mekanisme pengawasan komisi pengawas haji...

139
MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA (KPHI) PADA PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: PIPIT DEVIYANTI 1111053100011 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2015 M

Upload: duongkhue

Post on 06-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA (KPHI)

PADA PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

PIPIT DEVIYANTI 1111053100011

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2015 M

Page 2: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif
Page 3: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif
Page 4: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif
Page 5: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

i

ABSTRAK

Pipit Deviyanti (1111053100011) Mekanisme Pengawasan Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) pada Penyelenggaraan Haji di Indonesia

Pengawasan merupakan proses untuk menjamin sebuah kegiatan yang telah direncanakan untuk meminimalisir penyimpangan agar pekerjaan terlaksana sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif dan efisien serta organisasi dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme pengawasan KPHI dalam melakukan pengawasan pada operasional penyelenggaraan haji di Indonesia serta rekomendasi-rekomendasi KPHI pada penyelenggaraan haji tahun 2013 dan perbaikan-perbaikan yang sudah dilakukan dari hasil pengawasan KPHI.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Peneliti menganalisis berbagai informasi dari hasil observasi, wawancara dan pengumpulan dokumen-dokumen seperti Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun 2013 dan Buletin KPHI.

Dari hasil penelitian, mekanisme atau tahapan pengawasan KPHI yaitu dengan menetapkan instrumen pengawasan, melakukan sidak ke PPIH dan pembuktian di lapangan. KPHI sudah banyak menemukan masalah pada penyelenggaran haji tahun 2013 dan sudah merekomendasikan beberapa hal pada setiap aspek untuk dijadikan perbaikan ke depannya seperti perekrutan petugas yang lebih professional, peningkatan bimbingan manasik haji, kontrak transportasi yang lebih detail, peninjauan kembali pemondokan, pencantuman menu dan waktu konsumsi pada saat di Arab Saudi, pelayanan kesehatan haji online, peningkatan kuantitas dan kualitas petugas untuk perlindungan dan jamaah serta penindakan tegas bagi PIHK yang tidak menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Adapun beberapa rekomendasi guna perbaikan yang diusulkan KPHI dan sudah terealisasi yaitu diberlakukannya aturan bagi para petugas PPIH Arab Saudi yang sudah melaksanakan haji tidak bertugas sambil menjalankan haji yang diberlakukan mulai tahun 2014 dan adanya katering satu kali makan di Makkah mulai tahun 2015.

Kata kunci : Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI), Penyelenggaraan Haji di Indonesia

Page 6: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji serta syukur saya haturkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah

memberikan bermacam-macam kenikmatan yang tak dapat terhitung oleh akal

manusia sekalipun. Tidak lupa pula shalawat serta salam senantiasa tercurahkan

kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari

zaman kegelapan sampai zaman terang benderang seperti sekarang, beserta para

keluarga, sahabatnya dan kaum Muslim yang telah berjihad dijalannya mendirikan

panji-panji Islam dan Risalahnya.

Alhamdulillahirrabil’alamin atas izin Allah SWT akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Mekanisme Pengawasan

Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) pada Penyelenggaraan Haji di

Indonesia”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyarat

memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta Program Studi Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen

Haji dan Umroh.

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan turut

serta berjuang di dalamnya, karena tanpa adanya bantuan dari orang-orang

tersebut, sulit rasanya untuk menyelsaikan skripsi ini. Yang paling utama penulis

haturkan terimakasih adalah kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Bapak

Juweni, S.Pd dan Ibunda Ibu Aam Komariah, S.Pd yang selalu mendidik,

menasihati, melindungi, menjaga dan mendo’akan penulis di siang maupun

malam dengan kasih sayang yang tidak terhingga dan tidak ternilai dengan

Page 7: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

iii

apapun, menyekolahkan anaknya dari Pendidikan Dasar hingga Perguruan Tinggi

saat ini penulis menyelsaikan tugas akhir di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Haturnuhun Ibu, Bapa. Berkat dukungan mereka, penulis selalu mendapatkan

semangat dan dapat menyelsaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terimakasih,

penulis haturkan juga kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.d selaku Wadek I, Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku

Wadek II dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wadek III Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

yang sekaligus merangkap sebagai Ketua Sidang Skripsi.

4. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah yang

sekaligus merangkap sebagai Sekertaris Sidang Skripsi.

5. Muammar Aditia, SE. M.Ak selaku Dosen Penasihat Akademik

Manajemen Haji dan Umroh tahun 2011.

6. Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

selalu memberikan masukan masukan, kritikan dan arahan kepada penulis

sehingga skripsi ini bisa diselsaikan dengan baik.

7. Tim Penguji Sidang Skripsi Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA selaku

Penguji I dan Muhammad Zen, S.Ag. MA selaku Penguji II.

8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

banyak memberikan ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis

dalam menyelesailan studi maupun dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

Page 8: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

iv

9. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta stafnya.

10. Seluruh Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) periode

2013-2016. Bapak Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si selaku Ketua

KPHI, Bapak Drs. H. Imam Addaruquthni, SQ, MA selaku Wakil Ketua

KPHI dan seluruh Anggota KPHI khususnya Bapak Drs. H. Ahmed

Machfudh, MMC, MPA dan Bapak Dr. H. Syamsul Ma’arif, MA yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi narasumber primer

bagi penulis dalam melakukan penelitian ini.

11. Seluruh Staff Sekretariat KPHI khususnya Bapak H. Arif Nurrawi selaku

Kepala Sekretariat KPHI dan Ibu Hj. Retno Dwi Astuti yang selalu

mengarahkan dan menerima kedatangan penulis dengan sangat baik serta

menjadi informan juga bagi penulis dalam melakukan penelitian ini.

12. Nenek tersayang Hj. E. Hafsah yang selalu memberikan dorongan dan

motivasi yang kuat pada setiap langkah penulis.

13. Saudara sekandung penulis Ajeng Dita Aprilian dan Farhan Haban

Nugraha kedua adik tersayang yang selalu memberikan keceriaan kepada

penulis juga keluarga besar Abah Sulaiman dan Abah E. Hidayat. Uwa,

bude, pakde, bibi, mamang, teteh dan sepupu-sepupu semuanya yang

selalu membuat penulis menjadi ceria setiap harinya.

14. Donni Bhestadi Saputra, S..Kom.I yang tidak pernah lelah untuk

mendengar segala keluh kesah penulis selama menyelsaikan skripsi ini.

15. Teman-temanku Rizka Zahara, Difla Karisha, Annisa Nuraddina, Putri

Debby Iswara. R, Kicky Mayantie yang selalu ada kehadiran dan

kebersamaan setiap harinya selama penulis menjalani kuliah.

Page 9: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

v

16. Kawan-kawan seperjuanganku Siti Khadijah Nurfijri, Aprilia Dwi

Permatasari, Nurunajah, Fuad Hilmi, Dimas Hasanudin Al-Ayubbi, Fahrul

Yusuf, Noprian yang sudah menjadi partner penulis untuk berbagi cerita.

Juga seluruh teman-teman Manajemen Haji dan Umroh 2011 yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga jalan kita semua dimudahkan

ke depannya oleh Allah SWT.

17. Adik-adik satu atap kamar kost Qonita Surayya dan Anisa Novitasari yang

selalu memberikan penulis semangat dalam menyelsaikan skripsi ini.

18. KKN Origami UIN Jakarta 2014.

Penulis senantiasa berdoa semoga amal baik yang telah diberikan

mendapatkan ridha dari Allah SWT. Penulis serahkan semuanya dengan harpan

semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar khusus bagi penulis dan

umumnya bagi yang membacanya.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Jakarta, 15 Oktober 2015

Penulis

Page 10: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10 D. Metode Penelitian .............................................................................. 12 E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 17 F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 19

BAB II LANDASAN TEORI

A. Mekanisme ...................................................................................... 20 B. Pengawasan ..................................................................................... 21 C. Pengawasan KPHI ........................................................................... 29 D. Penyelenggaraan Haji Indonesia....................................................... 37

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA (KPHI)

A. Sejarah ............................................................................................. 48 B. Tugas dan Fungsi ............................................................................. 51 C. Kedudukan dan Peran ...................................................................... 54 D. Tata Kerja ........................................................................................ 55 E. Perkembangan ................................................................................. 56 F. Visi, Misi dan Motto ........................................................................ 58 G. Struktur Organisasi Periode Pertama ................................................ 58

Page 11: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

vii

BAB IV MEKANISME PENGAWASAN KPHI DALAM OPERASIONAL PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA

A. Mekanisme Pengawasan KPHI ........................................................ 60 B. Rekomendasi KPHI Pengawasan Haji 2013 ..................................... 77 C. Perbaikan yang Sudah dilakukan dari Hasil Pengawasan KPHI ........ 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 82 B. Saran................................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 88

Page 12: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

viii

DAFTAR SINGKATAN

Baleg : Badan Legislasi

BPK : Badan Pemeriksa Keuangan

BPKP : Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan

CEQDA : Center for Quality Development and Assurance

Ditjen PHU : Direktur Jendral Penyelenggara Haji dan Umroh

DPD RI : Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia

DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Itjen Kemenag : Inspektorat Jendral Kementerian Agama

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KBIH : Kelompok Bimbingan Ibadah Haji

Kemenag : Kementerian Agama

Keppres : Keputusan Presiden

KPHI : Komisi Pengawas Haji Indonesia

KPK : Komisi Pemberantas Korupsi

MoU : Memorandum of Understanding

MUI : Majelis Ulama Indonesia

NU : Nahdatul Ulama

ORI : Omdusman Republik Indonesia

Perppu : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

PIHK : Penyelenggara Ibadah Haji Khusus

PPIH : Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

Page 13: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

ix

PP : Peraturan Pemerintah

Raker : Rapat Kerja

RUU : Rancangan Undang-Undang

Satker : Satuan Kerja

SDM : Sumber Daya Manusia

SPM : Standar Pelayanan Minimal

TKHI : Tim Kesehatan Haji Indonesia

TPHI : Tim Pemandu Haji Indonesia

TPIHI : Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia

UU : Undang-Undang

Page 14: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Tahapan Pengawasan KPHI dalam Penyelenggaraan Haji di Indonesia................................................................................ 60

Page 15: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Struktur KPHI Periode Pertama.................................................... 59

Tabel 4.1 Dampak Kebijakan Pengurangan Kuota Tahun 2013....................69

Page 16: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Surat Penelitian Skripsi

Lampiran 3 : Surat Keterangan Hasil Penelitian

Lampiran 4 : Hasil Wawancara

Lampiran 5 : PP No. 28 tahun 2010 tentang Tata Cara Pengangkatan dan

Pemberhentian Anggota Komisi Pengawas Haji Indonesia

Lampiran 6 : PP No. 50 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Komisi Pengawas Haji Indonesia

Lampiran 7 : Dokumentasi Pengawasan Komisi Pengawas Haji Indonesia

(KPHI)

Page 17: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah haji merupakan perjalanan yang bernilai, pengembaraan yang

sakral dan perjalanan wisata yang agung, dimana kaum muslimin mendatangi

negeri yang aman dengan jiwa-raganya untuk bermunajat kepada Tuhan

semesta alam.1 Pada hakekatnya merupakan aktivitas suci yang

pelaksanaannya diwajibkan oleh Allah kepada seluruh umat muslim yang

telah mencapai istitho’ah (mampu). Disebut aktivitas suci karena seluruh

rangkaian kegiatannya adalah ibadah. Haji juga disebut sebagai ibadah

puncak secara fisik, material maupun spiritual.

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam

Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;

mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi)

orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa

1 Nashir Ibn Musfiraz-Zahrani, Indahnya Ibadah Haji, (Jakarta: Qisthi Press), 2007, h. 7

Page 18: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

2

mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak

memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS.Al-Imran:97)

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional karena

jumlah jamaah haji yang sangat besar melibatkan berbagai instansi dan

lembaga, baik dalam negeri maupun luar negeri dan berkaitan dengan

berbagai aspek antara lain administrasi, bimbingan ibadah, transportasi,

konsumsi, kesehatan, akomodasi dan keamanan.

Proses penyelenggaraan haji terbilang unik karena tidak hanya

dilakukan di tanah air, namun juga di tanah suci serta melibatkan berbagai

instansi/lembaga di kedua negara. Itulah mengapa pelaksanaan ibadah haji

perlu koordinasi yang baik di bawah tanggung jawab Kementerian Agama.2

Di sisi lain adanya upaya untuk meningkatkan kualitas

penyelenggaraan ibadah haji merupakan tuntutan reformasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan tata kelola pemerintahan

yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, penyelenggaraan ibadah haji

perlu dikelola secara profesional dan akuntabel dengan mengedepankan

kepentingan jamaah haji dengan prinsip nirlaba.

Penyelenggaraan ibadah haji ini bukanlah pekerjaan yang sederhana,

mengingat jumlah jamaah haji yang harus dikelola merupakan yang terbanyak

di dunia. Sistem yang efektif dan efisien, kebijakan yang tepat, petugas haji

yang disiplin dan professional serta kerjasama yang baik dari seluruh jamaah

2 Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji & Umrah. Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta:

Dirjen PHU), 2012, h.179.

Page 19: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

3

dan pihak-pihak yang terlibat merupakan prasyarat mutlak bagi

terselenggaranya ibadah haji yang khusyu, aman dan nyaman.3

Sistem penyelenggaraan ibadah haji kita masih perlu banyak

pembenahan agar lebih efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Petugas haji

kita dalam beberapa aspek masih harus lebih ditingkatkan kedisiplinan dan

profesionalismenya dan beberapa kebijakan penting dan strategis harus segera

dibuat untuk perbaikan haji ke depan.4

Penyelenggaraan ibadah haji bukan semata-mata urusan ibadah,

melainkan juga pengelolaan manajemen penyelenggaraan yang kompleks.

Penanganan atas kompleksitas persoalan yang dihadapi menjadi salah satu

faktor penting dan mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji.

Kondisi ini memerlukan sinergi pengelolaan yang efektif dibarengi dengan

tingkat pengawasan yang tinggi dari pihak-pihak terkait.5

Dalam UU Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji (PIH) Pasal 6 dinyatakan bahwa Pemerintah berkewajiban melakukan

pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan layanan

administrasi, bimbingan ibadah haji, akomodasi, transportasi, pelayanan

kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh jemaah haji. Oleh

karena itu, pemerintah tidak hanya berkewajiban memberikan jaminan

terhadap kelancaran proses penyelenggaraan ibadah haji sejak proses

pendaftaran sampai proses kepulangan para jemaah haji saja. Namun,

3 Suroso, Kabag Tata Usaha Kanwil Kemenag Prov. Jateng, Jurnal Haji “Sertifikasi

Pembimbing Ibadah Haji Menuju Petugas Haji Yang Berkualitas” diakses pada 15 September 2014 dari www.jurnalhaji.com

4 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK PRESS), 2008, h.9.

5 Slamet Effendy Yusuf, KPHI Periode Pertama dalam Buletin KPHI ; Media Komunikasi & Informasi, (Jakarta : KPHI), 2014, Edisi 1, h.3.

Page 20: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

4

Pemerintah juga bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pelayanan

berikut jaminan manajemen penyelenggaraan ibadah haji sebaik-baiknya

yang bebas korupsi, kolusi, lebih hemat biaya, dan memberikan kenyamanan

bagi jemaah haji.

Dengan demikian, pengawasan terhadap penyelenggaraan ibadah

haji menjadi sangat penting untuk memastikan kebijakan dan pelaksanaan

kegiatan tersebut telah sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku sesuai

perencanaan. Dari pengawasan dengan standar dan indikator yang telah

ditetapkan itu dapat diketahui apakah ada penyimpangan untuk mengambil

tindakan perbaikan.

Selama ini pengawasan penyelenggaraan ibadah haji dilakukan

secara paralel dan simultan oleh berbagai instansi pengawasan, antara lain

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP), Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR

RI), Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Inspektorat

Jenderal Kementerian Agama (Itjen Kemenag), di samping pengawasan oleh

ormas Islam dan lembaga swadaya masyarakat. Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) dan Ombudsman Republik Indonesia (ORI) juga ikut

mengawasi penyelenggaraan ibadah haji. Pengawasan oleh BPK dan BPKP

menyangkut pengelolaan keuangan penyelenggaraan haji. Pengawasan oleh

DPD RI dan DPR RI adalah pengawasan yang bersifat politi s menurut fungsi

dan amanat sebagai wakil rakyat untuk mencermati kebijakan pemerintah

beserta implementasinya. Sementara pengawasan Itjen Kemenag menyangkut

Page 21: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

5

pengawasan intern Kementerian Agama untuk melakukan pengendalian dan

pengawasan kinerja Kementerian Agama dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Dengan terbentuknya Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI),

pengawasan terhadap penyelenggaran ibadah haji seharusnya menjadi lebih

komprehensif. Pasalnya, pengawasan penyelenggaraan ibadah haji yang

menjadi tugas dan tanggung jawab KPHI dilakukan mulai dari tahap

perencanaan hingga tahap operasional. KPHI juga bertugas menghimpun

berbagai masukan, saran, dan pertimbangan dari berbagai pihak dalam rangka

penyempurnaan manajemen dan peningkatan penyelenggaraan ibadah haji di

Indonesia.6

Tumbuhnya kritik atas pelaksanaan ibadah haji bukan tanpa alasan.

Tidak sedikit kasus yang muncul berkenaan dengan masalah penyelenggaraan

haji oleh Kementerian Agama. Kasus-kasus yang berkaitan dengan proses

pelaksanaan dan penyelenggaraan haji dewasa ini kemudian memunculkan

kritik tajam yang tidak hanya mempertanyakan tingkat profesionalisme

pengelola, tapi juga mendorong lahirnya berbagai pandangan yang

menghendaki perubahan pola penyelenggaraan pelaksanaan haji yang selama

ini menjadi kewenangan Kementerian Agama.7

Ada beberapa hal contohnya yang perlu mendapatkan evaluasi lebih

lanjut dari pelaksanaan ibadah haji. Masalah jarak pemondokan banyak di

atas 2,5 kilometer. Jarak pemondokan ini tidak sesuai dengan yang dijanjikan

oleh Kementerian Agama saat rapat dengan Komisi VIII DPR. Jarak

6 Laporan Hasil Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1434 H / 2013,

Jakarta: Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI), h.2 BAB I. 7 A. Chunani Shaleh, Penyelenggaraan Haji Era Reformasi ; Analisis Internal Kebijakan

Publik Departemen Agama, (Jakarta: Pustaka Alvabet), 2008, h.3.

Page 22: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

6

pemondokan 90% jamaah maksimal sejauh 2 kilometer. Adapula jamaah

yang kehilangan uang. Untuk masalah ini Kementerian Agama seharusnya

memperketat mengatur orang-orang yang beraktivitas ke tempat-tempat

pemondokan. Selain petugas, harus jelas identitas dan tujuanya. Masalah

lainnya juga yaitu travel yang melayani jamaah di bawah standar yang telah

ditetapkan. Karena itu Kementerian Agama harus mengevaluasi izin para

travel tersebut sesuai dengan tingkat pelanggarannya. Tim pengawas juga

mencatat berbagai masalah penyelenggaraan ibadah haji di tanah air

diantaranya banyak calon jamaah yang gagal berangkat menunaikan ibadah

haji, penyebabnya karena banyak biro perjalanan yang tidak mengantongi izin

dari Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umroh (Ditjen PHU).8

Sekian banyak masalah lainnya pula yang menyangkut perhajian

yang sudah menjadi rahasia umum mulai dari administrasi, bimbingan,

transportasi, kesehatan, akomodasi, pembinaan, pelayanan, perlindungan dan

keamanan. Masalah-masalah haji ini masih banyak mendapat sorotan dan

masih harus diawasi agar permasalahan tersebut dapat dikontrol, dievaluasi

dan ditingkatkan agar lebih baik lagi ke depannya.

Pengawasan menjadi siklus manajemen yang lengkap dan membawa

organisasi ke perencanaan. Akan semakin jelas, lengkap dan terkoordinir

rencana-rencana akan semakin lengkap pula pengawasannya. Pengawasan itu

terdiri atas penentuan standar-standar, pengawasan/supervisi kegiatan atau

8 Jazuli Juwani, islampos.com, Lima Masalah Haji di Indonesia Menurut Jazuli Juwani,

diakses pada 17 Desember 2014 Pukul 22:11 WIB.

Page 23: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

7

pemeriksaan, pembandingan hasil dengan standar serta kegiatan mengkoreksi

standar.9

Pemerintah melalui Kementerian Agama sebagai penyelenggara

ibadah haji harus didampingi oleh suatu lembaga independen yang bertugas

untuk mengawasi penyelenggaraan mulai saat perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, sampai operasional haji selesai. Lembaga

yang harus mendampingi adalah Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI)

yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Presiden serta

mempertanggung jawabkan laporan mereka melalui mekanisme Raker DPR

RI, bukan ke Menteri Agama.10

Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menilai kinerja KPHI yang bertugas melakukan pengawasan terhadap proses pemberangkatan, pemondokan, dan pelaksanaan haji belum maksimal. Semestinya, saat ini KPHI telah bekerja melakukan pengawasan terhadap proses pemberangkatan, pemondokan, dan pelaksanaan haji. Faktanya KPHI masih lebih banyak berdiam diri. Belum kelihatan langkah-langkah strategis yang mereka lakukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan haji.

KPHI dibentuk berdasarkan amanat UU No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Peraturan Pemerintah sebagai turunannya pun sudah diterbitkan. Secara legal dan formal, lembaga ini sudah sama dengan komisi-komisi lain yang dibentuk sebelumnya. Sangat disayangkan jika kinerja KPHI belum terasa sama sekali. Sebagai lembaga baru, pemerintah dan DPR semestinya memfasilitasi dan membantu kerja-kerja KPHI. Mengawasi 200 ribu lebih jamaah haji tentu sangat sulit. Apalagi, hanya dilakukan sembilan orang anggota KPHI. Dengan kewenangan yang sangat terbatas, lembaga ini dikhawatirkan akan mandul. Kalau dipahami dalam aturan perundangan yang terkait, lembaga ini hanya berhak mengawasi, memberi catatan, merekomendasi, dan melaporkan. Mereka tidak berhak menjatuhkan tindakan apa pun, termasuk memberi hukuman.

Selain belum bekerja, KPHI juga belum begitu dikenal. Wilayah kerja dan otoritasnya belum banyak diketahui. Orang-orang yang diangkat pun tidak semuanya dikenal oleh karena itu, wajar bila orang-orang belum bisa berharap banyak kepada lembaga baru ini. Di lain pihak, masih banyak orang yang menilai bahwa lembaga ini di bawah kordinasi dan kendali Kementerian Agama. Padahal KPHI adalah lembaga independen yang dapat

9 Sondang P. Siagian. Fungsi-Fungsi Manajerial, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2007, h.63. 10 Kementerian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji & Umrah, “Intisari

Langkah-Langkah Pembenahan Haji”, (Jakarta: Dirjen PHU), 2010, h. 49-50.

Page 24: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

8

mengoreksi kerja-kerja Kementerian Agama dalam mengelola pelaksanaan ibadah haji. Independensi itulah semestinya yang menjadi kekuatannya. Karena itu, kalau sedang melakukan pengawasan, anggota komisioner haji tidak perlu berangkat bersama rombongan amir al-haj dan para pejabat. Mereka harus turun langsung berbaur dengan jamaah-jamaah reguler di tanah suci. Dengan begitu, mereka bisa merasakan kesulitan dan kendala yang dihadapi para jamaah.11

Alasan penulis tertarik melakukan penelitian ini dikarenakan

peningkatan kualitas pelayanan penyelenggaraan haji pada setiap tahunnya

sudah merupakan sebuah tuntutan yang mutlak. Mengingat semakin hari

semakin banyak para peminat ibadah haji, entah apapun yang

mempengaruhinya baik dari segi agama (keislaman), sosial, ekonomi maupun

budaya dapat kita lihat dari melambungnya tingkat waiting list penggiat dan

pemburu ibadah haji di negeri ini.

Memaksimalkan pelayanan dalam penyelenggaraan haji merupakan

satu hal yang tidak dapat ditawar lagi, namun pada kenyataannya masih

banyak permasalahan haji di Indonesia yang harus dibenahi. Pengawasan

terhadap penyelenggaraan ibadah haji menjadi sangat penting untuk

memastikan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan tersebut telah sesuai dengan

aturan dan standar yang berlaku sesuai perencanaan. Dari pengawasan dengan

standar dan indikator yang telah ditetapkan itu dapat diketahui apakah ada

penyimpangan untuk mengambil tindakan perbaikan. Maka dari itu penulis

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai mekanisme pengawasan KPHI

mengingat KPHI ini adalah merupakan amanat undang-undang. Ketika

mekanisme pengawasan yang dilakukan KPHI sesuai, teratur, baik dan efektif

11AntaraNEWS.com, Kinerja Komisi Pengawas Haji Indonesia Dinilai Belum Maksimal,

diakses pada 17 Desember 2014 pukul 21:48 WIB.

Page 25: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

9

dan terlihat jelas hasilnya maka ini akan mencerminkan kinerja KPHI sudah

maksimal atau belum.

Ketika pengawasan yang dilakukan oleh KPHI sudah maksimal,

maka ini akan mencerminkan bahwa penyelenggaraan ibadah haji di

Indonesia setiap tahunnya akan mengalami peningkatan yang baik atas dasar

unsur pengawasan yang maksimal, efektif efisien dan tepat sasaran. Namun

jika KPHI belum maksimal dalam melakukan pengawasannya, maka KPHI

hanya akan menjadi beban negara saja tanpa diketahui kinerjanya dengan

jelas. Inipun akan menjadi tidak terawasinya penyelenggaraan ibadah haji

secara independen yang tentu tidak akan membawa perubahan terhadap dunia

perhajian. Dapat kita lihat begitu besarnya peran KPHI untuk melakukan

pengawasan demi terciptanya penyelenggaraan yang lebih baik.

Dari gambaran tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

terhadap yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “Mekanisme

Pengawasan Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) dalam

Penyelenggaraan Haji Indonesia”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan masalah ini lebih terarah, maka penulis

membatasi masalah yang akan dibahas yaitu mekanisme pengawasan

KPHI pada operasional penyelenggaraan haji di Arab Saudi pada tahun

2013.

Page 26: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

10

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah suatu pernyataan yang dirumuskan

dalam kalimat tanya, bersifat padat isi, jelas maksudnya serta memberikan

petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data guna menjawab

pernyataan yang terkandung di dalamnya.12

Rumusan masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai

berikut:

a. Bagaimana mekanisme pengawasan KPHI dalam penyelenggaraan

haji di Indonesia?

b. Bagaimana rekomendasi-rekomendasi yang diajukan setelah

dilakukannya pengawasan KPHI tahun 2013?

c. Apa saja perbaikan yang telah dilakukan setelah adanya KPHI

dalam mengawasi penyelenggaraan haji?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah yang

sudah dinyatakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui mekanisme pengawasan KPHI dalam

penyelenggaraan haji di Indonesia.

b. Untuk mengetahui rekomendasi-rekomendasi yang diajukan setelah

dilakukannya pengawasan pada tahun 2013.

12 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : CV Rajawali), 1993, h.71.

Page 27: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

11

c. Untuk mengetahui perbaikan yang dilakukan setelah adanya KPHI

dalam mengawasi penyelenggaraan haji di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis

Dalam penelitian ini diharapakan dapat memberikan kajian

yang menarik dan menambah pengetahuan bagi para pembaca

khususnya Mahasiswa Konsentrasi Manajemen Haji dan Umroh

mengenai sistem pengawasan haji di Indonesia sebagai tambahan

referensi atau perbandingan bagi keberlanjutan studi ke depannya

bahkan untuk pengetahuan secara umum.

b. Praktisi

Diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi para praktisi

yang bergerak dalam ilmu manajemen dan perhajian di Indonesia.

c. Lembaga Terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi

pemerintah dalam hal ini presiden untuk meningkatkan

kinerja/pengawasan Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) agar

dapat menjadi lebih baik lagi. Serta acuan-acuan bagi lembaga

terkait seperti Ditjen PHU, Kementerian Kesehatan, Kementerian

Perhubungan dan PIHK mengenai mekanisme pengawasan KPHI

dalam mengawasi penyelenggaraan haji di Indonesia.

d. Masyarakat

Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat mengetahui lebih

dalam bahwa dibalik Penyelenggaraan Haji di Indonesia ini ada

Page 28: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

12

lembaga independen yang mengawasi Penyelenggaraan Haji secara

gamblang dan objektif yaitu Komisi Pengawas Haji Indonesia

(KPHI). Ketika lebih banyak lagi masyarakat yang mengetahui

keberadaan KPHI maka masyarakat akan mempunyai wadah yang

tepat untuk pengaduan terhadap penyimpangan dalam pelaksanaan

ibadah haji di Indonesia guna perbaikan ke depannya dan ini akan

membantu KPHI dalam melakukan pengawasanmya secara tidak

langsung.

D. Metodologi Penelitian

a. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. Untuk memahami istilah

penelitian kualitatif ini, menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh

Loxy Moleong yang mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini

diharapkan mampu menghasilkan suatu utaian mendalam tentang ucapan,

tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok,

masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang

13 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2009), h.4.

Page 29: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

13

dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik.14 Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus sebagai sub dari

penelitian kualitatif, dimana studi kasus merupaka tipe pendekatan dalam

penelitian yang menelaah satu kasus secara intensif, mendalam, mendetail

dan komprehensif.

Oleh karena itu, pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis

berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran proses

dari mekanisme pengawasan KPHI dalam mengawasi operasional

penyelenggaraan haji Indonesia dimana untuk mendapatkan hasil dari

penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data yang diperlukan

secara intensif dan kemudian menguraikan fakta-fakta yang terjadi secara

alamiah disertai pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan.

3. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek dalam penelitian ini adalah komisioner dan staff KPHI yang

dapat memberikan informasi mengenai mekanisme pengawasan KPHI

dalam melakukan pengawasan pada penyelenggaraan haji di

Indonesia.

b. Objek Penelitiannya adalah mekanisme pengawasan KPHI dalam

penyelenggaraan operasional haji Indonesia pada tahun 2013 dan

rekomendasi-rekomendasi apa saja yang direkomendasikan KPHI

serta pebaikan apa saja yang sudah dilakukan dari hasil pengawasan

KPHI.

4. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian

14 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2003), h. 213.

Page 30: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

14

Dalam penelitian ini penulis membatasi waktu penelitian dari

Bulan Juni 2015 - September 2015. Dalam penelitian ini penulis

melakukan penelitian di kantor kesekretariatan KPHI, Jl.Kramat Raya No.

85, Senen-Jakarta Pusat 10420, Telp. 021-3909743, 31922183, e-mail

[email protected], website www.kphi.go.id.

5. Sumber Data

Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk

digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu

penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama,

dari individu seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuosioner

yang dilakukan peneliti, yakni peneliti melakukan sendiri observasi di

lapangan maupun di laboratorium.15 Pelaksanaanya dapat berupa survei

dengan mewawancarai komisioner KPHI.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk

dokumen-dokumen maupun informasi dari pihak masyarakat berupa

opini dan komentar-komentar. Dalam penelitian ini undang-undang,

peraturan pemerintah, peraturan menteri agama, keputusan pemerintah,

laporan hasil pengawasan KPHI, buku-buku, majalah, jurnal, website

dan sumber informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah

penelitian sebagai penunjang penelitian.

15Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 16.

Page 31: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

15

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah

menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu berupa

pengumpulan data dalam bentuk kata-kata dan pernyataan. Dalam

pelaksanaannya melalui:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti.16 Teknik observasi pada awalnya

dipergunakan dalam penelitian etnografi, yakni merupakan studi tentang

kebudayaan suatu bangsa dan tujuannya adalah untuk memahami suatu

cara hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat didalamnya.17

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah percakapan atau tanya jawab

antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan sebuah informasi. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan wawancara tidak terstruktur, yakni

wawancara yang tidak tertuju pada satu pedoman wawancara atau

wawancara yang dilakukan bebas dimana penulis hanya menggunakan

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.18

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan garis

besar permasalahan yang diteliti, yakni tentang evaluasi untuk semua

16Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2003), h. 53. 17Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2003), h. 33. 18Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,

2008), h..140.

Page 32: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

16

aspek dalam proses pengawasan yang dilakukan oleh KPHI dalam

penyelenggaraan haji Indonesia.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen19 seperti berupa data-data, arsip-arsip dan gambar-

gambar ataupun bentuk lainnya. Dimana dalam kaidah metodologi

penelitian, sumber data di bagi menjadi dua menurut cara perolehannya

yakni data primer (primary data) yang merupakan data yang diperoleh

secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok atau

organisasi dan data sekunder (secondary data) yakni data yang diperoleh

dalam bentuk yang sudah jadi atau tersedia melalui publikasi dan

informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan,

termasuk majalah jurnal, website dsb.20

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan

mengurutkan ke dalam pola, kategori dan suatu uraian dasar kemudian

dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini

disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif.21

Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis

besarnya dengan langkah sebagai berikut:

19 Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial , h. 57. 20 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama), 2003, h.29-30. 21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bulan

Bintang, 2003), Cet ke-9, h.11.

Page 33: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

17

a. Redaksi data, yang merupakan bentuk analisis yang relevan, membuang

yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa

hingga kesimpulan-kesimpulannya dapat ditarik dan diverifikasi.

b. Penyajian data, setelah data mengenai manajemen diperoleh maka data

tersebut disajikan dalam bentuk narasi, visual, gambar, matriks, bagan,

tabel bahkan dengan uraian pun sehingga tujuan dari penelitian dapat

terjawab.

c. Penyimpulan data yang tersaji pada analisa antar kasus khususnya yang

berisi jawaban atas tujuan penelitian diuraikan secara singkat, sehingga

dapat mengambil kesimpulan mengenai Mekanisme Pengawasan

Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) dalam Penyelenggaraan Haji

di Indonesia.

8. Pedoman Penulisan Skripsi

Dalam penulisan ini, penulis berpedoman dan mengacu kepada

buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)”

yang diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance

(CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka dengan

tujuan untuk meyankinkan bahwa penulisan skripsi ini bukan merupakan

hasil plagiat dari skripsi sebelumnya. Selain itu dalam penelitian ini pun

keabsahan teori yang tercantum dapat penulis pertanggung jawabkan dan

dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Page 34: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

18

Berikut ini judul skripsi yang dijadikan tinjauan pustaka :

1. Ichwan, “Sistem Pengawasan Direktorat Jendral Penyelenggaraan

Haji dan Umrah dalam Pelayanan Penyelenggara Ibadah Haji

Khusus” mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah

Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah dengan NIM 109053100011

pada tahun 2014.

2. Ratih Khairunnisa, “Mekanisme Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BRI

Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Cipulir dalam Membantu

Masyarakat Memliki Rumah” mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan

Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah dengan

NIM 109053100011 pada tahun 2014.

Dari tinjauan pustaka yang tertulis diatas, telah jelas bahwa penulis

tidak melakukan penelitian yang sama terhadap apa yang sudah diteliti

meskipun yang dibahas adanya persamaan yakni mengenai mekanisme

pada skripsi kedua dan pengawasan pada skripsi pertama. Untuk itu,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Mekanisme

Pengawasan Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) dalam

Penyelenggaraan Haji Indonesia”. Perbedaan dari judul yang penulis

akan teliti dengan penelitian sebelumnya adalah yakni terletak pada

bahasan serta subjek dan objek yang akan diteliti. Penulis bermaksud

melakukan fokus penelitian kepada bentuk tahapan-tahapan atau

mekanisme yang ada dalam proses pengawasan di KPHI.

Page 35: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

19

E. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, Pada bab ini menguraikan Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika

Penulisan.

BAB II Landasan Teori, Berisi tentang tinjauan teori yang

membahas Mekanisme, Pengawasan, Pengawasan KPHI dan

Penyelenggaraan Haji di Indonesia.

BAB III Gambaran Umum Tentang KPHI, Berisi tentang

gambaran umum Komisi Pengawas Haji Indonesia seperti Sejarah, Tugas

dan Fungsi, Kedudukan dan Peran, Tata Kerja, Perkembangan, Visi Misi

dan Motto serta Struktur Organisasi.

BAB IV Mekanisme Pengawasan KPHI dalam Operasional

Penyelenggaraan Haji di Indonesia, Membahas mengenai Mekanisme

Pengawasan KPHI, Rekomendasi-Rekomendasi KPHI pada

Penyelenggaraan Haji Tahun 2013 dan Perbaikan yang sudah Dilakukan

dari Hasil Pengawasan KPHI.

BAB V Penutup, Pada bab ini memuat tentang Kesimpulan dan

Saran dari Skripsi ini.

Page 36: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Mekanisme

Mekanisme berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu mechane

yang memiliki arti instrumen, mesin pengangkat beban, perangkat, peralatan

untuk membuat sesuatu dan dari kata mechos yang memiliki arti sarana dan

cara menjalankan sesuatu. Mekanisme dapat diartikan dalam banyak

pengertian yang dapat dijelaskan menjadi empat pengertian. Pertama,

mekanisme adalah pandangan bahwa interaksi bagian-bagian dalam bagian-

bagian lainnya dalam suatu keseluruhan atau sistem secara tanpa disengaja

menghasilkan kegiatan atau fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan atau disebut

dengan mekanisme kerja. Kedua, mekanisme adalah teori bahwa semua

gejala dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk

menjelaskan mesin-mesin tanpa bantuan intelegensi sebagai suatu sebab atau

prinsip kerja. Ketiga, mekanisme adalah teori bahwa semua gejala alam

bersifat fisik dan dapat dijelaskan dalam kaitan dengan perubahan material

atau materi yang bergerak. Keempat, mekanisme adalah upaya memberikan

penjelasan mekanis yakni dengan gerak setempat dari bagian yang secara

intinsik tidak dapat berubah bagi struktur internal benda alam dan bagi

seluruh alam.1

1 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1996), h.621 dikutip dalam Ratih

Khairunnisa, “Mekanisme Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Cipulir dalam Membantu Masyarakat Memiliki Rumah”, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta), h. 16.

Page 37: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

21

Jadi arti mekanisme memiliki banyak pengertian tergantung

penggunanya. Dari keempat pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa mekanisme adalah cara kerja suatu hal. Dalam konteks ini, pengertian

mekanisme yang paling mendekati dengan bahasan skripsi yang sedang saya

angkat adalah yaitu pada pengertian pertama, yakni bahwa pandangan bahwa

interaksi bagian-bagian dalam bagian-bagian lainnya dalam suatu keseluruhan

atau sistem secara tanpa disengaja menghasilkan kegiatan atau fungsi-fungsi

sesuai dengan tujuan atau disebut dengan mekanisme kerja.

B. Pengawasan

1. Pengertian Pengawasan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata

pengawasan secara bahasa berasal dari kata awas yang artinya dapat

melihat baik-baik, tajam tiliknya, memperhatikan dengan baik, hati-hati.

Kemudian mendapat imbuhan peng- pada awal kata dan mendapat

akhiran –an menjadi pengawasan yang artinya penilikan (pemeriksaan)

dan penjagaan, penilikan dan pengarahan kebijakan jalannya

perusahaan.2

Kemudian menurut istilah yang dikemukakan oleh Ibrahim

Lubis, pengawasan adalah kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan-

pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang betapapun baiknya akan

gagal sama sekali bilamana manajer tidak melakukan pengawasan, agar

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Balai

Pustaka, 2007), h.79.

Page 38: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

22

pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan rencana atau maksud yang telah

ditetapkan maka ia harus melakukan kegiatan pengawasan3.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk “menjamin”

bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengertian ini

menunjukan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan

pengawasan.4

Setelah Ibrahim Lubis memberikan pandangannya tentang

pengawasan, kemudian Hadibroto juga memberikan pandanganya

tentang pengawasan bahwa pengawasan adalah kegiatan penilaian

terhadap organisasi atau kegiatan dengan tujuan agar organisasi atau

kegiatan tersebut melaksanakan fungsinya dengan baik dan dapat

memenuhi tujuannya yang telah ditetapkan.5

Schermorhorn yang dikutip dalam buku Erni Tisnawati ,

Pengantar Manajemen menyatakan bahwa pengawasan merupakan

“sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan

tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai

dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut”6. Kemudian Stoner

mempersingkat definisi pengawasan namun tidak merubah apa yang

telah disampaikan sebelumnya oleh para alhli di atas dan hanya

3 Ibrahim Lubis, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1985), h. 154. 4 T. Tani Handoko, Manajemen, Edisi ke-2, (Yogyakarta: BPFE, 2014), h. 357. 5 HS. Hadibroto dan Oemar Witarsa, Sistem Pengawasan Intern, (Jakarta:BPFE), h.2

dalam Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, (Bandung; Alumni, 2008), h. 129.

6 Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h.317.

Page 39: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

23

memperjelas dengan mendefinisikan bahwa “pengawasan sesuai dengan

apa yang telah direncanakan”.7

Kemudian menurut Harold Koontz dan Cyril O’donnel yang

dikutip dalam buku Ibrahim Lubis mereka berpandangan lebih

mengedepankan koreksi yang dilakukan ketika pelaksanaan kegiatan

dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan atau menjamin bahwa

tujuan-tujuan perusahaan dan rencana-rencana yang digunakan untuk

mencapainya dilaksanakan.8

Jika pengawasan menurut pandangan para ahli merupakan

sebuah penilaian dan diperlukan koreksi agar tujuan dapat tercapai maka

dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah suatu proses penilaian,

penilikan atau pemeriksaan yang diusahakan agar pekerjaan terlaksana

sesuai dengan rencana dan standar yang sudah ditetapkan agar setiap

bidang melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, juga merupakan

proses untuk menjamin sebuah kegiatan yang telah direncanakan untuk

meminimalisir penyimpangan agar sesuai dengan apa yang telah

direncanakan hingga tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.

2. Peran Pengawasan

Secara umum ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan

diberlakukannya pengawasan pada suatu organisasi, yaitu:

a. Pengawasan memiliki peran penting terutama dalam memastikan

setiap pekerjaan terlaksana sesuai dengan yang direncanakan

7 Ibid, h.317-318. 8 Ibrahim Lubis, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, h. 155-156.

Page 40: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

24

b. Membangun manajer dalam mengawal dan mewujudkan keinginan

visi dan misi perusahaan dan tidak terkecuali telah menempatkan

manajer sebagai pihak yang memiliki wewenang sentral di suatu

organisasi.

c. Pengawasan bernilai positif dalam membangun hubungan yang baik

antara pimpinan dan karyawan

d. Pengawasan yang baik memiliki peran dalam menumbuh

kembangkan keyakinan para stakeholders’ pada organisasi.9

3. Tujuan dan Fungsi Pengawasan

Tujuan pengawasan yakni agar hasil pelaksanaan pekerjaan

diperoleh secara berdaya guna (efektif) dan berhasil guna (efisien) sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Fungsi pengawasan meliputi beberapa hal berikut ini:

a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi

tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai

prosedur yang telah ditentukan.

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan penyelewengan, kelalaian

dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan

pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan.10

4. Jenis-Jenis Pengawasan

9 Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, (Bandung; ALFABETA, 2012),

h.85-86. 10 Maringin Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2004), h. 62.

Page 41: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

25

a. Waktu Pengawasan

Bedasarkan waktu pengawasan, pengawasan dibedakan atas dua hal

yaitu pengawasan preventif dan pengawasan repressip. Pengawasan

prefentif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum terjadi

penyimpangan, kesalahan atau dengan kata lain diadakan langkah-

langkah pencegahan sebelum terjadinya kesalahan-kesalahan.

Sedangkan pengawasan repressif adalah pengawasan yang dilakukan

setelah rencana sudah dilaksanakan, yaitu dengan mengukur hasil-

hasil yang dicapai.

b. Objek Pengawasan

Dilihat dari objek pengawasannya, pengawasan terdiri dari

pengawasan personal, uang, waktu dan materi (kualitas / kuantitas).

c. Subjek Pengawasan

Dilihat dari subjeknya, pengawasan dapat dibagi menjadi pengawasan

intern dan ekstern. Pengawasan intern adalah pengawasan yang

dilakukan oleh atasan dari petugas yang bersangkutan, pengawasan

macam ini disebut juga dengan pengawasan formal, karena yang

melakukan pengawasan adalah orang yang memiliki wewenang dalam

organisasi atau lembaga terkait. Sedangkan yang dimaksud dengan

pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang-

orang yang di luar organisasi atau lembaga terkait. Pengawasan

macam ini biasa disebut dengan pengawasan sosial (social control)

atau pengawasan informal.

d. Cara Pengumpulan Fakta-Fakta Guna Pengawasan

Page 42: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

26

Dilihat dari pengukuran fakta-fakta guna pengawasan, pengawasan ini

terdiri dari pengawasan pribadi, interview, laporan tertulis dan laporan

tidak tertulis dan pengawasan kepada hal-hal yang bersifat istimewa

(pengawasan berdasarkan pengecualian).11

5. Bentuk dan Metode Pengawasan

Menurut H. Hadari Nawawi bentuk pengawasan ada dua

macam, pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Pengawasan

internal yaitu kegiatan pengawasan dilakukan oleh pimpinan manajer

puncak atau pimpinan unit/satuan. Pengawasan eksternal yaitu

pengawasan yang dilakukan oleh organisasi kerja dari luar organisasi

kerja yang diawasi dalam menjalankan tugas pokoknya12.

Metode Pengawasan terbagi menjadi:

a. Pengawasan langsung, yakni kegiatan pengawasan yang dilakukan

dengan mendatangi personil dan atau unit kerja yang diawasi.

Kegiatannya dapat dikumpulkan dengan mengumpulkan dan

mempelajari dokumen-dokumen, melakukan observasi, wawancara,

pengujian sampel dan lain-lain.

b. Pengawasan tidak langsung, yakni kegiatan pengawasan yang

dilakukan dengan mengevaluasi laporan baik tertulis maupun lisan.

Pengawasan ini disebut juga dengan pengawasan jarak jauh.13

6. Langkah-langkah Pengawasan

11 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), h.130. 12 Hadari Nawawi, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2005), cet ke-3, h.120. 13 Sukanto Reksohadiprojo, Dasar-Dasar Manajemen, h. 64.

Page 43: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

27

Langkah-langkah pengawasan menurut George Terry yang

dikutip Ibrahim Lubis meliputi:

a. Penetapan ukuran atau standar. Sebelum melakukan pengawasan,

pelaku pengawasan sudah seharusnya mempunyai standar atau tolak

ukur karena dalam pengawasan harus ada sebuah pedoman sebagai

penilaian atas kinerja atau kegiatan yang terjadi.

b. Penilaian atau pengukuran kegiatan dengan standar yang sudah

ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi.

c. Perbaikan atau pembetulan terhadap penyimpangan yang terjadi.14

Jika dalam buku Pengantar Manajemen karya Ismail Solihin,

hal ini merupakan salah satu dari tindakan manajerial. Dalam buku itu

ditulis bahwa , tindakan manajerial setelah melakukan evaluasi terhadap

kinerja yang telah dicapai organisasi meliputi tiga hal:

a. Tindakan perbaikan

Tindakan perbaikan dilakukan agar penyimpangan yang terjadi tidak

akan dilakukan secara terus menerus dalam kegiatan berikutnya.

b. Revisi standar

Selain melakukan perbaikan kinerja, yang perlu dilakukan manajerial

yakni tindakan koreksi terhadap standar karena bisa jadi

penyimpangan yang terjadi akibat ketidakrelevanan sebuah standar.

c. Tidak melakukan apa-apa

14 Ibrahim Lubis, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, h. 160.

Page 44: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

28

Selain kedua tindakan di atas, dapat juga manajerial membiarkan

penyimpangan tersebut terjadi. Asalkan penyimpangan tersebut tidak

berdampak terlalu besar terhadap perusahaan/organisasi15.

7. Pengawasan yang Efektif

Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi

kriteria tertentu. Kriteria-kriteria utama adalah bahwa sistem seharusnya

mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar, tepat waktu, dengan biaya

yang efektif, tepat-akurat dan dapat diterima oleh yang bersangkutan.

Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem

pengawasan. Karakteristik-karakterstik pengawasan yang efektif menurut

Indra Iman dan Siswandi ini dapat lebih diperinci sebagai berikut:

a. Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data

yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan

organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahan

menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.

b. Tepat waktu. Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan

dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.

c. Objektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah difahami dan

bersifat objektif serta lengkap.

d. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik. Sistem pengawasan

harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang di mana

penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan

mengakibatkan kerusakan paling fatal.

15 Ismail Solihin, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), h. 195.

Page 45: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

29

e. Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan pengawasan harus lebih

rendah atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari

sistem tersebut.

f. Realistik secara organisational. Sistem pengawasan harus cocok atau

harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.

g. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengawasan

harus terkordinasi dengan aliran kerja organisasi karena setiap tahap

dari proses pekerjaan dapat epengaruhi sukses atau kegagalan

keseluruhan operasi dan informasi pengawasan harus sampai pada

seluruh personalia yang memerlukannya.

h. Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk

memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun

kesempatan dari lingkungan.

i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengawasan efektif

harus menunjukkan baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan

koreksi apa yang seharusnya diambil.

j. Diterima para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus mampu

mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan

mendorong perasaan otonomi, tanggungjawab dan berprestasi16.

k. Pengawasan yang efektif harus memberi petunjuk tentang

kemungkinan adanya deviasi/penyimpangan.17

16 Indra Iman dan Siswandi, Aplikasi Manajemen Perusahaan (Analisis Kasus dan

Pemecahannya), Edisi 2, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2009), h.207-208. 17 Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h.

130.

Page 46: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

30

C. Pengawasan KPHI

1. Objek Pengawasan

Dalam pembahasan skripsi ini, objek pengawasan KPHI adalah:

Pertama, Kementerian Agama RI khususnya Direktorat Jendral

Penyelenggara Haji dan Umroh (Ditjen PHU) beserta jajarannya. Kedua,

Kementerian Perhubungan RI. Ketiga, Kementerian Kesehatan RI dan

yang terakhir adalah Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK), bahkan

Kementerian Hukum dan HAM juga sebenarnya terlibat untuk masalah

imigrasi. Lalu untuk PIHK juga sebenarnya bagian dari satuan kerja

Kemenag, namun PIHK hanya mengatur urusan haji khusus saja.18

Semua aspek perhajian diawasi KPHI dalam penyelenggaraan

haji di Indonesia baik dari penyelenggaraan haji regular maupun haji

khusus dimulai dari pendaftaran, bimbingan ibadah, akomodasi,

transportasi, katering, peribadatan, perlindungan jamaah dan

sebagainya.19

KPHI melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga yang juga

melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan haji. Pada tahap awal

KPHI melakukan pertemuan koordinasi dengan KPK, Omdusman,

BPKP, BPK dan Inspektorat Jendral Kementerian Agama (Irjen

Kemenag). Laporan hasil pengawasan dari masing-masing lembaga

dimaksud dianalisis dan disinkronkan dengan program pengawasan

KPHI. Style KPHI adalah proaktif, yaitu dengan melakukan silaturahim

18 Wawancara pribadi dengan Syamsul Ma’arif (Komisioner KPHI) pada 27 Agustus 2015

pukul 13:00-15:00 WIB di Kantor KPHI. 19 Wawancara langsung dengan Ahmet Machfud (Komisioner KPHI) pada 21 Juni 2015

pukul 11:00-1500 WIB di Kantor KPHI.

Page 47: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

31

ke sejumlah lembaga pengawasan dan berdialog secara kemitraan dalam

posisi KPHI sebagai leading sector dalam kepengawasan perhajian.20

2. Bentuk Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan yaitu dengan melakukan koreksi

terhadap pelayanan yang diberikan kepada jamaah. Dengan berpedoman

pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan kebijakan pada tahun

berjalan, dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya pengawasan ini

dilakukan oleh pihak terkait di luar pemerintahan/organisasi. Jika

pengawasan pada umumnya dilakukan oleh sistem manajerial organisasi

itu sendiri yang biasa disebut pengawasan internal, tetapi di sini tidak.

Pengawasan justru dilakukan oleh pihak di luar penyelenggara ibadah

haji yang dikenal dengan pengawasan eksternal.

Pengawasan dalam manajerial perusahaan secara umum, tujuan

antara pengawasan internal dan eksternal sama yaitu untuk kepentingan

perusahaan agar tidak ada penyelewengan dan terjadinya kerugian yang

tidak diinginkan. Akan tetapi pengawasan eksternal yang dilakukan

KPHI terhadap penyelenggara ibadah haji di Indonesia ini bukan untuk

kepentingan lembaga namun kepentingan masyarakat banyak agar hak-

hak jamaah haji dapat terjamin, ketika ditemukan kesalahan-kesalahan

maka hal ini akan menjadi catatan bagi KPHI untuk perbaikan ke

depannya. Di sini dapat difahami bahwa paling tidak pihak

penyelenggara haji memberikan pelayanan kepada jamaah sesuai dengan

SPM yang sudah ditetapkan. Dari uraian ini kita ketahui bahwa bentuk

20 Buletin KPHI (Media Komunikasi & Informasi), (KPHI; 2014), Edisi 2, h.23.

Page 48: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

32

pengawasan KPHI terhadap penyelenggara haji merupakan pengawasan

eksternal.

3. Metode Pengawasan

Metode pengawasan KPHI dalam penyelenggaraan haji

menggunakan metode pengawasan langsung dan tidak langsung.

Pengawasan langsung dilakukan oleh komisioner KPHI saat melakukan

peninjauan langsung terkait pelayanan yang diberikan di Tanah Air

maupun di Arab Saudi. Untuk melihat apakah penyelenggaraan haji telah

sesuai dengan program dan standar atau belum dan untuk mencari berbagai

penyimpangan yang terjadi. Saat melakukan pengawasan, komisioner

KPHI juga melakukan sinkronisasi pelayanan terhadap kebijakan-

kebijakan yang sudah ditetapkan.

Pengawasan tidak langsung dilakukan komisioner KPHI dengan

menganalisa laporan-laporan yang masuk ke Komisi Pengawas Haji

Indonesia (KPHI). Laporan-laporan tersebut selanjutnya disinkronkan

dengan fakta-fakta lapangan dan kemudian komisioner KPHI melakukan

cross check apakah pelayanan tersebut sesuai dengan standar kebijakan-

kebijakan tahun tersebut atau tidak. Jika tidak maka ini akan menjadi

catatan bagi KPHI yang akan dilaporkan pada presiden.

Penggunaan metode pengawasan juga tergantung kepada bentuk

dari pelayanan tersebut. Melihat dari keseluruhan pelayanan, terdapat 2

kategori pelayanan. Pelayanan yang berupa kegiatan lapangan dan

pelayanan yang diberikan berupa data-data administratif. KPHI melakukan

pengawasan dengan menggunakan kedua metode tersebut. Meski

Page 49: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

33

menggunakan keduanya, tetapi selama ini metode yang sepenuhnya

diterapkan yaitu metode pengawasan langsung dengan cara meninjau

langsung di Tanah Air maupun di Arab Saudi.

Pengawasan yang efektif harus memberi petunjuk tentang

kemungkinan adanya deviasi/penyimpangan21, dan pelayanan berupa

kegiatan lapangan inilah yang lebih banyak adanya kemungkinan

penyimpangan yang terjadi dan harus diawasi secara langsung. Misalkan

saja pelayanan berupa akomodasi, sebagai contoh pada tahun 2013 ada

hotel yang menurut kami tidak layak karena levelnya satu dan listriknya

sering mati padahal jamaah harus dipenuhi segala haknya untuk

melancarkan ibadah haji, itukan tidak memungkinkan untuk dihuni

terlebih kapasitas hotel tersebut kecil, hal tersebut oleh KPHI diawasi dan

diberikan rekomendasi untuk ke depannya bahwa hotel ini tidak boleh

untuk dipergunakan lagi22. Kemungkinan-kemungkinan seperti ini yang

seharusnya dilakukan peninjauan secara langsung.

Berikut point singkat bahan dan data pengawasan KPHI tentang

penyelenggaraan ibadah haji tahun 2013 diperoleh dari:23

a. Data primer yang diperoleh berdasarkan survei lapangan dengan

instrumen yang bersifat kuantitatif dan kualitatif;

1) Observasi lapangan

2) Pengamatan mendalam

21 Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h.

130. 22 Wawancara Pribadi dengan Ahmed Machfud pada 26 Juni 2015 pukul 11:00-15:00

WIB di Kantor KPHI. 23 Laporan Hasil Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1434 H / 2013 M

Komisi Pengawas Haji Indonesia, h.8 BAB I.

Page 50: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

34

3) Wawancara

b. Kajian data sekunder

1) Bahan dari Kementerian Agama

2) Bahan dari sumber lain

4. Waktu Pengawasan

KPHI melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan ibadah

haji tahun 2013. Pengawasan operasional penyelenggaraan ibadah haji di

Arab Saudi dilakukan saat awal musim haji pada 4-10 September 2013

oleh seorang Komisioner KPHI 12-21 September 2013 oleh enam

Komisioner KPHI. Seluruh Komisioner KPHI mengawasi langsung

penyelenggaraan ibadah haji pada 5 Oktober hingga 2 November 2015.

Berdasarkan waktu pengawasan, M Manullang dalam bukunya

Dasar-Dasar Manajemen menjelaskan bahwa pengawasan dibedakan atas

dua hal yaitu pengawasan preventif dan pengawasan repressip, maka

penulis mengklasifiksikan pengawasan yang dilakukan KPHI adalah

pengawasan repressif yang tujuannya yaitu untuk mengukur hasil-hasil

yang sudah dicapai dalam penyelenggaraan haji di Indonesia.

5. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

Dukungan pelaksanaan pengawasan KPHI terhadap

penyelenggaraan haji tidak lepas dari beberapa pihak yang terkait. Yang

pertama pengaduan jamaah haji atas pelayanan selama menjalankan

ibadah haji yang ditujukan kepada KPHI. Dengan adanya pengaduan ini

KPHI dapat mengetahui penyimpangan dari penyelenggaraan haji tahun

tersebut. Dukungan lainnya yaitu motivasi masyarakat yang selalu

Page 51: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

35

menginginkan penyelenggaraan ibadah haji setiap tahunnya mengalami

perbaikan. Hal ini akan terus menjadi amunisi KPHI dalam menjalankan

tugas dan fungsinya. Lalu adapun dukungan-dukungan dari beberapa

lembaga terkait yang akan membantu KPHI dalam melakukan

pengawasan dengan cara menganalisa laporan dari badan-badan tersebut.

Meskipun upaya perbaikan peningkatan penyelenggaraan ibadah

haji sudah dilakukan secara optimal, KPHI masih terkendala dengan

beberapa hal. Hambatan dan masalah yang dihadapi KPHI dalam

melaksanakan tugasnya sebagai lembaga mengawasi dan memantau

penyelenggaraan haji di Indonesia antara lain:

a) Kondisi KPHI sebagai lembaga masih bersifat formatif sehingga

berbagai rancangan kegiatan masih terhambat oleh persoalan teknis

yang sifatnya struktural seperti kesekretariatan yang masih

diposisikan sebagai Subdit pada Ditjen Penyelenggaraan Haji dan

Umrah, anggaran belanja menempel di PHU dan nomenklatur Subdit

Fasilitasi KPHI sangat sensitif dengan objek kerja projustica KPK.

b) Keterbatasan anggaran yang berdampak pada jangkauan objek

pengawasan, kedalaman masalah dan penyediaan instrument

pengawasan. Karena anggarannya terlalu kecil maka kami hanya

melakukan pengawasan sekali sampai dua kali ke Arab Saudi.

Padahal pada pengawasan awal seharusnya harus ditindaklanjuti.

Paling tidak empat kali pengawasan dari semenjak persiapan awal,

persiapan kedua, operasional dan yang terakhir evaluasi. Hingga saat

Page 52: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

36

ini bahkan honorarium komisioner belum ada dan saya belum pernah

menerima satu rupiah pun.

c) Unit penyelenggara administrasi, yaitu sekretariat. Gedung

kesekretariatan kami masih punya kemenag, bahkan operasionalnya

pun masih dibiayai oleh Kemenag. KPHI belum mempunyai satuan

kerja (satker) sendiri.

d) Kurangnya SDM yang concern terhadap peninjauan langsung ke

lapangan. KPHI merupakan lembaga yang seharusnya mendapatkan

fasilitas yang cukup. Bukan berarti fasilitas pribadi, namun fasilitas

lembaga yang nantinya akan dipergunakan untuk mejalankan tugas-

tugasnya sesuai denga aturan yang berlaku yaitu kepentingan

pengawasan. Itu yang belum sepenuhnya kami miliki, baru sebagian

saja. Misalnya KPHI kemarin melakukan pengawasan hanya oleh 9

orang komisioner dibantu 3 orang staff sementara inspektorat bisa

lima kali lipat dari kami.

e) Kurangnya kepercayaan pemerintah dalam pengambilan keputusan

yang bersumber dari rekomendasi KPHI, karena sejauh ini

pemerintah masih lebih mempercayai DPR dalam mengambil

keputusan.24

24 Akumulasi hasil wawancara pribadi dengan Syamsul Ma’arif (Komisioner KPHI) pada

27 Agustus 2015 dan Buletin KPHI edisi pertama.

Page 53: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

37

D. Penyelenggaraan Haji di Indonesia

Sejarah penyelenggaraan haji di Indonesia mengalami masa yang

panjang, dimulai sejak masuknya agama Islam ke Indonesia, masa

penjajahan, masa orde lama, masa orde baru hingga sekarang. Dari masa ke

masa penyelenggaraan haji banyak mengalami dinamika yang bermuara pada

persoalan pokok, yaitu peraturan yang menyangkut hubungan bilateral antara

dua negara yang memiliki perbedaan sosio-budaya, bentuk pemerintahan dan

status kenegaraan, Indonesia yang menganut sistem Republik dan Saudi

Arabia yang berbentuk Kerajaan. Pada masa penjajahan, permasalahan

utamanya adalah keamanan dan terbatasnya fasilitas. Kini pada saat dunia

telah aman dan fasilitas semakin canggih, besarnya jumlah jamaah haji terkait

dengan keterbatasan kuota dan kemampuan sarana dan prasarana menjadi

persoalan utama.

1. Penyelenggaraan Haji pada masa Pasca Kemerdekaan

Pada tahun 1945, Syekh Hasyim Asyhari dari Masyumi,

mengeluarkan fatwa kepada seluruh umat Islam Indonesia bahwa “haram

bagi umat Islam meninggalkan tanah airnya dalam keadaan melakukan

perang melawan agama; tidak wajib pergi haji, dimana berlaku fardhu

‘ain bagi umat Islam melakukan peran melawan penjajah bangsa dan

agama”. Pada tahun 1948 pemerintah Indonesia mengirimkan misi haji,

yang terdiri dari K.R.H. Moh. Adnan, H. Ismail Banda, H. Saleh Suady

dan H. Samsir Sutan Ameh, ke Makkah menghadap Raja Arab Saudi,

misi tersebur mendapat sambutan hangat dari Baginda Raja Ibnu Saud

dan pada tahun itu juga bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan di

Page 54: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

38

Arafah. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut

semakin mendorong ke arah penyelenggaraan haji yang lebih baik

sehingga calon jamaah haji yang berangkat tahun 1949 cukup banyak.

Pada waktu itu jamaah haji yang berhasil diberangkatkan oleh

Pemerintah mencapai 9.892 orang, sedangkan yang wafat sebanyak 320

orang atau 3,23%-nya, sedangkan panitia yang dilibatkan guna

membantu jamaah haji dalam bidang administrasi dan pengurusan di

tanah suci sebanyak 27 orang, adapun tim kesehatan yang juga ikut

diberangkatkan sebanyak 14 orang.

Kemudian pada tahun 1950-an, kaum muslimin Indonesia yang

mampu melaksanakan ibadah haji sebanyak 10.000 orang, (memang

hanya daerah-daerah tertentu yang penduduknya hampir mayoritas

beragama Islam, dan berpenghasilan dari sumber daya alam seperti

bertani dan nelayan yang pada waktu itu memiliki kesempatan

perdagangan yang lebih luas, sehingga memungkinkan mereka untuk

melaksanakan ibadah haji). Di samping 10.000 orang yang berangkat

haji, pemerintah memiliki data lain yaitu jamaah haji yang berangkat

secara mandiri sebanyak 1.843 orang, wafat 42 orang atau 2,28%,

sedangkan petugas administrasi 6 orang, tim kesehatan 15 orang.

Pada awal kemerdekaan penyelenggaraan ibadah haji dilakukan

oleh Penyelenggara Haji Indonesia (PHI) yang berada pada setiap

keresidenan atau pemerintahan daerah. Dalam perkembangan

selanjutnya, Badan Kongres Muslimin Indonesia (BKMI) mendirikan

sebuah yayasan yang secara khusus menangani ibadah haji yaitu Panitia

Page 55: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

39

Perbaikan Perjalanan Haji Indonesia (PPHI) yang diketuai oleh K.H.M.

Sudjak. Kedudukan PPHI semakin kuat tatkala Menteri Agama

mengeluarkan Surat Kementerian Agama RIS No. 3170 Tahun 1950 dan

Surat Edaran Menteri Agama RIS No. A. III/I/648 Tahun 1950 yang

menunjuk PPHI sebagai lembaga yang sah di samping pemerintah untuk

mengurus dan menyelenggarakan Ibadah Haji di Indonesia. Pada masa

itu salah satu langkah penting pembenahan penyelenggaraan Ibadah Haji

oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Agama adalah dialihkannya

transportasi laut ke transportasi udara yang lebih modern agar

mengurangi penderitaan jamaah haji apabila menaiki kapal laut yang

penuh dengan bahaya. Pada masa tahun 1950-an tersebut penanganan

haji secara langsung tidak dilakukan oleh Departemen Agama melainkan

oleh panitia haji.

Hampir setiap tahun umat Islam yang berminat untuk menunaikan

ibadah haji tidak pernah surut, bahkan laju perkembangannya

menunjukkan grafik yang meningkat walaupun biaya yang ditetapkan

oleh pemerintah selalu menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan

setiap tahunnya, yaitu sejak tahun 1949 sebesar Rp. 3.395,14 meningkat

dua kali lipat pada tahun 1950 dan tahun 1951 sebesar Rp. 6.487,25 atau

sekitar 52,3%. Biaya perjalanan ibadah haji justru mengalami kenaikan

hanya sekitar 10%, yaitu pada tahun 1951 sebesar Rp. 6.487,25. Jumlah

jamaah haji Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 1951 sebanyak

9.502 orang, petugas haji Indonesia 20 orang, jamaah haji yang wafat

sebanyak 384 orang atau 4,04%

Page 56: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

40

Membaiknya kehidupan perekonomian negara dan kemajuan

teknologi yang melanda dunia berpengaruh pula terhadap pengelolaan

perhajian di Indonesia sehingga mulai tahun 1952 transportasi jamaah

haji pemerintah menyediakan kesempatan kepada calon jamaah haji

untuk mempergunakan transportasi udara. Tentunya terdapat perbedaan

tarif angkutan haji yang cukup besar, hampir dua kali lipat, yaitu untuk

tarif haji udara sebesar Rp. 16.691, sedangkan haji laut sebesar Rp.

7.500.

Dengan adanya transportasi jamaah haji udara maka pada tahun

1952 jumlah jamaah haji meningkat sebanyak 14.324 orang, dengan

perincian yang menggunakan kapal laut sebanyak 14.031 orang, pesawat

udara 293 orang, jumlah jamaah haji yang wafat 278 orang atau 1,94%,

sedangkan petugas haji yang diberangkatkan sebanyak 32 orang, tim

kesehatan haji sebanyak 28 orang.25

Pada tahun 1964 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 122

tahun 1964 yang berisi tentang upaya mengatasi pengangkutan jamaah

haji (laut) dari Indonesia, maka pada tanggal 1 Desember 1964 berdirilah

PT. Arafat yang bergerak di bidang pelayanan ibadah haji dengan kapal

laut. Tujuan didirikannya PT. Arafat adalah:

a) Menyelenggarakan pengangkutan para jamaah haji (laut);

b) Menjalankan segala upaya dalam rangka membantu usaha

pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung yang

berkenaan dengan bidang pelayanan.

25 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji, (Jakarta: Media Cita), 2006, h.

37

Page 57: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

41

c) Armada kapal laut yang digunakan untuk pengangkutan jamaah

haji antara lain KM. Gunung Jati, KM. Tjut Nyak Dien, KM.

Ambulombo, KM. Pasific Abeto, KM. Belle Abetto, KM. Le Havre

Abeto dan KM. La Grande Abeto. Kapal laut untuk pengangkutan

jamaah haji ini termasuk kapal laut yang memiliki keunggulan

teknologi pada saat itu dan dapat berlayar untuk jangka waktu satu

bulan. Di kapal ini seluruh calon jamaah haji Indonesia melakukan

kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan masalah manasik haji

dan pengkajian agama secara mendalam.26

2. Penyelenggaraan Haji pada Masa Orde Baru

Tugas awal penguasa orde baru sebagai pucuk pimpinan

Negara pada tahun 1966 adalah membenahi dan menormalkan sistem

kenegaraan yang porak-poranda akibat G 30S PKI dan kekuasaan orde

lama. Pembenahan sistem pemerintahan ini berpengaruh pula terhadap

penyelenngaraan haji dengan dibentuknya Departemen Agama,

selanjutnya mengubah struktur dan tata kerja organisasi Menteri Usaha

haji dan mengalihkan tugas penyelenggaraan ibadah haji di bawah

wewenang Direktur Jenderal Urusan Haji, termasuk besarnya biaya,

sistem manajerial dan bentuk organisasi yang kemudian ditetapkan dalam

keputusan Dirjen Urusan Haji Nomor 105 tahun 1966. Pada tahun itu

ditetapkan pula biaya perjalanan ibadah haji dalam tiga kategori, yaitu

haji dengan kapal laut sebesar Rp. 27.000, haji berdikari sebesar Rp.

67.500, haji dengan pesawat udara sebesar Rp. 110.000. Jumlah jamaah

26 Ibid, h.42-43.

Page 58: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

42

haji yang diberangkatkan seluruhnya mencapai 15.983 orang, yaitu

dengan kapal laut sebanyak 15.610 orang, dengan pesawat udara 373

orang, sedangkan jumlah haji kapal laut yang wafat 114 orang, dan 2

orang jamaah haji udara, atau 0,73%.27

Pemerintah ikut bertanggung jawab secara penuh dalam

penyelenggaraan ibadah haji, sejak penentuan biaya hingga pelaksanaan

serta hubungan antara dua negara yang mulai dilaksanakan pada tahun

1970. Dengan keputusan tersebut, maka rakyat merasa diperhatikan

langsung oleh pemerintah. Dalam rangka mengefisienkan pelaksanaan

penyelenggaraan haji, maka pada tahun tersebut biaya perjalanan ibadah

haji ditetapkan oleh presiden berdasarkan kriteria penggunaan

transportasi melalui Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1970, yaitu

biaya perjalanan pesawat terbang sebesar Rp. 380.000, sedangkan

berdikari sebesar Rp. 336.000. Secara resmi pemerintah tidak

menetapkan biaya haji dengan kapal laut karena jumlah calon jamaah

haji yang menggunakan kapal laut mengalami penurunan yang

signifikan. Sekalipun demikian, pemerintah memberikan kebebasan

kepada jamaah haji berdikari tetap menggunakan kapal laut. Sesuai data

tahun tersebut jamaah haji berdikari yang menggunakan kapal laut

sebanyak 12.845 orang, sedangkan yang menggunakan pesawat terbang

sebanyak 1.229 orang. Dalam tahun-tahun berikutnya, antara tahun 1971-

1973 penyelenggaraan ibadah haji tidak banyak mengalami perubahan-

perubahan kebijakan.

27 Ibid, h.44-45.

Page 59: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

43

Pada tahun 1974, sebuah peristiwa besar menghentikan

sanubari bangsa Indonesia dan mengejutkan dunia ketika pesawat udara

Martin Air yang mengangkut jumlah haji mengalami kecelakaan di

Colombo. Kecelakaan ini menewaskan 1.126 orang dan merupakan

peristiwa besar yang tak terlupakan dalam sejarah perhajian Indonesia.

Penyebab kecelakaan tersebut tidak diketahui secara pasti, yang jelas

pesawat tersebut menabrak gunung. Ada pula kejadian yang berada di

luar perhitungan pemerintah sebanyak 79 orang jamaah melahirkan.

Dengan kejadian tersebut pemerintah semakin selektif alat transportasi

udara yang akan dipergunakan untuk menyelenggarakan haji, dan

diharapkan kejadian tersebut tidak terulang kembali. Pada tahun 1974,

Keputusan Presiden menetapkan biaya perjalanan ibadah haji berdikari

sebesar Rp. 556.000, dan pesawat terbang sebesar Rp. 560.000. Pada

waktu itu jumlah ibadah haji berdikari kapal laut sebanyak 15.396 orang

dan pesawat udara sebanyak 53.752 orang.28

Banyaknya problema perjalanan haji dengan kapal laut yang

tidak dapat diselesaikan, termasuk pailitnya PT. Arafat, mulai tahun 1979

pemerintah melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: SK-

72/OT.001/Phb79, memutuskan untuk meniadakan pengangkutan jamaah

haji dengan kapal laut dan menetapkan bahwa penyelenggaraan angkutan

haji dilaksanakan dengan menggunakan pesawat udara.

Pada awal penghapusan jamaah haji laut, bangsa Indonesia

kembali ditimpa kedukaan yang luar biasa akibat terjadinya kecelakaan

28 Ibid, 47-48.

Page 60: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

44

pesawat udara yang mengangkut jamaah haji untuk kedua kalinya.

Kecelakaan ini juga terjadi di Colombo yang disebabkan oleh kesalahan

navigasi pesawat Loft Leider. Jamaah haji yang wafat seluruhnya 960

orang, termasuk yang wafat bukan karena kecelakaan ini. Dengan

banyaknya pengalaman dalam penyelenggaraan ibadah haji pada tahun-

tahun sebelumnya, maka pemerintah, dalam hal ini Menteri Agama,

mengkaji ulang penyelenggaraan ibadah haji agar lebih terjamin. Pada

tahun 1979, bersama Menteri Kehakiman, Menteri Agama mengeluarkan

Keputusan tentang penyelenggaraan Umroh, peraturan ini merupakan

cikal bakal dari peraturan penyelenggaraan ibadah haji. Pada saat itu

banyak di antara para jamaah haji yang mencari jalan pintas akibat gagal

melaksanakan ibadah haji, yakni melaksanakan ibadah umroh lebih dulu

kemudian tinggal sementara untuk menunggu waktu haji tiba. Hal ini

banyak menimbulkan persoalan bagi pemerintah Arab Saudi. Banyak di

antara jamaah haji yang kemudian tidak bisa kembali ke kampung

halaman karena kehabisan bekal (biaya).29

Dasawarsa 1980-an terjadi perkembangan menarik dimana

pemerintah mulai memberi peluang (kembali) swasta dalam

penyelenggaraan urusan haji, khususnya untuk pelayanan eksklusif yang

dikenal dengan nama program ONH Plus. Pihak swasta sendiri menyebut

kegiatan itu merupakan sub-sistem atau bagian dari penyelenggaraan haji

oleh pemerintah. Disebut subsistem karena otoritas mengenai ketentuan

perusahaan mana saja, kuota, dan harga paket ONH Plus masih di tangan

29Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji, h. 50-51

Page 61: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

45

pemerintah hingga kini. Selain melibatkan perusahaan yang bergerak di

bidang ONH Plus, pemerintah juga memberi kesempatan kepada

berbagai yayasan, majelis ta’lim, ormas, milik masyarakat mengorganisir

jamaah haji di lingkungannya. Kegiatan itu tidak lepas dari kontrol

pemerintah dan tetap tergabung dalam paket penyelenggaraan urusan haji

yang dikelola pemerintah30.

Meningkatnya jamaah haji setiap tahunnya dapat dijadikan

sebagai parameter peningkatan pembangunan manusia seutuhnya dalam

sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan beragama. Besarnya jumlah

jamaah haji ini mengakibatkan makin berat pula beban pemerintah

karena penyelanggaraan ibadah haji merupakan kegiatan yang terus-

menerus rutin, teknis dan fungsional, apalagi meningkatnya taraf hidup

dan daya kritis masyarakat akan menimbulkan tuntutan yang makin

tinggi terhadap kualitas pelayanan ibadah haji.

Bertambahnya jumlah jamaah haji menimbulkan suatu

permasalahan tersendiri karena tempat atau wilayah peribadatan haji di

Arab Saudi tetap yaitu Makkah, Mina, Arafah, Muzdalifah dan Madinah.

Wilayah ini juga tidak mungkin akan mampu menampung jumlah jamaah

haji yang terus bertambah dari negara-negara lain. Hal ini jelas akan

membebani masing-masing jamaah haji secara fisik, seperti kelelahan,

kebisingan, serta kemacetan, dan bahkan kemungkinan besar dapat

mengganggu kekhusyukan jamaah haji dalam melaksanakan ibadah

hajinya.31

30 http://www.hamline.edu diakses pada 19 Agustus 2015 Pukul 17:38 WIB. 31 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji, h. 59-60

Page 62: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

46

3. Penyelenggaraan Haji pada Masa Reformasi

Pada masa reformasi tepatnya pada tahun 1999 akhirnya

dimulailah era baru pada penyelenggaraan haji di Indonesia dengan

keluarnya UU No. 17 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Dengan keluarnya Undang-Undang ini diharapkan Penyelenggaraan

Ibadah Haji di Indonesia dapat dilakukan dengan lebih berkualitas. Pasal

5 UU No. 17 Tahun 1999 mengatur bahwa ”Penyelenggaraan ibadah haji

bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan

yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan

yang baik agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman,

tertib, lancar, dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jemaah

haji dapat melaksanakan ibadah secara mandiri sehingga diperoleh haji

mabrur” inilah hal yang dituju dalam Undang-Undang tersebut dalam hal

penyelenggaraan Ibadah Haji, yaitu memberikan pembinaan, pelayanan,

dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen

penyelenggaraan yang baik. Tetapi, apa yang dicanangkan dalam

Undang-Undang ternyata tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dari

tahun ke tahun tidak ada gebrakan pembenahan sistem dan manajemen

penyelenggaraan Ibadah Haji yang lebih baik. Hal tersebut diperparah

oleh kejadian pada musim haji tahun 2006 Masehi/1427 Hijriyah dimana

terjadi kelaparan pada jamaah haji reguler disebabkan keterlambatan

yang amat sangat lama dalam menyediakan dan membawa makanan oleh

pihak penyedia katering makanan bagi jamaah haji reguler.

Page 63: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

47

Dengan berbagai pertimbangan diatas UU nomor 17/1999 di

revisi dengan UU nomor 13/2008 yang menegaskan bahwa Pemerintah

dalam hal ini Depag masih menjadi Operator penyelenggaraan ibadah

haji Indonesia. Hal itu tertuang jelas dalam Pasal 10 ayat (1) yang

berbunyi “Pemerintah sebagai penyelenggara Ibadah Haji berkewajiban

mengelola dan melaksanakan Penyelenggaraan Ibadah Haji.32

Untuk pencapaian kualitas dalam pelayanan penyelenggaraan

operasional haji, maka dibutuhkan karyawan/pegawai atau dengan kata

lain sumber daya manusia yang professional (mampu bersaing era

globalisasi) dan berdedikasi (mempunyai naluri inovasi, motivasi, pro

aktif) yang tinggi, adanya sistem dan manajemen yang tersusun rapih

serta dibutuhkannya metode pengawasan terhadap institusi terkait yang

dilaksanakan secara efektif. Di samping itu, terciptanya hubungan kerja

yang baik di antara beberapa unit terkait dalam penyelenggaraan ibadah

haji, yaitu Departemen Agama Pusat, kantor Wilayah Departemen

Agama, Kantor Departemen Kabupaten/Kota, kemudian dengan instansi

lain di luar Departemen Agama seperti Departemen Kehakiman dan

HAM, Departemen Luar Negeri, Departemen Perhubungan, Departemen

Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, lembaga

keuangan dan unsur-unsur pemerintahan daerah serta kedutaan besar

Kerajaan Arab Saudi dalam hal ijin masuk (visa) ke Negara Arab Saudi

dan ketentuan tentang penyelenggaraan haji yang ditetapkan oleh

Pemerintah Arab Saudi.

32 www.rasio.wordpress.com diakses pada 19 Agustus 2015 Pukul 17:38 WIB.

Page 64: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

48

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG

KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA (KPHI)

A. Sejarah

Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) dibentuk berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji. Sesuai dengan namanya, KPHI adalah sebuah

komisi yang melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan ibadah haji.

KPHI merupakan lembaga mandiri yang dibentuk dalam rangka

meningkatkan pelayanan penyelenggaran ibadah haji Indonesia. Hampir dua

setengah tahun proses untuk mencari anggota Komisi Pengawas Haji

Indonesia (KPHI) periode pertama. Proses pendaftaran calon anggota KPHI

dari berbagai tes telah dimulai sejak Oktober 2010. Namun Komisioner KPHI

baru ditetapkan pada Maret 2013.1

Calon anggota KPHI ini mengikuti Pasal 14 UU PIH. (1) Terdiri

atas Sembilan orang anggota. (2) Keanggotaan terdiri atas unsur masyarakat

enam orang dan unsur pemerintah tiga orang. (3) Unsur masyarakat terdiri

atas unsur Majelis Ulama Indonesia (MUI), organisasi masyarakat Islam, dan

tokoh masyarakat Islam. (4) Unsur pemerintah dapat ditunjuk dari

departemen/instansi yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Ibadah Haji

(Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan).

Proses selanjutnya, presiden menyampaiakan calon anggota KPHI kepada

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mendapat pertimbangan.

1 Buletin KPHI: Media Komunikasi & Informasi, (Jakarta: KPHI), 2014, Edisi, h.1.

Page 65: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

49

Setahun lebih tanpa ada kabar, pada 6 hingga 8 Februari 2012

Komisi VIII DPR mengundang dan mendengarkan paparan dari masing-

masing calon anggota KPHI di ruang sidang komisi VIII DPR. Melalui rapat,

komisi VIII menyampaikan hasil pertimbangan kepada presiden. Karena

wakil dari Kementerian Kesehatan (Dr. H. Chalik Marsulili, MSc.) wafat,

Kementerian Kesehatan mengajukan nama pengganti untuk mendapat

pertimbangan DPR.

Setelah melalui proses panjang yang ditunggu calon dan

masyarakat, setahun kemudian pada awal 2013 presiden menetapkan

sembilan anggota KPHI melalui Keppres No. 13 P Tahun 2013 tanggal 13

Februari 2013. Selanjutnya, Menteri Agama mengambil sumpah jabatan

sembilan anggota KPHI pada 26 Maret 2013 di Aula Kantor Kemenag Jalan

M.H Thamrin.

Adapun anggota KPHI periode pertama yang bertugas selama tiga

tahun (2013-2016) adalah enam unsur dari masyarakat: Drs. H. Slamet

Effendy Yusuf, M.Si; Drs. H. Imam Addaruquthni, SQ, MA; Ir. H. Agus

Priyanto; Dr. H. Syamsul Ma’arif, MA; Drs. H. M. Samidin Nashir, MM;

Drs. H. Mohammad Thoha, M.Si. Sementara tiga Komisioner unsur

pemerintah adalah: Drs. H. Ahmed Machfudh, MPA (Kementerian Agama);

Dr.H. Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes (Kementerian Kesehatan); Dra. Hj.

Lilien Ambarwiyati (Kementerian Perhubungan).

Sesuai dengan ketentuan, Ketua dan Wakil Ketua KPHI dipilih dari

dan oleh anggota Komisi. Komisioner KPHI periode pertama telah memilih

Page 66: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

50

Slamet Effendy Yusuf sebagai ketua dan Imam Addaruquthni sebagai Wakil

Ketua.2

Terbentuknya Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) sesuai

dengan amanah Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji (PIH). KPHI semestinya terbentuk setahun

setelah UU PIH diundangkan pada 2008. Dorongan untuk pembentukan

KPHI mencuat dalam Evaluasi Nasional Penyelenggaraan Ibadah Haji pada

Januari 2010.

Secara historis, pembentukan KPHI sebagai institusi mandiri

merupakan sejarah baru dalam penyelenggaraan ibadah haji Indonesia

sebagai wujud pemisahan fungsi kebijakan, penyelenggaraan, dan

pengawasan. Sejarah baru bersifat reformatif terhadap penyelenggaraan

ibadah haji yang dikelola pemerintah sejalan dengan prinsip-prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik dan transparan. Dengan lahirnya KPHI

sebagai komisi pengawas, fungsi Kemenag terbatas pada fungsi pembuat

kebijakan dan penyelenggara operasional haji.

Fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan ibadah haji menjadi

sangat penting untuk memastikan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan

tersebut telah sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku sesuai

perencanaan. Dari pengawasan dengan standar dan indikator yang telah

ditetapkan itu dapat diketahui, apakah ada penyimpangan untuk mengambil

tindakan perbaikan.

2 Agus Priyanto, Komisioner KPHI dalam Buletin KPHI; Media Komunikasi &

Informasi, Edisi 1, (Jakarta: KPHI) , 2014, h. 7-8.

Page 67: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

51

Selama ini pengawasan penyelenggaraan ibadah haji dilakukan

secara paralel dan simultan oleh berbagai instansi pengawasan, antara lain

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dewan Perwakilan

Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Ombudsman

Republik Indonesia (ORI), dan Inspektorat Jenderal Kementerian Agama

(Itjen Kemenag). Dari sisi justisia, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

ikut mengawasi penyimpangan dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Dengan terbentuknya KPHI, pengawasan terhadap penyelenggaran

ibadah haji menjadi lebih komprehensif. Pengawasan penyelenggaraan ibadah

haji yang menjadi tugas dan tanggung jawab KPHI dilakukan mulai dari

tahap perencanaan hingga tahap operasional. KPHI juga bertugas

menghimpun berbagai masukan, saran, dan pertimbangan dari berbagai pihak

dalam rangka penyempurnaan manajemen dan peningkatan mutu pelayanan

penyelenggaraan ibadah haji Indonesia.3

B. Tugas dan Fungsi

Sesuai dengan UU PIH Pasal 12 ayat (3), KPHI bertugas

melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap penyelenggaraan ibadah

haji serta merumuskan perimbangan untuk penyempurnaan penyelenggaraan

ibadah haji. Sementara menurut pasal 12 ayat (4), KPHI memiliki empat

fungsi. Pertama, memantau dan menganalisis kebijakan operasional

penyelenggaraan ibadah haji Indonesia. Kedua, menganalisis hasil

3 Webste resmi KPHI www.kphi.go.id diakses pada 20 Agustus 2015 pukul 20:40 WIB

Page 68: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

52

pengawasan dari berbagai lembaga pengawasan dan masyarakat. Ketiga,

menerima masukan dan saran masyarakat mengenai penyelenggaraan ibadah

haji. Keempat, merumuskan pertimbangan dan saran penyempurnaan

kebijakan operasional penyelenggaraan ibadah haji.

Sebelum KPHI terbentuk, pengawasan penyelenggaraan ibadah

haji dilakukan secara pararel dan simultan oleh berbagai instansi pengawasan,

antara lain Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dewan

Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),

Omdusman Republik Indonesia (ORI) dan Inspektorat Jendral Kementerian

Agama (Itjen Kemenag). Dari sisi justisia, Komisi Pemberantas Korupsi

(KPK) ikut mengawasi penyimpangan dalam penyelenggaraan haji.

Dengan pembentukan KPHI, pengawasan terhadap

penyelenggaraan ibadah haji menjadi lebih komprehensif. Pengawasan yang

menjadi tugas dan tanggung jawab KPHI dilakukan mulai dari tahap

perencanaan hingga tahap operasional. KPHI juga bertugas menghimpun

berbagai masukan, saran dan pertimbangan dari berbagai pihak dalam rangka

penyempurnaan manajemen dan peningkatan mutu pelayanan

penyelenggaraan ibadah haji Indonesia4

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sesuai dengan UU PIH

Pasal 12 ayat (5), KPHI dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. KPHI melaporkan hasil pelaksanaan

4 Ibid, h.3.

Page 69: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

53

tugasnya secara tertulis kepada Presiden dan DPR paling sedikit satu kali

dalam setahun.

Tugas pokok dan fungsi ini mengharuskan KPHI benar-benar dapat

berjalan sesuai dengan asas keadilan, profesionalitas dan akuntabilitas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU PIH. Asas keadilan berarti

penyelenggaran ibadah haji berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah,

tidak memihak dan tidak sewenang-wenang dalam penyelenggaraan ibadah

haji. Kunci agar pengawasan berjalan efektif terletak pada transparansi atau

keterbukaan dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Adapun yang dimaksud dengan asas “profesionalitas” adalah

penyelenggaraan ibadah haji harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan

keahlian para penyelenggaranya. Pengawas haji memerlukan profesional

yang memenuhi syarat: (1) menguasai bidang (kompeten), (2) memiliki spirit

dan motivasi (loyalitas), (3) mempunyai nilai kejujuran, kebenaran dan

keadilan (integritas) dan (4) berpegang teguh pada professionalisme

(komitmen).

Sementara, asas “akuntabilitas dengan prinsip nirlaba”

mengharuskan penyelenggaraan ibadah haji dilakukan secara terbuka dan

dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum dengan prinsip tidak

untuk mencari keuntungan . Akuntabilitas berkaitan erat dengan

petanggungjawaban terhadap efektivitas pengawasan kegiatan dalam

pencapaian sasaran, target kebijaksanaan atau program.5

5 Ibid, Edisi 1, h.4.

Page 70: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

54

C. Kedudukan dan Peran

Sesuai dengan namanya, KPHI adalah sebuah komisi yang

melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan ibadah haji. KPHI

merupakan lembaga mandiri yang dibentuk dalam rangka meningkatkan

pelayanan penyelenggaran ibadah haji Indonesia. Hasil pengawasan KPHI

diharapkan dapat mendorong penyelenggara untuk melakukan perbaikan-

perbaikan sehingga jamaah haji merasa aman dan nyaman dalam

menunaikan ibadah sesuai syariat guna mencapai haji mabrur.

Sebagai institusi baru, KPHI merupakan lembaga mandiri yang

bertanggung jawab kepada Presiden. Keanggotaannya bersifat komisioner

yang terdiri atas unsure masyarakat dan pemerintah. Melalui proses panjang

selama dua setengah tahun dengan berbagai tahapan. Komisioner KPHI

periode pertama diambil sumpahnya pada 26 Maret 2013. Saat pengambilan

sumpah, Menteri Agama berharap dengan adanya KPHI nantinya

pengawasan independen dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu, KPHI

juga diharapkan dapat merangkul semua pihak, termasuk tokoh masyarakat,

akademisi, praktisi dan organisasi masyarakat untuk mewujudkan

penyempurnaan penyelenggaraan ibadah haji Indonesia yang lebih baik dan

kredibel.6

Imam Addaruquthni menjelaskan bahwa peran KPHI dalam

memastikan optimalisasi layanan penyelenggaraan ibadah haji Indonesia

adalah dengan melakukan telaah mendalam dan kritis terhadap kebijakan

perencanaan layanan penyelenggaraan ibadah haji dari Menteri Agama.

6 Buletin KPHI: Media Komunikasi & Informasi, (Jakarta: KPHI), 2014, Edisi I, h.3-4.

Page 71: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

55

Telah dimaksud ditempuh dengan menimbang relevansi kebijakan dengan

instrumen organisasional di Kementerian Agama yaitu workability,

practicability dan applicability. Pertimbangan kebijakan juga terkait dengan

kualitas layanan penyelenggaraan haji; dan apakah saran atau rekomendasi

dari berbagai lembaga pengawasan sudah ditindaklanjuti.

D. Tata Kerja

KPHI melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga yang juga

melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan haji. Pada tahap awal

KPHI melakukan pertemuan koordinasi dengan KPK, Omdusman, BPKP,

BPK dan Inspektorat Jendral Kementerian Agama (Irjen Kemenag). Laporan

hasil pengawasan dari masing-masing lembaga dimaksud dianalisis dan

disinkronkan dengan program pengawasan KPHI. Style KPHI adalah proaktif,

yaitu dengan melakukan silaturahim ke sejumlah lembaga pengawasan dan

berdialog secara kemitraan dalam posisi KPHI sebagai leading sector dalam

kepengawasan perhajian.7

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam KPHI

wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik secara

internal maupun eksternal sesuai dengan bidang tugas masing-masing. KPHI

melakukan rapat paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1(satu) bulan atau sewaktu-

waktu jika diperlukan.Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada KPHI dapat

mengundang instansi dan/atau pihak terkait. Pengambilan keputusan KPHI

dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam hal

7 Buletin KPHI: Media Komunikasi & Informasi, (Jakarta: KPHI), 2014, Edisi 2, h.23.

Page 72: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

56

pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mencapai mufakat tidak

tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Keputusan

sebagaimana dimaksud dinyatakan sah apabila rapat KPHI dihadiri paling

sedikit 5 (lima) orang anggota KPHI dengan keterwakilan unsur pemerintah

dan masyarakat. Lalu KPHI melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara

tertulis kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

E. Perkembangan

Pada tahun pertama, KPHI menyiapkan kelembagaan dan

infrastruktur pendukung, meskipun dengan keterbatasan sumber daya (staf

kesekretariatan dan dana). Selama tiga bulan pertama, KPHI menumpang

kantor dengan fasilitas seadanya hingga pada pertengahan tahun 2013 KPHI

menempati gedung kantor di Jalan Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat.

Keterbatasan yang ada menjadi tantangan bagi Komisioner KPHI

dalam menjalankan tugasnya. KPHI bersama sekretariat menyiapkan berbagai

instrumen pengawasan, tata tertib organisasi dan kode etik. Komisioner juga

melakukan fungsi monitoring dan pengawasan penyelenggaraan ibadah haji

tahun 2013 di Tanah Air maupun di Tanah Suci serta menyusun laporan

sebagai pertanggung jawaban tugas kepada presiden.

Dengan modal pengalaman pengawasan pada tahun pertama, KPHI

lebih mantap melakukan fungsi pengawasan pada tahun 2014. Modalnya

tentu pemahaman terhadap kebijakan, isu strategis, situasi dan kondisi di

embarkasi dan Arab Saudi serta perbaikan instrumen pengawasan. Dalam

Page 73: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

57

menjalankan fungsinya, KPHI telah bertemu dengan pemangku kepentingan

ibadah haji dari lembaga pengawasan (DPD, BPK, BPKP, KPK, Omdusman,

Itjen Kementerian Agama) serta pemangku kepentingan lain dari asosiasi

penyelenggara ibadah haji khusus dan kelompok bimbingan ibadah haji.

Keterbatasan jumlah staf justru menjadi tantangan bagi Komisioner

KPHI untuk melakukan pengawasan langsung (ainul yaqin). Dengan

pengamatan langsung ke obyek serta bertemu dan berdialog dengan

narasumber, Komisioner KPHI benar-benar yakin terhadap fakta dan temuan

di lapangan. Misalnya, Tim Pengawas KPHI menemukan rencana pemadatan

jamaah di beberapa hotel Mekkah pada saat pengawasan pra operasional

penyelenggaraan ibadah haji. Ketika dilaporkan tidak ada lagi pemadatan

karena ada reposisi saat operasional, Komisioner KPHI masih menemukan

ada pemadatan, sehingga langsung disampaikan kepada penyelenggara untuk

perbaikan.

Tidak mudah membangun lembaga baru. KPHI periode pertama

telah berjuang dan membuat pijakan bagi KPHI periode berikutnya, Hasil

spirit perjuangan periode pertama itu berupa pondasi organisasi beserta

perangkatnya yang kelak akan dilanjutkan pada periode berikutnya agar

KPHI menjadi lembaga pengawas haji yang kuat dan disegani.8

8 Slamet Effendy Yusuf (Ketua KPHI), dalam Buletin KPHI; Media Komunikasi & Informasi,

Edisi 1, (Jakarta: KPHI), 2014, h. 5.

Page 74: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

58

F. Visi, Misi dan Motto

1. Visi : “Terwujudnya KPHI yang Kredibel untuk Pengawasan Efektif

Penyelenggaraan Ibadah Haji.”

2. Misi

a. Memujudkan Pengawasan Efektif untuk Ketersediaan Pembinaan

Jemaah Haji.

b. Meningkatkan Pengawasan Efektif untuk Kualitas Pelayanan

Jemaah Haji.

c. Memperluas Pengawasan Efektif untuk Keterjaminan Perlindungan

Jemaah Haji.

d. Mendorong Pengawasan Efektif untuk Keberlanjutan Manajemen

PIH.

3. Motto : “Pengawasan Haji yang Kredibel dan Akuntabel”.9

G. Struktur Organisasi Periode 2013-2016

KPHI dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua.

Beranggotakan 9 (sembilan) orang yang terdiri dari unsur:

1. Masyarakat sebanyak 6 (enam) orang terdiri atas unsur Majelis Ulama

Indonesia, organisasi masyarakat Islam, dan tokoh masyarakat Islam.

2. Pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang yang dapat ditunjuk dari

kementerian/instansi yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Ibadah

Haji.

9 Webste resmi KPHI www.kphi.go.id diakses pada 20 Agustus 2015 pukul 20:40 WIB.

Page 75: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

59

3. Anggota KPHI diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul

Menteri setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada halaman berikutnya penulis sajikan Struktur Komisi Pengawas

Haji Indonesia (KPHI) periode tahun 2013-2016.

Tabel 3.1 Struktur KPHI Periode Pertama

Sumber : Buletin KPHI Edisi I Tahun 2014

Anggota Komisi:Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si (Ketua)Drs. H. Imam Addaruquthni, SQ, MA. (Wakil)Drs. H. Muhammad Samidin Nashir, MM.Dr. H. Syamsul Ma'arif, MA.Ir. H. Agus PriyantoDrs. H. M Thoha, M.Sidr. H. Abidin Syah Siregar, DHSM, M.Kes.Drs. H. Ahmed Machfud, MMC, MPA.Dra. Hj. Lilien Ambarwiyati

Subdit Fasilitas KPHI(PMA 80 Tahun 2013)

Seksi Fasilitas Administrasi

Seksi Pengaduan Masyarakat,

Informasi dan Komunikasi

Seksi Analisis dan Pelaporan

Page 76: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

60

BAB IV

MEKANISME PENGAWASAN KPHI DALAM OPERASIONAL

PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA

A. Mekanisme Pengawasan KPHI

Langkah-langkah yang diterapkan dalam pengawasan dalam

penyelenggaraan ibadah haji meliputi penetapan ukuran standar, penilaian

kinerja dengan standar serta pencatatan terhadap penyimpangan yang terjadi

yang kemudian akan dilaporkan pada presiden guna perbaikan ke depannya.

Berikut ini adalah gambaran dari skema langkah-langkah pengawasan

KPHI dalam penyelenggaraan haji di Indonesia.

Gambar 4.1

Tahapan Pengawasan KPHI dalam Penyelenggaraan Haji di Indonesia

Sumber point : Dr. H. Syamsul Ma’arif, MA (wawancara pribadi)

Membuat instrumen

pengawasan.

Melakukan sidak dan mendatangi Panitia PPIH sesuai dengan kapasitas

masing-masing

Pembuktian di lapangan

Page 77: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

61

1. Membuat Instrumen Pengawasan (Penetapan Ukuran Standar)

Instrumen ini sudah baku yang selalu digunakan dari tahun ke

tahun kecuali ada penambahan-penambahan.1 Pemerintah bertanggung

jawab atas kebijakan penyelenggaraan ibadah haji secara nasional.

Kebijakan tersebut ditetapkan oleh Menteri Agama berkoordinasi dengan

kementerian/instansi terkait. Dalam Pasal 7 UU PIH dikatakan, jemaah

haji berhak memperoleh pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dalam

menjalankan ibadah haji yang meliputi :

a. Pembimbingan manasik haji dan/atau materi lainnya, baik di Tanah

Air, di perjalanan, maupun di Arab Saudi;

b. Pelayanan akomodasi, konsumsi, transportasi, dan pelayanan

kesehatan yang memadai di Tanah Air, selama di perjalanan,

maupun di Arab Saudi;

c. Perlindungan sebagai Warga Negara Indonesia;

d. Penggunaan paspor haji dan dokumen lainnya yang diperlukan untuk

pelaksanaan ibadah haji; dan

e. Pemberian kenyamanan transportasi dan pemondokan selama di

Tanah Air, di Arab Saudi, dan saat kepulangan ke Tanah Air.

Untuk memberikan pelayanan kepada jemaah haji, Kementerian

Agama bekerja sama dengan kementerian dan lembaga lainnya, misalnya

Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian

Hukum dan HAM RI. Penyelenggaraan ibadah haji mempunyai landasan

yang diatur dalam sejumlah Undang-Undang, Peraturan Menteri Agama,

1 Wawancara pribadi dengan Syamsul Ma’arif (Komisioner KPHI) pada 27 Agustus 2015

pukul 13:00-15:00 WIB di Kantor KPHI.

Page 78: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

62

Peraturan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Kementerian Agama di ti ngkat pusat sampai peraturan lainnya di tingkat

provinsi dan kabupatn/kota.

Dalam pengawasan harus ada sebuah pedoman sebagai tolak

ukur penilaian atas kinerja atau kegiatan yang terjadi. Sebagai pelaku

pengawasan eksternal, dalam mengawasi penyelenggaraan haji di

Indonesia KPHI sudah mempunyai pedoman penilaian sebagai acuan

dasar berupa:

a. Organisasi, Tata Kerja dan Petugas

Dalam rangka penyelenggaraan ibadah haji, Menteri Agama

menunjuk petugas yang menyertai jamaah haji yang terdiri atas Tim

Pemandu Haji Indonesia (TPHI), Tim Pembimbing Ibadah Haji

Indonesia (TPIHI) dan Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI). Petugas

yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) ada dua komponen

yang berasal dari unsur jamaah, yaitu Ketua Rombongan (Karom) dan

Ketua Regu (Karu).

Penyelengggaraan ibadah haji dilaksanakan oleh organisasi yang

sifatnya permanen dan organisasi kepanitiaan. Organisasi permanen

terdiri dari tingkat nasional oleh Direktorat Jendral (Ditjen)

Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), tingkat provinsi oleh Kantor

Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) dan tingkat

kabupaten/kota oleh Kantor Kementerian Agama (Kankemenag).

Penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi (perencanaan, persiapan,

pelaksanaan dan evaluasi) dilaksanakan oleh Kantor Urusan Haji (KUH)

Page 79: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

63

yang secara organisatoris administratif berada di bawah Konsulat Jendral

Republik Indonesia di Jeddah.

Organisasi penyelenggara ibadah haji yang sifatnya kepanitiaan

meliputi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia dan PPIH

Arab Saudi. PPIH Arab Saudi dibentuk oleh Menteri Agama sebelum

pelaksanaan ibadah haji dimulai yang terdiri atas unsur Kementerian

Agama, Kementerian Kesehatan dan unsure terkait di Arab Saudi. Untuk

memberikan pelayanan kepada jamaah haji di Arab Saudi, PPIH Arab

Saudi membentuk tiga Daerah Kerja (Daker); Daker Jeddah, Makkah dan

Madinah yang membawahi beberapa sektor.

b. Bimbingan Ibadah

Undang-undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji Pasal 3 mengamanatkan bahwa “Penyelenggaraan Ibadah

Haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan

perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji, sehingga jamaah

haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama

Islam”, Untuk itu, segala hal yang mendukung terwujudnya tujuan

tersebut harus diupayakan semaksimal mungkin.

UU PIH menegaskan Pemerintah berkewajiban memberikan

bimbingan kepada jamaah haji. Tujuan bimbingan untuk memberikan

bekal pengetahuan kepada jamaah tentang pelaksanaan dan tata cara

ibadah haji di Tanah Air dan Arab Saudi. Ruang lingkup bimbingan

berupa manasik haji, proses perjalanan haji, akhlakul karimah dan

Page 80: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

64

panduan di Arab Saudi agar jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji

dengan tertib, lancar, aman dan nyaman sesuai tuntutan syariat.

c. Pelayanan Akomodasi

Pasal 37 UU Nomor 13 Tahun 2008 Ayat (1) menyatakan

bahwa Menteri Agama wajib menyediakan akomodasi bagi jamaah haji

tanpa memungut biaya tambahan dari jamaah haji di luar BPIH yang

telah ditetapkan. Dalam ketentuan ayat (2), akomodasi bagi jamaah haji

harus memenuhi standar kelayakan dengan memperhatikan aspek

kesehatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan jamaah haji beserta

barang bawaannya.

Pelayanan akomodasi diberikan kepada jamaah haji di asrama

haji embarkasi dan di Arab Saudi. Pemondokan jamaah haji di Arab

Saudi meliputi pemondokan berupa hotel di Makkah, Madinah dan

Jeddah (transito). Pemondokan di Makkah dilakukan dengan sistem sewa

kontrak langsung kepada pemilik hotel, sedangkan pemondokan di

Madinah dilakukan melalui majmu’ah (service group atau kelompok

pengusaha hotel dan penginapan).

d. Pelayanan Transportasi

Penyediaan fasilitas dan pelayanan transportasi dalam

penyelenggaraan ibadah haji merupakan amanat UU Nomor 13 Tahun

2008 Pasal 33 Ayat (1) yang menyatakan, pelayanan transportasi jamaah

haji ke Arab Saudi dan pemulangannya ke tempat embarkasi asal

Indonesia menjadi tanggung jawab Menteri Agama dan berkoordinasi

dengan menteri yang ruang lingkuo tugas dan tanggung jawabnya di

Page 81: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

65

bidang perhubungan dengan memperhatikan aspek keamanan,

keselamatan, kenyamanan dan efisiensi.

Transportasi udara harus memenuhi persyaratan standar

kelayakudaraan, persyaratan administrative, kapasitas pesawat dan

standar teknis lainnya. Sementara transportasi darat yang dihubungkan

selama di Arab Saudi sebagai sarana angkutan jamaah haji antar kota

perhajian Jeddah, Makkah dan Madinah, antara pemondokan di Makkah

ke Masjidil Haram (shalawat) serta antara Arafah, Muzdalifah dan Mina

(Masyair) dengan bus taraddudi.

e. Pelayanan Konsumsi

Menurut Pasal 26 PP Nomor 79 Tahun 2012, pemerintah

memberikan pelayanan konsumsi kepada para jamaah haji di asrama haji

embarkasi dan di Arab Saudi. Pelayanan konsumsi di Arab Saudi harus

memenuhi kualitas standar gizi yang memperhatikan aspek kesehatan,

keamanan dan kenyamanan. Penyedia konsumsi juga harus memiliki

persyaratan administratif, peralatan, tenaga, bahan baku, pengolah,

distribusi, pelayanan, pengawasan dan penjaminan mutu.

Konsumsi bagi jamaah haji Indonesia di Arab Saangan didk

deudi diberikan di Madinah, Jeddah dan Armina serta di Makkah pada

tahun 2015. Mekanisme pengadaannya berupa: pengumuman,

pendaftaran, penilaian administrasi, teknis, peninjauan lapangan

(kasyfiah), uslan penetapan perusahaan, pengumuman calon pelaksana

katering dan penandatanganan kontrak dengan didampingi

supervise/konsultan hukum.

Page 82: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

66

f. Pelayanan Kesehatan

Sesuai Pasal 31 UU PIH, pembinaan dan pelayanan kesehatan

ibadah haji baik pada saat persiapan maupun pelaksanaan PIH dilakukan

oleh Kementerian Kesehatan yang dikoordinasi oleh Menteri Kesehatan.

Pembinaan dan pelayanan kesehatan jamaah haji diberikan sebelum

keberangkatan, selama pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dan

setelah kembali ke Indonesia. Pelayanan kesehatan jamaah haji sebelum

keberangkatan meliputi medical check up dan vaksinasi sesuai ketentuan

Pemerintah Arab Saudi.

Pemerintah membentuk panitia khusus untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan,

yakni Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dan Tim Kesehatan Haji

Daerah (TKHD) oleh gubernur atau bupati/walikota. Tim kesehatan haji

Indonesia adalah petugas yang menyertai jamaah haji dalam kelompok

terbang yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan bagi jamaah

haji. TKHI yang lulus seleksi ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah

berkoordinasi dengan Menteri Agama.

g. Perlindungan dan Keamanan Jamaah

Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan dan

menjamin keamanan jamaah haji Indonesia. Perlindungan hukum

terhadap berbagai persoalan yang dihadapi para jamaah haji di Arab

Saudi merupakan tanggung jawab pemerintah melalui Kedutaan Besar

Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi.

Page 83: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

67

PPIH melakukan berbagai upaya untuk memberikan

perlindungan dan keamanan jamaah haji Indonesia. Pertama,

mendapatkan personel pengamanan pada tiga daker sesuai dengan

prioritas keamanan. Kedua, mencegah, mengatasi dan menyelsaikan

kasus-kasus yang menimpa jamaah haji (kehilangan uang/barang,

tersesat jalan, penyalahgunaan barang bawaan dan lain lain).

h. Penyelenggara Ibadah Haji Khusus

Keberadaan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK)

diatur oleh beberapa peraturan, mulai dari Undang-Undang (UU),

Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri Agama (KMA) hingga

Keputusan Direktur Jendral Haji dan Umrah (Kepdirjen PHU). UU

Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (PIH) Pasal

38 hingga 42 telah mengatur PIHK. Disebut khusus karena sesuai Pasal

38 (1) dan (2) UU PIH, PIHK diperuntunkan bagi masyarakat yang

membutuhkan pelayanan khusus dengan pengelolaan dan pembiayaan

bersifat khusus yang dijalankan oleh PIHK yang telah mendapat izin dari

Menteri Agama.

Persyaratan dan kewajiban PIHK tertuang dalam Pasal 39

dan 40 UU PIH serta Peraturan Pemerintah (PP) No.79 Tahun 2012

tentang pelaksanaan UU PIH. Lebih lanjut kewajiban PIHK tertuang

dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 22 Tahun 2011 tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM) PIHK. Kebijakan lainnya adalah

PMA No. 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Page 84: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

68

i. Kebijakan Pemerintah Arab Saudi

Selain berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia,

penyelenggaraan ibadah haji terkait dengan kebijakan Pemerintah Arab

Saudi. Penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi didasarkan pula oleh

Ta’limatul Hajj. Misalnya, mulai tahun 2009 Pemerintah Arab Saudi

dalam Ta’limatul Hajj menyatakan jamaah haji dari seluruh dunia harus

menggunakan paspor internasional. Pemerintah Arab Saudi tidak

melayani visa, kecuali yang memiliki paspor hijau.

Pada 6 Juni 2013 Pemerintah Arab Saudi memberlakukan

kebijakan pemotongan kuota haji 20 persen tanpa terkecuali untuk setiap

Negara di dunia karena adanya proses pemugaran Masjidil Haram.

Akibat renovasi Masjidil Haram, kapasitas daya tamping tawaf 48.000

jamaah per jam berkurang menjadi 22.000 jamaah per jam. Selain itu,

fasilitas tawaf temporer hanya menampung 7.000-10.000 jamaah per

jam. Pengembangan Masjidil Haram dan fasilitas tawaf selama tiga tahun

akan menambah kapasitas menjadi 105.000 jamaah/jam.

Kebijakan Pemerintah Arab Saudi ini jelas berdampak pada

perencanaan penyelenggaraan haji Indonesia. Akibat pemotongan kuota

haji, jumlah jamaah haji dan petugas haji Indonesia ikut dipotong 20

persen. Dampak lebih lanjut, antrean jumlah jamaah haji Indonesia

semakin panjang. Untuk itu, Kementerian Agama melakukan

penyesuaiana dengan pemotongan 20 persen dengan meningkatkan

pelayanan serta memprioritas jamaah usia lanjut untuk berangkat lebih

dulu.

Page 85: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

69

Tabel 4.1 Dampak Kebijakan Pengurangan Kuota Tahun 2013

Semula Menjadi

Haji reguler 194.000 155.200

Haji khusus 17.000 13.800

Kloter 484 387

Maktab 72 48

Petugas nonkloter 836 736

Sumber: PPIH 2013 yang dikutip pada Laporan Hasil Pengawasan Penyelenggaraan

Ibadah Haji Tahun 2013

Kebijakan baru di Arab Saudi dalam penyelenggaraan ibadah haji

tahun 2013 yang terkait maupun tidak terkait dengan pemotongan kuota 20

persen jemaah haji adalah:

1) Penomoran maktab oleh Muassasah tetap menggunakan angka 1

hingga 72, tapi tidak berurutan. Dengan demikian, terjadi perubahan

beberapa nomor maktab hasil undian (qur’ah).

2) Perubahan kebijakan mengenai kendaraan operasional haji.

3) Peningkatan pelayanan katering (nilai, kualitas, pelayanan dan boks

Armina).

4) Tambahan kepulangan slot Madinah (Medan).

5) Larangan transit di Jeddah (secara gradual).

6) Jarak maksimal pemondokan di Mekkah 2.750 meter dan Madinah

650 meter.

Page 86: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

70

7) Layanan kantor sektor, termasuk kesehatan, melekat di pemondokan

Madinah.

8) Upgrading transportasi Shalawat dan antarkota perhajian.

9) Sektor Khusus di sekitar Masjidil Haram.

10) Himbauan untuk pencegahan penyakit virus Corona.2

Mulai tahun 2015 Pemerintah Arab Saudi menerapkan sistem e-hajj

secara penuh. Melalui sistem e-hajj in setiap jamaah haji mendapat

informasi lebih awal/sebelum tiba di Arab Saudi tentang pelayanan paket

seperti penginapan, transportasi dan pelayanan katering. Pihak otoritas dapat

memantau dan menindaklanjuti apakah pelayanan yang diberikan sesuai

dengan yang tertera di dalam dokumen visa melalui sistem yang

terintegrasi. Dengan sistem ini, diharapkan penyimpangan pelayanan tidak

terjadi dan pelayanan diberikan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang

berlaku.

Penerapan sistem e-hajj akan berpengaruh pada penyesuaian

kebijakan penyelenggaraan ibadah haji pada tahun ini. Dokumen jamaah

(paspor) harus disiapkan lebih awal (Rabiul Awal) sehingga permintaan

input data jamaah ke dalam sistem e-hajj bisa dipenuhi; pelayanan

akomodasi jamaah haji di Madinah dengan sistem sewa satu musim atau

sewa pada tanggal tertentu dengan syarat jadual kedatangan jamaah sudah

pasti; pelayanan konsumsi jamaah diberikan di Madinah, Makkah dan

Armina; sistem pengadaan pelayanan (akomodasi, konsumsi dan

2 Laporan Hasil Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1434 H / 2013 M Komisi

Pengawas Haji Indonesia, h.6-9, BAB II.

Page 87: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

71

transportasi) dan pembayaran melalui jalur elektronik (e-punchrasing e-

payment).

2. Melakukan sidak dan mendatangi Panitia PPIH sesuai dengan kapasitas

masing-masing.3

Sidak ini dilakukan KPHI untuk mengetahui sejauh mana

rencana penyelenggaraan haji pada tahun 2013 yang akan dilaksanakan

dan seperti apa. Sidak yang dilakukan KPHI kepada PPIH ini dilakukan

pada PPIH di Tanah Air maupun PPIH di Arab Saudi dengan cara

menggali dengan pertanyaan-pertanyan untuk mengetahui perencanaan-

perencanaan seperti apa yang akan dilakukan dalam penyelenggaraan

haji pada tahun berjalan pada kapasitasnya masing-masing, seperti pada

akomodasi, konsumsi, transportasi, kesehatan, perlindungan jamaah,

organisasi-organisasi haji bahkan sidak ini pun dilakukan pada

penyelenggara haji khusus. Pada umumnya perencanaan haji setiap

tahunnya dalam segi operasional sama seperti tahun-tahun sebelumnya

karena perencanaan ini mengacu pada kebijakan penyelenggaraan tahun

berjalan.4

3. Pembuktian di lapangan

Inilah inti dari pengawasan yakni menyesuaikan kegiatan

penyelenggaraan dengan standar dan perencanaan yang sudah dilakukan

(pembuktian lapangan). Dalam pengawasan KPHI, kegiatan ini

3 Wawancara pribadi dengan Syamsul Ma’arif (Komisioner KPHI) pada 27 Agustus 2015 pukul 13:00-15:00 WIB di Kantor KPHI.

4 Ibid.

Page 88: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

72

merupakan proses sinkronisasi antara peraturan yang berlaku beserta

kebijakan-kebijakannya dengan penyelenggaraan yang terjadi. Dengan

peraturan itu, komisioner pengawas dapat melakukan verifikasi terhadap

daftar program perjalanan para penyelenggara haji yang nantinya

digunakan sebagai instrument pengawasan. Proses verifikasi ini untuk

mengetahui apakah pelayanan dan penyelenggaraan ibadah haji

menyimpang atau tidak dengan standar atau sesuai atau tidak dengan

daftar program pnyelenggaraan Ditjen PHU dan PIHK.

Pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 1434H/2013, KPHI

melakukan serangkaian pengawasan sejak pemberangkatan dan

pemulangan jemaah haji di Tanah Air dan operasional penyelenggaraan

di Arab Saudi. Dari monitoring dan pengawasan yang dilakukan sejak

September hingga November 2013, KPHI menemukan sejumlah masalah

yang terkait organisasi, tata kerja dan petugas, bimbingan ibadah,

pelayanan transportasi, pelayanan pemondokan, pelayanan konsumsi,

pelayanan kesehatan, perlindungan dan pengamanan jemaah,

penyelenggaraan ibadah haji khusus, dan beberapa hasil temuan lainnya.

Dampak dari permasalahan tersebut telah dianalisis dan dilengkapi

dengan rekomendasi dan saran langkah yang akan terus dipantau oleh

KPHI. Informasi dan hasil analisis diuraikan secara detail dalam

“Laporan Hasil Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun

1434H/2013” yang terdiri atas lima bab. Khusus analisis hasil

pengawasan dari berbagai lembaga pengawas dan masyarakat akan

disajikan dalam laporan terpisah.

Page 89: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

73

a. Secara umum, organisasi dan tata kerja PPIH dapat berjalan, namun

masih terdapat beberapa kendala. Misalnya, organisasi PPIH

embarkasi dan di Arab Saudi belum optimal, pemahaman terhadap

SOP dan kinerja petugas belum maksimal. Selain itu, terdapat

jabatan di TUH yang tumpang tindih (inefisiensi), petugas yang

beban tugasnya melebihi kapasitas jabatan aslinya, jumlah petugas di

sebagian unsur PPIH ti dak seimbang dengan beban tugasnya, mutasi

petugas yang belum diikuti dengan SOP yang jelas, perekrutan

tenaga musiman (mukimin dan mahasiswa Timur Tengah) yang

perlu penajaman aspek integritas dan kompetensinya.

b. Bimbingan ibadah haji merupakan hal yang paling penting dalam

proses penyelenggaraan ibadah haji. Sementara Pemerintah masih

memprioritaskan aspek pelayanan yang bersifat material, yaitu

pelayanan akomodasi, transportasi, dan konsumsi. Jumlah pelatihan

bimbingan ibadah masih kurang, sehingga bekal pemahaman

manasik jemaah masih kurang. Ketidaksempurnaan bimbingan haji

ini telah menyebabkan banyak kasus seperti jemaah tersesat saat

tawaf dan sa’i karena mengandalkan pembimbing ibadah dalam

menjalankan syarat rukun dan wajib haji. Kebingungan membayar

dam, perbedaan paham tentang Mina Jadid, pelaksanaan ritual

Tarwiyah, serta kasus-kasus lain yang mengindikasikan jemaah ti

dak mandiri dalam beribadah.

c. Transportasi merupakan salah satu tonggak penyangga yang besar

pengaruhnya terhadap sukses dan lancarnya penyelenggaraan ibadah

Page 90: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

74

haji. Kursi kosong pesawat pada fase pemberangkatan dan

pemulangan masih banyak yang mengindikasikan inefi siensi dan

kontradiksi dengan daftar tunggu jemaah untuk bisa berangkat haji

yang hingga saat ini ada yang mencapai lebih dari 15 tahun. Di sisi

lain, masih terdapat keterlambatan penerbangan karena masalah

operasional. Pada saat pemulangan masih banyak jemaah yang tidak

mentaati peraturan yang telah ditetapkan terkait berat bagasi dan isi

bagasi. Untuk angkutan darat di Arab Saudi, PPIH kurang dapat

memilih bus maupun sopir bus karena kontrak dengan Naqabah

kurang detail. Bus untuk angkutan Salawat masih terdapat

keterlambatan dan penumpukan jemaah di terminal setelah salat

Isya.

d. Dalam hal pemondokan untuk jemaah, kasus lama terus terulang.

Kekisruhan penempatan jemaah dalam pemondokan, baik di

Madinah maupun di Makkah, selalu menjadi ti ti k lemah. Jarak jauh

dan dekat kini menjadi relati f, lokasi sulit ditemukan, serta

kondisi/kualitas bangunan pemondokan yang kurang memadai, juga

menjadi kendala. Faktor negosiasi dan kontrak dengan Muassasah

dan Majmu’ah menjadi hal yang harus diperbaiki segera. Masalah

pemondokan harus dievaluasi dan diaudit secara ketat agar rumah

atau hotel yang disewa untuk pemondokan jemaah haji Indonesia

lebih berkualitas dan nyaman serta ti dak hanya mengandalkan dekat

masjid, tapi minim fasilitas.

Page 91: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

75

e. Persoalan yang mengemuka dalam pelayanan konsumsi adalah

masih ditemukan kurang memadainya pelayanan katering. Terkait

dengan waktu distribusi konsumsi yang kadang ti dak sesuai dengan

jadwal makan bagi jemaah haji Indonesia, ketidaksesuaian atau

berkurangnya menu konsumsi yang diadakan oleh katering, makanan

kedaluwarsa, dan kurangnya pengawasan terhadap perusahaan

katering. Pilihan nasi boks untuk mengganti kan prasmanan di

Armina masih ada kendala dalam distribusi.

f. Kondisi kesehatan jemaah haji sangat menentukan kelancaran

pelaksanaan ibadah selama di Tanah Suci. Lama masa aktivitas yang

relatif panjang 41 hari membuat kondisi fisik jemaah secara perlahan

bisa semakin menurun. Ditemukan banyak faktor yang berhubungan

langsung maupun tidak langsung dan dapat mempengaruhi kesehatan

setiap jemaah, yakni pemeriksaan kesehatan jemaah di Tanah Air

belum sungguh-sungguh, tempat dan ruang pelayanan kesehatan

kloter di Makkah dan Madinah belum memadai, nutrisi jemaah di

Armina dan Madinah kurang dikontrol ketercukupan gizinya,

aktivitas jemaah yang kurang terkontrol dan melampaui kemampuan

fisik jemaah ketika di Makkah.

g. Perlindungan dan keamanan jemaah haji Indonesia ketika di Saudi

Arabia merupakan tugas dan tanggung jawab bersama antara

Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Realitanya masih banyak aspek-aspek dari perlindungan dan

keamanan jemaah haji yang kurang ditangani dengan baik oleh

Page 92: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

76

pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Persoalan perlindungan jemaah

haji Indonesia mulai muncul di saat kedatangan di bandara Arab

Saudi dan proses pelayanan kedatangan jemaah di pemondokan.

Jumlah petugas yang kurang di titik-titik rawan kriminalitas dan

berpotensi membingungkan, berdampak pada terjadinya banyak

jemaah yang tersesat jalan dan kehilangan uang serta barang

berharga lainnya. Selain itu, kurang maksimalnya pengendalian

operasional Armina. Pengendalian PIHK sulit dilakukan karena

jumlah petugas di lapangan terbatas. Meskipun sudah membayar

lebih mahal, jemaah haji khusus ada yang mendapatkan pelayanan

(akomodasi dan konsumsi) tidak sesuai yang dijanjikan. Seperti

tahun sebelumnya, masih ada jemaah haji nonkuota yang tidak bisa

berangkat ke Arab Saudi atau dikembalikan ke tanah air.

h. Pengendalian PIHK sulit dilakukan karena jumlah petugas di

lapangan terbatas. Meskipun sudah membayar lebih mahal, jamaah

haji khusus ada yang mendapatkan pelayanan (akomodasi dan

konsumsi) tidak sesuai yang dijanjikan. Seperti tahun haji

sebelumnya masih ada jamaah nonkuota yang tidak bisa berangkat

ke Arab Saudi dan dikembalikan ke Tanah Air.5

5 Laporan Hasil Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1434 H / 2013 M

Komisi Pengawas Haji Indonesia, h.ix-xi.

Page 93: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

77

B. Rekomendasi KPHI Pengawasan Haji Tahun 2013

Setelah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap

penyelenggaraan ibadah haji serta menganalisis kebijakan operasional

penyelenggaraan ibadah haji guna peningkatan kualitas penyelenggaraan

ibadah haji, Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) berpendapat bahwa

penyelenggaraan ibadah haji Indonesia tahun 2013 dengan adanya

pengurangan kuota jemaah haji 20 persen berpengaruh signifikan

terhadap pelayanan jemaah sehingga hasilnya lebih baik dari tahun lalu.

Namun, masih ditemukan permasalahan yang memerlukan pembenahan

dengan sungguh-sungguh di masa depan. Untuk itu, KPHI

merekomendasikan kepada Presiden beberapa hal berikut.

1. Organisasi, Tata Kerja, dan Petugas

Pengorganisasian PPIH Arab Saudi dirasakan kurang

menerapkan prinsip efektif dan efisien, sehingga kinerja petugas

kurang optimal. Untuk itu, perlu penataan pengorganisasian PPIH

Arab Saudi dan rekruitmen petugas yang lebih profesional dan

transparan disertai standarisasi honor petugas tenaga musiman

(Temus) yang tersosialisasikan dengan baik sejak awal rekruitmen

2. Bimbingan Ibadah

Bimbingan ibadah haji merupakan inti keberhasilan

penyelenggaraan ibadah haji. Untuk itu, penyelenggara ibadah haji

harus meningkatkan bimbingan manasik dengan menambah jumlah

bimbingan manasik, kelengkapan sarana visualisasi bimbingan ibadah,

Page 94: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

78

menambah biaya/anggaran manasik, menyiapkan pembimbing ibadah

tersertifikasi dan memberikan buku pedoman manasik lebih awal.

3. Pelayanan Transportasi

Transportasi udara dari dan ke Arab Saudi di masa depan perlu

mempertimbangkan penggunaan perusahaan penerbangan lainnya

dengan prinsip keterbukaan dan kompetisi. Dalam kontrak pelayanan

transportasi darat, perlu dibuat perjanjian lebih detail dengan sanksi

yang tegas kepada Naqabah di Arab Saudi.

4. Pelayanan Akomodasi

Jarak jauh atau dekat antara rumah pemondokan jemaah dengan

Masjidil Haram sudah tidak relevan menjadi pertimbangan dalam

penyewaan pemondokan/rumah. Dalam menyewa pemondokan,

penyelenggara haji agar lebih memperti mbangkan aspek

kenyamanan, keamanan, dan kemudahan akses rumah/pemondokan ke

Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

5. Pelayanan Konsumsi

PPIH Arab Saudi agar mewajibkan perusahaan katering di tiap

pemondokan/kemah untuk mencantumkan secara jelas menu dan

waktu penyajian (kualitas, rasa, keamanan dan ketepatan penyediaan

katering). Untuk mengatasi penurunan ketahanan fisik jemaah akibat

kurangnya asupan kalori selama di Mekah perlu langkah

penyeragaman pemberian makan bagi jemaah selama di Mekah

(minimal sehari sekali).

6. Pelayanan Kesehatan

Page 95: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

79

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji perlu dijadikan satu

kesatuan sistem yang tercatat dan online secara nasional (termasuk

rekam medik) dengan didukung pelayanan kesehatan haji yang

akuntabel dan profesional. Aspek kesehatan jemaah calon haji agar

dijadikan sebagai salah satu unsur perti mbangan bagi keberangkatan

jemaah (isti tha’ah).

7. Perlindungan dan Keamanan Jemaah

Perlindungan dan keamanan jemaah haji Indonesia merupakan

salah satu kebutuhan dasar yang harus dijamin oleh pemerintah. Untuk

itu, pelayanan perlindungan dan keamanan jemaah haji Indonesia

selama di Arab Saudi wajib dipenuhi secara optimal dengan

meningkatkan kualitas dan kuantitas petugas yang memadai serta

koordinasi yang intens dengan Pemerintah Arab Saudi.

8. Penyelenggara Ibadah Haji Khusus

Untuk memenuhi standar pelayanan PIHK yang telah ditetapkan

oleh Ditjen PHU perlu penataan terhadap PIHK agar dapat

memberikan pelayanan yang baik kepada jemaah haji khusus. PIHK

yang belum terdaftar di Kemenag dan ternyata melayani

pemberangkatan jemaah haji khusus wajib ditindak secara tegas.6

6 Laporan Hasil Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1434 H / 2013 M

Komisi Pengawas Haji Indonesia, h. iv.2 – iv.3.

Page 96: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

80

C. Perbaikan-Perbaikan yang Sudah Dilakukan dari Hasil Pengawasan

KPHI

Setelah rekomendasi tersebut sampai pada presiden, tindakan

selanjutnya dari pemerintah adalah tindakan perbaikan, revisis standar dan

tidak melakukan apa-apa. Kebijakan tidak lepas dari teori yang tertera

dalam buku Pengantar Manajemen karya Ismail Solihin, yang

menyatakan bahwa tindakan dalam manajerial perusahaan apabila terjadi

penyimpangan adalah tindakan perbaikan, revisi standar dan tidak

melakukan apa-apa.7

Secara singkat dari 2013 sampai 2015 hasil-hasil pengawasan

yang sudah dilaksanakan oleh KPHI (komisioner) ada beberapa

rekomendasi yang sudah ditindaklanjuti. Dalam artian ada rekomendasi

yang menjadi catatan KPHI direspon positif karena dalam pengawasan

KPHI selama ini, KPHI tidak semata-mata melakukan pengawasan tetapi

melihat bagaimana penyelenggaraan ibadah haji berjalan sesuai dengan

regulasi yang berlaku, kebijakan di Tanah Air maupun kebijakan di Arab

Saudi.

Beberapa rekomendasi yang sudah dilaksanakan: Pertama, terkait

dengan petugas yang ditugaskan untuk menjadi PPIH Arab Saudi,

rekomendasinya agar petugas dapat lebih berkonsentrasi terhadap

pelayanan jamaah, maka bagi petugas haji maupun petugas PPIH yang

sudah berhaji maka mulai tahun 2014 tidak diperkenankan dan sangat

disarankan untuk tidak berhaji melihat realisasinya di lapangan. Kedua,

7 Ismail Solihin, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), h. 195.

Page 97: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

81

untuk di Makkah karena selama ini yang diberikan kepada jamaah adalah

uang living cost untuk sehari-hari di sana, memang belum sama seperti di

Madinah yang diberikan makan dua kali sehari, maka mulai tahun ini

disarankan jamaah haji diberi makan satu kali di Makkah. Ini tidak

menutup kemungkinan ke depan akan disamakan dengan Madinah atau

tidak maka itu dalam perkembangan selanjutnya.8

Rekomendasi tersebut ada yang ditindaklanjuti dan ada yang

tidak. Pernah KPHI pernah merekomendasikan agar pembayaran DAM

Tamattu itu dikoordinir oleh pemerintah yang bekerjasama dengan

lembaga-lembaga tertentu yaitu seperti Islamic Development Bank (IDB)

agar hasil dari sembelih hewan dam dapat dikirim ke Indonesia, namun

sampai sekarang hal tersebut masih belum ditindaklanjuti.9

8 Wawancara langsung dengan Arif Nurrawi (Kepala Sekretariat KPHI) pada 2 September

2015 di Kantor KPHI. 9 Wawancara langsung dengan Syamsul Ma’arif (Komisioner KPHI) pada 27 Agustus 2015

pukul 13:00-15:00 di Kantor KPHI.

Page 98: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh KPHI yaitu yang pertama

adalah membuat instrumen pengawasan atau penetapan ukuran standar,

kedua melakukan sidak dan mendatangi panitia PPIH sesuai dengan

kapasitasnya masing-masing untuk menanyakan sejauh mana

perencaaan-perencanaan yang dilakukan oleh PPIH, dan yang ketiga

adalah pembuktian di lapangan dimana sebuah proses verifikasi untuk

mengetahui apakah pelayanan dan penyelenggaraan ibadah haji

menyimpang atau tidak dengan standar atau sesuai atau tidak dengan

daftar program penyelenggaraan yang sudah direncanakan sebelumnya.

2. Rekomendasi yang diajukan KPHI setelah dilakukannya pengawasan

pada tahun 2013 sudah menyeluruh yaitu diantaranya dari aspek

pengorganisasian, bimbingan ibadah, transportasi, pemondokan,

katering, kesehatan, perlindungan dan keamanan jamaah serta tindakan

bagi PIHK nakal. Semua aspek tersebut sudah KPHI tuangkan dalam

laporan hasil pengawasan haji pada tahun 2013 kepada presiden guna

perbaikan penyelenggaraan haji ke depannya.

3. Perbaikan-perbaikan yang sudah dilakukan setelah adanya KPHI dalam

mengawasi penyelengaraan haji yaitu secara singkat dari 2013 sampai

2015 hasil-hasil pengawasan yang sudah dilaksanakan oleh KPHI ada

beberapa rekomendasi yang sudah ditindaklanjuti. Beberapa

rekomendasi yang sudah dilaksanakan: Pertama, terkait denga petugas

Page 99: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

83

yang ditugaskan untuk menjadi PPIH Arab Saudi, rekomendasinya agar

petugas dapat lebih berkonsentrasi terhadap pelayanan jamaah, maka

bagi petugas haji maupun petugas PPIH yang sudah berhaji maka mulai

tahun 2014 tidak diperkenankan dan sangat disarankan untuk tidak

berhaji melihat realisasinya di lapangan. Kedua, untuk di Makkah

karena selama ini yang diberikan kepada jamaah adalah uang living cost

untuk sehari-hari di sana, memang belum sama seperti di Madinah yang

diberikan makan dua kali sehari, maka mulai tahun ini disarankan

jamaah haji diberi makan satu kali di Makkah.

Page 100: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

84

B. Saran

Untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja Komisi Pengawas

Haji Indonesia (KPHI) dalam melakukan pengawasan, maka saran penulis

antara lain:

1. Untuk KPHI, perlunya sosialisasi yang lebih luas mengenai keberadaan

KPHI kepada masyarakat. Semakin banyak masyarakat yang

mengetahui keberadaan KPHI maka akan semakin akurat segala

informasi yang didapat karena sumber informasi pengawasan akan

bertambah. Masyarakat pun akan merasa mempunyai wadah untuk

memberikan pengaduan ketika ada permasalahan haji yang

menyimpang.

2. Kepada pemerintah untuk memberikan dana yang sudah seharusnya

menjadi anggaran untuk KPHI dalam menjalankan tugasnya serta untuk

membuat satuan kerja tersendiri untuk KPHI karena jika dilihat saat ini

yang posisi KPHI masih menempel pada PHU dalam segi

kesekretariatan, fasilitas dan staff maka ini akan mengindikasikan

bahwa KPHI belum independen.

3. Memberikan kepercayaan terhadap KPHI dalam menanggapi berbagai

persoalan dan masukan-masukan mengenai perhajian di Indonesia. Juga

memberikan perhatian yang lebih bagi KPHI demi terciptanya kinerja

yang maksimal.

Page 101: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

85

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Jusuf. Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, Bandung; Alumni. 2008.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bulan Bintang. 2003.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. 1996.

Basyuni, Muhammad M, Reformasi Manajemen Haji. Jakarta: FDK PRESS, 2008.

Fahmi, Irham. Manajemen (Teori, Kasus dan Solusi). Bandung; ALFABETA. 2012.

Handoko, T Tani. Manajemen. Cetakan ke-2. Yogyakarta: BPFE. 2014.

Hamzah dan Lamatenggo, Nina. Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012.

Iman, Indra dan Siswandi. Aplikasi Manajemen Perusahaan (Analisis Kasus dan Pemecahannya). Edisi 2. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media. 2009.

Kadarman, A M. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1996.

Lubis, Ibrahim. Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1985.

Manullang, M. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1996.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.

Musfiraz-Zahrani, Nashir Ibn. Indahnya Ibadah Haji. Jakarta: Qisthi Press. 2007.

Nawawi, Hadari. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2005.

Nidjam, Achmad. Hanan, Alatief. Manajemen Haji, Jakarta: Media Cita, 2006.

Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003.

Page 102: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

86

Siagian, Dergibson dan Sugiarto. Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi.. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000.

Siagian. Sondang P. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2007.

Simbolon, Maringin Masry. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004.

Solihin, Ismail. Pengantar Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA. 2008.

Sule, Erni Tisnawati dan Saefullah. Kurniawan. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2005.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : CV Rajawali. 1993.

Usman, Husaini dan Setiady, Purnomo Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2003.

Sumber Lain:

Buletin KPHI (Media Komunikasi & Informasi). Jakarta: Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI). Edisi 1 dan Edisi 2. 2014.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka. 2007.

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji & Umrah. Haji dari Masa ke Masa, Jakarta: Dirjen PHU. 2012.

Kementerian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji & Umrah. Intisari Langkah-Langkah Pembenahan Haji. Jakarta: Dirjen PHU. 2010.

Laporan Hasil Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1434 H / 2013 Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI).

Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2010 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Komisi Pengawas Haji Indonesia.

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pengawas Haji Indonesia.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Page 103: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

87

Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Ahmed Machfud, MMC. MPA. Jakarta 26 Juni 2015 di Kantor KPHI.

Wawancara Pribadi dengan Dr. H. Syamsul Ma’arif, MA Jakarta 27 Agustus 2015 di Kantor KPHI.

Wawancara Pribadi dengan H. Arif Nurrawi. Jakarta 2 September 2015 di Kantor KPHI.

Internet:

antaranews.com,, “Kinerja Komisi Pengawas Haji Indonesia Dinilai Belum Maksimal”, diakses pada 17 Desember 2014 pukul 21:48 WIB.

hamline.edu diakses pada 19 Agustus 2015 Pukul 17:38 WIB

islampos.com Juwani. Jazuli. Lima Masalah Haji di Indonesia Menurut Jazuli Juwani, diakses pada 17 Desember 2014 Pukul 22:11 WIB.

jurnalhaji.com, Suroso Kabag Tata Usaha Kanwil Kemenag Prov. Jateng “Sertifikasi Pembimbing Ibadah Haji Menuju Petugas Haji Yang Berkualitas”. Artikel diakses pada 15 September 2014.

www.rasio.wordpress.com diakses pada 19 Agustus 2015 Pukul 17:38 WIB.

tribunnews.com, “SBY Terbitkan Perpres Komisi Pengawas Haji Indonesia”. diakses pada 17 Desember 2014 pukul 22:00 WIB.

Page 104: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif
Page 105: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif
Page 106: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif
Page 107: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif
Page 108: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

WAWANCARA TAHAP PERTAMA

Narasumber : Drs. H Ahmed Machfud, MMC. MPA.

Jabatan : Komisioner KPHI

Tanggal : 26 Juni 2015

Lokasi : Kantor KPHI

Waktu : 11:00-12:00 dan 13:00-15:00 WIB

1. Apa saja yang perlu diawasi oleh KPHI?

Seluruh aspek dalam perhajian

2. Yang diawasi haji regular saja atau sekaligus haji khusus?

Semuanya diawasi oleh KPHI

3. Apakah haji regular mempunyai Standar Pelayanan Minimum (SPM)

seperti halnya haji khusus?

Iya, haji regular juga mempunyai standar-standar pelayanan, standar

secara keseluruhan merupkan pada kepuasan jamaah. Jadi jika dibaca dari

UU No. 13 Tahun 2008 bahwa KPHI dalam perhajian ini adalah

bagaimana memberikan saran dan rekomendasi untuk meningkatkan

layanan ibadah haji. Sebagai contoh, tahun 2013 ada hotel yang menurut

kami tidak layak karena levelnya satu dan listriknya sering mati padahal

jamaah harus dipenuhi segala haknya untuk melancarkan ibadah haji,

itukan tidak memungkinkan untuk dihuni terlebih kapasitas hotel tersebut

kecil, hal tersebut oleh KPHI diawasi dan diberikan rekomendasi untuk ke

depannya bahwa hotel ini tidak boleh untuk dipergunakan lagi, seperti itu.

4. Bagaimana saja untuk tahapan-tahapan pengawasan KPHI?

Kami melihat dulu dari kebijakannya seperti apa, jika tidak ada kebijakan

maka kami tidak bisa mengawasi. Misal kebijakan tertulisnya adalah yang

penting jamaah haji sampai di Arab dan bisa pulang ke Indonesia lagi atau

seperti itu? Sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Dirjen

Haji mengenai petugas, hotel, transportasi, konsumsi bahkan sudah

ditetapkan standar pelayanannya seperti apa.

Page 109: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

5. Lalu standar-standar haji regular itu seperti apa saja Pak?

a. Segi kebijakan umum : Orang yang sudah membayar BPIH bisa

diberangkatkan dan bisa dipulangkan dan ketika di sana berhak

mendapat akomodasi, konsumsi, bimbingan dsb yang layak

b. Standar akomodasi : Sesuai dengan aturan sistem informasi haji di

Arab Saudi bahwa 1 orang menempati sekitar 4m, artinya jika ada

suatu ruangan ditempati oleh berpuluh-puluh orang (tidak sesuai

dengan standar) maka itu tidak boleh. Masalah rumahnya bagaimana

dan seperti apa itu bukan masalah karena sekarang terdapat banyak

rumah seperti layaknya apartemen, ada yang bentuknya hotel, ada

yang mereka namakan perumahan namun bukan perumahan biasa

karena sekarang perumahan itu banyak yang versinya seperti bangunan

bertingkat dan ada liftnya. Semuanya tergantung dari bagaimana

penawarannya.

c. Standar jarak : Jika dahulu standar jarak antara penginapan ke Masjidil

Haram sekitar 2km, sekarang semenjak tahun 2013 tidak ada lagi

standar jarak, kenapa? Karena semua jamaah haji regular diberikan

fasilitas transportasi untuk menuju Masjidil Haram dan pulang ke

pemondokan. Transportasi ini ada selama 24 jam untuk mengangkut

semua jamaah Indonesia, bis ini diberi nama Bis Sholawat. Bis

Sholawat akan berhenti pada setiap penginapan yang ada bendera

merah-putihnya yang menandakan sebagai penginapan orang-orang

Indonesia. Bis tersebut akan terbuka pintunya pada setiap

pemberhentian baik ada yang menaiki ataupun tidak. Dan akan tertutup

kembali secara otomatis (tanpa gedoran). Sebenarnya segalanya

dipermudah dan kami buat senyaman mungkin, misalnya pada tahun

2014 bis yang mengangkut para jamaah didesain supaya ibu-ibu yang

memakai kain dapat melangkah tangga bis dengan leluasa.

d. Standar Katering : Katering kita menggunakan box karena lebih

mudah membagikannya dan tidak repot harus antri sampai panjang.

Madinah, Arafah dan Mina seperti itu. Konsumsi parasmanan

diberikan hanya kepada para pejabat-pejabat seperti Panitia PPIH.

Page 110: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

e. Standar Pembinaan : Dahulu pembinaan dilakukan 7 kali di KUA dan

3 kali di Kantor Kementerian agama di Kota/Kabupaten, sekarang

sudah mungkred dananya untuk mengatasi ini dan sekarang 6 kali di

KUA dan 2 kali di Kantor Kementerian agama di Kota/Kabupaten.

Sayangya jatah dana kita untuk pembinaan itu begitu kecil dan

menurut pengakuan para jamaah, KBIH cenderung melarang

jamaahnya untuk mengikuti pembinaan di KUA karena ini merupakan

perbedaan saiangan antara fasilitator dan competitor. Bahkan

sebenarnya harusnya menurut para ulama, jamaah haji ini harus sudah

mendapat pembinaan haji sejak lunas membayar BPIH.

f. Standar Perlindungan : Memang betul PPIH betul-betul melindungi

jamaah-jamaah yang bermasalah misalnya jamaah hilang, jamaah

kecopetan, jamaah yang dirampok dsb, hal-hal ini akan dilindungi

layaknya hak sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), misalnya

jamaah tersebut hilang maka jamaah tersebut akan dicari dan

dikembalikan ke tempat asalnya, jamaah yang sakit maka jamaah

tersebut akan dibawa ke rumah sakit dan jikalau jamaah itu meninggal

maka jamaah tersebut akan diurusi oleh maktab, dan segala

administrasi penggantiannya akan dapat diklaim.

6. Tahapan-tahapan pengawasannya seperti apa?

Dengan kondisi yang ada, kami mempunyai 3 macam pengawasan:

a. Pengawasan perencanaan penyelenggaraan ibadah haji

b. Pengawasan persiapan ibadah haji

c. Pengawasan pelaksanaan ibadah haji

7. Pembagian petugas KPHI sendiri bagaimana untuk mengawasi jalannya

ibadah haji?

Sekarang ini ada 9 komisioner, masing-masing ditugaskan satu bidang

tertentu yang mengawasi di dalam maupun di luar negeri misalkan saja:

a. Saya bagian perumahan (dari departemen agama), aspek-aspek yang

ada dalam perumahan adalah seperti asrama haji dan penginapan di

Arab Saudi, yang mengawasi aspek perumahan ini bersama-sama

namun leading sektornya dan yang membuat laporannya adalah saya

Page 111: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

yang berarti saya harus lebih banyak memahami mengenai perumahan.

Hal-hal yang diawasi seperti: kamar yang terlalu sempit, tempat tidur

yang sudah tidak layak

g. Ada yang bagian transportasi (dari departemen perhubungan), hal-hal

yang diawasi seperti: transportasi dari embarkasi ke bandara, apakah

selalu tepat waktu atau tidak (on time performance) dan berapa waktu

yang sudah terbuang, transportasi di luar negeri terutama bagaimana

untuk mengangkut jamaah dari Madinah ke Mekkah, Mekkah ke

Jeddah dan juga bis sholawat, bis-bis ini dinilai dari keluhan atau

komentar-komentar para jamaah, dari segi kenyamanannya bejubel

atau tidak, dari sopirnya dinilai komunikatif atau tidak, dsb. Saya

pernah mengawasi aspek transportasi ini dengan ikut naik bis sholawat

dari jam 10 sampai jam 1, saya diam di sana dan ternyata ada kasus

ketika jamaah ingin berhenti dan terjadi kurangnya sopir yang

komunikatif, ketika masalah bahasa yang membuat tidak sefaham.

Kondisi seperti ini kami usulkan supaya sopirnya diganti dan usulan

untuk dalam bimbingan agar diberikan juga pengetahuan-pengetahuan

dasar berbahasa.

h. Kesehatan (dari departemen kesehatan),

i. Katering, kami mengecek dari mulai segi kehigienisan, ragam menu,

masakan dan chef Indonesia atau bukan, meal test yang dicoba layak

atau tidak, Katering ini dipilih berdasarkan tender, diukur seberapa

mampu mereka melayani jamaah kita, ada yang mampu 5 ribu orang,

ada yang mampu 17 ribu dan itu beragam.

j. Peribadatan, mengawasi bagaimana jalannya peribadatan ibadah haji

termasuk mengawasi pembimbing-pembimbing yang mengawasi

dalam membimbing jamaah haji di sana (TPIHI), mengawasi seperti

hal-hal memakai kain ihram sudah benar atau tidak, sudah thawaf

tujuh putaran atau belum,

k. Haji khusus, mengawasi pada jalannya pelaksanaan ibadah haji pada

biro perjalanan haji khusus. Ketika ada travel nakal maka akan kami

buat catatan pada buku hitam agar masauk pada daftar-daftar masukan

Page 112: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

agar travel itu dapat diberikan sanksi yang layak. Ketika Presiden

sudah mengijinkan maka hal ini akan diurus lebih lanjut oleh

kementerian.

l. Perlindungan jamaah, misalnya ketika ada orang yang ditipu itu harus

kami bantu, ketika ada jamaah yang kehilangan uang itu harus

bagaimana.Pada tahun 2000 saya pernah diwawancarai oleh reporter

TVRI di Madinah “Pak apakah benar orang pelit ketika berhaji maka

uangnya akan hilang?”. Ada sebagian masyarakat berargumen bahwa

jika seseorang ketika di tanah air pelit maka ketika naik haji akan

kehilangan uang, hal-hal mitos tersebut bisa saja terjadi karena agar

dia tau kepelitan dia itu, bisa juga tidak karena ketika kita melihat

orang Malaysia naik haji dia tidak akan kehilangan uang karena

mereka tidak membawa uang (menggunakan ATM). Hal-hal seperti ini

(menggunakan fasilitas ATM ketika naik haji) sudah pernah saya

usulkan pada tahun 2013 ke Pak Dirjen namun belum dapat terealisasi

sampai sekarang oleh pemerintah karena beragam macam perbedaan

pendapat.

m. Organisasi, misalnya mengawasi-mengawasi seperti Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia dan PPIH Arab Saudi

(Daker Jeddah, Daker Makkah dan Madinah)

8. KPHI sendiri memiliki kegiatan-kegiatan apa saja?

a. Rapat 1 minggu sekali (sesuai kebutuhan)

b. Pertemuan dengan steak holder ketika ada saran-saran maka akan kami

tampung, acara pertemuan ini diagendakan karena membutuhkan dana

yang besar dan ini merupakan pertemuan besar. Ada sekitar seratus

orang yang hadir yang akan memberikan komentar, saran dan sharing-

sharing mengenai perjalanan bagaimana peningkatan kualitas

perjalanann ibadah haji yang lebih baik. Jangka waktu pertemuan ini

dilakukan selama 1 tahun sekali dan disesuaikan sesuai dengan

anggaran yang diberikan.

Page 113: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif
Page 114: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

WAWANCARA TAHAP KEDUA

Narasumber : Dr. H Syamsul Ma’arif, MA

Jabatan : Anggota Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI)

Tanggal : 27 Agustus 2015

Lokasi : Kantor KPHI

Waktu : 13:00-15:00 WIB

1. Bagaimana langkah-langkah pengawasan KPHI?

a. Membuat instrumen pengawasan. Instrumen ini sudah baku yang

selalu digunakan dari tahun ke tahun kecuali ada penambahan-

penambahan

b. Melakukan sidak dan mendatangi Panitia PPIH sesuai dengan

kapasitas masing-masing (kita gali dan kita tanya perencanaan

yang akan dilakukan)

c. Pembuktian di lapangan

Ada beberapa kali kami melakukan pengawasan untuk

penyelenggaraan ibadah haji.

- Persiapan,

- Operasional

- Evaluasi

Yang sudah kita lakukan adalah persiapan awal. Jadi

melakukan pengawawasan dalam hal kontrak seperti kontrak

akomodasi dengan pemilik rumah maupun dengan transportasi dan

katering. Dokumen juga kami awasi sudah sesuai atau belum. Dokumen

itu biasanya kita tahu ketika sudah ada permasalahan. Jika belum

terjadi, dokumen itu biasa-biasa saja.

2. Pengawasan yang dilakukan bagaimana?

- Persiapan awal

- Pelaksanaan

- Akhir

Page 115: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

Pengawasan-pengawasan ini dilakukan dengan menggunakan

standar-standarnya

3. Objek pengawasan KPHI?

Jadi penyelenggara ibadah haji itu adalah pemerintah oleh Kementeriaan

Agama yang melibatkan kementerian-kementerian yang lainnya seperti

Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perhubungan bahkan

Kementerian Hukum dan HAM juga sebenarnya terlibat untuk masalah

imigrasi. Lalu kami juga melakukan kepada Penyelenggara Ibadah Haji

Khusus, PIHK juga sebenarnya bagian dari satuan kerja Kemenag, namun

PIHK hanya mengatur urusan haji khusus saja.

4. Untuk kasus-kasus PIHK ilegal (tidak berizin) apakah dibawah

pengawasan KPHI juga?

Jika PIHK tersebut terdaftar mendapatkan izin resmi namun tidak

bertindak sebagaimana mestinya (nakal) maka itu termasuk di bawah

pengawasan kami yang selanjutnya akan menjadi catatan KPHI untuk

perbaikan dan peminimalisiran PIHK nakal ke depannya. Namun jika

PIHK tersebut ilegal (tidak berizin) maka kami tidak mempunyai

kewenangan, kami mungkin bisa melaporkan PIHK tersebut, namun itu

adalah tanggung jawab pemerintah karena sudah termasuk penipuan dan

akan diserahkan pada kepolisian.

5. KPHI mengawasi umroh juga atau tidak?

Nomenklatur kami hanya mengawasi bidang haji saja. Namun ke

depannya sedang kami diskusikan apakah pengawasan tersebut melibatkan

umroh juga atau tidak.

6. Kenapa KPHI belum begitu dikenal?

Lembaga ini baru 2 tahun. Kami masih butuh sosialisasi, butuh kerja dan

penyelsaian internal.

7. Para penyelenggara haji apakah mengirimkan laporan-laporan

penyelenggaraan haji atau tidak ke KPHI?

Seharusnya ada tembusan-tembusan. Seperti hal-hal tertentu dalam bidang

keuangan.

Page 116: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

8. Salahsatu tugas dan fungsi KPHI adalah merekomendasikan hal-hal yang

sudah menjadi catatan untuk penyelenggaraan haji pada tahun

berikutnya. Sudah adakah rekomendasi-rekomendasi tersebut yang

ditindaklanjuti oleh pemerintah?

Ya, banyak yang sudah ditindaklanjuti walaupun tidak semuanya.

Misalnya, katakanlah kami pernah merekomendasikan jamaah untuk

diberikan makan di Makkah, tahun ini akan mulai dipraktekan walaupun

hanya sekali. Kemudian perbaikan-perbaikan tentang pelayanan

akomodasi banyak yang sudah ditindaklanjuti. Rekomendasi tersebut ada

yang ditindaklanjuti dan ada yang tidak.

Saya pernah merekomendasikan agar pembayaran DAM Tamattu itu

dikoordinir oleh pemerintah yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga

tertentu, dan itu sampai sekarang masih belum ditindaklanjuti, mudah-

mudahan tahun depan..

9. Faktor penghambat dalam pengawasan selama ini apa saja Pak?

a. Sumber Daya. KPHI merupakan lembaga yang seharusnya mendapatkan

fasilitas yang cukup. Bukan berarti fasilitas pribadi, namun fasilitas

lembaga yang nantinya akan dipergunakan untuk mejalankan tugas-

tugasnya sesuai denga aturan yang berlaku yaitu kepentingan

pengawasan. Itu yang belum sepenuhnya kami miliki, baru sebagian saja.

Misalnya saya sebagai anggota komisi pengawas terkadang menjalankan

tudas merangkap menjadi TU, menjadi tukang ketik dan melayani yang

seestinya bukan urusan saya. Jadi SDMnya masih kurang. Misalnya

KPHI kemarin melakukan pengawasan hanya oleh 9 orang komisioner

dibantu 3 orang staff sementara inspektorat bisa lima kali lipat dari kami.

b. Sarana dan Prasarana

Gedung kesekretariatan kami masih punya kemenag, bahkan

operasionalnya pun masih dibiayai oleh Kemenag. KPHI

belummempunyai satuan kerja (satker) sendiri.

c. Pendanaan

Karena anggarannya terlalu kecil maka kami hanya melakukan

pengawasan sekali sampai dua kali ke Arab Saudi. Padahal pada

Page 117: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif
Page 118: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

WAWANCARA TAHAP KETIGA

Narasumber : H. Arif Nurrawi

Jabatan : Ketua Sekretariat KPHI

Tanggal : 2 September 2015

Lokasi : Kantor KPHI

Waktu : 10:00 – 11:00 WIB

Apa saja rekomendasi KPHI yang sudah direalisasikan?

Sesuai dengan UU No 13 Tahun 2008, proses rekruitmen tahun 2010

kemudian pelantikan para komisioner pada tahun 2013, maka sejak itu KPHI

mulai melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pengawas penyelenggaraan

ibadah haji di Tanah Air mapun di Tanah Suci. Secara singkat dari 2013 sampai

2015 hasil-hasil pengawasan yang sudah dilaksanakan oleh KPHI (komisioner)

ada beberapa rekomendasi yang sudah ditindaklanjuti. Dalam artian ada

rekomendasi yang menjadi catatan KPHI direspon positif karena dalam

pengawasan KPHI selama ini, KPHI tidak semata-mata melakukan pengawasan

tetapi melihat bagaimana penyelenggaraan ibadah haji berjalan sesuai dengan

regulasi yang berlaku, kebijakan di Tanah Air maupun kebijakan di Arab Saudi.

Beberapa rekomendasi yang sudah dilaksanakan: Pertama, terkait denga

petugas yang ditugaskan untuk menjadi PPIH Arab Saudi, rekomendasinya agar

petugas dapat lebih berkonsentrasi terhadap pelayanan jamaah, maka bagi petugas

haji maupun petugas PPIH yang sudah berhaji maka mulai tahun 2014 tidak

diperkenankan dan sangat disarankan untuk tidak berhaji melihat realisasinya di

lapangan. Kedua, untuk di Makkah karena selama ini yang diberikan kepada

jamaah adalah uang living cost untuk sehari-hari di sana, memang belum sama

seperti di Madinah yang diberikan dua kali sehari, maka mulai tahun ini

disarankan jamaah haji diberi makan satu kali di Makkah. Ini tidak menutup

kemungkinan ke depan akan disamakan dengan Madinah atau tidak maka itu

dalam perkembangan selanjutnya.

Page 119: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif
Page 120: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 28 TAHUN 2010

TENTANG

TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

ANGGOTA KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, perlu

mengatur tata cara pengangkatan dan pemberhentian Anggota Komisi

Pengawas Haji Indonesia;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4845) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5061);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG TATA CARA

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA

KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA.

BAB I ...

Page 121: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 2 -

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan :

1. Komisi Pengawas Haji Indonesia yang selanjutnya disebut KPHI

adalah lembaga mandiri yang dibentuk untuk melakukan

pengawasan dalam rangka meningkatkan pelayanan

Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia.

2. Menteri adalah Menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya di bidang agama.

Pasal 2

Anggota KPHI diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul

Menteri setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia.

Pasal 3

(1) Anggota KPHI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berjumlah

9 (sembilan) orang yang terdiri atas unsur-unsur yang berasal

dari:

a. Unsur masyarakat 6 (enam) orang;

b. Unsur Pemerintah 3 (tiga) orang.

(2) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas unsur Majelis Ulama Indonesia, organisasi masyarakat

Islam, dan tokoh masyarakat Islam.

(3) Unsur ...

Page 122: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 3 -

(3) Unsur Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

ditunjuk dari Kementerian/Instansi yang berkaitan dengan

Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Pasal 4

(1) Dalam rangka pengusulan calon Anggota KPHI, Menteri

membentuk Panitia Seleksi calon Anggota KPHI.

(2) Panitia Seleksi calon Anggota KPHI sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diketuai oleh Menteri.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pembentukan, susunan

keanggotaan, masa kerja, dan tata kerja Panitia Seleksi calon

Anggota KPHI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

diatur lebih lanjut oleh Menteri.

BAB II

TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

Bagian KesatuPengangkatan

Pasal 5

(1) Menteri mengusulkan calon Anggota KPHI sebanyak 2 (dua)

kali dari jumlah setiap unsur Keanggotaan KPHI kepada

Presiden paling lambat 2 (dua) bulan sebelum masa bakti

Anggota KPHI periode berjalan berakhir.

(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan

keterangan bahwa calon Anggota KPHI yang bersangkutan telah

memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan data diri calon Anggota KPHI yang

bersangkutan.

Pasal 6 ...

Page 123: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 4 -

Pasal 6

Presiden memilih 9 (sembilan) orang calon Anggota KPHI dan

mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

untuk memperoleh pertimbangan.

Pasal 7

Presiden mengangkat Anggota KPHI yang telah memperoleh

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8

Sebelum memangku jabatannya, Anggota KPHI wajib mengucapkan

sumpah yang berbunyi sebagai berikut:

" Demi Allah saya bersumpah, bahwa saya akan memenuhi

kewajiban saya sebagai anggota Komisi Pengawas Haji Indonesia

dengan sebaik-baiknya, menjalankan tugas dan wewenang secara

sungguh-sungguh, seksama, obyektif, jujur, adil, amanah serta

bertanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat, bangsa, dan

negara ".

Pasal 9

(1) Anggota KPHI diangkat untuk 1 (satu) kali masa jabatan selama

3 (tiga) tahun.

(2) Anggota KPHI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya

selama 3 (tiga) tahun sepanjang yang bersangkutan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 10 ...

Page 124: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Pasal 10

Anggota KPHI yang berasal dari unsur Pemerintah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dapat dijabat secara ex-officio oleh

pejabat struktural atau fungsional.

Bagian KeduaPemberhentian

Pasal 11

(1) Anggota KPHI diberhentikan karena :

a. berakhir masa jabatan sebagai anggota;

b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;

c. meninggal dunia;

d. bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia;

e. sakit yang berkepanjangan dan/atau tidak mampu lagi

melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus-

menerus;

f. tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab se-

bagaimana mestinya;

g. dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan

berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.

(2) Selain berhenti karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), Anggota KPHI yang berasal dari unsur Pemerintah

diberhentikan apabila yang bersangkutan diberhentikan dari

Pegawai Negeri Sipil sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 12 ...

Page 125: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Pasal 12

(1) Anggota KPHI yang ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana

kejahatan diberhentikan sementara dari jabatannya.

(2) Pemberhentian sementara Anggota KPHI sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh KPHI.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian sementara

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh KPHI.

Pasal 13

Anggota KPHI diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian KetigaAnggota KPHI Pengganti

Pasal 14

(1) Untuk mengisi kekosongan Anggota KPHI yang diberhentikan

karena alasan selain berakhirnya masa jabatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a, Presiden dapat

mengangkat Anggota KPHI Pengganti atas usul Menteri.

(2) Calon Anggota KPHI Pengganti yang diusulkan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur yang sama dengan

Anggota KPHI yang digantikan.

Pasal 15 ...

Page 126: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 7 -

Pasal 15

Sebelum mengangkat Anggota KPHI Pengganti, Presiden meminta

pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Pasal 16

Pengangkatan Anggota KPHI Pengganti dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 17

Masa jabatan Anggota KPHI Pengganti adalah sisa masa jabatan

Anggota KPHI yang digantikannya.

BAB III

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 18

Ketentuan mengenai batas waktu pengusulan calon Anggota KPHI

oleh Menteri kepada Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

ayat (1), tidak berlaku untuk pengusulan calon Anggota KPHI yang

pertama kali.

BAB IV ...

Page 127: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

- 8 -

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 11 Mei 2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum,

ttd

Dr. M. Iman Santoso

Page 128: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 50 TAHUN 2014

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA

KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektivitas pelaksanaan tugas

Komisi Pengawas Haji Indonesia, perlu diatur

mengenai Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pengawas

Haji Indonesia;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan

Presiden tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi

Pengawas Haji Indonesia;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845),

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061);

MEMUTUSKAN: …

Page 129: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

- 2 -

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG ORGANISASI DAN

TATA KERJA KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Komisi Pengawas Haji Indonesia yang selanjutnya disebut

KPHI adalah lembaga mandiri yang dibentuk untuk

melakukan pengawasan terhadap Penyelenggaraan Ibadah

Haji.

2. Penyelenggaraan Ibadah Haji adalah rangkaian kegiatan

pengelolaan pelaksanaan Ibadah Haji yang meliputi

pembinaan, pelayanan, dan perlindungan Jemaah Haji.

3. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang agama.

BAB II

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Bagian Kesatu

Kedudukan

Pasal 2

KPHI berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Presiden.

Bagian Kedua ...

Page 130: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

- 3 -

Bagian Kedua

Tugas

Pasal 3

KPHI mempunyai tugas melakukan pengawasan dan

pemantauan terhadap Penyelenggaraan Ibadah Haji serta

memberikan pertimbangan untuk penyempurnaan

Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia.

Bagian Ketiga

Fungsi

Pasal 4

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3, KPHI berfungsi:

a. memantau dan menganalisis kebijakan operasional

Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia;

b. menganalisis hasil pengawasan dari berbagai lembaga

pengawas dan masyarakat;

c. menerima masukan dan saran masyarakat mengenai

Penyelenggaraan Ibadah Haji; dan

d. merumuskan pertimbangan dan saran penyempurnaan

kebijakan operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji.

BAB III ...

Page 131: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

- 4 -

BAB III

SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 5

Susunan organisasi KPHI terdiri atas:

a. Ketua;

b. Wakil Ketua; dan

c. Anggota.

Pasal 6

KPHI dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua.

Pasal 7

(1) KPHI beranggotakan 9 (sembilan) orang yang terdiri dari

unsur:

a. Masyarakat; dan

b. Pemerintah.

(2) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a sebanyak 6 (enam) orang terdiri atas unsur Majelis

Ulama Indonesia, organisasi masyarakat Islam, dan tokoh

masyarakat Islam.

(3) Unsur Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b sebanyak 3 (tiga) orang yang dapat ditunjuk dari

kementerian/instansi yang berkaitan dengan

Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Pasal 8 ...

Page 132: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

- 5 -

Pasal 8

Anggota KPHI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri,

setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia.

BAB IV

TATA KERJA

Pasal 9

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3, Ketua, Wakil Ketua, dan anggota KPHI wajib

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi

baik secara internal maupun eksternal sesuai dengan bidang

tugas masing-masing.

Pasal 10

(1) KPHI melakukan rapat paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1

(satu) bulan atau sewaktu-waktu jika diperlukan.

(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) KPHI

dapat mengundang instansi dan/atau pihak terkait.

Pasal 11

(1) Pengambilan keputusan KPHI dilakukan secara

musyawarah untuk mencapai mufakat.

(2) Dalam ...

Page 133: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

- 6 -

(2) Dalam hal pengambilan keputusan secara musyawarah

untuk mencapai mufakat tidak tercapai, keputusan

diambil berdasarkan suara terbanyak.

(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2), sah apabila rapat KPHI dihadiri paling sedikit 5 (lima)

orang anggota KPHI dengan keterwakilan unsur

Pemerintah dan masyarakat.

Pasal 12

KPHI melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis

kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

BAB V

SEKRETARIAT KPHI

Pasal 13

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, KPHI dibantu

Sekretariat.

(2) Sekretariat KPHI sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

secara fungsional dilaksanakan oleh satu unit organisasi di

lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang agama.

(3) Sekretariat KPHI mempunyai tugas memberikan dukungan

teknis dan administratif kepada KPHI.

Pasal 14 ...

Page 134: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

- 7 -

Pasal 14

(1) Sekretariat KPHI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

dipimpin oleh seorang sekretaris.

(2) Sekretaris KPHI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atas

pertimbangan KPHI.

(3) Sekretaris dalam melaksanakan tugasnya secara

fungsional bertanggung jawab kepada pimpinan KPHI.

BAB VI

PENDANAAN DAN HONORARIUM

Pasal 15

Segala pendanaan yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas

dan fungsi KPHI dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara pada bagian anggaran kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama.

Pasal 16

(1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, anggota KPHI

diberikan honorarium.

(2) Ketentuan mengenai honorarium sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB VII ...

Page 135: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

- 8 -

BAB VII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 17

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian tugas, fungsi, dan

tata kerja KPHI diatur dengan Peraturan Menteri.

(2) Rincian tugas, fungsi, dan tata kerja KPHI sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh KPHI.

Pasal 18

Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan organisasi dan

tata kerja Sekretariat KPHI diatur dengan Peraturan Menteri

setelah mendapat persetujuan dari Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar ...

Page 136: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

- 9 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 30 Mei 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 3 Juni 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 120

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat,

Siswanto Roesyidi

Page 137: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

DOKUMENTASI PENGAWASAN KPHI DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP

PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA

Sidak lapangan

Pemantauan jamaah haji yang sakit di Arafah

Page 138: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

Audiensi dengan BPK RI

Audiensi dengan DPR RI

Koordinasi KPHI

Page 139: MEKANISME PENGAWASAN KOMISI PENGAWAS HAJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34148/1/PIPIT... · sesuai rencana atau standar yang sudah ditetapkan dengan efektif

Pengawasan Persiapan Operasional

Rekomendasi KPHI ke Dirjen PHU