media discourse oleh yasraf amir piliang

38
Media Discourse yasraf amir piliang QuickTime™ and a TIFF (Uncompressed) decompressor are needed to see this picture.

Upload: gustaff-harriman-iskandar

Post on 20-Mar-2017

2.842 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Media Discourse

yasraf amir piliang QuickTime™ and aTIFF (Uncompressed) decompressor

are needed to see this picture.

Page 2: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

“Ba ...Ba...Baba….”“Apa Ba, Ba? Mau apa!?”Sebenarnya dia tahu aku ingin mengajak putrinya“Ba, hmm…hmm…mmm….”“Apa! Mau apa!?”“Begini Ba…hmm….”“Apa begini, begini!?”Tiba-tiba A Ling muncul dari balik tirai.

(Andreas Hirata, Edensor, Bentang, 2008)

Page 3: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang
Page 4: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang
Page 5: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang
Page 6: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang
Page 7: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang
Page 8: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

What is a Discourse?

Page 9: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Langue Parole

sistem bahasa praktik bahasa

konvensi kombinasi elemen bahasa

aturan tindak (action)

institusi peristiwa (event)

statis dinamis

Domain of Language Study

Page 10: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

TINGKAT SYNTACTIC SEMANTIC PRAGMATIC

SIFAT kajian struktur dan relasi tanda

Kajian makna tanda Kajian penggunaan tanda secara sosial

ELEMEN Penanda/petandaSintagmatikParadigmatikIcon, Index, Symbol

DenotasiKonotasiIdeologiMitos

Tindakan (action)Praktik BahasaPertukaranDiscourseEfek (psikologi, sosial, politik, kultural)

Levels of Language Study

Page 11: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

semiotika tanda(sign)

semiotika teks(text)

semiotika sosial(discourse)

Levels of Semiotics

Page 12: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Discourse = adalah seperangkat susunan teks yang mengorganisasikan dan mengkorordinasikan tindakan, posisi dan identitas orang-orang yang memproduksinya. (Tony Thwaites)

Discourse = cara mengkonstruksi pengetahuan dan praktik sosialnya, bentuk subjektivitas dan relasi kekuasaan yang melekat dalam pengetahuan dan interrelasi di antara semuanya. (Foucault, Discipline and Punish, 1990)

Discourse dimanifestasikan di dalam praktik sosial, struktur fisik, bentuk-bentuk oral, tulisan atau visual. Pengetahuan dikembangkan di dalam konteks sosial yang khusus: pasar bebas, keluarga, press, atau percakapan makan malam.

Definition

Page 13: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Text

DISCOURSE

Action

Actor

Social Practice

Knowledge

Subjectivity

Power Relation

Position

Language

Actor

Structure

Social Context

Page 14: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Discourse merupakan sumberdaya bagi representasi, pengetahuan tentang berbagai aspek realitas, yang digunakan ketika aspek realitas itu direpresentasikan.

Discourse & Representation

Realitas Discourse

Representasi

Page 15: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Discourses bersifat plural. Dapat ada discourse yang berbeda-beda, cara berbeda memaknai aspek realitas yang sama, yang menyertakan (include) dan membuang (exclude) sesuatu yang berbeda-beda, dan menjaga kepentingan yang berbeda-beda.

Plurality of Discourse

Page 16: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

MEDIA= Institusi (organisasi, sarana, prasarana) yang memproduksi dan mendistribusikan informasi serta citra audio dan visual.

MEDIA MASSA= Institusi (organisasi, sarana, prasarana) yang memproduksi dan mendistribusikan informasi serta citra audio dan visual dalam skala besar.

What is Media?

Page 17: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Karena tidak pernah ada simetri, maka media disebut sebagai perumus realitas (definer of reality).

De re= tentang sesuatu hal (realitas), transparansi fakta, representasi ikonis (iconic) dari realitas.

De dicto= tentang apa yang dikatakan (tentang realitas), kekaburan dan ambiguitas fakta, hubungan a-simetris dengan realitas, memunculkan problem kebenaran.

Media & Reality

Page 18: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Bukti keberadaan sebuah discourse datang dari teks (text), dari apa yang telah dikatakan atau ditulis—dan/atau diekspresikan melalui cara-cara semiotik lainnya. (karya seni, gesture, body language)

Discourse & Text

Discourse

TextProduction

RealityRepresentation

Page 19: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Discourse as a Social Practice

Page 20: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Discourses tak pernah hanya tentang apa (what) yang kita lakukan, tetapi selalu juga tentang mengapa kita melakukannya. Discourse yang digunakan dalam merepresentasikan terorisme adalah versi tentang terorisme itu plus gagasan (ideas) dan sikap (attitude) terhadapnya di dalam konteks di mana ia digunakan.

Social Practice

Page 21: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Evaluation—misalnya evaluasi aktor yang ditampilkan: jahat, esktrimis, fundamentalis, musuh, etc.

Purposes—misalnya, menjadikan masyarakat ikut berperan dalam mencegah terorisme. Discourse berbeda mempunyai tujuan berbeda.

Legitimations—alasan mengapa sesuatu harus dilakukan melalui cara tertentu oleh orang-orang tertentu. Misalnya ada anjuran atau rekomendasi dari para kiyai, bahwa terorisme itu ‘haram’.

Discourse Formation

Page 22: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Action—Sesuatu yang dilakukan, aktivitas yang membangun praktik sosial. Manner—cara di mana tindakan dipertunjukkan.Actor—Orang-orang yang terlibat di dalam praktik, dan perbedaan peran di mana mereka terlibat. Presentation—Cara di mana para aktor berpakaian atau menghias diri. Resources—alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menjalankan praktik sosial. Time—praktik sosial yang diwaktukan yang berlangsung pada waktu tertentu.Space—di mana tindakan sosial berlangsung.

Elements of Discourse

Page 23: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Discourse Transformation

Page 24: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Media discourse dapat tidak memasukkan (exclusion) elemen-elemen praktik sosial, misalnya jenis aktor-aktor tertentu. Ini dapat memberikan efek yang distortif, misalnya di dalam discourse perang yang tidak menampilkan korban.

Exclusion

Page 25: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Media discourse dapat menata ulang elemen-elemen praktik sosial, misalnya ketika ia ‘mendetemporalisasi’ elemen-elemen yang dalam realitasnya mempunyai susunan tertentu.

Rearrangement

Page 26: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Media discourse menambah elemen-elemen pada representasi—kebanyakan untuk evaluasi, purposes dan legitimations.

Addition

Page 27: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Media discourse menggantikan konsep dengan elemen-elemen konkrit praktik sosial.

Substitution

Kebahagiaan

Page 28: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Media & Power

Page 29: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

POWER= penggunaan kekuatan atau kendali (control) terhadap individu atau kelompok sosial tertentu. POWER RELATION = relasi kekuasaan yang dibangun, misalnya melalui media.Media sebagai alat kekuasaan.Media sebagai alat kapitalis.Media publik. (kepentingan publik)Media bebas. (free press)

Discourse & Power

Page 30: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

POWER RELATION yang dibangun media menentukan KNOWLEDGE yang dihasilkan.

Power & Knowledge

Page 31: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Media sebagai alat indoktrinasi: produksi massal pikiran (mass production of mind).

Pembentukan pikiran melalui industrialisasi pikiran (The Industrialization of Mind, Hans Magnus Enzensberger).

Proses ‘identifikasi diri’ (identification) ke arah pikiran dan kesadaran umum, yang justru kesadaran palsu.

Produksi pengetahuan diarahkan untuk kepentingan kekuasaan.

Media & Mesin Kekuasaan

Page 32: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Media sebagai alat akumulasi kapital dan keuntungan.

Produksi pengetahuan diarahkan untuk kepentingan para kapitalis.

Media merayakan pengetahuan yang bersifat menghibur. (Haugh)

Banalitas media, merayakan yang permukaan dan popularitas.

Pengendalian pikiran massa oleh elit kapitalis. (Adorno)

Media Kapitalis

Page 33: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Kekuasaan bersifat plural.

Kekuasaan ada di mana-mana (power are everywhere), karena ia tumbuh dari mana-mana.

Kekuasaan tumbuh dari bawah (power come from below): individu, komunitas, kelompok).

Relasi kekuasaan beranekaragam dan bertumbuh. (multiple and mobile power relation)

Produksi pengetahuan bersifat dialektik dan kontekstual.

(Michel Foucault, The History of Sexuality, 1978)

Media Bebas

Page 34: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Media Ideology1. Sistem kepercayaan (belief system) yang

karakteristik kelas atau kelompok tertentu.

2. Sistem kepercayaan ilusif—ide palsu atau kesadaran palsu (false consciousness), kontras dengan pengetahuan ilmiah.

3. Proses umum produksi makna dan ide.

Page 35: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Principle of Media Ideology

Ideologi media memberikan setiap orang cara khusus MELIHAT diri sendiri, orang lain dan dunia = mirror image.

Bebek?Kelinci?

Page 36: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

'Ideologi visual‘ = cara tertentu elemen-elemen formal dan tematik satu gambar dipadukan pada satu keperluan yang khusus.

Komposisi gambar = merupakan satu bentuk khusus ideologi kelas sosial secara keseluruhan”.

Melalui gambar individu-individu dapat mengkaitkan kehidupan mereka dengan kondisi eksistensi mereka.

Ideologi visual berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dari 'gaya satu kelompok sosial’.

(Nicos Hadjinicolaou)

Visual Ideology

Page 37: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Terimakasih

Page 38: Media Discourse oleh Yasraf Amir Piliang

Profil SingkatYasraf Amir Piliang lahir di Maninjau, Sumatra Barat pada tanggal 30 September 1956 dari pasangan Lathifah Luthan dan Amir St. Sati. Lulus dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, jurusan desain produk pada tahun 1984. Pada tahun 1981 ia sempat mendirikan studio desain IDESA di Bandung yang bergerak di bidang jasa konsultan, desain produk, desain interior, desain grafis dan desain tekstil. Dia meninggalkan studio desain tersebut pada tahun 1984 dan menjadi dosen di ITB di tahun yang sama sampai sekarang. Pada tahun 1990 ia berkesempatan memperdalam ilmu di Central St. Martin College of Art & Design, London. Di kampus inilah ia mulai tertarik untuk mempelajari teori Marxisme, Feminisme, Strukturalisme, Post-strukturalisme, serta Post-modernisme yang menyeretnya ke dalam dunia pemikiran sosial dan budaya kontemporer. Sampai saat ini ia banyak menulis untuk jurnal, yang antara lain adalah Jurnal Prisma, Ulumul Quran, Kalam dan Jurnal Seni Rupa. Beberapa buku yang ditulisnya antara lain adalah Sebuah Dunia yang Dilipat (1998), Sebuah Dunia yang Menakutkan (2001), Hipermoralitas: Mengadili Bayang-Bayang (2003), Transpolitik: Hantu-Hantu Politik dan Matinya Sosial (2003), Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisika (2004), serta Multiplisitas dan Diferensi; Redifinisi Desain, Teknologi dan Humanitas (2009).