mekanisme dan pengendalian berkemih.docx

28
Mekanisme dan Pengendalian Berkemih Aprianus Musa Dopong(102011156) Kelompok E3 Email: [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna no. 6, Jakarta 11510 Struktur Makroskopis Pelvis Pelvis berfungsi dalam transmisi gaya berat badan pada waktu berdiri, duduk dan berpindah tempat. Pada wanita pelvis mempunyai fungsi tambahan, yaitu merupakan jalan lahir bagi bayi pada waktu partus. 1 Tulang-tulang yang membentuk pelvis terdiri atas dua buah os coxae, yang berada di bagian ventral dan lateral, os sacrum dan os coccygeus di bagian dorsal. Dalam posisi Anatomi, spina iliaca anterior superior dan tuberculum pubicum terletak pada bidang frontal yang sama; ujung coccygeus dan margo superior symphysis osseum pubis berada pada bidang horizontal yang sama. Facies interna corpus pubis terletak

Upload: chompz-mumu-phantars

Post on 06-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Mekanisme dan Pengendalian BerkemihAprianus Musa Dopong(102011156)Kelompok E3Email: [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Terusan Arjuna no. 6, Jakarta 11510

Struktur MakroskopisPelvisPelvis berfungsi dalam transmisi gaya berat badan pada waktu berdiri, duduk dan berpindah tempat. Pada wanita pelvis mempunyai fungsi tambahan, yaitu merupakan jalan lahir bagi bayi pada waktu partus.1Tulang-tulang yang membentuk pelvis terdiri atas dua buah os coxae, yang berada di bagian ventral dan lateral, os sacrum dan os coccygeus di bagian dorsal.Dalam posisi Anatomi, spina iliaca anterior superior dan tuberculum pubicum terletak pada bidang frontal yang sama; ujung coccygeus dan margo superior symphysis osseum pubis berada pada bidang horizontal yang sama. Facies interna corpus pubis terletak menghadap ke arah cranial, ditempati oleh vesica urinaria. Facies pelvina ossis sacri menghadap ke arah caudal. Pelvis minor (= true pelvis ) membentuk apertura pelvis superior, cavitas pelvis dan apertura pelvis inferior. Apertura pelvis superior (= pelvic inlet ) dibentuk oleh tepi cranialis symphysis osseum pubis, linea arcuata sinistra dan linea arcuata dextra, serta promontorium.1Pada apertura pelvis superior dapat diukur diameter conjugata (= diameter anterior posterior), diameter obliqua dan diameter transversal (= diameter sinister). Diameter conjugata adalah jarak antara promontorium dan tepi cranialis symphysis osseum pubis. Diameter conjugata diagonalis adalah jarak antara promontorium dan tepi caudalis symphysis osseum pubis, yang diukur dengan cara melakukan vaginal toucher. Diameter transversal adalah jarak antara articulatio sacroiliaca dengan eminentia iliopectinae yang kontra lateral.1Cavitas pelvis letaknya mengarah ke dorsal dan caudal, mulai dari apertura pelvis superior sampai pada apertura pelvis inferior; bentuk dinding dorsal lebih panjang daripada dinding ventralnya.Apertura pelvis inferior (= pelvic outlet) berbentuk belah ketupat, dibatasi oleh ligamentum arcuatum pubis, ramus inferior ossis pubis, tuber ischiadicum, ligamentum sacrotubersum dan ujung os coccygeus.Klasifikasi pelvis pada wanita ditentukan atas dasar bentuk pelvic inlet dan ukuran-ukurannya. Menurut bentuknya apertura pelvis superior dibagi menjadi 4 tipe, sebagai berikut:11. gynecoid, berbentuk bulat ;2. android, berbentuk jantung kartu ;3. anthropoid, berbentuk oval ;4. platypelloid, berbentuk oval melintang.

Dinding pelvis terdiri atas tiga lapisan, yakni lapisan internal, intermedia dan external.1. Lapisan intermedia terdiri dari os sacrum, os coccygeus dan os coxae, serta membrana obturatoria, ligamentum sacrotubersum dan ligamentum sacrospinosum.2. Lapisan externa dibentuk oleh otot-oto dan fascia yang berada di sebelah superficialis dari lapisan intermedia, termasuk m.gluteus maximus.3. Lapisan interna dibentuk oleh otot-otot dan fascia yang melekat pada lapisan interrmedia; selain itu dibentuk pula oleh peritoneum, pembuluh darah dan serabut-serabut saraf.Dinding pelvis dibagi menjadi dua buah dinding lateral, sebuah dinding posterior dan sebuah dinding dasar (= lantai ):11. Dinding lateral dibentuk oleh bagian dari os coxae yang berada di sebelah caudal dari linea terminalis, ditutupi oleh m.obturator internus dan fascia obturatoria. Pada m.obturator internus terdapat nervus obturatorius dan cabang-cabang dari vasa iliaca interna yang berjalan ke arah ventro-caudal. Percabangan pembuluh darah yang dimaksud adalah arteria umbicalis, arteria obturatoria, arteria vesicalis superior, dan pada wanita arteria uterina serta arteria vaginalis. Di bagian posterior dari dinding ini terdapat ureter, di bagian anterior terdapat ligamentum teres uteri (= round ligament of uterus ) dan pada pria ductus deferens. Pada wanita di dinding lateral terdapat fossa ovarica, yakni suatu cekungan yang dibatasi oleh arteria umbilicalis, yang telah mengalami obliterasi, di bagian anterior terdapat ureter, dan di bagian posterior terdapat vasa iliaca communis.2. Dinding posterior berbentuk melengkung; bagian cranialnya menghadap ke arah caudo-ventral. Dibentuk oleh os sacrum dan os coccygeus. Pada bagian lateral terdapat m.piriformis dan m.coccygeus. Pada dinding ini terdapat plexus lumbosacralis, plexus venosus dan percabangan arteria iliaca intrna. Pada permukaan os sacrum terletak arteria sacralis media dan truncus sympathicus yang berjalan di sebelah caudalnya.3. Dinding dasar (lantai) dibentuk oleh peritoneum, diaphragma pelvis, diaphragma urogenitale dan perineum.Peritoneum di bagian caudal membentuk refleksi dan bagian ventral rectum menuju ke vesica urinaria, yang pada pria membentuk excavatio rectovesicalis, pada wanita refleksi ini menuju ke uterus dan vagina membentuk excavatio rectouterina. Pada sisi lateral dari excavatio tersebut terdapat lipatan peritoneum yang membentuk plica rectovesicalis dan plica rectouterina. Baik pada pria maupun pada wanita kedua plica ini dinamakn plica sacrogenitale. Pada wanita refleksi peritoneum dari permukaan anterior uterus menuju ke vesica urinaria membentuk excavatio vesicouterina.2Diaphragma pelvis dibentuk oleh m.levator ani dan m.coccygeus serta fascia pelvis lamina parietalis, yang membungkus kedua otot tersebut. M.levator ani merupakan otot yang kuat dan tebal, terletak hampir horizontal. Di rectum pada pria dan wanita. Ketiga organ tersebut tadi mendapat dukungan dari serabut-serabut m.levator ani. M.levator ani dibagi menjadi tiga bagian, yakni M.pubococcygeus, m.puborectalis dan M.ileococcygeus.2M.pubococcygeus merupakan bagian yang utama, melekat dari facies dorsalis corpus pubis, berjalan ke dorsal menuju ke os coccygeus. Pada pria otot ini mengarah ke dorsal, megadakan perlekatan pada glandula prostat (myofibril bagian medial), disebut m.levator prostatae. Pada wanita serabut otot di bagian medial tersebut mengadakan perlekatan pada urethra dan vagina, disebut m.pubovaginalis; myofibril yang lainnya bersama-sama dengan myofibril yang kontralateral membungkus urethra dan vagina, dinamakan m.sphincter vaginae. Di bagian dorsal uerthra dan vagina terdapat myofibril yang mengadakan insertio pada centrum tendineum perinei, dan ada sebagian kecil myofibril (= serabut otot puboanalis) yang melanjutkan diri pada dinding canalis analis. Serabut-serabut M.pubococcygeus yang berada di bagian paling lateral berasal dari arcus tendineus M.levator ani. M.puborectalis merupakan bagian yang paling posterior dari m.levator ani, yang banyak kali hanya berupa suatu aponeurose saja. Musculus ini berasal dari facies medialis spina ischiadica dan mengadakan insertio pada sisi lateral bagian caudal os sacrum serta bagian cranial os coccygeus.2Diaphragma pelvis berfungsi membantu fiksasi viscera pelvis dan menahan tekanan intra abdominal yang semakin meningkat. Bersama-sama dengan kontraksi otot-otot dinding ventral abdomen meningkatkan tekanan intra abdominal, misalnya pada defecasi. M.levator prostetae dan m.apubovaginalis berperan dalam mengontrol proses miksi (otot-otot ini terletak di caudalis vesica urinaria). Pada waktu defecasi m.puborectalis mengalami relaksasi sehingga anorectal junction menjadi kendor.2Diaphragma urogenitale dibentuk oleh m.transversus perinei profundus dan m.sphincter urethrae. Di dalam diaphragma urogenitale terdapat glandula bulbourethralis. Diaphragma urogenitale terdapat di dalam spatium perinei profundum. Letaknya hampir horizontal pada posisi orang berdiri tegak. Dilalui oleh urethra kira-kira 2,5 cm di sebelah dorsalis symphysis osseum pubis. Fascia yang menutupi diaphragma urogenitale merupakan lanjutan dari pars anterior fascia diaphragmatis pelvis inferior.2 Terdiri dari lamina parietalis, yang menutupi otot-otot pelvis, dan lamina visceralis yang mentupi viscera pelvis. Di beberapa tempat fascia ini menebal membentuk ligamentum.Lamina parietalis membentuk fascia obturatoria, melanjutkan diri menjadi fascia iliaca ( menutupi m.iliacus). fascia ini membungkus vasa dan nervus obturatorius. Di sebelah anterior melekat pada facies dorsalis corpus pubis dan di bagian dorsal melekat pada tepi anterior incisura ischiadica major.2Tempat melekat m.levator ani pada fascia obturatoria disebut arcus tendineus m.levator ani. Di sbelah caudalis dari tempat perlekatan m.levator ani, m.obturator internus bersama-sama dengan fascia obturatoria membentuk dinding lateral fossa ischiorectalis (= fossa ischionalis). Vasa dan nervus pudendus dibungkus oleh fascia ini membentuk canalis pudendalis (= Alcock). Fascia pelvis menebal membentuk ligamentum puboprostaticum pada pria dan ligamnetum pubovesicalis pada wanita. Ligamentum ini meluas ke dorsal dan membungkus cervix uteri, membentuk ligamentum pubocervicale. Penebalan dari fascia yang meluas dari os sacrum sampai pada cervix uteri membentuk ligamnetum uterosacrale. Ligamentum tersebut tadi bersama-sama dengan diaphragma pelvis memfiksir uterus pada posisi normal.2Fascia ini merupakan bagian dari fascia pelvis lamina parietalis, terdiri dari dua lapisan, yakni fascia diphragmatis pelvis superior dan fascia diaphragmatis pelvis inferior.2Fascia diaphragmatis pelvis superior menutupi permukaan medial (facies pelvina) m,levator ani dan m.occygeus. penebalan dari fascia ini membentuk arcus tendineus fasciae pelvis, yang meluas dari spina ischiadica sampai ke facies dorsalis corpus pibis, dekat pada symphysis osseum pubis. Bagian anterior dari arcus tendineus fasciae pelvis membentuk ligamnetum puboprostaticum mediale (= ligamentum pubovesicale). Facies diaphragmatis pelvis superior bersatu dengan ligamnetum sacrospinosum, banyak kali berjalan ke dorsal untuk membungkus m.piriformis.Fascia diaphragmatis pelvis inferior lebih tipis daripada yang superior, berada pada permukaan inferior m.levator ani dan m.coccygeus. fascia ini membentuk dinding medial fossa ischiorectalis (= fossa ischionalis ).2Vesica UrinariaVesica urinaria adalah sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot polos, berfungsi sebagai tempat penyimpanan urine. Apabila terisi sampai 200 300 cm maka timbul keinginan untuk melakukan miksi. Miksi adalah suatu proses yang dapat dikendalikan, kecuali pada bayi dan anak-anak kecil merupakan suatu reflex.3Bentuk, ukuran, lokalisasi dan hubungan dengan organ-organ di sekitarnya sangat bervariasi, ditentukan oleh usia, volume dan jenis kelamin. Dalam keadaan kosong bentuk vesica urinaria agak bulat. Terletak di dalam pelvis. Pada wanita letaknya lebih rendah daripada pria.3Dalam keadaan terisi penuh vesica urinaria dapat mencapai umbilicus. Perubahan bentuk mengikuti tahapan pengisian, mula-mula diameter transversal yang bertambah, lalu dikuti peningkatan diameter longitudinal. Dalam kondisi terisi penuh, maka kedua ukuran tadi adalah sama.3Dalam keadaan kosong vesica urinaria mempunyai empat buah dinding, yaitu facies superior, fascies infero-lateralis (dua buah) dan facies posterior.3 Facies superior berbentuk segitiga dengan sisi basis menghadap ke arah posterior. Facies superior dan facies infero-lateralis bertemu di bagian ventral membentuk apex vesicae. Antara apex vesicae dan umbilicus terdapat ligamentum umbilicale medium, yang merupakan sisa dari urachus.3Facies infero-lateral satu sama lian bertemu di bagian anterior membentuk sisi anterior yang bulat, dan di bagian inferior membentuk collum vesicae. Collum vesicae dapat bergerak dengan bebas dan difiksasi oleh diphragma urogenitale.Facies posterior membentuk fundus vesicae (= basis vesicae). Sudut inferior dari fundus berada pada collum vesicae.3Bagian yang berada di antara apex vesicae, di bagian ventral, dan fundus vesicae di bagian dorsal, disebut corpus vesicae.Facies superior dan bagian superior dari basis vesicae ditutupi oleh peritoneum, yang membentuk reflexi (lipatan, lengkungan) dari dinding lateral dan dari dinding ventral abdomen, di dekat tepi cranialis symphysis osseum pubis. Dalam keadaan vesica urinaria terisi penuh maka peritoneum ditekan ke arah cranial sehingga reflexi tadi turut terangkat ke cranialis. Di sisi lateral vesica urinaria reflexi peritoneum membentuk fossa para vesicalis. Di sebelah dorsal vesica urinaria peritoneum membentuk reflexi ke arah uterus pada wanita dan rectum pada pria.3Facies superior vesica urinaria mempunyai hubungan dengan organ-organ di sekitarnya,melalui peritoneum, yaitu dengan intestinum tenue dan colon sigmoideum.3Pada wanita, vesica urinaria dalam keadaan kosong berada di sbelah caudal corpus uteri.Di antara symphysis osseumpubis dan vesica urinaria terdapat spatium retopubis (= spatium praevesicale Retzii ), berbentu huruf U, dan berisi jaringan ikat longgar, jaringan lemak dan plexus venosus. Spatium ini dibatasi oleh fascia prevesicalis dan fascia transversalis abdominis3.Facies infero-lateral vesicae dipisahlan dari m.levator ani dan m.obturator internus oleh fascia pelvis.Di sebelah dorsal dari vesica urinaria feminina terdapat uterus dan vagina. Reflexi peritoneum dari permukaan superior vesica urinaria meluas sampai pada facies anterior uterus setinggi isthmus, sehingga corpus uteri terletak di sebelah cranial dari vesica yang kosong. Celah yang terdapat di antara corpus uteri dan facies superior vesica yang kosong. Celah yang terdapat di antara corpus uteri dan facies superior vesica urinaria dinamakan spatium uterovaginalis. Di antara basis vesica urinaria dengan vagina dan corpus uteri terdpat jaringan ikat longgar.Collum vesica urinaria difiksasi oleh penebalan fascia pelvis, disebut ligamentum pubovesicalis, pada facies dorsalis symphysis osseum pubis, dan melanjutkan diri menjadi ligamentum pubocervicale yang memfiksasi cervix uteri serta bagian cranial vagina pada symphysis osseum pubis.Pada pria peritoneum yang menutupi facies superior vesica urinaria meluas ke posterior membungkus ductus deferens dan bagian superior vesicula seminalis, lalu melengkung pada permukaan anterior rectum, membentuk spatium retrovesicalis, suatu celah yang berada di antara rectum dan vesica urinaria, berisi interstinum tenue. Ke arah postero-lateral peritoneum membentuk plica sacrogenitalis, yang berjalan ke dorsal mencapai tepi lateral os sacrum. Basis vesica urinaria terletak menghadap ke dorsal dan agak ke caudal. Bagian caudalnya dipisahkan dari rectum oleh vesicula seminalis dan bentuk ductus deferens.Collum vesicae mempunyai hubungan dengan facies superior atau basis prostat, difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum mediale dan ligamentum puboprostaticum laterale. lIgamentum puboprostaticum mediale melekat pada pertengahan symphysis osseum pubis dan pada pihak lain melekat pada capsula prostatica, membentuk lantai spatium retropubicum. Ligamentum puboprostaticum laterale melekat pada ujung anterior arcus tendineus fascia pelvis dan meluas ke arah medial dan dorsal menuju ke pars superior capsula prostatica.Pada kedua jenis kelamin masih terdapat ligamentum lateral yang merupakan penebalan dari fascia pelvis, yang meluas dari sisi laterale vesica urinaria menuju ke arcus tendineus fasciae pelvisPembuluh-pembuluh darah vena dari plexus venosus vesicalis berjalan ke dorsal dari basis vesicae menuju ke vena iliaca interna, dibungkus oleh jaringan ikat longgar dan disebut ligamentum posterior.Dari apex vesicae sampai ke umbilicus terdapat ligamentum umbilicale medianum, yang merupakan sisa dari urachus. Sisa arteria umbilicalis membentuk ligamentum umbilicale laterale. Ketiga ligamenta tersebut dibungkus oleh peritoneum parietale, membentuk plica umbilicalis media dan plica umbilicalis lateralis, tetapi tidak berfungsi untuk memfiksasi collum vesicae.Struktur vesica urinaria terdiri atas jaringan ikat dan otot-otot polos. Mucosa vesica urinaria berwarna agak kemerah-merahan, dan bervariasi sesuai dengan tingkat volumenya. Dalam keadaan kosong mucosa membentuk lipatan-lipatan yang disebabkan oleh karena perlekatannya pada lapisan otot menjadi longgar. Mucosa pada fundus vesicae melekat erat pada lapisan otot dan membentuk sebuah segitiga dengan permukaan yang licin, berwarna lebih gelap, disebut trigonum vesicae Lieutaudi. Sisa-sisa dari segitiga ini berukuran 2,5 5 cm dan bertambah panjang mengikuti volume vesica urinaria.3Pada sudut craniodorsal dari trigonum vesicae terdapt ostium ureteris, yang adalah muara ureter berbentuk elips, dan pada sudut di sebelah caudal (apex) terdapat ostium urethrae internum,. Yang merupakan pangkal dari urethra. Di sebelah dorsal ostium uretrae internum terdapat penonjolan yang disebut uvula vesicae, yang dibentuk oleh lobus medius prostat. Di sebelah superior trigonum vesicae, berada diantara kedua muara ureter, terdapat plica interurterica, berwarna pucat, dibentuk oleh serabut-serabut transversal otot polos dinding vesica urinaria. Serabut-serabut otot ini adalah lanjutan dari stratum longitudinale internum dari ureter. Muara ureter pada vesica urinaria membentuk lipatan pada dinding vesica, berada di sebelah lateralnya, dan disebut plica ureterica.3 Arteria vesicalis superior dan arteria vesicalis inferior dipercabangkan oleh arteria iliaca interna. Aliran darah venous dari daerah muara ureter dan dari collum vesicae bergabung dengan pembuluh vena dari prostat dan urethra, dan bersama-sama bermuara kedalam vena iliaca interna.3Pembuluh-pembuluh lymphe terdapat di seluruh permukaan vesica urinaria membawa lymphe menuju ke ll.nn.iliaci externi danll.nn.aoritici laterales.3Plexus vesicalis dibentuk oleh serabut-serabut sympathis dan parasympathis, mengandung komponen motoris dan sensibel. Serabut efferent parasympathis (= nervus erigentis ) berasal dari medulla spinalis segmen sacralis 2 4 menuju ke m.detrusor, berganti neuron pada dinding vesica urinaria. Berfungsi pula sebagai penghambat (inhibitory fibers) bagi otot polos vesicae dan m.sphincter urethrae.3Stimulus parasympathis menimbulkan kontraksi dinding vesica urinaria dan relaksasi sphincter urethrae.3Stimulus sympathis menyebabkan kontraksi otot-otot trigonum vesicae, muara ureter dan sphincter urethrae, dan disertai relaksasi otot dinding vesica. Serabut sensibel membawa stimulus nyeri dan stimulus pembesaran vesica (distension, vesica terisi penuh). Stimulus nyeri dibawa oleh serabut-serabut sympathis dan parasympathis. Nyeri pada vesica dapat menyebar pada regio hypogastrica ( referred pain ), sedangkan nyeri pada daerah trigonum vesicae dapat menyebar sampai ke ujung penis atau clitoris.3Struktur MakroskopisVesika urinaria merupakan tempat penampungan dari urin. Epitel pada vesika ini merupakan sel payung yang akan berbentuk pipih apabila tertekan oleh tekanan urin yang tinggi. Epitel berbentuk payung ini sebenarnya merupakan epitel transisional yang terlihat seperti sel tersebut. Seperti pada uretra tunika muskularisnya teridiri dari tiga lapis otot yaitu, otot longitudinal, sirkular, dan longitudinal. Dan yang penting juga diperhatikan adalah adanya tunika adventisisa yang berbentuk jaringan fibroelastika.4

Gambar 4: Struktur Mikro Vesica UrinariaProses Terjadinya MiksiMiksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terdiri dari dua langkah utama :51. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang. Yang kemudian mencentuskan langkah kedua2. Timbul reflek yang disebut reflex miksi yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau,jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun reflek miksi adalah reflex autonomic medulla spinalis, reflek ini juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otakUrin yang keluar dari kandung kemih mempunyai komposisi utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus poligentes; tdak ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melaluio kalik renalis dan uretr sampai kandung kemih.5Urin mengalir dari duktus koligentes masuk melalui kaliks renalis, meregangkan kalik renalis dan meningkatkan aktifitas pacemakernya, yang kemudian mencentuskan kontraksi paristaltik yang menyebar kepelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis kearah kandung kemih dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis seperti neuron-neuron pada pleksus intramural dan serat saraf yang meluas diseluruh panjang ureter. seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltic pada yreter ditingkatkan oleh perangsangan para simpatis dan dihambat oleh perangsangan simpatis.5Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor didaerah kandung kemih. Normalnya ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa cm menembus dinding kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urin dari kandumg kemih waktu tekanan dikandung kemih meningkat selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap gelombang paristaltik yang terjadi di sepanjang ureter akan meningkatatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus dinding kandung kemih membuka dan member kesempatan urin mengalir kepada kandung kemih.5Pada beberapa orang, panjang ureter yang menumbus dinding kandung kemih kutang dari normal sehingga kontraksi kandung kemih selama berkemih tidak selalu menimbulkan penutupan ureter secara sempurna. Akibatnya sejumlah rin dalam kandung kemih terdorong kembali kedalam ureter, keadaan ini disebur refluk vesikoureteral. Refluk semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter dan jika parah dapat meningkatkan tekanan dikalik renalis dan struktur di medulla renalis mengakibatkan kerusakan daerah ini.5Bila tidak ada urin dalam kandung kemih tekanan intra veskuler sekitar 0, tapi pada saat ada 30-50 ml urin terkumpul, tekanan meningkat 5-10 cm air. Penambahan urin 20 300 ml dapat terkumpul dengan hanya meningkatkan sedikit tekanan; tingkat tekanan yang konstan ini ditimbulkan oleh tonus intrinsic dari dinding kandung kemih itu sendiri. Namun pengumpulan urin selebihnya melebihi 300 400 ml, menyebabkan tekanan meningkat secara cepat.6Bersama dengan perubahan tekanan tonik selama pengisian kandung kemih adalah peningkatan periodik akut pada tekanan yang berlangsung hanya beberapa detik sampai lebih dari seminit. Puncak tekanan dapat meningkatkan hanya beberapa cm air atau dapat sampai melebihi 100 cm air. Puncak-puncak tekanan ini disebut gelombang kemih pada sistometogram yang timbul oleh refleks berkemih.6Keadaaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor regangan sensorik pada dinding kandung kemih,khususnya oleh reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai terisi oleh urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih dihantarkan kesekmen sacral medulla spinalis melaui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi kekandung kemih melalui saraf-saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini.6Ketika kandung kemih hanya berisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya spontan terelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali kegaris basal,. Karena kandung kemih terus terisi, reflek berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusorlebih kuat.6Sekali reflek berkemih mulai timbul, reflek ini akan menghilang sendiri, artinya kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regang untuk menyebabkan peningkatkan selanjutnya pada implus sensorik kekandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan refleks kontraksi kandung kemih lebih lanjut: jadi reflek initerjadi berulang-ulang sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, reflek yang menghilang sendiri mulai melemah dan siklus regenerative dari reflek miksi ini berhenti, menyebabkan kandung kemih relaksasi.6Jadi refleksi berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari :61. Peningkatan tekanan yang cepat dan progresif2. Periode tekanan dipertahankan, dan3. Kembalinya tekanan ketonus basal kandung kemihSekali reflek berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaaan terinhibisi dalam beberapa menit sampai satu jan atau lebih sebelum reflek berkemih lainnya terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi,refleks berkemih menjadi semakin sering dan semakin kuat.6Sekali reflek berkemih menjadi cukup kuat hal ini menimbulkan reflek lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfinger eksternus untuk menghambatnya. Jika ini di inhibisi ini lebih kuat dalam otak dari pada sinyal kontriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemihpun akan terjadi, jika tidak berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks berkemih jadi lebih kuat.6Reflek berkemih adalah refleks medulla spinalis yang seluruhnya bersifat autonomic, tetapi dapat dihambat atau dirangsang oleh pusat dalam otak. Pusat ini antara lain :61. Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak,terutama terltak di pons2. Beberapa pusat yang terletak di korteks serebral yang terutama bekerja sebagai penghambat tetapi dapat menjadi perangsangReflek berkemih merupakan penyebab terjadinya berkemih, tapi pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali akhir dari berkemih seperti berikut :61. Pusat yang lebih tinggi menjaga secara persial penghambatan refleks berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki2. Pesat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan jika refleks berkemih timbul, dengan membuat konyraksi tonik terus menerus pada sfinger eksternus kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih.3. Jika tiba waktu untuk berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat berkemih sacral untuk membantu mencentuskan refleks berkemih dalam waktu bersamaan menghambat sfinger eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadiBerkemih dibawah keinginan biasanya tercetus dengan cara berikut : pertama, seseorang secara sadar mengkontraksikan toto-otot abdomennya, yang meningkatkan tekanan kandung kemih dan mengakibatkan urin ekstra memeasuki leher kandung kemih dan uretra posterior dibawah tekanan, sehingga merangsang dindingnya. Hal ini menstimulasi reseptor regang, yang merangsang refleks berkemih dan menghambat sfinger eksternus uretra secara simultan. Biasanya, seluruh urin akan keluar, terkadang lebih dari 5-10 ml urin tertinggal dikandung kemih.6Hubungan Dengan Kasus SkenarioInkontinensia urin merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang idak terkendali atau terjadi diluar keinginan. Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak.inkontinesia adalah ketidakmampuan menahan kencing. Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial. Inkontinensia adalah berkemih (defekasi) diluar kesadaran, pada waktu dan tempat yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau social.7Jika inkontinensia urin terjadi akibat kelainan inflamasi (sistisis), mungkin sifatnya hanya sementara. Namun, jika kejadian ini timbul karena kelainan neurologi yang serius (paraplegia), kemungkinan besar sifatnya akan permanen. Usia, jenis kelamin, serta jumlah persalinan pervaginam yang pernah dialami sebelumnya merupakan faktor resiko yang sudah dipastikan secara parsial menyebabkan peningkatan insidennya pada wanita. Faktor resiko lain yang diperkirakan merupakan penyebab gangguan ini adalah infeksi saluran kemih, menopause, pembedahan urogenital, penyakit kronis dan penggunaan berbagai obat. Gejala ruam, dekubitus, infeksi kulit serta saluran kemih dan pembatasan aktivitas merupakan konsekuensi dari inkontinensia urine.7Inkontinensia urine di klasifikasikan menjadi 3:71. InkontinensiaUrgensiAdalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol.2. InkontinensiaTekananAdalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan mengangkat beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia urine.3. InkontinensiaAliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia )Terjadi jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas secara tidak terkontrol, hal ini pada umumnya disebabkan oleh neurogenik bladder atau obstruksi bagian luar kandung kemih.

Sedangkan menurut Suzanne C Smeltzer (2001) tipe inkontinesia urine dibagi atas:71. Inkontinensia akibat stressMerupakan eliminasi urine diluar keinginan melalui uretra sebagai akibat dari peningkatan mendadak pada tekanan intra abdomen. Tipe inkontinensia ini paling sering ditemukan pada wanita dan dapat disebabkan oleh cidera obstetrik, lesi kolum vesica urinaria, kelainan ekstrinsik pelvis, vistula, disfungsi destrussor dan jumlah keadaan lainnya. Disamping itu, gangguan ini dapat terjadi akibat kelainan kongenital (ekstrofi vesika urinaria ureter ektopik).2. Urge inkontinence Terjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan untuk urinasi tetapi tidak mampu menahan cukup lama sebelum mencapai toilet. Pada banyak kasus, kontraksi kandung kemih yang tidak dihambat merupakan faktor yang menyertai; keadaan ini dapat terjadi pada pasien disfungsi neurologis yang mengganggu penghambatan kontraksi kandung kemih atau pada pasien dengan gejala lokal iritasi akibat infeksi saluran kemih atau tumor kandung kemih3. Overflow inkontinenceDitandai oleh eliminasi urine yang sering dan kadang-kadang terjadi hampir terus menerus dari kandung kemih. Kandung kemih tidak dapat mengosongkan isinya secara normal dan mengalami distensi yang berlebihan. Meskipun eliminasi urine terjadi dengan sering, kandung kemih tidak pernah kosong,. Overflow incontinence dapat disebabkan oleh kelainan neurologi (yaitu, lesi medula spinalis) atau oleh faktor-faktor yang menyumbat saluran keluar urine (penggunaan obat-obatan, tumor, striktur, hiperplasia prostat). 4. Inkontinensia fungsionalMerupakan inkontinensia dengan fungsin saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi ada faktor lain, seperti gangguan kognitif berat yang membuat pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya urinasi (misalnya, demensia alzhemier) atau gangguan fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk melakukan urinasi.5. Bentuk-bemtuk inkontinesia urin campuranYang mencakup ciri-ciri inkontinesia seperti yang baru disebutkan, dapat pula terjadi. Selain itu, inkontinesia urin dapat terjadi akibat interaksi banyak faktor.Dengan pengenalan permasalahan yang tepat, pemeriksaandan rujukan ntuk evaluasi diagnostik serta terapi, maka prognosis inkontinesia dapat ditentukan. Semua pasien inkontinesia harus diperhatikan untuk mendapatkan pemeriksaan evaluasi dan terapi.

Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain:71. Akibat kehamilan:a. Melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan, pasca melahirkan, kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi vagina.kehamilan berkali-kalib. Kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni.c. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.2. Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, antara lain:a. Efek obat-obatanb. Produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet.c. Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi infeksi saluran kemih, maka tatalaksananya adalah terapi antibiotika.d. Apabila vaginitis atau uretritis atrofi penyebabnya, maka dilakukan tertapi estrogen topical.e. Terapi perilaku harus dilakukan jika pasien baru menjalani prostatektomi.f. Dan bila terjadi impaksi feses, maka harus dihilangkan misalnya dengan makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan yang adekuat, atau jika perlu penggunaan laksatif.3. Inkontinensia Urine juga bisa terjadi karena produksi urin berlebih karena berbagai sebab, misalnya:a. gangguan metabolik seperti diabetes melitus, yang harus terus dipantau.b. Sebab lain adalah asupan cairan yang berlebihan yang bisa diatasi dengan mengurangi asupan cairan yang bersifat diuretika seperti kafein.c. Gagal jantung kongestif juga bisa menjadi faktor penyebab produksi urin meningkat dan harus dilakukan terapi medis yang sesuai. Untuk mengatasinya penderita harus diupayakan ke toilet secara teratur atau menggunakan substitusi toilet.d. Apabila penyebabnya adalah masalah psikologis, maka hal itu harus disingkirkan dengan terapi non farmakologik atau farmakologik yang tepat.e. Pasien lansia, kerap mengonsumsi obat-obatan tertentu karena penyakit yang dideritanya. Nah, obat-obatan ini bisa sebagai penyebab mengompol pada orang-orang tua. Golongan obat yang berkontribusi pada IU (diuretika, antikolinergik, analgesik, narkotik, dll), golongan psikotropika (antidepresi, antipsikotik, dan sedative), kafein dan alcohol. Jika kondisi ini yang terjadi, maka penghentian atau penggantian obat jika memungkinkan, penurunan dosis atau modifikasi jadwal pemberian obat. KesimpulanDaftar Pustaka1. Snell RS. Clinical anatomy for medical students. 6th ed. USA : Lippincott William & Wilkins ; 2000. p 142-8.2. Puts R, Pabst R, editors. Sobotta atlas of human anatomy volume 2 trunk, viscera, lower limb. 14th ed. Germany : Elsevier Gmbh ; 2006.3. Sloane E, Widyastuti P, editor. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995. h 133-7.4. Sherwood,Lauralee.Fisiologi manusia: dari sel ke sistem.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2001.h.468-85.5. Guyton, Arthur C. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;2007.h.327-9.6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: EGC; 2001.7. Long, Barbara C. 1996. Essensial of Medical-Surgical Nursing. St. Louis, USA: C.V.Mosby Company.