medan

3
1 MEDAN - Matatelinga, Kasus pembantu rumah tangga (PRT) Sri Muliati ,19, Warga Garut di Perumahan Grand Polonia Blok H, No.6 yang tidak digaji selama 6 tahun oleh majikannya Handoko dinilai mempermalukan Kota Medan. Kasus PRT kali ini merupakan tamparan keras bagi Pemko Medan dan membuktikan bahwa Pemerintah Kota Medan tidak berdaya dalam menyelesaikan permasalahan ini. “Kasus PRT di Kota Medan bukan kali ini saja, ini 1 http://matatelinga.com/view/Berita-Sumut/22396/Kasus-PRT-Grand-Polonia-- Permalukan--Kota-Medan.html#.VU4h-eQzxUk

Upload: berry

Post on 18-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

perkara

TRANSCRIPT

MEDAN - Matatelinga,Kasus pembantu rumah tangga (PRT) Sri Muliati ,19, Warga Garut di Perumahan Grand Polonia Blok H, No.6 yang tidak digaji selama 6 tahun oleh majikannya Handoko dinilai mempermalukan Kota Medan.

Kasus PRT kali ini merupakan tamparan keras bagi Pemko Medan dan membuktikan bahwa Pemerintah Kota Medan tidak berdaya dalam menyelesaikan permasalahan ini.

Kasus PRT di Kota Medan bukan kali ini saja, ini membuktikan kalau Pemerintah Kota Medan tidak berdaya dan kasus ini jelas sangat mempermalukan Kota Medan sebagai kota yang diebut Moderen dan religious, jelas Anggota Komisi B DPRD Kota Medan, H.Jumadi S.Pdi kepada wartawan di Medan, Kamis (5/3/2015).

Politisi Partai Keadian Sejahtera (PKS) Kota Medan juga menilai pernyataan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Medan Syarif Armansyah Lubis terkait permasalahan ini juga terlalu mengada-ada.

Kadisosnaker Kota Medan mengatakan kalau tidak ada anggaran dalam pengawasa PRT ini, kemudian soal alasan takut dikira maling adalah hal yang mengada ada, jelasnya.

Jumadi menuturkan kalau soal anggaran pihaknya belum mengetahui secara detail apakah ada atau tidak ada. Terkait persoalan ini, DPRD Medan akan berinisiatif untuk mendukung adanya Perda soal pengaturan mempekerjakan PRT.

DPRD Medan juga berkomitmen soal persoalan ini, kita (DPRD-red) akan mengupayakan untuk menginisiasi lahirnya perda pengaturan mempekerjakan PRT sehingga Pemko Medan bisa leluasan melakukan pengawasan, jelasnya.

Kemudian, kata Politisi Dapil IV Kota Medan ini Dinsosnaker juga harusnya melakukan pengawasan terhadap PRT ini dengan menggandeng pihak kecamatan, kelurahan, Kepling atau mungkin juga bisa melibatkan pihak kepolisian.

Jadi dengan melibatkan mereka semua pengawasan yang dilakukan tidak akan dikira maling, jelasnya seraya mengatakan kalau alasan takut dikira maling adalah alasan yang mengada-ada.

Jumadi mengatakan, persoalan seperti ini harusnya sudah bisa dicegah ditingkat paling dasar seperti kepling dimana disetiap kawasan masyarakat selalu menerapkan aturan soal tamu yang wajib lapor.

Disetiap kawasan ka nada selalu himbauan kalau tamu wajib lapor 1x24 jam, jadi dengan kasus Grand Polonia ini si majikan tidak pernah melaporkan adanya orang baru (Tamu-red) di rumahnya. Dari sini jelas yang bersangkutan sudah menyalahi aturan yang ada, jelasnya seraya meminta agar Pemko Medan benar-benar memfungsikan Kepling dengan benar.

Untuk itulah, Jumadi meminta Walikota Medan untuk benar-benar serius menyikapi permasalahan ini. Walikota harus serius, karena masalah PRT ini saat erat kaitannya dengan masalah kemanusiaan, jelasnya. http://matatelinga.com/view/Berita-Sumut/22396/Kasus-PRT-Grand-Polonia--Permalukan--Kota-Medan.html#.VU4h-eQzxUk