mekanisme penyusunan apbn

11

Click here to load reader

Upload: jogo-hera

Post on 12-Jun-2015

26.265 views

Category:

Documents


443 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

Mekanisme Penyusunan APBN

Oleh : Samuel Jogo Hera, S.Pd

Sebelum melakukan pembahasan tentang mekanisme penyusunan APBN, alangkah

baiknya kita mengingat kembali materi sebelumnya tentang struktur APBN adalah,

(a) Pendapatan Negara dan Hibah,

(b) Belanja Negara,

(c) Keseimbangan Primer

(d) Surplus/Defisit Anggaran

(e) Pembiayaan.

Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-account.

Asumsi dasar ekonomi makro adalah indikator utama ekonomi makro yang

digunakan sebagai acuan dalam menyusun postur APBN. Asumsi dasar ekonomi

makro (ADEM) disusun mengacu pada sasaran-sasaran pembangunan jangka

menengah yang terdapat pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

maupun sasaran-sasaran tahunan yang terdapat pada Rencana Kerja Pemerintah

(RKP). Selain itu, asumsi dasar ekonomi makro APBN juga disusun dengan

mempertimbangkan perkembangan ekonomi domestik maupun global agar asumsi

yang digunakan dapat merepresentasikan kondisi perekonomian terkini.

1) pertumbuhan ekonomi (%)

Pertumbuhan ekonomi yang menjadi asumsi dasar ekonomi makro merupakan

sasaran

pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai pada suatu kurun waktu tertentu.

Kementerian

Page 2: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

Keuangan, Bappenas, dan BPS merupakan tiga istitusi pemerintah yang

terlibat dalam menentukan target pertumbuhan ekonomi di dalam asumsi

dasar ekonomi makro APBN dan tentunya dengan memperhatikan masukan dari

Bank Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah persentase perubahan

dari nilai PDB riil (PDB harga konstan), untuk melihat perubahan yang

terjadi pada output riil yang terjadi dari waktu ke waktu di dalam

suatu perekonomian (perhitungan PDB telah dipelajari pada bab sebelumnya

tentang Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi).

2) Tingkat inflasi (% yoy)

Indikator inflasi yang digunakan pada asumsi dasar ekonomi makro APBN

yaitu tingkat inflasi yang dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen

dalam skala tahunan (yoy). Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan

berkoordinasi bersama Bank Indonesia dalam menentukan besaran

3) Nilai tukar atau kurs US$ terhadap Rupiah (Rp/US$)

Angka asumsi dasar nilai tukar rupiah yang digunakan dalam APBN adalah angka

rata-rata kurs tengah (kurs rata-rata dari kurs beli dan kurs jual) harian

nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS) selama

tahun berjalan (Januari sampai dengan Desember).

4) Tingkat suku bunga (SPN 3 bulan)

Asumsi suku bunga yang digunakan dalam APBN adalah acuan tingkat imbal

jasa atau kompensasi atas utang Pemerintah. Acuan tingkat suku bunga

yang digunakan adalah tingkat bunga mengambang seri variable rate yang

dihasilkan dari proses lelang, sebagai representasi beban bunga utang tahun

berjalan. Awal penggunaan asumsi tingkat suku bunga yaitu pada saat

Page 3: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

adanya utang dalam negeri pemerintah khususnya kepada Bank Indonesia

(obligasi rekap BI).

5) Harga minyak dunia/ ICP (US$/barrel)

Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) merupakan

dasar monetisasi harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional

(satuan yang digunakan adalah USD per barel) yang penetapannnya dilakukan

setiap bulan oleh Kementerian ESDM.

6) Lifting minyak (ribu barel/ hari).

Setelah ditetapkannya asumsi dasar makro ekonomi tersebut, barulah

diproyeksikan besaran komponen-komponen lainnya yang merupakan postur

APBN, yang terbagi atas tiga (3) kelompok besar : (i) Pendapatan Negara dan

Hibah; (ii) Belanja Negara; dan (iii) Pembiayaan. Besaran komponen-komponen

tersebut disesuaikan dengan kebijakan umum pemerintah dalam pengelolaan

APBN, apakah bersifat balanced budget (besaran Pendapatan Negara dan

Hibah sama dengan besaran Belanja Negara atau zero deficit) ataukah

ekspansif (besaran Belanja Negara lebih besar dari pada besaran Pendapatan

Negara dan Hibah atau defisit).

Page 4: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

Tiga kelompok besar komponen yang merupakan postur APBN dapat dijelaskan

lebih lanjut sebagai berikut:

Page 5: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

Penyusunan APBN bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Dan penyusunannya didasarkan atas asas berimbang dan dinamis, artinya sektor penerimaan diusahakan selalu meningkat dan sektor pengeluaran diusahakan untuk diadakan penghematan, dan lebih diarahkan pada dana pembangunan untuk kegiatan yang menunjang peningkatan produksi nasional, sehingga besarnya pengeluaran (belanja) seimbang dengan penerimaannya.

Ada 5 tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia. Dari kelima tahapan itu, tahapan ke-2 (kedua) dan ke-5 (kelima) dilaksanakan bukan oleh pemerintah, yaitu masing-masing tahap kedua penetapan/persetujuan APBN dilaksanakan oleh DPR (lembaga legislatif), dan tahap kelima pemeriksaan dan pertanggungjawaban dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sedangkan tahapan lainnya dilaksanakan oleh pemerintah. Untuk lebih jelasnya dapat memerhatikan bagan sebagai berikut :

Page 6: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

Gambar 1. Siklus APBN

(Sumber : Dasar-dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Anggaran, Direktorat Penyusunan APBN Hal. 29

http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/buku%20dasar%20penyusunan%20APBN.pdf) Tahapan kegiatan dalam siklus APBN adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dan penganggaran APBN

Tahapan ini dilakukan pada tahun sebelum anggaran tersebut dilaksanakan (APBN

t-1) misal untuk APBN 2013 dilakukan pada tahun 2012 yang meliputi dua

kegiatan yaitu, perencanaan dan penganggaran.

Tahap perencanaan dimulai dari:

a. penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional;

b. Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan

program dan kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif

baru dan indikasi kebutuhan anggaran;

c. Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi

pelaksanaan program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji

usulan inisiatif baru berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa

pemenuhan kelayakan dan efisiensi indikasi kebutuhan dananya;

d. Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan;

e. K/L menyusun rencana kerja (Renja);

f. Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L,

Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan;

g. Rancangan awal RKP disempurnakan;

h. RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan

DPR;

i. RKP ditetapkan.

Tahap penganggaran dimulai dari:

Page 7: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

a. penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif;

b. penetapan pagu indikatif

c. penetapan pagu anggaran K/L;

d. penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L);

e. penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan

rancangan undang-undang tentang APBN; dan

f. penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang

APBN kepada DPR.

2. Penetapan/persetujuan APBN

Kegiatan penetapan/persetujuan ini dilakukan pada APBN t-1, sekitar bulan

Oktober Desember. Kegiatan dalam tahap ini berupa pembahasan Rancangan

APBN dan Rancangan Undang-undang APBN serta penetapannya oleh DPR.

Selanjutnya berdasarkan persetujuan DPR, Rancangan UU APBN ditetapkan

menjadi UU APBN. Penetapan UU APBN ini diikuti dengan penetapan

Keppres mengenai rincian APBN sebagai lampiran UU APBN dimaksud.

DPR membahas RAPBN dengan dua tujuan: diterima atau ditolak.Jika diterima,

RAPBN akan disahkan menjadi APBN dan disampaikan kepada pemerintah untuk

dilaksanakan. Namun, jika ditolak, pemerintah harus menggunakan APBN

sebelumnya.

Hal ini dipertegas lagi dalam undang-undang nomor 17 tahun 2003 pasal

15 ayat (6) yang berbunyi “Apabila DPR tidak menyetujui RUU sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran

setinggi-tingginya sebesar angka Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun

anggaran sebelumnya”.

Page 8: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

3. Pelaksanaan APBN

Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan

pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari – 31 Desember pada tahun

berjalan (APBN t). Dengan kata lain, pelaksanaan tahun anggaran 2013 akan

dilaksanakan mulai 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013. Kegiatan pelaksanaan

APBN dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini kementerian/lembaga (K/L).

K/L mengusulkan konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

berdasarkan Keppres mengenai rincian APBN dan menyampaikannya ke

Kementerian Keuangan untuk disahkan. DIPA adalah alat untuk melaksanakan

APBN. Berdasarkan DIPA inilah para pengelola anggaran K/L (Pengguna

Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan Pembantu Pengguna Anggaran)

melaksanakan berbagai macam kegiatan sesuai tugas dan fungsi instansinya.

4. Pelaporan dan Pencatatan APBN

Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan dengan tahap

pelaksanaan APBN, 1 Januari-31 Desember. Laporan keuangan pemerintah

dihasilkan melalui proses akuntansi, dan disajikan sesuai dengan standar

akuntansi keuangan pemerintah yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran

(LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas, serta catatan atas laporan keuangan.

5. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN

Tahap terakhir siklus APBN adalah tahap pemeriksanaan dan

pertanggungjawaban yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan berakhir

(APBN t+1), sekitar bulan Januari- Juli.

Contoh, jika APBN dilaksanakan tahun 2013, tahap pemeriksaan dan

pertanggungjawabannya dilakukan pada tahun 2014. Pemeriksaan ini dilakukan

oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Untuk pertanggungjawaban

pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara keseluruhan selama satu tahun

Page 9: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

anggaran, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan

yang telah diperiksa BPK, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun

anggaran berakhir.

Agar dapat lebih memahami tentang mekanisme penyusunan APBN, saya mencoba

meracang bagan mekanisme penyusunan APBN sehingga anda lebih mudah dalam

memahami dan mempelajarinya. Berikut ini dapat anda simak mekanisme

penyusunan APBN berdasarkan bagan yang saya sederhanakan :

Page 10: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

Page 11: Mekanisme penyusunan APBN

 

 

Sumber Bacaan :

1. Chumidatus Sadyah. BSE Ekonomi Kelas XI 2. Dasar-dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Anggaran,

Direktorat Penyusunan APBN (http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/buku%20dasar%20penyusunan%20APBN.pdf)