meminimalisir konflik tata ruang daerah …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/muhammad...

12

Click here to load reader

Upload: nguyenquynh

Post on 06-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAHMELALUI INFORMASI SPASIAL

Oleh:Muhammad Nursa’ban

Jurusan Pendidikan Geografi FISE UNY

Abstrak

Penataan ruang dalam satu lokasi ekosistem memerlukan perencanaanyang cermat. Pertimbangan aspek fisik dan aspek sosial serta kelestarianlingkungan menjadi pengikat keberhasilan pembangunan. Upayaimplementasi pembangunan dalam era otonomi daerah dimana rencanapembangunan lebih desentralis memungkinkan peluang – peluang bagisuatu wilayah adminsitratif yang bersebelah dengan wilayah adminitratiflainnya dalam satu ekosistem untuk lebih cermat dan hati – hati dalammenetapkan perencanaannya. Data – data spasial dan data statistik yangkomprehensif semestinya menjadi landasan berpijak dalam perencanaan.Seiring perkembangan teknologi, pengumpulan dan proses analisis dataspasial lebih mudah dilakukan. Teknologi penginderaan jauh dan SistemInformasi Geografis yang berbasis pemetaan dapat dijadikan sebagai mediaanalisis yang dapat diandalkan.

Kebijakan rencana penataan ruang dalam era desentralisasiberlandaskan pada data/informasi spasial memberikan solusi dalammemecahkan konflik tata ruang di suatu wilayah yang merugikan wilayahlainnya. Para perencana dan pembuat kebijakan duduk bersamamenetapkan perencanaan sehingga diharapkan meminimalisir konflik yangterjadi.

Kata kunci: Tata ruang, spasial, konflik, otonomi daerah

Page 2: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

14

PendahuluanBeberapa tahun belakangan ini seolah sudah menjadi langganan bagi

Ibukota Negara Kita kedatangan banjir yang telah meminta korban relatifbesar. Kerugian tidak hanya secara materi, psikologis, hingga nyawasekalipun. Tetapi memberikan perseden kurang baik terhadap kontinuitaspembangunan jangka panjang. Prasarana yang disiapkan termentahkankembali oleh kehadiran bencana sehingga perlu dibuat penataan ulang (re-design) yang tentunya berkontribusi terhadap beban kerugian yang semakinbesar.

Jika kita ikuti perkembangannya berbagai upaya sudah dilakukan untukmengurangi dampak bencana rutin tersebut. Namun penanggulanganseolah tidak beranjak dari kemajuan tahun – tahun sebelumnya sehinggakorban terus mengalami peningkatan pada bencana berikutnya.Permasalahan klasik yang selalu jadi bahan gunjingan terbatas padadualisme bahkan lebih mengenai kebijakan rencana tata ruang wilayahantara wilayah hulu yang dianggap daerah pengirim banjir yang letaknyaberada di wilayah Bogor dan Cianjur provinsi Jawa Barat dan daerah hilirsebagai daerah korban kiriman banjir dari hulu yang mencakup wilayah DKIJakarta. Sistem desentralisasi yang sudah diterapkan di negara ini dianggapturut juga menelikung kekuasaan wilayah Kabupaten/Kota bahkan propinsiuntuk membatasi diri atau dibatasi oleh wilayah lain yang seolah menutupkomunikasi diantara keduanya. Pemberdayaan wilayah dengan dalihkesejahteraan masyarakat seakan menjadi keniscayaan dengan/tanpaharus menilik dampak bagi daerah sekitarnya. Dengan kata lain, parapembuat kebijakan, mulai dari perencanaan sampai pengelolaanpembangunan terjebak dalam pemikiran dikotomis antara perencanaanuntuk rakyat terbanyak dengan perencanaan untuk pertumbuhan ekonomis.

Dilema paradigmatis antara pembelaan terhadap kepentingan rakyattebanyak dengan prioritas pada pertumbuhan ekonomi menjadi sorotanutama terhadap kasus – kasus yang muncul belakangan ini. Dari kasus yangsudah terjadi, ada kecenderungan para perencana dan birokrat lebihmemilih pertumbuhan ekonomi sebagai alasan perencanaan pembangunan.Mereka menganggap bahwa konflik tata ruang atau tata guna lahan dapatdiredam melalui pemberian peluang bagi tegaknya kegiatan ekonomi skalabesar yang diyakini akan memberikan dampak kesejahteraan daripertumbuhan ekonomi. Anggapan tersebut dewasa ini teruji keliru karenakonflik – konflik kebijakan tersebut telah menimbulkan korban yang lebihbesar. Pembangunan daerah yang tidak lagi integral dengan pembangunannasional, dalam hal ini pemberlakuan otonomi daerah telah mendorongkonflik bisa terus berkelanjutan, jika masing – masing pihak (wilayahadministratif) tetap mempertahankan “kedaulatan wilayahnya”. Otonomi

Page 3: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

15

daerah selama ini seolah diartikan bahwa pembangunan semuanyaberlokasi di daerah bukan di pusat. Menurut catatan Sibero (1985) dalamSukendra Martha (1995: 2) menyatakan bahwa dalam menentukan aspirasipotensi dan prioritas daerah hendaknya melihat tiga dimensi dalam satukesatuan. Ketiga dimensi tersebut yaitu, pertama secara horizontal harusmerupakan perwujudan asas pemerataan ke seluruh pelosok tanah air;kedua secara vertikal harus mampu mewujudkan hubungan serasi antarapembangunan sektoral dengan pembangunan regional/daerah; ketigakeseluruhan pembangunan daerah benar – benar merupakan satukesatuan dalam rangka wawasan nusantara yaitu terbinanya Indonesiadalam satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan hankamnas. Daripernyataan tersebut jelaslah bahwa desentralisasi harapannya tidaksekedar bergumul dengan kepentingan wilayahnya saja tetapi harus jugamelihat lebih luas pada taraf regional dan nasional.

Sudaryono (1995: 2) menyatakan bahwa konflik tata ruang dan tataguna lahan yang muncul di daerah – daerah terutama dengan intensitaspembangunan tinggi (kota) dilatar belakangi oleh penganutan paradigmadan praktik perencanaan yang mendua antara perencanaan untuk rakyatterbanyak dengan perencanaan untuk pertumbuhan ekonomi.

Konflik tata ruang di beberapa negara sebenarnya juga menjadi suatupolemik tersendiri. Kita tahu di beberapa negara di Eropa dibuat kebijakanbahwa daerah bawah (hilir) dapat melakukan tuntutan secara materi apabiladaerah di atasnya telah menimbulkan kerusakan alam yang berdampakterhadap daerah di bawahnya. Masyarakat daerah bawah memiliki alat ukuryang disimpan di aliran sungai daerah perbatasan yang masuk kewilayahnya. Alat tersebut dapat menghitung debit air yang masuk danmendeteksi pencemaran yang terjadi di sungai tersebut. Jika suatu waktualiran air meningkat dari batas kesepakatan atau tingkat pencemaranmeningkat dari batas toleransi maka daerah di atasnya harus bertanggungjawab atas kerugian yang ditimbulkan akibat pencemaran tersebut.Kesadaran terhadap dampak negatif yang berpotensi muncul dari suatukondisi alam maupun perubahan penggunaan lahan yang turut merubahkualitas lahan telah diantisipasinya. Mereka saling menjaga dalam hal initurut serta bertanggung jawab atas permasalahan yang mungkin muncul.Sedikit berbeda kejadiannya dengan di negara kita. Euphoria kekuasaandalam konteks desentralisasi masih agak kental melekat pada kebijakanpembangunan di tingkat daerah. Dampak negatif yang muncul akibat daripembangunan di suatu wilayah dan menjadi masalah bagi wilayah lainnyatidaklah menjadi hambatan ketika secara ekonomis masihmenguntungkannya.

Page 4: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

16

Pola pemanfaatan ruang adalah bentuk hubungan antar berbagai aspeksumberdaya manusia, sumber daya alam, sumberdaya buatan, social,ekonomi, teknologi, informasi, administrasi, Hankam, fungsi lindung danbudi daya, estetika lingkungan, yang ujud produknya adalah arahanperuntukan ke dalam kawasan yang mempunyai fungsi lindung danbudidaya, antara lain adalah pola lokasi, sebaran permukiman, tempatkerja, industri serta pola penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan(Penjelasan pasal 1 angka 2, dan penjelasan pasal 14 Undang – undangtentang Penataan Ruang Tahun 1992). Penjelasan undang – undang inimenggambarkan bahwa tujuan pola pemanfaatan ruang adalah sebagaifungsi lindung dan budidaya. Artinya kebijakan – kebijakan pembangunanharus diarahkan pada tujuan tersebut. Keseimbangan ekologi turut menjadipertimbangan mendasar, karena kerugian ekologi biasanya akanberlangsung secara kontinyu dalam kurun waktu yang relatif lama.

Pembangunan di daerah seharusnya dilakukan secara hati – hati dancermat. Ketidaksinkronan dalam merencanakan pembangunan akanmenjadi boomerang bagi daerah bersangkutan. Pembangunan diupayakanagar tidak berbenturan antara program pembangunan sektoral denganprogram pembangunan daerah/regional. Adanya koordinasi dengan wilayahlain yang berpotensi menerima dampak semestinya dilibatkan dalammembuat kebijakan. Masalah perencanaan pembangunan dalam hal iniberkaitan dengan analisis yang memerlukan data – data dan informasi yangtepat. Peran data dan informasi spasial terlebih di sini mempunyai peranyang strategis terutama kesesuaianya dengan kondisi geografis lapanganyang ada. Data – data statistik yang dikumpulkan secara tertulis seringkalidijadikan sebagai informasi statis. Data dari peta dan penginderaan jauhmerupakan data/informasi dinamis yang dapat dimanfaatkan untukmenunjang kegiatan perencanaan tata ruang dalam pembangunan didaerah.

Tata Ruang WilayahMenurut Undang – undang no 24. tahun 1992 tentang penataan ruang,

pengertian tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruangbaik direncanakan atau tidak. Kegiatan penataan ruang meliputi prosesperencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.Menurut Condroyono (1995;2) menambahkan bahwa selain ketigakelompok kegiatan tersebut, penataan ruang juga dikelompokkan dalamsatuan batas wilayah administrasi nasional.

Kebijakan tata ruang daerah diarahkan guna pencapaian optimalisasipemanfaatan daerah yang didasarkan atas kondisi, potensi serta kegiatandaerah yang ada dan diperkirakan akan berkembang di daerah

Page 5: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

17

bersangkutan. Pengelolaan tata ruang di Indonesia dewasa ini seolahmenjadi bagian terpisah antara satu kabupaten/kota dengan lainnya.Perbedaan wilayah administratif menjadi penyulit bagi wilayah lainmelakukan komplain atas dampak pembangunan yang terjadi di wilayahlainnya. Mengingat bahwa penataan ruang di suatu daerah akanberpengaruh pada daerah yang lain, yang pada gilirannya akanmempengaruhi sistem ruang secara keseluruhan. Dalam penataan ruangsering kurang memperhatikan keseimbangan dan keserasian lingkungansekitar. Oleh karena itu perencanaan tata ruang menuntutdikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utamanya.

Kendala yang ada saat ini, acuan penataan ruang masih banyak yangmengandalkan data yang kadaluwarsa, tidak akurat dan kurang tepat guna.Data belum terdokumentasi secara sentral dan peta yang dijadikan dasarperencanaan belum tersedia. Diperparah lagi nafas otonomi yang berpusatpada kebijakan parsial daerah nampak begitu begitu kentara dijadikandasar dalam kebijakannya. Sinergitas ekologi, sosial dan budaya sebagaicerminan dalam memperhitungkan dampak pembangunan masihtersamarkan oleh keuntungan materi yang diperoleh dari pembangunan.

Menurut Widoyo Alfandi (1995; 2-3) praktik penyusunan danpenyelenggaraan penataan ruang di Indonesia yang selama ini terjadikurang mempergunakan atau mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut;(1) informasi geografi (2) analisis spasial (3) aspek yuridis, (4) kewenanganinstansi/birokrasi (5) pengaturan/kebijakan penataan ruang, (6)kebijaksanaan penyelenggaraan penataan ruang, (7) aspek perizinan danstatus penguasaan sumberdaya alam, dan (8) perundang – undangan yangberlaku. Masih ditambahkan oleh Widoyo, bahwa salah satu kekuranganpenataan ruang di negara ini yaitu informasi geografi tidak tersedia dalamjumlah yang cukup sesuai dengan Kriteria kawasan. Banyak data spasialdibuat dengan tidak mengindahkan hakekat skala peta.

Pola pemanfaatan ruang disusun berdasarkan hasil deliniasi suatuwilayah berdasarkan kriteria kawasan lindung dan budidaya yangmempertimbangkan/dipengaruhi oleh rencana pembangunan pemerintahdan swasta, rencana struktur wilayah, status penguasaan tanah danperizinan, rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang lebih tinggi dan RTRWpemda yang bersebelahan dan rencanan tata guna sumberdaya alamlainnya. Susunan pola pemanfaatan ruang ini dapat disajikan dalamberbagai bentuk seperti peta atau buku. Setidaknya sajian dalam petamaupun buku harus melingkup data dan fakta daerah yang akurat, rencanapemanfaatan ruang, dan kebijakan penataan ruang.

Penataan ruang dan pengelolaan wilayah di Indonesia semenjakdiberlakukan otonomi daerah merupakan fenomena yang relatif baru,

Page 6: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

18

sehingga banyak dijumpai ketimpangan – ketimpangan dan penyimpangandari berbagai rencana. Dari berbagai kasus yang terkait keruangan akhir –akhir ini seperti di sebutkan di awal menunjukan bahwa penataan ruangharus dilakukan secermat mungkin. Penataan ruang semestinyamemperhatikan situasi lingkungan strategis dan perkembangan dalam skalaglobal, regional, dan nasional. Disamping itu juga perencanaan penataanruang pada hakekatnya harus berorientasi pada masa depan. Oleh karenaitu kondisi data dan informasi lingkungan termasuk peta yang tersediasangat berpengaruh dan sangat menentukan bobot rencana pengembanganwilayah yang diwujudkan dalam rencana tata ruang daerah bersangkutan.Data/informasi yang sangat diperlukan yaitu data/informasi spasial daerahyang bersangkutan.

Informasi Spasial dalam Penataan RuangUpaya implementasi penataan ruang, khususnya dalam konteks otonomi

daerah yang kebijakannya berazas dekonsentrasi dan pembangunannyabersifat desentralistis perlu ditunjang dengan data – data spasial danstatistic yang komprehensif. Informasi spasial dalam penataan ruang yangmencakup aspek ekologis dan administratif yang berorientasi pada lokasi,jarak, arah, luas, dan kerapatan merupakan data yang dikeluarkan berwujudpeta. Peta diharapkan dapat memberikan bantuannya dengan menyajikaninformasi dari unsur – unsur yang ada di muka bumi. Informasi spasial yanglebih mengawali dalam hal ini adalah peta dasar. Apalagi luas wilayahterritorial kita terdiri atas 30% daratan dan 70% perairan (Suparka : 1990,dalam Sukendra Martha (1995;5) menuntut kejelian dan kecermatan dalampenelaahannya. Kita dapat mengumpulkan berbagai informasi peta lainyang lebih tematis sehingga pada akhirnya peta – peta tersebut dapat dioverlay dan menghasilkan suatu produk yang akan memberikan informasispasial yang akurat. Sistem informasi spasial yang lengkap dengan tetapberbasis pada informasi peta melalui upaya tumpang susun adalahmenggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan sebuahsistem yang mampu menjadi rujukan perencanaan, karena dapatmenggabungkan atau mengintegrasikan berbagai faktor menjadi suatutujuan yang dikehendaki (Sukendra Martha: 1988). Kemampuan SistemInformasi Geografis dalam mengkombinasikan informasi tematis geografisberupa berbagai lapisan (layer) dengan berbagai data atribut dalam rangkamenganalisa, menjelaskan, mengevaluasi, mendesain atau merancangkebutuhan tata guna lahan tertentu atau perubahan penggunaan lahanmemudahkan melakukan penataan tata ruang di suatu wilayah. Oleh karenaitu akurasi dan informasi data yang kekinian menjadi andalan suatu hasilperencanaan menghasilkan produk yang baik.

Page 7: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

19

Kumpulan peta yang diolah melalui SIG ini merupakan pendekatanpaling rasional yang dapat menjadi alat penataan ruang suatu wilayah. Petaberperan sebagai penyaji informasi spasial yang paling representatif dalammasalah ini. Informasi tematis berupa kondisi fisik suatu wilayah sepertijenis tanah, kemiringan lereng, ketinggian, erodibilitas, curah hujan,penggunaan lahan, kondisi geologis, dan kedalaman tanah efektif dapatdijadikan sebagai suatu informasi yang dapat dikonversikan ke dalambentuk peta. Selain itu kondisi sosial dan perkembangan teknologi jugadapat menjadi rujukan terhadap informasi spasial wilayah yangbersangkutan. Informasi Jadi, berdasarkan kumpulan data tersebut SIGmerupakan suatu metoda analisis data yang dilakukan dengan prinsip –prinsip geografis dengan jalan penampakan data yang diperoleh. Metodeanalisis inilah yang digunakan untuk pengambilan keputusan, melakukanoptimasi, peramalan daerah potensial, pembuatan peta tematik, dansekaligus analisis dampak lingkungan

Pola hubungan antara data, Sistem Informasi Geografis (SIG), danproses pengambilan keputusan menurut A Pinem (1995;5) disajikan dalambentuk diagram pada gambar 1 di bawah.

Gambar 1.

Berkas datamanusia

(Sosekbud)

Berkas datasumberdaya

alam

Peta dasar(Kontrol)

Berkas datalingkungan hidup

Berkas dataRencana TataRuang/Proyek

LapisanInformasi(Layer)

Tabel/DataatributID

Page 8: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

20

Model basis data SIG Tata Ruang (sumber; A. Pinem (1995))

Peran data spasial jelaslah memberikan kemudahan bagi pembuatkebijakan maupun perencana pembangunan untuk dijadikan sebagairujukan dalam pengambilan keputusan. Tentunya dibuat perencanaantidaklah semata untuk kepentingan “kesejahteraan” di wilayah tertentu sajatetapi juga meminimalisir dampak negatif yang dihasilkan dari suatukebijakan pembangunan terhadap daerah di sekitarnya. Konflik penataanruang yang terjadi akhir – akhir ini merupakan kasus yang perlu penanganansegera sebelum kerugian yang semakin besar terjadi. Tidaklah menjaditanggung jawab daerah saja sendiri melalui dalih desentralisasi tetapi sudahmenjadi kasus pemerintah pusat untuk terlibat menyelesaikannya. Informasispasial memberikan data/informasi yang komplek dan lebih akurat.Perkembangan teknologi semakin memudahkan para ahli penataan ruangdalam memberikan sumbangan keputusan – keputusannya lebih dapatdipertanggung jawabkan.

Integrasi teknologi penginderaan jauh yang menghasilkan peta lokasisuatu wilayah dipadukan dengan Sistem Informasi Geografis merupakansalah satu alternatif informasi spasial yang up to date. Pengolahanpemetaan dengan basis komputer yang marak belakangan ini lebihmemudahkan dalam mengumpulkan data – data spasial. Kemajuanteknologi ini mengantarkan kita lebih mudah dalam menganalisis kondisitata ruang di suatu wilayah dan menunjang proses perencanaan terutamapengumpulan dan penyediaan data spasial. SIG dengan basis komputer(digital) ini mampu menyediakan data secara temporal sampai dengan datamutakhir dengan cepat. Ketepatan dan kecepatan data yang dihasilkandiharapkan dapat menggantikan posisi peta – peta manual yang tingkatakurasinya sudah mulai memudar. Selama ini memang teknologi ini belumberkembang meluas di masyarakat. Meskipun demikian terobosan –terobosan untuk memberikan data/informasi spasial kepada masyarakatsecara langsung tanpa harus menempuh pendidikan khusus sudah mulaiberkembang. Ada beberapa situs di internet yang dapat diakses bebas olehmasyarakat yang memberikan informasi langsung kondisi riil informasispasial suatu wilayah. Perubahan – perubahan yang terjadi dan kondisikualitas lahan di suatu wilayah dapat diikuti perkembangannya tanpa harusturun ke lapangan.

Rujukan informasi spasial ini dapat dimanfaatkan oleh daerah – daerahyang berkonflik terkait penataan ruang dan dampak dari pembangunan.Mereka diharapkan duduk bersama memberikan rasional kejadian suatukasus dengan bantuan informasi spasial yang terbaru. Dipertegas SukendraMartha (1995; 4) Pentingnya informasi spasial sebagai rujukan dalam

Page 9: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

21

keberhasilan pembangunan otonomi daerah sangat dirasakan mengingatkebutuhan data, ketiadaan dan keterbatasan dalam bentuk data keruanganmemang masih menjadi permasalahan nasional yang masih dihadapi.

Peran informasi spasial dalam konflik penataan ruangBerdasarkan gambaran di atas, setidaknya informasi spasial menjadi

pereda ketegangan dalam konflik penataan ruang. Dalam hal ini, informasispasial digunakan sebagai rujukan dalam penataan ruang. Terutama duaatau lebih wilayah administratif yang mengandung potensi dampak yangdapat merugikan masyarakat lintas batas administratif. Wilayah tersebuttentunya memiliki keterkaitan ekosistem secara alamiah. Misalnya air dalamsuatu Daerah Aliran Sungai akan lebih mengikuti batas – batas alamiahdaripada batas administrasi. Oleh sebab itu dalam penataan ruang, kajianmengenai daerah administratif yang terikat dalam satu ekosistem tetapperlu mendapat perhatian tersendiri. Otonomi daerah perlu untuk memacupembangunan di daerah dan mengurangi jalur birokrasi. Namun kebijakanyang terkait penataan ruang dalam satu kesatuan ekosistem alamiah danmelewati batas administrasi wilayah lain perlu memperhatikandata/informasi spasial sebagai dasar membuat kebijakan.

Data spasial ini akan memberikan gambaran dan arahan dalamperencanaan penataan ruang dalam pembangunan. Telah disinggung diatas, bahwasannya pola pemanfaatan ruang akan terkait erat denganperencanaan penataan ruang. Penyusunan dan penetapan rencana tataruang wilayah harus dilaksanakan dengan cermat dan didukung oleh dataspasial yang akurat. Salah satu bentuk pengolahan data spasial yaitudengan menggunakan kriteria dan penetapan kawasan, zonasi penggunaanlahan yang dirinci dalam kelas – kelas kesesuaian lahan untuk berbagailahan digambar dalam peta kelas kesesuaian lahan yang dikerjakanmenggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) baik berbasisKomputer maupun secara manual.

Pembuat kebijakan dapat menentukan arah pengembangan yang akandicapai, dilihat dari segi ekonomi, sosial, budaya, daya dukung dan dayatampung lingkungan, serta fungsi pertahanan keamanan dan mampumengidentifikasi berbagai potensi dan masalah pembangunan dalam suatuwilayah perencanaan. Penetapan rencana tata ruang yang menjadi finalkeputusan pada akhirnya tidaknya menjadikan pembangunan menjadilancar melainkan menimbulkan bibit konflik dalam wilayah administrasinyaterlebih bagi region wilayah tersebut. Prinsip yang perlu diingat adalah azaspenataan ruang/tata guna tanah yaitu keadilan, perlindungan hukum,persamaan, keterbukaan, aman, tertib, lancar, dan sehat untuk daerahperkotaan, sedangkan azas lestari/berkelanjutan, optimal, selaras,

Page 10: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

22

seimbang, pemanfaatan ruang bagi kepentingan bersama secara terpadu,dan pemanfaatan ganda atas tanah diberlakukan di daerah perdesaan(Pasal 2 UU Penataan ruang tahun 1992). Azas ini setidaknya memberikankontribusi terhadap kelestarian ekosistem pada lingkup kota dan desasebagai suatu kesatuan wilayah di negara ini.

Peran infomasi spasial yang dijadikan landasan diharapkan memberikanpenjelas bahwasannya ada keterikatan sistem dalam suatu lingkupkehidupan yang berbasis lokasi. Keterikatan dalam satu lokasi ekosistemdan secara hierarki pemerintahan biasanya lokasi yang berdekatan beradadalam satu sistem kebijakan yang lebih tinggi misalnya dalam satu provinsibahkan negara. Melalui informasi spasial ini pada akhirnya pembangunandapat mempererat hubungan antar penduduk dalam satu wilayahadminsitratif maupun diluarnya, terlebih dapat turut serta menjagakelestarian lingkungan.

PenutupTata ruang daerah merupakan kompleksitas berbagai aspek dalam

pembangunan yang terintegrasi dan sinergis. Keseimbangan danketerpaduan dalam melihat berbagai aspek yang diwujudkan dalam bentukketetapan rencana tata ruang harus menjadi pilihan yang tepat. Meskipunpilihan tersebut merupakan jalan yang sulit dan berliku dengan berbagaihambatannya. Perbedaan kepentingan, heterogenitas aspek sosial, danpemahaman konsep pelestarian yang menghadang menjadi tantangantersendiri untuk maju kembangnya pembangunan. Sinergitas antaraperencana dan pemilik kebijakan (pemerintah) dengan kondisi lingkungansekitar dalam lingkup sektoral, regional, maupun dalam satu kesatuanekosistem merupakan upaya yang tepat dapat membantu susksesnyapembangunan wilayah. Disamping memperkecil resiko konflik yangdidasarkan heterogenitas tersebut.

Berdasarkan kondisi tersebut dalam pelaksanaannya dalam penataanruang minimal harus memperhatikan:1. Kearifan terhadap aspek fisik lahan sehingga kelestarian dan fungsi

lahan terjaga secara baik2. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk wilayah bersangkutan3. Mengurangi konflik sosial dan kepentingan terutama dalam satu lokasi

ekosistemDalam penataan ruang di daerah di era desentralisasi perlu data spasial

dari sumberdaya, analisis ekologis yang berwawasan lingkungan. Kondisidata dan informasi lingkungan, termasuk peta sangat berpengaruh danmenentukan bobot rencana pengembangan wilayah (tata ruang). Informasi

Page 11: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

23

spasial sebagai pendekatan rasional dalam upaya implementasi penataanruang khususnya dalam era otonomi akan berperan secara baik apabila :

1. mempunyai data dasar spasial yang baik2. mempunyai kemampuan dalam pemetaan seperti, penginderaan

jauh dan intrepretasi, mengoperasikan Sistem Informasi Geografis3. Sumber daya manusia yang baik

Daftar PustakaSukendra Martha, M.Sc. MApp.Sc. 1995. Rujukan Informasi Spasial untuk

Menunjang Keberhasilan Pembangunan Daerah (makalah seminar).Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

Sudaryono, Dr., M.Eng. 1995. Tiga Tantangan Akbar Otonomi Daerah(makalah seminar). Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

Sibero, A. 1985. Peringatan Kemampuan Perencanaan dan PelaksanaanPembangunan Daerah. Jakarta: Prisma LP3ES

Suparka. 1990. Tinjauan Fungsi Peta di Dalam Perkembangan IlmuKebumian. Survey dan Pemetaan, Vol 8, no 1, Februari 1990

Undang – undang no 24. tahun 1992 tentang Penataan Ruang

Condroyono 1995. Konsep dan Aspek Legal dari Penataan Ruang danWilayah (makalah seminar). Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

Widoyo Alfandi 1995. Penjabaran Teknis Operasional UU No.24/1992 dalamPenyusunan Rencana Tata Ruang wilayah (makalah seminar).Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

(Sukendra Martha: 1988).

Ajang Pinem 1995. Konsep Kelembagaan Sistem Informasi Geografis TataRuang (makalah seminar). Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

Totok Gunawan. Dr. 1995. Peranan Geografi dalam Penataan Ruang danPengelolaan Wilayah (makalah seminar). Yogyakarta: FakultasGeografi UGM

Warpani, S. 1984. Analisis Kota dan Daerah, Bandung: Penerbit ITB

Bintarto, R dan S. Hadisumarmo. 2000. Metode analisa geography.Yogyakarta: Gadjahmada university press

Page 12: MEMINIMALISIR KONFLIK TATA RUANG DAERAH …staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhammad Nursa'ban... · Alat tersebut dapat menghitung debit air ... pengertian tata ruang

24

Nursyid Kusumaatmadja, (1981), Studi Geografi: Suatu Pendekatan danAnalisa Keruangan, Bandung: Penerbit Alumni

Sutanto, 2000, Geografi dan permasalahannya di Indonesia: Jurnal Geosfervol 2

Widoyo Alfandi. 2001. Epistemologi Geografi, Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press

Al. Susanto. 1995. Aspek Legal Perpetaan Untuk Mendukung Tata RuangNasional (makalah seminar). Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM