melucuti - m.kiblat.net · kemenangan surapati atas kompeni disambut hangat oleh rakyat mataram dan...

25
K.SUBROTO MELUCUTI KEPRAJURITAN ORANGJAWA

Upload: vuthuy

Post on 06-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

K.�SUBROTO

MELUCUTI�KEPRAJURITAN�ORANG�JAWA

Page 2: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

Melucuti Keprajuritan Orang Jawa

K. Subroto

Laporan Edisi 7 / Mei 2018

ABOUT US

Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami,

kirimkan e-mail ke:

[email protected]

Seluruh laporan kami bisa didownload di website:

www.syamina.org

SYAMINA

Page 3: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI — 3

EXECUTIVE SUMMARY — 4

ORANG JAWA DI MASA LALU — 7

KEHEBATAN PRAJURIT JAWA MASA KESULTANAN DEMAK — 8

KEDIGDAYAAN MILITER JAWA MASA MATARAM — 8

PUDARNYA KHARISMA PRAJURIT JAWA KARENA CAMPUR TANGAN PENJAJAH — 13

SURAPATI BANGKIT — 14

PENURUNAN AKIBAT PERPECAHAN DI MATARAM — 15

PELEMAHAN OLEH PENJAJAH INGGRIS — 16

BANGKITNYA DIPONEGORO — 17

PELUCUTAN OLEH PENJAJAH BELANDA PASCA PERANG JAWA — 21

HILANGNYA KEPRAJURITAN DARI KONSEP KESATRIA JAWA — 23

DAFTAR PUSTAKA — 24

Page 4: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

4

Orang Jawa termasuk bangsa atau suku yang terkenal dalam keterampilan

perangnya di seluruh Nusantara sejak dahulu kala. Jawa yang terus bergolak

sejak abad ke 6 M dalam konflik politik, perang perluasan pengaruh, perang

pertahanan wilayah dan konfrontasi dengan Belanda, membuktikan kuatnya jiwa

keprajuritan (kemiliteran) orang-orang Jawa.

Prajurit Demak yang terdiri dari prajurit tetap dan prajurit sukarelawan (milisi

wajib militer) terkenal dengan keberaniannya dan keberhasilannya dalam berbagai

peperangan. Masa sebelumnya, masa Majapahit di masa puncak kejayaannya juga

dikenal memiliki militer yang kuat dan tangguh.

Prajurit Demak dan Majapahit berhasil menyatukan Jawa dengan tekanan militer

dan peperangan. Angkatan laut Demak dan Jepara juga sangat diperhitungkan di

kawasan ini saat itu, yang mana Demak dan Jepara beberapa kali mengerahkan

ribuan tentaranya dengan puluhan kapal untuk menghancurkan penjajah Portugis

yang menganeksasi kesultanan dan pelabuhan Islam Malaka. Menurut para ahli

EXECUTIVE SUMMARY

Page 5: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

5

sejarah, Malaka saat itu menjadi pelabuhan dan pusat perdagangan rempah-rempah

terbesar di Asia Tenggara.

Orang Jawa juga membuktikan kedigdayaannya pada masa kejayaan Mataram

di bawah kepemimpinan Sultan Agung. Sultan agung saat itu berhasil membentuk

kekuatan Militer terkuat dan terbesar di Jawa. Hampir seluruh jawa dapat

dikuasainya, bahkan sebagian Kalimantan dan Sumatera menjadi bagian dari wilayah

kekuasaannya. Menurut sumber Belanda, saat meninggal, jumlah tentara warisan

Sultan Agung begitu besar, yaitu hampir 900.000 termasuk 115.000 orang bersenjata

senapan, belum terhitung armada lautnya.

Sepeninggal Sultan Agung, kedigdayaan dan kewibawaan orang jawa khususnya

prajuritnya mulai merosot. Amangkurat I tidak mewarisi idiologi, keyakinan dan

jiwa kemiliteran ayahnya. Ia bahkan mulai bekerjasama dan minta bantuan pada

penjajah Belanda, musuh bebuyutan ayahnya. Kebijakan politiknya tersebut

memicu perpecahan dan pemberontakan yang semakin membuat Mataram lemah

dan terpuruk dalam jebakan penjajah Belanda.

Pada masa-masa berikutnya semakin dalam terperosok dalam kendali

Belanda, hal yang membuat banyak orang Jawa tidak suka dan menimbulkan

saling permusuhan diantara orang Jawa sendiri. Rakyat menanti-nanti munculnya

seorang kesatria yang bisa memimpin orang Jawa untuk bangkit dari keterpurukan.

Munculnya Surapati yang gagah berani melawan penjajah Belanda seakan menjadi

obat yang selama ini dinanti-nantikan.

Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan

dianggap sebagai kemenangan tentara Jawa. Obsesi bangsa Jawa atas tentaranya

sedikit terobati dan kepercayaan diri mulai bangkit kembali.

Namun kebangkitan kepercayaan diri itu tidak berhasil mengembalikan

kewibawaan dan kharisma keprajuritan Jawa. Hal itu terjadi karena kekuatan jawa

kembali terpecah dengan konflik politik dan saling bunuh karena perang takhta.

Konflik tersebut secara tidak langsung kembali menguntungkan penjajah karena

dijadikan pintu masuk untuk terlibat dengan alasan membantu menyelesaikan

konflik.

Hasilnya Mataram pecah menjadi dua dan bertambah besarnya pengaruh

Kompeni atas kerajaan, yang berarti juga makin kuatnya cengkeraman penjajah

membuat kebencian terhadap kekuasaan asing makin meluas. Di saat-saat demikian,

maka obsesi terhadap ksatria Jawapun muncul kembali.

Harapan rakyat Jawa kali ini terpenuhi ketika Pangeran Mangkubumi dan Raden

Mas Said (Pangeran Sambernyawa) mengangkat senjata berontak melawan penjajah.

Secara politis, kemenangan Mangkubumi dan Raden Mas Said sangat merugikan

Mataram karena kerajaan terpecah menjadi tiga bagian akibat Perjanjian Giyanti

Page 6: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

6

(1755) dan Perjanjian Salatiga (1757). Namun dari segi militer kemenangan itu begitu

besar nilainya. Citra prajurit Jawa yang nyaris tenggelam dan kehilangan identitas,

bangkit kembali. Kepercayaan dan kebanggaan bangsa Jawa pada tentaranya pulih

kembali.

Masa-masa seusai peperangan Mangkubumi dan Sambernyawa (tahun 1755

dan 1757) hingga menjelang pecahnya Perang Diponegoro (1825-1830), tanah Jawa

mengalami “masa damai yang panjang”. Situasi yang berlangsung hampir tiga

perempat abad ini membuat pandangan masyarakat terhadap masalah kemiliteran

berubah. Peran kaum militer menyurut dan masyarakat beralih ke ide dan sikap

hidup kepriyayian.

Setelah hampir tiga perempat abad dunia keprajuritan Jawa terlena, tiba-tiba

pada tahun 1825 tanah Jawa kembali diguncang peristiwa besar dengan pecahnya

Perang Diponegoro (1825-1830). Perang ini dapat dianggap sebagai fase terakhir

keterlibatan tentara Jawa dalam perang besar, walaupun sebenarnya hanya sedikit

tentara keraton yang terlibat di dalamnya.

Sebaliknya hampir semua elemen masyarakat Jawa terlibat dalam perang

tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Maka perang Jawa sering disebut

sebagai perang antara Belanda melawan seluruh masyarakat Jawa. Belanda kalang

kabut dan kuwalahan menghadapi perlawanan ini selama 5 tahun dan hampir saja

meruntuhkan kekuasaan Belanda di Jawa walaupun akhirnya dengan tipu muslihat

perlawanan dapat di atasi oleh penjajah.

Seusai Perang Diponegoro, terjadilah perubahan besar dunia keprajuritan Jawa.

Ketakutan, kekuatiran dan fobia terhadap munculnya jiwa keprajuritan bangsa Jawa

membuat pemerintah penjajah Hindia Belanda mengeluarkan strategi baru. Untuk

melemahkan kekuatan Jawa, selain diadakan Tanam Paksa, maka pasukan kraton

didemobilisasikan.

Bangsawan Kraton dipisahkan dari rakyat dengan cara menghapus tanah

lungguh bagi para bangsawan dan pejabat kraton, juga perampasan tanah-tanah

mancanegara. Dengan dihapusnya tanah lungguh, berarti para bangsawan tidak

lagi memiliki basis masa di pedesaan. Akibat lebih jauh tradisi dan potensi militer

kerajaan menjadi lumpuh. Semangat, kemampuan dan ketrampilan prajurit terus

merosot. Terlebih lagi dengan dihapusnya tradisi Watangan atau Seton (tradisi

latihan perang setiap hari Sabtu) pada masa pemerintahan Pakubuwono VII (1830-

1858) di Surakarta.

Page 7: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

7

Orang Jawa di Masa laluBeberapa suku bangsa di Nusantara dikenal sebagai ahli-ahli perang di abad

pertengahan. Pertama Jawa yang terus bergolak sejak abad ke 6 M dalam perang

politik, perang perluasan pengaruh, perang pertahanan wilayah dan konfrontasi

dengan Belanda. Kedua Aceh yang adalah ahli perang di semenanjung malayu, juga

di pantai-pantai Sumatera melawan Belanda dan Portugis. Ketiga Bugis dengan

pelaut-pelaut menakutkan yang melayari lautan Nusantara. Keempat Ambon,

yang dikenal berperang dengan beringas. Kelima Madura dengan keahlian perang

istimewa yang membuat sebagian mereka dijadikan tentara bayaran Hindia Belanda.

Keenam Minangkabau yang sejak era Sriwijaya adalah petarung-petarung beladiri

yang dipakai oleh Sriwijaya dan Majapahit.

Dalam bukunya Decada Primiera a Segunda yang terbit 1552, Jono de Barros

menggambarkan orang Jawa sebagai berikut: Penduduk asli dipanggil Jaos (Jawa),

sangat sombong dan menganggap bangsa lain lebih inferior sehingga bila mereka

berjalan di satu tempat dan melihat orang asing berdiri di tempat yang lebih tinggi

dan tidak segera pindah tempat maka akan dibunuhnya karena tidak mengijinkan

siapapun berdiri lebih tinggi darinya. Mereka juga tidak mau membawa sesuatu

dengan kepala walau diancam bunuh… mereka pemberani dan akan melakukan

amok untuk membalas dendam. Walaupun berbagai halangan dihadapi mereka

akan terus berusaha mencapai keinginannya.1

Orang Jawa juga digambarkan penulis Portugis lain, Barbossa. Ia menyatakan;

“Mereka sangat terampil dalam segala jenis pekerjaan, terlatih dalam setiap kadar

1 Jono de Barros, Decada Primiera a Segunda terbit 1552, jilid III Bab 1

Melucuti Keprajuritan Orang Jawa

Page 8: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

8

kebencian, dan sangat gagah berani. Mereka memiliki senjata yang baik dan

bertempur tanpa takut.”2

Kehebatan Prajurit Jawa Masa Kesultanan Demak Menurut Tome Pires, penduduk Demak Bintoro waktu itu diperkirakan

berjumlah antara 8.000 sampai 10.000 keluarga, atau kira-kira 40.000 - 50.000 jiwa.

Kalau dihitung, jumlah sukarelawan perang dari rakyat berjumlah 8.000 lebih dan

jumlah penduduk Bintoro antara 8.000 - 10.000 keluarga. Kemungkinan besar setiap

keluarga dengan ikhlas mengirimkan seorang sukarelawan perang membantu

pasukan Demak Bintoro, untuk berjihad.3

Ekspedisi Pati Unus (Adipati Yunus) ke Malaka pada tahun 1512 memiliki

kekuatan 10.000 orang prajurit yang diangkut menggunakan 100 buah kapal

berukuran dua ratus ton. Kapal yang digunakan untuk mengangkut perlengkapan

dan prajurit terdiri dari beberapa jenis antara lain disebut jung, merupakan kapal

layar yang berukuran beberapa ratus ton. Penggeraknya adalah layar yang dipasang

pada tiga buah tiang, yang mempunyai bobot antara 400–800 ton. Jenis yang lain

adalah lancaran, merupakan kapal layar atau dayung hampir sama halnya dengan

jenis jung. Kemudian kapal Pangajava, merupakan kapal yang dibuat khusus untuk

perang dan dapat dipersenjatai dengan meriam, tenaga penggeraknya adalah layar

dan dayung.4

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menimbulkan perlawanan dari kerajaan-

kerajaan Nusantara, antara lain: Kampar, Pasai dan Demak. Penguasa kesultanan

Demak sempat dua kali mengirim ekspedisi untuk merebut kembali Malaka.

Ekspedisi pertama pada tahun 1511, dan ke dua tahun 1512, dengan mengerahkan

sebanyak 12.000 prajurit angkatan laut, dipimpin oleh oleh Pate Unus. Ekspedisi Pate

Unus ke Malaka tersebut merupakan satu bentuk dari Strategi Maritim “Proyeksi

Kekuatan Maritim“ atau “Maritime Power Projection“.

Sebuah laporan Portugis menyatakan, bahwa diantara raja-raja yang telah

masuk Islam, raja Kesultanan Demaklah yang paling gigih dan terus-menerus

memerangi orang Portugis, yang dipandang sebagai orang Kafir. Seperti ketika Malaka

jatuh ke tangan kekuasaan Portugis pada tahun 1511, Raden Fatah mengirimkan

putranya sendiri, Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

menghancurkan Portugis di Malaka.5

Kedigdayaan Militer Jawa masa MataramKerajaan Mataram berdiri akhir abad ke-16 yang didirikan oleh Sutowijoyo

yang bergelar Panembahan Senopati dengan menyatukan kembali bekas wilayah

Demak dan Pajang. Hanya dengan kekuatan pasukan yang handal, maka wilayah

yang semula tercerai-berai dapat disatukan kembali. Di bawah kekuasaan Mataram

2 The Book of Duerte Barbossa, h.1763 M, Khafid Kasri & Pujo Semedi. Sejarah Demak: Matahari Terbit di Glagah Wangi. Diterbitkan kantor

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak 2008. h.604 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.com/2015/01/belajar-dari-

kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/ 5 Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010, hlm. 65.

Page 9: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

9

berhasil diletakkan landasan yang kuat bagi pembentukan tentara. Berbagai naskah

Jawa, Senopati digambarkan sebagai seorang prajurit yang pilih tanding, sakti

mandraguna, pemberani dan bijaksana. la dianggap sebagi figur ksatria Jawa.6

Perhatiannya terhadap militer sangat besar, sehingga pengaruhnya dapat

meresap dan terkait erat dengan kebudayaan. Begitu besarnya perhatian raja ini,

sehingga dapat dikatakan sepanjang hayatnya tidak lepas dari dunia keprajuritan.

Sebagai gambaran kekuatan militer Mataram awal, pada saat berperang menghadapi

Pajang, Senopati dengan susah payah hanya dapat mengumpulkan 1.000 tentara.7

Waktu merebut Madiun pasukannya sudah berkembang menjadi 8.000 orang,

dan pada akhir abad 15 ketika menghadapi pasukan gabungan pesisiran dalam

pertempuran di Uter sudah menjadi 20.000 orang.

Pada masa putranya, yaitu Panembahan Seda ing Krapyak (1601-

1613) kekuatan Mataram terlihat dalam pertempuran di Tambak Uwos. Untuk

menumpas perlawanan kakaknya, yakni Pangeran Puger (Adipati Demak), waktu

itu raja mengerahkan sekitar 10.000 prajurit, sementara Adipati Demak hanya

menghadapinya dengan 5.000 orang.8

Semasa cucunya, yaitu Sultan Agung, pamor Mataram semakin cemerlang.

Kegagalan penyerangannya selama dua kali ke Batavia tidak mengurangi

kebanggaannya terhadap tentaranya. Sebab konsolidasi wilayah dan pembentukan

tentaranya mencapai puncaknya pada masa itu. Pasukan Mataram tidak hanya

bersifat reguler yang profesional dan elit. Namun ia dapat merekrut prajurit dari

kalangan petani untuk kepentingan milisi dan agresi. Dengan demikian, jumlah

tentara menjadi begitu besar. Begitu gong dipukul di semua sudut kota, dan

kemudian diteruskan secara berantai, maka hanya dalam waktu setengah hari di

ibukota Mataram telah terkumpul sebanyak 200.000 orang bersenjata lengkap.

Sultan Agung dan tentaranya berhasil membawa Mataram ke puncak

kejayaannya. Wilayahnya terbentang meliputi hampir seluruh Jawa, pengaruhnya

bahkan hingga di seberang lautan, seperti Sukadana (Kalimantan), Palembang,

Jambi dan Makasar. Latihan keprajuritan selalu diadakan setiap hari Sabtu atau

disebut tradisi seton (watangan) dengan iringan gamelan khusus hasil ciptaannya

sendiri seperti Monggang dan Kodhok Ngorek.9

Latihan Watangan atau Sodoran dilakukan di hari Sabtu (Jawa: Setu). Oleh

karena itu kemudian muncul istilah seton (setu + an). Dari istilah ini muncul pula

peribahasa “kaya belo melu seton” yang dalam bahasa Indonesia berarti “seperti

anak kuda ikut induknya. Pepatah ini menggambarkan orang yang tidak mengerti

apa-apa yang bisanya hanya mengikuti induk atau orangtuanya, alias tidak mandiri

dan serba ikut-ikutan.

Watangan dilakukan oleh dua orang yang saling berhadapan sambil membawa

sodor di atas punggung kuda pada jarak tertentu. Setelah aba-aba, keduanya melecut

6 Sarjana Sigit Wahyudi, Supriya Priyanto, Ksatria Jawa: Kajian Tentang Etika, Moral Dan Tradisi Keprajuritan Jawa Di Masa Mataram, Ringkasan Laporan Penelitian Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Januari 1997. h.iv

7 Serat Kandha, 559-569; lihat, juga Crawfurd, History. IX,325-326 dalam Ksatria Jawa, h.18 Wahyudi dan Priyanto, Ksatria Jawa, h.19 Ibid. h.2

Page 10: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

10

kudanya dan saling berhadapan untuk saling menjatuhkan lawan dari atas punggung

kudanya.

Lawan yang jatuh dari kuda oleh karena sodokan sodor dinyatakan sebagai

yang kalah dan orang yang berhasil menjatuhkan dinyatakan sebagai pemenang.

Untuk itulah kelihaian menunggang kuda dan bermain tongkat (sodor) yang

panjangnya kurang lebih 3-3,5 meter menjadi modal utama dalam permainan ini.

Sodoran berguna untuk melatih keterampilan, ketangkasan, keahlian

berperang tombak dan juga menjadi ajang yang cukup prestise untuk meningkatkan

status seseorang. Sebab sangat dimungkinkan orang yang ahli bermain Sodoran

kemudian diangkat menjadi prajurit atau punggawa keraton, yang kala itu menjadi

idaman hampir semua orang.10

Politik ekspansi Sultan Agung didukung oleh kekuatan tentaranya yang

terkenal perkasa dan sulit terkalahkan dalam peperangan. Dalam setiap misi sampai

penaklukan Surabaya kekuatan tentara Sultan Agung selalu berhasil gemilang

mengalahkan musuh-musuhnya. Pada tahun 1615 total kekuatan tentara Mataram

tidak kurang dari 300.000 pasukan.

Ada semacam wajib militer bagi rakyat Mataram saat itu. Di samping

pasukan pengawal di istana dan pasukan reguler, masih ada pasukan milisi yang

terdiri dari para penduduk desa yang dikerahkan atas perintah Raja. Para milisi ini

tidak dibayar oleh raja, tetapi sebagai tugas wajib untuk membela negara dengan

sukarela. Untuk memobilisasi milisi diperlukan beberapa tahapan. Untuk daerah di

sekitar keraton mobilisasi dilakukan dengan pukulan-pukulan gong di semua sudut

Karta diikuti desa-desa dan kota-kota di sekitarnya. Dalam setengah hari raja dapat

mengumpulkan 200.000 orang bersenjata. Dengan persenjataan yang sederhana dan

tanpa perbekalan. Kelebihan tentara Sultan Agung adalah kedisplinan dan semangat

tempur yang tinggi sehingga mampu melakukan tugas-tugas berat. Di seluruh

Nusantara mungkin sulit ditemukan kemampuan militer yang demikian.11

Beberapa misi Sultan Agung diantaranya yaitu mempersatukan seluruh Jawa

di bawah kekuasaan Mataram dan mengusir kompeni (VOC) dari Batavia. Beberapa

wilayah telah ia taklukkan, Mataram melakukan beberapa penyerangan di sekitar

Jawa Timur. Pada tahun 1614 M Mataram menyerang Surabaya bagian selatan; Ujung

Timur Pulau Jawa, Malang, dan Pasuruan. Ia juga dapat menduduki Wirasaba pada

tahun 1615 M. Penaklukan Wirasaba ini dirasa sangat penting, hal itu dikarenakan

merupakan pintu masuk ke Surabaya.

Kemudian pada tahun 1616 M, pasukan dikirim melalui pantai Utara dan

dapat menaklukkan Lasem dan terus ke Timur sampai Pasuruan. Bahkan pada tahun

1620 M pasukan Mataram dengan melalui laut menyerang Surabaya dan setelah itu

Madura ditaklukkan dan disatukan dalam satu pemerintahan di bawah keturunan

kepangeranan Madura dengan ibukota Sampang.12 Surabaya, yang merupakan

10 Drs Sutjipto Wirjosuparto, Dari Lima Zaman Pendjadjahan Menudju Zaman Kemerdekaan, penerbit: Indira, 1958, http://arsip.tembi.net/yogyakarta-tempo-doeloe/permainan-sodoran-di-mataram-sekitar-abad-ke-17

11 De Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram, Politik Ekspansi sultan Agung (Jakarta: Pustakan Utama Grafiti,1990) h.128-13012 H.J. De Graaf, Puncak Kejayaan Kekuasaan Mataram. h.137

Page 11: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

11

saingan berat Mataram, setelah diserbu beberapa kali akhirnya takluk (1625) berikut

Giri (1636) dan Blambangan di tahun 1639.13

Yang menarik, pada tahun 1625 Surabaya ditaklukkan bukan karena diserang

melainkan karena rakyatnya mati kelaparan akibat strategi blokade yang dilakukan

Mataram.14 Saat itu Sultan Agung adalah raja yang paling kuat di Nusantara dan

paling luas wilayah kekuasaannya. Di Jawa, hanya Banten dan Batavia yang tidak

berhasil ditaklukkannya. Sementara itu, sebagian wilayah di Sumatera, Kalimantan,

dan Bali menyatakan tunduk kepada Mataram.15 Bahkan menurut Meilink pengaruh

Jawa di Abad 15 sampai di kepulauan penghasil cengkeh di Ambon atau Maluku.16

Dengan jatuhnya Surabaya maka seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur

(kecuali Blambangan) bersatu di bawah naungan Mataram. Persatuan ini diperkuat

lagi oleh Sultan Agung dengan mengikat para adipatinya dengan tali perkawinan

dengan putri-putri Mataram. Ia sendiri menikah dengan putri Cirebon, sehingga

daerah ini juga mengakui kekuasaan Mataram.17

Usaha ekspansi ke wilayah Barat, Batavia (Jakarta - yang saat itu dikuasai VOC),

dilakukan Sultan Agung pada tahun 1628 dan 1629, akan tetapi gagal dan bahkan

banyak menelan korban di pihak Mataram. Hal ini disebabkan disamping sistem

persenjataan yang kalah canggih juga karena adanya seorang prajurit Mataram yang

membelot kepada Belanda serta menunjukkan gudang perbekalan Mataram yang

berada di Tegal. Akhirnya logistik itupun dibakar oleh Kompeni dan banyak prajurit

Mataram yang mati kelaparan. Disinyalir pula bahwa pada saat serangan itu terjadi

prajurit Mataram sedang dilanda wabah malaria.18 Serangan pertama mengerahkan

10.000 tentara, sedangkan serangan kedua dengan kekuatan lebih besar berjumlah

14.000 prajurit.

13 Kartodirdjo. Sejarah Nasional. III. h. 295.14 Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Jakarta: Serambi, 2005, h.8615 Gunawan Sumodiningrat, Riant Nugroho. D, Membangun Indonesia Emas: model pembangunan Indonesia

Baru menuju Negara-Bangsa yang Unggul dalam Persaingan Global (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), 32

16 Meilink, Persaingan Eropa & Asia di Nusantara, Sejarah Perniagaan 1500-1630, Komunitas bambu Jakarta 2016. h. 21

17 R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III (Yogyakarta: Kanisius, 1987), h.6118 Kartodirdjo. Sejarah Nasional. III. hal. 296

Page 12: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

12

Pria Jawa Abad Ke-18 selalu membawa senjata (keris) dalam keseharian19

Saat itu ekspedisi militer Mataram berikut kekuatan armadanya begitu

menggentarkan lawan. Misalnya dalam ekspedisi pertama ke Surabaya di bulan

Agustus 1620 Mataram mengerahkan sekitar 70.000 prajurit, kemudian ekspedisi

Surabaya ketiga melibatkan tidak kurang dari 80.000 prajurit, untuk menundukkan

Madura pada bulan Agustus 1624 Mataram mengirim sekitar 160.000 serdadu dalam

dua gelombang, menyusul perebutan atas Surabaya di bulan Oktober 1625 yang

melibatkan kira-kira 80.000 tentara belum lagi ekspedisi ke Pati atau ke Batavia yang

hingga dua kali. Melihat sukses- sukses besar sebelumnya, maka kegagalan serangan

Mataram ke Batavia tahun 1826 dan 1828 nampaknya tidak mengurangi kebanggaan

orang Jawa akan tentaranya.20

Walaupun mengalami kekalahan, pada serangan kedua, pasukan Sultan Agung

berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan

timbulnya wabah penyakit kolera melanda Batavia. Gubernur jenderal VOC, J.P.

Coen meninggal menjadi korban wabah tersebut.

Pada masa Sultan Agung, seluruh Pulau Jawa sempat tunduk dalam kekuasaan

Kesultanan Mataram, kecuali Batavia yang masih diduduki militer VOC Belanda.

Sedangkan Banten telah berasimilasi melalui peleburan kebudayaan. Wilayah luar

Jawa yang juga tunduk di bawah Mataram adalah Palembang dan Jambi di Pulau

Sumatra serta Sukadana dan Martapura (Banjarmasin) di pulau Kalimantan. Sultan

Agung juga menjalin hubungan diplomatik dengan Makassar, negeri terkuat di

Sulawesi saat itu.21

19 Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/125605764@N04/14630021990/lightbox/20 Wahyudi dan Priyanto, Ksatria Jawa, h.221 De Graf, Puncak Kekuasaan Mataram, Op.cit. h.286-288

Page 13: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

13

Pudarnya Kharisma Prajurit Jawa karena Campur tangan PenjajahDunia keprajuritan Jawa nampaknya tidak selamanya cerah. Pengganti Sultan

Agung, yakni Amangkurat I ternyata tidak mewarisi bakat ayahnya. Menurut

sumber Belanda, jumlah tentara warisan Sultan Agung begitu besar, yaitu hampir

900.000 termasuk 115.000 orang bersenjata senapan, belum terhitung armada laut.

Nampaknya jumlah itu terlalu berlebihan. Mungkin yang dimaksud adalah, jika

seluruh milisi diikutsertakan.

Ironisnya, di bawah pemerintah Amangkurat I tidak tercatat adanya ekspedisi-

ekspedisi besar seperti di masa Sultan Agung. Yang ada justru kekonyolan yang

seharusnya tidak terjadi untuk negeri sebesar Mataram. Pada akhir pemerintahannya,

pasukan kebanggaan bangsa Jawa itu mendapat tamparan hebat dan dipermalukan

di kandang sendiri. Mereka dikalahkan oleh pasukan gabungan Madura dan

Makasar, dibawah pimpinan Trunajaya. Bahkan pada tanggal 28 Juni 1677, Plered,

ibukota Mataram jatuh ke tangan pasukan pemberontak. Kraton dibakar, harta

benda dirampas, banyak prajurit Jawa terbunuh dan orang-orang yang tertangkap

dijadikan budak. Raja Amangkurat yang lari mencari perlindungan pada Kompeni di

Batavia wafat di Tegalarum.22

Bagi bangsa Jawa kekalahan itu amatlah menyakitkan. Dalam pertempuran

di Jepara pada bulan Oktober 1676 sekitar 80.000 prajurit Mataram dapat dikalahkan

oleh hanya 1.500 tentara gabungan Madura dan Makasar. Naskah babad mengisahkan

tentang kekecewaan Pangeran Purbaya terhadap tentara Mataram saat itu, sehingga

keluar kutukannya: “.... kepada tiga orang raja turun-temurun aku telah berbakti

tetapi tidak pernah terjadi seperti sekarang ini, karena banyak yang tewas atau

terluka. Laki-laki menjadi penakut seperti wanita. Mataram ditakdirkan runtuh.

Aku tak sudi menyaksikan...” Senopati tua yang perkasa itu kemudian mengamuk

hingga tewas dikeroyok musuh.

Walaupun Trunajaya akhirnya dapat ditangkap kemudian dijatuhi hukuman

mati, namun pamor kesatria Jawa terlanjur jatuh. Citra prajurit Jawa yang pilih tanding

telah hancur dan kebanggaan bangsa Jawa pada tentaranya mulai pudar. Kisah

22 Wahyudi dan Priyanto, Ksatria Jawa, h. 2-3

Page 14: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

14

tertangkapnya Trunajaya tidak lagi sesuatu yang dibanggakan, dan tidak dianggap

sebagai kemenangan tentara Jawa. Sebaliknya bahkan dianggap menurunkan

martabat karena ada campur tangan Kompeni.

Sejak itu bangsa Jawa dilanda obsesi akan munculnya sosok prajurit atau ksatria

Jawa, yang dapat mengembalikan pamor prajurit Jawa. Di masa-masa berikutnya, di

saat kerajaan dilanda krisis poiitik, ekonomi dan moral, obsesi keprajuritan itupun

muncul ke permukaan.

Padahal kekuatan tentara Mataram saat itu masih cukup besar. Disebutkan

bahwa kraton Kartasura saat itu memiliki tidak kurang dari 40.000 prajurit.

Kelemahan raja dan kurangnya rasa percaya diri membuat kraton nampak lemah

dan banyak bersandar pada kekuatan Kompeni. Bahkan akhirnya Kompeni diberi

ijin mendirikan benteng di ibukota. Ini adalah kejadian pertama sepanjang sejarah

Mataram, yang tidak mungkin terjadi jika Sultan Agung masih hidup.23

Surapati BangkitSetelah menunggu selama hampir satu dekade, penantian rakyat Jawa akhirnya

terpenuhi dengan munculnya Surapati di tahun 1687. Kehadiran Surapati dan

pasukannya di Kartasura disambut raja Amangkurat II dan rakyat Mataram dengan

sukacita. Walaupun Surapati bukan orang Jawa, namun keberaniannya melawan

Kompeni dianggap mencerminkan sosok ksatria Jawa, sehingga rakyat menaruh

harapan besar terhadapnya.

Begitu besar harapan raja Mataram pada Surapati, sehingga secara diam-

diam dia memerintahkan Patih Nerangkusuma dan Pangeran Puger agar memberi

dukungan moral, senjata, perbekalan dan prajurit. Bahkan ketika akan berhadapan

dengan Kompeni, raja membekali Pangeran Puger dengan pusaka kerajaan berupa

tombak Kyahi Plered.

Begitu antusiasnya raja, sehingga dia ingin melihat dengan mata kepaia sendiri

pertarungan jago Mataram itu melawan Belanda. Serat Trunajaya mengisahkan

bagaimana para pembesar kerajaan mengatur skenario agar pertempuran antara

Surapati dan Kapten Tack bisa berlangsung di alun-alun, sehingga raja bisa

melihatnya langsung dari Sitinggil istana.

Selama pertempuran berlangsung raja dikawal oleh sekitar 21 pasukan

pengawal, seperti: Jagabaya, Nyangkraknyana, Mayungnyutra, Mijil, Nirbaya,

Patranala, Darpaita, Maundara, Wirabraja Yudanenggala, Wisapracandha dan lain-

lain.

Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram

dan dianggap sebagai kemenangan tentara Jawa. Obsesi bangsa Jawa atas tentaranya

sedikit terobati dan kepercayaan diri mulai bangkit kembali. Nama Surapati begitu

harum dan banyak disanjung dalam berbagai naskah babad. Raja yang begitu bangga

atas kemenangan itu kemudian memberi kekuasaan pada Surapati untuk memerintah

23 Ibid h. 3-4

Page 15: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

15

daerah Pasuruhan dengan gelar Adipati Wiranegara. Patih Nerangkusumo yang telah

bekerjasama dengannya tetap mendampinginya sebagai patih di Pasuruhan.24

Penurunan akibat Perpecahan di MataramMemasuki abad 18 Mataram kembali digoncang kemelut akibat perebutan

mahkota yang berkepanjangan. Prajurit Jawapun terpecah belah dan saling

berbunuhan. Secara berturut-turut pertikaian terjadi antara Amangkurat III dengan

Pangeran Puger (Pakubuwono I), disusul antara Pakubuwono II dengan Sunan Mas

(Mas Garendi) yang didukung oleh pemberontak Cina, yang kemudian lebih dikenal

sebagai Geger Pacinan tahun 1741. Dalam kejadian ini Pakubuwono II tersingkir dan

intrik istana makin meluas.

Pakubuwana II berhasil naik takhta kembali berkat campur tangan Kompeni.

Berhubung kraton rusak parah, maka pada tahun 1747 ibukota kerajaan dipindahkan

ke desa Solo dan dimuiailah era kerajaan Mataram Surakarta Hadiningrat.

Permasalahan tidak terhenti sampai disitu. Bertambah besarnya pengaruh Kompeni

atas kerajaan, yang berarti juga makin kuatnya cengkeraman penjajah membuat

kebencian terhadap kekuasaan asing makin meluas. Di saat-saat demikian, maka

obsesi terhadap ksatria Jawapun muncul kembali.

Harapan rakyat Jawa kali ini terpenuhi ketika Pangeran Mangkubumi dan

Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) mengangkat senjata berontak melawan

Kompeni. Uniknya, walaupun Pakubuwono III sadar bahwa perlawanan mereka

berarti juga berontak melawan kekuasaannya, namun secara diam-diam dia

memberi dukungan moral. Sikap mendua raja itu terbukti dengan diberikannya

tombak pusaka Kyahi Piered, kepada Mangkubumi pada saat dia akan mengawali

peperangan.

Secara politis, kemenangan Mangkubumi dan Raden Mas Said sangat

merugikan Mataram karena kerajaan terpecah menjadi tiga bagian akibat Perjanjian

Giyanti (1755) dan Perjanjian Salatiga (1757). Namun dari segi militer kemenangan

itu begitu besar nilainya. Citra prajurit Jawa yang nyaris tenggelam dan kehilangan

identitas, bangkit kembali. Kepercayaan dan kebanggaan bangsa Jawa pada

tentaranya pulih kembali. Kisah perjuangan dan kepahlawanan mereka menjadi

legenda, dikisahkan sebagai cerita tutur dari generasi yang satu ke generasi berikutnya

dan banyak menghiasi sejumlah naskah babad.25

Saat Mataram dan VOC kuwalahan menghadapi perlawanan Mangkubumi

dan RM. Said, Sunan Paku Buwono II yang dalam keadaan sakit keras di Surakarta

terbujuk oleh penjajah untuk menyerakan kedaulatan Mataram pada penjajah

yang diwakili Hohendorf. Sunan menandatangani perjanjian dengan VOC sebelum

meninggal di pembaringannya pada tanggal 11 Desember 1749. Isi perjanjian

tersebut ialah agar Sunan menyerahkan negara Mataram pada VOC dengan syarat

hanya keturunannya yang berhak menduduki tahta.

24 Serat Trunajaya Jilid IV, 1987:40 dalam: Wahyudi dan Priyanto, Ksatria Jawa, h.13-1525 Babad Panambangan, 1983:129-136, Moelyono, Geger Pacinan, 1981:10, dalam: Wahyudi dan Priyanto,

Ksatria Jawa, h.15-16

Page 16: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

16

Dengan dokumen perjanjian tersebut, VOC merasa sebagai penguasa sah

Mataram. Maka siapapun yang menjadi raja di kemuadian hari hanyalah berfungsi

sebagai vasal atas kemurahan hati VOC. Inilah status Pakubuwono III yang dinobatkan

oleh VOC sebagai pengganti ayahnya.26

Sejak 1743 Mataram hanya memiliki wilayah-wilayah Begelen, Kedu,

Yogjakarta, dan Surakarta. Tragisnya, Mataram harus terpecah menjadi dua oleh

perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Mataram terpecah menjadi Kasunanan Surakarta

dengan rajanya Susuhan (Pakubuwono) dan Kesultanan Yogyakarta dengan rajanya

Pangeran Mangkubumi (Hamengkubuwono I).

Pada tahun 1757, Surakarta pecah lagi menjadi wilayah yang dikuasai

Pakubuwono dan wilayah yang dikuasai Mangkunegara I. Hal ini juga terjadi di

Yogyakarta yang terpecah menjadi 2 yaitu wilayah Kesultanan yang dikuasia Sultan

Hamengku Buwono III dan Kadipaten Pakualaman yang dipimpin Bendara Pangeran

Natakusuma atau lebih dikenal dengan Pakualam I.27

Ricklef berpendapat, munculnya kebangkitan dalam budaya dan sosial

masyarakat Jawa sebagai salah satu faktor mundurnya tradisi militer di Jawa.

Dikatakannya, bahwa masa-masa seusai peperangan Mangkubumi dan Sambernyawa

(tahun 1755 dan 1757) hingga menjelang pecahnya Perang Diponegoro (1825-1830),

tanah Jawa mengalami "masa damai yang panjang”. Situasi yang berlangsung

hampir tiga perempat abad ini membuat pandangan masyarakat terhadap masalah

kemiliteran berubah. Peran kaum militer menyurut dan masyarakat beralih ke ide

dan sikap hidup kepriyayian.28

Menurut Ricklef, setelah itu tanah Jawa mengalami masa-masa damai yang

panjang. Walaupun selama periode itu ada beberapa kejadian penting seperti,

Perang Sepoy, yang memecah Jogyakarta dengan munculnya Pakualaman dan lain-

lain, namun secara umum Jawa dapat dikatakan relatif aman.

Pada masa ini pula terjadi perubahan atas negara, budaya dan masyarakat

Jawa. Ketrampilan militer nampaknya tidak lagi menjadi hal pokok dan sebagai

gantinya muncul ide dan sikap kepriyayian atau tradisi penghalusan.29

Pelemahan Oleh Penjajah InggrisOrganisasi militer di Kraton Yogyakarta yang dibentuk pada masa pemerintahan

Sultan Hamengku Buwana I sekitar tahun 1755, terdiri atas pasukan-pasukan infantri

dan kavaleri yang sudah menggunakan senjata api berupa bedil dan meriam. Pasukan

Yogyakarta terkenal cukup kuat, yang terbukti ketika Sultan Hamengku Buwana II

mengadakan perlawanan bersenjata menghadapi serbuan pasukan Inggris yang

dipimpin oleh Jenderal Gillespie pada bulan Juni 1812.

26 Selo Soemarjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, cetakan kedua diterbitkan oleh Komunitas Bambu Jakarta, 2009. h.12-13

27 Mundzirin Yusuf, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, hlm. 85-8728 Ricklef, Jogyakarta Under Sultan Mangkuhumi 1749-1792, dalam: Wahyudi dan Priyanto, Ksatria Jawa, h.2129 Britton, 1983:16-17, Soemarsaid Moertono, 1968:99, dalam: Wahyudi dan Priyanto, Ksatria Jawa, h.15-16

Page 17: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

17

Akibat perlawanan tersebut, pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana

III Inggris membubarkan angkatan perang Kesultanan Yogyakarta. Dalam perjanjian

2 Oktober 1813 yang ditandatangani Sultan Hamengku Buwana III dan Raffles,

tertulis bahwa Kesultanan Yogyakarta tidak boleh memiliki angkatan bersenjata yang

kuat. Di bawah pengawasan Inggris, kraton hanya boleh memiliki kesatuan-kesatuan

bersenjata dengan jumlah personil yang dibatasi. Sejak itu fungsi kesatuan-kesatuan

bersenjata sebatas sebagai pengawal sultan dan penjaga kraton.30 Menurut Peter

Carey pengesahan perjanjian antara Sultan Hamengku Buwana III dan pemerintah

penjajah Inggris yang salah satunya berisi larangan bagi Sultan untuk memelihara

pasukan pertahanan, terjadi pada tanggal 11 Agustus 1812.31

Bangkitnya DiponegoroSetelah hampir tiga perempat abad dunia keprajuritan Jawa terlena, tiba-tiba

pada tahun 1825 tanah Jawa kembali diguncang peristiwa besar dengan pecahnya

Perang Diponegoro (1825-1830). Perang ini dapat dianggap sebagai fase terakhir

keterlibatan tentara Jawa dalam perang besar, walaupun sebenarnya hanya sedikit

tentara keraton yang terlibat di dalamnya.32

Ada banyak faktor yang memicu perang Jawa. Sejak tahun 1800 dan sesudahnya

ada kekuatan penjajah yang berusaha menancapkan hegemoninya di Jawa. Dimulai

dengan Daendels yang pada tahun 1808 memberlakukan peraturan mengenai tata

cara dan etiket perilaku yang menyatakan bahwa pada saat sedang berada di istana,

para residen Eropa tidak harus menunjukkan bahwa mereka lebih rendah dari para

penguasa (raja) Jawa, sesuatu yang sangat menghina bagi orang Jawa.

Tahun 1811 kompensasi moneter atas pesisir utara yang telah dianeksasi tidak

lagi diberlakukan. Setahun kemudian keraton Yogya dikepung, diserbu dan dijarah

atas perintah Raffles. Dengan perjanjian Kedu keraton menyerah dan diberlakukan

pajak terhadap pasar-pasar dan jalan raya. Tahun 1823 van der Capellen melarang

para bangsawan Jawa menyewakan tanah-tanahnya pada para pengusaha Eropa

yang menyebabkan kehancuran finansial mereka.

Pada tahun 1825 sebagian wilayah direbut lagi dari kedua kerajaan Jawa

(Yogyakarta dan Surakarta) dengan cara menyerobot sejumlah daerah kantong di

pesisir utara sebagai kompensasi biaya perang Jawa. Di tahun-tahun menjelang

perang Jawa, sikap para pejabat Belanda berperilaku arogan dan kurang ajar. Dengan

berbagai kebijakan di atas banyak bangsawan di kedua kerajaan tersinggung dengan

sikap agresif orang Eropa. Ada yang menampakkan dan ada yang tidak menampakkan

ketidak sukaannya tersebut. Namun pada umumnya reaksi-reaksi langsung terhadap

kesewenangan orang Eropa jarang terjadi. Namun diamnya orang Jawa tidak bisa

diartikan dengan persetujuannya. Orang-orang Jawa meragukan ketulusan dan

kejujuran orang Eropa. Hal ini tercermin dalam nasihat Paku Alam II (orang yang

dianggap sangat pro Belanda), pada putra-putranya sebelum meninggal:

30 Novida Abba, Organisasi Kemiliteran Pada Masa Pengaruh Islam Dan Kolonial Di Jawa, Berkala Arkeologi Tahun XXVII No. 2 / November 2007, h.44

31 Peter Carey, Inggris di Jawa 1811-1816, Penerbit Kompas, Jakarta 2017. h.5132 Babad Diponegoro Ing Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat VI, 1983: lihat juga Hageman, 1856, dalam; Wahyudi

dan Priyanto, Ksatria Jawa, h.16

Page 18: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

18

“Putra-putraku, kalau kalian ingin membahas suatu masalah dengan orang-

orang Eropa, kalian tidak boleh takut ketika mereka menggebrak meja dan

membentakmu. Jangan terbujuk oleh kata-kata manis. Ingatlah selalu pelajaran

ini, yang diajarkan kepadaku oleh kakekmu, karena apa yang keluar dari bibir

orang-orang Eropa itu semanis madu, sedangkan hatinya menyerupai hati

anjing.”33

Perjuangan yang dilakukan Diponegoro adalah perjuangan untuk merebut

kekuasaan politik di Kesultanan Yogyakarta (yang saat itu berada dalam kontrol

penjajah Belanda) yang direncanakan secara cermat, rahasia, dan lama, dengan

tujuan membangun balad Islam yang berlandaskan Qur'an di tanah Jawa. Perlawanan

ini pada hakekatnya adalah manifestasi dari konflik yang latent di antara bangsawan

Jawa, yang oleh John Keegan disebut sebagai permanent warfare yang beraspek

politik dan budaya.34

Diponegoro ingin menjadi Sultan yang terbebas dari ikatan masyarakat Jawa

yang jahiliyah, yang telah dipengaruhi oleh budaya kafir. Ia menanggalkan baju

Jawanya dan menggantikannya dengan jubah, pakaian Rasul. Susunan organisasi

pasukannya dan hirarki kepangkatannya meniru model Turki Usmani, bukan model

barat. Pangkat-pangkat seperti Alibasah, Basah, Dulah dan Seh tidak terdapat dalam

organisasi kemiliteran kraton Jawa. Garis komando antara Diponegoro dan para

pimpinan mandala perang sangat jelas.35

Senjata dan perlengkapan militer Diponegoro tidak kalah dengan musuhnya,

mereka menguasai semua jenis senjata yang digunakan musuhnya, sehingga ketika

berhasil merampas senjata dari musuh pasukan dapat menggunakannya dengan

baik. Tentara reguler Diponegoro memiliki senjata api dan meriam yang bagus.

Seorang komandan pasukan Belanda melaporkan tentang kubu pertahanan yang

berhasil direbut dari pasukan reguler Diponegoro:

“Belum pernah mereka menunjukkan perlawanan yang begitu

hebat. Senjata mereka semua baik dan terdiri dari model eropa yang

lazim. Meriam satu-satunya yang mereka tinggalkan di benteng mereka

merupakan meriam yang bagus berkaliber satu pon.”

Walaupun perlengkapan Belanda yang dirampas banyak dimanfaatkan,

Diponegoro juga mendapatkan mesiu dari produsen lokal yang telah dipersiapkan di

desa-desa di berbagai kabupaten bagian Selatan dan Barat Yogya. Desa-desa tersebut

antara lain desa Samen di kawedanan Pandak dekat Bantul, Into-into di kali Progo,

dan desa Geger (Samigaluh) serta Dekso di Kulonprogo.

Di kawasan Dekso juga memproduksi peluru meriam dari timah untuk pasukan

Diponegoro. Menurut sejarawan militer Belanda, P.M. Lagordt-Dillie, mesiu yang

dihasilkan sendiri oleh pasukan Diponegoro, khususnya yang dibuat di into-

33 Vincen Houben, Keraton Dan Kompeni, Surakarta Dan Yogyakarta 1830-1870, Penerbit Mata Bangsa Yogyakarta 2002. h.17-19

34 Saleh Asad Djamhari, Stelsel Benteng Dalam Pemberontakan Diponegoro 1827-1830, Suatu Kajian Sejarah Perang, Disertasi Bidang Ilmu Pengetabuan Budaya Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia 2002, h.295

35 Djamhari, op.cit. h.25-27

Page 19: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

19

into bermutu sangat tinggi.36 Di Kulonprogo ada seorang ulama yang ahli dalam

pembuatan mesiu yaitu Haji Amattahir. Ia adalah salah seorang ulama kepercayaan

Sultan Hamengkubuwono II yang kemudian diangkat menjadi Demang Desa Samen

dan menjadi salah satu pendukung Diponegoro mengobarkan perang sabil.37

Seluruh Kesultanan Yogyakarta bergolak, Beberapa Bupati Monconegoro,

melakukan aksi perlawanan terhadap Belanda dan Kesultanan. Pada 17 Agustus

1825 di Kadipaten Serang, Pangeran Serang yang tergolong kelompok Kasepuhan,

menantu Pangeran Mangkudiningrat yang dibuang bersama Sultan Sepuh ke Ambon,

dan Pangeran Notoprojo alias Pangeran Papale dan Bupati Gagatan yang termasuk

wilayah Kesunanan Surakarta ikut memberontak.38

Kebijakan perpajakan yang semakin memberatkan, persewaan tanah dan

pengusiran rakyat dari desa-desa oleh para penyewa semakin menjauhkan

masyarakat dengan pemimpinnya, merupakan puncak kegelisahan masyarakat.

Dalam pandangan masyarakat lapisan bawah Diponegoro adalah Ratu Adil yang

ditunggu kedatangannya. Rangkaian peristiwa dan cita-cita membentuk balad

Islam tersebut menjadi faktor pendukung mengapa perlawanan dengan cepat

meluas dan sulit dipadamkan dengan kekuatan militer.39

Sebagian besar rakyat Mataram dengan sukarela mendukung dan bergabung

dengan pasukan sabil Diponegoro. Diponegoro benar-benar telah berhasil

menyatukan seluruh komponen dan sumberdaya rakyat Jawa saat itu melawan

musuh bersama, kafir Belanda dan Cina yang telah menyengsarakan rakyat.

Seorang komandan pasukan gerak cepat Belanda di Bagelan Timur pada juli 1826

menceritakan: Penduduk desa biasa di sini begitu menyatu dengan para pemberontak” sehingga mereka langsung bergabung dengan musuh dan menyerang orang-orang kita dengan tembakan ketapel yang menyebabkan beberapa40“.orang kita cedera

De Stuers menggambarkan bagaimana petani-petani Jawa bisa den-

gan mudah beralih dari pekerjaan tani ke penyergapan pasukan Belanda dan

sekutunya. Mereka selalu menyisipkan sebuah keris di pinggang, biasanya

disembunyikan dilipatan celana pendek sementara mereka mengolah sawah.

Ketika terjadi perang mereka segera menjadi juru tombak dengan cara mengi-

katkan senjatanya di ujung sebuah bambu. Senjata semacam ini paling umum

digunakan karena keefektifannya. Keris yang dimodifikasi menjadi tombak

tersebut digunakan untuk menjatuhkan tentara Belanda dari kudanya saat

.mereka mengisi ulang bedilnya

36 Ibid. h.716-71737 Gilang Pradipta Kuncoro, Peran Masyarakat Dekso Dalam Perang Jawa 1825 -1830, Skripsi Program Studi

Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2013. h.1938 Djamhari, op.cit. h.9239 Djamhari, op.cit. h.9440 Peter Carey, Kuasa Ramalan, Pangeran Diponegoro Dan Akhir Tatanan Lama Di Jawa, 1785-1855, Jilid 2,

Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Jakarta, 2011, h.718-719

Page 20: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

20

Setelah penyergapan selesai, mereka mencopot kerisnya dan kembali ke

rumahnya meneruskan hidup sebagai petani yang damai. Karena itu perang sabil

Diponegoro ada yang menyebut sebagai bentuk pemberontakan agraris, semacam

perlawanan petani seperti yang terjadi di Vendee, Prancis Barat (1793-1795).41

Sebagian besar rakyat dan pejabat kesultanan serta para bupati mendukung

perjuangan Diponegoro. Kali ini Belanda bukan hanya menghadapi seorang

pemberontak namun menghadapi perlawanan hampir semua orang Jawa dan para

pemimpinnya. Bahkan para bandit dan orang-orang dari dunia hitam pun bersatu

padu mendukung perang sabil yang dilancarkan sang Sultan Ngabdulkamid. Perang

sabil telah benar-benar berkobar di tanah Jawa. Dengan segala kekuatan militer

dan pendanaan yang besar sekalipun Belanda kesulitan menghadapi perang yang

didukung hampir semua masyarakat Jawa.

"Perang Jawa" berawal 19 Juli 1825 sampai 28 Maret 1830, telah menelan korban

yang amat besar, menimbulkan penderitaan, keletihan yang luar biasa bagi semua

pihak. Lebih kurang 12749 meninggal di rumah sakit di wilayah Daerah Militer

Besar II, (Jawa Tengah). Jumlah seluruh korban yang hilang dan mati dalam perang

sejumlah 15.000 orang, yang terdiri atas 8.000 orang dari Eropa. Expeditionnaire

Afdeeling (yang datang dari Nederland pada 1826) yang berkekuatan 3134 orang,

lebih dari dua pertiganya tewas. Sisanya kurang dari sepertiganya memilih tetap

berdinas sebagai NOIL.

Hanya seperenam dari mereka yang kembali ke Eropa. Untuk membiayai perang

yang lama dan melelahkan ini Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan biaya

f.5.000.000, setiap tahunnya. Seluruh biaya ditaksir sejumlah f.25. 000.000 (25 juta

gulden atau setara dengan 2,2 miliar dolar AS saat ini).42

Perang Jawa (1825-1830) adalah garis batas dalam sejarah Jawa dan sejarah

Indonesia pada umumnya antara tatanan lama Jawa dan zaman modern. Itulah

masa dimana untuk pertama kali sebuah pemerintah kolonial Eropa menghadapi

pemberontakan sosial yang berkobar di sebagian besar Pulau Jawa. Hampir seluruh

Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta banyak daerah lain di sepanjang pantai utara

Jawa terkena dampak pergolakan itu. Dua juta orang, yang artinya sepertiga dari

seluruh penduduk Jawa, terpapar oleh kerusakan perang; seperempat dari seluruh

lahan pertanian yang ada, rusak; dan jumlah penduduk Jawa yang tewas mencapai

200.000 orang.43

Perang ini merupakan fase terakhir keterlibatan tentara Jawa dalam

peperangan. Sebab setelah Perang Diponegoro, pemerintah kolonial menerapkan

strategi baru dengan mengurangi prajurit kraton dan pengiring para bupati.44

41 Carey, Kuasa Ramalan Jilid 2, h.71942 Djamhari, op.cit. h.20-2143 Peter Carey, The Origin of Java War (1825-1830), English Historical Review, 1976, hal. 5244 Sarjana Sigit Wahyudi, Supriya Priyanto, Ksatria Jawa: Kajian Tentang Etika, Moral Dan Tradisi Keprajuritan

Jawa Di Masa Mataram, Ringkasan Laporan Penelitian Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Januari 1997. h.iv

Page 21: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

21

Pelucutan oleh penjajah Belanda Pasca Perang JawaSeusai Perang Diponegoro, terjadilah perubahan besar dunia keprajuritan Jawa.

Kekuatiran terhadap munculnya jiwa keprajuritan bangsa Jawa membuat pemerintah

kolonial Hindia Belanda mengeluarkan strategi baru. Untuk melemahkan kekuatan

orang Jawa, selain diadakan Tanam Paksa, maka pasukan kraton didemobilisasikan.

Bangsawan Kraton dipisahkan dari rakyat dengan cara menghapus tanah lungguh

para bangsawan pejabat kraton dan, juga perampasan tanah-tanah mancanegara.

Dengan dihapusnya tanah lungguh, berarti para bangsawan tidak lagi memiliki basis

masa di pedesaan. Akibat lebih jauh tradisi dan potensi militer kerajaan menjadi

lumpuh. Semangat, kemampuan dan ketrampilan prajurit terus merosot. Terlebih

lagi dengan dihapusnya tradisi Watangan atau Seton (tradisi latihan perang setiap

hari Sabtu) pada masa pemerintahan Pakubuwono VII (1830-1858) di Surakarta.

Tradisi ini dimulai pada masa Sultan Agung, yang berhasil membawa Mataram pada

puncak kejayaan. Dengan begitu prajurit Jawa benar-benar kehilangan arena berlatih

yang sekaligus juga ajang pencarian bakat militer.45

Pemberlakuan sistem Tanam Paksa semakin melemahkan orang Jawa secara

ekonomi, karena dalam praktiknya sistem sewa (pajak) tanah masih diberlakukan.

Dengan masih berlakunya sewa tanah petani semakin sengsara karena diperas

pemerintah kolonial Belanda. Kalau sebelum diberlakukan sistem tanam paksa,

petani hanya membayar sewa tanah saja tanpa harus menyerahkan hasil panennya

pada pemerintah. Sedangkan dalam sistem yang baru, petani harus membayar sewa

tanah yang digarapnnya dan hasil panennya harus diserahkan pada pemerintah

sesuai aturan sistem tanam paksa. Sistem ini sangat menguntungkan pemerintah

penjajah Belanda karena mendapat uang dan barang dari petani. Jenis komoditas

ditentukan dan dipaksa harus ditanam dan hasil panenya disetorkan pada pemerintah

merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan di pasar Eropa, sehingga penjajah

memdapatkan banyak dana segar dari penjualan tersebut.46

Kekalahan Diponegoro pada tahun 1830 membuka jalan bagi pengenalan

‘Cultivation System’ (Sistem Tanam Paksa) yang digulirkan oleh Johannes van den

Bosch (1830-1877), dimana produk Jawa dibeli oleh pemerintah penjajah Belanda

dengan harga tetap yang rendah dan kemudian dijual di pasar dunia sesuai dengan

harga internasional. Sebuah sistem yang memberikan penghasilan bersih kepada

Belanda sebesar 832.000.000 gulden (setara dengan USD 75 miliar hari ini).47

Perkembangan pasca Perang Jawa semakin membenarkan keprihatinan Diponegoro

atas ketidakadilan perdagangan antara orang Jawa dan penjajah Belanda.48 Perang

diponegoro menjadi perang perlawanan besar terakhir di Jawa sampai menjelang

era kemerdekaan Indonesia.

Ketika Pemerintahan Kolonial Belanda berkuasa penuh atas Jawa setelah perang

Jawa, pasukan-pasukan bersenjata Keraton yang sudah lemah tersebut makin

dikurangi sehingga tidak mempunyai arti secara militer. Menurut catatan, semasa

45 Wahyudi dan Priyanto, Ksatria Jawa, h.1746 Robert van Niel, Sistem Tanam Paksa di Jawa, Pustaka LP3ES, Indonesia, cetakan pertama juli 2003. h.1547 Ricklefs, A History of Modern Indonesia since c.1300, Basingtoke: Macmillan, 1993, hal. 12348 Laporan Khusus Syamina Edisi XII/Juni 2014

Page 22: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

22

pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII - Hamengku Buwono VIII (1877-1939)

terdapat 13 kesatuan prajurit atau bergada, yaitu Kesatuan Sumoatmojo, Ketanggung,

Patangpuluh, Wirobrojo, Jogokaryo, Nyutro, Dhaeng, Jager, Prawirotomo, Mantrijero,

Langenastro, Surokarso, dan Bugis.49

Di masa berikutnya satu-satunya kerajaan yang diberi kesempatan oleh

pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk memelihara tentara yang agak lengkap

hanya Mangkunegaran, yang dinilai loyal dan tidak membahayakan. Jika pada

saat awal perjuangan Raden Mas Said hanya memiliki 10 korps prajurit termasuk

di dalamnya korps prajurit wanita. Setelah dinobatkan menjadi Mangkunegara I

pasukannya pernah berkembang menjadi 35 korps dengan kekuatan 2.120 infanteri

dan 484 kavaleri. Namun seusai Perang Diponegoro, kekuatan Legiun Mangkunegara

kembali susut hanya tinggal kira-kira 1.000 orang.

Surakarta, yang mewarisi Mataram semula hanya memiiiki 15 korps prajurit,

yaitu: Sarageni, Nirbaya, Brajanala, Wisamarta. Kanoman, Sangkraknyana,

Martalulut, Singanagara, Priyantaka, Sarareja, Panyutra, Mahudara, Mijipinilih,

Tanuastra dan Andrangbaya. Di masa berikutnya kemudian dikembangkan

dengan menambah kesatuan seperti: Tamtama. Carangan, Anirwesthi, Anirmala,

Anirwikara, Anirpringga, Anirbaya, Dorapati, Talangpati, Jayengastra, Udan-udanan,

Jagapraya, Prawireng, Balambangan, Tenisan, Rajegwesi, Macanan, Wanengan dan

Trunakembang.50

Di Kasunanan Surakarta kekuasaan Sunan di bidang politik mencakup pula

kemiliteran, dilimpahkan kepada patih, yang strukturnya disebut Reh Kepatihan

atau Reh Kepradatan. Patih dibantu oleh 8 Bupati Nayaka, yang terdiri dari 4 Bupati

Lebet dan 4 Bupati Jawi. Pengawas bidang keprajuritan dan pengatur perlengkapan

perang berada di bawah urusan 4 Bupati Lebet, yaitu yang disebut Keparak Kiwa,

Keparak Tengen, Gedong Kiwa, dan Gedong Tengen. Di Surakarta selain prajurit

reguler terdapat pula sekelompok abdi dalem yang tugas pokoknya adalah mengurus

segala keperluan ibadah dan upacara keagamaan tetapi juga bertugas sebagai

pengawal Sunan, yaitu abdi dalem Suranata.

Abdi dalem Suranata ini pembentukannya sudah ada sejak zaman Kerajaan

Demak, yaitu sebagai kelompok ulama bersenjata yang bertugas mengawal para

sultan Demak, sekaligus mengurus hal-hal yang bersifat keagamaan. Di Kasunanan

Surakarta abdi dalem Suranata merupakan kelompok pegawai kraton yang setengah

militer dan setengah religius yang merupakan bagian dari prajurit jero (prajurit

internal kraton). Meskipun setengah militer, namun di dalam struktur pemerintahan

kraton, abdi dalem Suranata bersama-sama dengan pengulu, khotib, ulama daerah,

naib, muazzin, dan merbot masuk di dalam Reh Kapangulon. Reh Kapangulon adalah

struktur yang menjalankan kekuasaan raja dalam bidang keagamaan.51

49 Novida Abba, Organisasi Kemiliteran Pada Masa Pengaruh Islam Dan Kolonial Di Jawa, Berkala Arkeologi Tahun XXVII No. 2 / November 2007, h.45

50 RM. Sarwanta, 1978:5-6, Humas Kebudayaan Kraton Surakarta, 1990 :1-5, dalam: Wahyudi dan Priyanto, Ksatria Jawa, h.17

51 Novida Abba, Organisasi Kemiliteran Pada Masa Pengaruh Islam Dan Kolonial Di Jawa, Berkala Arkeologi Tahun XXVII No. 2 / November 2007, h. 45-46

Page 23: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

23

Di Jogyakarta terlihat adanya 10 korps prajurit, yaitu: Wirabraja, Daeng,

Patangpuluh, Jagakarya, Prajurit wiratama, Nyutra, Retanggung, Mantrijero

(termasuk di dalamnya pasukan bertombak Langenastra), Bugis dan Surakarsan.

Sementara di Pakualaman hanya ada dua korps, yaitu Plangkir dam Lombok Abang.52

Hilangnya Keprajuritan dari Konsep Kesatria JawaDi tengah kebuntuan perkembangan militer secara fisik iniiah konsep tentang

ksatria Jawa mulai dikembangkan yang aktualisasinya tidak lagi berhubungan

dengan organisasi kemiliteran. Sejalan dengan kebudayaan (ide kepriyayian), maka

ide ksatria yang ditanamkan lewat wayang dan piwulang itu lebih ditekankan pada

segi moral dan etika. Masa pemerintahan Mangkunegara IV di Surakarta merupakan

masa puncak penyebaran ide ksatria. Hal ini ditandai dengan lahirnya naskah-naskah

tradisi (babad), penulisan kembali kitab-kitab sastra lama dan Iahirnya cerita-cerita

wayang dalam bentuk carangan.

Sejak itu dunia keprajuritan Jawa hidup dalam bayangan. Kebesaran, kemegahan,

keperkasaan prajurit dan ksatria Jawa hanya tinggal kenangan, yang tersimpan

dalam catatan sejarah, naskah babad, kronik atau cerita tutur, tempat bangsa Jawa

bernostalgia pada kebesaran masa iampau. Aliran darah prajurit dan tradisi ksatria

pada bangsa Jawa seolah-olah lenyap tinggal bekas-bekasnya.

Dalam masa-masa itu kebanggaan rakyat Jawa terhadap tentaranya hampir-

hampir lenyap. Kekecewaan mereka terungkap dalam beberapa naskah Jawa. Suluk

Maa Nganten dalam Socat Wulang dengan sinis membandingkan tentara Jawa dengan

pasukan bangsa lain. Pasukan Sepohi disebutnya sebagai orang-orang kepaung,

sukanya bikin onar, penipu dan sering mengambil barang tanpa membayar.

Prajurit Kompeni Belanda dikatakan walaupun pernberani, tetapi culas. Mereka

bersikap baik jika akan mendapat sesuatu. Sedangkan prajurit Prasman (Perancis),

dipuji karena pakaiannya yang bagus, tetapi disebutnya sebagai pesolek.

Bagaimana dengan prajurit Jawa? Dikatakannya bahwa prajurit Jawa senangnya

meniru. Jaman Belanda meniru Belanda, jaman Prasman meniru Prasman dan di

jaman inggris meniru Inggris. Seragamnya yang berkali-kali ganti hanya menambah

pengeluaran, karena kegagahannya sebagai prajurit tidak nampak. Mengapa? Karena

kekuatan mereka lemah. Kalau maju perang, mereka ibarat tanggul yang terbuat dari

merang (jerami), yang mudah larut diterjang banjir. Dengan sinis dikatakan pula

bahwa mereka itu bodohnya seperti kerbau. Tidak punya inisiatif dan tahunya hanya

kalau diperintah. Akan tetapi angkuhnya bukan main. Kalau berjalan berbondong-

bondong, melebar memenuhi jalan. Setiba di rumah kegagahannya hilang karena

ditagih hutang.

Selama masa pemerintah penjajah Hindia Belanda tampaknya mereka sengaja

menjauhkan orang Jawa dari hal-hal yang berbau keprajuritan. Kalaupun ada militer

di Jawa atau di Indonesia, tidak terlepas dari konteks militer kolonial. Selama itu

dunia keprajuritan jawa tidak lagi melahirkan sosok ksatria ataupun prajurit pilihan

seperti Senopati, Sultan Agung, Surapati, Mangkubumi, Sambernyawa, Diponegoro

52 Yudadiprodjo, 1990, dalam: Wahyudi dan Priyanto, Ksatria Jawa, h.17-18

Page 24: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINAEdisi 7 / Mei 2018

24

dan lain-lain. Semangat dan jiwa keprajuritan bangsa Jawa baru muncul kembali

setelah Indonesia dibawah pendudukan Jepang.53 Saat itu banyak penduduk pribumi

direkrut oleh jepang untuk menghadapi kekuatan tentara sekutu pada perang dunia

kedua.

Dunia keprajuritan Jawa sejak era Demak hingga Mataram telah mengalami dua

proses perwujudan, yaitu: 1) berupa manifestasi dalam dunia prajuritan Jawa bersama

tradisi yang ada. Bentuk ini mengalami stagnasi akibat perubahan politik, ekonomi,

sosial dan kultrural di masa kolonial, sehingga tinggalah sisa-sisa kebesaran dari

kejayaan masa lampau. 2) Berkembangnya dunia ide (pemikiran) akibat aktualisasi

secara fisik mengalami jalan buntu. Namun ide tentang keprajuritan itu telah banyak

diadopsi untuk mengisi kejiwaan tentara modern Indonesia, seperti rumusan Sapta

Marga, Doktrin TNI yang banyak didominasi oleh konsep keprajuritan dalam budaya

Jawa.54

Daftar Pustaka:Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Pustaka al-Kautsar Jakarta, 2010

Darsiti Suratman, Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939, Yayasan Untuk

Indonesia, Yogyakarta, 2000.

De Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram, Politik Ekspansi sultan Agung (Jakarta:

Pustakan Utama Grafiti, 1990)

Drs Sutjipto Wirjosuparto, Dari Lima Zaman Pendjadjahan Menudju Zaman

Kemerdekaan, penerbit: Indira, 1958, http://arsip.tembi.net/yogyakarta-

tempo-doeloe/permainan-sodoran-di-mataram-sekitar-abad-ke-17

Gilang Pradipta Kuncoro, Peran Masyarakat Dekso Dalam Perang Jawa 1825 -1830,

Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013.

Gunawan Sumodiningrat, Riant Nugroho. D, Membangun Indonesia Emas: model

pembangunan Indonesia Baru menuju Negara-Bangsa yang Unggul dalam

Persaingan Global (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005),

Jono de Barros, Decada Primiera a Segunda terbit 1552, jilid III

Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.

com/2015/01/belajar-dari-kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/

M, Khafid Kasri & Pujo Semedi. Sejarah Demak: Matahari Terbit di Glagah Wangi.

Diterbitkan kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak 2008.

Meilink, Persaingan Eropa & Asia di Nusantara, Sejarah Perniagaan 1500-1630,

Komunitas bambu Jakarta 2016.

53 Fachry Ali, 1986:172, R.M. Riya Jayadiningrat I, 1981:207-209, dalam: Wahyudi dan Priyanto, Ksatria Jawa, h.15-19

54 Sarjana Sigit Wahyudi, Supriya Priyanto, Ksatria Jawa: Kajian Tentang Etika, Moral Dan Tradisi Keprajuritan Jawa Di Masa Mataram, Ringkasan Laporan Penelitian, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Januari 1997. h.iv-v

Page 25: MELUCUTI - m.kiblat.net · Kemenangan Surapati atas Kompeni disambut hangat oleh rakyat Mataram dan ... Keempat Ambon, ... Adipati Yunus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak guna

SYAMINA Edisi 7 / Mei 2018

25

Mundzirin Yusuf, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Penerbit Pustaka

Yogyakarta, 2006

Novida Abba, Organisasi Kemiliteran Pada Masa Pengaruh Islam Dan Kolonial Di

Jawa, Berkala Arkeologi Tahun XXVII No. 2 / November 2007

Peter Carey, Inggris di Jawa 1811-1816, Penerbit Kompas, Jakarta, 2017.

Peter Carey, Kuasa Ramalan, Pangeran Diponegoro Dan Akhir Tatanan Lama Di

Jawa, 1785-1855, Jilid 2, Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Jakarta, 2011,

R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III (Yogyakarta: Kanisius,

1987),

Ricklefs, A History of Modern Indonesia since c.1300, Basingtoke: Macmillan, 1993

Ricklefs, Jogyakarta Under Sultan Mangkuhumi 1749-1792, A History of the Division

of Java, University Microfilms, 1982

Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Jakarta: Serambi, 2005

Robert van Niel, Sistem Tanam Paksa di Jawa, Pustaka LP3ES, Indonesia, cetakan

pertama juli 2003.

Saleh Asad Djamhari, Stelsel Benteng Dalam Pemberontakan Diponegoro 1827-1830,

Suatu Kajian Sejarah Perang, Disertasi Bidang Ilmu Pengetabuan Budaya

Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia 2002

Sarjana Sigit Wahyudi, Supriya Priyanto, Ksatria Jawa: Kajian Tentang Etika,

Moral Dan Tradisi Keprajuritan Jawa Di Masa Mataram, Ringkasan Laporan

Penelitian Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Januari 1997

Sartono Kartodirdjo. Sejarah Nasional III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Jakarta 1975

Selo Soemarjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, cetakan kedua diterbitkan oleh

Komunitas Bambu Jakarta, 2009.

Vincen Houben, Keraton Dan Kompeni, Surakarta Dan Yogyakarta 1830-1870,

Penerbit Mata Bangsa Yogyakarta 2002