mengamati dan menganalisis bagaimana peran media massa mempengaruhi opini dan keputusan masyarakat

17

Click here to load reader

Upload: chairunnisa-nurhandayani

Post on 11-Aug-2015

152 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sebuah wacana tentang media

TRANSCRIPT

Page 1: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini

dan Keputusan Masyarakat

Media Massa

Pendahuluan

Tak terbayangkan kehidupan di dunia ini tanpa sarana penyiaran berita, tanpa pelapor berita, tanpa wartawan, tanpa suratkabar, tanpa jurufoto, tanpa televisi, tanpa jurukamera, tanpa radio, dan sekarang tanpa internet. Singkatnya, tanpa keberadaan komunikasi massa, yang lebih popular dengan istilah ‘media massa’.

Bayangkan seandainya serbuan Amerika terhadap Irak, di tengah ketiadaan media massa, baru diketahui dua minggu atau sebulan kemudian dari cerita mulut ke mulut. Barangkali reaksi masyarakat internasional tidak akan sekeras yang kita lihat tempo hari. Namun, karena ekseistensi media massa plus perkembangan teknologi komunikasi-informasi yang begitu pesat, hampir semua peristiwa di mana pun di dunia ini bisa tersebar luas beritanya dalam hitungan menit, bahkan detik.

Apa itu Media Massa?

Dari segi etimologis, ‘media massa’ adalah ‘komunikasi massa’ –komunikasi massa adalah sebutan yang lumrah di kalangan akademis untuk studi ‘media massa’.

Dari segi makna, ‘media massa’ adalah alat/sarana untuk menyebar-luaskan berita, analisis, opini, komentar, materi pendidikan dan hiburan.

Peranan Media Massa

Salah satu peranan media adalah mempengaruhi sikap dan perilaku orang/public. McDevitt (1996: 270) mengatakan, “Media cukup efektif dalam membangun kesadaran warga mengenai suatu masalah (isu).” Lindsey (1994: 163) berpendapat, “Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakata.” Sedangkan para pemikir sosial seperti Louis Wirth dan Talcott Parsons menekankan pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial.

Ketika menyerbu Irak pada bulan Maret 2003, salah satu unit penting yang disiapkan oleh militer Amerika Serikat adalah ‘media centre’ yang berada satu atap dengan Command and Control Centre di Qatar. Dari media centre ini, militer Amerika secara berkala memberika penjelasan tentang operasi mereka. Pemerintah Bush sadar betul bahwa unit ini, dalam banyak hal, akan

Page 2: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

membantu posisi politik mereka –baik di dalam negeri, maupun di mata dunia. Jadi, AS melancarkan perang simultan: perang piranti keras (hardware) berupa pengerahan perangkat militer, dan perang piranti lunak (software) –dalam hal ini ‘perang media massa’.

Para pemegang kekuasaan menyadari betul bahwa media massa, wartawan, jurukamera, jurufoto, perlu ‘dijadikan teman’ karena mereka memegang senjata yang jauh lebih penting dari perangkat perang yang mereka kerahkan di Irak, Afghanistan, Bosnia, dsb.

Tak sampai seminggu lalu, Presiden SBY mengundang para wartawan untuk ‘makan durian’ di satu kebun durian tak jauh dari Bogor. Apakah ini pul-kumpul omong kosong belaka? Tentu tidak. Para penasihat SBY tahu persis bahwa ‘mesin pencitraan 2009’ harus mulai bekerja sekarang dengan memanfaatkan media massa. SBY harus sudah mulai sering tampil di layar TV, terdengar di radio, terpampang di suratkabar, majalah, dsb. Sebab, pemilihan presiden 2009 ‘tidak lama lagi’.

Kemudian, kita lihat begitu banyak universitas, akademi, sekolah tinggi, pesantren, kursus-kursus, dll, yang mengiklankan diri di berbagai jenis media massa menjelang masa penerimaan mahasiswa baru. Ini semua mereka lakukan karena kesadaran bahwa media massa berperan penting untuk menjaring calon mahasiswa.

Segelintir contoh di atas terjadi karena kesadaran akan besarnya peranan media massa.

Kekuatan Media Massa

Yang paling menarik dari operasi media massa adalah dampak yang ditimbulkannya terhadap cara orang bereaksi setelah menerima berita/informasi.

Ketika seluruh dunia tahu lewat media bahwa senjata pemusnah massal dan uranium tidak ditemukan di Irak, berita ini memicu protes/demo besar di seluruh pelosok dunia. Pemerintah Bush kalang kabut menjelaskan ‘alasan lain’ untuk menyerbu Irak. Mereka cari-cari kaitan antara Saddam Hussein dan al-Qaeda atau terorisme, walaupun badan-badan intelijen mereka sendiri mengatakan tidak ada hubungan itu.

Begitu penyiksaan di penjara Abu Ghraib, Baghdad, tersiar ke seluruh dunia, Washington sangat terpojok, sangat malu. Foto-foto dan footage televisi tentang berbagai adegan penganiayaan di penjara ini yang tersiar ke seluruh dunia, yang dimulai oleh acara berita “60 Minutes II” televisi Amerika pada 28 April 2004, membuat kredibilitas AS dan para sekutunya menjadi runtuh total. Sebagian pengeritik politik luarnegeri AS mengatakan, Abu Ghraib merupakan cerminan dari sikap dan kebijakan Amerika keseluruhan yang tidak menghargai dan selalu melakukan tindak kekerasan terhadap orang Arab.

Berita penyiksaan di Guantanamo dan tidak adanya akses legal para tahanan di situ, juga memojokkan Washington. Pemerintah Bush dicela keras oleh politisi dan lembaga-lembaga HAM. Liputan media memaksa Amerika untuk berwajah lebih manis terhadap para tahanan.

Page 3: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

Berita, analisis dan komentar tentang jumlah korban tewas tentara Amerika di Irak yang menembus angka 3,000, membuat ‘approval rate’ Presiden George W. Bush turun ke tingkat terendah.

Laporan tentang kehancuran luarbiasa di Libanon akibat gempuran Israel ketika berperang dengan Hizbullah, membuat opini internasional melihat Israel bertindak berlebihan. Sebaliknya, pemberitaan perang ini membuat pemimpin Hizbullah Libanon, Hassan Nasrallah, menjadi sangat populer di kalangan rakyat Timur Tengah.

Contoh lain, Tony Blair mengalami krisis politik berkali-kali ketika berbagai skandal di tubuh pemerintahnya disiarkan oleh media massa. Menteri transportasi Stephen Byers mundur setelah berbulan-bulan menjadi bahan pemberitaan karena mempertahankan spin-doctor-nya, Jo Moore, yang menulis email pada tanggal 11 September 2001 bahwa “ini merupakan hari yang bagus untuk mengubur berita buruk tentang kondisi angkutan umum”.

Laporan media yang sangat ekstensif tentang kasus cash for honour (sumbang Partai Buruh utk dapatkan gelar kerajaan) membuat Blair dilanda krisis paling berat selama kekuasaannya.

Footage dan gambar-gambar yang menunjukkan amukan tsunami di Aceh membuat orang dari seluruh dunia memberikan sumbangan dana dalam jumlah besar. Di Inggris, langsung berdiri Disaster Emergency Committee (DEC) yang berhasil mengumpulkan dana lebih 300 juta poundsterling. Bantuan untuk Aceh datang dari mana-mana. Ini semua adalah dampak pemberitaan media massa.

Dua menteri SBY, Yusril Ihza Mahendra dan Hamid Awaluddin, sedang berada dalam posisi yang terpojok setelah tersiar luas kisah pencairan uang Tommy Suharto di luarnegeri dengan menggunakan rekening departemen hukum dan HAM di tahun 2004.

Banyak lagi contoh tentang dampak pemberitaan/penyiaran media massa. David Beckham menjadi ikon sepakbola dan terkenal ke seluruh dunia, terutama di kalangan anak-anak muda, karena dibesarkan oleh media (Inggeris). Koran-koran dan majalah terus-menerus mengikuti perjalanan Beckham dan isterinya. Padahal, banyak pemain bola lain yang lebih hebat dari Beckham, tetapi tidak terkenal karena tidak ada “dukungan” dari media. Sebagai dampak sampingan dari kemashuran ini, Beckham pun digunakan sebagai bintang iklan. Ketenaran ini pula yang membuat dia dikontrak sebesar $250 juta dollar oleh klub sepakbola Galaxy di Los Angeles.

Segitiga Media-Politik-Publik

Peranan media massa lebih diperkuat oleh kemajuan pesat dalam penemuan teknologi komunikasi. Yang terjadi beberapa menit yang lalu bisa langsung dilihat rekaman gambar (footage)-nya di televisi atau situs-situs berita yang menyediakan podcats; atau foto-foto biasa di suratkabar maupun situs berita.

Begitu kuatnya peranan media massa, pada era sekarang ini para politisi di seluruh dunia menjadikan kampanye media sebagai prioritas utama dalam daftar strategi mereka. Kampanye

Page 4: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

politik (political broadcast) di televisi bisa mempengaruhi massa dalam menentukan pilihan. Dan, kalau sutradara (spin-doctor) seorang politisi mampu menangkap selera publik, serta paham betul bagaimana menampilkan sang politisi di layar TV, maka semakin besar kemungkinan masyarakat akan bereaksi positif.

Dalam posisi yang seharusnya independen, media akan ‘membantu’ masyarakat untuk memahami berbagai peristiwa, termasuk memahami peta politik dan program-program partai. Media akan menjelaskan siapa dan apa di dunia politik.

Akan tetapi, dalam batas tertentu media ‘memerlukan’ para aktor politik, ekonomi, sosial, budaya. Sebab, mereka inilah yang banyak menentukan arah kehidupan massa; merekalah yang menjadi sumber berita (news-maker). Karena itu, para presiden, perdana menteri, kepala pemerintahan, menteri keuangan, pengusaha dan perusahaan besar, tokoh masyarakat, perancang mode, para aktor/aktris, seniman, dlsb, selalu diikuti oleh media.

Selain itu, media sendiri tidak lepas dari masalah dana operasional. Suratkabar, majalah, televisi, dan radio memerlukan biaya yang cukup besar untuk menjalankan fungsinya. Media cetak dan televisi terutama, belakangan ini berubah menjadi bisnis besar. Stasiun-stasiun komersial dimiliki oleh perusahaan raksasa multinasional. Kenyataan ini memicu tuduhan bahwa media yang dikuasai pemodal besar itu beroperasi tidak dengan prinsip ‘impartial’ (tidak memihak).

Di celah-celah kepemilikan korporasi besar itu, di sana-sini masih ada media cetak dan televisi maupun radio yang berdiri netral, atau bahkan ‘memihak’ akar rumput.

Karena itulah, di kalangan media massa sekarang ini terjadi polarisasi ideologis. Yang satu disebut ‘media kanan’ dan yang lainnya ‘media kiri’.

Di Inggris, misalnya, para pemerhati mengelompokkan The Sun, Sky News (BskyB), Daily Telegraph antara lainnya sebagai ‘media kanan’, sedangkan The Guardian, The Independent, Daily Mirror sebagai ‘media kiri’.

Polarisasi ideologis ini bisa melahirkan “kolaborasi lepas” antara sejumlah media dan penguasa. Di Inggris, kelompok Rupert Murdoch menyatakan dukungan untuk Tony Blair sebelum pemilihan umum 1997 sampai sekarang. Di Amerika, beberapa saluran televisi seperti FoxNews terang-terangan memihak Presiden Bush.

Di Indonesia, banyak orang yakin bahwa sejumlah media mendukung SBY. Tetapi, fragmentasinya lebih beragam lagi. Misalnya, ada media yang mendukung partai-partai tertentu.

Polarisasi ini pada akhirnya bisa merugikan masyarakat. Sebab, kalau ada sejumlah media besar memihak penguasa, akan sulit untuk mengharapkan fungsi kontrol mereka. Publik sangat bergantung pada media massa dalam memilih informasi, meletakkannya dalam bingkai yang benar, dan kemudian memberikan analisis.

Itulah sebabnya, dalam “Segitiga Media-Politik-Publik”, posisi media akan sangat menentukan. Media milik publik (dus, bekerja untuk masyarakat), akan membuat penguasa terkontrol ketat.

Page 5: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

Sebaliknya, media yang terkooptasi oleh penguasa akan membuat masyarakat kebingungan atau keliru dalam menentukan pilihan mereka.

Anda dan Media

Salah satu tujuan Bengkel Jurnalistik ini adalah untuk mencari peluang mempromosikan gagasan, karya atau penemuan anda lewat media massa. Keinginan ini tidaklah berlebihan karena karya dan temuan anda akan lebih cepat tersebar ke masyarakat bila diterbitkan/ditayangkan oleh media.

Saya melihat ada beberapa faktor kunci untuk itu. Pertama, daya jual karya anda. Kedua, relevansi karya anda itu dengan kehidupan masyarakat luas. Ketiga, simplisitas karya tulis anda. Keempat, koneksi anda dengan orang-orang di media. Faktor keempat ini bahkan bisa melemahkan ketiga faktor lainnya.

Di Indonesia, banyak penulis yang menjadi top melalui koneksi di koran atau majalah.

Kalau karya tulis anda relevan dengan salah satu segmen di suatu media cetak dan topikal, katakanlah rubrik ekonomi, hukum, teknologi, kesehatan, agama, dsb, biasanya tidak ada hambatan untuk dipublikasikan.

Begitu anda bisa menembus sebuah penerbitan, biasanya artikel-artikel berikutnya tidak akan sulit. Dari dari sinilah seorag penulis akan membangun kredibilitasnya, dan dari sini pula seorang penulis memulai popularitasnya.

Sumber: http://bengkeljurnalistik.wordpress.com/2007/05/02/media-massa/

Opini Publik

Opini Publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama yang berhubngan dengan arah opini, pengukuran intensitas, stabilitas, dukungan informasional dan dukungan sosial

Menurut Emory Bogardus, opini public adalah hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang dilakukan didalam masyarakat demokratis. Opini public bukan merupakan seluruh jumlah pendapat individu-individu yang dikumpulkan. Dengan demikian berarti :

a) Opini public itu bukan merupakan kata sepakat.

b) Tidak merupakan jumlah pendapat yang dihitung secara numerical. , berapa jumlah orang terdapat dimasing-masing pihak,, sehingga mayoritas opini dapat disebut sebagai opini public.

c) Opini public hanya dapat berkembang dinegara-negara demokratis dimana terdapat kebebasan bagi tiap individu untuk menyatakan pendapatnya dengan lisan, tertulis, gambar-gambar, isyarat dan lambang-lambang lainnya yang dapat dimengerti

Page 6: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

Dalam praktik kehumasan dalam menciptakan opini public ada 3 cara,yaitu sebagai berikut :

a .Tekanan (pressure)

Lebih banyak menggunakan pengaruh,baik secara individu yang mempunyai kewibawaan/charisma pribadi maupun berdasarkan kekuasaan jabatan atau kekuasaan tertentu.

b. Membeli (buying)

Sama dengan “membeli suara” alias menyogok dengan sejumlah uang (money politic) agar bias memperoleh dukungan,cara inin sering dipergunakan dalam kehidupan masyarakat dalam pemilihan kepala desa dan sebagainya ,termasuk kegiatan orsospol dalam pemilu untuk mencati dukungan suara lebih banyak.Kegiatan membeli suara opinipublik ini juga diperlukan dalam rapat pemegamg saham di perusahaan, termasuk pihak pejabat humas (PRO) dalam berupaya menjaga publisitas di media pers atau citra lembaga/institusi di mata masyarakat dan pers dengan cara membelikan “amplop” kepada oknum wartawan yang selama ini telah dibina dalam aktivitas di lingkungan instansinya masing-masing

c .Bujukan/ persuasi (persuasive)

Yang paling tepat atau wajar dalam aktivitas peranan PR dalam membentuk atau merekayasa opini public,yaitu dengan cara membujuk

Proses Pembentukan Opini Publik

Proses terbentuknya opini publik melalui beberapa tahapan yang menurut Cutlip dan Center ada empat tahap, yaitu :

1. Ada masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari alternatif pemecahan.

2. Munculnya beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih alternatif

3. Dalam diskusi diambil keputusan yang melahirkan kesadaran kelompok.

4. Untuk melaksanakan keputusan, disusunlah program yang memerlukan dukungan yang lebih luas.

Opini publik sudah terbentuk jika pendapat yang semula dipertentangkan sudah tidak lagi dipersoalkan. Dalam hal ini tidak berarti bahwa opini publik merupakan hasil kesepakatan mutlak atau suara mayoritas setuju, karena kepada para anggota diskusi memang sama sekali tidak dimintakan pernyataan setuju. Opini publik terbentuk jika dalam diskusi tidak ada lagi yang menentang pendapat akhir karena sudah berhasil diyakinkan atau mungkin karena argumentasi untuk menolak sudah habis.

Page 7: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

Berdasarkan terbentuknya opini publik, kita mengenal opini publik yang murni. Opini publik murni adalah opini publik yang lahir dari reaksi masyarakat atas suatu masalah (isu). Sedangkan opini publik yang tidak murni dapat berupa :

1.1. Manipulated Public Opinion, yaitu opini publik yang dimanipulasikan atau

dipermainkan dengan cerdik2. Planned Public Opinion, yaitu opini yang direncanakan3. Intended Public Opinion, yaitu opini yang dikehendaki4. Programmed Public Opinion, yaitu opini yang diprogramkan5. Desired Public Opinion, yaitu opini yang diinginkan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Publik

Opini publik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

1. Pendidikan

Pendidikan, baik formal maupun non formal, banyak mempengaruhi dan membentuk persepsi seseorang. Orang berpendidikan cukup, memiliki sikap yang lebih mandiri ketimbang kelompok yang kurang berpendidikan. Yang terakhir cenderung mengikut.

2. Kondisi Sosial

Masyarakat yang terdiri dari kelompok tertutup akan memiliki pendapat yang lebih sempit daripada kelompok masyarakat terbuka. Dalam masyarakat tertutup, komunikasi dengan luar sulit dilakukan.

3. Kondisi Ekonomi

Masyarakat yang kebutuhan minimumnya terpenuhi dan masalah survive bukan lagi merupakan bahaya yang mengancam, adalah masyarakat yang tenang dan demokratis.

4. Ideologi

Ideologi adalah hasil kristalisasi nilai yang ada dalam masyarakat. Ia juga merupakan pemikiran khas suatu kelompok. Karena titik tolaknya adalah kepentingan ego, maka ideologi cenderung mengarah pada egoisme atau kelompokisme.

5. Organisasi

Dalam organisasi orang berinteraksi dengan orang lain dengan berbagai ragam kepentingan. Dalam organisasi orang dapat menyalurkan pendapat dan keinginannya. Karena dalam kelompok ini orang cenderung bersedia menyamakan pendapatnya, maka pendapat umum mudah terbentuk.

Page 8: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

6. Media Massa

Persepsi masyarakat dapat dibentuk oleh media massa. Media massa dapat membentuk pendapat umum dengan cara pemberitaan yang sensasional dan berkesinambungan.

http://mantanresidivis.wordpress.com/tag/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-opini-publik/

MEDIA MASSA SEBAGAI MEDIA YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMERISME MASYARAKAT

Media yang dapat kita temui di mana saja seringkali menempatkan kita sebagai konsumen yang mau tidak mau harus mengkonsumsi media dalam jumlah yang besar untuk mengetahui segala perubahan atau perkembangan yang ada. Radio, koran, televisi, dan internet, masing-masing memiliki pengaruh yang berdampak pada budaya konsumen. Dampak yang ditimbulkan tidak selalu negatif, tetapi juga tidak sepenuhnya positif. Sebelum kita membahas peran media dalam budaya konsumen, kita akan membahas beberapa peran media massa dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap komsumen dengan lebih terperinciPeran media yang begitu luas dapat dikelompokkan menjadi enam perspektif (McQuail: 2000). Peran tersebut antara lain:

• Media dianggap sebagai jendela yang memungkinkan masyarakat melihat segala kejadian yang ada di dunia luar. Media memberikan informasi yang bersifat edukatif maupun menghibur• Media sebagai cerminan berbagai peristiwa sosial di dunia, dan merefleksikannya dengan apa adanya. Misalnya film layar lebar menampilkan cerita dimana kisahnya diambil dari kisah nyata. Pesan yang disampaikan film tersebut akan lebih mengena pada masyarakat.

• Media berperan sebagai penyaring (filter) atau gatekeeper, menyaring hal-hal yang dapat dikonsumsi publik atau tidak, media berusaha memberikan informasi yang positif dan konstruktif bagi masyarakatnya.

• Media bertindak sebagai petunjuk jalan, membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan memperkecil adanya ketidakpastian. Kejadian yang beritanya masih simpang siur akan dipastikan kebenarannya oleh media massa. Media massa memberikan informasi yang akurat dan selalu diperbarahui

• Media sebagai forum untuk menyalurkan berbagai pendapat dan ide dari dan untuk masyarakat. Masyarakat dapat menyalurkan ide melalui surat pembaca di surat kabar, melalui telepon interkatif di radio maupun televisi, dan melalui forum di internet.

• Media sebagai interluctor, tidak hanya tempat lalu lalangnya informasi tapi juga merupakan partner komunikasi yang memungkinkann terjadinya komunikasi yang interaktif. Peran media sebagai forum tempat bertukarnya ide atau pendapat memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan orang banyak baik yang jaraknya jauh atau dekat dengan kita.

Page 9: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

Peran media yang begitu besar membuat kita tidak dapat lepas dari media. Rasa ingin tahu kita akan suatu hal mempengaruhi tingginya tingkat konsumsi kita. Setiap orang memiliki perilaku konsumtif yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain:

• Faktor budayaNilai-nilai, keyakinan, aturan, dan norma yang ada di dalam masyarakat mempengaruhi sikap dan tindakan masyarakat dalam lingkungan tersebut. Terjadinya asimilasi budaya dan difusi budaya menyebabkan terjadinya perubahan budaya. Disinilah norma-norma budaya yang ada dipakai sebagai acuan untuk menentukkan perubahan mana yang dapat kita ikuti dan perubahan mana yang tidak dapat kita ikuti.

• Faktor sosialKita hidup dalam banyak kelompok yang memberikan banyak alternative pilihan dalam membuat suatu keputusan. Kelompok-kelompok tersebut memiliki peraturan yang dapat mempengaruhi sikap kita. Norma-norma yang ditegaskan dalam kelompok berusaha mempengaruhi anggota kelompoknya. Sebuah media tidak sepenuhnya menginformasikan berita sama persis dengan media lain, bisa saja informasi yang didapat oleh setiap anggota berbeda dan menyebabkan ketidakpastian. Dengan berinteraksi dalam kelompok, informasi yang didapat masing-masing anggota dipersepsikan pada sebuah keputusan yang sama dalam kelompok tersebut

• Faktor pribadiKeputusan seseorang dalam mengkonsumsi suatu produk atau kebiasaan juga dipengarui oleh karakteristik pribadi seseorang. Usia, pekerjaan, kehidupan eknomi, gaya hidup, gengsi, dan konsep diri yang berbeda pada setiap orang menyebabkan bedanya persepsi tiap orang akan informasi yang didapat dari media. Masyarakat bukan hanya sebagai sasaran penjualan produk, namun masyarakat juga berperan sebagai pelaku yang memiliki kriteria tersendiri bagi pilihannya.

• Faktor PsikologisFaktor psikologis yang mempengaruhi seseorang dalam hubungannya dengan budaya konsumen adalah motivasi, persepsi, pengetahuan, dan kepercayaan. Kebutuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas menimbulkan motivasi manusia untuk mendapatkannya Kepercayaan yang dianut orang membuat orang berperilaku konsumtif sesuai dengan norma yang sesuai dengan kepercayaannya.Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat konsumtif. Sebagai negara berkembang di era globalisasi, banyak media-media baru yang masuk ke Indonesia. Media yang berperan dalam budaya konsumen dapat kita bagi menjadi empat jenis, yaitu radio, media cetak, televisi, dan internet.Radio adalah media massa yang pada jaman sekarang ini sudah jarang digunakan banyak orang. Walaupun sekarang kita dapat menjangkau saluran radio di luar negeri, nampaknya radio memiliki banyak kelemahan dibandingkan dengan media massa yang lain. Radio sebagai media audio-nonvisual memang sudah dianggap kuno. Kita hanya dapat mendengarkan suara dan kita harus memvisualisasikannya sendiri. Iklan-iklan yang terdapat pada radio juga cenderung tidak menarik dan tidak banyak kita temui. Iklan di radio mudah terlupakan, karena dalam mendengarakan radio orang harus memusatkan perhatiannya pada radio itu sendiri. Padahal kita sering mendengarkan radio bersamaan dengan melakukan suatu hal, dimana kita lebih terpusat pada hal tersebut. Radio bukanlah media yang tepat untuk berpromosi, bisa dikatakan peran radio dalam budaya konsumen tidak terlalu

Page 10: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

besar. Peran radio yang paling menonjol adalah konsumsi masyarakat akan pengetahuan tentang musik. Banyaknya penyanyi-penyanyi yang muncul belakangan ini membuat radio kembali mendapatkan perhatian di masyarakat walaupun masih kalah dengan televisi). Keunggulan dari radio adalah acara musik di televise yang cenderung lebih sedikit daripada di radio. Radio memberikan pengetahuan akan dunia musik kepada masyarakat.

Media cetak seperti koran dan majalah merupakan media massa yang sarat akan informasi, baik ekonomi, bisnis, politik, budaya, hiburan, dan lain-lain. Dengan membaca koran, kita akan mendapat banyak pengetahuan dalam sekali duduk. Koran dan majalah sebagai media memiliki banyak pengaruh bagi budaya konsumen. Berita yang kita baca di media cetak akan menciptakan persepsi kita akan suatu hal. Misalnya artikel koran yang mengusut efek samping dari makanan instant akan mengubah pola pemikiran masyarakat untuk tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan instan. Iklan yang ada pada koran juga membuat kita lebih hafal akan suatu produk. Iklan handphone yang ada di banyak media cetak membuat kita berpikir lebih panjang jika ingin membeli HP. Kita akan cenderung membeli produk yang sering kita lihat, karena kita seperti sudah mengenal barang tersebut dan mudah untuk mengoperasikannya. Banyaknya iklan yang ada mendorong orang untuk hidup konsumtif, karena setiap produk yang diiklankan memiliki keunggulan tersendiri. Perkembangan fashion yang ditampilkan pada majalah remaja juga menyebabkan tingginya budaya konsumsi. Remaja berusaha untuk tampil update. Tak jarang mereka harus mengeluarkan biaya besar untuk membeli baju dan make up. Remaja sekarang berusaha tampil cantik dan tamapn seperti model-model yang ada di majalah.

Televisi merupakan kotak ajaib yang diciptakan manusia di abad 20. Media audio visual ini memungkinkan kita untuk mendapatkan informasi baik berita maupun hiburan 24 jam nonstop. Televisi merupakan media yang paling berpengaruh bagi budaya konsumen. Anak-anak merupakan sasaran empuk yang rajin menonton tv. Survei Unicef menyebutkan anak Indonesia menonton televisi sebanyak lima jam sehari atau 1.560 hingga 1.820 setahun. Sementara jumlah jam belajar tak lebih dari 1.000 jam setahun. Ketika sudah menginjak bangku SMP, seorang anak rata-rata sudah menyaksikan siaran televisi selama 15.000 jam. Padahal, waktu belajar di sekolah tak lebih dari 11.000 jam. Selain tayangan anak-anak, tayangan yang mendapat respon tinggi dari pemirsa adalah sinetron dan reality show atau semacamnya. Reality show dipandang masyarakat sebagai sebuah hal yang benar-benar terjadi dalam masyarakat, padahal kebanyakan dari reality show adalah keadaan yang didramatisir dan dibuat-buat. Apa yang dialami “artis” dalan reality show tertera dalam naskah. Kekerasan yang ditampilkan dalam sinetron dan reality show (bahkan reality show biasa mengungkap gaya hidup yang terlalu bebas) seolah-olah merupakan kejadian yang biasa terjadi di masyarakat. Ini akan menimbulkan salah persepsi pada masyarakat awam. Mereka mengira bahwa budaya pergaulan bebas merupakan hal yang lumrah di Indonesia, banyak masyarakat yang mengadopsi perilaku ini dalam kehidupan yang sebenarnya. Banyak juga masyarakat yang mengimitasi sikap artis sinetron idola mereka. Seharusnya masyarakat mengimbangi konsumsi mereka menonton sinetron dengan menonton berita juga.Selain acara di televisi, iklan-iklan yang ada di televisi juga mempengaruhi budaya konsumen. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak iklan yang ada di televisi. Dulu kita hanya mengenal Viva sebagai produk tat arias, namun sekarang sudah banyak sekali bermacam-macam produk yang lebih menarik dari Viva. Setiap hari ada saja produk baru yang ditampilkan di Iklan. Orang yang tidak memiliki kepribadian dan mudah terpengaruh cenderung menjadi orang yang konsumtif. Mereka akan mencoba segala macam produk yang terbaru, karena mereka tidak ingin ketinggalan jaman. HP model terbaru, pakaian modis, sikap yang sok keartisan, menunjukkan betapa televisi mampu berpengaruh pada budaya konsumen dan mengubah seseorang.

Page 11: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

Media yang terakhir adalah internet. Internet mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1990an. Internet berkembang sangat pesat dan bisa dikatakan perkembangan internet lebih tinggi dibandingkan media massa lainnya. internet merupakan “guru” yang paling sering dicari dalam mengakses segala macam informasi, baik untuk edukasi maupun hiburan. Tahun 1989, Timothy Berners-Lee, ahli komputer dari Inggris menciptakan World Wide Web, yaitu semacam program yang memungkinkan suara, gambar, film, musik ditampilkan dalam internet. Karena penemuan inilah internet menjadi lebih menarik tampilannya dan sangat bervariasi. Saat ini orang yang berada dirumah pun bisa terhubung ke internet dengan menggunakan modem dan jaringan telepon, bahkan internet tersedia dalam genggaman kita, yaitu di HP. Selain itu, Internet banyak digunakan oleh perusahaan, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, lembaga militer di seluruh dunia untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Centre for the Digital Future terhadap remaja 12-14 tahun di 13 negara, data menyebutkan bahwa di Inggris 100% remaja pada usia tersebut menggunakan internet, di Israel 98%, Republik Ceko dan Macao tercatat 96%, sedangkan AS hanya sekitar 88%.

Situs yang banyak digandrungi oleh pemakai internet adalah situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Facebook merupakan jaringan pertemanan yang paling popular sekarang ini. Melalui facebook kita akan mendapat banyak teman baru atau bertemu dengan teman lama. Baik melalui computer atau HP, orang ramai-ramai “memamerkan” kegiatnnya di facebook ketika mereka mengupdate status mereka. Setiap perubahan hal kecil mereka tunjukkan lewat status, seolah-olah sudah menjadi bagian dari diri kita. Bangun tidur kita buka facebook, di sekolah, kampus, kantor, di mana-mana kita mengakses facebook. Facebook sudah menjadi budaya tersendiri di masyarakat. Selain itu internet juga berperan sebagai sumber pengetahuan yang dianggap paling lengkap. Internet sebagai sumber ilmu tidak hanya dianggap positif tapi juga membawa dampak negatif. Internet membuat orang malas membaca koran dan malas membaca buku. Orang lebih suka membaca berita di internet, mencari jawaban tugas di internet dan lain-lain. Budaya membaca koran dan buku akan menurun setiap harinya. Internet juga merupakan tempat yang mudah untuk melakukan aksi pembajakan, yang paling sering adalah pembajakan musik. Kita dapat dengan mudah mendownload album lagu secara gratis lewat internet. Tentu saja ini merugikan banyak kalangan termasuk penyanyi dan pencipta lagunya. Kita menjadi malas membeli kaset atau CD di toko, tentunya setiap orang lebih memilih barang gratis. Setiap media memiliki peran yang berbeda-beda bagi budaya konsumsi masyarakat. Radio, media cetak, televise, dan internet memiliki pengaruh yang bersifat postif maupun negatif. Kita sebagai masyarakat harus pintar-pintar memilih manfaat apa yang kita dapat dari media dan tidak mengambil sisi buruk dari media tersebut.

DAFTAR PUSTAKASutisna. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. 2003. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sutherland, Max dan Alice K. Sylvester. Advertising and The Mind of The Consumer (Iklan yang Berhasil, yang Gagal, dan Penyebabnya). 2004. Jakarta: Victory Jaya Abadi.

http://b0cah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=702&Itemid=39

Page 12: Mengamati dan Menganalisis Bagaimana Peran Media Massa Mempengaruhi Opini dan Keputusan Masyarakat

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=88716

http://st288616.sitekno.com/?pg=articles&article=5705

http://sharemysheet.blogspot.com/2010/11/media-massa-sebagai-media-yang.html