analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam …

68
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA KELAS VIII SMP BATARA GOWA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar Oleh RISKA 10536500215 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2020

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA

BELAJAR PADA KELAS VIII SMP BATARA GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Matematika Fakultas Keguruan Dan

Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

RISKA

10536500215

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2020

Page 2: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …
Page 3: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …
Page 4: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya

Belajar Pada kelas VIII SMP Batara Gowa”, ini ditulis oleh Riska

Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

dibimbing oleh pembimbing I Alimuddin dan pembimbing II Ernawati.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif-

kualitatif, subjek penelitian adalah siswa kelas VIII sebanyak tiga orang.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penggunaan angket gaya

belajar, tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan, 1.

Kemampuan berpikir kritis subjek dengan gaya belajar Auditorial

berdasarkan lima indikator berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah

satu, yaitu mampu memberikan penjelasan sederhana dan membangun

keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan,

begitupun dengan indikator memberikan penjelasan lanjut, indikator

mengatur strategi dan taktik dan menuliskan kesimpulan, sedangkan untuk

masalah dua berdasarkan lima indikator berpikir kritis mampu

memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar,

memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik dan

menuliskan kesimpulan, dengan ciri-ciri bahwa siswa dengan tipe gaya

belajar auditorial mampu menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar dan

berbicara sendiri saat bekerja yang menunjukkan kemampuannya dalam

mengolah informasi. 2. Subjek dengan gaya belajar visual dalam

menyelesaikan masalah satu sesuai dengan lima indikator berpikir kritis

yaitu mampu memberikan penjelasan sederhana dan membangun

keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan,

begitupun dengan indikator memberikan penjelasan lanjut, indikator

mengatur strategi dan taktik dan indikator menuliskan kesimpulan,

sedangkan masalah dua yaitu mengerjakan soal sesuai dengan dua dari

lima indikator soal berpikir kritis yaitu mampu memberikan penjelasan

sederhana dan membangun keterampilan dasar dengan menuliskan apa

yang diketahu dan ditanyakan pada soal, dengan ciri-ciri bahwa siswa

dengan tipe gaya belajar visual mengingat apa yang dilihat daripada apa

yang didengar dan mempunyai masalah mengingat intruksi verbal kecuali

ditulis, 3. Subjek dengan gaya belajar kinestetik dalam menyelesaikan

masalah satu dan dua yaitu dapat menyelesaikan soal berdasarkan dua dari

lima indikator berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan sederhana dan

membangun keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahui

dan ditanyakan pada soal , dengan ciri-ciri bahwa siswa dengan tipe gaya

belajar kinestetik tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama.

Kata Kunci : Kemampuan Berpikir Kritis, Pemecahan Masalah, Gaya

Belajar

Page 5: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah Subhanahu Wata’ala

pencipta alam semesta penulis panjatkan kehadirat-Nya, semoga salawat dan

salam senantiasa tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga,

sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqamah untuk mencari Ridha-Nya

hingga di akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Belajar Pada

Kelas VIII SMP Batara Gowa” diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berbekal dari kekuatan dan ridha dari Allah SWT semata, maka penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Tidak

sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, akan tetapi penulis sangat

menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan. Oleh sebab

itu hanya dari pertolongan Allah SWT, yang hadir lewat uluran tangan serta

dukungan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis menghaturkan terima kasih

yang tiada terhingga atas segala bantuan modal dan spritual yang diberikan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 6: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaan teristimewa dengan

segenap cinta dan hormat ananda haturkan kepada

Ayahanda Asir

dan

Ibunda Amo

atas pengorbanan, doa, cinta dan kasih sayang, yang tak pernah terputus, tercurah

sejak penulis berada dalam kandungan, detik ini hingga kapan pun. Berkat semua

ini penulis mampu mengarungi hidup dengan penuh semangat dan harapan untuk

menyongsong masa depan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan istimewa juga penulis sampaikan

kepada

Dr. Alimuddin. M.Si

dan

Ernawati, S.Pd., M.Pd.

selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam

memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan semangat kepada penulis sejak

penyusunan proposal hingga terselesainya skripsi ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-setingginya kepada :

Page 7: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M selaku Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Erwin Akib, S.Pd, M.Pd., Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas

Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Mukhlis, S.Pd,.M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika

FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Bapak Dr. Haerul Syam, M.Pd. dan ibu Mutmainnah S,Pd., M.Pd

selaku validator yang telah meluangkan waktunya untuk memeriksa dan

memberikan saran terhadap perbaikan instrumen penelitian.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik

mulai dari semester awal hingga penulis menyelesaikan studinya di

Perguruan Tinggi ini.

6. Ibu Yulianty, S.E Kepala SMP Batara Gowa yang telah memberikan izin

penulis mengadakan penelitian sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Hasna, S.Pd. Selaku guru bidang studi Matematika SMP Batara Gowa

yang telah membantu penulis selama mengadakan penelitian tersebut.

8. Siswa-siswi SMP Batara Gowakhususnya Kelas VIII atas kerjasama,

motivasi serta semangatnya dalam mengikuti pelajaran.

9. Saudara – saudaraku tersayang Reski dan Riswan yang selalu menjadi

motivasi untuk menjadi yang lebih baik.

10. Sahabat-sahabatku Novianti Kadir dan Wildayati atas segala bantuan dan

kebersamaannya selama ini dalam suka dan duka.

Page 8: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

11. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa matematika ’015’, khususnya kelas A

yang tak sempat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan

kebersamaannya selama ini.

Terlalu banyak orang yang berjasa dan mempunyai andil kepada penulis

selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, sehingga

tidak akan muat bila dicantumkan dan dituturkan semuanya dalam ruang yang

terbatas ini, kepada mereka semua tanpa terkecuali penulis ucapkan terima kasih

yang teramat dalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Selain itu, penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-

dalamnya jika penulis telah banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik

dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku, semenjak penulis menginjakkan kaki

pertama kali di Universitas Muhammadiyah Makassar hingga selesainya studi

penulis. Semua itu adalah murni dari penulis sebagai manusia biasa yang tak

pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan. Adapun mengenai kebaikan-kebaikan

penulis, itu semata-mata datangnya dari Allah SWT, karena segala kesempurnaan

hanyalah milik-Nya.

Akhirnya, sebagai penutup penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, ”Manusia adalah kejadian sempurna, tetapi kebanyakan dari

perbuatannya adalah tidak sempurna”, oleh karena itu penulis masih serta-merta

mengharapkan kritikan demi pengembangan wawasan penulis kedepannya.

Penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga kesemuanya ini dapat bernilai

ibadah di sisi-Nya, Amin!

Page 9: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Billahi Taufiq Walhidayah

Wassalamu Alaikum Wr. Wb

Makassar, 2020

Penulis

RISKA

Page 10: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.... ......................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................iii

SURAT PERNYATAAN.....................................................................................iv

SURAT PERJANJIAN........................................................................................v

MOTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................vi

ABSTRAK...........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR......................................................................................viii

DAFTAR ISI........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL.............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... ......1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ ......5

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5

D. Manfaat Penelitian......................................................................................5

E. Penegasan Istilah........................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori ..................................................................................... .....7

1. Analisis..........................................................................................7

2. Kemampuan Berpikir Kritis...........................................................9

3. Indikator Berpikir Kritis................................................................10

B. Pemecahan Masal......................................................................................10

Page 11: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

1. Kemampuan Pemecahan Masalah...............................................10

2. Pemecahan Masalah Matematika................................................11

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika...........................12

C. Gaya Belajar ........................................................................................ ..15

1. Gaya Belajar Visual.....................................................................16

2. Gaya Belajar Auditorial...............................................................16

3. Gaya Belajar Kinestetik...............................................................17

D. Kaitan Antara Berpikir Kritis, Pemecahan Masalah dan Gaya Belajar...18

1. Kaitan Antara Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah..............18

2. Kaitan Antara Gaya Belajar dengan Berpikir Kritis....................20

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tempat Penelitian....................................................................21

B. Subjek dan Sumber Data.........................................................................21

C. Instrumen Penelitian............................................................................. ..22

D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................24

E. Teknik Analisis Data...............................................................................24

F. Rencana Pengujian Keabsahan Data.......................................................25

G. Prosedur

Penelitian.................................................................................................27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian.................................................................................................28

B. Pembahasan.............................................................................................46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..............................................................................................48

B. Saran........................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 12: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Johnson dalam Russefendi (1972) Matematika adalah unsur-unsur

yang tidak didefinisikan, defenisi, aksioma, dan dalil-dalil dimana argumen

setelah terbukti valid pada umumnya, karena matematika ini sering disebut

ilmu deduktif. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang menjadi

dasar perkembangan pengetahuan. Kedudukannya sebagai ratu bagi ilmu

pengetahuan lain, sekaligus berfungsi melayani ilmu pengetahuan yang lain.

Matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu

ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam

pengembangan dan oprasionalnya. Sementara itu, matematika menurut

Johnson dan Rising, sebagaimana dikutip oleh Suherman, dkk (1999: 17),

adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, dan pembuktian yang logis.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, matematika merupakan

suatu ilmu tentang logika, objek-objek abstrak, konsep-konsep yang saling

berhubungan satu sama lain yang penalarannya secara deduktif. Sebagai

ilmu pengetahuan, ilmu matematika perlu diajarkan kepada manusia agar

mempermudah dalam melaksanakan setiap aktivitasnya. Selain itu juga

sebagai langkah mengembangkan matematika sebagai ilmu pengetahuan.

Pengajaran ini tentunya dilakukan melalui pendidikan formal yang

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari manusia. Kebutuhan akan

pemahaman dan penggunaan matematika dalam kehidupan setiap hari

maupun di dunia kerja semakin besar dan terus bertambah. Oleh karena

itu, pembelajaran matematika di sekolah diharapkan dapat memberikan

semua siswa kesempatan untuk memahami matematika dan membantu

siswa dalam mengembangkan pengetahuan matematis yang mengarahkan

siswa untuk memecahkan masalah dan mengeksplor ide-ide baru, di dalam

dan di luar kelas. Pemecahan masalah matematika memainkan peranan

Page 13: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

penting di sekolah, di mana kemampuan ini merupakan kemampuan yang

menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah matematika secara cepat

dan cermat.

Menurut Asikin (2012: 23), belajar matematika di sekolah memiliki

beberapa tujuan yaitu: (1) mengorganisasikan logika penalaran siswa dan

membangun kepribadiannya, dan (2) membuat siswa agar mampu

memecahkan masalah matematika dan mengaplikasikan matematika.

Sementara itu, National Council of Teachers of Mathematics sebagaimana

dikutip oleh Effendi (2012: 2), menetapkan lima standar kemampuan

matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan

masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan

penalaran, dan kemampuan representasi. Ollerton, sebagaimana dikutip

oleh Ellison (2009: 16), menyatakan bahwa kemampuan pemecahan

masalah merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran mandiri

dan membantu berpindah dari pengajaran yang bersifat mendidik. Semakin

banyak siswa belajar secara mandiri, maka semakin efektif pula mereka

menjadi seorang pelajar.

Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri Batara Gowa Pada

bulan Oktober 2019, kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan

masalah di SMP Batara Gowa ini masih kurang. Hal ini terlihat dari

banyaknya siswa yang masih menggunakan rumus cepat dalam

menyelesaikan masalah matematika. Tidak hanya itu, beberapa siswa

terlihat belum mampu memahami masalah saat mengerjakan masalah

matematika yang diberikan oleh guru. Hedges dan Kurniasih (2010; 23-24)

menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara pemecahan masalah dan

berpikir kritis. Dalam setiap tahap pemecahan masalah membutuhkan

kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas VIII SMP Batara Gowa masih

tergolong kurang dalam menyelesaikan soal tes berpikir kritis.

Page 14: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Sejalan dengan pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam

matematika, maka perlu adanya pengajaran matematika yang dikemas

sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengalaman bagi siswa untuk

meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

mereka. Pendidik tentunya juga harus mengusahakan pembelajaran yang

dapat membantu siswa untuk berusaha mencari pemecahan masalah dan

menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Salah satunya

yaitu dengan menerapkan pembelajaran berpikir kritis. Pemecahan

masalah menjadi penting dalam tujuan pendidikan matematika disebabkan

karena dalam kehidupan sehari-hari manusia memang tidak pernah dapat

lepas dari masalah. Aktivitas memecahkan masalah dapat dianggap suatu

aktivitas dasar manusia. Masalah harus dicari jalan keluarnya oleh manusia

itu sendiri, jika tidak mau dikalahkan oleh kehidupan.

Berpikir adalah sebuah proses yang terorganisasi yang

memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang

mendasari pernyataan orang lain Menurut Paul dan Elger (2002), berpikir

kritis adalah cara berpikir tentang masalah apapun dimana pemikir

dikatakan berkualitas baik apabila dapat berpikir lebih dari standar

intelektualnya. Definisi berpikir kritis yang dikemukakan oleh Robert

Ennis, salah satu ahli yang sudah terkenal bagi perkembangan tradisi

berpikir kritis. Definisi yang dikemukakan oleh Ennis (dalam fisher, 2008,

hal 4) bahwa berpikir kritis adalah pemikir yang masuk akal dan reflektif

yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan.

Gaya belajar merupakan salah satu variabel yang penting dan

menyangkut dengan cara siswa memahami pelajaran di sekolah khususnya

pelajaran matematika. Gaya belajar tiap-tiap siswa tentunya berbeda satu

sama lain. Oleh karena gaya belajar siswa yang berbeda, maka sangat

penting bagi guru untuk menganalisis gaya belajar muridnya sehingga

Page 15: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

diperoleh informasi-informasi yang dapat membantu guru untuk lebih peka

dalam memahami perbedaan di dalam kelas dan dapat melaksanakan

pembelajaran yang bermakna. ada. Hal ini berkaitan dengan diperolehnya

informasi-informasi yang dapat membantu guru untuk lebih peka dalam

memahami perbedaan didalam kelas dan dapat melaksanakan

pembelajaran yang bermakna. Menurut Prashning (Sari, 2014) penyerapan

informasi bergantung pada cara orang mengusahakannya. Dengan

memberi intruksi kepada anak-anak melalui kekuatan gaya belajarnya,

akan terlihat suatu perubahan sikap yang cepat dan keberhasilan yang

tinggi. Dalam hal ini, penting bagi guru untuk menganalisis gaya belajar

siswanya agar dapat melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan

siswa. Ini berarti bahwa siswa memiliki pengalaman nyata, kemudian

mengamati lalu merefleksikannya dari berbagai sudut pandang, kemudian

membentuk konsep abstrak dan menggeneralisasikan ke dalam teori-teori

dan akhirnya secara aktif mengalami teori-teori tersebut dan menguji apa

yang telah mereka pelajari pada sistuasi yang kompleks. Deporter dan

Hernacki menggolongkan gaya belajar kedalam tiga tipe yaitu gaya belajar

tipe Ayditorial, tipe Visual, tipe kinestetik.

Kemampuan pemecahan masalah yang masih kurang perlu dikaji

lebih lanjut. Terutama jika dilihat dari segi gaya belajar siswa yang

berbeda. Untuk itulah perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai

“Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pemecahan

Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Belajar Pada Kelas VIII

SMP Batara Gowa. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian yang

Page 16: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

mendalam mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan

masalah matematika ditinjau dari gaya belajar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka adapun rumusan masalahnya yaitu:

Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan

masalah matematika ditinjau dari gaya belajar pada kelas VIII SMP

Batara Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian,

yaitu:

Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam

pemecahan masalah matematika ditinjau dari gaya belajar pada kelas VIII

SMP Batara Gowa.

D. Manfaaat Penelitian

Kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah

matematika ditinjau dari gaya belajar diharapkan dapat memberi manfaat

untuk semua praktisi pendidikan. Berikut merupakan kegunaan penelitian

secara teoritis dan praktis, diantaranya:

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi sumbangsih bagi

khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan terkait kemampuan

berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika ditinjau dari

gaya belajar.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada guru tentang

kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari gaya belajar. Dengan

Page 17: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

mengetahui hal tersebut, selanjutnya guru diharapkan mampu

menggunakan strategi balajar apa yang harus digunakan dan alat

pendukung apa yang harus disiapkan agar pembelajaran berlangsung

sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa terkait apa

gaya belajar mereka dan sejauh mana kemampuan berpikir kritis mereka

dalam pemecahan masalah matematika, diharapkan mereka bisa

melakukan evaluasi terhadap diri sendiri.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan (pengetahuan) terkait

kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika

ditinjau dari gaya belajar mereka.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak menimbulkan salah penafsiran, berikut ini adalah

beberapa istilah khusus yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai

berikut.

1. Analisis

Analisis adalah suatu sebuah proses untuk memecahkan sesuatu

kedalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain.

2. Berpikir kritis

Berfikir kritis adalah pemikir yang masuk akal dan reflektif yang

berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan.

Ennis mengidentifikasi 12 indikator berfikir kritis yang dikolompokkannya

menjadi dalam 5 besar yaitu, memberikan penjelasan sederhana,

membangun keterampilan dasar, memberikan penjelasan lanjut, mengatur

strategi dan taktik, menuliskan kesimpulan

Page 18: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

3. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah pemahaman kognitif

mengurai dan menjelaskan segala ide, informasi dengan proses berfikir

yang dimiliki seseorang ketika menyelesaikan suatu masalah.

4. Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah matematika merupakan suatu aktivitas untuk

mencari penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapi dengan

menggunakan semua bekal pengetahuan matematika yang dimiliki.

5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kemampuan pemecahan masalah dalam hal ini adalah

kesanggupan siswa dalam memecahkan masalah matematika.

6. Gaya Belajar

Gaya belajar adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukan

cara belajar seseorang yang paling disukai. Gaya belajar Visual yaitu gaya

belajar dimana seseorang merasa paling baik dengan melihat,

memperhatikan, dan mengamati benda-benda yang dipelajarinya.

Gaya belajar Auditorial yaitu gaya belajar dimana seseorang

merasa paling baik belajar dari suara denagn bercerita (mempresentasiakn

sesuatu), berdiskusi, dan mengemukakan pendapat. Gaya belajar kinestetik

mengandalkan kepada sentuhan seperti gerak dan emosi untuk dapat

mengingat sesuatu.

Page 19: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Analisis

Menurut Rangkuti F (2016: 30) analisis adalah kegiatan memahami

seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus untuk mengetahui

permasalahan apa yang sedang terjadi, lalu memutuskan tindakan apa yang

harus segera dilakukan untuk memperoleh penyelesaian atau pemecahan

masalah. Gorys keraf (2007) menyatakan analisis adalah sebuah proses

untuk memecahkan sesuatu kedalam bagian-bagian yang saling berkaitan

satu sama lain.

Menurut Komaruddin (2015: 53) menyatakan bahwa analisis

adalah suatu kegiatan berfikir untuk mengurangi suatu keseluruhan

menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda setiap

komponen. Kriyantono (2012: 251) menyatakan bahwa analisis adalah

suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi

yang terbuka dari komunikator yang dipilih.

Metode yang digunakan bertujuan untuk mempermudah peneliti

lapangan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk catatan-catatan

lapangan yang ditulis tangan, didekte, atau rekaman-rekaman audio

tentang peristiwa di lapangan. Para peneliti kualitatif biasanya akan

menyajikan hasil informasi dalam bentuk teks naratif berupa catatan

lapangan tertulis.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini analisis adalah

sebuah proses untuk memecahkan sesuatu kedalam bagian-bagian yang

saling berkaitan satu sama lain.

Page 20: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Definisi berfikir kritis yang dikemukakan oleh Robert Ennis, salah

satu ahli yang sudah terkenal bagi perkembangan tradisi berfikir kritis.

Definisi yang dikemukakan oleh Ennis (dalam fisher, 2008, hal 4) bahwa

berfikir kritis adalah pemikir yang masuk akal dan reflektif yang berfokus

untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan. Berfikir kritis

dapat dicapai dengan lebih mudah apabila seseorang itu mempunyai di

disposisi dan kemampuan yang dianggap sebagai sifat dan karakteristik

pemikir yang kritis. Seseorang yang berfikir kritis memiliki karakter

khusus yang dapat diidentifikasi dengan melihat bagaimana seseorang

menyikapi suatu masalah informasi atau argument karakter-karakter

tersebut tampak pada kebiasaan bertindak, beragument dan memanfaatkan

intelektual dan pengetahuannya.

Ennis (1996) menguraikan elemen dasar dalam berfikir kritis , yaitu

FRISCO (focus, reasons, inference, situation, clarity, and overview).

Fokus adalah memperhatikn atau menggambarkan situasi, isu-isu,

pertanyaan, masalah, atau hal-hal utama atau penting. Tanpa fokus akan

memakan waktu yang lama. Reasons (bernalar) adalah upaya mendapatkan

ide-ide yang cukup baik berdasarkan pertimbangan masuk akal. Inference

(menyimpulkan) adalah memberikan pertimbangan apakah alasan yang

ada dapat mendukung kesimpulan, dapat diterima dan seberapa kuat.

Situation (situasi) adalah suatu keadaan yang melibatkan orang-orang dan

tujuan-tujuannya, sejarah, pengetahuan, emosi, praduga-praduga,

keanggotaaan, dan keinginan/kepentingan-kepentingan. Ketika berfikir

difokuskan pada keyakinan dan keputusan, hal ini menempatkan suatu

situasi yang signifikan dan menyediakan beberapa aturan-aturan atau

ketentuan-ketentuan. Clarity (kejelasan) adalah suatu keadaan yang dapat

dimengerti dengan mudah dan tidak terdapat kekacauan/ kerumitan,

misalkan dalam menulis atau berbicara. Overview (peninjauan) adalah

Page 21: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

memeriksa secara menyeluruh apa yang sudah ditemukan, diputuskan,

dipertimbangkan, dipelajari, dan disimpulkan.

3. Indikator Berpikir Kritis

Menurut Ennis indikator kemampuan berfikir kritis dapat

diturunkan dari aktivitas kritis siswa meliputi: a) mencari pernyataan yang

jelas dari pertanyaan; b) mencari alasan; c) berusaha mengetahui informasi

dengan baik; d) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan

menyebutkannya; e) memerhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan;

f) berusaha tetap relevan dengan ide utama; g) mengingat kepentingan

yang asli dan mendasar; h) mencari alternatif; i) bersikap dan berfikir

terbuka; j) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk

melakukan sesuatu; k) mencari penjelasan sebanyak mungkin; l) bersikap

secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah.

Selanjutnya Ennis mengidentifikasi 12 indikator berfikir kritis yang

dikolompokkannya menjadi dalam 5 besar sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan sederhana

2. Membangun keterampilan dasar

3. Memberikan penjelasan lanjut

4. Mengatur Strategi dan taktik

5. Menuliskan kesimpulan

B. Pemecahan Masalah

1. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,

sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan,

kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1989: 552-553). Kemampuan berarti kapasitas seorang individu untuk

melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan, (Stephen P. Robbins &

Timonthy A. Judge, 2009: 57). Menurut Dahar yang dikutip oleh

Sundayana R (2016), mengemukakan bahwa pemecahan masalah

Page 22: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep

dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya.

Menurut Conney yang dikutip oleh Risnawati (2008) mengajarkan

penyelesaian masalah kepada siswa, memungkinkan siswa itu lebih

analitik dalam mengambil keputusan dalam hidupnya. Untuk

menyelesaikan masalah seseorang harus menguasai hal-hal yang telah

dipelajari sebelumnya dan kemudian menggunakan dalam situasi baru.

Karena itu masalah yang disajikan kepada peserta didik harus sesuai

dengan kemampuan dan kesiapannya serta proses penyelesaiannya tidak

dapat dengan prosedur rutin.

Menurut Ollerton, sebagaimana dikutip oleh Ellison (2009: 16),

menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu

aspek penting dalam pembelajaran mandiri dan membantu berpindah dari

pengajaran yang bersifat mendidik. Menurut Kennedy yang dikutip

Mulyono Abdurrahman (2009) menyarankan “empat langkah proses

pemecahan masalah, yaitu: memahami masalah, merancang pemecahan

masalah, melaksanakan pemecahan masalah, dan memeriksa kembali”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah adalah pemahaman kognitif mengurai dan

menjelaskan segala ide, informasi dengan proses berfikir yang dimiliki

seseorang ketika menyelesaikan suatu masalah.

2. Pemecahan Masalah Matematika

Masalah bagi seseorang belum tentu menjadi masalah bagi orang lain.

Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan bahwa orang lain tersebut

pernah mendapati dan memecahkan masalah seperti seseorang tersebut.

Menurut Newell dan Simon, sebagaimana dikutip oleh Darminto (2010:

24), masalah adalah suatu situasi dimana individu ingin melakukan sesuatu

tetapi tidak tahu cara atau tindakan yang diperlukan untuk memperoleh

apa yang dia inginkan.

Page 23: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Polya (1973: 154-155) menjelaskan masalah matematika dalam dua

jenis, yaitu masalah mencari (problem to find) dan masalah membuktikan

(problem to prove). Masalah mencari yaitu masalah yang bertujuan untuk

mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai objek tertentu yang tidak

diketahui dalam soal dan memberi kondisi yang sesuai. Sedangkan

masalah membuktikan yaitu masalah dengan suatu prosedur untuk

menentukan suatu pernyataan benar atau tidak benar. Pemecahan masalah

adalah salah satu tugas hidup yang harus dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari dengan rentangan kesulitan mulai dari yang paling sederhana hingga

yang paling kompleks (Mohamad Surya 2016: 137).

Menurut Goldstein dan Levin sebagaimana dikutip oleh Rosdiana &

Misu (2013: 2), pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses

kognitif tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari

keterampilan rutin atau dasar. Siswa yang belajar pemecahan masalah

dapat membangun pemahaman matematika mereka sendiri bukan hanya

sekedar menghapal aturan tanpa memahami. Pada saat memecahkan

masalah matematika, siswa dihadapkan dengan beberapa tantagan seperti

kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan karena masalah yang

dihadapi bukanlah masalah yang pernah dihadapi siswa sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pemecahan masalah matematika adalah suatu aktivitas untuk mencari

penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapi dengan

menggunakan semua bekal pengetahuan matematika yang dimiliki.\

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Menurut Yuwono, A (2010: 35), menyatakan bahwa sesuatu disebut

masalah bagi siswa jika pertanyaan yang dihadapkan kepada peserta didik

harus dapat dimengerti oleh peserta didik tersebut, namun pertanyaan itu

harus merupakan tantangan baginya untuk menjawab.

Page 24: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Menurut Saad & Ghani (2008: 119), masalah matematika didefinisikan

sebagai situasi yang memiliki tujuan yang jelas tetapi berhadapan dengan

halangan akibat kurangnya algoritma yang diketahui untuk

menguraikannya agar memperoleh sebuah solusi. Siswono (2008)

menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah usaha individu untuk

memberikan tanggapan serta memberikan solusi ketika dihadapkan pada

suatu persoalan yang belum jelas.

Berpikir mengenai pemecahan masalah dapat membantu dalam dua

alasan. Pertama, penekanan kesinambungan proses pemecahan masalah

dengan cara kita bergerak dari keadaan awal hingga keadaan akhir dapat

dirumuskan secara lebih jelas. Kedua, berpikir mengenai pemecahan

masalh merupakan suatu proses perubahan dari suatu keadaan pada

keadaan lain yang dapat membantu kita memahami bahwa setiap masalah

yang kita hadapi dapat dipecahkan dengan menggunakan strategi yang

bersifat umum. Meskipun hampir setiap orang dewasa memiliki beberapa

bentuk strategi pemecahan masalah, dalam kenyataannya tidak semua

pemecahan masalah memiliki kesamaan.

Menurut Sumarmo Utari (2018: 43), pada dasarnya kemampuan

pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kemampuan

matematis yang penting dan perlu dikuasai oleh siswa yang belajar

matematika. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

ditekankan pada berfikir tentang cara memecahkan masalah dan

memproses informasi matematika. Kemampuan pemecahan masalah

matematis yang baik juga berpengaruh kepada hasil belajar matematika

untuk menjadi lebih baik dan juga merupakan tujuan umum pengajaran

matematika, karena kemampuan pemecahan masalah matematis dapat

membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain

maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa juga menyebabkan proses belajar mengajar

matematika itu tidak mencapai tujuan hasil belajar yang diharapkan.

Page 25: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematika dalam hal ini adalah

kesanggupan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Selanjutnya

dalam penelitian ini akan digunakan pemecahan masalah menurut Polya

yang meliputi memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah,

melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil yang

diperoleh.

Menurut Polya empat langkah pemecahan masalah dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a. Memahami masalah (understand the problem)

Dalam tahap ini, permasalahan dibaca berulang-ulang untuk dapat

meyakini kebenaran masalah, sehingga dapat menemukan beberapa hal

yang diketahui atau tidak diketahui dan mengetahui hubungan kedua

hal tersebut.

b. Membuat rencana pemecahan masalah (make a plan)

Pemahaman masalah sangat berpengaruh dalam langkah membuat

rencana pemecahan masalah. Pemahaman tersebut digunakan untuk

menentukan aturan yang akan digunakan. Maka pada langkah ini, akan

diperoleh rumus dan unsur yang akan digunakan dalam pemecahan

masalah.

c. Melaksanakan rencana (carry out our plan)

Dalam tahap ini, pelaksanaan rencana pemecahan yang tertuang

pada tahap ke-dua, dengan menggunakan rumus dan unsur yang sudah

diperoleh. Hasil dari langkah ini adalah solusi masalah.

d. Memeriksa kembali jawaban (look back at the completed solution)

Setiap jawaban diperiksa kembali untuk memastikan kebenaran

jawaban dan meninjau ulang apakah solusi sesuai dengan

permasalahan.

Page 26: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

C. Gaya Belajar

Kemampuan setiap orang menyerap pelajaran berbeada satu

dengan yang lainnya. Ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang

lambat. Salah satu hal yang mempengaruhi adalah cara mereka dalam

memahami dan menangkap informasi yang berbeda-beda. Ada yang

nyaman belajar dengan suasana sepi dan ada yang nyaman belajar dengan

mendengarkan musik. Rasa nyaman dalam belajar ini disebut dengan gaya

belajar.

Ada beberapa pendapat tentang definisi gaya belajar. Beberapa

pendapat tersebut sebagai berikut.

(1) Brown dalam Gilakjani (2012 : 105), gaya belajar adalah dimana

keadaan seseorang mengerti dan memproses informasi dalam

pembelajaran.

(2) Kemp dalam Halim (2012 : 149) menyatakan bahwa gaya belajar

adalah cara mengenali berbagai metode belajar yang disukai yang

mungkin lebih efektif bagi siswa tersebut.

(3) Deporter (2007 : 110) gaya belajar adalah cara seseorang mempelajari

informasi baru.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

gaya belajar merupakan cara seseorang untuk mendapatkan informasi

dengan mudah dan nyaman. Menurut Deporter dan Hernacki (2007)

seseorang dapat mempunyai tiga jenis gaya belajar yaitu gaya belajar

visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik yang biasa

disebut dengan gaya belajar tipe V-A-K. Gaya belajar V-A-K adalah gaya

belajar yang sering digunakan dalam dunia pendidikan khususnya sekolah

menegah. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya

belajar siswa secara nyata dan lebih mudah dalam mengobservasi subyek

penelitian.

Gaya belajar yang berbeda akan menunjukan karakteristik yang

berbeda. Secara umum, ciri-ciri yang cenderung ditunjukan oleh seseorang

Page 27: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

dengan gaya belajar tertentu menurut Deporter dan Hernacki sebagai

berikut.

1. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual yaitu gaya belajar dimana seseorang merasa

paling baik dengan melihat, memperhatikan, dan mengamati benda-benda

yang dipelajarinya. Menurut Felder and Henriques, sebagaimana dikutip

Abidin et al. (2011), pelajar Visual adalah mereka yang memilih untuk

untuk menerima informasi dalam bentuk gambar, diagram, film, dan

dokumentasi. Terkadan siswa dengan gaya belajar Visual lebih menyukai

duduk didepan kelas dan mencatat deskripsi materi yang disajikan

(Gilakjani, 2012).

Menurut Depotter dan Hernacky (2000: 116-117), ciri-ciri orang

mempunyai gaya belajar visual sebagai berikut.

1) rapi dan teratur

2) berbicar dengan cepat

3) mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar

4) biasanya tidak terganggu oleh keributan

5) mempunyai masalah mengingat instruksi verbal kecuali ditulis

6) pembaca cepat dan tekun

7) lebih suka membaca daripada dibacakan

8) sering menjawab pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak

9) lebih suka berdemonstrasi daripada berpidato

10) lebih suka seni daripada musik

11) tidak panadi memilih kata-kata ketika berbicara

12) teliti terhadap detail

13) mementingkan penampilan

2. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar auditorial yaitu gaya belajar dimana seseorang merasa

paling baik belajar dari suara dengan bercerita (mempresentasiakn

Page 28: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

sesuatu), berdiskusi, dan mengemukakan pendapat. Seperti penuturan

Gilakjani (2012), siswa dengan gaya belajar auditorial menemukan

informasi melalui mendengarkan dan menafsirkan informasi dari lapangan.

Biasanya siswa dengan gaya belajar ini mendapatkan pengetahuan dengan

cara membaca dengan keras dan diperkirakan kurang memiliki

pemahaman penuh dari informasi yang tertulis.

Menurut Deporter dan Henacky (2000: 117), ciri-ciri orang yang

mempunyai gaya belajar auditorial sebagai berikut.

1. berbicara pada diri sendiri ketika bekerja

2. mudah terganggu oleh keributan

3. menggerakkan bibir ketika membaca

4. senang membaca keras dan mendengarkan

5. dapat meniru nada dan berirama

6. baik dalam bercerita dan menjelaskan, namun kesulitan dalam menulis

7. irama berbicaranya berpola

8. lebih suka musik daripada seni

9. bermasalah dengan kegiatan yang berkaitan dengan Visualisasi

10. tidak suka membaca, suka berbicara, berdiskusi dan dapat

menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar, dan

11. pembicara yang fasih

3. Gaya belajar kinestetik

Gaya belajar kinestetik mengandalkan kepada sentuhan seperti

gerak dan emosi untuk dapat mengingat suatu informasi. Menurut

Deporter dan Henacky (2000: 117), ciri-ciri orang yang mempunyai gaya

belajar kinestik sebagai berikut.

1. berbicara dengan perlahan

2. menaggapi perhatian fisik

3. berdiri dekat dengan lawan bicaranya

4. banyak menggunakan isyarat tubuh

Page 29: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

5. belajar dengan memanipulasi dan praktik

6. menghafal dengan cara berjalan dan melihat

7. menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

8. tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama

9. tidak dapat mengingat geografi kecuali pernah berada ditempat tersebut

10. menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

11. tulisannya jelek

12. suka menyibukkan diri

D. Kaitan Antara Berpikir Kritis, Pemecahan Masalah, dan Gaya Belajar

1. Kaitan Antara Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah mempunyai keterkaitan dengan berpikir kritis.

Hal ini sesuai dengan pendapat Spliter (1991) bahwa berpikir kritis

diperlukan dalam pemecahan masalah karena dalam pemecahan masalah,

berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja

serta membantu menemukan keterkaitan faktor yang satu dengan yang

lainnya secara lebih akurat. Siswa yang kritis dalam pembelajaran

matematika akan terbantu dalam memecahkan masalah matematika.

Begitu pula, seorang siswa yang biasa menyelesaikan masalah matematika

akan cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis.

Berpikir kritis tidak hanya berpikir secara analitis, tetapi juga

berpikir secara berbeda. Berpikir kritis mencakup analisis secara kritis

untuk memecahkan masalah. Analisis kritis berguna tidak hanya untuk

menganalisis masalah, tetapi juga membantu menemukan cara untuk

menemukan akar masalah. Dengan menemukan akar masalah, berarti

siswa memahami masalah dengan baik, ini merupakan syarat penting

untuk memecahkan masalah. Selain itu, berpikir kritis juga secara

sistematis menganalisis sebuah informasi menggunakan pendekatan yang

terorganisir berdasarkan logika untuk menguji keandalan dari sebuah

informasi, tidak hanya menerima begitu saja cara mengerjakan sesuatu

hanya karena selama ini begitu cara mengerjakannya dan menganggap

suatu pernyataan benar hanya karena orang lain membenarkannya.

Page 30: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa berpikir kritis erat

kaitannya dengan pemecahan masalah matematika. Hal ini selaras dengan

pendapat Muhibbin Syah (2014), bahwa berpikir kritis adalah perwujudan

perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah.

Maksudnya berpikir kritis sering muncul setelah seseorang menemui

masalah. Dalam berpikir kritis siswa dituntut untuk menggunakan strategi

kognitif yang tepat untuk menguji keadaan gagasan pemecahan masalah.

Wayne A. Wickelgren (1974 : 16) menyatakan bahwa bagian dari masalah

dapat diubah hanya dengan mengaplikasikan sebuah operasi kesatu atau

lebih pernyataan untuk menghasilkan pernyataan yang baru.

Pemecahan masalah adalah proses penerimaan masalah sebagai

tantangan untuk menyelesaikannya. Huitt mengklasifikasikan teknik yang

digunakan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

kedalam dua kelompok secara kasar, terkait dengan dikotomi

kritikal/kreativitas. Kelompok pertama cenderung lebih linear dan serial,

lebih terstruktur, lebih rasional dan analitik, dan lebih berorientasi

ketujuan; teknik ini sering dipandang sebagai bagian dari latihan berpikir

kritis. Kelompok kedua cenderung lebih holistik dan paralel, lebih

emosional dan intuitif, lebih kreatif, dan lebih aktual/kinestetik; teknik ini

sering dipandang sebagai bagian dari latihan berpikir kreatif. Suatu strategi

untuk memecahkan masalah menurut Polya terdiri dari 4 langkah, yaitu:

(a) memahami masalah, (b) membuat rencana, (c) melaksanakan rencana,

dan (d) melihat kembali.

Memahami masalah adalah menemukan dengan tepat apa

masalahnya. Ini melibatkan tindakan menemukan informasi yang relevan

dengan masalah itu dan memisahkan elemen yang tidak relevan. Setelah

itu siswa harus mampu menyusun rencana pemecahan masalah.

Kemampuan fase kedua ini sangat bergantung pada pengalaman siswa

dalam memecahkan masalah. Membuat rencana atau merencanakan

solusinya berkaitan dengan strategi umum untuk mengatasi masalah.

Berikutnya yaitu upaya menemukan solusi aktual untuk masalahnya. Pada

Page 31: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

langkah kedua, maka siswa telah melahirkan rencana yang tepat dalam

kaitannya dengan algoritma mana yang akan digunakan. Langkah ini

bersifat langsung dan hanya melibatkan penerapan algoritma yang dipilih

saja. Langkah terakhir berkaitan dengan evaluasi hasil, yaitu memeriksa

jawabannya.

Sehingga disimpulkan bahwa pemecahan masalah dalam

matematika adalah suatu aktivitas untuk mencari solusi dari masalah

matematika yang dihadapi dengan menggunakan secara integratif semua

bekal pengetahuan matematika yang sudah dimiliki. Dalam penelitian ini,

dilakukan analisis kemampuan berpikir kritis siswa dengan menelusuri

kemampuan berpikir kritis siswa yang terintegrasi dalam pemecahan

masalah matematika yang melibatkan siswa secara aktif dan

mengaitkannya dengan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis

dan tahap pemecahan masalah matematika menurut Polya.

2. Kaitan Antara Gaya Belajar Dengan Berpikir Kritis

Gaya belajar mempunyai keterkaitan dengan berpikir kritis. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiffani yang menyatakan

bahwa gaya belajar mempengaruhi proses berpikir siswa (Tiffani, 2015).

Jika proses berpikir dipengaruhi oleh gaya belajar, maka proses berpikir

kritis juga pasti dipengaruhi oleh gaya belajar (Amir, 2015). Ada

hubungan yang positif atau saling mempengaruhi antara berpikir kritis dan

gaya belajar siswa. Artikel yang ditulis oleh Ghofur dan kawan-kawannya

juga menyatakan bahwa pencapaian berpikir kritis seseorang tidak hanya

bisa dicapai dengan penggunaan metode yang sesuai tetapi juga harus

melihat gaya belajar siswanya (Ghofur, 2016).

Page 32: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tempat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif, artinya

menggambarkan atau mendeskripsikan kejadian-kejadian yang menjadi

pusat perhatian (kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah,

gaya belajar siswa) secara kualitatif dan berdasar data kualitatif. Data yang

dihasilkan nantinya berupa kata-kata atau ucapan-ucapan yang diperoleh

dari hasil wawancara dan tulisan atau bilangan yang diperoleh dari hasil

wawancara.

Pendekatan deskriptif tujuannya yaitu untuk mengeksplorasi dan

atau memotret situasi social yang akan diteliti secara menyeluruh, luas,

dan mendalam (Sugiyono, 2018:289). Berdasarkan pendekatan kualitatif

dalam penelitian ini, semua fakta baik tulisan maupun lisan dari sumber

data manusia yang telah diamati dan dokumen terkait lainnya yang

diuraikan apa adanya kemudian dikaji seringkas mungkin untuk menjawab

permasalahan. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Batara Gowa.

B. Subjek Penelitian dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP

Batara Gowa tahun ajaran 2019/2020. Keseluruhan siswa tersebut

merupakan subjek angket gaya belajar serta subjek tes kemampuan

berpikir kritis pemecahan masalah. Tetapi, hanya 3 siswa yang menjadi

subjek penelitian yang diambil dari masing-masing tipe gaya belajar

berdasarkan dari hasil jawaban dan merupakan subjek wawancara. Subjek

penelitian merupakan informan untuk mendapatkan siswa dengan

kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah matematika

berdasarkan gaya belajar. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada satu

kelas yaitu kelas VIII. Untuk mengetahui gaya belajar siswa, maka semua

siswa kelas VIII diberikan angket gaya belajar. Sedangkan untuk

Page 33: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

mengetahui kemampuan berpikir kritis pemecahan masalah, maka dalam

penelitian ini digunakan tes kemampuan berpikir kritis berdasarkan

indikator berpikir kritis. Agar kemampuan berpikir kritis siswa dalam

pemecahan masalah diketahui dengan berdasarkan tipe gaya belajar siswa,

maka dilakukan wawancara. Teknik pemilihan subjek dilakukan dengan

teknik purposive sampling dengan menggunakan kelengkapan hasil

pekerjaan dan hasil wawancara. Menurut Sugiyono (2018: 300), teknik

sampling yang sering digunakan pada penelitian kualitatif adalah:

... purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,

misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang

kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Untuk penelitian ini, hanya digunakan satu kelas. Apabila ingin

setiap gaya belajar terisi maka penelitian harus dilakukan terhadap kelas

yang lain sehingga akan melebihi waktu penelitian yang ditetapkan dan

dimungkinkan akan timbul ketidak akuratan data. Oleh karena itu,

penelitian ini hanya terbatas pada satu kelas saja. Jika proses tersebut telah

dilakukan dan diperoleh kenyataan bahwa ada tipe gaya belajar siswa yang

tidak terisi subjek maka dapat disimpulkan bahwa tipe gaya belajar

tersebut tidak ada disertai penjelasan terhadap hasil pertemuan yang ada.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih peneliti dalam

kegiatan mengumpulkan data agar kegiatannya menjadi sistematis dan

lebih mudah.

1. Angket Gaya Belajar

Angket adalah pedoman peneliti yang berisi serangkaian

pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring informasi yang harus dijawab

Page 34: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

siswa secara bebas sesuai dengan pendapatnya. Lembar angket digunakan

untuk memperoleh data mengenai gaya belajar siswa. Angket yang

berjumlah 24 nomor pertanyaan, dimana masing-masing setiap gaya

belajar terdapat 8 pertanyaan.

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk

mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau

secara lisan atau secara perbuatan. Dalam penelitian ini tes digunakan

untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pemecahan masalah,

dan materi yang digunakan adalah pola bilangan berdasarkan indikator

berpikir kritis Ennis yaitu memberikan penjelasan sedehana, membangun

keterampilan dasar, memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan

tektik dan menyimpulkan. (Soal tes terlampirkan)

3. Pedoman wawancara

Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis siswa

pemecahan masalah soal dengan materi pola bilangan yang mengacu pada

indikator berpikir kritis. Pedoman wawancara yang digunakan berdasarkan

tahapan pemecahan menurut Polya yang berisi acuan pertanyaan-

pertanyaan yang akan ditanyakan kepada siswa untuk menguatkan hasil

tes tertulis siswa secara lisan. Pertanyaan yang diajukan kepada setiap

siswa berbeda satu sama lain tergantung dari jawaban masing-masing

siswa. Sebelum melakukan wawancara siswa di informasikan bahwa hasil

wawancara tidak akan mempegaruhi nilai mereka sehingga siswa tidak

berada dalam tekanan dan diharapkan akan menjawab pertanyaan sesuai

dengan apa yang mereka ketahui. (Pedoman wawancara terlampirkan)

D. Teknik Pengumpulan Data

Page 35: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang akan

digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Angket, pada penelitian ini gaya belajar siswa akan diukur dengan

instrumen berupa angket. Angket ini di isi daftar pertanyaan dengan

pilihan YA dan TIDAK, akan di isi oleh siswa sesuai dengan karakter diri

siswa ketika belajar.

2. Tes, tes merupakan alat ukur sehingga dapat menunjukkan kondisi subjek.

Metode tes yang akan di gunakan berupa soal esay dengan materi pola

bilangan yang mencakup indikator berpikir kritis. Hasil jawaban siswa

akan dianalisis untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Wawancara, wawancara akan dilakukan terhadap siswa sebagai subjek.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung mengenai

pemecahan masalah ditinjau dari gaya belajar siswa. Wawancara akan

dilakukan dengan bantuan alat rekam pada handphone. Hasil wawancara

ini dapat membantu menunjukkan keabsahan dan dapat dijadikan bahan

untuk analisis.

4. Dokumentasi, dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan studi

dokumen untuk mengumpulkan data sekunder berupa daftar siswa kelas

VIII yang akan di teliti, profil sekolah, dan foto-foto penelitian. Kemudian

dokumen tersebut akan dijadikan sebagai pelengkap data.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data

dalam periode tertentu. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis

data, yaitu.

Page 36: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

1. Reduksi data

Mereduksi data, dalam hal ini yaitu menganalisis dan

mengelompokkan angket gaya belajar siswa dengan gaya belajar yang

sama. Selanjutnya hasil analisis angket dan tes kemampuan berpikir kritis

dijadikan bahan untuk wawancara kepada subjek penelitian dan mengola

hasil wawancara dalam bentuk bahasa yang baik.

2. Penyajian data

Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah berupa hasil

analisis angket gaya belajar siswa, hasil analisis tes kemampuan berpikir

kritis dan hasil wawancara.

3. Penarikan kesimpulan

Dalam proses penarikan kesimpulan mengacu pada hasil analissi

angket untuk menentukan kategori gaya belajar siswa, hasil tes dan

wawancara untuk digunakan dalam menentukan kesimpulan mengetahui

kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan gaya belajar.

F. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi syarat kredibilitas,

transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Kredibilitas mengacu

pada pertanyaan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada

dalam realitas (kenyataan di lapangan). Istilah ini dapat disamakan dengan

istilah validitas internal yang sering digunakan pada penelitian kuantitatif.

Pada penelitian ini, untuk memenuhi kredibilitas data dilakukan dengan

observasi terus menerus (persistant observation), yaitu peneliti

mewawancarai subjek dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan dan

mengadakan pengulangan pertanyaan pada waktu berbeda terhadap

informasi yang tidak jelas atau berbeda. Peneliti juga mengadakan

triangulasi untuk memvalidasi data. Miles, et al. (2014: 299) menyatakan

bahwa triangulasi adalah suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data

Page 37: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

dengan memanfaatkan sesuatu di luar untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data. Triangulasi dalam penelitian ini adalah

membandingkan data hasil pekerjaan siswa dengan data hasil wawancara

dan membandingkan serta memeriksa data wawancara dari subjek yang

berbeda dalam satu tipe gaya belajar yang sama. Jadi teknik triangulasi

yang dimaksud yaitu teknik triangulasi dengan waktu. Selain itu dilakukan

validasi terhadap tes berpikir kritis apakah dapat digunakan untuk

mengetahui kemampuan berpikir kritis pemecahan masalah siswa oleh

validator. Kegiatan lain, peneliti mengadakan diskusi dengan dosen

pembimbing.

Transferabilitas (keteralihan) adalah upaya membangun

generalisasi seperti dalam penelitian kuantitatif. Tetapi dalam penelitian

kualitatif hanya menyajikan hipotesis kerja disertai deskripsi yang terkait

dengan waktu dan konteks, tidak menggeneralisasi suatu penemuan yang

dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang

sama. Transferabilitas dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan

kejadian empiris tentang kesamaan konteks serta menguraikannya secara

rinci. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah menguraikan secara rinci

kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah pada masing-masing

gaya belajar siswa.

Dependabilitas merupakan istilah yang disamakan dengan

reliabilitas pada penelitian kuantitatif, yaitu dapat tidak dibuat replikasi

atau uji ulang hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif memandang

realitas itu terkait langsung dengan konteks dan waktu, sehingga kecil

kemungkinan mengadakan replikasi hasil studi. Pada penelitian ini untuk

menjaga dependabilitas dengan teknik-teknik seperti yang dijelaskan untuk

menjaga kredibilitas dan teknik audit yang menjaga kejujuran dan

ketepatan sudut pandang peneliti. Teknik audit dapat dilakukan dengan

cara pembimbing mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam

melakukan penelitian.

Page 38: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Konfirmabilitas (kepastian) menggantikan istilah objektivitas pada

penelitin kuantitatif. Penelitian kualitatif memandang realitas itu, terkait

dengan konteks dan waktu. Objektivitas tidak berdasar kesepakatan atau

persetujuan oleh beberapa atau banyak orang, tetapi berdasar pada data.

Pada penelitian ini, kepastian dipenuhi karena berdasarkan data yang digali

dengan sebenarnya.

G. Prosedur Penelitian

Secara umum tahapan-tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini

yaitu:

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

persiapan sebagai berikut:

a. Meminta izin kepada kepala sekolah SMP Batara Gowa

b. Melakukan observasi awal

c. Menyusun dan menyiapkan tes kemampuan berpikir kritis pemecahan

masalah dan pedoman wawancara. (Terlampirkan)

d. Melakukan validasi instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan penelitian dengan

memberikan angket gaya belajar, tes berpikir kritis, dan melakukan

wawancara tentang pemecahan masalah matematika pada materi pola

bilangan. (Waktu pelaksanaan dimulai dari tanggal 4 November 2019.

3. Tahap Akhir

Setelah melakukan penelitian, selanjutnya yang akan dilakukan

adalah mendeskripsikan hasil penelitian kemudian membuat kesimpulan.

Page 39: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini, hasil penelitian meliputi hasil validasi serta

hasil pelaksanaan untuk tiap-tiap instrumen yang digunakan. Ada tiga

instrument yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: (1) instrument

angket gaya belajar, (2) instrument tes kemampuan berpikir kritis, dan (3)

instrument pedoman wawancara.

Sebagai tolak ukur untuk mengetahui tipe gaya belajar siswa,

digunakanlah instrument angket gaya belajar menurut Deporter dan

Hernacki (2000: 112). Kegiatan penelitian dimaksudkan untuk mengetahui

ada tidaknya subjek untuk tiap tipe gaya belajar. Dari kegiatan penelitian

angket gaya belajar diperoleh dari 20 jumlah siswa, terdapat 9 siswa tipe

Auditorial, 6 siswa tipe Visual, 5 siswa tipe Kinestetik. Sebagai instrument

untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan

masalah matematika, maka digunakanlah tes berpikir kritis berdasarkan

indikator berpikir kritis dengan materi pola bilangan. Dari kegiatan

penelitian hasil tes diambil 3 siswa dengan tipe gaya belajar yang berbeda

berdasarkan hasil jawaban tes siswa masalah 1 dan 2 yang memiliki

jawaban yang sesuai dengan salah satu atau semua 5 indikator berpikir

kritis menurut Ennis. Sementara itu, untuk mengetahui apakah

kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah yang

diperoleh dari hasil tes tertulis sesuai dengan keadaan siswa sebenarnya,

maka dilakukanlah wawancara. Wawancara yang dilaksanakan

berpedoman dengan pedoman wawancara yang sudah dibuat. Pedoman

wawancara mengacu pada tahap kemampuan pemecahan masalah Polya.

Berikut daftar subjek penelitian yang mengikuti tes dan mengisi angket

gaya belajar.

Page 40: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Tabel 4.1 Daftar Siswa yang Mengikuti Tes dan Angket

NO Nama Siswa Gaya Belajar Siswa

1 AS Kinestetik

2 ABS Auditorial

3 ANA Auditorial

4 AG Auditorial

5 MAP Visual

6 ATPT Visual

7 AY Visual

8 DM Auditorial

9 DW Auditorial

10 HD Auditoril

11 LW Kinestetik

12 MA Kinestetik

13 MFR Auditorial

14 MHID Visual

15 MS Kinestetik

16 MRD Visual

17 NF Visual

18 NS Auditorial

19 PH Auditorial

20 SN Kinestetik

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, jadi sebanyak 20 siswa yang mengisi

angket gaya belajar dan menyelesaikan tes berpikir kritis. Diketahui pula,

bahwa gaya belajar yang dominan adalah gaya belajar siswa tipe

auditorial.

Page 41: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Tes kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah

dilaksanakan dua kali dengan hari dan waktu yang berbeda, di kelas SMP

Batara Gowa. Tes dilaksanakan selama 30 menit dan diikuti oleh 20 siswa.

Sebelum mengerjakan tes, peneliti memberi instruksi dan petunjuk

pengerjaan tes kepada siswa. Setelah selesai diberikan informasi, siswa

dipersilakan mengerjakan tes yang diberikan. Setelah waktu habis, siswa

diminta untuk mengumpulkan hasil kerjanya kepada peneliti.

Sedangkan wawancara dilakukan setelah mengetahui tipe gaya

belajar dan kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah masing-

masing siswa. Masing-masing kategori kemampuan berpikir kritis siswa

dalam pemecahan masalah per gaya belajar diambil 1 siswa yang memiliki

hasil jawaban yang sesuai pada tes berpikir kritis dalam pemecahan

masalah. Hasil dan pelaksanaan jadwal wawancara pada tiga subjek

dengan satu subjek untuk tiap tipe gaya belajar. Berikut subjek penelitian

wawancara untuk masing-masing tipe gaya belajar.

Tabel 4.2 Subjek Penelitian wawancara

Tipe Gaya Belajar Subjek

Wawancara

Tanggal Wawancara

Auditorial AD 7, Januari 2020

Visual VS 7, Januari 2020

Kinestetik KN 7, Januari 2020

Bagian ini akan menunjukkan proses analisis kemampuan berpikir

kritis pemecahan masalah. Analisis dilakukan untuk masing-masing subjek

tiap tipe gaya belajar. Untuk hasil wawancara, pengkodean mengacu pada

kode subjek masing-masing berdasarkan gaya belajar. Kode pewawancara

terdiri dari 4 (empat) digit. Dua digit pertama menyatakan urutan subjek

yang diwawancarai seperti P1, P2, P3 dan P4. Diikuti dengan dua digit

Page 42: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

yang menyatakan urutan soal yang diberikan. Contoh P1.01 artinya

peneliti untuk subjek pertama dan urutan soal pertama.

Sedangkan untuk subjek terdiri dari 5 (lima) digit. Tiga digit

pertama menyatakan subjek yang diwawancarai seperti AD1, VS2, KN3.

Diikuti dengan dua digit yang menyatakan urutan soal yang dijawab.

Contoh AD1.01 artinya subjek dengan gaya belajar pertama dan jawaban

soal pertama.

1. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pemecahan Masalah

Siswa Tipe Gaya Belajar Auditorial (AD1)

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan Masalah 1

a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana dan Membangun

Keterampilan Dasar

Gambar 4.1 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek AD1

P1.01 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?

AD1.01 : Yang saya ketahui barisan bilangan -7, -4, -3, 0, 1

P1.02 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?

AD1.02 : Menentukan suku ke-10 pada barisan bilangan

Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa subjek auditorial

di atas, terlihat bahwa AD1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan

membangun keterampilan dasar masalah 1. Hal ini dapat dilihat AD1

menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1 dengan

Page 43: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

lengkap. AD1 menuliskan bilangan -7, -4, -3, 0, 1. Selain itu AD1 mampu

menuliskan yang ditanyakan dari masalah 1 dengan tepat yaitu suku ke-10.

AD1 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan

menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang

digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun AD1 tidak

menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang diketahui dan

ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, subjek AD mampu

memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar

dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan

dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

b. Tahap Memberikan Penjelasan Lanjut

Gambar 4.2 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 1 Subjek AD1

P1.03 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah

tersebut?

AD1.03 : Yang saya lakukan adalah membuat gambar polanya

P1.04 : Bagaimana anda bisa menghitung suku berikutnya?

Jelaskan!

AD1.04 : Dengan melihat hasil dari gambar polanya bahwa dari barisan

pertama suku pertama sampai suku ke-10, terlihat bahwa setiap barisan

memiliki beda 3 dan 1

Page 44: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa subjek

auditorial diatas, terlihat bahwa AD1 mampu memberikan penjelasan

lanjut penyelesaian masalah 1. Hal ini dapat dilihat AD1 menuliskan

rencananya secara rinci dan urut. Dalam rencananya, AD1 mampu

menentukan beda setiap barisan yang dengan benar.

c. Tahap Mengatur Strategi dan taktik

Gambar 4.3 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek

AD1

P1.05 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?

Jelaskan!

AD1.05 : Dengan menuliskan nilai-nilai dari bentuk pola yang

digambar, kemudian menyusun barisan pertama suku

pertama sampai suku ke-10.

P1.06 : Rumus apa yang anda gunakan?

AD1.06 :Saya tidak mengunakan rumus karena saya

menyelesaikannya dengan cara manual

P1.07 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?

AD1.07 : Hasilnya yaitu 12

Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa subjek Auditorial

diatas, terlihat bahwa AD1 mampu mengatur strategi dan taktik

penyelesaian masalah 1. Hal ini dapat dilihat AD1 mampu melaksanakan

Page 45: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

strategi dan taktik selama proses dan perhitungan yang berlangsung.

Berdasarkan cara penyelesaian dengan cara manual, AD1 juga

menentukan barisan ke-10 dengan benar dan mendapatkan hasil akhir yang

tepat yaitu 12.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AD1 mampu

mengatur strategi dan taktik melaksanakan yang telah dibuat dengan benar

serta mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan

yang berlangsung.

d. Indikator Menuliskan Kesimpulan

P1.08 : Apakah perhitugannya di cek?

AD1.08 : Iya, saya menghitung kembali

P1.09 : Jadi, bagaimana kesimpulannya

AD1.09 : Jadi diperoleh U10 nya adalah 12

P1.010 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?

AD1.010 : Tidak tau, sepertinya ada tapi bingung

P1.011 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban

jawaban yang anda temukan?

AD1.011 : Dengan memeriksanya kembali satu persatu

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial terlihat

bahwa AD1 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab

masalah 1. AD1 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 1. AD1

melihat kembali dengan cara mengecek informasi penting yang sudah

teridentifikasi dengan cara memeriksanya satu persatu.

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan Masalah 2

a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana dan Membangun

keterampilan dasar

Gambar 4.4 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek AD1

P1.011 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?

Page 46: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

AD1.011 : Yang saya ketahui terdapat gambar miniatur sarang lebah

gambar pertama dengan 15 batang lidi, gambar kedua dengan 23

batang lidi, gambar ketiga dengan 31 batang lidi dan gambar keempat

dengan 39 batang lidi.

P1.012 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?

AD1.012 : Menentukan banyaknya batang lidi untuk miniatur sarang

lebah gambar ke 8

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial di atas,

terlihat bahwa AD1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan

membangun keterampilan dasar 2. Hal ini dapat dilihat AD1 menuliskan

semua informasi yang diketahui pada masalah 2 dengan lengkap. AD1

menuliskan gambar 1 dengan 15 batang lidi, gambar ke 2 dengan 23

batang lidi, gambar ke 3 dengan 31 batang lidi dan gambar ke 4 dengan 39

batang lidi. Selain itu AD1 mampu menuliskan yang ditanyakan dari

masalah 2 dengan tepat yaitu miniatur sarang lebah gambar ke 8. AD1

juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan menggunakan

bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang digunakan,

walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun AD1 tidak menuliskan

soal kembali, namun menuliskan yang diketahui dan ditanyakan

menggunakan bahasanya sendiri.

Page 47: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AD1 mampu

memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar

dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan

dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

b. Indikator Memberikan Penjelasan Lanjut

Gambar 4.5 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 2 Subjek AD1

P1.013 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah

tersebut?

AD1.013 : Yang saya lakukan mengurutkan data yang telah diketahui

dan membuat polanya

P1.014 : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya?

Jelaskan!

AD1.014 : Pertama-tama membuat rumusnya dengan cara melihat

selisih antara U1 dan U2 begitupan U selanjutnya.

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial diatas,

terlihat bahwa AD1 mampu memberikan penjelasan lanjut masalah 2.

Hal ini dapat dilihat AD1 menuliskan rencananya secara rinci dan urut.

Dalam rencananya, AD1 mampu menentukan selisih antara U1 dan U2

selain itu, AD1 juga mampu mengidentifikasi sub tujuan yang harus

dicari sebelum menentukan banyaknya batang lidi untuk gambar ke 8.

c. Indikator Mengatur Strategi dan Taktik

Gambar 4.6 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 2 Subjek

AD1

P1.015 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?

Page 48: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Jelaskan!

AD1.015 : Jika selisihnya sama maka selisi tersebut diambil sebagai

rumus mencari apakah rumus itu sudah sesuai atau belum, jika belum

dicari angka yang kurang dari rumus awal.

P1.016 : Rumus apa yang anda gunakan?

AD1.016 : Saya ambil rumus yang saya temukan sendiri dari data

yang diketahui yaitu Un = 8n + 7

P1.017 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?

AD1.017 : Hasilnya yaitu 71

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial diatas,

terlihat bahwa AD1 mampu membangun strategi dan taktik masalah 2. Hal

ini dapat dilihat AD1 mampu melaksanakan strategi selama proses dan

perhitungan yang berlangsung. Berdasarkan rumus yang ditemukannya

sendiri dari data yang diketahui, AD1 juga menentukan banyaknya batang

lidi pada gambar ke 8 dengan benar dan mendapatkan hasil akhir yaitu 71.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AD1 mampu

membangun strategi dan taktik yang telah dibuat dengan benar serta

mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan yang

berlangsung.

d. Indikator Menuliskan Kesimpulan

Page 49: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

P1.018 : Apakah perhitugannya di cek?

AD1.018 : Iya, saya menghitung kembali

P1.019 : Jadi bagaimana kesimpulannya

AD1.019 : jadi kesimpulannya yaitu jumlah batang lidi pada gambar 8

adalah 71 batang lidi

P1.0120 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?

AD1.020 : Ada

P1.021 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban

jawaban yang anda temukan?

AD1.021 : Dengan cara mengecek kembali satu persatu

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial terlihat

bahwa AD1 mampu memberikan kesimpulan dan menuliskan hal-hal yang

sudah dilakukan untuk menjawab masalah 2. AD1 mampu melihat kembali

penyelesaian masalah 2 mengecek perhitungan kembali yang dan yakin

jawaban yang diperoleh benar.

2. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pemecahan Masalah

Siswa Tipe Gaya Belajar Visual (VS1)

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan Masalah 1

a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhanadan Membangun

Keterampilan Dasar

Gambar 4.7 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek VS1

P1.01 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?

VS1.01 : Yang saya ketahui terdapat barisan bilangan -7, -4, -3, 0, 1

P1.02 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?

VS1.02 : Menentukan suku ke-10 pada barisan bilangan tersebut

Page 50: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek visual di atas,

terlihat bahwa VS1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan

membangun keterampilan dasar masalah 1. Hal ini dapat dilihat VS1

menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1 dengan

lengkap. VS1 menuliskan bilangan -7, -4, -3, 0, 1. Selain itu VS1

mampu menuliskan yang ditanyakan dari masalah 1 dengan tepat yaitu

suku ke-10. VS1 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan

dengan menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari

kalimat yang digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal,

namun VS1 tidak menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang

diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, VS1 mampu

memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar

dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar

dan dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa

sendiri.

b. Indikator Memberikan Penjelasan Lanjut

Gambar 4.8 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 1 Subjek VS1

P1.03 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah

tersebut?

VS1.03 : Yang saya lakukan adalah membuat gambar polanya

P1.04 : Bagaimana anda bisa menghitung suku berikutnya?

Page 51: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Jelaskan!

VS1.04 : Dengan melihat hasil dari gambar polanya bahwa dari barisan

pertama suku pertama sampai suku ke-10, terlihat bahwa setiap barisan

memiliki beda 3 dan 1

Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa subjek visual

diatas, terlihat bahwa VS1 mampu memberikan penjelasan lanjut

penyelesaian masalah 1. Hal ini dapat dilihat VS1 menuliskan rencananya

secara rinci dan urut. Dalam rencananya, VS1 mampu menentukan beda

setiap barisan yang dengan benar.

c. Indikator Mengatur Strategi dan Taktik

Gambar 4.9 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek

VS1

P1.05 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?

Jelaskan!

VS1.05 : Dengan menuliskan nilai-nilai dari bentuk pola yang

digambar, kemudian menyusun barisan pertama suku

pertama sampai suku ke-10.

P1.06 : Rumus apa yang anda gunakan?

VS1.06 :Saya menyelesaikannya menggunakan cara manual

P1.07 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?

VS1.07 : Hasilnya yaitu 12

Page 52: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa subjek visual

diatas, terlihat bahwa VS1 mampu mengatur strategi dan taktik

penyelesaian masalah 1. Hal ini dapat dilihat VS1 mampu melaksanakan

strategi dan taktik selama proses dan perhitungan yang berlangsung.

Berdasarkan cara penyelesaian dengan cara manual, VS1 juga menentukan

barisan ke-10 dengan benar dan mendapatkan hasil akhir yang tepat yaitu

12.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, VS1 mampu mengatur

strategi dan taktik melaksanakan yang telah dibuat dengan benar serta

mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan yang

berlangsung.

d. Indikator Menuliskan Kesimpulan

P1.08 : Apakah perhitugannya di cek?

VS1.08 : Iya, saya menghitung kembali

P1.09 : Jadi, bagaimana kesimpulannya

VS1.09 : Jadi diperoleh U10 nya adalah 12

P1.010 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?

VS1.010 : Tidak tau, sepertinya ada tapi bingung

P1.011 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban

jawaban yang anda temukan?

VS1.011 : Dengan memeriksanya kembali satu persatu

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjekvisul terlihat bahwa

VS1 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab masalah 1.

VS1 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 1. VS1 melihat

kembali dengan cara mengecek informasi penting yang sudah

teridentifikasi dengan cara memeriksanya satu persatu.

Page 53: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek visual diatas, terlihat

bahwa VS1 mampu memberikan penjelasan lanjut masalah 1. Hal ini dapat

dilihat VS1 tdapat menuliskan rencananya secara rinci dan tidak dapat

menentukan beda setiap barisan.

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan Masalah 2

a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana dan Membangun

Keterampilan Dasar

Gambar 4.10 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek VS1

P1.011 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?

VS1.011 : Yang saya ketahui terdapat gambar miniatur sarang lebah

gambar 1 dengan jumlah 15 batang lidi, gambar 2 dengan 23 batang

lidi, gambar 3 dengan 31 batang lidi dan gambar 4 dengan 39 batang

lidi.

P1.012 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?

VS1.012 : Menentukan miniatur sarang lebah gambar ke 8

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek avisual di atas, terlihat

bahwa VS1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan membangun

keterampilan dasar masalah 2. Hal ini dapat dilihat VS1 menuliskan semua

informasi yang diketahui pada masalah 2 dengan lengkap. VS1 menuliskan

Page 54: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

gambar 1 dengan 15 batang lidi, gambar ke 2 dengan 23 batang lidi,

gambar ke 3 dengan 31 batang lidi dan gambar ke 4 dengan 39 batang lidi.

Selain itu VS1 mampu menuliskan yang ditanyakan dari masalah 2 dengan

tepat yaitu miniatur sarang lebah gambar ke 8. VS1 juga menuliskan apa

yang diketahui dan ditanyakan dengan menggunakan bahasa dan kalimat

sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang digunakan, walaupun tidak jauh

berbeda dengan soal, namun VS1 tidak menuliskan soal kembali, namun

menuliskan yang diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya

sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, VS1 mampu

memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar

dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan

dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

3. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pemecahan Masalah

Siswa Tipe Gaya Belajar Kinestetik (KN1)

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan Masalah 1

a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana dan Membangun

Keterampilan Dasar

Gambar 4.11 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek KN1

P1.01 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?

KN1.01 : Yang saya ketahui barisan bilangan -7, -4, -3, 0, 1

P1.02 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?

KN1.02 : Menentukan suku ke-10 pada barisan bilangan

Page 55: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial di atas,

terlihat bahwa KN1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan

membangun keterampilan dasar masalah 1. Hal ini dapat dilihat KN1

menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1 dengan

lengkap. KN1 menuliskan bilangan -7, -4, -3, 0, 1. Selain itu KN1 mampu

menuliskan yang ditanyakan dari masalah 1 dengan tepat yaitu suku ke-10.

KN1 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan

menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang

digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun KN1 tidak

menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang diketahui dan

ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, mampu memberikan

penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar dengan

menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan dapat

menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

Analisis Kemampuan Kemampuan Berpikir Kritis Pemecahan

Masalah 2

a. Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana dan Membangun

Keterampilan Dasar

Gambar 4.12 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek KN1

P1.03 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?

KN1.03 : Yang saya ketahui terdapat gambar miniatur sarang lebah

gambar pertama dengan 15 batang lidi, gambar kedua dengan 23

batang lidi, gambar ketiga dengan 31 batang lidi dan gambar keempat

dengan 39 batang lidi.

Page 56: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

P1.04 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?

AD1.04 : Menentukan banyaknya batang lidi untuk membuat

miniatur sarang lebah gambar ke 8

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek auditorial di atas,

terlihat bahwa KN1 mampu memberikan penjelasan sederhana dan

membangun keterampilan dasar masalah 2. Hal ini dapat dilihat KN1

menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 2 dengan

lengkap. KN1 menuliskan gambar 1 degan 15 batang lidi, gambar ke 2

dengan 23 batang lidi, gambar ke 3 dengan 31 batang lidi dan gambar ke 4

dengan 39 batang lidi. Selain itu KN1 mampu menuliskan yang ditanyakan

dari masalah 2 dengan tepat yaitu mencari banyaknya batang lidi untuk

membuat miniatur sarang lebah gambar ke 8. KN1 juga menuliskan apa

yang diketahui dan ditanyakan dengan menggunakan bahasa dan kalimat

sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang digunakan, walaupun tidak jauh

berbeda dengan soal, namun KN1 tidak menuliskan soal kembali, namun

menuliskan yang diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya

sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, KN1 mampu

memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar

dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan

dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

B. PEMBAHASAN

Kemampuan berpikir kritis subjek pada indikator memberikan

penjelasan sederhana dengan gaya belajar Auditorial mampu

menyelesaikan masalah 1 dan 2 Hal ini tampak bahwa siswa auditorial

Page 57: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

menuliskan yang diketahui dalam soal. Hal ini sesuai dengan Tiffani

(2015) yang berpendapat bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial

mampu membuat rencana penyelesaian. Subjek dengan gaya belajar visual

dalam menyelesaikan masalah 1 dan 2 mampu memberikan penjelasan

sederhana . Hal ini tampak bahwa siswa visual menuliskan apa yang ada

disoal. Begitupun subjek dengan gaya belajar kinestetik pada masalah 1

dan 2 mampu memberika penjelasan sederhana dengan menuliskan apa

yang ada disoal.

Kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator membangun

keterampilan dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dengan

gaya belajar auditorial dalam menyelesaikan masalah 1 dan 2 mampu

membangun keterampilan dasar, karena subjek auditorial menuliskan apa

yang ditanyakan dalam soal. Zahroh (2014) menyatakan bahwa pada

tahapan menentukan rencana penyelesaian masalah subjek auditorial

berbicara sendiri saat bekerja yang menunjukkan kemampuannya dalam

mengolah informasi. Senada dengan pendapat. Sementara subjek dengan

gaya belajar visual dalam menyelesaikan masalah 1 dan 2 mampu

membangun keterampilan dasar, hal ini karena siswa menuliskan apa yang

ditanyakan pada soal. Sedangkan subjek dengan gaya belajar kinestetik

mampu membangun keterampilan dasar siswa menuliskan apa yang

ditanyakan dalam soal. Sesuai dengan pendapat Amir (2015) seseorang

dengan gaya belajar kinestetik dalam proses berpikir kritis dalam

memecahkan masalah mampu menuliskan apa yang ditanyakan pada soal.

Kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator mengatur strategi

dan taktik bahwa subjek dengan gaya belajar auditorial dalam

menyelesaikan masalah 1 dan 2 mampu mengatur strategi dan taktik.

Subjek dengan gaya belajar visual dalam menyelesaikan masalah 1

mampu mengatur strategi dan taktik sedangkan masalah 2 belum mampu

mengatur strategi dan taktik. Sedangkan siswa dengan gaya belajar

kinestetik juga belum mampu mengatur strategi dan taktik.

Page 58: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator memberikan

penjelasan lebih lanjut berdasarkan hasil penelitian diatas, menunjukkan

bahwa kemampuan berpikir kritis siubjek dalam menyelesaikan masalah 1

dan 2 dengan gaya belajar auditorial mampu menuliskan penjelasan lebih

lanjut. Senada dengan hasil penelitian Tiffani (2015) bahwa siswa dengan

gaya belajar auditorial mampu mengolah informasi dan menyimpan

informasi dengan menuliskan pada lembar jawaban. Sama halnya dengan

Jaenudin (2007) mengatakan bahwa siswa auditorial memberikan

perhitungan dalam menyelesaikan soal. Pada gaya belajar visual subjek

dalam memyelesaikan masalah 1 mampu menuliskan penjelasan lanjur

sedangkan masalah 2 belum mampu menuliskan penjelasan lebih lanjut.

Sedangakan siswa dengan gaya belajar kinestetik juga belum mampu

memberikan penjelasan lebih lanjut.

Kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator menuliskan

kesimpulan pada soal hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas

menunjukkan bahwa siswa pada gaya belajar auditorial dalam

menyelesaikan masalah 1 dan 2 mampu menuliskan kesimpulan meskipun

belum sempurna sedangkan subjek dengan gaya belajar visual masalah 1

mampu menuliskan kesimpulan sedangkan masalah 2 belum mampu

menuliskan kesimpulan dan subjek kinestetik masalah 1 dan 2 tidak dapat

menuliskan kesimpulan.

Page 59: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka disimpulkan:

1. Kemampuan berpikir kritis subjek dengan gaya belajar Auditorial

berdasarkan lima indikator berpikir kritis dalam menyelesaikan soal

masalah 1, yaitu mampu memberikan penjelasan sederhana dan

membangun keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahui

dan ditanyakan, begitupun dengan indikator memberikan penjelasan lanjut,

indikator mengatur strategi dan taktik dan menuliskan kesimpulan,

sedangkan untuk soal masalah 2 berdasarkan lima indikator berpikir kritis

mampu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan

dasar, memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik dan

menuliskan kesimpulan, dengan ciri-ciri bahwa siswa dengan tipe gaya

belajar auditorial mampu menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar dan

berbicara sendiri saat bekerja yang menunjukkan kemampuannya dalam

mengolah informasi.

2. Subjek dengan gaya belajar visual dalam menyelesaikan soal masalah 1

sesuai dengan lima indikator berpikir kritis yaitu mampu memberikan

penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar dengan

menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, begitupun dengan

indikator memberikan penjelasan lanjut, indikator mengatur strategi dan

taktik dan indikator menuliskan kesimpulan, sedangkan masalah 2 yaitu

mengerjakan soal sesuai dengan dua dari lima indikator soal berpikir kritis

yaitu mampu memberikan penjelasan sederhana dan membangun

keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahu dan ditanyakan

pada soal, dengan ciri-ciri bahwa siswa dengan tipe gaya belajar visual

mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar dan mempunyai

masalah mengingat intruksi verbal kecuali ditulis, s

Page 60: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

3. Subjek dengan gaya belajar kinestetik dalam menyelesaikan soal masalah

1 dan 2 yaitu dapat menyelesaikan soal berdasarkan dua dari lima

indikator berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan sederhana dan

membangun keterampilan dasar dengan menuliskan apa yang diketahui

dan ditanyakan pada soal , dengan ciri-ciri bahwa siswa dengan tipe gaya

belajar kinestetik tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas dapat diberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Perlu dibudayakan pengajaran mengenai berpikir kritis pemecahan

masalah matematika kepada siswa sejak pendidikan dasar.

2. Guru perlu memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa

agar mampu mengingatkan siswa untuk tidak melakukan kesalahan yang

sama saat memecahkan masalah.

3. Guru perlu mengajarkan berpikir kritis dalam pemecahan masalah

matematika sesuai dengan tipe gaya belajar masing-masing siswa.

4. Guru perlu memperhatikan setiap siswa bentuk gaya belajarnya pada saat

pembelajaran berlangsung.

5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan sebagai upaya untuk memperbaiki

kemampuan berpikir kritis pemecahan masalah siswa dalam

memecahkan masalah matematika.

6. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk menganalisis kemampuan

berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah berdasarkan gaya belajar

dengan menggunakan masalah-masalah matematika yang melibatkan

Page 61: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

semua indikator dari berpikir kritis menurut ennis dan tahap kemampuan

pemecahan masalah matematika menurut Polya.

7. Perlu digunakannya alat ukur/instrument selain angket untuk

mengidentifikasi gaya belajar siswa menurut Deporter dan Hernatcki.

Page 62: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M. 2012. Daspros Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas

Negeri Semarang.

Bobbi Deporter & Mike Hernacki (2000). Quantum Learning.Edisi

Revisi.Kaifa,Bandung.

Darminto, B. P. 2010. Peningkatan Kreativitas Dan Pemecahan Masalah Bagi

Calon Guru Matematika Melalui Pembelajaran Model

Treffinger. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional

Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta, 27

November 2010.

Effendi, L. A. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan

Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian

Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 13 (2), 1-6.

Ellison, G. J. 2009. Increasing Problem Solving Skills in Fifth Grade Advanced

Mathematics Students. Journal of Curriculum and Instruction, 3

(1), 15-31.

Ennis, Robert H, dkk. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of

Critical Thinking Dispositionsand Abilities. Chicago: University

of Illlinois.

Johnson RA. & Wichern DW. (2002). Applied Multivariate Analysis, Fifth

Edition.Prentice Halll Inc, New Jersey.

Kennedy, et. al. 2008. Guiding Children’s Learning of Mathematics Eleventh

Edition. Thomson Wadsworh.

Komaruddin. 2015. Analysis Ensiklopedia Manajemen. Jakarta.

Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Miles, et. al. 2014. Qualitative Data Analysis. California: SAGE Publications Ltd

Mulyono Abdurrahman. 2009. Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar,

Jakarta:Rineka Cipta.

Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeton University Press.

Rangkuti F. 2016. Analisis Swot Teknik Membeda Kasus Bisnis. Jakarta.

Rasiman, Penelusuran Proses Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Masalah

Matematika Bagi Siswa dengan Kemampuan Matematis Tinggi.

(Semarang: Prodi Pendidikan Matematika IKIP PGRI

Semarang),h.1

Page 63: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

Risnawati. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika, Pekanbaru: Suska Press.

Rosdiana & Misu, L. 2013. Pengembangan teori pembelajaran perilaku dalam

Kaitannya dengan kemampuan pemecahan masalah Matematika

siswa di SMA. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan

Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta.

Saad, N.S. & Ghani, A. S. 2008. Teaching Mathematics in Secondary School:

Theories and Practices. Perak: Universiti Pendidikan Sultan

Idris.

Siswono, Tatag yuli Eko. 2008. Model Pembelajaran MatematikaBerbasis

Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif.Surabaya:Unesa University Press

Sugiyono, Prof. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, dkk. 1999. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumarmo, U. 1994. Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Guru dan

Siswa SMP. Laporan Penelitian FPMIPA: Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. 2018. Hard Skills dan Soft Skills Matematika Siswa. Bandung:

Aditama.

Sundayana R. 2016. Kaitan Antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar dan

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP dalam Pelajaran

Matematika. Jurnal Mosharafa, Vol 5.

Yuwono, A. 2010. Profil Siswa SMA Dalam Memecahkan Masalah Matematika

Ditinjau dari Tipe Kepribadian. Tesis. Surakarta: PPS

Universitas Sebelas Maret.

Page 64: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

DOKUMENTASI

Page 65: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …
Page 66: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …
Page 67: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …
Page 68: ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM …

RIWAYAT HIDUP

RISKA, Dilahirkan di Kabupaten Luwu Utara

tepatnya Desa Kamiri Kecamatan Masamba, tanggal

10 april 1997. Anak kedua dari tiga bersaudara,

pasangan dari Asir dan Amo. Peneliti menyelesaikan

pendidikan sekolah Dasar di SD 100 Lamaranginang

di Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara pada

tahun 2009. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan pendidikan di MTS

Muhammadiyah Masamba Kecamatan Masamba dan tamat pada tahun 2012

kemudian melanjutkan Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Masamba pada

tahun 2012 dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun 2015 peneliti melanjutkan

pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas Muhammadiyah

Makassar (UNISMUH) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program

Studi Pendidikan Matematika. Peneliti menyelesaikan kuliah strata satu (S1) pada

tahun 2020.