bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.undip.ac.id/69796/2/bab_i.pdf · 2019. 2. 21. · fadel...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling menentukan bagi
keberhasilan suatu perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mengelola sumber daya
manusia yang dimiliki dengan baik demi kemajuan perusahaan.Keberhasilan
dalam proses perusahaan ditentukan oleh tercapainya hasil kinerja yang baik oleh
karyawan. Oleh sebab itu perusahaan dituntut pula melakukan perbaikan terus-
menerus. Perusahaan akan dapat melakukan perbaikan bila perusahaan tersebut
dapat mengukur kinerjanya dengan baik. Selain dapat melakukan perbaikan,
pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan
dengan membandingkannya dengan kinerja masa lalu.
Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas terlaksananya tugas tertentu.
Sedangkan kinerja perusahaan merupakan tingkat pencapaian hasil dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan (Simanjuntak, 2005). Kinerja perusahaan sangat
tergantung bagaimana kinerja karyawannya, kinerja karyawan yang baik tentu
akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan. Kinerja karyawan secara umum
adalah sebuah perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya
digunakan sebagai dasar atau acuan penilaian terhadap karyawan di dalam suatu
organisasi. Kinerja yang baik merupakan suatu langkah untuk menuju tercapainya
tujuan organisasi, oleh karena itu kinerja juga merupakan sarana penentu dalam
mencapai tujuan organisasi sehingga perlu diupayakan untuk meningkatkan
kinerja karyawan.
2
Adapun data penilaian kinerja karyawan Perum PERUMNAS Regional V Cabang
Semarang yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Rekapitulasi Penilaian Kinerja Karyawan
Perum Perumnas Regional V Cabang Semarang
Tahun 2014-2016
Tahun Jml
Responden
Skor Skor
Total Mean 5 4 3 2 1
F % F % F % F % F %
2014 43 2 4,65 19 44,18 19 44,18 3 6,97 0 0 149 3,46
2015 43 0 0 11 25,58 25 58.13 7 16,27 0 0 133 3,09
2016 43 1 2,32 8 18,6 25 58,13 9 20,93 0 0 130 3,02
Berdasarkan tabel diatas, terlihat jelas bahwa kinerja karyawan Perum Perumnas
dari tahun 2014 hingga 2016 semakin menurun. Tahun 2014 berada pada 3,46,
angka ini menunjukkan kinerja karyawan pada tahun itu berada pada kategori
yang cukup menuju ke baik. Namun pada tahun 2015 dan 2016 angkanya semakin
menurun yang menunjukkan di angka 3,09 dan 3,02 sehingga berada pada titik
kategori cukup. Hal ini yang kemudian ditinjau kembali, bagaimana mungkin
roda perusahaan akan berjalan dengan baik kalau karyawannya bekerja tidak
produktif, artinya karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi dan tidak
ulet dalam bekerja.
Kinerja yang dimiliki oleh setiap karyawan berbeda-beda tergantung dari
individu, organisasi, dan psikologis. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah faktor psikologis, yang terdiri dari persepsi, peran, sikap, kepribadian,
motivasi, dan kepuasan kerja (Kopelman, 1988). Salah satu faktornya dari sisi
psikologis adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan hasil keseluruhan
dari rasa suka atau tidak sukanya karyawan terhadap berbagai aspek dari
3
pekerjaannya. Dengan kata lain kepuasan mencerminkan sikap karyawan terhadap
pekerjaannya.
Dengan terciptanya kepuasan kerja yang merupakan sikap positif yang
dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka, maka akan tercapai kinerja
individual tersebut (Wibowo, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Fadel Muhammad Reza Piliang di Perum Perumnas Regional V Semarang pada
tahun 2015, dikatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan. Maka dari itu penting memiliki dan berupaya memelihara
karyawan untuk senantiasa memiliki kepuasan dalam bekerja dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan perusahaan.
Selain faktor psikologis yakni kepuasan kerja, ada faktor lainyang
mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson
(2001 : 82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu karyawan, yaitu
kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan
yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi. Terkait hubungan
karyawan dengan organisasinya, hal ini pernah diteliti oleh Bogy Juniar Gintang
Kumara (Februari, 2014) disimpulkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh
terhadap kinerja karyawan. Komitmen organisasi merupakan sikap yang
mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada
organisasinya (Griffin, 2004). Komitmen organisasi didefinisikan sebagai
keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tersebut, keinginan untuk
berusaha keras sesuai keinginan organisasi dan keyakinan tertentu, dan
penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap
4
yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan
di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi
dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.
Allen (1991, 1997) dalam Mas’ud (2002) mengemukakan tiga dimensi
komitmen yakni komitmen afektif, komitmen normatif, dan komitmen
kontinuans. Komitmen afektif adalah dimana karyawan merasa ingin tetap tinggal
(bekerja di perusahaan). Ini merupakan keterikatan emosional (emotional
attachment) atau psikologis kepada organisasi. Ada suatu hubungan positif antara
komitmen organisasional dan kinerja. Komitmen afektif memiliki hubungan yang
lebih erat dengan hasil organisasi seperti kinerja dan perputaran karyawan bila
dibandingkan dengan dua dimensi komitmen lain (Robbins, 2008).
Kemudian menurut hasil riset Frederick Reichheld (1993), dalam The Loyalty
Effect, menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara komitmen karyawan
dengan tingkat kinerja perusahaan. Dari ketiga jenis komitmen, komitmen afektif
adalah yang paling diinginkan oleh perusahaan. Karyawan yang memiliki
komitmen afektif akan cenderung tetap tinggal (bekerja dalam perusahaan),
mereka akan merekomendasikan kepada orang lain bahwa perubahan tempat
bekerjanya merupakan tempat yang bagus untuk bekerja, mereka akan suka
melakukan kerja tambahan untuk perusahaan, mereka akan mau memberikan
saran-saran bagi perbaikan dan kemajuan perusahaan (Mas’ud, 2002).
Komitmen normatif dimana karyawan merasa seharusnya tetap tinggal
(bekerja dalam perusahaan) dan merasa mempunyai kewajiban yang seharusnya
dilakukan. Komitmen normatif meninggalkan pengaruh yang paling kuat pada
5
rata-rata kinerja. Komitmen organisasi dapat secara signifikan mempengaruhi
minat, kecenderungan untuk tinggal, kecenderungan untuk meninggalkan, dan
kemajuan perilaku karyawan dalam organisasi dan konsekuensinya terhadap
kinerja karyawan. Komitmen berkelanjutan dimana karyawan merasa
membutuhkan untuk tetap tinggal (bekerja di perusahaan). Karyawan macam ini
merasa terjerat dengan perusahaan karena kurang mempunyai keterampilan
(skills) atau tidak ada kesempatan untuk pindah ke perusahaan lain, atau
menerima gaji yang sangat tinggi, dan lain sebagainya. Mereka berfikir bahwa
meninggalkan perusahaan akan sangat merugikan. Menurut Suswati dan Budianto
(2013) mengatakan pegawai yang continuance commitmentnya tinggi akan
berpengaruh signifikan terhadap kinerjanya, karena dia merasa membutuhkan
organisasi tersebut. Kemudian untuk terus mendapatkan manfaat dan untuk
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi, dia akan berusaha bekerja
dengan baik. Secara garis besar komitmen organisasi karyawan Perum Perumnas
mempengaruhi kinerjanya secara keseluruhan.
Keinginan bertahan karyawan, dengan faktor apapun, untuk tetap berada
dalam perusahaan, menuntut juga untuk menciptakan rasa meningkatkan
kinerjanya dari segi kualitas layanan yang terbaik maupun kuantitasnya. Hal ini
merupakan indikasi dari Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang
dimiliki oleh seorang karyawan. Organizational Citizenship Behavior adalah
sikap perilaku karyawan yang dilakukan dengan sukarela, tulus, senang hati tanpa
harus diperintah dan dikendalikan oleh perusahaan. Organ dan Ryan dalam
6
Greenberg dan Baron (2003), menyatakan bahwa ada lima dimensi dari OCB
yaitu altruism, conscientiousness, sportmanship, courtesy, dan civic virtue.
Altruism merupakan perilaku yang membantu pekerjaan karyawan lain tanpa
adanya paksaan dan berasal dari inisiatif pribadi. Seorang karyawan yang
mempraktikkan altruism selain meningkatkan kinerja karyawan yang dibantu,
juga akan meningkatkan kinerja karyawan yang mempraktikkan altruism.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti karyawan Perum Perumnas
menunjukkan perilaku tersebut dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Huston (2000) menunjukkan bahwa altruism
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.
Conscientiousness yaitu kesadaran untuk memprioritaskan kehadiran,
penggunaan waktu kerja, dan dukungan terhadap berbagai macam peraturan yang
melampaui setiap standar minimum yang ditetapkan (Organ, 1990:47). Karyawan
yang sadar akan tanggung jawabnya dapat diharapkan untuk selalu datang secara
teratur dan tepat waktu, mengerjakan tugas-tugas segera setelah tugas-tugas
tersebut diberikan, dan bersedia untuk menerima tugas tambhaan untuk
meningkatkan kualitas kerja.
Sportmanships merupakan sikap toleransi pada situasi yang kurang ideal atau
menyenangkan di tempat kerja tanpa mengeluh, pantang membuat isu-isu yang
provokatif dalam organisasi, walaupun kondisi yang terjadi tidak sesuai dengan
keinginannya. Mengikuti aturan dan prosedur organisasi sekalipun tidak
menyenangkan. Karyawan yang memiliki level sportmanships yang tinggi akan
lebih fokus terhadap apa yang harus dilakukan daripada memikirkan hal lain yang
7
bisa mengganggu konsentrasi pada tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.
Courtesy yaitu membantu teman kerja mencegah timbulnya masalah sehubungan
dengan pekerjaannya, dengan cara memberikan konsultasi dan informasi, serta
menghargai kebutuhan mereka. Perilaku mengurangi masalah-masalah kerja yang
dialami oleh karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Huston et al, (2000)
menunjukkan bahwa courtesy berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.
Civic virtue yaitu terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi dan peduli pada
kelangsungan hidup organisasi. Adanya partisipasi secara sukarela dalam aktivitas
pekerjaan dan menunjukkan rasa dukungan terhadap keputusan-keputusan
organisasi. Menyetujui, mendukung, dan membela sasaran organisasi. Komitmen
antusias terhadap organisasi ini meliputi menghadiri pertemuan atau peran yang
sebenarnya merupakan pilihan atau sukarela, mencari cara untuk meningkatkan
cara perusahaan beroperasi, atau mengawasi lingkungan perusahaan untuk
kesempatan atau ancaman. Mengarah pada tanggung jawab yang diberikan
organisasi kepada seseorang untuk meningkatkan kualitas bidang pekerjaan yang
ditekuni. Seorang karyawan dapat menunjukkan civic virtue dengan mendukung
perusahaan setiap mengadakan kegiatan-kegiatan dengan berperan serta atau
berpartisipasi atau membantu mengorganisasi kegiatan-kegiatan tersebut
Karyawan yang memiliki OCB akan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap
organisasi tempatnya bekerja, dan dengan sendirinya akan merasa nyaman dan
aman terhadap pekerjaannya (Organ et al, 2006). Menurut Robbins dan Judge
(2008), fakta menunjukkan bahwa organisasi yang mempunyai karyawan yang
memiliki OCB yang baik, akan memiliki kinerja yang lebih baik dari organisasi
8
lain. Sikap dan perilaku baik dari OCB pada salah satu karyawan saja, akan
mempengaruhi kinerja karyawan tersebut dan akan berpengaruh terhadap
lingkungan kerjanya. Pasti akan berdampak pula pada peningkatan kinerja
perusahaan yang semakin berkembang dengan baik dan itu merupakan satu hal
positif untuk pencapaian tujuan organisasi.
Apabila OCB ini dapat diterapkan menjadi budaya organisasi, maka akan
sangat menunjang pencapaian tujuan organisasi. Budaya yang terbentuk di
lingkungan perusahaan sangat baik saling mendukung untuk menciptakan suasana
kerja yang kondusif, sehingga memunculkan semangat dan motivasi tersendiri
bagi pegawai (Sumber : Asisten Manager SDM dan Umum). Seperti yang
dikemukakan oleh Staff SDM dan Umum bahwa karyawan yang muda lebih
mementingkan pekerjaan dan memiliki hasil dari pekerjaan tersebut dibandingkan
mementingkan sikap ataupun rasa kesopanan terhadap karyawan yang lebih
senior. Walaupun ada sedikit masalah sikap dan perilaku, namun suasana yang
terjalin di kantor memiliki kebersamaan yang luar biasa antar sesama.
Inilah yang sedang peneliti telusuri berdasarkan data dan keterangan dari
berbagai narasumber, serta berbagai teori dan penelitian terdahulu yang ada
menunjukkan bahwa ada hal lain yang mempengaruhi kinerja karyawan. Peneliti
menemukan tiga variabel yang mempengaruhi kinerja karyawan Perum Perumnas
Regional Cabang Semarang yakni Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, dan
Organizational Citizenship Behavior (OCB). Faktor kepuasan kerja, komitmen
organisasi, dan OCB menjadi hal yang akan peneliti lakukan uji lebih lanjut.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka judul penelitian ini adalah “ANALISIS
9
PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI
TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI ORGANIZATIONAL
CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus Pada Karyawan Perum PERUMNAS Regional V Cabang
Semarang)”.
1.2 Perumusan Masalah
Kepuasan kerja dapat memunculkan suatu perasaan yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan yang dirasakan oleh individu terhadap kondisi pekerjaannya.
Hal tersebut dapat mengarahkan individu pada keberhasilan bahkan kegagalan di
dalam pekerjaannya. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa kepuasan kerja dapat
mengarahkan perilaku individu di dalam menjalankan pekerjaannya.
Menurut Organ (2003, p. 2-3), komitmen merupakan salah satu variabel yang
telah banyak diketahui memiliki kaitan yang erat dengan Organizational
Citizenship Behavior (OCB). Karyawan yang memiliki komitmen organisasional
yang tinggi akan melakukan tidak hanya tugas-tugas yang telah menjadi
kewajibannya, tetapi dengan sukarela akan mengerjakan hal-hal yang dapat
digolongkan sebagai usaha-usaha ekstra (extra effort). OCB adalah sebuah
kerelaan mengerjakan tugas melebihi tugas pokoknya atau kerelaan mengerjakan
tugas diluar tugas atau peran formal yang telah ditetapkan tanpa adanya
permintaan dan reward secara formal dari organisasi. OCB merupakan perilaku
karyawan yang ditunjukkan untuk meningkatkan efektivitas kinerja perusahaan
tanpa mengabaikan tujuan produktivitas individu karyawan. Jika karyawan dalam
10
organisasi memiliki OCB, maka usaha untuk mengendalikan karyawan menurun,
karena karyawan dapat mengendalikan perilakunya sendiri atau mampu memilih
perilaku terbaik untuk kepentingan organisasinya. Ini berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan itu sendiri. Berdasarkan pada uraian diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan ?
2. Apakah Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Organizational Citizenship
Behavior (OCB) ?
3. Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap terhadap Orgamizational
Citizenship Behavior (OCB) ?
4. Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh Kinerja Karyawan?
5. Apakah Organizational Citizenship Behavior (OCB) berpengaruh terhadap
Kinerja Karyawan ?
6. Apakah Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan melalui
Organizational Citizenship Behavior (OCB) ?
7. Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
melalui Organizational Citizenship Behavior (OCB) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya Pengaruh
Kepuasan Kerjadan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui
Organizational Citizenship Behavior (OCB) Sebagai Variabel Intervening yang
selanjutnya akan di rumuskan sebagai berikut:
11
1. Untuk mengetahui pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Pada Karyawan Perum PERUMNAS Regional V Cabang Semarang.
2. Untuk mengetahui pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB) Pada Karyawan Perum PERUMNAS Regional V
Cabang Semarang.
3. Untuk mengetahui pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB) Pada Karyawan Perum PERUMNAS Regional V
Cabang Semarang.
4. Untuk mengetahui pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan Pada Karyawan Perum PERUMNAS Regional V Cabang
Semarang.
5. Untuk mengetahui pengaruh Organizational Citizenship Behavior (OCB)
terhadap Kinerja Karyawan Pada Karyawan Perum PERUMNAS Regional V
Cabang Semarang.
6. Untuk mengetahui pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
melalui Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Karyawan Perum
PERUMNAS Regional V Cabang Semarang.
7. Untuk mengetahui pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan melalui Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada
Karyawan Perum PERUMNAS Regional V Cabang Semarang.
12
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, perusahaan,
maupun masyarakat luas adalah sebagai berikut :
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang
didapatkan di bangku kuliah sesuai dengan prodi yang telah diambil yaitu
administrasi bisnis yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.
2) Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan
dalam perbaikan dan penyusunan kebijakan yang ada di dalam perusahaan.
3) Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
gambaran bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan sebagai sarana
referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.5 Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini digunakan sebagai landasan saya untuk
menjelaskan dan menganalisa permasalahan yang akan diteliti yakni variabel
kepuasan kerja, komitmen organisasi, organizational citizenship behavior (ocb),
dan kinerja karyawan.
1.5.1 Kinerja Karyawan
Mangkunegara (2005: 67) kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas
maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugas
13
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Suatu organisasi yang
bersifat pelayanan kepada publik memerlukan kinerja yang baik sehingga mutu
pelayanan yang diberikan dapat memuaskan pelanggan. Kinerja yang baik
merupakan salah satu sasaran organisasi dalam mencapai produktifitas kerja yang
tinggi. Tercapainya kinerja yang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya
manusia yang baik pula (Umam, 2010).
Faktor yang mempengaruhi kinerja
Kinerja yang dimiliki oleh setiap karyawan berbeda-beda tergantung dengan
individu, organisasi, psikologis, fisik lingkungan kerja dan lain-lain. Menurut
Gibson dalam Umam (2012:190) ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja, yaitu :
1. Faktor individu
Kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja,
tingkat sosial, dan demografi seseorang. Kemampuan adalah sifat bawaan
yang dapat dipelajari. Sementara itu, keterampilan adalah kompetensi yang
berhubungan dengan tugas. Unsur-unsur yang biasanya dianggap sebagai
variabel demografis yang paling penting adalah jenis kelamin dan ras
(budaya). Selanjutnya, keragaman budaya di tempat kerja membawa
perbedaan-perbedaan utama dalam nilai, etika kerja, dan norma-norma
perilaku.
14
2. Faktor psikologi
Persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja. Sikap
adalah pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Objek yang
dimaksud disini adalah pekerjaan. Sikap mempunyai peran penting dalam
mempengaruhi perilaku karyawan. Jika karyawan yakin bahwa ia mampu
menyelesaikan pekerjaan kurang dari waktu yang ditentukan dan akan
mendapatkan reward, maka ia akan bekerja semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Sebaliknya, bila karyawan mempunyai
keyakinan bahwa bekerja keras atau tidak bekerja keras sama saja, maka
karyawan cenderung memilih yang menurut pekerjaannya atau bekerja
menurut kemauannya yang lebih menguntungkan.
3. Faktor organisasi
Struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan.
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu:
1.Kemampuan mereka
2.Motivasi
3.Dukungan yang diterima
4.Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan
5.Hubungan mereka dengan organisasi
15
Menurut Prawirosentono dalam Purnamie Titisari (2014: 76) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan adalah :
a. Efektivitas dan Efisiensi
Efektivitas yakni apabila tujuan organisasi dapat dicapai sesuai dengan
kebutuhan yang direncanakan.Sedangkan efisiensi berkaitan dengan jumlah
pengorbanan yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
b. Otoritas dan Tanggung Jawab
Karyawan yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang menjadi hak dan
tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kejelasan
wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi akan
mendukung kinerja karyawan.
c. Disiplin
Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri
karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan
d. Inisiatif individu
Inisiatif individu yang ada di dalam organisasi merupakan daya dorong
kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja. Individu akan memiliki
inisiatif lebih, sebagai contoh adalah sseorang akan langsung melakukan
pekerjaannya dan tidak menunggu diperintah dulu
Penilaian Kinerja
Setiap perusahaan atau organisasi harus dapat menyediakan suatu sarana untuk
menilai kinerja karyawan dan hasil penilaian dapat dipergunakan sebagai
16
informasi pengambilan keputusan manajemen tentang kenaikan gaji/upah,
penguasaan lebih lanjut, peningkatan kesejahteraan karyawan dan berbagai hal
penting lainnya yang dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya. Penilaian kinerja sangat berguna untuk menentukan kebutuhan
pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada
karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa
mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam promosi jabatan
atau penentuan imbalan.
Penilaian kinerja memacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang
digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan
dengan pekerjaan. Menurut Mangkunegara (2005:10) evaluasi kinerja adalah
penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan
karyawan dan kinerja organisasi. Menurut Kaswan (2012: 192) mengemukakan
secara singkat bahwa penilaian kinerja merupakan :
a. Alat yang paling baik untuk menentukan apakah karyawan telah memberikan
hasil kerja yang memadai dan melaksanakan aktivitas kinerja sesuai dengan
standar kinerja
b. Satu cara untuk melakukan penilaian mengenai kekuatan dan kelemahan
karyawan
c. Alat yang baik untuk menganalisis kinerja karyawan dan membuat
rekomendasi perbaikan.
17
Menurut Kaswan (2012: 212) bagi karyawan, penilaian kinerja dalam organisasi
diperlukan karena sejumlah alasan, yang diantaranya :
a. Kinerja
Kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjaan mungkin ditingkatkan
dengan menekan pada kelebihannya dan pemahaman terhadap perubahan-
perubahan apa yang dibutuhkan.
b. Motivasi
Keyakinan kembali dan pengarahan yang seharusnya berasal dari penilaian
yang efektif dapat meningkatkan antusiasme dan komitmen terhadap
pekerjaan dan organisasi tempat pekerjaan itu.
c. Karir
Individu dapat memperoleh petunjuk dan indikator tentang perubahan-
perubahan kerja yang mungkin.
d. Umpan balik
Merupakan tindak lanjut dari penilaian kinerja yang bertujuan mengakui dan
mendorong kinerja unggul sehingga tetap berkelanjutan, mempertahankan
perilaku yang dapat diterima, dan mengubah perilaku karyawan yang
kinerjanya tidak memenuhi standar organisasi
Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Wilson Bangun (2012: 232) bagi perusahaan penilaian kinerja memiliki
berbagai manfaat antara lain :
18
a. Evaluasi antar individu dalam organisasi
Penilaian kinerja dapat bertujuan untuk menilai kinerja setiap individu dalam
organisasi. Tujuan ini dapat memberi manfaat dalam menentukan jumlah dan
jenis kompensasi yang merupakan hak bagi setiap individu dalam organisasi
b. Pengembangan diri setiap individu dalam organisasi
Penilaian kinerja pada tujuan ini bermanfaat untuk pengembangan karyawan.
Setiap individu dalam organisasi dinilai kinerjanya, bagi karyawan yang
memiliki kinerja rendah perlu dilakukan pengembangan baik melalui
pendidikan maupun pelatihan
c. Pemeliharaan Sistem
Berbagai sistem yang ada dalam organisasi, setiap subsistem yang ada saling
berkaitan antara satu subsistem dengan subsistem lainnya.
d. Dokumentasi
Penilaian kinerja akan memberi manfaat sebagai dasar tindak lanjut dalam
posisi pekerjaan karyawan di masa akan datang. Manfaat penilaian kinerja
disini berkaitan dengan keputusan-keputusan manajemen sumber daya
manusia, pemenuhan secara legal manajemen sumber daya manusia, dan
sebagai kriteria untuk pengujian validitas.
Pengukuran Kinerja Karyawan
Untuk mengetahui tinggi rendahnya kinerja seseorang, maka diperlukan suatu
pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja menurut Simamora (2004:50) adalah
suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
19
akuntabilitas. Menurut Purnamie Titisari (2014: 78) mengemukakan dimensi atau
indikator kinerja karyawan mengacu pada :
a. Quantity of Work (kuantitas) : jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu
periode waktu yang ditentukan
b. Quality of Work (kualitas) : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-
syarat kesesuaian dan kesiapannya
c. Job knowledge (Pengetahuan Pekerjaan) : luasnya pengetahuan mengenai
pekerjaan dan ketrampilannya
d. Cretiveness : keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-
tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul
e. Cooperation (Kerja Sama) : kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain
atau sesaman anggota organisasi
f. Dependability (Dapat Diandalkan) : kesadaran untuk dapat dipercaya dalam
hal kehadiran dan penyelesaian kerja
g. Initiative : semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
meperbesar tanggung jawabnya
h. Personal qualities : menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-
tamahan, dan integritas pribadi
Berdasarkan beberapa pemaparan faktor-faktor diatas, peneliti merangkum hal-hal
diatas menjadi lebih singkat. Demikian beberapa faktor-faktor utama yang
mempengaruhi kinerja karyawan :
a. Hubungan karyawan dengan organisasi
20
b. Kedisiplinan
c. Kehadiran
d. Ketepatan waktu
e. Hasrat besaing
f. Orientasi hasil kerja
g. Pelayanan prima
h. Minat
i. Kejujuran
j. Inovasi
k. Komunikasi & Presentasi
l. Motivasi
m. Supportive Boss / Dukungan yang diterima
Sebagai atasan yang baik harus mau “mendengarkan” pendapat dan pemikiran
karyawan. Berikan dukungan kepada mereka untuk mengemukakan pendapat
dan ide-ide baru pada saat meeting, ajak mereka untuk “terlibat” dalam proyek
yang sedang dikerjakan. Atasan juga harus memberikan ruang kepada mereka
untuk belajar dan berkreasi pada bidang yang mereka minati supaya mereka
dapat terus mengasah ilmunya, sebab jika suatu saat jika atasan membutuhkan
skill tersebut atasan bisa menggunakan tenaga mereka tanpa harus merekrut
karyawan baru dan tentu saja hal ini akan menguntungkan perusahaan
21
n. Bonus
Sebagian besar karyawan akan bekerja dengan senang hati bila pekerjaan yang
mereka kerjakan dihargai oleh perusahaan. Penghargaan terhadap karyawan
bisa dimulai dari hal yang sederhana seperti pujian dari atasan atau bahkan
berupa bonus. Bonus ini dapat diberikan kepada karyawan yang memang
benar-benar mampu bekerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Pemberian penghargaan tersebut ada baiknya jika disaksikan oleh karyawan
yang lain, tujuannya untuk memicu rasa kompetisi agar mereka dapat bekerja
lebih baik lagi
Dengan demikian peneliti menarik kesimpulan dari berbagai faktor diatas bahwa
ada beberapa variabel yang dijadikan sebagai bahan uji dalam penelitian ini. Ada
tiga variabel penelitian yakni kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan
organizational citizenship behavior (ocb).
1.5.2 Komitmen Organisasi
Menurut Mowday, Porter, dan Steers (1982) komitmen organisasi dapat
didefinisikan sebagai derajat seseorang mengidentifikasikan dirinya sebagai
bagian dari organisasi dan berkeinginan melanjutnya partisipasi aktif di dalamnya.
Komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut
individu tersebut. Dalam organisasi perusahaan seorang atasan merupakan tenaga
profesional yang berhadapan langsung dengan karyawan yang dibawahnya, maka
seorang atasan dalam menjalankan tugasnya mampu menjalankan berbagai
22
kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komitmen kuat terhadap
tempat dia bekerja.
Meyer dan Allen (1997) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai
suatu keadaan psikologis yang dikarakteristikkan dengan meyakini dan menerima
tujuan/goal dan value yang dimiliki oleh organisasi, kesediaan untuk berusaha
dengan sungguh-sungguh demi organisasi, mempunyai keinginan yang kuat untuk
tetap menjadi anggota organisasi. Menurut Allen & Meyer (1997, pp. 1-18), ada
tiga komponen yang mempengaruhi komitmen organisasional, sehingga karyawan
memilih tetap atau meninggalkan organisasi berdasar norma yang dimilikinya.
Tiga komponen tersebut adalah :
1. Affective Commitment
Berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat pada organisasi. Individu
menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri. Kunci dari komitmen ini
adalah want to. Individu dengan affective commitment yang tinggi memiliki
kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi.
2. Continuance Commitment
Suatu komitmen yang didasarkan akan kebutuhan rasional. Dengan kata lain,
komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang
harus dikorbankan bila akan menetap pada suatu organisasi. Kunci dari komitmen
ini adalah kebutuhan untuk bertahan (need to). Individu dengan continuance
commitment yang tinggi akan bertahan dalam organisasi, bukan karena alasan
23
emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam individu tersebut akan kerugian
besar yang dialami jika meninggalkan organisasi.
3. Normative Commitment
Komitmen yang didasarkan pada norma yang ada dalam diri karyawan, berisi
keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap organisasi. Karyawan merasa
harus bertahan dalam organisasi (ought to). Normative commitment terhadap
organisasi dapat berkembang dari sejumlah tekanan yang dirasakan individu
selama proses sosialisasi (dari keluarga atau budaya) dan selama sosialisasi saat
individu baru masuk ke dalam organisasi.
1.5.3 Kepuasan Kerja (Teori Motivasi - Higiene)
Frederick Herzberg mengemukakan dua faktor tentang motivasi.Faktor itu
adalah faktor yang membuat orang merasa tidak puas dan factor yang membuat
orang merasa puas. Faktor yang membuat tidak puas lebih disebabkan oleh faktor
hygiene (ekstriksik), yaitu kondisi di luar individu, seperti upah, jaminan kerja,
status, pergaulan, hubungan atasan/bawahan, dan lain lain. Sedangkan faktor yang
membuat orang puas adalah faktor motivator (instrinsik), yaitu yang berasal dari
dalam individu itu sendiri, seperti tantangan, rasa berprestasi, minat, rasa
tanggung jawab, dan aktualisasi diri. Baik faktor motivator dan higiene sangat
penting bagi pemeliharaan tingkat kepuasan pegawai. Kedua faktor ini selalu
berjalan seiring dengan aktivitas kerja seorang dalam organisasinya.
Menurut Robbins (2002, p.45) kepuasan kerja adalah kumpulan perasaan
terhadap pekerjaan yang dimiliki oleh seorang karyawan. Ada lima dimensi
kepuasan kerja yaitu :
24
a. Job it self (Pekerjaan Itu Sendiri)
Menurut Luthans (1995, p.145), unsur ini menjelaskan pandangan karyawan
mengenai pekerjaannya sebagai pekerjaan yang menarik, melalui pekerjaan
tersebut karyawan memperoleh kesempatan untuk belajar.
b. Supervision (Pengawasan)
Luthans (1995, p. 145) berpendapat bahwa tugas pengawasan tidak dapat
dipisahkan dengan fungsi kepemimpinan, yaitu usaha mempengaruhi kegiatan
bawahan melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu yang
ditetapkan organisasi.
c. Pay (Imbalan)
Menurut Robbins (2001, p.149) bahwa para karyawan menginginkan sistem
upah dan kebijakan promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak meragukan,
dan segaris dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang
didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu, dan standar
pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan.
d. Promotion (Kesempatan Kerja)
Menurut Luthans (1998, p.145) menyatakan bahwa “Kesempatan promosi
mengakibatkan pengaruh yang berbeda terhadap kepuasan kerja karena danya
perbedaan balas jasa yang diberikan”. Menurut Nitisemito (2000, p.81) promosi
adalah “Proses pemindahan karyawan dari satu jabatan ke jabatan yang lain yang
lebih tinggi”. Dengan demikian promosi akan selalu diikuti oleh tugas, tanggung
jawab, dan wewenang lebih tinggi daripada jabatan yang diduduki sebelumnya.
25
Melalui promosi, perusahaan akan memperoleh kestabilan dan moral
karyawanpun akan lebih terjamin.
e. Co-Workers (Rekan Kerja)
Luthans (1998, p.146) menyatakan bahwa “Rekan kerja yang bersahabat,
kerjasama rekan sekerja atau sekelompok kerja adalah sumber kepuasan kerja
bagi pekerja secara individual. Sementara kelompok kerja dapat memberikan
dukungan, nasehat atau saran, bantuan kepada sesama rekan kerja.
Kepuasan kerja merupakan respon afektif atau emosional dari sebuah
pekerjaan (Krieter & Kinicki, 2004). Salah seorang bisa merasakan kepuasan di
satu aspek dan di aspek yang lain. Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa
kepuasan kerja merupakan perasan positif tentang suatu pekerjaan yang
merupakan hasil evaluasi dari beberapa karakteristik. Dari pengertian tersebut di
atas, perasaan positif maupun negatif yang dialami karyawan menyebabkan
seorang dapat mengalami kepuasan maupun ketidakpuasan kerja merupakan
masalah yang komples, karena berasal dari berbagai elemen kerja, misalnya
terhadap pekerjaan mereka sendiri, gaji/upah, promosi, supervisi, rekan kerja,
ataupun secara keseluruhan.
Dari berbagai penelitian yang telah banyak dilakukan, ketika karyawan
ditanya tentang respon dari pekerjaan yang telah mereka lakukan, hasilnya
bervariasi untuk berbagai elemen kerja. Dari hasil penelitian, secara umum
karyawan merasakan kepuasan secara keseluruhan (Robbins dan Judge, 2007).
Dalam pekerjaan, banyak sekali elemen yang berpengaruh terhadap kepuasan dan
ketidakpuasan. Seseorang dapat mengalami kepuasan untuk satu elemen
26
pekerjaan, tetapi tidak untuk elemen pekerjaan yang lain. Elemen-elemen
pekerjaan itu adalah pekerjaan mereka sendiri, gaji/upah, promosi, supervisi,
rekan kerja, dan pekerjaan secara keseluruhan. Krieter & Kinicki (2004)
menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kepuasan dan ketidakpuasan adalah
pemenuhan kebutuhan, pencapaian tujuan, deviasi diri yang seharusnya diterima
dengan yang didapatkan, dan keadilan.
1.5.4 Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Menurut Organ dan Ryan (1994), organizational citizenship behavior
adalah perilaku-perilaku yang dilakukan oleh anggota organisasi/karyawan yang
tidak secara tegas diberi penghargaan apabila mereka melakukannya dan juga
tidak akan diberi hukuman apabila mereka tidak melakukannya, tidak merupakan
bagian dari deskripsi pekerjaan yang dimiliki oleh karyawan, dan merupakan
perilaku karyawan yang tidak membutuhkan latihan terlebih dahulu untuk
melaksanakannya.
Menurut Sloat (1999), good organizational citizens adalah karyawan yang
melakukan tindakan yang mengarah pada terciptanya keefektifan fungsi-fungsi
dalam organisasi dan tindakan-tindakan tersebut secara eksplisit tidak diminta
(secara sukarela), serta tidak secara formal diberi penghargaan (dengan insentif).
Dengan kata lain, OCB merupakan perilaku yang selalu mengutamakan
kepentingan orang lain, hal itu diekspresikan dalam tindakan-tindakan yang
mengarah pada hal-hal yang bukan untuk memenuhi kepentingan pribadi,
melainkan untuk mewujudkan kesejahteraan orang lain.
27
Lovell (1999) berpendapat bahwa OCB merupakan suatu perilaku yang
memperluas dan melebihi dari perilaku apa saja yang telah disyaratkan oleh
organisasi yang tertuang dalam suatu deskripsi pekerjaan yang formal (formal job
description). Menurut Witt yang dikutip oleh Lovell, OCB menunjuk pada
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh karyawan melampaui peran yang telah
disyaratkan oleh organisasi dan tindakan-tindakan tersebut memajukan
kesejahteraan dari rekan kerja, kelompok kerja atau bahkan organisasi. Organisasi
tergantung pada perilaku OCB dari karyawan untuk membantu koleganya yang
sedang mempunyai masalah, menciptakan suatu iklim kerja yang positif, dengan
sabar menghadapi gangguan tanpa mengeluh dan menjaga aset yang dimiliki
organisasi (Lovell, 1999).
Menurut Greenberg dan Baron (2003), OCB adalah tindakan yang
dilakukan anggota organisasi yang melebihi dari ketentuan formal pekerjaannya.
Secara umum, ada tiga komponen utama OCB. Pertama, perilaku tersebut lebih
dari ketentuan formal atau deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan. Kedua,
tindakan tersebut tidak memerlukan latihan (bersifat alami), dengan kata lain,
orang melakukan tindakan tersebut dengan sukarela. Ketiga, tindakan tersebut
tidak dihargai dengan imbalan formal oleh organisasi.
Organ dan Ryan dalam Greenberg dan Baron (2003), menyatakan bahwa
ada lima dimensi dari OCB, yaitu :
1) Altruism (Helping)
Merupakan suatu hal yang terjadi ketika seorang karyawan memberikan
pertolongan kepada karyawan lain untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaannya
28
dalam keadaan tertentu atau tidak seperti biasanya, misalnya ketika seorang
karyawan habis sembuh dari sakitnya.
2) Conscientiousnes
Mengacu pada seorang karyawan dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan (dalam hal keperilakuan) dilakukan dengan cara melebihi atau di atas
apa yang telah disyaratkan oleh organisasi/perusahaan.
3) Sportmanship (sikap sportif)
Merupakan suatu sikap yang lebih menekankan pada aspek-aspek positif
organisasi daripada aspek negatif. Memberikan rasa toleransi terhadap gangguan-
gangguan pada pekerjaan, yaitu ketika seorangkaryawan memikul pekerjaan yang
tidak mengenakkan tanpa harus mengemukakan keluhan atau komplain.
4) Courtesy (kebaikan)
Merupakan perilaku-perilaku baik, misalnya perilaku membantu seseorang
mencegah terjadinya suatu permasalahan atau membuat langkah-langkah untuk
meredakan atau mengurangi berkembangnya suatu masalah. Kebaikan (courtesy)
menunjuk pada tindakan pengajaran kepada orang lain sebelum dia melakukan
tindakan atau membuat keputusan yang berkaitan dengan pekerjaannya.
5) Civic Virtue
Merupakan tindakan yang dilakukan untuk ikut serta mendukung fungsi-
fungsi administrasi organisasi. Perilaku yang dapat dijelaskan sebagai partisipasi
aktif karyawan dalam hubungan keorganisasian, misalnya menghadiri rapat,
29
menjawab surat-surat dan selalu mengikuti isu-isu terbaru yang menyangkut
organisasi.
1.6 Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai
kepuasan kerja, komitmen organisasi, kinerja karyawan, dan ocb.
Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Metode Kesimpulan
1 Fadel
Muhamma
d Reza
Piliang
(2015)
Pengaruh
Kepuasan Kerja
dan Komitmen
Organisasional
Terhadap
Kinerja
Karyawan
(Studi Pada
Kantor Perum
Perumnas
Regional 5
Semarang)
Bebas :
Kepuasan
Kerja dan
Komitmen
Organisasion
al
Terikat :
Kinerja
Karyawan
Metode
Analisis
Regresi Linear
Berganda
Kepuasan kerja dan
komitmen
organisasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan
2 Melizawati
(2015)
Pengaruh
Komitmen
Organisasi
Terhadap
Kinerja
Karyawan Studi
Kasus Pada PT.
Indotirta Abadi
di Gempol
Surabaya
1. Bebas :
Komitmen
Organisasi
Terikat :
Kinerja
Karyawan
Metode
Explanatory
research
Teknik
analisis
menggunakan
spss versi 15.0
2. Komitmen
organisasi
mempunyai
pengaruh penting
terhadap kinerja
karyawan
3 Merry
Ristiana M
(Januari
2013)
Pengaruh
Komitmen
Organisasi dan
Kepuasan Kerja
Terhadap OCB
dan Kinerja
Karyawan
Rumah Sakit
Bhayangkara
Trijata Denpasar
Bebas :
Komitmen
Organisasi
dan
Kepuasan
Kerja
Terikat :
OCB dan
Kinerja
Karyawan
Metode
Explanatory
Research
Populasi :
Seluruh
karyawan
medis dan
non-medis,
baik anggota
kepolisian
aktif maupun
PNS dari
rumah sakit
Komitmen
organisasi
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap OCB
karyawan
OCB mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap karyawan
Komitmen
30
No Peneliti Judul Variabel Metode Kesimpulan
(112 orang) organisasi,
kepuasan kerja, dan
OCB berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
kinerja karyawan
4 Roberto
Goga
Parinding
(Agustus
2015)
Analisis
Pengaruh
Komitmen
Afektif,
Komitmen
Berkelanjutan
dan Komitmen
Normatif
terhadap Kinerja
Karyawan Pada
PT Pegadaian
(Persero)
Cabang
Ketapang
Bebas
:Komitmen
Afektif,
Komitmen
Berkelanjuta
n, Komitmen
Normatif
Terikat :
Kinerja
Karyawan
Metode
kuantitatif
Teknik analisa
regresi linier
berganda
Variabel komitmen
afektif, komitmen
berkelanjutan, dan
komitmen
normative
berpengaruh kuat
terhadap kinerja
karyawan
5 Hayatun
Nufus
(Juni 2011)
Pengaruh OCB
Terhadap
Kinerja
Karyawan PT
Putra Pertiwi
Karya Utama
Bebas : OCB
Terikat :
Kinerja
Karyawan
Analisis :
Regresi
Sederhana dan
Regresi
Berganda
1. Ada pengaruh
secara signifikan
pada : OCB,
altruism,courtesy,co
nscientiousness,spo
rtsmanships,civic
virtue,masa
kerja,jenis kelamin
terhadap kinerja
karyawan PT Putra
Pertiwi Karya
Utama
6 Endang
Suswati
dan Arif
Budianto
(2013)
Komitmen
Organisasi
Sebagai Salah
Satu Penentu
Kinerja Pegawai
(Studi Pada
Kantor
Pelayanan Pajak
Pratama Malang
Utara, Kota
Malang)
Bebas :
Komitmen
Organisasi
Terikat :
Kinerja
Pegawai
Metode
Explanatory
Research
Komitmen afektif,
komitmen
berkelanjutan, dan
komitmen
normative
mempunyai
pengaruh terhadap
kinerja pegawai
secara simultan
7 Arina
Nurandini
(Septembe
r 2014)
Analisis
Pengaruh
Komitmen
Organisasi
Terhadap
Kinerja
Karyawan
(Studi pada
Pegawai perum
Perumnas
Jakarta)
Bebas :
Komitmen
afektif,
komitmen
Normatif,
dan
Komitmen
Berkelanjuta
n
Terikat :
Metode
Kuantitatif
Uji : Validitas,
Reliabilitas,
Asumsi
Klasik,
Regresi
Berganda,
Koefisien
Determinasi,
Berdasarkan
penelitian yang
telah dilakukan
menunjukkan
bahwa variabel
komitmen afektif
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan, variabel
31
No Peneliti Judul Variabel Metode Kesimpulan
Kinerja
Karyawan
Uji T, dan Uji
F
komitmen normatif
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan, dan
variabel komitmen
continuance
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan.
8 Dini
Fitrianasari
, Umar
Nimran,
Hamidah
Nayati
Utami
Pengaruh
Kompensasi dan
Kepuasan Kerja
terhadap OCB
dan Kinerja
Karyawan
(Studi pada
Perawat RSU
Darmayu di
Kabupaten
Ponorogo
Bebas :
Kompensasi,
Kepuasan
Kerja
Terikat :
OCB,
Kinerja
Karyawan
Analisis jalur Kepuasan kerja dan
kinerjaperawat
berhubungan positif
yang
artinyasemakin
tinggi kepuasan
kerja perawat
makasemakin tinggi
pula kinerja
perawat.
9 Febru Rida
Ningsih
dan Tutuk
Ari Arsanti
(Juni 2014)
Pengaruh Job
SatisfactionTerh
adap OCB dan
Turnover
Intention
Bebas :
Kepusan
Kerja
Terikat :
OCB dan
Turnover
Intention
Metode
Kuantitatif
Analisis
Regresi
sederhana
Tidak ada pengaruh
yang signifikan
kepuasan kerja
terhadap OCB
10 Bogy
Juniar
Gintang
Kumara
(Februari
2014)
Hubungan
Antara
Komitmen
Organisasi
dengan OCB
Bebas :
Komitmen
Organisasi
Terikat :
OCB
Analisis
Korelasi
Product
Moment
Ada hubungan
positif yang
sangatsignifikan
antara komitmen
organisasi dengan
OCB
Tingkat OCB
padakaryawan Ratu
Luwes Pasar Legi
tergolong tinggi
Komitmen
organisasi
karyawan pada
Ratu Luwes Pasar
Legi tergolong
tinggi
Sumbangan
efektifkomitmen
organisasi terhadap
32
No Peneliti Judul Variabel Metode Kesimpulan
OCB sebesar
89,3%.
11 Jajang
Adiftiya
(2014)
Pengaruh
Komitmen
Organisasi
terhadap Kinerja
Karyawan pada
PT Bukit
Makmur
Mandiri Utama
SITE Kideco
Jaya Agung
Batu Kajang
Kabupaten
Paser
Bebas :
Komitmen
Organisasi
Terikat :
Kinerja
Karyawan
Analisis :
Regresi
Sederhana,
Koefisien
Korelasi
Product
Moment,
Koefisien
Determinasi
Terdapat pengaruh
komitmen
organisasiterhadap
kinerja karyawan
12 Arum
Darmawati
, Lina Nur
Hidayati,
Dyna
Herlina S.
Pengaruh
Kepuasan Kerja
dan Komitmen
Organisasi
Terhadap OCB
(Studi pada
Karyawan
Fakultas Ilmu
Sosial dan
Ekonomi UNY)
Bebas :
Kepuasan
Kerja dan
Komitmen
Organisasi
Terikat :
OCB
Analisis
regresi
berganda
Variabel kepuasan
kerjamemiliki
pengaruh yang
positif dan
signifikan terhadap
variabel
OCBkaryawan
FISE UNY
Variabel komitmen
organisasi tidak
memiliki pengaruh
terhadap variabel
kepuasan kerja
karyawan FISE
UNY
13 Arif
Hidayat
dan Ratna
Kusumawa
ti
Pengaruh
Komitmen
Organisasi dan
Kepuasan kerja
terhadap OCB
di PT
Argamukti
Pratama
Semarang
Bebas :
Komitmen
Organisasi
dan
Kepuasan
Kerja
Terikat :
OCB
Komitmen
organisasi memiliki
pengaruh positif
terhadap OCB di
PT. Argamukti
Pratama.
Kepuasan kerja
memiliki pengaruh
positif terhadap
OCB di PT.
Argamukti Pratama.
Secara simultan
terdapat pengaruh
komitmen
organisasi dan
kepuasan kerja
terhadap OCB di
PT. Argamukti
Pratama.
Sumber : Berbagai Jurnal www.google.com
33
1.7 Hubungan Antar Variabel Penelitian
1.7.1 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Kaitan kepuasan kerja dengan kinerja karyawandikemukakan oleh
Armstrong (2003 :239) kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai perilaku dan
perasaan seseorang terhadap pekerjaan yang mereka miliki. Sikap positif dan
menguntungkan terhadap pekerjaan menunjukkan kepuasan kerja.Sikap negatif
dan tidak menguntungkan terhadap pekerjaan menunjukkan ketidakpuasan kerja.
Hasil penelitian dari McNeese–Smith (1996) menunjukkan hubungan
antara kepuasan kerja dan komitmen organisasional terhadap kinerja. Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa kepuasan kerja dan komitmen organisasional
merupakan variabel independen yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap
kinerja karyawan.
Sedangkan menurut Robbins dan Judge (2017:116) kepuasan kerja
menggambarkan perasaan positif tentang pekerjaan, yang dihasilkan dari evaluasi
karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan tinggi memegang perasaan
positif tentang pekerjaannya, sementara orang dengan tingkat kepuasaan yang
rendah memegang perasaan negatif tentang pekerjaannya
1.7.2 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship
Behavior (OCB)
Kepuasan kerja merupakan determinan penting yang mendorong seseorang
memperlihatkan perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB), disebabkan
karena individu-individu yang mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya, akan
cenderung melaksanakan pekerjaan dan tugas-tugas yang ia laksanakan dengan
34
penuh tanggung jawab dan dedikasi. Sehingga hampir tidak ada perdebatan yang
berarti di kalangan para peneliti tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap
Organizational Citizenship Behavior (OCB).
Adanya anggapan bahwa kepuasan kerja merupakan penentu utama OCB
sangatlah logis (Rivai, 2004). Hal tersebut dipahami bahwa ketika karyawan
merasa puas maka ada kecenderungan karyawan untuk berbicara secara positif
tentang organisasi, membantu rekan kerja, dan membuat kinerja mereka
melampaui perkiraan normal, bahkan lebih dari itu karyawan yang puas lebih
patuh terhadap panggilan tugas, karena mereka ingin mengulang pengalaman-
pengalaman positif mereka (Robbins, 2006).
1.7.3 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Organizational Citizenship
Behavior (OCB)
Organizational Citizenship Behavior selain disebut the extra role behavior
juga merupakan salah satu kategori yang penting bagi efektivitas dan efisiensi
organisasi. Perilaku tersebut bersifat sukarela dan bukan merupakan tindakan
yang terpaksa terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi
sebagai wujud kepuasan berdasarkan performance dan tidak diperintahkan secara
formal serta tidak berkaitan secara langsung dengan sistem reward formal. Pada
dasarnya OCB tidak dapat dilepaskan dari komitmen karyawan terhadap
organisasi, karena bagaimanapun prestasi kerja yang melebihi apa yang
seharusnya, banyak ditentukan oleh kuat tidaknya komitmen karyawan terhadap
organisasi (Smith, dkk dalam Prita, 2010).
35
Studi empiris yang dilakukan Morrison, dkk yang dikutip dalam Prita
(2010) mendukung hubungan yang terjadi antara komitmen organisasional dengan
OCB. Pada penelitian yang pernah dilakukan, komitmen organisasional
dinyatakan merupakan anteseden dari pro-social extra-role performance. Pada
penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara komponen
komitmen organisasi dengan OCB.
1.7.4 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
Komitmen karyawan terhadap organisasi sebagaimana yang dikemukakan
oleh Porter, Steers, Boulian dan Mowday (1974) telah menyatakan bahwa refleksi
kekuatan keterlibatan dan kesetiaan karyawan terhadap organisasi (Babaskus et al,
1996). Jika komitmen karyawan terhadap organisasinya tinggi maka akan
berpengaruh terhadap kinerja, sedangkan kalau komitmen karyawan inirendah
maka pengaruh terhadap kinerja juga rendah bahkan dapat mengakibatkan
munculnya keinginan untuk keluar. Hasil penelitian dari Harrison dan Hubard
(1998) menyatakan bahwa komitmen mempengaruhi outcomes (keberhasilan)
organisasi.
1.7.5 Pengaruh Organizational Citizenship Behavior (OCB) Terhadap
Kinerja Karyawan
Menurut Robbins dan Judge (2008) fakta menunjukkan bahwa organisasi
yang mempunyai karyawan yang memiliki OCB yang baik, akan memiliki kinerja
yang lebih baik dari organisasi lain. Ariani (2008) juga mengemukakan bahwa
perilaku positif ditempat kerja akan mendukung kinerja individu dan keefektifan
organisasi.
36
Penelitian yang dilakukan oleh Marita Ahdiyana (2009) menunjukkan
bahwa perilaku positif karyawan atau anggota organisasi yaitu melalui OCB
mampu mendukung kinerja individu dan kinerja organisasi untuk perkembangan
organisasi yang lebih baik.
1.7.6 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui
Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Menurut Wibowo (2007) kepuasan kerja sangat berpengaruh terhadap
kinerja karyawan, oleh sebab itu setiap pimpinan atau manajemen dari perusahaan
dalam segala bentuk kebijakan harus tetap memperhatikan aspek kepuasan kerja,
sebagai contoh promosi bagi karyawan sebagai bagian dari kepuasan kerja, yang
tentunya akan menimbulkan peningkatan semangat atau gairah kerja, peningkatan
produktifitas, menciptakan hubungan dan suasana yang baik, mempertahankan
loyalitas serta mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan.
Organ (1997) mencatat bahwa organizational citizenship behavior (OCB)
ditemukan sebagai alternative penjelasan pada hipotesis “kepuasan berdasarkan
kinerja”. Organ menyatakan bahwa organizational citizenship behavior (OCB)
harus didefinisikan ulang menggunakan contextual performance dimana
contextual behavior adalah aktivitas yang tidak hanya mendukung inti dari
perilaku itu sendiri melainkan mendukung semakin besarnya lingkungan
organisasi, sosial dan psikologis sehingga teknisnya berfungsi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati dkk (2010), dikatakan bahwa tanpa
dukungan organizational citizenship behavior (OCB) belum mampu
meningkatkan kinerja karyawan pada industri makanan dan minuman di Kota
37
Makassar dan peran OCB sebagai variabel mediator yang mampu melihat efek
tidak langsung dengan memberikan pertambahan efek terhadap setiap variabel
yang ada dalam penelitian.
Keterkaitan antara kepuasan kerja terhadap kinerja telah dilakukan oleh
peneliti terdahulu, namun yang menjadi rujukan dalam penelitian ini hanya
sebagian diantaranya Yousef (2000) judul penelitiannya adalah ”Organizational
Commitment”: A Mediator of the Relationship of leadership Behavior with job
Satifaction in performance in a. Non-Western Country” hasil penelitian ini
menemukan bahwa kepuasan kerja dan kinerja adalah positif dan signifikan yang
menunjukkan bahwa mereka yang komit pada organisasi lebih puas dengan
perkerjaanya dan kinerja mereka lebih tinggi.
1.7.7 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
Melalui Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Robbins & Judge (2008) mengatakan bahwa efektifitas suatu perusahaan
dapat dilihat dari interaksi kerja pada tingkat individual, kelompok, dan sistem-
sistem organisasi yang menghasilkan output menusia yang memiliki tingkat
absensi yang rendah, perputaran karyawan yang rendah, minimnya perilaku
menyimpang dalam organisasi, tercapainya kepuasan kerja, memiliki komitmen
terhadap perusahaan dan juga Organizational Citizenship Behavior (OCB).
Dalam penelitian Rediandsya (2012) ditemukan bahwa Komitmen
Organisasi secara tidak langsung melalui OCB, berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan PT Samitex Sewon Bantul. Ini berarti bila komitmen organisasi
semakin meningkat maka hal ini akan meningkatkan OCB yang kemudian akan
38
meningkatkan kinerja karyawan, dan sebaliknya menurunnya komitmen
organisasi akan menurunkan OCB yang kemudian akan menurunkan kinerja
karyawan
1.8 Perumusan Hipotesis
Sugiyono (2008:93) mengemukakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah
penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang
empirik. Pnenelitian ini terdiri empat variabel yaitu Kepuasan Kerja dan
Komitmen Organisasi sebagai variabel indepeden, Kinerja Karyawan sebagai
variabel dependen, dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) sebagai
variabel intervening, yang dapat mempengaruhi satu sama lain.
Gambar 1.1
Skema Hipotesis
KOMITMEN
ORGANISASI (X2) H3
H4
KEPUASAN KERJA
(X1) KINERJA
KARYAWAN
(Y)
H2
ORGANIZATIONAL
CITIZENSHIP BEHAVIOR
(Z)
H5
H1
H6
H7
39
1.8.1 Hipotesis Kerja
Berlandaskan teori kerja dan kerangka pemikiran tersebut diatas, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Ada pengaruh antara kepuasan kerja (X1) terhadap kinerja karyawan (Y)
pada karyawan Perum Perumnas Regional V Cabang Semarang
H2 : Ada pengaruh antara kepuasan kerja (X1) terhadap OCB (Z) pada
karyawan Perum Perumnas Regional V Cabang Semarang
H3 : Ada pengaruh antara komitmen organisasi (X2) terhadap OCB (Z) pada
karyawan Perum Perumnas Regional V Cabang Semarang
H4 : Ada pengaruh antara komitmen organisasi (X2) terhadap kinerja
karyawan (Y) pada karyawan Perum Perumnas Regional V Cabang
Semarang
H5 : Ada pengaruh antara OCB (Z) terhadap kinerja karyawan (Y) pada
karyawan Perum Perumnas Regional V Cabang Semarang
H6 : Ada pengaruh antara kepuasan kerja (X1) terhadap kinerja karyawan (Y)
melalui OCB (Z) pada karyawan Perum Perumnas Regional V Cabang
Semarang
H7 : Ada pengaruh antara komitmen organisasi (X2) terhadap kinerja
karyawan (Y) melalui OCB (Z) pada karyawan Perum Perumnas Regional
V Cabang Semarang
40
1.8.2 Hipotesis Uji
Hipotesis tersebut diuji secara statistik sehingga bentuknya menjadi :
Ho : p = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan (Studi pada Karyawan Perum Perumnas Regional V Cabang
Semarang)
Ha : p ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan (Studi pada Karyawan Perum Perumnas Regional V Cabang
Semarang)
1.9 Definisi Konseptual
Definisi konsep merupakan tahap pemberian penjelasan mengenai
pembacaan dan pengertian yang perlu diamaati, guna memahami masalah-
masalah yang dibahas. Adapun definisi konsep untuk masing-masing variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.9.1 Kepuasan Kerja
Seperti yang dikatakan oleh Stephen P. Robbins bahwa kepuasan kerja
adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang; selisih antara banyaknya
ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka harapkan
seharusnya diterima. Kepuasan kerja akan muncul jika individu menyukai
pekerjaan dan lingkungannya tersebut dan sebaliknya, akan timbul rasa tidak puas
dalam diri seorang anggota bila tidak menyukai pekerjaannya, seperti yang
dinyatakan oleh Cheerington, “Job satisfaction refers basically to how much
employees like their jobs.”
41
1.9.2 Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang karyawan
memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Menurut Luthans
(1995), komitmen organisasi didefinisikan sebagai : keinginan kuat untuk tetap
sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai
keinginan organisasi; dan keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan
organisasi.
1.9.3 Kinerja Karyawan
Rivai (2009:549) menjelaskan kinerjaadalah hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam
melaksanakan tugas dibandingkan denganberbagai kemungkinan, seperti standar
hasilkerja, target atau sasaran atau kriteria yang telahditentukan terlebih dahulu
dan telah disepakatibersama.
1.9.4 Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku yang
merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward
atau penghargaan formal organisasi tetapi mampu meningkatkan keefektifan
organisasi (Andriani, 2012). OCB merupakan perilaku sukarela seorang karyawan
tidak termasuk ke dalam deskripsi formal pekerjaan sehingga jika tidak
ditunjukkan maka karyawan tidak mendapatkan hukuman.
42
1.10 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran dari suatu variabel prediktor ke
dalam suatu indikator-indikator yang terperinci. Dengan penggunaan definisi
operasional ditujukan untuk memberikan tanggapan terhadap variabel-variabel
terhadap syarat yang telah ditentukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian.
1.10.1 Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan perasaan emosional yang muncul secara positif
maupun negatif terhadap pekerjaannya. Dalam pekerjaan, banyak sekali indikator
yang berpengaruh terhadap kepuasan dan ketidakpuasan pada karyawan Perum
Perumnas Regional V Cabang Semarang, diantaranya :
a. Job it self (pekerjaan itu sendiri)
b. Pay (imbalan)
c. Promotion (kesempatan kerja)
d. Supervision (pengawasan)
e. Co-Workers (rekan kerja)
1.10.2 Komitmen Organisasi
Seseorang karyawan yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan
melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan
sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses
berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap
organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Komitmen
organisasi karyawan Perum Perumnas Regional V Cabang Semarang
menunjukkan beberapa indikator seperti berikut ini :
43
a. Affective Commitment (komitmen afektif)
b. Continuance Commitment (komitmen berkelanjutan)
c. Normative Commitment (komitmen normatif)
1.10.3 Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh karyawan Perum Perumnas Regional V Cabang Semarang dalam
pekerjaannya. Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan
meliputi indikator sebagai berikut :
a. Kualitas pekerjaan
b. Kuantitas pekerjaan
c. Ketepatan waktu dalam melakukan pekerjaan
d. Efektivitas pekerjaan
e. Kemandirian dalam melakukan pekerjaan
1.10.4 Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Sikap dan perilaku karyawan yang extra-role merupakan tindakan yang
melebihi dari ketentuan formal pekerjaannya, bersifat alami, dan tidak
mengharapkan adanya imbalan formal oleh organisasi. Ada beberapa indikator
sikap OCB yang dimunculkan oleh karyawan Perum Perumnas Regional V
Cabang Semarang, yakni :
a. Altruism d. Sportmanship
b. Conscientiousness e. Courtesy
c. Civic virtue
44
Tabel 1.3
Tabel Matrik Penelitian
Variabel Indikator Daftar Pernyataan
Kepuasan Kerja
Job It Self (Pekerjaan itu
sendiri)
1. Pekerjaan saya menarik dan
menyenangkan bagi saya
2. Tugas yang diberikan sesuai dengan
kemampuan saya
3. Pekerjaan yang saya terima sudah
sesuai dengan keinginan saya
Co-Workers (rekan kerja)
4. Hubungan dengan rekan sekerja
berjalan dengan baik
Supervision (pengawasan)
5. Atasan saya selalu bersedia
membantu jika saya mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan
pekerjaan
6. Atasan memberikan kesempatan
untuk menyampaikan ide-ide atau
masukan yang mungkin berguna
Pay (Imbalan) 7. Gaji yang saya terima sudah sesuai
dengan pekerjaan yang saya
lakukan
8. Gaji yang saya terima cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup saya
Promotion (Kesempatan Kerja) 9. Promosi jabatan di Perumnas
dilakukan secara obyektif
Komitmen Organisasi
Affective Commitment
(Komitmen afektif)
10. Saya merasa menjadi bagian
keluarga Perumnas
11. Saya akan sangat senang apabila
dapat menghabiskan karier saya di
Perumnas
Continuance Commitment
(Komitmen berkelanjutan)
12. Saya merasa akan merugikan
perusahaan apabila saya
keluar/berhenti bekerja disini
13. Saya merasa hanya memiliki
sedikit alasan untuk meninggalkan
perusahaan
Normative Commitment
(Komitmen normatif)
14. Saya merasa bahwa perusahaan ini
telah banyak berjasa bagi hidup
saya
15. Bagi saya loyalitas itu penting,
maka saya memiliki kewajiban
untuk tetap bekerja disini
16. Saya merasa belum memberikan
banyak kontribusi bagi Perumnas
17. Perusahaan ini layak mendapatkan
kesetiaan dari saya
45
Variabel Indikator Daftar Pernyataan
Kinerja Karyawan Kualitas pekerjaan 18. Saya mengikuti standar kerja yang
ditetapkan perusahaan dalam
melakukan pekerjaan
19. Saya telah mencapai standar kerja
yang ditetapkan perusahaan
sehingga hasilnya memuaskan
Kuantitas pekerjaan 20. Saya dapat melakukan pekerjaan
melebihi target yang ditentukan
perusahaan
Ketepatan Waktu dalam
melakukan pekerjaan
21. Saya dapat menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan standar
waktu yang ditentukan
Efektivitas pekerjaan 22. Saya memiliki keterampilan dalam
melakukan pekerjaan ini
23. Saya menerapkan keterampilan
yang saya miliki dalam bekerja
Kemandirian melakukan
pekerjaan
24. Saya dapat menemukan solusi
apabila terdapat masalah dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-
hari dengan pengetahuan yang
dimiliki
25. Saya paham dengan benar tugas
yang harus saya lakukan dalam
pekerjaan ini
Organizational
Citizenship Behavior
(OCB)
Altruism 26. Saya bersedia membantu rekan
kerja yang sedang sibuk
(Pekerjaannya overload)
27. Saya bersedia menggantikan tugas
rekan kerja lain saat yang
bersangkutan tidak dapat
menjalankan tugas
28. Saya bersedia meluangkan waktu
untuk membantu orang lain
berkaitan dengan permasalahan-
permasalahan pekerjaan
Conscientiousness 29. Saya rela bekerja melebihi waktu
yang ditentukan
30. Saya sadar untuk selalu bekerja
secara jujur
31. Saya mematuhi peraturan
perusahaan meskipun tidak ada
yang mengawasi
Civic virtue 32. Saya selalu mengikuti perubahan-
perubahan yang ada
46
1.11 Populasi dan Sampel Penelitian
1.11.1 Populasi
Sugiyono (1997 : 57) memberikan pengertian bahwa : “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan
kemudian ditarik. Populasi dalam penelitian ini adalah Karyawan Perum
Perumnas Regional V Cabang Semarang yang berjumlah 43 orang.
1.11.2 Sampel
Sugiyono (1997 : 57) memberikan pengertian bahwa “sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi. Teknik
pengambilan sampel yang akan digunakan oleh penulis ialah Nonprobability
Sampling yakni teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik Sampling Nonprobality ini meliputi Sampling Sistematis,
Sampling Kuota, Sampling Insidental, Purposive Sampling, Sampling Jenuh,
Snowball Sampling. Penulis akan menggunakan Sampling Jenuh. Definisi
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012 : 96). Dengan jumlah populasi
sebanyak 43 orang maka sampel yang diambil oleh penulis ialah Karyawan Perum
PERUMNAS Regional V Cabang Semarang yang berjumlah 43 orang.
47
1.12 Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori. Menurut Umar (1999:36)
penelitian eksplanatori (explanatory research) adalah penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya lainnya atau bagaimana suatu variabel memepengaruhi variabel lainnya.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Kepuasan Kerja dan Komitmen
Organisasi yang mempengaruhi variabel dependen berupa Kinerja Karyawan serta
variabel intervening yaitu Organizational Citizenship Behavior (OCB).
Menurut J. Supranto yang dimaksud dengan data adalah alat bagi
pengambilan keputusan sebagai dasar pembuatan keputusan-keputusan atau
pemecahan persoalan atau masalah. Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu :
1.12.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang
diteliti menggunakan alat atau pengambilan data langsung dari subyek penelitian
sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh langsung dari perusahaan maupun responden dengan
menggunakan metode kuesioner yaitu mengumpulkan dan mengajukan
pertanyaan secara tertulis. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan langsung
dari karyawan serta kinerja yang dicapai karyawan Perum Perumnas Regional V
Cabang Semarang berupa dokumen tertulis, hasil kuesioner dan catatan hasil
wawancara dengan pihak SDM.
48
1.12.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dalam
penelitian yaitu berupa buku-buku, referensi serta brosur-brosur dan catatan lain
yang berasal dari perusahaan ataupun instansi yang terkait serta hasil penelitian
sebelumnya.
1.13 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.13.1 Kuesioner (Angket)
Menggunakan jenis pertanyaan tertutup kepada karyawan Perum
Perumnas Regional V Cabang Semarang dengan menggunakan skala Likert.
1.14 Teknik Pengolahan Data
Semua data yang diperoleh diolah terlebih dahulu untuk kemudian disajikan
dalam bentuk table untuk selanjutnya dianalisa. Teknik pengolahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Editing
Kegiatan pengoreksian kembali terhadap data yang terkumpul untuk
menghindari kesalahan dan kekurangan sehingga bisa diperbaiki.
b. Coding
Kegiatan pemberian kode, tanda, simbol berbentuk angka bagi semua jawaban
mengklarifikasikan dan mengelompokkan jawaban dalam kategori-kategori yang
telah ditetapkan.
49
c. Scoring
Untuk memudahkan dalam pengukuran variabel, maka dilakukan scoring atas
indikator-indikator yang ada. Scoring merupakan pemberian skor atau nilai untuk
jawaban kuesioner. Scoring dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Dalam
penggunaan Skala Likert, responden harus memilih salah satu jawaban dari
kategori jawaban yang tersedia. Adapun keriteria pemberian skor atau nilai :
Untuk jawaban yang dinilai sangat menunjang pertanyaan diberi skor 5
Untuk jawaban yang dinilai menunjang pertanyaan diberi skor 4
Untuk jawaban yang dinilai cukup menunjang pertanyaan diberi skor 3
Untuk jawaban yang dinilai kurang menunjang pertanyaan diberi skor 2
Untuk jawaban yang dinilai tidak menunjang pertanyaan diberi skor 1
Alternatif jawaban akan disesuaikan dengan keperluan data penelitian dan jenis
pertanyaan dalam kuesioner. Setelah diberi skor, dijadikan daftar tabulasi dan siap
diuji statistik. Data ini akan disajikan dalam sebuah tabel induk. Kemudian tabel
tersebut disajikan untuk diuji statistik dengan SPSS. Jawaban dari setiap
pertanyaan di dalam kuesioner akan dicatat frekuensi kemunculannya dan
disajikan dalam bentuk tabel tunggal berdasarkan dalam mengenai dan
identifikasi responden dan data tiap kategori variabel.
d. Tabulating
Kegiatan pemindahan data yang telah diberi kode ke dalam tabel-tabel, guna
memudahkan dalam menganalisa data yang diperoleh serta memudahkan dalam
perhitungan dan pengolahan data.
50
1.15 Teknik Analisa Data dan Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisis Data Kualitatif
Yaitu suatu analisis data yang digunakan untuk menjelaskan data tentang gejala
atau fenomena yang sedang diteliti, terutama mengenai lokasi keragaman produk,
pelayanan terhadap keunggulan bersaing dengan pengelolaan data dalam bentuk
uraian atau pengamatan.
b. Analisa Data Kuantitatif
Metode analisis kuantitatif ini dilakukan terhadap data yang diperoleh dari
hasil jawaban kuesioner dan digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk
angka-angka dan perhitungan dengan metode statistik. Data tersebut harus
diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu
untuk memudahkan dalam menganalisis, untuk itu akan digunakan program
analisis SPSS. SPSS adalah suatu software yang berfungsi untuk menganalisis
data, melakukan perhitungan statistik baik untuk statistik parametrik maupun non-
parametrik dengan basis windows (Ghozali, 2005).
1.15.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1.15.1.1 Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menguji apakah butir-butir pertanyaan
pada kuesioner sudah valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sugiyono (2008) menyatakan
pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product
51
Moment. Untuk menghitung kevalidan suatu instrument atau variabel digunakan
rumus Korelasi Product Moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
𝑟𝑥𝑦 =n ∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖 − (∑ 𝑋𝑖) (∑ 𝑌𝑖)
√{𝑛 ∑ 𝑋𝑖2 − (∑ 𝑋𝑖)²} {𝑛 ∑ 𝑌𝑖
2 − (∑ 𝑌𝑖)²}
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi yang dicari
𝑛 = banyaknya sampel
𝑋 = jumlah skor item
𝑌 = jumlah skor total
Kuesioner dikatakan valid apabila r-hitung > r-tabel pada df = n-1 pada α = 0,05,
maka indikator dikatakan valid. Sebaliknya bila r-hitung < r-tabel pada df = n-1
pada α = 0,05, maka indikator dikatakan tidak valid.
1.15.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner dapat
dipakai berulang-ulang (Umar, 2010). Kuesioner yang sudah lolos ujilah yang
dapat dipakai untuk diisi data dari responden. Untuk mengetahui apakah alat ukur
reliabel atau tidak, maka digunakan metode Alpha Cronbach, dimana metode ini
digunakan untuk menentukan reliabilitas setiap butir pertanyaan. Suatu instrument
dinyatakan reliabel apabila alfa cronbach ≥ 0,60 dan tidak reliabel apabila alfa
cronbach < 0,60 (Sekaran, 2006). Rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas
adalah :
𝛼 =𝑘. 𝑟
1 + (k − 1)𝑟
52
Keterangan :
α = koefisien reliabilitas
r = rata-rata korelasi antar butir
k = jumlah butir
1.15.2 Analisis Regresi Sederhana
Analisis Regresi Sederhana adalah sebuah metode pendekatan untuk
pemodelan hubungan antara satu variabel dependen dan satu variabel independen.
Dalam model regresi, variabel independen menerangkan variabel dependennya.
Dalam analisis regresi sederhana, hubungan antara variabel bersifat linier, dimana
perubahan pada variabel X akan diikuti oleh perubahan pada variabel Y secara
tetap. Sementara pada hubungan non linier, perubahaan variabel X tidak diikuti
dengan perubahaan variabel y secara proporsional. seperti pada model kuadratik,
perubahan x diikuti oleh kuadrat dari variabel x. Hubungan demikian tidak
bersifat linier.
Secara matematis model analisis regresi linier sederhana dapat digambarkan
sebagai berikut:
Y = A + BX
Keterangan :
Y adalah variabel dependen atau respon, A adalah intercept atau konstanta, B
adalah koefisien regresi atau slope
Secara praktis analisis regresi linier sederhana memiliki kegunaan sebagai berikut:
53
1. Model regresi sederhana dapat digunakan untuk forecast atau memprediksi
nilai Y. Namun sebelum melakukan forecasting, terlebih dahulu harus dibuat
model atau persamaan regresi linier. Ketika model yang fit sudah terbentuk maka
model tersebut memiliki kemampuan untuk memprediksi nilai Y berdasarkan
variabel Y yang diketahui. Katakanlah sebuah model regresi digunakan untuk
membuat persamaan antara kepuasan (X) dan kinerja (Y). Ketika sudah diperoleh
model yang fit antara kepuasan dengan kinerja, maka kita dapat memprediksi
bagaimana tingkat kinerja karyawan ketika kita sudah mendapatkan kepuasan
kerja.
2. Mengukur pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Misalkan kita
memiliki satu serial data variabel Y, melalui analisis regresi linier sederhana kita
dapat membuat model variabel-variabel yang memiliki pengaruh terhadap
variabel Y. Hubungan antara variabel dalam analisis regresi bersifat kausalitas
atau sebab akibat. Berbeda halnya dengan analisis korelasi yang hanya melihat
hubungan asosiatif tanpa mengetahui apa variabel yang menjadi sebab dan apa
variabel yang menjadi akibat.
Model regresi linier sederhana yang baik harus memenuhi asumsi-asumsi berikut:
1. Eksogenitas yang lemah, kita harus memahami secara mendasar sebelum
menggunakan analisis regresi bahwa analisis ini mensyaratkan bahwa variabel X
bersifat fixed atau tetap, sementara variabel Y bersifat random. Maksudnya adalah
satu nilai variabel X akan memprediksi variabel Y sehingga ada kemungkinan
beberapa variabel Y. Dengan demikian harus ada nilai error atau kesalahan pada
54
variabel Y. Sebagai contoh ketika kepuasan kerja (X) seseorang sebesar 100%,
maka kinerja nya bisa saja 50%, 60%, atau 70%, dan seterusnya.
2. Linieritas, seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa model analisis
regresi bersifat linier. Artinya kenaikan variabel X harus diikuti secara
proporsional oleh kenaikan variabel Y. Jika dalam pengujian linieritas tidak
terpenuhi, maka kita dapat melakukan transformasi data atau menggunakan model
kuadratik, eksponensial atau model lainnya yang sesuai dengan pola hubungan
non-linier.
3. Varians error yang konstan, ini menjelaskan bahwa varians error atau
varians residual yang tidak berubah-ubah pada respon yang berbeda. Asumsi ini
lebih dikenal dengan asumsi homoskedastisitas. Mengapa varians error perlu
konstan? karena jika konstan maka variabel error dapat membentuk model sendiri
dan mengganggu model. Oleh karena itu, penanggulangan permasalahan
heteroskedastisitas/non-homoskedastisitas dapat diatasi dengan menambahkan
model varians error ke dalam model atau model ARCH/GARCH.
4. Autokorelasi untuk data time series, jika kita menggunakan analisis regresi
sederhana untuk data time series atau data yang disusun berdasarkan urutan
waktu, maka ada satu asumsi yang harus dipenuhi yaitu asumsi autokorelasi.
Asumsi ini melihat pengaruh variabel lag waktu sebelumnya terhadap variabel Y.
Jika ada gangguan autokorelasi artinya ada pengaruh variabel lag waktu
sebelumnya terhadap variabel Y. Sebagai contoh, komitmen organisasi terhadap
kinerja karyawan, jika ditemukan atukorelasi artinya terdapat pengaruh lag waktu
terhadap kinrerja. Artinya kinerja hari ini atau bulan ini bukan dipengaruhi oleh
55
komitmen hari ini namun dipengaruhi oleh komitmen sebelumnya (satu hari atau
satu bulan tergantung data yang dikumpulkan).
1.15.3 Uji Asumsi Klasik
1.15.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal (Imam
Ghozali, 2005). Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan dasar
pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah (Ghozali, 2005) :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi
memnuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
1.15.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel independen (bebas). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Multikolinearitas dapat juga dilihat
dari nilai tolerance dan varian inflation (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
56
setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang btidak dapat
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya, maka nilai toleransi yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya
kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance >
0,10 / sama dengan nilai VIF < 10 berarti tidak ada multikolinearitas antar
variabel bebas dalam model regresi (Ghozali, 2005)
1.15.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang
lain (Ghozali, 2005). Cara mendeteksinya adalah dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-standardized (Ghozali, 2005). Sedangkan dasar
pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas adalah (Ghozali, 2005) :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur
(bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
57
1.15.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Persamaan regresi linear berganda digunakan untuk melakukan prediksi
bagaimana individu dalam variabel dependen akan terjadi bila individu dalam
variabel dependen ditetapkan (Sugiyono, 2004 : 108). Penerapan regresi linear
sederhana ini dapat digunakan untuk menjawab hipotesis. Regresi linear
sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel
independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linear
sederhana yaitu (Sugiyono, 2008 : 270) :
𝑌 = a + 𝑏𝜒
Keterangan :
Y = variabel dependen
a = nilai konstanta
b = koefisien regresi
X = variabel independen
Regresi linear berganda ini berfungsi untuk mengetahui apakah dengan adanya
Kepuasan Kerja (X1) dan Komitmen Organisasi (X2) maka Kinerja Karyawan
(Y) dan Organizational Citizenship Behavior (Z) akan tercapai. Persamaan regresi
linear berganda untuk 3 variabel predictor adalah :
𝑌 = a + 𝑏1𝜒1 + 𝑏2𝜒2 + 𝑒
Keterangan :
X1 = kepuasan kerja
X2 = komitmen organisasi
Y = OCB
58
a = konstanta
b = parameter yang dicari
e = error terms
1.15.5 Uji Godness of Fit
Dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam
menaksir nilai aktual secara statistik, setidaknya hal ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik T. Perhitungan statistik
disebut signifikan secara statistik apabila, nilai uji statsitiknya berada dalam
daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak), sebaliknya disebut tidak signifikan bila
nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima (Ghozali, 2005).
1.15.5.1 Uji F
Uji f merupakan hipotesis yang digunakan untuk menguji ada tidaknya
pengaruh secara bersama-sama antara variabel independen yaitu kepuasan kerja
(X1) dan komitmen organisasi (X2) terhadap variabel dependen yaitu kinerja
karyawan (Y) dan OCB (Z). Rumus pengujian untuk uji f ini adalah (Sugiyono,
2004 : 190)
F =
𝑅2
𝑘⁄
(1 − 𝑅2) / (𝑛 − 𝑘 − 1)
Keterangan :
F = uji statistik
R = koefisien regresi berganda
k = jumlah variabel
59
n = banyaknya data
Perumusan hipotesis :
Ho :𝛽1 = 𝛽2 = 𝛽3 ≤ 0 ; tidak ada pengaruh antara kepuasan kerja dan komitmen
organisasi terhadap OCB dan kinerja karyawan
Ho :𝛽1 = 𝛽2 = 𝛽3 ≥ 0 ; ada pengaruh antara kepuasan kerja dan komitmen
organisasi terhadap OCB dan kinerja kayawan
Kriteria pengujian :
Ho diterima dan Ha ditolak apabila Fhitung < Ftabel
Ho ditolak dan Ha diterima apabila Fhitung > Ftabel
Gambar 1.2
Kurva Uji F
1.15.5.2Uji T
Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual yaitu
pengujian secara terpisah antara masing-masing variabel independen, apakah
pengaruh antara kedua variabel tersebut signifikan atau tidak. Bila n lebih dari 30,
60
maka pengujian signifikansinya menggunakan uji t. Uji t digunakan untuk
mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (X1 dan X2) terhadap
variabel dependen (Y). Rumus pengujian untuk uji t ini adalah :
𝑡 =r √𝑛 − 2
√1 − 𝑟²
Keterangan :
t = deviasi hasil kritis yang dialami
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Uji pihak kanan dengan kriteria sebagai berikut :
Taraf kesalahan 5% = 0,05
Dk = n-k
Perumusan hipotesis :
Ho : β ≤ 0 ; tidak ada pengaruh yang positif antara kepuasan kerja dan komitmen
organisasi terhadap kinerja karyawan dan OCB
Ho : β ≥ 0 ; ada pengaruh yang positif antara kepuasan kerja dan komitmen
organisasi terhadap kinerja karyawan dan OCB
Kriteria pengujian :
Ho diterima dan Ha ditolak apabilathitung < ttabel
Ho ditolak dan Ha diterima apabila thitung > ttabel
61
Gambar 1.3
Kurva Uji T
1.15.6 Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (1.) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
ketepatan paling baik dalam analisis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh
besarnya koefisien determinasi (R²) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Koefisien
determinasi (R²) nol variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen, apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka
dapat dilakukan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen, selain itu koefisien dxeterminasi dipergunakan untuk mengetahui
presentase perubahan variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X)
1.15.7 Analisis Jalur
Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab
akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi
variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung
(Retherford, 1993). Secara matematis, analisis ini tidak lain adalah analisis
62
regresiberganda terhadap data yang dibakukan. Dengan demikian, perangkat
lunak statistika yang mampu melakukan analisis regresi berganda dapat pula
dipakai untuk analisis jalur. Subjek utama analisis ini adalah variabel-variabel
yang saling berkorelasi. Analisis ini mendasarkan diri pada model hubungan antar
variabel yang ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Penentuan model didasarkan
pada hipotesis mengenai berbagai variabel yang diamati.
1.15.8 Sobel Test
Untuk mengetahui pengaruh variabel intervening yaitu Organizational
Citizenship Behavior (OCB) dengan menggunaan Sobel Test. Menurut Baron &
Kenny (1986) suatu variabel disebut variabel intervening jika variabel tersebut
ikut mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Pengujian hipotesis intervening dapat dilakukan dengan prosedur yang
dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan Uji Sobel (Sobel Test). Uji
Sobel ini dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung
variabel independen (X) kepada variabel dependen (Y) melalui variabel
intervening (Z). Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui Z dihitung dengan cara
mengalihkan jalur X Z (a) dengan jalur Z Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab =
(c – 𝑐1), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontol Z, sedangkan
𝑐1 adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol Z. Standar error
koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb, besarnya standar error tidak langsung
(indirect effect) Sab dihitung dengan rumus berikut ini :
𝑆𝑎𝑏 = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2 + 𝑆𝑎²𝑆𝑏²
63
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung maka menghitung nilai t dari
koefisien ab dengan rumus sebagai berikut :
t =𝑎𝑏
𝑆𝑎𝑏
Nilai t hitung dibandingkan dengan t tabel dan jika t hitung lebih besar dari nilai t
tabel maka dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh intervening. Untuk
mengetahui pengambilan keputusan uji hipotesa, maka dilakukan dengan cara
membandingkan p-value dan alpha (0,05) dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika p-value<alpha (0,05), maka Ho ditolak
Jika p-value ≥ alpha (0,05), maka Ho diterima