mediakom 26

60

Upload: ppidkemenkes

Post on 25-Jun-2015

2.644 views

Category:

Health & Medicine


7 download

DESCRIPTION

Mediakom Kementerian Kesehatan Edisi 26

TRANSCRIPT

Page 1: Mediakom 26
Page 2: Mediakom 26

� Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Page 3: Mediakom 26

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom �

Jiwa-jiwaYang Terpanggil

EtalaseSuSunan REDaKSI

Penanggung Jawabdrg. Tritarayati,SH

RedakturDyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS

Drs. Sumardi

Editor/Penyunting Dra. Hikmandari A., M.Ed

drg. Anitasari SM.Prawito, SKM, MM

Busroni S.IPMety Setyowati, SKMAji Muhawarman, ST

Desain Grafis dan FotograferResty Kiantini, SKM, M.KesDewi Indah Sari, SE, MMSri Wahyuni, S.Sos, MM

Giri Inayah, S.Sos.R. Yanti Ruchiati

Wayang Mas Jendra, S.Sn

SekretariatAgus Tarsono

Waspodo PurwantoHambali

Yan Zefrial

Alamat RedaksiPusat Komunikasi Publik

Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 107

Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9Jakarta 12950

Telepon

021-5201590; 021-52907416-9

Fax 021- 5223002; 021-52960661

[email protected]

[email protected]

Call Center021-500567, 021-30413700

Mediakom

Selalu ada kepiluan, duka dan lara. Terasa perih, merintih lirih dan sedih. Mereka terasing, keluargapun pusing tujuh keliling. Mecari solusi atas derita mendampingi orang dengan masalah kejiwaan (ODMK). Terus berjuang dengan berbagai cara, demi kesembuhannya. Ia memerlukan orang lain tempat mengadu dan

menyelesaikan masalah yang menjeratnya. Kondisi ini menyebabkan tampilnya jiwa-jiwa yang terpanggil untuk

mendampingi ODMK. Dia hadir bukan karena popularitas, harta dan tahta, tapi pengabdian yang tulus untuk sesama. Sigap mendatangi rumah demi rumah, mendata keluarga dan berinteraksi memberi solusi. Bagimana hasilnya? Tak terduga, ternyata banyak ditemukan anggota keluarga yang potensial menjadi ODMK.

Diantara mereka yang tulus dalam pengabdian itu bernama Septia Herlin Artati, kader kesehatan jiwa dari Puskesmas Sindang Barang, Provinsi Banten. Ia kader yang tangguh, tak mudah berkeluh kesah menghadapi sulitnya medan dan celaan orang yang mencela. Ia mengakui, sedikit sekali orang yang bersedia menjadi kader kesehatan jiwa. Tapi, Ia tetap berkarya demi menolong sesama. Dia berdo’a “Semoga diberi kekuatan tetap berada pada kelompok yang sedikit”. Inilah sebagian kecil kisah mengharukan dalam Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Se Dunia ke 17, yang jatuh pada tanggal 10-10-10. Untuk itu Mediakom mengangkat “Indonesia Bebas Pasung 2014” menjadi bahasan utama.

Selanjutnya, Mediakom juga mengetengahkan kegiatan Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTS) Se Dunia ke 3, yang jatuh pada tanggal 15-10-10 dan bulan kampanye imunisiasi penyakit campak dan polio. Tak ketinggalan, beberapa rubrik ringan yang menyajikan informasi kesehatan, info sehat, siapa dia, potret dan lentera yang menyuguhkan “teman sejati” dan “membangun integritas”. Selamat menikmati. n

Redaksi

drg. Tritarayati, SH

Redaksi menerima naskah dari pembaca:

dapat dikirim ke alamat email redaksi

Page 4: Mediakom 26

� Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Cover: Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia

Foto: Rifani S.

Daftar Isi

3 Etalase

4 Daftar Isi

6 Surat Pembaca

7 Info Sehat Tips Menurunkan Berat Badan Menyibak Lebih Jauh Khasiat apel 4 Jenis Olahraga untuk Jantung Lebih Kuat

dan Sehat

10 Ragam Dokter Dapat Sanksi Jika Tidak Menulis

Resep Obat Generik Jamkesmas Mempercepat Reformasi Bidang

Kesehatan

16 Kolom Jamkesmas Dipuji dan Diuji

17 Media utama Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps)

Dapat Turunkan Insiden Diare Jalan Sehat Peringati Hari Kesehatan Jiwa

Sedunia Dukamu Kepiluanku Peta Jalan Menuju Indonesia Bebas Pasung Bali Bebas Pasung 2014

28 Peristiwa Menkes Kunjungi Pengungsi Bencana alam

Letusan Gunung Sinabung Kementerian Kesehatan RI Raih Juara umum

anugerah Media Humas Tahun 2010 Selayang Pandang Praktek Keperawatan di

Primary Health Care Post Gwangju, Korea Selatan

8

10 17

20

24

28

Page 5: Mediakom 26

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom �

33 Stop Press Kemenkes Dukung Pendirian Rumah Sakit

Pelita Rakyat Laksa dan Oasis Studi Banding Program Penyehatan

Lingkungan Berbasis Masyarakat Kampanye Campak dan Polio untuk Cegah

Kematian

42 Potret Irwandi Yusuf Desty ariani

45 nasional Menuju Indonesia Bebas Malaria 130 Tenaga Kesehatan Puskesmas Teladan

Peroleh Penghargaan Kesiapan Pelayanan Kesehatan Ibadah Haji

Tahun 1431 H/2010 M

Calon Jemaah Haji Divaksin Halal

52 Daerah Pelayanan Kesehatan arus Mudik di

Bakauheni Bandar Lampung Suka - Duka Mudik di Dermaga Bakauheni Mendidik arus Mudik

56 Siapa Dia Deswita Maharani Marcelino Lefrandt Sarah Sechan Tika Panggabean

58 Lentera Teman Sejati Mengembangkan Integritas

Daftar Isi

35 38

42 42

54 56

Page 6: Mediakom 26

� Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Surat Pembaca

Jamkesmas Dan Jamkesda ?

Sesorang miskin tidak terdaftar pada Jamkesmas dan Jamkesda. Sementara orang tersebut memerlukan rujukan perawatan dan tindakan ke rumah sakit, dulu ada SKTM ( surat keterangan tidak mampu). Sekarang bagaimana ?

http://mail.ovi.com

Jawab:Jamkesmas merupakan program

pemerintah bidang kesehatan untuk membantu warga tidak mampu atau miskin. Peserta Jamkesmas di tetapkan berdasarkan kuota Kabupaten / Kota yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati / Wali Kota dan MOU. Dalam MOU ada klausul yang menjelaskan, apabila masih ada warga miskin yang belum tertampung pada program Jamkesmas maka menjadi tanggung jawab pemda setempat.

Untuk mengurus Jamkesda (Jaminan kesehatan daerah ) masyarakat dapat mengurus surat keterangan tidak mampu dari RT/RW setempat, puskesmas, kelurahan, kecamatan kemudian mengurus ke Dinas Kesehatan setempat, sebab

masing-masing daerah mempunyai kebijakan dan aturan yang berbeda-beda.

Buku Referensi.

Saya Gladys Yolanda, mahasiswa fakultas keperawatan tk.VI. Sekarang sedang menyusun skripsi mengenai prilaku ibu-ibu terhadap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Oleh karena itu saya mohon bantuannya, untuk memperoleh informasi mengenai kanker payudara dan SADARI, serta referensi buku yang berhubungan dengan instrument penelitian.

Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih,

Hormat kami

Gladys [email protected]

Jawab:Sdr. Gladys Yolanda, terima

kasih atas pertanyaannya. Untuk memperoleh informasi mengenai kanker payudara dan SADARI, serta referensi buku yang berhubungan dengan instrument penelitian, Saudara dapat menghubungi

Perpustakaan Kementerian Kesehatan, Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav No. 4-9 Jakarta Selatan telp. (021) 5201500 eks. 1004

Rentra Kemenkes 2010-2014

Mohon dikirimkan informasi rencana strategi 2010-2014, saya sangat memerlukan data tersebut. Terima kasih atas bantuannya.

Hormat kami,

SISWANI SARIYO [email protected]

Jawab:Saudara Siswani Sariyo, terima

kasih atas pertanyaannya. Informasi Mengenai Rencana Strategi Kementerian Kesehatan 2010 - 2014 dapat Saudara download di Web Kemenkes : www.depkes.go.id .

Silakan klik Downloads, di bagian Downloads pilih kategori Pedoman. Semoga bermanfaat.

Perpustakaan Kementerian Kesehatan

Page 7: Mediakom 26

Info Sehat

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom �

sedang makan keluar. Sekali-kali teh manis untuk pelega masih tidak apa.

3. Makan paling akhir 2-3 jam sebelum tidur. Karena lemak mulai ditumpuk saat anda tidur. Jika anda makan sebelum tidur maka akan menjadi sasaran empuk untuk penumpukan lemak. Jika anda lapar, lebih baik minum saja susu non fat atau semacamnya.

4. Tidak lagi gorengan, ganti dengan yang bakar atau rebus Tetapi hati-hati, biasanya ayam bakar diolesi minyak. Paling baik, katakan dulu pada koki agar jangan pakai minyak.

5. Latihan kardio (jogging, lari, berenang, lompat tali, treadmill) Jenis ini akan membuat anda membakar lemak yang menumpuk. Lakukan dengan rutin setiap hari.

6. Pagi hari yang indah untuk berlatih.

Berlatih pada pagi hari akan lebih efektif, karena perut anda sudah kosong dan tentunya pembakaran yang utama akan mengambil dari lemak anda.

7. Berjalan kaki yang sehat. Usahakan anda bisa berjalan kaki jika jaraknya tidak terlalu jauh. Ataupun ketika ada pilihan antara eskalator atau tangga, pilih tangga! Anda tetap bisa berjalan kaki meski sedang menaiki eskalator.

8. Istirahatlah secukupnya. Usahakan waktu istirahat anda 8 jam sehari.

9. Nikmati hidup anda. Atur semua diet dan latihan anda agar menyenangkan sehingga nanti tidak menjadi diet yoyo (berat kadang turun kadang naik). Kalau anda menikmati gaya hidup sehat anda yang baru, tentu anda tidak sampai bosan. n

gi/berbagai sumber

ww

w.B

reA

KTh

ro

Ug

hem

Pow

erm

enT.

co

m /

co

rBiS

.co

m

Tips

Menurunkan Berat Badan

"Susahnya menurunkan berat badan!”, begitu komentar yang biasa kita

dengar. Jangan putus asa dulu. Kalau tahu caranya, anda pasti bisa. Ada beberapa tips yang mudah dan bagus untuk dijalankan. Selamat mencoba 1. Kurangi karbohidrat (nasi, roti,

dll) dan hindari lemak (gorengan, santan). meski demikian jangan hilangkan karbohidrat dari porsi makan anda karena karbohidrat tetap dibutuhkan tubuh, hanya tidak terlalu banyak.

2. Hindari gula dalam minuman anda! minuman yang membawa paling banyak pasokan gula adalah soft drink. Sangat disarankan untuk tidak minum minuman ini lagi. Selalu minta air mineral jika anda

Page 8: Mediakom 26

Info Sehat

� Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

An apple a day keeps the doctor away. Pepatah lama itu lahir bukan tanpa arti. Tahukah Anda, ada sekitar 7.000 jenis

apel di dunia ini dengan khasiat yang beraneka ragam. meski kandungan gizi setiap jenis apel berbeda-beda namun sejauh ini ilmuwan mengetahui kandungan kalium atau potassium buah ini mampu mencegah stroke, mengurangi kadar gula dan kolesterol darah.

Kebanyakan orang mengonsumsi apel secara langsung begitu saja. Ada juga yang suka mengolahnya menjadi jus, sirup atau perasa tambahan. Ada juga yang mengolah apel menjadi cuka. cuka apel merupakan sumber serat terlarut paling baik, yang tak mengandung kolesterol,lemak, dan natrium. Kandungan pektin efektif menekan kolesterol jahat penyumbat pembuluh darah (LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol baik

(hDL), sehingga mengurangi risiko terserang penyakit jantung.

Sebagai sumber serat yang baik, apel merupakan camilan yang sangat baik untuk orang yang sedang menurunkan berat badan, sehingga mencegah rasa lapar datang lebih cepat.

Untuk kaum perempuan, kandungan boron dalam apel terbukti membantu wanita mempertahankan kadar hormon estrogen saat menopause. mempertahankan estrogen berarti mengurangi gangguan yang disebabkan oleh ketidak seimbangan hormon dikala menopause, misalnya semburan panas, nyeri, depresi, penyakit jantung, osteoporosis.

Apel juga melindungi tubuh dari virus flu dan bermanfaat mencegah

kerusakan gigi periodontal. Selain dapat dimakan langsung

atau dijus, sari apel juga dapat dibuat cuka. Sifatnya yang antiseptic, mampu membunuh bakteri-bakteri dalam saluran pencernaan, memperbaiki metabolisme tubuh, memperlancar aliran darah untuk mengatasi toxeemia alias keracunan dalam peredaran darah dan mencegah obesitas serta meningkatkan daya tahan tubuh.n

gi/berbagai sumber

mA

ny

wA

LLPA

PerS

.co

m

Menyibak Lebih Jauh Khasiat Apel

JAm

eSA

nD

Theg

iAn

Tco

rn.c

om

Page 9: Mediakom 26

Info Sehat

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom �

1. Jalan cepat Tubuh manusia dilahirkan untuk

berjalan. Jalan cepat adalah cara alami untuk meningkatkan kebugaran tubuh, terutama jantung. Selain itu, jalan cepat bekerja lebih baik untuk orang dengan gemuk atau overweight. hal ini karena jalan cepat dapat membantu mengurangi lemak otot di area dekat sendi.

4 Jenis Olahraga Untuk Jantung Lebih Kuat dan Sehat

Olahraga sederhana yang dilakukan secara signifikan dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya.

Latihan kardiovaskular adalah bentuk kegiatan yang meningkatkan pernapasan dan denyut jantung. olahraga ini pada dasarnya menantang jantung untuk bekerja lebih keras

dan menjadi lebih kuat.olahraga kardiovaskular akan memperbaiki cara tubuh menggunakan

oksigen. ini akan membuat jantung lebih kuat dan lebih efisien dalam memompa darah ke tubuh.

Seperti dilansir dari Sheknow, 4 olahraga kardiovaskular terbaik untuk meningkatkan kesehatan jantung yaitu:

2. Lari meski lebih menantang

ketimbang jalan, lari adalah aktivitas fisik jantung sehat yang mudah untuk dilakukan. Selain itu, lari juga merupakan salah satu cara terbaik unutk membakar kalori. Dengan begitu, ketika anda sedang berusaha menurunkan berat badan, ada bonus lain yaitu kesehatan jantung.

3. Berenang Kolam renang bisa jadi merupakan

tempat terbaik untuk bermalas-malasan sambil mengapung, tapi air di kolam renang bisa menjadi tantangan kebugaran tubuh. Berenang atau olahraga air lain tidak hanya akan meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan kesehatan jantung, air memberikan resistensi multi-arah yang akan meningkatkan kekuatan otot dan suara.

4. Bersepeda Aktivitas kardiovaskular lain yang

mudah adalah bersepeda. Dengan bersepeda, Anda bisa jalan-jalan keliling komplek rumah atau taman sambil meningkatkan kesehatan jantung, membangun kekuatan dan mengencangkan tubuh. n gi/detikhealth

ww

w.T

hee

Poc

hTi

meS

.co

m

ww

w.w

ATer

SiD

ein

fo.c

om

ALT

.co

xn

ewSw

eB.c

om

JAeL

12.w

orD

PreS

S.c

om

Page 10: Mediakom 26

Ragam

10 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Obat merupakan komponen terbesar dalam pembiayaan kesehatan yaitu mencapai hingga 70

persen. Namun, selama ini pasien selalu dalam posisi menerima saja apa yang diresepkan dokter. Pasien terpaksa tidak mempunyai pilihan karena memang sebagian besar masyarakat tidak mengerti jenis obat generik atau bermerek.

Untuk melindungi rakyat, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sejak 1989 telah meluncurkan program obat generik. Tujuannya memudahkan akses masyarakat terhadap obat yang mutunya terjamin dengan harga yang terjangkau. Menkes saat itu, mengeluarkan surat keputusan nomor 085/Menkes/SK/I/89 tentang

kewajiban menuliskan resep dan/atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.

Ternyata penggunaan obat generik belum seperti yang diharapkan. Konsumen kesehatan atau pasien masih saja sangat tergantung pada dokter. Untuk mengatasi hal ini, Menteri Kesehatan dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.02.02/Menkes/068/I/2010 tanggal 14 Januari 2010 yang menginstruksikan semua fasilitas kesehatan pemerintah wajib menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik.

Permenkes tersebut, mewajibkan dokter yang mencakup dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis,

dan dokter gigi spesialis yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah wajib menulis resep obat generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis. Dokter dapat menulis resep untuk diambil di apotek atau di luar fasilitas pelayanan kesehatan jika obat generik tidak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan.

Di samping itu, jika obat generik yang dimaksud belum tersedia, dokter di rumah sakit, puskesmas dan unit pelaksana teknis lainnya dapat menyetujui pergantian resep obat generik dengan obat generik bermerek dagang. Begitupun dengan apoteker, apoteker diperbolehkan mengganti obat merek dagang atau obat paten dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek

Dokter Dapat Sanksi Jika Tidak Menulis Resep Obat Generik

Page 11: Mediakom 26

Ragam

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 11

dagang lain atas persetujuan dokter dan atau pasien.

Bagi pengelola instalasi farmasi rumah sakit, diwajibkan mengelola obat di rumah sakit secara efektif dan efisien serta membuat prosedur perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemantauan obat yang digunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, juga diwajibkan membuat perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyediaan, pengelolaan dan pendistribusian obat kepada puskesmas dan pelayanan kesehatan lain.

Sanksi administratifUntuk pembinaan dan pengawasan,

menurut peraturan itu, pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dapat memberi peringatan lisan atau tertulis kepada dokter, tenaga kefarmasian dan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah yang

Masyarakat perlu mengetahui mengapa menggunakan obat generik?

Sebenarnya, obat hanya dibedakan menjadi dua yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten tergantung jenis obatnya. Menurut UU No.14/2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun.

Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif untuk memproduksi dan memasarkan. Perusahaan lain tidak boleh memproduksi dan memasarkan obat serupa jika tidak memiliki perjanjian dengan pemilik paten. Setelah obat paten habis masa patennya, kemudian disebut obat generik yaitu obat dengan nama zat berkhasiatnya.

Obat generik di Indonesia dikenal dengan nama zat berkhasiat/aktif dan obat generik bermerek, yaitu yang diberi nama dagang atau nama dari industrinya. Obat generik yang bermerek maupun tidak bermerek tidak ada bedanya kandungan zat berkhasiatnya.

Obat generik umumnya disebut generik saja, sedangkan obat generik bermerek sering dipahami sebagai obat paten. Padahal ini adalah anggapan yang salah, apalagi pengertian obat paten seringkali diterjemahkan sebagai obat yang sangat manjur sehingga dapat menyesatkan.

Kenapa harga obat generik lebih murah?

Harga obat generik lebih murah karena dijual dalam kemasan yang sederhana dan tidak ada biaya untuk promosi. Penyebab harga obat mahal antara lain adanya biaya promosi yang bisa mencapai 20-30 persen. Sehingga akan mempengaruhi harga obat secara signifikan. Harga obat generik dikendalikan dan dipantau oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Kementerian Kesehatan.

Apakah obat generik mutunya terjamin?

Obat generik terjamin mutu, khasiat, keamanan, dan harganya terjangkau karena obat generik diproduksi oleh perusahaan farmasi yang telah menerapkan cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dengan standar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).

Dimana memperoleh obat generik?

Obat generik dapat diperoleh di Puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, apotek dan sarana kesehatan lainnya.

Bagaimana cara memperolehnya?

Obat generik dapat diperoleh dengan resep dari dokter dan dibeli di apotek/instalasi farmasi rumah sakit, dan toko obat berizin.

Untuk memperoleh informasi lebih lanjut dapat menghubungi Pusat Tanggap dan Respon Cepat Kementerian Kesehatan021 500567 dan email: [email protected].

Page 12: Mediakom 26

Ragam

12 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

Peringatan lisan atau tertulis diberikan paling banyak tiga kali dan apabila peringatan tidak dipatuhi, pemerintah akan menjatuhkan sanksi administratif kepegawaian kepada yang bersangkutan.Pelaksanaan peraturan tersebut juga terus dipantau secara berjenjang dan diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.03.01/MENKES/ 159/I/2010 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.

“Sebagai bagian dari pembinaan, maka pelanggaran terhadap kewajiban peresepan dapat dikenakan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku,” jelas Menkes.

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Dra. Sri Indrawaty, Apt. menjelaskan, sejak Permenkes tersebut diterapkan pada bulan Januari 2010, tingkat peresepan obat generik di rumah sakit yang rata-rata

65 persen terus meningkat meski belum signifikan.

“Hingga bulan April 2010, rata-rata penggunaan obat generik menjadi 68 persen. Hal itu didasari pada hasil monitoring cepat penggunaan obat generik di 44 Rumah Sakit Propinsi dan Kabupaten/Kota di 33 Propinsi. Diharapkan, penggunaannya dapat meningkat menjadi 80-90 persen di tahun 2014,” jelasnya.

Untuk pembinaan dan pengawasan penggunaannya dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.03.01/MENKES/ 159/I/2010 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.

Tak hanya sampai disitu, guna memastikan obat generik dapat digunakan oleh semua kalangan, pemerintah juga terus memantau dan mengendalikan harga obat generik melalui Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI yang telah beberapa kali direvisi. Terakhir diatur dalam Kepmenkes Nomor HK.03.01/Menkes/146/I/2010, yang

berisi penetapan harga dari 453 item obat generik.

Dalam regulasi tersebut, Pabrik Obat dan/atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) dalam menyalurkan Obat Generik kepada Pemerintah, Rumah Sakit, Apotek dan Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya harus menggunakan Harga Netto Apotek (HNA) plus Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai harga patokan tertinggi.

Dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan obat generik, pabrik obat dan/atau PBF dapat menambahkan biaya distribusi maksimum sebesar 5 persen untuk Regional II, 10 persen untuk Regional III dan 20 persen untuk Regional IV. Mengingat bahwa lebih dari 98 persen industri farmasi berada di Pulau Jawa dan hanya beberapa yang ada di Sumatera (Palembang dan Medan).

“Jadi, mulai sekarang jangan segan untuk meminta resep obat generik pada dokter jika terkena penyakit. Dengan harga yang lebih terjangkau anda bisa menghemat dan penyakit pun bisa tertangani dengan baik,” saran Menkes.n

Dokter memberi resep obat generik pada pasien.

Page 13: Mediakom 26

Ragam

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 13

Kementerian Kesehatan pada tahun 2005, telah berinisiasi melaksanakan program Askeskin yang kemudian diubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) karena yang dijamin tidak hanya masyarakat

miskin tetapi juga masyarakat yang masuk kategori tidak mampu. Program Jamkesmas merupakan langkah awal menuju jaminan kesehatan semesta, sebagai kewajiban negara sesuai amanat UUD 1945 pasal 28-H dan pasal 34 ayat (1) dan (2) dan bentuk implementasi UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Bahkan Jamkesmas diyakini mampu mempercepat reformasi di bidang kesehatan.

Peserta Jamkesmas berjumlah 76,4 juta jiwa, tersebar di seluruh Indonesia yang meliputi lebih kurang 34% dari total penduduk. Peserta Jamkesmas secara makro didasari atas data BPS yang kemudian dibagi pagu kab/kota. Berdasarkan pagu kabupten/kota tersebut pemerintah kab/kota menetapkan siapa yang menjadi peserta Jamkesmas (nama dan alamat lengkap), yang kemudian dikompilasi menjadi data Nasional. Kemudian diterbitkan kartu bagi setiap peserta, dengan demikian peserta Jamkesmas bukan mendaftarkan diri menjadi peserta, tetapi ditetapkan oleh bupati/walikota dengan identitas peserta ditentukan berdasarkan kepemelikan kartu Jamkesmas.

Sesuai kebijakan Menteri Kesehatan, apabila masih ada masyarakat miskin dan tidak mampu tetapi

tidak masuk dalam penetapan bupati/walikota maka pembiayaanya menjadi tanggug jawab pemerintahan prov/kab/kota. Berdasarkan kebijakan ini, kemudian menjadi pemacu berkembangnya Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), bahkan banyak daerah yang justru mengembangkan jaminan kesehatan tidak hanya untuk penduduk miskin dan tidak mampu tetapi dikembangkan untuk seluruh penduduk di daerahnya, sehingga di beberapa daerah telah mencapai jaminan kesehatan untuk seluruh penduduknya (NAD, Sumsel dan Bali). Sedangkan di daerah lainnya seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sulsel, Sumatera Barat, dan NTB sedang uji coba untuk mendorong jaminan seluruh penduduk di wilayahnya.

Perkembangan yang menggembirakan ini telah sesuai dengan roadmap yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dalam rangka pencapaian universal coverage bagi seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2014. Untuk menyelesaikan masalah portabilitas, masalah kesamaan hak tentang manfaat, pengelolaan keuangan yang harus nirlaba dan dana amanah, akuntabel dan transparan, pada saatnya Jamkesmas dan Jamkesda ini akan disatukan (dilebur) menjadi Jaminan kesehatan yang bersifat nasional dengan tetap mengedepankan peran pemerintahan prov/kab/kota dengan tetap mengacu pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN.

Selain data yang telah terkumpul secara Nasional,

Jamkesmas Mempercepat Reformasi Bidang Kesehatan

Page 14: Mediakom 26

Ragam

14 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar yang tidak mempunyai identitas dan tidak memiliki kartu Jamkesmas, tetap dapat mengakses pelayanan kesehatan melalui program Jamkesmas dengan mengajukan bukti bahwa yang bersangkutan miskin atau tidak mampu dan disyahkan oleh dinas sosial setempat.

Pada tahun 2010 kepesertaan Jamkesmas diperluas yang meliputi masyarakat miskin penghuni panti sosial, masyarakat miskin penghuni Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan dan masyarakat miskin korban bencana yang diatur tersendiri atas kerja sama Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Dalam Negeri.

Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK), Usman Sumantri mengatakan bahwa program Jamkesmas bagi Kementerian Kesehatan tidak hanya

persoalan masyarakat terjamin kesehatannya, tetapi merupakan kendaraan untuk mempercepat reformasi subsistem pelayanan kesehatan yang selaras dengan subsistem pembiayaan kesehatan, subsitem farmasi, subsistem pengembangan SDM kesehatan dan subsistem manajamen kesehatan secara keseluruhan.

Percepatan reformasi dalam bidang kesehatan melalui Sistem Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud akan mendorong penerapan penggunaan standar pelayanan medik yang berlaku secara Nasional, (sebagai instrumen mutu pelayanan kesehatan yang terukur), mempercepat penatalaksanaan sistem rujukan yang baik dengan pelayanan kesehatan dasar sebagai gate keeper, mendorong pemanfaatan obat generik sehingga dapat menekan medical cost, mendorong perbaikan terhadap manajemen kesehatan untuk melakukan kendali mutu dan

kendali biaya (cost containment), mendorong fasilitas kesehatan untuk menata manajemen pelayanan seperti perbaikan medical record, penataan pasien, monitoring, utilisazation review, dan tata laksana manajamen obat, sehingga fasilitas kesehatan akan lebih transparan dan akuntabel, mendorong dilakukan standarisasi alat dan menekan standarisasi harga sehingga dapat menekan biaya kesehatan dengan tetap mempertimbangkan win-win solution antar para pihak. Kedepan, melalui Jaminan Kesehatan ini akan didorong untuk peningkatan penggunaan alat dan bahan kesehatan produksi dalam negeri sehingga bangsa Indonesia tidak tergantung kepada impor alat dan bahan kesehatan.

Pendanaan pemerintah dalam program Jamkesmas medapatkan perhatian khusus karena merupakan program prioritas yang langsung dapat dinikmati oleh masyarakat peserta Jamkesmas. Sejak digulirkankanya program ini tahun 2005 anggarannya mengalami peningkatan dari 3,6 Triliun menjadi 5,1 Triliun pada tahun 2010 dengan premi rata-rata Rp 5.000,- sd Rp 6.200,- per orang/bulan. Manfaat yang diberikan kepada peserta bersifat komprehensif yang diukur berdasarkan indikasi medis dengan hampir seluruh penyakit termasuk

Pemegang kartu Jamkesmas mendapat pelayanan kesehatan yang sama dengan pasien pada umumnya

Page 15: Mediakom 26

Ragam

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 15

yang bersifat katastropik dijamin dalam program Jamkesmas.

Menurut Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, kedepan semua penduduk tidak terkecuali, kaya, miskin, tidak mampu, seharusnya wajib masuk dalam sistem Jaminan kesehatan ini, sehingga pada saat mengalami musibah sakit tidak dipusingkan karena tidak adanya biaya kesehatan. Tentu ada kewajiban pemerintah untuk membayar iuran bagi fakir miskin dan tidak mampu, tetapi bagi yang mampu dituntut membayar iuran sebagai bentuk kontribusi peserta dan tentu harus sharing dengan majikan atau pemberi kerja bagi yang mempunyai gaji.

Fasilitas pemberi pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas disediakan di semua fasilitas kesehatan pemerintah/TNI/Polri maupun fasilitas kesehatan swasta yang bersedia bekerjasama dalam program Jamkesmas. Lebih dari 30% dari 1.002 fasilitas kesehatan rujukan swasta, yang telah bekerja sama dengan program ini

Pengiriman dana pelayanan kesehatan dasar bagi peserta Jamkesmas di Puskesmas dan jaringannya, langsung dikirim melalui Kantor Pos ke Rekening Puskesmas. Dana tersebut dikirim berdasarkan formula perhitungan dan dimanfaatkan oleh Puskesmas berdasarkan Plan Of Action (POA) yang disetujui Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota yang kemudian hasil pelaksannaan kegiatan kerjanya diverifikasi oleh Tim Pengelola Kabupaten/Kota.

Dana pelayanan untuk pelayanan kesehaan rujukan langsung ditransfer ke rekening RS/Balai dari Kantor Kas Negara yang kemudian dimanfaatkan oleh peserta dan dipertanggung oleh RS/Balai dengan menggunakan INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Groups)

Menkes mengatakan, untuk tahun 2011 akan ada perubahan data Jamkesmas yang mengacu kepada data PPLS dari Badan Pusat

Statistik (BPS) 2008.Lebih lanjut Menkes dr. Endang

Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, mengatakan program Jamkesmas dapat mempercepat reformasi di bidang kesehatan serta mendorong rumah sakit lebih sadar biaya dan sadar kendali mutu pelayanan. Hal tersebut dapat terjadi karena rumah sakit yang melayani Jamkesmas diharuskan menerapkan tarif sistem paket INA-DRG.

Diungkapkan pula, setiap tahunnya penggunaan kartu Jamkesmas pada pelayanan kesehatan terus meningkat. Untuk pelayanan rujukan tahun 2008, telah melayani rawat jalan sebanyak 2,68 juta peserta Jamkesmas, rawat inap 951,4 ribu peserta dan pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebanyak 415,9 ribu peserta. Sedangkan tahun 2009, untuk pelayanan rujukan meningkat dengan melayani rawat jalan sebanyak 4,4 juta peserta, dan rawat inap 1,1 juta peserta.

Rata-rata kunjungan berdasarkan kelompok umur, terbanyak usia 15-64 tahun.”Data ini belum termasuk pelayanan peserta pada Puskesmas yang mencapai ratusan juta peserta. Ini membuktikan bahwa program Jamkesmas benar-benar telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujarnya..

Lebih lanjut dikatakan, pada tahun 2011 pemerintah berencana akan membuat usulan jaminan persalinan bagi seluruh penduduk yang belum memiliki jaminan keshatan. Hal ini menjadi sangat penting untuk mempercepat penurunan kematian ibu melahirkan dan bayi sehingga diharapkan mendorong pencapaian MDG’s tahun 2015. Disamping itu melalui program ini akan mendorong akses mayarakat terhadap pelayanan keluarga berencana.

Menurut Menkes, negara juga akan menanggung biaya pemeriksaan ibu dan bayinya pasca melahirkan sebanyak dua kali. Begitupun saat persalinan, obat dan

alat kesehatan juga ditanggung oleh pemerintah. Ditambahkan pula, program jaminan persalinan ini dilakukan guna menekan angka kematian ibu melahirkan hingga mencapai batas yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDG’s). Saat ini, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Dalam MDGs ditargetkan, angka tersebut pada 2015 turun menjadi 103 per 100.000 kelahiran hidup.

“Dengan adanya biaya persalinan ini, ke depan tidak boleh ada lagi bayi yang ditahan di tempat pelayanan kesehatan karena alasan biaya. Program ini tidak hanya bisa dinikmati oleh peserta Jamkesmas, tapi juga masyarakat lainnya yang belum memiliki Jaminan kesehatan dan mau dilayani di Puskesmas, Klinik Swasta, Rumah Bersalin, Klinik bersalin, Bidan praktek, dokter praktek swasta dan rujukan ke Rumah Sakit dengan sarana pelayanan kelas tiga.

Menurut Usman Sumantri, sudah banyak keberhasilan yang dicapai dalam program Jamkesmas namun masih banyak juga kendala dan masalah yang harus diselesaikan utamanya masalah data yang harus segera diselesaikan agar kedepan semua program kemiskinan akan mengacu pada satu data. Spesifikasi untuk peserta Jamkesmas ini, pada saat kita bicara tidak mampu dalam dunia kesehatan akan menjadi melebar karena hampir semua orang menjadi tidak mampu apabila mengalami musibah sakit yang berat. Selain itu diperlukan peñata lasakaan pelayanan dan peningkatan kesadaran para pemberi pelayaan kesehatan untuk lebih sadar biaya dan sadar mutu pelayanan. Semua harus kita benahi secara terencana. Dalam kondisi darurat semua faslitas kesehatan berkewajiban memberi pertolongan, jika dia peserta Jamkesmas berilah pertolongan terlebih dahulu, urus adminstrasi kemudian”, kata Usman. n

Page 16: Mediakom 26

16 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Kolom

Jamkesmas Dipuji dan Diuji

Oleh: Prawito

Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) program lawas Kementerian Kesehatan yang di puji sekaligus di uji. Di puji karena pro rakyat. Masyarakat miskin merasakan langsung manfaatnya. Tapi, Jamkesmas juga masih banyak

kendala dan hambatan yang harus dituntaskan. Mulai dari kepesertaan, pendanaan, pengorganisasian sampai pelayanan kesehatan di unit-unit pelayanan. Disinilah ujiannya. Mampukah melewati masa-masa sulit yang penuh jebakan dan tantangan, sehingga lulus ujian?

Tak dipungkiri, Jamkesmas mendapat banyak dukungan berbagai pihak. Mulai dari wakil rakyat, birokrat, konglomerat sampai rakyat melarat. Bahkan ketika hanya ada isu entah siapa yang meniupkan, yakni Jamkesmas akan dihilangkan, mereka ramai-ramai berteriak melakukan penolakan. Itu bukti terhadap dukungan program Jamkesmas secara nyata dan luar biasa.

Memang, Jamkesmas dari sisi kepesertaan telah menjamin 19,1 juta rumah tangga miskin atau 76,4 juta jiwa dengan rata-rata 4 jiwa per keluarga. Cakupan kepesertaan juga telah diperluas kepada seluruh gelandangan, pengemis, anak terlantar dan anak jalanan.

Selanjutnya, melalui program 100 hari bidang kesehatan ditetapkan perluasan penjaminan kepesertaan telah Jamkesmas meliputi masyarakat miskin korban bencana, penguni panti asuhan, panti jompo, penghuni Lapas dan Rutan. Pada tahun 2014, diharapkan seluruh penduduk akan masuk dalam jaminan kesehatan.

Mekanisme pelayanan kepesertaan sangat mudah. Masyarakat miskin mendapat kartu Jamkesmas dari pemerintah, anak gelandangan dan pengemis cukup dengan menggunakan surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat. Sedangkan penghuni Lapas dan Rutan cukup mendapat rekomendasi dari kepala Lapas dan Rutan.

Sejarah Jamkesmas, memang sudah cukup tua dan

panjang. Berulang kali evolusi menyesuaikan dengan kondisi untuk memperbaiki diri, termasuk melakukan penyesuaian penggunaan nama. Awalnya bernama Jaminan Pembiayaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), kemudian Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin), dan saat ini Jamkesmas. Berikutnya?, mungkin akan menyesuaikan lagi sesuai kebutuhan zaman, sebagai bagian upaya penyempurnaan.

Ujian Jamkesmas masih akan terus mengalir, seiring dengan proses pendewasaan usianya. Masih ada pasien Jamkesmas yang belum terlayani secara baik, masih ada masyarakat miskin yang belum masuk jaminan kesehatan apapun, masih perlu peningkatan verifikasi yang transparan dan akuntabel, ketersediaan pendanaan, kecukupan SDM, serta berbagai kendala dilapangan lainnya yang akan silih berganti menghampiri.

Semua ujian di atas, harus menjadi tanggung jawab bersama para pihak terkait, baik pemerintah pusat maupun daerah. Mulai dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Pemda, Rumah Sakit dan Puskesmas. Tak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan saja.

Pertanyaannya, apakah semua pihak menyadari ujian itu, kemudian saling bersinergi dan bekerja sama mencari solusi terbaik bagi pelayanan kesehatan masyarakat di negeri ini? Ataukah mereka saling menyalahkan dan mau menang sendiri? Ataukah mereka masa bodoh, merasa bukan tanggung jawabnya? Semua itu akan kembali kepada tingkat kedewasaan para pihak terkait menyikapi kepentingan bersama ini.

Bila semua pihak memilih bersatu, saling membatu, bersinergi mencari solusi, sampai program Jamkesmas makin jitu, berarti lulus ujian. Dapat dipastikan pujian akan mengalir kepada para pihak terkait. Sebaliknya, bila para pihak memilih masa bodoh dan saling menyalahkan, tentu raport merah Jamkesmas akan diarahkan pula kepadanya. Pilihan manakah yang akan diambil? Waktulah yang akan menentukan.n

Page 17: Mediakom 26

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 17

Media Utama

Penyakit diare masih merupakan masalah global dan banyak berjangkit di negara-negara berkembang dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, tidak cukup pasokan air bersih, kemiskinan, dan pendidikan yang rendah. Insiden diare bervariasi di setiap daerah di

setiap wilayah, musim, dan masa-masa endemik seperti kejadian luar biasa kolera. Umumnya insiden tertinggi terjadi pada dua tahun pertama usia anak yang menurun seiring dengan meningkatnya usia.

Demikian sambutan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K), MARS, DTM&H yang dibacakan Direktur Pengendalian Penyakit Menular langsung (P2ML) Dr.

HM. Subuh, MPPM pada Seminar memperingati Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) Sedunia ke 3 Tahun 2010, 7 Oktober 2010, di Jakarta. Turut hadir dalam seminar sebagai narasumber Kepala Pusat Promosi Kesehatan dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia Dr. Khanchit Limpakarnjanarat, Direktur Penyehatan Lingkungan drh. Wilfried Hasiholan Purba, MM, M.Kes, pakar psikologi anak Dr. Seto Mulyadi dan sebagai moderator public figure dan pemerhati perkembangan anak dr. Lula Kamal. Peserta seminar adalah kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Dasar yang berjumlah sekitar 100 orang.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 (Riskesdas, 2007), menemukan 34% kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan 16% kejadian

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Dapat Turunkan Insiden Diare

Page 18: Mediakom 26

Media Utama

18 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

diare pada anak umur 1–4 tahun. Walaupun perilaku CTPS sudah dipahami masyarakat secara luas, namun praktiknya masih belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian khusus secara berkesinambungan terhadap upaya pencegahan penyebaran penyakit tersebut terutama anak-anak. Kajian ilmiah yang dilakukan oleh Curtis and Cairncross (2003) menyarankan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) khususnya setelah kontak dengan feses (setelah ke jamban dan membantu anak ke jamban), dapat menurunkan insiden diare hingga 42 – 47%.

Selain menurunkan insiden diare, kata Dirjen P2PL, perilaku CTPS juga dapat menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari 30%, bahkan pada kondisi lingkungan dengan kontaminasi feses yang sangat tinggi serta sanitasi yang buruk (penelitian Rabie dan Curtis 2005). Bahkan UNICEF menemukan perilaku CTPS dapat juga menurunkan 50% insiden Avian Influenza.

Menurut Prof. Tjandra, semakin banyak anak yang melakukan CTPS, akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) untuk menurunkan 2/3 kasus kematian anak pada tahun 2015 yang akan datang. Secara sinergis, perilaku ini juga diharapkan membantu mencegah penyebaran virus H1N1 di Indonesia.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2008 menyerukan perlunya peningkatan praktik higiene sanitasi di seluruh dunia. Untuk itu sejak tahun 2008, “Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia” (HCTPS) ditetapkan pelaksanaannya secara global pada tanggal 15 Oktober setiap tahun, tambah Prof. Tjandra.

Berkaitan dengan kegiatan CTPS, Kementerian Kesehatan telah

menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) No. 852/Menkes/SK/IX/2008, yang menetapkan CTPS sebagai salah satu pilar strategi yang penting untuk dilaksanakan di Indonesia. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan CTPS di Indonesia dapat berkesinambungan.

Menurut Kak Seto, anak sebagai bagian anggota keluarga, patut diakui sebagai agen perubahan yang potensial. Mereka memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam membudayakan perilaku

hidup bersih sehari-hari. Pada dasarnya anak adalah dunia yang polos, cenderung berperilaku alami. Dengan mengembangkan pola perilaku hidup bersih dalam perilaku mereka, memungkinkan mereka tampil sebagai ‘model’ bagi lingkungan sekitar dalam menerapkan perilaku positif.

“Perilaku cuci tangan pakai sabun, dapat dibudayakan melalui program dokter kecil, yang memperkenalkan hubungan antara tangan kotor yang mengandung bakteri dapat menimbulkan sakit. Jadi cuci tangan pakai sabun dapat membersihkan

Page 19: Mediakom 26

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 19

Peserta Rakerkesnas

kediamannya.Diakhir sambutan, Prof.

Tjandra menyampaikan bahwa seminar ini diadakan bertujuan untuk meningkatkan dukungan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat terhadap program CTPS, meningkatkan kemitraan, meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi tentang perilaku hidup sehat dengan CTPS di seluruh kalangan, memicu dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya CTPS dan menjadikan Anak sekolah (SD) sebagai Agent of Change.n

Pra, Echi

tangan, sehingga terbebas dari penyakit”, kata Kak Seto.

Kak Seto menambahkan, penayangan sinetron maupun film kartun, dapat menjadi sarana untuk membudayakan CPTS pada anak-anak, karena hal tersebut mampu

menjadi daya tarik yang luar biasa bagi anak-anak. Sebagai contoh, dalam sinetron “ Si Entong” yang ditayangkan TPI, mengisahkan Entong sebagai penyuluh cilik, mengajak masyarakat untuk mencuci tangan di pos kesehatan di

Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heriawan (tengah) dan Dirjen P2PL, Prof Tjandra Yoga (kiri) pada peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS)

Page 20: Mediakom 26

Media Utama

20 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Jalan SehatPeringati HariKesehatan Jiwa Sedunia

Seseorang dengan penyakit fisik terutama kronis seperti hipertensi, diabetes, kanker, penyakit pada saluran nafas,

nyeri kronis, dan epilepsi diduga juga menderita secara kejiwaan. Penyakit ini, umumnya memerlukan pengobatan dalam jangka waktu panjang, menyebabkan penurunan daya tahan seseorang dan putus asa karena menghadapi ketidakpastian kesembuhannya. Penderita penyakit ini seringkali juga mengalami putus obat yang berakibat kekambuhan, perburukan, dan akhirnya menurunkan kualitas hidup, bahkan mempercepat kematian.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH dalam acara Jalan Sehat Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Lapangan Monas Barat Daya, Minggu, 10

Oktober 2010.Tema peringatan Hari Kesehatan

Jiwa Sedunia ini adalah “Kesehatan jiwa dan penyakit kronis: kebutuhan layanan berkesinambungan dan terintegrasi.” Dengan tujuan untuk mengurangi gangguan kesehatan jiwa, memperluas pelayanan yang memadai, dan meningkatkan upaya perbaikan kesehatan jiwa secara optimal bagi penduduk dunia.

Menurut Menkes, masalah kejiwaan yang terkait MDGs adalah masalah kesehatan ibu. Ibu hamil sering mengalami perubahan emosi yang diikuti pula dengan perubahan tingkah laku. Ciri-ciri yang ditimbulkan adalah sang ibu menjadi sensitif, kurang memperhatikan keadaan diri sendiri, dan enggan untuk memeriksakan kesehatan dan kehamilannya. Atau ada keadaan lain sehingga ibu menjadi cemas terhadap persalinannya kelak yang

membuat ibu menjadi sulit tidur, gelisah, dan tidak dapat menjaga kebutuhan makan. Padahal, keadaan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, sehingga kualitas anak tidak seperti yang diharapkan.

Ditambahkan, penderita penyakit kronis dan lain sebagainya serta ibu hamil, tidak hanya memerlukan obat untuk pengobatan penyakit yang dideritanya, namun juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dalam perawatan serta sangat mungkin juga memerlukan terapi kejiwaan yang lebih spesifik ataupun obat-obat untuk memperbaiki emosi dan perasaan yang negatif, kata Menkes

Masalah kejiwaan lain yang menjadi perhatian Kementerian Kesehatan adalah peristiwa bunuh diri. WHO mencatat angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6-1,8

Page 21: Mediakom 26

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 21

tiap 100.000 penduduk dengan kecenderungan terjadi pada usia muda. Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan akan mengembangkan layanan konsultasi melalui telepon (hot-line service) dengan nomor 021-500454 yang sudah bisa dimanfaatkan sejak peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tanggal 10 Oktober 2010.

Dalam rangkaian peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Kementerian Kesehatan juga melakukan berbagai kegiatan seperti seminar dengan mengundang tenaga kesehatan maupun masyarakat luas yang bertujuan untuk menyebarkan informasi dan meningkatkan pengertian tentang kesehatan jiwa. Pada bagian lain peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia juga diisi dengan pameran lukisan dan foto karya penyandang masalah kejiwaan. Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk menyadarkan masyarakat bahwa orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) bila ditangani dengan baik dan diberi kesempatan akan mampu hidup normal dan produktif di tengah masyarakat.

Menkes berharap peringatan

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun ini, dapat digunakan untuk melakukan introspeksi dan melihat permasalahan kesehatan jiwa mendasar di Indonesia. Diantaranya masih banyaknya ODMK yang dipasung atau yang terbengkalai serta yang menggelandang di jalan-jalan.

Meski pemasungan dan pengabaian ODMK adalah melanggar HAM, namun menghilangkan kondisi ini bukanlah hal yang mudah. “Kita

harus mengevaluasi diri untuk memperbaiki keadaan ini. Salah satu hal penting yang harus dijalankan adalah kerjasama antar lintas sektor. Masalah pasung tidak dapat diselesaikan oleh Kementerian Kesehatan saja. Untuk masalah ini beberapa waktu yang lalu Kementerian Kesehatan telah membuat kesepakatan antar kementerian dalam penanganan Pasung di Indonesia”, ujar Menkes. n

Pra, Yuli

Peserta jalan sehat memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

Page 22: Mediakom 26

Media Utama

22 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Dukamu Kepiluanku

Roni, bukan nama sebenarnya. Anak semata wayang dari orang tua yang sangat menyayangi dan banyak harta. Tinggal

di Pujorahayu, Belitang OKU Timur Sumatera Selatan. Sayang selepas SMA, gagal melanjutkan kuliah pada salah satu fakultas di Universitas Lampung Tanjung Karang. Ia gagal bukan karena bodoh, malas atau drop out, tapi karena sakit jiwa yang tak kunjung sembuh, walau pengobatan telah puluhan tahun dilakukan, kasihan…!

Kini, Roni hanya tinggal bersama ibunya Atik (samaran) yang sudah mulai lemah, menderita berbagai penyakit komplikasi. Roni dan ibunya sama-sama sakit. Keduanya memerlukan orang lain untuk membantunya. Syukurlah, mereka dikaruniai harta yang berkecukupan, sehingga berbagai kebutuhan dapat dipenuhi, tanpa hambatan yang berarti.

Roni, teman akrab sewaktu kecil. Selalu bersama dalam suka dan duka. Bersama satu sekolah, mulai dari SD, SMP dan SMA, bahkan bersama dalam bermain bola kaki, bola voli dan kasti. Ceria, bersorak dan bertepuk tangan menyambut cemesan bola voli yang menukik atau tendangan gol ke gawang lawan. Tak mengira, bila kemudian hari Ia menjadi merana, kemana-mana sendiri, sebatang kara, tak ada teman dan handai tolan yang menemaninya. Ia asik sendiri dengan dunianya.

Kepiluan itu bermula tahun 1985, ketika Roni berniat meneruskan kuliah di Universitas Sriwijaya(Unsri) Palembang. Mendengar saya akan mendaftar ke Universitas Lampung (Unila), Tanjung Karang. Ia pun urung ke Unsri, kemudian ikut ke Unila. Orang tuanya juga menyetujui, sebab di Unila juga banyak saudara yang telah kuliah lebih dahulu.

Berangkat menuju Tanjung

Karang dengan semangat 45. Menumpang bus angkutan lawas berbekal beberapa lembar kain ganti untuk 15 hari. Sampai di Tanjung Karang, kami numpang nginap di kamar kos saudara yang cukup besar berpenghuni 7 orang. Sambutan dari saudara sangat antusias, karena akan tambah saudara baru yang sedang menuntut ilmu di Tanjung Karang.

Malam kedua, sekitar pukul 21.00 melihat gejala aneh pada Roni. Ia menyebar seluruh uang saku di tempat tidur. Hatiku bertanya-tanya, apakah mau pamer uang ? Tak berkomentar, hanya mengamati dari jauh. Tapi, setengah jam kemudian, tampak Ia sedang menutupkan kedua belah tangan dan menempelkan di dada, seperti menyembah. Tak lama kemudian keluar kos dan mengembara ke jalan raya. Akhirnya, keesokan hari diantar pulang ke kampung.

Kepiluan itu kian bertambah menyayat hati, ketika pulang

Page 23: Mediakom 26

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 23

kampung, kemudian berkunjung kerumahnya dengan membawa 4 anak laki-laki yang sehat dan ceria. Terlihat di wajah Atik, tatapan sedih dan rasa kehilangan yang sangat mendalam. Salah satu kepiluan anggota masyarakat yang anggotanya menderita gangguan kesehatan jiwa.

Kini, banyak anggota masyarakat yang bernasib sama, sedih dan pilu karena ada anggota keluarga yang mengalami hidup dengan gangguan kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 jumlah pasien dengan gangguan jiwa berat adalah 4,6 per seribu penduduk. Sehingga diperkirakan jumlah pasien pada kelompok usia 15-64 tahun adalah 650.000-700.000 orang. Dari kepustakaan diketahui pula bahwa dengan pengobatan yang efektif, 50% pasien akan sembuh/pulih, 25% akan sembuh tetapi membutuhkan dukungan yang kuat dari orang lingkungannya, 15% tidak menunjukkan perbaikan yang berarti yang biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit, sedangkan 10% sama sekali tidak menunjukkan perbaikan.

Tidak diperoleh data nasional jumlah orang yang dipasung. Jika diperkirakan setiap kecamatan mempunyai 2 hingga 5 orang. Jika jumlah kecamatan 5.263 (2005) maka diperhitungkan jumlah orang yang dipasung 10.000 - 26.000 orang . Berbagai alasan mengenai mengapa mereka dipasung. Sebagian masyarakat memasung anggota keluarganya untuk melindungi dari kecelakaan. Seorang kader di suatu daerah memberikan kesaksian bahwa adiknya dipasung karena kecenderungan melemparkan dirinya ke dalam api. Ibu yang lain meminta warga memasung putranya karena tidak mampu menjaga. Putranya sering bepergian tanpa

tujuan dan setelah beberapa hari diantar pulang oleh petugas.

Hindari pemasunganAnggapan sebagian orang

bahwa pasung dan penelantaran hanya terjadi di pedesaan, karena mereka menganut logika bahwa pemasungan terjadi karena akses yang sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tetapi pada kenyataannya warga di kota besar juga melakukan pemasungan meskipun dengan cara yang berbeda. Jika di pedesaan penderita dipasung pada halaman belakang rumah jauh maupun dekat, sehingga warga desa yang lain dapat melihat atau menonton jika mereka berteriak atau karena tingkah lakunya, tidak demikian halnya diperkotaan. Pasien dikurung didalam kamar untuk

menutupi rasa malu bagi keluarga. Untuk menghindari pemasungan

dan penelantaran, pemerintah sejak zaman Belanda telah berusaha mengurangi dengan menerapkan kebijakan yang humanis. Belanda mengikuti gerakan moral Eropa dan Amerika abad ke 20. Penderita gangguan jiwa yang disel dalam penjara (asilum) dibebaskan dan dirawat dengan perhatian.

Sedangkan di Indonesia dengan cara membangun rumah sakit jiwa berkapasitas besar untuk menampung penderita yang menggelandang dan dipasung. Rumah sakit dilengkapi dengan berhektar-hektar lahan untuk dikelola sebagai sarana rehabilitasi dan sumber kehidupan bagi rumah sakit.

Sayang, setelah penderita pulih, tidak diikuti dengan perawatan lanjutan dan berobat jalan. Hal ini terjadi karena keterbatasan ekonomi dan pengetahuan. Sehingga baru beberapa minggu atau bulan di rumah pasien diantarkan kembali ke rumah sakit.

Namun, karena berbagai keterbatasan pengetahuan, jarak yang jauh, atau tidak mempunyai harapan, pasien dipasung atau ditelantarkan menggelandang. Bahkan terjadi juga keluarga dan masyarakat yang trauma dengan tingkah laku penderita, kemudian menolak pasien kembali. Mereka mengajukan permintaan tertulis kepada pemerintah setempat/pihak keamanan yang disertai ancaman bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada kehidupan pasien. Ini bentuk kepiluan lain atas keterbatasan pengetahuan dan ekonomi. Semoga dengan semangat “ Indonesia Bebas Pasung 2014”, dapat secara bertahap mengurangi kepiluan itu. npra

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan

Dasar 2007jumlah pasien

dengan gangguan jiwa berat adalah

4,6 per seribu penduduk.

Page 24: Mediakom 26

Media Utama

24 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Peta Jalan Menuju Indonesia Bebas Pasung

Untuk mewujudkan Indonesia Bebas Pasung tahun 2014, perlu disusun rencana penatalaksanaan

dalam bentuk Road Map. Road Map merupakan perencanaan yang memuat langkah-langkah strategis dan operasional yang dilakukan secara bertahap sesuai dukungan berbagai pihak. Sedangkan tujuan menyusun Road Map Indonesia Bebas Pasung 2014 adalah terindentifikasinya strategi program intervensi yang mencerminkan kesepakatan, komitmen, kerjasama, koordinasi dan integrasi lintas program dan lintas sektor. Serta menyusun tahapan pelaksanaan

program Indonesia Bebas Pasung 2014 beserta indikator kinerjanya.

Road Map akan memuat peran pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan Indonesia Bebas Pasung tahun 2014. Selain itu juga mengetengahkan sarana pelayanan kesehatan jiwa, mekanisme pelayanan, sumber daya dan langkah-langkah pengembangannya.

Upaya kesehatan jiwa tidak terlepas dari VISI dan Misi Kementerian Kesehatan 2010-2014. Misi Kementerian Kesehatan adalah melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan

berkeadilan. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan. Memberdayakan masyarakat, termasuk swasta dalam pembangunan kesehatan, dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Membebaskan anggota masyarakat Warga Negara Indonesia dari pemasungan dan penelantaran merupakan amanat UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Melalui Pengobatan yang adekuat, baik dosis maupun jenis obat, terbukti dibanyak negara memberikan harapan akan pemulihan sehingga pasien dapat kembali produktif.

Untuk mengimplematasikan UU

Menkes pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

Page 25: Mediakom 26

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 25

tersebut telah menyusun program kesehatan jiwa masyarakat dengan mengembangkan kebijakan program kesehatan jiwa di Provinsi, Kabupaten/Kota, meningkatkan peran serta lintas sektor dalam upaya kesehatan jiwa, meningkatkan kepedulian masyarakat tentang kesehatan jiwa, dan membebaskan pasung dan mencegah terjadinya pemasungan kembali.

Dari kepustakaan diketahui, pengobatan yang efektif, 50% pasien akan sembuh/pulih, 25% akan sembuh tetapi membutuhkan dukungan kuat dari lingkungannya, 15% tidak menunjukkan perbaikan yang berarti, biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit, sedangkan 10% sama sekali tidak menunjukkan perbaikan. Dua puluh lima persen penderita gangguan jiwa berat membutuhkan ruang rawat jangka panjang dan tempat mondok di masyarakat yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

KendalaUntuk mewujudkan Indonesia

Bebas Pasung, masih terdapat kendala, yaitu terbatasnya jumlah dan jenis tenaga kesehatan jiwa. Sementara tenaga psikiater tersebar tidak merata, sebagian besar bekerja di Pulau Jawa, terutama di Jakarta. Kemampuan dokter dalam mendiagnosis dan pemberian terapi masih perlu ditingkatkan.

Disisi lain, pemanfaatan fasilitas kesehatan masih rendah. Sekitar 28% pasien yang berkunjung ke puskesmas menunjukkan gejala gangguan jiwa, namun 80% tidak terdiagnose dengan baik. Waktu rawat inap di RSJ masih panjang. Di satu pihak rasio tempat tidur dengan penduduk belum mencukupi tetapi angka pemanfaatan RSJ belum maksimal. RSJ beralih fungsi menjadi rumah sakit yang melayani pasien umum.

Untuk menghadapi berbagai kendala, perlu program pelayanan

kesehatan jiwa masyarakat, rujukan layanan kesehatan jiwa, serta pengembangan, langkah, tahapan dan kerja sama lintas sektor.

Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat

Upaya untuk melayani kesehatan jiwa masyarakat harus dilakukan oleh, untuk dan dari masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan kesehatan jiwa, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) akan menjadi garda terdepan. Peranan kader kesehatan yang merupakan bagian dari masyarakat dapat secara cepat dan tepat memantau kejadian sehari-hari di masyarakat, termasuk anggota masyarakat yang dipasung dan/atau terlantar. Kader segera menghubungi segera petugas kesehatan, atau mengantarkannya ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit.

Diharapan keluarga dan masyarakat sekitar yang merasakan langsung perilaku penderita, mampu memahami tingkah laku pasien yang sekoyong-koyong berubah. Mengenali trauma oleh kenangan masa lalu membekas.

Disamping itu juga mengetahui tindakan pemasungan dapat dibenarkan karena mereka tidak mempunyai pilihan lain. Upaya menyelamatkan ini akan menjadi lebih baik jika dilanjutkan dengan upaya pengobatan.

Pengetahuan masyarakat tentang upaya pengobatan tidak mudah diterima, sebab konsep gangguan jiwa lebih dipahami sebagai non medis. Kebimbangan masyarakat terhadap gangguan kesehatan jiwa karena sepintas perilakunya sama dengan warga lainnya, kecuali adanya keyakinan yang salah akan suatu pandangan atau paham (waham), atau ada persepsi yang keliru (halusinasi)

Layanan rujukan kesehatan jiwa

Di era reformasi program puskesmas berkurang menjadi 6

program dasar. Pada 18 program pokok puskesmas upaya kesehatan jiwa merupakan salah satu dari program pokok tersebut. Namun pelayanan kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya kesehatan lain, seperti pengobatan, kesehatan ibu dan anak.

Untuk mendukung pelayanan kesehatan jiwa, telah disusun Program Kesehatan Jiwa Dasar yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petugas Puskesmas dan RSU dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa, meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan psikiatri dan meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan psikiatri di RS Kabupaten/Kota dengan menyediakan 10 tempat tidur.

Untuk pelayanan rujukan kesehatan jiwa, saat ini terdapat 48 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dengan kapasitas 7.771 tempat tidur, yang terdiri dari 27 RSJ dikelola pemerintah daerah (4.800-an tempat tidur), 16 RSJ Swasta (590 tempat tidur) dan satu Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dikelola Kemenkes (2.326 tempat tidur). Sedangkan Rasio total tempat tidur per 10.000 penduduk adalah 0,4.

Disamping itu, Rumah Sakit Umum kelas A dan B juga memberikan pelayanan kesehatan jiwa. Beberapa RSU kelas C, rumah sakit yang dimiliki oleh TNI dan Polri juga menyediakan pelayanan kesehatan jiwa. Sementara provinsi yang belum mempunyai RSJ yaitu Banten, Gorontalo, Maluku Utara, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Irian Jaya Barat, dan Kalimantan Tengah.

Adapun program kesehatan jiwa rujukan yaitu: menerapkan standar pelayanan minimal rumah sakit jiwa, meningkatkan keterampilan petugas RSJ dalam memberikan pelayanan psikiatri anak dan remaja, memberi

Page 26: Mediakom 26

Media Utama

26 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

pelayanan psikogeriatrik dan meningkatkan ketrampilan petugas RSJ dalam memberikan pelayanan psikiatri forensik. Disamping itu juga meningkatkan ketrampilan petugas RSJ dalam menerapkan model keperawatan profesional, memberi pelayanan rehabilitasi psikososial dan meningkatkan ketrampilan petugas RSJ dalam TPKJM(Tim Pembina, Pengarah dan Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat)

Pengembangan, Langkah dan Tahapan

Menuju Indonesia Bebas Pasung memerlukan pengembangan, langkah dan pentahapan. Pada level pemerintah pusat bertanggung jawab membuat pedoman dan petunjuk teknis membebaskan pasung. Berkoordinasi dengan kementerian terkait karena masalah pasung bukan menjadi domain kesehatan semata tetapi sudah memasuki wilayah hak asasi manusia. Sangat berkepentingan

pemerintahan setempat (kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, Kementerian Dalam Negeri), pihak keamanan, dinas sosial, agama, dan lain-lainnya. Bahkan swasta, lembaga swadaya masyarakat, pers, menjadi mitra kerja yang potensial.

Pada level pemerintah daerah, Provinsi, Kabupaten dan Kota menerapkan aturan pelaksanaan tentang bebas pasung, meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di pelayanan dasar dan rujukan dalam penatalaksanaan pasien dengan gangguan jiwa. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dalam promosi, pencegahan, deteksi dini dan pengobatan pasien dengan gangguan jiwa terutama pasien yang dipasung dan terlantar.

Pada level masyarakat mendorong kesadaran akan adanya gangguan jiwa di antara mereka, sehingga pasien cepat mendapat pertolongan, membawa berobat atau mendorong keluarga untuk

mau mendukung pengobatan. Pengobatan gangguan jiwa memerlukan waktu yang mungkin seumur hidup sehingga sering terjadi pasien dan keluarganya tidak melanjutkan pengobatan.

Kerjasama Lintas Sektor Untuk mendukung sukses

program Indonesia Bebas Pasung, Menteri Kesehatan menjalin kerja sama dengan 11 Kementerian dan Lembaga Negara yaitu: Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Sosial, Kementerian Agama, Kementerian Kehakiman dan HAM, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi, Kementerian Sekretaris Negara, Kepala Kepolisian RI, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Kepala BKKBN. npra

Page 27: Mediakom 26

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 27

Bali Bebas Pasung 2014

Secara nasional provinsi Bali, mempunyai gangguan jiwa tahun 2007 sebanyak 11,6%, sedangkan gangguan jiwa ansietas

dan depresi sebanyak 9,8%. Kasus penyakit dengan gangguan jiwa berat sebanyak 0,46%. Tingkat kasus yang paling tinggi yaitu kasus bunuh diri, yang menurut data tahun 2008 mencapai kurang lebih 180 orang, dan pada tahun 2009 tercatat kurang lebih 190 orang.

Diperkirakan 2 sampai 5 penderita pasung per Kecamatan, berarti terdapat 114 sampai 285 penderita. Tahun 2008 dan 2009 telah menangani 24 kasus pasung dan tahun 2010 , hingga bulan September menangani 17 kasus.

Hal ini disampaikan Direktur Rumah Sakit Jiwa Bali, dr. Made Sugiharta Yasa, SpKJ(K) pada acara Seminar yang diselenggarakan Direktorat Kesehatan Jiwa Dirjen Bina Kesmas Kemenkes, 8 Oktober 2010 di Jakarta.

Menurut Direktur Rumah Sakit Jiwa Bali, permasalahan banyaknya kasus pasung mendorong Pemerintah mengeluarkan kebijakan program Bali Bebas Pasung tahun 2014. Untuk mendukung program tersebut, RS. Jiwa Provinsi Bali telah melakukan pemetaan kasus

gangguan jiwa di 3 Kabupaten Bali, pelayanan kesehatan jiwa masyarakat di 7 Kabupaten, penjemputan pasien pasung di seluruh Bali, home visit, dropping pasien jiwa, pelayanan dan promosi kesehatan jiwa, dan Pelayanan Kesehatan Jiwa terintegrasi baik di Puskemas maupun di Rumah Sakit Umum.

Dr. Made mengatakan Program Pelayanan Kesehatan Jiwa juga melibatkan masyarakat, lebih mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kurtif dan rehabilitative (paradigma sehat) dan melibatkan masyarakat serta kerjasama lintas program dan lintas sector.

Direktur menambahkan tingkat kesehatan jiwa terdiri dari pertama, masalah gangguan jiwa yang memiliki ciri perubahan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderita pada individu (distress) dan hambatan dalam peran sosial (disability), kedua, penderita dengan masalah psikososial yang memiliki ciri pada psikis akibat terjadi perubahan sosial, misalnya anak-anak jalanan, tindakan kekerasan sosial, pengungsi, dan usila terisolir. Ketiga, penderita dengan masalah perkembangan manusia yang

harmonis dan peningkatan kualitas hidup yang memiliki dampak penyakit menahun yaitu disabilitas. Cara penanganan penderita dengan memelihara lingkungan pemukiman tetap sehat dan pemindahan tempat tinggal.

Saat ini, Provinsi Bali memiliki 7 program prioritas pembangunan, yaitu peningkatan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan, membebaskan biaya pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat miskin, peningkatan pembangunan pertanian, industri kecil, pariwisata, UMKM dan koperasi serta pemasaran produk dan investasi dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat.

Disamping itu melakukan pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah melalui otonomi khusus, peningkatan pembangunan infrastruktur, pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang, peningkatan kinerja aparatur dalam pelayanan publik, dalam menciptakan clean government dan good governance, dan peningkatan ketentraman dan ketertiban masyarakat melalui pembangunan sistem keamanan berstandar internasional. npra

Page 28: Mediakom 26

Peristiwa

28 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Menteri Kesehatan dr.Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, tanggal 2 September 2010 mengunjungi pengungsi akibat bencana alam letusan Gunung Sinabung, Medan, Sumatera Utara. Bersama rombongan Menkes diterima

Kadinkes Kab. Kabanjahe, dr. Diana Ginting, M.Kes didampingi Direktur RSUD, dr. Tomas Tarigan Silangit mengunjungi pasien rawat inap di RSUD Adam Malik Kabanjahe.

Pada kesempatan tersebut, Menkes menyerahkan bantuan untuk masyarakat secara simbolis yang diterima Kepala Dinas Kesehatan Kabanjahe, dr. Diana Ginting, M.Kes.

Menkes meminta kepada seluruh tenaga kesehatan di daerah tetap bekerja dengan gigih, penuh pengorbanan dan sabar melayani pengungsi atas ujian berupa bencana gunung meletus. Tidak boleh kendor, apalagi berhenti dan putus asa dari memberi layanan kesehatan kepada masyarakat. Insya Allah pengorbanan yang diberikan akan memberi kelapangan dan harapan kepada para pasien dan pengungsi.

Menurut Menkes, pemerintah pusat akan terus memantau perkembangan kasus Sinabung dan

Menkes Kunjungi Pengungsi Bencana Alam Letusan Gunung Sinabung

memberikan bantuan pemerintah daerah untuk tetap memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat, sampai masalah kesehatan yang menimpa masyarakat yang terkait kasus Sinabung betul-betul tuntas.

Menkes mengingatkan agar petugas kesehatan bersama masyarakat memperhatikan kualitas lingkungan, khususnya tempat pengungsian, agar tetap dijaga kesehatannya. Sehingga pengungsi yang sudah rentan tidak terkena penyakit akibat buruknya kondisi lingkungan.

Selain itu, Menkes juga meminta perhatian khusus

Page 29: Mediakom 26

Peristiwa

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 29

kepada kesehatan anak-anak dan balita. Untuk Bayi dianjurkan tetap diberi makan ASI, jangan ditambah makan lain, dikhawatirkan dapat menyebabkan diare.

Menkes mengawali kunjungan kerja menemui pasien yang menjalani rawat inap di RSUD Adam Malik Kabanjahe. Menkes menyempatkan berdialog dengan pasien. Saat berdialog, ada pasien yang antusias menjelaskan kronologi kejadian letusan gunung Sinabung. Menkes mengakhiri kunjungan di ruang rawat anak. Setelah memberi penjelasan kepada media, Menkes melanjutkan kunjungan ke tempat penampngan pengungsi.

Berikutnya, Menkes mengunjungi tempat penanpungan pengungsi di Jambur Tuah Lapoti. Jambur Tuah Lapoti, Aula besar pertemuan, tanpa dinding dan berlantai tanah. Tempat ini menampung 2500 pengungsi. Menkes melakukan dialog dengan pengungsi, meninjau MCK, nyanyi "aku anak sehat" bersama anak-anak pengungsi dan foto bersama. Terakhir Menkes mengunjungi tempat penampungan pengungsi Jambur Sepakato yang menampung 1600 orang. npra

Page 30: Mediakom 26

Peristiwa

30 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Kementerian Kesehatan berhasil meraih juara umum

Anugerah Media Humas Tahun 2010, dengan mendapat 2 gelar juara I sekaligus yaitu juara I untuk kategori Profil Lembaga Audio Visual dan website.

Sejak mengikuti kompetisi ini Kementerian Kesehatan RI selalu mendapatkan penghargaan. Dimulai pada tahun 2008 Kementerian Kesehatan memperoleh penghargaan Juara I Profil Kelembagaan Audio Visual produksi Pusat Komunikasi Publik dan Juara Harapan untuk kategori leaflet produksi Subdit. Kanker. Pada tahun 2009 Kementerian Kesehatan memperoleh Juara I untuk kategori laporan tahunan lembaga dan Juara Harapan untuk majalah Mediakom yang keduanya diproduksi oleh Pusat Komunikasi Publik. Pada tahun 2010 ini Kementerian Kesehatan memperoleh juara I untuk katagori Profil Lembaga Audio Visual Produksi Pusat Komunikasi Publik dan Juara I website www.promosikesehatan.com produksi Pusat Promosi Kesehatan.

Dengan meraih penghargaan juara I untuk 2 kategori sekaligus menjadikan Kementerian Kesehatan sebagai juara umum Anugerah Media Humas Tahun 2010 untuk tingkat Kementerian/Lembaga Negara. Kementerian Kesehatan sejajar dengan PT. BNI (Persero) sebagai Juara Umum kategori BUMN, Kota Surabaya juara umum kategori Pemerintah Daerah dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebagai juara umum kategori Perguruan Tinggi Negeri.

Anugerah Media Humas (AMH) merupakan apresiasi pada hasil karya humas penghargaan untuk media yang diproduksi oleh instansi yang bergerak dalam bidang

kehumasan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan semangat atau motivasi yang tinggi bagi setiap praktisi kehumasan agar dapat menghasilkan karya menciptakan media komunikasi yang tepat sasaran, efisien dan efektif. Ada 6 kategori produk yang dilombakan yaitu profil lembaga cetak, profil audio visual, laporan tahunan cetak, penerbitan internal, merchandise utama dan website. Anugerah Media Humas dilaksanakan setiap tahun dan biasanya bersamaan dengan penyelenggaraan Forum Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) Tahunan. Untuk tahun ini Forum Bakohumas Tahunan dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Mataram tanggal 28 s/d 29 Juli 2010.

Selamat untuk Kementerian Kesehatan RI.

Walaupun setiap tahun memperoleh penghargaan dan tahun ini mendapat penghargaan tertinggi sebagai juara umum Anugerah Media Humas bukan berarti perjuangan kita berhenti sampai disini, kita harus tetap berkreasi memproduksi media-media yang bagus, indah dan menarik. Untuk semua unit yang berada di Kementerian Kesehatan diharapkan agar berlomba-lomba untuk memproduksi media yang berkualitas karena media Kementerian Kesehatan yang diikutkan dalam lomba merupakan media yang diproduksi oleh unit di Kementerian Kesehatan, karena itu penghargaan Juara Umum Kementerian Kesehatan merupakan penghargaan semua unit di lingkungan Kementerian Kesehatan RI.

Mari berkreasi untuk merebut kembali juara umum Anugerah Media Humas di tahun depan. n

rbs

KementerianKesehatan Ri

Raih Juara Umum Anugerah

Media HumasTahun 2010

Page 31: Mediakom 26

Peristiwa

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 31

Selayang Pandang Praktek Keperawatan di Primary Health Care Post Gwangju, Korea Selatan

Perjalanan kali ini dimulai di pagi hari dengan menempuh waktu sekitar 2 jam dari kota Seoul dengan menggunakan kereta bawah tanah dan dilanjutkan dengan menggunakan bus. Tujuan kunjungan kali ini adalah Primary

Health Care Post (PHCP) di Gwangju, salah desa di Korea Selatan. Tentunya ada sesuatu yang menarik di PHCP di Gwangju sehingga kami sengaja menempuh jarak yang cukup jauh untuk berkunjung ke tempat ini.

Gwangju merupakan desa kecil dengan jumlah penduduk kurang lebih lima ratus orang. Letaknya yang agak jauh dari daerah perkotaan menyebabkan masyarakat mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang lebih banyak terdapat di daerah perkotaan. PHCP merupakan jawaban terhadap kebutuhan masyarakat pedesaan akan sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan. Adanya PHCP sangat bermanfaat bagi warga setempat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan mencapai status kesehatan yang optimal.

PHCP didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan di daerah pedesaan dengan jumlah penduduk 500 hingga 5.000 orang. PHCP bertujuan untuk mendorong masyarakat terlibat dan berperan aktif

dalam meningkatkan derajat kesehatan mereka dan mendukung manajemen sarana pelayanan kesehatan di pedesaan. Fungsi utama PHCP adalah sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat setempat, meningkatan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, menangani masalah kesehatan, meneliti informasi kesehatan penduduk, dan merencanakan serta melaksanakan kegiatan kesehatan.

Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, kegiatan yang dilaksanakan antara lain menganalisis kondisi air, mengontrol kesehatan masyarakat setempat, melaksanakan pendidikan dalam penanganan agrichemical, manajemen nutrisi terhadap penduduk setempat serta melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga dengan ekonomi lemah yang memiliki anak-anak.

Selain itu, PHCP berperan penting dalam penanganan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. Kegiatan yang dilaksanakan adalah manajemen ibu hamil resiko tinggi, perawatan bagi ibu hamil dan janin, program keluarga berencana, dan pendidikan kesehatan akan kebutuhan gizi ibu hamil dan janin.

Lain halnya dalam penanganan masalah kesehatan yang sering timbul di daerah setempat. Berbagai kegiatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan dan

Rita ismail, SKp., MKM., MTD (HE) Dosen Poltekkes Jakarta III

Hyo Jung Park, RN, PhD Dosen Ewha Womans University, Seoul, Korea Selatan

Page 32: Mediakom 26

Peristiwa

32 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

diagnostik kesehatan, pemberian resep dan pelaksanaan pengobatan, pendidikan kesehatan mengenai cara pencegahan penyakit, pemberikan vaksinasi, perawatan kondisi emergensi dan merujuk pasien yang tidak dapat ditangani. Adapun perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kesehatan meliputi keluarga berencana dan kegiatan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setempat. Seluruh kegiatan tersebut di atas dilaksanakan oleh satu orang tenaga kesehatan.

Petugas yang bertanggung jawab untuk kegiatan PHCP adalah seorang perawat ataupun bidan. Perawat yang bertugas melakukan praktek keperawatan mandiri dan kegiatan ini hanya berlaku atau dilaksanakan di daerah wilayah pedesaan dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan masyarakat. Perawat yang bertugas di PHCP bekerja selama 24 jam dan bertanggung jawab dengan segala kegiatan. Untuk itu, diperlukan tenaga perawat yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa persyaratan dan tahap seleksi yang harus dipenuhi untuk bertugas di PHCP.

Persyaratan pertama adalah perawat haruslah Registered Nurse (RN) dan memiliki pengalaman klinik di rumah sakit minimal tiga tahun. Jika kedua syarat tersebut terpenuhi, perawat akan mendapatkan pelatihan mengenai PHCP selama enam bulan. Pelatihan ini dilaksanakan dalam rangka mengenalkan program-program yang harus dilaksanakan di PHCP dan keterampilan yang harus perawat kuasai.

Syarat lain yang harus perawat penuhi adalah kesediaan untuk bekerja di PHCP setidaknya dua tahun. Hal ini bertujuan agar perawat dapat menyelesaikan

program program PHCP, lebih dalam mengenal dan memahami kondisi daerah di sekitar PHCP, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat serta melaksanakan upaya pencegahan penyakit serta promosi kesehatan.

Saat berkunjung kami bertemu dengan perawat yang bertanggung jawab PHCP di Gwangju. Beliau adalah perawat RN yang juga sedang mengikuti kuliah PhD di Ewha Womans University (Seoul, Korea Selatan). Berdasarkan informasi yang kami peroleh, kebanyakan penduduk yang datang berkunjung ke PHCP di Gwangju dengan penyakit kronik, misalnya hipertensi dan stroke. Sekitar 10-20 penduduk datang berkunjung setiap harinya untuk memeriksakan kesehatan maupun mengambil obat. Obat-obatan tersebut biasanya diresepkan untuk satu bulan sehingga memudahkan pasien karena hanya perlu datang satu kali sebulan untuk mengambil obat. Lain halnya untuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi dengan peralatan yang tersedia dan memerlukan perawatan tambahan, klien akan dirujuk ke rumah sakit terdekat yang terletak di kota. Kegiatan lain yang dilakukan oleh perawat adalah melakukan promosi kesehatan dan kunjungan rumah.

Hal menarik lainnya adalah, fasilitas yang diberikan untuk perawat yang bertugas di PHCP Gwangju sangatlah memuaskan. Fasilitas yang disediakan tidak hanya untuk fasilitas bekerja tetapi juga fasilitas kebutuhan pribadi perawat yang bertugas, misalnya rumah tinggal. Fasilitas bangunan PHCP Gwangju merupakan bangunan berlantai tiga di mana lantai satu digunakan sebagai tempat klinik sedangkan lantai dua dan tiga untuk pribadi perawat yang bertugas. Desain ruangan dan fasilitas yang

tersedia ditata sedemikian rupa sehingga berfungsi sangat efektif dan efisien. Sebagai contoh, lantai satu yang merupakan tempat praktek perawat didesain tidak seperti ruang tunggu, tetapi berbentuk ruang tamu sehingga klien yang datang berkunjung dapat merasakan keramahan dan merasa tidak kaku dengan kondisi tempat tersebut.

Jika dibandingkan dengan kondisi Indonesia, hal ini masih sangat berbeda dengan sistem keperawatan di Indonesia. Perawat di Indonesia belum memiliki ijin untuk melakukan praktek keperawatan mandiri dan reward yang belum memadai. Adanya gambaran praktek keperawatan di PHCP Gwangju Korea Selatan mudah-mudahan dapat dijadikan pelajaran dan acuan untuk praktek keperawatan di masa yang akan datang terutama dalam menjangkau masyarakat Indonesia di daerah pedalaman dengan kondisi geografi Indonesia dan sulitnya tranportasi sehingga menyulitkan masyarakat dalam mencapai fasiltias kesehatan. Pemberian reward dan fasilitas yang adekuat terhadap tenaga kesehatan yang bertugas merupakan hal lain yang patut dipertimbangkan karena pelaksanaan PHCP terutama dibutuhkan di daerah terpencil dan terisolir.

Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dipelajari pemerintah Indonesia dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakt Indonesia, yaitu pembangun sarana kesehatan dengan fasilitas yang memadai dan reward yang adekuat untuk tenaga kesehatan, serta adanya ijin untuk praktek keperawatan mandiri di Indonesia. Semoga di masa yang akan datang perawat Indonesia dapat melaksanakan praktek keperawatan.n

Page 33: Mediakom 26

Stop Press

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 33

Kementerian Kesehatan mendukung pendirian Rumah Sakit Pelita Rakyat, kata dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik ketika memberikan sambutan pada acara pendirian Rumah

Sakit Pelita Rakyat di Jl. Anyer, Serang Banten tanggal 7 Agustus 2010. Hadir dalam acara tersebut, Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo, beberapa anggota Komisi IX DPR-RI, dr. Budihardja Singgih, MPH, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, drg. Naydial Roesdal, Inspektur Jenderal, dr. Chalik Masulili, M.Sc., Staf Ahli Menkes Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat, dan dr. Krishnajaya, Staf Ahli Menkes Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi.

Menurut dr. Supriyantoro, pada dasarnya pemerintah menginginkan semua orang dapat menjangkau pelayanan kesehatan bahkan dengan pelayanan prima. Namun karena terbatasnya anggaran yang dimiliki

pemerintah, masih ada masyarakat yang belum terlayani oleh Puskesmas apalagi rumah sakit.

Karena itu, Kemenkes menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas upaya yang dilakukan kader-kader PDI Perjuangan yang dimotori dr. Ribka Tjiptaning, Ketua Komisi IX DPR-RI mendirikan Rumah Sakit Pelita Rakyat.

“Inisiasi dari fraksi PDI Perjuangan yang dimotori dr. Ribka Tjiptaning mendirikan rumah sakit yang ditujukan kepada orang-orang tidak mampu dan masyarakat lapisan bawah, merupakan inisiasi yang perlu dicontoh oleh kelompok masyarakat lainnya. Dengan demikian diharapkan fasilitas kesehatan berupa klinik, apalagi rumah sakit akan bertambah jumlahnya sehingga meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia”, ujar dr. Supriyantoro.

Menurut dr. Supriyantoro, pembangunan rumah sakit ini masih dalam proses, karenanya perlu ditindaklanjuti dengan pemenuhan prosedur dan persyaratan sampai

Kemenkes Dukung Pendirian Rumah Sakit Pelita Rakyat

Dirjen Bina Yanmed

Kemenkes, dr. Supriyantoro

didampingi dr. Ribka

Tjiptaning, meletakkan

batu pertama pendririan RS. Pelita Rakyat.

Page 34: Mediakom 26

Stop Press

34 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

rumah sakit dapat beroperasi. Rumah Sakit Pelita Rakyat pasti didukung Pemda dengan mengalokasikan anggarannya, karena secara langsung membantu pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan bagi warganya sebagai bagian dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.

“Rumah sakit ini pelayanannya didesign tidak ada perbedaan kelas, setara dengan kelas 3 RS Pemerintah/peserta Jamkesmas. Konsekuensi rumah sakit yang tarifnya rendah (billing cost = biayanya dibawah yang seharusnya) pasti memerlukan subsidi. Karena itu, pengelola rumah sakit tentunya sudah memikirkan hal ini sehingga rumah sakit tetap berdiri dan dapat beroperasi secara berkesinambungan”, ujar dr. Supriyantoro.

Penggagas dan pendiri RS Pelita Rakyat dr. Ribka Tjiptaning, menjelaskan rumah sakit tanpa kelas memang sangat dibutuhkan di Indonesia. “Indonesia masih membutuhkan sekitar 300 rumah sakit, mengingat masih banyaknya pasien yang ditolak berobat di rumah sakit karena alasan biaya, bahkan pemegang kartu Jamkesmas/Jamkesda maupun SKTM”, ujarnya.

Menurut dr. Ribka, masih terjadi diskriminasi layanan di rumah sakit karena sistem kelas yang membedakan status ekonomi pasien, kaya dan miskin. Pasien miskin atau pemegang kartu Jamkesmas/Jamkesda/SKTM selalu menempati kelas 3, yang layanannya pun terbilang ala kadarnya. “ Rumah sakit swasta pun seharusnya mempunyai peran sosial, namun telah bergeser sepenuhnya kepada profit oriented atau mengejar keuntungan saja”,

tegasnya.Masuknya neoliberalisme di

bidang kesehatan, ujar dr. Ribka, menyebabkan rumah sakit yang tadinya berorientasi sosial, kemudian beralih menjadi komersial. “Bahkan sebagian besar RSUD juga sudah komersial dengan adanya kelas-kelas perawatan. Kalau komersial, sebaiknya Pemda membuat rumah sakit swasta saja, jangan kurangi lahan RSUD. RSUD dibiayai oleh APBN dan APBD. APBN dan APBD itu uang rakyat, kalau mau bikin kelas ya rakyat jangan dikorbankan”, tegasnya.

"Awalnya rumah sakit ini adalah

klinik pelayanan kesehatan tapi agak tersendat-sendat. Di daerah ini tidak ada rumah sakit sehingga saya ingin membangun sebuah Rumah Sakit supaya masyarakat disini jika berobat tidak usah jauh-jauh ke Cilegon. Dari semangat itulah saya membangun rumah sakit tanpa kelas. Langkah pertama lebih baik dari pada seribu langkah berikutnya karena langkah pertama itu menentukan tujuan", kata dr. Ribka .

Pada kesempatan tersebut, Kementerian Kesehatan memberikan bantuan satu unit mobil ambulans. n

Smd

Dirjen Bina Yanmed Kemenkes, dr. Supriyantoro

Page 35: Mediakom 26

Stop Press

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 35

Laksa dan Oasis

Laksa dan Oasis, dua program prariwara publikasi kesehatan. Ketoprak talk show Lakon Sehat (Laksa) tayang di

stasiun TVRI setiap Minggu jam 21.30-22.30 WIB dan Oasis di Metro TV setiap Kamis jam 13.05 -13.30 Wib. Sasaran keduanya sama-sama untuk masyarakat umum, hanya berbeda kemasannya. Laksa dikemas dalam bentuk ketoprak humor yang diselingi talkshow, penjelasan nara sumber yang berkompeten terhadap topik yang sedang dibahas. Sedangkan Oasis mengandalkan kekuatan personal pemeran utama. Pemeran utama merupakan tokoh

sentral dalam tayangan tersebut dan sarat pengabdian dengan dedikasi tinggi yang mampu memberi oase (mata air) nilai-nilai positif ditengah hiruk pikuk kehidupan.

Masyarakat diharapkan akan terhibur dengan menonton laksa yang dibintangi Eko Dj, Polo, Kadir, Cak Lontong, Doyok, Farah, Anya Dwinov, Yadi Sembako, Jamil, dan Aida. Disamping terhibur masyarakat dapat memperoleh penjelasan pesan kesehatan yang dikemas dalam dialog ketoprak atau penjelasan nara sumber saat talkshow.

Sedangkan Oasis, masyarakat diharap dapat menangkap pesan dari sosok petugas kesehatan yang

mengabdi sepenuh hati, tanpa pamrih, penuh keterbatasan, tapi berhasil merubah masyarakat menjadi lebih baik kualitas kesehatannya. Melalui tayangan tersebut, masyarakat tergerak hatinya untuk turut serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri.

Laksa mengangkat tema kesehatan seperti Jamkesmas, Obat Generik, Imunisasi, Inisiasi Menyusu Dini, peran Posyandu dan Puskesmas. Sedangkan oasis mengetengahkan kisah tenaga kesehatan teladan seperti dokter di daerah tertinggal, bidan desa, kader kesehatan jiwa dan kader posyandu. nPra

Page 36: Mediakom 26

Stop Press

36 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh air dan lingkungan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang tinggal di pedesaan dan pinggiran kota, pemerintah mendapatkan

dana hibah dari Pemerintah Kanada, Belanda dan Kerajaan Inggris melalui proyek Community Water Services and Health Project (CWSH). Besarnya nilai bantuan 16,2 juta dolar Amerika. Lokasi proyek di 2 provinsi yaitu Provinsi Nangro Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Di NAD, proyek dipusatkan di Kabupaten Pidie, Bireun, Aceh Utara, Aceh Jaya dan Nagan Raya. Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Utara, dipusatkan di Kabupaten Nias dan Nias Selatan.

Proyek dimulai 14 Juli 2006 dan akan berakhir 31 Maret 2011 dengan masa perpanjangan satu tahun. Ada 4 komponen proyek yaitu Local Government Building (LGCB), Community Empowerment (CE), Water Supply and Sanitation (WSS) dan Sanitation Hygiene and Behavior Change (SHBC).

LGBC adalah peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam memfasilitasi masyarakat dan membuat regulasi bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) dengan sasaran tersusunnya Rencana Strategi Daerah bidang AMPL selama 5 tahun ke depan.

CE adalah pemberdayaan masyarakat dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, operasional dan pemeliharaan. Dalam pelaksanaannya masyarakat wajib berkontribusi 20% dari seluruh biaya yang diperlukan terdiri dari 4% dalam bentuk cash dan 16 % dalam bentuk in-kind (tenaga, bahan dan sarana yang dihitung dalam bentuk uang).

WSS adalah mendekatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sarana yang aman, cukup dan mudah

dijangkau. Sedangkan SHBC adalah perubahan perilaku masyarakat hidup bersih dan sehat melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).

Berkaitan dengan komponen LGBC, telah dilakukan Studi Banding yang diikuti 81 peserta lintas sektor (Wakil Bupati, Sekda, DPRD dan Pengurus Pokja) ke Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Studi Banding merupakan rangkaian kegiatan peningkatan kapasitas kepada Pemerintah Daerah di lokasi CWSHP. Program Local Government Capacity Building (LGCB) dilakukan dalam bentuk klasikal seperti pelatihan dan Workshop AMPL.

Melalui studi banding diharapkan berdampak positif kepada strategi pengelolaan AMPL ke depan, terutama pada aspek eksistensi kelembagaan Pokja AMPL, kebersamaan, koordinasi, komitmen, dan tanggungjawab stakeholders terhadap keberlanjutan program AMPL.

Kabupaten Sumedang dan Bandung Barat sangat tepat dikunjungi karena memiliki informasi program AMPL yang relatif lengkap. Bupati Sumedang, Don Sardono telah mendukung unsur dinas terkait baik dalam bentuk kebijakan maupun advokasi turun ke lapangan. Strategi ini memicu Pokja AMPL Sumedang semakin dinamis dan produktif dalam mengelola program AMPL. Sekalipun tahun kedua baru dilantik Pengurus AMPL berdasarkan SK Bupati, namun programnya telah berjalan. Mereka telah berhasil mendeklarasikan 26 desa terbebas dari kebiasaan buang tinja sembarangan, 2 Desa yang mengelola biogas (tahun 2010 direncanakan tambah 15 desa), 3 Desa pengelola sampah kering (tahun 2010 direncanakan tambah 13 Desa). Demikian juga pendampingan ke sekolah-sekolah bersama puskesmas setempat.

Untuk pendampingan kelembagaan, mereka lakukan

Studi Banding Program Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat

Page 37: Mediakom 26

Stop Press

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 37

bersama konsultan Pamsimas, PNPM dan Sarjana Pendamping (SP). Status mereka adalah Relawan yang populer dengan sebutan Rombongan Lillahi Ta’ala (Romli), ujar Eqi salah satu Champion Pokja AMPL dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang. Lebih lanjut dikatakan bahwa hubungan diantara kami lebih mengutamakan informal dan kekeluargaan. Strategi ini ternyata lebih ampuh bahkan mampu mempercepat tujuan program.

Praktek unggulan yang menjadi resep keberhasilan di Kabupaten Sumedang adalah kebersamaan dan upaya mengembangkan pola kemitraan sesama stakeholders, baik secara internal maupun eksternal.

Peserta studi banding dapat melihat secara langsung kebersamaan dan kemitraan mereka termasuk hubungan Bupati dan anggota Muspida lainnya dengan pengurus Pokja AMPL. Mereka tampak memiliki hubungan emosional yang sama terhadap pentingnya program AMPL.

Di desa-desa kunjungan, peserta juga dapat mewawancarai para Kepala Desa dan kader masyarakat yang berhasil memanfaatkan air bersih dan menciptakan lingkungan sehat. Masyarakat bangga telah berhasil mengelola sampah kering menjadi aneka hiasan yang berguna di Desa Sukawening dan Citali. Sampah basah dan biogas yang berhasil melayani keperluan rumah tangga untuk listrik dan kompor bahkan mesin disel/generator di Desa Gudang, serta pameran STBM yang ditampilkan kader-kader desa Citali.

Hampir semua peserta studi banding terperangah dengan instalasi pengelolaan sampah komunal yang diberi nama Rumah Pupuk Organik dan Biogas.

Muhammad Fatah Wiyatna sebagai penggagas, desainer yang sekaligus pemerhati lingkungan, merasa bangga karena

masyarakat sudah sadar bahwa sampah bukan lagi benda yang menjijikkan melainkan menjadi aset yang menghasilkan uang untuk kebutuhan rumah tangga. Setiap Rumah Tangga sudah trampil memilah dan memilih sampah. Biogas menjadi pilihan kebutuhan yang sederhana dan hemat energi. Hal yang menggembirakan adalah ketrampilan dan pengetahuan warga setempat dalam mengenali sampah organik dan anorganik, paham mengenai fungsi alat berupa biodigester dan pemanfaatan bakteri metagenesis dengan suasana anaerob sempurna. Teknologi yang dirancangnya telah menghasilkan pupuk organik cair dan biogas yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan energi listrik.

Selanjutnya di Desa Cibodas Kabupaten Bandung Barat, Peserta studi banding dapat mempelajari sejarah sukses pengelolaan Sarana Air Bersih sistim perpipaan mulai dari peran CARE sebagai perintis pada 15 tahun ke belakang.

“Kami bangga menjadi pengurus Badan Pengelola Sarana Air Bersih (BPABS) karena berhasil mengelola SABS menjadi media pemberdayaan, baik untuk kesehatan, usaha produktif tanaman/sayuran hidroponik dan secara tidak langsung telah membantu Pemerintah dalam program mengurangi angka pengangguran di Desa Cibodas. Kami telah berhasil membangun Aula, Gedung Olah Raga, Masjid dan mensubsidi APBDes”, ujar Aat salah seorang pengurus BPABS Cibodas

Sekembalinya dari lapangan, peserta mendapat arahan dan motivasi dari DR Oswar Mungkasa (Pokja Nasional). Pertemuan yang berlangsung di Galeri Ciumbuleuit Bandung, merumuskan bahwa kebersamaan, kepedulian dan komitmen menjadi semboyan

sekaligus kata kunci keberhasilan Pokja AMPL dalam mengelola program AMPL. Jamuan pengetahuan dan ketrampilan lainnya adalah pengenalan Water Testing Kit dan proses penggunaannya. Tiga Narasumber dari PT. Merck Tbk-Indonesia, dengan sistimatis memperkenalkan alat dan cara menggunakannya. Ruang dialog dan konsultasi digelar secara terbuka dan penuh kekeluargaan. Semua peserta semakin bersemangat dan merespon positif dengan kondisi tersebut.

Kebersamaan dalam melaksanakan studi banding merupakan dukungan positif bahkan sebagai awal keberhasilan. Keikut-sertaan para pejabat dari Dirjen PP&PLP turut menambah semangat peserta dalam mengikuti setiap agenda studi. Jelas kiranya bahwa studi banding bukan hanya kepentingan Daerah melainkan kebutuhan dari pihak terkait termasuk dinas terkait di level atas

Rasa optimis semakin tumbuh dan berkembang saat melihat antusias peserta yang notabene adalah pejabat Daerah, telah mengikuti studi dengan penuh semangat. Mereka tampak termotivasi dan teradvokasi, sehingga banyak yang segera ingin konsolidasi internal untuk meningkatkan strategi Pokja AMPL. Mereka sadar bahwa peluang untuk bekerjasama dengan lintas sektor di Daerah akan sangat terbuka termasuk dengan pihak pengusaha, Lembaga ekonomi, swasta, LSM, Praktisi, Perguruan Tinggi dan lembaga-lembaga donor lainnya. Kerjasama dengan Pokja AMPL Pusat juga sangat terbuka. M. Iryawan, SE. Sekda Kabupaten Pidie dengan terus terang ingin segera bertemu dengan Pokja untuk membahas dan menyusun strategi pengelolaan program AMPL lebih lanjut. n

Sri Wahyudi , Smd

Page 38: Mediakom 26

Stop Press

38 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Kampanye Campak dan Polio untuk Cegah Kematian

Penyakit Campak merupakan penyakit yang sangat potensial untuk menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan merupakan salah satu penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk di

Indonesia. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5 persen pada anak Balita adalah akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Sebelum imunisasi campak dipergunakan secara luas di dunia, hampir setiap anak dapat terinfeksi campak. Dan apabila kasus campak ditambah gizi buruk, maka dapat meningkatkan angka kematian akibat campak.

Indonesia adalah negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan angka kesakitan akibat campak sekitar 1 juta pertahun. Diperkirakan sekitar 30.000 anak Indonesia meninggal setiap tahunnya disebabkan komplikasi campak. Artinya ada satu anak meninggal setiap 20 menit, mengingat setiap tahunnya

lebih dari 1 juta anak Indonesia belum terimunisasi campak.

Inilah yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara prioritas untuk melaksanakan kampanye campak, di antara 47 negara prioritas WHO dan Unicef.

Optimal Cegah KLBMeskipun imunisasi merupakan salah satu upaya

yang efektif untuk menekan angka kesakitan/kematian bayi dan balita, namun upaya imunisasi akan efektif mencegah KLB apabila cakupan dan kualitasnya sudah optimal.

Program Imunisasi rutin campak di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1984 dengan kebijakan memberikan 1 dosis pada bayi usia 9 bulan. Pada awal pelaksanaan tahun 1984 cakupan campak sebesar 12,7 persen, kemudian meningkat sampai 85,4 persen pada tahun 1990 dan bertahan sampai 91,8 persen pada tahun 2004.

Dengan mempertimbangkan serokonversi

Wagub Sumatera Barat H. Muslim Kasim memukul gong tanda dimulainya kampanye imunisasi campak dan polio di Kab./Kota Solok.

Page 39: Mediakom 26

Stop Press

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 39

(perkembangan antibodi yang dapat dideteksi pada mikroorganisme dalam serum sebagai akibat dari infeksi atau imunisasi) rate 85 persen pada bayi umur 9 bulan, cakupan Imunisasi campak sebesar 91,8 persen tahun 2004 hanya dapat melindungi sekitar 76,5 persen bayi, sisanya sebesar 23,5 persen masuk dalam kelompok rentan campak.

Kelompok rentan ini akan terus terakumulasi, dan berisiko mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak. Oleh karena itu diperlukan intervensi imunisasi tambahan campak pada anak balita.

Sesuai kajian Kementerian Kesehatan bersama Technical Advisory Group/Komite Ahli Imunisasi Idonesia, WHO dan Unicef terhadap upaya pengendalian penyakit campak yang didasarkan pada data epidemiologis, akumulasi anak balita yang tidak mendapatkan imunisasi dan anak-anak yang tidak mendapatkan kekebalan setelah pemberian satu dosis campak terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya ialah rendahnya imunisasi rutin maupun imunisasi tambahan yang dilakukan sebelumnya.

Kampanye Tiga TahapDari hasil surveilans campak

menunjukkan multiple outbreak clinical cases, didukung oleh cakupan imunisasi campak rutin dosis pertama pada bayi hanya 60-70 persen. Selain itu terdapat kesenjangan hasil cakupan pelaksanaan imunisasi tambahan campak pada tahun 2005-2007.

Berdasarkan data Depkes per 30 April 2009 diketahui status imunisasi polio sejak tahun 2006-2009 menunjukan trend peningkatan jumlah bayi/anak yang sama sekali tidak mendapat imunisasi polio, sama seperti tahun 2002-2005 dan berujung pada KLB polio tahun 2005.

Karena itulah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.473/Menkes/SK/VI/2009 tanggal 23 Juni 2009, kampanye campak dan polio tambahan diselenggarakan secara bertahap tahun 2009-2011.

Tahap pertama, tahun 2009 dilaksanakan pada Oktober 2009 di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan Maluku Utara. Tahap kedua tahun 2010, dilaksanakan bulan Oktober di 11 provinsi, yaitu: Maluku, Papua Barat, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, NTT dan Banten

Sedangkan tahap ketiga tahun 2011 akan dilaksanakan Agustus 2011 di 14 provinsi: Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Papua.

Logistik untuk kegiatan ini berupa vaksin campak dan polio serta alat suntik disediakan oleh APBN Kementerian Kesehatan RI.

Adapun biaya operasional dan sosial mobilisasi untuk kegiatan ini sesuai Kepmenkes No. No.473/Menkes/SK/VI/2009 merupakan tanggung jawab APBD I dan APBD II.

Kampanye Campak di PadangDi Solok, Sumatera Barat

kampanye campak dicanangkan oleh Dr. Ratna Rosita, MPHM, Sekretaris Jenderal mewakili Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH.Dr. PH tanggal 6 Oktober 2010. Turut hadir dalam acara Dirjen Pengendalian Penyakit Kemenkes Prof. Dr. Tjandra Yoga Adhitama, Wagub Provinsi Sumatera Barat H. Muslim Kasim dan Ketua Tim Penggerak PKK Sumbar Ny. Nevi Irwan Prayitno, menandai kampanye campak di sebelas provinsi. Dalam kesempatan tersebut dr. Ratna Rosita menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Gubernur Sumatera Barat beserta seluruh jajaran pemerintah daerah, organisasi-organisasi, dan seluruh masyarakat yang telah mendukung

Page 40: Mediakom 26

Stop Press

40 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

penyelenggaraan kampanye campak dan polio tambahan ini.

Sesjen juga mengharapkan penyelenggaraan kampanye campak dan polio di Provinsi Sumatera Barat dapat berjalan dengan baik dan dapat menjangkau seluruh sasaran yang ada, termasuk bayi-bayi di pulau-pulau terpencil. Karena itu dukungan Pemerintah Kabupaten/Kota beserta jajarannya termasuk juga dukungan lintas program dan sektor terkait diharapkan dapat mendukung pelaksanaan kampanye ini.

Wakil Gubernur Sumatera Barat, H. Muslim Kasim dalam sambutannya menyatakan, penyakit campak disebabkan oleh virus dan mudah menular pada anak-anak tidak kebal, rentan serta berpotensi menyebabkan KLB sehingga dapat mengancam kesehatan dan keselamatan bayi dan balita di Indonesia.

Diperkirakan 1,7 juta kematian anak akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, dan 5% berkontribusi sebagai penyebab kematian anak dibawah umur 5 tahun. Selain itu campak juga dapat mengakibatkan panas, batuk, sesak nafas, apalagi dengan perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap kesehatan anak.

Menurut H. Muslim Kasim, di Provinsi Sumbar pada tahun 2009 terdapat 950 kasus campak klinis dimana 21 orang diantaranya berumur <1 tahun, walaupun pencapaian imunisasi campak tahun 2009 adalah 99,08% namun masih ada sekitar 39,47% kasus ditemukan positif campak. Dari hasil analisis, hal ini disebabkan karena akumulasi anak balita yang tidak mendapatkan imunisasi dan makin kuatnya penjaringan kasus campak.

Untuk mengatasi hal itu, perlu dilakukan kampanye atau pemberian imunisasi tambahan campak dan polio pada anak usia 9-59 bulan dengan tujuan untuk pengendalian penyakit polio dan campak diseluruh Indonesia termasuk Prov. Sumbar.

Wagub Sumbar menambahkan, kampanye imunisasi campak & polio tambahan pada dasarnya merupakan upaya mempersiapkan SDM yang sehat dan produktif sedini mungkin mulai dari bayi hingga balita. Sebab merekalah yang akan menjadi kader penerus pembangunan yang mampu berperan aktif untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa dimasa akan datang.

“Kampanye campak dan polio tambahan di Sumbar diberi nama Bulan Gerakan Serentak Imunisasi

Campak & Polio, kegiatan ini dilaksanakan di pos imunisasi, Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan tempat pelayanan kesehatan lainnya serta di sekolah taman kanak-kanak atau sekolah lain yang setara selama bulan Oktober”, ujar H. Muslim Kasim.

TeleconferencePencanangan kampanye imunisasi

campak dan polio dilakukan Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, melalui video teleconference dengan Gubernur Sumatera Barat dan Kepulauan Riau tanggal 12 Oktober 2010.

Dalam kesempatan tersebut Menkes mengajak para gubernur di 11 provinsi lokasi kampanye campak dan polio agar dapat menggerakkan jajarannya beserta seluruh komponen masyarakat sehingga pelayanan imunisasi campak dan polio minimal dapat mencapai 95% balita yang ada di wilayah masing-masing. Utamanya Balita yang termarjinalkan seperti yang berada di daerah sulit dijangkau dan terisolir, anak jalanan dan lain-lain.

Pada kesempatan tersebut Menkes dapat mendengar secara langsung kesiapan strategi dan hambatan dalam pelaksanaan kampanye campak dan polio yang

Sesjen dr. Ratna Rosita, MPHM bersama Dirjen P2PL,

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama meninjau ke RSUD Solok.

Page 41: Mediakom 26

Stop Press

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 41

telah dilakukan oleh Gubernur Sumatera Barat dan Kepulauan Riau.

Gubernur SumbarGubernur Sumbar, Iwan Prayitno

melaporkan bahwa sasaran kampanye campak dan polio adalah anak balita usia 9-59 bulan dan usia 0-59 bulan yang ada di 19 kabupaten/kota melalui pos-pos Imunisasi dan Posyandu.

Kesulitan yang dihadapi dalam kampanye adalah sasaran yang ada di daerah-daerah tertentu yang secara geografis jauh, seperti di Kepulauan Mentawai, Kabupaten/Kota Solok Selatan, Kabupaten Damas Raya, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten Pasaman Barat. Namun, upaya tetap dilakukan dengan optimalisasi tanaga dan menggerakkan sektor terkait lainnya untuk mengintegrasikan dengan kegiatan program lain.

Gubernur Sumbar juga melaporkan capaian kampanye campak dan polio yang dimulai 6 Oktober lalu sudah lebih dari 10% cakupan untuk campak dan polio, namun tetap optimis cakupan sampai akhir bulan mencapai 100%.

Pemda Sumbar juga menyiapkan Tim Monitoring untuk melakukan pemantauan pelaksanaan di seluruh kabupaten/kota. Selain itu, Pemda

juga akan membiayai perawatan di fasilitas kesehatan jika terjadi Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI).

2 kota 5 KabupatenWagub Kepri HM Soerya

Respationo melaporkan, di Kepulauan Riau, kampanye campak dan polio dicanangkan 4 Oktober 2010 di Posyandu Mahkota Dewa, Kelurahan Air Raja, Kecamatan Tanjung Pinang Timur, Kota Tanjung Pinang. Kegiatan serupa telah dilakukan di seluruh kabupaten dan kota yaitu 2 kota dan 5 kabupaten yakni Kota Batam, Kota Tanjung Pinang, Kab. Karimun, Kab. Lingga, Kab. Anambas, Kab. Natuna, dan Kab. Bintan.

Kendala yang dihadapi 96% wilayah Kepri berupa lautan, sehingga untuk menempuh daerah-daerah khususnya desa terpencil yang tertinggal dibutuhkan waktu puluhan jam bahkan 1 hari lebih untuk menuju ke desa-desa tersebut. Terlebih apabila menjelang musim utara tidak bisa dilewati oleh kapal-kapal kecil untuk menuju kedesa tersebut.

Untuk mengatasi kendala itu, akan dibentuk patroli kesehatan. Patroli Kesehatan diikuti oleh para dokter dan paramedis serta perawat-perawat untuk menuju ke

daerah-daerah terpencil, termasuk juga dokter keluarga yang sampai saat ini sudah mempunyai 50 dokter keluarga dan akan ditingkatkan menjadi 100 dokter.

Target Tercapai Akhir 2010 Berdasarkan laporan rutin dan

hasil survei menunjukan bahwa cakupan campak di level nasional belum mencapai target (90%) sesuai target MDGs. Tujuan pelaksanaan kampanye campak pada bayi/anak usia 09-59 bulan dan polio tambahan usia 0-59 bulan adalah untuk meningkatkan perlindungan terhadap seluruh bayi/anak di 11 provinsi tersebut di atas dari penyakit campak serta polio.

Jadwal pelaksanaan kegiatan ini diharapkan serentak dengan target yang diharapkan minimal 95% dari sasaran tersebut, guna mendapat manfaat yang maksimal. Program ini ditargetkan tercapai akhir tahun 2010.

Perlu diketahui, alat suntik yang digunakan bersifat sekali pakai (autodisable), maka torak tidak boleh ditarik sebelum jarum tersebut ditusukkan ke dalam vial vaksin. Torak yang sudah ditarik sebelum diisi vaksin tidak akan dapat digunakan lagi. n

Smd/Dd/Gaya Hidup Sehat

Sesjen dr. Ratna Rosita, MPHM bersama Wagub Sumbar dan Walikota Solok mengunjungi Posyandu.

Page 42: Mediakom 26

Potret

42 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Irwandi Yusuf, Gubernur Aceh merasa iba dan amat prihatin dengan kondisi M Nur alias Tgk Amat (49) yang telah 15 tahun hidup dalam pasungan. Ia pun kemudian membuka rantai

yang membelenggu kaki warga Desa Keureuweung, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, itu dengan tangannya sendiri.

Berikutnya, Gubernur yang berlatar belakang pendidikan dokter hewan itu, melepas pasung yang menimpa M Nur Alias Tgk Amat, di Desa Keureuweung, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Sabtu 20 Februari 2010 menandai secara simbolis dimulainya Program Aceh Bebas Pasung tahun 2010.

Irwandi Yusuf mengajak media massa untuk ikut terlibat langsung

IrwandI Yusuf

Bebas-kan aceh

dari Pasung

AC

ehlo

NG

.Co

M

Page 43: Mediakom 26

Potret

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 43

dalam mensosialisasikan program bebas pasung, sehingga masyarakat luas tahu dan ikut terlibat secara aktif membebaskan Aceh dari pasung. “Aceh harus bebas pasung tahun ini juga”, begitu harapannya.

Kesungguhan Irwandi diwujudkan dengan mengalokasikan dana melalui Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) yaitu Rumah Sakit Jiwa Aceh menjadi leading program untuk Program Aceh Bebas Pasung tahun 2010. Kegiatan ini dioperasionalisasikan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh, dimana RSJ secara pro Aktif menjemput Pasien Pasung dan memberikan perawatan secara intensif.

Sampai tanggal 5 oktober 2010 telah dilakukan penjemputan pasien pasung sebanyak 98 orang dengan rincian yang masih dirawat 44 orang dan yang sudah dipulangkan ke masyarakat dan keluarga 54 orang

pasien. Sementara itu 12 orang masih membutuhkan penjemputan berdasarkan surat permintaan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.

Irwandi menjelaskan, proses penjemputan, juga melibatkan keluarga ikut bersama pasien ke RSJ Aceh. hal ini sangat berguna untuk memberikan kesempatan bagi keluarga mengetahui lebih banyak sekaligus penanganan pasien gangguan jiwa yang terpasung.

Menurut Gubernur yang pernah menjadi aktifis Fauna dan Flora Internasional ini berharap kegiatan berlanjut sampai dengan tuntas. Salah satu kegiatan dengan memanfatkan wahana media khutbah jum’at secara serentak dengan topik “pasien pasung” seperti

saat sosialisasi Pekan Imunisasi Nasional (PIN). hal ini dapat memberi pencerahan bagi masyarakat. Khususnya keluarga dengan kasus pasien pasung tentang cara penanganan dan hak pasien gangguan jiwa.

Disamping itu, Gubernur telah melibatkan masyarakat melalui Community Mental health Nursing (CMhN). Mereka terdiri dari adik-adik perawat CMhN dan dokter GP Plus yang ada di Puskesmas, proaktif melayani kesehatan masyarakat.

Irwandi yang tetap menjadi dosen FK hewan Unsiyah itu juga dengan fasih membacakan surat Ar-Ra’du (Guruh) ayat 28: Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. Islam menempatkan posisi yang sangat

baik dalam hubungannya dengan jiwa dan kesehatan mental. Saat mengisi seminar kesehatan jiwa, 8 oktober 2010 di Jakarta.

Bukti, kesungguhan membebaskan Aceh dari pasung, Ia telah menganggarkan kasus pasung pada program Jaminan Kesehatan Aceh. Artinya pasien gangguan jiwa mendapat perlakuan khusus sampai tuntas.

Dampak positifSetelah berlangsung program

Aceh bebas pasung, telah menunjukan dampak positif. Diantaranya telah terdata kondisi riil adanya 109 pasien terpasung pada survey awal. Namun, dalam perkembangannya setelah sosialisasi

Aceh bebas pasung kasus jumlahnya terus bertambah. hal ini merupakan respon positif masyarakat yang mulai berani melaporkan kasus pemasungan, serta membuktikan telah berfungsinya sosialisasi program Aceh Bebas Pasung tahun 2010 ke masyarakat, kata Gubernur.

Dampak sosial lainnya yaitu stigma berkurang, peran serta masyarakat timbul, kesadaran masyarakat meningkat, lebih proaktif untuk melaporkan dan membawa pasien pasung ke Rumah Sakit Jiwa Aceh sebagai rujukan tertinggi pelayanan kesehatan jiwa di Provinsi Aceh.

Sedangkan dampak psikologis juga mulai tampak antara lain, keluarga terbuka dalam artian tidak menutup diri dan mau melaporkan kalau ada kasus pemasungan. Keluarga juga merasa berkurang beban psikologis

dengan dicanangkannya program Bebas Pasung ini, disamping ada nilai merasa berguna kembali di masyarakat, hal ini merupakan ungkapan langsung dari keluarga pasien dengan keluarga pasung yang dijemput petugas.

Diakhir paparannya, Gubernur mengakui, sebagian besar pasien gangguan jiwa yang dipasung merupakan kelompok ekonomi rendah, sehingga penanganan kasus ini harus diikuti dengan langkah konkrit lain untuk mendongkrak ekonomi. Sehingga keluarga dan pasien yang telah mandiri dapat menopang kehidupannya. hal ini merupakan salah satu hambatan sekaligus tantangan pemerintah Aceh ke depan. npra

Bukti, kesungguhan membebaskan Aceh dari pasung, Ia telah menganggarkan kasus pasung pada program Jaminan Kesehatan Aceh. Artinya pasien gangguan jiwa mendapat perlakuan khusus

sampai tuntas.

Page 44: Mediakom 26

Potret

44 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Desty Ariyani, A.Md.Keb, Bidan kelahiran Pagelaran, 30 Desember 1987. Bekerja di Puskesmas Sindang Dataran

Kabupaten Rejang lebong, Propinsi Bengkulu. Berkat kesungguhannya dalam bekerja, Ia mendapat beasiswa dari Yayasan Kesehatan Perempuan Bengkulu dan terpilih menjadi tenaga kesehatan teladan puskesmas tahun 2010. Kini, ia telah membentuk 3 kelompok belajar dengan total anggota 32 orang, setiap kelompok maksimal 12 orang.

Kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan itu, sejak Januari 2009 – Januari 2010, telah memperoleh pengetahuan reproduksi. Desty memulai pengajaran dari memperkenalkan organ reproduksi sampai dengan proses kehamilan. Kemudian dilanjutkan materi gender, narkoba dan kekerasan dalam rumah tangga.

Dalam usahanya menghimpun remaja, Desty bekerja sama dengan perangkat desa, tokoh agama, tokoh

masyarakat dan tokoh adat. langkah pertama melakukan sosialisasi dulu kepada kepala desa, para tokoh agama dan masyarakat. Setelah mendapat persetujuan, baru karang taruna melakukan rekrutmen para remaja, selanjutnya Desty tinggal membina.

Sebab, kalau belum mendapat persetujuan para tokoh, kemungkinan akan mendapat tantangan besar, apalagi akan menyampaikan kesehatan reproduksi. Membicarakan kesehatan reproduksi di desa masih dianggap tabu oleh masyarakat.

Menurut Desty, setelah membina 3 kelompok akan masuk ke jalur sekolah SMP dan SMA. Sedang mekanisme penyebaran hasil pengetahuan yang sudah diperoleh dengan sistem 5 jari. Jadi mereka akan bercerita pada temannya, orang tuanya, adiknya, pokoknya dia punya target 5 orang setelah mendapatkan pendidikan.

Ketika ditanya tentang suka-duka membina remaja, Desty mengatakan remaja itu sangat kooperatif, suka

nyeletuk, sehingga memudahkan mengisi pengetahuannya. Apalagi mereka belum pernah mendapat pengetahuan tentang reproduki. Selama ini para remaja mendapat pengetahuan dari mulut ke mulut di lingkungannya. Sedangkan dukanya, Desty mengatakan hampir tidak ada. hanya saja membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup lama saat merekrutnya.

Desty mengaku, dalam menjalankan program banyak mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas berupa fasilitas laptop dan lCD Proyektor. Awalnya dukungan berasal dari Yayasan Kesehatan Perempuan berupa motivasi, dana untuk konsumsi dan alat tulis untuk peserta.

Untuk meningkatkan pengetahuan, Desty berkeinginan melanjutkan pendidikan ke D4 atau S1dan kembali bertugas di desa. Ia berharap dengan potensi yang dimiliki dapat memberi manfaat kepada banyak orang di desanya.n

Pra

destY arIanI

Berkarya untuk

remaja

Page 45: Mediakom 26

Nasional

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 45

Menuju Indonesia Bebas Malaria memerlukan rencana strategis dan biaya yang mencukupi. Rencana pembebasan tersebut diselenggarakan secara bertahap yaitu; pembebasan DKI Jakarta, Bali, Barelang Binkar tahun 2010.

Pembebasan pulau Jawa, Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Riau tahun 2015. Pulau Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan dan Sulawesi diharapkan bebas tahun 2020. Sedangkan Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur bebas tahun 2030.

Perkiraan dana yang dibutuhkan untuk pembebasan malaria di Indonesia, berdasarkan data kasus tahun 2007 sebesar Rp 1,6 Trilyun untuk tahun pertama dan akan menurun pada tahun berikutnya. Bila, kebutuhan tersebut dirinci berdasarkan kabupaten endemis, rata-rata kebutuhan dana per tahun Rp 3,8 Milyar. Dana tersebut tidak mungkin terpenuhi, kalau hanya mengandalkan pemerintah, tapi harus melibatkan pendanaan dari swasta, LSM dan seluruh masyarakat.

Advokasi dan SosialisasiUntuk mengawali pembebasan, masyarakat harus

mengetahui bahaya malaria dan program kerja yang

akan dilakukan pemerintah bersama masyarakat. Agar masyarakat memahami, maka perlu dilakukan advokasi dan sosialisasi program kepada para pihak terkait dan masyarakat. Sampai masyarakat menyadari malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih mengintai. Penyebarannya tak mengenal batas wilayah, sehingga pengendaliannya memerlukan komitmen nasional, regional dan global sebagaimana yang tercantum dalam Millenium Development Goals ( MDG’s).

Khusus Provinsi Sulawesi Utara, telah diadakan pertemuan advokasi dan sosialisasi pembebasan malaria yang dihadiri Bupati, ketua DPRD, kepala Bappeda, Kadinkes, Kepala KKP/BTKL dari seluruh Provinsi Sulawesi Utara, tanggal 25-27 Agustus 2010, di Manado.

Pertemuan menghadirkan pembicara pusat yakni Prof. Ascobat Gani menyampaikan “Dampak malaria terhadap pembangunan daerah”. Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang menyampaikan “Kebijakan Nasional Eliminasi Malaria di Indonesia”, Dirjen Otonomi Daerah, Kemendagri menyampaikan “Peran daerah untuk mendukung program nasional eliminasi malaria”, serta “Peran Bappeda dalam pelaksanaan eliminasi malaria” oleh Kasubdit Kesehatan Gizi Masyarakat Bappenas.

Adapun tujuan pertemuan, terwujudnya wawasan, komitmen dan dukungan nyata masyarakat terhadap

MenujuIndonesia

Bebas Malaria

Page 46: Mediakom 26

Nasional

46 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

kebijakan nasional eliminasi malaria di wilayah masing-masing. Terbentuknya jejaring / forum yang mendukung upaya malaria di wilayah masing-masing.

Di Indonesia dari 576 kabupaten terdapat 424 kabupaten endemis malaria, dan diperkirakan 45% penduduk Indonesia beresiko tertular malaria. Malaria juga mempengaruhi tingginya kematian bayi, anak balita, wanita hamil dan menurunkan produktivitas sumber daya manusia.

Menyadari malaria sebagai ancaman yang serius, pemerintah berupaya melakukan pengendalian dengan melakukan penemuan aktif penderita, penegakan diagnosis malaria melalui pemeriksaan mikroskopis, penatalaksanaan kasus dan pengobatan, pengobatan dengan menggunakan Artemisinin Combination Therapy (ACT), pengobatan malaria pada ibu hamil, penyemprotan rumah, pembentukan pos malaria desa (Posmaldes), pembagian kelambu anti nyamuk, peningkatan kualitas SDM, pemberantasan tempat perindukan nyamuk, pengendalian hayati dan pengendalian vektor terpadu. npra

Ada ribuan bahkan puluhan ribu tenaga kesehatan Puskesmas di seluruh Indonesia, yang telah bekerja

dengan baik dan menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa. Mereka adalah "pahlawan bangsa" yang menunaikan tugas dengan kewajiban berpijak pada nilai-nilai: 1) pro rakyat, 2) inklusif. (3) responsif, (4) efektif dan (5) bersih; dalam upaya mencapai tujuan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Untuk memberikan apresiasi terhadap pengabdian yang luar biasa bagi tenaga kesehatan yang mengabdikan dirinya untuk kesejahteraan masyarakat, Kementerian Kesehatan telah menetapkan 130 tenaga kesehatan teladan tingkat nasional tahun 2010. Para teladan, terdiri dari 45 laki-laki dan 85 perempuan, berasal dari 33 provinsi. Mereka adalah

26 dokter, 7 dokter gigi, 19 bidan, 14 perawat, 27 tenaga kesehatan masyarakat (sanitarian dan promosi kesehatan), 4 asisten apoteker, dan 33 nutrisionis.

Pemberian penghargaan diberikan bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-65 Republik Indonesia. Mereka diundang ke Jakarta untuk mengikuti berbagai acara kenegaraan, seperti mengikuti pidato Presiden di Gedung DPR MPR-RI, mengikuti peringatan detik-detik proklamasi di Istana Negara, serta menerima penghargaan dan hadiah dari Menteri Kesehatan, dll.

Setiap provinsi mengirimkan empat jenis tenaga kesehatan (tenaga medis: dokter dan dokter gigi , tenaga keperawatan: perawat dan bidan, tenaga kesehatan masyarakat: sanitarian, epidemiolog kesehatan, dan penyuluh kesehatan, asisten

Page 47: Mediakom 26

Nasional

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 47

(74/1.000 kelahiran hidup). Kasus gizi kurang yang terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta (10,9 persen) dan yang tertinggi disandang provinsi NTT dengan 33,6 persen.

Terdapat berbagai permasalahan yang mendesak serta akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama dan memadai. Permasalahan kesehatan dimaksud di antaranya adalah masalah kesehatan akibat bencana, berjangkitnya berbagai penyakit yang berpotensi wabah seperti penyakit polio, malaria, DBD dan masalah gizi buruk, serta penyakit flu burung.

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan adanya isu-isu baru yang perlu ditanggulangi, seperti mulai adanya double burden mengingat jumlah penderita penyakit infeksi penurunannya tidak begitu signifikan, tetapi penyakit akibat proses degeneratif semakin meningkat.

Belum lagi dengan adanya perubahan iklim dan perubahan gaya hidup yang mempengaruhi dan mempunyai dampak terhadap kesehatan.

Pembangunan BerkeadilanSaat ini Kemenkes telah

melakukan beberapa terobosan dalam upaya percepatan pencapaian MDG’s dan Standar Pelayanan Minimal. Antara lain melalui program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi Puskesmas dalam melakukan berbagai upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Dalam hal ketenagaan,

kebijakan yang dilaksanakan adalah mengangkat dokter dan bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk daerah yang kurang diminati.

Kementerian Kesehatan juga telah mencanangkan program jangka pendek, menengah dan panjang untuk memenuhi SDM Kesehatan, baik dari segi jumlah maupun distribusinya.

Program jangka pendek dengan menempatkan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan penugasan khusus tenaga residen (dokter yang sedang

menempuh pendidikan dokter spesialis).

Program jangka menengah dalam bentuk pelatihan penambahan kompetensi serta pemberian wewenang khusus kepada dokter umum untuk keterampilan tertentu, misalnya: penyelamatan jiwa (life saving), obstetri emergency, pedriatri emergency dan sebagainya.

Untuk program jangka panjang dilakukan dengan pemberian bantuan biaya pendidikan dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang diberikan kepada setiap dokter yang diusulkan oleh daerah.

Namun demikian, sebaik apa pun konsep dari rencana pembangunan kesehatan yang disusun, hasilnya tergantung pada pelaksanaannya maupun tenaga pelaksananya. Karena itu, diharapkan semua tenaga kesehatan mempunyai dedikasi yang tinggi, bersatu padu dalam barisan pembangunan kesehatan. n

Smd/GHS

apoteker, dan tenaga gizi: nutrisionis) untuk diseleksi secara berjenjang mulai dari kabupaten, provinsi, dan nasional. Khusus Provinsi Bangka Belitung dan Kalimantan Selatan tidak mengirimkan tenaga kesehatan masyarakat.

Tantangan di Depan MataKita perlu bersyukur bahwa

sudah banyak hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai, pelayanan kesehatan sudah lebih baik dan derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat. Namun demikian, kita masih menghadapi berbagai permasalahan, antara lain disparitas antar daerah dan antar wilayah yang masih cukup lebar.

Sebagai contoh, AKB (angka kematian bayi) terendah terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (19/1.000 kelahiran hidup), tertinggi terdapat di dua provinsi, yaitu NTB (72/1.000 kelahiran hidup) dan Sulbar

130 Tenaga Kesehatan Puskesmas TeladanPeroleh Penghargaan

Page 48: Mediakom 26

Nasional

48 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Ibadah haji mensyaratkan kesanggupan (isthitho’ah) kesehatan baik secara fisik maupun mental, selain finansial dan ilmu untuk pelaksanaan ibadahnya.

Karena itu diperlukan pembinaan kesehatan secara dini, intensif dan berkesinambungan. Hal ini diperlukan sebagai alat untuk mengetahui kondisi kesehatan calon jemaah, apakah dalam keadaan sehat, sakit atau memiliki keterbatasan.

Apabila diketahui sakit, maka diperlukan pengobatan hingga sakitnya terkendali atau sembuh total. Apabila memiliki keterbatasan, diperlukan koreksi sehingga dapat mengurangi keterbatasannya. Apabila sehat, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diperlukan untuk memperoleh kondisi prima. Dengan demikian, jemaah dapat mencapai kesempurnaan ibadah dengan dukungan kesehatan.

Itu sebabnya dalam UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji disebutkan pemerintah berkewajiban memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang

sebaik-baiknya bagi jemaah haji sehingga dapat menunaikan ibadah sesuai dengan ketentuan ajaran Agama Islam.

Pemeriksaan dan PembinaanPelayanan kesehatan merupakan

kegiatan yang bersifat kontinyu dan komprehensif meliputi pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan pertama dilakukan di Puskesmas dan pemeriksaan kesehatan kedua yang merupakan pemeriksaan rujukan di rumah sakit kabupaten/kota. Frekuensi dan jenis pemeriksaan kesehatan pertama dan kedua sesuai status kesehatan masing-masing calon jemaah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, profil jemaah haji tahun ini yaitu persentase jemaah haji laki-laki 45.53% dan jemaah perempuan 54.47%. Berdasarkan tingkat pendidikan; SD sederajat (34.23%), pendidikan menengah (SMP dan SMU/A) 39.1% dan pendidikan tinggi (DIII – S3) 26.2%. Berdasarkan jenis pekerjaan; sebagian besar jemaah ibu rumah tangga 30.73%, pegawai swasta

Kesiapan Pelayanan Kesehatan Ibadah Haji Tahun 1431 H/2010 M

21.14%, PNS 17.22%, petani 10.42%, pedagang 7.83%, Pegawai BUMN, TNI Polri, pelajar/mahasiswa sebesar 6.91%. Hampir separuh (49.62%) jemaah haji Indonesia berusia diatas 50 tahun.

Pemeriksaan dan pembinaan kesehatan dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan pertama (pemeriksaan kesehatan dasar) kepada seluruh jemaah haji di Puskesmas yang ditunjuk/ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat.

Jemaah haji yang memiliki status kesehatan mandiri saat dilakukan pemeriksaan dasar/pertama TIDAK perlu dilakukan pemeriksaan ulang/rujukan di RS. Bagi jemaah haji yang berisiko dan tidak terselesaikan identifikasi status kesehatannya, dirujuk ke RS dan pihak RS tetap berkoordinasi dengan Puskesmas asal jemaah haji yang melakukan pemeriksaan pertama.

Pembinaan dilakukan pada seluruh jemaah haji baik yang masuk kelompok berisiko maupun yang mandiri dimulai dari Puskesmas, agar kondisi kesehatan jemaah haji tetap terpelihara dan membaik saat keberangkatan. Pembinaan kesehatan dilaksanakan secara terstruktur melalui bimbingan manasik di tingkat Kantor Urusan Agama (KUA) dan Puskesmas serta di tingkat kab/kota melalui Dinas Kesehatan Kab/Kota bersama Kantor Kementerian

Calon jemaah haji mendapat vaksin

meningitis

Page 49: Mediakom 26

Nasional

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 49

Agama setempat.Vaksinasi MeningitisVaksinasi meningitis merupakan

upaya pemerintah dalam “melindungi” jemaah haji terhadap bahaya penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan Ta’limatul Hajj Kementerian Haji Pemerintah Arab Saudi.

Vaksinasi Meningitis dilakukan sejak tahun 1988 kepada seluruh jemaah haji, setelah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) meningitis di Arab Saudi tahun 1987. Vaksin yang digunakan Mencevax produksi GlaxoSmithKline (GSK). Vaksin ini dinyatakan haram, karena dalam proses produksinya bersinggungan dengan unsur babi. Namun, karena belum ada vaksin yang dinyatakan halal maka penggunaan vaksin ini dibolehkan karena darurat.

Pada musim haji 2010/1431 H, vaksinasi Meningitis menggunakan vaksin Menveo produksi Novartis Italia. Vaksin ini dinyatakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan dikeluarkannya Fatwa Halal No. 06 tahun 2010. Vaksin ini oleh Badan POM juga mendapatkan ijin edar tanggal 28 Juli 2010.

Untuk vaksin influenza musiman hanya merupakan rekomendasi bagi jemaah haji yang berisiko tinggi sehingga pemerintah tidak mensubsidi untuk penyediaan vaksin influenza.

Sampai dengan tanggal 8 Oktober 2010, cakupan untuk jemaah regular sudah mencapai 90%, sedangkan untuk jemaah haji khusus sudah diatas 40%.

Embarkasi/ DebarkasiPada tahun ini calon jemaah

haji akan diberangkatkan dari 12 embarkasi dan 2 embarkasi antara. Di tiap-tiap embarkasi, dilakukan persiapan embarkasi/debarkasi haji dengan pemeriksaan sanitasi lingkungan asrama, catering asrama haji dan catering pesawat dalam rangka pengamanan faktor resiko lingkungan dan keamanan pangan. Pemeriksaan

dilakukan tiga kali dimulai 3 bulan sebelum operasional, satu minggu sebelum operasional dan selama operasional penyelenggaraan haji.

Untuk pelayanan kesehatan selama embarkasi/debarkasi, disediakan obat dan alkes. Pengiriman dilakukan mulai tanggal 7 Oktober 2010.

Dukungan operasional penyelenggaraan haji yang diberikan antara lain, Standard Operating Procedure (SOP) Embarkasi dalam penggunaan dana penyelenggaraan, SK embarkasi/ debarkasi, pembiayaan rujukan/ rawat inap selama operasional.

Di Arab Saudi, jemaah haji reguler berada Makkah, selama 23 hari di ring I dan II dan di Madinah selama 8 hari, dan sebagian besar jemaah haji (95%) tinggal di Markaziah (ring I).

Obat dan AlkesObat dan alkes habis pakai sudah tiba

di Arab Saudi (Makkah) pada tanggal 28 September 2010 sebanyak 1.209 koli (28,31 ton), untuk mengatasi kekurangan obat dan alkes Kementerian Kesehatan telah mengalokasikan dana sebesar 1 milyar rupiah.

Penyediaan obat dan alkes berdasarkan formularium obat dan alat kesehatan haji tahun 2010 yang disusun berdasarkan pola penyakit selama 5 tahun, kondisi jemaah tahun 2010, dan sisa obat tahun 2009. Pengadaan dilakukan melalui sistem LPSE di tanah air.

Alat Kesehatan, tersedia 21 jenis alat kesehatan (termometer, blood glukosa monitor, ECG, syringe pump, infusion pump, bedsite monitor, pulse oksimeter, defibrilator, lampu operasi, ventilator, succion pums, sterilisator, nebulaver, autoclav, tensimeter mercuri, tensimeter aneroid, mobile x ray, dental x ray, clorin dan PH meter kit, laringoscope, stetoskop) yang sudah di kalibrasi pada tahun 2009 dengan hasil yang masih baik berjumlah 1.071 dan yang tidak baik berjumlah 1.290.

Pada tahun 2010 ada penambahan

alat yaitu ’emergency kit’ untuk sektor sebanyak 20 kit.

Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI)

Kementerian Kesehatan menyediakan sarana pelayanan kesehatan (BPHI) yaitu : a. Makkah setara RS tipe C, dengan

kapasitas 150 tempat tidur, dilayani oleh 83 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter spesialis jantung, spesialis paru, penyakit dalam, syaraf, jiwa, bedah, dokter UGD, perawat, Sanitasi Survailance (Sansur), Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), apoteker, tenaga gizi, rekam medik, elektro medik dan administrasi. Didukung oleh tenaga penghubung, supir ambulan dan kebersihan dari Temus.

Pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu pelayanan rawat darurat, rawat jalan dan rawat inap, perawatan intensif, rujukan, evakuasi, pelayanan perbekalan, pelayanan sanitasi surveilans, safari wukuf dan tanazul serta sumber informasi. Jarak BPHI dari Masjidil Haram kurang lebih 5 Km.

b. Madinah setara RS tipe D, fasilitas 40 tempat tidur, dilayani dengan tenaga 56 orang terdiri dari dokter spesialis jantung, spesialis paru, penyakit dalam, syaraf, jiwa, bedah, dokter UGD, perawat, sansur, siskohat, apoteker, tenaga gizi, rekam medik, elektro medik dan administrasi. Didukung oleh tenaga penghubung, supir ambulan dan kebersihan dari Temus. Pelayanan kesehatan di BPHI adalah pelayanan rawat darurat, rawat jalan dan rawat inap (observasi), rujukan, evakuasi, pelayanan perbekalan, pelayanan sanitasi surveilans, dan tanazul. BPHI Madinah masih dalam proses kontrak dan setting ruangan pelayanan untuk BPHI Madinah sedang dilakukan. Lokasi di Masanee sekitar 800 Meter dari Masjidil Nabawi.

c. Jeddah, pada saat kedatangan

Page 50: Mediakom 26

Nasional

50 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

dan pemulangan disiapkan BPHI di Airport. Dilayani oleh 28 tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter spesialis jantung, dokter spesialis paru, dokter UGD, perawat, sansur, siskohat, apoteker, tenaga gizi, didukung oleh tenaga penghubung, supir ambulan dan kebersihan yang berasal dari Temus.

Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan rawat jalan, observasi, rujukan, evakuasi, pelayanan sanitasi surveilans, dan tanazul.

d. Untuk pelayanan rujukan dan evakuasi disediakan 35 ambulans yang diantaranya (30 buah) ambulans pembelian oleh Kementerian Agama tahun 1998 – 2003 dan 5 buah ambulans pembelian Kementerian Kesehatan tahun 2010. Biaya operasional disediakan Kementerian Kesehatan mencakup perbaikan mesin, rem, ban, air condition (AC), kalibrasi dan setting alat kesehatan ambulans

serta operasionalisasi.

Jumlah calon jemaahJumlah jemaah haji Indonesia yang

akan diberangkatkan pada tahun 2010 M/1431 H sebanyak 221.000 orang, terdiri dari jemaah haji reguler 197.500 orang dan jemaah haji khusus (ONH Plus) 23.500 orang. Pada tahun 2009, jemaah haji Indonesia berjumlah 211.351 orang terdiri dari jemaah haji reguler 195.351 orang, dan jemaah haji khusus (ONH Plus) 16.000 orang. Sedangkan petugas haji baik dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan kementerian lainnya berjumlah 3.250 orang.

Kementerian Kesehatan telah menyiapkan petugas kesehatan sebanyak 1.903 orang yang akan melayani jemaah haji selama di Arab Saudi, terdiri dari 30 orang Tim Wasdal dan Pemantau, 306 orang yang akan melayani di BPHI dan Sektor, 94 orang tenaga musiman (tenaga mukimin Arab

Saudi dan sekitarnya) sebagai tenaga penghubung, sopir, dan kebersihan, serta 1.473 orang TKHI yang terdiri dari 491 Dokter dan 982 Perawat yang mendampingi jemaah haji di kelompok terbang (kloter). Seluruh petugas telah dibekali dengan pelatihan kompetensi, pelatihan integrasi, dan preparedness emergency.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) atau TKHI Non Kloter sebanyak 306 orang terdiri dari dokter gigi, dokter spesialis, perawat mahir, ahli gizi, apoteker, sanitarian dan lain-lain yang akan menempati Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) dan Sektor di Mekkah, Madinah dan Jeddah.

Persiapan SiskohatUntuk proses pencatatan dan

pelaporan penyelenggaraan kesehatan haji, Kementerian Kesehatan menyediakan Siskohat bidang kesehatan melalui situs www.siskohatkes.depkes.go.id. nSmd

Calon Jemaah Haji Divaksin Halal

Sesuai amanat UU No. 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji, pemerintah wajib membina, melayani

dan melindungi calon jemaah haji dan umroh. Salah satu bentuk perlindungan terhadap ancaman penyakit menular berbahaya adalah vaksinasi meningitis. Ta’limatul Hajj pemerintah Arab Saudi tahun 2010 pun mewajibkan seluruh calon jemaah haji

dan umroh untuk mendapatkan vaksin meningitis di negara masing-masing sebelum masuk ke negara Arab Saudi.Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, pemerintah memberikan vaksinasi meningitis meningokokus kepada seluruh jemaah haji dan umroh. Khusus untuk calon jemaah haji tahun 1431 H / 2010 M maupun petugas, yang ditetapkan sebanyak 224.250 orang, vaksinasi meningitis meningokokus akan diberikan minimal dua minggu

sebelum jemaah haji kloter pertama tanggal 11 Oktober berangkat ke tanah suci untuk memberikan kekebalan yang maksimal.

Pada tahun ini jumlah jemaah haji Indonesia sebanyak 221.000 orang, dan petugas haji sebanyak 3.250 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang terbanyak jika dibandingkan dengan negara muslim lainnya di dunia.

Page 51: Mediakom 26

Nasional

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 51

Memenuhi KriteriaPertimbangan yang digunakan

Kementerian Kesehatan dalam memilih vaksin yang digunakan untuk calon jemaah haji dan umroh yaitu aman, berkhasiat dan mutunya terjamin, yang ditunjukkan dengan adanya registrasi dan ijin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan sesuai Fatwa Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Ketua MUI KH Ma’ruf Amin menjelaskan bahwa MUI telah membuat fatwa tentang kehalalan 2 vaksin yaitu vaksin meningitis Menveo produksi Novartis Vaccine and Diagnostic S.r.I Italia dan Mevac produksi Zhejiang, Tianyuan, China, sedangkan vaksin meningitis produksi GSK Belgia dinyatakan haram karena menggunakan unsur babi dalam media pertumbuhannya.

Sebelum menetapkan fatwa, MUI telah melakukan audit dan penelitian baik ke Novartis, GSK maupun Zhejiang, Tianjuan. Berdasarkan audit dan penelitian oleh LP POM disimpulkan 2 vaksin halal dan 1 vaksin haram. “Dulu, vaksin Mencevac ACW135Y produksi GSK dinyatakan boleh karena darurat. Tetapi sekarang sudah ada yang halal maka yang darurat tidak boleh lagi dan meminta pemerintah menggunakan vaksin yang sudah dinyatakan halal”, ujar KH Ma’ruf Amin.

Vaksin Menveo Novartis tersebut sudah dilaunching di Amerika Serikat, Uni Eropa (Inggris, Jerman, Austria, Perancis, Spanyol, Itali), Jordan, Kuwait, Turki, Kanada, Australia dan Argentina. Evaluasi oleh Badan POM terhadap aspek keamanan dan khasiat vaksin Menveo dilakukan berdasarkan data uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia, sesuai dengan indikasi dan posologi yang diajukan. Evaluasi terhadap aspek mutu vaksin dilakukan berdasarkan data penerapan Good Manufacturing Practices (GMP).

Kriteria-kriteria tersebut yang menjadi dasar, sehingga vaksin yang dinyatakan halal oleh MUI itulah yang menjadi pilihan untuk diberikan kepada calon jemaah haji Indonesia.

Upaya perlindungan pemberian

vaksinasi meningitis kepada calon jemaah haji merupakan upaya perlindungan terhadap bahaya penyakit meningitis meningokokus yang menular dan membahayakan jemaah haji Indonesia, dan keluarganya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji yang mengamanatkan kepada pemerintah untuk senantiasa melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap jemaah haji Indonesia.

Selain itu, pemberian vaksin meningitis merupakan syarat mutlak bagi jemaah haji yang akan memasuki wilayah Kerajaan Arab Saudi. Bagi mereka yang belum atau tidak diimunisasi meningitis meningokokus, maka Kerajaan Arab Saudi tidak akan memberikan visa/izin untuk memasuki negaranya.

Dalam kaitan ini Kementerian Kesehatan telah melakukan pengadaan vaksin meningitis yang sudah memperoleh sertifikat halal dari MUI dan ijin edar dari Badan POM yaitu Menveo ACW135Y sebanyak 211.415 dosis untuk 211.000 calon jemaah haji dan 3.250 dosis untuk petugas haji.

Berkaitan dengan penambahan kuota calon jemaah haji sebanyak 10.000 orang yang disampaikan Kementerian Agama, Kemenkes melakukan penambahan penyediaan vaksin meningitis sebanyak 10.000 dosis. Vaksin meningitis Menveo telah didistribusikan ke seluruh provinsi sejak 28 Agustus dan siap didistribusikan ke seluruh kabupaten/kota.

Sebagai tindakan antisipatif dalam

penggunaan vaksin meningitis yang baru, Kemenkes telah melakukan sosialisasi kepada pengelola program kesehatan haji seluruh Indonesia dan 15 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Embarkasi dan Debarkasi pada tanggal 4 dan 11 Agustus 2010 di Batam dan Cikarang Jawa Barat, dengan mengundang seluruh pengelola program kesehatan haji seluruh provinsi Indonesia dan 15 Kantor Kesehatan Pelabuhan Embarkasi/Debarkasi Haji.

30 September selesaiMenteri Kesehatan dr. Endang

Rahayu Sedyaningsih, MPH., Dr. PH, telah meluncurkan secara resmi pemberian vaksin meningitis halal kepada calon jemaah haji Indonesia tahun 1431 H/ 2010 M pada tanggal 15 September, di Puskesmas Lubuk Buaya, Padang, Sumatra Barat.

Efektivitas vaksin mulai terbentuk 10-14 hari setelah pemberian, karena itu disarankan seluruh jemaah haji Indonesia tahun 2010 M/1431 H telah divaksinasi meningitis paling lambat pada 30 September.

Seluruh puskesmas, rumah sakit dan para pemberi pelayanan kesehatan haji di kabupaten/kota di seluruh Indonesia telah siap untuk memberikan vaksinasi meningitis sebelum tanggal 30 September. Adanya vaksin meningitis halal ini merupakan suatu kemajuan bagi penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia. Diharapkan tidak ada lagi jemaah haji Indonesia yang menolak untuk diberikan vaksinasi meningitis, sehingga cakupan pemberian imunisasi kepada jemaah haji dapat dicapai secara maksimal. nSmd

Page 52: Mediakom 26

Daerah

52 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Pelayanan kesehatan arus mudik di penyebarangan Bakauheni Bandar Lampung berjalan normal. Petugas Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Panjang telah mempersiapkan diri secara cermat. Maklum, pelayanan kesehatan arus mudik sudah menjadi kegiatan rutin tahunan di Wilayah Kerja (Wilker) pelabuhan penyebarangan Bakauheni.

Hal tersebut disampaikan Kepala KKP Kelas II Panjang, H. Endang Syarifuddin, SKM,MM di Kalianda Bandar Lampung.

Sementara itu, jumlah pengunjung Posko Kesehatan Bakauheni dari tahun 2005 terus meningkat, mulai dari 271 orang, hingga 376 tahun 2009 dan tahun

2010 terdapat 363 pengunjung. Dari jumlah kunjungan tersebut, penyakit tertinggi yang diderita yaitu ISPA dan akibat kecelakaan.

Bila pos kesehatan Bakauheni tak dapat memberikan pelayanan kesehatan, maka pasien di rujuk ke RSUD Kalianda Lampung Selatan atau RSUD Abdul Muluk Bandar Lampung. Bagi pasien yang tidak mampu mendapat jaminan dari Jamkesmas dan Jamkesda. Penyakit tertinggi dalam kunjungan tersebut ISPA dan akibat kecelakaan.

Menurut Kepala KKP, untuk meningkatkan pelayanan arus mudik, KKP bermitra dengan Dinas Kesehatan, PMI, PT.Jasa Raharja, PT.Jamsostek, PT Askes, Organda, ASDP Cabang Bakauheni, PT Pelindo Panjang dan pihak – pihak terkait

lainnya.Untuk memberikan pelayanan

yang optimal kepada para pemudik di Wilayah Bandar Lampung, tahun 2010 KKP menyiapkan 25 tenaga yang terdiri dari 6 orang dokter, 9 orang perawat, 4 orang Sanitarian, 2 orang epidemiologi dan 4 orang supir. Untuk mendukung pelayanan kesehatan tersebut, telah dibangun 1 buah tenda Posko, 3 Pos Kesehatan dan menyiapkan 5 buah mobil ambulan.

Menurut Kasie PKSP, KKP Kelas II Panjang, H.Asrul Hudaira, Spd, MM Pos Kesehatan Bakauheni, bukan hanya melayani kesehatan pada para pemudik lebaran saja. Pada hari-hari biasa, Pos Kesehatan tetap memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat sekitar, termasuk

Pelayanan KesehatanArus Mudik

di Bakauheni Bandar Lampung

Posko kesehatn arus mudik Bakauheni Bandar Lampung

Page 53: Mediakom 26

Daerah

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 53

Suka - Duka Mudik di Dermaga Bakauheni

Pelabuhan penyeberangan Bakauheni selalu menjadi saksi hiruk pikuk arus mudik lebaran. Masyarakat

yang menggunakan jalur darat dari Sumatera menuju Pulau Jawa atau sebaliknya akan menyeberangi Selat Sunda melalui penyeberangan Bakauheni. Ia beroperasi 24 jam, tak pernah henti. Silih berganti penumpang datang dan pergi.

Bakauheni banyak menyisakan kenangan manis dari dulu hingga kini. Ketika tahun delapan puluh limaan terminal tersebut masih sepi dan gelap. “Bakau” begitu penumpang sering menyebutnya. Penumpang yang akan menyeberang ke Merak, bila sudah tengah malam memilih menginap di Bakau, demikian pula sebaliknya. Mereka akan melanjutkan perjalanan menjelang pagi. Hal ini dilakukan demi keamanan. Mengurangi kemungkinan gangguan para penodong dan copet.

Banyak cara menginap di Bakau. Ada yang tidur di lantai ruang tunggu beralaskan koran dan berbantal tas. Ada juga penumpang yang menyewa tiker dan bantal, tapi ada juga yang tidur sambil duduk di kursi, banyak juga yang mengobrol ditemani kopi panas dan cemilan sampai pagi menjelang perjalanan

berikutnya. Setelah turun dari Bakau menuju

Tanjung Karang, pasti akan berebut Bus. Begitu juga sebaliknya setelah turun dari Merak menuju terminal Kalideres. Waktu itu, Bus jurusan Merak-Kalideres yang favorit bernama Arimbi. Setiap penumpang mendapat teh botol dan roti. Penumpang yang beruntung akan mendapat hadiah. Setelah kondektur mengundi karcis penumpang.

Sayang, kini pelayanan bus Arimbi itu tak sebagus yang dulu. Armadanya sudah tua dan sedikit, sementara pelayanannya buruk. Entah apa penyebabnya. Mungkin, mereka kalah bersaing dengan Bus langsung, seperti Damri. Armada yang melayani Jakarta-Bandar Lampung PP ini Full AC, terjadwal, aman dan nyaman.

Khusus Bus Bakau- Tanjung Karang yang dulu ramai, kini juga telah tiada, entah kemana. Penggantinya mobil-mobil pribadi yang beroperasi menjadi travel. Mereka mengantar setiap penumpang di wilayah Bandar Lampung sampai tujuan dengan harga bervariasi. Untuk memilih salah satu travel, sering kali penumpang harus berhubungan dengan para calo yang menawarkan travelnya. Bagi yang belum mengenal medan, tentu tingkah para

calo itu sangat menyebalkan.Menggunakan kapal

penyeberangan, penumpang disajikan banyak pilihan sesuai jadwal. Kapal favorit bernama Jatra I dan II. Kapalnya masih baru, besar, bersih dan nyaman. Biasanya beroperasi menjelang tengah malam. Siang hari biasanya yang beroperasi kapal-kapal tua dan kecil, seperti Feri, Kambuna, dll.

Menurut Kasie PKSP, KKP Kelas II

kepada para pengguna jasa penyebarangan Bakauheni.

Letak Pos Kesehatan Bakauheni berada disamping jalur keluar masuk penumpang pengguna jasa penyeberangan. Terdiri dari ruang periksa yang dilengkapi tempat tidur, lemari obat dan peralatan kesehatan. Terdapat ruang tunggu yang

dilengkapi dengan berbagai pamflet promosi kesehatan, terpasang pada dinding.

KKP Panjang mempunyai 4 Wilker. Wilker Bakauheni berjarak 90 km dari Kantor induk. Wilker Bandara Radin Intan berjarak 40 km, Wilker Pelabuhan Teluk Semangka berjaran 100 km dan yang paling jauh Wiker

Rawa Jitu berjarak 200 km. Menurut Suherman dari Dinas

Kesehatan Lampung Selatan, terdapat 6 pos kesehatan yang tersebar disepanjang lintas sumatera yang berawal dari pelabuhan penyeberangan Bakauheni sampai Bukit Kemuning Lampung Utara. n

pra

H. Asrul Hudaira, Spd, MM

Page 54: Mediakom 26

Daerah

54 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Mendidik arus mudik harus cerdik. Sebab para pemudik memiliki aneka rangan

latar belakang pendidikan. Mulai dari yang paling rendah sampai perguruan tinggi. Untuk itu pola pendidikan harus menyesuaikan dengan pemudik yang paling rendah pengetahuannya. Banyak kecelakaan

disebabkan karena ketidaktahuan para pemudik. Untuk itu diperlukan promosi kesehatan bagi pemudik.

Mudik, sebagai siklus pulang kampung tahunan menjelang lebaran Idul Fitri, seperti sudah menjadi hajat nasional yang harus mendapat perhatian semua pihak. Sehingga prosesi arus mudik dapat berjalan sehat, lancar dan aman. Kelancaran dan kemanan pemudik

tidak serta merta tanggung jawab pemerintah, tapi juga menjadi tanggung jawab para pemudik. Oleh sebab itu, mendidik para pemudik menjadi bagian penting dalam pelaksanaan arus mudik.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan telah melakukan koordinasi dengan Gubernur, Kepala Dinas Kesehatan, RS Vertikal, Kantor Kesehatan Pelabuhan dan Balai

Panjang, H. Asrul Hudaira, Spd, MM di Bakauheni Bandar Lampung, awalnya, arus mudik hanya terjadi dari kota-kota besar menuju kampung masing-masing di pulau jawa. Sebab, sebagian besar orang tua dan saudara mereka berdomisili di Pulau Jawa. Perkembangan berikutnya, tujuan mudik bukan hanya Pulau Jawa, tapi sudah

merambah Sumatera. “Mulai H-7 penyeberangan

Bakauheni Bandar Lampung terjadi mobilisasi kendaraan dan penumpang dari pulau Jawa menuju pulau Sumatera lebih banyak di banding sebaliknya” kata H. Asrul.

Kini, Bakauheni telah berbenah, menjadi ramai, terang, bersih dan tertib. Kapal cepat menjadi pilihan

penyeberangan cepat dengan harga tiket terjangkau. Penumpang hilir mudik tanpa rasa khawatir. Sebab aparat keamanan berjaga setiap saat. Lebih lengkap lagi telah tersedia Pos Kesehatan terpadu disebelah pintu masuk dermaga. Mereka siap memberi pelayanan kesehatan kepada para penumpang dengan sepenuh hati.npra

MendidikArus Mudik

Page 55: Mediakom 26

Daerah

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 55

Besar Teknik Kesehatan Lingkungan-Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) untuk melakukan promosi kesehatan.

Promosi dilakukan melalui publikasi media, talkshow di TV dan RRI, pemasangan spanduk ditempat strategis, penyebaran leaflet, peta mudik dan penyampaian informasi kesehatan mudik di seluruh Pos Kesehatan yang berada di terminal, stasiun, pinggir jalan raya, bandar udara dan penyeberangan laut atau sungai.

Selain itu, juga melakukan kegiatan preventif berupa pemeriksaan faktor risiko bagi pengemudi, termasuk test penggunaan alkohol, amphetamine dan tekanan darah, serta pemeriksaan sanitasi restoran, rumah makan dan tempat umum.

Untuk memberi layanan kesehatan kepada yang jatuh sakit atau kelelahan disediakan pelayanan kesehatan 24 jam di Pos Kesehatan, Puskesmas, rumah sakit disepanjang jalur mudik lebaran yang didukung ketersediaan obat dan alat kesehatan.

Penyakit arus mudikInformasi proporsi penyakit

arus mudik terbanyak hingga h+7 pada kunjungan di KKP adalah ISPA dan gangguan pernafasan (32%), Gastrisis dan dispesia (12%), Cephalgia (8%), Myalgia-fatique (5%) dan arthritis (2%). Sedangkan kunjungan kesehatan di Pos Kesehatan dinas kesehatan adalah ISPA dan gangguan pernafasan (42%), Gastrisis dan dispesia (15%), Diare (9%), Cedera ringan (8%), Dermatitis (6%) Cephalgia (4%), Myalgia-fatique (6%) dan arthritis (4%), febris (2%) dan conjungtivitis (1%).

Khusus informasi dari 802 pengemudi yang sudah diperiksa oleh Direktorat Penyakit Tidak Menular dan BTKL-PPM Surabaya, 801 dinyatakan negatif dan 1 orang positif pada pemeriksaan amphetamine, 800 orang negatif dan 2 orang positif pada pemeriksaan alkohol, serta ditemukan 27% menderita hipertensi.

Terkait hasil pemeriksaan bakteriologi pada makanan, minuman dan sanitasi tempat-

tempat umum yang dilakukan BTKL-PPM Surabaya di 12 kabupaten dari 48 sampel, 48 negatif Salmonella sp, 48 negatif Shigella, 43 negatif Staphylococus dan 3 positif (dilakukan pembinaan), 48 negatif vibrio colera, Sianida negatif dan 16 positif nitrit (dibawah baku mutu).

Kegiatan mudik lebaran 2010, terdapat 438 Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKIB) yang dipulangkan melalui pelabuhan lintas batas Nunukan, 250 orang lintas batas darat Entikong, 1.686 orang melalui pelabuhan Tanjung Pinang, 62 orang sakit dan 1 orang dirujuk. Sedangkan 973 orang melalui pelabuhan Tanjung Priok, 332 orang sakit dan 1 orang di rujuk, meninggal di rumah sakit.

Secara umum, penyelenggaraan arus mudik tahun 2010 relatif lebih baik dibanding tahun sebelumnya, dengan membandingkan indikator: jumlah kasus meninggal, kasus cidera, tidak terdapat indikasi KLB atau peningkatan kasus potensi KLB dan lokasi pos kesehatan dapat diidentifikasi, sehingga diketahui masyarakat secara luas. npra

Suasana penumpang dalam kapal penyeberangan Merak - Bakauheni.

Page 56: Mediakom 26

Siapa Dia

56 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Sadar bahaya merokok, Deswita Maharani akhirnya berhenti dari kebiasaan buruknya itu. Kini ia malah

menjadi duta anti rokok. “Saya berhenti merokok dari 5-6 tahun lalu. Saya berhenti merokok karena sudah mengganggu kenyamanan saya, dan itu kemauan saya sendiri,” ungkap Deswita.

Setelah berhenti merokok, Deswita merasa banyak perubahan positif. Hidupnya pun kini lebih sehat.

“Saya berhenti merokok karena nggak kuat dengan batuk dan sakit tenggorokan. Setelah berhenti merokok,

bangun tidur saya jadi lebih enak. Mulut sudah tidak terasa nikotin dan sudah nggak batuk lagi,” sambungnya.

Deswita mengatakan, saat menjadi perokok dia bisa menghabiskan satu bungkus per hari. Lantaran terserang batuk, tenggorokan, dan pernafasan, mantan kekasih Taufik Hidayat ini pun langsung memutuskan berhenti merokok.

“Sekarang aku ikut Wanita Indonesia Tanpa Tembakau,” ceritanya. Sebagai duta anti rokok, hingga kini Deswita aktif memberikan penyuluhan kepada anak-anak sekolah dan mahasiswa. n

gi-berbagai sumber

Deswita Maharani

Duta anti rokok

Ka

pan

Lag

I.co

M

Marcelino lefranDt

Bela Diri sejak Dini

Keahlian Marcelino Lefrandt dalam olahraga bela diri memang tidak diragukan lagi. aktor 38 tahun ini telah masuk dojo sejak usia lima

tahun. “Sejak kecil, ayah saya telah memperkenalkan judo dan taekwondo,” kata lelaki yang pernah berakting laga dalam Deru Debu dan Jacky ini.

Menurut dia, olahraga bela diri tak hanya baik untuk menjaga diri dan menyehatkan badan, tapi juga dapat menanamkan sifat kompetitif serta sportif.

nah, tampaknya suami Dewi Rezer ini akan mengikuti jejak sang ayah dalam membesarkan putri tunggalnya, Marcell Brineth Reyney Lefrandt. “apalagi anak saya perempuan, dia harus bisa menjaga dirinya dengan baik,” tutur Marcelino sebagaimana dikutip dari Tempo interaktif.

Meskipun usia putrinya masih belum genap tiga tahun, ia sudah mulai memperkenalkan judo dan taekwondo. Tidak secara langsung, melainkan melalui layar kaca. “Kalau di rumah, anak saya menonton sinetron action saya dulu.” namun, kata Marcelino, yang ditonton hanya sebatas adegan laga. “Begitu mulai drama, saya matikan,” ucapnya. gara-garanya, si anak pernah menangis setelah melihat Marcelino terluka dalam salah satu adegan.

Ditanya soal kekhawatiran anak perempuannya menjadi tomboi, mantan atlet judo ini menjawab, “Selain bela diri, nanti kita seimbangkan Brineth dengan balet.” Menurut Marcelino, judo dan taekwondo paling baik untuk perempuan. “Tiga kakak perempuan saya bisa judo dan taekwondo.”n gi-berbagai sumber K

apa

nLa

gI.c

oM

Page 57: Mediakom 26

Siapa Dia

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 57

sarah sechan

hanya Perbolehkan anak nonton ‘Upin & ipin’

Sarah Sechan membatasi anaknya, Rajata Sachriar Hakim, menonton tayangan televisi. Rata-rata per hari, Rajata hanya

boleh satu jam di depan layar kaca. Sarah hanya membebaskannya nonton Upin & Ipin.

“Kalau Upin & Ipin itu lucu juga dan banyak education-nya. anak saya juga suka nonton karena bagus untuk anak. Tapi jangan kebanyakan film luar yang masuk, karena nanti takutnya anak jadi enggak menghargai film dalam negeri,” tutur Sarah.

Mantan VJ MTV itu membatasi jam nonton TV anak bukan tanpa alasan. Kegiatan Rajata sudah mulai banyak, seperti les dan lainnya. Sarah

juga khawatir bila Rajata kebanyakan nonton TV, akan mendapat pengaruh buruk.

“Setiap week end itu kita ada waktu untuk dia nonton film yang disukai. Kalau di hari biasa, dia enggak boleh lebih dari satu jam nonton TV. Kadang hari Jumat saya kasih toleransi,” jelasnya.

Sarah lebih suka bila putranya itu banyak bergerak daripada hanya duduk diam di depan layar televisi. Malah sering Sarah mengajak Rajata bermain bersama untuk merangsangnya mau beraktivitas.

“aku lebih suka dia main keluar, seperti main sepeda. Kadang aku juga ajak dia main game atau bermain sesuatu biar dia enggak kepikiran nonton tv,” imbuhnya.

Kalau pun Rajata menonton tv, Sarah tak lepas selalu berada di sisinya untuk memfilter tayangan yang disaksikan. “Karena menurut saya, banyak acara TV lokal yang kurang pantas ditonton anak-anak. Meskipun ada juga acara yang bagus,” tegasnya. ngi -okezone.com

tika PanggaBean

Pantang Mie

STika panggabean membintangi iklan sebuah mie instan bersama project pop. namun ternyata dia pantang menyantap mie.

“pola hidup sehat sudah saya jalani sejak akhir 2008. Saya sangat menjaga pola makan. Tidak makan gula, mie, tepung, kentang dan singkong. Saya tidak makan nasi satu tahun dan menghindari makanan serta minuman manis,” tutur Tika seperti dikutip okezone.com.

Sebagai ganti nasi, artis berpembawaan riang ini menyantap sayur mentah seperti salad, tiga kali

sehari. Tika menolak bila disebut berdiet. Dia lebih senang dikatakan menjalani pola hidup sehat.

“Saya lebih suka pola hidup sehat. Kalau diet itu istilahnya seperti memaksa menurunkan berat badan. Tujuan utama saya bukan sekadar diet, tapi lebih ke sehat,” jelas perempuan yang juga stop merokok itu.

Dalam menjalankan pola hidup sehat, Tika berdisiplin keras. Tak heran dalam setahun berat badan turun 20 kg dan enam bulan terakhir ini, bobot Tika turun 6 kg lagi.

“Intinya mengubah kebiasaan makan enak dan pola makan. Saya juga olahraga renang satu sampai dua jam. Kalau lagi enggak bisa renang, saya yoga,” kata Tika yang menjadi satu-satunya personel wanita di project pop.

gi-okezone.com

Ka

pan

Lag

I.co

M

Ka

pan

Lag

I.co

M

Page 58: Mediakom 26

58 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Lentera

Teman Sejati

Prawito

Banyak teman, lebih baik dari pada sedikit teman. Jangan sampai tak punya teman. Meski banyak teman jangan hanya sekedar teman. Seperti

teman se-kampung, se-kantor, se-angkatan sekolah dan teman sebentuk lainnya. Teman model ini hilang dari ingatan setelah tak sekantor, sepelatihan dan seterusnya. Ia hanya ada saat bersama dan tiada ketika mereka saling berpisah. Semua hilang tanpa kesan dan pesan. Walau mereka bertahun-tahun bersama, tapi tak berbekas, hubungannya hambar.

Ada juga teman dekat, hal ini disebabkan karena kedekatan profesi, sesama alumni universitas tertentu, sesasama alumni tempat kerja dan banyak bentuk kedekatan lainnya. Mereka benar-benar dekat karena banyak persamaan diantara mereka. Berangkat dari kedekatan ini, mereka dapat saling berkomunikasi, berkoneksi dan berinteraksi secara intensif, tanpa ada hambatan yang berarti. Mereka benar-benar tidak terkendala birokrasi, semua berjalan alami, setara dan apa adanya.

Teman dekat, banyak mempengaruhi sikap dan perilaku. Terkadang apa yang dikerjakan teman dekat secara otomatis menjadi perilakunya juga. Kesamaan perilaku dengan teman dekat ini sering kali tidak disadari, mereka saling mempengaruhi dan terjadilah kombinasi perilaku diantara mereka. Teman dekat yang dominan, biasanya akan menjadi referensi teman yang lain. Apakah referensi tersebut baik atau jelek. Bila baik mereka ikut baik,

jika buruk, maka buruklah semuanya.Ada pula berteman karena bermitra

kerja. Mereka saling menampakkan pertemanannya saat bermitra. Saling menjajaki kedalaman hati masing-masing mitranya. Dalam waktu dekat masing-masing dapat menilai. Selanjutnya mereka akan menentukan sikap dalam pertemanan berikutnya. Berlanjut atau putus, bergantung kebutuhan. Bila masih butuh mereka dapat berteman lagi, demi terpenuhi kepentingannya. Jika sudah tak membutuhkan, putus begitu saja. Bahkan, bila ada hal yang menyakitkan dalam bermitra, sikap berikutnya setelah putus, mereka tampak tak saling mengenalnya, cuek tak bertegur sapa.

Teman sejati menerobos semua rintangan bentuk pertemanan di atas dan bentuk pertemanan lainnya. Pertemanan yang tak terkait dengan profesi, agama, suku, pekerjaan, saudara dan keturunan. Ia sama sekali tak menempatkan kepentingan dalam hubungan pertemanan tersebut. Sebab pertemanan ini, bisa jadi merugi secara materi, waktu, tenaga dan pikiran. Bila seperti ini, adakah teman sejati itu? Apakah ciri-cirinya?

Teman sejati, bukan sekedar teman. Ia sangat peduli, perhatian dan siap berkorban memberi bantuan semampunya tanpa pamrih. Ia selalu mengenang dan merindukannya. Bila dekat, menyenangkan dan tak membuatnya susah. Ketika diminta bantuan, ia akan membantu semampunya. Bila tak sanggup membantu, tampak sedih pada raut wajahnya, bahkan meneteskan air mata.

Teman sejati, bukan produk orang lain. Sebab teman sejati merupakan produk dari diri sendiri. Adanya kesadaran yang mendalam untuk menjadi teman bagi yang lain. Walau orang lain terkadang tak merasakan keberadaan teman sejati, karena teman sejati tak memerlukan pengakuan orang lain. Teman sejati tak selalu memberi materi, jabatan dan kehormatan duniawi. Tapi, teman sejati tak akan tega melihat temannya menderita, hancur dalam karir dan hidup akibat perilakunya yang salah.

Teman sejati akan selalu mengingatkan kepada kebaikan dan meninggalkan keburukan. Ia tak meminta imbalan dari apa yang dilakukan untuk kebaikan temannya. Walau terkadang ada teman yang merasa risih dengan peran teman sejati ini. Tetapi teman sejati selalu punya cara yang bijak untuk mengingatkan agar tak terjerumus dalam kerusakan dan kehancuran.

Memang, teman sejati tak selalu dekat secara fisik. Bisa jadi mereka saling berjauhan, bahkan berbeda negara, tapi hati mereka terpaut. Mereka mendoakan dalam suka dan duka tanpa diminta, bahkan lantunan doa tersebut tak diketahui oleh yang di doakan. Mereka bahagia, bila temannya bahagia dan merekapun sedih, jika temannya sedang kesusahan.

Betapa bahagianya bila hidup dengan banyak teman sejati, baik yang dekat secara fisik, maupun yang jauh. Mereka berada di lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun bertetangga. Keberadaan teman sejati akan menjadikan suasana nyaman

Page 59: Mediakom 26

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 59

Lenteradan tenang. Mereka akan memberi pengaruh positif bagi individu maupun komunitas. Sangat terasa nuansa tolong menolong dalam kebaikan, senasip seperjuangan, beretos kerja tinggi, tumbuh

persaingan sehat dan produktif. Sayang, teman sejati tak akan hadir

sendiri dari kayangan. Ia merupakan buah karya panjang para dermawan sosial. Ia mendermakan kebaikan menjadi teman sejati bagi banyak

orang. Ia rela dengan susah payah berusaha memproduk banyak teman sejati disekitarnya. Bilapun belum berhasil, para teman sejati tak pernah merasa rugi, minimal Ia telah menjadi teman sejati bagi diri sendiri.n

Mengembangkan IntegritasLia Leita Kania Amalia

Integritas berasal dari bahasa Latin “ integrate “ yang berarti lengkap, sempurna, tanpa cacat. Dalam kehidupan, integritas dapat diartikan sesuatu yang kita

miliki didalam hati dan kita terapkan berdasarkan aturan, kepercayaan yang benar. Satunya kata dan perbuatan.

Integritas, nilai utama yang terpenting dalam diri maupun organisasi. Ia menjadi benang merah semua kegiatan organisasi. Dalam tata kelola organisasi, kepatuhan (compliance) berarti mengikuti spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan penetapan.

Pemimpin yang baik pasti memiliki integritas tinggi. Integritas harus dipelajari dalam waktu yang lama, tidak mungkin didapat dengan seminar dan lokakarya saja. Tapi akan tercapai dengan usaha sungguh-sungguh dan komitmen.

Kepatuhan yang berintikan integritas dimulai dari atas, artinya suatu budaya organisasi sangat diwarnai oleh integritas pemimpinnya. Budaya organisasi tercermin dari sikap dan tingkah laku pemimpin, baik yang positif ataupun yang negatif. Sebab pemimpin akan menjadi referensi dan contoh model pegawai.

Integritas dan kepatuhan dua kata yang harus mendapatkan perhatian

pemimpin. Sebab perkataan akan didengar dan perbuatanya akan dicontoh. Pimpinan adalah role model dan memberikan contoh tindakan yang diperlukan organisasi.

Integritas memang tidak datang dengan sendirinya tapi harus dibangun lewat proses dan komitmen, dan ini selalu kembali pada manajemen organisasi. Untuk itu pimpinan sangat berpengaruh, ia melalui manajemen, membuat aturan, kemudian mengembangkan budaya kerja berdasarkan aturan tersebut, ditetapkan mana yang diperbolehkan mana yang tidak.

Kepatuhan harus ditegakkan, integritas harus dibangun setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk setiap tindakannya, dan setiap tindakan itu harus ada konsekwensinya. Siapapun anggota organisasi atau pimpinan bila melakukan pelanggaran, maka aturan harus ditegakkan.

Berikut kunci mengembangkan integritas. Pertama; perhatikan hal yang kecil. Lakukan dengan jujur dan sepenuh hati, seperti menyusun sebuah puzzle yang besar dan memulai dengan meletakkan sebuah potongan kecil. Kita sering terpeleset karena hal-hal kecil, karena selalu menyepelekan hal kecil, seperti

membiarkan kulit pisang tergeletak dilantai. Kedua; katakan “ jangan atau tidak “ pada sesuatu yang secara etik dan moral tidak pantas misalnya “jangan melakukan pekerjaan yang dapat membuat anda harus berbohong”.

Ketiga; tidak membedakan tindakan di depan umum atau sendirian. Jangan ingin di puji orang, lakukan apa yang seharusnya dilakukan baik yang dilihat atau tidak. Sebab ia hanya melakukan untuk komitmen dan kepatuhan, bukan pujian.

Menurut Bob Croft, nilai dari integritas sangat penting pada setiap aspek kehidupan. Seperti percaya terhadap Tuhan, menjadi diri sendiri, yakin akan diri sendiri dan berbuat baik terhadap orang lain. Ketika semua itu telah dilakukan, baik sebagai anggota ataupun pimpinan, secara perlahan masyarakat akan mengakui integritasnya.

Integritas tak dapat di jual belikan atau diturunkan. Atau sekadar menegakkan aturan agar punya integritas. Tapi, integritas merupakan hasil perjuangan yang panjang atas kepatuhan pada aturan, etika dan moral, secara jujur, bukan untuk pujian dan popularitas.n

Page 60: Mediakom 26

60 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010