media dan kekaburannya

3
Media dan Kekaburannya Sudah beberapa hari ini kita dibisingkan media dengan berita konflik Komisi pemberantasan korupsi (KPK) dan Polri. Kebisingan tersebut berawal dari penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi yang sebelumnya diangkat oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala Kapolri, kemudian diiukuti secara tiba-tiba penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Wijajanto selepas mengantar anaknya berangkat sekolah oleh Badan Kepolisian (Baskrim). Fenomena ini membentuk sebuah opini publik bahwa adanya pertikaian anatara KPK Vs Polri, bahkan ada yang menyebut Cicak Vs Buaya. Ramenya konflik KPK Vs Polri tidak terlepas dari peranan media. Dalam beberapa hari topic KPK Vs Polri selalu menjadi tema utama media, baik tv, Koran cetak maupun online. Bukan hanya itu, social media juga ikut meramaikan. Banyak status faceook ataupun twett yang membincangkan itu. Pada perkembangannya, saya mengamati media seperti Koran cetak mulai mengambil sikap dan ada penggiringan opini, yaitu membela KPK. Memang membela KPK adalah yang di inginkan kebanyakan rakyat. Dan dalam kasus ini memang sudah seharusnya media mengambil sikap, media harus mengungkap man ayang benar dan salah, tapi apakah benar media sudah melakukakn itu? Harapan Kepada Media Apa yang terjadi pada KPK dan Polri sekarang memang tidak bisa sepelekan dan harus ditanggapi secara serius. Karena dua lembaga ini adalah menjadi ujung tombak pemberantasan korupsi di Negri ini. Jika kedua lembaga ini sibuk saling serang, maka hanya akan ditertawakan oleh para koruptor. Dan secara otomatis tugas merekai sebagai penegak hukum dinegri ini juga terbengkalai. Terkait kasus KPK Vs Polri ini, media harus berani menggunakan salah satu prinsip jurnalismenya yaitu “memantau yang

Upload: zaim

Post on 21-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sosial

TRANSCRIPT

Media dan KekaburannyaSudah beberapa hari ini kita dibisingkan media dengan berita konflik Komisi pemberantasan korupsi (KPK) dan Polri. Kebisingan tersebut berawal dari penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi yang sebelumnya diangkat oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala Kapolri, kemudian diiukuti secara tiba-tiba penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Wijajanto selepas mengantar anaknya berangkat sekolah oleh Badan Kepolisian (Baskrim). Fenomena ini membentuk sebuah opini publik bahwa adanya pertikaian anatara KPK Vs Polri, bahkan ada yang menyebut Cicak Vs Buaya.Ramenya konflik KPK Vs Polri tidak terlepas dari peranan media. Dalam beberapa hari topic KPK Vs Polri selalu menjadi tema utama media, baik tv, Koran cetak maupun online. Bukan hanya itu, social media juga ikut meramaikan. Banyak status faceook ataupun twett yang membincangkan itu.Pada perkembangannya, saya mengamati media seperti Koran cetak mulai mengambil sikap dan ada penggiringan opini, yaitu membela KPK. Memang membela KPK adalah yang di inginkan kebanyakan rakyat. Dan dalam kasus ini memang sudah seharusnya media mengambil sikap, media harus mengungkap man ayang benar dan salah, tapi apakah benar media sudah melakukakn itu?Harapan Kepada MediaApa yang terjadi pada KPK dan Polri sekarang memang tidak bisa sepelekan dan harus ditanggapi secara serius. Karena dua lembaga ini adalah menjadi ujung tombak pemberantasan korupsi di Negri ini. Jika kedua lembaga ini sibuk saling serang, maka hanya akan ditertawakan oleh para koruptor. Dan secara otomatis tugas merekai sebagai penegak hukum dinegri ini juga terbengkalai.Terkait kasus KPK Vs Polri ini, media harus berani menggunakan salah satu prinsip jurnalismenya yaitu memantau yang berkuasa dan menyambung yang tertindas. Media harus melakukan investigasi reporter, yaitu mendalami dan samapai pada kesimpulan mana yangs salah dan yang benar. Karena dalam kasus ini ada beberapa dugaan yang sangat perlu ditelusuri.Misalnya seperti dugaan pengangkatan BG oleh Jokowi itu karena ada desakan dari partai pengusung Jokowi, adanya dugaaan bahwa penangkapan WJ itu sebuah tindakan criminal yag melnggar etika, secara WJ baru mengantar anaknya ke sekolah dan dugaan bahwa penagkapan WJ adalah saha seramg balik dan plemahan terhadap KPK. Seharusnya hal inilah yang harus di investigasi oleh media secara mendalam,Memang Selama ini media sudah melakukan pendampingan kepada rakyat, misalanya memberitakan beberapa unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat. Menurut penulis hal itu belumlah cukup. Media harus melakukan investigasi reporter, dan menyatakan mana yang salah dan yang benar.Media Harusnya Tidak Berlebihan Kita akui bahwa konflik KPK Vs Polri adalah kasus serius. Media meliput dengan mendalam adalah suatau keharusan, tapi tidak boleh berlebihan. Maksudnya, media jangan samapai mecurahkan segala perhatiaannya hanya kepada KPK Vs polri. Karena ada kasus-kasus atau fenomena lain yang itu juga penting untuk diberitakan. Misalnya isu tentang freeefot. Menteri ESDM Sudirman Said di duga telah mensetujuai menunda pembahasan amandemen sampai enam bulan kedepan. Hal ini mengakibatkan export bahan mentah masih diberi izin untuk dilakukakan.Jika isu tentang freeford benar adanya, berarti media telah lalai dalam tugasnya. Karena freefor itu tidak kalah pentingdan mungkin lebih pentingdari kasus KPK Vs Polri. Damapak yang ditimbulkan bagi freefor sangat besar, sebagaimana menurut ahli lingkungan bahwa salah satu freefort adalah pertambangan batu bara, padahal limbah batu bara itu sepuluh kali lipat lebih berbahaya dari pada limbah nuklir, dan lebih parahnya limbah batu bara tidak bisa diolah. Isu tentang freefort ini beredar di media online yang tidak terkenal dan di sosiala media seperti bbm. Seharusnya media media besar melakukan konnfirmasi terkait isu ini. penulis heran ketika membaca beberapa media cetak yang mempunai reputasi bagus di public, mereka sama seakan tak menghiraukan isu tersebut.Beberapa orang menduga bahwa konflik KPK Vs Polri in di sengaja dibuat untuk mengalihkan isu. Ketika orang-oarang rame membicarakan KPK Vs polri, pemerintah menyepakati