mediakom 19

64

Upload: ppidkemenkes

Post on 25-Jun-2015

1.449 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Mediakom Kementerian Kesehatan RI Edisi 19

TRANSCRIPT

� Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom �

EtalaseSuSunan REDaKSI

Penanggung Jawab:dr. Lily S. Sulistiyowati, MM

Pemimpin Umum:Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS

Pimpinan Redaksi:Drs. Sumardi

Redaksi:Prawito, SKM, MM (koordinator)

Dra. Hikmandari A., M. Ed.drg. Anitasari SM

Busroni, S.IPDra. Isti Ratnariningsih, MARS

Mety Setiowati, SKMAji Muhawarman, ST

Reporter:Resty Kiantini, SKM, M. Kes.

Sri Wahyuni, S. SosGiri Inayah, S. SosR. Yanti Ruchiati

Fotografi:Wayang Mas Jendra, S.SnRifani Sastradipraja, S.Sos

Produksi:Tim Inke Maris & Associates

Alamat Redaksi:Pusat Komunikasi Publik

Gedung Departemen Kesehatan RI Blok A, Ruang 107

Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9Jakarta 12950

Telepon: 021-5201590; 021-52907416-9

Fax: 021- 5223002; 021-52960661

Email:[email protected]

kontak@ puskom.depkes.go.id

Redaksi menerima naskah daripembaca: dapat dikirim ke alamat

email redaksi

aSIdan Prestasi

Mediakom

Pembaca yang Budiman,

S etiap medio Agustus diperingati sebagai Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week). Sebuah per-ingatan untuk membangun ke-sadaran masyarakat dunia betapa

pentingnya ASI bagi kesehatan dan kecer-dasan anak-anak.

Kita melihat, kemajuan zaman telah mempengaruhi perilaku hidup kita, termasuk perilaku pemberian susu kepada anak-anak. Faktor kepraktisan, kesibukan, waktu yang ter-batas, ditambah bombardir iklan-iklan, men-dorong para ibu-ibu mengambil jalan pintas memberikan susu formula kepada anak-anak. Terutama bagi wanita pekerja, terselip anggapan, bahwa susu formula baik-baik saja buat anak mereka.

Oleh karena itu, dalam Mediakom kali ini, kami mengangkat topik utama tentang ASI dan manfaatnya bagi ibu dan anak. Kami ingin menegaskan sekali lagi, bahwa ASI adalah asupan gizi yang sangat dibutuhkan anak-anak, dan ASI dapat menurunkan angka kematian bayi. Tidak benar jika ada anggapan memberikan ASI akan menganggu aktivitas sang Ibu. Selain itu, ada manajemen Laktasi, informasi seputar pemberian ASI.

Masih di bulan Agustus, kita tahu, merupakan hari istimewa bagi bangsa kita. Seperti biasa menjelang hari kemerdekaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato pengantar RAPBN di hadapan Rapat Paripurna Luar Biasa DPR. Bagaimana isi pidatonya? Kami tampilkan dalam rubrik Sorot, berikut dengan pendapat dr. Sjafii Ahmad, MPH, Sesjen Depkes tentang topik yang sama.

Di samping kedua topik di atas, kami juga menyertakan sebuah pe-nilaian terhadap kinerja Departemen Kesehatan. Bahwa dari hasil survei mengatakan, hasil pembangunan kesehatan menunjukan perbaikan yang menggembirakan. Tentu sebuah prestasi membanggakan selayaknya ke-banggaan kita terhadap 132 Tenaga Kesehatan Puskesmas Teladan Nasional yang hadir ke Jakarta baru-baru ini. Mereka terpilih karena telah memberi-kan kontribusi yang besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara-kat di wilayahnya.

Harapan kami, semoga apa yang kami sajikan bermanfaat bagi pembaca setia. Dan, sebagai salam penutup, kami mengucapkan Selamat hari Raya Idul Fitri; 1 Syawal 1430 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin. l

Redaksi

dr. Lily S. Sulistiyowati, MM

� Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Daftar Isi

3 Etalase

4 Daftar Isi

6 Surat Pembaca

7 Stop Press

8 Info Sehat Suara Keras Hambat Perkembangan Bayi

air Putih amankan Kandung Kemih

Olah Raga Berlebihan Menyebabkan Pikun

Pengaruh Musik Pada anak

Pola Hidup Sehat Menangkal Penyakit Mematikan

10 Ragam Menkes Terima Bintang Penghargaan Legiun Veteran Republik Indonesia

Penghargaan Prada Prameswari untuk Ibu Siti Fadilah Supari

Peresmian Teater nyamuk, Pertama Di Indonesia

Karyawan Depkes Peringati Detik-Detik Proklamasi

13 Media utama Pekan aSI Sedunia 2009

RefleksiPekanASISedunia

asi Menurunkan angka Kematian Bayi

8

10

28

34

Cover Kayla Nastiti Ardiyanto

Foto

Wayang Mas Jendra, S.Sn

13

22

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom �

Daftar Isi

asi Ekslusif Oleh Ibu Bekerja

Manajemen Laktasi

22 Sorot Pidato Presiden Pengantar RaPBn 2010

Menyambut Hari Kemerdekaan RI ke-64: Penghargaan Kepada 132 Tenaga Kesehatan

Depkes Siap Melayani Kesehatan Jemaah Haji Indonesia

Penyakit Miningitis dan Ibadah Haji

34 Potret Dr utami Rusli Sp.a, MBa,IBCLC Ketua Sentra Laktasi Indonesia “ayo, Kembali ke aSI!”

38 Peristiwa Indonesia Masuki Epidemi Terkonsentrasi Penularan HIV/aIDS

Global Fund Hibahkan 240 Milyar untuk Tanggulangi TB di Indonesia

Vaksin Meningitis Dibolehkan MuI

Hati-hati Penggunaan Kantong Plastik “KRESEK” dan Plastik PVC

Telkomsel Gelar Program “Peluk asa” Dukung Departemen Kesehatan Perangi Demam Berdarah

44 nasional Kesehatan Masyarakat Makin Baik

Kongres Internasional aIDS di Bali: Indonesia Berhasil Turunkan angka Kematian

52 Daerah Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Sulawesi Selatan

Pertama & Satu-satunya di Indonesia RS Stroke nasional Bukittinggi

60 Siapa Dia Tika Bisono

dr.Jack

Dr. S. K. amdani Hendarman Supandji, Sp.S(K), Msc

62 Lentera Menghargai Orang Lain

Menduduki Kursi

41

49

42

49 52

58

60

� Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Surat Pembaca

Tanya :Bagaimana kiat menjaga kebugaran tubuh selama menjalankan ibadah haji secara khusu’ di Tanah Suci ? Teri-makasih, kami menantikan jawaban Redaksi.

Abdullah, Jakarta

Jawab: Pelaksanaan ibadah haji sebagian besar adalah aktifitas fisik, sehingga memerlukan dukungan fisik yang prima. Untuk memperoleh fisik yang prima perlu melakukan kegiatan sebagai berikut: • Pelihara kesehatan dengan cara

makan, minum dan istirahat yang cukup.

• Selalu menggunakan masker untuk melindungi diri dari infeksi saluran nafas, debu dan penyakit menular yang menyebar melalui udara.

• Hindari sengatan / udara dingin dengan menggunakan, sarung tangan, kaos kaki, dan pakaian tebal.

• Banyak minum air putih untuk mencegah kekurangan cairan atau dehidrasi.

• Selalu konsultasi masalah kese-hatan dengan petugas kesehatan yang mendampingi.

• Menghindari keracunan makan-an, perhatikan warna, bau dan rasa makanan sebelum dikon-sumsi.

• Perhatikan tanggal kadaluarsa bila membeli makanan.

Tanya :Apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebugaran bagi jamaah haji yang sudah berusia lanjut.? Teri-makasih

Ammar, Bekasi

Jawab :Untuk menjaga kebugaran, sebaik-nya mengikuti tahapan sebagai berikut:• Enam bulan sebelum berangkat

haji, Jamaah harus memeriksakan diri ke Puskesmas setempat untuk mengetahui status kese-hatan sedini mungkin. Bila ada penyakit, maka akan dilakukan perawatan, pengobatan dan penyuluhan kesehatan.

• Tiga bulan sebelum berangkat haji, jamaah harus memeriksakan diri untuk pemeriksaan lanjutan di rumah sakit setempat yang telah ditentukan oleh Dinas Kese-hatan setempat dan pemberian vaksin miningitis.

• Jamaah harus menjaga kesehat-annya dengan melakukan:a. Berolah raga secara teratur

sesuai dengan kondisi kese-hatannya.

b. Melakukan pola makan sesuai dengan kondisi penyakit.

c. Melakukan konsultasi kesehat-an kepada dokter secara ber-kala sampai keberangkatan.

• Sesampainya di Embarkasi, jemaah melaporkan kondisi kese-hatannya kepada dokter kloter sehingga mendapat perhatian dari dokter.

• Di Arab Saudi, jemaah memeli-hara kesehatan dengan meng-konsumsi obat sesuai anjuran dan melakukan ibadah sesuai dengan kondisi kesehatannya.

• Jika ada keluhan tentang kese-hatan, segera mengunjungi petugas kesehatan pedamping pada kloter masing-masing.

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom �

Stop Press

Seorang dokter pegawai tidak tetap (PTT) Lydia Olivia Pieter ( 24 tahun), yang bertugas di Pus-kesmas Taniwel, Seram Bagian Barat Provinsi Maluku meninggal ter-

tembak oleh oknum TNI, pada medio Agustus lalu. Peristiwa itu terjadi ketika seorang oknum TNI bernama Lettu Inf. DRK yang siang itu bertamu di rumah dinas dr. Lydia hendak mengosongkan senjatanya, tanpa disengaja senjata itu meletus dan mengenai dada kiri tubuh dokter yang baru bertugas sejak April 2009.

Lidya sempat dilarikan ke Puskesmas, tetapi jiwanya tidak tertolong lagi. Jenazah Dokter PTT lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tahun 2008 siang itu juga dievakuasi dari Puskesmas Taniwel melalui jalan darat ke Pendopo Kabupaten Seram Bagian Barat. Dari pendopo Kabupaten Seram, jenazah dibawa ke Ambon menggunakan feri. Dari Ambon jenazah dengan diantar Wagub Maluku Ir. Said Assegaff dan Kepala Dinas Kesehatan Prov. Maluku dr. Basalama Atma, M.Kes diterbangkan ke Jakarta untuk diserahkan kepada Menteri Kesehatan.

Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng tanggal 13/08/09, jenazah dr. Lydia disambut dr. Budi-hardja, MPH, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Ma-syarakat Departemen Kesehatan RI mewakili Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) dan Brigjen TNI Husein Malik mewakili Pengkostrad untuk diserahkan kepada orang tua almarhum.

”Kita semua kehilangan salah satu putri terbaik bangsa yang dengan penuh semangat dan dedikasi yang tinggi mengabdikan diri dalam bidang kesehat-an. Saya menyampaikan terima kasih dan penghar-gaan yang setinggi-tingginya atas segala pengabdian terhadap bangsa dan negara”, ujar Menkes dalam sambutan yang dibacakan dr. Budihardja.

Pada kesempatan ini kami meng-ucapkan belasungkawa yang men-dalam disertai ucapan terima kasih atas semua pengabdian yang telah diberikan almarhumah kepada ma-syarakat di daerah sangat terpencil, tambah Menkes.

Pada kesempatan tersebut al-marhum dr. Lidya dianugerahi tanda penghargaan bagi individu yang ber-jasa dalam bidang kesehatan berupa Lencana Kestaria Bakti Husada Arutala yang diterima Ir. Yunus Pieter, ayahan-da almarhum. Jenazah disemayamkan di rumah duka Kompleks TVRI Blok C

No. 50 Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat sebelum dimakamkan keesokan harinya di Pondok Rangon Bekasi, Jawa Barat.

Dengan meninggalnya dr. Lidya, 4 pahlawan kesehatan pada tahun 2009 gugur dalam tugas. Sebelumnya, pada Januari 2009, dr. Hendy Prakoso, dr. Boyke Mowoka, dan dr. Wendyansah Sitompul, Sp.OG juga gugur. Ketika itu “Kapal Motor Risma Jaya” yang mengangkut 3 dokter dan 24 penumpang lainnya mengalami kerusakan setelah dihantam ombak besar dan tenggelam di Muara Kali Aswet Distrik Agast Ka-bupaten Asmat Provinsi Papua. Ketiganya ditemukan meninggal dunia. l Smd

Lydia Olivia, Dokter PTT Meninggal Tertembak

Info Sehat

� Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Penelitian di AS membuk-tikan, minum air enam gelas atau lebih dapat mengurangi risiko kanker kandung kemih. Tubuh

kita setiap hari membutuhkan air sebanyak 2,4 - 2,8 liter agar organ-organ tubuh berfungsi sebagaimana mestinya.

Memang, beberapa makanan mengandung air, namun sebaiknya kita minum air putih sebanyak 6 - 8 gelas per harinya agar keseimbangan cairan tubuh dapat selalu terjaga.

Di Amerika Serikat, penyakit kanker kandung kemih merupakan jenis kanker utama keempat yang umumnya dialami kaum pria. Untuk kaum perempuan diagnosis ka-sus kanker kandung kemih hanya ditemukan seperempat dari kasus di kalangan laki-laki.

Hingga kini, faktor-faktor pence-tus terjadinya risiko kanker kandung kemih yang sudah terbukti adalah kebiasaan merokok dan zat kimia pe-nimbul kanker, yang dikenal sebagai arilamin. Penelitian yang dilakukan di Universitas Harvard, Boston, Amerika Serikat, membuktikan bahwa 47.909 laki-laki profesional yang berumur 40 - 75 selama 10 tahun (1986-1996) mengalami lima kali siklus kanker kandung kemih. lgiri

L arangan bicara keras-keras di dekat bayi ternyata ada dasarnya. Suara percakapan yang terlampau keras terbukti bisa menghambat perkem-

bangan bayi. Terutama pada bayi prema-tur atau yang sedang sakit.

Menurut Dr William Engle, ahli neona-tologis dari Riley Hospital, Indianapolis, AS, suara yang keras membuat jantung bayi berdenyut terlalu cepat atau seba-liknya, sangat lambat.

Hal itu membuat bayi tidak bisa beristirahat atau tidur nyenyak. Padahal, semua proses

perkembangan bayi, baik otak maupun fisik, terjadi justru pada saat bayi istira-hat atau tidur.

Fakta itu terungkap dalam penelitian-nya di unit perawatan khusus di rumah sakit tersebut. ’’Bayi tumbuh di antara kondisi tersebut, selain makan tentunya,’’ ujar Engle.

Karena itu, dia menganjurkan agar orang tua menyediakan tempat yang tenang bagi bayi mereka. Tempat yang tenang, menurutnya, bisa mendorong otak bayi memproses suara yang masuk

serta mengenal suara ibu mereka. lgiri

Suara Keras Hambat Perkembangan Bayi

Air Putih Amankan Kandung Kemih

T ernyata apa saja yang berlebihan, selalu berisiko. Termasuk olah raga, latihan fisik berat dalam jangka panjang

bisa memicu penurunan daya ingat.

Kajian terbaru menunjukkan para wanita yang berolahraga keras, seperti lari, renang, dan senam selama beberapa hari akan mengalami penurunan memori dan kemampuan kognisi lain-nya. “Padahal, orang terkadang berpikir porsi banyak berarti lebih baik,” kata Mary C. Tierney, PhD, peneliti University of Toronto.

Dalam penelitian yang dipres-

Olah Raga Berlebihan Menyebab-kan Pikun

Info Sehat

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom �

Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik, sangat mem-pengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan

EQ (Emotional Quotien) pada anak. Seorang anak yang sejak kecil

terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibandingkan anak yang jarang

mendengarkan musik. Bukan sem-barang musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama dan nada-nada yang teratur.

Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pem-bentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia. Penelitian menunjukkan bahwa musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak.

Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkem-bang hingga 80% dengan musik.

Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki tiga bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh. lgiri

K ebanyakan kita meng-abaikan berbagai anjuran untuk berhenti merokok, menjauhi junk food, jaga berat badan, olahraga

ringan, dan seterusnya. Karena anjuran itu terlalu sering kita dengar, maka yang terjadi: masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Tapi, kali ini anjuran itu harus didengar. Sebab, penelitian terbaru menunjukkan orang yang mengikuti pola hidup sehat bisa menangkal se-rangan beragam penyakit mematikan.

Penelitian yang dimulai perte-ngahan 1990-an oleh Earl S. Ford dan koleganya dari Pusat pemantauan dan Pencegahan Penyakit Amerika Seri-kat itu diterbitkan dalam Archives of Internal Medicine. Para peneliti meng-analisis kesehatan, pola hidup, dan diet pada 23.513 orang berusia 35-65 tahun.

Hasilnya, delapan tahun kemudian, responden yang menjalankan pola hidup sehat lebih aman dari penyakit

seperti kanker, diabetes, dan sakit jan-tung. Rata-rata risiko mereka terkena penyakit etrsebut 78% lebih rendah dibandingkan yang tidak melakukan kebiasaan sehat itu. Sedangkan risiko penyakit jantung 81% lebih rendah, serta untuk stroke 50% lebih rendah.

Rekomendasi penelitian: jangan merokok, berlatih kebugaran, sedikit-nya tiga setengah jam per minggu, tidak kelebihan berat badan, dan ter-akhir, menajga asupan dengan buah-buahan dan sayuran, serat membatasi asupan daging. lgiri

(dari berbagai sumber)

entasikan pada Alzheimer’s Association International Con-ference on Alzheimer’s Disease, Juli 2009, disebutkan bahwa res-ponden adalah wanita usia 50-63 tahun. Mereka diminta me-rinci latihan fisik yang dijalani sejak muda, kemudian di tes dengan delapan tes daya ingat dan daya fungsi otak. Hasilnya, para wanita yang melakukan latihan fisik keras memiliki daya ingat dan kemampuan kog-nisi lebih buruk dibandingkan mereka yang menjalani latihan secara moderat. lgiri

Pengaruh Musik Pada Anak

Pola Hidup Sehat Menangkal Penyakit Mematikan

Ragam

10 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) menerima bintang penghargaan dari Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI yang diberikan

langsung oleh Ketua Umum DPP LVRI Letjen TNI (Purn.) Rais Abin Senin, 24 Agustus 2009 di Jakarta.

Menurut Rais Abin, Bintang penghargaan ini diberikan karena Menkes berjasa luar biasa untuk perkembangan dan kemajuan LVRI serta kegigihan dalam memperjuang-kan kedaulatan bangsa Indonesia di forum internasional sejalan dengan dharma LVRI. Penghargaan diberikan atas dasar Surat Keputusan LVRI No. Skep-19/MBLV/IX/04/2009 tentang Penetapan Penganugerahan Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia

Rais Abin mengatakan, Menkes juga dinilai berhasil meningkatkan efisiensi jaminan kesehatan bagi masyara-kat termasuk para veteran, serta berani dalam menentang hegemoni negara maju di WHO dan juga NAMRU.

Lebih lanjut Rais Abin juga mengharapkan agar Menkes menindaklanjuti SK Menkes No. 812 tahun 2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif dengan secepatnya mengeluarkan petunjuk pelaksanaan (juklak) agar para pelaksana di lapangan (hospice) dapat lebih efektif dalam menjalankan tugasnya.

Dalam kesempatan tersebut Siti Fadilah Supari menga-takan sangat tersanjung karena diberikan penghargaan layaknya seorang pejuang walaupun ia bukan dari kalang-an militer. Ia memohon doa mudah-mudahan Allah SWT masih memperkenankan ia terus berjuang demi kema-juan negara ini karena masih banyak tugas yang belum selesai dengan tuntas, contohnya mengenai NAMRU. l

Smd/Dodi

Menkes Terima Bintang Penghargaan Legiun Veteran Republik Indonesia

Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyono dan Menkes Siti Fadilah Supari bersama 6 wanita lainnya menerima penghargaan sebagai sosok wa-

nita Indonesia yang cantik, anggun, bijaksana, cerdas, dicintai serta dikagumi keluarga maupun masyarakat (Prada Prameswari). Penghargaan diserahkan CEO Mustika Ratu Puteri Kuswisnuwardhani disaksikan Direktur Utama Mustika Ratu Mooryati Soedibyo di Jakarta (14/8/2009).

Penghargaan Prada Prameswari diselenggarakan Mustika Ratu Group sebagai perusahaan jamu dan kosmetika nasional sebagai wujud kepedulian dan menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi budaya bangsa Indonesia. Prada Prameswari bisa diartikan sebagai “Permaisuri Emas”, tetapi bukan permaisuri sebagai istri raja. Prada Prameswari dicitrakan sebagai sosok perempuan Indonesia yang cantik, anggun, bijaksana, cerdas, dicintai serta dikagumi keluarga maupun masyarakat.

Pemilihan dilakukan berdasarkan polling yang dilakukan majalah Femina dan tabloid Nyata selama Januari – Maret 2009. Selain Ibu Negara dan Menkes, juga terpilih 6 tokoh lainnya yaitu : Ny. Hartati Murdaya - Pengusaha Wanita, Krisnina Akbar Tanjung - Penggiat Budaya, Widyawati Sopan Sopian - Aktris Film, Titiek Puspa - Artis & Penyanyi, Artika Sari Devi - Aktris Film & Presenter, serta Nurul Arifin - Artis & Politisi Wanita.

Menkes Siti Fadilah Supari mendapatkan penghar-

Penghargaan Prada Prameswari Untuk Siti Fadilah Supari

Ragam

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 11

D alam upaya memadukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni antara bidang kesehatan dan kegiatan pariwisata, tanggal 20 Agustus 2009 lalu

telah diresmikan Mosquito Theater (Teater Nyamuk) di desa Babakan, Kec. Pangandaran, Kab. Ciamis, Jawa Barat

Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes), Prof. DR. Dr. Agus Purwadi-anto, SH, Msi, Sp. F(K), keberadaan Teater Nyamuk adalah upaya Litbangkes mendekatkan diri kepada masyarakat agar hasil penelitian Badan Litbangkes berdaya guna dan berhasil guna.

Jadi, dalam Teater Nyamuk ini diberikan fasilitas gedung sinema berukuran 9x8 meter dengan kapasitas 120 orang, ruang multimedia yang berfungsi untuk proses editing dan dubbing, pusat pelayanan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan informasi, penjualan tiket serta penjualan souvenir dan museum sebagai tempat penyim-panan koleksi dan dokumen. Selain itu, sebagai musium nyamuk pertama di Indonesia, dihiasi replikasi nyamuk ukuran besar pada dinding utamanya. Ada enam genus koleksi nyamuk yang dimiliki museum ini yaitu : Aedes,

Peresmian Teater Nyamuk, Pertama Di Indonesia

gaan atas dedikasi, kerja keras dan keberaniannya dalam bekerja sebagai pribadi, ibu rumah tangga dan juga pejabat negara. Prestasi Siti Fadilah yang banyak dika-gumi terutama kiprahnya sebagai Menkes yang banyak menghasilkan program-program kesehatan yang pro rakyat, keberaniannya menghentikan kegiatan NAMRU di Indonesia serta mereformasi mekanisme virus sharing yang berlaku di WHO. lSmd/Dodi

Culex, Anopheles, Mansonia, Armigeres dan Toxor. Masing-masing genus terdiri dari spesimen stadium telur, larva, pupa dan nyamuk.

Teater yang dibangun dengan dana APBN Departe-men Kesehatan didukung penuh pengembangan dan pemanfaatannya sebagai ikon wisata ilmiah oleh Pemda Kab. Ciamis dan Pemda Provinsi Jawa Barat . Sinergi antar sektor menjadi ciri nyata dalam ikon wisata ilmiah ini, khususnya sektor kesehatan, pendi-dikan, pariwisata, dan ekonomi, ujar Sugianto, Msc.PH, Kepala Loka Litbang P2B2 Ciamis. l

Smd/Iwan

Karyawan Depkes Peringati Detik-Detik Proklamasi

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-64 Proklamasi Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2009, Departemen Kesehatan RI

menyelenggarakan Upacara Bendera yang dipimpin langsung Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) dan dihadiri oleh para pejabat Eselon I, II, III, IV dan pejabat di lingkungan UPT Depkes di Jakarta serta para pegawai di lingkungan Departemen Kesehatan.

Dalam kesempatan tersebut Menkes secara sim-bolis menyerahkan penghargaan kepada 9 orang yang berjasa di bidang kesehatan. Penghargaan yang diserahkan berupa 7 orang memperoleh tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden

Karyawan Depkes mengikuti peringatan detik-detik proklamasi.

Ragam

12 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Untuk meningkatkan kualitas kerja, menambah daya tahan dan stamina kerja, bulan Juli

2009 lalu , seluruh karyawan Puskom Publik melakukan kegiatan bersama “konsolidasi staf di pulau Dewata, Bali. Kegiatan ini sekaligus untuk refreshing bersama, mengingat ritme kerja Unit Depkes sangat padat, ha-rus cepat dan tepat, dan menguras tenaga serta pikiran.

Demi mendapatkan penyegaran sekaligus pencerahan pemikiran mengelola pekerjaan, sekaligus rekreasi bersama, maka Puskom Publik meluangkan waktu untuk kegiatan bersama, yang diisi dengan pelatihan dan pencerahan internal.

Pada hari pertama, seluruh staf mendapat pencerahan tentang “Leadership in Team Building” oleh Dr. Abdullah Rudolf Smit, CTM. Digam-barkannya, bahwa kepemimpinan

model Elang itu memang baik, tapi kepemimpinan Angsa lebih baik lagi. Mengapa? Elang, memang kuat, he-bat, berani tapi seorang diri. Banyak kelemahan, apalagi Elang itu mati, tak ada pengganti. Berbeda dengan Angsa. Ia akan selalu bekerja dalam tim yang solid. Satu sama lain saling menguatkan, mengisi. Bila ada salah satu anggota yang lemah, kemudian beristirahat, maka anggota lain akan segera mengisi formasi kekosongan. “Kepemimpinan model Angsa lebih unggul,” tegas Rudolf.

Selain itu, berlangsung pula acara “Curhat”. Kegiatan ini dimasud-kan untuk mengeluarkan seluruh perasaan duka, penat dan kekesa-lan akibat pekerjaan dan interaksi selama bekerja. Pada sesi ini, Ibu Lily Sulistyowati, sebagai Kepala Puskom Publik memberi pengantar terlebih dahulu. Berikutnya seluruh per-

wakilan bagian dan bidang menyam-paikan uneg-uneg. Awalnya, mereka merasa enggan, tapi sesi berikutnya suasana menjadi terbuka dan penuh kekeluargaan. Semua yang meng-ganjal perasaan terungkap dalam sesi ini tanpa beban.

Untuk menambah soliditas, peserta mengunjungi berbagai tem-pat wisata. Mulai dari museum Goa gajah, Ulu Watu, Legian, Tampak sir-ing dan Dream Land. Tak ketinggalan menyaksikan pertunjukan tari Kecak yang melibatkan personil 80 an orang. Dalam setiap kesempatan si-sipan kegiatannya memang belanja. Bali memang bukan hanya tempat wisata, tapi juga surga belanja bagi mereka yang punya kantong tebal untuk menebar uang di toko-toko dan pasar-pasar yang tersebar di setiap tempat. lpra

Konsolidasi Puskom Publik

yaitu : dr. H. Suwandi Makmur, MM, Pembina Utama Madya, Inspektur III pada Itjen Depkes, (30 tahun), dr. Nani Kurniani, Sp.S (K), Pembina Tingkat I, Dokter Madya pada RSUP Hasan Sadikin Bandung, (30 tahun), Drs. Baim Heryadie, M.Pd, Pembina Tingkat I, Widyaiswara Madya pada Balai Besar Pelatihan Kesehatan Cilo-to, (30 tahun), Dwi Ngaipah, Penata,

Analis Kepegawaian Penyelia pada Biro Kepegawaian Setjen Depkes, (30 tahun), Bagus Abimanyu, S.Si, M.Pd, Penata, Lektor pada Poltekkes Semarang, (20 tahun), Yeni Sukma-heryani, Penata, Perawat Penyelia pada RSUP Persabahatan, (20 tahun), dan Ni Kadek Efriyani Penata Muda, Perawat Pelaksana Lanjutan pada RSUP Sanglah Denpasar.

Sedangkan yang menerima kehormatan Bakti Karya Husada Tri Windu dan Dwi Windu dari Menkes yaitu Supandi, Penata Muda Tingkat I, Pelaksana Tata Usaha pada RSUP Persahabatan Jakarta dan Ati Surya Mediawati, S.Kp, M.Kep, Pembina pada RSUP dr. Hasan Sadikin Band-ung. lSmd/iw

Media Utama

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 13

Media Utama

Pekan ASI Sedunia 2009:

Mereka Berhak MendapatkannyaDengan tema ”Breastfeeding: A Vital Emergency Response” (Me-nyusui : Respon Vital dalam Keadaan Darurat) pada peringatan Pekan ASI Sedunia 2009 yang jatuh pada bulan Agustus 2009, di-maksudkan untuk meningkatkan komitmen dan dukungan kita ter-hadap keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun.

Media Utama

14 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

T ema di atas mengan­dung makna bahwa dalam situasi apapun, ibu harus senan­tiasa didukung untuk tetap dapat menyu­sui bayinya. Sebab,

mendapatkan ASI merupakan hak anak agar dapat bertumbuh kem­bang secara optimal. Pemberian ASI juga dapat membentuk perkem­bangan intelegensia, rohani, dan perkembangan emosional. Karena selama disusui dalam dekapan ibu, bayi bersentuhan langsung dengan ibu, dan mendapatkan kehangatan kasih sayang dan rasa aman.

Namun, harus diakui, masih ba­nyak bayi yang belum mendapatkan ASI. Di Indonesia, hanya 40% bayi yang diberikan ASI eksklusif. Promosi susu formula yang gencar menye­babkan banyak ibu maupun petugas kesehatan memilih memakai susu formula yang mahal daripada meng­gunakan ASI. Dukungan keluarga juga masih kurang. Padahal, seorang ibu yang ingin menyusui bayinya dengan sukses perlu mendapat

dukungan, gizi yang baik dan pera­watan sejak ia hamil sampai melahir­kan dan menyusui.

Terkait dengan tema besar pekan ASI Sedunia 2009, kebutuhan ASI semakin mutlak dibutuhkan karena Indonesia sering menghadapi situasi darurat. Pada saat itu, seringkali pem­berian ASI kepada bayi­bayi justru sering dilupakan. Dalam keadaan daru­rat, semua sibuk menyediakan susu formula yang bisa berakibat diare yang membahayakan bayi itu sendiri.

Ada banyak alsan mengapa penggunaan ASI di Indonesia khu­susnya dalam situasi darurat masih terbatas. Pertama, faktor sosial budaya; Kedua, kurangnya pengeta­huan masyarakat akan pentingnya tetap memberikan ASI dalam situasi darurat; Tiga, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung penggunaan ASI saat terjadi situasi darurat; Empat, gencarnya bantuan susu formula yang masuk; Lima, kurangnya pengetahuan dan komit­men pemberi bantuan dan penerima bantuan akan pentingnya tetap menyusui dalam situasi darurat; dan

enam, kurangnya dukungan dari ma­syarakat termasuk dalam hal mem­berikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui berupa shelter khusus untuk memerah ASI nya.

Sesungguhnya, dalam situasi apapun, hampir semua ibu dapat menyusui bila dibantu untuk mem­peroleh rasa percaya diri, rasa aman, rasa tenang serta diberi informasi mengenai tehnik menyusui yang benar serta adanya shelter/ tempat dan prioritas mendapatkan air bersih untuk ibu dan anaknya saat situasi darurat terjadi. Untuk itu, sejalan de­ngan Tema Pekan ASI Sedunia tahun 2009 ini, yang mengangkat penting­nya dukungan bagi ibu tetap menyu­sui dalam situasi darurat, diharapkan komitmen dan tekad yang kuat dari berbagai pihak untuk bersama­sama memberikan dukungan bagi ibu untuk tetap menyusui dan mengu­payakan peningkatan pemberian ASI Ekslusif 6 bulan dan dilanjutkan Pemberian ASI dengan makanan pendamping ASI yang berkualitas hingga anak berumur 2 tahun de­ngan baik dan benar. ldhp

S esibuk dan setinggi apa pun karier seorang ibu, ia memiliki tugas melekat memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada anak­anaknya. Karena itu adalah hal yang logis jika mereka berusaha agar ASI tetap lancar. Lebih dari itu, ASI adalah karunia Tuhan yang sangat besar untuk diberikan ke­pada anak, mudah dicerna, siap pakai setiap saat,

Refleksi Pekan ASI Sedunia

Media Utama

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 15

aman dari kuman, tidak basi, serta tersedia dalam suhu optimal sesuai kebutuhan bayi. Di samping itu ASI merupakan dasar hidup sehat dan makanan terbaik di awal kehidupan seorang anak. Sekaligus hak yang mendasar bagi anak agar dapat tum­buh dan berkembang secara optimal, demi kepentingan kesehatan dan kualitas kehidupan masa depannya.

Bagaimana tidak? Karena menu­rut ahli kesehatan, ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi. Kandungan tersebut antara lain 87 persen air, 700 kalori/lt, 1,2 persen protein, 3,8 persen lemak, dan 7,0 persen laktosa, serta beberapa jenis vitamin, mineral, dan gizi yang sesuai kebutuhan bayi.

ASI juga mengandung berbagai zat kekebalan, seperti imunoglobulin, lisosim, faktor bifiduz, dan zat­zat lain yang memberikan kekebalan pasif terhadap beberapa penyakit ter­tentu, serta berguna untuk menekan pertumbuhan bakteri usus. Beberapa penelitian juga menunjukkan, bahwa ASI dapat mengurangi risiko kesu­karan seperti gangguan pernapasan seperti batuk, pilek, dan pnemonia, gangguan pencernaan, dll.

Lebih dari itu juga mengandung zat­zat yang diperlukan untuk perkembangan kecerdasan otak. Demikian pula bagi ibu yang menyu­sui, pemberian ASI memiliki banyak manfaat, khususnya yang berkaitan dengan pemulihan kesehatan. Antara lain mencegah pendarahan setelah melahirkan, sehingga mengurangi kemungkinan anemia, menjarangkan/ menunda kehamilan, serta mengu­rangi risiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.

Pemberian ASI juga dapat mem­pererat jalinan kasih sayang antara ibu dan anak, serta menimbulkan rasa aman dan kedekatan emosional yang kuat. Dalam dekapan ibu, bayi akan merasakan kehangatan dan perlin­dungan. Begitu pula sebaliknya, ibu menyusui akan merasakan puas dan

bahagia, karena dapat memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Se­sungguhnya apabila dalam menyusui dihayati, akan menumbuhkan keba­hagiaan yang terwujud dalam bentuk kasih sayang murni.

Sentuhan kulit, detak jantung ibu yang telah lama dikenal bayi, akan meningkatkan kemesraan. Berpadu­nya unsur fisik dan psikis antara ibu dan anak tersebut, semakin mem­perkuat ikatan cinta dan kasih sayang di antara mereka. Dalam kaitan ini, Sigmund Freud, tokoh terapi psiko­analitik menyatakan, bahwa meng­hisap buah dada ibu (menyusu) dalam tahun pertama kehidupan, yang disebut fase oral, memuaskan kebutuhan bayi akan makanan dan kesenangannya.

Dampak psikologisnya, menim­bulkan rasa sayang, nyaman, percaya dan berani menjangkau orang lain, sehingga menumbuhkan kemam­puan membangun dan memelihara hubungan yang akrab. Semua itu berdayaguna sebagai dasar perkem­bangan emosi anak di kemudian hari.

Sebaliknya, kerakusan dan kese­rakahan bisa berkembang sebagai akibat kurang memperoleh makanan

dan cinta pada tahun­tahun awal kehidupan. Ini karena tugas perkem­bangan pertama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, percaya kepada orang lain, dunia, dan kepada diri sendiri. Dan cinta adalah perlin­dungan terbaik dari ketakutan, dan ketidakamanan.

Itu mengandung makna, betapa ASI turut serta berpengaruh terhadap kepribadian anak­anak. Bahkan RA Kartini, tokoh emansipasi wanita pun menyebutkan, bahwa kejahatan dan kebaikan manusia terberikan melalui air susu ibu (Nota Kartini untuk Roose­boom dalam Sulastin, 1977:388).

Selain itu, dari sisi ekonomi pun menyusui banyak manfaatnya. Secara ekonomis, jelas lebih murah karena tidak perlu membeli susu formula, botol, dan perlengkapannya, sehingga mengurangi biaya pengeluaran belanja dan menghemat. Terlebih ASI dapat mencegah infeksi, sehingga mengurangi pengeluaran biaya untuk bayi sakit. Di samping itu juga ramah lingkungan karena tidak menimbul­kan sampah sisa kaleng atau dos susu. Pun, praktis karena tidak perlu repot mencuci botol dan dot.

Bagi negara, pemberian ASI mendukung terwujudnya SDM yang berkualitas, mengurangi sampah, menekan angka kesakitan dan kematian bayi, serta meningkatkan ekonomi keluarga. Ironisnya, ke­nyataan menunjukkan masih adanya sebagian kaum ibu yang enggan memberikan ASI kepada putra­pu­trinya, seperti menunda menyu­sui, membatasi dan memberikan makanan/minuman lain sebelum bayi berusia enam bulan. Alasannya antara lain, tidak mau repot, tidak yakin kalau dapat menyusui, kurang percaya diri bahwa ASI cukup untuk bayinya, takut jika bentuk tubuh uta­manya payudara berubah sehingga kelangsingan tubuh dan kemolekan­nya menjadi berkurang, ibu kem­bali bekerja setelah cuti, gencarnya promosi susu formula, dll.

ASI turut serta ber-pengaruh terhadap kepribadian anak-anak. Bahkan RA

Kartini, tokoh eman-sipasi wanita pun

menyebutkan, bah-wa kejahatan dan kebaikan manusia terberikan melalui

air susu ibu

Media Utama

16 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Belum lagi adanya perilaku me­nyusui yang kurang mendukung, mi­salnya membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih, dsb. Disinilah perlunya dukungan suami dan keluarga dalam membantu menyele­saikan masalah pemberian ASI. Suami dalam hal ini memiliki peran yang besar, khususnya dalam memberikan perhatian, cinta dan kasih sayang kepada istri yang menyusui.

Ini karena hampir semua ibu dapat menyusui bila dibantu dengan me­

numbuhkan rasa percaya diri, serta teknik menyusui yang benar. Perha­tian tersebut di antaranya melalui pemberian motivasi kepada istri agar mau menyusui bayinya, serta jangan mengkhawatirkan perubahan bentuk mamae.

Kesetiaan untuk tidak akan mengurangi cinta dan tidak akan berpaling meski bentuk tubuh men­galami perubahan, adalah dukungan yang sangat diperlukan bagi istri. Du­kungan lainnya yaitu saat ibu harus

menyusui pada malam hari dalam kondisi mengantuk, terlebih saat bayi dalam keadaan rewel.

Untuk itulah, peningkatan pem­berian ASI harus terus digalakkan. Mendukung Deklarasi Innocenti 1990 (Italia) tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pemberian ASI, antara lain melalui Pekan ASI se­dunia, yang berlangsung dari tanggal 1 Agustus setiap tahunnya. l

(Sumber: http://www.wawasand-igital.com)

ASI Menurunkan Angka Kematian BayiDalam empat tahun terakhir pemerintah berhasil menurunkan angka kematian bayi (AKB) dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 26,9 per 1.000 kela-hiran hidup pada tahun 2007

Penurunan ini menu­rut Direktur Bina Gizi Masyarakat dr. Ina Hernawati karena ibu hamil dan ibu menyu­sui sudah semakin paham mengenai

pentingnya pemberian ASI eklsusif (hanya ASI saja) sampai bayi berusia 6 bulan.

Untuk memastikan setiap ibu hamil mengerti tentang pentingnya pemberian ASI ekslusif, Depkes telah mengeluarkan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Penerbitan buku ini merupakan salah satu kebijakan dan komitmen Menteri Kesehatan untuk menurunkan angka kematian

ibu dan bayi. Setiap ibu hamil wajib memilikinya. Di dalam buku tersebut termuat pesan­pesan tentang ASI.

“Melalui buku ini, informasi untuk memberikan ASI eksklusif mulai diberikan sejak dini, yaitu sejak awal kehamilan. Setiap ibu hamil begitu kontak pertama dengan tenaga kesehatan akan mendapat buku KIA. Tahun ini sudah dicetak 5 juta buku yang diberikan kepada ibu hamil di seluruh Indonesia. Distribusinya bisa lewat bidan praktek swasta, Puskesmas, fasilitas ksesehatan dan sebagainya,” jelas dr. Ina.

Dr. Ina mengakui, sosialisasi menyusui ekslusif perlu waktu untuk mencapai hasil optimal karena ini

menyangkut perubahan perilaku. “Perlu strategi untuk memuluskan

program ini, yaitu melalui permber­dayaan masyarakat. Saat ini sudah mulai ada kelompok­kelompok ASI. Konselor ASI juga sudah mulai ba­nyak. Sekarang sedang ada pelatihan lagi di Bandung. Pesertanya dari 6 propinsi”, jelas dr. Ina.

Media Utama

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 17

Menurut dr. Ina, sedikit demi sedikit perilaku masyarakat sudah mulai berubah.

“Sudah semakin banyak orang yang sadar, semakin banyak orang yang minta pelayanan. Hal ini ditun­jukan dari angka­angka yang terus meningkat dibandingkan sebelum­nya. Media massa juga mulai ber­peran”, jelasnya.

Dr. Utami Rusli, Sp.A dari Indone­sian Breastfeeding Center menghi­tung andai dalam satu tahun, selama 6 bulan bayi diberikan ASI Exclusive saja, maka 18,03 trilyun dana peme­rintah dapat dihemat.

Jika melihat persentase, angka kematian bayi baru lahir bisa ditekan 22% jika diberi ASI selama 6 bulan, Jika bayi diberi ASI sampai 11 bulan diturunkan lagi tingkat kematian 13% dan jika dilanjutkan sampai usia bayi 2 tahun bisa diturunkan lagi 6% angka kematian. Totalnya 41% kema­tian balita dapat ditekan jika diberi ASI sampai usia 2 tahun tentunya ditambah makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 6 bulan keatas.

AKB di Indonesia memang masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga. Di Filiphina AKB mencapai 18 per 1.000 kelahiran hidup sementara di Singapura hanya 1 bayi meninggal per 1.000 kelahiran hidup.

Sementara menurut laporan The World Health Report tahun 2005, tiap

6 menit 1 bayi Indonesia dibawah usia 28 hari meninggal dunia. Ini lebih kecil dibanding laporan yang sama untuk tingkat dunia bahwa setiap hari 430 balita meninggal dan jika dikalkulasi setiap 2,5 menit, 1 balita meninggal.

Kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif dan kesadaran tenaga kesehatan untuk tidak mempromosi­kan penggunaan susu formula bagi bayi baru lahir akan berperan besar untuk semakin menurunkan AKB di negeri ini. Sesungguhnya Menkes sudah membuat aturan tentang pemasaran susu formula melalui Surat Keputusan No. 237/Menkes/SK/IV/1997.

Dr. Dien Sanyoto Besar dari Badan Pekerja Peningkatan Penggunaan ASI menambahkan, susu formula yang gencar dipromosikan di berba­gai media dengan berbagai kemasan dan manfaat yang dapat menarik perhatian para orang tua, membuat mereka memilih mengonsumsi susu formula bagi bayinya.

Selain melalui iklan di media dan promosi di pertokoan, para produsen susu formula juga aktif berpromosi di rumah sakit serta melalui petugas pelayan kesehatan, seperti dokter dan bidan.

“Seharusnya bayi yang baru

dilahirkan ditaruh di dada ibunya agar refleksnya berkembang dan produksi susu ibunya meningkat, tapi ini malah justru dipisahkan, ada yang sehari kemudian baru diper­temukan,” tuturnya.

Padahal berdasarkan rekomenda­si internasional, bayi yang baru lahir harus langsung diberi ASI, maksimal satu jam setelah lahir. “Nyatanya ba­nyak yang justru diberi susu formula dengan alasan susu ibu tidak keluar”, tambah dr. Dien.

Ditambahkan oleh Dien, pelang­garan lain yang dibuat pihak RS adalah pemberian sampel susu kaleng secara gratis pada pasien. “Ibu yang baru pulang dari RS banyak yang diberi oleh­oleh susu kaleng gratis,” ujarnya.

Menurut Dien, kini semakin ba­nyak ibu­ibu yang tidak percaya diri dengan manfaat dari kandungan ASI akibat pengaruh iklan yang mengi­dealkan kandungan zat gizi terdapat dalam susu formula. “Tidak ada ASI yang tidak bagus, bahkan ASI me­ngandung zat yang meningkatkan kekebalan tubuh bayi,” paparnya.

Padahal, hanya ASI yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan bayi, dan keunggulannya tidak bisa digan­tikan oleh susu lain. ASI aman, bersih, dan mengandung zat­zat kekebalan

"Sosialisasi menyusui ekslusif perlu waktu

untuk mencapai hasil optimal karena ini

menyangkut peruba-han perilaku."dr. Ina Hernawati

Media Utama

18 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

D r. Utami Roesli SpA, MBA.IBCLC, pakar ASI, meyakinkan bahwa setelah masa cuti berakhir, ibu masih bisa memberi­kan ASI eksklusif. “Rugi sekali jika ibu hentikan. Sebab, usus bayi usia 3 bulan belum siap mencerna makanan selain air susu ibu. Selain itu. ASI merupakan

sumber gizi ideal dengan komposisi seimbang, yang jika diberikan secara eksklusif bayi akan lebih sehat dan lebih cerdas dibanding bayi yang tidak mendapatkannya,” tegas Utami.

Pemberian ASI selama di tempat kerja telah diatur pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan.

Dalam Peraturan Bersama tersebut, pemerintah men­

dorong pengusaha dan serikat pekerja termasuk serikat buruh untuk memasukkan tata cara pemberian ASI dalam perjanjian kerja antara perusahaan dengan kar­yawannya. Pengusaha juga diminta untuk menyediakan fasilitas bagi ibu yang ingin menyusui atau memeras ASInya. Dengan kebijaksanaan perusahaan dan fasilitas yang memadai seperti ruangan tertutup untuk menyusui atau memeras ASI dan lemari es untuk menyimpan ASI perah, ibu bekerja tidak perlu khawatir lagi.

Setiap bayi berhak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental spiritual maupun kecerdasannya. Delapan puluh persen perkembangan otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun. Oleh karena itu, pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai anak berusia 2 tahun, merupakan upaya ibu memenuhi hak anak dan bayinya.

tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagi macam penyakit dan infeksi. ASI juga tersedia setiap saat dan gratis.

Semua ibu bisa memberi ASI bagi bayinya. Hanya 1 dari 1.000 yang ASI­

nya tidak keluar karena benar­benar bermasalah. Kegagalan pemberian ASI ekslusif terkait informasi yang be­lum sampai dan belum banyak tena­ga kesehatan yang bisa menolong.

Tuhan telah menciptakan ASI se­

bagai sumber kehidupan bagi bayi. Di dalamnya lengkap terdapat berbagai kandungan gizi, vitamin dan mineral serta lemak. Maka tak terbantahkan, bahwa ASI memang yang terbaik bagi bayi, termasuk pada wanita dengan gizi buruk sekalipun, ASI tetap yang terbaik untuk anaknya.

gi dari berbagai sumber

“Tidak ada ASI yang tidak bagus, bahkan ASI mengandung zat yang meningkatkan

kekebalan tubuh bayi,”

Dr. Dien Sanyoto

ASI Ekslusif untuk Ibu Bekerja

Media Utama

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 19

Beri ASI Perah Untuk buah hati tercinta, seharus­

nya bekerja di luar rumah bukanlah halangan untuk memberikan yang terbaik bagi bayi, termasuk memberi­kan ASI secara eksklusif. “Ibu tetap bisa memberikan ASI perah, yakni ASI yang diperas dari payudara, lalu diberikan pada bayi saat ibu bekerja di kantor,” jelas dr. Utami Rusli.

ASI perah adalah ASI yang diam­bil dengan cara diperas dari payu­dara untuk disimpan dan nantinya diberikan pada bayi. Apa tidak basi? Menurut Utami, sampai waktu terten­tu dan dengan penyimpanan yang benar, ASI tidak akan basi. Misalnya, ASI tahan disimpan di dalam suhu ruangan sampai 6 jam. Jika disimpan di thermos yang diberi es batu, bisa tahan hingga 24 jam. Bahkan, kalau disimpan di lemari es ketahanannya meningkat hingga 2 minggu dengan suhu kulkas yang bervariasi. Jika disimpan di frezeer yang tidak terpi­sah dari kulkas, dan sering dibuka, ASI tahan 3­4 bulan. Sedangkan pada freezer dengan pintu terpisah dari kulkas dan suhu bisa dijaga dengan konstan, maka ketahanan ASI men­capai 6 bulan.

Memerah ASI bukan hal yang sulit, bahkan tidak selalu membutuhkan alat khusus atau pompa ASI. Cukup dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar. Memang mem­butuhkan waktu, yakni masing­masing payudara 15 menit. ASI ini bisa diberikan untuk bayi keesokan harinya. Tampung ASI tersebut di sebuah wadah, lalu tandai setiap wadah dengan spidol sesuai waktu pemerahan, misal plastik pertama, kedua, dst. Berikan pada bayi sesuai urutan pemerahan.

Persiapan dan Pemberian

Untuk memberi bayi ASI perahan, jauh­jauh hari sebelum masa cuti ber­

akhir ibu memang harus menyiap­kan diri sendiri dan bayi. Apalagi jika si buah hati merupakan anak pertama. Berat meninggalkannya. Apalagi siang hari tak bersama dan tak menyusui.

Mempersiapkan diri sendiri menjadi penting. Pertama, adalah mempersiapkan mental untuk meninggalkan bayi dan memupuk rasa percaya bahwa ia akan baik­baik saja di rumah. Kedua, persiapan dengan mulai belajar memerah dua minggu sebelum cuti berakhir. Ketika bayi tidur dan payudara mulai te­rasa membengkak, segera perahlah payudara lalu simpan di kulkas. Esok siang, ASI perah tersebut bisa ibu berikan pada bayi.

Untuk mempersiapkan bayi, ibu harus memulai membiasakan bayi diberi ASI perahan dengan sendok, bukan botol susu. “Berikan dengan cara menyuapinya dengan sendok agar bayi tidak bingung puting. Sam­pai bayi usia 5 bulan, bisa terjadi bi­ngung puting,” jelas Utami. Bingung puting terjadi jika ibu yang biasa memberi ASI lewat payudara, lalu bayi disusui dengan botol, maka ke­tika akan diberikan lewat payudara lagi bayi kemungkinan menolaknya. Ini lantaran, dot botol lebih lancar mengeluarkan susu dibandingkan lewat payudara.

Persiapkan Mental ‘Pengasuh’

Tetap memberi ASI selama ibu bekerja di kantor berarti ibu harus menjalin kerjasama dengan peng­asuh. Ini tentu tidak mudah. Apalagi jika yang ibu percayai merawatnya adalah orangtua sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak punya pemaha­man yang sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif, ditambah pengalaman mereka dulu mungkin akan sedikit menyulitkan.

“Tapi, jangan menyerah. Pelan­pelan jelaskan sama ibu atau ibu mertua tentang pentingnya ASI eksklusif, dan bahwa usus bayi belum siap mencerna makanan. Begitu juga jelaskan pada pengasuh, kerjasama orangtua dengan pengasuh di ru­mah ini juga menentukan keberhasi­lan menyusui secara eksklusif”, terang dr. Utami.

Memang di hari­hari pertama pemberian susu perah dengan sendok, bayi mungkin menolaknya. Ia bahkan bisa cemas dan gelisah. Namun, jangan khawatir, 3 atau 4 hari setelahnya bayi akan terbiasa. Itu sebabnya, sebelum masa cuti ber­akhir bayi perlu dilatih disuapi susu dengan sendok. Jadi, tak perlu resah jika harus kembali bekerja, bukan? l

gi dari berbagai sumber

Media Utama

20 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Mbak Tia, begitu pang­gilan dari wanita ber­nama Tia N.Ardianto, karyawan MedcoEner­gi Oil dan Gas yang

juga puteri Menteri Kesehatan ini. Ia tetap memberi ASI kepada tiga anaknya, walau harus bekerja sebagai wanita karir. Bahkan sejak melahirkan anak pertama, Naila Nastiti Ardianto yang lahir tahun 2002 , mbak Tia su­dah memberikan ASI eksklusif. “Sesi­buk apapun, saya tetap menyusui, “ begitu akunya. Bagaimana caranya? Memompa ASI dan menyimpannya ke dalam botol yang telah disediakan khusus. ASI tersebut kemudian disim­pan dalam suhu tertentu sehingga terjamin mutunya.

Menurut mbak Tia, Naila, puteri per­tamanya, menyusu hingga 15 bulan. Sementara, putera kedua, Muhammad Dipo Ardianto, menyusu hingga 10 bulan. Sedangkan puteri ke tiga, Kayla Nastiti Ardianto yang lahir tahun 2008, lebih tertata lagi dalam pemberian ASI. MbakTia mengaku, paska kelahiran putera ketiganya ia lebih berpen­galaman dan percaya diri. Salah satu contohnya, saat melahirkan, keluarga sengaja mencari RS yang menerapkan rawat gabung, sehingga selama 24 jam pertama bayi terus menyusu. Kondisi ini diakuinya berdampak positif terhadap produksi ASI berikutnya. “ASInya deras dan terus­menerus,” tambahnya.

Puteri pertama Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari ini mencerita­kan bahwa untuk keberlangsungan pemberian ASI, ia sengaja memompa air susu 2 kali setiap hari di kantor.

Kegiatan seperti ini dilakukan kurang lebih 7 bulan. Bahkan ketika rapat­rapat pun, mbak Tia tetap menyempatkan memompa ASI. “Alhamdulillah, kantor sangat toleran terhadap ibu menyusui, sehingga Kayla mendapat ASI penuh, tidak ada susu formulanya. Sudah be­berapa kali ditinggal ke luar kota, tidak ada masalah, semua lancar, tetap ASI,” ungkap wanita cantik ini.

Diceritakannya, walau cukup sibuk sering ke luar kota, pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi, terutama secara psikologis dan untuk daya tahan tubuh. Dari pengalamannya, anak­anak yang mendapat ASI dengan baik, mereka akan sangat dekat dengan ibu dan tidak mudah sakit panas. Daya tahan tubuh anak juga akan lebih baik, dan secara fisik berat badan anak juga menjadi ideal: tidak kegemukan atau sebaliknya terlalu kurus. “Semua berkembang normal. Saya sebagai ibu merasa tidak mendapat kesusahan,” akunya tidak disibukkan dengan memberikan berbagai macam vitamin tambahan.

Terkait dengan daya tahan tubuh, mbak Tia punya pengalaman tersend­iri. Ketika kedua puteranya baru­baru ini terkena cacar air, alhamdulillah justru si bungsu tidak tertular, padahal ia belum vaksinasi. “Saya kira ini karena faktor pemberian ASI sehingga Kayla tak tertular cacar air, “ imbuhnya.

Selama ini ASI memang kalah bersaing ketat dengan promosi susu formula di rumah sakit­rumah sakit maupun media massa. Mbak Tia ingat, sewaktu anak pertama dan kedua keluar dari rumah sakit bersalin, ia

sempat diberikan susu formula. Na­mun belakangan pendekatan seperti itu sudah tak ada lagi. Kegiatan pro­mosi mulai berkurang. Bahkan setiap akan memberi susu formula, rumah sakit akan minta izin terlebih dahulu. “Beruntunglah, anak saya nomor tiga ini benar­benar full eksklusif sampai 6 bulan, “ katanya.

Mbak Tia berkantor di Gedung Bidakara ini mengakui, sebagai wanita karier yang sedang aktif bekerja, me­nyusui pasti terasa repot. Tapi, sebagai ibu, kita harus melihat definisi repot itu seperti apa, karena repot tidaknya se­seorang tergantung cara pandangnya. “Kalau mau dibilang repot pasti repot. Tapi kalau dianggap ringan juga tidak masalah,” tandasnya.

Selama berada di luar rumah, mbak Tia sengaja meluangkan waktu memompa ASI dua kali sehari. “Begitu lunch time, pasti saya mengambil jam makan siang untuk ke kamar me­mompa ASI,” ceritanya. Begitu di sore hari, ketika menjelang sore, mbak Tia memompa ASI kembali, sebelum beraktivitas di luar kantor. “Pokoknya, kemana­mana saya tetap membawa alat pompa itu. Untung bentuknya mirip kotak LCD. Jadi seperti mem­bawa alat kantor saja. Saya senang, jadi well plan dan terkadang terasa seru,” urainya panjang lebar.

Ibu berputera tiga ini merasa mendapat dukungan banyak pihak ketika berniat memberikan ASI eksklu­sif kepada putra putrinya. Khususnya Ardianto, sang suami, sangat mendu­kung. Selama ini ada anggapan bahwa menyusui akan merusak estetika

Tia N. Ardianto“Menyusui Tidak Mengurangi Keindahan”

Media Utama

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 21

n Jangan biarkan aktivitas sehari­hari menjadi penghalang Anda untuk memberikan ASI eksklusif bagi si kecil.

n Sebagai ibu dan sekaligus wanita bekerja memang tidak mudah untuk memberikan ASI eksklusif untuk buah hati, karena jatah cuti hanya 3 bulan sedangkan bayi membutuhkan ASI eksklu­sif sampai usia 6 bulan. Jangan putus asa dulu. Ibu dapat tetap memberikan ASI eksklusif de­ngan menerapkan manajeman laktasi. Setiap ibu menyusui berhak mendapat informasi mengenai manajemen laktasi.

n Kenapa demikian? Karena ASI merupakan makanan utama dan satu­satunya yang terbaik bagi bayi selama 6 bulan pertama dalam kehidupannya.

n Manajemen laktasi dimulai sejak masa kehamilan (antenatal), saat segera setelah bayi lahir, masa neonatus, sampai masa menyusui selanjutnya (postna­tal). Dengan manajemen laktasi, keberhasilan menyusui dapat dicapai dengan baik dan bayi memperoleh gizi yang optimal.

n Pada periode antenatal (masa kehamilan) keyakinan ibu bahwa menyusui adalah amanah Ilahi, merupakan kunci awal keberha­silan proses menyusui. Makanlah dengan teratur, bergizi dan seim­bang, memeriksakan kehamilan secara teratur, menjaga keber­sihan diri, dan cukup istirahat serta mengikuti senam hamil. Penting pula untuk mengikuti bimbingan persiapan menyusui

yang terdapat di setiap klinik lak­tasi di rumah sakit. Jangan lupa bersihkan puting susu sebelum anak lahir.

n Pada waktunya, tibalah hari yang dinantikan. Sang buah hati yang ditunggu­tunggu kini sudah hadir dihadapan ibu. Pada pe­riode ini (perinatal) ibu mulai belajar menyusui sang bayi. Dr. Utami Rusli, seorang pakar ASI menganjurkan untuk menyusui bayi sesegera mungkin, jangan lebih dari 30 menit pertama se­telah lahir (inisiasi dini). Lakukan rawat gabung, yakni bayi selalu di samping ibu selama 24 jam penuh setiap hari.

n Pastikan bahwa petugas keseha­tan yang membantu persalinan dapat melaksanakan ini. Jangan berikan makanan atau minuman selain ASI. Bila dalam 2 hari pertama ASI belum keluar, berikan bayi air putih masak dengan menggunakan sen­dok. Jangan memberikan dot maupun kempengan karena bayi akan susah menyusu, di samping mengganggu pertum­buhan gigi.

n Susuilah bayi kapan saja dia mem­butuhkan, jangan dijadwal. Susuilah juga bila payudara ibu terasa penuh. Ingatlah bahwa makin se­ring menyusui, makin lancar produksi dan pengeluaran ASI. Setiap kali me­nyusui, gunakanlah kedua payudara seca­

ra bergantian. Yakinkan bahwa payudara telah kosong atau bayi tidak lagi mau mengisap. Mintalah petunjuk kepada pe­tugas bagaimana cara menyusui yang baik dan benar dan jangan pisahkan bayi ibu dikamar bayi bayi sehat. Pastikan petugas kesehatan agar ibu dan bayi dilakukan rawat gabung.

n Selamat. Ibu sudah dapat mem­berikan ASI segera setelah mela­hirkan. Lanjutkan kebiasaan ini sampai bayi berumur 6 bulan. Cukup ASI saja (penyusuan eks­klusif ). Teruskan pemberian ASI sampai bayi berumur 2 tahun. Ibu dapat memberikan makanan pendamping ASI saat bayi mulai berumur 6 bulan. l

gi dari berbagai sumber

Manajemen Laktasi

tubuh. Tapi, menurut pengalaman mbak Tia, tidak masalah . “Yang terpent­ing bagaimana cara kita merawatnya. Kita perlu makan yang benar, bukan makan yang banyak. Sebab kalau

makan banyak, badan menjadi gemuk,” ujarnya mengaku suami tidak pernah mempermasalahkan, karena mereka tahu untuk kepentingan anak dan masa depannya. Demikian juga du­

kungan kantor. Pimpinan memberikan kelonggaran bagi ibu menyusui. “Saya tidak percaya menyusui mengurangi keindahan, “ tandas Tia lagi. l

Sorot

22 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Pidato pengantar RAPBN yang biasanya disampaikan pada tanggal 15 atau 16 Agustus, menjelang peringatan

hari ulang tahun Republik Indonesia, tahun ini dimajukan 2 minggu lebih awal, yakni tanggal 3 Agustus 2009. Hal

itu karena DPR masa bakti 2004-2009 akan berakhir masa jabatannya pada akhir September serta pemerintahan baru dilantik 20 Oktober. Dengan demikian, DPR dan pemerin-

tah bisa bersama-sama membahas dalam waktu yang sesingkat mungkin, sebelum mengakhiri masa tugasnya.

Pidato Presiden Pengantar RAPBN 2010

Pemerintah Siapkan Tujuh Prioritas Kebijakan

Gaji PNS dan TNI-Polri Naik

Sorot

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 23

Pada acara yang dihadiri pula oleh Ibu Ani Yudhoyono, serta Wakil Presiden Jusuf Kalla serta Ibu Mufidah JK serta para pejabat negara

lainnya, Presiden di depan Rapat Paripurna Luar Biasa DPR, di Gedung DPR/MPR Senayan Jakarta, menye­butkan perbaikan penghasilan para pegawai negeri sipil, anggota TNI dan Polri serta pensiunan. Presi­den Soesilo Bambang Yudhoyono menyatakan dalam menjalankan ekonomi nasional tahun depan, pemerintah akan memantapkan tu­juh prioritas kebijakan yang selama ini telah dijalankan.

Prioritas pertama yang akan di­lakukan adalah menjaga agar sektor riil terus bergerak. Untuk itu Pemerin­tah telah mengeluarkan berbagai ke­bijakan termasuk insentif fiskal untuk mendorong sektor riil tumbuh lebih cepat. Prioritas kedua, mencegah ter­

jadinya gelombang PHK seraya terus menurunkan angka pengangguran. Presiden mengatakan, dalam meng­hadapi krisis ini kita juga mencegah gelombang pengangguran yang ti­dak semestinya terjadi. Dengan berb­agai program yang diambil pemerin­tah untuk meminimalkan dampak krisis keuangan global, pertamba­han pengangguran hanya sebesar kurang dari 60 ribu, jauh di bawah perkiraan semula sebesar 1,5 juta. Ini tentu saja perlu kita syukuri, namun marilah terus kita menjaga agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja yang tidak perlu.

Ketiga, menjaga stabilitas harga, terutama bahan pokok yang dibu­tuhkan oleh masyarakat. Pemerintah terus menjaga agar angka inflasi dapat dipertahankan pada angka yang relatif rendah. Sampai bulan Juli 2009, angka inflasi antar tahun (year on year) hanya mencapai 2,71 persen, yang merupakan inflasi yang terendah sejak tahun 2000.

Keempat, menjaga dan me­ningkatkan daya beli masyarakat, dalam bentuk penurunan tarif pajak penghasilan orang pribadi (OP), peningkatan batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP), penurunan harga BBM, kenaikan gaj bagi PNS, TNI, Polri, pensiunan, serta guru/dosen dan pemberian BLT pada saat terjadi tekanan yang sangat berat terhadap kelompok keluarga miskin. Lang­kah ini dilakukan karena konsumsi masyarakat merupakan kontributor dominan terhadap total pertumbu­han ekonomi.

Kelima, memberikan perlindun­gan pada masyarakat miskin atau hampir miskin (near poor). Salah satu fungsi negara adalah memberikan perlindungan dan menyediakan jaring pengaman sosial (social safety net) kepada masyarakat lapisan bawah. Untuk itu, berbagai program pro rakyat seperti BOS, Jamkesmas, PKH, Beras Bersubsidi, BLT bersyarat, dan sebagainya akan terus diperkuat.

Sorot

24 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Keenam, menjaga ketahanan pa­ngan dan energi. Harga pangan ha­rus tetap terjangkau dengan jumlah yang cukup. ”Kita juga telah meng­antisipasi kemungkinan datangnya El­Nino di sebagian wilayah Indone­sia yang diperkirakan akan menye­babkan kekeringan pada akhir tahun 2009 dan awal tahun 2010”, ujarnya.

Menurut Presiden, agar tidak mengganggu ketahanan pangan, maka langkah­langkah untuk men­gantisipasi dan mengatasi dampak El­Nino telah dan akan terus dilak­sanakan, dengan antara lain menjaga kecukupan cadangan beras melalui stok Bulog minimal 1,5 juta ton.

Pemerintah juga akan melanjut­kan dan melaksanakan program Be­ras Bersubsidi untuk 17,5 juta Rumah Tangga Sasaran dengan jumlah 15 kg per Rumah Tangga selama 12 bu­lan. Pemerintah akan terus menjaga stabilitas harga pangan, khususnya beras dengan menyediakan dana siaga untuk antisipasi situasi, yang besarnya sekitar Rp 1 triliun di tahun 2010.

Selain itu Pemerintah akan men­jaga dan memastikan agar embung­embung, dam, dan bendungan air dapat berfungsi dengan baik. Untuk mengantisipasi masalah kekeringan yang berakibat pada kemungkinan kebakaran hutan, saya telah meng­instruksikan kepada Pemerintah Daerah untuk mengantisipasi dan mencegah meluasnya kebakaran tersebut.

Dalam bidang ketahanan energi, dilakukan program peningkatan dan diversifikasi produksi, serta manaje­men distribusi untuk mengamankan pasokan energi. Upaya untuk menge­lola sisi permintaan energi juga terus dilakukan.

Ketujuh, meskipun menghadapi krisis ekonomi global. ”Kita harus tetap berupaya mempertahankan

pertumbuhan ekonomi nasional pada angka yang relatif tinggi, seti­daknya antara 4­4,5%,” ujar Presiden.

Jika angka itu bisa kita capai, ini adalah prestasi tersendiri di tengah­tengah resesi perekonomian global dewasa ini. “Ketika banyak negara di dunia mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi), kita masih bisa tumbuh relatif tinggi. Pada tahun­tahun mendatang, seiring dengan membaiknya situasi ekonomi dunia dan implementasi tujuh prioritas ke­bijakan ini, Insya Allah ekonomi kita akan dapat tumbuh 5% atau lebih pada tahun 2010, dan meningkat lebih tinggi lagi pada tahun­tahun

berikutnya,” ujarnya

Gaji PNS, TNI, Polri naikPresiden Susilo Bambang

Yudhoyono mengungkapkan, gaji pegawai negeri sipil dan prajurit TNI serta Polri, dan juga pensiunan pada tahun 2010 akan dinaikkan rata­rata lima persen, guna memperbaiki penghasilan mereka. “Alokasi ang­garan antara lain untuk memperbaiki penghasilan aparatur negara dan pensiunan melalui kenaikan gaji pokok dan pensiunan pokok, pem­berian gaji dan pensiunan bulan ke­13, kenaikan uang makan/lauk pauk bagi TNI­Polri dari Rp 35.000/hari menjadi Rp 40.000/hari kerja,” ujarnya.

Khusus bagi semua dosen serta para guru, Yudhoyono menjelaskan, pada Dana Alokasi Umum (DAU) terdapat tunjangan profesi guru. “Tunjangan tersebut diberikan ke­pada guru dan dosen yang memiliki sertifikat pendidik, sebagai peng­hargaan atas profesionalitasnya, sesuai dengan kewenangannya,” kata Yudhoyono. Jika selama ini gaji guru terendah adalah Rp2 juta setiap bulannya, maka dalam RAPBN 2010 akan dialokasikan dana penyesuaian berupa tambahan tunjangan kepen­didikan bagi guru sebesar Rp7,9 triliun.

“Kita semua berharap dengan ditingkatkannya alokasi anggaran ini, maka kesejahteraan para guru dan dosen akan semakin membaik dan akhirnya sesuai dengan harapan rakyat mutu pendidikan kita akan meningkat lebih tinggi lagi,” kata Kepala Negara dengan penuh harap.

Defisit turunSementara itu, ketika berbicara

tentang RUU­RAPBN tahun 2010, Presiden Yudhoyono menjelaskan bahwa pendapatan negara dan

“Salah satu fungsi negara adalah

memberikan per-lindungan dan me-

nyediakan jaring pengaman sosial (social safety net)

kepada masyarakat lapisan bawah. Un-

tuk itu, berbagai pro-gram pro rakyat sep-erti BOS, Jamkesmas,

PKH, Beras Bersub-sidi, BLT bersyarat,

dan sebagainya akan terus diperkuat. “

SBY

Sorot

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 25

hibah direncanakan mencapai Rp 911,5 triliun, atau meningkat Rp38,8 triliun dari sasaran RAPBN Perubahan(RAPBN­P) tahun angga­

ran 2009.“Belanja negara direncanakan

mencapai Rp 1009,5 triliun yang berarti lebih tinggi sebesar Rp3,8

triliun dari yang dianggarkan dalam RAPBN­Perubahan tahun 2009. Dengan demikian, defisit anggaran dalam tahun 2010 direncanakan

Sebenarnya kalau kita bicara bagaimana upaya melakukan ke­giatan untuk mendu­kung kepemimpinan dan kebijakan Pemer­intah, kita bicara

tiga aspek. Aspek pertama; kelem­bagaan, kedua aspek program dan ketiga aspek sumber daya manusia. Ketiga aspek inilah yang harus saling bersinergi. Sebagai contoh aspek kelembagaan. Pembenahan organisasi oleh ibu Menteri adalah sesuai dengan kebutuhan perkem­bangan kedepan masalah kesehat­an. Jadi, diharapkan organisasi kita ini benar­benar mampu mengan­tisipasi kebutuhan pembangunan kesehatan ke depan.

Untuk program telah diterapkan 4 grand strategi sebagai penjabaran dari visi­misi Depkes.. Menkes juga menerapkan manajemen program berbasis integritas dan integralitas. Jadi, disamping integritas dengan ciri khas kebangsaan, nasionalisme, juga pro rakyat.

Program yang baik tanpa dikelo­la oleh sumber daya manusia yang kompeten tak akan berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, Menkes menerapkan reorientasi paradigma. Paradigma lama belum sepenuhnya berpihak kepada rakyat. Sekarang kebijakan Departemen Kesehatan menguntungkan rakyat. Paradigma ini melahirkan kebijakan­kebijakan

yang membuat masyarakat dan rakyat kecil itu tidak termarjinalkan, seperti JAMKESMAS, obat murah, Poskestren dan lain sebagainya..

Bicara kendala, jelas ada. Per­tama, dari sisi penganggaran. Segi penganggaran pembangunan ke­sehatan di belahan dunia ini harus didukung dengan minimal 15% dari APBN. Tapi, sampai sekarang ini kita baru 2,3%. Kalau anggaran mening­kat kami meyakini bahwa kegiatan­kegiatan ini akan lebih berdayaguna mencapai sasaran. Kedua, masa transisi yang cukup. Belum semua SDM berubah paradigmanya. Jadi kita tidak pungkiri sebagian belum menghayati benar paradigma itu. Tapi inilah yang merupakan ma­salah bagi kita sehingga kita harus secara berkesinambungan melaku­kan edukasi dan sosialisasi supaya paradigma dapat terwujud.

Tapi, dengan kenyataan seperti itu, yang penting kita tidak boleh putus asa. Kita harus menyiasatinya dengan melakukan program priori­tas agar kita bisa survive. Jadi kalau kurang sedikit­sedikit tak masalah dan bukan berarti kita tidak dapat bersaing. Dengan melakukan pro­gram prioritas, maka kita akan bisa bersaing. Karena program tersebut mengakibatkan terjadinya biaya yang efektif dengan anggaran yang terbatas.

Selama ini kita cukup besar mendapatkan PNBP (Pendapatan

Negara Bukan Pajak). Perolehan ta­hun ini melonjak pesat di Departe­men Kesehatan. Penerimaan tahun 2004, PNBP Departemen Kesehatan hanya berkisar 1,9 triliun, maka pada tahun 2008 sudah mencapai 6,9 triliun PNBP bidang kesehatan.

Adapun PNBP daerah dikelola oleh pemerintah daerah. Adakalanya pendapatan asli daerah yang ber­sumber pada distribusi kesehatan, belum sepenuhnya digunakan untuk program kesehatan. Itu yang saya katakan, adanya gejala di beberapa daerah yang sebenarnya tidak sehat. Kenapa? Sebenarnya, kalau ini berlangsung terus maka ada kesan seolah orang sakit membiayai orang sehat. Seyogyanya, PNBP yang bersumber dari pelayanan kesehatan dikembalikan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan juga.

Intinya, tantangan kedepan cukup besar, lebih berat dibanding­kan dengan sekarang. Oleh karena itu, melalui visi dan misi yang jelas maka tidak ada tantangan yang tidak bisa kita hadapi, apalagi kalau kita sudah mempunyai tata nilai. De­partemen Kesehatan sudah mem­punyai tata nilai yang cukup baik, yaitu berpihak pada rakyat, bertin­dak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas yang tinggi, transparan dan akuntabel. Sehingga kalau tata nilai ini benar dijalankan maka insya Allah apapun tantangan akan bisa kita hadapi. lpra

dr. Sjafii Ahmad, MPH, Sesjen Depkes Tantangan Pembangunan Kesehatan ke Depan Lebih Berat

Sorot

26 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

optimalisasi penerimaan, baik pe­nerimaan dari pajak maupun peneri­maan negara bukan pajak (PNBP). “Dari rencana penerimaan negara dan hibah yang ditargetkan men­capai Rp 911,5 triliun dalam tahun 2010, penerimaan perpajakan diren­canakan mencapai Rp 729,2 triliun sedangkan PNBP diperkirakan men­capai Rp 180,9 triliun,” kata Yudhoyo­no. Setelah menjelaskan masalah pe­nerimaan negara, Presiden kemudian berbicara tentang alokasi anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 699,7 triliun. Belanja pemerintah pu­sat itu akan diprioritaskan pada lima sektor yakni pendidikan, kesehatan, perbaikan gizi, keluarga berencana, serta pemantapan reformasi birokra­si dan hukum, serta pemantapan demokrasi dan keamanan nasional.

Moratorium pemekaranDalam kesempatan ini, Kepala

Negara juga menyinggung ma­salah pembentukan daerah­daerah otonom baru sebagai hasil pemekar­an wilayah baik di tingkat provinsi, kota maupun kabupaten. Selama 10 tahun terakhir ini, sejak dimulainya era reformasi telah lahir tujuh provinsi,164 kabupaten, serta 34 kota sehingga telah terdapat 33

provinsi, 398 kabupaten, serta 93 kota.

“Pemekaran dan pembentukan daerah baru yang tidak memenuhi urgensi dan persyaratan adminis­tratif, serta kurang daya dukung keuangannya tentu saja akan men­jadi beban bagi keuangan negara. Keuangan negara yang seharusnya bisa digunakan untuk kesejahteraan rakyat menjadi beralih untuk membi­ayai keperluan administrasi pemerin­tahan daerah pemekaran,” katanya sambil menegaskan bahwa pemerin­tah harus mengevaluasi penyeleng­garaan pemerintahan daerah.

“Sebelum evaluasi tersebut dilakukan secara tuntas dan menye­luruh, maka kita perlu melakukan moratorium (penghentian semen­tara atau jeda, red.), pemekaran dae­rah,” kata Presiden. Moratorium harus dilakukan untuk mencegah pembo­rosan dan penghamburan sumber dana negara secara tidak tepat, yang justru akan menjauhkan harapan masyarakat untuk mendapat pelayan­an dan peningkatan kemakmuran secara merata dan adil,” katanya.

Sambil mengingatkan seluruh lapisan masyarakat tentang berbagai tugas berat di masa mendatang serta tantangan baik dari dalam negeri maupun eksternal, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menga­jak rakyat untuk tegar menghadapi masa depan itu.

“Saya ingin mengajak segenap komponen bangsa untuk menatap ke depan lebih tegar, percaya diri dan tetap bekerja lebih keras lagi untuk mencapai cita­cita bersama. Tahun­tahun yang akan kita lalui adalah tahun­tahun yang tidak mudah dan penuh tantangan. Tetapi dengan memohon ridha Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, saya yakin kita semua, bangsa Indonesia yang besar ini akan mampu meningkatkan

mencapai Rp 98,0 triliun (1,6 % dari PDB). Jumlah ini mengalami penu­runan sebesar Rp35,0 triliun, bila dibanding target yang direncanakan dalam RAPBN­P tahun 2009 sebesar Rp 133,0 triliun (2,5% PDB), jelas Kepala Negara.

Untuk mencapai sasaran pendapatan negara tersebut, maka pada tahun 2010 pemerintah akan terus melanjutkan langkah­langkah

“Selain masalah transparansi dan

pertanggung-jawaban keuangan daerah, saya ingin mengingatkan ke-

pada seluruh jajaran pemerintahan di

pusat dan daerah, untuk sekali lagi, ti-

dak melakukan keja-hatan korupsi.”

SBY

Sorot

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 27

kesejahteraan dan kemajuan seluruh rakyat Indonesia,” demikian harapan Presiden.

Kesejahteraan RakyatPemerintah mengalokasikan

anggaran sebesar Rp37 triliun untuk Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, serta Penataan Kelembagaan dan Pelaksanaan Sistem Perlindungan Sosial dalam RAPBN 2010. “Sasaran yang hendak dicapai dari prioritas tersebut adalah menurunkan angka kemiskinan menjadi 12 – 13,5%,” katanya.

Pada kesempatan itu Kepala Negara mengemukakan sejumlah kebijakan dan program pemerintah untuk pemeliharaan kesejahteraan rakyat, serta penataan kelembagaan dan pelaksanaan sistem perlindungan sosial antara lain melalui kenaikan gaji bagi PNS, TNI, Polri, pensiunan, serta guru/dosen— dan pemberian BLT pada saat terjadi tekanan yang sangat berat terhadap kelompok keluarga miskin. Pemerintah juga akan mem­berikan perlindungan pada masyara­kat miskin atau hampir miskin (near poor) dengan menyediakan jaring pengaman sosial. “Salah satu fungsi negara adalah memberikan per­lindungan dan menyediakan jaring pengaman sosial kepada masyarakat lapisan bawah. Untuk itu, berbagai program pro rakyat seperti BOS, Jamkesmas, PKH, Beras Bersubsidi, BLT bersyarat, dan sebagainya akan terus diperkuat,” katanya.

Pada kesempatan itu Kepala Negara menyampaikan sejumlah asumsi makro dan besaran APBN 2010 dalam RAPBN 2010 sebesar Rp 1.009,5 triliun. Disebutkan antara lain, target pertumbuhan ekonomi sebe­sar 5 %, inflasi 5 %, nilai tukar rata­rata per dolar AS sebesar Rp 10.000, harga minyak mentah Indonesia (ICP) rata­rata per barel 60 dolar AS

dan lifting minyak rata­rata 965 ribu barel per hari. Pemerintah juga men­argetkan penerimaan pajak sebesar Rp 729,2 triliun, PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) Rp180,9 triliun, alokasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp 699,7 triliun, alokasi ang­garan kementerian/lembaga sebesar Rp 327,6 triliun, alokasi anggaran Departemen Pendidikan sebesar Rp 51,8 triliun, alokasi anggaran Departemen Pertahanan sebesar Rp 40,7 triliun, dan alokasi anggaran Departemen Pekerjaan Umum Rp 34,3 triliun.Kemudian alokasi ang­garan Departemen Agama Rp26 triliun, alokasi anggaran Departe­men Kesehatan Rp20,8 trilun, alokasi anggaran Departemen Perhubungan Rp 16 triliun dan alokasi anggaran Kepolisian Negara Rp 25,8 triliun.

Presiden ingatkan agar Jajaran Pemerintah Tidak Korupsi

Presiden Susilo Bambang Yudho­yono juga mengingatkan agar jaja­ran pemerintah di pusat dan daerah untuk tidak melakukan kejahatan korupsi. “Selain masalah transparansi dan pertanggungjawaban keuangan daerah, saya ingin mengingatkan ke­pada seluruh jajaran pemerintahan

di pusat dan daerah, untuk sekali lagi, tidak melakukan kejahatan korupsi,” kata Presiden.

Presiden menyebutkan, dana APBN dan APBD adalah uang rakyat yang harus dimanfaatkan sebe­sar­besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Pepatah mengatakan “gajah mati meninggal­kan gading, harimau mati mening­galkan belang”.

“Marilah kita mengemban ama­nah dan tanggung jawab dengan baik, sehingga meninggalkan nama yang baik pula. Nama yang akan dikenang oleh rakyat, jauh setelah kita meninggalkan jabatan yang kita emban,” tegas Presiden.

Presiden menyatakan bahwa ang­garan yang makin besar ke daerah, sudah seharusnya diikuti oleh kom­petensi dan tanggung jawab penuh dari segenap aparatur pemerintahan, untuk mengelola anggaran tersebut secara baik dan transparan, bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. “Kita harus memastikan bahwa anggaran yang semakin besar ini, tidak diikuti dengan sema­kin meningkatnya penyimpangan, ‘mismanagement’, apalagi korupsi di daerah,” katanya. l

Smd

Sorot

28 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan terdepan yang manfaatnya sangat dirasakan ma­syarakat khususnya masyarakat di daerah

terpencil dan sangat terpencil. Tenaga Kesehatan (Nakes) Puskes­mas mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayahnya. Atas perannya yang besar itulah, Departemen Kesehatan setiap tahun

menyelenggarakan pemilihan dan penghargaan Nakes Puskesmas Teladan Tingkat Nasional.

Menurut dr. Budihardja, MPH, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, pemberian penghargaan Nakes Teladan hakikatnya adalah reward dari Departemen Kesehatan atas prestasinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi peningkatan minat Nakes untuk bekerja di Puskesmas dan

tercapainya tenaga kesehatan yang mempunyai sikap nasional, etis dan professional, memiliki semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, berilmu, terampil, berbudi luhur serta dapat memegang teguh etika profesi, ujar dr. Budihardja.

Menurut dr. Budihardja, pada tahun 2009 ini Depkes menetap­kan 132 Nakes Puskesmas Teladan Tingkat Nasional dari 33 Provinsi, ter­diri dari 33 orang tenaga medis (28 dokter umum dan 5 dokter gigi), 33 orang tenaga keperawatan, 33 orang

Menyambut Hari Kemerdekaan RI ke-64: Penghargaan Kepada 132 Tenaga Kesehatan

Sorot

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 29

tenaga pengelola gizi/nutrisionis dan 33 orang tenaga kesehatan masyarakat/sanitarian.

Penilian dilakukan oleh sebuah tim secara berjenjang yaitu Tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi yang terdiri dari unsur Dinas Kesehatan, lintas sektor dan Organisasi Profesi. Nakes yang diikutsertakan dalam pemilihan teladan terdiri dari 4 kelompok yaitu tenaga medis (dokter dan dokter gigi), tenaga keperawatan (perawat dan bidan), tenaga pengelola gizi/nutrisionis, dan kesehatan masyarakat (sanitar­ian, epidemiolog kesehatan, asisten apoteker, penyuluh kesehatan, analis laboratorium, entimolog kesehatan dan lain­lain). Nakes yang terpilih di tingkat Kabupaten/Kota dikirim ke Provinsi untuk dinilai/seleksi. Kemu­dian Nakes yang terpilih sebagai Teladan Tingkat Provinsi ditetapkan sebagai Nakes Puskesmas Teladan Tingkat Nasional mewakili provinsi masing­masing.

Unsur­unsur yang dinilai meliputi kriteria umum dan kinerja. Kompo­nen kriteria umum meliputi berakh­klak dan berbudi pekerti baik, tidak sedang dalam kasus pidana/perdata dan penyalahgunaan Napza, berjasa terhadap masyarakat di wilayah kerjanya baik langsung maupun tidak langsung dan lulus seleksi yang dilakukan Tim Penilai.

Sedangkan komponen kinerja yang dinilai adalah Nakes sebagai penggerak pembangunan berwa­wasan kesehatan, sebagai tenaga pemberdayaan masyarakat, sebagai pemberi pelayanan kesehatan strata pertama, sebagai pegawai Puskes­

mas (tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa dan kepemimpinan), sebagai Nakes pro­fesional (keikutsertaan dalam bidang keilmuan, hubungan dengan pasien dan keluarga miskin, hubungan de­ngan rekan kerja), sebagai anggota masyarakat (kepribadian, peran serta dalam masyarakat, berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, berperan dalam pembinaan generasi muda dan berperan dalam organi­sasi kemasyarakatan).

“Penghargaan pemerintah tidak hanya untuk 132 Nakes Teladan yang hadir di sini, tetapi untuk semua tenaga kesehatan teladan yang terpilih di masing­masing daerah. Bahkan puluhan ribu tenaga kesehatan yang bekerja di Puskes­mas yang telah bekerja dengan baik dan menunjukkan prestasi kerja yang tinggi, Namun tidak mungkin semuanya ditetapkan secara formal sebagai Teladan Tingkat Nasional “, ujar Menkes Dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) ketika menyerahkan peng­hargaan dan hadiah kepada Nakes Teladan 2009 di Jakarta tanggal 15 Agustus 2009.

Menkes menyatakan, para Nakes Teladan telah bekerja dengan meng­gunakan nilai­nilai yang ditetapkan yaitu bekerja pro rakyat, cepat dan tepat, kerja sama tim yang kompak,

integritas serta transparan dan akuntabel. “Selama Saudara bekerja dengan lima nilai dasar itu, hasilnya akan selalu baik”, ujar Dr. Siti Fadilah.

Sudah banyak hasil pembangun­an kesehatan yang dicapai yaitu pelayanan kesehatan sudah semakin baik dan masyarakat sudah sema­kin sehat. Namun, kondisi itu masih belum optimal karena masih adanya kesenjangan status kesehatan yang besar antar wilayah, antara masyara­kat miskin dan kaya serta status ke­sehatan kita dibandingkan dengan Negara lain, tambah Menkes.

Tantangan itu bertambah berat dengan meningkatnya berbagai ma­salah baru seperti demam berdarah, HIV/AIDS, flu burung, influenza A H1N1 dan lain­lain yang mengaki­batkan meningkatnya angka kesaki­tan penduduk sehingga menambah beban pelayanan kesehatan, ujar Menkes.

Untuk mengatasi tantangan itu, kata Menkes, Depkes telah menetap­kan visi “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dan misi “Mem­buat Rakyat Sehat”. Untuk mencapai itu dilaksanakan dengan empat strategi utama yaitu : menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayan­an kesehatan yang berkualitas,

Menkes dr. Siti Fadilah Supari didampingi Dirjen Bina Kesmas dr. Budihardja memberikan selamat kepada tenaga kesehatan teladan.

Sorot

30 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan serta meningkatkan pembiayaan kesehatan, ujar Menkes.

Menkes menambahkan, strategi utama itu dijabarkan dalam 17 sasaran diantaranya yang menjadi unggulan adalah desa siaga di setiap desa dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Pengembang­an desa siaga adalah pemikiran yang luhur. Melalui desa siaga kita

mengembangkan masyarakat agar mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam mengatasi ma­salah kesehatan. Konsepnya, sehat harus tumbuh dari masyarakat itu sendiri. Perilaku hidup sehat, hidup di lingkungan yang sehat serta tahu kemana harus minta bantuan atau harus merujuk bila ada masalah kesehatan yang dikembangkan secara berkelompok atau dalam satu keluarga.

“Pengembangan desa siaga tidak hanya melalui pembentukan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) tetapi peningkatan pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat ikut memikirkan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayahnya,” ujar Menkes.

Bila tenaga kesehatan di Desa belum tersedia, diupayakan agar tenaga kesehatan di Puskesmas atau Puskesmas Pembantu secara perio­

Usai menyerahkan penghargaan dan hadiah, Menkes Dr. dr. Siti Fadi­lah Supari didampingi para pejabat Eselon I berdialog dengan Nakes Puskesmas Teladan 2009. Dipandu dr. Budihardja, MPH, Direktur Jen­deral Bina Kesehatan Masyarakat, berikut petikannya.

Penanya:1. drg. Dhani Gustiana : Puskes­

mas Seborokrapyak Banyu­urip, Prov. Jateng

Saya perlu dana untuk penelitian, tetapi tidak tersedia di Puskesmas maupun kabupaten/provinsi, ke­mudian disarankan ke Depkes. Saya

sudah bawa proposal bolak­balik ke Jakarta sampai menghabiskan gaji satu bulan, ternyata di Depkes juga tidak tersedia dana. Saya mohon penjelasan, apakah Puskesmas itu boleh atau tidak melakukan pene­litian?. Kalau boleh bagaimana prosedurnya

2. dr. Maria V. Ivonny D. Ray : Puskesmas Eban, Kab. Timor Tengah Utara, Prov. NTT

Tradisi sunat ada di seluruh dunia, tetapi sunat tradisional di P.Timor berbeda dengan sunat pada umum­nya. Sunat tradisional di wilayah kerja saya ini dilakukan pada pria

dewasa (16 tahun ­ 45 tahun) disertai satu ritual wajib melaku­kan sifon (hubungan seks paska sunat) sebelum luka sembuh. Hal ini berdampak pada penyakit infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS dan juga menghambat beberapa sasaran MDG­s khususnya kesehat­an ibu dan anak. Saya usul di Pulau Timor ada program khusus untuk sunat sehat sehingga generasi yang akan datang terhindar dari penyakit HIV/AIDS.

3. Aminoto Naharun SKM : Pus­kesmas Mapanga, Kabupaten Parigi Moutong, Prov. Sulteng.

Saat ini Depkes menghadapi suasana yang sangat urgen yaitu transisi epidemiologi, disatu sisi penyakit menular belum bisa ditu­runkan secara bermakna sementara penyakit yang tidak menular sudah memasuki daerah­daerah pedesaan. Bagaimana kiat­kiat yang harus kita tempuh dalam menghadapi transisi epideomologi khususnya di daerah pedesaan dengan adanya penya­

Dialog Menkes Dengan Nakes Puskesmas Teladan

Sorot

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 31

kit tidak menular yang semakin meningkat seperti hipertensi dan diabetes mellitus, juga bagaimana kiat­kiatnya untuk pengembangan desa siaga. Desa siaga yang kami kembangkan banyak mengalami problem khususnya masalah opera­sional di lapangan.

4. Dr. Nurul Handayani : Puskes­mas Tebas, Kab. Sambas Prov. Kalbar

Di tempat saya bertugas pertolong­an persalinan oleh tenaga kesehat­an baru mencapai sekitar 40 %, sebagian besar oleh dukun bera­nak. Bidan di desa di tempat kerja kami 18 orang, sedangkan dukun beranak 44 orang. Untuk menca­pai pertolongan yang aman, kami lakukan program kemitraan bidan dengan dukun. Kami sementara ini menyiasatinya dengan memberikan

insentif kepada dukun per pasien 30 ribu rupiah, tetapi memakai uang dari kocek bidan desa masing­ma­sing. Saya usul bisakah ada alokasi anggaran untuk kemitraan dukun dan bidan desa.

5. Nopriwan Malus, SKM : Pus­kesmas Pangean, Prov. Riau.

Program Jamkesmas adalah pro­gram yang sangat bagus dan tepat sasaran karena langsung ke orang yang kurang mampu di desa. Setelah saya tanyakan ke mereka memang sangat terbantu oleh program ini, kalau mereka dirawat di RSUD mereka sudah tidak lagi memikirkan biayanya. Masalah di Puskesmas Pangean beberapa tahun program Jamkesmas berjalan terjadi keterlambatan pengiriman dana ke rekening Kepala Puskesmas. Untuk program pengobatan saya rasa tidak ada masalah karena masih ada stok obat dari APBD atau yang lainnya, untuk pelayanan tenaga medis juga tidak apa­apa untuk tidak dibayarkan dulu. Tetapi untuk program promosi kesehatan kami mengalami kendala.

Jawaban Menkes, Dr. dr. Siti Fadi­lah Supari:

Saya sampaikan terima kasih kepada drg. Dhani atas semangat untuk melakukan penelitian, mu­dah­mudahan tidak luntur. Ternyata Anda menyukai penelitian seperti saya, tetapi biaya untuk penelitian di Puskesmas menggunakan uang suami. Saya mengakui betapapun hebatnya Depkes ini mendapatkan penilaian bagus dari berbagai sur­vei, tapi birokrasinya masih perlu di­perbaiki. Saya sedang dalam proses untuk mereformasi birokrasi yang ada disini. Jadi mohon maaf, barang­kali yang menerima Anda itu tidak mempunyai wewenang. Untuk se­mentara proposal boleh dikirimkan kepada saya, nanti baru ke Eselon I. Saya beberapa kali memperoleh laporan seperti itu, mungkin Anda salah satunya. Tetapi jangan putus asa, silakan Anda kirimkan lagi proposal kepada saya.

dik datang memberikan dukungan pelayanan di Poskesdes. Untuk daerah yang belum bisa menempat­kan Nakes secara mandiri, Depkes secara bertahap akan membantu penempatan tenaga yang dibutuh­kan. Sedangkan daerah yang belum bisa menyediakan bangunan khusus, diharapkan menyediakan ruangan yang layak sebagai tempat Poskes­des. Untuk mewujudkan itu, Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kese­

hatan tahun 2010 akan diutamakan untuk mendukung pengembangan desa Siaga termasuk pembangunan ruangan atau gedung dan alat yang dibutuhkan, tambah Menkes.

Selain itu, juga akan dilakukan Reformasi Puskesmas sebagai lembaga pelayanan kesehatan ma­syarakat harus komprehensif yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pelayanan pengobatan dan pemulihan. Dengan demikian

Puskesmas harus kuat di semua lini, tambah Menkes.

Selain menerima hadiah, para naskes terbaik ini juga mengikuti berbagai acara kenegaraan seper­ti Renungan Suci di TMP Kalibata, peringatan Detik­Detik Proklamasi Kemerdekaan ke­64 di Istana Nega­ra tanggal 17 Agustus 2009 serta beraudiensi dengan Menkes, Ketua DPR, MPR dan Presiden RI. lSmd

Sorot

32 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Pertanyaan dr. Ivonny menarik sekali karena di sebelah saya ( dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH, Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manu­sia Kesehatan) pernah dinas di NTT selama 9 tahun. Sebetulnya masalah tradisi sunat tradisional yang dihada­pi di Pulau Timor berkaitan dengan masalah pendidikan. Untuk menga­tasi hal itu, tentu tidak akan berhasil kalau hanya ditangani sektor ke­sehatan saja tetapi perlu keterlibatan sektor lain. Departemen Kesehatan dalam hal ini telah melakukan berba­gai upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dengan mengirim tenaga­tenaga kesehatan sampai daerah sangat terpencil, perbatasan bahkan di pulau­pulau terluar. Tujuannya adalah untuk bisa mempengaruhi dan mengajarkan masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Karena itu anda sebagai dokter PTT hendaknya bekerja sama dengan tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemimpin formal untuk meyakinkan bahaya sunat tradisional dengan tradisi sifon terhadap kesehatan masyarakat. Mengenai usul Anda untuk program sunat sehat dari Depkes merupakan usulan yang sangat positif dan konkrit. Saya minta dr. Budihardja, MPH, Dirjen Binkesmas untuk menin­daklanjuti.

Sedangkan untuk Sdr. Aminoto, penyakit menular dan penyakit ti­dak menular sebetulnya dapat dice­gah dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat itu seperti makan dengan gizi seimbang, istirahat yang cukup, beraktivitas fisik/olah raga minimal 30 menit setiap hari, tidak merokok, menjaga kesehatan pribadi dan

lingkungan sangat ampuh untuk Anda sebarkan supaya tidak menja­di penyakit hipertensi, diabetes dan sebagainya.

Kemudian untuk operasional desa siaga, Departemen Kesehatan membantu operasional Desa Siaga sebesar 500 ribu rupiah per bulan. Dalam satu tahun, Depkes mem­bantu biaya operasional Desa Siaga sebesar enam juta rupiah. Tidak itu saja, Depkes masih memberikan pelatihan kepada kader kesehatan. Sedangkan sarananya yaitu untuk membangun Pos Kesehatan Desa seharusnya biaya dari APBD.

Menjawab pertanyaan dr. Nurul, tentang sulitnya memenuhi kebu­tuhan bidan dalam jumlah yang cukup, saya rasa untuk memenuhi kekurangan bidan harus dilaporkan ke Bupati nanti Bupati yang akan meneruskan ke Depkes supaya kekurangan tenaga kesehatan juga diketahui Bupati. Untuk dana kemitraan bidan, mestinya diambil dari biaya persalinan. Kalau peserta Jamkesmas kan sudah ada tarifnya,

dari anggaran itulah pos untuk membiayai kemitraan bidan dengan dukun. Dengan adanya kemitraan dukun dan bidan, dua­duanya akan diuntungkan, bidan untung, dukun juga untung dan persalinan dapat dilakukan secara aman dan selamat.

Untuk penyaluran dana Jamkes­mas untuk Puskesmas di Riau, penyaluran dana Jamkesmas untuk Puskesmas disalurkan langsung dari Kas Negara langsung ke rekening Kepala Puskesmas melalui PT Pos Indonesia. Jadi dana Jamkesmas langsung dikirimkan ke PPK (pem­beri pelayanan kesehatan) yaitu Puskesmas maupun Rumah Sakit tidak melalui Depkes. Kalau ada ke­terlambatan coba dicek, barangkali keterlambatan terjadi karena aparat di daerah terlambat mengurus dan berikan laporan ke Depkes dimana keterlambatan terjadi. Mengenai bantuan dana, saya jelaskan bahwa APBN Depkes, 87% sudah dialoka­sikan ke daerah­daerah. Jadi APBN Depkes yang dikelola Pusat tinggal sekitar 13%.

Jawaban, Prof. dr. Agus Purwadi­anto, Sp. FK, SH, Badan Litbangkes Menjawab pertanyaan drg Dhani, pertama saya menghargai Anda seb­agai dokter gigi yang sudah memi­liki hak paten yang juga mempunyai jiwa seorang peneliti, mudah­mudah nanti bisa menjadi Menteri Kes­ehatan seperti dr. Siti Fadilah Supari yang juga seorang peneliti. Kedua, tentang prosedur tetap penelitian, selain dari birokratisasi memang ada Komite Ilmiah dan Komite Etik. Jadi proposal penelitian itu disaring oleh Komite Ilmiah dan Komite Eteik. Problemnya adalah Komite Ilmiah dan Komite Etik itu ada di setiap institusinya masih­masing. Nah, kalau

Mengenai bantuan dana, saya jelas-kan bahwa APBN Depkes, 87% su-dah dialokasikan

ke daerah-daerah. Jadi APBN Depkes yang dikelola Pu-sat tinggal sekitar

13%Dr. dr. Siti Fadilah Supari

Sorot

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 33

tidak ada di tingkat propinsi ya nanti sampaikan saja ke Badan Litbang Depkes. Intinya adalah proposal itu dilihat dari metodologi ilmiahnya dan kemudian ada etika. Nah kalau berbenturan antara ilmiah dan etika yang dimenangkan adalah yang etikanya.

Jawaban Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS, Dirjen P2PL Depkes.:Saya ingin share sedikit dengan drg. Dhani dari Purworejo. Pada waktu saya di Puskesmas dulu sekitar tahun 1980, saya juga membuat peneli­tian waktu itu belum ada proposal juga belum minta uang ke Litbang. Penelitian itu dimasukkan jurnal dulu maka akan dapat uang kalau tidak salah 100 ribu rupiah, padahal gaji tidak sampai 100 ribu rupiah. Jadi, untuk melakukan penelitian, bukan tidak mungkin sumber dana bisa di­peroleh dari berbagai sumber, tidak harus dari Departemen Kesehatan.

Pertanyaan tentang epidemi­ologi, tadi Menkes sudah sampaikan bahwa ada penyakit menular dan penyakit tidak menular. Kalau penya­kit menular itu masalahnya adalah pada host, agen, environtment. Jadi kalau penanganan pada hostnya, penanganan pada agen, agen itu bisa vector bisa nyamuk dan segala macem dan lingkungan. Semen­tara untuk penyakit tidak menular isunya adalah isu faktor risiko, faktor risiko itu tentunya penanganannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Jadi, mudah­mudahan nanti penanganan penyakit risiko penyakit tidak menular dapat diatasi termasuk yang sudah disebutkan penyakit diabetes mellitus.

Jawaban Dr. Budihardja, MPH, Dir­

jen Bina Kesehatan Masyarakat. Usul dr. Ivony dari NTT menarik sekali. Nanti saya dengan dr. Bam­bang Sardjono, Direktur Kesehatan Komunitas dan dr. Abidinsyah Siregar, Kepala Pusat Promosi Kesehatan mungkin melihat secara langsung ke NTT, untuk mencarikan jalan keluarnya. Jadi harus mendasar, harus ada perubahan perilaku dan kemudian percontohan sunat sehat, dua­duanya akan kita tempuh.

Untuk Sdr. Aminoto yang disam­paikan Prof. Tjandra tadi itu adalah kiatnya. Untuk Desa Siaga, Puskes­mas mempunyai tugas membina desa siaga agar melakukan survei mawas diri didukung oleh Puskes­mas. Kalau di situ banyak penya­kit tidak menular apa sih faktor risikonya. Menariknya, desa siaga jangan hanya diserahkan kapada Poskesdes atau ke bidan, inilah tugas Puskesmas untuk melakukan pembinaan karena tugas kita untuk memberdayakan masyarakat ya ti­dak hanya tugasnya Poskesdes. Pos­kesdes itu tugasnya medical, tetapi untuk fungsi keseluruhannya untuk memberikan advokasi kepada kepala desa dan sebagainya barang­kali dukungan dari Puskesmas akan menjadi sangat penting sekali.

Masalah untuk biaya operasional sesungguhnya untuk biaya opera­sional itu setelah desentralisasi mestinya tugasnya kabupaten dan kota. Karena itu sudah diserahkan sepenuhnya menjadi kewenangan wajib, tapi kita tahulah bahwa ada daerah yang kaya dan daerah yang miskin sehingga Menteri Kesehatan masih mau memberikan dukungan. Tetapi jangan sepenuhnya meng­gantungkan biaya operasional Desa Siaga dari Depkes Pusat. Tadi sudah disampaikan memang DIPA kita

kadang­kadang agak terlambat, sedang diproses oleh Sesditjen Binkesmas dr. Edi Suranto mudah­mudahan dalam waktu singkat akan turun dukungan itu. Saudara­sauda­ra dimohon untuk menyampaikan kepada Kepala Dinas masing­ma­sing agar memberikan advokasi ke Bupati sehingga daerah juga memberikan biaya operasional.

Jawaban Dr. Bambang Giatno, MPH, Kepala Badan PPSDM Kese­hatan:Saya ingin mengingatkan kembali dengan apa yang telah disampaikan Menkes atas kasus yang dialami oleh dr. Ivonny Rai dari NTT. Tadi Menkes mengatakan ada 5 nilai dan tiga yang pertama adalah berpihak kepa­da rakyat, bertindak cepat dan tepat dan bekerja dalam tim. Marilah kita terapkan di dalam tugas kita dalam menolong rakyat. Saya minta contoh yang disampaikan dr. Ivonny tadi menjadi catatan semua yang hadir. Kita lihat disekeliling kita apakah ada perilaku, apakah ada kondisi ling­kungan, apakah ada kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat yang membahayakan, ini tadi perilaku yang membahayakan rakyat karena rakyat tidak tahu bahwa melakukan hubungan seks dan sebagainya bisa berisiko. Kemudian yang kedua kita harus bertindak cepat dan tepat, saya salut dengan dr. Ivonny tadi karena sudah melakukan, tetapi masih ada yang kurang yaitu bekerja dalam tim. Tim ini dipimpin oleh Menteri Kesehatan, oleh sebab itu saya sarankan juga temen­temen sekalian kalau menemukan kasus yang berkaitan dengan masyarakat tolong buat laporan tertulis, buat kajian tertulis supaya dengan dasar itu kita bisa bertindak. lSmd/Yuli

Potret

34 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Dr Utami Rusli Sp.A, MBA,IBCLCKetua Sentra Laktasi Indonesia

“Ayo,Kembalike ASI!”

Potret

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 35

C antik, pintar, penuh semangat dan ramah. Itulah kesan saat per-tama kali menjumpai dokter Dr. Utami Rusli Sp.A, MBA, IBCLC, Ketua Sentra Laktasi

Indonesia di ruang prakteknya The Jakarta Woman and Children, Jakarta. Nenek dari 3 cucu ini dikenal gigih memperjuangkan penggunaan ASI di berbagai kesempatan. Di tengah kesibukannya berpraktek di bebera-pa rumah sakit ternama, kakak kand-ung seniman Harry Rusli( almarhum) tidak kenal lelah bicara tentang pentingnya ASI dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada banyak kesempatan. Dari pernyataan-pernyataannya di media dan seminar-seminar, telah banyak membuka mata orang tua untuk kembali ke ASI.

Ketertarikan wanita ini dengan ASI dan IMD bermula dari kursus singkat yang diikutinya di Australia sekitar 10 tahun lalu.”Semakin bela-jar, semakin banyak yang tak dike-tahui”, akunya. Spesialisasinya pada bayi baru lahir (neonatologi) juga semakin mendorong Tami, panggil-an akrab dr. Utami, untuk mengkaji firman-firman Tuhan yang selama ini kurang diminatinya.

Disela-sela kesibukannya me-nerima pasien, dr. Utami Rusli me-nyambut hangat Mediakom. Berikut petikan wawancaranya.

Mengapa masih banyak orang yang tidak memberikan ASI?

Pertama adalah kurangnya infor-masi mengenai cara menyusui yang benar tidak banyak orang yang tahu. Demikian pula minimnya informasi pada tenaga kesehatan. Kita tidak belajar di sekolah tentang bagaima-na menyusui yang benar. Ini jadi hambatan utama. Kedua, informasi tentang susu formula hampir setiap hari di media disaksikan masyarakat termasuk dokter dan bidan. Tetapi in-

formasi ASI yang benar belum tentu selalu ada. Itu pun kalau kebetulan saja kita dengar.

Padahal dari pengalaman saya selama 20 tahun, bila informasi didapat keluarga hampir pasti tidak ada yang tidak bisa menyusui. Apalagi kalau informasi ini diperoleh saat hamil. Bahkan bukan hanya sukses menyusu eksklusif, tapi juga bisa menjalankan inisiasi menyusu dini. Perhatikan juga rawat gabung. Seorang bayi tempatnya di samping ibunya, bukan di kamar bayi sehat.

Dalam Academi Breasfeeding Medicine Protocol III menyebutkan, seorang bayi normal dan sehat, dalam 48 jam pertama tidak me-merlukan makanan karena sudah dibekali ibunya. Jadi, kalau bayi menangis di kamar bayi, itu bukan karena lapar tapi karena trauma pemisahan. Pikiran kita saja yang menyatakan bahwa bayi menangis karena lapar. Kalau ibunya masih di ruang bersalin, maka bisa saja bayi itu diberi cairan air putih, air gula atau susu formula.

Solusinya, dekatkan bayi pada ibunya. Bayi perlu colostrum bukan

karena lapar tapi untuk mematang-kan ususnya yang masih muda. Colostrum mempunyai sifat melebur dinding usus bayi yang masih muda dan bolong-bolong. Jadi bila makan-an pertamanya adalah colostrum, dia akan menutup lubang-lubang dan mempercepat penutupan sel-sel karena ada pertumbuhan hormon. Celakanya kalau yang pertama masuk ke perut bayi bukan colostrum, bayi gampang sepsis kalau ada bakteri. Jadi colostrum pada hari-hari per-tama adalah obat bukan makanan.

Dulu ASI Eksklusif berlangsung 4 bulan, sekarang 6 bulan. Bagaima-na bisa berubah ?

Sejak dulu sebenarnya dunia sudah tahu bahwa ASI eksklusif 6 bulan, tapi pada Deklarasi Innocenti tahun 1990 negara-negara terbagi tiga, yaitu ada yang 6 bulan, ada yang 4-6 bulan dan ada yang tidak ikut sama sekali. Indonesia mengikuti 4-6 bulan.

Perlu diketahui enzim-enzim makanan padat baru betul-betul bagus dan siap pada umumnya pada usia 6 bulan.

Sekitar tahun 1999 UNICEF merilis angka 6 bulan untuk ASI ekslusif dan Indonesia juga menggunakanya, sekarang di seluruh dunia sudah mengakui ASI ekslusif 6 bulan.

Tidak jarang pada bayi baru lahir setelah minum ASI bayi masih diberi makanan padat karena bayi menangis dan di anggap lapar.

Bayi menangis bukan selalu lapar. Menangis adalah tanda lapar yang paling akhir. Biasanya saat menangis bayi merasa tidak nyaman, pada saat itu bayi lebih memilih ayahnya daripada ibunya.

Bagaimana peran suami untuk keberhasilan menyusui?

Ya. Menyusui adalah proses ber-tiga antara ibu bayi dan ayah. Ada 14

“Menggunakan susu formula sama dengan

menzholimi titi-pan Allah. Pada-hal, dengan ASI,

dapat lebih sehat, IQ lebih tinggi, SQ dan EQ lebih

baik.”

Potret

36 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

hasil penelitian ilmiah barat bahwa peran ayah penting sekali. Misalnya hasil penelitian di Clinical Pediatric yang di publikasi tahun 1994. Dari 115 ibu yang tahu ASI di bagi dua, yaitu yang ayahnya tahu ASI dan yang ayahnya tidak tahu ASI. Pada kelompok yang ayahnya tidak tahu ASI keberhasilan menyusui 26,9% sedangkan yang ayahnya tahu ASI keberhasilanya 98,1%. Maka diluar

negeri ada cuti ayah punya anak. Di Australia, 4 minggu cuti di bayar bagi ayah. Yang hebat di Scandinavia. Di sana tidak ada cuti melahirkan atau cuti ayah, tetapi cuti orang tua selama selama satu tahun di bayar, dengan ketentuan 4 bulan ibunya, bulan ke 5 dan 6 ayahnya. Selan-jutnya 6 bulan keatas pilih diantara ayah dan ibu yang gajinya lebih tinggi dia yang kerja.

Coba buka internet di Scandina-via, tidak ada susu Formula. Sembi-lan puluh sembilan persen mereka menyusui. Jadi bagaimana kita bisa bersaing dengan mereka? Mereka pakai ASI, lebih sehat, IQ lebih tinggi, SQ dan EQ lebih baik, kan. Jadi mau tidak mau anak kita harus meng-galakkan ASI. Menggunakan susu formula sama dengan menzholimi titipan Allah.

ASI Meningkatkan IQ Anak

M eski banyak susu formula dibuat dengan komponen semirip mungkin dengan air susu ibu (ASI), ASI tetap tak tergantikan. Antibodi untuk kekeba-lan tubuh dan pelbagai enzim yang

terkandung dalam ASI untuk membantu penyerapan seluruh zat gizi belum bisa ditiru pada susu formula. Hal itu ditekankan Direktur Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI RS St Carolus dr Utami Rusli SpA MBA.

Menurut Utami, komponen dalam ASI sangat spesifik, disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung antibodi (zat kekebalan tubuh) yang merupakan perlindungan alami bagi bayi baru lahir. “Ibu yang sakit tetap bisa menyusui anak, karena dalam ASI terkandung antibodi untuk melawan penyakit yang bersangkutan. Yang tidak dianjurkan menyusui hanya ibu HIV positif,” ujar Utami.

ASI juga meningkatkan IQ anak. ”Penelitian di Eropa menunjukkan, anak-anak usia 9,5 tahun yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ 12,9 poin lebih tinggi daripada anak seusia yang tidak mendapat ASI eksklusif,” tutur Utami.

Zat serupa dalam ASI yang penting untuk perkem-bangan otak, DHA (docosa hexanoic acid) dan AA (arachidonic acid), kini dicampurkan ke susu formula. Namun, zat itu belum tentu bisa diserap tubuh bayi.

”ASI selain mengandung zat-zat itu juga dilengkapi dengan enzim untuk menyerap, yaitu lipase. Hal ini belum bisa ditiru susu formula, karena enzim rusak jika dipanaskan,” tuturnya.

Peran lain dari ASI yaitu soal EQ (kemampuan sosial-isasi) anak. Kedekatan dengan ibu waktu mendapat ASI, membuat anak merasa aman dan disayang, rupanya berpengaruh dalam perkembangan emosi anak. Para ahli yang concern terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak bersama Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana PBB untuk Anak (Unicef ) pada tahun 1990 di Innocenti, Italia, mendeklarasikan ASI sebagai makanan tunggal yang mampu memenuhi kebutuhan manusia untuk tumbuh selama enam bulan pertama kehidupannya.

Meski banyak ibu di Indonesia menyusui, demikian Utami, tidak semua melakukan dengan benar. Ada yang memberi makanan padat atau menyelingi de-ngan susu formula sebelum bayi berusia empat atau enam bulan.

Manfaat ASI itu sejak beberapa tahun ini dicoba untuk dikampanyekan di Indonesia. ”Antara lain lewat program Rumah Sakit Sayang Ibu, Rumah Sakit Sa-yang Bayi, Tempat Kerja Bersahabat bagi Ibu. Sebagai anggota World Alliance Breastfeeding Action setiap tanggal 1-7 Agustus dilakukan kegiatan Pekan ASI Sedunia,” demikian Utami. l(sumber: Kompas)

Potret

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 37

Bagaimana pemberian susu formula dalam kondisi darurat seperti saat bencana?

Dalam keadaan emergency, kalau kalian kasih anak susu formula, padahal masih ada ibunya yang menyusui, artinya kalian membunuh anak-anak itu. Kenapa? Air saja susah apalagi api.

Coba lihat angka diare meningkat drastis karena minum susu formula. Sementara yang diberi ASI mereka ti-dak perlu air dan api untuk merebus. Maka, saat bencana saya menghim-bau kepada para donor jangan dong kirim susu formula tapi kasih makan ibunya. Karena ternyata seorang ibu yang kekurangan gizi ringan atau se-dang saja ASI nya masih cukup layak buat anaknya. Kalaupun ibunya sakit, kan ada anti bakteri di ASInya.

Mamalia lain selalu sukses menyu-sui. Kenapa kita seringkali tidak bisa?

Karena kita di brainwash men-tah-mentah bahwa ada alternatif. Padahal ASI tidak selalu sama komposisinya. Zat-zat yang ada di ASI didisain oleh Allah sesuai dengan kebutuhan anak. ASImu hanya cocok untuk anakmu jadi anakmu tidak cocok dengan ASI orang lain apalagi dengan susu formula. Bagaimana kau tega memberi susu binatang bagi anakmu. Antar manusia saja tidak cocok.

Sekali saja kau berikan susu binatang, seminggu usus anakmu akan susah payah membuang zat-zat yang tidak bisa dia cerna.

Bagaimana dengan orang tua yang sudah terlanjur memberi susu formula?

Kita memang pernah salah. Yang penting kita tahu bahwa kita salah. Jangan sampai anak-anak kita berbuat seperti kita. Alhamdulillah cucu saya semua ASI dan sampai usia 3 tahun lebih tidak ada setetespun

susu formula masuk ke mulutnya.

Bagaimana anda menilai upaya pemerintah dalam mensosialisasi-kan program ASI ekslusif?

Pemerintah memang tidak pernah diam. Tapi hambatannya adalah dana. Di Depkes, jauh sekali jumlah anggaran antara promosi ASI dengan susu formula. Untuk menanggulanginya mungkin bisa dengan database direct marketing. Jadi dengan dana yang tidak terlalu besar tapi targetnya tercapai.

Ada ibu yang sudah mengerti ASI ekslusif tapi justru gagal. Kenapa demikian?

Itu karena kejar tayang. Karena kau orang DEPKES, sudah tahu ini itu, maka harus bisa. Justru ini malah mengacaukan. Perlu helicopter view untuk mengembalikan lagi. Bisa sih

dengan relaktasi, memang tidak mudah. Tapi ini harus ada kemauan yang kuat dari suami istri. Sekarang kan sudah banyak konselor ASI.

Saya pernah 4 kali menangani anak adopsi. Keluar tuh ASInya meskipun tidak banyak. Pernah pada suatu acara, selesai saya me-maparkan tentang ASI tiba-tiba ada seorang bidan mendatangi saya. Dia bilang, ”Dokter, saya bidan, saya tidak pernah melahirkan tapi saya mengadopsi 4 anak dan keempatnya saya susui sendiri”. Jadi, ayo kembali ke ASI. Karena ASI adalah pemberian Tuhan untuk anak-anak kita. Sung-guh kita berdosa kalau menyiakan-nya.

Dokter yang masih segar di usia yang tak lagi muda ini mengemban tugas sebagai Ketua Sentra Laktasi Indonesia dan Sekretaris Pokja ASI PB IDAI. Sejak menamatkan seko-lah dokter dan spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung, Tami melan-jutkan pendidikan neonatalogy di Belanda tahun 1987 dan pendidikan instruktur massage di Amerika Seri-kat tahun 1999.

Sepanjang karier, beberapa penghargaan diraihnya, termasuk dari Presiden, Menteri Kesehatan maupun IDI atas pengembangan program ASI eksklusif dan keikut-sertaan dalam Pekan ASI Sedunia di Indonesia.

Beliau mendapatkan sertifikat sebagai konsultan laktasi internasi-onal (International Board Certified Lactation Consultant-IBCLC) tahun 2001 dan diperbaharui tahun 2006.

Dr. Tami sering mendapat peng-hargaan Diantara banyak keang-gotaan profesi, beliau menjadi anggota Aliansi Dunia Aksi Menyusui (WABA-World Alliance of Breastfeed-ing Action) dan Asosiasi Konsultan laktasi Internasional (International Lactation Consultant Association-ILCA) lgi/yuni

“ASImu hanya co-cok untuk anakmu. Jadi anakmu tidak cocok dengan ASI orang lain apalagi dengan susu for-mula. Bagaimana kau tega memberi susu binatang bagi

anakmu.”

Peristiwa

38 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Indonesia telah memasuki kla-sifikasi tingkat epidemi terkon-sentrasi karena tingkat penu-laran HIV sudah cukup tinggi pada subpopulasi berisiko.

Berdasarkan hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2007, prevalensi HIV tertinggi terdapat pada populasi pengguna Napsa sun-tik (Penasun) sebesar 52,4%, diikuti oleh Waria (24.4%), Wanita Pekerja Seks (WPS) Langsung 10,4%, Lelaki seks lelaki (LSL) 5,2%, WPS Tak Lang-sung 4,6% dan yang terendah adalah Pelanggan Penjaja Seks (0,8%).

Demikian dikatakan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan RI, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTMH, ketika membuka Seminar Se-hari Hasil Penelitian HIV/AIDS di Ho-tel Lumire Jakarta, tanggal 10/7/09.

Menurut Prof. Tjandra Yoga, STBP

ini bertujuan untuk mengukur penge-tahuan, sikap dan perilaku berisiko tertular atau menularkan HIV dan Infesksi Menular Seksual (IMS), serta mengetahui prevalensi HIV dan IMS pada kelompok tertentu. Seminar diikuti sekitar 100 peserta terdiri dari unit utama Depkes, UPT Depkes, mitra donor dan lembaga peduli HIV/AIDS.

Hasil STBP juga menunjuk-kan bahwa lebih dari dua per tiga responden mengetahui cara pence-gahan HIV dengan menggunakan kondom saat berhubungan seks. “Pengetahuan bahwa saling setia dengan satu pasangan dapat mence-gah tertular HIV juga sudah cukup tinggi yaitu 63 % WPS Langsung, 73 % WPS Tidak Langsung dan Waria, serta 81 % Pelanggan dan LSL,” kata Prof. Tjandra.

Sedangkan untuk pengetahuan bahwa minum antibiotik tidak dapat mencegah infeksi HIV masih rendah

Indonesia Masuki Epidemi Terkonsentrasi Penularan HIV/AIDS

pada WPS Langsung (36 %), WPS Tidak Langsung (45 %), Pelanggan (30 %), serta baru 59 % LSL yang mengetahuinya. ”Demikian juga prosentasi responden yang tahu bahwa makanan bergizi tidak dapat mencegah penularan HIV hampir sama dengan pengetahuan bahwa antibiotik tidak dapat mencegah HIV,” kata Prof. Tjandra.

Dirjen P2PL menambahkan, caku-pan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dalam setahun terkahir melalui pertemuan, diskusi dan distribusi barang cetakan terkait informasi dasar, penularan dan pence-gahan HIV cukup bervariasi antar kelompok berisiko. Sebagian besar menyatakan pernah mengikuti perte-muan, diskusi atau menerima barang cetakan. Hasil cakupan KIE dari SPBT 2007 perlu diperhatikan terutama pada kelompok Pelanggan Seks yang masih rendah (18 %) dalam mengikuti pertemuan atau diskusi terkait HIV setahun terakhir, walaupun sebagian besar mengaku pernah menerima barang cetakan yang berisi informasi tentang HIV/AIDS.

Menurut Prof. Tjandra, selain telah memasuki epidemi terkonsentrasi HIV/AIDS telah meluas penyebaran-nya di Indonesia terlihat dari jumlah provinsi yang melaporkan kasus . Pada akhir tahun 2000 hanya 16 provinsi yang melaporkan kasus HIV/AIDS, pada akhir tahun 2003 mening-kat menjadi 25 provinsi dan kemudi-an pada akhir tahun 2008 menjadi 32 provinsi pada 214 Kabupaten/Kota. Ini berarti bahwa epidemi HIV/AIDS sudah meluas ke seluruh Indonesia.

Dilihat dari jumlah kasus kumula-tif AIDS yang dilaporkan juga terjadi peningkatan enam kali lipat dalam kurun waktu empat tahun yaitu dari 2.682 kasus pada bulan Desember 2004 menjadi 16.110 kasus pada Desember 2008, dan menjadi 16.964

Peristiwa

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 39

Global Fund Hibahkan 240 Milyar untuk Tanggulangi TB di Indonesia

Di tengah-tengah ber-langsungnya The-9 In-ternational Congress on AIDS in Asia and Pacifik (ICAAP) di Hotel Wes-

tin Nusa Dua, Denpasar, tanggal 11 Agustus 2009, Global Fund kembali menyalurkan bantuan hibah senilai Rp 240 miliar untuk penanggulang-an TB di Indonesia melalui Depkes, PP Aisyiyah dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Penandatangan bantuan dilaku-kan oleh Authorized Principle Recipient (PR) Depkes dr. Iwan Muljono, MPH Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung dan Prof. Michell Kazatchkine Direktur Eksekutif GF-ATM, Noor Rochmah Ketua Umum PP Aisyiyah dan Dr. Adang Bachtiar, MPH, dari FKM Universitas Indonesia,

Dr. Arum Atmawikarta, Ketua CCM Indonesia dan Prof. Dr. Sudijanto Kamso, Perwakilan Organisasi Kema-syarakatan dengan disaksikan Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS, DTM&H, Dirjen P2PL

Dalam sambutannya, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pemerin-tah dan masyarakat Indonesia bertekad menanggulangi Tuberku-losis (TB) untuk mengubah generasi mendatang lebih sehat sehingga terhindar dari gangguan penyakit TB dan kematian akibat resisten obat TB.

Dirjen P2PL Depkes, selanjutnya mengatakan bahwa penanggulang-an tuberkulosis merupakan program prioritas yang telah mengalami perkembangan yang berarti selama pelaksanaan strategi StopTB dengan strategi DOTS (Directly Observed

kasus hingga akhir Maret 2009. “Jumlah kasus yang dilaporkan tersebut hanya menggambarkan sebagian kecil dari jumlah orang dengan HIV yang diperkirakan mencapai 193.000 (estimasi tahun 2006),” ujar Prof. Tjandra.

Ditambahkan, saat ini AIDS sudah menjadi pandemi global. Dampaknya sangat merugikan baik dari segi kesehatan, sosial, ekonomi dan politik. “Dari global report yang dikeluarkan UNAIDS pada akhir tahun 2007 menye-butkan 33 juta jiwa (30 juta – 36 juta) hidup dengan HIV, 2,7 juta jiwa (2,2 juta – 3,2 juta) terinfeksi HIV dan 2 juta jiwa (1,8 juta – 2,3 juta) meninggal dunia akibat HIV dan infeksi opportunistik lain-nya,” ujar Prof. Tjandra.

Menurut Prof. Tjandra, untuk mencegah penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan meng-hindari penggunaan Narkoba, perilaku seksual berisiko seperti berganti-ganti pasangan tanpa nikah dan menggunakan kon-dom bagi mereka yang termasuk kelompok risiko tinggi.

Sementara itu, dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS, Pemerintah telah melaksanakan berbagai program seperti pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Daerah, program Voluntary Councelling Test (VCT) di berba-gai tempat, pemeriksaan HIV/AIDS, penanggulangan penyakit infeksi menular seksual (IMS), program harm reduction, RS rujukan HIV/AIDS, terapi meta-don, skrining darah donor di PMI, penyediaan obat Anti retroviral (ARV), kegiatan penyuluhan kesehatan (KIE) dengan berbagai media, ujar Prof. Tjandra . l

Smd /MR

Peristiwa

40 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Vaksin Meningitis Dibolehkan MUI

A khirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) me-nyepakati jamaah haji diperbolekan menggu-nakan vaksin meningitis

dengan alasan kedaruratan sampai ada penemuan vaksin yang bebas enzim babi. Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin menegaskan, vaksin itu hanya boleh digunakan orang yang baru pertama kali menunaikan ibadah haji. “Untuk wajib haji, MUI membole-hkan, “ tuturnya.

Hukum kedaruratan itu tidak berlaku bagi orang yang naik haji untuk kedua kali atau lebih. Adapun untuk jamaah umrah, penggunaan vaksin itu juga dibatasi . MUI hanya membolehkan vaksin itu bagi orang yang telah bernazar. Misalnya, akan melakukan ibadah umrah bila usaha-nya di bidang tertentu berhasil. Sta-tus darurat tersebut berlaku selama pemerintah belum menyediakan vaksin halal. “Kami telah bersepakat terhadap hal ini, “ katanya.

Sebelumnya, MUI menyatakan vaksin meningitis haram. “Namun, karena tidak ada vaksin yang halal, hal itu boleh digunakan oleh jamaah

karena alasan darurat,” tambah KH Ma’ruf.

Pengurus Besar Persatuan Tar-biyah Islamiyah (PB Tarbiyah) men-dukung pernyataan MUI tersebut. “Kami sepaham dengan pendapat MUI bahwa vaksin itu boleh digu-nakan pada musim haji ini,” kata Ketua Majelis Mukhtasar PB Tarbiyah Adnan Harahap di Jakarta. Adnan Harahap mengatakan, pada musim haji berikutnya diharapkan pihak yang memproduksi vaksin ini bisa menghasilkan vaksin yang halal sesuai ketentuan Islam.

Sekretaris Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Departemen Agama ( Depag ) Abdul Ghafur Djawahir mengatakan, pihaknya menghor-mati fatwa MUI. Depag, kata dia, akan segera melakukan pembicaraan dan berkoordinasi dengan pihak De-partemen Kesehatan dan mengam-bil langkah lanjutan.

Menurut dia, MUI juga perlu mengantisipasi jika ada pertanya-an-pertanyaan dari masyarakat, khususnya jamaah haji. “Bisa saja kan nanti jamaah bertanya ke MUI, kok di Malaysia dan di Negara lain yang

Treatment Shortcourse). Perkembang-an secara cepat di Indonesia tersebut untuk mencapai target Global pada tahun 2006 dengan angka kesembu-han melebihi 85% dan hal ini dapat juga dipertahankan pada tahun 2008.

“Kesuksesan pelaksaaan DOTS tidak lepas dari peranan berbagai mitra seperti LSM, organisasi profesi, akademisi serta organisasi lainnya. Disamping itu juga karena didukung

oleh infrastruktur dan sumber daya manusia yang memadai,” ujar Prof. Tjandra.

Berkaitan dengan pendanaan penanggulangan TB, selain dana dari APBN, APBD dan sumber dalam nege-ri lainnya Indonesia juga menerima bantuan dari luar negeri. Pada tahun 2000 bantuan hibah dari Pemerintah Belanda digunakan untuk pengem-bangan pertama Rencana Strategis Nasional penanggulangan TB seba-

gai pedoman pelaksanaan Strategi DOTS dan pengembangan program pelayanan kesehatan lainnya. Pada tahun 2002 bantuan dari negara donor mulai meningkat dan tahun berikutnya berasal dari Global Fund AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (GF ATM) yang ditandatangani pada ta-hun 2003 (putaran 1) dan tahun 2007 (putaran 5) dengan total 118.903.489 dolar Amerika Serikat. lSmd

menggunakan vaksin yang sama tidak diharamkan, “ kata Ghafur.

Menurut catatan Departemen Kesehatan, ada tiga produsen vaksin meningitis di dunia yaitu Glaxo Smith Kline, Sanofi Pasteur dan JN-International Medical Corporation. Vaksin meningitis tersebut selain digunakan jemaah haji Indonesia juga telah digunakan oleh negara-negara yang mengirimkan jemaah haji yaitu Saudi Arabia, Iran, Nigeria, Yaman, Malaysia, Philiphina, Singa-pura, Pakistan Banglades, Ghana, India, Kazakstan, Kuwait, Libanon dan masih banyak lagi. l

Smd dari berbagai sumber

Peristiwa

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 41

Masyarakat dihimbau tidak menggunakan kantong plastik “kresek” dan plastik PVC sebagai bung-

kus/wadah makanan, terutama yang berminyak/berlemak, mengandung alkohol, apalagi dalam keadaan panas karena berbahaya untuk kesehatan bahkan dapat memicu terjadinya kanker.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, M.Kes, Sp.FK saat jumpa pers berkaitan dengan peringatan kepada publik (public warning) tentang kantong plastik “kresek” dan plastik PVC di kantor Badan POM, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut dr. Husniah, berdasarkan hasil pengawasan BPOM, diketahui bahwa kantong plastik kresek teru-tama yang berwarna hitam adalah produk daur ulang. Dalam proses pembuatannya (daur ulang), sering-

kali ditambahkan bahan kimia bah-kan riwayat penggunaan sebelum-nya tidak diketahui apakah bekas pestisida, kotoran hewan/manusia, limbah logam berat dan lain-lain.

Zat-zat kimia yang terkandung dalam kantong kresek tersebut akan mudah terlepas/bersenyawa bila di-gunakan sebagai bungkus makanan yang mengandung lemak/bermin-yak, mengandung alkohol apalagi dalam keadaan panas, sehingga makanan tercemar dengan zat-zat kimia.

Di samping itu, dalam penga-wasan yang dilakukan BPOM terha-dap plastik Polivinil Clorida (PVC), diketahui bahwa PVC terbuat dari Monomer Vinil Clorida (VCM). Bahan ini dapat terlepas kedalam makanan, terutama yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas.

Dikatakan dr. Husniah, dalam pembuatan PVC ditambahkan pen-stabil seperti senyawa timbal (Pb), kadmium (Cd), timah putih (Sn) atau

lainnya untuk mencegah kerusakan PVC. Bahkan agar lentur atau fleksi-bel, kadang-kadang ditambahkan senyawa ester ftalat, ester adipat, dan lain-lain.

Dr. Husniah mengatakan, residu dari bahan-bahan kimia tersebut berbahaya bagi kesehatan. VCM terbukti mengakibatkan kanker hati, senyawa Pb merupakan racun bagi ginjal dan syaraf, senyawa Cd meru-pakan racun bagi ginjal dan dapat mengakibatkan kanker paru, se-dangkan senyawa ester ftalat dapat mengganggu sistem endokrin.

Badan POM telah melakukan sampling dan pengujian labora-torium terhadap 11 jenis produk kemasan makanan dari plastik PVC dan hasilnya 1 jenis produk tidak memenuhi syarat karena kandungan logam berat Pb-nya mencapai 8,69 ppm. Jauh melebihi nilai maksimum-nya yang diperbolehkan yaitu 1 ppm, ujar dr. Husniah.

Kepala Badan POM menambah-kan, kemasan PVC dapat dikenali dari logo yang berupa segitiga dari anak panah, didalamnya ada angka 03, dan dibawah segitiga tersebut ada tulisan “PVC”.

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau me-lalui e-mail [email protected] dan [email protected] atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id l Smd/Dd

Hati-hati Penggunaan Kantong Plastik “KRESEK” dan Plastik PVC

Peristiwa

42 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Telkomsel meluncurkan program “Peluk Asa” sebagai upaya mendu-kung program Departe-men Kesehatan dalam hal

penanggulangan penyakit Deman Berdarah. Program ini menggunakan metode Communications on Behavior Impact (COMBI) yakni pendidikan dan pelatihan yang bertujuan agar terjadi perubahan perilaku masyakat dalam memerangi Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayahnya sendiri.

Telkomsel telah mengalokasikan dana sebesar 5,5 miliar rupiah untuk menjaminkan program ini berjalan selama setahun hingga Juli 2010. Untuk tahap awal, program Peluk Asa akan dilakukan di 14 kota dengan tingkat kasus DBD tertinggi selama tahun 2008, diantaranya Medan, Padang, Bandar Lampung, Jakarta, Depok, Bekasi, Cimah, Yogyakarta, Surabaya, Mataram, Balikpapan, Ma-nado, Makassar, Sorong. Di DKI Jakar-ta sendiri tahun 2008 lalu terdapat

28.361 kasus Demam Berdarah. Pada acara peluncuran program

“Peluk Asa”, juga dilakukan acara penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Di-rektur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno dengan Dirjen Pengen-dalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Depkes Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P, MARS dengan disaksikan Menteri Kesehat-an Dr. dr. Siti Fadillah Supari, Sp. JP (K).

Menkes Dr. Siti Fadilah Supari

Telkomsel Gelar Program “Peluk Asa” Dukung Departemen Kesehatan Perangi Demam Berdarah

Peristiwa

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 43

menyatakan kemitraan ini penting dan strategis. Penting karena De-partemen Kesehatan memerlukan mitra swasta dalam upaya penang-gulangan masalah kesehatan, karena akan lebih efektif. Strategis karena kesehatan masalahnya sangat kompleks, apalagi negara kita dalam era desentralisasi. “Di situlah kita kehilangan roh kerja sama antara pusat dan daerah, tidak seharmonis dahulu walaupun belum hilang”, ujarnya.

Selanjutnya Menkes mengatakan, kalau seluruh desa punya jaringan Telkomsel, maka bila ada masalah kesehatan akan mudah melaporkan-nya. Dan ini seiring sejalan dengan program Desa Siaga. “ Kami mem-bangun desa siaga agar desa itu dapat melindungi dirinya sendiri dari keadaan emergency kesehatan yang disebabkan oleh bencana penya-kit maupun bencana alam, tandas Menkes.

Sementara itu, Direktur Utama Telkomsel, Sarwoto dengan meng-utip data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa tiap 20 menit ada satu anak meninggal karena Demam Berdarah. Hal ini menimbulkan keprihatinan Telkom-sel, mengingat keberlangsungan hidup generasi muda sangatlah penting untuk dapat melanjutkan pembangunan bangsa di kemudian hari. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang penye-barannya melalui virus yang dibawa nyamuk Aedes Agepty. Di Indonesia, tahun 2008 saja mencatat 137.469 kasus demam berdarah, dengan 1.187 kematian, dimana kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak.

“Kami ingin berkontribusi melalui pendidikan dan pelatihan seputar pemberdayaan masyarakat dalam menanggulangi Demam Berdarah.

Melalui program ini, kami berharap dapat membantu Depkes dalam mensosialisasikan pencegahan dan penanggulangan DBD di 14 wilayah percontohan dengan melibatkan langsung unsur masyarakat didalam-nya,” ungkap Sarwoto.

Seluruh 14 wilayah percontohan pendidikan dan pelatihan pro-gram “Peluk Asa” ini menggunakan konsep Community Comprehensive Health Education yakni membim-bing, mendampingi, advokasi, serta memobilisasi masyarakat untuk dapat menolong diri send-iri dan lingkungan sekitar secara berkesinambungan. Departemen Kesehatan akan membantu dalam menyediakan fasilitas materi pe-nyuluhan dan pendidikan pencega-han dan penanggulangan DBD.

Disamping itu, sebagai penyedia

layanan jasa telekomunikasi selular terbesar di Indonesia, Telkomsel juga menyediakan fasilitas layanan telekomunikasi yang dapat dijadi-kan wadah bagi masyarakat untuk mensosialiasikan program penang-gulangan penyakit DBD ini. Layanan ini tersedia melalui link website http://pelukasa.telkomsel.com dan SMS hotline 0811 811 811.

”Upaya Depkes dalam penanggu-langan DBD perlu mendapat dukung-an berbagai pihak. Oleh karenanya, kerja sama Telkomsel dengan Departemen Kesehatan dalam menggelar program “Peluk Asa” ini juga didukung oleh Nokia Siemens Network (NSN) selaku mitra Telkom-sel dan PT. Mediatama Ciptacitra selaku mitra Departemen Kesehatan yang akan mengimplementasikan program ini,” papar Sarwoto. lSmd

Nasional

44 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

IIrwan, pengemudi ojek di kawasan Cikarang Tambun tersenyum bangga. Setelah 3 bulan mondar-mandir antara Tambun, Bandung dan RSCM Jakarta mengurus admi-nistrasi Jamkesmas, akhirnya

berhasil. Demi sang isteri yang harus segera menjalani operasi, akhirnya ia mendapat kepastian dari Pemda Kabupaten Bekasi. “Saya merasa tenang, karena seluruh biaya operasi istri di tanggung Jamkesmas”, kata Irwan terharu.

Masih banyak Irwan-Irwan lain yang kini mendapat pelayanan kesehatan melalui Jamkesmas. Pro-gram ini telah membuat kesehatan masyarakat semakin baik, khususnya masyarakat miskin. Melalui berbagai program, kini hasil pembangunan kesehatan menunjukan perbaikan yang mengembirakan. Hal itu bisa dilihat dengan membaiknya indika-tor kesehatan. Diantaranya, angka kematian bayi (AKB), angka kema-tian ibu (AKI) dan gizi kurang balita secara bertahap menurun. Tahun

2004 AKB sebesar 30,8/ 1000 lahir hidup, turun menjadi 26,9/ 1000 lahir hidup tahun 2007. Sementara AKI, tahun 2004 sebesar 270/ 100.000 lahir hidup, turun menjadi 228 / 100.000 lahir hidup tahun 2007. Gizi kurang balita, 25,8 tahun 2003 turun menjadi 18,4 tahun 2007. Sedangkan umur harapan hidup (UHH), tahun 2004 sebesar 66,2 tahun, tahun 2007 meningkat menjadi 70,5 tahun.

Indikator kesehatan yang mem-baik ini tak terjadi secara tiba-tiba. Menteri Kesehatan, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) mengawali perjala-nan dengan mengubah pola pikir para pembantu pembuat kebijakan. Berpedoman pada visi “masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat” dan visi “ membuat rakyat sehat”, Menkes menetapkan 5 nilai perjuangan yaitu: berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, in-tegritas yang tinggi, transparan dan akuntabel.

Untuk mencapai visi dan misi tersebut Menkes menetapkan 4 strategi utama. Pertama, meng-

gerakan dan memberdayakan untuk hidup sehat. Kedua, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayan-an kesehatan yang berkualitas. Tiga, meningkatkan sistem surveilans, monitoring, dan informasi kes-ehatan. Dan empat, meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Menkes juga melakukan penataan program agar tidak terjadi tumpang tindih antara satu unit dengan unit lainnya. Penataan ini dapat mening-katkan efektifitas, sekaligus efisiensi biaya, karena fokus pada sasaran yang langsung dirasakan oleh rakyat. Penataan ini juga untuk menghindari terjadinya pendekatan program pembangunan yang bersifat sektoral, tapi mengarahkan kepada pendeka-tan yang komprehensif.

Program JamkesmasUndang-undang Dasar 1945 pasal

28 H dan Undang-undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan, mene-tapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu, setiap individu, keluarga

Kesehatan Masyarakat Makin BaikSelama lima tahun terakhir ini, hasil pembangunan kesehatan menunjuk­kan perbaikan menggembirakan. Inilah berbagai indikasi keberhasilan­nya!

Nasional

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 45

dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatan-nya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Sasaran program Jamkesmas me-liputi masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sebe-sar 76,4 juta jiwa. Semula bernama Program Askeskin,dengan jumlah sasaran yang dilayani dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada Se-mester I Tahun 2005 jumlah sasaran sebesar 36.146.700 orang, meningkat 60.000.000 orang pada Semester II Tahun 2005 dan selama tahun 2006. Sedangkan jumlah sasaran pada tahun 2007 dan 2008 meningkat menjadi 76.400.000 orang.

Jumlah kartu peserta Jamkesmas tahun 2005 sebanyak 34,8 juta, tahun 2006 menjadi 39,5 juta, tahun 2007 berjumlah 57,8 juta dan pada tahun 2008 meningkat 71,9 juta kartu. Namun demikian, masyarakat miskin yang belum mempunyai kartu peserta, tetap mendapat pelayanan menggunakan Surat Keterangan

Tidak Mampu (SKTM). Khusus ge-landangan, pengemis dan anak-anak terlantar yang tidak mempunyai identitas tetap mendapat pelayanan dengan rekomendasi Dinas Sosial setempat.

Pemanfaatan Jamkesmas un-tuk kunjungan rawat jalan tingkat lanjut di rumah sakit (RJTL) tahun 2005 sebanyak 1,45 juta kunjun-gan, meningkat menjadi 6,92 juta tahun 2006, dan 2007 mencapai 5,96 juta kunjungan. Demikian juga kunjungan rawat inap tingkat lanjut di rumah sakit (RITL) tahun 2005 sebanyak 562.000 kasus, meningkat menjadi 1,58 juta tahun 2006, dan tahun 2007 sebanyak 1,91 juta kasus.

Program P4KProgram perencanaan persalinan

dan pencegahan komplikasi (P4K) berkaitan erat dengan ketersediaan darah, maka di daerah membentuk Unit Transfusi Darah (UTD). Dengan demikian perpaduan antara program P4K dan Unit Transfusi Darah (UTD) merupakan upaya kesehatan dengan pendekatan yang komprehensif.

Khusus, program penurunan

Angka Kematian Ibu (AKI), data pe-nyebab kematian ibu (84%) karena komplikasi obstetrik langsung yaitu perdarahan (28%), keracunan ke-hamilan (24%), infeksi (11%), kom-plikasi nifas (8%), persalinan macet/lama (5%), dan keguguran (5%).

Sementara itu, penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain; telat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan. Telat mencapai fasilitas kesehatan dan mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan, serta faktor risiko “4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak), yaitu usia ibu pada waktu hamil terlalu muda (kurang 20 tahun) atau terlalu tua (lebih 35 tahun), jumlah anak terlau banyak (lebih 4 orang) dan jarak antar kehamilan kurang dari dua tahun.

Program P4K menggunakan Stiker, serta kemitraan Bidan dengan Dukun sangat berdampak positif meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu yang ditan-dai: (1) Peningkatan Cakupan Pela-yanan ANC (K1) dari 89,62% (tahun 2006) menjadi 91,21% (tahun 2007)

Nasional

46 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

dan 92,65 (tahun 2008); (2) Peningkat-an Cakupan K4 dari 77,67% (tahun 2006) menjadi 79,65% (tahun 2007) dan 86,04% (tahun 2008); (3) Pening-katan Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn) dari 76,59% (tahun 2006) menjadi 77,23% (tahun 2007) dan 80,36% (tahun 2008); dan (4) Peningkatan Cakupan Nifas (KF) 77,02% menjadi 80,93% (tahun 2008)

Gizi Buruk Gizi buruk balita terpantau menu-

run. Pada tahun 2004 sebesar 25,8 % dan pada tahun 2007 turun menjadi 18,4%. Persentase ini lebih baik dari sasaran MDGs pada tahun 2015. Menurut laporan dari Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya, pada ta-hun 2007 dilaporkan terdapat 39.080 kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani. Kasus ini sebenarnya sudah jauh menurun bila

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana pada tahun 2006 dilaporkan 50.106 kasus dan pada tahun 2005 diketemukan dan ditangani 76.178 kasus gizi buruk dan tahun 2008 sebesar 40.465 kasus gizi buruk.

Dalam penanganan kasus gizi bu-ruk, jajaran kesehatan telah melaku-kan respon cepat untuk penanganan penderita dalam periode 6 bulan pertama. Diantaranya, semua kasus gizi buruk ditangani di Puskesmas dan Rumah Sakit. Dalam hal penderi-ta dari keluarga miskin, maka biaya-nya ditanggung sepenuhnya melalui Program Jamkesmas dan APBD. Selain itu, dilakukan pengiriman dan pemberian MP-ASI bagi Balita 6-24 bulan dari keluarga miskin. Dalam tahun 2007 telah dikirimkan seba-nyak 104.318 Kg MP-ASI ke daerah. Sedangkan pada tiga bulan pertama

tahun 2008 ini telah dikirimkan pula 93.992 Kg MP-ASI.

Harga Obat TerjakauUntuk meningkatkan keterjang-

kauan masyarakat terhadap obat, maka Pemerintah pada tahun 2006, telah menurunkan harga obat lebih dari 157 item/jenis obat generik sam-pai dengan 70%, dan disusul dengan penurunan harga 1.418 item/je-nis obat esensial generik bermerek antara 10-80%. Ini pertama kali terjadi dalam sejarah pembangunan kesehatan.

Untuk lebih meningkatkan keter-jangkauan masyarakat terhadap obat, Pemerintah meluncurkan pula program Obat Serba Seribu. Se-hingga masyarakat dapat melakukan pengobatan sendiri (self medication) untuk keluhan-keluhan umum. Saat ini, Obat Serba Seribu telah tersedia

K inerja Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari selama lima tahun terakhir ternyata memuaskan masyara-kat. Hal itu terungkap dari hasil survei Institute for National Strategic Interest

and Development (INSIDe) terhadap 1.200 responden di 12 kota besar tentang kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono di bidang kesehatan.

Chairman INSIDe Yudi Latief menyatakan, survei yang dilakukan mulai tanggal 27 Juni hingga 15 Juli 2009 itu menggunakan kuesioner dalam pengum-pulan data. Lalu, sebelum dilakukan pengolahan atas data-data yang telah terkumpul itu, terlebih dahulu dilakukan pengeditan, pengodean, serta pengolahan dengan bantuan software program statistical package for the social science (SPSS).

Dalam penelitian dengan margin error sebesar 3% pada tingkat kepercayaan 95% itu ditemukan fakta bahwa sebanyak 65,42% masyarakat berpendapat

Menkes saat ini perlu dipertahankan untuk masa pemerintahan berikutnya. Meski demikian, diakui pula berbagai program terobosan di bidang kesehat-an yang digulirkan relatif masih banyak yang belum diketahui masyarakat luas.

“Adapun sebanyak 26,42% menyatakan bahwa Menkes saat ini selayaknya diganti,” kata Yudi kepada wartawan di Jakarta kemarin.

Survei tersebut juga menemukan fakta bahwa sebanyak 62,1% masyarakat lanjut usia (lansia), 49,7% masyarakat berusia diatas 50-60 tahun, 51,9% ma-syarakat dengan usia diatas 40-50 tahun, serta 55,1% responden berusia 17-20 tahun memberi penilaian baik untuk kinerja Menkes. Selain itu sebanyak 57% masyarakat menyatakan bahwa setiap unit layanan kesehatan menyediakan mekanisme penyampaian keluhan atau pengaduan yang ingin merka sampai-kan sebagai pengguna layanan. l(Smd)

Survei INSIDe:

Kinerja Menkes Memuaskan

Nasional

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 47

12 jenis dan akan terus bertambah dalam waktu dekat. Masyarakat dapat membeli Obat Serba Seribu di Apotek, Apotek Rakyat, Toko Obat, Toko maupun Warung dan juga di Pos Kesehatan Desa. Agar masyara-kat dapat memperoleh informasi yang benar tentang obat generik dan harganya, telah dilakukan labelisasi obat generik pada kema-sannya, dan dengan pencantuman harga eceran tertingginya (HET).

Desa Siaga Peran serta masyarakat di bidang

kesehatan telah meningkat dan de-wasa ini banyak masalah kesehatan yang dapat dideteksi dan ditanggu-langi dengan cepat dan tepat pada tingkat yang paling bawah (grass root).

Pelayanan kesehatan oleh Peme-rintah harus mendapat dukungan dan peran aktif masyarakat dalam bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM). Pengembang-an Desa Siaga berfungsi untuk mendekatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa, disamping

menjadi media pemberdayaan ma-syarakat di bidang kesehatan. Sam-pai dengan tahun 2008 jumlah Desa Siaga sebesar 47.111. UKBM lainnya yang terus berkembang pada tahun 2008 adalah Posyandu yang telah berjumlah 269.202 buah, dan 600 Pos Kesehatan Pesantren (Poskes-tren). Di samping itu, Pemerintah telah memberikan pula bantuan stimulan untuk pengembangan 967 Musholla Sehat.

Tenaga KesehatanSejak tahun 2005 sampai 2009,

telah ditempatkan dokter spesialis PTT 249 orang. Penempatan dokter umum PTT sebanyak 13.370 orang, dengan rincian 3.106 orang bertugas di daerah biasa, 4.658 orang bertu-gas di daerah terpencil, dan 5.606 orang bertugas di daerah sangat terpencil. Untuk dokter gigi PTT ditempatkan sebanyak 3.998 orang, dengan rincian 1.187 orang bertugas di daerah biasa, 1.037 orang bertu-gas di daerah terpencil, dan 1.774 orang bertugas di daerah sangat terpencil.

Bidan PTT yang diangkat untuk kurun waktu tahun 2005-2008 ber-jumlah 45.379 orang, yang terdiri dari 26.298 orang untuk daerah biasa, dan 19.081 orang untuk daerah terpencil. Untuk menarik minat tenaga kesehat-an di daerah terpencil, sangat ter-pencil, perbatasan dan pulau-pulau terluar, maka Departemen Kesehatan telah memberikan insentif setiap bulan untuk dokter spesialis Rp. 7,5 juta, dokter dan dokter gigi Rp. 5 juta dan bidan Rp. 2,5 juta.

Percepatan peningkatan pelayan-an medik spesialistik secara nasional, maka tahun 2008 telah menyeleng-garakan tugas belajar Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) sebanyak 700 orang dan tahun 2009 menjadi 1.740 orang. Selain itu, tahun 2008 telah mendayagunakan 52 orang Residen Senior di 8 Provinsi, yaitu: Provinsi Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, NAD, Sumatera Utara, Papua, Papua Barat dan Jawa Tengah.

Kurikulum berbasis Kompetensi (KBK), sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh WFME (World Federation Medical Education) telah diberlakukan. Sehingga setiap dokter yang baru lulus wajib mengikuti pro-gram kemahiran ketrampilan. Dalam rangka penyiapan pelaksanaan program ini, Departemen Kesehatan telah berkoordinasi dengan Departe-men Pendidikan Nasional, Konsil Kedokteran Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia menyusun pro-gram Internship. Program ini diren-canakan akan diimplementasikan mulai 2010 melibatkan 12 Fakultas Kedokteran yang telah meluluskan dokter menggunakan KBK, yaitu: Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri, Universitas Hasanudin, Universitas Gajah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Pajajaran, Universitas Tanjungpura, Universitas Andalas, Universitas Airlangga, Uni-versitas Muhammadiyah, Universitas Sudirman dan Universitas Brawijaya.

Nasional

48 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

RS-BLUSebagai upaya meningkatkan

akses pelayanan kesehatan bagi ma-syarakat, Pemerintah telah mening-katkan jumlah RS. Pada tahun 2004 jumlah Rumah Sakit sebesar 1.286 RS dan telah berhasil ditingkatkan menjadi 1.319 RS pada tahun 2008, sehingga seluruh masyarakat di semua wilayah dapat memperoleh pelayanan rujukan yang dibutuhkan, bukan hanya pelayanan kesehatan dasar.

Guna meningkatkan profesional-isme pengelolaan keuangan, maka pengelolaan rumah sakit menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU). Dengan demikian, rumah sakit memperoleh dukungan pembiayaan bagi pening-katan kualitas pelayanan. Sampai ta-hun 2008 telah ditetapkan sebanyak 30 RSU-P yang ditetapkan menajdi RS-BLU.

Penanggulangan Penyakit

Saat ini, keadaan kesakitan beberapa penyakit menular terli-hat meningkat. Tapi, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular

berhasil ditekan. Angka kesakitan penyakit TBC menurun dari 107 per 100.000 pada tahun 2005 menjadi 101 per 100.000 penduduk pada tahun 2008. Angka penyembuhan (success rate) telah mencapai lebih dari 89%, berarti melebihi target internasional sebesar 85%.

Angka kesakitan penyakit malaria juga menurun, yang dapat dilihat dari Annual Malaria Incidence (AMI) yang menurun dari 24,75 per 1.000 pada tahun 2005 menjadi 16,05 per 1.000 penduduk pada tahun 2007. Demikian pula Annual Parasite Incidence (API) menurun dari 19,61 per 1.000 pada tahun 2005 menjadi 13,8 per 1.000 penduduk pada tahun 2007.

Incidence Rate penyakit demam berdarah (DBD) memang mening-kat. Hal ini disebabkan penanganan lingkungan kurang baik, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat. Na-mun demikian angka kematiannya (CFR) terus dapat ditekan dari 1,36% pada tahun 2005 menjadi 0,86% pada tahun 2008. Hal ini menunjuk-kan semakin baiknya penatalaksa-naan kasus demam berdarah, baik di Puskesmas maupun di RS.

Penderita penyakit HIV/AIDS juga

terus membaik. Kasus baru AIDS yang dapat ditemukan terus me-ningkat, sehingga pada tahun 2008 secara kumulatif terdapat 16.110 penderita AIDS menjalani perawatan dan pengobatan. Pengobatan de-ngan Anti Retro Viral (ARV) dilakukan melalui pelayanan komprehensif HIV/AIDS dari 25 RS pada tahun 2004 menjadi 153 RS pada tahun 2006 dan sekitar 200 RS pada tahun 2008.

Jumlah kasus flu burung menu-run dari 39 kasus pada semester I (Januari-Juni) tahun 2006 menjadi 26 kasus pada periode yang sama tahun 2007. Jumlah penderita yang meninggal juga menurun dari 31 kasus pada smester I (Januari-Juni) tahun 2006 (CFR 79,49%) menjadi 22 kasus pada periode yang sama tahun 2007 (CFR 84,62%). Selain itu, telah menyiapkan 100 Rumah Sakit rujukan pada tahun 2007. Obat osel-tamivir atau Tamiflu telah diproduksi di dalam negeri sebanyak 16 juta kapsul dan telah tersedia di setiap Puskesmas dan Rumah Sakit.

Disamping itu, dikembangkan pula 8 laboratorium diagnostik dan peningkatan kompetensi labora-torium Badan Litbangkes Depkes, sehingga sejak Juli 2006 pemerik-saan laboratorium flu burung sudah dapat dilakukan sendiri di Indonesia, tanpa harus mengirim spesimen ke Hongkong. Dalam tahun 2007 labo-ratorium Badan Litbangkes Jakarta telah dapat dikembangkan menjadi laboratorium Bio Safety Level 3 (BSL-3) dan di Surabaya.

Khusus untuk penanggulangan H1N1 (flu babi), maka Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya kesiapsiagaan dan penanggulangan-nya dengan belajar dari kasus Flu Burung. Untuk antisipasi terhadap H1N1 ini, telah dilakukan penem-patan thermal scanner di Bandara Internasional, kesiapsiagaan 100 RS Rujukan dan simulasi penanggulang-an pandemi influenza. lpra

Kegiatan Posyandu di Icab Toba Samosir.

Nasional

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 49

Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan Kong­res Internasional tentang AIDS untuk Kawasan Asia dan Pasifik 9-13 Agustus 2009. Konferensi dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan dihadiri sekitar 4.000 ahli dan penggiat HIV/AIDS dari 65 negara. Konferensi bertujuan untuk saling tukar menukar pengalaman dalam penanggulangan penyakit yang mulai dikenal luas di dunia dua dekade silam. Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 di Bali.

Kongres Internasional AIDS di Bali:

Indonesia Berhasil Turunkan Angka Kematian

Menteri Kese-hatan Dr. dr. Siti Fadillah Supari, Sp.JP (K) dalam pi-dato yang di-bacakan Prof.

dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), Dirjen P2PL Depkes di hotel Westin Nusa Dua 10/08/2009 mengatakan pemberian Anti Retroviral Treatment secara gratis di Indonesia, memper-lihatkan kemajuan yakni terjadinya penurunan angka kematian.

“Kongres ini di selenggarakan untuk mempromosikan pencapai-an terbaik secara ilmiah dan tukar menukar pengalaman, menyediakan

Nasional

50 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

forum bagi dialog yang bermakna dan bekualitas, mendorong dan memupuk akuntabilitas dan langkah langkah individu atau kolektif dalam menghadapi HIV/AIDS di Asia dan Pasifik serta memastikan adanya kesinambungan respons bersamaan dengan keterlibatan penuh para ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dan kelompok kelompok berpengaruh lainnya dalam masyarakat,” ungkap Siti Fadilah.

HIV di Indonesia Menurut Menkes, perkembang-

an HIV di Indonesia berbeda dari provinsi dengan provinsi lainnya. Dalam laporan Departemen Kesehat-an, dua provinsi di Indonesia timur yaitu Papua dan Papua Barat se-dang menghadapi epidemi dengan perkembangan HIV berada pada angka 2,4%.

Bali, pulau cantik dan indah dima-na konggres ke 9 ICAAP berlangsung adalah lokasi kasus pertama AIDS In-donesia - Acquired Immunodeficiency

Syndrome - dilaporkan tahun 1987. Sejak itu jumlah ODHA terus mening-kat. “Selama dua dekade ini kasus HIV/AIDS di Indonesia telah berlipat ganda mencapai perkiraan 277.000 kasus,” ujar Siti Fadilah.

Menteri Kesehatan menambah-kan dalam melakukan dukungan perawatan dan pengobatan bagi pengidap HIV/AIDS, Indonesia telah menerapkan pemberiran Antiretro-viral Therapy (ART) di 25 rumah sakit di tahun 2004 dan secara bertahap jumlahnya ditingkatkan menjadi 150 rumah sakit ART pada tahun 2007 dan saat ini telah mencapai 234 rumah sakit.

Jumlah ODHA yang sudah menjalani perawatan ini sebanyak 43.118 orang, 21.653 orang pernah diobati dengan antiretroviral (ARV), dan 12.493 orang yang sampai saat sedang dalam pengobatan ARV. Pengobatan ARV diberikan secara cuma-cuma, karena dananya disubsi-di penuh oleh pemerintah. “Sekarang ini, terdapat 547 pusat pusat Voluntir

Konseling & Pemberian Test (VCT) di seluruh penjuru negeri, yakni pusat pusat yang memberikan dan menyediakan tes dan konseling te-rus- menerus, yang berafiliasi dengan kelompok kelompok peduli HIV/AIDS di masyarakat,” kata Siti Fadilah.

Pengawasan HIV dan penyakit menular seksual (PMS) generasi kedua juga sudah dilaksanakan di negeri ini, sejak lebih sepuluh tahun yang lalu. Dampak yang luar biasa sudah terlihat dengan menurunnya tren kematian, sejak terapi Antiretro-viral (ART) diterapkan, dari 46% di tahun 2006, turun menjadi 17% di tahun 2008, ujar Siti Fadilah.

Menkes menambahkan, kemajuan Indonesia menangani HIV/ AIDS masih terkendala dengan rendahnya pemahaman terhadap cara dan metoda pencegahan dan pengenda-lian infeksi HIV serta meningkatnya penyebaran infeksi karena penyakit menular seksual (PMS) dan HIV. Kese-luruhan tantangan ini masih belum didukung oleh pemerataan pelayan-

Menkes mengunjungi stand pameran program kesehatan untuk HIV/AIDS, pada acara ILAAP di Bali.

Nasional

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 51

an kesehatan masyarakat yang komprehensif untuk penanganan PMS, HIV/AIDS, serta masih lemahnya kesinambungan manajemen pro-gram termasuk pendanaan.

HIV di Kawasan Asia Pasifik

Menurut WHO, kawasan Asia Pasifik mempunyai beban HIV kedua tertinggi, didunia, dengan perkiraan 4,9 juta orang hidup dengan HIV /AIDS. Di kawasan yang padat dan beragam ini, HIV dianggap sebagai epidemi terkonsentrasi, dimana kasus HIV tercatat tertinggi dikalangan populasi berisiko tinggi, termasuk pekerja seks komersial serta para pelanggan mereka, pengguna Nar-koba suntik (Penasun), dan semakin meningkatnya seks antar pria (LSL). Lebih dari 95% kasus HIV di kawasan Asia Pasifik terjadi di 9 negara yaitu: Kamboja, Cina, India, Indonesia, Myan-mar, Nepal, Papua New Guinea (PNG), Thailand, dan Vietnam. Di 9 negara ini, diperkirakan jumlah ODHA mencapai sekitar 4,5 juta orang.

Namun begitu, mayoritas pengi-dap yang memerlukan perawatan di negara negara Asia Pasifik ma-sih belum mendapat pengobatan ART. ”Tantangan pemerintah untuk pengembangan program kedepan termasuk pendeteksian dini atau screening untuk pemberian ART, pemantauan pasien yang lebih baik, desentralisasi dan integrasi ART ke-dalam sistem pelayanan kesehatan nasional, pengembangan sistem per-awatan nasional untuk mendukung pasien yang memerlukan terapi seu-mur -hidup, dan memperkuat sistem monitor pasien untuk meningkatkan kelancaran pemberian perawatan,” ujar Menkes.

Dukungan pendanaan yang terus

menerus, baik dari eksternal maupun dari pemerintah akan sangat diperlu-kan demi kelanjutan momentum untuk kelanjutan perluasan lebih ART. ”Kawasan Asia Pasifik sudah menunjukkan kemajuan yang sangat mengesankan dalam penyediaan perawatan dan pengobatan yang memadai bagi orang yang terinfeksi HIV,” lanjut Siti Fadilah.

Siti Fadilah Supari mengatakan, dalam program pengendalian dan pencegahan HIV/AIDS, pemerintah telah mengawali suatu pendekatan dengan tema Desa Siaga. Ini meru-pakan pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi ber-bagai masalah kesehatan termasuk HIV/AIDS. Seperti halnya di negara-negara lain, pencegahan serta upaya pengendalian HIV/AIDS di Indonesia masih menghadapi tantangan yang kompleks. ”Sangat penting bagi kita semua, untuk bekerja sama dengan erat, demi pencegahan penyebaran penyakit ini serta menjauhi stigmati-

sasi dan diskriminasi”, ujar Siti Fadilah Menkes juga mengingatkan

pentingnya kepemimpinan yang kuat untuk menanggulangi dampak krisis termasuk program penanggu-langan dan pengendalian HIV/AIDS. ”Kebijakan yang kuat dan tegas, serta dukungan dan fasilitas diperlukan untuk memberikan arah yang dilaku-kan oleh pemerintah dan masyara-kat”, kata Siti Fadilah.

Harapan bagi Sukses di Masa Depan

Kongres Internasional ke 9 tentang AIDS di Kawasan Asia dan Pasifik , tujuannya adalah membahas berbagai isu antara lain tentang mobilitas, migrasi, serta isu gender dan penyandang cacat, agar dapat memberdayakan anggota masyara-kat seutuhnya serta memperkuat jejaring kerja sehingga mampu merespon AIDS secara efektif. ”Selain itu juga untuk mempromosikan kecanggihan ilmu pengetahuan dan keingintahuan, menyediakan forum dialog yang bermakna dan berkualitas, mendorong akuntabilitas dan memberikan motivasi langkah-langkah baik bagi individu maupun kolektif dalam menghadapi HIV dan AIDS di kawasan Asia dan Pasifik serta memastikan kesinambungan respons tersebut,” ujar Dr. Siti Fadilah.

Semua stakeholders pengenda-lian dan pencegahan HIV/AIDS di kawasan Asia dan Pasifik diharapkan untuk berkerja keras mencari jawa-ban jawaban terhadap perwujudan kerja sama antara berbagai kepenting-an dari berbagai negara termasuk memberdayakan orang orang serta memperkuat jejaring kerja untuk mencapai sukses dalam menghen-tikan epidemi AIDS di kawasan Asia Pasifik dan dunia. lSmd

“Sekarang ini, ter-dapat 547 pusat

pusat Voluntir Kon-seling & Pemberian Test (VCT) di selu-

ruh penjuru negeri, yakni pusat pusat yang memberikan dan menyediakan

tes dan konsel-ing yang berafiliasi dengan kelompok peduli HIV/AIDS di

masyarakat,”Siti Fadilah Supari

Daerah

52 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Daerah

Guna mencapai visi pelayanan, pene­litian, pendidikan, pelatihan dan pengembangan kepada masyarakat, khususnya untuk Indonesia Timur, Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Sulawesi Selatan dikelola sebagai Center of Excellence. Berbagai langkah strategis telah dilakukan. Mulai dari peningkatan SDM, mening­katkan sarana pelayanan dan men­jalin kerjasama dengan pihak lain. Bagaimana suka duka dan kerja keras BKMM mewujudkan impiannya?

Cikal bakal BKMM Sulawesi Selatan dimulai ketika di In-donesia banyak terjadi kasus trachoma dan xeropthalmia pada tahun 1960-an. Untuk menanggulanginya, diben-tuklah Seksi Kesehatan Mata

di Kantor Wilayah Departemen Kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan. “Kebutuhan inter-vensi medis yang lebih besar dalam mem-berikan pelayanan kesehatan mata itulah mendorong dibentuknya Balai Pengobatan (BP) Mata, “ kenang dr. Hamzah, SpM., Kepala BKMM Sulawesi Selatan

Barulah tanggal 3 Februari 1992 Seksi Kesehatan Mata dialihkan menjadi Balai Kese-hatan Mata Masyarakat (BKMM) oleh dr. S.L. Leimena, MPH (Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI waktu itu. Sebagai rumah sakit, sudah sejak 1968an Seksi Kese-hatan Mata ini dimanfaatkan sebagai tempat penunjang pendidikan bagi dokter mata. Hal ini diperkuat oleh Prof. dr. Rukiah, SpM., Guru Besar Llmu Kesehatan Mata FK UNHAS, ketika menemani dr. Hamzah SpM, di sela-sela men-didik calon dokter mata di Ruang Pola Prof. dr.

Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Sulawesi Selatan:

Leadership, Kunci Wujudkan Center of Excellence

Daerah

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 53

Daerah

Warrow, SpM. Di BKMM Sulsel.Menurut dr Hamzah, berdasarkan

data Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia sebesar 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia. Dari angka kebutaan tersebut, terdiri 4 faktor utama penyebabnya yaitu: katarak 52%, glaukoma 13,4%, gangguan re-fraksi 9,5%, retina 8,5%, kornea 6,4% dan gangguan metabolime seperti penyakit kencing manis (diabetes mellitus).

Dengan angka prevalensi sebesar tersebut jelas menimbulkan masalah sosial apabila tidak dilakukan pro-gram penanggulangan dan pelay-anan kesehatan mata karena akan menyangkut kualitas hidup (quality of life) berikutnya. Seperti diketahui bahwa 83% informasi yang diterima sehari-hari melalui mata.

Untuk itulah dengan adanya BKMM sangat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang mengalami gang-guan penglihatan dan pendengaran. Sementara berdasarkan berbagai survei kesehatan yang ada menun-jukkan bahwa prevalensi kebutaan di Provinsi Sulawesi Selatan (2,6% - 2,7%) merupakan tertinggi diband-ingkan dengan provinsi lainnya.

Program unggulan yang ada di BKMM Sulsel , menurut dr Hamzah, adalah operasi katarak modern dengan fakoemulsifikasi yang menggunakan teknik tanpa dijahit atau verban. Dengan pelayanan ini masyarakat sangat diuntungkan dari segi pelayanan dan biaya. Dari segi pelayanan karena operasi ini tidak memerlukan waktu lama, tidak perlu dirawat inap dan setelah 3

(tiga) hari paska operasi sudah dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Dari segi biaya, dengan waktu pemulihan paska operasi tersebut akan dapat menghemat biaya bagi pasien yang berasal dari luar Makassar dibanding-kan dengan operasi katarak biasa yang memerlukan waktu pemulihan selama 1 (satu) bulan untuk kembali melakukan kegiatan normal. Opera-si metode ini juga dilakukan bagi pasien warga miskin sesuai dengan komitmen dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Untuk pasien umum, operasi katarak modern di BKMM Sulsel ini biayanya lebih murah dibandingkan operasi katarak modern di RS atau klinik mata swasta di kota Makassar. Pola tarif di BKMM dapat lebih murah, karena beberapa komponen biaya seperti gedung, listrik, dan air bersih

Daerah

54 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

telah disubsidi Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sehingga pasien hanya dibebani biaya pelay-anan.

Disamping itu, BKMM juga menyediakan pelayanan bagi warga kurang mampu (miskin) di sebuah gedung tersendiri, sedangkan

Jenis Penyakit Mata yang dtangani BKMM Sulsel Tahun 203-2007

Jenis Penyakit THT yang dilayani di BKMM Sulsel Tahun 2007

pelayanan untuk pasien umum dan Asuransi Kesehatan (Askes) disiapkan gedung baru yang mulai digunakan sejak tahun 2006. Meskipun ruangan dan bangunan yang berbeda, namun kualitas pelayanan tetap sama dan tetap dilayani oleh dokter ahli.

Pelayanan khusus lainnya adalah pelayanan satu tempat antara pelay-anan medis dan penunjang medis seperti disediakannya optik dan apo-tik yang dapat memberikan pelayan-an kaca mata dan obat di BKMM untuk mempermudah masyarakat. Kasir pembayaran yang terbuka dan mudah ditemukan standar biaya yang jelas untuk pasien umum.

Dr Hamzah menjelaskan, kunci uta-ma dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada publik di BKMM ini adalah Leadership atau kepemimpin-an. Faktor ini penting karena dengan kepemimpinan dapat menggerak-kan fungsi-fungsi pelayanan dengan langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk memenuhi kebutu-han dan tuntutan masyarakat (pu-blik) terhadap pelayanan kesehatan indera penglihatan dan pendengaran. Seperti di BKMM, berbagai langkah strategis dari kepemimpinan dapat menyelaraskan kebutuhan antara pelayanan, pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan, serta pengembangan BKMM ke depan untuk memenuhi kebutuhan jaman dan tuntutan ma-syarakat. Prioritas strategis yang telah dilaksanakan meliputi pengembang-an SDM kesehatan , melatih tenaga BKMM ke RS Cicendo dan Jakarta Eye Center, melengkapi alat yang lebih modern, meningkatkan pelayanan dengan meningkatkan biaya ope-rasional BKMM dan melaksanakan bimbingan teknis berkala, terukur dan berkesinambungan.

Dengan leadership juga akan meningkatkan kepercayaan mitra

Daerah

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 55

dan stakeholders yang lain dalam ikut mengembangkan BKMM dan produk jasa pelayanan dengan teknologi ter-baru. Berbagai fasilitas juga tersedia di sini seperti CCTV operasi untuk pembelajaran dan jaringan inter-net untuk Co-Ass dan residen mata sehingga bisa untuk meningkatkan akses informasi kesehatan terkini.

Lalu bagaimana kesiapan tenaga dan sarana penunjang untuk me-layani masyarakat? Jumlah tenaga yang ada di BKMM Sulawesi Selatan sebanyak 74 orang yang terdiri dari tenaga medis yaitu dokter spesialis mata sebanyak 5 orang, dokter ahli THT 1 orang dan dokter umum seba-nyak 4 orang. Tenaga keperawatan meliputi S-1 keperawatan sebanyak 3 orang dan 33 orang lulusan D-3 keperawatan. Tenaga kesehatan masyarakat terdiri dari S-2 kesehatan masyarakat 2 orang dan 2 orang lulusan S-1 kesehatan masyarakat. Sedangkan tenaga keteknisan medis meliputi apoteker 1 orang, D-3 farma-si 1 orang, D-3 laboratorium 1 orang dan 3 orang D-3 refraksionist, 1 orang D-3 elektromedik, 1 orang D-3 rekam medic, SMAK labkes dan SAA. Tenaga Non kesehatan meliputi: 1 orang S-2

administrasi, dan masing-masing 1 orang D-3 akuntansi, D-3 arsiparis dan 8 orang administrasi. Jumlah tenaga jejarng pendidikan FK Universitas Hasanudin terdiri dari 4 orang bagian Ilmu penyakit mata dan 1 orang dari bagian ilmu penyakit THT.

Sarana yang dimiliki BKMM meli-puti tanah seluas 1.980 meter2 dan bangungan yang terdiri dari bangun-an lama seluas 557 m2 dan bangun-an baru seluas 1.256 m2. Sarana di-

agnostic yang dimiliki BKMM terdiri dari Yag Laser, keratometer, biometri A/B scan, refraktometer, snellen proyektor, tanometer non kontak masing-masing satu buah dan 2 alat mikroskop facoemulsifikasi yang merupakab peralatan canggih yang dimiliki oleh BKMM ini.

Dikatakan Dr Hamzah, dalam melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan, pendidikan dan pengem-bangan kesehatan mata dan THT,

Daerah

56 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

BKMM Sulawesi Selatan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabu-paten/Kota di wilayah kerja dalam pengembangan program pelayanan kesehatan mata dan THT dan juga dengan memperkuat kemitraan dengan Pemerintah Provinsi Sulawe-si Selatan dan Pemerintah Kabu-paten/Kota dalam program jaminan kesehatan bagi warga miskin. PT Askes untuk program Askes bagi PNS UPT Pusat dan PNS Daerah. Faktultas Kedokteran Universitas Hasanudin dan Bagian Mata dan THT untuk pen-didikan Co-Ass dokter dan resident dokter mata.

Kendala utama BKMM saat ini adalah bagaimana menyelaraskan upaya peningkatan kualitas pelayan-an, target penerimaan PNBP dan peningkatan mutu pendidikan ke-ahlian bagi calon dokter dan residen ahli mata sejalan dengan bagaimana meningkatkan kesejahteraan staf sebagai PNS. Sangat penting diper-hatikan adalah bagaimana Pemerin-tah melalui Departemen Kesehatan dapat meringankan beban masyara-kat dengan memberikan berbagai subsidi yang dapat mempengarufi

pola tarif pelayanan di BKMM ini. Disamping itu perlu dipertim-

bangkan aspek keadilan dalam pem-berian jasa medis di BKMM dan di RS sehingga sangat manusiawi apabila dokter ahli menginginkan pindah ke Rumah sakit Karena jasa medis di RS yang lebih besar meskipun memiliki kompetensi yang sama sebagai dok-ter ahli mata dan THT. Untuk itulah ke depan, sangat dibutuhkan kebijakan dan aturan yang mendukung untuk menyetarakan dan memberikan keadilan dalam insetif jasa medis.

Untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan, BKMM telah mengajukan usulan alat prioritas untuk diagnosis modern yaitu alat terapi laser fotokoagulasi dan laser fotofundus untuk diagnos-tik. Kedua alat itu sangat penting untuk menangani masalah gang-guan mata akibat terganggunya metabolism dan proses degenerasi dan sebagai unggulan kedua setelah operasi fakoemulsifikasi yang sudah dikembangkan. Sedangkan untuk memberikan pelayanan penunjang, diperlukan penambahan lokasi un-tuk parker untuk pengantar pasien ataupun tenaga kesehatan yang belajar di BKMM Sulsel. Inipun sudah diusulkan sejak tahun 2007, namun belum disetujui.

Dan yang lebih penting lagi, bagi pengembangan BKMM ke depan dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehat-an indera dan kebutuhan pendidikan dan latihan dokter ahli mata, sa-ngatlah dibutuhkan pengembangan BKMM Sulsel menjadi Balai Besar Kesehatan Indera Sulawesi Selatan. Untuk itulah diharapkan Departe-men Kesehatan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat Sulawesi selatan tersebut. lrijadi

“Kunci utama dalam meningkatkan

pelayanan kesehat-an kepada publik

adalah Leadership. Sehingga dapat menggerakkan

fungsi-fungsi pela-yanan yang diperlu-

kan”dr. Hamzah, SpM

Daerah

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 57

Hasil Riset Kese-hatan Dasar 2007 yang di publikasi-kan pada Desem-ber 2008 me-nyatakan bahwa prevalensi stroke

di Indonesia 8,3 per 1.000 pen-duduk. Pada kelompok umur 55 – 64 tahun, stroke merupakan penyebab kematian tertinggi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hal tersebut terkait erat dengan gaya hidup, pola makan dan kebiasaan berolahraga.

Hal tersebut diungkapkan dr Hadril Busudin Sp S MHA, Direktur Utama Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi (RSSN Bukittinggi) ke-pada “Mediakom”di ruang kerjanya baru-baru ini. “Kebanyakan orang sudah tahu bahwa makan makanan berlemak dan mengkonsumsi jenis makanan tertentu memang berisiko menyebabkan darah tinggi. Namun, pengetahuan tidak otomatis diikuti dengan praktik dalam kehidupan sehari-hari,” jelas dr Hadril.

Seperti diketahui, lanjut dr Hadril, orang Sumatera Barat atau orang Minang mempunyai pola makan yang cenderung lebih asin, banyak minyak, banyak santan dan kurang mengkonsumsi sayur, sehingga tidak heran kalau hasil penelitian menun-jukkan bahwa, jumlah pasien stroke di Provinsi Sumatera barat dari tahun ke tahun meningkat. Tingginya kasus stroke di Sumatera Barat memicu gagasan untuk menjadikan Rumah Sakit Bukittinggi yang sedang mengalami krisis eksistensi menjadi rumah sakit stroke sebagi uji coba alternatif.

Gagasan yang sama muncul ketika isteri wakil Ketua DPRD Kota Bukittinggi tiba-tiba terkena stroke. Kejadian tersebut mendorong Wakil Ketua DPRD Kota Bukittinggi men-gusulkan RSUP Bukittinggi yang sedang dalam ‘kemelut’ menjadi Rumah Sakit Khusus Stroke. “Gayung bersambut, Dirjen Pelayanan Medik saat itu, Prof. Achmad Djojosugito menerima usulan-usulan tersebut

Pertama & Satu-satunya di Indonesia RS Stroke Nasional BukittinggiRumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi merupakan rumah sakit pertama dan satu­satunya penyelenggara pelayanan kompre­hensif stroke di Indonesia

dan selanjutnya dalam suatu rapat diputuskan menjadi RS Khusus Stroke,” terang dr Hadril.

Secara historis lanjut dr Hadril, pada tahun 1978 salah satu UPT (Unit Pelayanan Teknis) Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes yang kini bernama RSSN Bukittinggi ini, semula bernama Rumah Sakit Imanuel yang dikelola oleh Yayasan Baptis. Selanjutnya ber-dasarkan Surat Keputusan Menkes RI No. 365/Menkes/SK/VIII/1982 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Vertikal Kelas C dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Bukittinggi. Serah terima kepada Pemerintah RI cq Departemen Kese-hatan RI dilakukan pada 12 Februari 1982 dan baru efektif pada tahun 1984.

Dalam awal perjalanannya, RSUP Bukittinggi mengalami banyak tantangan berat diantaranya, per-saingan dengan RS Ahmad Mukhtar Bukittinggi. Mulanya RSUP Bukitting-gi kurang mampu bersaing, bahkan keberadaannya semakin lama sema-kin melemah. Hal tersebut terlihat dari BOR RS yang makin lama makin berkurang, angka terakhir hanya ca-pai 20%. Sekitar tahun 2000, muncul beberapa alternative yang menge-muka antara lain RSUP Bukittinggi ditutup, atau dipindahkan atau diga-

Daerah

58 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

bung dengan RS Ahmad Mukhtar. Sampai pada tahun 2001, usulan

wakil Ketua DPRD Kota Bukittinggi, dan usulan yang mengemuka dari diskusi pada lokakarya-lokakarya yang diselegarakan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, disetujui. RSUP Bukittinggi menjadi Rumah Sakit Khusus Stroke. Sementara itu Penelitian-penelitian yang dilakukan Rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita membuktikan bahwa RSSN Bukittinggi sangat diperlukan oleh masyarakat Minang untuk menangani masalah stroke yang banyak.

Menurut hasil penelitian yang di-lakukan RSCM menunjukkan bahwa prevalensi penderita stroke pada Suku Minang yang dirawat di RSCM dibandingkan dengan suku lain cu-kup tinggi. Sementara penelitian RS Jantung Harapan Kita menyatakan prevalensi penderita penyakit

Jantung pada Suku Minang yang berobat di RS Jantung Harapan Kita juga cukup tinggi. “Penelitian-pene-litian tersebut memperkuat penting-nya keberadaan RSSN Bukittinggi bagi masyarakat Minang sekaligus dapat menjadi rumah sakit rujukan nasional stroke.

Perjuangan panjang menjadi-kan RS Khusus Stroke tidak sia-sia dengan terbitnya Surat Keputusan Menkes RI No. 21/Menkes/SK/I/2002, RSUP Bukittinggi ditetapkan sebagai “Pusat Pengembangan Pengelolaan Stroke Nasional (P3SN) RSUP Bukit-tinggi”. Selanjutnya untuk mening-katkan mutu dan cakupan pelayanan serta agar dapat menjadi pusat rujukan penanggulangan kasus stroke, status P3SN RSUP ditingkat-kan kelembagaannya melalui Surat Keputusan Menkes RI No. 495/Men-kes/SK/IV/2005 tertanggal 5 april 2005, menjadi “Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi”.

Terbitnya PP No. 23 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Keuang-an Badan Layanan Umum (PPK-BLU) menjadikan RS Stroke Nasi-onal Bukittinggi sebagai salah satu Rumah sakit PPK BLU. Penetapan tersebut dinyatakan melalaui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 283/KMK.05/2007 yang menetap-kan RS Stroke Nasional Bukittinggi sebagai instansi pemerintah yang menerapkan PPK BLU bertahap. Keputusan itu diperkuat dengan Keputusan Menkes Ri No. 756/Men-kes/SK/VI/2007 tentang Penetapan 15 Rumah Sakit UPT (Unit Pelaksana Teknis) Depkes.

RS Stroke Nasional Bukittinggi mempunyai tugas utama, salah satunya menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan stroke secara paripurna. Disamping itu melaksanakan kegiatan pen-didikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan di bidang

Direktur RS Stroke Nasional Bukittinggi: Dr. H. Hadril Busudin, mengunjungi pasien di ruang ICU.

Daerah

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 59

kesehatan stroke secara komprehen-sif, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehat-an lainnya. Selanjutnya RS Stroke Nasional Bukittinggi juga melak-sanakan upaya kesehatan rujukan.

Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi berdiri diatas tanah seluas 1,3 Hektar. Rumah sakit ini sangat strategis karena berada di pusat kota Bukittinggi. Udara sejuk, pemandangan indah, lingkungan bersih, masyarakat yang ramah dengan hasil kerajinan tangan yang terkenal di dalam dan luar negeri Kota Bukittinggi dikenal sebagai kota wisata. Kondisi itu sangat men-dukung untuk mewujudkan “Kota Wisata Sehat” dengan salah satu Core Busines-nya adalah RS Stroke Nasional Bukittinggi.

Untuk mewujudkan “Kota Wisata Sehat” RS Stroke nasional Bukittinggi menetapkan visi: “Menjadi rumah sakit terdepan dalam pelayanan, pendidikan dan Penelitian stroke berwawasan global”. Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi rumah sakit diantaranya, menyelenggarakan pelayanan komprehensif stroke yang berorientasi pada kepuasan pelang-

gan; menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, penelitian stroke sesuai dengan kemajuan IPTEKDOK serta mengembangkan jejaring pelayan-an stroke secara nasional regional dan internasional. Misi selanjutnya, mengembangkan inovasi pelayanan stroke terpadu yang mendukung wisata kesehatan dan menerapkan system manajemen rumah sakit yang modern.

Rehabilitasi Medik Terpadu merupakan program unggulan dari Rumah Sakit ini. Program rehabilitas medic ini meliputi pelayanan dok-ter rehabilitasi medic, fisioterapi, okupasi terapi dan terapi wicara. Fasilitas yang dimiliki untuk menun-jang program ini cukup lengkap antara lain:Infra Red, untuk stroke, neuropati, bell’s palsy, cerebral palsy, myalgia, athralgia; SWD/MWD untuk frozen shoulder, cervical syndrome, low bach pain, shiffnes joint, carpal turned syndrome, adnexitis, colloid; Elektrical Stimulasi untuk Bell’s palsy, Parase N VI, Myalgia, Neuropatie, Athralgia; Ultra Sound untuk Osteo Arthritis (OA), Low Back Pain (LBP), Calcaneo Spur, Shiffnes Joint, Carpal Turned Syndrome; Ultra Violet untuk

pengobatan Decubitus, Gangguan Masalah Kulit, Celullite; Parafin Bath untuk pengobatan Stiffnes Joint; Traksi Lumbal/Cervical untuk pengobatan HNP, Terapi Orthopedi; Quadricep Bench untuk pengobatan Osteo Arthritis (OA); Tilting Table untuk latihan mobilisasi berdiri; dan Shoulder Wheel untuk pengobatan Frozen Shoulder.

Kesiapan tenaga dalam menjalan-kan roda pelayanan RSSN Bukittinggi mempunyai SDM yang cukup mema-dai. Sumber daya manusia menurut jenis tenaga terdiri dari, tenaga medis, keperawatan, kefarmasian, kesehatan masyarakat, gizi, keterapian fisik, keteknisan medic, dan non kesehatan. Tenaga medis yang dipunyai meliputi, dokter umum, dokter gigi, dr spesialis, masing-masing jumlahnya, sepuluh, satu, enam.

Sedangkan jumlah perawat yang ada sebanyak 156 tenaga. Tenaga ke-farmasian yang terdiri dari Apoteker dan Asisten Apoteker masing-ma-sing sebanyak tiga dan empat bealas orang. Tenaga pendukung lainnya seperti tenaga kesehatan masyara-kat, gizi, keterapian fisik, keteknisan medic, serta non kesehatan masing-masing berjumlah 25, 6, 10, 17, 300 orang tenaga.

Hambatan yang dihadapi selama setahun terakhir ini memang relatif kurang berarti. Meskipun kurang berarti namun perlu diperjuangkan, kurangnya fasilitas lahan parkir dan alat ct scan yang belum dipunyai oleh RSSN Bukittinggi sedikit meng-ganjal kelancaran pelayanan rumah sakit. Solusi yang sudah ditempuh, memohon kepada Panglima Ko-dam Bukittinggi untuk mendapat lahan parkir atas tanah milik Kodam. “Saya sudah menghadap Panglima dan kelihatannya Panglima setuju. Untuk ct scan, kami mengharapkan bantuan dari pusat, “ jelas dr Hadril mengakhiri wawancaranya dengan “Mediakom”. listi

Radio Therapi pada pasien stroke di RS Stroke Nasional Bukittinggi.

Siapa Dia

60 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Tika Bisono

Horor Demam Berdarah

Bagi psikolog wanita yang akrab dipanggil Tika ini, wabah DBD tak ubahnya sebagai horor. DBD telah banyak makan korban, baik yang sakit maupun yang meninggal dunia. Bahkan, salah satu puterinya pun meninggal

karena DBD. “Indonesia banyak episode horor-horor, tapi yang paling horor itu DBD,” tegasnya.

Menurut wanita aktif ini, masalah DBD di Indonesia itu bukan virusnya. Yang menjadi masalah adalah kesadaran masyarakat. Mengubah kebiasaan jorok masyarakat menjadi terbiasa bersih, tidak mudah. Awalnya harus menggunakan instruksi, kemudian lama-lama berubah secara otomatis. Dan untuk berubah, masyarakat memerlukan penjelasan, pelatihan dan contoh. “Sebab, masyarakat mempunyai definisi sendiri tentang ber-sih,” lanjut Tika saat menjadi narasumber dialog Peluk

Asa Telkomsel. Bahwa bisa jadi masyarakat mengaku sudah bersih, padahal menurut kita belum bersih.

Dalam melakukan sosialisasi DBD, Tika berdialog langsung

dengan masyarakat. Ia

membahas berbagai kendala yang dirasakan masyarakat. Khusus progam 3M, menguras, menutup dan mengubur masih banyak kendala besar. Untuk program menguras dan menutup masih cukup baik. Tapi program mengu-bur, masyarakat tak mempunyai lahan lagi. “Saya pernah menemukan sebidang tanah yang cukup luas, kemudian saya minta kepada pemilik, agar masyarakat mengubur barang-barang ke tanah tersebut, ternyata ditolak oleh pemiliknya,” akunya.

Tika mengakui, banyak program sosialisasi DBD yang salah waktu. Ia menemukan untuk penyakit musim hujan, sosialisasinya di musim hujan juga. Tika menyarankan, se-harusnya penyakit musim hujan pelaksanaan sosialisasi musim kemarau dan penyakit musim kemarau sosial-isasinya musim penghujan. Sehingga masyarakat dapat melakukan antisipasi sebelumnya.

Yang harus diingat, menurut mantan Puteri Remaja ini, DBD tak memilih status sosial, strata ekonomi, ma-syarakat miskin, masyarakat sederhana maupun ma-syarakat yang kaya sama saja. “Semua ada kemungkinan untuk dijangkiti dan memang disinilah problemnya. Jadi kalau rumah sakit tiba-tiba banyak menampung pasien, itu sebenarnya dampak dari titik ini, jadi bukan karena virus,” tegasnya berulang kali. lpra

dr.Jack DBD Tidak Ada Obatnya

Penampilannya nyentrik: berambut gon-drong, bicaranya lugas, tak seperti gamba-ran seorang dokter pada umumnya. Toh demikian, ketika bicara soal DBD, dokter Jack terlihat sangat fasih dan lancar. Ia menyebut,

angka kematian akibat DBD (0,8) lebih tinggi dari angka kematian H1N1 (0,4).

Menurut dr Jack, masyarakat menganggap demam berdarah itu ada obatnya, padahal tidak ada, sampai sekarang pun tidak ada. Vaksin juga masih diteliti sampai sekarang. Jadi tidak ada.

Siapa Dia

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 61

istri Jaksa Agung Hendarman Supandji yang juga anggota Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) ini memang menjadi ketua panitia acara sosial tersebut.

SIKIB bekerja sama dengan Departemen Kesehatan sukses menggelar konser amal ini. Sedikitnya terkumpul dana sebanyak Rp 11 miliar dari para donatur. “Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung pembinaan anak berkebutuh-an khusus,” kata Amdani Hendarman.

Kehadiran Hee Ah Lee mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak termasuk Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menkes Siti Fadilah Supari, serta sejumlah pengusaha papan yang hadir menyaksi-kannya.

Menurut Amdani Hendarnan, Hee Ah Lee yang tampil dalam Konser Peduli Anak Indonesia Berkebutuhan Khusus, di Hotel Borobudur Jakarta Pusat (6/8), bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak yang mengalami kekurangan fisik seperti dirinya. Mereka memang memiliki perbedaan dengan anak-anak pada umumnya.

“Meski demikian bukan berarti mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka punya kelebi-han dan juga punya hak yang sama untuk bisa mengembangkan bakat dan kemampuan seperti anak-anak lainnya”, papar Amdani.

Hee Ah Lee penderita keterbelakangan mental serta lobster claw syndrome, yang hanya memiliki 4 jari, berhasil menjadi pianis tingkat dunia. Prestasinya diraih berkat ketekunan, kesa-baran dan kerja keras. Untuk bisa memainkan karya Chopin Fantasie Impromtu, Ah Lee berla-tih 5 – 10 jam sehari selama 5 tahun. Umur 12 tahun, Ah lee berhasil menggelar recital piano

tunggal. lgi

Terjadinya penyakit demam berdarah,menurutnya, ada tiga pilar yaitu; manusia, vektor dan lingkungan. Vektor berupa nyamuk betina aides aigypti. Orang menganggap, nyamuk ini hanya dapat terbang beberapa meter saja. Hasil penelitian nyamuk ini dapat terbang rata-rata sampai 300 meter, tegas Jack.

Oleh karena itu, dr Jack mengingatkan, mempunyai lingkungan rumah keluarga bersih belum tentu aman dari serangan DBD, jika rumah keluarga tetangga belum bersih. Jadi jika ingin bebas dari DBD, maka seluruh masyarakat melakukan 3M secara bersama-sama dan berkelanjutan. “Pengendalian DBD tidak bisa tuntas, jika hanya individual dan sporadis,” tandasnya

Menurut dr Jack, masalah yang lebih besar sebenarnya ada pada manusia sendiri. Bukan hanya kurang dalam pengetahuan, tapi yang paling utama adalah perilaku. Semua orang pasti sudah pada tahu dengue itu berbahaya. “Saya juga nyakin, sebagian besar orang tahu penyebabnya nyamuk. Tapi berapa persen yang melakukan 3M?. Berapa persen yang melakukan sendiri pencegahan itu? Ini masalah sebenarnya,” katanya panjang lebar.

Makanya, paling utama adalah mereduksi kontak vektor dengan manusia. Bagaimana caranya agar nyamuk tidak menggigit manusia?. Jadi bagaimana mereduksi kontak ma-nusia dengan nyamuk. Berperilaku yang mengurangi resiko terkena gigitan nyamuk.

Khusus mengenai vektor, siklus hidup nyamuk aides agypti di daerah tropis rata-rata dua minggu sudah jadi dewa-sa, menggigitnya siang hari. “Berbeda dengan nyamuk malaria yang meng-gigit malam hari, “kata dr.Jack.

Bersama program Peluk Asa, Jack telah merekut 14 orang. Ke 14 orang merupakan perwakilan dari 14 lokasi dari Medan sampai Sorong. Mereka akan mendapat pelatihan, se-hingga mereka menjadi agent of change, bagi masyarakat. l

pra

Dr. S. K. Amdani Hendarman Supandji, Sp.S(K), MscInspirasi Hee Ah Lee

Menjelang konser Hee Ah Lee Peduli Anak Indonesia Berkebutuhan Khusus akhir Agustus lalu, .Dr. S. K. Amdani Hendarman Supandji, Sp.S(K), Msc terlihat paling sibuk dan paling banyak wara-wiri. Maklumlah,

62 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009

Lentera

Menghargai Orang Lain

Oleh: Prawito

Fulan, sebut saja begitu, mantan pejabat tinggi mendapat pekerjaan baru sebagai dosen. Suatu ketika, Fulan mengunjungi perpustakaan kantor tempat dahulu bekerja. Dia meminjam buku A untuk bahan mengajar. “Mas, saya pinjam buku A”, begitu pintanya. “Maaf, buku yang itu

tidak ada,” jawab petugas. “Masa, nggak ada?”, tanya Fulan kembali. “Benar, tidak ada Pak,” jawab petugas lagi.

Rupanya, Fulan terpancing emosi. Kemudian, ia bertanya, “Kamu tidak kenal saya?. Coba, mana petugas senior kesini,” Fulan mulai dengan nada tinggi. Kemudian petugas senior datang, serta-merta ditanya,”Kamu kenal saya?” “Belum, pak. Bisa saya bantu?” jawab petugas senior dengan nada rendah. Mendengar jawaban itu, kemarahan Fulan sampai ke ubun-ubun. Ia pun segera keluar ruangan perpustakaan dengan memendam kemarahan, tanpa hasil.

Kisah di atas, adalah interaksi kurang saling menghargai, yang sering kita saksikan di berbagai tempat. Fulan sebagai pihak berkepentingan tidak memperkenalkan diri kepada petugas. Bisa jadi kalau Fulan memperkenal-kan diri dan berkomunikasi dengan baik, petugas dapat memberi solusi untuk mendapatkan buku yang diingin-kan. Apalagi ia mantan pejabat pada kantor tersebut.

Sebenarnya untuk mendapat penghargaan dari orang lain itu tidak sulit. Pertama; perkenalkan diri secara baik, bila belum kenal, sehingga tidak timbul kecurigaan dari dua belah pihak. Kedua belah pihak dapat saling ter-buka, berbagi pengalaman, saling mengenal dan saling menolong.

Kedua; ucapkan terima kasih secara tulus kepada orang lain yang telah memberi bantuan. Jangan melihat jenis bantuanya. Tapi, lihatlah niat membantunya. Sebab kalau melihat jenis bantuan, bisa jadi kita tidak berkenan

dengan bantuan tersebut, karena tidak sesuai keinginan. Ketiga; gembirakan mereka dengan sikap, tutur kata

dan perbuatan yang baik. Menggembirakan orang lain itu murah kok, cuma “senyum, salam dan sapa”. Kalau dapat menolong dengan materi bagus lagi, karena perto-longan itu akan tergiang sepanjang hidupnya.

Keempat; jangan sakiti hatinya. Kalau sulit menye-nangkan orang lain, minimal jangan sakiti hatinya, baik melalui sikap, perkataan, maupun perbuatan. Ukur sikap, perkataan dan perbuatan itu, dengan perasaan kita. Pilih-lah, ungkapan, sikap, dan perbuatan yang paling baik,

sehingga tidak menyakitkan. Memang sulit, tapi mari kita coba. Suatu saat secara perlahan pasti berubah menjadi lebih baik.

Kelima; banyak mendengar dan ber-tutur kata seperlunya. Memperbanyak mendengar, kita akan mendapat banyak informasi, pelajaran dan pengetahuan. Informasi yang baik dan buruk. Semua informasi yang masuk, jangan semua ke-luar melalui bibir kita. Saringlah sebelum keluar. Pilihlah berita mana yang harus keluar dan untuk siapa. Tidak boleh

semua informasi keluar kepada siapa saja. Berilah infor-masi seseorang sesuai kebutuhan.

Keenam; berkata baik, kalau sulit berkata baik, lebih baik diam. Diam seperti ini adalah emas. Memang berka-ta baik sudah seharusnya, tapi diam lebih baik, dari pada berkata buruk.Untuk itu, marilah kita belajar berkata baik. Sebab berkata baik, awal dari kebaikan berikutnya.

Ketujuh; tetap mengalah menghargai orang lain, walau orang lain tidak membalas penghargaan kita. Kalau ada orang yang tidak membalas penghargaan kita, berarti sedang diuji.. Terakhir, kedelapan, berdo’a untuk kebaikan orang lain.

Jadi, untuk mendapat penghargaan orang lain itu, mudah dan sederhana. Perbanyak menghargai orang lain secara tulus, maka orang lain akan menghargai kita. l

No.XIX/AGUSTUS/2009 Mediakom 63

Menduduki Kursi

Lentera

Kursi, tempat duduk dengan banyak nama dan bentuk. Mulai dari kursi kan-tor, tamu, bus, pesawat dan kursi lain, termasuk lesehan di atas karpet. Setiap hari kita dapat berganti kursi berkali-kali. Sewaktu di rumah, kita dapat duduk di kursi tamu, meja makan, kursi

taman dan jok kendaraan. Demikian pula ditempat kerja. Banyak berganti tempat duduk. Tak pernah menetap lama dalam satu kursi saja. Ia terus berpindah duduk dari satu kursi ke kursi lainnya. Dipastikan bentuk kursinya pun berbeda. Ada yang pendek, tinggi, bulat, lonjong, panjang dan bentuk lainnya. Semua ini menunjukan tingginya mobilitas menduduki kursi dalam aktivitas kita. Dari semua kursi itu, sebagian besar kursi bukan miliknya. Jadi, menikmati kursi tak harus memiliki. Itulah faktanya.

Menduduki kursi, memang ada batas waktu. Setiap orang mempunyai batas waktu yang berbeda. Tak dapat disamakan, apalagi dipaksakan. Semua mengikuti alur waktu yang telah diten-tukan. Terkadang, mereka yang sedang di atas kursi tertentu tidak mengetahui harus berapa lama. Contoh, seseorang dengan kursi jabatannya, walau masa jabatan sudah ditentukan. Tapi, tak ada yang dapat menjamin sampai akhir masa jabatan, selalu ada kemungkinan lain.

Kursi, alat bantu untuk memudahkan beraktifitas. Kur-silah yang menjadi duduk lebih terasa nyaman. Semakin ergonomis, tentu bertambah nyaman. Bisa jadi posisi ini akan mendatangkan kenikmatan secara ekonomi, sosial, politis dan kenikmatan lainnya. Sehingga banyak orang yang mengira bahwa jabatan hak milik, harus dipertah-ankan dengan segala cara. Padahal kursi itu hanya sarana, sementara dan pinjaman semata.

Bagi mereka yang menyadari kursi jabatan hanya sementara, mudah sekali berpindah, tanpa beban. Mendapat giliran kursi manapun tetap nyaman dan bahagia. Sebagaimana nikmatnya pindah dari kursi pe-

sawat ke kursi taksi, kemudian kursi diruang tamu sambil menonton TV di rumah. Pada saat lain ia duduk di bawah pohon sambil menikmati singkong goreng, bahkan ada yang duduk pada bongkahan batu memancing ikan di pinggir kolam atau duduk pada pematang sawah mena-tap tanaman padi yang sedang menguning. Ia tetap menikmati posisi hidupnya dimana pun berada.

Tapi, ada beberapa orang yang menjadikan kursi jabatan sebagai tujuan, bahkan hak milik yang harus dipertahankan, maka akan tersiksa. Sebab harapan yang kuat untuk mendapat posisi tertentu akan menyebabkan capek, jenuh, stres dan emosi bertensi tinggi. Kemudian, ia nekat menempuh segala cara demi posisi. Sekalipun keinginan terpenuhi, kondisi seperti ini akan tetap me-nambah kronis kerusakan jiwa maupun sosial. Apalagi

keinginannya gagal, bisa lebih buruk lagi akibatnya.

Untuk kursi berikut ini, memang bu-kan sembarang kursi. Harganya mahal, bahkan sampai miliaran rupiah. Uniknya, kalau toh ada yang mempunyai uang sebesar itu, tidak ada penjualnya, sebab kursi ini harus diperoleh melalui pemilih-an langsung oleh rakyat, seperti kursi Gubernur, Wali Kota, Bupati, Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Maka, wajar jika keinginan yang menggebu,

modal besar, lalu gagal. Ujungnya stres, bahkan ada yang sakit jiwa.

Mestinya, duduklah pada posisi kursi yang telah ditak-dirkan. Apakah sebagai pejabat atau rakyat biasa, kopral atau jenderal, biroktat atau pengusaha. Tetaplah menik-mati dan berkarya seoptimal mungkin, sambil menungu giliran kursi berikutnya. Bisa jadi hasil karya pada posisi kursi tertentu akan menjadi jembatan pada jenjang kursi berikutnya. Sungguh, posisi kursi apapun, dimanapun sama saja, bergantung cara menikmatinya. Menata hati dan bersyukur atas posisi itu. Sebab semua ada batas waktu dan pasti ada hikmah, tergantung kita menyikapi. Marilah menikmati kursi kita masing-masing, bukan kursi orang lain. Semoga damai. l

64 Mediakom No.XIX/AGUSTUS/2009