medan yeayyy

Upload: meylinchisili3409

Post on 20-Jul-2015

360 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1. Medan Tanah Deli Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (MedanDeli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsurangsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut. Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei. Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam. Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara. 2. Kampung Medan dan Tembakau Deli Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik. Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Alquran kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh. Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld ditulis oleh N.Ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak diseberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini. Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara. Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan. Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan. Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera (terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu. Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan". 3. Legenda Kota Medan Menurut legenda di zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli lama kira-kira 10 Km dari Kampung Medan yakni di Deli Tua sekarang seorang Putri yang sangat cantik dan karena kecantikannya diberi nama Putri Hijau. Kecantikan Putri ini tersohor kemana-mana mulai dari Aceh sampai ke ujung Utara Pulau Jawa. Sultan Aceh jatuh cinta pada Putri itu dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya. Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh saudara kedua laki-laki Putri Hijau. Sultan aceh sangat marah karena penolakan itu dianggapnya sebagai penghinaan terhadap dirinya. Maka pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dengan Kesultanan Deli. Menurut legenda yang tersebut diatas, dengan menggunakan kekuatan gaib seorang dari saudara Putri hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga akhir hayatnya. KesultananDeli lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena kecewa Putra Mahkota yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian, bagian belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo kira-kira 5 Km dari Kabanjahe. Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat kedalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur dan permohonan tuan Putri dikabulkan.

Tetapi baru saja uapacara dimulai tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat disusul gelombang-gelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncullah abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga itu dan dengan menggunakan rahangnya yang besar itu diambilnya peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Legenda ini samapai sekarang masih terkenal di kalangan masyarakat Deli dan malahan juga dalam masyarakat Melayu di Malaysia. Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan Benteng dan Puri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedang sisa meriam penjelmaan abang Putri Hijau itu dapat dilihat di halaman Istana Maimun Medan. 4. Penjajahan Belanda di Tanah Deli Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih setengah abad namun untuk menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan yang tidak sedikit. Mereka mengalami perang di Jawa dengan pangeran Diponegoro sekitar tahun 1825-1830. Belanda sangat banyak mengalami kerugian sedangkan untuk menguasai Sumatera, Belanda juga berperang melawan Aceh, Minangkabau, dan Sisingamangaraja di daerah Tapanuli. Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai dari tahun 1864 sampai 1942. Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal Belanda J.Van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun. Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti ditengah jalan karena Menteri Jajahan Belanda waktu itu J.C.Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama perang Paderi ( 1821-1837 ). Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh gerombolan Inggeris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson. Berhubung pada waktu itu kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta perlindungan pada Belanda. Sejak saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai Kerajaan Siak Sri Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail. Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda mendesak Sultan Ismail untuk menandatangani perjanjian agar daerah taklukan kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur masuk kekuasaan Belanda. Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum secara fisik menguasai Tanah Deli. Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan kerajaan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung Medan Putri.

Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887,Ibukota Residen Sumatera Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan. Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen. Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan "Acte van Schenking" (Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. deHondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir. Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang. Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas dibangun. Beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919), sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan - Besitang (1919), Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M. Yamin sekarang (1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan (1924), Pusat Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga (1929). Secara historis perkembangan Kota Medan, sejak awal telah memposisikan menjadi pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. sedang dijadikannya medan sebagai ibukota deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintah. sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara. 5. Kota Medan Masa Penjajahan Jepang Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu Jepang mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan khusus di Sumatera Jepang mendarat di Sumatera Timur. Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Singapore, tepatnya mereka mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942. Pasukan ini terdiri dari Divisi Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah dengan Divisi ke-18 dipimpin langsung oleh Letjend. Nishimura. Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni Sabang, Ulele, Kuala Bugak (dekat Peurlak Aceh Timur sekarang) dan Tanjung Tiram (kawasan Batubara sekarang). Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah yang masuk ke Kota Medan, mereka menaiki sepeda yang mereka beli dari rakyat disekitarnya secara barter. Mereka

bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena mereka adalah saudara Tua orangorang Asia sehingga mereka dieluelukan menyambut kedatangannya. Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau balau, orang pribumi mempergunakan kesempatan ini membalas dendam terhadap orang Belanda. Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan pasukannya yang bernama Kempetai (Polisi Militer Jepang). Dengan masuknya Jepang di Kota Medan keadaan segera berubah terutama pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda disebut Gemeente Bestuur oleh Jepang dirobah menjadi Medan Sico (Pemerintahan Kotapraja). Yang menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi. Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya heterogen disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima, pembantu Residen disebut dengan Gunseibu. Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat masyarakat semakin papa, karena dengan kondisi demikianlah menurut mereka semakin mudah menguasai seluruh Nusantara, semboyan saudara Tua hanyalah semboyan saja. Disebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif. Dikawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang. 6. Kota Medan Menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia Dimana-mana diseluruh Indonesia menjelang tahun 1945 bergema persiapan Proklamasi demikian juga di Kota Medan tidak ketinggalan para tokoh pemudanya melakukan berbagai macam persiapan. Mereka mendengar bahwa bom atom telah jatuh melanda Kota Hiroshima, berarti kekuatan Jepang sudah lumpuh. Sedangkan tentara sekutu berhasrat kembali untuk menduduki Indonesia. Khususnya di kawasan kota Medan dan sekitarnya, ketika penguasa Jepang menyadari kekalahannya segera menghentikan segala kegiatannya, terutama yang berhubungan dengan pembinaan dan pengerahan pemuda. Apa yang selama ini mereka lakukan untuk merekrut massa pemuda seperti Heiho, Romusha, Gyu Gun dan Talapeta mereka bubarkan atau kembali kepada masyarakat. Secara resmi kegiatan ini dibubarkan pada tanggal 20 Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang di Sumatera Timur yang disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan Jepang. Beliau juga menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka dibekas pendudukan untuk menjaga status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu. Sebagian besar anggota pasukan bekas Heiho, Romusha, Talapeta dan latihan Gyu Gun merasa bingung karena kehidupan mereka terhimpit dimana mereka hanya diberikan uang saku yang terbatas, sehingga mereka kelihatan berlalu lalang dengan seragam coklat di tengah kota. Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian mengambil inisiatif untuk menanggulanginya. Terutama bekas perwira Gyu Gun diantaranya Letnan Achmad Tahir mendirikan suatu kepanitiaan untuk menanggulangi para bekas Heiho, Romusha yang famili/saudaranya tidak ada di kota Medan. Panitia ini dinamai dengan Panitia Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun yang berkantor di Jl. Istana No.17 (Gedung Pemuda sekarang).

Tanggal 17 Agustus 1945 gema kemerdekaan telah sampai ke kota Medan walupun dengan agak tersendat-sendat karena keadaan komunikasi pada waktu itu sangat sederhana sekali. Kantor Berita Jepang Domei" sudah ada perwakilannya di Medan namun mereka tidak mau menyiarkan berita kemerdekaan tersebut, akibatnya masyarakat tambah bingung. Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di kota Medan dan berkantor di Hotel De Boer (sekarang Hotel Dharma Deli). Tugasnya adalah mempersiapkan pengambilalihan kekuasaan dari Jepang. Pada ketika itu pula tentara Belanda yang dipimpin oleh Westerling didampingi perwira penghubung sekutu bernama Mayor Yacobs dan Letnan Brondgeest berhasil membentuk kepolisian Belanda untuk kawasan Sumatera Timur yang anggotanya diambil dari eks KNIL dan Polisi Jepang yang pro Belanda. Akhirnya dengan perjalanan yang berliku-liku para pemuda mengadakan berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia demikian juga di kota Medan yang menjadi bagiannya. Mereka itu adalah Achmad Tahir, Amir Bachrum Nasution, Edisaputra, Rustam Efendy, Gazali Ibrahim, Roos Lila, A.malik Munir, Bahrum Djamil, Marzuki Lubis dan Muhammad Kasim Jusni.

Sejarah Medan, Sejarah Multi KebudayaanKategori: Wisata || Kontributor: Saut P. Silaban || || ||

MENENGOK Medan tempo dulu, kita harus melihat cerita awal Kesultanan Deli dan tentu saja Kota Medan itu sendiri.Dalam buku The History of Medan tulisan Tengku Luckman Sinar (1991), dituliskan bahwa menurut Hikayat Aceh, Medan sebagai pelabuhan telah ada pada tahun 1590, dan sempat dihancurkan selama serangan Sultan Aceh Alauddin Saidi Mukammil kepada Raja Haru yang berkuasa di situ. Serangan serupa dilakukan Sultan Iskandar Muda tahun 1613, terhadap Kesultanan Deli. Sejak akhir abad ke-16, nama Haru berubah menjadi Ghuri, dan akhirnya pada awal abad ke-17 menjadi Deli. Pertempuran terus-menerus antara Haru dengan Aceh mengakibatkan penduduk Haru jauh berkurang. Sebagai daerah taklukan, banyak warganya yang dipindahkan ke Aceh untuk dijadikan pekerja kasar. Selain dengan Aceh, Kerajaan Haru yang makmur ini juga tercatat sering terlibat pertempuran dengan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaka. Juga dengan kerajaan dari Jawa. Serangan dari Pulau Jawa ini antara lain tercatat dalam kitab Pararaton yang dikenal dengan Ekspedisi Pamalayu.

Dalam Negarakertagama, Mpu Prapanca juga menuliskan bahwa selain Pane (Panai), Majapahit juga menaklukkan Kampe (Kampai) dan Harw (Haru). Berkurangnya penduduk daerah pantai timur Sumatera akibat berbagai perang ini, lalu diikuti dengan mulai mengalirnya suku-suku dari dataran tinggi pedalaman Sumatera. Suku Karo yang bermigrasi ke daerah pantai Langkat, Serdang, dan Deli. Suku Simalungun ke daerah pantai Batubara dan Asahan, serta suku Mandailing ke daerah pantai Kualuh, Kota Pinang, Panai, dan Bilah. Ini adalah versi pertama sejarah Medan. Artinya, tahun 1590 dianggap sebagai salah satu tonggak kelahiran kota ini. DALAM Riwayat Hamparan Perak yang dokumen aslinya ditulis dalam huruf Karo pada rangkaian bilah bambu, tercatat Guru Patimpus, tokoh masyarakat Karo, sebagai yang pertama kali membuka desa yang diberi nama Medan. Namun, naskah asli Riwayat Hamparan Perak yang tersimpan di rumah Datuk Hamparan Perak terakhir telah hangus terbakar ketika terjadi kerusuhan sosial, tepatnya tanggal 4 Maret 1946. Patimpus adalah anak Tuan Si Raja Hita, pemimpin Karo yang tinggal di Kampung Pekan (Pakan). Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik, sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus. Antara tahun 1614-1630 Masehi, ia belajar agama Islam dan diislamkan oleh Datuk Kota Bangun, setelah kalah dalam adu kesaktian. Selanjutnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan, pemimpin daerah yang sekarang bernama Pulau Brayan dan membuka Desa Medan yang terletak di antara Sungai Babura dan Sungai Deli. Dia pun lalu memimpin desa tersebut. Oleh karena itu, nama Guru Patimpus saat ini diabadikan sebagai nama salah satu jalan utama di Kota Medan. Versi lain sejarah Kota Medan ini hanya melahirkan ketokohan Guru Patimpus dalam berdirinya Kota Medan. Versi ini tidak menghasilkan sebuah tanggal atau tahun. *** MENURUT Hikayat Deli, seorang anak raja satu kerajaan di India yang bernama Muhammad Dalik, perahunya tenggelam di dekat Kuala Pasai sehingga ia terdampar di Pasai, daerah Aceh sekarang. Tidak lama sesudah ia datang di Aceh, Sultan Aceh mengalami kesulitan untuk menaklukkan tujuh laki-laki dari Kekaisaran Romawi Timur yang membikin kekacauan. Dalik berhasil membunuh para pengacau tersebut satu persatu. Sebagai penghargaan atas keberhasilannya membunuh para pengacau tersebut, Sultan memberinya gelar Laksamana Kud Bintan dan menunjuknya sebagai Laksamana Aceh. Atas berbagai keberhasilannya dalam pertempuran akhirnya ia diangkat sebagai Gocah Pahlawan, pemimpin para pemuka Aceh dan raja-raja taklukan Aceh.

Beberapa tahun kemudian, Dalik meninggalkan Aceh dan membuka negeri baru di Sungai Lalang-Percut. Posisinya di daerah baru adalah sebagai wakil Sultan Aceh di wilayah bekas Kerajaan Haru (dari batas Tamiang sampai Sungai Rokan Pasir Ayam Denak) dengan misi, menghancurkan sisa-sisa pemberontak Haru yang didukung Portugis, menyebarkan Islam hingga ke dataran tinggi, serta mengorganisir administrasi sebagai bagian dari Kesultanan Aceh. Untuk memperkuat posisinya ia menikahi adik Raja Sunggal (Datuk Itam Surbakti) yang bernama Puteri Nang Baluan Beru Surbakti, sekitar 1632 M. Pengganti Gocah, anaknya yang bernama Tuanku Panglima Perunggit pada tahun 1669 M, memproklamasikan berdirinya Kesultanan Deli yang terpisah dari Aceh, serta mulai membangun relasi dengan Belanda di Malaka. Berdirinya Kesultanan Deli ini juga salah satu cikal berdirinya Kota Medan. Nama Deli sesungguhnya muncul dalam Daghregister VOC di Malaka sejak April 1641, yang dituliskan sebagai Dilley, Dilly, Delli, atau Delhi. Mengingat asal Gocah Pahlawan dari India, ada kemungkinan nama Deli itu berasal dari Delhi, nama kota di India. *** BELANDA tercatat pertama kali masuk di Deli tahun 1641, ketika sebuah kapal yang dipimpin Arent Patter merapat untuk mengambil budak. Selanjutnya, hubungan Deli dengan Belanda semakin mulus. Tahun 1863 Kapal Josephine yang membawa orang perkebunan tembakau dari Jawa Timur, salah satunya Jacobus Nienhuijs, dari Firma Van Den Arend Surabaya mendarat di Kesultanan Deli. Oleh Sultan Deli, ia diberi tanah 4.000 bau untuk kebun tembakau, dan mendapat konsesi 20 tahun. Begitulah awal cerita, yang berlanjut dengan masuknya ribuan tenaga kerja Cina, India, dan akhirnya Jawa untuk menggarap perkebunan-perkebunan Belanda. Menurut bahasa Melayu, Medan berarti tempat berkumpul, karena sejak zaman kuno di situ sudah merupakan tempat bertemunya masyarakat dari hamparan Perak, Sukapiring, dan lainnya untuk berdagang, berjudi, dan sebagainya. Desa Medan dikelilingi berbagai desa lain seperti Kesawan, Binuang, Tebing Tinggi, dan Merbau. Medan sebagai embrio sebuah kota secara kronologis berawal dari peristiwa penting tahun 1918, yaitu saat Medan menjadi Gemeente (Kota Administratif), tetapi tanpa memiliki wali kota sehingga wilayah tersebut tetap di bawah kewenangan penguasa Hindia Belanda. Kota Administratif Medan dibentuk melalui lembaga bernama Komisi Pengelola Dana Kotamadya, yang dikenal dengan sebutan Negorijraad. Berdasarkan Decentralisatie Wet Stbl 1903 No 329, lembaga lain dibentuk yaitu Afdeelingsraad Van Deli (Deli Division Council) yang berjalan bersama Negorijraad sampai dihapuskan tanggal 1 April 1909, ketika Cultuuraad (Cultivation Council) dibentuk untuk daerah di luar kota. Maka, tanggal 1 April 1909 ini sempat dijadikan tanggal lahir Kota Medan sampai dengan tahun 1975. Pimpinan Medan Municipal Board saat didirikan tanggal 1 April 1909 (Stblt 1909 No 180) adalah Mr EP Th Maier, yang menjabat sebagai pembantu Residen Deli Serdang. Namun, sejak 26 Maret 1975, lewat Keputusan DPRD No 4/ DPRD/1975 yang didasari banyak pertimbangan, ditetapkan bahwa hari lahir Kota Medan adalah 1 Juli 1590. *** MELIHAT sekilas sejarah Kota Medan, tampak bahwa sejak zaman kuno, zaman Kerajaan Haru, Medan sudah menjadi tempat pertemuan berbagai kultur bahkan ras seperti Karo, Melayu

(Islam), India, Mandailing, dan Simalungun. Sebagaimana terlihat dalam paparan di atas, proses itu bukannya berkurang, bahkan semakin kompleks sejak dibukanya perkebunan-perkebunan di Sumatera Utara yang menghadirkan kuli kontrak baik dari India, Cina, maupun Jawa. Hingga saat ini, Medan, yang berarti tempat berkumpul tersebut, masih menjadi tempat berkumpul berbagai ras dan kultur yang berbeda-beda. Mengingat pengalamannya yang panjang sebagai melting pot, tidak heran jika hingga saat ini Medan masih dikenal sebagai daerah yang aman dari berbagai kerusuhan antaretnis. Semua ras dan etnis di sini tidak ada yang ingin menonjol atau saling menjatuhkan.

Kebayoran Baru, Tidak seperti Dulu Gedung Juang, Saksi Bisu Perlawanan Warga Bekasi

Datang ke Medan, Wisata ke Masa LaluJuly 2nd, 2001

DI abad lalu, Medan adalah kota milik orang-orang kaya. Maklum, ini adalah daerah perkebunan, dan hasil perkebunan adalah komoditas yang selalu laku untuk dijual. Maka, banyak sekali bangunan besar dan juga rumah besar yang dibangun dari pertengahan abad XIX sampai pertengahan abad XX di Medan ini. Dan sebagian besar bangunan tua itu masih ada sampai kini, indah dan memberikan gambaran utuh pada Kota Medan di masa lalu. Mengunjungi Kota Medan tidaklah lengkap tanpa menengok bangunan-bangunan tua yang ada di sana. Beberapa tahun lalu, beberapa bangunan bersejarah ini sempat dihancurkan. Namun, sejak berdirinya Badan Warisan Sumatera (BWS) 29 April 1998, bangunan-bangunan tua di Medan relatif aman dari penghancuran karena BWS akan mati-matian mempertahankan setiap bangunan bersejarah yang ada di Medan ini. Dengan menyebarnya berbagai bangunan tua di Medan, sebenarnya menjadi sulit bagi pendatang untuk dapat menikmati Medan Tempo Doloe pada sebuah kunjungan. Namun, ada sebuah titik di Kota Medan yang mempunyai kepadatan bangunan bersejarah sangat tinggi, yaitu Lapangan Merdeka dan sekitarnya. Dengan mengunjungi Lapangan Merdeka, kita sudah merasa seakan terlempar ke abad lalu. Pohon-pohon raksasa menghiasi alun-alun ini. Sementara di sekitar kita, paling tidak ada sebelas bangunan tua yang relatif masih utuh seperti saat didirikan. Salah satu kelemahan Lapangan Merdeka adalah, pembangunan dan perawatan oleh Pemerintah Kota saat ini sering mengabaikan masalah kontinuitas desain. Banyak tambahan ornamen baru yang tidak nyambung dengan suasana yang sudah ada. Pagar Lapangan Merdeka, bentuk trotoar dan lampu jalanan tidak menyatu dengan suasana sekitarnya. Ada perpaduan yang buruk antara masa lalu dan masa kini. MARI kita mulai berwisata ke masa lalu di Lapangan Merdeka. Kita berdiri di tepi Lapangan Merdeka di seberang ujung Jalan Raden Saleh, menghadap ke selatan. Di ujung Jalan Ahmad

Yani tampak dua gedung tua yang megah. Di kiri adalah Gedung Jakarta Lloyd (2). Saat gedung itu didirikan, ia adalah kantor perusahaan pelayaran The Netherlands Shipping Company dan sempat menjadi Kantor Rotterdams Lloyd. Di seberang Gedung Jakarta Lloyd adalah Gedung PT London-Sumatera-Indonesia (1). Gedung juga ini sering disebut Gedung Juliana. Saat didirikan, gedung ini milik , Harrison & Crossfield sebuah perusahan perkebunan Inggris. Lift di dalamnya buatan tahun 1910 dengan dekorasi dari besi yang indah bergaya Art Deco. Yang lebih hebat, Gedung Harrison & Crossfield di London sana, desainnya justru menjiplak gedung cabangnya yang di Medan ini. Sekarang kita berpaling ke kanan sedikit. Antara Gedung PT Lonsum dan Jalan Raden Saleh, ada dua gedung indah yaitu Gedung Bank Bumi Daya (3) dan Gedung BankExim (4). Kedua gedung ini dulunya merupakan gedung milik The Netherlands Trading Campany atau Nederlandsche Handel Maatschappij sampai tahun 1929. Mari kita berpaling makin ke kanan. Tepat di depan kita berdirilah Balaikota Medan lama (5). Kita sebut lama karena Balaikota Medan yang sebenarnya adalah bangunan modern di belakang gedung ini. Balaikota Medan lama ini menyimpan beberapa sejarah pembauran Kota Medan. Dibangun sejak tahun 1906, pada tahun 1913 gedung ini menerima sumbangan jam untuk menaranya dari Tjong A Fie, mayor Cina Medan yang sangat kaya dan dermawan. Di sebelah kiri balaikota lama, terletak Gedung Bank Indonesia (6) yang dulunya adalah Gedung Javasche Bank. Di bangun tahun 1910 oleh firma arsitek Hulswit and Fermont dari Weltevreden dan Ed Cuypers dari Amsterdam, gedung ini mengambil gaya klasik dengan beberapa ornamen gaya Jawa. Akhirnya, untuk sisi barat Lapangan Merdeka, wisata masa lalu kita berakhir di Hotel Darma Deli (7). Membandingkan foto hotel ini pada masa lalu dan masa kini, kita tentu menyayangkan pelebaran jalan di depannya yang sungguh menyerap keindahan hotel ini besar-besaran. Namun apa daya, pembangunan dan perkembangan Kota Medan mengharuskan pelebaran Jalan Balaikota ini. Hotel Darma Deli adalah penerus Hotel de Boer. Beberapa aksesori Hotel de Boer dipajang di bagian dalam Hotel Darma Deli yang kini milik Pemda Medan bersama Hotel Dirga Surya ini. Pada tahun 1930, Hotel de Boer memiliki 120 kamar. Tamu paling penting yang pernah menginap di Hotel de Boer adalah spion Matahari yang bernama asli Margaretha Geertruida Zelle, serta Raja Leopold dari Belgia. SEKARANG kita menghadap ke utara. Tepat di depan kita adalah Gedung Kantor Pos Besar Medan (8). Saat didirikan tahun 1909-1911 oleh arsitek Snuyf yang merupakan Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia, gedung ini adalah karya besar pertama Snuyf. Walau saat ini tampak indah, arsitek Cor Passchier, teman Snuyf pernah mengomentari gedung ini sebagai sedang mencari-cari bentuk arsitektur. Dan tepat di sisi Gedung Kantor Pos, berdirilah Gedung Bank Central Asia (9) yang dulunya merupakan Gedung Witte Societeit pada tahun 1886. Kita beristirahat sejenak setelah dijejali deretan gedung-gedung tua indah dan bersejarah tadi. Masih ada dua obyek yang akan kita datangi. Tapi mari kita santai sejenak menikmati pohon-

pohon raksasa di Lapangan Merdeka. Menilik diameter batangnya, sungguh pohon-pohon ini tampak jelas telah berumur lebih dari seratus tahun. Alun-alun dengan pohon-pohon besar sudah tidak banyak di Indonesia ini. Lapangan Merdeka sampai saat ini masih berfungsi sebagai alunalun Kota Medan. Shalat Idul Fitri misalnya, masih mengambil tempat di lapangan berumput rapi ini. Akhirnya, wisata masa lalu kita memang harus berakhir di tepi tenggara Lapangan Merdeka. Setelah mengunjungi Jembatan Titi Gantung, yaitu jembatan yang melintas di atas rel kereta api (10) serta Gedung Bank Pembangunan Indonesia (11), bisa dikatakan kita telah merasakan suasana Medan abad lalu. Sepotong Lapangan Merdeka, sepotong Medan dan sepotong sejarah Indonesia yang indah.

M

edan, ibu kota Sumatera Utara, merupakan kota pusat ekonomi dan komersial terbesar

di Sumatera. Kota ini terus bertumbuh menjadi pusat bisnis dan menjadi pintu gerbang ke Sumatera Utara, tempat dimana wisatawan datang untuk berpetualang di dataran tinggi Danau Toba atau memasuki liarnya hutan lebat Sumatera. Dahulu, Medan merupakan rumah bagi para pedagang dan pelaut. Mereka bernaung di bawah kekuasaan Kerajaan Melayu Islam hingga akhirnya Kesultanan Aceh Darussalam berhasil menaklukkannya. Selama masa konflik, lokasi daratan digunakan sebagai medan perang antara dua kerajaan sehingga ada asumsi kata medan diterjemahkan secara harfiah dari kata lapangan atau medan.

Sejarah modern Medan telah dimulai pada 1860an ketika para pendagang menyadari potensi tanah vulkanik yang kaya untuk perkebunan. Tahun 1865 seorang pengusaha Belanda memperkenalkan tembakau di daerah tersebut sehingga mengantarkan Medan pada masa kemakmuranya. Alasan ini menyebabkan masuknya investasi asing dan aliran kapitalis Eropa. Tanaman tembakau, karet, kelapa sawit dan teh ditanam hapir di semua area di Medan. Dari sebuah desa kecil berikutnya Medan tumbuh menjadi sebuah kota kolonial yang makmur. Tahun 1886 Belanda menjadikan Medan sebagai ibu kota Sumatera Utara hingga membuat penduduk Medan membengkak menjadi sekitar 80.000. Kini populasi warga Medan beragam, hampir setiap etnis ada di sini, seperti Batak, Melayu, Jawa, Minang, Aceh, India dan Cina. Sekarang menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia. Pengaruh masa lalunya yang gemilang sebagai penghasil perkebunan meninggalkan jejak arsitektur Eropa di berbagai bangunan kota.

Alhasil, saat ini Medan menjadi sebuah kota dengan perpaduan gaya hidup modern dan warisan kolonial. Mengasyikkan melihat objek wisata Taman Buaya Asam Kumbang (Crocodile Farm) sekitar 10km dari jantung kota. Tempat ini memiliki hampir 2.000 buaya dari berbagai ukuran dan spesies. Anda dapat melihat reptil ini menikmati makanan mereka dangan mencabik sampai hancur menggunakan gigi yang tajam. Anda bisa mempelajari lebih lanjut tentang hewan tersebut di sini. Souvenir yang terbuat dari kulit buaya juga dijual di sini. Tempat pembiakan buaya ini buka pukul 9:00 hingga 17:00. Menikmati budaya dan memperkaya diri mengenai tradisi Indonesia dengan berkunjung ke Museum Negara adalah hal yang jangan dilewatkan. Di sini Anda bisa menemukan koleksi menarik peninggalan arkeologi berupa patung-patung abad ke-12 hingga sisa-sisa makam tokoh Islam.

Masjid Agung Medan adalah pemandangan yang mengesankan lengkap dengan kubah Arabesque dan lampu kristal. Di Istana Sultan Maimun Anda dapat melihat foto dan memorabilia masa-masa kejayaan kerajaan ini. Desain bangunan mencerminkan pengaruh Melayu tersebut dicat kuning yang menjadi warna kerajaan Melayu. Medan adalah tempat yang ideal untuk memulai petualangan Anda ke hutan Sumatera Utara yang liar. Hubungi tur operator di Medan untuk mengatur tur arung jeram atau trekking yang pasti akan membuat Anda terpesona keindahan alamnya. Makanan di Medan seperti kebanyakan makanan ada di Sumatera yaitu bercita rasa pedas. Akan tetapi, jika Anda tidak suka makanan pedas maka masih dapat menemukan makanan yang sesuai dengan selera. Dari warung harga murah disisi jalan hingga ke restoran Cina, Jepang dan Korea, tersedia di sini. Di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Tip Top Caf merupakan kafe yang cukup dikenal masyarakatnya. Kafe ini adalah sebuah tempat yang nyaman untuk bersantai dan menikati kue gaya Durth. Medan dihiasi oleh PKL yang menawarkan berbagai macam masakan tradisional. Meskipun tempat ini tidak terlihat mewah namun menyajikan makanan lokal yang murah dan lezat. Temukan tempat makan populer lainnya di Jalan Selat Panjang yang ramai di malam hari dengan makanan yang siap memuaskan lidah.

Anda bisa pergi ke Jalan Merdeka berada tepat di jantung Kota Medan. Lokasinya pas di kawasan Lapangan Merdeka, tak jauh dari kantor Pemerintahan Kota Medan. Tempat ini merupakan tempat nongkrong paling diminati anak muda Medan dengan banyak pilihan kafe dan restoran Durian yang populer di seluruh Indonesia adalah durian dari Medan. Buah berduri memiliki rasa dan bau yang sangat khas tersebut tersedia di berbagai sudut kota. Duduklah dengan penduduk setempat di sebuah warung di pinggir jalan dan menikmati beberapa durian menggugah selera. Jika rasanya terlalu kuat bagi Anda, Anda mungkin ingin mencoba kue durian sebagai gantinya. Untuk camilan buah kering dengan taburan gula dapat Anda temukan di Pasar Rame yang buka dari pagi sampai sore. Temukan tempat ini di samping Plaza Thamrin. Medan ramai dengan pusat perbelanjaan dan mall. Jika Anda menyukai barang-barang antik maka arahkan langkah ke Jalan A. Yani yang menjual segala macam barang antik khas Batak, Aceh dan Minang. Berbelanja pakaian? Cobalah pergi ke Monginsi di Plaza atau penduduk setempat menyebutnya dengan Monza, kependekan dari Monginsi di Plaza. Nama ini diinspirasikan dari nama kawasan Jalan Monginsidi di Kota Medan yang menjadi pusat penjualan barang second hand. Plaza ini ini merupakan pusat perbelanjaan segala bentuk baju, kaos, celana panjang, celana pendek, baju wanita, jaket, sepatu, tas dan aneka barang lainnya yang semuanya adalah barang second hand Di Kampung Cina Medan di sekitar Jalan Sutomo Anda akan menemukan segala sesuatu muai dari perkakas berat sampai bak mandi. Pastikan Anda mengawasi tas Anda karena di sini banyak copet. Medan terkenal dengan bika ambonnya. Kue ini adalah kue lezat yang terbuat dari tepung beras. Kunjungi Jalan Majapahit untuk membeli bika ambon dan sirup marquisa terbaik. ndonesia Corporate Meeting and Incentive Travel Mart (ICMITM) 2012 akan digelar di Santika Premiere Dyandra Hotel and Convention Centre, Medan, pada 8-12 Mei 2012. ICMITM kali ini memasuki tahun ke-5 dan merupakan ajang business travel mart terbesar di Indonesia.

ICMITM 2012 merupakan ajang business travel mart yang berfokus pada industri MICE di Indonesia sekaligus memfasilitasi networking antara sellers Indonesia dengan corporate buyers. Diperkirakan ajang ini akan memberikan sekira 10.000 peluang one on one business appointment khususnya bagi industri MICE di Indonesia.

ICMITM 2012 menghadirkan lebih dari 100 perusahaan multinasional yang merupakan klien korporasi BDAE (Bank Danamon American Express Corporate Card) dari dalam maupun luar negeri, seperti: Singapura, Malaysia, Filipina, India dan Cina.

Acara ini juga menghadirkan para penyedia jasa meetings dan incentive travel di Indonesia. Bukan hanya sekadar table top saja, para pembeli juga nantinya akan diajak berjalan-jalan dan bermalam di Danau Toba dengan harapan para pembeli lebih mengenal Medan sebagai destinasi wisata.

Indonesia Corporate Meeting and Incentive Travel Mart (ICMITM) 2012 terselenggara atas kerja sama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Bank Danamon American Express Corporate Card, dan pemerintah Kota Medan yang giat mempromosikan Green and Creative Tourism - Visit Medan Year 2012. Sumatera International Travel Fair (SITF) 2012 yang ke-6 akan diselenggarakan pada 3-5 Juni 2012, bertempat di Tiara Convention Center, Medan, Sumatera Utara. Pameran ini juga akan dimeriahkan Kuliner Fiesta dan pertunjukan budaya dari berbagai provinsi di Sumatera. Sumatera International Travel Fair 2011 digelar dalam rangka IMT-GT (Indonesia-MalaysiaThailand Growth Triangle). Acara ini bertujuan untuk menarik lebih banyak lagi pembeli dan penjual internasional. Hingga saat ini berbagai pihaktelah mengkonfirmasikan keikutsertaan mereka dalam pameran ini, yaitu meliputi: 7 pembeli dari Eropa, 6 dari India, 1 dari Cina, 4 dari Yogyakarta, 1 dari Bandung, dan 20 PCO (Professional Convention Organizers). Sebanyak 66 booth akan digunakan oleh agen perjalanan dari Indonesia di bawah koordinasi Garuda Indonesia, hotel-hotel di Sumatera, serta agen perjalanan dari provinsi Sumatera Barat dan Riau, Sumatera Utara dari Kabupaten Simalungun, serta Jakarta Selatan. Dalam acara ini juga akan hadir Singapore Toursim Board, Malaysia Tourism Promotion Board, dan TAT Thailand. Travel Fair akan menampilkan Business Contact dan Tourism Gathering dengan pembicara Esther Chin dari biro Thailand Convention and Exhibition, Mr. Ong Bang Seang, CEO Penang International Sports Arena, Malaysia, dan Putu Juarez Robin Putra, Ketua DPD Society of Indonesian Professional Convention Organizers (SIPCO) Bali. Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi alamat berikut. Sekretariat Sumatera Jalan Sei Batang Serangan No. Fax: +6261 E-mail:[email protected] Promo 20119 4158253

148

Medan

Informasi tentang MICE di Medan, silakan kunjungi: Meetings and Conventions in Medan Tempat Tujuan Wisata Terkait

Medan Halaman 1

FUNGSI Kebijaksanaan konvensional Corp I-1 PUSAT KONVENSI UNSUR UTAMA Paragraf-paragraf berikut ini memberikan penjelasan singkat dari masing-masing ruang utama yang diperlukan untuk fasilitas konvensi. Narasi ini singkat menjelaskan persyaratan fungsional dasar untuk jenis ruang dan hubungan yang diperlukan untuk ruang yang berdekatan. Mana penting untuk fungsi, dasar persyaratan untuk sistem teknis seperti utilitas menyalakan dan peredupan, telepon dan data distribusi, dan perlengkapan audio visual juga dijelaskan. Tabel berikut mengidentifikasi kategori utama ruang berdasarkan fungsi dan bidang proyeksi diperlukan untuk setiap. Ruang Fungsional Deskripsi Area di SF Lobbies Publik, Concourses & Registrasi 169,200 Pameran Daerah 270,000 Majelis Spaces 133,000 Depan-of-House Dukungan Daerah 34,600 Back-of-House Layanan Daerah 206,380 Makanan Layanan Daerah 30,500 Administrasi Kantor 11,650 Vertikal Sirkulasi 59,030 Terlampir Luas Bangunan 915,030 Unenclosed Daerah 37,200 CC Gross Area Program

952,230 Kedatangan Zona Situs harus menyediakan akses untuk zona kedatangan sepanjang satu wajah gedung yang untuk bus antar-jemput, taksi dan limusin untuk menurunkan penumpang mereka. Konfigurasi zona kedatangan harus mengakomodasi jari-jari berputar dan loading untuk bus pelatih. Ruang terbuka adalah pintu masuk hujan yang dilindungi di luar ruangan untuk bangunan dan jelas harus membentuk garis demarkasi visual antara pejalan kaki dan kendaraan. Pemisahan ini mungkin terdiri dari fitur seperti warna-banded aksen trotoar, bollards atau pekebun yang menyediakan untuk bebas arus pejalan kaki sementara membatasi akses kendaraan. Seharusnya tidak ada "trotoar" tradisional atau roda berhenti yang dapat tersandung bahaya pada transisi dari eksterior untuk ruang interior. Sebuah ditambahkan manfaat dari konsep ini selesai ADA akses. Off-site, signage terarah ke area parkir harus disediakan pada pendekatan utama terhadap properti untuk peserta terpisah yang pertama berhenti adalah area parkir. Di situs, arus lalu lintas harus memungkinkan nyaman akses ke parkir bagi kendaraan pribadi muat penumpang di pintu. Halaman 2 FUNGSI Kebijaksanaan konvensional Corp I-2 Untuk acara fitur dan fungsi yang lebih formal - unveilings produk baru, hitam-dasi makan malam atau resepsi - sebagian dari daerah ini dapat dikonversi menjadi pintu masuk seremonial. The "karpet merah" pengobatan harus dibuat dengan dekorasi sementara; built-in fitur yang tidak diinginkan. Menyediakan akses dan / atau area pementasan untuk layanan limusin dan parkir valet. Khusus pencahayaan untuk kanopi akan menjadi penting, pengaturan mood untuk pertemuan malam formal. Kombinasi sumber pencahayaan akan diperlukan untuk memungkinkan beberapa adegan untuk diprogram. Pendaftaran dan Prefunction Skala besar pendaftaran harus terjadi baik hanya di dalam zona kedatangan atau di ruang prefunction luar ruang pameran. Kedalaman ruang prefunction harus memungkinkan untuk node pendaftaran yang akan didirikan di vestibules lobi atau di terminal melebar agar tidak mengganggu lateral yang

sirkulasi. Harus ada ruang yang tersedia untuk meninggalkan sejumlah kecil stand pendaftaran mengatur di luar area pameran untuk seluruh acara dan menggunakan area lobi tersisa untuk prefunction kegiatan. Halaman 3 FUNGSI Kebijaksanaan konvensional Corp I-3 Konfigurasi ini harus memberikan kedalaman yang cukup di bidang pendaftaran antrian. Keterbukaan ruang lobi harus memungkinkan cukup ruang untuk setup pendaftaran fleksibel baik menggunakan strip-atau konfigurasi pulau. Harus ada ruang yang cukup dalam concourses prefunction untuk pendaftaran meja untuk lebih kecil peristiwa hanya menggunakan ruang pertemuan. Pameran Ruang Ini ruang yang fleksibel dimaksudkan untuk menjadi jantung pusat konvensi. Tata letak fisik dari ruang harus memenuhi persyaratan dasar dari sebuah ruang pameran dan ruang secara keseluruhan harus dibagi pada petak-petak ukuran kurang lebih sama. Permukaan dinding pembatas dan kolom struktural harus tahan lama dan sedikit "tidak ramah" untuk sentuhan manusia hingga delapan atau sembilan meter di atas lantai. Hal ini akan meningkatkan kemampuan mereka permukaan untuk membutuhkan perawatan yang rendah. Tata letak dasar lorong mengikuti 30-kaki dengan 30-kaki jaringan yang berasal dari 10kaki oleh 10-kaki stan, blok bangunan dari konvensi dan pameran dagang industri. Modul stan-stan-lorong mungkin diatur sepanjang sumbu baik tergantung pada organisasi acara tertentu atau preferensi untuk aliran. Itu umumnya merupakan ide yang baik untuk memiliki kemampuan untuk mencari stand sehingga mereka dapat melakukan back-up ke perimeter dinding. Hal ini tidak mungkin namun, pada titik-titik yang diperlukan akses dan jalan keluar, dan unjalur akses yang diperlukan harus dihindari. Pintu masuk ke ruang pendukung harus memiliki pintu ke menghubungkan daerah layanan dan bukan dari dalam ruang pameran, terutama jika dapat diantisipasi bahwa akses mungkin diperlukan selama acara aula sedang berlangsung. Kolom bebas ruang pameran tidak wajib tetapi dianggap lebih diinginkan untuk pertemuan

perencana. Ketika kolom yang digunakan, lokasi mereka kadang-kadang bisa lebih kritis dari spasi. Jika kolom yang digunakan, menjaga jarak kolom pada kelipatan 30 kaki dengan minimal 90 meter persegi. Ruang pameran harus dibagi menjadi empat atau lima bagian yang kurang lebih sama menggunakan dinding dioperasikan. Itu tinggi jelas minimum untuk obstruksi apapun harus 30 kaki. Struktur biaya overhead harus dirancang untuk memungkinkan gulungan pencahayaan, layar proyeksi, spanduk atau konvensi terkait bahan untuk digantung di langit-langit di lokasi tertentu. Desain Beban Lantai harus dirancang untuk menampung 350 per pemuatan kaki persegi, yang merupakan diterima "standar industri" untuk lantai pameran dagang. Poin tergantung tetap dikoordinasikan dengan overhead struktur, bersiap untuk pembebanan lateral. Utilitas Koneksi Daya listrik, telepon dan layanan data harus disediakan di cor-di-tempat kotak lantai pada 30 kaki layout grid persegi. Kombinasi konfigurasi daya yang dibutuhkan, termasuk 208volt 3 fase, 100-amp layanan dan beberapa 110-volt 20-amp sirkuit ke outlet kenyamanan. Untuk telekomunikasi, menyediakan minimal enam (6) individu Kategori 6 kabel untuk setiap kotak lantai untuk suara / data outlet dengan terminasi untuk patch panel yang terletak di lemari layanan atau utilidor. Menyediakan empat Halaman 4

FUNGSI Kebijaksanaan konvensional Corp I-4 (4) masing-masing kabel serat single-mode dan multi-mode optik dari setiap kotak lantai ke telepon yang terdekat lemari, dengan akses melalui teluk Patch ke backbone serat optik. Menyediakan saluran kosong dari lokasi lantai yang dipilih ke terowongan layanan / mezzanine atau layanan lainnya daerah untuk digunakan oleh staf dukungan teknis untuk sementara kontrol rute, mikrofon, daya tambahan dan kabel lainnya. Air, saluran air dan udara tekan harus disediakan pada dinding perimeter dan dalam kotak lantai yang dipilih. Penerangan Campuran efisiensi tinggi, non-dimmable logam halida dan dimmable atau melangkah neon pencahayaan

jenis dianjurkan. Pembagian ruang akan menentukan zona pencahayaan kontrol individu. Setiap divisi harus dikoordinasikan dengan orang lain ketika ruangan digunakan dalam konfigurasi terbuka. Cahaya tingkat akan menjadi variabel untuk menampung berbagai kondisi standar pemakaian - pindah in / out, publik perakitan, pameran pameran dagang dan presentasi multimedia. Menyediakan fitur untuk penerangan, mikrofon dan koneksi audio visual di meja kepala khas dan tahap lokasi di masing-masing divisi aula. Lokasi terpencil untuk panel kontrol akan dibutuhkan. HVAC Kontrol untuk sistem HVAC akan dikategorikan sesuai divisi pameran aula. Peralatan harus tertutup dalam mezzanine berada di sekitar perimeter dan dapat diakses dari daerah layanan tanpa mengganggu acara yang sedang berlangsung. Minimalkan getaran dan transmisi suara antara penanganan udara peralatan dan ruang pameran. Back-of-House dan Dock Memuat Idealnya, harus ada akses langsung dari dermaga pemuatan ke ruang pameran untuk memfasilitasi langkahdi / pindah-out. Setiap divisi harus memiliki aula pintu masuk layanan sendiri. Lintas sirkulasi pada loading dermaga harus memungkinkan setiap tempat parkir kendaraan untuk memiliki akses ke setiap pintu masuk aula layanan. Layanan dan lift barang akan dapat diakses langsung dari dermaga. Banyak fungsi biasanya bersaing untuk ruang sepanjang dinding belakang interior ruang pameran. Publik toilet dan konsesi membutuhkan visibilitas dan signage untuk digunakan peserta. Fungsi pendukung akan mencakup ruang penyimpanan, lokakarya dan lemari untuk peralatan listrik atau telepon. Darurat keluar dari tingkat atas (jika demikian dikonfigurasi) baik akan tangga menara atau keluar horizontal, tergantung pada kode persyaratan dan pendekatan akhir. Ruang Pertemuan Grup ruang pertemuan harus didistribusikan di seluruh fasilitas. Sebuah campuran ukuran dapat diterima selama akses dan fasilitas pendukung seperti toilet, telepon dan sirkulasi vertikal isyarat dekatnya, dan visual berlokasi disediakan untuk berorientasi pengguna untuk fasilitas secara keseluruhan. Pendaftaran acara dapat diatur di concourse dan / atau di pintu masuk ke kamar individu. Kamar harus dibagi lagi dengan partisi bergerak pada 30 kaki di pusat, dengan pembagian ruang minimum

30 ft x 60 ft modul menggunakan grid 30-kaki struktural. Optimal proporsi untuk fullpertemuan terbuka Halaman 5

FUNGSI Kebijaksanaan konvensional Corp I-5 kamar 1,5:1 dan tidak boleh melebihi 2:1 pada hal apapun. Semua ruang pertemuan dibagi harus memiliki 16 minimal kaki tinggi langit-langit untuk mengakomodasi penggunaan proyektor audio visual dengan pembicara platform. Ruang pertemuan yang lebih besar harus meningkatkan ketinggian langit-langit secara proporsional. Setiap ruang pertemuan akan diprogram adegan pencahayaan, akses ke televisi kabel hook-up, dan akses ke area penyimpanan terdekat untuk duduk stackable dan tabel. Setiap ruang pertemuan harus memiliki tackable permukaan dan gambar-bahan tahan lama menggantung rel pada setidaknya satu dinding permanen, tetapi lebih harus digunakan untuk setidaknya terendah empat kaki untuk perlindungan ware dan pertimbangan pemeliharaan. Kamar-kamar harus berkarpet, menggunakan pola perbatasan di perimeter dan pola geometris ulangi untuk membantu tata letak ruangan dan keselarasan mebel. Langit-langit coffered harus mencakup perlengkapan pijar untuk tingkat pencahayaan rendah dan kombinasi pencahayaan cove pijar dan neon yang akan digunakan untuk penerangan umum. Pencahayaan kontrol untuk on / off dan peredupan akan kompatibel dengan divisi kamar. Menyediakan untuk penggunaan suara penguatan sistem dengan jack untuk mikrofon, koneksi pencatatan dan sistem siaran untuk baik audio dan video akan diperlukan. Redaman suara antara ruang rapat, koridor pelayanan, dan sistem mekanis harus ditangani. Struktur-borne getaran tidak akan diterima. Koridor Layanan menyediakan akses ke bagian belakang ruang rapat. Tata letak harus memberikan pelayanan akses ke semua ruang pertemuan dan perjamuan tanpa melintasi ruang publik. Koridor harus mengakomodasi keluar, penyimpanan sementara dan pelayanan makanan. Jika memungkinkan, lebar 30-kaki modular harus disediakan untuk mengakomodasi semua fungsi ini secara bersamaan. RAPAT RUANG FIXED PARTISI PUBLIK LOBI & SIRKULASI

BELAKANG KORIDOR RUMAH / Keluar PENYIMPANAN / Staging ZONA PANEL ST. PANEL ST. PENDAFTARAN Gerobak / REF. ICE / KOPI Gerobak / REF. PENYIMPANAN 10 ' PENYIMPANAN / Staging ZONA 30 ' 30 ' Bergerak PARTISI 7' Halaman 6 FUNGSI Kebijaksanaan konvensional Corp I-6 Ballroom Ruang dansa adalah ruang, besar bebas kolom yang harus dibagi menjadi sedikitnya tiga bagian. -Nya fitur termasuk langit-langit selesai, campuran pencahayaan jenis termasuk neon, pijar dan pencahayaan khusus untuk fitur arsitektur dan khusus peristiwa; dan karpet berkualitas tinggi. Batal tinggi untuk penghalang langit-langit harus 30 kaki. Tingkat pelayanan tertinggi di ballroom akan untuk perjamuan fungsi. Pada 50.000 kaki persegi, ruangan ini harus dapat melayani 3.000 orang dengan nyaman menggunakan 72-inch tabel diameter. Kuliah atau mirip presentasi menggunakan gaya teater tempat duduk bisa host hingga 4.000 orang. Layout ini didasarkan pada grid struktural dengan 30 kaki koridor pelayanan yang luas di seluruh dimensi panjang dari ruang ini. Koridor ini akan digunakan sebagai sebuah pementasan daerah selama acara. 30-kaki dimensi tersebut termasuk meja dan kursi penyimpanan dalam relung, makanan pekerjaan pelayanan daerah, dan daerah keranjang makanan pementasan. Menjaga 20 kaki yang jelas untuk kembali sirkulasi dan keluar rumah. Itu dapur harus memiliki akses langsung ke layanan koridor serta lift pelayanan makanan khusus.

Untuk sesi umum atau presentasi perjamuan, pencahayaan harus memiliki hubungan arus fleksibel dan peredupan kontrol dikategorikan ke divisi kamar. Kecenderungan industri baru-baru ini telah menggunakan ballroom untuk lebih teatrikal presentasi, yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan kapasitas rigging dan daya listrik untuk penerangan produksi panggung dan sistem suara. Setiap divisi ruang harus memiliki dukungan untuk lokasi meja kepala. Biasanya, akan terjadi sekali dalam setiap istirahat individu kamar dan di salah satu dari dua dinding ruangan ketika digunakan dalam penuh terbuka kondisi. Fitur khusus terjadi di setiap lokasi meliputi: Mikrofon jack. Individu cahaya sirkuit untuk menampilkan pembicara kunci atau peredupan untuk A penggunaan / V. Melacak pencahayaan. Speaker Overhead kabel ke saklar membunuh untuk mengurangi umpan balik. Halaman 7 FUNGSI Kebijaksanaan konvensional Corp I-7 Tengah Dapur Dapur pusat awalnya diharapkan menjadi layanan penuh perjamuan dapur yang terutama akan melayani ruang dansa. Makanan juga akan dilayani di ruang pameran serta ruang pertemuan berbagai. Itu desain kapasitas untuk melayani salad, hidangan utama, sayuran dan makanan penutup akan tingkat produksi 3.500 hingga 4.000 kali per jam. Sebuah wilayah dermaga khusus harus disediakan untuk pengiriman dapur. Sebuah inti vertikal untuk lift pelayanan dan sampah antara tingkat diperlukan di dekatnya, dengan back-dari-rumah akses ke semua daerah pada semua tingkat diperlukan. Sebuah pintu masuk bangunan terpisah untuk karyawan layanan makanan yang diinginkan dengan daerah staf pendukung seperti sebuah ruangan kecil ganti dan daerah pengarahan dekatnya. An, tertutup ber-AC sampah kamar di dermaga harus disediakan. Gerobak makanan portabel servis harus digunakan untuk menampilkan kopi spesial, kue kering dan makanan ringan lainnya

item di daerah prefunction. Setiap "food court" kemampuan akan dibuat dengan menggunakan unit-unit portabel, dengan listrik, telepon, air dan koneksi saluran yang disediakan di daerah yang dipilih. Built-in konsesi berdiri harus disediakan di atau berdekatan dengan ruang pameran. Klien Dukungan Daerah Berbagai ruang yang diperlukan untuk mendukung klien dari fasilitas, dari peserta konvensi untuk menunjukkan manajemen. Ini termasuk toilet umum, ceruk telepon dan layanan concierge atau Gerai informasi. Sementara acara kantor, ruang pendaftaran khusus penyimpanan dan pusat kamar rekaman akan diberikan untuk manajemen acara. Karyawan Dukungan Staf daerah dukungan harus terpusat di dekat pintu masuk karyawan yang berdedikasi dan memiliki akses mudah untuk back-dari-rumah koridor layanan. Setelah melewati keamanan gedung kantor, anggota staf penuh waktu akan memiliki akses ke daerah ganti. Seragam akan dikeluarkan untuk paruh waktu staf pelayanan makanan dari kantor dekat dapur. Daerah dukungan teknis meliputi kontrol pusat dan ruang penyimpanan untuk pencahayaan, suara dan terdistribusi televisi sistem. Telekomunikasi dan dukungan data harus ditempatkan dengan saklar dekat layanan pintu masuk gedung. Teknik, dan pemeliharaan listrik toko harus ditempatkan pada dinding luar struktur dekat dermaga dengan akses mudah ke lantai pameran. Daerah ini akan rumah toko pertukangan, listrik dan fungsi perbaikan radio, kru setup dan rumah tangga dan non-teknis staf yang mendukung operasi harian bangunan

Visi, Tujuan, BudayaVisi

Terinspirasi orang menciptakan peristiwa luar biasa.Kami Inti Tujuan

Kami Meeting Place Kanada. Ottawa Convention Centre menyediakan tahap di mana Kanada dan tamu dari seluruh dunia berkumpul di Ottawa, Modal kita, untuk belajar dan tumbuh dengan berbagi pengetahuan, pandangan dan praktek.

Ekonomi kami Mandat

Ottawa Convention Centre beroperasi secara menguntungkan dan menghasilkan dampak ekonomi positif untuk Modal Daerah Nasional, Provinsi Ontario dan mitra industrinya.Konvensi Ottawa Centre Konsep Bisnis

Siapa kami - Apa yang kita lakukan

Kami Meeting Place Kanada. Kami menyediakan tahap di mana Kanada dan tamu dari seluruh dunia berkumpul di Ottawa, Modal kita, untuk belajar dan tumbuh dengan berbagi pengetahuan, pandangan dan praktek. Kami adalah agen propinsi / Crown mengoperasikan konvensi kelas dunia dan tempat peristiwa. Kami menawarkan produk berkualitas dan pelayanan yang diberikan dengan cara yang efisien dan efektif. Kami menjual makanan, minuman, ruang dan layanan tambahan. Kami adalah mitra dalam daya tarik konvensi ke kota.

Budaya kami Creed

Ottawa Convention Centre Kebudayaan didefinisikan dengan fokus tunggal pada mewujudkan Visi kami "Orang Terinspirasi Membuat Kejadian Luar Biasa" ... dan dengan hidup Komitmen Bersama kami dimana seluruh potensi dan ambisi Kolega kami dan tamu tercapai. Keunggulan dari Budaya kita adalah pemimpin yang kuat dan bertanggung jawab, Kolega diberdayakan dan tamu setia.

Sejarah dan BudayaMENGAPA LANCASTER ADALAH KOTA Berharga

Lancaster, kecil tercinta dan berkembang kota di Amerika, didirikan tahun 1709 oleh imigran Jerman yang akan datang dikenal sebagai Deutsch Pennsylvania, atau "Belanda". Tokoh warga John Wright bernama kota setelah Lancaster, Inggris, tempat ia secara resmi tinggal. Selama 1700-an, Lancaster Penn Square, menjadi pusat komersial sipil, sosial dan, kota. Raja dan Ratu Jalan yang ramai dengan perdagangan sampai penutupan abad 19. Kebangkitan bersejarah dan gerakan pelestarian, yang dimulai pada awal tahun 1970, berpusat di Kota Lancaster Lama kabupaten. Timur Vine Street dianggap sebagai salah satu bagian paling awal dikembangkan secara komersial kota, dengan beberapa struktur sejak hampir 300 tahun. Bangunan di South Queen Street telah tanggal untuk peristiwa yang terjadi selama Revolusi Amerika dan Perang Saudara, sementara Utara Queen Street telah menjadi area komersial yang penting untuk lebih dari 275 tahun.

Di Jalan Chestnut terdekat Anda akan menemukan pilihan kota yang paling padat bergaya Victoria rumah dan rumah mewah. Gaya, yang populer 1840-1910, didukung oleh boom industri di pertengahan abad ke-19.Tanggal

19-an dan awal 20 th Century-karya terkenal Lancaster arsitek C. Emlen Perkotaan adalah kunci dari karakter keseluruhan dan substansi lingkungan kota dibangun. Contohnya termasuk Sekolah Stevens megah berhias Tinggi, Pasar Selatan Lancaster, Reynolds Middle School, Grace Lutheran Church, Gedung Lancaster Kota, faade sendiri ikonik kita tentang Watt & Shand mantan Department Store, dan rumah yang menakjubkan dari lingkungan West End yang di Lancaster awal pinggiran. LANCASTER HARI INI Downtown Sebuah Lancaster menawan dan canggih terus berkembang dan berkembang sebagai bab menarik yang mantan sejarah yang diawetkan berkat kepemimpinan museum dihormati banyak dan atraksi budaya. The Heritage Center Museum, Pasar Tengah, Fulton Teater, Demuth Museum di Wheatland Presiden James Buchanan, dan Tour Lancaster Bersejarah Berjalan adalah hanya sampling dari atraksi menarik dan kaya budaya di sini. Lihat lebih banyak atraksi sejarah dan budaya di Downtown Lancaster Lihat objek wisata sejarah dan budaya di seluruh Lancaster County PUSAT KONVENSI AREA - penuh dengan SEJARAH Memberikan penghormatan luar biasa untuk sejarah kawasan, kompleks terintegrasi menggabungkan struktur bersejarah dan narasi sejarah penting dalam dan di sekitar arsitektur baru. Pintu masuk di persimpangan Jalan Raja dan Ratu menggabungkan faade abad ke-19 ikonik dari Watt tengara & Shand departemen toko, Beaux Arts gaya struktur dirancang oleh arsitek asli Lancaster C. Emlen Perkotaan. Daerah di dalam dan sekitar pusat konvensi yang kompleks juga meliputi Stevens Tadeus & Lydia Hamilton Smith Historic Site, dengan pembangunan masa depan di bawah kepemimpinan LancasterHistory.org . Situs ini termasuk bekas kediaman, kantor hukum, dan Tavern Kleiss dimiliki oleh pemimpin politik yang kuat, anggota Kongres AS, dan abolisionis Thaddeus Stevens. Stevens dianggap sebagai ayah dari pendidikan umum dan menulis Amandemen 13, 14, dan 15 dengan UUD Amerika - mereka perbudakan berakhir, memperluas perlindungan yang sama kepada semua warga negara, dan memberikan semua warga negara laki-laki hak untuk memilih. Rumah Stevens dan kantor hukum pada tahun 2011 diberi nama oleh National Park Service sebagai Jaringan Kereta Api Nasional Underground ke situs Kebebasan. Selain Stevens properti, area kompleks juga termasuk tempat kos milik Lydia Hamilton Smith, seorang wanita bebas dari warna dan Stevens manajer bisnis dan kepercayaan. Mrs Smith adalah

seorang janda dengan dua anak muda ketika pertama kali dia menjadi pengurus rumah Stevens pada tahun 1847, dan ia akan datang untuk menjalankan usaha sendiri yang sukses di Lancaster dan Washington, DC pada saat beberapa wanita yang belum melakukannya. Dari lobi dari pintu masuk Vine Street ke pusat konvensi, para tamu dapat melihat air sumur yang digali dalam penggalian arkeologi pra-konstruksi. Tanggal tadah dari periode Perang Sipil dan dimodifikasi dengan cara yang lebih dari menunjukkan Stevens dan Smith digunakan untuk menyembunyikan orang Amerika melarikan diri perbudakan sepanjang sistem Underground Railroad. Bersama-sama, struktur bersejarah membantu menentukan daerah pusat bersejarah di Downtown Lancaster yang menyediakan link nyata untuk Stevens dan Smith dan tema-tema cerita inspiratif terhubung dengan prestasi mereka - hak sipil, kesetaraan, perbudakan, Perang Sipil, sejarah perempuan, dan pendidikan publik - penting untuk pemahaman dan apresiasi terhadap kualitas hidup yang kita nikmati di Amerika saat ini tema.

Suku bangsa melayu itu dalam falsafah hidupnya dapat disimpulkan berlandaskan pada 5 dasar, yaitu : 1. Melayu itu Islam, yang sifatnya universal dan demokratis bermusyawarah. 2. Melayu itu berbudaya, yang sifatnya nasional dalam bahsa, sastra, tari, pakaian, tersusun dalam tingkah laku, dan lain-lain. 3. Melayu itu beradat, yang sifatnya regional (kedaerahan)dalam bhineka tunggal ika, dengan tepung tawar, balai pulut kuning dan lain-lain yang mnegikat tua dan muda. 4. Melayu itu berturai, yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib mengutamakan ketenteraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan harga menghargai timbal balik, bebas tapi terikat dalam masyarakat. 5. Melayu itu berilmu, artinya pribadi yang diarahkan kepada ilmu pengetahuan dan ilmu kebathinan (agama dan mistik), agar bermarwah dan disegani orang, untuk kebaikan umum. Rukun tertib yang dimaksudkan puak melayu adalah keadilan dan kebenaran yang harus dapat dirasa dan dilihat. Ia mengetahui, bahwa :

ISLAM tidak bertentangan dengan masyarakat yang berperikemanusiaan dan yang ber-Tuhan. BUDAYA tidak bertentangan dengan masyarakat yang ingin beradab dan mengingkat lahiriah dan bathiniah ADAT tak bertentangan dengan peradaban masyarakat yang ada rasa kekeluargaan, bukan individualistis. BERTURAI tak bertentangan dengan masyarakat yang tahu harga diri, yang ingin kebenaran, keadilan dan kemakmuran yang merata dalam kehidupan. BERILMU tak bertentangan dengan masyarakat yang ingin maju untuk kepentingan diri dan masyarakatnya. pengabdian adalah pada Allah, manusia dan lingkungan, untuk kebahagiaan diri sekarang dan nanti.

Pada masyarakat suku Batak, Nias maupun Melayu ada upacara adat siklus kehidupan dari lahir, masa dewasa sampai kematian, seperti upacara turun mandi, pemberian nama, potong rambut, mengasah gigi, perkawinan dan upacara pemakaman jenazah. Di masyarakat Batak dikenal upacara memberi makan oleh anak kepada orang yang lanjut usia (sulang-sulang). Terdapat juga upacara penggalian atau pemindahan tulang belulang kesuatu tempat atau tugu yang disebut (mangongkal holi). Setiap upacaraupacara adat masyarakat Batak selalu disertai dengan pemberian Ulos dan tarian (Manortor). Falsafah Masyarakat Batak Masyarakat Batak mempunyai sebuah falsafah yang cukup terkenal dan selalu diingat. Falsafah tersebut dinamkan Dalihan Natolu yang mempunyai arti tumpuan yang tiga yang dimaknai sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak. Dalihan Natolu meliputi : Dongan Sabutuha (saudara semarga). Hula-hula (ipar, baik adik atau kakak laki-laki dari istri). Boru (keluarga dari pihak laki-laki).

utera daerah (Melayu), juga menjadi tempat berkumpulnya berbagai etnik pendatang. Seperti suku Batak yang berasal dari pedalaman Sumatera Utara, yaitu Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Angkola, Batak Karo, Batak Pakpak/Dairi. Lalu, ada pula suku yang berasal dari luar Sumatera Utara, seperti Aceh, Minangkabau (Padang), Jawa, Ambon, Cina, India, dan lain-lain. Berkumpulnya berbagai ragam suku/etnik yang memiliki kebudayaan, adat istiadat, agama serta latar belakang sejarah daerah suku yang berbeda membuat terjadinya persaingan di antara suku yang

akhirnya menjadi konflik. Konflik tersebut bisa bernilai positif dan bisa negatif. Misalnya, adanya perbedaan pendapat antaretnik. Ini adalah sesuatu hal yang biasa dalam hidup. Justru, perbedaan tersebut menjadi dinamika hidup yang lebih indah dan berkesan. Namun potensi konflik negatif dapat muncul jika diakibatkan kondisi yang multikultural atau kemajemukan etnik, termasuk masalah keturunan, prasangka stereotip (oto dan heterostereotip), sikap disintegrasi, sikap eksekutif, bahkan sikap separatis. Pandangan-pandangan yang bersifat stereotip terhadap etnik lain biasanya muncul melalui proses sosialisasi di sekitar lingkungan. Julukan-julukan atau sebutan stereotip ini pun bermunculan di Kota Medan. Hal ini menjadi bahan ejekan karena streotipisasi tersebut. Misalnya, julukan manipol (mandailing polit/pelit) untuk orang Mandailing; aceh pungo untuk orang Aceh; padang pancilok, cirik barandang, kecek padang (Minangkabau/Padang); batak berekor, batak makan orang, batak tembak langsung BTL (Batak Toba); lagak Deli (Melayu); keling mabuk, putar keling (Tamil); jakon, jadel (Jawa); cina banteng (Cina Tangerang, Jakarta); cina kebun sayur (Cina Medan), cina mindering, cina loleng, dan lain-lain. Adanya stereotip yang berkembang pada masing-masing kumpulan etnik memperkuat pemberian penilaian terhadap etnik lain. Masyarakat Angkola, Mandailing, Padang Lawas yang bermukim di kota Medan misalnya, mereka kurang senang jika dikatakan sebagai suku Batak. Hal ini disebabkan pemahaman Batak menurut suku/etnik Angkola, Padang Lawas atau Mandailing tersebut, yang sebenarnya suku/etnik Batak juga, sangat berbeda. Menurut mereka, Batak itu identik dengan semangat ke-Kristen-an. Begitu juga yang terjadi dengan penghijrahan suku Jawa yang secara kuantitatif merupakan suku mayoritas di kota Medan. Mereka (suku Jawa), banyak yang tidak menguasai dan tidak mengenal lagi budaya Jawa. Namun, walaupun suku Jawa ini dominan, tidak dianggap sebagai ancaman atau saingan berat oleh suku asli kota Medan, Melayu. Bahkan dari beberapa etnik/suku, seperti suku Batak dan Mandailing telah melebur menjadi Melayu, baik dengan berpindah agama, menghapus marga atau menyamarkan marga. Buku ini sebenarnya merupakan isi dari disertasi sang penulis ketika beliau mengajukannya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Ijazah Tinggi (Ph.D) di Jurusan Antropoligi dan Sosiologi, Fakultas Sastra dan Ilmu Sosial Universitas Malaya (UM), Kulala Lumpur, Malaysia. Karena penulis buku ini, dosen di beberapa perguruan tinggi di kota Medan ini, kuliah dan menyelesaikan kuliahnya di negara jiran tetangga, Malaysia, maka disertasi yang kini dibukukan ini pun masih dalam bentuk bahasa Malaysia. Nama lengkap penulis ini adalah Prof. Dr. R. M. H. Subanindyo Hadiluwih, S.H, M.BA. . Penulis buku ini merupakan sosok yang terkenal karena prestasi akademiknya. Karya tulisnya banyak beredar dalam bentuk esai, artikel, maupun bentuk lain dalam bentuk buku maupun media massa pada umumnya (lokal, nasional, dan internasional). Walaupun buku ini berbahasa Malaysia, bahasa yang tidak begitu jauh dengan bahasa Indonesia, namun buku ini sangat menarik untuk dibaca, apalagi bagi masyarakat yang berdomisili di kota Medan

khususnya. Dan buku ini juga sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya. Buku ini bisa dijadikan bahan rujukan atau menambah wawasan. Di dalam buku ini dipaparkan penulis tentang latar belakang mengapa beliau menulis tentang konflik etnik yang ada di kota Medan beserta teori-teorinya. Juga dijelaskan secara rinci pokok permasalahan, hipotesis, objek penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teori, serta metode yang dipergunakan. Selain itu, buku ini juga dilampirkan istilah-istilah atau singkatan dari sebuah kata. Namun yang menakjubkan, penulis juga dengan gamblang memaparkan hasil-hasil penelitian beliau. Menjabarkan stereotip (Oto dan heterostereotip) beberapa etnik atau suku yang ada di kota Medan. yang diambil melalui responden yang telah ditentukan oleh sang penulis.*

oRaS HaBaTaKoN ! FILSAFAT TENTANG PARTUTURAN A. Pengertian Partuturan Adapun yang dinamai "partuturan" ialah hubungan kekeluargaan di antara ketiga unsur DNT (Dalihan Na Tolu). Sesuai dengan adanya 3 unsur itu maka macam hubungan kekeluargaan pun ada tiga, yaitu: 1. Hubungan kita dengan "dongan sabutuha". 2. Hubungan kita dengan "hulahula". 3. Hubungan kita dengan "boru". Sudah barang tentu kita harus menjaga dan memelihara agar ketiga macam hubungan itu selalu berjalan dengan baik dan sempurna. Ada 2 buah filsafat Batak tentang itu: 1) "Habang binsusur martolutolu, Malo martutur padenggan ngolu." Artinya: Kebijaksanaan menghadapi ketiga unsur DNT akan memperbaiki penghidupan. 2)"Habang sihurhur songgop tu bosar, Na so malo martutur ingkon maos hona osar. Artinya: Kebodohan, kelalaian dan keserakahan dalam menghadapi ketiga unsur DNT akan membuat

orang tergeser-geser. Maksud "tergeser-geser" (bahasa Batak "hona osar') ialah terpaksa berpindahpindah tempat, karena tak disukai orang, akibatnya melarat. Berhubung dengan kedua filsafat itu, maka nenek moyang orang Batak meninggalkan 3 buah petuah atau pesan untuk keturunannya, sebagai berikut: 1) "Manat mardongan tubu." Pada waktu ini acap kali diperlengkapi dan berbunyi: "Molo naeng ho sanggap, manat ma ho mardongan tubu." Artinya : Jika kamu ingin menjadi orang terhormat, hati-hatilah dan cermat dalam bergaul dengan "dongan sabutuha" (teman semarga). Keterangan tentang pesan pertama ini sebagai berikut. Adapun "dongan sabutuha" itu dipandang oleh orang Batak sebagai dirinya sendiri dan dalam pergaulan antar mereka sehari hari tidak dihiraukan segi basa basi, sehingga adik acap kali tidak hormat terhadap abangnya dan demikian juga anak terhadap paktua dan pakciknya, hal mana acap kali menimbulkan perasaan kurang senang di pihak yang merasa dirugikan. Maka untuk menghindarkan itu diberilah oleh leluhur kita pesan yang tersebut di atas, agar kita hati-hati menghadapi "dongan sabutuha" kita. Untuk itu harus kita periksa dahulu kedudukan "dongan sabutuha" itu dalam "tarombo" (tambo, silsilah keturunan terhadap kita). Pada waktu ini tidak sulit lagi memeriksa hal itu. Tiap orang Batak yang tahu "tarombo"nya mengetahui tingkat generasinya pada "tarombo"-nya itu. Misalnya "dongan sabutuha" kita itu bertingkat generasi 16 dan kita sendiri tingkat 17, maka ia masuk golongan ayah kita. sehingga ia harus kita hormati sebagai ayah kita sendiri. Kalau ada jamuan makan janganlah kita mempertahankan tempat duduk kita di "juluan" (tempat terhormat) kalau nampak seorang "dongan sabutuha" dari golongan lebih tinggi (abang, ayah atau nenek) belum mendapat tempat yang layak, tetapi kita harus mempersilakan dia. duduk di tempat duduk kita sendiri, sekalipun menurut umur, kita lebih tua dari dia. Dalam hal kita lebih tua dari dia, maka "dongan sabutuha" itu yang tentu juga mengetahui pesan leluhur kita itu, tidaklah akan gegabah terus menerima ajakan kita itu, tetapi dengan spontan ia akan menolak serta berkata, "Ah, tidak, yang tua-tua harus di hormati, tinggallah di situ, terimakasih." Dalam pada itu ia sudah senang dan puas karena penghormatan kita itu. Dalam hal musyawarah pun atau pada rapat menyelesaikan perselisihan hendaklah kita selalu mengindahkan betul-betul basa-basi terhadap "dongan sabutuha". Dengan jalan demikian maka semua "dongan sabutuha" akan selalu solider atas tindakan tindakan kita dan akan menghormati dan menghargai kita dengan sewajarnya; hal ini berpengaruh juga kepada orang disekeliling kita. 2) "Somba marhulahula". Biasanya diperpanjang dan berbunyi: "Molo naeng ho gabe, somba ma ho marhulahula." Artinya : Jika engkau hendak "gabe" (berketurunan banyak) hormatilah "hulahula"-mu. Keterangannya : Untuk orang Batak maka "hagabeon" lah yang paling diharapkan dan dicita-citakan. Tanpa keturunan ia tak mungkin

berbahagia. Hal itu terang nampak pada pantun Batak :

"Hosuk humosukhosuk, hosuk di tombak ni Batangtoru; Porsuk nina porsuk, sai umporsuk dope na so maranak so marboru". Artinya : Penderitaan yang, paling berat ialah tidak berketurunan. Adapun "hulahula" itu dipandang oleh orang Batak sebagai media (penengah) yang sangat berkuasa untuk mendoakan "hagabeon" dari Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan ini telah menjadi darah daging bagi orang Batak berdasarkan pengalaman dan kenyataan. Itulah yang membuat penghormatan tinggi dan menonjol terhadap "hulahula". Juga dalam hal penyelesaian perselisihan dengan "hulahula", penghormatan itu tetap dipertahankan sebagaimana nampak dengan jelas pada suatu sebutan khas Batak, yang berbunyi "Sada sala niba, pitu sala ni hulahula, sai hulahula i do na tutu". Artinya : Walau ada 7 buah kesalahan "hulahula" dan salah kita hanya satu, maka "hulahula" itulah selalu dipihak yang benar. Maksudnya : Kita harus selalu mengalah terhadap "hulahula", karena walaupun nampaknya kita menderita rugi, namun akibatnya selalu menguntungkan kita, karena walaupun "hulahula" itu kita buat menang dalam perselisihan itu sehingga ia mendapat keuntungan materi, namun ada lagi sebuah sebutan khas Batak yang bunyinya, "Anggo tondi ni hulahula i sai tong do mamasumasu iba". Artinya : Namun, roh "hulahula" itu tetap mendoakan kebahagiaan untuk kita. Dan menurut filsafat Batak: Roh atau jiwa itu lebih berkuasa dari badan.

Buat orang Batak yang taat beragama tidaklah berat untuk menuruti sebutan yang tertulis di atas, karena dalam ajaran Alkitab tertulis, "Memaafkan kesalahan orang lain tidak cukup hanya satu kali atau 7 kali, tetapi 70 kali 7, artinya tentu terus menerus". 3) "Elek marboru". Biasanya diperpanjang: "Molo naeng ho mamora, elek ma ho marboru." Artinya : Kalau ingin kaya, berlaku membujuklah terhadap "boru". Keterangan: Sebenarnya menurut 'adat Batak, "boru" itu dalam hubungan kekeluargaan berada di bawah kita, sehingga boleh kita suruh mengerjakan sesuatu. Namun anjuran leluhur Batak ialah agar permintaan-permintaan kita kepada "boru" sekali-kali tak boleh menyerupai perintah tetapi harus berupa dan bersifat bujukan. Leluhur Batak tahu benar bahwa bujukan lebih kuat daripada paksaan dan selain itu bujukan itu dapat tetap memelihara kasih sayang di antara "boru" dan "hulahula", yang tidak dapat dicapai dengan paksaan. Maka dengan bujukan besarlah harapan kita akan memperoleh semua yang kita minta dari boru kita, yang membuat kita kaya. Perkataan "kaya" di sini harus diartikan "perasaan kaya", yang maksudnya "perasaan senang". Dan memang orang yang merasa senanglah yang paling kaya di dunia ini dan bukanlah dengan sendirinya yang memiliki uang atau harta yang terbanyak.

Dalam hal adanya perselisihanpun dengan "boru", maka hal membujuk inipun harus dipertahankan karena pengaruh dan akibatnya ialah: boru itupun dari pihaknya akan menuruti pesan nenek moyang "somba marhulahula" tersebut diatas, sehingga. penyelesaian persengketaan dapat tercapai dengan mudah dan dalam suasana yang harmonis. 4) "Molo naeng ho martua di tano on, pasangap me natorasmu." Artinya: Jika kamu ingin berbahagia. di dunia ini, hormatilah orang tuamu. Adapun petuah ini boleh dikatakan hanyalah tambahan dari ketiga pesan pertama yang tersebut di atas dan baru menonjol setelah banyak orang Batak memeluk agama Kristen atau Islam. Kita maklum, bahwa agama memerintahkan kepada manusia menghormati orang tuanya seperti yang telah dituliskan oleh Nabi Musa dalam Kitabnya yang kelima pasal 5 ayat 16, yang berbunyi: "Hormatilah orang tuamu, supaya umurmu lanjut dan selamatlah kamu dalam negeri yang dikaruniakan Tuhan Allah kepadamu."

Nasehat nenek moyang orang Batak hampir sama bunyinya, dengan perintah Allah itu, yaitu : "Tinaba hau toras bahen sopo tu balian, Na pantun marnatoras ingkon dapotan parsaulian, Alai na tois marnatoras, olo ma i gomahon ni babiat." Artinya : Yang menghormati orang tuanya akan menerima kebahagiaan, tetapi yang durhaka terhadap orang tuanya mungkin akan diterkam harimau. Dalam hal nasihat.yang ke-4 ini agama dan adat kedua-duanya bersifat saling mendukung satu sama lain. Tentang arti luas dari perkataan: "natoras" (orang tua), maka pendapat ahli-ahli agama dan nenek moyang orang Batak sesuai benar, yaitu: di samping ibu dan ayah-kandung harus juga kita hormati guruguru, pemimpin-pemimpin, pemerintah dan semua orang tua-tua pria dan wanita. Tentang penghormatan terhadap orang tua yang telah meninggal telah dibahas dalam. "Dapatkah DNT bertahan sampai akhir zaman ?" Nasehat No. 4 inilah yang paling utama harus diperhatikan oleh para pemuda dan pemudi pada zaman sekarang ini. Dengan tidak mengindahkan nasehat ini, tidak mungkin tercapai kebahagiaan yang lama di dunia ini. Di samping yang telah dipaparkan di atas, maka "partuturan" itu mempunyai lagi peraturan-peraturan lain yang juga harus diperhatikan dan dituruti untuk menjaga dan memelihara hubungan baik antara ketiga unsur DNT, yaitu yang dinamai peraturan "parsubangonjo". B. Pengertian Parsubangon

Adapun yang dimaksud dengan peraturan "parsubangon" ialah peraturan-peraturan pantangan (parsubangon = yang dipantangkan). Tujuannya ialah menertibkan anggota-anggota keluarga terlebihlebih yang berlainan jenis kelamin dalam pergaulan sehari-hari agar pergaulan itu tetap berjalan di atas rel yang telah ditetapkan oleh peraturan-peraturan DNT dan terutama mengenai penghormatan terhadap' "hulahula" dan terhadap orang tua. Misalnya, kita dengan istri saudara lelaki istri kita (bahasa Bataknya "bao" tidak boleh berbicara secara. bebas, apa lagi bersenda guraur. Apa sebab? Saudara istri kita itu adalah "hulahula" yang paling dekat kepada kita. Maka istrinya pun harus menerima penghormatan sebagai "hulahula", malahan harus lebih daripada yang biasa karena dia itu adalah seorang wanita dah tentang "Ina" (ibu) filsafat Batak berbunyi :

"Sada sangap tu ama, dua sangap tu ina." Artinya : Satu penghormatan terhadap bapak, tetapi dua terhadap ibu.

Maksudnya : Di samping menerima penghormatan biasa yang diterima oleh kaum bapak, maka ibu harus lagi menerima penghormatan istimewa, karena ibu itu diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk melahirkan anak-anak yang membawa kebahagiaan tertinggi dalam rumah tangga orang Batak.

Terhadap istri adik laki-laki kita pun kita harus berlaku sama seperti terhadap "bao" tersebut, sesuai dengan filsafat Batak:

"Marboras ia singkoru, marmutik ia timbaho, Dos do na maranggi boru dohot halak na -marbao." Artinya : Penghormatan terhadap istri adik kita sama dengan penghormatan terhadap istri saudara lelaki istri kita. Tentang penghormatan terhadap istri adik kita itu, orang luar mungkin heran dan bertanya, "Kenapa begitu, bukankah istri adik kita itu tidak termasuk "hulahula", malahan adik kita itu dalam adat berada di bawah kita dan tentu istrinya pun demikian juga?". Pertanyaan itu memang beralasan benar, karena penghormatan terhadap "anggiboru" (sebutan dalam bahasa Batak untuk istri adik) itu nampak berlawanan dengan yang diperkirakan. Ini memang benar karena itu perlu diberikan penjelasan ringkas.

Adapun kita (diri kita) bukanlah hanya abang dari adik saja, tetapi juga berfungsi sebagai ayah baginya, terlebih-lebih kalau ayah kita telah meninggal. Oleh karena itu istri adik kita itu tidak boleh kita pandang hanya sebagai adik saja, tetapi harus lebih dari itu menurut fungsi kita sebagai "ayah" suaminya

(mertuanya), jadi memandangnya sebagai menantu penuh; perhubungan ini termasuk golongan "parsubangon" Sudah barang tentu ketertiban pergaulan tersebut diatas bertujuan juga untuk menjauhkan kemesuman yang sering mengancam keluarga-kelarga Batak dahulu kala, oleh karena rumah-rumah biasanya didiami oleh empat atau lima rumah tangga (dalam bahasa Batak "ripe") dan rumah-rumah itu tidak mempunyai kamar-kamar, sehingga ketertiban didalamnya antara keluarga-keluarga itu bulat-bulat terserah kepada kesadaran ber-DNT. Sudah barang tentu sudah ada sangsi-sangsi, terhadap orang, yang melanggar ketertiban itu berupa hukuman-hukuman berat. Tetapi disamping itu, untuk mencegah pelanggaran atas ketertiban hidup itu, ada juga kutukan yang berbunyi :

"Habang pidong pua manjoloani sidaodao, Sai mangunsisi do nasa tua sian jolma na so marpaho, Sipalea natuatua na so umboto adat marbao." Artinya : Segala tuah akan menyisih (lari) dari orang yang tidak memperdulikan sopan santun dan yang tidak menghormati orang tua dan tidak tahu adat terhadap "bao" Pada zaman dahulu "parsubangon" luar biasa hebatnya. Seorang ibu yang hendak memberi tahukan kepada "bao" nya, bahwa makanan telah menunggu "bao" nya itu, tidak akan menujukan panggilannya langsung kepada "bao" nya itu, tetapi kepada tiang rumah dan akan berkata "E tiang, makanlah." Pada zaman sekarang ini hal serupa itu tidak kedapatan lagi. Orang telah mengubahnya dengan cara biasa, tetapi deagan penuh sopan santun.

C. Perkembangan Partuturan Adapun yang menjadikan adanya "partuturan" itu sebenarya hanya dua dasar, yaitu: 1) Semarga, dan 2) Tidak semarga.

Yang pertama (semarga) menjadikan "pardongan sabutuhaon" (hal berteman semarga) dan yang kedua (tidak semarga) menjadikan "parhula ianakkonon" (hal ber "hulahula" dan ber "boru"). Diantara kedua golongan "partuturan" itu maka "pardongan sabutuhaon" lah yang tetap (abadi) dan tak dapat hapus atau hilang, sedang "parhula ianakkonon" dapat luntur dan pudar jika tidak diulang-ulang oleh generasigenerasi yang berikut dan dapat lenyap kalau terjadi perceraian antara suami istri. Namun "parhula ianakkonon" itu sama saja kedudukannya dalam DNT dengan "pardongan sabutuhaon".

Perbedaan yang unik antara kedua macam hubungan kekeluargaan itu ialah: "pardongan sabutuhaon" boleh dikatakan statis (tak berubah) yaitu kalau saya bermarga Nababan maka hanya orang-orang yang bermarga Nababanlah "dongan sabutuha" saya. Lain halnya dengan "hulahula" dan "boru" yang keduanya berkembang-dengan cepat dan pesat. Ingatlah, bahwa tiap kali ada pesta perkawinan dalam lingkungan keluarga kita berarti perluasan kekeluargaan kita, yaitu bertambahnya "hulahula" dan "boru". Keunikan lain lagi dalam hal ini ialah, perkembangan itu kadang-kadang dapat juga kita atur menurut kehendak kita. Misalnya, pada saat ini dengan perkawinan anak-anak saya dengan famili yang lain, saya telah berhubungan keluarga (ber"hulahula" dan ber"boru") dengan marga-marga Simanjuntak, Siregar, Siahaan, Hutabarat, Silitonga dan lain-lain marga lagi, tetapi belum dengan marga Tobing dan saya kepingin benar berhubungan keluarga dengan marga Tobing itu, karena ada perlunya. Apa daya? Mudah saja. Saya ajak seorang di antara anak-anak saya atau anak-anak saudara-saudara saya (yang dekat atau yang jauh) kawin dengan seorang putra atau putri marga Tobing dan tercapailah keinginan saya itu. Dimanakah batas-batas "partuturan" itu? Pertanyaan itu pernah diajukan oleh seorang bangsa asing yang sangat kagum melihat luasnya "partuturan" Batak itu, kepada penulis, lalu penulis menjawab," Ada filsafat Batak tentang itu bunyinya sebagai berikut : Poda do sibahen na sursuran; Roha do sibahen dao ni partuturan. Artinya : Pelajaran-pelajaran yang diterimalah menentukan kepandaian seseorang dan hatilah yang menentukan batas-batas "partuturan". Maksudnya : kemauan dan suka hati oranglah yang menentukan batas-batas "pertuturan" nya. Mau luas bisa, mau sempit boleh juga. Dengan sempit dimaksud hanya famili dikenal saja. Kalau dikatakan luas, maka turutlah semua famili yang belum dikenal dan yang belakangan inilah yang paling banyak. Dapatlah kita bayangkan betapa banyaknya jumlah itu, bila kita ingat bahwa "hulahula" dan "boru" semua teman sermarga kita turut menjadi "hulahula" dan "boru" kita. Selain itu ada lagi cara yang sangat unik khas Batak, untuk memperluas bidang kekelurgaannya. Di bawah ini diberikan beberapa buah contoh :

A dan B, sama-sama orang Batak, duduk berdampingan dikereta api. Kedua-duanya adalah orang Batak totok (artinya dapat mencium atau mempunyai firasat bahwa kawan yang duduk di sampingnya itu pasti orang Batak juga). Si A bertanya : "Apa marga saudara?" "Siregar," sahut si B. Kebetulan si A pun bermarga Siregar juga, lalu bertanya lagi, "Tingkat berapa keluarga saudara?" Jawab si B, "Tingkat delapanbelas (18)". Mendengar itu berkatalah si A. "Kalau

begitu saya nenekmu karena keluarga saya tingkat enambelas."

Hubungan kekeluargaan yang baru saja ditetapkan itu tidak tinggal teori saja, tetapi terus dipraktekkan dengan serius. Mereka itu bersama-sama pergi minum kopi. Waktu tiba saatnya membayar, maka tidaklah terjadi seperti pemeo Batak, "Tan taran tante, Masi garar kopina be" Artinya: Masing-masing membayar kopinya.

Tetapi dengan segera si B membuka dompetnya dan membayar kopi mereka berdua. Kenapa si B membayar? Karena dia merasa bahwa dia adalah "cucu" si A dan harus menghormati "neneknya" si A itu sesuai dengan peraturan DNT.

Contoh kedua : Dalam hal ini si A dan si B berlainan marga. A bermarga Nababan dan B bermarga Siregar. Maka terjadilah pembicaraan berikut. Karena si A lebih tua maka menurut peraturan DNT dialah yang berhak membuka pembicaraan. Katanya, "Santabi, lae. Halak hita do hamu?" (Maaf saudara. Orang kitakah saudara?) Jawab si B, "Ba i do." (Ya begitulah) Si A melanjutkan, "Antong, Jolo hutiptip ma sanggar bahen huruhuruan, Jolo husungkun ma marga, asa binoto partuturan."

Artinya : Kalau begitu, saya tanyalah dahulu marga saudara, agar saya dapat menentukan "partuturan" kita.

Sahut si B, "Siregar do ahu." (Saya Siregar).

Mendengar itu si A agak bingung sebentar karena dia sendiri adalah marga Nababan, dan di antara familinya yang dekat di kampungnya tak ada seorang pun yang bermarga Siregar. Namun dia perlu mengetahui hubungan famili dengan temannya seperjalanan itu, agar selama perjalanan itu dia dapat bergaul dengan si B. Lalu di perasnya otaknya mengingat, apakah ada di antara familinya yang banyak itu yang bermarga Siregar. 0 ya, benar di Padangsidempuan ada seorang marga Nababan beristri putri Siregar. Sebenarnya hubungannya dengan teman semarganya yang di Sidempuan itu sudah jauh di atas, tetapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi si A, karena menurut peraturan DNT, dia berhak penuh menyebut orang itu adik atau kakaknya. Maka dengan muka berseri-seri dia berkata kepada si B, "Bo, syukurlah, saudara adalah "hulahula" saya, karena ada saudara saya di Sidempuan yang beristri boru Siregar. Horaslah, "tulang" (mamak)." Sahut si B, "Kalau begitu syukurlah. Horas ma, amangboru (amangboru ialah panggilan terhadap bapak suami saudara perempuan. kita ataupun suami dari saudara

perempuan ayah kita).".

Juga dalam hal ini A dan B memandang hubungan kekeluargaan yang baru itu serius dan terus dipraktekkan. Ketika mereka pergi ke warung kopi untuk minum, si A mempersilakan si B duduk di tempat yang paling baik. Mula-mula karena merasa dirinya lebih muda, si B menolak walaupun dia tahu bahwa dia boleh menerima tawaran itu sebagai "hulahula". Tetapi si A mempertahankan aja