mencegah fragmentasi sistem outlook kesehatan di era jkn...

15
Mencegah Fragmentasi Sistem Kesehatan di era JKN dengan penggunaan data yang lebih baik: Apakah Inpres no 8/2017 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program JKN dapat terlaksana? Laksono Trisnantoro, PKMK Januari 2018 Outlook 2018:

Upload: phungbao

Post on 06-Jun-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Mencegah Fragmentasi Sistem

Kesehatan di era JKN dengan penggunaan data yang lebih baik:

Apakah Inpres no 8/2017 tentangOptimalisasi Pelaksanaan Program JKN

dapat terlaksana?

Laksono Trisnantoro, PKMK Januari 2018

Outlook 2018:

Pengantar

JKN melalui UU SJSN tahun 2004 dan UU BPJS tahun 2011 telah mendorong peningkatan alokasi pembiayaan kesehatan di tingkat pusat dan berpengaruh pada peningkatan alokasi dana di daerah.

UU Kesehatan tahun 2009 yang mengamanatkan alokasi dana kesehatan sebesar 5% dari APBN di Pemerintah Pusat telah terjadi pada tahun 2016 dan tahun 2017.

Salah satu alokasi terbesar adalah untuk membiayai Penerima Bantuan Iuran (PBI) peserta JKN demi amanat UU 1945 tentang keadilan sosial.

Dampak untuk daerah

Menerima dana dari banyak sumber:

• Kemkeu (APBN): (DAU) dan dana bagi hasil(DBH),

• Kementerian Kesehatan: DAK Fisik dan DAK Non Fisik,

• BPJS Kesehatan: dana klaim, dana kapitasi , dan dana non kapitasi, serta dana masyarakat.

• + menerima dana untuk kesehatan dariPenerimaan Asli Daerah (PAD).

Dampak negatif dari sumber dana yang terpisah-pisah

Fragmentasi Sistem Kesehatan di Daerah

Terjadi dua jalur dalam sistem pendanaan kesehatan yang tidak dikelola secara bersama.

Situasi yang terjadi

Dua jalur dalam Tata PelayananKesehatan

Sistem Kesehatan

• Menggunakan UU Kesehatan, UU RS, UU mengenai pemerintahan daerah– Propinsi

– Kabupaten/Kota

• Sistem yang terdesentralisasi

Sistem Jaminan Kesehatan

Menggunakan UU SJSN dan UU BPJS:•BPJS: Bukan lembaga kesehatan•Merupakan lembaga keuangan•UU SJSN dan UU BPJS tidak ada “hubungan”dengan Dinas Kesehatan•Sistem manajemen yang sentralisasi

Menjadi fragmented

• Sistem di BPJS adalah Sentralistik

• Sistem di Kemenkes adalah desentralisasi

Kantor

Pusat

Regional

(13

Kantor)

Cabang

(124

Kantor)

BPJS:

Lembaga

Keuangan

Pemerintah

Pusat

Dinas

Kesehatan

Propinsi (44

Kantor)

Dinas

Kesehatan

Kabupaten

(lebih dari

500)

Kementerian

Kesehatan

Presiden

Apa yang terjadi (1)?

• Data yang ada di BPJS dikelola secara sentralistik

• tidak ada kesempatan untuk melakukan analisis di level kecamatan, kabupaten, propinsi, dan nasional.

Flow of data

Kantor

Pusat

Regional

(13

Kantor)

Cabang

(124

Kantor)

BPJS:

Lembaga

Keuangan

Pemerintah

Pusat

Dinas

Kesehatan

Propinsi (44

Kantor)

Dinas

Kesehatan

Kabupaten

(lebih dari

500)

Kementerian

Kesehatan

Presiden

Akibatnya

• Perencanaan kesehatan di daerah tidak berdasar data BPJS

• Sistem kesehatan di daerah hanya menggunakan data pelayanan primer yang terbatas.

• Data rujukan penyakit dari pelayanan primer ke sekunder tidak terkelola

Apa yang terjadi (2)?

Fungsi Dinas Kesehatan di pelayanan primer tidak jelas:

- Apakah sebagai regulator sistem kesehatan di daerah?

- Apakah sebagai kontraktor BPJS?

Flow of data

Kantor

Pusat

Regional

(13

Kantor)

Cabang

(124

Kantor)

BPJS:

Lembaga

Keuangan

Pemerintah

Pusat

Dinas

Kesehatan

Propinsi (44

Kantor)

Dinas

Kesehatan

Kabupaten

(lebih dari

500)

Kementerian

Kesehatan

Presiden

Akibatnya:

- Strategic purchasing tidak berjalan baik

- BPJS sulit menjadi “pembeli” yang baik;

- Jumlah anggota BPJS di berbagai faskes bervariasi

- Mutu yang diperoleh BPJS belum terjamin

Apa yang terjadi (3)?

Hubungan pemerintahdaerah dengan kantorBPJS setempat menjaditidak jelas.

Peran Pemda/DInKesdalam layanan primer di era JKN tidakmempunyai pola.

Flow of data

Kantor

Pusat

Regional

(13

Kantor)

Cabang

(124

Kantor)

BPJS:

Lembaga

Keuangan

Pemerintah

Pusat

Dinas

Kesehatan

Propinsi (44

Kantor)

Dinas

Kesehatan

Kabupaten

(lebih dari

500)

Kementerian

Kesehatan

Presiden

Apa yang terjadi di kantorKepresidenan:

Presiden terlihat menyadari adanya masalah dalam pelaksanaan JKN

Menerbitkan sebuah instruksi: Inpres No. 8/ 2017 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program JKN;

Presiden mengintruksikan:

1. Menko Bidang Pembangunan Manusiadan Kebudayaan

2. Menteri Kesehatan

3. Menteri Dalam Negeri

4. Menteri Sosial

5. Menteri BUMN

6. Menteri Ketenagakerjaan

7. Menteri Komunikasi dan Informatika

8. Jaksa Agung,

9. Direksi BPJS Kesehatan,

10. Para Gubernur,

11. Para Bupati, dan Walikota

Instruksi iniberlaku sampaidengan akhirDesember 2018.

Tujuan Diskusi Outlook 2018

Sesi 1:

A. Dalam konteks Fragmentasi Sistem Kesehatan:1. Membahas kemungkinan penggunaan data BPJS oleh pemerintah

pusat dan daerah untuk mengatasi dampak negatif fragmentasisistem kesehatan.

2. Mendiskusikan berbagai keputusan yang diharapkan terjadidengan penguatan sistem perencanaan di daerah yang menggunakan data secara komprehensif;

Sesi 2:

B. Melihat kemungkinan pelaksanaan Inpres no 8/2017 di tahun 2018 sebagai sebuah Outlook.