menggali spiritualitas pelayanan katekis yang …

151
MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES 13:1-20 S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: Albertus Ari Septiawan NIM: 101124036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 05-Jun-2022

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG

BERSUMBER DARI INJIL YOHANES 13:1-20

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Albertus Ari Septiawan

NIM: 101124036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menjaga, mendoakan dan menerangi

hati dan pikiran saya serta Mamaku yang selalu mendukung dalam berbagai

keadaan dalam hidup yang saya alami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

v

MOTTO

Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk

melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang

(Matius 20:28)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “MENGGALI SPIRITUALITAS

PELAYANAN KATEKIS YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES

13:1-20”. Judul ini dipilah atas dasar ketertarikan penulis terhadap isi Injil

Yohanes terutama perikop Yohanes 13: 1-20. Perikop ini mengisahkan

pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus pada Perjamuan Terakhir dan wejangan-

wejangan terakhir Yesus sebelum disalib.

Penulis mencoba untuk menggali pesan dari Yohanes 13: 1-20 untuk

mencari nilai-nilai spiritual. Dari perikop tersebut, penulis menemukan nilai-nilai

spiritual, yaitu cinta kasih, pelayanan terhadap kehendak Allah, keberanian untuk

berkorban dan kerendahan hati . Nilai-nilai spritual ini sangat relevan bagi katekis

di dalam menjalankan tugasnya untuk mewartakan Kabar Gembira.

Penulis juga membahas sosok kategis dengan lebih mendalam dalam

kaitannya dengan peran, tugas, kategori dan kualitas. Penulis juga menyinggung

tantangan katekis di era globalisasi dan pembinaan katekis. Untuk dapat

membantu katekis di dalma menghayati spiritualitas katekis yang bersumber dari

Yohanes 13: 1-10, penulis merangcang sebuah program pembinaan. Diharapkan

dengan pelaksanaan proram tersebut, para katekis dapat menghidupi nilai-nilai

spiritual di dalam tugasnya mewartakan Kabar Gembira.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

ix

ABSTRACT

The title of this thesis is “Unearthing the Spirituality of Catechist

Service from the Passage John 13: 1-20”. This title is chosen due to the author’s

interest on the content of the Gospel John, especially the passage 13: 1-20. From

the passage the author unearths and finds out the spiritual values concerning with

the catechist service. The passage describes Jesus washing the feet of his disciples

during the Last Supper and parting the last words before the crucifixion.

The author tries to unearth the message from the passage John 13: 1-20 in

order to find out the spiritual values. The author finds out the spiritual values from

the passage, namely love, the servitude toward God, the spirit of sacrifice, and

humility. The values are of highly relevance to the task of the catechist to

pronounce the Good News.

The author works on the figure of catechist more extensively in term of

the role, task, category and quality. The challenge of catechist in the globalization

era and the formation of catechist are also incorporated in this work. To facilitate

the catechist in living up the spirituality inspired form John 13: 1-20, the author

designs a formation program. It is expected that the program can be administered

to foster the spirituality among the catechists in working for pronouncing the

Good News.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang

karena berkat kasih karuniaNya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS

YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES 13:1-20.

Penulisan skripsi ini berangkat dari ketertarikan penulis dengan Injil

Yohanes dan keinginan untuk membantu para katekis dan calon katekis

memperdalam spiritualitas katekis yang bersumber dari Yesus berdasarkan Injil

Yohanes 13:1-20. Penulis mempunyai maksud untuk membantu para katekis

untuk menghayati spiritualitas yang bersumber dari Yesus khususnya yang

berdasarkan dari kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yohanes 13:1-20. Penulis

berharap dengan adanya tulisan ini, para katekis dan calon katekis dapat

menghayati spiritualitas katekis dari Injil Yohanes 13:1-20 sehingga para katekis

memiliki semangat penuh cinta untuk melayani kehendak Allah, berani berkorban

dan rendah hati yang terwujud dalam sikap dan tindakannya dalam kehidupan

sehari-hari dan dalam tugas pelayanannya sebagai katekis. Selain itu, skripsi ini

disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini penulis mendapatkan dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

xi

1. Drs. FX. Heryatno W.W., SJ., M.Ed selaku Kaprodi Pendidikan Agama

Katolik Universitas Sanata Dharma, dosen pembimbing akademik dan dosen

penguji dua yang telah memberikan dukungan, arahan dan semangat kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. V. Indra Sanjaya, Pr selaku dosen pembimbing utama dan dosen penguji

satu yang telah dengan sabar dan sepenuh hati mendampingi, meluangkan

waktu serta memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

3. Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd selaku Wakaprodi Pendidikan Agama Katolik

dan dosen penguji tiga yang telah memberikan dukungan dan masukan

kepada penulis sehingga semakin termotivasi dalam menyelesaikan skripsi

ini.

4. Segenap staf dosen Prodi Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu

Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga

selesainya skripsi ini.

5. Segenap staf karyawan Prodi Pendidikan Agama Katolik yang telah

membantu dalam mengarahkan pengurusan administrasi dan memberikan

semangat hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Kepada Ayah, Ibu, adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan

dukungan baik moral maupun materiil yang tiada hentinya sehingga penulis

dapay menyelesaikan studi di Pendidikan Agama Katolik dan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

xii

7. Kepada Natalia Yustika yang selalu menemani, mendukung dan dengan setia

memberikan semangat serta motivasi yang membangun sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dan studi ini.

8. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2010 yang ikut berperan dalam

proses belajar di Pendidikan Agama Katolik dan ikut membentuk pribadi

serta memurnikan motivasi penulis menjadi pewarta Kabar Gembira yang

terampil.

9. Kepada anggota Band D’kill: Yongki, Edo, Nanang, Andrey, Ana dan Ucup

yang selalu menjadi teman di dalam berbagai keadaan selama menjalani studi.

10. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dari awal studi hingga

selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun demi

perkembangan skripsi ini. Penulis berharap berharap skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi siapapun yang membaca.

Yogyakarta, 7 April 2016

Penulis

Albertus Ari Septiawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN ..................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT ...................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 6

D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 6

E. Metode Penulisan ............................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 7

BAB II. SPIRITUALITAS YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES

13:1-20 .............................................................................................. 10

A. Injil Yohanes ...................................................................................... 10

1. Latar Belakang Penulisan injil Yohanes ....................................... 10

2. Tujuan Penulisan ........................................................................... 12

3. Pengarang Injil Yohanes ............................................................... 15

a. Bukti-bukti dari Luar Injil Yohanes .......................................... 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

xiv

b. Bukti-bukti dari Dalam Injil Yohanes ....................................... 17

4. Isi Injil Yohanes ............................................................................ 20

B. Kekhasan Injil Yohanes ..................................................................... 24

1. Perbedaan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik ............................. 24

2. Cara Pewartaan Injil Yohanes ........................................................ 25

C. Injil Yohanes 13:1-20 ........................................................................ 26

1. Pendahuluan (ayat 1-3) .................................................................. 28

2. Pembasuhan Kaki (ayat 4-5) .......................................................... 33

3. Dialog antara Yesus dengan Petrus (ayat 5-11) ............................. 35

4. Diskursus/Penjelasan dari Yesus (ayat 12-17) ............................... 40

5. Peringatan Pengkhianatan Yesus (ayat 18-20) .............................. 45

D. Spiritualitas yang bersumber dari Yohanes 13:1-20 .......................... 47

1. Penuh Cinta .................................................................................... 48

2. Melayani Kehendak Allah ............................................................. 49

3. Berani Berkorban ........................................................................... 50

4. Rendah Hati ................................................................................... 51

E. Penutup ............................................................................................... 54

BAB III. KATEKIS DAN SPIRITUALITAS KATEKIS ............................... 56

A. Katekis ............................................................................................... 56

1. Umat Awam Terlibat Aktif ............................................................ 57

2. Siapakah Sosok Katekis? ............................................................... 58

3. Peran Katekis ................................................................................. 61

4. Kategori Katekis ............................................................................ 63

5. Tugas Katekis................................................................................. 64

6. Kualitas Diri Katekis...................................................................... 65

a. Pengetahuan Katekis ................................................................. 66

1) Akrab terhadap harta kekayaan iman Gereja ....................... 66

2) Penguasaan terhadap metode ............................................... 67

3) Pengenalan terhadap peserta ................................................ 68

4) Pemahaman mengenai liturgi ............................................... 69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

xv

b. Spiritualitas Katekis .................................................................. 69

1) Pengertian Spiritualitas` ....................................................... 70

2) Pengertian Spiritualitas Katekis ........................................... 71

3) Spiritualitas Katekis yang Kristosentris ............................... 72

c. Ketrampilan Katekis .................................................................. 74

1) Ketrampilan dalam Kehidupan Rohani ..................................... 74

2) Ketrampilan Berkomunikasi ..................................................... 76

3) Ketrampilan Menyusun, Melaksanakan dan Mengevaluasi

Kegiatan Katekese .................................................................... 77

B. Tantangan Katekis di Era Globalisasi ................................................ 78

1. Hakikat Globalisasi ........................................................................ 78

2. Tantangan Katekis di Era Globalisasi ............................................ 81

C. Spiritualitas yang Bersumber dari Inji Yohanes 13:1-20 ................... 83

1. Penuh Cinta .................................................................................... 83

2. Melayani Kehendak Allah ............................................................. 85

3. Berani Berkorban .......................................................................... 86

4. Rendah Hati ................................................................................... 88

D. Pembinaan Katekis ............................................................................ 90

1. Pembinaan Kehidupan Rohani ....................................................... 91

2. Pengayaan Harta Kekayaan Iman Gereja ...................................... 93

3. Pembinaan Ketrampilan ................................................................. 94

E. Penutup ............................................................................................... 96

BAB IV. USULAN KEGIATAN PEMBINAAN KATEKIS DALAM

RANGKA MENUMBUHKAN SPIRITUALITAS KATEKIS

YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES 13:1-20 ................ 98

A. Andragogi dalam Pembinaan Katekis................................................ 98

1. Usia Dewasa Dini dan Usia Madya ............................................... 99

2. Tahap-Tahap Perkembangan Iman menurut Fowler...................... 100

3. Penerapan Prinsip Andragogi dalam Pembelajaran ....................... 102

4. Penerapan Prinsip Nadragogi dalam Pembinaan Katekis .............. 106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

xvi

B. Pembinaan dalam Menumbuhkan Spiritualitas Katekis .................... 107

C. Menumbuhkan Spiritualitas Katekis yang Bersumber dari Injil

Yohanes 13:1-20 ................................................................................ 108

1. Pembinaam yang berkelanjutan ..................................................... 108

2. Melatih Diri .................................................................................... 111

D. Usulan Kegiatan Pembinaan Katekis dalam Menumbuhkan

Spiritualitas Katekis yang Bersumber dari Injil Yohanes 13:1-20 .... 111

1. Contoh Kegiatan ............................................................................ 111

E. Penutup ............................................................................................... 122

BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 125

A. Kesimpulan ........................................................................................ 125

1. Menggali Spiritualitas Katekis yang bersumber dari Injil

Yohanes 13:1-20 ........................................................................... 125

2. Menghayati Spiritualitas Katekis yang bersumber dari Injil

Yohanes 13:1-20 ........................................................................... 128

B. Saran................................................................................................... 130

1. Bagi Keuskupan dan Paroki ........................................................... 130

2. Bagi Katekis ................................................................................... 131

3. Bagi Prodi Pendidikan Agama Katolik ......................................... 131

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian

Lama dan Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh Lembaga

Alkitab Indonesia, LAI, 2005.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem (Dekrit Konsili Vatikan II tentang

kerasulan awam)

LG : Lumen Gentium (Konstitusi dogmatis Konsili Vatikan II

tentang Gereja)

KWI : Komisi Waligereja Indonesia

EG : Evangelii Gaudium (Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang

Sukacita Injil)

AG : Ad Gentes (Dekrit Konsili Vatikan II tentang kegiatan misioner

Gereja)

CT : Catechesi Tradendae (Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus

II tentang penyelanggaraan katekese)

ASG : Ajaran Sosial Gereja

C. Singkatan Lain

USD : Universitas Sanata Dharma

HAM : Hak Asasi Manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

xviii

PAK : Pendidikan Agama Katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi

Injil Yohanes sebagai sumber cerita peristiwa pembasuhan kaki

merupakan Injil keempat dalam Tradisi Gereja. Markus-Matius-Lukas bersama

sering disebut sebagai Injil Sinoptik (Darmawijaya, 1998: 16). Penyebutan

Sinoptik berasal dari bahasa Yunani συν (syn = bersama) dan οψις (opsis =

melihat) untuk menandakan bahwa isi dari ketiga Injil tersebut dapat dilihat

berdampingan. Injil sinoptik dapat dibaca secara bersama atau paralel karena

bahan yang ditampilkan berasal dari sumber yang sama. Injil Yohanes tidak

termasuk dalam golongan itu. Ada 3 perbedaan besar antara Injil Yohanes dengan

sinoptik yakni pertama mengenai tempat, Sinoptik menceritakan hidup Yesus

lebih banyak di Galilea sedangkan Yohanes menceritakan Yesus empat kali ke

Yerusalem dan sebagian besar tugas-Nya di Yudea; kedua mengenai kronologi,

sinoptik menceritakan awal karya Yesus sesudah Yohanes Pembabtis dipenjara

dan berkarya selama satu tahun sedangkan Yohanes menceritakan awal karya

Yesus sebelum Yohanes Pembabtis dipenjara dan berkarya selama dua tahun;

yang ketiga mengenai mukjizat, sinoptik menyebutnya sebagai mukjizat

sedangkan Injil Yohanes menyebutnya sebagai tanda yang diinterpretasikan

sebagai tanda kasih Allah kepada manusia.

Dari perbedaan di atas nampak jelas Yohanes memiliki keistimewaan dari

ketiga Injil sebelumnya. Keistimewaan itu penulis temukan juga dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

2

perkuliahan di prodi Pendidikan Agama Katolik. Mata kuliah Injil Yohanes

terpisah dari mata kuliah Injil Sinoptik. Mata kuliah Injil Sinoptik dilakukan pada

tahun pertama sedangkan mata kuliah Injil Yohanes dilangsungkan pada tahun ke

tiga. Bagi penulis ini memberi makna bahwa Injil Yohanes menuntut pemikiran

yang lebih matang dan waktu pembasahan yang lebih lama.

Penulis tertarik terhadap peristiwa pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus

yang hanya terdapat dalam Injil Yohanes. Dalam peristiwa itu Yesus

mengatakan,“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab

memang Akulah Guru dan Tuhan (Yoh 13: 13)”, memberi makna penegasan

kepada para murid bahwa memang tepat para murid mengikuti-Nya. Pernyataan

ini dikatakan Yesus setelah membasuh kaki para murid-Nya beberapa saat

sebelum peristiwa penangkapan diri-Nya di Taman Getsemani. Peristiwa

pembasuhan kaki oleh Yesus kepada para murid hanya ditemukan dalam Injil

Yohanes dan tidak ada dalam ketiga Injil lain. Peristiwa pembasuhan kaki

memiliki tempat di hati pengarang Injil Yohanes sehingga menampilkan di tempat

strategis sebelum kisah sengsara Yesus.

Pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus ternyata juga menarik bagi

Gereja. Gereja sebagai murid Yesus memandang bahwa peristiwa ini memiliki

banyak makna bagi perkembangan Gereja masa kini. Kita dapat mengingat

kembali peristiwa pembasuhan kaki dalam perayaan Kamis Putih. Kamis Putih

adalah penggabungan dari dua tradisi Injil yakni Injil Yohanes dan Injil Sinoptik.

Di dalam perayaan Kamis Putih, kita mengikuti prosesi pembasuhan kaki dan

perjamuan terakhir. Kisah pembasuhan kaki hanya ada dalam Injil Yohanes,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

3

sedangkan perjamuan terakhir diceritakan secara detail dalam Injil Sinoptik. Injil

Yohanes menceritakan perjamuan terakhir secara berbeda dengan yang

diceritakan Sinoptik. Injil Yohanes hanya menuliskan bahwa saat itu sedang

terjadi makan bersama. Yohanes kemudian menceritakan peristiwa pembasuhan

kaki secara jelas. Dalam perayaan Kamis Putih, Gereja mengenang kembali

perjamuan terakhir yang dilakukan Yesus termasuk di dalamnya dipraktekkan

pembasuhan kaki. Pembasuhan kaki pada perayaan Kamis Putih dilakukan oleh

Pastur sebagai peringatan akan pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus pada

jaman-Nya. Pastur membasuh kaki umat atau perwakilan umat sebagai ilustrasi

Yesus membasuh kaki para murid. Pada saat itu, Gereja merasakan getaran akan

detik-detik menjelang sengsara Yesus yang penuh kemuliaan.

Yesus menyampaikan hal-hal penting mengenai kemuridan dalam

peristiwa pembasuhan kaki. Seorang murid adalah yang mengikuti teladan dari

gurunya. Demikian juga yang dikatakan Yesus,”Jadi jikalau Aku membasuh

kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling

membasuh, sebab telah Aku memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya

kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yoh 13: 14-

15)”. Gereja sebagai murid Yesus juga termasuk ikut melakukan perintah itu. Para

murid Yesus tidak hanya meneladan Yesus soal pembasuhan kaki, tetapi ini

berarti meneladan seluruh hidup Yesus.

Katekis adalah orang dipanggil atau terpanggil untuk mewartakan ajaran

Yesus. Kata katekis berasal dari kata dasar katechein yang yang mempunyai

beberapa arti: mengomunikasikan, membagikan informasi, mengajarkan hal-hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

4

yang berkaitan dengan iman (Indra Sanjaya, 2011: 16). Yesus dapat kita sebut

sebagai katekis. Indra Sanjaya (2011: 16) memberikan gambaran bahwa Yesus

dapat kita sebut sebagai katekis. Yesus tidak dipanggil sebagai katekis dalam Injil

tetapi tindakan Yesus yang memberi pengajaran tentang Kerajaan Allah dan

ajakan untuk menyambut Kerajaan Allah adalah tindakan seorang katekis.

Saat ini sebutan katekis dialamatkan kepada kaum awam yang memiliki

tugas pewartaan dalam bidang pengajaran dan pembinaan iman. Katekis memiliki

peranan penting pada perkembangan Gereja dari masa ke masa. Pada awal

perkembangan Gereja Perdana, katekis yang terlibat dalam pewartaan adalah Para

Rasul yang dibantu murid-murid lain. Perkembangan selanjutnya, Uskup yang

merupakan pengganti Para Rasul meneruskan tugas sebagai katekis. Para Uskup

tidak dapat bekerja sendiri maka dibantu oleh para imam dalam wilayah

keuskupannya. Dikarenakan jumlah yang banyak, cakupan wilayah yang luas dan

jumlah imam yang sedikit, para imam melibatkan awam untuk membantu

tugasnya dalam hal pengajaran dan pembinaan iman umat. Para awam inilah yang

disebut katekis. Para katekis awam tidak berdiri sendiri dalam hierarki Gereja

karena sifatnya yang membantu tugas imam. Katekis yang utama dalam sebuah

keuskupan/paroki adalah Uskup/imam.

Dalam mengemban tugas pewartaan, para katekis harus memiliki

ketrampilan dan spiritualitas yang mendalam. Ketrampilan yang baik akan

membantu katekis dalam hal pewartaan terutama dalam pembinaan dan

pengajaran iman. Selain membantu katekis, ketrampilan yang dimiliki katekis

juga secara tidak langsung membantu para umat memahami maksud ajaran yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

5

diberikan katekis. Spiritualitas juga wajib dimiliki oleh seorang katekis.

Spiritualitas akan mendorong dan menyemangati katekis dalam tugasnya.

Spiritualitas menjadi kekuatan untuk menapaki tugasnya sebagai katekis.

Spiritualitas juga menjadi api semangat yang terus menghidupi iman dan tugasnya

sebagai katekis. Ada banyak sumber referensi yang membahas mengenai

spiritualitas katekis. Spiritualitas seorang katekis yang utama digali dari Injil

sebagai kisah Yesus, teladan para katekis. Melalui kehidupan Yesus, perbuatan

dan ajaran-Nya, katekis dapat menggali spiritualitas untuk memberikan semangat

dalam melayani. Demikian pula dalam Injil Yohanes 13: 1-20 katekis dapat

menggali spiritualitas bagi kehidupan dan pelayannya kepada Yesus dan Gereja.

Dengan melihat kenyataan di atas maka penulis mencoba mendalami

tulisan ini dengan judul : MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN

KATEKIS YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES 13: 1-20. Adapun

maksud dari penulisan ini adalah untuk membantu para katekis menggali dan

menghayati spiritualitas yang ada dalam Yoh 13: 1-20 sebagai spiritualitas bagi

dirinya untuk menyemangati dan mendorong dalam pelayanaanya.

B. Rumusan Masalah

Bagian Rumusan masalah terdiri dari tempat rumusan, berisi tentang

permasalahan yang akan coba dijawab oleh penulis dalam skripsinya seperti yang

tertulis di bawah ini:

1. Spiritualitas apa saja yang terdapat dalam Injil Yohanes 13: 1-20?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

6

2. Bagaimanakah Spiritualitas yang bersumber dari Injil Yohanes 13: 1-20 dapat

menjadi spiritualitas katekis?

3. Apakah yang dimaksud dengan katekis dan spiritualitas katekis?

4. Usaha-usaha apa yang dilakukan katekis untuk mendalami spiritualitas

katekis yang bersumber dari Injil Yohanes 13: 1-20?

C. Tujuan Penulisan

Bagian tujuan penulisan terdiri dari empat rumusan, berisi tentang tujuan

dari penulisan yang akan coba dicapai oleh penulis dalam skripsinya seperti yang

tertulis di bawah ini:

1. Menggali spiritualitas yang bersumber dari Yoh 13: 1-20

2. Memberikan pemahaman kepada katekis bahwa spiritualitas yang bersumber

dari Yoh 13: 1-20 dapat menjadi spiritualitas katekis

3. Mengetahui dan memahami pengertian katekis dan spiritualitas katekis

4. Membantu para katekis dalam menghayati spiritualitas yang bersumber dari

Yoh 13: 1-20 menjadi sumber semangat katekis dalam melayani

D. Manfaat Penulisan

Bagian manfaat penulisan terdiri dari tiga rumusan, berisi tentang manfaat

dari penulisan yang akan coba dicapai oleh penulis seperti yang tertulis di bawah

ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

7

1. Bagi katekis, menjadi pengetahuan dan masukan baru, untuk membantu

katekis menggali spiritualitas yang bersumber dari Yoh 13: 1-20

2. Membantu katekis menghayati spiritualitas yang bersumber dari Yoh 13: 1-

20 untuk menjadi sumber semangat mereka dalam melayani

3. Menjadi masukan untuk para katekis dan calon katekis

E. Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode deskriptif analitis. Pada tulisan ini,

penulis akan memaparkan dan menganalisis permasalahan dengan bantuan

kepustakaan untuk memecahkan permasalahan. Penulis akan mengupas sebuah

teks Kitab Suci dari Yoh 13: 1-20 dan pengertian spiritualitas katekis dengan

bantuan sumber-sumber tertulis untuk menjawab permasalah-permasalahan yang

tertulis dalam rumusan masalah. Metode ini membutuhkan banyak sumber

kepustakaan sebagai dasar ilmu untuk memecahakan permasalahan yang tertulis

dalam tulisan ini. Oleh sebab itu, tantangan dengan metode ini adalah menemukan

sumber-sumber referensi yang tepat agar dapat menjawab permasalahan-

permasalahan yang dikemukakan dengan baik.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengambil judul Menggali Spiritualitas Pelayanan Katekis

Yang Bersumber Dari Injil Yohanes 13: 1-20 dengan menggali spiritualitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

8

katekis di dalamnya sebagai sumber semangat katekis dalam melayani yang

dikembangkan dalam lima bab yakni:

Bab I. Bab Pendahuluan ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II. Spiritualitas dalam Yoh. 13: 1-20. Pada bab ini, penulis akan menguraikan

spiritualitas katekis yang terkandung dalam perikop Yoh. 13: 1-20. Untuk

menguraikan perikop ini penulis sebelumnya mengemukaan hal-hal yang

berkaitan dengan Injil Yohanes yakni; latar belakang penulisan injil, tujuan

penulisan injil, pengarang injil, perbedaan Injil Yoh dengan Sinoptik, cara

pewartaan dalam Injil Yohanes dan Isi Injil Yohanes secara garis besar. Setelah

mengenal Injil Yohanes secara umum, penulis memfokuskan pada perikop Yoh.

13: 1-20 tentang kisah pembasuhan kaki. Penulis dalam bagian ini akan mengupas

isi perikop Yoh 13: 1-20 guna menemukan spiritualitas yang dapat digunakan

untuk spiritualitas katekis.

Bab III. Yoh. 13: 1-20 sebagai sumber spiritualitas katekis. Katekis dan

Spiritualitas Katekis akan menjadi pembahasan berikutnya. Pada bagian ini

penulis akan mengemukakan siapa sosok katekis dalam Gereja Katolik. Bagian ini

berisi mengenai siapa katekis, spiritualitas yang menjiwai pelayanan katekis, apa

tugas seorang katekis, dan ketrampilan apa yang dibutuhkan katekis. Pada bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

9

akhir penulis akan mengaplikasikan spiritualitas yang bersumber dari Yoh. 13: 1-

20 menjadi spiritualitas katekis.

Bab IV. Program Pembinaan katekis dalam menghayati spiritualitas katekis dalam

Yoh. 13: 1-20. Bab ini juga nantinya berisi usulan program pembinaan bagi

katekis untuk menghayati spiritualitas katekis yang bersumber dari Yoh. 13: 1-20.

Bab V. Kesimpulan dan Saran. Bagian ini merupakan bagian terakhir yang terdiri

dari kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

BAB II

SPIRITUALITAS YANG BERSUMBER DARI YOHANES 13:1-20

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai latar belakang, tujuan

penulisan, pengarang Injil Yohanes, isi Injil Yohanes, kekhasan Injil Yohanes, isi

Injil Yohanes 13:1-20 dan nilai spiritual yang terkandung dalam Yohanes 13:1-20.

A. Injil Yohanes

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan

Injil Yohanes. Penulis akan memaparkan latar belakang penulisan Injil Yohanes,

tujuan penulisan Injil Yohanes, pengarang Injil Yohanes dan isi Injil Yohanes.

Pemaparan hal-hal tersebut agar kita dapat lebih mudah mengenal hal-hal yang

berkaitan dengan Injil Yohanes, sehingga akan lebih mudah memahami Injil

Yohanes secara umum.

1. Latar Belakang Penulisan Injil Yohanes

Injil Yohanes adalah Injil keempat dalam Perjanjian Baru. Injil Yohanes

dilambangkan dengan rajawali terbang. Injil Yohanes dimulai dengan prolog yang

tinggi dan melambung guna menembus masuk hingga kekedalaman yang paling

dalam dari misteri-misteri Tuhan, hubungan antara Bapa dan Putra dan misteri

inkarnasi. Jika kita ingin mempelajari Injil Yohanes salah satu pijakan yang kita

gunakan adalah latar belakang penulisan Injil ini. Untuk memahami latar belakang

penulisan Injil Yohanes tidak bisa lepas dengan mengetahui jemaat dari Injil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

11

Yohanes. Dengan mengetahui siapa jemaat dari Injil ini, maka dapat dipahami apa

yang terjadi sehingga Injil ini ditulis.

Penulisan Injil Yohanes ditujukan untuk umat Kristen Yahudi Diaspora

yang tersebar sejak Yerusalem dihancurkan sekitar tahun 70 M. Pada saat itu

benturan antara agama kristen dan adat Yahudi begitu kuat yang menyebabkan

kegalauan diantara umat Kristen Yahudi. Umat Kristen Yahudi mengalami

kebingungan, saat jurang pemisah antara kekristenan dan Yudaisme semakin

dalam. Di sisi lain mereka adalah orang Yahudi tetapi mengikuti Yesus dan di lain

pihak Yudaisme tidak mengakui kekristenan. Mereka mengalami krisis iman

karena “Kristen Diaspora menghadapi perdebatan dan penolakan kaum farisi

terhadap Yesus dan para pengikut-Nya dengan pemisahan tegas dari Sinagoga dan

Yudaisme melalui “Schemone-es’re” (Delapanbelas doa kutukan yang memaksa

orang Kristen Yahudi untuk meninggalkan Sinagoga)” (Brown, 1966: LXXIV).

Dalam situasi perubahan semacam itu, bergemalah suara pewarta Kristen

yang penuh wibawa yakni Injil Yohanes (Darmawijaya, 1988: 17). Injil Yohanes

menegaskan kembali tradisi Kristen dan memberi semangat baru bagi umat

Kristen Yahudi Diaspora dengan kemuliaan Yesus dengan berbagai “tanda” yang

dikisahkan penginjil. Kisah-kisah Injil Yohanes yang lebih dramatik dari tulisan

sinoptisi menguatkan iman umat Kristen Yahudi.

Injil keempat menampilkan Yesus yang sering berdialog bahkan bertikai

dengan orang-orang Yahudi. Pertikaian antara Yesus dan orang-orang Yahudi

banyak ditemui dalam Injil Yohanes dengan bahasa yang cukup tajam. Dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

12

diandaikan Injil ini mau memberi informasi bahwa pertikaian dengan orang-orang

Yahudi tidak hanya dialami oleh Yesus tetapi juga dengan murid-murid

Yesus/umat Kristen Purba.

Injil Yohanes ditulis dalam bahasa Yunani. Bagaimana pun juga dunia

Perjanjian Baru adalah dunia helenis. Dengan tulisan berbahasa Yunani, maka

bisa dikatakan pendengar/pembaca injil ini adalah kelompok berbahasa Yunani.

Hal ini terbukti dari beberapa istilah dalam bahasa Ibrani harus diterjemahkan

seperti: Mesias (1:41), Rabbi (1:28), Golgota (19:17), Siloam (9:7). Dengan

menjelaskan bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani, penulis injil ini memahami

dengan baik bahasa Ibrani. Dapat dikatakan bahwa pembaca injil Yohanes adalah

orang kristen keturunan Yahudi yang tersebar di luar Palestina dan terpengaruh

budaya Helenisme. Injil ini memang diperuntukkan bagi orang-orang Yahudi

yang mendapat banyak tekanan dari luar karena percampuran budaya agar tetap

percaya diri dengan imannya kepada Yesus.

2. Tujuan Penulisan Injil Yohanes

Injil Yohanes ditulis dengan tujuan tertentu. Kita dapat menemukan tujuan

dari dalam Injil Yohanes itu sendiri. Tujuan penulisan Injil Yohanes dirumuskan

sebagai berikut:

a. Tujuan pertama dari Injil Yohanes adalah mengajak pembacanya untuk

percaya. Dari dalam Injil kita dapat menemukan ajakan dari penulis Injil untuk

percaya. Dalam Yoh. 20:31 dikatakan,”...tetapi semua yang tercantum di sini telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

13

dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya

kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” Injil Yohanes

mengajak kita untuk semakin percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Tidak ada

Mesias yang lain selain Yesus. Injil Yohanes juga mengajak kita untuk semakin

percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dia adalah Putra Tunggal Allah yang

diutus Bapa-Nya untuk menyelamatkan manusia. Setiap orang yang mengimani

Yesus sebagai Mesias, Anak Allah akan mendapat ganjaran yakni hidup bersama

Yesus. Ganjaran itu ditegaskan kembali dalam Yoh. 3:16 yang mengatakan,

karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan

Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak

binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Ganjaran dari iman akan Yesus

adalah hidup kekal bersama-Nya. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah

mengasihi setiap orang dan ingin menyelamatkan semua orang. Yang perlu

dilakukan oleh manusia adalah terus-menerus percaya kepada Yesus, Putra-Nya

yang diutus untuk menyelamatkan. Siapapun yang percaya kepada Yesus berarti

percaya kepada Allah yang mengutus. Maka, percaya kepada Allah yang

mengutus Yesus untuk menyelamatkan manusia menjadi dasar iman bagi manusia

yang ingin selamat.

b. Injil Yohanes bertujuan memberikan pemahaman secara lebih jelas

mengenai status Yohanes Pembaptis dan Yesus dalam rangka karya pewartaan

Kerajaan Allah. Dalam Injil termuat bagaimana murid-murid Yohanes

mempertanyakan Yesus yang juga membaptis. Dalam Yoh. 3:26 murid-murid

Yohanes Pembaptis menyampaikan berita kepadanya,”Rabi, orang yang bersama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

14

dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah

memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.”

Murid-murid Yohanes Pembaptis menganggap Yesus bisa mengancam eksistensi

Yohanes. Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak dapat

dibandingkan dengan Yesus. Yohanes Pembaptis (Yoh. 3:30) mengatakan ,”Ia

harus makin besar, tetapi aku harus makin.” Hal ini karena Yohanes Pembaptis

bukanlah tokoh utama dari karya keselamatan Allah. Yohanes Pembaptis

mengajak para muridnya untuk percaya kepada Yesus karena “barangsiapa

percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat

kepada Anak, ia tidak akan melihat dunia, melainkan murka Allah tetap di atas

kepala” (Yoh. 3:36).

c. Injil Yohanes ditujukan untuk melawan ajaran doketisme yang

mengancam iman akan Yesus Kristus. Melalui Injil Yohanes, ditegaskan kembali

iman akan Yesus Kristus. Doketisme berasal dari kata doketis, yang artinya apa

yang tampak. Ajaran doketisme menolak unsur kemanusiawian Yesus. Ajaran ini

menganggap bahwa Yesus yang ada di dunia hanya tampak seperti Yesus, bukan

Yesus yang sebenarnya. Ajaran ini berbahaya pada abad II Masehi karena dapat

meruntuhkan iman akan Yesus yang hidup. Injil Yohanes digunakan untuk

melawan ajaran ini dengan menegaskan bahwa Yesus adalah Firman yang

menjadi manusia (Yoh. 1:14). Yesus itu nyata dan “diam di antara kita” (Yoh 1:

14) sekalipun dunia tidak mengenal-Nya (Yoh. 1:10). Semua orang yang

menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka

yang percaya dalam nama-Nya (Yoh. 1:12). Ditambahkan lagi dalam Yoh. 13:19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

15

Yesus mengatakan ,”supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya bahwa Akulah Dia”

yang menegaskan bahwa kisah sengsara yang Ia jalani tidak digantikan oleh orang

lain, tetapi benar Dialah yang dengan rela menderita sengsara demi menebus dosa

manusia. Maka, sekali lagi Injil Yohanes adalah soal percaya kepada Yesus Sang

Mesias, yang diutus Allah ke dunia, untuk membawa manusia kepada

keselamatan kekal bersama Allah.

3. Pengarang Injil Yohanes

Bila berhadapan dengan Injil, entah itu Matius, Markus, Lukas maupun

Yohanes maka yang menjadi pertanyaan adalah siapa di balik penulisan Injil itu.

Demikian juga injil Yohanes memberi pertanyaan siapakah orang yang

mengarang Injil Keempat? Apakah seseorang atau beberapa orang/kelompok?

Brown (1966: LXXXVII-CII) menguraikan cukup panjang untuk membahas

mengenai penulis Injil Yohanes. Pembahasan mengenai penulis Injil Yohanes ini

berdasarkan tulisan Brown. Untuk mengemukakan siapakah penulis Injil Yohanes

kita akan melihat dari dua pendekatan yakni pendekatan dari luar Injil Yohanes

dan pendekatan dari dalam Injil Yohanes.

a. Bukti-bukti dari Luar Injil Yohanes

Yohanes anak Zebedeus, Rasul Yesus disebut-sebut menjadi penulis Injil

Keempat. Jika berdasarkan tradisi penulisan yang diakhiri akhir abad ke-2

mengidentifikasi Yohanes Rasul sebagai penulis Injil Keempat. Tetapi tidak bisa

dipastikan kebenaran hipotesa tadi karena tidak ada bukti yang pasti menunjuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

16

langsung kepada Yohanes anak Zebedeus, Rasul Yesus. Injil Yohanes sendiri

menyebut murid yang dikasihi-Nya sebagai sumber informasi Injil ini, tetapi

Irenaeus menganggap tidak semudah itu mengatakan bahwa murid yang dikasihi-

Nya yang tidak disebutkan namanya adalah Yohanes (Brown, 1966: XC).

Di dalam kitab Wahyu 1: 9, disebutkan bahwa Yohanes yang diberikan

penglihatan berada di Patmos dekat Efesus. Apakah benar Yohanes itu adalah

anak Zebedeus? Di dalam Wahyu 18:20 (Bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan

kamu, hai orang-orang kudus, rasul-rasul dan nabi-nabi, karena Allah telah

menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu.") dan 21:14 (Dan tembok kota itu

mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua

belas rasul Anak Domba itu.), penulis menyebutkan Rasul sebagai orang ketiga,

menunjukkan penulis bukan bagian dari Rasul. Yohanes Anak Zebedeus lebih

banyak berkarya di Yerusalem dan Palestina, sedangkan publikasi Injil Yohanes

dilakukan di Efesus.

Ada juga tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes anak Zebedeus

meninggal saat masih muda (Brown, 1966: LXXXIX). Ia dibunuh oleh orang-

orang Yahudi bersama Yakobus saudaranya. Ireneaus berpendapat bahwa

Yohanes yang ada di Efesus bukan Yohanes Rasul, tetapi Yohanes lain.

Kemungkinan pertama adalah Yohanes Markus, kerabat Barnabas, pendamping

Paulus. Tradisi abad ke-6 dari Cirus menyebutkan bahwa Yohanes Markus hadir

ketika Yesus melakukan mukjizat di kolam Bethesda yang kisahnya hanya ada

dalam Injil Yohanes. Tetapi Yohanes Markus tidak selalu bersama-sama Yesus.

Banyak bagian dari kisah Injil ini yang diceritakan secara detail seolah-olah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

17

pencerita turut hadir dalam kisah itu. Kemungkinan kedua adalah Yohanes Imam.

Tampaknya Yohanes Imam merupakan Rasul Yesus yang bisa menjadi tokoh kuat

untuk menuliskan Injil ini. Tetapi semua bukti-bukti tidak dapat menumbangkan

argumen yang beredar bahwa Yohanes anak Zebedeus adalah penulis Injil

Keempat.

b. Bukti-bukti dari dalam Injil Yohanes

Bukti dari dalam banyak membahas mengenai siapakah murid yang dikatakan

dikasihi oleh Yesus. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan

kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan

kebenaran, supaya kamu juga percaya (Yoh. 19:35). Menegaskan bahwa

kesaksian ini berasal dari orang yang dekat dengan Yesus, murid yang disebutkan

dikasihi Yesus ketika dia di bawah salib Yesus bersama Ibu Yesus (bdk. Yoh.

19:26-27). Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang

telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar (Yoh. 21:24)

kembali menegaskan penulis Injil ini mengarah kepada murid yang dikasihi.

Siapakah sebenarnya murid yang dikasihi Yesus itu?

Ada tiga tipe penyebutan yang menunjuk pada murid yang dikasihi. Pertama,

muncul pada Yoh. 1:37-42 yakni murid Yohanes Pembaptis yang bersama-sama

dengan Andreas mengikuti Yesus. Kedua, disebut sebagai murid yang lain yang

ada dalam Yoh. 18:15-16 dan Yoh. 20:2-10. Ketiga, yang disebutkan murid yang

dikasihi Yesus yang muncul dalam Yoh. 13:23-26, 19:25-27, 20:2-10, 21:7,

21:20-23 dan 21:24. Brown (1966: XCIV) menuliskan bahwa kemungkinan

sebutan murid yang dikasihi hanyalah simbol, tidak ada dalam kenyataan. Tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

18

pendapat ini sulit dipertahankan karena sebutan-sebutan itu menunjuk kepada

seseorang yang terlibat dalam cerita. Lazarus adalah salah satu orang yang

dikasihi Yesus. Yesus menangis saat menghadapi kenyataan Lazarus telah mati

(Yoh. 11:35). Walaupun demikian, pendapat bahwa murid yang dikasihi Yesus

adalah Lazarus tidak dapat dipertahankan. Kandidat lain adalah Yohanes Markus.

Yohanes Markus diidentifikasi sebagai penulis Injil Keempat karena ia memiliki

rumah di Yerusalem, sebagai pendamping Paulus sama seperti Lukas dan

memiliki kontak dengan Petrus yang memungkinkan dirinya dapat menuliskan

Injil Keempat. Kandidat lain adalah Yohanes anak Zebedeus, Rasul Yesus.

Yohanes anak Zebedeus diyakini karena ia lama bersama Petrus dan Yakobus dan

murid yang terus-menerus bersama Yesus. Hal ini menjadikan dirinya mampu

memiliki informasi mengenai Yesus lebih banyak dari yang lain.

Brown menarik kesimpulan berdasarkan bukti dari luar dan dalam Injil

Yohanes bahwa sangat sulit mengidentifikasi murid yang dikasihi sebagai

Yohanes Markus, Lazarus atau yang lainnya. Berdasarkan bukti dari luar dan

dalam bahwa Injil Keempat dengan Yohanes anak Zebedeus sebagai penulisnya

merupakan hipotesa terkuat. Maka, Brown mempercayai bahwa Yohanes anak

Zebedeus adalah penulis dari Injil Keempat.

Jaubert (1980: 18) mengatakan bagaimana mungkin Yohanes yang adalah

nelayan mampu menulis injil dengan tingkat sastra yang tinggi. Hal lain yang

menyulitkan pendapat bahwa penulis injil adalah Yohanes sendiri adalah sebutan

“Murid yang dikasihi” yang dialamatkan kepada Yohanes dan Yakobus anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

19

Zebedeus. Rasanya cukup mengherankan jika Yohanes menyebutkan diri sendiri

sebagai “murid yang dikasihi”.

Tidak ada bukti yang pasti bahwa penulis Injil Yohanes adalah Yohanes

anak Zebedeus. Yang lebih masuk akal adalah bahwa memang Yohanes

melatarbelakangi penulisan injil ini, namun ia sendiri tidak menyusunnya, Injil

Yohanes mengalami proses pengggubahan yang lama dalam lingkungan Yahudi-

Yunani (Jaubert, 1980: 18). Kemungkinan yang menyusun injil ini adalah murid-

murid Yohanes yang mendapatkan sumber dari Yohanes sendiri. Pada

perkembangannya tulisan injil Yohanes mengalami penggubahan oleh beberapa

pihak. Hal ini dibuktikan dengan adanya tulisan mengenai penjelasan akan

kebenaran saksi mata dalam Yoh 21:24 : Dialah murid, yang memberi kesaksian

tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa

kesaksiannya itu benar. Dengan ini dapat disimpulkan siapapun yang menulis injil

Yohanes mendapatkan sumber dari seorang saksi mata (Yoh. 21:24) yang

dipercaya yang dikaitkan dengan murid yang dikasihi Yesus (Yoh. 21:20-23)

sebagai wibawa dalam injil Yohanes. Bagi penulis, Injil Yohanes ditulis oleh

orang yang dekat dengan Yesus. Mengikuti Brown penulis meyakini salah satu

murid-Nya yang disebut murid yang dikasihi Yohanes anak Zebedeus sebagai

sumber dari penulisan Injil Yohanes. Yohanes anak Zebedeus sulit dipercaya

menulis Injil dengan sastra demikian indah. Maka, penulis menyimpulkan bahwa

para murid Yohanes adalah penulis Injil Yohanes dengan sumber utama cerita

berasal dari Yohanes.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

20

4. Isi Injil Yohanes

Injil Yohanes memiliki bagian penting yang terbagi dalam beberapa bagian.

Menurut Darmawijaya (1988: 23-29) secara garis besar isi Injil Yohanes tersusun

secara demikian:

Prolog/Prakata (Yoh. 1:1-18)

Buku Tanda (Yoh. 1:19 – 12:50)

Buku Kemuliaan (Yoh. 13:1 – 20:29)

Penutup (Yoh. 20:30-31)

Tambahan-tambahan pada Injil Yohanes (Yoh. 7:53 – 8:11 daan 21:1-

25)

1) Prolog/Prakata (Yoh. 1:1-18)

Yohanes 1:1-18 kerap disebut prakata/prolog Injil Keempat (Darmawijaya

1988: 24). Prolog/prakata ini merupakan himne yang menciptakan suasana dan

menyajikan tema-tema penting yang kemudian diolah dalam Injil ini. Dengan kata

lain di sini Injil mulai menampakkan diri dalam prolog/prakata. Prakata/prolog

menampilkan Keilahian Yesus yang merupakan Firman yang hidup. Di dalam

Prolog juga disampaikan mengenai peran Yohanes Pembaptis. Yohanes

Pembaptis bukan terang yang dimaksudkan tetapi saksi dan pembuka jalan bagi

terang itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

21

2) Buku tanda (Yoh. 1:19-12:50)

Buku ini berisi tujuh tanda yang dibuat oleh Yesus. Tanda dalam Yohanes

adalah mukjizat dalam sinoptik yang dibuat Yesus. Tanda dalam Tujuh tanda itu

ialah: Tanda pertama adalah perubahan air menjadi anggur pada peristiwa

pernikahan di Kana (Yoh. 2: 1-11), yang menyimbolkan kuasa Yesus untuk

mengubah¨ segala sesuatu; Ia mengubah kegelapan menjadi terang, mengubah

kematian menjadi kehidupan. Tanda yang kedua adalah peristiwa penyembuhan

anak pegawai istana di Kapernaum (Yoh. 4: 46-54). Penyembuhan yang terjadi

hanya oleh kata-kata yang diucapkan Yesus dari jarak jauh yang menyimbolkan

kuasa kata-kata Yesus yang membawa kehidupan.

Tanda ketiga adalah penyembuhan seorang yang telah menderita sakit

selama tiga puluh delapan tahun yang terbaring di dekat Pintu Gerbang Domba di

Yerusalem, di tepi kolam Betesda (Yoh. 5: 1-9). Peristiwa penyembuhan ini

melanjutkan tema air pembaptisan demi pembaharuan hidup. Tanda yang keempat

dan kelima terjadi dalam Yohanes bab 6, peristiwa pergandaan lima roti dan dua

ikan untuk memberi makan lima ribu orang (6:1-15), dan peristiwa Yesus berjalan

di atas air (Yoh. 6:16-21). Kedua tanda ini menjadi symbol akan suatu eksodus

baru, peristiwa penyeberangan budak dosa menuju Tanah Terjanji. Di tempat

tujuan perjalanan itu kita tak akan lagi dikenyangkan oleh manna duniawi serta

susu dan madu sebagaimana dijanjikan dalam Perjanjian Lama, tetapi

dikenyangkan oleh santapan surgawi Tubuh Kristus sendiri.

Tanda keenam dapat ditemukan dalam bab 9 tentang penyembuhan

seorang yang buta sejak lahir. Ketika para murid bertanya dosa siapa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

22

menyebabkan ia dilahirkan buta, Yesus menjawab bahwa ia dilahirkan untuk

menjadi tanda pernyataan kekuasaan Allah, bahwa Ia adalah terang dunia. Tanda

ketujuh yang sekaligus merupakan klimaks dari semua tanda dalam Injil Yohanes

adalah peristiwa kebangkitan Lazarus dari kematian (Yoh 11:1-44). Lazarus

menjadi simbol kehidupan baru, yang berbicara tentang kemenangan Yesus akan

kematian serta semua orang lain yang percaya dalam nama-Nya. Setiap orang

yang percaya kepada Yesus akan memperoleh kehidupan yang kekal.

Buku tanda bukan hanya menampilkan tanda-tanda yang dibuat Yesus,

penginjil juga menyampaikan hal lain seperti kesaksian Yohanes (Yoh. 3:22-36),

percakapan dengan Nikodemus (Yoh. 3:1-21), percakapan dengan perempuan

Samaria (Yoh. 4:1-42). Dalam buku tanda, penginjil menampilkan Yesus yang

tampil di depan publik. Yesus mengajar banyak orang di tempat-tempat umum.

Dalam buku tanda Yesus hadir di tengah-tengah orang.

3) Buku kemuliaan (Yoh. 13:1 – 20:29)

Jika dalam buku tanda-tanda Yesus tampil di depan umum, maka dalam buku

kemulian Yesus memberikan pengajaran kepada para muridNya. Buku kemuliaan

dibagi menjadi tiga bagian yakni; perjamuan terakhir (Yoh. 13:1 – 17:26), kisah

sengsara dan Wafat Yesus (Yoh. 18:1 – 19:42) dan kebangkitan Yesus (Yoh.

20:1-29).

Bagian perjamuan terakhir berisi cerita panjang yang diawali perjamuan

makan yang tidak biasa yakni adanya pembasuhan kaki pembasuhan kaki oleh

Yesus pada saat perjamuan makan berlangsung dan dilanjutkan dengan wejangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

23

panjang yang diberikan khusus untuk para murid-Nya yang kemudian ditutup

dengan doa Yesus untuk murid-murid-Nya. Pada bagian inilah penulis akan

membuka lebih dalam mengenai pembasuhan kaki oleh Yesus kepada murid-

murid-Nya.

Bagian kisah sengsara Yesus adalah bagian yang dimulai dengan

penangkapan Yesus yang dramatis, pengadilan Yesus yang dibarengi kisah

penyangkalan Petrus, dilanjutkan hukuman mati Yesus hingga kematian Yesus

dan ditutup dengan penguburan Yesus.

Bagian kebangkitan Yesus diawali kisah kesaksian para perempuan yang

menjenguk kubur Yesus yang kosong yang diikuti beberapa penampakan yang

dilakukan Yesus kepada murid-murid-Nya.

4) Penutup (Yoh. 20:30-31)

Bagian penutup berisi mengenai tujuan dari penulisan Injil ini yakni

supaya pembaca percaya kepada Yesus dan terselamatkan karena kepercayaan

para pembaca yang tidak melihat langsung.

5) Tambahan-tambahan (Yoh. 7:53 – 8:11 dan 21:1-25)

Tambahan-tambahan adalah isi Injil yang bukan karya asli penulis tetapi

tambahan dari redaksi kedua yang sudah dibahas sebelumnya. Hal ini karena

adanya perbedaan dari gaya tulisan sehingga beberapa bagian memang nyata dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

24

disetujui oleh ahli bahwa itu bukan bagian dari karya asli penulis tetapi tetap

menjadi kanon.

B. Kekhasan Injil Yohanes

Injil Yohanes memiliki kekhasan yang membedakan Injil ini dengan

ketiga Injil lain. Ada tiga perbedaan yang akan dibahas di sini antara Injil

Yohanes dengan Injil Sinoptik. Selain perbedaan dengan Injil Sinoptik, Injil

Yohanes memiliki cara pewartaan yang lain dari Injil Sinoptik menjadikan

kekhasan tersendiri dari Injil Yohanes.

1. Perbedaan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik

Injil Yohanes memiliki perbedaan dengan injil sinoptik. Menurut

Darmawijaya (1988: 22-23) perbedaan yang muncul dari Injil Yohanes dan Injil

Sinoptik adalah rangkaian kata yang digunakan, gaya bahasa dan susunan bahan

yang dikemukakan di dalamnya. Darmawijaya menambahkan Injil Yohanes

mencolok sekali dengan bentuk-bentuk renungan panjang sesudah kisah, teknik

drama dan dialog, simbolik dan kata-kata dengan arti mendua atau ambigue.

Sedangkan Injil Sinoptik tidak banyak renungan setelah kisah, menggunakan

teknik monolog dan tidak banyak menggunakan simbol-simbol dalam kisahnya.

Y. Haryanto dalam bukunya yang berjudul “Injil Yohanes; Beberapa

Catatan” menuliskan ada 3 perbedaan besar antara Yohanes dan sinoptik yakni:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

25

1) Tempat: para pengarang Sinoptik memusatkan sebagian besar dari hidup

Yesus di Galilea dan Kafernaum sebagai pusat, sedangkan Yohanes menceritakan

Yesus pergi emapt kali ke Yerusalem dan sebagian besar tugas-Nya di Galilea

2) Kronologi: dalam Sinoptik Yesus mengawali tugas-Nya setelah Yohanes

Pembaptis dipenjara (Mat. 4:12, Mrk. 1:14, Luk. 3:20), tugas-Nya berlangsung

selama satu tahun karena paska hanya disebut satu kali setelah kisah sengsara

Yesus. Sedangkan Yohanes menceritakan Yesus memulai tugas sebelum Yohanes

Pembaptis dipenjara (Yoh. 3:24-26) dan karya-Nya berlangsung selama dua tahun

karena pesta paska disebut sebanyak tiga kali (Yoh. 2:13-23, 6:4, 12:1)

3) Mukjizat: Injil Sinoptik menyebutkan mukjizat yang dibuat Yesus

sebanyak dua kali yakni perbanyakan roti dan berjalan di atas air. Sedangkan

Yohanes menceritakan Yesus membuat lima mukjizat; perkawinan di Kana,

penyembuhan anak pegawai istana, penyembuhan orang lumpuh, penyembuhan

orang buta sejak lahir dan Lazarus dihidupkan kembali.

2. Cara Pewartaan Injil Yohanes

Yohanes menuliskan cara pewartaan Yesus dengan bentuk yang lain dari

yang lain. Yohanes menampilkan Yesus yang mewartakan dengan cara pidato,

dialog dan penggunaan kiasan atau simbolik. Pidato/wejangan yang diungkapkan

Yohanes dengan menggunakan jenis sastra “surat wasiat” yang lazim digunakan

pada masa kehidupan Yesus. Wejangan-wejangan yang diungkapkan Yesus berisi

mendalam dan bermutu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

26

Penggunaan dialog dalam injil Yohanes juga merupakan sastra yang

dikenal baik dalam sastra modern dan kuno (Jaubert, 1980: 22). Dengan dialog,

diungkap Yesus yang dekat dengan para pendengar-Nya. Dialog yang terjadi

antara Yesus dengan yang lain mengakibatkan banyak hal salah paham dan salah

arti. Hal itu ditegaskan oleh Yohanes untuk menunjukkan pemikiran Yesus yang

melampaui manusia, sehingga manusia sulit mengimbangi yang membuat menjadi

salah paham/salah arti.

Kiasan/simbolik adalah cara berikutnya yang digunakan Yohanes. Kiasan

membantu penginjil mengungkapkan sebuah pernyataan lain di balik kiasan itu.

Namun hal ini menuntut pembaca memahami dengan seksama apa yang dimaksud

dari kiasan itu. Lambang-lambang biasa digunakan oleh orang Yahudi untuk

mengungkapkan sesautu yang konkret.

C. Injil Yohanes 13:1-20

Injil Yohanes memasuki bagian Buku Kemuliaan dengan kisah pembasuhan

kaki sebagai pembukanya. Yesus menutup perjalanan panjang selama dua tahun

berkarya untuk orang banyak dan memasuki akhir dari perjalanan karya-Nya di

dunia. Yesus ingin memberikan warisan kepada para murid-Nya sebelum Ia

meninggalkan mereka. Warisan yang diberikan Yesus bukanlah harta benda yang

dapat hilang dalam waktu singkat, tetapi warisan wejangan-wejangan yang

berguna bagi Rasul-rasul dan para pengikut Yesus sampi saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

27

Buku Kemuliaan dimulai dengan kisah pembasuhan kaki. Pembasuhan kaki

adalah kisah yang hanya ada dalam Injil Yohanes. Yesus mulai memberikan

warisan-Nya kepada Para Rasul juga dalam pembasuhan kaki. Brown (1970: 558)

mengatakan “ayat 6-10 mengindikasikan bahwa apa yang Yesus lakukan dalam

pembasuhan kaki adalah hal yang perlu karena ingin memberikan

nasehat/wejangan kepada para murid dan membersihkan dosa mereka.” Apakah

sebenarnya warisan yang diberikan Yesus dalam pembasuhan kaki? Jawaban atas

pertanyaan itu terus digali oleh para cendikiawan Gereja untuk menemukan

warisan-warisan yang diberikan Yesus dalam pembasuhan kaki. Banyak pendapat

dari mereka mengenai apa yang Yesus maksudkan dari tindakan pembasuhan kaki

hingga diskusi setelahnya. Brown (1970: 560) mengutip dari Boismard

mengatakan bahwa “ Moral dan Sakramental adalah dua makna yang dapat

ditafsirkan dari perisiwa pembasuhan kaki.” Sejalan dengan pemikiran itu, jika

dilihat dengan perspektif moral maka pembasuhan dipandang sebagai tanda

kematian Yesus, tanda aksi nyata pelayanan Yesus, tanda akan cinta Yesus dan

tanda kerendahan hati Yesus. Jika dilihat dari sudut pandang sakramental,

Cullman yang telah menghidupkan kembali teori Loisy dan Bauer W. mengatakan

bahwa “pembasuhan kaki merujuk pada Baptis dan Ekaristi (Brown, 1970: 559).

Ada juga rujukan lain dari pembasuhan kaki yakni Tobat dengan kata kunci dari

ayat 10 “.. tidak perlu mencuci seluruh badan kecuali kaki.” Pada tulisan ini kita

akan membahas sedalam mungkin untuk menemukan banyak hal yang akan

mengantar kita menemukan spiritualitas dari Injil Yohanes 13:1-20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

28

Schnackenburg (1975: 15-27) membagi Yoh. 13:1-20 menjadi empat bagian

utama yakni; pendahuluan dan pembasuhan kaki (13:1-5), dialog Yesus dengan

Petrus (13:6-11), Pembasuhan Kaki sebagai teladan untuk para murid (13:12-17)

dan peringatan pengkhianatan dan penekanan akan iman (13:18-20). Brown

(1970: 563-572) membagi Yoh. 13:1-20 menjadi lima bagian yakni; Pendahuluan

Buku Kemuliaan (13:1), Pendahuluan Pembasuhan Kaki (13:2-3), Pembasuhan

Kaki (13:4-5), Penjelasan Pembasuhan Kaki (Dialog) (13:6-11) dan Penjelasan

Pembasuhan Kaki (Diskursus) (13:12-20).

Berdasarkan Schnackenburg dan Brown, penulis akan membagi Yohanes

13:1-20 menjadi 5 bagian utama yakni:

Pendahuluan (13:1-3)

Pembasuhan kaki (13:4-5)

Dialog antara Yesus dan Petrus (13:6-11)

Diskursus/penjelasan dari Yesus (13:12-17)

Peringatan pengkhianatan Yudas (13:18-20)

Kita akan membahas per-bagian agar lebih mudah memahami.

1. Pendahuluan (ayat 1-3)

1. Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa

saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti

Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia

mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 2. Mereka sedang makan

bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot,

anak Simon, untuk mengkhianati Dia. 3. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah

menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah

dan kembali kepada Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

29

Peristiwa pembasuhan kaki berada dalam konteks perayaan Paskah. Dalam

Yohanes, ini adalah perayaan Paskah yang ketiga (bdk. Yoh. 2:13,23; 6:4)

sepanjang karya Yesus (O’day, 1995: 721). Yesus melakukan pembasuhan kaki

dalam sebuah perjamuan makan malam bersama murid-murid-Nya. Perjamuan

makan malam diadakan “sebelum hari Raya Paskah mulai” (Yoh. 13:1). Tanggal

perjamuan malam sebelum wafat Yesus memiliki perbedaan antara Injil Sinoptik

dengan Injil Yohanes. Menurut Injil Sinoptik (Mrk. 14:12, Mat. 26:17 dan Luk.

22:7) Yesus makan perjamuan Paskah bersama para murid di malam sebelum Dia

wafat (Brown, 1970: 555). Ketiga Injil Sinoptik menuliskan hampir serupa yakni

bahwa hari itu akan diadakan hari raya Roti Tak Beragi, kemudian diceritakan

Yesus meminta murid-murid-Nya untuk pergi ke kota dan mempersiapkan tempat

perjamuan Paskah yang terakhir (bdk. Mrk. 14:14, Mat. 26:18 dan Luk. 22:11).

Maka, dapat disimpulkan bahwa perjamuan makan malam sebelum Yesus

ditangkap adalah perjamuan Paskah. Injil Yohanes memiliki penanggalan yang

berbeda mengenai perjamuan makan malam sebelum Yesus ditangkap. Brown

(1970: 555) mengatakan bahwa Yohanes memberikan gambaran waktu perjamuan

makan malam terakhir yang berbeda. Perjamuan Terakhir berada dalam periode

sebelum Paskah (13:1), dan penghukuman dan penyaliban Yesus ditanggal

persiapan Perayaan Paskah , Nisan tanggal 14 (Yoh. 18: 28, 39; 19: 14). Jika kita

melihat berdasarkan urutan kejadian, kita mulai dari Yoh. 13:1 yang saat itu

merupakan makan malam yang disebutkan sebelum Paskah. Setelah Yesus selesai

memberi wejangan-wejangan terakhir, Ia berdoa (Yoh. 13:21-17:26). Masih

malam yang sama kemudian Yesus ditangkap dan dibawa kepada Hanas sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

30

pagi hingga peristiwa penyangkalan Petrus (Yoh. 18:1-27). Saat pagi, Yesus

dibawa ke gedung pengadilan tetapi orang Israel tidak ikut masuk yang

disebabkan takut najis karena mereka hendak makan Paskah (Yoh. 18:28). Yesus

kemudian berhadapan dengan Pilatus (Yoh. 18:29-19:16a). Dalam Yoh. 18:39

Pilatus memberi hadiah Paskah kepada orang Israel dengan membebaskan

tahanan. Dari sini jelas bahwa perayaan Paskah baru akan berlangsung. Untuk

lebih jelas, dalam Yoh. 19:14 dikatakan bahwa “hari itu ialah hari persiapan

Paskah, kira-kira jam dua belas.” Maka perjamuan malam yang disertai

pembasuhan kaki malam sebelumnya bukan perjamuan Paskah, tetapi perjamuan

malam terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya.

Ayat 1 adalah pendahuluan dari Buku Kemuliaan. Buku Kemuliaan

merupakan kisah dimana Yesus akan meninggalkan dunia melalui kematian di

salib. Yohanes menuliskan bahwa “Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba

untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.” (Yoh. 13:1). Kata “tahu”

memperlihatkan keilahiaan Yesus yang mengetahui rencana Allah yang Agung.

Kata “saat-Nya” menunjuk kepada kematian Yesus yang tidak akan lama lagi.

Saat kematian Yesus itu sama artinya dengan waktunya memimpin dengan

kemuliaan-Nya yang lebih besar (Schnackenburg, 1975: 15). Hal ini karena

melalui kematian-Nya yang sudah Ia ketahui, Yesus akan mengakhiri aktifitas-

Nya di dunia ini dan akan kembali kepada Bapa. Bersama Bapa-Nya Yesus akan

melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia sebagai Putra Allah Yang Tunggal

yang sudah tidak lagi berwujud manusia. Kematian Yesus bukan merupakan akhir

dari hidup Yesus. Melalui kebangkitan-Nya, Yesus mengalahkan maut dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

31

melalui kenaikan-Nya ke surga Ia dipermuliakan sebagai Anak Tunggal Allah,

Sang Penebus Dosa. Yesus akan memimpin para murid dan dunia dengan

kemuliaan Putra Bapa yang duduk di sisi kanan Bapa. Kematiaan Yesus

menandakan untuk kembali kepada Bapa. Apapun yang berasal dari Bapa akan

kembali kepada Bapa, maka Yesus yang berasal dari Bapa akan kembali kepada

Bapa melalui jalan terjal dan kematian.

Di frase kedua Yesus menunjukkan cinta-Nya kepada siapapun dan sampai

selama-lamanya. Frase kedua (1b. Sama seperti Ia senatiasa mengasihi murid-

murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada

kesudahannya) merupakan pendahuluan dari pembasuhan kaki dan perjamuan

terakhir karena di sana Yesus menunjukkan cinta-Nya yang begitu besar kepada

para murid. Yesus mencintai semua orang. Kematiaan-Nya bukan semata untuk

para murid dan orang-orang dekat Yesus tetapi untuk semua orang demi

penebusan dosa dunia. Kata “mereka” menunjuk kepada siapa yang mencintai,

mendengarkan dan mengikuti jalan-Nya (Schnackenburg, 1975: 16). Yesus

mencintai sampai pada kesudahan-Nya merupakan tanda bagaimana kualitas cinta

Yesus (O’day, 1995: 721). Cinta yang ditunjukkan Yesus adalah cinta seorang

gembala kepada dombanya yang akan mempertaruhkan nyawanya untuk

melindungi domba-domba yang dicintainya. Yesus melakukan tindakan cinta itu

pada saat pembasuhan kaki. Tetapi bukti cinta sampai akhir akan diwujudkan

ketika Ia menyerahkan hidup-Nya di kayu salib.

Ayat 2 dan 3 adalah pendahuluan pembasuhan kaki. Sekalipun ayat 1 juga

demikian, dalam ayat 2 dan 3 tampak lebih jelas. Dalam ayat 2 dikisahkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

32

mereka sedang makan bersama dan saat yang bersamaan iblis membisikkan

rencana kepada Yudas untuk mengkhianati Yesus. Mengenai saat iblis

membisikkan rencana pengkhianatan kepada Yudas, Injil Yohanes berbeda

dengan Injil Sinoptik. Injil Sinoptik menceritakan bahwa Yudas telah dibisikkan

rencana untuk mengkhianati Yesus dan melakukannya sebelum perjamuan makan

malam berlangsung (bdk. Mat. 26:14-16, Mrk. 14:10-11, Luk. 23:3-6). Dalam

Injil Sinoptik, Yesus mengatakan tentang pengkhianatan akan diriNya saat makan

bersama. Yohanes mengisahkan bahwa iblis baru membisikkan rencana

pengkhianatan saat mereka makan bersama dan akan dilaksanakan dalam ayat 27.

Pengkhianatan masuk dalam ayat 2 yang sudah masuk dalam buku kemuliaan,

sehingga pembaca dapat menghubungkan pembasuhan kaki dan kematian Yesus

secara lebih jelas (Brown, 1970: 563).

“Yesus tahu” dalam ayat 3, dapat menunjukkan 2 hal sekaligus. Yesus

mengetahui bahwa iblis telah membisikkan rencana pengkhianatan kepada Yudas

dan Yesus juga tahu bahwa Ia diberi kuasa untuk memilih jalan-Nya oleh Bapa.

Yohanes menunjukkan kekuatan dan kemuliaan Yesus melalui ini. Kita tidak

perlu kaget dengan kemuliaan, kekuatan dan pengetahuan Yesus. Kita sudah

mengetahuinya dalam ayat 1 melalui kata “saatnya” yang menunjukkan

pengetahuan Yesus, dan bahwa diri-Nya akan dipermuliakan pada nantinya.

Yesus diberi kuasa oleh Bapa untuk menentukan nasib-Nya sendiri. Yesus tahu

bahwa bisa saja Ia menolak kematian yang menghadang di depan, tetapi Ia adalah

Putra yang taat kepada Bapa. Kedatangan-Nya di dunia memiliki tujuan dan Ia

akan menyelesaikan tujuan itu sekalipun Ia harus melalui kematian. Yesus berasal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

33

dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa. Frase ini menunjukkan hubungan erat

antara Yesus dengan Bapa. Hal ini seperti menegaskan bahwa Yesus adalah Putra

Bapa yang berasal dari Bapa, datang ke dunia menyelesaikan tugas dari Bapa-

Nya. Saat semua tugas telah selesai, Ia akan kembali ke rumah, kembali kepada

Bapa-Nya. Yesus memiliki kekuatan yang besar, tetapi Ia akan menunjukkan

sesuatu dari sisi yang lain dari kekuatan-Nya. Pada saat pembasuhan kaki

nantinya, sekalipun Yesus memiliki kekuatan dan kemuliaan yang jauh lebih

besar dari manusia, Ia menunjukkan kerendahan hati seorang pelayan kepada para

murid-Nya.

2. Pembasuhan kaki (ayat 4-5)

4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai

kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 5 kemudian Ia

menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-

murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu

Pembasuhan kaki merupakan sebuah tradisi Yahudi. Dalam tradisi Yahudi,

jika seorang tamu akan memasuki rumah seorang tuan rumah, sebelum masuk

rumah budak/hamba akan membersihkan kaki mereka dengan membasuh dan

mengeringkan karena telah kotor selama dalam perjalanan (O’day, 1995: 722).

Sebagai tanda pengabdian, kadang murid-murid akan memberikan layanan ini

kepada guru atau rabbi mereka (Brown, 1970: 565). Dengan kata lain,

pembasuhan kaki merupakan bentuk pelayanan kepada orang yang memiliki

status sosial yang lebih tinggi dari yang membasuh.

Yesus memiliki pandangan yang berbeda dengan tradisi ini. Ia merubah hal

ini secara luar biasa, yakni pelayanan dilakukan oleh guru kepada murid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

34

Perubahan yang dilakukan Yesus bukan hanya menggetarkan hati para murid,

tetapi juga banyak orang setelah membaca Injil ini. Bagaimana bisa seorang Guru

yang bahkan Tuhan merunduk dan membasuh kaki murid-Nya yang hanya

manusia biasa? Yang perlu kita ingat bahwa Yesus dalam hal ini sedang

memberikan warisan kepada murid-murid-Nya. Bisa jadi ini adalah warisan juga

dari Yesus. Warisan macam apa yang diberikan Yesus akan dijelaskan oleh Yesus

melalui dialog dengan Petrus dan penjelasan-Nya secara langsung.

Yesus membasuh kaki para murid tanpa basa-basi atau pendahuluan. Ia

langsung bangkit dan menanggalkan jubah-Nya dan mengikatkan kain lenan di

pinggang-Nya. Yesus menanggalkan pakaian luar-Nya adalah kata kerja sama

yang digunakan oleh Yesus untuk menggambarkan meletakkan/menyerahkan

nyawa-Nya (O’day, 1995: 722). Jubah adalah tanda kebesaran seseorang bagi si

pemakai. Dengan Yesus menanggalkan jubah-Nya, maka Ia juga menanggalkan

segala kebesaran yang Ia punya. Kemudian Ia mengikatkan kain lenan di pinggan-

Nya. Kain lenan digunakan oleh budak untuk mengeringkan kaki para tamu

setelah dibasuh. Yesus merendahkan diri dan mengambil rupa seorang hamba

(Brown, 1970: 564). Tindakan Yesus yang menanggalkan jubah yang diteruskan

dengan mengikatkan kain lenan berurutan. Ia meninggalkan kemuliaan yang Ia

punya kemudian mengambil peran seorang hamba yang akan melayani murid-

Nya. Ketika Yesus mengikat dirinya dengan kain lenan, dia menganggap posisi

hamba, tetapi tindakan keramahan yang ditunjukkan adalah tindakan dari tuan

rumah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

35

Yesus menuangkan air (ayat 5) menandakan Ia mulai membasuh kaki para

murid satu demi satu. Penggunaan air di sini dapat melambangkan sebuah

pembaptisan. Yesus menggunakan air untuk membersihkan kaki para murid dari

debu. Bila kita hubungkan dengan pembaptisan, Yesus membersihkan para murid

dari dosa. Yesus mempunyai dua peran dalam pembasuhan kaki yakni sebagai

hamba dan tuan rumah. Ketika Yesus membasuh kaki dan menyeka dengan kain

lenan Ia mengambil peran seorang hamba, tetapi saat Ia memberikan keramahan

saat pembasuhan Yesus mengambil peran tuan rumah yang menyambut tamu

(O’day, 1995: 722-723). Tidak begitu jelas mengapa Yesus membasuh kaki di

tengah-tengah perjamuan. Brown (1970: 565) mengatakan,”Pembasuhan kaki

harusnya dilakukan saat akan masuk ke dalam rumah, bukan dilakukan saat

sedang makan. Bisa jadi ini memang dimaksudkan Yesus akan melakukan

tindakan ini saat semua murid berkumpul jadi lebih mudah juga untuk

menjelaskan langsung kepada semua. Yesus tidak akan melakukan tindakan tanpa

maksud, kemungkinan pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus bukan

dimaksudkan untuk mengubah tradisi, tetapi tentang cinta Yesus kepada murid-

murid-Nya.

3. Dialog antara Yesus dengan Petrus (ayat 6-11)

6. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya:

"Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" 7. Jawab Yesus kepadanya:

"Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan

mengertinya kelak." 8. Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan

membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak

membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." 9. Kata

Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga

tangan dan kepalaku!" 10. Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

36

mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia

sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." 11.

Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata:

"Tidak semua kamu bersih.

Percakapan antara Petrus dengan Yesus dalam pembasuhan kaki menjadi

awal dari penafsiran maksud pembasuhan kaki. Brown (1970: 565) mengatakan

bahwa sulit menentukan apakah Petrus menanggapi tindakan Yesus untuk

mewakili para murid yang lain atau untuk dirinya sendiri. Petrus menolak ketika

Yesus tiba untuk membasuh kakiknya karena Ia mengerti bahwa Yesus adalah

Tuhan dan Gurunya (Riyadi, 2011: 303). Sebagai seorang Yahudi, Petrus sangat

paham mengenai posisi dan status sosial. Yesus memiliki status yang lebih tinggi

dari Petrus. Ia Guru dan bahkan Tuhan, maka jelas Petrus tidak mau orang yang

sangat Ia hormati berlutut dan membasuh kakinya. Petrus dalam posisi yang sulit.

Ia ingin menunjukkan rasa hormatnya kepada Yesus dengan menolak dibasuh

karena Petrus merasa tak layak mendapat perlakukan seperti itu dari Yesus.

Yohanes seperti sebelumnya menggambarkan murid-murid Yesus adalah orang-

orang yang sangat sulit memahami setiap tindakan Yesus (Schnackenburg, 1975:

18). Percakapan Petrus dan Yesus menjadi bukti nyata mengenai pendapat ini.

Gail R. O’day (1995: 722) mengetengahkan pendapat bahwa “yang dapat menjadi

perhatian dari ayat 6 adalah Yesus membasuh kaki Petrus di urutan pertama

(seperti yang diyakini Agustinus) atau terakhir (seperti yang diyakini Origen)”.

Jika Petrus yang pertama bisa jadi sikapnya mempengaruhi murid lain, tetapi jika

Petrus yang terakhir bisa jadi ia terpengaruh oleh yang lain. Tetapi berdasarkan

keyakinan penulis, jika kita melihat awal dari ayat 6 (Maka sampailah Ia kepada

Simon Petrus) dengan melihat ayat 5 bagian akhir (dan mulai membasuh kaki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

37

murid-murid-Nya), Petrus tidak berada pada urutan pertama. Penulis setuju

dengan Origen bahwa Petrus berada pada urutan terakhir karena setelah berdialog

dengan Petrus, Yesus menyudahi pembasuhan kaki. Petrus adalah orang yang

keras kepala, penulis meyakini sekalipun terakhir Petrus tidak terpengaruh murid

lain. Petrus memiliki prinsip yang kuat, pendirian yang teguh, itu sebabnya Petrus

ditunjuk menjadi batu penjuru Gereja.

Yesus memberi jawaban atas penolakan yang dilakukan Petrus. Yesus

mengatakan dengan jelas bahwa yang dilakukan-Nya adalah sebuah tindakan

simbolik. Tindakan yang dilakukan Yesus memiliki makna tersembunyi yang

akan dipahami murid-murid-Nya kelak. Yesus berkata “..., tetapi engkau akan

mengerti kelak.”, adalah sebuah simbol kematian-Nya. Para murid benar-benar

paham dengan semua yang dilakukan Yesus setelah kematian Yesus. Dengan

bantuan Roh Kudus, para murid akan memahami setiap ajaran Yesus dengan

mengingat-ingat kembali setelah Yesus kembali kepada Bapa. Brown (1970: 565)

dalam bukunya mengatakan,”Yesus melakukan pelajaran dalam tindakan tentang

kerendahan hati kepada para murid agar lebih mudah dimengerti.” Yohanes

memberi perhatian bahwa yang dilakukan Yesus mengandung pelajaran berharga,

tidak hanya tindakan yang terjadi begitu saja tanpa maksud dan tujuan.

Petrus masih mempertahankan argumen bahwa Yesus adalah Guru dan Tuhan

yang harus dihormati. Petrus masih sungkan kalau harus dilayani oleh Yesus,

karena kesehariaannya dia bersama murid lain melayani Yesus. Brown (1970:

565) berpendapat bahwa “pembasuhan kaki sangat penting karena tanpa ini para

murid akan kehilangan warisan dari Yesus.” Karena begitu pentingnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

38

pembasuhan kaki, Yesus sampai memberikan pilihan yang sulit kepada Petrus

agar ia menerima pembasuhan kaki ini. Yesus melepas batas sosial dalam

pembasuhan kaki. Ia tidak memperlihatkan bahwa Ia harus dilayani, tetapi juga

melayani. Jikalau ingin mendapat bagian dari Yesus, tidak lain jalannya adalah

mengikuti Yesus dan segala tindakan-Nya.

Brown (1970: 548) mengutip Injil di ayat 8 yang berbunyi, Peter

replied,”You shall not wash my feet-ever!” “If I do not wash you,” Jesus

answered, “you will have no heritage with me.” Sedangkan Schnackenburg

(1975: 18) mengutip Injil di ayat 8 yang berbunyi, Peter said to him,’You shall

never wash my feet’. Jesus answered him,’If I do not wash you, you have no part

in me’. Penulis menggaris bawahi kata “heritage” (yang berarti warisan) dan

“part” (yang berarti bagian) dari kedua kutipan di atas untuk memberi penekanan

kedua kata ini masing-masing menjadi pokok dari kalimat di ayat 8. Penulis

menganggap bahwa kata “warisan” dan “bagian” bisa kita artikan sama yakni

sesuatu yang diberikan Yesus jika Petrus menerima pembasuhan kaki dari Yesus.

Petrus sadar dengan teguran Yesus (ay. 8). Jika ia menolak untuk dibasuh,

bisa saja ia akan kehilangan hubungan dengan Yesus yang bisa menyebabkan

kehilangan warisan yang dibagikan Yesus. Schnackenburg (1975: 19) mengatakan

bahwa,”sepertinya Petrus mulai mengerti, tetapi itu dapat menjadi dugaan yang

salah dari maksud perkataan Yesus bahwa yang sebenarnya Dia berikan adalah

diri-Nya sendiri dalam kematian dan aksi keselamatan melalui kematian itu

digambarkan dalam pembasuhan.” Brown (1970: 566) mengatakan bahwa Petrus

berfikir kalau dengan dibasuh kaki ia mendapatkan bagian dari Yesus, ia ingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

39

mendapatkan lebih dengan meminta dibasuh tangan juga kakinya (ay. 9).

Pernyataan Petrus semakin menegaskan bahwa yang dilakukan Yesus belum

dipahami sebagai sebuah simbol, bukan faktanya seperti itu. Petrus menganggap

pembasuhan kaki adalah sebuah kekuatan, padahal Yesus menekankan hubungan

erat dengan para murid melalui aksi pembasuhan kaki ini.

Brown, Schnackenburg dan O’day berpendapat hampir serupa bahwa ayat

10a dipandang sebagai Baptis. Yesus yang mengatakan “Barangsiapa telah mandi,

ia tidak usah membasuh diri lagi..”, memberi gambaran bahwa mandi adalah kata

yang menunjuk pada pembaptisan. Brown (1970: 567) membedakan mandi

(Pembaptisan murid-murid yang telah dipunyai, misalnya, oleh Yohanes

Pembaptis) dan pembasuhan kaki (pengampunan terhadap dosa). “kecuali kaki”

(10a) yang dikatakan Yesus sulit untuk dipahami. Jika memang tidak perlu

membasuh mengapa kaki menjadi pengecualian? Schnackenburg (1975: 20) yang

mengutip pendapat Bultman menarik kesimpulan bahwa,”seseorang yang telah

mandi belum bersih secara keseluruhan.” Jika dalam perjalanan terkena debu,

maka ia menjadi kotor kembali. Namun tidak semua bagian tubuhnya kotor, yang

paling mungkin kotor adalah kaki yang bersentuhan langsung dengan tanah. Kita

tahu bahwa di Timur Tengah didominasi oleh tanah berpasir. Cara berpakaian

orang-orang Yahudi dan sekitarnya mengikuti kondisi alam. Mereka

menggunakan pakaian yang hampir menutupi seluruh tubuhnya kecuali

mata/wajah dan kaki.

Setiap orang yang sudah dibaptis tidak perlu meminta baptis untuk

membersihkan dirinya, tetapi hanya perlu melakukan pertobatan. Ayat 10a jika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

40

dihubungkan dengan sakamen yakni sakramen Baptis membersihkan dari dosa

dan sakramen tobat akan mebersihkan kita dari dosa bila kita jatuh lagi (Brown

1970: 568). Seorang Katolik akan menerima Sakramen Tobat setelah menerima

Sakaramen Baptis. Hal ini tidak berlaku sebaliknya karena dengan Pembaptisan

kita dibersihkan dari dosa asal yang diwariskan Adam dan Hawa, tetapi sebagai

manusia akan mudah jatuh ke dalam dosa maka manusia memerlukan pertobatan

untuk memperbaiki hubungan yang rusak akibat dosa.

Schnackenburg (1975: 21) mengatakan bahwa “Yesus mengingatkan Petrus

dan para murid yang lain bahwa mereka sudah sudah mandi tidak perlu meminta

mandi lagi.” Mereka saat ini sudah bersih. Bersih di sini bukan hanya milik Petrus

saja tetapi semua yang hadir dalam pembasuhan kaki. Karena pembasuhan kaki

mereka saat ini sudah bersih hanya saja “tidak semua”. Kata pengecualian dari

Yesus mengingatkan kita pada ayat 2. Yudas telah dibisikkan tentang rencana

jahat untuk mengkhianati Yesus. Yesus yang tahu akan semuanya mengatakan ini

berkaitan dengan hati Yudas yang telah dipenuhi pengkhianatan.

4. Diskursus/penjelasan dari Yesus (ayat 12-17)

12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan

kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu

apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13 Kamu menyebut Aku Guru dan

Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 14 Jadi

jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka

kamu pun wajib saling membasuh kakimu; 15 sebab Aku telah memberikan

suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang

telah Kuperbuat kepadamu. 16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya

seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang

utusan dari pada dia yang mengutusnya. 17 Jikalau kamu tahu semua ini,

maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

41

Yesus telah menyelesaikan tindakan pembasuhan kaki. Yang perlu diingat

lagi bahwa ketika berdialog dengan Petrus pembasuhan kaki masih berlangsung.

Dalam ay. 12 ditekankan bahwa Yesus telah menyelesaikan pembasuhan kaki

para murid dan mengenakan kembali jubah-Nya. Yesus mengenakan jubah-Nya

berarti mengembalikan kemuliaan yang sebelumnya telah dilepas

(Schnackenburg, 1975: 23) dan mengambil peran-Nya sebagai guru dan Tuhan.

Brown (1970: 569) berpendapatan bahwa dengan selesainya pembasuhan kaki

maka selesai juga contoh yang diberikan oleh Yesus kepada para murid. Yang

menjadi pertanyaan sudah mengertikah para murid saat ini? Untuk menegaskan

itu, Yesus bertanya kepada para murid mengenai pengertian para murid tentang

semua itu. Para murid tidak ada yang menjawab pertanyaan ini maka dapat

dipastikan mereka tidak mengerti apa maksud dari tindakan Yesus ini.

Ayat 12-17 masih memiliki fokus yang sama dengan ayat 6-10 yakni tentang

interpretasi dari pembasuhan kaki. Tetapi jika diperhatikan ada perbedaan

interpretasi dari keduanya. Ayat 6-10 menekankan bahwa para murid harus

menerima tindakan pembasuhan kaki sedangkan ayat 12-17 menekankan bahwa

para murid harus meniru pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus. Maka ayat 12-

17 akan berfokus pada kewajiban mengikuti teladan Yesus. Yang istimewa adalah

Yesus menjelaskan langsung tidak dengan simbol-simbol seperti biasanya dalam

Injil Yohanes.

Yesus mengingatkan kembali kepada para murid mengenai siapa diri-Nya.

Guru dan Tuhan adalah panggilan yang disematkan para murid kepada Yesus.

Gail R. O’day (1995: 726) memberikan pemikiran bahwa seharusnya yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

42

memiliki posisi sebagai Guru dan Tuan (Tuhan) dilayani oleh pengikutnya, tetapi

pembasuhan kaki merubah pandangan itu. Yesus menegaskan kembali bahwa

sekalipun telah melakukan tindakan serang hamba, tetapi Yesus tetaplah Guru dan

Tuhan yang diakui para murid. Dalam ayat 13 Yesus menegaskan kembali

kemuliaan-Nya yang besar.

Penegasan mengenai siapa Yesus dimata para murid (ay. 13) digunakan untuk

memberi penekanan mengenai teladan untuk mengikuti tindakan pembasuhan

kaki. Seorang guru yang dipercaya tindakan dan perkataannya akan diteladani

oleh para muridnya. Yesus tidak diragukan lagi mengenai kebenaran-Nya. Gail R.

O’day (1995: 726) berpendapat bahwa yang menjadi kebenaran Guru haruslah

menjadi kebenaran bagi para muridnya juga. Pembasuhan kaki yang dilakukan

Yesus adalah kebenaran maka tindakan ini juga harus dilakukan oleh para murid.

Yesus mengatakan langsung bahwa pembasuhan kaki adalah sebuah teladan dari-

Nya untuk para murid. Yesus adalah seorang guru yang tidak hanya berkata

mengenai kebaikan dan kasih, lebih dari sekedar kata-kata Yesus mempraktekkan

langsung apa yang Ia ajarkan. Ia tidak sungkan sama sekali memberi contoh

bagaimana cinta kasih itu diwujudnyatakan. Yesus Kristus bukan sekedar profesor

moral mengajarkan kaidah-kaidah tingkah laku Kristen, atau sebagai petunjuk

jalan yang tidak pernah berjalan sendiri, melainkan contoh perjuangan hidup

manusia beriman (Darmawijaya, 1988: 96). Menjadi orang Kristen bukan hanya

mendengarkan perkataan-Nya yang telah dibukukan dalam Injil, ataupun

mendengarkan kisah-Nya dari cerita atau film, tetapi mengikuti apa yang Ia

lakukan karena yang Ia lakukan adalah contoh hidup orang Kristiani yang benar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

43

Di ayat 16 (Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah

lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang

mengutusnya.) kita harus berfikir lebih karena ayat ini seperti tidak terhubung

dengan cerita sebelumnya. Brown (1970: 569) mengatakan “..., kemungkinan itu

(ayat 16) bukan bagian asli dari penjelasan tentang pembasuhan kaki.”

Schnackenburg (1975: 25) mengatakan “Editor Yohanes bisa jadi hanya mendapat

pengetahuan dari tradisi oral atau dari tradisi lain. Kedua pendapat ini dapat

dijadikan sumber untuk mempertegas bahwa ayat 16 adalah hasil dari editorial

Injil Yohanes. Terlepas itu editorial atau asli kita sudah menerima Injil Yohanes

dengan ayat 16 di dalamnya. Yang paling mungkin kita lakukan adalah

menemukan makna yang terkandung dari ayat 16 ini.

Ayat 16 memiliki kesamaan dengan Mat. 10: 24-25 dan Luk. 6: 40 yang

membahas perbandingan antara guru dengan murid, tuan dengan hamba serta

utusan dengan yang mengutus. Semuanya menunjukkan komparasi status sosial

yang lebih besar dan yang lebih kecil. Bila dibaca sekilas, ayat-ayat itu seperti

ingin mengatakan yang kecil tidak mungkin melampaui dari yang lebih besar.

Penafsiran semacam itu akan mengarah kepada pesimistis. Yesus tidak mungkin

mengatakan demikian untuk merendahkan murid-Nya. Beberapa ahli menafsirkan

secara lebih positif ayat-ayat tersebut. Schnackenburg (1975: 25) mengatakan

bahwa “..., bukan hanya soal kepercayaan dari yang mengutus, tetapi menjadikan

kedekatan hubungan dengan dia (yang mengutus) dan komitmen kepada dia.”

Seorang utusan harus berkomitmen dengan hal untuk apa ia diutus. Menjadi

seorang utusan tidak boleh ragu-ragu karena ia membawa pesan dari yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

44

mengutus. Apapun yang terjadi, apapun resikonya utusan wajib sampai pada

tujuan dimana ia diutus. Itulah komitmen seorang utusan. Mengapa seorang

utusan tidak lebih besar dari yang mengutus? Logikanya, seorang utusan

membawa pesan dari yang mengutus. Pesan itu berasal dari yang mengutus, tugas

utusan adalah menyampaikan pesan yang mengutus secara benar. Maka suara

utusan adalah suara yang mengutus, tidak lebih tidak kurang. Sudah dapat

dipastikan utusan sama dengan yang mengutus, karena utusan adalah perwujudan

dari yang mengutus.

Teladan seorang guru itu sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh murid-

murid-Nya juga. Brown (1970: 570) berpendapat bahwa ayat 12 dan 17

menekankan pada para murid yang mulai paham bahwa pembasuhan kaki adalah

contoh dari sikap kerendahan hati. Penjelasan mengenai pembasuhan kaki telah

dilakukan oleh Yesus, kini para murid sudah mulai mengerti maksudnya. Yesus

menekankan bahwa mengerti saja tidaklah cukup. Yesus telah mengatakan dalam

ayat 14-15 bahwa pembasuhan kaki adalah teladan, jika sudah mengerti

maksudnya maka haruslah diikuti teladan itu. Gail R. O’day (1995: 726)

mengatakan bahwa “... para murid akan terberkati jika mereka mengikuti teladan

Yesus dalam cinta dan pelayanan.” Pembasuhan kaki dalam konteks pelayanan

dan cinta akan menghadirkan berkat bagi yang melakukan. Ayat 17 menjadi

semacam perintah tidak langsung kepada para murid untuk saling membasuh kaki.

Ayat 17 juga menunjukkan bahwa para murid mulai mengerti yang Yesus

maksudkan dari pembasuhan kaki itu. Yesus menjanjikan kebahagiaan kepada

orang yang paham maksud dari pembasuhan kaki sekaligus mau melakukan juga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

45

5. Peringatan pengkhianatan Yudas (ayat 18-20)

18 Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah

Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah

mengangkat tumitnya terhadap Aku. 19 Aku mengatakannya kepadamu

sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu

percaya, bahwa Akulah Dia. 20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya

barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan

barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."

Bagian ini adalah pembicaraan terakhir dalam konteks pembasuhan kaki.

Pembahasan berulang mengenai pengkhianatan Yesus. Dalam peristiwa

pembasuhan kaki, penginjil mengemukakan 3 kali mengenai hal pengkhianatan

yakni; ayat 2, 11 dan 18. Bisa ditangkap ini adalah sebuah proses pengkhianatan.

Dalam ayat 2 iblis baru membisikkan untuk mengkhianati Yesus. Ayat 2 hanya

sebatas rencana. Ayat 11 Yesus telah tahu rencana pengkhianatan Yudas dengan

ungkapan “tidak semua kamu bersih.” Tidak secara eksplisit Yesus mengatakan

tentang pengkhianatan. Dalam ayat 18 Yesus secara lebih jelas mengatakan bahwa

ada salah satu murid yang akan menyerahkan Dia kepada musuh.

Yesus tidak ingin para murid salah menangkap tentang perkataan-Nya. Ia

memberi petunjuk bahwa pembicaraan tentang pengkhianatan bukan ditunjukkan

kepada semua murid tetapi salah satu murid yang telah dibisiki iblis yakni Yudas.

Di ayat 18b (Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah

mengangkat tumitnya terhadap Aku) Yesus juga memberi penjelasan mengenai

murid yang mengkhianati-Nya. Ia mempertegas bahwa diri-Nya tidak salah

memilih murid. Yudas dipilih bukan karena ia jahat. Yang Dia lakukan adalah

menerima pengkhianatan Yudas untuk menggenapi nas. Yesus bisa saja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

46

melakukan tindakan untuk mencegah pengkhianatan itu sehingga Ia selamat dari

kematian, tetapi Ia sadar bahwa diri-Nya adalah utusan Bapa yang akan

menggenapi segala nas yang telah tertulis.

Di ayat 19 Yesus menunjukkan keilahian bahwa diri-Nya mengetahui segala

yang akan terjadi. Eko Riyadi (2011: 307) mengatakan bahwa “Yesus mengatakan

itu demi para murid, yakni supaya mereka tidak goncang kalau hal itu terjadi.” Ia

ingin para murid tidak panik dan ketakutan jika suatu hal yang di luar dugaan

mereka akan terjadi. Ia sudah memberitahu sebelumnya. Ayat ini juga

berhubungan dengan persitiwa kematian Yesus. Kata “jika hal itu terjadi” (Yoh

13:19) menunjuk pada jika kematian datang atas diri-Nya seperti yang Ia sudah

ketahui dalam ayat 1 (Yesus telah tahu bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih

dari dunia ini kepada Bapa), Ia sudah membaritahu bahwa Yesuslah Mesias yang

menebus dosa manusia dengan darah-Nya. Para murid tidak perlu takut dan hanya

perlu percaya kepada-Nya. Yesus sudah sering memberitahu bahwa Putra Allah

akan dikorbankan untuk menebus dosa manusia. Jika hal itu terjadi, para murid

akan percaya penuh bahwa Yesuslah Putra Allah tersebut.

Di akhir kisah Yesus kembali memberi penekanan mengenai hubungan-Nya

dengan Allah Bapa dan para murid. Gail R. O’day (1995: 726) mengatakan bahwa

“Apa yang Tuhan lakukan kepada Yesus (mengirim Dia ke dunia), Yesus kini

lakukan kepada para murid. Para murid mendapatkan pekerjaan dari Yesus, yang

mana berarti mereka mendapat pekerjaan dari Tuhan.” Ayat ini juga mengandung

pesan siapapun yang menerima Yesus berarti menerima Allah Bapa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

47

Berbahagialah yang memiliki kedekatan hubungan dengan Yesus karena berarti

memiliki hubungan kedekatan dengan Allah Bapa.

D. Spiritualitas yang bersumber dari Yohanes 13:1-20

Yesus adalah Guru dan Tuhan. Ia ingin ajaran-Nya dilaksanakan dan

tindakan-Nya diteladani oleh murid-Nya. Murid Yesus bukan hanya Para Rasul

yang berjumlah 12 orang, tetapi siapapun yang mencintai dan melayani Dia.

Sebagai murid Yesus, kita juga harus melaksanakan ajaran-Nya dan meneladani

tindakan-Nya. Ajaran dan tindakan Yesus dapat kita temukan dalam Injil sebagai

sumber utama kisah perjalanan hidup Yesus di dunia. Banyak kisah Yesus yang

mengandung banyak makna tertuang dalam keempat Injil; Matius, Markus, Lukas

dan Yohanes.

Brown (1970: 558) mengatakan bahwa, “sebagian kecil umat Kristiani

mengartikan pembasuhan kaki secara harafiah dan menganggap pembasuhan kaki

sebagai praktek wajib saja, dan ada yang beranggapan sebagai hal yang terpuji

karena mau ambil bagian dalam upacara Kamis Putih.” Sebagai umat Kristiani

kita belum memahami pembasuhan kaki secara lebih mendalam. Pembasuhan

kaki bukanlah sebuah kisah yang hanya baik untuk dilakukan. Pembasuhan kaki

bukan hanya sekedar pelengkap dalam upacara liturgi Kamis Putih. Kita perlu

menggali lebih dalam makna pembasuhan kaki, sehingga pembasuhan kaki tidak

hanya sekedar upacara saja, melainkan mengerti dan mendalami makna

pembasuhan kaki untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kisah

pembasuhan kaki yang telah dibahas sebelumnya, kita akan menggali lebih jauh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

48

mengenai spiritualitas yang dapat kita temukan di dalamnya. Spiritualitas yang

kita dapatkan melalui kisah pembasuhan kaki yakni:

1. Penuh Cinta

Cinta bukan hanya sekedar kata-kata karena cinta membutuhkan tindakan

nyata. Dalam peristiwa pembasuhan kaki (ayat 1), Yesus memiliki cinta yang

begitu besar kepada para murid. Yesus mencintai murd-murid-Nya sampai

selama-lamaNya. Cinta yang ditunjukkan Yesus adalah cinta seorang gembala

kepada dombanya yang akan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi

domba-domba yang dicintainya. Yesus melakukan tindakan cinta itu pada saat

pembasuhan kaki. Tetapi bukti cinta sampai akhir akan diwujudkan ketika Ia

menyerahkan hidup-Nya di kayu salib. Yesus mencintai semua orang dengan

begitu besar sampai Ia rela memberikan nyawa-Nya untuk manusia. Cinta Yesus

tidak diragukan lagi oleh kita, yang menjadi perhatian bagi kita para murid Yesus

adalah meniru dan mengamalkan teladan cinta Yesus di dalam tindakan kita

sehari-hari.

Tindakan nyata Yesus juga tertuang ketika Ia membasuh kaki murid-murid-

Nya. Cinta Yesus menggerakkan diri-Nya untuk dengan rela membersihkan kaki

murid-murid-Nya. Cinta Yesus melepas batas antara Guru dan murid. Cinta Yesus

menggerakkan tindakan yang sulit dimengerti. Cinta Yesus membersihkan murid-

murid-Nya dari dosa. Melalui pembasuhan kaki Yesus telah menunjukkan cinta-

Nya kepada para murid. Sebagai murid Yesus, kita sudah diberi contoh nyata

kualitas cinta yang sejati. Manusia membutuhkan cinta di dalam kehidupannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

49

Tanpa cinta manusia akan kehilangan jati diri-Nya karena manusia adalah

makhluk ciptaan Tuhan yang sangat dicintai. Sebagai murid Yesus, kita diberi

pelajaran oleh Yesus untuk memberikan cinta seutuhnya kepada orang-orang yang

kita cintai. Cinta yang kita berikan bukan cinta yang diumbar lewat kata-kata saja

tetapi kita bertindak berdasarkan cinta agar dunia ini dipenuhi cinta seperti yang

Yesus harapkan.

2. Melayani Kehendak Allah

Allah menghendaki supaya manusia selamat. Hal ini tercantum dalam Yoh

3:16 yang mengatakan,” Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga

Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang

percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kasih

Allah begitu besar kepada manusia, sehingga Ia tidak ingin manusia binasa.

Dalam keadaan manusia yang semakin berdosa Allah mengutus Putra-Nya untuk

ikut terlibat dalam Karya Keselamatan Allah. Yesus menjadi pewarta Karya

Keselamatan Allah dan mengajak manusia untuk ikut dalam Karya Keselamatan

Allah dengan percaya kepada-Nya. Salah satu hal yang dilakukan Yesus tampak

dalam kisah pembasuhan kaki. Yesus membasuh kaki para murid-Nya (bdk. Yoh.

13:4-5) sebagai simbol Yesus membersihkan dosa para murid-Nya. Ia ingin para

murid-Nya selamat.

Dalam kisah pembasuhan kaki Yesus tahu bahwa tugas-Nya di dunia akan

segera selesai dan akan kembali kepada Bapa-Nya (Yoh. 13:1). Ia tidak ingin

Karya Keselamatan Allah berhenti ketika Diri-Nya meninggalkan dunia ini. Ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

50

ingin meneruskan Karya Keselamatan Allah kepada manusia, khususnya para

murid-Nya. Yesus ingin supaya para murid-Nya meneladani tindakan-Nya dan

saling membasuh satu sama lain (Yoh. 13:13-15). Dengan saling membasuh

(dalam arti sebagai simbol), manusia terlibat untuk saling menyelamatkan satu

sama lain. Yesus tidak menginginkan keselamtan hanya dimiliki oleh sebagian

orang saja, tetapi ingin semua orang mendapatkan keselamatan sejati. Sehingga

Kehendak Allah terwujud yakni semakin banyak orang terselamatkan. Orang

Katolik sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus dan Allah Bapa, harus

ikut terlibat aktif dalam Karya Keselamtan Allah dengan mengajak orang untuk

mewartakan Yesus kepada dunia dan terus mengimani Yesus supaya semakin

banyak orang terselamatkan.

3. Berani Berkorban

Melakukan Kehendak Allah memiliki konsekuensi untuk berkorban. Allah

sendiri berkorban demi keselamatan manusia. Ia merelakan Putra-Nya untuk turun

ke dunia demi terlaksana-Nya misi keselamatan manusia. Yesus juga berkorban

supaya Kehendak Allah terwujud. Demi keselamatan manusia Yesus rela

menderita hingga wafat di salib. Dalam kisah pembasuhan kaki tampak

pengorbanan yang dilakukan Yesus. Yesus tahu bahwa Ia akan segera

menghadapi kematian ( Yoh. 13:1). Tetapi sebelum kematian itu terjadi, Ia telah

menghadapi kenyataan bahwa Ia akan dikhianati oleh murid-Nya sendiri (Yoh.

13:2). Hal mengerikan telah menghadang diri-Nya. Yesus merupakan Putra Allah

yang telah diberi kuasa untuk menentukan nasib-Nya sendiri (Yoh. 13:3). Yesus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

51

bisa saja dengan kuasa-Nya membatalkan semua yang akan terjadi dalam diri-Nya

kelak. Tetapi Yesus diutus bukan untuk lari dari tugas-Nya. Demi misi

keselamatan manusia, Yesus tidak akan lari dari kenyataan pahit yang akan

menimpa-Nya. Ia tetap ingin menyelamatkan manusia, sehingga tetap

melanjutkan karya itu dengan membasuh kaki para murid-Nya sebagai simbol

pembersihan dosa untuk keselamatan mereka (Yoh. 13:4-5).

Orang Katolik yang juga meneruskan Karya Keselamatan Allah dari Yesus

juga memiliki pengorbanan tersendiri. Misi orang Katolik adalah mewujudkan

keselamatan bagi banyak orang. Ini adalah misi yang mulia tetapi memiliki

pengorbanan yang juga besar. Untuk dapat mewujudkan karya keselamtan Allah,

orang Katolik harus rela berkorban waktu, tenaga, pikiran bahkan materi. Lebih

dari itu, di banyak tempat orang Katolik harus berkorban dengan ditolak, dianiaya,

dikucilkan dan bahkan dibunuh. Semua itu menjadi pengorbanan orang Katolik

demi keselamatan manusia yang lebih luas. Katekis misinoner adalah contoh-

contoh nyata bagaimana orang Katolik berani berkorban. Mereka mengorban

waktu, tenaga, pikiran, harta dan bahkan nyawa supaya Yesus semakin dikenal

luas sehingga karya keselamatan Allah semakin luas.

4. Rendah hati

Kerendahan hati menjadi hal yang menonjol dalam pembasuhan. Di dalam

tradisi Yahudi, membasuh kaki adalah tindakan hamba. Yesus mengambil peran

seorang hamba untuk melayani murid-murid-Nya. Seorang pemimpin, menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

52

Yesus, bukan orang yang ingin dilayani tetapi melayani. Yesus menunjukkan

sikap rendah hati itu kepada para murid.

Pembasuhan kaki menjadi simbol sikap rendah hati Yesus. Brown (1970:

558) mengatakan bahwa ayat 14-17 terlihat bahwa Yesus membasuh kaki para

murid sebagai contoh rendah hati mengorbankan diri untuk diikuti oleh mereka.

Tetapi Brown juga mengkritik sebagian umat Kristiani yang hanya menganggap

kerendahan hati Yesus dalam pembasuhan kaki hanya dilihat sebagai mandat dari

Yesus untuk diikuti dan dilakukan (bdk. Brown, 1970: 558). Yesus memang

memandatkan umat-Nya untuk melakukan seperti yang dilakukan (bdk. Yoh.

13:14-15), tetapi bukan semata-mata tindakan yang dilakukan tanpa berdasarkan

kemauan tulus dari hati.

Sikap rendah hati Yesus nampak jelas di dalam ayat 4-5. Namun kita akan

melihat dari ayat 3 terlebih dahulu. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah

menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya (Yoh. 13:3). Yesus memiliki kuasa atas

apapun yang ada di dunia ini. Ia juga memiliki kuasa atas nasib-Nya sendiri

karena Bapa-Nya telah menyerahkan segala keputusan atas kehendak diri-Nya.

Kekuasaan yang dimiliki-Nya tidak menjadikan diri-Nya ingin menguasai

semuanya. Kita ingat kisah pencobaan Yesus di padang gurun (Luk. 4:1-13).

Yesus tentu bisa melakukan seperti yang diminta oleh iblis, tetapi Ia menyadari

bahwa kekuatan dan kuasa yang dimiliki-Nya bukan untuk dipamerkan apalagi

untuk menguasai dunia. Kita juga ingat Yesus beberapa kali terlibat kontak

dengan orang yang dianggap najis. Yesus terlibat percakapan dengan perempuan

Samaria (Yoh. 4:1-42) dan tidak menjatuhkan hukuman apapun kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

53

perempuan yang tertangkap berzinah (Yoh. 7:53-8:11). Yesus tidak menjadikan

kuasa yang diberikan Bapa-Nya untuk kepentingan sendiri tetapi untuk tujuan

kebaikan manusia seperti membangkitkan orang mati (Yoh. 11:1-44) dan

menyembuhkan orang sakit (Yoh. 9:1-41).

Di dalam pembasuhan kaki Yesus melakukan tindakan yang biasanya

dilakukan oleh hamba. Ia membasuh kaki murid-murid-Nya. Sebelum membasuh,

Yesus melepaskan jubah-Nya (Yoh. 13:4a). Jubah adalah tanda/simbol kebesaran

dalam tradisi Yahudi. Yesus melepaskan kebesaran yang Ia kenakan. Kemudian Ia

mengikatkan kain lenan (Yoh. 13:4b). Kain lenan merupakan simbol seorang

hamba. Kain lenan biasa digunakan hamba untuk mengeringkan kaki setelah

dibasuh. Yesus merendahkan diri dan mengambil rupa seorang hamba (Brown,

1970: 564). Ia tidak mementingkan status ke-Tuhan-an yang Ia sandang, tetapi

menunjukkan kerendahan hati yang menggetarkan para murid.

Kerendahan hati yang ditunjukkan Yesus dalam pembasuhan kaki membawa

dampak terjalinnya hubungan yang erat dengan para murid-Nya. Dengan

mengabaikan status sosial yang disandang, kita akan dengan mudah menjalin

hubungan yang erat antar pribadi. Yesus ingin ada hubungan yang erat antara Dia

dengan murid-murid-Nya dan juga antar sesama murid-Nya. Kita sebagai murid-

Nya dapat mencontoh kerendahan hati Yesus untuk membangun relasi yang erat

dengan Dia dan sesama manusia. Yesus ingin murid-murid-Nya mengikuti apa

yang Ia lakukan (Yoh. 13:14-15). Dalam konteks dunia saat ini, yang kita ikuti

bukan hanya pembasuhan kaki yang Ia lakukan. Tentu sangat sulit jika kita

membasuh tamu kita atau orang lain. Yang perlu kita tekankan adalah sikap yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

54

ditunjukkan Yesus dalam pembasuhan kaki. Dengan penuh rendah hati, Ia

menunduk menuangkan air di kaki para murid dan mengeringkannya dengan kain

lenan. Sikap rendah hati inilah yang kita pakai dalam hidup kita saat ini. Dengan

rendah hati kita lebih mudah menjalin hubungan erat dengan sesama kita. Rendah

hati juga akan membuat kita dapat bekerja sama dengan banyak orang dan juga

dapat diterima bukan hanya oleh kalangan sendiri tetapi juga oleh banyak orang

lain. Maka sikap rendah hati menjadi hal yang selalu ada dalam hati kita sama

seperti Yesus yang rendah hati.

E. Penutup

Yesus adalah teladan bagi umat beriman Kristiani. Yesus mengajarkan

banyak hal baik kepada kita melalui khotbah dan perbuatan-Nya. Yesus tidak

hanya pandai berkata-kata dalam mengajar, Ia mencontohkan langsung di dalam

tindakan-Nya. Seperti dalam kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yoh. 13:1-20

Yesus memberikan teladan dan perintah sekaligus. Yesus melayani muid-murid-

Nya dengan membasuh kaki mereka yang sejatinya adalah pekerjaan seorang

hamba. Ia tidak ragu dalam memberikan cinta-Nya yang tulus dengan

membersihkan kaki para murid. Setelah memberikan teladan, Yesus

memerintahkan para murid untuk melakukan apa yang telah Yesus lakukan

kepada sesama mereka sebagai bentuk mereka saling melayani satu sama lain.

Dalam kisah pembasuhan kaki dalam Yoh. 13:1-20, penulis telah berusaha

untuk menggali spiritualitas yang terkandung di dalam kisah tersebut. Dalam

kisah pembasuhan kaki dalam Yoh 13:1-20 Yesus menampilkan pribadi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

55

selalu melayani kehendak Allah. Kehendak Allah adalah keselamatan bagi semua

orang. Yesus membersihkan kaki para murid sebagai simbol Yesus membersihkan

para murid dari kedosaan supaya mereka selamat. Yesus memerintahkan para

murid supaya saling membasuh supaya semakin banyak orang selamat. Bagi

Yesus, keselamatan manusia adalah nomor satu. Ia memilih menyelamatkan

manusia sekalipun harus berkorban. Dalam pembasuhan kaki Yesus

mengorbankan kedudukan-Nya sebagai Guru dan Tuhan untuk mengambil peran

seorang hamba dan melayani para murid-Nya. Yesus melayani para murid dengan

rendah hati. Ia tidak menggerutu dan menyesali perbuatan-Nya, tetapi dengan

penuh keramahan Ia membasuh kaki para murid-Nya. Semua Ia lakukan karena

Yesus adalah pribadi yang penuh cinta. Karena cinta-Nya kepada para murid dan

semua manusia, Yesus melakukan semua pengorbanan supaya manusia yang Ia

cintai dapat memperoleh keselamatan.

Pada bab berikutnya penulis akan menerapkan spiritualitas yang bersumber

dari Yoh. 13:1-20 menjadi spiritualitas-spiritulitas katekis. Sebelumnya penulis

akan membahas mengenai pengertian katekis, kategori, peran, tugas dan kualitas

katekis. Setelah itu baru kemudian penulis akan membahas spiritualitas katekis

yang bersumber dari spiritualitas Yesus dalam Yoh. 13:1-20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

BAB III

KATEKIS DAN SPIRITUALITAS KATEKIS

Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai katekis dan

spiritualitas katekis. Penulis akan membagi bab ini dalam tiga bagian besar.

Bagian pertama, penulis akan menguraikan sosok katekis, peran, kategori, tugas

dan kualitas katekis. Kedua, penulis akan menguaraikan mengenai spiritualitas

katekis. Ketiga, penulis akan menguraikan spiritualitas katekis yang bersumber

dari Yohanes 13:1-20 yang telah dibahas dalam bab sebelumnya.

A. Katekis

Apabila kita akan menerima sakramen inisiasi: Baptis, Ekaristi dan

Penguatan, sebelumnya kita akan mengikuti pelajaran untuk mempersiapkan diri.

Khusus untuk Baptis, beberapa dari kita menerima pembaptisan sejak kecil yang

pelajarannya diwakili oleh orang tua. Pelajaran itu kita terima dari katekis.

Katekis memiliki peran aktif dalam tugas mewartakan Kabar Gembira di

lingkungan umat basis Gereja. Kita dapat menjumpai sosok katekis dalam banyak

kesempatan seperti dalam Sekolah Minggu, kegiatan katekese, memimpin doa

lingkungan dan masih banyak lagi. Siapakah katekis itu sehingga berhak memberi

pelajaran agama? Pertanyaan ini akan terjawab dalam pemaparan mengenai

katekis. Tetapi sebelum itu penulis akan menguraikan yang lebih dasar mengenai

sosok katekis sebagai umat awam yang terlibat dalam tugas Gereja mewartakan

Injil ke seluruh dunia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

57

1. Umat Awam Terlibat Aktif

Semua orang beriman Kristiani mengemban beban mulia, yakni berjerih-

payah supaya warta keselamatan Ilahi dikenal dan diterima oleh semua orang (AA

3). Kita diberi tanggung jawab untuk ambil bagian dalam tugas perutusan Yesus

Kristus yang diturunkan kepada Para Rasul yang diteruskan oleh Gereja dari masa

ke masa. Tidak terbatas kedudukan kita dalam Gereja, kita memiliki tanggung

jawab yang sama untuk mewartakan Injil. Bersama uskup-uskup lain dan Paus,

sejak menerima tahbisan, para uskup bertanggung jawab terhadap seluruh Gereja.

Secara khusus, Gereja memberi tugas untuk mengajar, menguduskan dan

memimpin (Youcat art. 252). Sekalipun memiliki wewenang tersebut, mereka

tidak dapat menjalankannya tanpa bantuan pihak lain. Para imam dengan

imamatnya membantu uskup mengemban tiga tugas uskup di tempat ia

ditugaskan.

Kaum awam tidak bisa dianggap anggota pasif dalam Gereja saat ini.

Setiap orang awam, karena karunia-karunia yang diterimanya, menjadi saksi dan

sarana hidup perutusan Gereja (LG 33). Kaum awam memiliki tugas perutusan

yang sama dengan Yesus untuk mewartakan Injil. Kaum awam yang dimaksud

adalah “semua orang beriman Kristiani, kecuali mereka yang termasuk golongan

imam atau status religius yang diakui Gereja” (LG 31) yang berarti siapapun yang

telah sah menjadi anggota Gereja karena Pembaptisan yang bukan golongan imam

dan religius. Kaum awam memiliki tugas mewartakan Kabara Gembira yang

bercorak keduniawian karena kehidupan mereka yang berada di tengah

masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

58

Mewartakan Injil adalah tugas semua umat beriman Kristiani yang berarti

kaum awam ada di dalamnya. “Pewartaan adalah tugas dan panggilan setiap orang

yang percaya kepada Kristus” (KWI, 1996: 390) karena “semua orang yang

dibaptis, apapun kedudukan mereka di Gereja atau tingkat pendidikan mereka

dalam iman, adalah pelaku-pelaku evangelisasi” (EG 120). Maka jelas bahwa

sesungguhnya di dalam setiap diri orang Katolik selalu ada panggilan untuk

mewartakan Kabar Gembira dimanapun ia berada. Yesus Sang Sabda tidak pernah

memilih kepada siapa Ia ingin diwartakan. Siapapun yang mengimaninya

memiliki kewajiban yang sama untuk mewartakan Injil kepada dunia.

Para awam, juga kalau mereka sibuk dengan urusan keduniaan, dapat dan

harus menjalankan kegiatan yang berharga untuk mewartakan Injil kepada dunia

(LG 35). Kaum awam adalah bagian utuh dari Gereja Universal. Awam bukanlah

anggota yang terpisah dari hirarki. Karena Gereja adalah satu tubuh, satu anggota

tidak dapat berfikir untuk diam saja tanpa berbuat sesuatu untuk tubuh. Awam

sebagai anggota tubuh Gereja ikut aktif terlibat dalam pewartaan Injil ke seluruh

dunia. Maka, kaum awam wajib, bersama-sama dengan anggota Gereja yang lain,

mewartakan Yesus Sang Sabda ke seluruh dunia.

2. Siapakah Sosok Katekis?

Kata katekis berasal dari kata dasar ketechein yang mempunyai beberapa

arti: mengomunikasikan, membagikan informasi, mengajarkan hal-hal yang

berkaitan dengan iman (Indra Sanjaya, 2011: 16). Ada berbagai pengertian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

59

mengenai katekis yang ditemukan dari berbagai sumber. Katekis adalah baik pria

maupun wanita, yang dijiwai semangat merasul, dengan banyak jerih payah

memberikan bantuan yang istimewa dan sungguh-sungguh perlu demi penyebaran

iman dan Gereja (AG 17). Katekis adalah seorang awam yang ditunjuk secara

khusus oleh Gereja, sesuai kebutuhan setempat, untuk memperkenalkan Kristus,

agar Dia dicintai dan diikuti oleh mereka yang belum mengenal-Nya dan oleh

kaum beriman sendiri (Komisi Kateketik KWI, 1997: 17). Katekis adalah orang-

orang yang dalam semangat Roh melibatkan diri dalam perluasan dan perwujudan

Kerajaan Allah yang menjadi inti dari pewartaan Kristus (Komisi Kateketik KWI,

2005: 99). Komisi Kateketik KWI (2005: 133) mengatakan:

Katekis adalah orang beriman yang dipanggil secara khusus dan diutus

oleh Allah serta mendapat penugasan dari Gereja melalui missio canonika

dari Gereja terutama dalam karya pewartaan Gereja untuk

memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan iman umat di

sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial.

Melalui beberapa pengertian katekis di atas, penulis dapat merumuskan

sosok katekis. Katekis adalah seorang umat beriman Kristiani yang dijiwai

semangat merasul, dipanggil dan diutus Allah, serta melibatkan diri dalam tugas

pewartaan Gereja untuk memperkenalkan, membantu menumbuhkan dan

mengembangkan iman Kristiani umat di sekolah dan dalam komunitas basis, baik

teritorial maupun kategorial. Sosok katekis harus bersifat umatsentris. Katekis

yang umat sentris berarti katekis hadir dari umat dan untuk umat. Katekis dari

umat bermakna katekis dipanggil dari kalangan umat sendiri. Katekis untuk umat

berarti katekis mewartakan Kabar Gembira kepada umat itu sendiri. Katekis juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

60

harus kristosentris. Katekis harus menjiwai dan meneladan Yesus Kristus sebagai

Guru sekaligus sebagai Kabar Sukacita itu sendiri.

Dari pemahaman mengenai sosok katekis tersebut kita memahami bahwa

katekis pertama-tama merupakan seorang beriman Kristiani. Katekis harus

seseorang yang mengimani Kristus karena katekis akan mewartakan Kristus tentu

ia harus mengenal bahkan mengimani-Nya. Yang kedua, katekis menyadari

bahwa dirinya dipanggil Allah untuk mewartakan Kabar Gembira. Sebagai umat

beriman yang mengenal sejarah, kita tahu para pekerja Tuhan dari Perjanjian

Lama sampai Perjanjian Baru bukan pertama-tama karena keinginan orang

tersebut, tetapi karena inisiatif dari Allah dengan memanggil dan mengutus.

Demikian pula katekis bukan pertama-tama karena keinginan seseorang untuk

menjadi katekis, tetapi karena Allah memanggil kita umatnya untuk mewartakan

Kabar Gembira dengan salah satu panggilannya menjadi katekis.

Yang ketiga, katekis memiliki semangat untuk melibatkan diri. Katekis

tidak bisa hanya berdiam diri menunggu ada yang memerlukan, tetapi

menghampiri domba-domba Allah. Katekis tidak bisa menjadi orang asing di

tengah umat. Ia harus menjadi bagian dari komunitas Gereja yang dilayaninya. ia

harus aktif terlibat di dalam berbagai kegiatan yang ada di komunitas Gereja basis

maupun masyarakat sekitarnya. Keempat, tugas katekis yang utama adalah

mewartakan Yesus Kristus. Katekis berperan agar Yesus Kristus semakin dikenal

luas. Yang terakhir, katekis bekerja di ladang Tuhan dimanapun ia berada atau

ditugaskan. Sebagai pekerja Tuhan, katekis tidak bisa memilih ladang yang

mudah agar lebih mudah, tetapi siap diutus dimanapun dirinya diperlukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

61

3. Peran Katekis

Katekis memiliki peran yang sentral dalam perkembangan Gereja di

daerah-daerah. Gereja-Gereja yang sekarang ini berkembang subur tidak akan

dibangun tanpa jasa mereka (CT 66). Katekis tidak hanya sekedar pembantu bagi

imam, tetapi lebih dari itu mereka adalah yang terlibat langsung di tengah

kehidupan Gereja basis dan masyarakat. Dokumen Pedoman Untuk Katekis yang

diterbitkan Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa merumuskan peran katekis

yaitu “menyampaikan secara jelas pesan Kristiani dan menemani para katekumen

dan orang-orang Kristen yang baru dibaptis dalam perjalan hidupnya menuju

kedewasaan iman serta kehidupan sakramental penuh” (Komkat KWI, 1997: 16).

Katekis memiliki peran untuk menyampaikan Kabar Gembira secara benar kepada

orang-orang yang ingin mengenal Yesus Kristus dalam masa katekumenat saat

mereka akan menerima Sakramen Inisiasi. Katekis membantu para katekumen

untuk mengenal dan menjiwai Yesus baik itu pribadi-Nya maupun ajaran-Nya

yang sudah tertuang dalam ajaran Gereja. Katekis juga berperan untuk membantu

umat untuk semakin menjiwai Yesus di dalam katekese sehingga Yesus sungguh-

sungguh hadir di dalam setiap segi kehidupan umat.

Pertemuan Nasional Katekis tahun 2005 di Jakarta mendiskusikan

mengenai Identitas Katekis di tengah Arus Perubahan Jaman. Salah satu yang

didiskusikan yakni mengenai peran katekis pada jaman ini. Dari hasil diskusi para

katekis Regio Kalimantan katekis jaman ini memiliki peran untuk

memperkenalkan dan menuntun sesama umat untuk menumbuhkan iman melalui

komunitas basis dalam situasi konkrit (Komkat KWI, 2005: 125). Regio Sumatera

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

62

merumuskan peran katekis saat ini untuk menumbuhkan dan mengembangkan

kelompok basis, seraya menghayati dan mengungkapkan imannya bersama umat

basis dalam peziarahannya, selain itu katekis terutama berperan sebagai pewarta

sabda dan petugas pastoral (Komkat KWI, 2005: 126). Regio Nusra merumuskan

peran katekis yang dibutuhkan saat ini adalah membangun dan mengembangkan

communio baik dalam lingkup teritorial maupun kategorial (Komkat KWI,

2005:128). Regio Jawa merumuskan peran katekis yakni mendampingi hidup

umat beriman (Komkat KWI, 2005: 130). Penulis menyimpulkan bahwa peran

katekis di jaman ini yang diharapkan yakni memperkenalkan iman akan Yesus

Kristus, membangun, mengembangkan dan mendampingi hidup umat beriman

basis di dalam pewartaan sabda dan pelayanan pastoral.

Katekis adalah mereka yang berhadapan langsung dengan jemaat beriman

dengan segala macam problematikanya (Indra Sanjaya, 2014: 11). Katekis

mengalami langsung bagaimana harus menjawab persoalan-persoalan yang ada

dalam kehidupan umat beriman. Di dalam pertemuan-pertemuan katekese, katekis

sering kali dihadapkan pada pertayaan-pertanyaan umat beriman. Jawaban katekis

seperti menjadi acuan bagi umat. Jawaban katekis harus berdasarkan iman

Kristiani. Jawaban katekis atas pertanyaan-pertanyaan umat beriman seharusnya

menjadi penyubur iman umat beriman. Katekis bukan hanya sekedar pengajar

agama, tetapi juga panutan bagi umat beriman. Maka, segala tindakan dan

perkataan katekis harus sesuai dengan ajaran Yesus sendiri. Seperti Yesus yang

bukan hanya mengajar melalui kata-kata tetapi juga memainkan perannya sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

63

model teladan hidup seorang yang dekat dengan Allah. Demikian juga katekis

memainkan perannya sebagai teladan kehidupan umat beriman Kristiani.

4. Kategori katekis

Dokumen Pedoman Untuk Katekis (Komkat KWI, 1997: 17) merumuskan

dua tipe utama katekis yakni;

pertama katekis purna waktu, yang mengabdikan seluruh hidupnya demi

pelayanan katekese dan yang diakui secara resmi sebagai katekis. Kedua,

katekis paruh waktu yakni katekis yang ikut terlibat secara lebih terbatas

tetapi tulus dan serius.

Katekis purna waktu adalah seseorang yang menjadikan katekis sebagai profesi.

Katekis purna waktu diangkat oleh keuskupan atau paroki secara resmi melalui

missio cannonica dan mendapatkan penghasilan dari profesinya sebagai katekis.

Katekis purna waktu memberikan seluruh hidupnya untuk katekese. Ia terlibat

penuh di dalam keseluruhan bidang katekese baik dalam perencanaan, pelaksaan

dan pengembangan katekese.

Katekis paruh waktu adalah seseorang yang memberikan sebagian

waktunya untuk menjadi katekis. Katekis paruh waktu tidak menjadikan katekis

sebagai profesi yang berujung pada mata pencaharian. Katekis paruh waktu

memberikan sebagian waktunya untuk pelayanan katekese. Ia memiliki pekerjaan

utama tetapi mau melibatkan diri dalam pelayanan katekese entah karena diminta

oleh pastor paroki atau karena ingin melibatkan diri. Sekalipun tidak sepenuhnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

64

melibatkan diri dalam kegiatan katekese, katekis paruh waktu tetap dituntut

memiliki ketulusan dan keseriusan dalam menjalankan tugasnya sebagai katekis.

Di Indonesia jumlah katekis paruh waktu lebih banyak dibandingkan

katekis purna waktu. Dalam Pertemuan Nasional Katekis tahun 2005 di Jakarta

(Komkat KWI 2005: 19-46) beberapa keuskupan memiliki katekis purna

waktu/full time dengan jumlah 2-14 orang. Keuskupan Malang tidak mengangkat

katekis purna waktu. Jumlah katekis purna waktu yang tidak begitu banyak dalam

keuskupan secara tidak langsung memberi kesempatan untuk memberdayakan

umat menjadi katekis sukarelawan/paruh waktu. Di dalam lingkungan basis sangat

dibutuhkan katekis untuk membantu umat dalam pengembangan iman. Dengan

memberdayakan umat setempat, sifat katekis yang umat sentris akan nampak

yakni katekis berasal dari umat, oleh umat dan untuk umat.

5. Tugas Katekis

Mewartakan Injil adalah tugas seluruh umat beriman Katolik karena

pembaptisannya. Hal ini ditegaskan Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium

(EG art. 120) bahwa “semua orang yang dibaptis, apapun kedudukan mereka di

Gereja atau tingkat pendidikan mereka dalam iman, adalah pelaku-pelaku

evangelisasi”. Tugas mewartakan Injil melekat kepada kita karena “berkat

pembaptisan mereka, semua anggota umat Allah telah menjadi murid-murid yang

diutus” (bdk. Mat. 28: 19). Demikian pula seluruh awam memiliki tugas tersebut,

termasuk di dalamnya ada para katekis sebagai guru agama umat beriman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

65

Dokumen Pedoman Untuk Katekis merumuskan tugas katekis menjadi dua

yakni; tugas khusus untuk mengajarkan katekese dan tugas lain bekerja sama

dalam berbagai bidang kerasulan (Komkat KWI, 1997: 18). Tugas katekis

pertama-tama adalah mewartakan Kabar Gembira di dalam katekese. Katekis

menjalankan tugas katekese yang mencakup pendidikan dan pengembangan kaum

muda dan orang dewasa dalam hal iman serta menyiapkan calon dan keluarganya

untuk menerima sakramen inisiasi dalam Gereja. Katekis dalam tugasnya bekerja

sama dengan bidang kerasulan lain antara lain bertugas untuk memimpin doa

dalam kelompok basis, memimpin Ibadat Sabda Mingguan bila tidak ada iman,

membantu orang sakit, memimpin upacara penguburan dan masih banyak tugas-

tugas pastoral yang dapat dilakukan katekis untuk melayani umat dalam bidang

pastoral.

6. Kualitas Diri Katekis

Seorang katekis dituntut berkualitas untuk melakukan tugasnya. Kualitas

menjadi hal yang penting bagi tugas katekis karena tuntutan jaman yang

menginginkan hal serba berkualitas serta untuk memberikan kepercayaan diri

kepada katekis dalam menjalankan tugasnya mewartakan Kabar Gembira.

Kualitas katekis yang mumpuni juga akan sangat membantu tugas-tugas katekis.

Romo Yosef Lalu, Pr dalam buku Katekese Umat (2007:150-161) menuliskan

katekis yang diharapkan adalah katekis yang memiliki pengetahuan dan

spiritualitas yang mendalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

66

a. Pengetahuan Katekis

Mewartakan Yesus Kristus tidak cukup hanya memiliki kemauan saja.

Katekis diharapkan mempunyai bekal untuk menunjang tugas-tugasnya.

Pengetahuan-pengetahuan yang dipunyai katekis akan membantu katekis untuk

mewartakan iman Kristiani secara benar dan tepat. Untuk menyampaikan secara

benar tentang iman Kristiani, katekis perlu memiliki pengetahuan ajaran-ajaran

Gereja. Untuk mewartakan iman secara tepat katekis perlu memiliki pengetahuan

tentang metode, konteks dan situasi umat.

1) Akrab terhadap harta kekayaan iman Gereja

Katekis dituntut menyampaikan iman Kristiani secara benar. Untuk

menyampaikan ajaran iman Kristiani secara tepat, katekis perlu memiliki

pengetahuan dari sumber-sumber ajaran Gereja. Pengetahuan akan Kitab Suci

adalah pengetahuan yang harus dimiliki oleh katekis. Seorang katekis hendaknya

memiliki pemahaman yang tepat tentang Kitab Suci, sehingga tidak jatuh ke

dalam bahaya menggunakan Kitab Suci secara fundamentalistik atau terlalu

menyederhanakan (Lalu, 2007: 156). Kitab Suci menjadi bahan yang sentral

dalam pelajaran-pelajaran agama karena iman Kristiani digali secara mendalam

dari pengelaman-pengalaman di dalam Kitab Suci. Komisi Kateketik KWI (1997:

49) menegaskan bahwa katekis harus mempunyai kemampuan dalam pastoral

Kitab Suci. Dengan Kitab Suci, katekis akan memberi arah yang benar mengenai

iman Kristiani kepada umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

67

Seorang katekis hendaknya mengenal pribadi, pewartaan dan tindakan Yesus

(Lalu, 2007: 156). Maka, pengetahuan mengenai Kristologi sangat diperlukan.

Iman Kristiani bermuara pada Yesus Kristus, sang Guru dan Tuhan. Katekis perlu

mendalami pewartaan dan tindakan Yesus, lebih mendalam lagi katekis perlu

menghidupi Yesus di dalam dirinya. Katekis juga perlu mempunyai pengetahuan

mengenai Eklesiologi. Pengetahuan mengenai harta kekayaan iman Gereja,

seperti sifat Gereja, hierarki dan banyak pengetahuan lain mengenai Gereja sangat

perlu dimiliki oleh katekis untuk disampaikan kepada umat. Pengetahuan tentang

Eklesiologi bisa didapat dari sumber-sumber seperti Katekismus, Dokumen

Konsili Vatikan II, Ensiklik-ensiklik dari Paus dan Kitab Hukum Kanonik. Ajaran

sosial Gereja menjadi pengetahuan berikutnya yang harus dimiliki oleh katekis.

Gereja tidak hanya bertindak untuk dirinya sendiri. Gereja memberi pandangan-

pandangan mengenai buruh dan lain-lain dalam rangka terlibat aktif dalam

perkembangan dunia melalui ajaran sosial Gereja (ASG). Katekis perlu

membahami ajaran sosial Gereja agar katekis dan umat lain mampu terlibat aktif

dalam karya Gereja tersebut.

2) Penguasaan terhadap metode

Seorang katekis adalah seorang pengajar. Dia dipercaya untuk memimpin

sebuah pertemuan katekese. Maka, katekis perlu memahami mengenai metode

dalam memproses sebuah pertemuan katekese (Lalu, 2007: 157). Katekis perlu

mempersiapkan sebuah pertemuan katekese dengan memperhatikan metode yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

68

digunakan. Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae art. 21

menegaskan: “Tetapi kami hendak menekankan kebutuhan akan pendidikan

kristen yang organis dan sistematis, karena di berbagai kalangan ada

kecenderungan untuk menganggap katekese tidak penting lagi.” Katekis perlu

membuat pertemuan yang terorganisasi dan sistematis untuk memudahkan para

peserta katekese.

3) Pengenalan terhadap peserta

Menurut Lalu (2007: 157) katekis perlu mengenal dengan baik pribadi-

pribadi dan latar belakang dari peserta katekese seperti: daya nalar, perasaan dan

intuisi; latar belakang status sosial dan ekonomi; dan latar belakang budaya.

Pengenalan mengenai hal-hal itu akan membantu katekis menentukan apa saja

yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi peserta tertentu. Selain itu, pengenalan

terhadap peserta dapat membuat katekis dan peserta katekese memiliki hubungan

dekat. Hubungan yang dekat antara katekis dan peserta katekese akan membuat

keterbukaan diantara mereka sehingga katekese sebagai sharing iman akan

terwujud karena mereka mau membuka diri untuk berbagi pengalaman iman dan

mendengarkan pengalaman iman orang lain. Katekis diharapkan menjadi sahabat

bagi umat. Ia bukan orang asing yang memberikan penjelasan mengenai iman

tetapi sahabat yang bersama-sama sedang memperdalam iman. Katekis yang

akrab dengan peserta menjadikan katekis tidak dipandang sebagai guru yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

69

mengajar agama yang harus dituruti, tetapi teman dan fasilitator dalam rangka

meperkembangkan iman umat.

4) Pemahaman mengenai liturgi

Di banyak tempat, katekis berperan menjadi wakil imam dalam hal liturgi.

Katekis menjadi pemimpin dalam Ibadat Sabda dan doa-doa di lingkungan basis.

Untuk menunjang tugas itu, katekis perlu memahami hal-hal yang berkaitan

dengan liturgi. Katekis perlu belajar mengenai tata cara Ibadat Sabda, Ibadat

Pemberkatan Rumah, Ibadat Pemberkatan Jenazah dan ibadat-ibadat lain yang

sangat diperlukan di tengah umat. Katekis juga belajar memimpin doa-doa di

lingkungan basis agar selain dengan katekese iman umat juga semakin di

teguhkan dengan doa-doa bersama di lingkungan basis.

b. Spiritualitas Seorang Katekis

Spiritualitas merupakan unsur penting di dalam kehidupan orang Kristiani,

termasuk juga para katekis. Spiritualitas bagi katekis adalah api yang terus-

menerus membakar semangat para katekis untuk menjalankan tugas perutusannya

menjadi pewarta Sabda Allah. Sebelum membicarakan berbagai hal mengenai

spiritualitas katekis, penulis akan membahas mengenai pengertian spiritualitas,

pengertian spiritualitas katekis dan pentingnya spiritualitas bagi katekis dengan

berguru pada Yesus Kristus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

70

1) Pengertian Spiritualitas

Kata spiritualitas berasal dari bahasa Latin, yaitu spiritus yang berarti Roh.

Manusia hidup semestinya memiliki arah dan tujuan. Spiritualitas dimengerti

sebagai semangat hidup dan perjuangan yang menjadi cara pandang atau

pendekatan dalam pengelolaan hidup (Staf Dosen IPPAK, 2010: 29). Menurut V.

Indra Sanjaya, Pr (2011: 22) spiritualitas adalah cara bagaimana pengalaman kita

akan Allah menentukan cara kita memandang dunia, dan juga cara kita

berinteraksi dengan dunia. Spritualitas dimaksudkan sebagai hubungan pribadi

seorang beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan

perbuatan (Lalu, 2007: 150). Menurut Romo Yosef Lalu, Pr (2007: 151)

spiritualitas dirumuskan sebagai hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus dengan

mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih atau usaha mengintegrasikan

segala segi kehidupan ke dalam cara hidup yang secara sadar tertumpu pada iman

akan Yesus Kristus. Spiritualitas melambangkan sebuah relasi antara manusia

dengan Allah yang membawa dampak bagi kehidupan nyata manusia di dunia.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis berpendapat bahwa spiritualitas

adalah semangat yang dijiwai Roh yang berasal dari relasi manusia dengan

Allahnya membantu manusia menentukan arah, tujuan dan bagaimana manusia

memandang dunia yang kemudian menentukan sikap dan perbuatan manusia di

dunia.

Spiritualitas umat beriman Kristiani ada dalam diri Yesus Kristus. Yesus

Kristus adalah sumber dari kehidupan umat beriman Kristiani. Bagi Lalu (2007:

151) spiritualitas umat beriman Kristiani adalah mengikuti jejak Kristus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

71

Semangat hidup umat Kristiani terletak kedekatannya dengan Yesus Kristus. Di

dalam kisah Pentakosta (Kis. 2:1-4) Para Rasul yang semula ketakutan dan

kehilangan arah karena kehilangan Yesus sebagai sosok pemimpin, kembali

memiliki semangat berkobar karena Roh Kududs menyertai mereka. Para Rasul

kemudian dibimbing Roh Kudus untuk mewartakan Yesus. Bagi umat beriman

Kristiani Roh Kudus merupakan pembimbing hidup yang dianugerahkan sendiri

oleh Yesus Kristus kepada setiap umat. Maka, spiritualitas bagi umat beriman

Kristiani adalah semangat hidup yang berasal dari Roh Kudus yang diutus oleh

Yesus untuk membimbing umat-Nya menjadi saksi-saksi Kristus melalui

perkataan dan perbuataan di dunia.

2) Pengertian Spiritualitas Katekis

Menurut Lalu (2007: 154) dasar spiritualitas seorang katekis adalah

spiritualitas Kristiani. Katekis bukan bagian yang terpisah dari umat beriman

Kristiani. Spiritualitas katekis memang pertama-tama adalah spiritualitas yang

juga dimiliki oleh umat beriman Kristiani lain, tetapi corak spiritualitasnya lebih

diarahkan kepada tugas yang diembannya. Komisi Kateketik KWI (1997: 22)

menekankan katekis harus memiliki spiritualitas yang mendalam yakni “mereka

harus hidup dalam Roh, yang akan membantu mereka memperbarui diri secara

terus-menerus dalam identitas khusus mereka. Katekis tidak boleh melupakan Roh

Kudus yang telah menuntun Gereja dari masa ke masa untuk memperbarui diri.

Yesus menjadi guru bagi katekis. Maka, spiritualitas katekis dapat disebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

72

mengikuti jejak Kristus (Lalu, 2007: 154). Katekis menampilkan Kristus di dalam

sikap hidupnya. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi

mengatakan,”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan

perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp. 2:5). Paulus memberi

himbauan bahwa kita yang mengimani Yesus Kristus, berpikir, berkata dan

berbuat seperti yang Yesus pikirkan, katakan dan perbuat. Itulah spiritualitas

katekis yang selalu mengenakan Yesus Kristus di kehidupan kita.

Lalu (2007: 154) merumuskan spiritualitas katekis sebagai “Roh yang

membimbing katekis untuk membantu sesama melalui pewartaan iman yang

komunikatif, agar bersama-sama mampu mewujudkan Kerajaan Allah, karena

kepeduliaan terhadap Allah dan terhadap sesama.” Hal utama dari spiritualitas

katekis adalah pewartaan iman yang dijiwai Roh Kudus. Tugas utama katekis

adalah mewartakan Kabar Gembira. Maka spiritualitas katekis adalah semangat

hidup yang dijiwai Yesus Kristus oleh karena keterbukaan terhadap Roh Kudus

yang membimbing, mendorong, memotivasi dan menggerakkan untuk

mewartakan iman akan Yesus Kristus di dalam kehidupan nyata.

3) Spiritualitas Katekis yang Kristosentris

Yesus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa: “Kamu menyebut-Ku

Guru dan Tuhan; dan kamu memang benar, sebab itulah Aku” (Yoh. 13:13-14).

Para murid harus berguru kepada Yesus karena Dia sendiri mengatakan bahwa

“Kamu hanya mempunyai satu Guru” (Mat. 23:8), yakni Yesus Kristus. Yesus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

73

adalah Guru utama bagi para katekis. Katekis tidak perlu jauh-jauh mencari guru

lain, karena di dalam Yesus katekis dapat belajar banyak hal. Hal ini karena

seluruh perihidup Kristus merupakan pengajaran tak kunjung henti (Catechesi

Tradendae art. 9). Semua yang Yesus Kristus lakukan adalah ajaran bagi kita;

mengajar, berdoa, cinta-Nya kepada manusia, keakraban mesra dengan yang

miskin dan dianggap hina, dan bagaimana akhirnya Ia mengorbankan diri-Nya

demi penebusan dosa dunia.

Yesus Kristus menjadi pokok yang diwartakan oleh katekis. Katekis harus

mampu menerobos kedalaman jiwa dirinya untuk menemukan prinsip dan sumber

identitas dirinya sebagai katekis, yakni Yesus Kristus sendiri (Komkat KWI,

1997: 44) Katekis akan menyampaikan secara jelas dan benar tentang apa yang

diwartakannya jika ia belajar dari sumbernya yakni Yesus Kristus. Belajar

mengenai Yesus tidak cukup hanya dengan membaca Injil, buku-buku referensi

atau menonton film mengenai Yesus. Belajar tentang Yesus adalah dengan

menghidupi Yesus di dalam hidupnya. Hanya dalam persekutuan mesra-

mendalam dengan Yesus para katekis akan menemukan sinar terang dan kekuatan

untuk secara otentik membaharui katekese seperti diinginkan (Catechesi

Tradendae art. 9). Yesus tidak bisa menjadi sesuatu yang asing dari diri katekis. Ia

harus dekat dengan Yesus dengan menghidupi nasihat-nasihat Yesus dan cara

hidup Yesus. Maka, katekis akan benar-benar menyampaikan Yesus secara

otentik apabila ia telah bersekutu mesra-mendalam dengan Yesus di dalam setiap

perihidupnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

74

c. Ketrampilan Katekis

Katekis juga dituntut untuk memiliki ketrampilan-ketrampilan untuk

mendukung tugasnya sebagai katekis maupun untuk dirinya sebagai orang

kristiani. Ketrampilan yang dimaksud adalah kepekaan katekis terhadap berbagai

hal yang ia alami. Ketrampilan adalah kemampuan-kemampuan seseorang dalam

melakukan berbagai tindakan yang muncul karena latihan-latihan sehingga

menjadi kebiasaan bagi seseorang tersebut. Ketrampilan-ketrampilan yang harus

dimiliki oleh katekis yakni ketrampilan dalam kehidupan rohani, ketrampilan

dalam berkomunikasi serta ketrampilan menyusun, melaksanakan dan

mengevaluasi program kateketik dan pastoral.

1) Ketrampilan dalam kehidupan rohani

Katekis harus terampil di dalam kehidupan rohani sebagai seorang Katolik

karena ia harus fasih di dalam hidup doanya. Untuk bisa mendidik orang lain

dalam hal iman, para katekis harus mempunyai kehidupan rohani yang mendalam

(Komkat KWI, 1997: 45). Kehidupan rohani yang mendalam tercermin di dalam

kehidupan sehari-hari para katekis yakni mencirikan seorang yang dekat dengan

Tuhan dan saleh. Kesalehan seorang katekis bukan pertama-tama untuk

menampilkan kedekatannya dengan Tuhan tetapi karena ia dekat dengan Tuhan

maka ia akan tampak saleh di mata orang lain.

Para katekis harus memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Untuk

dapat dengan Tuhan katekis harus terus berkomunikasi dengan Tuhan yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

75

melalui doa. Bagi katekis, hidup doa yang kuat sudah harus menjadi jati dirinya.

Hidup doa yang dimaksud yakni; menghadiri Ekaristi secara teratur, doa pribadi,

meditasi dan juga berefleksi. Menghadiri Ekaristi membuat katekis menjadi dekat

dengan Tuhan sekaligus dengan umat. Dengan menghadiri Ekaristi secara teratur

katekis selalu mengenangkan sengsara dan wafat Yesus serta memperbarui

utusannya untuk mewartakan Yesus di dunia. Doa pribadi dapat dilakukan setiap

saat menjadikan katekis selalu berkomunikasi dengan Tuhan. Doa pribadi harus

menjadi habitus bagi katekis yang menjamin kedekatannya dengan Tuhan.

Meditasi secara teratur terutama mengenai terutama mengenai Sabda Allah

membawa keteraturan hidup dan pertumbuhan rohani (Komkat KWI, 1997: 47).

Meditasi menjadi saat yang tepat untuk berkomunikasi dengan Tuhan di dalam

keheningan. Meditasi membantu kita untuk membuat jarak dengan dunia fana dan

mengambil saat hening sehingga dapat mencurahkan seluruh hati dan pikiran kita

terhadap Tuhan. Meditasi membawa ketenangan di dalam hati katekis sehingga

lebih mudah mendengar suara Tuhan di dalam hati. Refleksi setiap hari akan

membuat kita memahami pengalaman hidup sehari-hari sebagai kara Tuhan atas

kita. Katekis harus terampil berefleksi yakni:

mampu menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman sehari-hari,

mampu menemukan nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan

tradisi Gereja yang lain serta mampu memadukan nilai-nilai kristiani dengan

nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari (Lalu, 2007: 159)

Katekis yang dapat menjalani hidup doa secara mendalam akan menjadikan

dirinya selalu dekat dengan Tuhan, menjadi orang saleh dan menjadi teladan bagi

umat lain untuk dekat juga dengan Tuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

76

2) Ketrampilan berkomunikasi

Seorang katekis harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Hal

ini jelas karena tugas katekis adalah mewartakan Kabar Gembira. Sangat sulit

diterima bila katekis yang bertugas mewartakan Kabar Gembira kesulitan untuk

berbicara di depan umum, ragu-ragu dalam mengajar sehingga dapat membuat

umat menjadi ragu-ragu pula. Oleh sebab itu katekis haruslah terampil berbicara

di depan umum, tegas dalam berucap, berani tanpa ragu-ragu tetapi juga selalu

menarik untuk didengar.

Ketrampilan komunikasi yang perlu ditekankan menurut Yosef Lalu (2007:

158) yakni:

a) Ketrampilan berkomunikasi dan berelasi sehingga mampu mengumpulkan,

menyatukan dan mengarahkan kelompok sampai kepada suatu tindakan nyata.

b) Ketrampilan mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan.

c) ketrampilan menciptakan suasana yang memudahkan umat untuk

mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain.

Di dalam ketrampilan berkomunikasi ini katekis tidak hanya dituntut untuk dapat

berkomunikasi baik dengan umatnya saja. Katekis harus dapat berkomunikasi

dengan pemuka-pemuka agama lain sehingga dapat terjalin komunikasi antar

umat beragama yang toleran di tengah kondisi bangsa yang plural. Katekis harus

menjadi jembatan antar umat beragama sehingga di lingkungan tempat ia hidup

terjalin suasana toleran antar umat beragama yang saling menghargai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

77

3) Ketrampilan menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan

katekese

Tugas utama katekis adalah menjadi subyek dalam kegiatan-kegiatan

katekese. Katekis dituntut untuk dapat menyusun, melaksanakan dan

mengevaluasi kegiatan katekese yang dijalani. Dalam ketrampilan menyusun

kegiatan katekese, katekis harus cermat memilih tema yang akan menjadi

pembahasan, tujuan yang akan dicapai, sumber bahan yang memadai, media yang

dapat membantu dan metode yang akan digunakan dalam berkatekese. Dalam

memilih tema, tujuan, sumber bahan, media dan metode yang akan digunakan

dalam katekese, katekis harus memperhatikan keadaan umat yang akan diberikan

katekese atau dengan kata laian dalam menyusun kegiatan katekese harus

kontekstual agar menyentuh umat.

Katekis juga harus terampil melaksakan kegiatan katekese yang telah ia

susun. Katekis dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik

dalam pelaksanaan katekese yakni dapat membangun suasana yang nyaman di

dalam pertemuan. Dengan situasi yang nyaman, pertemuan akan menjadi cair dan

dapat mendorong peserta untuk berani mengungkapkan diri serta mendengar

sharing umat lain.

Katekis harus terampil mengevaluasi kegiatan katekese yang telah

dilaksanakan. Katekis harus berani mengevaluasi dirinya yakni mengenai

kesesuaian tema yang dibawakan, tercapai atau tidaknya tujuan, sumber bahan

yang sesuai, membantu atau tidaknya media yang digunakan, metode yang sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

78

keadaan umat dan caranya menyampaikan dapat membantu umat semakin terbuka

atau tidak.

B. Tantangan Katekis di Era Globalisasi

Globalisasi telah menjadi bagian dari keadaan dunia saat ini. Globalisasi

begitu berpengaruh terhadap segala isi dunia saat ini termasuk Gereja dan katekis.

Penulis akan sedikit membahas mengenai globalisasi yang menjadi bagian

tantangan Gereja dan katekis pada zaman ini.

1. Hakikat Globalisasi

Saat ini kita hidup di era globalisasi yang memiliki beragam pengaruh bagi

kehidupan kita. Hampir seluruh kehidupan kita dipengaruhi oleh globalisasi

seperti penggunaan handphone, kendaraan bermotor, pakaian, komputer dan

masih banyak lagi. Penulis akan menggambarkan globalisasi berdasarkan

pendapat para ahli dan pengaruh globalisasi di semua bidang kehidupan seperti

ekonomi, teknologi, oleh raga dan banyak lagi.

B. Herry-Priyono (dalam Pewartaan di Zaman Global, 2012: 21)

menyatakan bahwa globalisasi berasal dari akar kata global yang diambil dari

bahasa Latin yaitu globus yang berarti bola, bulatan, bumi yang diserap oleh

bahasa Inggris yaitu globe yang berarti planet bumi. Dari kata global muncul kata

golabalitas dan globalisasi. Global menunjuk pada ciri dan kualitas seluas bola

dunia, globalitas menunjuk pada kondisi seluas bola dunia dan globalisasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

79

mengungkap proses yang melibatkan lingkup dan skala seluas bola dunia (Herry

Priyono dalam Pewartaan di Zaman Global, 2012: 29). Globalisasi didefinisikan

oleh B. Herry-Priyono (dalam Pewartaan di Zaman Global, 2012: 23) sebagai

relasi-relasi seluas bola dunia yang menghubungkan begitu banyak tempat

sedemikian rupa sehingga kejadian-kejadian lokal dibentuk dan dipengaruhi

kejadian-kejadian yang berjauhan dan sebaliknya. Relasi-relasi yang dimaksud di

sini adalah relasi-relasi dari ekonomi, teknologi, budaya dan negara yang saling

mempengaruhi satu sama lain. Ekonomi global mempengaruhi ekonomi lokal

seperti misalnya harga sepatu di suatu toko di Yogyakarta terpengaruh dengan

harga bahan baku yang diimpor dari Jepang. Teknologi juga sangat berpengaruh

di dalam perkembangan arus globalisasi. Saat ini hampir setiap orang memiliki

handphone untuk berkomunkasi dengan orang yang jauh. Budaya juga ikut

memberikan pengaruhnya yang dibantu juga oleh teknologi seperti media on line,

cetak dan televisi. Beberapa tahun yang lalu di Indonesia marak bermunculan

grup musik yang mengusung ciri khas K-Pop yang berasal dari Korea Selatan.

Budaya dari suatu daerah/negara dapat menjadi trend di seluruh dunia.

Menurut Franz Magniz-Suseno (dalam Pewartaan di Zaman Global, 2012:

43) globalisasi diartikan sebagai gerak tak tertahan yang membuat seluruh umat

manusia bersentuhan dan saling memengaruhi. Dengan globalisasi seseorang

dapat mengetahui kabar seseorang yang berjauhan hingga ribuan kilometer dalam

hitungan menit hanya dengan menggunkan handphone untuk menelefon. Lebih

lagi saat ini kita dapat melihat wajah seseorang jauh secara langsung dengan video

call yang disediakan oleh vendor-vendor handphone dan penggerak jaringan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

80

telekomunikasi. Globalisasi menjadikan kita dapat memperoleh informasi secara

cepat dari media cetak, televisi, media on line tentang apa yang terjadi di belahan

bumi lain, budaya dari negara lain, perkembangan ekonomi dunia dan banyak

lagi.

Globalisasi memiliki dua sisi yakni dapat menjadi ancaman dan

kesempatan serta berdampak positif dan negatif. Globalisasi dapat menjadi

ancaman bagi perekonomian lokal terutama yang tradisional, menciptakan

kebingungan tentang nilai dan pandangan dunia, dan dapat membuat orang latah

terhadap apa yang berbau luar negeri. Globalisasi menjadi kesempatan untuk

memperoleh wawasan yang lebih luas dan kesempatan ekonomis. Globalisasi

dapat berdampak positif bagi perkembangan ekonomi yakni kesempatan pasar

yang lebih luas, bahan produksi yang dapat diperoleh dari banyak tempat dan

kekuatan modal. Globalisasi berdampak negatif yakni dapat mematikan

perekonomian tradisional, memunculkan budaya latah belanja, latah fashion, latah

up date status, dan munculnya budaya instant di banyak kalangan masyarakat.

Manusia tidak dapat menolak gejala globalisasi yang telah menyentuh

segala sapek kehidupan selua bola dunia. Karena sulit untuk menolaknya, manusia

saat ini perlu menyikapi gejala globalisasi ini. Dengan berpegangan pada budaya

lokal yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, kita dapat berharap tidak

hanyut di dalam arus globalisasi. Kita tidak menjadi manusia yang latah terhadap

hal yang berbau luar negeri, fashion, belanja tetapi memilih dan berfikir dalam

bertindak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

81

2. Tantangan Katekis di Era Globalisasi

Saat ini, dunia sedang berada dalam era globalisasi. Setiap bagian dalam

dunia ini terhubung satu sama lain. Bidang ilmu yang satu berhubungan dengan

bidang ilmu yang lain, negara yang satu terhubung dengan negara yang lain dan

banyak hubungan lain yang terjalin saat ini yang terjadi seluas bola dunia.

Gereja berada dalam era globalisasi yang saat ini terjadi. Gereja adalah

bagian dari dunia karena Gereja adalah perantara kasih Allah di dunia.

Menanggapi era globalisasi saat ini, Gereja perlu menerima globalisasi sebagai

perkembangan historis dan kultural di mana Roh Allah hadir di dalamnya

(Rukiyanto dalam Pewartaan di Zaman Global, 2012: 68). Gereja perlu

memahami globalisasi sebagai perkembangan peradaban manusia walaupun

memiliki sisi negatif tetapi bukan berarti globalisasi menjadi tokoh jahat karena

ketimpangan ekonomi atau perubahan budaya sebagai akibat terjadinya

globalisasi. Di dalam era globalisasi ini, Gereja perlu menjadi mitra sekaligus nabi

(Rukiyanto dalam Pewartaan di Zaman Global 2012: 68). Gereja memuji

perkembangan yang terjadi dan memanfaatkannya seperti penggunaan teknologi

informatika bagi pewartaan, di sisi lain Gereja menjadi pengkritik apabila

perkembangan menjadikan kemiskinan sebagai korban untuk kemajuan dan

pelanggaran-pelanggaran HAM semakin merajalela.

Katekis sebagai pewarta Kabar Gembira perlu menyadari era globalisasi yang

terjadi saat ini dengan dampak-dampak yang diakibatkannya baik dampak positif

maupun dampak negatif. Seperti Gereja yang memanfaatkan sekaligus mengkritisi

globalisasi, katekis juga memanfaatkan globalisasi sekaligus mengkritisi jika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

82

melanggar sisi kemanusiaan. Katekis menyikapi era globalisasi bukan untuk

kehidupan pribadinya saja tetapi lebih-lebih untuk tugasnya sebagai pewarta

Kabar Gembira dan pemandu katekese. Anselmus Alaman (dalam Secercah

Lentera Kehidupan, 2012: 390) mengatakan bahwa katekis harus mampu

menyesuaikan diri, membawa diri, serta pandai-pandai mengemas spiritualitas

Kristiani dalam bahasa yang universal. Katekis harus menyesuaikan diri dan dapat

membawa diri di dalam era globalisasi namun dirinya harus tetap tampil dengan

spiritualitas Kristiani yang mendalam dalam tugasnya sebagai pewarta.

Katekis perlu memanfaatkan globalisasi saat ini untuk kepentingan tugasnya

dalam berkatekese seperti memanfaatkan teknologi yang semakin maju. Menurut

Bapak Anselmus Alaman (dalam Secercah Lentera Kehidupan 2012: 286) yang

telah berkatekese menggunakan audiovisual sejak lama, media audiovisual

menjadi bahasa tersendiri dan kebudayaan baru yang sangat membantu

berkatekese pada saat ini. Kita dapat menggunakan banyak media seperti gambar,

video, film, cerita bergambar dan sarana-sarana lain untuk berkatekese. Di

perkotaan dan perindustrian yang lebih banyak para pekerja yang sibuk dan sulit

meluangkan waktu untuk berkatekese, katekis dapat menggunakan messenger

seperti BBM, WhatsApp atau yang lain untuk memberikan renungan-renungan

setiap hari untuk meneguhkan dalam iman seperti yang banyak diguanakan saat

ini. Katekis tidak boleh gentar menghadapi arus globalisasi saat ini. Sr. Yohana

Erna Yani Astuti, FMM (dalam Secercah Lentera Kehidupan 2012: 283)

mengatakan,”Aku bergulat dengan perasaan-perasaanku saat menghadapi

persoalan-persoalan pastoral dan dunia yang sangat kejam. Tetapi seperti ombak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

83

di laut selalu menuju ke pantai, demikian pula Kasih Allah terhadapku.” Katekis

harus selalu percaya bahwa Tuhan selalu menyertai setiap karyanya.Tiada yang

lain katekis harus meyakini Yesus yang ia wartakan hadir mendampingi hidupnya

di tengah arus globalisasi ini. Di dalam era globalisasi yang serba cepat berubah

justru Tuhan ingin katekis makin aktif memberikan dirinya untuk semakin

meneguhkan para umat Kristiani dalam iman sehingga tidak terbawa arus

globalisasi.

C. Spiritualitas Katekis yang Bersumber dari Yohanes 13:1-20

Pada Bab II telah dibahas mengenai spiritualitas bersumber dari Yohanes

13:1-20. Spiritualitas yang muncul dari Bab II ditujukan kepada setiap umat

beriman. Pada bagian ini, spiritualitas yang bersumber dari Yohanes 13:1-20

ditujukan kepada para katekis.

1. Penuh Cinta

Cinta menjadi keutamaan dalam karya Yesus di dunia. Ia mencintai dunia ini

dan segala isinya, terutama manusia. Karena cinta-Nya, Yesus ingin semua

manusia terselamatkan. Cinta Yesus tampak begitu nyata dalam setiap langkah

karya-Nya. Yesus menyapa orang-orang yang miskin dan disingkirkan. Ia

memberi kekuatan kepada mereka yang miskin dan disingkirkan untuk terus

memiliki harapan hidup. Yesus menyembuhkan yang sakit hanya dengan syarat si

sakit menerima Yesus dalam hatinya. Yesus berdialog dengan perempuan Samaria

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

84

tanpa rasa risih tetapi penuh keramahan. Yesus menjadi garam dan terang bagi

orang-orang miskin dan tersingkirkan juga bagi semua orang yang percaya kepada

Dia. Cinta Yesus kepada para murid-Nya tampak begitu nyata dalam peristiwa

pembasuhan kaki (Yoh. 13:1-20). Yesus mencintai para murid-Nya sampai

selama-lamanya (Yoh. 13:1) dan ingin semua murid-Nya selamat. Saat Ia

membasuh kaki murid-murid-Nya, Yesus melakukan dengan penuh keramahan

bukan keterpaksaan. Ini menunjukkan Ia melakukan semua itu dengan cinta

kepada murid-murid-Nya. Semua yang Yesus lakukan didasari dengan cinta.

Bahkan ketika Ia harus menderita dan wafat di salib, semua dilakukan karena Ia

mencintai manusia dan ingin manusia selamat.

Para katekis diharapkan memiliki sikap penuh cinta di dalam melaksanakan

tugas perutusannya. Yesus yang begitu mencintai manusia rela menderita dan

wafat demi keselamatan manusia. Katekis juga memiliki cinta kepada Allah,

Yesus, Gereja, tugasnya dan dirinya sendiri. Seperti Yesus yang mencintai murid-

murid-Nya sampai pada selama-lamanya (bdk. Yoh 13:1) katekis meneladan

Yesus mencintai umatnya dalam keadaan apapun. Karena cintanya, melayani

umatnya adalah hal yang penting di dalam hidup katekis. Katekis ingin membantu

umat selalu dekat dengan Allah dengan berbagai pelayanan yang dapat ia lakukan.

Karena cintanya kepada umatnya, katekis selalu membawa umatnya di dalam hati

dan selalu membawanya dalam doa. Demikian Yesus juga mendoakaan para

murid-Nya.

Karena cintanya itu, katekis mengerahkan segala kemampuan dirinya agar

pewartaan Injil dapat terlaksana sehingga semakin banyak manusia akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

85

terselamatkan. Katekis diharapkan berkarya berdasarkan cinta. Menjadi katekis

bukan sekedar pilihan hidup tetapi harus disadari sebagai panggilan Tuhan.

Katekis harus mencintai panggilan itu sama seperti Ia mencintai hidupnya.

Apabila katekis sudah mencintai panggilannya maka semua yang dikerjakan akan

penuh dengan cinta dan bukan keterpaksaan.

2. Melayani Kehendak Allah

Melayani kehendak Allah adalah tugas Yesus yang diteruskan oleh Gereja.

Kehendak Allah adalah supaya semua orang dapat terselamatkan. Yesus

mengusahakan kehendak Allah tersebut dapat tercapai. Beragam cara Yesus

lakukan supaya banyak orang terselamatkan. Ia berkhotbah kepada banyak orang,

membuat mukjizat, menyapa orang-orang miskin dan tersingkir, memberi teguran

kepada orang yang berdosa dan mengajak para murid-Nya untuk ikut melakukan

tugas menyelamatkan banyak orang.

Dalam Yohanes 13:14-15 Yesus mengajak para murid untuk meneladan apa

yang Ia lakukan. Yesus menyatakan cinta-Nya kepada mereka dengan

membersihkan dosa melalui simbol pembasuhan kaki. Yesus ingin para murid

saling membasuh kaki supaya mereka saling menyelamatkan, sehingga semakin

banyak orang selamat.

Sama seperti Para Rasul, katekis juga diajak Yesus untuk ikut melayani

kehendak Allah. Katekis harus mengusahakan supaya semakin banyak orang

selamat. Katekis harus mengikuti jejak Yesus dan Para Rasul dalam usaha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

86

keselamatan manusia. Yesus dan Para Rasul berani tampil di tengah masyarakat

untuk menawarkan keselamatan kepada mereka. Yesus mengajak manusia untuk

percaya kepada-Nya sebagai jalan menuju Allah. Para Rasul meneruskan dengan

mewartakan Yesus Sang Juruselamat manusia. Saat ini, katekis harus tampil di

tengah umat untuk mewartakan Yesus supaya keselamatan dapat menyentuh

semakin banyak manusia.

Katekis harus bergerak maju dalam melayani kehendak Allah. Katekis tidak

cukup hanya berkhotbah dan menyampaikan ajaran-ajaran Gereja. Katekis

diharapkan tampil dengan mengenakan Yesus. Katekis hadir di tengah-tengah

orang miskin dan tersingkir, katekis hadir ketika umat mengalami kebimbangan,

katekis hadir di tengah anak-anak yang membutuhkan sapaan kasih Tuhan dengan

kata lain katekis hadir di setiap sisi kehidupan umat. Dengan melakukan demikian

katekis akan menjadi penyalur kasih Allah kepada manusia dan membuat semakin

banyak orang merasakan kasih Allah. Kasih Allah akan menjadi sumber kekuatan

dan keselamatan manusia. Dengan demikian katekis telah menjadi pelayan

kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia sebanyak-banyaknya.

3. Berani Berkorban

Melakukan Kehendak Allah memiliki konsekuensi untuk berkorban. Allah

sendiri berkorban demi keselamatan manusia. Ia merelakan Putra-Nya untuk turun

ke dunia demi terlaksana-Nya misi keselamatan manusia. Yesus juga berkorban

supaya Kehendak Allah terwujud. Demi keselamatan manusia Yesus rela

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

87

menderita hingga wafat di salib. Dalam kisah pembasuhan kaki tampak

pengorbanan yang dilakukan Yesus. Yesus tahu bahwa Ia akan segera

menghadapi kematian (Yoh. 13:1). Tetapi sebelum kematian itu terjadi, Ia telah

menghadapi kenyataan bahwa Ia akan dikhianati oleh murid-Nya sendiri (Yoh.

13:2).

Para katekis mewartakan Injil agar semakin banyak manusia percaya kepada

Yesus. Pewartaan Injil menjadi hal yang utama dari tugasnya sebagai katekis.

Katekis melakukan berbagai cara agar pewartaan Injil dapat terlaksana di dunia

ini. Seperti Yesus yang berkorban dalam banyak hal demi pewartaan Kerajaan

Allah, katekis juga berani berkorban demi terlaksananya pewartaan Injil di tengah

dunia. Kita dapat melihat katekis sukarelawan yang mewartakan Injil dengan rela

tanpa pamrih. Mereka tidak memikirkan hal yang didapat dari usahanya karena

yang terpenting adalah pewartaan Injil terus terlaksana.

Katekis harus berkorban banyak hal untuk mewartakan Injil. Pengorbanan itu

berupa kemauan untuk terus belajar, mau melatih diri, waktu, tenaga dan bahkan

materi. Katekis harus memiliki kemauan untuk belajar. Ada banyak hal yang

dapat dipelajari oleh katekis seperti ajaran-ajaran Gereja, berita-berita dunia,

perkembangan teknologi dan konteks umat setempat. Katekis harus bersusah

payah mempelajari ajaran-ajaran Gereja seperti dalam Kitab Suci, Katekismus

Gereja Katolik, Konsili Vatikan II, Kitab Hukum Kanonik dan lain-lain. Ajaran

Gereja juga mengalami perkembangan seturut dengan perkembangan jaman.

Katekis harus rela membuka diri untuk mempelajari pandangan-pandangan Bapa

Paus dan Uskup-Uskup mengenai dunia dan Gereja dewasa ini. Katekis juga harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

88

rela memperbarui berita-berita dunia dan nasional yang nantinya dapat diangkat

menjadi isu yang dibicarakan ketika pertemuan katekese di tengah umat. Katekis

jaman ini dituntut untuk mengenal dan menguasai perkembangan teknologi.

Kemajuan sistem informatika seperti munculnya perangkat-perangkat yang serba

canggih tidak boleh menjadi penghambat karya pewartaan katekis. Katekis harus

mempelajari perkembangan teknologi sehingga dapat dimanfaatkan untuk

membantu tugasnya. Konteks umat setempat tidak boleh luput dari perhatian

katekis. Katekis rela mempelajari latar belakang umat yang dibimbingnya

sehingga ia tahu apa dan bagaimana katekese harus disampaikan.

Katekis juga harus berkorban waktu, tenaga, pikiran dan bahkan materi.

Katekis harus rela memotong waktu pribadinya untuk melayani umat. Katekis

juga harus menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk menyiapkan dan

melaksanakan katekese. Katekis juga tidak jarang harus rela mengeluarkan uang

sendiri untuk membiayai persiapan dan perjalannya menuju tempat pertemuan.

Semua yang dilakukan katekis untuk mewartakan Yesus Kristus adalah

pengorbanan dirinya supaya keselamatan dapat menyentuh semakin banyak

orang.

4. Rendah Hati

Yesus adalah pribadi yang rendah hati. Kita dapat membaca dalam kisah

pembasuhan (Yoh 13:1-20) Yesus mengambil pekerjaan seorang hamba. Yesus

tidak menujukkan kebesaran yang Ia punya supaya dihormati murid-murid-Nya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

89

Tetapi Ia melepaskan kebesaran yang Ia miliki dan menempatakan diri sama

dengan para murid-Nya. Sikap rendah hati yang ditampilkan Yesus membuat diri-

Nya diterima banyak orang terutama rakyat kecil. Yesus seperti angin segar yang

menyapa dan berinteraksi dengan rakyat kecil dan tersingkir. Ia datang bukan

dengan kuasa untuk menaklukkan, tetapi merendahkan diri dan menempatkan diri

sama dengan manusia sehingga dapat merangkul dan mengajak manusia kepada

keselamatan Allah.

Seorang katekis harus memiliki relasi yang kuat dengan semua anggota

Gereja baik itu umat awam maupun hierarki. Relasi yang kuat akan mudah

dibangun jika katekis memiliki sikap rendah hati terhadap yang lain. Yesus juga

memiliki sikap rendah hati. Karena sikap Yesus yang rendah hati, relasi antara

Yesus dan para murid-Nya begitu dekat. Para murid bukan dipandang semata-

mata bawahan Yesus, tetapi teman perjalanan Yesus dan penerus karya-Nya.

Dengan mencontoh Yesus, katekis diharapkan memiliki sikap rendah hati.

Dengan rendah hati, para katekis tidak merasa diri lebih mampu dari umat yang

lain, tetapi merasa perlu banyak belajar terus-menerus. Sikap rendah hati juga

akan membuat relasi yang akrab dengan umat lain karena dengan rendah hati

katekis tidak menyombongkan keunggulan tetapi bersikap ramah dan merangkul

semua umat.

Katekis memiliki peran yang penting dalam misi pewartaan Kabar Gembira

Gereja Katolik. Hal ini tidak menjadikan katekis besar hati karena peran

pentingnya itu. Katekis adalah pelayan Tuhan yang mengabarkan Warta Sukacita

yang telah diwartakan oleh Yesus dan diteruskan Gereja. Maka katekis harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

90

memiliki semangat rendah hati. Katekis yang memiliki kerendahan hati akan

menempatkan dirinya sebagai sesama manusia dengan umat lain. Dengan sikap

rendah hati, katekis hadir di semua kalangan umat. Katekis menyapa semua umat

sebagai sesama umat Allah dan tidak membeda-bedakan status umat. Katekis

menerima semua umat dengan segala keunikannya. Bila suatu saat dalam

pertemuan ada umat yang mengemukakan pendapat yang keliru, katekis tidak

menghakimi umat itu tetapi merangkul dan membimbing umat dengan

menyampaikan pendapat yang lebih tepat. Katekis tidak bersikap arogan dan

seolah-olah paling bisa dan tahu segalanya. Bila berhadapan dengan umat yang

wawasannya lebih rendah, katekis tidak merasa diri lebih pandai dari yang lain.

Bila berhadapan dengan umat yang memiliki wawasan yang lebih baik, katekis

tidak rendah diri tetapi menerima kekurangannya dan mau belajar supaya bisa

mengimbangi pembicaraan umatnya. Sikap rendah hati akan membuat katekis

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga terbangun relasi yang

harmonis antara katekis dengan umat lain.

D. Pembinaan Katekis

Pembinaan katekis saat ini menjadi sangat penting. Congregation for

Evangelization of Peoples (Komkat KWI, 1997: 43) mengatakan bahwa perlu

ditekankan pembinaan yang dikaitkan dengan kualitas, karena setiap kegiatan

kerasulan yang tidak ditunjang oleh tenaga terdidik secara tepat akan gagal.

Pembinaan katekis harus menjadi perhatian karena sebagai pewarta Kabar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

91

Gembira harus memiliki kualitas hidup yang dapat dipertanggungjawabkan untuk

memenuhi tugas itu. Pembinaan katekis ini menyangkut pengetahuan, ketrampilan

dan kehidupan rohani agar pewartaanya sungguh berbobot dan dapat

dipertanggungjawabkan (Prasetya, 2007: 53). Pembinaan katekis tentang

pengetahuan, ketrampilan dan kehidupan rohani harus dilangsungkan terus-

menerus. Kitab Hukum Kanonik kanon 780 mengatakan,

“Hendaknya para Ordinaris wilayah berusaha agar para katekis disiapkan

dengan sungguh-sungguh untuk dapat melaksanakan tugas mereka dengan

baik, yakni supaya dengan diberikan pendidikan yang terus-menerus mereka

memahami dengan baik ajaran Gereja dan mempelajari teoritis dan praktis

norma-norma khas untuk ilmu-ilmu pendidikan”

Pembinaan dan pendidikan untuk katekis dapat menjadi perhatian penting bagi

Gereja karena katekis akan mewartakan Kabar Gembira. Dengan adanya

pembinaan dan pendidikan katekis yang berkualitas dan terus-menerus katekis

akan menjadi juru bicara Gereja dalam hal penyampaian iman Gereja secara benar

dan bertanggung jawab.

1. Pembinaan Kehidupan Rohani

Pembinaan kehidupan rohani dan kepribadian katekis harus diarahkan kepada

“kemampuan untuk menerobos ke dalam jiwa untuk menemukan prinsip dan

sumber identitas katekis, yakni pribadi Yesus Kristus sendiri (Komkat KWI,

1997: 44). Katekis harus menempatkan Yesus di dalam jiwanya. Yesus Kristus

dengan segala peri hidup-Nya harus menjadi prinsip dan identitas katekis. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

92

karena yang menjadi perhatian utama katekis adalah menyampaikan ajaran dan

kehidupan Yesus melalui ajaran dan perilaku hidup mereka.

Pembinaan juga mengarahkan katekis menuju kedewasaan manusiawi.

Katekis yang diharapkan adalah seorang pribadi dengan kematangan sebagai

manusia yang sesuai dengan perannya yang penuh tanggung jawab dalam

komunitas gerejawi (Komkat KWI, 1997: 45). Kematangan sebagai manusia yang

dimaksudkan di atas adalah keseimbangan psikologis, kesehatan yang baik, rasa

tanggung jawab, jujur, dinamis, semangat berkorban, tekun, memiliki relasi yang

baik dengan sesama, berpikir terbuka, mampu menyampaikan hiburan dan

harapan serta tangkas dalam pekerjaan-pekerjaannya.

Pembinaan juga mengarahkan katekis menuju kehidupan rohani yang

mendalam. Untuk bisa mendidik orang lain dalam hal iman, para katekis harus

mempunyai kehidupan rohani yang mendalam (Komkat KWI, 1997: 45).

Kehidupan rohani akan membawa katekis kepada relasi yang mesra dengan Yesus

dalam setiap segi kehidupannya. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk

memperdalam kehidupan rohani yakni; menghadiri Ekaristi secara teratur,

mendaraskan Ibadat Harian, meditasi, doa pribadi, menerima sakaramen

pengampunan dosa dan ikut ambil bagian dalam retret rohani baik sebagi peserta

maupun pendamping (Komkat KWI, 1997: 46-47). Melalui hidup doa yang

mendalam semacam itu para katekis akan memperkaya kehidupan batinnya dan

mengembangkan hidup rohaninya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

93

2. Pengayaan Harta Kekayaan Iman Gereja

Pembinaan katekis mencakup pembinaan mengenai harta kekayaan iman

Gereja. Petemuan Nasional Katekis tahun 2005 di Jakarta merekomendasikan

bahwa katekis harus memiiki pengetahuan yang memadai dan sesuai dengan

perkembangan jaman yang menunjang tugas panggilannya (Komkat KWI, 2005:

135). Pengetahuan yang dimaksudkan di sini adalah pengetahuan mengenai ajaran

Gereja dan ilmu-ilmu manusia (human sciences).

Ada kebutuhan yang jelas akan pendidikan yang menyangkut ajaran Gereja

karena para katekis pertama-tama harus memahami hakikat ajaran Gereja

sebelum mereka dapat menyampaikan kepada orang lain secara benar (Komkat

KWI, 1997: 48). Seorang katekis harus memiliki pengetahuan mengenai ajaran

Gereja karena hal ini akan menjadi modalnya untuk menyampaikan ajaran Gereja

kepada orang lain sesuai dengan ajaran yang benar. Tidak diharapkan katekis

menyampaikan ajaran Gereja secara kurang tepat karena kurangnya pengetahuan

katekis mengenai ajaran Gereja yang benar.

Ajaran-ajaran Gereja yang perlu dipahami oleh katekis adalah pengetahuan

mengenai Kateketik, Pastoral, Teologi, Moral, Kitab Suci, Hukum Gereja dan

Liturgi. Semua pengetahuan di atas akan sangat menunjang tugas katekis bukan

hanya dalam kegiatan katekese tetapi juga dalam pelayanan pastoral lain seperti

memimpin doa lingkungan dan ibadat mingguan.

Pengetahuan mengenai ilmu-ilmu manusiawi antara lain memiliki

pengetahuan tentang perkembangan politik, situasi negara dan perkembangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

94

iptek. Perkembangan politik perlu menjadi wawasan bagi katekis terutama di

Indonesia karena isu-isu politik dapat menjadi bahan katekese yang dibahas

bersama umat sebagai sikap aktif Gereja dalam politik negara. Pengetahuan

mengenai situasi negara yang terjadi harus diperbarui oleh katekis agar ia

memahami isu-isu yang terjadi di negara ini entah itu keamanan, ekonomi atau

yang lain. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menjadi perhatian

para katekis. Contoh kecil saja, penggunaan komputer/laptop sebagai sarana untuk

berkatekese semakin marak dan mampu menarik minat umat sehingga katekis

perlu mempelajari penggunaan laptop untuk menunjang tugas-tugasnya.

3. Pembinaan Ketrampilan

Selain memiliki kehidupan rohani yang mendalam dan pengetahuan, katekis

juga harus memiliki ketrampilan dalam melaksanakan tugasnya. Pertemuan

Nasional Katekis tahun 2015 di Jakarta (Komkat KWI, 2005: 135) merumuskan

ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki katekis yakni: ketrampilan

berkomunikasi dan berdialog; ketrampilan berefleksi; ketrampilan menganalisa;

ketrampilan menggeluti tanda-tanda jaman dalam terang Kitab Suci; ketrampilan

menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program kateketik dan pastoral; dan

ketrampilan dalam kepemimpinan dan manajemen.

Ketrampilan untuk berkomunikasi dan berdialog perlu dimiliki para katekis

karena katekis sebagai public figure harus mampu berkomunikasi dan berdialog

dengan terampil sehingga peserta katekese dapat tertarik untuk mendengarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

95

katekis. Kemampuan berefleksi yakni kemampuan untuk menemukan nilai-nilai

manusiawi dalam pengalaman sehari-hari, nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci

dan ajaran Gereja kemudian memadukan nilai-nilai kristiani dalam pengalaman

hidup sehari-hari (Lalu, 2007: 159). Untuk terampil berefleksi katekis perlu

melatih diri misalnya menyempatkan waktu hening sebelum tidur untuk

meresapkan apa yang terjadi di hari itu. Katekis harus terampil menganalisa

keadaan. Ia harus mampu membaca tanda-tanda zaman, menganalisa apa yang

sebenarnya terjadi dalam terang Kitab Suci.

Kemampuan menganalisa juga dapt digunakan katekis untuk membaca situasi

umat sehingga ia dapat menempatakan diri di tengah umat secara tepat. Katekis

juga harus terampil menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program dan

kegaiatan kateketik. Katekis mengerti tema apa yang harus dibawakan dalam

katekese, materi apa saja yang disampaikan, tujuan yang ingin dicapai, metode

yang akan dipakai dan sarana apa saja yang menunjang. Katekis juga harus

memiliki jiwa kepimimpinan. Selain menjadi pelayan katekese, katekis juga

sering bertugas dalam pelayanan pastoral. Wibawa kepemimpinan diperlukan agar

sebagai katekis tidak dipandang sebelah mata oleh umat dan mampu meyakinkan

umat bahwa apa yang disampaikan mengenai ajaran Gereja benar adanya.

Pembinaan katekis harus berlangsung terus-menerus. Para katekis harus tetap

membina diri terus-menerus selama seluruh perjalanan pelayanan mereka

(Komkat KWI, 1997: 58). Hal ini karena pada kenyataannya pribadi manusia

terus berkembang, kehidupan manusia terus berkembang, jaman terus

berkembang dan menuntut para katekis memahami perkembangan yang terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

96

dengan ikut berkembang juga. Pembinaan terus-menerus bukan untuk

menggantikan apa yang menjadi dasar pendidikan katekis, tetapi memperkokoh

pendidikan dasar katekis dan penerapannya dalam praktek. Pembinaan dan

pendidikan yang terus-menerus harus menjadi perhatian semua pihak yakni pusat-

pusat pastoral, komunitas setempat, keuskupan dan paroki. Pada akhirnya,

pembinaan katekis baik itu dasar maupun yang berkelanjutan harus menjadi

perhatian katekis itu sendiri sebagai pelaku karena katekis harus menyadari apa

yang manjdi kebutuhan dirinya agar ia dapat mewartakan Kabar Gembira secara

tangguh, tekun dan dapat dipertanggungjawabkan.

E. Penutup

Katekis telah menjadi bagian penting dalam misi Gereja mewartakan Injil ke

seluruh dunia sejak jaman dahulu. Katekis telah ikut berperan aktif terjun

langsung di umat untuk mewartakan Kabar Keselamatan dari Yesus Kristus. Saat

ini katekis menjadi gembala iman di tengah-tengah umat basis untuk membantu

imam menjaga dan mengembangkan iman umat. Seperti kita ketahui dalam

penjelasan di atas, tugas utama katekis adalah mewartakan Yesus Kristus di dalam

dan luar Gereja. Mewartakan Yesus Kristus bukan hanya membicarakan Yesus

Kristus kepada orang lain, tetapi menjadikan dirinya pancaran kasih Yesus. Bagi

katekis yang manusiawi tentu tidak mudah menjadi perantara Kasih Yesus untuk

umat manusia. Katekis perlu memiliki kualitas pribadi yang mumpuni untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

97

menerima Yesus sebagai bagian hidupnya yakni dengan mendekatkan diri kepada

Yesus.

Spiritualitas katekis menjadi semangat yang menggerakkan katekis sekaligus

menjadi identitas diri para katekis. Spiritualitas katekis yang terinspirasi dari

Yesus akan mendekatkan pribadi katekis dan pribadi Yesus hingga kemudian

pribadi katekis menampakkan pribadi Yesus juga. Spiritualitas katekis yang

melayani kehendak Allah, berani berkorban, rendah hati dan penuh cinta yang

diambil dari Injil Yoh. 13:1-20 merupakan spiritualitas yang berasal dari Yesus.

Melalui kisah pembasuhan kaki, penulis telah berusaha menemukan spiritualitas

katekis yang terinspirasi dari Yesus sendiri. Pada penjelasan di atas penulis telah

menjelaskan spritualitas katekis yang berasal dari kisah pembasuhan kaki dalam

Yoh. 13:1-20. Pada bab berikutnya, penulis mencoba mengaplikasikan

spiritualitas katekis tersebut untuk diterapkan kepada para katekis di dalam sebuah

program kegiatan. Program tersebut tidak menumbuhkan lokasi penerapannya

dengan harapan dapat dipakai di banyak tempat dengan menyeseuaikan

keadaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

BAB IV

USULAN KEGIATAN PEMBINAAN KATEKIS DALAM RANGKA

MENUMBUHKAN SPIRITUALITAS KATEKIS YANG BERSUMBER

DARI INJIL YOHANES 13:1-20

Pada bagian ini penulis akan membuat usulan program pembinaan bagi

katekis dan calon katekis. Sebelum itu penulis akan menyampaikan prinsip

andragogi dan teori psikologi perkembangan secara singkat. Penulis

menyampaikan prinsip andragogi dan teori psikologi perkembangan karena

membina katekis yang telah dewasa tidak lagi dapat disamakan dengan membina

anak-anak dan remaja. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membina

manusia pada usia dewasa. Membina orang dewasa perlu memperhatikan aspek-

aspek dari perkembangan psikologi, fisik dan pikiran agar pembinaan dapat

berlangsung kontekstual dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan para katekis

sehingga para katekis mampu menyerap dan menerima materi-materi dalam

pembinaan.

A. Andragogi dalam Pembinaan Katekis

Penerapan prinsip andragogi menjadi penting dalam pembinaan bagi katekis.

Hal ini karena katekis secara usia dikatakan sudah dewasa sehingga memerlukan

prinsip-prinsip yang lain dari pendidikan anak-anak atau pedagogi. Untuk lebih

memahami berbagai hal yang dialami pada usia dewasa penulis akan memberikan

penjelasan secara ringkas mengenai perkembangan usia dewasa yang didasarkan

dari tulisan Elizabeth B. Hurlock dalam buku Psikologi Perkembangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

99

1. Usia Dewasa Dini dan Usia Madya

Elizabeth B. Hurlock (1980: 245-375) membagi usia dewasa menjadi dua

kategori yakni usia dewasa dini (usia 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun) dan usia

madya (usia 40 tahun sampai 60 tahun). Usia dewasa dini dan usia madya

memiliki beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan ketika akan menerapkan

prinsip andragogi. Awal masa dewasa dini disebut juga masa peralihan dari masa

remaja. Pada masa peralihan ini, orang muda mengalami beberapa penyesuaian

seperti fisik, motivasi, minat dan peran. Pada kemampuan fisik, masa dewasa dini

akan mengalami puncak perkembangan fisik. Orang-orang muda mencapai

puncak kekuatannya antara usia dua puluhan dan tiga puluhan (Hurlock, 1980:

253). Pada usia dewasa dini, orang akan belajar ketrampilan-ketrampilan motorik

baru. Orang dewasa muda sekalipun memiliki kekuatan fisik dan motorik tetapi

minat untuk bermain sudah menurun. Mereka memilih untuk melakukan

ketrampilan-ketrampilan motorik yang dianggap sebagai kemampuan orang

dewasa.

Usia dewasa dini membawa perubahan minat dari usia remaja. Pada usia

dewasa dini, pria dan wanita mulai memperhatikan penampilan diri. Penampilan

diri akan menjadi hal yang penting untuk menunjukkan kedewasaan seseorang

agar ia diterima menjadi bagian status sosial sebagai orang dewasa. Minat orang

dewasa dini mengalami pengurangan pada hobi dan rekreasi. Orang dewasa tidak

menghilangkan hobinya namun terhalang karena berbagai tanggung jawab baru

yang membuat waktu untuk hobi semakin sedikit. Pada umumnya, orang dewasa

dini memilih rekreasi yang tidak menghabiskan waktu banyak karena harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

100

bekerja atau hal lain. Pada minat keagamaan, orang dewasa dini mulai

menganggap penting peran agama. Orang dewasa perlu memiliki pegangan hidup.

Tahap-tehap perkembangan iman manusia akan dijelaskan pada bagian

berikutnya.

2. Tahap-Tahap Perkembangan Iman menurut Fowler

Fowler (Diktat Pengantar PAK Sekolah: 117-120) membagi perkembangan iman

manusia menjadi 6 bagian dimana masing-masing bagian memiliki karakteristik

yang membedakan antara bagianyang satu dan yang lain.

a. Iman Intuitif – Projektif: Usia 2-6/7 tahun

Pada perkembangan di usia 2-6/7 tahun, anak mulai belajar berbicara. Mereka

mimiliki sifak egoistis, mudah berubah, melayang-layang dan tidak logis. Anak

pada usia ini senang menggambarkan sesuatu melalui imajinasinya berdasarkan

hal-hal yang mereka alami sehari-hari. Pada tahap ini Allah digambarkan oleh

mereka sebagai udara yang berada dimana-mana dan berjumlah banyak.

b. Iman Mistis – Literal: Usia 7-12 tahun

Pada usia ini anak pada umumnya masuk jenjang pendidikan formal. Anak

mulai dapat menceritakan pengalamannya sendiri. Mereka dapat menghafal cerita

dengan detail. Anak dapat mengingat dengan baik pengalaman-pengalaman di

usia ini. Sekalipun anak dapat menghafal cerita tetapi masih memaknai secara

harafiah. Pada usia ini Allah digambarkan secara antropomorphis, misalnya

seperti orang tua yang bijaksana, penuh perhatian, sabar atau digambarkan seperti

tokoh dalam ceritera.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

101

c. Iman Sintesis – Konvensional: Usia 13-21 tahun

Remaja pada usia ini mulai mencari jati dirinya. Para remaja biasanya

memiliki tokoh panutan atau yang menginspirasi untuk menentukan jati dirinya.

Para remaja mulai memiliki relasi pertemanan yang akrab dan berusaha untuk

diterima di dalam kelompok. Gambaran Tuhan yang dirindukan bagi mereka

adalah yang dekat, mengerti, menerima dan meneguhkan jati diri. Mereka mulai

menerima persekutuan dengan umat satu agamanya dan menerima imannya begitu

saja belum sampai pada refleksi dan analisa terhadap apa yang diimaninya.

d. Iman Individual – Reflektif: Usia 21-35 tahun

Pada tahap dewasa awal orang mulai berfikir secara mandiri dan meimiliki

keasadaran kritis terhadap dirinya dan sekitar. Pada usia ini orang mulai berani

meninggalkan ketergantungan terhadap keluarga dan berfikir mandiri sekalipun

diliputi rasa khawatir. Pada perkembangan iman di usia ini orang mulai kritis

terhadap imannya yakni mulai menggali makna, misalnya mengenai simbol-

simbol liturgi. Pencarian terhadap makna-makna mengenai yang diimaninya akan

membuat orang semakin teguh.

e. Iman Konjungtive: Usia 30 tahun ke atas

Banyak orang berpendapat bahwa pada usia orang memasuki tahap

kedewasaan utuh. Mereka mimiliki pengetahuan yang dialogis dengan ciri

komunikasi yang matang. Orang mulai setia terhadap agama sendiri sekaligus

menghormati iman orang lain. Dialog dianggap jalan untuk mengenal,

menghormati orang lain sekaligus memperkaya imannya sendiri. Iman

mempersatukan elemen hidup yang disadari dan tidak disadari yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

102

memperkembangkan kesadaran diri yang terdalam. Mereka bersifat positif pada

realitas negatif dan berat sehingga tetap memiliki kepercayaan terhadap Allah.

Orang menyadari bahwa Allah adalah penopang hidupnya.

f. Iman Universal

Pada tahap ini orang mencapai kebenaran utuh melebihi kebenaran

paradoksal dan dialektikal. Mereka mengejawantahkan cinta kasih sejati tanpa

pamrih, universal dan memperhatikan prinsip keadilan secara betul-betul. Mereka

membatasi ego diri dan dapat fokus pada yang transenden. Dengan rela mereka

mengidentifikasikan diri pada pihak yang miskin, menderita dan tertindas. Tahap

perkembangan iman universal adalah anugerah Allah. Fowler berpendapat orang-

orang seperti M. Gandhi, Martin Luther King, Jr., Sr. Teresa, D. Bonhoeffer,

Abraham Heschel, Th. Merton dan Dag Hammarskjold sebagai orang-orang yang

memiliki iman universal.

3. Penerapan Prinsip Andragogi dalam Pembelajaran

Secara etimologis, andragogi berasal dari bahasa Latin “andros” yang

berarti orang dewasa dan “agogos“ yang berarti memimpin atau melayani. Dari

bahasa Yunani andragogi berasal dari kata andros yang berarti orang dewasa dan

agogein yang berarti memimpin. Andragogi dirumuskan sebagai ilmu untuk

membimbing orang dewasa atau ilmu mengajar orang dewasa. Knowles (Sudjana,

2005: 62) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu

peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and arts of helping adults

learn). Orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

103

dilihat dari segi sosial dan psikologis. Secara biologis, seseorang disebut dewasa

apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, seseorang disebut

dewasa apabila ia telah melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan

kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila

telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.

Prinsip Andragogi sudah mulai digunakan dalam penanganan kasus-kasus dalam

bidang pelayanan masyarakat, proses pemasyarakatan kembali, pendidikan luar

sekolah, manajemen personalia, organisasi-organisasi masa, program

pembangunan masyarakat dan sebagainya.

Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang

menggunakan asas-asas pendekatan andragogi sebagai berikut :

a. Menciptakan iklim untuk belajar

b. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling

membantu

c. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai

d. Merumuskan tujuan belajar

e. Merancang kegiatan belajar

f. Melaksanakan kegiatan belajar

g. Mengevaluasi hasil belajar

Dari ketujuh proses tersebut maka andragogi dipandang sebagai suatu sistem

belajar umpan balik dimana andragogi merupakan proses perkembangan yang

berkelanjutan bagi orang dewasa untuk belajar. Dalam prinsip ini fungsi utama

seorang guru ialah mengatur dan membimbing proses andragogi itu sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

104

daripada mengatur isi pelajaran. Dengan demikian peserta memiliki peran aktif

untuk ikut menentukan jalannya pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan

prinsip andragogi menuntut peserta untuk mau mengemukakan pengalaman

sehari-hari yang diperkuat dengan tanggapan peserta lain dan fasilitator

pengalaman tadi menjadi kuat dan peserta menjadi semakin paham dengan apa

yang harus dilakukan. Pembelajaran dengan prinsip andragogi tidak berangkat

dari pengetahuan fasilitator yang diterapkan untuk peserta tetapi pengalaman dari

peserta yang akan diteguhkan.

Knowles (1979: 11-27) menyatakan apabila orang telah berumur 17 tahun,

maka penerapan prinsip andragogi dalam kegiatan pembelajarannya telah menjadi

suatu kelayakan. Usia belajar pada kelompok belajar program Perguruan Tinggi

rata-rata di atas 17 tahun, sehingga dengan sendirinya penerapan prinsip

andragogi pada kegiatan pembelajarannya semestinya diterapkan.

Perlunya penerapan prinsip andragogi dalam pembelajaran orang dewasa

dikarenakan cara mengajar orang dewasa berbeda dengan cara mengajar anak.

Mengajar anak (pedagogi) lebih banyak merupakan upaya

mentransmisikan sejumlah pengalaman dan keterampilan dalam rangka

mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan di masa datang. Sebaliknya,

mengajar orang dewasa (andragogi) lebih menekankan pada membimbing dan

membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

dalam rangka memecahkan, masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

Ketepatan pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan

pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil belajarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

105

Metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar dengan

prinsip andragogi ialah :

a. Berpusat pada masalah

b. Menuntut dan mendorong peserta untuk aktif

c. Mendorong peserta untuk mengemukakan pengalaman sehari-harinya

d. Menumbuhkan kerja sama, baik antara sesama peserta, dan antara peserta

dengan tutor

e. Lebih bersifat pemberian pengalaman, bukan menerapkan pengetahuan

guru/fasilitator atau penyerapan materi.

Ada beberapa cara belajar yang dapat digunakan untuk membantu orang

dewasa belajar, antara lain :

a. Presentasi, cara belajar ini meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog,

wawancara, panel, demonstrasi, film, slide, pameran, darmawisata, dan

membaca.

b. Partisipasi peserta, cara belajar ini meliputi antara lain: tanya jawab,

permainan peran, kelompok pendengar panel reaksi, dan panel yang

diperluas.

c. Diskusi, cara belajar ini terdiri atas diskusi terpimpin, diskusi yang

bersumberkan dari buku, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus.

d. Simulasi, cara belajar ini terdiri atas: permainan peran, proses insiden kritis,

metode kasus, dan permainan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

106

4. Penerapan Prinsip Andragogi dalam Pembinaan Katekis

Di banyak daerah masih banyak katekis yang sudah berusia lanjut masih

mengabdikan diri. Hal ini tentu sangat baik karena Gereja memang membuka diri

untuk keterlibatan semua anggotanya dalam karya pewartaan. Tetapi yang

menjadi perhatian adalah perlu adanya regenerasi dari yang muda karena yang

berusia lanjut memiliki banyak keterbatasan terutama fisik. Pengkaderan katekis

muda perlu mendapat perhatian besar bagi Gereja. Dalam mengkader para katekis

dan calon katekis tentunya diperlukan teknik-teknik dan metode-metode yang

sesuai dengan usia mereka sehingga materi yang disampaikan dapat terserap

dengan baik oleh mereka. Pembinaan katekis sudah selayaknya memperhatikan

penerapan prinsip andragogi. Hal ini karena secara tahapan, para katekis adalah

orang-orang yang sudah dewasa dan bukan lagi anak-anak. Tidak seperti memberi

pembinaan bagi anak-anak yang menerapkan prinsip pedagogi, para katekis yang

sudah memiliki kedewasaan fisik, pikiran dan psikologi harus dibina dengan

melandaskan prinsip-prinsip andragogi.

Prinsip andragogi menggunakan beberapa metode dan teknik yang sesuai

untuk pendidikan bagi orang dewasa dimana orang dewasa tidak hanya

mendapatkan transfer ilmu saja seperti memberikan pelajaran kepada anak-anak

namun orang dewasa lebih diajak untuk mendalami juga pengalamannya. Prinsip

ini lebih menekankan pada membimbing dan membantu orang dewasa untuk

menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan,

masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Para calon katekis dan katekis

yang dibina hendaknya juga perlu diajak untuk menemukan pengetahuan mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

107

mengenai seluk beluk Gereja dan apa saja yang perlu diajarkan kepada orang-

orang lain. Mereka juga harus memiliki beberapa keterampilan dan sikap yang

harus dimiliki seorang ketekis seperti kemampuan berkomunikasi dengan baik,

memiliki spiritualitas yang baik dan relasi yang baik pula dengan Tuhan dan

dengan sesama. Cara membimbing dengan menggunakan prinsip andragogi akan

memudahkan pengajar untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut dan

sekaligus memudahkan peserta didik dalam mengolah apa yang mereka dapatkan

karena mereka lebih diajak untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan

yang diperlukan di dalam pelayanan.

B. Pembinaan dalam Menumbuhkan Spiritualitas Katekis

Pembinaan menekankan pada pengembangan manusia dari segi praktik yaitu

pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Para katekis perlu mendapat

pembinaan spiritualitas yang memadai agar ia dapat menumbuhkan dan

mengembangkan spiritualitas sehingga dapat menjalankan tugasnya mewartakan

Kabar Gembira dengan penuh semangat.

Spiritualitas katekis tidak bisa didapatkan apabila para katekis hanya

dengan membaca teori saja. Spiritualitas katekis harus dibina dari hari ke hari

sampai menjadi bagian utuh dari dalam diri para katekis. Perlu adanya pembinaan

yang berkelanjutan untuk membantu katekis lebih beriman sehingga jati dirinya

berkembang ke arah lebih baik dan bermakna yaitu menuju hidup rohani yang

terwujud dalam cinta kasih. Pembinaan spiritualitas katekis akan membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

108

katekis menjadi sosok pembina iman yang memadai dan berkualitas untuk umat

(Komisi Kateketik KWI 1997: 43).

C. Menumbuhkan Spiritualitas Katekis yang Bersumber dari Injil Yohanes

13:1-20

Penulis telah menggali spiritualitas yang bersumber dari Injil Yohanes 13:1-

20 di dalam Bab II. Spiritualitas yang telah digali dalam Injil Yohanes 13:1-20

baik jika dimiliki oleh katekis sebagai spiritualitas dalam menjalankan tugasnya

mewartakan Injil. Spiritualitas katekis yang bersumber dari Injil Yohanes 13:1-20

yaitu; melayani kehendak Allah, berani berkorban, melayani, rendah hati dan

penuh cinta. Untuk menghidupi spiritualitas tersebut, katekis harus belajar dan

berlatih dari waktu ke waktu sampai spiritualitas tersebut menjadi bagian dari

dalam diri katekis. Selain belajar dan berlatih, pembinaan dari pembina katekis

juga akan sangat membantu menumbuhkan spiritualitas katekis yang bersumber

dari Injil Yohanes 13:1-20.

1. Pembinaan yang berkelanjutan

Pembinaan bagi katekis adalah pembinaan yang terus berlangsung mulai dari

menjadi calon katekis hingga sudah menjadi katekis. Pembinaan katekis tidak

boleh berhenti karena katekis memerlukan pembinaan yang berkelanjutan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

109

membantu katekis semakin siap dan tangguh dalam melayani Tuhan dalam bidang

pewartaan.

Dalam pembinaan, perlu adanya program yang memiliki kesinambungan dan

tidak terputus. Bidang pewartaan sebuah paroki atau keusukupan dapat merancang

program pembinaan tahunan dengan tema pembinaan yang berkesinambungan

dari waktu ke waktu. Misalnya, pada awal tahun paroki melantik beberapa katekis

dan dilanjutkan dengan pembinaan. Pada awal tahun paroki merancang program

pembinaan dengan tema sosok katekis, ketrampilan katekis dan spiritualitas

katekis. Pada pertengahan tahun tema berkembang tentang pengetahuan mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan tugas katekis seperti ajaran-ajaran Gereja, metode

berkatekese, liturgi dan pengetahuan-pengetahuan yang kontekstual seperti isu-isu

dunia dan Gereja Universal. Program ini dapat dilangsungkan tahun berikutnya

dengan tema yang lebih berkembang misalnya penghayatan spiritualitas di awal

tahun dan mempelajari metode-metode berkatekese dan model-model katekese.

Pembinaan sritualitas katekis juga harus menjadi bagian pembinaan yang

berkelanjutan. Spiritualitas bukan seperti pengetahuan yang dapat dipelajari dan

dimengerti dalam waktu yang terbatas. Menumbuhkan spiritualitas tidak bisa

dilakukan hanya dengan menghafal uraian spiritualitasnya, tetapi perlu

melibatkan pikiran, jiwa dan raga.

Menumbuhkan spiritualitas kita mulai dengan mengenal spiritualitas dan

segala isinya. Untuk menumbuhkan spiritualitas yang bersumber dari Injil

Yohanes 13:1-20 kita mulai dengan membaca Injil itu dengan cermat. Agar kita

lebih paham makna dari Injil Yohanes 13:1-20, kita dapat membaca referensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

110

tafsiran dari ahli Kitab Suci, misalnya Raymond E. Brown, S.S. Para katekis perlu

menyadari bahwa kita bukan ahli tafsir Kitab Suci yang memiliki latar belakang

pendidikan Ktab Suci. Kita perlu membaca referensi dari para ahli Kitab Suci

sehingga penilaian kita terhadap teks tidak melenceng jauh.

Jika katekis sudah memahami teks dari Injil Yohanes 13:1-20, selanjutnya

katekis merenungkan dalam hati. Katekis meresapkan spiritualitas-spiritualitas

yang muncul dari kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yohanes 13:1-20. Katekis

tidak dapat melakukan sekali jadi untuk merespkan dalam hati hingga menjadi

bagian dalam diri. Untuk menanamkan spiritualitas tidak cukup hanya belajar

sehari saja. Perlu waktu untuk menjadikan sebuah spiritualitas menjadi bagian

dalam diri.

Kegiatan pembinaan yang dilakukan paroki kepada para katekis akan

membantu untuk menjadikan spiritualitas katekis dari Injil Yohanes 13:1-20

menjadi bagian dalam diri katekis. Untuk itu, paroki perlu membuat sebuah

kegiatan pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan. Untuk menanamkan

spiritualitas katekis yang bersumber dari Injil Yohanes 13:1-20, paroki dapat

membuat kegiatan pendampingan yang dilakukan beberapa kali. Misalnya

pembinaan berlangsung dalam tiga bulan dengan pertemuan rutin setiap dua

minggu sekali. Dengan jumlah pertemuan yang banyak akan membuat

pembahasan menjadi lebih spesifik dalam setiap pertemuan dan tidak terburu-

buru. Pembinaan yang berkelanjutan mengenai spiritualitas katekis yang

bersumber dari Injil Yohanes 13:1-20 akan membantu katekis menjiwai

spiritualitas itu tahap demi tahap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

111

2. Melatih diri

Seorang katekis yang berkeinginan untuk menumbuhkan spiritualitas dalam

dirinya harus melatih dirinya. Spiritualitas bukanlah produk yang dapat dinikmati

hasilnya dengan sekali jadi. Untuk memiliki spiritualitas yang mendalam katekis

harus memulai dari dasar dan terus melatih diri hingga spiritualitas menjadi

bagian dalam dirinya. Setelah itu katekis akan membuat suatu niat untuk memiliki

semangat rendah hati dengan mulai melatih diri untuk bersikap rendah hati di

dalam kesehariannya.

Katekis yang terus melatih dirinya semakin lama akan memiliki semangat

rendah hati yang telah mengakar di dalam dirinya. Rendah hati bukan lagi suatu

konsep yang harus dimiliki katekis, tetapi telah menjadi bagian dari dinya.

Demikianlah seharusnya katekis untuk terus melatih diri dalam usahanya untuk

menumbuhkan suatu spiritualitas katekis di dalam dirinya.

D. Usulan Kegiatan Pembinaan Katekis dalam Menumbuhkan Spiritualitas

Katekis yang Bersumber dari Injil Yohanes 13:1-20

1. Contoh Kegiatan

Pada bagian ini penulis akan memberikan sebuah usul kegiatan pembinaan

untuk menumbuhkan spiritualitas katekis. Usulan kegiatan yang dikemukakan

oleh penulis adalah kegiatan kaderisasi yang ditujukan untuk katekis-katekis baru.

Usulan kegiatan ini penulis proyeksikan bagi para katekis di Paroki Santo Petrus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

112

Kalirejo, Lampung tempat dimana penulis tinggal. Sebagai gambaran di Paroki

Santo Petrus Kalirejo tidak banyak stasi yang mengadakan katekese. Sejak penulis

kecil tidak mengenal katekese karena tidak pernah merasakan diadakan kegiatan

katekese di lingkungan atau stasi. Yang dilakukan di sana adalah doa lingkungan

yag biasanya dilakukan setiap seminggu sekali tergantung dari kesepakan

lingkungan. Katekis di Paroki Santo Petrus Kalirejo fokus pada katekese

Sakramen Inisiasi dan memimpin doa di lingkungan bila dibutuhkan. Secara garis

besar kegiatan pendalaman iman di Paroki Santo Petrus Kalirejo jarang dilakukan

kecuali katekese Sakramen Inisiasi. Sekalipun kenyataannya demikian, katekis di

Paroki Santo Petrus perlu mendapat pembinaan teruama pembinaan mengenai

spiritualitas agar katekis memiliki semangat juang untuk melayani umat dan

menjadi teladan semangat umat lain dalam melayani Allah.

Isi dari usulan kegiatan ini akan dibagi menjadi dua bagian yakni program

kegiatan dan satuan persiapan kegiatan. Penulis akan menerapkan prinsip-prinsip

andragogi di dalam program ini. Penulis akan menggunakan metode diskusi

kelompok dan tanya jawab yang memungkinkan peserta untuk terlibat aktif di

dalam pertemuan sehingga peserta dapat bekerja sama dalam kelompok dan

memberikan pengalaman langsung dalam menggali spiritualitas katekis dalam

Yoh. 13:1-20. Program kegiatan akan berisi latar belakang kegiatan, tujuan

kegiatan, sasaran kegiatan, waktu pelaksanaan dan matrik kegiatan. Satuan

persiapan kegiatan merupakan penjelasan dari bagian-bagian dalam matrik

kegiatan. Satuan persiapan akan berisi beberapa satuan persiapan menyesuaikan

dengan matrik kegiatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

113

Penulis mengandaikan program kegiatan dengan pertemuan setiap satu bulan

sekali dengan waktu pembahasan setiap sesi sebanyak 90 menit. Setiap

pertemuan akan membahas dua sesi sehingga waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan program adalah 3 bulan. Hal ini dengan pertimbangan kesibukan

dari para peserta yang sebagian besar adalah pegawai dan petani. Berikut adalah

contoh gambaran dari Program Kegiatan dan Satuan Persiapan Kegiatan:

PEMBINAAN KATEKIS DALAM MENUMBUHKAN SPIRITUALITAS

KATEKIS YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES 13:1-20

A. Program Kegiatan

1. Latar Belakang Kegiatan

Spiritualitas merupakan bagian dari kualitas yang harus dimiliki dari seorang

katekis selain ketrampilan dan pengetahuan. Spiritualitas juga menjadi jati diri

seorang katekis karena spiritualitas yang dimiliki katekis akan terwujud dalam

tindakannya sehingga menjadi ciri khas diri katekis tersebut. Seorang katekis

tidak serta merta memiliki spiritualitas yang mendalam dan mengakar dalam diri.

Proses menghayati dan menghidupi spiritualitas adalah proses yang tidak sekejap

dan penuh tantangan. Misalnya jika katekis ingin memiliki spiritualitas misioner,

katekis harus belajar menerima panggilannya sebagai katekis dan siap sedia di

utus Tuhan maupun Gereja dimanapun ia dibutuhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

114

Ada banyak katekis yang mengetahui berbagai spiritualitas katekis tetapi

tidak menjiwainya sampai menjadi bagian dari dirinya. Hal ini karena pelatihan

dan pembinaan katekis hanya sebatas menyampaikan spiritualitas yang harus

dimiliki katekis tetapi tidak secara khusus membimbing katekis hingga

spiritualitas yang dimaksud dimiliki secara utuh dalam diri katekis. Dengan tidak

adanya pembinaan spiritualitas katekis yang berkelanjutan menjadikan banyak

katekis tidak memiliki spiritualitas katekis yang mendalam. Katekis-katekis yang

tidak memiliki spiritualitas katekis akan menjalankan tugasnya dengan apa

adanya saja. Mereka tidak memiliki semangat seperti Yesus yang menjalankan

tugas dengan penuh semangat dan memiliki spiritualitas-spiritualitas yang patut

dicontoh.

Yesus Kristus sebagai Guru dan Tuhan memberikan contoh-contoh tindakan

yang didasarkan pada spiritualitas tertentu. Salah satunya Ia perlihatkan dalam

kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yohanes 13:1-20. Yesus menunjukkan bahwa

Ia adalah pelayan Bapa. Yesus datang ke dunia memang untuk melayani kehendak

Allah yakni menyelamatkan sebanyak-banyaknya manusia. Yesus tahu bahwa

resiko besar akan Ia hadapi jika Ia tetap menyelesaikan tugas-Nya. Tetapi Yesus

tetap pada pendirian yakni melayani kehendak Allah hingga selesai sekalipun

kematian harus Ia terima. Yesus adalah pribadi yang rendah hati. Seorang Guru

dan Tuhan melayani para murid-Nya dengan membasuh kaki mereka satu persatu

(bdk. Yoh. 13:1-20). Ia mengambil peran seorang hamba dengan melepas jubah

sebagai simbol kebesaran jaman itu dan mengikatkan kain lenan sebagai simbol

seorang hamba. Yesus adalah pribadi yang penuh cinta. Dalam ayat 1 dikatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

115

bahwa “Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia

mengasihi mereka sampa kepada kesudahannya.” Ketika Yesus membasuh kaki

murid-murid-Nya, itu adalah salah satu tindakan diri-Nya yang mencintai mereka.

Cinta Yesus bukan hanya kepada murid-murid-Nya saja tetapi kepada semua

orang. Ia memberi nasehat kepada para murid untuk saling membasuh seperti

yang Yesus lakukan kepada mereka (bdk Yoh. 13:13-15). Dengan saling

membasuh satu sama lain semangat cinta Yesus akan terus menyebar ke seluruh

dunia sehingga dunia ini dipenuhi cinta yang akan mampu menyelamatkan

manusia sebanyak-banyaknya.

Katekis adalah murid Yesus sekaligus yang dipercaya Gereja untuk

mewartakan Yesus Kristus di dalam dan luar Gereja. Di tengah kondisi kurangnya

tenaga imam yang dapat menjangkau seluruh umat, katekis mengambil peran

penting untuk membantu Gereja menyapa umat basis di wilayah-wilayah. Untuk

itu, katekis perlu memiliki spiritualitas yang mampu memberi semangat dan

menampakkan jati diri Kristus di dalam tugas pelayanannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

116

2. Matrix Kegiatan

PEMBINAAN SPIRITUALITAS KATEKIS YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES 13:1-20

Tema Umum : Menjadi katekis yang memiliki spiritualitas Melayani Kehendak Allah, Berani Berkorban, Rendah Hati dan

Penuh Cinta berdasarkan Yoh. 13:1-20

Tujuan Umum : Peserta menjadi katekis yang selalu melayani kehendak Allah, berani berkorban, rendah hati dan penuh cinta

dalam menjalankan tugasnya mewartakan Kabar Gembira di wilayah tempat ia tinggal

No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber

Bahan

1 15 menit Pengenalan Agar peserta mamahami

maksud dan tujuan

pertemuan serta

mengetahui pokok-pokok

pembahasan dalam

kegiatan pembinaan

- Latar belakang

pembinaan

- Tujuan

pembinaan

- Proses

pembinaan

Ceramah Hand out

2 90 menit Arti dan tantangan

spiritualitas katekis

jaman ini

Agar peserta mengerti

dan memahami

pengertian spiritualitas

katekis dan mengetahui

tantangan-tantangan

- Pengertian

spiritualitas

katekis

- Tantangan

dalam

Tanya jawab

Ceramah

Diskusi

Hand out

Prasetya, L,

Menjadi

katekis, siapa

takut: Kanisius,

2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

117

dalam menumbuhkan

spiritualitas katekis

jaman ini.

menumbuhkan

spiritualitas

katekis jaman

ini

Lalu, Yosef,

Katekese Umat:

Kanisius, 2007

Evangeli

Gaudium,

DOKPEN 2013

3 90 menit Menggali Injil Yoh.

13:1-20

Agar peserta dapat

menemukan spiritualitas-

spiritualitas yang ada

dalam Yoh. 13:1-20

- Menggali Yoh.

13:1-20

- Menemukan

spiritualitas-

spiritualitas

dalam Yoh.

13:1-20

- Tanya

Jawab

- Diskusi

kelompok

Hand out Brown,

Raymond E.,

The Gospel

According John

(xiii-xxi):

Doubleday &

Company, Inc.,

1970

Schnackenburg,

Rudolf, The

Gospel

according to St

John: Burns &

Oates, 1975

4 90 menit Spiritualitas 1:

Penuh Cinta

Agar peserta mampu

memiliki semangat

penuh cinta dalam

menjalankan tugasnya

sebagai katekis

- Yesus yang

penuh cinta

dalam Yoh.

13:1-20

- Katekis yang

penuh cinta

berdasarkan

- Tanya

jawab

- Diskusi

Kelompok

Hand out Brown,

Raymond E.,

The Gospel

According John

(xiii-xxi):

Doubleday &

Company, Inc.,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

118

Yoh. 13:1-20 1970

5 90 menit Spiritualitas 2:

Melayani Kehendak

Allah

Agar peserta mampu

memiliki semangat untuk

melayani kehendak Allah

yakni supaya semua

orang terselamatkan

- Yesus melayani

kehendak Allah

dalam Yoh.

13:1-20

- Katekis

melayani

kehendak Allah

berdasarkan

Yoh. 13:1-20

- Tanya

jawab

- Diskusi

Kelompok

-

Hand out Brown,

Raymond E.,

The Gospel

According John

(xiii-xxi):

Doubleday &

Company, Inc.,

1970

Schnackenburg,

Rudolf, The

Gospel

according to St

John: Burns &

Oates, 1975

6 90 menit Spiritualitas 3:

Berani Berkorban

Agar peserta mampu

memiliki semangat

berani berkorban demi

terlaksanya kehendak

Allah

- Yesus berani

berkorban

dalam Yoh.

13:1-20

- Katekis berani

berkorban

berdasarkan

Yoh. 13:1-20

- Tanya

jawab

- Diskusi

Kelompok

Hand out Brown,

Raymond E.,

The Gospel

According John

(xiii-xxi):

Doubleday &

Company, Inc.,

1970

Schnackenburg,

Rudolf, The

Gospel

according to St

John: Burns &

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

119

Oates, 1975

7 90 menit Spiritualitas 4:

Rendah Hati

Agar peserta mampu

memiliki semangat untuk

rendah hati dalam

melaksanakan tugas

panggilannya sebagai

katekis

- Yesus yang

rendah hati

dalam Yoh.

13:1-20

- Katekis yang

rendah hati

berdasarkan

Yoh. 13:1-20

- Tanya

jawab

- Diskusi

Kelompok

Hand out Brown,

Raymond E.,

The Gospel

According John

(xiii-xxi):

Doubleday &

Company, Inc.,

1970

Schnackenburg,

Rudolf, The

Gospel

according to St

John: Burns &

Oates, 1975

8 15 menit Penutup Kegiatan Menyimpulkan seluruh

kegiatan dan

mengevaluasi kegiatan

- Kesimpulan

seluruh kegiatan

- Evaluasi

kegiatan

Ceramah

Pastor Paroki Pelaksana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

120

3. Contoh Satuan Pelaksanaan

Satuan Pelaksanaan II

a) Tujuan

Agar peserta dapat menemukan spiritualitas-spiritualitas yang ada dalam Yoh

13:1-20

b) Pemikiran Dasar

Yesus adalah Guru dan Tuhan bagi umat Kristiani. Ia menjadi

teladan bagi semua umat termasuk para katekis. Katekis memiliki tugas untuk

mewartakan Yesus di dalam hidupnya. Untuk itu katekis perlu mengenal dan

menjiwai pribadi Yesus di dalam kehidupannya. Salah satunya katekis harus

memilii spiritualitas yang bersumber dari Yesus. Spiritualitas adalah

semangat hidup dan perjuangan yang menjadi cara pandang atau pendekatan

dalam pengelolaan hidup. Dengan adanya spiritualitas katekis memiliki

semangat yang tidak pernah padam. Spiritualitas bagi orang kristiani adalah

hembusan semangat dari Roh Kudus yang berasal dari Yesus. Maka sangat

pentingbagi katekis untuk menghayati spiritualitas yang bersumber dari

Yesus. Dengan mengenakan spirtualitas yang bersumber dari Yesus, katekis

akan menampakkan pribadi Yesus di dalam pewartaannya.

Injil Yohanes 13:1-20 menceritakan Yesus membasuh kaki para

murid-Nya. Di dalamnya muncul sikap-sikap dan semangat Yesus dalam

pelayanan dan nasehat-Nya. Katekis perlu menggali spiritualitas-spiritualitas

dalam Injil Yoh 13:1-20 untuk menemukan spiritualitas-spiritualitas yang

diteladankan Yesus yang kemudia dapat kita terapkan dalam hidup kita

sebagai semangat dan kepribadia yang bersumber dari Yesus.

c) Materi

Menggali Injil Yoh 13:1-20 dan menemukan spiritualitas-spiritualitas dari

dalamnya.

d) Sumber Bahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

121

1) Brown, Raymond E., The Gospel According John (xiii-xxi): Doubleday &

Company, Inc., 1970

2) Schnackenburg, Rudolf, The Gospel according to St John: Burns & Oates,

1975

e) Metode

Ceramah dan siskusi kelompok

f) Sarana

Hand out

g) Proses Pelaksanaan

1) Pengantar

Bapak/Ibu setelah sebelumnya kita membahas mengenai pengertian

spiritualitas dan tantangan menumbuhkan spiritualitas di jaman ini, sekarang

kita akan menggali Injil Yoh. 13:1-20 yang sangat kaya makna untuk

menemukan spiritualitas katekis bagi kita.

2) Diskusi Kelompok

Bapak/Ibu, para ahli membagi Injil Yoh. 13:1-20 menjadi 5 bagian

utama yakni; Pendahuluan (Yoh. 13:1-3), Pembasuhan Kaki (Yoh. 13:4-5),

Dialog antara Petrus dan Yesus (Yoh. 13:6-11), Diskursus/Penjelasan Yesus

(Yoh. 13:12-17) dan Peringatan Pengkhianatan Yesus (Yoh. 13:18-20).

Supaya kita lebih mudah membahasnya, kita akan membagi menjadi 5

kelompok dengan pembahasan tiap kelompok membahas satu bagian dari

Injil Yoh. 13:1-20.

Kelompok 1 membahas tentang Pendahuluan yakni perikop Yoh.

13:1-3. Kelompok 2 membahas mengenai Pembasuhan Kaki yakni perikop

Yoh. 13:4-5. Kelompok 3 membahas mengenai Dialog antara Yesus dan

Petrus dari perikop Yoh. 13:6-11. Kelompok 4 membahas mengenai

Diskursus/penjelasan Yesus dari prikop Yoh. 13:12-17. Kelompok 5

membahas mengenai Peringatan Pengkhianatan Yesus dari prikop Yoh.

13:18-20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

122

Supaya mempermudah pembahasan, kita akan membatasi

pembahasan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Manakah ayat yang paling menarik bagi anda sehubungan dengan

spiritualitas katekis?

b. Apakah peran Yesus dalam perikop tersebut?

c. Manakah ayat yang menunjukkan spiritualitas dari Yesus?

d. Spiritualitas macam apa yang muncul dalam perikop tersebut?

Setelah nanti membahas di dalam kelompok, kita akan melakukan pleno

hasil dari tiap kelompok untuk kemudian dirangkum bersama.

3) Pleno kelompok

Sekarang kita akan memplenokan hasil diskusi kelompok yang sudah kita

jalani tadi. Kita mulai urutan dari kelompok 1 sampai 5. (Hasil pleno sesuai

dengan keadaan kelompok yang ada)

4) Rangkuman hasil pleno

Nah Bapak/Ibu setelah semua kelompok mengemukakan hasil diskusi

kelompoknya, kita akan merangkum semua hasil tiap kelompok menjadi satu

bagian. (Hasil sesuai dengan keadaan pembinaan dan kelompok)

Bapak/Ibu, dari rangkuman ini, kita berhasil mengemukakan beberapa macam

spiritualitas yang muncul dari Yoh. 13:1-20 yakni melayani kehendak Allah,

berani berkorban, rendah hati dan penuh cinta. Pembahasan mengenai

spiritualitas-spiritualitas tersebut akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

E. Penutup

Untuk membina para calon katekis dan katekis, kita perlu memperhatikan

prinsip-prinsip andragogi. Hal ini karena prinsip andragogi menekankan

pendidikan bagi orang dewasa yang memperhatikan tahapan perkembangan orang

dewasa seperti fisik, sosial dan psikologi. Di dalam menyusun program kegiatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

123

pembinaan, perlu merancang kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan peserta yang

ertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan pengetahuan peserta. Dalam

pelaksanaan juga perlu memperhatikan metode pembinaan seperti berpusat pada

peserta yang menuntut peserta untuk aktif baik dalam siskusi kelompok, diskusi

bersama maupun dalam tanya jawab dan pemberian informasi dari pembina.

Pembina berperan sebagai fasilitator yang menjembatani antara materi dan

peserta. Metode pembelajaran yang berpusat pada masalah, mendorong peserta

untuk aktif, mendorong peserta untuk mengemukakan pengalaman sehari-hari,

menumbuhkan kerja sama dan bersifat pemberian pengalaman dan juga ditunjang

dengan teknik pembelajaran presentasi, partisipasi peserta, diskusi dan simulasi

akan membuat pembinaan yang sesuai dengan usia dewasa para calon katekis dan

katekis.

Pembinaan spiritualitas katekis yang sistematis dan berkelanjutan akan sangat

membantu katekis menumbuhkan satu spiritualitas katekis. Pembinaan

spiritualitas katekis akan membantu katekis menjadi sosok pembina iman yang

memadai dan berkualitas untuk umat. Adanya program pembinaan yang terancang

dengan baik juga akan membantu pembina untuk membina spiritualitas katekis

secara bertahap dan berkesinambungan. Program pembinaan spiritualitas yang

penulis rancang beserta contoh satuan pelaksanaannya merupakan gambaran

bagaimana membuat program pembinaan katekis yang bertahap. Program tersebut

mengedepankan informasi yang kemudian difokuskan pada pemahaman hingga

sampai pada penghayatan spiritualitas katekis. Apabila program tersebut ingin

diterapkan di suatu paroki, tentu harus ada penyesuaian-penyesuaian seperti waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

124

dan metode karena pembinaan yang baik juga harus kontekstual. Penulis berharap

program ini dapat diterapkan karena spiritualitas yang didalami dalam program

sangat baik bagi kehidupan para katekis dalam mengemban tugas pewartaannya

sebagai katekis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

BAB V

PENUTUP

Pada bagian ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dan saran berkaitan

dengan usaha “Menggali Spiritualitas Pelayanan Katekis Yang bersumber dari

Injil Yohanes 13:1-20.” Bagian ini akan dibagi menjadi dua bagian utama yakni

bagian kesimpulan yang berisi kesimpulan dari Bab I sampai Bab IV dan bagian

saran yag berisi saran untuk para katekis dan orang-orang yang terlibat dalam

pewartaan Injil Tuhan.

A. Kesimpulan

Pada bagian ini penulis akan menyampaikan beberapa pokok pikiran dari

uraian sebelumnya serta menegaskan kembali hal-hal yang penting sehubungan

dengan usaha menggali spiritualitas pelayanan katekis yang bersumber dari Injil

Yohanes 13:1-20 dan usaha menerapkan dalam kehidupan para katekis dalam

sebuah program pembinaan.

1. Menggali Spiritualitas Katekis yang bersumber dari Injil Yoh. 13:1-20

Spiritualitas katekis adalah semangat hidup yang dijiwai Yesus Kristus oleh

karena keterbukaan terhadap Roh Kudus yang membimbing, mendorong,

memotivasi dan menggerakkan untuk mewartakan iman akan Yesus Kristus di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

126

dalam kehidupan nyata. Spiritualitas katekis merupakan semangat yang muncul

dari dalam diri seorang katekis. Semangat tersebut tidak akan muncul jikalau

katekis tidak mengerti atau memahami spiritualitas yang menjadi corak hidupnya.

Spiritualitas katekis bercorak pada diri Yesus. Spiritualitas katekis harus

berdasarkan pribadi Yesus karena dasar dari iman Kristiani adalah Yesus Kristus

Putra Bapa yang diutus Allah Bapa ke dunia. Dengan demikian, katekis perlu

mengenal dan dekat dengan Yesus jika ingin memiliki spiritualitas katekis yang

original yang bersumber dari Yesus.

Yesus adalah pribadi yang menginspirasi seluruh umat beriman Kristiani

khususnya para katekis. Spiritualitas yang Yesus tunjukkan dalam perkataan dan

perbuatan-Nya selama di dunia juga merupakan inspirasi spiritualitas katekis.

Seperti dalam kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yohanes 13:1-20, Yesus

memberikan teladan dan nasehat yang tentu dapat kita pelajari. Bab II sudah

membahas mengenai spiritualitas yang ada dalam kisah pembasuhan kaki dalam

Injil Yohanes 13:1-20.

Dalam pembasuhan kaki digambarkan Yesus adalah Putra yang melayani

kehendak Allah. Kehendak Allah adalah keselamatan bagi semua manusia. Yesus

melayani para murid-Nya dengan membasuh kaki mereka. Pembasuhan kaki yang

dilakukan Yesus merupakan tanda pembersihan dosa. Yesus ingin para murid

memperoleh keselamatan dan juga ingin lebih banyak orang selamat, maka Yesus

memerintahkan para murid untuk juga membasuh kaki sebagai pelayanan dan

berkat keselamatan. Dalam melayani kehendak Allah, Yesus harus melakukan

pengorbanan. Dalam pembasuhan kaki Yesus mengorbankan harga diri-Nya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

127

sebagai Guru dan Tuhan untuk membasuh kaki murid-murid-Nya. Pengorbanan

apapun akan Yesus lakukan asalkan keselamatan dapat diperoleh semua manusia.

Yesus adalah pribadi yang rendah hati. Dalam pembasuhan kaki dari Injil

Yoh. 13:1-20 Yesus menunjukkan sikap rendah hati. Ia mengambil peran seorang

hamba untuk membasuh kaki para murid-Nya. Dalam pembasuhan Yesus tidak

melayani mereka dengan keterpaksaan tetapi dengan keramahan Ia melayani para

murid. Semua pelayanan yang Yesus lakukan juga karena berdasarkan cinta-Nya

kepada para murid-Nya. “Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya

demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya” (Yoh.

13:1). Ia begitu mencintai para murid-Nya, sehingga melayani dengan membasuh

kaki bukan sesuatu yang rendah, tetapi merupakan tindakan cinta yang diberikan

Yesus kepada murid-murid-Nya.

Spiritualitas bagi katekis yang bersumber dari Yesus adalah keharusan bagi

katekis. Yesus adalah teladan bagi katekis. Apa yang Yesus lakukan pada

pembasuhan kaki sangat baik menjadi spiritualitas bagi katekis. katekis harus

mencintai umatnya sama seperti Yesus yang mencintai murid-murid-Nya. Katekis

harus melayani kehendak Tuhan seperti juga Yesus melayani kehendak Tuhan.

Katekis menunjukkan jalan keselamatan kepada orang-orang yakni jalan yang

telah ditunjukkan Yesus. Katekis harus mengarahkan hidupnya menjadi sarana

bagi keselamatan banyak orang. Segala tindakan dan perkataan katekis juga harus

menjadi sarana jalan keselamatan. Oleh sebab itu katekis harus hidup sesuai

dengan ajaran-ajaran Yesus agar dapat menjadi jalan yang benar menuju

keselamatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

128

Katekis harus memiliki semangat untuk berani berkorban demi tercapainya

kehendak Allah. Pengorbanan adalah hal yang tak terelakkan jika ingin melayani

Tuhan. Yesus juga melakukan pengorbanan dengan menyerahkan harga diri dan

kehormatan bahkan nyawanya untuk menebus dosa manusia demi keselamatan

manusia. Katekis berani mengorbankan pikiran, tenaga, waktu, materi bahkan

mental/psikis untuk menawarkan keselamatan kepada banyak orang. Katekis juga

adalah pribadi yang rendah hati sama seperti Yesus yang rendah hati. Katekis

tidak merasa besar kepala sekalipun ia utusan Allah untuk mewartakan Injil.

Katekis melayani tidak dengan keangkuhan, tetapi dengan penuh kerelaan dan

kerendahan hati. apabila ia dihina karena tugasnya, katekis tidak marah tetapi

menyapa mereka yang menghina dan menolak dengan ramah untuk diajak ke jalan

yang benar.

Maka, katekis yang memiliki spiritualitas melayani kehendak Allah, berani

berkorban, rendah hati dan penuh cinta yang bersumber dari Yesus akan memiliki

semangat hidup yang membuat katekis terus tergerak, termotivasi, terbimbing dan

terdorong untuk mewartakan iman akan Yesus Kristus di dalam kehidupan nyata.

2. Menghayati Spiritualitas Katekis ysng bersumber dari Injil Yoh. 13:1-20

Bagi katekis menghayati spiritualitas katekis merupakan bukan sesuatu yang

instan. Menghayati spiritualitas katekis adalah proses mempelajari spiritualitas

dengan pikiran dan hati yang menghasilkan semangat dari Roh yang nampak

dalam tindakan nyata sehari-hari. Katekis perlu memiliki spiritualitas katekis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

129

sebagai bekal menjalai tugas pewartaannya. Maka paroki atau keuskupan harus

memberikan pembinaan untuk menumbuhkan spiritualitas katekis.

Katekis harus memahami pentingnya menumbuhkan spiritualitas katekis yang

bersumber dari Yesus sebagai identitas pribadi para katekis. Program-program

dari paroki atau keuskupan tidak banyak berarti bila katekis sendiri tidak

menyadari pentingnya memiliki spiritualitas katekis. Katekis perlu berkorban

untuk melatih dirinya menumbuhkan spiritualitas katekis dalam dirinya. Ada

banyak katekis di daerah-daerah yang tidak memahami spiritualitas-spiritualitas

katekis yang ada. Paroki dan keuskupan harus aktif memberikan pemahaman

mengenai spiritualitas katekis kepada katekis-katekis di lingkungan umat basis.

Program pembinaan untuk menumbuhkan spiritualitas katekis adalah salah

satu program untuk mengenalkan, memahami dan menghayati spiritualitas

katekis. Program yang penulis susun dalam Bab IV merupakan salah satu usaha

untuk memberikan bekal spiritualitas katekis khususnya spiritualitas katekis yang

bersumber dari Yesus dalam kisah pembasuhan kaki dari Yoh. 13:1-20. Program

tersebut harus ditunjang dengan kemauan dari katekis untuk menghayati

spiritualitas. Maka, dalam menghayati spiritualitas katekis yang bersumber dari

Yesus dalam kisah pembasuhan kaki dari Yoh. 13:1-20 katekis harus memiliki

keinginan pribadi untuk memiliki spiritualitas yang ditunjang dengan program

pembinaan menumbuhkan spiritualitas katekis, sehingga spiritualitas katekis

benar-benar dapat menjadi bagian dari diri para katekis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

130

B. Saran

Pada bagian ini penulis akan mengajukan beberapa saran sebagai upaya

menggali dan menghayati spiritualitas katekis yang bersumber dari Yesus dalam

Injil Yohanes 13:1-20.

1. Bagi Keuskupan dan Paroki

Keuskupan dan paroki perlu mengangkat minimal satu katekis profesional.

Katekis profesional akan fokus memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan

katekese termasuk katekis sebagai penyelenggara katekese. Dengan adanya

katekis profesional membuat keuskupan dan paroki tidak kehilangan fokus untuk

menghadirkan katekese yang membantu memperkembangkan iman umat.

Program-program katekese yang tematis seperti Bulan Kitab Suci Nasional, Masa

Adven dan Masa Prapaskah perlu menjadi perhatian keuskupan karena saat-saat

tersebut menjadi saat penting menjadi titik tolak perkembangan iman. Katekis

profesional juga diharapkan memperhatikan katekis-katekis di lingkungan basis.

Katekis profesional dapat membuat program-program untuk membantu katekis-

katekis di lingkungan basis mengembangkan kualitas pribadi para katekis.

Paroki dan keuskupan dapat membuat program-program pembinaan bagi

katekis agar katekis semakin memiliki keyakinan dalam menjalankan tugas

perutusannya dan memiliki kualitas pribadi yang mumpuni untuk melaksankan

tugas-tugasnya. Misalnya diadakan program pembinaan spiritualitas katekis yang

berlangsung secara berkesinambungan, sehingga katekis benar-benar didampingi

hingga sampai tahap pengahayatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

131

2. Bagi katekis

Para ketekis perlu menyadari pentingnya spiritualitas katekis bagi kehidupan

dan pelayanan mereka. Spiritualitas katekis akan menjadi citra diri apabila katekis

mampu menghayati spiritualitas katekis hingga menjadi bagian dirinya.

Spiritualitas katekis hendaknya bersumber dari pribadi Yesus. Yesus adalah sosok

inti karena Ia adalah Guru dan Tuhan serta pribadi yang diwartakan katekis. Bila

katekis memiliki spiritualitas katekis yang bersumber dari Yesus, maka setiap

tindakan dan perkataannya akan menampakkkan pribadi Yesus di dalamnya.

Spiritualitas dari Yoh. 13:1-20 adalah salah satu spiritualitas katekis yang

bersumber dari Yesus. Dari Yoh 13:1-20 katekis akan belajar untuk menjadi

katekis yang memiliki semangat melayani kehendak Allah, berani berkorban,

rendah hati dan penuh cinta dalam melaksanakan tugas perutusannya di dunia.

Maka, katekis diharapkan menghayati mau menghayati spiritualitas katekis yang

bersumber dari Yesus dalam Yoh 13:1-20.

3. Bagi Prodi Pendidikan Agama Katolik

Prodi Pendidikan Agama Katolik telah memiliki mata kuliah untuk

memberikan pengkaderan kepada katekis dan pemandu katekese yang diberikan

pada Semester VII. Mata kuliah ini baik karena Prodi Pendidikan Agama Katolik

sebagai institusi yang fokus terhadap katekese dan Pendidikan Agama Katolik

memiliki kesempatan langsung untuk membantu para katekis dan pemandu

katekese secara langsung. Menurut penulis waktu untuk memberikan pengkaderan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

132

kepada katekis dan pemandu katekese terlalu singkat. Prodi disarankan untuk

memberikan waktu lebih lama dalam memberikan kaderisasi kepada katekis dan

pemandu katekese, sehingga manfaatnya dapat langsung dirasakan. Misalnya,

mata kuliah kaderisasi ini dapat dilangsungkan dari Semester VI dengan program

pendampingan yang lebih lama sehingga para praktikan dapat belajar lebih

banyak juga para katekis dan pemandu katekese dapat didampingi hingga benar-

benar dapat menjadi katekis dan pemandu katekese yang berkualitas baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN KATEKIS YANG …

133

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab Deuterokanonika. (1976). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia dan

Lembaga Biblika Indonesia.

Brown, Raymond E. (1966). The Gospel According to John (i-xii). New York:

Doubleday & Company, Inc.

Brown, Raymond E. (1970). The Gospel According to John (xiii-xxi). New York:

Doubleday & Company, Inc.

Darmawijaya, St. (1988). Pesan Injil Yohanes. Yohyakarta: Kanisius.

Haryanto, Y. (______). Injil Yohanes, Beberapa Catatan.

Jaubert, Annie. (1980). Mengenal Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Kateketik KWI. (1997). Pedoman Untuk Katekis. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Kateketik KWI. (2005). Identitas Katekis di tengah Arus Perubahan

Jaman. Jakarta: KomKat KWI.

KWI. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius; Jakarta: Obor.

KWI. (2006). Kitab Hukum Kanonik. Jakarta: KWI

KWI. (2008). Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor.

Paus Fransiskus. (2014). Evangelii Gaudium. Jakarta: Dokpen KWI

Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Jakarta: KomKat KWI; Yogyakarta:

Kanisius.

Malik, Halim dalam http://www.kompasiana.com/unik/teori-belajar-andragogi-

dan-penerapannya_55008878a33311ef6f511659. diakses pada 16 November

2015 pukul 11.30

O’Day, Gail R. (1995). The Gospel Of John. Nashville: Abingdon Press.

Paus Benediktus XVI. (2012). Youcat Indonesia,Katekismus Populer. Yogyakarta.

Kanisius.

Paus Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. Bogor: SMT Mardi Yuana.

Prasetya, L. (2007). Menjadi Katekis, Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius.

Priyono, B. Herry. (2012). Pewartaan di Zaman Global (editor oleh B.A.

Rukiyanto, SJ). Yogyakarta: Kanisius.

St. Eko Riyadi. (2011) Yohanes “Firman Menjadi Manusia”. Yogyakarta:

Kanisius

Rukiyanto, B. A. (2012). Pewartaan di Zaman Global Yogyakarta: Kanisius.

V. Indra Sanjaya. (2011). Belajar dari Yesus “Sang Katekis”. Yogyakarta:

Kanisius.

Schnackenburg, Rudolf. (1975). The Gospel According to St. John. Freiburg Im

Breisgau: Verlag Herder.

Staf Dosen IPPAK. (2010). Panduan Program Studi IPPAK. Yogyakarta: IPPAK-

USD.

Wono Wulung, F.X. Heryatno. (2012). Secercah Lentera Kehidupan. Yogyakarta:

Kanisius.

Wono Wulung, F.X. Heryatno. (2014). Diktat Mata Kuliah Pengantar PAK

Sekolah. Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI