memahami kemampuan berpikir siswa

12
Memahami Kemampuan Berpikir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori belajar medan kognitif telah tumbuh sebagai sebagai sintesis teori belajar. Paradigma dasar atau analisisnya, berpusat pada interaksi pribadi dengan lingkungan psikologisnya yang terjadi pada saat bersamaan. Teori belajar ini telah berkembang sebagai sintesis yang timbul dari perbedaan pandangan mengenai individu yakni aktif-subyektif dengan lawannya pasif- obyektif dalam hubungannya dengan motivasi manusia dan belajar. Semuanya itu terfokus pada proses berfikir. “berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti” (Nana Sudjana, 1991:138) Oleh karena itu belajar yang terbaik adalah berpikir, dan berpikir pada hakekatnya adalah proses kognif, proses mengkonseptualisasi dan kategorisasi. Dengan konseptualisasi dan kategorisasi manusia mempunyai kemampuan dalam membedakan, memilih dan menentukan objek, peristiwa, konsep, prinsip, generalisasi dan lain-lain. “Teori belajar cognitive field (Kurt Lewin) menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifatpsikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi” (H. Djaali, 2007:75). Tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar diri individu. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan, yaitu yang berasal dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang liannya berasal dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Dalam psikologi medan kognitif, seseorang memulai dengan model pribadi dan

Upload: samsul-pahmi-mv

Post on 24-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

GT

TRANSCRIPT

Page 1: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

Memahami Kemampuan Berpikir SiswaBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori belajar medan kognitif telah tumbuh sebagai sebagai sintesis teori belajar. Paradigma dasar atau

analisisnya, berpusat pada interaksi pribadi dengan lingkungan psikologisnya yang terjadi pada saat

bersamaan. Teori belajar ini telah berkembang sebagai sintesis yang timbul dari perbedaan pandangan

mengenai individu yakni aktif-subyektif dengan lawannya pasif-obyektif dalam hubungannya dengan

motivasi manusia dan belajar. Semuanya itu terfokus pada proses berfikir. “berpikir adalah

menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti” (Nana Sudjana, 1991:138) 

Oleh karena itu belajar yang terbaik adalah berpikir, dan berpikir pada hakekatnya adalah proses kognif,

proses mengkonseptualisasi dan kategorisasi. Dengan konseptualisasi dan kategorisasi manusia

mempunyai kemampuan dalam membedakan, memilih dan menentukan objek, peristiwa, konsep, prinsip,

generalisasi dan lain-lain. “Teori belajar cognitive field (Kurt Lewin) menitikberatkan perhatian pada

kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu

medan kekuatan, yang bersifatpsikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan

lingkungan di mana individu bereaksi” (H. Djaali, 2007:75).

Tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri individu, seperti

tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar diri individu. Perubahan struktur

kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan, yaitu yang berasal dari struktur medan kognitif itu

sendiri dan yang liannya berasal dari kebutuhan dan motivasi internal individu. 

Dalam psikologi medan kognitif, seseorang memulai dengan model pribadi dan dunia di sekelilingnya

sebagaimana ia berhubungan dengan pribadi itu. Belajar adalah modifikasi dari perkembangan, dari

wawasan terhadap sifat dari dunia pribadinya. Life space – model psikologi berisi pribadi itu sendiri;

lingkungan psikologisnya; tujuan-tujuan yang dicarinya; tujuan-tujuan negatif yang dia usahakan untuk

dihindari; rintangan rintangan antara dirinya dan tujuan-tujuannya, yang membatasi gerakan

psikologisnya ke arah mereka; dan potensi serta cara aktual ke arah tujuannya. 

Manusia dalam menghadapi kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai masalah dan tantangan

Page 2: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

yang amat besar dan rumit yang tidak seluruhnya mudah untuk dipecahkan. Fungsi kognitif manusia

menghadapi objek dalam bentuk representatif yang menghadirkan objek tersebut dalam kesadaran, hal

tersebut tampak jelas pada aktivitas berpikir. Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran

tersendiri, orang yang memiliki kemahiran ini ia akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas

kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri. 

Namun pada kenyataannya, guru sulit memahami perasaan siswa, pengingatan siswa, dan penalaran

pada siswa. Dalam hal ini guru belum bisa membuat bagaimana siswa tersebut bisa memusatkan

perhatiannya, bagaimana belajarnya, bagaimana menggali ingatannya, bagaimana menggunakan

pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana membuat siswa agar berpikir menggunakan konsep dalam

menghadapi permasalahan yang ada. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya tumpang-tindih ilmu

pengetahuan yang terjadi dalam proses belajar mengajar.

Melihat kenyataan tersebut sebaiknya guru memahami dulu keadaan atau suasana hati siswa saat

pembelajaran akan dimulai, dengan seperti itu guru akan mudah memahami kemampuan berfikir siswa

dan dapat membuat siswa terpusat perhatiannya dengan pelajaran yang diberikan, dengan itu kegiatan

belajar mengajar terhindar dari tumpang-tindih ilmu pengetahuan yang lain dan belajar dapat berjalan

dengan lancar sesuai tujuan yang diharapkan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut meka teridentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Kurangnya pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.

3. Kurangnya penerapan guru dalam menggunakan teori-teori belajar dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Rendahnya kemampuan guru dalam memahami karakteristik siswa.

C. Pembatasan Masalah

Karena luasnya identifikasi maka di batasi masalah yaitu tentang kurangnya pemahaman guru dalam

memahami kemampuan berpikir siswa.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah yang ada dapat dirumuskan bagaimanakah guru mengatasi

Page 3: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

masalah kemampuan berfikir siswa.

E. Tujuan Penulisan

Mendeskripsikan pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.

F. Manfaat Penulisan 

1. Bagi Penulis

a. Menambah wawasan 

b. Melengkapi tugas akhir

2. Bagi Pembaca

a. Memberikan pengetahuan tentang memahami kemampuan berpikir siswa.

G. Definisi istilah/ Operasional

1. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Proses dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan

baru dan atau merubah sesuatu yang lama

2. Kognitif adalah kemampuan berfikir siswa.

3. Berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti.

4. Life space adalah formulasi ilmiah dari sederetan situasi yang selalu berulang tetapi overlaping.

BAB II

Page 4: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

PEMBAHASAN

A. Kajian teori

Berfikir adalah mengaitkan sesuatu dalam mencapai suatu arti. Dalam proses berpikir ini siswa dituntut

untuk dapat mengerti materi pelajaran yang diberikan guru kepadanya. Seorang guru yang profesional ia

dapat memahami kekognitifan siswa (kemampuan berpikir siswa) dengan tujuan agar siswa dapat

memusatkan perhatiannya, dan dapat menggali ingatannya dengan pengetahuan yang mereka miliki. 

Hal ini dapat dilakukan seorang guru dengan menghubungkan informasi kedalam struktur kognitif

berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki. Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses tersebut

sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada pemecahan masalah. Ini berarti belajar pemecahan

masalah harus dikemabngkan disekolah agar para siswa memiliki keterampilan bagaimana mereka

belajar yang sebenaranya. Melalui metode pemecahan masalah akan merangsang berpikir siswa dalam

pengertian luas mencakup proses mencari informasi, menggunakan informasi, memenfaatkan informasi

untuk pemecahan masalah lebih lanjut.

Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri. Orang yang memiliki kemapuan

kognitif tinggi ini akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam

dirinya sendiri; bagaimana ia memusatkan perhatian, bagaimana ia belajar, bagaimna menggali ingatan,

bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki yang merupakan suatu perangkat dalam menghadpi

problem. 

Dalam menghadapi problem orang dapat menggunakan berbagai strategi yang termasuk pengetahuan

prosedural. Dalam hal inilah seorang guru harus dapat memahami dan menerapkan kegiatan kognitif

tersebut.

Bruner berpendapat bahwa berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang

memberi arti. Mengingat bukan hanya mengutip kembeli informasi yang telah dimillikinya tapi juga

bahkan yang terpenting adalah mengkonstruksi kembali imajinasi. Ada dua tipe dasar kategorisasi yakni

identiti dan ekivalen. Identiti adalah dibentuk dari jumlah variasi yang berbeda mengenai obyek yang

sama yang ditempatkan dalam suatu barel intelektual. Ekivalen adalah perbedaan jenis dari obyek yang

ditempatkan dalam barel yang sama pula. Ekivalen terdiri dari tiga bentuk yakni efektif, fungsional dan

formal. Ekivalen efektif (seperti perasaan-emosi) terjadi jika obyek nyata atau proses disekitarnya

menimbulkan respon efektif yang sama pada seseorang. Kategori ekivalen formal timbul apabila

seseorang dengan sengaja menyebutkan hakekat suatu obyek.kategori formal sifatnya abstrak, verbal

atau simbolik.

Page 5: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

B. Pembahasan

Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia

belajar, hakekat pendidikan disamping teori belajar dan teori pengajaran. Penelitian Burner pada

pertengahan dan akhir tahun 1950-an membuat ia berpikir bahwa individu bukan seperti mesin yakni

mengasosiasikan respon khusus. Individu cenderung melakukan peran untuk mentransformasi belajarnya

kepada berbagai persoalan. Baginya individu bukan pasif dan bukan pula aktif tapi menjadi fungsionalis.

Dua hal yang penting yakni pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses aktif, manusia aktif

membangun pengetahuannya melalui hubungan informasi yang diperoleh kedalam frame psikologisnya.

Frame psikologis adalah internal model yang memberi arti dan organisasi yang teratur dalam

pengalaman individu. Karena itu setiap individu harus dihargai sebagai partisipan aktif dalam proses

memperoleh pengetahuannya. 

Piaget memandang bahwa proses berpikir merupakan aktivitasn gradual dari fungsi intelektual, yaitu

berpikir konkret menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental memberikan kemampuan baru

yang sebelumnya tidak ada. Organisasi berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses fisik dan

psikis dalam bentuk sistem yang koheren, sedangkan adaptasi adalah kemampuan seseorang dalam

menyesuaikan dengan lingkungan. Adaptasi terdiri atas dua macam proses komplementer, yaitu asimilasi

dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk

menghadapi masalah dalam lingkungannya, sedangkan akomodasi adalah proses perubahan respon

individu terhadap stimulasi.

Jadi, perkembangan kognitif atau kemampuan berfikir siswa tergantung pada akomodasi. Oleh karena

itu, siswa harus diberikan suatu areal yang belum diketahui, agar ia dapat belajar. Dengan adanya area

Page 6: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

baru ini siswa akan mengadakan usaha-usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah

yang akan mempermudah perkembangan kognitif atau kemampuan berpikir siswa. 

Sedangkan Bruner berpendapat bahwa ada tiga proses yang terlibat secara stimulan dalam proses

belajar yakni diperolenhya informasi baru, transformasi pengetahuan, pengkajian pengetahuan. Informasi

baru diperoleh melalui penghalusan pengetauan yang telah lebih dahulu ada atau dari hal-hal yang

bersifat itu yang bergerak kearah yang berbeda dengan informasi yang telah dimilikinya. Transformasi

pengetahuan dimaksudkan adalah manipulasi pengetahuan terhadap tugas-tugas baru yang

menyebabkan seseoarang melakukan interpolasi dan ekstrapolasi pengetahuannya. Sedangkan

pengkajian ilmu pengetahuan penilaian apakah cara manipulasi pengetahuan memadai atau tidak dalam

melaksanakan tugas-tugasnya. Penilaian dan pengkajian pengetahuan melibatkan semua pengetahuan

yang telah dimilikinya.

Pandangan Bruner terhadap belajar tersebut disebut belajar kognitif yang dipandangnya sebagai alat

konsepsi (instrumental conception). Pertumbuhan kognitif atau dapat pula disebut pendewasaan

intelektual adalah bertambhanya respon-respon yang terkarakterisasikan dari hakekat yang tergantung

dalam stimulasi. Pertumbuhan tersebut tergantung kepada kondisi internal dalam sistem penyimpanan

informasi atau frame psikologisnya.

Bruner juga memberikan pandangan mengenai sekolah dan pendidikan. Menurut pendapatnya sekolah

mempunyai peranan penting sebagai instrumen kebudayaan terutama dalam memperkuatketerampilan

intelektual. Oleh sebab itu tekanan utama pendidikan hendaknya diarahkan kepada keterampilan siswa

dalam menangani persoalan, melihat dan menangani objek/peristiwa/kejadian, kemampuan

mengoperasionalkan simbol-simbol khusus dalam hubungannya dengan teknologi. Dengan demikian

siswa sebagai manusia hendaknya memiliki kekuatan dan kemampuannya. Ia mengemukakan ada lima

tujuan pendidikan yang harus diterapkan guru yaitu:

1. Membawa siswa untuk menemukan nilai dan kemampuan dalam menduga permasalahan, pendekatan

terhadap masalah, serta merealisasikan aktivitas pemecahannya.

2. Mengembangkan kepercayaan diri siswa akan kemampuan memecahkan masalah dengan

menggunakan pikirannya sendiri. Untuk mengembangkan kepercayaan diri perlu mengembangkan

pemahaman dan transformasi pengetahuannya berdasarkan tanggungjawabnya.

3. Membantu siswa agar memilki dorongan diri untuk menggunakan kemampuannya dalam menghadapi

berbagai mata pelajaran. Siswa hendaknya diarahkan kepada bahan-bahan agar dapat dikuasainya

sehingga dapat mengidentifikasikan persoalan dari bahan-bahan tersebut. Siswa dihadapkan kepada

masalah-masalah praktis untuk menemukan persoalan, memecahkan sampai siswa dapat menemukan

Page 7: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

jawabannya dan mengenai benar tidaknya jawaban tersebut.

4. Mengembangkan cara berpikir ekonomis melalui pengembangan belajar yang mendorong mencari

relevasi dan struktur dari apa yang dipelajarinya.

5. Mengembangkan kejujuran intelektual yakni kesadaran menggunakan peralatan dan bahan-bahan dari

pengetahuan untuk menilai dan menguji suatu pemecahan masalah, gagasan dan dugaan-dugaannya. Ia

juga harus jujur dalam menghargai berbagai ilmu pengetahuan yang diperolehnya.

Pendidikan harus memberikan sumbangan terhadap kesadaran dan kemampuan siswa untuk

berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat serta mengajarkan nilai-nilai yang dianutnya. Pada

akhirnya Bruner menyimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan adalah melatih siswa dalam menggunakan

pikirannya, kekuatannya, kejujurannya, teknik-teknik yang dimilikinya dengan penuh kepercayaan diri.

Untuk itu tugas guru adalah mengembangkan model kerja bagaimana siswa berinteraksi dan dengan

siapa interaksi tersebut harus dilakukannya. Dalam interaksinya ia harus memiliki sikap yang positif

terhadap mata pelajaran dan terhadap belajar itu sendiri.

Dalam teori pengajaran kondisi dan karakteristik hendaknya melandasi atau dijadikan dasar dalam

mengembangkan proses pengajaran. Dengan demikian guru harus memandang siswa sebagai individu

yang aktif dan memiliki hasrat untuk mengetahui lingkungan dan dunianya bukan hanya semata-mata

makhluk pasif menerima apa adanya. Pengetahuan pada hakekatnya segala sesuatu yang diketahu

manusia mengenai dunia luar atau alam semesta. Oleh karenanya oengetahuan sifatnya netral dan

obyektif. Pengetahuan sebagaimana yang dipelajari disekolah harus diletakkan dalam konstruksi

kehidupan manusia, dapat dipelajari siswa dalam berbagai aktivitas perbuatannya. Oleh karenanya

pengajaran harus memungkinkan siswa belajar keterampilan memperoleh pengetahuan memecahkan

masalah dengan memberinya tantangan untuk mengembangkan keterampilan tersebut.

Bruner berpendapat bahwa teori pengajaran seorang guru harus mencakup lima aspek utama yaitu:

a. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.

b. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.

c. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.

d. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.

e. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.

Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.

Bruner melihat bahwa ada semacam kebutuhan untuk mengubah praktek mengajar sebagai proses

mendapatkan pengetahuan untuk membentuk pola-pola pemikiran siswa.

Bruner menyarankan pentingnya mengubah peranan, perhatian dan tujuan belajar siswa, mengubah

Page 8: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

keterampilan siswa kepada pengelolaan kemajuan intelektualnya. Pengajaran hendaknya

mengembangkan fungsi tersebut dan guru hendaknya berupaya membelajarkan siswa kearah itu.

Keefektifan belajar tidak hanya mempelajari bahan-bahan pengajaran tetapi juga belajar berbagai cara

bagaiman cara memperoleh informasi dan memecahkan masalah.oleh sebab itu, diskusi, problem solving

seminar akan memperkaya pengalaman siswa dan mempengaruhi cara belajar.

Menstruktur pengetahuan untuk pemahaman yang optimal.

Tujuan akhir dari pengajaran berbagai mata pelajaran adalah pemahaman terhadap struktur

pengetahuan. Mengerti struktur pengetahuan adalah memahami aspek-aspeknya dalam berbagai hal

dengan penuh pengertian. Tugas guru adalah memberi siswa pengertian tentang struktur pengetahuan

dengan berbagai cara sehingga mereka dapat membedakan informasi yang berarti dan yang tidak

berarti. 

Mengurutkan penyajian bahan pengajaran untuk dipelajari siswa.

Tugas penting dari guru adalah mengubah pengetahuan menjadi bentuk yang dapat menumbuhkan

kemampuan berpikir siswa. Bahan pengajaran hendaknya berhubungan, berurutan dan sesuai dan

sesuai dengan kemampuan siswa. Banyak gagasan, konsep, proporsi, prinsip dan persoalan dari

pengetahuan yang dapat disajikan kepada siswa secara sederhana sehingga dapat dipahami, dikenal

dan dikuasainya. Mengurutkan bahan pengajaran agar dapat dipelajari siswa hendaknya

mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:

1) Kecepatan belajar

2) Daya tahan untuk mengingat

3) Transfer bahwa yang telah dipelajari kepada situasi baru

4) Bentuk penyajian mengekspresikan bahan-bahan yang telah dipelajari

5) Apa yang telah dipelajaarinya mempunyai nilai ekonomis

6) Apa yang telah dipelajari memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan baru dan

menyusun hipotesis.

Sukses, gagal dan ganjaran, hukuman.

Peranan penguat dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal. Penguatan

sebaiknya dimulai untuk perbuatan yang ditujukan untuk pengulangan. Ada dua alternatif yang mungkin

dicapai siswa 

Manakala dihadapkan dengan tugas-tugas belajar yakni sukses dan gagal. Sedangkan dua alternatif

Page 9: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

yang digunakan untuk mendorong perbuatan belajar adalah ganjaran dan hukuman. Ganjaran dikaitkan

dengan keberhasilan (sukses) hukuman dikaitkan dengan kegagalan.

Prosedur Mendorong Berpikir.

Pengetahuan yang diperoleh seseorang antara lain dapat dilihat dalam berbagai bentuk misalnya

persepsi terhadap peristiwa, konsep-konsep yang diperolehnya. Proses mendapatkan pengetahuan

tersebut dapat ditempuh melalui dua langkah yakni menarik kesimpulan dan menguji hipotesis.

Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses tersebut sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada

pemecahan masalah. 

Berdasarkan pemikiran tersebut maka pengajaran hendaknya mengembangkan proses berpikir

pemecahan masalah baik dalam mendapatkan informasi, menggunakan informasi, menggunakan

informasi ataupun dalam memanfaatkan informasi yang diperolehnya bagi pemecahan masalah yang

dihadapinya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mendeskripsikan pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa dan

melihat perkembangan belajar selama satu semester maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Teori pengajaran yang mencakup lima aspek utama yaitu:

1. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.

2. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.

3. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.

4. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.

5. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.

Kelima aspek utama tersebut dapat membantu guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa dan

dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih efektif dan menyenangkan serta dapat

memotivasi siswa dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Page 10: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

B. Saran

Berikut ini saran-saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca pada umumnya, khususnya

kepada guru kelas diantaranya :

Agar suatu proses pembelajaran hasil yang optimal maka semua aspek dan komponen pembelajaran

harus diperhatikan dengan baik dan mendukung. Salah satunya yaitu memperhatikan dan mencakup lima

aspek utama yakni:

1. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.

2. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.

3. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.

4. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.

5. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.

Kelima aspek tersebut bila diterapkan dalam proses belajar mengajar maka akan dapat mempermudah

guru dalam mengajak siswa belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: Memahami Kemampuan Berpikir Siswa

Djaali, Haji. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 

Sudjana, Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.