indepth report; media online dan media kapital

12
Indepth Report: Media Online di Indonesia; Transisi Menuju Media Kapital Dwi Aris Subakti Capacity Building Yayasan SatuDunia

Upload: satudunia-foundation

Post on 22-Apr-2015

989 views

Category:

News & Politics


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Indepth report; media online dan media kapital

Indepth Report: Media Online di Indonesia;

Transisi Menuju Media Kapital

Dwi Aris Subakti Capacity Building

Yayasan SatuDunia

Page 2: Indepth report; media online dan media kapital

1

Komunikasi pada dasarnya adalah aktifitas atau proses dalam menyampaikan pesan

dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan saluran tertentu untuk

tujuan tertentu yang bisa memunculkan efek dan juga feed back. Komunikasi sebagai

sebuah ilmu mencoba memahami komunikasi melalui teori-teori yang diuji untuk

menjelaskan fenomena yang terkait dengan produksi, pengolahan dan efek1. Komunikasi

juga melakukan kajian terhadap proses komunikasi baik di dalam percakapan informal,

interaksi kelompok, atau komunikasi massa2.

Komunikasi massa pada awalnya masih berbentuk lisan berupa kemampuan

retorika seperti dikemukakan Aristoteles3. Komunikasi massa kemudian berkembang

ketika muncul jurnalisme4. Jurnalisme kemudian memunculkan media massa sebagai

cara menyampaikan pesan kepada khalayak.

Kajian tentang komunikasi massa berkembang menjadi kajian tentang media.

Menurut Mc Luhan, media massa apapun bentuk dan isinya mampu mempengaruhi

individu maupun masyarakat. Hal senada juga disampaikan oleh Harold Adams Innis

yang menyatakan bahwa peradaban dan sejarah ditentukan oleh media yang menonjol

pada masanya5.

Dalam perkembangannya media massa tumbuh menjadi industri. Terdapat pasar

yang cukup besar dalam industri media. Terlebih saat ini yang dinyatakan sebagai the

information age, kebutuhan masyarakat akan informasi cukup tinggi. Era ini muncul

karena adanya pengaruh yang kuat dari ekonomi serta perkembangan yang pesat di

dunia teknologi informasi dan tekhnologi komunikasi sehingga media tumbuh dalam

model yang kapitalistik6. Masa ini ditandai dengan: a). dijadikannya informasi sebagai

komoditas, b). munculnya media baru dan terjadi penggabungan media, c).

berpengaruhnya ekonomi dan pasar.

1 Charless R. Bergerr dan Steven H. Chaffee “The Study of Communication as a Science”

dalam Charless R. Bergerr dan Steven H. Chaffee, “Handbook of Communication Science”, Sage

Publications, London, Edisi II 1989. Hal 17.

2 Rudolph F. Verdeberber dan Kathleen S. Verdeberber, Communicate, international Studen

Edition, Thomson Wadsworth, USA. Hal 2. 3 Brent D Ruben dan Lea P. Stewart, Communication and Human Behavior, Allan&Bacon A

Viacom Company. USA. Edisi IV. 1998, hal, 20-22. 4 Ibid, hal 23.

5 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komuniksi, Penerbit Salemba. Jakarta.

2009. Edisi 9. hal 410. 6 Griffin, EM, “A First Look At Communication Theory” 5

th Edition, Mc Grow Hill

Companies, USA, 2003. Hal 368.

Page 3: Indepth report; media online dan media kapital

2

Perubahan ini tentu saja mempengaruhi pola di dalam media. Terjadi perdebatan

tentang moral ethics media; antara kebutuhan untuk mempertahankan keberadaan

industri media dan bagaimana media memberikan informasi bagi masyarakat7.

Perkembangan media massa turut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi

informasi dan teknologi komunikasi. Awal media massa ditandai dengan ditemukannya

mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di Jerman pada tahun 14408. Selanjutnya muncul

media electronic berupa radio pada tahun 19019 dan yang kemudian disusul oleh televisi

pada tahun 192010.

Media terus berkembang ketika muncul teknologi bernama internet. Tonggak awal

kelahiran media dengan memanfaatkan internet terjadi pada Tahun 1990. Tim Berners

Lee menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu

komputer dengan komputer yang lainnya, yang membentuk jaringan yang disebut

World Wide Web11.

Pertumbuhan web sebagai media online semakin meningkat. Setidaknya terdapat

dua faktor yang menjadikan web melonjak tinggi. Pertama, karena teknologi dan

infrastruktur sudah menyebar dalam jumlah besar di masyarakat khususnya telephon

dan komputer. Kedua, web juga multifungsi dan internet juga mempunyai fungsi yang

meluas. Selain itu, web pada awalnya gratis karena penyediaan akses internet dilakukan

oleh pemerintah dan perusahaan non provit12.

Perkembangan media online kemudian mempengaruhi media lama (terutama

cetak), karena banyak pasar mereka beralih ke media online. Hal ini terjadi karena

menjadi fakta bahwa telekomunikasi telah menjadi bagian dari hidup dan sumber sosial

untuk mempromosikan dan memperluas ruang publik13.

7 Lois Alvin Day, Ethics in Media Communication; Cases and Cotroversies, Thomson

Warwods, USA. 2003. hal 16.

8 http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_cetak 9 http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi

10 http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi

11 http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Internet

12 Rod Carveth, The economic of Online Media, dalam Alison, Alexander, et all, Media

Economics; Theory and Practice, Lawrence Erlbaum Associate Publisher, London, 2004, hal.

270. 13

Patricia Aufderheide, Telecomunication and the public interest, dalam Erik Barnouw, et

all, Conglomerates and the media, The New Press, New York, 1997, hal. 157.

Page 4: Indepth report; media online dan media kapital

3

1.2. Rumusan Masalah

Dalam perkembangannya, media online bersaing dengan media cetak juga radio

dan televisi. Reaksi yang muncul dari media cetak adalah mereka mulai memindahkan

produk mereka ke media online tetapi dengan tampilan yang sama. Ada beberapa yang

kemudian memasukkan beberapa elemen dan tetap menerbitkan versi cetaknya.

Di level dunia misalnya, kita bisa melihat raksasa bisnis AOL (America Online), MNS

(Portal milik microsoft), Prodigy, CompuServe, dll. Perusahaan online raksasa ini

kemudian juga mengembangkan media online. Perkembangan konvergensi media

kemudian menjadikan usaha media online semakin menggurita dengan berbagai

difersifikasi usaha juga melakukan penguasaan atas media lainnya. Sebagai contoh

Pengusaha media Rupert Murdoch yang sudah memiliki Fox News Channel kemudian

membeli Time Warner.

Perkembangan media online ini menarik untuk dijadikan bahan penelitian. Dalam

rangka melakukan penelitian, pertanyaan kuncinya adalah: Bagaimana konteks media

kapital dan media komunitas di Indonesia?

1. Bagaimana ekonomi media online

2. Bagaimana konteks media online di Indonesia

Definisi Media Online

Media Online atau biasa disebut dengan internet adalah hasil dari crosspolination

teknologi komunikasi yang menawarkan kepada pengguna sebagai media yang berfungsi

sebagai alat komunikasi antar manusia14. Media ini bisa mengantarkan teks, grafik,

gambar, audio dan juga audio-video pada saat yang sama dan juga mempunyai fungsi

sebagai media massa seperti halnya televisi radio juga surat kabar.

Media online disebut juga dengan media interaktif , yaitu suatu jenis media

kolaboratif, mengacu pada media yang memungkinkan partisipasi aktif oleh penerima

dan pengirim (interaktif)15.

Definisi yang cukup tekhnis dinyatakan oleh Federal Networking Council, yang

menyatakan Media Online mengacu kepada sistem informasi global yang: (1) secara

14

Rod Carveth, The economic of Online Media, ibid hal. 265. 15

http://en.wikipedia.org/wiki/Interactive_media

Page 5: Indepth report; media online dan media kapital

4

logis dihubungkan oleh ruang alamat global yang unik didasarkan pada Internet Protocol

(IP) atau ekstensi selanjutnya, (2). secara logis dihubungkan oleh ruang alamat global

yang unik didasarkan pada Internet Protocol (IP) atau ekstensi selanjutnya, (3).

menyediakan, menggunakan atau membuat dapat diakses, baik umum atau pribadi,

layanan tingkat tinggi berlapis pada komunikasi dan infrastruktur terkait16.

Media online (online media) juga berarti media massa yang tersaji secara online di

situs web (website) internet. Media online adalah media massa ”generasi ketiga” setelah

media cetak (printed media) –koran, tabloid, majalah, buku– dan media elektronik

(electronic media) –radio, televisi, dan film/video. Media Online merupakan produk

jurnalistik online. Jurnalistik online –disebut juga cyber journalisme– didefinisikan

sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui

internet”.

Dari berbagai definisi tersebut, ada beberapa hal yang dikatagorikan sebagai

karakteristik media online. Media online bersifat real time sehingga proses publikasi bisa

dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dapat memuat berbagai macam model

multimedia (audio, video dll) dan mendukung interaktifitas antar user. Banyak media

online yang muncul tanpa membutuhkan organisasi resmi. Ciri lain adalah relatif lebih

terdokumentasi karena online.

Meskipun secara prinsip media online sama dengan media cetak, namun terdapat

beberapa perbedaan diantara keduanya. Media online tidak terbatas dalam hal jumlah

halaman seperti halnya media cetak. Namun demi alasan kecepatan akses, keindahan

desain, tingkat keterbacaan dan alasan-alasan lainnya, perlu dihindarkan penulisan

naskah yang terlalu panjang.

Mekanisme dalam prosedur naskah cenderung lebih simple karena media online

mengejar kecepatan. Proses editing sekaligus publishing seringdilakukan oleh bagian

yang sama. Mekanisme editing juga bisa dilakukan ketika sudah dipublish.

Jadwal terbit media online sangat ketat. Informasi yang disajikan oleh media

online sangat real time. Ketika peristiwa itu berlangsung, pada saat itu juga media online

menginformasikannya. Berbeda dengan media cetak yang perlu durasi harian, mingguan

16

http://www.nitrd.gov/fnc/Internet_res.html

Page 6: Indepth report; media online dan media kapital

5

atau bulanan. Proses publikasi inheren dengan kerja bagian redaksi. Berita yang sudah

ditulis sudah otomatis terdistribusi ke jaringan.

Ekonomi – Politik Media

Media ekonomi adalah kajian yang khusus menganalisis hubungan media dan

ekonomi. Di dalamnya mencakup bagaimana prinsip ekonomi digunakan dalam bisnis

media17.

Media ekonomi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada operasi bisnis

dan aktivitas keuangan perusahaan memproduksi dan menjual output ke industri

berbagai media. Ekonomi media membicarakan tentang apa yang akan diproduksi,

bagaimana teknologi dan struktur organisasi bisa memproduksi dan untuk siapa

produksi itu akan dipasarkan.

Dalam kajian Ekonomi Media, pertumbuhan media sangat dipengaruhi oleh makro

ekonomi dan mikro ekonomi. Dalam makroekonomi yang menjadi konsentrasi adalah

tingkat konsumsi, Iklim invenstasi, kebijakan ekonomi dan peraturan, dan yang terakhir

adalah kondisi ekonomi internasional. Dalam mikroekonomi diantaranya; konsumen,

kebijakan perusahaan, pasar, elastisitas permintaan dan penawaran.

Kajian tentang Ekonomi media kemudian memunculkan istilah media komersial

atau media bisnis dan di negara industri disebut dengan media industri. Kondisi ini

sesuai dengan yang ciri kelima dari institusi media yang disampaikan oleh Baschwitz,

yaitu media beorientasi kepada kepentingan konsumen dan iklan. Setidaknya, ada

empat ciri dari institusi media bisnis yaitu; mengutamakan kepetingan komersial,

dikuasai oleh kalangan profesional (bisnis dan jurnalis), cenderung lebih netral, sirkulasi

besar18.

Teori lain yang bisa digunakan untuk melihat kapitalisme media adalah teori

Political Economic Media. Teori ini menekankan ketergantungan timbal balik antar

institusi yang memegang kekuasaan dan integrasi media terhadap sumber sosial dan

17James Owers, Rod Carveth & Alison Alexander, “An Introduction to Media

Economic Theory and Practices,” dalam Alisson Alexander, et all (ed), “Media Economic;

Theori and Practices, Lawrence Erlabaum Associates, New Jersey, 2004, hal. 70.

18 Anwar Arifin, “Komunikasi Politik dan Pers Pancasila”, Yayasan Media Sejahtera,

Jakarta, Hal. 22-23.

Page 7: Indepth report; media online dan media kapital

6

otoritas. Dengan demikian isi media cenderung melayani kepentingan pemegang

kekuasaan politik dan ekonomi.

Menurut Moscow, Political Economy Media merupakan kajian mengenai hubungan-

hubungan sosial, khususnya hubungan-hubungan kekuasaan yang saling membentuk

atau mempengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi sumberdaya19. Kapitalisme

media setidaknya sudah dibaca oleh Karl Marx dengan munculnya industri kebudayaan

di Amerika20. Bacaan Marx diteruskan oleh para pemikir Frankfurt School yaitu Adorno

dan Hokhaimer. Horkheimer dan Adorno mengembangkan diskusi tentang apa yang

disebut ”industri kebudayaan” yang merupakan sebutan untuk industrialisasi dan

komersialisasi budaya di bawah hubungan produksi kapitalis21.

Dalam tinjauan Garnham, institusi media harus dinilai sebagai bagian dari sistem

ekonomi yang bertalian erat dengan sistem politik. Kualitas pengetahuan tentang

masyarakat, yang diproduksi oleh media untuk masyarakat, sebagian besar dapat

ditentukan oleh nilai tukar beragam isi dalam kondisi yang memaksakan perluasan

pasar, dan juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi para pemilik dan penentu

kebijakan.

Kepentingan-kepentingan tersebut, berkonsekuensi pada kurangnya jumlah

sumber media yang independen, munculnya sikap masa bodoh terhadap khalayak pada

sektor kecil serta menciptakan konsentrasi pada pasar besar22. Pada dasarnya, industri

dan kapitalisme media mempunyai hubungan yang cukup erat dengan masyarakat.

Media massa mampu memunculkan yang namanya Kontruksi Sosial23.

Rumusan utama dari pendekatan political economic media adalah memusatkan

perhatian pada media sebagai proses ekonomi yang menghasilkan komiditi. yang

bermodal. Patokan untuk mengidentifikasi karakteristik ekonomi politik di dalam media

online adalah customer requirements, competitive environment, dan social expectation.

19 Vincent Mosco, Political economy of communications, Sage, London, 1996. hal 25.

20 Mike Wayne, Marxisme and Media Studies; Key Concepts and Contemporary

Trends, Pluto Press, USA. Chapter III “ Powers of Caiptal: Hollywood Media-Industrial

Complex” halaman 61-86.

21 Griffin, EM, “A First Look At Communication Theory” 5th

Edition, Mc Grow Hill

Companies, USA, 2003. Hal 368.

22 Garnham, N., Contribution to a Political Economy of Mass Communication, Media,

Culture and Society 1(2): 123.

23 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta. 2008. hal 38.

Page 8: Indepth report; media online dan media kapital

7

Ekonomi Politik Media

Banyak orang bingung dengan pembiayaan sebuah media online. Dari mana

media online menghidupi dirinya? Kebingungan ini wajar saja muncul karena hampir

semua pengakses media online tidak membayar ketika membaca media online

tersebut. Menurut Rod Carveth, keuntungan media online di dapat dari tiga pos yaitu;

layanan pelanggan (service subscriber), Iklan online (online advertising), pembayaran

kontent (pay-per-content)24.

Dalam rangka melihat tiga mesin penghasilan media online, perlu untuk

pertumbuhan statistik internet. Hal ini perlu karena media online hidup karena adanya

pertumbuhan internet. Sebagaimana disebutkan di pendahuluan, internet tumbuh

dengan cukup signifikan karena pertambahan smart-phone. Apa buktinya?

AdMob, perusahaan yang melayani iklan untuk lebih dari 23.000 situs mobile web

dan aplikasi di seluruh dunia punya data menarik. Menurut AdMob, pertumbuhan

telephone, hingga Mei 2010 setidaknya ada 10 juta permintaan dari 92 negara ke

AdMob. Jumlah ini mengalami peningkatan 27 negara jika dibandingkan dengan mei

tahun 200825.

Data ini diperkuat oleh Laporan penelitian Pew Research Center’s Project for

Excellence in Journalism. Lembaga ini melaporkan bahwa 46% warga Amerika yang

mereka survey mengatakan mereka mendapatkan berita online setidaknya tiga kali

seminggu. Hanya 40% persen warga Amerika yang mendapatkan berita dari koran dan

situs pendamping media mereka26.

Koran seperti Gannett, The New York Times dan McClatchy masih melaporkan

penurunan pendapatan iklan. Akibatnya, selama satu dekade terakhir koran mengurangi

staf, termasuk reporter dan editor. Dikatakan dalam studi itu, redaksi saat ini 30 persen

lebih kecil daripada tahun 2000.

Perubahan kebiasaan masyarakat dalam mengakses informasi dari media cetak ke

media online berpengaruh terhadap aliran iklan. Berdasarkan laporan dari Pew Research

Center’s Project for Excellence in Journalism, pada tahun 2010 pendapatan iklan media

online menyalip pendapatan iklan di media cetak.Pendapatan iklan koran pada tahun

24

Rod Carveth, The economic of Online Media, ibid hal. 271. 25

http://metrics.admob.com 26

http://faktaberita.com/index.php/ekonomi/dalam-meraup-iklan-terbukti-media-online-

menyalip-media-cetak.html.

Page 9: Indepth report; media online dan media kapital

8

2010 turun 46 persen dalam empat tahun, atau sekitar US$ 22,8 miliar. Di sisi lain, iklan

online mencapai US$ 25,8 miliar pada tahun 2010.

Berdasarkan data tersebut, penghasilan media online masih mengandalkan

kepada iklan online. Namun, dalam perkembangannya, media online juga mulai

berusaha mengenakan biaya untuk akses online ke situs Web mereka. Media online

mencari model bisnis mereka27.

The New York Times, mencoba untuk mengenakan biaya untuk pengakses web

mereka. Pembaca The New York Times hanya bisa membaca 20 artikel secara gratis, dan

selebihnya mereka harus membayar untuk membaca. Surat kabar utama lainnya juga

telah memulai petualangan "membayar" dengan hasil yang beragam The Wall Street

Journal dan Financial Times lakukan berhasil, dengan masing-masing 400.000 dan

200.000 pelanggan pada tahun 2010

Potensi mendapat keuntungan dari “membayar” cukup besar. Berdasarkan survey

Pew Research Center’s Project for Excellence in Journalism, 23% orang Amerika yang

disurvei mengatakan bahwa mereka akan membayar $ 5 per bulan untuk versi online

jika koran lokal mereka tidak ada lagi. Model ini sangat mendekatkan media ke dalam

model bisnis media yang berorientasi keuntungan kapital. Dalam mencapai kondisi

tersebut, media online setidaknya harus melewati tantangan berupa; tingkat

persaingan, ancaman pengganti, kekuatan relatif dari pembeli, kekuatan relatif

pemasok, dan bariers masuk28.

Perkembangan Media Online di Indonesia

Sejarah kemunculan media online di Indonesia dimulai oleh Majalah Mingguan

Tempo pada 6 Maret 1996. Alasan pendirian Tempo pada waktu itu adalah semata-mata

agar media itu tidak mati karena media cetak Tempo pada saat itu sedang dibreidel29.

Dalam segi bisnis, Detik.com adalah pioneer media online di Indonesia.

Server detikcom sebenarnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun baru

mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998.

27

http://economicsnewspaper.com/world-economics/the-online-media-is-still-looking-for-

an-economic-model-6575.html 28

Rod Carveth, The economic of Online Media, ibid hal. 271. 29

Majalah Tempo Edisi Ulang Tahun ke-40, Kecap Dapur.

Page 10: Indepth report; media online dan media kapital

9

Detik.com adalah media online berupa portal berita pertama di Indonesia yang

benar-benar menjual konten dan menerbitkan informasi secara update dan real time.

Hingga saat ini, detik menjadi portal yang paling banyak diakses. Keberhasilan Detik.com

kemudian ditiru oleh berbagai perusahaan lain.

Seperti juga di internasional, di Indonesia pertumbuhan internet dan media online

menjadi pesaing bagi media cetak. Sebagai bentuk reaksi, banyak media cetak yang

kemudian juga membuat portal berita dalam versi online. Muncul kompas cyber, media

indonesia dll. Juga muncul portal pesaing Detik.com seperti OkeZone.com,

VivaNews.com dll.

Perkembangan internet juga turut mempangaruhi perkembangan media online di

Indonesia. Berdasarkan data, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pada

tahun 2009 jumlah pengguna internet mencapai 45 juta. Padahal, pada tahun 2006

hanya 20 juta pengguna dan menjadi 25 juta orang untuk tahun 200730. Bahkan, jika

ditarik ke belakang, pada tahun 1999 jumlah pengguna internet di Indonesia baru ada di

angka 1 juta pengguna31.

Angka ini tentu saja menggiurkan dari segi bisnis. Ketua Umum Pengurus Pusat

Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Harris Thajeb mengatakan pihaknya

saat ini membidik media online karena memiliki potensi yang cukup besar dan tahun ini

diperkirakan tumbuh 11-12 persen. Ia menjelaskan, selama 2010 nilai belanja iklan se-

Indonesia total mencapai sekitar Rp65 triliun. Dari jumlah itu, nilai belanja iklan di media

online baru sekitar 1-2 persen. Namun nilai belanja iklan di media internet pada 2011

diperkirakan tumbuh sekitar 11-12 persen dari nilai belanja iklan di seluruh media se-

Indonesia32.

Tidak hanya pendapatan dari Iklan, beberapa media online juga mulai mencoba

mengenakan biaya bagi pengakses web mereka. Salah satu media yang melakukannya

adalah epaper Kompas. Hal ini senada dengan yang terjadi di luar negeri dimana media

online di Indonesia juga mulai bergerak ke arah media online yang kapitalistik.

30

http://bekas.bkpm.go.id/id/node/1295 31

http://www.detikinet.com/read/2010/06/09/121652/1374756/398/pengguna-internet-

indonesia-capai-45-juta 32

http://metrotvnews.com/metromain/newscat/ekonomi/2011/02/20/43123/Potensi-Iklan-

Media-Online-Menjanjikan

Page 11: Indepth report; media online dan media kapital

10

Daftar Pustaka: Brent D Ruben dan Lea P. Stewart, Communication and Human Behavior, Allan&Bacon A

Viacom Company. USA. Edisi IV. 1998, Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

2008. Charless R. Bergerr dan Steven H. Chaffee “The Study of Communication as a Science”

dalam Charless R. Bergerr dan Steven H. Chaffee, “Handbook of Communication Science”, Sage Publications, London, Edisi II 1989.

Garnham, N., Contribution to a Political Economy of Mass Communication, Media, Culture and Society 1(2)

Griffin, EM, “A First Look At Communication Theory” 5th Edition, Mc Grow Hill Companies, USA, 2003.

Alisson Alexander, et all (ed), “Media Economic; Theori and Practices, Lawrence Erlabaum Associates, New Jersey, 2004.

Lois Alvin Day, Ethics in Media Communication; Cases and Cotroversies, Thomson Warwods, USA. 2003.

Majalah Tempo Edisi Ulang Tahun ke-40, Kecap Dapur. Mike Wayne, Marxisme and Media Studies; Key Concepts and Contemporary Trends,

Pluto Press, USA. Chapter III “ Powers of Caiptal: Hollywood Media-Industrial Complex”

Patricia Aufderheide, Telecomunication and the public interest, dalam Erik Barnouw, et all, Conglomerates and the media, The New Press, New York, 1997.

Prof. Dr. H. Anwar Arifin, “Komunikasi Politik dan Pers Pancasila”, Yayasan Media Sejahtera, Jakarta.

Rod Carveth, The economic of Online Media, dalam Alison, Alexander, et all, Media Economics; Theory and Practice, Lawrence Erlbaum Associate Publisher, London, 2004.

Rudolph F. Verdeberber dan Kathleen S. Verdeberber, Communicate, international Studen Edition, Thomson Wadsworth, USA.

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komuniksi, Penerbit Salemba. Jakarta. 2009. Edisi 9.

Vincent Mosco, Political economy of communications, Sage, London, 1996. Sumber Internet: http://bekas.bkpm.go.id/id/node/1295 http://economicsnewspaper.com/world-economics/the-online-media-is-still-looking-for-an-economic-model-6575.html http://en.wikipedia.org/wiki/Interactive_media http://faktaberita.com/index.php/ekonomi/dalam-meraup-iklan-terbukti-media-online-menyalip-media-cetak.html. http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_cetak http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi http://metrics.admob.com