altar call · 2019. 7. 9. · altar call merupakan salahsatu ciri khas dalam kebaktian untuk...

36
i ALTAR CALL (Tinjauan kritis terhadap Kebaktian Kebangunan Rohani Korelasinya dengan Spiritualitas Jemaat di GMIT Ichtus Puildon) Marita Endang Sinapas 712014041 FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    ALTAR CALL

    (Tinjauan kritis terhadap Kebaktian Kebangunan Rohani Korelasinya dengan Spiritualitas

    Jemaat di GMIT Ichtus Puildon)

    Marita Endang Sinapas

    712014041

    FAKULTAS TEOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2018

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTO

    ‘’Jika matahari selalu tahu kapan di terbit dan tenggelam maka kamu juga harus jalani hidup

    sebgaimana alur yang Tuhan tetapkan smpai waktu kau pergi karna memng sudah

    waktunya.’’

    &

    Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu,

    demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan

    kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

    (Yeremia 29:11)

    Tulisn ini saya persembakan untuk,

    Kamu yang belum percaya bahwa Tuhan itu ada

  • vii

    Daftar Isi

    Cover………………………………………..…………………………………………………..i

    Pernyataan Tidak Plagiat……………………………………………………………......…...ii

    Pernyataan Persetujuan Askes……………………….…………………………..………….iii

    Pernyataan Persetujuan Publikasi…………………………………………..…………..…..iv

    Lembar Pengesahan……………………………………………...………………….………..v

    Moto……………………………………………………………………………………….......vi

    Daftar Isi ……………………………………………………………………………..….......vii

    Kata Pengantar……………………………………………………………………………...viii

    Bagian I. Pendahuluan……………………………………………….……………….............1

    Bagian II. Teori………………………………………………………………………….........5

    Bagian III. Hasil Penelitian…………………………………………………………..….......17

    Bagian IV. Analisis…………………………………………..………………………….........23

    Bagian V. Kesimpulan dan Saran……………………………………………………..….....24

    Daftar Pustaka.…………………………………………………………………………........26

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas bimbingan, penyertaan,

    dan anugerahNya menjadi spirit tersendiri bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini

    sebagaimana dalam waktu yang ditentukanNya. Tahap penulisan tugas akhir tidak akan selesai

    jika tanpa kuasa Tuhan yang mempengaruhi orang-orang baik untuk menolong dan membimbing

    penulis untuk mengeluarkan suatu karya tulis yang ada dihadapan pembaca sekalian. Oleh

    karena itu, tiada hentinya menaikan ungkapan terimakasih terutama kepada Tuhan atas limpahan

    berkat selama proses pengerjaan tugas akhir berlangsung. Bukan hanya itu saja, Orang-orang

    baik yang memiliki hati bagai malaikat yaitu orang tua terkasih yang berada jauh di pulau Alor

    yang senantiasa mmemberikan dukungan spirit secara materi dan moral. Bukan hanya itu saja,

    penulis menguapka limpah terima kasih kepada Ketua Majelis jemaat Ichtus Puildon yakni, yakni

    Pdt. Orny Laukamang, juga kepada ibu Engmanenta Weny-Sailana selaku kepala tata usaha yang

    membantu memberikan ruang bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan. Penulis juga

    mengucapkan terimakasi kepada ayah tercinta di mana beliau bukan hanya sebagai orang tua

    sekaligu ketua Persekutuan Doa Klasis Teluk Kabola yang telah memberikan sumbangsih dengan

    berbagi pengalaman pelayanan KKR, terima kasih juga kepada bapak Hendrik Kawangkari yang

    telah bersedia untuk membagikan pengalaman dan informasi terkait dengan KKR, dan kepada

    rumpunan anggota Persekutuan Doa yang memberikan ruang untuk penulis mengikuti dan

    mengamati keberadaan pelayanan dalam lingkup Persekutuan Doa. Ungkapan terima kasih

    kepada semua pihak yang bersedia penulis wawancarai Kiranya Tuhan Yesus memberkati.

    Penulis juga tidak lupa menyampaikan limpah terima kasih kepada bapak Ebenhaizer Nuban

    Timo dan bapak Rama Tulus Pilakoannu selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan

    kritikan dan pujian atas segala hasil pemikiran dari penulis untuk terus mengasah intelektual

    sampai mengeluarkan suatu tulisan. Terimakasih juga kepada ibu Tri Budiyanti dan mama

    Ningsih yang senantiasa membantu untuk melancarkan proses penyelesaian tugas akhir serta

    seluruh keluarga besar Fakultas Teologi terkhususnya angkatan 2014 di mana adalah tempat yang

    sangat nyaman bagi penulis untuk mengasah kemapuan berpikir, bergaul, dan mengenal Kasih

    Tuhan dalam rasa kekeluargaa. Dan tidak lupa berterima kasih kepada Nopen Irene Febriany

    Berimau yang menjadi rekan seperjuangan, sumber segala pikiran positif dan negatif, selama

    penulis menyelesaikan tugas akhir sekaligus tempat berbagi cerita suka dan duka.

  • ix

    Terima kasih juga kepada Himpunan Mahasiswa asal Alor di Salatiga (HIMMASAL)

    yang cukup menorehkan rasa perjuangan dan persaudaraan dalam diri penulis. Biaralah segala

    upaya yang menjadi cita-cita dan harapan yang didoakan semuanya terlaksana hanya untuk

    kemuliaan nama Tuhan melalui tulisan, pribadi dan kehidupan setiap hari. Tuhan memberkati

    kita semua.

    Salam,

    Marita E. Sinapas

  • 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang

    Altar call merupakan salahsatu ciri khas dalam kebaktian untuk mengundang orang-orang

    yang mau bertobat yaitu menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta didoakan

    untuk kesembuhan ilahi.1

    Altar call adalah sistem undangan kepada jemaataliran Injili,

    Fundamentalis, Wesleyan dan Pentakosta. Altar call dilakukan setelah khotbah kemudian

    memanggil jemaat dengan diiringi nyanyian himne untuk berjalan ke depan Altar. 2

    Altar

    calltermasuk dalam rangkaian Kebaktian Kebangunan Rohani atau KKR yaitu

    pertemuanpertemuan besar yang dihadiri ribuan orang.3

    Spiritualitas merupakan peningkatan hidup beragama yang bersumber pada Religiusitas

    sehingga orang spiritual memahami Dogma, menjalankan Ibadat, melaksanakan Moral dan

    mendayagunakan lembaga agama secara berbeda dari tingkat yang lebih tinggi daripada orang

    yang hanya menjalankan agama.4 Spiritualitas adalah hidup Roh Allah dalam keseluruhan diri

    seseorang dengan sesama dan dunianya dengan situasi konkret sebagai tanggapan spiritual

    manusia terhadap panggilan Roh Allah untuk ikut serta dalam karya Allah guna menyebarkan

    kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraanNya di dunia.5

    Sehubungan dengan keputusan Sinode GMIT untuk menjadikan jemaat yang misioner

    dan terbuka bagi dunia.6Program pelayanan Kebaktian Kebangunan Rohani dilakukan secara

    rutin di Kabupaten Alor dalam tiga bagian yaitu pertama, KKR dilaksanakan atas kerjasama

    interdenominasi gereja yang terbentuk dalam Badan Keesaan Kerjasama Gereja-Gereja Kristen

    di Alor (BKKGA) setiap tahun dengan mengundang pembicara dari luar kota dan dari luar

    denominasi GMIT. Kedua, KKR dilaksanakan atas kebijakan program pelayanan Klasis dari

    denominasi GMIT yang melibatkan berbagai Persekutuan Doa antar Klasis untuk mengatur

    1 Djaka Krisitanto Silalahi, Kharismatik bercampur Perdukunan? tanggapan atas metode Ktirik Ir. Herlianto

    terhadap Gerakan Kharismatik, (Yogyakarta: ANDI 2001) 25. 2 Fred G. Zaspel, The "Altar call" Is it helpful or harmful?, (Pottsville: Word of Life BaptistChurch 1998) 10.

    3 J.L.Ch. Abineno, Kelompok Doa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1981)15.

    4 Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama & Spiritualitas, ( Yogyakarta: Kanisius 2005) 64-65.

    5 Agus M. Hardjana,73.

    6 http//:www.sinodegmit.or.id, diaskes pada 10 Agustus 2017, Pukul 11.05 WIB.

  • 2

    acara KKR dengan pembicara dari kalangan denominasi GMIT. Ketiga, KKR dilaksanakan pada

    tingkat jemaat biasanya yang menjadi pembicara adalah pendeta jemaat.7

    Dalam menjalankan tugas dan panggilan gereja disusun strategi pelayanan Kebaktian

    Kebangunan rohani di seluruh gereja berdasarkan Kebijakan pelayanan dan kerja sama antara

    gereja denominasi GMIT8 dan interdenominasi Gereja di Alor di antaranya: Gereja Sidang

    Jemaat Allah (GSJA), Gereja Bethel Indonesia (GBI), Gereja Pentakostal Indonesia (GPI),

    Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) dan denominasi Gereja Masehi Injili Timor (GMIT).9

    Melalui program pelayanan KKR dapat meningkatkan spiritualitas jemaat dalam kaitannya

    dengan perubahan perilaku sehari-hari. Adapun hal yang menarik dalam KKR di GMIT ialah

    ketika jemaat yang diminta kesediaan oleh pengkhotbah atau pemimpin pujian (Worship Leader)

    untuk berdiri di depan altar ternyata ada dua kelompok jemaat yang mengikuti Altar call yaitu,

    pertama, jemaat yang belum terbiasa dengan Altar call tetapi sekedar mengikuti teman atau

    orang-orang yang duduk disebelahnya untuk memenuhi Altar call. Kedua, Jemaat bersedia

    memenuhi Altar call dengan dorongan spiritual agar didoakan oleh pendeta.

    Namun, Altar call bagi para penatua dan pendeta GMIT masih sekedar wacana karena

    gereja-gereja tradisional terlalu sibuk dalam mempromosikan ibadah liturgis dan teologi

    tradisional.10

    Oleh karena itu, Pelayanan khotbah dan suasana ibadah yang biasannya terkesan

    kaku di denominasi GMIT dapat diminimalisasi melalui KKR. Pengurus Persekutuan Doa GMIT

    telah menyelenggarakan KKR sebagai upaya meningkatkan spiritualitas Jemaat dengan cara

    melakukan Altar call dalam KKR di GMIT serta program kerja sama dari berbagai denominasi

    gereja di Alor. Tujuannya agar tugas pelayanan gereja tidak bersifat eksklusif melainkan inklusif

    atau terbuka dengan berbagai denominasi gereja di Kabupaten Alor. Pun Demikian, ada salahsatu

    jemaat yang menarik perhatian untuk penelitian ini yaitu, gereja Ichtus Puildon yang terletak di

    wilayah perkotaan dan seringkali diadakan KKR. Gereja Ichtus memiliki program pelayanan

    KKR ada warga jemaat yang mengalami kesembuhan dari segala jenis penyakit, pemulihan dari

    7 Wawancara Via Telepon dengan Seprianus Sinapas (Ketua Persekutuan Doa Klasis Teluk Kabola) pada tanggal 10

    Agustus 2017, Pukul 11.30 WIB. 8 Kabupaten Alor yang terdiri dari 8 klasis yaitu Alor Timur, Alor Tengah Selatan, Alor Tengah Utara, Alor Barat

    Daya, Alor Barat Laut, Pantar Timur, Pantar Barat dan Alor Timur Laut (http//:www.sinodegmit.or.id, diaskes pada

    tanggal pada 10 Agustus 2017, Pukul 12.00 WIB 9 Wawancara Via Telepon dengan Seprianus Sinapas (Ketua Persekutuan Doa Klasis Teluk Kabola) pada tanggal 27

    Agustus 2017, Pukul 19.47 WIB. 10

    Wilfred J. Samuel. Kristen Kharismatik Refleksi atas berbagai kecendrungan pasca-Kharismatik Charismatik folk

    christianity, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2011) 38.

  • 3

    persoalan kehidupan dan pertobatan.11

    Hal tersebut mempengaruhi penulis untuk melakukan

    penelitian lebih lanjut guna mencari tahu tentang pemahaman jemaat mengenai program

    pelayanan KKR dan hubungannya dengan spiritualitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

    Landasan teori yang digunakan adalah karangan Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah

    Tsalatsa A dengan judul Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja Mainstream dan

    Kalangan Kharismatik Pentakosta. Buku tersebut merupakan hasil penelitian mengenai

    hubungan antara Gereja-gereja Mainstream dan kalangan Kharismatik serta Pentakosta di

    Indonesia.12

    Berdasarkan pemaparan diatas maka saya memberi judul ‘’ ‘’ALTAR CALL’’

    (Tinjauan Kritis Terhadap Kebaktian Kebangunan Rohani untuk meningkatkan Spiritualitas

    Jemaat di GMIT Ichtus Puildon)

    1.2. Rumusan Masalah

    Pada penulisan proposal ini terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi acuan masalah, yaitu :

    1. Apa pemahaman Pendeta dan Jemaat di GMIT Ichtus Puildon tentang Altar call ?

    2. Bagaimana Korelasi antara Altar call dan Spiritualitasdari KKR di GMIT Ichtus Puildon?

    1.3. Tujuan

    1. Mendeskripsikan pemahaman Pendeta dan Jemaat GMIT tentang Altar call dalam

    meningkatkan Spiritualitas Jemaat di GMIT Ichtus Puildon

    2. Mendeskripsikan korelasi antara Altar call dan Spiritualitas dari KKR di GMIT Ichtus

    Puildon

    1.4. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat kepada Mahasiswa ialah menambah wawasan berpikir mengenai berbagai aliran

    Kekristenan untuk meningkatkan Spiritualitas Jemaat masa kini.

    11

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat Ichtus Puildon) 29 Desember 2017, Pukul 11.30. 12

    Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja Mainstream dan Kalangan Kharismatik Pentakosta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007) xi.

  • 4

    2. Manfaat bagi Fakultas Teologi ialah sumbangsih secara teoritis dalam meninjau Teologi

    Kharismatik ketika bercampur dengan Teologi Gereja Tradisional.

    3. Manfaat bagi gereja ialah gereja menjadi Inklusif terhadap perbedaan aliran Kekristenan

    tanpa mengurangi Teologi tradisional, melainkan tetap mengupayakan pelayanan dalam

    meningkatkan spiritualitas jemaat sebagai bentuk pelayanan di gereja.

    1.5.Metode Penelitian

    1. Model Pendekatan

    Penelitian menggunakan model pendekatan kualitatif yaitu pengumpulan data dalam

    gejala, peristiwa dan kejadian kemudian dianalisis serta bersifat deskriptif. 13

    Paradigma

    penelitian kualitatif menganjurkan bahwa masalah-masalah kehidupan harus menggunakan

    pendekatan dengan asumsi bahwa tidak ada satu hal pun yang sifatnya sepele, melainkan

    bermakna.14

    Fokus penelitian kualitatif sangat kompleks dan luas. Peneliti kualitatif bermaksud

    untuk memberi makna atas fenomena secara holistik dan harus memerankan dirinya secara aktif

    dalam keseluruhan proses studi.15

    2. Pengumpulan Data

    Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap observasi dan wawancara terfokus

    kepada informan. Observasi dilakukan dengan cara meneliti secara sistematis peristiwa, objek

    objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mengumpulkan data atau informasi

    sebanyak mungkin.16

    Informasi diperoleh dari hasil Wawancara dengan pendeta, aktivis

    penyelenggara KKR dan Jemaat yang terlibat dalam KKR serta beberapa sumber refrensi dari

    buku dan jurnal ilmiah.Data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata dan gambar. Data yang

    dimaksud meliputi transkrip wawancara, foto-foto, juga deskripsi mengenai situasi.

    13

    Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2006) 223. 14

    Sudarwan Danim, Menjadi peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia 2002) 61. 15

    Sudarwan Danim, 35. 16

    Jonathan Sarwono,224.

  • 5

    LANDASAN TEORI

    ALTAR CALL, PERTOBATAN DAN SPIRITUALITAS

    A. Konsep Altar call melalui Kebaktian Kebangunan Rohani

    Dalam awal perkembangan praktek Altar call dilakukan sejak tahun 1901 ketika Agnes Ozman

    meminta Charles F. Parham meletakan tangan di atas kepalanya dan berdoa agar ia memperoleh

    baptisan Roh disertai bukti berbahasa lidah. Tiba-tiba Agnes bisa berbahasa Cina, bahasa yang

    tidak pernah dipelajarinya.17

    Kejadian diatas secara implisit mengawali praktek Altar call yang

    seringkali dilakukaan dalam kebaktian Kebangunan Rohani. Kebanguan Rohani atau Revival

    terjadi di Azusa Street, Los Angeles tahun 1906 melalui pelayanan Wiliam J. Seymour murid

    dari Charles F. Parham yang mengajarkan kesucian hidup sebab kesucian (Holiness Movement)

    yang mempengaruhi lingkungan gereja-gereja Metodis dari Jhon Wisley. Pada awal

    perkembangan Gereja-gereja metodis (1830-an) dilandasi atas perhatian terhadap kesucian hidup

    semakin kurang terpelihara sehingga munculah gerakan kesucian pada pertengahan abad ke-19

    (1792-1875) yakni gerakan Kebangunan Rohani oleh Charles G. Finney yang mengajarkan

    kesempurnaan hidup ialah hidup dalam motivasi atau hasrat yang dilakukan juga dengan

    kasih.Finney mengupayakan kesucian hidup dengan memperjuangkan nilai-nilai keadilan melalui

    pembelaan kepada hak-hak kaum wanita, gerakan anti-perbudakan dan menentang perang

    Gerakan kesucian yang dipelopori Finey dilanjutkan oleh Phoebe Palmer anggota gereja

    methodis di New York (1830-an) melalui berbagai pertemuan diperkemahan sebagai pusat

    kesucian untuk meningkatkan kebangunan rohani yang disebut dengan bahasa roh identik dengan

    penyucian.Finey membangun metode penginjilan yang menekankan pertobatan. Cara yang

    dilakukan adalah menyampaikan khotbah-khotbah tentang pertobatan yang berfokus pada orang

    yang takut mengenai keselamatan jiwa sendiri. Adapun salah satu seri ibadah selama beberapa

    hari berturut-turut di mana pengkhotbah selalu mengajak pendengarnya untuk bertobat bahkan

    disediakn kursi pendosa di depan ruangan ibadah di mana pendosa harus mengaku dosa di depan

    jemaat dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Konsep Altar call di bentuk dari metode

    17

    Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja Mainstream dan

    Kalangan Kharismatik Pentakosta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007) 19.

  • 6

    penginjilan. Jika tidak demikian, makabanyak orang yang tidak mengalami pertobatan hingga

    kini.

    Menurut Jan Aritonang ada beberapa faktor yang membuat banyak orang tertarik pada gerakan

    kesucian ini antara lain:

    1. Gerakan ini didukung oleh kalangan Kristen urban yang berpendidikan tetapi sekaligus

    bersikap konservatif yakni tidak menyukai adanya perubahan mendadak dalam bentuk

    kegiatan yang kehidupan gereja yang dilakukan sejumlah pendeta yang dinilai progresif

    2. Padangan teologis para pendeta progresif itu, yang sebagian mengikuti pendidikan di

    Jerman, dinilai banyak warga gereja sangat liberal dan dianggap telah dipengaruhi oleh

    paham evolusionisme Darwin bertolakbelakang dengan warga gereja yang bercorak

    fundamentalisis.

    3. Kebangunan rohani yang diprakarsai gerakan kesucian hingga tahun 1880-an disisi lain

    sebagai kekuatan pemersatu karena menembus batas-batas aliran gereja interdenominasi,

    kendati kalangan Metodis tetap pemeran utama. 18

    Altar call merupakan salah satu unsur dalam kebaktian kebangunan rohani yang diadaptasi dari

    kalangan metodis dan pentakostal.Tujuan dibentuknya ibadah ialah mendukung ungkapan emosi,

    ekstase, luapan semangat, kesaksian yang bercampur dengan mimpi atau ‘penglihatan’ warga

    gereja. Adapun tata ibadah dengan usur-unsur yaitu: Doa Pembuka, nyanyian jemaat, doa

    lanjutan, nyanyian khusus, khotbah dan pelayanan altar (altarservice;Altar calling). Menurut Jan

    Aritonang bahwa Altar call memberi kesempatan kepada warga gereja untuk mengungkapkan

    pertobatan atau kesediaan dipanggil menjadi pelayan juga menerima baptisan Roh.19

    B. Pertobatan melalui Altar call

    Altar call melalui Kebaktian Kebangunan Rohani bersifat spontanitas kepada warga gereja

    untuk membuka hati secara pribadi kepada Allah sebagai Juruselamat. Pengaruh Altar call

    dirasakan dan diamalkan warga gereja yang dengan serius memahami makna hadirnya Roh Allah

    18

    Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan di sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1996) 160-169. 19

    Jan S. Aritonang,192.

  • 7

    melalui suara hati. Menurut Imanuel Kant, Suara hati adalah kesadaran akan suatu otoritas yang

    secara mutlak mengikat manusia pada kewajibannya.19

    Dalam suara hati manusia menyadari

    tuntutan Allah yang memberi dan menjamin hukum abadi. Suara hati memungkinkan manusia

    mengalami perasaan hadirnya suatu instansi yang bertindak sebagai saksi pendengaran dan saksi

    pandangan mata dari perilaku yang mengamati kehidupan batin dan mempertimbangkan

    kehidupan.20

    Misalnya, Ketika Andre yang sering mengandalkan benda gaib lalu mengikuti KKR

    ada perasaan bersalah ketika para pendeta berkhotbah. Andre lalu menyadari kehidupannya yang

    tidak sesuai kebenaran firman dan secara spontan ia berjalan maju untuk didoakan serta

    mengakui dosa-dosanya, Kemudian ia menerima Yesus sebagai Juruselamat. Dampak dari KKR

    ialah ada pertobatan dan hidup baru. Pertobatan mempunyai kata dasar tobat yang jika diartikan

    dalam istilah Yunani metanoia dan katharis ialah kondisi di mana manusia membersihkan

    batinnya, mengubah diri, membersihkan diri, agar ia dapat mencapai perdamaian dan

    kekebalan.21

    Kata Ibrani untuk tobat ialah kata Syub, Artinya membalikan diri, memalingkan diri

    dan kembali. Istilah tersebut melukiskan gambaran angan seorang manusia yang awalnya

    berjalan ke arah yang salah lalu jalannya terhenti oleh sesuatu lalu berbalik kemudian

    melanjutkan perjalanan yang benar.22

    Jadi tobat memiliki nilai religi yang mampu membuat perubahan radikal terhadap sikap

    seseorang kepada Tuhan. Namun, masih banyak orang yang termasuk kategori tobat semu di

    mana tidak ada penyerahan diri dengan kesungguhan hati kepada Yesus.23

    Hidup baru adalah

    berjalan mengikuti kristus sesuai etika Kristen. Seseorang yang secara totalitas kepada Tuhan

    harus menjalani kehidupan yang sesuai dengan etika Kristen.24

    Alasan utamanya ialah yang

    Pertama, Hidup baru merupakan relasi yang erat antara manusia dan Tuhan Yesus, seperti pokok

    Anggur dan ranting-rantingnya (Yoh 15) . Kedua, Hidup baru berarti ‘’mengikuti kristus’’ dan

    menerima konsekuensi hidup baru.26

    Namun, ‘’mengikut Kristus’’ bukanlah suatu syarat untuk

    dapat diterima sebagai anak Allah, tetapi itu hanya akibat perbuatan anugerah Tuhan.

    19

    Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual konfrontasi dengan para filsuf dari zaman Yunani hingga

    Zaman Modern, (Jakarta : BPK Gunung Mulia 2004) 294. 20

    J. Verkuyl, Etika Kristen I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1985) 65. 21

    J. Verkuyl, 176. 22

    J. Verkuyl, 177. 23

    J. Verkuyl, 192. 24

    J. Verkuyl, 195. 26

    J. Verkuyl, 196.

  • 8

    ‘’Mengikut kristus’’ ialah menempuh jalan yang terbentang di depan kita di dalam persekutuan

    dengan Kristus.25

    Hal tersebut berarti ada komitmen kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat

    manusia.

    C. Konsep Spiritualitas melalui Kebaktian Kebangunan Rohani

    Spiritualitas berasal dari kata latin spiritus yang berarti roh, jiwa, semangat sedangkan dari

    kata inggris spirituality yang dalam kata indonesia ialah spiritualitas. Spiritualitas berarti bersifat

    atau berkaitan dengan roh yang berlawanan dengan materialitas atau korporalitas yang berarti

    bersifat tubuh, badani atau berkaitan dengan tubuh atau badan.26

    Spiritualitas terkait dengan pengalaman rohani seseorang yaitu perjumpaan dengan Yesus,

    dan dengan sadar terus memelihara dan mengembangkan ke’diri’annya yang baru

    tersebut.27

    Fakta yang paling hakiki tentang Yesus adalah Ia seorang ‘’manusia roh’’, seorang

    ‘’perantara dari yang kudus’’, salah seorang manusia dalam sejarah insani yang bagiNya Roh

    adalah suatu realitas yang dialamiNya.28

    Istilah manusia roh (spirit person) lebih mewakili dua

    gender jika dibandingkan dengan kata holy man, dapat berarti manusia suci.31

    Hal tersebut

    bermaksud menghindari konotasi dari kata suci yang secara alamiah cenderung dipahami sebagai

    suatu kata sifat yang menyatakan suatu kualitas moral, seperti benar, atau saleh, atau dihormati

    dan dikagumi, atau kudus,bahkan yang kudus satu-satunya.29

    Pemahaman seperti di atas dapat

    mengaburkan maksud yang ingin dinyatakan oleh ungkapan tersebut. Setiap ungkapan memiliki

    jiwa yang dapat memberikan pengalaman. Kadangkala, ada begitu jelas dirasakan oleh

    manusiamanusia roh dengan melihat sejenak suatu lapis lain dari kenyataan yang mempunyai dua

    ciri-ciri yaitu; pertama, pengalaman penglihatan.30

    Pengalaman itu berupa alam atau suatu benda

    dalam alam yang sejenak diubah rupanya oleh ‘’yang kudus’’ yang bercahaya melaluinya. Setiap

    orang memiliki pengalaman yang tertuang di dalam perasaan dan penglihatan bahwa kenyataan

    lebih luas daripada dunia nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.31

    Perasaan manusia

    25

    J. Verkuyl, Etika Kristen I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1985) 200. 26

    Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama & Spiritualitas. (Yogyakarta: Kanisius 2005) 64. 27

    Eka Darmaputera, Agama dan Spiritualitas: Suatu Perspektif Pengantar, PENUNTUN: Jurnal Teologi dan Gereja

    3 no. 12 (Juli, 1997) 395. 28

    Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003) 39. 31

    Marcus J. Borg, 40. 29

    Marcus J. Borg, 40. 30

    Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003) 41. 31

    Marcus J. Borg, 41.

  • 9

    mengalami sesuatu ‘’yang nyata’’ kemudian meninjau kembali peristiwa itu ternyata ada

    pengetahuan baru yang diperoleh disebut pengalaman noetik atau pengalaman intelek.32

    Pengalaman intelek meliputi bukan saja suatu perasaan dipenuhi sesuatu dengan meluap-luap

    (ecstasy), tetapi juga suatu pengertian atau pengetahuan (sang kudus/the sacred).36

    Misalnya,

    seseorang yang menderita penyakit aneh dan sulit disembuhkan bahkan telah divonis oleh dokter

    sudah tidak dapat tertolong oleh pengobatan medis. Namun, ketika didoakan kemudian orang

    tersebut menjadi sembuh. Setiap orang memiliki pengalaman lintas pribadi yang hanya dikenali

    oleh subjektivitas orang itu sendiri yang kadangkala melampaui batas-batas diri pribadi. Kawasan

    lintas pribadi inilah yang dimaksudkan dengan suatu dunia Roh dan orang yang mengalaminya

    disebut manusia-manusia roh, yaitu orang yang mengalami sang kudus itu dengan jelas dan

    berulang-ulang kali.33

    Pengalaman-pengalaman inilah yang telah menuntun tradisitradisi

    keagamaan dunia untuk berbicara mengenai ‘’sang kudus ’’ seperti pada tradisi keagamaan yang

    memberi nama sebagai Yahweh, Brahman, Atman, Allah, Tao, Roh besar dan God. 38

    Oleh

    karena nama yang paling umum untuk sang kudus itu di dalam tradisi YahudiKristen adalah

    Allah, maka semua orang memakai nama Allah atau Roh ketika mengacu pada sang kudus ini.39

    Manusia-manusia roh mempunyai ciri kedua yaitu, mereka menjadi perantara dari sang kudus di

    mana manusia roh bertugas menghantarkan Roh dengan cara yang beraneka ragam.34

    Ciri-ciri

    manusia roh dapat dilihat dari cara mereka menghantarkan Roh ialah melalui penyampaian

    firman Allah atau kehendak Allah, mengadakan mujisat kesembuhan atau pengusiran setan-setan,

    menjadi pawang pencari binatang buruan dalam kegiatan perburuan dan pegumpulan hasil

    buruan atau sebagai pawang pembuat hujan dalam masyarakat-masyarakat tani purbakala dan

    sebagai penyalur kuasa atau hikmat Allah untuk masuk ke dalam dunia.35

    Rijnardus A. Van Kooij dan Yamah Tsalatsa menggunakan istilah Spiritualitas Kharimatik

    sebab mereka beranggapan bahwa Spiritualitas dalam kalangan Kharismatik pentakostal diartikan

    32

    Marcus J. Borg,41. 36

    Marcus J. Borg, 41 33

    Marcus J. Borg, 41 38

    Marcus J. Borg, 42 39

    Marcus J. Borg, 42 34

    Marcus J. Borg, 42. 35

    Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003) 42.

  • 10

    sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, Kristus, dan Roh kudus yang disembah dan

    dipuja.36

    Berdasarkan makna spiritualitas diatas dapat disimpulkan bahwa spiritualitas

    memungkinkan orang agar melakukan secara sadar akan segala sesuatu yang diyakini layak

    sebagai acuan atau pedoman bahkan terkadang dapat berlawanan dengan keinginan jasmani

    dalam kehidupan rohani seseorang. Manusia memiliki keunggulan dari makhluk-makhluk lain

    bukan hanya dari segi fisiknya atau jasmani saja tetapi dari segi spiritualnya. Menurut Agus M.

    Hardjana bahwa manusia mempunyai daya spiritual yaitu,37

    1. Kemampuan berabstraksi

    Abstraksi berasal dari kata latin abstrahere yang berarti menarik, melepaskan,

    menjauhkan, memisahkan. Kemampuan berasbtraksi ialah kemampuan manusia untuk

    memisahkan dan menangkap salah satu segi atau unsur dari objek konkretnya. Kemampuan ini

    memiliki tingkatan dalam berabstraksi. Abstrasi tingkat pertama terjadi jika manusia

    memisahkan segi-segi objek yang dapat diamati dengan pancaindra dari keseluruhan objek itu.

    Misalnya, keadaan lahiriah atau fisiknya, unsur-unsur intern yang mampu menggerakannya,

    syarat-syarat fisik agar tetap hidup dan seterusnya.38

    Abstraksi tingkat kedua adalah mengambil

    bagian yang dapat dihitung dan diukur dari objeknya. Misalnya, jumlah-banyak dan sedikit;

    kebesaran-besardan kecil; ukuran-panjang dan pendek; dan timbangan–berat dan

    ringan.39

    Abstraksi tingkat ketiga adalah mengambil unsur keberadaan dari keseluruhan objek.

    Misalnya, apa artinya bahwa objek itu ada, dari mana adanya, mengapa ada, apa yang

    menyebabkan ada, bagaimana cara berada, untuk apa berada, dan seterusnya.46

    36

    Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja Mainstream dan

    Kalangan Kharismatik Pentakosta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007) 42-43. 37

    Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama & Spiritualitas,(Yogyakarta: Kanisius 2005) 17. 38

    Agus M. Hardjana, 18. 39

    Agus M. Hardjana, 18. 46

    Agus M. Hardjana,18.

  • 11

    2. Kesadaran Diri

    Daya spiritual manusia juga tampak pada kemampuan manusia untuk menyadari dirinya.

    Sadar berarti mengenal sesuatu yang sebelumnya belum dikenal.40

    Manusia mengenal objek yang

    disadari dan diri sebagai subjek yang menyadari. Melalui kesadarannya, manusia mampu

    mengenal diri beserta perilakunya terpisah dari diri konkretnya.41

    Kemampuan kesadaran diri itu

    membuat manusia mampu merenungkan diri dan meninjau kembali perilakunya guna membuat

    perubahan dan perbaikan atas perilakunya itu.

    3. Kebebasan

    Daya spiritual manusia juga diwujudkan pada kebebasannya.42

    Manusia adalah makhluk

    yang memiliki kebebasan. Manusia memang sudah menjadi makhluk bebas karena tidak

    terkekang oleh kodrat dan insting. Kodrat adalah keseluruhan diri makhluk yang mencakup

    segala unsur lahir dan batin, badan dan jiwa, material dan spiritualnya.43

    Insting adalah dorongan

    secara tidak sadar bertindak dengan cepat dan tepat pada waktu menghadapi rangsangan,

    tantangan, atau ancaman terhadap dirinya.44

    Misalnya ketika mengikuti Kebaktian Kebangunan

    Rohani (KKR) memasuki sesi Altar call kemudian pendeta mengundang jemaat untuk berdiri

    didepan untuk didoakan. Ketika selesai didoakan muncul berbagai pemikiran apakah saya sudah

    sembuh dari penyakit yang diderita? Mengapa saya tiba-tiba menangis ketika didoakan?

    Bagaimana saya dapat hidup sesuai kebenaran firman Tuhan? Mengapa saya memenuhi

    panggilan Altar call? jika keputusan manusia untuk memenuhi sebuah perintah dan menyadari

    akan sebuah ajakan lalu melakukannya bahkan memikirkan dampaknya. Manusia tidak bebas

    secara mutlak.45

    4. Hati nurani

    Menurut Franz Magnis Suseno, Hati nurani adalah kesadaran mendasar yang menjadi

    latar belakang segenap sikap yang kita ambil, bahwa kapan pun, bagaimana pun; dalam situasi

    apa pun kita harus memilih yang baik dan bukan yang jahat, yang jujur dan bukan yang tidak

    40

    Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama & Spiritualitas, (Yogyakarta: Kanisius 2005)19. 41

    Agus M. Hardjana, 19. 42

    Agus M. Hardjana, 20. 43

    Agus M. Hardjana, 11. 44

    Agus M. Hardjana, 13. 45

    Agus M. Hardjana,21.

  • 12

    jujur, yang adil dan bukan yang tidak adil, kita harus bersikap setia bukan tidak setia dan

    seterusnya.46

    Hati nurani yang diterangi secara moral bisa disebut suara hati yang menyampaikan

    penilaian baik dan buruknya secara moral atas perbuatanan manusia, baik yang sudah maupun

    yang belum dilakukan. Suara hati dapat menciptakan perasaan manusia yang mampu menimbang

    kelakuan, menuduh dan memberikan pendapatnya atas kesalahan tindakan.47

    5. Sifat transenden

    Sifat spiritual manusia yang sangat tampak pada sifat transendennya.48

    Transenden berarti

    mengatasi atau melampaui hal baru yang belum ada dalam tahap hidup sebelumnya dan hal

    tersebut sangat tinggi sehingga ada di luar segala hal yang pernah dijumpai dalam hidup sampai

    saat ini. Realitas tertinggi itu dipresepsi sebagai asal, penyelenggaraan dan tujuan hidupnya.49

    Dengan keterbukaan terhadap yang transenden itu, manusia mampu keluar dari dirinya sendiri

    lalu mengenal dan menangkap realitas di luar dirinya. Spiritualitas membawa manusia kepada

    pengalaman religius yang mengenal akan Allah yaitu pengalaman atas sesuatu yang sama sekali

    lain dan tidak berasal dari dunia pengalaman manusia yang biasa (religius experience).50

    Pengalaman tersebut masuk sejenak ke dalam keadaan-keadaan sadar yang tidak biasa dan dalam

    bentuk-bentuk yang berlainan misalnya, pengalaman penglihatan, muncul perasaan kuat tentang

    kenyataan lain yang mendatangi alam atau suatu benda dalam alam yang sejenak diubah rupa

    oleh ‘’yang kudus’’. 51

    Manusia mendapatkan pengalaman religius dengan cara, pertama mempelajari dogma

    dan kitab suci, yaitu sarana untuk mengenal Allah, hakikat, karya dan kehendakNya bagi

    manusia dan dunia. Kedua ibadat bagi orang spiritual bukanlah sekedar kewajiban agama yang

    harus dilaksanakan agar ganjaran dan terhindar dari hukuman. Ibadah bukan hanya kegiatan

    untuk memuja-muja, menyembah-nyembah, dan memuliakan Allah agar Allah merasa tersanjung

    46

    Franz magnis suseno. Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius 2006) 180. 47

    J. Verkuyl,Etika Kristen I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1985) 66. 48

    Agus M. Hardjana,Religiositas, Agama & Spiritualitas, (Yogyakarta: Kanisius 2005)23. 49

    Agus M. Hardjana, 24. 50

    Agus M. Hardjana, 29. 51

    Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia) 39. 59

    Agus M. Hardjana, 65-67.

  • 13

    dan senang.59

    Kehadiran dalam ibadat juga tidak dirasakan sebagai kewajiban yang menjadi

    beban tetapi sebagai kesempatan istimewa. Misalnya, ketika menghadiri ibadat Kebangunan

    Rohani di gereja bukan sekedar rutinitas atas kepentingan secara pribadi untuk mencari perhatian

    orang lain.

    Menurut Agus M. Hardjana bahwa orang spiritual sadar dalam hidup ini, ia mendapat

    dua tugas utama dari Allah. Pertama, agar berkembang menjadi manusia dengan kualitaskualitas

    seperti yang diharapkan Allah. Kedua, melaksanakan misi hidup guna mendatangkan kebaikan,

    keselamatan dan kesejahteraan bagi sesama dan masyarakatnya.52

    Oleh karena itu, Bentuk-

    bentuk manifestasi spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diamati ialah,

    1. Orang spiritual selalu mengikuti ibadah dan menjalankan ajaran dogma gereja

    2. Orang spiritual selalu membangun relasi dengan Tuhan dengan cara berdoa

    3. Orang spiritual selalu percaya akan keberadaan Tuhan yang mengatur kehidupannya

    di saat suka maupun duka

    4. Orang spiritual selalu menyadari akan setiap kesalahan atas tindakannya yang tidak

    sesuai perintah Tuhan

    5. Orang spiritual tidak mudah menyerah sebab ada roh (spirit) yang mendorongnya

    untuk terus berusaha dengan berbagai peluang.

    D. Korelasi Spiritualitas dan Altar Call

    Spiritualitas mendorong seseorang untuk melaksanakan kewajiban beribadah atau

    pengalaman religius yang pernah dialaminya.Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) merupakan

    salahsatu kegiatan ibadah yang diselenggarakan oleh gereja agar memberi peluang bagi warga

    gereja untuk mengekspresikan kehidupan rohani secara fisik melalui ibadah. Orang yang pernah

    mengikuti KKR akan mengetahui unsur-unsur dalam Ibadah tersebut. Dalam ibadah ada

    serangkaian lagu pujian dan penyembahan yang dipimpin beberapa biduan diiringi seperangkat

    band dengan lagu-lagu yang dinyanyikan sambil berdiri serta bertepuk tangan atau menari sambil

    52

    Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama & Spiritualitas, (Yogyakarta: Kanisius 2005)68.

  • 14

    berputar-putar tergantung jenis lagu dan pada penghayatan masing-masing.53

    Pada saat memasuki

    bagian di mana pengkhotbah meminta jemaat untuk menundukkan kepala, menutup mata, dan

    mengangkat tangan serta menantang jemaat yang ingin mendedikasikan kembali hidup mereka

    kepada Kristus.54

    Ekspresi-ekspresi seperti menangis, doa, pengakuan yang dapat didengar

    oranglain, mengangkat tangan, mengulang-ulang menyanyikan lagu-lagu penyembahan,

    penumpangan tangan, berteriak, dan sebagainya adalah ekspresi fisik dan emosional yang

    memperkuat kebutuhan akan pengampunan dan kekudusan.55

    Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan bahwa spiritualitas mendorong

    seseorang untuk menyadari kebutuhan spiritualitas agar didoakan atas kehidupan rohani yang

    membutuhkan dukungan spiritual dari orang lain misalnya, didoakan dan diberikan

    motivasi.Melalui ibadah KKR terjadi korelasi antara Spiritualitas dan Altar call ada dua hal yang

    mendukung.Pertama, ketika ibadah sedang berlangsung di dalam gereja di mana KKR menjadi

    momentum di mana subjekn dan objek ialah manusia.Manusia yang mengambil keputusan ketika

    merasa dirinya ditantang untuk berdiri saat Altar call ada dorongan (spirit) secara pribadi

    sehingga seseorang dapat menjadi subjek bahkan objek dari ibadah tersebut.Kedua, ialah ketika

    seseorang membuat sebuah pengakuan atas dosa-dosa dan berkomitmen mengikuti ajaran

    Alkitab. Jadi, ada tindakan nyata setelah selesai dari ‘penyerahan diri’ di depan Altar call

    tersebut. Hal ini akan diwujudnyatakan melalui kehidupan sehari-hari dengan melakukan ajaran

    Alkitab dengan serius. Praktek spiritualitas yang tampak setelah mengikuti KKR ialah kuantitas

    berdoa, kuantitas membaca Alkitab, Kuantitas beribadah pada hari minggu dan kuantitas bersaat

    teduh.56

    Praktek spiritualitas pribadi sangat berhubungan dengan keterlibatandengan ibadah

    seperti kebangunan rohani.57

    Sebab tidak akan efektif apabila ibadah dianggap hanya sebagai

    tindakan selebratif dari gereja kepada jemaat.Contoh, ada seorang ibu bernama Amira yang

    mengetahui bahwa suaminya berselingkuh sehingga ia berusaha untuk mengakhiri hidupnya

    53

    Jan Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan di sekitar gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1996) 194.

    54

    Peter Ditzel. The Invitation System and theAltar call,http:www.wordofhisgrace.org,diakses pada tanggal, 30 Mei

    2018 pukul 18:50 WIB.

    55 Wilfred J. Samuel. Kristen Kharismatik Refleksi atas berbagai kecendrungan pasca-Kharismatik Charismatik folk

    Christianity, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2011) 98. 56

    Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja Mainstream dan

    Kalangan Kharismatik Pentakosta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007) 42-43. 57

    Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A,43.

  • 15

    dengan menelan obat-obatan dalam jumlah yang banyak. Perasaan kesedihan yang mendalam

    harus ditanggung ibu dari dua anak ini, hingga suatu hari diselenggarakan KKR di gereja yang

    tidak begitu jauh dari rumah. Ibu Amira pun hadir dalam ibadah tersebut bersama keluarga.

    Ketika pendeta mengundang jemaat berjalan maju menuju Altar, ibu Amira merasa adanya

    dorongan dalam dirinya untuk maju dan akhirnya didoakan. Ibu Amira telah melupakan masalah

    dan hidup bersyukur dalam menjalani kehidupannya dengan aktif mengikuti kegiatan gereja.

    Kisah lainnya terjadi kepada seorang kepala rumah tangga yang seringkali melakukan tindakan

    kekerasan kepada isteri dan tidak melakukan tanggungjawab sebagai kepala rumah tangga yang

    memberi nafkah. Ketika mengikuti ibadah kebangunan rohani di gereja, ia mengalami pertobatan

    sehingga tidak ada perilaku kasar. Jika sebelumnya kasar dan malas bekerja tetapi setelah

    didoakan terjadi pembaharuan menjadi lemah lembut dan rajin bekerja. Pun demikian, masih ada

    orang yang menjadi aktivis dari KKR tetapi masih melakukan perilaku menyimpang misalnya,

    berselingkuh. Contoh diatas merupakan kenyataan yang seringkali terjadi penyebabnya ialah

    belum memahami makna dari ibadah dan pertobatan.

    Suatu citra kehidupan Kristen yang dibentuk oleh citra Yesus memiliki dua titik fokus

    yaitu, suatu hubungan dengan Roh Allah dan penjelmaan bela rasa dalam kehidupan seharihari.58

    Kehidupan yang memberikan arah dan tujuan dengan proses perubahan batiniah yang makin

    mendalam, yang sifat utamanya bela rasa.59

    Pertumbuhan bela rasa ialah tanda pertumbuhan

    kehidupan Roh. Kendati bela rasa sebagai isi dari imitatiodei yaitu cara orang orang kristen

    mengutamakan Yesus sebagai acuan utama dalam kehidupan sehari-hari. Imitatio dei ialah suatu

    tindakan meneladani Allah.60

    Imitation dei juga merupakan istilah yang digunakan dalam

    kehidupan sosial bangsa Yahudi abad pertama berbunyi ‘’ kuduslah kamu seperti Allah itu

    kudus’’, antara kekudusan dan bela rasa sebagai sifat-sifat Allah yang mesti diwujudkan sebagai

    orang Kristen.

    58

    Marcus J. Borg,Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003) 75. 59

    Marcus J. Borg, 75. 60

    Marcus J. Borg,52.

  • 16

    E. Bentuk-Bentuk Kehidupan Spiritualitas di GMIT Ichtus Puildon

    GMIT Ichtus Puildon memiliki program pelayanan sebagai wujud perhatian terhadap

    kehidupan spiritualitas di GMIT Ichtus Puildon misalnya melalui ibadah-ibadah yang

    diselenggarakan kepada setiap oikos meliputi bidang Koinonia, bidang Marturia, bidang

    Diakonia, bidang Oikonomia, dan bidang Liturgia. Pada bidang Marturia, diputuskan 30 kegiatan

    ibadah agar melakukan pelayanan sebagai wujud perhatian gereja terhadap kehidupan

    spiritualitas jemaat.61

    Tugas gereja membagi wilayah pelayanan ke dalam tiga lingkup ibadah

    yaitu ibadah lingkup jemaat, ibadah lingkup Oikos dan ibadah lingkup kategorial. Ketiga lingkup

    ibadah ini terbagi ke dalam beberapa lingkup ibadah yaitu, Ibadah lingkup jemaat mencakup

    ibadah minggu, ibadah persiapan dan perjamuan kudus maupun ibadah hari raya

    gerejawi.70

    Selain itu, di lingkup Oikos mencakup ibadah rumah tangga, ibadah bulan keluarga

    maupun ibadah natal oikos, dan lingkup ibadah kategorial yang mencakup ibadah kaum Bapak

    GMIT, Ibu GMIT, Pemuda dan Anak PAR, maupun pendalaman Alkitab serta katekese bagi para

    calon Baptis.62

    Jemaat senantiasa dipersiapkan sebelum mengikuti sakramen sakral dengan begitu

    tidak ada kesan ketidaksungguhan ketika mengikuti ibadah. Orang-orang yang tidak memiliki

    kesungguhan dalam ibadah adalah bukan manusia roh sebab tidak ada bentuk nyata dari

    perbuatannya sebagai orang spiritual.

    Bentuk kehidupan spiritual jemaat GMIT Ichtus Puildon di kalangan pemuda yang

    bekerja sama dalam kepanitiaan, perlombaan dan partisipasi dalam kegiatan antar

    gereja.63

    Spiritualitas Pemuda memberikan sumbangsih bagi pelayanan gereja agar tidak pasif

    melainkan sebagai orang muda yang aktif dan kritis terhadap perkembangan pelayanan di gereja.

    Pada Kategori anak-anak juga diselenggarakan berbagai Kebaktian Kebangunan Rohani agar

    bertumbuh menjadi generasi gereja yang kreatif dan mampu mengembangkan program pelayanan

    sesuai bidang minat anak-anak. Sikap gereja juga tidak begitu saja berhenti di bidang pelayanan

    secara rohani tetapi gereja memberikan perhatian kepada kesehatan tubuh jasmani jemaat. KKR

    61

    Seviyana Tinenti,diambil dari Skripsi dengan judul, PENTINGNYA KHOTBAH TENTANG EKO-TEOLOGI suatu

    analisa terhadap pokok-pokok eko-teologi dalam khotbah gereja Masehi Injili di Timor jemaat Ichtus Puildon, Program Studi Teologi-UKSW 2015, 14. 70 Seviyana Tinenti, 2015, 15.

    62 Sekertaris Majelis Jemaat Harian (MJH), Informasi realisasi program pelayanan dan anggaran pendapatandan

    belanja Jemaat Ichtus Puildon (Kalabahi,2013), 15. 63

    Observasi melalui persiapan dekorasi kegiatan natal pemuda Ichtus Pildon, Pada tanggal 29 Desember 2017,

    Pukul 11.00 WIB.

  • 17

    Holistik juga diprogramkan oleh gereja setelah KKR itu berlangsung dua hari maka dilakukan

    pelayanan pengobatan gratis kepada jemaat.64

    Tujuannya ialah melakukan pemeriksaan atas

    kesembuhan yang terjadi pada saat KKR dan terhadap penyakit lainnya yang kemungkinan

    marak akan terjadi kepada jemaat.

    HASIL PENELITIAN

    Pada bagian ini akan diungkapkan hasil penelitian tentang pelaksanaan Kebaktian

    Kebangunan Rohani di jemaat GMIT Ichtus Puildon Kalabahi yang dijelaskan dalam beberapa

    bagian yaitu:

    Gambar1.1. GMIT Ichtus Puildon

    3. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    GMIT Ichtus Puildon di Kalabahi sudah berusia 65 tahun. GMIT Ichtus puildon di

    Kalabahi sudah banyak mengalami banyak perubahan baik struktur organisasi sampai kepada

    bentuk bangunannya. Jumlah jemaat mencapai 2.727 jiwa yang terbagi dalam 4 rayon dengan 17

    64

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) pada tanggal, 30

    Desember 2017, Pukul 11. 44 WIB.

  • 18

    oikos. GMIT Ichtus Puildon menjadi salah satu gereja dengan kapasitas jemaat terbesar di

    kabupaten Alor. Penulis memilih gereja ini selain karena jumlah jemaat yang besar dan termasuk

    wilayah jemaat Klasis teluk Kabola yang seringkali menyelengggarakan KKR setiap tahun.

    Program pelayanan KKR diselenggarakan melalui Unit Pembantu Pelayanan pada bidang

    Persekutuan Doa (PD). Pertanyaannya adalah bagaimana korelasi antara Kebaktian Kebangunan

    Rohani dengan spiritualitas jemaat GMIT Ichtus Puildon? Hasil penelitian akan diungkapkan

    sebagai berikut:

    3.2.Pandangan GMIT Ichtus Puildon tentang pelaksanaan Kebaktian kebangunan

    Rohani

    GMIT Ichtus Puildon telah menyusun program pelayanan KKR setiap tahun. Berdasarkan

    keputusan persidangan Majelis Jemaat No.05/KEP/GMIT/PMJ- IP/IV/2013 tentang program

    pelayanan (panca program), meliputi bidang Koinonia, bidang Marturia, bidang Diakonia, bidang

    Oikonomia, dan bidang Liturgia untuk bidang Marturia,65

    Kegiatan ibadah terbagi ke dalam tiga

    lingkup ibadah yaitu ibadah lingkup jemaat, ibadah lingkup Oikos dan ibadah lingkup kategorial.

    Sejauh ini, Gereja telah menjalankan tugasnya dengan menjalankan program pelayanan melalui

    setiap bidang pelayanan.GMIT Ichtus puildon sangat memperhatikan kondisi kehidupan rohani

    jemaat.Berbagai program dilakukan melalui bidang Marturia untuk menumbuhkan iman jemaat,

    seperti KKR yang tidak hanya untuk kalangan umum tetapi diprogramkan juga untuk anak-anak

    sekolah minggu dan pemuda (masih direncanakan).66

    Namun, bukan hanya itu saja tetapi ada

    pelayanan Kebangunan Rohani yang dilakukan gereja, yaitu kebangunan rohani holistik di mana

    gereja mengadakan pelayanan pengobatan gratis kepada jemaat. Jadi, ketika selesai didoakan

    maka jemaat akan diberikan pelayanan pengobatan gratis untuk melihat kondisi kesehatan jemaat

    secara jasmani maupun rohani. Program KKR dilaksanakan setiap tahun pada tingkat jemaat

    dikenal dengan sebutan Kebaktian Penyegaran Iman (KPI) kecuali pada tingkat yang lebih luas di

    65

    Sekertaris Majelis Jemaat Harian (MJH), Informasi realisasi program pelayanan dan anggaran pendapatandan

    belanja Jemaat Ichtus Puildon (Kalabahi ,2013),1-5. 66

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) pada tanggal, 30

    Desember 2017, Pukul 11. 47 WIB.

  • 19

    sebut KKR atau Kebaktian Kebangunan Rohani. Jadi ada rekan-rekan pendeta (Kalangan

    Kharismatik) juga diundang untuk hadir di ibadah KKR maupun KPI pada tingkat jemaat.67

    Hendrik Kawangkari mengatakan bahwa ketika selesai KKR maka jemaat yang telah

    didoakan akan berikan tanggungjawab ke pihak gereja untuk dilakukanfollow upke

    jemaat.Tujuannya, agar gereja tetap memberikan bimbingan dari segi pelayanan iman atau

    spiritual.68

    Meskipun demikian, Jemaat di GMIT Ichtus Puildon belum secara total berpartisipasi

    dalam ibadah KKR, hal ini terbukti dengan minimnya jumlah jemaat yang hadir dalam ibadah

    tersebut. Upaya gereja ialah mewartakan jadwal pelaksanaan KKR di gereja agar jemaat

    menyadari akan terselenggaranya program pelayanan KKR melalui persekutuan Doa jemaat.69

    Menurut Pdt. Orni Laukamang bahwa di gereja ada Unit Pembantu Pelayanan (UPP) yang

    bertanggung jawab menyelenggarakan KKR ialah melalui badan pengurus persekutuan doa.70

    3.3.Pandangan GMIT Ichtus Puildon tentang Altar call melalui Kebaktian

    Kebangunan Rohani

    Pelaksanaan KKR tidak terlepas dari salah satu unsurnyaialah Altar call.Menurut Pdt. Orny

    Laukamang, Altar call ialahpernyataan diri secara total untuk hidup berkenan kepada Tuhan.

    Tujuan dari Altar call Melalui sebuah penyerahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang

    menyakiti hati Tuhan. Altar call, jemaat diberikan tantangan untuk mengambil keputusan dari

    kehidupan yang gelap menuju terang atau benar.71

    Samuel Kalawaly mengungkapkan bahwa

    Altar call menjadi istilah yang sangat umum dikalangan jemaat sebagai suatu ‘panggilan,’ yang

    berasumsi bahwa panggilan untuk menerima Yesus, panggilan bagi mereka yang memiliki beban

    berat untuk didoakan, panggilan untuk menjadi ‘hamba’ Tuhan dan panggilan untuk

    67

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Pukul 11. 47 WIB. 68

    Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari (Aktivis Kegiatan KKR di gereja) pada tanggal 12 Desember 2017,

    pukul 14.40 WITA. 69

    Percakapan via telepon dengan selvyana Tinenti (Tenaga Magang di gereja GMIT Ichtus Puildon), pada tanggal 9

    Juli 2018, Pukul 15. 00 WITA. 70

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) pada tanggal, 30

    Desember 2017, Pukul 11. 45 WIB. 71

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Pukul 11. 50 WIB.

  • 20

    memperbaharui komitmen pelayanan.72

    Beliau juga menambahkan terkait metode doa itu tidak

    wajib dengan cara penumpangan tangan sebab menurutnya cukup didoakan saja.73

    Fokus dari

    Altar call yaitu, untuk membawa orang-orang kembali kepada Tuhan tetapi metodenya bisa

    melalui orang lain yang mendoakan atau secara pribadi kepada Tuhan juga dapat dilakukan,

    sebab semuanya ialah kehendak Tuhan. Namun, hal kontras dipaparkan oleh Viktoria Laubase

    bahwa melalui Altar call, seseorang mengalami perubahan spiritualitas sehingga setiap doa dapat

    langsung disampaikan kepada Tuhan tidak harus melalui orang lain.74

    Altar call ialah salah satu cara yang dipakai untuk memanggil orang yang belum

    menerima Yesus sebagai juruselamat dan memanggil orang yang sudah ‘lahir baru’ untuk

    berkomitmen kepada Tuhan serta menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan.75

    1.2 Dokumentasi pelaksanaan Altar call76

    72

    Percakapan via telepon dengan Samuel Kalawaly (Anggota Jemaat kaum Bapak di KKR) Pada tanggal , 20 Juli

    2018, Pukul 07.53 WIB. 73

    Percakapan via telepon dengan Samuel Kalawaly, 07.55 WIB. 74

    Percakapan via telepon dengan Viktoria Laubase (Tenaga Magang di GMIT Ichtus Puildon) Pada tanggal , 6 Juli

    2018, Pukul 11.30 WIB. 75

    Percakapan via telepon dengan Magdalena Carolina Dian Ena (Jemaat yang berpartisipasi dalam KKR) Pada

    tanggal 20 Juli 2018, Pukul 07.50 WIB. 76

    Gambar di atas menjelaskan metode Altar Call dengan cara bertanya tentang persoalan yang dihadapi jemaat

    kemudian ‘hamba Tuhan’ menumpangkan tangan kepada jemaat untuk didoakan

  • 21

    Adapun berbagai masalah dalam lingkup jemaat ada yang mengalami sakit, dan masalah

    sosial, usaha, dan kerinduan untuk membuka bisnis, serta menyerahkan pergumulan

    hidup.77

    Hendik Ona Kawangkarimenjelaskan secara teknis mengenai Altar call yang seringkali

    terjadi ialah setelah penyampaian firman Tuhan lalu melalui tuntunan Roh Kudus,

    pendetamemanggil jemaat yang hadir untuk maju kedepan dan didoakan.78

    Setiap permasalahan

    jemaat yang seringkali didengar misalnya sakit penyakitdan permasalahan kehidupan didoakan

    dan merasakan pemulihan. Beliau juga menambahkan bahwa Altar call dilakukan karena ada

    jemaat yang belum menjadi kristen sejati yaitu menerima Yesus sebagai juruselamat.79

    Menurut

    Irene Yowa Tongu bahwa Altar call ada sebagai salahsatu cara untuk melakukan mediasi bagi

    semua jemaat yang bermasalah, sebab Tuhan melawat dengan firmanNya lalu kami menyatakan

    diri untuk didoakan dan percaya.80

    Sepuluh tahun melayani sebagai aktivis gereja yang melayani sebagai

    panitiapenyelenggara KKR, Altar call sangat mempengaruhi pengalaman religius jemaat.81

    Jika

    ditinjau dari liturgi gereja tradisional setelah mengikuti ibadah di gereja terasa hampatetapi,

    Ketika dalam KKR ada Altar call, saya lalu maju kemudian Roh kudus memulihkan kehidupan

    saya dan rasanya seperti dipulihkan pada saat didoakan.82

    KKR juga menjadi peristiwa di mana

    kalangan pemuda-pemudi bahkan dari kalangan muslim juga hadir dan maju untuk didoakan

    diberikan kesempatan untuk menyampaikan tentang perasaan mereka pada saat Altar call.83

    Pelaksanaan KKR didukung Majelis Klasis kepada Majelis Jemaat di daerah perkotaan

    untuk menjangkau gereja-gereja di daerah pedalaman. Namun, gereja-gereja di daerah perkotaan

    juga harus memberi perhatian melalui persembahan misi kepada gereja di

    daerahpedesaan.84

    Gereja-gereja tradisional harus terbuka sebab Roh kudus hadir kepada semua

    kehidupan bergereja untuk memajukan pelayanan. Perhatian gereja juga kepada model liturgi

    77

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) Pada

    tanggal, 30 Desember 2017, Pukul 11. 55 WIB. 78

    Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari (Aktivis KKR) Pada tanggal 12 Desember 2017, Pukul 14.50 WITA. 79

    Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, pukul 14.55 WITA. 80

    Wawancara dengan Irene Yowa Tongu (Anggota Jemaat kaum Ibu dalam KKR) Pada tanggal, 24 Mei 2018,

    Pukul 19.06 WIB. 81

    Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, Pukul 14.57 WITA. 82

    Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, Pukul 15.00 WITA. 83

    Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, Pukul 15.05 WITA. 84

    Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, Pukul 15.10 WITA.

  • 22

    pada ibadah kategori pemuda yang menyukai musik kontemporer maka harus menyesuaikan

    model pelayanan kontekstual.85

    3.4.Pandangan GMIT Ichtus Mengenai Altar Call Korelasinya Dengan Spiritualitas

    Jemaat

    Menurut Samuel Kalawaly, Korelasi Altar call dengan spiritualitas sangat

    mempengaruhi kehidupan relasi dengan Tuhan di mana Altar call menjadi momentum

    yang cukup efektif untuk memulai atau memperbaharui perjuangan iman bersama

    Tuhan.86

    Namun, seseorang yang baru saja selesai didoakan juga tidak langsung secara

    total spiritualitasnya berubah menjadi baik, melainkan yang dilihat adalah keputusan

    berani untuk memulai kehidupan dengan melawan dosa-dosa.87

    Ketika mengikuti Altar call di tahun 2005 ada tim ibadah KKR dari Korea yang

    melakukan pelayanan misioner di Alor ada pengaruh yang sangat besar secara pribadi

    yang dapat menumbuhkan nilai-nilai spiritual bersama Tuhan. Misalnya, ada rutinitas

    berdoa dan membaca Alkitab di sela aktivitas sehari-hari.88

    Orang-orang di Alorjuga di

    kenal sebagai orang-orang yang masih menggunakan praktek ilmu gaib tetapi mereka

    hadir pada ibadah tersebut, lalu melalui doa dan puji-pujian diharapkan dapat mengubah

    pola pikir dan cara hidup untuk taat kepada Firman Tuhan.89

    Inti dari Altar call tidak hanya penyerahan diri melainkan pertobatan.90

    Seseorang

    dapat dikatakan bertobat apabila perilakunya berubah dari yang sebelumnya berperilaku

    kasar menjadi lembut dan yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol sudah

    85

    Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, Pukul 15.15 WITA. 86

    Percakapan via telepon dengan Samuel Kalawaly (Anggota jemaat kaum Bapak dalam KKR) Pada tanggal , 20

    Juli 2018, Pukul 07.57 WIB. 87

    Percakapan via telepon dengan Magdalena Carolina Dian Ena (Anggota Jemaat kaum pemudi dalam KKR) Pada

    tanggal 20 Juli 2018, Pukul 08.00 WIB. 88

    Wawancara dengan Irene Yowa Tongu (Anggota Jemaat kaum Ibu dalam KKR) Pada tanggal, 24 Mei 2018,

    Pukul 19.10 WIB. 89

    Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, (Aktivis Kegiatan KKR dalam gereja) Pada tanggal 12 Desember

    2017, Pukul 14.50 WITA. 90

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) Pada tanggal, 30

    Desember 2017, Pukul 11.50 WIB.

  • 23

    berhenti.91

    Menurut Pdt. Orny Laukamang bahwa ada jemaat yang mengaku sering terjadi

    konflik dalam rumah tangga dan ada pencuri kemudian meminta untuk didoakan melalui

    KKR.92

    Hal ini menunjukan dampak keseriusan jemaat untuk membangun relasi dengan

    Tuhan maka selaku pihak gereja harus dilakukan pelayanan.93

    ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN REFLEKSI TEOLOGIS

    4.1 Analisis Hasil Penelitian

    Berikut hasil analisa penelitian mengenai ‘’ALTAR CALL’’ Tinjauan Kritis Terhadap

    Kebaktian Kebangunan Rohani untuk meningkatkan Spiritualitas Jemaat di GMIT Ichtus

    Puildon adalah

    a. Altar call merupakan mediasi bagi jemaat yang mengalami permasalahan

    kehidupan.

    b. Altar call sebagai wujud penyerahan diri seseorang atas perasaan hormat

    kepada Tuhan. Penyerahan diri seseorang sebagai wujud percaya kemudian

    bertobat kepada Tuhan.

    c. Altar call bukan hanya di gereja tetapi Altar juga dapat disebut dengan

    pelayanan di gereja atau kehidupan spiritual bersama Tuhan ialah wujud

    keberadaan Altar bagi seseorang

    c. Altar call ialah simbol kerendahan hati seseorang atas dosa yang telah

    dilakukan terhadap dirinya kemudian muncul keinginan agar kehidupannya

    didoakan oleh sesama.

    91

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Pukul 11.59 WIB. 92

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Pukul 12.05 WIB. 93

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Pukul 12.10 WIB.

  • 24

    d. Altar call sebagai simbol kebersamaan dalam komunitas Kristen yang

    saling membangun dan menguatkan dengan perasaan cinta dan kasih Tuhan

    Dengan demikian, Altar call bagi GMIT Ichtus Puildon merupakan salah satu program

    yang membangun relasi jemaat dengan Tuhan bahkan antar jemaat untuk saling mendukung

    dalam kehidupan spiritualitas.Jika ada anggota jemaat yang mengalami persoalaan secara pribadi

    serta relasi dengan orang lain, maka Altar call menjadi momentum di mana doa dan pengakuan

    menjadi dasar spiritualitas jemaat. Bukan hanya itu saja, ada kemungkinan jemaat akan berbalik

    kepada perbuatan yang salah atau melakukan dosa sebagaimana hakikat manusia yang mudah

    berubah tetapi dapat diminimalisir melalui program pelayanan di berbagai lingkup ibadah jemaat.

    Harapan akan korelasi antara ibadah KKR dan spiritualitas jemaat dari pihak gereja

    diwujudnyatakan secara maksimal melalui ibadah-ibadah. Meskipun demikian, masih ada

    kendala yaitu berkurangnya kesadaran jemaat akan pentingnya KKR dalam korelasi dengan

    kehidupan jemaat.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti menemukan bahwa Altar

    call sangat berkorelasi dengan Spiritualitas Jemaat, sebab strategi pelayanan seperti KKR

    berbasis misioner perlu dilakukan oleh gereja-gereja masa kini. Altar call telah menjadi bagian

    yang digunakan sebagai ‘’panggilan’’ kepada jemaat untuk menerima Tuhan Yesus. Adanya

    harapan kesembuhan atas berbagai penyakit, kebersamaan jemaat, pengakuan atas kesalahan atau

    dosa dan mediasi atas masalah relasional. Inilah spirit dalam suatu ibadah seperti KKR yang

    harus dibangun melalui kehidupan berjemaat. Dalam Altar call ada perjanjian antara jemaat

    dengan Tuhan untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai Kristen. Sehingga

    seseorang dapat diajarkan untuk berani mengakui dosa-dosanya dan berjanji untuk tidak

    mengulangi kesalahan yang samasecara pribadi dengan Tuhan. Relasi dibangun dengan baik

    melalui Altar call meskipun hanya pada momentum saat KKR tetapi dapat menjadi dasar

    seseorang dipanggil oleh Tuhan secara pribadi. Namun, semua perubahan secara radikal

    mengalami pertobatan atau tidaknya tergantung pribadi masing-masing. Pelaksanaan KKR

  • 25

    menjadi wadah bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus untuk berkumpul dan saling

    membangun. Setiap warga jemaat yang menghadiri KKR merupakan orang-orang yang ingin

    memiliki pengalaman religius bersama Tuhan.

    Oleh karena itu, Spiritualitas jemaat tidak harus bergantung kepada ibadah Kebangunan

    Rohani yang dilaksanakan oleh gereja melainkan menurut pribadi jemaat yang memiliki

    kerinduan untuk hadir dan mengaku atas segala perbuatan dan pikir yang sering dilakukan sehari-

    hari.Program pelayanan di GMIT Ichus Puildon sudah menjawab setiap fenomena yang terjadi

    dalam kehidupan berjemaat tetapi tanggapan jemaat yang sebaiknya tetap perhatikan melalui

    jumlah jemaat yang hadir dan menurut fenomena yang lazim di kalangan jemaat. Bukan hanya

    itu saja, kreativitas pelayanan tetap menjadi perhatian, maksudnya ialah model liturgi dengan

    kolaborasi musik bahkan kolaborasi ‘hamba’ Tuhan untuk meningkatkan minat jemaat mengikuti

    ibadah kebangunan Rohani. Sehubungan dengan nama ibadah yang dikenal jemaat yaitu

    Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) maka diharapkan ibadah ini menjadi momentum yang

    membangun rohani atau spiritualitas jemaat bahkan istilah lain untuk ibadah ini ialah Kebaktian

    Penyegaran Iman (KPI) maka diharapkan ibadah ini dapat membuat jemaat pulang ke rumah

    masing-masing telah merasakan seperti nama bukan hanya nama suatu ibadah.

    2. Saran

    Beberapa hal yang menjadi pokok penting yang telah diupayakan gereja menanggapi

    persoalan kehidupan jemaat di GMIT Ichtus Puildon diantaranya :

    1. Gereja harus mengupayakan pelayanan kepada jemaat melalui program

    pelayananbidang marturia agar gereja terus bersaksi tentang kemuliaan Tuhan yang nyata

    melalui gereja dengan memberi dukungan bagi komunitas yang mendukung spiritualitas

    jemaat, bukan menjadikan kelompok atau komunitas itu sebagai kelompok kegiatan

    kesalehan keagamaan yang tertutup.

    2. Gereja mengajarkan kehidupan berjemaat yang tidak eksklusif melainkan inklusif yang

    terbuka untuk gereja interdenominasi agar berkumpul dalam suatu komunitas kristen

    yang saling membangun.

  • 26

    3. Gereja mengembangkan pelayanan berbasis misioner melalui pelayanan Kebaktian

    Kebangunan Rohani untuk menumbuhkan iman warga jemaat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Sumber dari Buku

    Abineno, J.L.Ch., Kelompok Doa, Jakarta:BPK Gunung Mulia 1981

    Aritonang, Jan, Berbagai Aliran didalam dan di sekitar gerejaJakarta:BPK Gunung Mulia 1996

    Arifin, Bambang. Syamsul., Psikologi Agama,Bandung:Pustaka Setia 2008

    Artanto, Widi, Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia, Kanisius dan BPK Gunung Mulia : Jakarta, Yogjakarta 1997

    Borg, J. Marcus, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003

    Danim, Sudarwan, Menjadi peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia 2002

    Hardjana, Agus.M.,Religiositas, Agama & Spiritualitas, Yogyakarta:Kanisius 2005

    Kooij Rijnardus A. Van & Yam’ah Tsalatsa A,Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja

    Mainstream dan Kalangan Kharismatik Pentakosta, Jakarta:BPK Gunung Mulia 2007

    Maitimoe, D. R., Membina Jemaat Misioner, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1983

    Silalahi, Djaka. Krisitanto., Kharismatik bercampur Perdukunan? tanggapan atas metode Kritik

    Ir. Herlianto terhadap Gerakan Kharismatik,Yogyakarta:ANDI 2001

    Suseno. Magnis, Franz., Menalar Tuhan, Yogyakarta:Kanisius 2006

    Tjahjadi, Simon. Petrus. L., Petualangan Intelektual konfrontasi dengan para filsuf dari zaman

    Yunani hingga Zaman Modern, Jakarta : BPK Gunung Mulia 2004

    Sarwono. Jonathan., Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta:Graha Ilmu 2006

    Samuel, Wilfred, J., Kristen Kharismatik-Refleksi atas berbagai kecenderungan Pasca-Khar

    ismatik, Jakarta:BPK Gunung Mulia 2011

    Verkuyl.J., Etika Kristen I, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1985

    Sumber dari Jurnal dan website

    Zaspel, Fred. G., ‘’The Altar call" Is it helpful or harmful?,Pottsville: Word of Life Baptist

  • 27

    Church 1998

    Tinenti,Seviyana, diambil dari Skripsi dengan judul, Pentingnya Khotbah Tentang Eko-Teologi

    suatu analisa terhadap pokok-pokok eko-teologi dalam khotbah gereja Masehi Injili di

    Timor jemaat Ichtus Puildon,Program Studi Teologi-UKSW 2015

    http//:www.sinodegmit.or.id

    Ditzel, Peter. The Invitation System and the Altar call, http://www.wordofhisgrace.org

    Darmaputera, Eka, Agama dan Spiritualitas: Suatu Perspektif Pengantar, PENUNTUN: Jurnal Teologi dan Gereja 3 no. 12 (Juli, 1997)

    Sekertaris Majelis Jemaat Harian (MJH), Informasi realisasi program pelayanan dan anggaran pendapatandan belanja Jemaat Ichtus Puildon (Kalabahi,2013)

    Sumber dari Wawancara

    Wawancara Via Telepon dengan Seprianus Sinapas(Ketua Persekutuan Doa Klasis Teluk

    Kabola)

    Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) pada tanggal, 30 Desember 2017, Pukul 11. 50 WIB

    Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari (Aktivis Kegiatan KKR di gereja) pada tanggal 12 Desember 2017, pukul 14.50 WITA

    Wawancara dengan Irene Yowa Tongu (anggota jemaat dalam KKR) pada tanggal, 24 Mei 2018, Pukul 19.06 WIB

    Percakapan via telepon dengan Magdalena Carolina Dian Ena (Anggota Jemaat kaum Pemudi dalam KKR) Pada tanggal 20 Juli 2018, Pukul 08.00 WIB

    Percakapan via telepon dengan Samuel Kalawaly (Anggota Jemaat kaum Bapak dalam KKR) Pada tanggal, 20 Juli 2018, Pukul 07.57 WIB

    Percakapan via telepon dengan Viktoria Laubase (Tenaga Magang di gereja Ichtus Puildon) pada tanggal 18 Juli 2018, pukul 10. 30 WIB

    Percakapan via telepon dengan selvyana Tinenti (Tenaga Magang di gereja GMIT Ichtus Puildon), pada tanggal 9 Juli 2018, Pukul 15. 00 WITA