mbs.doc

Upload: melli

Post on 07-Oct-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2. PELAYANAN DAN PENGEMBANGAN DIRI SISWA

A. Pengembangan Diri Melalui Pelayanan Konseling

Pelayanan bimbingan sangat diperlukan agar potensi yang dimiliki oleh peserta didik dapat dikembangkan secara optimal. Program bimbingan diarahkan untuk dapat menjaga terjadinya keseimbangan dan keserasian dalam perkembangan intelektual, emosional dan sosial. Pengembangan diri bukan berperan sebagai mata pelajaran, dengan maksud bahwa bentuk, rancangan, dan metode pengembangan diri tidak dilaksanakan sebagai sebuah adegan mengajar seperti layaknya pembelajaran bidang studi. B. Bidang Pengembangan

Bidang Pelayanan Konseling yaitu sebagai berikut:

a. Bidang pengembangan kehidupan pribadib. Bidang pengembangan kehidupan social\c. Bidang pengembangan kemampuan belajard. Bidang pengembangan karir.B. Pengembangan Diri Melalui Kegiatan Ekstra Kurikuler

Hubungan kegiatan dan pengembangan diri siswa sangatlah erat, karena lewat program ekstrakurikuler maka bakat, potensi, dan kepribadian yang siswa miliki dapat dilihat. Jadi, siswa dapat mengekspresikan diri mereka dan juga dari hasil yang diperoleh menggunakan angket yang bersampelkan 65 orang dengan instrument yang pertama kegiatan ekstrakurikuler dan yang kedua pengembangan diri, diuji dengan analisis statistik terdapat hubungan yang positif antara kedua variabel. Kegiatan ekstra kurikuler yang bersifat rutin, spontan dan keteladanan dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah.

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.2. Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah sebagai berikut:

(2) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

(3) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

(4) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

(5) Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.E. Hasil Observasi Dalam prakteknya, kegiatan Bimbingan dan Konseling (BK) disekolah yang telah kami observasi adalah kegiatan ekstrakulikuler seperti Qasidah, Pencak Silat, Tarian Daerah, Rohis, Futsal, Marawis, dan sebagainya. Fungsi BK di sekolah itu sendiri sebagai pembimbing siswa yang bermasalah, misalnya siswa yang merokok, anak yang tidak mau meneruskan sekolahnya dan ingin berhenti, siswa yang memiliki masalah dengan mata pelajaran, dan masalah lain yang dihadapi siswa. Tidak hanya itu BK juga ikut mengontrol semua murid yang ada disekolah yang mempunyai masalah dirumah yang dapat mengganggu mereka dalam pelajarannya. Guru yang menjadi konselor atau pembimbing di sekolah adalah guru agama. Ketika ada siswa yang bermasalah siswa akan ditangani oleh guru kemudian wali kelas, selanjutnya akan diserahkan kepada Bk, tapi jika masalah tersebut belum bisa diselesaikan, maka kepala sekolah yang akan mengambil keputusan.BK sendiri sepertinya sudah bisa dikatakan mampu dalam melaksanakan fungsinya, meskipun tidak maksimal.

3. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAHA. Dasar dan Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah.

Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari school-based management. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan.Manajemen Berbasis sekolah merupakan suatu manajemen sekolah yang disebut juga dengan otonomi sekolah (school autonomy) atau site-based management (Beck & Murphy, 1996). Sejalan dengan belakunya otonomi daerah dalam dunia pendidikan, MBS atau school-based management (SBM) menuntut terjadinya perubahan dalam manajemen sekolah. Karena itu, pengelolaan suatu sekolah diserahkan kepada sekolah tersebut, atau sekolah diberikan kewenangan besar untuk mengelola sekolahnya sendiri dengan menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah ini..Pada prinsipnya MBS bertujuan untuk memberdayakan sekolah dalam menetapkan berbagai kebijakan internal sekolah yang mengarah pada peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan. MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN.Dalam MBS, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu seperti anggaran, personel, dan kurikulum lebih banyak diletakkan pada tingkat sekolah daripada di tingkat pusat, provinsi, atau bahkan juga kabupaten/ kota. Dengan pemberlakuan MBS diharapakan setidaknya dapat diperoleh beberapa keuntungan antara lain, yaitu:1. Mendorong kreativitas kepala sekolah untuk mengelola sekolahnya menjadi lebih baik.2. Dapat lebih mengaktifkan atau meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut bertanggung jawab terhadap kinerja dan keberhasilan sekolah atau madrasah.3. Dapat mengembangkan tugas pengelolaan sekolah atau madrasah tersebut menjadi tanggung jawab sekolah dan masyarakat.

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yakni: 1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah atau madrasah dalam mengelola dan membedayakan sumber daya yang tersedia;2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah atau madrasah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah atau madrasah kepada orang tua, pemerintah tentang mutu sekolah atau madrasah;4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar madrasah dan sekolah lain untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.B. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAHa. Prinsip utama pelaksanaan MBS ada 5 (lima) hal yaitu:

1. Fokus pada mutu

2. Bottom-up planning and decision making

3. Manajemen yang transparan

4. Pemberdayaan masyarakatb. Peningkatan mutu secara berkelanjutanDalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang harus dipahami yaitu:1. Kekuasaan;2. Pengetahuan;3. Sistem informasi; dan4. Sistem penghargaan.

Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain dengan:1. Melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orangtua siswa.

2. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan untuk mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya

3. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.4. Pengetahuan. Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi seseorang yang berusaha secara terus menerus menambah pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah harus memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) lewat berbagai pelatihan atau workshop guna membekali guru dengan berbagai kemampuan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

Pengetahuan yang penting harus dimiliki oleh seluruh staf adalah:1. Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sekolah,2. Memahami dan dapat melaksanakan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan quality assurance, quality control, self assessment, school review, bencmarking, SWOT,dll)

C. Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah:1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik2. Kondisi social, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan3. Dukungan pemerinta. 4. Profesionalisme