menemukan tuhan di altar keabadian cinta

Download Menemukan Tuhan Di Altar Keabadian Cinta

If you can't read please download the document

Upload: abu-mamur-mf

Post on 17-Feb-2016

29 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

spiritual

TRANSCRIPT

-Menemukan Tuhan di Altar Keabadian Cinta-Bukan tingginya tingkat kecerdasan atau daya cipta atau keduanya yang menciptakan seorang berjiwa jenius. Cinta, cinta, cintalah yang melahirkan orang berjiwa jenius. (Wolfgang Amadeus Mozart)Cinta merupakan lautan inspirasi yang tak pernah kering sepanjang masa. Pelbagai karya bertemakan cinta pun terasa abadi sepanjang masa. Lantas apa itu cinta sejati (true love)? Perasaan kesatuan diri anda dengan segalanya adalah cinta sejati, tegas Eckhart Tolle. Cinta dalam pemahaman yang sejati, bukan sekedar perasaan atau emosi, ungkap Deepak Chopra, melainkan Cinta sebagai pengalaman kesadaran akan keutuhan, yang berarti mengetahui bahwa anda terhubung dengan segalanya di alam semesta. Senada dengan itu, menurut salah satu sahabat baik saya, Prof Ahmad Thoha Faz, Cinta pada dasarnya bukan hubungan pada satu orang tertentu. Ia adalah sebuah sikap, sebuah orientasi karakter yang menentukan keterhubungan seseorang dengan dunia secara keseluruhan, bukan pada satu objek. Jika seseorang hanya mencintai SATU orang lain dan tidak berminat mencintai SELURUH manusia lain, cintanya bukanlah cinta sejati melainkan egoisme yang rakus dan diperluas. Para sufistik, filsuf, sastrawan, penyair, seniman, mistikus, akademisi dan berbagai kalangan lintas profesi, lintas usia mewarnai jagad karya dengan mengusung cinta. Termasuk dosen favorit saya, Prof Cecep Sumarna. Pemikiran-pemikirannya yang out of the box , kosmopolit, dan futuristik membuat saya selalu duduk di barisan paling depan mengikuti kuliah filsafat yang beliau sajikan dengan eksotis dan gemladag.Dalam buku terbarunya, MENEMUKAN TUHAN di Altar Keabadian Cinta, sebuah novel cinta dengan aransemen etik-estetik dalam filosofi kemanusiaan, Prof Cecep menyuguhkan dua sosok yang tengah mengalami pergulatan spiritual: Barra dan Rose. Keduanya menyayangkan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan beberapa penganut agama formal atau agama terorganisir (organized religion), dengan memanfaatkan agama untuk melegitimasi kekuasaan, misalnya. Termasuk juga berbagai tindakan destruktif dengan mengatasnamakan Tuhan.Ungkapan-ungkapan puitis-filosofis bersemburat dalam percakapan Barra dan Rosse. Dua insan yang dimabuk cinta. Bukan, bukan cinta cinta birahi (passionate love) melainkan cinta tak bersyarat (unconditional love): cinta bernuansa transendental.Dalam dialog kedua insan tersebut, kita akan temukan berbagai hal seputar Tuhan, cinta, filsafat, agama, seni, sejarah, sastra dan sains. Ada banyak kearifan dan aforisma (kata-kata bijak) yang saya stabilo. Namun, tentu saja tidak mungkin semuanya saya tulis di sini. Kedawan nanti. Misalnya:Pecinta sejati tidak akan pernah membuat figur buruk untuk orang lain. Ketika manusia memiliki kemampuan untuk membentuk figur-figur buruk dalam kehidupannya, maka ia akan terlatih untuk membentuk figur-figur di sekitarnya. Dengan seringnya kita membentuk figur buruk, kita hanya akan terlatih menjadi pembenci dan tidak terlatih menjadi pecinta. (hal. 15)Apapun dan siapapun, sejatinya selalu dicipta Tuhan dalam perspektif kecintaan Tuhan. Dengan penuh kesadaran, Tuhan mencipta iblis. Iblis tidak pernah dicipta Tuhan dalam kebenciannya sebagai Tuhan. (hal. 15)Rosse, jika kebahagiaan selalu disertai duka, maka kita tidak memiliki alasan untuk bersedih pada saat duka. Sebab di saat duka itu ada, yakinlah bahwa di situ akan segera datang kebahagiaan. Kerinduan membangun jiwa kemanusiaan mungkin terasa menyiksa, tapi sesungguhnya disitulah sebuah asa atau bahkan sebuah cinta itu ada. (hal. 65)Kepada Prof Cecep, saya ucapkan selamat mengenang kali pertama merayakan cahaya (28 Oktober). Semoga kian selaras, seimbang, harmonis, dan terus menaburkan serbuk pencerahan, bermanfaat bagi sesama, semesta dan mertua.