mekanisme pertahanan

4
Mekanisme pertahanan (defense mechanism) menurut Clark, 1991 (dalam Komalasari, dkk; 2011: 71) mendefinisikan sebagai gangguan ketidaksadaran dari realitas yang bertujuan untuk mengurangi efek yang menyakitkan dan konflik melalui respon yang otomatis dan sudah menjadi kebiasaan. Mekanisme pertahanan merupakan cara seseorang untuk bertahan dengan cara menciutkan dorongan-dorongan atau dengan meciutkan dorongan-dorongan (kecemasan) menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu mengancam (dalamhttp://indonesiaindonesia.com/f/76497-mekanisme- pertahanan-ego-psikoanalisa-sigmund-freud/). Mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mekanisme pertahanan ego merupakan strategi psikologis (ego) yang bersifat spesifik dan tidak disadari untuk menghindari ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan. Sifat yang dimiliki oleh mekanisme yaitu: 1. Bersifat spesifik 2. Tidak disadari 3. Usaha untuk beradaptaasi yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dan memberikan kelegaan (relief) terhadap kecemasan Menurut Komalasari (2011: 71) mekanisme pertahanan ego memiliki dua karakteristik, yaitu: 1. Menyangkal realitas 2. Mengganti realitas B. Proses Munculnya Mekanisme Pertahanan Ego Energi Id akan meningkat ketika ada rangsangan (impuls) sehingga menimbulkan ketegangan atau pengalaman yang tidak enak dan menguasai Ego agar bertindak secara kongkrit dalam memenuhi rangsangan tersebut sesegera mungkin. Di sisi lain Super ego berusaha untuk menetang dan menguasai Ego agar tidak memenuhi Hasrat dari Id karena tidak sesuai dengan konsepsi Ideal . Dorongan Id yang primitif tersebut bersifat laten pada alam bawah sadar sehingga tidak akan mengendor selama tidak memiliki objek pemuas. Pada taraf-taraf tertentu dorongan ini bisa menjadi distruktif dengan penyimpangan-penyimpangan perilaku. Ego berdiri di tengah-tengah kekuatan dahsyat kebutuhan biologis dan norma. Ketika terjadi konflik di antara kekuatan-kekuatan ini, ego merasa terjepit dan terancam, serta merasa seolah-olah akan lenyap dan tidak berdaya digilas kedua kekuatan tersebut. Perasaan terjepit dan terancam ini disebut kecemasan (anxiety), sebagai tanda bagi ego bahwa sedang berada dalam bahaya dan berusaha tetap bertahan. C. Bentuk-Bentuk Menurut Corey (2009: 64) bentuk-bentuk mekanisme pertahanan di antaranya sebagai berikut: 1. Repression (represi)

Upload: wahyu-nur-wibowo

Post on 27-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mekanisme pertahanan

Mekanisme pertahanan (defense mechanism) menurut Clark, 1991 (dalam

Komalasari, dkk; 2011: 71) mendefinisikan sebagai gangguan ketidaksadaran dari

realitas yang bertujuan untuk mengurangi efek yang menyakitkan dan konflik melalui

respon yang otomatis dan sudah menjadi kebiasaan.

Mekanisme pertahanan merupakan cara seseorang untuk bertahan dengan cara

menciutkan dorongan-dorongan atau dengan meciutkan dorongan-dorongan

(kecemasan) menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu

mengancam (dalamhttp://indonesiaindonesia.com/f/76497-mekanisme-pertahanan-ego-

psikoanalisa-sigmund-freud/).  Mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis

yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk

berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mekanisme pertahanan

ego merupakan strategi psikologis (ego) yang bersifat spesifik dan tidak disadari untuk

menghindari ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan.

Sifat yang dimiliki oleh mekanisme yaitu:

1.      Bersifat spesifik

2.      Tidak disadari

3.      Usaha untuk beradaptaasi yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dan

memberikan kelegaan (relief) terhadap kecemasan

Menurut Komalasari (2011: 71) mekanisme pertahanan ego memiliki dua karakteristik,

yaitu:

1.      Menyangkal realitas

2.      Mengganti realitas

B.     Proses Munculnya Mekanisme Pertahanan Ego

Energi Id akan meningkat ketika ada rangsangan (impuls) sehingga menimbulkan

ketegangan atau pengalaman yang tidak enak dan menguasai Ego agar bertindak secara

kongkrit dalam memenuhi rangsangan tersebut sesegera mungkin. Di sisi lain Super ego

berusaha untuk menetang dan menguasai Ego agar tidak memenuhi   Hasrat dari

Id   karena tidak sesuai dengan konsepsi Ideal . Dorongan Id yang primitif tersebut bersifat

laten pada alam bawah sadar sehingga tidak akan mengendor selama tidak memiliki

objek pemuas. Pada taraf-taraf tertentu dorongan ini bisa menjadi distruktif dengan

penyimpangan-penyimpangan perilaku.

Ego berdiri di tengah-tengah kekuatan dahsyat kebutuhan biologis dan norma.

Ketika terjadi konflik di antara kekuatan-kekuatan ini, ego merasa terjepit dan terancam,

serta merasa seolah-olah akan lenyap dan tidak berdaya digilas kedua kekuatan

tersebut. Perasaan terjepit dan terancam ini disebut kecemasan (anxiety), sebagai tanda

bagi ego bahwa sedang berada dalam bahaya dan berusaha tetap bertahan.

C.    Bentuk-Bentuk

Menurut Corey (2009: 64) bentuk-bentuk mekanisme pertahanan di antaranya

sebagai berikut:

1.      Repression (represi)

Threatening or painful thoughts and feelings are excluded from awareness (Ancaman

atau pemikiran menyakitkan dan perasaan disisihkan dari kesadaran). Dengan kata lain

melupakan isi kesadaran yang traumatis  atau sesuatu (baik itu ide,  insting, ingatan,

Page 2: Mekanisme pertahanan

pikiran) yang bisa membangkitkan kecemasan. Represi mendorong segala sesuatu yang

dapat membangkitkan kecemasan dari alam kesadaran ke alam ketidaksadaran.

Represi merupakan landasan utama/dasar dari semua mekanisme pertahanan ego.

Alasannya bahwa peristiwa-peristiwa menyakitkan yang terjadi di 5/6 tahun pertama

kehidupan seseorang akan dikubur (dibawa ke alam ketidaksadaran), dan peristiwa ini

akan mempengaruhi tingkah laku individu kelak.

Contoh: Orang yang gagal menikah mungkin akan menekan ingatan-ingatan yang

menyakitkan tentang pengalaman mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan.

2.      Denial (penyangkalan)

“Closing one’s eyes” to the existence of a threatening aspect of reality (seseorang

menutup mata karena adanya aspek kenyataan yang mengancam). Dengan kata lain,

penyangkalan merupakan pertahanan melawan kecemasan dengan “menutup mata”

terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam/yang dapat menyebabkan

kecemasan. Penyangkalan dapat dikatakan mekanisme pertahanan yang paling

sederhana dibandingkan dengan mekanisme pertahanan yang lain. Penyangkalan  mirip

dengan represi, namun biasanya denial beroperasi pada tingkat ambang sadar dan

tingkat kesadaran.

Contoh: kecemasan atas kematian orang yang sangat dicintai, seringnya diwujudkan

dengan penyangkalan terhadap fakta kematian orang tersebut, misalnya dengan

menggali kembali kuburannya untuk memastikan kembali.

3.      Reaction formation (formasi reaksi)

Actively expressing the opposite impulse when confronted with a threatening impulse

(dengan aktif menyatakan bertentangan dengan dorongan ketika dihadapkan dengan

suatu dorongan yang mengancam). Dapat pula dikatakan pengembangan sikap, karakter

atau sikap sadar yang sangat berbeda dengan perasaan yang sebenarnya yang telah

ditekan (ditekan oleh ketentuan-ketentuan superego). Hal ini dilakukan sebagai cara

untuk mengganti impuls yang mengakibatkan kecemasa (anxiety-producing impulses)

dan melanggar ketentuan superego dengan kesadaran dengan hal yang bertentangan.

Misalnya: mengganti rasa benci dengan cinta, rasa bermusuhan dengan ekpresi

persahabatan, dan lain sebagainya.

Contoh: seorang kakak membenci adiknya karena adiknya adalah penyebab perceraian

orang tuanya, tetapi superego tidak membenarkan, maka reaksinya adalah menyanyangi

adiknya secara berlebihan (over protective) dengan membatasi pergaulannya sehingga

membuat adiknya terkekang.

4.      Projection (proyeksi)

Mekanisme mengubah kecemasan neurotic atau moral menjadi kecemasan realistis,

dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke

obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu terproyeksi dari obyek eksternal kepada

diri orang itu sendiri. Pengubahan ini mudah dilakukan karena sumber asli kecemasan

neurotic atau moral itu adalah ketakutan terhadap hukuman dari luar.

Contoh: Jojo sudah tidak menyanyangi pacarnya, maka Jojo mengatakan bahwa pacarya

sudah tidak menyanyanginya lagi.

5.      Displacement (penempatan yang keliru)

Directing energy toward another object or person when the original object or person is

inaccessible (mengarahkan energy menuju obyek/orang laun ketika obyek asli/orang

tidak dapat dicapai). Cara ini dilakukan untuk menghadapi kecemasan dengan

memindahkan pada obyek “yang lebih aman”. Ketika obyek kateksis asli yang dipilih

Page 3: Mekanisme pertahanan

oleh insting tidak dapat dicapai karena adanya rintangan dari luar (sosial, alami) atau

dari dalam (antikateksis). Insting itu ditekan kembali ke ketidaksadaran atau ego

menawarkan kateksis baru yang berarti pemindahan energy dari suatu obyek ke obyek

lain, sampai ditemukan obyek yang dapat mereduksi ketegangannya.

Contoh: Jono jengkel karena dimarahi ibunya, tapi Jono tidak bisa melampiaskan

kejengkelannya pada ibunya, lalu Jono melampiaskan kejengkelannya kepada adiknya

dengan cara membentak-bentak pada adiknya.

6.      Rationalization (rasionalisasi)

Rasionalisasi merupakan cara untuk memberi alasan-alasan yang masuk akal sebagai

usaha untuk mempertahankan egonya (agar tidak terluka) sehingga seolah-olah dapat

dibenarkan. Contoh: Suzy tidak dapat menyelesaikan menjawab soal ujian, ia mencari-

cari alasan seperti waktunya kurang, soalnya terlalu banyak, soalnya sulit-sulit.

7.      Sublimmtion (sublimasi)

Dorongan yang tidak dibenarkan superego tetap dilakukan dalam bentuk-bentuk  tingkah

laku yang kreatif sesuai tuntutan masyarakat. Sublimasi merupakan kompromi yang

menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi dan diterima oleh masyarakat. Contoh:

Chris John memilih untuk mengikuti olahraga bertinju sebagai sublimasi dorongan agresi.

8.      Regression (regresi)

Regresi adalah usaha untuk menghindari kegagalan atau ancaman terhadap ego,

individu melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-

tuntutannya tidak terlalu besar. Contoh: Seorang anak yang takut sekolah

memperlihatkan tingkah laku infantile seperti menangis, menghisap ibu jari,

bersembunyi, dan menggantungkan diri pada guru.

9.      Introjection

Taking in and “swallowing” the values and standards of others (menerima dan

menelan/meniru nilai dan standar lainnya). Introyeksi adalah suatu bentuk pertahanan

diri yang dilakukan dengan mengambil alih nilai-nilai dan standar orang lain baik positif

maupun negative. Contoh: anak yang mendapat penganiayaan semasa kecilnya,

mengambil cara seperti orang tuanya guna mengatasi stress sehingga melestarikan

siklus kekerasan.

10.  Identification

Identifikasi merupakan cara mereduksi ketegangan dengan meniru (melakukan imitasi)

atau mengidentifikasi diei dengan orang yang dianggap berhasil memuaskan hasratnya

dibanding dirinya. Individu mungkin melakukan imitasi beberapa maupun seluruh

karakteristik dari model. Indentifikasi merupakan proses pemindahan energy psikis

dari Id dan merupakan mekanisme pertahanan sejalan dengan konsep pemindahan

energy psikis tersebut.

Contoh: Anggi meniru gaya busana yang sedang ngetrend sebagai proses introyeksi

untuk meningkatkan harga diri dan menekan perasaan rendah diri, sehingga Anggi

merasa lebih percaya diri

11.  Compensation

Yaitu usaha untuk menutupi kelemahan di satu bidang dengan membuat prestasi di

bidang lain, sehingga Ego terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri. Contoh: Joshua

tidak pandai dalam pelajaran, namun dia menekuni bidang olahraga basket dan

memperoleh prestasi, sehingga Joshua memdapatkan kepuasan karena orang kagum

pada kepandaiannya dalam bermain basket.

Page 4: Mekanisme pertahanan

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2009. Theories and Techniques of Counseling. 8thEdition. USA: Thomson Brooks/Cole.

Komalasari, Gantina, dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks

http://indonesiaindonesia.com/f/76497-mekanisme-pertahanan-ego-psikoanalisa-sigmund-freud/. Diunduh tanggal 30 September 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanisme_pertahanan_ego. Diunduh tanggal 30 September 2011