mediakom 41

72
ETALASE MEDIAKOM 41 | APRIL | 2013 | i

Upload: ppidkemenkes

Post on 18-Jun-2015

1.800 views

Category:

Health & Medicine


5 download

DESCRIPTION

Mediakom 41

TRANSCRIPT

Page 1: Mediakom 41

etalase

mediakom 41 | APRIL | 2013 | i

Page 2: Mediakom 41

ii | mediakom 41 | APRIL | 2013

perluinfo

kesehatan

halokemkes500567

CARA MENGHUBUNGITelp : telp ke (kode lokal) 500567 telp rumah : tekan 500567 hp : tekan (kode lokal) 500567Faximili : (021) 529 21669SMS : 081281562620Email : [email protected] : halo kemkes pusat komunikasi publik Gedung kementerian kesehatan ri, Blok ruang 109 Jl. hr rasuna said Blok X5 kav. 4 - 9, Jakarta, 12950

APA ITU HALO KEMKES?halo kemkes adalah layanan kesehatan yang memberikan informasi kesehatan dan penerimaan laporan pengaduan serta masukan di bidang kesehatan melalui telepon

* Untuk Penelpon dari wilayah di luar Jabotabek menggunakan kode area wilayah masing - masing.

Page 3: Mediakom 41

Bagi pecandu rokok, sulit untuk berhenti merokok. Tak terkecuali orang miskin. Walau sulit beli kebutuhan pokok, tapi mampu beli rokok. “Lebih baik tak makan dari pada tidak merokok”, begitu ungkapan yang sering terdengar. Sekalipun

sudah tahu kerugian merokok, tetap saja merokok dengan berbagai alasan. Bahkan ribuan alasan dapat mereka temukan agar tetap merokok. Untuk mencari alasan agar tetap merokok, ibarat “mati satu tumbuh seribu”. Ngak ada matinya. Wajar jumlah pecandu rokok dunia maupun Indonesia makin bertambah besar.

Ada banyak penyakit akibat rokok. Mulai penyakit fisik, psyikis, ekonimis dan ngeyel. Penyakit fisik mulai dari kanker, jantung, darah tinggi, paru-paru, bahkan banyak orang tubuh dapat sakit yang diakibatkan asap rokok. Penyakit psikis, bisa dalam bentuk ketagihan. Bila tak merokok, kurang kosentrasi, marah-marah, tak bisa mikir, gelisah dan lain-lain. Secara ekonomis jelas. Hasil riset kesehatan dasar 2010 menunjukkan, banyak orang miskin pecandu rokok, lebih banyak membelajakan uangnya untuk beli rokok dibanding beli makanan pokok, susu anak, lauk pauk, sayur mayur dan biaya pendidikan anak sekolah.

Kuatnya daya candu, membuat perokok ketagihan, sulit

SUSUNAN REDAKSIPENANGGUNG JAWAB: drg. Murti Utami, MPH • PEMIMPIN REDAKSI: Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS • SEKRETARIS REDAKSI: Sri Wahyuni, S.Sos, MM • REDAKTUR/PENULIS: Dra. Hikmandari A, M.Ed Busroni S.IP Prawito, SKM, MM M. Rijadi, SKM, MSc.PH, Aji Muhawarman, ST, Resty Kiantini, SKM, M.Kes, Giri Inayah, S.Sos, MKM, Dewi Indah Sari, SE, MM, Awallokita Mayangsari, SKM, Waspodo Purwanto, Hambali, Rahmadi, Eko Budiharjo, Juni Widiyastuti, SKM, Dessyana Fa’as, SE, Siti Khadijah • DESIGN GRAFIS & FOTOGRAFER: drg. Anitasari, S,M, Wayang Mas Jendra, S.Sn, • SEKRETARIAT: Endang Retnowaty, Iriyadi, ZahrudiALAMAT REDAKSI: PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK, Gedung Kementerian Kesehatan RI, Blok Ruang 109, Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4 - 9, Jakarta, 12950 • Telepon: 021-5201590 ; 021 - 52907416-9 • Fax: 021-5223002 ; 021-52960661 • Email: infodepkes.go.id ; [email protected] • Call Center : 021 – 500567

REDAKSI MENERIMA NASKAH DARI PEMBACA, DAPAT DIKIRIM KE ALAMAT EMAIL: [email protected]

Rokokmu Penyakitmu

foto

drg. Murti Utami, MPH

berhenti merokok. Bahkan sangat sedikit sekali yang mampu berhenti merokok. Umumnya mereka yang berhenti merokok, terjadi setelah sakit parah. Berhentinya juga bukan permanen, setelah sembuh dan merasa kuat dan sehat .

Kelompok pecandu rokok seperti ini mempunyai penyakit tambahan ngeyel. Mereka memiliki kemampuan untuk ngeyel yang luar biasa. Terutama setelah sembuh dari sakitnya, kemudian mulai merokok lagi. Awalnya, coba-coba. Ketika diingatkan, alasanya sekedar untuk menghilangkan rasa asam di mulut. Bila terus ada yang mengingatkan, Ia menyebut tuh, orang yang tidak merokok meninggal muda. Noh...Kakek fulan, perokok berat umur 80 tahun sehat-sehat aja. Ketika menadapat nasehat terus menerus, Ia jawab “merokok mati, tak merokok mati. "Biarlah saya merokok, kalau sakit, toh saya sendiri yang merasakan”. Sehingga yang memberi nasehat bosan sendiri. Akhirnya mengatakan terserah...!

Nah, bagaimana pemerintah melindungi masyarakat yang belum merokok agar tidak jatuh menjadi pecandu rokok? Mediakom mengangkat tema ini dalam rubrik Media Utama. Selain itu ada berita menarik dan ringan dalam rubrik stop press, ragam, daerah dan lentera. Edisi ini juga menampilkan wajah baru yang menawan dan enak dibaca. Selamat menikmati.*REDAKSI

etalase

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 1

Page 4: Mediakom 41

Apa yang dimaksud dengan Mandatory?

Dalam penanggulangan HIV/AIDS, apa yang dimaksud dengan asas mandatory dan apa dasar hukum dari asas tersebut?

Nur Khotimah, Kebumen Jawa Tengah

Jawab;Terima kasih atas pertanyaanya;Asas Mandatory dalam

penanggulangan HIV/AIDS, artinya memaksa seseorang untuk ditindaklanjuti pemeriksaan / tes HIV dan untuk diketahui status HIV seseorang. Kebijakan Kementerian Kesehatan hal tersebut TIDAK PERNAH diberlakukan, karena hal tersebut merupakan mutlak hak pasien untuk mengetahui status HIV dirinya.

Kebijakan Kementerian Kesehatan, memberi pengetahuan yang cukup kepada pasien agar memahami tentang risiko dari HIV/AIDS. Apabila sudah memiliki kesadaran, kemudian ingin melakukan tes HIV, maka diarahkan kepada konselor. Harapannya, pasien memiliki kesiapan untuk menerima apapun hasil tes HIV tersebut.

Namun bagi petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan) melihat indikasi faktor risiko pada diri pasien untuk tertular HIV, petugas kesehatan harus MENAWARKAN tes HIV dengan melihat kondisi fisik atas penyakitnya. Namun, mau atau tidak melakukan tes, tetap menjadi hak pasien. Pasien harus dirujuk ke pelayanan konseling, bila belum melakukan tes.

Redaksi

Kepesertaan Jamkesmas

Saya anak PNS, setelah menikah jaminan kesehatan askes, tidak berlaku lagi. Saya sangat membutuhkan jamkesmas, karena mempunyai penyakit gagal ginjal kronis dan saya memakai CAPD.

Saya sangat membutuhkan cairan untuk membilas patrineal dialisis / cuci darah 3 x sehari. Saya bekerja di instansi pemerintah dengan honor Rp 300.000,-. Padahal cairan tersebut harganya Rp 4.700.000,-. Sementara stok cairan itu tinggal untuk 2 minggu lagi. Apabila tidak ada cairan lagi, tentu akan membahayakan nyawa. Mohon keterbukaan hati untuk saya. Terima kasih atas bantuanya.

[email protected] Bondowoso

Jawab;Saudara Ghazali yang

berbahagia,Banyak kasus seperti Saudara,

sangat membutuhkan kartu jamkesmas karena berbagai sebab penyakit. Atau ketidakakuratan pendataan dan lain sebagainya, sehingga masyarakat miskin belum mendapat kartu jamkesmas. Atau sebelumnya mempunyai kartu jamkesmas, setelah adanya perubahan kartu jamkesmas baru (kartu biru), yang bersangkutan tidak terdaftar sebagai peserta, padahal sedang menjalani pengobatan cuci darah.

Untuk Saudara Ghazali dan anggota masyarakat miskin yang lain, kami sarankan segera mengajukan permohonan kartu Jamkesmas ke Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu dari RT/RW dan Kelurahan setempat. Semoga pada saat ada penggantian kepesertaan anggota jamkesmas, saudara dapat diikut sertakan sebagai peserta jamkesmas.

Redaksi

*Bila perlu penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes (kode lokal) 500567

daftar isimediakom edisi 41

surat pembaca

2 | mediakom 41 | APRIL | 2013

ETALASE 1

info SEhATCara bahagia di tempat kerja 4-5

STop prESSIPMA – InMA: Pencapaian Kreativitas Insan MediaGold Winner, the best of GovernmentInhouse Magazine (InMA) 2013 6

Rekrutmen PKHI:Memintarkan, bukan mencari orang pintar 7

Pro Kontra Sunat Perempuan 8

koLomDian Ayubi 10Prawito 48Waspodo Purwanto 52

Page 5: Mediakom 41

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 3

mEdiA uTAmA

Pengaturan Rokok di Indonesia 11Pokok Pokok Isi PP Tembakau 12Mengapa Konsumsi RokokPerlu Diatur 13Bahaya Rokok Menurut Pandangan Al-qurían danAs-sunNah 15

"Saya tidak membenci perokokî 19

Capaian Kinerja Kemkes 2012 21BOK Untuk Perluasan Cakupan 22

Utamakan Kesehatan Ibu, Bayi dan Balita 25Peningkatan Kualitas Hidup Anak 28

rAgAmMutu Perencanaan:Rasa Cabe Naga Jokia? 29Tingkatkan Pelayanan Publik Kemenkes luncurkan e-Regalkes dan SSO 31

pEriSTiwARapat KerjaKesehatan Nasional 33

poTrET

dr. Untung Suseno, 58

dAErAh

Jawa Tengah yangTak Pernah Sudah 38Harap-harap Cemas Jelang ‘JKN’ 43Waspada, Siaga dan Awas bersama Radio Komunitas 44Desa Kami di Sini 46

birokrASi bErSih mELAyAniAksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 50

unTuk rAkyATKasus Malpraktek Di Tiga Daerah,Masuk Ruang Sidang Komisi Ix Dpr Ri 54

SiApA diARizna Nyctagina 62Rizal Idrus 63Nikita Willy 64

rESEnSi 65

LEnTErA 67

Page 6: Mediakom 41

Banyak orang bekerja namun tidak bahagia dengan pekerjaannya. Dan entah berapa banyak orang-orang

yang bekerja setiap hari namun tidak mencintai pekerjaannya tersebut. Akibatnya yang mereka hadapi adalah hari-hari horor yang tidak menyenangkan. Pergi pagi, pulang sore kadang lembur sampai malem. Sementara yang didapat hanya kepenatan, tekanan, depresi dan stress. Mereka bekerja tapi tidak bahagia. Apakah Anda juga mengalaminya?

Nah, kalau Anda adalah salah satu dari mereka, yang merasa tidak bahagia di tempat kerja, tidak bahagia dengan pekerjaan Anda, simak cara menjadi bahagia di tempat kerja berikut ini:

Jika aktivitas kerja Anda sering membuat Anda merasa stress dan kewalahan, sekarang saatnya untuk menenangkan dengan membuat segalanya lebih terorganisir. Pertama, pastikan Anda tiba beberapa menit lebih awal di tempat kerja untuk memberikan Anda sedikit waktu dalam mengatur tugas-tugas Anda untuk hari itu dan mempersiapkan mental. Kedua, menata

ruang/ meja kerja dengan membereskan segala barang yang berserakan. Kemudian, buatlah daftar rencana kegiatan yang akan Anda lakukan pada hari itu (berdasarkan prioritas).

Banyak dari kita yang diharuskan untuk memakai seragam atau mematuhi aturan pakaian untuk bekerja. Jika Anda memiliki lebih banyak kebebasan untuk berpakaian, cobalah untuk mengenakan pakaian atau aksesoris yang dapat meningkatkan mood dan kepercayaan diri Anda. Dengan menambahkan sesuatu yang istimewa pada pakaian kerja akan membuat hari Anda lebih berwarna.

Variasi merupakan bumbu kehidupan, dan ini perlu dilakukan ketika Anda memulai rutinitas sehari-hari dalam pekerjaan Anda. Rutinitas yang sama setiap hari akan membuat Anda cepat bosan. Jadi cobalah membuat setiap hari sedikit berbeda

1

2

3

CaRa Bahagia di temPat keRja

Atur kehidupankerja Anda

kenakan pakaian yang meningkatkan mood

melakukan beragam variasi tambahan

info sehat

4 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 7: Mediakom 41

dengan cara apapun yang Anda bisa. Misalnya, melakukan tugas-tugas rutin dalam urutan yang berbeda, berbicara dengan orang baru atau mengambil rute yang berbeda untuk bekerja (atau mungkin menggunakan mode yang berbeda dari transportasi, seperti bersepeda, jika Anda mampu).

Penelitian telah menunjukkan bahwa pekerja yang menambahkan hiasan pada ruang kerja/meja mereka, 40 persen lebih bahagia ketimbang mereka yang tidak melakukannya. Meskipun Anda mungkin tidak memiliki kewenangan untuk menghias atau mengatur ulang seluruh ruang kantor, Anda bisa melakukan dengan cara yang sederhana misalnya, membeli beberapa alat tulis bagus, memasang foto, kalender lucu atau sepotong kecil karya seni, atau menaruh tanaman kecil pada meja kerja Anda.

Jika hari kerja Anda membuat Anda tak bersemangat, cobalah memberi rangsangan pada diri Anda dengan melakukan beberapa latihan sederhana ketika istirahat makan siang. Latihan ini

baik untuk meningkatkan harga diri, melepaskan stres, dan juga melepaskan zat kimia di otak seperti endorphin dan anandamide yang dapat meningkatkan mood dan membuat Anda merasa bahagia. Jika tempat kerja Anda memiliki fasilitas untuk mandi, lakukan setelah Anda makan siang.

Sediakan beberapa camilan sehat di atas meja kerja Anda. Mengapa? Karena, nutrisi tertentu dalam makanan dapat mempengaruhi perasaan seseorang. Ada beberapa makanan yang dapat mendorong rasa bahagia seperti kenari (asam lemak Omega-3), pisang (mengadung serotonin yang memproduksi tryptophan dan magnesium. Serotonin memiliki efek untuk meningkatkan suasana hati, menenangkan dan mengurangi depresi). Pastikan camilan Anda mengandung karbohidrat kompleks untuk memperlambat pelepasan energi dan menjaga tingkat gula darah tetap rendah untuk mencegah depresi dan kelelahan.

Terlepas dari apakah Anda sedang stres, cobalah tetap mengadopsi sikap positif dan ramah ketika berbicara dengan rekan kerja Anda. Bahkan meskipun mereka kerap tidak memiliki pemikiran yang sama dengan Anda! Cobalah untuk menyelesaikan setiap konflik, menghindari

gosip dikantor, dan memperlakukan setiap orang sebagaimana Anda ingin diperlakukan. Penelitian menunjukkan bahwa memberikan senyum benar-benar dapat membuat seseorang lebih bahagia, jadi cobalah untuk memberikan senyum setiap Anda bertemu dengan orang di kantor.

Cobalah memberikan sesuatu yang terbaik dari apa yang Anda miliki dan mengidentifikasi hal apa saja yang dapat membuat Anda merasa lebih bersemangat untuk bekerja. Misalnya, bercita-cita untuk memperoleh posisi atau jabatan yang lebih baik dalam pekerjaan. Dengan adanya target yang Anda buat, ini akan membuat memacu semangat Anda saat bekerja.

Ini adalah jalan terakhir yang perlu Anda pertimbangkan setelah 8 tips di atas tidak mampu membuat Anda bahagia. Melakukan sebuah pekerjaan yang sesuai dengan hobi Anda adalah cara yang paling ampuh untuk untuk menjadi lebih bahagia.

4 hiasi meja kerja

5 Tetap aktif di kantor

6 makan camilan yang bikin happy

7 berpikir positif dan ramah terhadap rekan kerja

8 menghargai dan mencintai pekerjaan Anda

9 pertimbangkan mencari pekerjaan lain yang sesuai minat Anda

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 5

Page 8: Mediakom 41

kata-kata memang masih sangat penting, tapi grafis jauh lebih penting. Isi memang penting, tapi bungkus bisa lebih menarik. Kata-kata tidak bisa

menggantikan fungsi grafis tapi grafis bisa menggantikan fungsi kata-kata. Maka perpaduan antara kata-kata , gambar, dan grafis menjadi kekuatan yang barangkali bisa diandalkan untuk membuat media cetak akan tetap eksis di masa depan.

Itu adalah kata-kata Dahlan Iskan, Ketua Umum Serikat Perusahaan Pers (SPS) pada sambutan Indonesia Print Media Awards (IPMA) tahun 2010, sudah lama memang tetapi belum aus. IPMA – InMA diselenggarakan setiap tahun dalam rangkaian acara Hari Pers Nasional (HPN).

IPMA – InMA:PencaPaian kreativitas insan media

Gold Winner,the best of Governmentinhouse maGazine (inma) 2013

Tahun ini, IPMA memasuki tahun ke empatnya, sedangkan InMA lahir belakangan. Tahun 2012 lalu, jadi tahun perdana buat pergelaran InMA yang diselenggarakan di kota Jambi.

InMA dan IPMA 2013 bertujuan untuk memberikan apresiasi atas karya kreatif sampul muka majalah internal dan media cetak Indonesia terkait dengan isi majalah. Karena bukan perkara mudah untuk meramu foto, tulisan, dan elemen lain yang menciptakan halaman depan yang menarik hati.

Pada tahun 2013 merupakan tahun kedua Majalah Mediakom yang dikelola Pusat Komunikasi Publik berkesempatan

mengikuti ajang InMA tersebut.

Ajang InMA Award 2013 diikuti 162 entri majalah

dari 54 lembaga kategori Lembaga Pemerintah,

BUMN, BUMD, Perguruan Tinggi, Perusahaan Multi Nasional &

Swasta. Dewan Juri untuk InMA adalah

Oscar Motuloh (Kepala/Kurator Galeri

Foto Jurnalistik Antara), Prof.Dr. Ibnu Hamad (Dosen Fisip UI), Daniel Surya (DM IDHolland Singapura), Ndang Sutisna (Excecutive Creative Director First Position), Dian Umar Anggraeni (Senior Consultant, Senior Partner DASA Strategic Communication).

Hasil yang diperoleh, Mediakom mendapatkan Gold Winner, the best of Government Inhouse Magazine (InMA) 2013 untuk edisi 38/Oktober 2012.

Sementara tahun 2012 pada kompetisi ini Mediakom mendapatkan dua award/trophy : Silver Winner, the best of Government Inhouse Magazine (InMA) 2012 untuk : Mediakom, edisi 31/Agustus 2011 dan Mediakom, edisi 33/Desemebr 2011

Prestasi yang di peroleh Mediakom ini tak lepas dari usaha dan kerja keras dari Tim Redaksi Mediakom, yang selalu kompak dan seringkali dikejar-kejar dead line. Dari Tim Redaksi Mediakom kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, teman-teman Puskom atas partisipasi, dedikasinya dan kerjasamanya serta rajin berkontribusi dalam membangun majalah Mediakom ini.

Bravo buat Tim Redaksi Mediakom. Tingkatkan terus prestasinya dan tahun 2014 harus mendapat lebih baik lagi.*

stop press

6 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 9: Mediakom 41

hampir setiap tahun, lebih 30 ribu peserta yang mendaftar menjadi Petugas Kesehatan Haji Indonesia (PKHI), untuk memperebutkan formasi

kurang lebih 1.800 kursi petugas haji. Besarnya animo masyarakat untuk mendaftar petugas haji, umumnya karena mereka ingin menunaikan ibadah haji, apalagi bagi peserta yang belum pernah haji. Bahkan menurut A.Hafiz Staf Pusat Kesehatan Haji, ada peserta pelatihan petugas kesehatan haji yang siap bekerja sebagai petugas kesehatan haji, walau tidak dapat honor. Bagi mereka, yang penting dapat pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Alasan mereka cukup masuk akal, sebab menunaikan ibadah haji, tidak cukup hanya punya uang saja. Betapa banyak orang beruang, tapi sudah antri bertahun-tahun belum berangkat haji juga.

Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr. H.Azimal, M.Kes, banyak pendaftar petugas kesehatan haji yang niatnya berhaji sambil menjadi petugas kesehatan haji. Paradigma seperti ini akan menyulitkan diri sendiri dan jemaah, bila menjadi petugas kesehatan haji. Mengapa ? “ Begitu sampai di tanah

suci, ketika melihat Masjidil Haram, langsung lupa kalau dirinya sebagai petugas kesehatan haji. Setiap hari sibuk dengan urusan ibadah diri sendiri. Walau, mereka yang seperti ini hanya 1-2 orang dari total petugas”.

Hal ini disampaikan dr. H. Azimal, M.Kes, saat memberikan penjelasan kepada peserta pertemuan sosialisasi recruitment Petugas Kesehatan Haji Indonesia (PKHI), 05 Februari 2013, di Bekasi Jawa Barat.

“Untuk itu, pelatihan PKHI harus lebih banyak memberi muatan sisi penguatan mental. Menjadi pribadi yang mampu memberikan pelayanan jemaah haji secara tulus ikhlas, penuh pengabdian, hanya untuk mengabdi kepada Illahi Robbi dari seluruh kegiatannya. Saat di tanah air, tanah suci, hingga tanah air kembali”, jelas dr. Azimal.

Lebih lanjut, Kapus Kesehatan Haji menambahkan, PKHI memang memerlukan orang yang terampil dan kompeten dalam bidang kesehatan. Tapi yang dibutuhkan petugas yang memiliki kepedulian untuk melayani bukan minta dilayani. Sebab, kalau tidak punya kepedulian untuk melayani, sekalipun terampil dan kompeten, tak akan dapat

membantu jemaah secara optimal.“Untuk mengukur tingkat

kepedulian, kesiapan melayani dan kemampuan bertahan di bawah tekanan kerja, peserta PKHI akan mengikuti pemeriksaan dokumen, tes psikometri, kompetensi dan pembekalan integrasi”, ujar dr. Azimal.

Secara sistem, pendaftaran dan seleksi PKHI sudah mempunyai mekanisme khusus melalui online. Para pendaftar akan mendapat perlakuan sama dalam seleksi. Perlakuan ini dimulai dari saat pendaftaran dan pemasukan dokumen. Sebagai contoh; dalam mengisi form pendaftaran, nama peserta harus mengisi nama dengan tiga kata missal: Prawito Sadino Kariotaruno. Bila, peserta mengisi nama kurang dari tiga kata, maka pada saat verikasi, sudah langsung tereliminasi.

“Proses rekrutmen petugas kesehatan haji Indonesia, bukan untuk mencari tenaga yang bagus, tapi melatih petugas sehingga menjadi bagus. Setelah dilatih, petugas mampu bekerja atas dasar pemahaman yang benar, yakni melayani jemaah, tapi punya kesempatan melakukan ritual ibadah haji, bukan sebaliknya”, ujar Azimal.*

rekrutmen Pkhi:memintarkan, bukan mencari oranG Pintar

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 7

Page 10: Mediakom 41

sunat perempuan di Indonesia masih menjadi kontroversi. Ada yang mendukung, tidak sedikit pula pihak yang menentangnya. Bahkan isu ini sudah mendunia

sejak PBB dan WHO terlibat dengan mengeluarkan pernyataan tegas untuk melarangnya. Mengapa menjadi pro dan kontra? Penasaran dengan situasi ini, kami mencoba menggali dan memandangnya dari berbagai sisi dan tidak memihak atau menyudutkan kelompok manapapun.

Praktik sunat atau khitan perempuan sudah berlangsung sejak lama. Kegiatan ini dilakukan di beberapa negara atas alasan budaya dan norma yang berlaku di keluarga dan lingkungannya, terutama di sebagian besar negara yang mayoritas beragama islam seperti negara-negara di benua asia, afrika dan kawasan timur tengah. Di kawasan afrika diperkirakan lebih dari 3 juta perempuan setiap tahunnya berisiko mengalami mutilasi genital dan sekitar 140 juta wanita di seluruh dunia telah disunat. WHO mengistilahkan sunat perempuan yang

dilakukan di wilayah tersebut dengan Female Genital Mutilation (FGM). Tindakan FGM tersebut dilakukan dengan memotong seluruh klitoris perempuan dan menjahit labia mayora dengan tujuan agar perempuan tidak dapat melakukan hubungan seks sebelum menikah dan kalaupun menikah agar tidak dapat menikmati hubungan seks. Hal ini sudah menjadi adat kebiasaan turun temurun di wilayah tersebut dan tidak terkait sama sekali dengan aspek kesehatan dan agama.

Situasi inilah yang memicu PBB dan WHO untuk melarang kegiatan tersebut. PBB pada akhir November 2012 telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan 193 negara anggotanya untuk menghilangkan praktik sunat permpuan. Menurut penjelasan dari situs WHO (www.who.int), ada 4 tipe FGM yakni pertama pemotongan dengan atau tanpa mengiris/menggores bagian atau seluruh klitoris (clitoridectomy). Kedua pemotongan klitoris dengan disertai pemotongan sebagian atau seluruh labia minora (excision). Ketiga pemotongan

bagian atau seluruh alat kelamin luar disertai penjahitan/penyempitan lubang vagina (infibulation). Keempat, tidak terklarifikasi, untuk tujuan non medis, termasuk penusukan, pelubangan atau pengirisan/penggoresan terhadap kelamin wanita.

Bagi pihak yang menentang, praktik sunat perempuan merupakan pelanggaran hak asasi manusia pada kelompok remaja putri dan wanita dewasa. Selain itu juga dinilai telah menabrak upaya memperkuat kesetaraan gender/diskriminasi pada perempuan yang salah satunya melalui ratifikasi konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Dampak khitan yang mungkin timbul akibat kesalahan penanganan sangat beragam, diantaranya, depresi, pendarahan, infeksi saluran kemih, radang panggul, frigiditas, risiko kemandulan, hingga kematian. Ini berbeda dengan sunat pada pria (male circumcision) yang memang bermanfaat bagi kesehatan.

Di Indonesia sendiri, sunat

Pro kontrasunat PeremPuan

stop press

8 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 11: Mediakom 41

perempuan banyak terjadi di sebagian besar daerah di Indonesia khususnya di kawasan Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Praktiknya juga didasari pada adat istiadat dan kepercayaan agama yang dianut. Berbeda dengan cara yang dilakukan di negara-negara Afrika yang diistilahkan dengan FGM, di Indonesia praktik ini hanya dengan menggores selaput yang menutupi klitoris. Sayangnya praktik ini tidak dilakukan dengan cara yang benar dan oleh orang yang tepat. Seringkali juga pihak keluarga tidak punya pilihan lain karena disarankan oleh tetangga, keluarga dekat bahkan ditawarkan oleh perawat atau tenaga medis yang menangani bayi perempuan ketika baru dilahirkan.

Pemerintah sendiri berada pada posisi netral menanggapi situasi ini. Kementerian Kesehatan pernah mengeluarkan 2 kebijakan yang berbeda perihal sunat perempuan, yakni melalui Surat Edaran Dirjen Binkesmas pada tahun 2006 dan Permenkes pada tahun 2010. Surat edaran Dirjen Binkesmas mengatur tentang larangan medikalisasi sunat perempuan oleh petugas kesehatan. Selanjutnya pada tahun 2008 Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa tentang Hukum Khitan Perempuan yang isinya antara lain menyatakan bahwa khitan bagi laki-laki dan perempuan termasuk fitrah (aturan) dan syiar islam, dan khitan terhadap perempuan adalah bersifat ibadah yang sangat dianjurkan (makrumah) asalkan tidak dilakukan secara berlebihan seperti memotong dan melukai klitoris yang berbahaya dan merugikan.

Permenkes Nomor 1636 Tahun 2010

sendiri sebenarnya tidak mewajibkan kaum perempuan untuk melakukan sunat perempuan, inilah yang disalahartikan oleh banyak orang. Permenkes tersebut justru mengatur tata cara/prosedur sunat perempuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan kaum perempuan yang ingin melakukan praktik sunat perempuan. Tidak sembarangan

praktik ini dapat

dilakukan. Berdasarkan Permenkes tersebut, sunat perempuan harus memiliki sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Permenkes ini mengatur pelaksanaan sunat perempuan agar sesuai dengan ketentuan agama, standar pelayanan dan standar profesi untuk menjamin keamanan dan keselamatan perempuan yang disunat. Masih menurut aturan dalam Permenkes tersebut, sunat hanya dapat dilakukan oleh dokter, bidan dan perawat yang telah memiliki izin praktek/izin kerja serta dilakukan atas

permintaan dan persetujuan perempuan yang disunat, orang tua dan/atau walinya. Diatur pula mengenai persyaratan ruangan, peralatan dan prosedur tindakan serta larangan dan batasannya.

Secara medis dan empiris, memang banyak yang menilai sunat perempuan tidak terbukti bermanfaat, sehingga wajar bila hal ini banyak ditentang. Dilain pihak, menurut banyak kalangan, khususnya kalangan agama Islam, praktik

ini merupakan bagian dari ibadah yang sifatnya makrumah tadi. Menurut MUI, lebih baik

hal ini tidak dilarang karena akan berdampak negatif, sebab

bagi sebagian kalangan yang tetap mempercayai khitan akan

tetap melakukannya secara illegal dan ini malah berbahaya dan

mengancam keselamatan.Pemerintah dan semua pihak

harus melihat ini dengan bijak. Pemerintah sepertinya harus terus

giat memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa sunat perempuan

di Indonesia merupakan budaya yang sudah lama ada dan secara religi sudah dianut oleh sebagian besar umat islam serta tindakan yang dilakukan tidaklah seperti yang terjadi di negara-negara lain seperti kekuatiran banyak orang. Kebijakan yang pemerintah lahirkan tidak berarti melegalisasikan praktik sunat perempuan tetapi justru mengatur agar dilakukan dengan aman dan higienis. Masyarakat harus diberikan kebebasan untuk memutuskan, apakah bayi/anak dan/atau keluarganya akan disunat atau tidak. Pilihan ini juga harus diketahui dan dilaksanakan oleh pihak pemberi layanan, baik dokter praktik mandiri, klinik, puskesmas dan rumah sakit, sehingga dengan demikian semua ‘kubu’ yang terkait soal ini dapat terakomodir kepentingannya.*(AM)

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 9

Page 12: Mediakom 41

Beberapa waktu lalu saya mendengar kisah seorang anak usia sekolah dasar dipukul oleh ayahnya ketika si anak diketahui

merokok. Lebih menyedihkan lagi ketika saya tahu bahwa sang ayah adalah seorang perokok. Mungkin banyak kisah-kisah lain ketika keluarga tidak menjadi tempat yang baik untuk menumbuhkan perilaku sehat.

Dahlgreen dan Whitehead (1991) menjelaskan diterminan sosial kesehatan dimana ada beberapa lapisan yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Lapisan pertama adalah gaya hidup seseorang dan lapisan kedua adalah lingkungan sosial dan komunitas. Keluarga termasuk dalam lapisan kedua.

Keluarga adalah struktur terkecil dalam masyarakat. Ibarat sebuah bangunan masyarakat, maka keluarga adalah salah satu batu bata yang membangunnya. Jika tiap keluarga memiliki perilaku sehat maka masyarakat pun akan menjadi sehat begitu juga sebaliknya.

Peran keluarga dalam menumbuhkan perilaku sehat bagi anggota keluarganya dapat dilakukan dalam dua bentuk. Pertama adalah orang tua menjadi contoh bagaimana berperilaku sehat. Pepatah mengatakan buah apel jatuh tak jauh dari pohonnya. Terlebih bagi

anak-anak balita, dapat dikatakan hampir seluruh perilakunya adalah hasil mencontoh orang dekatnya. Jangan heran jika melihat anak-anak merokok kalau orang tuanya pun perokok.

Meskipun orang tua tidak merokok, tetapi banyak orang tua tidak sadar mengucapkan ‘ini uang rokok’ saat memberi upah atau tip ke orang lain. Hal ini dapat dikesankan oleh anak-anak bahwa orang tuanya menganjurkan untuk merokok. Sebaiknya katakana saja ‘ini uang lelah’ atau ‘ini uang trasport’.

Hal lain yang jarang dicontohkan oleh orang tua adalah menegur orang lain ketika merokok di tempat-tempat umum. Pengalaman saya menunjukkan bahwa jika kita menegur dengan cara yang santun untuk tidak merokok dan mengucapkan terima kasih, maka orang tersebut tidak akan marah. Ini lebih efektif daripada kita mengibas-ibaskan tangan di depan wajah atau menutup hidung untuk memberi isyarat agar orang tertentu tidak merokok di depannya.

Peran kedua adalah membentuk lingkungan yang sehat. Lingkungan mencakup fisik maupun norma-norma dalam keluarga. Contoh lingkungan fisik adalah tidak menyediakan asbak rokok di ruang tamu atau tempat lainnya. Tidak menempel gambar, poster, atau tampilan lainnya dimana

terdapat gambar rokok. Termasuk juga didalamnya adalah membentengi anak-anak dari derasnya iklan rokok di media televisi. Orang tua seharusnya memberikan pendampingan untuk menjaga anak-anaknya dari pengaruh buruk tayangan iklan tersebut.

Norma yang dapat dibangun dalam keluarga antara lain tidak mengizinkan orang lain merokok didalam rumah meskipun itu adalah keluarga dekat kita. Mungkin dapat menjadi perdebatan. Teman saya mengizinkan anaknya untuk mencoba merokok namun harus dilakukan di depan orang tuanya. Ini dilakukan agar sang anak tidak mencoba bersama teman-temannya. Orang tua dapat memberikan edukasi tentang bahaya akibat merokok, sedangkan teman sebayanya belum tentu demikian.

Dari uraian di atas maka peran keluarga dalam menumbuhkan perilaku sehat bermula dari orang tua. Perilaku sehat harus dipupuk tidak hanya di dalam rumah maupun di luar rumah misal ketika sedang berbelanja di pusat perbelanjaan dan rekreasi di tempat-tempat wisata. Jika semua tersebut dilakukan bersama-sama dan dalam suasana yang nyaman, maka tidak sulit untuk mewujudkan keluarga sehat dan bahagia…health happy family.*

fotohealthy haPPy family:

kenaPa tidak?Dian Ayubi

Promotor dan Pendidik Kesehatan MasyarakatDosen di Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

kolom

10 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 13: Mediakom 41

tembakau sebagai komoditas dagang diperke nalkan oleh Belanda ke Indonesia pada abad ke-17. Benda ini kemudian menjadikan Indo-

nesia sebagai salah satu penghasil tembakau terbaik, di wilayah Asia Timur. Pada waktu itu Belanda praktis memonopoli perdagangan tembakau di dunia, terutama di wilayah Asia. Berbeda dengan negara-negara Eropa yang lain yang membawa tem bakau langsung dari Amerika, Belanda juga membuka perkebunan tembakau di berbagai wilayah di Afrika dan Asia.

Hal tersebut kemudian menjadi sebuah budaya tersendiri di kalangan masyarakat, yaitu budaya mero-kok. Tingginya permintaan akan rokok membuat indus tri tembakau semakin berkembang dari abad ke abad. Namun pengetahuan tentang dampak buruk tembakau terhadap kesehatan baru muncul di awal abad ke-20. Tahun 1939, dokter Franz H. Muller untuk pertama kali membuktikan melalui studi epidemiologis, bahwa mero kok berkaitan dengan kanker paru-paru.

Mereka berkesimpulan bahwa asap rokok, bukan han ya nikotin saja yang berbahaya tetapi juga zat-zat lain yang terdapat dalam asap rokok. Diantaranya adalah tar sebagai hasil pembakaran tembakau, yang ikut menyumbang bahaya rokok bagi kesehatan. Bahaya tersebut diperkuat oleh efek kecanduan dari nikotin. Sehingga zat-zat berbahaya tadi makin menumpuk dalam tubuhnya, dan secara berangsur mendekatkan kepada risiko penyakit akibat rokok.

PenGaturan rokok di indonesia

Jadi, efek buruk rokok bagi kesehatan bukan sekadar penyakit-penyakit fisik saja, tetapi juga dapat berpen garuh buruk pada kesehatan jiwa. Terutama jika orang itu merokok sejak usia muda atau bahkan anak-anak. Oleh karena itulah konsumsi rokok pada anak usia sekolah harus dikurangi semaksimal mungkin, atau bahkan dilarang sama sekali. Mengandalkan pelaran gan pada kesadaran orang tua agaknya tidak cukup. Diperlukan pula intervensi negara melalui pengaturan.

Untuk itulah pemerintah Indonesia kemudian berinisi atif untuk mengatur dan membatasi konsumsi rokok

di masyarakat. Yang kemudian dituangkan dalam sebuah PP No 109 tahun 2012, tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan. Diantaranya berisi tentang peringatan kesehatan, pengaturan kawasan tanpa rokok, perlind-ungan anak dan wanita hamil, serta pengendalian iklan rokok di media.

Diharapkan dengan peraturan tersebut, konsumsi ro kok akan dapat ditekan seminimal mungkin. Dan pada target jangka panjang akan dapat mengurangi jumlah pen derita penyakit fisik, akibat dari rokok.*

mu

et

da

im

aa

Flic

kr.c

om

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 11

Page 14: Mediakom 41

Peraturan Pemerintah No 109 tahun 2012, tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi

kesehatan, diantaranya berisi peringatan kesehatan, pengaturan kawasan tanpa rokok, perlindungan anak dan wanita hamil, serta pengendalian iklan.

Khusus, peringatan kesehatan, setiap produsen dilarang untuk mencantumkan keterangan atau tanda apapun yang menyesatkan atau kata yang bersifat promotif. Juga dilarang mencantumkan kata “light, ultra light, mild, extra mild, low tar, slim, special, full flavour, premium” dan kata lain yang mengindikasikan kualitas, superioritas, rasa aman, pencitraan, kepribadian atau kata-kata apapun dengan arti yang sama.

Pokok Pokok isi PP tembakau

Selain itu, PP ini juga mengatur Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mewujudkan KTR. Yakni ruang atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok, menjual, memproduksi, mengiklankan atau mempromosikan produk tembakau.

Adapun yang dimaksud kawasan tanpa rokok meliputi: fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum lain yang telah ditetapkan.

Secara khusus, PP ini juga memuat perlindungan anak dan perempuan hamil terhadap bahan yang mengandung zat adiktif, berupa produk tembakau. Perlindungan ini

dilakukan secara komprehensif, mulai dari pencegahan, pemulihan kesehatan fisik, mental dan pemulihan sosial.

Kegiatan pemulihan dilaksanakan melalui kegiatan pemeriksaan fisik dan mental, pengobatan, pemberian terapi psikososial, pemberian terapi mental dan melakukan rujukan. Sedangkan kegiatan rehabilitasi sosial dilakukan kegiatan dalam bentuk; motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan, bimbingan mental dan bimbingan fisik. Selain itu, juga mendapat bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut dan rujukan.

Terkait dengan pembinaan dan pengawasan, Menteri, Menteri terkait, kepala badan, pemerintah daerah sesuai kewenangannya melakukan upaya pengawasan dan dapat memberi sanksi berupa teguran lisan, tertulis, penarikan produk, rekomendasi penghentian sementara kegiatan dan rekomendasi penindakan kepada instansi terkait.*

mu

et

da

im

aa

12 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 15: Mediakom 41

tembakau sebagai komoditas dagang diperkenalkan oleh Belanda ke Indonesia pada abad ke 17 dan menjadikan Batavia sebagai pusat perdagangan

tembakau di wilayah Asia Timur. Belanda mengambil tembakau dari perkebunan mereka di Srilanka yang waktu itu juga merupakan jajahan Belanda. Baru di pertengahan kedua abad ke 18 Belanda mulai menanam tembakau di Indonesia. Pada abad ke-17 itu Belanda praktis memonopoli perdagangan tembakau di dunia, terutama di wilayah Asia. Berbeda dengan negara-negara Eropa yang lain yang membawa tembakau langsung dari Amerika, Belanda membuka perkebunan tembakau di berbagai wilayah di Afrika dan Asia.

Dalam buku Tobacco (A Cultural History of How an Exotic Plant Seduced Civilization), Iain Gately menceritakan kelihaian Belanda dalam perdagangan tembakau. Dengan membuat suku Hottentot di Afrika Selatan ketagihan tembakau, Belanda dapat memperoleh Tanjung Harapan (Afrika Selatan) dari suku tersebut yang ditukar dengan tembakau. Diceritakan juga bagaimana Belanda membujuk pemakan sirih di

menGaPa konsumsi rokok

Perlu diatur

Indonesia agar menukar sabut pinang dengan tembakau sebagai pembersih ludah dan gigi setelah makan sirih. Juga bagaimana Belanda mengajari orang Jawa yang gemar menggigit cengkeh untuk mencampurkannya dengan tembakau dan dijadikan rokok, yang kini bernama kretek.

“The Javanese, who were addicted to cloves, were provided with tobacco mixed with pieces of clove. These fragments made an attractive crackling noise upon combustion, which was believed to ward off evil spirits…”

Ketika negara-negara Eropa lain lebih melihat tembakau sebagai produk

untuk kesenangan, Belanda sudah memanfaatkan sifat ketagihan tembakau untuk memperkaya negaranya. Persis seperti pengusaha rokok sekarang ini yang memanfaatkan sifat adiktif

tembakau untuk memperkaya dirinya sendiri.

Pengetahuan tentang dampak

buruk tembakau terhadap kesehatan baru

muncul di awal abad ke-20. Di tahun 1939, dokter Franz H.

Muller dari Jerman untuk pertama kali membuktikan melalui studi

epidemiologis, bahwa merokok berkaitan dengan kanker paru-paru. Pemerintah Jerman pun kemudian menyatakan “perang” terhadap rokok, antara lain dengan menyebarkan gambar Hitler dengan tulisan “Fuhrer kita, Adolf Hitler tidak minum alkohol dan tidak merokok”. Tetapi suasana perang dan juga perlawanan dari industri rokok membuat kampanye anti rokok itu tidak terdengar gaungnya. Perlawanan industri rokok tersebut, seperti diceritakan dalam buku Tobacco di atas, antara lain dilakukan dengan menyuap Partai Nazi. Meskipun demikian, pemerintah tetap melarang orang merokok di tempat umum dan dalam kendaraan umum. Juga melarang

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 13

Page 16: Mediakom 41

merokok bagi anggota Luftwaffe (Angkatan Udara).

Nikotin sebagai zat adiktifPengetahuan tentang dampak

buruk rokok bagi kesehatan semakin lama semakin meningkat dengan makin banyaknya laporan bukti-bukti ilmiah di berbagai jurnal kedokteran dunia. Ternyata dari asap rokok, bukan hanya nikotin saja yang berbahaya tetapi juga zat-zat lain yang terdapat dalam asap rokok serta tar sebagai hasil pembakaran tembakau, ikut menyumbang bahaya rokok bagi kesehatan. Bahaya tersebut diperkuat oleh efek mencandu dari nikotin. Dengan adanya kecanduan, perokok akan selalu mencari rokok setiap kali ketagihan, dan dengan demikian membuat zat-zat berbahaya tadi makin menumpuk dalam tubuhnya, sehingga secara berangsur mendekatkan kepada risiko penyakit akibat rokok.

Meskipun pengetahuan tentang bahaya rokok sudah cukup lama dan bahwa rokok menimbulkan kecanduan, pengetahuan tentang mekanisme bagaimana nikotin dapat mengakibatkan kecanduan relatif belum terlalu lama. Mekanisme bagaimana kerja nikotin dalam menimbulkan kecanduan antara lain dirangkum oleh Neal L. Benowitz, dalam majalah kedokteran terkemuka New England Journal of Medicine, edisi 17 Juni 2010. Nikotin menimbulkan kecanduan dengan cara mengikat sel-sel tertentu di otak yang memacu produksi dopamin, zat yang dapat menimbulkan rasa nyaman, dan selanjutnya membuat sel itu selalu memerlukan nikotin untuk

memproduksi dopamin. Dari rangkuman tersebut juga diungkapkan bahwa kecanduan nikotin akan makin sulit dihentikan pada perokok yang sudah mulai merokok sejak usia muda.

Jadi meskipun nikotin itu sendiri kecil peranannya dalam menimbulkan berbagai penyakit akibat rokok, sifatnya yang adiktif membuat perokok akan selalu menghisap rokok dan sekaligus menghisap zat-zat racun yang ada dalam rokok dan asapnya. Tetapi karena nikotin juga mempengaruhi pusat “rasa nyaman” dan pusat emosi, maka rokok juga

mempunyai efek pada

perkembangan kejiwaan terutama pada perokok usia muda. Jie Wu Weiss di tahun 2005 melaporkan dalam Journal of Adolescence bahwa kecanduan nikotin telah membuat remaja menjadi mudah marah, bermusuhan, dan depresi. Apakah faktor ini yang telah membuat banyak anak usia sekolah yang gemar melakukan tawuran , kekerasan di

Indonesia, menarik untuk diteliti.Tetapi kecanduan nikotin sebagai

awal (pintu masuk) ke kecanduan narkoba yang lebih keras sudah banyak dilaporkan. Selain melalui jalur depresi ataupun melalui peningkatan kekuatan zat adiktif. Sebagaimana diketahui, sifat kecanduan nikotin sangat tergantung dosis. Artinya kalau sudah kecanduan pada dosis tertentu, ia tidak akan terpuaskan kalau belum menghisap nikotin sebesar dosis tersebut. Kalau ia diberi rokok dengan nikotin dosis kecil, maka jumlah batangnya akan ditambah supaya dosis yang ia perlukan

terpenuhi. Buruknya, dosis ini makin lama bisa makin meningkat. Kalau sebelumnya cukup dengan sebungkus sehari, lama kelamaan akan meningkat menjadi dua bungkus, dan seterusnya. Kalau kemudian ia membutuhkan dosis yang lebih tinggi lagi, ia tidak akan terpusakan oleh nikotin, lalu pindah ke zat adiktif yang lebih kuat, misalnya heroin. Oleh karena itu pada perokok remaja, akan mudah ia kelak beralih ke zat narkoba yang lebih kuat.

Jadi, efek buruk rokok bagi kesehatan bukan sekadar penyakit-penyakit fisik seperti kanker, serangan jantung, dan lahir cacat bagi janin yang sejak di kandungan terpapar asap rokok, tetapi juga dapat berpengaruh buruk pada kesehatan jiwa. Terutama jika orang itu merokok sejak usia muda atau bahkan anak-anak. Oleh karena itulah konsumsi rokok pada anak-anak dan remaja harus dikurangi semaksimal mungkin, atau bahkan dilarang sama sekali. Mengandalkan pelarangan pada kesadaran orang tua agaknya tidak cukup. Diperlukan pula intervensi negara melalui pengaturan.*

mu

et

da

im

aa

14 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 17: Mediakom 41

berita-berita yang muncul tentang bahaya rokok terhadap perokok aktif maupun pasif sudah bukan hal yang baru lagi. Tetapi, menurut sebuah

studi baru-baru ini, yang dipublikasikan oleh American Journal of Public Health, statistik bisa menunjukkan betapa seriusnya akibat rokok.

Rokok, siapa yang tidak kenal dengan benda satu ini. Ia telah menyatu dalam kehidupan sebagian manusia. Baik orang awam atau kaum intelek, miskin atau kaya, pedesaan atau kota , pria bahkan wanita, semua kalangan. Kehidupan mereka seperti dikendalikan oleh rokok. Mereka sanggup untuk tidak makan berjam-jam, tetapi ‘pusing’ jika berjam-jam tidak merokok. Mengaku tidak ada uang untuk bayar sekolah, tetapi selalu ada uang untuk memembeli rokok sungguh mengherankan!

Tulisan ini diturunkan dalam rangka menyelamatkan umat manusia, , dari bahaya rokok, serta bahaya para propagandis (pembela)nya dengan

ketidak pahaman mereka tentang nash-nash syar’i (teks-teks agama) dan qawaidusy syar’iyyah (kaidah-kaidah syariat). Atau karena hawa nafsu, mereka memutuskan hukum agama karena perasaan dan kebiasaannya sendiri, bukan karena dalil-dalil Al Qur’an dan As Sunnah, serta aqwal (pandangan) para ulama Ahlus Sunnah yang mu’tabar (yang bisa dijadikan rujukan). Lantaran mereka, umat terus terombang ambing dalam kebiasaan yang salah ini, dan meneladani perilaku yang salah, lantaran menemukan sebagian orang pecandu rokok.

Mereka beralasan ‘tidak saya temukan dalam Al Qur’an dan Al Hadits yang mengharamkan rokok.’ Sungguh, ini adalah perkataan yang mengandung racun berbahaya bagi orang awam, sekaligus menunjukkan keawaman pengucapnya, atau kemalasannya untuk menelusuri dalil. Sebab banyak hal yang diharamkan dalam Islam tanpa harus tertera secara manthuq (tekstual/jelas tertulis) dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Kata-kata ‘rokok’ jelas tidak ada dalam Al

Qur’an dan As Sunnah secara tekstual, sebab bukan bahasa Arab, nampaknya anak kecil juga tahu itu. Nampaknya, orang yang mengucapkan ini tidak paham bahwa keharaman dalam Al Qur’an bisa secara lafaz (teks tegas mengharamkan) atau keharaman karena makna/pengertian/maksud.

Kebenaran bukan dilihat dari orangnya, tapi lihatlah dari perilakunya, sejauh mana kesesuaian dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Kami amat meyakini dan berbaik sangka, para pengguna dari kalangan bawah maupun kalangan intelek (atas) sekalipun yang merokok sebenarnya membenci apa yang telah jadi kebiasaan mereka, hanya saja karena sudah candu, mereka sulit meninggalkanya.

Akhirnya, tidak sedikit di antara mereka yang mencari-cari alasan untuk membenarkan rokok. Sungguh, Ahlus Sunnah adalah orang yang berani beramal setelah adanya dalil, bukan beramal dulu, baru cari-cari dalil dan alasan.

Berikut ini akan kami paparkan

bahaya rokok menurut

PandanGan al-qur’an dan

as-sunnah

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 15

Page 18: Mediakom 41

1. Penyakit jantungRokok menimbulkan aterosklerosis atau terjadi pengerasan pada pembuluh darah. Kondisi ini merupakan penumpukan zat lemak di arteri, lemak dan plak memblok aliran darah dan membuat penyempitan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan penyakit jantung.

Jantung harus bekerja lebih keras dan tekanan ekstra dapat menyebabkan angina atau nyeri dada. Jika satu arteri atau lebih menjadi benar-benar terblokir, serangan jantung bisa terjadi.

Semakin banyak rokok yang dihisap dan semakin lama seseorang merokok, semakin besar kesempatannya

mengembangkan penyakit jantung atau menderita serangan jantung atau stroke.

2. Penyakit paruRisiko terkena pneumonia, emfisema dan bronkitis kronis meningkat karena merokok. Penyakit ini sering disebut sebagai Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Penyakit paru-paru ini dapat berlangsung dan bertambah buruk dari waktu ke waktu sampai orang tersebut akhirnya meninggal karena kondisi tersebut. Orang-orang berumur 40 tahun bisa mendapatkan emfisema atau bronkitis, tapi gejala biasanya akan jauh lebih buruk di kemudian hari, menurut American Cancer Society.

bahaya merokok

adillatusy syar’iyyah (dalil-dalil syara’) dari Al Qur’an dan As Sunnah tentang haramnya rokok, yang tidak ada keraguan di dalamnya, berserta kaidah-kaidah fiqhiyyah yang telah disepakati para ulama mujtahidin, dan kami paparkan pula pandangan ulama dunia tentang rokok. Wallahul Musta’an!

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:“Dan Janganlah kalian

menjerumuskan diri kalian dengan tangan kalian sendiri ke dalam jurang kerusakan.” (QS. Al Baqarah (2): 195)

“Dan Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri ..” (QS. An Nisa (4): 29)

Perhatikan dua ayat ini, tidak syak (ragu) lagi, merokok merupakan tindakan merusak diri si pelakunya, bahkan tindakan bunuh diri. Para pakar kesehatan telah menetapkan adanya 3000 racun berbahaya, dan 200 diantaranya amat berbahaya, bahkan lebih bahaya dari Ganja (Canabis Sativa). Mereka menetapkan bahwa sekali hisapan rokok dapat mengurangi umur

zat berbahaya dalam rokok

hingga beberapa menit. Wallahu A’lam bis Shawab. Pastinya, umur manusia urusan Allah Ta’ala, namun penelitian para pakar ini adalah pandangan ilmiah empirik yang tidak bisa dianggap remeh. Al Ustadz Muhamad Abdul Ghafar al Hasyimi menyebutkan dalam bukunya Mashaibud Dukhan (Bencana Rokok) bahwa rokok bisa melahirkan 99 macam penyakit. Lancet, sebuah majalah kesehatan di Inggris menyatakan bahwa merokok itu adalah penyakit itu sendiri, bukan kebiasaan. Perilaku ini merupakan bencana yang dialami kebanyakan anggota keluarga, juga bisa menurunkan kehormatan seseorang. Jumlah yang mati karena rokok berlipat ganda. Majalah ini menyimpulkan, asap rokok lebih bahaya dari asap mobil.

Begitu pula ayat ‘Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri’, artinya, yang haram yaitu 1. Bunuh diri, dan 2. Perilaku atau sarana apapun yang bisa mematikan diri sendiri.

nikotin Zat ini mengandung candu bisa menyebabkan seseorang ketagihan untuk terus menghisap rokok Pengaruh bagi tubuh manusia :* Menyebabkan kecanduan /

ketergantungan.* Merusak jaringan otak* Menyebabkan darah membeku* Mengeraskan dinding arteri

mu

et

da

im

aa

16 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 19: Mediakom 41

“ Tidak (boleh melakukan /menggunakan sesuatu yang) berbahaya atau membahayakan” (Riwayat Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan Atturmuzi)

Demikian juga (rokok diharamkan) karena termasuk sesuatu yang buruk (khabaits), sedangkan Allah ta’ala (ketika menerangkan sifat nabi-Nya Shalallahu ‘Alaihi Wassalam) berfirman: “dia menghalalkan bagi mereka yang baik dan mengharamkan yang buruk“ (Al A’raf: 157)

Allah Subhanahu Wataala berfirman:“Jangan kalian bunuh diri kalian sendiri, sesungguhnya Allah maha penyayang terhadap diri kalian “ (An-Nisa: 29)

Merokok sama seperti bunuh diri secara perlahan-lahan. Dalam ayat yang laen Allah SWT berfirman:“Jangan kalian lemparkan diri kalian dalam kehancuran” (Al-Baqarah : 195)

Merokok adalah pemborosan yang mubazir setiap yang mubazir adalah perbuatan setan.

“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau

tarBahan dasar pembuatan aspal yang dapat menempel pada paru-paru dan bisa menimbulkan iritasi bahkan kanker Pengaruh bagi tubuh manusia :* Membunuh sel dalam saluran

darah* Meningkatkan produksi

lendir diparu-paru* Menyebabkan kanker paru-

paru

karbon monoksida Gas yang bisa menimbulkan penyakit jantung karena gas ini bisa mengikat oksigen dalam tubuh* Pengaruh bagi tubuh

manusia :* Mengikat hemoglobin,

sehingga tubuh kekurangan oksigen

* Menghalangi transportasi dalam darah

zat karsinogen Pengaruh bagi tubuh manusia: * Memicu pertumbuhan sel

kanker dalam tubuh

zat iritanZat-zat asing berbahaya tersebut adalah zat yang terkandung dalam dalam ASAP ROKOK, dan ada 4000 zat kimia yang terdapat dalam sebatang ROKOK, 40 diantaranya tergolong zat yang berbahaya misalnya : hidrogen sianida (HCN) , arsen, amonia, polonium, dan karbon monoksida (CO).* Mengotori saluran udara dan

kantung udara dalam paru-paru. Menyebabkan batuk.

3. kanker paru dan kanker lainnyaKanker paru-paru sudah lama dikaitkan dengan bahaya rokok, yang juga dapat menyebabkan kanker lain seperti dari mulut, kotak suara atau laring, tenggorokan dan kerongkongan. Merokok juga dikaitkan dengan kanker ginjal, kandung kemih, perut pankreas, leher rahim dan kanker darah (leukemia).

4. diabetesMerokok meningkatkan resiko terjadinya diabetes, menurut Cleveland Clinic. Rokok juga bisa menyebabkan komplikasi dari diabetes, seperti penyakit mata, penyakit jantung, stroke, penyakit pembuluh darah, penyakit ginjal dan masalah kaki.

5. impotensiRokok merupakan faktor resiko utama untuk penyakit pembuluh darah perifer, yang mempersempit pembuluh darah yang membawa darah ke seluruh bagian tubuh. Pembuluh darah ke penis kemungkinan juga akan terpengaruh karena merupakan pembuluh darah yg kecil dan dapat mengakibatkan disfungsi ereksi/impoten.

6. menimbulkan kebutaanSeorang yang merokok menimbulkan meningkatnya resiko degenerasi makula yaitu penyebab kebutaan yang dialami orang tua. Dalam studi yg diterbitkan dalam ‘Archives of Ophthal mology pada tahun 2007 menemukan yaitu orang merokok empat kali lebih mungkin dibanding orang yang bukan perokok untuk mengembangkan degenerasi makula,

yang merusak makula, pusat retina, dan menghancurkan penglihatan sentral tajam.

7. Penyakit mulut Penyakit mulut yang disebabkan oleh rokok antara lain kanker mulut, kanker leher, penyakit gigi, dan nafas.

8. Gangguan JaninMerokok berakibat buruk terhadap nafas terganggu dan bau mulut tak sedap kesehatan janin dalam kandungan keguguran, kematian janin, bayi lahir berat badan rendah, dan sindrom, kematian mendadak bayi

9. Gangguan Pernafasan Merokok meningkatkan risiko kematian karena penyakit paru kronis hingga sepuluh kali lipat. Sekitar 90% kematian karena penyakit paru kronis disebabkan oleh merokok.

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 17

Page 20: Mediakom 41

1. Niat yang sungguh-sungguh untuk berhenti merokok.

2. Belajar membenci rokok3. Bergaullah dengan orang yang

tidak merokok4. Sering-sering pergi ke tempat

yang ruangannya ber-AC5. Pindahkan semua barang-barang

yang berhubungan dengan rokok.6. Jika ingin merokok, tundalah 10

menit lagi.7. Beritahu teman dan orang terdekat

kalau kita ingin berhenti merokok.8. Kurangi jumlah merokok sedikit

demi sedikit.9. Hilangkan kebiasaan bengong atau

menunggu.10. Sering-seringlah pergi ke rumah

sakit, agar tahu pentingnya kesehatan.

11. Cari pengganti rokok, misalnya permen atau gula.

12. Coba dan coba lagi jika masih gagal.

Semoga informasi tentang bahaya merokok atau bahaya rokok diatas bisa memberikan kita pencerahan dan pemahaman yang lebih baik tentang dampak bahaya rokokInilah nasihatku untuk diriku sendiri, dan saudaraku sebangsa dan setanah air, juga para laki-laki maupun para wanita atau anak bangsa, yang masih terbelenggu dengan candu rokok ….. untuk mereka yang mencari ketenangan dengan merokok, padahal seorang mu’min mencari ketenangan melalui dzikir dan shalat … untuk mereka yang tengah mencari kejelasan dan kebenaran …. untuk merekalah risalah ini dipersembahkan….*

cara berhenti merokok

mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata darinya “ (Al Baqarah: 267)

“ Tidak (boleh melakukan /menggunakan sesuatu yang) berbahaya atau membahayakan” (Riwayat Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan Atturmuzi)

Demikian juga (rokok diharamkan) karena termasuk sesuatu yang buruk (khabaits), sedangkan Allah ta’ala (ketika menerangkan sifat nabi-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam) berfirman: “…dia menghalalkan bagi mereka yang baik dan mengharamkan yang buruk“ (Al A’raf : 157)

Dunia kedokteran telah membuktikan bahwa mengkonsumsi barang ini dapat membahayakan, jika membahayakan maka hukumnya haram.

Sebagai generasi muda bangsa yang dituntut lebih

aktif dan berperan dalam negara, baiknya kita bisa memahami dan ikut mengkampanyekan ‘no smoking’ bukan hanya di hari kampanye Hari Tanpa Tembakau Seduania (HTTS) setiap tanggal 31 Mei, akan tetapi setiap hari dan setiap saat.

Mirisnya, saat ini rokok sudah dikonsumsi oleh anak-anak dibawah umur dan sudah menjadi sebuah ‘keharusan’ dalam artian mereka sudah candu terhadap rokok tersebut. Mereka seakan terbebaskan oleh sebatang rokok yang mereka isap.

Rokok lebih besar madhorotnya, seperti sudah diterangkan di atas merokok bisa menyebabkan berbagai penyakit.

Jika saja anda adalah salah satu orang yang merokok aktif, cobalah untuk berhenti merokok dengan melakukan cara sebagai berikut. Hal penting yang harus dilakukan dalam berhenti merokok adalah NIAT yang sungguh-sungguh.*

mu

et

da

im

aa

18 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 21: Mediakom 41

sosok wanita cerdas kelahiran Sengkang, Sulawesi Selatan, 14 Juli 1940 ini, sebelumnya tidak banyak dikenal oleh masyarakat awam. Tetapi kemudian

setelah diangkat sebagai Menteri Kesehatan RI oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namanya mulai ramai dibicarakan. Terutama setelah menggalakkan kampanye anti rokok di kalangan masyarakat dan instansi pemerintahan.

Bagi sebagian kalangan masyarakat nama dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH, dikenal sebagai istri dari Brigjen Purn dr. Ben Mboi MPH, mantan Gubernur NTT. Beliau mempunyai karir di bidang

kedokteran yang cukup panjang sejak tahun 1964. Mulai dari menjadi karyawan Departemen Kesehatan adalah sebagai Kepala Rumah Sakit Umum, Ende, Flores (1964 - 1968), Kepala Seksi Perijinan pada Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi NTT, Kupang (1979 - 1980), Kepala Bidang Bimbingan dan Pengendalian Pelayanan Kesehatan Masyarakat (BPPKM) pada Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi NTT, Kupang (1980 - 1985).

Sejak menjadi pelajar dr. Nafsiah Mboi juga telah aktif menjadi aktivis berbagai organisasi kesehatan dan sosial. Bahkan hingga beranjak

dewasa beliau telah menjadi aktivis untuk keluarga berencana hingga penanggulangan HIV/AIDS. Bahkan di era kepemimpinan Alm.Presiden Soeharto, beliau sangat terkenal dengan gebrakan mengenalkan kesehatan perempuan di NTT. Pada saat itu perempuan benar-benar diarahkan tenaganya untuk kerja kolektif sosial, ada keberhasilan terbesar Soeharto dalam menggerakkan kerja perempuan dalam bentuk volunteer atau sukarelawan di tengah masyarakat yaitu PKK dan Posyandu. Ini salah satunya adalah berkat kerja keras beliau.

Sebagai seseorang yang berasal dari keluarga terpandang dan memiliki

dr. Nafsiah Mboi, sp.a, MPh

"saya tidakmembenci Perokok”

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 19

Page 22: Mediakom 41

wawasan yang luas. dr. Nafsiah Mboi juga memiliki ketertarikan untuk menimba ilmu sebanyak mungkin. Kakak pertama dari Nafsiah, Prof Andi Hasan Walinono, merupakan mantan Rektor Unhas. Hasan juga mantan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Rl, dan pernah menjadi Menteri Pendidikan. Dengan demikian tidak heran jika akhirnya beliau banyak menempuh pendidikan lanjutan di luar negeri. Hingga akhirnya meraih Master of Public Health (MPH) Royal Tropical Institute, Antwerpen, Belgia (1990-1991) dan terpilih sebagai Research Fellow untuk Takemi Program bidang kesehatan Internasional Universitas Harvard (1990-1991).

Kepedulian menegakkan dan komitmennya untuk anti diskriminasi dan kesetaraan dalam masyarakat, akhirnya membuat dr. Nafsiah Mboi menjadi aktivis untuk hak-hak asasi manusia. Diantaranya kemudian menjadi salah satu pendiri Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, (KPAI) anggota Komnas HAM, dan Wakil Ketua Komnas Perempuan. Berkat peran inilah kemudian diangkat menjadi Ketua Komite PBB untuk Hak-Hak Anak periode 1997 - 1999, dan menjabat Direktur Department of Gender and Women’s Health, WHO, Geneva Switzerland pada tahun 1999 – 2002.

Kerja keras Nafsiah adalah memperjuangkan ‘pengakuan kerja perempuan’ dalam sektor kesehatan publik, akhirnya membuatnya mendapat penghargaan bergengsi ‘Magsaysay Award’ pada tahun 1986, yang kemudian mempopulerkan namanya. Ia juga mendapat penghargaan nasional lainnya yaitu Satya Lencana Bhakti Sosial tahun 1989.

Berbagai kepeduliannya inilah yang

kemudian membawa dr. Nafsiah Mboi kepada sebuah pemahaman dan sikap terhadap kebiasaan merokok di antara masyarakat Indonesia. Menurutnya di dalam rokok terdapat ribuan racun yang terkandung dalam nikotin dan tar. Dari ribuan itu, 60 persen merupakan zat karsinogenik yang memicu penyakit kanker. Rokok juga menyebabkan stroke. Menurut dr. Nafsiah Mboi rokok tidak hanya merugikan penghisapnya, tapi juga orang-orang di sekitarnya, yang secara langsung menjadi perokok

pasif. “Apakah Anda tega, menyakiti keluarga atau orang yang Anda cintai?” tanyanya lebih jauh lagi..

Dalam sebuah kunjungannya ke Singkawang, Kalimantan, beliau juga menyebutkan, “Kalau sebelumnya penyebab kematian banyak disebabkan penyakit infeksi, justru sekarang yang besar itu penyakit terkait rokok seperti stroke, jantung, tumor, kanker tenggorokan, kanker paru-paru dan sebagainya,”

Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi sangat bersemangat untuk melindungi penduduk di Indonesia dari asap rokok, karena beliau mempunyai pengalaman keluarganya yang juga perokok. Bahkan ayah kandungnya meninggal dunia akibat kanker, setelah menjadi perokok berat. “Saya tidak bosan bercerita tentang keluarga saya yang perokok. Ayah kandung saya meninggal akibat kanker karena ayah perokok berat, penderitaan yang dialami tidak bisa dibayar dengan uang,” ungkap dr. Nafsiah Mboi dalam Sosialisasi PP Nomor 109 tahun 2012, tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan, di Gedung DPR, Jakarta, bulan Februari lalu. Ia mengakui, isu rokok sensitif dan kompleks, tetapi siapa pun tak boleh menoleransi dampak kesehatan akibat merokok, terutama bagi kaum ibu, bayi, dan anak-anak. ”Mereka harus dilindungi dari paparan asap rokok para perokok aktif,” ujarnya.

Saat gencar melakukan kampanye anti merokok dr. Nafsiah Mboi juga menyadari dengan langkah melindungi masyarakat dari asap rokok, bisa mendapat tendangan balik dari industri rokok karena menentangnya. Tapi Nafsiah menekankan, PP Tembakau bukan memunculkan peperangan. “Ini bukan perang. Saya tidak suka istilah perang dan tidak ada yang menang dan kalah dalam perang. Saya lebih senang kalau kita mencapai win-win solution bagi kita semua karena pemenang disini adalah masyarakat Indonesia,” tegasnya.

Untuk itulah, ia bersyukur dengan lahirnya PP ini. Dengan aturan ini, diharapkan para perokok pasif bisa dilindungi dan perokok aktif bisa disembuhkan. “Saya tidak membenci perokok karena mereka adalah korban zat adiktif.” Demikian trgas Menkes.*

“ini bukan perang.

Saya tidak suka istilah

perang dan tidak ada

yang menang dan kalah

dalam perang. Saya

lebih senang kalau

kita mencapai win-win

solution bagi kita semua

karena pemenang disini

adalah masyarakat

indonesia,”

mu

et

da

im

aa

20 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 23: Mediakom 41

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 21

membangun masyarakat sehat seutuhnya, merupakan cita-cita Bangsa Indoensia. Salah satu caranya dengan meningkatkan derajat kesehatannya. Cita-cita itu diwujudkan dalam pembangunan kesehatan secara berjenjang dan

bertahap. Berjenjang, mulai dari janin dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Sedangkan bertahap, pemerintah melakukan target-target tertentu secara terukur. Diantaranya, target MDG’s bidang kesehatan.

Kesehatan bayi, balita dan ibu mendapat prioritas. Mengapa ?, karena ketiganya merupakan kelompok rentan yang harus mendapat perlindungan dari berbagai penyakit. Untuk itu, pemeriksaan kehamilan oleh petugas kesehatan harus mendapat prioritas. Pemeriksaan ini untuk memastikan janin dalam keadaan sehat dan lahir selamat. Ibu sehat bayi selamat.

Bila ada kemungkinan terjadi komplikasi pada ibu hamil, maka telah disediakan antisipasi dengan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Upaya ini menekankan pada deteksi dini, penyedaan akses pelayanan gawat darurat kasus kebidanan di tingkat puskesmas. Tahun 2012 telah tersedia 2.570 puskesmas yang mampu melayani Obtetri Neonatal Emergensi Dasar ( PONED).

Tidak cukup sampai di situ. Untuk meningkatkan kelangsungan hidup anak juga telah disiapkan program pemeriksaan minimal 3 kali kepada setiap bayi setelah lahir. Pemeriksaan pertama dilakukan saat bayi berumur 6 - 48 jam. Selanjutnya bayi berumur 29 hari sampai 11 bulan mendapat imunisasi dasar. Imunisasi ini bertujuan untuk

caPaian kinerJa kemkes 2012mencegah penyakit tuberkolusis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak. Selanjutnya, balita umur 12-29 bulan diberikan pemeriksaan dan stimulasi tumbuh kembang dan pemberian vitamin A.

Ketika mereka menginjak remaja, harus diarahkan kegiatan kesehatatannya melalui usaha kesehatan sekolah (UKS), kesehatan peduli remaja (PKR) dan pelayanan kesehatan kepada korban kekerasan terhadap anak ( KTA). Kegiatan ini bertujuan menjauhkan anak dari peralaku tidak sehat, seperti merokok, narkoba dan pergaulan bebas.

Setelah dewasa, mereka tetap harus melakukan kebiasaan pola hidup besih dan sehat. Seperti tidak merokok, makan sesuai kebutuhan kalori, berolah raga teratur dan istrihatat yang cukup. Saat menjadi manusia usia lanjut ( manula), maka harus segera mengikuti program kesehatan manula. Untuk menunjang program ini, pemerintah telah menyediakan program antara lain; puskesmas santun lansia, pengembangan poliklinik geriatric dan layanan perawatan di rumah.

Guna mendukung pelayanan kesehatan yang paripurna, telah dikembangkan pelayanan kesehatan indra, peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Pengembangan layanan kesehatan jiwa, akreditasi rumah sakit, pengembangan rumah sakit kelas internasional dan tren wisata kesehatan ( health tourism). Bahkan secara khusus untuk memperkokoh operasional layanan kesehatan di tingkat puskesmas, pemerintah telah meluncurkan program biaya operasional kesehatan ( BOK) sejak tahun 2010. Semua itu terangkum dalam rangkaian capaian kinerja kemkes 2012, yang dirangkai dalam beberapa tulisan berikut.*(PRA)

mu

et

da

im

aa

Page 24: Mediakom 41

dengan diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) pada tahun 2010, semakin memperluas cakupan pemenuhan hak-hak warga

negara terhadap pelayanan kesehatan. Disamping penambahan rumah sakit, yang diikuti dengan peningkatan peran rumah sakit dalam membuka akses pelayanan yang lebih luas. Selain itu, BOK diharapkan dapat mempercepat pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDG).

Penggunaan BOK diprioritaskan untuk 6 upaya kesehatan yaitu kesehatan ibu dan anak/keluarga berencana, imunisasi, gizi, promosi

kesehatan, kesehatan lingkungan dan Pengendalian Penyakit; kegiatan penunjang program; kegiatan manajemen Puskesmas dan pemeliharaan ringan Puskesmas.

Selain itu dana BOK juga untuk membiayai upaya kesehatan lainnya sesuai dengan risiko dan masalah kesehatan utama di wilayah setempat, antara lain penyuluhan pada pengguna NAPZA, penyuluhan kesehatan haji, pembinaan pengobatan tradisional, kesehatan kerja dan olahraga.

BOK juga dapat digunakan untuk kegiatan pendataan ibu hamil, ibu bersalin, kasus risiko tinggi, kegiatan surveillans, pelayanan

Posyandu, kegiatan penemuan kasus, penjaringan, pengambilan spesimen, pengambilan vaksin, pengendalian dan pemberantasan vektor, kegiatan promosi dan penyuluhan kesehatan, pemberian makanan tambahan untuk balita gizi kurang 6 – 59 bulan serta ibu hamil dengan kurang energi kronis serta kegiatan luar gedung lainnya.

Pada tahun 2012 jumlah alokasi dana BOK sebesar Rp. 1.096.485.050.000 untuk total 9.323 Puskesmas sasaran, serta dukungan pengelolaan di 497 kabupaten/kota. Alokasi dana ini meningkat dibanding dengan dana tahun 2011 yamg hanya sebesar Rp 904.555.000.000 dan

bok untuk Perluasan cakuPan

mu

et

da

im

aa

22 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 25: Mediakom 41

disalurkan ke 8.967 Puskesmas. Besaran dana BOK karena perbedaan geografis di berbagai regional.

Pada tahun 2012, penyerapan dana BOK telah mencapai 96,57% atau Rp 1.058.887.679.977,-.

Peningkatan jumlah Puskesmas, renovasi fasilitas dan peningkatan fungsi pelayanan kesehatan dari non keperawatan menjadi perawatan, telah meningkatkan layanan kesehatan yang merata dan bermutu.

Sejak Desember 2009 – Desember 2012 telah terjadi penambahan jumlah Puskesmas, menjadi 9.510 Puskesmas.

Berdasarkan hasil Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) pada tahun 2011, diantaranya melakukan identifikasi kondisi fasilitas kesehatan di daerah. Hasil Rifaskes menunjukkan fasilitas kesehatan baik, rusak berat, rusak sedang, rusak ringan dan tak ada data, tercatat 62% Puskesmas memiliki kondisi bangunan baik, sementara 36 % bangunan Puskesmas memerlukan perbaikan.

Untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, Puskesmas didorong untuk menjadi tempat rujukan terdekat yang mampu memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Dengan adanya Puskesmas PONED,

penyulit pada ibu dan bayi baru lahir akibat persalinan dapat diatasi. Jumlah Puskesmas mampu PONED mengalami peningkatan dari 1.579 di tahun 2011 menjadi 2.570 pada tahun 2012.

Peningkatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan

Kementerian Kesehatan memfasilitasi dan mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas rumah sakit. Baik penyebaran maupun pemerataan rumah sakit di seluruh Indonesia. Hal ini

akan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan. Tahun 2012, jumlah rumah sakit yang telah diregistrasi mencapai 2.083, bertambah 362 rumah sakit dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

Disamping itu, Kemkes mendorong berdirinya Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam. Yakni rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kedaruratan ibu dan anak secara komprehensif dan terintegrasi. Diharapkan, rumah sakit mampu PONEK dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Rumah Sakit Mampu PONEK terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2012.

Indonesia memiliki penduduk yang tersebar di ribuan pulau dan keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, sehingga Kementerian Kesehatan melakukan terobosan dengan menerapkan pelayanan diagnosa dan konsultasi jarak jauh melalui jaringan Internet yang dikenal dengan telemedicine, untuk memenuhi

Puskesmas PONED Alalak Selatan Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan

Perawatan Non Perawatan Total Puskesmas

2009

2.704 2.920 3.028 3.152

6.033 6.085 6.293 6.358

8.737 9.005 9.321 9.510

20112010 2012

PeninGkatan Jumlah Puskesmas tahun 2009 – 2012

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 23

Page 26: Mediakom 41

Guna meningkatkan kualitas penanganan terpadu pasien dalam kondisi gawat darurat, Kementerian Kesehatan telah bekerjasama dengan berbagai pihak sejak tahun 2000. Kerjasama terus ditingkatkan baik dalam jumlah dan mutu pelayanan kegawatdaruratan medis.

Pada tanggal 8 Agustus 2012 Kementerian Kesehatan bersama dengan PT Telkom Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman tentang Kerjasama Terkait Pengembangan Layanan E-Health. Dalam kesepakatan tersebut, dirumuskan tentang penyiapan aplikasi

“Bantuan operasional kesehatan (Bok) di Puskesmas sangat

berpengaruh pada kelancaran aktivitas pelayanan kesehatan

kepada masyarakat. Sebelum dialokasikan Bok setiap Puskesmas

hanya bergantung dengan pemberian anggaran dari pemda

melalui operasional dinas kesehatan setempat. Dengan dukungan

dana Bok maka Puskesmas bersangkutan dapat melakukan

program layanan kesehatan terutama kepada ibu hamil, balita dan

masyarakat setempat,”

kepala Dinas kesehatan Biak, dr imran ohoirella

[TVone, 24 mei 2012]

Call Center 119 atau nomor panggilan darurat untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan panggilan kegawatdaruratan ke fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas/rumah sakit). Penggunaan angka 119 telah mendapat penetapan dari Menteri Komunikasi dan Informatika sebagai “Kode Akses Panggilan Darurat”. Beberapa daerah yang sudah mengembangkan program SPGDT call center yakni Bandung, Bali, Padang, Manado, dan Yogyakarta.

Untuk mendukung program SPGDT, telah disiapkan program peningkatan kemampuan teknis keperawatan gawat darurat basic 2 dengan jumlah keseluruhan 893 perawat di 9 regional.*(PRA)

tuntutan pelayanan kesehatan yang membutuhkan diagnosa medis yang cepat dan tepat.

Tahun 2012 telah dikembangkan telemedicine di delapan provinsi yang meliputi teleradiology . Teleradiology mampu membaca hasil rontgen pasien dari jarak jauh melalui media internet di 10 rumah sakit yang dibina oleh RSUP dr. Cipto Mangunkusmo. Ia juga mampu membaca hasil pemeriksaan irama jantung dari jarak jauh melalui internet di 19 fasilitas pelayanan kesehatan yang dibina oleh RS Jantung Pusat Harapan Kita.

dan infrastruktur proyek percontohan Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) untuk wilayah DKI Jakarta (Call Center 119).

Aplikasi SPGDT ini menggunakan

Beberapa daerah yang sudah mengembangkan

program SPGDT call center yakni Bandung, Bali,

Padang, Manado, dan Yogyakarta.

mu

et

da

im

aa

24 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 27: Mediakom 41

ibu, bayi dan balita, merupakan kelompok rentan yang harus dilindungi dari berbagai penyakit. Melalui konsep continuum of care atau pelayanan berkesinambungan,

yakni pelayanan kesehatan masa kehamilan, melahirkan dan setelah melahirkan (nifas). Kemkes, berkomitmen kuat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tersebut. Hal itu diungkap Menkes dr. Nafsiah Mboi, pada pembukaan Hari Kesehatan Nasional ke 48, tahun 2012 di Jakarta.

Peningkatan kesehatan ibu hamil, diwujudkan dengan pelayanan kesehatan ibu hamil (antenatal care) sekurang-kurangnya empat kali selama masa kehamilan. Pemeriksaan antenatal berguna dalam menjamin kesehatan ibu hamil dan atau janin. Pencapaian dari upaya ini dapat dilihat dari kunjungan pertama (K1), yang berarti tingkat cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal untuk pertama kalinya. Kemudian kunjungan keempat (K4) yaitu cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan

utamakan kesehatan ibu, bayi dan balita

antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan.

Pada tahun 2011 cakupan K1 telah mencapai 96,57%, hal ini menunjukkan membaiknya akses masyarakat pada pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

Pencapaian cakupan K4 tercatat 88,27%, (target 88%). Sampai bulan September 2012, cakupan K4 telah mencapai 70,09% dan akhir tahun 2012, target cakupan sebesar 90% diperkirakan terpenuhi.

Upaya peningkatan cakupan pelayanan sebelum melahirkan, juga

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 25

Page 28: Mediakom 41

dilakukan melalui kegiatan Kelas Ibu Hamil di desa-desa. Tujuannya, untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku ibu agar memahami cara menjaga kehamilan, persiapan persalinan, perawatan nifas, dan perawatan bayi baru lahir.

Kelas ibu hamil, maksimal pesertanya 10 orang, difasilitasi dan dibina oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Tahun 2011 sudah terbentuk 2.508 kelas. Sedangkan pada tahun 2012, jumlah kelas ibu hamil bertambah menjadi 5.115 kelas.

Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah dilaksanakan program Kemitraan Bidan dan Dukun bayi. Program ini dimulai tahun 2009 dan sampai tahun 2012 tercatat sebanyak 72.963 dukun bermitra dengan bidan. Melalui kemitraan ini dukun tidak lagi menjadi penolong persalinan tetapi beralih peran menyediakan bantuan yang tidak bersifat medis bagi ibu hamil selama masa kehamilan dan pasca melahirkan.

Bagi ibu hamil yang tinggal di daerah geografis sulit atau jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di “Rumah Tunggu” yang berlokasi dekat dengan fasilitas kesehatan. Rumah Tunggu dapat berupa fasilitas khusus yang disiapkan, maupun rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas kesehatan. Hingga tahun 2012, tercatat sebanyak 2.748 Rumah Tunggu yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu, anak dan balita, pemerintah meluncuran dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010. Program ini memberi dukungan dana kepada Puskesmas, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Sehingga setiap unit kesehatan tersebut dapat mengintensifkan pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin dan nifas, termasuk dalam melakukan kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Selain BOK juga diluncurkan program Jaminan Persalinan (Jampersal) tahun 2011. Program ini untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir. Jampersal dimaksudkan untuk menghilangkan kendala keuangan bagi ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang mencakup pemeriksaan kehamilan, persalinan, pelayanan nifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan Keluarga Berencana pasca melahirkan.

Pendanaan Jampersal bersumber dari APBN dan pengelolaannya terintegrasi dengan kegiatan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pada tahun 2011, sebanyak 1.572.751 ibu bersalin telah memanfaatkan pelayanan program Jampersal di tingkat pelayanan dasar. Oktober tahun 2012, meningkat menjadi 1.902.319 ibu yang memanfaatkan program Jampersal.

Pencegahan dan Penanganan Komplikasi

Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia juga dilakukan melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program ini menitikberatkan pada upaya deteksi dini seperti melakukan screening/penapisan ibu hamil, penyediaan akses serta pelayanan gawat darurat untuk kasus kebidanan (maternal) dan bayi baru lahir (neonatal) di tingkat Puskesmas yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar (PONED). Jumlah Puskesmas mampu PONED mengalami peningkatan tahun 2011 sebanyak 1.579 puskesmas, tahun 2012 meningkat menjadi 2.570 puskesmas.

Sampai dengan tahun 2011, tercatat 61.784 desa telah melaksanakan P4K. Sebagai bentuk evaluasi atau pembelajaran untuk kasus kematian ibu dan bayi baru lahir, telah dilakukan juga Audit Maternal Perinatal (AMP) sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Upaya pencegahan dan penanganan komplikasi maternal diukur melalui indikator cakupan penanganan komplikasi maternal (cakupan PK).

Pencapaian cakupan PK dari tahun 2008 sampai 2011 memperlihatkan kecenderungan peningkatan, walau sempat menurun pada tahun 2009. Cakupan PK tahun 2008 mencapai 44,84%, tahun 2009 turun menjadi 42,29%, pada tahun 2010 mencapai 58,82%, dan pada tahun 2011 mencapai 59,68%.

Khusus pelayanan menyeluruh yang sering disebut Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK), diselenggarakan di Rumah Sakit PONEK 24 jam. Rumah sakit ini menyelenggarakan pelayanan kedaruratan ibu dan anak secara komprehensif dan terintegrasi. Rumah sakit mampu PONEK terus mengalami peningkatan, sejak tahun 2009 hingga tahun 2012, tercatat sebanyak 410 unit RS PONEK.

Generasi Masa Depan yang SehatArah kebijakan operasional upaya

kesehatan anak meliputi peningkatan kelangsungan hidup (bayi baru lahir, bayi dan anak balita), peningkatan kualitas hidup anak dan peningkatan perlindungan kesehatan anak. Upaya tersebut juga termasuk perlindungan

mu

et

da

im

aa

26 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 29: Mediakom 41

dari kekerasan terhadap anak, kesehatan anak di panti atau lembaga pemasyarakatan dan pelayanan kesehatan untuk anak berkebutuhan khusus.

Upaya peningkatan kesehatan anak menggunakan pendekatan continuum of care throughout the lifecycle yaitu semua anak sejak janin hingga remaja mempunyai akses mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar pada setiap fase kehidupannya.

Selain itu juga harus menggunakan pendekatan continuum of care throughout the level of cares yaitu semua anak sejak janin hingga remaja mempunyai jaminan mendapatkan penanganan sesuai standar atas masalah kesehatan yang dialaminya. Termasuk ketersediaan dan kemudahan akses mendapatkan pelayanan kesehatan sejak di rumah, pelayanan kesehatan dasar hingga ke tingkat rujukan, sehingga anak tidak terlambat mendapatkan pelayanan.

Kementerian Kesehatan juga telah berhasil mendorong terbentuknya Konsorsium Perguruan Tinggi untuk Kesehatan Ibu – Anak dan Gizi (KIA – Gizi) yang resmi berdiri pada September 2012. Perguruan Tinggi dapat memberikan kontribusi dalam formulasi kebijakan melalui berbagai riset, ikut aktif dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi terhadap program kesehatan. Perguruan tinggi yang telah menandatangani kesepakatan bersama Kemkes melalui Ditjen Bina Gizi dan KIA dalam upaya percepatan pencapaian MDG 1, 4 dan 5 terdiri dari 32 Fakultas dari 23 perguruan tinggi dari 21 provinsi

Peningkatan Kelangsungan Hidup Anak

Salah satu upaya menurunkan kematian bayi baru lahir adalah dengan

melakukan pemeriksaan minimal tiga kali kepada setiap bayi baru lahir. Pemeriksaan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pemeriksaan pertama dilakukan pada saat bayi berumur 6 sampai 48 jam atau dikenal dengan sebutan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1).

Selama 2010 – 2011 cakupan pelayanan bayi baru lahir cenderung meningkat. Tahun 2010 capaian KN1 mencapai 84,01% dari target 84%, sedangkan tahun 2011 mencapai 90,51% melampaui target 86%. Pada bulan Oktober tahun 2012 cakupan kunjungan KN1 telah mencapai 64,53%. Sedangkan target yang harus dicapai adalah 88%.

Selanjutnya, untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi umur 29 hari sampai 11 bulan dilakukan imunisasi dasar untuk mencegah penyakit tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak.

Untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan tumbuh kembang pada bayi dilakukan kegiatan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), pemberian vitamin A pada bayi, penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, MPASI dan rujukan jika ada gejala sakit dengan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit.

Tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan bayi mencapai 84.04% dan pada tahun 2011 mencapai 85.21%. Sedangkan capaian pada bulan Oktober di tahun 2012 mencapai 69.98%.

Bagi anak balita umur 12 – 29 bulan diberikan pemeriksaan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak serta pemberian vitamin A. SDIDTK dilakukan untuk melakukan deteksi dini pada keterlambatan perkembangan, gangguan daya ingat dan daya dengar.

Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan posyandu dan Pembinaan Anak Usia Dini (PAUD).

Selain itu, ada konseling keluarga pada kelas ibu balita melalui pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Termasuk didalamnya adalah konseling perawatan anak balita, pemberian ASI sampai 2 tahun, serta informasi makanan gizi seimbang. Secara nasional, target cakupan pelayanan kesehatan anak balita telah tercapai pada tahun 2010 dan 2011.

Cakupan pelayanan pada tahun 2010 mencapai 78.01% dan tahun 2011 mencapai 80.96% dari target. Sedangkan pada bulan Oktober tahun 2012, capaian pelayanan kesehatan anak balita mencapai 58.69% atau mencakup 9.022.176 anak balita.

Peningkatan pemanfaatan buku KIA juga merupakan salah satu upaya dalam peningkatan pelayanan kesehatan bayi dan balita melalui pemberdayaan masyarakat dan keluarga. Berdasarkan Riskesdas 2010 telah 25.5% balita memiliki buku KIA. Angka ini meningkat bila dibandingkan hasil Riskesdas 2007 yaitu 13%.

Terobosan untuk wilayah yang belum memiliki jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang memadai, masyarakat dilibatkan dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M). Caranya dengan ikut mempromosikan deteksi dini penyakit berat pada balita dan memberikan pertolongan atau pengobatan sederhana di rumah untuk penyakit ringan. Kegiatan ini baru diujicobakan di tahun 2012 di beberapa kabupaten di Papua dan akan diperluas ke provinsi-provinsi lain pada tahun 2013.*(PRA)

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 27

Page 30: Mediakom 41

muda merokok, seperti menjadi trend gaya hidup anak dan remaja. Mereka sudah mulai merokok sejak umur 10-14 tahun, sebesar 10,3% tahun

2007, kemudian meningkat menjadi 17,5 % pada tahun 2010. Sedang kelompok umur 15–19 tahun, terjadi peningkatan jumlah perokok dari 33,1% menjadi 43,3% (Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010).

Melihat besarnya masalah kesehatan anak dan remaja tersebut, perlu dilakukan intervensi peningkatan kualitas hidup anak usia sekolah dan remaja dilaksanakan melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dan pelayanan kesehatan kepada

korban Kekerasan Terhadap Anak (KTA). Usaha ini dilaksanakan secara komprehensif dan terintegrasi dengan semua unsur multi-sektoral, baik sektor kesehatan, pendidikan, swasta maupun masyarakat.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja. Agar pelayanan kepada remaja lebih efektif, maka remaja dilibatkan untuk menjadi konselor sebaya.

Terutama masalah pada kelompok umur remaja sangat terkait dengan perilaku yang berisiko terhadap kesehatannya.

Pelayanan Kesehatan Korban Kekerasan Terhadap Anak

Pembinaan kesehatan anak yang komprehensif dan terarah itu, diantaranya masalah kesehatan yang mengancam kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak maupun masalah lainnya yang berdampak pada kesehatan dan penurunan kualitas hidup anak. Permasalahan tersebut seperti masalah Kekerasan Terhadap Anak (KtA), termasuk anak yang berada di Lembaga Pemasyarakatan karena menghadapi proses pelanggaran hukum.

Sejak tahun 2010, cakupan pelayanan pada anak korban kekerasan telah mencapai 41,41%, dan meningkat menjadi 54,12% pada tahun 2012yang meliputi 999 Puskesmas di 269 kabupaten/kota. Sampai bulan Oktober tahun 2012 capaian sudah mencapai angka 67,40% dari target 60%. Berarti, jumlah Puskesmas yang mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan KtA pada tahun 2012 sudah mencapai 1.383 Puskesmas.

Pelayanan kesehatan pada korban KtA mencakup pelayanan kesehatan, dan rujukan baik rujukan psikososial maupun rujukan hukum. Selain itu, sebagai upaya pencegahan kasus

KtA, Puskesmas mampu tatalaksana kasus KtA juga melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait dampak KtA pada tumbuh kembang anak dan anak didik di sekolah. *(PRA)

PeninGkatankualitas hiduP anak

kaBa

r.Pr

iang

an.c

om

mu

et

da

im

aa

28 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 31: Mediakom 41

ada semangat bahwa hari ini ya hari ini, esok urusan nanti. Ada juga, berperilakulah layaknya pikiran dan

strategi Sang Pecatur, 10 langkah atau lebih jauh ke depan. Juga, keberhasilan dipengaruhi oleh perencanaan dan proses yang bermutu dan selaras. Banyak semangat-semangat berwawasan stratejik yang sudah muncul dan menjadi acuan dari perilaku institusi dalam berkreasi dan berinovasi. Perlu diingat, titik awalnya adalah PERENCANAAN.

Seperti kita ketahui dan aplikasikan, utamanya perencana-perencana di setiap unit kerja, rencana kerja setiap organisasi bermula dari hasil penilaian kinerja tahun sebelumnya dan rencana terobosan yang dibutuhkan, kemudian dilakukan analisis prioritas. Analisis yang substansial kegiatan tersebut diterjemahkan dalam kerangka acuan dan rincian anggaran dan biaya (RAB), yang merupakan ikhtisar dari rencana kegiatan/kerja, memiliki informasi what (apa materi), where (dimana dilaksanakan), when (kapan dilaksanakan), why (kenapa

dilaksanakan), who (siapa pelaksana), whom (siapa penerima manfaat), how (bagaimana dilaksanakan) dan how much (berapa biaya yang dibutuhkan). Aspek perencanaan mikro dan sederhana ya!

Sinkronisasi Perencanaan Kegiatan dan Anggaran

Kenapa butuh sinkronisasi terhadap kegiatan yang direncanakan dan biaya yang dibutuhkan? Jawaban bisa banyak namun satu pemahaman/arti bahwa agar rencana kegiatan dapat diimplementasikan sampai menghasilkan produk/kinerja terukur dan bermanfaat.

Perlu diingat, proses yang dilalui dalam mekanisme perencanaan sarat dengan telaahan dan pembahasan RAB -di samping kerangka acuan dan data dukung rencana kegiatan- yang merupakan “jeroan” dari kegiatan, memberikan dan memroses jalannya kegiatan dengan sumber daya-sumber daya. Lagipula, kita sudah tahu bahwa aspek perencanaan memiliki bobot tertinggi dalam penilaian kinerja dan pengawasan/audit kinerja. Aspek sederhana yang bombastis, sisi hulu

perencanaan yang memiliki rasa cabai terpedas di dunia (Cabai Naga Jokia dari India). Tanaman yang kecil dan memiliki efek konsumsi yang luar biasa pedassssss. Begitulah analogi perencanaan, aspek sederhana dan cenderung diakselerasi namun memiliki pengaruh terhadap keberlanjutan proses kegiatan dan penilaian kinerja. Sangat mudah memahami suatu rencana kegiatan, apakah memiliki nilai logis dan bermanfaat, melalui telaahan dan pembahasan RAB. Namun sayang, proses ini lebih dominan dilaksanakan di lingkup Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu (DJA) untuk lingkup APBN. Apakah sudah optimal diselenggarakan di masing-masing organisasi, dan bagaimana proses yang dilakukan, apakah ada perbaikan bila ditemukan ketidakselarasan antara rencana kegiatan dan kebutuhan biaya? Hal yang mudah, karena sudah menjadi kewajiban dan juga setiap orang sudah memiliki rasa dan pengetahuan tentang hitung-hitungan yang lojik.

Contoh sederhana mengenai keselarasan rencana kegiatan dan kebutuhan biaya adalah misalnya

mutu PeRenCanaan:Rasa CaBenaga jokia?

Nagiot Cansalony TambunanAlumni Magister Perencanaan & Kebijakan Publik FEUIKabid Program, Kerjasama dan Informasi di Balai Besar Litbang Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawangmangu, Badan Litbangkes, Kemenkes

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 29

ragam

Page 32: Mediakom 41

tahapan yang harus dilalui untuk menghasilkan suatu dokumen berupa pedoman. Secara konvensional, perlu pertemuan-pertemuan untuk tahap persiapan, pembahasan, finalisasi, dan sosialisasi, yang membutuhkan lebih dari 1 satu kali untuk setiap tahapan. Daya kreasi dan inovasi yang berkembang, sudah mampu mereduksi tahapan-tahapan konvensional secara efisien melalui peningkatan mutu proses. Pertemuan persiapan dapat dilakukan hanya dalam lingkup rapat internal di kantor, pertemuan pembahasan diperpanjang hari dengan dasar efisiensi biaya bahkan bisa sekaligus finalisasi. Contoh lain, mereduksi biaya-biaya tinggi dan/atau tidak produktif dalam hal belanja bahan dan operasional kesekretariatan kegiatan (yang sebenarnya sudah ada pos alokasi juga di pos alokasi keperluan perkantoran rutin).

Optimalisasi Unit Kerja P2MEDisinilah manfaat adanya

unit kerja yang bertugas dan berfungsi dalam perencanaan program/kegiatan, penganggaran, monitoring dan evaluasi (P2ME). Kita tahu bahwa secara organisasi dan manajemen ada 2 jenis unit kerja dalam organisasi, yaitu 1) unit kerja yang memberikan layanan kepada eksternal organisasi dan 2) unit kerja yang memberikan layanan kepada internal organisasi. Unit kerja pertama biasa disebut dengan unit kerja teknis (unit kerja yang melaksanakan tugas utama dari organisasi, unit kerjanya adalah direktorat dan sub direktorat, pusat dan bidang) dan unit kerja kedua biasa disebut unit kerja generik (unit kerja yang melaksanakan tugas pendukung dan pendamping untuk pelaksanaan tugas utama dari organisasi, unit kerjanya

adalah sekretariat dan bagian). Nah, perlu ada keselarasan aplikasi fungsi dari masing unit kerja. Unit kerja pertama merancang kegiatan-kegiatan teknis dan bersama unit kerja kedua melakukan telaahan dan pembahasan RAB. Sangat sederhana, sudah ada acuan telaahan dan pembahasan, ada Standar Biaya Masukan/Keluaran, ada aturan perjalanan dinas, ada aturan pengadaan barang dan jasa pemerintah, dll.

Secara paripurna dan integral, proses ini memberikan pembelajaran aspek teknis dan aspek generik. Kedua unit kerja sebagai bagian dari tim besar (organisasi), tidak bisa lagi berargumen bahwa itu (aspek lain) bukan tanggung jawabnya, padahal ianya adalah bagian

dari tim. Hal ini penting, karena setiap unit kerja, di luar tugas dan fungsi yang sudah diamanahkan secara tertulis, mempunyai esensi tanggung jawab P2ME, baik aspek teknis dan generik.

Manfaat RABMenurut penulis, keberhasilan

menyusun RAB dan kerangka acuan merupakan tampilan dari kualitas perencana dan tim perencana, baik

unit teknis maupun unit generik. Dalam hal ini, RAB dan kerangka acuan adalah dokumen yang sesuai kriteria mutunya, yaitu ada informasi 6 W + 2 H, kalau kriteria RAB adalah tampilan dari angka-angka biaya yang memiliki arti sama dengan arti narasi kalimat dalam kerangka acuan. Contoh keselarasan kriteria adalah cara pencapaian tujuan dalam kerangka acuan diterjemahkan dalam tahapan proses yang dibiayai dalam RAB sesuai aturan.

RAB juga dapat menjadi kendali mutu dari implementasi kegiatan, baik biaya maupun proses. Dapat dicegah keinginan-keinginan berbiaya tinggi sehingga menjadi kebutuhan riil dan dapat dilaksanakan.

Begitu sederhana namun masih dimarjinalkan dalam kendali mutu perencanaan. Bisa dilihat dari frekuensi revisi DIPA/RKA/POK, tanda “bintang” dalam hasil pembahasan dengan DJA, kurangnya data dukung RAB dan kerangka acuan, atau bahkan temuan dari hasil audit.

Begitu sederhana, sehingga tidak ada toleransi dan alasan untuk diabaikan. Memasuki tahun anggaran 2013, dengan pengalaman-pengalaman mekanisme perencanaan program/kegiatan dan penganggaran di badan legislatif

dan eksekutif akhir-akhir ini, harapannya adalah semakin terbuka kesadaran untuk melakukan hal yang benar daripada sekedar melakukan hal-hal dengan benar.

Kembali pada alinea pertama, perencanaan saat ini memberi arti dari kinerja yang dihasilkan dan dinilai. Mari berperilaku stratejik dan benar. Tabik dan Tahniah.

Salam SEHAT.*

ragam

30 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 33: Mediakom 41

menteri Kesehatan RI, yang diwakili oleh Wakil Menteri Kesehatan Menteri, Prof. dr. Ali

Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D meluncurkan e-Regalkes dan Single Sign On (SSO) di Kantor Kemenkes, pada penghujung 2012 di Jakarta.

Fitur SSO diluncurkan dalam rangka pengembangan Indonesia National Single Window (INSW) sebagai solusi untuk mempermudah Pengguna menggunakan sistem INSW dan sistem e-Regalkes secara terintegrasi. Pengguna hanya perlu Login satu kali saja maka selanjutnya dapat mengakses semua sistem.

Kementerian Kesehatan meluncurkan sistem e-Regalkes atau Registrasi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) secara online untuk meningkatkan pelayanan publik khususnya pada pelayanan perizinan di bidang alat kesehatan dan PKRT. Dengan sistem ini pemohon perizinan

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 31

Page 34: Mediakom 41

satu tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan adalah menjamin alat kesehatan yang beredar di masyarakat sesuai standar keamanan, mutu, manfaat, tepat guna dan terjangkau melalui pengendalian pre-market dan post-market.

Pengembangan e-Regalkes dan fitur SSO dalam INSW merupakan sumbangsih Kementerian Kesehatan

tidak perlu datang di loket Unit Layanan Terpadu (ULT) Kemenkes RI yang ada di Jakarta, karena semua dokumen perizinan dapat disampaikan secara elektronik. Sistem ini sangat efektif dan efisien bagi pemohon perizinan mengingat wilayah NKRI yang demikian luasnya.

Layanan publik yang dilayani dalam bidang alat kesehatan dan PKRT antara lain izin penyalur alat kesehatan, izin produksi alat kesehatan dan PKRT, izin edar alat kesehatan dan PKRT, dan pemberian Certificate of Free Sales (CFS).

Diharapkan dengan kemudahan dalam mendapatkan ijin edar maka dapat mencegah dan mengurangi masuknya alat kesehatan illegal (tidak terdaftar) ke wilayah Indonesia.

Salah satu upaya untuk mencegah masuknya alat kesehatan dan PKRT ilegal ke Indonesia, sejak tahun 2008 Kemenkes bergabung dengan INSW melalui Kepmenkes RI No. 825/Menkes/SK/IX/2008 Tentang Pemberlakukan Sistem Elektronik dalam Kerangka INSW di lingkungan Kementerian Kesehatan. Melalui INSW, semua izin edar alat kesehatan dan PKRT yang dikeluarkan Kemenkes terhubung dengan portal INSW. Dengan demikian izin edar alat kesehatan dan PKRT yang dikategorikan Larangan Terbatas (LARTAS), harus memerlukan izin dari Kementerian Kesehatan.

Mekanisme LARTAS akan mencegah masuknya Alkes impor yang di bawah standar, seperti teknologi yang membahayakan manusia maupun lingkungan serta bermutu rendah karena ketidakjelasan produsen, dan lain-lain. Dengan demikian Kementerian Kesehatan mampu melindungi rakyat sepenuhnya.

Menkes juga menyampaikan, salah

bagi bangsa dan negara serta dunia. Hal ini merupakan kerjasama lintas sektor dari 18 Kementerian/Lembaga.

Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 mengamanatkan, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga yang beredar di Indonesia harus memiliki izin edar. Pemberian izin diselenggarakan melalui mekanisme pelayanan publik yang baik. Pelayanan publik yang efektif dan efisien serta transparan merupakan tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi.

Alat kesehatan selain mempunyai fungsi sosial untuk menyembuhkan, mendiagnosis dan mengatasi penyakit serta mempertahankan/meningkatkan kesehatan, selain itu juga mempunyai fungsi ekonomi. Saat ini alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga merupakan salah satu bisnis yang menjanjikan terutama di negara ASEAN, khususnya Indonesia. Diperkirakan kebutuhannya akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya tingkat pengetahuan dan daya beli rakyat Indonesia.

Dalam pelayanan kesehatan alat kesehatan adalah salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari obat dan tenaga kesehatan. Dengan diterapkannya Universal Coverage maka diperkirakan kebutuhan alat kesehatan akan meningkat signifikan 2,5 (dua setengah) sampai 3 (tiga) kali lipat. Oleh karena itu ketersedian alat kesehatan yang memenuhi standar keamanan, mutu dan manfaat harus tetap terjaga.

Berdasarkan Survei Integritas Sektor Publik tahun 2012 oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pelayanan Registrasi dan Sertifikasi Alat Kesehatan dan PKRT berada pada urutan ke 5 dari 20 instansi Pusat dan Nomor 8 dalam skala Nasional dengan nilai integritas di atas 7.* (YN)

alat kesehatan

selain mempunyai

fungsi sosial untuk

menyembuhkan,

mendiagnosis

dan mengatasi

penyakit serta

mempertahankan/

meningkatkan

kesehatan, selain

itu juga mempunyai

fungsi ekonomi.

ragam

32 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 35: Mediakom 41

setiap tahun Kementerian Kesehatan Nasional menyelenggarakan Rapat Kerja Kesehatan Nasional yang diikuti oleh dinas kesehatan

dinas kesehatan dari seluruh Propinsi di Indonesia, pada tahun ini Rakerkesnas 2013 dibagi menurut wilayah, yaitu wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan timur. Penyelenggaran kegiatan dikonsentrasikan pada bulan April, wilayah barat diselenggarakan pada

tanggal 18 - 20 Maret 2013 di Jakarta, wilayah tengah 1 - 3 April 2013 di Surabaya, dan wilayah timur pada tanggal 15-17 April 2013 di Makassar. Tahun ini Rakerkesnas menelurkan 5 rekomendasi penting sebagai acuan program Kemenkes saat ini dan ke depan.

Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) Regional Barat telah selesai dilaksanakan, acara yang berlangsung di Jakarta pada tanggal

17–20 Maret 2013, ditutup dengan pembacaan rekomendasi oleh Sekretaris Jenderal Kemkes RI, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS. Rekomendasi diperoleh berdasarkan arahan Menteri Kesehatan dan paparan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), hasil Sidang Komisi, dan Sidang Pleno Komisi serta diskusi.

Rakerkesnas Regional Barat diikuti oleh 734 peserta yang terdiri dari: Kepala BPKP, Wakil DPR, Plt. Kepala

raPat kerJakesehatan nasional

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 33

peristiwa

Page 36: Mediakom 41

BKKBN, Kepala Badan POM, Seluruh Pejabat Eselon I dan II Kemenkes, Kepala UPT Kementerian Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota dan Direktur RS Prov/Kab/kota serta Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi wilayah Barat, kepala BPKP Wilayah di 33 Provinsi, PT. Askes (Persero), dan stakeholder kesehatan terkait (IDI, PPNI, IBI, PERSI dll). Selanjutnya Rakerkesnas Regional Tengah akan dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 1-3 April 2013, dan Rakerkesnas Regional Timur akan dilaksanakan di Makassar pada tanggal 14-17 April 2013.

Sementara itu untuk wilayah tengah di selenggarakan pada 1-4 April 2013, dibuka oleh Menteri kesehatan RI. Kegiatan ini diikuti perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang berasal dari 10 Provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Dalam kesempatan ini, Menkes menyerahkan tiga penghargaan Provinsi di regional tengah yang berprestasi dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) melalui program Gizi atau Kesehatan Ibu-Anak. Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta didaulat sebagai peraih penghargaan peringkat pertama untuk Program Kesehatan Ibu dan Anak Terbaik tahun 2012. Selanjutnya, untuk program Gizi Terbaik tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dan Bali, berturut-turut mendapatkan peringkat ketiga dan pertama.

Seperti telah diumumkan sebelumnya pada Malam Pra-Rakerkesnas 2013 Regional Barat (18/3), peraih penghargaan Program Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2012, yaitu: Dinas

Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (Terbaik I); Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara (Terbaik II); dan Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung (Terbaik III). Sementara itu, penghargaan Program Gizi Terbaik tahun 2012, diraih oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali (Terbaik I); Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (Terbaik II); dan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan (Terbaik III).

Menkes juga melakukan Re-Launching Sistem e-Catalog Obat

Generik untuk Pengadaan Pemerintah. Sistem e-Catalog Obat Generik adalah sistem informasi elektronik yang memuat informasi seputar daftar nama obat, jenis, spesifikasi teknis, harga satuan terkecil, dan pabrik penyedia. Harga yang tercantum dalam e-Catalog adalah harga satuan terkecil, sudah termasuk pajak dan biaya distribusi. Dengan adanya sistem e-Catalog Obat Generik, selain dapat meminimalisasi penyimpangan, juga dapat memudahkan pihak pemerintah untuk

Peletakan batu pertama poskestren Pondok Pesantren Al-Ikhlas Ujung – Bone Sul-Sel di sela Rakerkesnas 2013

peristiwa

34 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 37: Mediakom 41

lebih leluasa dalam memilih produk obat generik yang dibutuhkan.

Setelah wilayah tengah dilanjutkan dengan wilayah timur yang diselenggarakan pada 15-17 April 2013 dibuka juga oleh Menkes, turut hadir dalam turut hadir pada pembukaan tersebut, Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Dr.H.Syahrul Yasin Limpo, SH,Msi, MH. Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, RSUD yang berasal dari 10 Provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

Tahun 2013 merupakan tahun keempat pelaksanaan pembangunan kesehatan periode pemerintahan Kabinet Bersatu II yang diselenggarakan dengan mengacu pada RPJMN 2010-2014. Beberapa isu penting yang mengemuka pada tahun 2013 antara lain upaya akselerasi pencapaian target MDG 2015, persiapan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan sinkronisasi pelaksananaan pembangunan kesehatan melalui Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Oleh karena itu, tema Rakerkesnas kali ini adalah “Dengan Semangat Reformasi Birokrasi, Percepat Pencapaian MDG dan Persiapan Jaminan Kesehatan Nasional”.

“Berdasarkan hasil Mid term Review RPJMN yang dilaksanakan pada tahun 2012, dari 51 indikator pembangunan kesehatan yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan, terdapat 9 indikator yang memerlukan perhatian lebih serius” ujar Menkes.

Empat indikator dengan status warna kuning yaitu: Peningkatan Umur Harapan Hidup (71,1 tahun pada 2012; target 72 tahun pada 2014); Peningkatan Cakupan Persalinan

yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (88,64% pada 2012; target 90% pada 2014); Peningkatan persentase penduduk 15 tahun ke atas yang memiliki pengetahuan HIV/AIDS (79,5% pada 2012; target 90% pada 2014); serta Peningkatan persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan (64,58% pada 2012; target 80,10% pada 2014)

Selain itu, terdapat 5 indikator pembangunan kesehatan yang dinilai masih sulit dicapai yaitu: Penurunan Angka Kematian Ibu (228/100.000 KH pada 2009; target 118/100.000 KH pada 2014); Penurunan Angka Kematian Bayi (32/1000 KH pada 2012; target 24/1000 KH pada 2014); Penurunan

Total Fertility Rate (2,6 anak pada 2012; target 2,1 anak pada 2014); Peningkatan persentase penduduk dengan akses air minum yang berkualitas (42,76% pada 2011; target 68% pada 2014); Penurunan Annual Parasite Index untuk penyakit malaria (1,69 pada 2012; target 1 pada 2014).

Melalui kegiatan Rakerkesnas, diharapkan Provinsi sebagai penyelenggara Pemerintahan di Daerah, mampu berperan aktif dan efektif sebagai koordinator penyelenggara pembangunan kesehatan di daerah masing-masing, agar upaya-upaya kesehatan dapat dilaksanakan secara optimal di daerah, terutama untuk percepatan pencapaian target MDGs.*

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 35

Page 38: Mediakom 41

1. Mengutamakan upaya promotif-preventif dan peran aktif masyarakat serta komunikasi publik dalam rangka mendukung MDG dan target RPJMN 2010-2014:• Pemberdayaanmasyarakat,

seperti pelatihan kader, peningkatan Desa Siaga Aktif (target nasional pada tahun 2014 sebesar 60%), PAUD, UKBM (seperti akselerasi revitalisasi Posyandu, peningkatan frekuensi Bulan Penimbangan Balita dari dua kali menjadi empat kali setahun, peningkatan kegiatan Posbindu PTM di desa), dan mobilisasi organisasi kemasyarakatan, integrasi dengan TNI/Polri, perguruan tinggi/akademisi, ormas, tokoh adat, LSM, dan swasta, serta peningkatan/pengembangan forum Kesehatan masyarakat di semua tingkatan administrasi pemerintahan.

• Peningkatankerjasamadankemitraan dengan lembaga legislatif, lintas sektor, dan sektor swasta (melalui coporate social responsibility/CSR).

• Advokasi kepada Pemda, dengan menjadikan Kesehatan sebagai program prioritas RPJMD, melaksanakan standar

pelayanan minimal (SPM) Bidang Kesehatan, menyiapkan peraturan-peraturan daerah untuk mendukung program-program Kesehatan (seperti: Perda KTR, ASI eksklusif/penyediaan ruang menyusui, peningkatan gaya hidup sehat, pengawasan bahan tambahan makanan (BTM) berbahaya, dan peningkatan anggaran Kesehatan menjadi 10% APBD (50%-nya untuk program promotif - preventif Kesehatan).

• Peningkatankapasitasdandistribusi tenaga promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan, Puskesmas dan RS.

• PemanfaatanIptek bidang Komunikasi untuk mempercepat tanggapan terhadap masukan dan pengaduan masyarakat serta membangun transparansi organisasi.

• Pengangkatanpetugasdalam jabatan pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) di UPT Vertikal Kemenkes dan Koordinator Pelayanan Informasi Publik di seluruh Dinkes Kabupaten/Kota.

2. Menyediakan akses informasi Kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat melalui media massa dan membangun jejaring dengan lintas sektor serta LSM terkait.

3. Mewujudkan semua pelayanan Kesehatan dan sumber daya fasilitas pelayanan Kesehatan pemerintah dan swasta sesuai dengan standar yang berlaku, melalui penguatan program dan pemenuhan kebutuhan nakes, peningkatan kualitas perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan yang diperkuat dengan sistem informasi SDM Kesehatan dan aspek legal.

4. Meningkatkan jumlah, mutu, distribusi, retensi dan pendayagunaan SDM Kesehatan untuk mendukung pelayanan Kesehatan dan KB, seperti di daerah padat penduduk (Provinsi Sulsel), wilayah Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) dan Kluster 4, dan daerah tertentu perlu disiapkannya tenaga kesehatan strategis (nakesstra), dan standarisasi insentif SDM Kesehatan di DTPK dengan memperhatikan karakteristik daerah.

5. Meningkatkan cakupan pelayanan Kesehatan Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan menjadi minimal 85% dan penyediaan rumah tunggu persalinan di daerah terpencil untuk meningkatkan cakupan persalinan oleh nakes di faskes.

6. Mempercepat terwujudnya revitalisasi program Keluarga Berencana untuk pencapaian target penurunan TFR seperti:

rekomendasiraPat kerJa kesehatan nasional (rakerkesnas)

tahun 2013

peristiwa

36 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 39: Mediakom 41

• Kampanye“DuaAnakCukup” melalui media massa, tokoh masyarakat/adat/agama, peningkatan kunjungan rumah oleh tenaga PLKB/kader kesehatan dan peningkatan pengetahuan tentang “Empat Terlalu”.

• Peningkatan akses masyarakat pada pelayanan KB.

7. Menurunkan AKI dan AKB, seperti penguatan Puskesmas PONED dan RS PONEK termasuk peningkatan kolaborasinya, penguatan sistem rujukan, pengembangan Sistem Komunikasi - Informasi Maternal dan Neonatal (SMS gateway). Pada daerah tertentu diperlukan pelayanan flying health care, Pusling air dan darat.

8. Meningkatkan persentase penduduk yang memiliki akses air minum yang berkualitas melalui dukungan regulasi daerah dan penguatan Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.

9. Meningkatkan pengetahuan komprehensif HIV-AIDS bagi kelompok usia 15-24 tahun, seperti dengan cara memperluas kampanye Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) dengan melibatkan tokoh agama, tokoh adat, dan organisasi pemuda.

10. Menurunkan annual parasite index (API) dengan kegiatan seperti: penemuan kasus malaria secara aktif di daerah fokus dan perlindungan pada masyarakat.

11. Peningkatan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) sejak dini, seperti: pembentukan jejaring PTM di setiap kabupaten/kota, dengan minimal terdapat satu Puskesmas yang memiliki sarana dan prasarana PTM.

12. Meningkatkan pembinaan pelayanan kefarmasian, seperti: penyediaan obat, alat Kesehatan, dan alat kontrasepsi yang aman, berkhasiat, bermutu dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dengan memanfaatkan E-Catalogue; menjamin ketersediaan dan pemerataan melalui pengelolaan satu pintu (one gate policy); menjamin kualitas obat, alat kesehatan dan alat kontrasepsi melalui sampling dan pengujian laboratorium; serta perwujudan pelayanan kefarmasian sesuai dengan standar melalui pemenuhan dan pemerataan tenaga kefarmasian.

13. Menyiapkan implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akan dimulai secara operasional per 1 Januari 2014 meliputi berbagai hal terkait dengan regulasi, penyiapan (kecukupan dan distribusi) SDM Kesehatan yang kompeten dan merata, kesiapan fasilitas Kesehatan, pengembangan regionalisasi sistem rujukan berjenjang, penyiapan standar pelayanan termasuk penyiapan formularium obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, serta mengutamakan pelayanan Kesehatan primer.

14. Mempercepat penyelesaian produk-produk hukum untuk pelaksanaan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), misalnya sinkronisasi SKN dengan PP 38 Tahun 2007, RUU Tenaga Kesehatan, RUU Pemerintahan Daerah, RPP Sistem Informasi Kesehatan (SIK); advokasi dan sosialisasi Perpres SKN melalui dialog kepada

seluruh stakeholder di Daerah; penyusunan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) yang di-Perda-kan; serta pembinaan intensif dan sesuai jenjang administratif.

15. Mempersiapkan RPJMD 2015-2019 di tingkat Daerah dengan mengacu pada RPJMN 2015-2019 dengan mempertimbangkan: 1) analisis situasi dan kecenderungan Kesehatan, 2) analisis situasi dan kecenderungan lingkungan yang memengaruhi pembangunan Kesehatan, 3) aspek promotif-preventif menjadi arus utama, 4) perumusan dan pengkajian skenario/altenatif penyelesaian masalah Kesehatan, 5) penetapan stratregi program pembangunan Kesehatan, dan 6) penetapan reward system.

16. Mengusulkan pengalihan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan ke daerah, yang pengelolaannya seperti Dana Alokasi Khusus (DAK).

17. Mewujudkan Good and Clean Governance melalui sinkronisasi perencanaan yang tepat dan evidence-based dengan penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) yang memanfaatkan teknologi informasi melalui dukungan dan pemberdayaan peran Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota dengan menciptakan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) – Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) pada seluruh satuan kerja.

18. Melaksanakan langkah-langkah mendukung WTP dan WBK-WBBM dimulai dengan penandatanganan komitmen dan implementasinya oleh Dinkes Provinsi/ Kabupaten/Kota dan RSUD Regional Timur.*

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 37

Page 40: Mediakom 41

sudah

Jawa Tengahyang Tak Pernah

Penulis : Hikmandari dan UdianiFotografer : Anitasari

38 | mediakom 41 | APRIL | 2013

d a e r a h

Page 41: Mediakom 41

sudah

Jawa Tengahyang Tak Pernah indikator makro memperlihatkan,

kesehatan masyarakat Jawa Tengah termasuk di deretan atas. namun, tak

sudah hanya pada kecantikan angka rapor, Dinas kesehatan Prov Jateng menengarai

ada tiga soal utama yang perlu diselesaikan. Sikap nkri dan “keluyuran” diharapkan bisa menjadi cara kerja yang

berdaya guna.

MMeski baru disahkan pada 1950 oleh pemerintah Republik Indonesia, sesungguhnya Provinsi Jawa Tengah menaungi wilayah-

wilayah yang memiliki sejarah panjang. Di wilayah ini, pusat-pusat kekuasaan Nusantara pernah tumbuh dan tumbang silih berganti; kota, transportasi, ekonomi, serta segala ciri modernisasi lain tak pernah lupa mampir—kalau bukan justru berawal.

Tapi modernisasi tidak berdampak tunggal. Kemajuan alat transportasi yang menghubungkan wilayah-wilayah di pedalaman Jawa tengah agaknya juga berarti terbukanya wilayah itu pada risiko luar. Inilah yang tercatat dalam jejak-jejak kesehatan di provinsi ini, seperti bahwa Jawa Tengah pernah menjadi saksi keganasan wabah demi wabah. Sekitar 1915-1916 Semarang menghadapi wabah Pes atau Black Death. Tak lama kemudian, ketika dunia diguncang pandemi influenza pada 1918, beberapa keresidenan di Jawa Tengah, antara lain Keresidenan Banyumas, Keresidenan Kedu, dan Keresidenan Surakarta mengalami hal yang sama. Di Magelang saja, menurut studi Van Steenis, antara 1 Oktober 1918 dan 31 Desember 1918, sekitar 777 orang meninggal dunia. Belum selesai di situ, pada sekitar 1968 warga Boyolali dihadapkan kembali pada wabah Pes. Sejak itu hingga belum lama ini Boyolali menjadi satu di antara tiga kabupaten fokus Pes nasional.

Beruntung bencana dan pukulan itu bukan melumpuhkan dan menjadikan kesehatan masyarakat provinsi ini terpuruk. Pada usianya yang ke-57, Jawa Tengah mampu menjadi yang terdepan menurut data IPKM 2007, yaitu menempati peringkat ke-7 secara nasional.

lAwANG SEwU

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 39

Page 42: Mediakom 41

Bahkan, Kota Magelang berada di peringkat pertama. Pada 2012, baik AKI maupun AKB provinsi lebih rendah daripada angka nasional, yaitu 116,34 per 100.000 dan 10, 75 per 1.000 kelahiran. Tentu, tak ada faktor tunggal yang tepat menjelaskan semua pencapaian itu. Campur tangan pemerintah pusat memiliki kontribusi terhadap pencapaian itu. Kehadiran berbagai lembaga penelitian di wilayah Jawa Tengah yang turut menggali, mendalami, mempelajari serta memberikan upaya untuk mengatasi persoalan yang ada tak bisa dikesampingkan. Namun, yang menarik untuk digarisbawahi dan patut diberi apresiasi tinggi adalah sikap tidak cepat puas diri dan kerja tim yang tidak terkungkung pada hirarki. Sikap ini tampak pada sebagian warga (lihat: “Waspada, Siaga, dan Awas Bersama Radio Komunitas”). Tetapi yang tak kalah penting, jajaran kesehatan di provinsi ini agaknya menujukkan sikap serupa.

Tidak Cepat Puas DiriDr. Anung Sugihantono, M.Kes,

Kepala Dinas Kesehatan Prov. Jawa Tengah, menegaskan, di balik angka-angka indikator kesehatan yang jauh lebih baik dibandingkan rata-rata nasional, masih banyak pekerjaan rumah yang meminta perhatian. Contohnya, AKI. “Secara nominal, jumlahnya

masih luar biasa, yaitu 675 jiwa,” katanya. “Angka persalinan oleh tenaga kesehatan adalah 97,9 persen. Tetapi, 2 persen itu maknanya 2 perseratus kali 600 ribu kehamilan, dan itu berarti ada 12 ribu persalinan ditolong oleh non-nakes, walaupun sudah ada jampersal.”

Secara garis besar, bagi Kadinkes yang juga lama bertugas di Bappeda Jateng, indikator-indikator itu justru memperlihatkan tiga persoalan utama

yang kini dihadapi Provinisi Jawa Tengah.Pertama, mutu pelayanan. Berbeda

dengan banyak daerah lain di Indonesia, akses terhadap pelayanan kesehatan bagi warga Jateng hampir tidak menjadi soal. Bidan desa, misalnya, hampir mencapai tingkat 1 bidan 1 desa. Yang menjadi soal adalah mutu layanan. K1, misalnya, sejauh ini masih belum 100 persen, yaitu masih 98,89. K4 hanya 92,99 persen.

Persoalan mutu serta integritas petugas kesehatan juga dirasakan oleh Kadinkes Kabupaten Klaten, dr. Ronni. Bebebarapa tahun lalu, beberapa bidan di Klaten ditengarai memberikan rujukan berdasarkan fee yang mereka terima. Dari survei yang dilakukan, ada sekitar 34 nama baik individu maupun lembaga yang terlibat. Besar fee sekitar 150 ribu hingga 2,5 juta. Beruntung pada 2012 praktik yang kurang terpuji itu jauh berkurang. Diduga perbaikan itu tak lepas dari AMP (Audit Maternal Perinatal) yang diterapkan dengan tegas, sehingga sanksi bisa diterapkan pada yang melanggar. Hanya saja, petunjuk teknis Kemenkes 2012 meminta AMP dilakukan secara anonim, sehingga dikhawatirkan penerapan

dr. ANUNG SUGIHANTONO, M. KesSalah satu program yang dilakukan adalah memfasilitasi kabupaten/kota dengan ilmu, bukan dengan kewenangan atau kekuasaan

dr. RONNIYang menjadi soal adalah mutu layanan

40 | mediakom 41 | APRIL | 2013

d a e r a h

Page 43: Mediakom 41

sanksi yang diperlukan tak bisa lagi dilakukan dengan baik.

Kedua, masalah budgeting. Belum semua kabupaten/kota mengimplementasikan UU36/2009 tentang Kesehatan, yang menyatakan bahwa anggaran kesehatan adalah 5 persen dari APBN untuk tingkat nasional dan 10 persen dari APBD untuk daerah. Sejauh ini persentase itu sudah membaik di masing-masing wilayah kabupaten/kota, menurut dr.. Anung, tetapi fokus penggunaan masih untuk personil dan kuratif. Dan, persoalan budgeting ini juga terkait erat dengan masalah desentralisasi. Rata-rata rasio PAD dan APBD di Jateng adalah berkisar 6% hingga 23%. Terendah Kabupaten Klaten dan tertinggi Kota Semarang.

Ketiga, kinerja program. Perlu dilihat kembali sedemikian rupa bagaimana program-program kesehatan itu lebih bertanggung jawab tentang makna kesehatan, apakah kesehatan sebagai objek atau sebagai subjek, sebagai orientasi atau akibat dari suatu proses.

Untuk mengatasi ketiga persoalan itu, beberapa upaya telah dilakukan. Antara lain, untuk meningkatkan kompetensi, pelatihan manajemen puskesmas diselenggarakan oleh UPT Pelatihan Kesehatan di Gombong. Sejauh ini yang telah dilatih sekitar 380 orang dari 800-an pusksemas. Untuk bidan, organisasi profesi dan para pengelola program dilatih dengan kurikulum yang menyertakan pembelajaran nyata di lapangan dan pendekatan pedagogik yang menjadi satu kesatuan.

Untuk mengatasi persoalan budgeting, dilakukan advokasi atau mengupayakan pemahaman yang sama tentang konsep pembiayaan, dan di balik itu dilakukan sinkronisasi perencanaan dan sekaligus pelaksanaan. Salah satunya mensinkronkan budgeting melalui rakerkesda, yakni memadukan kegiatan APBN di daerah, APBD prov. di kab/kota, dan kegiatan-kegiatan kab/kota untuk persoalan-persoalan yang dihadapi.

Data Pusat Di luar tiga persoalan di atas, Provinsi

Jateng merasakan perlunya koordinasi yang lebih baik dengan lembaga pusat. Ambil misal dalam hal Jamkesmas. Menurut dr. Ronni, di Kabupaten Klaten, data penduduk miskin yang berasal dari berbagai jenis pendataan, disinkronkan di Bappeda. Jadi relatif tidak ada masalah. Yang kemudian menjadi soal, data peserta Jamkesmas 2013 yang diturunkan dari Pusat pada akhir 2012 berbeda cukup banyak. Akibatnya, mereka yang pada 2008 telah tercatat sebagai penerima Jamkes, pada 2012 banyak yang tidak lagi memiliki kartu. Padahal, mereka termasuk dalam kelompok miskin yang benar-benar berhak atau yang menderita penyakit katastropik (baca juga: “Harap-harap Cemas Jelang JKN”). Sebaliknya, daftar yang turun dari pusat tak jarang malah mencakup mereka yang kaya, PNS, atau bahkan orang yang sudah meninggal.

Kejadian semacam ini agaknya

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VR).Dikembangkan dari UPBPV yang berdiri di Semarang pada 1976, B2P2VR ini adalah satu di antara lembaga penelitian yang terdapat di Jawa Tengah. Tugas utama lembaga ini adalah meneliti dan mengembangkan vektor dan reservoir penyakit serta pengendaliannya.

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 41

Page 44: Mediakom 41

tak lepas dari cara pengambilan data. Sejauh ini, menurut dr.. Ronni, mengapa data BPS kerap tidak valid adalah karena lembaga itu menggunakan sistem blok. “Petugas tidak masuk ke rumah-rumah, hanya bertanya kepada Pak RT.”

“Kluyuran”danNKRIMenyadari persoalan yang dihadapi

di atas dan upaya-upaya yang perlu diambil sebagai langkah pemecahan, dr.. Anung menegaskan pentingnya kerja tim dari seluruh pihak yang terkait. Bukan hanya di tingkat provinsi tetapi juga di tingkat kabupaten/kota. Untuk itu, dr. Anung telah menegaskan bahwa salah satu program yang akan dilakukan adalah memfasilitasi kabupaten/kota dengan ilmu, bukan dengan kewenangan atau kekuasaan. Hal itu dilakukan melalui pelatihan dan penguatan jabatan fungsional dengan pelatihan-pelatihan sebagai fasilitator atau pengajar program kesehatan.

Seluruh jajaran kesehatan juga disarankan untuk membina komunikasi informal lintas struktur dan hirarki. Kluyuran, begitulah sebutannya, selalu didorong untuk mendapatkan feedback sekaligus sarana pendampingan di

bidang teknis,

kinerja, perilaku, hingga urusan sarana/prasarana. Hasilnya diteruskan secara informal pula pada pemangku

kepentingan terkait, sekalipun mereka berada dalam struktur yang berbeda.

Dalam melakukan semua kerja tersebut, Kadinkes memperkenalkan suatu landasan yang disebutnya sebagai NKRI. N berasal dari singkatan Niat: semua layanan harus diawali dengan niat

baik. K merupakan kependekan Kerja Keras dan Kerja Cerdas, untu

menyarankan bahwa kerja “sebagaimana biasanya” (business as usual) tidak lagi memadai. Yang sangat diperlukan adalah turun lapangan, observasi, dan

beberapa indikator kesehatan Provinsi Jateng

Umur Harapan Hidup

72, 6 tahunAKI (2012)

116,34 : 675 orangAKB (2012)

10,75 : 6.235 jiwaKasus balita gizi buruk

1.131Malaria (API)

0,075HIV/AIDS (kasus baru)

607/797

Pertumbuhan ekonomi

6,2%inflasi

1,8%Jumlah penduduk

32,9 juta(BPS)

39,7 juta(Sistem

Administrasi Kependudukan)

Penduduk miskin

14,3%(4,8 juta)

Data PPLS

15,9 juta jiwa

Peserta Jamkes

15,1 juta

SARANA KESEHATANPuskesmas

873 unitdengan

307dilengkapi rawat

inap.

Rumah sakit umum

193 unitRumah sakit

khusus

70 unit

TENAGA KESEHATAN

Buku Saku Kesehatan Provinsi JatengBerprinsip dan bertindak secara “rasional” berdasarkan fakta dan data, Dinkes Prov. Jateng setiap tiga bulan memperbarui data-data profil kesehatan dan menerbitkannya dalam bentuk Buku Saku. Kebaruan data menjadi sumber ketepatan bertindak.

Dokter umum

4.456 orang

Dokter spesialis

2.221 orang

Dokter gigi dan gigi spesialis

26.462 orang

Perawat

27.409 orang

Bidan

14.665 orang

Rasio bidan/desa

1,19 Tenaga Kesehatan

lain

15.076 orang

merespons. Huruf ketiga, R, berasal dari kata Rasional. Secara manajerial, rasional berarti semua langkah berbasis fakta dan data lapangan yang locally unique, bukan “out of the blue”. Secara filosofis, rasional berarti semua yang akan dilakukan harus ditimbang masak-masak antara kemampuan, tantangan, dan risikonya, sehingga langkah-langkah bisa dipertanggungjawabkan. Huruf terakhir, I adalah ikhlas. Tidak ada kerja yang bisa memuaskan semua pihak, dan itu memerlukan keikhlasan untuk menerima faktanya. Keluhan atau kritik masyarakat perlu diterima dengan sikap tawadhu’, makin merendah dan tidak menyombongkan diri atas keberhasilan yang sudah dicapai. *

DERAJAT KESEHATAN

42 | mediakom 41 | APRIL | 2013

d a e r a h

Page 45: Mediakom 41

“Ya nggak tahu kenapa saya nggak dapat Jamkesmas. Saya dan mbok Sadiyo ya sama

saja. Dari dulu sama-sama nggali pasir. Suami ya sama-sama buruh tani.” Sarni (60 th) santai saja berujar sambil cekatan menggaruk pasir kualitas premium kali Woro yang setia menghidupi keluarganya dari waktu ke waktu. Peluh deras mengalir di wajahnya yang agak gelap. Sejenak kemudian mbok Sadiyo membantu mengangkat baskom yang telah penuh diisi pasir. Berat pasti. Hentakan pertama hanya mengangkat baskom sampai ke atas bahu, kemudian disambung hentakan kedua yang mendudukkan baskom di atas kepala Sarni. Sarni akan membawanya ke bibir kali untuk dikumpulkan sampai ada truk pengangkut yang membelinya.

Dua perempuan perkasa yang sama-sama sudah bercucu itu nampak masygul tapi tak terlalu ambil pusing dengan ‘pembagian’ kartu Jamkesmas yang dirasa ‘diskriminatif’. Suami mereka sama-sama sudah pernah menginap di rumah sakit; yang satu operasi prostat, yang lain bermasalah dengan jantung. Yang satu tidak bayar karena memiliki kartu jamkesmas, yang satu harus merogoh kantong sendiri. “Habis enam juta. Dibayar gotong-royong dari tetangga,” ujar Sarni. Gotong-royong memang sangat kental dan nyata di kalangan warga lereng Merapi.

Penentuan peserta dan soal kartu tetap menjadi pekerjaan rumah klasik bagi suksesnya program Jamkesmas. Apalagi di tahun 2013, tahun transisi menjelang diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 1 Januari 2014. Dokter Ronni, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dengan lugas menilai pembagian kartu tahun ini ‘sangat kacau’. Selain data penerima Jamkesmas banyak yang tidak tepat, kartunya juga dianggap rawan karena tidak menyebut umur atau tanggal lahir. Ini tentunya menjadi

HARAP-HARAP CEMAS JElANG ‘JKN’masukan bagi pembuat kebijakan dan keputusan di Pusat. Ronni yang juga ketua Asosiasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah ini mengikuti dengan cermat perkembangan persiapan program Jaminan Kesehatan Nasional.

Tak ada keraguan akan niat mulia dan masa depan yang lebih baik dengan JKN. Bahkan untuk mempersiapkan pelaksanaan JKN 2014 tersebut, berbagai institusi pemerintah di Jateng, menurut dokter Anung, sudah mulai dipersiapkan, melalui sosialisasi dan pengembangan forum di antara mereka untuk memudahkan proses negosiasi dan proses pendampingan dalam negosiasi, termasuk credentialing yang nanti akan dilakukan oleh BPJS Kesehatan. Kendati demikian, masih ada beberapa hal yang cukup membuat risau. “Jamkesmas kan akan jadi PBI (Penerima Bantuan Iuran). Saya titip sebelum masuk 2014 data (PBI) ini harus selesai,” Ronni mengingatkan. Baginya yang paling krusial adalah soal data. Nantinya kepesertaan akan ditangani oleh BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bidang Kesehatan). Konsep yang jelas dan tidak berubah-ubah sangat diharapkan terutama oleh para punggawa kesehatan

di daerah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Soal besaran premi juga menjadi isu yang ditunggu keputusannya oleh daerah. Ronni berharap setidaknya pada pertengahan 2013 hal itu sudah jelas. Daerah mempunyai tugas menyiapkan provider atau pemberi pelayanan kesehatan (PPK). Selain Puskesmas, Rumah Sakit, dan fasilitas pemberi layanan kesehatan lain, Klaten juga menerapkan model pelayanan kesehatan oleh dokter keluarga. Tentu semuanya harus ditata ulang dan disinkronkan dengan berbagai kebijakan yang saat ini masih terus digodok. Sementara itu, kepercayaan terhadap PT Askes yang akan bertransformasi menjadi BPJS juga pekerjaan rumah yang lain. “Non-profitnya Askes setelah menjadi BPJS masih dipertanyakan,” Ronni menekankan.

Kalaupun ada perasaan ragu dan gemas dengan lambannya persiapan menjelang pelaksanaan JKN, anggaplah itu dukungan bagi JKN untuk lebih tegar melangkah. Harap-harap cemas, ngeri-ngeri sedap, wajar saja membias di benak siapa pun yang peduli. Ayo dukung JKN.*

Perempuan Penggali

Pasir, Kali woro,

Kemalang, Klaten.

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 43

Page 46: Mediakom 41

Radio “dua meteran” yang bertengger di atas kursi di depan ruang serbaguna di lantai dua rumah pedesaan itu terus saja

keresak- keresek. Tak terlalu berarti bagi yang tidak cukup akrab dengan perangkat itu. Namun bagi Sukiman dan crew-nya, perubahan suara pada mesin yang tak pernah mati itu bisa mengisyaratkan tindakan darurat yang harus dilakukan. Radio komunikasi itu terhubung dengan titik-titik di sekitar gunung Merapi, baik dengan petugas

gunung maupun dengan masyarakat dan relawan. Jejaring tersebut dinamakan JALIN MERAPI atau Jaringan Informasi Lingkar Merapi.

“Tolong jangan bilang dari mana dan mau apa,” berkali-kali Sukiman mengingatkan. “Membaur saja dengan masyarakat, tanya apa saja silahkan, asal jangan bilang mau diekspos atau bicara proyek. Nanti saya dikira memanfaatkan mereka.” Sukiman nampaknya menjaga betul kepercayaan dan kemandirian warganya dalam menjalankan hidup sehari-hari. Kewajaran, semangat, dan

kegotong-royongan memancar dari percakapan dan aktivitas di dusun Deles, dusun tertinggi di tenggara Merapi yang masuk wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Filosofi radio komunitas “dari, oleh, untuk dan tentang warga” dipahami benar oleh Sukiman. Tiga belas tahun radio komunitas Lintas Merapi yang digagasnya itu tetap mengudara berkat filosofi yang tak pernah diingkarinya. Sesungguhnya ini tak lagi soal radio, tapi keeratan, bahkan kehidupan senasib sepenanggungan, sebuah

WaSPaDa, Siaga Dan aWaS BerSama raDio komuniTaS

44 | mediakom 41 | APRIL | 2013

d a e r a h

Page 47: Mediakom 41

komunitas. “Bayangkan, ada 26 penyiar, 8 di antaranya wanita, yang setia siaran secara sukarela, tak dibayar.” Tentu yang dimaksud penyiar tak lain adalah warga, yang hobi dan mau siaran. Itu bukti kekuatan, dan keberhasilan, radio komunitas.

Sukiman yang asli Dusun Deles adalah juga Koordinator Jalin Merapi. Jaringan yang berdiri sejak 2006 ini digagas bersama oleh tiga radio komunitas dari Klaten, Boyolali, dan Magelang bersama beberapa LSM yang peduli akan kebutuhan informasi

dan komunikasi sekitar Merapi. Kini Jalin Merapi menjadi andalan terdepan komunikasi di antara warga dengan tambahan dua simpul lagi radio komunitas dari Magelang dan Sleman. Akses kemudian diperluas dengan website, twitter, facebook, SMS gateway, dan tentu saja telepon. Warga maupun pihak luar dapat mengikuti dan bertanya tentang situasi Merapi terkini dari sumber yang paling dekat dan paling akrab dengan gunung berapi tersebut. Dinding ruang depan rumah Sukiman penuh foto kegiatan anak-anak muda Deles maupun wajah orang-orang dari dalam dan luar negeri yang memberikan apresiasi pada gairah dan bukti cinta manusia pada buminya.

Pada hari-hari normal, Lintas Merapi menyiarkan acara yang mengisi kehangatan di ruang hati para warga. Gending Jawa yang menjadi favorit pendengar, malam itu dihantarkan penuh keakraban oleh pak Slamet (45 th). Telepon genggam model lama yang sudah dililit karet berkali-kali mengirimkan pesan sms dari pendengar yang turut bergabung. Beberapa pengumuman dan informasi tentang cuaca diselipkannya. Mestinya informasi kesehatan akan sangat mengena disampaikan dalam keakraban seperti ini. Sebuah proyek yang dimotori organisasi nirlaba PATH bekerja sama dengan 12 radio komunitas di Afrika Selatan terbukti telah menumbuhkan pengetahuan dan kesadaran akan hak perempuan dalam kesehatan reproduksi. Program lain di India

Sukiman.koordinator Rakom Jalin merapi

uyo.Penyiar remaja

Rakom Lintas merapi

“Bayangkan, ada 26

penyiar, 8 diantaranya

wanita, yang setia siaran

secara sukarela, tak

dibayar.”

bernama Science for Women’s Health and Nutrition telah menjangkau dan membantu meningkatkan kesehatan ribuan perempuan melalui obrolan di 20 radio komunitas. Sekali lagi, kekuatan pondasi “dari, untuk, oleh dan tentang komunitas” tak bisa ditandingkan dengan media lain. Keaslian dan kelugasan radio komunitas menjamin proses pembelajaran yang paling pas dengan kondisi dan budaya setempat. Dengan jumlah yang diperkirakan mencapai lebih dari seribu, meskipun belum semua terdaftar resmi, kesaktian radio komunitas sungguh tak berhenti pada ‘waspada, siaga, dan awas’.

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 45

Page 48: Mediakom 41

“Desa kami di sini. Ndak mungkin kami pindah dari tempat ini. Bagaimana hidup bersama Merapi, itu yang kami pelajari.”

Pagi luar biasa indah. Dingin memudar di Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Puncak fenomenal Merapi begitu dekat, nampak terkoyak seperti bekas gigitan. Oktober 2010, letusan dan lahar Merapi menyapu segala. Jogja dan Jawa Tengah yang santun mendadak terhentak, terhempas dan terseret.

Pemulihan pasca bencana erupsi Merapi diakui banyak pihak berjalan dengan baik. Dalam hitungan bulan Deles seperti kembali ke kedamaian sebelumnya. Tak akan sama pasti. Tapi jika kekuatan batin dan keyakinan akan lakon urip – jalannya kehidupan –mengalir jernih di keseharian warga, maka gairah membangun kehidupan yang mereka cintai takkan terkalahkan oleh apapun.

Pagi itu hutan, kebun, jalan, sekolah, sungai telah terisi geliat warga, meski matahari belum lagi sempurna membuka warna. Tak ada kemalasan, tak jua ketergesaan. Dan..ah, senyum begitu mudah terukir di wajah siapapun. Alam pun mengganjar dengan sepadan, dengan pagi yang luar biasa indah.

DeSa kamiDi Sini

46 | mediakom 41 | APRIL | 2013

d a e r a h

Page 49: Mediakom 41

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 47

Page 50: Mediakom 41

muhtar (51), pegawai Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan, berlari

cepat, dari stasiun Manggarai menuju terminal Manggarai. Kurang lebih 500 meter. Dia mengejar Kopaja 66 yang melewati Kantor Kemkes. Harapanya, dapat sampai kantor sebelum pukul 7.30 Wib. Ketika disampaikan, ngak usah berlari, paling kalau terlambat datang, hanya dipotong remunerasinya. Mendengar peryataan itu, Muhtar terkaget-kaget dan menambah kecepatan berlarinya, dengan wajah muram, tidak rela, kalau harus dipotong. Hari itu, ternyata sampai kantor, tepat pukul 07.26 Wib. Muhtar mengatakan selamat, selamat, selamat dengan wajah sumringah.

Lain lagi dengan Sri Wahyuni ( 40), pegawai Puskom Publik Kementerian Kesehatan. Ia berangkat pagi-pagi benar, pkl 05.00 sampai kantor pukul 06.30. Setelah itu, baru mematut-matut diri, agar cantik, seperti biasanya para wanita. “ Saya ngak sempat melakukan di rumah, sebab berangkat dari rumah telat sedikit, maka sampai kantor telatnya banyak, karena sudah terhambat macet”, ujar Yuni, sambil menggunakan bedak didepan cermin kecil miliknya.

Tak hanya Muhtar dan Yuni, tapi masih banyak lagi karyawan Kemkes melakukan hal yang sama, mengejar target hadir di kantor sebelum pukul 07.30. Ada lagi kisah seru seorang karyawati, karena tertinggal jemputan. Kebetulan tanggal tua, ongkos pun hanya pas-pasan untuk naik jemputan dan makan siang di kantor. Berhubung, tertinggal jemputan, ia harus memutuskan dua pilihan. Naik ojek dan makan siang, agar tidak telat. Bila naik ojek, berarti tidak makan siang, bila tidak naik ojek, pasti telat. Akhirnya dia memilih naik ojek. Bagaimana dengan makan siang ? Akh bisa hutang teman kantor. Begitu cerita dari Yuni.

Semangat reformasi, memang sudah terasa hangat. Isu remunerasi cukup menjadi pemicu untuk bekerja lebih baik dan tertip. Mulai dari tertip waktu datang dan pulang. Juga tertip administrasi teknis dan keuangan. Membuat catatan harian dan laporan sudah mulai dikerjakan, walau masih lupa-lupa ingat. Banyak lupanya dari ingatnya. Apalagi sudah beberapa hari tak membuat catatan, lebih banyak lagi lupanya. Oleh sebab itu disarankan agar secara rutin membuat catatan setiap hari, sebelum lupa pada hari berikutnya. Sebagai pimpinan juga jangan bosan-bosan mengingatkan untuk membuat catatan harian untuk dirinya dan para stafnya.

fotoaBsensi RemuneRasi

Prawito

Sistem yang dibangun akan

berlangsung dengan baik,

bila dua unsur penentu

saling melengkapi. Satu;

unsur harapan yang dimiliki

oleh karyawan. kedua;

unsur pemenuhan harapan

yang dijanjikan pemerintah

berupa remunerasi.

kolom

48 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 51: Mediakom 41

Memang butuh waktu dan proses untuk menerapkan sistem yang akan dibangun. Alwalnya terasa berat. Khususnya, karyawan yang punya kebiasaan berangkat siang, pulang siang atau berangkat kapan saja, pulang semaunya. Kondisi ini sampai muncul istilah cara pandang ”rajin-ngak rajin gajinya sama”. Mengapa musti harus rajin-rajin?

Tapi itu dulu, seiring dengan berjalannya waktu, perubahan cara pandang dan perilaku akan berubah lebih baik. Sebelumnya, karyawan datang tidak tertip biasa saja, karena banyak temannya. Sekarang tidak tertip malu, karena sedikit temannya. Ada rasa malu terkena sanksi sosial, kecuali yang tidak punya rasa malu atau sudah putus “urat kemaluannya”.

Sistem yang dibangun akan berlangsung dengan baik, bila dua unsur penentu saling melengkapi. Satu; unsur harapan yang dimiliki oleh karyawan. Kedua; unsur pemenuhan harapan yang dijanjikan pemerintah berupa remunerasi. Sebab, dari survey sekilas, apalah artinya reformasi tanpa remunerasi. Sebagian besar tak mengerti makna reformasi, apalagi bercerita 8 area perubahan, ribet...!. Tapi yang dipahami bahwa reformasi itu remunerasi “ada tambahan sejumlah rupiah setiap bulan yang ia terima” , Sederhana kan...?

Sekarang, sudah saatnya karyawan akan mengikuti seluruh persyaratan yang diwajibkan agar mendapat sejumlah rupiah setiap bulan. Ketika sudah memiliki semangat untuk berubah melalui sederet peraturan yang harus diikuti. Pertanyaanya, sudahkah sarana dan prasana untuk itu terpenuhi ? Misal fingger print, sebagai alat absensi yang akurat. Keteladanan pimpinan untuk mengikuti aturan yang telah

ditetapkan. Mekanisme monitoring dan evaluasi atas kenerja perorangan dan institusi, serta hal-hal lain yang mendukung, terutama ketersediaan dana untuk remunerasi.

Sering mendengar isu-isu kapan remunerasi akan dimulai tahun 2013. Ada yang sebut bulan Maret, Juni, Oktober dll. Belum ada edaran resmi hitam-putih yang dapat dipertanggung jawabkan. Mengapa demikian ? Karena semua masih proses. Karyawan sedang berproses berubah perilaku, pemerintah sedang berproses menyediakan dana dan administrasi birokrasi yang menyertainya. Bila semua sudah pasti, pada saatnya pasti ada kepastian, kapan sejumlah rupiah remunerasi itu diberikan.

Untuk sementara itu, biarlah dinamika absensi-reformasi birokrasi-remunerasi berkembang dengan

persepsi masing-masing karyawan, sampai pada tingkat kematangan yang sempurna. Seperti menanti matangnya buah durian di atas pohon. Kemudian suatu saat, durian itu jatuh dalam tingkat kematangan yang sempurna. Baunya wangi, manis dan nikmaaa...at. Kapan itu ?

Ketika karyawan tampak nyata bergembira, bekerja dengan semangat, dedikasi tinggi, penuh empati dan rasa tanggung jawab. Ia pun merasa cukup dan bersyukur dengan penghasilan yang diterima sesuai ketentuan. Tak perlu harus mencari-cari tambahan penghasilan yang ilegal, diluaran sana. Sementara masyarakat pun merasa puas atas kinerja pelayanan yang diberikan. Jadi Karyawan puas dan masyarakatpun puas. Itulah kematangan reformasi birokrasi yang dicita-citakan. Semoga...!*

acTi

onco

.Fr

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 49

Page 52: Mediakom 41

aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) adalah kegiatan program pencegahan dan pemberantasan korupsi

yang dijabarkan dari Peraturan Presiden No.55 Tahun 2012, tentang Strategi Nasional (STRANAS) PPK jangka panjang tahun 2012-2025 dan jangka menengah tahun 2012-2014, yang harus dilaksanakan olek Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Aksi STRANAS untuk PPK tahun 2011, 2012 dan 2013 dituangkan dalam Inpres No.9 tahun 2011, No.11 tahun 2011 dan No.1 tahun 2013 tentang Aksi Pence gahan dan Pemberantasan Korupsi.

Inpres No.9 tahun 2011 menyatakan aksi PPK pada Kementrian Kesehatan menitikberatkan pada tercip tanya penyaluran dan penggunaan dana BOK, secara transparan dan akuntabel. Hasil penilaian aksi PPK pada Kementrian

Kesehatan tahun 2011 oleh UKP4 adalah memuaskan (hijau).

Pada proses pelaksanaan Inpres tersebut kementrian Kesehatan berupaya untuk memfokuskan kepada upaya transparansi, dalam pelaksanaan proses registrasi alat kesehatan secara online. Serta men dorong transparansi dalam penyaluran dan peng gunaan dana program Bantuan Operasional dan Kesehatan, Jamkesmas dan Jampersal masyara kat yang bebas

AKSI PENCEGAHANDAN PEMBERANTASANKORUPSI

birokrasi bersih melayani

50 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 53: Mediakom 41

korupsi. Sehingga dalam realisasi keseluruhan, kecuali untuk Jamkesmas dan Jamper sal mencapai 90 persen dari target.

Inpres No.1 tahun 2013 aksi PPK pada Kementrian Kesehatan menitik beratkan pada pelaksanaan strategi komunikasi pendidikan yang mendorong pen ingkatan sikap dan perilaku anti korupsi para peny-elenggara di lingkungan internal Kementrian Kesehat an. Ukuran keberhasilan dan peningkatan dari sikap serta perilaku anti korupsi, dapat senantiasa terus dikembangkan dan dijalankan oleh para penyeleng gara di lingkungan kementrian kesehatan, adalah:- Tersusunnya dokumen strategi

komunikasi dan Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK) pada Kementrian Kesehatan sebagai saran operasional komunikasi untuk mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi secara menyeluruh.

- Terlaksananya strategi komunikasi

dan Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK) melalui sosialisasi dan kampanye budaya anti korupsi di lingkungan internal dan seluruh satker Kementrian Kesehatan.

Strategi Nasional Aksi Pencegahan dan Pember antasan Korupsi yang selanjutnya disebut dengan STRANAS PPK.

Ini adalah sebuah dokumen yang memuat visi, misi dan sasaran strategi dan fokus kegiatan prioritas, dalam melaksanakan pencegahan dan pemberan tasan korupsi jangka panjang 2012-2025 dan jangka menegah 2012-2014 serta piranti anti korupsi.

Strategi Nasional Aksi Pencegahan dan Pemberan tasan Korupsi tersebut diimplementasikan dalam 6 buah strategi nasional yang telah dirumuskan, yakni :- Melaksanakan upaya-upaya

pencegahan- Melaksanakan langkah-langkah

strategis di bidang penegakan hukum

- Melaksanakan upaya-upaya harmonisasi penyu sunan peraturan perundang-undangan di bidang pemberantasan dari sektor terkait lain.

- Melaksanakan kerjasama internasional dan penyela matan asset hasil tipikor.

- Meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti ko rupsi

- Meningkatkan koordinasi dalam rangka me kanisme pelaporan pelaksanaan upaya pemberan tasan korupsi.

Dalam implementasi STRANAS PPK, Kementrian dan Lembaga dapat mengadopsi beberapa Piranti Anti Korupsi, seperti berikut :- Profile Assesement- Citizen’s Charter- Kode Etik- Mekanisme Kontrol Sosial- Mekanisme Pelaksanaan

Keterbukaan Informasi - Mekanisme Penanganan

Pengaduan Masyarakat- Mobilisasi Masyarakat Sipil- Pakta Integritas- Pengaturan Konflik Kepentingan- Penggunaan Insentif Positif- Penguatan Lembaga Yudisial- Penguatan Pemerintah Daerah- Pengurangan Kompleksitas

Pengaduan- Perlindungan Bagi Whistle Blower

dan Justice Collabo rator- Proses Pelayanan Publik dan

Pengadaan Barang dan Jasa Berbasis IT

- Transparansi serta Penyingkapan Aset dan peng hasilan

- Uji Integritas Kepada Pegawai.*

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 51

Page 54: Mediakom 41

Banjir adalah bencana yang membahayakan, betapa banyak pemukiman penduduk terendam, segala infrastruktur dan rumah warga jadi rusak. Semua kegiatan menjadi lumpuh, tetapi ada keanehan juga yaitu di tengah-tengah meluapnya banjir itu pun masih ada terjadi kebakaran.

Banjir kali ini menurut kita adalah pengalaman yang terburuk. Apabila warga Jakarta mulai dari sekarang tidak belajar dari bencana seperti ini, maka siap-siaplah saja Jakarta akan tenggelam dan berbagai kerugian baik fisik dan moril akan lebih dari yang terjadi pada saat ini. Karena apa, bencana banjir saat ini adalah titik balik bila rakyat dan pemerintah sadar melakukan tindakan penanggulangan banjir yang konsisten, maka hasil terbaik dari upaya akan dinikmati warga Jakarta.

Kita masih ingat tanggal 17 Januari 2013 Jakarta dikepung banjir, segala aktivitas menjadi terhenti. Dimana-mana terjadi evakuasi pengungsi. Yang sangat mengharukan warga Jakarta guyub rukun, saling memberi informasi dan menyalurkan bantuan. Ini banjir atau musibah yang penuh hikmah. Hujan terus mengguyur kota Jakarta dan ada beberapa tanggul jebol yang akhirnya mengubah kota Jakarta menjadi kubangan air. Kita melihat ketenangan warga Jakarta menghadapi musibah banjir ini memang bukan tanpa alasan atau sebab. Salah satu sebabnya adalah sikap Gubernurnya Bapak Jokowi yang sangat merakyat itu dapat menyatukan

diri dengan warganya. Beliau bahkan terjun langsung ke lapangan untuk memantau siang dan malam, dengan berbagi tugas dengan wakilnya dan memberi bantuan bagi yang membutuhkan, tanpa diminta, Ini yang membuat seluruh warga Jakarta merasa tenang, karena mereka tidak merasa sendirian di tengah-tengah bencana banjir ini tetapi ditemani gubernurnya.

Memang sebagai Ibu Kota Negara, Jakarta seharusnya kalau bisa tidak terendam banjir, karena Kota Jakarta adalah sebagai etalase. Apalagi Jakarta ini telah berpengalaman banjir dari tahun ke tahun.

Untungnya DKI Jakarta saat ini memiliki sosok pemimpin yang pintar dan punya hati nurani yang dalam dan mau terjun langsung dimana banjir melanda dan menggenangi daerahnya. Banjir adalah sebuah bencana yang siapapun pasti tidak menginginkannya. Bencana banjir ini salah satunya disebabkan oleh kita, dari kita, untuk kita.

Sudah saatnya kita berefleksi dan merubah pola hidup. Percuma saja, berbagai kebijakan yang diambil dan dilaksanakan oleh Jokowi, namun kita tidak mendukung, toh itu untuk kebaikan kita.

Musibah bencana banjir kali ini dialami oleh hampir semua warga penduduk Jakarta. Harapan kita semua ini akan menjadi kepedulian bersama. Banjir yang melanda Jakarta selalu diawali dari curah hujan yang tiada kunjung reda atau henti. Sementara debit

fotoBenCana BanjiR dan hikmahnya

Waspodo Purwanto

ketika musim hujan telah tiba waktunya tentu membawa suatu kebahagiaan bagi sebagian masyarakat atau penduduk karena dengan

datangnya musim penghujan tersebut sawah kering kembali subur. Namun ada juga masyarakat atau penduduk merasa sesak nafas dengan datangnya musim penghujan sebagai bencana

Khusus DKI Jakarta yang sebagian penduduknya sudah terbiasa dan mempunyai perkiraan kapan ada datang banjir dengan istilah banjir tahunan atau banjir lima tahunan. Bagi warga Jakarta, banjir adalah banjir, bencana adalah bencana. Banjir sudah dirasakan secara rutin. Mau tidak mau warga Jakarta secara serentak dan bersama-sama berjaga-jaga sepanjang siang dan malam, siap untuk mengantisipasi segala bentuk keadaan yang mendadak. Ketika curah hujan yang lebat, membuat warga Jakarta sadar dan peduli, kalau air bisa saja datang sewaktu-waktu dan naik setinggi-tingginya.

Kita masih ingat beberapa tahun yang lalu saat Jakarta dilanda bencana banjir, para relawan dan donatur menyiapkan sembako dan berkantong-kantong nasi bungkus dan membagikannya kepada para korban banjir. Jadi hal ini menjadi pengalaman yang sangat berharga yang tertanam dalam hati setiap warga Jakarta, walaupun tengah malam masih memiliki kesempatan bekerja untuk menolong kepentingan orang lain.

kolom

52 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 55: Mediakom 41

air yang jatuh ke tanah tidak diimbangi dengan infrastruktur kota yang layak dan siap menerima dan menampung luapan air, sungai-sungai, saluran air/got kotor dan penuh timbunan sampah, ditambah lagi dengan datangnya banjir kiriman dari Bogor membuat kota Jakarta menjadi kota yang selalu identik dengan kebanjiran setiap tahunnya. Belum lagi kebiasaan sebagian masyarakat yang kurang/tidak peduli terhadap kepentingan umum misalnya membuang sampah di sungai dan tata kota yang tidak mengindahkan penyediaan daerah/lahan penyerapan air.

Sebuah bencana pasti menghasilkan kerugian ketimbang keuntungan. Memang betul dan benar di balik segala sesuatu pasti ada hikmahnya yang bisa diambil. Banjir di Jakarta tidak harus berarti menimbulkan bencana saja, tapi juga ada hikmahnya, terutama tampak sekali yaitu terbangunnya rasa kebersamaan kehidupan warga dalam bermasyarakat. Banyak sekali petugas penanganan banjir, relawan, ormas, TNI, POLRI dan pribadi yang turun membantu korban, semua melupakan perbedaan. Semua warga dengan latar belakang etnis, budaya dan agama membaur, senasib sepenanggungan bergotong royong.

Banjir di Jakarta harus dipetik hikmahnya agar jangan hanya membawa dan menyisakan penderitaan dan beban yang berkepanjangan bagi seluruh warga Jakarta. Sebesar apapun bencana dan tantangan hidup akan mudah dihadapi dengan jalan kebersamaan dan gotong royong anak negeri, kerjasama kemanusiaan.

Cepat tanggap dalam menghadapi musibah banjir ini adalah penting, apalagi kalau dikaitkan dengan musibah yang banyak menelan korban. Pada saat itulah hati nurani kita sebagai insan manusia merasa terpanggil untuk melakukan berbagi dan turut serta merasakan penderitaan saudara kita yang sedang dalam kesulitan. Tidak hanya

sekedar melihat atau menonton pilunya penderitaan mereka, tetapi kita harus mampu membaca pesan yang tersirat di balik bencana banjir ini. Membaca bencana bagi rakyat/penduduk/warga adalah kesiapan untuk saling berbagi mengurangi berbagai beban dan penderitaan yang ada. Membaca bencana bagi para tokoh agama adalah memberikan hiburan dan pencerahan dari kesedihan. Selanjutnya membaca bencana bagi seorang pemimpin adalah

sejauh mana ia mampu membangun dan menyediakan tempat yang layak bagi para korban, mencegah terjadinya banyak korban dengan mengevakuasi sedini mungkin.

Dengan demikian tantangan bencana banjir ini menjadi peluang dan modal yang sangat berharga untuk hidup dalam alam kebersamaan. Namun sebesar apapun hikmah suatu bencana, umat manusia haruslah berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan berharap untuk terhindar selalu dari bencana apapun.

Allah Subhanahu Wata.ala tak ada sesuatu apapun yang dia ciptakan di alam dunia ini sia-sia adanya. Rasanya alangkah bijak kalau kita mau menyikapi bencana banjir ini dengan arif. Kita harus sadar, bahwa apa yang terjadi adalah buah dari benih perbuatan yang kita

tanam sebelumnya. Untuk itu mari kita mulai dari hal yang terkecil, biarlah para pengambil kebijakan dan keputusan para ahli yang memikirkan upaya dan solusi yang canggih untuk mengatasi masalah bencana banjir ini. Di tingkat level terbawah (individu), marilah kita tanamkan rasa kesadaran yang sifatnya sekecil apapun sampah yang kita buang secara sembarangan, pasti akan menyumbat saluran air di suatu tempat. Untuk itu, marilah kita buang

sampah pada tempatnya. Selanjutnya memperbesar dan memperluas ruang terbuka hijau.

Yang terpenting lagi adalah masyarakat harus mau diatur, dan pejabat pemerintah tentunya harus bisa mengatur dengan bijak dan adil sehingga masalah banjir di Jakarta ini bisa teratasi.

Akhirnya apabila kita renungkan kembali dalam kehidupan kita sekarang ini, petaka, musibah dan bencana ini yang terjadi seringkali membuat kita merasa ketakutan dan menimbulkan kegelisahan yang berlebihan. Bahkan melahirkan suatu penyakit yang membuat kita lupa, bahwa itu semua terjadi adalah karena izin dan kehendak Allah SWT.*

iDha

mli

m.c

om

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 53

Page 56: Mediakom 41

ada yang tidak biasa saat kami memasuki ruangan sidang Komisi IX DPR RI di Gedung Nusantara 1, Lantai 1, Jakarta Pusat pada

Hari Selasa 15 Januari 2013 lalu. Saya memandang sekilas copy undangan di tangan saya, hari ini bersama kami bertiga (Saya, Nani dan Maulana) bertugas mendampingi para pimpinan menghadiri undangan Komisi IX DPR RI yang akan membahas mengenai

kejadian dugaan malpraktek di tiga tempat pelayanan kesehatan di tiga daerah.

Ruang rapat Komisi IX DPR RI yang megah ini terasa dingin seperti biasa, yang tidak biasa adalah orang-orang yang duduk di deretan kursi yang biasa ditempati oleh “kubu Pemerintah”. Biasanya pejabat kami duduk di deretan salah satu sisi ruangan, dan para Anggota Dewan yang terhormat (sekitar 40 - 50 orang) duduk di deretan

yang mengisi tiga sisi lain dari ruangan tersebut. Pada hari itu, di deretan kursi yang biasanya untuk Pemerintah, ada orang asing (“bule” bahasa kerennya) satu laki-laki dan satu perempuan. Lalu ada beberapa orang “biasa”, yaitu orang-orang yang bukan Anggota Dewan Yang Terhormat, bukan Pihak Pemerintah, dan bukan pula awak media. Pada rapat-rapat kerja yang biasa kami dampingi, jarang ada “orang biasa” yang duduk di sana, khususnya saat pembahasan

KASUSMAlPRAKTEKDI TIGA DAERAH,MASUK RUANG SIDANG KOMISI IX DPR RI

untuk rakyat

54 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 57: Mediakom 41

suatu masalah yang melibatkan para pejabat kementerian dan lembaga yang diundang.

Kami bertiga mulai menjalankan tugas seperti biasa, mempersiapkan peralatan “perang” berupa laptop, alat perekam, kamera, dan bahan-bahan paparan yang akan disampaikan oleh pimpinan dari pihak Pemerintah. Hari itu yang memimpin pihak Pemerintah adalah dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, yang pekerjaannya adalah mencakup seluruh urusan yang terkait rumah sakit dan sarana prasarana pelayanan kesehatan di Indonesia. Tentunya ini bukan tanggung jawab yang ringan bagi beliau. Tapi seperti biasa, Pak Pri (begitu biasanya beliau disapa) terlihat cool dan confident. Padahal Raker hari ini akan membahas topik yang cukup serius, mengenai kejadian dugaan malpraktek di 3 pelayanan kesehatan, yaitu RS Medika Permata Hijau Jakarta, RS Ibu dan Anak (RSIA) Dedari Kupang,

dan RS Santa Elizabeth Medan.Ketiga kasus tersebut menarik

perhatian Anggota Komisi IX DPR RI, yang kemudian memutuskan mengundang seluruh pihak terkait untuk mendapatkan informasi yang lebih detail dan akurat mengenai ketiga kasus malpraktek tersebut. Ternyata menurut penjelasan dari rekan kami di sekretariat Komisi IX DPR RI, orang-orang “asing” yang tadi di awal

menimbulkan pertanyaan di benak saya adalah para orang tua dan keluarga dari korban-korban malpraktek tersebut. Kehadiran mereka di ruang sidang ini adalah atas undangan dari Anggota Komisi IX DPR RI.

Pejabat Kementerian Kesehatan mulai berdatangan mengisi deretan kursi Pemerintah. Nana sudah berkeliling mengedarkan absensi kepada seluruh undangan pihak

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 55

Page 58: Mediakom 41

Pemerintah, dan dari absensi itu saya mendapatkan informasi bahwa telah hadir pula para Direktur Utama ketiga fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud, Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan seorang Vice-Consul dari Kedutaan Besar Canada di Indonesia. Ternyata orang tua dari korban malpraktek yang meninggal di RS Dedari Kupang adalah Warga Negara Canada. “Wah, Raker kali ini akan menarik”, ucap batin saya.

Saya membaca bahan pembahasan yang telah disiapkan oleh Ditjen Bina Upaya Kesehatan dan mulai mendalami permasalahan apa sebenarnya yang akan dibicarakan pada hari ini, sementara Raker sudah dimulai dengan berbagai informasi mengenai kronologis masalah dan tindak lanjut yang telah dilakukan terkait kasus dugaan malpraktek di ketiga fasilitas kesehatan tersebut.

Kasus Malpraktek yang terjadi di RSIA Dedari Kupang, NTT

Asal muasal kasus ini adalah berdasarkan pemberitaan dari media elektronik atas meninggalnya pasien atas nama Elija Dethan, dalam usia 11 (sebelas) bulan, pada tanggal 13 Februari 2012. Korban adalah anak dari seorang pendeta Dr. Yonson G. Dethan dan ibu berkebangsaan Canada, Mary-Lynn Dethan.

Menurut Pendeta Yonson, anaknya meninggal dunia beberapa menit setelah mendapat transfusi darah dari petugas medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Dedari Kupang, Senin malam tanggal 13 Februari 2012 lalu. Keluarga didampingi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) telah melaporkan manajemen rumah sakit ke

Polres Kupang Kota. Hasil pemeriksaan tim medis awal, Elija Dethan menderita penyakit disentri sehingga harus dioperasi.

“Anak saya kemudian dibawa ke RS Dedari untuk menjalani operasi Selasa siang. Setelah operasi, anak saya membaik. Namun setelah transfusi darah, berselang 2 sampai 5 menit anak saya kejang-kejang lalu meninggal,” kata Pendeta Yonson Dethan. “RS melakukan transfusi darah karena alasan anak saya HB-nya hanya 7,5,” kata dia. Hasil investigasi sementara membuktikan, korban meninggal dunia karena adanya perbedaan golongan darah saat transfusi. Diduga ada kesalahan transfusi darah yang berdampak pada tewasnya korban. Hasil pemeriksaan laboratorium Prodia Kupang, golongan darah korban O, tetapi hasil pemeriksaan RS Dedari golongan darah korban B.

Tanggapan yang diberikan oleh pihak Kementerian Kesehatan adalah bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi NTT dan Kota Kupang telah melakukan klarifikasi ke RSIA Dedari Kupang, hasilnya adalah bahwa atas permasalahan meninggalnya Elija Dethan, telah dilakukan otopsi dan pemeriksaan berkas sampel oleh pihak Mabes Polri. Adapun hasil pemeriksaan tersebut adalah tidak ditemukan adanya indikasi perbuatan hukum yang menyebabkan meninggalnya pasien.

Selanjutnya Kementerian Kesehatan akan tetap melakukan pemantauan dan tindakan pembinaan serta pengawasan secara berjenjang bersama dengan Dinkes Propinsi NTT dan Dinkes Kota Kupang secara berkelanjutan.

Kasus Malpraktek yang terjadi di RS Santa Elizabeth, Medan,

Sumatera UtaraAsal muasal kasus ini adalah

berdasarkan surat pengaduan dari Bapak Sanggapan R.H. Sinambela (anak dari korban Mariani Sihombing) tertanggal 19 November 2012 kepada Menteri Kesehatan RI tentang dugaan tindakan malpraktek yang dilakukan oleh dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG terhadap pasien atas nama Ibu Mariani Sihombing.

Adapun kronologi kejadiannya dimulai pada tanggal tahun 2009 lalu, Mariani berobat ke dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG yang berpraktik di RS. Santa Elizabeth, setelah dilakukan pemeriksaan maka dinyatakan perlu dilakukan Biopsi (pengambilan sebagian jaringan untuk diperiksa) dan dianjurkan untuk dirawat inap. Di RS tersebut Mariani dioperasi kuretase. Paska operasi, setelah 3 minggu kateter dibuka, urine keluar melalui vagina tanpa sadar dan tidak bisa ditahan. Mariani lalu dipindahkan ke Rumah Sakit PGI Cikini Jakarta pada tanggal 1 Juni 2009.

Setelah dilakukan berbagai usaha pengobatan, solusi akhir adalah dilakukannya tindakan penutupan kandung kemih dan dipasangnya kateter langsung dari ginjal secara permanen.

Tanggapan dari Kementerian Kesehatan adalah telah mengirimkan surat klarifikasi ke RS Elizabeth Medan, dan telah dijawab bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan oleh pihak MKDKI bersama dengan Dinkes Propinsi Sumatera Utara. Hasil dari pemeriksaan itu adalah sanksi terhadap dr. Hotma berupa pencabutan sementara Surat Tanda Registrasi (STR) yang bersangkutan, selama 2 bulan. Kasus ini telah diproses di Pengadilan Negeri Medan dan sedang menunggu putusan.

Kasus Malpraktek yang terjadi di

untuk rakyat

56 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 59: Mediakom 41

RS Medika Permata Hijau, JakartaAsal muasal kasus ini adalah

berdasarkan surat pengaduan dari Muh Yunus (Orang tua korban Raihan), tanggal 20 Desember 2012 tentang Pengaduan dan Mohon Perlindungan Hukum atas dugaan Malpraktek Paska Operasi Usus Buntu Pasien atas nama Raihan Alyusti Pariwesi, 10 tahun.

Raihan datang ke IGD RS Medika Permata Hijau pada tanggal 22 September 2012 dengan keluhan mual dan muntah, lalu didiagnosa usus buntu dan harus dioperasi. Paska operasi Raihan tidak sadar karena reaksi alergi obat yang hebat. Telah dilakukan berbagai upaya namun kondisinya tidak membaik, pasien lalu difasilitasi untuk dipindahkan ke RSPAD Gatot Soebroto.

Tanggapan dari Kementerian Kesehatan adalah melakukan klarifikasi ke RS Medika Permata Hijau, yang hasilnya disimpulkan bahwa penanganan pasien telah dilaksanakan sesuai SOP. Selanjutnya Dinkes Prop DKI Jakarta akan melakukan pembinaan dan pengawasan secara sinergis dan berjenjang dalam menanggapi pengaduan tersebut. Sementara proses hukum akan tetap berjalan.

Penjelasan tersebut ditanggapi oleh pihak keluarga korban, baik korban Elija yang meninggal maupun korban Raihan yang saat itu masih koma. Mendengar kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh pihak keluarga sungguh membuat miris.

Ibu dari Almarhum Elija menyatakan bahwa pihaknya sudah merelakan kepergian buah hatinya, namun dia berharap agar kasus seperti ini tidak terulang kembali, dan seharusnya hukum di Indonesia dapat berpihak pada rakyat.

Hal yang sama disampaikan oleh ayahanda Raihan yang hingga saat

Raker dilaksanakan, Raihan masih terbaring tak berdaya dalam kondisi tidak sadar. Ayah Raihan berharap agar ada itikad baik dari pihak RS maupun Pemerintah dan keadilan harus ditegakkan dengan seadil-adilnya.

Nada emosi tentunya terdengar jelas dalam setiap ucapan mereka, bahkan ibu dari Elija tak kuasa menahan tangisannya saat menyampaikan harapannya.

Saya dan teman-teman yang mendengarkan harapan pihak keluarga sungguh merasa trenyuh dan sedih membayangkan hal tersebut terjadi pada keluarga kami. Naudzubillahi... namun kami percaya dan yakin bahwa para pemimpin di lembaga legislatif maupun eksekutif yang saat itu duduk bersama di ruangan yang megah ini tentunya akan berupaya sekuat tenaga untuk menghindarkan terjadinya kasus-kasus serupa. Tentunya regulasi dan ketegasan

para pengambil keputusan sangat diperlukan pada penanganan kasus ini.

Pertemuan hari ini tentunya adalah merupakan itikad baik dari seluruh pihak yang terkait, agar informasi mengenai ketiga kasus ini dapat didengarkan dari semua pihak, hingga keputusan apapun yang akan diambil adalah merupakan keputusan bersama dan dapat dipertanggungjawabkan di kemudian hari.

Kesimpulan Raker pada hari itu adalah bahwa agar seluruh pihak segera menyelesaikan berbagai kasus dugaan kelalaian medik yang terjadi dengan seobjektif mungkin dan memberikan sanksi kepada tenaga kesehatan di RS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya Komisi IX DPR RI mendesak Kemenkes dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk melakukan sosialisasi mengenai prosedur bagi masyarakat yang ingin menyampaikan keluhan tentang kasus serupa. Komisi IX juga meminta laporan tertulis dari Kemenkes terkait proses dan perkembangan ketiga kasus ini. Peningkatan pengawasan RS juga diharapkan dapat terus ditingkatkan.

Pertemuan hari itu sedikit molor selesainya, namun hal itu sudah merupakan hal yang biasa bagi kami. Sebuah pengambilan keputusan yang berat tentunya memerlukan waktu yang lama juga dalam pembahasannya. Hari ini pastinya melelahkan bagi para pengambil keputusan dan ini berarti satu lagi tanggung jawab besar yang harus dipikul oleh Kementerian Kesehatan dan seluruh jajaran kesehatan di Indonesia. Semua pihak harus berupaya dan berdoa semoga jangan sampai ada lagi kasus-kasus seperti Elija dan Raihan terjadi di tanah Indonesia tercinta ini.*(DIS)

kesimpulan raker pada

hari itu adalah bahwa

agar seluruh pihak

segera menyelesaikan

berbagai kasus

dugaan kelalaian medik

yang terjadi dengan

seobjektif mungkin dan

memberikan sanksi

kepada tenaga kesehatan

di rS sesuai dengan

peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 57

Page 60: Mediakom 41

indonesia mempunyai wilayah geografis yang sangat luas, dan terdiri atas kepulauan. Kondisi ini menjadi kendala tersendiri dalam pelayanan publik terutama bidang kesehatan. Sementera itu jumlah jumlah tenaga kesehatan tidak banyak yang bersedia ditempatkan di

pelosok atau pedesaan. Untuk mengatasinya , Kementerian Kesehatan RI mengikatkan tenaga kesehatan yang baru lulus untuk ditempatkan di wilayah pedesaan sebelum mereka menempuhkan tingkat pendidikan keahlian. Program ini dikenal dengan program “Internship”,. Bagaimana Strategi program internship? Sejauhmana keberhasilannya mengikat tenaga kesehatan mau melayani warga Negara Indonesia di wilayah pedesaan dan terpencil? Berikut wawancara Redaksi Mediakom dengan Kepala Badan PPSDM, Kemenkes RI.

Apa permasalahan utama dalam penempatan tenaga kesehatan?

Sebenarnya masalah yang paling pokok adalah distribusi. Sejak dulu kita berusaha berjuang untuk memenuhi produksi tenaga kesehatan (Nakes), kemudian akhirnya mampu mendirikan Poltekes, Tetapi itu hanya mendorong ke arah produksi Nakes dalam jumlah yang besar, nah sekarang kita lihat jumlahnya sudah mulai mencukupi. Yang kita hadapi sekarang ini sebenarnya adalah Nakes dan pendistribusiannya.

SDm keSehaTan DanPermaSalahannYa

dr. UNTUNg sUseNo,KePala badaN PPsdM KeMeNKes Ri

Nakes yang ada sudah cukup jumlahnya, tapi mutunya belum. Hal ini terjadi karena selama ini kita sibuk dengan meningkatkan jumlah saja.

Kemudian yang kedua adalah mutu dan distribusi. Untuk mutu Nakes kita harus meningkatkan menjadi lebih baik lagi. Kemudian masalah distribusi Nakes adalah bagaimana supaya tenaga kesehatan tidak hanya terkumpul di kota saja, tetapi juga di daerah. Sehingga sentralnya tidak hanya di Jakarta, tidak hanya di Jawa, tetapi harus ada di setiap provinsi. Kita sudah coba mengelola distribusi tersebut dengan membangun sekolah-sekolah, di tempat tempat terpencil dan jarang ada Nakes atau poltekes. Sekarang poltekes ada disemua provinsi, terdapat alternatif sekolah atau akademi untuk tenaga kesehatan, yang terutama untuk Nakes non-dokter. Serta lebih diprioritaskan untuk tenaga kesehatan, jadi kita berusaha memenuhi tenaga kesehatan secara umum perawat bidan dan lain lain.

Untuk itu kita memerlukan berbagai terobosan, karena kebutuhan Nakes sangat besar tetapi kadang kala produksinya ada, namun personil Nakes tidak mau ditugaskan ke daerah, karena berbagai sebab dan lain hal. Ini lalu membuat kita berfikir untuk memberdayakan tenaga dengan jenjang pendidikan tingkat SMA/SMK.

potret

58 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 61: Mediakom 41

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 59

Page 62: Mediakom 41

Ibu menteri itu sangat memperhatikan masalah ini, beliau bilang “Itu tolong tenaga promosi dan prevensi harus ditingkatkan,”. Untuk itu kita pakai para anak muda dari SMK. Ini baru saya selesai rapat dengan Direktur SMK dan Diknas, mereka bilang sudah siap.

Cuma untuk jenjang SMK dimaksudkan bukan berarti untuk tenaga kesehatan masyarakat, karena nantinya ada D3. Nah kita harus coba task shifting, kalau memang kekurangan kita mesti coba menurunkan fungsi apa yang paling penting yang bisa dilakukan oleh SDM, sehingga mereka dapat berfungsi. Misalnya promotif preventif itu bisa, penyuluhan itu tidak usah harus D3 atau Promkes, karena itu bisa dilakukan oleh anak jenjang SMK. Mereka kita latih supaya bisa menjadi promosi preventif, sehingga misalnya ada kemungkinan bisa menjadi juru imunisasi dan semacam juru penerang.

Sekarang hal tersebut tidak mungkin, karena tenaga medis terpusat di Puskesmas. Mereka sempat menangani hal semacam ini. Dulu memang pernah ada tapi kemudian hilang, sekarang kita coba menghidupkan lagi karena manfaatnya besar sekali. Untuk daerah-daerah tertentu masih sangat dibutuhkan. Kita coba memasukkannya ke dalam kurikulum, dan kita pernah membicarakan dengan Direktorat dalam pembinaan SMK untuk masuk ke dalam kurikulum, tetapi khusus untuk kita

Bagaimana usaha Kementerian Kesehatan mengatasi keluhan kurangnya SDM kesehatan di pedesaan?

Kalau kita bisa menaikkan jumlah Nakes, dan mereka mau kita tempatkan di daerah. Maka tentu kita akan memikirkan insentif untuk mereka bekerja di daerah terpencil itu sangat penting. Saat ini itu kita hanya menempatkan orang saja, habis itu

kita kasih uang. Persoalannya tidak bisa sesederhana itu saja. Kita juga harus memberikan program tertentu kepadanya. Jadi jangan kita kirim Nakes tanpa target, tidak jelas. Sekarang yang kita lakukan itu adalah dengan internship. Internship itu merupakan bagian dari kedokteran pendidikan untuk magang. Kita diberi tanggung jawab untuk mengelola. Kita pekerjakan mereka, jadi ada target yang harus dia penuhi dan untuk itu juga diperlukan adanya supervisor. Mereka inilah yang akan melaporkan ke kita.

Artinya dengan kerjasama internship, kita akan masuk ke dalam sistem pendidikan. Hal ini tengah dirundingkan, sehingga kalau benar-benar masuk akan ada MOU nanti, kita akan mengelolanya. Karena sebetulnya internship tersebut adalah latihan kerja magang. Jadi dia mesti kerja dan mempraktekkan semua ilmunya di alam lingkungan di masyarakat secara mandiri. Bagaimana menulis resep yang benar seperti apa dan lainnya.

Ada laporan atau cara menghitung poin keberhasilan mereka?

Dia harus melaporkan log booknya, contohnya dia harus pernah melakukan pertolongan medis untuk lebih dari 10 persalinan, kalo dia belum melakukan itu maka tugasnya harus diperpanjang.

Yang kedua kita akan menbuat tim, jadi yang pergi tim yang terdiri dari dokter, sanitarian, perawat dan lainnya. Karena dengan satu tim dia bisa bekerja sama dengan temannya. Ini ada beberapa usulan nanti akan berkembang kearah sana.

Internship sendiri banyak keluhan, bagamana cara Kementerian Kesehatan membuat Nakes bisa bertahan bertugas di daerah tepencil?

Interenship itu efek samping untuk distribusi, sebetulnya yang pertama

dr. UNTUNG SUSENO. Memang SDM

kesehatan itu harus mempertahankan ilmu

dan meningkatkan ilmunya, serta harus

selalu menyesuaikan dengan kemajuan

teknologi.

potret

60 | mediakom 41 | APRIL | 2013

Page 63: Mediakom 41

1. Telah disyahkan PP No. 109 tahun 2012 yang meru-pakan turunan UU No. 39 tahun 2009 tentang Kes-ehatan, tentang apakah PP 109/2012 tersebut ?

2. Dalam PP No. 109 tahun 2012 diatur tentang KTR ? apakah kepanjangan dari KTR dan apa yang dimak sud dengan KTR, jelas kan?

3. Jelaskan kenapa setiap individu harus dilindungi dari bahaya asap rokok?

Kirimkan jawaban kuis dengan mencantumkan biodata lengkap (nama, alamat, kota/kabupat en, provinsi, kode pos dan no telp yang mudah dihubungi).

Jawaban dapat dikirim melalui :•Email:[email protected] (Subject : Mediakuis)•Fax:021 - 52921669•Pos:Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kemenkes Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9, Jakarta Selatan

Jawaban diterima redaksi paling lambat minggu kedua bulan Mei 2013. Nama pemenang akan diumumkan di Majalah Mediakom edisi berikutnya.

10 Pemenang MediaKuis masing-masing akan mendapat KAOS POLO SHIRT dari Mediakom

Hadiah pemenang akan dikirim melalui pos.

m e d i a k u i S

Kuis ini tidak berlaku bagi Keluarga Besar Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI.

adalah untuk memberikan dia pengalaman kemasyarakatan kepadanya. Setiap penugasan harus ada dokternya jadi mesti ada pendampingnya. Dia tidak boleh bertugas sendirian, karena tidak praktek sendiri.

Memang banyak keluhan, dan yang paling banyak dari ibu bapaknya. Karena biasanya khawatir tentang anaknya, walaupun anaknya sendiri senang ditugaskan ke daerah, Mereka senang mereka merasa seperti bertualang saja. tetapi saya rasa kalau lihat kesenangan ini memang sudah semestinya, dan mampu memberikan impress yang sangat bagus. Tetapi harus tetap melihat aturan-aturan yang ada. Karena ada banyak aturan baru yang menghambat impres itu. Salah satunya adalah insentif. Saya sedang mencoba memperbaikinya, karena sebagai bagian dari tugas mereka harus dan bagian dari pendidikan jadi harus jalan. Sebentar lagi kita akan keluarkan kebijakan tertentu, memang kalau dilihat dari biaya hidup dasarnya sangat kecil. Karena kita hanya membantu untuk biaya hidup dasar, tapi nanti kita akan keluarkan surat edaran. Saya rasa daerah juga boleh ikut menyumbang, selama ini karena tidak ada surat dari kita jadi mereka tidak begitu bersemangat. Kita juga akan bekerjasama dengan Dikti, dan dari mereka akan membantu cukup banyak.

Jadi insentif seperti itu untuk biaya hidup sebulan atau beberapa bulan, Itu memang tanggung jawab kita di daerah terpencil. Dulu kita sudah pernah membuat seperti itu namanya penugasan khusus, cuma tidak selesai programnya. Kalau kita berusaha memenuhi semuanya dan bisa efektif, karena sudah dicoba di Kabupaten di Natuna kep. Riau. Mereka digaji Rp 20 juta dan tidak ada yang mau. Kita coba ide lain dengan memberi kasih dana setiap bulan, serta boleh ke Jakarta ikut seminar. Menurut saya hal ini penting untuk peningkatan profesinya.

Bisa dikatakan matang di internsip itu berapa tahun?Setahun, interensip di negara lain berkisar 2 tahun.

Sesudah setahun nanti kita bikin sistem lain dimana dia lebih bebas lagi, kalau ini kan masih ada pendamping.

Pengembangan SDM kesehatan untuk mengimbangi pengembangan Iptek?

Memang SDM kesehatan itu harus mempertahankan ilmu dan meningkatkan ilmunya, serta harus selalu menyesuaikan dengan kemajuan teknologi. Karena teknologi kesehatan sangat cepat perkembangannya. Jadi dia harus mengikuti, apalagi tenaga kesehatan yang memakai alat modern, seperti radiologi, kemudian perawat anastesi yang harus memahami peralatannya juga.*

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 61

Page 64: Mediakom 41

siapa dia

62 | mediakom 41 | APRIL | 2013

dokter dengan Peran antagonis

Rizal idrusgadis tengiljadi dokter

Para penikmat layar kaca di seluruh Indonesia, pasti mengenal sosok wanita ini, terkenal tengil dan sok tahu di dalam sebuah acara

TV yang cukup terkenal. Dia dikenal dengan nama Jeng Kelin. Pemilik nama asli Rizna Nyctagina merupakan anak tunggal dari pasangan Cut Fauziah dan Imam Djauhari.

Sejak kecil Gina mempunyai cita-cita memiliki cita-cita men jadi dokter spesialis kandungan, karena ia sangat penasa ran dengan meninggalnya sang adik saat dilahirkan oleh ibunya. Hal ini yang akhirnya membuat Gina menjadi anak tunggal.

Untuk itu dia mewujudkannya den-gan menempuh pendidikan Kedok teran

di Universitas Trisakti, Jakarta.

Di antara kesibu-

kannya

Riznanyctagina

syuting, ia juga harus menjadi dokter ko-as di RS Angkatan Udara (AURI), Jakarta di bagian THT selama 2 tahun.

Gadis kelahiran Jakarta, 3 November 1984, bahkan rela bersibuk diri dengan membintangi banyak sinetron mu lai dari Gadis, Kawin Gantung, Terlanjur Cinta, Jelang kung hingga Melati Untuk Marvel. Hebatnya lagi diantara seabrek kegiatan pendidikan dan berakting, Gina tetap mampu menyelesaikan studi kedok teran.

Pada hari Selasa, 18 Oktober 2011 lalu, akhirnya cita-cita Gina tercapai. Lewat upacara pengambilan sumpah dokter baru Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti angkatan XLI, periode 3, tahun 2011, Gina resmi menyandang ge lar dr. Rizna Nyctagina. Setelah lulus ujian kompetensi pada bulan Novem ber 2011, Gina dipastikan sudah bisa membuka praktek sendiri. Pastinya semua penggemar tidak akan menjadi pasien kan dok ?*

iSTi

meW

a

Page 65: Mediakom 41

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 63

sosok macho ini sontak terkenal saat menjadi pemenang ajang L-Men Of The Year (LOTY) 2012. Badannya yang atletis

membuatnya mulai dikenal banyak orang. Pria tampan kelahiran Gorontalo pada 17 Maret 1987, ini kemudian banyak mendapatkan tawaran bermain film. Diantaranya dalam film ‘Hantu Lumpur Lapindo’ bersama Dewi Persik. Dimana salah satu lokasi shootingnya

mengambil tempat di Surabaya.Dalam film tersebut Rizal mendapat

peran antagonis sebagai ‘penjahat’, anak buah dari seorang bos krimi nal penjual organ. Menurutnya karakter yang ia perank an cukup sulit karena dalam kehidupan sehari-hari dia orang yang kalem dan baik. “Karena saya mempunyai profesi sebagai dokter yang sering berhadapan dengan berbagai pasien, membuat saya menjadi ‘care’ dengan orang. Sehingga saat berperan

sebagai antagonis, ini adalah tantangan besar buat saya. Selain itu dalam dunia seni peran, kita dituntut harus bisa menjadi siapa saja,” jelas Rizal

Dalam kesehariannya sebagai seorang artis sekaligus dokter, membuat Rizal semakin bersemangat. Karena semakin membuatnya mudah dalam mengkampa nyekan cara hidup sehat. “Hidup sehat adalah selalu menjaga keadaan tubuh kita dalam kondisi optimal baik untuk sekarang dan nanti, dengan cara memberikan porsi yang seimbang (nutrisi, olahraga dan istirahat) sesuai dengan kebutuhan tubuh, bukan sesuai ‘keingi nan’ kita,” jelasnya.

Siapa yang tak kenal dengan sosok Rizal Idrus. Nama dan kariernya di dunia entertainment terus menan-jak semenjak cowok tampan yang berprofesi sebagai dokter ini menjadi artis. Dan yang terbaru, Rizal Idrus pun di percaya untuk ikut menjadi salah satu pemain film horor berjudul ‘Hantu Lumpur Lapindo’ bersama bintang seksi Dewi Persik. Menurut Rizal, setelah jadi pemenang LOTY 2012, dirinya punya banyak kesempatan untuk bisa memberikan inspirasi bagi orang lain tentang gaya hidup sehat. “Dengan menjadi juara L-men (LOTY 2012) memberikan saya kesempatan untuk memiliki pengaruh lebih besar dalam menginspirasi orang lain, terutama mengenai gaya hidup sehat. Bersama L-men juga saya melakukan kampanye hidup sehat melalui program ‘L-men Goes to Gym’. Disana saya mengedu kasi seputar masalah nutrisi dan olahraga,” paparnya. Tak bisa dipungkiri, dengan menjadi seorang entertainer turut mempengaruhi karier Rizal sebagai seorag dokter. “Menurut saya dengan menjadi entertainer bisa menun jang karier saya sebagai seorang dokter,” jelasnya.*

iSTi

meW

a

Page 66: Mediakom 41

siapa dia

64 | mediakom 41 | APRIL | 2013

gadis cantik ini sudah menjadi idola banyak orang, dia dikenal sebagai pesinetron yang memulai karir sejak usia enam tahun. Namun saat ini, bintang sinetron “Putri yang Ditu kar” itu sedang bingung, karena sejak lulus sekolah dia ingin melanjutkan ke

jenjang kuliah. Terutama mengejar impiannya menjadi seorang dokter. Kare na memang sejak kecil dia memang bercita-cita menjadi seorang dokter.

Namun artis yang dikenal sebagai pencinta peran ini, takut tidak bisa berkonsentrasi kuliah lantaran masih ingin berkarir di dunia hiburan. “Aku cari fakultas kedokteran. Tapi banyak yang ngasi tahu kalau kuliah kedokteran itu, harus fokus dan eng gak bisa syuting lagi. Padahal aku masih mencintai karir ini,” paparnya.

Untuk itu pacar pemain sepabola Diego Mitchels, tengah mempertimbangkan beberapa pilihan, sep erti bisnis manajemen ataupun seni, dengan ber sekolah di universitas luar negeri . “Akhirnya aku memutuskan tidak akan bisa ambil kedokteran karena kesibukan syuting. Aku berencana ambil bisnis manageman,” ungkapnya.*

nikita Willydilema antara kuliah kedokterandan artis

iSTi

meW

a

Page 67: Mediakom 41

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Komponen pengelolaan kesehatan tersebut dikelompok kedalam 7 subsistem yakni upaya kesehatan; litbang kesehatan; pembiayaan kesehatan; SDM kesehatan; sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; manajemen, informasi dan regulasi kesehatan; dan pemberdayaan masyarakat.

SKN diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional yang ditetapkan pada tanggal 13 Agustus 2012 dan diundangkan pada tanggal 17 Oktober 2012.

bertahap dan terintegrasi yang melibatkan sektor Pemerintah dan nonpemerintah. Dalam upaya pengendalian tersebut dibutuhkan fakta terkini di sektor kesehatan, industri dan pertanian.

Buku Bunga Rampai Fakta Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia Tahun 2012 merupakan buku keempat yang diterbitkan Tobacco Control Support Center (TCSC) Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia bekerja sama dengan Balitbangkes Kementerian Kesehatan. Buku pertama diterbitkan pada tahun 2004, buku kedua diterbitkan pada tahun 2007 dan buku ketiga diterbitkan pada tahun 2010.

Buku ini memuat data dan informasi sampai dengan pertengahan tahun 2012 dan mengungkapkan secara luas dan mendalam tentang konsumsi rokok dan produksi tembakau

Nomor Klasifikasi : 616.44 Judul : Sistem Kesehatan NasionalImpresum : Jakarta : Kementerian Kesehatan RI: Sekretariat Jenderal, 2012 Kolasi : 132 hal ; 21 cmISBN : 978-602-235-2020Subyek : 1. HEALTH POLICY 2. HEALTH PLANNING

Nomor Klasifikasi : 362.296Judul : Bunga Rampai Fakta Tembakau Permasalahannya di Indonesia Tahun 2012Impresum : Jakarta: Tobacco Control Support Center IAKMI dan Kementerian Kesehatan: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2012Kolasi : xxv, 119 hal; 15x23 cm ISBN : Subyek : 1. TOBACCO USE DISORDER 2. SMOKING 3. TOBACCO INDUSTRY

SIStem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin

KeBIaSaaN merokok dan konsumsiproduksi tembakau sudah meluas dan cenderung meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan dan cenderung meningkat di kalangan anak dan remaja sebagai akibat gencarnya promosi rokok di berbagai media massa. Berbagai upaya pengendalian konsumsi tembakau secara

Sudah merupakan suatu kemajuan yang penting diaturnya SKN dengan Peraturan Presiden, setelah SKN sebelumnya hanya diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 374/Menkes/SK/V/2009. Diharapkan dengan ditetapkan melalui Peraturan Presiden akan semakin memperkuat SKN untuk dijadikan dasar dan pedoman untuk pelaksanaannya dan pengembangan Sistem Kesehatan Daerah.*

lainnya, dampak kesehatan dan ekonomi, pertanian tembakau, industri tembakau, kebijakan cukai dan manfaatnya, dan kebijakan pengendalian tembakau.

Buku ini sangat bermanfaat bagi para pengambil keputusan dan pembuat kebijakan di sektor pemerintah maupun non pemerintah, serta masyarakat luas. Informasi dalam buku tersebut dapat digunakan untuk advokasi, pendidikan masyarakat dan dan promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengutamakan kesehatan masyarakat di atas kepentingan bisnis.*

mediakom 41 | april | 2013 | 65

resensi

Page 68: Mediakom 41

merokok, memperoduksi, menjual, mengiklankan dan atau mempromosikan rokok. Tujuan secara umum penerapan KTR adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok. Sedangkan tujuan khusus penerapan KTR adalah dapat membantu terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, aman, memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok, menurunkan angka perokok, mencegah perokok pemula dan melindungi generasi muda dari penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA).

Berbagai produk hukum telah diterbitkan dalam upaya pengamanan terhadap bahaya merokok melalui penerapan KTR. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan yang dikeluarkan dalam rangka peningkatan upaya penanggulangan bahaya akibat merokok dan implementasi pelaksanaannya di lapangan lebih efektif, efisien dan terpadu. Menteri Kesehatan juga telah mengeluarkan Instruksi Nomor: 84/Menkes/Inst/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok

menetapkan wilayahnya sebagai Kawasan Tanpa Rokok dengan mengeluarkan Peraturan Daerah dan telah efektif pelaksanannya. Penetapan KTR tersebut merupakan kewajiban Pemerintah Daerah untuk melindungi warganya dari bahaya akibat merokok.

Untuk mempercepat penerapan KTR sangat diperlukan keterlibatan organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan dunia usaha.

Nomor Klasifikasi : 363.738Judul : Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa RokokImpresum : Jakarta: Kementerian Kesehatan RI : Pusat Promosi Kesehatan, 2012Kolasi : 56 hal; 21X18 cmISBN : 978-602-8937-27-6Subyek : 1. SMOKING 2.TOBACCO SMOKE POLLUTION ENVIRONMENT

Nomor Klasifikasi : 363.738Judul : Prototipe Media Kawasan Tanpa Rokok, Stop Merokok, Udara SegarImpresum : Jakarta: Kementerian Kesehatan RI: Pusat Promosi Kesehatan, 2012Kolasi : 35 hal ; ilus 20 X 20 cmISBN : Subyek : 1. SMOKING 2.TOBACCO SMOKE POLLUTION ENVIRONMENT

Dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat, setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam memperoleh lingkungan yang sehat baik fisik, biologi maupun sosial dan setiap orang berkewajiban untuk berperilaku hidup sehat dalam mewujudkan, mempertahankan dan memajukan kesehatan setinggi-tingginya. Hal ini sesuai dengan amat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan suatu tempat atau ruangan yang dinyatakan dilarang untuk

KawaSaN Tanpa Rokok (KTR) sudah dikembangkan di Indonesia. Beberapa Pemerintah Daerah seperti Pemeirntah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kota Bogor Jawa Barat, dan Pemerintah Kota Padang Panjang Sumatera Barat telah

di Tempat Bekerja dan Sarana Kesehatan yang mengatur seluruh jajaran yang ada di bawah Kementerian Kesehatan. Hal ini diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan RI Nomor 188?Menkes/Per/2011 dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.

Buku pedoman diharapkan dapat dijadikan acuan untuk menindaklanjuti berbagai peraturan atau perundangan yang diterbitkan karena dampak yang ditimbulkan akibat masalah rokok sangat mendesak untuk ditangani. Sehingga dapat mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di fasilitas kesehatan, tempat proses belajar-mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja , tempat umum dan tempat lainnya yang ditetapkan.*

Buku Prototipe Media “Kawasan Tanpa Rokok, Stop Merokok, Udara Segar” memberikan gambaran kampanye media yang dibangun dengan strategi komunikasi tertentu sehingga dapat memberikan peringatan dan pengawasan tentang KTR yang diterapkan di wilayah masing-masing. Buku ini juga menggambarkan desain kreatif pengembangan media untuk KTR.*

resensi

66 | mediakom 41 | april | 2013

Informasi lebih lanjut tentang buku ini dapat menghubungi Pustakawan Perpustakaan Kementerian Kesehatan pada nomor telepon (021) 5223003, email: [email protected], atau [email protected], facebook: Perpustakaan Kementerian Kesehatan, dan

twitter: @depkeslib. Buku digital dapat dibaca dan diunduh melalui website: http://perpustakaan.depkes.go.id.

Page 69: Mediakom 41

Mak Yati (55) dan Maman (33) suaminya, berprofesi sebagai pemulung. Mereka

sudah 40 tahun tinggal di Jakarta. Tepatnya di jalur hijau, dekat tempat sampah, daerah Tebet Jakarta Selatan. Gubung triplek ukuran 3x4 m itu menjadi tempat tinggal yang paling nyaman “ rumahku adalah surgaku”. Setiap hari Yati mengelilingi Tebet hingga Bukit Duri, mencari botol dan barang bekas. Suatu hari Yati terkena asam urat, kakinya bengkak, hingga sulit berjalan, tapi dia tetap bekerja. “ Walau ngesot, saya tetap bekerja, saya ngak mau jadi pengemis”, kata Yati.

Kerja keras berdua sehari penuh penghasilan rata-rata Rp 25.000,-. Dengan penghasilan jauh dibawah UMR DKI Jakarta saat ini, mereka menabung untuk berkurban. Setelah 3 tahun terkumpul Rp 3 juta. Tepat pada Idul Adha 2012, mereka membeli 2 ekor kambing, masing-masing seharga Rp 2 juta dan Rp 1 juta.

Melihat tekat yang kuat untuk berkurban, teman-temanya sesama pemulung, menertawakan. “Mereka bilang, hanya pemulung, gembel, sudah tua pula, ngapain ber-qurban, kita nich cocoknya dapat hewan qurban dari mereka-mereka yang kaya”, begitu cerita

Yati.“Mereka pada bilang, apa tidak

sayang, mending uangnya untuk yang lain”, saran teman-temannya. Ternyata Yati tak goyah. “Hidup cuma sekali, masa seumur hidup cuma menunggu daging qurban. Malu....!.” kata Yati.

Akhirnya, pasangan suami-istri itu menyerahkan hewan qurbanya ke Masjid Al It-Tihad, Tebet Jakarta Selatan. Juanda, pengurus masjid yang menerima kambing pemulung tersebut

terharu. “ Saya nangis, tak kuat menahan haru. Apalagi kambing yang diserahkan itu, ternyata paling besar dibanding dengan kambing-kambing yang lain”, kata Juanda.

Yati malu, kalau hanya menunggu daging qurban seumur hidup. Ungkapan yang tidak wajar, bahkan aneh, bagi seorang pemulung. Teman sesama pemulungpun mencemooh, keinginan untuk berqurban. Tapi

begitulah faktanya.Yati, boleh dikata miskin secara

materi, tapi kaya hati. Karena kaya hati, yatipun siap berbagi dengan harta yang paling berarti, bukan sekedar berbagi. Sementara, banyak orang yang kaya secara materi, tapi hatinya miskin. Ia masih merasa kurang, belum sanggup berbagi. Jangankan berbagi, bahkan ada yang nekat, mengambil haknya orang miskin. Seperti mengkorup raskin atau menggunakan jaminan kesehatan orang

miskin. Bukankah perilaku ini lebih miskin dari orang miskin?. Inilah orang miskin yang sesungguhnya. Bukan seperti Yati.

Yati, sekalipun pemulung, bisa membedakan mana botol yang sudah dibuang dan mana botol yang masih dibutuhkan pemiliknya. Demikian juga dengan barang-barang bekas yang lain. Bila Yati ragu, Ia memastikan kepada pemiliknya, apakah barang

bekas tersebut boleh diambil atau tidak. Bila tak ada pemiliknya, Yati lebih memilih tak mengambilnya. “Berarti belum rezeki”, ujar Yati.

Sementara, banyak orang kaya dan berpendidikan, tak mampu membedakan, mana milik pribadi dan mana fasilitas milik negara. Semua fasilitas serasa milik pribadi. Sehingga ada seorang pejabat yang sampai menggunakan 6 buah kendaraan dinas

foto

ini salah siapa?Prawito

mediakom 41 | april | 2013 | 67

lentera

Page 70: Mediakom 41

berbagai merek, tanpa merasa risih. Apakah sudah mati rasa ? Sampai-sampai stafnya merasa malu untuk menyebutkan jenis-jenis kendaraan yang digunakan bosnya, ketika ditanya seorang wartawan.

Mengapa banyak orang kaya dan berpendidikan, bahkan Prof. Dr. tidak seperti Yati dan mengapa seorang pemulung bisa seperti Yati? Bila menelusuri kisah Yati, maka kita akan menemukan karakter Yati. Dia seorang pekerja keras, jujur dan tidak mau meminta-minta. Yati sangat mandiri, merasa cukup dengan yang ada, walau hanya berumahkan triplek dan tidak mau mengambil barang bekas yang bukan haknya. Dia telah menjadi orang kaya yang sesungguhnya. Mengapa dalam keterbatasan Yati sanggup berbagi?, karena Yati punya karakter, walau belum punya kompetensi.

Bagaimana dengan orang yang berpendidikan, punya jabatan dan segudang fasilitas, mengapa tidak seperti Yati ? Mereka masih korupsi dengan berbagai modus. Masih merasa kurang, padahal bertabur fasilitas. Mulai dari rumah dinas, kendaraan dinas, baju dinas, laptop dinas, haji dinas, semua serba berbiaya dinas. Jawabnya, mereka tidak punya karakter, walau punya kompetensi.*

karakter & koMpetensi

Prawito

kualitas manusia ditentukan oleh 2 K. Karakter dan kompetensi. Keduanya musti diramu secara apik dalam diri manusia. Karena

keduanya saling melengkapi, seperti dua sisi mata uang. Tak boleh terpisah atau hanya salah satu. Bila salah satu lemah musti menemui masalah. Kompetensi tanpa karakter, peradaban rusak. Karakter tanpa kompetensi, kehidupan pincang. Bila diminta memilih antara karakter atau kompetensi. Tentu akan memilih karakter.

Seorang bendahara memiliki karakter, tapi tidak kompeten dalam hal keuangan. Dengan karakter, tata cara pembukuan yang baik dapat dipelajari dan dilatih, bahkan sangat mungkin akan lebih baik dan profesional dibanding dengan yang berpendidikan formal. Jadi, dengan karakter, kompetensi akan lebih mudah diraih. Boleh jadi karakter seperti; keihlasan bekerja, jujur dan kerja keras akan menemukan hal baru yang lebih baik dalam pengelolaan keuangan.

Kompetensi, diantaranya berbicara kecerdasan, bisa dipelajari dan selalu bisa diwariskan. Sementara, karakter yang berkaitan dengan perilaku, tidak serta merta dapat diwariskan. Karakter harus dididik, dilatih, dibiasakan dalam jangka waktu yang panjang. Tidak ada orang yang tiba-tiba menjadi baik, disiplin

atau jujur dengan sendirinya. Termasuk kesiapan menanggung risiko akibat kejujurannya ditengah dusta yang meraja lela.

Serakah, mengambil atau menggunakan yang bukan haknya, siapapun tahu tidak baik. Tapi bagi yang punya kesempatan, harus bekerja keras untuk mengatasi dirinya agar tidak serakah. Apalagi, selama ini sudah turun-temurun melakukan keserakahan secara berjamaah. Ini tentu berat lagi.

Disiplin itu baik. Maka banyak institusi berbondong-bondong melaksanakan ISO. Seluruh penyelenggara, mulai pejabat sampai pelaksana bertanda tangan komitmen pelayanan, tepat waktu, disiplin membuat laporan dan banyak hal-hal baik. Kemudian dalam waktu yang ditentukan telah mendapat sertifikat ISO. Apakah kualitas pelayanan serta-merta meningkat sesuai standar ISO? Belum tentu. Masih perlu bukti...!

Boleh jadi, institusi telah mendapat sertifikat ISO. Tapi, apakah perilaku SDM-nya sudah berubah sesuai yang diharapakan? Belum, jawabnya. Masih perlu proses entah sampai kapan. Apalagi institusi yang sudah terbiasa tidak disiplin, sanksi tidak tegas dan gaji tetap dibayarkan, walau banyak pelanggaran. Sementara mereka sudah terbiasa jelek dan berumur tua. Sulit berubah. Yach ....sabar aja, tetap berharap berubah, sampai yang bersangkutan pensiun.*

lentera

68 | mediakom 41 | april | 2013

Page 71: Mediakom 41

mediakom 41 | APRIL | 2013 | 69

Page 72: Mediakom 41

lentera

70 | mediakom 41 | APRIL | 2013