analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam …
TRANSCRIPT
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA
BELAJAR PADA KELAS VIII SMP BATARA GOWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Matematika Fakultas Keguruan Dan
Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
RISKA
10536500215
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya
Belajar Pada kelas VIII SMP Batara Gowa”, ini ditulis oleh Riska
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
dibimbing oleh pembimbing I Alimuddin dan pembimbing II Ernawati.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif-
kualitatif, subjek penelitian adalah siswa kelas VIII sebanyak tiga orang.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penggunaan angket gaya
belajar, tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan, 1.
Kemampuan berpikir kritis subjek dengan gaya belajar Auditorial
berdasarkan lima indikator berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
satu, yaitu mampu memberikan penjelasan sederhana dan membangun
keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan,
begitupun dengan indikator memberikan penjelasan lanjut, indikator
mengatur strategi dan taktik dan menuliskan kesimpulan, sedangkan untuk
masalah dua berdasarkan lima indikator berpikir kritis mampu
memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar,
memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik dan
menuliskan kesimpulan, dengan ciri-ciri bahwa siswa dengan tipe gaya
belajar auditorial mampu menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar dan
berbicara sendiri saat bekerja yang menunjukkan kemampuannya dalam
mengolah informasi. 2. Subjek dengan gaya belajar visual dalam
menyelesaikan masalah satu sesuai dengan lima indikator berpikir kritis
yaitu mampu memberikan penjelasan sederhana dan membangun
keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan,
begitupun dengan indikator memberikan penjelasan lanjut, indikator
mengatur strategi dan taktik dan indikator menuliskan kesimpulan,
sedangkan masalah dua yaitu mengerjakan soal sesuai dengan dua dari
lima indikator soal berpikir kritis yaitu mampu memberikan penjelasan
sederhana dan membangun keterampilan dasar dengan menuliskan apa
yang diketahu dan ditanyakan pada soal, dengan ciri-ciri bahwa siswa
dengan tipe gaya belajar visual mengingat apa yang dilihat daripada apa
yang didengar dan mempunyai masalah mengingat intruksi verbal kecuali
ditulis, 3. Subjek dengan gaya belajar kinestetik dalam menyelesaikan
masalah satu dan dua yaitu dapat menyelesaikan soal berdasarkan dua dari
lima indikator berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan sederhana dan
membangun keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan pada soal , dengan ciri-ciri bahwa siswa dengan tipe gaya
belajar kinestetik tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama.
Kata Kunci : Kemampuan Berpikir Kritis, Pemecahan Masalah, Gaya
Belajar
KATA PENGANTAR
“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah Subhanahu Wata’ala
pencipta alam semesta penulis panjatkan kehadirat-Nya, semoga salawat dan
salam senantiasa tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga,
sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqamah untuk mencari Ridha-Nya
hingga di akhir zaman.
Skripsi dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Belajar Pada
Kelas VIII SMP Batara Gowa” diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berbekal dari kekuatan dan ridha dari Allah SWT semata, maka penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Tidak
sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, akan tetapi penulis sangat
menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan. Oleh sebab
itu hanya dari pertolongan Allah SWT, yang hadir lewat uluran tangan serta
dukungan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis menghaturkan terima kasih
yang tiada terhingga atas segala bantuan modal dan spritual yang diberikan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaan teristimewa dengan
segenap cinta dan hormat ananda haturkan kepada
Ayahanda Asir
dan
Ibunda Amo
atas pengorbanan, doa, cinta dan kasih sayang, yang tak pernah terputus, tercurah
sejak penulis berada dalam kandungan, detik ini hingga kapan pun. Berkat semua
ini penulis mampu mengarungi hidup dengan penuh semangat dan harapan untuk
menyongsong masa depan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan istimewa juga penulis sampaikan
kepada
Dr. Alimuddin. M.Si
dan
Ernawati, S.Pd., M.Pd.
selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam
memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan semangat kepada penulis sejak
penyusunan proposal hingga terselesainya skripsi ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-setingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Erwin Akib, S.Pd, M.Pd., Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas
Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Mukhlis, S.Pd,.M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Bapak Dr. Haerul Syam, M.Pd. dan ibu Mutmainnah S,Pd., M.Pd
selaku validator yang telah meluangkan waktunya untuk memeriksa dan
memberikan saran terhadap perbaikan instrumen penelitian.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik
mulai dari semester awal hingga penulis menyelesaikan studinya di
Perguruan Tinggi ini.
6. Ibu Yulianty, S.E Kepala SMP Batara Gowa yang telah memberikan izin
penulis mengadakan penelitian sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Hasna, S.Pd. Selaku guru bidang studi Matematika SMP Batara Gowa
yang telah membantu penulis selama mengadakan penelitian tersebut.
8. Siswa-siswi SMP Batara Gowakhususnya Kelas VIII atas kerjasama,
motivasi serta semangatnya dalam mengikuti pelajaran.
9. Saudara – saudaraku tersayang Reski dan Riswan yang selalu menjadi
motivasi untuk menjadi yang lebih baik.
10. Sahabat-sahabatku Novianti Kadir dan Wildayati atas segala bantuan dan
kebersamaannya selama ini dalam suka dan duka.
11. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa matematika ’015’, khususnya kelas A
yang tak sempat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan
kebersamaannya selama ini.
Terlalu banyak orang yang berjasa dan mempunyai andil kepada penulis
selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, sehingga
tidak akan muat bila dicantumkan dan dituturkan semuanya dalam ruang yang
terbatas ini, kepada mereka semua tanpa terkecuali penulis ucapkan terima kasih
yang teramat dalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Selain itu, penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-
dalamnya jika penulis telah banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik
dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku, semenjak penulis menginjakkan kaki
pertama kali di Universitas Muhammadiyah Makassar hingga selesainya studi
penulis. Semua itu adalah murni dari penulis sebagai manusia biasa yang tak
pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan. Adapun mengenai kebaikan-kebaikan
penulis, itu semata-mata datangnya dari Allah SWT, karena segala kesempurnaan
hanyalah milik-Nya.
Akhirnya, sebagai penutup penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, ”Manusia adalah kejadian sempurna, tetapi kebanyakan dari
perbuatannya adalah tidak sempurna”, oleh karena itu penulis masih serta-merta
mengharapkan kritikan demi pengembangan wawasan penulis kedepannya.
Penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga kesemuanya ini dapat bernilai
ibadah di sisi-Nya, Amin!
Billahi Taufiq Walhidayah
Wassalamu Alaikum Wr. Wb
Makassar, 2020
Penulis
RISKA
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.... ......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................iii
SURAT PERNYATAAN.....................................................................................iv
SURAT PERJANJIAN........................................................................................v
MOTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR......................................................................................viii
DAFTAR ISI........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... ......1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ ......5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian......................................................................................5
E. Penegasan Istilah........................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori ..................................................................................... .....7
1. Analisis..........................................................................................7
2. Kemampuan Berpikir Kritis...........................................................9
3. Indikator Berpikir Kritis................................................................10
B. Pemecahan Masal......................................................................................10
1. Kemampuan Pemecahan Masalah...............................................10
2. Pemecahan Masalah Matematika................................................11
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika...........................12
C. Gaya Belajar ........................................................................................ ..15
1. Gaya Belajar Visual.....................................................................16
2. Gaya Belajar Auditorial...............................................................16
3. Gaya Belajar Kinestetik...............................................................17
D. Kaitan Antara Berpikir Kritis, Pemecahan Masalah dan Gaya Belajar...18
1. Kaitan Antara Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah..............18
2. Kaitan Antara Gaya Belajar dengan Berpikir Kritis....................20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Tempat Penelitian....................................................................21
B. Subjek dan Sumber Data.........................................................................21
C. Instrumen Penelitian............................................................................. ..22
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................24
E. Teknik Analisis Data...............................................................................24
F. Rencana Pengujian Keabsahan Data.......................................................25
G. Prosedur
Penelitian.................................................................................................27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian.................................................................................................28
B. Pembahasan.............................................................................................46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..............................................................................................48
B. Saran........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Johnson dalam Russefendi (1972) Matematika adalah unsur-unsur
yang tidak didefinisikan, defenisi, aksioma, dan dalil-dalil dimana argumen
setelah terbukti valid pada umumnya, karena matematika ini sering disebut
ilmu deduktif. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang menjadi
dasar perkembangan pengetahuan. Kedudukannya sebagai ratu bagi ilmu
pengetahuan lain, sekaligus berfungsi melayani ilmu pengetahuan yang lain.
Matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu
ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam
pengembangan dan oprasionalnya. Sementara itu, matematika menurut
Johnson dan Rising, sebagaimana dikutip oleh Suherman, dkk (1999: 17),
adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, dan pembuktian yang logis.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, matematika merupakan
suatu ilmu tentang logika, objek-objek abstrak, konsep-konsep yang saling
berhubungan satu sama lain yang penalarannya secara deduktif. Sebagai
ilmu pengetahuan, ilmu matematika perlu diajarkan kepada manusia agar
mempermudah dalam melaksanakan setiap aktivitasnya. Selain itu juga
sebagai langkah mengembangkan matematika sebagai ilmu pengetahuan.
Pengajaran ini tentunya dilakukan melalui pendidikan formal yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari manusia. Kebutuhan akan
pemahaman dan penggunaan matematika dalam kehidupan setiap hari
maupun di dunia kerja semakin besar dan terus bertambah. Oleh karena
itu, pembelajaran matematika di sekolah diharapkan dapat memberikan
semua siswa kesempatan untuk memahami matematika dan membantu
siswa dalam mengembangkan pengetahuan matematis yang mengarahkan
siswa untuk memecahkan masalah dan mengeksplor ide-ide baru, di dalam
dan di luar kelas. Pemecahan masalah matematika memainkan peranan
penting di sekolah, di mana kemampuan ini merupakan kemampuan yang
menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah matematika secara cepat
dan cermat.
Menurut Asikin (2012: 23), belajar matematika di sekolah memiliki
beberapa tujuan yaitu: (1) mengorganisasikan logika penalaran siswa dan
membangun kepribadiannya, dan (2) membuat siswa agar mampu
memecahkan masalah matematika dan mengaplikasikan matematika.
Sementara itu, National Council of Teachers of Mathematics sebagaimana
dikutip oleh Effendi (2012: 2), menetapkan lima standar kemampuan
matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan
penalaran, dan kemampuan representasi. Ollerton, sebagaimana dikutip
oleh Ellison (2009: 16), menyatakan bahwa kemampuan pemecahan
masalah merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran mandiri
dan membantu berpindah dari pengajaran yang bersifat mendidik. Semakin
banyak siswa belajar secara mandiri, maka semakin efektif pula mereka
menjadi seorang pelajar.
Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri Batara Gowa Pada
bulan Oktober 2019, kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan
masalah di SMP Batara Gowa ini masih kurang. Hal ini terlihat dari
banyaknya siswa yang masih menggunakan rumus cepat dalam
menyelesaikan masalah matematika. Tidak hanya itu, beberapa siswa
terlihat belum mampu memahami masalah saat mengerjakan masalah
matematika yang diberikan oleh guru. Hedges dan Kurniasih (2010; 23-24)
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara pemecahan masalah dan
berpikir kritis. Dalam setiap tahap pemecahan masalah membutuhkan
kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas VIII SMP Batara Gowa masih
tergolong kurang dalam menyelesaikan soal tes berpikir kritis.
Sejalan dengan pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam
matematika, maka perlu adanya pengajaran matematika yang dikemas
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengalaman bagi siswa untuk
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
mereka. Pendidik tentunya juga harus mengusahakan pembelajaran yang
dapat membantu siswa untuk berusaha mencari pemecahan masalah dan
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Salah satunya
yaitu dengan menerapkan pembelajaran berpikir kritis. Pemecahan
masalah menjadi penting dalam tujuan pendidikan matematika disebabkan
karena dalam kehidupan sehari-hari manusia memang tidak pernah dapat
lepas dari masalah. Aktivitas memecahkan masalah dapat dianggap suatu
aktivitas dasar manusia. Masalah harus dicari jalan keluarnya oleh manusia
itu sendiri, jika tidak mau dikalahkan oleh kehidupan.
Berpikir adalah sebuah proses yang terorganisasi yang
memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang
mendasari pernyataan orang lain Menurut Paul dan Elger (2002), berpikir
kritis adalah cara berpikir tentang masalah apapun dimana pemikir
dikatakan berkualitas baik apabila dapat berpikir lebih dari standar
intelektualnya. Definisi berpikir kritis yang dikemukakan oleh Robert
Ennis, salah satu ahli yang sudah terkenal bagi perkembangan tradisi
berpikir kritis. Definisi yang dikemukakan oleh Ennis (dalam fisher, 2008,
hal 4) bahwa berpikir kritis adalah pemikir yang masuk akal dan reflektif
yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan.
Gaya belajar merupakan salah satu variabel yang penting dan
menyangkut dengan cara siswa memahami pelajaran di sekolah khususnya
pelajaran matematika. Gaya belajar tiap-tiap siswa tentunya berbeda satu
sama lain. Oleh karena gaya belajar siswa yang berbeda, maka sangat
penting bagi guru untuk menganalisis gaya belajar muridnya sehingga
diperoleh informasi-informasi yang dapat membantu guru untuk lebih peka
dalam memahami perbedaan di dalam kelas dan dapat melaksanakan
pembelajaran yang bermakna. ada. Hal ini berkaitan dengan diperolehnya
informasi-informasi yang dapat membantu guru untuk lebih peka dalam
memahami perbedaan didalam kelas dan dapat melaksanakan
pembelajaran yang bermakna. Menurut Prashning (Sari, 2014) penyerapan
informasi bergantung pada cara orang mengusahakannya. Dengan
memberi intruksi kepada anak-anak melalui kekuatan gaya belajarnya,
akan terlihat suatu perubahan sikap yang cepat dan keberhasilan yang
tinggi. Dalam hal ini, penting bagi guru untuk menganalisis gaya belajar
siswanya agar dapat melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
siswa. Ini berarti bahwa siswa memiliki pengalaman nyata, kemudian
mengamati lalu merefleksikannya dari berbagai sudut pandang, kemudian
membentuk konsep abstrak dan menggeneralisasikan ke dalam teori-teori
dan akhirnya secara aktif mengalami teori-teori tersebut dan menguji apa
yang telah mereka pelajari pada sistuasi yang kompleks. Deporter dan
Hernacki menggolongkan gaya belajar kedalam tiga tipe yaitu gaya belajar
tipe Ayditorial, tipe Visual, tipe kinestetik.
Kemampuan pemecahan masalah yang masih kurang perlu dikaji
lebih lanjut. Terutama jika dilihat dari segi gaya belajar siswa yang
berbeda. Untuk itulah perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai
“Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pemecahan
Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Belajar Pada Kelas VIII
SMP Batara Gowa. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian yang
mendalam mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan
masalah matematika ditinjau dari gaya belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka adapun rumusan masalahnya yaitu:
Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan
masalah matematika ditinjau dari gaya belajar pada kelas VIII SMP
Batara Gowa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian,
yaitu:
Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pemecahan masalah matematika ditinjau dari gaya belajar pada kelas VIII
SMP Batara Gowa.
D. Manfaaat Penelitian
Kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah
matematika ditinjau dari gaya belajar diharapkan dapat memberi manfaat
untuk semua praktisi pendidikan. Berikut merupakan kegunaan penelitian
secara teoritis dan praktis, diantaranya:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi sumbangsih bagi
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan terkait kemampuan
berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika ditinjau dari
gaya belajar.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada guru tentang
kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari gaya belajar. Dengan
mengetahui hal tersebut, selanjutnya guru diharapkan mampu
menggunakan strategi balajar apa yang harus digunakan dan alat
pendukung apa yang harus disiapkan agar pembelajaran berlangsung
sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa terkait apa
gaya belajar mereka dan sejauh mana kemampuan berpikir kritis mereka
dalam pemecahan masalah matematika, diharapkan mereka bisa
melakukan evaluasi terhadap diri sendiri.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan (pengetahuan) terkait
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika
ditinjau dari gaya belajar mereka.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan salah penafsiran, berikut ini adalah
beberapa istilah khusus yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut.
1. Analisis
Analisis adalah suatu sebuah proses untuk memecahkan sesuatu
kedalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain.
2. Berpikir kritis
Berfikir kritis adalah pemikir yang masuk akal dan reflektif yang
berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan.
Ennis mengidentifikasi 12 indikator berfikir kritis yang dikolompokkannya
menjadi dalam 5 besar yaitu, memberikan penjelasan sederhana,
membangun keterampilan dasar, memberikan penjelasan lanjut, mengatur
strategi dan taktik, menuliskan kesimpulan
3. Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah adalah pemahaman kognitif
mengurai dan menjelaskan segala ide, informasi dengan proses berfikir
yang dimiliki seseorang ketika menyelesaikan suatu masalah.
4. Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah matematika merupakan suatu aktivitas untuk
mencari penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapi dengan
menggunakan semua bekal pengetahuan matematika yang dimiliki.
5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Kemampuan pemecahan masalah dalam hal ini adalah
kesanggupan siswa dalam memecahkan masalah matematika.
6. Gaya Belajar
Gaya belajar adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukan
cara belajar seseorang yang paling disukai. Gaya belajar Visual yaitu gaya
belajar dimana seseorang merasa paling baik dengan melihat,
memperhatikan, dan mengamati benda-benda yang dipelajarinya.
Gaya belajar Auditorial yaitu gaya belajar dimana seseorang
merasa paling baik belajar dari suara denagn bercerita (mempresentasiakn
sesuatu), berdiskusi, dan mengemukakan pendapat. Gaya belajar kinestetik
mengandalkan kepada sentuhan seperti gerak dan emosi untuk dapat
mengingat sesuatu.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Analisis
Menurut Rangkuti F (2016: 30) analisis adalah kegiatan memahami
seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus untuk mengetahui
permasalahan apa yang sedang terjadi, lalu memutuskan tindakan apa yang
harus segera dilakukan untuk memperoleh penyelesaian atau pemecahan
masalah. Gorys keraf (2007) menyatakan analisis adalah sebuah proses
untuk memecahkan sesuatu kedalam bagian-bagian yang saling berkaitan
satu sama lain.
Menurut Komaruddin (2015: 53) menyatakan bahwa analisis
adalah suatu kegiatan berfikir untuk mengurangi suatu keseluruhan
menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda setiap
komponen. Kriyantono (2012: 251) menyatakan bahwa analisis adalah
suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi
yang terbuka dari komunikator yang dipilih.
Metode yang digunakan bertujuan untuk mempermudah peneliti
lapangan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk catatan-catatan
lapangan yang ditulis tangan, didekte, atau rekaman-rekaman audio
tentang peristiwa di lapangan. Para peneliti kualitatif biasanya akan
menyajikan hasil informasi dalam bentuk teks naratif berupa catatan
lapangan tertulis.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini analisis adalah
sebuah proses untuk memecahkan sesuatu kedalam bagian-bagian yang
saling berkaitan satu sama lain.
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Definisi berfikir kritis yang dikemukakan oleh Robert Ennis, salah
satu ahli yang sudah terkenal bagi perkembangan tradisi berfikir kritis.
Definisi yang dikemukakan oleh Ennis (dalam fisher, 2008, hal 4) bahwa
berfikir kritis adalah pemikir yang masuk akal dan reflektif yang berfokus
untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan. Berfikir kritis
dapat dicapai dengan lebih mudah apabila seseorang itu mempunyai di
disposisi dan kemampuan yang dianggap sebagai sifat dan karakteristik
pemikir yang kritis. Seseorang yang berfikir kritis memiliki karakter
khusus yang dapat diidentifikasi dengan melihat bagaimana seseorang
menyikapi suatu masalah informasi atau argument karakter-karakter
tersebut tampak pada kebiasaan bertindak, beragument dan memanfaatkan
intelektual dan pengetahuannya.
Ennis (1996) menguraikan elemen dasar dalam berfikir kritis , yaitu
FRISCO (focus, reasons, inference, situation, clarity, and overview).
Fokus adalah memperhatikn atau menggambarkan situasi, isu-isu,
pertanyaan, masalah, atau hal-hal utama atau penting. Tanpa fokus akan
memakan waktu yang lama. Reasons (bernalar) adalah upaya mendapatkan
ide-ide yang cukup baik berdasarkan pertimbangan masuk akal. Inference
(menyimpulkan) adalah memberikan pertimbangan apakah alasan yang
ada dapat mendukung kesimpulan, dapat diterima dan seberapa kuat.
Situation (situasi) adalah suatu keadaan yang melibatkan orang-orang dan
tujuan-tujuannya, sejarah, pengetahuan, emosi, praduga-praduga,
keanggotaaan, dan keinginan/kepentingan-kepentingan. Ketika berfikir
difokuskan pada keyakinan dan keputusan, hal ini menempatkan suatu
situasi yang signifikan dan menyediakan beberapa aturan-aturan atau
ketentuan-ketentuan. Clarity (kejelasan) adalah suatu keadaan yang dapat
dimengerti dengan mudah dan tidak terdapat kekacauan/ kerumitan,
misalkan dalam menulis atau berbicara. Overview (peninjauan) adalah
memeriksa secara menyeluruh apa yang sudah ditemukan, diputuskan,
dipertimbangkan, dipelajari, dan disimpulkan.
3. Indikator Berpikir Kritis
Menurut Ennis indikator kemampuan berfikir kritis dapat
diturunkan dari aktivitas kritis siswa meliputi: a) mencari pernyataan yang
jelas dari pertanyaan; b) mencari alasan; c) berusaha mengetahui informasi
dengan baik; d) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan
menyebutkannya; e) memerhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan;
f) berusaha tetap relevan dengan ide utama; g) mengingat kepentingan
yang asli dan mendasar; h) mencari alternatif; i) bersikap dan berfikir
terbuka; j) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk
melakukan sesuatu; k) mencari penjelasan sebanyak mungkin; l) bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah.
Selanjutnya Ennis mengidentifikasi 12 indikator berfikir kritis yang
dikolompokkannya menjadi dalam 5 besar sebagai berikut:
1. Memberikan penjelasan sederhana
2. Membangun keterampilan dasar
3. Memberikan penjelasan lanjut
4. Mengatur Strategi dan taktik
5. Menuliskan kesimpulan
B. Pemecahan Masalah
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,
sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1989: 552-553). Kemampuan berarti kapasitas seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan, (Stephen P. Robbins &
Timonthy A. Judge, 2009: 57). Menurut Dahar yang dikutip oleh
Sundayana R (2016), mengemukakan bahwa pemecahan masalah
merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep
dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya.
Menurut Conney yang dikutip oleh Risnawati (2008) mengajarkan
penyelesaian masalah kepada siswa, memungkinkan siswa itu lebih
analitik dalam mengambil keputusan dalam hidupnya. Untuk
menyelesaikan masalah seseorang harus menguasai hal-hal yang telah
dipelajari sebelumnya dan kemudian menggunakan dalam situasi baru.
Karena itu masalah yang disajikan kepada peserta didik harus sesuai
dengan kemampuan dan kesiapannya serta proses penyelesaiannya tidak
dapat dengan prosedur rutin.
Menurut Ollerton, sebagaimana dikutip oleh Ellison (2009: 16),
menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu
aspek penting dalam pembelajaran mandiri dan membantu berpindah dari
pengajaran yang bersifat mendidik. Menurut Kennedy yang dikutip
Mulyono Abdurrahman (2009) menyarankan “empat langkah proses
pemecahan masalah, yaitu: memahami masalah, merancang pemecahan
masalah, melaksanakan pemecahan masalah, dan memeriksa kembali”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah adalah pemahaman kognitif mengurai dan
menjelaskan segala ide, informasi dengan proses berfikir yang dimiliki
seseorang ketika menyelesaikan suatu masalah.
2. Pemecahan Masalah Matematika
Masalah bagi seseorang belum tentu menjadi masalah bagi orang lain.
Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan bahwa orang lain tersebut
pernah mendapati dan memecahkan masalah seperti seseorang tersebut.
Menurut Newell dan Simon, sebagaimana dikutip oleh Darminto (2010:
24), masalah adalah suatu situasi dimana individu ingin melakukan sesuatu
tetapi tidak tahu cara atau tindakan yang diperlukan untuk memperoleh
apa yang dia inginkan.
Polya (1973: 154-155) menjelaskan masalah matematika dalam dua
jenis, yaitu masalah mencari (problem to find) dan masalah membuktikan
(problem to prove). Masalah mencari yaitu masalah yang bertujuan untuk
mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai objek tertentu yang tidak
diketahui dalam soal dan memberi kondisi yang sesuai. Sedangkan
masalah membuktikan yaitu masalah dengan suatu prosedur untuk
menentukan suatu pernyataan benar atau tidak benar. Pemecahan masalah
adalah salah satu tugas hidup yang harus dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari dengan rentangan kesulitan mulai dari yang paling sederhana hingga
yang paling kompleks (Mohamad Surya 2016: 137).
Menurut Goldstein dan Levin sebagaimana dikutip oleh Rosdiana &
Misu (2013: 2), pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses
kognitif tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari
keterampilan rutin atau dasar. Siswa yang belajar pemecahan masalah
dapat membangun pemahaman matematika mereka sendiri bukan hanya
sekedar menghapal aturan tanpa memahami. Pada saat memecahkan
masalah matematika, siswa dihadapkan dengan beberapa tantagan seperti
kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan karena masalah yang
dihadapi bukanlah masalah yang pernah dihadapi siswa sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemecahan masalah matematika adalah suatu aktivitas untuk mencari
penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapi dengan
menggunakan semua bekal pengetahuan matematika yang dimiliki.\
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Menurut Yuwono, A (2010: 35), menyatakan bahwa sesuatu disebut
masalah bagi siswa jika pertanyaan yang dihadapkan kepada peserta didik
harus dapat dimengerti oleh peserta didik tersebut, namun pertanyaan itu
harus merupakan tantangan baginya untuk menjawab.
Menurut Saad & Ghani (2008: 119), masalah matematika didefinisikan
sebagai situasi yang memiliki tujuan yang jelas tetapi berhadapan dengan
halangan akibat kurangnya algoritma yang diketahui untuk
menguraikannya agar memperoleh sebuah solusi. Siswono (2008)
menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah usaha individu untuk
memberikan tanggapan serta memberikan solusi ketika dihadapkan pada
suatu persoalan yang belum jelas.
Berpikir mengenai pemecahan masalah dapat membantu dalam dua
alasan. Pertama, penekanan kesinambungan proses pemecahan masalah
dengan cara kita bergerak dari keadaan awal hingga keadaan akhir dapat
dirumuskan secara lebih jelas. Kedua, berpikir mengenai pemecahan
masalh merupakan suatu proses perubahan dari suatu keadaan pada
keadaan lain yang dapat membantu kita memahami bahwa setiap masalah
yang kita hadapi dapat dipecahkan dengan menggunakan strategi yang
bersifat umum. Meskipun hampir setiap orang dewasa memiliki beberapa
bentuk strategi pemecahan masalah, dalam kenyataannya tidak semua
pemecahan masalah memiliki kesamaan.
Menurut Sumarmo Utari (2018: 43), pada dasarnya kemampuan
pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kemampuan
matematis yang penting dan perlu dikuasai oleh siswa yang belajar
matematika. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
ditekankan pada berfikir tentang cara memecahkan masalah dan
memproses informasi matematika. Kemampuan pemecahan masalah
matematis yang baik juga berpengaruh kepada hasil belajar matematika
untuk menjadi lebih baik dan juga merupakan tujuan umum pengajaran
matematika, karena kemampuan pemecahan masalah matematis dapat
membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa juga menyebabkan proses belajar mengajar
matematika itu tidak mencapai tujuan hasil belajar yang diharapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika dalam hal ini adalah
kesanggupan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Selanjutnya
dalam penelitian ini akan digunakan pemecahan masalah menurut Polya
yang meliputi memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah,
melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil yang
diperoleh.
Menurut Polya empat langkah pemecahan masalah dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Memahami masalah (understand the problem)
Dalam tahap ini, permasalahan dibaca berulang-ulang untuk dapat
meyakini kebenaran masalah, sehingga dapat menemukan beberapa hal
yang diketahui atau tidak diketahui dan mengetahui hubungan kedua
hal tersebut.
b. Membuat rencana pemecahan masalah (make a plan)
Pemahaman masalah sangat berpengaruh dalam langkah membuat
rencana pemecahan masalah. Pemahaman tersebut digunakan untuk
menentukan aturan yang akan digunakan. Maka pada langkah ini, akan
diperoleh rumus dan unsur yang akan digunakan dalam pemecahan
masalah.
c. Melaksanakan rencana (carry out our plan)
Dalam tahap ini, pelaksanaan rencana pemecahan yang tertuang
pada tahap ke-dua, dengan menggunakan rumus dan unsur yang sudah
diperoleh. Hasil dari langkah ini adalah solusi masalah.
d. Memeriksa kembali jawaban (look back at the completed solution)
Setiap jawaban diperiksa kembali untuk memastikan kebenaran
jawaban dan meninjau ulang apakah solusi sesuai dengan
permasalahan.
C. Gaya Belajar
Kemampuan setiap orang menyerap pelajaran berbeada satu
dengan yang lainnya. Ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang
lambat. Salah satu hal yang mempengaruhi adalah cara mereka dalam
memahami dan menangkap informasi yang berbeda-beda. Ada yang
nyaman belajar dengan suasana sepi dan ada yang nyaman belajar dengan
mendengarkan musik. Rasa nyaman dalam belajar ini disebut dengan gaya
belajar.
Ada beberapa pendapat tentang definisi gaya belajar. Beberapa
pendapat tersebut sebagai berikut.
(1) Brown dalam Gilakjani (2012 : 105), gaya belajar adalah dimana
keadaan seseorang mengerti dan memproses informasi dalam
pembelajaran.
(2) Kemp dalam Halim (2012 : 149) menyatakan bahwa gaya belajar
adalah cara mengenali berbagai metode belajar yang disukai yang
mungkin lebih efektif bagi siswa tersebut.
(3) Deporter (2007 : 110) gaya belajar adalah cara seseorang mempelajari
informasi baru.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
gaya belajar merupakan cara seseorang untuk mendapatkan informasi
dengan mudah dan nyaman. Menurut Deporter dan Hernacki (2007)
seseorang dapat mempunyai tiga jenis gaya belajar yaitu gaya belajar
visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik yang biasa
disebut dengan gaya belajar tipe V-A-K. Gaya belajar V-A-K adalah gaya
belajar yang sering digunakan dalam dunia pendidikan khususnya sekolah
menegah. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya
belajar siswa secara nyata dan lebih mudah dalam mengobservasi subyek
penelitian.
Gaya belajar yang berbeda akan menunjukan karakteristik yang
berbeda. Secara umum, ciri-ciri yang cenderung ditunjukan oleh seseorang
dengan gaya belajar tertentu menurut Deporter dan Hernacki sebagai
berikut.
1. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual yaitu gaya belajar dimana seseorang merasa
paling baik dengan melihat, memperhatikan, dan mengamati benda-benda
yang dipelajarinya. Menurut Felder and Henriques, sebagaimana dikutip
Abidin et al. (2011), pelajar Visual adalah mereka yang memilih untuk
untuk menerima informasi dalam bentuk gambar, diagram, film, dan
dokumentasi. Terkadan siswa dengan gaya belajar Visual lebih menyukai
duduk didepan kelas dan mencatat deskripsi materi yang disajikan
(Gilakjani, 2012).
Menurut Depotter dan Hernacky (2000: 116-117), ciri-ciri orang
mempunyai gaya belajar visual sebagai berikut.
1) rapi dan teratur
2) berbicar dengan cepat
3) mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
4) biasanya tidak terganggu oleh keributan
5) mempunyai masalah mengingat instruksi verbal kecuali ditulis
6) pembaca cepat dan tekun
7) lebih suka membaca daripada dibacakan
8) sering menjawab pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak
9) lebih suka berdemonstrasi daripada berpidato
10) lebih suka seni daripada musik
11) tidak panadi memilih kata-kata ketika berbicara
12) teliti terhadap detail
13) mementingkan penampilan
2. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial yaitu gaya belajar dimana seseorang merasa
paling baik belajar dari suara dengan bercerita (mempresentasiakn
sesuatu), berdiskusi, dan mengemukakan pendapat. Seperti penuturan
Gilakjani (2012), siswa dengan gaya belajar auditorial menemukan
informasi melalui mendengarkan dan menafsirkan informasi dari lapangan.
Biasanya siswa dengan gaya belajar ini mendapatkan pengetahuan dengan
cara membaca dengan keras dan diperkirakan kurang memiliki
pemahaman penuh dari informasi yang tertulis.
Menurut Deporter dan Henacky (2000: 117), ciri-ciri orang yang
mempunyai gaya belajar auditorial sebagai berikut.
1. berbicara pada diri sendiri ketika bekerja
2. mudah terganggu oleh keributan
3. menggerakkan bibir ketika membaca
4. senang membaca keras dan mendengarkan
5. dapat meniru nada dan berirama
6. baik dalam bercerita dan menjelaskan, namun kesulitan dalam menulis
7. irama berbicaranya berpola
8. lebih suka musik daripada seni
9. bermasalah dengan kegiatan yang berkaitan dengan Visualisasi
10. tidak suka membaca, suka berbicara, berdiskusi dan dapat
menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar, dan
11. pembicara yang fasih
3. Gaya belajar kinestetik
Gaya belajar kinestetik mengandalkan kepada sentuhan seperti
gerak dan emosi untuk dapat mengingat suatu informasi. Menurut
Deporter dan Henacky (2000: 117), ciri-ciri orang yang mempunyai gaya
belajar kinestik sebagai berikut.
1. berbicara dengan perlahan
2. menaggapi perhatian fisik
3. berdiri dekat dengan lawan bicaranya
4. banyak menggunakan isyarat tubuh
5. belajar dengan memanipulasi dan praktik
6. menghafal dengan cara berjalan dan melihat
7. menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
8. tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama
9. tidak dapat mengingat geografi kecuali pernah berada ditempat tersebut
10. menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
11. tulisannya jelek
12. suka menyibukkan diri
D. Kaitan Antara Berpikir Kritis, Pemecahan Masalah, dan Gaya Belajar
1. Kaitan Antara Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah mempunyai keterkaitan dengan berpikir kritis.
Hal ini sesuai dengan pendapat Spliter (1991) bahwa berpikir kritis
diperlukan dalam pemecahan masalah karena dalam pemecahan masalah,
berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja
serta membantu menemukan keterkaitan faktor yang satu dengan yang
lainnya secara lebih akurat. Siswa yang kritis dalam pembelajaran
matematika akan terbantu dalam memecahkan masalah matematika.
Begitu pula, seorang siswa yang biasa menyelesaikan masalah matematika
akan cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis.
Berpikir kritis tidak hanya berpikir secara analitis, tetapi juga
berpikir secara berbeda. Berpikir kritis mencakup analisis secara kritis
untuk memecahkan masalah. Analisis kritis berguna tidak hanya untuk
menganalisis masalah, tetapi juga membantu menemukan cara untuk
menemukan akar masalah. Dengan menemukan akar masalah, berarti
siswa memahami masalah dengan baik, ini merupakan syarat penting
untuk memecahkan masalah. Selain itu, berpikir kritis juga secara
sistematis menganalisis sebuah informasi menggunakan pendekatan yang
terorganisir berdasarkan logika untuk menguji keandalan dari sebuah
informasi, tidak hanya menerima begitu saja cara mengerjakan sesuatu
hanya karena selama ini begitu cara mengerjakannya dan menganggap
suatu pernyataan benar hanya karena orang lain membenarkannya.
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa berpikir kritis erat
kaitannya dengan pemecahan masalah matematika. Hal ini selaras dengan
pendapat Muhibbin Syah (2014), bahwa berpikir kritis adalah perwujudan
perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah.
Maksudnya berpikir kritis sering muncul setelah seseorang menemui
masalah. Dalam berpikir kritis siswa dituntut untuk menggunakan strategi
kognitif yang tepat untuk menguji keadaan gagasan pemecahan masalah.
Wayne A. Wickelgren (1974 : 16) menyatakan bahwa bagian dari masalah
dapat diubah hanya dengan mengaplikasikan sebuah operasi kesatu atau
lebih pernyataan untuk menghasilkan pernyataan yang baru.
Pemecahan masalah adalah proses penerimaan masalah sebagai
tantangan untuk menyelesaikannya. Huitt mengklasifikasikan teknik yang
digunakan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
kedalam dua kelompok secara kasar, terkait dengan dikotomi
kritikal/kreativitas. Kelompok pertama cenderung lebih linear dan serial,
lebih terstruktur, lebih rasional dan analitik, dan lebih berorientasi
ketujuan; teknik ini sering dipandang sebagai bagian dari latihan berpikir
kritis. Kelompok kedua cenderung lebih holistik dan paralel, lebih
emosional dan intuitif, lebih kreatif, dan lebih aktual/kinestetik; teknik ini
sering dipandang sebagai bagian dari latihan berpikir kreatif. Suatu strategi
untuk memecahkan masalah menurut Polya terdiri dari 4 langkah, yaitu:
(a) memahami masalah, (b) membuat rencana, (c) melaksanakan rencana,
dan (d) melihat kembali.
Memahami masalah adalah menemukan dengan tepat apa
masalahnya. Ini melibatkan tindakan menemukan informasi yang relevan
dengan masalah itu dan memisahkan elemen yang tidak relevan. Setelah
itu siswa harus mampu menyusun rencana pemecahan masalah.
Kemampuan fase kedua ini sangat bergantung pada pengalaman siswa
dalam memecahkan masalah. Membuat rencana atau merencanakan
solusinya berkaitan dengan strategi umum untuk mengatasi masalah.
Berikutnya yaitu upaya menemukan solusi aktual untuk masalahnya. Pada
langkah kedua, maka siswa telah melahirkan rencana yang tepat dalam
kaitannya dengan algoritma mana yang akan digunakan. Langkah ini
bersifat langsung dan hanya melibatkan penerapan algoritma yang dipilih
saja. Langkah terakhir berkaitan dengan evaluasi hasil, yaitu memeriksa
jawabannya.
Sehingga disimpulkan bahwa pemecahan masalah dalam
matematika adalah suatu aktivitas untuk mencari solusi dari masalah
matematika yang dihadapi dengan menggunakan secara integratif semua
bekal pengetahuan matematika yang sudah dimiliki. Dalam penelitian ini,
dilakukan analisis kemampuan berpikir kritis siswa dengan menelusuri
kemampuan berpikir kritis siswa yang terintegrasi dalam pemecahan
masalah matematika yang melibatkan siswa secara aktif dan
mengaitkannya dengan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis
dan tahap pemecahan masalah matematika menurut Polya.
2. Kaitan Antara Gaya Belajar Dengan Berpikir Kritis
Gaya belajar mempunyai keterkaitan dengan berpikir kritis. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiffani yang menyatakan
bahwa gaya belajar mempengaruhi proses berpikir siswa (Tiffani, 2015).
Jika proses berpikir dipengaruhi oleh gaya belajar, maka proses berpikir
kritis juga pasti dipengaruhi oleh gaya belajar (Amir, 2015). Ada
hubungan yang positif atau saling mempengaruhi antara berpikir kritis dan
gaya belajar siswa. Artikel yang ditulis oleh Ghofur dan kawan-kawannya
juga menyatakan bahwa pencapaian berpikir kritis seseorang tidak hanya
bisa dicapai dengan penggunaan metode yang sesuai tetapi juga harus
melihat gaya belajar siswanya (Ghofur, 2016).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Tempat Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif, artinya
menggambarkan atau mendeskripsikan kejadian-kejadian yang menjadi
pusat perhatian (kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah,
gaya belajar siswa) secara kualitatif dan berdasar data kualitatif. Data yang
dihasilkan nantinya berupa kata-kata atau ucapan-ucapan yang diperoleh
dari hasil wawancara dan tulisan atau bilangan yang diperoleh dari hasil
wawancara.
Pendekatan deskriptif tujuannya yaitu untuk mengeksplorasi dan
atau memotret situasi social yang akan diteliti secara menyeluruh, luas,
dan mendalam (Sugiyono, 2018:289). Berdasarkan pendekatan kualitatif
dalam penelitian ini, semua fakta baik tulisan maupun lisan dari sumber
data manusia yang telah diamati dan dokumen terkait lainnya yang
diuraikan apa adanya kemudian dikaji seringkas mungkin untuk menjawab
permasalahan. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Batara Gowa.
B. Subjek Penelitian dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
Batara Gowa tahun ajaran 2019/2020. Keseluruhan siswa tersebut
merupakan subjek angket gaya belajar serta subjek tes kemampuan
berpikir kritis pemecahan masalah. Tetapi, hanya 3 siswa yang menjadi
subjek penelitian yang diambil dari masing-masing tipe gaya belajar
berdasarkan dari hasil jawaban dan merupakan subjek wawancara. Subjek
penelitian merupakan informan untuk mendapatkan siswa dengan
kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah matematika
berdasarkan gaya belajar. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada satu
kelas yaitu kelas VIII. Untuk mengetahui gaya belajar siswa, maka semua
siswa kelas VIII diberikan angket gaya belajar. Sedangkan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis pemecahan masalah, maka dalam
penelitian ini digunakan tes kemampuan berpikir kritis berdasarkan
indikator berpikir kritis. Agar kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pemecahan masalah diketahui dengan berdasarkan tipe gaya belajar siswa,
maka dilakukan wawancara. Teknik pemilihan subjek dilakukan dengan
teknik purposive sampling dengan menggunakan kelengkapan hasil
pekerjaan dan hasil wawancara. Menurut Sugiyono (2018: 300), teknik
sampling yang sering digunakan pada penelitian kualitatif adalah:
... purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,
misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang
kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.
Untuk penelitian ini, hanya digunakan satu kelas. Apabila ingin
setiap gaya belajar terisi maka penelitian harus dilakukan terhadap kelas
yang lain sehingga akan melebihi waktu penelitian yang ditetapkan dan
dimungkinkan akan timbul ketidak akuratan data. Oleh karena itu,
penelitian ini hanya terbatas pada satu kelas saja. Jika proses tersebut telah
dilakukan dan diperoleh kenyataan bahwa ada tipe gaya belajar siswa yang
tidak terisi subjek maka dapat disimpulkan bahwa tipe gaya belajar
tersebut tidak ada disertai penjelasan terhadap hasil pertemuan yang ada.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih peneliti dalam
kegiatan mengumpulkan data agar kegiatannya menjadi sistematis dan
lebih mudah.
1. Angket Gaya Belajar
Angket adalah pedoman peneliti yang berisi serangkaian
pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring informasi yang harus dijawab
siswa secara bebas sesuai dengan pendapatnya. Lembar angket digunakan
untuk memperoleh data mengenai gaya belajar siswa. Angket yang
berjumlah 24 nomor pertanyaan, dimana masing-masing setiap gaya
belajar terdapat 8 pertanyaan.
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau
secara lisan atau secara perbuatan. Dalam penelitian ini tes digunakan
untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pemecahan masalah,
dan materi yang digunakan adalah pola bilangan berdasarkan indikator
berpikir kritis Ennis yaitu memberikan penjelasan sedehana, membangun
keterampilan dasar, memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan
tektik dan menyimpulkan. (Soal tes terlampirkan)
3. Pedoman wawancara
Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis siswa
pemecahan masalah soal dengan materi pola bilangan yang mengacu pada
indikator berpikir kritis. Pedoman wawancara yang digunakan berdasarkan
tahapan pemecahan menurut Polya yang berisi acuan pertanyaan-
pertanyaan yang akan ditanyakan kepada siswa untuk menguatkan hasil
tes tertulis siswa secara lisan. Pertanyaan yang diajukan kepada setiap
siswa berbeda satu sama lain tergantung dari jawaban masing-masing
siswa. Sebelum melakukan wawancara siswa di informasikan bahwa hasil
wawancara tidak akan mempegaruhi nilai mereka sehingga siswa tidak
berada dalam tekanan dan diharapkan akan menjawab pertanyaan sesuai
dengan apa yang mereka ketahui. (Pedoman wawancara terlampirkan)
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Angket, pada penelitian ini gaya belajar siswa akan diukur dengan
instrumen berupa angket. Angket ini di isi daftar pertanyaan dengan
pilihan YA dan TIDAK, akan di isi oleh siswa sesuai dengan karakter diri
siswa ketika belajar.
2. Tes, tes merupakan alat ukur sehingga dapat menunjukkan kondisi subjek.
Metode tes yang akan di gunakan berupa soal esay dengan materi pola
bilangan yang mencakup indikator berpikir kritis. Hasil jawaban siswa
akan dianalisis untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Wawancara, wawancara akan dilakukan terhadap siswa sebagai subjek.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung mengenai
pemecahan masalah ditinjau dari gaya belajar siswa. Wawancara akan
dilakukan dengan bantuan alat rekam pada handphone. Hasil wawancara
ini dapat membantu menunjukkan keabsahan dan dapat dijadikan bahan
untuk analisis.
4. Dokumentasi, dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan studi
dokumen untuk mengumpulkan data sekunder berupa daftar siswa kelas
VIII yang akan di teliti, profil sekolah, dan foto-foto penelitian. Kemudian
dokumen tersebut akan dijadikan sebagai pelengkap data.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu.
1. Reduksi data
Mereduksi data, dalam hal ini yaitu menganalisis dan
mengelompokkan angket gaya belajar siswa dengan gaya belajar yang
sama. Selanjutnya hasil analisis angket dan tes kemampuan berpikir kritis
dijadikan bahan untuk wawancara kepada subjek penelitian dan mengola
hasil wawancara dalam bentuk bahasa yang baik.
2. Penyajian data
Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah berupa hasil
analisis angket gaya belajar siswa, hasil analisis tes kemampuan berpikir
kritis dan hasil wawancara.
3. Penarikan kesimpulan
Dalam proses penarikan kesimpulan mengacu pada hasil analissi
angket untuk menentukan kategori gaya belajar siswa, hasil tes dan
wawancara untuk digunakan dalam menentukan kesimpulan mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan gaya belajar.
F. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi syarat kredibilitas,
transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Kredibilitas mengacu
pada pertanyaan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada
dalam realitas (kenyataan di lapangan). Istilah ini dapat disamakan dengan
istilah validitas internal yang sering digunakan pada penelitian kuantitatif.
Pada penelitian ini, untuk memenuhi kredibilitas data dilakukan dengan
observasi terus menerus (persistant observation), yaitu peneliti
mewawancarai subjek dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan dan
mengadakan pengulangan pertanyaan pada waktu berbeda terhadap
informasi yang tidak jelas atau berbeda. Peneliti juga mengadakan
triangulasi untuk memvalidasi data. Miles, et al. (2014: 299) menyatakan
bahwa triangulasi adalah suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data
dengan memanfaatkan sesuatu di luar untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data. Triangulasi dalam penelitian ini adalah
membandingkan data hasil pekerjaan siswa dengan data hasil wawancara
dan membandingkan serta memeriksa data wawancara dari subjek yang
berbeda dalam satu tipe gaya belajar yang sama. Jadi teknik triangulasi
yang dimaksud yaitu teknik triangulasi dengan waktu. Selain itu dilakukan
validasi terhadap tes berpikir kritis apakah dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis pemecahan masalah siswa oleh
validator. Kegiatan lain, peneliti mengadakan diskusi dengan dosen
pembimbing.
Transferabilitas (keteralihan) adalah upaya membangun
generalisasi seperti dalam penelitian kuantitatif. Tetapi dalam penelitian
kualitatif hanya menyajikan hipotesis kerja disertai deskripsi yang terkait
dengan waktu dan konteks, tidak menggeneralisasi suatu penemuan yang
dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang
sama. Transferabilitas dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan
kejadian empiris tentang kesamaan konteks serta menguraikannya secara
rinci. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah menguraikan secara rinci
kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah pada masing-masing
gaya belajar siswa.
Dependabilitas merupakan istilah yang disamakan dengan
reliabilitas pada penelitian kuantitatif, yaitu dapat tidak dibuat replikasi
atau uji ulang hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif memandang
realitas itu terkait langsung dengan konteks dan waktu, sehingga kecil
kemungkinan mengadakan replikasi hasil studi. Pada penelitian ini untuk
menjaga dependabilitas dengan teknik-teknik seperti yang dijelaskan untuk
menjaga kredibilitas dan teknik audit yang menjaga kejujuran dan
ketepatan sudut pandang peneliti. Teknik audit dapat dilakukan dengan
cara pembimbing mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam
melakukan penelitian.
Konfirmabilitas (kepastian) menggantikan istilah objektivitas pada
penelitin kuantitatif. Penelitian kualitatif memandang realitas itu, terkait
dengan konteks dan waktu. Objektivitas tidak berdasar kesepakatan atau
persetujuan oleh beberapa atau banyak orang, tetapi berdasar pada data.
Pada penelitian ini, kepastian dipenuhi karena berdasarkan data yang digali
dengan sebenarnya.
G. Prosedur Penelitian
Secara umum tahapan-tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini
yaitu:
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan
persiapan sebagai berikut:
a. Meminta izin kepada kepala sekolah SMP Batara Gowa
b. Melakukan observasi awal
c. Menyusun dan menyiapkan tes kemampuan berpikir kritis pemecahan
masalah dan pedoman wawancara. (Terlampirkan)
d. Melakukan validasi instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan penelitian dengan
memberikan angket gaya belajar, tes berpikir kritis, dan melakukan
wawancara tentang pemecahan masalah matematika pada materi pola
bilangan. (Waktu pelaksanaan dimulai dari tanggal 4 November 2019.
3. Tahap Akhir
Setelah melakukan penelitian, selanjutnya yang akan dilakukan
adalah mendeskripsikan hasil penelitian kemudian membuat kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini, hasil penelitian meliputi hasil validasi serta
hasil pelaksanaan untuk tiap-tiap instrumen yang digunakan. Ada tiga
instrument yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: (1) instrument
angket gaya belajar, (2) instrument tes kemampuan berpikir kritis, dan (3)
instrument pedoman wawancara.
Sebagai tolak ukur untuk mengetahui tipe gaya belajar siswa,
digunakanlah instrument angket gaya belajar menurut Deporter dan
Hernacki (2000: 112). Kegiatan penelitian dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya subjek untuk tiap tipe gaya belajar. Dari kegiatan penelitian
angket gaya belajar diperoleh dari 20 jumlah siswa, terdapat 9 siswa tipe
Auditorial, 6 siswa tipe Visual, 5 siswa tipe Kinestetik. Sebagai instrument
untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan
masalah matematika, maka digunakanlah tes berpikir kritis berdasarkan
indikator berpikir kritis dengan materi pola bilangan. Dari kegiatan
penelitian hasil tes diambil 3 siswa dengan tipe gaya belajar yang berbeda
berdasarkan hasil jawaban tes siswa masalah 1 dan 2 yang memiliki
jawaban yang sesuai dengan salah satu atau semua 5 indikator berpikir
kritis menurut Ennis. Sementara itu, untuk mengetahui apakah
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah yang
diperoleh dari hasil tes tertulis sesuai dengan keadaan siswa sebenarnya,
maka dilakukanlah wawancara. Wawancara yang dilaksanakan
berpedoman dengan pedoman wawancara yang sudah dibuat. Pedoman
wawancara mengacu pada tahap kemampuan pemecahan masalah Polya.
Berikut daftar subjek penelitian yang mengikuti tes dan mengisi angket
gaya belajar.
Tabel 4.1 Daftar Siswa yang Mengikuti Tes dan Angket
NO Nama Siswa Gaya Belajar Siswa
1 AS Kinestetik
2 ABS Auditorial
3 ANA Auditorial
4 AG Auditorial
5 MAP Visual
6 ATPT Visual
7 AY Visual
8 DM Auditorial
9 DW Auditorial
10 HD Auditoril
11 LW Kinestetik
12 MA Kinestetik
13 MFR Auditorial
14 MHID Visual
15 MS Kinestetik
16 MRD Visual
17 NF Visual
18 NS Auditorial
19 PH Auditorial
20 SN Kinestetik
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, jadi sebanyak 20 siswa yang mengisi
angket gaya belajar dan menyelesaikan tes berpikir kritis. Diketahui pula,
bahwa gaya belajar yang dominan adalah gaya belajar siswa tipe
auditorial.
Tes kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah
dilaksanakan dua kali dengan hari dan waktu yang berbeda, di kelas SMP
Batara Gowa. Tes dilaksanakan selama 30 menit dan diikuti oleh 20 siswa.
Sebelum mengerjakan tes, peneliti memberi instruksi dan petunjuk
pengerjaan tes kepada siswa. Setelah selesai diberikan informasi, siswa
dipersilakan mengerjakan tes yang diberikan. Setelah waktu habis, siswa
diminta untuk mengumpulkan hasil kerjanya kepada peneliti.
Sedangkan wawancara dilakukan setelah mengetahui tipe gaya
belajar dan kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah masing-
masing siswa. Masing-masing kategori kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pemecahan masalah per gaya belajar diambil 1 siswa yang memiliki
hasil jawaban yang sesuai pada tes berpikir kritis dalam pemecahan
masalah. Hasil dan pelaksanaan jadwal wawancara pada tiga subjek
dengan satu subjek untuk tiap tipe gaya belajar. Berikut subjek penelitian
wawancara untuk masing-masing tipe gaya belajar.
Tabel 4.2 Subjek Penelitian wawancara
Tipe Gaya Belajar Subjek
Wawancara
Tanggal Wawancara
Auditorial AD 7, Januari 2020
Visual VS 7, Januari 2020
Kinestetik KN 7, Januari 2020
Bagian ini akan menunjukkan proses analisis kemampuan berpikir
kritis pemecahan masalah. Analisis dilakukan untuk masing-masing subjek
tiap tipe gaya belajar. Untuk hasil wawancara, pengkodean mengacu pada
kode subjek masing-masing berdasarkan gaya belajar. Kode pewawancara
terdiri dari 4 (empat) digit. Dua digit pertama menyatakan urutan subjek
yang diwawancarai seperti P1, P2, P3 dan P4. Diikuti dengan dua digit
yang menyatakan urutan soal yang diberikan. Contoh P1.01 artinya
peneliti untuk subjek pertama dan urutan soal pertama.
Sedangkan untuk subjek terdiri dari 5 (lima) digit. Tiga digit
pertama menyatakan subjek yang diwawancarai seperti AD1, VS2, KN3.
Diikuti dengan dua digit yang menyatakan urutan soal yang dijawab.
Contoh AD1.01 artinya subjek dengan gaya belajar pertama dan jawaban
soal pertama.
1. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pemecahan Masalah
Siswa Tipe Gaya Belajar Auditorial (AD1)
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan Masalah 1
a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana dan Membangun
Keterampilan Dasar
Gambar 4.1 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek AD1
P1.01 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
AD1.01 : Yang saya ketahui barisan bilangan -7, -4, -3, 0, 1
P1.02 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
AD1.02 : Menentukan suku ke-10 pada barisan bilangan
Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa subjek auditorial
di atas, terlihat bahwa AD1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan
membangun keterampilan dasar masalah 1. Hal ini dapat dilihat AD1
menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1 dengan
lengkap. AD1 menuliskan bilangan -7, -4, -3, 0, 1. Selain itu AD1 mampu
menuliskan yang ditanyakan dari masalah 1 dengan tepat yaitu suku ke-10.
AD1 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan
menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang
digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun AD1 tidak
menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang diketahui dan
ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.
Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, subjek AD mampu
memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar
dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan
dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.
b. Tahap Memberikan Penjelasan Lanjut
Gambar 4.2 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 1 Subjek AD1
P1.03 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah
tersebut?
AD1.03 : Yang saya lakukan adalah membuat gambar polanya
P1.04 : Bagaimana anda bisa menghitung suku berikutnya?
Jelaskan!
AD1.04 : Dengan melihat hasil dari gambar polanya bahwa dari barisan
pertama suku pertama sampai suku ke-10, terlihat bahwa setiap barisan
memiliki beda 3 dan 1
Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa subjek
auditorial diatas, terlihat bahwa AD1 mampu memberikan penjelasan
lanjut penyelesaian masalah 1. Hal ini dapat dilihat AD1 menuliskan
rencananya secara rinci dan urut. Dalam rencananya, AD1 mampu
menentukan beda setiap barisan yang dengan benar.
c. Tahap Mengatur Strategi dan taktik
Gambar 4.3 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek
AD1
P1.05 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?
Jelaskan!
AD1.05 : Dengan menuliskan nilai-nilai dari bentuk pola yang
digambar, kemudian menyusun barisan pertama suku
pertama sampai suku ke-10.
P1.06 : Rumus apa yang anda gunakan?
AD1.06 :Saya tidak mengunakan rumus karena saya
menyelesaikannya dengan cara manual
P1.07 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
AD1.07 : Hasilnya yaitu 12
Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa subjek Auditorial
diatas, terlihat bahwa AD1 mampu mengatur strategi dan taktik
penyelesaian masalah 1. Hal ini dapat dilihat AD1 mampu melaksanakan
strategi dan taktik selama proses dan perhitungan yang berlangsung.
Berdasarkan cara penyelesaian dengan cara manual, AD1 juga
menentukan barisan ke-10 dengan benar dan mendapatkan hasil akhir yang
tepat yaitu 12.
Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AD1 mampu
mengatur strategi dan taktik melaksanakan yang telah dibuat dengan benar
serta mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan
yang berlangsung.
d. Indikator Menuliskan Kesimpulan
P1.08 : Apakah perhitugannya di cek?
AD1.08 : Iya, saya menghitung kembali
P1.09 : Jadi, bagaimana kesimpulannya
AD1.09 : Jadi diperoleh U10 nya adalah 12
P1.010 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
AD1.010 : Tidak tau, sepertinya ada tapi bingung
P1.011 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
AD1.011 : Dengan memeriksanya kembali satu persatu
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial terlihat
bahwa AD1 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab
masalah 1. AD1 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 1. AD1
melihat kembali dengan cara mengecek informasi penting yang sudah
teridentifikasi dengan cara memeriksanya satu persatu.
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan Masalah 2
a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana dan Membangun
keterampilan dasar
Gambar 4.4 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek AD1
P1.011 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
AD1.011 : Yang saya ketahui terdapat gambar miniatur sarang lebah
gambar pertama dengan 15 batang lidi, gambar kedua dengan 23
batang lidi, gambar ketiga dengan 31 batang lidi dan gambar keempat
dengan 39 batang lidi.
P1.012 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
AD1.012 : Menentukan banyaknya batang lidi untuk miniatur sarang
lebah gambar ke 8
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial di atas,
terlihat bahwa AD1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan
membangun keterampilan dasar 2. Hal ini dapat dilihat AD1 menuliskan
semua informasi yang diketahui pada masalah 2 dengan lengkap. AD1
menuliskan gambar 1 dengan 15 batang lidi, gambar ke 2 dengan 23
batang lidi, gambar ke 3 dengan 31 batang lidi dan gambar ke 4 dengan 39
batang lidi. Selain itu AD1 mampu menuliskan yang ditanyakan dari
masalah 2 dengan tepat yaitu miniatur sarang lebah gambar ke 8. AD1
juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan menggunakan
bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang digunakan,
walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun AD1 tidak menuliskan
soal kembali, namun menuliskan yang diketahui dan ditanyakan
menggunakan bahasanya sendiri.
Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AD1 mampu
memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar
dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan
dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.
b. Indikator Memberikan Penjelasan Lanjut
Gambar 4.5 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 2 Subjek AD1
P1.013 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah
tersebut?
AD1.013 : Yang saya lakukan mengurutkan data yang telah diketahui
dan membuat polanya
P1.014 : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya?
Jelaskan!
AD1.014 : Pertama-tama membuat rumusnya dengan cara melihat
selisih antara U1 dan U2 begitupan U selanjutnya.
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial diatas,
terlihat bahwa AD1 mampu memberikan penjelasan lanjut masalah 2.
Hal ini dapat dilihat AD1 menuliskan rencananya secara rinci dan urut.
Dalam rencananya, AD1 mampu menentukan selisih antara U1 dan U2
selain itu, AD1 juga mampu mengidentifikasi sub tujuan yang harus
dicari sebelum menentukan banyaknya batang lidi untuk gambar ke 8.
c. Indikator Mengatur Strategi dan Taktik
Gambar 4.6 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 2 Subjek
AD1
P1.015 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?
Jelaskan!
AD1.015 : Jika selisihnya sama maka selisi tersebut diambil sebagai
rumus mencari apakah rumus itu sudah sesuai atau belum, jika belum
dicari angka yang kurang dari rumus awal.
P1.016 : Rumus apa yang anda gunakan?
AD1.016 : Saya ambil rumus yang saya temukan sendiri dari data
yang diketahui yaitu Un = 8n + 7
P1.017 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
AD1.017 : Hasilnya yaitu 71
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial diatas,
terlihat bahwa AD1 mampu membangun strategi dan taktik masalah 2. Hal
ini dapat dilihat AD1 mampu melaksanakan strategi selama proses dan
perhitungan yang berlangsung. Berdasarkan rumus yang ditemukannya
sendiri dari data yang diketahui, AD1 juga menentukan banyaknya batang
lidi pada gambar ke 8 dengan benar dan mendapatkan hasil akhir yaitu 71.
Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AD1 mampu
membangun strategi dan taktik yang telah dibuat dengan benar serta
mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan yang
berlangsung.
d. Indikator Menuliskan Kesimpulan
P1.018 : Apakah perhitugannya di cek?
AD1.018 : Iya, saya menghitung kembali
P1.019 : Jadi bagaimana kesimpulannya
AD1.019 : jadi kesimpulannya yaitu jumlah batang lidi pada gambar 8
adalah 71 batang lidi
P1.0120 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
AD1.020 : Ada
P1.021 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
AD1.021 : Dengan cara mengecek kembali satu persatu
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial terlihat
bahwa AD1 mampu memberikan kesimpulan dan menuliskan hal-hal yang
sudah dilakukan untuk menjawab masalah 2. AD1 mampu melihat kembali
penyelesaian masalah 2 mengecek perhitungan kembali yang dan yakin
jawaban yang diperoleh benar.
2. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pemecahan Masalah
Siswa Tipe Gaya Belajar Visual (VS1)
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan Masalah 1
a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhanadan Membangun
Keterampilan Dasar
Gambar 4.7 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek VS1
P1.01 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
VS1.01 : Yang saya ketahui terdapat barisan bilangan -7, -4, -3, 0, 1
P1.02 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
VS1.02 : Menentukan suku ke-10 pada barisan bilangan tersebut
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek visual di atas,
terlihat bahwa VS1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan
membangun keterampilan dasar masalah 1. Hal ini dapat dilihat VS1
menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1 dengan
lengkap. VS1 menuliskan bilangan -7, -4, -3, 0, 1. Selain itu VS1
mampu menuliskan yang ditanyakan dari masalah 1 dengan tepat yaitu
suku ke-10. VS1 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
dengan menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari
kalimat yang digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal,
namun VS1 tidak menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang
diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.
Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, VS1 mampu
memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar
dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar
dan dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa
sendiri.
b. Indikator Memberikan Penjelasan Lanjut
Gambar 4.8 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 1 Subjek VS1
P1.03 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah
tersebut?
VS1.03 : Yang saya lakukan adalah membuat gambar polanya
P1.04 : Bagaimana anda bisa menghitung suku berikutnya?
Jelaskan!
VS1.04 : Dengan melihat hasil dari gambar polanya bahwa dari barisan
pertama suku pertama sampai suku ke-10, terlihat bahwa setiap barisan
memiliki beda 3 dan 1
Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa subjek visual
diatas, terlihat bahwa VS1 mampu memberikan penjelasan lanjut
penyelesaian masalah 1. Hal ini dapat dilihat VS1 menuliskan rencananya
secara rinci dan urut. Dalam rencananya, VS1 mampu menentukan beda
setiap barisan yang dengan benar.
c. Indikator Mengatur Strategi dan Taktik
Gambar 4.9 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek
VS1
P1.05 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?
Jelaskan!
VS1.05 : Dengan menuliskan nilai-nilai dari bentuk pola yang
digambar, kemudian menyusun barisan pertama suku
pertama sampai suku ke-10.
P1.06 : Rumus apa yang anda gunakan?
VS1.06 :Saya menyelesaikannya menggunakan cara manual
P1.07 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
VS1.07 : Hasilnya yaitu 12
Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa subjek visual
diatas, terlihat bahwa VS1 mampu mengatur strategi dan taktik
penyelesaian masalah 1. Hal ini dapat dilihat VS1 mampu melaksanakan
strategi dan taktik selama proses dan perhitungan yang berlangsung.
Berdasarkan cara penyelesaian dengan cara manual, VS1 juga menentukan
barisan ke-10 dengan benar dan mendapatkan hasil akhir yang tepat yaitu
12.
Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, VS1 mampu mengatur
strategi dan taktik melaksanakan yang telah dibuat dengan benar serta
mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan yang
berlangsung.
d. Indikator Menuliskan Kesimpulan
P1.08 : Apakah perhitugannya di cek?
VS1.08 : Iya, saya menghitung kembali
P1.09 : Jadi, bagaimana kesimpulannya
VS1.09 : Jadi diperoleh U10 nya adalah 12
P1.010 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
VS1.010 : Tidak tau, sepertinya ada tapi bingung
P1.011 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
VS1.011 : Dengan memeriksanya kembali satu persatu
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjekvisul terlihat bahwa
VS1 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab masalah 1.
VS1 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 1. VS1 melihat
kembali dengan cara mengecek informasi penting yang sudah
teridentifikasi dengan cara memeriksanya satu persatu.
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek visual diatas, terlihat
bahwa VS1 mampu memberikan penjelasan lanjut masalah 1. Hal ini dapat
dilihat VS1 tdapat menuliskan rencananya secara rinci dan tidak dapat
menentukan beda setiap barisan.
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan Masalah 2
a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana dan Membangun
Keterampilan Dasar
Gambar 4.10 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek VS1
P1.011 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
VS1.011 : Yang saya ketahui terdapat gambar miniatur sarang lebah
gambar 1 dengan jumlah 15 batang lidi, gambar 2 dengan 23 batang
lidi, gambar 3 dengan 31 batang lidi dan gambar 4 dengan 39 batang
lidi.
P1.012 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
VS1.012 : Menentukan miniatur sarang lebah gambar ke 8
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek avisual di atas, terlihat
bahwa VS1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan membangun
keterampilan dasar masalah 2. Hal ini dapat dilihat VS1 menuliskan semua
informasi yang diketahui pada masalah 2 dengan lengkap. VS1 menuliskan
gambar 1 dengan 15 batang lidi, gambar ke 2 dengan 23 batang lidi,
gambar ke 3 dengan 31 batang lidi dan gambar ke 4 dengan 39 batang lidi.
Selain itu VS1 mampu menuliskan yang ditanyakan dari masalah 2 dengan
tepat yaitu miniatur sarang lebah gambar ke 8. VS1 juga menuliskan apa
yang diketahui dan ditanyakan dengan menggunakan bahasa dan kalimat
sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang digunakan, walaupun tidak jauh
berbeda dengan soal, namun VS1 tidak menuliskan soal kembali, namun
menuliskan yang diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya
sendiri.
Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, VS1 mampu
memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar
dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan
dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.
3. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pemecahan Masalah
Siswa Tipe Gaya Belajar Kinestetik (KN1)
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan Masalah 1
a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana dan Membangun
Keterampilan Dasar
Gambar 4.11 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek KN1
P1.01 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
KN1.01 : Yang saya ketahui barisan bilangan -7, -4, -3, 0, 1
P1.02 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
KN1.02 : Menentukan suku ke-10 pada barisan bilangan
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial di atas,
terlihat bahwa KN1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan
membangun keterampilan dasar masalah 1. Hal ini dapat dilihat KN1
menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1 dengan
lengkap. KN1 menuliskan bilangan -7, -4, -3, 0, 1. Selain itu KN1 mampu
menuliskan yang ditanyakan dari masalah 1 dengan tepat yaitu suku ke-10.
KN1 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan
menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang
digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun KN1 tidak
menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang diketahui dan
ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.
Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, mampu memberikan
penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar dengan
menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan dapat
menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.
Analisis Kemampuan Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan
Masalah 2
a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana dan Membangun
Keterampilan Dasar
Gambar 4.12 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek KN1
P1.03 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
KN1.03 : Yang saya ketahui terdapat gambar miniatur sarang lebah
gambar pertama dengan 15 batang lidi, gambar kedua dengan 23
batang lidi, gambar ketiga dengan 31 batang lidi dan gambar keempat
dengan 39 batang lidi.
P1.04 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
AD1.04 : Menentukan banyaknya batang lidi untuk membuat
miniatur sarang lebah gambar ke 8
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial di atas,
terlihat bahwa KN1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan
membangun keterampilan dasar masalah 2. Hal ini dapat dilihat KN1
menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 2 dengan
lengkap. KN1 menuliskan gambar 1 degan 15 batang lidi, gambar ke 2
dengan 23 batang lidi, gambar ke 3 dengan 31 batang lidi dan gambar ke 4
dengan 39 batang lidi. Selain itu KN1 mampu menuliskan yang ditanyakan
dari masalah 2 dengan tepat yaitu mencari banyaknya batang lidi untuk
membuat miniatur sarang lebah gambar ke 8. KN1 juga menuliskan apa
yang diketahui dan ditanyakan dengan menggunakan bahasa dan kalimat
sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang digunakan, walaupun tidak jauh
berbeda dengan soal, namun KN1 tidak menuliskan soal kembali, namun
menuliskan yang diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya
sendiri.
Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, KN1 mampu
memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar
dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan
dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.
B. PEMBAHASAN
Kemampuan berpikir kritis subjek pada indikator memberikan
penjelasan sederhana dengan gaya belajar Auditorial mampu
menyelesaikan masalah 1 dan 2 Hal ini tampak bahwa siswa auditorial
menuliskan yang diketahui dalam soal. Hal ini sesuai dengan Tiffani
(2015) yang berpendapat bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial
mampu membuat rencana penyelesaian. Subjek dengan gaya belajar visual
dalam menyelesaikan masalah 1 dan 2 mampu memberikan penjelasan
sederhana . Hal ini tampak bahwa siswa visual menuliskan apa yang ada
disoal. Begitupun subjek dengan gaya belajar kinestetik pada masalah 1
dan 2 mampu memberika penjelasan sederhana dengan menuliskan apa
yang ada disoal.
Kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator membangun
keterampilan dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dengan
gaya belajar auditorial dalam menyelesaikan masalah 1 dan 2 mampu
membangun keterampilan dasar, karena subjek auditorial menuliskan apa
yang ditanyakan dalam soal. Zahroh (2014) menyatakan bahwa pada
tahapan menentukan rencana penyelesaian masalah subjek auditorial
berbicara sendiri saat bekerja yang menunjukkan kemampuannya dalam
mengolah informasi. Senada dengan pendapat. Sementara subjek dengan
gaya belajar visual dalam menyelesaikan masalah 1 dan 2 mampu
membangun keterampilan dasar, hal ini karena siswa menuliskan apa yang
ditanyakan pada soal. Sedangkan subjek dengan gaya belajar kinestetik
mampu membangun keterampilan dasar siswa menuliskan apa yang
ditanyakan dalam soal. Sesuai dengan pendapat Amir (2015) seseorang
dengan gaya belajar kinestetik dalam proses berpikir kritis dalam
memecahkan masalah mampu menuliskan apa yang ditanyakan pada soal.
Kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator mengatur strategi
dan taktik bahwa subjek dengan gaya belajar auditorial dalam
menyelesaikan masalah 1 dan 2 mampu mengatur strategi dan taktik.
Subjek dengan gaya belajar visual dalam menyelesaikan masalah 1
mampu mengatur strategi dan taktik sedangkan masalah 2 belum mampu
mengatur strategi dan taktik. Sedangkan siswa dengan gaya belajar
kinestetik juga belum mampu mengatur strategi dan taktik.
Kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator memberikan
penjelasan lebih lanjut berdasarkan hasil penelitian diatas, menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kritis siubjek dalam menyelesaikan masalah 1
dan 2 dengan gaya belajar auditorial mampu menuliskan penjelasan lebih
lanjut. Senada dengan hasil penelitian Tiffani (2015) bahwa siswa dengan
gaya belajar auditorial mampu mengolah informasi dan menyimpan
informasi dengan menuliskan pada lembar jawaban. Sama halnya dengan
Jaenudin (2007) mengatakan bahwa siswa auditorial memberikan
perhitungan dalam menyelesaikan soal. Pada gaya belajar visual subjek
dalam memyelesaikan masalah 1 mampu menuliskan penjelasan lanjur
sedangkan masalah 2 belum mampu menuliskan penjelasan lebih lanjut.
Sedangakan siswa dengan gaya belajar kinestetik juga belum mampu
memberikan penjelasan lebih lanjut.
Kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator menuliskan
kesimpulan pada soal hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas
menunjukkan bahwa siswa pada gaya belajar auditorial dalam
menyelesaikan masalah 1 dan 2 mampu menuliskan kesimpulan meskipun
belum sempurna sedangkan subjek dengan gaya belajar visual masalah 1
mampu menuliskan kesimpulan sedangkan masalah 2 belum mampu
menuliskan kesimpulan dan subjek kinestetik masalah 1 dan 2 tidak dapat
menuliskan kesimpulan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka disimpulkan:
1. Kemampuan berpikir kritis subjek dengan gaya belajar Auditorial
berdasarkan lima indikator berpikir kritis dalam menyelesaikan soal
masalah 1, yaitu mampu memberikan penjelasan sederhana dan
membangun keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan, begitupun dengan indikator memberikan penjelasan lanjut,
indikator mengatur strategi dan taktik dan menuliskan kesimpulan,
sedangkan untuk soal masalah 2 berdasarkan lima indikator berpikir kritis
mampu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan
dasar, memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik dan
menuliskan kesimpulan, dengan ciri-ciri bahwa siswa dengan tipe gaya
belajar auditorial mampu menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar dan
berbicara sendiri saat bekerja yang menunjukkan kemampuannya dalam
mengolah informasi.
2. Subjek dengan gaya belajar visual dalam menyelesaikan soal masalah 1
sesuai dengan lima indikator berpikir kritis yaitu mampu memberikan
penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar dengan
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, begitupun dengan
indikator memberikan penjelasan lanjut, indikator mengatur strategi dan
taktik dan indikator menuliskan kesimpulan, sedangkan masalah 2 yaitu
mengerjakan soal sesuai dengan dua dari lima indikator soal berpikir kritis
yaitu mampu memberikan penjelasan sederhana dan membangun
keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahu dan ditanyakan
pada soal, dengan ciri-ciri bahwa siswa dengan tipe gaya belajar visual
mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar dan mempunyai
masalah mengingat intruksi verbal kecuali ditulis, s
3. Subjek dengan gaya belajar kinestetik dalam menyelesaikan soal masalah
1 dan 2 yaitu dapat menyelesaikan soal berdasarkan dua dari lima
indikator berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan sederhana dan
membangun keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan pada soal , dengan ciri-ciri bahwa siswa dengan tipe gaya
belajar kinestetik tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas dapat diberikan saran-saran sebagai berikut.
1. Perlu dibudayakan pengajaran mengenai berpikir kritis pemecahan
masalah matematika kepada siswa sejak pendidikan dasar.
2. Guru perlu memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa
agar mampu mengingatkan siswa untuk tidak melakukan kesalahan yang
sama saat memecahkan masalah.
3. Guru perlu mengajarkan berpikir kritis dalam pemecahan masalah
matematika sesuai dengan tipe gaya belajar masing-masing siswa.
4. Guru perlu memperhatikan setiap siswa bentuk gaya belajarnya pada saat
pembelajaran berlangsung.
5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan sebagai upaya untuk memperbaiki
kemampuan berpikir kritis pemecahan masalah siswa dalam
memecahkan masalah matematika.
6. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk menganalisis kemampuan
berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah berdasarkan gaya belajar
dengan menggunakan masalah-masalah matematika yang melibatkan
semua indikator dari berpikir kritis menurut ennis dan tahap kemampuan
pemecahan masalah matematika menurut Polya.
7. Perlu digunakannya alat ukur/instrument selain angket untuk
mengidentifikasi gaya belajar siswa menurut Deporter dan Hernatcki.
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, M. 2012. Daspros Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Bobbi Deporter & Mike Hernacki (2000). Quantum Learning.Edisi
Revisi.Kaifa,Bandung.
Darminto, B. P. 2010. Peningkatan Kreativitas Dan Pemecahan Masalah Bagi
Calon Guru Matematika Melalui Pembelajaran Model
Treffinger. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta, 27
November 2010.
Effendi, L. A. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan
Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 13 (2), 1-6.
Ellison, G. J. 2009. Increasing Problem Solving Skills in Fifth Grade Advanced
Mathematics Students. Journal of Curriculum and Instruction, 3
(1), 15-31.
Ennis, Robert H, dkk. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of
Critical Thinking Dispositionsand Abilities. Chicago: University
of Illlinois.
Johnson RA. & Wichern DW. (2002). Applied Multivariate Analysis, Fifth
Edition.Prentice Halll Inc, New Jersey.
Kennedy, et. al. 2008. Guiding Children’s Learning of Mathematics Eleventh
Edition. Thomson Wadsworh.
Komaruddin. 2015. Analysis Ensiklopedia Manajemen. Jakarta.
Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Miles, et. al. 2014. Qualitative Data Analysis. California: SAGE Publications Ltd
Mulyono Abdurrahman. 2009. Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar,
Jakarta:Rineka Cipta.
Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeton University Press.
Rangkuti F. 2016. Analisis Swot Teknik Membeda Kasus Bisnis. Jakarta.
Rasiman, Penelusuran Proses Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika Bagi Siswa dengan Kemampuan Matematis Tinggi.
(Semarang: Prodi Pendidikan Matematika IKIP PGRI
Semarang),h.1
Risnawati. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika, Pekanbaru: Suska Press.
Rosdiana & Misu, L. 2013. Pengembangan teori pembelajaran perilaku dalam
Kaitannya dengan kemampuan pemecahan masalah Matematika
siswa di SMA. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Saad, N.S. & Ghani, A. S. 2008. Teaching Mathematics in Secondary School:
Theories and Practices. Perak: Universiti Pendidikan Sultan
Idris.
Siswono, Tatag yuli Eko. 2008. Model Pembelajaran MatematikaBerbasis
Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif.Surabaya:Unesa University Press
Sugiyono, Prof. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, dkk. 1999. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumarmo, U. 1994. Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Guru dan
Siswa SMP. Laporan Penelitian FPMIPA: Tidak diterbitkan.
Sumarmo, U. 2018. Hard Skills dan Soft Skills Matematika Siswa. Bandung:
Aditama.
Sundayana R. 2016. Kaitan Antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP dalam Pelajaran
Matematika. Jurnal Mosharafa, Vol 5.
Yuwono, A. 2010. Profil Siswa SMA Dalam Memecahkan Masalah Matematika
Ditinjau dari Tipe Kepribadian. Tesis. Surakarta: PPS
Universitas Sebelas Maret.
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
RISKA, Dilahirkan di Kabupaten Luwu Utara
tepatnya Desa Kamiri Kecamatan Masamba, tanggal
10 april 1997. Anak kedua dari tiga bersaudara,
pasangan dari Asir dan Amo. Peneliti menyelesaikan
pendidikan sekolah Dasar di SD 100 Lamaranginang
di Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara pada
tahun 2009. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan pendidikan di MTS
Muhammadiyah Masamba Kecamatan Masamba dan tamat pada tahun 2012
kemudian melanjutkan Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Masamba pada
tahun 2012 dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun 2015 peneliti melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas Muhammadiyah
Makassar (UNISMUH) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Matematika. Peneliti menyelesaikan kuliah strata satu (S1) pada
tahun 2020.