mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik ......3 pengesahan penguji penulisan hukum (...

121
1 MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK TERHADAP WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Dian Kus Pratiwi NIM.E0006012 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: duongtuyen

Post on 08-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

1

MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI

PELAYANAN PUBLIK TERHADAP WEWENANG PEMERINTAH

DAERAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009

TENTANG PELAYANAN PUBLIK

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Dian Kus Pratiwi

NIM.E0006012

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI

PELAYANAN PUBLIK TERHADAP WEWENANG PEMERINTAH

DAERAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009

TENTANG PELAYANAN PUBLIK

Oleh

DIAN KUS PRATIWI

NIM.E0006012

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, April 2010

Dosen Pembimbing

Pembimbing Co. Pembimbing

Aminah, S.H., M.H Isharyanto, S.H., M.Hum NIP.195105131981032001 NIP. 197805012003121002

Page 3: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

3

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum ( Skripsi )

MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI

PELAYANAN PUBLIK TERHADAP WEWENANG PEMERINTAH

DAERAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009

TENTANG PELAYANAN PUBLIK

Oleh

DIAN KUS PRATIWI

NIM.E0006012

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Pada : Hari : Senin Tanggal : 03 Mei 2010

DEWAN PENGUJI

1. Suranto, S.H., M.H. :.............................................. Ketua

2. Isharyanto, S.H., M.Hum. :.............................................. Sekretaris

3. Aminah, S.H., M.H. :.............................................. Anggota

Mengetahui

Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum NIP. 19610930 198601 1 001

Page 4: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

4

MOTTO

”Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang

yang berilmu beberapa derajat”

(QS. Al Mujadalah:11)

”Berusaha dan Berdoa adalah kunci sebuah kesuksesan”

Page 5: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

5

PERSEMBAHAN

Penulisan hukum ini kupersembahkan teruntuk :

Almamaterku tercinta, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret..

Ayah dan Ibuku tercinta, terima kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran

bimbingan dan doa yang terucap maupun tak terucap dalam setiap langkahku, Semoga beliau

berdua selalu dalam lindungan Allah SWT… amin

Kakak-kakak dan keluargaku yang tersayang atas segala kebersamaan, suka dan duka yang

kita lalui bersama dalam menghadapi cobaan kehidupan ini, semoga pelajaran hidup yang kita

lalui dapat membuat kita kokoh kedepannya dan Allah SWT selalu me-Rahmati kita semua,

amiin...

Seseorang spesial dihatiku yang selalu menemani dan mendukungku sesulit apapun yang

kuhadapi

Teman-teman terbaikku yang aku miliki, aku bangga bersama kalian, keep our friendship!!!

Bapak ibu dan dosen yang terhormat, terima kasih atas bekal ilmu yang kalian berikan

Page 6: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

6

PERNYATAAN

Nama : Dian Kus Pratiwi

Nim : E0006012

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK

TERHADAP WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN

PUBLIK adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam

penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditujukan dalam daftar

pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)

dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, April 2010

yang membuat pernyataan

Dian Kus Pratiwi

NIM. E0006012

Page 7: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

7

ABSTRAK

Dian Kus Pratiwi. E0006012. 2010. MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK TERHADAP WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian hukum ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan penulis di bidang Hukum Tata Negara, khususnya melalui kajian tentang pemerintahan daerah dan asas desentralisasi dalam kaitanya di bidang pelayanan pelayanan publik ditinjau dari UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan mengetahui mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik oleh pemerintah daerah.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat

preskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode yuridis normatif. penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif atau penelitian doktrinal yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan intepretasi atau penafsiran terhadap mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang pemerintah daerah ditinjau dari UU Pelayanan Publik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan desentralsasi pelayanan publik dilatarbelakangi oleh beberapa hal, dan salah satunya adalah adanya pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pengaturan pelaksanaan pelayanan publik melalui mekanisme desentralisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah menurut asas-asas maupun ketentuan yang tercantum dalam UU No. 25 Tahun 2009. Dari pelaksanaan desentralisasi pelayanan publik menurut ketentuan yang diatur dalam UU No. 25 Tahun 2009 mempunyai beberapa implikasi positif maupun negatif.

Dengan desentralisasi yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, khususnya di bidang pelayanan publik, sebagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pemerintah daerah akan dapat mencipatakan momentum untuk melakukan penguatan politik lokal yang berdampak kepada perbaikan pelayanan pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah kepada rakyat. Hal ini akan tercapai apabila apartur birokrasi di daerah mentaati asas-asas pelayanan publik maupun ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU Pelayanan publik.

Kata kunci : Desentralisasi. Pelayanan Publik. UU No. 25 Tahun 2009

Page 8: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

8

ABSTRACT

Dian Kus Pratiwi. E0006012. 2010. THE MECHANISM AND IMPLICATIONS OF DECENTRALIZATION ON PUBLIC SERVICE AUTHORITY VIEWED FROM REGIONAL GOVERNMENT LAW NO. 25 YEAR 2009 REGARDING PUBLIC SERVICE. Law Faculty of Sebelas Maret University. The aim of this legal research is to make the author’s knowledge deeper in the field of Constitutional Law, particularly through a study on local governance and decentralization principles in the case of public service, in terms of Act No. 25th Year of 2009 about Public Services and finding out the mechanisms and implications of decentralization on public services in regional governments. This research is a prescriptive normative law. The method used in this research is normative juridical methods. Author uses this type of legal research, normative or doctrinal study of legal research by exploring library materials, or secondary data. The secondary data sources used include the primary legal materials, legal materials, secondary and tertiary legal materials. The data collection techniques used in this research is literature studies. The data obtained were then analyzed and interpreted with the interpretation of the mechanisms and implications of decentralization on public services viewed from local government authority in the terms of the Public Service Act. The results of the research shows that the implementation of decentralization on public service motivated by several things, and one of them is the devolution of power from central to local government. The arrangements of public services through decentralized mechanisms by local governments according to the principles and provisions are contained in Law no. 25 Year in 2009. By the implementation of decentralization of public services according to the provisions stipulated in Law No. 25 Year 2009, have some positive and negative implications. With the decentralization of delegation of authority from central government to local governments, particularly in the areas of public service, as stipulated in Law no. 25 Year 2009 concerning Public Service, local governments will create some policy to strengthen local politics that impact to the improvement of local government services which implemented by the government bureaucracy for the people. That will be achieved when local bureaucracy officers obey the principles of public service and the provisions stipulated in the Public Service Act. Keywords: Decentralization. Public Service. Law. Year 2009 25

KATA PENGANTAR

Page 9: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

9

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat, Nikmat serta Karunia-

Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan hukum (Skripsi) ini

yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu

hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul :

“MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK

TERHADAP WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN

PUBLIK.”.

Penulis menyadari terhadap segala kekurangan yang ada pada diri Penulis,

sehingga tidak mungkin menyelesaikan penulisan hukum (Skripsi) ini tanpa

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini

dan dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

tak terhingga kepada :

1. Bapak Muhammad Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh Pembantu Dekan.

2. Ibu Aminah, S.H., M.H, selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Pembimbing

Pertama yang telah memberi izin dan kesempatan kepada Penulis untuk

melaksanakan penulisan hukum ini serta memberikan bimbingan dan arahan

kepada penulis dalam penulisan hokum ini.

3. Bapak Isharyanto, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing Kedua yang telah

dengan tulus meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada Penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

4. Bapak Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.H, selaku Pembimbing Akademik (PA)

yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis selama

mengikuti perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan bekal

ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan dan semoga dapat Penulis

amalkan di masa mendatang.

Page 10: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

10

6. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Hukum UNS yang telah membantu

Penulis selama masa perkuliahan.

7. Ayah dan Ibuku tercinta, Bapak Drs. Djuwalman, M.Pd dan Ibu Dra.

Margyaningsih Rahayu yang dengan penuh keikhlasannya mencurahkan

kasih sayang, bimbingan, doa dan tuntunannya kepada Penulis, semoga

Allah SWT selalu menjaga dan memberikan kebahagiaan yang senantiasa

tercurah kepada Beliau berdua, amin.

8. Kakak-kakakku tersayang, Mbak Dewi, Mas Awan, ponakanku tersayang

Raditya Daffa Pradipta, sepupu sekaligus sahabatku Norma Anggerda, serta

seluruh keluarga besarku Mbah Uti, Mbah Kakung, Bulek Erna, Om Tono,

serta Bulek dan Om yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima

kasih atas dukungan semoga Allah SWT selalu mencurahkan nikmatnya

kepada keluarga kita, amin.

9. Teman-teman serta sahabat-sahabatku, Sandra Puspita Dewi, Januar Annisa,

Eppy Yuniar Putri, Riska Yunita, Mas Chkrisna Aditya, Mas Danar Ady

Nugroho, yang selalu menemaniku saat suka maupun duka, berbagi kasih

dan cerita bersama, dan selalu mendukungku saat aku lemah, semoga

persahabatan kita tak kan lekang oleh waktu.

10. Seorang yang berarti buatku, sebagai Mas maupun Sahabat yang

memberikan kasih sayangnya yang tulus padaku, selalu menemaniku dalam

suka, duka, sehat maupun sakit, yang memberiku semangat dan terus

mendorongku untuk bangkit dan maju, Sigit Riagung Nugroho, terimaksaih

atas semua yang kau berikan padaku selama ini, semoga hubungan ini akan

tetap terjaga hingga akhir nanti.

11. Teman-teman angkatan 2006, Heppy Indah Alamsari, Oktantiani DP,

Ghusnie Arinie, Tina Indri Puspita, Deasy Widyasari, Teny Dwi Arianti,

Agung Prakosa Subantolo, Raharjo Kurniawan, dan semua teman-teman lain

yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah menemani,

mendukung, membantu selama masa perkuliahan dan penulisan hukum ini.

12. Semua teman-teman terbaikku di Fakultas Hukum UNS, Dwi, Hastin

Tafrihana, Zulfia Nossy, Iin Woelandari, Angga Martandy teman

Page 11: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

11

seperjuangan dalam penulisan hukum ini, mas Aris Setyo Nugroho yang

selalu memberi arahan dalam menyelesaikan penulisan hukum ini, serta

teman-teman yang tak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang sudah

dengan senang hati membantu dalam segala hal dan dalam membantu

menyelesaikan penulisan hukum ini. Tanpa kalian aku bukan apa-apa.

13. Teman dan sahabaku di Jogja Ermin Puji Danarwati, Titis Wulandari, Adyy

Kurniawan, Luluk Anggi Rumondank, Whisnu Idrajati dan teman-teman

yang lainnnya, yang selalu memberi semangat kepada Penulis.

14. Om Joe dan Mas Ari, yang telah membantu dalam proses editing penulisan

hukum ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu dalam menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (Skripsi) ini,

terima kasih yang setulusnya.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang Penulis miliki, maka

dalam penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang menunjang bagi kesempurnaan penulisan

hukum ini.

Semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, almamater, masyarakat serta pihak-pihak yang

memerlukan, sehingga tidak menjadi suatu karya yang sia-sia nantinya.

Surakarta, April 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

Page 12: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

12

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO........................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. vi

ABSTRAK............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah .................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

D. Manfaat penelitian ........................................................................... 7

E. Metode Penelitian ............................................................................ 7

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ................................................................................ 17

1. Tinjauan tentang Desentralisasi ................................................. 17

1. Definisi Desentralisasi ...................................................... 17

2. Tujuan dan Konsep Desentralisasi.................................... 20

3. Derajat Desentralisasi dan Desentralisasi di Indonsesia... 24

2. Tinjauan tentang Kewenangan................................................... 30

1. Definisi wewenang............................................................... 30

2. Jenis-jenis Wewenang.......................................................... 30

3. Cara Memperoleh Wewenang.............................................. 30

4. Definisi Pelimpahan Wewenang.......................................... 31

5. Manfaat dan Batasan Pelimpahan Wewenang..................... 32

6. Asas-asas pendelegasian Wewenang ................................... 33

Page 13: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

13

7. Derajat Pelimpahan Wewenang........................................... 35

8. Pendistribusian Wewenang Pemerintah Pusat kepada Daerah 36

9. Cara Penyerahan Wewenang Pemerintah Pusat kepada

Pemerintah Daerah............................................................... 37

10. Penyalahgunaan Wewenang dan Tindakan Sewenang-

wenang ................................................................................. 37

11. Kewenangan Diskresi .......................................................... 38

3. Tinjauan tentang Pelayanan Publik dalam UU No. 25 Tahun

2009............................................................................................ 39

1. Definisi Pelayanan Publik.................................................... 39

2. Penyelenggara Pelayanan Publik menurut UU No.25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik................................. 41

3. Tujuan dan Kualitas Pelayanan Publik menurut UU

No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik...................... 42

4. Konsep Efisien dan Efektifitas dalam Pelayanan Publik..... 44

5. Asas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik

menurut UU No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik ................................................................................... 45

6. Ruang Lingkup Pelayanan Publik ....................................... 46

7. Standar Pelayanan Publik .................................................... 48

B. Kerangka Pemikiran......................................................................... 50

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kajian terhadap Latarbelakang Desentralisasi Pelayanan Publik

Pemerintah

Daerah ............................................................................................. 53

B. Kajian terhadap Mekanisme Penyelenggaraan Desentralisasi

Pelayanan Publik oleh Pemerintah Daerah Menurut UU No. 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik .......................................... 58

Page 14: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

14

1. Pengaturan Penyelenggaraan Desentralisasi Pelayanan

Publik oleh Pemerintah Daerah ditinjau dari UU No. 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik .................................... 58

2. Prosedur Evaluasi, Penyelesaian Pengaduan dan

Pelanggaran hukum dalam Penyelenggaraan Pelayanan

Publik di tinjau dari UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik ...................................................................... 65

3. Standart Pelayanan .................................................................. 68

C. Implikasi Desentralisasi Pelayanan Publik ditinjau dari

UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik .......................... 77

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 91

B. Saran .............................................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia

menyebutkan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaiaan abadi dan

keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan Negara tersebut maka salah satu

cara yaitu dengan melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan yang

berkelanjutan tersebut di laksanakan oleh pemeintah pusat dan pemerintah

daerah. Pembangunan oleh pemerintah pusat berkaitan dengan sektor-sektor

yang lebih global, sedangkan pembangunan di daerah dilaksanakan oleh

pemerintah daerah sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat.

Perubahan UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk dan susunan

pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia. Pasal 18

ayat (1) berbunyi “ Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-

daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang

tiap-tiap propisi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah

yang diatur Undang-Undang”. Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945

menyebutkan bahwa pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat

menjalankan urusan pemerintahan dengan seluas-luasnya serta mendapat hak

untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang

oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat.

Pasal 18 A ayat (1) menyebutkan bahwa hubungan wewenang antara

pemerintah pusat dan daerah propinsi, kabupaten, dan kota atau antara

propinsi dan kabupaten dan kota diatur dengan undang-undang dengan

memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Sedang Pasal 18 A ayat

(2) menyebutkan hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber

Page 16: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

16

daya alam dan sumber daya lainya antara pemerintah pusat dan daerah diatur

dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Sekalipun otonomi itu seluas-luasnya, namun urusan-urusan tertentu

dalam Pasal 18 ayat (5) yang menjadi urusan pemerintah pusat sebagaimana

terumus dalam kalimat “ kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-

undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat”, sehingga ini menjadi

dasar yuridis peraturan perundang-undangan yang berlaku, yakni Undang-

Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Terkait dengan ketentuan yang mengatur tentang urusan Pemerintahan

Pusat disebutkan dalam Pasal 10 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 yakni bahwa

urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat meliputi:

a. Politik luar negeri;

b. Pertahanan;

c. Keamanan;

d. Yustisi;

e. Moneter dan fiskal; dan

f. Agama.

Dengan lahirnya UU No. 32 tahun 2004 yang menggantikan UU

sebelumnya yaitu UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka,

mekanisme pembangunan daerah antara pemerintah pusat dan daerah pun

menjadi berbeda.

Dalam manajemen penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

pola-pola penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang

sentralististik menjadi kurang aktual, sehingga perlu pendekatan desentralistik.

Peran pemerintah lebih ditekanankan sebagai regulator dan fasilitator untuk

menciptakan iklim yang kondunsif. Birokrasi pemerintahan tidak lagi

menampilkan sosok sebagai penguasa, tetapi sebagai pelanyan masyarakat.

Semua bentuk kegiatan pemerintah dan pembangunan harus dikelola secara

transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Dalam rangka melaksanakan tujuan Negara khususnya untuk

memajukan kesejahteraan umum melalui pembangunan nasional , negara

Page 17: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

17

berkewajiban salah satunya yaitu melayani setiap warganegara dan penduduk

untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan

publik, dimana telah diamanat oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, dan telah diatur dengan Undang-Undang No. 25 tahun

2009. Pelayanan publik yang di berikan pemerintah pada rakyat tersebut tentu

saja tidak dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah pusat kepada rakyat,

akan tetapai melalui pemerintah daerah sebagai kapanjangan tangan dari

pemerintah pusat didaerah untuk melaksanakan pembangunan tersebut sesuai

dengan UU No. 32 tahun 2004.

Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah, dari

sentralistisasi ke desentralisasi, dari terpusatnya kekuasaan pada pemerintah

daerah (eksekutif) ke power sharing antara eksekutif dan legislatif daerah,

harus disikapi dengan mengubah manajemen pemerintahan daerah. Dari sisi

manajemen publik, juga terjadi perubahan nilai yang semula menganut proses

manajemen yang berorientasi kepada kepentingan internal organisasi

pemerintahan ke kepentingan eksternal disertai dengan peningkatan pelayanan

dan pendelegasian sebagian tugas pelayanan publik dari pemerintah ke

masyarakat ataupun pasar. Demikian halnya sebagai konsekwensi reformasi,

manajemen publik juga harus beralih orientasi dari orientasi lama yang

menekankan pada proses “tindakan administrasi” yang meliputi kegiatan:

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penempatan pegawai

(staffing), pengarahan (directing), pengawasan (controlling), pengaturan

(regulating), dan penganggaran (budgeting) ke orientasi baru yang

menekankan pada proses “pembuatan kebijakan dan tindakan pelaksanaan”

yang meliputi kegiatan: analisis kebijakan (policy analysis), manajemen

keuangan (financial management), manajemen sumberdaya manusia (human

resources management), manajemen informasi (information management),

dan hubungan keluar (external relation). Semua perubahan di atas harus

diantisipasi oleh semua pelaksana pemerintahan, terutama kepala daerah.

Page 18: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

18

Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat

keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada

level bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak

perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan sistem

desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan

produktifitas suatu organisasi.

Sistem pemerintahan yang terdesentralisasi sesuai dengan UU No. 32

Tahun 34 tentang Pemerintahan Daerah, sejatinya pemerintah daerah memiliki

hak dan kewajiban yang luas untuk menciptakan pelayanan publik semakin

baik. Hal ini karena pemberian otonomi daerah dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah bertujuan untuk menciptakan pemerintahan yang semakin

efisien dan pemerintahan yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat

(participatory democracy). Meskipun pada dasarnya kedua tujuan tersebut

sering kali diletakkan dalam prioritas yang berbeda oleh pemerintah pusat dari

satu kurun waktu ke kurun waktu yang lain, tetapi keduan tujuan tersebut

selalu menyertai penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam aspek efisiensi,

pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat oleh pemerintah daerah

tanpa persetujuan pemerintah pusat. Pemerintah daerah bersama-sama dengan

masyarakatnya menentukan potensi dan kebutuhan yang akan menjadi

prioritas pembangunan dan pelayanan daerah (local responsiveness). Dalam

aspek-aspek participatory democracy, otonomi daerah memiliki dimensi

political equality dan local accountability. Dalam hal ini pembangunan dan

pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah harus dapat

dipertanggungjawabkan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh

kelompok masyarakat.

Konsepsi otonomi daerah, harus dapat dijadikan momentum untuk

melakukan penguatan politik lokal yang berdampak kepada perbaikan

pelayanan pemerintah yang dilaksanakan oleh birokrasi kepada rakyat. Hal

tersebut dikarenakan salah satu dari tujuan otonomi daerah adalah

memberikan pelayanan yang maksimal terhadap publik.

Page 19: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

19

Ada beberapa daerah yang bisa dijadikan contoh dalam pelaksanaan

desentralisasi pelayanan yang baik untuk masyarakatnya. Sragen, misalnya, dapat

menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya dengan menciptakan iklim

investasi yang baik naik 16,6% untuk industri kecil dan 21,3% untuk industri berat.

Hasilnya, penyerapan tenaga kerja meningkat 44,29% serta kenaikan jumlah

perusahaan sebesar 30,1%. Ada pula Kabupaten Jembrana yang menggalakkan

sekolah gratis dan kesehatan gratis sejak 2001. Gratis di sini maksudnya pemerintah

Kabupaten Jembrana melakukan relokasi subsidi kesehatan yang semula untuk biaya

obat-obatan RSUD dan puskesmas menjadi untuk membayar premi asuransi kesehatan

bagi seluruh rakyat. Seluruh penduduk Jembrana memiliki KTP dengan pengurusan

yang mudah dan cepat. Sekolah gratis didanai dari subsidi sekitar Rp3,7 miliar per

tahun dalam kurun waktu 2001-2004. Program reformasi sosial telah menekan

angka kemiskinan dari 19,4% (2001) menjadi 10,9% (2003); kematian bayi (per 1000

lahir hidup) dari 15,25 (2001) menjadi 8,39 (2003); dan tingkat drop out sekolah

dasar dari 0,08% menjadi 0,02% pada tahun yang sama (Data dari Harian Media

Indonesia Senin, 21 April 2008).

Oleh karena itu, dengan adanya otonomi daerah, maka pemerintah

daerah dapat menjalankan urusan pemerintahan dengan seluas-luasnya serta

mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan daerah yang

menjadi kewenangannya. Dan salah satu kewenangannya adalah melayani

setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan

dasarnya dalam kerangka pelayanan publik, dimana telah diamanatkan oleh

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan telah

diatur dengan Undang-Undang No 25 tahun 2009. Untuk itu penulis tertarik

untuk mengambil judul penelitian “MEKANISME DAN IMPLIKASI

DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK TERHADAP WEWENANG

PEMERINTAH DAERAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 25

TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK”.

B. Perumusan Masalah

Page 20: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

20

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

penulisan hukum. Perumusan masalah dibuat untuk memecahkan masalah

pokok yang timbul secara jelas dan sistematis. Perumusan masalah

dimaksudkan untuk lebih menegaskan masalah yang akan diteliti, sehingga

dapat ditentukan suatu pemecahan masalah yang tepat dan mencapai tujuan

atau sasran sesuai yang dikehendaki.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengambil

perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mekanisme penyelenggaraan dalam desentralisasi

pelayanan publik ditinjau dari UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik?

2. Apa saja Implikasi dari penyelenggaraan desentralisasi pelayanan publik

ditinjau dari UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diperlukan karena terkait erat dengan perumusan

masalah dan judul dari penelitian itu sendiri. Oleh karena itu peneliti

mempunyai tujuan atau hal-hal yang ingin dicapai melalui penelitian ini.

Tujuan itu berupa tujuan secara subjektif dan objecktif. Adapun tujuan

penelitian ini adalah:

1. Tujuan Objecktif

a. Untuk mengetahui mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan

publik terhadap kewenangan pemerintah daerah.

b. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir

dinamis sekaligus untuk mengetauhi kemampuan penulis dalam

menerapkan ilmu yang diperoleh.

a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dan dapat memberikan masukan

serta tambahan pengetahuan.

2. Tujuan Subjektif

Page 21: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

21

a. Untuk memperdalam pengetahuan penulis di bidang Hukum Tata

Negara, khususnya melalui kajian tentang pemerintahan daerah dan

asas desentralisasi dalam kaitanya di bidang pelayanan pelayanan

publik ditinjau dari UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

b. Untuk penyusunan penulisan hukum/skripsi guna melengkapi tugas

akhir dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan

yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang dapat

diambil dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

di bidang Hukum Tata Negara, khususnya melalui kajian tentang

mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik oleh

pemerintah daerah.

b. Diharapkan dapat menambah bahan referensi di bidang karya ilmiah

serta bahan masukan bagi penelitian sejenis di masa yang akan

datang.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk mengembangkan daya pikir dan analisis yang akan membentuk

pola pikir dinamis, sekaligus untuk mecocokan bidang keilmuan yang

selama ini diperoleh dalam teori dan praktek.

b. Dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang sedang diteliti.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman tentang tata cara

seorang ilmuan mempelajari, menganalisis dan memahami lingkungan-

Page 22: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

22

lingkungan yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 1986:6). Metode

penelitian adalah cara-cara mengenai bagaimana suatu penelitian itu akan

dilakukan dengan cara-cara tertentu yang dibenarkan, baik mengenai tata cara

pengumpulan data, pengolahan data maupun analisis data serta penulisan

laporan penelitian. Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian secara umum dapat digolongkan dalam beberapa jenis,

dan pemilihan jenis penelitian tersebut tergantung pada perumusan

masalah yang ditentukan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif atau penelitian

doktrinal yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau data sekunder (Soerjono Soekanto, 1986:15).

Penelitian ini memfokuskan diri pada studi kepustakaan dan

doktrin-doktrin hukum yaitu pandangan atau ajaran-ajaran para ahli

hukum mengenai bidang studi yang dikaji, yakni berkaitan dengan

mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik oleh pemerintah

daerah yang ditinjau dari pendekatan UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif yang

bersifat preskriptif da terapan. Penelitian yang bersifat preskriptif

merupakan penelitian hukum dalam rangka mempelajari tujuan hukum,

nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan

norma-norma huku. Sedang terapan berarti penelitian dalam rangka

menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, dan rambu-rambu

dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2009: 22).

Dalam penelitian ini, sifat ilmu hukum sebagai ilmu terapan

merupakan konsekuensi dari sifat preskriptifnya, sehingga penelitian ini

Page 23: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

23

bermaksud untuk menemukan dan mempelajari konsep-konsep serta

aturan hukum yang ada dan bersangkutan dengan isu yang diteliti. Isu

yang diteliti yaitu mengenai mekanisme dan implikasi desentralisasi

pelayanan publik terhadap wewenang pemerintah daerah, sedangkan

konsep-konsep yang digunakan sebagai tinjauan isu yang diteliti yaitu

UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

3. Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, dimana

dengan pendekatan tersebut peneliti akan mendapat informasi dari

berbagai aspek mengenai isu hukum yang sedang dicoba untuk dicari

jawabannya.

Menurut Peter Mahmud Marzuki, ada beberapa pendekatan dalam

penelitian, yaitu pendekatan undang-undang (statue approach),

pendekatan kasus (case approach), pendekatan histori (historical

approach), pendekatan komparatif (comparatif approach), dan

pendekatan konseptual (conseptual approach) (Peter Mahmud Marzuki,

2009: 93).

Pada penelitian ini hanya digunakan pendekatan dari sisi undang-

undang (statute approach), dengan menelaah semua legislasi yang

berkaitan dengan isu hukum yang sedang dikaji, yakni isu hukum

berkaitan dengan mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan

publik oleh pemerintah daerah yang ditinjau dari pendekatan UU No. 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

4. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung diperoleh

Page 24: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

24

dari lapangan, tetapi diperoleh melalui studi kepustakaan, berupa buku-

buku, dokumen-dokumen, laporan-laporan, majalah, peraturan

perundang-undangan, surat kabar, sumber-sumber lain yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti dan segala sesuatu yang berhubungan

dengan objeck penelitian. Data sekunder mencakup bahan hukum primer

yaitu UUD 1945 khususnya Pasal 18 tentang Pemerintahn Daerah;

Peraturan Perundang-Undangan khususnya UU No. 25 Tahun 2009 dan

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahan hukum

sekunder berupa sejumlah keterangan atau fakta dengan cara mempelajari

bahan-bahan pustaka yang berupa buku-buku, dokumen-dokumen,

laporan-laporan, majalah, peraturan perundang-undangan, surat kabar dan

sumber-sumber lain yang memberi penjelasan akan permasalahan yang di

teliti yaitu tentang aspek desentralisasi di bidang pelayanan publik, dan

bahan hukum tersier.

5. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah sumber

dimana data diperoleh. Berdasarkan jenis datanya, yaitu data sekunder

maka yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu:

a. Bahan Hukum Primer: yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat

yang terdiri:

1) UUD 1945 khususnya Pasal 18 tentang Pemerintahn Daerah;

2) Peraturan Perundang-Undangan

a) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

b) UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pusat dan Daerah

c) UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

d) UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara

Page 25: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

25

e) PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

f) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang

Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan

Minimal

g) PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

Daerah Kabupaten Kota

h) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik

i) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

KEP/26/M.PAN/2004 tentang Petunjuk Teknis

Transaparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan

Pelayanan Publik

j) Peraturan Menteri Dalam Negeri No.6 Tahun 2007 tentang

Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar

Pelayanan Minimal

k) Peraturan Menteri Dalam Negeri No.79 Tahun 2007

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar

Pelayanan Minimaltunjuk Teknis Penyusunan dan

Penetapan Standar Pelayanan Minimal

l) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 62 Tahun 2008

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan

Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota

m) Dan peratuan perundang-undangan yang lainnya

b. Bahan Hukum Sekunder, merupakan bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum seperti yaitu berupa

sejumlah keterangan atau fakta dengan cara mempelajari bahan-

bahan pustaka yang berupa buku-buku, dokumen-dokumen, laporan-

laporan, majalah, peraturan perundang-undangan, surat kabar dan

Page 26: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

26

sumber-sumber lain yang memberi penjelasan akan permasalahan

yang di teliti yaitu tentang mekanisme dan implikasi desentralisasi

pelayanan publik oleh pemerintah daerah.

c. Bahan Hukum Tersier merupakan bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder, seperti bahan dari internet, kamus,

ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainnya. Bahan hukum

tersier dalam hal ini seperti bahan dari internet, kamus, ensiklopedia,

dan sebagainnya yang memberi penjelasan akan permasalahan yang

di teliti yaitu tentang mekanisme dan implikasi desentralisasi

pelayanan publik oleh pemerintah daerah.

6. Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian pasti membutuhkan data yang lengkap, dalam hal

ini dimaksudkan agar data yang terkumpul benar-benar memiliki nilai

validitas dan reabilitas yang cukup tinggi. Di dalam penelitian lazimnya

dikenal paling sedikit tiga jenis teknik pengumpulan data, yaitu: studi

dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara

atau interview (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006: 21).

Dalam upaya pengumpulan data dari sumber data diatas, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data adalah dengan study

kepustakaan. Study kepustakaan adalah suatu teknik pengumpulan data

dengan cara mencari data-data dari bahan yang berupa buku-buku,

dokumen-dokumen, laporan-laporan, majalah, peraturan perundang-

undangan, surat kabar dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti. Penilitian kepustakaan ini meliputi:

a. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan UU No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 25 Tahun 1999 tentang

Page 27: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

27

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, UU No. 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik, UU No. 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara, PP No. 25 tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah

Otonom, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang

Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal,

PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten Kota, Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/26/M.PAN/2004 tentang

Petunjuk Teknis Transaparansi dan Akuntabilitas dalam

Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Peraturan Menteri Dalam Negeri

No.6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan

Penetapan Standar Pelayanan Minimal, Peraturan Menteri Dalam

Negeri No.79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Pencapaian Standar Pelayanan Minimaltunjuk Teknis Penyusunan

dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal, Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota,

dll.

b. Identifikasi norma-norma hukum yang terkait dengan desentralisasi

atau pelimpahan wewenang yang kemudian di hubungkan dengan

penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah daerah.

c. Mengkaji tentang doktrin-doktrin hukum yang diperoleh melalui

buku-buku hukum yang berkaitan dengan desentralisasi dan

penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah daerah.

7. Teknis Analisis Data

Page 28: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

28

Teknis analisis data adalah suatu uraian tentang cara-cara analisis,

yaitu dengan kegiatan mengumpulkan data kemudian diadakan

pengeditan terlebih dahulu, untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai

bahan analisis yang sifatnya kualitatif.

Teknis analisis data merupakan pengolahan data yang pada

hakekatnya untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan

hukum tertulis. Sehingga kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan

data, kemudian data direduksi sehingga diperoleh data khusus yang

berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas untuk kemudian dikaji

dengan menggunakan norma secara materiil atau mengambil isi data yang

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan akhirnya diambil

kesimpulan/verifikasi dan akan diperoleh kebenaran objektif.

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data dengan interpretasi atau penafsiran.

Sudikno mengatakan bahwa interpretasi atau penafsiran merupakan

salah satu metode penemuan hukum yang memberi penjelasan gamblang

mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaedah dapat

diterapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu (Sudikno Mertokusumo,

1993: 169).

Interpretasi yang digunakan oleh seorang peneliti menurut Peter

Mahmud Marzuki telah memberikan memberikan sumbangan dan

pengembangan ilmu dan praktek hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2008:

106).

Penafsiran atau interpretasi yang dikenal dalam ilmu hukum antara

lain : interpretasi gramatikal, interpretasi sistematis, interpretasi teologis

atau sosiologi, interpretasi historis, interpretasi komparatif dan

interpretasi futuristis. Di dalam beberapa literatur dikenal juga interpretasi

autentik. Bahkan interpretasi gramatikal dan interpretasi autentik dapat

dimasukkan ke dalam interpretasi sistematis.

Page 29: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

29

Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya menggunakan satu

interpretasi, beberapa interpretasi yang digunakan oleh peneliti yaitu

interpretasi gramatikal, yaitu cara penafsiran atau penjelasan untuk

mengetahui makna ketentuan undang-undang dengan menguraikan

menurut bahasa, susunan kata atau bunyinya. Selanjutnya interpretasi

autentik, yakni penjelasan yang diberikan oleh undang-undang dan

terdapat dalam teks undang-undang (Sudikno Mertokusumo, 1993: 170).

Selain itu peneliti juga menggunakan jenis interpretasi sistematis yang

menurut P.W.C. Akkerman adalah interpretasi dengan melihat kepada

hubungan di antara aturan dalam suatu undang-undang yang saling

bergantung (Peter Mahmud Marzuki, 2008: 112). Dalam interpretasi

sistematis ini hubungan tidak hanya dilihat secara teknis, melainkan juga

dilihat asas yang melandasinya. Landasan pemikiran interpretasi sistematis

adalah undang-undang merupakan suatu kesatuan dan tidak satu pun

ketentuan di dalam undang-undang merupakan aturan yang berdiri sendiri.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk mempermudah penulisan hukum ini, maka penulis dalam

penelitiannya dibagi menjadi empat bab, dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub

bab yang disesuaikan dengan luas pembahsan.

Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

HALAMAN JUDUL

HALAMAN TANDA TANGAN TIM PENGUJI DAN PENGESAHAN

DEKAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

Page 30: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

30

Dalam bab ini diuraikan tentang:

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan Hukum

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai kerangka

teori yang berisi:

Pada bab ini akan diuraiakan mengenai tinjauan kepustakaan

yang terdiri dari :

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Desentralisasi

2. Tinjauan tentang Wewenang

3. Tinjauan tentang Pelayanan Publik menurut UU No. 25

Tahun 2009

B. Kerangka Pemikiran

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai

mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik oleh

pemerintah daerah.

BAB IV : PENUTUP

Dalam Bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan

dan saran dari peneliti tentang permasalahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Page 31: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Desentralisasi

a. Definisi Desentralisasi

Secara etimologis istilah desentralisasi berasal dari bahasa

Latin yang berarti de = lepas dan centrum = pusat, dengan demikian

berarti melepaskan diri dari pusat. Dari sudut ketatanegaraan yang

dimaksud dengan desentralisasi ialah pelimpahan kekuasaan

Pemerintah Pusat kepada Daerah-daerah yang mengurus rumah

tangganya sendiri.

Dari beberapa pakar dan literatur menyebutkan tentang pengertian desentralisasi yaitu: 1) Asas desentralisasi adalah asas yang menyatukan penyerahan

sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga sendiri daerah itu. Untuk itu semua prakarsa, wewenang dan tanggungjawab mengenai urusan-urusan diserahkan sepenuhnya menjadi tanggungjawab daerah itu, baik politik kebijaksanaan, perencanaan maupun mengenai segi-segi pembiayaannya. Pelaksananya adalah perangkat daerah sendiri. (Cst. Kansil dan Christine st Kansil, 2002: 3)

2) Rondinelli dan Cheema menyatakan bahwa desentralisasi adalah “the transfer of planning decision making, administrative authority from the central government to this field organizations, local administrative units, semi autonomous and parastatal organizations” desentralisasi adalah penyerahan perencanaan, pembuatan keputusan atau kewenangan administrasi dari pemerintah pusat kepada organisasi-organisasi tingkat bawah, kesatuan-kesatuan administrasi daerah, semi otonomi dan organisasi (Cheema, G. Shabbir dan Rondinelli, Dennis A (Ed). 1983:18).

3) Decentralization and Democratic Local Governance Programming Handbook vol 63 Decentralization is a process of transferring power to popularly elected local governments. Transferring power means providing local governments with greater political authority (e.g., convene

Page 32: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

32

local elections or establish participatory processes), increased financial resources (e.g., through transfers or greater tax authority), and/or more administrative responsibilities artinya bahwa desentralisasi adalah proses pengalihan kekuasaan kepada pemerintah daerah populer terpilih. Mentransfer berarti memberikan kekuasaan pemerintah daerah dengan otoritas politik yang lebih besar (misalnya, mengadakan pemilu lokal atau menetapkan proses partisipatif), peningkatan sumber daya keuangan (misalnya, melalui transfer atau lebih otoritas pajak), dan / atau lebih tanggung jawab administrasi.

4) J.H.A. Logeman dalam The Liang Gie 1968 Berbicara desentralisasi sebagai ketentuan, jika pekerjaan penguasa Negara dilimpahkan kepada persekutuan-persekutuan yang berpemerintahan sendiri. “Van decentralizatie spreek men als regel, indien overheidswerkzaamheid va de landoverheid wordt afgewented op zelfregerende gemeenschappen”.

5) Menurut Smith Desentralisasi adalah pendelegasian kekuasaan dari tingkat tertinggi ke tingkat yang lebih rendah, dalam herarkhi territorial meliputi dua aspek, pertama syarat pembatasan wilayah (the limitation of areas) karena adanya pembagian teritorial Negara. Kedua, penyerahan wewenang (delegation of authority). “….that decentralization involves one of more division of the state’s territory” (Smith, 1985:18).

Desentralisasi dengan demikian merupakan prinsip

pendelegasian wewenang dari pusat ke bagian-bagiannya, prinsip ini

mengacu pada fakta adanya span if control dari setiap organisasi

sehingga perlu diselenggarakan secara bersama-sama.

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (7) UU No. 32 Tahun 2004 “

desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerintah kepada daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik

Indonesia”.

Berdasarkan rumusan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa:

1) desentralisasi baru terwujud apabila terdapat penyerahan

overdragen wewenang pemerintahan;

2) pengakuan hanya ada satu bentuk desentralisasi yakni otonomi.

Kita ketahui bahwa otonomi hanyalah salah satu bentuk dari

desentralisasi, disamping tugas pembantuan (zelfsbestuur).

Page 33: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

33

Dalam kaitan ini, maka konsep desentralisasi yang

dikembangkan dalam hukum positif Indonesia memperlihatkan

arahnya kepada konsep penyerahan wewenang pemerintahan dari/oleh

eksekutif tingkat pusat kepada daerah otonom. Desentralisasi dibatasi

pada ruang lingkup wewenang pemerintahan yang menjadi kompetensi

eksekutif.

Dilihat dari aspek pemberian wewenang, maka desentralisasi

akan memberikan wewenang kepada Pemerintah Daerah untuk

melaksanakan atau menangani urusan-urusan pemerintahan tertentu

sebagai urusan rumah tangga sendiri. Desentralisasi merupakan

pelaksanaan dari konsep adanya pemerintahan yang bersifat otonom

yaitu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah

tertentu yang berwenang mengatur dan mengurus rumah kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam ikatan Negara Republik Indonesia.

Desentralisasi dimaksudkan untuk memperlancarkan roda

pemerintahan, mengingat bahwa Indonesia mempunyai wilayah yang

terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan kecil, serta masyarakat

yang pluralistik dari segi agama, budaya dan rasa tahu suku serta

aspek-aspek lainya yang berbeda-beda bentuk dan coraknya, sehingga

Pemerintah Pusat tidak mungkin dapat menyelenggarakan

pemerintahan dengan baik, apabila segala sesuatunya diputuskan dan

dilaksanakan sendiri. Karena itu, kepada daerah-daerah diberikan

wewenang mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk

meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan

pembangunan.

Page 34: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

34

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

desentralisasi di Indonesia sebagai akibat dari:

1) Luasnya wilayah di Indonesia

2) Ketidakmampuan Pemerintah Pusat menyelenggarakan semua

urusan pemerintah

3) Keadaan Indonesia yang pluralistik

4) Untuk terciptanya daya guna dan hasil guna pemerintahan dan

pembangunan

Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan,

desentralisasi antara lain bertujuan meringankan beban pekerjaan

Pemerintah Pusat. Dengan desentralisasi tugas dan pekerjaan dialihkan

kepada Daerah. Pemerintah Pusat dengan demikian dapat memusatkan

perhatian pada hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional

atau Negara secara keseluruhan.

Dengan demikian, menurut hemat penulis desentralisasi

merupakan asas yang menyatukan penyerahan sejumlah urusan

pemerintahan dari pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah yang

lebih tinggi kepada pemerintah daerah yang lebih rendah sehingga

menjadi urusan rumah tangga sendiri daerah itu. Untuk itu semua

prakarsa, wewenang dan tanggungjawab mengenai urusan-urusan

diserahkan sepenuhnya menjadi tanggungjawab daerah itu.

b. Tujuan dan Konsep Desentralisasi

Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijaksanaan

desentralisasi yaitu: tujuan politik dan tujuan administratif.

1) Tujuan politik akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai

medium pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan

secara agregat akan berkontribusi pada pendidikan politik secara

nasional untuk mencapai terwujudnya civil society.

2) Tujuan administratif akan memposisikan Pemerintah Daerah

sebagi unit pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk

Page 35: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

35

menyediakan pelayanan masyarakat secara efektif, efisien, dan

ekonomis yang dalam hal ini terkait dalam pelayanan publik.

Sejalan dengan pendapat tersebut, ide desentralisasi yang

terwujud dalam konsep otonomi daerah sangat terkait dengan konsep

pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu dalam desentralisasi

terdapat 3 (tiga) dimensi utama, yaitu:

1) Dimensi ekonomi, rakyat memperoleh kesempatan dan kebebasan

untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga mereka

secara relatif melepaskan ketergantungannya terhadap bentuk-

bentuk intervensi pemerintah, termasuk didalamnya

mengembangkan paradigma pembangunan yang berorientasi pada

ekonomi kerakyatan. Dalam konteks ini, eksploitasi sumber daya

dilakukan untuk kepentingan masyarakat luas, dilakukan oleh

masyarakat lokal;

2) Dimensi politik, yakni berdayanya masyarakat secara politik, yaitu

ketergantungan organisasi-organisasi rakyat dari pemerintah;

3) Dimensi psikologis, yakni perasaan individu yang terakumulasi

menjadi perasaan kolektif (bersama) bahwa kebebasan menentukan

nasib sendiri menjadi sebuah keniscayaan demokrasi. Tidak ada

perasaan bahwa “orang pusat” lebih hebat dari “orang daerah” dan

sebaliknya.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tampak bahwa tujuan yang

akan diwujudkan dengan dianutnya konsep desentralisasi adalah agar

tidak terjadi penumpukan kekuasaan (concentration of power) pada

satu pihak saja, yakni Pemerintah Pusat. Dan dengan desentralisasi

diharapkan terjadi distribusi kekuasaan (distribution of power) maupun

transfer kekuasaan (transfer of power) dan terciptannya pelayanan

masyarakat (publik services) yang efektif, efisien dan ekonomis serta

terwujudnya pemerintahan yang demokratis (democratic government)

sebagai model pemerintahan modern serta menghindari lahirnya

pemerintahan sntralistik yang sebenarnya sudah tidak populer.

Page 36: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

36

Pemerintahan sentralistik menjadi tidak popular karena tidak mampu

memahami dan menterjemahkan secara cepat dan tepat nilai-nilai yang

tumbuh dan berkembang di daerah, serta kurangnya pemahaman

terhadap sentiment lokal. Salah satu alasan karena warga masyarakat

merasa lebih aman dan tentram dengan badan pemerintah lokal yang

lebih mengetahui keinginan, aspirasi dan kepentingan masyarakat

daerah, serta lebih baik secara fisik dan juga secara psikologis.

Dari uraian-uraian di atas yang perlu diperhatikan adalah nilai-

nilai yang terkandung dalam konsep desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan baik di pemerintahan pusat maupun

pemerintah daerah.

Menurut Smith, dari sudut pemerintah pusat paling tidak

terdapat 3 (tiga) nilai desentralisasi yaitu:

1) Pendidikan politik, latihan kepemimpinan, dan untuk menciptakan

stabilitas politik. Sementara dari sisi kepentingan pemerintahan

daerah nilai pertama dari desentralisasi adalah untuk mewujudkan

apa yang dinamakan political equality.

2) Terciptanya local accountability dan yang ketiga adalah nilai local

responsiveness.

3) Dari sudut pemerintah pusat desentralisasi mempunyai nilai

sebagai pendidikan politik (political education), hal ini

dmaksudkan agar kepala daerah diharapkan dapat mengetahui akan

hak-hak dan kewajibanya dalam konteks hubungan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Desentralisasi dalam pemerintahan akan berkaiatn dengan dua

hal:

1) Adanya subdivisi teritori dari suatu Negara yang mempunyai

ukuran otonomi. Subdivisi teritori ini memiliki self governing

melalui lembaga politik akar dalam wilayah sesuai dengan batas

yuridiksinya. Wilayah ini tidak diadministrasikan oleh agen-agen

Page 37: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

37

pemerintah di atasnya tetapi diatur oleh lembaga yang dibentuk

secara politis di wilayah tersebut.

2) Lembaga-lembaga tersebut akan direkrut secara demokratis.

Berbagai keputusan akan diambil berdasarkan prosedur

demokratis.

Smith mengemukakan bahwa biasanya desentralisasi diasumsikan memerlukan demokrasi. Walaupun secara logis desentralisasi tidak membawa implikasi terhadap demokrasi, tetapi desentralisasi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki seperti akuntabilitas pelayanan publik, kesejahteraan dan partisipasi tetap memerlukan adanya demokrasi. Hal ini dapat dipahami karena dengan demokrasi akan muncul para pengambil kebijakansebagai wakil terpilih yang bertanggung jawab pada pemilih dalam kehidupan politik (Smith, 1985:11).

Dengan demikian, menurut hemat penulis dianudnya

konsep desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

didasarkan pada hal-hal:

1) Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan

desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan

kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya dapat

menimbulan tirani.

2) Dalam bidang penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai

tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam

pemerintahan dan melatih diri dalam menggunakan hak-hak

demokrasi.

3) Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan

pemerinthan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk

mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap

lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat pengurusannya

diserahkan kepada Daerah. Hal-hal yang lebih tepat ditangan Pusat

tetap diurus oleh Pemerintah Pusat.

Page 38: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

38

Sehingga desentralisasi mencakup berbagai elemen, yakni:

1) Desentralisasi memerlukan pembatasan area, yang bisa didasarkan

pada tiga hal (pola kehidupan sosial dan ekonomi, rasa identitas

politik, dan efisiensi pelayanan publik yang bisa dilaksanakan;

2) Desentralisasi yang meliputi pula pendelegasian wewenang, baik

itu kewenangan politik maupun kewenangan birokratis.

c. Derajat Desentralisasi dan Desentralisasi di Indonesia

Derajat desentralisasi dapat disusun berdasarkan faktor-faktor

tertentu meski masih mengundang perdebatan. Faktor-faktor tersebut

antara lain:

1) Desentralisai dapat dilihat dari fungsi yang dijalankan

pemerintahan daerah. Semakin banyak fungsi yang

didesentralisasikan maka semakin tinggi pula desentralisasinya.

Dalam hal ini apabila kita kaitkan dengan bidang pelayanan publik,

berarti apabila terdapat banyak fungsi (hal-hal yang berkaitan

dengan pelayanan publik) dari pemerintah pusat yang

didesentralisasikan ke pemerintah derah maka semakin tinggi pula

desentralisasinya.

2) Jenis pendelegasian fungsi ada dua jenis dalam hal ini, open-end

arrangement atau general competence dan ultra-vires doctrine.

Jika suatu pemerintah daerah memiliki fungsi atas tipe

pendelegasian general competence maka dapat dianggap derajat

desentralisasinya lebih besar.

3) Jenis kontrol pemerintah pusat atas pemerintah daerah. Kontrol

represif derajat desentralisasinya lebih besar kontrol yang bersifat

preventif.

4) Berkaitan dengan keuangan daerah yang menyangkut sejauh mana

adanya desentralisasi pengambilan keputusan, baik penerimaan

maupun pengeluaran pemerintah daerah. Apabila dikaitkan dal

Page 39: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

39

bidang pelayanan publik dalam pemerintah daerah, aspek

desentralisasi dapat dilihat melalui faktor ini yaitu sejauh mana

pemerintah daerah berperan dalam pengambilan keputusan

mengenai keuangan daerah yaitu baik yang berkaitan dengan

penerimaan maupun pengeluaran pemerintah berkatan bidang

pelayan publik ini.

5) Berkaitan dengan metode pembentukan pemerintahan daerah.

Derajat desentralisasi akan lebih tinggi jika sumber otoritas daerah

berasal dari ketetapan legislatif daripada pendelegasian dari

eksekutif.

6) Derajat ketergantungan financial pemerintah dearah terhadap

pemeintah pusat. Semakin besar presentase bantuan pemerintah

pusat daripada penerimaan asli daerah, berarti semakin besar pula

ketergantungan daerah tersebut kepada pusat. Hal ini berarti derajat

desentralisasinya lebih rendah.

7) Besarnya wilayah pemerintahn daerah. Ada anggapan bahwa

semakin luas wilayahnya maka semakin besar derajat

desentralisasinya karena pemerintah daerah lebih dapat mengatasi

persoalan dominanasi pusat atas daerah. Meskipun demikian,

hubungan antara besaran wilayah dengan kontrol masih terbuka

untuk diperdebatkan.

8) Politik partai, jika perpolitikan di tingkat daerah masih didominasi

oleh organisasi politik nasional maka derajat desentralisasinya

dianggap lebih rendah daripada jika perpolitikan di tingkat lokal

lebih mandiri dari organisasi politik nasional.

9) Faktor lainnya adalah sruktur dari system pemerintahan

desentralissi. Sistem pemerintahannya yang sederhana dianggap

kurang desentralistis bila dibandingkan dengan system yang

kompleks.

Page 40: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

40

Diantara delapan faktor yang dapat dipergunakan untuk

menentukan derajat desentralisasi suatu Negara, dua faktor pertama

sering kali mendapat perhatian lebih besar daripada sisi administrasi

publik karena secara langsung berkenaan dengan ruang lingkup

pelayanan yang dapat diberikan administrasi publik kepada masyarakat

melalui penjenjangan susunan pemerintahan. Untuk itu, persoalan

distribusi fungsi atau wewenang dalam rangka desentralisasi tersebut

dapat dilacak dari tulisan Diana Conyers yang berjudul

“Desentralization and Developoment: a Framework for analysis”(

Diana Conyers dalam Khairul Muluk 2007:18).

Berdasarkan tulisan Conyers tersebut terdapat beberapa hal

yang perlu dipertimbangkan dalam distribusi wewenang.

1) Menyangkut aktifitas fungsional apa yang perlu didesentralisasi.

Komponnen ini menyangkut keseluruhan fungsi, kecuali fungsi

yang penting bagi kesatuan national, beberapa kategori fungsi, atau

fungsi tunggal saja. Dalam hal ini, tampaknya distribusi fungsi

yang terjadi di Indonesia dalam UU No. 32 Tahun 2004 adalah

cara yang pertama, yakni menyangkut keseluruhan fungsi kecuali

aktifitas yang penting bagi kesatuan nasional. Fungsi yang

dikecualikan tersebut adalah pertahanan, moneter, yudisial, agama,

dan hubungan luar negeri.

2) Tentang kekuasaan apa saja yang perlu dilekatkan dalam aktivitas

atau fungsi yang didesentralisasi. Dalam hal ini ada tiga kategori

kekuasaan, yakni kekuasaan dalam pembuatan kebijakan (dibagi

lagi dalam kekuasaan mengatur dan mengurus), kekuasaan dalam

bidang keuangan, dan kukuasaan di bidang kepegawaian

(kekuasaan dalam menentukan prasyarat, penetapan, penunjukan,

pemindahan, pengawasan, dan penegakan disiplin). Distribusi

fungsi di Indonesia juga meliputi kekuasaan dalam hal pembuatan

kebijakan yang mencakup kekuasan mengatur (policy making atau

Page 41: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

41

regeling) dan mengurus (policy executive atau bestuur). Kekuasaan

keuangan juga menunjukan adanya desentralisasi fiscal yang

berarti ada distribusi kekuasaan untuk memutuskan sendiri baik

penerimaan maupun pengeluaran. Selanjutnya kekuasaan di bidang

kepegawaian yang ada dalam kebijakan desentralisasi di Indonesia

juga menunjukan tanda adanya distribusi kekuasaan kepada daerah

yang mencakup komponen tersebut.

3) Menyangkut desntralisasi kekuasaan pada tingkat tertentu yang

mencakup tiga tingkatan, yakni pada tingkat wilayah (regions) atau

Negara bagian (state) dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih;

tingkatan distrik atau setara dengan jumlah penduduk 50.000

sampai 200.000; dan tingkatan desa atau masyarakat.

Kebijakan desentralisasi yang dijalankan di Indonesia sesuai

dengan UU No. 32 Tahun 2004 tidak lagi merujuk pada istilah

tingkatan karena hubungan provinsi dan daerah kita bersifat coordinate

dan independent. Distribusi fungsi diberikan pada provinsi atau pada

tingkatan pertama dalam pembagian dan kabupaten atau kota setara

dengan tingkatan ke dua. Selain itu, UU No. 32 Tahun 2004 juga

mengatur distribusi fungsi pada pemerintahan desa yang setara dengan

tingkatan ketiga. Namun dalam hal pelaksanaannya, distribusi fungsi

pada pemerintahan desa dijalankan dibawah subordinasi dan

bergantung pada daerah kabupaten atau kota.

Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak

menerapkan sistem sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah yang

memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada

pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah

atau pemda. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan

kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa

adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan

dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah

Page 42: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

42

euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya

mementingkan kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan

untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi

karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

Pemberian otonomi daerah sebagai perwujudan dari

desentralisasi pada hakekatnya memberikan kewenangan kepada

daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

(UU No. 32 Tahun 2004).

Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan

nasional. Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan

masyarakat setempat (lokal) di daerah dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Mengingat masyarakat tiap masyarakat

lokal memiliki keunikan masing-masing, dengan demikian hanya

cocok jika instrumen desentralisasi diterapkan.

Desentralisai merupakan keharusan dan kebutuhan setiap

masyarakat apapun bentuk dan ideologi negaranya. Praktek

penyelenggaraan sentralisasi yang berlebihan terbukti menimbulkan

kekecewaan dan ketidakpuasan warga masyarakat terhadap

pemerintahannya. Desentralisasi sangat didambakan/disukai, dan

karenanya memiliki nilai (value) baik sedangkan sentralisasi bernilai

buruk sehingga cenderung ditolak.

Desentralisasi menurut berbagai pakar memiliki segi positif,

diantaranya : secara ekonomi, meningkatkan efisiensi dalam

penyediaan jasa dan barang publik yang dibutuhkan masyarakat

setempat, megurangi biaya, meningkatkan output dan lebih efektif

dalam penggunaan sumber daya manusia. Secara politis, desentralisasi

dianggap memperkuat akuntabilitas, political skills dan integrasi

Page 43: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

43

nasional. Desentralisasi lebih mendekatkan pemerintah dengan

masyarakatnya, memberikan/menyediakan layanan lebih baik,

mengembangkan kebebasan, persamaan dan kesejahteraan.

Desentralisasi/otonomi adalah persoalan yang menyangkut hak

asasi manusia, oleh karena dalam desentralisasi/otonomi individu

diberikan kebebasan untuk berpikir dan bertindak atas dasar aspirasi

masing-masing, tiap individu dipenuhi kebutuhan hidupnya dengan

cara dan kualitas yang terbaik, berpartisipasi dalam kehidupan sosial,

ekonomi dan politik, dengan tidak ada kontrol langsung dari

pemerintah pusat. Dalam era otonomi daerah, dituntu peranan

pemerintah daerah untuk memberikan kesejahteraan kepada

masyarakat daerahnya dengan penyediaan publik services yang sangat

dibutuhkan. Pergeseran paradigma dari good government menuju good

governance (local governance), akan melibatkan hubungan antara

pemerintah daerah dengan masyarakatnya dalam kegiatan/urusan

urusan pemerintahan. Dalam good governance harus ada

keseimbangan antara publik, privat dan sosial/ masyarakat. Dengan

demikian desentralisasi/otonomi tidak hanya berupa penyerahan

wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, tetapi

juga penyerahan wewenang kepada masyarakat (J.B. Kristiadi :1994).

Desentralisasi menggambarkan pengalihan tugas operasional

dari pemerintahan pusat ke pemerintahan lokal, dan desentralisasi

menunjukkan pendekatan atau devolusi kewenangan pembuatan

keputusan kepada pemerintah yang tingkatannya lebih rendah, dengan

demikian desentralisasi merupakan wahana dalam rangka

memampukan masyarakat daerah/lokal.

Selain sebagai wahana memampukan masyarakat lokal

desentralisasi jika dilihat latar belakang sejarah kemunculannya,

bermuara pada peningkatan kualitas pelayanan publik. Ide

Page 44: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

44

desentralisasi muncul sebagai dampak adanya tuntutan akan perlunya

percepatan pelayanan yang harus dilakukan oleh pemerintah kepada

masyarakat (sebagai konstituennya). untuk menjawab tuntutan ini,

maka selain menyerahkan pemberian layanan layanan kepada lembaga

yang terdekatdengan masyarakat, yang secara hierarkhis adalah

penyerahan peran pemberian layanan publik kepada kepada lembaga

pemerintah dibawahnya, juga pengalihan peran pemberian layanan

publik dari pemerintah kepada swasta.

2. Tinjauan tentang Kewenangan

a. Definisi Kewenangan

Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa

digunakan dalam lapangan hukum publik. Namun sesungguhnya

terdapat perbedaan diantara keduanya. Kewenangan adalah apa yang

disebut “kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan

yang diberikan oleh Undang-undang atau legislatif dari kekuasaan

eksekutif atau administratif. Karenanya, merupakan kekuasaan dari

segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang

pemerintahan atau urusan pemerintahan tertentu yang bulat.

Sedangkan wewenang hanya mengenai suatu bagian tertentu saja dari

kewenangan. Wewenang (authority) adalah hak untuk memberi

perintah, dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi.

b. Jenis-jenis Wewenang

Berdasarkan sumbernya wewenang dibedakan menjadi dua

yaitu wewenang personal dan wewenang offisial.

1) Wewenang personal

Page 45: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

45

Bersumber pada intelegensi, pengalaman, nilai atau normal, dan

kesanggupan untuk memimpin.

2) Wewenang offisial

Merupakan wewenang resmi yang di terima dari wewenang yang

berada di atasnya.

c. Cara memperoleh kewenangan

Kewenangan diperoleh oleh seseorang melalui 2 (dua) cara

yaitu dengan atribusi atau dengan pelimpahan wewenang.

1) Atribusi

Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan.

Dalam tinjauan hukum tata Negara, atribusi ini ditunjukan dalam

wewenang yang dimiliki oleh organ pemerintah dalam

menjalankan pemerintahannya berdasarkan kewenangan yang

dibentuk oleh pembuat undang-undang. Atribusi ini menunjuk

pada kewenangan asli atas dasar konstitusi (UUD) atau peraturan

perundang-undangan.

2) Pelimpahan wewenang

Pelimpahan wewenang adalah penyerahan sebagian dari

wewenang pejabat atasan kepada bawahan tersebut membantu

dalam melaksanakan tugas-tugas kewajibannya untuk bertindak

sendiri. Pelimpahan wewenang ini dimaksudkan untuk menunjang

kelancaran tugas dan ketertiban alur komunikasi yang bertanggung

jawab, dan sepanjang tidak ditentukan secara khusus oleh

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Proses pelimpahan dapat melalui :

Page 46: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

46

a) Delegasi yaitu pendelegasian diberikan biasanya antara organ

pemerintah satu dengan organ pemerintah lain, dan biasanya

pihak pemberi wewenang memiliki kedudukan lebih tinggi dari

pihak yang diberikan wewenang.

b) Mandat, pada umumnya mandat diberikan dalam hubungan

kerja internal antara atasan dan bawahan.

d. Definisi Pelimpahan wewenang

Menurut Sutarto pengertian pelimpahan wewenang adalah

penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan

agar tugas dan tanggungjawabnya dapat dilaksanakan dengan baik dari

pejabat yang satu kepada pejabat yang lain (Sutarto, 1993:158).

Menurut Staff of Rohre, Hibler dan Replogle (Ero H.Rosydi,

1982:12) mendefinisikan pelimpahan wewenang:

“ delegation of authority is the process by which authority is distributed throughout an organization. This concept includes the idea of assigning duties and authority to those individuals who are expected to assist in attaining the desired goal”

Sehingga pelimpahan wewenang adalah proses pendistribusian

wewenang melalui suatu organisasi atau lembaga. Konsep ini termasuk

pemberian kewajiban dan wewenang kepada individu-individu yan

diharapkan membantu dalam mencapai tujuan yang dikehendaki (Ero

H.Rosydi, 1982:12).

e. Manfaat dan Batasan Pelimpahan Wewenang

Dalam rangka pelimpahan wewenang ada beberapa hal yang

harus diperhatikan antara lain:

1) Batas wewenang, setiap pejabat yang akan melimpahakan

wewenang kepada pejabat lain harus mengetahui dengan jelas

Page 47: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

47

terlebih dahulu apa saja wewenang yang dimiliki dalam organisasi

tempat kerjanya;

2) Tanggungjawab pelimpahan wewenang dipikul bersama antara

pejabat yang melimpahkan wewenang dan pejabat yang menerima

wewenang;

3) Antara tugas, tanggungjawab dan wewenang harus seimbang,

apabila tugas yang diserahkan ringan maka tanggungjawab juga

harus ringan sehinggga wewenang yang diperlukan juga sedikit,

sebaliknya apabila tugas yang diserahkan berat maka akan

menimbulkan tanggungjawab yang lebih berat, sehingga

wewenang yang dilimpahkan harus besar pula;

4) Kemampuan memperhatikan pendapat dari pejabat yang menerima

limpahan, apabila seorang pejabat telah berani melimpahkan

sebagian wewenangnya kepada pejabat bawahannya harus disertai

kemauan sewaktu-waktu memperhatikan pendapat atau saran dari

pejabat bawahanya;

5) Mempercayai pejabat yang diserahi wewenang.

Pelimpahan wewenang sangat penting dilakukan, banyak

pemimpin yang berhasil berkat kecakapannya dalam melimpahkan

wewenangnya kepada bawahan. Tanpa pelimpahan wewenang tidak

ada organisasi yang berfungsi dengan efektif.

Menurut C.L.Littlefield, Frank M. Rachel, Donal L.Caruth (Ero

H.Rosydi, 1982:12) menyebutkan ada dua manfaat pelimpahan

wewenang:

1) Eksekutif dibebaskan dari tugas detail dan memberikan lebih

banyak waktu dalam kedudukannya untuk tanggungjawab

manajerial.

2) Para pegawai dari kesatuan kerja diberi kesempatan untuk berpikir

dan untuk mengembangkan dirinya. Ini penting bagi dua hal baik

Page 48: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

48

untuk kepuasan mereka maupun suksesnya organisasi dikemudian

hari.

f. Asas-asas Pendelegasian Wewenang

Terdapat 7 asas dalam pendelegasian wewenang antara lain:

1) Asas kepercayaan,delegartor hanya mendelegasikan sebagian

wewenang kepada deleget, jika deleget tersebut dapat dipercaya,

kepercayaan ini harus didasarkan atas pertimbangan yang objecktif

mengenai kecakapan, kemampuan, kejujuran, ketrampilan dan

tanggungjawab dari deleget yang bersangkutan;

2) Asas delegasi atas hasil yang diharapkan, asas ini memperhatikan

hasil yang akar, diperoleh dari pendelegasian wewenang itu yang

harus sesuai dengan adanya jaminan kecakapan dan keterampilan

untuk mncapai hasil yang diharapkan;

3) Asas penentuan fungsi atau kejelasan tugas, semakin jelas kegiatan

yang harus dilakukan, maka akan semakin jelas delegtions of

authority dalam organisasi dan semakin jelas pula hubungan

wewenang dengan bagian lainya, maka akan semakin jelas

tanggungjwab dalam melakukan tugas-tugas untuk mencapai

tujuan;

4) Asas rantai berkala, asas ini menghendaki adanya urutan-urutan

wewenang dari manajer puncak sampai pada bawahan, jika

manajer akan memerintahkan tugas kepada bawahan harus melalui

tingkatan yang ada;

5) Asas keseimbangan wewenang dan tanggungjawab, besarnya

wewenang yang didelegasikan harus sesuai dan seimbang dengan

besarnya tugas dan tanggungjawab;

6) Asas pembegian kerja untuk berfungsinya organisasi hendaknya

dilakukan distribusi pekerjaan, karena tanpa adanya pembagian

Page 49: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

49

kerja manajemen tidak berarti apa-apa dan semua tudas akan

langsung dikerjakan sendiri oleh manajer;

7) Asas kemutlakan tanggungjawab, bahwa setiap deleget yang

menerima wewenang mutlak harus bertanggungjawab kepada

delegatornya menegenai wewenang yang dilakukan.

Berlandaskan pada PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

sebagaimana telah diperbaharui dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,

dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota, tujuan peletakan kewenangan

dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah peningkatan

kesejahteraan rakyat, pemerataan, keadilan, demokratisasi dan

penghormatan terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah.

Daerah berkewajiban menyelenggarakan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangannya secara mandiri. Urusan yang menjadi

kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan.

Urusan pemerinthan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah terkait dengan pelayanan

dasr (basic services) bagi masyarakat. Sedangkan urusan pemerintahan

yang bersifat pilihan adalah urusan pemerintahan yang diprioritaskan

oleh pemerintahan daerah untuk diselenggarakan yang terkait dengan

upaya mengembangkan potensi unggulan yang menjadi kekhasan

daerah.

Sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundang-

undangan, urusan pemerintahan wajib dan pilihan menjadi dasar

susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah.

g. Derajat Pelimpahan Wewenang

Page 50: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

50

Dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah secara

teoritis penyerahan wewenang kepada daerah didasarkan pada

pertimbangan bahwa urusan-urusan yang diserahkan akan lebih

efisien, efektif dan akuntabel apabila diserahkan kepada daerah untuk

mengelolannya. Efisien dalam hal ini adalah bahwa urusan tersebut

dari segi dana dan daya akan lebih menguntungkan dilakukan

didaerah. Sedangkan yang dimaksud efektif adalah penyerahan urusan

tersbut akan mencapai sasaran yang diinginkan. Akuntabel berarti

bahwa pemerintah daerah didalam menjalankan urusan-urusan

bertanggungjawab kepada rakyat pemilih. Pemerintah dipilih da

mendapatkan legitimasi atau kepercayaan dari rakyat melalui

pemilihan. Dalam menjalankan kegiatannya, pemerintah dibiayai oleh

dana masyarakat melalui mekanisme pajak. Untuk itu maka sebaiknya

pemerintah bertanggungjawab kepada rakyat yang telah memberikan

legitimasi dan biaya untuk menjalankan kekuasaannya. Itulah esensi

dari akuntabilitas tersebut.

Dikaitkan dengan penyerahan urusan-urusan yang sesuai yang

sesuai dengan daerah, maka ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan

acuan dalam mendesentralisasikan kewenangan tersebut.

1) Urusan tersebut haruslah bersifat lokal yaitu untuk memenuhi

kebutuhan lokal. Urusan lokal berarti bahwa urusan-urusan

tersebut bukan berskala nasional. Urusan-urusan yang berskala

nasional umumnya yang berkaitan dengan pertahanan, keaman,

hubungan luar negeri, kegiatan moneter dalam arti mencetak uang

dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat antar propinsi (regional)

yang akan lebih tepat ditangani secara nasional.

2) Urusan tersebut akan lebih efisien, efektif dan akuntabel kalau

dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Kriteria efektif dan efisien

sering menimbulkan debat yang berkepanjangan. Banyak orang

berargumen bahwa suatu urusan akan jauh lebih efisien kalu

Page 51: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

51

dilakukan oleh unit yang besar dengan pertimbangan economies of

scale, misalnya pembangunan prasarana social seperti air, rumah

sakit, transportasi akan jauh lebih efisien kalau mencakup wilayah

yang luas. Dengan perkembangan teknologi terutama kemudahan

komunikasi, faktor geografis di dalam penentuan desentralisasi

menjadi semakin berkurang perannanya. Suatu urusan akan jauh

lebih efisien kalau dipusatkan dalam suatu unit pemerintahan

karena kemudahan komunikasi, urusan tersebut menjadi aksesibel

secara geografis.

h. Pendistribusian Wewenang Pemerintah Pusat kepada Daerah

Dasar pendistribusian kewenangan antara Pusat dan daerah ada

dua pendekatan. Pertama berdasarkan pada basis kewilayahan

(teritorial) dimana kewenangan untuk menyelengggarakan urusan-

urusan local didistribusikan antara satuan wilayah (state local

goverment) dan dan pemerintah lokal (local state government).

Kedua, berdasarkan pada basis fungsional, kewenangan untuk

menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah local didistribusikan

antara kementrian-kemetrian pusat yang bersifat khusus dan agen-

agennya yang berada di luar kantor pusatnya sebagai pelaksana

kebijakan darinya.

Pemerintah pusat mendistribusikan kewenangan

penyelenggaraan urusan-urusan lokal tersebut pada badan-badan

pelaksananya baik secara teritorial maupun fungsional, yang saling

terkait, saling melengkapi, tumpang tindih dan bersaing.

i. Cara Penyerahan Wewenang Pemerintah Pusat kepada

Pemerintah Daerah

Page 52: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

52

1) Ultra Vires Doctrine

Pemerintah pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada

daerah otonom dengan cara merinci satu persatu. daerah otonom

hanya boleh menyelenggarakan sesuai apa yang dirinci oleh

pemerintah pusat. Pemerintah pusat menyerahkan urusan setahap

demi setahap dengan tetap memperhatikan keadaan dan

kemampuan daerah yang bersangkutan. Sisa urusan yang

diserahkan kepada daerah tetap menjadi kewenangan pusat.

2) Open end agrragement atau general competence

Daerah otonom bolah menyelenggarakan semua urusan diluar

yang dimiliki pusat. Artinya pusat meneyerahkan kewenangan

kepada daerah untuk menyelenggararak kewenangan berdasarkan

kebutuhan dan inisiatifnya sendiri di luar kewenangan yang

dimiliki pusat.

j. Penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang

Penyalahgunaan wewenang merupakan suatu tindakan yang

dilakukan oleh seseorang dalam hal ini apartur daerah sebagai

pelaksana pelayanan publik dimana orang atau aparatur tersebut

melakukan suatu tindakan yang melebihi kewenangan yang

dimilikinya.

Di dalam UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara salah satu isinya menyebutkan bahwa ada dua jenis

penggunaan wewenang, yaitu penyalahgunaan wewenang

(detournement de pouvoir) dan tindakan sewenang-wenang (willkeur).

Pasal 53 ayat (2) huruf b dan c berbunyi sebagai berikut:

b. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan

keputusan sebagaimana di maksud dalam ayat (1) telah

Page 53: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

53

menggunakan wewenangnnya untuk tujuan lain dari maksud yang

diberikan wewenang tersebut.

c. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan

keputusan sebagaimana di maksud dalam ayat (1) telah

mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan

keputusan itu seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau

tidak mengambil keputusan tersebut.

Sedang tindakan sewenang-wenang merupakan tindakan yang

dilakukan seseorang dalam hal ini aparatur pemerintah daerah sebagai

pelaksana pelayanan publik dimana tindakan yang dilakukannya

tersebut sebenarnya bukan kewenangannya akan tetapi tetap dilakukan

melebihi kewenangan yang sesunguhnya.

k. Kewenangan Diskresi

Diskresi adalah kewenangan Pejabat Administrasi

Pemerintahan yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk

mengatasi masalah dengan memperhatikan batas-batas hukum yang

berlaku,asas-asas umum pemerintahan yang baik dan norma-norma

yang berkembang di masyarakat.dalam konteks tersebut, diskresi

berarti suatu bentuk kelonggaran pelayanan yang diberikan aparatur

penyelenggara pelayanan publik kepada masyarakat sebagai pengguna

jasa. Pertimbangan melakukan diskresi adalah adanya realitas bahwa

suatu kebijakan atau peraturan tidak mungkin mampu merespon

banyak aspek dan kepentingan semua pihak sebagai akibat

keterbatasan prediksi para stakeholder dalam proses perumusan

kebijakan.

Unsur kewenangan dalam diskresi Menurut Hadjon diskresi

mengandung dua kewenangan yaitu, kewenangan untuk memutus

sendiri dan kewenangan untuk interpretasi sendiri.

Page 54: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

54

Cst. Kansil mengemukakan bahwa setiap pejabat administrasi

bebas bertindak mengambil keputusan dengan pendapat sendiri akan

tetapi harus berdasarkan asas legalitas (Cst. Kansil dan Christine st

Kansil, 1997:163).

3. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik

a. Definisi Pelayanan Publik

1) Menurut Kotler sebagaimana terpetik dalam Lijan Poltak

Sinambela, pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan

dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan

meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik

(Lijan Poltak Sinambela, 2008:4)

2) Samparan Lukman dalam Lijan Poltak Sinambela berpendapat,

pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi

dalam interaksi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan

orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan

pelanggan (Lijan Poltak Sinambela, 2008:5).

3) Kamus Besar Bahasa Indonesia

Istilah public berasal dari Bahasa Inggris yang berarti umum,

masyarakat, negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima

menjadi Bahasa Indonesia Baku menjadi Publik yang berarti

umum, orang banyak, ramai. Padanan kata yang tepat digunakan

adalah praja yang sebenarnya bermakna rakyat sehingga lahir

istilah pamong praja yang berarti pemerintah publik adalah

sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan,

harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-

nilai norma yang merasa memiliki. Oleh karena itu pelayanan

publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap

kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau

Page 55: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

55

kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun kepuasan meskipun

hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

4) Menurut UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau

pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik.

Pelayanan publik diartikan, pemberian layanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada

organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetapkan.

Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan

yang sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah

memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang

diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk

pengaturan atau pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan,

utlilitas, dan lainnya. Berbagai gerakan reformasi publik (publik

reform) yang dialami negara-negara maju pada awal tahun 1990-an

banyak diilhami oleh tekanan masyarakat akan perlunya peningkatan

kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah. Di

Indonesia, upaya memperbaiki pelayanan sebenarnya juga telah sejak

lama dilaksanakan oleh pemerintah, antara lain melalui Inpres No. 5

Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian

Perijinan di Bidang Usaha. Upaya ini dilanjutkan dengan Surat

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.

81/1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. Untuk lebih

mendorong komitmen aparatur pemerintah terhadap peningkatan mutu

Page 56: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

56

pelayanan, maka telah diterbitkan pula Inpres No. 1 Tahun 1995

tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur

Pemerintah Kepada Masyarakat. Pada perkembangan terakhir telah

diterbitkan pula Keputusan Menpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003

tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. (Dr.

Ismail Mohamad Deputi II Bidang Kajian Manajemen Kebijakan dan

Pelayanan Lembaga Administrasi Negara disampaikan dalam acara

Seminar “Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi” yang

diselenggarakan oleh Bappenas, pada tanggal 18 Desember 2003, di

Kantor Bappenas, Jakarta Pusat.)

Menurut Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003, publik

adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan. Dengan

demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan

kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara. Negara didirikan

oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat

menngkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakikatnya Negara

dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan

secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya

diharapkan masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan,

pendidikan, dan lain-lain.

b. Penyelenggara Pelayanan Publik menurut UU No. 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik.

Dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya

disebut Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara,

korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-

Page 57: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

57

undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang

dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan

publik atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik

yang diselenggarakan oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit

swasta, PTS, perusahaan pengangkutan milik swasta.

2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

organisasi publik. Yang dapat dibedakan lagi menjadi :

a) bersifat primer adalah semua penyediaan barang/jasa publik

yang diselenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya

pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan

pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya.

Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan

penjara dan pelayanan perizinan.

b) bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa

publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di

dalamnya pengguna/klien tidak harus mempergunakannya

karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_publik)

c. Tujuan dan Kualitas Pelayanan Publik menurut UU No.25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik

Secara teoritis menurut Litjan Poltak Sinambela, tujuan

pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat (Litjan

Poltak Sinambela dkk, 2008:6).

Page 58: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

58

Untuk mencapai kepuasan tersebut dituntut kualitas pelayanan

prima yang tercermin dari:

1) Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan

dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan

secara memadai serta mudah dimengerti;

2) Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggung-

jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3) Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan

kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap

berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas;

4) Partisipasif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan

memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

5) Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan

diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama,

golongan, status social, dan lain-lain;

6) Keseimbangan hak dan kewajiban, yakni pelayanan

mengembangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima

pelayanan.

Agar pelayanan yang diberikan berkualitas harus mengacu

pada:

1) Kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik

keistimewaan langsung, maupun keistimweaan atraktif yang

memenuhi keinginan pelanggan (dalam hal ini masyarakat) dan

memberikan kepuasan atas penggunaan produk;

2) Kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekurangan

atau kerusakan.

Fitzsimmons dan Fitzsimmons dalam Litjan Poltak Sinambela, berpendapat terdapat lima indikator pelayanan publik:

Page 59: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

59

1) Realiability yang ditandai pemberian pelayanan yang tepat dan benar;

2) Tangibles yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya manusia dan sumber daya lainnya;

3) Responsiveness, yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan cepat;

4) Assurance, yang ditandai dengan tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan;

5) Empati, yang ditandai tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen (Litjan Poltak Sinambela, 2008:7).

d. Konsep Efisien dan Efektifitas dalam Pelayanan Publik

Ada kecenderungan bahwa efisiensi dan efektifitas menjadi

identitas pertama aparat emerintah dalam memberikan pelayanan

publik. Efektifitas pelayanan publik bisa dilihat dari tingkat

keberhasilan pelayanan yang telah diberikan pada publik itu sendiri.

Efisiensi pelayanan publik ditandai dengan sejauh mana sumber daya

yang digunakan untuk memberikan pelayanan. Biasanya efisiensi lebih

menekankan pada aspek internal yang terjadi dalam organisasi publik

tersebut.

Pelayanan publik lebih menekankan efektivitas dibanding

efisiensi dalam kinerjanya. Untuk mengetahui efektivitas kegiatan

organisasi pelayanan publik, dikenal beberapa pendekatan:

1) Pendekatan sasaran (goal approach)

Pendekatan ini memusatkan perhatiannya dalam mengukur

efektivitas ada aspek output, yaitu dengan mengukur keberhasilan

organisasi publik dalam mencapai tingkatan output yang

direncanakan. Beberapa sasaran yang dianggap penting dalam

kinerja suatu organisasi adalah efektivitas, efisiensi, produktivitas,

keuntungan, pengembangan, stabilitas dan kepemimpinan.

Page 60: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

60

2) Pendekatan sumber (system resource approach)

Yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi publik dalam

mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mencapai

performasi yang baik.

3) Pendekatan proses

Menekankan pada aspek internal organisasi yaitu dengan

mengukur efektivitas layanan publik melalui berbagai indikator

organisasi, seperi efisiensi dan iklim organisasi.

4) Pendekatan integratif

Merupakan gabungan dari ke tiga pendekatan, yang muncul

sebagai akibat kelemahan dan kelebihan dari ke tiga pendekatan

tersebut. Termasuk dalam pendekatan ini antara lain adalah

pendekatan konstituensi, yakni pendekatan bidang sasaran dan

kerangka ketergantungan, yang memusatkan perhatiannya pada

konstituensi organisasi, yaitu berbagai kelompok di luar organisasi

memiliki kepentingan terhadap performasi organisasi, seperti

karyawan, pemilik, konsumen, dan sebagainya.

e. Asas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik menurut UU No.

25 Tahun 2009 Pelayanan Publik

Dalam UU No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,

penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan :

1) Kepentingan umum;

Pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan kepentingan

pribadi dan/atau golongan.

Page 61: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

61

2) Kepastian hukum;

Jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan

pelayanan.

3) Kesamaan hak;

Pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama,

golongan, gender, dan status ekonomi.

4) Keseimbangan hak dan kewajiban;

Pemenuhan hak hams sebanding dengan kewajiban yang harus

dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan.

5) Keprofesionalan;

Pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai

dengan bidang tugas.

6) Partisipatif;

Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan

masyarakat.

7) Persarnaan perlakuan/ tidak diskriminatif;

Setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan yang adil.

8) Keterbukaan;

Setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan

memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.

Page 62: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

62

9) Akuntabilitas;

Proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat dipertanggung-

jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10) Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

Pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta

keadilan dalam pelayanan.

11) Ketepatan waktu;

Penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai

dengan standar pelayanan.

12) Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Setiap jenis pelayanan tlilakukan secara cepat, mudah, dan

terjangkau.

f. Ruang Lingkup Pelayanan Publik Menurut UU No. 25 tahun

2009 tentang Pelayanan Publik

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UU No. 25 tahun 2009 ruang

lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa

publik serta pelayanan administratif yang diatur dalarn peraturan

perundang-undangan. Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada

pasal 5 ayat (1) UU No. 25 tahun 2009 meliputi pendidikan,

pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan

informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi,

perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor

strategis lainnya.

Page 63: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

63

Sedang pelayanan barang publik sebagaimana dimaksud pada

Pasal 5 ayat (1) UU No. 25 tahun 2009 meliputi:

1) Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh

instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber

dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan/atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah.

2) Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh

suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau

seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan

daerah yang dipisahkan; dan

3) Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya

tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau

anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang

modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari

kekayaan Negara dan/ atau kekayaan daerah yang dipisahkan,

tetapi keterscdiaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam

peraturan perundangundangan.

Pelayanan atas jasa publik sebagaimana dimaksud pada Pasal 5

ayat (1) UU No. 25 tahun 2009 meliputi:

1) Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian

atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan

belanja Negara dan/ atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;

2) Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan

Negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

3) Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan

dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya

sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/

atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya

Page 64: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

64

menjadi misi negara yang ditetapkan ddam peraturan perundang-

undangan.

Pelayanan administratif sebagaimana dimaksud pada Pasal 5

ayat (1) UU No. 25 tahun 2009 meliputi:

1) Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara

dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka

mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat, dan harta benda warga negara.

2) Tindakan administratif oleh instansi nonpemerintah yang

diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-

undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima

pelayanan.

g. Standar Pelayanan Publik

Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan

standar pelayanan dengan memperhatikan kemampuan penyelenggara,

kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan. Dalam menyusun dan

menetapkan standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20

ayat (1) UU No.25 tahun 2009, penyelenggara wajib mengikutsertakan

masyarakat dan pihak terkait. Penyelenggara juga berkewajiban

menerapkan standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20

ayat (1) UU No.25 tahun 2009. Pengikutsertaan masyarakat dan pihak

terkait sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (2) UU No.25 tahun

2009 dilakukan dengan prinsip tidak diskriminatif, terkait langsung

dengan jenis pelayanan, memiliki kompetensi dan rnengutamakan

musyawarah, serta memperhatikan ke beragaman.

Penyusunan standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) UU No.25 tahun 2009 dilakukan dengan

pedoman tertentu yang diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Page 65: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

65

Komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

1) Dasar hukum;

2) Persyaratan;

3) Sistem, mekanisme, dan prosedur;

4) Jangka waktu penyelesaian;

5) Biaya/ tarif;

6) Produk pelayanan;

7) Sarana, prasarana, dan/ atau fasilitas;

8) Kompetensi pelaksana;

9) Pengawasan internal;

10) Penanganan pengaduan, saran, dan masukan;

11) Jumlah pelaksana;

12) Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan;

13) Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk

komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan

risiko keraguraguan; dan;

14) Evaluasi kinerja pelaksana.

Page 66: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

66

B. Kerangka Pemikiran

UU PEMDA 32/2004 (OTONOMI DAERAH)

UU No. 25 Tahun 2009

UUD 1945 (Pasal 18 A ayat (2))

Page 67: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

67

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia

menyebutkan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaiaan abadi dan keadilan sosial. Untuk

mewujudkan tujuan Negara tersebut maka salah satu cara yaitu dengan

melaksanakan pembangunan nasional . Dengan lahirnya UU No. 32 tahun 2004

yang menggantikan UU sebelumnya yaitu UU No. 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah, maka mekanisme pembangunan daerah antara pemerintah

pusat dan daerah pun menjadi berbeda.

Konsepsi otonomi daerah didasarkan pada UUD 1945 yang berisi tentang

pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah di atur dalam Pasal 18 UUD 1945

yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang

dapat menjalankan urusan pemerintahan dengan seluas-luasnya serta mendapat

hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang

DESENTRALISASI

PELAYANAN PUBLIK

MEKANISME DAN

IMPLIKASI

Page 68: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

68

oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat, dalam Pasal

18 A ayat (2) juga telah mengatur secara implisit bahwa kewenangan pemerintah

daearah salah satunya yaitu pelayanan umum. Isi Pasal 18 UUD 1945 tersebut

kemudian di implementasikan ke dalam UU tentang Pemerintahan Daerah UU

No.32 Tahun 2004 yang berisi mengenai Pemerintah Daearah dan Otonomi

Daerah.

Sebagai tindak lanjut amanat Pasal 18 UUD 1945, UU No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah satu cara untuk melaksanakan

tujuan Negara Republik Indonesia yaitu dalam memajukan kesejahteraan umum.

Negara berkewajiban salah satunya yaitu melayani setiap warganegara dan

penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka

pelayanan publik. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga

merupakan momentum untuk melakukan penguatan politik lokal yang berdampak

kepada perbaikan pelayanan pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh birokrasi

pemerintah kepada rakyat, khususnya dengan menggunakan asas desentralisasi,

yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

dalam bidang pelayanan publik sebagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik. Dalam menjalankan pelayanan terhadap

masyarakat tersebut, bagaimanakah mekanisme pengaturan penyelenggaraan

dalam desentralisasi pelayanan publik menurut UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, serta apa saja implikasi dari penyelenggaraan desentralisasi

pelayanan publik menurut UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik?

Page 69: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kajian terhadap Latarbelakang Desentralisasi Pelayanan Publik

Pemerintah Daerah

Sebelum kita membahas tentang mekanisme pengaturan desentralisasi

pelayanan publik ditinjau dari UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik, maka alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu latarbelakang

dari desentralisasi pelayanan publik pemerintah daerah. Peran Pemerintah

daerah dalam pelayanan publik secara eksplisit mencakup seluruh bidang

pemerintahan, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,

peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain (Pasal 10

ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004). Dalam Pasal 14 ayat (1) dikemukakan

bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan kabupaten dan kota

meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian,

perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup,

pertanahan, koperasi dan tenaga kerja. Terkait dengan pasal-pasal tersebut

kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, mencakup kewenangan dalam

bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, serta

kewenangan bidang tertentu lainnya. Pasal 1 ayat (7) UU No. 32 Tahun 2004

yang menyatakan desentralisasi merupakan penyerahan wewenang kepada

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem

Negara kesatuan RI, maka penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat

kepada daerah otonom bermakna peralihan wewenang secara delegasi disebut

delegation of authority. Tatkala terjadi penyerahan wewenang secara delegasi

maka pemerintah pusat akan kehilangan semua kewenangan itu, dah beralih

kepemerintah daerah. Betapapun luasnya cakupan otonomi, maka

desentralisasi yang mengemban pemerintahan daerah tidak boleh meretakkan

bingkai Negara kesatuan RI (H.M Laica Marzuki, 2007:9-11).

Page 70: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxx

lxx

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria

eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian

hubungan antar susunan pemerintahan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004

merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan antara Pemerintah dan

pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antar pemerintahan

daerah yang saling terkait, tergantung, dan sinergis sebagai satu sistem

pemerintahan.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,

yang diselenggarakan terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan

wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 UU No. 32 Tahun 2004 adalah

urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah

provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan

pelayanan dasar bagi kepentingan publik atau masyarakat.

Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. penanganan bidang kesehatan;

f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;

g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;

h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;

i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk

lintas kabupaten/kota;

j. pengendalian lingkungan hidup;

k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;

l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil

m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota;

Page 71: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxi

lxxi

o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan

oleh kabupaten/kota ; dan

p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

Urusan pilihan merupakan urusan pemerintahan yang secara nyata ada

dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan

kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Penentuan urusan pilihan ditetapkan oleh pemerintahan daerah.

Sedangkan, penyelenggaraan urusan wajib berpedoman pada standar

pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara

bertahap, yang selajutnya pembagian kewenangan atau urusan antara

pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah

kabupaten/kota di atur dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintah daerah Kabupaten/Kota.

Dari uraian urusan wajib dan urusan pilihan dapat dikatakan sebagian

besar merupakan cakupan urusan di didang pelaynan publik. Luasnya cakupan

pelayanan publik dalam bidang pemerintahan, memungkinkan adanya variasi

cakupan pelayanan. Lebih-lebih bila dikaitkan dengan pendapat bahwa setiap

daerah memiliki kemandirian dalam menentukan pelayanan yang diinginkan.

Dengan demikian, perlu dikaji variasi cakupan pelayanan yang dilaksanakan

Pemerintah Daerah, sehingga dalam jangka panjang dapat dijalankan model

pelayanan publik yang ideal, sesuai dengan karakteristik berbagai daerah

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai hasil proses politik dan hubungan antara hak rakyat dan

tanggung jawab pemerintah, maka pelayanan publik memiliki tiga unsur

penting, yakni: lembaga perwakilan sebagai pengambil keputusan, lembaga

eksekutif (pemerintahan) sebagai pemberi layanan, dan masyarakat sebagai

pengguna layanan. Ketiganya mempunyai hubungan yang setara dan saling

Page 72: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxii

lxxii

mempengaruhi agar kualitas pelayanan publik tetap terjaga. Kelemahan pada

salah satu unsur akan berdampak pula pada tingkat kepuasan atas

layanan publik secara keseluruhan. Sehingga melalui pelimpahan wewenang

dari pemerintah pusat ke daerah di harapkan akan tercapai ketiga unsur

tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pelayanan publik memiliki dua

dimensi, yakni: dimensi politik berupa pengambilan keputusan dan

penetapan kebijakan, dan dimensi administratif penyelenggaraan fungsi

pemerintahan berupa kegiatan-kegiatan pemberian layanan dengan

standar minimal yang dibakukan.

Peran masyarakat sebagai pengguna layanan dalam transaksi

pelayanan publik adalah kemampuannya menunjukkan kehendak, tuntutan,

harapan, serta penilaian kepuasan terhadap pelayanan publik. Bentuk-bentuk

tuntutan dan harapan masyarakat pada umumnya diartikulasikan melalui opini

publik (agenda publik) yang terbentuk dari proses agenda media dan

kelompok strategis representatif yang diwacanakan di ruang publik.

Dalam kontek proses pembuatan kebijakan daerah, opini publik yang

merepresentasikan kehendak publik dalam hal pelayanan publik menjadi

masukan penting untuk diapresiasi oleh anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) dalam rangka menjalankan fungsinya, yaitu

fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Kemampuan dan kearifan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam mengapresiasi dan

mengartikulasikan opini publik representatif menjadi salah satu indikator

penting bagi upaya peningkatan kualitas layanan publik.

Sejalan dengan hal tersebut maka apabila dikaitkan dengan konsep

atau tujuan politik dan tujuan administratif dari penyelenggaraan desentralisasi

pelayanan publik maka tujuan politik akan memposisikan Pemerintah Daerah

sebagai medium pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan

secara agregat akan berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional

untuk mencapai terwujudnya civil society, Sedang tujuan administratif akan

memposisikan Pemerintah Daerah sebagi unit pemerintahan di tingkat lokal

Page 73: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxiii

lxxiii

yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan masyarakat secara efektif,

efisien, dan ekonomis yang dalam hal ini terkait dalam pelayanan publik.

Sehingga pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah

dalam hal pelayanan publik sebenarnya telah memenuhi konsep dari asas

desentralisasi yaitu:

1) Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan desentralisasi

dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak

saja yang pada akhirnya dapat menimbulan tirani, maka apabila dikaitkan

dengan desentralisasi pelayanan publik, pelaksanaan pelimpahan

wewenang tersebut bertujuan agar tidak terjadi penumpukan kekuasaan

pada aparatur pemerintah pusat sebagai penyelenggara pelayanan publik.

Apabila pelaksanaan pelayanan publik di daerah dilaksanakan olh aparatur

pemerintah daerah maka akan terjadi transformasi kekuasaan yang

mengurangi timbulnya tirani.

2) Dalam bidang penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan

pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan

melatih diri dalam menggunakan hak-hak demokrasi. Hal tersebut apabila

dikaitkan dengan desentralisasi pelayanan publik, maka kenyataan

pelaksanaan pelayanan publik oleh aparatur pemerintah daerah talah

mencerminkan konsep demokrasi sebagai tujuan dilaksanakan

desntralisasi di daerah. Hal ini dapat terlihat dengan adanya peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan Pasal

39 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu masyarakat

dilibatkan sejak dimulai penyususan standar pelayanan sampai dengan

evaluasi dan pemberian penghargaan. Pelaksanaan Pasal tersebut

merupakan salah satu wujud pelaksanaan desentralisasi pelayanan publik.

Keterlibatan masyarakat dalam pelayanan publik sesuai mekanisme

desentralisasi juga meunjukan partisipasi dari masyarakat yang dalam

konsep pelayanan prima partisipasif merupakan sebuah pelayanan publik

yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

Page 74: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxiv

lxxiv

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan

masyarakat.

3) Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan

pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai

suatu pemerintahan yang efisien. Di kaitkan dengan pelaksanaan

desentralisasi pelayanan publik di daerah maka telah sesuai dengan kosep

desentralisasi tersebut. Pelaksanaan pelayanan publik dengan mekanisme

desentralisasi yang dilaksanakan di daerah merupakan tujuan dari konsep

desentralisasi yaitu untuk mencapai pemerintahan yang efisien

sebagaimana diharapkan oleh pemerintah.

Dengan desentralisasi dalam kerangka otonomi daerah sesungguhnya

daerah diberikan kebebasan untuk membuat dan melaksanakan keputusan

yang terbaik bagi masyarakatnya. Dan dengan demikian, dengan adanya

desentralisasi pelayanan publik diharapkan akan tercipta masyarakat yang

tumbuh atas dasar inisiatif/prakarsa sendiri, sehingga akan melahirkan

masyarakat yang kreatif inovatif tanpa ada kekangan dari pemerintah pusat.

B. Kajian terhadap Mekanisme Penyelenggaraan Desentralisasi Pelayanan

Publik oleh Pemerintah Daerah ditinjau dari UU No. 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik

1. Pengaturan Penyelenggaraan Desentralisasi Pelayanan Publik oleh

Pemerintah Daerah ditinjau dari UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik

Dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

disebutkan bahwa penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya

disebut penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara,

korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang

untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk

semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Oleh kerena itu pemerintah

Page 75: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxv

lxxv

daerah sebagai salah satu penyelenggara Negara berhak dan berwenang

menyelenggarakan pelayanan publik.

Dalam urusan di bidang pelayanan publik pemerintah daerah

berwenang menyelenggarakan pelayanan publik terhadap masyarakat

melalui sebuah Organisasi Penyelenggara yang dalam Pasal 8 UU No. 25

Tahun 2009 dijelaskan bahwa sebuah organisasi penyelenggara

berkewajiban menyelenggarakan pelayanan publik sesuai dengan tujuan

pembentukan. Oleh karena itu melaui sebuah Satuan Organisasi Satuan

Organisasi Perangkat Daerah (diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 41

Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah) pemerintah dapat

menyelenggarakan pelayanan publik secara langsung pada masyarakat.

Sebagai organisasi penyelenggara maka pemerintah daerah dan

sebagai pelaksana teknis di daerah, dalam penyelenggaraan pelayanan

publik sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1) UU No. 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik, kewenangan pemerintah daerah sekurang-

kurangnya meliputi:

a) pelaksanaan pelayanan;

b) pengelolaan pengaduan masyarakat;

c) pengelolaan informasi;

d) pengawasan internal;

e) penyuluhan kepada masyarakat; dan

f) pelayanan konsultasi.

Pelaksaanaan kewenangan pemerintah daerah sebagai

penyelenggara di bidang pelayanan publik hingga saat berjalan dengan

baik di sebagaian besar daerah di Indonesia. Hal ini salah satunya

dikarenakan karena dalam pelaksanaanya pemerintah daerah berpegangan

dengan apa saja yang telah di atur dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik. Perubahan paradigma pelayanan publik yang sekarang

ini menekankan pada proses “pembuatan kebijakan dan tindakan

Page 76: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxvi

lxxvi

pelaksanaan” yang meliputi kegiatan: analisis kebijakan (policy analysis),

manajemen keuangan (financial management), manajemen sumberdaya

manusia (human resources management), manajemen informasi

(information management), dan hubungan keluar (external relation).

Beberapa hal yang diperhatikan bahwa dalam pelaksanaan

penyelenggaraan pelayanan publik harus berpenggangan dengan asas-asas

maupun tujuan dari penyenggaraan pelayanan publik, tujuan pelayanan

publik diantaranya terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas antara

hak, tanggungjawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang

terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik, terwujudnya system

penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas

umum pemerintahan yang baik, terpenuhinya penyenggaraan pelayanan

publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan terwujudnya

perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik.

Pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah

daerah yang meliputi kegiatan analisis kebijakan (policy analysis),

manajemen keuangan (financial management), manajemen sumberdaya

manusia (human resources management), manajemen informasi

(information management), dan hubungan keluar (external relation) harus

memperhatikan asas-asas yang ada dalam pelayanan publik. Melalui asas-

asas yang terdapat dalam Pasal 4 UU No. 25 Tahun 2009 penulis

melakukan interpretasi gramatikal mengenai pelaksanaan pelayanan publik

yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah yaitu:

a) Kepentingan umum;

Berarti bahwa dalam pemberian pelayanan publik pemerintah

daerah tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi dan/atau golongan.

Apabila kita temukan pelaksanaan dilapangan banyak pejabat maupun

aparat birokrasi yang dalam tugasnya lebih mengutamakan kepentingan

Page 77: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxvii

lxxvii

pribadi maupun golongannya berarti pejabat atau aparatur penyelenggara

pelayanan publik tersebut telah melanggar asas ini. Konsepsi pelayanan

publik yang berarti melayani masyarakat luas maupun umum merupakan

suatu yang paten dan harus ditanamkan dalam jiwa pejabat maupun

aparatur birokrasi di lengkungan pemerintah daerah.

b) Kepastian hukum;

Jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan

pelayanan. Hal ini berati bahwa pemerintah daerah khususnya dalam hal

pembuatan suatu kebijakan mengenai pelayanan publik maka kebijakan

yang dibuat haruslah menjamin terwujudnya hak dan kewajiban dalam

penyelenggaran pelayanan publik. Dengan kepastian hukum, maka hukum

harus di tegakkan sehingga dengan adanya kepastian hukum ketertiban

dalam masyarakatpun akan tercapai (N.A Martana 2009:57)

c) Kesamaan hak;

Pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama,

golongan, gender, dan status ekonomi. Pemerintah daerah sebagai

penyelenggara pelayanan publik harus adil daam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Kesamaan hak yang diperoleh dalam pelaynan publik

tidak dapat di halangi oleh perbedaan suku, ras, agama, golongan, gender

maupun status ekonomi. Beberapa hal yang kita temui dilapangan bahwa

banyak pelayanan yang berikan pemerintah masih memandang suku, ras,

agama, golongan, gender dan terutama status ekonomi. Sebagai contoh

dilapangan, masih banyak orang dengan satus ekonomi yang tinggi

mendapatkan kemudahan dan pelayanan publik dibadingkan dengan status

ekonomi yang lebih rendah. Kasus seperti ini diharapkan tidak akan terjadi

dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah daerah dengan

memperhatikan ketentuan asas kesamaan hak ini.

d) Keseimbangan hak dan kewajiban;

Page 78: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxviii

lxxviii

Pemenuhan hak harus sebanding dengan kewajiban yang harus

dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan. Pemerintah

daerah sebagai pemberi atau pnyelenggara pelayanan publik, dan

msayarakat sebagai penerima layanan publik diharapkan terjadi

keseimbangan antara hak yang di terima maupun kewajiban yang

dilakukan oleh penelenggara. Dalam pelaksanaannya, ketentuan asas ini

sangat sulit untuk diterapkan, akan tetapi apabila pemerintah daerah dan

masyaraat sama-sama mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing

maka pelaksanaan pelayanan publik sesuai dengan asas ini tidak akan

sulit.

e) Keprofesionalan;

Pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai

dengan bidang tugas. Faktor keprofesional ini lebih ditekankan pada

aparatur pemerintah daerah sebagai penyelenggara pelayanan publik yang

mempunyai kompentensi yang cukup dalam bidangnya, agar dapat

menjalankan tugasnya dengan baik sesuai tugasnya dan mencapai tujuan

yang di harapkan. Keprofesionalan juga sangat berpengaruh dalam

menentukan suatu kualitas dari pelayanan publik. Dengan aparatur yang

profesinal maka kualitas dari pelayanan publik pun akan lebih baik, dan

akan berpengaruh kepada kinerja pelayanan publik yang semakin baik

pula.

f) Partisipatif;

Pertisipasif berarti peningkatan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan,

dan harapan masyarakat. Melaluai konsep desentralisasi di daerah, maka

desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan masyarakat

setempat (lokal) di daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Asas ini sangat penting bagi pelaksanaaan pelayanan publik di

Page 79: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxix

lxxix

daerah, yaitu dalam hal pembuatan suatu kebijakan dan tindakan

pelayanan berkaitan dengan pelayanan publik. Partisipasi masyarakat

khususnya masyarakat lokal di harapkan akan mengakomodir aspirasi,

kebutuhan serta harapan-harapan dari masyarakat dari suatu pelayanan

publik, yang kemudian oleh pemerintah daerah diakomodir dan di

tuangkan dalam suatu pembuatan kebijakan dan tindakan pelayanan.

Diharapkan dengan desentralisasi dan pelaksanaan asas ini akan lebih

mendekatkan pemerintah dengan masyarakatnya,

memberikan/menyediakan layanan lebih baik, mengembangkan

kebebasan, persamaan dan kesejahteraan.

g) Persarnaan perlakuan/ tidak diskriminatif;

Setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan yang adil. Asas

ini pada dasarnya dilaksanakan oleh pemerintah daerah sama seperi

melaksanakan asas kesamaan hak seperti yang telah dijelaskan di atas.

Persamaan perlakuan dan tidak diskrimanatif tersebut tercermin dalam

pemberian pelayanan publik oleh pemerintah daerah yang sama dan adil

antara masyarakat yang satu dengan yang lain dala menerima pelayanan,

tanpaharus memandang suku, ras, agama, golongan, gender maupun status

ekonomi.

h) Keterbukaan;

Setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan

memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan. Kesedian

informasi ini sangat penting bagi masyarakat sebagai penerima pelayanan

agar lebih jelas dan mdah mendapat informasi mengenai pelayanan yang

di inginkan. Pemerintah daerah sebagai penyelenggara pelayanan publik di

daerah berkewajiban mengelola system informasi yang terdiri atas sistem

informasi elektronik atau non elektronik seperti yang tercantum dalam

Pasal 23 UU No. 25 Tahun 2009 ayat (4) sekurang- kurangnya meliputi:

Page 80: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxx

lxxx

1) profil penyelenggara ;

2) profil pelaksana;

3) standar pelayanan;

4) maklumat pelayanan;

5) pengelolaan pengaduan; dan

6) penilaian kinerja.

Penyelenggara berkewajiban menyediakan informasi sebagaimana

dimaksud pada Pasal 23 UU No. 25 Tahun 2009 ayat (4) kepada

masyarakat secara terbuka dan mudah diakses.

i) Akuntabilitas;

Berarti proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat

dipertanggung-jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Akuntabilitas yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah ini

tercermn dengan adanya kualitas pelayanan pulik yang abaik yang

diberikan oleh pemerintah daerah, dimana indikator dari suatu kualitas

yang di berikan yaitu, ditandai pemberian pelayanan yang tepat dan benar,

penyediaan yang memadai sumber daya manusia dan sumber daya lainnya,

keinginan melayani konsumen dengan cepat, tingkat perhatian terhadap

etika dan moral dalam memberikan pelayanan, tingkat kemauan untuk

mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen (Budiman, Arief: 1996).

j) Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

Berarti pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga

tercipta keadilan dalam pelayanan. Pelaksananan asas ini dalam UU

Pelayanan Publik di atur dalam Bagian serta Pasal selanjutnya dalam

Undang-Undang ini.

k) Ketepatan waktu;

Page 81: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxxi

lxxxi

Penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai

dengan standar pelayanan.

l) Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Setiap jenis pelayanan dilakukan secara cepat, mudah, dan

terjangkau oleh masyarakat.

Dengan asas desentralisasi, yaitu pelimpahan wewenang dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, khususnya di bidang

pelayanan publik sebagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik, pemerintah daerah akan dapat menciptakan

momentum untuk melakukan penguatan politik lokal yang berdampak

kepada perbaikan pelayanan pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh

birokrasi pemerintah kepada rakyat. Hal ini akan tercapai apabila aparatur

birokrasi di daerah mentaati asas-asas pelayanan publik maupun

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU Pelayanan publik.

Apabila dalam penyelenggaraan desentralisasi pelayanan publik,

pemerintah daerah dapat melaksanakan kesemua asas-asas yang tercantum

dalam pelayanan publik, niscaya kualitas pelayanan yang di berikan

pemerintah daerah pun menjadi baik. Akan tetapi apabila dalam

penyelenggaraan pelayanan publik terjadi penyimpangan terhadap asas-

asas tersebut maka akan terjadi peluang penyimpangan penyelenggaraan

pelayanan publik, baik oleh aparatur pemerintah daerah sebagai pelaksana

publik maupun terhadap kualitas dan kinerja pelayanan publik.

2. Prosedur Evaluasi, Penyelesaian Pengaduan dan Pelanggaran hukum

dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik di tinjau dari UU No. 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Page 82: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxxii

lxxxii

Dalam Pasal 10 UU No. 25 Tahun 2009 di atur bahwa

Penyelenggara berkewajiban melaksanakan evaluasi terhadap kinerja

pelaksana di lingkungan organisasi secara berkala dan berkelanjutan.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut penyelenggara berkewajiban

melakukan upaya peningkatan kapasitas pelaksana. Evaluasi terhadap

kinerja pelaksana pelayanan publik dilakukan dengan indikator yang jelas

dan terukur dengan memperhatikan perbaikan prosedur dan atau

penyempurnaan organisasi sesuai dengan asas pelayanan publik dan

peraturan perundang-undangan.

Penyelenggara berkewajiban melakukan penyeleksian dan promosi

pelaksana secara transparan, tidak diskriminatif, dan adil sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Penyelenggara wajib memberikan

penghargaan kepada pelaksana yang memiliki prestasi kerja.

Penyelenggara wajib memberikan hukuman kepada pelaksana yang

melakukan pelanggaran ketentuan internal penyelenggara. Ketentuan lebih

lanjut mengenai mekanisme pemberian penghargaan dan hukuman

ditentukan oleh penyelenggara.

Dengan evaluasi yang berpedoman dengan pendekatan Pendekatan

sasaran (goal approach) maka akan memusatkan perhatiannya dalam

mengukur efektivitas ada aspek output, yaitu dengan mengukur

keberhasilan melalui evaluasi maka organisasi publik diharapkan dapat

mencapai tingkatan output yang direncanakan.

Untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat atas kualitas

maupun kinerja terhadap pelayanan publik yang diberikan aparatur

pemerintah, perlu disediakan akses kepada masyarakat untuk memberikan

informasi, saran/pendapat/tanggapan, complaint/pengaduan dalam bentuk

kotak pengaduan, kotak pos, atau satuan tugas penerima pengaduan yang

berfungsi menerima dan menyelesaikan pengaduan masyarakat.

Page 83: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxxiii

lxxxiii

Setiap orang yang menyampaikan pengaduan, baik secara tertulis

maupun secara langsung kepada pejabat/petugas penerima pengaduan

diberi surat/formulir tanda bukti pengaduan. Pada surat/formulir tanda

bukti pengaduan disebutkan nama dan jabatan pejabat atau petugas yang

berwenang untuk menyelesaikan masalah atau pengaduan tersebut dan

jangka waktu penyelesaiannya.

Masukan masyarakat, baik merupa informasi, saran, pendapat,

tanggapan dan atau pengaduan hendaknya ditindaklanjuti dengan langkah-

langkah upaya perbaikan dan evaluasi pelayanan oleh unit pelayanan

instansi pemerintah yang bersangkutan. Apabila dalam pengaduan terdapat

masyarakat yang dirugikan, perlu dipertimbangkan pemberian

kompensasi. Pengaduan tertulis baik melalui surat maupun media

elektronik oleh masyarakat harus disampaikan secara jelas dan

bertanggungjawab dengan menyebutkan nama, alamat dan indentitas yang

sah (bukan “surat kaleng”). Apabila dalam pengaduan ternyata terjadi

penyimpangan yang dilakukan oleh petugas pelayanan, maka perlu

diberikan sanksi kepada petugas yang bersangkutan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik telah

diatur mengenai mekanisme pengaduan yang datang dari masyarakat

mengenai kinerja aparatur maupun kualitas pelayanan publik yang

diterimannya. Pengaturannya terdapat dalam Pasal 40 sampai dengan

Pasal 50 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Di jelaskan bahwa masyarakat berhak mengadukan

penyelenggaraan pelayanan publik kepada penyelenggara, ombudsman,

dan/atau Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota. Masyarakat

yang melakukan pengaduan dijamin hak-haknya oleh peraturan

perundang-undangan.

Page 84: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxxiv

lxxxiv

Pengaduan dapat dilakukan terhadap penyelenggara yang tidak

melaksanakan kewajiban dan/atau melanggar larangan, dan pelaksana

yang memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan,

maupun terhadap hal-hal yang menyimpang yang dilakukan oleh aparatur

pemerintah daerah sebagai penyelenggara maupun pelaksana pelayanan

publik.

Masyarakat sebagai pengguna layanan publik yang diselenggrakan

oleh pemerintah daerah sebagai penyedia layanan dapat mengajukan

gugatan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara apabila terindikasi adanya

perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh aparatur pemerintah

daerah maupun aparat birokrasi penyelenggara pelayanan publik. Hal ini

telah di atur dalam Pasal 51 UU No. 25 Tahun 2009. Pengajuan gugatan

yang disampaikan masyarakat kepada pemerintah daerah sebagai

penyelengara layanan publik tidak akan menghapus kewajiban pemerintah

daerah sebagai pihak penyelenggara. Pengajuan gugatan disampaikan

berdasarkan peraturan perundang-undangan dan mekanisme yang berlaku

dalam hukum acara Peradian Tata Usaha Negara.

Pengajuan gugatan melalui Peradilan Tata Usaha Negara

dikarenakan, pelayanan publik merupakan salah satu bentuk

penyelenggaraan administrasi pemerintahan, dimana penyelenggara

maupun pelaksana adalah aparatur pemerintah (ketentuan umum UU

Peayanan publik, penyelenggra dapat berupa institusi penyelenggara

Negara) sehingga apabila dalam penyelenggaraan pelayanan publik

terdapat penyimpangan maupun pelanggaran hukum yang dilakukan

aparatur pemerintah daerah khususnya dalam hal ini, dapat di ajukan dan

di selesaikan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara.

Lalu bagaimana dengan penyelenggara pelayanan publik yang

melakukan tindak pidana dalam pelaksanaan pelayanan publik? Secara

implisit dalam Pasal 53 UU Pelayanan Publik di sebutkan, bahwa dalam

hal penyelenggara melakukan tindak pidana dalam penyelenggaraan

Page 85: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxxv

lxxxv

pelayanan publik sebagaimana di atur dalam UU Pelayanan publik maka

masyarakat dapat melaporakan penyelenggara ke pihak berwenang. Dari

uraian Pasal tersebut, maka sebuah tindak pidana yang dilakukan

penyelenggara pelayanan publik dapat di selesaikan melalui mekanisme

Peradilan umum, dikarenakan pihak yang berewenng menerima laporan

dari masyarakat adalah pihak penyidik (Kepolisian) yang dapat

selanjutnya melimpahkan perkara ke Peradilan Umum. Ketentuan

mengenai sanksi pelanggaran dalam penyelenggaraan pelayanan publik di

atur secara lengkap dalam Pasal 54 UU Pelayanan Publik.

3. Standart Pelayanan

Kualitas dan kinerja pelayanan publik juga dipengaruhi oleh sesuai

atau tidakanya pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah

terhadap standar pelayanan minimal masing-masing daerah.

Kewenangan yang didesentralisasikan oleh pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah dalam hal pelayanan publik sesuai Pasal 11 ayat

(4) dan Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi

Undang-Undang, salah satunya yaitu menentuan standar pelayanan

minimal diatur dalam PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimum.

Dalam UU No. 25 Tahun 2009 Pasal 20 ayat (1) sampai dengan (5)

di sebutkan bahwa Penyelenggara berkewajiban menyusun dan

menetapkan standar pelayanan dengan memperhatikan kemampuan

penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan. Dalam

menyusun dan menetapkan standar pelayanan, penyelenggara wajib

mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait dan penyelenggara

Page 86: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxxvi

lxxxvi

berkewajiban menerapkan standar pelayanan Pengikutsertaan masyarakat

dan pihak terkait dilakukan dengan prinsip tidak diskriminatif, terkait

langsung dengan jenis pelayanan, memiliki kompetensi dan

rnengutamakan musyawarah, serta memperhatikan ke beragaman. Dan

penyusunan standar pelayanan dilakukan dengan pedoman tertentu yang

diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Dalam Pasal 21 UU Pelayanan Publik diatur mengenai komponen

standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

a. Dasar hukum:

b. Persyaratan

c. Sistem, mekanisme, dan prosedur;

d. Jangka waktu penyelesaian;

e. Biaya/ tarif;

f. Produk pelayanan;

g. Sarana, prasarana, dan/ atau fasilitas;

h. Kompetensi pelaksana;

i. Pengawasan internal;

j. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan;

k. Jumlah pelaksana;

l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan;

m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk

komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko

keraguraguan; dan;

n. Evaluasi kinerja pelaksana.

Adanya standar pelayanan minimal sangat diperlukan baik bagi

pemerintah daerah maupun bagi masyarakat konsumen dari pelayanan itu

sendiri. Bagi pemerintah daerah adanya standar pelayanan minimal dapat

dijadikan tolok ukur (benchmark) dalam penentuan biaya ang diperlukan

untuk membiayai penyediaan pelayanan publik. Sedang bagi masyarakat

Page 87: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxxvii

lxxxvii

adanya standar pelayanan minimal akan menjadi acuan bagi menentukan

mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik yang disediakan

oleh pemerintah daerah.

Standar pelayanan minimum merupakan standar minimum

pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah daerah kepada

masyarakat. Adanya standar pelayanan minimum akan menjamin

minimum pelayanan yang berhak diperoleh masyarakat Indonesia dari

pemerintah. Disamping standar pelayanan minimum yang merupaan

kewenangan wajib, pemerintah daerah dapat mengembangkan dan

menerapkan standar kinerja untuk kewenangan daerah yang lain.

Kewenangan wajib daerah merupakan kewenangan ynag

diwajibkan pelaksanaanya oleh pemerintah kepada daerah. Kewenangan

wajib berkaitan dengan penyedianan pelayanan dasar yang

pelaksanaannya mengikuti standar pelayanan minimum yang ditetapkan

pemerintah. Pelaksanaan kewenangan wajib menjadi prioritas utama untuk

dilaksanankan oleh daerah.

Dengan adanya standar pelayanan minimum maka akan terjamin

kualitas minimum dari suatu pelayanan publik yang dapat dinikmati oleh

masyarakat, dan diharapkan akan terjadi pemerataan pelayanan pubik dan

menghindari kesenjangan pelayanan antar daerah.

Harus dibedakan pemahaman terhadap standar pelayanan

minimum dengan persyaratan teknis dari suatu pelayanan. Standar teknis

merupakan faktor pendukung untuk mencapai standar pelayanan minimum

Contoh standar pelayanan minimum adalah anak-anak Indonesia berhak

atas pendidikan minimm 9 tahun. Untuk itu maka setiap daerah

berkewajiban menyediakan pendidikan sampai dengan SLTP. Dalam

bidang kesehatan contohnya, dalam satu desa minimum harus ada sebuah

Pukesmas. Persyaratan teknis adalah persyaratan yang harus dipenuhi

Page 88: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxxviii

lxxxviii

dalam penyedianan pelayanan public seperti tebalnya jalan, garis sepadan

bangunan atau jalan, teknis bangunan, persyaratn laboratorium dan

sebagainya.

Standar pelayanan minimum harus mampu menjamin terwujudnya

hak-hak individu serta dapat menjamin akses masyarakat mendapat

pelayanan dasar yang wajib disediakan pemerintah daerah sesuai ukuran

yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk itu kriteria kewenangan wajib

adalah:

a. Melindungi hak-hak konstitusional perorangan maupun masyarakat.

b. Melindungi kepentingan national yang ditetapkan berdasarkan

konsensus nasional dalm rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, kesjahteraan masyarakat, ketentraman dan

ketertiban umum.

c. Memenuhi komitment nasional yang berkaitan dengan perjanjian dan

konvesi nasional.

Standar pelayanan minimum bersifat dinamis dan perlu dikaji

ulang serta diperbaiki dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan

kebutuhan dan perkembangan kapasitas daerah. Standar pelayanan

minimum ditentukan oleh pemerintah secara jelas dan konkrit,

sesederhana mungkin, tidak terlalu banyak dan mudah diukur untuk

dijadikan pedoman oleh pemerintah daerah.

Beberapa hal yang dapat dicapai oleh pemerintah daerah dengan

adanya standar pelayanan minimum yaitu:

a. Dengan adanya standar pelayanan minimum maka masyarakat akan

terjamin menerima suatu pelayanan public dari pemerintah darah.

b. Standar pelayanan minimum bermanfaat untuk menentukan jumlah

anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan publik.

Dengan adanya standar pelayanan minimum maka akan dapat

ditentukan Standard Spensing Assesment (SSA). Dengan adanya SSA

akan dapat dihitung biaya untuk suatu pelayanan public. Dengan cara

Page 89: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

lxxxix

lxxxix

yang sama maka akan dapat dihitung kebutuhan agregat minimum

pembiayaan daerah.

c. Standar pelayanan minimum akn menjadi landasan dalam penentuan

perimangan keuangan yang lebih adil dan transparan. Standar

pelayanan minimum dapat dijadikan dasar untuk menentukan system

subsidi yang lebih adil.

d. Standar pelayanan minimum dapat dijadikan dasar dalam menentukan

anggaran berbasis manajemen kinerja. Standar pelayanan minimum

dapat menjadi dasar dalam alokasi anggaran daerah dengan tujuan

yang lebih terukur.

e. Standar pelayanan minimum dapat membantu penilaian kinerja atau

LPJ kepala daerah secara lebih akurat dan terukur sehingga

mengurangi terjadinnya money politik dan kesewenang-wenangan

dalam menilai kinerja pemerintah daerah. Adanya standar pelayanan

minimum akan memperjelas tugas pokok pemerintah daerah dan akan

merangsang terjadinya check and balances yang efektif antara

eksekutif dan legisalatif.

f. Standar pelayanan minimum dapat menjadi alat untuk meningkatkan

akuntabilitas pemerintah daerah terhadap masyarakat. Masyarakat

dapat mengukur sejauh mana pemerintah daerah dapat memenuhi

kewajibannya untuk menyediakan pelayanan public.

g. Standar pelayanan minimum dapat merangsang transparansi dan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemerintah daerah. SPm akan

menbantu pemerintah daerah dalam melakukan alokasi anggaran

secara lebih seimbang sehingga merangsang efisiensi dan efektifitas

penyediaan pelayanan public oleh pemerintah daerah.

h. Standar pelayanan minimum dapat menjadi argument bagi peningkatan

pajak dan retribusi daerah karena baik pemerintah daerah dan

masyarakat dapat melihat keterkaitan pembiayaan dengan pelayanan

public yang disediakan oleh pemerintah daerah.

Page 90: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

xc

xc

i. Standar pelayanan minimum dapat merangsang rasionalisasi

kelembagaan pemerintah daerah, kareana pemerintah daerah akan

lebih berkonsetrasi pada pembentukan kelembagaan yang beroralasi

dengan pelayanan publik.

j. Standar pelayanan minimum dapat membantu pemerintah daerah

dalam merasionalisasi jumlah dan kualifikasi pegawai yang

dibutuhkan. Kejelasan pelayanan akan membantu pemerintah daerah

dalam menentukan jumlah dan kualifikasi pegawai untuk mengelola

pelayanan publik.

3.1. Hubungan antara Kewenangan dan Standar Pelayanan

Minimum

Penyusunan standar pelayanan minimum akan sulit apabila

belum ada kejelasan mengenai kewenangan antar tingkatan

pemerintahan. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan

sebagai syarat penyusunan standar pelayanan minimum itu:

a. Adanya pembagian kewenangan yang jelas antar tingkatan

pemerintahan (pusat, propinsi, kabupaten dan kota) menjadi

prasyarat utama untuk menentukan standar pelayanan

minimum.

b. Pembagian kewengangan baru menunjukan siapa melakukan

apa, namun belum menunjukan kewenangan-kewenangan apa

saja yang memerlukan standar pelayanan minimum. Oleh

karena itu tidak semua kewenangan membutuhkan standar

pelayanan minimum.

c. Otonomi luas telah menimbulkan beralihnya pengaturan

otonomi dari prinsip ultra vires (otonomi limitatif atau

materiil) menjadi general competence (otonomi luas) dengan

asas pelimpahan wewenang (desentralisasi). Dari seluruh

kewenangan luas yang dimiliki daerah, kewenangan-

Page 91: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

xci

xci

kewenangan apa saja yang menjadi kewenangan wajib

(obligatory functions)

d. Ada tiga kriteria utama yang dapat dijadikan acuan dalam

membagi kewenangan antara tingkatan pemerintahan yaitu

eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi.

e. Adanya output pemerintahan daerah yang jelas dalam bentuk

pelayanan public dari kewenangan wajib tersebut. Pelayanan

publik terbagi dua varian yaitu public goods dan public

regulations.

f. Public goods dan public regulations harus ada standar

minimum yang harus dipenuhi daerah untuk menjamin adanga

keseimbangan antardaerah dalam penyediaan pelayanan

publik.

g. Apabila public goods tersebut disediakan oleh swasta

(privatisasi), maka pemerintah daerah mengatur pelayanan

minimum dari aspek pengaturan (public regulations). Contoh:

dalam pendirian pasar swalayan ada minimum tempat parkir

yang harus disediakan. Untuk rumah sakit swasta, minimum

harus menyediakan pelayanan untuk kelompok kurang

mampu.

h. Dalam konteks UU No. 32 Tahun 2004 ada sebelas bidang

kewenangan wajib yang harus dilakssnankan pemerintah

daerah. Untuk itu perlu adanya pembagian atau rincian

bagian-bagian urusan apa saja yang harus dikerjakan oleh

setiap tingkatan pemerintahan dari urusan tersebut.

i. UU No. 32 Tahun 2004 belum memperlihatkan pembagian

bagian-bagian urusan tersbut ke dalam tingkatan-tingkatan

pelerintahan, namun lenih bersifat agregat. Lebih lanjut

pembagian kewenangan untukpusat dan daerah diatur dalam

PP No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan

kewenangan Propinsi sebgai daerah otonom.

Page 92: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

xcii

xcii

j. Adanya kewenangan wajib akan mewajibkan pemerintah

daerah menentukan pelayanan apa saja yang harus disediakan

pemerintah daerah berdasarkan kewenangan wajib tersebut.

Untuk itu pemerintah daerah perlu membuat list of services

yang disediakan berdasarkan kewenangan yang dimilikinya.

Hal ini akan meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah

terhadap warganya.

3.2. Mekanisme dan Koordinasi Pelaksanaan Standar Pelayanan

Minimum

Pencapaian standar pelayanan minimum akan

mencerminkan tingkat akuntabilitas daerah dalam menyediakan

pelayanan public terhadap masyarakat. Untuk itu diperlukan

adanya mekanisme dan koordinasi yang optimal di tingkat pusat,

propinsi dan kabupaten atau kota.

Pusat

a. Pemerintah menetapkan kewenangan wajib dan standar

pelayanan minimum yang berlaku secara nasional dan wajib

dilaksanakan oleh daerah kabupaten atau kota.

b. Pemerintah melakukan supervisi atau pengawasan terhdadap

pelaksanann kewenangan wajib dan standar pelayanan

minimum.

c. Pemerintah melakukan penilaian terhadap pelaksanaan standar

pelayanan minimum di daerah.

d. Pemerintah melakukan fasilitasi bagi daerah yang belum

mampu mecapai standar pelayanan minimum maupun

melaksanaka kewenangan wajib.

e. Pemerintah melakukan sosialisasi, pelatihan, bimbingan dan

workshop mengenai standar pelayanan minimum.

Propinsi

Page 93: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

xciii

xciii

a. Gubernur sebagai wakil pemerintah bersama kabupaten atau

kota menetapkan program dan kurun waktu pencapaian

standar pelayanan minimum sesuai kondisi masing-masing

daerah

b. Gubernur melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi

terhdap pelaksanaan standar pelayanan minimum.

c. Gubernur melaporkan hal-hal yang penting yang berkaitan

dengan pelaksanaan standar pelayanan minimum.

d. Gubernur melakukan sosialisasi, pelatihan, bimbingan dan

workshop mengenai standar pelayanan minimum.

Kabupaten/Kota

a. Pemerintah kabupaten atau kota menetapkan Perda

pelaksanaan standar pelayanan minimum.

b. Pelaksanaan standar pelayanan minimum dilakukan oleh

perangkat daerah atau Badan Usaha Milik Daerah bermitra

dengan swasta.

c. Mengakomodasikan standar pelayanan minimum ke Renstra

Daerah sebgai dasar melaksnakan anggran kerja.

d. Memprioritaskan kewenangan wajib yang menyentuh

langsung pelayanan publik.

e. Melakukan sosilisasi tentang pelayanan publik yang

disedianakan oleh pemerintah daerah.

f. Secara periodik melakukan survey penilaian atas pelayanan

publik yang telah diberikan pemerintah daerah.

Dari uraian yang telah di sampaikan maka pelaksanaan

SPM pertama-tama menuntut adanya distribusi kewenangan antara

tingkatan pemerintahan (pusat, propisi, kabupaten atau kota) secara

objekctif atas kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi.

Langkah berikutnya adalah disusunnya standar pelayanan

minimum oleh departemen atau LPND sebagai acuan bagi

Page 94: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

xciv

xciv

pemerintah daerah dalam melaksakan pelayanan publikberbasis

standar pelayanan minimum.

Standar pelayanan minimum akan menciptakan berbagai

rasionalisai dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan

dilaksankannya standar pelayanan minimum akan membantu

pmerintah daerah dalam melakukan rasionalisasi terhadap

kelembagaan, personil, keuangan sebagai pilar utama dalam

penyelenggaraan otonomi daerah dan asas desentralisasi.

C. Implikasi Desentralisasi Pelayanan Publik ditinjau UU No. 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik

Pelaksaanaan kewenangan pemerintah daerah sebagai penyelenggara

di bidang pelayanan publik hingga saat berjalan dengan baik di sebagian besar

daerah di Indonesia. Hal ini salah satunya dikarenakan karena dalam

pelaksanaanya pemerintah daerah berpegangan dengan apa saja yang telah di

atur dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Dari pelaksanaan pelayanan publik melalui mekanisme desentralisasi

yang dilakukan oleh pemerintah daerah menurut asas-asas maupun ketentuan

yang tercantum dalam UU No. 25 Tahun 2009 ternyata mempunyai sisi positif

dan juga sisi negatif. Hal-hal tersebut diantaranya:

1. Apabila dalam menjalankan pelayanan publik, aparatur pemerintah

daerah berpegangan denagn asas-asas maupun ketentuan dalam UU

Pelayanan publik, niscaya tujuan dari pelayanan publik pun akan

tercapai, yakni pelayanan publik yang efektif, efisien dan akuntabel.

2. Sedangkan apabila pelaksanaan pelayanan publik tidak sesuai dengan

asas-asas dan ketentuan dalam UU Pelayanan Publik, maka akan terjadi

peluang-peluang yang negative seperti penyalahgunaan wewenang dan

tindakan sewenang-wenang, budaya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme,

dan berdampak pada kualitas pelayanan publik.

3. Ketentuan-ketentuan dalam UU Pelayanan publik, meskipun telah

dilaksanakan dengan asas-asas dan tujuan yang baik, ternyata masih

Page 95: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

xcv

xcv

memberikan peluang negatif bagi para aparatur penyelenggra pelayanan

publik. Misalnya: kewenangan diskresi yang dilakukan aparatur

pemerintah merpakan hal yang positif demi pelaksanaan pelayanan

publik yang efektif, efisien dan akuntabel, akan tetapi juga memberikan

peluang bagi para aparatur pemerintah daerah untuk melakukan

penyimpangan terhadap kewenangan itu.

Hal-hal yang diperhatikan bahwa dalam pelaksanaan penyelenggaraan

pelayanan publik oleh pemerintah daerah yaitu aparatur pelaksana pelayanan

publik harus berpenggangan dengan asas-asas maupun tujuan dari

penyenggaraan pelayanan publik, tujuan pelayanan publik diantaranya

terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas antara hak, tanggungjawab,

kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan

penyelenggaraan pelayanan publik, terwujudnya system penyelenggaraan

pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan

yang baik, terpenuhinya penyenggaraan pelayanan publik sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan terwujudnya perlindungan dan kepastian

hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Berdasarkan beberapa hal yang penulis soroti dalam hal

penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah daerah sebagai penyelenggara

pelayanan publik apabila tidak memenuhi asas-asas penyelenggaraan

pelayanan publik maupun ketentuan lain yang ada dalam UU Pelayanan

Publik, ternyata mempunyai beberapa peluang terhadap beberapa hal yaitu:

1. Penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang

Konsep dari pelimpahan wewenang (desentralisasi) di daerah

apabila di kaitkan dengan pelaksanaan UU No. 25 Tahun 2009 tentang

pelayanan publik, sangat membawa implikasi yang besar. Bahwa UU No.

25 tahun 2009 tentang pelayanan publik dibuat bertujuan agar dalam

pemberian pelayanan publik oleh pemerintah pusat pada umumnya dan

pemerintah daerah khususnya (desentralisasi), dalam pelaksanaanya di

Page 96: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

xcvi

xcvi

harapkan sesuai dengan asas-asas pelayanan publik yang telah ditentukan

dan agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi penyalahgunaan wewenang

maupun tindakan sewenang-wenang di dalamnya, khususnya pemerintah

daerah sebagai penyelenggara pelayanan publik di daerah melalui aparatur

birokrasinya. Di dalam UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara salah satu isinya menyebutkan bahwa ada dua jenis

penggunaan wewenang, yaitu penyalahgunaan wewenang (detournement

de pouvoir) dan tindakan sewenang-wenang (willkeur). Pasal 53 ayat (2)

huruf b dan c berbunyi sebagai berikut:

b. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan

keputusan sebagaimana di maksud dalam ayat (1) telah menggunakan

wewenangnnya untuk tujuan lain dari maksud yang diberikan

wewenang tersebut.

c. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan

keputusan sebagaimana di maksud dalam ayat (1) telah

mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan

keputusan itu seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak

mengambil keputusan tersebut.

Apabila di kaitkan dengan Pelayanan publik maka penyalahgunaan

wewenang merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang

dalam hal ini aparatur daerah sebagai pelaksana pelayanan publik dimana

orang atau aparatur tersebut melakukan suatu tindakan untuk tujuan lain

dari maksud wewenang tersebut maupun suatu tindakan yang melebihi

kewenangan yang dimilikinya. Sedang tindakan sewenang-wenang

merupakan tindakan yang dilakukan seseorang dalam hal ini aparatur

pemerintah daerah sebagai pelaksana pelayan publik dimana tindakan

yang dilakukannya tersebut seharusnya tidak sampai pada pengambilan

atau tidak mengambil keputusan tersebut atau merupakan suatu tindakan

yang sebenarnya bukan kewenangannya namun tetap dilakukan melebihi

kewenangan yang sesungguhnya.

Page 97: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

xcvii

xcvii

Dalam pelaksanaan pelayanan publik di daerah menurut UU No.

25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dengan adanya desetralisasi

penulis mengamati terjadinya penyalahgunaan wewenang dan tindakan

sewenang-wenang yang dilakukan organ pemerintah di daerah khususnya

aparatur pelaksana pelayanan publik di daerah. Beberapa hal yang

mempengaruhi timbulnya penyalahgunaan wewenang dan tindakan

sewenang-wenang, dintaranya dipengaruhi oleh:

1. Dalam pelaksanaan pelayanan publik tidak berdasarkan pada asas-asas

maupun aturan-aturan yang ada dalam UU Pelayanan Publik.

Perubahan paradigma sebagai akibat desentralisasi, lebih berorientasi

pada hak yang menekankan pada proses pembuatan kebijakan dan

tindakan pelaksanaan. Dalam proses pembuatan kebijakan maupun

tindakan pelaksanaan, pemerintah daerah harus berpedoman dengan

asas-asas pelayanan publik. Dalam pembuataan suatu kebijakan

misalnya harus memperhatikan asas kepentingan umum dan

partisipasi masyarakat. Asas kepentingan umum ini, bertujuan agar

dalam pembuatan suatu kebijakan pelayanan publik memperhatikan

kepentingan-kepentingan umum masyarakat daerah, bukan di buat

untuk sekelompok golongan saja. Sedangkan partisipasi yang

tercermin dlam pembuatan suatu kebijaka pelaynan publik, tercermin

dari apa yang di atur dalam kebijakan yang di buat pemerintah daerah

merupakan hasil akomodir dari apa saja aspirasi, kebutuhan, dan

harapan masyarakat. Apabila asas ini dilanggar dalam proses

pembuatan kebijakannya, maka aparatur pemerintah daerah yang

membuat kebijakan tersebut dapat dikatakan telah melakukan

penyalahgunaan wewenang. Sedangkan dalam proses tindakan

pelaksanaan pelayanan publik, dapat di contohkan misalnya seorang

aparatur pemerintah daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik,

berlaku diskriminatif terhadap masyarakat yang menerima pelayanan

publik, yaitu dengan memperlakukan masyarakat secara diskrimanatif

antara golongan masyarakat yang satu engan yang lain, antara orang-

Page 98: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

xcviii

xcviii

orang yang dekat dengan dirinya dengan masyarakat lainya. Hal ini

tentu melanggar asas perlakuan tidak diskriminatif dalam pelayanan

publik, dan aparatur yang melakukan tindakan tersebut dapat dikatakan

telah melakukan penyalahgunaan wewenang.

2. Secara umum berdasarkan tinjauan kesejarahan dapat terlihat bahwa

perilaku dan masalah birokrasi yang di lakukan oleh aparat pemerintah

sebagai pelaksana pelayanan publik di Indonesia bahnyak dipengaruhi

oleh faktor sejarah pembentukan birokrasi dari masa ke masa.

Birokrasi semenjak zaman kerajaan sampai masa kolonial tidak pernah

di rancang untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Birokrasi

sepenuhnya mengabdi pada kepentingan kekuasaan, yakni sultan atau

raja. Demikian pula pada masa pemerintahan kolonial, birokrasi

dipergunakan sebagai instrument bagi kepentingan kekuasaan. Bahkan

berlanjut sampai masa pemerintahan orde baru. Berbagai kebijakan

politik dari pemerintah selalu menempatkan birokrasi sebagai sentral

pengaturan kehidupan masyarakat. Dari kebiasaan birokrasi yang

dijalankanpada masa ke masa tersebut kemudian menjadi faktor

pendorong adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan aparatur

pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik.

3. Kebiasaan yang tumbuh subur semenjak zaman kerajaan hingga orde

baru maupun pada masa reformasi seperti sekarang ini, masih

ditemukannya banyak terjadi penyalahgunaan wewenang.

Penyalahgunaan wewenang tersenbut menimbulkan budaya birorasi

yang sangat sentralistik dan berorientasi pada kekuasaan. Praktek

penyelenggaraan sentralisasi yang berlebihan terbukti menimbulkan

kekecewaan dan ketidakpuasan warga masyarakat terhadap

pemerintahannya. Dengan sentralisasi maka rakyat tidak banyak

dilibatkan dalam pelayanan publik yang pada akhirnya akan

menimpulkan kekecewaan dan ketidak puasan dari suatu pelayanan

publik yang diterima masyarakat. Hal ini sangat bertentangan dengan

asas partisipasi masyarakat dan ketentuan dalam UU Pelayanan Publik

Page 99: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

xcix

xcix

yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus

melibatkan peran serta dari masyarakat (Bab IV dalam Pasal 39 UU

No. 25 Tahun 2009). Selain itu, dengan adanya tumpang tindih tugas

dan kewenangan maka juga akan mendorong terjadinya

penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi, dan nepotisme, perlakuan

diskriminatif, dan lain sebagainya.

4. Pola pelayanan kekeluargaan yang mendarah daging, juga menjadi

faktor yang mengakibatkan tumbuh suburnya praktek korupsi, kolusi

dan nepotisme yan sangat berdampak pada penyalahgunaan

wewenang. Aparat pemerintah daerah sebagai pelaksana pelayanan

publik bagi masyarakat, apabila dalam dirinya terpatri sikap

kekeluargaan yang berlebih maka dapat melakukan penyalahgunaan

wewenang dalam kinerja pelayanan publik. Sebagai contoh: adanya

pengurusan sertifikat hak atas tanah yang dilakukan oleh salah seorang

kerabat maupun orang yang dikenal secara baik, maka seorang aparat

pemerintah pelaksana pelayanan publik akan memberpudah birokrasi

yang harusnya panjang menjadi lebih mudah. Hal ini hanya salah satu

contoh kecil apatur pemerintah dearah yang melakukan

penyalahgunaan wewenang dan bertentangan dengan asas-asas

pelayanan publik yaitu asas kepentingan umum, persamaan hak,

perlakuan tidak diskriminatif dan profesionalitas.

Suatu tindakan penyalahgunaan wewenang oleh seorang pejabat

maupun aparatur pemerintah daerah sebagai penyelenggara pelayanan

publik dapat di kenai pidana dengan pasal yang telah di atur dalam KUHP

di Indonesia. Beberapa pasal yang dapat menjerat seseorang yang

melakukan penyalahgunaan wewenang adalah Pasal 421 dan Pasal 423

KUHP. Pasal 421 berisi bahwa seorang pejabat yang menyalahgunakan

wewenang atau kekuasaannya memaksa seseorang untuk melakukan,

tidak melakukan, atau membiarkan sesuatu, diancam pidana penjara paling

lama dua tahun delapan bulan. Sedangkan Pasal 423 menyebutkan bahwa

seorang pejabat dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang

Page 100: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

c

c

lain secara melawan hukum, dengan menyalahgunakan kekuasaannya,

memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau

menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu

bagi dirinya sendiri, diancam dengan pidana pejara paling lama enam

tahun. Kedua Pasal tersebut memperlihatkan bahwa penyalahgunaan

wewenang maupun kekuasaan dapat di ancam dengan pidana.

Sedang tindakan sewenang-wenang merupakan tindakan yang

dilakukan seseorang dalam hal ini aparatur pemerintah daerah sebagai

pelaksana pelayanan publik dimana tindakan yang dilakukannya tersebut

sebenarnya bukan kewenangannya akan tetapi tetap dilakukan melebihi

kewenangan yang sesunguhnya, dengan kata lain pejabat publik

menggunakan wewenangnya (hak dan kekuasaan untuk bertindak)

melebihi apa yang sepatutnya dilakukan sehingga tindakan dimaksud

bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, menjadikan pelayanan

umum tidak dapat diterima secara baik oleh masyarakat.

Tidakan sewenang-wenang yang dilakukan aparatur pemerintah

daerah sebagai pelaksanan pelayanan publik di daerah misalnya dalam

sebuah pengrusan KTP, seorang masyarakat dapat mengurus hingga

mendapatkan KTP dalam waktu satu hari, akan tetapi karena sesatu hal

apatur penyelenggara birokrasi tidak melakukan tugasnya karena suatu

alas an pribadi, sehingga pengurusan KTP tersebut menjadi mundur. Hal

ini merupakan salah satu contoh tindakan sewenang-wenang aparatur

pemerintah penyelenggara layanan publik..

Aparatur pemerintah daerah sebagai penyelenggara pelayanan

publik yang seharusnya menerapkan salah satu asas-asas pemerintahan

yang layak yaitu asas larangan penyalahgunaan wewenang (detournement

de pouvoir) dan asas-asas yang ada dalam pelayanan publik, apabila dalam

tugasnya melanggar ketentuan asas-asas tersebut (khususnya asas larangan

detournement de pouvoir) maka akan berpengaruh pada kualitas serta

kinerja dari pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang diterima oleh

masyarakatpun menjadi kurang maksimal dan tidak dapat memuaskan

Page 101: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

ci

ci

masyarakat sebagai penerima layanan. Kemudian timbulnya suatu

pengaduan yang datang dari masyakat akibat dari kinerja aparatur

pemerintahan maupun kualitas pelayanan yang diterima.

2. Kinerja Pelayanan Publik yang di lakukan oleh Pemerintah Daerah

menurut UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,

mengenai penilaian kinerja pelayanan publik oleh aparatur di daerah telah

dicantumkan pengaturan mengenai evaluasi kinerja pelayanan publik.

Aparatur pemeintah di daerah sebagai pelaksana pemberi pelayanan

publik, dalam tiap bidang kerjannya harus selalu di evaluasi oleh

perangkat daerah yang lebih tinggi kedudukannya. Evaluasi tersebut

dilakukan untuk mengetahui apakah kinerja aparatur pemerintah dalam

memberi pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan prosedur mapun

aturan yang diterapkan atau tidak. Evaluasi tersebut juga membri manfaat

sebagai tolok ukur keberhasilan pemerintah daerah dalam melayanai

masyarakat di bidang pelayanan publik.

Menurut pengamatan penulis, secara garis besar kinerja pelayanan

publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah daerah hingga saat ini

tampaknya belum maksimal. Setidaknya ada tiga masalah utama yang

dihadapi oleh aparatur pemerintah kita, yaitu:

a. Rendahnya kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh

sebagian aparatur pemerintahan atau administrasi negara dalam

menjalankan tugas dan fungsinya. Kondisi ini karena di dalam

kerangka hukum administrasi positif Indonesia saat ini telah diatur

tentang standar minimum kualitas pelayanan, namun kepatuhan

terhadap standar minimum pelayanan publik tersebut masih belum

termanifestasikan dalam pelaksanaan tugas aparatur pemerintahan.

Kita ingat bahwa standar pelayanan minimum dibuat pemerintah

sebagai tolok ukur (benchmark) dalam penentuan biaya ang

Page 102: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cii

cii

diperlukan untuk membiayai penyediaan pelayanan publik. Sedang

bagi masyarakat adanya standar pelayanan minimal akan menjadi

acuan bagi menentukan mengenai kualitas dan kuantitas suatu

pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah daerah. Standar

pelayanan minimal dapat membantu penilaian kinerja atau laporan

pertanggungjwaban kepala daerah secara lebih akurat dan terukur

sehingga mengurangi terjadinnya money politik dan kesewenang-

wenangan dalam menilai kinerja pemerintah daerah. Adanya standar

pelayanan minimal akan memperjelas tugas pokok pemerintah daerah

dan akan merangsang terjadinya check and balances yang efektif

antara eksekutif dan legisalatif, standar pelayanan minimal juga akan

menjamin minimum pelayanan yang berhak diperoleh masyarakat

Indonesia dari pemerintah. Sehingga apabila sebagian aparatur

pemerintahan pelaksana pelayanan publik tidak menjalankan

pelayanan sesuai dengan standar pelayanan minimal, maka jaminan

kualitas dan kuantitas pelayanan yang merupakan hak masyarakat pun

menjadi tidak diperoleh. Selain itu rendahnya kualitas pelayanan

publik juga dipengaruhi oleh adanya kesetaraan dan hubungan antara

masyarakat prngguna jasa dengan aparat yang bertugas memberikan

pelayanan (Ratminto dan Atik Septi Winarsih, 2007:36).

Pelayanan publik hanya akan baik apabila masyarakat yang mengurus

sesuatu jenis pelayanan tertentu mempunyai posisi tawar yang

sebanding dengan posisi tawar petugas yang melaksanakan

pelayanan. Artinya dalam pelayanan publik tidak memposisikan

seseorang yang lebih tinggi status atau kewenangan maupun pangkat

yang lebih tinggi akan memperoleh pelayanan yang lebih baik atau

didadulukan dibanding masyarakat yang lain. Sebagai contoh:

lancarnya pengurusan sertifikat tanah oleh Siti Hardianti Rukmana

(mbak Tutut) di kawasan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar

membuat iri Himpunan Pemilik Tanah Persil di kawasan

Page 103: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

ciii

ciii

Tawangmangu, pasalnya Himpunan Pemilik Tanah Persil tersebut

lebih dahulu mengurus sertifikat tanah belum juga berhasil, akan

tetapi mbak Tutut yang belangkangan mengurus sertifikat lebih

dimudahkan dalam pengurusannya. Hal ini tentu saja dipengaruhi

oleh faktor kekuasaan yang dimiliki Soeharto. Dari contoh tersebut

dapat dilihat bahwa, pentingnya posisi tawar antara petugas dan

instansi pemberi layanan di satu sisi dengna masyarakat penggunan

jasa di sisi lainnya adalah mutlak untuk mewujudkan pelayanan yang

berkualitas. Selain itu rendahnya Sumber daya manusia juga sangat

mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan oleh apparatus

pemerintah dalam menjalankan tugas untuk melayanani masyarakat.

b. Birokrasi yang panjang (red-tape bureaucracy) dan adanya tumpang

tindih tugas dan kewenangan, yang menyebabkan penyelenggaraan

pelayanan publik menjadi panjang dan melalui proses yang berbelit-

belit, sehingga besar kemungkinan timbul ekonomi biaya tinggi.

Birokrasi yag panjang dan berbelit-belit tidaklah heran kita jumpai

dalam kehidupan masyarakat kita selama ini. Birokrasi yang panjang

dan berbelit-belit sudah menjadi kultur dalam pelayanan publik di

Indonesia.

c. Rendahnya pengawasan external dari masyarakat (social control)

terhadap penyelenggaraan pelayanan publik, sebagai akibat dari

ketidak jelasan standar dan prosedur pelayanan, serta prosedur

peyampaian keluhan pengguna jasa pelayanan publik. Karena itu

tidak cukup dirasakan adanya tekanan sosial (social pressure) yang

memaksa penyelenggara pelayanan publik harus memperbaiki kinerja

mereka.

(http://www.komunitasdemokrasi.or.id/comments.php?id)

3. Budaya Korupsi Kolusi dan Nepotisme dalam Birokrasi Pelayanan

Publik Aparatur Pemerintah Daerah

Page 104: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

civ

civ

Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak

pidana korupsi. Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara

melawan hukum antar Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara

Negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau

negara. Sedangkan nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara

Negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan

keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa,

dan Negara.

Tindak korupsi secara politik adalah suatu perbuatan yang

menggunakan atau memanfaatkan kekuasaan pemerintah yang dilakukan

oleh pejabat pemerintahan yang secara tidak sah untuk menguntungkan

dirinya sendiri maupun . Aparatur penyelenggara pelayanan publik yang

memiliki jabatan tertentu memiliki wewenang yang berupa kekuasaan

dengan membuat kebijakan atau keputusan yang tujuannya secara sepihak

menguntungkan secara materi si pemegang jabatan tersebut. Keuntungan

yang di dapat di sini adalah keuntungan secara ekonomi berupa tambahan

kekayaan secara tidak sah.

Kultur budaya di Indonesia yang lebih menekankan aspek

kekeluargaan dapat menjadikan salah satu faktor tumbuhnya budaya

korupsi, kolusi, dan nepotisme di dalam praktek pelayanan publik. Sebuah

pelayanan publik yang harusnya sama diterima oleh masyarakat, akan

menjadi berbeda atau timpang apabila aparatur penyelenggara pelayanan

publik melakukan koupsi, kolusi, dan nepotisme. Birokrasi yang

seharusnya panjang menjadi singkat dengan adanya koupsi, kolusi, dan

nepotisme di dalamnya.

Budaya koupsi, kolusi, dan nepotisme tersebut, tumbuh subur

dengan adanya perilaku aparatur pemerintah daerah yang tidak taat dan

Page 105: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cv

cv

patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang di atur dalam UU Pelayanan

Publik.

4. Kewenangan Diskresi

Salah satu konsep mengenai efisiensi dan efektifitas menjadi

identitas pertama aparat pemerintah dalam memberikan pelayanan publik.

Dalam UU Pelayanan Publik pun tercermin dalam asas kecepatan,

kemudahan, dan keterjangkauan dalam pelayanan publik dan asas

akuntabilitas pelayanan publik. Dari asas-asas dan konsep efisiensi serta

efektifitas pelayanan publik inilah yang mendorong aparatur

penyelenggara pelayanan publik melakukan kewenangan diskresi.

Diskresi adalah kewenangan Pejabat Administrasi Pemerintahan

yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah

dengan memperhatikan batas-batas hukum yang berlaku, asas-asas umum

pemerintahan yang baik dan norma-norma yang berkembang di

masyarakat.dalam konteks tersebut. Diskresi berarti suatu bentuk

kelonggaran pelayanan yang diberikan aparatur penyelenggara pelayanan

publik kepada masyarakat sebagai pengguna jasa. Pertimbangan

melakukan diskresi adalah adanya realitas bahwa suatu kebijakan atau

peraturan tidak mungkin mampu merespon banyak aspek dan kepentingan

semua pihak sebagai akibat keterbatasan prediksi para astakkeholder

dalam proses perumusan kebijakan.

Pelimpahan wewenang (desentralisasi) dari aparat yang lebih

tinggi kepada aparat yang lebih rendah mendorong dilakukannya diskresi.

Diskresi menjadi isu krusial dalam pelayanan publik seiring adanya

tuntuttan kepada aparat birokrasi untuk memberikan pelayanan publik

yang efisien, efektif, responsif, dan akuntabel kepada publik atau

masyarakat. Dari data sebuah survei memperlihatkan bahwa masih

tingginya tingkat ketergantungan aparat pelayanan kepada pimpinan dalam

Page 106: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cvi

cvi

pemberian pelayanan publik. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

diskresi belum dilakukan di lingkungan birokrasi pelayanan. Adanya

ketakutan pada sebagian kalangan aparat pelayanan di semua tingkatan

pelayanan untuk melakukan diskresi membawa implikasi pada pola

pengambilan keputusan pelayanan yang merugikan masyarakat. Aparat

pelayanan ketika menemui suatu kasus lebih memilih untuk melakukan

tindakan penundaan pelayanan dan menunggu petunjuk pimpinan untuk

mememutuskannya (Agus Dwiyanto,dkk, 2006:147).

Beberapa alasan diskresi secara umum maupun dalam pelayanan

publik yaitu:

a. Mendesak dan alasannya mendasar serta dibenarkan motif

perbuatannya;

b. Peraturan perundang-undangan yang dilanggar dalam menetapkan

kebijaksanaan diskresi, khusus untuk kepentingan umum, bencana

alam dan keadaan darurat, yang penetapannya dapat dipertanggung

jawabkan secara hukum;

c. Untuk lebih cepat, efisien, dan efektif dalam mencapai

penyelenggaraan pemerintahan Negara, dan untuk keadilan serta

kesejahteraan masyarakat.

Sebuah contoh tindakan diskresi yang dilakukan aparat

penyelenggara pelayann publik di Kantor Dinas Pelayanan Perijinan: ada

seorang penguasaha dealer motor asal Kota A yang membuka usaha di

Kota B. Dia sudah mempunyai SILIP yang disahkan oleh Dinas

Perdagangan Kota A. Setelah diteliti, ternyata SILIP menujukkan ada

sedikit kekurangan, yakni tidak dicantumkan dimana tempat usahanya.

Apabila seorang aparatur penyelenggara pelayanan publik kaku maka akan

menyuruh pengusaha tersebut untuk kembali ke Kota A untuk mengurus

kekurangan dan menunggu satu minggu lagi dan harus mengeluarkan

biaya lagi. Namun, Kepala Kantor Dinas Pelayanan Perijinan Kota B

Page 107: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cvii

cvii

mempunyai inisiatif untuk memenuhi kekurangan datanya di kantor dinas

tersebut dan kemudian menandatanganinya, dan semua urusan pun

menjadi selesai tanpa harus pengusaha kembali ke Kota A untuk

mengurusnya. Dan terdapat kepuasan dari pengusaha tersebut karena

diberikan kemudahan dalam pengurusan perijinan. Tanpa adanya inisiatif

maupun diskresi dari Kepala Kantor Dinas Pelayanan Perijinan tersebut

maka urusan perijinan pengusaha tersebutpun menjadi berbelit-belit dan

kurang efisien.

Tindakan inisiatif pelayanan pada kasus di atas, seharusnya sudah

membudaya di lingkungan birokrasi. Akan tetapi, fakta menunjukkan

bahwa tindakan inisiataif di lingkungan birokrasi masih sulit diakukan.

Salah satu faktor yang turut mempengaruhinya adalah mentalitas sebagian

aparat birokrasi yang korup. Tindakan penundaan pelayanan, seperti pada

kasus pelayanan perijinan usaha, merupakan peluang bagi aparat

pelayanan untuk melakukan pungli atau menekan pengusaha dengan

meminta imbalan sejumlah uang.

Aparat pelayanan publik yang menerapkan prosedur pelayanan

alternatif, yaitu selain aturan formal, pada umumnya tela memiliki tingkat

kesadaran tinggi pada pentingnya kelancaran pelayanan yang dibutuhkan

masyarakat. Aparat pelayanan publik yang mempunyai diskresi

kewenangan yang tinggi akan lebih mampu memahami kesulitan-kesulitan

masyarakat pemohon. Hal ini merupakan sisi positif dari dilaksanakannya

kewenangan diskresi. Akan tetapi terdapat pula sisi negatif dari

pelaksanaan kewenangan diskresi, yaitu dalam pelayanan publik seorang

pejabat sangat rentan untuk melakukan perbuatan melawan hukum

(onrechtmatig/ondoelmatig) terutama saat menggunakan kewenangan

untuk melakukan diskresi, oleh karenanya sangat diperlukan pengawasan

dan pembatasan pola-pola penggunaan diskresi secara menyimpang.

Dalam teori unsur kewenangan dalam diskresi menurut M. Hadjon

mengandung dua kewenangan yaitu, kewenangan untuk memutus sendiri

Page 108: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cviii

cviii

dan kewenangan untuk interpretasi sendiri. Kewenangan untuk memutus

maupun kewenangan untuk interprstasi sendiri inilah yang memberikan

peluan aparatur penyelenggara pelayanan publik melakukan

penyalahgunaan wewenang maupun tindakan sewenang-wenang. Tanpa

kewenangan diskresipun apartur penyelenggara pelayanan publik dapat

melakukan penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang.

Apalagi terdapat kewenangan diskresi, akan lebih besar peluang

melakukan penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang.

Hal ini merupakan sisi negatif dari kewenangan diskresi selain sisi

positfnya, yaitu mencapai pelayanan publik yang effisien, efektif dan

akuntabel.

BAB IV

PENUTUP

Page 109: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cix

cix

A. KESIMPULAN

Dari hasil analisa yang dilakukan penulis pada BAB III sebelumnya,

maka diperoleh kesimpulan menegenai beberapa hal yaitu:

1. Latarbelakang Desentralisasi Pelayanan Publik Pemerintah Daerah

1) Pasal 1 ayat (7) UU No. 32 Tahun 2004 yang menyatakan

desentralisasi merupakan penyerahan wewenang kepada daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem

Negara kesatuan RI, maka penyerahan wewenang oleh pemerintah

pusat kepada daerah otonom bermakna peralihan wewenang secara

delegasi disebut delegation of authority. Tatkala terjadi penyerahan

wewenang secara delegasi maka pemerintah pusat akan kehilangan

semua kewenangan itu, dan beralih ke pemerintah daerah, maka

dalam hal urusan bidang pelayanan publikpun beralih ke pemeintah

daerah.

2) Adanya pembagian urusan pemerintahan wajib dan urusan pilihan

yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dimana Pasal 13 UU

No. 32 Tahun 2004 adalah urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan

pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan

dasar bagi kepentingan publik atau masyarakat, maka pelayanan

publikpun menjadi kewenangan pemerintah daerah.

3) Sebagai hasil proses politik dan hubungan antara hak rakyat dan

tanggung jawab pemerintah, maka pelayanan publik memiliki 3

(tiga) unsur penting, yakni: lembaga perwakilan sebagai pengambil

keputusan, lembaga eksekutif (pemerintahan) sebagai pemberi

layanan, dan masyarakat sebagai pengguna layanan. Sehingga

melalui pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah di

harapkan akan tercapai ketiga unsur tersebut.

4) Peran masyarakat sebagai pengguna layanan dalam transaksi

pelayanan publik adalah kemampuannya menunjukkan kehendak,

Page 110: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cx

cx

tuntutan, harapan, serta penilaian kepuasan terhadap pelayanan

publik. Melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam

mengapresiasi dan mengartikulasikan opini publik representatif

menjadi salah satu indikator penting bagi upaya peningkatan kualitas

layanan publik.

5) Tujuan administratif akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagi

unit pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk

menyediakan pelayanan masyarakat secara efektif, efisien, dan

ekonomis yang dalam hal ini terkait dalam pelayanan publik.

6) Desentralisasi pelayanan publik atau pelimpahan wewenang dari

pemerintah pusat ke daerah dalam hal pelayanan publik sebenarnya

telah memenuhi konsep dari asas desentralisasi yaitu dari dari sudut

politik, dalam bidang penyelenggaraan desentralisasi, dan dari sudut

teknik organisatoris pemerintahan.

2. Mekanisme Penyelenggaraan Desentralisasi Pelayanan Publik oleh

Pemerintah Daerah ditinjau dari UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik

a. Pengaturan Penyelenggaraan Desentralisasi Pelayanan Publik

oleh Pemerintah Daerah ditinjau dari UU No. 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik

1) Pemerintah daerah sebagai organisasi penyelenggara pelayanan

publik di daerah ada dalam Pasal 8 UU No. 25 Tahun 2009

dan sebagai pelaksana teknis di daerah kewenangan pemerintah

daerah di atur selanjutnya dalam Pasal 8 ayat (1) UU No. 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

2) Pemerintah daerah sebagai organisasi penyelenggara pelayanan

publik di daerah harus memperhatikan asas-asas yang ada

dalam pelayanan publik. Asas-asas penyelenggaraan pelayanan

public diatur dalam Pasal 4 UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik.

Page 111: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxi

cxi

3) Kuliatas dan kinerja pelayanan publik juga dipengaruhi oleh

sesuai atau tidakanya pelayanan publik yang diberikan oleh

pemerintah daerah terhadap standar pelayanan minimal, Pasal

21 UU No. 25 Tahun 2009 mengatur tentang komponen standar

pelayanan.

b. Prosedur Evaluasi, Penyelesaian Pengaduan dan Pelanggaran

hukum dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik di tinjau dari

UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

1) Pasal 10 UU No. 25 Tahun 2009 di atur bahwa Penyelenggara

berkewajiban melaksanakan evaluasi terhadap kinerja

pelaksana di lingkungan organisasi secara berkala dan

berkelanjutan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut

penyelenggara berkewajiban melakukan upaya peningkatan

kapasitas pelaksana. Evaluasi terhadap kinerja pelaksana

pelayanan publik dilakukan dengan indikator yang jelas dan

terukur dengan memperhatikan perbaikan prosedur dan atau

penyempurnaan organisasi sesuai dengan asas pelayanan publik

dan peraturan perundang-undangan.

2) Mekanisme pengaduan yang datang dari masyarakat mengenai

kinerja aparatur maupun kualitas pelayanan publik yang

diterimannya, terdapat dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 50

UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

3) Mekanisme penyelesaian pelanggaran hukum mapun adanya

perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh aparatur

pemerintah daerah maupun aparat birokrasi penyelenggara

pelayanan publik di atur dalam Pasal 51 UU No. 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik.

c. Standart Pelayanan

1) Kualitas dan kinerja pelayanan publik juga dipengaruhi oleh

sesuai atau tidakanya pelayanan publik yang diberikan oleh

Page 112: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxii

cxii

pemerintah daerah terhadap standar pelayanan minimal masing-

masing daerah.

2) Dalam UU No. 25 Tahun 2009 Pasal 20 ayat (1) sampai dengan

(5) di sebutkan bahwa Penyelenggara berkewajiban menyusun

dan menetapkan standar pelayanan dengan memperhatikan

kemampuan penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi

lingkungan. Dalam menyusun dan menetapkan standar

pelayanan, penyelenggara wajib mengikutsertakan masyarakat

dan pihak terkait dan penyelenggara berkewajiban menerapkan

standar pelayanan Pengikutsertaan masyarakat dan pihak terkait

dilakukan dengan prinsip tidak diskriminatif, terkait langsung

dengan jenis pelayanan, memiliki kompetensi dan

rnengutamakan musyawarah, serta memperhatikan ke

beragaman. Dan penyusunan standar pelayanan dilakukan

dengan pedoman tertentu yang diatur lebih lanjut dalam

peraturan pemerintah.

3) Adanya standar pelayanan minimal sangat diperlukan baik bagi

pemerintah daerah maupun bagi masyarakat konsumen dari

pelayanan itu sendiri. Bagi pemerintah daerah adanya standar

pelayanan minimal dapat dijadikan tolok ukur (benchmark)

dalam penentuan biaya ang diperlukan untuk membiayai

penyediaan pelayanan publik. Sedang bagi masyarakat adanya

standar pelayanan minimal akan menjadi acuan bagi menentukan

mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik yang

disediakan oleh pemerintah daerah.

4) Dengan adanya standar pelayanan minimum maka akan terjamin

kualitas minimum dari suatu pelayanan publik yang dapat

dinikmati oleh masyarakat, dan diharapkan akan terjadi

pemerataan pelayanan pubik dan menghindari kesenjangan

pelayanan antar daerah.

Page 113: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxiii

cxiii

5) Standar pelayanan minimum akan menciptakan berbagai

rasionalisai dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Dengan dilaksankannya standar pelayanan minimum akan

membantu pmerintah daerah dalam melakukan rasionalisasi

terhadap kelembagaan, personil, keuangan sebagai pilar utama

dalam penyelenggaraan otonomi daerah dan asas desentralisasi.

3. Implikasi Desentralisasi Pelayanan Publik ditinjau UU No. 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik

Pelaksaanaan kewenangan pemerintah daerah sebagai

penyelenggara di bidang pelayanan publik hingga saat berjalan dengan

baik di sebagian besar daerah di Indonesia. Hal ini salah satunya

dikarenakan karena dalam pelaksanaanya pemerintah daerah berpegangan

dengan apa saja yang telah di atur dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik.

Dari pelaksanaan pelayanan publik melalui mekanisme

desentralisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah menurut asas-asas

maupun ketentuan yang tercantum dalam UU No. 25 Tahun 2009

ternyata mempunyai sisi positif dan juga sisi negatif. Hal-hal tersebut

diantaranya:

1. Apabila dalam menjalankan pelayanan publik, aparatur pemerintah

daerah berpegangan denagn asas-asas maupun ketentuan dalam UU

Pelayanan publik, niscaya tujuan dari pelayanan publik pun akan

tercapai, yakni pelayanan publik yang efektif, efisien dan akuntabel.

2. Sedangkan apabila pelaksanaan pelayanan publik tidak sesuai

dengan asas-asas dan ketentuan dalam UU Pelayanan Publik, mka

akan terjadi peluang-peluang yang negative seperti penyalahgunaan

wewenang dan tindakan sewenang-wenang, budaya KKN, dan

berdampak pada kualitas pelayanan publik.

3. Ketentuan-ketentuan dalam UU Pelayanan publik, meskipun telah

dilaksanakan dengan asas-asas dan tujuan yang baik, ternyata masih

Page 114: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxiv

cxiv

memberikan peluang negatif bagi para aparatur penyelenggra

pelayanan publik. Misalnya: kewenangan diskresi yang dilakukan

aparatur pemerintah merpakan hal yang positif demi pelaksanaan

pelayanan publik yang efektif, efisien dan akuntabel, akan tetapi juga

memberikan peluang bagi para aparatur pemerintah daerah untuk

melakukan penyimpangan terhadap kewenangan itu.

Hal-hal yang diperhatikan bahwa dalam pelaksanaan

penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah daerah yaitu aparatur

pelaksana pelayanan publik harus berpenggangan dengan asas-asas

maupun tujuan dari penyenggaraan pelayanan publik, tujuan pelayanan

publik diantaranya terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas antara

hak, tanggungjawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang

terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik, terwujudnya system

penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas

umum pemerintahan yang baik, terpenuhinya penyenggaraan pelayanan

publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan terwujudnya

perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik.

Dengan desentralisasi yaitu pelimpahan wewenang dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, khususnya di bidang

pelayanan publik, sebagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik, pemerintah daerah akan dapat mencipatakan

momentum untuk melakukan penguatan politik lokal yang berdampak

kepada perbaikan pelayanan pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh

birokrasi pemerintah kepada rakyat. Hal ini akan tercapai apabila apartur

birokrasi di daerah mentaati asas-asas pelayanan publik maupun

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU Pelayanan publik.

Apabila dalam pelaksanaan desentralisasi pelayanan publik,

pemerintah daerah dapat melaksanakan kesemua asas-asas yang

Page 115: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxv

cxv

tercantum dalam pelayanan publik, niscaya kualitas pelayanan yang di

berikan pemerintah daerah pun menjadi baik. Akan tetapi apabila dalam

penyelenggaraan pelayanan publik terjadi penyimpangan terhadap asas-

asas tersebut maka akan terjadi peluang penyimpangan penyelenggaraan

pelayanan pubilk, baik oleh aperatur pemerintah daerah sebagai

pelaksana publik maupun terhadap kualitas dan kinerja pelayanan publik.

Sedangkan implikasi pelaksanaan pelayanan publik di daerah

yang tidak sesuai dengan asas-asas maupun ketentuan dari UU Pelayanan

Publik diantaranya:

1. Penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang

2. Berdampak pada kualitas dan kinerja pelayanan publik

3. Budaya KKN dalam birokrasi pelayanan publik aparatur pemerintah

daerah

4. Terjadinya kewenangan diskresi

B. SARAN

a. Mengoptimalkan pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UU

No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Optimalisasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UU

Pelayanan publik bertujuan agar pelaksanaan pelayanan publik didaerah dapat

tercapai sesuai harapan yaitu pelayanan publik yang efektif, efisien dan

akuntabel.

b. Segera di buat ketentuan pelaksana dari UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik yaitu dengan di keluarkannya Peraturan Pemerintah sebagai

pelaksana UU No. 25 Tahun 2009

Page 116: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxvi

cxvi

Dengan aturan pelaksana yang ada (dalam hal ini Peraturan Pemerintah) maka

diharapkan dalam pelaksanaan pelayanan publik menjadi lebih terarah sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

c. Tinjauan terhadap Pasal-pasal dan ketentuan dalam UU No. 25 tahun 2009

agar dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan peluang penyeimpangan dari

Undang-undang tersebut.

d. Menyusun Standar Pelayanan Minimum bagi setiap institusi (Dinas) di daerah

yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat. Deregulasi dan

Debirokratisasi mutlak harus terus menerus dilakukan oleh Pemda, serta perlu

dilakukan evaluasi secara berkala agar pelayanan publik senantiasa

memuaskan masyarakat.

e. Perbaikan di sektor pelayanan publik yang patut dipertimbangkan:

Mempercepat terbentuknya ketentuan pelaksana UU Pelayanan Publik,

Pembentukan pelayanan publik satu atap (one stop services), Transparansi

biaya pengurusan pelayanan publik, Membuat Standar Operasional Prosedur

(SOP), dan reformasi pegawai yang berkecimpung di pelayanan publik.

DAFTAR PUSTAKA

A Lohman, Roger. 2007. Public Administration Review. Washigntin. Vol. 6.

Agus, Dwiyanto, dkk. 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Study Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada.

Budiman, Arief. 1996. Teori Negara, Negara, Kekuasaan dan Ideologi. Jakarta: Gramedia

Page 117: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxvii

cxvii

Cheema, G. Shabbir dan Rondinelli, Dennis A (Ed). 1983. Decentralization and Development : Policy Implementation in Developing Countries. London: Sage Publications.

Clarke M, M. dan Steward. 1992. Public Service Orientation Developing The Approach. Policy Studies Journal. Vol. 13. No. 4

Cst. Kansil dan Christine st Kansil. 2001. Pemerintah Daerah di Indonesia Hukum Administrasi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika.

Ero H.Rosydi. 1982. Pelimpahan Wewenang. Bandung: Alumni.

Jhonny, Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publishing.

J.B Kristiadi. 1992. Administrasi Pembangunan dan Administrasi Keuangan. Dalam JIIS, No. 2.

J, Kaloh. 2007 . Mencari Bentuk Otonomi Daerah. Jakarta: Rineka Cipta.

Joe Fernandes, dkk. 2002. Otonomi Daerah di Indonesia Masa Reformasi: Antara Ilusi dan Fakta, Jakarta: IPOS dan Ford Fondation.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81/1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum.

Keputusan Menpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Page 118: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxviii

cxviii

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/26/M.PAN/2004 tentang Petunjuk Teknis Transaparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimaltunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota

Khairul, Muluk. 2007. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Malang: Bayumedia Publishing.

Lexy, J Maleaong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Luthfi J. Kurniawan dkk. 2007. Wajah Buram Pelayanan Publik. Malang: Malang Corruption Watch.

_________________. 2007. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Jakarta: Bayu Media Publishing.

Hanif, Nurcholis. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: Grasindo.

H.M, Laica Marzuki. 2007. Hakekat Desentralisasi dalam Sistem Ketatanegaraan RI. Jurnal Konstitusi Mahkamah Konstitusi RI Vol. 4 No. 1 Maret 2007.

Page 119: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxix

cxix

I Made Suwandi, dkk. Reformasi Pemerintahan Daerah. Surakarta: Pustaka Cakra.

M.R. Khairul, Muluk. 2002. Desentralisasi, Teori, Cakupan dan Elemen. Jurnal Administrasi Negara, Vol II/2, Maret.

Moeljarto, Tjokrowinoto. 2001. Birokrasi dan Polemik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhammad, Fauzan. 2006. Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Hubungan Keuangan Daerah antara Pusat dan Daerah. Yogyakarta: UII Press

N.A, Martana. 2009. Asas Kepastian Hukum Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Majalah Kerta Wicaksana Vol. 15 No. 1 Januari 2009.

Nissatulikhsan. Pergeseran Paradigma dalam Pelayanan Publik. Harian Media Indonesia Senin, 21 April 2008).

Nurmadi, Achmad. 1999. Manajemen Perkotaan. Yogyakarta : Lingkaran Bangsa.

Nurul ,D Irawati. 2004. Reformasi Birokrasi dalam Pelayanan Publik. http://www.komunitasdemokrasi.or.id/comments.php?id=P39_0_13_0_C (24 Maret 2010 pukul 20:00)

Peter Mahmud Marzuki. 2008. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal

Ratminto, dan Atik Septi Winarsih. 2007. Manajemen Pelayanan Publik (Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen Cararter dan Standar Pelayanan Minimal). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 120: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxx

cxx

Redaktur. Decentralization and Democratic Local Governance Programming. Handbook Vol 63. www.usaid.gov/our_work/democracy_and_governance/publications (24 Maret 2010 pukul 20:00).

Redaktur. Pelayanan Publik. http://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_publik (1 Desember 2009 pukul 20:00)

Ridwan, HR. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rohman, Ahmad Ainur. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Malang: Program Sekolah Demokrasi dan Averroes press.

Rondinelli, Dennis A. etc, 1981. Decentralization in Developing Countries : A Review of Recent Experience. Washington DC: World Bank Staff Working Papers.

Sarundang. S.H. 2001. Pemerintahan daerah diberbagai Negara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sinambela, Lijan Poltak, dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik Teori Kebijakan dan Implementasi.. Jakarta: Bumi Aksara

Smith, Brian C. 1985. Desentralization: The Territorial Dimention of the State. Hamstead: George Allen & Unwin.

Soekanto, Soerjono. 1985. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Page 121: MEKANISME DAN IMPLIKASI DESENTRALISASI PELAYANAN PUBLIK ......3 pengesahan penguji penulisan hukum ( skripsi ) mekanisme dan implikasi desentralisasi pelayanan publik terhadap wewenang

cxxi

cxxi

Sudikno Mertokusumo, 1993. Bab-bab tentang Penemuan Hukum. Bandung: Citra

Aditya Bakti

Sutarto. 1993. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Suwondo. Desentralisasi Pelayanan Publik. http:www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/brapub/5Desentralisasi%20Pelayanan%20Publik-Suwondo.pdf (1 Desember 2009 pukul 20:00)

Sri Susilih. Desentralisasi Public Service dalam Era Otonomi Daerah. Staff Pengajar Jurusan Ilmu Administrasi, Program Studi Administrasi Negara, Universitas Indonesia.

(http://pdfdatabase.com/index.php?q=desentralisasi+pelayanan+publik)

29 November 2009 pukul 13:00

The, Liang Gie. 1968. Pertumbuhan Pemerintahan daerah di Negara Republik Indonesia. Jilid I-II. Jakarta: Gunung Agung.

Willock. 1992. Leslie et.al.Rediscovering Public Services Managemet. Ed. London : McGraw-Hill.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen IV

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik