikan karakter. Seperti R1 yang melihat adanya keteladanan guru

dalam penerapan nilai. Sedangkan R3 melihat praksis kehidupan sehari-hari

sebagai bentuk penerapan nilai dalam kaitannya dengan pendidikan karakter.

Sementra R2, R4, R5 dn R6 melihat adanya visi-misi, tujuan, serta program

sebagai bentuk penanaman nilai dalam pendidikan karakter [Wawancara I1, 14

November 2018].

c. Praksis Penerapan Pendidikan Karakter

Pada bagian ini penulis ingin mengetahui bagaimana masing-masing guru

melaksanakan pendidikan karakter di dalam kelas. Untuk itu penulis merumuskan

beberapa pertanyaan kunci: (1) proses pendidikan karakter dalam kelas; (2) nilai-

nilai yang berguna dalam pengembangan pendidikan karakter kristiani.

(1) Proses pendidikan karakter dalam kelas

Penulis ingin mengetahui bagaimana masing-masing guru melaksankan

pendidikan karakter di dalam kelas. Secara keseluruhan responden memberi

jawaban yang berbeda-beda. Berikut tanggapan masing-masing responden.

Responden 1 dengan yakin mengatakan:

Kalau dalam mata pelajaran yang saya ampu, pada awal tahun pelajaran,

anak di ajak untuk mengisi angket seputar kebutuhan mereka khususnya

dalam pendampingan tertentu. Berangkat dari hasil angket tersebut, baru

dirumuskan suatu proses pendampingan yang diawali dengan teori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

71

mengenai kebutuhan anak misalnya teori tentang pergaulan usia remaja.

Setelah memberikan teori, anak diarahkan untuk memilah dan memilih

bagaimana pergaulan yang sehat itu. Seringkali ada beberapa anak yang

jawabannya nyeleneh dan cenderung berbeda dari teman-teman

kebanyakan. Nah, dari situ akan dilakukan pendampingan khusus terhadap

anak itu. Selebihnya dilakukan dalam pembiasaan yang sudah terjadwal

dalam kelas masing-masing. Juga yang menjadi bagian penting dalam

pendidikan karakter adalah keteladanan yang diberikan oleh guru

[Wawancara R1, 12 November 2018].

Responden 2 memiliki jawaban yang hampir sama dengan responden 1 dengan

mengatakan:

Sesuai dengan mata pelajaran saya, yang pertama adalah melalui

pembiasan yang terjadwal satu kali dalam seminggu. Nah, pendidikan

karakter di sini disesuaikan dengan kondisi anak, misalnya kelas 7 itu lebih

fokus pada pengenalan diri, kelas 8 lebih pada pergaulan dan sopan santun,

dan kelas 9 mengenai studi lanjutan. Ya untuk mempermudah anak untuk

tau apa yang dibutuhkan, biasanya ada dialog dengan siswa, yang

kemudian dijadikan pola pendampingan tertentu. Kalau yang pasti di luar

pelajaran ya keteladanan guru, kita harus bisa menjadi contoh bagi siswa.

Ya sayangnya tidak semua guru mau dan mampu menjadi contoh yang

baik. Kadang kitanya disiplin tapi guru lainnya tidak kan juga jadi susah

karena anak sekarang kritis. Kita nyontohin yang baik tapi guru lainnya

tidak ya gak bisa [Wawancara R2, 12 November 2018].

Responden 3 mengemukakan tanggapan yang berbeda dengan mengatakan:

Pendidikan karakter yang saya pribadi terapkan dalam kelas itu lebih ke

arah pendampingan bagi siswa-siswa ‘istimewa’ mbak. Jadi saya

perhatikan bagaimana sikap anak kalo lagi doa, kerja kelompok,

keseluruhan proses pelajaran misalnya ada yang tidak mengerjakan tugas

atau tidur dalam kelas, saya akan memberikan perhatian khusus pada

mereka, dengan pelan-pelan membantu mereka memperbaiki sikap. Ya ini

tidak terlepas dari keteladanan guru yang memberi contoh. Kadang yo

anak berani jawab dengan membandingkan guru lain, tapi paling tidak diri

saya sendiri bisa dijadikan contoh. [Wawancara R3, 13 November 2018]

Responden 4 sangat yakin menjawab dengan mengatakan:

Kalau dalam kurtilas sudah jelas ya mbak, ada sikap spiritual yang hendak

dibangun. Misalnya dengan menegur anak yang tidak bisa khusyuk dalam

doa sehingga pelan-pelan tau sikap doa yang baik kayak gimana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

72

Kemudian sikap sosial melalui kerjasama dan toleransi tentu saja secara

tidak langsung kita sebagai guru harus bisa menjadi contoh bagi anak-anak

kita [Wawancara R4, 14 November 2018].

Responden 5 memiliki jawaban yang hampir sama dengan rsponden 4 dengan

mengatakan:

Yang jelas melalui sikap spiritual seperti pada KI1 itu anak diajak

membangun sikap doa yang baik. Kemudian anak dibiasakan untuk

merefleksikan kebutuhan akan kehidupan mereka. Dan juga untuk kelas

saya, saya menekankan anak-anak itu harus mau kerja sama satu dengan

yang lain, mengingat pelajaran yang saya ampu itu pelajaran yang cukup

sulit dan dibenci sebagian anak. Tanggung jawab juga ditanmkan ya mbak,

itu penting, dari hal yang sederhana seperti tidak datang terlambat.

Tanggung jawab juga bagi kita para guru untuk bisa memberi contoh bagi

anak bagaimana sikap yang baik dan buruk untuk dilakukan, terutama

perihal kedisiplinan guru [Wawancara R5, 14 November 2018].

Responden 6 dengan yakin menjawab dengan mengatakan:

Pendidikan karakter itu bukan proses instan, berjalan terus menerus hingga

seseorang dewasa. Maka di sini yang saya lakukan adalah memperhatikan

anak-anak saya dengan memahami kondisi mereka. Saya biarkan anak

berkembang sesuai dengan usia mereka, tugas saya mendampingi ketika

ada anak yang mulai mengalami kebingungan untuk mengambil sikap

dalam permasalahan tertentu barulah di situ ada komunikasi yang

mengarahkan anak. Lalu saya juga mengajak anak untuk menemukan

sosok yang mampu menjadi role model bagi hidupnya [Wawancara R6, 14

November 2018].

Kebenaran data yang diperoleh telah diuji validitasnya dengan

mempersilahkan reponden untuk memeriksa kembali jawaban yang diberikan

selama proses wawancara, sehingga jawaban yang diberikan sungguh benar dan

terpercaya.

Berdasarkan wawancara kepada orang yang mengenal reponden, Informan

1 mengatakan berdasarkan pengalamannya mengajar, masing-masing guru

memiliki cara sendiri dalam mengembangkan sikap anak khususnya dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

73

kurikulum 2013 sikap menjadi perhatian khusus. Pada R1 dan R2 ditemukan

kesamaan pola pendampingan yakni berangkat dari kebutuhan anak lalu diadakan

suatu bentuk pendampingan tertentu. Sedangkan R3 dan R6 lebih menekankan

pada pendampingan individu yang membutuhkan. Pada R4 dan R5 lebih melihat

bagaimana penerapan pendidikan karakter dalam rangka kurikulum 2013. Namun

keseluruhan responden melihat pentingnya keteladanan pendidik dalam

mendampingi siswa [Wawancara I1, 14 November 2018].

(2) Nilai-nilai yang berguna dalam pengembangan pendidikan karakter

kristiani.

Penulis ingin mengetahui apa saja nilai-nilai yang hendak ditanamkan oleh

masing-masing guru dalam kelas kaitannya dengan pendidikan karakter kristiani.

Secara keseluruhan responden memberi jawaban yang berbeda-beda. Berikut

tanggapan masing-masing responden.

Responden 1 dengan singkat mengatakan:

Saya pribadi sih lebih menekankan komunikasi dengan anak supaya anak

dapat menghargai orang lain dan juga toleransi terhadap keberagaman

yang ada [Wawancara R1, 12 November 2018].

Responden 2 memiliki jawaban yang berbeda dengan mengatkan:

Sikap jujur itu penting ya mbak, karena anak sedari awal sudah harus

memiliki paham bahwa dengan mengerjakan segala sesuatu penuh

kejujuran maka anak sampai besar nanti akan terus ingat. Kemudian

keberanian, anak kadang kan nggak pede sama apa yang dia miliki, di sini

anak perlu menyadari kalau dirinya berbeda dengan yang lain maka harus

memilliki tekad untuk mengekspresikan diri, kemudian juga persaudaraan,

kalau anak menganggap teman-temannya adalah saudara, maka nantinya

tidak ada lagi anak yang geng-gengan di sekolah. Untuk yang ini memang

sulit sekali ya mbak, maka perlu ditekankan terus menerus. Kemudian juga

kedewasaan dan kedisiplinan, jika anak udah memiliki pola pikir yang

dewasa, maka mudah baginya untuk memilah dan memilih mana yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

74

seharusnya dilakukan. Yang terakhir adalah bersyukur, anak perlu tau

bahwa apa yang ia miliki sebagai anugerah dari Allah dan mensyukurinya

lewat hidup sehari-hari [Wawancara R2, 12 November 2018].

Responden 3 memberi jawaban yang berbeda dengan mengatakan :

Kalau saya pribadi lebih kepada menaati peraturan yang ada. sederhana

saja dengan mengikuti rambu lalu lintas yang ada, melaksanakan perintah

Allah. Kemudian untuk anak-anak yang saya dampingi di OSIS saya

mengajak mereka menjadi teladan bagi teman-temannya dengan

berperilaku baik, tidak membeda-bedakan, dan berprestasi [Wawancara

R3, 13 November 2018].

Responden 4 sangat yakin dan singkat menjawab dengan mengatakan:

Sebagai pembina tatib, tentu nilai yang saya tanamkan adalah disiplin

dengan mengikuti berbagai perturan sekolah yang sudah ditentukan.

Kemudian kesopanan dengan menghargai orang lain yang berbicara,

menghormat pada orang yang lebih tua. Kemudian juga norma-norma

yang berlaku dalam masyarakat upaya anak tau apa yang dapat dilakukan

dan dijauhkan dari hal-hal seperti geng, mira, narkoba, dan lain sebaginya.

Dan yang terkhir spiritualitas di mana anak memiliki sikap iman yang baik

dalam beribadah [Wawancara R4, 14 November 2018].

Responden 5 mengatakan:

Yang jadi kebutuhan khusus untuk ditanamkan menurut saya adalah

persaudaraan, supaya anak bisa toleransi terhadap sesama, khususnya

untuk mengasihi sesama teman. Kemudian juga sebagai wali kelas saya

mengajak anak untuk disiplin mengikuti peraturan sekolah yang ada

[Wawancara R5, 14 November 2018].

Responden 6 dengan yakin menjawab dengan mengatakan:

Ada dua nilai yang saya pribadi ingin tanamkan. Yang pertama

keteladanan, sebagai bagian dari yayasan ini kita tentu belajar untuk

menjadi pribadi yang terus menerus bertobat. Ada suatu bentuk

komunikasi yang terbangun anatara saya sebagai guru dengan anak-anak

saya. Saya tidak merasa sebagai teladan yang baik, namun saya membantu

anak menemukan role model mereka masing-masing yang kiranya dapat

membantu mereka memperkembangkan diri. Yang kedua adalah

kebebasan yang bertanggungjawab, di mana anak memiliki cara sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

75

untuk mengungkapkan imannya kepada Tuhan, menjalankan perintah-Nya,

menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian anak juga tahu bagaimana

memperlakukan sesamanya dengan penuh kasih dan juga toleransi

[Wawancara R6, 14 November 2018].

Kebenaran data yang diperoleh telah diuji validitasnya dengan

mempersilahkan reponden untuk memeriksa kembali jawaban yang diberikan

selama proses wawancara, sehingga jawaban yang diberikan sungguh benar dan

terpercaya.

Berdasarkan wawancara kepada orang yang mengenal reponden, Informan

1 mengatakan berdasarkan pengalamannya mengajar bersama responden, semua

responden memiliki jawaban yang berbeda karena karakter setiap anak berbeda-

beda. Misalnya pada R1 yang melihat komunikasi sebagai dasar supaya anak mau

menghargai orang lain serta toleransi pada sesama. Sedangkan R2 melihat adanya

banyak nilai yang perlu ditanamkan seperti kejujuran yang menjadi dasar

kehidupan bermasyarakat, keberanian yang membuat anak percaya diri untuk

mengaktualisasikan diri, dan memiliki kedewasaan dalam pergaulan. Kemudian

R3, R4, dan R5 melihat pentingnya kedisiplinan baik di sekolah maupun di luar

sekolah. Dan R6 melihat adanya role model yang membantu anak serta anak

membutuhkan kebebasan dalam melaksanakan iman mereka [Wawancara I1, 14

November 2018].

B. Pembahasan

Pada bagian ini penulis akan membahas dan mendeskripsikan secara

kualitatif penerapan nilai-nilai Kekatolikan dalam Pendidikan Karakter Kristiani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

76

oleh guru di SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Deskripsi kulitatif pendidikan

karakter Kristiani ini akan dibagi menjadi 4 bagian besar, diantaranya: (1)

deskripsi nilai-nilai Kekatolikan dalam dokumen Gereja; (2) deskripsi konsep

pendidikan kristiani; (3) deskripsi implementasi pendidikan karakter Kristiani di

sekolah; (4) deskripsi praksis pelaksanaan pendidikan karakter kristiani di kelas.

1. Nilai-nilai Kekatolikan dalam dokumen Gereja

Penulis menemukan keragaman tanggapan para responden terkait

pemahaman mengenai nili-nilai Kekatolikan yang terdapat dalam dokumen

Gereja. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum penulis menyimpulkan bahwa

responden masih sangat asing terhadap dokumen Gereja, namun sebagian besar

mengetahui nilai-nilai Kekatolikan yang ingin dikembangkan dalam proses

pendidikan. Hal ini terbukti dari jawaban masing-masing responden pada bagian

ini.

Responden 2 mengungkapkan adanya spiritualitas yang dihayati di sekolah

menjadi nilai-nilai dasar yang akan ditanamkan dalam keseluruhan proses

pendidikan khusunya melalui spiritualitas pelindung sekolah. Jawaban ini

mengindikasikan bahwa disatu sisi responden belum memiliki pengetahuan

tentang dokumen Gereja, namun disisi lain responden punya pandangan yang

sudah cukup sesuai dengan apa yang terdapat dalam dokumen Gereja [Wawancara

R2, 12 November 2018; lih. hal. 12]. Tampaknya pengetahuan tersebut diperoleh

dari pengalaman dan penghayatannya selama menjadi guru di sekolah ini.

Sedikit berbeda dengan R2, tanggapan yang diberikan oleh R4 lebih

lengkap. Beliau tidak hanya menguraikan spiritualitas, tetapi juga nilai-nilai yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

77

memang menjadi ciri sekolah Katolik. Dikatakan bahwa sekolah Katolik selain

memiliki spiritualitas yang dijunjung, juga memiliki toleransi yang amat besar

serta disiplin yang tinggi juga kerjasama dalam hidup masyarakat [Wawancara

R4, 14 November 2018; lih. hal. 13]. Meski hampir sama, namun jawaban yang

diberikan oleh R4 sudah masuk pada nilai-nilai yang berguna dalam kehidupan

masyarakat. Namun dari jawaban yang diberikan, penulis melihat bahwa jawaban

yang diberikan hanya atas dasar apa yang dialami dalam kehidupan sehari-hari,

bukan berlandakan dokumen Gereja.

Secara teoritis Gereja meyakini bahwa sekolah memiliki peranan yang

cukup penting di dalam pembentukan karakteristik anak. Sekolah Katolik perlu

mewujudkan suatu proses pendidikan yang dijiwai oleh semangat mengajar

Kristus sendiri. Hal ini ditunjukkan melalui identitas gerejawi dan budayanya;

misi pendidikannya sebagai karya cinta; layanannya kepada masyarakat; sifat-sifat

yang harus menjadi ciri komunitas pendidik (Sacred Congregation of The

Catholic School 4). Oleh karena itu, nilai-nilai yang dihidupi di sekolah Katolik

haruslah mengarah pada pengembangan aspek sosial dan budaya dari berbagai

komunitas dan masyarakat di mana ia berasal, berpartisipasi dalam kegembiraan

dan harapan mereka, penderitaan dan kesulitan mereka, upaya mereka untuk

mencapai yang asli. kemajuan manusia dan anggota komunitas.

Dengan demikian berdasarkan jawaban dari responden dibandingkan

dengan teori yang ada mengenai nilai-nilai Kekatolikan maka dapat terlihat bahwa

responden sudah sedikit memahami nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

78

proses pendidikan. Hal ini nampak dari tanggapan responden yang sudah

mencakup aspek sikap dalam hidup bermayarakat.

2. Konsep pendidikan kristiani

Pada bagian ini penulis menemukan kesamaan jawaban akan konsep

pendidikan kristiani, meskipun dengan contoh yang beragam. Seluruh responden

melihat pendidikan kristiani merupakan pendidikan yang membantu anak untuk

memiliki sikap iman yang baik. R1 memiliki jawaban yang berbeda, beliau

menganggap pendidikan kristiani tersirat melalui visi-misi sekolah yang sarat

akan nilai-nilai, kegiatan kerohanian, dan simbol-simbol keagamaan [Wawancara

R1, 12 November 2018; lih. hal. 16-17]. Jawaban yang diberkan R1 cukup

singkat. R1 kurang dapat menjelaskan apa itu pendidikan kristiani dan bagaimana

penerapannya lebih lanjut dengan jelas. Kemungkinan karena pemahaman R1

mengenai konsep pendidikan kristiani masih kurang mendalam, sehingga belum

dapat menguungkapkannnya dengan lebih terperinci.

R2 memiliki pandangan yang berbeda dengan R1. Beliau melihat bahwa

pendidikan kristiani tercermin melalui sikap hidup yang juga menjadi budaya

sekolah seperti adanya “tiga S” (senyum, sapa, salam) kepada siapapun yang ada

di lingkungan sekolah. Di samping itu R2 melihat perlu adanya keteladanan dari

guru, di mana guru perlu memiliki sikap hidup yang dapat diteladani siswa. Dan

yang terakhir dengan adanya kebiasaan refleksi yang tidak ada di sekolah lain

[Wawancara R2, 12 Noveber 2018; lih. hal. 17]. Hal ini sejalan dengan pendapat

R3 yang melihat bahwa refleksi menjadi bagian dari penerapan pendidikan

kristiani. R3 menuturkan bahwa refleksi merupakan ciri khas yang tidak ada di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

79

sekolah lain, karena hanya ada di sekolah Katolik [Wawancara R3, 13 November

2018; lih. hal. 17]. Nampaknya jawaban yang muncul dari R2 dan R3 merupakan

hasil pengamatan dan refleksi selama mengajar. Hal ini terlihat dari tanggapan

keduanya yang melihat pendidikan kristiani tidak hanya dari segi kegiatan

kerohanian, tetapi juga melalui berbagai keteladanan, khususnya sikap hidup

dalam masyarakat. Sikap dalam kehidupan sehari-harilah yang menjadi penciri

utama pendidikan kristiani.

R4 melihat pendidikan kristiani sebagai sesuatu yang erat kaitannya

dengan kerohanian. Beliau memberikan contoh yaitu misa bulanan, ibadat,

peringatan BKSN, dan seperti R2 dan R3, beliau melihat refleksi sebagai bagian

dari perwujudan pendidikan kristiani [Wawancara R4, 14 November 2018; lih.

hal. 17]. Dari jawaban yang diberikan, penulis melihat adanya keraguan dari

jawaban yang diberikan R4. hal ini terlihat dari kurang jelasnya jawaban yang

diberikan oleh R4 mengenai konsep pendidikan kristiani, serta bagaimana

penerapannya. Namun R4 memaknai pendidikan kristiani sebagai upaya

pengembangan sikap spiritual anak.

Berbeda dengan responden yang lain, R5 melihat pendidikan kristiani

dalam dua hal yakni kerohanian dan sikap. Dalam hal kerohanian meliputi

peribadatan, di samping itu dalam peribadatan juga ada pembinaan sikap dengan

memberi terguran bagi anak yang tidak serius dalam mengikuti perayaan ekaristi.

Di samping itu, pembinaan sikap dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan

sekolah seperti aksi sosial, pembiaan, dan peduli lingkungan [ Wawancara R5, 14

November 2018; lih. hal. 17]. Dari jawaban yang diberikan oleh R5, penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

80

melihat bahwa R5 melihat pendidikan kristiani bukan semata-mata tentang

hubungan dengan Allah, tetapi juga mengenai sikap dalam hidup sehari-hari. R5

memang mengatakan cukup singkat, dan penjelasan yang kurang lengkap, namun

jawaban yang diberikan cukup mengindikasikan pengetahuan R5 mengenai

pendidikan kristiani.

Ada yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh R6. Selain melihat

dari sisi kerohanian, beliau juga melihat pelayanan keluar sekolah sebagai suatu

bentuk perwujudan pendidikan kristiani. Tidak hanya membangun relasi dengan

Allah, tetapi juga dengan sesama manusia yang membutuhkan, terutama mereka

yang masih membutuhkan perhatian khusus [ Wawancara R6, 14 November 2018;

lih. hal. 17]. Di sini penulis melihat bahwa R6 memiliki pandangan yang hampir

sama dengan responden lainnya di mana melihat pendidikan kristiani sebagai

suatu upaya membangun relasi dengan Tuhan dan sesama.

Berdasarkan teori yang ada, dikatakan bahwa pendidikan kristiani adalah

pendidikan yang mengikhtiarkan pembinaan pribadi manusia untuk tujuan

akhirnya dan serentak untuk kepentingan masyarakat. Manusia adalah angota

masyarakat dan setelah dewasa berperan serta dalam tugas-tugas masyarakat (GE

1). Dalam hal ini Gereja hendak mengatakan bahwa pendidikan hendaknya

mampu mendorong siswa untuk menghayati nilai-nilai moral dengan hati nurani

yang tepat agar mampu menyesuaikan diri dengan peran sosialnya. Dengan kata

lain, tujuan dari pendidikan itu sendiri mampu membawa siswa menjadi pribadi

yang tidak hanya beriman, tetapi juga memiliki sikap hidup yang sesuai dengan

norma yang berlaku di masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

81

Dengan demikian berdasarkan dari jawaban dari semua responden

dibandingkan dengan secara teoritis mengenai konsep pendidikan kristiani, maka

dapat terlihat bahwa reponden sudah memiliki pandangan yang benar memiliki

pendidikan kristiani meskipun belum tepat sepenuhnya.

3. Deskripsi implementasi pendidikan karakter Kristiani di sekolah

Pada bagian ini penulis menemukan jawaban yang beragam dari masing-

masing responden. R1 melihat bahwa pendidikan karakter di sekolah

dikembangkan melalui berbagai kegiatan baik kerohanian dan terkhusus melalui

pendampingan oleh BK, serta melalui berbagai kegiatan yang bertujuan untuk

membangun sikap siswa supaya memiliki sikap iman dan sikap sosial yang baik

[Wawancara R1, 12 November 2018;lih. hal. 24]. Drari jawaban yang diberikan

oleh R1, penulis melihat implementasi pendidikan karakter kristiani masih sebatas

pada pengembangan sikap anak supaya dapat tumbuh sesuai dengan

perkembangan usianya, serta bagaimana anak dapat memiliki sikap iman yang

baik, tetapi belum sampai pada pengembangan sikap sosial anak.

Berbeda dengan R1, R2 melihat pengembangan pendidikan krakter

kristiani tidak pertama-tama pada program pengembangan karakter, tetapi melalui

nilai-nilai dan spiritualitas yang diangkat oleh sekolah. Hal ini diwujudkan

melalui adanya visi-misi sekolah yang kemudian baru dibentuk program

pendampingan maupun program sekolah tertentu yang berkaitan dengan

pengembangan sikap anak [Wawancara R2, 12 November 2018;lih. hal. 24]. Di

sini penulis melihat adanya konsep yang berbeda antara R1 dan R2. R2

berpandangan bahwa pendidikan karakter kristiani tidak semata-mata soal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

82

perkembangan sikap, tapi perlu adanya nilai-nilai yang dihidupi di sekolah

melalui kurikulumnya.

R3 memiliki pandangan yang berbeda dengan responden sebelumnya.

Beliau melihat adanya keteladanan setiap warga sekolah dalam menunjukkan

sikap hidup yang sungguh mencintai alam sekitar serta sesama. Beliau juga

melihat bahwa praksis kehidupan sehari-hari menjadi menjadi kunci utama dalam

mengembangkan karakter kristiani, tidak hanya semata-mata menjadi manusia

beriman, tetpi juga memiliki sikap yang bisa dibawa hingga masa mendatang

[Wawancara R3, 13 November 2018;lih. hal. 24]. Penulis melihat R3 memiliki

pandangan mengenai bagaimana pengembangan karakter kristiani dilaksanakan

melalui praksis hidup sehari-hari terutama dalam sikap yang diterapkan. Penulis

melihat R1 tidak hanya memberikan teori tetapi sungguh mengangkat bagaimana

penghayatan hidup sehari-hari yang sungguh dapat memengaruhi sikap seseorang

terutama dalam keteladanan.

Hampir sama dengan R2, R4 melihat bahwa pendidikan karakter kristiani

pertama-tama dilihat melalui nilai-nilai yang diangkat dalam visi-misi sekolah

serta kurikulum yang berlaku. Nilai-nilai inilah yang nantinya akan menjadi

pegangan bagi setiap warga sekolah. Dengan demikian diharapkan seluruh warga

sekolah dapat menjadi pribadi yang sungguh-sungguh menghayati nilai-nilai

khususnya nilai kemarsudirinian yang tercermin dalam sikap hidup mereka sehari

hari [Wawancara R4, 14 November 2018;lih. hal. 25]. Pada bagian ini penulis

melihat bahwa R4 menghayati praksis pelaksanaan pendidikan karakter kristiani

tidak semata-mata perihal kegiatan kerohanian, tetapi penanaman nilai-nilai apa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

83

yang perlu dimiliki dan dihidupi oleh sekolah menjadi pegangan hidup sehari-

hari. Penulis melihat adanya penghayatan nilai sebagai poin pokok dalam hal ini.

Sejalan dengan R2 dan R4, R5 juga memiliki pandangan di mana

implementasi pendidikan karakter kristiani pertama-teama melalui rumusan visi-

misi serta tujuan yang sarat akan nilai-nilai yang hendak digeluti. Nilai-nilai itulah

yang nantinya akan dicapai melalui berbagai macam program yang

diselenggarakan di sekolah. Harapannya dengan adanya berbagai hal tersebut,

anak akan memiliki sikap iman dan sikap sosial yang baik kedepannya meskipun

membutuhkan proses yang panjang [Wawancara R5, 14 November 2018;lih. hal.

25]. Penulis melihat adanya kesamaan konsep antara R2, R4, serta R5 dalam

melihat pendidikan karakter kristiani sebagai suatu proses pembentukan sikap

yang didasari oleh visi-misi serta tujuan yang jelas guna mencapai nilai-nilai

tertentu. Dari jawaban yang dituturkan, terlihat bahwa R5 memiliki penghayatan

yang mendalam mengenai bagaimana nilai yang ada dapat memengaruhi sikap

hidup anak.

Berbeda dengan responden lainnya, R6 melihat bahwa anak perlu

menemukan kebebasan dalam merayakan imannya. Anak butuh kebebasan yang

dapat membantu mereka menghayati iman mereka dengan cara mereka masing-

masing, sehingga anak memiliki Kristus dalam diri mereka yang dapat menuntun

langkah hidup mereka. Sama seperti responden yang sebelumnya, R6 juga melihat

bahwa nilai-nilai yang terdapat dalam visi-misi menjadi kunci utama dalam

membantu anak memiliki arahan yang jelas atas apa yang mereka imani

[Wawancara R6, 14 November 2018;lih. hal. 25]. Di sini penulis melihat adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

84

wawasan yang luas pada R6 sehingga dapat melihat bahwa anak perlu memiliki

kebebasan dalam melakukan sesuatu seturut dengan nilai yang ia miliki dalam

hidup dan keyakinan yang ada dalam diri anak. Penulis juga melihat bahwa R6

memiliki pemahaman yang mendalam akan perkembangan anak sehingga tidak

hanya tahu apa yang dibutuhkan anak, tetapi juga bagaimana anak dapat

diarahkan sebaik mungkin sesuai dengan kapasitasnya.

Berdasarkan teori yang ada, dikatakan bahwa sekolah Katolik merupakan

suatu perwujudan misi kerasulan Gereja, sehingga segala proses serta kegiatan

yang menunjang pendidikan perlu dijiwai oleh semangat-semangat Gerejawi yang

diwujudkan melalui pelayanan pastoral bagi siswa. Berkaca pada realita pluralitas

budaya yang dihadapi, maka perlu adanya sintesis antara kebudayaan serta iman.

Hal ini dapat diwujudkan misalnya melalui pencapaian mata pelajaran tertentu

yang tidak hanya ditinjau dari penguasaan materi saja, tetapi juga nilai-nilai yang

diperoleh dalam proses pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran harus bisa

berjalan sejalan dengan pembentukan karakter, meskipun dilaksanakan dalam

waktu yang terpisah (Sacred Congregation of The Catholic School 14). Hal ini

dapat diartikan bahwa pendidikan karakter kristiani tidak hanya membantu anak

memperoleh sikap iman yang semakin terarah pada kedewasan, tetapi lebih

kepada bagaimana nilai-nilai yang hendak dihidupi seluruh komunitas sekolah

melalui kurikulum yang dijiwai semangat Kristus, sehingga seluruh anggota

sekolah dapat menjadi saksi Injil melalui sikap hidup yang baik di tengah

mayarakat. Di samping itu, sekolah Katolik perlu membangun relasi yang intensif

dengan orangtua tak hanya ketika ada masalah, tetapi sungguh dilibatkan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

85

proses pendampingan anak sehingga anak memiliki kebebasan dalam merayakan

imannya.

Berdasarkan teori tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

belum memiliki pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana konsep

pendidikan kristiani tersebut dapat terlaksana dalam lingkup sekolah. Namun ada

beberapa responden yang memberikan jawaban yang sudah mengarah pada

konsep pendidikan karakter kristiani yang sesungguhnya.

4. Praksis pelaksanaan pendidikan karakter kristiani di kelas.

Pada bagian ini, penulis menemukan keragaman jawaban yang diberikan

oleh responden. R1 menuturkan bahwa beliau menekankan komunikasi baik

antara guru dan siswa, maupun antar siswa. Hal ini menjadi penting mengingat

sekolah merupakan tempat yang multikultural, maka komunikasi membantu anak

untuk dapat membangun rasa toleransi antar satu dengan yang lainnya. Di

samping itu, keteladanan guru juga mengambil peranan yang cukup penting.

[Wawancara R1, 12 November 2018;lih. hal. 26-27]. Penulis melihat adanya

pemahaman guru akan kebutuhan anak, terutama tantangan yang ada di zaman

sekarang, sehingga toleransi menjadi salah satu nilai utama yang ditanamkan di

kelas.

Sama hanya dengan R1, R2 juga melihat toleransi sebagai salah satu nilai

yang sungguh perlu ditanamkan dalam diri anak supaya menghindari adanya anak

yang merasa tersingkirkan. Selain itu, R2 juga melihat perlu adanya nilai

kejujuran dalam diri anak yang menjadi bekal untuk kehidupan di masa

mendatang. Ada juga nilai keberanian yang membantu anak menjadi lebih percaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

86

diri dalam mengekspresikan diri mereka, serta nilai kedisiplinan yang membantu

mereka menjadi pribadi yang patuh pada peraturan yang ada [Wawancara R2, 12

November 2018;lih. hal. 27]. Pada bagian ini penulis melihat adanya wawasan

yang luas dalam diri responden, sehingga memiliki pengetahuan yang memadai

tentang pengembangan pendidikan karakter kristiani. Di sini penulis melihat

bahwa R2 memiliki niilai-nilai yang memang sudah mengarah pada praksis

pendidikan karakter kristiani di sekolah.

Berbeda dengan R3 yang lebih menekankan pada kedisiplinan yang erat

kaitannya dengan menaati peraturan. Di sini R3 melihat bahwa melalui hal-hal

yang sederhana seperti mematuhi peraturan lalu lintas yang ada, anak dapat diajak

untuk mematuhi perintah Allah. Di samping itu, sebagai pendamping OSIS, beliau

mengajak para pengurus OSIS untuk memiliki sikap hidup yang dapat menjadi

teladan bagi teman-temannya [Wawancara R3, 13 November 2018;lih. hal. 27].

Pada bagian ini penulis melihat bahwa R3 menghayati pendidikan karakter

kristiani dalam kelas yang diampunya sebagai suatu bentuk pendisiplinan anak

supaya dapat berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku.

Sejalan dengan pendapat R3, R4 juga melihat hal yang sama yakni

kedisiplinan dalam diri siswa. Tidak hanya dalam hal mengumpulkan tugas, tetapi

lebih-lebih dalam mematuhi peraturan yang berlaku. Sebagai pembina tatib, beliau

sungguh ingin supaya anak-anaknya taat pada peraturan yang sudah ada dengan

harapan ketika berada di luar sekolah anak juga mematuhi peraturan yang ada

dimasyarakat. Selain itu R4 juga menilai anak perlu memiliki sikap iman yang

baik dimulai dari hal yang sederhana seperti mengikuti doa pagi dengan khusyuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

87

Dengan demikian anak akan tahu makna dari doa yang diucapkan setiap hari dan

sungguh membuat mereka memiliki sikap spiritual yang dewasa [Wawancara R4,

14 November 2018;lih. hal. 27-28]. Pada bagian ini penuli melihat adanya

pemahaman dari R4 bahwa kedisiplinan memiliki peran yang cukup penting

dalam mengembangkan karakter anak. Dalam penghayatannya, R5 menilai

kedisiplinan yang diberlakukan di sekolah akan berdampak pada kehidupannya

dmasyarakat.

R5 melihat perlunya penanaman nilai persaudaraan dalam diri anak.

Sebagai suatu komunitas, anak perlu memiliki rasa persaudaraan supaya rasa

toleransi dapat tumbuh dalam diri mereka. Toleransi inilah yang membantu anak

supaya dapat hidup dalam lingkungan yang beragam. Di samping itu, kedisiplinan

juga memegang peranan penting dalam mengembangkan karakter anak

[Wawancara R5, 14 November 2018;lih. hal. 28]. Pada bagian ini penulis melihat

bahwa R5 menyadari pentingnya penyadaran dalam diri anak sebagai bagian dari

komunitas agar rasa persaudaraan tumbuh di antara mereka dan dapat

mengembangkan karakter kristiani mereka khususnya dalam hal kedisiplinan dan

toleransi.

Terkait praksis pendidikan, R6 memiliki pandangan yang hampir sama

dengan responden yang lain yakni perlunya anak diberi pemahaman mengenai

toleransi. Dengan berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan yang

majemuk, sikap toleransi ini juga membantu anak supaya mau membangun

komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi inilah yang menjadi jembatan supaya

terbangun hubungan yang baik antar anak. Anak membutuhkan role model dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

88

hidup mereka untuk memperkembangakn diri mereka, sehingga mereka tahu

dirinya mau tumbuh dan memiliki sikap serta kepribadian yang macam apa. Anak

juga membutuhkan rasa kebebasan yang bertanggungjawab. Terutama dalam

mengungkapkan imannya akan Kristus dan menjalankan perintah-Nya

[Wawancara R6, 14 November 2018;lih. hal. 28]. Pada bagian ini penulis melihat

bahwa toleransi masih mendapat peranan yang sangat penting dalam

mengembangkan sikap anak khususnya di dalam kelas. Di samping itu,

keidisiplinan juga membantu anak unuk dapat menjalankan peraturan yang ada

dengan penuh kebebasan yang bertanggungjawab.

Berdasarkan teori yang ada, Paul Suparno (2015:104-116) mengatakan

bahwa pendidikan karakter sangat erat kaitannya dengan penanaman nilai serta

pengembangan moral siswa supaya menjadi lebih baik lagi. Maka siswa perlu

diajak untuk memperkembangakan diri sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan

dalam agama yang dianut. Hal ini dimaksudkan agar siswa semakin menghargai

dan mencintai dirinya sebagai makhluk ciptaan-Nya, serta menghargai berbagai

makhluk yang ada di bumi. Serta toleransi dan daya juang supaya siswa dapat

menghargai dan menerima berbagai perbedaan yang ada. Dan secara tidak

langsung siswa juga belajar arti keadilan. Hal ini juga dalam rangka membentuk

siswa menjadi disiplin dan taat pada hukum.

Dari teori yang ada dan jawaban yang diberikan oleh responden dapat

dilihat bahwa seluruh responden memiliki konsep yang hampir sepenuhnya betul

mengenai bagaimana penerapan pendidikan karakter kristiani dalam kelas. Yang

masih belum nampak adalah sikap iman akan Kristus, meskipun sedikit diulas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

89

oleh beberapa responden. Namun secara keseluruhan, niali-nilai yang diberikan

sudah mencakup apa yang dibutuhkan dalam pendidikan karakter kristiani. Di

samping itu, keteladanan guru menjadi suatu hal yang mendapat perhatian khusus

mengingat masih banyaknya guru yang masih belum mau terlibat secara penuh

dalam upaya pendidikan karakter anak.

C. Kesimpulan Penelitian

Sekolah Katolik perlu mewujudkan suatu proses pendidikan yang dijiwai

oleh semangat mengajar Kristus sendiri melalui identitas gerejawi dan budayanya;

misi pendidikannya sebagai karya cinta; layanannya kepada masyarakat; sifat-sifat

yang harus menjadi ciri komunitas pendidik. Sekolah Katolik juga perlu

mewujudkan suatu pendidikan kristiani. Pendidikan kristiani adalah pendidikan

yang mengikhtiarkan pembinaan pribadi manusia untuk tujuan akhirnya dan

serentak untuk kepentingan masyarakat. Manusia adalah angota masyarakat dan

setelah dewasa berperan serta dalam tugas-tugas masyarakat. Di samping itu,

sebagai suatu perwujudan misi kerasulan Gereja, seluruh kegiatan yang

menunjang pendidikan yang dilaksanakan perlu dijiwai oleh semangat-semangat

Gerejawi melalui pelayanan pastoral bagi siswa. Hal ini dapat diwujudkan

misalnya melalui pencapaian mata pelajaran tertentu yang tidak hanya ditinjau

dari penguasaan materi saja, tetapi juga nilai-nilai yang diperoleh dalam proses

pembelajaran tersebut, harus mampu memperkembangkan karakter siswa.

Pendidikan karakter sangat erat kaitannya dengan penanaman nilai serta

pengembangan moral siswa supaya menjadi lebih baik lagi. Hal ini dimaksudkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

90

agar siswa semakin menghargai dan mencintai dirinya sebagai makhluk ciptaan-

Nya, serta menghargai berbagai makhluk yang ada dibumi. Sehingga diperlukan

adanya keteladanan pendidik menjadi hal yang sungguh penting supaya anak

memiliki figur yang bisa memberikan contoh bagaimana smestinya mereka

bersikap. Beberapa poin simpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah:

1. Masih banyak responden yang masih belum mengetahui dokumen-dokumen

Gereja yang membahas bagaimana konsep pendidikan kristiani di sekolah

Katolik dilaksanakan.

2. Komponen pendidikan kristiani masih sebatas hal-hal yang menyangkut

hidup rohani, mesikpun sudah ada yang menyinggung sikap sosial. Yang

masih kurang nampak adalah kerjasama antara sekolah dengan orangtua dan

masyarakat sekitar dalam upaya pengembangan pendidikan karakter anak.

3. Pentingnya peranan guru sebagai sosok yang bisa menjadi contoh bagi siswa

untuk memilah dan memilih sikap yang baik bagi kehidupan di samping

penanaman nilai. Untuk itu guru memerlukan adanya gerakan bersama guna

membangun konsekuensi sikap dalam mengembangkan pendidikan karakter

di sekolah, sehingga seluruh guru memiliki tanggung jawab yang sama untuk

terlibat di dalamnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

91

D. Usulan Program

Untuk menindaklanjuti temuan penelitian ini, penulis mengajukan usulan

program berupa lokakarya untuk guru dan karyawan guna menggali nilai-nilai

Kekatolikan dalam Dokumen Gereja sebagai acuan dalam mengembangkan

pendidikan karakter kristiani di SMP Maria Immaculata

1. Latar Belakang

Pendidikan karakter yang terutama dan paling pertama dilaksanakan dalam

lingkup keluarga. Tapi seiring berjalannya waktu, keluarga tidak cukup dalam

mendampingi perkembangan karakter anak. Dibutuhkan bantuan dari pihak lain

dalam membantu perkembangan karakter anak seperti teman sebaya, msayarakat

tempat ia tinggal, serta sekolah. Maka dari itu mayarakat dan sekolah perlu

membangun iklim yang sungguh-sungguh dapat membantu anak dalam

mengembangkan karakter mereka.

Dalam menyikapi hal ini, Gereja memiliki perhatian khususnya dalam

pendidikan di sekolah Katolik. Pendidikan yang dimaksud tidak hanya dalam

bidang akademis saja, tetapi juga mempersiapkan diri untuk terjun langsung

dalam kehidupan masyarakat, dengan tetap berpegang pada corak kristiani.

Dengan demikian, pendidikan tidak hanya soal bagaimana mengembangkan segi

kognitif anak, tetapi juga bagaimana anak dapat memperkembangkan sikap

spiritualnya menuju kedewasaan iman, serta sikap yang perlu dibangun untuk

hidup di tengah masyarakat dengan berbagai norma yang berlaku.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada guru di SMP Maria

Immacualata ini didapatkan bahwa guru masih belum sepenuhnya memahami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

92

mengenai pendidikan karakter kristiani. Hal ini terlihat dari keterlibatan mereka

khususnya dalam praksis pelaksanaan pendidikan karakter kristiani tersebut.

Mereka hanya sekedar melihat pendidikan karakter kristiani sebagai suatu hal

yang berbau rohani saja, dan hanya menjadi tanggung jawab guru agama maupun

bimbingan konseling. Maka dari itu, berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis

merasa perlu menyusun program untuk dapat memfasilitasi guru agar dapat

menggali nilai-nilai Kekatolikan dalam Dokumen Gereja sebagai acuan dalam

mengembangkan pendidikan karakter kristiani di SMP Maria Immaculata.

Melalui kegiatan lokakarya ini, para guru diajak untuk melihat kembali

dan mengumpulkan kembali bagaimana pengalaman mereka dalam

mengembangkan karakter anak di sekolah hingga saat ini, yang nantinya akan

membentuk suatu konskuensi sikap yang perlu dilaksanakan dalam

pengembangan pendidikan karakter kristiani.

2. Tujuan Program

Program yang diusulkan ini memiliki tujuan agar para guru dapat menggali

nilai-nilai Kekatolikan dalam Dokumen Gereja sebagai acuan dalam

mengembangkan pendidikan karakter kristiani di SMP Maria Immaculata di SMP

Maria Immaculata Yogyakarta.

3. Usulan Kegiatan Lokakarya

a. Tema Umum

Kegiatan lokakarya ini mengangkat tema: “Menggali Nilai-Nilai

Kekatolikan Dalam Dokumen Gereja Sebagai Acuan Dalam Mengembangkan

Pendidikan Karakter Kristiani di SMP Maria Immaculata”. Tema ini diambil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

93

untuk membantu para guru menggali nilai-nilai Kekatolikan dalam dokumen

Gereja sehingga dapat merumuskan program untuk memperkembangkan karakter

kristiani di SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

b. Tujuan Lokakarya

Tujuan lokakarya ini adalah bersama pendamping peserta dapat menggali

nilai-nilai Kekatolikan dalam dokumen Gereja sehingga dapat merumuskan

program untuk memperkembangkan karakter kristiani di SMP Maria Immaculata

Yogyakarta.

c. Peserta

Peserta lokakarya adalah para guru dan karyawan di SMP Maria

Immaculata.

d. Tempat dan Waktu

Lokakarya ini dilaksanakan pada hari Senin, 10 Juni 2019 pukul 08.00-

15.00 WIB di SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

e. Bentuk dan Metode

Lokakarya dilaksanakan dengan pemaparan teori, diskusi, sharing

pengalaman, dan diakhiri dengan membuat suatu program untuk mengembangkan

pendidikan karakter kristiani di sekolah. Metode yang digunakan dalam lokakarya

ini adalah ceramah/informasi, diskusi dan sharing pengalaman.

f. Sarana

Sarana pendukung untuk memperlancar pelaksanaan lokakarya adalah laptop,

hand out, LCD, speaker dan sound system.

g. Matriks Kegiatan Lokakarya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

94

N

O

WAKTU

PELAKSA

NAAN

JUDUL

PERTEMUA

N

TUJUAN

PERTEMUA

N

URAIAN

MATERI

METOD

E

SARANA SUMBER

BAHAN

WAKT

U

PELAKSAN

A

1 08.00-

08.30

Perkenalan

dan pengantar

Menciptakan

suasana

persaudaraan

dan peserta

dapat

mengetahui

arah dan

tujuan

lokakarya

Doa

pembuka

Perkenala

n

Pengantar

Informa

si

LCD

Laptop

Program

pelaksanaa

n

pendampin

gan

20 menit Panitia

2 08.30-

10.00

Sesi I :

Pendidikan

Karakter

Peserta

memahami

tujuan dan

konsekuensi

pendidikan

karakter

Visi-Misi

Sekolah

Pengertian

Karakter

Pendidika

n Karakter

Informa

si

Cerama

h

LCD

Laptop

Manuskri

p Visi-

Misis

SMP

Maria

Immacul

ata

Yogyakar

ta

Paul

Suparno:

Pendidik

an

Karakter

di

Sekolah

90 menit Panitia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

95

Perpres

no.87

tahun

2017

UU no.20

tahun

2003

3 10.00-

10.30

Istirahat

4 10.30-

12.00

Sesi II :

Menggali

nilai-nilai

Kekatolikan

dalam

Dokumen

Gereja

Peserta

mengetahui

nilai-nilai

Kekatolikan

dalam

Dokumen

Gereja yang

dapat menjadi

acuan dalam

mengembang

kan

pendidikan

karakter

kristiani di

SMP Maria

Immaculata

Nilai-nilai

Kekatolika

n menurut

Gravissim

um

Educationi

s;Dokume

n Sekolah

Katolik;

Dimensi

Religius

Pendidika

n Di

Sekolah

Katolik:

Pedoman

Untuk

Refleksi

dan

Informa

si

Cerama

h

LCD

Laptop

Dokumen

Konsili

Vatikan

II:

Gravissi

mum

Educatio

nis

A.

Sewaka,

SJ:

Ajaran

dan

Pedoman

Gereja

Tentang

Pendidik

an

Katolik

90 menit Panitia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

96

Pembahar

uan

5 12.00-

13.00

Makan Siang

6 13.00-

14.00

Diskusi

Program

Peserta

merumuskan

suatu program

dalam rangka

pengembanga

n pendidikan

karakter

kristiani di

sekolah

Bagaiman

a

menciptak

an suatu

suasana

sekolah

yang

sungguh

dijiwai

oleh nilai-

nilai

Kristiani

baik

dalam

proses

pembelaja

ran,

pembiasaa

n,

mauapun

kurikulum

pengemba

ngan

Diskusi 60 menit Peserta dan

Panitia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

97

7 14.00-

14.30

Penutup Peserta dapat

mengungkapk

an saran dan

perasaannya

sehingga

nantinya

terbiasa untuk

mengadakan

evaluasi

Saran

Evaluasi

Doa

Penutup

Inform

asi

Tanya

Jawab

30 menit Panitia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

98

h. Detail Kegiatan

Salam dan Pengantar

Pendamping menyapa selamat pagi dan selamat datang kepada para guru

peserta lokakarya selanjutnya mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang

diberikan sehingga dapat berkumpul bersama untuk melaksanakan lokakarya.

Pendamping juga menyampaikan tujuan lokakarya agar lokakarya dapat berjalan

dengan lancar dan memberikan manfaat bagi peserta.

Pembuka

Pendamping mengajak seluruh peserta yang hadir untuk mempersiapkan

hati dan pikiran untuk berdoa.

Doa Pembuka

Allah Bapa yang Maha Kuasa, kami bersyukur dan berterimakasih kepada-

Mu atas segala berkat dan penyertaan yang boleh kami terima hingga hari ini.

Terima kasih pula Engkau telah hadir di tnegah-tengah kami semua pada

kesempatan ini. Sertailah kami ya Bapa, supaya kegiatan kami pada hari ini selalu

kau lindungi, sehingga kami dapat mewartakan Kerajaan-Mu melalui Pendidikan

Karakter Kristiani yang kami bahas pada hari ini. Segala doa dan harapan ini kami

haturkan kepada-Mu dengan perantaraan Yesus, Tuhan kami. Amin.

SESI I : Pendidikan Karakter

Tujuan : Peserta memahami tujuan dan konsekuensi pendidikan karakter.

1. Visi-Misi Sekolah

Visi : SMP Maria Immaculata Marsudirini mengembangkan pribadi yang

cerdas, beriman pada Tuhan, mencintai sesama dan alam ciptaanNya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

99

Misi :

1. Menjadikan peserta didik yang cerdas, intelektual, berkarakter dan

berbudaya

2. Membantu peserta didik menggali dan mengembangkan minat, bakat dan

kreatifitas

3. Membantu peserta didik mampu menguasai dan menggunakan teknologi

secara tepat di era globalisasi

4. Meningkatkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan sosial dan

lingkungan ciptaan-Nya

Tujuan :

1) Menjadikan peserta didik yang cerdas, intelektual, berkarakter dan

berbudaya

a) Terlaksananya tugas pokok dan fungsi peranan masing-masing setiap

warga dan komponen sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, dan

peserta didik).

b) Terlaksananya tata tertib dan segala ketentuan yang mengatur operasional

sekolah berstandar nasional pendidikan.

c) Memiliki jiwa cinta tanah air yang diinternalisasikan lewat menyanyikan

lagu kebangsaan Indonesia Raya dan hormat bendera pada awal pelajaran

dan Pramuka.

d) Meningkatkan mutu guru dengan MGMP, Workshop dan seminar.

e) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga

budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

100

f) Melaksanakan pendampingan dan pelatihan secara efektif dalam

pembelajaran, sehingga nilai ujian dan daya saing yang tinggi untuk

masuk jenjang pendidikan lebih tinggi.

g) mengembangkan pembelajaran dengan moving class.

h) mengembangkan pembelajaran berbasis kemarsudirinian.

i) menjadikan komunitas sekolah memiliki nilai-nilai kehidupan berdasarkan

spiritualitas kemarsudirinian.

2) Membantu peserta didik menggali dan mengembangkan minat, bakat dan

kreatifitas

a) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya,

sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal dan melaksanakan

pendisiplinan terhadap semua komponen sekolah untuk mewujudkan

disiplin diri yang mantap, kepatuhan tata tertib, bekerja dan belajar.

b) Menyediakan sarana dan prasarana untuk menyelenggarakan proses

belajar mengajar, pembinaan olah raga serta kegiatan ekstrakurikuler.

c) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap

siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

d) Menjadikan sekolah meraih prestasi dalam berbagai kompetisi baik

akademik maupun non akademik

3) Membantu peserta didik mampu menguasai dan menggunakan teknologi

secara tepat di era globalisasi

a) Mengembangkan media pembelajaran berbasis TIK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

101

b) Memfasilitasi peserta didik untuk menguasai dan menggunakan teknologi

secara tepat

4) Meningkatkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan sosial dan

lingkungan ciptaan-Nya

a) Menyelenggarakan kegiatan yang menumbuhkan kepedulian bagi

sesamanya dengan mengumpulkan sembako, menyisihkan uang jajan

untuk aksi sosial / membantu teman/saudara yang membutuhkan

b) Memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup disekitarnya

c) menjadi sekolah bersih, sehat, dan berwawasan lingkungan sehingga

kondusif untuk bekerja dan belajar.

2. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani ‘karasso’ berarti cetak biru, format

dasar, sidik, seperti sidik jari (Doni Koesoema, 2007:90). Karakter juga dapat

dilihat sebagai sikap yang sudah ada pada anak didik dan yang harus

dikembangkan ke depan. Ki Hajar Dewantara mengartikan karakter sebagai

paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda

yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Ki Hajar

Dewantara juga melihat karakter sebagai perkembangan dasar yang telah terkena

pengaruh pengajaran (Paul Suparno 2015:28). Karakter dapat diartikan juga

sebagai nilai-nilai dan sikap hidup yang positif, yang dimiliki seseorang sehingga

memengaruhi tingkah laku, cara berpikir dan bertindak orang itu, dan akhirnya

menjadi tabiat hidupnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

102

b. Pengertian Pendidikan Karakter

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses

pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan latihan. Pendidikan karakter berarti pendidikan yang bertujuan membantu

agar siswa-siswi mengalami, memperoleh, dan memiliki karakter kuat yang

diinginkan. Pendidikan karakter dilakukan dengan keyakinan bahwa karakter

seseorang itu dapat dikembangkan dan dapat diubah. Driyarkara menjelaskan

bahwa tugas pendidikan adalah mengembangkan karakter yang sudah baik dan

membantu menghilangkan karakter yang tidak baik dalam diri anak didik. Dengan

kata lain, manusia tidak hanya berhenti dengan mengikuti bakat yang sudah ada,

tetapi harus berani mengembangkan diri menjadi lebih baik. (Paul Suparno,

2015:30).

Pendidikan berarti usaha membantu siswa untuk menjadi berkarakter atau

karakternya berkembang semakin maju. Kekhasan pendidikan karakter adalah

bahwa bantuan untuk mengembangkan karakter siswa direncanakan secara

sistematis. Metode yang digunakan juga harus disesuaikan dengan model

pendekatan pendidikan yang berpusat pada individu anak didik.

Lickona dalam Paul Suparno (2015:40-42) melihat adanya 3 unsur di

dalam pendidikan karakter. Yang pertama, pengertian moral yang berarti

kesadaran moral, pengertian akan nilai, kemampuan untuk mengambil gagasan

orang lain, rasionalitas moral, pengambilan keputusan berdasarkan nilai moral,

dan pengertian mendalam tentang dirinya sendiri. Yang kedua, afeksi yang

meliputi suara hati, harga diri seseorang, sikap empati terhadap orang lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

103

perasaan mencintai kebaikan, kontrol diri dan rendah hati. Yang ketiga, aksi atau

tindakan. Tindakan moral adalah kompetensi yang dimiliki untuk

mengaplikasikan keputusan dan perasaan moral melalui tindakan konkret. Ketiga

unsur ini saling bersinergi untuk membentuk suatu habitus atau kebiasaan baik

yang nantinya akan memperkembangkan karakter anak didik dan mengikis

karakter yang tidak baik.

c. Tujuan pendidikan karakter

Pada UU No. 20 Th 2003 Tentang Sisdiknas disebutkan bahwa tujuan

nasional pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka, pendidikan harus mampu

untuk membentuk manusia yang memiliki ciri seperti tercantum dalam tujuan

pendidikan di atas.

Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional pendidikan tersebut, langkah

yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan karakter. Menurut Kebijakan

Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, tujuan dari

pendidikan karakter itu sendiri adalah :

Membina dan mengembangkan karakter warga Negara sehingga mampu

mewujudkan masyarakat yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,

berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia,

berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

104

d. Fungsi pendidikan karakter

Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Fungsi Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Mengacu pada fungsi pendidikan nasional tersebut, dalam Kebijakan

Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 (2010:4), pemerintah

mengungkapkan tiga fungsi pendidikan karakter yakni :

1) Membentuk dan mengembangkan potensi manusia agar berpikiran baik,

berhati baik, dan berperilaku baik.

2) Memperbaiki perilaku yang kurang baik dan memperkuat perilaku baik

yang sudah ada.

3) Memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang

tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang

bermartabat.

e. Faktor-faktor yang memengaruhi pendidikan karakter

Paul Suparno (2015:65-75) mengatakan bahwa pendidikan karakter tentu

tidak dapat berjalan atas kehendak diri sendiri. Perlu adanya bantuan dari orang

lain dalam rangka pembentukan karakter tersebut. Figur yang berperan di dalam

perkembangan karakter antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

105

1) Orangtua

Orangtua adalah pendidik karakter utama pada anak-anak. Sejak lahir anak

belajar karakter tertentu dari kedua orangtua mereka. Suasana keluarga

yang dibangun juga sungguh memengaruhi perkembangan karakter anak.

2) Teman atau kelompok

Sikap dan karakter anak, khususnya remaja, dipengaruhi oleh lingkungan

pertemanan yang ada. Secara psikologis, anak-anak tengah berada pada

transisi untuk meninggalkan orangtuanya dan mulai bergabung dengan

teman sebayanya.

3) Masyarakat atau lingkungan

Keadaan, situasi, dan karakter masayarakat tempat anak tinggal juga

memengaruhi perkembangan karakter anak. Lingkungan masyarakat yang

positif akan membantu anak untuk mengalami perkembangan karakter ke

arah yang lebih baik. Iklim yang dibangun di tengah masyarakat dapat

membantu anak merasakan pengaruh positif yang dapat membantu

perkembangannya.

4) Media

Kehidupan anak zaman sekarang sungguh tidak dapat dilepaskan dari

peran media baik itu media cetak maupun media sosial. Apabila anak

memanfaatkan media dengan baik dan positif, maka anak akan

memperoleh informasi yang dapat memperkaya pengetahuan dan

menjauhkan dari nilai-nilai yang tidak baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

106

5) Sekolah

Sekolah merupakan tempat di mana perkembangan karakter juga

berlangsung. Di dalam sekolah, keteladanan dan pendampingan dari guru

sungguh memengaruhi di dalam proses perkembangan karakter siswa.

6) Agama

Agama yang dianut oleh anak juga memengaruhi pola pikir dan perilaku

anak.

Praksis pendidikan karakter saat ini semakin diperkuat dengan adanya

Peraturan Presiden no. 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter.

Penguatan pendidikan karakter sendiri merupakan suatu bentuk gerakan

pendidikan guna memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah

hati, olah rasa, olah piker, dan olah raga dengan melibatkan satuan pendidik,

keluarga, serta masyarakat. Penguatan pendidikan karakter sendiri bertujuan

membekali peserta didik guna menghadapi perubahan dimasa depan,

menyelenggarakan pendidikan karakter baik melalui pendidikan formal, informal,

serta berbagai kurikulum pengembangan, serta memperkuat peranan pendidik,

keluarga dan masyarakat dalam upaya pendidikan karakter.

SESI II : Menggali Nilai-nilai Kekatolikan Menurut Dokumen Gereja

Tujuan : Peserta mengetahui nilai-nilai Kekatolikan dalam Dokumen Gereja yang

dapat menjadi acuan dalam mengembangkan pendidikan karakter kristiani di SMP

Maria Immaculata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

107

1. Nilai-nilai Kekatolikan Menurut Dokumen Gravissimum Educationis

Dalam Deklarasi Gravissimum Educationis, Gereja memberikan perhatian

yang sangat besar kepada pendidikan. pendidikan juga merupakan bagian tak

terpisahkan dari tugas Gereja untuk mewartakan penyelamatan Allah Bapa kepada

semua manusia dan memulihkannya di dalam Kristus, seperti yang

diperintahkannya kepada para murid-Nya (bdk. Mat 28:19-20). Perhatian Gereja

tersebut ditunjukkan dalam Deklarasi Pendidikan Kristen yang merupakan salah

satu hasil Konsili Vatikan II.

Pendidikan yang benar mengikhtiarkan pembinaan pribadi manusia untuk

tujuan akhirnya dan serentak untuk kepentingan masyarakat. Manusia adalah

angota masyarakat dan setelah dewasa berperan serta dalam tugas-tugas

masyarakat (GE 1). Dalam hal ini Gereja hendak mengatakan bahwa pendidikan

hendaknya mampu mendorong siswa untuk menghayati nilai-nilai moral dengan

hati nurani yang tepat agar mampu menyesuaikan diri dengan peran sosialnya.

Dengan kata lain, tujuan dari pendidikan itu sendiri mampu membawa siswa

menjadi pribadi yang utuh. Tidak hanya kematangan pribadi secara utuh saja,

tetapi juga semakin mampu mendalami misteri penyelamatan Kristus dan

menyadari anugerah iman yang telah diperoleh. Dengan demikian mereka maju

menjadi manusia sempurna menuju kepenuhan usia Kristus (bdk. Ef 4:13).

Dalam tugasnya menunaikan pendidikan, Gereja mengupayakan suatu

proses pembelajaran yang membantu anak supaya mencapai keutuhan pribadi dan

rohani melalui sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

108

Sekolah membina bakat-bakat intelektual dengan perawatan yang tekun,

mengembangkan kemampuan menilai dengan tepat, mengantar kepada

warisan budaya yang diperoleh angkatan-angkatan terdahulu,

mengembangkan kepekaan terhadap nilai-nilai, mempersiapkan kehidupan

profesi, memupuk antara murid-murid dengan bakat dan dari lapisan yang

berbeda-beda, pergaulan yang akrab, yang melahirkan kesediaan yang

saling memahami. Selanjutnya sekolah menjadi semacam pusat, dengan

berbagai kegiatan dan perkembangan yang harus didukung bersama oleh

keluarga-keluarga, para guru, serba ragam serikat yang menunjukkan

kehidupan kebudayaan, kewargaan dan keagamaan, dan oleh Negara serta

seluruh masyarakat manusia (GE 5).

Kehadiran Gereja di bidang pendidikan nampak terutama melalui sekolah-

sekolah Katolik. Untuk itu sekolah Katolik perlu (GE 7-8):

a. Menciptakan lingkungan paguyuban sekolah yang dijiwai semangat

kebebasan dan cinta kasih Injili.

b. Mengembangkan pribadi siswa untuk bertumbuh menurut ciptaan baru

berdasarkan permandian.

c. Mengajak siswa untuk perlahan-lahan mendalami pengetahuan yang

dimilikinya dalam terang iman.

d. Membangun suatu jalinan cinta kasih dengan murid, dan diresapi semangat

kerasulan.

e. Mendorong kegiatan pribadi para murid dengan terus memberikan nasihat,

membangun sikap bersahabat, dan program-program khusus

pengembangan pribadi.

f. Memberikan pengabdian kepada masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

109

2. Nilai-nilai Kekatolikan Menurut Dokumen Sekolah Katolik

Dalam dokumen Sekolah Katolik, Gereja melihat dunia pendidikan selalu

berhadapan dengan suatu kondisi pluralisme budaya. Fenomena multikulturalisme

dan masyarakat yang semakin multi-etnis dan multi-agama pada saat yang sama

membawa pengaruh yang cukup besar pada pendidikan. Melihat keadaan tersebut,

Gereja meyakini perlu adanya suatu perkembangan pendidikan Kristiani. Hal ini

mengakibatkan cakupan pendidikan tidak lagi hanya terpusat pada hal-hal yang

bersifat akademik, tetapi juga telah merambah aspek kehidupan sosial masyarakat

siswa. Melihat keadaan ini, sekolah-sekolah khususnya Sekolah Katolik perlu

menilik kembali perihal proses dan juga tujuan pendidikan yang telah terlaksana.

Oleh karena itu, Kongregasi untuk Pendidikan Katolik, pada perayaan

ulang tahun ke dua puluh dari Dokumen tentang Sekolah Katolik, mengusulkan

untuk memusatkan perhatian pada sifat dan karakteristik khas dari sekolah yang

akan menampilkan dirinya sebagai Katolik, antara lain:

a. Dijiwai oleh semangat mengajar Kristus sendiri. Hal ini ditunjukkan

melalui identitas gerejawi dan budayanya; misi pendidikannya sebagai

karya cinta; layanannya kepada masyarakat; sifat-sifat yang harus menjadi

ciri komunitas pendidik (art.4).

b. Didasari oleh misi penginjilan. Selain itu, sekolah Katolik terus berbagi

tanggung jawab untuk pengembangan aspek sosial dan budaya dari

berbagai komunitas dan masyarakat di mana ia berasal, berpartisipasi

dalam kegembiraan dan harapan mereka, penderitaan dan kesulitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

110

mereka, upaya mereka untuk mencapai yang asli kemajuan manusia dan

anggota komunitas (art.7).

c. Sekolah Katolik merupakan tempat di mana pembentukan individu secara

menyeluruh terjadi, melalui pertemuan hidup dan warisan budaya. Maka,

sekolah perlu mengupas pengalaman-pengalaman dan kebenaran yang

dimiliki anak (art.26-27).

d. Yesus Kristus menjadi pusat dari seluruh proses pendidikan. Hal ini

nampak melalui munculnya prinsip-prinsip Injil sebagai norma pendidikan

(art.34)

e. Membentuk keutamaan-keutamaan khusus yang memungkinkan

penghayatan hidup baru dalam Kristus dan membantu memainkan peranan

dengan setia dalam membangun Kerajaan Allah (art.36).

f. Menolong murid memahami, menghargai, dan menyatukan nilai-nilai

yang diperoleh guna membantu pembentukan sikap hidup yang baru

(art.42).

g. Menciptakan suasana komunitas sekolah yang dijiwai oleh semangat

kbebasan dan cinta Kasih Injili (art.55).

h. Peka akan kondisi masyarakat yang tengah dihadapi, dan ikut serta dalam

upaya perwujudan keadilan dalam masyarakat (art.58).

Sejalan dengan Dokumen Sekolah Katolik, dalam dokumen The Holy

See’s Teaching on Catholic Schools, Gereja menyadari bahwa Sekolah Katolik

mengemban tugas penting dalam mewujudkan misi Gereja untuk

memperkenalkan Kristus kepada dunia dan untuk menyampaikan Terang Kristus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

111

kepada semua orang, juga perlu untuk menjadi semakin menyadari dan

memahami identitasnya. Oleh karena itu, Tahta Suci menjabarkan beberapa ciri-

ciri khas sekolah Katolik, antara lain:

a. Diinspirasikan oleh visi adikodrati

Gereja menganggap bahwa pendidikan adalah suatu proses yang

membentuk pribadi seorang anak secara keseluruhan dan mengarahkan pada

pembentukan pribadi yang dijiwai oleh semangat Kristus sendiri. Visi Kristiani ini

harus dimiliki oleh seluruh komunitas sekolah, agar nilai-nilai Injil dapat

diterapkan sebagai norma-norma pendidikan di sekolah.

Pendidikan di sekolah-sekolah Katolik perlu mengajak siswa untuk

memilih dengan kesadaran dan kehendak yang bebas, untuk hidup sesuai dengan

tuntunan ajaran imannya. Dalam suasana yang membangun iman ini, anak-anak

dapat dibantu untuk menemukan panggilan hidupnya.

b. Didirikan atas dasar antropologi Kristiani

Pendidikan dan segala prosesnya tentu saja perlu mencakup aspek lahiriah

maupun rohaniah. Di sini pendidikan karakter mendapat tempat yang cukup

penting di dalam proses pengembangan kepribadian siswa.

c. Dihidupi oleh kesatuan persekutuan dan komunitas

Penekanan akan aspek komunitas di sekolah Katolik mengambil dasar dari

kodrat sosial dan pribadi manusia dan kenyataan Gereja sebagai rumah dan

sekolah bagi persatuan. Bahwa sekolah Katolik adalah komunitas pendidikan

adalah salah satu dari perkembangan-perkembangan yang memperkaya bagi

sekolah di masa sekarang ini. Maka di sini, Sekolah Katolik sebagai suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

112

komunitas iman untuk mewujudkan nilai-nilai Kristiani. Selain itu Sekolah

Katolik harus dibangun dengan atmosfir kekeluargaan.

Tentu saja adanya sekolah tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran

orangtua sebagai tempat pertama proses pendidikan tersebut berlangsung. Sekolah

Katolik harus melibatkan para orangtua dalam proses pendidikan. Kerjasama ini

tidak saja untuk urusan masalah akademis anak-anak, dan turut memantau

perkembangan mereka, namun juga untuk merencanakan dan mengevaluasi ke-

efektifan misi sekolah tersebut. Kerjasama tersebut dilakukan melalui dialog.

d. Diresapi oleh pandangan Katolik di seluruh kurikulumnya

Pendidikan iman Katolik harus menjiwai keseluruhan kurikulum dan

bukan hanya dibahas pada saat pelajaran agama atau kegiatan pastoral di sekolah.

Gereja menganjurkan pendidikan yang menyeluruh, yang menanggapi semua

kebutuhan pribadi manusia. Untuk itulah Gereja mendirikan sekolah-sekolah

Katolik, sebab di sanalah tempat istimewa untuk membentuk keseluruhan

manusia, baik itu dimensi intelektualnya, psikologis, moral maupun religius.

e. Didukung oleh kesaksian Injil

Dalam hal ini tentu saja memandang keteladanan sebagai suatu pokok

penting di dalam pembentukan karakter. Keteladanan akan iman yang

dipancarkan oleh para guru membantu siswa untuk semakin memperdalam iman

akan Kristus. Tentu saja semua harus dijalankan dengan sukacita yang terpancar

di dalam segala sikap dan perilaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

113

3. Nilai-nilai Kekatolikan Menurut Dokumen Sekolah Katolik; Dimensi

Religius Pendidikan Di Sekolah Katolik: Pedoman Untuk Refleksi dan

Pembaharuan

Sekolah Katolik mengusahakan cita-cita budaya dan perkembangan kaum

muda secara alamiah sama seperti sekolah lain. Karena itu, Konsili menyatakan

bahwa yang membedakan sekolah Katolik dari sekolah lain adalah dimensi

religiusnya yang nampak dalam (a)suasana pendidikan, (b) perkembangan pribadi

masing-masing siswa, (c) hubungan yang terjalin antara kebudayaan dan Injil,

dan, (d) penerangan segala pengetahuan oleh cahaya iman. Konkretnya, hal ini

diwujudkan melalui:

a. Menentukan identitas sekolah: khususnya nilai-nilai Injili yang menjadi

inspirasi harus disebut secara eksplisit;

b. Memberikan uraian yang tepat mengenai sasaran pedagogis, edukatif, dan

kultural sekolah di mana pengajaran agama dipadukan dengan keseluruhan

pendidikan para siswa;

c. Menyajikan isi pelajaran, bersama dengan nilai-nilai yang akan

disampaikan lewat pelajaran;

d. Gereja, masyarakat, keluarga, dan sekolah menjadi suatu komunitas yang

bersama-sama membangun kepekaan terhadap kondisi sesama sehingga

dapat menghidupi afeksi, ketaatan, rasa terima kasih, kelemahlembutan,

kebaikan hati, siap menolong; melayani, dan teladan baik;

e. Melibatkan partisipasi aktif dari siswa baik dalam proses belajar mengajar

maupun kehidupan sehari-hari di sekolah, sehingga siswa dapat

menumbuhkan rasa tanggung jawab, berani, menghargai, loyal, cinta pada

sesama, jujur, dan toleran;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

114

f. Adanya relasi dan interaksi antara guru dan siswa yang memungkinkan

adanya pendampingan secara personal, sehingga siswa merasa dicintai dan

merasakan suasana kekeluargaan;

g. Adanya hubungan vertical yang diwujudkan melalui hidup doa serta

berbagai peribadatan yang dilaksanakan di sekolah.

Diskusi Program

Tujuan : Peserta merumuskan suatu program dalam rangka pengembangan

pendidikan karakter kristiani di sekolah.

Peserta diminta memaparkan hasil diskusi didepan seluruh peserta yang

lain yang kemudian diambil program-program yang dapat dilaksanakan dalam

satu tahun ajaran baru.

Penutup

Tujuan : Peserta dapat mengungkapkan saran dan perasaannya sehingga nantinya

terbiasa untuk mengadakan evaluasi.

Peserta diminta untuk memberi saran dan evaluasi dalam lembar evaluasi

yang sudah disediakan.

Doa Penutup

Allah Bapa yang baik, terima kasih atas penyertaan-Mu selama kami

berproses pada hari ini. Semoga apapun hasil yang kami peroleh pada hari ini

dapat membantu kami semua supaya dapat mewartakan Kerajaan-Mu melalui

Pengembangan Pendidikan Karakter Kristiani yang sudah kami programkan.

Sekarang kami akan pulang, sertailah kami dalam kegiatan kami selanjutnya.

Nama-Mu yang Kudus kami Puji kini dan sepanjang masa. Amin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

115

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang memiliki dampak

yang cukup besar bagi kehidupan manusia dan perkembangan masyarakat. Maka

dari itu, Gereja juga turut ambil bagian dalam memperkembangkan pendidikan

melalui kehadiran sekolah Katolik sebagai salah satu perwujudan misi pewartaan

dan kerasulan Gereja. Selain menyangkut hal-hal yang bersifat akademis,

pendidikan juga membantu pengembangan sikap hidup siswa sesuai dengan

norma yang berlaku di tengah masyarakat, terutama dalam menghadapi

lingkungan yang sungguh multikultural. Terkhusus dalam sekolah Katolik, di

samping pengembangan sikap hidup siswa, perlu adanya pengembangan

spiritualitas siswa yang mengarah pada Kristus, sehingga siswa dapat mengalami

pendewasaan iman selama proses pendidikan. Melihat kenyataan tersebut, maka

pendidikan karakter perlu sungguh diresapi oleh seluruh anggota sekolah melalui

nilai-nilai serta program yang tersedia. Terkhusus pada sekolah Katolik, perlu

dikembangkannya pendidikan karakter dengan corak kristiani.

Beberapa poin simpulan berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan nilai-nilai

Kekatolikan dalam Dokumen Gereja sebagai acuan dalam memperkembangkan

pendidikan karakter kritiani di SMP Maria Immaculata, sebagai berikut:

1. Terdapat tiga Dokumen yang secara khusus memuat konsep Pendidikan

Kristiani. Yang pertama, deklarasi Gravissimum Educationis yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

116

mendeskripsikan perhatian Gereja yang sangat besar bagi dunia pendidikan

yang juga merupakan salah satu hasil Konsili Vatikan II. Dalam hal ini

Gereja hendak mengatakan bahwa pendidikan, khususnya di sekolah

Katolik, hendaknya mampu mendorong siswa untuk menghayati nilai-nilai

moral dengan hati nurani yang tepat agar mampu menyesuaikan diri dengan

peran sosialnya, dengan tetap melibatkan peran keluarga serta masyarkat.

Yang kedua, dokumen Sekolah Katolik yang mengajak sekolah-sekolah

khususnya Sekolah Katolik perlu menilik kembali perihal proses dan juga

tujuan pendidikan yang telah terlaksana mengingat maraknya fenomena

multikulturalisme dan masyarakat yang semakin multi-etnis dan multi-agama

pada saat yang sama membawa pengaruh yang cukup besar pada pendidikan.

Dan yang ketiga, dokumen mengenai Dimensi Religius Pendidikan Di

Sekolah Katolik: Pedoman Untuk Refleksi dan Pembaharuan yang di

dalamnya Konsili menyatakan bahwa yang membedakan sekolah Katolik

dari sekolah lain adalah dimensi religiusnya yang nampak dalam (a)suasana

pendidikan, (b) perkembangan pribadi masing-masing siswa, (c) hubungan

yang terjalin antara kebudayaan dan Injil, dan, (d) penerangan segala

pengetahuan oleh cahaya iman.

1. Adapun nilai-nilai Kekatolikan yang ada di dalam Dokumen Gereja yang

relevan dalam pendidikan Karakter antara lain nilai-nilai moral dengan hati

nurani yang tepat agar mampu menyesuaikan diri dengan peran sosialnya;

dijiwai oleh semangat mengajar Kristus; dihidupi oleh kesatuan persekutuan

dan komunitas; adanya perjumpaan dan relasi yang mendalam dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

117

siswa; misi pendidikannya sebagai karya cinta; layanannya kepada

masyarakat; sifat-sifat yang harus menjadi ciri komunitas pendidik; dijiwai

oleh semangat-semangat Gerejawi; kasih persaudaraan; toleransi; dan bela

rasa.

2. Pendidikan Karakter bertujuan membantu agar siswa-siswi mengalami,

memperoleh, dan memiliki karakter kuat yang diinginkan. Hal ini secara

umum dilaksanakan dengan metode yang harus disesuaikan dengan model

pendekatan pendidikan yang berpusat pada individu anak didik. Untuk itu

ada tiga unsur penting yang harus ada dalam pendidikan karakter yaitu Yang

pertama, pengertian moral yang meliputi kesadaran moral, pengertian akan

nilai, kemampuan untuk mengambil gagasan orang lain, rasionalitas moral,

pengambilan keputusan berdasarkan nilai moral, dan pengertian mendalam

tentang dirinya sendiri. Yang kedua, afeksi atau perasaan moral yang

meliputi suara hati, harga diri seseorang, sikap empati terhadap orang lain,

perasaan mencintai kebaikan, kontrol diri dan rendah hati. Yang ketiga,

kompetensi yang dimiliki untuk mengaplikasikan keputusan dan perasaan

moral melalui tindakan konkret. Ketiga unsur ini saling bersinergi untuk

membentuk suatu habitus atau kebiasaan baik yang nantinya akan

memperkembangkan karakter anak didik dan mengikis karakter yang tidak

baik

3. Nilai-nilai Kekatolikan di dalam Pendidikan Karakter Kristiani tersebut

diterapkan di SMP Maria Immaculata melalui spititualitas Kristiani yang

diangkat seperti kemarsudirinian dengan Fransiskus Assisi dan Magdalena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

118

Daemen yang menjadi teladan nilai dalam visi-misi sekolah serta kurikulum

yang digunakan. Nilai-nilai inilah yang nantinya digunakan untuk

membangun suasana hingga kegiatan sekolah diharapkan mengarahkan

siswa semakin mengalami kedewasaan iman. Mengingat kehadiran sekolah

sebagai suatu tempat di mana orang dengan berbagai budaya dan latar

belakang bertemu. Maka sekolah perlu mengajak siswanya untuk

menghargai dan menerima berbagai perbedaan yang ada. dan secara tidak

langsung siswa juga belajar arti keadilan. Untuk itu ada berbagai program

penunjang pendidikan karakter seperti pembinaan siswa sesuai jenjang

pendidikannya, berdasarkan tema-tema yang menjadi keprihatinan siswa

pada masing-masing tingkatan.

B. Saran

Berdasarkan realitas yang ada, penulis akan mengungkapkan beberapa saran

kepada pihak yang terkait supaya para guru dan karyawan di SMP Maria

Immaculata lebih memahami pendidikan kristiani dan memiliki konsekuensi sikap

dalam upaya mengembangkan pendidikan karakter kristiani di sekolah.

1. SMP Maria Immaculata agar dapat memberikan pembekalan dan

pendampingan bagi para guru dan karyawan supaya dapat lebih memahami

dan menghayati nilai-nilai serta bagaimana kemarsudirinian dapat sungguh

dihayati dalam pendidikan karakter kristiani.

2. Kepada para guru dan karyawan SMP Maria Immaculata Yogyakarta

supaya meningkatkan keteladanan dengan membangun gerakan bersama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

119

untuk mau terlibat sepenuhnya dalam upaya pendidikan karakter kristiani di

sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

DAFTAR PUSTAKA

Archbishop J. Michael Miller CSB, The Holy See’s Teaching on Catholic Schools

(https://www.catholiceducation.org/en/education/catholic-

contributions/the-holy-sees-teaching-on-catholic-schools.html (diakses

pada Selasa, 5 Juni 2018, pukul 21.25 WIB)).

Doni Koesoema A. (2016). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh.

Yogyakarta:Kanisius.

________________. (2016). Strategi Pendidikan Karakter:Revolusi Mental

dalam Lembaga Pendidikan. Yogyakarta:Kanisius.

________________. (2007).Pendidikan Karakter:Strategi Mendidik Anak Di

Zaman Sekarang. Jakarta:Grasindo.

EM. K. Kaswardi. (1993). Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000.

Jakarta:Grasindo.

KWI. (2004). Dokumen Konsili Vatikan II. Bogor:Grafika Mardi Yuana.

KWI. (1991). Ajaran Dan Pedoman Gereja Tentang Pendidikan Katolik.

Jakarta:Grasindo.

Lickona, Thomas. (2014). Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik

Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung:Nusa Media

Moeleong, Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Paul Suparno, SJ. (2015) . Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:Kanisius

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan

Pendidikan Karakter.

Pemerintah Republik Indonesia (2010). Kebijakan Nasional Pembangunan

Karakter Bangsa Tahun 2010-2025.

Tillman, Diane. (2004). Pendidikan Nilai untuk Anak Usia 8-14 Tahun.

Jakarta:Grasindo.

Undang-undang no.20 tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif.

Bandung;ALFABETA.

Yoseph Kristianto. 2018. Makalah Pendidikan Karakter Orang Muda Katolik Di

Zaman Now.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(1)

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(2)

Lampiran 2 : Sejarah dn Visi Misi SMP Maria Immaculata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(4)

Lampiran 3 : Program Kurikulum dan Pengembangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(8)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(9)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(12)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(13)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(14)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(15)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(16)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(17)

Lampiran 4 : Transkrip Hasil Wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(18)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(19)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(20)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(21)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(22)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(23)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(24)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(25)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(26)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(27)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(28)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(29)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(30)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(31)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(32)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(33)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(34)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(35)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(36)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: MENGGALI NILAI-NILAI KEKATOLIKAN DALAM DOKUMEN …

(37)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI