altar call · 2019. 7. 9. · altar call merupakan salahsatu ciri khas dalam kebaktian untuk...
TRANSCRIPT
-
i
ALTAR CALL
(Tinjauan kritis terhadap Kebaktian Kebangunan Rohani Korelasinya dengan Spiritualitas
Jemaat di GMIT Ichtus Puildon)
Marita Endang Sinapas
712014041
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
MOTO
‘’Jika matahari selalu tahu kapan di terbit dan tenggelam maka kamu juga harus jalani hidup
sebgaimana alur yang Tuhan tetapkan smpai waktu kau pergi karna memng sudah
waktunya.’’
&
Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu,
demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
(Yeremia 29:11)
Tulisn ini saya persembakan untuk,
Kamu yang belum percaya bahwa Tuhan itu ada
-
vii
Daftar Isi
Cover………………………………………..…………………………………………………..i
Pernyataan Tidak Plagiat……………………………………………………………......…...ii
Pernyataan Persetujuan Askes……………………….…………………………..………….iii
Pernyataan Persetujuan Publikasi…………………………………………..…………..…..iv
Lembar Pengesahan……………………………………………...………………….………..v
Moto……………………………………………………………………………………….......vi
Daftar Isi ……………………………………………………………………………..….......vii
Kata Pengantar……………………………………………………………………………...viii
Bagian I. Pendahuluan……………………………………………….……………….............1
Bagian II. Teori………………………………………………………………………….........5
Bagian III. Hasil Penelitian…………………………………………………………..….......17
Bagian IV. Analisis…………………………………………..………………………….........23
Bagian V. Kesimpulan dan Saran……………………………………………………..….....24
Daftar Pustaka.…………………………………………………………………………........26
-
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas bimbingan, penyertaan,
dan anugerahNya menjadi spirit tersendiri bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini
sebagaimana dalam waktu yang ditentukanNya. Tahap penulisan tugas akhir tidak akan selesai
jika tanpa kuasa Tuhan yang mempengaruhi orang-orang baik untuk menolong dan membimbing
penulis untuk mengeluarkan suatu karya tulis yang ada dihadapan pembaca sekalian. Oleh
karena itu, tiada hentinya menaikan ungkapan terimakasih terutama kepada Tuhan atas limpahan
berkat selama proses pengerjaan tugas akhir berlangsung. Bukan hanya itu saja, Orang-orang
baik yang memiliki hati bagai malaikat yaitu orang tua terkasih yang berada jauh di pulau Alor
yang senantiasa mmemberikan dukungan spirit secara materi dan moral. Bukan hanya itu saja,
penulis menguapka limpah terima kasih kepada Ketua Majelis jemaat Ichtus Puildon yakni, yakni
Pdt. Orny Laukamang, juga kepada ibu Engmanenta Weny-Sailana selaku kepala tata usaha yang
membantu memberikan ruang bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan. Penulis juga
mengucapkan terimakasi kepada ayah tercinta di mana beliau bukan hanya sebagai orang tua
sekaligu ketua Persekutuan Doa Klasis Teluk Kabola yang telah memberikan sumbangsih dengan
berbagi pengalaman pelayanan KKR, terima kasih juga kepada bapak Hendrik Kawangkari yang
telah bersedia untuk membagikan pengalaman dan informasi terkait dengan KKR, dan kepada
rumpunan anggota Persekutuan Doa yang memberikan ruang untuk penulis mengikuti dan
mengamati keberadaan pelayanan dalam lingkup Persekutuan Doa. Ungkapan terima kasih
kepada semua pihak yang bersedia penulis wawancarai Kiranya Tuhan Yesus memberkati.
Penulis juga tidak lupa menyampaikan limpah terima kasih kepada bapak Ebenhaizer Nuban
Timo dan bapak Rama Tulus Pilakoannu selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan
kritikan dan pujian atas segala hasil pemikiran dari penulis untuk terus mengasah intelektual
sampai mengeluarkan suatu tulisan. Terimakasih juga kepada ibu Tri Budiyanti dan mama
Ningsih yang senantiasa membantu untuk melancarkan proses penyelesaian tugas akhir serta
seluruh keluarga besar Fakultas Teologi terkhususnya angkatan 2014 di mana adalah tempat yang
sangat nyaman bagi penulis untuk mengasah kemapuan berpikir, bergaul, dan mengenal Kasih
Tuhan dalam rasa kekeluargaa. Dan tidak lupa berterima kasih kepada Nopen Irene Febriany
Berimau yang menjadi rekan seperjuangan, sumber segala pikiran positif dan negatif, selama
penulis menyelesaikan tugas akhir sekaligus tempat berbagi cerita suka dan duka.
-
ix
Terima kasih juga kepada Himpunan Mahasiswa asal Alor di Salatiga (HIMMASAL)
yang cukup menorehkan rasa perjuangan dan persaudaraan dalam diri penulis. Biaralah segala
upaya yang menjadi cita-cita dan harapan yang didoakan semuanya terlaksana hanya untuk
kemuliaan nama Tuhan melalui tulisan, pribadi dan kehidupan setiap hari. Tuhan memberkati
kita semua.
Salam,
Marita E. Sinapas
-
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Altar call merupakan salahsatu ciri khas dalam kebaktian untuk mengundang orang-orang
yang mau bertobat yaitu menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta didoakan
untuk kesembuhan ilahi.1
Altar call adalah sistem undangan kepada jemaataliran Injili,
Fundamentalis, Wesleyan dan Pentakosta. Altar call dilakukan setelah khotbah kemudian
memanggil jemaat dengan diiringi nyanyian himne untuk berjalan ke depan Altar. 2
Altar
calltermasuk dalam rangkaian Kebaktian Kebangunan Rohani atau KKR yaitu
pertemuanpertemuan besar yang dihadiri ribuan orang.3
Spiritualitas merupakan peningkatan hidup beragama yang bersumber pada Religiusitas
sehingga orang spiritual memahami Dogma, menjalankan Ibadat, melaksanakan Moral dan
mendayagunakan lembaga agama secara berbeda dari tingkat yang lebih tinggi daripada orang
yang hanya menjalankan agama.4 Spiritualitas adalah hidup Roh Allah dalam keseluruhan diri
seseorang dengan sesama dan dunianya dengan situasi konkret sebagai tanggapan spiritual
manusia terhadap panggilan Roh Allah untuk ikut serta dalam karya Allah guna menyebarkan
kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraanNya di dunia.5
Sehubungan dengan keputusan Sinode GMIT untuk menjadikan jemaat yang misioner
dan terbuka bagi dunia.6Program pelayanan Kebaktian Kebangunan Rohani dilakukan secara
rutin di Kabupaten Alor dalam tiga bagian yaitu pertama, KKR dilaksanakan atas kerjasama
interdenominasi gereja yang terbentuk dalam Badan Keesaan Kerjasama Gereja-Gereja Kristen
di Alor (BKKGA) setiap tahun dengan mengundang pembicara dari luar kota dan dari luar
denominasi GMIT. Kedua, KKR dilaksanakan atas kebijakan program pelayanan Klasis dari
denominasi GMIT yang melibatkan berbagai Persekutuan Doa antar Klasis untuk mengatur
1 Djaka Krisitanto Silalahi, Kharismatik bercampur Perdukunan? tanggapan atas metode Ktirik Ir. Herlianto
terhadap Gerakan Kharismatik, (Yogyakarta: ANDI 2001) 25. 2 Fred G. Zaspel, The "Altar call" Is it helpful or harmful?, (Pottsville: Word of Life BaptistChurch 1998) 10.
3 J.L.Ch. Abineno, Kelompok Doa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1981)15.
4 Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama & Spiritualitas, ( Yogyakarta: Kanisius 2005) 64-65.
5 Agus M. Hardjana,73.
6 http//:www.sinodegmit.or.id, diaskes pada 10 Agustus 2017, Pukul 11.05 WIB.
-
2
acara KKR dengan pembicara dari kalangan denominasi GMIT. Ketiga, KKR dilaksanakan pada
tingkat jemaat biasanya yang menjadi pembicara adalah pendeta jemaat.7
Dalam menjalankan tugas dan panggilan gereja disusun strategi pelayanan Kebaktian
Kebangunan rohani di seluruh gereja berdasarkan Kebijakan pelayanan dan kerja sama antara
gereja denominasi GMIT8 dan interdenominasi Gereja di Alor di antaranya: Gereja Sidang
Jemaat Allah (GSJA), Gereja Bethel Indonesia (GBI), Gereja Pentakostal Indonesia (GPI),
Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) dan denominasi Gereja Masehi Injili Timor (GMIT).9
Melalui program pelayanan KKR dapat meningkatkan spiritualitas jemaat dalam kaitannya
dengan perubahan perilaku sehari-hari. Adapun hal yang menarik dalam KKR di GMIT ialah
ketika jemaat yang diminta kesediaan oleh pengkhotbah atau pemimpin pujian (Worship Leader)
untuk berdiri di depan altar ternyata ada dua kelompok jemaat yang mengikuti Altar call yaitu,
pertama, jemaat yang belum terbiasa dengan Altar call tetapi sekedar mengikuti teman atau
orang-orang yang duduk disebelahnya untuk memenuhi Altar call. Kedua, Jemaat bersedia
memenuhi Altar call dengan dorongan spiritual agar didoakan oleh pendeta.
Namun, Altar call bagi para penatua dan pendeta GMIT masih sekedar wacana karena
gereja-gereja tradisional terlalu sibuk dalam mempromosikan ibadah liturgis dan teologi
tradisional.10
Oleh karena itu, Pelayanan khotbah dan suasana ibadah yang biasannya terkesan
kaku di denominasi GMIT dapat diminimalisasi melalui KKR. Pengurus Persekutuan Doa GMIT
telah menyelenggarakan KKR sebagai upaya meningkatkan spiritualitas Jemaat dengan cara
melakukan Altar call dalam KKR di GMIT serta program kerja sama dari berbagai denominasi
gereja di Alor. Tujuannya agar tugas pelayanan gereja tidak bersifat eksklusif melainkan inklusif
atau terbuka dengan berbagai denominasi gereja di Kabupaten Alor. Pun Demikian, ada salahsatu
jemaat yang menarik perhatian untuk penelitian ini yaitu, gereja Ichtus Puildon yang terletak di
wilayah perkotaan dan seringkali diadakan KKR. Gereja Ichtus memiliki program pelayanan
KKR ada warga jemaat yang mengalami kesembuhan dari segala jenis penyakit, pemulihan dari
7 Wawancara Via Telepon dengan Seprianus Sinapas (Ketua Persekutuan Doa Klasis Teluk Kabola) pada tanggal 10
Agustus 2017, Pukul 11.30 WIB. 8 Kabupaten Alor yang terdiri dari 8 klasis yaitu Alor Timur, Alor Tengah Selatan, Alor Tengah Utara, Alor Barat
Daya, Alor Barat Laut, Pantar Timur, Pantar Barat dan Alor Timur Laut (http//:www.sinodegmit.or.id, diaskes pada
tanggal pada 10 Agustus 2017, Pukul 12.00 WIB 9 Wawancara Via Telepon dengan Seprianus Sinapas (Ketua Persekutuan Doa Klasis Teluk Kabola) pada tanggal 27
Agustus 2017, Pukul 19.47 WIB. 10
Wilfred J. Samuel. Kristen Kharismatik Refleksi atas berbagai kecendrungan pasca-Kharismatik Charismatik folk
christianity, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2011) 38.
-
3
persoalan kehidupan dan pertobatan.11
Hal tersebut mempengaruhi penulis untuk melakukan
penelitian lebih lanjut guna mencari tahu tentang pemahaman jemaat mengenai program
pelayanan KKR dan hubungannya dengan spiritualitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Landasan teori yang digunakan adalah karangan Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah
Tsalatsa A dengan judul Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja Mainstream dan
Kalangan Kharismatik Pentakosta. Buku tersebut merupakan hasil penelitian mengenai
hubungan antara Gereja-gereja Mainstream dan kalangan Kharismatik serta Pentakosta di
Indonesia.12
Berdasarkan pemaparan diatas maka saya memberi judul ‘’ ‘’ALTAR CALL’’
(Tinjauan Kritis Terhadap Kebaktian Kebangunan Rohani untuk meningkatkan Spiritualitas
Jemaat di GMIT Ichtus Puildon)
1.2. Rumusan Masalah
Pada penulisan proposal ini terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi acuan masalah, yaitu :
1. Apa pemahaman Pendeta dan Jemaat di GMIT Ichtus Puildon tentang Altar call ?
2. Bagaimana Korelasi antara Altar call dan Spiritualitasdari KKR di GMIT Ichtus Puildon?
1.3. Tujuan
1. Mendeskripsikan pemahaman Pendeta dan Jemaat GMIT tentang Altar call dalam
meningkatkan Spiritualitas Jemaat di GMIT Ichtus Puildon
2. Mendeskripsikan korelasi antara Altar call dan Spiritualitas dari KKR di GMIT Ichtus
Puildon
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat kepada Mahasiswa ialah menambah wawasan berpikir mengenai berbagai aliran
Kekristenan untuk meningkatkan Spiritualitas Jemaat masa kini.
11
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat Ichtus Puildon) 29 Desember 2017, Pukul 11.30. 12
Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja Mainstream dan Kalangan Kharismatik Pentakosta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007) xi.
-
4
2. Manfaat bagi Fakultas Teologi ialah sumbangsih secara teoritis dalam meninjau Teologi
Kharismatik ketika bercampur dengan Teologi Gereja Tradisional.
3. Manfaat bagi gereja ialah gereja menjadi Inklusif terhadap perbedaan aliran Kekristenan
tanpa mengurangi Teologi tradisional, melainkan tetap mengupayakan pelayanan dalam
meningkatkan spiritualitas jemaat sebagai bentuk pelayanan di gereja.
1.5.Metode Penelitian
1. Model Pendekatan
Penelitian menggunakan model pendekatan kualitatif yaitu pengumpulan data dalam
gejala, peristiwa dan kejadian kemudian dianalisis serta bersifat deskriptif. 13
Paradigma
penelitian kualitatif menganjurkan bahwa masalah-masalah kehidupan harus menggunakan
pendekatan dengan asumsi bahwa tidak ada satu hal pun yang sifatnya sepele, melainkan
bermakna.14
Fokus penelitian kualitatif sangat kompleks dan luas. Peneliti kualitatif bermaksud
untuk memberi makna atas fenomena secara holistik dan harus memerankan dirinya secara aktif
dalam keseluruhan proses studi.15
2. Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap observasi dan wawancara terfokus
kepada informan. Observasi dilakukan dengan cara meneliti secara sistematis peristiwa, objek
objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mengumpulkan data atau informasi
sebanyak mungkin.16
Informasi diperoleh dari hasil Wawancara dengan pendeta, aktivis
penyelenggara KKR dan Jemaat yang terlibat dalam KKR serta beberapa sumber refrensi dari
buku dan jurnal ilmiah.Data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata dan gambar. Data yang
dimaksud meliputi transkrip wawancara, foto-foto, juga deskripsi mengenai situasi.
13
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2006) 223. 14
Sudarwan Danim, Menjadi peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia 2002) 61. 15
Sudarwan Danim, 35. 16
Jonathan Sarwono,224.
-
5
LANDASAN TEORI
ALTAR CALL, PERTOBATAN DAN SPIRITUALITAS
A. Konsep Altar call melalui Kebaktian Kebangunan Rohani
Dalam awal perkembangan praktek Altar call dilakukan sejak tahun 1901 ketika Agnes Ozman
meminta Charles F. Parham meletakan tangan di atas kepalanya dan berdoa agar ia memperoleh
baptisan Roh disertai bukti berbahasa lidah. Tiba-tiba Agnes bisa berbahasa Cina, bahasa yang
tidak pernah dipelajarinya.17
Kejadian diatas secara implisit mengawali praktek Altar call yang
seringkali dilakukaan dalam kebaktian Kebangunan Rohani. Kebanguan Rohani atau Revival
terjadi di Azusa Street, Los Angeles tahun 1906 melalui pelayanan Wiliam J. Seymour murid
dari Charles F. Parham yang mengajarkan kesucian hidup sebab kesucian (Holiness Movement)
yang mempengaruhi lingkungan gereja-gereja Metodis dari Jhon Wisley. Pada awal
perkembangan Gereja-gereja metodis (1830-an) dilandasi atas perhatian terhadap kesucian hidup
semakin kurang terpelihara sehingga munculah gerakan kesucian pada pertengahan abad ke-19
(1792-1875) yakni gerakan Kebangunan Rohani oleh Charles G. Finney yang mengajarkan
kesempurnaan hidup ialah hidup dalam motivasi atau hasrat yang dilakukan juga dengan
kasih.Finney mengupayakan kesucian hidup dengan memperjuangkan nilai-nilai keadilan melalui
pembelaan kepada hak-hak kaum wanita, gerakan anti-perbudakan dan menentang perang
Gerakan kesucian yang dipelopori Finey dilanjutkan oleh Phoebe Palmer anggota gereja
methodis di New York (1830-an) melalui berbagai pertemuan diperkemahan sebagai pusat
kesucian untuk meningkatkan kebangunan rohani yang disebut dengan bahasa roh identik dengan
penyucian.Finey membangun metode penginjilan yang menekankan pertobatan. Cara yang
dilakukan adalah menyampaikan khotbah-khotbah tentang pertobatan yang berfokus pada orang
yang takut mengenai keselamatan jiwa sendiri. Adapun salah satu seri ibadah selama beberapa
hari berturut-turut di mana pengkhotbah selalu mengajak pendengarnya untuk bertobat bahkan
disediakn kursi pendosa di depan ruangan ibadah di mana pendosa harus mengaku dosa di depan
jemaat dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Konsep Altar call di bentuk dari metode
17
Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja Mainstream dan
Kalangan Kharismatik Pentakosta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007) 19.
-
6
penginjilan. Jika tidak demikian, makabanyak orang yang tidak mengalami pertobatan hingga
kini.
Menurut Jan Aritonang ada beberapa faktor yang membuat banyak orang tertarik pada gerakan
kesucian ini antara lain:
1. Gerakan ini didukung oleh kalangan Kristen urban yang berpendidikan tetapi sekaligus
bersikap konservatif yakni tidak menyukai adanya perubahan mendadak dalam bentuk
kegiatan yang kehidupan gereja yang dilakukan sejumlah pendeta yang dinilai progresif
2. Padangan teologis para pendeta progresif itu, yang sebagian mengikuti pendidikan di
Jerman, dinilai banyak warga gereja sangat liberal dan dianggap telah dipengaruhi oleh
paham evolusionisme Darwin bertolakbelakang dengan warga gereja yang bercorak
fundamentalisis.
3. Kebangunan rohani yang diprakarsai gerakan kesucian hingga tahun 1880-an disisi lain
sebagai kekuatan pemersatu karena menembus batas-batas aliran gereja interdenominasi,
kendati kalangan Metodis tetap pemeran utama. 18
Altar call merupakan salah satu unsur dalam kebaktian kebangunan rohani yang diadaptasi dari
kalangan metodis dan pentakostal.Tujuan dibentuknya ibadah ialah mendukung ungkapan emosi,
ekstase, luapan semangat, kesaksian yang bercampur dengan mimpi atau ‘penglihatan’ warga
gereja. Adapun tata ibadah dengan usur-unsur yaitu: Doa Pembuka, nyanyian jemaat, doa
lanjutan, nyanyian khusus, khotbah dan pelayanan altar (altarservice;Altar calling). Menurut Jan
Aritonang bahwa Altar call memberi kesempatan kepada warga gereja untuk mengungkapkan
pertobatan atau kesediaan dipanggil menjadi pelayan juga menerima baptisan Roh.19
B. Pertobatan melalui Altar call
Altar call melalui Kebaktian Kebangunan Rohani bersifat spontanitas kepada warga gereja
untuk membuka hati secara pribadi kepada Allah sebagai Juruselamat. Pengaruh Altar call
dirasakan dan diamalkan warga gereja yang dengan serius memahami makna hadirnya Roh Allah
18
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan di sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1996) 160-169. 19
Jan S. Aritonang,192.
-
7
melalui suara hati. Menurut Imanuel Kant, Suara hati adalah kesadaran akan suatu otoritas yang
secara mutlak mengikat manusia pada kewajibannya.19
Dalam suara hati manusia menyadari
tuntutan Allah yang memberi dan menjamin hukum abadi. Suara hati memungkinkan manusia
mengalami perasaan hadirnya suatu instansi yang bertindak sebagai saksi pendengaran dan saksi
pandangan mata dari perilaku yang mengamati kehidupan batin dan mempertimbangkan
kehidupan.20
Misalnya, Ketika Andre yang sering mengandalkan benda gaib lalu mengikuti KKR
ada perasaan bersalah ketika para pendeta berkhotbah. Andre lalu menyadari kehidupannya yang
tidak sesuai kebenaran firman dan secara spontan ia berjalan maju untuk didoakan serta
mengakui dosa-dosanya, Kemudian ia menerima Yesus sebagai Juruselamat. Dampak dari KKR
ialah ada pertobatan dan hidup baru. Pertobatan mempunyai kata dasar tobat yang jika diartikan
dalam istilah Yunani metanoia dan katharis ialah kondisi di mana manusia membersihkan
batinnya, mengubah diri, membersihkan diri, agar ia dapat mencapai perdamaian dan
kekebalan.21
Kata Ibrani untuk tobat ialah kata Syub, Artinya membalikan diri, memalingkan diri
dan kembali. Istilah tersebut melukiskan gambaran angan seorang manusia yang awalnya
berjalan ke arah yang salah lalu jalannya terhenti oleh sesuatu lalu berbalik kemudian
melanjutkan perjalanan yang benar.22
Jadi tobat memiliki nilai religi yang mampu membuat perubahan radikal terhadap sikap
seseorang kepada Tuhan. Namun, masih banyak orang yang termasuk kategori tobat semu di
mana tidak ada penyerahan diri dengan kesungguhan hati kepada Yesus.23
Hidup baru adalah
berjalan mengikuti kristus sesuai etika Kristen. Seseorang yang secara totalitas kepada Tuhan
harus menjalani kehidupan yang sesuai dengan etika Kristen.24
Alasan utamanya ialah yang
Pertama, Hidup baru merupakan relasi yang erat antara manusia dan Tuhan Yesus, seperti pokok
Anggur dan ranting-rantingnya (Yoh 15) . Kedua, Hidup baru berarti ‘’mengikuti kristus’’ dan
menerima konsekuensi hidup baru.26
Namun, ‘’mengikut Kristus’’ bukanlah suatu syarat untuk
dapat diterima sebagai anak Allah, tetapi itu hanya akibat perbuatan anugerah Tuhan.
19
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual konfrontasi dengan para filsuf dari zaman Yunani hingga
Zaman Modern, (Jakarta : BPK Gunung Mulia 2004) 294. 20
J. Verkuyl, Etika Kristen I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1985) 65. 21
J. Verkuyl, 176. 22
J. Verkuyl, 177. 23
J. Verkuyl, 192. 24
J. Verkuyl, 195. 26
J. Verkuyl, 196.
-
8
‘’Mengikut kristus’’ ialah menempuh jalan yang terbentang di depan kita di dalam persekutuan
dengan Kristus.25
Hal tersebut berarti ada komitmen kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat
manusia.
C. Konsep Spiritualitas melalui Kebaktian Kebangunan Rohani
Spiritualitas berasal dari kata latin spiritus yang berarti roh, jiwa, semangat sedangkan dari
kata inggris spirituality yang dalam kata indonesia ialah spiritualitas. Spiritualitas berarti bersifat
atau berkaitan dengan roh yang berlawanan dengan materialitas atau korporalitas yang berarti
bersifat tubuh, badani atau berkaitan dengan tubuh atau badan.26
Spiritualitas terkait dengan pengalaman rohani seseorang yaitu perjumpaan dengan Yesus,
dan dengan sadar terus memelihara dan mengembangkan ke’diri’annya yang baru
tersebut.27
Fakta yang paling hakiki tentang Yesus adalah Ia seorang ‘’manusia roh’’, seorang
‘’perantara dari yang kudus’’, salah seorang manusia dalam sejarah insani yang bagiNya Roh
adalah suatu realitas yang dialamiNya.28
Istilah manusia roh (spirit person) lebih mewakili dua
gender jika dibandingkan dengan kata holy man, dapat berarti manusia suci.31
Hal tersebut
bermaksud menghindari konotasi dari kata suci yang secara alamiah cenderung dipahami sebagai
suatu kata sifat yang menyatakan suatu kualitas moral, seperti benar, atau saleh, atau dihormati
dan dikagumi, atau kudus,bahkan yang kudus satu-satunya.29
Pemahaman seperti di atas dapat
mengaburkan maksud yang ingin dinyatakan oleh ungkapan tersebut. Setiap ungkapan memiliki
jiwa yang dapat memberikan pengalaman. Kadangkala, ada begitu jelas dirasakan oleh
manusiamanusia roh dengan melihat sejenak suatu lapis lain dari kenyataan yang mempunyai dua
ciri-ciri yaitu; pertama, pengalaman penglihatan.30
Pengalaman itu berupa alam atau suatu benda
dalam alam yang sejenak diubah rupanya oleh ‘’yang kudus’’ yang bercahaya melaluinya. Setiap
orang memiliki pengalaman yang tertuang di dalam perasaan dan penglihatan bahwa kenyataan
lebih luas daripada dunia nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.31
Perasaan manusia
25
J. Verkuyl, Etika Kristen I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1985) 200. 26
Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama & Spiritualitas. (Yogyakarta: Kanisius 2005) 64. 27
Eka Darmaputera, Agama dan Spiritualitas: Suatu Perspektif Pengantar, PENUNTUN: Jurnal Teologi dan Gereja
3 no. 12 (Juli, 1997) 395. 28
Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003) 39. 31
Marcus J. Borg, 40. 29
Marcus J. Borg, 40. 30
Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003) 41. 31
Marcus J. Borg, 41.
-
9
mengalami sesuatu ‘’yang nyata’’ kemudian meninjau kembali peristiwa itu ternyata ada
pengetahuan baru yang diperoleh disebut pengalaman noetik atau pengalaman intelek.32
Pengalaman intelek meliputi bukan saja suatu perasaan dipenuhi sesuatu dengan meluap-luap
(ecstasy), tetapi juga suatu pengertian atau pengetahuan (sang kudus/the sacred).36
Misalnya,
seseorang yang menderita penyakit aneh dan sulit disembuhkan bahkan telah divonis oleh dokter
sudah tidak dapat tertolong oleh pengobatan medis. Namun, ketika didoakan kemudian orang
tersebut menjadi sembuh. Setiap orang memiliki pengalaman lintas pribadi yang hanya dikenali
oleh subjektivitas orang itu sendiri yang kadangkala melampaui batas-batas diri pribadi. Kawasan
lintas pribadi inilah yang dimaksudkan dengan suatu dunia Roh dan orang yang mengalaminya
disebut manusia-manusia roh, yaitu orang yang mengalami sang kudus itu dengan jelas dan
berulang-ulang kali.33
Pengalaman-pengalaman inilah yang telah menuntun tradisitradisi
keagamaan dunia untuk berbicara mengenai ‘’sang kudus ’’ seperti pada tradisi keagamaan yang
memberi nama sebagai Yahweh, Brahman, Atman, Allah, Tao, Roh besar dan God. 38
Oleh
karena nama yang paling umum untuk sang kudus itu di dalam tradisi YahudiKristen adalah
Allah, maka semua orang memakai nama Allah atau Roh ketika mengacu pada sang kudus ini.39
Manusia-manusia roh mempunyai ciri kedua yaitu, mereka menjadi perantara dari sang kudus di
mana manusia roh bertugas menghantarkan Roh dengan cara yang beraneka ragam.34
Ciri-ciri
manusia roh dapat dilihat dari cara mereka menghantarkan Roh ialah melalui penyampaian
firman Allah atau kehendak Allah, mengadakan mujisat kesembuhan atau pengusiran setan-setan,
menjadi pawang pencari binatang buruan dalam kegiatan perburuan dan pegumpulan hasil
buruan atau sebagai pawang pembuat hujan dalam masyarakat-masyarakat tani purbakala dan
sebagai penyalur kuasa atau hikmat Allah untuk masuk ke dalam dunia.35
Rijnardus A. Van Kooij dan Yamah Tsalatsa menggunakan istilah Spiritualitas Kharimatik
sebab mereka beranggapan bahwa Spiritualitas dalam kalangan Kharismatik pentakostal diartikan
32
Marcus J. Borg,41. 36
Marcus J. Borg, 41 33
Marcus J. Borg, 41 38
Marcus J. Borg, 42 39
Marcus J. Borg, 42 34
Marcus J. Borg, 42. 35
Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003) 42.
-
10
sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, Kristus, dan Roh kudus yang disembah dan
dipuja.36
Berdasarkan makna spiritualitas diatas dapat disimpulkan bahwa spiritualitas
memungkinkan orang agar melakukan secara sadar akan segala sesuatu yang diyakini layak
sebagai acuan atau pedoman bahkan terkadang dapat berlawanan dengan keinginan jasmani
dalam kehidupan rohani seseorang. Manusia memiliki keunggulan dari makhluk-makhluk lain
bukan hanya dari segi fisiknya atau jasmani saja tetapi dari segi spiritualnya. Menurut Agus M.
Hardjana bahwa manusia mempunyai daya spiritual yaitu,37
1. Kemampuan berabstraksi
Abstraksi berasal dari kata latin abstrahere yang berarti menarik, melepaskan,
menjauhkan, memisahkan. Kemampuan berasbtraksi ialah kemampuan manusia untuk
memisahkan dan menangkap salah satu segi atau unsur dari objek konkretnya. Kemampuan ini
memiliki tingkatan dalam berabstraksi. Abstrasi tingkat pertama terjadi jika manusia
memisahkan segi-segi objek yang dapat diamati dengan pancaindra dari keseluruhan objek itu.
Misalnya, keadaan lahiriah atau fisiknya, unsur-unsur intern yang mampu menggerakannya,
syarat-syarat fisik agar tetap hidup dan seterusnya.38
Abstraksi tingkat kedua adalah mengambil
bagian yang dapat dihitung dan diukur dari objeknya. Misalnya, jumlah-banyak dan sedikit;
kebesaran-besardan kecil; ukuran-panjang dan pendek; dan timbangan–berat dan
ringan.39
Abstraksi tingkat ketiga adalah mengambil unsur keberadaan dari keseluruhan objek.
Misalnya, apa artinya bahwa objek itu ada, dari mana adanya, mengapa ada, apa yang
menyebabkan ada, bagaimana cara berada, untuk apa berada, dan seterusnya.46
36
Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja Mainstream dan
Kalangan Kharismatik Pentakosta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007) 42-43. 37
Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama & Spiritualitas,(Yogyakarta: Kanisius 2005) 17. 38
Agus M. Hardjana, 18. 39
Agus M. Hardjana, 18. 46
Agus M. Hardjana,18.
-
11
2. Kesadaran Diri
Daya spiritual manusia juga tampak pada kemampuan manusia untuk menyadari dirinya.
Sadar berarti mengenal sesuatu yang sebelumnya belum dikenal.40
Manusia mengenal objek yang
disadari dan diri sebagai subjek yang menyadari. Melalui kesadarannya, manusia mampu
mengenal diri beserta perilakunya terpisah dari diri konkretnya.41
Kemampuan kesadaran diri itu
membuat manusia mampu merenungkan diri dan meninjau kembali perilakunya guna membuat
perubahan dan perbaikan atas perilakunya itu.
3. Kebebasan
Daya spiritual manusia juga diwujudkan pada kebebasannya.42
Manusia adalah makhluk
yang memiliki kebebasan. Manusia memang sudah menjadi makhluk bebas karena tidak
terkekang oleh kodrat dan insting. Kodrat adalah keseluruhan diri makhluk yang mencakup
segala unsur lahir dan batin, badan dan jiwa, material dan spiritualnya.43
Insting adalah dorongan
secara tidak sadar bertindak dengan cepat dan tepat pada waktu menghadapi rangsangan,
tantangan, atau ancaman terhadap dirinya.44
Misalnya ketika mengikuti Kebaktian Kebangunan
Rohani (KKR) memasuki sesi Altar call kemudian pendeta mengundang jemaat untuk berdiri
didepan untuk didoakan. Ketika selesai didoakan muncul berbagai pemikiran apakah saya sudah
sembuh dari penyakit yang diderita? Mengapa saya tiba-tiba menangis ketika didoakan?
Bagaimana saya dapat hidup sesuai kebenaran firman Tuhan? Mengapa saya memenuhi
panggilan Altar call? jika keputusan manusia untuk memenuhi sebuah perintah dan menyadari
akan sebuah ajakan lalu melakukannya bahkan memikirkan dampaknya. Manusia tidak bebas
secara mutlak.45
4. Hati nurani
Menurut Franz Magnis Suseno, Hati nurani adalah kesadaran mendasar yang menjadi
latar belakang segenap sikap yang kita ambil, bahwa kapan pun, bagaimana pun; dalam situasi
apa pun kita harus memilih yang baik dan bukan yang jahat, yang jujur dan bukan yang tidak
40
Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama & Spiritualitas, (Yogyakarta: Kanisius 2005)19. 41
Agus M. Hardjana, 19. 42
Agus M. Hardjana, 20. 43
Agus M. Hardjana, 11. 44
Agus M. Hardjana, 13. 45
Agus M. Hardjana,21.
-
12
jujur, yang adil dan bukan yang tidak adil, kita harus bersikap setia bukan tidak setia dan
seterusnya.46
Hati nurani yang diterangi secara moral bisa disebut suara hati yang menyampaikan
penilaian baik dan buruknya secara moral atas perbuatanan manusia, baik yang sudah maupun
yang belum dilakukan. Suara hati dapat menciptakan perasaan manusia yang mampu menimbang
kelakuan, menuduh dan memberikan pendapatnya atas kesalahan tindakan.47
5. Sifat transenden
Sifat spiritual manusia yang sangat tampak pada sifat transendennya.48
Transenden berarti
mengatasi atau melampaui hal baru yang belum ada dalam tahap hidup sebelumnya dan hal
tersebut sangat tinggi sehingga ada di luar segala hal yang pernah dijumpai dalam hidup sampai
saat ini. Realitas tertinggi itu dipresepsi sebagai asal, penyelenggaraan dan tujuan hidupnya.49
Dengan keterbukaan terhadap yang transenden itu, manusia mampu keluar dari dirinya sendiri
lalu mengenal dan menangkap realitas di luar dirinya. Spiritualitas membawa manusia kepada
pengalaman religius yang mengenal akan Allah yaitu pengalaman atas sesuatu yang sama sekali
lain dan tidak berasal dari dunia pengalaman manusia yang biasa (religius experience).50
Pengalaman tersebut masuk sejenak ke dalam keadaan-keadaan sadar yang tidak biasa dan dalam
bentuk-bentuk yang berlainan misalnya, pengalaman penglihatan, muncul perasaan kuat tentang
kenyataan lain yang mendatangi alam atau suatu benda dalam alam yang sejenak diubah rupa
oleh ‘’yang kudus’’. 51
Manusia mendapatkan pengalaman religius dengan cara, pertama mempelajari dogma
dan kitab suci, yaitu sarana untuk mengenal Allah, hakikat, karya dan kehendakNya bagi
manusia dan dunia. Kedua ibadat bagi orang spiritual bukanlah sekedar kewajiban agama yang
harus dilaksanakan agar ganjaran dan terhindar dari hukuman. Ibadah bukan hanya kegiatan
untuk memuja-muja, menyembah-nyembah, dan memuliakan Allah agar Allah merasa tersanjung
46
Franz magnis suseno. Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius 2006) 180. 47
J. Verkuyl,Etika Kristen I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1985) 66. 48
Agus M. Hardjana,Religiositas, Agama & Spiritualitas, (Yogyakarta: Kanisius 2005)23. 49
Agus M. Hardjana, 24. 50
Agus M. Hardjana, 29. 51
Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia) 39. 59
Agus M. Hardjana, 65-67.
-
13
dan senang.59
Kehadiran dalam ibadat juga tidak dirasakan sebagai kewajiban yang menjadi
beban tetapi sebagai kesempatan istimewa. Misalnya, ketika menghadiri ibadat Kebangunan
Rohani di gereja bukan sekedar rutinitas atas kepentingan secara pribadi untuk mencari perhatian
orang lain.
Menurut Agus M. Hardjana bahwa orang spiritual sadar dalam hidup ini, ia mendapat
dua tugas utama dari Allah. Pertama, agar berkembang menjadi manusia dengan kualitaskualitas
seperti yang diharapkan Allah. Kedua, melaksanakan misi hidup guna mendatangkan kebaikan,
keselamatan dan kesejahteraan bagi sesama dan masyarakatnya.52
Oleh karena itu, Bentuk-
bentuk manifestasi spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diamati ialah,
1. Orang spiritual selalu mengikuti ibadah dan menjalankan ajaran dogma gereja
2. Orang spiritual selalu membangun relasi dengan Tuhan dengan cara berdoa
3. Orang spiritual selalu percaya akan keberadaan Tuhan yang mengatur kehidupannya
di saat suka maupun duka
4. Orang spiritual selalu menyadari akan setiap kesalahan atas tindakannya yang tidak
sesuai perintah Tuhan
5. Orang spiritual tidak mudah menyerah sebab ada roh (spirit) yang mendorongnya
untuk terus berusaha dengan berbagai peluang.
D. Korelasi Spiritualitas dan Altar Call
Spiritualitas mendorong seseorang untuk melaksanakan kewajiban beribadah atau
pengalaman religius yang pernah dialaminya.Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) merupakan
salahsatu kegiatan ibadah yang diselenggarakan oleh gereja agar memberi peluang bagi warga
gereja untuk mengekspresikan kehidupan rohani secara fisik melalui ibadah. Orang yang pernah
mengikuti KKR akan mengetahui unsur-unsur dalam Ibadah tersebut. Dalam ibadah ada
serangkaian lagu pujian dan penyembahan yang dipimpin beberapa biduan diiringi seperangkat
band dengan lagu-lagu yang dinyanyikan sambil berdiri serta bertepuk tangan atau menari sambil
52
Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama & Spiritualitas, (Yogyakarta: Kanisius 2005)68.
-
14
berputar-putar tergantung jenis lagu dan pada penghayatan masing-masing.53
Pada saat memasuki
bagian di mana pengkhotbah meminta jemaat untuk menundukkan kepala, menutup mata, dan
mengangkat tangan serta menantang jemaat yang ingin mendedikasikan kembali hidup mereka
kepada Kristus.54
Ekspresi-ekspresi seperti menangis, doa, pengakuan yang dapat didengar
oranglain, mengangkat tangan, mengulang-ulang menyanyikan lagu-lagu penyembahan,
penumpangan tangan, berteriak, dan sebagainya adalah ekspresi fisik dan emosional yang
memperkuat kebutuhan akan pengampunan dan kekudusan.55
Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan bahwa spiritualitas mendorong
seseorang untuk menyadari kebutuhan spiritualitas agar didoakan atas kehidupan rohani yang
membutuhkan dukungan spiritual dari orang lain misalnya, didoakan dan diberikan
motivasi.Melalui ibadah KKR terjadi korelasi antara Spiritualitas dan Altar call ada dua hal yang
mendukung.Pertama, ketika ibadah sedang berlangsung di dalam gereja di mana KKR menjadi
momentum di mana subjekn dan objek ialah manusia.Manusia yang mengambil keputusan ketika
merasa dirinya ditantang untuk berdiri saat Altar call ada dorongan (spirit) secara pribadi
sehingga seseorang dapat menjadi subjek bahkan objek dari ibadah tersebut.Kedua, ialah ketika
seseorang membuat sebuah pengakuan atas dosa-dosa dan berkomitmen mengikuti ajaran
Alkitab. Jadi, ada tindakan nyata setelah selesai dari ‘penyerahan diri’ di depan Altar call
tersebut. Hal ini akan diwujudnyatakan melalui kehidupan sehari-hari dengan melakukan ajaran
Alkitab dengan serius. Praktek spiritualitas yang tampak setelah mengikuti KKR ialah kuantitas
berdoa, kuantitas membaca Alkitab, Kuantitas beribadah pada hari minggu dan kuantitas bersaat
teduh.56
Praktek spiritualitas pribadi sangat berhubungan dengan keterlibatandengan ibadah
seperti kebangunan rohani.57
Sebab tidak akan efektif apabila ibadah dianggap hanya sebagai
tindakan selebratif dari gereja kepada jemaat.Contoh, ada seorang ibu bernama Amira yang
mengetahui bahwa suaminya berselingkuh sehingga ia berusaha untuk mengakhiri hidupnya
53
Jan Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan di sekitar gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1996) 194.
54
Peter Ditzel. The Invitation System and theAltar call,http:www.wordofhisgrace.org,diakses pada tanggal, 30 Mei
2018 pukul 18:50 WIB.
55 Wilfred J. Samuel. Kristen Kharismatik Refleksi atas berbagai kecendrungan pasca-Kharismatik Charismatik folk
Christianity, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2011) 98. 56
Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja Mainstream dan
Kalangan Kharismatik Pentakosta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007) 42-43. 57
Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A,43.
-
15
dengan menelan obat-obatan dalam jumlah yang banyak. Perasaan kesedihan yang mendalam
harus ditanggung ibu dari dua anak ini, hingga suatu hari diselenggarakan KKR di gereja yang
tidak begitu jauh dari rumah. Ibu Amira pun hadir dalam ibadah tersebut bersama keluarga.
Ketika pendeta mengundang jemaat berjalan maju menuju Altar, ibu Amira merasa adanya
dorongan dalam dirinya untuk maju dan akhirnya didoakan. Ibu Amira telah melupakan masalah
dan hidup bersyukur dalam menjalani kehidupannya dengan aktif mengikuti kegiatan gereja.
Kisah lainnya terjadi kepada seorang kepala rumah tangga yang seringkali melakukan tindakan
kekerasan kepada isteri dan tidak melakukan tanggungjawab sebagai kepala rumah tangga yang
memberi nafkah. Ketika mengikuti ibadah kebangunan rohani di gereja, ia mengalami pertobatan
sehingga tidak ada perilaku kasar. Jika sebelumnya kasar dan malas bekerja tetapi setelah
didoakan terjadi pembaharuan menjadi lemah lembut dan rajin bekerja. Pun demikian, masih ada
orang yang menjadi aktivis dari KKR tetapi masih melakukan perilaku menyimpang misalnya,
berselingkuh. Contoh diatas merupakan kenyataan yang seringkali terjadi penyebabnya ialah
belum memahami makna dari ibadah dan pertobatan.
Suatu citra kehidupan Kristen yang dibentuk oleh citra Yesus memiliki dua titik fokus
yaitu, suatu hubungan dengan Roh Allah dan penjelmaan bela rasa dalam kehidupan seharihari.58
Kehidupan yang memberikan arah dan tujuan dengan proses perubahan batiniah yang makin
mendalam, yang sifat utamanya bela rasa.59
Pertumbuhan bela rasa ialah tanda pertumbuhan
kehidupan Roh. Kendati bela rasa sebagai isi dari imitatiodei yaitu cara orang orang kristen
mengutamakan Yesus sebagai acuan utama dalam kehidupan sehari-hari. Imitatio dei ialah suatu
tindakan meneladani Allah.60
Imitation dei juga merupakan istilah yang digunakan dalam
kehidupan sosial bangsa Yahudi abad pertama berbunyi ‘’ kuduslah kamu seperti Allah itu
kudus’’, antara kekudusan dan bela rasa sebagai sifat-sifat Allah yang mesti diwujudkan sebagai
orang Kristen.
58
Marcus J. Borg,Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003) 75. 59
Marcus J. Borg, 75. 60
Marcus J. Borg,52.
-
16
E. Bentuk-Bentuk Kehidupan Spiritualitas di GMIT Ichtus Puildon
GMIT Ichtus Puildon memiliki program pelayanan sebagai wujud perhatian terhadap
kehidupan spiritualitas di GMIT Ichtus Puildon misalnya melalui ibadah-ibadah yang
diselenggarakan kepada setiap oikos meliputi bidang Koinonia, bidang Marturia, bidang
Diakonia, bidang Oikonomia, dan bidang Liturgia. Pada bidang Marturia, diputuskan 30 kegiatan
ibadah agar melakukan pelayanan sebagai wujud perhatian gereja terhadap kehidupan
spiritualitas jemaat.61
Tugas gereja membagi wilayah pelayanan ke dalam tiga lingkup ibadah
yaitu ibadah lingkup jemaat, ibadah lingkup Oikos dan ibadah lingkup kategorial. Ketiga lingkup
ibadah ini terbagi ke dalam beberapa lingkup ibadah yaitu, Ibadah lingkup jemaat mencakup
ibadah minggu, ibadah persiapan dan perjamuan kudus maupun ibadah hari raya
gerejawi.70
Selain itu, di lingkup Oikos mencakup ibadah rumah tangga, ibadah bulan keluarga
maupun ibadah natal oikos, dan lingkup ibadah kategorial yang mencakup ibadah kaum Bapak
GMIT, Ibu GMIT, Pemuda dan Anak PAR, maupun pendalaman Alkitab serta katekese bagi para
calon Baptis.62
Jemaat senantiasa dipersiapkan sebelum mengikuti sakramen sakral dengan begitu
tidak ada kesan ketidaksungguhan ketika mengikuti ibadah. Orang-orang yang tidak memiliki
kesungguhan dalam ibadah adalah bukan manusia roh sebab tidak ada bentuk nyata dari
perbuatannya sebagai orang spiritual.
Bentuk kehidupan spiritual jemaat GMIT Ichtus Puildon di kalangan pemuda yang
bekerja sama dalam kepanitiaan, perlombaan dan partisipasi dalam kegiatan antar
gereja.63
Spiritualitas Pemuda memberikan sumbangsih bagi pelayanan gereja agar tidak pasif
melainkan sebagai orang muda yang aktif dan kritis terhadap perkembangan pelayanan di gereja.
Pada Kategori anak-anak juga diselenggarakan berbagai Kebaktian Kebangunan Rohani agar
bertumbuh menjadi generasi gereja yang kreatif dan mampu mengembangkan program pelayanan
sesuai bidang minat anak-anak. Sikap gereja juga tidak begitu saja berhenti di bidang pelayanan
secara rohani tetapi gereja memberikan perhatian kepada kesehatan tubuh jasmani jemaat. KKR
61
Seviyana Tinenti,diambil dari Skripsi dengan judul, PENTINGNYA KHOTBAH TENTANG EKO-TEOLOGI suatu
analisa terhadap pokok-pokok eko-teologi dalam khotbah gereja Masehi Injili di Timor jemaat Ichtus Puildon, Program Studi Teologi-UKSW 2015, 14. 70 Seviyana Tinenti, 2015, 15.
62 Sekertaris Majelis Jemaat Harian (MJH), Informasi realisasi program pelayanan dan anggaran pendapatandan
belanja Jemaat Ichtus Puildon (Kalabahi,2013), 15. 63
Observasi melalui persiapan dekorasi kegiatan natal pemuda Ichtus Pildon, Pada tanggal 29 Desember 2017,
Pukul 11.00 WIB.
-
17
Holistik juga diprogramkan oleh gereja setelah KKR itu berlangsung dua hari maka dilakukan
pelayanan pengobatan gratis kepada jemaat.64
Tujuannya ialah melakukan pemeriksaan atas
kesembuhan yang terjadi pada saat KKR dan terhadap penyakit lainnya yang kemungkinan
marak akan terjadi kepada jemaat.
HASIL PENELITIAN
Pada bagian ini akan diungkapkan hasil penelitian tentang pelaksanaan Kebaktian
Kebangunan Rohani di jemaat GMIT Ichtus Puildon Kalabahi yang dijelaskan dalam beberapa
bagian yaitu:
Gambar1.1. GMIT Ichtus Puildon
3. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
GMIT Ichtus Puildon di Kalabahi sudah berusia 65 tahun. GMIT Ichtus puildon di
Kalabahi sudah banyak mengalami banyak perubahan baik struktur organisasi sampai kepada
bentuk bangunannya. Jumlah jemaat mencapai 2.727 jiwa yang terbagi dalam 4 rayon dengan 17
64
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) pada tanggal, 30
Desember 2017, Pukul 11. 44 WIB.
-
18
oikos. GMIT Ichtus Puildon menjadi salah satu gereja dengan kapasitas jemaat terbesar di
kabupaten Alor. Penulis memilih gereja ini selain karena jumlah jemaat yang besar dan termasuk
wilayah jemaat Klasis teluk Kabola yang seringkali menyelengggarakan KKR setiap tahun.
Program pelayanan KKR diselenggarakan melalui Unit Pembantu Pelayanan pada bidang
Persekutuan Doa (PD). Pertanyaannya adalah bagaimana korelasi antara Kebaktian Kebangunan
Rohani dengan spiritualitas jemaat GMIT Ichtus Puildon? Hasil penelitian akan diungkapkan
sebagai berikut:
3.2.Pandangan GMIT Ichtus Puildon tentang pelaksanaan Kebaktian kebangunan
Rohani
GMIT Ichtus Puildon telah menyusun program pelayanan KKR setiap tahun. Berdasarkan
keputusan persidangan Majelis Jemaat No.05/KEP/GMIT/PMJ- IP/IV/2013 tentang program
pelayanan (panca program), meliputi bidang Koinonia, bidang Marturia, bidang Diakonia, bidang
Oikonomia, dan bidang Liturgia untuk bidang Marturia,65
Kegiatan ibadah terbagi ke dalam tiga
lingkup ibadah yaitu ibadah lingkup jemaat, ibadah lingkup Oikos dan ibadah lingkup kategorial.
Sejauh ini, Gereja telah menjalankan tugasnya dengan menjalankan program pelayanan melalui
setiap bidang pelayanan.GMIT Ichtus puildon sangat memperhatikan kondisi kehidupan rohani
jemaat.Berbagai program dilakukan melalui bidang Marturia untuk menumbuhkan iman jemaat,
seperti KKR yang tidak hanya untuk kalangan umum tetapi diprogramkan juga untuk anak-anak
sekolah minggu dan pemuda (masih direncanakan).66
Namun, bukan hanya itu saja tetapi ada
pelayanan Kebangunan Rohani yang dilakukan gereja, yaitu kebangunan rohani holistik di mana
gereja mengadakan pelayanan pengobatan gratis kepada jemaat. Jadi, ketika selesai didoakan
maka jemaat akan diberikan pelayanan pengobatan gratis untuk melihat kondisi kesehatan jemaat
secara jasmani maupun rohani. Program KKR dilaksanakan setiap tahun pada tingkat jemaat
dikenal dengan sebutan Kebaktian Penyegaran Iman (KPI) kecuali pada tingkat yang lebih luas di
65
Sekertaris Majelis Jemaat Harian (MJH), Informasi realisasi program pelayanan dan anggaran pendapatandan
belanja Jemaat Ichtus Puildon (Kalabahi ,2013),1-5. 66
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) pada tanggal, 30
Desember 2017, Pukul 11. 47 WIB.
-
19
sebut KKR atau Kebaktian Kebangunan Rohani. Jadi ada rekan-rekan pendeta (Kalangan
Kharismatik) juga diundang untuk hadir di ibadah KKR maupun KPI pada tingkat jemaat.67
Hendrik Kawangkari mengatakan bahwa ketika selesai KKR maka jemaat yang telah
didoakan akan berikan tanggungjawab ke pihak gereja untuk dilakukanfollow upke
jemaat.Tujuannya, agar gereja tetap memberikan bimbingan dari segi pelayanan iman atau
spiritual.68
Meskipun demikian, Jemaat di GMIT Ichtus Puildon belum secara total berpartisipasi
dalam ibadah KKR, hal ini terbukti dengan minimnya jumlah jemaat yang hadir dalam ibadah
tersebut. Upaya gereja ialah mewartakan jadwal pelaksanaan KKR di gereja agar jemaat
menyadari akan terselenggaranya program pelayanan KKR melalui persekutuan Doa jemaat.69
Menurut Pdt. Orni Laukamang bahwa di gereja ada Unit Pembantu Pelayanan (UPP) yang
bertanggung jawab menyelenggarakan KKR ialah melalui badan pengurus persekutuan doa.70
3.3.Pandangan GMIT Ichtus Puildon tentang Altar call melalui Kebaktian
Kebangunan Rohani
Pelaksanaan KKR tidak terlepas dari salah satu unsurnyaialah Altar call.Menurut Pdt. Orny
Laukamang, Altar call ialahpernyataan diri secara total untuk hidup berkenan kepada Tuhan.
Tujuan dari Altar call Melalui sebuah penyerahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang
menyakiti hati Tuhan. Altar call, jemaat diberikan tantangan untuk mengambil keputusan dari
kehidupan yang gelap menuju terang atau benar.71
Samuel Kalawaly mengungkapkan bahwa
Altar call menjadi istilah yang sangat umum dikalangan jemaat sebagai suatu ‘panggilan,’ yang
berasumsi bahwa panggilan untuk menerima Yesus, panggilan bagi mereka yang memiliki beban
berat untuk didoakan, panggilan untuk menjadi ‘hamba’ Tuhan dan panggilan untuk
67
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Pukul 11. 47 WIB. 68
Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari (Aktivis Kegiatan KKR di gereja) pada tanggal 12 Desember 2017,
pukul 14.40 WITA. 69
Percakapan via telepon dengan selvyana Tinenti (Tenaga Magang di gereja GMIT Ichtus Puildon), pada tanggal 9
Juli 2018, Pukul 15. 00 WITA. 70
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) pada tanggal, 30
Desember 2017, Pukul 11. 45 WIB. 71
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Pukul 11. 50 WIB.
-
20
memperbaharui komitmen pelayanan.72
Beliau juga menambahkan terkait metode doa itu tidak
wajib dengan cara penumpangan tangan sebab menurutnya cukup didoakan saja.73
Fokus dari
Altar call yaitu, untuk membawa orang-orang kembali kepada Tuhan tetapi metodenya bisa
melalui orang lain yang mendoakan atau secara pribadi kepada Tuhan juga dapat dilakukan,
sebab semuanya ialah kehendak Tuhan. Namun, hal kontras dipaparkan oleh Viktoria Laubase
bahwa melalui Altar call, seseorang mengalami perubahan spiritualitas sehingga setiap doa dapat
langsung disampaikan kepada Tuhan tidak harus melalui orang lain.74
Altar call ialah salah satu cara yang dipakai untuk memanggil orang yang belum
menerima Yesus sebagai juruselamat dan memanggil orang yang sudah ‘lahir baru’ untuk
berkomitmen kepada Tuhan serta menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan.75
1.2 Dokumentasi pelaksanaan Altar call76
72
Percakapan via telepon dengan Samuel Kalawaly (Anggota Jemaat kaum Bapak di KKR) Pada tanggal , 20 Juli
2018, Pukul 07.53 WIB. 73
Percakapan via telepon dengan Samuel Kalawaly, 07.55 WIB. 74
Percakapan via telepon dengan Viktoria Laubase (Tenaga Magang di GMIT Ichtus Puildon) Pada tanggal , 6 Juli
2018, Pukul 11.30 WIB. 75
Percakapan via telepon dengan Magdalena Carolina Dian Ena (Jemaat yang berpartisipasi dalam KKR) Pada
tanggal 20 Juli 2018, Pukul 07.50 WIB. 76
Gambar di atas menjelaskan metode Altar Call dengan cara bertanya tentang persoalan yang dihadapi jemaat
kemudian ‘hamba Tuhan’ menumpangkan tangan kepada jemaat untuk didoakan
-
21
Adapun berbagai masalah dalam lingkup jemaat ada yang mengalami sakit, dan masalah
sosial, usaha, dan kerinduan untuk membuka bisnis, serta menyerahkan pergumulan
hidup.77
Hendik Ona Kawangkarimenjelaskan secara teknis mengenai Altar call yang seringkali
terjadi ialah setelah penyampaian firman Tuhan lalu melalui tuntunan Roh Kudus,
pendetamemanggil jemaat yang hadir untuk maju kedepan dan didoakan.78
Setiap permasalahan
jemaat yang seringkali didengar misalnya sakit penyakitdan permasalahan kehidupan didoakan
dan merasakan pemulihan. Beliau juga menambahkan bahwa Altar call dilakukan karena ada
jemaat yang belum menjadi kristen sejati yaitu menerima Yesus sebagai juruselamat.79
Menurut
Irene Yowa Tongu bahwa Altar call ada sebagai salahsatu cara untuk melakukan mediasi bagi
semua jemaat yang bermasalah, sebab Tuhan melawat dengan firmanNya lalu kami menyatakan
diri untuk didoakan dan percaya.80
Sepuluh tahun melayani sebagai aktivis gereja yang melayani sebagai
panitiapenyelenggara KKR, Altar call sangat mempengaruhi pengalaman religius jemaat.81
Jika
ditinjau dari liturgi gereja tradisional setelah mengikuti ibadah di gereja terasa hampatetapi,
Ketika dalam KKR ada Altar call, saya lalu maju kemudian Roh kudus memulihkan kehidupan
saya dan rasanya seperti dipulihkan pada saat didoakan.82
KKR juga menjadi peristiwa di mana
kalangan pemuda-pemudi bahkan dari kalangan muslim juga hadir dan maju untuk didoakan
diberikan kesempatan untuk menyampaikan tentang perasaan mereka pada saat Altar call.83
Pelaksanaan KKR didukung Majelis Klasis kepada Majelis Jemaat di daerah perkotaan
untuk menjangkau gereja-gereja di daerah pedalaman. Namun, gereja-gereja di daerah perkotaan
juga harus memberi perhatian melalui persembahan misi kepada gereja di
daerahpedesaan.84
Gereja-gereja tradisional harus terbuka sebab Roh kudus hadir kepada semua
kehidupan bergereja untuk memajukan pelayanan. Perhatian gereja juga kepada model liturgi
77
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) Pada
tanggal, 30 Desember 2017, Pukul 11. 55 WIB. 78
Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari (Aktivis KKR) Pada tanggal 12 Desember 2017, Pukul 14.50 WITA. 79
Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, pukul 14.55 WITA. 80
Wawancara dengan Irene Yowa Tongu (Anggota Jemaat kaum Ibu dalam KKR) Pada tanggal, 24 Mei 2018,
Pukul 19.06 WIB. 81
Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, Pukul 14.57 WITA. 82
Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, Pukul 15.00 WITA. 83
Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, Pukul 15.05 WITA. 84
Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, Pukul 15.10 WITA.
-
22
pada ibadah kategori pemuda yang menyukai musik kontemporer maka harus menyesuaikan
model pelayanan kontekstual.85
3.4.Pandangan GMIT Ichtus Mengenai Altar Call Korelasinya Dengan Spiritualitas
Jemaat
Menurut Samuel Kalawaly, Korelasi Altar call dengan spiritualitas sangat
mempengaruhi kehidupan relasi dengan Tuhan di mana Altar call menjadi momentum
yang cukup efektif untuk memulai atau memperbaharui perjuangan iman bersama
Tuhan.86
Namun, seseorang yang baru saja selesai didoakan juga tidak langsung secara
total spiritualitasnya berubah menjadi baik, melainkan yang dilihat adalah keputusan
berani untuk memulai kehidupan dengan melawan dosa-dosa.87
Ketika mengikuti Altar call di tahun 2005 ada tim ibadah KKR dari Korea yang
melakukan pelayanan misioner di Alor ada pengaruh yang sangat besar secara pribadi
yang dapat menumbuhkan nilai-nilai spiritual bersama Tuhan. Misalnya, ada rutinitas
berdoa dan membaca Alkitab di sela aktivitas sehari-hari.88
Orang-orang di Alorjuga di
kenal sebagai orang-orang yang masih menggunakan praktek ilmu gaib tetapi mereka
hadir pada ibadah tersebut, lalu melalui doa dan puji-pujian diharapkan dapat mengubah
pola pikir dan cara hidup untuk taat kepada Firman Tuhan.89
Inti dari Altar call tidak hanya penyerahan diri melainkan pertobatan.90
Seseorang
dapat dikatakan bertobat apabila perilakunya berubah dari yang sebelumnya berperilaku
kasar menjadi lembut dan yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol sudah
85
Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, Pukul 15.15 WITA. 86
Percakapan via telepon dengan Samuel Kalawaly (Anggota jemaat kaum Bapak dalam KKR) Pada tanggal , 20
Juli 2018, Pukul 07.57 WIB. 87
Percakapan via telepon dengan Magdalena Carolina Dian Ena (Anggota Jemaat kaum pemudi dalam KKR) Pada
tanggal 20 Juli 2018, Pukul 08.00 WIB. 88
Wawancara dengan Irene Yowa Tongu (Anggota Jemaat kaum Ibu dalam KKR) Pada tanggal, 24 Mei 2018,
Pukul 19.10 WIB. 89
Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari, (Aktivis Kegiatan KKR dalam gereja) Pada tanggal 12 Desember
2017, Pukul 14.50 WITA. 90
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) Pada tanggal, 30
Desember 2017, Pukul 11.50 WIB.
-
23
berhenti.91
Menurut Pdt. Orny Laukamang bahwa ada jemaat yang mengaku sering terjadi
konflik dalam rumah tangga dan ada pencuri kemudian meminta untuk didoakan melalui
KKR.92
Hal ini menunjukan dampak keseriusan jemaat untuk membangun relasi dengan
Tuhan maka selaku pihak gereja harus dilakukan pelayanan.93
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN REFLEKSI TEOLOGIS
4.1 Analisis Hasil Penelitian
Berikut hasil analisa penelitian mengenai ‘’ALTAR CALL’’ Tinjauan Kritis Terhadap
Kebaktian Kebangunan Rohani untuk meningkatkan Spiritualitas Jemaat di GMIT Ichtus
Puildon adalah
a. Altar call merupakan mediasi bagi jemaat yang mengalami permasalahan
kehidupan.
b. Altar call sebagai wujud penyerahan diri seseorang atas perasaan hormat
kepada Tuhan. Penyerahan diri seseorang sebagai wujud percaya kemudian
bertobat kepada Tuhan.
c. Altar call bukan hanya di gereja tetapi Altar juga dapat disebut dengan
pelayanan di gereja atau kehidupan spiritual bersama Tuhan ialah wujud
keberadaan Altar bagi seseorang
c. Altar call ialah simbol kerendahan hati seseorang atas dosa yang telah
dilakukan terhadap dirinya kemudian muncul keinginan agar kehidupannya
didoakan oleh sesama.
91
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Pukul 11.59 WIB. 92
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Pukul 12.05 WIB. 93
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang, Pukul 12.10 WIB.
-
24
d. Altar call sebagai simbol kebersamaan dalam komunitas Kristen yang
saling membangun dan menguatkan dengan perasaan cinta dan kasih Tuhan
Dengan demikian, Altar call bagi GMIT Ichtus Puildon merupakan salah satu program
yang membangun relasi jemaat dengan Tuhan bahkan antar jemaat untuk saling mendukung
dalam kehidupan spiritualitas.Jika ada anggota jemaat yang mengalami persoalaan secara pribadi
serta relasi dengan orang lain, maka Altar call menjadi momentum di mana doa dan pengakuan
menjadi dasar spiritualitas jemaat. Bukan hanya itu saja, ada kemungkinan jemaat akan berbalik
kepada perbuatan yang salah atau melakukan dosa sebagaimana hakikat manusia yang mudah
berubah tetapi dapat diminimalisir melalui program pelayanan di berbagai lingkup ibadah jemaat.
Harapan akan korelasi antara ibadah KKR dan spiritualitas jemaat dari pihak gereja
diwujudnyatakan secara maksimal melalui ibadah-ibadah. Meskipun demikian, masih ada
kendala yaitu berkurangnya kesadaran jemaat akan pentingnya KKR dalam korelasi dengan
kehidupan jemaat.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti menemukan bahwa Altar
call sangat berkorelasi dengan Spiritualitas Jemaat, sebab strategi pelayanan seperti KKR
berbasis misioner perlu dilakukan oleh gereja-gereja masa kini. Altar call telah menjadi bagian
yang digunakan sebagai ‘’panggilan’’ kepada jemaat untuk menerima Tuhan Yesus. Adanya
harapan kesembuhan atas berbagai penyakit, kebersamaan jemaat, pengakuan atas kesalahan atau
dosa dan mediasi atas masalah relasional. Inilah spirit dalam suatu ibadah seperti KKR yang
harus dibangun melalui kehidupan berjemaat. Dalam Altar call ada perjanjian antara jemaat
dengan Tuhan untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai Kristen. Sehingga
seseorang dapat diajarkan untuk berani mengakui dosa-dosanya dan berjanji untuk tidak
mengulangi kesalahan yang samasecara pribadi dengan Tuhan. Relasi dibangun dengan baik
melalui Altar call meskipun hanya pada momentum saat KKR tetapi dapat menjadi dasar
seseorang dipanggil oleh Tuhan secara pribadi. Namun, semua perubahan secara radikal
mengalami pertobatan atau tidaknya tergantung pribadi masing-masing. Pelaksanaan KKR
-
25
menjadi wadah bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus untuk berkumpul dan saling
membangun. Setiap warga jemaat yang menghadiri KKR merupakan orang-orang yang ingin
memiliki pengalaman religius bersama Tuhan.
Oleh karena itu, Spiritualitas jemaat tidak harus bergantung kepada ibadah Kebangunan
Rohani yang dilaksanakan oleh gereja melainkan menurut pribadi jemaat yang memiliki
kerinduan untuk hadir dan mengaku atas segala perbuatan dan pikir yang sering dilakukan sehari-
hari.Program pelayanan di GMIT Ichus Puildon sudah menjawab setiap fenomena yang terjadi
dalam kehidupan berjemaat tetapi tanggapan jemaat yang sebaiknya tetap perhatikan melalui
jumlah jemaat yang hadir dan menurut fenomena yang lazim di kalangan jemaat. Bukan hanya
itu saja, kreativitas pelayanan tetap menjadi perhatian, maksudnya ialah model liturgi dengan
kolaborasi musik bahkan kolaborasi ‘hamba’ Tuhan untuk meningkatkan minat jemaat mengikuti
ibadah kebangunan Rohani. Sehubungan dengan nama ibadah yang dikenal jemaat yaitu
Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) maka diharapkan ibadah ini menjadi momentum yang
membangun rohani atau spiritualitas jemaat bahkan istilah lain untuk ibadah ini ialah Kebaktian
Penyegaran Iman (KPI) maka diharapkan ibadah ini dapat membuat jemaat pulang ke rumah
masing-masing telah merasakan seperti nama bukan hanya nama suatu ibadah.
2. Saran
Beberapa hal yang menjadi pokok penting yang telah diupayakan gereja menanggapi
persoalan kehidupan jemaat di GMIT Ichtus Puildon diantaranya :
1. Gereja harus mengupayakan pelayanan kepada jemaat melalui program
pelayananbidang marturia agar gereja terus bersaksi tentang kemuliaan Tuhan yang nyata
melalui gereja dengan memberi dukungan bagi komunitas yang mendukung spiritualitas
jemaat, bukan menjadikan kelompok atau komunitas itu sebagai kelompok kegiatan
kesalehan keagamaan yang tertutup.
2. Gereja mengajarkan kehidupan berjemaat yang tidak eksklusif melainkan inklusif yang
terbuka untuk gereja interdenominasi agar berkumpul dalam suatu komunitas kristen
yang saling membangun.
-
26
3. Gereja mengembangkan pelayanan berbasis misioner melalui pelayanan Kebaktian
Kebangunan Rohani untuk menumbuhkan iman warga jemaat.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari Buku
Abineno, J.L.Ch., Kelompok Doa, Jakarta:BPK Gunung Mulia 1981
Aritonang, Jan, Berbagai Aliran didalam dan di sekitar gerejaJakarta:BPK Gunung Mulia 1996
Arifin, Bambang. Syamsul., Psikologi Agama,Bandung:Pustaka Setia 2008
Artanto, Widi, Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia, Kanisius dan BPK Gunung Mulia : Jakarta, Yogjakarta 1997
Borg, J. Marcus, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003
Danim, Sudarwan, Menjadi peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia 2002
Hardjana, Agus.M.,Religiositas, Agama & Spiritualitas, Yogyakarta:Kanisius 2005
Kooij Rijnardus A. Van & Yam’ah Tsalatsa A,Bermain dengan Api Relasi antara Gereja-gereja
Mainstream dan Kalangan Kharismatik Pentakosta, Jakarta:BPK Gunung Mulia 2007
Maitimoe, D. R., Membina Jemaat Misioner, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1983
Silalahi, Djaka. Krisitanto., Kharismatik bercampur Perdukunan? tanggapan atas metode Kritik
Ir. Herlianto terhadap Gerakan Kharismatik,Yogyakarta:ANDI 2001
Suseno. Magnis, Franz., Menalar Tuhan, Yogyakarta:Kanisius 2006
Tjahjadi, Simon. Petrus. L., Petualangan Intelektual konfrontasi dengan para filsuf dari zaman
Yunani hingga Zaman Modern, Jakarta : BPK Gunung Mulia 2004
Sarwono. Jonathan., Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta:Graha Ilmu 2006
Samuel, Wilfred, J., Kristen Kharismatik-Refleksi atas berbagai kecenderungan Pasca-Khar
ismatik, Jakarta:BPK Gunung Mulia 2011
Verkuyl.J., Etika Kristen I, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1985
Sumber dari Jurnal dan website
Zaspel, Fred. G., ‘’The Altar call" Is it helpful or harmful?,Pottsville: Word of Life Baptist
-
27
Church 1998
Tinenti,Seviyana, diambil dari Skripsi dengan judul, Pentingnya Khotbah Tentang Eko-Teologi
suatu analisa terhadap pokok-pokok eko-teologi dalam khotbah gereja Masehi Injili di
Timor jemaat Ichtus Puildon,Program Studi Teologi-UKSW 2015
http//:www.sinodegmit.or.id
Ditzel, Peter. The Invitation System and the Altar call, http://www.wordofhisgrace.org
Darmaputera, Eka, Agama dan Spiritualitas: Suatu Perspektif Pengantar, PENUNTUN: Jurnal Teologi dan Gereja 3 no. 12 (Juli, 1997)
Sekertaris Majelis Jemaat Harian (MJH), Informasi realisasi program pelayanan dan anggaran pendapatandan belanja Jemaat Ichtus Puildon (Kalabahi,2013)
Sumber dari Wawancara
Wawancara Via Telepon dengan Seprianus Sinapas(Ketua Persekutuan Doa Klasis Teluk
Kabola)
Wawancara dengan Pdt. Orny Laukamang (Ketua Majelis Jemaat GMIT Ichtus Puildon) pada tanggal, 30 Desember 2017, Pukul 11. 50 WIB
Wawancara dengan Hendrik O. Kawangkari (Aktivis Kegiatan KKR di gereja) pada tanggal 12 Desember 2017, pukul 14.50 WITA
Wawancara dengan Irene Yowa Tongu (anggota jemaat dalam KKR) pada tanggal, 24 Mei 2018, Pukul 19.06 WIB
Percakapan via telepon dengan Magdalena Carolina Dian Ena (Anggota Jemaat kaum Pemudi dalam KKR) Pada tanggal 20 Juli 2018, Pukul 08.00 WIB
Percakapan via telepon dengan Samuel Kalawaly (Anggota Jemaat kaum Bapak dalam KKR) Pada tanggal, 20 Juli 2018, Pukul 07.57 WIB
Percakapan via telepon dengan Viktoria Laubase (Tenaga Magang di gereja Ichtus Puildon) pada tanggal 18 Juli 2018, pukul 10. 30 WIB
Percakapan via telepon dengan selvyana Tinenti (Tenaga Magang di gereja GMIT Ichtus Puildon), pada tanggal 9 Juli 2018, Pukul 15. 00 WITA